pengaruh supervisi kepala sekolah
TRANSCRIPT
PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN
MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
3301402014
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
SMA 4 NEGERI PALU
TESIS
KAIMUDDIN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Muhsin, M.Si Drs. Widiyanto, MBA.MM
NIP. 130818770 NIP. 132208714
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen
Drs. Sugiharto, M.Si
NIP. 131286682
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi fakultas
Ekonomi, Universiatas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Drs. Marimin, M.Pd NIP. 130818769
Anggota I Anggota II
Drs. Muhsin, M.Si Drs. Widiyanto, MBA. MMNIP. 130818770 NIP. 132208714
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 13165823
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, April 2007
Laeli Kurniati
NIM. 3301402014
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
• Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain (Q.S. Al Insyiroh 6-7)
• Ketika menyerahkan suatu pekerjaan kepada orang yang bukan ahlinya
(bukan bakatnya) maka tunggulah saat kehancurannya (H.R. Buchori
Muslim)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada nama Allah SWT,
Karya ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan ibu, terima kasih tak terhingga atas
segala yang telah diberikan.
Almamaterku
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan lahir dan batin, sehingga penulis memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah
dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri I Purbalingga Tahun
Ajaran 2006/2007”, dalam rangka menyelesaikan strata I untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Jasa baik
mereka tentu tidak saya lupakan begitu saja. Dan pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroadmodjo, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut
ilmu di UNNES
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah
memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
3. Drs. Sugiharto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan
penelitian.
4. Drs. Muhsin, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Drs. Widiyanto, MBA. MM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
vi
6. Drs. Marimin, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan
saran terhadap penyusunan skripsi ini.
7. Drs. Sukamto, selaku Kepala SMK Negeri I Purbalingga yang telah memberikan
ijin dan fasilitas kepada penulis selama mengadakan penelitian.
8. Drs. Yosep Win Puji Punarwa, selaku Wakil Kepala Sekolah SMK Negeri I
Purbalingga bidang Sarana dan Ketenagaan yang telah banyak membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
9. Seluruh guru SMK Negeri I Purbalingga yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
10. Mas Afid, atas doa, bantuan, dan dukungan selama ini.
11. Teman-teman kost Trisanja dan Anak AP’ 02, memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini
12. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya kemampuan yang ada dalam diri penulis
terbatas, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas
keikhlasan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca maupun pihak yang
berkepentingan.
Semarang, April 2007
Penulis
vii
SARI
Laeli Kurniati. 2007. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Muhsin, M.Si, Pembimbing II. Drs. Widiyanto, MBA, M.M. 100 hal. Kata Kunci: Supervisi, Motivasi Kerja, Kinerja.
Hasil temuan awal menunjukkan adanya kendala atau persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah, frekuensi kunjungan kelas oleh kepala sekolah masih tergolong rendah, disisi lain guru memandang perlunya supervisi kepala sekolah dalam rangka pembinaan sehingga perlu dikaji pengaruhnya terhadap kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Permasalahan penelitian ini: adakah pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
Populasi penelitian ini 60 guru di SMK Negeri 1 Purbalingga. Populasi ini sekaligus sebagai sampel. Variabel yang diteliti meliputi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja sebagai variabel bebas sedangkan kinerja guru sebagai variabel terikatnya. Data diambil dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja, ditunjukkan dari p value = 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja akan diikuti dengan tingginya kinerja guru, begitu sebaliknya. Besarnya pengaruh supervisi dan motivasi kerja terhadap kinerja mencapai 20,7%.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa secara simultan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun 2007. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah menurut persepsi sebagian besar guru tergolong cukup. Oleh karena itu disarankan kepada kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas supervisi, seperti meningkatkan kunjungan kelas dalam rangka supervisi klinis, observasi perbaikan, memotivasi semangat kerja guru, meninjau rencana pembelajaran, kesesuaian antara perangkat pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran, observasi metode pembelajaran. Diharapkan dengan meningkatkan frekuensi kunjungan kelas akan menumbuhkan kinerja guru.Motivasi kerja guru tergolong baik sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan terutama dalam hal kemandirian dalam bekerja, mempertahankan pendapat dan memecahkan masalah. Diharapkan dengan meningkatnya motivasi kerja guru akan tumbuh kinerja yang lebih baik.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA....................................................................................................... vi
SARI................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Permasalahan ................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7
1.5 Sistematika Skripsi......................................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Supervisi Kepala Sekolah .............................................................. 9
2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah .................................. 9
2.1.2 Karakteristik Supervisi ......................................................... 10
2.1.3 Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pengajaran ...... 12
ix
2.1.4 Teknik-teknik Supervisi ....................................................... 13
2.2 Motivasi ......................................................................................... 16
2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja .................................................... 16
2.2.2 Teori Motivasi ...................................................................... 17
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Motivasi
Kerja .................................................................................... 23
2.2.4 Ciri-ciri Motivasi Kerja ....................................................... 23
2.3 Kinerja Guru ................................................................................. 24
2.3.1 Pengertian Kinerja ............................................................. 24
2.3.2 Unsur Kinerja .................................................................... 25
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ....................... 26
2.3.4 Penilaian Kinerja................................................................ 26
2.4 Kerangka Berpikir.......................................................................... 28
2.5 Hipotesis......................................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ 32
3.2 Variabel Penelitian ......................................................................... 32
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 33
3.4 Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 34
3.4.1 Validitas ............................................................................. 34
3.4.2 Reliabilitas ......................................................................... 37
3.5 Metode Analisis Data..................................................................... 38
3.5.1 Analisis Deskriptif Persentase ........................................... 38
3.5.2 Uji Asumsí Klasik.............................................................. 39
x
3.5.2.1 Uji Normalitas Data .............................................. 39
3.5.2.2 Uji Linieritas ......................................................... 40
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 41
3.5.2.4 Uji Multikolinieritas .............................................. 41
3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................ 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 43
4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri I Purbalingga.................. 43
4.1.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian .............................. 45
4.1.2.1 Supervisi Kepala Sekolah ..................................... 45
4.1.2.2 Motivasi Kerja Guru ............................................. 58
4.1.2.3 Kinerja Guru ......................................................... 72
4.1.3 Uji Prasyarat....................................................................... 86
4.1.3.1 Uji Normalitas Data .............................................. 86
4.1.3.2 Uji Linieritas ......................................................... 88
4.1.3.3 Uji Multikolinieritas .............................................. 88
4.1.3.4 Heteroskedastisitas ................................................ 89
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis ............................................................. 90
4.1.4.1 Uji Simultan .......................................................... 90
4.2 Pembahasan ................................................................................... 92
4.2.1 Supervisi Kepala Sekolah ................................................. 92
4.2.2 Motivasi Kerja Guru ......................................................... 93
4.2.3 Kinerja Guru ...................................................................... 94
4.2.4 Pengaruh Supervisi Terhadap Kinerja Guru ...................... 96
xi
4.2.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Guru ........................ 97
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 99
5.2 Saran............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 103
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Uji Validitas Instrumen..................................................................... 36
2. Kriteria Presentase .................................................................................... 39
3. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Kepala Sekolah................................... 45
4. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala
Sekolah....................................................................................................... 46
5. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas oleh kepala
sekolah ....................................................................................................... 46
6. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas dalam Rangka
Observasi Perbaikan Cara Mengajar Guru ................................................ 47
7. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas terhadap
Perbaikan Pengajaran................................................................................. 48
8. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi
Semangat ................................................................................................... 48
9. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Memberi Evaluasi untuk
Memotivasi Semangat Kerja Guru ............................................................ 49
10. Persepsi Guru Terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan
Kelas terhadap Semangat Kerja ................................................................. 50
11. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam
Membimbing Guru Berkaitan dengan Kurikulum ..................................... 51
12. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Peninjauan Kepala Sekolah
terhadap Rencana Pembelajaran Guru ...................................................... 51
xiii
13. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Peninjauan Kepala Sekolah
terhadap Kesesuaian Perangkat Pembelajaran dengan Pelaksanaan
Pembelajaran ............................................................................................. 52
14. Persepsi Guru Terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan
Kelas terhadap Pemahaman Kurikulum ................................................... 52
15. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam
Pengembangan Metode dan Evaluasi ....................................................... 53
16. Persepsi Guru Terhadap Frekuesi Bimbingan Kepala Sekolah tentang
teknik –teknik Evaluasi dan Pengembangan Metode Pembelajaran ......... 54
17. Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan
Kelas terhadap Pengembangan Teknik Evaluasi dan Metode
Pembelajaran ............................................................................................. 54
18. Persepsi Guru Terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Rapat-Rapat
Upaya Pembinaan ..................................................................................... 55
19. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Rapat-Rapat Evaluasi KBM .............. 56
20. Persepsi Guru Terhadap Frekuensi Pelaksanaan Pembinaan
Administrasi ............................................................................................... 56
21. Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi
Kesempatan Guru Mengikuti Kegiatan di luar Pembelajaran ................... 57
22. Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan MGMP................................. 57
23. Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan Pendidikan dan Diklat ........ 58
24. Motivasi Kerja Guru ................................................................................. 59
25. Ketekunan Menghadapi Tugas .................................................................. 59
26. Usaha Mengoreksi Hasil Ulangan Siswa ................................................... 60
xiv
27. Menyelesaikan Hasil Ulangan Siswa ........................................................ 60
28. Menyelesaikan Tugas dari Kepala Sekolah .............................................. 60
29. Ulet Menghadapi Kesulitan ....................................................................... 61
30. Menghadapi Kegaduhan dalam Kelas........................................................ 61
31. Tingkat Tanggung Jawab Menyelesaikan Tugas ...................................... 62
32. Minat terhadap Bermacam-Macam Masalah ............................................ 62
33. Tingkat Kemauan Memperbaiki dan Mengembangkan Kemampuan
Siswa ......................................................................................................... 63
34. Tindakan Guru Ketika Siswanya Mengalami Penurunan Prestasi ............ 63
35. Tingkat Kesenangan Guru untuk Bekerja Mandiri ................................... 64
36. Tindakan Guru terhadap Tugas yang diperintah Kepala Sekolah ............. 64
37. Tindakan Guru ketika Mendapat Kesempatan Seminar............................. 65
38. Tindakan Guru dalam Menghadapi masalah tugas ................................... 66
39. Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-Tugas Rutin ..................................... 66
40. Penggunaan Metode Pembelajaran dalam KBM ....................................... 67
41. Penggunaan Media Pembelajaran dalam KBM ........................................ 68
42. Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-tugas Rutin ...................................... 68
43. Mempertahankan Pendapat dalam mengikuti rapat evaluasi KBM........... 69
44. Mempertahankan Pendapat dalam Mengikuti Rapat tentang Kebijakan
Sekolah ...................................................................................................... 69
45. Tidak Melepaskan Hal-hal yang diyakini ................................................. 70
46. Senang Mencari dan Memecahkan Masalah ............................................. 70
47. Membantu Memecahkan Masalah Rekan Guru dalam Pergaulan ............ 71
48. Membantu Rekan Guru yang Mengalami Kesulitan ................................. 71
xv
49. Kinerja Guru ............................................................................................. 72
50. Kinerja Guru dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran ......................... 73
51. Kemampuan Guru dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran ................ 73
52. Penyusunan Rencana Pembelajaran........................................................... 74
53. Kemampuan Guru dalam Perencanaan Media Pembelajaran .................. 74
54. Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar ................... 75
55. Kemampuan Guru dalam Berinteraksi ...................................................... 75
56. Kemampuan Guru dalam Menyampaikan Materi ..................................... 76
57. Kemampuan Guru dalam Memotivasi ...................................................... 77
58. Kinerja Guru dalam Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik .................. 78
59. Pelaksanaan Ulangan Harian...................................................................... 78
60. Kemampuan Guru dalam Menganalisa dan Mengolah Hasil Penilaian .... 79
61. Kemampuan Guru dalam Menyusun Laporan Penilaian .......................... 79
62. Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Tindak Lanjut ...................................... 80
63. Kemampuan Menyusun Program Tindak Lanjut Hasil Penilaian ............. 80
64. Pelaksanaan Remedial ............................................................................... 81
65. Mengklasifikasikan Kemampuan Siswa ................................................... 81
66. Kinerja Guru dalam Pengembangan Profesi ............................................. 82
67. Kinerja Guru dalam Pemahaman Wawasan Pendidikan ........................... 83
68. Kemampuan Memahami Hubungan Pendidikan dan Pengajaran ............ 83
69. Kemampuan Memahami Fungsi Sekolah ................................................ 84
70. Kinerja Guru dalam Penguasaan Bahan Kajian Akademik ...................... 84
71. Persiapan Materi yang akan disajikan kepada siswa ................................. 85
72. Penguasaan terhadap Bahan Kajian .......................................................... 85
xvi
73. Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov Smirnov ..................... 86
74. Hasil Uji Linieritas .................................................................................... 88
75. Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................................ 88
76. Hasil Uji Simultan (Uji F).......................................................................... 90
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir...................................................................................... 30
2. P-P Plot Pengujian Normalitas Model Regresi ......................................... 87
3. Uji Heteroskedastisitas............................................................................... 89
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Penelitian ..................................................................................... 103
2. Daftar Nama Responden Guru ................................................................... 117
3. Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ....................................... 119
4. Uji Validitas Angket Motivasi Kerja ......................................................... 120
5. Uji Validitas Angket Kinerja Guru ............................................................ 121
6. Reliability Angket Supervisi Kepala Sekolah............................................ 122
7. Reliability Angket Motivasi Kerja ............................................................ 123
8. Reliability Angket Kinerja Guru................................................................ 124
9. Uji Normalitas............................................................................................ 125
10. Uji Linearitas Data Y * X1 ........................................................................ 126
11. Uji Linearitas Data Y * X2 ....................................................................... 127
12. Regression ................................................................................................. 128
13. Histogram................................................................................................... 129
14. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ............................ 130
15. Tabel Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ............................. 132
16. Perhitungan Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah ......................... 133
17. Perhitungan Reliability Angket Supervisi Kepala Sekolah ...................... 134
18. Tabel Uji Validitas Angket Motivasi Kerja ............................................... 135
19. Perhitungan Validitas Angket Motivasi Kerja ........................................... 136
20. Perhitungan Reliability Angket Motivasi Kerja ........................................ 137
21. Tabel Uji Validitas Angket Kinerja Guru ................................................. 138
22. Perhitungan Validitas Angket Kinerja Guru ............................................. 139
xix
23. Perhitungan Reliability Angket Kinerja Guru ........................................... 140
24. Data Hasil Penelitian ................................................................................. 141
25. Analisis Regresi Ganda ............................................................................. 142
26. Daftar Kritik r Product Moments ............................................................... 145
27. Daftar Kritik Uji T ..................................................................................... 146
28. Daftar Kritik Uji F ..................................................................................... 147
29. Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 148
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, Bangsa dan Negara.
Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, guru sebagai profesi menyandang
persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
pasal 39 (1) dan (2) dinyatakan bahwa:
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab diatas, seorang guru
dituntut memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan tertentu. Kemampuan
dan ketrampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru.
Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar
tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.
1
2
Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia
melalui sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan
mutu guru untuk menjadi tenaga profesional. Agar peningkatan mutu pendidikan
dapat berhasil. Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1999:104) peningkatan
kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya.
Untuk menjadikan guru sebagai tenaga professional maka perlu diadakan
pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru
sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya.
Untuk membuat mereka menjadi professional tidak semata-mata hanya
meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan
maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi namun perlu juga
memperhatikan guru dari segi yang lain seperti peningkatan disiplin, pemberian
motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang
layak dengan keprofesionalnya sehingga memungkinkan guru menjadi puas dalam
bekerja sebagai pendidik.
Kepuasan kerja bagi guru sebagai pendidik diperlukan untuk
meningkatkan kinerjanya. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara
harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru
berdampak pada prestasi kerja, disiplin, kualitas kerjanya. Pada guru yang puas
terhadap pekerjaannya maka kinerjanya akan meningkat kemungkinan akan
berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Kinerja guru atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
3
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan,
2001:94). Kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang
terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua
warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang
baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap
tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku manager adalah melakukan
penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat
fungsinya sebagai alat motivasi bagi pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu
sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kinerja guru, namun
penulis mencoba mengkaji masalah supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah
dan motivasi kerja guru. Supervisi dalam hal ini adalah mengenai tanggapan guru
terhadap pelaksanaan pembinaan dan bimbingan yang diberikan oleh kepala
sekolah yang nantinya berdampak kepada kinerja guru yaitu kualitas pengajaran.
Supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan
bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan
efisien (Bafadal, 2004:46). Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala
sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap professional
guru. Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting dalam
memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh
4
pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih
diwujudkan dalam diri guru apabila institusi tempat ia bekerja memberi perhatian
lebih banyak pada pembinan, pembentukan, dan pengembangan sikap profesional
(Pidarta, 1996:380)
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan
dan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi sebagai pendorong
semangat kerja (Anoraga, 1998:35). Guru menjadi seorang pendidik karena
adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan
berhasil untuk mendidik/mengajar. Keberhasilan guru dalam mengajar karena
dorongan/motivasi ini sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru telah
menyentuh kebutuhannya. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru yang
diminatinya karena sesuai dengan kepentingannya sendiri. Guru yang termotivasi
dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan-
kebutuhan guru yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan kinerjanya.
Kegiatan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru akan
berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru, guru yang puas dengan
pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka ia akan
bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapat membuat produktivitas kerja guru
meningkat. Tetapi jika guru kurang puas terhadap pelaksanaan supervisi kepala
sekolah dan motivasi kerjanya rendah maka guru dalam bekerja kurang bergairah,
hal ini mengakibatkan produktivitas guru menurun.
5
“Berdasarkan laporan Balitbang depdiknas tahun 2002, dari 1.054.859
guru SD di Indonesia ternyata hanya sekitar 30% yang layak mengajar dikelas
dihadapan para siswa dan yang selebihnya tidak layak. Untuk guru SLTP, SMU,
dan SMK angkanya hampir sama”.(www.suaramerdeka.com/harian.htm)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di
SMK Negeri I Purbalingga ditemukan bahwa masih banyak kendala atau
persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Secara
umum persoalan tersebut meliputi: kualitas supervisi dari kepala sekolah yang
masih tergolong rendah. Padahal tujuan supervisi untuk membantu guru-guru
melihat dengan jelas tujuan pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan
itu dengan membina dan mengembangkan metode-metode dan prosedur
pengajaran yang lebih baik.
Selain itu banyak guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan
mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap
menurunnya produktivitas/kinerja guru.Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah
untuk memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya.
Sarni dalam tesisnya berjudul”Pengaruh Kreativitas kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Supervisi Pengajaran oleh Pengawas Sekolah terhadap Kinerja Guru
di 29 SMP Negeri kabupaten Batang” menyimpulkan ada pengaruh yang
6
signifikan antara kreatifitas kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi
pengajaran terhadap kinerja guru di 29 SMP N dikabupaten Batang. Namun untuk
penelitian tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja
guru berdasarkan kajian pustaka yang saya telusuri belum ada yang melakukan
oleh karena itu topik tersebut perlu diteliti.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
Guru Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri I Purbalingga Tahun Ajaran
2006/2007”.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja
guru SMK Negeri I Purbalingga?
2. Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru
terhadap kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga ?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh supervisi kepala sekolah dan
motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan
motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan secara teoritis
1. Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai supervisi kepala sekolah,
motivasi kerja serta kinerja.
2. Untuk mengembangkan wawasan mengenai supervisi kepala sekolah,
motivasi kerja serta kinerja guru SMK Negeri I Purbalingga.
1.4.2 Kegunaan secara praktis
1. Sebagai bahan masukan atau input bagi SMK Negeri I Purbalingga agar
mampu mengambil langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja
guru melalui supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru.
2. Memberi dorongan para guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan melalui
supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja yang nantinya dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
8
1.5 Sistematika Skripsi
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi skripsi maka
secara garis besar sistematikanya dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Bagian awal skripsi yang berisi: sampul, lembar berlogo, halaman judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan
persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar serta
daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi terdiri atas:
Bab I PENDAHULUAN
Diuraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II LANDASAN TEORI PENELITIAN
Membahas landasan dan konsep-konsep serta teori-teori yang dijadikan
landasan dalam penelitian
Bab III METODE PENELITIAN
Membahas tentang populasi penelitian, variabel, metode pengumpulan
data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran kepada pihak yang terkait
3. Bagian akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Supervisi Kepala Sekolah
2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah
Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif (Purwanto, 2003:32)
Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan
terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang
berhubungan tugas-tugas utama pendidikan.
Menurut carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan
pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran (Sahertian, 2000:17)
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial
yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut
maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai
meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan
bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu
semaksimal mungkin dapat tercapai.
9
10
Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah
dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya
dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata
serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha
meningkatkan hasil belajar siswa.
2.1.2 Karakteristik supervisi
Menurut Mulyasa (2004:112) Salah satu supervisi akademik yang populer
adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap
berada di tangan tenaga kependidikan.
2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala
sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala
sekolah.
4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru.
5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor
lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada
memberi saran dan pengarahan.
6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,
pengamatan, dan umpan balik.
7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor
terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.
11
8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan
dan memecahkan suatu masalah.
2.1.3 Faktor yang mempengarui berhasil tidaknya supervisi
Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:
1. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota
besar, di kota kecil, atau pelosok. Dilingkungan masyarakat orang-orang kaya
atau dilingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu.
Dilingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.
2. Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah
sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan
muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.
3. Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau
sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya
memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.
4. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah
itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi,
hasrat kemampuannya, dan sebagainya.
5. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor
yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya
situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak
mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan
ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh
12
kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang
mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.
2.1.4 Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran
Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain:
1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses belajar-mengajar.
3. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan
metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang
sedang berlaku.
4. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai
sekolah lainnya.
5. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk
mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
6. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau komite
sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.
13
2.1.5 Teknik-teknik supervisi
Menurut Purwanto (2004:120-122), secara garis besar cara atau tehnik
supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik
kelompok.
1. Teknik perseorangan
Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition)
Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-
waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk
melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya
untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi
syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk
melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu
diperbaiki.
b. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk
melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-
cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan
alat atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan
metode tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi
panel, fish bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.
c. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan
atau mengatasi problema yang dialami siswa
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak
14
dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami
perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya.
Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh
siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu
sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang
mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.
d. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain :
1) Menyusun program catur wulan atau program semester
2) Menyusun atau membuat program ssatuan pelajaran
3) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar
6) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, study tour, dan sebagainya.
2. Teknik kelompok
Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya
berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam
perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru.
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-
kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah
terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna
15
membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan
dan peranan proses belajar-mengajar.
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-
penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru
bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan
penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-
penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau
wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan
membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran,
agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Menurut Gwynn, dalam Bafadal (2004 :48-50), teknik supervisi
digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik
kelompok. Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2)
percakapan pribadi, 3) kunjungan antarkelas, 4) penilaian sendiri. Sedang
teknik supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3)
laboratorium kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6)
perjalanan staf, 7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi
profesional, 10) bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13)
pertemuan guru.
Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut diatas dapat diambil
kesimpulan, bahwa supervisi kepala sekolah adalah proses pembinaan kepala
sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar.
Adapun teknik yang biasa digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan baik
formal maupun informal serta melibatkan guru lain yang dianggap berhasil
dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan
16
kepala sekolah dalam mensupervisi gurunya, namun dalam penelitian ini
hanya indikator : kunjungan kelas, semangat kerja guru, pemahaman tentang
kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi, rapat-rapat pembinaan, dan
kegiatan rutin diluar mengajar yang kami teliti sedangkan indikator lain tidak
kami teliti karena kurang mengungkap masalah yang kami teliti
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan
dan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi sebagai pendorong
semangat kerja (Anoraga, 1998:35). Menurut Hasibuan (2005:65), motivasi
adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang,
agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya
untuk mencapai kepuasan.
Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2005:145), motivasi adalah keinginan
yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan.
Meurut As’ad (1995:45), motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja
secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
atau pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi maupun tujuan individual.
17
Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan sesuatu tindakan tertentu
untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi kerja merupakan kondisi psikologis
yang mendorong pekerja melakukan usaha menghasilkan barang atau jasa
sehingga dapat tercapai suatu tujuan.
2.2.2 Teori Motivasi
Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang
mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong perbuatan
kea rah tujuan tertentu adalah motivasi.
Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan,
pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada
dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan
motivasi seseorang untuk berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Orang mau
bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil
pekerjaannya.
Abraham H. Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa
kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan psikologis dan
biologis berupa material. Maslow menggolongkan adanya lima kebutuhan
manusia. (Hasibuan, 2003:104).
18
Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk
bekerja menurut Maslow adalah:
a. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan,
papan. Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang
baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.
b. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan
Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan
ini dapat menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari
kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan ini
mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di
tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam
tertentu.
c. Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman,
mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia
pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun
manusia ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari :
19
1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja.
2) Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya
penting. Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang
tetap merasa dirinya penting.
3) Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi
kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan
kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.
4) Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa
senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan
saran atau pendapat pada pimpinan.
d. Kebutuhan akan penghargaan diri/status
Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise
dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul
karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan
kecakapan, kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai
prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai
orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri ini berbeda dengan kebutuhan lain
dalam dua hal. Kebutuhan aktualisasi diri hanya dapat dipenuhi atas usaha
individu itu sendiri. Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan
20
individu. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus terutama sejalan
dengan meningkatnya jenjang karier seorang individu.
Kimbal willes dalam Bafadal (2004:101-102) menegaskan ada delapan hal
yang diinginkan guru melalui kerjanya, yaitu adanya rasa aman dan hidup layak,
kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan, perlakuan yang wajar dan
jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan atas sumbangan, ikut ambil
bagian dalam pembentukan kebijakan sekolah, dan kesempatan mempertahankan
self respect.
1. Rasa aman dan hidup layak
Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi adanya jaminan ketercukupan
akan makan, pakaian, dan perumahan bagi guru maupun keluarganya sehingga
mereka bisa hidup sebagaimana orang lain hidup secara layak. Sedangkan rasa
aman berkenaan dengan kebebasan dari tekanan-tekanan batin, rasa takut akan
masa depannya, serta adanya jaminan kesehatan.
2. Kondisi kerja yang menyenangkan
Suasana kerja meliputi tempat kerja, perlengkapan kerja, dan
kepemimpinankerja. Kondisi kerja yang menyenangkan, misalnya tempat
kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan yang cukup, serta adanya
bimbingan. Oleh karena itu, walaupun gedungnya sederhana hendaknya selalu
dibersihkan dan diatur rapi sehingga membuat orang senang bekerja di
dalamnya.
21
3. Rasa diikutsertakan
Sebagai manusia, apapun jabatannya, baik sebagai guru, pegawai tata
usaha maupun lainnya, semuanya ingin merasa dirinya termasuk dalam
anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung
mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus
memberi kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin
hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya.
4. Perlakuan yang wajar dan jujur
Seorang pemimpin bertugas membina persatuan antara anggotanya.
Perlakukan setiap anggota dengan wajar dan adil. Janganlah sekali-kali pilih
kasih, dimana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian. Jika
kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan
perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok.
5. Rasa mampu
Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi mereka diakui
oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap anggota
kelompoknya mampu menunaikan tugasnya dan mengakui setiap anggota
kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai
tujuan kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala
sekolah harus selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru.
6. Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan
Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang lainnya. Begitu pula
setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia lakukan demi
22
kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru lainnya.
Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan merasa
gembira dalam bekerja.
7. Ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah
Semua guru ingin ikut mbil bagian dalam membuat kebijakan sekolah.
Hasrat ini merupakan hasrat asasi manusia. Jika semua guru diikutsertakan
dalam membuat policy sekolah mereka merasa dipentingkan dalam sekolah.
Pengalaman membuktikan bahwa jika tujuan ditetapkan bersama oleh
kelompok maka semua anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas
pelaksanaannya.
8. Kesempatan mengembangkan ”self respect”
Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar dapat melakukan
apa yag harus dilakukan tanpa harus dididik pimpinan. Berilah kesempatan
merencanakan bersama, jangan banyak diperintah, tetapi sebaliknya,
memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif.
Sedang Claude S. George dalam Hasibuan (2005:163) mengemukakan
bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan
suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu 1) upah yang adil dan layak, 2)
kesempatan untuk maju/promosi, 3) pengakuan sebagai individu, 4) keamanan
kerja, 5) tempat kerja yang baik, 6) penerimaan oleh kelompok, 7) perlakuan yang
wajar, 8) pengakuan atas prestasi.
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja
Frederich Hersberg dalam Sedarmayanti (2001:67) menyatakan pada
manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan dilingkungan
23
pekerjaannya. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan ada enam faktor motivasi
yaitu (1) prestasi, (2) pengakuan, (3) kemajuan/kenaikan pangkat, (4) pekerjaan
itu sendiri, (5) kemungkinan untuk tumbuh, (6) tanggung jawab. Sedangkan untuk
pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1)
kebijaksanaan, (2) supervisi teknis, (3) hubungan antar manusia dengan atasan, (4)
hubungan manusia dengan pembinanya, (5) hubungan antar manusia dengan
bawahannya, (6) gaji dan upah, (7) kestabilan kerja, (8) kehidupan pribadi, (9)
kondisi tempat kerja, (10) status
2.2.4 Ciri-ciri motivasi kerja
Menurut Sardiman (2005:83) dalam buku interaksi dan motivasi belajar
mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai)
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah.
4. Lebih senang bekerja sendiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memilik
motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki ciri-
ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri
motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan
pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri.
24
guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu,
juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan
rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum dan
berfikir bagaimana cara pemecahannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari motivasi kerja guru adalah dorongan
bagi seorang guru untuk melakukan pekerjaan dalam kegiatan belajar mengajar
tercapai agar tercapai tujuan sesuai rencana.
Indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru adalah :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas yang rutin
6. Dapat mempertahankan pendapatnya
7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini
8. Senang mencari dan memecahkan masalah
2.3 Kinerja Guru
2.3.1 Pengertian Kinerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503) kinerja
berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan atau kemampuan kerja. Dalam
sebuah artikel yang diterbitkan oleh lembaga administrasi negara (1992:12)
merumuskan kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah Performance yang
artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau
hasil kerja.
Menurut Simamora (1997:327) kinerja adalah tingkat pencapaian standar
pekerjaan. Sementara Nawawi (1997:235) menegaskan bahwa kinerja yang
diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik fisik /
material maupun non material.
25
Menurut Anwar (1986:86) memberikan pengertian kinerja sama dengan
performance yang esensinya adalah berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas
yang telah dijabarkan telah dapat diwujudkan atau dilaksanakan yang
berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang menggambarkan pola
perilaku sebagai aktualisasi dan kompetensi yang dimiliki. Dalam kajian yang
berkenaan dengan profesi guru, Anwar (1986: 22) memberikan pengertian kinerja
sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada
waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia
melaksanakan interaksi belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik
dalam benmtuk program semester maupun persiapan mengajar.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat dan teori kinerja guru
diatas, bahwa kinerja guru adalah persiapan, pelaksanaan, dan pencapaian guru
dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar dikelas.
2.3.2 Unsur Kinerja
Berdasarkan pengertian diatas kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu:
1. Unsur waktu, dalam arti hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu,
dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode
dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan maupun tahun.
2. Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada
akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus
memberikan hasil setengah dari keseluruhan.
3. Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus menguasai betul dan bersedia
mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja yang efektif dan
efisien, ditambahkan pula dalam bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja
dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus bekerja berlebihan.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
26
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal
dari dalam diri maupun yang berasal dari luar. Tiffin dan Mccormick (1975: 79)
menyatakan ada 2 (dua) macam faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang yaitu:
1. Faktor Individual
Yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat fisik,
keinginan atau motivasinya, umur, jenis kelamin, pendidikan,pengalaman
kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel personal lainnya.
2. Faktor Situasional
Faktor sosial dan organisasi, meliputi : kebijaksanaan organisasi, jenis latihan
dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
3. Faktor fisik dan pekerjaan, meliputi : metode kerja, desain dan kondisi alat-
alat kerja, penataan ruang kerja dan lingkungan kerja (seperti penyinaran,
kebisingan dan fentilasi).
2.3.4 Penilaian Kinerja
Tugas manajer (Kepala Sekolah) terhadap guru salah satunya adalah
melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk
mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai
setiap guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan
berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya.
Penilaian kinerja menurut Simamora (1997: 415) adalah alat yang
berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga
untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Sejalan dengan
27
pendapat Hasibuan (2000: 87) penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk
mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan
selanjutnya.
Sehubungan dengan hal diatas maka penilaian kinerja guru berdasarkan
Standar Kompetensi Guru. Dalam bukunya Suparlan yang berjudul Guru sebagai
Profesi, standar kompetensi guru dapat diartikan sebagai ”suatu ukuran yang
ditetapkan atau dipersyaratkan”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa Standar
Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar
berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas,
kualifikasi dan jenjang pendidikan. Berdasarkan pengertian tersebut, standar
kompetensi guru dibagi dalam tiga komponen yang saling mengait, yakni: 1.)
pengelolaan pembelajaran, 2.) pengembangan profesi, dan 3.) penguasaan
akademik.
Ketiga komponen SKG tersebut, masing-masing terdiri atas beberapa
kompetensi, komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua
memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga terdiri atas dua kompetensi.
Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi 7 (tujuh)
kompetensi dasar, yaitu:
1. Penyusunan rencana pembelajaran
2. Pelaksanaan interaksi belajar- mengajar
3. Penilaian prestasi belajar peserta didik
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
28
5. Pengembangan profesi
6. Pemahaman wawasan kependidikan
7. Penguasaan bahan kajian akademik (sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan. (Standar Kompetensi Guru Direktorat Tenaga Kependidikan 2003)
Berdasarkan pendapat dan teori diatas bahwa supervisi merupakan proses
pembinaan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru dan
motivasi kerja guru adalah dorongan untuk merubah kinerja guru kearah yang
lebih baik
2.4 Kerangka Berpikir
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi
sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu
diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong bawahannya/guru-gurunya
supaya berkinerja lebih tinggi lagi.
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu
mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika kepala
sekolah sebagai supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya
dengan baik melaksanakan supervisi pendidikan secara efektif dan profsional
maka logikanya pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan
kinerja guru.
Disamping itu motivasi kerja guru sebagai perangsang keinginan dan daya
gerak yang menyebabkan seorang guru bersemangat dalam mengajar karena
29
terpenuhi kebutuhannya. Guru yang bersemangat dalam mengajar terlihat dalam
ketekunannya ketika melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang tinggi dalam
memecahkan masalah, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini berdampak pada
kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa terdapat
pengaruh antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja
guru.
30
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Negeri I Purbalingga Tahun Ajaran 2006/2007
X1 : Supervisi Kepala Sekolah Indikatornya: a. Kunjungan kelas b. Semangat kerja guru c. Pemahaman tentang kurikulum
baru d. Pengembangan metode dan
evaluasi e. Rapat-rapat pembinaan f. Kegiatan rutin diluar mengajar
Y : Kinerja Guru Indikatornya: a. Penyusunan rencana
pembelajaran b. Pelaksanaan
interaksi belajar mengajar
c. Penilaian prestasi belajar peserta didik
d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian peserta didik
e. Pengembangan diri f. Pemahaman
wawasan g. Penguasaan bahan
kajian akademik
X2 : Motivasi Kerja Guru Indikatornya: a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandirie. Cepat bosan pada tugas yang
rutin f. Dapat mempertahankan
pendapatnya g. Tidak pernah mudah
melepaskan hal yang diyakinih. Senang mencari dan
memecahkan masalah
31
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Arikunto,
1996: 67). Suatu hipotesis akan diterima apabila data yang dikumpulkan
mendukung pernyataan maka hipotesis diterima. Hipotesis merupakan anggapan
dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus diuji kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja (Ha): ‘’Ada Pengaruh Positif
Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK
Negeri I Purbalingga”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (1998:115), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Negeri 1
Purbalingga yang berjumlah 60 orang. Karena jumlah kurang dari 100, maka
semua populasi menjadi subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Arikunto (1998:112), apabila subyek kurang dari seratus lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto,1998:99).
1. Variabel Bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap sesuatu gejala.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Supervisi Kepala Sekolah (X1), dengan indikator: 1.) supervisi kunjungan
kelas, 2.) semangat kerja guru, 3.) pemahaman tentang kurikulum, 4.)
pengembangan metode dan evaluasi, 5.) rapat-rapat pembinaan, 6.)
kegiatan diluar mengajar.
b. Motivasi Kerja (X2), dengan indikator: 1.) tekun menghadapi tugas, 2.)
ulet menghadapi kesulitan, 3.) menunjukkan minat, 4.) lebih senang
bekerja mandiri, 5.) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, 6.) dapat
32
33
mempertahankan pendapatnya, 7.) tidak pernah melepaskan hal yang
diyakini, 8.) senang mencari dan memecahkan masalah.
2. Variabel Terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi suatu gejala. Adapun yang
menjadi variabel terikat (Y) adalah Kinerja guru yakni standar kompetensi
guru yang meliputi 7 (tujuh) kompetensi dasar: 1) penyusunan rencana
pembelajaran, 2) pelaksanaan interaksi belajar-mengajar, 3) penilaian prestasi
belajar peserta didik, 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi
belajar peserta didik, 5) pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan
kependidikan, 7) penguasaan bahan kajian akademik.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan
metode interview, tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya (Arikunto 1998:225).
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan metode antara lain:
1. Metode angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,1998:140).
Dalam menyususn kuesioner ini peneliti menggunakan skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena tertentu (Sugiyono, 2001:86). Jadi dengan
skala likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana supervisi kepala sekolah,
motivasi kerja serta kinerja guru di SMK Negeri I Purbalinggga.
34
Angket pertanyaan ini menggunakan empat alternatif jawaban dengan
bobot skor sebagai berikut:
a. Jawaban a diberi skor 4
b. Jawaban b diberi skor 3
c. Jawaban c diberi skor 2
d. Jawaban d diberi skor 1
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236). Data dapat diperoleh dari sumber
tertulis yang berhubungan dengan penelitian yaitu informasi tentang jumlah guru
dan karyawan serta data-data mengenai kepegawaian yang ada pada SMK Negeri
I Purbalingga.
3.4 Validitas dan Reliabilitas
3.4.1 Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi (Arikunto,1998:160).
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal.
Validitas internal dalah validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara
bagian-bagian instrumen secara keseluruhan (Arikunto,1998: 138).
35
Dalam pengujian validitas internal dapat digunakan dua cara yaitu
analisis faktor dan analisis butir. Adapun cara pengukuran analisis butir adalah
dengan skor butir dikorelasikan dengan skor total dengan menggunakan rumus
Product Moment, yaitu:
rxy=( )( )
( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYN
∑−∑−∑
∑∑−∑
∑
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
n : Jumlah subyek atau responden
x : Skor butir
y : Skor total
(Arikunto,1998: 162)
Kesesuaian harga rxy yang diperoleh dari perhitungan dengan
menggunakan rumus di atas dikonsultasikan dengan tabel r kritik product moment
dengan kaidah keputusan apabila r hitung > r tabel, maka instrumen dikatakan
valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel, maka instrument dikatakan tidak valid
dan tidak layak untuk pengambilan data. Hasil analisis validitas dapat dilihat pada
lampiran 3 halaman 119-121 dan terangkum pada tabel 3.1
36
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
Supervisi kepala sekolah Motivasi kerja Kinerja guru No Pearson
Correlation Kriteria Pearson Correlation Kriteria Pearson
Correlation Kriteria
1 0.678 Valid 0.564 Valid 0.567 Valid 2 0.594 Valid 0.558 Valid 0.715 Valid 3 0.596 Valid 0.646 Valid 0.605 Valid 4 0.647 Valid 0.856 Valid 0.027 Tidak valid 5 0.596 Valid 0.701 Valid 0.696 Valid 6 0.681 Valid 0.773 Valid 0.764 Valid 7 0.672 Valid 0.728 Valid 0.762 Valid 8 0.532 Valid 0.547 Valid 0.586 Valid 9 0.761 Valid 0.002 Tidak valid 0.699 Valid
10 0.530 Valid 0.754 Valid 0.529 Valid 11 -0.080 Tidak valid 0.648 Valid 0.664 Valid 12 0.611 Valid 0.832 Valid 0.611 Valid 13 0.856 Valid 0.771 Valid 0.554 Valid 14 0.377 Tidak valid 0.662 Valid 0.664 Valid 15 0.849 Valid 0.581 Valid -0.050 Tidak valid 16 0.779 Valid -0.130 Tidak valid 0.205 Tidak valid 17 0.564 Valid 0.122 Tidak valid 18 0.552 Valid 0.612 Valid 19 0.625 Valid 20 0.594 Valid 21 0.705 Valid
Sumber: data penelitian diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 3.1, pada variabel supervisi kepala sekolah terdapat 2
item yang tidak valid yaitu no 11 dan no 14 dengan rhitung -0,080 dan 0,377, untuk
variabel motivasi kerja terdapat 2 item yang tidak valid yaitu nomor 9 dan 16
dengan rhitung 0.002 dan -0.130, sedangkan untuk variabel kinerja guru terdapat 4
item yang tidak valid yaitu nomor 4, nomor 15, nomor 16 dan nomor 17 dengan
rhitung masing-masing 0.027, -0.050, 0.205 dan 0.122. Karena dari masing-masing
indikator sudah terwakili maka Item-item yang kurang dari rtabel pada taraf
kesalahan 5% dengan n = 15 yaitu 0,514 atau tidak valid tersebut dihilangkan.
37
3.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1998 : 170).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, digunakan uji reliabilitas internal
yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil pengetesan dengan
rumus sebagai berikut:
r11= ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ ∑−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
− 2
2
11 t
b
kk
σσ
Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya pertanyaan
2bσ∑ : Jumlah varian butir
2tσ : Varian total
(Arikunto.1998:193)
Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan r tabel rata-rata
signifikansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga perhitungan lebih besar
dari r tabel, maka instrument dikatakan reliabel. Untuk mencari varian butir
digunakan rumus :
( )
NNX
X∑ ∑−=
22
2σ
Keterangan :
σ : Varian tiap butir
38
X : Jumlah skor butir
N : Jumlah responden
Hasil analisis reliabilitas diperoleh r11 untuk variabel supervisi kepala
sekolah mencapai 0,874, untuk variabel motivasi kerja sebesar 0,886 dan untuk
variabel kinerja guru sebesar 0,854. Ketiga koefisien reliabilitas tersebut melebihi
rtabel = 0,514 yang berarti bahwa ketiga instrumen dalam kategori reliabel.
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan
rumus atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian.
Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka
penarikan kesimpulan. Adapun metode analisi data yang dipergunakan meliputi
analisis deskriptif dan analisis regresi.
3.5.1 Analisis Deskriptif Persentase
Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada penelitian
yaitu supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru SMK
Negeri 1 Purbalingga. Adapun rumusnya adalah:
% = %xNn 100
Keterangan :
n : Jumlah skor jawaban responden
N : Jumlah seluruh skor ideal
% : Tingkat keberhasilan yang dicapai
(Mohamad Ali, 1992: 184)
39
Perhitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menetapkan skor tertinggi dan skor terendah
b. Menetapkan range yang dicari yaitu selisih antara skor tertinggi dan skor
terendah
c. Menetapkan interval yaitu range dibagi jumlah option
d. Untuk mengetahui kriteria perhitungan dibuat tabel
Dalam menentukan interval persentase untuk menentukan kategori data
dilakukan dengan cara:
Persentase tertinggi : 55 x 100% = 100%
Persentase terendah :51 x 100% = 20%
Jarak : 100% - 20% = 80%
Interval kriteria : 80% : 5 = 16%
Tabel 3.2 kriteria persentase
Interval kriteria Kriteria 85< % skor <100 Sangat baik 70< % skor <85 Baik 55< % skor <70 Cukup 40< % skor <55 Kurang baik 25< % skor <40 Tidak baik
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas Data
Untuk keperluan analisis data selanjutnya, maka akan lebih mudah dan
lancar bila variabel-variabel yang diteliti mengikuti distribusi tertentu. Dari teori
kemungkinan apabila populasi yang diteliti berdistribusi normal maka konklusi
bisa diterima, tetapi apabila populasi tidak berdistribusi normal maka konklusi
40
berdasarkan teori tidak berlaku. Oleh sebab itu, sebelum mengambil keputusan
berdasarkan teori tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu normalitas distribusinya,
apakah pada taraf signifikansi tertentu atau tidak. Pengujian normalitas data
dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi penelitian masing-
masing variabel penelitian. Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji
normalitas Kolmogorov-Smirnof (Santoso 1999:311). Data dianalisis dengan
bantuan komputer program SPSS versi 12 Windows 2000. Dasar pengambilan
keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 maka data penelitian
berdistribusi normal. Di samping menggunakan uji Kolmogorov Smirnov analisis
kenormalan data ini juga didukung dari Plot of Regression Standardized Residual.
Apabila grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata diperoleh titik-titik yang
mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi
normal.
3.5.2.2 Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya
suatu distribusi sebuah data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas
akan menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji
linieritas merupakan data yang linier maka digunakan analisis regresi linier.
Sebaliknya jika hasil uji linieritas merupakan data yang tidak linier maka analisis
regresi yang digunakan nonlinier. Dasar pengambilan keputusan dari uji ini dapat
dilihat dari nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan
bahwa hubungannya bersifat linier.
41
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Secara grafis dapat dilihat dari multivariate standardized Scatterplot. Dasar
pengambilannya apabila sebaran nilai residual terstandar tidak membentuk pola
tertentu namun tampak random dapat dikatakan bahwa model regresi bersifat
homogen atau tidak mengandung heteroskedastisitas.
3.5.2.4 Uji Multikolinieritas
Uji persamaan selanjutnya adalah uji kolinieritas untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi di antara sesama variabel bebas. Model regresi dalam penelitian
ini dapat memenuhi syarat apabila tidak terjadi multikolinieritas atau adanya
korelasi di antara variabel bebas (Santosa 1999:293). Pengujian multikolinieritas
ini dapat dilihat dari nilai variance inflatio factor (VIF). Antara variabel bebas
dikatakan multikolinieiritas apabila toleransinya < 0,1 dan VIF > 10.
3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu antara supervisi kepala sekolah,
motivasi kerja terhadap kinerja.
Persamaan regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut:
Y=a+b1X1+b2X2
Keterangan :
Y = Variabel terikat kinerja
a = Bilangan konstanta
b1 = koefisien regresi supervisi kepala sekolah (X1)
b2 = koefisien regresi motivasi kerja (X2)
(Algifari,1997:51)
42
Untuk menentukan persamaan linier menggunakan program komputerisasi
yaitu SPSS.
Uji Simultan (Uji F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat. Untuk membuktikan
kebenaran hipotesis digunakan uji distribusi F dengan cara membandingkan antara
nilai F hitung dengan F tabel. Apabila perhitungan F hitung >F tabel atau p value
< 0,05 maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari
regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak.
Sebaliknya jika F hitung < F tabel maka Ho diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel bebas tidak mampu menjelaskan variabel terikat.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Purbalingga
SMK Negeri 1 Purbalingga beralamat di Jl. Mayjend Sungkono 34
Purbalingga Telp/Fax. (0281) 891550 / (0281) 895265 Email :
[email protected]. Website : http://www.smkn1pbg.cjb.net SMK
Negeri Purbalingga di pimpin oleh 1 Kepala Sekolah yaitu Drs.Sukamto.
Program/bidang keahlian di SMK Negeri 1 Purbalingga adalah Akuntansi,
sekretaris, penjualan, rekayasa perangkat lunak, teknik computer dan jaringan.
Jumlah guru SMK Negeri 1 Purbalingga ada 60 guru. sedangkan jumlah siswa
terdapat 920 dengan rincian : kelas I berjumlah 320 siswa, kelas II berjumlah 316
siswa, dan kelas III ada 284 siswa.
Visi SMK N I Purbalingga : SMK Negeri I Purbalingga sebagai pusat
pendidikan dan latihan profesi berstandar nasional.
Misi SMK Negeri I Purbalingga :
1. Menghasilkan lulusan sebagai calon pegawai kantor dan calon pedagang
berkualitas, berwawasan lingkungan dan berorientasi masa depan.
2. Menyelenggarakan sertifikat keahlian Bahasa Inggris berstandar TOEIC serta
keahlian Sekretaris dan Akuntansi Berstandar Nasional.
3. Mengusahakan pembelajaran yang kompetitif untuk prakerin ke luar negeri.
4. Mengembangkan fungsi SMK sebagai penyelenggara program diploma dan
kursus-kursus
43
44
Tujuan SMK Negeri 1 Purbalingga
Sejalan dengan target pencapaian tujuan yang menjadi program sekolah tahun
2006/2007 ada tuju target sebagai berikut :
1. Lulusan mulai 2006/2007 mencapai rata-rata NUN ≥ 7,0 dan lulusan ujian
Kompetensi dari Asosiasi (DUDI) tiap program keahlian ≥ 75%.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam Bahasa Inggris melalui tes TOEIC,
bagi tingkat III tahun 2006/2007 mencapai > 10% dengan skor > dari 500
3. Meningkatkan daya serap masyarakat terhadap lulusan dengan masa tunggu
satu tahun pada lulusan tahun 2006/2007 telah bekerja > 70%
4. Menghasilkan calon pedagang sebanyak 10% bagi lulusan 2006/2007
5. Siswa ada yang dapat mengikuti prakerin ke Luar Negeri pada tahun
2006/2007
6. Membuka kursus-kursus dan merintis Program Diploma pada tahun
2006/2007
7. Meningkatkan keuntungan unit produksi (kafe, toko, bank, persewaan
gedung) setiap tahun meningkat ≥ 10%
Sasaran SMK Negeri Purbalingga
Target yang ingin dicapai sebagai berikut :
1. Semua program keahlian lulus dengan rata-rata NUN = 7,00.
2. Semua program keahlian lulus Uji Kompetensi Asosiasi = 60%
3. Lulusan dengan tes TOEIC score > 500= 7%
4. Daya serap seluruh lulusan (kerja+melanjutkan) = 60%,
5. Calon program khusus program diklat Penjualan = 70%
6. LPK siap mengeluarkan sertifikat = 600 lembar
45
4.1.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian
4.1.2.1 Supervisi Kepala Sekolah
Persepsi guru terhadap supervisi yang dilakukan kepala sekolah SMK
Negeri 1 Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Persepsi Guru terhadap Supervisi Kepala Sekolah
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 0 0.0 70< % skor <85 Baik 9 15.0 55< % skor <70 Cukup 38 63.3 40< % skor <55 Kurang baik 10 16.7 25< % skor <40 Tidak baik 3 5.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar (63,3%)
guru SMK Negeri 1 Purbalingga memandang bahwa supervisi yang dilakukan
kepala sekolahnya tergolong cukup, bahkan sebanyak 16,7% memandang kurang
baik dan 5% memandang tidak baik. Dari data hanya 15% guru yang memiliki
persepsi baik tentang supervisi yang dilakukan kepala sekolahnya. Berdasarkan
data ini menunjukkan bahwa supervisi kunjungan kelas, tindakan memberi
semangat, memberi pemahaman tentang kurikulum, pengembangan metode,
rapat-rapat pembinaan dan kegiatan rutin di luar mengajar masih belum optimal.
1. Supervisi Kunjungan Kelas
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor salah satunya adalah melakukan
kunjungan kelas untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang
mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah
sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata
lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu
diperbaiki. Namun kenyataan yang ada kepala sekolah SMK Negeri 1 Purbalingga
46
menurut persepsi sebagian besar guru masih belum dilaksanakan secara baik.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Persepsi Guru terhadap Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 0 0.0 70< % skor <85 Baik 7 11.7 55< % skor <70 Cukup 38 63.3 40< % skor <55 Kurang baik 11 18.3 25< % skor <40 Tidak baik 4 6.7
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel sebanyak 63,3% guru memandang bahwa pelaksanaan
kunjungan kelas oleh kepala sekolah masih tergolong cukup, bahkan 18,3% guru
memandang kurang baik dan 6,7% memandang tidak baik. Dari data tersebut
hanya 11,7% guru yang menganggap bahwa pelaksanaan kunjungan kelas
tergolong baik. Dari data ini menunjukkan frekuensi kunjungan kelas dalam
rangka supervisi maupun observasi untuk memperbaiki cara mengajar guru masih
tergolong rendah karena dalam satu semester hanya 1-2 kali kunjungan.
Tabel 4.3 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas
Oleh kepala sekolah
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 0 0.0 2 3-4 kali 7 11.7 3 1-2 kali 42 70.0 4 Tidak pernah 11 18.3 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.3, hanya 11,7% guru yang merasa pernah dikunjungi
kepala sekolah antara 3-4 kali dalam satu semester, namun 70% guru merasa
47
hanya dikunjungi 1-2 kali bahkan masih ada 18,3% guru yang tidak pernah
dikunjungi kepala sekolah.
Terkait dengan kunjungan kelas dalam rangka observasi perbaikan cara
mengajar guru menurut persepsi guru juga masih tergolong kurang karena dalam
satu semester hanya 1-2 kali, bahkan ada guru yang tidak pernah dikunjungi
kepala sekolah dalam rangka observasi tersebut.
Tabel 4.4 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kunjungan Kelas dalam
Rangka Observasi Perbaikan Cara Mengajar Guru
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 1 1.6 2 3-4 kali 7 11.7 3 1-2 kali 28 46.7 4 Tidak pernah 24 40.0 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.4, sebanyak 46,7% guru merasa pernah dikunjungi
oleh kepala sekolah dalam rangka observasi perbaikan cara pengajaran antara 1-2
kali dalam satu semester, bahkan 40% guru tidak pernah dikunjungi. Dari data
hanya 11,7% yang pernah dikunjugi 3-4 kali dan 1,6% dikunjungi lebih dari 4
kali.
Di satu sisi, guru merasa perlu adanya supervisi kunjungan kelas demi
perbaikan proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari persepsi guru bahwa
manfaat supervisi kelas terhadap perbaikan proses belajar mengajar dapat
mencapai 75% atau lebih.
48
Tabel 4.5 Persepsi Guru terhadap Besarnya Manfaat Supervisi Kunjungan Kelas terhadap
Perbaikan Pengajaran
No Besarnya manfaat supervisi
terhadap perbaikan pengajaran Frekuensi Persentase 1 75%-100% 45 75.0 2 50%-74% 4 6.7 3 25%-49% 10 16.7 4 < 25% 1 1.6 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.5, sebanyak 75% guru merasa bahwa manfaat
supervisi kunjungan kelas terhadap perbaikan pengajaran antara 75%-100%. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar merasa memperoleh manfaat yang tinggi
dengan adanya supervisi kunjungan kelas.
2. Memberi Semangat Kerja Guru
Salah satu kegiatan atau usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor adalah membangkitkan dan
merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya
masing-masing dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan persepsi sebagian besar guru
menunjukkan bahwa tindakan kepala sekolah dalam memberi semangat kerja guru
sudah tergolong baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi Semangat
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 11 18.3 70< % skor <85 Baik 32 53.3 55< % skor <70 Cukup 6 10.0 40< % skor <55 Kurang baik 9 15.0 25< % skor <40 Tidak baik 2 3.3
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
49
Terlihat dari tabel 4.6, sebanyak 53,3% guru memiliki persepsi yang baik
dan 18,3% memiliki persepsi sangat baik atas tindakan kepala sekolah dalam
memberi semangat kerja guru, meskipun demikian masih ada 10% yang
memandang cukup, 15% memiliki persepsi kurang baik dan 3,3% dalam kategori
tidak baik.
Dalam sebulannya ternyata frekuensi kepala sekolah untuk memberi
evaluasi terhadap proses belajar mengajar untuk memotivasi semangat kerja guru
tergolong rendah karena antara 1-2 kali. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4.7.
Tabel 4.7 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Memberi Evaluasi
untuk memotivasi Semangat Kerja Guru
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 1 1.7 2 3-4 kali 14 23.3 3 1-2 kali 36 60.0 4 Tidak pernah 9 15.0 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 60% guru merasa bahwa dalam satu
bulannya mendapat kunjungan kepala sekolah untuk melakukan evaluasi guna
memotivasi semangat kerja antara 1-2 kali dan 15% guru tidak pernah dikunjungi.
Dari data hanya 23,3% guru yang dikunjungi kepala sekolah antara 3-4 kali dan
1,7% melebihi 4 kali.
Jika dinyatakan dengan persentase, pengaruh supervisi kunjungan kelas
terhadap semangat kerja tergolong tinggi antar 75%-100%. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.8.
50
Tabel 4.8 Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas terhadap
Semangat Kerja
No Besarnya manfaat supervisi
terhadap semangat kerja Frekuensi Persentase 1 75%-100% 43 71.7 2 50%-74% 9 15.0 3 25%-49% 8 13.3 4 < 25% 0 0.0 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.8, sebanyak 71,7% merasa bahwa dengan adanya
supervisi kunjungan kepala sekolah dapat meningkatkan semangat kerja hingga
75%-100%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar merasa perlu adanya
supervisi kunjungan kelas.
3. Memberi Pemahaman tentang Kurikulum
Tugas lain kepala sekolah sebagai supervisor adalah membimbing guru-
guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah
seperti : a) menyusun program catur wulan atau program semester, b) menyusun
atau membuat program satuan pelajaran, c) mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
pengelolaan kelas, d) melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran, e)
menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar dan f)
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, study
tour, dan sebagainya. Tindakan kepala sekolah dalam membimbing guru berkaitan
dengan pelaksanaan kurikulum sekolah tergolong cukup baik. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4.9.
51
Tabel 4.9 Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Membimbing Guru
Berkaitan dengan Kurikulum
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase 85< % skor <100 Sangat baik 4 6.7 70< % skor <85 Baik 2 3.3 55< % skor <70 Cukup 40 66.7 40< % skor <55 Kurang baik 8 13.3 25< % skor <40 Tidak baik 6 10.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.9, sebanyak 66,7% guru memandang bahwa kepala
sekolahnya cukup baik dalam membimbing guru berkaitan dengan kurikulum,
namun masih ada 13,3% yang merasa kurang baik dan 10% merasa tidak baik.
Berdasarkan persepsi guru menunjukkan bahwa dalam sebulannya kepala
sekolah mengadakan peninjauan terhadap rencana pembelajaran pada hanya 1-2
kali. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Peninajauan Kepala Sekolah terhadap Rencana
Pembelajaran Guru
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 4 6.7 2 3-4 kali 1 1.6 3 1-2 kali 49 81.7 4 Tidak pernah 6 10.0 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.10, sebanyak 81,7% guru menyatakan hanya 1-2 kali
dalam sebulan ditinjau rencana pembelajarannya oleh kepala sekolah, bahkan
10% guru menyatakan tidak pernah dipantau.
52
Dalam satu semester, hanya 1-2 kali saja kepala sekolah meninjau
kesesuaian perangkat pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Peninjauan Kepala Sekolah terhadap Kesesuaian Perangkat Pembelajaran dengan Pelaksanaan Pembelajaran
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 4 6.7 2 3-4 kali 6 10.0 3 1-2 kali 41 68.3 4 Tidak pernah 9 15.0 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.11, sebanyak 68,3% guru merasa hanya 1-2 kali
dalam satu semester dipantau oleh kepala sekolahnya tentang kesesuaian
perangkat yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran bahkan 15% guru
merasa tidak pernah mendapat pantauan.
Di satu sisi sebagian besar guru merasa penting dengan adanya supervisi
kunjungan kelas terhadap pemahaman kurikulum. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas
terhadap Pemahaman Kurikulum
No Besarnya manfaat supervisi
terhadap pemahaman kurikulum Frekuensi Persentase 1 75%-100% 24 40.0 2 50%-74% 25 41.7 3 25%-49% 6 10.0 4 < 25% 5 8.3 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
53
Terlihat dari tabel 4.12 terlihat bahwa 40% guru merasa bahwa dengan
adanya supervisi dapat berpengaruh terhadap pemahaman kurikulum.
4. Pengembangan Metode dan Evaluasi
Fungsi supervisor pada prinsipnya adalah sebagai upaya pengembangan
pembelajaran. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang sedang berlaku. Berdasarkan data yang diperoleh
Tabel 4.13 Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Metode
dan Evaluasi
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase 85< % skor <100 Sangat baik 9 15.0 70< % skor <85 Baik 27 45.0 55< % skor <70 Cukup 17 28.3 40< % skor <55 Kurang baik 3 5.0 25< % skor <40 Tidak baik 4 6.7
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.13, sebanyak 45% guru menyatakan bahwa kepala
sekolahnya melakukan supervisi berupa pengembangan metode dan evaluasi
dengan baik, namun masih ada 28,3% menyatakan cukup.
Menurut persepsi sebagian besar guru, kepala sekolah melakukan
bimbingan tentang pelaksanaan teknik-teknik evaluasi pengajaran dan
pengembangan metode pembelajaran antara 1-2 kali. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.14.
54
Tabel 4.14 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Bimbingan Kepala Sekolah tentang teknik-
teknik evaluasi dan pengembangan metode pembelajaran
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 4 6.7 2 3-4 kali 8 13.3 3 1-2 kali 41 68.3 4 Tidak pernah 7 11.7 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.14, sebanyak 68,3% guru menyatakan bahwa dalam
satu semester kepala sekolah hanya 1-2 kali melakukan bimbingan tentang teknik-
teknik evaluasi dan pengembangan metode pembelajaran, bahkan 11,7% guru
merasa tidak pernah mendapatkan bimbingan tentang teknik-teknik evaluasi.
Di satu sisi, sebagian besar guru merasa penting dengan adanya evaluasi
untuk pengembangan teknik evaluasi dan metode pembelajaran. Hal ini tampak
dari pendapat guru yang merasa mendapat manfaat antara 75%-100% dengan
adanya supervisi.
Tabel 4.15 Persepsi Guru terhadap Besarnya Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas
terhadap Pengembangan Teknik Evaluasi dan Metode Pembelajaran
No Besarnya manfaat supervisi terhadap pengembangan teknik evaluasi dan metode Frekuensi Persentase
1 75%-100% 35 58.3 2 50%-74% 18 30.0 3 25%-49% 3 5.0 4 < 25% 4 6.7 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.15, terlihat bahwa 58,3% guru merasa mendapatkan
manfaat 75%-100% dengan supervisi yang dilakukan kepala sekolah untuk
pengembangan teknik evaluasi dan metode pembelajaran.
55
5. Rapat-rapat dan Pembinaan
Kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya berdasarkan
rencana yang telah disusunnya, termasuk didalam perencanaan itu antara lain
mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Pelaksanaan rapat-
rapat secara periodik tersebut dimaksudkan sebagai upaya pembenahan atau
memberi saran-saran kepada guru secara keseluruhan guna meningkatkan
kinerjanya. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan kepala sekolah SMK
Negeri 1 Purbalingga telah melaksanakan rapat-rapat dalam upaya pembinaan
belum terlaksana dengan baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam rapat-rapat upaya
pembinaan
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase 85< % skor <100 Sangat baik 5 8.3 70< % skor <85 Baik 13 21.7 55< % skor <70 Cukup 3 5.0 40< % skor <55 Kurang baik 33 55.0 25< % skor <40 Tidak baik 6 10.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Tabel 4.16 memperlihatkan bahwa sebanyak 55% guru menyatakan bahwa
rapat-rapat yang dilaksanakan kepala sekolah dalam upaya pembinaan masih
tergolong kurang baik bahkan 10% guru menyatakan tidak baik.
Dalam satu semester, menurut persepsi sebagian besar guru rapat secara
periodik dengan guru-guru berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar hanya
berlangsung 1-2 kali saja, seperti tampak pada tabel 4.17.
56
Tabel 4.17 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Pelaksanaan Rapat-rapat Evaluasi KBM
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 12 20.0 2 3-4 kali 8 13.3 3 1-2 kali 33 55.0 4 Tidak pernah 7 11.7 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa sebanyak 55% guru menyatakan bahwa
pelaksanaan rapat-rapat evaluasi proses belajar mengajar antara 1-2 kali dalam
satu semester. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi secara bersama dengan
melibatkan semua guru masih tergolong kurang.
Berdasarkan persepsi sebagian besar, pembinaan administrasi atau tata
laksana sekolah juga tergolong kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4.18.
Tabel 4.18 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Pelaksanaan Pembinaan Administrasi sekolah
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 2 3.3 2 3-4 kali 10 16.7 3 1-2 kali 43 71.7 4 Tidak pernah 5 8.3 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.18, sebanyak 71,7% guru menyatakan bahwa
pelaksanaan pembinaan administrasi dalam satu semester hanya 1-2 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa pembinaan administrasi guna peningkatan kualitas kinerja
guru tergolong kurang.
57
6. Kegiatan Rutin Di Luar Mengajar
Untuk mendukung kinerjanya, guru perlu mendapatkan kesempatan
kegiatan di luar pembelajaran seperti MGMP maupun latihan atau seminar.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa guru kurang memperoleh
kesempatan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat dari
analisis deskriptif berikut.
Tabel 4.19 Persepsi Guru terhadap Tindakan Kepala Sekolah dalam Memberi Kesempatan
Guru mengikuti kegiatan di luar pembelajaran
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase 85< % skor <100 Sangat baik 0 0.0 70< % skor <85 Baik 7 11.7 55< % skor <70 Cukup 3 5.0 40< % skor <55 Kurang baik 15 25.0 25< % skor <40 Tidak baik 35 58.3
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.19, sebanyak 58,3% guru menyatakan bahwa
kesempatan mengikuti kegiatan di luar pembelajaran tergolong tidak baik.
Dalam satu semester, keikutsertaan guru dalam kegiatan MGMP masih
tergolong kurang yaitu 1-2 kali saja.
Tabel 4.20 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan MGMP
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 2 3.3 2 3-4 kali 5 8.3 3 1-2 kali 28 46.7 4 Tidak pernah 25 41.7 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
58
Berdasarkan data pada tabel 4.20, sebanyak 46,7% guru hanya mengikuti
MGMP 1-2 kali dalam satu semester bahkan 41,7% guru tidak pernah mengikuti
kegiatan MGMP.
Dalam satu tahun, keikutsertaan mengikuti pendidikan atau diklat dalam
rangka peningkatan kinerja guru masih tergolong rendah. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.21.
Tabel 4.21 Persepsi Guru terhadap Frekuensi Kegiatan Pendidikan atau Diklat
No Frekuensi kunjungan Frekuensi Persentase 1 > 4 kali 2 3.3 2 3-4 kali 4 6.7 3 1-2 kali 23 38.3 4 Tidak pernah 31 51.7 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.21, sebanyak 51,7% guru tidak pernah mengikuti
kegiatan diklat, hanya 38,3% yang mengikuti namun dalam satu tahun hanya 1-2
kali.
4.1.2.2 Motivasi Kerja Guru
Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2005:145) motivasi merupakan
keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk
melakukan tindakan-tindakan. Motivasi kerja guru dalam dilihat dari
ketekunannya menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat
terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja sendiri, cerpat bosan pada
tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan
yang diyakini dan senang mencari dan memecahkan masalah.
59
Secara umum motivasi kerja guru di SMK Negeri 1 Purbalingga tergolong
baik.
Tabel 4.22 Motivasi Kerja Guru
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 23 38.3 70< % skor <85 Baik 22 36.7 55< % skor <70 Cukup 8 13.3 40< % skor <55 Kurang baik 7 11.7 25< % skor <40 Tidak baik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Tabel 4.22, memperlihatkan bahwa dari 60 guru yang diteliti, sebanauk 23
guru (38,3%) memiliki motivasi kerja yang sangat baik, sebanyak 22 guru
(36,7%) tergolong baik, 8 guru (13,3%) tergolong cukup dan hanya 7 guru
(11,7%) dalam kategori kurang baik.
1. Ketekunan Guru dalam Menghadapi Tugas
Tingkat ketekunan guru dalam menghadapi tugas dapat dilihat pada tabel
4.23.
Tabel 4.23 Ketekunan menghadapi tugas
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 39 65.0 70< % skor <85 Baik 16 26.7 55< % skor <70 Cukup 0 0.0 40< % skor <55 Kurang baik 1 1.7 25< % skor <40 Tidak baik 4 6.7
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.23, sebanyak 39 guru (65%) memiliki ketekunan
yang sangat baik dan 26,7% memiliki ketekunan yang baik. Hal ini menunjukkan
60
bahwa sebagian besar guru memiliki usaha yang sangat baik menyelesaikan tugas-
tugas berkaitan dengan pekerjaannya maupun berkaitan dengan tugas yang
diberikan kepala sekolah.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar
mengkoreksi pada saat itu juga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.24 Usaha mengoreksi hasil ulangan siswa
No Usaha mengoreksi hasil ulangan siswa f %
1 Berusaha menyelesaikan pekerjaannya saat itu juga 42 70.02 Dilaksanakan 1-2 hari berikutnya 11 18.33 Diselesaikan 3-4 hari berikutnya 2 3.34 Dilaksanakan pada waktu senggang 5 8.3
Jumlah 60 100Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.24, sebanyak 70% guru selalu berusaha
menyelesaikan atau mengkoreksi hasil ulangan siswa saat itu juga dan 18,3%
melaksanakan 1-2 hari berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru
menyelesaikan sebaik mungkin atas tugas yang diberikan kepala sekolah. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.25 Menyelesaikan tugas dari kepala sekolah
No Menyelesaikan tugas dari kepala sekolah f %
1 Menyelesaikan sebaik-baiknya 20 33.3 2 Melaksanakan semampunya 33 55.0 3 Melaksanakan dengan terpaksa 7 11.7 4 Tidak melaksanakan 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
61
Tampak pada tabel 4.25, sebanyak 55% guru melaksanakan tugas kepala
sekolah semampunya, namun 33,3% menyelesaikan sebaik-baiknya dan 11,7%
melaksanakan dengan terpaksa.
2. Ulet Menghadapi Kesulitan
Tingkat keuletan guru dalam menghadapi kesulitan dapat dilihat pada tabel
4.26.
Tabel 4.26 Ulet Menghadapi Kesulitan
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 26 43.3 70< % skor <85 Baik 15 25.0 55< % skor <70 Cukup 7 11.7 40< % skor <55 Kurang baik 10 16.7 25< % skor <40 Tidak baik 2 3.3
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.26, sebanyak 43,3% guru memiliki keuletan yang
sangat baik dalam menghadapi kesulitan, selebihnya 25% dalam kategori baik,
11,7% cukup namun masih ada 16,7% tergolong kurang baik dan 3,3% tidak baik.
Berkaitan dengan masalah-masalah pembelajaran seperti kegaduhan dalam
kelas oleh beberapa siswa, sebagian guru selalu membimbing dan
mengarahkannya.
Tabel 4.27 Menghadapi kegaduhan dalam kelas
No Menghadapi kegaduhan dalam kelas f %
1 Membimbing dan mengarah 28.4 28.4 2 Menegur 50.0 50.0 3 Memarahi 18.3 18.3 4 Membiarkan saja 3.3 3.3
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
62
Terlihat dari tabel 4.27, sebanyak 28,4% guru membimbing dan
mengarahkan serta 50% menegur apabila menghadapi kegaduhan dalam kelas,
hanya 18,3% guru yang langsung marah apabila menghadapi kegaduhan dalam
kelas.
Tabel 4.28 Tingkat tanggung jawab menyelesaikan tugas
No Tingkat tanggungjawab menyelesaikan tugas f % 1 75% - 100% 23 38.3 2 50% - 74% 24 40.0 3 25% - 49% 6 10.0 4 < 25% 7 11.7
Jumlah 60 100
Terlihat dari tabel 4.28, sebanyak 38,3% guru memiliki rasa tanggung
jawab dalam menyelesaikan tugas antara 75%-100%, sebanyak 40% guru
memiliki tanggung jawab 50%-74%, sebanyak 10% antara 25%-49% dan 11,7%
guru memiliki tanggung jawab kurang dari 25%.
3. Menunjukkan Minat terhadap Bermacam-macam Masalah
Minat guru terhadap bermacam-macam masalah dapat dilihat pada tabel
4.29.
Tabel 4.29 Minat terhadap Bermacam-macam Masalah
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 34 56.7 70< % skor <85 Baik 13 21.7 55< % skor <70 Cukup 2 3.3 40< % skor <55 Kurang baik 11 18.3 25< % skor <40 Tidak baik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
63
Terlihat dari tabel 4.29, sebanyak 56,7% guru memiliki minat yang sangat
baik untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah dan 21,7% memiliki minat
yang baik.
Tingkat kemauan guru untuk senantiasa memperbaiki dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki saat ini demi tercapainya visi dan
misi sekolah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.30.
Tabel 4.30 Tingkat kemauan memperbaiki dan mengembangkan kemampuan siswa
No Tingkat kemauan memperbaiki dan mengembangkan kemampuan siswa f %
1 75% - 100% 32 53.42 50% - 74% 14 23.33 25% - 49% 14 23.34 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.30, sebanyak 53,4% guru memiliki kemauan antara
75%-100% untuk memperbaiki dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki,
selebihnya 23,3% memiliki kemauan antara 50%-74%, hanya 23,3%.
Jika prestasi siswanya mengalami penurunan, tindakan guru lebih banyak
berusaha untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan instrospeksi. Hal ini
menunjukkan adanya motivasi yang tinggi dalam diri guru.
Tabel 4.31 Tindakan guru ketika siswanya mengalami penurunan prestasi
No
Tindakan guru ketika siswanya mengalami penurunan prestasi f %
1 Berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki 25 41.7
2 Instropeksi diri 24 40.03 Kecewa pada siswa 11 18.34 Tetap cuek 0 0.0
Jumlah 60 100Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
64
Terlihat pada tabel 4.31, sebanyak 41,7% guru selalu berusaha
meningkatkan kemampuan yang dimiliki apabila siswanya mengalami penurunan
prestasi, sebanyak 40% lebih berinstrospeksi diri, namun 18,3% kecewa pada
siswa.
4. Lebih Senang Bekerja Mandiri
Tingkat kesenangan guru untuk bekerja mandiri dapat dilihat pada tabel
4.32.
Tabel 4.32 Tingkat Kesenangan Guru untuk Bekerja Mandiri
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 7 11.7 70< % skor <85 Baik 23 38.3 55< % skor <70 Cukup 18 30.0 40< % skor <55 Kurang baik 12 20.0 25< % skor <40 Tidak baik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Berdasarkan pada tabel 4.32, sebanyak 38,3% guru memiliki tingkat
kesenangan yang baik untuk bekerja mandiri, selebihnya 11,7% dalam kategori
sangat baik, 30% dalam kategori cukup dan 20% kurang baik.
Dalam menjalankan tugas yang diberikan kepala sekolah terkait dengan
kelengkapan perangkat pembelajaran sebagian besar guru mencoba membuat
secara sendiri.
Tabel 4.33 Tindakan guru terhadap tugas yang diperintahkan kepala sekolah
No Tindakan guru terhadap tugas yang diperintahkan kepala sekolah f %
1 Mengerjakan sendiri tepat waktu 28 46.62 Mengerjakan bersama-sama dengan guru 16 26.73 Mengerjakan dengan meniru pekerjaan orang lain 16 26.74 Tidak melaksanakan 0 0.0
Jumlah 60 100Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
65
Terlihat pada tabel 4.33, sebanyak 46,6% guru mengerjakan sendiri secara
tepat waktu ketika mendapatkan tugas yang diperintahkan kepala sekolah,
selebihnya 26,7% mengerjakan secara bersama-sama dengan guru lain namun
masih ada 26,7% hanya meniru pekerjaan orang lain. Namun demikian apabila
mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seminar mewakili sekolah, sebagian
besar guru menunjukkan sikap yang kurang positif yaitu melaksanakan dengan
terpaksa.
Tabel 4.34 Tindakan guru ketika mendapatkan kesempatan seminar
No Tindakan apabila mendapatkan kesempatan mengikuti seminar f %
1 Melaksanakan dan mengikuti secara aktif 6 10.02 Melaksanakan dengan pasif 2 3.33 Melaksanakan dengan terpaksa 40 66.74 Diberikan kepada yang lain 12 20.0
Jumlah 60 100Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Dari tabel 4.34, sebanyak 66,7% guru mengikuti kegiatan seminar hanya
untuk memenuhi tugas sekolah semata karena melaksanakan tugasnya secara
terpaksa bahkan 20% memberikan kesempatan tersebut kepada orang lain. Dari
data hanya 10% yang melaksanakan dan mengikuti dengan aktif.
Berkaitan dengan masalah yang dihadapi dalam menjalankan tugas
sekolah yang dibebankan, sebagian besar guru berusaha menyelesaikan sendiri.
66
Tabel 4.35 Tindakan guru dalam menghadapi masalah tugas
No Tindakan dalam menghadapi masalah tugas f %
1 Menyelesaikan sendiri 30 50.02 Menyelesaikan dengan meminta bantuan teman 26 43.3
3 Menyerahkan kepada orang lain untuk menyelesaikan 4 6.7
4 Ditinggalkan begitu saja 0 0.0 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Dari tabel 4.35, sebanyak 50% guru berusaha menyelesaikan sendiri
apabila menemui masalah dalam menjalankan tugasnya, sebanyak 43,3%
berusaha menyelesaikan meskipun meminta bantuan teman.
5. Cepat Bosan pada Tugas-tugas Rutin
Salah satu ciri dari adanya motivasi kerja yang tinggi adalah mudah bosan
dengan pekerjaan yang rutin. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
bahwa sebagian besar guru lebih cepat bosan pada tugas-tugas rutinnya, sehingga
berusaha untuk melaksanakan pekerjaan dengan berbagai variasi. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.36 Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-tugas Rutin
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat tinggi 47 78.3 70< % skor <85 Tinggi 8 13.3 55< % skor <70 Cukup 2 3.3 40< % skor <55 Rendah 3 5.0 25< % skor <40 Sangat rendah 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
67
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 78,3% memiliki tingkat kebosanan
yang sangat tinggi apabila menjalankan tugas secara monoton, selebihnya 13,3%
memiliki tingkat kebosanan yang tinggi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sebagian besar guru selalu berusaha
mengaplikasikan berbagai metode yang lebih menarik untuk mengurangi
kebosanan karena rutinitas pekerjaan.
Tabel 4.37 Penggunaan Metode Pembelajaran dalam KBM
No Metode pengajaran dalam KBM f % 1 Selalu mengaplikasikan berbagai metode yang
lebih menarik 30 50.02 Menggunakan berbagai metode jika dirasa perlu 23 38.33 Menggunakan 1-2 metode saja 7 11.74 Menggunakan metode secara tetap 0 0.0 Jumlah 60 100
Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.37, sebanyak 50% guru selalau mengaplikasikan
berbagai metode yang lebih menarik dan 38,3% menggunakan berbagai metode
jika dirasa perlu. Dari data hanya 11,7% guru hanya menggunakan 1-2 metode
saja.
Di samping menggunakan metode yang bervariasi, penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi juga dapat mengurangi kebosanan dalam mengajar.
Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa sebagian besar guru menggunakan
media yang bervariasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
68
Tabel 4.38 Penggunaan Media Pembelajaran dalam KBM
No Penggunanan Media f %
1 Selalu menggunakan media yang bervariasi disesuaikan dengan karakteristik materi 36 60.0
2 Menggunakan media yang ada 21 35.03 Menggunakan media yang monoton 3 5.04 Tidak menggunakan media 0 0.0
Jumlah 60 100Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.38, sebanyak 60% guru selalu menggunakan media
yang bervariasi disesuaikan dengan karakteristik materi dan 35% menggunakan
media yang ada.
6. Dapat Mempertahankan Pendapatnya
Adanya motivasi yang tinggi dalam diri guru ditunjukkan pula dari
tingginya dalam mempertahankan pendapatnya jika dirasa benar. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4.38.
Tabel 4.39 Tingkat Kebosanan terhadap Tugas-tugas Rutin
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 26 43.3 70< % skor <85 Baik 7 11.7 55< % skor <70 Cukup 0 0.0 40< % skor <55 Kurang baik 17 28.3 25< % skor <40 Tidakbaik 10 16.7
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 43,3% guru dapat mempertahankan
pendapatnya secara sangat baik dan 11,7% dalam kategori baik, namun demikian
masih ada 28,3% yang kurang baik dan 16,7% tidak baik.
69
Tabel 4.40 Mempertahankan pendapatnya dalam mengikuti rapat evaluasi KBM
No Pelaksanaan rapat evaluasi KBM F %
1 Mempertahankan pendapatnya selama diyakini itu benar 13 21.7
2 Mengikuti dan memberikan usulan secara aktif 20 33.33 Selalu mengikuti pendapat orang lain 17 28.34 Mengikuti secara pasif 10 16.7
Jumlah 60 100Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 33,3% guru mengikuti dan
memberikan usulan secara aktif saat mengikuti rapat evaluasi KBM dan 21,7%
selalu mempertahankan pendapatnya selama diyakini itu benar, namun demikian
masih ada 28,3% guru yang hanya mengikuti pendapat orang lain serta 16,7%
mengikuti rapat namun secara pasif.
Tabel 4.41 Mempertahankan pendapatnya dalam mengikuti rapat tentang kebijakan sekolah
No Pelaksanaan rapat kebijakan sekolah F %
1 Selalu memperjuangkan pendapatnya 24 40.0 2 Sering memperjuangkan pendapatnya 9 15.0 3 Kadang-kadang jika dirasa penting 24 40.0 4 Tidak pernah 3 5.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.41, sebanyak 40% selalu memperjuangkan
pendapatnya, namun 40% lainnya kadang-kadang jika dirasa penting.
7. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini
Ciri lain adanya motivasi kerja adalah tidak mudah melepaskan hal-hal
yang diyakini. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.42.
70
Tabel 4.42 Tidak Melepaskan Hal-hal yang Diyakini
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 43 71.7 70< % skor <85 Baik 7 11.7 55< % skor <70 Cukup 0 0.0 40< % skor <55 Kurang baik 6 10.0 25< % skor <40 Tidakbaik 4 6.7
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 71,7% guru merasa tidak mudah
melepas hal-hal yang diyakini, terbukti dari seringnya memberikan saran atau
kritik terhadap kebijakan sekolah.
8. Senang Mencari dan Memecahkan Masalah
Tingkat kesenangan guru dalam mencari dan memecahkan masalah dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.43 Senang mencari dan memecahkan masalah
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 5 8.4 70< % skor <85 Baik 14 23.3 55< % skor <70 Cukup 15 25.0 40< % skor <55 Kurang baik 12 20.0 25< % skor <40 Tidakbaik 14 23.3
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 25% guru memiliki tingkat
kesenangan yang cukup, 23,3% dalam kategori tidak baik dan 20% dalam kategori
kurang baik dalam mencari dan memecahkan masalah. Dari data hanya 23,3%
guru yang merasa senang untuk memecahkan masalah.
71
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar guru turut berperan aktif
membantu menyelesaikan masalah rekan guru lain. Hal ini membuktikan bahwa
guru lebih senang untuk mencari dan memecahkan masalah berkaitan dengan
tugas-tugas sebagai seorang guru.
Tabel 4.44 Membantu memecahkan masalah rekan guru dalam pergaulan
No Membantu memecahkan masalah rekan guru f %
1 > 4 kali 26 43.3 2 3 kali 8 13.4 3 1-2 kali 26 43.3 4 Tidak pernah 0 0.0
Jumlah 60 100
Terlihat dari tabel 4.44, sebanyak 43,3% guru selalu membantu
memecahkan masalah rekan guru dalam pergaulan lebih dari 4 kali dan 43,3%
guru dapat membantu rekan guru antara 1-2 kali.
Tingkat kesediaan guru untuk membantu rekan guru lain yang mengalami
kesulitan tertentu masih tergolong kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4.45.
Tabel 4.45 Membantu rekan guru yang mengalami kesulitan
No Membantu rekan guru yang mengalami
kesulitan f % 1 Selalu 2 3.3 2 Sering 6 10.0 3 Kadang-kadang 28 46.7 4 Tidak pernah 24 40.0
Jumlah 60 100
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 40% tidak pernah membantu rekan
guru yang mengalam kesulitan, sebanyak 46,7% kadang-kadang saja membantu,
72
hanya 10% yang sering membantu dan 3,3% selalu membantu rekan guru yang
mengalami kesulitan.
4.1.2.3 Kinerja Guru
Menurut Anwar (1986: 22) kinerja guru merupakan seperangkat perilaku
nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran
kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi
belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program
semester maupun persiapan mengajar. Dalam kajian penelitian ini kinerja guru
dilihat dari 7 indikator yaitu: 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2) pelaksanaan
interaksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik, 4)
pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, 5)
pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan, dan 7) penguasaan bahan kajian
akademik.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian guru
memiliki kinerja yang baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.46.
Tabel 4.46 Kinerja Guru
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 25 41.7 70< % skor <85 Baik 26 43.3 55< % skor <70 Cukup 9 15.0 40< % skor <55 Kurang baik 0 0.0 25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
73
Tabel 4.46, memperlihatkan bahwa dari 60 guru yang diteliti, sebanyak 25
guru (41,7%) memiliki kinerja yang sangat baik, sebanyak 26 guru (43,3%)
memiliki kinerja yang baik dan 9 guru (15%) memiliki kinerja yang cukup.
1. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Gambaran kinerja guru dalam penyusunan rencana pembelajaran dapat
dilihat pada tabel 4.47
Tabel 4.47 Kinerja Guru dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 6 10.0 70< % skor <85 Baik 35 58.3 55< % skor <70 Cukup 14 23.3 40< % skor <55 Kurang baik 5 8.3 25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.47, sebanyak 58,3% guru mampu menyusun rencana
pembelajaran dengan baik dan 10% dalam kategori sangat baik, namun masih ada
23,3% yang memiliki kinerja cukup dan 8,3% kurang baik.
Dalam penyusunan rencana pembelajaran, sebagian besar guru tidak
mengalami kendala yang berarti. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.48.
Tabel 4.48 Kemampuan guru dalam penyusunan rencana pembelajaran
No Kemampuan dalam menyusun rencana pembelajaran F %
1 75% - 100% 34 56.7 2 50% - 74% 17 28.3 3 35% - 49% 9 15.0 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
74
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 56,7% guru telah memiliki
kemampuan yang tinggi (75%-100%) dalam menyusun rencana pembelajaran,
sebanyak 28,3% guru memiliki kemampuan 50%-74%. Meskipun tingkat
kemampuan dalam penyusunan rencana pembelajaran tinggi, namun hampir
semua guru malas untuk menyusun rencana. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.49.
Tabel 4.49 Penyusunan rencana pembelajaran
No Penyusunan rencana pembelajaran f % 1 Setiap kali pertemuan 4 6.7 2 Setiap pokok bahasan 7 11.7 3 Setiap ada akreditasi atau supervisi 47 78.3 4 Tidak pernah 2 3.3
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Tampak pada tabel 4.49, sebanyak 78,3% menyusun rencana pembelajaran
setiap ada akreditasi atau supervisi, bahkan 3,3% tidak pernah membuat rencana
pembelajaran. Dari data hanya 11,7% yang membuat rencana setiap pokok
bahasan dan 6,7% setiap kali pertemuan.
Kemampuan guru dalam merencanakan media yang akan digunakan
tergolong cukup baik. Jika dipersentasekan sebagian besar guru telah memiliki
kemampuan antara 50%-74%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.50.
Tabel 4.50 Kemampuan guru dalam perencanaan media pembelajaran
No Kemampuan guru dalam perencanaan media pembelajaran f %
1 75% - 100% 26 43.3 2 50% - 74% 29 48.3 3 25% - 49% 4 6.7 4 < 25% 1 1.7
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
75
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 48,3% memiliki kemampuan dalam
merencanakan media pembelajaran antara 50%-74% dan 43,3% guru telah
memiliki kemampuan yang tinggi hingga 75%-100% dalam merencanakan media
yang akan digunakan.
2. Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar
Gambaran kinerja guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar
dapat dilihat pada tabel 4.51
Tabel 4.51 Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 48 80.0 70< % skor <85 Baik 8 13.3 55< % skor <70 Cukup 4 6.7 40< % skor <55 Kurang baik 0 0.0 25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.51, hampir semua guru (80%) memiliki kinerja yang
sangat baik dan 13,3% memiliki kinerja yang baik.
Jika dipersentasekan hampir semua guru telah memiliki kemampuan yang
tinggi (75%-100%) dalam melaksanakan interaksi dengan siswa secara
komunikatif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.52 Kemampuan guru dalam berinteraksi
No Kemampuan berinteraksi f % 1 75% - 100% 52 86.7 2 50% - 74% 5 8.3 3 25% - 49% 3 5.0 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
76
Terlihat dari tabel 4.52, sebanyak 86,7% guru memiliki kemampuan 75%-
100% dalam melakukan interaksi dengan siswa secara komunikatif, hanya 8,3%
guru yang memiliki kemampuan antara 50%-75%, dan 5% saja yang memiliki
kemampuan antara 25%-49%. Dari data menunjukkan bahwa sebagian besar guru
memandang pentingnya komunikasi dalam pembelajaran sehingga berusaha untuk
meningkatkan kemampuan komunikasinya.
Jika dipersentasekan hampir semua guru telah memiliki kemampuan yang
tinggi (75%-100%) dalam memberikan materi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.53 Kemampuan guru dalam menyampaikan materi
No Kemampuan menyampaikan materi f % 1 75% - 100% 49 81.7 2 50% - 74% 9 15.0 3 25% - 49% 2 3.3 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.53, sebanyak 81,7% guru memiliki kemampuan 75%-
100% dalam menyampaikan materi, hanya 15% guru yang memiliki kemampuan
antara 50%-75%, dan 3,3% saja yang memiliki kemampuan antara 25%-49%.
Dari data menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki kemampuan yang
baik dalam menyampaikan materi kepada siswa. Kemampuan ini merupakan
kemampuan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap guru.
77
Kemampuan guru dalam memotivasi siswa juga tergolong tinggi. Hampir
semua guru memiliki kemampuan antara 75%-100%. Lebih jelasnya dapat dilihat
dari analisis deskriptif pada tabel 4.54
Tabel 4.54 Kemampuan guru dalam memotivasi
No Kemampuan memotivasi f % 1 75% - 100% 40 66.7 2 50% - 74% 15 25.0 3 25% - 49% 5 8.3 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel sebanyak 66,7% guru telah memiliki kemampuan yag
tinggi (75%-100%) dalam memotivasi siswa, selebihnya 25% guru memiliki
kemampuan antara 50-74%.
3. Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik
Penilaian prestasi belajar peserta dalam pembelajaran merupakan kegiatan
yang perlu dilakukan guru, sebab dengan penilaian guru dapat mengetahui
perkembangan kemampuan peserta didik dalam mengikuti KBM. Di samping itu
dengan penilaian guru dapat memperoleh informasi tentang kelemahan KBM
sehingga perlu upaya perbaikan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
bahwa kemampuan guru dalam melakukan penilaian prestasi peserta didik
tergolong baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.55.
78
Tabel 4.55 Kinerja Guru dalam Penilaian Prestasi Belajar Peserta Didik
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 25 41.7 70< % skor <85 Baik 28 46.7 55< % skor <70 Cukup 7 11.7 40< % skor <55 Kurang baik 0 0.0 25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.55, sebanyak 46,7% guru memiliki kemampuan yang
baik dalam melakukan penilaian prestasi peserta didik, selebihnya 41,7%
memiliki kemampuan yang sangat baik dan 11,7% tergolong cukup.
Tabel 4.56 Pelaksanaan ulangan harian
No Ulangan harian f %
1 Setiap kali pertemuan 21 35.0 2 Setiap pokok bahasan 33 55.0 3 Setelah beberapa pokok bahasan 6 10.0 4 Tidak pernah 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Berdasarkan data pada tabel 4.56, sebanyak 55% guru selalu mengadakan
ulangan harian setiap akhir pokok bahasan dan selebihnya melakukan ulangan
setiap kali pertemuan (post test). Dari data hanya 10% yang melakukan ulangan
setelah beberapa pokok bahasan.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar guru
memiliki kemampuan yang baik mengolah atau menganalisis hasil penilaian.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.57.
79
Tabel 4.57 Kemampuan guru dalam menganalisis dan mengolah hasil penilaian
No Kemampuan menganalisis hasil penilaian f %
1 75% - 100% 27 45.0 2 50% - 74% 29 48.3 3 25% - 49% 4 6.7 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel 4.57, sebanyak 48,3% guru memiliki kemampuan
dalam mengolah hasil penilaian antara 50%-74%, selebihnya 45% memiliki
kemampuan yang baik dengan persentase kemampuan antara 75%-100%.
Kemampuan guru dalam menyusun laporan hasil penilaian tergolong baik.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.58.
Tabel 4.58 Kemampuan guru dalam menyusun laporan penilaian
No Kemampuan menyusun laporan penilaian f % 1 75% - 100% 28 46.7 2 50% - 74% 31 51.7 3 25% - 49% 1 1.7 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.58, sebanyak 51,7% guru memiliki kemampuan
menyusun laporan penilaian antara 50%-74% selebihnya 46,7% memiliki
kemampuan yang baik yaitu 75%-100%.
80
4. Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Penilaian Prestasi Peserta Didik
Setelah hasil penilaian diketahui, maka guru perlu melakukan tindak lanjut
yaitu berupa remedial. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
sebagian besar guru memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan
program tindak lanjut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.59
Tabel 4.59 Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Tindak Lanjut
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 27 45.0 70< % skor <85 Baik 25 41.7 55< % skor <70 Cukup 7 11.7 40< % skor <55 Kurang baik 1 1.6 25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 45% guru memiliki kemampuan yang
sangat baik dalam melaksanakan tindak lanjut, selebihnya 41,7% memiliki
kemampuan yang baik, namun demikian masih ada 11,7% yang memiliki
kemampuan cukup dan 1,6% memiliki kemampuan kurang baik.
Jika dipersentasekan, sebagian besar guru memiliki kemampuan antara
50%-74% dalam menyusun program tindak lanjut hasil penilaian. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4.60.
Tabel 4.60 Kemampuan menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
No Kemampuan menyusun program tindak lanjut f %
1 75% - 100% 22 36.7 2 50% - 74% 29 48.3 3 25% - 49% 9 15.0 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
81
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 48,3% guru memiliki kemampuan
yang cukup dengan persentase kemampuan antara 50-74% dalam menyusun
program tindak lanjut dan 36,7% memiliki kemampuan yang baik dengan
persentase antara 75%-100%.
Pelaksanaan remedial yang sering dilakukan oleh sebagian besar guru
lebih dari 2 minggu setelah ulangan diumumkan.
Tabel 4.61 Pelaksanaan remedial
No Pelaksanaan remedial f %
1 < 2 minggu setelah hasil ulangan diumumkan 25 41.7 2 > 2 minggu setelah ulangan diumumkan 33 55.0 3 Setelah ujian semester 2 3.3 4 Tidak dilakukan remedial 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel 4.61, sebanyak 55% guru melakukan remedial lebih dari
2 minggu setelah ulangan diumumkan, selebihnya 41,7% kurang dari 2 minggu
setelah hasil ulangan diumumkan. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar guru melaksanakan remedial dengan baik.
Apabila dinyatakan dalam persentase, sebagian besar guru memiliki
kemampuan mengklasifikasikan kemampuan siswa antara 75%-100%. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.62.
Tabel 4.62 Mengklasifikasikan kemampuan siswa
No Mengklasifikasikan kemampuan siswa f %
1 75% - 100% 33 55.0 2 50% - 74% 25 41.7 3 25% - 49% 2 3.3 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
82
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 55% guru memiliki kemampuan dalam
mengklasifikasikan kemampuan siswa antara 75%-100%, selebihnya 41,7% guru
memiliki kemampuan antara 50%-74%.
5. Pengembangan Profesi
Gambaran tentang pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru di
SMK Negeri 1 Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.63.
Tabel 4.63 Kinerja Guru dalam Pengembangan Profesi
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 15 25.0 70< % skor <85 Baik 5 8.3 55< % skor <70 Cukup 0 0.0 40< % skor <55 Kurang baik 22 36.7 25< % skor <40 Tidakbaik 18 30.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 25% guru memiliki kemampuan yang
sangat baik dalam pengembangan profesi, namun demikain masih ada 36,7% yang
tergolong kurang baik dan 30% dalam kategori tidak baik. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum sepenuhnya mengikuti
perkembangan IPTEK yang mendukung profesi guru.
6. Pemahaman Wawasan
Gambaran tentang pemahaman wawasan pendidikan yang dilakukan oleh
guru di SMK Negeri 1 Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.64.
83
Tabel 4.64 Kinerja Guru dalam Pemahaman Wawasan Pendidikan
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 38 63.3 70< % skor <85 Baik 16 26.7 55< % skor <70 Cukup 5 8.3 40< % skor <55 Kurang baik 1 1.7 25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 63,3% guru memiliki pemahaman
yang sangat baik tentang wawasan pendidikan, selebihnya 26,7% memiliki
pemahaman yang baik.
Apabila dinyatakan dalam persentase, sebagian besar guru memiliki
kemampuan yang baik (75%-100%) dalam memahami hubungan pendidikan dan
pengajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.65
Tabel 4.65 Kemampuan memahami hubungan pendidikan dan pengajaran
No Kemampuan memahami hubungan pendidikan dan pengajaran f %
1 75% - 100% 28 46.7 2 50% - 74% 27 45.0 3 25% - 49% 2 3.3 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 46,7% guru memiliki kemampuan
yang baik (75%-100%) dalam memahami hubungan pendidikan dan pengajaran
dan 45% memiliki kemampuan yang cukup (50%-74%).
Tingkat pemahaman mengenai fungsi sekolah dari sebagian besar guru
sudah tergolong baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.66.
84
Tabel 4.66 Kemampuan memahami fungsi sekolah
No Kemampuan memahami fungsi sekolah f % 1 75% - 100% 28 46.7 2 50% - 74% 30 50.0 3 25% - 49% 2 3.3 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Tampak pada tabel 4.66, sebanyak 50% guru memiliki kemampuan cukup
(50-74%) dalam memahami fungsi sekolah, selebihnya 46,7% guru memiliki
pemahaman yang baik (75%-100%).
7. Penguasaan Bahan Kajian Akademik
Tingkat penguasaan guru terhadap bahan kajian akademik dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.67 Kinerja Guru dalam Penguasaan Bahan Kajian Akademik
Interval % skor Kriteria Frekuensi Persentase
85< % skor <100 Sangat baik 28 46.7 70< % skor <85 Baik 19 31.7 55< % skor <70 Cukup 8 13.3 40< % skor <55 Kurang baik 5 8.3 25< % skor <40 Tidakbaik 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 46,7% guru memiliki penguasaan
yang sangat baik terhadap bahan kajian akademik, selebihnya 31,7% memiliki
penguasaan baik, 13,3% memiliki penguasaan cukup.
85
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar guru
telah mempersiapkan materi yang akan disajikan > 1 minggu sebelum mengajar.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.68 Persiapan Materi yang akan disajikan kepada siswa
No Persiapan materi yang akan disajikan kepada siswa f %
1 > 1 minggu sebelum mengajar 24 40.0 2 4-6 hari sebelum mengajar 18 30.0 3 < 3 hari sebelum pembelajaran 13 21.7 4 Tidak mempersiapkan materi 5 8.3
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 40% guru mempersiapkan materi yang
akan disajikan kepada siswa > 1 minggu sebelum mengajar, sebanyak 30% guru
mempersiapkan antara 4-6 hari sebelum mengajar.
Penguasaan sebagian besar guru terhadap bahan kajian akademik yang
diajarkan jika dipersentasekan mencapai 75%-100%. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.69 Penguasaan terhadap bahan kajian
No Penguasaan terhadap bahan kajian f % 1 75% - 100% 32 53.3 2 50% - 74% 24 40.0 3 25% - 49% 4 6.7 4 < 25% 0 0.0
Jumlah 60 100 Sumber: data penelitian yang diolah tahun 2007
Terlihat dari tabel di atas, sebanyak 53,3% guru memiliki kemampuan
antara 75%-100%, selebihnya 40% guru memiliki penguasaan antara 50%-74%.
86
4.1.3 Uji Prasyarat
4.1.3.1 Uji Normalitas Data
Salah satau syarat yang harus dipenuhi dalam analisis regresi adalah data
dan model regresi berdistribusi normal. Kenormalan data dapat dilihat dari uji
normalitas Kolmogorov-Smirnof dari masing-maisng variabel (Santoso 1999:311).
Data dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS versi 12 Windows 2000.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05
maka data penelitian berdistribusi normal, sedangkan untuk normal P-P plot
apabila titik-titik berada dekat dengan garis diagonal maka model regresi
berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat dari output SPSS 12 seperti
pada tabel 4.69
Tabel 4.70 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
60 60 6033.6667 48.6833 55.93336.10825 8.92244 6.78200
.159 .169 .171
.126 .082 .092-.159 -.169 -.1711.233 1.310 1.326
.096 .065 .060
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
X1 X2 Y
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Terlihat dari tabel 4.70 pada baris asymp. Sig untuk dua sisi diperoleh nilai
signifikansi variabel supervisi kepala sekolah (X1) sebesar 0,096, untuk variabel
87
motivasi kerja (X2) sebesar 0,065 dan untuk kinerja guru (Y) sebesar 0,060. Nilai
signifikansi dari masing-masing variabel > 0,05 yang berarati bahwa Ho diterima
atau data dari masing-masing variabel berdistribusi normal.
Di samping menggunakan uji Kolmogorov Smirnov analisis kenormalan
data ini juga didukung dari Plot of Regression Standardized Residual. Apabila
grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata titik-titik mendekati garis
diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Lebih
jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat pada grafik berikut.
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Gambar 4.1
P-P Plot pengujian normalitas model regresi
Terlihat dari grafik di atas, titik-titik mendekati garis diagonal yang berarti
bahwa model regresi berdistribusi normal.
88
4.1.3.2 Uji Linieritas
Uji linieritas dapat dilihat dari nilai signifikansi dari deviation of linierity
untuk X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dapat
disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier. Lebih jelasnya hasil pengujian
linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.71
Tabel 4.71 Hasil Uji Linieritas
No Uji Linieritas F hitung df1 df2 Sig Kriteria1 X1 terhadap Y 1,097 20 38 0.391 Linier 2 X2 terhadap Y 1,762 22 36 0.064 Linier
Terlihat dari tabel 4.70, nilai signifikansi dari masing-masing pengujian >
0,05 yang berarti bahwa hubungan antara X1 dan X2 dengan Y bersifat linier.
4.1.3.3 Uji Multikolinieritas
Syarat berlakunya model regresi ganda adalah antar variabel bebasnya
tidak memiliki hubungan sempurna atau tidak mengandung multikolinieritas.
Pengujian multikolinieritas ini dapat dilihat dari nilai variance inflatio factor
(VIF). Antara variabel bebas dikatakan multikolinieiritas apabila toleransinya <
0,1 dan VIF > 10. Hasil pengujian multikolineiritas selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.71.
Tabel 4.72 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
.923 1.084
.923 1.084Supervisi kepala sekolah (X1)Motivasi kerja (X2)
Model1
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
89
Terlihat dari tabel 4.72, nilai toleransi dari masing-masing variabel bebas
> 0,1 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengandung multikolinieritas.
4.1.3.4 Heteroskesdastisitas
Secara grafis ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari
multivariate standardized Scatterplot. Dasar pengambilannya apabila sebaran nilai
residual terstandar tidak membentuk pola tertentu namun tampak random dapat
dikatakan bahwa model regresi bersifat homogen atau tidak mengandung
heteroskedastisitas. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut.
-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value
-4
-3
-2
-1
0
1
2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
Dependent Variable: Y
Scatterplot
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas
90
Terlihat dari grafik 4.2, titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu
vertikal dan tidak membentuk pola tertentu atau terlihat acak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau
bersifat homogen.
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
dengan uji simultan.
4.1.4.1 Uji Simultan
Pengujian hipotesis yang menyatakan menyatakan ada pengaruh secara
simultan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru dapat
dilihat dari hasil uji F. Kriteria pengujiannya apabila nilai p value < 0,05, dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hasil uji simultan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.73
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Model Summaryb
.455a .207 .179 7.448 2 57 .001Model1
R R SquareAdjustedR SquareF Change df1 df2Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Hasil pengujian diperoleh F hitung = 7,448 dan nilai p value = 0,001. Karena
nilai signifikansi < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,
91
yang berarti Ha yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan secara simultan
supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru diterima.
Berdasarkan nilai R square sebesar 0,207 menunjukkan bahwa secara
simultan supevisi kepala sekolah dan motivasi kerja memberikan kontribusi
terhadap kinerja guru sebesar 20,7%, selebihnya dari faktor lain di luar kedua
variabel tersebut.
92
4.2 Pembahasan
4.2.1 Supervisi terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan data yang diperoleh kualitas supervisi yang dilakukan kepala
sekolah SMK Negeri 1 Purbalingga menurut persepsi guru tergolong cukup baik.
Hal ini terbukti dari supervisi kunjungan kelas dalam rangka supervisi klinis
maupun observasi perbaikan cara mengajar guru dilakukan 1-2 kali dalam satu
semester, meskipun kemampuan kepala sekolah dalam melakukan supervisi
tergolong baik. Dalam hal memberikan semangat kepada guru tergolong baik
terbukti dari pendapat sebagian besar guru yang menyatakan supervisi yang
dilakukan kepala sekolah mampu mendorong semangat kerja guru, meskipun
frekuensi dalam memberikan dorongan masih tergolong rendah.
Kemampuan kepala sekolah dalam memberikan pemahaman tentang
kurikulum menurut persepsi sebagian besar guru tergolong cukup baik. Hal ini
disebabkan karena frekuensi kepala sekolah dalam memantau rencana
pembelajaran guru, memantau kesesuaian perangkat pembelajaran dengan
pelaksanaan hanya 1-2 kali saja dalam satu semester. Namun banyak guru yang
merasakan mudah memahami kurikulum dengan adanya kunjungan kelas oleh
kepala sekolah. Hal ini membuktikan bahwa supervisi yang dilakukan kepala
sekolah memberikan pengaruh terhadap pemahaman guru terhadap kurikulum
yang digunakan.
Kemampuan kepala sekolah dalam pengembangan metode dan evaluasi
menurut persepsi sebagian besar guru tergolong baik. Meskipun frekuensi
pemberian teknik evaluasi dan pengembangan metode pembelajaran masih rendah
93
(1-2 kali dalam satu semester) namun sebagian besar guru memperoleh manfaat
yang tinggi dengan adanya kunjungan kelas dalam rangka pengembangan evaluasi
dan metode pembelajaran.
4.2.2 Motivasi Kerja Guru
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja guru
sudah tergolong baik, meskipun masih ada sebagian yang tergolong cukup. Dalam
menghadapi tugas, sebagian besar guru menghadapinya dengan penuh ketekunan.
Hal ini terlihat dari banyaknya guru yang berusaha menyelesaikan pekerjaannya
seperti mengkoreksi hasil ulangan tanpa menunda-nunda waktu. Mereka juga
berusaha menyelesaikan tugas dari kepala sekolah sesuai kemampuannya. Dalam
kegiatan pembelajaran, guru juga tidak lepas dan kesulitan, namun demikian
sebagian besar guru berusaha mengahadapi kesulitan tersebut dengan ulet. Hal ini
dapat dilihat ketika mengadai kegaduhan di dalam kelas, hampir semua guru
berusaha menegur atau membimbing dan mengarahkan, jarang sekali guru yang
marah atau membiarkan saja. Tanggung jawab guru dalam menyelesaikan tugas
tergolong tinggi (50%-74%).
Minat guru terhadap bermacam-macam masalah juga tergolong sangat
baik. Kemampuan guru dalam memperbaiki dan mengembangkan kemampuan
siswa tergolong baik. Jika terjadi penurunan prestasi, sebagian besar guru
berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan instropeksi diri. Hal ini
menunjukkan bahwa guru memiliki minat yang tinggi terhadap bermacam-macam
masalah.
94
Tingginya motivasi kerja guru juga dilihat dari tingkat kesenangan guru
untuk bekerja secara mandiri. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
bahwa sebagian besar guru berusaha mengerjakan sendiri secara tepat waktu
dalam menyelesaikan tugas yang diperintahkan guru, namun dalam
pengemabangan profesi seperti seminar, sebagian besar melaksanakan namun
masih bersifata terpaksa. Tingginya motivasi kerja juga ditunjukkan dari tingginya
tingkat kebosanan terhadap tugas-tugas yang rutin. Dalam hal ini sebagian besar
guru berusaha melaksanakan pembelajaran secara bervariasi yaitu
mengaplikasikan berbagai metode yang lebih menarik serta menggunakan media
yang bervariasi sesuai dengan karakteristik materi. Sebagian besar guru dapat
mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepasakan hal-hal yang diyakini,
senang mencari dan memecahkan masalah yang dihadapi.
4.2.3 Kinerja Guru
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru tergolong
sangat baik dan baik, hanya sebagian kecil saja yang memiliki kinerja cukup.
Tingginya kinerja guru tersebut ditunjukkan dari penyusunan rencana
pembelajaran yang selalu dikerjakan secara baik. Hal ini karena sebagian besar
guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun rencana pembelajaran. Ini
semua tidak lepas dari pengalaman yang diperolehnya selama kuliah dan
pengalaman selama mengajar. Namun demikian kuantitas dalam penyusunan
rencana pembelajaran masih tergolong rendah, terbukti banyak guru yang
menyusun rencana pembelajaran ketika mendekati akreditasi atau adanya
supervisi kepala sekolah. Hal ini terjadi karena merasa bahwa rencana
95
pembelajaran selama ini hanya formalitas administratif dalam pendidikan. Mereka
lebih mementingkan cara pengajarannya. Alasan lainnya mungkin karena sudah
memiliki pengalaman yang lebih lama dalam mengajar dan melakukan rutinitas
mengajar yang sama, maka kurang perlu menggunakan rencana pembelajaran
karena bagi guru tanpa rencanapun materi dapat selesai diajarkan sesuai dengan
kalender yang ditetapkan. Hampir semua guru lebih mementingkan pada kualitas
pembelajaran, bukan pada pembuatan rencana pembelajaran. Hal ini terbukti dari
banyaknya guru yang memiliki kemampuan tinggi dalam perencanaan media
pembelajaran. Dalam pelaksanaan interasi belajara mengajar hampir semua guru
mampu melaksanakan dengan sangat baik. Hal ini disebabkan karena kemampuan
berinteraksi yang tinggi, kemampuan menyampaikan materi, kemampuan dalam
memotivasi siswa untuk belajar. Ini semua juga tidak lepas dari pengalaman yang
didapat selama mengajar.
Tidak hanya interaksi dalam pembelajaran, dalam hal melakukan penilaian
prestasi belajar, hampir semua guru melaksanakan penilaian secara baik. Hal ini
terbukti dari pelaksanaan penilaian ulangan harian yang dilaksanakan setiap
pokok bahasan dan ada pula yang melaksanakan setiap kali pertemuan. Mereka
memiliki kemampuan yang tinggi dalam menganalisis hasil penilaian, melakukan
kaporan penilaian.
Setelah penilaian dilakukan, tindak lanjut hasil penilaian juga dilaksanakan
secara sangat baik. Mereka memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyusun
program tindak lanjut, melaksanakan remedial dan mengklasifikasikan
kemampuan siswa.
96
Kinerja guru juga ditunjukkan tidak hanya dalam interaksi belajar
mengajar sebagai tugas pokok seorang guru. Mereka juga memiliki wawasan
pendidikan yang baik, memahami hubungan pendidikan dan pengajaran serta
memiliki kemampuan yang tinggi dalam memahami fungsi sekolah, meskipun
dalam mengembangkan profesinya masih tergolong kurang. Hal ini disebabkan
karena hampir semua guru belum melakukan penelitian guna menunjang
profesinya. Mereka lebih menunjukkan pada penguasaan akademik dengan cara
mempersiapkan materi yang akan disajikan untuk siswa dan menguasai bahan
kajiannya.
4.2.4 Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan hasil analisis regresi terutama dari hasil uji parsial diperoleh
nilai p value = 0,001. Nilai p value tersebut kurang dari taraf signifikansi 0,05
yang berarti bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh supervisi terhadap
kinerja guru di SMK Negeri 1 Purbalingga diterima karena signifikan.
Berdasarkan data yang diperoleh ternyata kinerja guru tergolong baik. Kinerja
guru tersebut tidak lepas dari suatu evaluasi, kritikan maupun saran dari berbagai
pihak. Salah satunya adalah karena pengaruh supervisi. Supervisi merupakan
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif
(Purwanto,2003:32).
Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan
terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang
97
berhubungan tugas-tugas utama pendidikan. Menurut Carter, supervisi merupakan
usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-
petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran
(Sahertian,2000:17). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sarni (2006)
yang memberikan kesimpulan bahwa secara signifikan kreatifitas kepemimpinan
kepala sekolah dan supervisi pengajaran berpengaruh terhadap kinerja guru di 29
SMP N dikabupaten Batang
4.2.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Guru
Berdasarkan hasil analisis regresi khususnya uji parsial diperoleh p value
0,035 < 0,05, yang berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh motivasi
terhadap kinerja guru diterima. Dengan motivasi kerja yang tinggi memberikan
pengaruh positif terhadap kinerja guru. Dengan kata lain Kinerja guru tidak lepas
dari adanya motivasi. Motivasi merupakan keseluruhan proses pemberian
dorongan atau rangsangan kepada seseorang sehingga mereka bersedia bekerja
dan rela tanpa dipaksa.
Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto (1998) motivasi merupakan
suatu pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia tergerak hatinya untuk betindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil dan tujuan tertentu. Seperti yang diungkapkan pula oleh Winardi
(1982), motivasi merupakan keinginan yang terdapat dalam seseorang yang
merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan. Dengan adanya kesungguhan
98
dalam bekerja, tidak mudah puas atas hasil kerjanya, terus memiliki keinginan
untuk meningkatkan pengetahuan, selalu berinovasi dan kreatif dalam
pembelajaran dan menerima dorongan dari kepala sekolah maupun dari rekan
kerja demi peningkatan kerja dan kemajuan pembelajaran, sehingga berdampak
positif terhadap kinerja guru. Hasil penelitian ini pada prinsipnya sesuai
Hikmawati (2005) yang memberikan gambaran bahwa kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja.
Penelitian serupa oleh Rahayu (2006) memberikan kesimpulan kepemimpinan
kepala sekolah dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diberikan oleh responden, terdapat
kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil uji simultan diperoleh kesimpulan bahwa supervisi kepala
sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMK Negeri 1
Purbalingga tahun 2007, yang ditunjukkan dari hasil uji simultan dengan nilai
p value = 0,001 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering supervisi
dilakukan dan motivasi kerja guru yang besar maka kinerja guru akan semakin
baik.
2. Besarnya pengaruh supervisi dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK
Negeri I Purbalingga mencapai 20,7%.
5.2 Saran
1. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah menurut persepsi sebagian besar
guru tergolong cukup. Oleh karena itu disarankan kepada sekolah untuk
meningkatkan kualitas supervisi, seperti meningkatkan kunjungan kelas dalam
rangka supervisi klinis, observasi perbaikan, memotivasi semangat kerja guru,
meninjau rencana pembelajaran, kesesuaian antara perangkat pembelajaran
dengan pelaksanaan pembelajaran, observasi metode pembelajaran.
Diharapkan dengan meningkatkan frekuensi kunjungan kelas akan
menumbuhkan kinerja guru.
99
100
2. Motivasi kerja guru tergolong baik sehingga perlu dipertahankan dan
ditingkatkan terutama dalam hal kemandirian dalam bekerja, mempertahankan
pendapat dan memecahkan masalah. Diharapkan dengan meningkatnya
motivasi kerja guru akan tumbuh kinerja yang lebih baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel prediktor
lainnya yang merupakan faktor-faktor pengaruh terhadap kinerja guru, seperti
kepribadian, kondisi sosial individu, komunikasi, tingkat kemampuan
seseorang sehingga pada akhirnya didapatkan sumbangan pemikiran yang
lebih optimal.
101
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1988. Metode Penelitian Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta Algifari. 1997. Analisis Regresi, Kasus dan Solusi. Yogyakarta :BPFE Anoraga, Pandji. 1998.Psikologi Kerja. Jakarta :Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali
Press As’ad,Moh. 1995. Psikologi Industri. Liberty:Yogyakarta. Hasibuan, Malayu SP. 1999. Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara Handoko, Hani. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta:BPFE. ------------------------, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara Hikmawati, Afni. 2005. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi
Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMK Negeri di Wonosobo. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang.
Manulang. 2001. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya Pidarta, Made. 1996. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara Purwanto, M. Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya Rahayu, Sri retno Pudji. 2005. Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Motivasi terhadap Kinerja Guru SMK Negeri Bisnis Manajemen di kota Semarang. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang.
101
102
Sahertian, Piet A. dan Ida Aleida Sahertian, 1992. Supervisi pendidikan dalam
rangka inservice Education. Jakarta : Rineka Cipta Sedarmayanti, 2000. Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Siagian, Sondang P. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta Singgih, Santoso. 2000. SPSS Mengolah Data Statitik Secara Profesional.
Jakarta : Media Komputindo. Supriadi, Dedi, 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adi
Citra Karya Nusa Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta, Tilaar, H. AR. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam
Perpektif Abad 21. Magelang : Tera Indonesia Laporan Balitbang Depdiknas. 2002. http://www.suaramerdeka.com/htm.(15
September 2002
Lampiran 1 103
Angket Penelitian
Semarang, Pebruari 2007
Yth. Bapak/Ibu guru SMKN I Purbalingga
Di tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Supervisi
Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMKN I
Purbalingga”, maka saya membutuhkan beberapa informasi dari Bapak/Ibu
melalui pengisian angket penelitian ini. Untuk keperluan tersebut maka dengan
segala kerendahan hati saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan
meluangkan waktu mengisi angket ini dengan tulus sesuai dengan keadaan
Bapak/Ibu.
Pengisian angket ini semata-mata hanya demi kepentingan penyelesaian
skripsi ini dan jawaban yang diberikan Bapak/Ibu tidak akan mempengaruhi
penilaian kepala sekolah terhadap kinerja Bapak/Ibu selama ini.
Atas perhatian dan kerjasama dari Bapak/Ibu guru, saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Hormat saya,
Laeli Kurniati
Peneliti
104
Kisi – kisi instrument penelitian
Variabel Indikator No butir
Supervisi kepala
sekolah
1. Supervisi kunjungan kelas
2. Semangat kerja guru
3. Pehaman tentang
kurikulum
4. Pengembangan metode
dan evaluasi
5. Rapat-rapat pembinaan
6. Kegiatan rutin diluar
mengajar
1,2,3
4,5
6,7,8
9,10
12,13
15,16
Motivasi kerja
guru
1. Tekun menghadapai tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Menunjukkan minat
terhadap bermacam-
macam masalah
4. Lebih senang bekerja
sendiri
5. Cepat bosan pada tugas
yang monoton
6. Dapat mempertahankan
pendapatnya
7. Tidak pernah mudah
melepaskan hal yang
diyakini
8. Senang mencari dan
memecahkan masalah
1,2
3,4
5,6
7,8,10
11,12
13,14
15,
17,18
Kinerja guru 1. Penyusunan rencana
pembelajaran
2. Pelaksanaan interaksi
1,2,3
5,6,7
105
belajar mengajar
3. Penilaian prestasi belajar
peserta didik
4. Pelaksanaan tindak lanjut
hasil penilaian prestasi
belajar peserta didik
5. Pengembangan profesi
6. Pemahaman wawasan
kependidikan
7. Penguasaan bahan kajian
akademik
8,9,10
11,12,13
14
18,19
19,20,21
106
INSTRUMEN PENELITIAN
Nama :………………………..
Jenis kelamin : L / P (Lingkari yang sesuai)
PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah soal dibawah ini dengan teliti
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai menurut Bapak/Ibu
3. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi instrument ini
SUPERVISI KEPALA SEKOLAH
a. Supervisi Kunjungan Kelas
1. Dalam semester terakhir, berapa kali kepala sekolah melakukan kunjungan
kelas untuk mengamati seorang guru yang sedang mengajar?
a. lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 – 4 kali d. Tidak pernah
2. Dalam semester terakhir, berapa kali kepala sekolah mengadakan kunjungan
observasi untuk memperbaiki cara mengajar Bapak/Ibu?
a. lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 – 4 kali d. Tidak pernah
3. Apabila dinyatakan dalam % (persentase) menurut Bapak/Ibu, seberapa
besar manfaat supervisi kunjungan kelas terhadap perbaikan proses belajar
mengajar?
107
a. 75% - 100% c. 25% - 49%
b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
b. Semangat Kerja Guru
4. Dalam sebulan terakhir, berapa kali kepala sekolah memberikan evaluasi
terhadap proses KBM untuk memotivasi semangat kerja Bapak/Ibu?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
5. Apabila dinyatakan dengan % (persentase) seberapa besar pengaruh
supervisi kunjungan kelas terhadap semangat mengajar Bapak/Ibu?
a. 75% - 100% c. 25% - 49%
b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
c. Pemahaman Tentang Kurikulum
6. Berapa kali dalam sebulan kepala sekolah mengadakan peninjauan rencana
pembelajaran Bapak/Ibu?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
7. Berapa kali frekuensi peninjauan kepala sekolah terhadap kesesuaian
perangkat pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran ?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
8. Apabila dinyatakan dengan % (persentase), seberapa besar manfaat supervisi
terhadap pemahaman kurikulum yang berlaku saat ini?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49%
108
b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
d. Pengembangan Metode Dan Evaluasi
9. Berapa kali dalam satu semester kepala sekolah mengadakan bimbingan
tentang metode pembelajaran dan teknik-teknik evaluasi pembelajaran?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
10. Apabila dinyatakan dalam % (persentase) seberapa besar manfaat supervisi
kunjungan kelas terhadap pengembangan metode dan evaluasi pembelajaran
Bapak/Ibu disekolah?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49%
b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
e. Rapat-rapat pembinaan
12. Dalam sebulan terakhir, berapa kali kepala sekolah mengadakan rapat
(meeting) secara periodik dengan guru-guru berkaitan dengan KBM di
sekolah?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
13. Dalam satu semester, berapa kali kepala sekolah mengadakan pembinaan
administrasi atau tata laksana sekolah?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
109
f. Kegiatan Rutin Di Luar Mengajar
15. Dalam satu semester, berapa kali Bapak/Ibu mengikuti MGMP guna
peningkatan proses belajar mengajar?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
16. Dalam setahun terakhir, berapa kali Bapak/ibu mengikuti Pendidikan dan
Latihan (diklat) dalam rangka meningkatkan kinerja guru?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
MOTIVASI KERJA GURU
a. Tekun menghadapi tugas
1. Berkenaan dengan pengoreksian hasil ulangan siswa
a. Berusaha menyelesaikan pekerjaannya saat itu juga
b. Dilaksanakan 1-2 hari berikutnya
c. Diselesaikan 3-4 hari berikutnya
d. Dilaksanakan pada waktu senggang
2. Terhadap tugas yang diberikan oleh kepala sekolah
a. Diselesaikan dengan sebaik mungkin
b. Dilaksanakan semampunya
c. Dilaksanakan dengan terpaksa
d. Tidak dilaksanakan
110
b. Ulet menghadapi kesulitan
3. Terhadap siswa-siswanya yang selalu bikin onar dan gaduh saat pelajaran
berlangsung
a. Dibimbing dan diarahkan c. Dimarahi
b. Ditegur d. Dibiarkan saja
4. Jika dinyatakan kedalam % (persentase) seberapa besar rasa tanggung
jawab Bapak/Ibu untuk menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh?
a. 75% - 100% c. 25% - 49%
b. 50% - 74% d. Kurang dari 25%
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
5. Apabila dinyatakan dalam % (persentase) seberapa besar kemauan
Bapak/Ibu untuk senantiasa memperbaiki dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki saat ini demi tercapainya visi dan misi sekolah?
a. 75% - 100% c. 25% - 49%
b. 50% - 74% d. Kurang dari 25%
6. Jika prestasi siswa-siswanya mengalami penurunan, maka tindakan
Bapak/Ibu sebagai pengampu bidang studi tersebut?
a. Berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki
b. Introspeksi diri
c. Kecewa karena merasa dirinya gagal
d. Tetap cuek
111
d. Lebih senang bekerja sendiri
7. Terhadap tugas yang diperintahkan kepala sekolah terkait dengan
kelengkapan perangkat pembelajaran (analisa program, rencana
pembelajaran, modul, dsb)
a. Mengerjakan sendiri tepat waktu
b. Mengerjakan bersama-sama dengan guru
c. Mengerjakan dengan meniru pekerjaan orang lain
d. Tidak melaksanakan
8. Apabila diberi kesempatan untuk mengikuti seminar mewakili sekolah
a. Melaksanakan dan mengikuti secara aktiv
b. Melaksanakan dengan pasif
c. Melaksanakan dengan terpaksa
d. Diberikan kepada yang lain
10. Terhadap tugas yang diberikan kepala sekolah terkait dengan pelaksanaan
administrasi pembelajaran?
a. Mengerjakan sendiri tepat waktu
b. Mengerjakan bersama-sama dengan guru
c. Mengerjakan dengan meniru pekerjaan orang lain
d. Tidak melaksanakan
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
11. Dalam KBM, metode pengajaran yang dilakukan setiap harinya?
a. Selalu berusaha mengaplikasikan berbagai metode yang lebih menarik
b. Menggunakan berbagai metode jika dirasa perlu
c. Menggunakan 1-2 metode saja
d. Menggunakan metode secara tetap dan monoton
112
12. Terhadap penggunaan media pengajaran guna menunjang kelancaran
proses kebiatan belajar mengajar?
a. Setiap hari selalu berganti-ganti
b. Menggunakan media secara tetap/monoton
c. Menggunakan jika dirasa perlu
d. tidak Menggunakan
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
13. Dalam pelaksanaan rapat yang berkaitan dengan evaluasi KBM di sekolah
a. Mempertahankan pendapatnya selama diyakini itu benar
b. Mengikuti dan memberikan usulan secara aktif
c. Memberikan pendapat jika diminta
d. Mengikuti secara pasif
14. Dalam rapat yang berkaitan dengan kebijakan sekolah, berapa kali
Bapak/Ibu berusaha mempertahankan pendapatnya demi kemajuan
sekolah?
a. Selalu memperjuangkan pendapatnya
b. Sering memperjuangkan pendapatnya
c. Kadang-kadang jika dirasa penting
d. Tidak pernah
g. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini
15. Dalam sebulan terakhir barapa kali Bapak/Ibu memberikan saran/kritik
terhadap kebijakan sekolah yang dirasa memberatkan guru?
a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
113
h. Senang mencari dan memecahkan masalah
17. Dalam sebulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu turut membantu apabila
terjadi suatu masalah dalam pergaulan antar rekan guru?
a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
18. Dalam sebulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu bersedia membantu bila ada
rekan guru yang mengalami kesulitan tertentu?
a. Selalu membantu c. Kadang-kadang membantu
b. Sering membantu d. Tidak pernah ikut membantu
KINERJA GURU
a. Penyusunan Rencana Pembelajaran
1. Bila dinyatakan dalam persentase, seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu
dalam penyusunan rencana Pembelajaran?
a. Lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 kali d. Tidak pernah
2. Kapan Bapak/Ibu menyusun Rencana Pembelajaran?
a. Setiap kali pertemuan c. Setiap ada akreditasi/supervisi
b. Setiap pokok bahasan d. Tidak pernah
3. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan
Bapak/Ibu dalam merencanakan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran?
c. 75% - 100% c. 25. % - 49%
d. 50% - 74% d. kurang dari 25%
114
b. Pelaksanaan Interaksi Belajar Mengajar 5. Bila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu
beinteraksi dengan siswa secara komunikatif?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49% b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
6. Bila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu
memberikan materi kepada siswa?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49% b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
7. Bila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan Bapak/Ibu
dalam memotivasi siswa?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49% b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
c. Penilaian prestasi belajar peserta didik 8. Kapan Bapak/Ibu mengadakan penilaian prestasi belajar siswa?
a. Setiap kali pertemuan c. Setelah beberapa pokok bahasan b. Setiap pokok bahasan d. tidak pernah
9. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan
Bapak/Ibu mengolah dan menganalisis hasil penilaian?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49% b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
10.Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan
Bapak/Ibu menyusun laporan hasil penilaian?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49% b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
115
d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik 11. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan
Bapak/Ibu menyusun program tidak lanjut hasil penilaian?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49% b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
12. Kapan Bapak/Ibu melaksanakan remedial untuk memperbaiki hasil ulangan
siswa yang kurang memuaskan?
a. ≤ 2 minggu setelah hasil ulangan diumumkan b. > 2 minggu setelah ulangan diumumkan c. setelah ujian semester
d. tidak dilakukan remedial
13. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar kemampuan
Bapak/Ibu mengklasifikasikan kemampuan siswa?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49%
b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
e. Pengembangan profesi
14. Dalam sebulan terakhir, berapa kali Bapak/Ibu mengikuti informasi
perkembangan IPTEK yang mendukung profesi anda sebagai guru?
a. lebih dari 4 kali c. 1 – 2 kali
b. 3 – 4 kali d. Tidak pernah
f. Pemahaman wawasan
18. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar pemahaman
Bapak/Ibu mengenai hubungan pendidikan dan pengajaran?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49%
b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
116
19. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar pemahaman
Bapak/Ibu mengenai fungsi sekolah ?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49%
b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
g. Penguasaan bahan kajian akademik 20. Sebelum mengajar, kapan Bapak/Ibu mempersiapkan materi yang akan
disajikan kepada siswa ?
a. ≥ satu minggu sebelum mengajar b. 4 – 6 hari sebelum mengajar c. ≤ 3 hari sebelum pembelajaran d. tidak mempersiapkan materi
21. Apabila dinyatakan dalam % (persentase), seberapa besar penguasaan
Bapak/Ibu terhadap bahan kajian akademik sesuai mata diklat yang diampu?
a. 75% - 100% c. 25. % - 49% b. 50% - 74% d. kurang dari 25%
117
DAFTAR NAMA RESPONDEN GURU
No Nama NIP Jurusan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Drs. Kamson Dra. Istirochah I.J. Sutardjo, BA Dra. Hartati Dra. Setiyani Darmastuti Toto Widiyanto, BA Drs. Suwondo Drs. Ratno Purwanto Dra. Elly Kadharsono Drs. Bambang Mulyono Dra. Sri Mulyani Drs. Pujo Atmoko Drs. Teguh Sugiantoro Dra. Savitri Handayani Dra. Siti Sofiati Drs. Mugyan Drs. Kisro Dra. Lisyorinie Dra. Sri Kuswanti Dra. Tri Yulianti Erys Sukamto, S.Pd. Drs. Tohirin Drs. Yosep Win P. Dra. Sugiyarti Drs. Priyo Nurcipto Drs. Sahir Drs. Darimun Drs. Waskam Ashari Mugiyanto, S.Pd. Sri Endro Puspitowati, S.Pd Endang Suciharti, BA Supono, BA Taty Siti Latifah, BA Dra. Sri Pinuji Hadayani Suratno, S.Ag Dra. Sri Mularsih Dra. Fatimah R Suyamto, S.Pd Titi Hardiningsih, BA Dra. Sami Astuti Dra. Diyah Ayu S Drs. FX. Tutyanto
130902488 130892115 130520061 131693702 131677444 130605325 131411055 131407046 131771434 131712242 131662609 131768664 131802986 131634906 131767817 131835456 131123683 131664565 131612530 131859880 131123692 131599442 131869964 131670781 131815628 131869965 131898297 131898294 131612544 131611906 131601452 131411046 131682480 131685294 131613519 132118302 132141535 133907493 131646232 132118806 132118519 132083900 132138527
PPKn Ekonomi Perusahaan Ekonomi Umum Pend. Perkantoran Ekonomi Umum Ekonomi Umum Ekonomi Umum Bhs. Indonesia Adm. Pegawai Bisnis Tata Buku Koperasi POR Pend. Akuntansi BK BK Pend. Akuntansi Bhs. Indonesia Sejarah Pend. Akuntansi POR Matematika PDU Akuntansi Matematika Pend. Koperasi BV Adm. Perkantoran BK BK Ekonomi Perusahaan Ekonomi Perusahaan Ekonomi Administrasi Ekonomi Ekonomi perusahaan PDU Tarbiyah Matematika Bhs. Inggris Bhs. Inggris Adm. Perkantoran Adm.Perkantoran PMP Bhs. Inggris Bhs. Inggris
Lampiran 2
118
44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60.
Dra. Niken Malasiyanti Wahyu Budi Susapti, S.Pd Yohana F. Budi Santoso, S.Pd Maryono, S.Pd Marwoto, S.Pd Sri Wahyuni, S.Pd Dwi Agus MM. S.Pd Wendiarto, S.Pd Justina Tri Rahayu L, S.Pd Salamun, S.Pd Wahyuningsih, S.Pd Puji Pertiwi, S.Pd Dra. Elly Suprihatin Retnowati, S.Pd Agung Pamuji, S.Pd Deddy Suwito, S.Kom.
132164536 131883323 132175958 132279393 132281942 500108482 500108599 500110457 500110458 500110459 500110460 500115553 500115554 500115558 500115559
Pend.Administrasi Pend. Administrasi Pend. Akuntansi Pend. Koperasi Komputer Pend. Akuntansi Matematika PPKn Pend. Ekonomi Matematika Bhs. Inggris Pend. Administrasi Komputer Komputer Pend.Administrasi
119Uji Validitas Angket Supervisi Kepala Sekolah
Lampiran 3
Correlations
.678**
.00515
.594*
.02015
.596*
.01915
.647**
.00915
.596*
.01915
.681**
.00515
.672**
.00615
.532*
.04115
.761**
.00115
.530*
.04215
-.080.777
15.611*.015
15.856**.000
15.377.166
15.849**.000
15.779**.001
151.
15
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
X1_01
X1_02
X1_03
X1_04
X1_05
X1_06
X1_07
X1_08
X1_09
X1_10
X1_11
X1_12
X1_13
X1_14
X1_15
X1_16
X1
X1
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
120Uji Validitas Angket Motivasi Kerja
Lampiran 4
Correlations
.569*
.02715
.555*
.03215
.512
.05115
.851**
.00015
.702**
.00415
.774**
.00115
.729**
.00215
.546*
.03515
.005
.98715
.757**
.00115
.646**
.00915
.827**
.00015
.767**
.00115
.664**
.00715
.575*
.02515
-.128.650
15.563*.029
15.554*.032
151.
15
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
X2_01
X2_02
X2_03
X2_04
X2_05
X2_06
X2_07
X2_08
X2_09
X2_10
X2_11
X2_12
X2_13
X2_14
X2_15
X2_16
X2_17
X2_18
X2
X2
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
Correlation is significant at the 0.01 level(2 il d)
**.
121Uji Validitas Angket Kinerja Guru
Lampiran 5
Correlations
.567*
.02815
.715**
.00315
.605*
.01715
.027
.92415
.696**
.00415
.764**
.00115
.762**
.00115
.586*
.02215
.699**
.00415
.529*
.04315
.664**
.00715
.611*
.01515
.554*
.03215
.664**
.00715
-.050.859
15.205.464
15.122.666
15.612*.015
15.625*.013
15.594*.019
15.705**.003
151.
15
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Y_01
Y_02
Y_03
Y_04
Y_05
Y_06
Y_07
Y_08
Y_09
Y_10
Y_11
Y_12
Y_13
Y_14
Y_15
Y_16
Y_17
Y_18
Y_19
Y_20
Y_21
Y
Y
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).*.
122Reliability Angket Supervisi Kepala Sekolah
Lampiran 6
Reliability Statistics
.874 16
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
1.8667 .51640 151.8667 .83381 153.6667 .72375 152.3333 .61721 153.6667 .72375 152.0667 .59362 152.1333 .74322 153.0000 .92582 152.3333 .81650 153.3333 .89974 153.2000 .77460 152.5333 .91548 152.1333 .63994 151.7333 .96115 151.6000 .73679 151.6667 .97590 15
X1_01X1_02X1_03X1_04X1_05X1_06X1_07X1_08X1_09X1_10X1_11X1_12X1_13X1_14X1_15X1_16
Mean Std. Deviation N
Scale Statistics
39.1333 54.695 7.39562 16Mean Variance Std. Deviation N of Items
123
Lampiran 7
Reliability Angket Motivasi Kerja
Reliability Statistics
.881 18
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
3.5333 .91548 153.0667 .70373 153.1333 .83381 153.2000 .94112 153.2000 .94112 153.1333 .74322 153.1333 .83381 152.2000 1.01419 153.8667 .35187 153.6000 .50709 153.2667 .79881 153.5333 .63994 152.6667 .81650 152.8667 .83381 153.5333 .83381 153.4667 .91548 153.0667 .88372 152.1333 1.18723 15
X2_01X2_02X2_03X2_04X2_05X2_06X2_07X2_08X2_09X2_10X2_11X2_12X2_13X2_14X2_15X2_16X2_17X2_18
Mean Std. Deviation N
Scale Statistics
56.6000 75.114 8.66685 18Mean Variance Std. Deviation N of Items
124
Reliability Angket Kinerja Guru
Lampiran 8
Reliability Statistics
.854 21
Cronbach'sAlpha N of Items
Item Statistics
2.6000 .91026 153.6000 .63246 153.2000 .86189 152.8667 1.30201 153.8000 .56061 153.7333 .59362 153.6000 .73679 153.1333 .63994 153.3333 .61721 153.4000 .50709 153.2667 .70373 153.4000 .63246 153.4000 .63246 152.0667 1.09978 151.4667 .63994 152.4000 .50709 151.5333 .63994 153.2667 .70373 153.3333 .61721 153.0667 .79881 153.4667 .63994 15
Y_01Y_02Y_03Y_04Y_05Y_06Y_07Y_08Y_09Y_10Y_11Y_12Y_13Y_14Y_15Y_16Y_17Y_18Y_19Y_20Y_21
Mean Std. Deviation N
Scale Statistics
63.9333 61.352 7.83278 21Mean Variance Std. Deviation N of Items
125
Uji Normalitas
Lampiran 9
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
60 60 6033.6667 48.6833 55.93336.10825 8.92244 6.78200
.159 .169 .171
.126 .082 .092-.159 -.169 -.1711.233 1.310 1.326.096 .065 .060
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
X1 X2 Y
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
126
Uji Linieritas data Y * X1
Lampiran 10
Report
Y
54.0000 1 .56.0000 1 .41.0000 1 .49.0000 2 9.8994957.0000 1 .54.0000 1 .49.0000 2 11.3137156.6667 3 .5773542.0000 1 .59.0000 1 .57.0000 6 2.0976253.9091 11 7.4893960.3333 6 5.4650451.8000 5 7.7265857.0000 1 .59.7143 7 4.1518856.0000 1 .60.2500 4 6.4485154.0000 1 .66.0000 1 .55.0000 1 .62.0000 2 7.0710755.9333 60 6.78200
X116.0021.0022.0023.0025.0026.0028.0029.0030.0031.0032.0033.0034.0035.0036.0037.0039.0041.0043.0045.0046.0047.00Total
Mean N Std. Deviation
ANOVA Table
1237.846 21 58.945 1.518 .129385.889 1 385.889 9.936 .003
851.957 20 42.598 1.097 .391
1475.888 38 38.839
2713.733 59
(Combined)LinearityDeviationfrom Linearity
BetweenGroups
Within Groups
Total
Y * X1
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
Measures of Association
.377 .142 .675 .456Y * X1R R Squared Eta Eta Squared
127
Uji Linieritas Data Y * X2
Lampiran 11
Report
Y
54.0000 1 .42.0000 1 .41.0000 1 .45.0000 1 .58.0000 2 1.4142161.0000 1 .58.0000 1 .63.0000 1 .57.0000 3 2.6457541.5000 2 .7071157.0000 1 .53.7778 9 4.6844960.3333 3 4.1633360.0000 2 4.2426449.0000 1 .62.0000 1 .57.6667 3 .5773556.0000 3 2.0000055.1111 9 5.6886859.5000 4 2.3804856.5000 2 .7071160.5000 4 7.7244257.0000 3 14.7986568.0000 1 .55.9333 60 6.78200
X228.0029.0030.0033.0034.0035.0036.0038.0039.0041.0044.0045.0048.0049.0051.0052.0053.0054.0055.0056.0057.0058.0061.0062.00Total
Mean N Std. Deviation
ANOVA Table
1566.956 23 68.129 2.139 .020331.986 1 331.986 10,42 .003
1234.969 22 56.135 1.762 .064
1146.778 36 31.8552713.733 59
(Combined)LinearityDeviation fromLinearity
BetweenGroups
Within GroupsTotal
Y * X2
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
Measures of Association
.350 .122 .760 .577Y * X2R R Squared Eta Eta Squared
128
Regression
Lampiran 12
Descriptive Statistics
55.9333 6.78200 6033.6667 6.10825 6048.6833 8.92244 60
YX1X2
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .377 .350.377 1.000 .278.350 .278 1.000
. .001 .003.001 . .016.003 .016 .
60 60 6060 60 6060 60 60
YX1X2YX1X2YX1X2
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Y X1 X2
Model Summaryb
.455a .207 .179 7.448 2 57 .001Model1
R R SquareAdjustedR Square F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Coefficientsa
34.777 5.544 6.273 .000.337 .136 .303 2.470 .017 .311 .923 1.084.202 .093 .265 2.161 .035 .275 .923 1.084
(Constant)X1X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. PartialCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
ANOVAb
562.226 2 281.113 7.448 .001a
2151.507 57 37.7462713.733 59
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
129
210-1-2-3-4
Regression Standardized Residual
14
12
10
8
6
4
2
0
Freq
uenc
y
Mean = 4.65E-16Std. Dev. = 0.983N = 60
Dependent Variable: Y
Histogram
Lampiran 13
130
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Lampiran 14
131
420-2-4
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2
-3
-4
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
Dependent Variable: Y
Scatterplot
103