pengaruh tata kelola dan karakteristik perusahaan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Vivi Luthfiyanti
1113082000027
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Vivi Luthfiyanti
1113082000027
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Yusro Rahma, SE., M.Si.
NIP : 19800506 200801 2 016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 12 September 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Vivi Luthfiyanti
2. NIM : 1113082000027
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Tata Kelola dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan Perusahaan.
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 September 2018
1. Prof Dr. Amilin, SE., M.Si., Ak., CA., QIA, BKP
NIP : 19730615 200501 1 009
Penguji I
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si
NIP : 19810731 200604 2 003 ( )
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 06 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
5. Nama : Vivi Luthfiyanti
6. NIM : 1113082000027
7. Jurusan : Akuntansi
8. Judul Skripsi : Pengaruh Tata Kelola dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan Perusahaan.
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Juni 2018
1. Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Fitri Yani Jalil, SE, M.Sc ( )
NIDN. 2004068701 Penguji Ahli
3. Yusro Rahma, SE, M.Si. ( )
NIP. 19800506 200801 2 016 Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vivi Luthfiyanti
NIM : 1113082000027
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2018
Yang Menyatakan
(Vivi Luthfiyanti)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1) Nama : Vivi Luthfiyanti
2) Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 24 Oktober 1995
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Alamat : Perum. TMN Jatisari Permai Jl. Rinjani IV,
Blok DC1 No. 43, Jatisari, Jatiasih, Bekasi.
6) Telepon : 08989872928
7) Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TKIT Al Ishmah Tahun 1999-2001
2. SDIT Al Ishmah Tahun 2001-2007
3. SMPIT Al Ishmah Tahun 2007-2010
4. SMA Negeri 7 Bekasi Tahun 2010-2013
5. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Supriadi , S.Pd., M.M.
2. Ibu : Eka Yunarsih, S.Pd.
3. Kakak : Dian Hidayanti
4. Adik : Ishmah Robbaniyah
5. Anak Ke : Kedua dari Tiga Bersaudara
vii
ABSTRACK
This study analyze the environmental disclosure as a form of environmental
responsibility in Indonesia with an annual report reviewing to the manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange. This study examine the
corporate governance is proxied by the number of audit committee, proportion of
the board independence commissioners, audit quality and company ownership
structure. The characteristic of the firm as measured by the variabel profitability,
liquidity and leverage. As for environmental variabel were measure using a
weighted disclosure index scores Environmental Reporting (IER).
The sampel consist of the 75 companies listed in the Indonesia Stock
Exchange (IDX) in the periode 2014-2016. The data that was used in this research
was secondary data and selected by using purposive sampling method. The
hypotheses tested by using linear regression analysis. Based on analytical results
shows that only variable number of audit committee and audit quality have
significant influence toward environmental responsibility, while variabel
proportion of the board independence commissioners, company ownership
structure, profitability, liquidity, and leverage doesn’t have significant influence
toward environmental responsibility.
Keyword: environmental responsibility, environmental disclosure, number of audit
committee, proportion of the board independence commissioners, audit quality and
company ownership structure, profitability, liquidity, leverage
viii
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengungkapan lingkungan sebagai bentuk pertanggungjawaban lingkungan di Indonesia dengan meninjau laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menguji pengaruh tata kelola perusahaan yang diukur dengan jumlah komite audit, anggota dewan komisaris, kualitas audit dan struktur kepemilikan perusahaan.
Karakteristik perusahaan yang diukur dengan profitabilitas, likuiditas dan leverage. Adapun variabel lingkungan diukur dengan menggunakan skor indeks pengungkapan tertimbang pelaporan lingkungan (IER).
Sampel penelitian ini terdiri dari 75 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode tahun 2014-2016. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dan pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahawa variabel jumlah komite audit dan kualitas audit yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban lingkungan, sedangkan variabel anggota dewan komisaris
independen, struktur kepemilikan, profitabilitas, likuiditas dan leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban lingkungan.
Kata Kunci: pertanggungjawaban lingkungan, pengungkapan lingkungan, jumlah
komite audit, anggota dewan komisaris independen, kualitas audit, struktur kepemilikan, profitabilitas, likuiditas, leverage
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat
iman dan islam serta telah mencurahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“PENGARUH TATA KELOLA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2016)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang telah memberikan suri tauladan
yang baik kepada seluruh umat manusia agar selalu berusaha sebaik-baiknya
dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Orang tua saya, M.Supriadi dan Eka Yunarsih yang selalu memberikan
semangat, motivasi serta dukungannya dengan penuh cinta dan kesabaran.
Terutama atas doa yang terus mengalir untuk saya selama masa perkuliahan
hingga akhir.
3. Dian Hidayanti dan Ishmah Robbaniyah, kakak dan adik saya yang juga
selalu ada untuk memberikan semangat dan dukungannya selama masa
perkuliahan.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
7. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik saya
selama masa perkuliahan di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan waktu, nasihat dan motivasi selama masa penyusunan skripsi
sampai terlaksananya siding skripsi.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada saya
selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal
kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu saya dalam mengurus
segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
11. Keluarga besar Jurusan Akuntansi A dan B 2013. Terimakasi untuk kenangan
yang menyenangkan dan berharga selama masa perkulihan.
12. Sahabat-sahabat tercinta Siti Kurniasih, Dharmana Dhini, Ema Herviana dan
Hanifah Soraya yang selalu menemani dan menjadi tempat berbagi cerita
suka duka selama masa perkuliahan. Terimakasih atas dukungan, semangat
dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat seperjuangan Kartika Triutami, Fauziah Iswandi, Dany Andrean
yang saling menyemangati pada masa-masa semester akhir perkuliahan. Dan
juga kepada Adam, Ihsan, Rahman, Ricky, Kiki, Ayu Rohima dan Fitiyah
Salimah sahabat kecilku atas motivasi, bantuan dan waktu yang telah
diberikan khususnya saat masa penyusunan skripsi.
14. Teman-teman tuli dari Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat Indonesia, yaitu Ka
Andrew Sihombing, Surya Sahetapy, Isro, Barrep, Wilma, Dita, Siti, Intan
dan yang lainnya. Terimakasi atas ilmu dan kesempatan untuk bisa mengenal
dan belajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Kalian menyadarkan saya
bahwa kita semua sama dan bisa. Bahkan kalian lebih hebat dari orang
dengar. Semoga kita semua bisa mendapat akses informasi yang sama untuk
belajar.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2018
Vivi Luthfiyanti
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF.................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN UJIAN SKRIPSI ................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi
ABSTRACK .................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR ISI TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR ISI GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penellitian............................................................. 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Landasan Teori...................................................................................... 13
1. Teori Legitimasi .............................................................................. 13
2. Teori Keagenan ............................................................................... 14
3. Pengungkapan Lingkungan ............................................................. 16
4. Corporate Governance .................................................................. 17
5. Karakteristik Perusahaan................................................................. 25
xiii
B. Penelitian Sebelumnya .......................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 34
D. Hipotesis ................................................................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 43
B. Metode Penentuan Sampel.................................................................... 43
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 44
D. Metode Analisa Data ............................................................................ 44
1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 45
2. Uji Statistik Deskriptif..................................................................... 48
3. Uji Hipotesis .................................................................................... 48
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 58
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 59
1. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................. 59
2. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................... 66
3. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................... 71
C. Pembahasan ......................................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 83
B. Saran ..................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 90
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu....................................................................... 31
3.1 Pengukuran Operasional Variabel ........................................................... 56
4.1 Seleksi Sampel Penelitian ........................................................................ 58
4.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorof Smirnov 120 Sampel ........................ 62
4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorof Smirnov 75 Sampel .......................... 63
4.4 Hasil Uji Multikolineritas ........................................................................ 64
4.5 Hasil Autokorelasi ................................................................................. 66
4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif.................................................................... 67
4.7 Hasil Uji Koefisien Deterrminasi............................................................. 72
4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................................... 73
4.9 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji Statistik T).................... 74
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran................................................................................. 34
4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Histogram ..................................... 60
4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan P-Plot ....................................................... 61
4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Grafik Scatterplot ..................................... 66
xvi
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
Lampiran 1 Skor Indonesian Environmental Reporting (IER) ....................... 91
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2014-2016 ........ 92
Lampiran 3 Hasil Pertanggungjawaban Lingkungan Perusahaan................... 93
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Jumlah Komite Audit ................................... 99
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Anggota Dewan Komisaris Independen ........ 100
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Kualitas Audit ................................................ 103
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Struktur Kepemilikan ..................................... 104
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Profitabilitas ................................................... 107
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Likuiditas........................................................ 110
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Leverage......................................................... 113
Lampiran 11 Hasil Output Spss ....................................................................... 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini penilaian terhadap keberhasilan dalam dunia bisnis mulai
berkembang. Keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan bukan lagi menjadi
aspek satu-satunya yang harus diperhatikan, namun juga dari tanggung jawab
atas aktivitas yang dilakukan perusahaan baik dalam bidang sosial, maupun
lingkungan. Pernyataan ini didukung oleh (Ariningtika dan Endang, 2013),
Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari tingkat laba yang
didapatkan oleh perusahaan tersebut, namun juga dari tanggung jawab atas
aktivitas yang dilakukan perusahaan baik dalam bidang sosial, kesehatan
maupun lingkungan.
Permasalahan lingkungan menjadi perhatian bagi investor, konsumen
dan pemerintah. Investor tertarik pada perusahaan yang menerapkan
manajemen lingkungan yang baik dalam pelestariannya (Paramitha dan
Rokhman, 2014). Dibutuhkannya keterbukaan atau transparansi dalam
pengungkapan informasi oleh perusahaan sehingga akan lebih membantu para
pengambil keputusan seperti investor dan kreditur dalam mengantisipasi
kondisi yang semakin berubah. Namun sangat sedikit penelitian yang telah
dilakukan mengenai pengungkapan lingkungan di Negara-negara berkembang
dan industri baru (Ahmad dan Maliah, 2004). Pentingnya aktivitas dan
pengungkapan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawaban sosial dan
lingkungan juga mendapatkan perhatian dari pemerintah, hal tersebut dapat
2
dilihat dari undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan tentang
pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) bagi perseroan terbatas.
UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 66 dan 74, pada pasal
66 ayat 2 bagian c tertulis bahwa selain laporan keuangan, dalam laporan
tahunan perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Dan dalam pasal 74 menyatakan bahwa setiap
perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Salah satu prinsip umum etika bisnis ialah menghargai lingkungan
hidup, melalui kegiatan yang melindungi, melestarikan dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan. Selain itu, perusahaan harus
mencegah pemborosan penggunaan sumber daya alam maupun membuang
limbah yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup (KNKG, 2010).
Dengan demikian, perusahaan atau perseroan dibidang sumber daya alam
harus melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai bentuk
pertanggungjawaban perusahaan terhadap masyarakat serta lingkungan, dalam
rangka mendapatkan legitimasi dari para pemangku kepentingan dan
meningkatkan transparansi serta akuntabilitas perusahaan (Winarsih dan
Badingatus, 2016).
Perusahaan yang telah menerapkan pengelolaan lingkungan sudah
seharusnya mencatat dan melaporkan kegiatannya ke dalam annual report,
meskipun disebagian besar negara, termasuk di Indonesia pelaporan
pengelolaan lingkungan perusahaan dalam annual report masih bersifat
3
voluntary (sukarela) dan hanya berupa pengungkapan yang bersifat non-
publik, serta khusus terhadap institusi pemerintah yang terkait saja (Aisyah,
2013). Jelas sudah bahwa organisasi bisnis terutama perusahaan publik
dituntut untuk melaporkan tanggung jawabnya akan lingkungan hidup melalui
pengungkapan lingkungan.
Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan di Indonesia
bersifat mandatory (wajib) dan voluntary (sukarela). Sifat mandatory
dikarenakan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan perusahaan dalam
mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Penerapan tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan sudah diatur oleh pemerintah
mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perseroan terbatas
seperti yang tertera pada PP No. 47 Tahun 2012. Namun belum ada peraturan
mengenai standar baku pengungkapan informasi lingkungan yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Hal itu menjadikan pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan bervariasi. Sehingga format, isi dan luasnya pengungkapan masih
bersifat voluntary (sukarela) atau sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sifat
voluntary pada pelaporan lingkungan mengakibatkan perusahaan bebas
memilih informasi apa saja yang yang akan diungkap (Aulia dan Linda, 2015).
Di Indonesia sendiri permasalahan lingkungan muncul seiring
berkembangnya industri di suatu daerah. Peristiwa yang sungguh mengejutkan
masyarakat Indonesia yaitu semburan lumpur panas mencapai 150.000 meter
kubik setiap hari. Terjadi pada tahun 2006 lalu tepatnya di desa Renokenongo,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. PT. Lapindo Brantas
4
yang merupakan kontraktor pertambangan minyak multinasional dan pemilik
sumur Banjar Panji-1 dituding melakukan kesalahan dalam melakukan
prosedur pengeboran yang menyebabkan terjadinya bencana lingkungan.
Peristiwa semburan lumpur panas di desa Renokenongo ini telah menyebabkan
kerugian yang amat besar bagi warga masyarakat yang kehilangan tempat
tinggal. Selain itu, peristiwa ini juga memiliki dampak lingkungan yang amat
serius berkaitan dengan pencemaran dan kerusakan lingkungan
(www.kompasiana.com).
Kasus lainnya yang terjadi pada tahun 2015, pengadilan Jakarta
memvonis anak perusahaan dari Sampoerna Argo, PT. National Sago Prima,
atas kelalaian soal kebakaran di lahan konsesi seluas 3.000 hektar di Ogan Ilir,
Riau, Sumatera Selatan tahun 2014, dan menjatuhkan denda Rp 1,07 triliun.
(www.voaindonesia.com).
Sebanyak 12 perusahaan dijadikan tersangka dalam kasus pembakaran
hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Sumatera Selatan dan Kalimantan
Barat. Kebakaran hutan tersebut terjadi pada tahun 2015 yang merupakan
kasus terparah dan menjadi sorotan internasional. Kepulan asap tebal yang
terjadi akibat kebarakan hutan menyebar luas ke negara-negara tetangga. Asap
lintas batas negara ini menutupi langit Sumatera, Kalimantan, Malaysia,
Singapore dan Filipina. Perusahaan-perusahaan tersebut ada yang bergerak
dibidang perkebunan serta bidang hutan taman industri (HTI)
(www.detik.com). Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) menyebutkan, setidaknya 1,67 juta hektare lahan hutan terbakar,
5
menyisakan asap yang mengganggu pernapasan, proses pendidikan,
perekonomian, hingga transportasi. Izin belasan perusahaan dibekuk dan
dicabut (www.cnnindonesia.com).
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, luas area kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi tahun 2015 sudah setara dengan 32 kali
wilayah Provinsi DKI Jakarta atau empat kali Pulau Bali. Pernyataan tersebut
ia dasarkan pada data Terra Modis per 20 Oktober lalu. Total hutan dan lahan
yang terbakar sudah sebesar 2.089.911 hektare, luas area tersebut sebenarnya
belum setara dengan sebaran karhutla tahun 1997 (www.cnnindonesia.com).
Kasus yang melibatkan organisasi bisnis dan lingkungan masih berlanjut
hingga saat ini. Perusahaan PT. Semen Indonesia diterpa isu kerusakan
lingkungan yang menyebabkan pro-kontra di mata publik. Sekitar akhir tahun
2016, PT. Semen Indonesia digugat warga Kendeng dengan bantuan LSM atas
izin pembangunan pabrik di Rembang, Jawa Tengah. Gugatan yang
dilayangkan kepada perusahaan dengan alasan bahwa pembangun pabrik
untuk penambangan ini berada pada Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK)
yang merupakan kawasan lindung. Warga Kendeng lebih gusar lagi ketika
mengetahui operasional perusahaan tetap berjalan meski gugatan telah
dikabulkan oleh Mahkamah Agung.
Masih berjalannya operasional PT. Semen Indonesia atas dasar
penerbitan izin lingkungan terbaru yang dikeluarkan oleh Pemprov Jateng. Izin
tersebut merupakan hasil tindak lanjut rekomendasi dari Komisi Penilai Amdal
6
(KPA) yang terdiri dari pemerintah, LSM dan masyarakat terdampak pabrik
(www.detik.com). Adanya perbedaan pendapat mengenai kawasan pabrik
tersebut termasuk kawasan lindung atau tidak masih diteliti hingga saat ini oleh
pemerintah pusat. Oleh karena itu, saat ini meskipun pembangunan pabriknya
kontroversial, PT. Semen Indonesia tetap melanjutkan operasionalnya dengan
syarat tidak menggunakan bahan dari pertambangan kawasan rembang hingga
datangnya keputusan dari pemerintah atas Izin Usaha Pertambangan. Isu
kerusakan lingkungan sudah menerpa kegiatan operasional PT. Semen
Indonesia sejak tahun 2014. Menurut salah satu tim penyusun AMDAL pabrik,
Dr Budi Sulistyo, kegiatan penambangan di sana sudah ada sejak dahulu
bahkan sebelum PT. Semen Indonesia memulai kegiatan penambangan
mereka. Bahkan sudah ada belasan perusahaann swasta yang memiliki Izin
Usaha Pertambangan (IUP) disana (www.detik.com).
Berdasarkan kasus-kasus di atas dapat kita ketahui bahwa isu lingkungan
masih menerpa banyak organisasi bisnis. Dengan adanya kontroversi ini,
menunjukkan bahwa masih longgarnya perolehan izin lingkungan serta
dibutuhkan kajian khusus untuk sektor-sektor tertentu seperti pertambangan,
perkebunan dan industri lainnya dalam memperoleh izin lingkungan. Selain itu
rencana kerja yang baik juga dibutuhkan perusahaan untuk mendukung
terwujudnya tujuan perusahaan agar dapat bertahan dalam persaingan bisnis
yang ketat. Rencana kerja yang baik biasanya dibuat oleh manajemen dengan
membuat keputusan-keputusan yang dapat menunjang perkembangan
perusahaan. Kasus PT Semen Indonesia menjadi titik tolak dimana
7
keterbukaan informasi mengenai lingkungan diperlukan oleh organisasi bisnis
masa kini. Salah satu keterbukaan informasi dapat tertuang melalui suatu
pelaporan yang dilakukan oleh organisasi bisnis.
Jo dan Harjoto (2011), Ariningtika dan Endang (2013) menyatakan
bahwa tata kelola perusahaan yang efektif membatasi kepentingan pribadi
manajerial dan melindungi kepentingan pemegang saham. Dalam
penelitiannya juga dikemukakan bahwa tata kelola perusahaan mengelola
kepentingan banyak pemangku kepentingan dan menyelesaikan konflik
kepentingan antara pemegang saham dan pemangku kepentingan non-
investasi. Winarsih dan Badingatus (2016), Untuk memberikan bentuk
pertanggungjawaban perusahaan terhadap dua kepentingan tersebut, salah satu
cara yang dilakukan perusahaan adalah dengan menggunakan sistem tata
kelola perusahaan (corporate governance).
Penelitian yang dilakukan oleh Ainy dan Zuni (2016), Membuktikan
bahwa tata kelola perusahaan dengan proksi konsentrasi kepemilikan dan
kualitas audit mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan aktivitas yang
bersifat sukarela, yaitu pertanggungjawaban lingkungan. Ariningtika dan
Endang (2013), menguji tata kelola perusahaan menggunakan proksi ukuran
komite audit, jumlah rapat komite audit, proporsi dewan komisaris dan jumlah
rapat dewan komisaris. Hasilnya hanya ukuran komite audit dan jumlah rapat
dewan komisaris yang berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Winarsih dan Badingatus (2016) juga menguji tata kelola perusahaan dengan
proksi komisaris independen, gender, directorship, dan ukuran dewan
8
komisaris. Hasilnya hanya komisaris independen, directorship, dan ukuran
dewan komisaris yang berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan
lingkungan.
Penelitian-penelitian yang menguji faktor-faktor pengungkapan
lingkungan perusahaan sudah banyak dilakukan, namun masih banyak terdapat
perbedaan hasil penelitian. Salah satu faktor yang cukup banyak digunakan
adalah karakteristik perusahaan. Paramitha dan Rokhman (2014) dalam
menguji karakteristik perusahaan menggunakan proksi ukuran perusahaan,
leverage, profitabilitas, dan umur perusahaan. Hasilnya, hanya ukuran
perusahaan dan leverage, yang berpengaruh terhadap environmental
disclosure. Aulia dan Linda (2015) juga menguji karakteristik perusahaan
namun dengan menggunakan proksi ukuran perusahaan, profitabilitas dan
leverage terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Hasilnya, hanya
ukuran perusahaan dan profitabilitas yang berpengaruh terhadap
pengungkapan lingkungan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menguji
kembali Pengaruh Tata Kelola dan Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pertanggungjawban Lingkungan. Penelitian ini merupakan replika dan
pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Ariningtika dan Endang (2013). Adapun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya, adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya menggunakan
komite audit dan proporsi dewan komisaris independen. Penelitian ini
9
menambahkan variabel struktur kepemilikan, kualiatas audit dan
karakteristik perusahaan.
2. Metode pengukuran sebelumnya menggunakan indeks Global Reporting
Initiative (GRI) pada indikator lingkungan sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan pengukuran Indeks Indonesian Environmental Reporting
(IER) untuk mengukur variabel pertanggungjawaban lingkungan.
3. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sedangkan
dalam penelitian sebelumnya hanya menggunakan sektor industri
pertambangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah jumlah komite audit berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan?
2. Apakah anggota dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan?
3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan?
4. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan?
5. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan?
10
6. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan?
7. Apakah leverage berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh jumlah komite audit
terhadap pertanggungjawaban lingkungan
b. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh anggota dewan
komisaris independen terhadap pertanggungjawaban lingkungan
c. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kualitas audit
terhadap pertanggungjawaban lingkungan
d. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh struktur
kepemilikan terhadap pertanggungjawaban lingkungan
e. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas
terhadap pertanggungjawaban lingkungan
f. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh likuiditas terhadap
pertanggungjawaban lingkungan
g. Menemukan bukti empiris mengenai pengaruh leverage terhadap
pertanggungjawaban lingkungan
11
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penulis berharap bahwa
penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau manfaat khususnya
meliputi:
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa jurusan akuntansi
dalam menambah pengetahuannya mengenai
pertanggungjawaban lingkungan.
2) Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi
kepada masyarakat tentang perusahaan manufaktur yang
melakukan pertanggungjawaban lingkungannya.
3) Penelitian ini bermanfaat bagi penelitian berikutnya sebagai
bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian
mengenai pertanggungjawaban lingkungan.
4) Penelitian ini bermanfaat bagi penulis sebagai sarana untuk
memperluas wawasan serta referensi penulis mengenai topik
terkait.
b. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan publik
khususnya dalam industri manufaktur di Indonesia agar lebih
meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan bisnis yang
mengedepankan 3P yaitu People, Planet dan Profit.
12
2) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi investor dalam memutuskan
berinvestasi pada perusahaan yang lebih going concern yaitu
perusahaan yang mengedepankan pelestarian lingkungan yang
lebih baik.
3) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) dalam memberikan kontribusi positifnya untuk memberi
perhatian lebih terhadap standar akuntansi lingkungan dan
pertanggungjawabannya.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Legitimasi
Teori Legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial tersirat
antara institusi sosial dan masyarakat. Teori tersebut mengemukakan
bahwa institusi perlu memiliki tujuan, yang sesuai dengan masyarakat
pada umumnya (Ahmad dan Maliah, 2004). Menurut Deegan (2004),
dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahan akan secara sukarela
melaporkan aktifitasnya jika manajemen menggangap bahwa hal ini
adalah yang diharapkan oleh komunitas. Praktik pengungkapan sosial
dan lingkungan merupakan alat manajerial yang digunakan perusahaan
untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan.
Teori legitimasi menunjukkan bahwa perusahaan akan mengambil
langkah untuk memastikan bahwa aktivitas dan pertunjukan mereka
dapat diterima masyarakat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan ini
kemudian dapat menggunakan laporan tahunan mereka untuk
menggambarkan citra bertanggung jawab terhadap lingkungan,
sehingga mereka dapat dianggap oleh masyarakat (Ahmad dan Maliah,
2004).
Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial antara perusahaan
dengan masyarakat. Oleh karena itu, dengan sejalannya nila-nilai
perusahaan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat,
14
maka dapat dikatakan bahwa legitimasi perusahaan dapat tercapai
(Ghozali dan Chariri, 2007).
Warticl & Mahon (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007)
menyebutkan tiga alasan terjadinya perbedaan tersebut atau bisa disebut
legitimacy gap. Tiga alasannya sebagai berikut:
a. Ada perubahan dalam kinerja perusahaan tetapi harapan
masyarakat terhadap kinerja perusahaan tidak berubah
b. Kinerja perusahaan tidak berubah tetapi harapan masyarakat
terhadap kinerja perusahaan telah berubah
c. Kinerja perusahaan dan harapan masyarakat terhadap kinerja
perusahaan berubah ke arah yang berbeda, atau ke arah yang sama
tetapi waktunya berbeda
Hal yang paling penting bagi perusahaan adalah bagaimana
perusahaan berusaha memonitor nilai-nilai perusahaan dan nilai-nilai
sosial masyarakat dan mengidentifikasi kemungkinan munculnya
perbedaan (Ghozali dan Chariri, 2007). Legitimasi organisasi dapat
dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan
dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat
sehingga dapat menjadi sumber potensial begi perusahaan untuk hidup.
2. Teori Keagenan
Teori keagenan menurut Jansen dan Meckling, (1976) adalah teori
yang mengungkapkan suatu kontrak antara hubungan antara principal
(pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Dalam sebuah
15
kontrak, agent terikat untuk memberikan jasanya kepada pemilik.
Konflik dapat timbul apabila kedua pihak bertindak sendiri-sendiri
untuk memaksimalkan kepentingannya. Konflik yang terjadi antara
agent dan principal disebabkan karena adanya asimetri informasi.
Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki lebih banyak
informasi dibandingkan stakeholder (Paramitha dan Rokhman, 2014).
Di dalam hubungan keagenan tersebut terdapat suatu kontrak dimana
pihak principal memberi wewenang kepada agent untuk mengelola
usahanya dan membuat keputusan yang terbaik bagi principal
(Ariningtika dan Endang, 2013).
Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi (Assymmetrical information) karena
agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak
tentang perusahaan dibandingkan dengan principal (Godfrey et al.,
2010). Sebagai agent, manajer bertanggung jawab secara moral untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun demikian
manajer juga menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi
sesuai dengan kontrak. Selain itu, teori kegaenan juga menjelaskan
mengenai masalah asimetri informasi (Ariningtika dan Endang, 2013).
Dengan adanya asimetris informasi tersebut diperlukannya pihak ketiga
yang independen sebagai mediator hubungan antara principal dan
agent. Pihak ketiga berfungsi untuk memonitor perilaku agent
16
(manajer) apakah bertindak sesuai dengan keinginan principal
(pemegang saham).
3. Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure)
Pengungkapan lingkungan sebagai suatu proses yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan
dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap lingkungan
(Ghozali dan Chariri, 2007). Pengungkapan informasi lingkungan atau
enviromental dislcosure bertujuan sebagai media antara perusahaan,
masyarakat dan investor yang dapat digunakan sebagai pengambil
keputusan ekonomi, sosial maupun politik (Paramitha dan Endang,
2014).
Pengungkapan lingkungan merupakan bagian dari berbagai
model pengungkapan informasi dan merupakan sebuah trend baru
dalam praktik pengungkapan di lingkungan perusahaan (Ghozali dan
Chariri, 2007). Meskipun bersifat wajib dalam peraturan perundang-
undangan dan peraturan pemerintah, namun sampai sekarang masih
terdapatnya perbedaan mengenai isi dari pengungkapan itu sendiri.
Deegan (2002) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyebutkan
beberapa motivasi yang mendorong manajer secara sukarela
mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan, alasan tersebut
meliputi:
a. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam undang-
undang;
17
b. Pertimbangan rasionalitas ekonomi dimana motivasi ini
merupakan alasan praktik pengungkapan lingkungan yang
memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan melakukan hal
yang benar;
c. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan;
d. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman;
e. Untuk memenuhi harapan masyarakat terhadap operasi
perusahaan;
f. Untuk memanage kelompok stakeholder tertentu yang powerful;
g. Untuk mematuhi persyaratan industri;
h. Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu;
Wiseman (1982) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyebutkan
informasi apa saja yang biasanya terdapat pada suatu pengungkapan
lingkungan: diskusi tentang regulasi dan persyaratan tentang dampak
lingkungan, kebijakan lingkungan atau kepedulian perusahaan tentang
lingkungan, konservasi sumber alam, penghargaan atas kepedulian
terhadap lingkungan, usaha melakukan daur ulang, pengeluaran yang
dilakukan perusahaan bekaitan dengan penanganan lingkungan, aspek
hukum atas kasus berkaitan dengan dampak lingkungan yang
disebabkan perusahaan.
4. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten
18
dengan peraturan perundang-undangan. Setiap perusahaan harus
memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan
di semua jajaran perusahaan. Menurut pedoman umum good corporate
governance Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Governance (2006),
terdapat lima asas yang terkandung dalam good corporate governance
yaitu transparency, accountability, responsibility, independency serta
fairness yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Transparency (keterbukaan informasi), Untuk menjaga
obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya
b. Accountability (akuntabilitas), Perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
19
c. Responsibility (pertanggungjawaban), Perusahaan harus mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
d. Independency (kemandirian), Untuk melancarkan pelaksanaan asas
GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), Dalam melaksanakan
kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Dalam penelitian ini unsur-unsur yang digunakan untuk
mengukur Corporate Governance antara lain:
1) Jumlah Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 tentang pembentukan dan pedoman
pelaksanaan kerja komite audit menyatakan bahwa komite audit
adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi dewan komisaris. Pembentukan komite audit dalam suatu
entitas atau perusahaan publik wajib untuk dilakukan. Anggota
20
komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris
dan komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota
yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar
emiten atau perusahaan publik dan diketuai oleh komisaris
independen.
Komite audit bertindak secara independen dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya meliputi:
a) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan emiten atau perusahaan publik kepada publik
dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan,
proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi
keuangan emiten atau perusahaan publik.
b) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan
perundang undangan yang berhubungan dengan kegiatan
emiten atau perusahaan publik.
c) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi
perbedaan pendapat antara manajemen dan akuntan atas
jasa yang diberikannya.
d) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris
mengenai penunjukan akuntan yang didasarkan pada
independensi, ruang lingkup penugasan, dan imbalan jasa.
21
e) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut
oleh direksi atas temuan auditor internal.
f) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan
manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi, jika emiten
atau perusahaan publik tidak memiliki fungsi pemantau
risiko di bawah dewan komisaris.
g) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses
akuntansi dan pelaporan keuangan emiten atau perusahaan
publik.
h) Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris
terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan emiten
atau perusahaan publik.
i) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi emiten
atau perusahaan publik.
2) Anggota Dewan Komisaris Independen
UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, dewan
komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 tentang direksi dan dewan komisaris emiten
atau perusahaan publik, komisaris independen adalah anggota
22
dewan komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan
publik. Pasal 28 menyatakan bahwa dewan komisaris bertugas
melakukan pengawasan dan bertanggung jawab atas pengawasan
terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perusahaan publik maupun usaha
perusahaan publik, dan memberi nasihat kepada direksi
Pasal 21 menyatakan bahwa terdapat persyaratan wajib
sebagai komisaris indepeden yaitu bukan merupakan orang yang
bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi
kegiatan emiten atau perusahaan publik tersebut dalam waktu 6
(enam) bulan terakhir, tidak mempunyai saham baik langsung
maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik
tersebut, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau
perusahaan publik, anggota dewan komisaris, anggota direksi,
atau pemegang saham utama perusahaan tersebut, serta tidak
mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan
tersebut.
Dalam pasal 20 dinyatakan bahwa setiap perusahaan
tercatat wajib memiliki dewan komisaris paling kurang terdiri
dari 2 (dua) orang anggota dewan komisaris dengan salah satu
diantaranya adalah komisaris independen. Dalam hal dewan
23
komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota dewan
komisaris, jumlah komisaris independen wajib paling kurang
30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota dewan
komisaris.
3) Kualitas Audit
Kualitas audit dapat menjadi informasi yang memberikan
sinyal positif dan negatif. Kantor akuntan besar menyediakan
kualitas laporan keuangan yang lebih tinggi daripada akuntan
biasa, sehingga investor secara umum cenderung lebih berreaksi
positif apabila laporan keuangan yang dipublikasikan di audit
oleh kantor akuntan publik besar/KAP Big Four (Mardiyatnolo et
al,. 2016). Kualitas audit tidak hanya terlihat dari pelaporan
keuangan perusahaan, namun juga aktivitas sukarela perusahaan
(Ainy dan Zuni, 2016).
Hubungan tersebut dapat terjadi karena semakin tinggi
komposisi komite audit independen dapat mengurangi
permasalahan keagenan sehingga dapat meningkatkan kontrol
internal termasuk mempengaruhi keputusan perusahaan
melakukan pertanggungjawaban lingkungan
Kasim et al., (2016) menyebutkan bahwa indikator-
indikator yang umumnya digunakan peneliti-peneliti untuk
menilai kualitas audit seperti ukuran auditor, biaya audit, dan
reputasi auditor merupakan indikator yang relevan dengan auditor
24
the Big Four karena mereka dikenal dengan reputasi terbaik dan
harga tertinggi mereka selain merupakan KAP terbesar di dunia.
Auditor the Big Four telah membangun jaringan global kemitraan
nasional untuk memungkinkan kantor lokal mereka untuk
mengakses informasi global, pengetahuan, dan pengalaman.
Mereka berusaha untuk mengembangkan dan mempertahankan
reputasi global dan mempromosikan diri mereka sebagai
perusahaan internasional tunggal yang mempertahankan tingkat
kualitas audit di seluruh dunia (Kanagaretnam et al., 2016).
4) Struktur Kepemilkan
Struktur Kepemilikan terkait dengan kepemilikan publik
dengan proporsi saham yang dimiliki masyarakat luas terhadap
pihak manajemen. Kepemilikan saham oleh publik
menggambarkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh
masyarakat publik. Variabel ini ditunjukkan dengan persentase
saham yang dimiliki oleh publik dihitung dengan cara
membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki oleh
masyarakat dengan total saham perusahaan yang beredar
(Rindawati dan Nur, 2015).
Perusahaan yang go public dituntut untuk lebih transparan
mengungkap informasi yang memadai dan relevan dengan tujuan
menciptakan pasar modal yang efisien. Dengan proporsi saham
yang dimiliki publik lebih besar, akan berakibat pengawasan dari
25
publik lebih besar. Investor dari pihak diluar manajemen atau
investor publik membutuhkan perlindungan investasi yang
mereka tanam, perlindungan ini dapat berupa informasi
nonkeuangan dan keuangan yang disampaikan perusahaan
melalui laporan tahunan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi saham yang
dimiliki publik maka tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
tahunan akan semakin tinggi pula (Rindawati dan Nur, 2015).
5. Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan dapat berupa ukuran perusahaan (size),
profitabilitas, jumlah pemegang saham, status pendaftaran perusahaan
di pasar modal, leverage, rasio likuiditas, basis perusahaan, jenis
industri, serta profil dan karakteristik lainnya (Marwata, 2001 dalam
Paramitha dan Rohman 2014). Dampak lingkungan perusahaan
tergantung pada jenis atau karakteristik perusahaan. Dalam pemenuhan
tanggung jawab karakteristik perusahaan mempunyai peranan yang
penting. Karakteristik perusahaan menghasilkan dampak lingkungan
yang tinggi menuntut untuk pemenuhan tangungjawab lingkungan yang
juga tinggi. Dalam penelitian ini karakteristik yang digunakan yaitu
profitabilitas, leverage dan likuiditas (Mirfazil, 2007 dalam Paramitha,
dan Rohman 2014).
26
a. Profitabilitas
Kabajeh et al. (2012) menyebutkan bahwa rasio
profitabilitas merupakan indikator untuk efisiensi keseluruhan
perusahaan. Ini biasanya digunakan sebagai ukuran untuk laba
yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode waktu
berdasarkan tingkat penjualan, aset, modal yang digunakan,
kekayaan bersih dan laba per saham. Rasio profitabilitas
mengukur kapasitas pendapatan perusahaan dan dianggap
sebagai indikator untuk pertumbuhan, keberhasilan, dan
pengendalian. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban bunga bagi kreditor.
Selain itu pemegang saham juga tertarik pada rasio profitabilitas,
karena akan menunjukkan kemajuan dan tingkat pengembalian
investasi mereka.
Kamil dan Herusetya (2012), Profitabilitas merupakan rasio
yang mengukur kemampuan entitas dalam menghasilkan laba,
pada tingkat penjualan, asset, dan ekuitas. Salah satu rasio yang
sering digunakan dalam mengukur profitabilitas ialah return on
assets (ROA), yang mana pengukuran ini digunakan untuk
mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan asetnya untuk memperoleh keuntungan.
27
Kabajeh et al. (2012) return on assets (ROA) dan return on
owner's equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang paling
banyak digunakan dalam analisis.
1) Return on assets (ROA)
Rasio ini dihitung menggunakan laba bersih setelah pajak
dibagi dengan total aset. Rasio ini mengukur efisiensi operasi
untuk perusahaan berdasarkan laba yang dihasilkan
perusahaan dari total asetnya.
2) Return on owner's equity (ROE)
Rasio ini dihitung menggunakan laba bersih setelah pajak
dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Rasio ini
mengukur tingkat pengembalian pemegang saham atas
investasinya di perusahaan.
b. Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pentingnya likuiditas
dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal
dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Likuiditas menghalangi perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari kesempatan mendapatkan
keuntungan (Subramanyam dan John, 2010).
Likuiditas juga menunjukkan hubungan antara kas dan aset
lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan liabilitas
28
lancarnya. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai
kemampuan entitas untuk membayar semua liabilitas finansial
jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset
lancar yang tersedia (Kamil dan Herusetya, 2012). Bagi
pemegang saham perusahaan, kurangnya likuiditas dapat
meramalkan hilangnya kendali pemilik atau kerugian investasi
modal. Bagi kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas dapat
menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok
pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama sekali. Pelanggan
serta pemasok produk dan jasa perusahaan juga merasakan
masalah likuiditas jangka pendek. Implikasinya antara lain
mencakup ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kontrak
serta merusak hubungan dengan pelanggan dan pemasok penting
(Subramanyam dan John, 2010).
Sembiring (2012), Likuiditas juga terkait dengan adanya
dana yang dapat segera digunakan untuk melunasi utang.
Terdapat dua rasio yang sering digunakan untuk melihat tingkat
likuiditas suatu perusahaan yaitu rasio lancar (current ratio) dan
rasio cepat (quick ratio). Ukuran relative yang digunakan secara
umum dalam praktik adalah rasio lancar (current ratio)
(Subramanyam dan John, 2010).
1) Rasio lancar (current ratio). Rasio ini dihitung menggunakan
aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
29
2) Rasio cepat (quick ratio). Rasio ini dihitung dengan aktiva
lancar diluar persedian dibagi dengan kewajiban lancar.
Persediaan merupakan asset lancar yang paling tidak likuid
dan tidak dimasukan ke dalam rasio cepat.
c. Leverage
Rasio leverage merupakan alat ukur bagi perusahaan
seberapa besar perusahaan tersebut tergantung pada kreditur
dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman
luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang
mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian,
tingkat leverage perusahaan menggambarkan risiko keuangan
perusahaan. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas dari perusahaan dengan rasio leverage yang rendah
(Rindawati dan Nur, 2015).
Hal ini sejalan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa
perusahaan dengan tingkat rasio leverage lebih tinggi akan
mengurangi pengungkapkan informasi lingkungan yang
dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders
(Paramitha dan Rohman, 2014).
30
Menurut Aulia dan Linda (2015), Rasio leverage
menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh
perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang
dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh
perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba di
masa depan juga akan makin meningkat. Dalam mengukur rasio
leverage dapat menggunakan rasio utang terhadap total aset (debt
to total asset ratio) dan rasio utang terhadap ekuitas (debt to
equity ratio).
1) Rasio utang terhadap total asset (Debt to total asset ratio).
Rasio ini dihitung menggunakan perbandingan total kewajiban
(hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) dengan
total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun.
2) Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to equity). Rasio ini
dihitung menggunakan perbandingan total kewajiban (hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang) dengan ekuitas
pemegang saham.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihati dalam
tabel 2.1.
31
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Penelitian
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Rokhman (2017) Pengaruh Size, Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Corporate Environmental Disclosure.
Profitabilitas, dan likuiditas.
Proksi size Perusahaan.
Size, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap CED.
2. Winarsih dan Badingatus (2016)
Pengaruh Liputan Media, Kepekaan Industri dan Struktur Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kualitas Pengungakapan Lingkungan.
Proksi tata kelola perusahaan dan pengungkapan lingkungan.
Proksi liputan media dan kepekaan industri. Analisis regresi data panel.
Kepekaan industri, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, size, dan profitabilitas berpengaruh. Liputan media, keragaman gender, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan lingkungan.
3. Ainy dan Zuni (2016)
Tata Kelola Perusahaan, Pertanggungjawaban Lingkungan, dan Kinerja Perusahaan.
Tata kelola perusahaan, pertanggungjawaban lingkungan. Analisis regresi berganda.
Proksi kinerja perusahaan.
Tata kelola perusahaan terbukti berpengaruh positif terhadap pertanggungjawaban lingkungan.
4. Mardiyatnolo et al. (2016)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kualitas Audit dan Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social Responsibility.
Kualitas audit dan proksi kinerja keuangan.
Kepemilikan manajerial.
Kepemilikan manajerian tidak berpengaruh. Kualitas audit dan kinerja keuangan berpengaruh terhadap CSR.
Bersambung ke halaman berikutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Penelitian
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
5. Rindawati dan Nur (2015)
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Kepemilikan Publik Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas, leverage dan kepemilikan publik.
Proksi Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas berpengaruh positif. Ukuran dan leverage perusahaan tidak berpengaruh positif. Kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap indeks pengungkapan CSR perusahaan
6. Aulia dan Linda (2015)
Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kinerja Lingkungan dan Liputan Media Terhadap Environmental Disclosure.
Profitabilitas, leverage dan environmental disclosure.
Ukuran perusahaan, kinerja lingkungan dan liputan media.
Hanya leverage yang tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure.
7. Paramitha dan Rohman (2014)
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Environmental Disclosure.
Karakteristik perusahaan dan Environmental Disclosure. Analisis regresi berganda.
Proksi tata kelola perusahaan, Proksi karakteristik perusahaan, yaitu umur dan ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan memilki pengaruh. Profitabilitas, umur perusahaan tidak berpengaruh. Leverage berpengaruh negative, terhadap enviromental disclosure.
8. Ariningtika dan Endang (2013)
Pengaruh Praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik Terhadap Pengungkapan Lingkungan Perusahaan.
Tata kelola perusahaan, Pengungkapan lingkungan perusahaan. Analisis regresi berganda.
Proksi karakteristik, Proksi tata kelola perusahaan.
Rapat dewan komisaris dan ukuran komite audit berpengaruh positif. Proporai dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.
Bersambung ke halaman berikutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan 9. Pratama dan
Raharja (2013) Pengaruh GCG dan Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan
Jumlah komite audit dan dewan komisaris independen dan pengungkapan lingkungan.
Ukuran direksi, rapat dewan komisaris dan kinerja lingkungan.
Hanya rapat dewan komisaris dan kinerja lingkungan yang berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
10. Kamil dan Haerusetya (2012).
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social Responsibility.
Provitabilitas, Likuiditas dan Leverage.
Ukuran perusahaan dan proksi Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas memiliki pengaruh, likuiditas memiliki pengaruh negative, leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.
11. Suaryana dan Febriana (2012)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Profitabilitas, leverage dan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Dewan komisaris, size, kepemilikan manajerial.
Hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
34
Isu Lingkungan Oleh Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Basis Teori: Teori Legitimasi dan Teori Keagenan
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Jumlah Komite Audit (X1)
Anggota Dewan Komisaris
Independen (X2)
Kualitas Audit (X3)
Struktur Kepemilikan (X4)
Profitabilitas (X5)
Likuiditas (X6)
Leverage (X7)
Pertanggungjawaban
Lingkungan (Y)
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian kuantitatif ini dapat digambarkan
dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Metode Ananlisis: Regresi Berganda
Analisis Data:
Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis
35
D. Hipotesis
1. Pengaruh Jumlah Komite Audit Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Komite audit sangat penting bagi pengawasan dan pengendalian
perusahaan sehingga dengan adanya komite audit pada suatu perusahaan
maka akan menambah efektifitas pengawasan termasuk praktik dan
pengungkapan lingkungan perusahaan. Ukuran komite audit yang lebih
besar diharapkan dapat menjaga kinerja dengan lebih baik. Karena
semakin besarnya ukuran komite audit akan meningkatkan fungsi
pengawasan pada komite audit terhadap pihak manajemen perusahaan.
Ainy dan Zuni (2016), Komite audit memegang peranan penting dalam
mereview proses yang terjadi dalam perusahaan, termasuk keputusan
dalam melakukan aktivitas sukarela seperti pertanggungjawaban
lingkungan atau tidak.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 pembentukan komite audit dalam suatu entitas atau
perusahaan publik wajib untuk dilakukan. Anggota komite audit diangkat
dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan komite audit paling sedikit
terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen
dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik dan diketuai oleh
komisaris independen. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut.
36
H1 : Jumlah komite audit berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
2. Pengaruh Anggota Dewan Komisaris Independen Terhadap
Pertanggungjawaban Lingkungan
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik, komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Dalam
pasal 21 dinyatakan bahwa setiap perusahaan tercatat wajib memiliki
dewan komisaris paling kurang terdiri dari 2 (dua) orang anggota dewan
komisaris dengan salah satu diantaranya adalah komisaris independen.
Dalam hal ini dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang anggota
dewan komisaris, jumlah komisaris independen wajib paling kurang 30%
(tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris.
Dengan demikian, semakin besar proporsi dewan komisaris
independen yang dimiliki perusahaan diharapkan kinerja dewan
komisaris mampu melakukan pengawasan semakin objektif dan mampu
melindungi kepentingan perusahaan dalam hal ini mendorong
peningkatan pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. Hasil
penelitian sebelumnya, Ariningtika dan Endang (2013) juga menunjukan
hasil positif namun tidak signifikan antara dewan komisaris terhadap
pengungkapan lingkungan perusahaan. Dari uraian di atas, hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut.
37
H2 : Anggota dewan komisaris indepeden berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan.
3. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Kualitas audit menunjukan keandalan dan transparansi informasi
keuangan perusahaan. Keandalan dan transparansi informasi keuangan
dapat dilihat dari kualitas dan integritas proses audit, dan adanya komite
audit yang berfungsi melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan
perusahaan. Ainy dan Zuni (2016), Kualitas audit tidak hanya terlihat
dari pelaporan keuangan perusahaan, namun juga aktivitas sukarela
perusahaan.
Kasim et al., (2016) menyebutkan bahwa indikator-indikator yang
umumnya digunakan peneliti-peneliti untuk menilai kualitas audit seperti
ukuran auditor, biaya audit, dan reputasi auditor merupakan indikator
yang relevan dengan auditor KAP the Big Four karena mereka dikenal
dengan reputasi terbaik dan harga tertinggi mereka disamping merupakan
KAP terbesar di dunia.
Hasil penelitian sebelumnya, Mardiyatnolo et al., (2016)
menunjukan hasil yang berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Dari uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H3 : Kualitas audit berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
38
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Perusahaan yang go public dituntut untuk lebih transparan
mengungkap informasi yang memadai dan relevan dengan tujuan
menciptakan pasar modal yang efisien. Dengan proporsi saham yang
dimiliki publik lebih besar, akan berakibat pengawasan dari publik lebih
besar. Investor dari pihak diluar manajemen atau investor publik
membutuhkan perlindungan investasi yang mereka tanam, perlindungan
ini dapat berupa informasi nonkeuangan dan keuangan yang disampaikan
perusahaan melalui laporan tahunan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi saham yang dimiliki
publik maka tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan akan
semakin tinggi pula (Rindawati dan Nur, 2015).
Ketika struktur kepemilikan perusahaan tidak terkonsentrasi
(tersebar), peluang perusahaan dimiliki oleh publik dari berbagai
kalangan semakin besar, akibatnya isu terkait pertanggungjawaban pada
publik pun semakin penting. Semakin meningkatnya kepentingan pada
pertanggungjawaban publik maka kebutuhan akan terlibat pada aktivitas
sosial dan lingkungan akan semakin besar, begitu pula pada
pengungkapan aktivitas pertanggunjawaban tersebut (Ghazali dan
Chariri, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Jo dan Harjoto (2011, 2012)
menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih besar, lebih tua, dengan
39
kinerja keuangan lebih baik, dan memiliki struktur kepemilikan yang
lebih tersebar cenderung lebih melakukan pertanggungjawaban sosial.
Hasil penelitian sebelumnya, Ainy dan Zuni (2016) juga menunjukan
hubungan positif antara konsentrasi kepemilikan terhadap
pertanggungjawaban lingungan. Dari penjelasan di atas hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.
H4 : Struktur kepemilikan berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pertanggungjawaban
Lingkungan
Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan serta dianggap dapat
mengukur kapasitas pendapatan perusahaan juga sebagai indikator untuk
pertumbuhan, keberhasilan, dan pengendalian (Kabajeh et al., 2012). Hal
ini berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
(Rindawati dan Nur, 2015)
Profitabilitas ini sebagai salah satu varibel yang mempengaruhi
dari aktivitas pengungkapan sukarela, dengan asumsi semakin tinggi laba
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan maka perusahaan tersebut
dikatakan telah berkinerja bagus, produk yang dijual dipercaya oleh
masyarakat, sehingga perusahaan akan berupaya meningkatkan nilai
pengungkapan sukarela (Rindawati dan Nur, 2015). Alasan lainnya yaitu
40
perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi, maka manajemen
akan menunjukan kesuksesan kinerja yang dilakukannya. Hal itu
dikarena profit yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan dan
membuat manajer termotivasi untuk mengungkapkan informasi lebih
banyak salah satunya informasi terkait lingkungan (Aulia dan Linda,
2015).
Penelitian yang dilakukan olehnya menyatakan bahwa
profitabilitas perusahaan memiliki hubungan yang signifikan artinya
semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi pula
disclosure perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban entitas. Dari
penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut.
H5 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan.
6. Pengaruh Likuiditas Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut mampu untuk membayar kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Kondisi ini
mencerminkan keuangan perusahaan dalam keadaan baik untuk dapat
meyakinkan stakeholders dengan bentuk pertanggungjawaban
lingkungan dalam laporan keuangan. Apabila likuiditas perusahaan
dianggap kurang maka akan berpengaruh terhadap pihak pemegang
saham perusahaan dan pihak kreditor. Kondisi ini dapat meramalkan
41
kerugian investasi modal dan penundaan pembayaran pinjaman kepada
kreditor.
Menurut Sembiring (2012), perusahaan yang memiliki nilai rasio
likuiditas yang tinggi cenderung melakukan melakukan pengungkapan
informasi yang lebih luas karena perusahaan ini ingin menunjukkan
kepada pihak luar bahwa perusahaan itu kredibel. Serta akan memberikan
sinyal kepada perusahaan yang lain bahwa mereka lebih baik daripada
perusahaan lain dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan sosial. Sinyal tersebut dilakukan dengan cara memberikan
informasi yang lebih luas tentang tanggungjawab sosial dan lingkungan
yang mereka lakukan (Kamil dan Herusetya, 2012). Dengan demikian
terdapat dugaan bahwa likuiditas perusahaan memiliki pengaruh
terhadap pengungkapan aktivitas pertanggungjawaban lingkungan
perusahaan. Dari penjelasan di atas, hipotesis yang dapat diajukan
sebagai berikut.
H6 : Likuiditas berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungkan.
7. Pengaruh Leverage Terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Leverage mencerminkan tingkat ketergantungan perusahaan
terhadap para investor dan kreditor dalam membiayai asetnya. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi leverage artinya semakin besar porsi
pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh utang atau dapat dikatakan
bahwa sangat bergantung pada pinjaman luar, sehingga perusahaan
cenderung untuk meninggikan laba sekarang. Menurut Suhardjanto dan
42
Miranti (2009), penggunaan utang yang sangat besar oleh perusahaan
akan membuat perusahaan menyediakan informasi yang lebih banyak
untuk memenuhi tuntutan investor dan kreditor, sebab kreditor akan
selalu mengawasi dana yang dipinjamkannya kepada perusahaan.
Tujuannya adalah agar perusahaan dapat dengan mudah untuk
memperoleh pinjaman, sebab laba yang tinggi menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan yang kuat dan baik. Pelaporan laba yang tinggi,
juga diimbangi dengan pengurangan biaya, termasuk biaya untuk
pelaporan pertanggungjawaban lingkungan sehingga kinerja
keuangannya terlihat bagus.
Penelitian yang dilakukan Suharjanto dan Miranti (2009) juga
menjelaskan bahwa tingkat leverage yang tinggi maka akan semakin
besar kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian kredit. Sehingga,
perusahaan harus menyajikan laba yang lebih tinggi. Menurut Rindawati
dan Nur (2015), Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
berkewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dibanding
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Dengan demikian
terdapat dugaan bahwa leverage perusahaan memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan aktivitas pertanggungjawaban lingkungan perusahaan.
Dari penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H7 : Leverage berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variable independen,
yaitu tata kelola perusahaan dan karakteristik perusahaan terhadap variable
dependen, yaitu pertanggungjawaban lingkungan. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menerbitkan
laporan keuanngan dan laporan tanggungjawab sosial terkait lingkungan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2014 sampai dengan 2016.
Hal ini dengan mempertimbangkan bahwa jumlah perusahaan yang termasuk
dalam industri manufaktur lebih banyak dibandingkan dengan industri
lainnya yang terkait dengan isu lingkungan. Sehingga mampu mewakili
perusahaan-perusahaan dari industri lain yang terdaftar di BEI.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dari perusahaan sektor industri
manufaktur. Peneliti menggunakan metode purposive sampling dalam
memilih sampel, yaitu proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria atau
penilaian tertentu. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut:
1. Perusahaan di industri manufaktur yang terdaftar 3 tahun berturut-turut
di BEI selama tahun 2014 sampai dengan 2016;
2. Menyajikan laporan keuangannya menggunakan tahun buku yang
berakhir 31 Desember;
44
3. Menyajikan program lingkungan dalam pelaporan keuangan tahunan
perusahaan;
4. Menyajikan laporan keuangannya dalam satuan mata uang rupiah
selama periode penelitian dan tidak memiliki laba yang negatif
(mengalami kerugian);
5. Menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini secara lengkap
selama periode penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya,
melainkan melalui media perantara. Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu
penggunaan data yang diperoleh melalui sumber yang ada. Hal ini dilakukan
dengan cara melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang
diperlukan berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun berturut-turut mulai periode tahun
2014 sampai dengan 2016 sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisa
permasalahan yang diwujudkan dengan data yang dapat dijelaskan secara
kuantitatif menggunakan metode analisis data, uji asumsi klasik, statistik
45
deskriptif dan uji hipotesis. Adapun penjelasan mengenai metode analisis data
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini untuk menguji ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi berganda
yang digunakan. Pengujian yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji
multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji hipotesis, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi normal.
Model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal. Dalam mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis
grafik dan dengan menggunakan analisis statistik (Ghozali, 2016).
Penelitian ini menggunakan kedua analisis tersebut baik dengan
analisis grafik maupun analisis statistik.
Analisis data diawali dengan melihat tampilan grafik
histogram. Melalui grafik histogram peneliti dapat melihat apakah
data pengamatan memiliki pola distribusi yang mendekati
distribusi normal, yaitu pola lonceng yang tidak melenceng ke kiri
ataupun ke kanan. Metode lain yang dapat digunakan adalah
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
46
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Melalui grafik normal
probability plot, peneliti dapat melihat penyebaran titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal. Apabila menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukan pola disribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas, dan sebaliknya apabila data
menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2016).
Selain menggunakan analisi grafik, penelitian ini menyertakan
penggunaan analisis statistik. Dalam penelitian ini menggunakan
analisis statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S).
analisis statistik ini dilakukan untuk menghindari kesesatan secara
visual dalam membaca grafik. Uji K-S ini dilakukan dengan
membuat hipotesis sebagai berikut:
H0 = Data residual berdistribusi normal
HA = Data residual tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen.
47
Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari perhitungan nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Regresi menunjukan adanya
multikolonieritas adalah jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2016).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan penganggu pada t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2016).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Runs test dengan ketentuan
probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamaan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016).
48
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat
dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta, titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada penelitian ini, asumsi
heteroskedastistas akan diuji dengan grafik scatterplot antara nilai
prediksi variabel terkait, yaitu SRESID degan residualnya ZPRED.
2. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2016).
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda (Multiple Regression). Model regresi berganda yang digunakan
adalah sebagai berikut:
IER = α + α1AUD_COM+ α2IND_COM + α3AQ + α4OWN +
α5ROA + α6CR + α7DER + ℮
Keterangan:
IER = Skor Indonesian Environmental Reporting
α = Konstanta
α 1-6 = Koefisien Regresi
49
AUD_COM = Jumlah Komite Audit
IND_COM = Anggota Dewan Komisaris Independen
AQ = Kualitas Audit
OWN = Struktur Kepemilikan
ROA = Profitabilitas
CR = Likuiditas
DER = Leverage
℮ = Koefisien error
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variable independen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Terdapat kelemahan dalam penggunaan koefisien determinasi
(R2) yaitu bias terhadap jumlah variable independen yang
dimasukan kedalam model. Jadi, setiap tambahan satu variabel
independen, maka koeffisien determinasi (R2) akan meningkat
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Oleh Karena itu, dalam penelitian ini
50
menggunakan nilai Adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi.
Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2016).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi
sebesar 0.05 (Ghozali, 2016). Kriteria penerimaan atau penolakan
hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi.
1) Bila nilai signifikansi < 0.05, maka hipotesis diterima. Hal
tersebut berarti model regresi dapat digunakan untuk
memperdiksi variabel independen.
2) Apabila nilai signifikansi > 0.05, maka hipotesis ditolak. Hal
tersebut berarti model regresi tidak dapat digunkana untuk
memprediksi variabel dependen.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
pengaruh variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016). Dengan
tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai
berikut:
51
1) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima, artinya
tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Bagian ini akan menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan dan pengukuran dari variabel yang digunakan penelitian. Adapun
operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya
negatif (Uma Sekaran, 2015). Variabel independen dalam penelitian ini
terdiri dari:
a. Jumlah Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 Pembentukan komite audit dalam suatu entitas
atau perusahaan publik wajib untuk dilakukan. Anggota komite
audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris dan komite
audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal
dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau
perusahaan publik dan diketuai oleh komisaris independen.
52
Pengukuran komite audit pada penelitian ini menggunakan jumlah
komite audit yang ada diperusahaan (Ariningtika dan Endang,
2013).
b. Anggota Dewan Komisaris Independen
Keberadaan dewan komisaris independen sangatlah penting
bagi kelangsungan perusahaan semakin besar proporsi dewan
komisaris independen yang dimiliki perusahaan diharapkan kinerja
dewan komisaris mampu melakukan pengawasan semakin objektif
dan mampu melindungi kepentingan perusahaan dalam hal ini
mendorong peningkatan pengungkapan lingkungan perusahaan
(Ariningtika dan Endang, 2013).
Dalam penelitian ini anggota dewan komisaris independen
diukur dengan persentase jumlah anggota dewan komisaris
independen dari seluruh anggota dewan komisaris dengan
membagi jumlah anggota dewan komisaris independen dengan
jumlah total dewan komisaris di perusahaan tersebut (Ariningtika
dan Endang 2013, Pratama dan Raharja, 2013, Winarsih dan
Badingatus, 2016).
IND_COM = Jumlah Dewan Komisaris Independen
Jumlah Dewan Komisaris
c. Kualitas Audit
Untuk mengukur kualitas audit digunakan ukuran Kantor
Akuntan Publik (KAP). Salah satu elemen penting dari good
corporate governance adalah kualitas laporan keuangan yang baik.
53
Penelitian ini menggunakan auditor KAP the Big Four atau non the
Big Four sebagai proksi untuk mengukur kualitas audit karena
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor KAP the Big
Four berhubungan dengan kualitas audit yang lebih tinggi
(Kanagaretnam et al., 2016). Sehingga, varibel dummy digunakan,
yang mana bernilai 1 jika menggunakan jasa auditor KAP the Big
Four dan bernilai 0 jika tidak menggunakan jasa auditor KAP the
Big Four (Mardiatnolo et al., 2017).
d. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dalam penelitian ini menggunakan
kepemilikan publik yaitu jumlah saham yang dimiliki pihak
eksternal perusahaan baik individu maupun lembaga terhadap
saham yang ada di perusahaan di Indonesia. Besarnya saham
diukur dari persentase rasio dari jumlah kepemilikan saham yang
dimiliki oleh publik terhadap total saham yang beredar.
Kepemilikan saham oleh publik menggambarkan tingkat
kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik. Variabel ini
ditunjukkan dengan persentase saham yang dimiliki oleh publik
yang diukur dengan jumlah saham beredar (Rindawati dan Nur,
2015), dengan cara sebagai berikut:
OWN = Jumlah saham yang dimiliki masyarakat
Jumlah saham yang beredar
54
e. Profitabilitas
Salah satu rasio yang sering digunakan dalam mengukur
profitabilitas ialah return on assets (ROA), yang mana pengukuran
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk memperoleh
keuntungan. Rasio merupakan skala yang akan digunakan untuk
pengukuran profitabilitas perusahaan. Profitabilitas dalam
penelitian ini akan diukur dengan cara membandingkan laba bersih
dengan total aset yang dimiliki perusahaan (Kabajeh et al., 2012;
Rindawati dan Nur, 2015; Paramitha dan Endang, 2014) yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = Laba Bersih
Total Aset
f. Likuiditas
Terdapat dua rasio yang sering digunakan untuk melihat
tingkat likuiditas suatu perusahaan yaitu rasio lancar (current ratio)
dan rasio cepat (quick ratio). Penelitian ini menggunakan rasio
lancar (current ratio) yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek dengan
menggunakan aktiva lancar (Sembiring, 2012). Secara luas rasio
lancar (current ratio) menunjukan bahwa makin tinggi jumlah
(kelipatan) asset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar
keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar. Dengan
55
demikian rasio likuiditas diukur dengan menggunakan current
ratio (Rokhman, 2017).
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Aset Lancar
Kewajiban Lancar
g. Leverage
Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan
perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan
operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat
resiko keuangan (Rindawati dan Nur, 2015). Terdapat dua rasio
yang sering digunakan rasio utang terhadap total aset (debt to total
asset ratio) dan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio).
Adapun pengukurannya rasio leverage dalam penelitian ini dengan
debt to equity ratio:
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Total Utang
Total Ekuitas
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variable yang menjadi perhatian utama
dalam penelitian (Uma Sekaran, 2015). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pertanggungjawaban lingkungan (environmental
disclosure). Peneliti melakukan analisis konten terkait dengan ada
tidaknya informasi pertanggungjawaban lingkungan dalam annual
report. Pengukuran variabel dependen ini dengan menggunakan bobot
skor. Bobot skor yang digunakan adalah menggunakan Indonesian
Environmental Reporting Index (IER) yang merupakan hasil penelitian
56
dari Suhardjanto et al. (2007). Pengukuran variabel dependen ini
menggunakan index IER dikarenakan dianggap dapat mencerminkan
untuk kondisi isu lingkungan di Indonesia.
Skor IER = Bobot Skor Item (0 – 34,98)
Definisi operasional variabel di atas dapat diringkas pada tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pengukuran Operasionalisasi Variabel
No Variabel Indikator Skala
1. Jumlah Komite
Audit
(Ariningtika dan
Badingatus, 2013)
AUD_COM
= Jumlah anggota komite audit Rasio
2. Dewan Komisaris
Independen
(Pratama dan
Raharja, 2013)
IND_COM
= ∑ anggota dewan komisaris
independen / ∑ dewan komisaris Rasio
3. Kualitas Audit
(Mardiyatnolo et al.,
2016)
AQ
= Menggunakan variabel dummy
yang mana bernilai 1 jika
menggunakan jasa auditor KAP the
Big Four dan bernilai 0 jika tidak.
Nominal
4. Struktur
Kepemilikan
(Rindawati dan Nur,
2015)
𝑂𝑊𝑁 = saham yang dimiliki masyarakat
saham yang beredar Rasio
5. Profitabilitas
(Paramitha dan
Rohman, 2014) ROA =
Laba Bersih
Totsl Aset Rasio
6. Likuiditas
(Rokhman, 2017) Current Ratio =Aset Lancar
Kewajiban Lancar Rasio
Bersambung ke halaman berikutnya
57
No Variabel Indikator Skala
7. Leverage
(Rindawati dan Nur,
2015)
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
=Total Utang
Total Ekuitas
Rasio
8. Pertanggungjawaban
Lingkungan
(Paramitha dan
Rohman, 2014)
IER = Bobot Skor Item (0-34,98) Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Pemenilitian
Penelitian ini dilakukan dengan populasi perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 sampai dengan
tahun 2016. Total perusahaan manufaktur yang terdaftar berjumlah 140, namun
setelah dilakukan screening data dan menghapus beberapa perusahaan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka akhirnya jumlah peruahaan yang
menjadi sampel adalah 75 perusahaan.
Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling, karena penentuan sampel didasari dengan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan tersaji dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Seleksi Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdafatar di BEI dari
tahun 2014-2016.
140
2 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan secara lengkap.
(26)
3 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan
laporan tanggung jawab sosial terkait lingkungan didalam annual report tahun 2014-2016.
(38)
4 Perusahaan yang tidak mempunyai kelengkapan data terkait variabel struktur kepemilikan saham dan memiliki
laba yang negatif.
(18)
5 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah. (18)
Jumlah sampel penelitian terpilih 40
Jumlah sampel selama periode pengamatan (3 Tahun) 120
Bersambung kehalaman berikutnya
59
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel Penelitian
No. Kriteria jumlah
Jumlah sampel yang teridentifikasi sebagai outlier (45)
Jumlah sampel total selama periode penelitian 75
Berdasarkan hasil seleksi sampel dalam tabel 4.1 diatas, dapat dilihat
bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 perusahaan
sehingga jumlah sampel total dengan periode penelitian 3 tahun dengan
mengurangi 45 data outlier, maka sampel yang digunakan dalam penelitian
berjumlah 75 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014- 2016. Sampel tersebut dipilih karena telah memenuhi
semua kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian. Data
nama-nama perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian ini terlampir
dalam lampiran.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi terlebih dahulu melakukan uji
asumsi klasik yang bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan
memenuhi asumsi klasik atau data tersebut layak untuk digunakan dalam
penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji multikoloniearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas.
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggung (residual) memiliki distribusi normal
60
atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Dalam mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis
statistik (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan grafik histogram, grafik normal probability plot
(p-plot), dan uji Kolmogorov Simrnov (K-S).
Uji grafik histogram dilakukan dengan melihat penyebaran data,
Bentuk histogram seperti bentuk lonceng (bell shaped curve)
mengindikasikan bahwa data terdistribusi normal. Uji normalitas dengan
menggunakan grafik histogram dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik histogram pada Gambar 4.1 terlihat bahwa data
terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak melenceng ke
61
kanan atau ke kiri, maka dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Sedangkan uji normalitas dengan grafik normal p-plot dilihat dari
penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal. Apabila titik- titik
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
mengindikasikan bahwa data terdistribusi normal, dan sebaliknya. Hasil
uji normalitas dengan grafik normal p-plot dapat dilihat pada gambar 4.2
berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Normlitas Grafik Normal P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik normal P-Plot pada Gambar 4.2 terlihat titik -
titik menyebar di sekitar garis diagonal hal ini menunjukkan pola
distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
62
Untuk lebih meningkatkan hasil uji normalitas data, maka peneliti
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K-S). Apabila hasil uji
Kolmogorov Smirnov (K-S) menunjukkan asyump. Sig > 0,05, maka data
tersebut terdistribusi normal dan sebaliknya, apabila nilai asyump. Sig <
0,05, maka data tersebut terdistribusi tidak normal. Hasil uji dari
Kolmogorov Smirnov (K-S) dapat dilihat dari tabel 4.2 dan tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov dengan 120 sampel
Salah satu cara agar data penelitian ini menjadi normal adalah
dengan melakukan screening data untuk mendeteksi apakah data dari
masing-masing variabel penelitian memiliki data ekstrim (outlier) yang
berpotensi menggangu hasil analisis. Screening data penelitian ini
menggunakan menggunakan Zscore dan menghapus data ekstrim yang
tertera di Zscore.
63
Hasil screening data menunjukan bahwa terdapat sampel data yang
ekstrim sebanyak 45 sampel, sehingga harus dikeluarkan dari sampel.
Jumlah akhir sampel yang diobservasi adalah 75 sampel.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasrkan hasil uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S) pada tabel
4.3 besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,089. Nilai tersebut
signifikansi yaitu 0,089 yang berada di atas 0,05. Hasil tersebut
menunjukan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Hal ini
konsisten dengan hasil uji grafik histogram dan grafik normal P-Plot.
2. Hasil Uji Multikoloniearitas
Pengujian multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Multikoloniearitas dapat dihitung dengan nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Regresi menunjukan
64
adanya multikoloniearitas adalah jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10
atau sama dengan nilai VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2016). Hasil uji
Multikoloniearitas dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikoloniearitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasrkan hasil uji multikoloniearitas pada tabel 4.4 kolom
tolerance menunjukan tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance
kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel
independen. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan tidak adanya satu variabel independen yang memiliki nilai
VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikoloniearitas antara variabel independen dalam model regresi pada
penelitian ini.
3. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
65
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terdapat problem autokorelasi. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2016). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan uji
Runs test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05.
Hasil dari uji Runs test dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi Runs Test
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji RunsTest pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,081 lebih besar dari 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi
pada penelitian ini.
4. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
dengan pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas dan
jika berbeda disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2016). Deteksi ada atau
66
tidaknya heterokedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot. Tidak
terjadi heterokedastisitas yaitu apabila tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil
uji heterokedastisitas grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut:
Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas Grafik Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasrkan gambar 4.3 di atas terlihat bahwa tidak ada pola yang
jelas serta titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini menunjukan bahwa data dalam penelitian ini tidak
terjadi heterokedastisitas.
2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode pengumpulan dan
pengelompokan semua data yang digunakan dalam penelitian untuk
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rata-rata dari
67
sampel. Dibawah ini disajikan tabel 4.2 yang merupakan analisis deskriptif
untuk variabel yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.5
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Data sekunder yang diolah
a. Variabel Independen
1) Jumlah Komite Audit
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat dilihat variabel jumlah
komite audit (AUD_COM) diperoleh nilai mean atau nilai rata-rata
sebesar 3,1467, standar deviasi sebesar 0, 45599, nilai minimum
sebesar 3 dan nilai maksimum sebesar 5. Nilai AUD_COM
minimum sebesar 3 diperoleh dari hampir semua perusahaan yang
dijadikan sampel. Nilai AUD_COM maksimum sebesar 5
diperoleh perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada
tahun 2014-2016.
2) Anggota Dewan Komisaris Independen
Dari hasil statsitik deskriptif variabel anggota dewan
komisaris independen (IND_COM) diperoleh nilai mean atau nilai
68
rata-rata IND_COM sebesar 0,3861, standar deviasi sebesar
0,06857, nilai minimum sebesar 0.33 dan nilai maksimum sebesar
0,50. Nilai IND_COM minimum sebesar 0,33 dari tahun 2014-
2016 diperoleh sepuluh perusahaan Akasha Wira International
Tbk, Budi Acid Jaya Tbk, Duta Pertiwi Nusantara, Indospring Tbk,
Kabelindo Murni Tbk, Lion Metal Works Tbk, Lionmesh Prima
Tbk, Ricky Putra Globalindo Tbk, Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk, dan Wijaya Karya Beton Tbk. Nilai
IND_COM maksimum sebesar 0,50 diperoleh perusahaan Chitose
Internasional Tbk, Gudang Garam Tbk dan Indal Aluminium
Industry Tbk dari tahun 2014-2016.
3) Kualitas Audit
Dari hasil statistik variabel independen kualitas audit (AQ)
menunjukan nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 0,2800, standar
deviasi, sebesar 0,45202 dengan nilai minimum sebesar 0,00 dan
nilai maksimum 1,00. Nilai AQ minimum 0,00 diperoleh hampir
sebagian besar perusahaan sampel. Nilai maksimum 1,00 diperoleh
tujuh perusahaan pada tahun 2014- 2016 yaitu, Astra International
Tbk, Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk, Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Kalbe Farma
Tbk, Mandom Indonesia Tbk dan Surya Toto Indonesia Tbk.
69
4) Struktur Kepemilikan
Variabel struktur kepemilikan (OWN) diproksikan dengan
persentase kepemilikan saham masyarakat pada perusahaan
sampel. Hasil uji deskriptif menunjukan nilai minimum 0,02 yang
berarti dari 75 perusahaan, saham masyarakat terkecil yaitu saham
perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk sebesar 0,02 pada
tahun 2014.
Nilai maksimum yaitu sebesar 0,52 dimiliki perusahaan Ricky
Putra Globalindo Tbk pada tahun 2014-2016 merupakan
kepemilikan saham masyarakat terbesar dibanding sampel
perusahaan lain. Standar deviasi sebesar 0,15589 dan dengan nilai
mean atau nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 0,2691
5) Profitabilitas
Berdasarkan hasil statistik variabel independen profitabilitas
(ROA) menunjukan nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 0,0819,
standar deviasi sebesar 0,06857 dengan nilai minimum sebesar
0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,36. Nilai minimum atau nilai
terendah diperoleh perusahaan Indospring Tbk pada tahun 2015.
Nilai maksimum diperoleh perusahaan Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk pada tahun 2014.
6) Likuiditas
Tabel 4.2 memperlihatkan hasil statistik variabel likuiditas
(CR) nilai mean atau nilai rata-rata perusahaan sampel sebesar
70
3,0343, standar deviasi sebesar 2,65360, nilai minimum sebesar
1,00 dan nilai maksimum sebesar 15,17. Nilai minimum atau nilai
terendah diperoleh dari dua perusahaan, yaitu Budi Acid Jaya Tbk
dan Indal Aluminium Industry Tbk masing-masing pada tahun
2015 dan 2016. Nilai maksimum diperoleh perusahaan Duta
Pertiwi Nusantara pada tahun 2016.
7) Leverage
Dari hasil statistik variabel independen leverage (DER)
menunjukan nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 0,8899, standar
deviasi sebesar 1,00954, nilai minimum sebesar 0,12 dan nilai
maksimum sebesar 6,34. Nilai minimum atau nilai terendah
sebesar 0,12 diperoleh dari perusahaan Duta Pertiwi Nusantara
pada tahun 2014 dan nilai minimum sebesar 6,34 diperoleh dari
perusahaan Indal Aluminium Industry Tbk pada tahun 2014.
b. Variabel Dependen
1) Pertanggungjawaban Lingkungan
Variabel dependen pertanggungjawaban lingkungan (IER)
mempunyai nilai minimum sebesar 1,94 dan nilai maksimum
sebesar 13,77. Nilai minimum atau nilai terendah diperoleh dari
perusahaan Indo Acitama Tbk pada tahun 2016 sedangkan nilai
maksimum sebesar 13,77 diperoleh perusahaan Kalbe Farma Tbk
pada tahun 2014. Nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 4,3984 dan
standar deviasi sebesar 2,43506, hal ini menunjukan bahwa rata-rata
71
perusahaan manufaktur di Indonesia cendrung belum
mengungkapkan terkait lingkungan sebagai bentuk
pertanggungjawaban lingkungan yang memadai berdasarkan skor
IER (Indeks Environmental Reporting) dengan skor IER yang
beragam.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui gambaran dari hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini,
pengujian hipotesis dilakukan dengan uji koefisien determinasi (uji statitik
R2), uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji signifikansi parameter
individual (uji statistik T).
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi (Adjusted R2) dilakukan dalam penelitian
ini bertujuan mengukur sejauh mana kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen. Adapun variabel independen
yang dimaksud dalam penelitian menggunakan analisis regresi berganda
ini adalah variabel jumlah komite audit (AUD_COM), Anggota dewan
komisaris independen (IND_COM), kualitas audit (AQ), struktur
kepemilikan (OWN), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan
Leverage (IER) dalam menjelaskan variabel pertanggungjawaban
lingkungan (IER). Hasil dari uji koefisien determinasi (Adjusted R2)
disajikan dalam tabel 4.6 berikut:
72
Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji koefisien determinansi tabel 4.6 menunjukan
besarnya Adusted R Square adalah 0,269. Hal ini menandakan bahwa
variabel jumlah komite audit (AUD_COM), Anggota dewan komisaris
independen (IND_COM), kualitas audit (AQ), struktur kepemilikan
(OWN), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Leverage (DER)
hanya mampu menjelaskan sebesar 26,9% variasi dari variabel
pertanggungjawaban lingkungan (IER). Sedangkan sisanya sebesar
73,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya diluar model penelitian,
seperti ukuran perusahaan, umur perusahaan, liputan media, kepekaan
industri, kepemilikan manajerial gender, dan multiple directorship.
b. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikansi simultan (uji statistik F) dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua variabel independen, yaitu jumlah
komite audit (AUD_COM), Anggota dewan komisaris independen
(IND_COM), kualitas audit (AQ), struktur kepemilikan (OWN),
Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Leverage (DER) yang
terdapat pada model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen, yaitu pertanggungjawaban lingkungan
73
(IER). Hasil dari uji signifikansi simultan dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasrkan tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai F hitung sebesar 4,893
dengan tingkat signifkansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000.
Maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
pertanggungjawaban lingkungan (IER) atau dengan kata lain variabel
jumlah komite audit (AUD_COM), Anggota dewan komisaris
independen (IND_COM), kualitas audit (AQ), struktur kepemilikan
(OWN), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Leverage (DER)
secara bersama-sama mampu membuktikan adanya pengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan (IER).
c. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Uji signifikansi parameter individual (uji statistic T) dapat
menunjukan seberapa jauh satu variabel independen, yaitu jumlah komite
audit (AUD_COM), Anggota dewan komisaris independen
(IND_COM), kualitas audit (AQ), struktur kepemilikan (OWN),
74
Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Leverage (DER) secara
individu mampu mempengaruhi variabel dependen, yaitu
pertanggungjawaban lingkugan (IER). Hasil uji signifikansi parameter
individual dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statitistik T pada tabel 4.8 maka diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
IER = 9,812 – 1,798 AUD_COM – 2,079 IND_COM + 3,837 AQ + 1,684
OWN – 5,135 ROA + 0,027 CR – 0,159 DER + ԑ
Dari persamaan regresi diatas, diketahui konstanta sebesar 9,812
manyatakan bahwa apabila variabel independen terdiri dari jumlah
komite audit (AUD_COM), anggota dewan komisaris independen
(IND_COM), kualitas audit (AQ), struktur kepemilikan (OWN),
Profitabilitas (ROA), likuiditas (CR) dan leverage (DER) tidak ada, maka
akan terjadi peningkatan skor pertanggungjawaban lingkungan (IER)
sebesar 9,812. Koefisien regresi variabel jumlah komite audit sebesar -
1,798, menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan jumlah
75
komite audit maka akan menurunkan skor variabel pertanggungjawaban
lingkungan sebesar 1,798. Koefisien regresi variabel anggota dewan
komisaris independen sebesar -2,079, menunjukan bahwa setiap adanya
perubahan 1 satuan anggota dewan komisaris independen akan
menurunkan skor variabel pertanggungjawaban lingkungan sebesar
2,079. Koefisien regresi variabel kualitas audit sebesar 3,837, struktur
kepemilikan sebesar 1,684 menunjukan bahwa setiap adanya perubahan
1 satuan kualitas audit dan struktur kepemilikan akan meningkatkan skor
variabel pertanggungjawaban lingkungan sebesar 2,079 dan 1,684.
Koefisien regresi variabel profitabilitas sebesar -5,135 dan leverage
sebesar -0,159, menunjukan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan
profitabilitas dan leverage akan menurunkan skor variabel
pertanggungjawaban lingkungan sebesar -5,135 dan -0,159. Koefisien
regresi variabel likuiditas sebesar 0,027, menunjukan bahwa setiap
adanya perubahan 1 satuan likuiditas akan meningktakan skor variabel
pertanggungjawaban lingkungan sebesar 0,027.
Dari ketujuh variabel independen yang dimasukkan kedalam model
regresi, lima variabel yaitu anggota dewan komisaris (IND_COM),
Struktur Kepemilikan (OWN), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR) dan
Leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan yang diukur dengan Indeks Environmental Reporting (IER).
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikasni untuk IND_COM sebesar
0,598, OWN sebesar 0,316, ROA sebesar 0,292, CR sebesar 0,795 dan
76
DER sebesar 0,583 yang memiliki nilai signifikansinya melebihi 0,05.
Sedangkan variabel jumlah komite audit (AUD_COM) dan kualitas audit
(AQ) berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan karena
memiliki nilai signifikansi berada di bawa 0,05 yaitu AUD_COM sebesar
0,006 dan AQ sebesar 0,000. Jadi dari ketujuh variabel model regresi
pada penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu AUD_COM
dan AQ yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu pertanggungjawaban lingkungan (IER).
C. Pembahasan
1. Pengaruh Jumlah Komite Audit tehadap Pertanggung Jawaban Lingkungan
Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa jumlah komite
audit berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan. Hasil analisis
regresi menunjukan variabel AUD_COM memiliki koefisien regresi sebesar
-0,337 dengan tingkat signifikansi yang lebih rendah dari 0,05 yaitu sebesar
0,006. Hasil tersebut menunjukan bahwa jumlah komite audit berpengaruh
terhadap pertanggungjawaban lingkungan (H1 diterima).
Hasil ini konsisten dengan penelitian Ariningtika dan Endang (2013),
jumlah komite audit sangat penting bagi pengawasan dan pengendalian
perusahaan sehingga dengan adanya komite audit pada suatu perusahaan
maka akan menambah efektifitas pengawasan termasuk praktik
pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. Karena semakin besarnya
jumlah komite audit akan meningkatkan fungsi pengawasan pada komite
audit terhadap pihak manajemen perusahaan serta dapat meningkatkan
77
kontrol internal termasuk mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan
pertanggungjawaban lingkungan.
2. Pengaruh Anggota Dewan Komisaris Independen terhadap
Pertanggungjawaban Lingkungan
Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa anggota dewan
komisaris independen berpengaruh terhadap pertanggungjawaban
lingkungan. Hasil analisis regresi menunjukan variabel IND-COM memiliki
koefisien regresi sebesar -0,059 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,598.
Hasil tersebut menunjukan bahwa anggota dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan (H2 ditolak).
Hasil ini konsisten dengan penelitian Ariningtika dan Endang (2013),
Pratama dan Raharja (2013) dan Winarsih dan Badingatus (2016). Hal ini
terjadi karena dewan komisaris independen tidak dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan mengenai pengungkapan lingkungan perusahaan
dikarenakan mereka tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan
aktivitas atau operasi sehari-hari perusahaan. Serta keberadaan komisaris
independen hanya mematuhi peraturan OJK, Peraturan tersebut menyiratkan
bahwa persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari
seluruh anggota dewan komisaris. Dapat dilihat dalam hasil statistik
deskriptif nilai rata-rata proporsi anggota dewan komisaris sebesar 38,6%.
Walaupun diatas standar minimal OJK, tetapi proporsi ini belum dapat
dikatakan ideal. Peran penting dari Komisaris Independen, sebaiknya
78
menjadikan proporsi diatas 50%. Hal ini akan menunjukan proporsi ideal
dalam dewan komisaris.
3. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa kualitas audit
berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan. Hasil analisis regresi
menunjukan variabel AQ memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,712
dengan tingkat signifikansi yang lebih rendah dari 0,05 yaitu sebesar 0,000.
Hasil tersebut menunjukan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan (H3 diterima).
Hasil ini konsisten dengan penelitian Ainy dan Zuni (2016) dan
Mardiyatnolo et al. (2016). Kualitas audit menunjukan keandalan dan
transparansi informasi keuangan perusahaan sebagai bentuk
pertanggungjawaban perusahaan. Kantor akuntan besar menyediakan
kualitas laporan keuangan yang lebih tinggi daripada akuntan biasa, sehingga
investor secara umum cenderung lebih bereaksi positif apabila laporan
keuangan yang dipublikasikan diaudit oleh kantor akuntan publik besar/KAP
Big Four. Dapat dilihat dalam laporan pertanggungjawaban lingkungan (IER)
yang menunjukan nilai maksimum ada pada perusahaan yang
mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four.
4. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa struktur
kepemilikan berperngaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan. Hasil
analisis regresi menunjukan variabel OWN memiliki nilai koefisien regresi
79
sebesar 0,108 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,316. Hasil tersebut
menunjukan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
pertanggungjawaban lingkungan (H4 ditolak).
Hasil ini konsisten dengan penelitian Rindawati dan Nur (2015), besar
kecilnya tingkat kepemilikan publik yang dimiliki oleh perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap indeks pengungkapan tanggungjawab sosial dan
lingkungan perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena persentase kepemilikan
publik pada perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki
tingkat persentase rata-rata 26%, sehingga publik tidak berpengaruh besar
pada nilai pengungkapan tanggung jawaban sosial dan lingkungan,
dikarenakan dengan kepemilikan saham yang kecil, publik tidak memiliki
otoritas penuh dalam mempengaruhi nilai pengungkapan tanggungjawab
sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan.
5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Hipotesis kelima yang diajukan menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan. Hasil analisis regresi
menunjukan variabel ROA memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,145
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,292. Hasil tersebut menunjukan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan
(H5 ditolak).
Hasil ini konsisten dengan penelitian Paramitha dan Rohman (2014)
dan Suaryana dan Febriana (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi
80
lingkungan dan hal ini sejalan dengan teori legitimasi dimana teori ini
mendukung tingkat profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan lingkungan. Beranggapan bahwa dengan tingginya tingkat
profitabilitas terhadap perusahaan tertentu maka, perusahaan tidak perlu lagi
untuk melakukan pengungkapan informasi sebab, para pemegang saham
tentu akan melegitimasi perusahaan dan beranggapan perusahaan baik untuk
dijadikan investasi dan semakin tinggi tingkat profitabilitas maka tidak akan
memperluas kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Namun penelitian ini tidak konsisten dengan Aulia dan Linda (2015) dan
Rindawati dan Nur (2015), perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih
banyak ketika kemampuan menghasilkan labanya di atas rata-rata industri.
Salah satu informasi yang akan diungkap oleh perusahaan adalah informasi
lingkungan.
6. Pengaruh Likuiditas terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Hipotesis keenam yang diajukan menyatakan bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan. Hasil analisis regresi
menunjukan variabel CR memiliki nilai 0,029 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,795. Hasil tersebut menunjukan bahwa likuiditas tidak berpengaruh
terhadap pertanggungjawaban lingkungan (H6 ditolak).
Hal ini konsisten dengan penelitian Kamil (2012) yang tidak
menemukan bukti bahwa likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggungjawab sosial dan lingkungan. Alasannya yang mendasari hasil
pengujian ini adalah kurangnya perhatian dari stakeholders yang
81
berkepentingan mengenai informasi keuangan, kurang memperhitungkan
kualitas likuiditas perusahaan maka pada akhirnya tidak banyak
memengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan. Namun penelitian ini tidak konsisten dengan Rokhman (2017),
yang menunjukkan perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar yang
semakin besar maka semakin tinggi pula perusahaan akan menutupi
kewajiban jangka pendeknya yang berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggungjawab sosial dan lingkungan.
7. Pengaruh Leverage terhadap Pertanggungjawaban Lingkungan
Hipotesis ketujuh yang diajukan menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap pertanggungjawaban lingkungan. Hasil analisis regresi
menunjukan variabel DER memiliki nilai -0,066 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,583. Hasil tersebut menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap pertanggungjawaban lingkungan (H7 ditolak).
Hasil penelitian ini konsisten dengan Aulia dan Linda (2015) dan
Rindawati dan Nur (2015). Leverage tidak mempengaruhi perusahaan dalam
melakukan pengungkapan informasi lingkungan. Besar kecilnya leverage
tidak serta merta mempengaruhi kebijakan pengungkapan informasi
lingkungan perusahaan. Hasil tersebut menunjukan manajemen dalam
membuat environmental disclosure tidak semata-mata dipengaruhi oleh
stakeholder yang berpengaruh terhadap perusahaan. Tingkat hutang
perusahaan terhadap ekuitas yang dimiliki tidak mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab soisal dan lingkungan pada perusahaan,
82
walaupun leverage ini berhubungan dengan pihak ketiga namun tidak
mempengaruhi perusahaan dalam mengungkap lebih luas aktivitas yang
berhubungan dengan tanggungjawab sosial dan lingkungan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan pengujian
hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap
pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. Penelitian ini konsisten
dengan penelitian Ariningtika dan Endang (2013).
2. Anggota dewan komiaris independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian Ariningtika dan Endang (2013), Pratama dan
Raharja (2013) dan Winarsih dan Badingatus (2016).
3. Kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban
lingkungan perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Ainy
dan Zuni (2016) dan Mardiyatnolo et al. (2016).
4. Struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. Penelitian ini konsisten
dengan penelitian Rindawati dan Nur (2015).
5. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban
lingkungan perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian
Paramitha dan Rohman (2014) dan Suaryana dan Febriana (2012).
84
Sementara tidak konsisten dengan penelitian Aulia dan Linda (2015) dan
Rindawati dan Nur (2015).
6. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban
lingkungan perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Kamil
dan Haerusetya (2012) dan tidak konsisten dengan penelitian Rokhman
(2017).
7. Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban
lingkungan perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian
Rindawati dan Nur (2015) dan Aulia dan Linda (2015).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada bidang pengembangan ilmu akutansi, khususnya pada bidang
lingkungan. Selain itu diharapkan apat memberikan informasi tambahan
mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat memperngaruhi
pertanggungjawaban lingkungan perusahaan.
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan yang
berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di BEI. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan
menambah jumlah data dengan memperluas populasi pada sektor yang
lebih memiliki dampak pada lingkungan seperti sektor pertambangan
ataupun real estate.
85
2. Peneliti selanjutnya dapat menambah ataupun mengganti variabel lain
yang belum dimasukan dalam penelitian ini yang memiliki pengaruh
terhadap pertanggungjawaban lingkungan, seperti ukuran perusahaan,
umur perusahaan, liputan media, kepekaan industri, kepemilikan
manajerial, gender, dan multiple directorship.
3. Peneliti selanjutnya dapat memperluas wilayah penelitian selain di
Indonesia. Mengingat kesamaan dan kemiripan kondisi sosial dan
lingkungan di Asia.
86
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.15, No.1, 2013.
Ahmad, N.N.N, dan Maliah Sulaiman. “Environmental Disclosure in Malaysian
Annual Reports: A Legitimacy Theory Perspective”. International Journal Of
Commerce And Management. Vol.14, No. 1, 2004.
Ainy, Rintan, dan Zuni Barokah. “Tata Kelola Perusahaan, Pertanggungjawaban
Lingkungan, Dan Kinerja Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi
XIX. Lampung. 2016.
Aisyah, Muniaty. “Pemanasan Globab (Global Warming) Dan Akuntansi
Lingkungan”. Jurnal Etikonomi. Vol.12, No.1, 2013.
Antara, Reuters. “Indonesia Beri Sanksi 4 Perusahaan Terkait Kabut Asap”.
Diakses pada 05 Januari 2018 dari
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-mulai-upaya-hukum-terhadap-
perusahaan-terkait-polusi-asap/2973674.html. 2015.
Ariningtika, Pradesta dan Endang Kiswara. “Pengaruh Praktik Tata Kelola Yang
Baik Terhadap Pengungkapan Lingkungan Perusahaan”. Diponegoro
Journal of Accounting. Vol. 2, No. 2, 2013.
Aulia, Febri Zaini dan Linda Agustina.”Pengaruh Karakteristik Perusahaan,
Kinerja Lingkungan dan Liputan Media Terhadap Environmental
Disclosure”. Accounting Analysis Journal. Vol.4, No.3, 2015.
Deegan, Craig. “Environmental Disclosure and Share Price- A Discussion about
Efforts to Study This Relationship”. Accounting Forum. Vol.28. 87-97. 2004.
Ghozali, Imam, dan Anis Chariri. Teori Akuntansi. Edisi Ketiga. Badan Penerbit
UNDIP. 2007.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Edisi
delapan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2016.
Godfrey, Janyne, Allan H, Ann T, and Jane Hamilton. Accounting Theory. Edisi
Ketujuh. John Wiley & Sons Australia. 2010.
87
Jensen, Michael C, dan W, H, Meckling. “Theory of the Firm: Agency Costs and
Ownership Structure”. Journal of Finance Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-
360. 1976.
Jo, H., & Harjoto, M. a. “Corporate Governance and Firm Value: The Impact of
Corporate Social Responsibility”. Journal of Business Ethics, 103(3), 351–
383. 2011.
Jo, H., & Harjoto, M. a. The Causal Effect of Corporate Governance on Corporate
Social Responsibility. Journal of Business Ethics, 106(1), 53–72. 2012.
Kabajeh, Majed A.M, Said M.A. AL Nu’aimat, dan Firas N. Dahmash. “The
Relationship between the ROA, ROE and ROI Ratios with Jordanian
Insurance Public Companies Market Share Prices”. International Journal of
Humanities and Social Science. Vol.2, No.11, 2012.
Kamil, Ahmad dan Herusetya, Antonius. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan CSR”. Media Riset Akuntansi.
Vol.2, No.1, 2012.
Kanagaretnam, Kiridaran, Kiat B.J. Lee, Chee Y. Lim, dan Gerald J. Lobo.
“Relation between Auditor Quality and Tax Aggressiveness: Implications of
Cross-Country Institutional Differences”. Auditing: A Journal of Practice
and Theory, 35(4). 2016.
Kasim, Nawal, Nur Ain Binti Hashim, dan Syed A. Salman. “Conceptual
Relationship between Corporate Governance and Audit Quality in Shari’ah
Compliant Companies Listed on Bursa Malaysia”. Modern Applied Science.
Vol.10, No.7, 2016.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Pedoman Umum Good
Corporate Indonesia. Jakarta. 2010.
Mardiyatnolo, Aji. Amrizal, Julaeha, dan Eka Setyawati. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kualitas Audit dan Kinerja Keuangan Terhadap Corporate
Environmental Disclosure Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Sosial Dalam
Laporan Tahunan”. Seminar Nasional dan The 3rd Call for Syariah
Paper.2016.
Otoritas Jasa Keuangan. Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi Dan Dewan
Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik. 2014.
Otoritas Jasa Keuangan. Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan Dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. 2015.
88
Paramitha, Bunga W. & Rohman, Abdul. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Enviromental Disclosure”. Diponegoro Journal of Accounting,
vol.3, no.3, 2014.
Pratama, Agny Gallus dan Raharja. “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan”. Diponegoro
Journal of Accounting. Vol.4, No.3, 2013.
Pratama, Aulia B. dan Rosmiyah Dewi. “Hutan Terbakar: Izin Belasan
Perusahaan Dibekukan dan Dicabut”. Diakses pada 05 Januari 2018 dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20151029165529-12-88245/hutan-
terbakar-izin-belasan-perusahaan-dibekukan-dan-dicabut. 2015.
Purnomo, Ari. “Semburan Lumpur Panas Lapindo Brantas Inc: Potret
‘Kekalahan’ Negara Oleh Koporasi Global”. Diakses pada 05 Januari 2018
dari https://www.kompasiana.com/yohanesaripurnomo/semburan-lumpur-
panas-lapindo-brantas-inc-potret-kekalahan-negara-oleh-korporasi-global.
2012.
Ratya, Mega Putra. “Isu Rusak Lingkungan, Ini Penjelasan Ilmiah Penambangan
di Rembang”. Diakses pada 05 Januari 2018 dari
https://news.detik.com/berita/d-3446869/isu-rusak-lingkungan-ini-
penjelasan-ilmiah-penambangan-di-rembang. 2017.
Rindawati, Meita W. dan Nur Fadjrih A. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Leverage & Kepemilikan Publik Terhadap Pengungkapan
CSR”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 4, No. 6, 2015.
Rokhman, M. Taufiq N. “Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap
Corporate Social Responsibility”. Jurnal Ilmiah. Vol. 25, No.2, 2017.
Sekaran, Uma. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis”. Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Empat. 2015.
Sembiring, Hermansyah. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Mediasi. Vol.4,
No.1, 2012.
Suaryana, Agung dan Febriana. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. 2012.
89
Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi 10.
Salemba Empat. 2010.
Suflana, Tatan. “Sampoerna Agro Dijatuhi Denda Terbesar dalam Kasus
Kebakaran Hutan”. Diakses pada 05 Januari 2018 dari
https://www.voaindonesia.com/a/sampoerna-agro-dijatuhi-denda-terbesar-
dalam-kasus-kebakaran-hutan/3467014.html. 2016.
Suhardjanto, D., dan Miranti, L. “Indonesian Environmental Reporting Index dan
Karakteristik Perusahaan.” Jurnal Sebelas Maret Surakarta. Vol. 13, No.1,
2009.
Suhardjanto, D., Tower, G., dan Brown, A.M. “The Fallacy of Assuming Equality:
Evidence Showing Vastly Different Weighting of The Global Reporting
Initiatives’s Key Items.” International Business & Economics Research
Journal. Vol.7, No.8, 2008.
Undang-Undang Repubik Indonesia. Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
Winarsih, Arga M. dan Badingatus Solikhah. “Pengaruh Liputan Media,
Kepekaan Industri dan Struktur Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kualitas
Pengungkapan Lingkungan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Vol.13, No.1, 2016.
90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
91
Lampiran 1
Skor Indonesian Environmental Reporting (IER)
No. IER Items IER Index
(weighted)
1 Impact of Using Water 3.25
2 Incidents and Fines 3.05
3 Programs for Protection 2.27
4 Wasted by Type 1.99
5 Impact of Activities 1.91
6 Materials by Type 1.84
7 Environmental Expense 1.63
8 Dischanges Water 1.58
9 Other Air Emissions 1.54
10 Withdrawals of Ground Water 1.44
11 Land Information 1.43
12 Volume of Water Use 1.41
13 Energy Cosumption 1.29
14 Performance of Supplier 1.25
15 Impact of Dischanges Water 1.05
16 Impacts of Transportation 1.05
17 Impacts of Products 0.95
18 Land for Extraction 0.84
19 Spills of Chemicals 0.76
20 Indirect Energy 0.67
21 Renewable Initiatives 0.59
22 Habitat Changes 0.42
23 Other Indirect Energy 0.41
24 Recycling Water 0.37
25 Hazardous Wasted 0.36
26 Impermeable Surface 0.30
27 Affected Red List Species 0.30
28 Impact of Activities on Protected Areas 0.28
29 Wasted of Materials 0.20
30 Direct Energy 0.19
31 Greenhouse Gas Emissions (GGEs) 0.14
32 Recycling Materials 0.10
33 Emmisions of Ozone Depleting Substances 0.08
34 Other Indirect GGEs 0.02
35 Operations in Protected Areas 0.02
92
Lampiran 2
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2014-2016
No Kode Nama Perusahaan
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk
2 ASII PT Astra International Tbk
3 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk
4 CINT PT Chitose Internasional Tbk
5 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
6 DPNS PT Duta Pertiwi Nusantara
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk
8 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
9 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
10 IGAR PT Champion Pasific Indonesia Tbk
11 IMPC PT Impack Pratama Industri Tbk
12 INAI PT Indal Aluminium Industry Tbk
13 INDS PT Indospring Tbk
14 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
15 KAEF PT Kimia Farma Tbk
16 KBLM PT Kabelindo Murni Tbk
17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
18 LION PT Lion Metal Works Tbk
19 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk
20 RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk
21 SRSN PT Indo Acitama Tbk
22 TCID PT Mandom Indonesia Tbk
23 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk
24 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
25 WTON PT Wijaya Karya Beton Tbk
93
Lampiran 3
Hasil Pertanggungjawaban Lingkungan (IER) Tahun 2016
Items ADES ASII BUDI CINT CPIN DPNS GGRM HMSP ICBP IGAR IMPC INAI INDS
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27
4 0 0 0 0 0 0 1,99 0 0 1,99 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,84 0 0
7 0 0 1,63 0 0 1,63 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 1,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 1,29 0 0 0 0 0 1,29 0 1,29 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0,59 0 0,59 0 0,59 0 0 0,59 0,59 0,59 0 0,59 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0,41 0 0 0 0 0,41 0 0,41 0 0 0 24 0,37 0 0 0 0 0 0 0 0 0,37 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0,20 0 0 0,20 0,20 0,20 0 0 0,20 0 0
30 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0,10 0 0,10 0 0 0,10 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 3,23 5,16 5,10 2,27 2,86 4,20 6,04 4,86 2,86 6,92 2,14 2,86 2,27
Bersambung ke halaman berikutnya
Lanjuran Lampiran 3
Hasil Pertanggungjawaban Lingkungan (IER) Tahun 2016
Items JPFA KAEF KBLM KLBF LION LMSH RICY SRSN TCID TOTO UNTJ WTON
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0
4 0 1,99 1,99 1,99 0 0 0 0 1,99 1,99 1,99 0
5 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,84
7 1,63 0 0 0 0 0 0 0 0 1,63 0 0
8 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 1,54 1,54 0 0 0 0 1,54 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 1,29 0 0 0 0 0 1,29 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0,59 0,59 0 0,59 0 0 0,59 0 0 0 0 0,59
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0,41 0,41 0 0,41 0 0 0 0 0 0 0 0 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,37
25 0 0 0,36 0,36 0 0 0 0 0,36 0,36 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0,20 0,20 0 0 0 0 0,20 0 0,20 0,20 0,20 0,20
30 0 0 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0,14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0 0 0,10 0 0 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 4,69 5,19 6,16 12,13 2,27 2,27 3,06 1,94 6,36 7,54 4,6 3,00
95
Lanjutan Lampiran 3
Hasil Pertanggungjawaban Lingkungan (IER) Tahun 2015
Items ADES ASII BUDI CINT CPIN DPNS GGRM HMSP ICBP IGAR IMPC INAI INDS
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27
4 0 0 1,99 0 0 0 0 0 1,99 1,99 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 1,84 0 0 0 0 0 0 0 0 1,84 0 0
7 0 0 1,63 0 0 1,63 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 1,58 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 1,41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 1,29 0 0 0 0 0 1,29 1,29 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0,59 0 0 0 0,59 0 0 0,59 0 0 0 0,59 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0,41 0 0 0 0 0,41 0 0 0 0 0 24 0,37 0 0 0 0 0 0 0 0,37 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0,20 0 0 0,20 0 0,20 0 0 0,20 0 0
30 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0,19 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0,10 0 0,10 0 0 0,10 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 3,23 7,00 6,67 2,27 2,86 6,35 2,27 4,86 7,79 4,26 2,14 2,86 2,27
Bersambung ke halaman berikutnya
96
Lanjutan Lampiran 3
Hasil Pertanggungjawaban Lingkungan (IER) Tahun 2015
Items JPFA KAEF KBLM KLBF LION LMSH RICY SRSN TCID TOTO UNTJ WTON
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27 2,27 2,27
4 0 0 1,99 1,99 0 0 0 0 1,99 0 1,99 0
5 0 0 1,91 1,91 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 1,84 0 0 0 1,84
7 1,63 1,63 0 0 0 0 0 1,63 0 1,63 0 0
8 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 1,54 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 1,29 0 1,29 0 0 0 0 0 1,29 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 1,05 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0,59 0 0 0 0,59 0 0 0 0,59
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0,37 0,37 0 0,37
25 0 0 0 0,36 0 0 0 0 0 0,36 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0,20 0 0 0,20 0,20 0 0 0,20 0,20
30 0 0 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0,10 0 0 0 0 0 0 0,10 0 0,10 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 4,00 5,19 6,17 13,64 2,27 2,27 2,47 4,36 4,63 6,02 4,60 5,27
97
Lanjutan Lampiran 3
Hasil Pertanggungjawaban Lingkungan (IER) Tahun 2014
Items ADES ASII BUDI CINT CPIN DPNS GGRM HMSP ICBP IGAR IMPC INAI INDS
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2.27 2,27 0 0 0 0 0 0 0 0
4 1,99 0 0 0 0 1,99 2,27 2,27 2,27 2.27 2,27 2,27 2,27
5 0 0 0 0 0 0 0 0 1,99 0 0 0 0
6 0 1,84 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 1,63 0 1,63 1,63 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,53 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 1,29 0 0 0 0 0 0 1,29 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0,67 0 0 0 0
21 0 0 0,59 0 0,59 0 0 0 0,59 0 0 0,59 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 0,37 0,37 0,37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0,20 0 0 0 0
30 0 0 0,19 0 0 0 0 0 0,19 0,19 0 0 0
31 0 0,14 0,14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0,10 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0,08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 3,23 5,99 5,18 2,27 4,49 2,64 2,27 2,27 7,30 4,00 2,27 2,86 2,27
Bersambung ke halaman berikutnya
98
Lanjutan Lampiran 3
Hasil Pertanggungjawaban Lingkunga (IER) Tahun 2014
Items JPFA KAEF KBLM KLBF LION LMSH RICY SRSN TCID TOTO UNTJ WTON
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 0 2,27 2,27 2,27 2,27
4 0 0 0 1,99 0 0 0 0 0 0 1,99 1,99
5 0 0 0 1,91 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 1,84 0 0 0 0
7 1,63 1,63 0 0 0 0 0 1,63 0 1,63 0 0
8 0 0 0 1,58 0 0 0 0 0 0 0 1,58 9 0 0 0 1,54 0 0 0 0 1,54 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,29 0 0
14 0 0 0 1,25 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 1,05 0 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,95 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0,76 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0,67 0,67 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0,59 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0,37 0,37 0 0,37
25 0 0 0 0,36 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0,20 0 0 0 0,20 0,20 0 0,20 0,20
30 0 0 0 0,19 0 0 0 0 0 0 0 0
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 0 0 0 0 0 0 0 0,10 0 0,10 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IER 3,90 3,90 2,94 13,77 2,27 2,27 2,27 4,36 4,38 6,61 4,46 6,40
99
Lampiran 4
Hasil Perhitungan Jumlah Komite Audit
No Kode Nama Perusahaan AUD_COM
2016 2015 2014
1 ADES Akasha Wira International Tbk 3 3 3
2 ASII Astra International Tbk 4 4 3
3 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 3 3 3
4 CINT Chitose Internasional Tbk 3 3 3
5 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 5 5 5
6 DPNS Duta Pertiwi Nusantara 3 3 3
7 GGRM Gudang Garam Tbk 3 3 3
8 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 3 3 3
9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 3 3 3
10 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 3 3 3
11 IMPC Impack Pratama Industri Tbk 3 3 3
12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 3 3 3
13 INDS Indospring Tbk 3 3 3
14 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 3 3 3
15 KAEF Kimia Farma Tbk 4 3 3
16 KBLM Kabelindo Murni Tbk 3 3 3
17 KLBF Kalbe Farma Tbk 3 3 3
18 LION Lion Metal Works Tbk 3 3 3
19 LMSH Lionmesh Prima Tbk 3 3 3
20 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 3 3 3
21 SRSN Indo Acitama Tbk 3 3 3
22 TCID Mandom Indonesia Tbk 3 4 4
23 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 3 3 3
24 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk 3 3 3
25 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 3 3 3
100
Lampiran 5
Hasil PerhitunganAnggota Dewan Komisaris Independen
No Kode
2016
Dewan Komisaris
Independen
Dewan
Komisaris IND_COM
1 ADES 1 3 0,33
2 ASII 4 12 0,33
3 BUDI 1 3 0,33
4 CINT 1 2 0,50
5 CPIN 2 4 0,50
6 DPNS 1 3 0,33
7 GGRM 2 4 0,50
8 HMSP 2 5 0,40
9 ICBP 3 6 0,50
10 IGAR 1 3 0,33
11 IMPC 1 3 0,33
12 INAI 2 4 0,50
13 INDS 1 3 0,33
14 JPFA 2 5 0,40
15 KAEF 2 5 0,40
16 KBLM 1 3 0,33
17 KLBF 3 7 0,42
18 LION 1 3 0,33
19 LMSH 1 3 0,33
20 RICY 1 3 0,33
21 SRSN 3 8 0,37
22 TCID 2 5 0,40
23 TOTO 2 5 0,40
24 ULTJ 1 3 0,30
25 WTON 2 6 0,30
101
Lanjutan Lampiran 5
Hasil Perhitungan Anggota Dewan Komisaris Independen
No Kode
2015
Dewan Komisaris
Independen
Dewan
Komisaris IND_COM
1 ADES 1 3 0,33
2 ASII 4 11 0,36
3 BUDI 1 3 0,33
4 CINT 1 2 0,50
5 CPIN 2 5 0,40
6 DPNS 1 3 0,33
7 GGRM 2 4 0,50
8 HMSP 2 5 0,40
9 ICBP 2 6 0,33
10 IGAR 1 2 0,50
11 IMPC 1 2 0,50
12 INAI 2 4 0,50
13 INDS 1 3 0,33
14 JPFA 2 4 0,50
15 KAEF 2 5 0,40
16 KBLM 1 3 0,33
17 KLBF 4 8 0,50
18 LION 1 3 0,33
19 LMSH 1 3 0,33
20 RICY 1 3 0,33
21 SRSN 3 8 0,37
22 TCID 3 6 0,50
23 TOTO 2 5 0,40
24 ULTJ 1 3 0,33
25 WTON 2 6 0,33
102
Lanjutan Lampiran 5
Hasil Perhitungan Anggota Dewan Komisaris Independen
No Kode
2014
Dewan Komisaris
Independen
Dewan
Komisaris IND_COM
1 ADES 1 3 0,33
2 ASII 4 11 0,36
3 BUDI 1 3 0,33
4 CINT 1 2 0,50
5 CPIN 2 6 0,33
6 DPNS 1 3 0,33
7 GGRM 2 4 0,50
8 HMSP 2 5 0,40
9 ICBP 3 7 0,43
10 IGAR 1 3 0,33
11 IMPC 1 2 0,50
12 INAI 2 4 0,50
13 INDS 1 3 0,33
14 JPFA 1 3 0,33
15 KAEF 2 5 0,40
16 KBLM 1 3 0,33
17 KLBF 2 6 0,33
18 LION 1 3 0,33
19 LMSH 1 3 0,33
20 RICY 1 3 0,33
21 SRSN 3 8 0,37
22 TCID 2 5 0,40
23 TOTO 2 5 0,40
24 ULTJ 1 3 0,33
25 WTON 2 6 0,33
103
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Kualitas Audit
No Kode Nama Perusahaan AQ
2016 2015 2014
1 ADES Akasha Wira International Tbk 0 0 0
2 ASII Astra International Tbk 1 1 1
3 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 0 0 0
4 CINT Chitose Internasional Tbk 0 0 0
5 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 1 1 1
6 DPNS Duta Pertiwi Nusantara 0 0 0
7 GGRM Gudang Garam Tbk 0 0 0
8 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 1 1 1
9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 1 1 1
10 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 0 0 0
11 IMPC Impack Pratama Industri Tbk 0 0 0
12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0 0 0
13 INDS Indospring Tbk 0 0 0
14 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0 0 0
15 KAEF Kimia Farma Tbk 0 0 0
16 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0 0 0
17 KLBF Kalbe Farma Tbk 1 1 1
18 LION Lion Metal Works Tbk 0 0 0
19 LMSH Lionmesh Prima Tbk 0 0 0
20 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 0 0 0
21 SRSN Indo Acitama Tbk 0 0 0
22 TCID Mandom Indonesia Tbk 1 1 1
23 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 1 1 1
24 ULTJ
Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk 0 0 0
25 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 0 0 0
104
Lampiran 7
Hasil Perhitungan Struktur Kepemilikan
No Kode 2016
Saham Masyarakat Saham Beredar OWN
1 ADES 50.000.087 589.896.800 0,08
2 ASII 20.179.108.100 40.483.553.140 0,50
3 BUDI 2.096.428.531 4.498.991.362 0,47
4 CINT 300.000.000 1.000.000.000 0,30
5 CPIN 7.291.261.990 16.398.000.000 0,44
6 DPNS 113.983.530 331.129.952 0,34
7 GGRM 457.551.570 1.924.088.000 0,24
8 HMSP 8.723.855.775 116.318.076.900 0,08
9 ICBP 2.270.230.000 11.661.908.000 0,19
10 IGAR 147.592.080 972.204.500 0,15
11 IMPC 1.497.418.000 4.833.500.000 0,31
12 INAI 69.733.300 316.800.000 0,22
13 INDS 75.183.069 656249710 0,11
14 JPFA 420.416.6835 11410522910 0,37
15 KAEF 553.875.000 5.554.000.000 0,10
16 KBLM 56.977.300 1.200.000.000 0,05
17 KLBF 20.386.408.725 46.875.122.110 0,43
18 LION 218.745.000 520.016.000 0,42
19 LMSH 42.328.000 96.000.000 0,44
20 RICY 333.429.910 641.717.510 0,52
21 SRSN 598.732.203 6.020.000.000 0,10
22 TCID 52.445.900 201.066.667 0,26
23 TOTO 788.313.600 10.320.000.000 0,08
24 ULTJ 1.485.204.635 2.888.382.000 0,51
25 WTON 2.045.466.600 17.964.533.400 0,11
105
Lanjutan Lampiran 7
Hasil Perhitungan Struktur Kepemilikan
No Kode 2015
Saham Masyarakat Saham Beredar OWN
1 ADES 50.000.087 589.896.800 0,08
2 ASII 20.180.383.100 40.483.553.140 0,50
3 BUDI 2.096.428.531 4.498.991.362 0,47
4 CINT 300.000.000 1.000.000.000 0,30
5 CPIN 7.291.614.590 16.398.000.000 0,44
6 DPNS 113.983.530 331.129.952 0,34
7 GGRM 452.796.300 1.924.088.000 0,24
8 HMSP 348.954.231 4.652.723.076 0,08
9 ICBP 1.135.115.000 5.830.954.000 0,19
10 IGAR 147.592.080 972.204.500 0,15
11 IMPC 150.050.000 483.350.000 0,31
12 INAI 69.736.000 316.800.000 0,22
13 INDS 75.183.069 656249710 0,11
14 JPFA 4.474.212.335 10.660.522.910 0,42
15 KAEF 553.875.000 5.554.000.000 0,10
16 KBLM 95.525.200 1.200.000.000 0,08
17 KLBF 20.303.117.025 46.875.122.110 0,43
18 LION 218.745.000 520.016.000 0,42
19 LMSH 40.928.000 96.000.000 0,43
20 RICY 333.429.910 641.717.510 0,52
21 SRSN 627.599.703 6.020.000.000 0,10
22 TCID 52.445.900 201.066.667 0,26
23 TOTO 78.831.360 1.032.000.000 0,08
24 ULTJ 1.085.528.074 2.888.382.000 0,38
25 WTON 2.253.819.663 17.964.533.400 0,13
106
Lanjutan Lampiran 7
Hasil Perhitungan Struktur Kepemilikan
No Kode 2014
Saham Masyarakat Saham Beredar OWN
1 ADES 50.000.087 589.896.800 0,08
2 ASII 20.180.383.100 40.483.553.140 0,50
3 BUDI 1.805.076.531 4.498.991.362 0,44
4 CINT 300.000.000 1.000.000.000 0,30
5 CPIN 7.291.614.590 16.398.000.000 0,44
6 DPNS 114.733.595 331.129.952 0,35
7 GGRM 452.796.300 1.924.088.000 0,24
8 HMSP 79.831.795 4.383.000.000 0,02
9 ICBP 1.135.115.000 5.830.954.000 0,19
10 IGAR 147.592.080 972.204.500 0,15
11 IMPC 150.050.000 483.350.000 0,31
12 INAI 69.736.000 316.800.000 0,22
13 INDS 75.183.069 656249710 0,11
14 JPFA 4,509,498,435 10.660.522.910 0,42
15 KAEF 553.875.000 5.554.000.000 0,10
16 KBLM 120.228.100 1.200.000.000 0,10
17 KLBF 20.290.617.025 46.875.122.110 0,43
18 LION 21.874.500 52.016.000 0,42
19 LMSH 4.050.800 9.600.000 0,42
20 RICY 333.429.910 641.717.510 0,52
21 SRSN 627.599.703 6.020.000.000 0,10
22 TCID 42.271.638 201.066.667 0,26
23 TOTO 37.551.360 990.720.000 0,04
24 ULTJ 1.025.908.474 2.888.382.000 0,36
25 WTON 2.045.466.600 17.964.533.400 0,11
107
Lampiran 8
Hasil Perhitungan Profitabilitas
No Kode 2016
Laba Bersih Total Aktiva ROA
1 ADES 55.951 767.479 0,07
2 ASII 19.804.000 261.855.000 0,08
3 BUDI 38.624 2.931.807 0,01
4 CINT 23.756 399.336 0,06
5 CPIN 2.220.561 24.204.994 0,09
6 DPNS 10.009 268.891 0,04
7 GGRM 6.677.083 62.951.634 0,11
8 HMSP 12.762.229 42.508.277 0,30
9 ICBP 3.631.301 28.901.948 0,13
10 IGAR 69.306 4.439.466 0,02
11 IMPC 125.823 2.276.032 0,06
12 INAI 35.553 1.339.032 0,03
13 INDS 49.556 2.477.272 0,02
14 JPFA 2.171.605 19.251.026 0,01
15 KAEF 271.598 4.612.563 0,06
16 KBLM 21.245 639.091 0,03
17 KLBF 2.350.885 15.228.009 0,15
18 LION 42.345 685.813 0,06
19 LMSH 6.253 162.828 0,04
20 RICY 14.033 1.288.684 0,01
21 SRSN 11.056 717.150 0,02
22 TCID 162.060 2.185.101 0,07
23 TOTO 168.565 2.581.441 0,07
24 ULTJ 709.826 4.239.200 0,17
25 WTON 281.568 4.662320 0,06
108
Lanjutan Lampiran 8
Hasil Perhitungan Profitabilitas
No Kode 2015
Laba Bersih Total Aktiva ROA
1 ADES 32.839 653.224 0,05
2 ASII 16.454.000 245.435.000 0,07
3 BUDI 21.072 3.265.953 0,01
4 CINT 36.575 382.807 0,10
5 CPIN 1.836.978 24.916.656 0,07
6 DPNS 9.859 274.483 0,04
7 GGRM 6.435.654 63.505.413 0,10
8 HMSP 10.363.308 38.010.724 0,27
9 ICBP 2.923.148 26.560.624 0,11
10 IGAR 51.416 383.936 0,13
11 IMPC 129.759 1.675.233 0,08
12 INAI 28.616 1.330.259 0,02
13 INDS 1.933 2.553.928 0,00
14 JPFA 524.484 17.159.466 0,03
15 KAEF 265.550 3.434.879 0,08
16 KBLM 12.760 654.385 0,02
17 KLBF 2.057.694 13.696.417 0,15
18 LION 46.019 639.330 0,07
19 LMSH 1.944 133.783 0,01
20 RICY 13.466 1.198.194 0,01
21 SRSN 15.505 574.073 0,03
22 TCID 544.474 2.082.097 0,26
23 TOTO 285.237 2.439.541 0,12
24 ULTJ 523.101 3 .539.997 0,15
25 WTON 171.784 4.456.098 0,04
109
Lanjutan Lampiran 8
Hasil Perhitungan Profitabilitas
No Kode 2014
Laba Bersih Total Aktiva ROA
1 ADES 31.072 502.990 0,06
2 ASII 22.157.000 236.027.000 0,09
3 BUDI 28.499 2.476.982 0,01
4 CINT 33.965 370.186 0,09
5 CPIN 1.745.875 21.083.004 0,08
6 DPNS 14.582 286.129 0,05
7 GGRM 5.405.738 58.234.278 0,09
8 HMSP 10.181.083 28.380.630 0,36
9 ICBP 2.574.172 25.029.488 0,10
10 IGAR 55.155 350.620 0,16
11 IMPC 290.018 1.740.439 0,17
12 INAI 22.415 893.664 0,03
13 INDS 127.819 2.282.666 0,06
14 JPFA 391.866 15.758.959 0,02
15 KAEF 257.836 3.012.779 0,09
16 KBLM 20.499 647.250 0,03
17 KLBF 2.122.678 12.439.267 0,17
18 LION 48.713 605.166 0,08
19 LMSH 7.605 141.035 0,05
20 RICY 15.125 1.172.012 0,03
21 SRSN 14.600 464.949 0,01
22 TCID 175.829 1.863.680 0,09
23 TOTO 295.861 2.062.387 0,14
24 ULTJ 283.061 2.918.134 0,10
25 WTON 323.708 3.802.659 0,09
110
Lampiran 9
Hasil Perhitungan Likuiditas
No Kode 2016
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar CR
1 ADES 319.614 195.466 1,64
2 ASII 101.403.000 89.079.000 1,14
3 BUDI 1.092.360 1.090.816 1,00
4 CINT 195.009 61.704 3,16
5 CPIN 12.059.433 5.550.257 2,17
6 DPNS 174.907 11.533 15,17
7 GGRM 41.933.173 21.638.565 1,94
8 HMSP 33.647.496 6.428.478 5,23
9 ICBP 15.571.362 6.469.785 2,41
10 IGAR 363.004 62.351 5,82
11 IMPC 1.261.952 334.534 3,77
12 INAI 974.282 971.422 1,00
13 INDS 981.694 323.699 3,03
14 JPFA 11.061.008 5.193.549 2,13
15 KAEF 2.906.737 1.696.209 1,71
16 KBLM 394.738 303.264 1,30
17 KLBF 9.572.530 2.317.162 4,13
18 LION 542.814 152.534 3,56
19 LMSH 98.275 35.477 2,77
20 RICY 943.937 821.755 1,15
21 SRSN 481.543 276.341 1,74
22 TCID 1.174.482 223.305 5,26
23 TOTO 1.290.208 589.150 2,19
24 ULTJ 2.874.288 593.526 4,84
25 WTON 2.439.937 1.863.794 1,31
111
Lanjutan Lampiran 9
Hasil Perhitungan Likuiditas
No Kode 2015
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar CR
1 ADES 276.323 199.364 1,39
2 ASII 105.161.000 76.242.000 1,38
3 BUDI 1.492.365 1.491.109 1,00
4 CINT 204.898 58.865 3,48
5 CPIN 1.2058.873 5.703.841 2,11
6 DPNS 185.099 13.865 13,35
7 GGRM 42.568.431 24.045.086 1,77
8 HMSP 29.807.330 4.538.674 6,57
9 ICBP 13.961.500 6.002.344 2,33
10 IGAR 309.535 62.394 4,96
11 IMPC 897.761 395.268 2,27
12 INAI 955.466 952.130 1,00
13 INDS 992.929 445.006 2,23
14 JPFA 9.604.154 5.352.670 1,79
15 KAEF 2.100.922 1.092.624 1,92
16 KBLM 362.277 342.643 1,06
17 KLBF 8.748.492 2.365.880 3,70
18 LION 508.345 133.694 3,80
19 LMSH 89.126 11.018 8,09
20 RICY 851.478 718.798 1,18
21 SRSN 440.739 203.380 2,17
22 TCID 1.112.673 222.931 4,99
23 TOTO 1.348.063 560.119 2,41
24 ULTJ 2.103.565 561.628 3,75
25 WTON 2.454.909 1.793.465 1,37
112
Lanjutan Lampiran 9
Hasil Perhitungan Likuiditas
No Kode 2014
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar CR
1 ADES 239.021 156.902 1,52
2 ASII 97.241.000 74.241.000 1,31
3 BUDI 988.526 945.117 1,05
4 CINT 208.662 68.115 3,06
5 CPIN 10.052.471 4.467.241 2,25
6 DPNS 183.045 14.384 12,73
7 GGRM 38.532.600 23.783.134 1,62
8 HMSP 20.777.514 13.600.230 1,53
9 ICBP 13.621.918 6.208.146 2,19
10 IGAR 302.146 73.320 4,12
11 IMPC 1.209.092 581.900 2,08
12 INAI 644.378 595.336 1,08
13 INDS 975.954 335.123 2,91
14 JPFA 8.709.318 4.916.448 1,77
15 KAEF 2.040.431 854.812 2,39
16 KBLM 356.301 342.253 1,04
17 KLBF 8.120.805 2.385.920 3,40
18 LION 487.364 132.155 3,69
19 LMSH 103.239 19.357 5,33
20 RICY 845.372 636.411 1,33
21 SRSN 335.892 116.995 2,87
22 TCID 874.017 486.054 1,80
23 TOTO 1.115.004 528.815 2,11
24 ULTJ 1.642.102 490.967 3,34
25 WTON 2.127.365 1509.857 1,41
113
Lampiran 10
Hasil Perhitungan Leverage
No Kode 2016
Total Utang Total Ekuitas DER
1 ADES 383.091 384.388 1,00
2 ASII 121.949.000 139.906.000 0,87
3 BUDI 1.766.825 1.164.982 1,52
4 CINT 72.906 326.429 0,22
5 CPIN 10.047.751 14.157.243 0,71
6 DPNS 32.849 236.041 0,14
7 GGRM 23.387.406 39.564.228 0,59
8 HMSP 8.333.263 34.175.014 0,24
9 ICBP 10.401.125 18.500.823 0,56
10 IGAR 65.717 373.749 0,18
11 IMPC 1.050.387 1.225.645 0,86
12 INAI 1.081.016 258.017 4,19
13 INDS 409.206 2.068.063 0,20
14 JPFA 9.878.062 9.372.964 1,05
15 KAEF 2.341.155 2.271.407 1,03
16 KBLM 318.436 320.655 0,99
17 KLBF 2.762.162 12.463.847 0,22
18 LION 215.210 470.603 0,46
19 LMSH 45.512 117.316 0,39
20 RICY 876.185 412.499 2,12
21 SRSN 140.919 402.054 0,35
22 TCID 401.943 1.783.159 0,23
23 TOTO 1.057.566 1.523.875 0,69
24 ULTJ 749.966 3.489.234 0,21
25 WTON 2.171.845 2.490.475 0,87
114
Lanjutan Lampiran 10
Hasil Perhitungan Leverage
No Kode 2015
Total Utang Total Ekuitas DER
1 ADES 324.855 328.369 0,99
2 ASII 118.902.000 126.533.000 0,94
3 BUDI 2.160.702 1.105.251 1,95
4 CINT 67.734 315.073 0,21
5 CPIN 12.129.993 12.786.663 0,95
6 DPNS 33.187 241.296 0,14
7 GGRM 25.497.504 38.007.909 0,67
8 HMSP 5.994.664 32.016.060 0,19
9 ICBP 10.173.713 16.386.911 0,62
10 IGAR 73.472 310.646 0,24
11 IMPC 578.353 1.096.880 0,53
12 INAI 1.090.438 239.821 4,55
13 INDS 634.889 1.919.038 0,33
14 JPFA 11.049.774 6.109.692 1,81
15 KAEF 1.378.320 2.056.560 0,67
16 KBLM 357.910 296.475 1,21
17 KLBF 2.758.131 10.938.286 0,25
18 LION 184.731 454.599 0,41
19 LMSH 21.341 112.441 0,19
20 RICY 798.115 400.079 1,99
21 SRSN 232.994 340.079 0,69
22 TCID 367.225 1.714.871 0,21
23 TOTO 947.998 1.491.543 0,64
24 ULTJ 742.490 2.797.507 0,27
25 WTON 2.192.673 2.490.475 0,97
115
Lanjutan Lampiran 10
Hasil Perhitungan Leverage
No Kode 2014
Total Utang Total Ekuitas DER
1 ADES 210.845 292.145 0,72
2 ASII 115.840.000 120.324.000 0,96
3 BUDI 1.563.631 913.351 1,71
4 CINT 76.400 293.786 0,26
5 CPIN 9.842.611 11.240.393 0,88
6 DPNS 32.865 263.264 0,12
7 GGRM 25.099.875 3.3134.403 0,76
8 HMSP 14.882.516 13.498.114 1,10
9 ICBP 10.445.187 14.584.301 0,71
10 IGAR 92.946 257.674 0,36
11 IMPC 767.101 973.338 0,79
12 INAI 771.922 121.742 6,34
13 INDS 459.998 1.822.667 0,25
14 JPFA 10.579.414 5.179.545 2,04
15 KAEF 1.291.700 1.721.079 0,75
16 KBLM 356.962 290.288 1,23
17 KLBF 2.675.166 9.764.101 0,27
18 LION 179.232 425.934 0,42
19 LMSH 28.442 112.593 0,25
20 RICY 781.749 390.263 2,00
21 SRSN 315.096 324.030 0,97
22 TCID 611.509 1.252.171 0,49
23 TOTO 936.489 1.125.898 0,83
24 ULTJ 644.827 2.273.307 0,28
25 WTON 1.600.067 2.202.592 0,73
116
Lampian 11
Hasil Output Spss
1. Hasil Uji Normalitas
117
2. Statistik Deskriptif
3. Hasil Uji Multikolinearitas
118
4. Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Runs-Test
5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Schatterplot
6. Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square
119
7. Hasil Uji Simultan F
8. Hasil Uji Statistik t