pengaruh prasangka dan tipe kepribadian big five … · iii lembar pengesahan skripsi yang...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PRASANGKA DAN TIPE KEPRIBADIAN
BIG FIVE TERHADAP TOLERANSI BERAGAMA
PADA ANGGOTA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun oleh:
MAHAR DHIKA
108070000148
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
PENGARUH PRASANGKA DAN TIPE KEPRIBADIAN BIG
FIVE TERHADAP TOLERANSI BERAGAMA PADA
ANGGOTA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh
Mahar Dhika
NIM: 108070000148
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Achmad Syahid, M.Ag
NIP. 19681107 199403 1 005
Pembimbing II
Gazi, S.Psi., M.Si
NIP. 19711214 200701 1 014
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul; “PENGARUH PRASANGKA DAN TIPE
KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP TOLERANSI BERAGAMA PADA
ANGGOTA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)” telah diajukan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 12 Januari 2015
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si
NIP.19680614 199704 1 001
Wakil Dekan/Sekretaris
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota,
Penguji I
Ikhwan Lutfi, M.Si
NIP. 19730317 200604 1 001
Penguji II
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi.
NIP. 19650220 199903 1 003
Pembimbing I
Dr. Achmad Syahid, M.Ag
NIP. 19681107 199403 1 005
Pembimbing II
Gazi, S.Psi., M.Si
NIP. 19711214 200701 1 014
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mahar Dhika
NIM : 108070000148
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Prasangka
dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap Toleransi Beragama pada Anggota Front
Pembela Islam (FPI)” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-
kutipan yang ada dalam bentuk penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan dengan sebaik-
baiknya.
Jakarta, 12 Januari 2015
Mahar Dhika
NIM: 108070000148
Email: [email protected]
v
“Semua yang diciptakan di bumi ini tidak
ada yang sama, bahkan anak kembar
sekalipun. Maka berdamailah dalam setiap
perbedaan”
“Karya ini ku persembahkan untuk
kedua orang tua yang telah bahagia
disana, dan kakak-kakakku”.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Januari 2015
C) Mahar Dhika
D) Pengaruh Prasangka dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap Toleransi
Beragama Pada Anggota Front Pembela Islam (FPI)
E) 116 Halaman + Lampiran
F) Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuh
kembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada.
Tolerans adalah suatu sikap yang bersahabat dan penuh percaya dari
seseorang terhadap orang lain yang tidak memperdulikan dari kelompok mana
meraka berasal. Dengan adanya perilaku toleransi, warga suatu golongan
dapat hidup berdampingan secara damai, rukun, dan mampu bekerja sama
dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh prasangka dan Tipe
kepribadian Big Five terhadap toleransi beragama pada anggota Front
Pembela Islam (FPI). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan sampel yang digunakan adalah anggota Front Pembela Islam (FPI)
sebanyak 295 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah non-probability Sampling dengan menggunakan metode accidental
sampling. Menggunakan analisis data uji regresi berganda.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda hipotesis diterima dengan sig
0,000 (p < 0.05) yang artinya bahwa prasangka dan tipe kepribadian (big five)
mempengaruhi toleransi beragama. Berdasarkan masing-masing independen
variabel, hanya empat dari sepuluh variabel yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap toleransi beragama, yaitu antilocution, extraversion,
agreeableness dan neuroticism. Adapun nilai kontribusi seluruh variabel
tersebut adalah sebesar 14%.
G) Bahan Bacaan: 12 Buku + 11 Jurnal + 4 Artikel + 1 Disertasi
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
berkat segala kuasa dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini.
Shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan dan
dukungan pihak luar baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Abdul Mujib selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Evangeline selaku dosen Pembimbing Akademik dan seluruh Dosen
pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengawasan dan perhatian
dengan kesabaran dan keikhlasan selama penulis menempuh proses
pendidikan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Syahid dan bapak Gazi Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh
kesabaran membantu mengarahkan dan memberikan wawasan penulis
sehingga penulis mendapatkan banyak ide selama proses penyusunan skripsi
ini.
4. Seluruh Staff Akademik yang selama ini telah membantu penulis mengenai
proses administratif selama menempuh proses perkuliahan hingga selesai.
5. Kedua orang tua penulis, Bpk. Supardi Alm. dan Ibu Sukinem Almh.
terimakasih yang tak terhingga atas segala bentuk kasih sayang selama
bersama dulu.
6. Untuk kedua kakakku Ina Purwati dan Imam Teguh. Terimakasih atas
semangat dan perhatian yang diberikan, semoga kita semua dapat membuat
bapak ibu kita terus bangga.
7. Untuk Rahajeng Mustikaningsih, terima kasih telah menemani dan membantu
selama proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih atas segala dukungan,
kritik, dan sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
viii
8. Keluarga Besar KMPA MAHACHALA, terimakasih atas segala perjalanan
penuh makna dan cerita, salam lestari bagi kita semua dan tetap Mahachala.
9. Sahabat-sahabat penulis di Psikologi yang berhasil menorehkan banyak cerita,
khususnya angkatan 2008 kelas D, ari, ican, jerry, nazar, defvi, bilqis, endang
dan masih banyak lagi. Terima kasih juga untuk teman-teman penulis ojan,
fahmi, reza, marong, yusuf yang sudah membantu dan bersama selama
menjalani masa-masa kuliah dulu. Terimakasih atas segala bentuk dukungan
kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
10. Para responden dan pihak terkait penelitian yang telah membantu penulis
dalam kelancaran penelitian skripsi.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Hanya doa dan rasa terimakasih yang tulus yang penulis panjatkan,
semoga semua pihak yang membantu penulis dalam proses penulisan skripsi ini
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin
Akhir kata besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat
khususnya bagi penulis, umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Jakarta, 12 Januari 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... . xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... . xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Pembatasan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Toleransi Beragama ................................................................................. 10
2.1.1 Pengertian Toleransi Beragama ..................................................... 10
2.1.2 Aspek-aspek Toleransi Beragama .................................................. 11
2.1.3 Asas Toleransi Beragama ............................................................... 12
2.1.4 Pengukuran Toleransi Beragama ................................................... 13
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toleransi Beragama ............... 13
2.2 Prasangka ................................................................................................. 17
2.2.1 Pengertian Prasangka ..................................................................... 17
2.2.2 Aspek-aspek Prasangka .................................................................. 18
2.2.3 Pengaruh Prasangka Terhadap Toleransi Beragama ...................... 20
2.2.4 Pengukuran Prasangka ................................................................... 20
2.3 Kepribadian .............................................................................................. 21
2.3.1 Pengertian Kepribadian .................................................................. 21
2.3.2 Big Five Personality ....................................................................... 22
2.3.3 Dimensi Kepribadian...................................................................... 23
2.3.4 Pengukuran Kepribadian ................................................................ 25
2.3.5 Pengaruh Kepribadian Terhadap Toleransi Beragama................... 25
2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................... 26
2.5 Hipotesis penelitian .................................................................................. 28
2.5.1 Hipotesis mayor.............................................................................. 28
x
2.5.2 Hipotesis minor .............................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................... 30
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 30
3.2.1 Populasi .......................................................................................... 30
3.2.1 Sampel ............................................................................................ 31
3.2.1 Teknik Pengambilan Sampel .......................................................... 31
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................... 32
3.3.1 Identifikasi Variabel ....................................................................... 32
3.3.2 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 32
3.4 Uji Validitas ............................................................................................. 33
3.5 Uji Validitas Kosntruk ............................................................................. 36
3.5.1 Uji Validitas Toleransi Beragama .................................................. 38
3.5.2 Uji Validitas Prasangka .................................................................. 41
3.5.2.1 Uji Validitas Antilocution...................................................... 41
3.5.2.2 Uji Validitas Avoidance ........................................................ 43
3.5.2.3 Uji Validitas Discrimination ................................................. 45
3.5.2.4 Uji Validitas Physical Attack ................................................ 47
3.5.2.5 Uji Validitas Extermination .................................................. 50
3.5.3 Uji Validitas Kepribadian .............................................................. 52
3.5.3.1 Uji Validitas Extraversion ..................................................... 52
3.5.3.2 Uji Validitas Agreeableness .................................................. 54
3.5.3.3 Uji Validitas Conscientiousness ............................................ 57
3.5.3.4 Uji Validitas Neuroticism ...................................................... 59
3.5.3.5 Uji Validitas Openness .......................................................... 61
3.6 Uji Analisis Data ...................................................................................... 63
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................ 66
3.8 Prosedur Penelitian................................................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 68
4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................... 69
4.3 Kategori Skor Variabel ............................................................................ 70
4.3.1 Kategorisasi Skor Toleransi Beragama ........................................ 70
4.3.2 Kategorisasi Skor Antilocution..................................................... 71
4.3.3 Kategorisasi Skor Avoidance ....................................................... 72
4.3.4 Kategorisasi Skor Discrimination ................................................ 73
4.3.5 Kategorisasi Skor Physical Attack ............................................... 74
4.3.6 Kategorisasi Skor Extermination ................................................. 75
4.3.7 Kategorisasi Skor Extraversion .................................................... 76
4.3.8 Kategorisasi Skor Agreeableness ................................................. 77
4.3.9 Kategorisasi Skor Conscientiousness ........................................... 78
4.3.10 Kategorisasi Skor Neuroticism ..................................................... 79
4.3.11 Kategorisasi Skor Opennes .......................................................... 80
4.4 Uji Hipotesis Penelitian............................................................................ 81
xi
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian .............................................. 81
4.4.2 Besaran Muatan IV Terhadap DV .................................................. 87
4.5 Analisis Proporsi Varians pada Masing-masing IV ................................. 89
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 90
5.2 Diskusi ..................................................................................................... 91
5.3 Saran ......................................................................................................... 94
5.3.1 Saran metodologis .......................................................................... 94
5.3.2 Saran praktis ................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... .... 103
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Sifat-sifat Big Five ........................................................... 24
Tabel 3.1 Skor Skala Likert ................................................................................... 34
Tabel 3.2 Blue Print Skala Toleransi Beragama .................................................... 35
Tabel 3.3 Matriks Korelasi Toleransi Beragama .................................................... 39
Tabel 3.4 Muatan Faktor Toleransi Beragama ........................................................ 40
Tabel 3.5 Matriks Korelasi Antilocution ................................................................. 42
Tabel 3.6 Muatan Faktor Antilocution .................................................................... 43
Tabel 3.7 Matriks Korelasi Avoidance .................................................................... 44
Tabel 3.8 Muatan Faktor Avoidance ....................................................................... 45
Tabel 3.9 Matriks Korelasi Discrimination ............................................................ 46
Tabel 3.10 Muatan Faktor Discrimination ................................................................ 47
Tabel 3.11 Matriks Korelasi Physical Attack ............................................................ 48
Tabel 3.12 Muatan Faktor Physical Attack ............................................................... 49
Tabel 3.13 Matriks Korelasi Extermination .............................................................. 51
Tabel 3.14 Muatan Faktor Extermination ................................................................. 51
Tabel 3.15 Matriks Korelasi Extraversion ................................................................ 53
Tabel 3.16 Muatan Faktor Extraversion ................................................................... 54
Tabel 3.17 Matriks Korelasi Agreeableness ............................................................. 55
Tabel 3.18 Muatan Faktor Agreeableness ................................................................. 56
Tabel 3.19 Matriks Korelasi Conscientiousness ....................................................... 57
Tabel 3.20 Muatan Faktor Conscientiousness .......................................................... 58
Tabel 3.21 Matriks Korelasi Neuroticism ................................................................. 60
Tabel 3.22 Muatan Faktor Neuroticism .................................................................... 60
Tabel 3.23 Matriks Korelasi Openness ..................................................................... 62
Tabel 3.24 Muatan Faktor Openness ........................................................................ 63
Tabel 4.1 Data Demografi ....................................................................................... 68
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 69
Tabel 4.3 Norma Skor Toleransi Beragama ............................................................ 71
Tabel 4.4 Kategorisasi Toleransi Beragama ........................................................... 71
Tabel 4.5 Norma Skor Antilocution ........................................................................ 72
Tabel 4.6 Kategorisasi Antilocution ........................................................................ 72
Tabel 4.7 Norma Skor Avoidance ........................................................................... 73
Tabel 4.8 Kategorisasi Avoidance ........................................................................... 73
Tabel 4.9 Norma Skor Discrimination .................................................................... 74
Tabel 4.10 Kategorisasi Discrimination ................................................................... 74
Tabel 4.11 Norma Skor Physical Attack ................................................................... 75
Tabel 4.12 Kategorisasi Physical Attack ................................................................... 75
Tabel 4.13 Norma Skor Extermination ..................................................................... 76
Tabel 4.14 Kategorisasi Extermination ..................................................................... 76
Tabel 4.15 Norma Skor Extraversion ....................................................................... 77
Tabel 4.16 Kategorisasi Extraversion ....................................................................... 77
xiii
Tabel 4.17 Norma Skor Agreeableness ..................................................................... 78
Tabel 4.18 Kategorisasi Agreeableness .................................................................... 78
Tabel 4.19 Norma Skor Conscientiousness .............................................................. 79
Tabel 4.20 Kategorisasi Conscientiousness .............................................................. 79
Tabel 4.21 Norma Skor Neuroticism ........................................................................ 80
Tabel 4.22 Kategorisasi Neuroticism ........................................................................ 80
Tabel 4.23 Norma Skor Openness ............................................................................ 81
Tabel 4.24 Kategorisasi Openness ............................................................................ 81
Tabel 4.25 Tabel R Square ........................................................................................ 82
Tabel 4.26 Tabel Anova ............................................................................................ 83
Tabel 4.27 Tabel Koefisien Regresi .......................................................................... 84
Tabel 4.28 Tabel Proporsi Varian ............................................................................. 90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ..................................................................... 21
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Blue Print Skala Prasangka, Skala Tipe Kepribadian, Kuesioner
Lampiran B Diagram CFA dalam Rangka Uji Validias Instrumen Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, akan dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penelitian.
1.1 Latar Belakang
Masalah toleransi beragama adalah masalah yang selalu hangat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Toleransi merupakan elemen dasar yang
dibutuhkan untuk menumbuh kembangkan sikap saling memahami dan
menghargai perbedaan yang ada. Dalam realitasnya, konflik intoleransi sampai
saat ini masih sering terjadi dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat.
Penelitian tentang toleransi termasuk toleransi beragama banyak jenisnya dan
bergantung pada pokok masalah dan metodenya. Beberapa penelitian berusaha
untuk mengukur toleransi masyarakat dengan menentukan indikator yang akan
diukur dan dilakukan dengan menggunakan pendekatan survey. Pada tahun 2010,
SETARA Institute melakukan penelitian mengenai toleransi sosial dalam
masyarakat perkotaan. Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam
bertetangga, masyarakat Jabodetabek dapat dikatakan cukup toleran terhadap
berbagai perbedaan. Bagi mereka bertetangga dengan orang yang berbeda agama
atau beda suku sama sekali bukan merupakan persoalan yang terlalu serius. Hasil
dalam bentuk presentase mengenai bertetangga dengan berbeda suku sebanyak
59.42% dan yang tidak suka 39.75%. Dalam hal berbeda agama sebanyak 54.5%
dan yang tidak suka hanya 44.08%. Sama halnya dengan sikap bertetangga, dalam
2
memasuki kelompok sosial, perbedaan agama dan suku bangsa juga ditolerir oleh
warga Jabodetabek. Ini dapat dilihat dengan hasil sebanyak 82% yang
memandang kesamaan agama bukan menjadi pertimbangan dalam memilih
teman, 14% kesamaan agama menjadi pertimbangan memilih teman, dan hanya
4% yang tidak menjawab. Dengan kata lain, kesamaan agama bukan merupakan
pertimbangan utama masyarakat Jabodetabek dalam menjalin sebuah
persahabatan atau pertemanan.
Tetapi pada penelitian yang berbeda ditemukan beberapa pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi di dalam masyarakat. The Wahid Institute (2012)
mencatat telah terjadi 274 kasus pelanggaran kebebasan beragama dengan 363
tindakan. Adapun dari sisi pelaku pelanggaran, yakni 52 pelanggaran yang
dilakukan oleh anggota FPI, 51 (kelompok masyarakat), 25 (individu), 24 (MUI),
12 (tokoh agama), 11 (Pemkab/Pemkot), dan 5 (Aparat kepolisian).
Penelitian selanjutnya yang dilakukan SETARA Institute pada tahun 2013, selama
Januari – Desember 2013, jumlah pelanggaran sebanyak 245 kasus atau peristiwa
dengan 278 tindakan. Bentuknya beragam dari intimidiasi, pelarangan, hingga
serangan fisik. Sebagian besarnya punya keterkaitan dengan kasus-kasus di tahun
sebelumnya. Melihat ini tampaknya kita belum memiliki pola penyelesaian yang
terukur dan serius, sekaligus menyentuh pondasi masalah.
Dalam menanggapi hal tersebut, toleransi atas segala perbedaan menjadi kata
yang pantas untuk mendamaikan hal tersebut. Agius dan Ambrosewicz (2003)
menjelaskan bahwa toleransi sebagai formula untuk mengembangkan eksistensi
3
dengan cara yang beradab dengan pihak yang berbeda dalam hal iman, keyakinan
dan pandangan. Toleransi berarti setiap individu atau masyarakat memiliki hak
yang sama, untuk mengakui hak orang lain yang memiliki pendapat yang berbeda,
keinginan dan perilaku.
Pengertian toleransi bahwa setiap individu memiliki hak sama dan menghargai
dalam setiap perbedaan termasuk perbedaan keyakinaan. Toleransi itu penting
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan perbedaan.
Kehidupan yang harmoni, nyaman dan tentram dimulai dari sikap yang saling
menerima dan menghargai orang lain. Dengan adanya toleransi, warga suatu
golongan dapat hidup berdampingan secara damai, rukun, dan mampu bekerja
sama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungannya.
Selain itu, dalam UUD 1945 pasal 29 Ayat (2) menyebutkan, “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Dalam pasal 3
RUU KUB (Rancangan Undang-Undang Kerukunan Umat Beragama)
menyebutkan, “Kerukunan umat beragama bertujuan untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak umat beragama agar dapat hidup, berkembang, berinteraksi,
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya
kerukunan umat beragama yang berkualitas dan berakhlak mulia. Walaupun RUU
KUB ini masih dikaji oleh pemerintah dan DPR, setidaknya sudah ada langkah
nyata dari pemerintah untuk membenahi konflik sosial ini.
4
Allport (1954) berpendapat orang yang toleran berbeda-beda sesuai sejauh mana
sikap etnis mereka menonjol atau tidak menonjol. Hal ini sejalan dengan
penjelasan Golebiowska (2009) yang menyatakan bahwa “prasangka adalah
prediktor terbaik dari kedua tipe toleransi (toleransi beragama & toleransi etnik).”
Selain itu, Agius dan Ambrosewicz (2003) menyatakan bahwa “prasangka adalah
perilaku dan sikap rasa ketakutan, tidak aman dan emosi marah, yang kita alami
dari waktu ke waktu.” Ketika kita bisa mengetahui perasaan kita, kita bisa
menyadari cara rasionalisasinya dan kemudian dapat memulai untuk
mengembangkan kebiasaan toleran. Selain itu, prasangka juga melibatkan
kecenderungan untuk bertingkah laku secara negatif terhadap mereka yang
menjadi objek prasangka (Baron dan Byrne, 2003).
Ada faktor lain yang juga bisa mempengaruhi toleransi beragama. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Bahari (2010). Dalam penelitian tersebut,
disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan kepribadian terhadap toleransi
beragama pada mahasiswa. Secara umum, munculnya toleransi dan intoleransi
pada seseorang atau kelompok masyarakat dipengaruhi oleh faktor kepribadian.
Seperti Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa sikap dan perilaku manusia
merupakan fungsi dari kepribadian (personality) dan pengalaman (experience).
Artinya, secara umum, munculnya sikap toleransi dan intoleransi pada seseorang
atau kelompok masyarakat dipengaruhi oleh faktor kepribadian dan pengalaman
(Dalam Bahari, 2010).
5
Berdasarkan fakta-fakta di atas mengenai kekerasan antar umat beragama. Pada
penelitian ini, sampel yang diambil adalah angggota front pembela Islam (FPI).
Alasan peneliti mengambil angggota front pembela Islam (FPI) karena peneliti
melihat data yang menunjukkan bahwa ormas inilah yang menempati tingkat
tertinggi dalam tindak kekerasan seperti yang dilansir oleh The Wahid Institute
(2012). Selain itu, didalam masyarakat keanggotaan ormas front pembela Islam
menimbulkan pro dan kontra. Sebagian masyarakat menganggap ormas tersebut
sering membuat kericuhan dibeberapa tempat yang membuat sebagian masyarakat
tidak suka dengan keberadaan ormas tersebut. Dilain pihak, sebagian masyarakat
setuju dan mendukung keberadaan ormas tersebut. Mereka memandang ormas
tersebut menjalankan organisasi sesuai dengan hukum Islam. Dilain sisi,
penelitian ini juga sebagai tambahan bahan bacaan atau referensi bagi masyarakat
umum, pemerintahan, dan instansi-instansi pendidikan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diuraian di atas, peneliti merasa
tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan dengan judul “Pengaruh
Prasangka dan Tipe Kepribadian Big Five Terhadap Toleransi Beragama
pada Ormas Front Pembela Islam (FPI)”. Terlebih lagi, penelitian ini
ditemukan masih sedikit di Indonesia. Hal ini didasarkan pada sulitnya peneliti
untuk menemukan referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tersebut.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembatasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka peneliti mencoba
memberikan batasan pengertian yang terdapat dalam penulisan skripsi ini yaitu :
6
1. Toleransi dalam penelitian ini adalah suatu sikap yang bersahabat dan
penuh percaya dari seseorang terhadap orang lain yang tidak
memperdulikan dari kelompok mana meraka berasal. Diambil dari teori
Allport (1954) dengan aspek; 1) Ethnic Attitude 2) Non-ethnic Attitude.
2. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan prasangka adalah sikap
antipati berdasarkan generalisasi yang salah atau tidak fleksibel. Diambil
dari teori yang dikemukakan oleh Allport (1954) dengan aspek; 1)
Antilocution, 2) Avoidance, 3) Discrimination, 4) Physical attack, 5)
Extermination.
3. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan tipe kepribadian big five
adalah kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-
pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. diambil dari teori yang
dikemukakan oleh John, Cervone, dan Pervin (2005) dengan aspek; 1)
Neuroticism, 2) Extraversion, 3) Openness, 4) Agreeableness, 5)
Conscientiousness.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti telah
merumuskan permasalahan yang ada menjadi :
1. Apakah ada pengaruh prasangka dan kepribadian terhadap toleransi
beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
2. Apakah ada pengaruh antilocution dimensi dari prasangka terhadap
toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
3. Apakah ada pengaruh avoidance dimensi dari prasangka terhadap toleransi
beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
7
4. Apakah ada pengaruh discrimination dimensi dari prasangka terhadap
toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
5. Apakah ada pengaruh physical attack dimensi dari prasangka terhadap
toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
6. Apakah ada pengaruh extermination dimensi dari prasangka terhadap
toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
7. Apakah ada pengaruh extraversion dimensi dari tipe kepribadian terhadap
toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
8. Apakah ada pengaruh agreeableness dimensi dari tipe kepribadian
terhadap toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
9. Apakah ada pengaruh conscientiousness dimensi dari tipe kepribadian
terhadap toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
10. Apakah ada pengaruh neuroticism dimensi dari tipe kepribadian terhadap
toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
11. Apakah ada pengaruh openness dimensi dari tipe kepribadian terhadap
toleransi beragama pada ormas Front Pembela Islam (FPI)?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh prasangka dan tipe
kepribadian big five terhadap toleransi beragama pada anggota Front Pembela
Islam (FPI).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai pihak,
diantaranya adalah :
8
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
seberapa besar pengaruh prasangka dan tipe kepribadian big five
terhadap toleransi beragama, serta menambah khazanah keilmuan
psikologi mengenai wacana prasangka dan tipe kepribadian terhadap
toleransi beragama.
b. Dapat dijadikan langkah awal dan motivasi bagi peneliti selanjutnya
yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.
2. Manfaat praktis
Mengetahui toleransi dari organisasi FPI yang dianggap “keras” oleh sebagian
masyarakat sehingga kita dapat menilai lebih objektif dalam menilai mereka. Selai
itu, dapat mengetahui karakter mereka yang mendasari perilaku mereka untuk
menghindari terjadinya tindakan-tindakan konflik yang meluas.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan
skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Penulisan penelitian ini dibagi menjadi
beberapa bahasan seperti yang akan dijabarkan berikut ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan
(batasan rumusan), tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
9
Pada bab ini, penelitian menguraikan tentang berbagai teori yang digunakan,
kerangka berfikir, dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti menguraikan tentang populasi dan sampel, variabel
penelitian, alat ukur dan teknis analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan hasil uji coba instrumen, pelaksanaan penelitian,
deskripsi data penelitian dan uji hipotesis.
BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab landasan teori ini akan dipaparkan mengenai teori toleransi beragama,
teori prasangka dan dimensinya, dan teori tipe kepribadian dan dimensinya,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1 Toleransi beragama
2.1.1 Pengertian toleransi beragama
Allport (1954) menyatakan bahwa, “toleransi adalah suatu sikap yang bersahabat
dan penuh percaya dari seseorang terhadap orang lain yang tidak memperdulikan
dari kelompok mana meraka berasal”. Selain itu, Jamrah (1986) menjelaskan,
“toleransi sebagai sikap membiarkan suatu pendapat, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan dan sebagainya; yang berbeda dengannya. Misalnya, toleransi beragama
atau ras”.
Deklarasi UNESCO (1995) menjelaskan, “toleransi adalah rasa hormat,
penerimaan dan apresiasi terhadap keragaman budaya di dunia kita budaya,
berbagai bentuk ekspresi diri dan cara-cara menjadi manusia”. Hal ini didorong
oleh pengetahuan, keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan berpikir, hati nurani
dan keyakinan. Toleransi adalah kerukunan dalam perbedaan. Hal ini tidak hanya
kewajiban moral, tetapi juga merupakan persyaratan politik dan hukum. Toleransi,
kebajikan yang mungkin membuat perdamaian, memberikan kontribusi untuk
penggantian budaya perang dengan budaya perdamaian.
11
Selanjutnya, mengenai agama Harun Nasution merunut pengertian agama
berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relege, religare) dan agama. Al-din
(semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini
mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.
Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan
membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari
kata a= tidak; gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau
diwarisi turun menurun. Bertitik tolak dari pengertian kata-kata tersebut menurut
Harun Nasution agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah laku dari
kekuatan yang gaib (Jallaludin, 2012).
Berdasarkan dari beberapa penjelasan mengenai pengertian toleransi beragama
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa toleransi beragama adalah sikap atau
tingkah laku seseorang untuk menghargai, menghormati, membiarkan, dan
memberikan kebebasan kepada orang lain dalam melaksanakan kebiasaan,
perilaku, dan praktik keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan
dengan pendiriannya sendiri dalam rangka membangun kehidupan sosial yang
lebih baik.
2.1.2 Aspek-aspek Toleransi
Menurut Allport (1954) aspek-aspek toleransi terdiri dari dua aspek, yakni:
1. Ethnic Attitude Tolerance. Dalam bertoleransi masyarakat cenderung
melihat latar belakang suku sebagai suatu hal yang penting. Latar
belakang inilah yang mendasari mereka untuk bertoleransi atau tidak.
12
2. Non-ethnic Attitude Tolerance. Toleransi terjadi karena suatu
masyarakat memberikan standar, aturan, atau kode etik tertentu yang
mengatur toleransi. Mereka menjadi toleran karena berusaha conform
dengan peraturan yang ada. Selain itu, toleransi bentuk ini terjadi
karena seseorang mengembangkan suatu bentuk positif organisasi
kepribadiannya. Orang-orang ini memiliki penghargaan positif
terhadap orang lain, siapapun ia, mereka mempunyai pandangan
terhadap dunia yang positif.
2.1.3 Asas Toleransi
Yang dimaksud dengan asas toleransi disini ialah suatu sikap atau tindakan yang
merupakan dasar bagi terwujudnya toleransi tersebut, khususnya toleransi
antarummat beragama (Jamrah, 1986).
1. Dialog antar umat beragama
Pembicaraan yang mendalam, suatu keterbukaan antar umat beragama. Dialog
antar umat beragama sangat penting dan harus selalu diadakan, untuk menuju
toleransi, sehingga tercipta suasana rukun dan damai antar umat beragama.
2. Kerjasama kemasyarakatan
Melalui kerjasama social kemasyarakatan, rasa saling ketergantungan, rasa
keakraban dan persaudaraan serta rasa saling hormat antarumat beragama dapat
dipupuk dengan baik, sehingga dalam menghadapi persoalan-persoalan yang
bersifat agamis, akan terwujud pula sikap toleransi.
2.1.4 Pengukuran Toleransi
13
Alat ukur yang digunakan untuk variabel toleransi beragama dalam penelitian ini
yaitu menggunakan alat ukur yang berdasarkan atas konsep Allport (1954). Skala
ini disusun berdasarkan indikator tertentu yang terdapat pada aspek-aspek
toleransi sesuai dengan konsep Allport (1954), yaitu : 1) EthnicAttitude 2) Non-
ethnic Attitude. Menggunakan skala Likert dengan rentang 1-4 untuk setiap item.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toleransi Beragama
Allport (1954) banyak menjelaskan faktor yang mempengaruhi toleransi pada diri
seseorang merupakan hasil dari inteaksi faktor yang mempunyai arah yang sama,
yang secara garis besar dapat digolongkan kedalam sembilan faktor utama yaitu :
1. Awal kehidupan
Orang-orang toleran yang dilahirkan dan dibesarkan dengan atmosfir yang positif.
Mereka merasa diterima, dicintai oleh keluarganya terlepas apapun yang mereka
lakukan.mereka dibesarkan dalam suasana yang penuh dengan pelindungan bukan
dengan suasana yang penuh ancaman. Mereka mempunyai sikap lugas dalam
dalam beragama terhadap orang tuanya. Mereka meampu menanganinya secara
memuaskan tanpa harus tertekan ataupun mereka menjadi pencari kesalahan
orang lain. Keluwesan mental terbaik pada orang toleran adalah tampil pada
penolakkannya terhadap logika dua sisi (abu-abu). Di sekolah, orang-orang
toleran tidaklah terpaku harus membuat sesuatu secara persisi, sesuai urutan,
interaksi atau penjelasan sebelum mereka melakukan tugas atau pekerjaan
tertentu. Mereka mampu toleran terhadap hal-hal yang kabur, mereka tidak
menuntut kejelasan dan kestrukturan sesuatu. Mereka mempunyai toleransi yang
cukup tinggi terhadap frustasi. Mereka tidak mudah panik dalam keadaan
14
teracncam, dan tidak menampakkan konflik. Bila ada kekeliruan, mereka tidak
secara langsung menyalahkan orang lain, sebaliknya dirinya sendiri meskipun ia
tidak akan terjatuh.
2. Pendidikan
Toleransi adalah tanda intelegen, sementara overkategorisasi proyeksi, salah
penempatan adalah tanda kebodohan. Meskipun demikian masih dipertanyakan
apakah pendidikan tinggi secara otomatis membuat orang menjadi toleran.
Pendidikan yang tinggi mengurangi perasaan tidak aman (insecurity) dan
kecemasan pada seseorang. Pendidikan membuat seseorang melihat keadaan
masyarakatnya sebagai suatu keseluruhan dan memandang bahwa kemakmuran
suatu kelompok berkaitan dengan seluruh kelompok yang ada. Allport
menjelaskan, berdasarkan penelitiaan bahwa pengetahuan tidaklah membuahkan
toleransi. Demikian pula pendidikan tidak mempunyai hubungan erat dengan
sikap seseorang. Pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan akan
mengingatkan rasa aman lebih mempertinggi kebiasaan orang untuk bersikap
kritis. Akan tetapi, ini pun lebih berupa hasil dan latihan khusus dalam masalah
antar budaya yang diperoleh pada tahun-tahun sebelum sekolah, kecil sekali yang
disebabkan oleh latihan-latihan di kampus.
3. Kemampuan empati
Kemampuan empati atau the ability to size up people atau disebut sebagai
intelegensi sosial atau kepekaan sosial. Orang yang toleran lebih akurat dalam
menentukan kepribadian orang lain, mereka mempunyai kemampuan
15
menempatkan diri pada keadaan orang lain. Mereka peka terhadap prasangka
pemikiran orang lain.
4. Self Insight (pengetahuan tentang diri)
Pengetahuan tentang diri sendiri berkaitan erat dengan toleransi terhadap orang
lain. Orang yang sadar diri dan selalu kritis terhadap dirinya, tidak mudah
menyalahkan orang lain terhadap suatu hal yang merupakan tanggung jawabnya.
Kesadaran akan diri dapat mengurangi pelimpahan kesalahan kepada orang lain
melalui proyeksi. Mereka ampu mengetahui kemampuan serta kekurangan
dirinya, mampu melihat ketidakharmonisan antara ego-ideal dengan realitas-
aktual. Mereka memahami diri mereka apa adanya dan tidak terpuaskan dengan
apa yang mereka temukan.
5. Intropunitiveness
Mereka merasa simpati kepada orang-orang yang tertindas, mempunyai perasaan
mendalam tentang rendah diri dan ketidakbahagiaan, mampu menyalahkan
dirinya sendiri, mudah merasa empati dan peka terhadap penderitaan orang lain,
dan mendapatkan kebahagiaan dengan cara memberikan pertolongan bagi orang-
orang yang membutuhkan.
6. Tolerance for Ambiguity (toleransi terhadap ambiguitas)
Individu yang toleran memiliki karakteristik khusus dalam kepribadiaanya.
Mereka mampu toleran terhadap hal-hal yang tidak jelas atau tidak
menguntungkan.
7. Personal Value (nilai personal)
16
Pemikiran toleran, tidak hanya sebuah refleksi dari gaya proses kognitif
seseorang, tetapi juga merefleksikan seluruh gaya hidupnya. Pada individu
toleran, bukan hanya terdapat sikap toleran, tetapi juga terdapat pola toleransi
(tolerant pattern). Temperamen, emotional, security, intropunitiveness,
differentiated categoris, self insight, humor, toleransi terhadap frustasi, dan
toleransi terhadap ambiguitas, semuanya termasuk kedalam pola toleransi
tersebut.
8. Life Philosofy ( filsafat hidup)
Individu yang toleran selalu berusaha untuk memandang dengan cara yang
berlawanan. Mereka tidak memandang dunia sebagai suatu rimba belantara yang
penuh dengan orang-orang yang pada dasarnya kejam dan bahaya. Mereka
memiliki pandangan bahwa cinta terhadap diri sendiri harus harmonis dengan
perasaan cinta terhadap orang lain. Mereka memiliki pandangan yang dapat
mengembangkan kepribadian yang matang dan demokratis, yang pada umumnya
dapat mengembangkan inner security.
2.2 Prasangka
2.2.1 Pengertian Prasangka
Gerungan (2004) menyatakan bahwa, “prasangka sosial adalah sikap perasaan
orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras, atau kebudayaan
yang berlainan dengan kelompoknya”. Prasangka sosial terdiri atas attitude-
attitude sosial yang bersifat negatif terhadap golongan lain. Prasangka sosial
17
mempengaruhi tingkah laku orang terhadap golonga manusia lain itu. Prasangka
sosial lambat laun memunculkan sikap diskriminatif tanpa alasan objektif.
Menurut Baron dan Byrne (2003), ”Prejudice is an attitude (ussualy negative)
toward the members of same group based solely on their membership in that
group”. Artinya, prasangka adalah sikap yang biasanya negatif terhadap
kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena keanggotaannya dalam
kelompok tertentu.
Selain itu, Myers (2009) menyatakan bahwa prasangka adalah ”negative
prejudgment of a group and its individual members”. Jadi prasangka
menimbulkan bias terhadap individu semat-mata karena kita
mengindentifikasikannya dengan kelompok tertentu. Sama halnya dengan Duckitt
(1992) yang menyatakan bahwa, prasangka pada individu tampaknya tidak hanya
dari pengaruh fungsi sosial. Individu yang terkena pengaruh sosial yang sama
dalam sikap berprasangka, mungkin akan tetap berbeda dalam menanggapi sikap
tersebut.
Allport (1954) mendefinisikan “prasangka adalah evaluasi moral yang
ditempatkan oleh budaya pada beberapa praktek yang terpisah”. Ini adalah
penunjukan sikap yang disetujui. Prasangka mengandung dua unsur penting.
Harus ada sikap mendukung atau tidak disukai; dan harus terkait dengan
overgeneralised (dan karena itu salah) keyakinan. Biasanya, prasangka
memanifestasikan dirinya dalam menangani individu anggota kelompok yang
ditolak.
18
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prasangka adalah suatu sikap
atau pandangan negatif yang ditunjukan kepada seseorang berkaitan dengan
keanggotaannya pada suatu kelompok tertentu. Dengan kata lain, langsung
menilai sesuatu tanpa memprosesnya secara terinci dalam alam pikirannya.
2.2.2 Aspek-aspek Prasangka
Aspek prasangka menurut Allport (1954), yakni:
1. Antilocution
Kebanyakan orang yang memiliki prasangka dengan membicarakan tentang orang
lain. Mereka dapat mengekspresikan pertentangan tersebut dengan leluasa. Tetapi
banyak orang tidak pernah melampaui tingkat yang ringan ini dengan tindakan
yang berlawanan.
2. Avoidance
Jika prasangka lebih intens terjadi mengarah pada individu untuk menghindari
anggota kelompok yang tidak disukai, bahkan mungkin dengan mengorbankan
ketidaknyamanan yang cukup besar. Dalam hal ini, orang yang berprasangka tidak
langsung menimbulkan kerugian pada kelompok yang tidak disukai. Ia
mengambil beban dan penarikan sepenuhnya pada dirinya sendiri.
3. Discrimination
Orang yang berprasangka membuat perbedaan yang merugikan seorang. Ia
mengucilkan semua anggota kelompok tersebut dari beberapa jenis pekerjaan,
19
mulai dari perumahan, hak politik, kesempatan pendidikan atau rekreasi, gereja,
rumah sakit, atau dari beberapa hak sosial lainnya.
4. Physical attack
Kondisi emosi seseorang yang berprasangka dapat menyebabkan tindakan
kekerasan atau semi-kekerasan. Contohnya keluarga Negro yang tidak diinginkan
dapat secara paksa dikeluarkan dari lingkungan, atau lebih parah mengancam
sampai meninggalkan ketakutan.
5. Extermination
Pembunuhan tanpa pengadilan, pembantaian, dan program pembantaian Hitler
menandai tingkat akhir dari ekspresi kekerasan dari prasangka.
2.2.3 Pengaruh prasangka terhadap toleransi beragama
Allport dan Ross (1967) menyatakan bahwa ”prasangka adalah masalah stereotip
atas generalisasi, kegagalan untuk membedakan anggota kelompok minoritas
sebagai individu dan prasangka juga tertanam sangat dalam struktur kepribadian
dan tercermin dalam gaya kognitif yang konsisten”. Dengan kata lain, individu
dengan prasangka yang dimilikinya akan mempengaruhi sikap bertoleransinya.
Selain itu, menurut Allport (1954) salah satu faktor orang bertoleransi adalah
kemampuan empati atau the ability to size up people atau disebut sebagai
intelegensi sosial atau kepekaan sosial. Orang yang toleran lebih akurat dalam
menentukan kepribadian orang lain, mereka mempunyai kemampuan
menempatkan diri pada keadaan orang lain. Mereka peka terhadap prasangka
pemikiran orang lain.
20
2.2.4 Pengukuran Prasangka
Alat ukur yang digunakan untuk variabel prasangka dalam penelitian ini yaitu
menggunakan alat ukur yang berdasarkan atas konsep Allport (1954). Skala ini
disusun berdasarkan indikator tertentu yang terdapat pada aspek-aspek prasangka
sesuai dengan konsep Allport (1954), yaitu :1) Antilocution, 2) Avoidance, 3)
Discrimination, 4) Physical attack, 5) Extermination. Menggunakan skala Likert
dengan rentang 1-4 untuk setiap item.
21
2.3 Kepribadian
2.3.1 Definisi kepribadian
Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata
personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona, yang berarti topeng yang
digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan.
John, Pervin, dan Cervone (2005) menjelaskan bahwa ”kepribadian mewakili
karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku
yang konsisten”. Definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas, yang
membolehkan kita untuk fokus pada banyak aspek yang berbeda pada setiap
orang. Pada waktu yang bersamaan, hal tersebut menganjurkan kita untuk
konsisten pada pola tingkah laku dan kualitas dalam diri orang tersebut yang
diukur secara teratur.
Menurut Allport (1954) berpendpat bahwa ”kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”. Allport juga mengatakan bahwa
kepribadian terletak di belakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam
individu. Dari apa yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan bahwa
kepribadian adalah sesuatu yang khas dan unik, jadi setiap orang pasti memiliki
kepribadian yang berbeda dan kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi
atau arti adaptasi dan menentukan (Hall & Lindzey, 1978).
Definisi kepribadian yang digunakan dalam skripsi ini adalah definisi kepribadian
yang dikemukakan oleh John et.al. (2005) yaitu bahwa ”kepribadian mewakili
22
karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku
yang konsisten”.
2.3.2 Big five personality
Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis yang
masing-masing berbeda tingkat keluasannya. Masing-masing tingkatan ini
memiliki keunikan dalam memahami perbedaan individu dalam perilaku dan
pengalamannya.
Eysenck menemukan tiga dimensi tipe, yakni extraversion (E), neuroticism (N),
dan psychoticism (P). Masing-masing dimensi berbeda, sehingga dapat
berlangsung kombinasi antar dimensi berbeda, dan dapat berlangsung kombinasi
antar dimensi secara bebas. Trait dari extraversion adalah: bersosialisasi, lincah,
aktif, asertif, mencari sensasi, riang, dominan, bersemangat, dan berani. Trait dari
neuroticisme adalah: cemas, tertekan, tegang, berdosa, harga diri rendah,
irasional, maju, murung, dan emosional. Trait dari psychoticism adalah: agresif,
dingin, egosentrik, impersonal, antisosial, tidak empatik, kreatif, dan keras hati
(Pervin et.al. 2005).
Pada 1981, Goldberg mengulas beberapa riset dan karena terkesan dengan
konsistensi hasilnya, ia menyarankan bahwa ”ada kemungkinan bahwa setiap
model penstrukturan perbedaan individual mencakup pada level yang sama atas
segala sesuatu seperti dimensi ”Lima Dimensi” ini”. Dengan demikian, Big Five
Factor menjadi faktor eksistensi. Kata ”Besar” (Big) maksudnya merujuk kepada
temuan bahwa tiap faktor menggolongkan banyak sifat tertentu; dalam hierarki
23
kepribadian, faktor-faktor tersebut hampir seluas dan seabstrak superfaktor
Eysenck. Dan apa, sebenarnya, berbagai faktor ini? Walaupun ada beberapa label
yang berbeda telah digunakan untuk melabeli lima besar, kita akan menggunakan
istilah Neuroticism (N) (Neurotisme), Extraversion (E) (Ektraversi), Openness (O)
(Openness), Agreeableness (A) (Persetujuan), and Conscientiousness (C) (Hati
Nurani). Faset adalah komponen atau sifat yang lebih spesifik yang menjelaskan
setiap dimensi the five faktor model of personality (Pervin et.al. 2005).
Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian
tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari
oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut
Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language) Hypothesis, yaitu perbedaan
individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang
terdapat pada setiap bahasa. Big five personality atau yang juga disebut dengan
five faktor model dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini,
peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-
kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para
psikolog, namun juga orang biasa (Pervin et.al. 2005). Peneliti menggunakan teori
kepribadian big five karena merupakan teori yang sudah diperbaharui, dan
mencakup kepribadian seseorang secara keseluruhan.
2.3.3 Dimensi kepribadian big five
Dimensi kepribadian big five menurut Costa dan McCrae (dalam John, Pervin,
dan Cervone, 2005) terdapat pada tabel 2.1 :
24
Tabel 2.1
Karakteristik sifat-sifat Five Faktor Model dengan skor tinggi dan rendah
(John, Pervin, dan Cervone, 2005)
Karakteristik dengan skor
tinggi
Sifat Karakteristik dengan skor
rendah
Kuatir, cemas, emosional,
merasa tidak nyaman, kurang
penyesuaian, kesedihan yang
tak beralasan.
Neuroticism (N)
Tenang, santai, tidak
emosional, tabah, nyaman,
puas terhadap diri sendiri.
Mudah bergaul, aktif,
talkative, person-oriented,
optimis, menyenangkan, kasih
sayang, bersahabat.
Extraversion (E)
Tidak ramah, tenang, tidak
periang, menyendiri, task –
oriented, pemalu, pendiam.
Rasa ingin tahu tinggi,
ketertarikan luas, kreatif,
original, imajinatif, tidak
ketinggalan jaman.
Openness (O)
Mengikuti apa yang sudah
ada, down to earth, tertarik
hanya pada satu hal, tidak
memiliki jiwa seni, kurang
analitis.
Berhati lembut, baik, suka
menolong, dapat dipercaya,
mudah memaafkan, mudah
untuk dimanfaatkan, terus
terang.
Agreeableness (A)
Sinis, kasar, rasa curiga, tidak
mau bekerjasama,
pendendam, kejam, mudah
marah, manipulatif.
Teratur, dapat dipercaya,
pekerja keras, disiplin, tepat
waktu, teliti, rapi, ambisius,
tekun.
Conscientiousness (C)
Tidak bertujuan, tidak dapat
dipercaya, malas, kurang
perhatian, lalai, sembrono,
tidak disiplin, keinginan
lemah, suka bersenang-
senang.
25
2.3.4 Pengukuran tipe kepribadian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur big five inventory (BFI).
Peneliti menggunakan skala big five inventory (BFI) karena setelah dibandingkan
dengan alat ukur lainnya seperti, NEO-PI-R dan Internasional Personality Item
Pool NEO (IPIP-NEO). Big five inventory (BFI) mempunyai validitas dan
reliabilitas yang cukup baik (John et.al. 2005). Skala ini disusun berdasarkan
indikator tertentu yang terdapat pada aspek-aspek tipe kepribadian sesuai dengan
konsep John et.al. (2005), yaitu :1) Extraversion, 2) Agreeableness, 3)
Conscientiousness, 4) Neuroticism, 5) Openness. Menggunakan skala Likert
dengan rentang 1-4 untuk setiap item.
2.3.5 Pengaruh tipe kepribadian tehadap toleransi
John et.al. (2005) menjelaskan bahwa kepribadian mewakili karakteristik individu
yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Sesuai
dengan pengertian kepribadian tersebut, individu akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan atas pengalamannya berhubungan dengan orang lain.
Dalam faktor-faktor yang disebutkan Allport dalam bertoleransi adalah Tolerance
for Ambiguity (toleransi terhadap ambiguitas). Individu yang toleran memiliki
karakteristik khusus dalam kepribadiaanya. Mereka mampu toleran terhadap hal-
hal yang tidak jelas atau tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri. Artinya,
kepribadian seseorang mempengaruhi seseorang untuk bersikap toleransi dalam
bentuk apapun baik yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Seperti
halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat
26
Kementerian Agama RI. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa ada
pengaruh signifikan kepribadian terhadap toleransi beragama pada mahasiswa.
2.4 Kerangka Berpikir
Untuk mengetahui pengaruh antara prasangka dan tipe kepribadian terhadap
toleransi beragama peneliti menggunakan teori Allport yang menjelaskan bahwa
orang yang toleran adalah orang yang memiliki kepribadian khusus. Hal ini juga
dijelaskan dalam faktor-faktor toleransi menurutnya mengenai Tolerance for
Ambiguity.
Sama halnya dengan Allport, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI juga menjelaskan mengenai hal
tersebut. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan
kepribadian terhadap toleransi beragama pada mahasiswa. Menurut John et.al
(2005) menjelaskan bahwa kepribadian mewakili karakteristik individu yang
terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten.
Begitu juga mengenai pengaruh prasangka terhadap toleransi. Beberapa penelitian
terdahulu mengungkapkan bahwa prasangka juga mempengaruhi toleransi.
Penelitian yang mendukung asumsi ini diantaranya dilakukan oleh Golebiowska
(2009) yang menyatakan bahwa “ethnic prejudice adalah prediktor terbaik kedua
dari kedua tipe toleransi (toleransi beragama & toleransi etnik)”. Selain itu, Baron
dan Byrne (2003) menjelaskan bahwa ”prasangka adalah sikap yang biasanya
negatif terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena
keanggotaannya dalam kelompok tertentu”.
27
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Berpikir
Prasangka:
1. Antilocution
2. Avoidance
3. Discrimination
4. Physical Attack
5. Extermination
6.
Toleransi
Beragama
Tipe Kepribadian
6. Neuroticism
7. Extraversion
8. Opennes
9. Agreeableness
10. Conscientiousness
28
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah dijelaskan pada gambar diatas, maka
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
2.5.1 Hipotesis Mayor
Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari prasangka dan tipe kepribadian
terhadap toleransi beragama pada anggota FPI.
2.5.2 Hipotesis Minor
Ha1 : Antilocution berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha2 : Avoidance berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha3 : Discrimination berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha4 : Physical attack berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha5 : Extermination berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha6 : Extraversion berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha7 : Agreeableness berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha8 : Conscientiousness berpengaruh terhadap toleransi beragama pada
anggota FPI.
29
Ha9 : Neuroticism berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi
beragama pada anggota FPI.
Ha10: Openness berpengaruh secara signifikan terhadap toleransi beragama
pada anggota FPI.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai metode dan pendekatan penelitian, variabel
penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi dan sampel,
sampel dan teknik pengambilan sampel, instrument pengumpulan data, teknik
analisis data dan prosedur penelitian.
3.1 Pendekatan dan jenis penelitian
Pada penelitian ini, menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana data yang
diperoleh pada peneltian ini akan diubah dalam bentuk angka dan dianalisis
menggunakan analisis statistik.
Adapun jenis penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah korelasional
yang bersifat prediktif dengan menggunakan regresi berganda sebagai analisis
data karena tujuan dalam penelitian ini adalah melihat pengaruh pada variabel
(IV) terhadap variabel (DV).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah para anggota Front Pembela Islam (FPI) yang
terdaftar dalam keanggotaan FPI dan berusia 18 tahun keatas dengan populasi
dalam penelitian ini sebanyak 3000 orang. Jumlah tersebut peneliti dapat dari
hasil wawancara dengan bapak Maman sebagai panglima FPI di rumah beliau.
Alasan peneliti memilih populasi ini adalah karena lokasinya yang mudah
31
terjangkau dan tempat ini juga merupakan tempat berkumpulnya anggota FPI
dalam rangka melakukan pengajian rutin sehingga peneliti menganggap lebih
efektif dan efisien.
3.2.2 Sampel
Pada awalnya peneliti ingin meneliti keseluruhan dari populasi di Petamburan
yang berusia 18 tahun keatas mengikuti pengajian, namun setelah peneliti
berdiskusi dengan pimpinan organisasi, pengurus organisasi dan anggota yang
hadir di sana. Namun, ternyata hal itu tidak memungkinkan karena anggota yang
hadir tidak bisa dikoordinir dengan jumlah yang begitu banyak serta ruang
lingkup yang cukup luas untuk memonitor seluruh anggota serta ada juga yang
tidak bisa hadir. Oleh karena itu, jumlah sampel pada penelitian didapat dari
anggota yang ditemui peneliti di tempat. Setelah dijumlahkan peneliti
mendapatkan total sampel sebanyak 295 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Front Pembela Islam (FPI) yang
mengikuti pengajian rutin di Petamburan. Karakteristik sampel yang dimaksud
adalah anggota Front Pembela Islam (FPI) yang berusia 18 tahun keatas.
Karakteristik lain adalah anggota yang memiliki kemampuan baca-tulis. Hal ini
berkaitan dengan proses mengisi kuesoiner penelitian.
3.2.3 Teknik pengambilan sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability
sampling dimana peluang dari setiap sampel tidak sama. Sedangkan metode yang
digunakan adalah accidental sampling yaitu siapa saja yang kebetulan peneliti
temukan digunakan sebagai sampel penelitian.
32
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah
toleransi beragama. Sedangkan variabel bebasnya (independent variable) yaitu
prasangka dan tipe kepribadian big five.
3.3.2 Definisi operasional variabel
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Toleransi beragama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suatu sikap yang bersahabat dan penuh percaya dari seseorang
terhadap orang lain yang tidak memperdulikan dari kelompok
mana meraka berasal. Toleransi ini diukur dengan menggunakan
skala toleransi yang dikembangkan oleh Allport (1954) yang
terdiri dari aspek ethnic attitude tolerance dan non-ethnic attitude
tolerance.
2. Prasangka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap yang
biasanya negatif terhadap kelompok tertentu atau seseorang,
semata-mata karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu.
Prasangka ini diukur menggunakan alat ukur prejudice scale yang
dikembangkan oleh Allport (1954) yang terdiri dari antilocution,
avoidance, discrimination, physical attack dan extermination.
3. Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan
33
dan perilaku yang konsisten. Kepribadian merupakan bagian yang
khas dari setiap individu. Hal ini yang membedakan antara satu
individu dengan individu lainnya. Pada kepribadian ini diukur
menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh John, Pervin,
dan Cervone (2005) dengan 5 aspek yakni extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuriticism, dan openness.
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul
data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari
responden. Skala yang digunakan dalam penelitian ini memakai skala model
Likert. Skala model Likert adalah suatu himpunan butir pernyataan sikap yang
kesemuanya dipandang kira-kira sama dengan ’nilai sikap’, subjek menanggapi
setiap butir dengan menggunakan taraf setuju (favorable) atau tidak setuju
(unfavorable). Pernyataan (item) dalam skala model Likert ini terdiri dari
pernyataan positif dan negatif.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan alat ukur model
Likert antara lain adalah empat alternatif jawaban yang disediakan yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk
mengukur variabel-variabel penelitian ini peneliti menggunakan skala model
Likert yang telah dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan jawaban netral, agar
mendorong reponden untuk memilih dan memutuskan respon positif ataupun
negatif, sehingga terlihat “kecenderungan sentral” dari jawaban responden.
34
Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan favorable diberikan pada
pilihan jawaban sangat setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat
tidak setuju begitu juga sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Setiap kategori
memiliki nilai sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor untuk pernyataan positif dan negatif pada skala toleransi beragama,
prasangka dan tipe kepribadian
Dalam penelitian ini, subjek akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
1. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima
kasih peneliti.
2. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti usia dan jenis
kelamin.
3. Bagian skala pengukuran yang terdiri dari tiga buah skala, yaitu:
a. Untuk mengukur toleransi individu, alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala toleransi yang dikembangkan
oleh Allport (1954) dan telah diadaptasi oleh peneliti. Skala ini
Item Favorable Skor Item Unfavorable Skor
SS (Sangat Setuju) 4 STS (Sangat Tidak Setuju) 4
S (Setuju) 3 TS (Tidak Setuju) 3
TS (Tidak Setuju) 2 S (Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 SS (Sangat Setuju) 1
35
terdiri dari 16 item berdasarkan 2 (dua) aspek toleransi beragama
yaitu ethnic attitude tolerance dan non-ethnic attitude tolerance.
Dibawah ini adalah blue print dari skala toleransi beragama.
Tabel 3.2
Blue print skala Toleransi Beragama
Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Etnic Attitude Melihat latar
belakang dari
orang lain.
Melihat kesamaan
latar belakang.
Lebih
mengutamakan
dari latar belakang
yang sama.
1, 3, 5, 7 2, 4, 6, 8
Non-Etnic
Attitude
Melakukan karena
sudah menjadi
aturan.
Memandang
semua orang sama.
Menaati peraturan
yang diutamakan
dibandingkan
dengan melihat
latar belakang
yang sama.
9, 11, 13, 15,
10, 12, 14,
16,
b. Untuk mengukur prasangka individu, alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala prasangka yang dikembangkan
36
oleh Allport (1954) dan telah diadaptasi oleh peneliti. Skala ini
terdiri dari 32 item berdasarkan 5 (lima) aspek prasangka syaitu
antilocution, avoidance, discrimination, physical attack dan
extermination. Dibawah ini adalah blue print dari skala prasangka.
Blue print dari prasangka ini terdapat dalam lampiran.
c. Untuk mengukur kepribadian individu, alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Big Five Inventory (BFI) yang dibuat
oleh John, dkk (2005). Skala big five inventory berjumlah 44 item.
Skala ini memiliki 5 (lima) aspek telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. 5 (lima) aspek tersebut diantaranya adalah
Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan
Openness. Dibawah ini adalah blue print dari skala tipe
kepribadian. Blue print dari tipe kepribadian ini terdapat dalam
lampiran penelitian.
3.5 Uji Validitas Konstruk
Peneliti selanjutnya melakukan uji validitas konstruk instrumen tersebut. Peneliti
menggunakan CFA (Confirmatory factor Analysis) untuk pengujian validitas
instrumen. Adapun logika dari CFA:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara
operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Trait ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
37
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitu pun
juga subskala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item
maupun subskala bersifat unideminsional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi
matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unideminsional. Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian
dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks
S. Jika teori itu benar (unideminsional) maka tentunya tidak ada
perbedaan antara matris Σ dengan matriks S atau bisa juga dinyatakan
dengan Σ-S=0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji
dengan chi-square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka
hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori
unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item hanya
mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai Chi Square signifikan (p <
0,05), maka diperlukan dilakukan modifikasi model pengukuran
dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalahan pengukuran pada
beberapa item yang mungkin bersifat multidimensional. Ini berarti
bahwa selain suatu item mengukur konstruk yang diniati ingin diukur
(sesuai teori), juga dapat dilihat apakah item tersebut mengukur hal
yang lain (mengukur lebih dari satu hal). Jika setelah beberapa
kesalahan pengukuran disebabkan untuk saling berkorelasi dan
38
akhirnya diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang
akan digunakan pada langkah selanjutnya.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item
signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, dengan
menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan maka item
tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila
perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya. Melihat signifikan
atau tidaknya item tersebut mengukur satu faktor dengan melihat nilai t
bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t >
1.96 maka item tersebut signifikan dan sebaliknya.
6. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak
berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Sebab, item yang
demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur
hal lain.
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
LISREL 8.80.
3.5.1 Validitas Konstruk Toleransi Beragama
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 16 item yang ada bersifat
undimensional dalam mengukur Toleransi Beragama. Dari hasil CFA yang
dilakukan, model satu faktor tidak fit, dengan Chi Square= 893.27, df= 104, P-
39
value= 0.00000, RMSEA= 0.161. Namun. Setelah dilakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau
dibebaskan untuk berkolerasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chi Square= 77.79, df= 61, P-value= 0.07234, RMSEA= 0.031.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P >0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu Toleransi
Beragama. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran
pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional. Adapun butir-butir soal yang
kesalahan pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada tabel 3.3 dibawah ini :
Tabel 3.3
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Toleransi Beragama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 1 X X X X X X X
2 1 X X X
3 1 X X X X
4 1 X X
5 1 X X X
6 1 X X X X
7 1 X X X X X
8 1 X X X
9 1 X X X X
10 1 X X X
11 1 X
12 1 X X
13 1 X
14 1 X
15 1
16 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
40
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui bahwa semua item saling berkorelasi. Namun
demikian hanya terdapat 5 item dengan arah hubungan lebih dari 3, yaitu 1, 3, 6, 7
dan 9 dapat dikatakan tidak ideal karena adanya kesalahan pengukuran dan juga
saling berkolerasi lebih dari 3 dengan item lainnya.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Muatan faktor item untuk Toleransi Beragama
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,67 0,08 8,93 V
2 0,47 0,06 7,41 V
3 0,50 0,06 8,27 V
4 0,37 0,05 6,84 V
5 0,52 0,05 9,59 V
6 0,13 0,06 2,23 V
7 0,02 0,05 0,44 X
8 0,34 0,06 6,02 V
9 0,41 0,06 6,43 V
10 0,56 0,08 7,24 V
11 0,32 0,07 4,29 V
12 0,12 0,05 2,28 V
13 0,26 0,05 4,89 V
14 0,29 0,05 5,63 V
15 -0,03 0,06 -0,40 X
16 0,38 0,06 5,92 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
41
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tidak semua item signifikan (t>1,96) dan
bermuatan positif. Tetapi terdapat 2 item yang memiliki nilai t<1,96 dan item
yang bermuatan negatif tem 7 dan 15. Artinya item tersebut akan didrop dan
tidak diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis. Item-item tersebut yaitu, 1, 3, 6,
7, 9 dan 15 Walaupun, item-item yang lain juga saling berkorelasi, dalam hal ini
peneliti menganggap item tersebut masih dapat diikutsertakan dalam analisis
regresi ketika dilakukan uji hipotesis penelitian. Skor faktor tersebut merupakan
“True Score” dari variabel Toleransi Beragama yang dengan demikian memiliki
reliabilitas sempurna, sehingga hasil analisis regresi dapat lebih akurat dan
terpercaya.
3.5.2 Validitas Konstruk Prasangka
3.5.2.1 Validitas Konstruk Antilocution
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur Antilocution. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor
tidak fit, dengan Chi Square= 144,89, df= 14, P-value= 0,00000 RMSEA= 0,178.
Namun. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk
berkolerasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square=
9,06, df= 7 P-value= 0,24833 RMSEA= 0,032.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
Antilocution. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
42
pengukuran pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional. Adapun
butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada
tabel 3.5 dibawah ini :
Tabel 3.5
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Antilocution
1 2 3 4 5 6 7
1 1 X X
2 1 X X
3 1 X X
4 1 X
5 1
6 1
7 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui bahwa semua item saling berkorelasi. Berdasarkan
tabel tersebut tidak ditemukan item yang berkorelasi dengan item lainnya lebih
dari 3 berarti item tersebut baik.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.6 berikut ini:
43
Tabel 3.6
Muatan faktor item untuk Antilocution
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,29 0,06 4,97 V
2 0,77 0,10 7,41 V
3 0,18 0,07 2,67 V
4 1,07 0,11 9,54 V
5 0,46 0,07 6,61 V
6 0,46 0,07 6,53 V
7 0,30 0,10 3,07 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa semua item signifikan (t>1,96) dan
memiliki muatan positif. Hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan
faktor 7 item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor
dengan nilai t>1,96 dan tidak ada yang bermuatan negatif. Artinya item tersebut
tidak didrop dan keseluruhannya diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis. Skor
faktor tersebut merupakan “True Score” dari variabel Antilocution yang dengan
demikian memiliki reliabilitas sempurna, sehingga hasil analisis regresi dapat
lebih akurat dan terpercaya.
3.5.2.2 Validitas Konstruk Avoidance
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur Avoidance. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor
tidak fit, dengan Chi Square = 39,57, df = 9, P-value = 0,00001, RMSEA = 0,107.
Namun. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk
berkolerasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square =
3,999, df = 6, P-value = 0,67868, RMSEA= 0,000.
44
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu Avoidance.
Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada
beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional. Adapun butir-butir soal yang
kesalahan pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada tabel 3.7 dibawah ini :
Tabel 3.7
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Avoidance
1 2 3 4 5 6
1 1 X X
2 1 X
3 1
4 1
5 1
6 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis dalam
perhitungan skor faktor.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
45
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8
Muatan faktor item untuk Avoidance
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,24 0,08 2,90 V
2 0,31 0,07 4,41 V
3 0,48 0,07 6,95 V
4 0,31 0,07 4,36 V
5 0,74 0,08 9,67 V
6 0,57 0,07 8,08 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa semua item signifikan (t>1,96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan
faktor 6 item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor
dengan nilai t>1,96 dan tidak ada yang bermuatan negatif. Artinya item tersebut
tidak didrop dan keseluruhannya diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis. Skor
faktor tersebut merupakan “True Score” dari variabel Avoidance yang dengan
demikian memiliki reliabilitas sempurna, sehingga hasil analisis regresi dapat
lebih akurat dan terpercaya.
3.5.2.3 Validitas Konstruk Discrimination
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur Discrimination. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan Chi Square = 98,89, df = 9, P-value = 0,00000, RMSEA =
0,184. Namun. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
46
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 4,31, df = 5, P-
value = 0,50580, RMSEA= 0,000.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
Discrimination. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
pengukuran pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional. Adapun
butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada
tabel 3.9 dibawah ini :
Tabel 3.9
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Discrimination
1 2 3 4 5 6
1 1 X
2 1
3 1 X
4 1 X
5 1 X
6 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Dari tabel tersebut disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
47
saling berkorelasi lebih dari 3, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis dalam
perhitungan skor faktor.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10
Muatan faktor item untuk Discrimination
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,33 0,07 4,44 V
2 0,91 0,13 6,96 V
3 0,31 0,07 4,29 V
4 0,38 0,08 4,97 V
5 0,07 0,06 1,03 V
6 -0,04 0,06 -0,62 X
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor 6 item
tidak seluruhnya bermuatan positif. Diketahui terdapat satu item yang bermuatan
negatif yaitu item 6 dari variabel discrimination. Artinya, item 6 dari factor item
di atas di drop.
3.5.2.4 Validitas Konstruk Physical Attack
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur physical attack. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan Chi Square = 246,55, df = 14, P-value = 0,00000, RMSEA
= 0,238. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
48
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 16,06, df = 9,
P-value = 0,06574, RMSEA= 0,052.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu physical
attack. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran
pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional.
Tabel 3.11
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item Physical
Attack
1 2 3 4 5 6 7
1 1
2 1
3 1
4 1 X X
5 1 X X
6 1 X
7 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Dari tabel tersebut dsimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3 item, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis
49
dalam perhitungan skor faktor. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada tabel 3.11 di atas.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.12 berikut ini:
Tabel 3.12
Muatan faktor item untuk Physical Attack
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,61 0,06 10,47 V
2 0,68 0,06 11,79 V
3 0,89 0,06 15,76 V
4 0,44 0,06 7,20 V
5 0,14 0,06 2,19 V
6 0,18 0,06 2,79 V
7 0,17 0,06 2,77 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa semua item signifikan (t>1,96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan
faktor 7 item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor
dengan nilai t>1,96 dan tidak ada yang bermuatan negatif. Artinya item tersebut
tidak didrop dan keseluruhannya diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis. Skor
faktor tersebut merupakan “True Score” dari variabel Physical Attack yang
dengan demikian memiliki reliabilitas sempurna, sehingga hasil analisis regresi
dapat lebih akurat dan terpercaya.
50
3.5.2.5 Validitas Konstruk Extermination
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur Extermiantion. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan Chi Square = 48,24, df = 9, P-value = 0,00000, RMSEA =
0,122. Namun. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 10,60, df = 7,
P-value = 0,15725, RMSEA= 0,042.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
Extermination. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
pengukuran pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional.
Dari tabel di bawah ini dapat dilihat perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3 item, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada tabel 3.13 dibawah ini :
Tabel 3.13
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Extermination
51
1 2 3 4 5 6
1 1 X
2 1
3 1
4 1 X
5 1
6 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.14 berikut ini:
Tabel 3.14
Muatan faktor item untuk Extermination
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,32 0,07 4,36 V
2 0,28 0,07 3,76 V
3 0,22 0,07 3,10 V
4 0,41 0,10 4,00 V
5 0,49 0,08 5,91 V
6 0,62 0,11 5,84 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa semua item signifikan (t>1,96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan
faktor 6 item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor
52
dengan nilai t>1,96 dan tidak ada yang bermuatan negatif. Artinya item tersebut
tidak didrop dan keseluruhannya diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis. Skor
faktor tersebut merupakan “True Score” dari variabel Extermination yang dengan
demikian memiliki reliabilitas sempurna, sehingga hasil analisis regresi dapat
lebih akurat dan terpercaya.
3.5.3 Validitas Konstruk Kepribadian
3.5.3.1 Validitas Konstruk Extraversion
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur extraversion. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor
tidak fit, dengan Chi Square = 309,96, df = 20, P-value = 0,00000, RMSEA =
0,222. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 19,20, df = 13,
P-value = 0,11705, RMSEA= 0,040.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
extraversion. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
pengukuran pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional. Adapun
butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada
tabel 3.15 dibawah ini :
Tabel 3.15
53
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Extraversion
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 X
2 1
3 1 X
4 1 X
5 1 X
6 1 X X
7 1 X
8 1
Keterangan: tanda V menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Dari tabel tersebut disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3 item, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.16 berikut ini:
54
Tabel 3.16
Muatan faktor item untuk Extraversion
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,52 0,07 7,55 V
2 0,35 0,06 5,82 V
3 1,04 0,10 10,00 V
4 1,13 0,11 10,73 V
5 0,38 0,06 6,44 V
6 0,20 0,05 3,92 V
7 0,11 0,06 1,96 V
8 0,26 0,05 4,73 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa semua item signifikan (t>1,96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan
faktor 8 item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor
dengan nilai t>1,96 dan tidak ada yang bermuatan negatif. Artinya item tersebut
tidak didrop dan keseluruhannya diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis. Skor
faktor tersebut merupakan “True Score” dari variabel Extraversion yang dengan
demikian memiliki reliabilitas sempurna, sehingga hasil analisis regresi dapat
lebih akurat dan terpercaya.
3.5.3.2 Validitas Konstruk Agreeableness
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur agreeableness. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan Chi Square = 93,68, df = 27, P-value = 0,00000, RMSEA
= 0,092. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
55
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 27,77, df = 23,
P-value = 0,22471, RMSEA= 0,027.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
agreeablenes. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
pengukuran pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional. Adapun
butir-butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada
tabel 3.17 dibawah ini :
Tabel 3.17
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Agreeableness
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 1
3 1 X
4 1
5 1 X
6 1 X
7 1
8 1 X
9 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
56
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3 item, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.18 berikut ini:
Tabel 3.18
Muatan faktor item untuk Agreeableness
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,58 0,06 9,42 V
2 0,79 0,06 12,91 V
3 0,65 0,06 10,31 V
4 0,37 0,07 5,54 V
5 0,27 0,07 4,21 V
6 0,00 0,07 0,02 X
7 -0,13 0,07 -1,92 X
8 0,04 0,07 0,59 X
9 -0,13 0,07 -2,04 X
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor 9 item
tidak seluruhnya signifikan, dikarenakan terdapat item yang tidak signifikan
t<1,96 dan bermuatan negatif. Item tersebut yaitu item 6, 7, 8, dan 9 dari variabel
agreeablenes. Artinya, item 6, 7, 8, dan 9 dari faktor di atas di drop.
57
3.5.3.3 Validitas Konstruk Conscientiousness
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur conscientiousness. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan Chi Square = 226,52, df = 27, P-value = 0,00000, RMSEA
= 0,159. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 28,19, df = 18,
P-value = 0,05919, RMSEA= 0,044.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
conscientiousness. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
pengukuran pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional.
Tabel 3.19
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Conscientiousness
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 X X
2 1 X
3 1 X
4 1
5 1 X
6 1 X X
7 1 X
8 1 X
9 1
58
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan
item lainnya.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3 item, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada tabel 3.19 di atas.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.20 berikut ini:
Tabel 3.20
Muatan faktor item untuk Conscientiousness
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,20 0,06 3,42 V
2 0,60 0,06 10,32 V
3 0,85 0,06 13,22 V
4 0,60 0,06 10,33 V
5 0,42 0,06 7,30 V
6 0,73 0,07 10,43 V
7 0,08 0,06 1,27 X
8 0,16 0,06 2,79 V
9 0,27 0,06 4,25 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan dari faktor 9
item tidak seluruhnya signifikan, dikarenakan terdapat item yang memiliki nilai
59
t<1,96, yaitu item 7 dari variabel conscientiousness. Artinya, item 7 dari faktor di
atas di drop.
60
3.5.3.4 Validitas Konstruk Neuroticism
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur neuroticism. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor
tidak fit, dengan Chi Square = 281,02, df = 20, P-value = 0,00000, RMSEA =
0,211. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 13,85, df = 14,
P-value = 0,46119, RMSEA= 0,000.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
neuroticism. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan
pengukuran pada beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional.
Dari tabel di bawah ini dapat dilihat perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3 item, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor. Adapun butir-butir soal yang kesalahan
pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada tabel 3.21 dibawah ini :
61
Tabel 3.21
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Neuroticism
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 X X
2 1 X X
3 1
4 1 X
5 1 X
6 1
7 1
8 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.22 berikut ini:
Tabel 3.22
Muatan faktor item untuk Neuroticism
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,47 0,06 8,37 V
2 0,93 0,05 18,17 V
3 0,66 0,05 12,59 V
4 0,57 0,05 10,65 V
5 0,27 0,07 4,07 V
6 0,23 0,05 4,35 V
7 0,31 0,05 6,12 V
8 0,61 0,07 9,09 V
62
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa semua item signifikan (t>1,96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan
faktor 8 item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor
nilai t>1,96 dan tidak ada yang bermuatan negatif. Artinya item tersebut tidak
didrop dan keseluruhannya diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis. Skor faktor
tersebut merupakan “True Score” dari variabel neuroticism yang dengan
demikian memiliki reliabilitas sempurna, sehingga hasil analisis regresi dapat
lebih akurat dan terpercaya.
3.5.3.5 Validitas Konstruk Opennes
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat undimensional
dalam mengukur opennes. Dari hasil CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak
fit, dengan Chi Square = 244,67, df = 35, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,143.
Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran ada pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkolerasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 32,36, df = 23,
P-value = 0,09292, RMSEA= 0,037.
Terlihat dari model fit tersebut bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu Opennes.
Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada
beberapa item yang saling berkolerasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
63
beberapa item sebenarnya bersifat multidimensional. Adapun butir-butir soal yang
kesalahan pengukurannya saling berkolerasi disajikan pada tabel 3.23 dibawah
ini:
Tabel 3.23
Matriks kolerasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item
Opennes
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 X
2 1 X X
3 1 X X
4 1
5 1
6 1 X X X
7 1 X
8 1 X X
9 1 X
10 1
Keterangan: tanda X menunjukkan item yang saling berkolerasi dengan item
lainnya.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan perihal item yang baik dan item yang buruk.
Dalam alat ukur ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi lebih dari 3 item, Sehingga semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannnya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya, penyajiannya pada table 3.24 berikut ini:
64
Tabel 3.24
Muatan faktor item untuk Opennes
NO KOEFISIEN STANDAR ERROR NILAI T SIGNIFIKAN
1 0,67 0,07 9,48 V
2 0,39 0,08 4,84 V
3 0,33 0,08 4,27 V
4 0,42 0,06 6,62 V
5 0,98 0,09 11,37 V
6 0,16 0,06 2,70 V
7 0,18 0,06 3,10 V
8 0,04 0,06 0,72 X
9 0,19 0,06 3,28 V
10 0,28 0,06 4,62 V
Keterangan: tanda V= signifikan (t>1,96); X= tidak signifikan
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan dari faktor 10
item tidak seluruhnya signifikan, dikarenakan terdapat item yang memiliki nilai
t<1,96, yaitu item 8 dari variabel opennes. Artinya, item 8 dari faktor di atas di
drop.
3.6 Uji Analisis Data
Pengujian hipotesis untuk menjawab pertanyaan utama penelitian yaitu, mencari
pengaruh signifikan antara kepribadian dan prasangka terhadap toleransi
beragama para anggota FPI digunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik
analisis berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan
ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari IV yaitu, kepribadian dan
prasangka terhadap toleransi beragama (DV). Regresi berganda merupakan
metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara DV
dengan lebih dari satu IV. Persamaan regresi berganda penelitian adalah:
65
ZY = b1ZX1 + b2ZX2 +b3ZX3 + b4ZX4 + b5ZX5 + b6ZX6 + b7ZX7 + b8ZX8 + b9ZX9
+ b10ZX10 + e
Keterangan:
Z = Standardized
Y = Toleransi Beragama
b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
X1 : Antilocution
X2 : Avoidance
X3 : Discrimination
X4 : Physical Attack
X5 : extermination
X6 : Extraversion
X7 : Agreeeableness
X8 : Conscientiousness
X9 : Neuriticism
X10 : Opennes
e = residu
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang
paling sesuai (memiliki eror terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis
sebagai berikut:
1. R2 (koefisien determinasi berganda)
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi berganda
kepribadian dan prasangka terhadap toleransi beragama. Besarnya toleransi
66
beragama disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya,
ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R
2 menunjukkan variasi
oleh perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan variabel independen (X)
atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y) atau merupakan proporsi varians yang dijelaskan
oleh kepribadian dan prasangka. Untuk mendapat nilai R2 digunakan rumus
sebagai berikut:
R2
= SSy
SSreg
2. Uji F
Selanjutnya R2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau
tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal tersebut menggunakan
rumus:
F = )1/()21(
/2
kNR
kR
Dimana k adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F yang
dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diuji memiliki pengaruh
terhadap DV.
3. Uji t
Kemudian dilanjutkan dengan uji t di mana ini digunakan untuk melihat apakah
pengaruh yang diberikan IV (X) signifikan terhadap DV (Y). Oleh karena itu,
sebelum didapat nilai t dari setiap IV harus didapat dahulu nilai standar eror
67
estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square
dibagi SS. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi
dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri.
Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
t = Sb
b
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil uji t ini
akan diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah multi regresi, untuk
mengetahui besar dan arah hubungan antara variabel X1 (kepribadian) dan X2
(prasangka) dengan Y (toleransi beragama). Analisa multi regresi adalah suatu
metode untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat dari lebih satu variabel
bebas terhadap satu variabel terikat, dengan menggunakan prinsip-prinsip korelasi
dan regresi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan PASW Versi 18.0 dan
Lisrel 8.80.
3.8 Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Dimulai dengan perumusan masalah yang akan diteliti.
b. Menentukan variabel yang akan diteliti.
68
c. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang
sesuai dengan variabel dalam penelitian.
d. Menentukan subjek penelitian.
e. Persiapan alat pengumpulan data dengan menentukan dan
menyusun alat ukur atau instrument penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Menentukan jumlah sampel penelitian.
b. Melaksanakan pengambilan data penelitian.
3. Tahap pengolahan data
a. Melakukan skoring terhadap hasil jawaban responden.
b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan
membuat data.
c. Menganalisis data dengan menggunakan statistik untuk menguji
hipotesis.
d. Membuat kesimpulan dan laporan akhir.
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin, dan usia.
Tabel 4.1
Data Demografi Subjek
Demografi Jumlah Persentase
Jenis Kelamin Laki-Laki 295 100%
Usia 18 – 35 277 93,9 %
36 – 60 18 6,1 %
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 295 anggota Front
Pembela Islam (FPI) di Petamburan Jakarta Pusat. Untuk data demografi
terkumpul sebanyak 295 sampel, karena semua subjek mengisi data demografi.
Pada tabel 4.1 dijelaskan mengenai gambaran subjek berdasarkan data demografi,
yaitu jenis kelamin dan usia. Pembagian usia yang dimaksud diatas terbagi
menjadi tiga bagian yaitu dewasa awal pada usia 18 – 35 tahun, dewasa tengah
yaitu pada usia 35 – 60 tahun, dan dewasa akhir pada usia 60 tahun keatas
(santrock, 2002).
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 4.1, maka dapat dilihat bahwa dari
295 sampel yang ada, seluruh sampel penelitian merupakan laki-laki berjumlah
295 orang (100%). Selain itu, dapat dilihat bahwa mayoritas sampel yang terdapat
dalam penelitian ini berkisar pada usia 18-35 tahun, yakni berjumlah 277 orang
70
(93,9%). Sedangkan sampel yang berkisar pada 35–60 tahun, berjumlah 18 orang
(6,1%) dan tidak ada yang berusia diatas 60 tahun dalam penelitian ini.
4.2 Analisis Deskripsi
Berikut ini akan diuraikan analisis deskriptif toleransi beragama, antilocution,
avoidance, discrimination, physical attack, extermination, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openess. Analisis deskriptif
tersebut dijelaskan pada tabel 4.2 yang berisi tentang range, mean (rerata),
rentangan (minimum dan maximum), standard deviation (simpangan baku), dan
variance dari masing-masing variabel penelitian.
Tabel 4.2
Analisis deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TOLERANSI BERAGAMA 295 28,07 69,23 50,000 8,54442
ANTILOCUTION 295 32,16 79,59 50,000 7,45498
AVOIDANCE 295 28,62 75,76 50,000 6,62137
DISCRIMINATION 295 15,79 67,59 50,000 7,27767
PHYSICAL ATTACK 295 29,65 75,23 50,000 7,21100
EXTERMINATION 295 26,23 68,58 50,000 6,50064
EXTRAVERSION 295 11,08 76,41 50,000 7,51804
AGREEABLENESS 295 32,64 72,71 50,000 6,75280
CONSCIENTIOUSNESS 295 36,51 75,54 50,000 7,50805
NEUROTICISM 295 25,21 67,42 50,000 7,67767
OPENNESS 295 24,29 70,70 50,000 7, 37218
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.2 tentang analisis deskriptif di atas,
maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel toleransi adalah 50,0000 dengan
71
standar deviasi sebesar 8,54442. Pada variabel antilocution, mean-nya adalah
50,0000 dengan standar deviasi sebesar 7,45498, variabel avoidance, mean-nya
adalah 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 6,62137, variabel discrimination,
mean-nya adalah 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 7,27767, variabel
physical attack, mean-nya adalah 50,0000 dengan standar deviasi sebesar
7,21100, variabel extermination, mean-nya adalah 50,0000 dengan standar deviasi
sebesar 6,50064, variabel extraversion, mean-nya adalah 50,0000 dengan standar
deviasi sebesar 7,51804, variabel agreeableness, mean-nya adalah 50,0000
dengan standar deviasi sebesar 6,75280, variabel conscientiousness, mean-nya
adalah 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 7,50805, variabel neuroticism,
mean-nya adalah 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 7,67767, dan variabel
openness, mean-nya adalah 50,0000 dengan standar deviasi sebesar 7,37218.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel
4.3.1 Kategorisasi Skor Toleransi Beragama
Sebelum mengkategorikan skor toleransi beragama berdasarkan tingkat tinggi
atau rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala toleransi
beragama dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2
sebelumnya. Norma skor skala toleransi beragama digambarkan dalam tabel 4.3.
72
Tabel 4.3
Norma skor Toleransi Beragama
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X >M > 50
Rendah X < M < 50
Setelah kategori pada tabel 4.3 didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase
kategori untuk toleransi, sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Kategorisasi Toleransi Beragama
Kategori Toleransi Beragama
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 98 33,220 33,2
Rendah 197 66,780 66,8
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel toleransi
beragama sejumlah 98 sampel (33,2%) pada kategori tinggi, dan 197 sampel
(66,8%) pada kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran
pada variabel toleransi beragama paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.2 Kategorisasi Skor Antilocution
Sebelum mengkategorikan skor antilocution berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala antilocution
dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya.
Norma skor skala antilocution digambarkan dalam tabel 4.5.
73
Tabel 4.5
Norma skor Antilocution
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M > 50
Rendah X < M < 50
Setelah kategori pada tabel 4.5 didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase
kategori untuk antilocution sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Kategorisasi Antilocution
Kategori Antilocution
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 141 47,797 47,8
Rendah 154 52,203 52,2
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh hasil persentase variabel antilocution
sejumlah 141 sampel (47,8%) pada kategori tinggi, dan 154 sampel (52,2%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
antilocution paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.3 Kategorisasi Skor Avoidance
Sebelum mengkategorikan skor avoidance berdasarkan tingkat tinggi atau rendah,
peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala avoidance dengan
menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya. Norma
skor skala avoidance digambarkan dalam tabel 4.7.
74
Tabel 4.7
Norma skor Avoidance
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.7 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk avoidance sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Kategorisasi Avoidance
Kategori Avoidance
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 125 42,373 42,4
Rendah 170 57,627 57,6
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel avoidance
sejumlah 125 sampel (42,4%) pada kategori tinggi dan 170 sampel (57,6%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
avoidance paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.4 Kategorisasi Skor Discrimination
Sebelum mengkategorikan skor discrimination berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala discrimination
dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya.
Norma skor skala discrimination digambarkan dalam tabel 4.9.
75
Tabel 4.9
Norma skor Discrimination
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.9 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk discrimination sebagaimana yang terdapat pada tabel
4.10.
Tabel 4.10
Kategorisasi Discrimination
Kategori Discrimination
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 105 35,593 35,6
Rendah 190 64,407 64,4
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel discrimination
sejumlah 105 sampel (35,6%) pada kategori tinggi, dan 190 sampel (64,4%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
discrimination paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.5 Kategorisasi Skor Physical Attack
Sebelum mengkategorikan skor physical attack berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala physical attack
76
dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya.
Norma skor skala physical attack digambarkan dalam tabel 4.11.
Tabel 4.11
Norma skor Physical Attack
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.11 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk physical attack sebagaimana yang terdapat pada tabel
4.12.
Tabel 4.12
Kategorisasi Physical Attack
Kategori Physical Attack
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 124 42,034 42,0
Rendah 171 57,966 58,0
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel physical attack
sejumlah 124 sampel (42,0%) pada kategori tinggi, dan 171 sampel (58,0%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
physical attack paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.6 Kategorisasi Skor Extermination
Sebelum mengkategorikan skor extermination berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala extermination
77
dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya.
Norma skor skala extermination digambarkan dalam tabel 4.13.
Tabel 4.13
Norma skor Extermination
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.13 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk extermination sebagaimana yang terdapat pada tabel
4.14.
Tabel 4.14
Kategorisasi Extermination
Kategori Extermination
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 146 49,491 49,5
Rendah 149 50,509 50,5
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel extermination
sejumlah 146 sampel (49,5%) pada kategori tinggi, dan 149 sampel (50,5%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
extermination paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.7 Kategorisasi Skor Extraversion
Sebelum mengkategorikan skor extraversion berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala extraversion
78
dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya.
Norma skor skala extraversion digambarkan dalam tabel 4.15.
Tabel 4.15
Norma skor Extraversion
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.15 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk extraversion sebagaimana yang terdapat pada tabel
4.16.
Tabel 4.16
Kategorisasi Extraversion
Kategori Extraversion
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 112 37,966 38,0
Rendah 183 62,034 62,0
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel extraversion
sejumlah 112 sampel (38,0%) pada kategori tinggi, dan 183 sampel (62,0%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
extraversion paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.8 Kategorisasi Skor Agreeableness
Sebelum mengkategorikan skor agreeableness berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala agreeableness
79
dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya.
Norma skor skala agreeableness digambarkan dalam tabel 4.17.
Tabel 4.17
Norma skor Agreeableness
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.17 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk agreeableness sebagaimana yang terdapat pada tabel
4.18.
Tabel 4.18
Kategorisasi Agreeableness
Kategori Agreeablenes
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 111 37,627 37,6
Rendah 184 62,373 62,4
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel agreeableness
sejumlah 111 sampel (37,6%) pada kategori tinggi, dan 184 sampel (62,4%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
agreeableness paling tinggi berada pada kategori rendah.
4.3.9 Kategorisasi Skor Conscientiousness
Sebelum mengkategorikan skor conscientiousness berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala
80
conscientiousness dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel
4.2 sebelumnya. Norma skor skala conscientiousness digambarkan dalam tabel
4.19.
Tabel 4.19
Norma skor Conscientiousness
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.19 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk conscientiousness sebagaimana yang terdapat pada tabel
4.20.
Tabel 4.20
Kategorisasi Conscientiousness
Kategori Conscientiousness
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 121 41,017 41,0
Rendah 174 58,983 59,0
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel
conscientiousness sejumlah 121 sampel (41,0%) pada kategori tinggi, dan 174
sampel (59,0%) pada kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil
sebaran pada variabel conscientiousness paling tinggi berada pada kategori
rendah.
4.3.10 Kategorisasi Skor Neuroticism
81
Sebelum mengkategorikan skor neuroticism berdasarkan tingkat tinggi atau
rendah, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala neuroticism
dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya.
Norma skor skala neuroticism digambarkan dalam tabel 4.21.
Tabel 4.21
Norma skor Neuroticism
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.21 didapatkan, maka akan diperoleh nilai
persentase kategori untuk neuroticism sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22
Kategorisasi Neuroticism
Kategori Neuroticism
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 179 60,678 60,7
Rendah 116 39,322 39,3
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel neuroticism
sejumlah 179 sampel (60,7%) pada kategori tinggi, dan 116 sampel (39,3%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
neuroticism paling tinggi berada pada kategori tinggi.
4.3.11 Kategorisasi Skor Openness
82
Sebelum mengkategorikan skor openness berdasarkan tingkat tinggi atau rendah,
peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor skala openness dengan
menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya. Norma
skor skala openness digambarkan dalam tabel 4.23.
Tabel 4.23
Norma skor Openness
Kategori Rumus Rentangan
Tinggi X > M >50
Rendah X < M <50
Setelah kategori pada tabel 4.23 didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase
kategori untuk openness sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24
Kategorisasi Openness
Kategori Openness
Frequency Percent Valid Percent
Valid
Tinggi 152 51,525 51,5
Rendah 143 48,475 48,5
Total 295 100,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil persentase variabel openness
sejumlah 152 sampel (51,5%) pada kategori tinggi, dan 143 sampel (48,5%) pada
kategori rendah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil sebaran pada variabel
openness paling tinggi berada pada kategori tinggi.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
83
Pada sub-bab uji hipotesis penelitian ini, peneliti akan menjelaskan tentang hasil
perhitungan analisis regresi berganda yang dilakukan dengan menggunakan
software PASW 18.0. Dalam analisis regresi ini, terdapat 3 hal yang dilihat, yaitu
melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent
variable yang dijelaskan oleh independent varable, lalu apakah secara
keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap
dependent variable, kemudian melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
dari masing-masing IV.
Pada langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, seperti yang terdapat pada tabel
4.25.
Tabel 4.25
Tabel R Square
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .375a .140 .110 8.06053 .140 4.636 10 284 .000
a. Predictors: (Constant), OPENNESS, EXTERMINATION, DISCRIMINATION, EXTRAVERSION, CONSCIENTIOUSNESS,
NEUROTICISM, AGREEABLENESS, PHYSICAL_ATTACK, AVOIDANCE, ANTILOCUTION
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa
perolehan R square sebesar 0,140 atau 14,0%. Hal ini menjelaskan bahwa proposi
varians dari toleransi yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada seluruh
independent variable adalah sebesar 14,0%. Dengan kata lain, penyebab
bervariasinya skor toleransi yang ditentukan oleh 10 variabel secara bersama-
84
sama adalah sebesar 14,0%. Sedangkan sisanya, sebesar 86,0% disebabkan oleh
faktor lain diluar penelitian ini.
Pada langkah kedua, peneliti menganalisis dampak dari seluruh
independent variable terhadap toleransi. Hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi pada uji F di tabel 4.26.
Tabel 4.26
Tabel anova
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3011.985 10 301.198 4.636 .000a
Residual 18452.106 284 66.972
Total 21464.091 294
a. Predictors: (Constant), OPENNESS, EXTERMINATION, DISCRIMINATION, EXTRAVERSION,
CONSCIENTIOUSNESS, NEUROTICISM, AGREEABLENESS, PHYSICAL_ATTACK, AVOIDANCE,
ANTILOCUTION
b. Dependent Variable: TOLERANSI_BERAGAMA
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.26, maka dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi uji F yang terdapat dalam penelitian ini adalah 0.000. Hal ini
menunjukkan bahwa dari keseluruhan independent variable terhadap dependent
variable menunjukkan nilai yang signifikan pada taraf signifikansi 5% atau 0.000
< 0.05. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Prasangka yaitu
Antilocution, Avoidance, Discrimination, Physical Attack, Extermination dan dari
variabel kepribadian yang meliputi Extraversion, Agreeableness,
Conscientiousness, Neuroticism, Opennes terhadap toleransi beragama.
85
Pada langkah terakhir, peneliti melihat koefisien regresi tiap independent
variable. Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan, yang
berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap toleransi.
Adapun analisisnya ditampilkan pada tabel 4.27.
Tabel 4.27
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.374 8.993 .264 .729
ANTILOCUTION -.270 .073 -.235 -3.681 .000
AVOIDANCE .029 .075 .023 .390 .697
DISCRIMINATION .032 .066 .027 .491 .624
PHYSICAL_ATTACK .054 .067 .045 .801 .424
EXTERMINATION .078 .073 .059 1.063 .289
EXTRAVERSION .136 .064 .120 2.127 .034
AGREEABLENESS .162 .072 .128 2.241 .026
CONSCIENTIOUSNESS -.021 .065 -.018 -.317 .752
NEUROTICISM -.183 .062 -.164 -2.925 .004
OPENESS .030 .073 .025 .405 .686
a. Dependent Variable: TOLERANSI_BERAGAMA
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.27, maka dapat dijelaskan persamaan
regresi sebagai berikut:
YToleransi (Y) = 2,374 - 0,270 (Antilocution) + 0,029 (Avoidance) + 0,032
(Discrimination) + 0,054 (Physical Attack) + 0,078 (Extremination) + 0,136
(Extraversion) + 0,162 (Agreeableness) – 0,021 (Conscientiousness) – 0,183
(Neuroticism) + 0,030 (Openness)
86
Dari persamaan regresi tersebut, maka dapat dibuat prediksi tentang berapa harga
Y jika setiap independent variable diketahui. Sesuai dengan tabel 4.27, maka
dapat diketahui signifikan atau tidaknya pengaruh masing-masing independent
variable terhadap dependent variable. Nilai signifikan tersebut dapat dilihat pada
kolom nilai sig, jika P < 0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan
pengaruhnya terhadap toleransi, begitu juga sebaliknya. Dari hasil tabel 4.27
hanya koefisien regresi antilocution, extraversion, agreeableness dan neuroticism
yang signifikan, sedangkan sisanya tidak signifikan.
Hal ini berarti bahwa dari 10 independent variable, hanya terdapat 4 independent
variable yang signifikan pengaruhnya terhadap dependent variable. Penjelasan
dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent
variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel Antilocution
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,270 dengan
signifikansi 0.000 (p < 0.05) yang berarti bahwa variabel antilocution signifikan
mempengaruhi toleransi beragama. Artinya, bahwa variabel antilocution secara
negatif mempengaruhi toleransi beragama secara signifikan. Dengan demikian,
semakin rendah antilocution maka semakin tinggi toleransi beragama begitu juga
sebaliknya.
2. Variabel Avoidance
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.029 dengan signifikansi
0.697 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel avoidance tidak signifikan
mempengaruhi toleransi beragama.
87
3. Variabel Discrimination
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.032 dengan signifikansi
0.624 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel discrimination tidak signifikan
mempengaruhi toleransi beragama.
4. Variabel Physical Attack
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.054 dengan signifikansi
0.424 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel physical attack tidak signifikan
mempengaruhi toleransi beragama.
5. Variabel Extermination
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.078 dengan signifikansi
.289 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel extermination tidak signifikan
mempengaruhi toleransi beragama.
6. Variabel Extraversion
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.136 dengan signifikansi
.034 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel extraversion signifikan
mempengaruhi toleransi beragama. Artinya bahwa variabel extraversion secara
positif mempengaruhi toleransi beragama secara signifikan. Dengan demikian,
semakin tinggi extraversion semakin tinggi pula toleransi beragama begitu juga
sebaliknya.
7. Variabel Agreeablenes
88
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.162 dengan signifikansi
.026 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel agreeableness signifikan
mempengaruhi toleransi beragama. Artinya bahwa variabel agreeableness secara
positif mempengaruhi toleransi beragama secara signifikan. Dengan demikian,
semakin tinggi agreeableness semakin tinggi pula toleransi beragama begitu juga
sebaliknya.
8. Variabel Conscientiousness
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.021 dengan
signifikansi 0.752 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel Conscientiousness tidak
signifikan mempengaruhi toleransi beragama.
9. Variabel Neuroticism
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.183 dengan
signifikansi 0.004 (p < 0.05), yang berarti bahwa variabel neuroticism signifikan
mempengaruhi toleransi beragama. Artinya variabel neuroticism secara negatif
mempengaruhi toleransi beragama secara signifikan. Dengan demikian, semakin
rendah neuroticism maka semakin tinggi toleransi beragama begitu juga
sebaliknya.
10. Variabel Openness
Pada tabel 4.27 diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.030 dengan signifikansi
0.686 (p > 0.05), yang berarti bahwa variabel openness tidak signifikan
mempengaruhi toleransi beragama.
4.4.2 Besaran Muatan Independent Variable terhadap Dependent Variable
89
Pada bahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat empat independent
variable yang memiliki pengaruh signifikan terhadap toleransi beragama, yaitu
antilocution yang merupakan dimensi dari variabel prasangka, extraversion,
agreeableness dan neuroticism yang merupakan dimensi dari variabel
kepribadian. Namun, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana besaran muatan
atau kontribusi dari masing-masing independent variable yang berpengaruh
terhadap toleransi beragama, lalu mengurutkannya dari besaran muatan yang
paling besar hingga yang terkecil. Pada akhirnya akan diketahui prediktor mana
yang memiliki pengaruh paling besar terhadap toleransi beragama.
Graverter dan Walnau (2013) dalam bukunya menjelaskan bahwa besaran muatan
pengaruh independent variable terhadap dependent variable dapat dilihat dari
nilai beta ( ), dimana besaran relatif dari nilai beta ( ) merupakan kontribusi
relatif antar variabel. Pada penelitian ini, nilai beta ( ) dapat dilihat pada tabel
4.27. Dalam analisis nilai beta ( ), hanya variabel yang diketahui signifikan-lah
yang dilihat, dan arah dari masing-masing independent variable yang signifikan
tersebut diabaikan. Artinya peneliti cukup melihat nilai beta ( ) dari ke dua
independent variable yang dapat dilihat dari tabel koefisien regresi di atas.
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.27, maka dapat diketahui
besaran muatan dari masing-masing variabel independent variable terhadap
toleransi beragama yaitu:
1. Variabel antilocution secara signifikan memberikan kontribusi
berdasarkan nilai beta ( ) sebesar -0,235 terhadap toleransi beragama.
90
2. Variabel extraversion secara signifikan memberikan kontribusi
berdasarkan nilai beta ( ) sebesar 0,120 terhadap toleransi beragama.
3. Variabel agreeableness secara signifikan memberikan kontribusi
berdasarkan nilai beta ( ) sebesar 0,128 terhadap toleransi beragama.
4. Variabel neuriticicm secara signifikan memberikan kontribusi berdasarkan
nilai beta ( ) sebesar 0,164 terhadap toleransi beragama.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa urutan prediktor yang memiliki kontribusi
terhadap toleransi beragama dari yang terbesar hingga yang terkecil. Antilocution
dengan kontribusi sebesar 0,235, neuroticism dengan kontribusi 0,164,
agreeableness dengan kontribusi sebesar 0,128 dan yang terkecil adalah
extraversion dengan kontribusi 0,120.
4.5 Analisis Proporsi Varians pada Masing-masing Independen Variabel
Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya
penambahan (incremented) proporsi varian dari tiap IV. Pada tabel kolom pertama
adalah IV yang dianalisis satu per satu, kolom kedua merupakan total
penambahan varians DV dari tiap IV, kolom ketiga merupakan nilai murni varians
DV dari tiap IV, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV yang bersangkutan,
kolom df adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari
numerator dan denumerator. Jika signifikan artinya bahwa penambahan
(incremented) proporsi varians dari IV yang bersangkutan, dampaknya signifikan.
Besarnya proporsi varians pada toleransi beragama dapat dilihat pada tabel 4.28
berikut:
91
Tabel 4.28
Proporsi varian
Dari tabel 4.13 diatas didapatkan informasi sebagai berikut :
Model Summary
Model
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .259a .067 .064 8.26656 .067 21.096 1 293 .000
2 .263b .069 .063 8.27207 .002 .610 1 292 .435
3 .264c .070 .060 8.28323 .001 .214 1 291 .644
4 .267d .071 .058 8.29188 .001 .393 1 290 .531
5 .275e .075 .059 8.28637 .004 1.386 1 289 .240
6 .309f .095 .077 8.21047 .020 6.368 1 288 .012
7 .337g .113 .092 8.14321 .018 5.777 1 287 .017
8 .337h .114 .089 8.15651 .000 .065 1 286 .779
9 .374i .140 .113 8.04870 .026 8.713 1 285 .003
10 .375j .140 .110 8.06053 .000 .164 1 284 .686
a. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION
b. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE
c. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION
d. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION, PHYSICAL_ATTACK
e. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION, PHYSICAL_ATTACK,
EXTERMINATION
f. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION, PHYSICAL_ATTACK,
EXTERMINATION, EXTRAVERSION
g. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION, PHYSICAL_ATTACK,
EXTERMINATION, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS
h. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION, PHYSICAL_ATTACK,
EXTERMINATION, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS
i. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION, PHYSICAL_ATTACK,
EXTERMINATION, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEUROTICISM
j. Predictors: (Constant), ANTILOCUTION, AVOIDANCE, DISCRIMINATION, PHYSICAL_ATTACK,
EXTERMINATION, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEUROTICISM, OPENESS
92
1. Variabel antilocution dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change
sebesar 0,067 variabel antilocution memberikan sumbangan atau
pengaruh 6,7% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan
koefisien regresi sebesar -0,270, F = 21,096 dan df = 1,293 maka
variabel antilocution signifikan mempengaruhi toleransi beragama.
2. Variabel avoidance dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change sebesar 0,002 variabel avoidance memberikan sumbangan
atau pengaruh 0,2% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan
koefisien regresi sebesar 0.029, F = 0,610 dan df = 1,292 maka
variabel avoidance tidak signifikan mempengaruhi toleransi beragama.
3. Variabel discrimination dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change sebesar 0,001 variabel discrimination memberikan sumbangan
atau pengaruh 0,1% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan
koefisien regresi sebesar 0.032, F = 0,214 dan df = 1,291 maka
variabel discrimination tidak signifikan mempengaruhi toleransi
beragama.
4. Variabel physical attack dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change sebesar 0,001 variabel physical attack memberikan
sumbangan atau pengaruh 0,1% bagi bervariasinya toleransi beragama.
Sedangkan koefisien regresi sebesar 0.054, F = 0,393 dan df = 1,290
maka variabel physical attack tidak signifikan mempengaruhi toleransi
beragama.
93
5. Variabel extermination dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change sebesar 0,004 variabel extermination memberikan sumbangan
atau pengaruh 0,4% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan
koefisien regresi sebesar 0.078, F = 1,386 dan df = 1,289 maka
variabel extermination tidak signifikan mempengaruhi toleransi
beragama.
6. Variabel extraversion dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change
sebesar 0.020 variabel extraversion memberikan sumbangan atau
pengaruh 2,0% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan
koefisien regresi sebesar 0.136, F = 6,368 dan df = 1,288 maka
variabel extraversion signifikan mempengaruhi toleransi beragama.
7. Variabel agreeableness dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change sebesar 0.018 variabel agreeableness memberikan sumbangan
atau pengaruh 1,8% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan
koefisien regresi sebesar 0.162, F = 5,777 dan df = 1,287 maka
variabel agreeableness signifikan mempengaruhi toleransi beragama.
8. Variabel conscientiousness dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change sebesar 0.00 variabel conscientiousness memberikan
sumbangan atau pengaruh 0,0% bagi bervariasinya toleransi beragama.
Sedangkan koefisien regresi sebesar -0.021, F = 0,065 dan df = 1,286
maka variabel conscientiousness tidak signifikan mempengaruhi
toleransi beragama.
94
9. Variabel neuroticism dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change
sebesar 0.026 variabel neuroticism memberikan sumbangan atau
pengaruh 2,6% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan
koefisien regresi sebesar -0,183, F = 8,713 dan df = 1,285 maka
variabel neuroticism secara signifikan mempengaruhi toleransi
beragama.
10. Variabel openess dengan toleransi beragama diperoleh R2
Change
sebesar 0.000 variabel openess memberikan sumbangan atau pengaruh
0,0% bagi bervariasinya toleransi beragama. Sedangkan koefisien
regresi sebesar 0,030, F = 0,164 dan df = 1,284 maka variabel openess
tidak signifikan mempengaruhi toleransi beragama.
95
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga dimuat
diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada uji hipotesis mayor, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang
signifikan dari prasangka dan kepribadian terhadap toleransi beragama pada
anggota Front Pembela Islam (FPI). Semetara itu, dari kesepuluh independent
variable dalam penelitian ini hanya empat independent variable yang signifikan
pengaruhnya terhadap toleransi beragama yaitu antilocution, extraversion,
agreeableness dan neuroticism.
Dimana nilai signifikansi antilocution merupakan independent variable dari
prasangka. Sementara extraversion, agreeableness dan neuroticism merupakan
independent variable dari tipe kepribadian.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari variabel prasangka (antilocution, avoidance,
discrimination, physical attack dan exermination) dan kepribadian (extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan opennes) terhadap toleransi
beragama pada anggota Font Pembela Islam (FPI).
96
Hal ini, sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Golebiowska (2009) ethnic
prejudice adalah prediktor terbaik kedua dari kedua tipe toleransi (toleransi
beragama & toleransi etnik). Sama halnya dengan Gibson (dalam Golebiowska,
2009), melaporkan bahwa ada hubungan antara prasangka dan toleransi. Selain
itu, mengenai kepribadian terhadap toleransi sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI (2010). Dalam
penelitian tersebut, disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan kepribadian
terhadap toleransi beragama pada mahasiswa. Secara umum, munculnya sikap
toleransi dan intoleransi pada seseorang atau kelompok masyarakat dipengaruhi
oleh faktor kepribadian.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis minor diketahui
pada variabel pertama yaitu antilocution secara signifikan mempengaruhi
toleransi beragama dengan arah negatif. Yang dimaksud antilocution pada
penelitian ini adalah membicarakan anggota lain yang tidak disukai dan
mengekspresikan ketidaksukaan terhadap orang lain dikelompoknya. Menurut
Hagendoorn & Poppe (2005) mereka yang benar-benar toleran, seharusnya tidak
konsisten mengatakan hal-hal negatif mengenai kelompok minoritas, mereka tidak
memiliki prasangka yang tinggi dan tidak menjaga jarak sosial terhadap mereka.
Mereka tidak sepenuhnya berpandangan negatif pada kelompok minoritas
tersebut. Sebaliknya, orang yang tidak toleran memiliki prasangka yang tinggi dan
menjaga jarak dengan anggota outgroup.
Sedangkan variabel selanjutnya yakni avoidance tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap toleransi beragama. Allport (1954) menjelaskan bahwa
97
avoidance adalah bentuk prasangka dimana individu berupaya menghindari
anggota kelompok yang tidak disukai, bahkan mungkin dengan mengorbankan
ketidaknyamanan dalam dirinya. Dalam hal ini, orang yang avoidance tidak
langsung menimbulkan kerugian pada kelompok yang tidak disukai. Sejalan
dengan McCrae, R. R., & Sutin, A. R. (2009) orang-orang yang merasa tidak
nyaman dengan reaksi emosionalnya akan memilih untuk menjauh sebagai
strategi preventif terhadap hal tersebut. Artinya, orang yang memiliki avoidance
memilih untuk menghindari atau menjauhkan diri kepada orang-orang atau
kelompok yang tidak disukainya. Dengan demikian, mereka akan merasa lebih
nyaman dengan orang atau kelompok yang tidak disukainya.
Variabel lain yang ikut diteliti dalam penelitian ini adalah variabel discrimination.
Menurut Allport (1954) discrimination adalah orang yang membuat perbedaan
yang merugikan seorang. Ia membuat pengecualiannya kepada orang lain dalam
berbagai hal, seperti jenis pekerjaan, tempat tinggal, hak politik, kesempatan
pendidikan atau rekreasi, gereja, rumah sakit atau beberapa hak sosial lainnya.
Weldon (2006) berpendapat bahwa terdapat banyak kelompok sosial yang
berpotensi terjadinya diskriminasi dalam masyarakat. Kelompok sosial itu
berdasarkan ras, agama, bahasa, budaya, dan strata.
Selain itu, menurut Tajfel dan Turner (1979) motivasi utama untuk mendorong
perilaku discrimination adalah untuk meningkatkan keunikan dan harga diri.
Keunikan ini mengacu pada penegasan individu menjadi anggota kelompok baik
secara masyarakat ataupun sebagai anggota dalam kelompoknya. Discrimination
antarkelompok memberikan kontribusi keunikan kelompok dan pada akhirnya
98
dapat meningkatkan harga diri individu. Brewer (2003) berpendapat bahwa
individu yang memegang kuat identitas dogmatis dan memiliki harga diri yang
rendah lebih mungkin untuk melakukan discrimination terhadap outgroup (dalam
Weldon, 2006).
Variabel selanjutnya, physical attack tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap
toleransi beragama. Physical attack adalah melakukan serangan fisik atau
melakukan perusakan fasilitas kepada anggota atau kelompok yang tidak disukai.
Menurut Allport (1954) mereka yang berprasangka negatif cenderung untuk
mengekspresikan dalam suatu tindakan. Semakin tinggi sikap prasangkanya
semakin besar juga kemungkinan untuk menghasilkan tindakan kekerasan dalam
permusuhan. Selain itu, beliau juga mengemukakan bahwa orang pada fase
dewasa awal mungkin lebih rentan dan sensitif, mereka bisa memproyeksikan
tindakan keras bermusuhan atau bahkan membunuh. Artinya, orang yang yang
memiliki physical attack yang tinggi cenderung mengekspresikan emosi
negatifnya dalam bentuk tindakan. Bentuk tindakan yang dilakukan juga
bermacam-macam. Penyebab yang mengakibatkan mereka melakukan tindakan
terebut juga bermacam-macam.
Selanjutnya, extermination tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
toleransi beragama. Menurut Allport (1954) extermination adalah melakukan
pemusnahan atau pembantaian kepada kelompok lain diluar kelompoknya. Seperti
halnya SETARA Institute (2013) mencatat selama Januari – Desember 2013,
jumlah pelanggaran sebanyak 245 kasus atau peristiwa dengan 278 tindakan.
Bentuknya beragam dari intimidiasi, pelarangan, hingga serangan fisik. Adapun
99
kasus kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi adalah kasus kekerasan yang di alami
oleh komunitas Syiah di Sampang, juga kasus kekerasan terhadap umat katolik di
Sleman Yogyakarta tahun 2014 ini. Beberapa kasus tersebutlah yang
menggambarkan sikap intoleransi.
Variabel minor lainnya, yakni extraversion yang memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap toleransi beragama. Baker & Karen (2002) menjelaskan
extraversion ditandai dengan kecenderungan percaya diri, dominan, aktif, dan
mencari kesenangan. Extraverts memperlihatkan emosi positif, frekuensi yang
lebih tinggi dan intensitas interaksi personal, dan kebutuhan yang lebih tinggi
untuk stimulasi. Selain itu, extraversion adalah pada umumnya terkait dengan
kecenderungan untuk bersikap optimis (Costa & McCrae, 1992) dan
kecenderungan untuk menaksir masalah secara positif. Namun, apabila sebaliknya
maka mereka tidak percaya diri dan memiliki emosi yang negatif. Mereka tidak
mampu mengontrol emosi dalam dirinya. Dengan demikian, mereka tidak mampu
bersikap menghargai atau menghormati orang lain. Seperti halnya dengan hasil
penelitian ini yang menunjukkan hasil extraversion rendah dan toleransi beragama
yang juga rendah.
Selanjutnya, variabel agreeableness yang juga memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap toleransi beragama. Menurut Valentine (2006) dimensi
agreeableness menggambarkan orang-orang yang diarahkan pada hubungan
interpersonal dan kebutuhan orang lain. Aspek dari agreeableness meliputi
kepercayaan, keterusterangan, mementingkan orang lain, kepatuhan, kerendahan
hati, dan lembut pikiran. Dengan demikian, orang yang memiliki agreeableness
100
yang tinggi mereka akan lebih terbuka dengan orang lain, tidak menyombongkan
diri dan peduli dengan orang lain. Sebaliknnya, jika memiliki agreeableness
rendah mereka akan cenderung tertutup dengan orang lain, egois, dan tidak peduli
dengan orang lain yang ada disekitarnya. Sesuai dengan penelitian ini yang secara
signifikan mempengaruhi toleransi beragama dengan arah hubungan yang positif.
Artinya, semakin tinggi agreeableness maka semakin tinggi pula toleransi
beragama. Tingkat agreeableness pada penelitian ini ada pada tingkat rendah dan
memiliki tingkat toleransi beragama yang rendah juga.
Variabel lainnya, yakni conscientiousness yang tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap toleransi beragama. Pervin, dkk (1991) berpendapat
conscientiousness adalah tingkat keteraturan seseorang, kegigihan dan motivasi
dalam mencapai tujuan. Selain itu, Bruin & Rudnik (2006) individu yang
memiliki conscientiousness rendah cenderung memiliki pengendalian diri
cenderung rendah. Sebaliknya, dengan pernyataan Roberts, Chernyshenko, Stark,
& Goldberg (2005) individu yang tinggi dalam conscientiousness cenderung rajin,
teratur, dapat diandalkan, tegas, dan disiplin (dalam Bruin & Rudnik, 2006). Sama
halnya dengan Davidson, dkk (2012), menyatakan bahwa individu yang
conscientiousness tinggi lebih baik dalam mengatur emosi negatifnya. Dengan
demikian, orang yang memiliki conscientiousness yang rendah memiliki sikap
sebaliknya, yakni cenderung malas, tidak dapat diandalkan, tidak tegas, tidak
displin dan tidak mampu mengontrol emosi negatif dalam dirinya.
Variabel selanjutnya adalah neuroticism. Pada penelitian ini neuroticism secara
signifikan mempengaruhi toleransi beragama dengan arah hubungan yang negatif.
101
Dalam Valentine (2006) dimensi neuroticism ditandai oleh mereka yang memiliki
kecenderungan mengalami efektivitas negatif dan tekanan psikologis. Costa &
McCrae, (1987) ciri-ciri neuroticism yang mengklasifikasikan dimensi ini adalah
takut, marah, rendah diri, kecemasan sosial, dan ketidakberdayaan (dalam Baker
& Karen, 2002). Sesuai dengan pernyataan di atas individu yang memiliki tingkat
yang tinggi pada trait ini adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan,
rasa marah, takut, dan emosinya negatif. Sesuai dengan penelitian ini bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variabel neuroticism terhadap toleransi beragama
dengan arah hubungan yang negatif. Sesuai dengan arah hubungan signifikansinya
yang bersifat negatif. Artinya, semakin tinggi neuroticism semakin rendah
toleransi beragamanya.
Variabel terakhir yakni openness. Variabel Openness tidak terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap toleransi beragama. Rothmann & Coetzer (2003)
individu yang openness memiiki ingin tahu tentang dunia baik dalam dan luar,
dan kehidupan mereka berdasarkan pengalaman mereka. Seperti halnya yang
dijelaskan oleh Pervin, Cervone, & John (2005) orang yang tinggi opennessnya
memiliki rasa ingin tahu, kreatif, imajinatif dan tidak ketinggalan jaman. Dengan
demikian, orang yang memiliki openness rendah akan cenderung tidak memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi, tidak kreatif, tidak imajinatif dan ketinggalan jaman.
Mereka akan merasa nyaman dengan apa yang telah dimiliki atau diketahui tanpa
mencoba mencari hal-hal yang baru atau keadaan yang baru juga. Mereka juga
akan menerima begitu saja informasi yang didapat karena mereka kurang
102
memiliki rasa ingin tahu. Mereka cenderung tidak mencoba mencari tahu yang
lebih.
Ketidak sesuaian atau perbedaan yang dihasilkan penelitian ini dengan hasil
penelitian terdahulu mungkin dikarenakan oleh perbedaan karakteristik responden
yang dalam penentuan sampelnya, peneliti hanya mengambil beberapa anggota
saja yang hadir pada pengajian rutin bulanan. Alasan peneliti hanya mengambil
beberapa saja dikarenakan setiap anggota tidak dapat dikoordinir dalam proses
pengambilan data. Mereka pada sibuk dengan tugas-tugas mereka dalam acara
pengajian tersebut.
5.3 Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
meneliti dependen variabel yang sama.
5.3.1 Saran Metodologis dan Teoritis
Tentunya peneliti menyadari adanya banyak kekurangan dalam penelitian ini.
Oleh sebab itu, peneliti akan membagi saran yang dapat dipertimbangkan untuk
penelitian selanjutnya, sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian pada
anggota Front Pembela Islam (FPI), agar lebih mempersiapkan dengan
baik dalam proses pengambilan data mengingat kondisi dan keadaan
anggota yang cukup sibuk pada saat pengajian yang diharuskan
mengisi kuesioner penelitian.
103
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan mengenai hal
yang serupa disarankan untuk melakukan ragam dan karakteristik
sampel yang tidak hanya ditujukan pada anggota Front Pembela Islam
(FPI), melainkan juga pada ormas-ormas lainnya.
3. Dari kesepuluh independent variable yang ada, keseluruhan IV
menyumbang pengaruh 14,0% secara bersama-sama. Sisanya sebanyak
86,0 % dipengaruhi variabel lainnya. Oleh sebab itu, disarankan untuk
penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut variabel lainnya yang
mungkin mempengaruhi variabel toleransi beragama.
5.3.2 Saran Praktis
1. Mengetahui toleransi dari organisasi FPI yang dianggap “keras” oleh
sebagian masyarakat sehingga kita dapat menilai lebih objektif dalam
menilai mereka. Selai itu, dapat mengetahui karakter mereka yang
mendasari perilaku mereka untuk menghindari terjadinya tindakan-
tindakan konflik yang meluas.
2. Berdasarkan hasil penelitian ini, varaiabel yang mempengaruhi
toleransi beragama adalah antilocution, extraversion, agreeableness,
dan neuroticism. Lalu, sumbangan yang paling besar adalah
antiocution yakni sebesar 6,7 % diharapkan anggota FPI dapat
mengurangi perilaku antilocution. Mungkin bisa dengan cara
mengganti kebiasaan tersebut dengan hal yang lebih positif seperti
berdiskusi tentang keagamaan atau melakukan pengajian rutin.
104
Daftar Pustaka
Allport, W. (1954). The nature of prejudice. Cambridge MA: Addison-Wesley.
Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice.
Journal of Personality and Social Psychology, 5(4), 432-443.
Agius. & Ambrosewicz. (2003). Toward a culture of tolerance and peace.
Canada:IBCR.
Bahari, H (ed). (2010). Toleransi beragama mahasiswa: Studi tentang pengaruh
kepribadian, keterlibatan organisasi, hasil belajar pendidikan agama, dan
lingkungan pendidikan terhadap toleransi mahasiswa berbeda agama pada
7 perguruan tingii umum negeri. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Puslitbang Kementerian Agama RI.
Baker A.B., Karen I., Dollard, M.F., &Lewig, K.A. (2002). The relation between
the big five personality factors and burnout: A study among volunteer
Conselors. The Journal of Social Psychology, 135(5), 1-19.
Baron & Byrne. (2003). Psikologisosial. Jakarta:Erlangga.
Bruin, G.P., &Rudnik, H. (2006). Examining the cheats: The role of
conscientiousness and excitement seeking in academic dishonesty. South
African journal oh psychology, 37(1), 153-164.
Davidson, R.J., Ryff, C.D., Love, G.D., Bachhuber, D.R., Greischar, L.L., Lapate,
R.C., Reekum, C.M., Schaefer, S.M., &Javaras, K.N. (2012).
Conscientiousness predicts greater recover from negative emotion.
American Psychological Association, 12(5), 875-881.doi:10.1037/a0028105.
Dickerson, J. L. (2006). Education in comparative religion and the fostering of
religious tolerance: A correlation study. Diunduh pada hari minggu tanggal
07 Juli 2013 dari
http://books.google.co.id/books/about/Education_in_Comparative_Religion
_and_th.html?id=2bTYqKC3_e0C&redir_esc=y
Duckit, J. (1992). Psychology and prejudice. American Psychological
Association,47(10), 1182-1193.
Gerungan, W.A. (2004). PsikologiSosial. Bandung:PTRefikaAditama.
Golebiowska, E. (2009). Etnic and religious tolerance in Poland. East European
Politics & Societies. SAGE Publications, 23:371.
Doi:10.1177/0888325409333191.
105
Hagendoom, L., & Poppe, E. (2005). Tolerance in The Netherlands.
Netherlands:University Utrecht.
Hall, C.S., & Lindzey, G. (1978). Theories of personality 3rd
ed. USA: John Wiley
&Sons.
Jalaluddin. (2012). Psikologi agama: Memahami perilaku dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi. Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada.
Jamrah, S. A., & Thalib, M. (1986). Toleransi beragama dalam Islam.
Yogyakarta:PD. Hidayat.
John, O. P., &Srivastava, S. (1999). The big five trait taxonomy: History,
measurement,and theoretical perspectives. In L. A. Pervinand O. P. John
(Eds.), Handbook of personality: Theory and research (2nd ed., pp. 102-
138). New York: The Guilford Press.
McCrae, R. R., & Sutin, A. R. (2009). Openness to Experience. In M. R. Leary
and Hoyle, R. H. (Eds.), Handbook of Individual Differences in Social
Behavior (pp. 257-273). New York:Guilford.
Myers, D. G. (2009). Exploring Social Psychology. New York:McGraw Hill.
Pervin, L.A, &John, O.P. (1996). Personality: theory and research 7th
ed. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
Pervin, L.A, Cervone, D., & John, O.P. (2005). Personality : Theory and
research. USA :John Wiley & Sons, Inc.
Rothmann, S. & Coetzer, E.P. (2003). The big five personality dimensions and job
performance. Journal of Industrial Psychology, 29(1).68-74.
Sarmono, M . (2014). Menggugat kekerasan atas nama agama. Diunduh tanggal 28
November 2014 dari
http://indonesiana.tempo.co/read/21871/2014/09/12/sarmonodph/menggugat
-kekerasan-atas-nama-agama
SETARA Institute. (2010). Toleransi Sosial Masyarakat Perkotaan, Survey Opini
Publik. Jakarta:SETARA Institute.
SETARA Institute. (2013). Peluncuran dan Seminar Laporan Tahunan
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Jakarta:SETARA Institute.
Velentine, J., Benjamin, A. J., Benttencourt, B. A., & Talley, A. (2006).
Personality and aggressive behavior under provoking and neutral conditions:
A meta-analytic review.American Psychological Association:Psychological
Bulletin, 132(5), 751-777.doi:10.1037/0033-2909.132.5.751.
106
WAHID Institute. (2013). Laporan akhir tahun kebebasan beragama dan
intoleransi. Jakarta:Wahid Institute.
Weldon, S.A. (2006). The institutional context of tolerance for ethnic minorities:
A coparative, multilevel analysis of western europe. American journal of
political science, 50(2), 331-349.
107
LAMPIRAN A
Blue print skala Prasangka
Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Antilocution Membicarakan anggota lain
yang tidak disukai.
Mengekspresikan
ketidaksukaan terhadap
orang lain.
1, 2, 3, 4 5, 6, 7
Avoidance. Menghindar dari kelompok
lain yang tidak disukai.
Membatasi gerak anggota
kelompok lain.
8, 9, 10 11, 12, 13
Discrimination Melakukan pengecualian
kepada anggota lain yang
tidak disukai
Mencegah kelompok lain
mencapai tujuannya
Mencegah kelompok lain
mendapatkan pendidikan
Mencegah kelompok lain
mendapatkan pekerjaan.
14, 16, 18 15, 17, 19
Physical attack Melakukan serangan fisik
kepada anggota lain yang
tidak disukai
Melakukan perusakan
terhadap fasilitas kelompok
lain
20,21, 23,
25
22, 24, 26
Extermination Melakukan pembantaian
kepada kelompok lain yang
tidak disukai
Melakukan upaya
27, 29,31 28, 30,32
108
meniadakan kelompok lain.
Blue print skala Tipe Kepribadian
Aspek Indikator Favorable Unfavorable
Extraversion Kebutuhan akan stimulasi
dan kapasitas untuk
menikmati.
1, 3, 5, 7, 8 2, 4, 6
Agreeablenes Menilai kualitas orientasi
interpersonal seseorang
sepanjang kontinum dari
perasaan terhadap
antagonism dalam
pemikiran, perasaan, dan
tindakan.
9, 11, 13,
15, 17
10, 12, 14,
16
Conscientiousness Individu yang terorganisir,
gigih, dan penuh motivasi
pada perilaku yang
mempunyai tujuan.
18, 20, 22,
25, 26
19, 21, 23,
24
Neuroticism Mengidentifikasikan
individu yang rentan
terhadap tekanan psikologis,
dan ide yang tidak realistis.
27, 28, 29,
30, 31
32, 33, 34
Openness Menilai pencarian proaktif
dan penghargaan terhadap
pengalaman untuk dirinya
sendiri, toleransi bagi dan
eksplorasi terhadap yang
tidak biasa.
37, 38, 39,
40, 41, 42,
43, 44
35, 36
109
Kuesioner Penelitian
PENDAHULUAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Hormat
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga
kita masih diberikan kelancaran dalam beraktifitas. Saya mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah bermaksud mengadakan
penelitian. Sehubungan dengan itu saya membutuhkan partisipasi Saudara/i untuk
mengisi skala. Data pribadi dan jawaban Saudara/i akan dijaga kerahasiaannya,
tidak akan disebarluaskan dan akan dipergunakan untuk keperluan penelitian saja.
Terima kasih untuk kesediaan Saudara/i yang telah meluangkan waktunya guna
membantu terwujudnya proses penelitian ini.
Hormat saya,
Mahar Dhika
110
PERNYATAAN KESEDIAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan kesediaanya untuk menjadi
responden dalam penelitian tentang “Toleransi”. Saya bersedia untuk mengisi
angket ini tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Identitas
Nama (Inisial) :
Jenis Kelamin : a.) Laki-laki b). Perempuan (Lingkari pilihan)
Usia :
Jakarta, ............. 2014
(........................)
111
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu anda
menggambarkan diri anda sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan
berilah tanda checklist ( √ ) salah satu jawaban yang telah disediakan, ada empat
pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang mempunyai arti sebagai
berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Contoh Pengisian
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya akan berbuat baik keadaan
siapapun.
√
Jika anda keliru melingkari atau berubah pendapat, ubahlah jawaban anda dengan
menyilang tanda ( √ ) yang keliru tadi dan checklist ( √ ) jawaban yang anda
anggap lebih tepat. Sekali lagi mohon diperhatikan, bahwa anda diminta
menggambarkan diri anda sendiri, bukan bagaimana seharunya, atau bagaimana
sebaliknya. Bila ada pernyataan yang kurang sesuai dengan anda, pilihlah jawaban
yang terbaik menurut anda, walaupun anda kurang begitu yakin. Pernyataan-
pernyataan ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, oleh sebab itu jawablah
secara terbuka dan jujur. Perhatikan jangan ada pernyataan yang tidak dijawab
dan selamat mengerjakan.
112
Terima kasih atas partisipasinya
113
SKALA 1
No Pernyataan SS S TS STS
1. Agama saya adalah agama yang terbaik
dibandingkan dengan agama lainnya.
2. Semua agama yang di dunia sama baiknya.
3. Saya lebih memprioritaskan menolong orang yang
satu agama dengan saya daripada agama lain.
4. Saya tidak mengikuti aturan atau norma yang
diberlakukan agama saya karena tidak penting.
5. Saya akan membantu orang lain walaupun berbeda
agama.
6. Saya tidak mengistimewakan orang yang seagama
dengan saya.
7. Saya menghormati orang lain walaupun berbeda
agama dengan saya.
8. Menurut saya agama lain lebih berkembang atau
modern dibanding agama saya.
9. Saya mengikuti ajaran atau anjuran agama saya yang
diajarkan mengenai hubungan dengan orang lain.
10. Saya tidak mengikuti ajaran atau anjuran yang
diterapkan oleh agama atau tokoh agama mengenai
hubungan antar sesama manusia.
11. Saya menghormati orang lain yang berbeda agama
karena hal tersebut yang diajarkan agama kepada
saya.
12. Saya tidak mengikuti ajaran atau anjuran yang
diterapkan oleh agama atau tokoh agama mengenai
perilaku baik yang terpuji maupun hal terpuruk/tidak
baik.
13. Menurut saya semua orang pada dasarnya baik
walaupun berasal dari agama yang berbeda.
14. Orang yang berbeda agama dengan saya
114
memperlakukan saya dengan tidak baik.
15. Semua agama mengajarkan hal yang baik.
16. Baik tidaknya seseorang tergantung pada agama
yang dianutnya.
SKALA 2
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya sering menjelek-jelekan orang lain yang
berbeda agama.
2. Saya menampilkan ekspresi yang tidak mengenakan
ketika bertemu orang lain yang berbeda agama.
3. Saya acuh tak acuh kepada orang yang berbeda
agama.
4. Saya suka membicarakan orang lain yang berbeda
agama.
5. Saya bersikap baik kepada siapa saja, walaupun
pada orang yang berbeda agama.
6. Saya peduli walaupun dengan orang yang berbeda
agama.
7. Penting bagi saya menampilkan sikap yang ramah
pada semua orang termasuk pada orang yang
berbeda agama.
8. Saya menghindar jika harus bertemu dengan orang
yang berbeda agama.
9. Saya akan pergi jika ada orang yang berbeda dalam
suatu tempat yang sama.
10. Saya akan menghalangi pemeluk dari agama lain
yang ingin melakukan sesuatu.
11. Saya akan tetap bergabung dalam satu tempat yang
sama walaupun ada orang lain yang berbeda agama.
12. Tidak masalah bagi saya satu kelompok dengan
orang yang berbeda agama.
115
13. Saya akan menyapa orang lain yang berbeda agama
ketika bertemu.
14. Saya tidak setuju dipimpin oleh orang dari agama
yang berbeda.
15. Saya bisa bekerja sama dengan orang yang berbeda
agama
16. Jika orang yang berbeda agama ingin berbuat
sesuatu, saya akan menyulitkan dia.
17. Saya akan mendukung setiap kegiatan yang
dilakukan oleh orang yang berbeda agama.
18. Saya hanya akan menolong orang yang sama
agamanya dengan saya.
19. Saya tidak akan membeda-bedakan ketika
memberikan pertolongan kepada orang lain
walaupun berbeda agama.
20. Saya akan merusak fasilitas agama lain.
21. Saya akan memukul orang yang berbeda agama
walaupun dia tidak bersalah.
22. Saya ikut berpartisipasi dalam pembangunan tempat
ibadah agama lain.
23. Berkelahi merupakan jalan terbaik untuk
menghadapi orang yang berbeda agama jika terjadi
masalah
24. Saya akan membicarakan baik-baik jika terjadi
masalah dengan orang yang berbeda agama.
25. Saya akan menyerang sekelompok orang yang
berbeda agama yang sedang berkumpul pada suatu
tempat.
26. Jika berada didalam kelompok orang yang berbeda
agama, saya mampu bersikap ramah.
27. Saya akan sekuat tenaga untuk memusnakan orang-
orang yang berbeda agama dengan saya.
28. Menurut saya menjaga keharmonisan dengan orang
lain yang berbeda agama itu penting.
116
29. Orang yang berbeda agama menurut saya harus
ditindak keberadaanya.
30. Kelompok-kelompok dari agama yang berbeda
harus tetap dijaga keberadaannya.
31. Saya akan mengusir orang yang berbeda agama bila
dalam satu lingkungan dengan saya.
32. Saya akan menjaga hubungan baik dalam
berhubungan sosial dengan orang yang berbeda
agama.
SKALA 3
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya suka berbicara
2. Saya suka menyendiri
3. Saya bersemangat
4. Saya pendiam
5. Saya mampu menyenangkan orang lain
6. Saya pemalu
7. Saya mempunyai kepribadian yang tegas
8. Saya ramah, suka bergaul, dan berteman
9. Saya suka menolong dan tidak mementingkan diri
sendiri
10. Saya suka mencari kesalahan orang lain
11. Saya suka memaafkan
12. Saya memulai pertengkaran dengan orang lain
13. Saya mudah percaya dengan orang lain
14. Saya kurang bersahabat dengan orang lain
15. Saya baik hati pada siapapun
16. Saya kasar terhadap orang lain
17. Saya suka bekerjasama dengan orang lain
18. Saya mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh
19. Saya terkadang agak ceroboh
20. Saya mampu bekerja dengan baik
21. Saya bekerja tidak teratur
22. Saya mampu menuntaskan pekerjaan
23. Saya pemalas
24. Perhatian saya mudah teralihkan
25. Saya menyukai hal-hal yang praktis
26. Saya suka membuat rencana dan mengerjakannya
27. Saya merasa tidak bersemangat
28. Saya mudah merasa tenang
117
29. Saya sering merasa khawatir
30. Saya mudah marah dan perasaan saya meledak-
ledak
31. Saya mudah gugup
32. Saya adalah orang yang tenang dan dapat
menghadapi masalah dengan baik
33. Saya mampu menahan diri saat marah
34. Saya tetap tenang disituasi yang menegangkan
35. Saya menyukai pekerjaan yang rutin
36. Saya tertarik pada seni
37. Saya suka memberikan ide-ide yang baru
38. Saya memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap
sesuatu
39. Saya suka memikirkan sesuatu
40. Saya suka membayangkan sesuatu
41. Saya memiliki ide-ide baru yang positif
42. Saya suka dengan seni
43. Saya suka menyampaikan gagasan
44. Saya suka musik dan hal-hal yang berhubungan
dengan budaya
118
LAMPIRAN B
Diagram CFA dalam Rangka Uji Validitas Instrumen Penelitian
1. Analisis Konfirmatorik Toleransi Beragama
DA NI=16 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 CM SY, FI = TOLERANSIBERAGAMA.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 / MO NX=16 NK=1 TD=SY, FI LK TOLERANSIBERAGAMA FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13
TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 TD 14 8 TD 8 6 TD 7 6 TD 10 9 TD 15 9
TD 6 5 TD 14 9 TD 15 12 TD 9 8 TD 11 1 TD 2 1 TD 11 3 TD 6 1 TD 10
3 TD 15 11 TD 12 3 TD 14 12 TD 16 14 TD 16 7 TD 12 7 TD 12 6 TD 15
7 TD 9 7 TD 4 2 TD 15 10 TD 5 4 TD 11 2 TD 14 4 TD 12 5 TD 9 1 TD
10 1 TD 14 7 TD 11 10 TD 8 1 TD 13 8 TD 6 2 TD 15 3 TD 16 10 TD 16
1 TD 7 5 TD 9 6 TD 15 13 TD 13 9 LK TOLERANSIBERAGAMA FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1
119
FR LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX
14 1 LX 15 1 LX 16 1 PD OU TV SS MI
DA NI=16 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 43
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
TOLERANS -------- X1 0.67 (0.08) 8.93 X2 0.47 (0.06) 7.41 X3 0.50 (0.06) 8.27 X4 0.37 (0.05) 6.84 X5 0.52 (0.05) 9.59 X6 0.13 (0.06) 2.23 X7 0.02 (0.05) 0.44 X8 0.34 (0.06) 6.02 X9 0.41 (0.06) 6.43 X10 0.56 (0.08) 7.24 X11 0.32 (0.07) 4.29 X12 0.12 (0.05) 2.28 X13 0.26 (0.05) 4.89 X14 0.29 (0.05)
120
5.63 X15 -0.03 (0.06) -0.40 X16 0.38 (0.06) 5.92
2. Analisis konfirmatorik Antilocution
DA NI=7 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 CM SY, FI = ANTILOCUTION.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 / MO NX=7 NK=1 TD=SY, FI LK ANTILOCUTION FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 4 3 TD 7 4 TD 7 2 TD 6 1 TD 2 1 TD 5 3 TD 4 2 LK ANTILOCUTION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 LX 7 1 PD OU TV SS MI
DA NI=7 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 21
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
121
ANTILOCU -------- X1 0.29 (0.06) 4.97 X2 0.77 (0.10) 7.41 X3 0.18 (0.07) 2.67 X4 1.07 (0.11) 9.54 X5 0.46 (0.07) 6.61 X6 0.46 (0.07) 6.53 X7 0.30 (0.10) 3.07
3. Analisis konfirmatorik Avoidance
DA NI=6 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 CM SY, FI = AVOIDANCE.COR SE 1 2 3 4 5 6 / MO NX=6 NK=1 TD=SY, FI LK AVOIDANCE
122
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 4 2 TD 5 1 TD 4 1 LK AVOIDANCE FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 PD OU TV SS MI
DA NI=6 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 11
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
AVOIDANC -------- X1 0.24 (0.08) 2.90 X2 0.31 (0.07) 4.41 X3 0.48 (0.07) 6.95 X4 0.31 (0.07) 4.36 X5 0.74 (0.08) 9.67 X6 0.57 (0.07) 8.08
123
4. Analisis Konfirmatorik
Discrimination
DA NI=6 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 CM SY, FI = DISCRIMINATION.COR SE 1 2 3 4 5 6 / MO NX=6 NK=1 TD=SY, FI LK DISCRIMINATION FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 6 5 TD 5 3 TD 6 1 TD 6 4 LK DISCRIMINATION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 PD OU TV SS MI
DA NI=6 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 16
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
DISCRIMI -------- X1 0.33 (0.07) 4.44 X2 0.91 (0.13)
124
6.96 X3 0.31 (0.07) 4.29 X4 0.38 (0.08) 4.97 X5 0.07 (0.06) 1.03 X6 -0.04 (0.06) -0.62
125
5. Analisis Konfirmatorik Physical Attack
DA NI=7 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 CM SY, FI = PHYSICALATTACK.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 / MO NX=7 NK=1 TD=SY, FI LK PHYSICALATTACK FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 7 6 TD 6 5 TD 7 5 TD 6 4 TD 7 4 LK PHYSICALATTACK FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 LX 7 1 PD OU TV SS MI
DA NI=7 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 7
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
PHYSICAL -------- X1 0.61 (0.06) 10.47
126
X2 0.68 (0.06) 11.79 X3 0.89 (0.06) 15.76 X4 0.44 (0.06) 7.20 X5 0.14 (0.06) 2.19 X6 0.18 (0.06) 2.79 X7 0.17 (0.06) 2.77
6. Analisis Konfirmatorik Extermination
DA NI=6 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 CM SY, FI =EXTERMINATION.COR SE 1 2 3 4 5 6 / MO NX=6 NK=1 TD=SY, FI LK EXTERMINATION FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 6 4 TD 2 1 LK EXTERMINATION
127
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 PD OU TV SS MI
DA NI=6 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 12
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
EXTERMIN -------- X1 0.32 (0.07) 4.36 X2 0.28 (0.07) 3.76 X3 0.22 (0.07) 3.10 X4 0.41 (0.10) 4.00 X5 0.49 (0.08) 5.91 X6 0.62 (0.11) 5.84
7. Analisis Konfirmatorik Extraversion
128
DA NI=8 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 CM SY, FI =EXTRAVERSION.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 / MO NX=8 NK=1 TD=SY, FI LK EXTRAVERSION FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 5 1 TD 8 6 TD 4 3 TD 8 7 TD 7 6 TD 7 4
TD 7 5 LK EXTRAVERSION FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 PD OU TV SS MI
DA NI=8 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 23
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
EXTRAVER -------- X1 0.52 (0.07) 7.55 X2 0.35 (0.06) 5.82 X3 1.04 (0.10) 10.00 X4 1.13 (0.11) 10.73 X5 0.38 (0.06) 6.44 X6 0.20 (0.05) 3.92 X7 0.11 (0.06) 1.96 X8 0.26 (0.05) 4.73
129
8. Analisis Konfirmatorik Agreeableness
DA NI=9 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 CM SY, FI =AGREEABLENESS.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 / MO NX=9 NK=1 TD=SY, FI LK AGREEABLENES FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 7 6 TD 7 5 TD 9 8 TD 4 3 LK AGREEABLENES FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 PD OU TV SS MI
DA NI=9 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 7
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
AGREEABL -------- X1 0.58 (0.06)
130
9.42 X2 0.79 (0.06) 12.91 X3 0.65 (0.06) 10.31 X4 0.37 (0.07) 5.54 X5 0.27 (0.07) 4.21 X6 0.00 (0.07) 0.02 X7 -0.13 (0.07) -1.92 X8 0.04 (0.07) 0.59 X9 -0.13 (0.07) -2.04
9. Analisis Konfirmatorik Conscientiousness
DA NI=9 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 CM SY, FI =CONSCIENTIOUSNESS.COR SE
131
1 2 3 4 5 6 7 8 9 / MO NX=9 NK=1 TD=SY, FI LK CONSCIENTIOUSNESS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 9 8 TD 6 3 TD 7 1 TD 7 5 TD 5 2
TD 7 6 TD 9 6 TD 2 1 TD 8 7 LK CONSCIENTIOUSNESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 PD OU TV SS MI
DA NI=9 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 21
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
CONSCIEN -------- X1 0.20 (0.06) 3.42 X2 0.60 (0.06) 10.32 X3 0.85 (0.06) 13.22 X4 0.60 (0.06) 10.33 X5 0.42 (0.06) 7.30 X6 0.73 (0.07) 10.43 X7 0.08 (0.06) 1.27 X8 0.16 (0.06) 2.79 X9 0.27 (0.06) 4.25
132
10. Analisis Konfirmatorik Neuroticism
DA NI=8 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 CM SY, FI =NEUROTICISM.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 / MO NX=8 NK=1 TD=SY, FI LK NEUROTICISM FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 8 2 TD 6 5 TD 5 2 TD 4 1 TD 5 4 TD 8 1 LK NEUROTICISM FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 PD OU TV SS MI
DA NI=8 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 11
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
NEUROTIC -------- X1 0.47 (0.06)
133
8.37 X2 0.93 (0.05) 18.17 X3 0.66 (0.05) 12.59 X4 0.57 (0.05) 10.65 X5 0.27 (0.07) 4.07 X6 0.23 (0.05) 4.35 X7 0.31 (0.05) 6.12 X8 0.61 (0.07) 9.09
11. Analisis Konfirmatorik Openness
DA NI=10 NO=295 MA=CM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 CM SY, FI =OPENNESS.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 / MO NX=10 NK=1 TD=SY, FI LK
134
OPENNESS FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 10 9 TD 8 7 TD 4 3 TD 9
8 TD 7 6 TD 8 6 TD 5 2 TD 10 8 TD 6 2 TD 5 3 TD 4 1 TD 10 6 LK OPENNESS FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 FR LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 PD OU TV SS MI
DA NI=10 NO=295 MA=CM
Number of Iterations = 13
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
OPENNESS -------- X1 0.67 (0.07) 9.48 X2 0.39 (0.08) 4.84 X3 0.33 (0.08) 4.27 X4 0.42 (0.06) 6.62 X5 0.98 (0.09) 11.37 X6 0.16 (0.06) 2.70 X7 0.18 (0.06) 3.10 X8 0.04 (0.06) 0.72 X9 0.19 (0.06) 3.28 X10 0.28 (0.06) 4.62
135