pengaruh suspensi jamur metarhizium anisopliae
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH SUSPENSI JAMUR Metarhizium anisopliae
TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Anopheles aconitus
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
PRISKA WAHYU WINDARTI
G0007016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Suspensi Jamur Metarhizium anisopliae
Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles aconitus
Priska Wahyu Windarti, NIM/Semester : G.0007016/VII, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Rabu, Tanggal 29 Desember 2010
Pembimbing Utama Nama : Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes NIP : 19540505 198503 2 001 (……………………...) Pembimbing Pendamping Nama : Yulia Sari, S.Si, M.Si NIP : 19800715 200812 2 001 (……………………...) Penguji Utama Nama : Darukutni, dr., Sp.ParK NIP : 19470809 197603 1 001 (………………………) Anggota Penguji Nama : Vicky Eko N.H., dr., M.Sc., Sp.THT-KL NIP : 19770914 200501 1 001 (………………………)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS
NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan kasih-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jamur Suspensi Metarhizium anisopliae terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles aconitus” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan yang diberikan berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. AA. Subijanto, dr., MS. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan pengarahan dan bantuan. 3. CR. Siti utari, Dra., M. Kes. Selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti. 4. Yulia Sari, S.Si., M.Si. Selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti. 5. Darukutni, dr., Sp. ParK.. Selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji
skripsi ini. 6. Vicky Eko N.H., dr., M.Sc., Sp.THT-KL. Selaku Anggota Penguji yang telah
berkenan menguji skripsi ini. 7. Seluruh Staf B2P2VRP Salatiga, Ibu Widia, Ibu Blondyn, Ibu Yuni, dan
Bapak Rendro yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini. 8. Seluruh Staf Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian UNS,
Bapak Supiyani dan Bapak Sawab yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini.
9. Tim Skripsi, Ibu Enny dan Bapak Nardi yang telah membantu penyelesaian proses skripsi ini.
10. Anggota keluarga dan teman-teman yang telah membantu pelaksanaan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Dan akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bermanfaat untuk semua pihak, bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi pembaca pada khususnya.
Surakarta, 20 Desember 2010
Priska Wahyu Windarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian dengan judul: Pengaruh Jamur Metarhizium anisopliae Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles aconitus
Priska Wahyu Windarti, G.0007016, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Validasi Laporan Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Rabu, Tanggal 29 Desember 2010
Pembimbing Utama Penguji Utama CR. Siti Utari, Dra., M. Kes Darukutni, dr., Sp. ParK NIP: 19540505 198503 2 001 NIP: 19470809 197603 1 001 Pembimbing Pendamping Anggota Penguji Yulia Sari, S.Si, M.Si Vicky Eko N.H., dr., M.Sc, Sp.THT-KL NIP: 19800715 200812 2 001 NIP: 19770914 200501 1 001
Tim Skripsi
Nur Hafidha H., dr., M Clin Epid NIP: 19761225 200501 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 29 Desember 2010
Priska Wahyu Windarti NIM. G0007016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
ABSTRAK PRISKA WAHYU WINDARTI, G0007016, 2010. Pengaruh Suspensi Jamur Metarhizium anisopliae terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles aconitus, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan penelitian: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suspensi jamur Metarhizium anisopliae terhadap mortalitas larva nyamuk Anopheles aconitus dengan mengukur Lethal Concentration (LC) 50 dan 90. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Subjek penelitian adalah larva nyamuk Anopheles aconitus stadium III. Jumlah sampel adalah 640 larva. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan secara primer. Analisis data menggunakan uji regresi linier dan uji analisis probit. Hasil penelitian: Suspensi jamur Metarhizium anisopliae dapat membunuh 50% (LC 50) larva nyamuk Anopheles aconitus stadium III pada konsentrasi jumlah rata-rata 1,87x108 spora/ml dalam 100 ml air dan 90% (LC 90) pada jumlah rata-rata 1,82x109 spora/ml dalam 100 ml air pada kondisi laboratorium. Simpulan Penelitian: Suspensi jamur Metarhizium anisopliae mempunyai pengaruh terhadap mortalitas larva nyamuk Anopheles aconitus. Kata kunci: Metarhizium anisopliae; mortalitas; Anopheles aconitus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRACT PRISKA WAHYU WINDARTI, G0007016, 2010. The Effect of Metarhizium anisopliae Fungus Suspension to Mortality of Anopheles aconitus Mosquito Larvae, Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: This study aimed at finding out the toxicity of Metarhizium anisopliae fungus suspension to Anopheles aconitus mosquito larvae by determining its Lethal Concentration (LC) at 50 and 90. Methods: This study is laboratoric experimental type. Subject of this study is Anopheles aconitus mosquito larvae instar III. The sample uses 640 larvaes which are taken by purposive sampling. Primary data is analized by regression linier and probit analysis. Results: The result of the study shows that entomophatogen suspension kills 50% (LC 50) Anopheles aconitus mosquito larvae instar III at the 1.87x108 spora/ml dilution level in 100 ml of water and 90% (LC 90) at the 1.82x109 spora/ml dilution level in 100 ml of water in laboratory condition. Conclusion: The entomophatogenic Metarhizium anisopliae fungus suspension has lethal power to Anopheles aconitus mosquito larvae. Keywords: Metarhizium anisopliae; mortality; Anopheles aconitus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA.............................................................................................................vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... .vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ..ix BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ ....1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. ....1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... ....4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... ....4 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... ....4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... ....6 A. Jamur Metarhizium anisopliae.................. ..................................... ....6 B. Nyamuk Anopheles aconitus .......................................................... ..12
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... ..17 A. Jenis Penelitian ............................................................................... ..17 B. Lokasi Penelitian ............................................................................ ..17 C. Subjek Penelitian............................................................................ ..17 D. Teknik Sampling ............................................................................ ..17 E. Rancangan Penelitian........................................................................18 F. Identifikasi Variabel ....................................................................... ..19 G. Definisi Operasional Variabel ........................................................ ..19 H. Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. ..21 I. Cara Kerja ...................................................................................... ..22 J. Teknik Analisis Data ...................................................................... ..26
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... ..27 BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. ..31 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................. ..34
A. Simpulan ........................................................................................ ..34 B. Saran............................................................................................... ..34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... ..35 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Larva Anopheles aconitus yang Mati Setelah Mendapat
Perlakuan Suspensi Jamur Metarhizium
anisopliae.......................................................................................26
Tabel 2. Ringkasan Uji Analisis Probit.................... ...................................27
Tabel 3. Jumlah Larva Anopheles aconitus yang Mati Setelah Mendapat
Perlakuan Suspensi Jamur Metarhizium
anisopliae.......................................................................................27
Tabel 4 Ringkasan Uji Regresi Linier.........................................................29
Tabel 5 Ringkasan Uji Analisis Probit........................................................31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Regresi Linier
Lampiran 2. Uji Analisis Probit
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel Penelitian.
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian di B2P2VRP
Salatiga.
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di dunia
terutama di daerah tropis dan subtropis seperti Brasil, India, Amerika
Selatan (kecuali Chili), Afghanistan, Sri Langka, Thailand, Indonesia,
Vietnam, Kamboja, Cina, Filipina, Amerika Tengah, Meksiko, dan Afrika
(Widoyono, 2008; Sembel, 2009). Pada negara yang beriklim dingin sudah
tidak ditemukan lagi daerah endemik malaria (Widoyono, 2008). Penyakit
ini adalah penyebab utama terjadinya kematian di banyak negara
berkembang terutama pada anak-anak dan ibu-ibu hamil sebagai kelompok
utama yang mudah terinfeksi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan sekitar 41% populasi dunia terinfeksi malaria. Setiap tahun
terdapat 300-500 juta penderita mengalami penyakit serius dan sekurang-
kurangnya 1-2,7 juta di antaranya mati karena malaria (WHO, 2001;
Sembel, 2009).
Malaria ditemukan hampir di semua wilayah Indonesia. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 memperkirakan angka
kematian spesifik akibat malaria di Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk
laki-laki dan 8 per 100.000 untuk perempuan (SKRT, 2001). Pada tahun
1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita
sebanyak 2.341.401 orang. Pada tahun 1998 dan 1999 di beberapa daerah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yakni Sumatera, Yogyakarta, Jawa Tengah, Lampung terjadi peristiwa
penyebaran malaria secara besar-besaran. Sebanyak 21 orang meninggal
dunia pada peristiwa tersebut dari 18.812 kasus yang telah dilaporkan.
Selain itu sekitar 10.000 orang terjangkit malaria di Banyumas, Jawa
Tengah (Arbani, 1999).
Vektor malaria adalah nyamuk Anopheles (Widoyono, 2008).
Anopheles diduga dapat menyebarkan virus chikungunya dan virus Sindbis
(Sembel, 2009). Unit Kerja Serangga Vektor Penyakit menemukan 46 jenis
Anopheles di Indonesia. Berdasarkan penelitian, dari jumlah tersebut hanya
20 spesies yang merupakan vektor malaria (Sembel, 2009). Spesies vektor
malaria utama yang sering dijumpai di Jawa Tengah adalah Anopheles
aconitus dan Anopheles sundaicus (Sembel, 2009; Gandahusada dkk.,
2000). Anopheles aconitus akan meningkat pesat jumlahnya pada musim
hujan di sawah-sawah sebagai tempat perindukannya. Kejadian ini terjadi
akibat kurangnya pengaturan air dan pengadaan saluran irigasi (Gandahusa
dkk., 2000).
Pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan program pemberantasan
malaria pada tahun 2001, dengan sasaran morbiditas kurang dari satu orang
pada setiap 1000 penduduk di Jawa dan Bali (Widoyono, 2008). Salah satu
kebijaksanaan tersebut adalah pemberantasan vektor malaria, Anopheles
(Ditjen PPM dan PL, 2001). Pengendalian nyamuk dengan menggunakan
bahan kimia seperti permetrin dan DDT kurang efektif lagi karena
banyaknya kasus resisten terhadap insektisida tersebut (Kikankie et al.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2010). Penggunaan insektisida kimia secara terus menerus dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, kematian beberapa jenis makhluk
hidup, dan resistensi dari serangga yang diberantas (Yunita dkk., 2009).
Nyamuk Anopheles aconitus dilaporkan telah resisten terhadap DDT di Jawa
Tengah dan sebagian Jawa Timur sehingga perlu segera dilakukan solusi
alternatif mengingat Anopheles aconitus merupakan salah satu vektor
malaria utama di daerah tersebut (Gandahusada dkk., 2000). Pengendalian
secara hayati sudah diuji coba menggunakan Bacillus thuringiensis isolat
lokal, tetapi belum memberikan hasil yang meyakinkan (Lacey, 2007;
Sembel, 2009).
Jamur Metarhizium anisopliae adalah jamur yang bersifat
entomopatogen. Jamur ini bermanfaat sebagai salah satu agen hayati atau
pengendali serangga baik yang menyerang tanaman maupun organisme
antagonis yang ada di dalam tanah (Scholte et al., 2003). Beberapa
kelebihan pemanfaatan jamur entomopatogen dalam pengendalian adalah
mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat
membentuk spora yang tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang
tidak menguntungkan, relatif aman, bersifat selektif, relatif mudah
diproduksi, dan sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi (Bidochka et al.,
2000). Selama ini jamur Metarhizium anisopliae digunakan sebagai
pengendali hayati hama tanaman perkebunan dan persawahan (Kaaya dan
Hassan, 2000). Penelitian di Afrika menunjukkan bahwa jamur
entomopatogen ini dapat digunakan sebagai pengendali vektor malaria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
(Scholte et al., 2005; Farenhorst et al., 2008). Penelitian Widiyanti dan
Muyadihardja (2004) menyatakan bahwa Metarhizium anisopliae juga
mempunyai daya bunuh terhadap Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus.
Sejauh peneliti tahu, pengaruh jamur Metarhizium anisopliae terhadap
Anopheles aconitus secara spesifik belum pernah diteliti. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya penelitian pengaruh jamur ini terhadap Anopheles
aconitus sebagai alternatif pengganti insektisida kimia.
B. Rumusan Masalah
Apakah suspensi jamur Metarhizium anisopliae mempunyai pengaruh
terhadap mortalitas larva nyamuk Anopheles aconitus?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh suspensi jamur
Metarhizium anisopliae terhadap mortalitas larva nyamuk Anopheles
aconitus.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat membuktikan pengaruh suspensi jamur
Metarhizium anisopliae dalam berbagai konsentrasi terhadap
mortalitas larva nyamuk Anopheles aconitus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peneliti
selanjutnya untuk melakukan uji coba isolat Metarhizium anisopliae
sebagai pengendali hayati terhadap Anopheles aconitus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Jamur Metarhizium anisopliae
a. Klasifikasi dan Morfologi
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Metarhizium
Spesies : Metarhizium anisopliae
(Alexopoulus et al., 1996).
Morfologi dari Metarhizium yang telah banyak diketahui yaitu
konidiofor tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau lonjong
dengan panjang 6-16 mm, bersel satu, masa spora berwarna hijau
zaitun. Metarhizium mempunyai miselium yang bersepta dengan
konidia yang berbentuk lonjong. Metarhizium anisopliae bersifat
saprofit pada media buatan, awal mula pertumbuhannya adalah
konidium membengkak lalu mengeluarkan tabung-tabung
kecambah (appresorium). Tabung kecambah tersebut memanjang
selama 30 jam. Beberapa cabang tersebut membesar ke atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
membentuk konidiofor yang pendek, bercabang, berdekatan, dan
saling melilit. Konidia terbentuk setelah satu minggu pertumbuhan,
mula-mula berwarna putih kemudian berangsur menjadi hijau
apabila telah masak. Pembentukan konidia terdiri dari kuncup dan
tunas yang memanjang pada kedua sisi konidiofor tersebut.
Umumnya sebuah rantai konidia bersatu membentuk sebuah kerak
dalam media (Benjamin et al., 2002 ; Ladslaus et al., 2009).
b. Kandungan Metarhizium anisopliae
Metarizhium anisopliae mampu menghasilkan sejenis cairan
khusus yang disebut dengan microsclerotia yang dapat merusak
sistem sirkulasi tubuh serangga (Widiyanti dan Muyadihardja,
2004).
Metarhizium anisopliae memiliki aktifitas larvasida karena
menghasilkan cyclopeptida, destruxin A, B, C, D, E dan
desmethyldestruxin. Destruxin telah dipertimbangkan sebagai
bahan insektisida generasi baru. Efek destruxin berpengaruh pada
organela sel target (mitokondria, retikulum endoplasma dan
membran nukleus), menyebabkan paralisis sel dan kelainan fungsi
lambung tengah, tubulus malphigi, hemosit dan jaringan otot
(Widiyanti dan Muyadihardja, 2004; Luz et al., 2008; Kurtt dan
Keyhani, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Mekanisme Kerja Metarhizium anisopliae pada Serangga
Metarhizium anisopliae dapat berpenetrasi pada jaringan atau
kutikula serangga yang terserang (Brooks dan Wall, 2005).
Mekanisme penetrasi Metarhizium anisopliae pada kutikula
serangga melalui beberapa tahap sebagai berikut,
1) Tahap pertama yaitu kontak antara konidia jamur dengan tubuh
serangga.
2) Tahap kedua adalah proses penempelan dan perkecambahan
konidia jamur pada integumen serangga.
3) Tahap ketiga yaitu penetrasi dan invasi. Jamur dapat
membentuk tabung kecambah (appresorium) dalam proses
penetrasi integumen. Titik penetrasi sangat dipengaruhi oleh
konfigurasi morfologi integumen. Penembusan dilakukan
secara kimiawi dengan toksin yang dikeluarkan jamur ini.
4) Tahap keempat yaitu destruksi pada titik penetrasi dan
terbentuknya blastospora yang kemudian beredar ke dalam
hemolimfe dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang
jaringan lainnya.
(Garcia et al., 2005; Scholte et al., 2006; Thomas dan Read,
2007; Kurtt dan Keyhani, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Metarhizium anisopliae
1) Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan
jamur Metarhizium terutama untuk pertumbuhan dan
perkecambahan konidia serta patogenesitasnya. Batasan suhu
untuk pertumbuhan jamur antara 5-35oC, pertumbuhan optimal
terjadi pada suhu 25-30oC (Ouedraogo et al., 2004). Konidia
akan tumbuh dengan baik dan maksimum pada kelembaban 80-
92 persen (Soundarapandian dan Chandra, 2007).
2) Sinar Matahari
Perkembangan konidia jamur Metarhizium anisopliae
dapat terhambat apabila terkena sinar matahari secara langsung.
Gelombang ultraviolet B merusak membran nukleus dan
mendenaturasi protein pada Metarhizium anisopliae. Konidia
tidak akan mampu berkecambah apabila terkena sinar matahari
langsung selama satu minggu, sedangkan konidia yang
terlindung dari sinar matahari mempunyai viabilitas yang tinggi
meskipun disimpan lebih dari tiga minggu. Pada suhu 8oC
konidia yang disimpan pada kondisi gelap selama 3-5 hari
masih mampu berkecambah 90%, sedangkan pada keadaan
terang hanya 50% (Farenhorst et al., 2008; Mustafa dan Kaur,
2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3) pH
Dalam beberapa penelitian pH media berpengaruh tehadap
pertumbuhan jamur Metarhizium. Tingkat pH yang sesuai
berkisar antara 3,3-8,5. Pertumbuhan optimal terjadi pada pH 7
(Soundarapandian dan Chandra, 2007).
e. Kebutuhan Nutrisi Jamur Metarhizium anisopliae
Sumber nutrisi dapat berpengaruh pada pertumbuhan jamur
entomopatogen. Media jamur harus mengandung cukup substansi
organik sebagai sumber C, sumber N, dan ion anorganik bagi
pertumbuhan jamur. Metarhizium anisopliae juga memerlukan
karbohidrat sebagai sumber karbon dalam pertumbuhannya
(Nugroho, 2007). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan karbohidrat tinggi mendorong pertumbuhan vegetatif
jamur (Ghanbary et al., 2009).
Pembentukan konidia jamur dipengaruhi oleh kandungan
protein dalam media. Protein diperlukan untuk pembentukan
organela yang berperan dalam pembentukan apikal hifa dan
sintesis enzim. Enzim yang disintesis akan berperan dalam
aktivitas perkecambahan (Nugroho, 2007).
Jamur entomopatogen membutuhkan oksigen, air, dan sumber
organik karbon. Jamur ini juga memerlukan sumber nitrogen
organik maupun anorganik dan mineral sebagai pemacu
pertumbuhan. Sumber karbon yang biasa digunakan sebagai media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
adalah dekstrosa namun dapat diganti dengan polisakarida seperti
tajin atau lipid. Nitrogen dapat disediakan dalam bentuk nitrat,
amonia atau bahan organik seperti asam amino atau protein.
Makronutrisi penting yang lain adalah fosfor (dalam bentuk fosfat),
potasium, magnesium, dan sulfur. Mikronutrisi penting yang
dibutuhkan oleh kebanyakan jamur entomopatogen adalah kalsium,
besi, tembaga, mangan, molibdenum, seng, dan vitamin B
komplek, khususnya biotin dan tiamin. Semua mikronutrisi ini
biasanya terdapat dalam bahan mentah, akan tetapi dapat dipenuhi
dalam bentuk protein hidrolisat (Nugroho, 2007).
Metarhizium anisopliae dapat tumbuh pada berbagai media
antara lain Sabouraud Dextrosa Agar (SDA), media gandum,
media beras, media jagung dan media Potato Dextrosa Agar
(PDA) (Costa et al., 2002; Liu et al., 2003). Media yang paling
baik dalam pembiakan jamur Metarhizium anisopliae adalah media
Potato Dextrosa Agar (PDA) karena menghasilkan konidiospora
paling banyak, tidak merusak virulensi, patogenitas serta
toksisitasnya (Munif, 1997; Widiyanti dan Muyadihardja, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Nyamuk Anopheles aconitus
a. Klasifikasi (Gandahusada et al., 2000)
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Tribus : Anophelini
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles aconitus
b. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles aconitus
Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna dalam bentuk siklus hidup berupa telur,
larva (beberapa instar/stadium), pupa, dan dewasa (Sembel, 2009).
Siklus hidup nyamuk mempunyai empat stadium dengan tiga
stadium berkembang di dalam air dan satu stadium hidup di alam
bebas (Nurmaini, 2003).
Perkembangan telur nyamuk bergantung pada temperatur dan
kelembapan (Nurmaini, 2003). Nyamuk Anopheles aconitus akan
meletakkan telurnya di permukaan air satu per satu atau
bergerombol tetapi saling lepas (Nurmaini, 2003; Sembel, 2009).
Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam
bentuk dorman. Apabila air cukup tersedia, telur-telur itu menetas
2-3 hari sesudah diletakkan (Sembel, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Telur menetas menjadi larva atau sering juga disebut jentik.
Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan
abdomen yang cukup jelas. Larva Anopheles menggantungkan
tubuhnya secara horizontal atau sejajar dngan permukaan air
(Sembel, 2009). Pertumbuhan larva dipengaruhi oleh temperatur,
nutrien, dan ada tidaknya predator (Nurmaini, 2003). Larva
biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi
sesudah sekitar 7 hari (Sembel, 2009).
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi
pembentukan pupa. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan,
tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu.
Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air.
Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau
tiga hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta
terbang (Nurmaini, 2003; Sembel, 2009).
Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di
atas air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya.
Sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa
mencari makan. Dalam keadaan istirahat, nyamuk Anopheles
hinggap agak tegak lurus dengan permukaan (Sembel, 2009).
c. Tempat Perindukan
Pada umumnya, nyamuk memerlukan tiga macam tempat
dalam proses perkembangan, yaitu tempat berkembang biak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(breeding places), tempat mendapat umpan (feeding places), dan
tempat istirahat (resting places). Tempat perindukan nyamuk
Anopheles aconitus adalah tempat yang tertutup oleh tanaman air.
Densitas Anopheles aconitus rendah pada permukaan air yang
bersih (Nurmaini, 2003). Anopheles aconitus menyukai air tenang
atau sedikit mengalir seperti sawah untuk berkembang biak
(Nurmaini, 2003). Nyamuk Anopheles juga dapat berkembang biak
dalam kolam-kolam air tawar yang bersih, air payau, maupun air-
air yang tergenang di pinggiran laut (Sembel, 2009).
d. Perilaku Nyamuk Anopheles aconitus
Nyamuk Anopheles ada yang senang hidup di dalam rumah
dan ada yang aktif di luar rumah. Nyamuk ini ada yang aktif
terbang pada waktu pagi, siang, sore, maupun malam (Sembel,
2009). Nyamuk Anopheles aconitus aktif mengigit pada malam
hari (Nurmaini, 2003). Nyamuk akan beristirahat selama 2-3 hari
setelah mengigit manusia atau binatang (Nurmaini, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Larva Nyamuk Anopheles aconitus
Berpengaruh pada mitokondria, retikulum endoplasma, dan membran nukleus sel
Paralisis sel dan kelainan fungsi lambung tengah, tubulus malphigi, hemosit, dan jaringan otot
Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles aconitus
Variabel luar terkendali 1. Umur larva 2. Kepadatan
larva 3. Makanan
Variabel luar tidak terkendali 1. Suhu ruangan 2. Kelembaban
ruangan 3. Kualitas air
Suspensi Jamur Metarhizium anisopliae
Microsclerotia Destruxin A Destruxin B Destruxin C Destruxin D Destruxin E Desmethyldestruxin
Merusak sistem sirkulasi tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
C. Hipotesis
Suspensi jamur Metarhizium anisopliae mempunyai pengaruh untuk
meningkatkan mortalitas larva nyamuk Anopheles aconitus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pusat Penelitian Vektor dan
Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah larva nyamuk Anopheles aconitus stadium
III (Komisi Pestisida, 1995). Alasan pemilihan larva nyamuk stadium III
adalah terkait dengan faktor usia yang lebih muda, maka organ yang dimiliki
belum selengkap dan sekuat organ larva nyamuk stadium IV. Hal ini
menyebabkan larva nyamuk stadium III lebih peka jika digunakan sebagai
subjek penelitian. Sedangkan larva nyamuk stadium I dan II terlalu kecil
untuk diamati (Wulandari dkk., 2002).
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu
pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan
dengan karakteristik populasi (Arief, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
E. Rancangan Penelitian
Keterangan:
L : Sejumlah larva nyamuk (20 ekor) Anopheles aconitus
K-1: Kelompok kontrol negatif
P-1: Suspensi jamur Metarhizium anisopliae jumlah spora 4,26x107/ml
P-2 : Suspensi jamur Metarhizium anisopliae jumlah spora 7,1x107/ml
P-3 : Suspensi jamur Metarhizium anisopliae jumlah spora 9,94x107/ml
P-4 : Suspensi jamur Metarhizium anisopliae jumlah spora 1,42x108/ml
P-5 : Suspensi jamur Metarhizium anisopliae jumlah spora 2,13x108/ml
P-6: Suspensi jamur Metarhizium anisopliae jumlah spora 4,26x108/ml
P-7: Suspensi jamur Metarhizium anisopliae jumlah spora 8,8x108/ml
B : Makanan larva nyamuk Anopheles aconitus
J : Perlakuan diamati selama 7 hari
M : Jumlah larva nyamuk Anopheles aconitus yang mati
S : Uji statistik
L P-7
M L P-1
J
M
S
L K-1
M
B
L P-2
L P-3
L P-4
L P-5
L P-6
M
M
M
M
M
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Yang menjadi variabel bebas adalah suspensi jamur Metarhizium
anisopliae.
2. Variabel terikat
Yang menjadi variabel terikat adalah mortalitas larva nyamuk
Anopheles aconitus.
3. Variabel luar terkendali:
a. Umur larva
b. Kepadatan larva
c. Makanan
4. Variabel luar tidak terkendali:
a. Suhu ruangan
b. Kelembaban ruangan
c. Kualitas air
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas: Suspensi Jamur Metarhizium anisopliae
Suspensi jamur Metarhizium anisopliae adalah spora jamur Metarhizium
anisopliae yang telah dipanen dari media, kemudian dilarutkan dalam
akuades steril dengan pengenceran 10-1 (Scholte et al., 2003). Suspensi
Metarhizium anisopliae dibuat perlakuan pada 7 kelompok dengan 20
larva pada 100 ml air tiap perlakuan. Jumlah spora yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
adalah 4,26x107 spora/ml; 7,1x107 spora/ml; 9,94x107 spora/ml;
1,42x108 spora/ml; 2,13x108 spora/ml; 4,26x108 spora/ml; dan 8,8x108
spora/ml.
2. Variabel Terikat: Mortalitas Larva Anopheles aconitus
Mortalitas larva nyamuk Anopheles aconitus adalah jumlah kematian
larva nyamuk Anopheles aconitus yang dihitung dalam setiap kelompok
uji dengan memberi rangsangan gerakan air atau saat disentuh dengan
lidi. Larva dianggap sudah mati saat sudah tidak aktif bergerak saat
diberi rangsangan gerakan air atau disentuh dengan lidi.
3. Variabel Luar Terkendali
a. Umur Larva
Umur larva nyamuk merupakan faktor yang sangat berpengaruh
pada daya tahan nyamuk terhadap pajanan insektisida nabati. Larva
nyamuk yang digunakan pada penelitian ini adalah stadium III
(Wakhyulianto, 2005).
b. Kepadatan Larva
Kepadatan larva adalah jumlah larva dalam satuan volume air tiap
kelompok uji, sebesar 20 larva tiap 100 ml air (Komisi Pestisida,
1995).
c. Makanan Larva
Makanan larva adalah daging bakar yang digiling menjadi bubuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4. Variabel Luar Tidak Terkendali
a. Suhu Ruangan
Suhu ruangan adalah suhu pada ruangan yang dipakai sebagai tempat
penelitian.
b. Kelembaban Ruangan
Kelembaban ruangan adalah kelembaban pada ruangan yang dipakai
sebagai tempat penelitian.
c. Kualitas Air
Kualitas air adalah air yang digunakan sebagai media larva dengan
tempat pengambilan yang sama, suhu dan pH yang sama.
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
a. Mangkok plastik untuk tempat media percobaan.
b. Pipet larva untuk mengambil larva.
c. Pipet volume untuk mengambil bahan cair dengan volume yang
diinginkan.
d. Petridish untuk pembuatan Potato Dextrose Agar.
e. Oshe jarum untuk pembiakan jamur.
f. Incase/laminar flow untuk pembiakan jamur.
g. Otoklaf sebagai alat untuk mensterilkan media pertumbuhan jamur.
h. Inkubator untuk menginkubasi suspensi jamur Metarhizium
anisopliae.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
i. Haemacytometer untuk menghitung jumlah spora.
j. Letter L untuk memanen spora dalam petridish.
2. Bahan Penelitian
a. Larva nyamuk Anopheles aconitus stadium III
b. Makanan larva nyamuk Anopheles aconitus
c. Air sebagai tempat perindukan larva.
d. Isolat murni Metarhizium anisopliae.
e. Akuades steril
f. Kentang 200 gram untuk pembuatan Potato Dextrose Agar.
g. Dekstrosa 10 gram untuk pembuatan Potato Dextrose Agar.
h. Agar-agar 20 gram untuk pembuatan Potato Dextrose Agar.
I. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan media Potato Dextrose Agar (Munif, 1997)
1) Kentang dikupas, dicuci, dan dipotong kecil-kecil kemudian
direbus selama satu jam sampai mendidih (dengan menjaga
volume tetap pada 1000 ml).
2) Hasil rebusan disaring sehingga memperoleh filtrat.
3) Dekstrosa dimasukkan ke dalam filtrat dan diaduk sampai
homogen.
4) Hasil campuran dekstrosa dan filtrat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi steril dengan volume 10 ml.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5) Disterilisasikan dengan otoklaf selama 20 menit pada temperatur
120ºC atau tekanan 1 kg/cm2.
b. Pembiakan Metarhizium anisopliae pada Potato Dextrose Agar
1) Media Potato Dextrose Agar miring dalam tabung reaksi
dituangkan pada petridish, kemudian ditunggu sampai membeku.
2) Oshe jarum dipijarkan pada lampu spirtus, kemudian secara
aseptik diambil cuplikan koloni jamur dari isolat murni.
3) Inokulasi pada Potato Dextrose Agar dilakukan dengan cara
meletakkan cuplikan koloni jamur pada permukaan media.
4) Inkubasi selama 4 minggu pada suhu laboratorium.
2. Tahap Pengecekan Metarhizium anisopliae
a. Untuk memastikan bahwa jamur Metarhizium anisopliae tidak
terkontaminasi dengan jamur lain, maka dilakukan pengecekan.
b. Pengecekan dilakukan dengan pembuatan preparat Metarhizium
anispoliae pada object glass kemudian diamati di bawah mikroskop.
c. Gambar spora yang tampak dicocokkan dengan sumber referensi.
3. Tahap Pemanenan Jamur Metarhizium anisopliae (Widiyanti dan
Muyadihardja, 2004)
a. Sepuluh ml akuades dimasukkan ke dalam petridish yang berisi
koloni jamur, kemudian dipanen dengan cara menggores permukaan
media dengan letter L sampai seluruh spora diambil.
b. Suspensi jamur Metarhizium anisopliae dari petridish dituang ke
dalam tabung reaksi, kemudian digojok sampai homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Dari 10 ml suspensi tersebut, diambil 1 ml untuk membuat suspensi
dengan tingkat pengenceran 10-1. Pada suspensi tingkat pengenceran
10-1 ini dilakukan penghitungan jumlah spora dengan menggunakan
haemacytometer.
4. Tahap Uji Pendahuluan
a. Suspensi jamur Metarhizium anisopliae dibuat dalam berbagai
kelompok. Berdasarkan penelitian Widiyanti (2004), maka dibuat 8
perlakuan dengan jumlah spora masing-masing 4,26x107 spora/ml;
7,1x107 spora/ml; 9,94x107 spora/ml; 1,3x108 spora/ml; 1,5x108
spora/ml; 2x108 spora/ml; 2,3x108 spora/ml; dan 2,7x108 spora/ml.
b. Larva nyamuk Anopheles aconitus sebanyak 20 ekor pada setiap
kelompok dan kontrol.
c. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati
dalam 7 hari.
d. Konsentrasi suspensi jamur Metarhizium anisopliae yang dapat
mematikan larva digunakan sebagai acuan penelitian.
5. Tahap Penelitian
a. Suspensi jamur Metarhizium anisopliae dibuat perlakuan pada 7
kelompok dengan 20 larva pada 100 ml air tiap perlakuan. Jumlah
spora/ml pada tiap suspensi disesuaikan dengan hasil uji
pendahuluan. Jumlah spora yang digunakan adalah 4,26x107
spora/ml; 7,1x107 spora/ml; 9,94x107 spora/ml; 1,42x108 spora/ml;
2,13x108 spora/ml; 4,26x108 spora/ml; dan 8,8x108 spora/ml.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(n-1) (t-1) > 15
b. Perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif.
c. Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali ulangan (Munif, 1997).
Penentuan jumlah ulangan berdasarkan rumus
Keterangan:
n : jumlah ulangan
t : jumlah kelompok perlakuan
Karena pada kelompok ini menggunakan 7 kelompok perlakuan,
maka:
(n-1) (t-1) > 15
(n-1) (7-1) > 15
6n > 15
n > 3,5
jadi untuk setiap kelompok, jumlah ulangan harus lebih dari 3,5.
Dalam penelitian ini digunakan 4 kali ulangan dalam setiap
kelompok (Cavalcanti et al., 2004).
d. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati
dalam 7 hari (Cavalcanti et al., 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan beberapa uji yaitu
uji regresi linier dan analisis Probit (Cavalcanti et al., 2004).
1. Uji Regresi Linier
Uji regresi linier untuk mengetahui perbedaan jumlah kematian rata-rata
larva nyamuk Anopheles aconitus pada berbagai tingkat konsentrasi
suspensi jamur Metarhizium anisopliae.
2. Analisis Probit
Untuk mengukur toksisitas jamur Metarhizium anisopliae terhadap larva
nyamuk Anopheles aconitus pada kelompok perlakuan, maka dihitung
nilai LC 50 dan LC 90 dengan analisis probit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Uji Pendahuluan
1. Hasil Penelitian
Uji pendahuluan yang dilakukan sebelum penelitian diperoleh hasil
penghitungan jumlah rata-rata spora suspensi jamur Metarhizium
anisopliae pada tingkat pengenceran 10-1 sebanyak 1,42x107 spora/ml.
Tabel 1. Jumlah Larva Anopheles aconitus yang Mati Setelah Mendapat Perlakuan Suspensi Jamur Metarhizium anisopliae
Sumber data: Primer, November 2010 Keterangan: pemberian volume suspensi jamur Metarhizium anisopliae didasarkan pada
penelitian Widiyanti dan Muyadihardja (2004).
Volume suspensi jamur yang diberikan
Jumlah rata-rata spora/ml
Total Jumlah larva
Jumlah larva yang
mati
Prosentase kematian larva (%)
3 ml 4,26x107 20 7 35 5 ml 7,1x107 20 5 25 7 ml 9,94x107 20 6 30
9,2 ml 1,3x108 20 12 60 10,6 ml 1,5x108 20 12 60 14,1 ml 2x108 20 10 50 16,2 ml 2,3x108 20 16 80 19 ml 2,7x108 20 10 50
0 ml (kontrol) - - 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Analisis Data
Data uji pendahuluan yang didapat diolah menggunakan uji
analisis probit untuk mengetahui LC 50 dan 90. Penentuan LC 50 dan 90
ini digunakan sebagai acuan dalam penghitungan volume konsentrasi
suspensi jamur Metarhizium anisopliae pada uji sesungguhnya.
Tabel 2. Ringkasan Uji Analisis Probit
Hasil uji analisis probit menunjukkan bahwa pada uji pendahuluan
volume suspensi yang mencapai LC 50 adalah 6,72 ml dengan ambang
antara 1,57 ml - 10,04 ml, sedangkan LC 90 akan dicapai pada pemberian
volume 62,11 ml dengan ambang volume 27,18 ml - 120 ml. Setiap 1 ml
mengandung rata-rata jumlah spora sebanyak 1,42x107/ml. Hal ini
menunjukkan bahwa LC 50 dicapai dengan jumlah spora rata-rata 6,72 x
1,42x107 = 9,54x107 spora/ml, sedangkan jumlah spora rata-rata pada LC
90 adalah 62,11 x 1,42x107 spora/ml.
Probabilitas Tingkat kepercayaan 95% pada konsentrasi
Estimasi Batas bawah Batas atas PROBIT 0,5 6,72 1,57 10,04
0,9 62,11 27,18 120,00 0,99 138,33 60,14 216,50
a. Logarithm base = 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Uji Sesungguhnya
1. Hasil Penelitian
Pada uji yang sesungguhnya, hasil penghitungan jumlah rata-rata
spora pada suspensi jamur dengan tingkat pengenceran 10-1 adalah
1,42x107 spora/ml. Adapun hasil penelitian eksperimental laboratorik
pengaruh suspensi jamur Metarhizium anisopliae terhadap mortalitas larva
nyamuk Anopheles aconitus adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Larva Nyamuk Anopheles aconitus yang Mati Setelah Mendapat Perlakuan Suspensi Jamur Metarhizium anisopliae
Sumber data: Primer, November 2010
Data hasil penelitian yang berupa mortalitas larva dianalisis dengan
uji regresi linier. Untuk mengetahui LC 50 dan LC 90 maka dilakukan
analisis probit. Data diolah dengan program Stastical Product and Service
Solution (SPSS) 17,0 for Windows.
Volume suspensi jamur yang diberikan
Jumlah rata-rata spora/ml
Total Jumlah larva
Jumlah larva yang
mati
Prosentase kematian larva (%)
3 ml 4,26x107 80 37 46,25 5 ml 7,1x107 80 37 46,25 7 ml 9,94x107 80 42 52,5 10 ml 1,42x108 80 36 45 15 ml 2,13x108 80 33 41,25 30 ml 4,26x108 80 54 67,5 62 ml 8,8x108 80 54 67,5
0 ml (kontrol) - - 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Regresi Linier
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1Regression 155,79 1 155,79 4,90 ,09a
Residual 127,04 4 31,76
Total 282,83 5
a. Predictors: (Constant), konsentrasi
b. Dependent Variable: mortalitas
Pada tabel 3 ringkasan uji linier regresi didapat p = 0,09, karena p > 0,05
maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
ketujuh kelompok perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang tidak
signifikan.
Tabel 5. Ringkasan Hasil Analisis Probit
Pada tabel 4 ringkasan analisis probit didapatkan LC 50 pada
jumlah rata-rata 1,87x108 spora/ml dan LC 90 pada jumlah rata-rata
1,87x109 spora/ml. sedangkan untuk mencapai 99% kematian larva
dibutuhkan jumlah spora rata-rata 3,24x109 spora/ml.
Probabilitas
Tingkat kepercayaan 95% pada konsentrasi
Estimasi Batas bawah Batas atas
PROBIT
0,5 18,70 -,60 32,90
0,9 187,1 131,60 355,62
0,99 324,47 223,11 634,99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB V
PEMBAHASAN
Penghitungan jumlah volume suspensi jamur pada penelitian pendahuluan
diberikan sesuai dengan penelitian Widiyanti dan Muyadihardja yang memberikan
perlakuan suspensi jamur Metarhizium anisopliae pada Aedes aegypti. Waktu
pengamatan dilakukan selama 7 hari yang merupakan waktu bagi spora
Metarhizium anisopliae untuk tumbuh dalam tubuh larva Anopheles aconitus.
Menurut penelitian yang sering dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
B2P2VRP, Anopheles aconitus mempunyai ketahanan 5 kali dibanding Aedes
aegypti, maka sesuai dengan penelitian Widiyanti dan Muyadihardja, Anopheles
aconitus kira-kira membutuhkan jumlah rata-rata 2x108 spora/ml (5 x 4x107
spora/ml). Pada penelitian didapati bahwa untuk membunuh 50% dari jumlah total
larva Anopheles aconitus dibutuhkan jumlah rata-rata 1,87x108 spora/ml.
Hasil penelitian Widiyanti dan Muyadihardja (2004) pada larva nyamuk
instar III Aedes aegypti hanya membutuhkan 8,73x107 spora/ml untuk membunuh
90% larva uji. Anopheles aconitus membutuhkan rata-rata 1,87x109 spora/ml.
Jumlah spora yang dibutuhkan untuk membunuh larva nyamuk instar III
Anopheles aconitus jauh lebih banyak dibandingkan larva instar III Aedes aegypti,
dengan perbandingan 4,5%. Hal ini menunjukkan bahwa larva nyamuk instar III
Anopheles aconitus kurang rentan terhadap konidiospora Metarhizium anisopliae
dibanding dengan Aedes aegypti. Hasil penghitungan spora dibandingkan dengan
jumlah spora pada penelitian Widiyanti didapatkan jumlah spora yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Pada tingkat pengenceran 10-1 penelitian Widiyanti mengandung 5,2x108
spora/ml. Sedangkan dari penelitian ini mendapatkan rata-rata jumlah spora yaitu
1,42 x 107/ml pada tingkat pengenceran 10-1. Hal ini tergantung dari jumlah spora
yang didapatkan pada waktu memanen spora atau spora induk. Perbedaan jumlah
spora dalam setiap pembiakan sangat dipengaruhi oleh isolat murni. Pembiakan
murni atau turunan pertama (F1) dari isolat Metarhizium anisopliae yang diambil
langsung dari larva yang sakit seperti Orictes rhinoceros (kumbang kelapa) akan
mempunyai virulensi yang lebih tinggi daripada pembiakan dari isolat yang
merupakan duplikat dari pembiakan murni (Lolong, 2010; Costa et al., 2002).
Jamur ini mempunyai dua varitas yaitu mayor dan minor. Varitas mayor
mempunyai spora yang lebih panjang daripada minor. Varitas mayor akan
menghasilkan destruxin yang lebih banyak daripada yang minor (Lolong, 2010).
Penentuan LC 50 dan LC 90 dilakukan untuk menentukan kematian larva
nyamuk uji 50% dan 90% setelah pendedahan 7 hari. Upaya untuk membunuh
50% larva nyamuk Anopheles aconitus dibutuhkan jumlah spora rata-rata
1,87x108 spora/ml, sedangkan untuk membunuh 90% larva Anopheles aconitus
dibutuhkan jumlah spora rata-rata 1,82x109 spora/ml.
Hasil uji analisis regresi untuk jumlah konidia menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang kurang spesifik pada angka kematian larva instar III
Anopheles aconitus oleh pengaruh jumlah konidiospora pada masing-masing
kelompok dalam kondisi laboratorium. Penelitian ini memiliki perbedaan teknik
dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti dan Muyadihardja (2004).
Penelitian Widiyanti dan Muyadihardja memanen spora dari media menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
larutan Tween 80 untuk melepas hifa konidiospora dan membuat suspensi
menjadi homogen. Penelitian ini tidak menggunakan larutan tersebut karena
ternyata larutan Tween 80 mempunyai pengaruh terhadap mortalitas larva
Anopheles aconitus. Saat dilakukan penelitian di laboratorium, dalam waktu 24
jam, larutan dengan konsentrasi 2% sudah membunuh beberapa larva
dibandingkan dengan kontrol. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini tidak
menggunakan larutan Tween 80, melainkan melakukan penggojokan yang cukup
lama (± 10 menit) untuk melepas hifa konidiospora dan membuat suspensi
menjadi homogen.
Upaya guna aplikasi di lapangan dan sifat biologi larva nyamuk Anopheles
aconitus dan suspensi jamur Metarhizium anisopliae perlu dipelajari. Munif
(1997) menyatakan bahwa jamur parasit pada larva nyamuk dapat berkembang
biak secara alami dengan larva sebagai inang infinitif. Keberhasilan pemanfaatan
jamur entomopatogenik sebagai pengendali vektor di lapangan sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan pH), jumlah konidia
dan viabilitasnya. Teknik dalam aplikasi Metarhizium anisopliae terhadap larva
juga mempengaruhi hasil. Kurtt dan Keyhani (2008) melakukan isolasi langsung
destruxin dari konidiospora Metarhizium anisopliae. Hal ini juga dilakukan oleh
Garcia et al. (2005) saat melakukan pengujian Metarhizium anisopliae pada
Rhipicephalus sanguineus. Proses isolasi destruxin ini menggunakan beberapa
larutan seperti DOWEX 50, DOWEX 1, asam asetat, dan benzena. Penelitian ini
mengalami kendala untuk memperoleh bahan tersebut di Laboratorium
B2P2VRP, sehingga dalam penelitian ini tidak dilakukan isolasi destruxin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Suspensi jamur Metarhizium anisopliae mempunyai pengaruh
untuk meningkatkan mortalitas larva nyamuk Anopheles aconitus. Upaya
untuk membunuh 50% larva nyamuk dibutuhkan jumlah spora rata-rata
1,87x108 spora/ml, sedangkan untuk membunuh 90% larva nyamuk
Anopheles aconitus dibutuhkan jumlah spora rata-rata 1,82x109 spora/ml.
B. Saran
1. Dalam usaha pengendalian terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus
menggunakan entomopatogen konidiospora Metarhizium anisopliae di
tempat perindukannya sebaiknya dilakukan penelitian lagi dengan
teknik yang berbeda seperti teknik isolasi destruxin pada konidiospora.
2. Dalam aplikasi suspensi jamur Metarhizium anisopliae sebaiknya
menggunakan turunan pertama (F1) karena memiliki virulensi yang
lebih tinggi daripada turunan berikutnya.