pengaruh pemberian ekstrak etanol jahe merah …digilib.unila.ac.id/23354/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL JAHE MERAH(Zingiber officinale Rosc. var Rubrum) TERHADAP JUMLAH SELSPERMATOGENIK MENCIT (Mus musculus L) JANTAN YANG
DIINDUKSI CYPROTERONE ACETATE
(Skripsi)
Oleh
NUR BEBI ULFAH IRAWATI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL JAHE MERAH(Zingiber officinale Roxb. var. Rubrum) TERHADAP JUMLAH SELSPERMATOGENIK MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN YANG
DIIINDUKSI SIPROTERON ASETAT
Oleh
NUR BEBI ULFAH IRAWATI
Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat disebabkan olehfaktor perempuan atau laki-laki, parameter kesuburan dapat dilihat melaluikemampuan spermatozoa yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihatapakah ekstrak etanol jahe merah dapat meningkatkan jumlah spermatogenikmencit(Mus musculus L.) meliputi sel spermatogenik, sel spermatosit primer dansel spermatid yang diinduksi siproteron asetat. Penelitian ini menggunakan 25ekor mencit jantan yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok yaitu K sebagaikontrol normal, dimana hanya akan diberi pakan dan aquades. K(-) sebagaikontrol negatif, diberikan siproteron asetat 1,17mg/ml secara oral selama 7 hari.Kelompok P1, P2 dan P3 diinduksi siproteron asetat 1,17mg/ml secara oralselama 7 hari bertutut-turut selanjutnya diberikan ekstrak etanol jahe merahdengan dosis P1: 6 mg/ml, P2: 12mg/ml, dan P3: 24mg/ml selama 28 hari.Parameter sel-sel spermatogenik yang dilihat pada penelitian ini adalah jumlah selspermatogonium, sel spermatosit primer dan sel spermatid mencit jantan dandilakukan Analisis varian (ANOVA) dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol jahe merah 6mg/ml,12mg/ml dan 24mg/ml dapat meningkatkan jumlah sel spermatogonium, selspermatosit primer dan sel spermatid mencit jantan yang diinduksi siproteronasetat.
Kata kunci: Infertilitas, jahe merah, sel spermatogenik, mencit jantan,siproteron asetat.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL JAHE MERAH
(Zingiber officinale Roxb. var rubrum) TERHADAP JUMLAH SEL
SPERMATOGENIK MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN YANG
DIINDUKSI SIPROTERON ASETAT
Oleh
NUR BEBI ULFAH IRAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27
Januari 1995, sebagai putri kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Bambang Irawan, S.H. dan Ibu
Riawati, S.Si., Apt.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak
di TK Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2000, Sekolah Dasar di SD Al-
Kautsar Bandar Lampung lulus pada tahun 2006, Madrasah Tsanawiyah Husnul
Khotimah di Kuningan, Jawa Barat lulus pada tahun 2009, dan menyelesaikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung lulus pada
tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif mengikuti organisasi Paduan Suara Mahasiswa (PSM)
dan menjadi koordinator Hubungan Masyarakat (Humas) pada tahun 2013/2014
serta menjadi anggota bidang Dana dan Usaha Himpunan Mahasiswa Biologi
(Himbio) Universitas Lampung.
Pada tahun 2014, penulis mengikuti kompetisi Paduan Suara Mahasiswa tingkat
Internasional “Canta Al Mar” di Calella, Barcelona dan kompetisi “Pesta Paduan
Suara Mahasiswa” tingkat Nasional di Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan (SPH) dan Botani
Ekonomi dan Etnobotani di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam serta menjadi asisten praktikum Botani Umum Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Kerja
Praktik di Laboratorium Mikrobiologi UPTD Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi Lampung.
Dengan penuh perjuangan, kerja keras dan proses pembelajaran yang tiada henti,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kehadiran Allah SWT, ku persembahkan karya inidengan sebagai tanda bakti dan cinta kasihku.
Ayah dan Bundaku yang telah memberikan cinta, kasih, dan sayangnya, selalumendoakan tiada henti, memberikan semangat dan nasehat, serta pengorbanannya.
Kakak dan Adikku serta keluarga besarku yang selalu mendoakan, memberidukungan, semangat, dan motivasi.
Guru-guruku, dosen-dosenku dan pembimbingku yang tak pernah lelah dan selalusabar memberikan bimbingan serta arahan kepadaku.
Sahabat-sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat, selalu membantu,tempat berbagi cerita baik suka, duka, susah maupun senang.
Almamater Tercinta..
Don’t set other goals as yours,
You owe it to yourself
To be the best you can possibly be ..
Verily, with every difficulty there is relief
(Q.S. 94: 5-6)
Enjoy your life, be happy, be blessed
It’s all that matters ..
(Audrey Hepburn)
MOTO
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb. var
rubrum) Terhadap Jumlah Sel Spermatogenik Mencit (Mus musculus L.)
Jantan yang Diinduksi Siproteron Asetat”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan arahan yang sangat berharga bagi penulis
selama menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Pembimbing II yang juga
telah banyak membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan
memberikan nasihat bagi penulis.
3. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Sc., selaku Penguji Utama yang telah
memberikan kritik, koreksi serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi.
4. Ibu Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Unila yang telah memberi arahan dan bimbingan selama perkuliahan,
melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6. Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas
ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan perkuliahan.
8. Seluruh Karyawan dan Staf serta Laboran di Jurusan Biologi yang telah
banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi.
9. Orangtuaku tercinta, Ayah Bambang Irawan S.H. dan Bunda Riawati,
S.Si., Apt. yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, mendoakan,
memberi semangat dan harapan, mendukung setiap langkahku dengan
penuh kesabaran.
10. Kakakku tersayang, dr. Nur Ayu Virginia Irawati dan adikku tercinta,
Muhammad Naufal Ariawan, atas doa, dukungan, bantuan dan tuntunan
dalam penyelesaian skripsi, serta kebersamaan dan keceriaan yang sangat
berarti bagi penulis.
11. Seluruh keluarga besarku dari Ayah maupun Bunda yang tidak dapat
dituliskan satu persatu, atas doa, motivasi, dukungan yang telah diberikan.
12. Pepti Aristiani, sebagai teman seperjuangan mulai dari awal perkuliahan,
menjadi partner organisasi, partner Kerja Praktik, serta partner penelitian
yang selalu ada disaat susah maupun senang.
13. Sahabat-sahabatku tersayang, Propalia Utari R.S.A, Putri Rahayu, Radella
Hervidea, Riza Dwiningrum, Sabrina Prihantika, Wina Safutri dan Luna
Lukvitasari atas dukungan, semangat serta kebersamaan untuk penulis
selama masa perkuliahan.
14. Sahabat-sahabatku tercinta, Febrina Suci, Claranesia, Santri Pratama,
Bayu Adonia, Erangga Julio, Donny Bonny William, terimakasih atas doa,
dukungan, canda tawa serta kebersamaan yang tiada henti dan tak
terlupakan.
15. Keluarga PSM Unila-ku, Kak Hiday, Yanti, Haryati, Rizki, Kak Nala, Kak
Dara, Wahyu, Denis, Andriansyah, Indra, dan seluruh kakak senior dan
adik-adik atas kebersamaannya, doa, serta dukungan bagi penulis.
16. Teman-teman Keluarga Besar Jurusan Biologi 2012, terimakasih atas
kebersamaannya selama masa perkuliahan.
17. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat jurusan biologi angkatan 2010-2015
yang telah memberikan kebersamaan dan semangat bagi penulis.
18. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas kasih sayang kepada semua pihak yang telah
membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua.
Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis,
Nur Bebi Ulfah Irawati
iii
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................B. Tujuan Penelitian..................................................................................C. Manfaat Penelitian................................................................................D. Kerangka Pikir......................................................................................E. Hipotesis................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Tumbuhan Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. varRubrum).................................................................................................1.Klasifikasi.........................................................................................2.Morfologi..........................................................................................3. Kandungan Jahe...............................................................................4. Manfaat Jahe Terhadap Reproduksi......................................,..........
B. Organ Reproduksi Mencit Jantan (Mus musculus L.) ............................1. Testis.................................................................................................2. Tubulus Seminiferus.........................................................................3. Sel Leydig.........................................................................................4. Sel Sertoli..........................................................................................
C. Spermatogenesis......................................................................................D. Siproteron Asetat...............................................................................
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................B. Alat dan Bahan Penelitian........................................................................
1. Alat Penelitian...................................................................................2. Bahan Penelitian................................................................................
C. Desain Penelitian.....................................................................................
i
iii
iv
13345
6668910101112131417
1919192020
ii
D. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................1.Persiapan Hewan Uji..........................................................................2. Penyediaan Ekstrak Jahe Merah dan Cyproterone Acetate..............3. Pemberian Perlakuan Hewan Uji.......................................................4. Pembuatan Preparat Tubulus Seminiferus.........................................5. Perhitungan Jumlah Sel Spermatogenik............................................
E. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis....................................................F. Diagram Penelitian..................................................................................
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan..................................................................................1. Jumlah sel spermatogonium, spermatosit primer dan
spermatid...........................................................................................2. Gambaran Preparat Histologi Tubulus Seminiferus Mencit.............
B. Pembahasan...........................................................................................
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan............................................................................................B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
2121222424282930
31
313435
4141
43
47
iii
DAFTAR TABEL
Gambar Halaman
1. Rerata Jumlah Sel Spermatogonium mencit jantan setelah pemberian
ekstrak etanol jahe merah........................................................................
2. Rerata Jumlah Sel Spermatogosit Primer mencit jantan setelah
pemberian ekstrak etanol jahe merah......................................................
3. Rerata Jumlah Sel Spermatid mencit jantan setelah pemberian ekstrak
etanol jahe merah.....................................................................................
4. Analisis data secara statistik rerata jumlah sel spermatogonium
menggunakan uji varian (ANOVA) dan uji BNT taraf 5%....................
5. Analisis data secara statistik rerata jumlah sel spermatosit primer
menggunakan uji varian (ANOVA) dan uji BNT taraf 5%....................
6. Analisis data secara statistik rerata jumlah sel spermatid menggunakan
uji varian (ANOVA) dan uji BNT taraf 5%............................................
31
32
33
48
49
51
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. Rubrum)..................................
2. Sayatan Hostologis Testis Normal Mencit..................................................
3. Tahap-tahap spermatogenesis pada mencit.................................................
4. Struktur Cyproterone Acetate......................................................................
5. Diagram alur penelitian...............................................................................
6. Gambaran histologi tubulus seminiferus mencit jantan setelah
pemberian ekstrak etanol jahe merah pada masing-masing kelompok
perlakuan ....................................................................................................
7. Tubulus Seminiferus Kelompok Kontrol Normal.......................................
8. Tubulus Seminiferus Kelompok Kontrol Negatif.......................................
9. Tubulus Seminiferus Kelompok P1............................................................
10. Tubulus Seminiferus Kelompok P2...........................................................
11. Tubulus Seminiferus Kelompok P3...........................................................
12. Ekstrak Etanol Jahe Merah.........................................................................
13. Mencit Jantan..............................................................................................
14. Alkohol 96%...............................................................................................
15. Spuit dan Sonde Lambung..........................................................................
16. Larutan Formalin 10% dan Eter.................................................................
17. Larutan NaCl dan Eosin.............................................................................
18. Alat Bedah..................................................................................................
19. Pengambilan Organ Testis..........................................................................
20. Gelas Arloji dan Cawan Petri.....................................................................
21. Meja Parafin................................................................................................
22. Testis Mencit...............................................................................................
8
14
16
18
30
34
52
52
53
53
53
53
53
54
54
54
54
54
54
55
55
55
v
23. Diane 35 (cyproterone acetate)...................................................................
24. Pemeriksaan Mikroskopis...........................................................................
25. Pembedahan Mencit....................................................................................
55
55
55
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat disebabkan
oleh faktor perempuan, laki-laki, maupun keduanya. Masalah infertilitas dapat
memberikan dampak besar bagi pasangan suami-istri yang mengalaminya,
selain menyebabkan masalah medis, infertilitas juga dapat menyebabkan
masalah ekonomi maupun psikologis. Secara garis besar, pasangan yang
mengalami infertilitas akan menjalani proses panjang dari evaluasi dan
pengobatan, dimana proses ini dapat menjadi beban fisik dan psikologis bagi
pasangan infertilitas (Hestiantoro et al., 2013).
Menurut Hardjopranjoto (1995) parameter kesuburan pada hewan jantan dapat
dilihat melalui kemampuan spermatozoa yang dihasilkan dalam melakukan
proses fertilisasi. Proses tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah kemampuan organ dan hormon yang mempengaruhi proses reproduksi
untuk bekerja secara optimal. Pengoptimalan kerja dari organ dan hormon
reproduksi selain dipengaruhi oleh unsur genetik juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Faktor lingkungan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
spermatozoa yang dihasilkan.
2
Terapi kasus infertilitas lebih banyak menggunakan tanaman herbal karena
memiliki efek samping yang minimal (Palaniyappan et al., 2013).
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tumbuhan yang berasal
dari suku Zingiberaceae, jahe memiliki posisi yang penting dalam berbagai
aspek antara lain aspek kesehatan dan perekonomian, aspek kegunaan, adat
serta kepercayaan sebagai tumbuhan etnobotani dalam masyarakat Indonesia.
Jahe banyak digunakan sebagai tumbuhan tradisional yang dikonsumsi
masyarakat sebagai minuman dan bahan makanan, bahan pewarna serta obat-
obatan.
Jahe merah memiliki zat antioksidan yang kuat dan mampu mengurangi serta
mencegah terbentuknya radikal-radikal bebas dan telah dianggap sebagai obat
herbal yang aman dengan efek samping yang sangat minimal. Sebagai hasil
dari aktivitas antioksidannya, jahe akan memacu aktivitas androgenik untuk
organ testis sebagai hasil dari peningkatan hormon LH, FSH, dan testosteron
(Ali et al., 2008). Jahe mempunyai pengaruh yang baik sebagai antioksidan
terhadap spermatogenesis dan parameter sperma. Secara signifikan, jahe dapat
meningkatkan presentasi sperma, viabilitas, motilitas dan juga total serum
testosterone (Khaki et al., 2009).
Siproteron asetat merupakan antiandrogen berupa steroid sintetis yang
menghambat aktifitas hormon androgen, serta menghambat proses
3
spermatogenesis. Pada penelitian ini siproteron asetat merupakan obat yang
digunakan untuk menginduksi hewan uji menjadi infertil.
Dari uraian di atas, peneliti ingin membuktikan apakah pemberian jahe merah
(Zingiber officinale Roxb. var. rubrum) dapat meningkatkan jumlah sel
spermatogenik mencit (Mus musculus L.) jantan yang diinduksi siproteron
asetat.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui efek pemberian ekstrak
etanol jahe merah (Zingiber officinale Roxb. var. Rubrum ) terhadap jumlah
sel spermatogenik testis mencit (Mus musculus L.) jantan meliputi sel
spermatogonium, sel spermatosit primer dan sel spermatid yang diinduksi
siproteron asetat.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai khasiat jahe
merah (Zingiber officinale Roxb. var. rubrum) yang dapat digunakan sebagai
tumbuhan obat-obatan untuk meningkatkan jumah sel spermatogenik testis
mencit (Mus musculus L.) jantan yang diinduksi siproteron asetat.
4
D. Kerangka Pikir
Siproteron asetat merupakan antiandrogen yang juga bersifat sebagai radikal
bebas dan dapat secara langsung menghambat ikatan antara testosterone
dengan reseptor androgennya sehingga dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas hormon testosterone dan dapat menyebabkan infertilitas pada
pria.
Tanaman Jahe (Zingiber officinale Roxb.) merupakan rempah-rempah
Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam
bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe
berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina (Paimin, 2008).
Jahe merupakan tanaman obat yang kaya akan khasiat bagi kesehatan, rimpang
jahe banyak dicari karena memiliki khasiat sebagai obat-obatan. Pemanfaatan
tanaman obat telah banyak dilakukan sejak lama untuk mencegah maupun
menyembuhkan penyakit.
Senyawa aktif antioksidan yang terdapat pada jahe merah adalah senyawa
gingerol, merupakan senyawa turunan fenolik yang menghasilkan rasa pedas
pada jahe segar. Sedangkan pada jahe kering terdapat senyawa shagaol, yang
merupakan hasil dehidrasi dari gingerol (Hernani dan Hayani, 2001). Zat aktif
yang terdapat pada jahe adalah limoen, 1-8 sinoel, 10-dehidrogingerdion, 10-
gingerdion, 6-gingerdion, 6-gingerol, α-asam linolenik, arginin, asam aspartate,
5
β-sithoserol, asam saprilik, capsaicin, asam klorogenik, farnesol (Hariana,
2002).
Kandungan aktif jahe merah yang berpengaruh terhadap aktivitas reproduksi
adalah arginin. Arginin merupakan asam amino non-esensial yang berperan
dalam sistem ketahanan tubuh dan imunitas seluler. Selain itu, arginin juga
berperan aktif dalam proses metabolism dan pembentukan spermatozoa
(spermatogenesis) (Srivastava et al., 2006).
Dari hasil penelitian Sakr et al., (2011) menyatakan bahwa antioksidan yang
terkandung dalam ekstrak jahe dengan dosis 120 mg/kg dapat memperbaiki
kerusakan histologis dan mengurangi apoptosis testis tikus jantan yang
disebabkan oleh metiram. Penelitian Morakinyo et al. (2008) dan Khaki et al.
(2009) ekstrak jahe dapat meningkatkan kualitas spermatozoa, kadar LH dan
FSH, serta menurunkan kadar malondialdehyde (MDA) testis tikus yang
merupakan produk dari radikal bebas sehingga mencegah terjadinya
peroksidasi lipid.
E. Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah pemberian ekstrak etanol
jahe merah (Zingiber officinale Roxb. var. rubrum) dapat meningkatkan jumlah
sel spermatogenik testis mencit meliputi sel spermatogonium, sel spermatosit
primer dan sel spermatid (Mus musculus L.) jantan yang diinduksi siproteron
asetat.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Tumbuhan Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb. var Rubrum)
1. Klasifikasi
Sistematika tanaman jahe merah menurut Tjitrosupomo (1991) adalah
sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Roxb. var rubrum
2. Morfologi
Secara morfologi, tanaman jahe terdiri atas akar, rimpang, batang, daun, dan
bunga. Perakaran tanaman jahe merupakan akar tunggal yang semakin
membesar seiring dengan umurnya, hingga membentuk rimpang serta tunas-
tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tumbuh dari bagian
bawah rimpang, sedangkan tunas akan tumbuh dari bagian atas rimpang.
7
Jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu, dan berdiri tegak dengan
ketinggian mencapai 0,75 m. Batang pada tanaman jahe merupakan batang
semu yang tumbuh tegak lurus, berbentuk bulat pipih, tidak bercabang
tersusun atas seludang-seludang dan pelepah daun yang saling menutup
sehingga membentuk seperti batang. Bagian luar batang berlilin dan
mengilap, serta mengandung banyak air, berwarna hijau pucat, bagian
pangkal biasanya berwarna kemerahan (Suprapti, 2003).
Tanaman jahe termasuk dalam keluarga Zingiberaceae yaitu suatu tanaman
rumput-rumputan tegak dengan ketinggian 30-75 cm, memiliki daun sempit
memanjang menyerupai pita, dengan panjang daun 15–23 cm, lebar lebih
kurang 2,5 cm, bunga berwarna kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu
gelap berbintik-bintik putih kekuningan, dan kepala sarinya berwarna ungu.
Akarnya yang bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau
jingga, dan berserat (Paimin, 2008 dan Rukmana, 2000).
Di Indonesia dikenal 3 varietas jahe yakni jahe merah ( Z. officinale var.
rubrum ), jahe putih kecil ( Z. officinale var. amarum ) dan jahe putih besar
( Z. officinale var. officinale ). Ketiga jenis jahe tersebut memiliki
perbedaan morfologi pada ukuran dan warna kulit rimpang (Rostiana et al.,
1991).
8
Gambar 1. Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb. var Rubrum)(Rukmana, 2000).
3. Kandungan Jahe
Produk utama tanaman jahe adalah rimpang jahe, yang mengandung
oleoresin dan minyak atsiri (Sudarsono, 1996). Menurut Putri (2014) jahe
memiliki bau aromatik yang khas, rasa pedas, hangat namun tidak beracun.
Secara umum komponen senyawa kimia yang terkandung dalam jahe terdiri
dari minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (non volatile oil)
dan pati. Minyak atsiri termasukk jenis minyak menguap dan merupakan
suatu komponen yang memberi bau khas. Kandungan minyak tidak
menguap disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberikan rasa
pahit dan pedas.
Jahe merah memiliki aroma yang tajam dan rasanya sangat pedas. Di dalam
rimpang jahe merah terkandung zat gingerol, olerosin, dan minyak atsiri
yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat.
Efek farmakologis jahe merah adalah dapat memperkuat khasiat bahan lain
yang dicampurkan pada proses pembuatan obat (Herlina, 2004).
9
Senyawa kimia rimpang jahe menentukan aroma dan tingkat kepedasan
jahe. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimia rimpang
jahe adalah antara lain: jenis jahe, tanah sewaktu jahe ditanam, umur
rimpang saat dipanen, pengolahan rimpang jahe (Rismunandar, 1988).
4. Manfaat Jahe Terhadap Reproduksi
Pemanfaatan tanaman rempah-rempah merupakan salah satu alternatif
dalam upaya meningkatkan kembali kerusakan yang terjadi pada organ
reproduksi hewan jantan. Menurut Herlina (2004) Zingiber officinale var.
rubrum memiliki efek farmokologis yang dapat menyebabkan terjadinya
rangsangan ereksi serta meningkatkan aktivitas kelenjar endokrin pada pria.
Kandungan aktif rimpang jahe merah yang berpengaruh terhadap aktivitas
reproduksi adalah arginin. Arginin merupakan asam amino non-esensial
yang berperan aktif dalam sistem ketahanan tubuh dan imunitas seluler.
Selain itu, arginin juga berperan aktif dalam proses pembentukan
spermatozoa (spermatogenesis) (Srivastava et al.,2006). Menurut Hefni
(2010) jahe memiliki aktivitas androgenik yang disebabkan karena
kemampuannya meningkatkan kadar hormon testosteron dalam serum,
hormon testosteron berperan dalam meningkatkan kualitas spermatozoa.
Penelitian yang dilakukan oleh Khaki et al., (2009), jahe memiliki
pengaruh yang baik terhadap spermatogenesis dan parameter sperma,
pemberian jahe dengan dosis 100mg/kg/hari dapat secara signifikan
10
meningkatkan presentasi sperma, viabilitas, motilitas dan juga total serum
testosteron. Penelitian Amin dan Hamza (2006) menyatakan bahwa ekstrak
etanol Zingiber officinale dengan dosis 1g/kg/hr dapat mengurangi jumlah
morfologi sperma tikus yang abnormal yang disebabkan oleh ciplastin.
B. Organ Reproduksi Mencit Jantan
1. Testis
Testis merupakan organ kelamin jantan yang berfungsi sebagai tempat
sintesis hormon androgen (terutama testosteron) dan tempat berlangsungnya
proses spermatogenesis. Kedua fungsi testis ini menempati lokasi yang
terpisah di dalam testis. Biosintesis androgen berlangsung dalam sel Leydig
di jaringan intertubuler, sedangkan proses spermatogenesis berlangsung
dalam epitel tubulus seminiferus (Syahrum dan Tjokronegoro, 1994).
Setiap testis ditutupi dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albuginea, bagian
tipisnya atau septa akan memasuki organ untuk membelah menjadi lobus
yang mengandung beberapa tubulus disebut tubulus seminiferus. Bagian
tunika memasuki testis dan bagian arteri testikular yang masuk disebut
sebagai hilus. Arteri memberi nutrisi setiap bagian testis, dan kemudian
akan kontak dengan vena testikular yang menghasilkan hilus (Rugh, 1968).
Menurut Saryono (2008), sel yang berperan dalam testis adalah:
a. Tubulus seminiferus, bagian utama dari massa testis yang bertanggung
jawab terhadap produksi ±30 juta spermatozoa per hari selama masa
produksi. Sel ini terdiri dari sperma dan sel sertoli.
11
b. Sel leydig (sel interstisial), berfungsi untuk menyusun komponen
endokrin utama yang bertanggung jawab menghasilkan testosteron.
c. Sel sertoli, berfungsi untuk memberi nutrisi pada spermatozoa,
fagositosis, menghasilkan Androgen Binding Protein (ABP) dan sekresi
hormon inhibin.
Ditinjau secara histologi, testis mencit terdiri atas jaringan epitel
seminiferus, jaringan pengikat dinding tubulus seminiferus, jaringan
pengikat intertubuler testis dan jaringan pengikat padat pembungkus testis.
Sebagaimana fungsi testis pada umumnya, maka testis mencit juga
berfungsi selain merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
steroid, juga bersifat sebagai kelenjar eksokrin karena menghasilkan
spermatozoa (Burkitt et al., 1993).
2. Tubulus Seminiferus
Epitel tubulus seminiferus berada tepat di bawah membran basalis yang
dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang tipis. Antara tubulus adalah
stroma interstisial, terdiri atas gumpalan sel Leydig ataupun sel Sertoli dan
kaya akan darah dan cairan limfe. Sel interstisial testis mempunyai inti
bulat yang besar dan mengandung granul yang kasar. Sitoplasmanya
bersifat eosinofilik. Diyakini bahwa jaringan interstisial menguraikan
hormon testosteron jantan. Epitel seminiferus tidak mengandung sel
spermatogenik secara eksklusif, tetapi mempunyai nutrisi yang menjaga sel
12
Sertoli, yang tidak dijumpai di tubuh lain. Sel Sertoli bersentuhan dengan
dasarnya ke membran basalis dan menuju lumen tubulus seminiferus
(Rugh, 1968).
Lebih dari 90% testis terdiri dari tubulus semineferus yang merupakan
tempat menghasilkan sperma. Tubulus tersebut tersusun berliku-liku di
dalam testis dan sangat panjang. Pada mencit jantan muda struktur tubulus
terdiri dari epithelium lembaga yang menghasilkan sel-sel spermatogonia
dan sel sertoli. Pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi
spermatosit primer yang setelah pembelahan meiosis pertama tumbuh
menjadi spermatosid sekunder haploid. Spermatosid sekunder akan menjadi
spermatid yang menjalani spermatogenesis yang akhirnya akan menjadi
sperma yang terdiri dari kepala, tubuh dan ekor (Nalbandov, 1990).
3. Sel Leydig
Celah di antara tubulus seminiferus dalam testis diisi kumpulan jaringan
ikat, saraf, pembuluh darah dan limfe. Kapiler testis adalah dari jenis
bertingkap yang memungkinkan perpindahan antarmolekul secara bebas
seperti darah. Jaringan ikat terdiri atas berbagai jenis sel, termasuk
fibroblast, sel jaringan ikat pengembang, sel mast, dan makrofag. Selama
pubertas, muncul jenis sel tambahan yang berbentuk bulat atau poligonal,
memiliki inti di pusat dan sitoplasma eosinofilik dengan banyak tetesan
lipid. Sel tersebut adalah sel interstisial atau sel Leydig dari testis, yang
memiliki ciri sel pengsekresi steroid. Sel-sel ini menghasilkan hormon pria
13
testosteron, yang berfungsi bagi perkembangan ciri kelamin pria sekunder
(Junqueira, 2007).
4. Sel Sertoli
Sel Sertoli memiliki fungsi utama untuk menunjang, melindungi, dan
mengatur nutrisi spermatozoa. Selain itu, sel Sertoli juga berfungsi untuk
fagositosis sitoplasma berlebih selama spermatogenesis dan sekresi sebuah
protein pengikat androgen serta inhibin. Sel Sertoli adalah sel piramid
memanjang yang sebagian memeluk sel-sel dari garis keturunan
spermatogenik. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basalis, sedangkan
ujung apeksnya sering meluas ke dalam lumen tubulus seminiferus. Dengan
mikroskop cahaya, bentuk sel Sertoli tidak jelas terlihat karena banyaknya
juluran lateral yang mengelilingi sel spermatogenik. Kajian dengan
mikroskop elektron mengungkapkan bahwa sel ini mengandung banyak
retikulum endoplasma halus, sedikit retikulum endoplasma kasar, sebuah
kompleks Golgi yang berkembang baik, dan banyak mitokondria dan
lisosom. Inti yang memanjang yang sering berbentuk segitiga, memiliki
banyak lipatan dan sebuah anak inti yang mencolok, memiliki sedikit
heterokromatin (Junqueira, 2007).
14
Gambar 2. Gambaran histologi tubulus seminiferus testis mamalia(potongan transversal) (Bloom dan Fawchet, 2002).
C. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah suatu rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari
epitel tubulus seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya
berubah menjadi spermatozoa yang bebas. Rangkaian perkembangan ini dapat
dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama, sel spermatogonia mengadakan
pembelahan mitosis menghasilkan spermatosit dan sel induk spermatogonia.
Tahap kedua, pembelahan meiosis (reduksi) spermatosit primer dan sekunder
menghasilkan spermatid yang haploid. Tahap ketiga, perkembangan spermatid
15
menjadi spermatozoa melalui serangkaian metamorfosa yang panjang dan
kompleks disebut spermiogenesis (Syahrum dan Tjokronegoro, 1994).
Pada tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang
berukuran kecil, dinamakan spermatogonia menjadi spermatosit membelah diri
membentuk dua spermatosit yang masing-masing mengandung 23 kromosom.
Setelah beberapa minggu menjadi spermatid, pertama kali dibentuk masih
mempunyai sifat umum sel epiteloid, selanjutnya sitoplasma menghilang,
spermatid memanjang menjadi spermatozoa terdiri atas kepala, leher, badan
dan ekor (Syaifuddin, 2006).
Proses spermatogenesis pada mencit terbagi atas empat siklus epitel
seminiferus. Tiap siklus terdiri dari 12 stadia. Lebih dari satu siklus pertama
diperlukan untuk menghasilkan spermatosit primer (Oakberg, 1956). Siklus
pertama ini dimulai dari perkembangan sel-sel genosit (primordial germ cell)
yang pada mencit sudah mulai terlihat pada hari ke-8 masa embrio, menjadi
sel-sel spermatogonium. Pada mencit dan tikus ada tiga tipe spermatogonia,
yaitu spermatogonia tipe A, tipe intermediet (In) dan tipe B (Clermont dan
Leblond, 1953).
16
Gambar 3. Tahap-tahap spermatogenesis pada mencit (Junqueira, 2007).
Hormon-hormon yang berperan dalam spermatogenesis (hormon steroid)
adalah sebagai berikut : (Guyton dan Hall, 2008; Janqueira, 2007).
a. Testosteron, disekresi oleh sel-sel Leydig yang terletak di interstisium
testis. Hormon ini penting untuk pertumbuhan dan pembagian sel-sel
germinativum dalam membentuk sperma.
b. Hormon lutein (LH), disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior,
merangsang sel-sel Leydig untuk mensekresi testosteron.
c. Hormon perangsang folikel (FSH), juga disekresi oleh sel-sel kelenjar
hipofisis anterior, mempengaruhi sel-sel Sertoli untuk merangsang
adenilat siklase dan kemudian meningkatkan cAMP. FSH juga
meningkatkan sintesis dan sekresi protein pengikat androgen (ABP).
17
Protein ini bergabung dengan testosteron dan mengangkut hormon ini ke
lumen tubulus seminiferus. Di dalam tubulus seminiferus, androgen
berfungsi dalam mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan
miosis dan spermiogenesis.
d. Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel Sertoli ketika sel Sertoli
sedang dirangsang oleh hormon perangsang folikel, yang mungkin juga
penting untuk spermiogenesis.
e. Hormon pertumbuhan (seperti juga pada sebagian besar hormon yang
lain) diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis.
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal
spermatogonia sendiri. Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, seperti
pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat berkurang atau tidak
ada sama sekali.
C. Siproteron asetat
Siproteron asetat merupakan anti androgen berupa steroid sintetis. Yang
bersaing dengan reseptor androgen testosterone dan dihidrotestosterone.
Digunakan untuk menekan fertilitas atau kesuburan pada pria dan dapat
digunakan untuk terapi berbagai gangguan seksual. Menurut McLeod (1993)
dan Barradel – Faulds (1994) siproteron asetat memiliki aktifitas estrogen dan
menurunkan hormon LH dan plasma testosterone serta menekan sekresi
gonadotropin sehingga berpengaruh terhadap produksi testosterone. Menurut
Shiddique et al., (2005) siproteron asetat juga merupakan suatu radikal bebas
18
dikarenakan sifat genotoxiknya yang menyebabkan kerusakan pada struktur
sel.
Gambar 4. Struktur Siproteron asetat (IAI, 2012)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Campos et al., (2003) terapi
pengobatan tikus menggunakan siproteron asetat menurunkan berat testis,
bobot basah vas deferens, ventral prostat dan vesikula seminalis. Hasil ini
sesuai dengan hasil yang diharapkan dari siproteron asetat sebagai obat anti
androgenik pada tikus. Selain itu penelitian yang dilakukan Aleem et al.,
(2005) terapi siproteron asetat dengan dosis 20mg/kg selama 15 hari dapat
meurunkan fertilitas dan bobot kelenjar seks dari tikus jantan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Meringgiola et al., (1998) siproteron
asetat dengan dosis 12,5mg/hari dan 25mg/hari dikombinasikan dengan
Testosterone Enanthate (TE) dosis 100mg/minggu selama 4 bulan sangat
menekan produksi sperma pada pria hingga mengalami zoospermia.
19
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2016 di
Laboratorium Zoologi Fakultas MIPA Universitas Lampung. Pembuatan
ekstrak jahe merah dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dan pembuatan
preparat histologi testis mencit dilakukan di Balai Penyidikan dan Pengujian
Veteriner Regional III Bandar Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan antara lain adalah kandang mencit yaitu bak plastik
yang ditutupi dengan kawat pada bagian atasnya, spuit 1 cc, sonde lambung,
neraca untuk menimbang berat badan mencit, tempat pakan dan minum
mencit, alat bedah, mikroskop dan mikrotom untuk pembuatan preparat
histologi.
20
2. Bahan Penelitian
Bahan Biologis : Mencit (Mus musculus L.) jantan sebanyak 25 ekor dengan
berat badan berkisar 25-30 gram dan kondisi sehat.
Bahan Kimia : Ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. Rubrum),
siproteron asetat, aquadest, hematoksilin eosin, pelet ayam dan air sebagai
pakan dan minum mencit serta sekam.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
kelompok yaitu 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok diberi perlakuan yang
diberikan dalam waktu yang bersamaan. Kelompok pertama digunakan
sebagai kontrol normal, kelompok kedua digunakan sebagai kontrol negatif
yang diberikan induktor siproteron asetat, kelompok ketiga, keempat dan
kelima diberikan induktor siproteron asetat lalu diberikan ekstrak etanol jahe
merah dengan dosis berbeda. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan
sebanyak 5 kali. Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus Federer
(Federer, 1991) sebagai berikut :
Nilai t pada rumus tersebut adalah jumlah perlakuan yang diberikan selama
percobaan. Sedangkan nilai n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah
sampel dalam setiap kelompok perlakuan.
t (n-1)≥ 15
21
Dari rumus di atas dapat dilakukan perhitungan besaran sampel sebagai
berikut: t = 5, maka didapatkan :
t (n-1) ≥ 15
5 (n-1)≥ 15
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥ 20/5
n ≥ 4
Dari rumus yang digunakan, diperoleh jumlah minimal sampel yang
digunakan adalah 4, namun pada penelitian ini besar sampel yang digunakan
adalah 5 ekor mencit per kelompok. Maka jumlah sampel yang diperlukan
untuk percobaan ini adalah sebanyak 25 ekor mencit.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Hewan Uji
Penelitian ini menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus L.) jantan
dengan berat badan berkisar antara 25-30 gram. Hewan uji diapatkan dari
Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Bandar Lampung. Sebelum
dilakukan perlakuan, mencit akan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7
hari di tempat berlangsungnya penelitian yaitu Laboratorium Zoologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
22
Pada dasar kandang diberi sekam merata setebal 0,5 – 1 cm dan akan diganti
selama 3 hari sekali, selanjutnya diberi pakan dan minum.
2. Penyediaan Ekstrak Jahe Merah dan Siproteron asetat
a) Pembuatan dan Penentuan Dosis Ekstrak Jahe Merah
Ekstrak dibuat di Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas
Lampung. Proses pembuatan ekstrak jahe merah dalam penelitian ini
menggunakan etanol 96% sebagai pelarut. Menurut Sulistianto et al.,
(2012), ekstraksi dimulai dari penimbangan jahe merah. Selanjutnya jahe
dipotong tipis-tipis dan kemudian dijemur dibawah sinar matahari hingga
kering, selanjutnya dibuat serbuk dengan menggunakan blender. Etanol
teknis dengan kadar 96% ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari
serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan
maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh
filtrat dan residu. Filtrat yang didapat akan diteruskan ke tahap evaporasi
dengan Rotary Evaporator pada suhu 40oC sehingga akhirnya diperoleh
ekstrak kental.
Penentuan dosis jahe merah untuk mencit 400 mg/kgBB (Tanuwireja,
2007). Pada penelitian ini dosis jahe merah yang digunakan adalah
setengah dosis normal, dosis normal dan 2x peningkatan dosis normal
untuk mengetahui dosis yang efektif. Selanjunya penentuan untuk dosis
yang digunakan pada mencit dengan berat badan 30 g:
23
Perlakuan 1
= dosis x berat badan
= 200mg x 30/1000
= 6 mg/ml
Perlakuan 2
= dosis x berat badan
= 400mg x 30 /1000
= 12 mg/ml
Perlakuan 3
= dosis x berat badan
= 800mg x 30/1000
= 24 mg/ml
b) Dosis Siproteron asetat
Dosis maksimum siproteron asetat yang digunakan pada manusia adalah
300 mg/hari (IAI, 2012). Untuk dosis yang digunakan pada penelitian
didapatkan dari perhitungan konversi dosis manusia (70 kg) ke mencit
20g adalah 0,0026, sehingga:
300 x 0,0026 = 0,78 mg/20gBB
Dosis yang digunakan pada mencit dengan berat badan 30 gram adalah:
= dosis x berat badan
= 0,78 mg/grBB x 30 gr/20gr
= 1,17 mg/ml
24
Sehingga dosis maksimum siproteron asetat yang bisa diberikan mencit
30 gram adalah 1,17 mg/ml.
3. Pemberian Perlakuan Hewan Uji
Perlakuan diberikan secara oral menggunakan sonde lambung selama 35
hari berdasarkan siklus spermatogenik mencit yang berlangsung selama 35
hari (Rugh,1968). Induksi siproteron asetat dilakukan pada hewan uji
selama 7 hari (Zade et al. 2013). Setiap kelompok mempunyai perlakuan
yang berbeda yaitu :
1. Kontrol Normal : Hanya diberi makanan pelet ayam dan aquadest
2. Kontrol Negatif : Diberikan siproteron asetat selama 7 hari.
3. P1 : Diinduksi siproteron asetat 1,17 mg/ml + diberi
ekstrak jahe secara oral 6 mg/ml selama 28 hari.
4. P2 : Diinduksi siproteron asetat 1,17 mg/ml + diberi
ekstrak jahe secara oral 12 mg/ml selama 28 hari.
5. P3 : Diinduksi siproteron asetat 1,17 mg/ml + diberi
ekstrak jahe secara oral 24 mg/ml selama 28 hari.
4. Pembuatan Preparat Tubulus Seminiferus
Setelah 35 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan
cara dislokasi leher dan selanjutnya dibedah. Selanjutnya dibuat sediaan
mikroskopis dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
Metode teknik histopatologi menurut Akoso et al., (1999) adalah:
25
1. Fixation
a. Memfiksasi spesimen berupa potongan organ testis yang telah dipilih
segera dengan larutan pengawet formalin 10%.
b. Mencuci dengan air mengalir 3-5 kali.
2. Trimming
a. Mengecilkan organ ± 3 mm.
b. Memasukkan potongan organ testis tersebut ke dalam embedding
cassette.
3. Dehidration
a. Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas
tisu.
b. Berturut-turut melakukan perendaman organ testis dalam alkohol
bertingkat 70%, 96%, 96%, dan 96% masing-masing selama 0,5 jam.
Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol absolut I, II, III selama 1
jam.
4. Clearing
Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I
dan II masing-masing selama 1 jam.
26
5. Impregnation
Impregnasi dengan menggunakan parafin selama 1 jam di dalam
inkubator dengan suhu 65,10C.
6. Embedding
a. Membersihkan sisa parafin yang ada pada pan dengan memanaskan
beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas.
b. Menyiapkan parafin cair dengan memasukkan parafin ke dalam cangkir
logam dan memasukkan dalam oven dengan suhu di atas 580C.
c. Menuangkan parafin cair dalam pan.
d. Memindahkan satu persatu dari embedding cassette ke dasar pan
dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya.
e. Memasukkan pan dalam air.
f. Melepaskan parafin yang berisi potongan testis dari pan dengan
memasukkan ke dalam suhu 4-60 C beberapa saat.
g. Memotong parafin sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan
menggunakan scalpel/pisau hangat.
h. Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya
sedikit meruncing.
i. Memblok parafin siap dipotong dengan mikrotom.
7. Cutting
a. Melakukan pemotongan pada ruangan dingin.
b. Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu.
27
c. Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan pemotongan halus
dengan ketebalan 4-5 mikron.
d. Memilih lembaran potongan yang paling baik, mengapungkan pada air
dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi
lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain
ditarik menggunakan kuas runcing.
e. Memindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath dengan suhu
60 0C selama beberapa detik sampai mengembang sempurna
(pemekaran pita parafin).
f. Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut
dengan slide bersih dan menempatkan di tengah atau pada sepertiga
atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara di
bawah jaringan.
g. Mengeringkan slide. Jika sudah kering, slide dipanaskan pada inkubator
(suhu 370C) selama 24 jam untuk merekatkan jaringan dan mencairkan
sisa parafin sebelum pewarnaan.
8. Staining (pewarnaan) dengan Harris Hematoxylin Eosin
Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, memilih slide yang
terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di
bawah ini dengan waktu sebagai berikut :
Pertama, dilakukan deparafinisasi dengan menggunakan larutan xilol I
dan II masing-masing selama 5 menit serta hidrasi ke dalam alkohol
absolut selama 1 menit serta alkohol 96%, 96%, dan 70% masing-
masing selama 2 menit lalu dengan air/aquadest selama 10 menit.
28
Kedua, lakukan pulasan inti dengan zat warna Harris Hematoxylin
selama 15 menit, lalu air mengalir, dan eosin selama maksimal 1 menit.
Ketiga, lakukan dehidrasi dengan menggunakan alkohol 70%, 96%,
96%, dan absolut masing-masing selama 2 menit. Keempat, lakukan
penjernihan dengan menggunakan larutan xilol I dan II masing-masing
selama 2 menit
.
9. Mounting
Setelah pewarnaan selesai menempatkan slide di atas kertas tisu pada
tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan
tutup dengan cover glass cegah jangan sampai terbentuk gelembung
udara
5. Perhitungan Jumlah Sel Spermatogenik
Perhitungan dilakukan dengan mengamati preparat histologi dari irisan
testis. Langkah – langkah perhitungan yang pertama adalah pemilihan
tubulus seminiferus yang baik dan bulat dengan menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 100x, kemudian pengamatan dilanjutkan dengan
mengamati preparat dengan perbesaran 200x, kemudian pada perbesaran ini
preparat di bagi 4 bagian, tiap bagian di ambil satu tubuli seminiferus yang
sesuai untuk dihitung sel spermatogonium, spermatosit primer dan
spermatid di dalamnya. Setelah mendapatkan tubuli seminiferus yang sesuai
dilakukan di perhitungan di bawah perbesaran 400x. .Pada mikroskop akan
tampak sel spermatogonium yang terpisah sehingga dapat dihitung.
29
E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Penelitian ini terdiri dari 5 kelompok, antara lain 2 kelompok kontrol dan 3
kelompok perlakuan dalam 5 kali pengulangan. Pada tiap kelompok, data
jumlah sel spermatogenik yang terkumpul dianalisis menggunakan program
SPSS dengan menggunakan Analisis Varian (ANOVA) dan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) untuk menguji perbedaan rerata antar kelompok perlakuan.
30
F. Diagram Penelitian
Persiapan Penelitian
- Alat dan Bahan
- Hewan Uji
KontrolNormal
KontrolNegatif
(-)
KelompokPerlakuan I
KelompokPerlakuan II
KelompokPerlakuan III
Mencit di aklimatisasi selama 7 hari
Tidak diberijahe merahdansiproteronasetat (CPA)
Hanyadiberikansiproteronasetat 1,17mg/mlselama 7 hari
DiberikanCPA 1,17mg/mlselama 7 hari+ jahe merah6 mg/mlselama 28hari
DiberikanCPA 1,17mg/mlselama 7 hari+ jahe merah12 mg/mlselama 28hari
DiberikanCPA 1,17mg/mlselama 7 hari+ jahe merah24 mg/mlselama 28hari
Mencit diterminasi dengan cara dislokasileher
Pembedahan dan pengambilan organ testis
Pembuatan preparat histologi testis
Pengamatan sel spermatogenik
Interpretasi Hasil dan Penyusunan Laporan
Selesai
Gambar 5. Diagram Alur Penelitian
41
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemberian siproteron asetat mengakibatkan penurunan jumlah sel-sel
spermatogenik tubulus seminiferus mencit jantan.
2. Pemberian ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale Roxb. var.
rubrum) dosis 6mg/ml, 12mg/ml dan 24mg/ml dapat menyebabkan
peningkatan jumlah sel spermatogonium, sel spermatosit primer dan sel
spermatid mencit jantan yang diinduksi siproteron asetat.
3. Ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale Roxb. var. rubrum) dosis
24mg/ml memberikan peningkatan yang bermakna terhadap sel
spermatogonium, sel spermatosit primer dan sel spermatid mencit jantan
yang diinduksi siproteron asetat.
B. Saran
1. Peneliti lain disarankan meneliti secara terperinci mengenai sel
spermatogenik, meliputi spermatogonium spermatosit primer, spermatosit
sekunder dan spermatid.
2. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai efek jahe
merah pada organ lain pada tubuh seperti lambung, hati ataupun ginjal.
42
3. Perlu dilakukan penelitian mengenai kadar hormon yang dapat
merangsang proses spermatogenesis (LH, FSH dan Testosterone).
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B., Satja, S., Sri, D., Budi, T. dan Margaretha, A. 1999. Manual StandarMetoda Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian.Jakarta.
Aleem, M., Padwal, V., Choudar, J., Balasinor, N., Parte, P., dan Sharma-Gill,M. 2005.Cyproterone acetate effects protemine gene expressions in testis of adule malerat. Contraception. 71; 379-391.
Ali, B.H., Blunden, G., Tanira, M.O. dan Nemmar, A. 2008. SomePhytochemical, Pharmacological and Toxicological Properties of Ginger(Zingiber officinale Roscoe): a review of recent research. Food ChemToxicol (46) hal 409–420.
Amin, A. dan Hamza, A.E. 2006. Effects of Roselle and Ginger on cisplatin -induced reproductive toxicity in rats. Asian Journal of Andrology. 8 (5);607-612.
Barradel, L.B. dan Faulds, D. 1994 Cyproterone. A review of its pharmacologyand therapeutic efficacy in prostate cancer. Drugs Aging. 5; 59-80.
Bloom, W dan Fawcett, D.W. 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi ke-12 EGC. pp805-812. Jakarta.
Burkitt, H.G.,Young, B dan Heath, J.W. 1999. Wheaters Functional Histology. AText and Colour Atlas. Third Ed. Churchill Livingstone. Edinburg.
Campos, M., Morais, P.L. dan Pupo, A.S. 2003. Effect of cyproterone acetate onalpha1-adrenoceptor subtypes in rat vas deferens. Brazilian Journal ofMedical and Biological Research. 36(1), 1571-1581.
Clermont, Y dan Leblond, C.P. 1953.Definition of the stages of the cycle of theseminiferus epithelium in the rat. Biology of the Testes. 55:548-573.
Federer, W. 1991. Statistics and Society: Data Collection and Interpretation. 2nd
Edition. New York.
Guven, M.C., Can, B., Ergun, A., Saran, Y., Aydos. 1999. Ultrastructure effect ofcigarette smoke on rat testis. European Urology. 36: 645-649.
45
Guyton, C. dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga UniversityPress. Surabaya.
Hariana, H.A. 2002. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hefni, M. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak etanol jahe merah (zingiberofficinale roxb var rubrum) terhadap kualitas spermatozoa tikus (Rattusnorvegicus) yang terpapar allethrin .skripsi. Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang. Malang.
Herlina, R. 2004. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib.PT Agromedia Pustaka. Jakarta
Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification of chemical components on redginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. InternationalSeminar on natural products chemistry and utilization of naturalresources. UI-Unesco. Jakarta : 501-505
Hestiantoro, A. dan Soebijanto, S. 2013. Konsensus Penanganan Infertilitas.HIFERI. Jakarta
Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. Informasi Spesialite Obat. IAI. Jakarta.
Janqueira, L.C. 2007. Histologi Dasar. EGC. Jakarta.
Kamtchouing, P., Mbongue, G.Y., Dimo, T. dan Jatsa, H.B. 2002. Evaluation ofandrogenic activity of Zingiber officinale and Pentadiplandra brazzeanain male rats. Asian J. Androl. 4(4): 299
Khaki, A., Fathiazad F., Nouri M., Khaki AA., Ozanci CC., Novin MG., dkk.2009. The Effect of ginger on spermatogenesis and sperm parameters ofrat. Iranian Journal of Reproductive Medicine (7) (1) pp 7 – 12.
McLeod, D.G. 1993. Antiandrogenic drugs. Cancer. 71; 1046-1049.
Meringgiola, M.C. dan Bremner, W.J. 1998. Progesterone-androgen combinationregimens for male contraception. J. Androl. 1; 240-244.
Morakinyo, A.O., Adeniyi, O.S. dan Arikawe, A.P. 2008. Effect of zingiberofficinale on reproductive function in the male rats. African Journal ofBiomedica Research. Vol.11: 329-334.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Edisike-3.UI Press. pp 41-53. Jakarta.
46
Oakberg, E.F. 1956. Duration of spermatogenesis in the mouse and timing ofstage of the cycle of the seminiferous epithelium. Am. J. Anat. 99:507-516
Paimin, F.B. 2008 . Seri Agribisnis Budi Daya Pengolahan, Perdagangan Jahe.Cetakan XVII. Penebar Swadaya. Jakarta.
Palaniyappan, V., Bommireddy, E.P., Gudipudi, H., Chitturi, R.D., Yandamala,N. 2013. In Vivo Fertility Enhancing Activity (Aprodisiac) of Ficus CaricaFruit on Male Wistar Rats. International Journal of Pharmacy andPharmaceutical Sciences, 5(2): 516-518
Putri, D.A. 2014. Pengaruh metode ekstraksi dan konsentrasi terhadapAktivitas jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) sebagai AntibakteriEscherichia coli. skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Bengkulu.
Rajalakshmi, M. 2002. Male contraception: expanding reproductive choice. IndiaInstitute of Medical Science. Indian J. Experimantal Biology. 43 pp 1032-1041
Rismunandar. 1988. Hormon Tumbuhan dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rugh, R. 1968. The Mouse: Its Reproduction and Developmental. BurgessPublishing Company. pp 1-23. Minneapolis.
Rostiana, O., Abdullah, A., Taryono dan Hadad, E.A. 1991. Jenis-jenis tanamanjahe. Edisi Khusus Littro VII (I) : 7-10
Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe. Kanisius. Yogyakarta.
Sakr, S.A. dan Badawy, G.M. 2011. Effect of ginger (Zingiber officinale R.) onmetiram-inhibited spermatogenesis and induced apoptosis in albino mice.Journal of Applied Pharmaceutical Science. 1 (04). 131-136.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia Press.Yogyakarta.
Siddique, Y.H. dan M. Afzal. 2005. Genotoxic potential of cyproterone acetate: Apossible role of reactive oxygen species. Toxicol. In vitro, 19: 63-68.
Srivastava, S., Desai, P., Coutinho, E., Govil, G. 2006. Mechanism of Action ofL-Arginine on the Vitality of Spermatozoa is Primarily Through IncreasedBiosynthesis of Nitric Oxide. Tata Institute of Fundamental Research.India. Biology of Reproduction Journal. 74. 954-958
.
47
Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad,M., Wibowo, S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat, HasilPenelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. pp 44-52. Pusat Penelitian ObatTradisional. UGM. Yogyakarta.
Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N.S. 2004. Pengaruh Pemberian EkstrakBuah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa ( Scheff Boerl) TerhadapStruktur Histologis Hepar Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) SetelahPerlakuan Dengan Karbon Tetraklorida ( CCL$) Secara Oral. JurnalBiosmart. 6 (2). 91 – 98.
Suprapti, L. 2003. Tepung Ubi Jalar, Pembuatan, dan Pemanfaatannya. Kanisius.Yogyakarta.
Syahrum, K dan Tjokronegoro. 1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu SelMenjadi Organisme. Penerbit FKUI. Jakarta.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3,Editor Monica Ester, EGC. Jakarta.
Tanuwireja, S. 2007. Pengaruh ekstrak etanol rimpang jahe merah (zingiberisrhizoma) terhadap perilaku seksual mencit jantan galur swiss-webster.skripsi. Universitas Maranatha. Bandung.
Tjitrosoepomo, G. 1991. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Zade, V.S., Dabhadkar, D.K., Tharake, V.G.dan Pare, S.R. 2013. Effect ofaqueous extract of moringa oleifera seed on sexual activity of male albinorats. Biological Forum-An International Journal, 5(1): 129-140.