pengaruh persepsi merek mewah, pengaruh sosial, …eprints.perbanas.ac.id/606/1/artikel...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL,
SIFAT SOMBONG TERHADAP NIAT BELI PADA APPLE IPHONE
DI SURABAYA
A R T I K E L I L M I A H
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Manajemen
OLEH :
PRICILLIA PRATIDINA HERWANTO
2010210384
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
S U R A B A Y A 2014
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
Nama : Pricillia Pratidina Herwanto
Tempat, Tanggal Lahir : Raha, 03 April 1992
NIM : 2010210384
Jurusan : Manajemen
Program Pendidikan : Stata 1
Konsentrasi : Pemasaran
Judul : Pengaruh Persepsi Merek Mewah, Pengaruh
Sosial, Sifat Sombong terhadap Niat beli pada
Apple Iphone di Surabaya
Disetujui dan diterima baik oleh:
Dosen Pembimbing, Tanggal : 28 Maret 2014
(Drs. Irawan, M.M)
Ketua Jurusan Manajemen
Tanggal : 28 Maret 2014
Mellyza Silvy S.E.,M.Si
1
PENGARUH PERSEPSI MEREK MEWAH, PENGARUH SOSIAL, SIFAT
SOMBONG TERHADAP NIAT BELI PADA APPLE
IPHONE DI SURABAYA
Pricillia Pratidina Herwanto
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
The existence of purchase intention can not be separated from social influence and trait
of consumers to buy luxury items with expensive prices. The purpose of this research was to examine whether there is a significant positive effect between each variables
(luxury brand perception, social influence and trait of vanity) on purchase intention. To measure those variables, the researcher used a 5-point Likert scale. Methods of data collection in this study used questionnaires by non-random sampling technique
(Judgement Sampling). The research object of this study are 115 respondents who have an Apple iphone in Surabaya. To answer the problem and test the hypothesis, the data
were analyzed using SEM (Structural equation modeling). The researcher wanted to prove that the trait of vanity has a role in luxury brand purchase intention, so there should be re-evaluation on Apple iphone consumers in Surabaya. The expected result
from this study is luxury brand perception, social influence and trait of vanity have a significant influence on purchase intention.
Keywords : luxury brand preception, social influence, trait of vanity, purchase intention PENDAHULUAN
Adanya niat beli pengguna tidak
terlepas dari adanya pengaruh sosial dan sifat dari pengguna untuk membeli barang bermerek mewah dengan harga
mahal dan adanya nilai dari produk yang diberikan oleh perusahaan. Daya
tarik barang mewah internasional dapat menjadi hasil dari persepsi kualitas premium, gaya ini yang menjadi
lifestyle, reputasi, dan aksesibilitas terbatas. Dalam persepsi pemilik dan
lain-lain, karakteristik ini menandakan emosional, pengalaman, dan nilai-nilai simbolik dari produk tersebut (Kuang-
Peng Hung, 2011 : 457). Karena atribut-atribut, merek-merek mewah
membantu membentuk pemilik identitas dengan menjembatani batin dan dunia luar (Belk, 1988; Jenkins,
2004).
Banyak vendor yang menjual
produknya di Indonesia, biasanya menjual produknya lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain
termasuk Apple iPhone. Ada beberapa alasan mengapa menggunakan
smartphone Apple yaitu banyaknya orang indonesia yang konsumtif sehingga menyebabkan masyarakatnya
gila akan gadget. Setiap produk baru dari vendor-vendor terkenal seperti
Apple, Samsung, BlackBerry dan Nokia selalu diburu oleh orang Indonesia yang up to date dengan
gadget. Semahal apapun harganya selalu diburu orang Indonesia, bahkan
mereka rela mengantri dan menunggu bahkan sejak malam hari demi gadget yang diimpikan Selain itu juga adanya
budaya masyarakat kita untuk
2
mengganti handphone atau
smartphone. Kebiasaan orang indonesia yang senang mengganti-ganti
handphone dan smartphone-nya membuat vendor berlomba-lomba meluncurkan produknya di Indonesia,
pengguna di Indonesia akan rela menjual gadget lamanya dengan harga
rendah dan membeli gadget yang baru.
Sebagian juga orang Indonesia
memilih gadget bukan karena fungsi tetapi karena gengsi. Semakin mahal
harga gadget yang dimiliki maka semakin terlihat kelas sosialnya termasuk jika seseorang memiliki
gadget seperti iPhone, Samsung Galaxy S III, dan BlackBerry.
Tabel 1
MARKET SHARE KUARTAL 2012
Global Smartphone Q3'12 Q4'12
Apple Iphone 5 6.0 27.4
Apple Iphone 4S 16.2 17.4
Samsung Galaxy S3 18.0 15.4
Others 132.6 156.8
Total 172.8 217.0
Apple Iphone 5 3.5 % 12.6 %
Apple Iphone 4S 9.4 % 8%
Samsung Galaxy S3 10.4 % 7.1 %
Others 76.6 % 72.3%
Total 100% 100%
Sumber : http://www.makemac.com
Sebuah badan riset Strategy Analytics mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya, Apple berhasil mendominasi
penjualan ponsel seluruh dunia pada kuartal ke–4 2012 lalu. Pada
laporannya, mereka mengungkapkan penjualan iPhone 5 yang mencapai 27,4 juta unit tersebut berhasil mencapai 13
persen dari total marketshare smartphone di dunia. Ponsel empat inci
keluaran Apple ini sendiri berhasil mengalahkan Samsung Galaxy S3 yang berada diposisi ketiga dengan jumlah
penjualan sebanyak 15,4 juta unit. Di posisi kedua diisi oleh iPhone 4S
dengan total penjualan 17,4 juta unit. Keberhasilan iPhone 4S ini diprediksikan terjadi berkat diskon yang
dicantumkan Apple buat perangkat penerus iPhone 4 ini. Total, iPhone 4S
mencapai 8 persen dari keseluruhan market share smartphone dunia.
Dalam dimensi simbolik,
kepemilikan merek mewah dapat memberikan sinyal kepada orang lain
sebagai serta pengguna produk dengan merek yang mewah (Belk, 1988; O'Cass, 2004). Dengan kata lain, nilai
terletak dalam memperluas diri seseorang dan seseorang yang ingin
terlihat mewah (Berthon et al, 2009 : 47). Peningkatan market share yang tinggi pada produk Apple iPhone
disinyalir karena adanya faktor citra merek mewah yang melekat pada Apple
iPhone. Apple telah mengumumkan laporan keuangan dan penjualannya pada kuartal ke–4 pada tahun 2012.
Dari pengumuman tersebut diketahui bahwa Apple berhasil membukukan
pendapatan sebesar $37.5 milyar
3
dengan total keuntungan bersih $7.5
milyar, serta keuntungan penghasilan saham $8.26 per lembar. Angka ini
diketahui meningkat dari yang sudah diraih Apple saat kuartal ke–4 2012 yaitu dengan total pendapatan $36
milyar, keuntungan bersih $8.2 milyar dan penghasilan saham $8.67 per
lembar. Gross margin tahun ini sebesar
37 persen dibandingkan dengan 40
persen dengan yang didapat Apple pada kuartal tahun lalu. Sedangkan,
penjualan internasional mewakili 60 persen dari seluruh pendapatan Apple kuartal ini.Sang raksasa teknologi juga
mengumumkan jumlah penjualan produk-produk andalannya. Pada
kuartal ini mereka berhasil menjual 33.8 juta unit iPhone, 14,1 juta unit iPad, dan 4,6 juta unit Mac. Dibandingkan dengan
jumlah penjualan tahun lalu, angka tersebut diketahui mengalami
peningkatan, khususnya iPhone. Pada kuartal ke–4 2012, Apple menjual 26,9 juta unit iPhone, 14 juta unit iPad dan
4,9 juta unit Mac.
LANDASAN TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Sifat sombong
Sifat sombong adalah proses
pengorganisasian motivasi emosi, persepsi dan kognitif bersifat jangka
panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya. Sifat adalah bagaimana kita berpikir, merasa dan
berperilaku terhadap obyek tertentu dalam lingkungan. Sifat merupakan
suatu kondisi psikologis yang mendahului tindakan dan setiap orang dapat memiliki sifat yang berbeda untuk
sebuah obyek yang sama Erna Ferrinadewi (2008:94). Menurut Tatik
Suryani (2008 : 64) sifat adalah sesuatu yang membedakan, relatif bertahan
yang ada pada diri individu dan dapat
membedakan antara individu satu dengan individu lain.
Penelitian ini juga menunjukkan sifat sombong yang bisa memoderasi hubungan antara persepsi dan pengaruh
konteks sosial terhadap niat pembelian. Feiereisen et al. (2009) dan Mandel et
al. (2006) mempelajari bagaimana sifat sombong dapat mempengaruhi individu dengan jurusan dan gender yang
berbeda yang menghasilkan dan menunjukkan sifat sombong tidak hanya
bisa langsung mempengaruhi sifat sombong, tetapi juga bisa menjadi moderator. Dan hasilnya penelitian ini
meneliti moderasi dampak sifat sombong pada suatu jenis merek-merek
mewah.
Persepsi merek mewah
Persepsi merek mewah adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi
memori pengguna akan asosiasinya pasda merek tersebut. Persepsi merek mewah merupakan konsep yang
diciptakan oleh pengguna dengan alasan subjektif dan emosi pribadinya oleh
karena itu dalam konsep ini persepsi pengguna menjadi lebih penting dari pada keadaan sesungguhnya. Menurut
Erna Ferrinadewi (2008) merek menjadi elemen yang penting bagi perusahaan.
Merek bukan hanya sebuah nama, lagu, atau simbol tapi memiliki peranan yang jauh lebih besar dari pada itu. Merek
dapat berperan sebagai payung representasi produk barang atau jasa
yang ditawarkan, dapat berperan sebagai perusahaan, dapat berperan sebagai orang atau bahakan berperan
sebagai negara. Produk tanpa merek akan menjadi komuditas, tetapi
sebaliknya produk yang diberikan merek akan memiliki nilai lebih tinggi dimata pelanggan (Hermawan
Kertajaya, 2009:60).
4
Menurut Berthon et al. (2009),
persepsi pengguna terhadap merek mewah untuk fashion memiliki
simbolik, nilai pengalaman, dan fungsional dimensi. Akibatnya, Hipotesis pertama menguji dampak dari
dimensi yang berbeda dari persepsi pengguna terhadap niat pembelian. Pada
bagian pertama dunia merek mewah, kualitas adalah kunci untuk memenuhi pengguna harus memenuhi nilai
fungsional. Dunia kedua merek-merek mewah berhubungan dengan
pengalaman. Pengalaman melibatkan fantasi, perasaan yang menyenangkan. Selain itu melihat bagaimana nilai ini
dapat mempengaruhi identifikasi individu dan sifat sombong. Terakhir, di
dunia ketiga merek-merek mewah, ada dimensi makna simbolik (Berthon et al, 2009; Keller, 2003). Menurut Truong et
al. (2008:191), beberapa individu menggunakan merek mewah untuk
makna simbolis berkomunikasi dengan dunia tentang kekayaan pemilik dan nilai.
Menurut Erna Ferrinadewi (2008 : 42) bahwa persepsi mewah
merupakan proses yang komplek, seringkali terjadi dimana pesan yang satu tidak berhubungan dengan pesan
yang akhirnya memasuki otak pengguna karena itu memahami proses persepsi
sangat penting bagi pemasar agar dapat menciptakan komunikasi yang efektif dengan pengguna.
Pengaruh sosial
Menggambarkan bahwa keputusan belanja dipengaruhi oleh kepercayaan, sifat, dan nilai-nilai pelanggan dan
faktor dalam lingkungan sosial pelanggan. Secara cermat proses
keputusan memilih barang atau jasa dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor pribadi (internal) didalam diri
seseorang. Faktor lingkungan terdiri dari keluarga, lingkungan, budaya dan
aspek pribadi (Christina Whidya, 2010 :
64). Persepsi dan pengaruh sosial telah
diuji sebelumnya dengan sampel yang berbeda, tetapi aspek utama ketiga kerangka ini peran sombong, telah
menerima perhatian apalagi bahkan meskipun pemasar telah mencoba untuk
menghubungkan sifat sombong dengan berbagai produk dalam budaya pengguna (Wang dan Waller, 2006).
Penelitian telah membahas semua implikasi pengguna sifat sombong.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perannya menjadi lebih unggul dari pada yang ditunjukkan sebelumnya.
Hal ini karena menghubungkan antara diri dan individu dengan dunianya yang
diinginkan melalui lingkungan eksternal secara simbolis dan pemenuhan sensorik (Wang dan Waller, 2006 ;
Watchravesringkan, 2008). Sifat sombong dapat dilihat untuk memiliki
unsur-unsur yang relatif tersembunyi, seperti penggunaan produk iPhone secara personal karena kesombongan
secara fisik, dan tampilan dari barang-barang mewah yang menandakan status
dari barang tersebut, menandakan sifat sombong berkaitan dengan status sosial, harga diri dan kekuasaan. Untuk tujuan
penelitian ini sifat sombong didefinisikan sebagai memiliki
kekhawatiran berlebih, (dan mungkin meningkatkan) pandangan, penampilan fisik seseorang atau pribadi prestasi.
Ciri-ciri dan sifat sombong diungkapkan oleh Netemeyer et al (1995) meliputi
perhatian lebih bagi kemajuan diri, penampilan fisik dan status. Dalam jurnal dijelaskan bahwa menganjurkan
dapat diamati, misalnya, dari penggunaan individu dan pilihan produk
atas smartphone, produk elektronik, dan penggunaan yang berlebihan pada umumnya. Dalam penelitian, lebih
lanjut menyatakan benar adalah penting terkait dengan konsumsi merek fashion
5
mewah. Dengan mempelajari hubungan
antara individu yang rentan terhadap sifat sombong dan pengeluaran mereka
pada produk high-prestise, mereka menyimpulkan pengguna ini akan terus menginginkan dan mengkonsumsi
produk baru, termasuk barang-barang ter-update, untuk memenuhi hasrat
mereka yang mengatas namakan harga diri.
Niat beli
Niat beli akan timbul karena dorongan
konsumsi yang tinggi dan adanya sifat tidak ingin kalah dengan orang lain dan adanya sifat sombong untuk memiliki
barang barang bermerek yang dibentuk dari lingkungan sosial. Namun apabila
pengguna sudah merasakan kenyamanan akan suatu produk tersebut, dengan adanya pandangan
pengguna tentang merek yang dipilih itu baik, dan menurut persepsi pengguna
merek tersebut sudah baik sehingga pengguna tidak merasa ragu lagi dengan pilihannya, maka pengguna tidak akan
berpikir panjang akan menggantinya dengan merek lain sebagai pilihan untuk
pembelian. Setelah pengguna membeli produk tersebut pengguna bisa puas atau tidak puas dan terlibat dalam sifat
sombong paska pembelian, pelanggan yang puas akan kembali membeli
produk dan memuji produk yang dibelinya dihadapan orang lain, sedikit menarik perhatian pada merek dan iklan
pesaing dan membeli produk lain dari perusahaan yang sama (Kotler-Keller,
2007:244). Selain sifat yang menguntungkan menuju afektif, merek mempunyai tanggapan terhadap merek
yang dapat mempengaruhi niat pembelian. Secara khusus, penelitian
telah menunjukkan bahwa pengguna didorong oleh emosi mereka untuk membeli dan mengkonsumsi atau
menggunakan suatu produk atau barang.
Kesimpulannya niat untuk pembelian
ulang barang yang dilakukan oleh pengguna dapat dirasakan apabila
pengguna mendapatkan produk yang dapat memuaskan kebutuhan yang diinginkan dan dapat disediakan oleh
perusahaan yang membuat pengguna akan mengingat-ingat merek tersebut
sebagai pilihannya.
Pengaruh sifat sombong terhadap
persepsi merek mewah
Adanya persepssi akan adanya merek
mewah membuat seseorang cenderung mempunyai rasa untuk memiliki, dan ini didasari dari adanya sifat negatif yaitu
sifat fombong yang tidak ingin kalah dengan orang. Rasa untuk memiliki
barang-barang bermerek dengan harga yang mahal pasti akan dimiliki oleh seseorang yang memiliki sifat sombong.
Karakter ini akan melakukan apa saja agar apa yang diinginkannya tercapai.
Pengaruh sifat sombong terhadap persepsi merek mewah berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan.
Hipotesis 1 :Pengaruh sifat sombong berpengaruh positif
terhadap persepsi merek mewah.
Pengaruh sifat sombong terhadap
niat beli
Menurut Berthon (2009) penelitian telah membahas semua implikasi konsumsi kesombongan, penelitian menunjukkan
bahwa perannya menjadi lebih menonjol dari pada yang ditunjukkan
sebelumnya. Hal ini karena menghubungkan antara diri dan individunya yang dunianya diinginkan
scara eksternal melalui simbolis dan sensorik pemenuhan (Wang dan Waller,
2006; Watchravesringkan, 2008). Kesombongan dapat dilihat untuk memiliki unsur-unsur yang relatif
tersembunyi, seperti penggunaan produk perawatan pribadi karena
6
kesombongan fisik, dan tampilan
mencolok dari benda status, menandakan kesombongan berkaitan
dengan status sosial dan kekuasaan. Untuk tujuan penelitian ini, kesombongan didefinisikan sebagai
"memiliki kekhawatiran berlebih atau positif (dan mungkin meningkat)
pandangan, penampilan fisik seseorang atau pribadi" menurut (Netemeyer, 1995. 612). Ciri-ciri dan perilaku
diungkapkan oleh Netemeyer (1995) meliputi perhatian lebih bagi kemajuan
diri, penampilan fisik dan status. Menganjurkan dapat diamati misalnya, dari penggunaan individu dan pilihan
produk kosmetik, produk pakaian dan konsumsi yang mencolok pada
umumnya. Dalam penelitian Durvasula (2001), lebih lanjut menyatakan penting terkait dengan konsumsi merek fashion
mewah. Korelasi belum mendapat dukungan empiris yang luas (Park ,
2008). Dari sedikit yang telah memeriksa ini hubungan. Menurut Sedikides ( 2007) penelitian
berpengaruh dengan mempelajari hubungan antara individu yang rentan
terhadap kesombongan dan pengeluaran mereka pada produk high-prestise, mereka menyimpulkan pengguna ini
akan terus menginginkan dan mengkonsumsi produk baru, termasuk
barang-barang fashion untuk memenuhi hasrat yang dimiliki dan harga diri. Pengaruh sifat sombong terhadap sifat
sombong berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan.
Hipotesis 2 : Pengaruh sifat sombong berpengaruh positif terhadap niat beli
Pengaruh sifat sombong terhadap
pengaruh sosial
Penelitian ini label faktor eksternal yang merangsang niat individu untuk
membeli sebuah merek mewah seperti pengaruh sosial. Tsai (2005 ) dan
Wiedmann (2009), dampak dari
pengaruh sosial pada pengguna merek mewah terhadap niat beli dibahas dan
nilai empiris didukung. Menurut Tsai (2005), sosial pengguna berorientasi termotivasi untuk memiliki merek-
merek mewah untuk menampilkan status mereka dan sukses ditargetkan
pada kelompok sosial. Ini akan menjadi sangat penting dalam kemewahan merek yang dikenal secara
internasional. Pengaruh sifat sombong terhadap
pengaruh sosial berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan. Hipotesis 3 : Pengaruh sifat sombong
berpengaruh positif terhadap pengaruh sosial
Pengaruh persepsi merek mewah
terhadap niat beli
Selain persepsi pengguna yang bersifat internal dan faktor eksternal juga
berkontribusi terhadap miliknya nilai yang dirasakan (Ahuvia, 2005; Jenkins, 2004 ; Truong, 2010). Hal ini karena
nilai merek hampir tidak dapat beroperasi di luar komunitasnya
(Algesheimer, 2005; .Lalwani , 2002;. Wilcox, 2009), dan ini sangat jelas ketika tujuan dari pembelian merek
mewah adalah untuk menandakan kekayaan, perdagangan disosial status
dan meminta persetujuan untuk menyatakan status sosial (Danziger , 2005; Silverstein dan Fiske , 2003).
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan persepsi merek mewah
terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan Hipotesis 4 : Persepsi merek mewah
tidak berpengaruh terhadap niat beli
Pengaruh sosial terhadap niat beli
Menurut Kotler (2008:189), batas
dimana sifat seseorang mengurangi prefensi kita untuk sebuah alternatif
7
tergantung pada dua hal, yang pertama
adalah intensitas sifat negatif orang lain terhadap alternatif yang kita sukai dan
memotivasi kita untuk mematuhi kehendak orang lain. Semakin intens sifat negatif ke orang lain dan semakin
dekat hubungan orang tersebut dengan kita, semakin besar kemungkinan kita
menyesuaikan niat pembelian.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan pengaruh sosial terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan.
Hipotesis 5 : Pengaruh sosial tidak berpengaruh terhadap niat beli.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 1 Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN
Klasifikasi Sampel
Populasi adalah sebagian wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Totok Amin,
2012 : 152). Pengertian populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan atau
individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Satuan atau individu disebut unit analisis, bisa berupa orang, rumah
tangga, tanah pertanian dan sebagainya dalam bentuk yang bisa dipakai dalam
survei (Danang Sunyoto, 2012 : 47). Populasi dari penelitian ini adalah pengguna sekaligus pemilik Apple
iPhone di Kota Surabaya.
Sampel adalah sub kelompok elemen populasi yang terpilih untuk
berpartisipasi dalam studi (Malhotra,
2009:364). Sampel adalah bagian dari populasi, sedangkan survei sampel adalah suatu prosedur dalam penelitian
yang mana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil untuk menentukan
sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen
secukupnya dari populasi sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat dan
karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau
karakteristik tersebut pada elemen populasi (Totok Amin, 2012:153). Sampel harus mampu mewakili
kesuluruhan populasi dan akan mengambil 115 sampel. Sampel dari
penelitian ini adalah pengguna sekaligus pemilik Apple iPhone di Surabaya.
8
Teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan penelitian ini adalah teknik nonrandom sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dalam populasi yang dilakukan secara Judgement Sampling. Judgement Sampling atau
pengambilan sampel keputusan merupakan pengambilan sampel yang
terjadi ketika peneliti memilih anggota-anggota sampel utuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria (Danang
Sunyoto, 2012 : 59). Adapun yang menjadi kriteria peneliti dengan
menggunakan sampel judgement adalah sebagai berikut: 1. Sampel adalah individu yang tinggal
Surabaya. 2. Sampel adalah individu mempunyai
Apple iPhone. 3. Sampel adalah responden mulai dari
umur 17tahun.
Penelitian ini akan mengambil sampel sebanyak 115 responden yang
dilakukan dengan judgement sampling untuk mendapatkan sampel responden dengan distribusi yang mendekati
karakteristik populasi statistik. Peneliti, dengan judgement memilih elemen-
elemen yang akan dimasukkan ke dalam sampel, karena diyakini bahwa elemen-elemen tersebut mewakili atau memang
sesuai dengan populasi yang sedang diteliti (Malhotra, 2009:373).
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan sumber
data primer, data yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan hasil
jawaban para responden kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengajukan
daftar pertanyaan tentang suatu hal atau suatu bidang. Setiap responden
diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada didalam kuesioner.
Metode pengumpulan data
melalui kuesioner, kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan
menyebarkan daftar pertanyaan kepada
responden. Daftar pertanyaan dapat berupa pertanyaan terbuka dan tertutup
(multiple choice). Daftar pertanyaan tersebut harus diisi oleh responden (Danang Sunyoto, 2012:47). Daftar
pertanyaan bersifat tertutup, dimana alternatif-alternatif jawaban telah
disediakan. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa metode ini cukup ekonomis, cepat,
menjamin keleluasaan responden untuk menjawab dan mengumpulkan fakta-
fakta yang diperlukan serta menjamin kerahasiaan identitas responden sehingga lebih mudah memberikan
informasi atau jawaban. Menurut Lupiyoadi (2001:195), data yang baik
harus memenuhi dua syarat yaitu pertama, data harus memenuhi prinsip validitas seperti syarat-syarat sebagai
data tepat waktu yang artinya data tidak kadaluarsa. Agar faktor biasnya kecil,
serta data harus relevan, artinya ada hubungan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Kedua, data harus
memenuhi prinsip reliabilitas, meliputi syarat sebagai berikut: data harus
obyektif, artinya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan data harus representatif, artinya data sample harus
dapat mewakili seluruh populasi.
Variabel penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen yaitu persepsi merek mewah, pengaruh sosial, sifat sombong dan niat
beli. Defini Variabel Operasional
Sifat Sombong
Sifat sombong merupakan suatu
karakter yang dibentuk dari adanya rasa untuk tampil lebih dibandingkan dengan orang lain, sifat yang tidak mau kalah
dengan orang, ingin terlihat lebih baik dengan berbagai cara yaitu misalnya
9
dengan menggunakan barang-barang
yang bermerek. Sifat ini juga muncul ketika bersama orang-orang disekitar
dan ingin tampil beda dengan melebihkan keunggulan dari barang-barang bermerek yang dimiliki. Ini
sebagai bukti pembeda atas suatu kelas sosial yang mampu memberi tanda akan
status sosial seseorang.
Persepsi Merek Mewah
Persepsi merek mewah merupakan suatu sudut pandang seseorang akan
suatu hal dilihat dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, bisa juga dari informasi yang ada. Persepsi
merek mewah juga dapat diartikan dengan bagaimana seseorang
memandang sebuah merek menjadi sesuatu yang bermakna. Bisa juga dengan melihat dari harga, prestice,
kualitas, pelayanan yang diterima, pengalaman merek dan lain-lain.
Persepsi adalah suatu titik dimana seseorang akan menggunakan logika dalam menanggapi merek.
Hubungannya dengan barang mewah, rata-rata seseorang yang mengerti akan
barang mahal maka mindset akan mengarah pada harga dan kualitas dari produk tersebut.
Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial ini merupakan adanya dorongan dari pihak luar (ekstrenal) untuk mempengaruhi suatu keputusan.
Pengaruh sosial paling sering dirasakan oleh masyarakat karena itu bentuk
pemasaran secara langsung secara yang cukup efektif dalam melakukan kegiatan promosi. Apalagi jika
pengaruh sosial datang dari teman dekat, keluarga dan lingkungan sekitar
maka akan dengan mudah untuk dapat mendekati.
Niat beli
Niat beli yang dimaksud pada penelitian ini adalah dalam hal pembelian yang
terjadi, terciptanya kepuasan dalam pembelian produk Apple iPhone yang sebelumnya pernah dilakukan dapat
membuat pengguna akan melakukan pembelian tanpa melihat kelebihan dan
kekurangan namun hanya melihat merek, karena para pengguna sudah merasa tidak perlu mempertimbangkan
merek lain selain Apple iPhone dengan fasilitas atau fitur-fitur yang terdapat
pada produk Apple iPhone yang nantinya akan dibeli atau yang sedang pakai.
Alat Analisis
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah menggunakan analisis Structural
Equation Modelling (SEM). Ghozali (2011:61) menyatakan bahwa langkah
permodelan SEM (Structural Equation Modelling) adalah terdiri dari model pengukuran (measurin model) ditujukan
untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator-
indikator empirisnya dan yang kedua adalah model structural merupakan model mengenai struktur hubungan
yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antar faktor (Ghozali
2011:61). HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, analisis statistik
yang digunakan adalah structural equation model (SEM) dengan menggunakan alat analisis program
AMOS 21.0. Teknik estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood
(ML) karena sampel yang digunakan antara 100-200. Sebelum pengujian SEM, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi yang meliputi: a. Ukuran Sampel
10
Pada penelitian ini menggunakan
115 responden dengan demikian memenuhi asumsi jumlah sampel
yang digunakan. b. Asumsi Normatif Uji normalitas perlu dilakukan baik
untuk normalitas terhadap data tunggal maupun multivariate. Untuk menguji
normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis, peneliti mengamati skewness value dari data
yang digunakan dengan pengujian Assessment of Normality. Dimana nilai
kritisnya ± 2.58 pada tingkat 0.01 (1%), yang berarti apabila nilai yang dihitung lebih besar dari 2.58 maka distribusi
data tidak normal. Nilai kritis lainnya
yang umum digunakan adalah nilai kritis ± 1.96 pada tingkat 0.05 (5%).
Secara lengkap hasil uji normalitas data disajikan pada Tabel 4.15 dibawah ini. Terdapat dari dua indikator yang
berdistribusi tidak normal yaitu SS1 dan SS2. Walaupun demikian indikator
tersebut tetap dilakukan penelitian dikarenakan jumlah sampel sudah mencukupi syarat minimum sehingga
tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hal ini berarti peneliti dapat
menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01 (1%).
Table 2
ASSESSMENT OF NORMALITY
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
pmw6 1,000 5,000 -,220 -,962 -,719 -1,575
ps1 1,000 5,000 -,328 -1,437 -,522 -1,143
ps2 1,000 5,000 -,225 -,983 -,730 -1,599
ps3 1,000 5,000 -,006 -,027 -,702 -1,538
ss1 1,000 5,000 1,127 4,934 2,170 4,750
ss2 1,000 5,000 ,540 2,365 -,557 -1,220
ss3 1,000 5,000 -,687 -3,007 ,396 ,866
ss4 1,000 5,000 ,026 ,114 -,410 -,897
nb5 1,000 5,000 ,483 2,116 -,408 -,892
nb4 1,000 5,000 -,381 -1,668 ,213 ,467
nb3 1,000 5,000 -,331 -1,451 -,506 -1,107
nb2 1,000 5,000 -,779 -3,412 ,174 ,380
nb1 1,000 5,000 -,862 -3,772 ,216 ,474
pmw5 1,000 5,000 ,281 1,229 -,270 -,591
pmw4 1,000 5,000 -,414 -1,813 -,398 -,871
pmw3 1,000 5,000 -1,863 -8,155 5,144 11,260
pmw2 1,000 5,000 -1,043 -4,567 1,688 3,694
pmw1 1,000 5,000 -1,874 -8,204 4,870 10,660
Multivariate
52,345 10,460
c. Outliers Outliers adalah kondisi obsevasi dari
suatu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh
dari observasi-observasi yang lain dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun
variabel-variabel kombinasi (Hair et al, dalam Imam Ghozali, 2013).
11
1. Univariate Outlier
Tabel 3
TABEL DESKRIPSI Z-SCORE N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Zscore(PMW1) 115 -3,75367 ,88797 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW2) 115 -3,71277 1,03133 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW3) 115 -4,09568 ,81060 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW4) 115 -2,40382 1,55947 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW5) 115 -1,85224 2,18582 ,0000000 1,00000000
Zscore(PMW6) 115 -2,09164 1,78801 ,0000000 1,00000000
Zscore(PS1) 115 -2,43199 1,78957 ,0000000 1,00000000
Zscore(PS2) 115 -2,56137 1,61675 ,0000000 1,00000000
Zscore(PS3) 115 -2,00283 1,90099 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS1) 115 -1,22742 3,63992 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS2) 115 -1,37787 2,22338 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS3) 115 -2,67611 1,33369 ,0000000 1,00000000
Zscore(SS4) 115 -1,87140 2,04152 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB1) 115 -2,58948 1,16812 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB2) 115 -2,58544 1,22643 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB3) 115 -2,26777 1,55338 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB4) 115 -3,03245 1,52613 ,0000000 1,00000000
Zscore(NB5) 115 -1,64015 2,13220 ,0000000 1,00000000
Valid N (listwise) 115
2. Multivariate Outliers
Deteksi multivariate outliers dapat dilihat dari nilai mahalanobis distance.
Berdasarkan nilai chi-squares pada Degree of Freedom 18 yaitu jumlah indikator pada signifikansi p<0,001.
Nilai mahalanobis distance X2 (18; 0,001)= 42,312 Semua kasus yang
mempunyai mahalonobis distance yang lebih besar dari 42,312 adalah multivariate outliers. Pada penelitian
ini, terdapat data yang memiliki mahalanobis distance melebihi 42,312
yaitu 63, 93 dan 73. Outlier pada tingkat multivariate dalam penelitian ini tidak akan dihilangkan karena data tersebut
diperoleh berdasarkan informasi
sesungguhnya dari responden.
4.2.2.1 Analisis Konfirmasi Faktor
(CFA)
Data yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, dan memenuhi asumsi-asumsi SEM tersebut kemudian diuji
kesesuaian modelnya dengan menggunakan program AMOS versi 21.0 dimana pertama akan diuji model
untuk keseluruhan variabel. Adapun hasil pengujian AMOS untuk masing-
masing variabel baik single model maupun full model disajikan pada uraian dibawah ini :
12
Gambar 2
CFA-Model Awal
Tabel 3
Goodness of Fit Index (MODEL CFA AWAL)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 248,209 marginal
2 Probability ≥ 0.05 0,000 marginal
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,924 baik
4 GFI ≥ 0.90 0,798 marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,732 marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,792 marginal
7 NFI ≥ 0.90 0,701 marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,90 marginal
Berdasarkan pada Tabel 3 diketahui
bahwa nilai goodness of fit tidak sesuai yang diharapkan karena jika
dibandingkan antara cut of value dengan hasilnya maka semuanya hasilnya masih marginal atau kurang memenuhi syarat
uji hipotesis. Maka dari itu perlu di lakukan revisi model. Revisi atau
modifikasi model dilakukan dengan
memperhatikan mahalanobis distance kemudian menghapus data sampel yang
dianggap outliers. Pada gambar 2 diatas ini menunjukkan hasil uji SEM setelah dilakukan revisi dengan membuang data
yang outlier.
13
Tabel 4
MODIFICATION INDICES (MODEL CFA AWAL)
M.I. Par Change
e10 <--> pengaruh_sosial 4,138 ,145
e13 <--> e10 5,684 ,177
e1 <--> persepsi_merek_mewah 6,722 -,093
e1 <--> e10 4,847 ,140
e1 <--> e11 4,140 ,112
e2 <--> e10 5,579 ,198
e2 <--> e1 7,035 ,171
e3 <--> sifat_sombong 4,846 -,120
e3 <--> persepsi_merek_mewah 4,246 ,085
e3 <--> e1 4,818 -,124
e4 <--> e1 4,348 ,114
e17 <--> e2 5,661 ,134
e16 <--> pengaruh_sosial 4,017 ,127
e16 <--> e1 4,707 ,122
e16 <--> e3 4,703 -,140
e9 <--> e10 10,063 ,244
e9 <--> e1 14,435 ,228
e8 <--> pengaruh_sosial 12,202 ,259
e8 <--> e13 6,281 ,193
e7 <--> e10 6,982 -,138
e7 <--> e1 7,809 -,114
e7 <--> e2 4,225 -,110
e7 <--> e3 5,951 ,115
e7 <--> e16 4,185 -,095
e7 <--> e9 5,636 -,116
e5 <--> e7 4,504 ,080
Setelah melihat Modification indices,
selanjutnya dilakukan modifikasi dengan mengorelasikan dua pasang
parameter yaitu e9-10 dan e9-e1 yang memiliki nilai tertinggi seperti yang
terdapat pada Tabel 4 Model yang telah
dimodifikasi selanjutnya dianalisis kembali. Secara lengkap hasil
modifikasi pertama ditampilan dalam gambar4.
14
Gambar 3
CFA-Model Modifikasi 1
Tabel 5
Goodness of Fit Index (MODEL CFA MODIFIKASI)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 137,536 Marginal
2 Probability ≥ 0.05 0,058 Baik
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,217 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,885 Marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,826 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,951 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,835 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,44 Baik
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa
nilai goodness of fit sesuai dengan yang
diharapkan jika dibandingkan antara cut off values dengan hasil sudah memenuhi
syarat uji hipotesis. Secara keseluruhan
nilai goodness of fit sesuai dengan kriteria
karena memenuhi nilai cut of values maka disimpulkan bahwa model tersebut
diterima
.
Tabel 6
HASIL ESTIMASI CFA - MODIFIKASI 1
Estimate
Std .
Estimate S.E. C.R. P
pmw1 <--- persepsi_merek_mewah 1,000 ,675
pmw2 <--- persepsi_merek_mewah ,981 ,679 ,169 5,808 ***
pmw3 <--- persepsi_merek_mewah 1,118 ,796 ,160 6,965 ***
pmw4 <--- persepsi_merek_mewah ,296 ,171 ,187 1,582 ,114
15
Estimate
Std .
Estimate S.E. C.R. P
pmw5 <--- persepsi_merek_mewah ,808 ,473 ,186 4,349 ***
nb1 <--- niat_beli 1,000 ,817
nb2 <--- niat_beli 1,127 ,937 ,095 11,922 ***
nb3 <--- niat_beli ,791 ,648 ,105 7,501 ***
nb4 <--- niat_beli ,743 ,730 ,086 8,655 ***
nb5 <--- niat_beli ,174 ,143 ,118 1,478 ,139
ss4 <--- sifat_sombong 1,000 ,621
ss3 <--- sifat_sombong 1,174 ,747 ,233 5,044 ***
ss2 <--- sifat_sombong ,769 ,449 ,194 3,963 ***
ss1 <--- sifat_sombong ,325 ,258 ,127 2,570 ,010
ps3 <--- pengaruh_sosial 1,000 ,644
ps2 <--- pengaruh_sosial ,967 ,642 ,235 4,116 ***
ps1 <--- pengaruh_sosial ,901 ,604 ,229 3,936 ***
pmw6 <--- persepsi_merek_mewah ,720 ,409 ,190 3,800 ***
Pada Tabel 6 dilakukan analisis atas signifikansi loading factor dapat digunakan untuk menjelaskan faktor
yang dianalisis. Pedoman analisis ini adalah dibutuhkan nilai lamda yang ≥
0,40 atau memiliki nilai CR ≥ 2. Adapun setelah dilakukan modifikasi model jika masih terdapat indikator
yang belum memenuhi kriteria analisis dalam loading factor maka indikator
tersebut harus dihilangkan. Setelah dilakukan proses modifikasi dan didapatkan hasil dari loading factor
tersebut valid dan sesuai dengan standar maka dalam proses analisis
selanjutnya tidak ada indikator dalam model yang dihapus dari model dikarenakan sudah memenui kreteria
loading factor.
Gambar 4
CFA-Model Akhir
16
Tabel 7
Goodness of Fit Index (MODEL CFA AKHIR)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 85,746 Marginal
2 Probability ≥ 0.05 0,208 Baik
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,128 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,913 Baik
5 AGFI ≥ 0.90 0,826 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,977 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,835 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,34 Baik
Tabel 7 menunjukkan penilaian goodness of fit yang lebih baik dari
sebelumnya dengan terpenuhinya empat kriteria yaitu Probability, CMIN/DF,
GFI, TLI dan RMSEA. Kriteria goodness of fit lainnya belum mampu
terpenuhi pada tahapan analisis ini. Berikut adalah hasil CFA akhir :
Tabel 8
HASIL ESTIMASI CFA AKHIR
Estimate
Std.
Estimate S.E. C.R. P
pmw1 <--- persepsi_merek_mewah 1,000 ,687
pmw2 <--- persepsi_merek_mewah ,962 ,674 ,163 5,886 ***
pmw3 <--- persepsi_merek_mewah 1,116 ,808 ,157 7,084 ***
pmw5 <--- persepsi_merek_mewah ,735 ,438 ,184 3,996 ***
nb1 <--- niat_beli 1,000 ,818
nb2 <--- niat_beli 1,130 ,939 ,095 11,915 ***
nb3 <--- niat_beli ,775 ,642 ,105 7,354 ***
nb4 <--- niat_beli ,749 ,732 ,086 8,703 ***
ss4 <--- sifat_sombong 1,000 ,616
ss3 <--- sifat_sombong 1,196 ,755 ,242 4,948 ***
ss2 <--- sifat_sombong ,766 ,439 ,197 3,891 ***
ps3 <--- pengaruh_sosial 1,000 ,697
ps2 <--- pengaruh_sosial ,873 ,646 ,193 4,517 ***
ps1 <--- pengaruh_sosial ,822 ,614 ,192 4,282 ***
pmw6 <--- persepsi_merek_mewah ,715 ,414 ,183 3,901 ***
Sumber : Data Diolah
Tabel 8 menunjukkan bahwa model
yang dihipotesiskan telah fit secara seluruhnya dengan sampel data.
Pengujian persamaan structural ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
antar variabel dilakukan structural equation modeling (SEM) dengan metode estimasi maximum likelihood.
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan menggunakan program AMOS
21.0 dengan model persamaan struktural
yang ditunjukkan pada gambar 5.
17
Gambar 5
Model Persamaan Struktural - Awal
Tabel 9
GOODNESS OF FIT MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AWAL)
No. Analisis Kriteria Hasil
Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 130,779 Marginal
2 Probability ≥ 0.05 0,001 Marginal
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,539 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,865 Marginal
5 AGFI ≥ 0.90 0,810 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,902 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,808 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,069 Baik
Sumber :Data diolah
Dari hasil Tabel 9 yang diloah dari
Gambar 5 diketahui bahwa hasil dari goodness of fit tidak sesuai dengan
syarat-syarat uji hipotesis karena nilai hasil pengujian belum memenuhi
kriteria dari nilai cut off values.
Sehingga perlu adanya untuk modifikasi model. Adapun modification indices
sebagai berikut.
Tabel 4. 10
MODIFICATION INDICES MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AWAL)
M.I. Par Change
e10 <--> Z2 5,309 ,169
e13 <--> e10 6,614 ,194
e2 <--> e10 7,330 ,240
e17 <--> e2 5,148 ,134
e16 <--> e3 4,131 -,125
e9 <--> e10 11,384 ,265
18
M.I. Par Change
e9 <--> e13 4,050 ,144
e7 <--> e10 5,690 -,125
e7 <--> e2 6,043 -,138
e6 <--> e15 4,127 -,071
Sumber :Data diolah
Setelah melihat modification indices
model, peneliti harus melakukan korelasi antara variabel yang memiliki modification indices tertinggi sehingga
didapatkan model yang sesuai dengan mengambil enam terbesar pada nilai
M.I. Modifikasi pada persamaan
struktural ini dilakukan sebanyak lima kali hingga sampai pada akhirnya tercapai model modifikasi persamaan
struktural terakhir yang terlihat pada gambar 6 berikut ini :
Gambar 6
Model Persamaan Struktural – Akhir
Tabel 11
GOODNESS OF FIT MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AKHIR)
No. Analisis Kriteria Hasil Pengujian Keterangan
1 Chi-Square Diharapkan
Kecil 99,700 Marginal
2 Probability ≥ 0.05 0,058 Baik
3 CMIN/DF ≤ 2.00 1,262 Baik
4 GFI ≥ 0.90 0,902 Baik
5 AGFI ≥ 0.90 0,851 Marginal
6 TLI ≥ 0.90 0,952 Baik
7 NFI ≥ 0.90 0,854 Marginal
8 RMSEA ≤ 0.08 0,048 Baik
Sumber :Data diolah
19
Dari Tabel 11 Goodness of Fit Full
Structural Model Akhir diketahui bahwa nilai yang memenuhi kriteria cut
off values ada lima yaitu Probability, CMIN/DF, GFI, TLI dan RMSEA. Jadi
Tabel 11 menunjukkan bahwa uji
kesesuaian model ini menghasilkan sebuah tingkat penerimaan yang fit, hal
ini karena terdapat enam nilai goodness of fit.
Tabel 12
HASIL PERSAMAAN MODEL (PERSAMAAN STRUKTURAL AKHIR)
Estimate
Std.
estimate S.E. C.R. P Label
persepsi_merek_mewah <--- sifat_sombong ,673 ,703 ,164 4,114 *** par_12
pengaruh_sosial <--- sifat_sombong ,445 ,375 ,173 2,568 ,010 par_13
niat_beli <--- persepsi_merek_mewah ,375 ,250 ,251 1,493 ,135 par_14
niat_beli <--- pengaruh_sosial -,128 -,106 ,135 -,947 ,343 par_15
niat_beli <--- sifat_sombong ,784 ,545 ,293 2,674 ,007 par_16
Sumber :Data diolah
Pada Tabel 12 menunjukkan hasil pengujian structural equation model yang
akan dibahas mengenai signifikansi
pengaruh antar variabel. Jika variabel memiliki nilai probabilitas (ρ) dengan ρ <
0.05 menunjukkan tingkat signifikansi sehingga hipotesis diterima.
Hasil analisis dan pembahasan
Berdasarkan pengujian menunjukkan
hasil sebagai berikut : 1. Pengaruh sifat sombong terhadap
persepsi merek mewah berdasarkan hasil pengujian dinyatakan signifikan, diketahui bahwa nilai
signifikansi (***) < 0,05. Nilai loading factor pada variabel sifat
sombong terhadap persepsi merek mewah menunjukkan angka 0,703. Artinya ketika terdapat kenaikan
senilai satu pada variabel sifat sombong, maka akan
mengakibatkan kenaikan sebesar 0,703 pada variabel persepsi merek mewah. Dan maka dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima yang artinya sifat sombong
memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi merek mewah. Dengan hasil yang ada menyatakan
bahwa iPhone Apple memang mempunyai pangsa yang tepat pada
kalangan menengah keatas. Dilihat pada hasil responden bahwa
responden ini menyukai dengan barang-barang bermerek atau branded juga adanya kenyaman
yang dirasakan para pengguna iPhone dalam fungsinya. Dengan responden yang mengakui kualitas
iPhone Apple yang terpercaya maka tidak adanya pandangan
negatif akan produk Apple. Dilihat dari adaya kepeduliian pihak Apple dengan mengeluarkan produk
terbaru yang memiliki bahan yang ramah lingkungan dengan harga
lebih rendah selain itu fitur yang ditawarkan Apple pun lebih menarik.
2. Pengaruh sifat sombong terhadap
niat beli Pengaruh sifat sombong terhadap sifat sombong berdasarkan hasil
pengujian dinyatakan signifikan, diketahui bahwa nilai signifikansi
(0,007) < 0,05 dan nilai loading factor sebesar 0,545. Nilai loading factor pada variabel sifat sombong
terhadap niat beli menunjukkan angka 0,545. Artinya ketika
terdapat kenaikan senilai satu pada variabel sifat sombong, maka akan
20
mengakibatkan kenaikan sebesar
0,545 pada variabel niat beli. Maka dapat disimpulkan bahwa H2
diterima yang artinya sifat sombong memiliki pengaruh signifikan terhadap niat beli.
Dilihat bahwa adanya suatu sifat yang mempengaruhi untuk
membeli namun bukan karena ingin membeli tapi hanya sekedar mempurnyai karena ingin sama
dengan orang lain. Terbukti dengan adanya kalangan
masyarakat di Indonesia yang terkenal sekali akan hidup yang konsumtif. Selalu mengikuti
perkembangan jaman, gaya baru yang moderen.
3. Pengaruh sifat sombong terhadap
pengaruh sosial
Pengaruh sifat sombong terhadap pengaruh sosial berdasarkan hasil
pengujian dinyatakan signifikan, diketahui bahwa nilai signifikansi (0,010) < 0,05 dan nilai loading
factor sebesar 0,173.Nilai loading factor pada variabel sifat sombong
terhadap pengaruh sosial menunjukkan angka 0,375. Artinya ketika terdapat kenaikan senilai
satu pada variabel sifat sombong, maka akan mengakibatkan
kenaikan sebesar 0,375 pada variabel pengaruh sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa H3
diterima yang artinya sifat sombong memiliki pengaruh signifikan
terhadap pengaruh sosial. Menurut Tatik Suryani (2008:30) bahwa kebutuhan akan
berkembang seiring dengan perkembangan yang terjadi di
lingkungan membuat konsumen akan berinterasi dengan konsumen lain dan dari interaksi tersebut
konsumen akan mendapatkan informasi-informasi penting
berkaitan dengan cara-cara untuk
memenuhi kebutuhan. Pada umumnya motif atau kebutuhan
manusia memiliki sifat-sifat seperti: kebutuhan tidak terpuaskan , kebutuhan baru
muncul setelah kebutuhan yang lama terpenuhi, keberhasilan
dalam mencapai tujuan akan mempengaruhi tujuan berikutnya dan motif bersifat majemuk.
4. Persepsi merek mewah terhadap
niat beli Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan persepsi merek
mewah terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan,
diketahui bahwa nilai signifikansi (0,135) < 0,05. Nilai loading factor pada variabel persepsi merek
mewah terhadap niat beli menunjukkan angka 0,250. Artinya
ketika terdapat kenaikan senilai satu pada variabel persepsi merek mewah, maka akan mengakibatkan
kenaikan sebesar 0,250 pada variabel niat beli. Maka dapat
disimpulkan bahwa H4 ditolak yang artinya persepsi merek mewah tidak berpengaruh signifikan
tehadap niat beli. Menurut Tatik Suryani
(2008:96) terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka mempunyai
kesan dan memberikan penilaian yang tepat. Berdasarkan persepsi
inilah konsumen tertarik dan membeli. Namun tidak semuanya karena tidak semua persepsi merek
mewah menghasilkan niat pembelian karena masih banyak
juga pertimbangan sebelum melakukan pembelian. Selain itu persepsi merek mewah terhadap
niat beli tidak signifikan karena data yang diperoleh kebanyakan
21
adalah usia 21-22 tahun dimana
pada usia ini adalah tahap remaja yang masih rentan atau emosi
masih labil, karena kebanyakan remaja di Indonesia mengikuti mode atau tren yang ada saat ini.
Dan di tinjau dari data yang mengisi kuesioner kebanyakan
adalah pelajar atau mahasiswa dan kebanyakan dari mereka masih mengandalkan uang dari orang tua.
Keputusan ini yang membuat persepsi merek mewah tidak
berpengaruh pada niat beli karena kebanyakan mahasiswa masih belum bekerja dan menghasilkan
pendapatan maka jelas sebagus apapun gadged yang di inginkan
adanya keputusan untuk membeli akan berat pada kalangan mahasiswa kecuali adanya fasilitas
dari orang tua atau lainnya.
5. Pengaruh sosial terhadap niat beli. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pengaruh sosial
terhadap niat beli dinyatakan tidak signifikan, diketahui bahwa nilai
signifikansi (0,343) < 0,05. Nilai loading factor pada variabel pengaruh sosial terhadap niat beli
menunjukkan angka -0,106. Artinya ketika terdapat kenaikan
senilai satu pada variabel pengaruh sosial, maka akan mengakibatkan kenaikan sebesar -0,106 pada
variabel niat beli. Maka dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak
yang artinya pengaruh sosial tidak berpengaruh signifikan tehadap niat beli.
Menurut Tatik Suryani (2008:73) gaya hidup menunjukan pada
bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk maupun jasa
dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternatif dalam satu
kategori jenis produk yang ada.
Dalam pemasaran sangat jelas tampak bahwa konsumen yang
memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya kedalam satu kelompok
berdasarkan apa yang mereka minati. Adanya perubahan gaya
hidup dari generasi ke generasi karena adanya perubahan sosial di masyrakat dan lingkungan ekonomi
yang berubah, merupakan peluang bagi pemasar untuk menciptakan
produk yang sesuai dengan gaya hidup pasar yang dituju. Dari adanya pengaruh sosial tidak
semuanya berpengaruh pada niat pembeliannya karena pengaruh
sosial ini hanya sementara tidak seberapa mempunyai peran yang kuat. Selain itu juga data penelitian
ini menunjukan bahwa kebanyakan yang mengisi adalah mahasiswa
yang belum bekerja maka walau sekuat apapun pengaruh sosial mempengaruhi seseorang namun
tak akan mempengaruhi niat beli karena mahasiswa masih belum
berpendapatan maka mereka tidak bisa menentukan keputusan untuk membeli.
KESIMPULAN, KETERBATASAN,
DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan uji
hipotesis yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa kesimpulan yang
dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut : 1. Sifat sombong berpengaruh
terhadap persepsi merek mewah. Dengan demikian hipotesis satu
(H1) yang menyatakan bahwa sifat sombong berpengaruh signifikan terhadap persepsi merek mewah
diterima.
22
2. Sifat sombong berpengaruh
terhadap niat beli. Dengan demikian hipotesis dua (H2) yang
menyatakan bahwa sifat sombong berpengaruh signifikan terhadap niat beli diterima.
3. Sifat sombong berpengaruh terhadap pengaruh sosial. Dengan
demikian hipotesis tiga (H3) yang menyatakan bahwa sifat sombong berpengaruh signifikan terhadap
pengaruh sosial diterima. 4. Persepsi merek mewah
berpengaruh terhadap niat beli. Dengan demikian hipotesis empat (H4) yang menyatakan bahwa sifat
sombong tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli
ditolak. 5. Pengaruh sosial berpengaruh
terhadap niat beli. Dengan
demikian hipotesis lima (H5) yang menyatakan bahwa pengaruh sosial
tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli ditolak. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini.
Keterbatasan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Terdapat kendala yang bersifat
situasional yaitu pengisian kuesioner yang dapat mempengaruhi jawaban
responden, seperti jawaban dari
responden tidak jujur dan kurang telitinya responden dalam membaca
pernyataan didalam kuesioner dikarenakan kurangnya keaktifan
peneliti dalam mengontrol
responden. 2. Komposisi responden dalam
penelitian ini belum proporsional sebab mayoritas responden masih didominasi oleh Pelajar atau
Mahasiswa. 3. Asumsi Goodness Of Fit Indices
dalam SEM belum mampu terpenuhi seluruhnya.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan baik penelitian terdahulu
maupun penelitian saat ini, maka peneliti memberikan saran yang mungkin dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan.
Adapun saran-saran yang diberikan peneliti sebagai bahan pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya antara lain: 1. Saran bagi Perusahaan Apple
a. Berdasarkan hasil tanggapan responden pada variable sifat
sombong, nilai mean terendah terletak pada indikator SS1 yang menyatakan bahwa “Saya merasa
malu jika tidak mempunyai Apple iPhone”. Hal tersebut menunjukan
bahwa para pengguna memang tidak malu apabila tidak memkai iPhone Apple, karena mereka juga
mempunyai smartphone yang lainnya.
b. Berdasarkan hasil tanggapan responden pada variable persepsi merek mewah, nilai mean terendah
terletak pada indikator PMW5 yang menyatakan bahwa “Ketika saya
memakai Apple iPhone saya merasa mewah”. Hal tersebut menunjukan bahwa para pengguna
merasa biasa saja saat memiliki iPhone Apple, mereka menganggap
bahwa smartphone merupakan kebutuhan dan tidak terlalu berlebihan jika memilikinya.
c. Berdasarkan hasil tanggapan responden pada variable pengaruh
sosial, nilai mean terendah terletak pada indikator PS3 yang menyatakan bahwa “Memakai
Apple iPhone membuat orang lain tekesan dengan saya”. Hal tersebut
menunjukan bahwa tidak ada keistimewaan saat orang lain melihat smartphone apa yang
sedang digunakan. d. Berdasarkan hasil tanggapan
responden pada variable niat beli, nilai mean terendah terletak pada indikator NB5 yang menyatakan
23
bahwa “Keputusan saya dalam
membeli karena adanya dorongan dari orang-orang terdekat”. Hal
tersebut menunjukan bahwa keputusan pembelian adalah dari sendiri dan sedikit adanya sangkut
paut orang lain.
2. Saran bagi Penelitian yang akan
datang a. Sebaiknya menggunakan sampel
yang lebih besar dan menambah
jumlah indikator dengan tujuan agar lebih mengeksplorasi hasil
penelitian dan meminimalisir kemungkinan adanya hasil yang tidak signifikan antar variabel.
b. Sebaiknya komposisi responden yang digunakan lebih proporsional
dan tidak terpusat pada satu kelompok responden tertentu atau lebih mengenderilisasi semua
segmen. c. Sebaiknya menetapkan kriteria
responden yang lebih detail (baik dengan konfirmasi tanggapan ketika telah mengisi kuisoner
online), sehingga lebih fokus dan mampu mewakili karakteristik
sampel yang diinginkan secara akurat.
DAFTAR RUJUKAN
Christina Whidya. 2010. Manajemen Riset “Strategi dan Implementasi Operasional
Bisnis Riset Modern di Indonesia”. Jakarta : Salemba
Empat
Danang Sunyoto.2012. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku
Pengguna.Yogyakarta : CAPS
Hermawan Kertajaya. 2009. Brand
Operation. Jakarta : Markplus
Junghwa Son dan Byoungho Jin. 2013.
“Consumer’s purchase intention toward foreign goods”. Journal
ofManajemen Decition. Vol. 51 No.2, Pp 435-450.
Imam Ghozali.2013. Model Persamaan
Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver 21.0.
Semarang : BP.UNDIP
Kotler, Philip dan Keller. 2007, Manajemen Pemasaran. Edisi ke
12 jilid 1 Edisi Bahasa Indonesia. Indeks. Upper saddle
river, New Jersey, 07458.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran. Edisi ke
13 Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Kuang Peng Hung dan Annie Huiling Chen. 2011. “Antenceden of luxury brand purchase
intention”. Journal of Product & Brand Management.Vol. 20
No.6, Pp 457-467
Lupiyoadi Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan
Praktek. Salemba Empat. Jakarta.
Umar Husein, 2005. Riset Pemasaran dan Sifat Sombong Pengguna. GPU. Jakarta.
Malhotra, Naresh K. 2009. “Riset Pemasaran Pendekatan
Terapan”, jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Indeks.
Puguh Suharso. 2009. Metode
Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis “Pendekatan Filosofis
dan Praktis”.Jakarta : PT INDEKS
24
Purbayu Budi dan Ashari. 2005.
Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.
ANDI. Semarang.
Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik
Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba
Infotek. Jakarta.
Tatik Suryani. 2008. Perilaku konsumen “implikasi pada strategi
pemasaran”. Yogyakarta : Graha Ilmu
Totok Amin dan Ika Karlina. 2012. Integrated Marketing Communication “Komunikasi
Pemasaran Indonesia”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Uma Sekaran. 2009. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta Salemba empat.
www.citizenjurnalism.com (online).“Laporan Keuangan
Penjualan Apple iPhone kuartal ke-4 2012”.Diakses 20 April 2013.
www.makemac.com (Online). “Penjualan Terbaik Di Dunia”
Hendra Saputra, Di akses 21 Februari 2013.