pengaruh nutrisi terhadap performans reproduksi ternak sapi

Upload: nodaipaibo-rocken

Post on 14-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    http:///reader/full/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans-reproduksi-ternak-sap

    Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    Performans reproduksi ternak ruminansia pada daerah tropis umumnya ditentukan oleh empatfaktor, yaitu genetic, lingkungan fisik, nutrisi dan manajemen ( Smith dan Akinbamijo, 2000).

    Faktafakta di lapangan dan beberapa literatur telah membuktikan bahwa faktor nutrisimerupakan faktor yang lebih kritis, dalam arti baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidaklangsung terhadap fenomena reproduksi dibanding faktor lainnya. Jadi, nutrisi yang cukup dapat

    mendorong proses biologis untuk mencapai potensi genetiknya, mengurangi pengaruh negatif

    dari lingkungan yang tidak nyaman dan meminimalkan pengaruh-pengaruh dari teknikmanajemen yang kurang baik. Nutrisi yang kurang baik tidak hanya akan mengurangi

    performans dibawah potensi genetiknya, tetapi juga memperbesar pengaruh negatif dari

    lingkungan . Disamping itu, faktor nutrisi lebih siap dimanipulasi untuk menjamin luaran /

    produk yang positif dibanding faktor-faktor lainya. Oleh karena itu perlu mendapat perhatianyang serius terhadap interaksi antara nutrisi dan reproduksi terutama di daerah tropika, yang

    disebabkan beberapa hal antara lain: ketidak-cukupan nutrisi dalam arti secara kuantitatif yaitu

    konsumsi pakan dan kualitatif yaitu ketidakseimbangan zat-zat nutrisi. Kegagalan memahamidengan baik interaksi ini untuk mengurangi dampak negatif dan memperbesar dampak positifakan berpengaruh buruk terhadap efisiensi produksi ternak, karena hal ini sangat bergantung

    kepada performans reproduksi.

    Reproduksi adalah sejumlah rangkaian proses fisiologis yang berlangsung sepanjangtahun. Pada situasi dimana kuantitas dan kualitas pakan tersedia sepanjang tahun tidak terbatas,

    maka masalah reproduksi jarang diketemukan. Namun demikian, pada kondisi peternakan

    ektensif dimana ketersedian pakan berfluktuasi sekali sepanjang musim maka reproduksi dapatmenjadi masalah. Beberapa penelitian (Kirkwood dkk, 1987; Manspeaker dkk, 1989) dan kajian

    ilmiah ( Haresign, 1984; Short dan Adams, 1988; Randel, 1990; Smith dan Somade, 1994) telah

    mempelajari pengaruh kuantitas pakan dan energi, juga kualitas protein dan konsumsi

    makronutrisi terhadap performans reproduksi. Pada umumnya, hasil dari penelitian tersebutmengungkapkan bahwa nutrisi jelek yang disebabkan tidak cukup, kelebihan atau

    ketidakseimbangan konsumsi nutrisi dapat berpengaruh buruk terhadap berbagai tahap proses

    reproduksi mulai dari keterlambatan pubertas, mengurangi tingkat ovulasi dan rendahnya angkakonsepsi, tingginya kehilangan embrio dan fetus, panjangnya lama anestrus paska melahirkan,

    kurangnya air susu, tingginya kematian perinatal dan rendahnya performans anak baru lahir.

    Pada makalah ini akan difokuskan kepada kajian dampak nutrisi terhadap proses fisiologis

    reproduksi pada ternak ruminansia dan beberapa hal aktual yang berhubungan dengan interaksinutrisi dan reproduksi.

    Pengaruh Energi Terhadap Performans Reproduksi.

    Respon reproduksi terhadap suplai energi menjadi tiga bagian: (1). Pengaruh jangka lama, yangberpengaruh terhadap ternak mulai dari lahir, pubertas sampai dewasa, (2). Pengaruh jangka

    menengah, yang berpengaruh terhadap daur reproduksi tahunan pada ternak betina dewasa, dan

    (3). Pengaruh jangka pendek terutama pada saat periode sebelum dan sesudah kawin.Status gizi / nutrisi seekor ternak dari lahir sampai dewasa dapat berpengaruh terhadap total

    performans reproduksinya melalui pengaruhnya terhadap umur pada saat pubertas yang akan

    berdampak terus terhadap reproduksi pada saat dewasa. Menurut Haresign (1984) pada sapi dandomba telah dibuktikan bahwa kekurangan nutrisi pada saat pemeliharaan dapat memperlambat

    http://ternak-ruminansia.blogspot.com/2010/10/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans.htmlhttp://ternak-ruminansia.blogspot.com/2010/10/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans.htmlhttp://ternak-ruminansia.blogspot.com/2010/10/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans.html
  • 5/24/2018 Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    http:///reader/full/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans-reproduksi-ternak-sap

    waktu pubertas dan pengaruh residunya terhadap fertilitas (kemampuan untuk melahirkan) pada

    waktu dewasa. (Tabel 4.1). Pengaruh energi jangka menengah berhubungan dengan fluktuasi

    dalam konsumsi energi pada setiap tahap dari siklus musim kawin yang menghasilkan akumulasiatau kehilangan cadangan energi tubuh sehingga berpengaruh terhadap kondisi tubuh pada waktu

    kawin. Respon reproduksi terhadap suplai energi dalam jangka waktu pendek, sudah banyak

    dilakukan pada ternak domba (Haresign, 1984; Smith 1984), dimana pemberian pakan tambahansebelum dan sesudah periode kawin (metode "flushing) dapat meningkatkan tingkat ovulasi dankesuburan ternak.( Tabel 4.2)

    Tabel 4.1. Performans reproduksi domba Merino lebih dari lima tahun melahirkan setelah diberi

    level nutrisi berbeda selama pemeliharaanLevel Pakan Peluang melahirkan Keberhasilan melahirkan % Melahirkan

    Rendah (0-14 bln) 37 32 89

    Tinggi (02 bln)

    Rendah 214 bln) 34 33 103Tinggi (014 bln) 70 62 109

    Tabel 4.2. Pengaruh PMSG (600 i.u) terhadap tingkat Ovulasi pada domba yang diberi perlakuanflushing dengan waktu yang berbeda-beda.

    Lama Flushing T i n g k a t Ovulasi

    Tanpa PMSG Dengan PMSGKontrol 1,33

    5 - 8 hari 1,50 2,83

    1 siklus berahi 1,83 2,172 Siklus berahi 2, 17 2,50

    Dibawah Kebutuhan Hidup Pokok 1,00 2,40

    Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembatasan energi dalam ransum sapi dapatmenyebabkan tidak berahi (anestrous) pada sapi-sapi betina yang siklus berahinya normal

    (Richard dkk, 1989; Shrick dkk 1992), Pengurangan level energi dalam ransum sapi betina dapat

    mengubah perkembangan folikel (Perry dkk, 1991; Murphy, 1991), menurunkan diameter folikelpreovulasi dan menghambat pertumbuhan folikel dengan diameter terbesar selama siklus estrus

    (Burn dkk 1997) dan menurunkan konsentrasi "insulin like growht faktor" (IGF-1) (Spicer dkk,

    1990; Burns dkk, 1997). IGF-1 merangsang proliferasi seluler dan diferensiasi sel secara in-vitro(Monniaux & Pisselet, 1992; Spicer dkk, 1990). Pemberian garam kalsium dalam rantai panjang

    asam lemak. (CalCFA) telah mengurangi folikel kecil (berukuran 3 - 5 mm) dan mempunyai

    lebih banyak folikel besar (6 - 9 mm). Ukuran rataan folikel preovulasi lebih besar pada sapi-sapi

    yang mendapat CalCFA (energi terendah dan tertinggi) dibanding sapi-sapi yang diberi ransum

    kontrol (16,0 vs 18,7 mm dan 18,4 mm vs 12,4 mm) (Lucy dkk 1992).Performans reproduksi sapi betina paska melahirkan sering dibatasi oleh konsumsi energi yang

    lebih rendah dari pada pengeluaran energi. Hal ini disebabkan adanya keseimbangan energi

    negatif yang terjadi pada masa akhir kebuntingan, paska melahirkan dan masa laktasi pada sapipotong dan sapi perah yang dapat menur-unkan sekresi LH dan menunda kembalinya berahi

    (Haresign, 1984; Lucy dkk 1992) ( Tabel 3) . Sapi betina menyusui yang diberi pakan dengan

    energi terbatas menghasilkan korpus luteum subfungsional selama siklus estrus sebelum menjadianestrus (Shrick dkk 1992; Burn dkk, 1997). Pemberian ransum dengan kandungan lemak 5,2%

  • 5/24/2018 Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    http:///reader/full/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans-reproduksi-ternak-sap

    pada sapi perah, sebelum dan sesudah melahirkan meningkatkan ukuran dan jumlah folikel pasca

    melahirkan, mempengaruh konsentrasi hormon steroid sebelum melahirkan dan berat lahir anak

    sapi (Lammoglia dkk, 1996).Tabel 4.3. Pengaruh level Pakan pada pra- dan paska- melahirkan terhadap aktivitas reproduksi

    pada sapi potong sedang menyusui.

    Level pakan pada waktu pra dan paska melahirkan

    Pra Paska Skor kondisi tubuh waktu melahirkan % sapi berahi pada 90 hari paska melahirkan

    Jarak kelahiran sampai berahi pertama ( hari) Periode involusi uterus ( hari)

    Tinggi Tinggi 6,8 95 48 35Tinggi Rendah 6,5 86 43 38

    Rendah Tinggi 4,4 85 65 40

    Rendah Rendah 4,5 22 52 42

    Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa pembatasan pakan pada periode akhir kebuntingan menghasilkan

    penurunan skor kondisi tubuh ( yang merefleksikan cadangan lemak tubuh) dan konsekuensinya

    berdampak terhadap munculnya lagi berahi setelah melahirkan. Skor kondisi tubuh yang baikpada kawin setelah melahirkan adalah diatas dari nilai 5 (skala 1 = sangat kurus sampai 9 =

    sangat gemuk), yang telah dibuktikan dapat menghasilkan tingkat kebuntingan lebih dari 90 %

    pada sapi potong dengan sistem ranch ( Kunkle, Sand dan Rae, 1998). Skor kondisi tubuh

    merupakan indicator yang sangat berguna dan praktis untuk melihat status energi dan performansuntuk kawin kembali setelah melahirkan (Randel 1990).

    Kekurangan energi sebelum melahirkan ( dibawah kebutuhan hidup pokok) sebaiknya

    dihindarkan karena hal ini dapat menyebabkan cekaman metabolic dengan gejala subklinisketosis dan gangguan hati , yang diikuti oleh tingginya kejadian tertinggalnya plasenta,

    endometritis dan rendahnya tingkat kebuntingan setelah masa laktasi ( Lothammer, 1989 ).

    Pengaruh negatif dari ketersedian energi yang tidak cukup akan diperbesar oleh kekurangan

    energi setelah melahirkan. Namun demikian, kelebihan energi pada periode kering sapi perahjuga dapat berdampak buruk terhadap pemulihan kondisi uterus dan tingkat kebuntingan paska

    melahirkan dan menimbulkan gejala subklinis ketosis dan paresis pueperalis (Tabel 4.4).

    Tabel 4.4. Performans reproduksi dan frekuensi penyakit metabolisme pada sapi perah yang

    diberi protein dan energi pada level berbeda pada periode kering .

    Level Pakan : Kelompok I Kelompok II

    Signifikansi

    Hidup Pokok + 16 kg

    (% FCM tinggi) Hidup Pokok + 2 kg( % FCM rendah )

    Lambatnya involusi uterus 53,6 17,2 **

    Endometritis 70,8 26,9 **Folikel cyst 44,8 18,7 *

    Tk kebuntingan dengan 1 atau 2 inseminasi 46,4 74,1 *

    Paresis pueperalis 26,2 6,3 *Subklinis acetonaemia 65,5 45,5 *

  • 5/24/2018 Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    http:///reader/full/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans-reproduksi-ternak-sap

    Pada dua sampai tiga minggu masa laktasi, energi dari berbagai sumber sangat penting untuk

    memulai aktivitas ovarium dan berhubungan dengan masa involusi uterus. Kekurangan energiakan menghasilkan berahi tenang, tertundanya ovulasi dan folikel syst.

    Pada ternak jantan, seperti halnya pada sapi betina, kelebihan atau kekurangan energi harus

    dihindari karena kedua kondisi tersebut berdampak negative terhadap kualitas semen dan prosesspermatogenesis. Telah dibuktikan kekurangan energi yangekstrim akan menyebabkanterlambatnya masa pubertas pada sapi potong dan dapat menghambat produksi spermatozoa

    (Corah , 1987) . Pejantan yang diberi ransum berenergi tinggi mempunyai kualitas semen yang

    lebih rendah dibanding dengan pejantan yang diberi ransum berenergi sedang. Peningkatanenergi ransum dapat mempengaruhi termoregulasi testis dan skrotum melalui pengurangan

    sejumlah panas yang dapat diradiasikan dari leher skrotum , sehingga terjadi peningkatan suhu

    testis dan skrotum yang berdampak terhadap penurunan produksi sperma dan kualitas sperma

    (Coulter, Cook dan Kastelie, 1997; Hafez & Hafez, 2000 )

    Pengaruh Protein Terhadap Performans Reproduksi.

    Pada ternak ruminansia , sebagian besar kebutuhan proteinnya dapat disuplai oleh produksiprotein sendiri ( 70% ) dalam arti protein diproduksi melalui protein mikroba . Namun demikian,

    data dari beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat kebuntingan pada sapi dewasa

    dan heifer dipengaruhi oleh konsumsi protein pada waktu pra - dan paska melahirkan. Data dari

    sapi potong sedang laktasi dan sapi dara yang menerima ransum protein rendah dengan berbagailevel energi selama periode kebuntingan mempunyai tingkat kebuntingan yang lebih rendah

    dibanding kelompok yang mendapat ransum protein tinggi ( Randel, 1990). Hal yang sama

    terjadi pada kelompok sapi yang sedang menyusui, tingkat kebuntingan sangat dipengaruhi olehkecukupan protein dalam ransumnya ( Tabel 4. )

    Namun demikian pengaruh kelebihan protein terhadap services per conception (S/C) dan

    days open pada sapi perah tidak konsisten. Sebagian peneliti melaporkan bahwa kelebihan

    protein ( > 19 % dalam ransum) cenderung meningkatkan angka service per conception ( Jordandan Swanson, 1979) sedangkan sebagian lainya melaporkan kelebihan protein tidak berpengaruh

    terhadap angka S/C ( Howard dkk, 1985 dan Aalserth dkk, 1986).

    Kandungan protein dalam ransum juga dapat meningkatkan konsumsi total ransum (dalam artikonsumsi bahan kering ransum ) sapi perah dengan kisaran dari 0 samapai 2 kg bahan kering /

    hari

    Tabel 4.5. Pengaruh suplementasi ransum protein sebelum melahirkan dan paska melahirkanterhadap persentase (%) tingkat kebuntingan kelompok sapi yang menyusui.

    Status protein dalam ransum

    Cukup Tidak Cukup Signifikan (P) Sumber pustaka

    PRA - MELAHIRKAN

    85 71 0,10 Rasby dkk 1982

    58 21

  • 5/24/2018 Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    http:///reader/full/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans-reproduksi-ternak-sap

    96 82

  • 5/24/2018 Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    http:///reader/full/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans-reproduksi-ternak-sap

    selenium merupakan komponen dari kofaktor dari sistem enzim glutathione peroxidase (GSH-

    Px) yang bertanggung jawab untuk pengaturan ekstra dan intraseluler hydroperoxidase (Burk dan

    Hill, 1993). Pada kondisi kekurangan selenium dan vitamin E, radikal-radikal bebas iniberakumulasi dan tidak hanya merusak membrane sel, tetapi juga mengganggu beberapa proses

    yang berkaitan dengan sistesis steroid, prostaglandin , motilitas sperma dan perkembangan

    embryo (Smith dan Akinbamijo, 2000). Menurut Anke dkk, (1989) , ternak kambing merupakansalah satu ternak yang peka terhadap kekurangan selenium disbanding ternak lainnya. Pengaruhburuk dari ransum yang kurang selenium dapat diobservasi terhadap beberapa fenomena

    reproduksi mulai dari awal munculnya berahi , terjadinya pembuahan sampai produksi susu dan

    performans keturunannya (Tabel 5).

    Tabel 4.6. Pengaruh kekurangan selenium terhadap kejadian proses reproduksi pada kambing

    betina

    Proses Reproduksi Kontrol Kekurangan Selenium PBerahi Terdeteksi Terdeteksi tapi lambat

    Kebuntingan (%) 93 64 P

  • 5/24/2018 Pengaruh Nutrisi Terhadap Performans Reproduksi Ternak Sapi

    http:///reader/full/pengaruh-nutrisi-terhadap-performans-reproduksi-ternak-sap

    prostaglandin Fertilitas rendah, tertundanya / hilangnya berahi, abortus / resorpsi fetus.

    Seng (Zn) Penyusun beberapa metallo-enzim, steroidogenesis, metabolisme karbohidrat dan

    protein. Gangguan spermatogenesis dan perkembangan organ kelamin sekunder pada jantan,berkurangnya fertilitas dan litter size pada spesien multiparous.

    Faktor lainPada kondisi tertentu, beberapa zat yang dikandung tanaman dapat mempengaruhi kesehatan dan

    fertilitas ternak. Masalah kesuburan ternak akan meningkat dengan tinginya nitrat dalam rumput.

    ( Tabel 7) . Kandungan nitrat dalam tanaman berkorelasi positif dengan dengan musim keringdan pemupukan nitrogen. ( Fergusson dan Chalupa, 1989). Jenis rumput yang mempunyai

    kandungan nitrt tinggi adalah famili Cruciferae dan kekurangan energi dapat memperbesar

    dampak negatifnya

    Tabel 4.8. Persentase kejadian penaykit reproduksi dan kesuburan paska melahirkan setelahmerumput pada berbagai level nitrat dalam bahan kering rumput

    Penyakit Konsentrasi NO3 dalam bahan kering (%)

    < 0,30 0,300,50 >0,50Paresis 0 6,1 17,2

    Endometritis 25,0 36,4 44,8

    Tertinggal plasenta 0 13,6 10,3

    Abortus / keturunan lemah 7,1 6,1 3,4