pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, …eprints.ums.ac.id/77589/1/naskah...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,
DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
( Studi Pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode 2014-2016)
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
DARA ESTU SATITI
B200130378
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
2
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,
DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
( Studi Pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode 2014-2016)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
DARA ESTU SATITI
B200130378
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh
Dosen
Pembimbing
(Andy Dwi Bayu Bawono,SE.,M.Si,Ph.D)
i
3
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,
DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
( Studi Pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode 2014-2016)
Yang Ditulis Oleh:
DARA ESTU SATITI
B200130378
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada : Jumat, 23 Agustus 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan penguji:
1. Andy Dwi Bayu Bawono,SE,M.Si,Ph.D ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr.Fatchan Achyani,SE,MSi ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Drs.Yuli Tri Cahyono,MM,Ak ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Dr. Syamsudin, MM) ii
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah dituliskan atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada
ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan
sepenuhnya.
Surakarta, 16 Agustus 2019
Penulis
DARA ESTU SATITI
B200130378
iii
1
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,
DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
( Studi Pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode 2014-2016)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks
Pembangunan Manusia secara langsung maupun secara tidak langsung melalu
Belanja Modal (BM) pada pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Pengambilan
sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling dan memperoleh 92
data sebagai sampel untuk periode 2014-2016. Data yang digunakan adalah data
realisasi PAD, DAU, DAK dan BM, sera nilai Indeks Pembangunan Manusia. Data
diperoleh dari situs DJPK Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik. Teknik
analisis data menggunakan analisis jalur dibantu dengan SPSS versi 24.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh secara langsung PAD, DAU, dan DAK
berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Sedangkan pengaruh tidak
langsung PAD, DAU, DAK tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan
manusia melauli belanja modal.
Kata kunci : pendapatan, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, indeks
pembangunan manusia, belanja.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect Original Local Government Revenue (PAD),
General Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK) on the Human
Development Index through the capital expenditures (BM) in the government district
/ city in Jawa Tengah. The method used is quantitative research methods. Sampling
of this study using purposive sampling method and obtain each 92 data as a sample
for the period 2014-2016. The data used is the data of PAD, DAU, DAK, and BM, as
well as the value of the Human Development Index. The data are taken from the
website DJPK Ministry of Finance and the Central Bureau of Statistic.Data were
analyzed using path analysis supported by SPSS version 24.The result show that only
a direct influence PAD, DAU, and DAK that effect the quality of human development.
While the influence indirectly PAD, DAU, DAK and BM does not effect the quality of
human development through the capital expenditure.
Keywords : Income, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Human
Development Index, Expenditures.
2
1. PENDAHULUAN
Manusia merupakan sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Sejak
perdebatan mengenai indikator pembangunan sosial-ekonomi terjadi. Secara
umum indikator baru berfokus pada pembangunan manusia, konsep tentang Indeks
Pembangunan Manusia melalui UNDP (United Nations Development Programme)
melalui Human Development Report tahun 1996. Dalam publikasi ini
pembangunan manusia didefinisikan sebagai “a process of enlarging people’s
choices” atau proses yang meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Karena
aspek kehidupan terpenting dalam kehidupan dilihat dari usia yang panjang dan
hidup sehat, pendidikan yang memadai serta standar hidup layak. Secara spesifik
konsep UNDP menetapkan empat elemen utama dalam pembangunan manusia,
yaitu produktifitas (productivity), pemerataan (equity), keberlanjutan
(sustainability), dan pemberdayaan (empowerment).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-
2014, pembangunan nasional Indonesia sebenarnya sudah menganut konsep yang
dipublikasikan UNDP, yaitu konsep pembangunan manusia seutuhnya yang
menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental,
maupun spiritual. Strategi pembangunan suatu Negara harus mampu
meningkatkan sumber daya manusia secara berkelanjutan. Oleh sebab itu,
berkaitan dengan pemerataan pembangunan nasional dalam hal meningkatkan
kualitas pembangunan manusia, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan wewenang penuh
bagi masing-masing daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
daerahnya dengan sedikit intervensi pemerintah pusat. Sedangkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah. Kedua Undang-Undang ini merupakan titik awal berjalannya otonomi
daerah dengan misi utamanya desentralisasi fiskal yang menghasilkan dua manfaat
3
yaitu meningkatkan partisipasi masyarakat, prakarsa dan kreativitas masyarakat
dalam pembangunan.
Sumber-sumber keuangan utama daerah yang digunakan untuk membiayai
belanja daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berupa pendapatan
pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Adanya ketimpangan PAD antara antara
satu provinsi dengan provinsi yang lain di Indonesia, maka melalui Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 terdapat sumber lainnya yang dapat digunakan
dalam pembangunan daerah yaitu dana perimbangan yang terdiri dari Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil
(DBH), serta lain-lain pendapatan yang sah. Dana perimbangan diberikan oleh
pemerintah pusat dalam rangka menutupi kesenjangan fiskal yang disebabkan
oleh ketidakmampuan pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan
pembangunan dengan pendapatan asli daerahnya.
Penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor terhadap Indeks Pembangunan
Manusia ini telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, diantaranya yaitu:
Pratowo (2012), Ardiansyah, dkk (2014), serta Priambodo (2015). Penelitian ini
mereplikasi dari penelitian diatas. Dalam penelitian tersebut dibahas tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia, yaitu PAD,
DAU dan DAK. Peneliti menambahkan variabel belanja modal sebagai variabel
mediasi dari penelitian Yohana &Lilis (2012) dan Darmada (2015) dikarenakan
penelitian sebelumnya pengalokasian belanja modal berpangaruh positif terhadap
Indeks Pembangunan Manusia.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “PENGARUH PENDAPATAN ASLI
DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS
TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN BELANJA
MODAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI.”
4
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling method. Dengan menerbitkan Laporan Realisasi
Anggaran secara berturut-turut tahun 2014-2016 dan memiliki data IPM yang
lengkap dan kosisten tahun 2014-2016 serta dipublikasikan pada website
www.bps.go.id dan www.djpk.kemenkeu.go.id.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskriptif Statistik
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa selama periode 2014-2016 jumlah data
yang diteliti adalah sebanyak 92 sampel, berikut ini data deskriptif yang telah diolah:
a. Variabel pendapatan asli daerah (PAD) menunjukkan nilai rata-rata sebesar
Rp295.640,37. Nilai maksimum Rp1.491.646 pada tahun 2016 oleh Kota
Semarang. Nilai minimum sebesar Rp144.065. pada tahun 2014 oleh Kota
Pekalongan. Dengan standar deviasi sebesar Rp197.744,22.
b. Variabel dana alokasi umum (DAU) menunjukkan nilai rata-rata sebesar
Rp931.022,85. Nilai maksimum Rp1.398.540 pada tahun 2016 oleh Kabupaten
Banyumas. Nilai minimum sebesar Rp390.733 pada tahun 2014 oleh Kota Tegal.
Dengan standar deviasi sebesar Rp225.853,77.
c. Variabel dana alokasi khusus (DAK) menunjukkan nilai rata-rata sebesar
Rp143.511,49. Nilai maksimum Rp483.813 pada tahun 2016 oleh Kabupaten
Cilacap. Nilai minimum sebesar Rp3750 pada tahun 2015 oleh Kota Surakarta.
Dengan standar deviasi sebesar Rp111.310,60.
d. Variabel belanja modal (BM) menunjukkan nilai rata-rata sebesar Rp336.033,09.
Nilai maksimum Rp1.026.717 pada tahun 2016 oleh Kota Semarang. Nilai
minimum Rp51.981 pada tahun 2015 oleh Kabupaten Rembang. Dengan standar
deviasi sebesar Rp171.932,35.
5
e. Variabel indeks pembangunan manusia (IPM) menunjukkan rata-rata sebesar
69.92%. Nilai maksimum sebesar 81.19% pada tahun 2016 oleh Kota Semarang.
Nilai minimum sebesar 62.55% pada tahun 2014 pada oleh Kabupaten Brebes.
Dengan standar deviasi sebesar 4.20%.
3.2 Uji Asumsi Klasik
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
Kolmogrov-
Smirnov a Kesimpulan
Persamaan I Belanja
Modal 0.138 0.05 Normal
Persamaan II Indeks
Pembangunan
Manusia 0.111 0.05 Normal
Sumber : SPSS, 2019
Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji normalitas di atas memperlihatkan signifikansi
probabilitas hitung yang dihasilkan dari model penelitian adalah 0.138 dan 0.111.
Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinnieritas Persamaan I
Variabel Tolerance VIF
PAD 0.856 1.168 Tidak Terjadi
Multikolinieritas
DAU 0.665 1.505 Tidak Terjadi
Multikolinieritas
DAK 0.761 1.314 Tidak Terjadi
Multikolinieritas
Sumber : SPSS, 2019 BM
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai tolerance pada variabel pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan belanja modal kurang dari 1dan
nilai VIF pada variabel pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi
6
khusus dan belanja modal kurang dari 10 sehingga tidak terjadi masalah
multikolinieritas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan II
Variabel Tolerance VIF
PAD 0.516 1.939 Tidak Terjadi
Multikolinieritas
DAU 0.619 1.615 Tidak Terjadi
Multikolinieritas
DAK 0.646 1.547 Tidak Terjadi
Multikolinieritas
BM 0.387 2.586 Tidak Terjadi
Multikolinieritas
Sumber : SPSS, 2019 IPM
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa :
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai tolerance pada variabel pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan belanja modal kurang dari 1dan
nilai VIF pada variabel pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi
khusus dan belanja modal kurang dari 10 sehingga tidak terjadi masalah
multikolinieritas.
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskesdastisitas Persamaan I
Variabel p-value Keterangan
PAD 0.193 Bebas Heteroskesdastisitas
DAU 0.744 Bebas Heteroskesdastisitas
DAK 0.532 Bebas Heteroskesdastisitas
Sumber : SPSS, 2019 BM
7
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dalam pada table 4.5 hasil uji
heteroskesdastisitas persamaan I tersebut nampak bahwa semua variabel bebas
menunjukkan p-value lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
variabel bebas dari masalah heteroskesdastisitas.
Tabel 4.6
Uji Heteroskesdastisitas Persamaan II
Variabel p-value Keterangan
PAD 0.051 Bebas Heteroskesdastisitas
DAU 0.592 Bebas Heteroskesdastisitas
DAK 0.823 Bebas Heteroskesdastisitas
BM 0.194 Bebas Heteroskesdastisitas
Sumber : SPSS, 2019 IPM
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dalam pada table 4.6 hasil uji
heteroskesdastisitas persamaan II tersebut nampak bahwa semua variabel bebas
menunjukkan p-value lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
variabel bebas dari masalah heteroskesdastisitas.
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi Persamaan I
Model Durbin Watson
I 1.782
a. Predictor :(Constant), DAK,PAD,DAU
b. Depeendent Variable :BM
Berdasarkan table 4.7 hasil uji autokorelasi persamaan I menunjukkan nilai Durbin
Watson yang ditunjukkan sebesar 1.782, pembanding menggunakan nilai signifikansi
5%, dengan jumlah sampel 92 (n), dan jumlah variabel independen 3 (k=3), maka di
tabel Durbin Watson akan didapat nilai dU sebesar 1.73. Karena nilai DW 1.782
8
lebih besar dari batas atas (dU) 1.73 dan kurang dari 4 – 1.73 (2.27), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.8
Uji Autokorelasi Persamaan II
Model Durbin Watson
I 1.942
a. Predictor :(Constant),
BM,DAK,DAU,PAD
b. Depeendent Variable :IPM
Berdasarkan table 4.8 menunjukkan nilai Durbin Watson yang ditunjukkan sebesar
1.942, pembanding menggunakan nilai signifikansi 5%, dengan jumlah sampel 92
(n), dan jumlah variabel independen 4 (k=4), maka di table Durbin Watson akan
didapat nilai du sebesar 1.75. Karena nilai DW 1.942 lebih besar dari batas atas (du)
1.75 dan kurang dari 4 – 1.75 (2.25), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi.
3.3 Uji Hipotesis
Tabel 4.9
Hasil analisis regresi persamaan I
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -17264.525 49210.01
-.351 .727
PAD .475 .062 .546 7.621 .000
DAU .157 .062 .207 2.540 .013
DAK .464 .117 .300 3.953 .000
Sumber : SPSS 2019 BM
Sehingga diperoleh model persamaan I sebagai berikut :
9
BM = -17264.525 + 0.546PAD + 0.207DAU +0.300DAK + e
Untuk menginterpretasi hasil dari analisis tersebut, dapat diterangkan:
1) Konstanta sebesar -17264.525 menunjukkan bahwa apabila pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus diasumsikan kosntan atau
sama dengan nol, maka belanja modal sebesar akan menurun.
2) Koefisien regresi variabel pendapatan asli daerah menunjukkan koefisien sebesar
+0.546. Tanda positif berarti apabila pendapatan asli daerah meningkat, maka
belanja modal akan meningkat. Sebaliknya apabila pendapatan asli daerah
menurun, maka belanja modal akan menurun.
3) Koefisien regresi variabel dana alokasi umum menunjukkan koefisien sebesar
+0.207. Tanda positif berarti apabila dana alokasi umum meningkat, maka
belanja modal akan meningkat. Sebaliknya apabila dana alokasi umum menurun,
maka belanja modal akan menurun.
4) Koefisien regresi variabel dana alokasi khusus menunjukkan koefisien sebesar
+0.300. Tanda positif berarti apabila dana alokasi khusus meningkat, maka
belanja modal akan meningkat. Sebaliknya apabila dana alokasi khusus menurun,
maka belanja modal akan menurun.
Tabel 4.10
Hasil analisis regresi persamaan II
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 74.03 1.461
50.68 .000
PAD 1.58E-05 .000 0.742 6.621 .000
DAU -9.05E-06 .000 -0.486 -4.756 .000
DAK 5.48E-06 .000 0.145 1.45 0.151
BM -3.38E-06 .000 -0.138 -1.069 0.288
Sumber : SPSS 2019 IPM
10
Dari tabel di atas, maka dapat diperoleh model persamaan II sebagai berikut :
IPM= 74.03 + 0.742PAD - 0.486DAU + 0.145DAK - 0.138BM + e
Untuk menginterpretasi hasil dari analisis tersebut, dapat diterangkan:
1) Konstanta sebesar 74.03 menunjukkan bahwa apabila pendapatan asli daerah,
dana alokasi umum,dana alokasi khusus, dan belanja modal diasumsikan kosntan
atau sama dengan nol, maka belanja modal akan meningkat.
2) Koefisien regresi variabel pendapatan asli daerah menunjukkan koefisien sebesar
+0.742. Tanda positif berarti apabila pendapatan asli daerah meningkat, maka
belanja modal akan meningkat. Sebaliknya apabila pendapatan asli daerah
menurun, maka belanja modal akan menurun.
3) Koefisien regresi variabel dana alokasi umum menunjukkan koefisien sebesar -
0.486. Tanda negatif berarti apabila dana alokasi umum menurun, maka belanja
modal akan menurun. Sebaliknya apabila dana alokasi umum meningkat, maka
belanja modal akan meningkat.
4) Koefisien regresi variabel dana alokasi khusus menunjukkan koefisien sebesar
+0.145. Tanda positif berarti apabila dana alokasi khusus meningkat, maka
belanja modal akan meningkat. Sebaliknya apabila dana alokasi khusus menurun,
maka belanja modal akan menurun.
5) Koefisien regresi variabel dana alokasi khusus menunjukkan koefisien sebesar -
0.138. Tanda negatif berarti apabila dana alokasi khusus menurun, maka belanja
modal akan menurun. Sebaliknya apabila dana alokasi khusus meningkat, maka
belanja modal akan meningkat.
3.4 Pembahasan
H1 : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan hasil analisis variabel pendapatan asli daerah memiliki thitung 7.621
dan nilai signifikan 0.000 < 0.05, artinya pendapatan asli daerah berpengaruh
terhadap indeks pembangunan manusia, dengan demikian hipotesis pertama dalam
penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berperan
11
penting dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia di kabupaten/kota di
Jawa Tengah. Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
adalah dengan menggali sumber keuangannya sendiri melalui pajak daerah, retribusi,
hasil pengelolaan kekayaan daerah dan pendapatan asli daerah yang sah. Sehingga
dapat memberikan pelayanan, sarana, dan prasarana publik yang memadai.
masyarakat dengan senang hati membayar pajak dan retribusi guna memberikan
pelayanan publik yang lebih baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yohana dan Lilis (2012), Putra dan
Ulupui (2015) dan Ardiansyah, dkk (2014).
H2 : Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan hasil analisis variabel dana alokasi umum memiliki thitung 2.540
dan nilai signifikan 0.000 < 0.05, artinya dana alokasi umum berpengaruh terhadap
indeks pembangunan manusia, dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa dana alokasi umum berperan penting dalam
meningkatkan indeks pembangunan manusia di kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Penggunaan dana dalam pembiayaan pengeluaran dan kebutuhan daerah digunakan
untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan standar kehidupan masyarakat, dan
menciptakan hidup yang sehat dan harapan hidup yang lebih panjang.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Putra dan Ulupui (2015), Yohana dan Lilis
(2012) dan tidak konsisten dengan Ardiansyah,dkk (2014).
H3 : Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan hasil analisis variabel dana alokasi khusus memiliki thitung 3.953
dan nilai signifikan 0.000 < 0.05, artinya dana alokasi umum berpengaruh terhadap
indeks pembangunan manusia, dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini
diterima. Dengan adanya pengaruh dana alokasi khusus terhadap indeks
pembangunan manusia maka penggunaan dana alokasi khusus sebagai dana
infrastruktur untuk membiayai investasi pengadaan dan/atau perbaikan sarana dan
12
prasarana fisik dilakukan pemerintah daerah dengan baik dan sesuai dengan prioritas.
Sehingga kualitas pelayanan publik berupa pembangunan sarana dan prasarana dapat
meningkatkan pembangunan manusia di daerah.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Ardiansyah, dkk (2014).
Namun penelitian ini konsisten dengan penelitian Yohana dan Lilis (2012) dan Putra
dan Ulupui (2015).
H4 :Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia
melalui Belanja Modal
Berdasarkan hasil uji mediasi menunjukkan bahwa nilai t hitung -7.222 < t
tabel 1.987, artinya belanja modal tidak memediasi antara pendapatan asli daerah
terhadap indeks pembangunan manusia. Dengan demikian hipotesis keempat dalam
penelitian ini ditolak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Kadek Darmada,dkk
(2015) dan tidak konsisten dengan penelitian Yohana dan Lilis (2012).
Tidak ada pengaruh mediasi belanja modal antara pendapatan asli daerah
terhadap indeks pembangunan manusia disebabkan karena pendapatan asli daerah
lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja langsung daripada membiayai
belanja modal yang berdampak terhadap indeks pembangunan manusia
H5 :Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui
Belanja Modal
Berdasarkan hasil uji mediasi menunjukkan bahwa nilai t hitung -2.777 < t tabel
1.987, artinya belanja modal tidak memediasi antara dana alokasi umum terhadap
indeks pembangunan manusia. Dengan demikian hipotesis kelima dalam penelitian
ini ditolak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Kadek Darmada,dkk (2015)
dan tidak konsisten dengan penelitian Yohana dan Lilis (2012).
Alokasi dasar dalam menetukan Dana Alokasi Umum adalah belanja
pegawai bukan untuk belanja modal. Tidak ada pengaruh mediasi belanja modal
antara dana alokasi umum terhadap indeks pembangunan manusia disebabkan karena
13
penggunaan dana alokasi umum sering digunakan untuk membiayai belanja pegawai
dibandingkan untuk membiayai belanja modal.
H6 :Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui
Belanja Modal
Berdasarkan hasil uji mediasi menunjukkan bahwa nilai t hitung -2.250 < t tabel
1.987, artinya belanja modal tidak memediasi antara dana alokasi khusus terhadap
indeks pembangunan manusia. Dengan demikian hipotesis keenam dalam penelitian
ini ditolak. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Kadek Darmada,dkk (2015)
dan tidak konsisten dengan penelitian Yohana dan Lilis (2012).
Tidak ada pengaruh mediasi belanja modal terhadap dana alokasi khusus
disabkan karena nilai dana alokasi khusus yang diterima pemerintah daerah tidak
dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan belanja modal. Dana Alokasi Khusus memang diperuntukkan untuk
pembangunan insfrastruktur daerah, tetapi dalam hal ini nilai dana alokasi khusus
tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk belanja modal sehingga dana alokasi khusus
tidak berpengaruh terhadap belanja modal.
4.PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pendapatan asli daerah ,dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus secara langsung
memiliki pengaruh terhadap indeks pembangunan manusia dengan nilai signifikan
0.000 < 0.05. Dan secara tidak langsung belanja modal tidak mampu memediasi
secara signifikan antara variabel pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan
dana aloksi khususterhadap indeks pembangunan manusia yang dibuktikan dengan
nilat t hitung < t tabel .
B. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang memungkinkan dapat melemahkan
hasilnya, namun diharapkan keterbatasan ini tidak mengurangi manfaatnya. Beberapa
14
keterbatasan seperti penelitian ini menggunakan data IPM yang sudah jadi. Penelitian
ini terbatas pada variabel yang diteliti yaitu pendapatan asli daerah, dana alokasi
umum, dan dana alokasi khusus, sedangkan masih banyak variabel independen
lainnya yang berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia yang belum
dimasukkan dalam penelitian ini.
C. Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas ruang lingkup penelitian
sampai pemerintah kabupaten/kota di Seluruh Indonesia dan dapat menambahkan
variabel non keuangan sebagai variabel independen dan variabel intervening untuk
menguji pengaruhnya terhadap indeks pembangunan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, I Made Pradana, Ni Kadek Desi Dwi Yantari, Dewa Kadek Darmada. 2015.
Pengaruh PAD, Dana Perimbangan dan SiLPa terhadap Kualitas Pembangunan
Manusia dengan Alokasi Belanja Modal sebagai Variabel Intervening.
Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan 16-19 September 2015
Anggarini, Tika dan Sutaryo. 2015. Pengaruh Rasio Keuangan Pemerintah Daerah
terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pemerintah Provinsi di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan 16-19 September 2015.
Ardiansyah dan Vitalis Ari Widiyaningsih. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan
Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Simposium Nasional
Akuntansi 17 Lombok 24-27 September 2014.
Badan Pusat Statistik. 2019. Booklet IPM Metode Baru, (Online),
(htttp://www.bps.go.id, diakses tanggal 04 Juli 2019).
Badan Pusat Statistik. 2019. IPM 2014-2016, (Online), (http://www.bps.go.id,
diakses tanggal 04 Juli 2019).
Badrudin, Rudy dan Mufidhatul Khasanah. 2011. Pengaruh Pendapatan dan Belanja
Daerah terhadap Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa
15
Yogyakarta. Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan Volume
9, Nomor 1, April 2011 : 23-30.
Junaidi. 2019. “Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% ” (online),
(http://junaidichaniago.wordpress.com, diakses tanggal 3 Agustus 2019).
Junaidi. 2016. “Titik Persentase Distribusi t d.f = 1 – 200” (online),
(http://junaidichaniago.wordpress.com, diakses tanggal 3 Agustus 2019).
Putra, Putu Gede Mahendra dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2015. Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus untuk Meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.3 (2015) :
863-877.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Pratowo, Nur Isa. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Indeks
Pembangunan Manusia. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia.
Priambodo, Anugrah. 2015. Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah Daerah terhadap
Indeks Pembangunan Manusia. Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
Setyowati, Lilis dan Yohana Kus Suparwati. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
DAU, DAK, PAD terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal sebagai Variabel Intervening. Prestasi Vol. 9 No. 1 –
Juni 2012.
Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang (UU) Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.