pengaruh pemberian pupuk kulit pisang terhadap pertumbuhan generatif mawar
DESCRIPTION
Tanaman berbunga seperti mawar memerlukan banyak kalium (K) dan fosfor (P) untuk proses pembungaan. Agar tanaman mawar dapat rajin berbunga, perlu adanya tambahan suplai kalium dan fosfor didalam media tanam untuk menunjang proses pembungaan. Salah satu teknik untuk memenuhi kalium dan fosfor pada tanaman mawar adalah dengan pemberian pupuk kulit buah pisang. Kulit buah pisang mengandung 15 % kalium dan 12 % fosfor lebih banyak daripada daging buah. Keberadaan kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk.TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN
GENERATIF MAWAR
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mawar merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang diprioritaskan
perkembangannya di Indonesia. Selain nilai estetikanya, jenis tanaman hias ini banyak
dibudidayakan sebagai sumber pendapatan petani. Setiap tahun terutama dikota-kota
besar permintaan konsumen selalu meningkat.
Mawar banyak diminati masyarakat, berdasarkan perkembangan volume
konsumsi bunga potong mawar menduduki peringkat ketiga terbesar setelah anggrek dan
gladiol yaitu 4.925.000 tangkai pertahun (Darliah, 2003). Tetapi dalam pengembangan
mawar itu sendiri timbul masalah tentang keterbatasan bibit. Bunga mawar bisa
dikembangbiakan melalui biji, okulasi, stek dan kultur jaringan. Namun cara yang paling
mudah dan ekonomis adalah dengan cara stek. Keuntungan yang diperoleh dengan
memakai stek untuk memperoleh bibit adalah (Lakitan, 1995) :
1. Teknik pelaksanaan sederhana, cepat dan murah
2. Tidak ada masalah ketidakcocokan (inkompatibilitas) sebagaimana yang mungkin
terjadi pada perbanyakan secra penyambungan / okulasi
3. Jumlah bibit yang diperoleh lebih banyak
4. lebih cepat berbunga
5. seluruh bibit yang dihasilkan memiliki sifat genetis yang sama dengan tanaman induk.
Tanaman berbunga seperti mawar didalam pot memerlukan banyak kalium (K)
dan fosfor (P) untuk proses pembungaan. Tanaman didalam pot memperoleh kalium dan
fosfor dari mineral-mineral yang berada di media tanam, akan tetapi jumlahnya sangat
terbatas atau konsentrasi yang sedikit. Agar tanaman mawar dapat rajin berbunga, perlu
adanya tambahan suplai kalium dan fosfor didalam media tanam untuk menunjang proses
pembungaan (Lembah Pinus, 2010).
Salah satu teknik untuk memenuhi kalium dan fosfor pada tanaman mawar adalah
dengan pemberian pupuk kulit buah pisang.
Kulit buah pisang mengandung 15 % kalium dan 12 % fosfor lebih banyak
daripada daging buah. Keberadaan kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk. Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial
pupuk potasium dengan kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Fosfor dan
Potasium, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium (Lembah
Pinus, 2010). Serta Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan
juga lemak yang cukup . Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang
banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50% (Leyla, 2008).
Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein,
karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat
jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Magnesium adalah
unsur yang keberadaanya karena selain diperlukan di dalam pembentukan klorofil juga
berperan sebagai katalisator di dalam penyerapan unsur P dan K oleh tanaman (Lembah
Pinus, 2010).
Pupuk kulit pisang yang baik adalah pupuk kulit pisang yang dilengkapi dengan
mikroorganisme pelarut pospat karena tanaman tidak dapat langsung menyerap pospat
langsung dari media tanam. Pospat sebagai unsur kimia dalam bentuk ikatan P2O5 tidak
dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan diserap dalam bentuk ion PO4 dan
disinilah peran mikroorganisme pelarut pospat diperlukan. Demikian pula dengan unsur
kalium yang biasnya terdapat di dalam pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah
menjadi ion K+ oleh mikroorganisme (Lembah Pinus, 2010).
Pupuk organik yang baik juga mengandung mikroba penambat nitrogen yang akan
mengikat unsur nitrogen langsung dari udara agar mudah diserap oleh akar tanaman dan
mikroba yang bersifat antagonis pada penyakit akar (Lembah Pinus, 2010).
Tanaman berbunga memerlukan banyak Kalium dan Fosfor pada saat proses
pembungaan. Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian pupuk kulit pisang yang mengandung 15 % Kalium dan 12 % fosfor terhadap
pertumbuhan generatif bunga mawar (Rosa hybrida).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian bagaimana
pertumbuhan generatif tanaman mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit
buah pisang (Musa acuminata).
3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pertumbuhan generatif tanaman
mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit buah pisang (Musa acuminata).
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu untuk membandingkan pertumbuhan generatif tanaman
mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit buah pisang (Musa acuminata).
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu :
1. Memberikan informasi tentang salah satu cara pemanfaatan limbah kulit buah pisang
(Musa acuminata).
2. Memberikan informasi tentang pertumbuhan generatif mawar (Rosa hybrida) dengan
bantuan pupuk kulit pisang (Musa acuminata).
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Mawar (Rosa hybrida)
Mawar (Rosa hybrida) merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang
paling dikenal dan disukai orang sebagai penghias tanam, halaman rumah dan sebagai
bunga potong (Damayanti, 1989). Tanaman mawar pada umumnya merupakan
tanaman perdu atau semak, batangnya berduri dengan tinggi tanaman antara 0.3
sampai 4 meter. Berakar tunggang dengan banyak cabang akar seperti serat dan akar
rambut menyerupai benang. Akar tunggang dapat menembus lapisan tanah yang lebih
dalam sehingga tanaman mawar dapat tahan terhadap tiupan angin kencang. Batang
tanaman mawar berkayu dan mulai bercabang-cabang dari bagian bawah atau
beberapa cm di atas permukaan tanah. Pada batang terdapat duri-duri yang merupakan
ciri khas tanaman mawar. Tipe batang ada yang tegak dan ada yang menjalar, warna
batang hijau muda dan menjadi kecoklat-coklatan kalau sudah tua. Daun mawar
meruapakn daun majemuk ganjil yang dilengkapi daun penumpu. Pada setiap pangkal
daun terdapat titik tumbuh yang akan berkembang menjadi cabang atau tunas bunga.
Buah mawar adalah buah buni yang didalamnya berisi biji (Kartapradja, 1995).
Dalam sistematika tumbuhan, mawar diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Sub Divisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Rosales
Famili :Rosaceae
Genus :Rosa
Spesies :Rosa hybrida (Plantamor, 2009)
Di daerah tropis seperti Indonesia, mawar dapat tumbuh dan produktif
berbunga di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian sekitar 1500 meter di
atas permukaan laut (dpl).
Mawar membutuhkan suhu udara 18-26 o
C, kelembapan 70-80 %, curah
hujan 1500-3000 mm/tahun, dan sinar matahari 5-6 jam per hari. Kebutuhan sinar
matahari yang tercukupi membuat tanaman ini lebih rajin berbunga dan memiliki
batang yang kokoh. Mawar dapat ditanam di pot atau pun ditanam langsung ditanah.
Media tanam yang cocok digunakan adalah tanah liat berpasir dengan kandungan liat
20-30 %, memilki pH 5,5-7, banyak mengandung bahan organik, subur, gembur, dan
memilki aerasi dan drainase yang baik. Tanah dengan kondisi asam (pH sekitar 5)
perlu diberi kapur dolomit. Pemupukan pada saat tanaman berbunga dilakukan
menggunakan pupuk dengan kandungan P dan K tinggi. Dosis pemupukan 1-3
gram/liter air, diberikan seminggu sekali dengan cara disiramkan ke media tanam
(Agromedia, 2007).
Penyiraman tanaman mawar pada saat tanaman berumur 1-2 bulan setelah
tanam dilakukan 1-2 kali sehari. Selanjutnya, penyiraman dilakukan sesuai kondisi
cuaca dan media tanam yang digunakan. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi
dan sore hari menggunakan selang atau gembor dengan pancaran air yang tidak terlalu
kuat (keras) (Agromedia, 2010).
2. Buah Pisang (Musa acuminata)
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia
Tenggara dengan pusat keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya.
Pisang merupakan buah yang berasal dari taksonomi:
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa acuminata (Plantamor, 2009)
Famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua genus, yaitu
genus Musa dan Ensete.
Genus Musa terbagi dalam empat golongan, yaitu Rhodochlamys,
Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa dan Eumusa
merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun olahan. Buah
pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan Emusa, yaitu Musa
acuminata dan Musa balbisiana.
Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol.
Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya
tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat
partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai
macam topografi tanah, baik tanah datar ataupun tanah miring. Produktivitas pisang
yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian
di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4.5-7.5.
Suhu harian berkisar antara 250oC- 270
oC dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun.
Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati.
Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol) yang
pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru.
Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang
tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm. Daun yang
paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus
tumbuh memanjang, kemudian secara progersif membuka. Helaian daun bentuknya
lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah
berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar
dan menyirip, warnanya hijau (Badan Pusat Statistik, 2006).
Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh
seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ketanah jika
bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga
jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang
dan disebut sebagai jantung pisang.
Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang.
Karena bukan buah musiman, buah pisang selalu ada setiap saat. Buah pisang
kebanyakan dimakan segar, dikolak, dikukus, atau diolah lebih lanjut menjadi pisang
selai, keripik, atau tepung pisang. Yang termasuk kelompok pisang buah meja adalah
Musa sapientum (banana) karena lebih enak dimakan segar, seperti pisang ambon,
ambon lumut, raja, raja sereh, mas, susu dan barangan.
3. Kulit Buah pisang (Musa acuminata)
Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya.
Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat
dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam
sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi
glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit
pisang begitu saja (Leyla, 2008).
Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium,
protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa
komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 % dan karbohidrat sebesar
18,50 %. Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga
lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang
banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50% (Leyla, 2008).
Kulit buah pisang juga mengandung 15 % kalium dan 12 % Fosfor yang lebih banyak
daripada daging buah. Keberadaan kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk (Lembah Pinus, 2010).
4. Pupuk kulit buah Pisang (Musa acuminata)
Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik
maupun anorganik. Pupuk digunakan untuk mengganti kehilangan unsur hara di
dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan
faktor lingkungan yang baik. Bahan organik berasal dari jaringan tanaman, baik
berupa sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa tanaman yang telah mati.
Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair berupa
saringan dari pupuk padat. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk seresah,
kompos, maupun pupuk kandang (Lesman, 2008).
Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial pupuk potasium dengan
kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Fosfor dan Potasium, kulit
pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium.
Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein,
karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah,
memperkuat jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.
Magnesium adalah unsur yang keberadaanya karena selain diperlukan di dalam
pembentukan klorofil juga berperan sebagai katalisator di dalam penyerapan unsur P
dan K oleh tanaman. Pupuk kulit pisang yang baik adalah pupuk kulit pisang yang
dilengkapi dengan mikroorganisme pelarut pospat karena tanaman tidak dapat
langsung menyerap pospat langsung dari media tanam. Pospat sebagai unsur kimia
dalam bentuk ikatan P2O5 tidak dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan
diserap dalam bentuk ion PO4 dan disinilah peran mikroorganisme pelarut pospat
diperlukan. Demikian pula dengan unsur kalium yang biasnya terdapat di dalam
pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah menjadi ion K+ oleh
mikroorganisme (Lembah Pinus, 2010).
Pupuk organik yang baik juga mengandung mikroba penambat nitrogen
yang akan mengikat unsur nitrogen langsung dari udara agar mudah diserap oleh akar
tanaman dan mikroba yang bersifat antagonis pada penyakit akar. Disinilah peran
bioaktivator dekomposisi diperlukan (Lembah Pinus, 2010).
5. Bioaktivator
Bioaktivator adalah kumpulan mikrooganisme yang hidup di lingkungan
aerob yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Proses pembuatan
pupuk secra aerob memilki keuntungan tidak menimbulkan bau busuk dan gas metan
yang merusak lapisan ozon (Bptp, 2010).
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kebun Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Bengkulu selama 4 bulan yaitu dari bulan April – Juli 2010.
2. Alat dan Bahan yang digunakan
2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain yaitu Cangkul, Polybag 6 Kg, Gunting,
Pisau, Kamera dan terpal.
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain yaitu mawar (Rosa hybrida ), Kulit
buah pisang ( Musa acuminata ), Bioaktivator, Tanah kebun, Air, Sekam bakar.
3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan sehingga
didapatkan 15 pot penelitian.
Adapun perlakuan tersebut adalah
A. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 0
B. Media Tanam Tanah kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 1
C. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 2
D. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 3
E. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 4
4. Prosedur Penelitian
4.1 Pembuatan Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata)
Persiapkan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk kulit pisang yaitu 10
kg kulit buah pisang dipotong kecil-kecil, 50 gram bioaktivator, sekam bakar. Campur
secara merata potongan kulit pisang, sekam bakar, dan bioaktivator, dibuat timbunan
setinggi 60 cm, kemudian dilakukan pembalikan pada minggu ke 2 dan ke 3, selama itu
dijaga kelembapannya hingga 60 %. Pupuk akan matang pada minggu ke 4 atau setelah
suhu kompos normal (37oC). Pupuk dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1 : 3
atau ditaburkan secara merata pada permukaan media tanam. Karena sifatnya yang berupa
pupuk organik, maka pupuk kulit pisang ini tidak akan membakar tanaman pada
penggunaan yang berlebih.
4.2 Penyediaan Benih
Benih yang digunakan adalah bibit mawar (Rosa hybrida) yang telah dilakukan
perbanyakan dengan setek batang , bibit diperoleh dari Taman penjualan tanaman hias.
4.3 Persiapan Media
Media yang dipakai adalah tanah kebun yang dicampur dengan pupuk kulit pisang
sesuai dengan perlakuan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 6 Kg.
4.4 Penanaman
Setelah media disiapkan, maka dilakukan penanaman. Untuk masing-masing
polybag dibuat 1 lubang tanam sedalam 5 cm, 1 polybag berisi 1 bibit mawar. Polybag
diberi lubang di bagian bawahnya untuk membuang kelebihan air.
4.5 Pemeliharaan
Setelah penanaman dalam polybag dilakukan penyiraman tanaman mawar pada
saat tanaman berumur 1-2 bulan setelah tanam dilakukan 1-2 kali sehari. Selanjutnya,
penyiraman dilakukan sesuai kondisi cuaca dan media tanam yang digunakan.
Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari menggunakan selang atau
gembor dengan pancaran air yang tidak terlalu kuat (keras).
Untuk memberantas hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan pestisida dan
insektisida. Pemupukan mawar pada masa pertumbuhan diberikan satu bulan sekali
dengan cara ditaburkan ke media tanam, dengan dosisnya setengah sendok teh.
Pemupukan pada saat tanaman berbunga dilakukan menggunakan pupuk kulit buah
pisang yang memiliki kandungan P dan K tinggi. Dosis pemupukan 1-3 gram/liter air,
diberikan seminggu sekali dengan cara disiramkan ke media tanam
5. Parameter yang diamati
a. Umur saat berbunga (hari setelah tanam)
b. Jumlah bunga
c. Persen bunga yang tidak gugur
d. Diameter Bunga
6. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan sidik ragam ANNOVA satu faktor.
jika F hitung > F table dilanjutkan dengan uji Duncant new multiple reage test (DNMRT) pada
taraf 5 %.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Dkk. 2010. Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadya :
Jakarta.
Agromedia, Redaksi. 2007. Tanaman Hias. PT Agromedia Pustaka : Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2006.Statistik Pertanian Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Provinsi
Kalimantan Barat. BPS : Kalimantan Barat.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2010. Teknologi Pembuatan Kompos
dengan Penggunaan Aktivator Stardec atau Starbio.
Http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com
content&id=76:teknologi-pembuatan-kompos&catid=14:alsin. Diakses tanggal 23
oktober 2010.
Damayanti, V. 1989. Mawar. Florikultura : Jakarta.
Darliah. 2003. Pemuliaan Mawar. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Jakarta.
Kartapradja, R. 1995. Botani dan Ekologi Mawar. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian : Jakarta
Lakitan, B. 1995. Hortikultura. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
Lesman. 2008. Macam-macam Bahan Organik. http://[email protected] Diakses
tanggal 23 Oktober 2010
Leyla Noviagustin. 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Substituen
Tepung.http://himdikafkipuntan.blogspot.com/2008/05/pemnfaatan-limbah-kulit-
pisang-sebagai-substituen-tepung. html diakses tanggal 16 Oktober 2010
Pinus, Lembah. 2010. Pupuk Kulit Pisang. Http://lembahpinus.com/index.php?option=com
content&task=view&id=73. Diakses tanggal 23 Oktober 2010.
www. Plantamor. com. Diakses tanggal 23 Oktober 2010