pengaruh pembentukan modal langsung terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBENTUKAN MODAL LANGSUNG
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Oleh
SATRIA YUDA
Nim : 07C20101088
POGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2015
PENGARUH PEMBENTUKAN MODAL LANGSUNG
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
SATRIA YUDA
NIM : 07C20101088
Skripsi/Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2015
ABSTRAK
Satria Yuda. Analisis Pengaruh Pembentukan Modal Langsung Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Di Bawah bimbingan Bapak Arafah dan
Bapak Zulkipli.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pembentukan Modal
Langsung terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh
Barat. Data yang diperoleh yaitu dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Aceh Barat. Untuk mengatahui hal tersebut, penulis menggunakan
analisis regresi linier sederhana, Koefisien Korelasi, Koefisien Determinasi, Uji t
yang diolah dengan menggunakan Software Statistical Program and Service
Solution (SPSS) 18.
Penelitian yang diperoleh nilai konstanta sebesar 17.366 ini menyatakan
bahwa apabila vaiabel PDRB sama dengan nol, maka Pembentukan Modal
Langsung di Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar 17.366%. Selain itu Uji
koefisien korelasi dan determinasi dari hasil perhitungan Koefisien Korelasi (R)
sebesar 77,8 Koefisien determinasi (R2) yaitu hasil dari perhitungan koefisien
korelasi yang dikuadratkan maka didapatkan nilai koefisien determinasi yaitu
sebesar 54,9% termasuk pada katagori kuat hal ini menunjukkan bahwa variabel
Pembentukan Modal Langsung berpengaruh terhadap PDRB di Kabupaten Aceh
Barat sedangkan 45,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
penelitian ini.
variabel Pembentukan Modal langsung (X) diperoleh t hitungsebesar 3.279
lebi besar dari t tabelsebesar 1,895 artinya variabel Pembentukan Modal Langsung
berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
Kata Kunci : Pembentukan Modal Langsung, Produk Domestik Regional
Bruto, dan Investasi.
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Perencanaan merupakan sebuah upaya mengatasi ketidakseimbangan yang
terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya perubahan yang terjadi pada sebuah
keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem yang ada
menjauhi keseimbangan semula. Perencanaan memiliki peran yang sangat penting
dalam proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan memiliki peran yang
sangat penting dalam proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang
ingin dicapai disamping sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan
yang dilakukan. Sedangkan pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto ditingkat daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk
melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan
suatu daerah. (http:id.wikipedia.org.pertumbuhan.diakses 20 maret 2014).
Pembentukan modal langsung tahun 2010 di Indonesia menunjukkan
pertumbuhan sebesar 8,5 persen jumlah lebih dari pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja investasi yang tumbuh
tinggi. Peningkatan investasi tersebut disebabkan meningkatnya kinerja ekspor
dan semakin kondusifnya berbagai variabel makro ekonomi. Selain itu iklim
investasi di Indonesia dinilai oleh para pelaku usaha dan investor menunjukkan
kondisi yang membaik dan mendukung perekonomian. Hal tersebut tidak terlepas
2
dari berbagai kebijakan dari pemerintah yang telah diterapkan demi mendukung
daya saing perekonomian. (Http/google.portal.radiotero.com diakses 20 maret
2014).
Diprovinsi Aceh laju pertumbuhan pembentukan modal langsung dari
tahun 2008-2011 berfluktuasi setiap tahun tumbuh positif hany pad tahun 2009
tumbuh negatif yaitu 1,76 persen. Hal ini terjadi di karenakan mulai berkurangnya
rekontruksi dan rehabilitasi Aceh Pasca Tsunami 2004 walaupun pada tahun 2009
pembentukan modal langsung tumbuh negatif, namun pada tahun 2008 tumbuh
positif sebesar 2,55 persen, pada tahun 2010 sebesar 3,69 persen dan pada tahun
2011 sebesar 3,98 persen. Sementara investasi di Aceh yang dicerminkan dari
pembentukan modal triwulan berjalan mengalami pertumbuhan 5,04 persen pada
tahun 2011 menjadi 5,29 persen tahun 2012 dari pembentukan modal langsung
triwulan satu 2013 telah terjadi realisasi investasi sebesar Rp. 1.562 milyar
dimana 97 persen diantaranya berasal dari penanaman modal dalam negeri. (BPS
Propinsi Aceh).
Produk Domestik rregional Bruto (PDRB) propinsi Aceh triwulan 1 tahun
2013 senilai Rp. 25 triliun atau mengalami peningkatan 1,5 persen dibandingkan
triwulan IV pada tahun 2012 senilai Rp. 24,76 triliun. Kenaikan PDRB atas harga
berlaku dengan migas pada triwulan pertama tahun 2013 yakni menjadi Rp. 2,3
triliun dibanding triwulan IV 2012 hanya Rp. 20,97 triliun, ada tiga sektor yang
berkontribusi besar terhadap pembentukan PDRB Aceh dengan migas pada
triwulan pertama 2013 yakni pertanian sebesar 26,99 persen, perdagangan, hotel,
dan restoran 17,25 persen dan sektor pengangkutan 11,26 persen. Nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut penggunaan atas dasar harga berlaku
3
(ADHB) pada triwulan satu tahun 2013 masih didominasi oleh komponen
konsumsi rumah tangga sebesar 10,06 triliun, sedangkan pada komponen
konsumsi pemerintah nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 5,86 triliun dan
atas dasar konstan 2,37 triliun. (BPS Propinsi Aceh).
Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah dapat dilihat dari perkembangan
nilai PDRB atas harga konstan yang disajikan secara berkala setiap tahunya.
Berdasarkan harga konstan 2009, selama kurun waktu 2009-2012 nilai PDRB
konstan dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat mencapai 5,00 persen
dan 5,04 persen dengan PDRB konstan yang berbentuk mencapai 1,20 dan 1,26
triliun rupiah. Nilai ini tumbuh lagi sebesar 5,11 dan 5,00 persen pada tahun 2012,
melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 disebabkan menurunnya
pertumbuhan ekonomi sektor kontruksi seiring berakhirnya masa rehabilitasi dan
rekontruksi di Aceh Barat. Pada tahun selanjutnya meningkatnya produksi
perkebunan menjadikan pertumbuhan ekonomi Aceh Barat semakin tinggi setiap
tahunya, dan pada tahun 2013 pertumbuhan batu bara di kawasan ini. (Indikator
PDRB Aceh Barat).Kondisi PDRB di Kabupaten Aceh barat seperti ditunjukkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2007-2013
No Tahun PDRB (Milyar Rupiah)
1 2007 108.172.263
2 2008 114.081.736
3 2009 120.276.924
4 2010 126.537.675
5 2011 132.489.454
6 2012 135.657.302
7 2013 139.858.324 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat ( Desember 2014)
4
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa laju produk domestik
regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2007-2013 yaitu pada
tahun 2007 PDRB sebesar Rp.081.722.63 milyar rupiah, dan pada tahun 2008
PDRB di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp.140.817.36 milyar rupiah, dan pada
tahun 2009 PDRB meningkat sebesar Rp.202.769.24 milyar rupiah, dikarenakan
2007-2009 masuk dalam tahap rekontruksi NGO dan LSM masuk ke daerah Aceh
Barat dalam misi kemanusiaan, dan kemudian pada tahun 2010 PDRB sebesar
Rp.265.376.75 milyar rupiah, dan pada tahun 2011 PDRB sebesar Rp.324.894.54
milyar rupiah, dan pada tahun 2012 PDRB Kabupaten Aceh Barat sebesar
Rp.356.573.02 milyar rupiah ini semakin meningkat disebabkan sektor yang
menjadi basis di Aceh Barat terus meningkatkan trend positif diantaranya sektor
pertanian dan jasa. Dan pada tahun 2013 PDRB di Kabupaten Aceh Barat sebesar
Rp.398.583.24 milyar rupiah.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa PDRB di Kabupaten Aceh Barat
setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Pembentukan modal lansung di Kabupaten Aceh Barat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2
Pembentukan Modal Langsung di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2007-2013
No Tahun Pembentukan Modal Langsung
(Milyar Rupiah)
1 2007 309.999.567
2 2008 402.543.576
3 2009 756.224.433
4 2010 850.889.901
5 2011 925.899.202
6 2012 936.799.801
7 2013 967.889.908 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat ( Desember 2014)
5
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat pembentukan modal langsung di
Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2007-2013 yaitu pada tahun 2007 pembentukan
modal langsung sebesar Rp.309.999.567 milyar rupiah, dan pada tahun 2008
pembentukan modal langsung meningkat sebesar Rp.402.543.576 milyar rupiah,
dan pada tahun 2009 pembentukan modal langsung sebesar Rp.756.224.433
milyar rupiah, angka yang cukup besar mengingat masa rehabilitasi dan
rekontruksi membuat peranan pembentukan modal langsung belum begitu
mengalami peningkatan, dan pada tahun 2010 pembentukan modal langsung
sebesar Rp.850.889.901 milyar rupiah dikerenakan proses proses pembangunan
yang dilakukan pemerintah daerah bertambah, dan pada tahun 2011 pembentukan
modal langsung sebesar Rp.925.899.202 milyar rupiah, dan pada tahun 2012
pembentukan modal langsung sebesar Rp.936.799.801 milyar rupiah, dan pada
tahun 2013 pembentukan modal langsung sebesar Rp.967.889.908 milyar rupiah.
Berdasarkan tabel diatas maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya
ilmiah yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “ Pengaruh Pembentukan
Modal Langsung Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Kabupaten Aceh Barat “.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah
seberapa besar pengaruh Pembentukan Modal langsung terhadap Produk
Domestik Regioanal Bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat periode 2005-2013.
6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujun penelitian adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh
Pembentukan Modal Langsung terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Kabupaten Aceh Barat tahun 2005-2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Penulis
Menambah wawasan penulisan sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari dengan praktek yng diterapkan berdasarkan hasil data BPS
dan hasil observasi secara langsung.
b. Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan
bacaan bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar pada umumnya dan Fakultas
ekonomi pada Khususnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan informasi kepada pemerintah daerah Aceh Barat
pihak-pihak yang ada keterkaitannya dengan penelitian ini sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan, pengambilan
keputusan dan langkah-langkah kebijaksanaan.
1.5. Sistematika pembahasan
Adapun sistematika pembahasan alam penelitian ini adalah sebagai berikut
7
Bagian pertama dalam pendahuluan terdapat sub yang meliputi Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Teoritis dan
Manfaat Praktis.
Bagian kedua yaitu tinjaun pustaka yang berisi tentang pengertian
pembentukan Modal langsung, Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
seseorang untuk melakukan investasi, Invesatsi Mampu Memberikan Keuntungan
Secara Ekonomis, Arti Pembentukan Modal Dalam Menunjang Pertumbuhan
Ekonomi, Investasi dan Aliran Dana Investasi, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Investasi, Faktor-Faktor Mempengaruhi Investasi, Dua Sisi Investasi
Langsung Luar Negeri, Pengertian Produk Domestik regional Bruto (PDRB),
Menurut Pendekatan Produksi, Menurut Pendekatan Pendapatan, Menurut
Pendekatan Pengeluaran, Tujuan dan kegunaan Statistik Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Perumusan Hipotesis.
Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari Ruang Lingkup
Penelitian, Data Penelitian, Diantaranya Jenis dan Sumber Data, Teknis
Pengumpulan Data, dan Model Analisis Data, Definisi Operasional Variabel Serta
Pengujian Hipotesis.
Bagian keempat Isi dan Pembahasan yang terdiri dari Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian, Perkembangan Pembentukan Modal Langsung di Kabupaten
Aceh Barat, Perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat, Pembahasan Hasil,
Analisis Regresi Linier Sederhana, Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi,
dan Uji t.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembentukan Modal Langsung
2.1.1. Pengertian Pembentukan Modal Langsung
Definisi Modal Langsung adalah (penanaman modal) hanya mencakup
penanaman modal secara langsung, penanaman modal secara langsung ini
dilakukan baik berupa mendirikan perusahaan patungan dengan mitra lokal
dengan melakukan kerjasama operasi tanpa membentuk perusahaan baru, dengan
mengkonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan
lokal dengan memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and
management assistance) dengan memberikan lisensi (Johannes 2010, h. 13).
Perbedaan Investasi lansung dan investasi tidak langsung yaitu :
(Johannes 2010, h. 14)
1. Investasi langsung
a. Investasi dengan uang/perlengkapan
b. Mendirikan perusahaan
c. Perusahaan dikendalikan sebagian atau keseluruhan pemilik perusahaan
d. Investasi tidak dapat ditarik setiap saat
e. Membutuhkan kehadiran secara fisik
f. Undang-undang penanaman modal
g. Pengelola BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal)
2. Investasi tidak Langsung
a. Investasi dengan membeli saham
9
b. Tidak perlu mendirikan perusahaan
c. Adanya pemisahan pemilik dan menajemen
d. Investasi dapat ditarik tiap saat
e. Tidak perlu hadir secara fisik
f. Undang-undang penanaman modal
g. Pengelola Bapepam dal LK ( Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
keuangan.
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk
melakukan investasi
Dalamilmu ekonomi investasi merupakan komponen kedua yang
menentukan tingkat pengeluaran agregat. Istilah investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang ini
memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan
jasa dimasa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk
menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah aus dan perlu
dideprisiasikan. (Johannes 2010, h. 14).
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk
melakukan investasi yaitu :(Johannes 2010, h. 14)
1. Revenues (Pendapatan), yaitu sejauh mana ia akan memperoleh pendapatan
yang memadai dan modal yang ditanamkan.
10
2. Cost (biaya) yang terutama ditentukan oleh tingkat suku bunga dan pajak
walaupun dalam operasionalnya ditentukan juga oleh berbagai biaya lain yang
ditemui dilapangan.
3. Espectations (harapan) yaitu bagaimana harapan di masa datang dari
investasinya, jadi investor yang serius dalam penanaman modal langsung
(direct invesment) tidak hanya hit and run (perilaku pelanggan) tetapi
berhitung jauh kedepan, dia memperhitungkan situasi-situasi pada masa
mendatang yang dapat mempengaruhi investasinya termasuk perubahan situasi
politik.
Investasi menghubungkan masa kini dengan masa depan. Investasi
menghubungkan pasar uang dan pasar barang, dan fluktuasi invesatsi berpengaruh
besar pada siklus bisnis, berikut ini adalah poin-poin menonjol dalam sektor
investasi. (Johannes 2010, h. 15).
1. Pengeluaran investasi amat berfluktuasi dan oleh karenanya berperan luas
pada gejolak PDB yang besar akibat siklus bisnis.
2. Pengeluaran investasi merupakan penghubung utama bagaimana suku bunga
dan kebijakan moneter mempengaruhi perekonomian kebijakan pajak yang
mempengaruhi investasi merupakan perangkat penting dalam kebijakan
fiskal.
3. Disisi penawaran investasi dalam jangka panjang menentukan jumlah stok
modal dan berperan dalam pertumbuhan jangka panjang.
Teori investasi adalah teori permintaan modal beberapa penerapan teori
tersebut adalah investasi bisnis tetap. Investasi perumahan, dan investasi
inventori, pertama harus mengerti dinamika investasi dan modal yang ditentukan
11
oleh “Stylized fact’’ arus investasi terlalu kecil dibandingkan dengan stok modal.
Investasi sering mengacu kepada membeli aset finansial atau fisiknya kita katakan
seseorang “berinvestasi ‘’ dalam saham, obligasi dan rumah ketika ia membeli
aset tersebut dalam makro ekonomi investasi mempunyai arti lebih sempit lagi
yang secara teknis bearti investasi adalah arus pengeluaran yang menambah stok
modal fisik. (Johannes 2010, h. 14).
2.1.3. Investasi Mampu Memberikan Keuntungan Secara Ekonomis
Menurut (Jhingan 2007, h. 335) Sebagian-sebagian dari kegiatan ekonomi,
tujuan utama dilakukannya investasi adalah untuk mencari keuntungan yang oleh
karena itu sebelum memutuskan untuk menanamkan modalnya para investor pada
umumnya senantiasa mempertimbangkan aspek ekonomic oportunity (peluang
ekonomi) terlebih dahulu, sehingga dengan demikian akan dapat memprediksi
keuntungan yang dapat diperoleh, adapun bentuk (ekonomic oportunity) yang
mungkin dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya disuatu
negara pada dasarnya dapat berupa :
a. Upah buruh yang rendah
b. Pasar yang luas
c. Dekat dengan sumber daya alam
d. Tersedianya bahan baku
e. Tersedianya lokasi untuk mendirikan pabrik
f. Memperoleh insentif perpajakan pada umumnya insentif
g. Adanya status tertentu yang dimiliki oelh negara tersebut.
12
2.1.4. Arti Pembentukan Modal Dalam Menunjang Pertumbuhan Ekonomi
Arti pembentukan modal adalah masyarakat tidak mempergunakan seluruh
aktivitas produktivitas saat ini untuk kebutuhan dn keinginan konsumsi, tetapi
menggunakan sebagian saja untuk pembuatan barang modal, perkakas, alat-alat
mesin, fasilitas angkutan pabrik dan perlengkapan. Inti prosesnya ialah pengalihan
sebagian sumber daya yang sekarang ada pada masyarakat ketujuan untuk
meningkatkan persediaan barang modal begitu rupa sehingga memungkinkan
perluasan output yang dapat konsumsi pada masa depan. (Jhingan 2007, h. 337).
Pembentukan Modal terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik, alat-
alat dan mesin, maupun barang yang tidak nampak seperti pendidikan bermutu
tinggi serta kesehatan . kuznets menyatakan bahwa pembentukan modal domestik
tidak hanya mencakup biaya untuk kontruksi, peralatan, dan persediaan dalam
negeri, tetapi juga pengeluaran lain. Kecuali pengeluaran yang diperlukan untuk
mempertahankan output pada tingkat yang ada. Dalam mencakup pembiayaan
untuk pendidikan. Rekreasi dan barang mewah yang memberikan kesejahteraan
dan produktivitas lebih pada individu dan semua pengeluaran masyarakat yang
berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja. Jadi pembentukan
modal meliputi modal material dan modal manusia (Jhingan 2007, h. 337).
2.2. Investasi dan Aliran Dana Investasi
Menurut (Fahmi 2009, h. 10)Investasi dikenal dengan istilah penanaman
modal/pembentukan modal. Investasi adalah komponen sekunder yang menjadi
penentu tingkat pengeluaran agregat. Tabungan dari sektor rumah tangga akan
13
mengalir kesektor perusahaan. Pengusaha yang menggunakan uang tersebut untuk
membeli barang dan modal maka pengeluaran itu dikatakan sebagai investasi.
Adakalahnya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang
modal yang lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan dalam prakteknya,
dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu
tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau
penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan
barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan
pendapatan nasional. (Fahmi 2009, h. 10).
Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi
bruto, yaitu investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam
perekonomian dan mengganti barang modal yang sudah didepresiasikan. Apabila
investasi bruto dikurangi oleh nilai apresiasi maka akan didapat investasi neto.
Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik. Dengan
pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok barang
modal adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.
(Fahmi 2009, h. 10).
14
2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
1. Tingkat Pengembalian yang diharapakan (Noor 2009, h. 11) :
a. Kondisi internal perusahaan seperti tingkat efisiensi, kualitas SDM dan
teknologi yang digunakan.
b. kondisi eksternal yaitu perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan
ekonomi domestik maupun internasional.
2. Biaya Investasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya investasi (Noor 2009, h. 11) :
a. Tingkat Bunga Pinjaman
b. Keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan
c. Tingkat kepastian hukum
d. Stabilitas politik
e. Keadaan keamanan
Faktor yang mempengaruhi terhadap iklim investasi di Indonesia (Noor 2009,h.
12)
1. Stabilitas politik dan sosial
2. Stabilitas ekonomi
3. Kondisi infratruktur dasar (listrik, telekomonikasi, prasarana jalan dan
pelabuhan)
4. Berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja (termasuk isu-isu
perburuhan)
5. Regulasi dan perpajakan
6. Birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan)
15
7. Masalah good governance termasuk korupsi, konsitensi dan kepastian
dalam kebijakan pemerintah yang langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi keuntungan neto atas resiko jangka panjang
8. Hak milik mulai dari tanah sampai kontrak.
2.2.2. Faktor-Faktor Mempengaruhi Investasi
Kekuatan ekonomi utama menentukan investasi adalah hasil biaya
investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan
mengenai masa depan. Faktor-faktor penentu investasi sangat tergantung pada
situasi dimasa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan
komponen yang paling mudah berubah. Penanman modal dalam negeri
memberikan peranan dalam pembangunan ekonomi dinegara-negara sedang
berkembang. Hal ini terjadi dalam berbagaibentuk modal investasi mampu
mengurangi kekurangan tabungan dan melalui pemasukan peralatan modal dan
bahan mentah dengan demikian menaikkan laju pemasukan modal, selain itu
tabungan dan investasi yang rendah mencerminkan kurangnya modal dinegara
keterbelakangan teknologi bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal
investasi yang membawa serta keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman
organisai, informasi pasar, teknik-teknik produksi maju, pembawaan produk dan
lain-lain. Selain itu juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua
ini pada akhirnya akan mempercepat pembangunan ekonomi negara terbelakang
pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang sangat
mempengaruhi penanaman modal asing kedalam negeri. (Noor 2009, h. 13)
Faktor –faktor yang mempengaruhi investasi adalah sebagai berikut :(Noor
2009, h. 14)
16
1. Pengaruh nilai tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat/nilai tukar dengan investasi
bersifat uncertainty (tidak pasti) berpengaruh tingkat kurs yang berubah pada
investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, yaitu sisi permintaan dan sisi
penawaran domestik.
2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk
berinvestasin pengelolaan barang-barang dan bahan baku produksi
memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output/barang final.
3. Pengaruh Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini
disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek
investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-
rata masa jatuh pinjam modal serta minimbulkan distrosi.
4. Pengaruh Insfrastruktur
Seperti dilakukan banyak negara didunia, pemerintah mengundang
investor guna berpatisipasi menambahkan modalnya disektor-sektor
insfrastruktur. Seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air,
pelabuhan dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam
mata uang rupiah atau uang asing.
2.2.3. Dua Sisi Investasi Langsung Luar Negeri
Investasi langsung merupakan salah satu sifat dari arus modal
internasional yang berupa investasi riil, seperti penderitaan perusahaan,
pembangunan pabrik, pembelian barang modal (tanah, peralatan, perlengkapan)
17
dalam investor langsung investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan
dan mengontrol penanaman modalnya. Investasi langsung banyak dilakukan oleh
perusahaan multinational company (MNC) sehingga investasi ini sering disebut
foreigh direct investment (arus investasi luar negeri secara langsung).
Foreigh direct investment terjadi karena adanya ketergantungan antara
negara yang mempunyai kelebihan modal (Capital abudant) dengan negara yang
mengalami kekurangan modal sehingga dengan adanya arus modal yang masuk,
diharapkan dana dari negara kelebihan modal dapat diserap secara optimal untuk
menggerakkan sektor perekonomian dinegara kekurangan modal.
Foreight direct investment juga banyak berdampak pada sektor di negara
sasaran investasi, yaitu :
1. Dampak positif
a. Sebagai sumber dana untuk pembangunan, terutama bagi negara
berkembang seperti Indonesia.
b. Kenaikan produksi dan pendapatan nasional negara sasaran.
c. Sebagai sumber pembiayaan jangka panjang dan pembentukan modal.
d. Terjadinya trasfer teknologi dan pengetahuan dibidang manajerial
perusahaan.
e. Foreigh direct investment tidak akan memberatkan balance of payment
disebabkan tidak ada kewajiban membayar hutang dan bunga karena
transfer keuntungan didasarkan pada keberhasilan perusahaan asing tersebut
berinvestasi.
f. Mendorong pembangunan regional dan sektoral.
g. Meningkatkan jiwa kewirausahaan dan persaingan sehat dalam negeri.
18
h. Membuka lapangan pekerjaan.
2. Dampak Negatif
a. Munculnya dominasi industrial yang berpotensi mematikan industri dalam
negeri yang kalah dalam segi modal.
b. Ketergantungan teknologi
c. Perubahan budaya
d. Berpotensi mengganggu perencanaan perekonomian
e. Dapat terjadi intervensi terhadap home goverment oleh MNC sehingga
dimungkinkan kebijakan yang dibuat cenderung melindungi MNC berbagai
ancaman teramasuk investasi dan industri dalam negeri.
f. Investasi berpotensi lari keluar negeri, hal ini tergantung pada kebijakan
pemerintah untuk mengatur perputaran uang didalam negeri agar dapat
diserap optimal.
2.3. Produk Domestik Regioanal Bruto (PDRB)
2.3.1. Pengertian Produk Domestik regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah Jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi disuatu daerah di dalam jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun, unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini
dikelompokkan menjadi senbilan sektor yaitu (Sukirno 2006, h. 8) :
1. Pertanian, pertenakan, kehutanan dan perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri penggalian
4. Listrik dan air minum
19
5. Bangunan
6. Perdagangan, hotel dan restoran
7. Pengangkutan dan komonikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu
daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada saat satu tahun tetentu sebagai dasar. Dalam publikasi ini
tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000. PDRB atas harga berlaku dapat
digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstgan
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk
menghitung angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
1. Menurut Pendekatan Produksi
PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (Biasanya
satu tahun). Unit-init produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan
menjadi 9 lapangan usaha (Sukirno 2006, h. 8)
20
1. Pertanian,Pertenakan,Kehutanan Dan Perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri penggalian
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, hotel dan restoran
7. Pengangkutan dan komonikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Jasa-jasa termasuk Jasa Pelayanan Pemerintah.
2. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu daerah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainya. Dalam definisi
ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tifak langsung neto (pajak tak
langsung dikurangi subsidi). (Sukirno 2006, h. 9).
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba
2. Konsumsi pemerintah
3. Pembentukan modal tetap domestik bruto
4. Perubahan stok
5. Ekspor neto, (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).
21
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang
sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir
yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-
faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB
atas harga pasar, karena didalamnya sudah dicakup pajak langsung neto. (Sukirno
2006, h. 9)
2.4.Tujuan dan kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Data produk domestik regional bruto adalah salah satu indikator makro
yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat
yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah (Tarigan 2005, h. 20) :
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi
yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. PDRB
harga berlaku juga menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk
dinikmati oelh penduduk suatu daerah.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun
ketahun. Apabila dibandingkan angka-angka nilai tambah bruto atas harga
konstan dengan angka-angka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya
tingkat pertumbuhan ekonomi disuatu daerah baik secara keseluruhan maupun
secara sektoral.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-
22
sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis
perekonomian suatu daerah. Dengan melihat angka persentase setiap sektor
tersebut, selain dapat diketahui sumbangan atau kontribusi masing-masing
sektor, sekaligus juga dapat dilihat struktur perekonomian daerah yang
bersangkutan. Dengan demikian dapat diketahui apakah perekonomian. Daerah
bersifat agraris atau non agraris. Apabila pendapatan regional dikumpulkan
dari waktu ke waktu, maka akan terlihat perubahan kontribusi masing-masing
sektor serta perubahan struktur ekonominya.
4. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan
jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan
pihak luar negeri.
5. Distibusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan
dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor
ekonomi..
6. PDRB penggunaan atas harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
7. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan tingkat kemakmuran
suatu daerah. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit
banyaknya harus mempunyai angka pembanding dari daerah lain, sedangkan
untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan
pendapatan secara berkala.
8. Perbandingan antara pendapatan regional atas harga berlaku dan atas dasar
harga konstan merupakan angka indeks implisit yang dapat dipergunakan
untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan.
23
9. Elastisitas kesempatan kerja dengan bantuan data kerja yang apabila disajikan
bersama-sama secara series dari waktu ke waktu, maka dapat dihitung angka
elastisitas kesempatan kerja terhadap pendapatan regional. Elastisitas
kesempatan kerja ini mencerminkan pengaruh kenaikan/penurunan pendapatan
regional terhadap kesempatan kerja. Perlu ditekankan disini bahwa kenaikan
pendapatan regional bukan saja disebabkan oleh adanya kesempatan kerja yang
bertambah tetapi juga disebabkan adanya penambahan modal. Pengaruh dari
dua faktor ini sangat suli dipisahkan.
10. Untuk melihat produktifitas persektoral yaitu dengan membagi jumlah nilai
tambah dari sektor yang bersangkutan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja
disektor tersebut, produktifitas tenaga kerja sektoral ini sangat berguna untuk
mempertimbangkan penentuan alokasi tenaga kerja secara sektoral.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan penggunaan di
kelompokkan dalam enam kelompok yaitu (Tarigan 2005, h. 20) :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga, mencakup semua pengeluaran untuk
konsumsi barang dan jasa dikurangi penjualan neto barang bekas dan sisa yang
dilakukan rumah tangga selama setahun.
2. Pengeluaran konsumsi pemerintah, mencakup pengeluaran untuk belanja
pegawai penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah, tidak termasuk
penerimaan dan produksi barang dan jasa yang dihasilkan.
3. Pembentukan modal tetap domestik bruto mencakup pembuatan dan pembelian
barang modal baru dari dalam daerah dan barang modal bekas atau baru dari
luar daerah. Metode yang dipakai adalah pendekatan arus barang.
24
4. Perubahan invori, perubahan stok dihitung dari PDRB hasil penjualan nilai
tambah bruto sektoral dikurang komponen permintaan akhir lainnya.
5. Eskpor barang dan jasa ekspor barang dinilai menurut harga free on bord
(FOB)
6. Impor barang dan jasa. Impor barang dinilai menurut Cost insurance freight
(CIF).
2.5. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian penelitian ini, diduga Pembentukan Modal Langsung
berpengaruh secara positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Kabupaten Aceh Barat tahun 2005-2013.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian adalah data Pembentukan Modal
Langsung dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh
Barat. Data yang diambil adalah data tahun 2005-2013.
3.2. Data Penelitian
Adapun jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber
dari berbagai instansi-instansi pemerintah yaitu : Badan Pusat Statistik,
Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Universitas Teuku Umar Kabupaten Aceh
Barat.
3.3. Model Analisis Data
Metode yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana, koefisien korelasi
sederhana dan uji t yang akan diolah dengan menggunakan program komputer
SPSS dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Analisa ini digunakan sebagai alat analisis peramalan nilai pengaruh suatu
variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y) dengan rumus sebagai berikut :
(Nacrowi 2006, h. 1).
LnY = α +Ln bx + e........................................................................................(1)
26
Dimana :
Y = PDRB (Rupiah)
a = Nilai Konstanta (intercept)
b = koefisien Korelasi (Slop)
X = Pembentukan Modal Langsung (Rupiah)
𝑟 =𝑛∑𝑋1𝑌1− 𝑋1 (𝑌1)
𝑛 ∑𝑋1−(∑𝑌1 )2[𝑛𝑌1−(∑𝑌1 )2 .......................................................(2)
Dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah Tahun
X= Pembentukan Modal Langsung
Y= PDRB
2. Koefisien Diterminasi ( r2 )
Analisa ini digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Koefisien determinasi ( r2
)
merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi. Rumus koefisien determinasi
adalah sebagai berikut (Hasn 2002, h. 236) :
Kp = r2 x 100 %.........................................................................................(3)
Dimana :
Kp = besarnya koefisien penentu (determinasi)
r = Koefisien korelasi
3. Uji t
Uji signifikan parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat
signifikan dari pengaruh vaiabel bebas (pembentukan modal langsung) terhadap
27
variabel terikat (PDRB) secara individual dengan rumus sebagai berikut (Ghozoli
2005, h. 205) :
𝑡 = 𝑛−𝑟2
1− 𝑟2..................................................................................(4)
Dimana :
n = Jumlah tahun
r = Koefisien korelasi
3.4. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian operasional variabel yang digunakan dalam analisis ini
adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan Modal Langsung (X) adalah data Pembentukan Modal Langsung
di Kabupaten Aceh Barat pada kurun waktu 2005-2013 yang diukur dalam
milyaran rupiah.
b. PDRB (Y) adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten
Aceh Barat pada kurun waktu 2005-2013 yang diukur dalam milyaran rupiah.
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yng digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0 ; β = 0, Variabel Pembentukan Langsung yang diteliti tidak berpengaruh
secara siginifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
b. H1 ; β ≠ 0, Variabel Pembentukan Modal Langsung yang diteliti berpengaruh
secara signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
28
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak H1 diterima, artinya Variabel
Pembentukan Modal Langsung yang diteliti berpengaruh secara signifikan
terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
b. Apabila t hitung < t tabel maka H0 diterima H1 ditolak, artinya variabel
Pembentukan Modal Langsung yang diteliti tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Analisisstatistik deskriptif variabel penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh Pembentukan Modal Tetap Langsung terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat sehingga akan dapat
memberikan gambaran yang jelas dalam meningkat PDRB di Kabupaten Aceh
Barat.
4.2.Perkembangan Pembentukan Modal Langsung di Kabupaten Aceh Barat
Pembentukan modal Langsung (penanaman modal) hanya mencakup
penanaman modal secara langsung di Kabupaten Aceh barat, penanaman modal
secara langsung ini dilakukan baik berupa mendirikan perusahaan patungan
dengan mitra lokal dengan melakukan kerjasama operasi tanpa membentuk
perusahaan baru.
Untuk lebih jelas Pembentukan modal lansung di Kabupaten Aceh Barat
dilihat pada tabel dibawah ini :
30
Tabel 3
Jumlah Pembentukan Modal Langsung di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2013
No Tahun Pembentukan Modal Langsung
(Milyar Rupiah)
1 2005 295.687.967
2 2006 309.999.567
3 2007 402.543.576
4 2008 756.224.433
5 2009 850.889.901
6 2010 925.899.202
7 2011 936.799.801
8 2012 967.889.908
9 2013 989.774.678 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat ( Desember 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat pembentukan modal langsung di
Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2005-2013 yaitu pada tahun 2005 pembentukan
modal langsung di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp.295.687.967 milyar dan
pada tahun 2006 pembentukan modal langsung sebesarRp.309.999.567 milyar
rupiah, dan pada tahun 2007 pembentukan modal langsung meningkat sebesar
Rp.402.543.576 milyar rupiah, dan pada tahun 2008 pembentukan modal
langsung sebesar Rp.756.224.433 milyar rupiah, angka yang cukup besar
mengingat masa rehabilitasi dan rekontruksi membuat peranan pembentukan
modal langsung belum begitu mengalami peningkatan, dan pada tahun 2009
pembentukan modal langsung sebesar Rp.850.889.901 milyar rupiah dikerenakan
proses proses pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah bertambah, dan
pada tahun 2010 pembentukan modal langsung sebesar Rp.925.899.202 milyar
rupiah, dan pada tahun 2011 pembentukan modal langsung sebesar
Rp.936.799.801 milyar rupiah, dan pada tahun 2012 pembentukan modal
langsung sebesar Rp.967.889.908 milyar rupiah. Dan pada tahun 2013
pembentukan modal langsung sebesar Rp.989.774.678.
31
4.3. Perkembangan PDRB di Kabupaten Aceh Barat
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu bagian
yang dapat mengatasi masalah perekonomian, PDRB yaitu jumlah nilai tambah
atas barang dan jasa yang duhasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah
di dalam jangka waktu tertentu, di Kabupaten Aceh Barat Poduk Domestik
Regional Bruto (PDRB ) dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
Untuk melihat PDRB di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4
Jumlah Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2005-2013
No Tahun PDRB (Milyar Rupiah)
1 2005 102.167.893
2 2006 108.172.263
3 2007 114.081.736
4 2008 120.276.924
5 2009 226.537.675
6 2010 232.489.454
7 2011 356.573.023
8 2012 398.583.249
9 2013 498.582.249 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat ( Desember 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa laju produk domestik
regional bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2005-2013 yaitu pada
tahun 2005 Rp.102.167.893 PDRB di Kabupaten Aceh Barat sebesar pada tahun
2006 PDRB sebesar Rp.081.172.263 milyar rupiah, dan pada tahun 2007 PDRB
di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp.114.081.736 milyar rupiah, dan pada tahun
2008 PDRB meningkat sebesar Rp.120.276.924 milyar rupiah, dikarenakan 2006-
2008 masuk dalam tahap rekontruksi NGO dan LSM masuk ke daerah Aceh Barat
dalam misi kemanusiaan, dan kemudian pada tahun 2009 PDRB
32
sebesarRp.226.537.675 milyar rupiah, dan pada tahun 2010 PDRB sebesar
Rp.232.489.454milyar rupiah, dan pada tahun 2011 PDRB Kabupaten Aceh Barat
sebesar Rp.356.573.023.08 milyar rupiah ini semakin meningkat disebabkan
sektor yang menjadi basis di Aceh Barat terus meningkatkan trend positif
diantaranya sektor pertanian dan jasa. Dan pada tahun 2012 PDRB di Kabupaten
Aceh Barat sebesar Rp.398.583.249 milyar rupiah. Dan pada tahun 2013 PDRB
sebesar Rp.498.582.249Berdasarkan penjelasan diatas bahwa PDRB di
Kabupaten Aceh Barat setiap tahunnya mengalami peningkatan.
4.4. Pembahasan Hasil
Setelah melakukan penelitian tentang pengaruh buah impor terhadap
permintaan tentang Pengaruh Pembentukan Modal Langsung terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Aceh Barat maka penulis
melakukan pengelolaan data dengan menggunakan program SPSS (Statistical
Produtc and Service Solution ) versi 18 dan hasil pengelolaan data tersebut dapat
dikemukakan hasil pembahasan sebagai berikut :
Tabel 5
Standar Deviasi Rata-Rata dan Jumlah Sampel
No Variabel Rata-Rata Std. Deviasi N
1 PDRB 20.9321 .11540 9
2 Pembentukan Modal Langsung 20.2871 .51082 9
Sumber : Hasil Regresi (diolah Desember 2014)
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata PDRB (Y) adalah
20.9321dengan jumlah Tahun (N) selama 9 tahun dan standar deviasi sebesar
.11540 Sedangkan variabel pembentukan modal lansung (X) dengan jumlah (N) 9
tahun dengan nilai rata-rata sebesar 20.2871 dan Standard Deviasi sebesar .51082.
33
4.4.1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Hasil perhitungan dengan menggunakan model regresi sederhana
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6
Hasil Perhitungan Regresi Linier Sederhana
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 17.366 1.088 .000
LNPML .176 .054 .778 .014
Sumber : Hasil Regresi (diolah Desember 2014)
Dari tabel 6 dapat dilihat hasil persamaan regresi sederhana sebagai berikut :
Y = a + bx
£nY = 17.366 + 0.176 £nx
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konstanta
Berdasarkan persamaan diatas dapat diperoleh nilai konstanta sebesar 17.366
ini menyatakan bahwa apabila variabel PDRB sama dengan nol, maka
Pembentukan Modal Langsung di Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar
17.366 %.
2. Koefisien Regresi Variabel Pembentukan Modal Langsung (X)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat dilihat bahwa nilai X sebesar .171 hal ini
menyatakan apabila terjadi penambahan pembentukan modal langsung sebesar
1 persen maka PDRB di Kabupaten Aceh Barat bertambah sebesar 0.171
persen.
34
4.4.2. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan regresi
linier sederhana untuk menentukan signifikan dari variabel Pembentukan Modal
Langsung (X) terhadap PDRB (Y), maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini
sebagai berikut :
Tabel 7
Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
No Variabel LnPDRB LnPML
1 Pearson Correlation
a. LnPDRB
b. LnPML
1.000
.788
.778
1.000
2 Model
a. Koefisien Korelasi
b. Koefisien Determinasi (R2)
c. Koefisien Determinasi Adjusted
.778
.549
.606
Sumber : Hasil Regresi (diolah Desember 2014)
Berdasarkan tabel 7 diatas dijelaskan bahwa koefisien korelasi diperoleh
0,778 persen secara positif menjelaskan adanya hubungan antara PDRB (Y)
dengan Pembentukan Modal Langsung (X) dengan hubungan sebesar 77,8 persen
ini dikarenakan Pembentukan Modal Lansung akan mempengaruhi PDRB.
Dimana pembentukan modal langsung akan berpengaruh terhadap PDRB di
Kabupaten Aceh Barat.
Uji koefisien korelasi dan determinasi dari hasil perhitungan Koefisien
Korelasi (R) sebesar 77,8 persen menunjukkan bahwa variabel Pembentukan
Modal Langsung berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB di Kabupaten
Aceh Barat.
Adapun Koefisien Determinasi dapat diketahui dengan menggunakan
rumus koefisien determinasi yaitu :
35
Koefisien Determinasi = r2 X 100 %
Koefisien Determinasi = 0.549 X 100 %
Koefisien Determinasi = 54,9 %
Koefisien determinasi (R2) yaitu hasil dari perhitungan koefisien korelasi
yang dikuadratkan maka didapatkan nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 54,9
persen termasuk pada katagori kuat hal ini menunjukkan bahwa variabel
Pembentukan Modal Langsung berpengaruh terhadap PDRB di Kabupaten Aceh
Barat sedangkan 45,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
penelitian ini.
4.4.3. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh Pembentukan modal
Langsung (X) terhadap PDRB (Y) di Kabupaten Aceh Barat dilakukan pengujian
individu dengan uji t pada jumlah pada taraf nyata (α) = 0,05.
Tabel 8
Uji t
Coefficient
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 17.366 1.088 15.959 .000
LNPML .176 .054 .778 3.279 .014
Sumber : Hasil Regresi (diolah Desember 2014)
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dilihat pengaruh signifikan Variabel
bebas terhadap Variabel terikat dapat dijelaskan bahwa variabel Pembentukan
36
Modal langsung (X) diperoleh t hitungsebesar 3.279 lebi besar dari t tabelsebesar
1,895 artinya variabel Pembentukan Modal Langsung berpengaruh signifikan
terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diketahui
bahwa variabel Pembentukan Modal Langsung berpengaruh signifikan terhadap
PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini di Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa :
a. jumlah rata-rata PDRB (Y) adalah 20.9321 dengan jumlah Tahun (N) selama
9 tahun dan standar deviasi sebesar .11540 Sedangkan variabel pembentukan
modal lansung (X) dengan jumlah (N) 9 tahun dengan nilai rata-rata sebesar
20.2871 dan Standard Deviasi sebesar .51082
b. koefisien korelasi diperoleh 0,778 persen secara positif menjelaskan adanya
hubungan antara PDRB (Y) dengan Pembentukan Modal Langsung (X)
dengan hubungan sebesar 77,8 persen ini dikarenakan Pembentukan Modal
Lansung akan mempengaruhi PDRB. Dimana pembentukan modal langsung
akan berpengaruh terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat. Sedangkan
Koefisien determinasi (R2) yaitu hasil dari perhitungan koefisien korelasi
yang dikuadratkan maka didapatkan nilai koefisien determinasi yaitu sebesar
54,9 persen termasuk pada katagori kuat hal ini menunjukkan bahwa variabel
Pembentukan Modal Langsung berpengaruh terhadap PDRB di Kabupaten
Aceh Barat sedangkan 40,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model penelitian ini.
c. Pembentukan Modal langsung (X) diperoleh t hitung sebesar 3.279 lebi besar
dari t tabel sebesar 1,895 artinya variabel Pembentukan Modal Langsung
berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
37
5.2. Saran-Saran
Adapun saran kepada pemerintah daerah adalah :
a. Pemerintah harus dapat meningkatkan PDRB dengan cara Pembentukan
modal langsung, karena dengan adanya pembentukan modal langsung
dapat meningkatkan PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
b. Meningkatkan peranan pemerintah dalam meningkatkan sembilan sektor
PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2012. Aceh Dalam Angka. Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh.
___________2007. PDRB. Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh.
___________2008-2011. PDRB Menurut Penggunaan. Kabupaten Aceh Barat.
Meulaboh.
___________ 2010. Aceh Dalam Angka. Propinsi Aceh. Banda Aceh.
___________ 2012. Aceh Dalam Angka. Propinsi Aceh. Banda Aceh.
Gujarati, N Donodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-
Hill Companies.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Meteologi Penelitian dan Aplikasinya.
PT. Ghalia Indonesia. Bogor.
Irham, Fahmi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Alfabeta. Bandung.
Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Penerjemah D.
Guritno. Edisi 1. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Johannes, A.P. Sinurat. 2010. Skripsi Investasi. Fakultas Hukum. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Nachrowi, Djalal. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonomitrika. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Nurba, Diswandi. Et.al. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi Dan Tugas Akhir.
Universitas Teuku Umar. Meulaboh.
Noor, Faizal, Hendry. 2009. Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Permata Putri Media. Jakarta
Barat.
Sadono, Sukirno. 2008. Teori Pengantar Makro Ekonomi Edisi Ketiga. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
____________ 2006. Pengantar Makro Ekonom. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
____________ 2006. Pengantar Makro Ekonom. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
39
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Http/google. Portal.radiotero.com siakses 20 maret 2014.
http:wikipedia.org.pertumbuhan.di Akses 20 maret 2014.