pengaruh model pembelajaran siomatic auditory … · 2021. 4. 12. · kata pengantar alhamdulillah...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIOMATIC AUDITORY
VISUALIZATION INTELLECTUALLY (SAVI) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN PPKN DI SMA NEGERI 6
JENEPONTO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh :
INDAH IKHWANA
105431101216
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : INDAH IKHWANA
NIM : 105431101216
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Judul Penelitian :Pengaruh model pembelajaran SAVI (Siomatic Auditory
Visualization Intellectually) terhadap hasil belajar siswa kelas XI
pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 6 Jeneponto
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila
pernyataan ini tidak benar.
Makassar,16 Januari 2020
Yang membuat pernyataan
Indah Ikhwana
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : INDAH IKHWANA
NIM : 105431101216
Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Judul Penelitian : Pengaruh model pembelajaran SAVI (Siomatic Auditory Visualization
Intellectually) terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata
pelajaran PPKn di SMA Negeri 6 Jeneponto
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demkian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 16 November 2020
Yang membuat pernyataan
Indah Ikhwana
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bermimpilah seakan kau akan hidup selamanya, Hiduplah seakan
kau akan mati hari ini”
Kupersembahkan karya ini untuk :
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
Yang telah memberikan Motivasi dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Indah Ikhwana. 2020, Pengaruh Model Pembelajarn SAVI (Siomatic
Alldotory Visualization Intellectually) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada
Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri 6 Jeneponto. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhajir dan
Pembimbing II Rismawati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah Pengaruh Pendekatan
Belajar SAVI (Somatic Auditory Visual Intellectually) Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran PPKn di kelas XI MIPA di SMAN 6 Jeneponto tahun ajaran
2020/2021.. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimental jenis
kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kelas XI MIPA di SMA Negeri
6 Jeneponto tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah 130 siswa. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan rendom sampling atau dengan cara diundi
karena berjumlah 5 kelas dan peneliti hanya mengambil dua kelas yaitu kelas XI
MIPA 4 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 18 siswa dan kelas XI MIPA 5
sebagai kelas kontrol berjumlah 15 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh hasil bahwa hasil
belajar siswa di kelas eksperimen dengan model pembelajaran SAVI (Somatic,
Auditory, Visual, Intellectual) lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa di kelas
kontrol yaitu dengan rata-rata 90,62 dikelas eksperimen dengan model pembelajaran
SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dan 80,2 di kelas kontrol. Hasil belajar
PPKn yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran SAVI (Siomatic
Alldotory Visualization Intellectually) pada siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 6
Jeneponto mengalami peningkatan sebesar 9,14%. Berdasarkan uji t dapat dilihat
bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat pengaruh
signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar, SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually),
PPKn.
viii
ABSTRACT
Indah Ikhwana. 2020, The Influence of SAVI (Siomatic Alldotory
Visualization Intellectually) Learning Model on Learning Outcomes of Class XI
Students in PPKn Subjects at SMA Negeri 6 Jeneponto. Essay. Pancasila and
Citizenship Education Department, Teacher Training and Education Faculty,
Muhammadiyah University of Makassar. Supervisor I Muhajir and Advisor II
Rismawati.
This study aims to determine whether the influence of SAVI (Somatic
Auditory Visual Intellectually) Learning Approach on Student Learning Outcomes in
PPKn Subjects in class XI MIPA at SMAN 6 Jeneponto academic year 2020/2021 ..
This research is a quantitative type of quasi experimental research. The population of
this study were all class XI MIPA at SMA Negeri 6 Jeneponto in the academic year
2020/2021 with a total of 130 students. The sampling technique in this study used
rendom sampling or by lotion because there were 5 classes and the researchers only
took two classes, namely class XI MIPA 4 as an experimental class totaling 18
students and class XI MIPA 5 as a control class totaling `15 students.
Based on the results of the research and discussion, it was found that the
learning outcomes of students in the experimental class with the SAVI (Somatic,
Auditory, Visual, Intellectual) learning model were higher than the student learning
outcomes in the control class with an average of 90.62 in the experimental class with
the learning model SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) and 80.2 in the
control class. The learning outcomes of PPKn taught using the SAVI (Automatic
Alldotory Visualization Intellectually) learning model in class XI MIPA students at
SMA Negeri 6 Jeneponto increased by 9.14%. Based on the t test it can be seen that
t_count> ttable, then Ho is rejected and Ha is accepted, so there is a significant effect
on student.
Keywords : Learning Outcomes, SAVI (Automatic Alldotory Visualization
Intellectually), PPKn.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi
berbgai karunia dan nikmat yang tak terhingga kepada seluruh makhluk-Nya terutama
kita selaku hamba-Nya. Salam dan salawat kita haturkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad shallalahu Alaihi Wasallam yang merupakan panutan kita sampai akhir
zaman. Dengan keyakinan itu penulis dapat menyelesaikan kewajiban dalam skripsi
penelitian. Meskipun upaya-upaya untuk tersusunnya skripsi penelitian baik telah
dilakukan secara maksimal akan tetapi sebagaimana manusia biasa tentu ada
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
terbuka saya mengaharapkan adanya masukan-masukan yang dapat lebih
menyempurnakan skripsi penelitian ini.
Keberhasilan penyelesaian skripsi penelitian ini ditentukan oleh berbagai faktor.
Oleh karena itu kami ucapkan terimah kasih kepada :
1. Terimah kasih yang tidak terhingga kepada Kedua orang tua saya Ayahanda H.
Sahrir, S. Pdi dan Ibunda Hj. Hamriani, S. Pd., M. Pd yang tercinta terkhusus
yang telah memberikan Pendidikan kedisiplinan, doa, motivasi, dan nasihat
tiada hentinya.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
x
3. Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D selaku dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar
4. Dr. Muhajir, M.Pd selaku ketua prodi PPKn Universitas Muhammadiyah
Makassar
5. Dr. Muhajir, M.Pd dan Rismawati, M.Pd. Selaku dosen pembimbing 1 Dan
dosen pembimbing 2 yang telah memberikan kritik dan saran yang senantiasa
menjadi arah dan dorongan dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.
6. Terimahkasih kepada saudara saya Sofyan, S. Pd dan Agung Laksono yang telah
memberikan motivasi dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat-sahabat terbaik saya yaitu Evitasari, Siska hamzah, Muh Ikhsan, Muh
Ikbal, Ade Parawansah, Nurlindah, Suhermin Sanga, Muh ikhlas, Ibnu Hajar,
Om Irwan, saudara saya Takdir Almufatdsir dan adik-adik saya dikos yang
selalu memotivasi saya untuk selalu mengerjakan skripsi.
8. Terimah kasih terkhusus kepada Endi Zulkaidah yang selalu membersamai
mulai dari awal hingga akhir pada proses bimbingan proposal dan bimbingan
skripsi hingga saya dapat menyelesaikan skripsi.
Akhir kata saya berharap agar Skripsi ini dapat menjadi masukan yang
bermanfaat, khusunya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga segala usaha
kita bernilai ibadah disisi Allah Subhanallahwataala aamiin
Makassar,13 September 2019
Indah Ikhwana
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ................. iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... ................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. ................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... ................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ ................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... ................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ ................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. ................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... ................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... ................. 8
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... ................. 29
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. ................. 32
D. Penelitian Yang Relevan....................................................................................... 32
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................................ ................. 35
B. Populasi dan Sampel ......................................................................... ................. 36
C. Defenisi Operasional Variabel .......................................................... ................. 39
D. Instrumen Penelitian .......................................................................... ................. 40
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ ................. 40
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... ................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. ................. 49
B. Hasil Penelitian ................................................................................. ................. 51
C. Pembahasan...... .................................................................................................. 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... ................. 86
B. Saran .................................................................................................. ................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan kerangka piker ..................................................... 31
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : RPP
Lampiran 2 :Soal Pretest dan Post Test
Lampiran 3 :Daftar Hadir Siswa
Lampiran 3 :Dokumentasi Belajar Daring
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar
menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan kepribadian baik. Hal tersebut
sesuai dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk itu, penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan
pendidikan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nasional Tahun 2003, tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, guna mewujudkan tujuan pendidikan
nasional perlu diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan sangatlah erat kaitannya dengan mutu guru dan mutu
siswa. Guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran merupakan faktor penentu
kunci keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan. Seorang guru yang profesional
tidak cukup hanya dengan menguasai materi pelajaran saja, akan tetapi seorang
2
guru harus mampu mengayomi, menjadi contoh, dan selalu mendorong siswa
untuk lebih baik dan maju.
Peranan guru sangatlah penting dalam menciptakan masyarakat yang
terdidik, dengan merubah gaya belajar pada siswa di dalam kelas. Sekarang ini
metode ceramah sudah tidak dapat digunakan lagi dalam mata pelajaran PPKn,
karena metode tersebut sudah tidak cocok lagi terutama untuk mata pelajaran
Ppkn, metode ceramah sangatlah membosankan sehingga siswa cenderung pasif
dan merasa bosan dengan metode satu arah tersebut. Hal tersebut dikarenakan
guru kurang kreatif. Guru jarang sekali melibatkan semua alat indera yang siswa
miliki sehingga kurangnya rangsangan terhadap siswa tersebut sehingga siswa
tersebut tidak dapat mengeluarkan kreativitasnya dalam kegiatan belajar
mengajarnya. Metode satu arah ini cenderung membuat siswa hanya menghafal
saja tanpa ada tindakan yang nyata.
Selain faktor guru, dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan juga
tidak terlepas dari faktor siswa karena siswa merupakan titik pusat proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan siswa dapat
dilihat pada tingkat hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran seharusnya membuat siswa termotivasi dan tertarik
untuk mengikuti setiap kegiatan pembelajaran. Guru harus mampu memilih
strategi pembelajaran, yaitu dengan cara guru harus memilih strategi pembelajaran
yang mengajak siswa terlibat lebih banyak dalam kegiatan pembelajaran.
3
Menyadari sangat pentingnya peranan PPKn maka keberhasilan siswa
dalam pembelajaran PPKn perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh.
Pembelajaran PPKn dapat dikatakan berhasil apabila siswa aktif mengikuti proses
pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi, hasil belajar PPKn adalah
tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi PPKn
setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh
dari tes hasil belajarnya secara formal maupun secara ilmu.
Namun, masih banyak siswa di SMA Negeri 6 Jeneponto khususnya kelas
XI yang menganggap bahwa PPKn merupakan suatu mata pelajaran sulit.
Berdasarkan hasil observasi selama peneliti melakukan observasi di SMA Negeri
6 Jeneponto selama kurang lebih 2 minggu, dapat diketahui bahwa aktivitas dan
hasil belajar siswa masih rendah. Aktivitas siswa dikelas hanya mencatat dan
menyalin. Siswa cenderung pasif dan hanya beberapa siswa saja yang tergolong
aktif yang memang memiliki kemampuan diatas rata-rata temannya. Selain
rendahnya aktivitas belajar, hasil belajar siswa masih banyak yang mendapatkan
nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Diketahui bahwa Hasil
Ulangan Tengah Semester kelas XI MIPA 4 presentase ketuntasan belajar siswa
yang terjadi adalah 58%, sedangkan presentase ketidak tuntasan belajar siswa
sebesar 42%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih perlu
ditingkatkan lagi agar presentase ketuntasan siswa menjadi lebih baik karena jika
4
presentase ketuntasan belajar meningkat, tingkat pemahaman atau daya serap
siswa terhadap materi yang diajarkan juga meningkat.
Mengatasi masalah tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang membuat
siswa tertarik untuk belajar, dapat memotivasi siswa, dan dapat meningkatkan
hasil belajar PPKn siswa adalah dengan melakukan pembaharuan melalui
penggunaan strategi pembelajaran perlu dikembangkan oleh guru agar proses
pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan dan siswa tertarik untuk
mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tugas guru adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran, untuk itu guru sebagai fasilitator harus mampu
mendorong siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga harus
menjadi motivator, mendorong siswa agar memiliki motivasi yang tinggi dan aktif
pada saat belajar. Segala kemudahan dapat menunjang kegiatan pembelajaran,
dalam hal ini guru dapat memberikan pembelajaran yang mampu mempermudah
siswa untuk belajar.
Mengatasi masalah diatas guru sebaiknya menggunakan strategi
pembelajaran yang dapat memanfaatkan semua alat indra yang siswa miliki serta
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pelajaran PPKn yaitu
melalui strategi pembelajaran Siometic Aldotory Visualization Intellectually
(SAVI)
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur
sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam
5
mengorganisasi proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan mengajar (Sani,
2013:89).
Model pembelajaran Sometic Aldotory Visualization Intellectually (SAVI)
adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa dalam proses pembelajaran
harus memanfaatkan semua alat indra yang siswa miliki. Model pembelajaran
Sometic Aldotory Visualization Intellectually (SAVI) mengandung arti : Siomatic
yaitu belajar dengan menggunakan tubuh atau aktivitas fisik, belajar dengan
mengalami dan melakukan. Auditory belajar dengan berbicara dan mendengar.
Visualization belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Intellectually
belajar haruslah dengan kemampuan berpikir, menggunakan konsentrasi pikiran
dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan
menerapkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Sometic Aldotory Visualization Intellectually
(SAVI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran PPKn di
SMA Negeri 6 Jeneponto”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh model pembelajaran
Sometic Aldotory Visualization Intellectually (SAVI) terhadap hasil belajar siswa
kelas XI pada mata pelajaran PPKn di Sma Negeri 6 Jeneponto ?
6
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran Sometic Aldotory Visualization
Intellectually (SAVI) terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran
PPKn di Sma Negeri 6 Jeneponto
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan secara teoritis mampu memberikan
sumbangan dan bahan rujukan bagi peneliti-peneliti terhadap pembelajaran PPKn
dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Sometic Aldotory
Visualization Intellectually (SAVI)
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI pada mata
pelajaran PPKn
b) Bagi sekolah, sebagai data dan model pemecahan problematik yang
dihadapi guru dalam pembelajaran dan sebagai bahan pertimbangan
penentuan kebijakan untuk meningkatkan mutu guru.
c) Bagi peneliti lain, bagi peneliti sendiri diharapkan dapat memberikan
motivasi bagi penelitian untuk meneliti lebih lanjut tentang hal-hal yang
belum dapat diungkapkan dalam peneliti ini.
7
d) Bagi lembaga, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan
yang berguna bagi lembaga pendidikan khususnya pada tempat
dilaksanakannya penelitian ini, dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan terutama pada bidang studi PPKn.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Pengaruh
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian kata pengaruh. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997), kata pengaruh yakni “daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk
watak kepercayaan dan perbuatan seseorang”. Pengaruh adalah “daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak
kepercayaan dan perbuatan seseorang” (Depdikbud, 2001).
WJS. Poerwardaminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang
berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain
(Poerwardaminta:731).
Bila ditinjau dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh
adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki
akibat atau hasil dan dampak yang ada.
2. Model Pembelajaran Sometic Aldotory Visualization Intellectually (SAVI)
1) Model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI)
Pengertian Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually
(SAVI).
9
SAVI singkatan dari Somatic, Auditoyi, Visual dan Intektual. yang
merupakan pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme yang dapat
menciptakan pemahaman baru yang mendorong siswa untuk berpikir dan
menkonstruksikan pengetahuan sendiri.
Ngalimun menyatakan pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang
dimiliki siswa.
2) Karakteristik Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectually (SAVI)
Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu (Somatic, Auditory,
Visualization dan Intellectually, maka karakteristik belajar model pembelajaran
SAVI ada empat bagian yaitu :
a. Belajar Somatis (Somatic)
Belajar dengan bergerak dan berbuat. “Somatis” berasal dari bahasa Yunani
yang berarti tubuh/soma (seperti dalam psikosomatik). Jadi, belajar somatis
berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktis yang melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Penelitian neurologis
telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan
tubuh adalah dua entitas yang berpisah. Temuan mereka menunjukkan bahwa
pikiran tersebar diseluruh tubuh. Keduanya merupakan suatu sistem elektris,
kimiawi, biologis yang benar-benar terpadu. Jadi, dengan menghalangi somatis
menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dengan belajar, menggunakan tubuh
10
mereka sepenuhnya dengan belajar, kita menghalangi fungsi pikiran mereka
sepenuhnya.
b. Belajar Auditory (Alldotory)
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran auditory kita lebih kuat
daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan
menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara
sendiri dengan berbicara beberapa area penting diotak kita menjadi aktif. Bangsa
Yunani kuno mendorong orang belajar dengan suara lantang lewat dialog.
Filosofi mereka adalah jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja,
bicarakanlah tanpa henti. Belajar auditory merupakan cara belajar standar bagi
semua masyarakat sejak awal sejarah.
Semua pembelajar (terutama yang memiliki kecenderungan auditory yang
kuat) belajar dari suara, dari dialog, dari membaca keras, dari menceritakan
kepada orang lain apa yang baru saja mereka alami, dengar atau di pelajari, dari
berbicara dengan diri sendiri, dari mengingat bunyi dan irama, dari
mendengarkan kaset, dan dari mengulang suara dalam hati. Dalam merancang
pembelajaran yang menarik bagi saluran auditory yang kuat dalam diri
pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka.
c. Belajar Visual (Visualization)
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Ketajaman visual,
meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap
11
orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain.
Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih muda belajar jika dapat
“melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku
atau program komputer. Pembelajaran visual belajar paling baik jika mereka
dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, icon, gambar, dan
gambar dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar.
d. Belajar Intelektual (Intellectually)
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Menurut Dave Meier,
kata “intelektual” merupakan tindakan pembelajar yang yang melakukan sesuatu
dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana,
dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual
adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan
membangun makna.
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan
manusia untuk “berfikir”, dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental,
fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya
sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman
menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman (kita
harap) menjadi kearifan. Pembelajaran SAVI sama dengan gerakan Accelerated
12
Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan Accelerated Learning (AL)
yaitu:
a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
Belajar tidak hanya menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak
kiri”, dan verbal), tetapi juga melibatkan seluruh tubuh atau pikiran dengan
segala emosi, indra dan sarafnya.
b. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan
sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang
pembelajar memadukan pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam
struktur dirinya sendiri yang telah ada.
c. Kerja sama membantu proses belajar
Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya dari pada beberapa
individu yang belajar sendiri-sendiri.
d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara
linear, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik
melibatkan orang pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawa sadar,
mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indra, jalan dalam
sistem total otak/tubuh seseorang.
a) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
13
b) Emosi positif sangat membantu pembelajaran
Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Belajar
yang penuh tekanan, bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar
yang menyenangkan, santai dan menarik hati.
Pembelajaran model SAVI memiliki banyak kelebihan. Hal tersebut dapat
mengindikasikan bahwa perubahan dalam menerapkan model pembelajaran
sangat mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar yang diterapkan dalam
kelas.
Adapun kelebihan dari model pembelajaran SAVI antara lain:
a. Dapat membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui
penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual
b. Siswa termotivasi untuk belajar lebih baik
c. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan
d. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir kritis: mengemukakan pendapat dan
berani menjelaskan jawabannya
e. Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan
psikomotorik siswa
Sedangkan kekurangan model pembelajaran Sometic Aldotory
Visualization Intellectually (SAVI) diantaranya :
a. Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran
b. Banyak guru yang belum mengetahui model pembelajaran Sometic Aldotory
Visualization Intellectually (SAVI)
14
3) Langkah-Langkah Pembelajaran
Menurut Meier (2020), langkah langkah model pembelajaran Siomatic Aldotory
Vizualization Intellectually (SAVI) adalah sebagai berikut :
a) Tahap Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk belajar.
Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi
mereka peranan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal dalam belajar. Hal-hal yang
dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
1) Melakukan apresiasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran (auditory)
2) Membagi kelas dalam beberapa kelompok (somatis)
3) Membangkitkan minat, motivasi siswa dan rasa ingin tahu siswa
(auditory).
b) Tahap Penyampaian (Presentation)
Fungs tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar
yang baru dengan cara yang menarik dan menyenangkan, relevan, melibatkan
panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan materi dengan cara memberi contoh nyata (somatis dan
auditory)
2) Dari contoh guru menjelaskan materi secara rinci (auditory).
15
c) Tahap Pelatihan (Practice)
Tujuan tahap penelitian membantu siswa mengintegrasikan dan
memadukan pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara yaitu
mengajak siswa berpikir, berkata dan berbuat mengenai materi yang baru
dengan aktivitas pelatihan pemecahan soal. Sedangkan fungsi tahap ini adalah
membantu pembelajar mengintegrasi dan menyerap pengetahuan dan
keterampilan baru dengan berbagai cara.Langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap pelatihan adalah sebagai berikut:
1) Memberikan lembar soal untuk diselesaikan dengan berdiskusi sesuai
dengan kelompoknya masing-masing (visual dan intelektual).
2) Meminta beberapa siswa mewakili kelompok untuk menampilkan hasil
pekerjaannya dan meminta yang lain menanggapi hasil pekerjaan
teannya dan memberi kesempatan untuk bertanya (Somatis, auditory,
visual, intelektual).
3) Menilai hasil pekerjaan siswa dan meralat jawaban apabila terdapat
kesalahan terhadap hasil pekerjaannya (auditory).
d) Tahap Penampilan (Performance)
Tujuan dalam penampilan hasil adalah membantu pembelajar menerapkan
dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga pembelajar tetap melekat dan prestasi terus meningkat.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap penampilan adalah sebagai
berikut:
16
1) Memberi suatu evaluasi yang berupa lembar soal untuk mengetahui
dan mengembangkan tingkat pemahaman dan serta keterampilan
siswa setelah proses pembelajaran (somatis dan intelektual).
2) Menegaskan kembali materi yang telah diajarkan kemudian
menyimpulkan dan memberikan tugas (auditory).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif ,
afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Hamalik (2003) menjelaskan bahwa hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-
sikap serta kemampuan peserta didik. Lebih lanjut Sudjana berpendapat bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan
kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang
terorganisasi untuk mengasimilasi stimilus-stimulus baru dan menentukan
hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori.
Agus Suprijono (2011) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input) serta hasil
belajar berupa:
a. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang.
17
b. Strategi motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
c. Keterampilan kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
d. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
4. Pembelajaran PPKn
PPKn merupakan pendidikan yang menyangkut status formal warga negara
yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No. 2 tahun 1949 tentang
naturalisasi, yang kemudian diperbaharui lagi dalam Undang-undang No. 12
Tahun 2006. Mata pelajaran PPKn pada dasarnya mencakup isi tentang konsep
dan nilai pancasila sebagai materi yang harus dipahami, dihayati dan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai usia dan lingkungannya dengan
ruang lingkup norma hukum dan peraturan.
Mata pelajaran PKn ini merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan
untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berlandaskan pancasila,
Undang-undang, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat belum optimal
disampaikan ke siswa.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah yang
memiliki tujuan untuk membentuk warga negara yang baik dan memahami serta
melaksanakan hak-hak serta kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.
18
Kajian materinya adalah membahas mengenai konstitusi, hukum, HAM,
hak dan kewajiban warga negara sehingga dapat terwujud kehidupan demokrasi
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berlandaskan pada
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta norma-norma yang berlaku di
masyarakat 1945 serta norma-norma yang berlaku di masyarakat.
1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Secara ontologi, Pendidikan Kewarganegaraan berkembang dari konsep
“civics”. Secara harfiah, civics berasal dari bahasa Latin “Civicus” yang artinya
warga negara. Secara akademis civics sebagai embrio dari “civics education”,
Kemudian di Indonesia menjadi “Pendidikan Kewarganegaraan”(PPKn).
Berawal dari istilah “Civic Education” diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah “Pendidikan
Kewarganegaraan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesia Center For
Civic Education) dari Universitas Islam Negeri Jakarta, sebagai pengembang
Civic Education pertama di perguruan tinggi.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan
untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjamin kewajiban-kewajiban masyarakat.
Istilah lain yang hampir sama maknanya dengan civics adalah Citizenship.
Dalam hubungan ini Stanley E Dimond, seperti dikutip Somantri, menjelaskan
19
rumusan sebagai berikut : “Citizenship as it relates to school activites has two
fold meanings. In a narrow-sense , citizenship includes only legal status in
country and the activities closely related to the political function-voting,
governmental organization, holding of office, and legal right and
responsibility”(Citizenship sebagaimana berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
sekolah mempunyai dua pengertian dalam sebuah negara, organisasi pemerintah,
mengelola kekuasaan, hak-hak hukum dan tanggun jawab). Dari perspektif ini,
Civics dan citizenship erat kaitanya dengan urusan warga negara dan negara.
Secara Epistemologi Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan erat dengan
aspek Ontologi Pendidikan Kewarganegaraan, karena memang proses
epistemologis, yang pada dasarnya berwujud dalam upaya membangun
pengetahuan bidang kajian ilmiah Pendidikan Kewarganegaraan sudah
seharusnya terkait pada objek pengembangannya. Kegiatan Epistimologi
Pendidikan Kewarganegaraan mencankup metodologi penelitian digunakan
untuk mendapatkan pengetahuan baru. Secara historis-Epistemologis Amerika
Serikat (USA) dapat di catat sebagai negara perintis kegiatan akedemis dan
kurikuler dalam pengembangan konsep dan paradigma “civics”. Pelajaran civics
mulai di perkenalkan pada tahun 1970 dalam rangka meng-amerika-kan bangsa
amerika terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ras, maupun etnik.
Winata Putra menyatakan bahwa selain istilah “civics”, pada tahun 1999
mulai diperkenalkan istilah “citizenship education” dan civic education”. Istilah-
istilah “civics dan “civics education”, lebih cenderung digunakan dalam makna
20
yang serupa untuk mata pelajaran di sekolah yang merupakan suatu lembaga
pendidikan formal yang memiliki tujuan utama untuk mengembangkan siswa
sebagai warga negara yang cerdas dan baik.
Sedangkan istilah “Citizenship education“ lebih cenderung di gunakan
dalam visi yang lebih luas secara informal dan nonformal mulai dari lingkungan
keluarga, organisasi sosial kemasyarakatan sampai pada lingkungan tempat
bekerja, dimana untuk menunjukkan “insruktusional effects” dan “nurturant
effects” dari keseluruhan proses pendidikan terhadap pembentukan karakter
individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik, yang dimaksud untuk
membantu peserta didik menjadi warga negara yang aktif, berwawasan luas dan
bertanggun jawab.
Secara Aksiologi Pendidikan Kewarganegaraan yang sekarang ada di
Indonesia memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan tersebut di tumbuh
kembangkan dalam tradisi Citizenship Education yang tujuannya sesuai dengan
tujuan nasional negara. Namun, secara umum menurut Numan Somantri dalam
pendapatnya diatas tujuan mengembangkan pendidikan kewarganegaraan
(PPKn) adalah agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik, yakni
warga yang memiliki kecerdasan (Civic Intelligence) baik intelektual,
21
emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangsa dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan hubungan warga Negara
serta pendidikan pendahulu bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan Negara. Serta pendidikan pendahulu bela Negara
agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Dari pengertian dan ciri-ciri PPKn diartikan bahwa PPKn merupakan mata
pelajaran yang bertujuan membentuk karakteristik warga Negara dalam hal,
terutama membangun bangsa dan Negara dengan mengandalkan pengetahuan
dan kemampuan dasar dari mata pelajaran PPKn dengan materi pokoknya
demokrasi politik atau peran warga Negara dalam aspek kehidupan.
Pendidikan kewarganegaraan menjadi penting ketika pemerintah
menetapkan PPKn menjadi salah satu mata pelajaran yang diwajibkan untuk
dimuat dalam kurikulum sekolah . Hal ini dilihat dalam Undang-undang No.20
Tahun 2003 yang antara lain mewajibkan isi kurikulum memuat pendidikan
kewarganegaraan yang pada prinsipnya bertujuan membentuk good citizenship
dan menyiapkan warga Negara untuk masa depan.
Hakikatnya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan
22
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela Negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan
bangsa dan Negara. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan
warga Negara sadar bela Negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan,
dan kepekaan mengembangan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan
bangsa (Azyumardi Azra, 2008).
Menurut Numan Soemantri (2001) Pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-
sumber pengetahuan lainnya, positifinfluence pendidikan sekolah, masyarakat,
orang tua, yang keseluruhannya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar
berfikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup
demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian atau usaha salah satu tujuan
pendidikan IPS (Social Science Education) dari berbagai disiplin ilmu-ilmu
social, humaniora, dokumen Negara, terutama Pancasila, UUD1945, dan
perundang Negara dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga
Negara dan yang berkenaan dengan bela Negara. Pada Pasal 39 UU No. 20
Tahun 2003 menegaskan bahwa PPKn merupakan usaha untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahulu bela
Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
23
Negara. Hal senada di kemukakan oleh Numan Soemantri (2001) antara lain
sebagai berikut :
Mata pelajaran PPKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi
politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainya, pengaruh-
pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyrakat dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis,
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis
yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Mata Pelajaran PPKn sebagaimana tercantum dalam susunan kurikulum
PPKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).
Dari pengertian Pendidikan Kewarganegaraan tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mencakup pendidikan politik,
pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, dan pendidikan moral/ karakter
dalam upaya membentuk warga negara yang cerdas, kritis, dan mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya serta bertanggung jawab.Hal ini
24
dimaksudkan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik(good citizen)
sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan penting sebagai tempat
untuk mengembangkan kemampuan, watak, dan karakter warga negara yang
demokratis.Untuk itu PKn dituntut dapat mengembangkan kelas sebagai
laboratorium demokrasi yang menanamkan dan mensosialisasikan nilai-nilai
demokrasi kepada peserta didik. Dengan demikian mata pelajaran PPKn
merupakan proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksudkan
untuk membentuk pandangan seorang warga negara dalam peranannya di dalam
masyarakat (Cholisin, 2000: 17).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan pengertian
Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu
rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang
berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggun jawab sehingga
dapat berperan aktif dalam masyarakat sesuai ketentuan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945.
2) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 agar siswa dapat :
a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi
kewarganegaraan.
25
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-
korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Ahmad Sanusi (dalam Cholisin: 2007) menyebutkan bahwa konsep-konsep
pokok yang lazimnya merupakan tujuan Civic Education pada umumnya adalah
sebagai berikut:
a.) Kehidupan kita di dalam jaminan-jaminan konstitusi.
b.) Pembinaan bangsa menurut syarat-syarat konstitusi.
c.) Kesadaran warga negara melalui pendidikan dan komunikasi politik.
d.) Pendidikan untuk (ke arah) warga negara yang bertanggung jawab.
e.) Latihan-latihan berdemokrasi.
f.) Turut serta secara aktif dalam urusan-urusan publik.
g.) Sekolah sebagai laboratoriun demokrasi.
h.) Prosedur dalam pengambilan keputusan.
i.) Latihan-latihan kepemimpinan.
Dari tujuan yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, diketahui bahwa
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan memuat beberapa hal yang memuat nilai-
26
nilai karakter.Untuk mencapai tujuan tersebut Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki komponen-komponen yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan (civic
knowledge), Keterampilan Kewarganegaraan (civic skill), dan Karakter
Kewarganegaraan (civicdisposition) yang masing-masing memiliki unsur.
Sedangkan tujuan umum Pembelajaran PPKn ialah mendidik warga negara
agar menjadi warga negara yang baik, patiotik, toleran, setia terhadap bangsa
dan negara. Fungsi dari Pelajaran PPKn adalah sebagai wahana untuk
membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia
kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945.
Berdasarkan tujuan di atas, penulis menyimpulkan PPKn bertujuan untuk
membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang
bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab.
Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan siswa menyakini nilai-nilai
Pancasila dan ikut serta dalam berpartisipasi secara aktif dalam segala bidang
serta bertanggun jawab sehingga dapat bertindak cerdas dalam segala kegiatan,
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
27
3) Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
a. Permendiknas No.22 tahun 2006, mata Pelajaran PPKn berfungsi sebagai
wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter
yang setia pada bangsa Indonesia dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Soemantri (2001) fungsi
PPKn sebagai usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk
memberikan kemudahan belajar kepada siswa agar menjadi internalisasi moral
Pancasila dan Pengetahuan Kewarganegaraan untuk melandasi tujuan nasional
yang diwujudkan dalam intergritas pribadi dan perilaku sehari-hari.
b. Berdasarkan fungsi di atas, penulis menyimpulkan PPKn berfungsi sebagai
wahana pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab, dan dalam PKn juga mempunyai proses pembudayaan dan
pemberdayaan dan pemberdayaan peserta didik, melalui pemberian
keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreativitas. Siswa
dalam proses pembelajaran harus dinamis dan mampu menarik perhatian siswa.
4) Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
Sebagai mana layaknya suatu bidang studi yang diajarkan disekolah materi
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Branson (1999) harus mencakup tiga
komponen, yaitu Civic knowledge (Pengetahuan Kewarganegaraan), Civic Skills
(Keterampilan Kewarganegaraan), dan Civic Disposition (Watak
Kewarganegaraan).
28
Komponen pertama, Civic Knowledge “berkaitan dengan kandungan atau
nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara”.Kedua, Civic Skills
meliputi Keterampilan Intelektual (intellectual skills) dan Keterampilan
berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketiga, CivicDisposition (watak-watak kewarganegaraan), komponen ini
sesungguhnya merupakan dimensi yang paling subtansi dan esensial dalam mata
Pelajaran PPKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai
“muara” dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya.
5. Pengertian Belajar
Skinner dalam (Nabisi 2008:1.5) menyatakan bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati. Gagne dalam (Sidiq,2008)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses,
perubahan perilaku, dan pengalaman.
1) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif.
2) Perubahan Perilaku
Belajar adalah perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang
yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya.
29
3) Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara
individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun ligkungan sosial.
Belajar adalah sikap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai akibat suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Slavin
dalam (Anni, 2004) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu
yang disebabkan oleh pengalaman.
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, hakikat belajar merupakan
proses yang dilakukan oleh seorang individu secara sadar melalui latihan (akibat
rangsangan) dan pengalaman.
B. Kerangka Pikir
Uma sekarang dalam bukunya Business Research yang dikutip oleh
Nurchasanah (2014, hlm. 34) menjelaskan bahwa “kerangka berpikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah teridentifikasi sebagai masalah yang penting”.
Pembelajaran PPKn selama ini dapat diketahui bahwa aktivitas dan hasil
belajar siswa masih rendah. Aktivitas siswa di kelas hanya mencatat dan
menyalin, Siswa cenderung pasif dan hanya beberapa siswa saja yang tergolong
aktif yang memang memiliki kemampuan diatas rata-rata temannya. Selain
rendahnya aktivitas belajar, hasil belajar siswa masih banyak yang mendapatkan
nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75.
30
Kesalahan pembelajaran PPKn di sekolah tersebut mengakibatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa tergolong rendah. Pemilihan strategi dalam pembelajaran
PPKn ikut mempengaruhi usaha untuk meningkatkan hasil belajar terhadap
siswa.
Pendekatan Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy (SAVI) adalah
salah satu alternatif strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaraan PPKn. Pendekatan Somatic, Auditory,
Visualization, Intellectualy (SAVI) ini dipilih karena dengan pendekatan ini
siswa dapat lebih aktif dan dengan leluasa menyampaikan ide-idenya saat
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi optimal.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kerangka berpikir sebagai
berikut :
31
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Penggunaan Model Pembelajaran
Sometic Aldotory Visualization Intellectually (SAVI) (X)
s
Keterangan :
1. Variabel (X)
Model Pembelajaran Somatic, Alditory, Visualization, Intellectualy
(SAVI) merupakan salah satu strategi yang mengedepankan seluruh panca
indra dalam proses belajar-mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Hasil Belajar Siswa (Y)
Pengaruh Model Pembelajaran
Sometic Aldotory Visualization Intellectually
(SAVI)
32
2. Variabel (Y)
Hasil belajar merupakan suatu pencapaian siswa setelah melaksanakan
proses belajar-mengajar yang dalam penilaiannya mencakup aspek kognitif,
efektif dan psikomotorik siswa.
Penerapan model Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy (SAVI)
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata
pelajaran PPKn. Berdasarkan penelitian ini, akan diketahui apakah ada pengaruh
yang ditimbulkan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectualy) = variabel X, terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
PPKn = variabel Y, di kelas XI SMA Negeri 6 Jeneponto.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan diatas
maka dapat disusun hipotesis penelitian ini ialah sebagai berikut: “Ada pengaruh
model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy (SAVI)
terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri
6 Jeneponto.
D. Penelitian yang Relevan
Agar landasan dalam penelitian lebih jelas dan kuat, penulis melakukan
penelusuran terhadap penelitian yang terdahulu yang terkait objek yang menjadi
kajian dalam penelitian yang relevan, yaitu :
1. Gede Nova Kusmayuda, Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berorientasi
Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD
33
Gugus V Kecamatan Tejakula. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran SAVI berorientasi PAKEM dapat meningkatkan hasil
belajar IPA pada siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Tejakula.
2. Dimas Wahyu Kurniawan, Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
PPKn Melalui Pendekatan SAVI Pada Peserta Didik Kelas VIII MTS An-Nur
Bandar Jaya Lampung Tengah. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas VIII MTS An-Nur Bandar Jaya, pada materi Pancasila. Ini terlihat dari
peningkatan hasil belajar PPKn peserta didik yang semakin meningkat. Hal ini
terlihat pada perbedaan hasil belajar antara siklus I 60,76%, Siklus II 66,60%
dan Siklus III 84,55%.
3. Wahyu Sumawardani dan Chairil Faif, Efektivitas Model Pembelajaran SAVI
Dalam Pembelajaran PPKn Untuk Mengembangkan Karakter Mandiri Siswa,
Tahun 2013, hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan signifikan
antara hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran SAVI
dengan siswa yang belajar namun tidak menggunakan model pembelajaran
SAVI.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, model pembelajaran SAVI terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada jenjang sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama tidak hanya pelajaran PPKn saja tetapi dapat digunakan
pada mata pelajaran lain, dalam penelitian ini penulis menguji coba model
34
pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) terhadap hasil
belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 6 Jeneponto.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode Quasi Eksperimen. Hamid Darmadi (2014) penelitian
eksperimen merupakan penggambaran secara jelas tentang hubungan antar
variabel, pengumpulan data, dan analisis data, sehingga dengan adanya desain
yang baik peneliti maupun orang lain mempunyai gambaran tentang bagaimana
keterkaitan antara variabel yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang
hendak dilakukan oleh seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian.
Secara historis penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang awalnya
digunakan dalam penelitian alam. Metode ini mempengaruhi metode penelitian
sosial dengan memahami kebenaran dari perilaku yang dapat di observasi.
Desain dalam penelitian ini terdapat variabel bebas yang diklasifikasikan
menjadi dua sisi, yaitu model SAVI (Siomatic Aldotory Visialization
Intellectually) (Y₁) dan model pembelajaran metode ceramah (𝑋₂), sedangkan
variabel terkaitnya adalah hasil belajar XI MIPA (𝑋₂). Dalam penelitin ini
melibatkan dua kelas yaitu kelas XI MIPA 4 yang dijadikan sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI MIPA 5 yang menjadi kelas kontrolyang tidak
diberikan perlakuan seperti kelas eksperimen. Pada kedua kelas diberikan materi
yang sama. Dimana untuk kelas eksperimen adalah kelas XI MIPA 4. Untuk
36
mengetahui hasil belajar kognitif XI MIPA siswa yang diperoleh dari test (post-
test)
Berikut rancangan atau design yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen X₁ Y₁ X₂
Kontrol X₁ Y₂ X₂
Keterangan :
X₁ : pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X₂ : posttes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Y₁ : pembelajaran menggunakan model (Siomatic Aldotory Visualization
Intellectually)
Y₂ : Pembelajaran model ceramah
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Furchan A. dalam Erwin Akib (2006:87) menyatakan: “Populasi dirumuskan
sebagai semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan
secara jelas”.
37
Secara defenitif, populasi diartikan sebagai suatu keseluruhan, manusia,
binatan, rumah, buah-buahan, dan semacamnya, yang paling sedikit karakteristik
atau ciri tertentu yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 6
Jeneponto tahun pelajaran 2019/2020 yaitu kelas XI MIPA I - MIPA 5 dengan
jumlah keseluruhan 130 peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut : yang telah
homogen dan mempunyai karakteristik yang sama.
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
Kelas Jumlah Siswa
XI MIPA 1 26 oraang
XI MIPA 2 26 orang
XI MIPA 3 27 orang
XI MIPA 4 18 orang
XI MIPA 5 15 orang
Jumlah Keseluruhan 112 Orang
Sumber: TU SMAN 6 Jeneponto Tahun Ajaran 2019/2020
2. Sampel
Suharsimi, A., dalam Erwin Akib (2006:88) menyatakan: sampel adalah
pembagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik simple random sampling dikarenakan siswa dianggap
38
memiliki karakteristik yang sama (homogen). Sampel dalam penelitian ini diambil
dari populasi yang dijadikan sampel atau sampel populasi.
Dalam pengambilan sampel peneliti berpedoman pada Suharsimi
Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
jika subyeknya besar (lebih dari 100 orang) dapat menggunakan sampel. Menurutnya
sampel diambil antara 10 % - 15 % hingga 20 % - % atau bahkan boleh lebih dari %
dari jumlah populasi yang ada. (Suharsimi Arikunto,2006:112).
Dalam penelitian ini peneliti mengetahui dua kelas yang rata-rata hampir sama
maka sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA 5 yang jumlahnya 15
peserta didik sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIPA 4 yang berjumlah 18 siswa
sebagai kelas eksperimen. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 33 peserta didik dimana kemampuan dua kelas tersebut mempunyai rata-
rata yang sama.
Sehingga pemilihan sampel tersebut dapat mencerminkan karakteristik
populasi yaitu siswa kelas XI SMAN 6 Jeneponto. Pembagian kelas dan jumlah
siswa di SMAN 6 Jeneponto dapat dilihat pada tabel berikut: 3.2 :
39
Tabel:3.3 Sampel Penelitian
Kelas Jumlah Siswa Ket
MIPA 4 18 orang Kelas eksperimen
MIPA 5 15 orang Kelas kontrol
Jumlah Keseluruhan 33 Orang
Sumber: TU SMAN 6 Jenepoto Tahun Ajaran 2019/2020
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA SMA Negeri 6
Jeneponto yang berjumlah 5 kelas yang telah homogen dan mempunyai
karakteristik yang sama. Sampel yang diambil adalah kelas XI MIPA 4 sebagai
kelas eksperimen.
C. Defenisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas yaitu model pembelajaran Somaticer Auditory, Visualization,
Intellectualy (SAVI)
2. Variabel terkait yaitu hasil belajar siswa Indikator :
a. Hasil belajar aspek kognitif siswa
b. Hasil belajar aspek efektif siswa
c. Hasil belajar aspek psikomotorik siswa
40
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
memperoleh, mengolah, dan menginterprestasikan informasi yang diperoleh dari
para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.
Dalam penelitian ini jelas instrumen yang digunakan adalah berupa test. Sanjaya
(2013: 1) mengemukakan bahwa Instrumen test adalah alat untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran, misalnya
untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai materi pelajaran
tertentu, digunakan test tertulis tentang materi pelajaran tersebut, untuk mengukur
kemampuan subjek penelitian dalam menggunakan alat tertentu, maka digunakan
tes keterampilan menggunakan alat tersebut, dan lain sebagainya. Instrumen tes
yang digunakan pada penelitian ini berupa soal tes pilihan ganda yang relevan
dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah dibuat. Tes terdiri dari tes awal
(pretest) dan tes akhir (post test).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi dimana dengan
menggunakan metode ini peneliti dapat mengumpulkan data dan informasi
mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan dan
proses atau kegiatan yang sedang dilakukan, interaksi antara responden dan
lingkungan dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan
sosial.
41
Dalam teknis pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan observasi
partisipasi yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau
melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti. Melalui kegiatan observasi ini
dirasa mudah mengetahui sejauh mana keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectualy)
Terhadap hasil belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh
peneliti dibantu oleh teman sejawat.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan barang-barang tertulis, dimana di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teknik dokumentasi untuk mengambil data berupa foto, data sekolah, data siswa
dan data nilai mata pelajaran PPKn.
3. Tes
Teknik pengumpulan data yang tepat untuk digunakan peneliti dalam
menilai hasil belajar kognitif siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Jeneponto
adalah Tes. Pada dasarnya tes menurut Aiken dalam buku syahrum dan salim
merupakan instrumen atau alat untuk mengukur perilaku atau kinerja seseorang.
Alat ukur tersebut berupa serangkaian peranyaan yang diajukan kepada masing-
masing subyek yang menuntut penemuan tugas-tugas kognitif.
42
Pengumpulan data melalui tes adalah penelitian ini menggunakan tes
tertulis jenis pilihan ganda sebanyak 10 soal yang telah diuji validitas, daya beda
soal dan indeks kesukarannya. Tujuan dilakukannya tes ini adalah untuk
mengukur hasil belajar siswa kelas XI MIPA baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol yaitu pada ranah kognitif. Aspek kognitif yang diukur dibatasi
hanya pada aspek C1, (mengingat), C2, (memahami), C3, (menerapkan).
a. Uji validitas tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrumen
(tes) menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang
dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Adapun cara untuk
mengetahui validitas tes digunakan rumus korelasi Product moment,
sebagai berikut:
𝑟ₓᵧ =N ∑XY − (∑𝑋)(∑𝑌)
√{𝑁∑𝑥² − (∑𝑋)²}{𝑁∑𝑌² − (∑𝑌)²)}
Keterangan :
гₓᵧ :koefisien validasi soal
𝑋 : Skor butir soal
𝑌 : Skor total butir soal
𝑁 : Jumlah siswa /responden
43
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi, item soal yang dapat
dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel..
b. Uji reliabilitas tes
Reliabilitas adalah ketetapan atau kesenjangan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya. Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang
tinggi apaila instrumen memberikan hasil yang konsisten. Rumus untuk
mencari reliabilitas yang ditemukan Kuder Richardson
𝑟₁₁ = (𝑛
𝑛 − 1) (
𝑆² − ∑𝑝𝑞
𝑆²)
Dimana :
r₁₁ : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsisubjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (1-p)
S² : standar deviasi dari tes
∑𝑝𝑞 : jumlah hasil perkalian antara p dan q
Tes dinyatakan reliabel apabila 𝑟𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 5%.
Kriteria reliabilitas tes sebagai berikut:45
1. 0,00 – 0,20 Reliabilitas sangat rendah
2. 0,21 – 0,40 Reliabilitas rendah
3. 0,41 – 0,60 Reliabilitas sedang
4. 0,61 – 0,80 Reliabilitas tinggi
5. 0,81 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
44
c. Taraf kesukaran soal
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik,
disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya
keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Artinya soal dengan
kategori mudah, sedang, dan sukar secara proporsional. Untuk enentukan
taraf kesukaran digunakan rumus :
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab tes dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peseta tes.
Untuk mengetahui taraf kesukaran tes, maka digunakan kriteria sebagai
berikut:
0,00 – 0,30 : soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 : soal tergolong sedang
0,71 – 1.00 : soal tergolong mudah
d. Daya pembeda soal
Daya beda soal adalah kemampuan suatu butir item hasil belajar
untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya
pembeda soal digunakan rumus, sebagai berikut:
45
𝐷 =𝐵𝐴
𝐽𝐴 -
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Keterangan :
D : daya pembeda soal
JA :banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Kritera tingkat daya pembeda soal adalah sebagai berikut :
D = 0,00 – 0,20 : dikategorikan jelek
D = 0,20 – 0,40 : Dikategorikan cukup
D = 0,40 – 0,70 : dikategorikan baik
D = 0,70 – 1,00 : dikategorikan sangat baik.
F. Teknik Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
belajar PPKn yang diperoleh peserta didik yang terdiri dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, nilai tertinggi (maksimun), dan nilai terendah
(minimum) dengan menggunaksan sistem statistical Package for Social Science
(SPSS) Versi 20.0. Jumlah skor yang diperoleh akan dianalisis untuk
memperoleh nilai hasil belajar, dihitung persentase skor awal tes (pre test) dan
skor test akhir (post test) dan skor test akhir (post test).
46
Kriteria alat evaluasi penilaian yang baik yakni mencerminkan
kemampuan yang sebenarnya dari tes yang dievaluasi. Maka alat evaluasi
tersebut harus memiliki kriteria sebagai berikut: menganalisis data penelitian
merupakan suatu langkah yang sangat kritis. Untuk analisis data dengan statistik,
model analisis yang digunakan harus relevan dengan (1) jenis data yang akan
dianalisis (2) tujuan penelitian (3) hipotesis yang akan di uji (4) rancangan
penelitiannya.
Analis data dilakukan setelah data dari sampel melalui instrumen
terkumpul. Dalam penelitian eksperimen, teknik analisa data yang digunakan
adalah uji statistik. Melalui uji statistik ini, dapat digunakan untuk menghitung
data-data yang diperoleh dan dianalisis.
Setelah data variabel yang diperlukan terkumpul, terlebih dahulu peneliti
melakukan uji persyaratan analisis yang meliputi:
1. Uji normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah Liliefors dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pengamatan 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3,.....𝑋𝑛 dijadikan bilangan baku Z₁, 𝑍2,
𝑍3,......,𝑍𝑛 dengan menggunakan rumus
Zi = 𝑥𝑖−�̅�
𝑆
Dengan :
�̅� : nilai rata-rata
S : simpangan baku sampel
47
b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang F(𝑍𝑖)=P(Z ≤ 𝑍𝑖)
c. Selanjutnya dihitung proporsi 𝑍1, 𝑍2, 𝑍3, … … 𝑍𝑛 yang lebih kecil atau
sama dengan 𝑍𝑖. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (𝑍𝑖), maka:
S (𝑍𝑖), 𝑎𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑍1,𝑍2,𝑍3,………𝑍𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ≤𝑍𝑖
𝑛
d. Hitung selisish F(𝑍𝑖)- S(𝑍𝑖), kemudian ditentukan harga mutlaknya
e. Ambil harga yang paling besar dari harga-harga mutlak selisih
tersebut.
f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka 𝐿0 dapat
dibandingkan dengan harga kritis L yang diambil dari daftar tabel
untuk taraf nyata 𝛼=0,05, dengan kriteria:
Jika 𝐿0 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka sampel berdistribusi normal.
Jika 𝐿0 > 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka sampel tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Persyaratan uji parametrik selanjutnya adalah homogenitas data.
Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi
dengan varians yang homogen. Uji homogenitas dapat dihitung
menggunakan rumus:
𝐹𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
48
Jika 𝐹𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻𝑜 diterima berarti varians kedua populasi
homogen. Jika 𝐹𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻0 ditolak berarti varians kedua populasi
tidak homogen.
3. Uji Hipotesis Penelitian
Dengan rumus yaitu:
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 𝑥1̅̅̅̅ −𝑥2̅̅̅̅
√( 1𝑛1
)+( 1𝑛2
)𝑠
Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
S²=𝑆² =(𝑛1−1)𝑆1
2+(𝑛2−1) 𝑠2
2
𝑛1+𝑛2−2
Dengan :
𝑛1 : ukuran kelas eksperimen
𝑛2 : ukuran kelas kontrol
𝑡 : distribusi t
𝑥1̅̅̅ : nilai rata-rata kelas eksperimen
𝑥2̅̅ ̅ : nilai rata-rta kelas kontrol
𝑠12 : Varians kelas eksperimen
𝑠22 : Varians kelas kontrol
𝑠² : Varians gabungan
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 4.1
Lokasi Penelitian SMA Negeri 6 Jeneponto
SMA Negeri 6 Jeneponto merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas
yang terletak di, Kelurahan Tolo, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto
Provinsi Sulawesi Selatan. SMA Negeri 6 Jeneponto memiliki luas tanah 17.513
m². Gedung-gedung yang dimiliki dari 30 ruas kelas, 1 Ruang Kepala Sekolah,
1 Ruang Wakil Kepala Sekolah, 1 Ruang Operator, 1 Ruang Kepala Tata Usaha,
1 Ruang Pelayanan Administrasi, 2 Gudang, 1 Ruang Tamu, 1 Dapur, 1 Ruang
Kepala Perpustakaan, 1 Ruang Penyimpanan Buku, 1 Ruang Perpustakaan, 1
Mushollah, 1 Ruang Guru Bk, 1 Ruang Kongseling, 1 Laboratorium Ipa (Fisika,
50
Kimia dan Biologi), 2 laboratorium komputer, 1 Aula, 2 Ruang uks, 1 Gudang
Olahraga, 14 Kamar Mandi /wc, 6 Ruang Sekretariat Organisasi Siswa, 8 Petak
Kantin, 6 Petak Perumahan Guru dan 1 Pos Keamanan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan model
pembelajaran SAVI (Siomatic Aldotory Visualization Intellectually) untuk
melihat terdapat atau tidak pengaruh hasil belajar, dan menempatkan subjek
penelitian pada dua kelas, yakni kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran SAVI (Siomatic Aldotory Visualization Intellectually) yaitu kelas
XI MIPA 4 dengan jumlah siswa 18 orang dan kelas kontrol yang diajarkan
dengan menerapkan metode ceramah yaitu kelas XI MIPA 5 dengan jumlah
siswa sebanyak 15 orang.
Pada kegiatan penelitian siswa diberikan pretes dan postes, namun
sebelum tes tersebut diberikan kepada siswa, terlebih dahulu tes tersebut
dilakukan uji coba untuk dapat melihat bagaimana tingkat validitas tes,
reliabilitas tes, tingkat kesukaran tes, dan daya pembeda tes yang nantinya akan
diberikan kepada siswa.
Setelah itu siswa diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal
siswa, selanjutnya siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) dan diakhir
siswa diberikan postes berupa tes objektif yang berjumlah 10 butir soal.
Sehingga peneliti dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran SAVI
(Siomatic Alldotory Visualization Intellectually).
51
B. Hasil Penelitian
1. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Siomatic, Aldotory, Visualization,
Intellectually) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran
PPKn di SMA Negeri 6 Jeneponto
Peneltian yang dilaksanakan di SMA Negeri 6 Jeneponto melibatkan dua
kelas dengan memberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda pada kedua
skelas. Kelas XI MIPA 4 sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan berupa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI (Siomatic
Aldotory Visualization Intellectually) dan kelas XI MIPA 5 sebagai kelas kontrol
diberi perlakuan berupa pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional (metode ceramah).
Sebelum diadakan penelitian, maka tes yang akan dijadikan instrumen
penelitian diuji coba terlebih dahulu sebanyak 10 soal. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.
Dari hasil uji coba tes yang dilakukan di SMAN 6 Jeneponto diperoleh
bahwa hasil uji validitas diketahui dari 10 soal dinyatakan valid. Dengan
demikian 10 soal tersebut dijadikan instrumen dalam penelitian ini.
Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu diadakan pretes kepada
kedua kelas yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa pada mata
pelajaran PPKn sebelum melakukan perlakuan model pembelajaran SAVI
(Siomatic Aldotory Visualization Intellectually), dari hasil keseluruhan pretes
yang dilakukan di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang rendah
52
begitupun dengan pretes kemampuan awal siswa di kelas kontrol, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan
awal (Pretest) kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini berarti sebelum
diberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas tersebut adalah sama.
Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen
diberi perlakuan model pembelajaran SAVI (Siomatic Aldotory Visualization
Intellectually) yang merupakan model pembelajaran yang menekankan bahwa
belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa agar dapat
menciptakan pemahaman baru yang mendorong siswa untuk berfikir. Sedangkan
kelas kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional (metode
ceramah).
Setelah dilakukan perlakuan (metode pembelajaran) yang berbeda, maka
kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata yang sangat meningkat setelah
diberlakukan model pembelajaran SAVI (Siomatic aldotory visualization
intellectually), sedangkan untuk kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata yang
cukup.
Sehingga dapat diketahui bahwa ada pengaruh dari model pembelajaran
SAVI (Siomatic aldotory visualization intellectually) terhadap hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran SAVI
(Siomatic aldotory visualization intellectually) lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
yang konvensional (metode ceramah).
53
Secara umum dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas
eksperimen yang diterapkan model pembelajaran SAVI (Siomatic aldotory
visualization intellectually) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang
diterapkan metode ceramah. Model pembelajaran SAVI (Siomatic aldotory
visualization intellectually) merupakan model pembelajaran yang dapat
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa serta dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
PPKn melalui model pembelajaran SAVI (Siomatic aldotory visualization
intellectually).
2. Uji Validitas Tes
Validitas adalah suatu derajat ketepatan/kelayakan instrumen yang
digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur serta sejauh mana instrumen
tersebut menjalankan fungsi pengukurannya. Untuk menghitung validitas soal
digunakan rumus korelasi Product Moment. Dari tabel uji validitas tes, dapat
dihitung untuk soal nomor satu sebagai berikut:
Tabel. 4.1 Hasil Belajar Siswa
Responden Soal Jumlah
(y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 9 8 7 8 7 10 8 9 8 8 82
2 8 8 5 8 9 8 9 10 7 8 80
3 8 8 6 7 5 9 8 9 8 7 75
4 8 7 8 9 8 9 8 9 7 8 81
5 7 8 6 9 8 9 8 9 8 8 80
6 7 8 7 8 6 9 8 9 8 9 79
7 8 9 7 8 9 8 8 8 7 9 81
8 9 10 8 9 9 10 9 9 10 9 92
54
9 8 8 8 9 8 10 9 9 7 9 85
10 8 8 7 7 10 9 9 10 9 9 86
11 10 9 8 9 9 9 8 10 9 9 90
12 8 7 6 8 9 10 8 8 7 10 81
13 9 8 5 8 9 10 8 8 7 10 82
14 8 0 9 8 8 9 8 10 8 9 77
15 8 9 8 9 9 10 8 7 7 9 84
16 8 7 9 5 8 8 9 8 6 8 76
17 8 9 5 8 9 10 6 8 7 7 77
18 9 8 5 8 8 9 8 10 8 8 81
∑X 148 139 124 145 148 166 147 160 138 154
∑Y 1469
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden
atau N=18, Sedangkan ∑X (Skor Butir Soal) yang merupakan jumlah dari
keseluruhan nilai dari soal nomor 1, yang berjumlah 148 dan ∑Y (Skor total
butir soal) yang merupakan jumlah nilai dari keseluruhan soal 1 sampai 10
yang berjumlah 1469.
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa
∑x² Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 81 64 49 64 49 100 64 81 64 64 6724
2 64 64 25 64 81 64 81 100 49 64 6400
3 64 64 36 49 25 81 64 81 64 49 5625
4 64 49 64 81 64 81 64 81 49 64 6561
5 49 64 36 81 64 81 64 81 64 64 6400
6 49 64 49 64 36 81 64 81 64 81 6241
7 64 81 49 64 81 64 64 64 49 81 6561
8 81 100 64 81 81 100 81 81 100 81 8464
9 64 64 64 81 64 100 81 81 49 81 7225
10 64 64 49 49 100 81 81 100 81 81 7396
11 100 81 64 81 81 81 64 100 81 81 8100
12 64 49 36 64 81 100 64 64 49 100 6561
55
13 81 64 25 64 81 100 64 64 49 100 6724
14 64 0 81 64 64 81 64 100 64 81 5929
15 64 81 64 81 81 100 64 49 49 81 7056
16 64 49 81 25 64 64 81 64 36 64 5776
17 64 81 25 64 81 100 36 64 49 49 5929
18 81 64 25 64 64 81 64 100 64 64 6561
1226 1147 886 1185 1242 1540 1209 1436 1074 1330 120233
∑x² ∑x² ∑x² ∑x² ∑x² ∑x² ∑x² ∑x² ∑x² ∑x² ∑Y²
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa ∑X² pada soal nomor satu
adalah 1226 yang dimana ∑X² adalah Jumlah nilai keseluruhan dari 18 responden dari
tiap soal yang dikuadratkan salah satu contoh pada soal nomor satu yang dimana pada
responden ke 18 memperoleh nilai 9 sehingga dapat diperoleh nilai ∑X² pada responden
ke 18 adalah ∑X² = ∑9²= 81 Sedangkat Nilai ∑Y² pada keseluruhan soal adalah
120233 yang dimana ∑Y² adalah jumlah nilai keseluruhan dari soal atau jumlah
keseluruhan dari nilai ∑X² pada seluruh soal.
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa
∑XY Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 738 656 574 656 574 820 656 738 656 656
2 640 640 400 640 720 640 720 800 560 640
3 600 600 450 525 375 675 600 675 600 525
4 648 567 648 729 648 729 648 729 567 648
5 560 640 480 720 640 720 640 720 640 640
6 553 632 553 632 474 711 632 711 632 711
7 648 729 567 648 729 648 648 648 567 729
8 828 920 736 828 828 920 828 828 920 828
9 680 680 680 765 680 850 765 765 595 765
10 688 688 602 602 860 774 774 860 774 774
11 900 810 720 810 810 810 720 900 810 810
12 648 567 486 648 729 810 648 648 567 810
56
13 738 656 410 656 738 820 656 656 574 820
14 616 0 693 616 616 693 616 770 616 693
15 672 756 672 756 756 840 672 588 588 756
16 608 532 684 380 608 608 684 608 456 608
17 616 693 385 616 693 770 462 616 539 539
18 729 648 405 648 648 729 648 810 648 648
∑XY 12110 11414 10145 11875 12126 13567 12017 13070 11309 12600
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa julah ∑XY (skor butir soal X
skor total butir soal ) pada soal nomor satu dari 18 responden yaitu 12110
Tapal 4.4 Hasil Belajar Siswa
(∑x)² 21904 19321 15376 21025 21904 27556 21609 25600 19044 23716
∑XY 12110 11414 10145 11875 12126 13567 12017 13070 11309 12600
∑x² 1226 1147 886 1185 1242 1540 1209 1436 1074 1330
N 18
N ∑XY 217980 205452 182610 213750 218268 244206 216306 235260 203562 226800
N∑x² 22068 20646 15948 21330 22356 27720 21762 25848 19332 23940
∑Y² 120233
N∑y² 2164194
(∑y)² 2157961 N ∑XY-∑X∑Y
568 1261 454 745 856 352 363 220 840 574
N∑X²-(∑X)² 164 1325 572 305 452 164 153 248 288 224
N∑Y²-(∑Y)² 6233
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, Jumlah ∑(X)² pada soal nomor
satu yang dimana nilai ∑X adalah 148 sehingga dapat diketahui bahwa nilai ∑(X)² =
∑(148)² = 21904, Jumlah ∑XY pada soal nomor 1 adalah 12110, ∑x² pada soal
nomor satu adalah 1226, jumlah N∑XY pada soal nomor satu adalah 217980,
Jumlah N∑x² pada soal nomor satu adalah 22068, jumlah N∑y² pada keseluruhan
soal adalah 2164194, jumlah (∑y)² pada seluruh soal adalah 120233, Jumlah nilai
N∑XY∑X∑Y pada soal nomor satu adalah 568, Jumlah nilai N∑X²-∑(X)² pada
57
soal nomor satu adalah 164 sedangkan jumlah nilai N∑Y²(∑Y)² pada soal adalah
6233
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur
yang digunakan peneliti untuk mengukur apa yang akan di ukur. Uji validitas digunakan
untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu soal yang akan di sajikan.
Keterangan :
гₓᵧ : koefisien validasi soal
𝑋 : Skor butir soal
𝑌 : Skor total butir soal
𝑁 : Jumlah siswa /responden
Jadi:
𝑋 : 148
𝑌 : 1469
𝑁 : 18
𝑟ₓᵧ =N ∑XY − (∑𝑋)(∑𝑌)
√{𝑁∑𝑥² − (∑𝑋)²}{𝑁∑𝑌² − (∑𝑌)²)}
𝑟ₓᵧ =18(12110) − (148)(1469)
√{18(1226) − (21904)}{18(120233) − (2157961)}
𝑟ₓᵧ =217980 − 217412
√{164}{6233}
𝑟ₓᵧ =568
√1022212
58
𝑟ₓᵧ =568
1011,045
𝑟ₓᵧ = 0,561
Dengan demikian, untuk soal nomor 1 diperoleh harga 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=0,561
dan pada taraf signifikan = 0,05 maka soal no 1 dinyatakan valid. Dengan
menggunakan rumus yang sama, maka dapat dicari validitas untuk setiap butir
soal berikutnya.
Perhitungan selengkapnya tentang validitas tes terdapat pada lampiran.
3. Uji Reliabilitas Tes
Setelah perhitungan validitas, selanjutnya perhitungan untuk mencari
reliabilitas tes. Untuk mencari reliabilitas tes nomor 1 dapat reliabilitasnya
sebagai berikut :
𝑟₁₁ = (𝑛
𝑛 − 1) (
𝑆² − ∑𝑝𝑞
𝑆²)
Dimana :
r₁₁ : reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsisubjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
S² : standar deviasi dari tes
∑𝑝𝑞 : jumlah hasil perkalian antara p dan q
Tes dinyatakan reliabel apabila 𝑟𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 5%.
59
Kriteria reliabilitas tes sebagai berikut:45
1. 0,00 – 0,20 Reliabilitas sangat rendah
2. 0,21 – 0,40 Reliabilitas rendah
3. 0,41 – 0,60 Reliabilitas sedang
4. 0,61 – 0,80 Reliabilitas tinggi
5. 0,81 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa
Responden Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
2 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 6
3 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
4 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 5
5 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 5
6 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 5
7 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 5
8 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
9 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6
10 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 6
11 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 6
12 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 5
13 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 5
14 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6
15 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4
16 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4
18 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4
Jumlah 6 9 4 9 8 10 12 12 12 13 95
Rata-rata 0,33 0,50 0,22 0,50 0,44 0,56 0,67 0,67 0,67 0,72
Keterangan : Benar (1), Salah (0)
60
Dari tabel diatas Product Moment , diketahui nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk n=18
pada taraf nyata 𝛼 = 0,05 didapat 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,444. Dengan membandingkan harga
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑠𝑛 reliabilitas butir tes dengan kriteria 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,42<0,444). Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut secara
keseluruhan sudah reliabel, dengan kategori tingkat reliabilitas Rendah.
Perhitungan selengkapnya tentang reliabilitas tes.
Maka :
N = 18
P = 95
Q = 85
∑𝑦 = 1469
∑𝑦2 = 120233
∑𝑃𝑄 = 11,94
𝑆² =𝑛∑𝑦2−(∑𝑦)2
𝑛(𝑛−1)=
18(120233)−(1469)²
18(18−1)=
2164194−2157961
306=
6233
306=20,36
𝑟₁₁ = (𝑛
𝑛 − 1) (
𝑆² − ∑𝑝𝑞
𝑆²)
𝑟₁₁ = (18
18 − 1) (
20,36 − 11,94
20,36)
𝑟₁₁ = (18
17) (
8,42
20,63)
𝑟₁₁ = (1,05)(0,40)
𝑟11 = 0,42
61
Dari tabel Product Moment , diketahui nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk n=18 pada taraf
nyata 𝛼 = 0,05 didapat 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,444. Dengan membandingkan harga
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,𝑑𝑖𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑠𝑛 reliabilitas butir tes dengan kriteria 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,42<0,444). Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut secara
keseluruhan sudah reliabel, dengan kategori tingkat reliabilitas Rendah.
Perhitungan selengkapnya tentang reliabilitas tes.
4. Uji Taraf Kesukaran Soal
Indeks kesukaran tes soal nomor 1 dapat dihitung dengan menggunakan
rumus
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : jumlah siswa yang menjawab tes dengan benar
JS : jumlah seluruh siswa peseta tes.
Untuk mengetahui taraf kesukaran tes, maka digunakan kriteria sebagai
berikut:
0,00 – 0,30 : Soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 : Soal tergolong mudah
0,71 – 1.00 : Soal tergolong sangat mudah
62
Tabel 4.6
Responden Soal
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
2 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 6
3 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
4 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 5
5 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 5
6 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 5
7 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 5
8 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 6
9 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6
10 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 6
11 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 6
12 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 5
13 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 5
14 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6
15 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4
16 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 5
17 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4
18 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4
Jumlah 6 9 4 10 8 10 12 12 12 12 95
Rata-rata 0,33 0,50 0,22 0,56 0,44 0,56 0,67 0,67 0,67 0,67
Keterangan : 1(Benar), 0 (Salah)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa JS atau jumlah siswa yaitu sebanyak
18 dan jumlah nilai (B) dari soal nomor 1 yaitu 6 dengan rata-rata 0,33.
Maka:
B= 6
JS= 18
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆 =
6
18 = 0,33
63
Tingkat kesukaran soal nomor 1 berada 0,31 – 0,70 merupakan tes dengan
kriteria tergolong Mudah. Perhitungan selengkapnya tentang uji taraf kesukaran soal .
No Indeks Kesukaran Jumlah Siswa Keterangan
1 0,33 18 Mudah
2 0,50 18 Mudah
3 0,22 18 Sukar
4 0,56 18 Mudah
5 0,44 18 Mudah
6 0,56 18 Mudah
7 0,67 18 Mudah
8 0,67 18 Mudah
9 0,67 18 Mudah
10 0,67 18 Mudah
Berdasarkan tabel diatas, digambarkan bahwa soal no 1 memiliki indeks
kesukaran soal yaitu 0,67 dengan jumlah siswa 18 maka soal dapat dikategorikan
mudah sedangkan indeks kesukaran soal pada nomor 3 yaitu 0,22 dengan jumlah
siswa 18 maka soal dapat dikategorikan sukar.
5. Uji Daya Beda Soal
Daya beda soal adalah kemampuan suatu butir item hasil belajar untuk dapat
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Uji daya pembeda tes digunakan untuk melihat apakah tes
disusun dapat dibedakan antara kemampuan siswa yang berkemampuan rendah
64
dengan siswa yang berkemampuan tinggi, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut diperoleh hasil perhitungan soal nomor 1 :
𝐷 =𝐵𝐴
𝐽𝐴 -
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Keterangan :
D : daya pembeda soal
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Kritera tingkat daya pembeda soal adalah sebagai berikut :
D = 0,00 – 0,20 : dikategorikan kurang
D = 0,20 – 0,40 : dikategorikan cukup
D = 0,40 – 0,70 : dikategorikan baik
D = 0,70 – 1,00 : dikategorikan sangat baik.
65
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa
Responden Soal
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
3 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
4 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1
5 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
6 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
7 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
8 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
Jumlah 7 7 5 6 6 6 7 6 6 7
Rata-rata 0,78 0,78 0,56 0,67 0,67 0,67 0,78 0,67 0,67 0,78
1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
2 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1
3 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0
4 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
5 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
6 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0
7 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1
8 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
9 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0
Jumlah 3 4 4 2 4 5 3 4 4 3
Rata-rata 0,33 0,44 0,44 0,22 0,44 0,56 0,33 0,44 0,44 0,33
D 0,44 0,33 0,11 0,44 0,22 0,11 0,44 0,22 0,22 0,44
Keterangan : Benar(1), Salah (0)
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa banyaknya peserta
kelompok atas atau JA sebanyak 9 orang dan jumlah peserta kelas bawah atau JB
yaitu sebanyak 9 orang dan bayaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
nomor 1 dengan benar atau BA yaitu sebayak 7 orang siswa dan banyaknya
peserta kelompok bawah yang mejawab soal dengan benar atau BB yaitu
sebanyak 3 orang siswa.
66
Maka untuk melakukan Uji daya pembeda tes digunakan untuk melihat
apakah tes disusun dapat dibedakan antara kemampuan siswa yang
berkemampuan rendah dengan siswa yang berkemampuan tinggi, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut diperoleh hasil perhitungan soal nomor 1 :
Maka :
JA : 9
JB : 9
BA : 7
BB : 3
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
D = 7
9−
3
9
D = 0,77 − 0,33
D = 0,44
Dengan merujuk pada kriteria daya beda soal, maka daya beda soal
nomor 1 berada pada rentang 0,40-0,70 dengan demikian soal nomor 1
tergolong baik.
Tabel 4.9 Daya Beda Soal Siswa
No BA BB JA JB D Kategori
1 7 6 9 9 0,44 Baik
2 7 5 9 9 0,33 Kurang
3 5 5 9 9 0,11 Kurang
4 6 7 9 9 0,44 Baik
5 6 5 9 9 0,22 Kurang
67
6 6 4 9 9 0,11 Kurang
7 7 6 9 9 0,44 Baik
8 6 5 9 9 0,22 Kurang
9 6 5 9 9 0,22 Kurang
10 7 6 9 9 0,44 Baik
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui banyaknya peserta kelompok
atas yang menjawab soal dengan benar pada soal nomor 1 yaitu 7 orang siswa dan
banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar sebanyak 3
oran siswa dan JA sebanyak 9 dan JB yaitu banyaknya peserta kelompok bawah
yaitu sebanyak 9 dengan daya pembeda soal sebanyak 0,44 dikategorikan Baik.
6. Deskripsi Nilai Siswa Kelas Eksperimen (Menggunakan Model Siomatic
Alldotory Visualization Intellectualy)
Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada mata
pelajaran PPKn di kelas kontrol dan eksperimen. Berikut disajikan tabel nilai
pretest siswa kelas eksperimen.
Tabel 4.10 Data Nilai Kelas Eksperimen
No Nama Kelas Eksperimen
KKM Pretest Posttest
1 AA 77 85
75
2 MIJK 70 80
3 FNA 62 80
4 SD 78 85
5 HR 75 75
6 SA 70 80
7 NA 76 80
8 AR 85 90
9 MRN 78 85
68
10 PT 79 85
11 NS 80 90
12 NV 75 85
13 MN 70 80
14 MAAF 76 80
15 EW 80 90
16 PS 73 82
17 NAA 70 81
18 FT 76 80
Jumlah 1350 1493
Rata- rata 75 82,94
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa pretest yang
dilakukan utuk mengetahui kemampuan awal siswa ada mata pelajaran PPK di
kelas eksperimen yaitu dari responden yang pertama dengan nilai pretest
sebanyak 77 dan jumlah nilai posttest sebanyak 86 maka sangat jelas bahwa ada
pengaruh setelah mengguakan model pembelajara SAVI (siomatic, alldotory,
visualizatio, intellectually). Jumlah nilai rata-rata dari keseluruhan kelas
ekperimen pada saat pretest itu sebanyak 75 dan setelah melakuka perlakuan
maka rata-rata jumlah nilai posttest berjumlah 82,94
Tabel 4.11 Hasil Pretest siswa kelas Eksperimen
Statistics
Pretest Eksperimen
N Valid 18
Missing 0
Mean 75,00
Std. Error of Mean 1,231
Median 76,00
Mode 70
Std. Deviation 5,224
69
Variance 27,294
Range 23
Minimum 62
Maximum 85
Sum 1350
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata
dari pretest kelas eksperimen yaitu 75 dengan standar deviasi 27,294 dan median
sebanyak 76,00
Tabel 4.12
Pretest Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
62 1 5,6 5,6 5,6
70 4 22,2 22,2 27,8
73 1 5,6 5,6 33,3
75 2 11,1 11,1 44,4
76 3 16,7 16,7 61,1
77 1 5,6 5,6 66,7
78 2 11,1 11,1 77,8
79 1 5,6 5,6 83,3
80 2 11,1 11,1 94,4
85 1 5,6 5,6 100,0
Total 18 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil pretes pada kelas
eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 75 dengan nilai terendah yaitu 62
sebanyak 1 orang dan nilai tertinggi sebesar 85 sebanyak 1 orang dan terdapat
16 orang siswa yang nilainya telah mencapai KKM yaitu 75.
70
7. Deskripsi Nilai Postes Siswa Kelas Eksperimen (menggunakan model SAVI
(Siomatic Alldotory Visualization Intellectually))
Posttes dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Posttes bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Berikut ini adalah hasil posttes hasil kelas eksperimen.
Tabel 4. 13 Data Nilai Kelas Eksperimen
No Nama Kelas Eksperimen
KKM Pretest Posttest
1 AA 77 85
75
2 MIJK 70 80
3 FNA 62 80
4 SD 78 85
5 HR 75 75
6 SA 70 80
7 NA 76 80
8 AR 85 90
9 MRN 78 85
10 PT 79 85
11 NS 80 90
12 NV 75 85
13 MN 70 80
14 MAAF 76 80
15 EW 80 90
16 PS 73 82
17 NAA 70 81
18 FT 76 80
Jumlah 1350 1493
Rata- rata 75 82,94
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa jumlah dari responden
satu pada soal nomor 1 yaitu dengan nilai 77 dan jumlah nilai posttest setelah
melakukan perlakuan yaitu sebanyak 85. Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui
71
bahwa model pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually)
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PKn di
SMA Negeri 6 Jeneponto.
Tabel 4.14 Hasil Post Test siswa kelas eksperimen
Statistics
Posttest Eksperimen
N Valid 18
Missing 0
Mean 82,94
Std. Error of Mean ,988
Median 81,50
Mode 80
Std. Deviation 4,193
Variance 17,585
Range 15
Minimum 75
Maximum 90
Sum 1493
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil post test pada kelas
eksperimen diperoleh nilai rata-rata atau (Mean) yaitu 82,94 dengan nilai
terendah yaitu 75 sebanyak 1 orang dan nilai tertinngi dengan nilai 90 sebanyak
3 orang dan 14 siswa lainnya telah mencapai KKM yaitu 75.
Hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen disajikan pada tabel
sebagai berikut.
72
Tabel 4.15 Ringkasan Nilai Kelas Eksperimen
Statistics
Pretest Eksperimen Posttest Eksperimen
N Valid 18 18
Missing 0 0
Mean 75,00 82,94
Std. Error of Mean 1,231 ,988
Median 76,00 81,50
Mode 70 80
Std. Deviation 5,224 4,193
Variance 27,294 17,585
Range 23 15
Minimum 62 75
Maximum 85 90
Sum 1350 1493
Pada tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre-test kelas
eksperimen 75,00 dan setelah diberikan perlakuan dengan diajarkan model
pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) diperoleh
dengan nilai rata-rata 82,94. Hal ini dapat dinyatakan bahwa model
pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PPKn di
SMA Negeri 6 Jeneponto.
8. Deskripsi Nilai Pretes siswa kelas kontrol
Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada mata
pelajaran PPKn di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berikut disajikan tabel
nilai pretest siswa kelas kontrol.
73
Tabel 4.16 Nilai Data Kelas Kontrol
No Nama Pretest Posttest KKM
1 RM 79 89
75
2 MA 80 75
3 NF 81 75
4 RAJ 84 78
5 HLD 85 78
6 RA 83 76
7 SL 86 85
8 SAA 79 83
9 NR 76 78
10 SSD 82 77
11 RNC 75 76
12 ABP 80 78
13 SM 77 88
14 MI 76 77
15 AF 75 75
Jumlah 1198 1188
Rata-rata 79,87 79,2
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil pretest pada kelas
kontrol diperoleh rata-rata sebesar 79,87 dengan nilai terendah yaitu 75
sebanyak 2 orang dan nilai tertinggi sebesar 86 sebanyak 1 orang dan terdapat
12 orang siswa yang nilainya telah mencapai KKM yaitu 75.
9. Deskripsi Nilai Postes Siswa Kelas Kontrol (Menggunakan Model
Ceramah)
Postes dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
Postes bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Berikut ini adalah hasil postes kelas kontrol.
74
Tabel 4.17 Nilai Data Kelas Kontrol
No Nama Pretest Posttest KKM
1 RM 79 89
75
2 MA 80 75
3 NF 81 75
4 RAJ 84 78
5 HLD 85 78
6 RA 83 76
7 SL 86 85
8 SAA 79 83
9 NR 76 78
10 SSD 82 77
11 RNC 75 76
12 ABP 80 78
13 SM 77 88
14 MI 76 77
15 AF 75 75
Jumlah 1198 1188
Rata-rata 79,87 79,2
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil posttes pada kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu 79,2 dengan nilai terendah yaitu 75
sebanyak 3 orang dan nilai tertinggi yaitu 89 sebanyak 1 orang dan terdapat 11
orang siswa yang nilainya telah mencapai KKM yaitu 75. Dari penjelasan
diatas dapat kita ketahui bahwa metode ceramah saja tidak cukup untuk
menunjang hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PKn di SMA
Negeri 6 Jeneponto.
75
Hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.18 Ringkasan Nilai Kelas Kontrol
Statistics
Pretest Kontrol Posttest Kontrol
N Valid 15 15
Missing 3 3
Mean 79,87 79,20
Std. Error of Mean ,935 1,216
Median 80,00 78,00
Mode 75a 78
Std. Deviation 3,623 4,709
Variance 13,124 22,171
Range 11 14
Minimum 75 75
Maximum 86 89
Sum 1198 1188
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest
kelas kontrol 79,87 dan setelah diajarkan dengan model pembelajaran metode
ceramah maka kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata yaitu 79,20. Dengan
demikian bahwa model pembelajaran metode ceramah saja tidak cukup untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PKn di SMA
Negeri 6 Jeneponto.
76
10. Uji Prasyarat Data
a) Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji liliefors
(L) yakni untuk mengetahui apakah sebaran data yang diuji berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Rangkuman hasil pengujian normalitas data
pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.7 di
bawah ini.
Tabel 4.19 Rangkuman hasil perhitungan uji normalitas data siswa SMA
Negeri 6 Jeneponto
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Eksperimen 0,205 15 0,091 0,931 15 0,285
Posttest Eksperimen 0,237 15 0,053 0,881 15 0,149
Pretest Kontrol 0,124 15 0,200 0,945 15 0,452
Posttest Kontrol 0,334 15 0,053 0,796 15 0,053
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai normalitas pretest pada kelas
kontrol dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,200 dan nilai normalitas posttest 0,053
sedangkan pada kelas eksperimen memperoleh nilai normalitas pretest dengan taraf
signifikan 𝛼 =0,091 dan nilai normalitas posttest 0,053.
77
Tabel 4.20
Kelas Varian 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Pretest Eksperimen 30,829 0,203 0,874 Normal
Kontrol 13,124 0,208 0,889 Normal
Posttest Eksperimen 20,238 0,2 0,889 Normal
Kontrol 22,171 0,266 0,816 Normal
berdasarkan tabel diatas, maka posttest pada kelas kontrol memperoleh nilai
𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=0,266 , sedangkan dikelas yang diterapkan model pembelajaran SAVI
(Siomatic aldotory visualization intellectually) memperoleh nilai 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=0,2 .
sedangkan pretest pada kelas kontrol memperoleh nilai 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=0,208 dan pretest
pada kelas eksperimen memperoleh nilai 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=0,203. Dari hasil perhitungan
normalitas nilai pretest dan posttest baik dikelas kontrol maupun kelas eksperimen
dengan jumlah sampel (n)=18 diperoleh 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
sampel dari populasi homogen atau tidak dengan menggunakan uji statistik F.
Ketentuan suatu varians dikatakan homogen jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf
signifikan 𝛼 = 0,05. Dibawah ini adalah hasil uji homogenitas data.
78
Tabel Rangkuman uji homogenitas data siswa SMA Negeri 6 Jeneponto
Kelas Varian 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Pretest Eksperimen 30,829 1,845
1,95 Homogen
Kontrol 13,124 1,97 Homogen
Posttest Eksperimen 20,238 1,933
1,93 Homogen
Kontrol 22,171 1,95 Homogen
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat dilihat hasil perhitungan homogenitas
nilai pretest dan posttest baik dikelas kontrol maupun dikelas eksperimen pada taraf
signifikan 𝛼 = 0,05 dengan jumlah sampel (n)=18 pada pretest diperoleh
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=1,845 dan dengan rumus interpolasi linear nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =1,845. Karna
nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa populasi pretest
kelas kontrol dan kelas eksperimen bersifat homogen. Postest kelas kontrol maupun
kelas eksperimen diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,933 dan dengan rumus interpolasi linear
diperoleh nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =1,86. Karena nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔<𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa populasi postest kelas eksperimen dan kontrol bersifat
homogen.
c) Uji Hipotesis
Setelah diketahui bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki
varians yang sama (homogen), maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
penelitian untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada taraf tertentu
dari variabel yang diteliti. Pengujian hipotesis menggunakan rumus uji t.
79
Untuk perhitungan uji hipotesis menggunaknan uji t pada taraf nyata = 0,05
dengan dk=𝑛1+𝑛2-2 dengan S sebagai berikut:
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 𝑥1̅̅̅̅ −𝑥2̅̅̅̅
√( 1𝑛1
)+( 1𝑛2
)𝑠
Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
𝑆² =(𝑛1−1)𝑆1
2 + (𝑛2−1) 𝑠22
𝑛1+𝑛2−2
Dengan :
𝑛1 : ukuran kelas eksperimen
𝑛2 : ukuran kelas kontrol
𝑡 : distribusi
𝑥1̅̅̅ : nilai rata-rata kelas eksperimen
𝑥2̅̅ ̅ : nilai rata-rata kelas kontrol
𝑠12 : Varians kelas eksperimen
𝑠22 : Varians kelas kontrol
𝑠² : Varians gabungan
Dimana :
𝑛1 : 18
𝑛2 : 15
80
𝑥1̅̅̅ : 83,33
𝑥2̅̅ ̅ : 79,20
𝑠12 : 20,238
𝑠22 : 22,171
𝑆² =(𝑛1−1)𝑆1
2 + (𝑛2−1) 𝑠22
𝑛1+𝑛2−2
𝑆² =(18 − 1)20,238 + (15 − 1)22,171
18 + 15 − 2
𝑆² =(17)20,238 + (14)22,171
33 − 2
𝑆² =344,046 + 310,394
31
𝑆² =654,44
31
𝑆² = 21,11
S =√21,11
S = 4,59
Maka,
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 𝑥1̅̅̅̅ −𝑥2̅̅̅̅
√( 1𝑛1
)+( 1𝑛2
)𝑠
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 83,33−79,20
√1
18
4,59+
1
15
81
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 4,13
√0,564,59
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 4,13
4,59(0,74)
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 4,13
3,39
𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 1,21
Kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel distribusi t pada taraf
nyata (𝛼)= 0,05 dan dk= 𝑛1+ 𝑛2 – 2= 31. Dari perhitungan uji hipotesis yang
dilakukan adalah dengan menggunakan taraf nyata (𝛼)=0,05 dan dk= 𝑛1+ 𝑛2 –
2= 31 diperoleh 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 1,21 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 1,06 dengan kata lain 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙,
dan hipotesis diterima.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔>𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho
ditolak dan Ha diterima, maka terdapat pengaruh signifikan terhadap hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran SAVI
(Siomatic, Aldotory, Visualization, Intellectually) pada pelajaran PPKn di kelas
XI MIPA di SMA Negeri 6 Jeneponto, jadi dapat disimpulkan model
pembelajaran SAVI (Siomatic, Aldotory, Visualization, Intellectually) memiliki
pengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 6 Jeneponto.
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 6
Jeneponto menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn
menggunakan model pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) lebih tinggi dari pada hasil belajar mata pelajaran PPKn dengan
82
menggunakan metode Konvensional. Hal ini sesuai dengan perhitungan yang
menggunakan Uji t untuk sampel yang berasal dari distribusi yang berbeda
Independent sample test..
Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif pada kelas eksperimen
rmengalami peningkatan lebih besar dibandingkan pada kelas kontrol. Hal
tersebut disebabkan karena proses pembelajaran berbeda, yang sebelumnya
menggunakan model pembelajaran konvensional kemudian menggunakan model
pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) sehingga
memberikan perubahan pada keaktifan peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran. Pengalaman yang diperoleh adalah pengetahuan, pemahaman,
keaktifan serta keterampilan peserta didik mengenai model pembelajaran yang
lebih inovatif dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Pada penelitian ini ditemukan beberapa temuan yaitu, pertama sebelum
diterapkan Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) nilai siswa masih ada beberapa yang ada dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Hal ini disebabkan guru masih menggunakan Model
Pembelajaran Konvensional yang cenderung masih didominasi Metode
Ceramah, sehingga siswa hanya Pasif menerima informasi dari guru dan
pembelajaran hanya satu arah yaitu dari guru. Kurangnya minat membaca pada
siswa juga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
83
Kedua, setelah menerapkan Model Pembelajaran SAVI (Siomatic
Alldotory Visualization Intellectually) nilai rata-rata siswa telah mencapai
kategori KKM (kriteria ketuntasan minimal). Perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran
SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) dengan Kelompok
belajar yang belajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Konvensional
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya perlakuan perbedaan langkah-
langkah pembelajaran dan proses pembelajaran. Penerapan Model Pembelajaran
SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) pada kelas eksperimen
membuat siswa terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran, karena dalam
proses pembelajaran ini siswa belajar dengan melibatkan emosi, seluruh tubuh,
dan semua indera.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan Model Pembelajaran SAVI
(Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) peneliti berpendapat bahwa
Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang dimana peserta didik mampu melibatkan emosi, seluruh
tubuh dan seluruh indera peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dimas Wahyu Kurniawan dengan
Judul Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar PPKn Melalui
Pendekatan SAVI Pada Peserta Didik Kelas VIII MTS An-Nur Bandar Jaya
Lampung Tengah. Dalam penelitian Wahyu Kurniawan Penerapan Pendekatan
84
SAVI dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTS An-Nur
Bandar Jaya, pada materi Pancasila. Ini terlihat dari peningkatan hasil belajar
PPKn peserta didik yang semakin meningkat.
Terkait dengan perbandingan antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol dapat dinyatakan bahwa pada kelas eksperimen atau kelas yang
menggunakan Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) memiliki keunggulan dibandingkan dengan kelas kontrol yang
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu
Sumawardani dan Chairil Faif dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran
SAVI Dalam Pembelajaran PPKn Untuk Mengembangkan Karakter Mandiri
Siswa, hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara hasil
belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran SAVI dengan siswa
yang belajar namun tidak menggunakan Model Pembelajaran SAVI.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Sumawardani dan
Chairil Faif telah menjelaskan bahwa peningkatan hasil belajar siswa mengalami
perubahan lebih besar hal tersebut disebabkan karena proses pembelajaran yang
berbeda, yang dimana pada Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory
Visualization Intellectually) siswa lebih diajak untuk terlibat untuk lebih aktif
dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang menggunakan Model Pembelajaran SAVI
(Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) sangat mampu meningkatkan
85
konpetensi belajar siswa, karena pada Model Pembelajaran SAVI (Siomatic
Alldotory Visualization Intellectually) siswa mampu memanfaatkan emosi,
seluruh tubuh dan seluruh indera peserta didik pada proses pembelajaran, hal ini
selaras dengan pendapat Afri Yudantoko (2013) yang menyatakan bahwa Model
Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually)
merupakan model pembelajaran dalam proses pembelajaran yang melibatkan
sebanyak mungkin indera, melibatkan tubuh untuk bergerak, dan melibatkan
pikiran secara terpadu sehingga proses pembelajaran lebih maksimal.
Dalam Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) terdapat beberapa teori yang mendukung Model Pembelajaran
SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) yaitu Accelerated
Learnin, teori otak kanan atau kiri, teori triune; pilihan modalitas (Visual,
Auditorial dan Kinestetik), Teori kecerdasan ganda; Pendidikan menyeluruh,
belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol. Model Pembelajaran
SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) menganut aliran kognifit
modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi,
seluruh tubuh, semua indera dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi,
menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar
dengan cara yang berbeda. Mengaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang
nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup. Dave Meier (2002; 91) menyatakan
bahwa, Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) merupakan suatu model pembelajaran dengan cara
86
menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual dan penggunaan
semua alat indera.
Secara teoritis, Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory
Visualization Intellectually) yang dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa
model pembelajaran ini sangat efektif untuk digunakan dan diterapkan dalam
mata pelajaran PPKn karena dalam mata pelajaran ini banyak sekali materi-
materi yang perlu di interprestasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga hasil yang diharapkan mampu mengubah suasa pembelajaran
PPKn menjadi lebih menarik dalam segi metode model pembelajaran dan
menciptakan pembelajaran yang efektif dan kreatif sehingga antara materi yang
disampaikan dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan terutama pada
bidang studi PPKn. Selain itu, dapat menjadikan materi PPKn sebagai alat untuk
mendorong, memahami, mengembangkan dan membina siswa untuk
mengetahui, memahami, menghayati, dan menginterprestasikan ilmu yang
didapat serta dapat dijadikan pedoman pada kehidupan sehari-hari.
Adapun implikasi dalam Proses pembelajaran dengan Model
Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization Intellectually) adalah
sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) memberikan perubahan ke arah yang lebih baik
terhadap metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar.
87
2. Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat
memperkaya model pembelajaran lainnya yang sudah ada tanpa
menghilangkan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran konvensional
3. Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Alldotory Visualization
Intellectually) memberikan respon yang sangat positif terhadap
kemandirian belajar siswa.
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa. Ada pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Siomatic
Aldotory Vsisualization Intellectually) terhadap hasil belajar siswa kelas XI
MIPA pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 6 Jeneponto. Hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 82,94 sedangkan hasil
belajar siswa pada kelas kontrol memiliki nilai dengan rata-rata 79,20. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil posttest siswa lebih tinggi dibandingkan hasil pretest.
Hasil belajar PPKn yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran
SAVI (Siomatic Aldotory Visualization Intellectually) pada siswa kelas XI
MIPA di SMA Negeri 6 Jeneponto mengalami peningkatan sehingga Model
Pembelajaran SAVI (Siomatic Aldotory Visualization Intellectually) dapat
digunakan di SMA Negeri 6 Jeneponto atau sekolah lainnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai
berikut:
1. Siswa, Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Aldotory Visualization
Intellectually) dapat diterapkan untuk dapat menarik minat siswa dan untuk
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa sesuai dengan konteks
dunia nyata.
89
2. Guru, agar menerapkan Model Pembelajaran SAVI (Siomatic Aldotory
Visualization Intellectually) pada mata pelajaran PPKn, dengan tujuan agar
dapat menunjang proses pembelajaran yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Mahasiswa yang ingin penelitian yang sama selanjutnya sebelum melakukan
penelitian harus mempersiapkan diri dalam hal penguasaan langkah-langkah
model pembelajaran yasng akasn diterapkan
4. Sekolah, yang ingin menerapkan Model Pembelajaran SAVI (Siomatic
Aldotory Visualization Intellectually) hendaknya memberikan dukungan
kepada suru yang berupa perlengkapan fasilitas sekolah yang mendukung
tercapainya pembelajaran ini secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES.
Arif Furchan. 2006. Pengantar Penelitian dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitia suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azran Azyumardi. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani Kencana. Jakarta.
Balai Pustaka. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. Jakarta:
Depdikbud.
Branson M. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga
Kajian Islam dan Sosial.
Cholisin. 2000. Materi Pokok Ilmu Kewarganegaraan, Pendidikan. Yogyakarta:
UNY
Darmadi Hamid. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta:
Depdiknas.
Fitri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta.
Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasing: Aswaja
Pressindo.
Nurhasanah. 2014. Pengaruh Return On Asset (ROA). Jakarta: Gramedia Pustaa
Utama.
Poerwadaminta. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanto. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif umtuk Psikologi dan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sidiq. 2008. Proses Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Soematri Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suprijono Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.
Winaputra, dkk. 2009. Perspektif Pendidikan SD
Winaputra. 1999. “Civic Education” Konteks Landasan. Bandung: Upi Press.
B. Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. 1945. Penjelasan Umum.
L
A
M
P
I
R
A
N
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP
Sekolah : SMA Negeri 6 Jeneponto
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : XI / Ganjil
Materi Pokok : Sistem Dan Dinamika Demokrasi Pancasila
Alokasi Waktu : 6 Minggu x 2 Jam pelajaran 45 Menit
A. Kompetensi Inti
· KI-1:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
· KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional”.
· KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
· KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
1.2 Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan
dalam berdemokrasi Pancasila sesuai
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
· Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan dalam
berdemokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2.2 Berperilaku santun dalam ber-
demokrasi Pancasila sesuai Undang-
· Berperilaku santun dalam ber-demokrasi Pancasila
sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Indonesia Tahun 1945
3.2 Mengkaji sistem dan
dinamika demokrasi Pancasila
sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
· Memahami hakikat demokrasi
· Memahami dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
· Memahami upaya membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia
Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
4.2 Menyajikan hasil kajian
tentang sistem dan dinamika
demokrasi Pancasila sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
· Menyajikan hasil kajian tentang sistem dan dinamika
demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
· Menghargai nilai-nilai ke-Tuhanan dalam berdemokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
· Berperilaku santun dalam ber-demokrasi Pancasila sesuai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
· Memahami hakikat demokrasi
· Memahami dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
· Memahami upaya membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
· Mengkaji sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
· Menyajikan hasil kajian tentang sistem dan dinamika demokrasi Pancasila sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
D. Materi pembelajaran
Sistem dan dinamika demokrasi Pancasila.
a. Hakikat demokrasi
b. Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
c. Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
E. Metode Pembelajaran
1) Pendekatan : Saintifik
2) Model Pembelajaran : SAVI (siomatic alldotory visualization intellectual)
3) Metode : Tanya jawab
F. Sumber Belajar
Ø Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI,
Kemendikbud, tahun 2013 revisi 2016
Ø Pengalaman peserta didik dan guru
G. Kegiatan Pembelajaran
1 . Pertemuan Pertama dan Kedua (4 x 45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
v Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
v Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
v Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
v Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
v Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
v Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
v Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
v Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai
dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :
Ø Hakikat demokrasi
v Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
v Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
1 . Pertemuan Pertama dan Kedua (4 x 45 Menit)
v Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
v Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
v Pembagian kelompok belajar
v Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 150 Menit )
Sintak Model
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
SAVI Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatian pada topik materi Hakikat demokrasi dengan cara :
v Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
v Mengamati
Ø Lembar kerja materi Hakikat demokrasi.
Ø Pemberian contoh-contoh materi Hakikat demokrasi untuk dapat
dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb
v Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan membaca
materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet/materi yang berhubungan dengan Hakikat demokrasi.
v Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait Hakikat
demokrasi.
v Mendengar
Pemberian materi Hakikat demokrasi oleh guru.
v Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi
pelajaran mengenai materi :
Ø Hakikat demokrasi
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian,
mencari informasi.
1 . Pertemuan Pertama dan Kedua (4 x 45 Menit)
SAVI Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar, contohnya :
v Mengajukan pertanyaan tentang materi :
Ø Hakikat demokrasi
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai
dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
SAVI Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
v Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Hakikat demokrasi yang sedang
dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang disajikan
dan mencoba menginterprestasikannya.
v Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang materi Hakikat demokrasi yang
sedang dipelajari.
v Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami
dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada
guru berkaitan dengan materi Hakikat demokrasi yang sedang
dipelajari.
v Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Hakikat demokrasi
yang telah disusun dalam daftar pertanyaan kepada guru.
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
1 . Pertemuan Pertama dan Kedua (4 x 45 Menit)
v Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket mengenai materi Hakikat demokrasi.
v Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Hakikat demokrasi yang
telah diperoleh pada buku catatan dengan tulisan yang rapi dan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
v Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan
materi dengan rasa percaya diri Hakikat demokrasi sesuai dengan
pemahamannya.
v Saling tukar informasi tentang materi :
Ø Hakikat demokrasi
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya
sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan
sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
SAVI Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
pengamatan dengan cara :
v Berdiskusi tentang data dari Materi :
Ø Hakikat demokrasi
v Mengolah informasi dari materi Hakikat demokrasi yang sudah
dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang
sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada
lembar kerja.
v Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Hakikat
demokrasi.
SAVI Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi
hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber
melalui kegiatan :
1 . Pertemuan Pertama dan Kedua (4 x 45 Menit)
v Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi :
Ø Hakikat demokrasi
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
SAVI Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
v Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Hakikat demokrasi berupa
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
sopan.
v Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang materi :
Ø Hakikat demokrasi
v Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag materi
Hakikat demokrasi dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan.
v Bertanya atas presentasi tentang materi Hakikat demokrasi yang
dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.
v Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
Ø Hakikat demokrasi
v Menjawab pertanyaan tentang materi Hakikat demokrasi yang terdapat
pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah
disediakan.
v Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Hakikat
demokrasi yang akan selesai dipelajari
1 . Pertemuan Pertama dan Kedua (4 x 45 Menit)
v Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Hakikat demokrasi yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang
telah disediakan secara individu untuk mengecek penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Hakikat demokrasi berlangsung, guru mengamati sikap
siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri,
berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli
lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran tentang materi Hakikat demokrasi yang baru dilakukan.
v Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Hakikat demokrasi yang baru
diselesaikan.
v Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
v Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Hakikat
demokrasi.
v Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan
benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Hakikat demokrasi.
v Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Hakikat demokrasi kepada kelompok yang
memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
2 . Pertemuan Ketiga dan Keempat (4 x 45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
v Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
v Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
v Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
2 . Pertemuan Ketiga dan Keempat (4 x 45 Menit)
v Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
v Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
v Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
v Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
v Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai
dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
v Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
v Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
v Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
v Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
v Pembagian kelompok belajar
v Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 150 Menit )
Sintak Model
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
SAVI
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatian pada topik materi Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia dengan cara :
v Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
v Mengamati
Ø Lembar kerja materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
Ø Pemberian contoh-contoh materi Dinamika penerapan demokrasi
di Indonesia untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media
interaktif, dsb
2 . Pertemuan Ketiga dan Keempat (4 x 45 Menit)
v Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan
membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain,
dari internet/materi yang berhubungan dengan Dinamika
penerapan demokrasi di Indonesia.
v Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
v Mendengar
Pemberian materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
oleh guru.
v Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang
materi pelajaran mengenai materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan,
ketelitian, mencari informasi.
SAVI Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar, contohnya :
v Mengajukan pertanyaan tentang materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.
SAVI Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
2 . Pertemuan Ketiga dan Keempat (4 x 45 Menit)
v Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang sedang dipelajari dalam bentuk
gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba
menginterprestasikannya.
v Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi Dinamika
penerapan demokrasi di Indonesia yang sedang dipelajari.
v Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat
dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan
diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Dinamika
penerapan demokrasi di Indonesia yang sedang dipelajari.
v Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Dinamika
penerapan demokrasi di Indonesia yang telah disusun dalam
daftar pertanyaan kepada guru.
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
v Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh
dalam buku paket mengenai materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia.
v Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang telah diperoleh pada buku catatan
dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
v Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri Dinamika
2 . Pertemuan Ketiga dan Keempat (4 x 45 Menit)
penerapan demokrasi di Indonesia sesuai dengan pemahamannya.
v Saling tukar informasi tentang materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya
sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan
sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik
atau pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
SAVI Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
pengamatan dengan cara :
v Berdiskusi tentang data dari Materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
v Mengolah informasi dari materi Dinamika penerapan demokrasi
di Indonesia yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar
kerja.
v Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi
Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
SAVI Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau teori
pada buku sumber melalui kegiatan :
v Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
2 . Pertemuan Ketiga dan Keempat (4 x 45 Menit)
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan
tentang materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta
didik.
SAVI Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
v Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia berupa kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.
v Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang
materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
v Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag
materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
v Bertanya atas presentasi tentang materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang dilakukan dan peserta didik lain
diberi kesempatan untuk menjawabnya.
v Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
Ø Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia
v Menjawab pertanyaan tentang materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang terdapat pada buku pegangan peserta
didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
v Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan
materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia yang akan
selesai dipelajari
2 . Pertemuan Ketiga dan Keempat (4 x 45 Menit)
v Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Dinamika penerapan
demokrasi di Indonesia yang terdapat pada buku pegangan peserta
didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan secara individu
untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia berlangsung,
guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme,
disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab,
rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
v Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran tentang materi Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia yang
baru dilakukan.
v Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia yang baru diselesaikan.
v Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
v Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran
Dinamika penerapan demokrasi di Indonesia.
v Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan
benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Dinamika penerapan demokrasi
di Indonesia.
v Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Dinamika penerapan demokrasi di
Indonesia kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
3 . Pertemuan Kelima dan Keenam (4 x 45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
v Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
3 . Pertemuan Kelima dan Keenam (4 x 45 Menit)
v Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
v Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
v Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
v Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
v Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
v Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
v Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai
dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
v Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
v Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
v Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
v Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
v Pembagian kelompok belajar
v Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 150 Menit )
Sintak
Model
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
SAVI Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatian pada topik materi Membangun kehidupan yang demokratis di
Indonesia dengan cara :
v Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
3 . Pertemuan Kelima dan Keenam (4 x 45 Menit)
v Mengamati
Ø Lembar kerja materi Membangun kehidupan yang demokratis di
Indonesia.
Ø Pemberian contoh-contoh materi Membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari
media interaktif, dsb
v Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan membaca
materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet/materi yang berhubungan dengan Membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia.
v Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia.
v Mendengar
Pemberian materi Membangun kehidupan yang demokratis di
Indonesia oleh guru.
v Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang
materi pelajaran mengenai materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian,
mencari informasi.
SAVI
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan
gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar,
contohnya :
v Mengajukan pertanyaan tentang materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup
3 . Pertemuan Kelima dan Keenam (4 x 45 Menit)
cerdas dan belajar sepanjang hayat.
SAVI Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
v Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia yang sedang dipelajari dalam bentuk
gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba
menginterprestasikannya.
v Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang materi Membangun kehidupan
yang demokratis di Indonesia yang sedang dipelajari.
v Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami
dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru
berkaitan dengan materi Membangun kehidupan yang demokratis di
Indonesia yang sedang dipelajari.
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Membangun
kehidupan yang demokratis di Indonesia yang telah disusun dalam daftar
pertanyaan kepada guru.
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
v Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket mengenai materi Membangun kehidupan yang demokratis di
Indonesia.
v Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Membangun kehidupan
yang demokratis di Indonesia yang telah diperoleh pada buku catatan
dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
v Mempresentasikan ulang
3 . Pertemuan Kelima dan Keenam (4 x 45 Menit)
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri Membangun
kehidupan yang demokratis di Indonesia sesuai dengan pemahamannya.
v Saling tukar informasi tentang materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya
sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan
sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
SAVI Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
pengamatan dengan cara :
v Berdiskusi tentang data dari Materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
v Mengolah informasi dari materi Membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan
bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
v Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi
Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia.
SAVI Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi
hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber
melalui kegiatan :
v Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
3 . Pertemuan Kelima dan Keenam (4 x 45 Menit)
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
SAVI Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
v Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Membangun
kehidupan yang demokratis di Indonesia berupa kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.
v Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang
materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
v Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag
materi Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
v Bertanya atas presentasi tentang materi Membangun kehidupan
yang demokratis di Indonesia yang dilakukan dan peserta didik lain
diberi kesempatan untuk menjawabnya.
v Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
Ø Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
v Menjawab pertanyaan tentang materi Membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia yang terdapat pada buku pegangan peserta didik
atau lembar kerja yang telah disediakan.
v Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Membangun
kehidupan yang demokratis di Indonesia yang akan selesai dipelajari
v Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Membangun kehidupan
yang demokratis di Indonesia yang terdapat pada buku pegangan peserta
3 . Pertemuan Kelima dan Keenam (4 x 45 Menit)
didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap:
nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah
tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
v Membuat resumedengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran tentang materi Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia
yang baru dilakukan.
v Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia yang baru diselesaikan.
v Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
v Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran
Membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia.
v Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan
benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Membangun kehidupan yang
demokratis di Indonesia.
v Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Membangun kehidupan yang demokratis di
Indonesia kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
I. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian (terlampir)
a. Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari,
baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung
dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap
No Nama Siswa Aspek Perilaku yang Jumla Skor Kode
Dinilai h Skor Sikap Nilai
BS JJ TJ DS
1 … 75 75 50 75 275 68,75 C
2 … ... ... ... ... ... ... ...
Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin
Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai
- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik, maka
peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya sendiri. Namun agar
penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan
dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi,
singkatnya format penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format
penilaian :
No Pernyataan Ya Tidak Jumlah
Skor
Skor
Sikap
Kode
Nilai
1 Selama diskusi, saya ikut serta
mengusulkan ide/gagasan. 50
250 62,50 C
2
Ketika kami berdiskusi, setiap
anggota mendapatkan
kesempatan untuk berbicara.
50
3
Saya ikut serta dalam
membuat kesimpulan hasil
diskusi kelompok.
50
4 ... 100
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan
keterampilan
- Penilaian Teman Sebaya
Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya
sendiri. Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan
penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya. Berikut
Contoh format penilaian teman sebaya :
Nama yang diamati : ...
Pengamat : ...
No Pernyataan Ya Tidak Jumlah
Skor
Skor
Sikap
Kode
Nilai
1 Mau menerima pendapat
teman. 100
450 90,00 SB
2 Memberikan solusi terhadap
permasalahan. 100
3
Memaksakan pendapat
sendiri kepada anggota
kelompok.
100
4 Marah saat diberi kritik. 100
5 ... 50
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan untuk
pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 : 500) x 100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
- Penilaian Jurnal (Lihat lampiran)
b. Pengetahuan
- Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda (Lihat lampiran)
- Tes Lisan/Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Praktek Monolog atau Dialog
Penilaian Aspek Percakapan
No Aspek yang Dinilai Skala Jumla Skor Kode
25 50 75 10
0
h Skor Sikap Nilai
1 Intonasi
2 Pelafalan
3 Kelancaran
4 Ekspresi
5 Penampilan
6 Gestur
- Penugasan (Lihat Lampiran)
Tugas Rumah
a. Peserta didik menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku peserta didik
b. Peserta didik memnta tanda tangan orangtua sebagai bukti bahwa mereka telah mengerjakan
tugas rumah dengan baik
c. Peserta didik mengumpulkan jawaban dari tugas rumah yang telah dikerjakan untuk
mendapatkan penilaian.
c. Keterampilan
- Penilaian Unjuk Kerja
Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian
keterampilan berbicara sebagai berikut:
Instrumen Penilaian
No Aspek yang Dinilai
Sangat
Baik
(100)
Baik
(75)
Kurang
Baik
(50)
Tidak
Baik
(25)
1 Kesesuaian respon dengan
pertanyaan
2 Keserasian pemilihan kata
3 Kesesuaian penggunaan tata
bahasa
4 Pelafalan
Kriteria penilaian (skor)
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal
dikali skor ideal (100)
Instrumen Penilaian Diskusi
No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25
1 Penguasaan materi diskusi
2 Kemampuan menjawab pertanyaan
3 Kemampuan mengolah kata
4 Kemampuan menyelesaikan masalah
Keterangan :
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
- Penilaian Produk (Lihat Lampiran)
- Penilaian Portofolio
Kumpulan semua tugas yang sudah dikerjakan peserta didik, seperti catatan, PR, dll
Instrumen Penilain
No Aspek yang Dinilai 100 75 50 25
1
2
3
4
2. Instrumen Penilaian (terlampir)
a. Pertemuan Pertama
b. Pertemuan Kedua
c. Pertemuan Ketiga
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka guru
bisa memberikan soal tambahan misalnya sebagai berikut :
1) Jelaskan tentang Sistem Pembagian Kekuasaan Negara!
2) Jelaskan tentang Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian!
3) Jelaskan tentang Nilai-nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan pemerintahan!
CONTOH PROGRAM REMIDI
Sekolah : ……………………………………………..
Kelas/Semester : ……………………………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………………………..
Ulangan Harian Ke : ……………………………………………..
Tanggal Ulangan Harian : ……………………………………………..
Bentuk Ulangan Harian : ……………………………………………..
Materi Ulangan Harian : ……………………………………………..
(KD / Indikator) : ……………………………………………..
KKM : ……………………………………………..
No
Nama
Peserta
Didik
Nilai
Ulangan
Indikator
yang
Belum
Dikuasai
Bentuk
Tindakan
Remedial
Nilai
Setelah
Remedial
Keterangan
1
2
3
4
5
No
Nama
Peserta
Didik
Nilai
Ulangan
Indikator
yang
Belum
Dikuasai
Bentuk
Tindakan
Remedial
Nilai
Setelah
Remedial
Keterangan
6
dst
b. Pengayaan
Guru memberikan nasihat agar tetap rendah hati, karena telah mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Guru memberikan soal pengayaan sebagai berikut :
1) Membaca buku-buku tentang Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik
penyelenggaraan pemerintahan Negara yang relevan.
2) Mencari informasi secara online tentang Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik
penyelenggaraan pemerintahan Negara
3) Membaca surat kabar, majalah, serta berita online tentang Nilai-nilai Pancasila dalam
kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara
4) Mengamati langsung tentang Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik
penyelenggaraan pemerintahan Negara yang ada di lingkungan sekitar.
RIWAYAT HIDUP
Indah Ikhwana. Dilahirkan di Bukkulu Kabupaten Jeneponto
pada tanggal 26 Desember 1999 dari pasangan Ayahanda
Sahrir dan Ibunda Hamriani. Penulis masuk sekolah dasar
pada tahun 2002 di SD Inpres 237 Bukkulu dan tamat tahun
2010, tamat MTs Boro tahun 2013, dan tamat MAN 1
Jeneponto tahun 2016.
Pada tahun yang sama (2016), penulis melanjutkan pendidikan pada program
studi strata satu (S1) Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
dan selesai tahun 2020.