pengaruh program relationship marketing terhadap loyalitas...
TRANSCRIPT
1
Pendahuluan
Industri telekomunikasi telepon seluler sekarang ini menjadi industri yang
dinamis, ditandai dengan semakin banyaknya pemain (provider telepon seluler)
yang terjun di dalamnya. Menurut pengamatan penulis sampai akhir tahun 2011,
terdapat 8 provider telepon seluler yang menyediakan layanan GSM di Indonesia.
Hal inilah yang membuat persaingan yang sengit antar provider satu dengan
provider lainnya dalam memperebutkan pangsa pasar.
Persaingan yang ketat dan iklim bisnis seluler yang kompetitif ini menjadi
suatu tantangan bagi perusahaan untuk fokus dalam mengembangkan cara dalam
menjaga loyalitas pelanggan mereka agar tidak semakin terjebak dalam perang
harga yang terjadi. Selain itu tingginya tingkat kebocoran pelanggan juga menjadi
salah satu perhatian utama bagi provider telepon seluler. Kebocoran pelanggan
dalam industri telekomunikasi seluler ini adalah berupa nomor pelanggan yang
hangus akibat tidak diperpanjang masa aktifnya. Ada banyak alasan mengapa
pelanggan enggan terus menggunakannya, mulai dari layanan yang tidak menarik,
tarif mahal, atau nomor hanya digunakan sebagai kartu panggil sekali pakai.
IM3 sebagai salah satu provider seluler di jalur GSM tidak terlepas dari
perang harga dengan provider lain serta tingkat kebocoran pelanggan yang tinggi.
Agar kebocoran pelanggan tidak terus meningkat maka provider perlu membuat
strategi yang bertujuan untuk meningkatkan loyalitas pelanggannya. Cara-cara
umum yang dilakukan oleh provider dalam mempertahankan pelanggan adalah
dengan memberikan tarif paling murah dalam berkomunikasi maupun dengan
membuat program-program promosi khusus yang menawarkan benefit atau
keuntungan tertentu bagi pelanggan.
Hal yang paling penting untuk meningkatkan loyalitas pelanggan adalah
dengan menciptakan suatu hubungan timbal balik dengan pelanggan. Relationship
marketing menjadi strategi yang digunakan perusahaan untuk menciptakan
loyalitas pelanggan. Haryanto (1999) menyatakan bahwa lingkungan yang
mengharuskan penerapan Relationship Marketing adalah lingkungan yang
menghadapi berbagai bentuk persaingan.
2
Menurut Keegan, Duncan, dan Moriaty (Suhartono, 2006), “Relationship
marketing is an approach to marketing in which company endeavors to build
continuing relationship with its customers that promote both the company’s
longterm growth and the customer’s maximum satisfaction”. Artinya Relationship
marketing adalah pendekatan pemasaran pada pelanggan yang meningkatkan
pertumbuhan jangka panjang perusahaan dan kepuasan maksimum pelanggan.
Lucas (2009, p.6) menyatakan, menjalin hubungan dengan pelanggan dapat
dibangun dan ditingkatkan melalui program-program Relationship Marketing.
Menurut Winer (2004, p.389), Relationship marketing mempunyai tiga program
yaitu customer service, loyalty program, dan brand community building. Program
Relationship Marketing ini bertujuan untuk menciptakan retensi dan kepuasan
pelanggan. Winer (2004) berpendapat jika perusahaan dapat mengkombinasikan
kemampuan untuk merespon dan menyediakan permintaan pelanggan dengan
baik, serta melakukan hubungan yang lebih intensif dengan pelanggan melalui
peningkatan kualitas layanan pelanggan sesuai dengan permintaan pelanggan
maka perusahaan tersebut dapat mempertahankan pelanggannya untuk jangka
panjang.
Dengan adanya program-program Relationship marketing diharapkan
mempunyai dampak positif terhadap loyalitas pelanggan. Program-program
Relationship marketing harus dibuat semenarik mungkin agar mempunyai nilai
tambah tersendiri bagi perusahaan. Dengan menggunakan daya tarik program-
program relationship marketing, IM3 berharap akan memberikan kepuasan pada
pelanggan sehingga nantinya akan tercipta loyalitas terhadap merek IM3.
Penelitian ini muncul karena adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ellen dan Wijayanti (2006), yang meneliti tentang pengaruh program
relationship marketing terhadap loyalitas pelanggan di sebuah department store di
Surabaya. Penelitian ini menarik untuk diteliti kembali dan diterapkan di industri
telekomunikasi telepon seluler. Alasannya karena dalam dunia bisnis telepon
seluler yang kompetitif ini terjadi perang harga antar provider sehingga timbul
pertanyaan apakah dengan memberikan program-program yang bertujuan untuk
menciptakan hubungan jangka panjang akan menciptakan loyalitas pelanggan.
3
Selain itu dalam penelitian-penelitian sebelumnya tentang program
relationship marketing kebanyakan berfokus di industri retailer saja (Bindels,
2009). Alasan memilih IM3 sebagai obyek penelitian karena IM3 merupakan
‘Indonesia Most Favourable Brand in Social Media’ khusus kategori kartu
Simcard GSM, ini menurut hasil survey majalah SWA No. 26/XXVI/9/19
desember 2010. Selain itu diantara produk Indosat jumlah pelanggan IM3 sendiri
mencapai 60% dari keseluruhan pelanggan produk Indosat yang lain
(www.indonesiafinancetoday.com). Tetapi meskipun demikian, tingkat
kebocoran pelanggan IM3 lebih tinggi dibandingkan dengan produk Indosat yang
lain sebesar 13-15% (Indosat Annual Report 2011). Hal inilah yang membuat
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang program-program yang
mampu untuk memuaskan dan meningkatkan loyalitas pelanggan Indosat IM3.
MASALAH & PERSOALAN PENELITIAN
Masalah penelitian yang perlu diteliti lebih mendalam yaitu ”Pengaruh
Program Relationship Marketing terhadap Loyalitas Pelanggan Indosat GSM di
Salatiga”.
Sedangkan masalah penelitian harus dikaji dengan lebih mendalam melalui
persoalan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah customer service mempunyai pengaruh terhadap Loyalitas pelanggan
IM3 di Salatiga?
2. Apakah loyalty program mempunyai pengaruh terhadap Loyalitas pelanggan
IM3 di Salatiga?
3. Apakah brand community building mempunyai pengaruh terhadap Loyalitas
pelanggan IM3 di Salatiga?
TUJUAN & MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui apakah ada pengaruh dari customer service terhadap Loyalitas
pelanggan IM3 di Salatiga.
4
2. Mengetahui apakah ada pengaruh dari loyalty program terhadap Loyalitas
pelanggan IM3 di Salatiga.
3. Mengetahui apakah ada pengaruh dari brand community building terhadap
Loyalitas pelanggan IM3 di Salatiga.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam ilmu pengetahuan dibidang
pemasaran dan sebagai salah satu bekal selain teori yang didapat selama
perkuliahan pada penerapannya di dunia riil.
2. Manfaat bagi perusahaan
Melalui penelitian ini diharapkan bagi perusahaan telekomunikasi khususnya
provider telepon seluler memberikan pelayanan yang prima bagi pelanggan
melalui program-program yang membina hubungan baik dengan pelanggan
yaitu dengan program relationship marketing.
TINJAUAN TEORITIS
Relationship Marketing
Dalam dunia bisnis telah dikenal suatu strategi yang bertujuan untuk
membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan yang disebut
Relationship marketing. Relationship marketing merupakan langkah-langkah
yang dilakukan perusahaan untuk mengenal dan melayani pelanggan dengan baik.
Hasil dari adanya sebuah hubungan yang baik dengan pelanggan ini diharapkan
mampu untuk menciptakan kepuasan, kontinuitas, dan stabilitas dari pelanggan.
Pelanggan adalah aset yang berharga bagi perusahaan. Karenanya pelanggan
harus ditangani dan dilayani dengan baik karena akan memberi kontribusi
pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang bagi perusahaan.
Parvatiyar dan Sheth (1999) mendefinisikan, Relationship marketing is the
ongoing process of engaging in cooperative and collaborative activities and
programs with immediate and end-use customers to create or enhance mutual
economic value, at reduced cost. Relationship marketing adalah proses
berkelanjutan dari aktivitas serta program yang kooperatif dan kolaboratif, dengan
5
pelanggan langsung dan end user untuk menciptakan atau meningkatkan nilai
ekonomis yang saling menguntungkan, pada pengurangan biaya. Dalam definisi
tersebut ada tiga dimensi yang harus digaris bawahi yaitu ; tujuan (purpose), pihak
yang terlibat (parties), serta program.
Relationship marketing berkembang dalam dunia bisnis karena para pelaku
bisnis menyadari bahwa untuk mengembangkan dan mempertahankan suatu
bisnis, tidak hanya dengan mendapatkan pelanggan yang banyak tetapi juga
bagaimana caranya memelihara dan mempertahankan pelanggan tersebut. Hal
tersebut membuat bergesernya paradigma lama yang semula profit oriented
(menarik keuntungan dari penjualan) menjadi customer oriented (penciptaan
pelanggan jangka panjang).
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa Relationship Marketing adalah
sebagai strategi hubungan jangka panjang dengan tujuan untuk menciptakan
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Program Relationship Marketing
Program-program formal dibuat agar komunikasi antara perusahaan dengan
pelanggan dapat terjalin. Tujuan yang paling utama dari penciptaan program
relationship adalah untuk memberi kepuasan yang lebih tinggi kepada pelanggan
dibandingkan dengan yang diberikan oleh pesaing. Grönroos (1990)
memaparkan bahwa kepuasan pelanggan mengarah kepada profitabilitas. Asumsi
tersebut didasarkan pada ide di mana kualitas dari penyedia layanan (service
provider) meningkat, maka kepuasan pelanggan akan meningkat. Pelanggan yang
puas akan menciptakan hubungan yang kuat dengan penyedia layanan, yang
mengarah pada umur hubungan dengan pelanggan.
Namun demikian, kepuasan pelanggan belum tentu menjadi indikator yang
tepat untuk loyalitas pelanggan. Kepuasan dapat dimiliki tanpa loyalitas, tetapi
sulit memiliki loyalitas tanpa kepuasan (Shoemaker dan Lewis, 1999). Untuk itu
perusahaan harus selalu konstan mengukur tingkat kepuasan pelanggan dan harus
selalu mengembangkan program-program yang membantu untuk menghasilkan
performa yang baik melebihi harapan pelanggannya.
6
Winer (2004) berpendapat jika perusahaan dapat mengkombinasikan
kemampuan untuk merespon dan menyediakan permintaan pelanggan dengan
baik, serta melakukan hubungan yang lebih intensif dengan pelanggan melalui
peningkatan kualitas layanan pelanggan sesuai dengan permintaan pelanggan
maka perusahaan tersebut dapat mempertahankan pelanggannya untuk jangka
panjang. Relationship marketing program terdiri dari :
a. Customer Service
Customer service harus diberikan prioritas yang tinggi oleh perusahaan.
Pada umumnya pelanggan melakukan kontak dengan perusahaan secara
langsung melalui customer service. Customer service adalah sumber
informasi (source of information) yang berkaitan dengan perusahaan yang
dapat diakses oleh pelanggan dengan mudah
Menurut Lucas (2009), customer service adalah karyawan yang
berpengetahuan, mampu serta antusias untuk memberikan produk dan
layanan kepada pelanggan internal dan eksternal perusahaan, dengan cara
memenuhi kebutuhan pelanggan yang teridentifikasi maupun yang tidak, dan
kemudian akan menghasilkan word-of-mouth serta profit bisnis.
Sedangkan menurut Turban et al. (2002), “Customer service is a series
of activities designed to enhance the level of customer satisfaction – that is,
the feeling that a product or service has met the customer expectation.".
Artinya customer service adalah serangkaian aktivitas yang didesain untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan, yaitu perasaan bahwa produk atau jasa
telah memenuhi harapan pelanggan.
Dalam prakteknya customer service adalah pelayanan tambahan yang
diberikan untuk mendukung produk utama yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan dari pelanggan. Mendengarkan pelanggan adalah
bagian dari memberikan pelayanan yang prima. Mendengarkan dan
menanggapi kebutuhan pelanggan dengan cara yang berkualitas memiliki
efek langsung pada kualitas layanan yang disediakan perusahaan (Berry &
Parasuraman, 1997).
7
Menurut Winer (2001), service dibedakan menjadi dua tipe yaitu
Reactive Service dan Proactive Service. Reactive service adalah pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan karena pelanggan mempunyai masalah dan
menghubungi perusahaan untuk memecahkannya. Sedangkan Proactive
service adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tanpa menunggu
adanya masalah yang dikeluhkan oleh pelanggan
Customer service telah dikaitkan dengan persepsi kualitas dan
keputusan pembelian (Dell,1991). Karena perilaku yang muncul dari layanan
customer service seringkali menentukan interpretasi pelanggan akan tujuan
bisnis, serta mempengaruhi kepuasan pelanggan, persepsi akan produk atau
layanan, dan akhirnya loyalitas (Goodwin dan Gremler, 1996). Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa kualitas layanan dapat meningkatkan
perilaku pelanggan yang menguntungkan yaitu keinginan untuk melakukan
pembelian serta mengurangi keinginan yang tidak menguntungkan yaitu
untuk beralih merek, publikasi negatif, dan komplain (Zeithaml, Berry, dan
Parasuraman, 1996).
b. Loyalty Program
Loyalty program adalah program pemasaran yang didesain untuk
membangun loyalitas pelanggan dengan memberikan insentif kepada
pelanggan yang menguntungkan. Liu dan Yang (2009) mendefinisikan
bahwa “Loyalty program as long term oriented programs that allows
consumers to accumulate some form of program currency which can be
redeemed later for free reward”. Loyalty program adalah program yang
berorientasi jangka panjang yang memungkinkan konsumen untuk
mengumpulkan beberapa bentuk currency dari program yang dapat ditebus
kemudian untuk mendapatkan reward secara gratis.
Penelitian menunjukkan bahwa Loyalty program dapat meningkatkan
brand loyalty dengan menciptakan switching cost dan profit operasional dari
menghindari kompetisi harga (Yi dan Jeon, 2008).
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pengembangan loyalty
program secara berkala akan meningkatkan pembelian ulang dan
8
profitabilitas, mengurangi sensitivitas harga, dan menimbulkan hambatan
masuk ke pasar (Chen dan Ching. 2007). Reichheld and Sasser (1990) juga
menyebutkan bahwa loyalty program dapat meningkatkan pendapatan bisnis
dan market share pelanggan.
Loyalty program dapat diterapkan dalam berbagai cara, tetapi loyalty
program harus bertujuan untuk mempertahankan dan menghasilkan hubungan
jangka panjang dengan pelanggan, serta meningkatkan jumlah interaksi
pelanggan untuk meningkatkan keuntungan. Loyalty program juga harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari perusahaan dan pelanggan.
Dalam dunia industri loyalty program dikenal dengan berbagai nama
seperti di industri penerbangan disebut dengan Frequent Flyer Programme
atau di Industri perhotelan dikenal dengan Guest Frequent Programme.
Meskipun dikenal dengan nama yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya
pendistribusian manfaat kepada pelanggan hampir sama.
c. Brand Community Building
Brand community building adalah suatu program yang dimaksudkan
untuk membangun hubungan antara pelanggan agar memberikan informasi
atau saran dan untuk menciptakan suatu hubungan yang baik antara
pelanggan dengan perusahaan.
Menurut McAlexander et al (2002), “A brand community is a network
of relationships including those between “the customer and the brand,
between the customer and the firm, between the customer and the product in
use, and among fellow customers”. Brand community adalah hubungan yang
terjadi antara pelanggan dengan perusahaan, pelanggan dengan produk yang
digunakan, serta diantara sesama pelanggan itu sendiri.
Hubungan dengan pelanggan untuk sekedar bertukar informasi tentang
produk terkait ataupun untuk menciptakan pertalian antara pelanggan dengan
perusahaan atau merek, dapat dilakukan secara online dan offline. Aktivitas
Brand community baik secara off-line dan on-line, dipandang sebagai tuas
untuk pengembangan hubungan dan keterlibatan pelanggan (McAlexander et
al., 2002).
9
Di dalam komunitas ini saat pelanggan saling bertukar cerita tentang
produk, memberikan saran dan kritik tentang produk, dan bertukar informasi
lain tentang produk terkait, pelanggan akan mulai merasa menjadi bagian
dari komunitas dan dengan sendirinya akan melekat pada merek atau
perusahaan (Winer,2001).
Brand community sebagai salah satu program CRM adalah program
yang berpusat pada pelanggan dan mendorong untuk mengembangkan
hubungan yang terbuka dan dalam lingkungan yang interaktif. Dengan
adanya hubungan yang terbuka dan interaktif dengan pelanggan, perusahaan
berharap hubungan yang baik dengan pelanggan akan menciptakan ikatan
emosional yang semakin baik dan hal ini akan membantu untuk menciptakan
hubungan yang semakin harmonis dengan pelanggan.
Loyalitas Pelanggan
Relationship marketing mendorong loyalitas pelanggan, dimana Oliver
(1999, p.34) mendefiniskan loyalitas sebagai : “A deeply held commitment to
rebuy or repatronizc a preferred product/service consistently in the future,
thereby causing repetitive same-brand or same brand-set purchasing, despite
situational inifluences and marketing efforts having the potential to cause
switching behavior”. Sebuah komitmen untuk melakukan pembelian ulang atau
repatronase produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa depan, sehingga
menciptakan pengulangan akan merek yang sama atau merek yang sama dalam
pembelian tetap, meskipun pengaruh situasi dan upaya-upaya pemasaran memiliki
potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Menurut Griffin (1995) atribut-atribut pembentuk Loyalitas pelanggan
adalah : makes regular repeat purchase, purchases across product and service
line, refers other and demonstrates an immunity to the pull of competition.
Dalam relationship marketing pelanggan menjadi inti dari aktivitas
pemasaran (Tjahyadi, 2006). Kepuasan dan loyalitas pelanggan merupakan tujuan
pemasaran (marketing objective) yang dilakukan oleh perusahaan melalui
10
relationship marketing (Parvatiyar dan Sheth, 2001). Dalam hal ini perusahaan
menyadari bahwa profit bisnis didapat karena adanya basis pelanggan yang loyal.
Pengaruh Customer Service terhadap Loyalitas Pelanggan
Customer Service merupakan penghubung antara pelanggan dengan
peusahaan, untuk memungkinkan pelanggan dapat berkomunikasi dengan
perusahaan dan memperoleh informasi yang diinginkan secara langsung. Penelitan
yang dilakukan oleh Kheng et al. (2010) menunjukkan atribut customer service
mempunyai pengaruh terhadap loyalitas pelanggan, tetapi tangibility tidak
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan karena ada perubahan tren yaitu
tangibility tidak dianggap sebagai tolok ukur yang penting lagi. Churchill dan
Halpern (2001) menyatakan bahwa untuk membangun hubungan dan menciptakan
loyalitas pelanggan salah satunya melalui customer service sebagai front-liner
perusahaan. Penelian oleh Krumay dan Brandtweiner (2010) menunjukkan
empunyai customer service pengaruh yang rendah terhadap loyalitas pelanggan.
Hal ini dikarenakan adanya price-driven dalam industri yang menyebabkan biaya
bagi pelanggan adalah hal yang paling penting.
Khan et al. (2001) menyatakan bahwa customer service penting dalam
menentukan loyalitas pelanggan dibandingkan persepsi akan nilai produk.
Sedangkan Chen dan Ching (2007), menyatakan bahwa customer service menjadi
persyaratan mendasar dari loyalitas pelanggan, sebagai usaha untuk
mempertahankan pelanggan yang puas. Kursunluoglu (2011) menyatakan
Customer service adalah salah satu sarana yang digunakan untuk menciptakan
kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh Ellen
dan Wijayanti (2006) serta Yamin (2009), menemukan bahwa customer service
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi customer loyality.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan Hipotesa penelitian (H1)
sebagai berikut :
H1 : Customer sevice mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan.
11
Pengaruh Loyalty Program terhadap Loyalitas Pelanggan
Benefit yang ditawarkan perusahaan melalui loyalty program kepada
pelanggan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas
pelanggan. Uncles et al. (2003), menyatakan customer loyalty program
mempunyai pengaruh pada loyalitas pelanggan dalam membentuk pembelian
ulang dimana produk dan jasa bersaing secara langsung. O’Brien and Jones
(1995) menyatakan loyalty program mempercepat life cycle loyalitas pelanggan
dan membuat mereka menjadi pelanggan yang lebih menguntungkan. Penelitian
yang dilakukan oleh Ellen dan Wijayanti (2006) mengemukakan bahwa loyalty
program merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi customer loyalty.
Selain itu Chen dan Ching (2007), mengemukakan bahwa loyalty program
merupakan sebuah aktivitas untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.
Sedangkan Yi dan Jeon (2008) menyatakan bahwa loyalty program digunakan
untuk membangun dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Oleh Sharp dan
Sharp (1999) mengindikasikan bahwa loyalty program mempunyai pengaruh
terhadap loyalitas. Efek loyalitas tersebut dapat bersifat sementara maupun tetap
tergantung pada adanya upaya pemasaran, publisitas, serta word-of-mouth
(ketertarikan pelanggan).
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan Hipotesa penelitian (H2)
sebagai berikut :
H2 : Loyalty program mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan
Pengaruh Brand Community Building terhadap Loyalitas Pelanggan
Brand community building dibentuk dalam rangka membangun ikatan sosial
pelanggan dengan merek. Ikatan ini akan membantu membangun sikap dan
perilaku pelanggan terhadap merek. Penelitian yang dilakukan Kusuma (2010)
dan Yudianto (2009) menyatakan brand community mempunyai pengaruh yang
cukup signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Sedangkan Setyono (2010),
menyatakan bahwa kepuasan pelangan menjadi mediator antara brand community
dengan loyalitas pelanggan. Sedangkan Dubois (2011) menyatakan brand
12
community dapat membentuk loyalitas yang mendorong terjadinya pembelian
ulang dan word-of-mouth. Ellen dan Wijayanti (2006) juga mengemukakan
bahwa brand community atau community building adalah salah satu variabel yang
mempengaruhi loyalitas pelanggan. Laroche (2011) menyatakan bahwa komunitas
merek dapat meningkatkan loyalitas melalui penggunaan merek sebagai media
untuk menciptakan impresi kepada pelanggan. Selain itu Thompson dan Sinha
(2008) menyebutkan bahwa komunitas merek berpotensi untuk meningkatkan
loyalitas anggotanya tetapi juga menimbulkan loyalitas merek oposisi terhadap
merek pesaing. Jang et al. (2008) menyatakan bahwa brand community
mempengaruhi loyalitas karena komunitas membentuk komitmen dari aktifitas
interaksi pelanggan dalam komunitas serta pemberian reward karena aktivitas
mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan Hipotesa penelitian (H3)
sebagai berikut :
H3 : Brand community building mempunyai pengaruh positif terhadap
loyalitas pelanggan.
Berdasarkan uraian hipotesis diatas dapat dibuat model penelitian sebagai
berikut :
Customer Service
Loyalty Program
Loyalitas
Pelanggan
Brand Community
Building
Gambar 1. Model Penelitian
Sumber : Venna Vesiliani Ellen dan Wenny Wijayanti (2006)
13
METODE PENELITIAN
Populasi & Sampel
Menurut Maholtra (2009) populasi adalah gabungan seluruh elemen yang
memiliki serangkaian karakteristik serupa yang mencakup semesta untuk
kepentingan masalah riset pemasaran. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pelanggan IM3 di area Salatiga. Tidak semua anggota populasi diteliti
untuk itu perlu dilakukan pengambilan sampel. Sedangkan, sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling dengan metode purposive sampling, artinya bahwa penetuan sampel
mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek
yang sesuai dengan tujuan penelitian Kriteria peneliti terhadap sampel yang
dipilih dalam penelitian ini adalah responden yang telah mengikuti loyalty
program Indosat Senyum dan tergabung dalam Indosat Community.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat digolongkan sebagai test-
markting studies. Maka penulis mengambil sampel sebanyak 200 dimana sampel
tersebut masih mengacu pada ketentuan besaran sampel Malhotra (2007) untuk
test-marketing studies adalah 200.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh
responden yang dipilih menjadi sampel. Data primer dalam penelitian ini adalah
data mengenai program relationship marketing yang terdiri dari Customer service,
loyalty program, dan brand community building. Sumber dari data primer dalam
penelitian ini adalah responden di Kota Salatiga.
Aras Ukur Konsep
Skala pengukuran yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala Likert.
Menurut Simamora (2008), skala Likert adalah teknik pengukuran sikap yang
paling luas digunakan dalam riset pemasaran yang menggunakan metode survei
14
dan dapat dikategorikan sebagai skala interval. Skala ini memungkinkan
responden untuk mengekspresikan intensitas perasaan mereka, persetujuan atau
ketidak setujuan terhadap masing-masing dari serangkaian pernyataan mengenai
objek stimulasi. Dalam penelitian ini bobot nilai skala yang digunakan terdiri dari:
1. Jawaban Sangat Setuju dengan bobot nilai 5
2. Jawaban Setuju dengan bobot nilai 4
3. Jawaban Cukup Setuju dengan bobot nilai 3
4. Jawaban Tidak Setuju dengan bobot nilai 2
5. Jawaban Sangat Tidak Setuju dengan bobot nilai 1
Sedangkan untuk mengetahui kategorisasi hasil rata-rata masing-masing
variabel menggunakan interval yang dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
Maka diperoleh interval sebesar 0,8 sehingga dapat dibuat kategori
interpretasi rata-rata skor yang tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Kategori Penilaian untuk Tiap Variabel
Teknik & Langkah-langkah analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda. Adapun langkah-
langkah analisis sebagai berikut ;
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kategori Range
Sangat Tinggi 4,21 – 5,00
Tinggi 3,41 – 4,20
Cukup 2,61 – 3,40
Kurang 1,81 – 2,60
Rendah 1,00 – 1,80
15
Uji validitas menggunakan Corrected item-Total correlation (CITC)
yaitu dengan menghitung korelasi skor masing-masing butir pernyataan
dengan skor total dalam satu variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan
membandingkan nilai koefisien korelasi (r) hitung dengan (r) tabel untuk
degree of freedom (df) = n – 3, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada
penulisan ini, jumlah (n) = 200 dan besarnya (df) dapat dihitung 200 – 3 =
197. Dengan df 197 dan alpha = 0.05 didapatkan r tabel = 0,117 sehingga uji
validitas dengan CITC dikatakan valid apabila nilai CITC positif dan lebih
besar dari 0,117.
Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat tampilan output Cronbach's
alpha. Jika Cronbach's alpha lebih besar 0,60 maka dapat dikatakan reliabel
(Nunnaly, 1960 dalam Ghozali, 2006:46).
2. Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda
Melakukan uji asumsi klasik regresi linier berganda yang meliputi;
a. Uji Normalitas
Untuk mendeteksi normalitas residual digunakan uji statistik non
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan ketentuan bila angka
signifikasi lebih besar dari 0,05 maka distribusi data residual adalah
normal.
a. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel dependennya. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF) (Ghozali, 2006:95). Nilai yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2006:96).
b. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2006:125). Dalam penulisan ini menggunakan Uji Glejser
dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen
(Gujarati,2003). Model regresi dikatakan tidak mengandung adanya
16
heteroskedastisitas apabila hasil signifikansi variabel independen diatas
tingkan kepercayaan 5%.
3. Uji Hipotesis
Uji pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda dengan
mengguanakan enter regression method. Bentuk persamaan regresi berganda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah;
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3........................................................... (1)
di mana :
Y = Variabel terikat yaitu Loyalitas pelanggan
X = Variabel bebas;
X1 = Variabel bebas 1 yaitu Customer service
X2 = Variabel bebas 2 yaitu Loyalty Program
X3 = Variabel bebas 3 yaitu Brand Community building
b = Koefisien regresi
b1= Koefisien regresi Customer service
b2= Koefisien regresi Loyalty Program
b3= Koefisien regresi Brand Community building
a = Konstanta
Keseluruhan variabel dan indikator di dalam penulisan ini dapat dilihat
pada Tabel 2. Perumusan Indikator empirik ini mengacu dari Parasuraman et al
(1990); O’brien and Jones (1995); Muniz dan O’Guin (2001); serta Griffin
(1995).
17
Tabel 2
Indikator Empirik dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Indikator Empirik
Customer Service Customer service adalah serangkaian aktivitas
yang didesain untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan, yaitu perasaan bahwa produk atau
jasa telah memenuhi harapan pelanggan
(Turban, 2002)
1. Tangibility (Parasuraman et
al, 1990).
2. Reliability (Parasuraman et
al, 1990).
3. Assurance (Parasuraman et
al, 1990).
4. Responsiveness
(Parasuraman et al, 1990).
5. Empathy (Parasuraman et
al, 1990).
Loyalty Program Loyalty program adalah program yang
berorientasi jangka panjang yang
memungkinkan konsumen untuk
mengumpulkan beberapa bentuk keuntungan
dari program yang dapat ditebus kemudian
untuk mendapatkan reward secara gratis (Liu
dan Yang, 2009).
1. Convenience of
participation (O’brien and
Jones, 1995)
2. Cash value of rewards
(O’brien and Jones, 1995).
3. Aspiration value of rewards
(O’brien and Jones, 1995).
4. Variety options of rewards
(O’brien and Jones, 1995).
5. Brand reward congruence /
relevance (O’brien and
Jones, 1995).
Brand Community
Building
Brand community adalah hubungan yang
terjadi antara pelanggan dengan perusahaan,
pelanggan dengan produk yang digunakan,
serta diantara sesama pelanggan itu sendiri
(McAlexander et al, 2003)
1. Legitimasi (Muniz dan
O’Guin, 2001).
2. Loyalitas merek oposisi
(Muniz dan O’Guin, 2001)
3. Merayakan sejarah merek
(Muniz dan O’Guin, 2001).
4. Berbagi cerita merek
(Muniz dan O’Guin, 2001).
5. Integrasi dan
mempertahankan anggota
(Muniz dan O’Guin, 2001).
6. Membantu dalam
penggunaan merek (Muniz
dan O’Guin, 2001).
18
Loyalitas Pelanggan Sebuah komitmen untuk melakukan
pembelian ulang atau repatronase
produk/jasa yang disukai secara konsisten di
masa depan, sehingga menciptakan
pengulangan akan merek yang sama atau
merek yang sama dalam pembelian tetap,
meskipun pengaruh situasi dan upaya-upaya
pemasaran memiliki potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku (Oliver,
1999)
1. Retensi pembelian (Griffin,
1995).
2. Pembelian antar lini
produk (Griffin, 1995).
3. Merekomendasikan produk
Griffin, 1995).
4. Menolak membeli produk
selain Indosat Griffin,
1995).
19
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Gambaran IM3
IM3 adalah salah satu lini produk dari PT. Indosat yang yang berbasis GSM
Prabayar. PT.Indosat adalah penyedia layanan komunikasi kedua terbesar setelah
Telkomsel di Indonesia. Indosat menguasai 21,7% pasar operator telepon seluler
GSM yakni melalui Matrix, Mentari dan IM3 (laporan tahunan Indosat 2011).
Segmentasi produk Indosat dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 3.
Segmentasi Produk GSM Indosat
Produk Geographic Demographic Psycographic Behavorial
Mentari Wilayah Jangkauan
Nasional
Keluarga &
Hubungan
pertemanan
Kelas sosial
menengah ke
bawah
Tarif murah
sesama kelompok
IM3 Wilayah Jangkauan
Nasional
Pelajar&
Mahasiswa, usia 15-
25 tahun
Kelas sosial
menengah ke
bawah
Tarif sms, telpon,
& internet murah
Matrix Wilayah Jangkauan
Nasional
&Internasional
Eksekutif muda Kelas sosial
menengah ke
bawah
High technology
& kemudahan
komunikasi
Sumber : Laporan Tahunan PT. Indosat 2009, id.wikipedia.org
Program-program Relationship marketing yang dilakukan oleh IM3 tergabung
menjadi satu dengan produk Indosat yang lain, antara lain :
a. Kantor Pelayanan Indosat (Customer Service)
Indosat yang bergerak dalam bidang telekomunikasi dan informasi di
Indonesia memberikan kemudahan bagi para pelanggannya untuk pertanyaan
seputar telekomunikasi (seluler, SLI, dll), pengaduan, panduan berlangganan,
pembelian kartu perdana prabayar GSM/ CDMA/ kartu prabayar internet/
voucher isi ulang, dan/ atau pembayaran tagihan, dll langsung di tempat.
Indosat menyediakan kantor pelayanan Indosat yaitu Galeri Indosat yang
sudah banyak tersedia di hampir seluruh wilayah Indonesia. Galeri Indosat
tersebar di berbagai regional di seluruh Indonesia, seperti regional
Jabodetabek & Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali
Nusra, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan dan Sulampapua
(id.wikipedia.org).
20
Di Salatiga, Galeri Indosat terletak di jalan Diponegoro. Letaknya yang
strategis di salah satu jalan utama kota Salatiga membuat pelanggan mudah
untuk mengakses Galeri Indosat. Galeri Indosat di Salatiga merupakan kantor
pelayanan bagi para pelanggan Indosat sekaligus sebagai tempat pemasaran
produk-produk Indosat kepada konsumennya. Customer service
representative yang ada Galeri Indosat di Salatiga selalu siap membantu dan
memberikan solusi bagi pelanggan yang mengalami kendala maupun masalah
layanan komunikasi. Dimensi tangibility Galeri Indosat di Salatiga
ditonjolkan dengan warna bangunan yang sesuai dengan logo Indosat. Hal
tersebut membantu pelanggan lebih mudah mengenali Galeri Indosat.
b. Loyalty Program
Sebelumnya Indosat mempunyai program Poin Plus Plus Indosat yang
dilaksanakan pada tahun 2006-2007. Namun, sekarang ini Indosat
melaksanakan Program Senyum Indosat sebagai pengganti program Poin Plus
Plus Indosat. Program Indosat Senyum adalah program loyalti dan retensi
Indosat yang berbasis poin. Semua pelanggan Indosat berhak untuk
mendapatkan Poin Senyum yang berasal dari setiap pemakaian pelanggan
atas layanan telekomunikasi Indosat (IM3, Mentari, Matrix, Indosat Mobile
dan StarOne).
Program ini merupakan bentuk apresiasi kepada pelanggan setia
Indosat. Beberapa manfaat yang bisa didapat dari Poin Senyum antara lain
gratis SMS, gratis menit bicara, gratis internet data, penambahan masa aktif
dan aktifasi IRing. Selain itu, Poin Senyum juga bisa ditukarkan dengan
voucher belanja, diskon dan keuntungan lainnya yang tersedia pada outlet
merchant yang berkerjasama dengan Indosat. Untuk bisa bergabung dalam
Program Indosat Senyum, pelanggan cukup mendaftarkan nomornya terlebih
dahulu melalui SMS maupun melalui Call Center Indosat *888*9*3#
(www.indosat.com/senyum).
21
Cara Pengumpulan Poin Indosat Senyum :
Bagi pelanggan Prabayar, Poin Senyum diperoleh dari setiap isi ulang (reload).
Sedangkan untuk pelanggan Pascabayar, Poin Senyum diperoleh dari setiap
pembayaran tagihan.
Kelipatan transaksi senilai Rp. 100, baik isi ulang Prabayar maupun
pembayaran tagihan Pascabayar, pelanggan akan mendapatkan 1 Poin
c. Brand Community Building
Indosat mempunyai sarana untuk menciptakan komunitas mereknya
baik secara online maupun offline. Brand community Indosat antara lain :
Indosat Community
Indosat community merupakan wadah komunikasi interaktif yang
menghimpun pengguna kartu Indosat (IM3 dan Mentari) yang mempunyai
beberapa jenis kesamaan misalnya sekolah, organisasi, hobby, pekerjaan
dan lain-lain. Dengan bergabung di Indosat Community, pelanggan akan
mendapat kemudahan, dan keuntungan dalam berkomunikasi sesama
anggota komunitas. Selain itu juga akan mendapatkan berbagai macam
benefit istimewa (www.indosat.com/Customer_Lounge/Community).
Untuk menjalin komunikasi dengan sesama pelanggan Indosat, pelanggan
dapat mengakses melalui www.indosatcommunity.com.
Keuntungan menjadi anggota Indosat Community
1) Gratis biaya iuran tahunan keanggotaan
2) Gratis biaya pendaftaran keanggotaan
3) Tidak dikenakan biaya penggantian kartu jika hilang atau rusak.
4) Nomor sama untuk kartu hilang atau rusak, sesuai peraturan Prepaid
yang berlaku.
5) Berkesempatan mengikuti acara-acara yang diselenggarakan oleh
Indosat
6) Program Undian atau Bonus Pulsa (tergantung program)
7) Mendapatkan diskon atau promosi khusus dari Mitra Indosat
22
8) Menikmati kemudahan berkomunikasi antar anggota komunitas
dengan benefit sebagai berikut :
Tabel 4.
Benefit Indosat Community
Item Jenis
Kartu Benefit
SMS
IM3 Kirim 2 SMS berbayar, gratis SMS ke seluruh Anggota Komunitas seharian
Mentari Setelah penggunaan Rp. 1.500, gratis SMS ke seluruh Anggota Komunitas
seharian
Voice IM3 &
Mentari
Setelah penggunaan Rp. 1.500, mendapatkan gratis telepon 100 menit
sesama Anggota Komunitas, berlaku di hari yang sama (Jawa 00:00-17:00,
Luar Jawa 00:00-24:00)
GPRS IM3 &
Mentari Gratis 0 (Zero) Facebook di www.0.facebook.com
Sumber : (http://www.indosat.com/Customer_Lounge/Community)
Indosat Blackberry Community
Selain Indosat Community bentuk komunitas yang lain adalah Indosat
Blackberry Community. Indosat Blackberry Community merupakan media
interaksi sesama pengguna Blackberry dengan nomor kartu selular
keluaran Indosat. Diskusi menarik seputar produk atau promo baru
Indosat, tips dan trik seputar BlackBerry serta dan seluruh perkembangan
terkini dari RIM sampai dengan pelayanan pelanggan Indosat menjadi
perbincangan seru di milis yang mempunyai trafik hampir 200-350 email
per hari. Selain berinteraksi di milis [isat-bb], para anggota juga sering
melakukan gathering seputar produk dan promo Indosat terbaru, coaching
clinic produk Blackberry terbaru atau sekedar mengakrabkan anggota satu
dengan lainnya. Kuis seputar produk dan layanan Indosat maupun produk
Blackberry kerap di lontarkan di milis [isat-bb], di mana anggota wajib
memiliki Community ID, dan hadiah bagi anggota mulai dari merchandise
dan pulsa Indosat atau merchandise dan gadget dari Blackberry. Pelanggan
dapat mengakses Indosat Blackberry Community melalui
http://cipika.kongkoow.com/index.php/forum/970-[Bisat-bb]
(www.indosat.com).
23
d. Loyalitas Pelanggan
Dari tahun 2009 sampai dengan 2011 jumlah pelanggan Indosat terus
mengalami peningkatan. Jumlah pelanggan Indosat meningkat sekitar 34,3%
dari 33,0 juta pada tahun 2009 menjadi 44,3 juta di tahun 2010. Pertumbuhan
pelanggan pada tahun 2011 sekitar 16,8% dengan jumlah pelanggan 51,7 juta.
Sedangkan untuk pelanggan IM3 sendiri juga mengalami peningkatan.
Sekitar 63% dari keseluruhan produk Indosat di tahun 2010, menjadi 70% di
akhir 2011 (Indosat Annual Report 2011).
Gambaran Responden
Gambaran umum responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, dan lama menggunakan IM3.
Tabel 5.
Karakteristik Responden
No Katagori Sub Katagori Frekuensi %
1 Jenis Kelamin Wanita 126 63
Laki-laki 74 37
2 Usia
15-19 tahun 23 11.5
20-24 tahun 161 80.5
> 25 tahun 18 9
3 Pendidikan terakhir
SD - -
SMP 23 11.5
SMA 98 49
Diploma/S1 79 39.5
>S1 - -
4 Lama menggunakan
IM3
> 2 bulan 200 100
< 2 bulan - -
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
24
Dari data diatas menunjukkan bahwa responden wanita memiliki frekuensi
yang lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki, sebesar 63%. Hal ini
dikarenakan pada saat penyebaran kuesioner, penulis lebih banyak menyebarkan
kuesioner kepada teman wanita untuk menjadi responden. Sehingga peluang
untuk mendapatkan responden berjenis kelamin wanita lebih banyak. Untuk
katagori usia jumlah yang mendominasi adalah rentang usia 19-24 tahun. Dan
katagori pendidikan terkahir responden terbagi menjadi lima tingkat yaitu ; SD,
SMP, SMA, Diploma/S1, dan lebih dari S1. Responden dengan pendidikan
terakhir SMA dan Diploma/S1 mempunyai jumlah terbanyak. Dalam penelitian
ini penulis memang lebih banyak menyebarkan kuesioner kepada teman-teman
mahasiswa. Sehingga untuk katagori usia dan pendidikan terakhir responden
didominasi oleh usia rata-rata mahasiswa (19-24 tahun) serta pendidikan terakhir
SMA. Sedangkan untuk jangka waktu menggunakan IM3 dari 200 responden
semuanya telah menggunakan IM3 lebih dari 2 bulan. Penulis menetapkan jangka
waktu 2 bulan karena berdasarkan kriteria dari Indosat untuk dapat menikmati
benefit program Indosat Senyum adalah pelanggan yang umur kartunya telah
berumur 2 bulan atau lebih.
Hasil Penelitian
Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil analisis validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel
penelitian ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 6.
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Variabel Customer Service (X1)
Validitas
(Corrected
item-Total
Corelation
pada r=0,117)
Reliabilitas
(Cronbach’s
Alpha
pada
α=0,60)
Tangibility
Lokasi yang strategis 0.343
0.769
Ruang tunggu yang nyaman 0.496
Penampilan yang rapi & menarik 0.359
Sistem antrian yang baik 0.356
25
Reliability
Pelayanan yang cepat & tepat 0.526
Mampu meminimalisir kesalahan 0.357
Mempunyai pengetahuan tentang produk 0.371
Assurance
Pelayanan yang ramah 0.302
Memberikan solusi yang tepat 0.426
Mempunyai keahlian & ketrampilan 0.339
Memberikan rasa aman 0.378
Responsiveness
Sigap menjawab pertanyaan/keluhan 0.538
Memebri perhatian yang tulus 0.479
tanggap terhadap pertanyaan/keluhan 0.387
Empathy Mampu berkomunikasi dengan baik 0.368
Kesopanan 0.319
Variabel Loyalty Program (X2)
Validitas
(Corrected
item-Total
Corelation
pada r=0,117)
Reliabilitas
(Cronbach’s
Alpha
pada
α=0,60)
Convenience
Privacy dalam sistem registrasi 0.298
0.761
Pengumpulan & penukaran poin mudah 0.472
Kemudahan untuk digunakan & dimengerti 0.465
Cash Value Besaran transaksi untuk akumulasi poin 0.278
Nilai ekonomis reward 0.318
Aspirational
Value
Keuntungan yang sesuai denga keinginan 0.338
Reward diluar produk/jasa 0.388
Variety options
Banyaknya pilihan reward telekomunikasi 0.411
Banyaknya pilihan reward non-telekomunikasi 0.434
Pilihan cara redeem poin 0.421
Kebebasan untuk redeem poin 0.461
Relevance Reward sesuai dengan kebutuhan telekomunikasi 0.347
Kemudahan mencapai jumlah poin minimal 0.338
Variabel Brand Community Building(X3)
Validitas
(Corrected
item-Total
Corelation
pada r=0,117)
Reliabilitas
(Cronbach’s
Alpha
pada
α=0,60)
Legitimacy
Adanya hubungan/ikatan dengan merek 0.483
0.842
Perasaan menjadi bagian dari komunitas 0.557
Perasaan terhubung dengan sesama anggota 0.446
Oppositional
Brand Loyalty
Keuntungan bergabung di komunitas 0.53
Kesesuaian merek dengan kebutuhan 0.461
Kesesuaian merek dengan kepribadian 0.454
Perbedaan minat dengan pengguna merek lain 0.312
26
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
Dari tabel 6, dapat diketahui nilai Corrected item-Total Corelation
keseluruhan indikator empirik mengenai variabel customer service, loyalty
program, brand community building, dan loyalitas pelanggan memiliki nilai r
hitung positif dan r hitung > r0.05 (0.117) sehingga dinyatakan valid. Demikian
halnya dengan hasil pengujian reliabilitasnya menunjukkan nilai dari Cronbach's
Alpha keseluruhan variabel memiliki nilai Alpha > 0.60 sehingga variable-
variabel tersebut dinyatakan reliabel.
Celebrating
Brand History
Kemudahan mengakses informasi sejarah, latar
belakang, dll 0.461
Sejarah merek menjadi dasar dari kekhasan,
inovasi, & peristiwa lainnya 0.465
Sharing brand
stories
Kemudahan berinteraksi dengan sesama anggota 0.543
Akses untuk berbagi cerita seputar merek 0.436
Akses untuk berbagi pengalaman seputar merek 0.431
Integrating &
retaining
members
Keinginan untuk tetap bergabung dengan
komunitas 0.431
Keinginan untuk mengatakan hal positif tentang
merek 0.508
Assiting use of
brand
Keinginan untuk membantu anggota komunitas 0.441
Rasa tanggung jawab terhadap anggota komunitas 0.389
Variabel Loyalitas Pelanggan (Y)
Validitas
(Corrected
item-Total
Corelation
pada r=0,117)
Reliabilitas
(Cronbach’s
Alpha
pada
α=0,60)
Repeat
purchase Melakukan pengisian pulsa secara berkala 0.275
0.695
Purchase
Across product
line
Minat untuk menggunakan produk Indosat lain 0.465
Refers to other Merekomendasikan orang lain 0.593
Imunity to the
pull of
competition
Menolak menggunakan produk lain 0.605
27
Gambaran Variabel Customer Service
Tabel 7
Rata-Rata Skor Variabel Customer Service
Indikator
Empirik Pernyataan
Rata-Rata
skor Katagori
Tangibility
Lokasi yang strategis 3,86 Tinggi
Ruang tunggu yang nyaman 3,87 Tinggi
Penampilan yang rapi & menarik 3,79 Tinggi
Sistem antrian yang baik 3,88 Tinggi
Rata-rata total skor 3,85 Tinggi
Reliability
Pelayanan yang cepat & tepat 3,81 Tinggi
Mampu meminimalisir kesalahan 3,78 Tinggi
Mempunyai pengetahuan tentang produk 3,81 Tinggi
Rata-rata total skor 3,80 Tinggi
Assurance
Pelayanan yang ramah 3,75 Tinggi
Memberikan solusi yang tepat 3,68 Tinggi
Mempunyai keahlian & ketrampilan 3,60 Tinggi
Memberikan rasa aman 3,81 Tinggi
Rata-rata total skor 3,71 Tinggi
Responsivenes
Sigap menjawab pertanyaan/keluhan 3,79 Tinggi
Memberi perhatian yang tulus 3,73 Tinggi
Tanggap terhadap pertanyaan/keluhan 3,59 Tinggi
Rata-rata total skor 3,70 Tinggi
Empathy Mampu berkomunikasi dengan baik 3,91 Tinggi
Kesopanan 3,98 Tinggi
Rata-rata total skor 3,95 Tinggi
Rata-rata total skor variabel Customer Service 3,80 Tinggi
Sumber: Data primer diolah (2012)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata skor variabel Customer service dan
rata-rata skor tiap pernyataan termasuk dalam katagori tinggi. Dimensi Empathy
mendapatkan rata-rata total skor tertinggi. Dapat diartikan disini bahwa pelanggan
butuh untuk merasa dimengerti dan butuh untuk merasa penting. Faktor
kesopanan mempunyai rata-rata skor tertinggi. Setiap pelanggan pasti ingin
merasa dihormati dan dihargai. Kesopanan customer service merupakan salah satu
bentuk penghormatan kepada pelanggan. Kesopanan petugas customer service di
Galeri Indosat ditunjukkan dengan mengucapkan salam pada pelanggan dan
kemudian biasanya dilanjutkan dengan pertanyaan “Ada yang bisa saya bantu
28
bapak/ibu?”. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dalam percakapan
juga menjadi bentuk kesopanan selain merupakan kemampuan dalam
berkomunikasi yang baik. Petugas yang tersenyum juga menjadi bentuk
kesopanan karena cerminan bahwa petugas customer service mempunyai gesture
atau attitude yang baik terhadap pelanggan.
Selain itu tangibility juga mempunyai rata-rata total skor yang tinggi.
Atribut seperti sistem antrian yang baik misalnya, pelanggan yang datang ke
Galeri Indosat Salatiga oleh petugas pertama-tama diberikan pertanyaan seputar
keluhan/pertanyaan yang ingin disampaikan kemudian pelanggan diberikan nomor
antrian dan dipersilakan duduk. Karena jumlah petugas customer service cukup
banyak pelanggan tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menyampaikan
pertanyaan/keluhannya. Ruang tunggu di Galeri Indosat Salatiga dinilai nyaman
oleh pelanggan karena suasanan ruang tunggu yang bersih dan tempat duduk yang
nyaman, pelanggan juga disediakan bacaan (majalah/koran) sembari menunggu
nomor antrian. Lokasi yang strategis dikarenakan letak Galeri Indosat berada di
sekitar pusat kota (Jl. Diponegoro) sehingga mudah dijangkau oleh pelanggan.
29
Gambaran Variabel Loyalty Program
Tabel 8.
Rata-Rata Skor Variabel Loyalty Program
Indikator
Empirik Pernyataan
Rata-
Rata skor Keterangan
Convenience
of
participation
Privacy dalam sistem registrasi 3,48 Tinggi
Pengumpulan & penukaran poin mudah 3,28 Cukup
Kemudahan untuk digunakan & dimengerti 3,31 Cukup
Rata-rata total skor 3,36 Cukup
Cash value Besaran transaksi untuk akumulasi poin 3,50 Tinggi
Nilai ekonomis reward 3,65 Tinggi
Rata-rata total skor 3,57 Tinggi
Aspirational
Value Keuntungan yang sesuai dengan keinginan 3,45 Tinggi
Reward diluar produk/jasa 3,38 Cukup
Rata-rata total skor 3,42 Tinggi
Variety of
options
Banyaknya pilihan reward telekomunikasi 3,47 Tinggi
Banyaknya pilihan reward non-telekomunikasi 3,19 Cukup
Pilihan cara redeem poin 3,18 Cukup
Kebebasan untuk redeem poin 3,48 Tinggi
Rata-rata total skor 3,33 Cukup
Relevance Reward sesuai dengan kebutuhan telekomunikasi 3,22 Cukup
Kemudahan mencapai jumlah poin minimal 3,28 Cukup
Rata-rata total skor 3,25 Cukup
Rata-rata total skor variabel Loyalty Program 3,38 Cukup
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang mempunyai skor dengan katagori
tinggi adalah cash value dan aspirational value. Nilai keuntungan dari loyalty
program memang menjadi daya tarik pelanggan. Pelanggan misalnya saja akan
mempertimbangkan nilai ekonomis dari reward. Dalam Indosat Senyum setiap isi
ulang pulsa dengan kelipatan Rp100 pelanggan akan mendapatkan 1 poin. Jadi
misalnya saja saat pelanggan mengisi ulang pulsa senilai Rp5000 pelanggan akan
mendapatkan 50 poin, dengan masa aktif kartu selama satu minggu. Untuk
mendapatkan reward “gratis 10 menit bicara” misalnya yang senilai 250 poin,
pelanggan memang harus mengisi ulang pulsa sebanyak lima kali untuk
mendapatkan jumlah poin minimal tersebut. Namun, reward ini dinilai cukup
30
ekonomis dibandingkan dengan tarif reguler bicara 10 menit yang senilai
Rp15.000 (Rp25/detik x 600 detik). Selain itu reward aspiratif dari Indosat
Senyum banyak macamnya seperti voucher belanja di Alfamart, Garuda untuk
Garuda Frequent Flyer, Gramedia Toko Buku dan Metro Department Store.
Program Indosat Senyum telah bekerja sama dengan lebih dari 300 mitra indosat
di bidang Food & Resto, Hiburan, Kesehatan, Lifestyle, Otomotif, Pendidikan,
Travelling dan lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain itu dari tabel diatas, tiga dimensi yaitu convenience, variety of
options, dan relevance mempunyai rata-rata total skor dengan katagori cukup.
Aspek convenience yaitu “kemudahan untuk digunakan dan dimengerti” dinilai
cukup karena pelanggan umumnya tidak terlalu mengerti bagaimana
menggunakan poin Indosat Senyum untuk ditukarkan dengan reward non-
telekomunikasi di mitra-mitra Indosat. Pada dimensi variety of options, aspek
yang mempunyai rata-rata cukup adalah banyaknya pilihan reward non-
telekomunikasi dan pilihan cara redeem poin. Pelanggan menilai bahwa jenis
reward non-telekomunikasi tidak terlalu banyak ragamnya hanya berupa diskon
dan voucher belanja, walaupun ada banyak pilihan merchant Indosat yang
tersedia. Selain itu pilihan cara redeem poin cukup bervariasi yaitu melalui sms
maupun melalui indosat menu. Dimensi relevance mempunyai dua aspek yaitu
kesesuaian reward dengan kebutuhan dan kemudahan mencapai jumlah poin
minimal yang semuanya mempunyai rata-rata skor cukup. Reward telekomunikasi
yang ditawarkan program Indosat Senyum cukup bervariasi karena mencakup
kebutuhan telekomunikasi pelanggan antara lain sms, bicara, data internet, serta
masa aktif. Jumlah poin minimal yang harus dikumpulkan pun tidak terlalu
memberatkan pelanggan. Karena poin didapat dari transaksi pulsa yang dilakukan
oleh pelanggan.
31
Gambaran Variabel Brand Community Building
Tabel 9
Rata-Rata Skor Variabel Brand Community Building
Indikator
Empirik Pernyataan
Rata-
Rata skor Keterangan
Legitimacy
Adanya hubungan/ikatan dengan merek 3,54 Tinggi
Perasaan menjadi bagian dari komunitas 3,45 Tinggi
Perasaan terhubung dengan sesama anggota 3,18 Cukup
Rata-rata total skor 3,39 Cukup
Oppositional
brand
loyalty
Keuntungan bergabung di komunitas 3,49 Tinggi
Kesesuaian merek dengan kebutuhan 3,46 Tinggi
Kesesuaian merek dengan kepribadian 3,32 Cukup
Perbedaan minat dengan pengguna merek lain 3,11 Cukup
Rata-rata total skor 3,34 Cukup
Celebrating
brand
history
Kemudahan mengakses informasi sejarah, latar
belakang, dll 3,60 Tinggi
Sejarah merek menjadi dasar dari kekhasan,
inovasi, & peristiwa lainnya 3,48 Tinggi
Rata-rata total skor 3,54 Tinggi
Sharing
brand stories
Kemudahan berinteraksi dengan sesama anggota 3,36 Cukup
Akses untuk berbagi cerita seputar merek 3,15 Cukup
Akses untuk berbagi pengalaman seputar merek 2,91 Cukup
Rata-rata total skor 3,14 Cukup
Integrating
& retaining
member
Keinginan untuk tetap bergabung dengan komunitas 3,54 Tinggi
Keinginan untuk mengatakan hal positif tentang
merek 3,35 Cukup
Rata-rata total skor 3,44 Tinggi
Assisting
use of brand
Keinginan untuk membantu anggota komunitas 3,35 Cukup
Rasa tanggung jawab terhadap anggota komunitas 3,11 Cukup
Rata-rata total skor 3,23 Cukup
Rata-rata total skor variabel Brand Community 3,35 Cukup
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
Dari tabel diatas yang mempunyai skor rata-rata yang tinggi adalah dimensi
“celebrating history of brand” dan “Integrating & Retaining member”.
Kemudahan dalam mengakses informasi tentang merek mempunyai skor yang
tinggi. Hal ini karena informasi seputar merek disajikan secara lengkap baik
melalui website maupun aplikasi indosat menu yang dapat diakses melalui
handphone pelanggan. Keinginan pelanggan untuk tetap bergabung dalam
32
komunitas didasari karena Indosat Community memberikan beberapa keuntungan
(tabel 4) dan juga tidak adanya biaya keanggotaan untuk tetap bergabung di
dalamnya. Selain itu menjadi member dalam Indosat Community bersifat
“selamanya”, meskipun pelanggan tidak berpartisipasi aktif akan tetap diakui
sebagai anggota.
Ada empat dimensi dari brand community building diatas yang mempunyai
rata-rata total skor cukup. Aspek perasaan terhubung dengan sesama anggota pada
dimensi legitimacy mempunyai rata-rata cukup. Perasaan terhubung dengan
sesama anggota terkait dengan media interaksi brand community. Dengan media
interaksi yang interaktif tentunya akan memperkuat perasaan terhubung dengan
sesama anggota. Pelanggan merasa cukup terhubung dengan sesama anggota
karena tahu keberadaan anggota komunitas yang lain melalui media yang
disediakan tetapi tidak melakukan interaksi dengan sesama anggota. Pelanggan
juga menilai cukup pada aspek kesesuian merek dengan kepribadian serta
perbedaan minat dengan pengguna merek lain. Merek IM3 mencerminkan
kepribadian anak muda yang dinamis dan up to date dengan tren-tren yang ada.
Pelanggan merasa cukup sesuai dengan kerpibadian tersebut karena didukung
dengan layanan-layanan yang ditawarkan oleh IM3 seperti misalnya gratis social
media yang sesuai dengan anak muda. Ketiga aspek dalam sharing brand stories
mempunyai rata-rata skor cukup. Seperti yang telah disebutkan diatas aspek
seperti kemudahan berinteraksi dan akses dalam berbagi cerita merek juga terkait
dengan media interaksi. Media interaksi dalam Indosat Community dapat diakses
melalui internet. Sehingga cukup mudah bagi pelanggan untuk mengaksesnya.
Akses untuk berbagi cerita dan pengalaman disediakan melalui forum-forum
terbuka yang ada di website Indosat Community. Forum-forum tersebut cukup
mudah diakses oleh pelanggan secara online baik melalui handphone ataupun
pc/laptop. Kedua aspek dari dimensi assisting use of brand juga mempunyai rata-
rata skor cukup. Pelanggan cukup memiliki keinginan untuk membantu dan cukup
memiliki rasa tanggung jawab terhadap anggota komunitas. Hal ini terkait dengan
perasaan cukup terhubung dengan sesama anggota komunitas pada dimensi
legitimacy. Bila perasaan terhubung dengan anggota kuat maka dengan sendirinya
33
akan muncul rasa tanggung jawab dan keinginan yang kuat untuk membantu
anggota.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas.
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa angka Kolmogorov-
Smirnov (K-S) sebesar 0,972 mempunyai nilai signifikan sebesar 0,301 lebih
besar dari 0,05 maka distribusi data residualnya adalah normal (lampiran 6).
Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinieritas yang mengacu pada nilai tolerance dan nilai VIF
seperti yang tertera pada tabel 10. Nilai tolerance untuk masing-masing variabel
bebas (independent variable) lebih besar dari 0,10 maka tidak ada
multikolinearitas diantara variabel bebasnya. Sedangkan nilai VIF untuk masing-
masing variabel bebas lebih kecil dari 10, maka tidak ada multikolinearitas
diantara variabel bebasnya.
Tabel 10
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
Uji Heteroskedatisitas
Hasil uji heteroskedatisitas dengan menggunakan uji glejser, koefisien
parameter untuk masing-masing variabel bebasnya tidak ada yang lebih besar dari
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam
model regresi.
Variabel Tolerance VIF
Customer Service Loyalty program Brand Community building
0,771 0,638 0,617
1,297 1,568 1,620
34
Tabel 11
Hasil Uji Heteroskedatisitas
Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-of fit dari model
regresi. Berikut adalah tampilan output model summary SPSS :
Tabel 12
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya R Square adalah
0,140. Hal ini berarti hanya dapat menjelaskan 14% (0,14 x 100%) dari loyalitas
pelanggan. Model ini tidak terlalu bagus. Karena variabel-variabel lain di luar
model mempunyai proporsi yang lebih besar untuk menjelaskan loyalitas
pelanggan sebesar 86% (100%-14%).
Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh customer service, loyalty program dan brand
community building terhadap loyalitas pelanggan, maka dilakukan uji signifikansi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .104 1.114 .093 .926
Customer_service .022 .019 .095 1.180 .239
Loyalty_program -.010 .024 -.037 -.418 .677
Community_building .016 .017 .081 .896 .371
a. Dependent Variable: abs_res
Sumber : Data primer yangdiolah(2012)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .374a .140 .127 2.47121 1.825
a. Predictors: (Constant), Community_building, Customer_service, Loyalty_program
b. Dependent Variable: Loyalitas_pelanggan
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
35
secara simultan dengan enter regression (pada tingkat signifikansi 5%), yang
hasilnya ditunjukan pada tabel 13 berikut;
Tabel 13
Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel diatas dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 4,260 + 0,66X1 + 0,86X2 + 0,31X3
Pengaruh Customer Service terhadap Loyalitas Pelanggan IM3 di Salatiga
Dari tabel 13 terlihat bahwa cutomer service mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dilihat dari nilai signifikansi sebesar
0.024 yang tidak lebih dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis (H1) yang menyebutkan
bahwa customer service mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan
diterima karena didukung oleh data.
Customer service memang mempunyai peran dalam membentuk loyalitas
pelanggan. Karena interaksi perusahaan melalui customer service dengan
pelanggan akan mempengaruhi sikap pelanggan terhadap merek meliputi
komitmen, kepercayaan, dan bahkan sisi emosional pelanggan. Seperti yang
tertera dalam tabel 2, kinerja customer service diukur dengan atribut-atribut
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.260 1.724 2.471 .014
Customer_service .066 .029 .172 2.273 .024
Loyalty_program .086 .036 .195 2.355 .020
Brand_Community_building .031 .027 .095 1.130 .260
a. Dependent Variable: Loyalitas_pelanggan
Keterangan : signifikan pada = 5 % (0,05)
Sumber : Data primer yang diolah (2012)
36
service performance yaitu tangibility, reliability, assurance, responsiveness, dan
empathy (Parasuraman et al, 1990). Atribut-atribut tersebut erat kaitannya dalam
membentuk kepuasan. Bila sebuah perusahaan dapat mempertahankan kepuasan
pelanggan secara terus-menerus maka besar kemungkinannya mereka akan loyal
terhadap merek.
Tangibility sebagai salah satu indikator dari service perfomance sangat
berhubungan dengan aspek kenyamanan fisik pelanggan. Pelanggan sangat
membutuhkan kenyamanan fisik maupun kenyamanan psikologis (Suchaeri,
2010). Tangibility berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan karena erat kaitannya
dengan kebutuhan mendasar pelanggan yaitu kenyamanan fisik misalnya ruang
tunggu yang nyaman. Adanya kenyamanan fisik tersebut membuat pelanggan
tidak enggan untuk datang lagi sehingga menimbulkan adanya retensi dari
pelanggan.
Reliability berhubungan erat dengan harapan pelanggan akan pelayanan
yang diberikan oleh customer service. Pelayanan yang cepat dan tepat merupakan
salah satu harapan pelanggan akan pelayanan customer service. Memenuhi
harapan pelanggan sangat penting pengaruhnya terhadap kepuasan mereka. Jika
harapan pelanggan yang berkaitan dengan pelayanan terpenuhi, pada umumnya
mereka akan puas. Sehingga akan timbul perasaan positif dan timbul kepercayaan
pelanggan terhadap merek.
Assurance berhubungan dengan performa teknis dari customer service untuk
memperlakukan pelanggan agar dapat menimbulkan kepercayaan mereka.
Menurut Barnes (2003), performa teknis salah satu faktor yang mendorong
kepuasan pelanggan. Performa teknis disini adalah bagaimana customer service
yang mewakili perusahaan menampilkan pelayanan sesuai yang dijanjikan
sehingga dapat menanamkan rasa percaya pada pelanggan. Misalnya saja bila
customer service tidak dapat menjawab pertanyaan atau keluhan pelanggan
tentunya akan mempengaruhi rasa percaya mereka terhadap kualitas pelayanan.
Sehingga menyebabkan loyalitas pelanggan terhadap merek berkurang.
Responsiveness dan empathy merupakan elemen-elemen interaksi langsung
dengan pelanggan yang mendorong kepuasan (Barnes, 2003). Disini empathy
37
lebih menekankan pada aspek emosional pelanggan seperti membuat pelanggan
merasa dimengerti dan dihormati. Interaksi yang positif dengan pelanggan
bertujuan untuk memberikan pengalaman yang positif bagi pelanggan. Pelanggan
cenderung untuk membuat referensi kepada orang lain tentang pengalaman
maupun perasaannya terkait interaksi yang dilakukan pelanggan dengan customer
service. Perasaan positif yang timbul melalui interaksi inilah yang nantinya akan
menimbulkan kepercayaan pelanngan terhadap kualitas pelayanan perusahaan.
Pengaruh Loyalty Program terhadap Loyalitas Pelanggan IM3 di Salatiga
Dari tabel 13 terlihat bahwa loyalty program mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dilihat dari nilai signifikansi sebesar
0.020 yang tidak lebih dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis (H2) yang menyebutkan
bahwa loyalty program mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan
diterima karena didukung oleh data.
Saat ini pelanggan menginginkan pelayanan, nilai, dan reward dari
perusahaan penyedia produk dan jasa. Harga yang kompetitif yang ditawarkan
oleh perusahaan tidak cukup untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
Loyalty program berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan karena menstimuli
adanya retensi dengan cara memberi reward atas perilaku belanja mereka saat ini.
Dari sudut pandang pelanggan ada lima elemen yang menentukan nilai dari
loyalty program, yaitu convnience of participation; aspirational value; cash value;
variety of options; dan relevance (O’brien dan Jones, 1995).
Convenience terkait dengan usaha pelanggan dalam mengikuti program.
Usaha pelanggan ini terkait akan kenyamanan psikologis pelanggan. Atribut-
atribut convenience seperti pengumpulan dan penukaran poin yang mudah serta
kemudahan program untuk dimengerti dan digunakan menjadi faktor penting
karena terkait akan usaha pelanggan dalam mengikuti program. Jika loyalty
program terlalu rumit untuk diikuti maka akan menjadi tidak menarik bagi
pelanggan. Karenanya loyalty program yang memberikan kenyamanan bagi
pelanggannya akan memotivasi mereka untuk terus melakukan pembelian ulang.
38
Inilah alasannya convenience of participation dapat mempengaruhi loyalitas
pelanggan terhadap merek.
Aspirational value dan cash value mungkin menjadi pertimbangan penting
bagi pelanggan karena menentukan seberapa menarik loyalty program
berdasarkan nilai benefit yang ditawarkan. Reward aspiratif berperan sebagai
penggerak bagi pelanggan untuk mengikuti loyalty program. Reward aspiratif
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan pelanggan (Manuele, 2006).
Pelanggan umumnya menginginkan lebih dari sekedar diskon untuk memotivasi
mereka, reward aspiratif menjadi jawabannya karena memberikan pilihan yang
highly desirable (yang sangat diminati) pelanggan. Kunci dari aspirational value
adalah memberikan pilihan aspiratif yang tepat bagi pelanggan (O’Brien and
Jones, 1995). Sejauh ini loyalty program Indosat senyum telah memberikan
berbagai pilihan reward aspiratif antara lain food & resto, hiburan, kesehatan,
lifestyle, otomotif, pendidikan, travelling dan lain-lain. Sementara itu dapat
dikatakan bahwa cash value adalah nilai suatu reward dibandingkan dengan
pembelian yang diperlukan untuk mencapai jumlah poin agar dapat ditukar
dengan reward. Ketika cash value dianggap mempunyai nilai yang rendah,
pelanggan dapat kehilangan minat dalam loyalty program. Karena itulah nilai
ekonomis dari reward harus dibuat lebih dari besaran nilai yang dikeluarkan
pelanggan untuk mendapatkan reward tertentu dari loyalty program. Loyalty
program yang menawarkan reward yang “high dessirable” (aspirational value)
akan memotivasi pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Begitu juga
dengan reward yang mempunyai nilai ekonomis tentu akan lebih disukai
pelanggan.
Variety of options dapat dijelaskan sebagai pilihan reward yang dapat
dipilih pelanggan. Adanya pilihan reward yang bervariasi dan pilihan cara untuk
menukarkan poin akan memperkuat persepsi nilai pelanggan terhadap loyalty
program dan akan memotivasi mereka untuk tetap terlibat dalam program
(Bindels, 2009). Variety of options ini dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan
karena adanya pilihan reward yang beragam akan memotivasi pelanggan untuk
menentukan melakukan pembelian ulang. Selain itu vaiety of options juga
39
meningkatkan daya tarik loyalty program dan juga meningkatkan kepuasan
pelanggan (O’brien dan Jones, 1995).
Elemen nilai yang terakhir adalah relevance. Relevance dapat dijelaskan
sebagai biaya yang dibutuhkan untuk mencapai jumlah poin tertentu agar dapat
ditukarkan dengan reward yang diinginkan. Selain itu relevance juga berhubungan
dengan kesesuaian reward dengan kebutuhan pelanggan. Relevance membantu
pelanggan untuk terlibat dalam tahap awal loyalty program dan hasilnya akan
membantu meningkatkan retensi (Bindels, 2009). Tidak adanya relevansi, selain
program yang rumit dan reward yang tidak menarik adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi pelanggan tidak bergabung dalam loyalty program. Adanya
relevance dapat mendorong pengeluaran mereka dan mendorong terjadinya
pembelian ulang (Dunlap, 2004).
.
Pengaruh Brand Community Building terhadap Loyalitas Pelanggan IM3 di
Salatiga
Dalam hasil analisis regresi (tabel 13) diketahui bahwa brand community
building tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hal
ini terlihat dari nilai signifikansi brand community building terhadap loyalitas
pelanggan sebesar 0,260 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis (H3) yang
menyebutkan bahwa brand community building mempunyai pengaruh positif
terhadap loyalitas pelanggan ditolak.
Brand community building sebenarnya adalah sebuah alat yang
dimaksudkan perusahaan untuk lebih memahami pelanggannya. Dengan
penciptaan brand community diharapkan mampu untuk menimbulkan efek positif
berupa hubungan timbal-balik dengan pelanggan. Pelanggan butuh untuk
dimengerti dan merasa diterima, melalui brand community perusahaan dapat
menciptakan komunkasi interaksif sehingga kebutuhan pelanggan tersebut dapat
terpenuhi. Namun, hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa brand community
building tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Banyak hal
yang dapat menyebakan ini terjadi. Dalam penelitian ini menunjukkan beberapa
40
indikator seperti sharing brand stories serta asssiting use of brand tidak cukup
untuk menarik minat pelanggan untuk loyal terhadap IM3.
Dapat dipahami bahwa pelanggan berminat bergabung dengan komunitas
karena komunitas memberikan manfaat yang lebih dibandingkan bila tidak
bergabung. Namun, didalam komunitas tersebut haruslah ada interaksi antar
sesama pelanggan, maupun perusahaan dengan pelanggan. Pelanggan tidak
mempunyai minat yang tinggi untuk melakukan interaksi didalam komunitas. Hal
ini dapat disebabkan berbagai macam hal misalnya saja media interaksi yang
diciptakan oleh perusahaan tidak menarik. Sehingga pelanggan tidak antusias
terhadap kegiatan brand community building perusahaan. Hal inilah yang
menyebabkan brand community building tidak berpengaruh terhadap loyalitas
pelanggan IM3 di Salatiga. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motivasi
pelanggan bergabung dalam komunitas adalah manfaat ekonomis yang ditawarkan
brand community. Dalam hal ini brand community tidak dapat menjangkau sisi
emosional pelanggan untuk berpartisipasi aktif dalam komunitas. Media yang
kurang menarik membuat pelanggan enggan untuk menjadi interaktif di dalam
komunitas. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pelanggan tetap bergabung
dalam komunitas meskipun komunitas bukan menjadi salah satu faktor penentu
loyalitas mereka terhadap merek. Hal ini disebabkan karena Indosat community
bersifat “keanggotaan seumur hidup”. Meskipun pelanggan tidak berpartisipasi
aktif dalam mereka akan tetap dianggap sebagai bagian dari komunitas
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam analisis data mengenai pengaruh antara variabel customer service,
loyalty program dan community building terhadap loyalitas pelanggan IM3 di
Salatiga dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :
1. Customer service mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan IM3
di Salatiga. Responden memberikan nilai tinggi pada dimensi reliabilty,
tangibility, dan empathy untuk kinerja pelayanan customer service.
41
2. Loyalty program mempunyai penagruh positif terhadap loyalitas pelanggan IM3
di Salatiga. Responden memberi nilai tinggi pada dimensi convenience,
aspirational value, dan cash value.
3. Community building tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan IM3 di
Salatiga. Pelanggan setuju bahwa dengan bergabung dengan komunitas akan
memberikan manfaat yang lebih. Akan tetapi pelanggan tidak berminat untuk
melakukan interaksi didalam komunitas. Hal ini dikarenakan media yang
digunakan tidak cukup interaktif, sehingga membuat pelanggan enggan dalam
berinteraksi dalam komunitas.
Implikasi Teoritis
Penelitian ini membahas pengaruh program relationship marketing yang
terdiri dari customer service, loyalty program, dan brand community building
terhadap loyalitas pelanggan IM3 di Salatiga. Hasil penelitian ini menunjukan
hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini variabel
brand community building tidak berpangaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Implikasi Terapan
Berdasarkan kesimpulan diatas, berikut akan dijelaskan mengenai implikasi
terapan dari analisis dan bahasan analisis dari penelitian yang dilakukan;
1. Hasil penelitian pada variabel customer service menjadi catatan bagi
perusahaan agar tetap memberikan layanan dimuka yang terbaik melalui
customer servicenya. Pelatihan-pelatihan bagi pegawai front-liner harus
senantiasa dilakukan agar attitude serta performa teknis mereka dapat
memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi pelanggan. Customer
service sangat berpengaruh terhadap citra perusahaan (Chen dan Ching,
2007). Pelayanan customer service yang buruk dapat menyebabkan
terjadinya brand switching terhadap merek.
2. Indikator-indikator empirik yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digunakan perusahaan sebagai daftar untuk meningkatkan efektifitas loyalty
programnya. Aspirational value dan cash value menjadi daya tarik utama
42
bagi pelanggan untuk menikuti loyalty program. Menawarkan reward
aspiratif akan memberi keunggulan kompetitif bagi perusahaan terhadap
program-program sejenis. Saat ini program Indosat Senyum sudah
menawarkan reward diluar telekomunikasi seperti voucher belanja, diskon
dan keuntungan lainnya yang tersedia pada outlet merchant yang
bekerjasama dengan Indosat. Namun perusahaan dapat lebih
mengembangkan macam-macam reward sesuai dengan aspirasi pelanggan
seperti misalnya undian berhadiah dan lain-lain.
3. Pelanggan tidak mempunyai minat yang tinggi terhadap brand community
building. Pelanggan setuju bahwa dengan bergabung dalam komunitas
(Indosat Community) akan mendapatkan keuntungan yang lebih
dibandingkan dengan tidak tergabung dalam komunitas. Hal ini dapat
menjadi panduan bagi perusahaan untuk lebih mengembangkan keuntungan
yang akan didapatkan pelanggan karena telah tergabung dengan komunitas.
Menjalin hubungan dengan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk. Perusahaan dapat melihat gaya hidup pelanggan terkini untuk
menciptakan bentuk-bentuk media hubungan yang menarik bagi pelanggan.
Salah satunya adalah penggunaan media sosial seperti facebook atau twitter
untuk mengembangkan basis komunitas mereknya. Selain itu perusahaan
dapat mengadakan event-event yang menarik (event marketing strategy)
untuk komunitasnya agar pelanggan lebih antusias bergabung dalam
komunitas. Pelanggan pastinya akan lebih tertarik dan antusias bila sarana
hubungan yang diciptakan oleh perusahaan dikemas dengan menarik,
atraktif, dan interaktif.
43
Keterbatasan Penelitian & Penelitian Mendatang
Hasil penelitian menunjukan bahwa R-square dari model penelitian ini
rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor lain mempunyai proporsi yang
lebih besar untuk menjelaskan loyalitas pelanggan. Meskipun variabel penelitian
ini tidak berkontribusi besar bagi model, namun penelitian ini dapat dipandang
sebagai eksplorasi dan memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
Penelitian ini juga menarik untuk dilakukan replikasi terhadap industri yang lain
yang telah menerapkan program-program relationship marketing.
44
REFERENSI
Barnes, James G., 2003. Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan. Penerbit
Andi : Yogyakarta.
Berry, Leonard L. & Parasuraman, A. 1997. Listening to the customer – the
concept of abservice-quality information system. Sloan Management
Review, 38, 65-76.
Bindels, Jean-Paul, 2009. What drives enrolment in a coalition loyalty program?
A conjoint approach. University of Maastricht. Faculty of Economics
and Business Administration Maastricht. International Business.
Carlson, Bradley Dean, 2005, Brand-Based Community : The Role of
Identification in Developing a Sense of Community Among Brand
Users. dc.library.okstate.edu
Charitsis, Vaseleios. 2009. Developing and Managing Brand Communities
Through Event Marketing Strategies. Submitted to Waterfort Institute
of Technology
Chaundry, Karan dan V.R. Krishnan, 2007. Impact of Corporate Social
Responsibility and Transformational Leadership on Brand
Community: An Experimental Study. Global Business Review.
http://gbr.sagepub.com
Chen, Ja-Shen dan Russell K.H. Ching. 2007. The Effects of Mobile Customer
Relationship Management on Customer Loyalty: Brand Image Does
Matter. Proceedings of the 40th Hawaii International Conference on
System Sciences
Churchill, Craig F. dan Sahra S. Halpern, 2001. Building Customer Loyalty.
USAID’s Microenterprise. www.microfinancegateway.org
Dell, S.A. 1991, Relationship communications and organizational customer
loyalty. University of Denver.
Dubois, Theopile. Brand loyalty creation within online brand communities.
Copenhagen Business School. October 2011.
45
Dunlap, Carlos, 2004. Raising the Bar of Customer Loyalty Programs.
www.maritzloyalty.com
Ellen, Vena V. dan Wenny Wijayanti, 2006. “Pengaruh Program Relationship
Marketimg yang terdiri dari Customer Service, Loyalty Program, dan
Community BuildingTerhadap Loyalitas Pelanggan SOGO
Department Store Plaza Tunjungan 4 di Surabaya”.
digilib.petra.ac.id.
Gashti, M.A.Hajizadeh dkk. Study the Effects of Customer Service and Product
Quality on Customer Satisfaction and Loyalty. International Journal of
Humanities and Social Science vol. 1,no. 7, Special Issue. Juni 2011.
Griffin , J., 1995. Customer Loyalty : How to Earn it, How to Keep it. New Jersey
: A Division of Simon and Schuster Inc.
Goodwin, C., and Gremler, D.D., 1996. Friendship Over the Counter: How Social
Aspects of the Service Encounters Influence Consumer Service
Loyalty. Advances inServices Marketing and Management vol.5, p
247-282.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Undip.
Gronroos, C., 1990. Relationship approach to marketing in service contexts: The
marketing and organizational behavior interface. Journal of Business
Research vol. 20, p 3–11.
Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain ,Jakarta:
Erlangga.
Habibie, Alex N., 2006. Analisis tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja
pelayanan customer service Galeri Indosat Bogor. repository.ipb.ac.id
Haryanto, 1999, Relationship Marketing dan Bisnis Proses, Jakarta : Salemba
Empat.
Jang, Heehyoung dkk, 2008. The Influence of On-Line Brand Community
Characteristics on Community Commitment and Brand Loyalty.
International Journal of Electronic Commerce , Volume 12, Number 3
46
Khan, Wahiduzzaman dkk, 2001. The Impact of Product Value and Customer
Service on Purchase Behavior and Customer Loyalty in Bangladeshi
Context. wbiconpro.com
Kheng, Lo Liang dkk, 2010, The Impact of Service Quality on Customer Loyalty :
A Study of Banks in Penang, Malaysia. International Journal of
Marketing Studies vol 2, no. 2.
Kivetz, Ran, 2005. Promotion Reactance: The Role of Effort-Reward Congruity.
Journal of Consumer Research Vol. 31
Krumay, Barbara and Roman Brandtweiner, 2010. Are Customer Service offerings
Influencing Loyalty? A Graphical Chain Model Approach in the
Austrian Mobile Phone Service Provider Industry. domino.fov.uni-
mb.si
Kursunluoglu, Emel. 2011. Customer Service Effects on Customer Satisfaction
and Customer Loyalty: A Field Research in Shopping Centers in Izmir
City – Turkey. International Journal of Humanities and Social Science
vol. 2 no. 17
Kusuma, Fajar M., 2010. Analisis Pengaruh Brand Community terhadap
Loyalitas Merek pada Pengguna Honda MegaPro di Surakarta.
Universitas Negeri Diponegoro. Semarang.
Laroche, Michel dkk, 2011. The effects of social media based brand communities
on brand community markers, value creation practices, brand trust and
brand loyalty. Computers in Human Behavior; Sep2012, Vol. 28 Issue
5, p1755-1767.
Liu, Yuping dan Rong Yang, 2009. Competing Loyalty Programs : Impact of
Market Saturation, Market Share, and Catagory Expandibility.
International Retail and Marketing Review. p. 89-113
Lucas, Robert W., 2009, Customer Service : skill for success, McGraw-Hill.
Malhotra, Naresh K.,2007. Marketing Research : An Applied Orientation. Upper
Saddle River: Pearson Education
_________________.2009. Basic marketing research : decision-making
approach. Upper Saddle River: Pearson Education , 3rd ed.
47
Manuele, Rosignoli. 2006. Do Loyalty Programs Affect The Relationships
Between Enterprise and Customer?An empirical analysis in the
grocery industry in Italy. Nottingham University Business School.
Muniz, Albert M. dan Thomas C. O’Guinn. 2001. Brand Community. Journal of
Consumer Reserch vol. 27.
McAlexander, James H dkk. 2002. Building brand Community. Journal of
Marketing. January 2002, vol. 66 (1), p. 38.
O’Brien, Louise dan Charles Jones. Do Rewards Realli Create Loyalty?. Harvard
Business Review. May-June 1995.
Oliver, R.L., 1999. Whence Consumer Loyalty. Journal of Marketing, 63, Special
Issue, p. 33-44.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A. and Berry, L. L., 1990, Delivering Quality
Service: Balancing Customer Perception and Expectations, The Free
Press : New York.
Parvatiyar, Atul dan Jagdish N. Sheth, 1999. The Domain ads Reand Conceptual
Foundations of Relationship Marketing. Sage Publications, Thousand
Oaks, California.
________________, 2001. Customer Relationship Management: Emerging
Practice, Process, and Discipline, Journal of Economic and Social
Research 3(2) 2001, 1-34
Purbaningtyas, Retno, 2009, Pengaruh Brand Community terhadap Loyalitas
Merek (Studi pada Komunitas Motor Jakarta Mio Club).
www.lontar.ui.ac.id
Reichheld, F.F. and Sasser W.E.,1990. Zero defections : Quality comes to
services. Harvard Business Review vol. 68, , p. 105-110.
Setyono, Hendro. Pengaruh Brand Community Integration dan Kepuasan pada
Loyalitas. Manajemen & Bisnis, Volume 9, Nomor 1, Maret 2010.
Sharp, Byron dan Anne Sharp, 1999. Loyalty Programs and their Impact on
Repeat-Purchase Loyalty Patterns: a replication and extension.
byronsharp.com
48
Shoemaker, Stowe dan Robert C. Lewis, 1999. Customer loyalty: the future of
hospitality marketing. Hospitality Management vol. 18, p 345-370.
Suchaeri, Heri. 2010. Dengan Begini, Pelanggan Anda Pasti Tersenyum. Rumi
Publishing : Yogyakarta.
Suhartono, Imanuel, 2006, Peranan Relationship Marketing Indogrosir terhadap
Loyalitas Konsumennya di Surabaya, digilib.petra.ac.id.
Thompson, Scott dan RAJIV Sinha. 2008. Brand Communities and New Product
Adoption:The Influence and Limits of Oppositional Loyalty. Journal
of Marketing; Nov2008, Vol. 72 Issue 6, p65-80
Tjahyadi, Rully Arlan. 2006. Mmebangun Hubungan Panjang dengan Pelanggan
Melalui Relationship Marketing. Jurnal Manajemen Univ. Kristen
Maranatha vol.5, no.2.
Tryanto, Adhie, 2011. Analisis Kualitas Pelayanan Customer Service PT. XL
Axiata Tbk terhadap Loyalitas Pelanggan. Jakarta. Univ.
Pembangunan Nasional “Veteran”
Turban, Efraim. 2002. Electronic Commerce: A Managerial Perspective. Prentice
Hall.
Uncles, Mark D. dkk. 2003. Customer Loyalty and Customer Loyalty Programs.
Journal of Consumer Marketing, Vol. 20 (4), p..294 – 316.
Winer, Russell S., 2001, Customer Relationship Management : A Framework,
Research Directions, and the Future, Haas School of Business,
University of California at Berkeley.
Winer, Russell S.,2004, Marketing Management (2nd ed.), New Jersey : Prentice
Hall.
Yamin, Sara. 2006. Customer Service dan Loyalitas Pelanggan. Universitas
Sumatera Utara.
Yi, Youjae and Hoseong Jeon. 2008, Effects of Loyalty Programs on Value
Perception, Program Loyalty, and Brand Loyalty, Journal of the
Academy of Marketing Science, vol.31 (3), 229–40.
Yudianto, Yefri. 2009. Pengaruh Brand Community terhadap Loyalitas Merek
Sepeda Motor Yamaha. Universitas Sumatera Utara.
49
Zeithaml, L., Berry, L., and Parasuraman, A., The behavioral consequences of
service quality, Journal of Marketing vol. 60, p. 31-46.
Majalah SWA. (2010). No.26/XXVI/9-19 Desember 2010.
www.indonesiafinancetoday.com
http://inet.detik.com
www.indosat.com