pengaruh perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio lancar terhadap profitabilitas pada...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN
DAN RASIO LANCAR TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2012-2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi
Sebagian Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi
Oleh
NOVITASARI TIRTAJAYA
2011420002
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
v
ABSTRAK
NIM : 2011420002, Judul : PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014, Jumlah Hal : xi + 80 hal + Lampiran : 2015, Kata Kunci : Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Rasio Lancar,
Profitabilitas,
Perusahaan memiliki tujuan utama yaitu memaksimalkan laba dan memiliki keberlangsungan usaha dalam jangka waktu yang panjang (going concern). Modal kerja mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena mempengaruhi profitabilitas. Komponen modal kerja terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Likuiditas yang tercermin dalam rasio lancar juga memiliki peranan yang penting bagi perusahaan dan dapat mempengaruhi profitabilitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengaruh perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio lancar terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi). Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Dari 40 perusahaan, hanya 30 perusahaan yang berhasil memenuhi kriteria penelitian. Metode analisis dalam penelitian ini adalah uji deskriptif, asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, da uji autokorelasi), regresi linear berganda, koefisien determinasi dan uji t.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) Perputaran piutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas, (2) Perputaran persediaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas, (3) Rasio lancar berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas.
Daftar Acuan : (2007-2014)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Salawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya
dan para sahabatnya.
Atas segala rahmat, berkat dan Karunia-Nya, serta atas ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Perputaran Piutang,
Perputaran Persediaan dan Rasio Lancar Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2014”.
Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi jurusan akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Darma
Persada Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materil selama penulis
menyelesaikan proses penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Mama dan Papa tercinta yang tak pernah putus
mengucap doa dan memberikan semangat serta motivasi kepada penulis
selama kuliah di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Darma
vii
Persada. Terima kasih untuk waktu, tenaga dan semua yang telah
dikorbankan untuk ananda. I love you so much. Kedua adik penulis tersayang
Dea Karina Tirtajaya dan Adela Revita Malta, berserta keluarga besar di
Kediri yang telah memberikan doa dan dukungannya serta semangatnya.
2. Bapak Ahmad Basid Hasibuhan, SE, M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada dan juga selaku Pembimbing
Materi yang telah memberikan waktu dan pikirannya dalam memberikan
bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada yang telah
memberikan pemahaman dan ilmu yang bermanfaat selama masa
perkuliahan. Staf dan Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Darma
Persada, yang namanya tidak bisa di sebutkan satu persatu.
4. Berbagai pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT Yang Maha Pemurah memberikan balasan yang
sesuai atas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan
bermanfaat dengan baik.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Juni 2015
Novitasari Tirtajaya
viii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL SKRIPSI ……………………………………….............. i LEMBAR PERNYATAAN …………………………………….................. ii LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ……………………..…………………............ iv ABSTRAK ……………………..…………………............ v KATA PENGANTAR ……………….......………………………....... vi DAFTAR ISI ………………………………………….......... viii DAFTAR TABEL ……………………………………….............. x DAFTAR GAMBAR ………………………………………….......... xi BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah …………….……....…..…......... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 7 1.3 Batasan Masalah ................................................................ 8 1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .….....…………........…. 8 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 10 2.1 Laporan Keuangan…....…………………........…….....…. 10 2.2 Modal Kerja ....................................................................... 18 2.3 Analisis Rasio Keuangan .................................................. 21 2.4 Perputaran Piutang ............................................................ 26 2.5 Perputaran Persediaan ....................................................... 31 2.6 Rasio Lancar ..................................................................... 34 2.7 Profitabilitas ...................................................................... 37 2.8 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................ 39 2.9 Kerangka Pemikiran .......................................................... 44 2.10 Hipotesis ............................................................................ 46 BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 47 3.1 Objek Penelitian ................................................................ 47 3.2 Jenis Data yang Digunakan ............................................... 47 3.3 Populasi dan Sampel .......................................................... 47 3.4 Pengumpulan Data ............................................................. 49 3.5 Analisis Data ...................................................................... 49 3.6 Definisi Variabel Operasional ............................................ 54 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .............................. 59 4.1 Hasil Penelitian ..............................……………………… 59 4.2 Pengujian Data .........................................................…..… 60 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 72
ix
BAB V PENUTUP ................................................................................. 76 5.1. Kesimpulan ………..…………………………….......... 76 5.2 Saran ………………………………………….......…... 76 DAFTAR PUSTAKA ……………..…………………………………........…... 78 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Sampel Penelitian …………………………………………... 48
Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi .. 52
Tabel 3.3 Operasional Variabel ………………………………………. 58
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif …………………………………………. 60
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) ... 62
Tabel 4.3 Coefficient (Uji Multikolinearitas) ………………………… 63
Tabel 4.4 Coefficient Correlations (Uji Multikolinearitas) …………... 63
Tabel 4.5 Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi ... 64
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ……………………………………………. 65
Tabel 4.7 Coefficients (Analisis Regresi Linear Berganda ) …………. 66
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ……………………………………... 68
Tabel 4.9 Uji t ……………………………………………………….... 69
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................ 45
Gambar 4.1 Uji Hipotesis 1 .................................................................... 70
Gambar 4.2 Uji Hipotesis 2 .................................................................... 71
Gambar 4.3 Uji Hipotesis 3 .................................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebuah perusahaan yang menjalankan suatu kegiatan (bisnis) yang
dikelola oleh pemiliki dan manajemen pasti memiliki beberapa tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah untuk menghasilkan laba
atau keuntungan yang maksimal dan usaha yang dijalankan memiliki
kelangsungan usaha dalam jangka waktu yang panjang/going concern (Suarnami,
Suwendra dan Cipta, 2014). Namun dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan
banyak menghadapi tantangan, hal ini dikarenakan seiring dengan pertumbuhan
ekonomi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, semakin ketatnya
persaingan dunia usaha dalam era globalisasi serta krisis ekonomi pada saat ini.
Menurut Sari dan Budiasih (2014), di dalam persaingan bisnis yang kompetitif
menuntut para pelaku bisnis untuk mengelola perusahaannya secara efektif dan
efisien agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan tersebut.
Manajemen perusahaan dapat mengamati kondisi perkembangan
perusahaan melalui kinerja keuangan dan menganalisis laporan keuangan dengan
menggunakan rasio keuangan. Salah satu analisis rasio yang digunakan
perusahaan dalam melakukan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan adalah
rasio profitabilitas. Menurut Agha (2014), rasio profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau keuntungan. Rasio
profitabilitas juga menunjukkan efisiensi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan dan
kemampuan perusahaan menggunakan aktiva dan modal kerjanya secara tepat
serta produktif
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya membutuhkan
dana yang tertanam dalam modal kerja. Modal kerja adalah investasi perusahaan
jangka pendek seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan atau seluruh
aktiva lancar (Putra, 2012). Manajemen modal kerja adalah hal yang sangat
penting bagi kegiatan operasional bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Oleh
karena itu setiap perusahaan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal
kerjanya. Menurut (Raheman dan Nasr, 2007), dalam keuangan perusahaan
manajemen modal kerja merupakan unsur yang sangat penting karena secara
langsung dapat mempengaruhi likuiditas dan profitabilitas atau keuntungan
perusahaan. Manajemen modal kerja mengacu dan berkaitan pada pengelolaan
aktiva lancar dan kewajiban lancar. Mengingat pentingnya modal kerja di dalam
perusahaan, manajer keuangan perusahaan harus dapat membuat perencanaan
dalam menentukan besarnya jumlah modal kerja secara tepat dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Jika perusahaan kelebihan modal kerja akan menyebabkan
banyak dana yang menganggur, sehingga profitabilitas perusahaan akan
berkurang. Sebaliknya jika perusahaan kekurangan modal kerja, maka akan
menghambat kegiatan operasional perusahaan, sehingga tidak dapat memenuhi
target pendapatan dan laba yang diinginkan.
Akun piutang merupakan salah satu komponen modal kerja yang penting
dalam perusahaan (Usama, 2012). Piutang merupakan klaim atau tagihan yang
3
dilakukan oleh perusahaan kepada pihak lain (pelanggan) yang diakibatkan karena
adanya pembelian barang atau jasa secara kredit kepada perusahaan. Mengingat
pentingnya bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup besar
dan mempengaruhi bagi perusahaan serta memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan, maka diperlukan pengelolaan piutang yang efisien dan efektif
sehingga profitabilitas perusahaan yang didapatkan lebih meningkat. Selain itu
adanya suatu sistem analisis kredit dan pengawasan piutang oleh para manajer
maupun pemakai internal laporan keuangan yang dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana dan modal yang ditanamkan dalam aktiva
operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba yang besar bagi
perusahaan. Pengelolaan piutang dalam suatu perusahaan menyangkut pada
perputaran piutang. Semakin tinggi perputaran piutang, maka semakin
meningkatnya profitabilitas perusahaan karena jumlah piutang yang tak tertagih
semakin kecil. Akan tetapi perputaran piutang yang terlalu tinggi dapat
menurunkan profitabilitas, hal ini dikarenakan dana yang tertanam dalam piutang
terlalu kecil yang berarti volume penjualan kredit juga terlalu kecil dan
profitabilitas ikut menurun (Rahayu dan Susilowibowo, 2014). Dengan demikian
perputaran piutang harus mendapatkan perhatian khusus dari manajer perusahaan.
Persediaan juga merupakan komponen modal kerja yang penting setelah
piutang di dalam perusahaan. Persediaan merupakan sejumlah barang yang akan
dijual tetapi masih disimpan oleh perusahaan dalam suatu tempat (gudang),
biasanya menjadi cadangan perusahaan untuk proses produksi maupun penjualan.
Persediaan dalam perusahaan manufaktur meliputi barang mentah, barang dalam
4
proses dan barang jadi. Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap modal
kerja memiliki peranan yang cukup penting bagi perusahaan. Perputaran
persediaan dalam perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan dalam aktivitas
operasionalnya. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka akan semakin
besar laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan, Sebaliknya jika tingkat
perputaran persediaannya rendah, maka akan semakin kecil perusahaan laba atau
keuntungan yang diperoleh perusahaan [Raharjaputra (2009) dalam Sufiana dan
Purnawati (2013)].
Manajemen perusahaan juga harus peduli dengan likuiditas yang memiliki
peranan cukup penting bagi perusahaan, karena jika manajemen perusahaan tidak
peduli dengan likuiditas kemungkinan perusahaan akan menghadapi masalah
kepailitan atau kebangkrutan (Raheman dan Nasr, 2007). Rasio lancar (current
ratio) adalah rasio yang digunakan untuk menguji likuiditas perusahaan dan
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban atau utang jangka
pendeknya (Agha, 2014). Betapapun besarnya likuiditas suatu perusahaan, jika
perusahaan tersebut tidak mampu menggunakan modalnya secara efisien atau
tidak mampu memperoleh laba yang besar, maka perusahaan tersebut pada
akhirnya akan mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan utang-
utangnya.
Berdasarkan konsep diatas, maka dalam penelitian ini variabel perputaran
piutang, perputaran persediaan dan rasio lancar dipergunakan sebagai variabel-
variabel bebas yang berpengaruh terhadap profitabilitas, dimana profitabilitas
diproksikan ke dalam return on asset (ROA). Rasio ini mengukur tingkat
pengembalian aktiva setelah beban bunga dan pajak. Rasio ini diukur dengan
5
membandingkan antara laba bersih terhadap total aktiva. Suatu perusahaan dapat
dikatakan baik apabila memiliki return on asset (ROA) yang tinggi.
Pada penelitian ini peneliti tertarik melakukan penelitian pada objek
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdiri dari
makanan, minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
dan peralatan rumah tangga. Dipilihnya perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi karena sektor ini merupakan sektor industri yang masih
menjanjikan keuntungan. Peneliti juga menilai perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi memiliki pangsa pasar dan jumlah konsumen yang
cukup besar di Indonesia. Selain itu pada umumnya perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi memiliki aktivitas yang lebih berfluktuatif atau
berubah–ubah dibandingkan dengan perusahaan lainnya, karena perusahaan yang
bergerak dalam sektor ini merupakan perusahaan yang menghasilkan barang siap
pakai untuk konsumsi oleh masyarakat setiap harinya. Sektor ini juga paling tahan
terhadap krisis ekonomi. Peneliti tertarik untuk melihat bagaimana pengaruh
perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio lancar terhadap profitabilitas
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi.
Berbagai penelitian yang terkait dengan perputaran piutang, perputaran
persediaan, dan rasio lancar terhadap profitabilitas perusahaan menunjukkan
keanekaragaman hasil. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sufiana dan
Purnawati (2013) menunjukkan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas perusaaan. Penelitian yang dilakukan oleh Putra
(2012) yang menunjukkan bahwa perputaran piutang secara parsial berpengaruh
6
positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Namun penelitian ini
tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Suarnami, Suwendra, dan Cipta (2014)
dan penelitian Rahayu dan Susilowibowo (2014) menunjukkan bahwa perputaran
piutang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Untuk perputaran persediaan, penelitian yang dilakukan oleh Sufiana dan
Purnawati (2013) menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian Rahayu dan
Susilowibowo (2014) menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap profitabilitas dan penelitian yang dilakukan oleh
Agha (2014) yang menunjukkan bahwa perputaran persediaan (inventory
turnover) berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian ini
berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh Sari dan Budiasih (2014) dan
Putra (2012) menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh pada
profitabilitas perusahaan.
Penelitian mengenai rasio lancar (current ratio) penelitian yang dilakukan
oleh Wijaya (2012) menunjukkan bahwa komponen working capital berupa rasio
lancar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan dan
penelitian yang dilakukan oleh Raheman dan Nasr (2007) menunjukkan bahwa
rasio lancar yang merupakan ukuran likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan Putry dan Erawati (2013) menunjukkan bahwa rasio lancar tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh
7
Agha (2014) menunjukkan bahwa rasio lancar (current ratio) tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas perusahaan.
Perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio lancar sangat penting
bagi sebuah perusahaan karena dapat mengukur tingkat profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti memutuskan untuk
melakukan penelitian lebih akurat dengan mengangkat skripsi dengan judul
“PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN
DAN RASIO LANCAR TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2012-2014”
1.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
periode 2012-2014?
2. Apakah perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
periode 2012-2104?
3. Apakah rasio lancar berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode
2012-2014?
8
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas maka penulis telah
mempersempit ruang lingkup pembahasan yang berkaitan dengan perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2012-2014.
Penelitian ini membatasi hanya untuk mengetahui pengaruh perputaran
piutang, perputaran persediaan dan rasio lancar terhadap profitabilitas perusahaan
yang diukur dengan menggunakan return on assets (ROA). Penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan periode 2012-2014
atas perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014.
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat
memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan yang
ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014.
2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014.
9
3. Untuk mengetahui pengaruh rasio lancar terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014.
Adapun kegunaan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pemikiran
yang berkaitan dengan pengaruh perputaran piutang, perputaran persediaan dan
rasio lancar terhadap profitabilitas terutama pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi perusahaan, sebagai bahan informasi bagi pihak manjemen untuk
menetapkan perencanaan dan pengambilan keputusan di masa yang akan
datang sehingga tujuan utama perusahaan untuk mencapai laba tercapai, dapat
bersaing dan bertahan dalam perkembangan dunia bisnis dapat tercapai sesuai
harapan perusahaan, serta tetap terjaganya kelangsungan hidup perusahaan itu
sendiri (going concern).
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan kajian untuk menambah wawasan pemikiran
dalam rangka pengembangan ilmu ekonomi khususnya pada bidang Akuntansi
di Indonesia.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disajikan perusahaan memiliki peranan yang
sangat penting bagi manejemen dan pemilik perusahaan. Selain itu, banyak pihak-
pihak yang memiliki kepentingan dan membutuhkan laporan keuangan tersebut,
seperti investor,kreditor, pemerintah, dan para pemasok (supplier). Hal ini
bertujuan untuk melihat posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan
tersebut.
Dalam hal laporan keuangan, sudah menjadi kewajiban setiap perusahaan
untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode
tertentu. Setelah dilaporkan kemudiaan dianalisis sehingga dapat diketahui
kondisi dan posisi keuangan perusahaan pada saat ini. Dengan dibuatnya laporan
keuangan juga dapat ditentukan langkah apa yang perlu dilakukan perusahaan
pada saat ini dan di masa yang akan datang, dengan melihat dan menilai berbagai
persoalan yang ada baik kekuatannya maupun kelemahan yang dimiliki
perusahaan.
Menurut PSAK 1 paragraf 09 menyatakan bahwa “laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas”.
11
Sedangkan menurut Kasmir (2012:7) mendefinisikan “laporan keuangan
adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
dalam suatu periode tertentu”.
Laporan keuangan yang disajikan dan telah dianalisis oleh perusahaan
menunjukkan situasi, posisi serta kondisi perusahaan terkini, yang berarti
merupakan keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu untuk neraca dan
pada periode tertentu untuk laporan laba rugi. Pada umumnya laporan keuangan
dibuat per periode yaitu tiga bulan atau enam bulan, sementara untuk laporan
lebih luas dilakukan satu tahun sekali.
Definisi laporan keuangan lainnya menurut Munawir (2010:2) sebagai
berikut :
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pengertian laporan keuangan
adalah laporan yang berisi suatu informasi penting yang menunjukkan kondisi dan
posisi keuangan yang sesungguhnya dan juga memberikan gambaran untuk
menentukan arah dan tujuan perusahaan ke depan dan dapat menjadi acuan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan suatu keputusan dan hal-hal
yang dianggap penting bagi pihak manajemen.
2.1.1 Kegunaan dan Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan konsep keuangan laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk
menilai kinerja perusahaan dan mengukur hasil usaha, pertumbuhan dan
12
perkembangan perusahaan dari satu waktu ke waktu yang lain dan untuk
mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya.
Menurut PSAK 1 paragraf 09 menyatakan bahwa :
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Fahmi (2011:5) berpendapat bahwa :
Laporan keuangan sangat berguna dalam melihat kondisi suatu perusahaan, baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat prediksi untuk kondisi di masa yang akan datang (forecast analyzing). Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter.
Pendapat lainnya menurut Herry (2012:17) mengatakan “tujuan khusus
laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha dan
perubahan lain”.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi penting yang bermanfaat mengenai kondisi
keuangan perusahaan dan kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai prinsip
akuntansi yang berlaku umum kepada para pengguna informasi atau kepada
pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stakeholders) yang mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan tentang perusahaan.
2.1.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Manajemen perusahaan menyajikan laporan keuangan untuk semua pihak
yang memerlukan informasi dari laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan
13
yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari berberapa macam, yang memiliki maksud
dan tujuan yang berbeda dari laporan keuangan yang dibuat tersebut.
Masing-masing laporan keuangan memiliki maksud dan arti sendiri dalam
melihat situasi dan kondisi keuangan perusahaan baik secara bagian, maupun
secara keseluruhan. Namun, dalam praktiknya perusahaan diharuskan untuk
menyusun dan menyajikan beberapa jenis laporan keuangan secara wajar sesuai
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan dilaksanakan secara
konsisten,terutama untuk kepentingan diri sendiri maupun kepentingan pihak lain.
Dalam praktiknya, secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan
yang biasa disusun, yaitu
1. Laporan Posisi Keuangan (Statement of Financial Position) atau Neraca
(Balance Sheet)
Menurut Surya (2013:14) menyatakan bahwa “statement of financial
position (laporan posisi keuangan) berisi informasi mengenai posisi keuangan
(aset, liabilitas dan ekuitas) suatu entitas pada suatu tanggal tertentu (pada
akhir periode pelaporan)”.
Sedangkan Murhadi (2013:13) mendefinisikan bahwa “laporan posisi
keuangan adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu
perusahaan pada saat tertentu”
Pengertian neraca (balance sheet) lainnya menurut Reeve et al.
(2013:22) mengemukakan “neraca (balance sheet) merupakan aset, kewajiban,
dan ekuitas pemilik pada waktu tertentu, biasanya pada tanggal terakhir dari
bulan atau tahun tertentu”.
14
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pengertian laporan posisi
keuangan (statement of financial position) atau neraca (balance sheet)
merupakan gambaran keuangan perusahaan yang terdiri dari kekayaan atau
harta perusahaan yang terdiri dari harta lancar (current assets), harta tetap
(fixed asstes), dan other assets, hutang perusahaan yang terdiri dari hutang
lancar (current liabilities), utang jangka panjang (long term debt), dan modal
perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Menurut PSAK 1 Paragraf 07 mendefinisikan bahwa “laba rugi adalah
total penghasilan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen
penghasilan komperhensif lain”.
Definisi laporan laba rugi lainnya menurut Munawir (2010:26)
mengatakan “laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistemastis
tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu”.
Sedangkan menurut Surya (2013:13) mengatakan bahwa :
Income statement (laporan laba rugi) berisi informasi mengenai laba/penghasilan (profit/income/earnings) atau rugi (loss) suatu entitas untuk suatu periode. Laba dan rugi dihasilkan dari selisih antara pendapatan (revenue) dan beban (expenses). Laba dihasilkan jika pendapatan lebih besar daripada beban. Sebaliknya, rugi akan diderita jika beban lebih besar daripada pendapatan
Demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian laporan laba rugi
(income statement) adalah laporan keuangan dari hasil kegiatan operasional
perusahan yang berisi pendapatan yang dihasilkan dan beban yang dikeluarkan
serta laba dan rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
15
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owner’s Equity) atau Laporan
Perubahan Modal
Menurut Kasmir (2011:29) mengemukakan “laporan perubahan modal
merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat
ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab
terjadinya perubahan modal di perusahaan.
Sedangkan menurut Murhadi (2013:39-40) mengatakan bahwa :
Laporan ini juga biasa disebut dengan laporan saldo laba. Laporan perubahan ekuitas atau laporan saldo laba merupakan penggabungan antara laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan, dimana saldo laba awal dan akhir periode pada laporan saldo laba harus sama dengan yang ada di laporan posisi keuangan.
Pendapat lainnya menurut Reeve et.al. (2013:22) mengemukakan
“laporan ekuitas pemilik (statement of owner’s equity) adalah ringkasan
perubahan dalam ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu,
seperti satu bulan atau satu tahun”.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
laporan ekuitas pemilik (statement of owner’s equity) adalah laporan keuangan
yang berisi ringkasan jumlah modal, jenis modal dan perubahan dalam ekuitas
pemilik suatu perusahan dalam suatu periode tertentu.
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)
Menurut PSAK No 1 paragraf 111 menyatakan bahwa “informasi arus
kas menyediakan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan
entitas dalam menggunakan arus kas tersebut”.
16
Sedangkan menurut Surya (2013:16) mendefinisikan “statement of cash
flows (laporan arus kas) menyajikan informasi arus masuk dan arus keluar kas
dan setara kas untuk suatu periode tertentu”.
Definisi laporan arus kas lainnya menurut Kasmir (2011:29)
mengatakan bahwa “laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan
semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang
berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian laporan arus kas
(statement of cash flows) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan kegiatan operasi,
kegiatan investasi, dan kegiatan financial untuk suatu periode tertentu.
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut PSAK No 1 paragraf 07 mendefinisikan sebagai berikut :
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan penghasilan komperhensif lain, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan deskripsi naratif atau pemisahan pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan tersebut.
Menurut Kasmir (2011:30) mendefinisikan sebagai berikut :
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa laporan catatan atas laporan
keuangan merupakan laporan yang memberikan suatu informasi atau
17
penjelasan tambahan yang diperlukan atas laporan keuangan yang disajikan
perusahaan.
2.1.3 Analisis Laporan Keuangan
Menganalisis laporan keuangan merupakan tugas penting bagi manajemen
perusahaan, selain itu penting bagi investor dan kreditor untuk mengevaluasi
sebuah perusahaan yang diberikan modal. Yang dijadikan dasar analisis yaitu
laporan keuangan yang telah disusun dan disesuaikan dengan data yang relevan
serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar. Dengan
menganalisis laporan keuangan secara tepat dapat dinilai kemajuan dan kinerja
manajemen perusahaan dari periode ke periode selanjutnya. Kinerja keuangan
suatu perusahaan memiliki arti yaitu menjadi prospek dimasa depan, pertumbuhan
dan perkembangan potensi yang baik bagi perusahaan (Putry dan Erawati, 2013).
Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2010:190) mengungkapkan
bahwa :
Analisa laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik kuantitatif maupun non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Menurut Munawir (2010:31) berpendapat bahwa analisa laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang
bersangkutan
Analisis laporan keuangan perlu dibuat agar laporan keuangan menjadi
lebih berharga sehingga dapat mudah dipahami oleh berbagai pihak yang
18
memiliki kepentingan. Salah satu tujuan dari analisis keuangan adalah
memprediksi kinerja masa depan entitas (Harrison Jr et.al.,2013:245). Selain itu
hasil analisis laporan keuangan juga memberikan informasi mengenai kelemahan
yang harus diperbaiki dan kekuatan yang harus dipertahankan perusahaan,
sehingga manajemen perusahaan dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.
2.2 Modal Kerja
2.2.1 Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan memerlukan dana untuk membiayai setiap aktivitas
perusahaan, baik membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun membiayai
investasi jangka panjangnya, Dana untuk membiayai operasi perusahaan sehari-
hari disebut modal kerja (Rahayu dan Susilowibowo, 2014) . Modal kerja yang
telah dikeluarkan untuk membiayai operasi perusahaan diharapkan akan dapat
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui
hasil penjualan dan hasil produksinya. Modal kerja yang masuk, yang berasal dari
hasil penjualan dan hasil produksi tersebut akan segera dikeluarkan kembali untuk
membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Dengan demikian modal kerja
tersebut akan terus berputar secara terus menerus setiap periodenya di dalam
perusahaan.
Menurut Kasmir (2012:250-251), pengertian modal kerja secara mendalam
terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Konsep Kuantitaif
Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh
aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana
19
untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut
dengan modal kerja kotor (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada
kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar
dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih (net working
capital). Keuntungan konsep ini terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan.
Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan
kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan
operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor.
3. Konsep fungsional
Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki
perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan
digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak
dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan
perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit
maka laba akan menurun juga. Akan tetapi dalam kenyataannya terkadang
kejadian tidak selalu demikian.
2.2.2 Arti Penting dan Manfaat Modal Kerja
Modal kerja sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas suatu
perusahaan. Modal kerja memiliki peranan yang sangat penting bagi operasional
suatu perusahaan. Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam arti harus mampu membiayai
20
pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Jika perusahaan
mengalami kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan
meningkatkan produksinya, maka pendapatan atau keuntungan yg diperoleh
perusahaan akan berkurang bahkan hilang. Sebaliknya jika perusahaan memiliki
kelebihan modal kerja, maka profitabilitas perusahaan juga akan berkurang karena
kelebihan investasi yang tertanam pada modal kerja tersebut dapat digunakan
untuk investasi lainnya yang lebih menguntungkan (Putra, 2012). Dengan
tercukupinya modal kerja perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis, efisien
dan tidak membahayakan kelangsungan hidup perusahaan serta tidak mengalami
kesulitan keuangan. Salah satu ukuran kinerja manajemen dapat diukur dengan
tercukupinya modal kerja
Menurut Munawir (2010:116), keuntungan atau manfaat lain tersedianya
modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari
aktiva lancar.
2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar kewajiban-kewajiban
jangka pendek tepat pada waktunya.
3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani permintaan konsumen.
21
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para langganannya.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang
dibutuhkan.
2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Menurut Jumingan (2011:69-71), untuk menentukan jumlah modal kerja
yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu
dianalisis, yaitu sebagai berikut :
1. Sifat umum dan tipe perusahaan.
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan
ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu.
3. Syarat pembelian dan penjualan.
4. Tingkat perputaran persediaan.
5. Tingkat perputaran piutang.
6. Pengaruh musim.
7. Credit rating dari perusahaan.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
2.3.1 Definisi Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu kegiatan yang sangat
penting bagi perusahaan terutama berhubungan denga profitabilitas perusahaan,
karena profitabilitas secara langsung dipengaruhi oleh keputusan yang dihasilkan
dari menganalisis rasio. Salah satu kunci strategi keuangan perusahaan adalah
22
keberhasilan dalam memilih dan menggunakan rasio keuangan secara tepat karena
dapat mempengaruhi keputusan manajemen perusahaan (Innocent et.al., 2013).
Penggunaan rasio keuangan atau financial ratio sangat penting membantu
dalam melakukan penganalisaan dan menginterpretasikan terhadap posisi
keuangan suatu perusahaan. Bagi investor yang menanamkan sahamnya dalam
jangka pendek dan menengah lebih banyak tertarik kepada kondisi perusahaan
yang memiliki kemampuan untuk membayar dividen lebih cepat dalam jangka
pendek. Informasi mengenai kondisi perusahaan tersebut dapat diketahui dengan
cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang
sesuai dengan keinginan dan tujuan dari analisa rasio tersebut.
Menurut Harrison Jr et.al. (2013:256) bahwa rasio keuangan merupakan
alat utama analisis keuangan.
Pengertian rasio menurut Fahmi (2011:107) mengemukakan bahwa “rasio
disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya
itulah dilihat perbandingan dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban
yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan”.
Sedangkan menurut Munawir (2010:64) mengatakan bahwa :
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
Pendapat lainnnya menurut Jumingan (2011:118), rasio dalam analisis
laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur
23
dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur
laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk sistematis yang sederhana.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan
alat untuk membandingkan jumlah dan angka-angka yang ada di dalam laporan
keuangan perusahaan dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan
tentang baik dan buruknya keadaan posisi keuangan perusahaan. Hasil
perhitungan rasio keuangan juga digunakan untuk mengukur kinerja manajemen
dalam mencapai target perusahaan serta menilai kemampuan manajemen dalam
menggunakan sumber daya perusahaan secara efektif. Selain itu juga sebagai
bahan evaluasi dan perbaikan yang perlu dilakukan serta kebijakan yang perlu
diambil manajemen perusahaan dimasa yang akan datang.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio digunakan dalam melakukan analisis kinerja keuangan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana operasional perusahaan berjalan
secara efektif dalam mencapai tujuannya, yang dimulai dengan membandingkan
laporan keuangan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
rupiah, prosentasi dan trendnya (Putry dan Erawati, 2013)
Menurut Fahmi (2011:109), adapun manfaat yang bisa diambil dengan
dipergunakannya rasio keuangan, antara lain :
1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai
kinerja dan prestasi perusahaan.
2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan.
24
3. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok
pinjaman.
5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
stakeholder organisasi.
2.3.3 Macam-Macam Rasio Keuangan
Penggolongan rasio keuangan disesuaikan dengan tujuan agar diperoleh
hasil analisis dan rekomendasi sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Berikut
ini macam-macam analisis rasio keuangan, yaitu :
1. Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur dan menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban lancarnya yang sudah
jatuh tempo dan harus dibayar dalam waktu jangka pendek. Rasio likuiditas
menurut Kasmir (2012:134) terdiri dari rasio lancar (current ratio) dan rasio
cepat (quick ratio/acit test ratio), rasio kas (cash ratio), rasio perputaran kas,
dan inventory to net working capital.
2. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menjaga kemampuan dan memenuhi seluruh
hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
dilikuidasi atau dibubarkan. Menurut Harahap (2010:303) rasio solvabilitas
25
terdiri dari rasio utang atas modal, debt service ratio (rasio pelunasan utang),
rasio utang atas aktiva.
3. Rasio Profitabilitas adalah bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dengan menggunakan
sumber daya yang ada di dalam perusahaan selama periode tertentu. Rasio
profitabilitas menurut Fahmi (2011:137) terdiri dari gross profit margin, net
profit margin, return on investment (ROI) atau return on assets (ROA), dan
return on equity.
4. Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
hutang. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan
perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage
(Hutang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi
dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya
perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari
mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. Menurut
Murhadi (2013:61), kategori yang termasuk laverage ratio adalah debt ratio
(DR), debt to equity ratio (DER), dan long-term debt to equity (LTDE).
5. Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat
maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Rasio ini bagi
banyak praktisi dan analis bisnis menyebutnya juga sebagai rasio pengelolaan
asset (asset management ratio). Menurut Kasmir (2012:175), rasio aktivitas
26
terdiri dari perputaran piutang (receivable turnover), hari rata-rata penagihan
piutang (days of receivable), perputaran persediaan (inventory turnover), hari
rata-rata penagihan persediaan (days of inventory), perputaran modal kerja
(working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover),
perputaran aktiva (assets turnover).
6. Rasio Pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industry dan dalam
perkembangan ekonomi secara umum. Menurut Harahap (2010:310) rasio
pertumbuhan terdiri dari kenaikan penjualan, kenaikan laba bersih, earningper
share (EPS), dan kenaikan dividen per share.
2.4 Perputaran Piutang
Banyak perusahaan yang menjalankan bisnisnya berupa penjualan produk
baik barang maupun jasa akan memiliki piutang (account receivable). Piutang ini
terjadi akibat adanya penjualan barang maupun jasa secara kepada konsumennya
secara angsuran (kredit). Pemberian kredit ini dilakukan untuk meningkatkan
omset penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal sesuai dengan
tujuan utama perusahaan. Akun piutang dalam laporan posisi keuangan
merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar serta bagian terbesar dari
total aset perusahaan. Akibat jumlahnya yang sangat besar, piutang ini memiliki
pengaruh terhadap kebijaksaan dan kemampuan profitabilitas perusahaan.
Madishetti dan Kibona (2003) memberikan pendapat bahwa piutang
merupakan uang yang terutang oleh entitas untuk perusahaan atas penjualan
produk atau jasa secara kredit.
27
Sedangkan Murhadi (2013:18) berpendapat bahwa “piutang usaha
merupakan tagihan yang dimiliki perusahaan terhadap pelanggannya karena telah
menyediakan barang dan jasa”.
Menurut Zeinora dan Septariani (2013:19) mengatakan bahwa “piutang
(receivable) mencakup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain, termasuk
perorangan, perusahaan, dan organisasi lain”.
Definisi piutang lainnya menurut Munawir (2010:15) “piutang adalah
tagihan kepada pihak lain (kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya
penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit”.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan semua hak
tagihan atau klaim dari perusahaan kepada pihak lain yang telah jatuh tempo
biasanya dalam bentuk uang yang terjadi akibat dari proses penjualan barang atau
jasa yang pembayarannya dilakukan secara bertahap (kredit).
Menurut Septariani (2013:20) dalam prakteknya, piutang pada umumnya
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Piutang Usaha (Accounts Receivable)
Piutang usaha adalah jumlah pembelian secara kredit dari pelanggan.
Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan barang maupun jasa. Piutang
biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30-60 hari. Piutang ini
digolongkan sebagai aset lancar dineraca.
2. Wesel Tagih (Notes Receivable)
Wesel tagih adalah surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentuk
pengakuan utang. Wesel tagih memiliki waktu tagih antara 60-90 hari atau
28
lebih lama serta mewajibkan pihak yang berutang untuk membayar bunga.
Wesel tagih dapat digunakan untuk melunasi piutang pelanggan. Wesel tagih
dan piutang usaha yang disebabkan karena transaksi penjualan biasa disebut
dengan piutang dagang (trade account).
3. Piutang Lain-Lain (Other Receivable)
Piutang lainnya biasanya dikelompokkan secara terpisah di neraca.
Piutang lain-lain mencakup selain piutang dagang. Jika piutang tersebut
diharapkan akan ditagih dalam waktu satu tahun, maka digolongkan sebagai
aset lancar. Apabila diperkirakan tertagih lebih dari setahun, maka digolongkan
sebagai aset tidak lancar dan dilaporkan di bawah pos investasi. Piutang
lainnya mencakup piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan,
piutang pajak, dan restitusi pajak penghasilan.
Piutang merupakan salah satu elemen modal kerja yang paling dibutuhkan
dalam perusahaan yang melayani penjualan secara kredit. Suatu perusahaan yang
memiliki piutang berhubungan erat dengan volume penjualan. Oleh sebab itu
piutang perlu mendapat perhatian khusus dalam pengelolaannya. Pengelolaan
piutang dalam suatu perusahaan menyangkut pada pengelolaan perputaran
piutang.
Menurut Rahayu dan Susilowibowo (2014) menyatakan bahwa
“perputaran piutang adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
piutang menjadi kas”.
Sedangkan menurut Kasmir (2012:176), perputaran piutang merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
29
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode.
Menurut Harrison Jr et.al. (2013:261), perputaran piutang usaha
(receivable turnover) adalah rasio untuk mengukur kemampuan untuk menagih
kas dari pelanggan. Secara umum, semakin tinggi rasio, semakin baik. Akan
tetapi, perputaran piutang usaha yang terlalu tinggi mungkin mengindikasi bahwa
kredit terlalu ketat dan mungkin menyebabkan kehilangan penjualan dari
pelanggan utama.
Dengan menghitung tingkat perputaran piutang (receivable turnover)
dapat menilai posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya yaitu dengan
membagi total penjualan kredit (neto) dengan rata-rata piutang. Rata-rata piutang
dapat dihitung secara tahunan yaitu saldo awal tahunan ditambah saldo akhir
tahun dibagi dua. Periode perputaran piutang tergantung bagaimana perusahaan
mengaturnya, dan tergantung pada panjang pendeknya dengan ketentuan waktu
yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Semakin cepat syarat
pembayaran kredit berarti semakin cepat terikatnya modal kerja tersebut dalam
piutang dan berarti semakin besar tingkat perputaran piutang usaha dalam satu
periode dan begitu pula sebaliknya.
Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Murhadi (2013:58) yaitu
makin tinggi receivable turnover, mengindikasikan bahwa investasi yang
ditanamkan dalam bentuk piutang adalah rendah, sebaliknya bila receivable
turnover rendah menunjukkan bahwa perusahaan terlalu banyak atau terlalu
longgar dalam pemberian piutang kepada pelanggan. Menurut Suarnami,
30
Suwendra dan Cipta (2014) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran
piutang maka semakin tinggi pula perusahaan akan memperoleh profitabilitas,
karena dengan perputaran piutang yang tinggi menyebabkan investasi yang
sedikit pada piutang, sehingga akan lebih cepat berubah menjadi kas yang
kemudian digunakan untuk investasi kembali dan dapat meminimalkan risiko
kerugian piutang (bad debts).
Rumusan untuk mencari perputaran piutang (receivable turn over) adalah sebagai berikut :
Sumber : Kasmir (2012), data diolah kembali
Demikian dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai dan mengukur berapa kali piutang berputar dalam
satu periode sejak terjadinya piutang sampai piutang tertagih kembali menjadi kas
dalam perusahaan dan menunjukkan berapa lama waktu yang digunakan untuk
menagih piutang. Semakin besar perputaran piutang semakin baik kondisi
perusahaan karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat dan sebaliknya.
Menurut Riyanto (2001:90) dalam Sufiana dan Purnawati (2013)
menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja
dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin
cepat perusahaan akan memperoleh keuntungan dari penjualan kredit tersebut,
sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat.
31
2.5 Perputaran Persediaan
Setiap perusahaan yang menjalankan bisnisnya yaitu perusahaan dagang
maupun perusahaan manufaktur pasti memiliki persediaan, dengan pengecualian
perusahaan jasa. Persediaan sebagai bagian dari elemen modal kerja dan sebagai
bagian dari aktiva lancar yang likuid dan penting setelah kas dan piutang.
Menurut Murhadi (2013:19), persediaan merupakan keseluruhan barang baik
mulai dari bahan baku (raw material), barang setengah jadi (work in process)
maupun barang jadi (finished good) yang masih ada diperusahaan dalam rangka
proses bisnis perusahaan.
Sedangkan Jumingan (2011:18) berpendapat bahwa persediaan merupakan
barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada ditangan pada
saat penyusunan neraca.
Pendapat lainnya menurut Munawir (2011:16) menyatakan bahwa:
Persedian untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan untuk sampai tanggal neraca masih di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manfuaktur (yang memproduksi barang), maka persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-
bahan yang disediakan perusahaan untuk proses produksi dan barang-barang yang
sudah jadi yang dimiliki perusahaan yang masih disimpan digudang
perusahaan/belum laku terjual untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan
kosumen/pelanggan.
Menurut Hery (2012:244), persediaan diklasifikasikan menurut
perusahaannya yaitu persediaan untuk perusahaan dagang dan persediaan untuk
32
perusahaan manufaktur. Untuk perusahaan dagang, persediaanya dinamakan
barang dagangan, dimana barang dagangan ini dimiliki oleh perusahaan dan sudah
langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan
sehari-hari. Untuk perusahaan manufaktur, mula-mula persediaanya belum siap
untuk dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Persediaannya diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu bahan mentah, barang setengah jadi (barang dalam proses),
dan barang jadi (produk akhir). Jadi dalam perusahaan manuufaktur, perusahaan
jenis ini terlebih dahulu akan mengubah (merakit) input atau bahan mentah (raw
material) menjadi output atau barang jadi (finished goods / final goods), baru
kemudian dijual kepada para pelanggan (distributor).
Persediaan perlu mendapatkan perhatian khusus karena merupakan salah
satu elemen modal kerja yang paling dibutuhkan dalam perusahaan dan juga
merupakan komponen dari aktiva perusahaan yang langsung mempengaruhi laba,
oleh karena itu perusahaan perlu menerapkan manajemen persediaan. Manajemen
persediaan menyangkut kemampuan suatu perusahaan dalam mengatur dan
mengelola perputarannya. Perputaran persediaan dalam perusahaan menunjukkan
kinerja perusahaan dan efektivitas dari sebuah perusahaan dalam aktivitas
operasionalnya.
Menurut Harrison Jr et.al. (2013:260), perputaran persediaan (inventory
turnover) yaitu mengukur berapa kali perusahaan menjual tingkat rata-rata
persediaannya selama satu tahun. Perputaran yang cepat menunjukkan kemudahan
dalam menjual persediaan, sementara perputaran yang rendah mengindikasi
kesulitan dalam menjual persediaan.
33
Sedangkan menurut Murhadi (2013:59), rasio perputaran persediaan
(inventory turnover) mengindikasikan efisien perusahaan dalam memproses dan
mengelola persediaannya. Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan barang
dagangan diganti/ diputar dalam satu periode.
Kondisi perusahaan yang baik adalah dimana perusahaan memiliki
persediaan dan perputarannya dalam kondisi yang seimbang. Jika nilai perputaran
persediaan terlalu tinggi, maka perusahaan memiliki jumlah persediaan yang kecil
dan dapat menyebabkan kekurangan persediaan sehingga perusahaan tidak dapat
memenuhi permintaan konsumen (pelanggan). Sebaliknya jika nilai perputaran
rendah, maka akan merugikan perusahaan seperti resiko rusaknya persediaan dan
menyebabkan turunnya harga jual suatu barang sehingga dapat menurunkan
profitabilitas. Selain itu dengan adanya persediaan yang jumlahnya banyak
perusahaan juga akan menanggung biaya penyimpanan yang relatif besar sehingga
akan mengurangi profitabilitas perusahaan (Rahayu dan Susilowibowo, 2014).
Perusahaan berusaha untuk tidak selalu memperoleh tingkat perputaran yang
paling tinggi, melainkan tingkat perputaran yang paling menguntungkan.
Pada umumnya perusahaan berusaha menjual persediaannya secepat
mungkin karena barang tidak akan menghasilkan laba sampai barang itu terjual.
Semakin cepat persediaan terjual, semakin cepat kas masuk dan semakin tinggi pula
laba yang akan diperoleh perusahaan dan hal sebaliknya untuk barang yang
bergerak lambat. Di dalam perusahaan, perputaran persediaan dapat menunjukkan
kinerja perusahaan dalam aktivitas operasionalnya (Sufiana dan Purnawati, 2013)
Adapun rumus perputaran persediaan adalah sebagai berikut :
34
Menurut Harrison Jr et.al. (2013), data diolah kembali
Demikian dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai dan mengukur berapa kali persediaan
berputar dalam satu periode. Semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin
baik bagi keadaan perusahaan, karena menunjukkan kinerja perusahaan berjalan
secara efektif dan efisien serta produktif dalam penggunaan persediaan.
Sebaliknya semakin rendah perputaran persediaan maka membuat kondisi
perusahaan tidak baik, hal ini dikarenakan memperbesar kerugiaan yang diterima
perusahaan akibat penurunan harga, penambahan biaya penyimpanan dan
pemeliharaan persediaan.
Menurut Raharjaputra (2009) dalam (Sufiana dan Purnawati, 2013)
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka akan
semakin besar pula keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh perusahaan.
Sebaliknya jika tingkat perputaran persediaan rendah, maka akan semakin kecil
pula keuntungan (profitabilitas) yang di peroleh perusahaan.
2.6 Rasio Lancar
Likuiditas memiliki peranan yang sangat penting, hal ini dapat dilihat
dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan
tidak mampu memenuhi kewajiban lancarnya, maka ini akan menjadi masalah
likuiditas yang lebih besar. Perusahaan akan dengan sangat terpaksa menjual
35
investasi dan aset lainnya yang dimiliki perusahaan dan kemungkinan akan
mengalami kebangkrutan.
Salah satu analisis rasio yang digunakan untuk untuk menilai tingkat
likuiditas perusahaan dan rasio yang paling umum untuk mengevaluasi aset lancar
dan kewajiban lancar adalah rasio lancar (current ratio) yang merupakan aset
lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
Menurut Harrison Jr et.al. (2013:259) mengatakan bahwa rasio lancar
mengukur kemampuan untuk membayar kewajiban lancar dengan aset lancar.
Sedangkan menurut Kasmir (2012:134) berpendapat bahwa rasio lancar
(current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa rasio lancar adalah rasio yang
menilai dan mengukur mampu tidaknya perusahaan dalam memenuhi atau
membayar utang-utang jangka pendeknya pada saaat jatuh tempo.
Menurut Subramanyan dan Wild (2011:243) menyatakan bahwa alasan
digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup
kemampuannya untuk mengukur :
1. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan) aset
lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban
lancar tersebut akan dibayar.
36
2. Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio
lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan
nilai aset non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi.
3. Cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan
terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian
dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan
arus kas secara sementara dan tidak terduga.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar adalah
sebagai berikut :
Menurut Harrison Jr et.al. (2013), data diolah kembali
Jika rasio lancar rendah, maka perusahaan kurang modal untuk membayar
semua kewajibannya, namun jika rasio lancar tinggi belum tentu keadaan
perusahaan sedang baik. Hal ini mungkin saja terjadi karena perusahaan tidak
menggunakan kas secara efektif dan efisien. Singh dan Pandey (2008) dalam
Wijaya (2012) mengatakan bahwa likuiditas dan profitabilitas adalah hal yang
berlawanan. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan memiliki laba
yang rendah dan sebaliknya perusahaan yang memiliki laba yang tinggi, bisa
mengorbankan aspek likuiditasnya. Perusahaan dapat memaksimalkan
profitabilitas dengan cara menurunkan tingkat likuiditas perusahaan [Muhamad
dan Saad (2010) dalam Wijaya (2012)]. Dalam hal ini perusahaan harus bisa
menyeimbangkan antara tujuan memaksimalkan laba dengan upaya menjaga
37
likuiditas perusahaan karena kedua hal tersebut merupakan hal yang sama penting
bagi perusahaan.
2.7 Profitabilitas
Tujuan utama yang ingin dicapai suatu perusahaan adalah memperoleh
laba atau keuntungan yang maksimal dan meningkatnya profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai dan diukur dengan menghubungkan
antara laba atau keuntungan yang diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan
dengan kekayaan atau assets yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut.
Dalam Kasmir (2012:196) dijelaskan bahwa rasio profitabilitas merupakan
rasio untuk menilai dan mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan dalam suatu periode tertentu dan digunakan untuk memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen dan efisiensi suatu perusahaan. Menurut
Fahmi (2011:135) bahwa semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang
tinggi. Terdapat beberapa alat ukur atau rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas, yaitu gross profit margin, net profit margin, return on investment
(ROI) atau return on assets (ROA) dan return on equity (ROE)
Dalam Innocent et.al. (2013) dijelaskan bahwa profitabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan dalam membuat keuntungan dan menunjukkan
seberapa efisien manajemen perusahaan dalam membuat keuntungan tersebut dari
semua kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
38
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau
keuntungan dan mengukur efektifitas manajemen perusahaan dalam
menggunakan seluruh sumber daya secara keseluruhan yang telah diinvestasikan
di dalam perusahaan untuk memperoleh keuntungan selama periode tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio return on asset (ROA) untuk
mengukur profitabilitas pada tingkat aset tertentu.
2.7.1 Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
yang dimaksudkan untuk mengukur dan menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset
yang digunakan untuk opeasional perusahaan.
Menurut Harrison Jr et.al. (2013:265) mengatakan tingkat pengembalian
atas total aset atau return on assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur
keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba.
Menurut Arshad dan Gondal (2013) menyatakan bahwa return on assets
(ROA) merupakan rasio yang dianggap sebagai faktor seberapa efektif suatu
perusahaan menggunakan asetnya untuk memperoleh laba.
Sedangkan Fahmi (2011:137) menjelaskan bahwa rasio return on assets
(ROA) atau pengembalian investasi merupakan rasio untuk mengetahui sudah
sejauh mana investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan mampu
memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
39
Analisa return on assets (ROA) mempunyai arti yang sangat penting
dalam analisa laporan keuangan dan sudah biasa digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk mengukur efektifitas dan efisien dari keseluruhan kegiatan
operasi perusahaan.
Demikian dapat disimpulkan bahwa return on assets (ROA) adalah rasio
yang mencerminkan seberapa besar pengembalian yang diterima perusahaan
dalam bentuk keuntungan atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan.
Semakin tinggi nilai return on assets (ROA) maka akan semakin baik keadaan
perusahaan.
Adapun rumus yang digunakan untuk return on assets (ROA) adalah
sebagai berikut :
Sumber : Fahmi (2011), data diolah kembali
2.8 Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk menjaga ke originalitas peneilitian ini, berikut beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Raheman dan Nasr (2007). Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Sedangkan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen modal
kerja (working capital management) dan rasio yang digunakan adalah net
operating profitability (NOP), average collection period (ACP), inventory
turnover in days (ITID), average payment period (APP), Cash Conversion
Cycle (CCC), current ratio (CR), Debt Ratio (DR). Data diolah dengan
40
menggunakan SPSS dan teknik analisis yang digunakan adalah analisis
koefisien korelasi dan analisis regresi. Subjek penelitian dilakukan pada 94
perusahaan Pakistan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi (KSE) periode 1999-
2004. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan
antara net operating profitability (NOP), average collection period (ACP),
inventory turnover in days (ITID), average payment period (APP), Cash
Conversion Cycle (CCC), current ratio (CR), Debt Ratio (DR) dengan
profitabilitas.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Budiasih (2014). Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Sedangkan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt equity ratio, firm
size, inventroy turnover dan assets turnover. Data diolah dengan menggunakan
SPSS dan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Subjek penelitian dilakukan pada perusahaan wholesale and retail trade yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Sampel penelitian ini
mencakup 23 perusahaan yang dipilih melalui kriteria sampel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap profitabilitas,
sedangkan variabel firm Size, inventory turnover, dan assets turnover tidak
berpengaruh pada profitabilitas karena nilai signifikansi dari variabel tersebut
yang lebih dari 0,05.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Susilowibowo (2014). Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Sedangkan
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran
41
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Data diolah dengan
menggunakan SPSS dan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi
linear berganda. Subjek penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Sampel penelitian ini
mencakup 10 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan perputaran piutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabiltas, sedangkan perputaran
persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sufiana dan Purnawati (2013). Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabiltas, sedangkan
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data diolah dengan
menggunakan SPSS dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linear berganda, uji F dan uji T. Subjek penelitian dilakukan pada
perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas,
perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh secara simultan
terhadap profitabilitas. Sedangkan analisis secara parsial menunjukkan hanya
perputaran piutang dan perputaran persediaan yang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas.
42
5. Penelitian yang dilakukan oleh Putry dan Erawati (2013). Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA), sedangkan
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio
(CR), total assets turnover (TATO) dan net profit margin (NPM). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data diolah dengan
menggunakan SPSS dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linear berganda. Subjek penelitian dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Sampel
penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rasio lancar (current ratio) tidak berpengaruh
terhadap return on assetes (ROA), total assets turnover (TATO) berpengaruh
positif dan signikan terhadap return on assetes (ROA), dan net profit margin
(NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return on assetes (ROA).
6. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas sedangkan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah cash turnover,
receivable turnover, dan inventory turnover. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuantitatif. Data diolah dengan menggunakan
SPSS dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda. Subjek penelitian dilakukan pada PT. Indofood Sukses Makmur
yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cash turnover berpengaruh negatif tetapi
signifikan terhadap profitabilitas. Receivable turnover berpengaruh positif dan
43
signifikan terhadap profitabilitas. Inventory turnover tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas sedangkan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio total aktiva lancar
terhadap total aktiva, rasio total kewajiban lancar terhadap total aktiva, current
ratio, rasio laverage, cash ratio. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif. Data diolah dengan menggunakan SPSS dan teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Subjek
penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio total
aktiva lancar terhadap total aktiva berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Rasio total kewajiban lancar terhadap total aktiva berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas. Rasio lancar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas. Rasio laverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Rasio
kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Agha (2014). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas (ROA) sedangkan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah debtors turnover ratio
(DTO), creditors turnover ratio (CTO), inventory turnover (ITO), dan current
ratio (CR). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Data diolah dengan menggunakan SPSS dan teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Dalam penelitian ini
44
menggunakan data sekunder dari Glaxo Smith Perusahaan farmasi Kline
terdaftar di Karachi bursa untuk periode 1996-2011. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa debtors turnover ratio (DTO) berpengaruh positif
terhadap profitabilitas (ROA), creditors turnover ratio (CTO) berpengaruh
positif terhadap profitabilitas (ROA), dan inventory turnover (ITO)
berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan current ratio
(CR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).
9. Penelitian yang dilakukan oleh Suarnami, Suwendra, dan Cipta (2014).
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabiltas,
sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perputaran piutang, dan periode pengumpulan piutang. Penelitian ini
menggunakan desain kuantitatif kausal. Subjek penelitian adalah seluruh
perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data
dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan dianalisis dengan analisis jalur
(path analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan perputaran piutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan periode pengumpulan
piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
2.9 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian membahas mengenai variabel-variabel yang
mempengaruhi profitabilitas. Return on asset (ROA) adalah salah satu bentuk
dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
45
Pentingnya mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi
profitabilitas (ROA) memberikan banyak manfaat, baik bagi pihak internal yaitu
manajemen perusahaan dalam mengelola usaha bisnisnya maupun bagi pihak
eksternal yaitu investor yang menamkan sahamnya sebagai modal.
Berdasarkan pada keterbatasan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang menunjukkan hasil yang berbeda-beda, penelitian ini akan
menguji beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas (ROA) dengan
variabel bebas berupa perputaran piutang (RTO), perputaran persediaan (ITO),
dan rasio lancar (CR). Berdasarkan variabel tersebut maka penulis
menggambarkan pemikirannya dalam model penelitian berikut ini :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Perputaran Piutang
(X₁)
Perputaran Persediaan
(X₂)
Return
On Asset
(Y)
Rasio Lancar
(X3)
46
2.10 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji
kebenarannya. Menentukan hipotesis merupakan suatu langkah dalam suatu
penelitian yang menggunakan metode ilmiah. Hipotesis yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perputaran piutang (RTO) terhadap profitabilitas (ROA)
H0 : Perputaran piutang (RTO) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
Ha : Perputaran piutang (RTO) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA)
2. Perputaran Persediaan (ITO) terhadap profitabilitas (ROA)
H0 : Perputaran persediaan (ITO) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
Ha : Perputaran persediaan (ITO) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA)
3. Rasio Lancar (CR) terhadap profitabilitas (ROA)
H0 : Rasio lancar (CR) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
Ha : Rasio lancar (CR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan tahunannya secara berturut-turut
pada periode 2012-2014.
3.2 Jenis Data yang Digunakan
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan berupa data kuantitatif, yaitu
data yang diukur dalam suatu skala numerik. Sumber data dalam penelitian ini
adalah data sekunder, berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2012-2014 yang diperoleh dengan
mengakses www.idx.co.id. Data yang diperoleh adalah informasi berupa laporan
keuangan (neraca dan laporan laba rugi) yang berhubungan dengan variabel
penelitian ini.
3.3 Populasi dan Sampel
Menurut Martono (2010:66) mendefinisikan bahwa “populasi merupakan
keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian atau keseluruhan unit
atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti”.
48
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2014
dengan jumlah 40 populasi.
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode judgjement sampling yaitu salah satu bentuk metode purposive
sampling, dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya
berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Adapun kriteria-kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
selama tiga periode berturut-turut yaitu 2012-2014 dan telah
mempublikasikannya di website Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperoleh
dengan mengakses www.idx.co.id.
3. Memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian secara
lengkap.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2014.
40
2.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit selama tiga periode berturut-turut yaitu 2012-2014
(10)
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 30
Sumber : www.idx.co.id, data diolah kembali
49
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel diatas, dari 40 perusahaan yang terdaftar
di BEI periode 2012-2014 hanya 30 perusahaan yang memenuhi syarat untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
3.4 Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi melalui studi pustaka yaitu dengan cara
mengumpulkan sumber-sumber baik dalam bentuk jurnal ilmiah maupun jurnal
internasional, buku-buku, bahan perkuliahan dan bacaan lain yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini serta mengumpulkan data
sekunder dengan cara tidak langsung yaitu dengan menjelajah situs Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang dapat diperoleh dengan mengakses www.idx.co.id.
3.5 Analisis Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini berkaitan antara variabel-varibel.
Pengolahan data yang dilakukan pertama kali oleh peneliti adalah dengan
menghitung rasio-rasio keuangan yang sudah ditetapkan sebagai variabel dalam
penelitian ini yaitu perputaran piutang, perputaran persediaan, rasio lancar dan
profitabilitas (return on assets). Hasil dari perhitungan rasio-rasio ini selanjutnya
digunakan sebagai data dalam pengujian statistik.
Data-data yang diperoleh akan diolah menggunakan software komputer
SPSS 20 dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, uji asumsi
klasik (uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji autokorelasi), regresi linear
berganda, koefisien determinasi dan uji statistik t dengan satu variabel terikat (Y)
dan tiga variabel bebas (X₁, X₂, dan X3 ).
50
3.5.1 Statistik Deskriptif
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, data yang terkumpul dianalisis
dengan menggunakan rumusan statistik, yaitu statistik deskriptif. Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
maksimum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji
apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya
estimasi yang bias mengingat tidak pada semua data dapat diterapkan regresi.
Pengujian yang dilakukan dalam uji asumsi klasik adalah uji normalitas,
uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi
data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen, independen atau keduanya memiliki distribusi normal,
mendekati normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi
normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal
atau tidak dapat diketahui dengan melakukan uji Kolomogrov-Smirnov. Jika
nilai probabilitas signifikansi diatas α= 0,05 maka data terdistribusi secara
normal (Ghozali, 2011:32-33).
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
51
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen atau
tidak mengalami multikolonieritas. Untuk menguji multikolonieritas dapat
dlihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF)
(Ghozali, 2011:105). Model regresi yang dinyatakan bebas dari gangguan
multikolonieritas apabila nilai VIF dan tolerance berada disekitar angka satu
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan
penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Salah satu cara
untuk menguji autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW
test). Nilai Durbin-Watson adalah nilai yang menunjukkan ada atau tidaknya
autokorelasi dalam model regresi. Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara
variabel bebas (Ghozali, 2011:110).
Menurut Priyatno (2014,146-147) pengambilan keputusan pada uji
Durbin Watson sebagai berikut :
1. DU<DW< 4-DU, maka H0 diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi.
2. DW<DL atau DW>4-DL, maka H0 ditolak, artinya terjadi autokorelasi.
3. DL<DW< DU atau 4-DU<DW<4-DL, artinya tidak ada kepastian atau
kesimpulan yang pasti.
52
Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
dilakukan pengujian terhadap nilai Uji Durbin-Watson (uji DW) tabel
klasifikasi sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi
Nilai DW Keterangan
Kurang 1,10 Ada Autokorelasi
1,10 - 1,54 Tidak ada kesimpulan
1,55 - 2,46 Tidak ada autokorelasi
2,46 - 2,90 Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi
Sumber : Wijaya (2009), data diolah kembali
3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah regresi yang memiliki hubungan
secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3 ... Xn) dengan
satu variabel dependen (Y). Analisis ini bertujuan untuk memperkirakan atau
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel
independen berhubungan positif atau negatif.
Analisis regresi linear berganda dalama penelitian ini digunakan untuk
menghitung besarnya pengaruh variabel independen perputaran piutang (RTO),
perputaran persediaan (ITO), dan rasio lancar (CR) terhadap variabel dependen
return on asset (ROA).
53
Hubungan antara variabel independen perputaran piutang (RTO),
perputaran persediaan (ITO), dan rasio lancar (CR) terhadap variabel dependen
return on asset (ROA), diukur atau diuji dengan rumus sebagai berikut :
Adapun model yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu :
Keterangan :
ROA : Return on Asset (Profitabilitas)
RTO : Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
ITO : Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
CR : Current Ratio (Rasio Lancar)
a : Konstanta (intercept)
b1....b3 : Koefisien Regresi
e : Error
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Pada dasarnya ada dua jenis alat uji statistik, yaitu statistik parametrik dan
statistik non parametrik. Statistik parametrik digunakan jika distribusi data yang
digunakan normal, sedangkan data yang bersifat tidak normal, maka uji statistik
yang digunakan adalah statistik non parametrik. Uji regresi merupakan salah satu
jenis uji statistik parametrik, untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti maka
akan dilakukan uji koefisien determinasi, dan uji statistik t.
Y = a + b₁X1 + b₂X2+ b3X3 +....+e
ROA = a + b₁RTO + b₂ITO+ b₂CR+ e
54
3.5.4.1 Keoefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi varibel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determiniasi yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sangat kecil. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
3.5.4.2 Uji t
Menurut Ghozali (2011:98), uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen.
3.6 Definisi Variabel Operasional.
Variabel penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu :
3.6.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Menurut Martono (2010:51), variabel dependen (variabel terikat)
merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel ini dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian serta disimbolkan
dengan Y.
Sedangkan menurut Suharso (2009:37), variabel terikat (dependent
variable) adalah variabel yang menjadi perhatian utama dan sekaligus menjadi
sasaran dalam penelitian.
55
Variabel ini sering juga disebut variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Independent Variable). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah return on asset (ROA).
1. Profitabilitas / Return On Asset (Y)
Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam
memperoleh laba atau keuntungan dengan menggunakan aktiva dan modal
yang dimiliki perusahaan atau investasi yang telah ditanamkan di dalam
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Return On Asset (ROA) merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan.
Rumus untuk mencari Return on Asset dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Sumber : Fahmi (2011), data diolah kembali
3.6.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Menurut Martono (2010:51), variabel independen (variabel bebas)
merupakam variabel yang mempengaruhi variabel lain yang pada umumnya
berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Variabel ini menjelaskan
terjadinya fokus atau topik penelitian dan disimbolkan dengan X.
Sedangkan menurut Suharso (2009:38), variabel bebas (independent
variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel
terikat dan mempunyai hubungan yang positif atau negatif.
56
Variabel ini sering juga disebut variabel stimulus, predikator, antecedent.
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent variable). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah perputaran piutang (X₁) dan
rata-rata periode pengumpulan piutang (X₂).
1. Perputaran Piutang (X₁)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan dengan tujuan
untuk mengukur dan menilai mampu atau tidaknya suatu perusahaan dalam
menggunakan dana yang tertanam dalam piutang dan tercermin sebagai modal
kerja. Dengan menggunakan rasio perputaran piutang perusahaan dapat
mengetahui berapa lama mampu menerima kembali kas dari piutangnya dalam
satu periode atau berapa kali piutang berputar (diubah menjadi bentuk kas)
dalam setahun. Untuk menghitung perputaran piutang dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Sumber : Kasmir (2012), data diolah kembali
2. Perputaran Persediaan (X2)
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa lama dana yang tertanam dalam persediaan berputar sebagai
modal kerja dalam suatu periode. Untuk menghitung perputaran persediaan
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
57
Sumber : Harahap (2010), data diolah kembali
3. Rasio lancar (X3)
Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur dan menilai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar hutang-hutang
jangka pendeknya dalam periode setahun. Rasio lancar juga mengukur tingkat
likuiditas suatu perusahaan. Untuk menghitung rasio lancar dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
Sumber : Fahmi (2011), data diolah kembali
Operasionalisasi variabel adalah memecah variabel yang terkandung di dalam
masalah menjadi bagian yang terkecil sehingga dapat diketahui klasifikasi skala
ukurannya dan indikator masing-masing variabel. Operasional variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
58
Tabel 3.3 Operasional Variabel
Variabel Indikator Formulasi Skala
Perputaran Piutang (X1)
Penjualan Kredit Rata-rata Piutang
Rasio
Perputaran Persediaan
(X2)
Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan
Rasio
Rasio Lancar (X3)
Aset Lancar Kewajiban Lancar
Rasio
Profitabilitas (Y)
Laba Setelah Pajak Total Aset
Rasio
Sumber : Data yang diolah
Keterangan
RTO : Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
ITO : Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
CR : Current Ratio (Rasio Lancar)
ROA : Return On Asset (Profitabilitas)
59
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Objek Penelitian
Objek dalam pelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi sebagai objeknya. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia
(BEI) jumlah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012 sampai 2014 tercatat
sebanyak 40 perusahaan. Sektor industri barang konsumsi terdiri dari lima
subsektor, masing-masing adalah subsektor makanan dan minuman, subsektor
rokok, subsektor farmasi, subsektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga,
serta yang terakhir adalah subsektor peralatan rumah tangga. Dari 40 perusahaan
yang terdaftar di dapatkan sebanyak 30 perusahaan yang memenui syarat untuk
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan tersebut dapat
menjadi sampel dikarenakan telah memenui kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit selama tiga periode berturut-turut yaitu 2012-2014 dan telah
mempublikasikan melalui website www.idx.co.id.
3. Perusahaan tersebut memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variabel
penelitian secara lengkap.
60
Data nama perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini ditampilkan dalam lampiran 2.
4.1 Pengujian Data
4.1.1 Analisis Deskriptif
Analisis ini akan menghasilkan gambaran atau deskripsi dari data masing-
masing variabel yang telah diolah dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata
(mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel yaitu ROA sebagai
variabel terikat (dependen), RTO, ITO, dan CR sebagai variabel bebas
(independen). Dengan menggunakan SPSS 20 hasil analisis akan disajikan dalam
tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA (Y) 30 ,00 ,47 ,1147 ,11910
RTO (X1) 30 2,27 65,21 11,7587 12,89589
ITO (X2) 30 1,73 28,41 5,2787 5,03905
CR (X3) 30 ,69 13,71 3,0073 2,49259
Valid N (listwise) 30 Sumber: Output SPSS, Descriptive Statistics
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa :
1. Variabel profitabilitas (ROA) memiliki jumlah sampel sebanyak 30 dengan
nilai minimum 0.00, nilai maksimum 0,47, mean 0,1147 dan standar deviasi
0,11910.
2. Variabel RTO atau perputaran piutang memiliki jumlah sampel sebanyak 30
dengan nilai minimum 2,27, nilai maksimum 65,21, mean 11,7587 dan standar
deviasi 12,89589.
61
3. Variabel ITO atau perputaran persediaan memiliki jumlah sampel sebanyak 30
dengan nilai minimum 1,73, nilai maksimum 28,41, mean 5,2787 dan standar
deviasi 5,03905.
4. Variabel CR atau rasio lancar memiliki jumlah sampel sebanyak 30 dengan
nilai minimum 0,69, nilai maksimum 13,71, mean 3,0073 dan standar deviasi
2,49259.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini harus dilakukan dengan tujuan agar model regresi
linear berganda yang akan dilakukan dapat diketahui tingkat keakuratan datanya,
sehingga perlu adanya beberapa uji asumsi yang harus dipenuhi. Pengujian asumsi
klasik yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji
multikoliniearitas, dan uji autokorelasi.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini,
variabel independen dan variabel dependen atau kedua variabel tersebut
terdistribusi secara normal atau tidak. Hal ini merupakan hal yang penting karena
regresi linier menghendaki variabel yang diteliti harus memenuhi asumsi
normalitas. Pada penelitian ini uji normalitas diuji dengan menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov. Jika nilai probabilitas signifikansi diatas α= 0,05 maka data
terdistribusi secara normal.
62
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,11479227
Most Extreme Differences
Absolute ,225
Positive ,225
Negative -,144
Kolmogorov-Smirnov Z 1,232
Asymp. Sig. (2-tailed) ,096
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS, Kolmogorov-Smirnov
Pengujian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.2 dimana
besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,232 dengan nilai probabilitas
signifikansi 0,096 berada diatas α=0,05, yang berarti data residual terdistribusi
secara normal sehingga model penelitian ini dinyatakan telah memenuhi asumsi
klasik normalitas.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji dan menetukan ada atau
tidaknya hubungan model regresi linier diantara variabel-variabel bebas
(independen). Apabila diantara variabel-variabel independen tidak terjadi korelasi,
maka dapat dikatakan model regresi itu baik. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel independen. Pengujian
multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF dan tolerance berada disekitar
angka 1 maka model dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari gangguan
63
multikolinearitas. Selain itu, dapat juga dilihat dari korelasi antar variabel, model
regresi linear yang baik adalah nilai korelasi antar variabel bebasnya lemah atau
kurang dari 0,5. Berikut adalah hasil dari pengujian multikolinearitas dalam
penelitian ini :
Tabel 4.3 Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,066 ,055 1,197 ,242
RTO (X1) ,003 ,002 ,277 1,406 ,171 ,922 1,085
ITO (X2) ,001 ,005 ,039 ,200 ,843 ,959 1,043
CR (X3) ,004 ,010 ,094 ,470 ,643 ,895 1,117
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Output SPSS, Coefficientsa
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF dan tolerance
berada disekitar angka 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa ini tidak ada
multikoloniearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 4.4 Coefficient Correlationsa
Model CR ITO RTO
1
Correlations
CR 1,000 ,196 ,275
ITO ,196 1,000 ,102
RTO ,275 ,102 1,000
Covariances
CR 9,110E-005 8,556E-006 4,781E-006
ITO 8,556E-006 2,082E-005 8,467E-007
RTO 4,781E-006 8,467E-007 3,306E-006
a. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS, Coefficients Correlationsa
64
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara CR
dengan ITO sebesar 0,196, hubungan CR dengan RTO sebesar 0,275, dan
hubungan ITO dengan RTO adalah sebesar 0,102. Hal tersebut membuktikan
bahwa korelasi antara variabel bebas lemah atau < 0,5 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat multikolinearitas, sehingga data dalam penelitian ini dapat
digunakan dalam analisis penelitian.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji dan mengukur apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahaan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011:110). Untuk
menguji ada atau tidaknya korelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan
dengan melakukan pengujian terhadap nilai Uji Durbin-Watson (DW test), tabel
kalsifikasi sebagai berikut :
Tabel 4.5 Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi
Nilai DW Keterangan
Kurang 1,10 Ada Autokorelasi
1,10 - 1,54 Tidak ada kesimpulan
1,55 - 2,46 Tidak ada autokorelasi
2,46 - 2,90 Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi
Sumber : Wijaya (2009), data diolah kembali
65
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,266a ,071 -,036 ,12123 2,309
a. Predictors: (Constant), CR, ITO, RTO
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Output SPSS, Model Summary
Berdasarkan hasil tabel 4.6 diatas terlihat bahwa nilai DW sebesar 2,309.
Dimana nilai ini terletak pada 1,55 - 2,46 maka dapat disimpulkan bahwa pada
model ini tidak ada autokorelasi.
4.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel dependen (X1,X2, dan X3) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai
variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui
arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah
masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif.
Hasil analisis regresi ini menunjukkan hasil persamaan regresi antara
variabel dependen yaitu profitabilitas (ROA) dengan variabel independen yaitu
perputaran piutang (RTO), perputaran persediaan (ITO) dan rasio lancar (CR).
Hasil analisis tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
66
Tabel 4.7 Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,066 ,055 1,197 ,242
RTO (X1) ,003 ,002 ,277 1,406 ,171 ,922 1,085
ITO (X2) ,001 ,005 ,039 ,200 ,843 ,959 1,043
CR (X3) ,004 ,010 ,094 ,470 ,643 ,895 1,117
a. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS, Coefficientsa
Berdasarkan tabel di atas persamaan regresi yang disusun adalah
ROA = 0,066 + 0,003RTO + 0,001ITO + 0,004CR + e
Keterangan :
ROA : Return On Assets (Profitabilitas)
RTO : Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
ITO : Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
CR : Current Ratio (Rasio Lancar)
e : Error
Berdasarkan persamaan di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (β0) sebesar 0,066. Hal ini menunjukkan bahwa jika tanpa
variabel RTO, ITO dan CR, maka nilai ROA tetap dapat diungkapan sebesar
0,066.
2. Nilai koefisien RTO (β1) sebesar 0,003. Hal ini menunjukan bahwa perputaran
piutang (RTO) dan profitabilitas (ROA) berbanding lurus, yang artinya bahwa
semakin tinggi nilai perputaran piutang (RTO), maka semakin besar nilai
profitabilitas (ROA).
67
3. Nilai koefisien ITO (β1) sebesar 0,001. Hal ini menunjukan bahwa perputaran
persediaan (ITO) dan Return On Assets (ROA) berbanding lurus, yang artinya
bahwa semakin tinggi nilai perputaran persediaan (ITO), maka semakin besar
nilai profitabilitas (ROA).
4. Nilai koefisien CR (β1) sebesar 0,004. Hal ini menunjukan bahwa rasio lancar
(CR) dan profitabilitas (ROA) berbanding lurus, yang artinya bahwa semakin
tinggi nilai rasio lancar (CR), maka semakin besar nilai profitabilitas (ROA).
4.2.4 Uji Hipotesis
4.2.4.1 Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi pada intinya digunakan dengan tujuan untuk
melihat dan mengukur prosentase pengaruh variabel independen (X1, X2,X3)
dengan variabel dependen (Y). Nilai koefisien determinasi juga menunjukkan
seberapa besar prosentase variabel independen yang digunakan dalam model
memiliki kemampuan dalam menerangkan variasi variabel dependen. Semakin
tinggi nilai koefisien determinasi akan semakin baik kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen amat terbatas dalam
menjelaskan variabel-variabel dependen. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
68
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi
N
Nilai R Square pada tabel diatas adalah sebesar 0,071 atau sebesar 7,1%.
Hal ini berarti kontribusi atau kemampuan dari perputaran piutang (RTO),
perputaran persediaan (ITO) dan rasio lancar (CR) dalam menjelaskan
profitabilitas yang diproksikan ke dalam return on assets (ROA) adalah sebesar
7,1%, sedangkan sisanya sebesar 0,929 atau 92,9% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar variabel dalam penelitian ini.
4.2.4.2 Uji t
Uji signifikansi parameter individual sering kali disebut dengan uji t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel-variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji statistik t dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut :
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,266a ,071 -,036 ,12123
a. Predictors: (Constant), CR, ITO, RTO
b. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS, Model Summary
69
Tabel 4.9 Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,066 ,055 1,197 ,242
RTO (X1) ,003 ,002 ,277 1,406 ,171
ITO (X2) ,001 ,005 ,039 ,200 ,843
CR (X3) ,004 ,010 ,094 ,470 ,643
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Output SPSS, Coefficientsa
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, hasil pengujian hipotesis menggunakan
koefisien secara individual adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Perputaran piutang (RTO) Terhadap Profitabilitas (ROA)
Uji hipotesis 1 dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh perputaran piutang (RTO) terhadap profitabilitas (ROA). Berikut
hipotesis untuk variabel perputaran piutang (RTO) yang diuji :
H0 : Perputaran piutang (RTO) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
Ha : Perputaran piutang (RTO) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA)
Perputaran piutang yang terlihat pada tabel diatas memiliki nilai
signifikan sebesar 0,171 yang berarti lebih besar dari nilai probabilitas 0,05
atau 0,171>α 0,05. Variabel X1 memiliki thitung = 1,406 dengan ttabel= 2,045,
jadi nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel atau t hitung < ttabel.
70
Ho Diterima
Gambar 4.1 Uji Hipotesis 1
Dari gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung berada dalam
wilayah H0 diterima, artinya H0 untuk perputaran piutang (RTO) diterima dan
Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang (RTO)
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
2. Pengaruh perputaran persediaan (ITO) terhadap profitabilitas (ROA)
Uji hipotesis 2 dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh perputaran persediaan (ITO) terhadap profitabilitas (ROA). Berikut
hipotesis untuk variabel perputaran persediaan (ITO) yang diuji :
H0 : Perputaran persediaan (ITO) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
Ha : Perputaran persediaan (ITO) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA)
Perputaran persediaan yang terlihat pada tabel diatas memiliki nilai
signifikan sebesar 0,843 yang berarti lebih besar dari nilai probabilitas 0,05
atau 0,843>α 0,05. Variabel X1 memiliki thitung = 0,200 dengan ttabel= 2,045,
jadi nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel atau t hitung < ttabel.
-2,045 2,045 1,406
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Ditolak Ha Diterima
0
71
Ho Diterima
Gambar 4.2 Uji Hipotesis 2
Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung berada dalam
wilayah H0 diterima, artinya H0 untuk perputaran persediaan (ITO) diterima
dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan
(ITO) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas
(ROA).
3. Pengaruh rasio lancar (CR) terhadap profitabilitas (ROA)
Uji hipotesis 3 dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh rasio lancar (CR) terhadap profitabilitas (ROA). Berikut hipotesis
untuk variabel rasio lancar (CR) yang diuji :
H0 : Perputaran rasio lancar (CR) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
Ha : Perputaran rasio lancar (CR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA)
Rasio lancar (CR) yang terlihat pada tabel diatas memiliki nilai
signifikan sebesar 0,643 yang berarti lebih besar dari nilai probabilitas 0,05
atau 0,643>α 0,05. Variabel X1 memiliki thitung = 0,470 dengan ttabel= 2,045,
jadi nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel atau t hitung < ttabel.
-2,045 2,045 0,200
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Ditolak Ha Diterima
0
72
Ho Diterima
Gambar 4.3 Uji Hipotesis 3
Dari gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung berada dalam
wilayah H0 diterima, artinya H0 untuk rasio lancar (CR) diterima dan Ha
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio lancar (CR) berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan uji hipotesis yang sudah dilakukan dalam penelitian ini, maka
penulis akan membahas hasil penelitian sesuai dengan permasalahan yang
diajukan. Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa :
1. Pengaruh perputaran piutang (RTO) terhadap profitabilitas (ROA)
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan perputaran piutang
(RTO) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas.
Apabila nilai perputaran piutang positif, maka akan meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Hal Ini dikarenakan dengan memiliki nilai
perputaran piutang yang positif mengindikasikan bahwa piutang cepat
tertagih dan cepat berubah menjadi uang tunai (kas) sesuai dengan yang
diharapkan perusahaan, sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan
dari hasil penjualan kredit dan profitabilitas perusahaan ikut meningkat.
-2,045 2,045 0,470
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Ditolak Ha Diterima
0
73
Penelitian ini hampir sama yang dilakukan oleh Sufiana dan Purnawati (2013)
dan Putra (2012) menunjukkan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Namun penelitian ini tidak
sejalan dengan yang dilakukan oleh Suarnami, Suwendra, dan Cipta (2014)
serta Rahayu dan Susilowibowo (2014) menunjukkan bahwa perputaran
piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
2. Pengaruh perputaran persediaan (ITO) terhadap profitabilitas (ROA)
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan perputaran
persediaan (ITO) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
profitabilitas. Apabila nilai perputaran persediaan positif, maka akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hal Ini dikarenakan dengan memiliki
nilai perputaran persediaan yang positif menunjukkan bahwa perusahaan
bekerja secara efisien dan efektif dalam mengelola persediaan. Selain itu akan
memperkecil resiko kerugian seperti penumpukan barang persediaan,
penurunan harga barang, bertambahnya biaya penyimpanan dan pemeliharaan
persediaan. Sehingga profitabilitas akan meningkat. Penelitian ini hampir
sama yang dilakukan oleh Sufiana dan Purnawati (2013), Rahayu dan
Susilowibowo (2014), dan Agha (2014) menunjukkan bahwa perputaran
persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan. Penelitian ini bertentangan dengan yang dilakukan oleh Sari dan
Budiasih (2014), Putra (2012) menunjukkan bahwa perputaran persediaan
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
74
3. Pengaruh rasio lancar (CR) terhadap profitabilitas (ROA)
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan perputar rasio
lancar (CR) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas
(ROA). Pengaruh positif ini dilihat dari sisi kreditor (perbankan) sebagai
penyedia dana bagi perusahaan, dengan kreditor menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajibannya dalam jangka pendek akan
memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman
selanjutnya dan pinjaman tersebut digunakan perusahaan untuk modal utama
dalam mencapai target/tujuan utama yaitu memperoleh profitabilitas. Bagi
pihak distributor adanya kemampuan perusahaan membayar utang-utangnya
dalam jangka pendek akan memberikan jaminan dan mempermudah dalam
memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara
kredit. Sehingga dana yang dimiliki perusahaan awalnya untuk membeli
persediaan secara tunai, tetapi boleh dilakukan pembelian secara kredit
kepada distributor, dana tersebut dapat digunakan untuk investasi lainnya
guna memperoleh profitabilitas. Bagi pihak investor akan memberikan
jaminan rasa aman dan resiko yang kecil atas modal yang ditanamkan dalam
perusahaan tersebut serta kemungkinan mendapatkan keuntungan (dividen)
sesuai dengan yang diharapkan. Namun di sisi lain Penelitan yang dilakukan
oleh Wijaya (2012), Raheman dan Nasr (2007) menunjukkan rasio lancar
yang merupakan ukuran likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya kelebihan dana
yang menganggur. Kondisi ini menjadi kurang baik bagi perusahaan karena
75
manajemen perusahaan kurang mampu mengelola dan menggunakan dana
yang dimiliki, sehingga ini akan berpengaruh terhadap profitabilitas yang
diperoleh perusahaan akan rendah. Seharusnya kelebihan dana itu dapat
digunakan untuk investasi lainnya, sehingga perusahaan akan memperoleh
profitabilitas yang tinggi. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan Putry dan Erawati (2013) menunjukkan bahwa rasio lancar tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Agha
(2014) juga menunjukkan bahwa rasio lancar (current ratio) tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
76
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta hasil analisis yang telah
dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Perputaran piutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
2. Perputaran persediaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
3. Rasio lancar berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap profitabilitas
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
5.2 Saran
Berdasarkan keterbatasan diatas penulis mengajukkan beberapa saran,
sebagai berikut :
1. Perusahaan perlu lebih memperhatikan manajemen modal kerja yang lebih
baik lagi, manajemen piutang dan memperketat syarat pembayaran penjualan
kredit serta tentang ketentuan pembatasan pemberian kredit agar dapat
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
77
2. Perusahaan perlu lebih memperhatikan manajemen persediaan dengan
mengelola persediaan secara efektif dan efisien, meningkatkan promosi dan
pemasaran agar perputaran persediaan meningkat sehingga keuntungan
perusahaan meningkat dan memperkecil resiko kerugian yang diterima
perusahaan.
3. Sebaiknya perusahaan tidak hanya memfokuskan pada likuiditas (rasio
lancar) perusahaan, meskipun para investor kebanyakan menilai kinerja
keuangan dari besarnya nilai likuiditas suatu perusahaan. Tetapi perusahaan
juga harus secara seimbang fokus memperhatikan likuiditas dan profitabilitas
perusahaan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agha, Hina. 2014. Impact of Working Capital Management on Profitability. European Scientific Journal. Vol.10 No. 1, ISSN : 1857-7881
Arshad, Zubair dan Muhammad Yasir Gondal.2014. Impact of Working Capital Management on Profitability A Case of The Pakistan Cement Industry. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Vol.5 No.2.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta. Bandung.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Harrison Jr. Walter T, Charles T. Horngren, C.William Thomas, dan Themin Suwardy. 2013. Akuntansi Keuangan. Jilid 2, Edisi 8. Erlangga. Jakarta.
Haq, Ikram ul, Muhammad Sohail, Khalid Zaman, dan Zaheer Alam. 2011. The Relationship Between Working Capital Management and Profitability A Case Stufy of Cement Industry in Paskitan. Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol.2 No.2, ISSN 2039-2117.
Hassan, Naeem Ul, Malik Muhammad Imran, Muhammad Amjad, dan Meboob Hussain. 2014. Effects of Working Capital Management on Firm Performance: An Empirical Study of Non-financial listed Firms in Pakistan. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, Vol.4 No.6, ISSN : 2222-6990.
Hery. 2012. Pengantar Akuntansi 1. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia.2015. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta
Innocent, Enekwe Chinedu, Okwo Ifeoma Mary dan Ordu Monday Matthew. 2013. Financial Ratio Analysis as a Determinant of Profitability in Nigerian Pharmaceutical Industry. International Journal of Business and Management. Vol.8 No.8, ISSN : 1833-3850.
Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keempat. Bumi Aksara. Jakarta.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
79
Madishetti, Srinivas dan Deogratias Kibona. 2013. Impact of Accounts Receivables Management on The Profitability of SMEs in Tanzania . A Peer Reviewed International Journal of Asian Research Consortium, Vol.3, Issue 2, ISSN : 2249-7232.
Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Ed Kesatu. Rajawali Pers. Jakarta.
Muhardi, Werner R. 2013. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Salemba Empat. Jakarta.
Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan, Ed Keempat, Cet Kelima Belas. Liberty. Yogyakarta.
Priyatno, Duwi. 2014. SPSS22: Pengolahan Data Praktis, Ed Pertama. C.V Andi Offset. Yogyakarta.
Putra, Lutfi Jaya. 2012. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus : PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Jurnal Ekonomi Gunadarma. Vol.9 No.1, hal. 1-10.
Putry, Nur Anita Chandra dan Teguh Erawati. 2013. Pengaruh Current Ratio, Total Assets Turnover dan Net Profit Margin Terhadap Return on Assets. Jurnal Akuntansi. Vol.1 No.2.
Rahayu, Eka Ayu dan Joni Susilowibowo. 2014. Pengaruh Perputaran Kas, Perputaram Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Prorfitabilitas Perusahaan Manufaktur. Vol.2 No.4, hal. 1444-1455.
Raheman, Abdul dan Mohamed Nasr. 2007. Working Capital Management and Profitability-Case of Pakistani Firm. International Journal of Bussiness Research Papers, Vol.3 No.1, pp.279-300.
Reeve, J.M., dkk. 2013. Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia, Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
Sari, Ni Made Vironika dan I.G.A.N Budiasih. 2014. Pengaruh Debt to Equity Ratio, Firm Size, Inventory Turnover dan Assets Turnover pada Profitabilitas. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 6.No 2, hal. 261-273, ISSN : 2302-8556.
Suarnami, Luh Komang, I Wayan Suwendra dan Wayan Cipta. 2014. Pengaruh Perputaran Piutang dan Periode Pengumpulan Piutang Teradap Profitabilitas pada Perusahaan Pembiayaan. E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, Vol 2.
Subramanyan, K.R, John J Wild. 2011. Analisis Laporan Keuangan, Bukun 2, Edisi ke-10. Salemba Empat. Jakarta.
80
Sufiana, Nina dan Ni Ketut Purnawati. 2013. Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas. E-Journal Universitas Udayana. Vo.2 No.4, hal. 451-468.
Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis Pendekatan Filosofi dan Praktis, Cet Pertama. PT Indeks. Jakarta
Surya, Raja Adri Satriawan. 2013. Pengantar Akuntansi Berbasis IFRS, Ed Pertama, Cet Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Usama, Muhammad. 2012. Working Capital Management and Its Affect on Firm’s Profitability and Liquidity In Other Food Sector of) Karachi Stock Exchange (KSE). Arabian Journal of Business and Management Review (OMAN Chapter), Vol.1 No.12.
Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Wijaya, Anggita Langgeng. 2012. Pengaruh Komponen Working Capital Terhadap Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol.4 No. 1, pp. 20-26.
Zeinora dan Septariani, Desy. 2013. Akuntansi 2. Edisi Pertama. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Websites :
http://www.idx.co.id/id−id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx ( 14 Januari 2015)
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/sub-sektor-makanan-minuman/ (18 Juni 2015)
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/sub-sektor-rokok/ (18 Juni 2015)
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/sub-sektor-farmasi/ (18 Juni 2015)
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/sub-sektor-kosmetik-keperluan-rumah-tangga/ (18 Juni 2015)
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/sub-sektor-peralatan-rumah-tangga/ (18 Juni 2015)
Lampiran 1 Daftar Populasi Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi
No Kode Emiten Nama Perusahaan
Sub Sektor Makanan dan Minuman 1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 ALTO PT Tri Banyan Tirta Tbk 4 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia 5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 6 DNET PT Indoritel Makmur Internasional Tbk 7 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 8 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 9 MLBI PT Multi Bintang Indonesia
10 MYOR PT Mayora Indah Tbk 11 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga 12 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 13 SKBM PT Sekar Bumi Tbk 14 SKLT PT Sekar Laut Tbk 15 SRTG PT Saratoga Investama Sedaya Tbk 16 STTP PT Siantar Top Tbk 17 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk
Sub Sektor Rokok 18 GGRM PT Gudang Garam Tbk 19 HMSP PT H.M Sampoerna Tbk 20 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 21 WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk
Sub Sektor Farmasi 22 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 23 INAF PT Indofarma Tbk 24 KAEF PT Kimia Farma Tbk 25 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 26 MERK PT Merck Tbk 27 PYFA PT Pyrimad Farma Tbk 28 SCPI PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk 29 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
30 SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 31 SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SB) 32 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk
Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga 33 MBTO PT Martina Berto Tbk 34 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 35 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 36 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 37 CINT PT Chitose Internasional Tbk 38 KDSI PT Kedawung Setya Industrial Tbk 39 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 40 LMPI PT Langgeng Makmur Industry Tbk
Sumber : www.sahamok.com, data diolah kembali
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi
No Kode Emiten Nama Perusahaan
Sub Sektor Makanan dan Minuman 1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 2 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia 3 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia 7 MYOR PT Mayora Indah Tbk 8 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga 9 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
10 SKBM PT Sekar Bumi Tbk 11 SKLT PT Sekar Laut Tbk 12 STTP PT Siantar Top Tbk 13 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk
Sub Sektor Rokok 14 HMSP PT H.M Sampoerna Tbk 15 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 16 WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk
Sub Sektor Farmasi 17 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 18 INAF PT Indofarma Tbk 19 KAEF PT Kimia Farma Tbk 20 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 21 MERK PT Merck Tbk 22 PYFA PT Pyrimad Farma Tbk 23 SCPI PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk 24 SQBB PT Taisho Pharmaceutical IndonesiaTbk 25 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk
Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga 26 MBTO PT Martina Berto Tbk 27 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 28 TCID PT Mandom Indonesia Tbk
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 29 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 30 LMPI PT Langgeng Makmur Industry Tbk
Sumber : www.sahamok.com, data diolah kembali
LAMPIRAN 3
Laporan Perputaran Piutang (RTO) Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014
No Kode Emiten
RTO AVERAGE
2012 2013 2014 1 ADES 6,85 6,68 6,33 6,62 2 CEKA 7,20 11,45 12,36 10,34 3 DLTA 4,43 6,49 5,30 5,41 4 ICBP 14,87 16,21 11,66 14,24 5 INDF 16,90 14,35 15,37 15,54 6 MLBI 7,31 14,46 8,44 10,07 7 MYOR 5,67 4,97 4,85 5,16 8 PSDN 20,37 18,82 12,27 17,15 9 ROTI 9,94 9,44 9,50 9,63
10 SKBM 14,17 12,99 11,97 13,04 11 SKLT 8,35 9,14 8,85 8,78 12 STTP 8,61 8,44 9,10 8,72 13 ULTJ 10,16 10,39 10,26 10,27 14 HMSP 67,71 60,76 67,16 65,21 15 RMBA 42,10 53,42 28,08 41,20 16 WIIM 30,18 34,65 24,54 29,79 17 DVLA 3,10 2,87 3,03 3,00 18 INAF 5,89 5,22 5,88 5,67 19 KAEF 8,86 8,65 8,52 8,68 20 KLBF 8,18 8,10 7,73 8,00 21 MERK 10,69 7,91 6,17 8,26 22 PYFA 6,47 6,33 6,36 6,39 23 SCPI 3,82 3,78 3,64 3,75 24 SQBB 4,61 4,53 4,73 4,62 25 TSPC 9,86 8,82 9,11 9,26 26 MBTO 2,93 2,26 2,31 2,50 27 MRAT 2,45 2,00 2,34 2,27 28 TCID 6,88 7,01 7,59 7,16 29 KICI 7,96 8,77 10,80 9,18 30 LMPI 3,25 3,14 2,15 2,85
Sumber : Data yang diolah
Laporan Perputaran Persediaan (ITO) Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014
No Kode Emiten
ITO AVERAGE
2012 2013 2014 1 ADES 3,61 2,77 3,16 3,18 2 CEKA 2,72 6,82 8,27 5,93 3 DLTA 2,13 1,88 1,43 1,81 4 ICBP 9,18 7,98 7,72 8,29 5 INDF 5,10 5,27 5,60 5,32 6 MLBI 5,28 8,96 6,09 6,78 7 MYOR 5,76 6,16 6,80 6,24 8 PSDN 5,31 4,97 4,65 4,98 9 ROTI 32,61 27,30 25,32 28,41
10 SKBM 13,02 15,99 12,87 13,96 11 SKLT 5,75 6,75 7,33 6,61 12 STTP 5,13 5,24 5,92 5,43 13 ULTJ 5,43 5,63 4,77 5,28 14 HMSP 3,91 3,33 3,46 3,57 15 RMBA 2,26 2,58 2,78 2,54 16 WIIM 1,75 1,82 1,63 1,73 17 DVLA 3,47 2,60 2,39 2,82 18 INAF 4,44 5,03 4,72 4,73 19 KAEF 5,19 5,22 4,72 5,04 20 KLBF 3,72 3,22 2,89 3,28 21 MERK 2,80 1,47 1,87 2,05 22 PYFA 2,24 2,04 2,38 2,22 23 SCPI 1,59 0,76 2,95 1,76 24 SQBB 4,89 4,31 4,77 4,66 25 TSPC 5,56 4,68 4,45 4,90 26 MBTO 6,45 5,94 5,17 5,85 27 MRAT 3,19 2,40 2,43 2,67 28 TCID 4,34 4,23 3,77 4,11 29 KICI 1,99 1,67 1,69 1,78 30 LMPI 2,73 2,54 2,03 2,43
Sumber : Data yang diolah
Laporan Rasio Lancar (CR) Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014
No Kode Emiten
CR AVERAGE
2012 2013 2014 1 ADES 1,94 1,81 1,54 1,76 2 CEKA 1,03 1,63 1,47 1,37 3 DLTA 5,26 4,76 4,47 4,83 4 ICBP 2,76 2,41 2,18 2,45 5 INDF 2,00 1,68 1,81 1,83 6 MLBI 0,58 0,98 0,51 0,69 7 MYOR 36,63 2,40 2,09 13,71 8 PSDN 1,61 1,68 1,46 1,58 9 ROTI 1,12 1,14 1,37 1,21
10 SKBM 1,25 1,33 1,48 1,35 11 SKLT 1,41 1,23 1,18 1,28 12 STTP 1,00 1,14 1,48 1,21 13 ULTJ 2,02 2,47 3,34 2,61 14 HMSP 1,78 1,75 1,53 1,69 15 RMBA 1,64 1,18 1,00 1,27 16 WIIM 2,06 2,43 2,27 2,26 17 DVLA 4,31 4,24 5,18 4,58 18 INAF 2,10 1,27 1,30 1,56 19 KAEF 2,80 2,43 2,39 2,54 20 KLBF 3,41 2,84 3,40 3,22 21 MERK 3,87 3,98 4,59 4,15 22 PYFA 2,41 1,54 1,63 1,86 23 SCPI 2,72 2,61 2,45 2,59 24 SQBB 4,85 4,97 4,37 4,73 25 TSPC 3,09 2,96 3,00 3,02 26 MBTO 3,71 3,99 3,95 3,89 27 MRAT 6,02 6,05 3,61 5,23 28 TCID 7,73 3,57 1,80 4,37 29 KICI 4,80 5,77 7,90 6,16 30 LMPI 1,24 1,19 1,24 1,22
Sumber : Data yang diolah
Laporan Profitabilitas (ROA) Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014
No Kode Emiten
ROA AVERAGE
2012 2013 2014 1 ADES 0,21 0,13 0,06 0,13 2 CEKA 0,06 0,06 0,03 0,05 3 DLTA 0,29 0,31 0,29 0,30 4 ICBP 0,13 0,11 0,10 0,11 5 INDF 0,08 0,04 0,06 0,06 6 MLBI 0,39 0,66 0,36 0,47 7 MYOR 0,09 0,10 0,04 0,08 8 PSDN 0,04 0,03 (0,05) 0,01 9 ROTI 0,12 0,09 0,09 0,10 10 SKBM 0,04 0,12 0,16 0,11 11 SKLT 0,03 0,04 0,05 0,04 12 STTP 0,06 0,08 0,07 0,07 13 ULTJ 0,15 0,12 0,10 0,12 14 HMSP 0,38 0,39 0,36 0,38 15 RMBA (0,05) (0,11) (0,22) (0,13) 16 WIIM 0,06 0,11 0,08 0,09 17 DVLA 0,14 0,11 0,07 0,10 18 INAF 0,04 (0,04) 0,00 (0,00) 19 KAEF 0,10 0,09 0,08 0,09 20 KLBF 0,19 0,17 0,17 0,18 21 MERK 0,19 0,25 0,25 0,23 22 PYFA 0,04 0,04 0,02 0,03 23 SCPI (0,03) (0,02) (0,05) (0,03) 24 SQBB 0,34 0,35 0,36 0,35 25 TSPC 0,14 0,12 0,10 0,12 26 MBTO 0,07 0,03 0,00 0,04 27 MRAT 0,07 (0,02) 0,01 0,02 28 TCID 0,12 0,11 0,09 0,11 29 KICI 0,02 0,08 0,05 0,05 30 LMPI 0,00 (0,01) 0,00 (0,00)
Sumber : Data yang diolah
LAMPIRAN 4
Hasil SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA (Y) 30 ,00 ,47 ,1147 ,11910
RTO (X1) 30 2,27 65,21 11,7587 12,89589
ITO (X2) 30 1,73 28,41 5,2787 5,03905
CR (X3) 30 ,69 13,71 3,0073 2,49259
Valid N (listwise) 30 Sumber: Output SPSS, Descriptive Statistics
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation ,11479227
Most Extreme Differences
Absolute ,225
Positive ,225
Negative -,144
Kolmogorov-Smirnov Z 1,232
Asymp. Sig. (2-tailed) ,096
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS, Kolmogorov-Smirnov
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,066 ,055 1,197 ,242
RTO ,003 ,002 ,277 1,406 ,171 ,922 1,085
ITO ,001 ,005 ,039 ,200 ,843 ,959 1,043
CR ,004 ,010 ,094 ,470 ,643 ,895 1,117
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Output SPSS, Coefficientsa
Coefficient Correlationsa
Model CR ITO RTO
1
Correlations
CR 1,000 ,196 ,275
ITO ,196 1,000 ,102
RTO ,275 ,102 1,000
Covariances
CR 9,110E-005 8,556E-006 4,781E-006
ITO 8,556E-006 2,082E-005 8,467E-007
RTO 4,781E-006 8,467E-007 3,306E-006
a. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS, Coefficients Correlationsa
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,266a ,071 -,036 ,12123 2,309
a. Predictors: (Constant), CR, ITO, RTO
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Output SPSS, Model Summary
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Novitasari Tirtajaya
Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 11 Juli 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Bintara 14 Rt005/Rw04 No 131, Kelurahan
Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun Institusi
1996-1997 TK Nurul Islam Bintara, Kota Bekasi
1997-2003 SD Negeri Bintara XI, Kota Bekasi
2003-2006 SMP Negeri 14, Kota Bekasi
2006-2009 SMK Negeri 1, Kota Bekasi
2011-2015 Universitas Darma Persada Jakarta
PENGALAMAN KERJA
Waktu Tempat Jabatan
04 Januari 2010 -
30 September 2011
PT Anugerah Texindotama
Cabang Jakarta
Staff Admnistrasi Sales
Support
PENGALAMAN MAGANG
Waktu Tempat Divisi
27 Maret - 13 Juni 2014
PT Bank Tabungan
Negara (BTN) Cabang
Bekasi
HCLU (Housing
Commercial Lending
Unit)
PENGALAMAN ORGANISASI
Nama Organisasi Jabatan Periode
HIMADA (Himpunan
Mahasiswa Akuntansi
Universitas Darma Persada)
Anggota Dikbang (Divisi
Pendidikan dan Pengembangan) 2013-2014
HIMADA (Himpunan
Mahasiswa Akuntansi
Universitas Darma Persada)
Koordinator/SC Dikbang (Divisi
Pendidikan dan Pengembangan) 2014-2015