pengaruh model pembelajaran inkuiri...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN
GELOMBANG
Skripsi
Oleh:
INDRI ELYANI
105 016 300 593
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
-
i i
ABSTRAK
Indri Elyani (105016300593). Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran dan
Gelombang. Skripsi, Program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri
terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep
getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di MTs Jamiatus Sholihin pada
tahun pelajaran 2009-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
quasi eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 36 orang dengan
menggunakan teknik probability sampling dan dibagi menjadi dua kelompok,
Kelas VIII 3 sebagai kelompok eksperimen dengan metode inkuiri terbimbing
(guided inquiry) dan siswa kelas VIII 2 sebagai kelompok kontrol dengan metode
konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif
tipe pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (option) yang
digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar fisika siswa pada konsep
getaran dan gelombang. Dalam penelitian ini, diperoleh skor pretest untuk
kelompok eksperimen adalah 36.94 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah
35.17. Sedangkan hasil posttest untuk kelompok eksperimen diperoleh skor rata-
rata 77.17 dan skor rata-rata kelompok kontrol adalah 62,06. Berdasarkan
perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) diperoleh harga t tabel =
2,00 t hitung = 3,20 dari hasil pengujian diperoleh t hitung < t tabel , dengan demikian
Ho diterima Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95%. Untuk hasil uji kesamaan
dua rata-rata posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh
harga t hitung sebesar 0,73 dan t tabel sebesar 1,76. Hasil pengujian diperoleh
menunjukkan bahwa t tabel < t hitung. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima
pada taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata
skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)
terhadap hasil belajar siswa.
Kata kunci: Hasil belajar, metode pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inquiry), metode konvensional.
-
ii ii
ABSTRACT
Indri Elyani (105016300593). The effect of The Guided Inquiry Method to
Physic Students Learning Outcomes in Vibrating and Wave Concept. Thesis of
Physics Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
The aim of this research is to know the effect of the guided inquiry method
to physic students learning outcomes in vibrating dan wave concept. This research
has done in MTs Jamiatus Sholihin school year 2009-2010. The research
methodology was used Quasi Experiment method. To get the data, the research
took 36 students as a sample by using Probability Sampling technique, after that
the class was divided into two group, class VIII 3 to be experiments group with
guided inquiry method and student class VIII 2 for control group with
konventional method. The instrumentation of this research used an objective
multiple choice test with four option to use for the effect physic students learning
outcomes in vibrating and wave concept. In this research has result pretest score
for experiments group is 36.94 and control group is 35.17. While posttest result
score for experiments group is 77.17 and control group is 62,06. According to t-
test statistic with faith standard 95% ( = 0.05) has get t table = 2,00, t count was =
3,20 from the test results obtained by tcount,
-
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT,
penggennggam alam semesta, penentu segala urusan dan tanpa dipinta oleh
hamban-Nya selalu mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya. Hanya dengan
karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada khalifah sepanjang masa, guru
seluruh ilmu dan menjadi uswatun hasanah bagi seluruh ummat yaitu Muhammad
SAW dan juga kepada keluarga, para sahabat, tabiin, dan seluruh ummat sampai
akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA.
3. Prof. Dr Aziz Fachrurozi, M.A dan Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen
pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan
motivasi.
4. Kepala Perpustakaan Tarbiyah dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan seluruh staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku sebagai
bahan referensi.
5. Muhammad Syakir, S.Ag, Kepala MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas
kesediaannya menyediakan tempat, sarana dan prasarana dalam rangka
penelitian skripsi serta atas doa dan motivasinya.
6. Sri Nawati, S.Pd, guru bidang studi fisika MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh,
atas bimbingan, arahan serta doanya.
7. Seluruh guru-guru dan siswa/i MTs Jamiatus Sholihin, terimakasih atas
bantuan, doa dan kerjasamanya.
8. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta
mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus. untuk adik-adikku tersayang
dan seluruh keluarga atas doanya dan bantuannya baik moril maupun materil.
-
iv
9. Teman-temanku seperjuangan Jurusan IPA Fisika 2005 atas doa dan
motivasinya, kebersamaan kalian merupakan kebahagiaan yang tak ternilai
harganya. Memang sungguh indah sesuat kebersamaan. Serta teman-teman
yang paling kucintai: Juli, Leni, Yunita dan Yayan yang senantiasa
mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan saya. Terima
kasih atas doa dan motivasinya semoga menjadi amal saleh di sisi Allah SWT,
Amien.
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
Abstrack............................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................. v
Daftar Tabel ....................................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
D. Perumusan Masalah..................................................................... . 4
E. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik..................................................................... 5
1. Metode Inkuiri...................................................................... 5
2. Metode Inkuiri Terbimbing.................................................. 13
3. Hasil Belajar Fisika.............................................................. 19
B. Penelitian yang Relevan............................................................ 23
C. Kerangka Berpikir..................................................................... 25
D. Perumusan Hipotesis................................................................. 25
E. Materi Konsep............................................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian......................................................................... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 33
C. Desain Penelitian.......................................................................... 33
D. Populasi dan Sampel..................................................................... 34
E. Teknik Pengambilan Sampel......................................................... 34
-
vi
F. Variabel Penelitian..................................................................... 35
G. Prosedur Penelitian.................................................................... 35
H. Teknik Pengambilan Data......................................................... 36
I. Instrumen Penelitian.................................................................. 36
J. Teknik Analisis Data................................................................. 41
K. Hipotesis Statistik...................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil............................................................................................ 46
1.Hasil Belajar tidak menggunakan metode inkuiri termbing..... 46
2.Hasil Belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing........... 47
3.Uji Persyaratan Analisis........................................................... 51
4. Interpretasi Data...................................................................... 52
D. Pembahasan............................................................................... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................... 58
B. Saran......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59
LAMPIRAN
-
vii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
Tabel 1 Desain Penelitian........................................................................ 34
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Getaran Gelombang dan Bunyi................. 66
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pretes Kelas kontrol.................................. 46
Tabel 4 Distribusi frekuensi postes Kelas Kontrol................................. 47
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen.......................... 48
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen.......................... 48
Tabel 7 Perbedaan Skor Pretes Postes Pada Kelas Kontrol dan Kelas
Ekperimen.................................................................................... 49
Tabel 8 Persentase Rata-Rata hasil belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas
Kontrol........................................................................................ 49
Tabel 9 Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Postes Peserta Didik Pada Kelas
Ekperimen................................................................................... 50
Tabel 10 Hasil Belajar Pretes dan Posttes Kelas Kontrol Dan Kelas
Ekperimen................................................................................... 53
-
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
Gambar 1 Kerangka Berpikir ................................................................. .......25
Gambar 2 Ayunan Sederhana.........................................................................26
Gambar 3 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......51
Gambar 4 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol......53
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran fisika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit
dan menakutkan. Kenyataan ini diperkuat dengan melihat rata-rata nilai ulangan
siswa. Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa
adalah kurangnya motivasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran
yang belum maksimal, selain itu pembelajaran yang dirancang oleh sebagian guru
bersifat monoton dan kurang menantang. Hal ini disebabkan oleh metode yang
digunakan masih konvensional dan hanya memanfaatkan buku sebagai sumber
belajar.
Selama ini proses pembelajaran fisika cenderung bersifat teacher-
centered dengan metode pembelajaran yang cenderung monoton dan kurang
melibatkan siswa dalam menemukan suatu konsep dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran seperti itu menimbulkan ketidaktahuan pada diri siswa dan
rendahnya pemahaman siswa mengenai proses maupun sikap dari konsep fisika
yang diperoleh. Akibatnya dalam menghadapi tantangan dunia luar atau terjun
langsung ke masyarakat maupun dunia kerja mereka hanya menonjolkan
pengetahuan/konsep tetapi tidak mengetahui proses dan bagaimana harus bersikap
yang seharusnya dari konsep fisika yang dipelajari.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah
dengan mengupayakan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan
karakteristik pelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran fisika baik digunakan
sebagai tempat berlatih menjadi ilmuwan bagi siswa. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengusahakan sedini mungkin keterlibatan mental siswa dalam belajar
agar dapat berpikir memahami ilmu yang diberikan bukan dengan cara menghapal
tanpa pengertian yang jelas.
Salah satu mata pelajaran wajib di sekolah adalah fisika, pelajaran ini
memfokuskan pada kemampuan siswa dalam menganalisis pengetahuan yang
dimiliki siswa dengan kehidupan sehari-hari dan siswa memahami konsep-konsep
-
2
fisika yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran fisika dewasa ini masih kering,
bersifat hapalan dan kurang mengembangkan proses berpikir. Pada umumnya
siswa tidak merasakan keterlibatan penalaran dalam mempelajarinya. Mereka juga
tak mendapat contoh-contoh atau model mempelajari fisika secara baik dan benar.
Herlen (1985), menyarankan agar pengajaran IPA dapat mengembangkan
sikap ilmiah (scientific attitude) seperti sikap ingin tahu (curiopsity), kebiasaan
mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for evidance), sikap luwes
dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibility), kebiasaan bertanya secara kritis
(critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan
sekitar (sensitifity to living things and environment).
Pada konteks belajar mengajar, strategi merupakan pola umum rentetan
kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu stategi pada
hakekatnya belum mengarah pada hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi
masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh sedangkan untuk mencapai
tujuan strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi tanpa
adanya tujuan yang harus dicapai.
Dalam suatu proses pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan
itu dapat tercapai dengan opitimal. Tanpa strategi yang tepat dan tidak mungkin
tujuan dapat tercapai. Banyak alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih
dan digunakan oleh guru, namun pada prinsipnya tidak ada satupun metode
pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok
bahasan yang ada dalam setiap bidang studi yang diajarkan. Untuk itu, sebaiknya
guru memilih model pembelajaran yang lebih tepat untuk digunakan.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
model pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, jumlah siswa, kemampuan guru dalam menggunakan berbagai jenis
model pembelajaran, fasilitas yang ada dan waktu yang disediakan untuk
penyajian. Dalam hal pemilihan model pembelajaran ini, guru dapat memilih
berdasarkan kelebihan dan kekurangan model yang akan digunakan.
Dalam hal ini peneliti mencoba melihat seberapa besar pengaruh minat
belajar siswa jika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Di
-
3
samping faktor model faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan
pencapaian keberhasilan siswa. Jadi dalam hal ini guru, siswa, materi pelajaran
dan metode termasuk dalam sumber-sumber belajar.
Pada penelitian ini peneliti mengambil salah satu dari model pembelajaran
yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai acuan dalam penelitian ini.
Model inkuiri terbimbing sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana
siswa dilibatkan dalam dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat
pada siswa, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.. Tugas guru dalam
kelas inkuiri terbimbing ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya,
maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama
untuk menemukan suatu yang baru.
Hal tersebutlah yang menjadikan penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut: Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada konsep Getaran dan Gelombang.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai beriku:
1. Rendahnya hasil belajar siswa.
2. Pemahaman para siswa terhadap konsep fisika sangat kurang.
3. Penggunaan model pembelajaran yang baik dan benar untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
4. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan dan luasnya ruang lingkup
pembahasan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Model inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menurut David M.
Hason, yaitu dengan menggunakan komponen-komponen yang terdiri dari:
Orientasi, ekplorasi, pembentukan konsep, aplikasi dan penutupan.
-
4
2. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hanya pada aspek
kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson
Krathwalhl pada jenjang C1 (pengetahuan), C2 ( pemahaman), C3 ( aplikasi)
dan C4 (analisis) karena penelitian dilakukan pada tingkat SMP
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai khasanah pengetahuan dalam pengembangan pemanfaatan model
inkuiri terbimbing dalam rangka peningkatan kualitas dan hasil belajar siswa.
2. Menambah wawasan bagi peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dalam
penelitian berikutnya.`
-
5
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORITIS
1. Model inkuiri
a. Pengertian dan Karakteristik Model Inkuiri
NSES (National Science Education Standards) menggunakan istilah
inkuiri dalam dua hal berbeda. Pertama, inkuiri menunjukan pada kemampuan
siswa mengenbangkan kemampuan merancang dan melakukan investigasi ilmiah
serta pemahaman siswa akan hakikat penemuan ilmiah. (Scientific Inquiry).
Kedua, inkuiri menunjukan pada strategi belajar mengajar yang memungkinkan
konsep ilmiah dikuasai melalui investigasi.1
NSES mendefinisikan inkuiri sebagai berikut :
Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi, membuat pertanyaan;
memeriksa buku-buku sumber informasi lain untuk melihat apa yang diketahui,
merencanakan investigasi, memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut
bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisa, dan
menginterpetasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta
mengkomunikasikan hasil inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis
dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.2
Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena inkuiri menuntut peserta didik berpikir. Model ini mendapatkan peserta
didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.3
Meskipun model ini berpusat pada kegiatan peserta, namun guru tetap
memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru
berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala
1 National Research Cout. Cil, inquiry and the National Science Education Standards: A Guided
for Teaching and Learning ( Washington DC: National Academy Press, 2000 ) 2 Ibid
3 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, ( Bandung,
PT Remaja Rosdakarya. 2004)h. 235
-
6
guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan instruksi-instruksi,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada para peserta
didik.4
Suchman mengemukakan bahwa model inkuiri adalah suatu pola untuk
para peserta didik belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan
memiliki kesadaran akan kemampuannya.5 Sedangkan menurut Sumantri model
inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan pada peserta
didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.6
Elliot Sief dalam Soejipto mengemukakan bahwa: Inquiry means to
know how to find out things and to know how to solve problem. To inquiry about
something means to seek out information to be curious to ask questions, to
investigate and to know the skills that will help lead to resolution of problem.
Inkuiri adalah cara untuk menemukan sesuatu dan memecahkan
masalah. Untuk menyelidiki makna sesuatu, mencari informasi, menjadi ingin
tahu, membuat pertanyaan, mengadakan penyelidikan, dan untuk mengetahui
kemampuan-kemampuan pemecahan masalah.
Alan Colburn dalam An inquiry Primer mendefinisikan inkuiri
sebagai penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam
dasar-dasar pemecahan masalah melaui diskusi, berpusat pada siswa, dan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa.7
Inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan proses
penyelidikan ilmiah yang mengarahkan siswa mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan dan melakukan pencarian dalam penyelidikan untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru.8
Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan mereka, belajar
4 Ibid, h. 234
5 Soewarno Peranan Model Inkuiri terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah.
Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, No. 2. Tahun XXIX.( 2002 ): h.128 6 Ibid, h. 129
7 http : //www.justisciencenow.com/inquiry.
8 http//www.mcps.kl2.md.us/curriculum/science/instr/inqdescript.htm.
-
7
memecahkan masalah yang tidak memiliki solusi yang jelas, dan menjadikan hasil
penemuan mereka sebagai solusi saat ini dan untuk masa yang akan dating.
Dalam Dianne Oberg pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa
kiarakteristik sebagai berikut. Inkuiri berdasarkan pada keingintahuan siswa, Data
dan informasi aktif digunakan, diinterpretasikan, disaring, disimpulkan dan
didiskusikan, siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka, guru
memfasilitasi proses pengumpulan dan presentasi informasi, guru dan siswa
menggunakan teknologi untuk kemajuan inkuiri, dan guru dan siswa lebih sering
danlebih aktif berinteraksi.9
Dari beberapa definisi inkuiri di atas penulis menyimpulkan bahwa
inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkansiswa secara aktif dalam menemukan
pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan
data atau informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan
percobaan, menganalisa hasil percobaan, menganalisa hasil percobaan dan
membuat kesimpulan.
b. Jenis-Jenis Model Inkuiri
Menurut Heron model inkuiri terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1) Inkuiri Terstruktur (Structure Inquiry). Dalam inkuiri terstruktur siswa
akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada
pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.
2) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry). Meskipun siswa melakukan
penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi
siswa yang menentukan prosedur penelitiannya.
3) Inkuiri Terbuka (Open Inquiry). Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan
penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka
bentuk.10
9 Dianne Orberg. Promoting Information Literaties: A Focus on Inquriry. (Argentina: World
Library and Information Congress, 2004 ), diakses dari http://www.ifla.org/IV/ifla70/prog04.htm. 10
Irfan Naufal. Sajap Maswan, A Guided Inquiry Learning Approach in a Web Environment
Theory and Application, artikel diakses dari ( http://asiapasificodloumedu
my/C33/1/231.pdf//search%22focus%20on%20%guided20%inquiry%22)
http://asiapasificodloumedu/
-
8
DAvanzo dan McNeal mengemukakan tiga jenis model inkuiri, yaitu:
1) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Dalam Guided Inquiry guru menyediakan pertanyaan, kemudian
menyarankan dan mengawasi pendekatan yang digunakan siswa untuk
menghadapi pertanyaan ini.
2) Open-Ended Inquiry
Dalam Open-Ended Inquiry guru memfasilitasi proses siswa memilih
pertanyaanya dalam proses berinkuiri.
3) Teacher-Collaborative Inquiry
Dalam Teacher-Collaborative Inquiry guru dan siswa melakukan
penyelidikan.dan bersama memilih pertanyaan dan strategi untuk menemukan
jawaban yang awalnya tidak diketahui.11
Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis inkuiri diatas, dapat
disimpulkan bahwa pembagian inkuiri menjadi tiga jenis berdasarkan pada
peranan guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri tersebut.
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inkuiri
Sesuai dengan perkembangannya ada bermacam-macam langkah
pelaksanaan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Suchman
dalam Soewarso orang yang pertama kali mengembangkan model inkuiri dalam
bukunya Developing Inquiry membagi menjadi tiga langkah.pertama,
pengenalan masalah; kedua, pengumpulan data; ketiga, diskusi teknik-teknik
inkuiri.12
Menurut Jhon E. Bishop ada enam langkah dalam pelaksanaan model
inkuiri: (1) memperkenalkan masalah; (2) mengumpulkan data; (3) menganalisa
data; (4) membuat hipotesis; (5) menguji hipotesa; dan (6) membuat kesimpulan
1) Memperkenalkan Masalah
Guru dituntut untuk memperkenalkan kepada peserta didik suatu
kejadian ataupokok bahasan yang dapat pelajari. Guru menginformasikan
11
http//elcornell ede//pubs/CFURP NARST 02.pdf//search%22focus20on%20guided%inquiry%22 12
Soewarso opcit, h. 180
-
9
bermacam-macam permasalahan yang terdapat pada pokok bahasan tersebut.
Kemudian guru akan menugaskan para peserta didik baiksecara individu atau
kelompok untuk memecahkan masalah tersebut.
2) Mengumpulkan Data
Untuk memecahkan masalah yang dihadapinya peserta didik harus
mengumpulkan data yang cukup. Pengumpulan data itu dapat diperoleh dengan
bertanya kepada gurunya. Jika para peserta didik mendapat kesulitan dalam
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut, guru boleh
membantu dengan Matrics Inquiry yaitudaftar kata-kata baikyang berhubungan
maupun tidak dengan masalah yang ditentukan.
3) Menganalisa Data
Dalam langkah ini peserta didik mungkin bekerja secara individual
ataupun secara kelompok. Data yang dikumpulkan dalam langkah ini sebelumnya
dianalisa oleh anggota kelompok atau oleh peserta didik mentabulasi data mereka
dan mencoba mengetahui dengan pasti arti data yang dikumpulkan.
4) Membuat Hipotesa
Hipotesa adalah suatu dugaan yang dilakukan sebelum penyelidikan
dilakukan. Dugaan ini mungkin terbukti akan diterima, sedangkan jika tidak maka
dugaan tersebuk tidak akan diterima. Dugaan sementara ini merupakan jawaban
terhadap pertanyaan yang disampaikan gurupada langkah pertama.
5) Menguji Hipotesa
Setelah membuat hipotesa, peserta didik hendaknya menguji hipotesa
tersebut. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi mempergunakan pengatahuan
merekadan sumber-sumber lain untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dari
hipotesa itu. Jika hipotesa itu salah peserta didik akan memperbaiki atau
mengganti hipotesanya, tetapi jika hipotesanya benarakan dipergunakan untuk
menentukan kesimpulan.
6) Membuat Kesimpulan
Setelah menevaluasi hipotesa, peserta didik dapat menguji kebenaran
dan sebagai kesimpulan. Anggota-anggota kelompok diskusi menyetujui suatu
kesimpulan dan salah satu dari anggota kelompok melaporkan hasil pemecahan
-
10
masalah mereka kepada guru. Di dalam langkah ini terjadilah diskusi kelas setiap
kelompok melaporkan hasil diskusinya.13
Albert Learning Center menentukan enam fase dalam inkuiri, yaitu
planning, retrieving, processing, creating, sharing, dan evaluating.
1) Perencanaan (Planning)
Siswa harus memahami bahwa tujuan pokok pembelajaran berbasis
inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuannya.pembelajaran inkuiri
dimulai dengan ketertarikan siswa untuk keingintahuannya terhadap suatu pokok
bahasan. Untuk siswa yang sedikit atau tidak sama sekali mempunyai latar
belakang dari pengetahuan dari pokok bahasan yang akan dipelajari, guru harus
memberikan informasi dan latar belakang pengetahuan yang akan memotivasi
siswa.
2) Mendapatkan dan analisis informasi (Retrieving)
Tahap selanjutnya siswa mulai memikirkan informasi yang mereka
punya dan yang mereka inginkan. Siswa mungkin perlu mempergunakan waktu
sebaik-baiknya untuk menyelidiki infor masi yang berhubungan dengan pokok
bahasan yang akan dipelajari. Guru membantu siswa memahami bahwa informasi
yang meraka dapatkan baikitu dar ibuku perpustakaan , majalah, maupun situs
internet, dihasilkan oleh orang yang dipercaya.
3) Proses (Processing)
Fase ini dimulai ketika siswa telah menemukan fokus untuk berinkuiri.
Fokus tersebut adalah aspek dari pokok bahasan/topik sehingga siswa menentukan
untuk melakukan investigasi/penyelidikan. Pada fase ini siswa memilih dan
mencatat informasi yang berhubungan dengan topik yang dibahas dan informasi
yang menjawab pertanyaan siswa.
4) Produk (Creating)
Pada fase ini, siswa mengorganisasi dan mensintesis informasi dan
gagasannya. Mereka mengembangkan dan memperbaiki laporan serta
merumuskan jawaban, solusi, dan kesimpulan. Pada fase ini siswa menghasilkan
13
Ibid, h. 180
-
11
produk yang tertuang baik dalam bentuk oral, visual, tulisan, gerak, maupun
multimedia.
5) Komunikasi (Sharing)
Pada fase ini siswa mempresentasikan produk inkuiri mereka kepada
guru atau teman mereka. Fase ini harus menjadi terbimbing, sehingga guru
memiliki pengetahuan yang masuk akal mengenai fenomena yang mereka amati.
6) Evaluasi (Evaluating)
Pada fase evalusi, menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses
penilaian seperti: dalam penyelidikan untuk menghasilkan produk.penilaian ini
terletak pada penilaian pemahaman siswa terhadap proses dan proses terhadap
penguasan konsep.14
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri
Model inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1) Dapat membentukdan mengembangkan self consept pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengertitentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya
sendiri.
5) Memberi keputusan yang bersifat intrinsik.
6) Situasi proses belajar mengajar jadi lebih merangsang.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9) Dapat menghindari siswa dari cara-cara tradisional.
14
Alberta Learning 2004. Focus on Inquiry:A Teachers Guided toImplementing Inquiry-Based
Learning. h. 10-13
-
12
10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mengasimilasi
dan mengakomodasi informasi.15
Adapun kelemahan dari model pembelajaran inkuiri dapat dikemukakan
sebagai berikut.
1) Model inkuiri memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok
digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku.
2) Model inkuiri tidak bisa digunakan pada setiap bidang pelajaran.
3) Siswa lebih suka dengan model tradisional.
4) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.16
c. Peranan Model Inkuiri
Di dalam perkembangannya ternyata model inkuiri mempunyai peranan
penting terhadap pendidikan di sekolah. Sehingga besar guru-guru di Indonesia
belum menggunakan model inkuiri di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Pelaksanaan penggunaan model inkuiri mempunyai peranan penting baik maupun
para peserta didik. Peranannya antara lain:
1) Menekankan kepada proses informasi oleh peserta sendiri.
2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan
yang diperolehnya.
3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan
keterampilan dalam proses memperoleh kognitif peserta didik
4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan
dan sangat sulit melupakannya.
5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena pserta
didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.17
15
Roestyah N K. Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta. 2001 ), h. 76-77
17
Soewarso op cit, h. 129-130
-
13
2. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
a. Pengertian Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Inkuiri terbimbing ( guided Inquiri ) merupakan salah satu model di
mana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan.
Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah. Guru
memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih
lanjut.18
Jadi, model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang
berupaya untuk menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada siswa, sehingga
siswa lebih banyak belajar sendiri dan mampu mengembangkan kreativitasnya
dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam model inkuiri terbimbing
adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Inkuiri terbimbing ( guided inquiry ) masih memegang peranan guru
dalam memilih topik atau bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi. Akan
tetapi siswa diharuskan untuk mendesain untuk merancang penyelidikan,
mengenalisis hasil, dan sampai kepada kesimpulan.19
Selain sebagai fasilitator
tugas guru selanjutnya adalah memilih materi yang perlu disampaikan kepada
siswa untuk dipecahkan dan siswabenar-benar ditempatkan sebagai subyek yang
belajar tetapi bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan.
b. Karakteristik Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Menurut Carlo C. Kuhthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik
inkuiri terbimbing (guided inquiry) yaitu:
1) Siswa belajar aktif dan terefleksi pada pengalaman
Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif
individu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu
dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari
tindakan dan refleksi pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran
Hands on (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang model otoriter dan
18
http://www.mcps.kl2.md.us/curiculum/science/instr/inq3levels.htm, 19
Ronaldi. Bonnstetter. Inquiry; Learning from the past an Eye on the future,diakses dari
(http://unr.rdu/homepage/jcannon/ejsebonnstetter/html)
-
14
menganggap bahwa pengalaman dan inkuiri (penemuan). Sangat penting dalam
pembelajaran bermakna.
2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu
Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk
dasar untuk membangun pengetahuan baru. Ausubel prihatin dengan individu
yang materi verbal/tekstual dalam jumlah yang besar di sekolah. Menurut Ausubel
faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang
mereka tahu.
3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran melalui
bimbingan
Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses yang
mendalam yang membawa kepada sebuh pemahaman. Proses yang mendalam
memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertnyaan-pertanyaan
yang otentik mengenai objekyang telah digambarkan dari pengalaman dan
keingintahuan siswa.
Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan
intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi membantu merangsang inkuiri yang
membawa kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.
4) Perkembangan siswa secara bertahap
Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas
mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur,perkembangan ini
merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, refleksi,
menentukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan
mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan serta sikap dan nilai.
5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran
Siswa belajar melalui semua pengertianya. Mereka menggunakan
seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pengalaman yang
mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.
-
15
6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain
Siswa hidup di lingkungan sosial di mana mereka terus menerus saudara,
guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang
membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan di mana untuk mereka. Vigotsky
berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada kognitif.20
Berdasarkan karakteristik tersebut, inkuiri terbimbing merupakan sebuah
pendekatan yang berfokus pada proses berpikir yang membangun pemahaman
oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa pengalaman dan
apa yang mereka telah tahu. Selain itu, siswa juga belajar melalui interaksi dengan
orang lain yang berperan penting dalam kognitifnya.
c. Tahap Pelaksanaan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Tahap pelaksanaan model inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) terdiri
dari:
1) Ketidaksesuian pristiwa/kejadian (discrepant event) dan menyajikan masalah
Pembelajaran inkuriri terbimbing diawali dengan penyajiaan guru
mengenai masalah yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah dan tidak bisa
dipecahakan dengan segera. Wright memberikan suatu definisi mengenai
ketidaksesuaian peristiwa (discriepant event) adalah fenomena yang terjadi
kelihatannya bertentangan dengan perkiraan awal kita. Ketidaksesuaian peistiwa
(dicriepant event) sangat penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang
membuat mereka lebih keritis terhadap informasi
2) Tambahan
Setelah siswa membuat hipotesis dan mengetahui data yang relevan
yang mendukung hipotesis kemudian guru perlu mengidentifikasi cara
perkembangan pemikiran siswa. Pada tahap ini dapat dilakukan kegiatan diskusi.
Dengan diskusi bakal alami siswa dapat terpelihara dan guru dapat
20
Carol C. Khukthan dan Ross. J. Todd.2006. Guied Inquiry: A Framework for Learning Throug
School Libraries 2 lst Century School.
-
16
menggembangkan budaya mau mendengarkan atau bergiliran mengemukakan
pendapat di dalam kelas.21
Laine dan Heath mengemukakan 4 (empat) tahapan proses inkuiri
terbimbing: :
1) Mengumpulkan latar belakang informasi
2) Membuat peta konsep
Peta konsep digunakan untuk meringkas informasi yang telah ditemukan
.3) Inkuiri/penemuan
Yang termasuk kegiatan inkuiri ini adalah membuat pernyataan,
memprediksi jawaban/membuat hipotensi, mendisain, percobaan dan melakukan
percobaan
4) Analisa data
Setelah data/hasil diperoleh dari perobaan yang telah dilakukan,
kemudian data tersebut dianalisis untuk diambil kesimpulan.22
Dalam David M.
Hanson kegiatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) terdiri dari 5 (lima) tahapan,
yaitu :
a) Orientasi
Orientasi menyiapkan siswa untuk belajar orientasi memberikan
motivasi untuk beraktivitas, menciptakan minat, membangkitkan keingintahuan,
dan membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya.
Pengenalan terhadap tujuan pembelajaraan dan kriteria keberhasilan
memfokuskan siswa untuk menghadapi persoalan penting dan menentukan tingkat
pengusaan yang diharapkan.
b) Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
observasi, mendisain eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganalisis
21
Thomas J. Lasley H. Thomas J. Matzynski dan James B. Rowley, Instructional Model Strategis
foe Teaching in a Diverse Society, ( Wadswerth,2002), h.148 154 22
23 PhyllisS lame dan Linda J. Heath, 2002, A Guided Inquiry in a Compater-Based Biology
Laboratory Comference of the Association for Biology Laboratory education ( ABLE), Vol.23, h.
152-153
-
17
data; menyelidiki hubungan; serta mengemukakan pernyataan dan menguji
hipotensi.
c) Pembentukan konsep
Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuka.
Pemahaman konseptual dikembangkan oleh keterlibatan siswa dalam penemuan
bentuk penyampaian infofmasi melalui naskah atau (discriepant event) sangat
penting dalam inkuiri perhatian pada cara siswa yang membuat mereka lebih
keritis terhadap informasi melalui naskah atau ceramah.
d) Aplikasi
Aplikasi melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan,
masalah, dan situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk membentuk kepercayaan diri situasi yang sederhana dan konteks yang
akrab. Pemehaman dan pembelajaran yang sebenarnya dipelihara pada
permasalahan yang mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan baru ke
dalam konteks yang tidak akrab, memadukannya dengan pengetahuan lain, dan
menggunakannya pada cara yang baru dan berbeda untuk memcahkan masalah-
masalah nyata didunia.
e) Penutupan
Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang
dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah dan menilai penampilan mereka.
validasi bisa diperoleh dengan melaporkan hasil kepada teman atau guru untuk
mendapatkan pandangan mereka mengenai isi dan kulitas hasil.23
d. Pembelajaran konstruktivis dan inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Inkuiri terbimbing (guided inquiry) ditemukan berdasarkan kepercayaan
bahwa pembelajaran merupakan proses pembentukan individual dan sosial
ditanamkan secara mendalam di amerika, dan telah dikembangkan oleh pemikiran
pendidikan abad xx yang berpengaruh seperti jhon dewey, george kelly, Jerome
bruner, jean piaget, dan lev vygotsky.
23
David M. Harson. Designing Process-Oriented Guided Inquiry Activities, ( Pasific Creast 2nd
edition.2005), artikel diakses http:/www.pogil.org/downloadDesigning,POGIL Activities.pdf.
-
18
Pembelajaran konstruktivis memberikan perhatian kepada pencarian
aktif siswa dalam menentukan pengertian dan pemahaman. Perhatian tersebut
sebagai berikut :
1) Siswa membentuk pengetahuan dan pemahaman yang mendalam lebih baik
daripada pasif menerimanya.
2) Siswa terlibat langsung dan ikut serta dalam penentuan pengetahuan baru.
3) Siswa menghadapi pandangan alternatif dan gagasan yang bertentangan
sehingga mampu mengubah pengetahuan sebelumnya menjadi pemahaman
yang mendalam.
4) Siswa mentransfer pengetahuan dan kemampuan baru ke situasi yang baru.
5) Siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka serta penguasaan
kemampuan isi dan kurikulum
6) Siswa berperan bagi sosial/kelompoknya, menumbuhkan demokrasi, dan
mengembangkan sosial/kelompok yang memiliki bayak pengetahuan.24
Dari uraian diatas, inkuiri terbimbing (guided inquiry) dapat diartikan
sebagai salah satu model pembelajaran berbasis inquiry/penemuan yang
menyajian masalah dan penyelesaian dari masalah ditentukan guru. Masalah dan
pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan
jawabanya. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data
dari masalah yang diajukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan,
menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar pada hakikatnya mengandung makana terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan latihan.25
Di bawah ini
beberapah pengertian belajar menurut para tokoh pendidikan.
24
Carol C, Kulhthan dan Ross J. Todd, 2006, Guided Inquiry Activitie: A Framework For
Learning Through School Libraries on 2 1st Century School ( Contuctivist Learning and
GuidedInquiry), artikel diakses dari http://cissl.scils.rutgets.edu/guidedinquiry/cons.htm.
-
19
Menurut teori Peaget, belajar adalah perubahaan dalam struktur mental
yang berisi informasi dan perosedur pengoprasian pada informasi tersebut dimana
pembelajaran menkostruksi pengetahuan dan secara aktif mencari makna
pembelajaran tersebut. Sedangkan menurut skaianer hasil belajar adalah
perubahan-perubahan dalam perilaku tampat pembelajaran sebagai hasil
pengalaman dimana pemikiran siswa focus pada interaksi antara linkungan dan
perilaku.
Selain itu, Cormbac di dalam bukunya education psicology menyatakan
bahwa; learning is shown by a change in behcviour as a result ofexperince,
artinya belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam proses
mengalami itu si pelajar mengunakan panca indranya.26
Menurut pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar haya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penugasan hasil
latihan melainkan perubahan tingkah laku.
b. Hasil Belajar Fisika
Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
akibat dari proses belajar yang dilakukannya berupa tercapainya tujuan-tujuan
belajar yang diinginkan. Fisika mempelajari tentang berapa hal yang menyangkut
materi serta pengetahuan tentang kejadian-kejadian alam. Hasil belajar fisika di
sekolah bertujuan agar para siswa dapat menguasai dan memahami konsep fisika.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam
proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,27
ranah kognitif merkenan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
25
Syaiful Bahri Djamhari & Aswan Zein. Strategi Belajar Mengajar. ( Jakarta:Rineka
Cipta,2006), h. 11 26
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), h. 27
Drs. Ali Imran. Belajar dan Pembelajaran. (PT Dunia Pustaka Jaya ), h. 20-25
-
20
kognitif tingkat rendah dan ke empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penialian, dan organisasi. Sedangkan ranah
psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerakan reflek, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks dan gerakan ekspersif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ke
tiga ranah itu, ranah kognitif lah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu keadaan
atau nilai dari sesorang yang belajar, dan kempauanya untuk mengunakan apa
yang di peroleh dari proses belajar mengajar serta apa yang diperoleh siswa dalam
perose pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang diperolehnya. Dalam hal
ini hasil pengalaman dari usaha seseorang dalam belajar dapat menyebabkan
perubahan tingkah laku yang didapat setelah peroses belajar dean dapat diamati.
Penilain pada hasil belajar mencakup seluruh aspek baik ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Namun dalam hal ini penilaian hasil belajar pada
penilaian ini diartikan sebagai tingkah penguahaan kognitif siswa pada materi
pokok getaran dan gelombang.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses
hasil belajar siswa di sekolah. Secara garis besar ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses hasil belajar siswa di sekolah antara lain, faktor internal dan
faktor internal.
-
21
1) Faktor yang dari dalam siswa (internal) yaitu:
a) Faktor fisiologi terdiri dari kondisi kesehatan, kebugaran fisik, dan kondisi
kesehan panca indera terutama pengelihatan dan pendengaran.
b) Faktor fisikologis terdiri dari minat, bakat, intelegensi, motivasi dan
kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan prsepsi, ingatan,
berfkir dan kemampuan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa.
2) Faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal) yaitu:
a) Faktor lingkungan antara lain:
(1) Lingkungan nonsosial/alami seperti kelembaban suhu, kelembaban
udara, waktu (pagi, siang, malam) tempat letak gedung sekolah dan
sebagainya.
(2) Lingkungan sosial baik berwujudnya manusia dan representasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.28
b) Faktor instrumental terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajar,
guru dan kurikulum/materi pelajaran strategi belajar mengajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah ada
materi yang dipelajari, faktor lingkungan siswa, faktor instrumental, keadaan
individu siswa, dan proses belajar mengajar.
Menurut Soedijarto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah latar belakang sosial ekonomi, lingkungan belajar di rumah, latar belakang
kemampuan kognitif dan kuantitatif, sikap pelajar terhadap pendidikan, sikap
positif pelajar terhadap IPA dan matematika, tingkah partisipasi pelajar, bentuk
tes yang digunakan, frekuensi tes, dan cara guru berperan dalam proses belajar
mengajar.
Selain pengertian di atas, faktor yang pempengaruhi hasil belajar dari
dalam siswa (internal) yaitu meliputi hal-hal seperti sikap terhadap belajar,
motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan ajar,
kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, intelegensi dan keberhasilan
belajar. Sedangkan faktor eksternal belajar meliputi hal-hal seperti guru sebagai
28
Muhibin Syah, M.Pd. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: Rosda Karya,
2003), h. 137-138
-
22
pembina pelajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian,
lingkungan sosial siswa disekolah dan kurikulum. Jadi hasil belajar tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal baik dari dalam siswa maupun faktor
dari luar siswa.
d.Hubungan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Hasil Belajar
Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai upaya guru
untuk menciptakan situasi yang memungkinkan siswa yang mengalami kesulitan
belajar mampu mengingatkan hasil belajar semaksimal mungkin sehingga
mencapai atau bahkan melampaui kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.
Oleh karena itu, dalam mengajar harus memperhatikan karakteristik kesulitan
yang dihadapi siswa sehingga dengan mudah guru tersebut dapat memberikan
bantuan. Dalam arti mengajar tersebut harus diadakan perbaikan dan yang di
betulkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar meliputi cara belajar, model,
materi, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar.
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan kegiatan yang harus
dilaksanakan guru apabila ingin keseluruhan siswanya berhasil mempelajari
pelajaran yang diajarkan secara tuntas. Seperti yang telah diketahui bahwa taraf
kemampuan siswa berbeda-beda dalam penyerap pelajaran, maka guru harus
menentukan pendekatan yang tetap dalam pembelajaran inkuiri terbimbing,
karena hal ini sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan yang akan dicapai siswa.
Banyak diantara siswa kesulitan dalam menerima materi pelajaran yang
ada di dalam ilmu fisika. Hal ini dikarenakan ilmu fisika merupakan ilmu yang
bersifat empiris yang berarti ditentukan oleh bukti-bukti atau fakta yang didapat
dalam penelitian ilmiah yang disusun secara sistematis dan terkontrol. Oleh
karena ilmu fisika diperoleh berdasarkan pengamatan dan eksperimen, serta
menghubungkan fakta-fakta berdasarkan model ilmiah maka guru yang bertindak
sebagai fasilitator bertanggung jawab untuk membantu dan membimbing siswa
untuk mencapai hasil yang optimal dan di harapkan guru dapat menciptakan
situasi belajar yang baik dalam proses belajar yang efektif, efisien dan relevan.
-
23
Gejala kesulitan belajar merupakan salah satu gejala (gambaran) belum
tercapainya perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Oleh karena itu, masih
diperlukan proses belajar yang khusus dan dapat membantu pencapaian kebulatan
tingkah laku sebagai hasil belajar. Dalam hubungan ini pembelajaran inquri
terbimbing merupakan salah satu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dilakukan setelah melakukan
kegiatan evaluasi atau tes unit atau satuan pokok bahasan.evaluasi ini bertujuan
untuk mengetahui materi pelajaran yang belum dipahami dan dikuasai siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Nurkhasanah tentang pembelajaran fisika dengan model
inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
ESQ.29
Penelitian Bilkisti Hardiyono menunjukkan bahwa proses pembelajaran
menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan kerja
ilmiah dan hasil belajar siswa.30
Penelitian Marnita menunjukkan bahwa dengan
pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi inkuiri dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa,31
serta berdasarkan penelitian di Gill st Bernard School,
New Jersey dijelaskan oleh Kukhtau dan Todd bahwa dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing siswa dapat menguasai konsep lebih mendalam.32
c. Kerangka Berpikir
Tujuan pendidikan sains adalah membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman serta mendorong siswa untuk mengembangkan
keterampilan untuk menyelidiki komponen-komponen fisik, material, dan
teknologi dari lingkunagan mereka secara ilmiah. Untuk itu setiap pembelajaran
dalam pendidikan sains harus menumbuhkan kualitas pemikiran semacam
29
.Nurkhasanah.2010 Pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing termodifikasi
ditinjau dari kemampuan dan berpikir kritis siswaUniversitas Surakarta .2010 30
Bilkisti Hardiyono. 2007 penerapan model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan
keterampilan dan prestasi belajar siswa. Fakultas MIPA UM 31
http://Page-your favorite. Com/ppsupi/abstract IPA 2004.htm! 32
http//cissl/scils.rutgers.edu. Guided Inquiry/Char.htm
http://page-your/
-
24
kemandirian berpikir, keaslian ide, dan kebebasan berpikir. Hal teersebut dapat
meningkatkan kualitas pemikiran menjadi nilai-nilai sosial.
Fisika merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan
pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar fisika juga merupakan
penemuan. Belajar fisika menekankan kepada pemberian pengalaman secara
langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dalam menggali alam
sekitar dan memahaminya.
Salah satu alternatif tersebut adalah dengan memberlakukan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini
merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang bertujuan untuk
mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan
masalah, serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, membina dan
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, rasa ingin tahu, dan penalaran serta
cara berpikir objektif baik secara individual maupun kelompok. Pada
pembelajaran ini siswa melakukan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang
diajukan guru tetapi siswa sendiri yang menentukan prosedur penyelidikannya.
Sedangkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam penyelidikan yang
dirancangnya.
Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini siswa didorong untuk
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip serta guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman denagan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsepnya
sendiri. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing ini terdapat proses-proses
mental yaitu menyajikan masalah, merumuskan pertanyaan, membuat hipotesis,
mendesain dan melakukan eksperimen, mengummpulkan data, menganalisis dan
menarik kesimpulan serta mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikan, melalui
proses ini dapat membiasakan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa
-
25
(Gambar 2.1 Kerngka Berpikir)
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa
E. Materi Konsep
1. Getaran
a. Pengertian Getaran
Kata getaran sering kamu dengar dan kamu gunakan dalam percakapan
sehari-hari, apa yang dimaksud dengan getaran? bagaimana benda dikatakan
bergetar? Untuk memahaminya lihat gambar di bawah ini:
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
Guru menyajikan
masalah dan siswa
mengadakan
penelitian untuk
memecahkan
masalah tersebut Analisis data dan
membuat kesimpulan
Menyajikan masalah
Penutup
Membuat pertanyaan
dan mengumpulkan
data
Membuat eksperimen
-
26
(Gambar 2.2 Ayunan Sederhana)
Gantungkanlah sebuah benda pada seutas tali yang terikat seperti gambar
di atas. Titik keseimbangan ayunan berada di titik B. kemudian, berilah gangguan
pada ayunan tersebut sehingga benda bergerak menurut lintasan A-B-C. Amatilah
apa yang terjadi! Apa yang terjadi dengan gerakan bandul?
Saat benda melewati lintasan A-B-C, benda dikatakan telah melakukan
setengah getaran. Demikian pula halnya jika melalui lintasan B-A-B. jika lintasan
benda adalah A-B-C-B-A atau B-A-B-C-B, dikatakan benda telah menempuh satu
kali getaran. jadi, Getaran adalah gerak bolak-balik (gerak periodik) dalam
lintasan yang sama dan melalui titik seimbangnya.
Simpangan terbesar yang mampu dilakukan benda, yaitu B-A atau B-C
disebut amplitudo. Jadi, amplitudo adalah simpangan terbesar yang dapat dicapai
benda dari titik seimbangnya. Selain beberapa contoh yang sudah dikemukakan,
peristiwa getaran dapat ditemukan dalam gelombang TV dan gelombang radar.
b. Periode Getaran
Pernahkah kamu melihat bandul jam? Bandul jam selalu memiliki
simpangan yang tepat karena pengaruh gaya per jam tersebut. Oleh karena itu,
pada bandul jam dapat diamati adanya simpangan terbesar (amplitudo) dari waktu
yang digunakan untuk melakukan getaran sempurna. Ternyata waktu yang
digunakan untuk melakukan suatu getaran sempurna adalah tetap yang disebut
dengan periode.
Periode dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan satu getaran penuh. Satuan periode adalah detik sedangkan
lambangnya adalah T.
B C A
-
27
Pada umumnya, pengukuran periode getaran tidak dilakukan untuk satu
getaran karena selang waktu untuk melakukan satu getaran sangat singkat.
pengukuran getaran dilakukan untuk sejumlah getaran, misalnya misalnya 10
getaran sehingga didapatkan selang waktu untuk 10 getaran tersebut .
c. Frekuensi Getaran
Menurut definisi, periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk satu
getaran penuh. Dalam satu detik berarti terjadi T
1 getaran. Banyaknya getaran per
sekon disebut frekuensi (f). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa T
f1
.
Frekensi getaran ialah banyak gertaran yang terjadi setiap sekon. Jadi,
frekuensi adalah kebalikan dari periode. Frekuensi getaran dilambangkan dengan
f dan satuannya hertz (Hz). Hubungan antara frekuensi getaran (f) dan periode
getaran (T) adalah
Tf
1 atau
fT
1
Dengan T = periode (sekon)
f =frekuensi (sekon
1 atau Hz )
semakin besar frekuensi, semakin kecil periode, dan sebaliknya, semakin
besar periode, semakin kecil frekuensinya.
2. Gelombang dan Perambatanya
a. Pengertian Gelombang
Gelombang merupakan getaran yang merambat. Sifat terjadinya,
gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gelombang mekanik dan
gelombang elektromagnetik.
Gelombang mekanik adalah gelombang yang terjadinya disebabkan oleh
peeristiwa getaran mekanik. Contoh gelombang mekanik yaitu gelombang pada
permukaan air, gelombang bunyi, dan gelombang pada tali dan gelombang gempa.
gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terjadinya disebabkan radio,
gelombang TV, dan gelombang cahaya.
-
28
Pada gelombang tali tidak terjadi perpindahan medium ke arah rambatan
gelombang, yang merambat adalah hasil usikan atau ganguan.
b. Jenis Gelombang
Berdasarkan arah rambatan dan arah getarannya, gelombang terbagi atas
dua jenis, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Berikut akan
dijelaskan kedua jenis gelombang tersebut.
1) Gelombang Transversal
Gelombang pada tali dan gelombang pada permukaan air merupakan
contoh gelombang transversal. Ketika kamu memberikan ganguan pada slinkin,
ganguan tersebut bergerak sepanjang medium, tetapi partikel-partikel medium
bergetar dengan arah tegak lurus terhadap arah rambat ganguan. Dengan kata lain,
arahgetaran pada slinki tegak lurus terhadap arah rambatan. Jadi pada gelombang
transversal, arah rambat gelombang tegak lurus pada arah getarnya. Contoh lain
gelombang transversal adalah gelombang cahaya.
2) Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal dapat juga diamati pada slinki. Agar dapat
mengamati gelombang longitudinal kamu dapat memberikan gangguan atau
getaran pada slinki secara mendatar. Pada gelombang longitudinal terjadi pola
rapatan dan renggangan. Pola rapatan terjadi karena adanya usikan atau gangguan
yang kamu lakukan secara horizontal pada salah satu ujungnya. Rapatan pada
slinki bergerak searah dengan rambatan gelombang.
Dengan demikian, gelombang longitudinal dapat dinyatakan sebagai
gelombang yang arah getarannya sejajar atau searah dengan arah rambatan.
Contoh lain gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi, gelombang bunyi
dan gelombang dalam air.
c. Panjang Gelombang
Berdasarkan uraian sebelumnya, pada gelombang transversal arah
getaran tegak lurus terhadap rambatannya sehingga akan terbentuk bukit dan
lembah gelombang, sedangkan pada gelombang longitudinal akan terbentuk
rapatan dan rengggangan. Pemahaman tentang bukit dan lembah gelombang atau
rapatan gelombang dapat diuraikan sebagai berikut.
-
29
1) Bentuk Gelombang Transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus
arah rambatannya. Arah rambat gelombang pada tali adalah sepanjang tali
sedangkan getarannya adalah turun naik. Demikian juga dengan getaran pada
permukaan air adalah turun naik secara vertikal dan merambat secara horizontal
ke pinggir kolam. Satu gelombang terdiri atas satu bukit dan satu lembah. Panjang
satu gelombang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang diberi lambang
(lamda), dengan satuan meter.
2) Bentuk Gelombang Longitudinal
Pada gelombang longitudinal, panjang gelombang terdiri atas satu
rapatan dan satu renggangan. Panjang gelombang longitudinal dapat dihitung
mulai dari ujung renggangan pertama sampai ujung renggangan berikutnya atau
dari ujung rapatan pertama sampai ujung rapatan selanjutnya.
3) Periode dan Panjang Gelombang
Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu
getaran sempurna. Hal ini berarti pula bahwa periode adalah waktu yang
diperlukan untuk membentuk satu gelombang.
Dalam perambatannya, gelombang memiliki laju sebesar v. Jika untuk
melewatkan satu gelombang dibutuhkan waktu T, dapat dinyatakan bahwa laju
rambat gelombang sebagai berikut.
Tv
Dengan v = laju rambat gelombang (m/s)
= panjang gelombang (m)
T = periode getaran atau periode gelombang
4) Hubungan antara Laju Rambat , Frekuensi, dan Panjang Gelombang
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama
1 sekon. Frekuensi merupakan kebalikan periode (T).
fT
1 atau
Tf
1
Hal ini berlaku pula pada frekuensi gelombang
-
30
Jadi, dapat dituliskan sebagai berikut.
Tv
atau v = . F
3. Gelombang Bunyi
a. Proses terjadinya Bunyi
Bunyi pada hakikatnya adalah sesuatu yang dapat didengar oleh telinga
yang kemudian disampaikan ke otak. Benda bergetar yang dapat menimbilkan
gelombang bunyi disebut sumber bunyi. Gelombang bunyi memerlukan medium
untuk merambat. Udara tempat merambatnya gelombang bunyi disebut zat antara
atau medium antara. Selain udara, zat cair dan zat padat juga merupakan zat antara
bagi gelombang bunyi di ruang hampa udara, bunyi tidak dapat merambat. Hal ini
dibuktikan oleh seorang ilmuwan fisika Jerman bernama Otto Von guericke (
1602-1686).
b. Laju Rambat Bunyi
Ketika terjadi petir, kadang-kadang bunyi dan cahaya datang bersamaan
tetapi, kadang-kadang cahaya terlebih dahulu terlihat dan beberapa detik
kemudian barulah terdengar bunyinya, hal tersebut menunjukan bahwa dalam
perambatannya ke suatu tempat, bunyi memerlukan waktu lebih lama
dibandingkan cahaya. Semakin jauh tempat yang ditujunya, semakin lama bunyi
sampai ke tempat itu.
Perbandingan jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi dari sumber
bunyi ke pendengar dengan selang waktu dinyatakan dengan laju rambat bunyi.
Jika jarak dinyatakan dengan s dan waktu dengan t , laju rambat bunyi v
dirumuskan:
t
sv
Dengan : v = laju rambat bunyi ( m/s )
s = jarak bunyi dengan pendengar (meter)
t = waktu ( sekon).
-
31
c. Frekuensi yang Dapat Didengar
Indra pendengaran manusia hanya dapat mendengar bunyi yang
memiliki frekuensi 20 Hz-20.000 Hz. Rentang frekuensi dari 20 Hz- 20000 Hz
disebut frekuensi audiosonik atau sonik. Frekuensi di bawah 20 Hz disebut
frekuensi infrasonik atau subsonik. Frekuensi di atas 20.000 Hz disebut frekuensi
ultrasonik. Bunyi infrasonic dapat didengar oleh binatang tertentu, seperti anjing
dan jangkrik, sedangkan ultrasonic dapat didengar oleh kelelawar dan lumba-
lumba.
d. Nada
Bunyi teratur memiliki frekuensi getaran yang tertentu. Bunyi dengan
frekuensi tertentu disebut nada. Sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi getaran
yang tidak teratur disebut desah. Tinggi rendahnya nada bergantung pada
frekuensi getaran.semakin besar frekuensi getar suatu nada, semakin tinggi nada
tersebut. Sebaliknya, semakin kecil frekuensi getar suatu nada maka semakin
rendah nada tersebut.
e. Peristiwa Resonansi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena
pengaruh getaran benda lain yang bergetar. Beberapa contoh peristiwa resonansi
adalah pada alat musik seperti gitar, gendang dan gong. Pada gitar, bunyi atau
nada dihasilkan oleh getaran senar. Getaran senar ini menggetarkan udara yang
berada di dalam kotak gitar. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan senar
terdengar lebih keras. Demikian pula pada gendang dan gong, udara yang berada
diruangan dalamgendang dan ruangan dibalik lempeng gong ikut bergetar, akibat
bergetarnya selaput gendang dan lempeng gong.
4. Pemantulan bunyi
a. Hukum Pemantulan Bunyi
Bunyi dipantulkan menurut aturan-aturan tertentu, Hukum pemantulan
bunyi sebagai berikut:
1) Arah bunyi datang, garis normal, dan arah bunyi pantul terletak pada satu
bidang datar.
2) Besar sudut datang ( )i sama dengan besar sudut pantul ( )r .
-
32
b. Menghitung Laju Rambat Bunyi
Ketika waktu tempuh antara sumber bunyi ke bidangpemantul dan
kembali ke sumber bunyi, jarak tempuhnya adalah 2 kali jarak antara sumber
bunyi dan bidang pemantul. Persamaannya,
t
sv
2 atau
2
.tvs
c. Pemanfaatan Pantulan Bunyi dalamKehidupan sehari-hari
Pantulan bunyi dimanfaatkan juga untuk mengukur kedalaman laut,
panjang lorong goa, mendeteksi cacat dan retak pada logam dan
sebagainya.pengukuran kealamn laut ditentukan dengan teknik pantulan pulsa
ultrasonic. Untuk itu, pada dinding kapal dipasang pembangkit getaran (osilator)
dan penerima getaran (hidrofon).
Gelombang bunyi yang dihasilkan dirambatkan melalui air laut dan
akan dipantulkan oleh dasar laut yang diterima oleh alat khusus di kapal. Dengan
mengetahui selang waktu antara gelombang yang dikirim dan yang diterima maka
akan diketahui kedalaman laut dengan menggunakan persamaan berikut ini.
tvs .2
Dengan s = jarak/kedalaman laut (meter)
v = laju rambat bunyi dalam air ( m/s)
t = selang waktu antara gelombang yang dikirim dan diterima
(sekon)
.
-
33
-
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen
yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu
variabel. Dalam kontrol atau pengendalian variabel bisa dilakukan secara ketat
atau secara penuh. Sehingga perlu dicari atau dilakukan pengontrolan yang sesuai
dengan kondisi yang ada. Dimana peneliti harus dapat memilih dan menentukan
variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak
dilakukan sepenuhnya.
Peneliti melakukan analisis dan evaluasi penguasaan konsep siswa
terhadap pretest dan posttest yang kemudian diolah untuk mengetahui
penguasaan dan peningkatan konsep siswa kelompok atas, kelompok tengah dan
kelompok bawah pada tiap indikator serta mengetahui apakah kenaikan ini
signifikan atau tidak setelah diterapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan
pada tahun pelajaran 2009/2010
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pretest-posttest
design, dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini
menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol (diberikan perlakukan, menggunakan
model konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan metode
pembelajaran inkuiri terbimbing). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek
yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
-
34
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatment Posttest
E T1 X1 T2
C T1 X2 T2
Keterangan:
E : Kelas eksperimen
C : Kelas kontrol
T1 : Nilai pretest
T2 : Nilai posttest
X1 : Perlakuan (penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing).
X2 : Tidak diberi perlakuan model inkuiri terbimbing
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam
penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Sedangkan populasi
terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Jamiatus
Sholihin.
Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti.2 Sample yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII 3 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII 2 sebagai kelas kontrol.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Sampling
dengan teknik simple random sampling. Probability Sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipillih menjadi anggota sampel. Dikatakan sampel
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 102 2 Ibid., h. 109
-
35
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.3
F. Variabel Penelitian
Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam, dalam metodologi
penelitian, variabel yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang akan menjadi
objek penelitian.4 Dalam penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate variabel
(hubungan antara dua variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan
variabel dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel variabel dependent (variabel
terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel oleh variabel independent.
Oleh karena itu variabel ini sering disebut dengan terpengaruh.
Penelitian ini memiliki dua variabel. Pertama pengaruh metode
pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai variabel bebas (Variabel X). Hasil
belajar fisika siswa sebagai variabel terikat (variabel Y).
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum
diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas
eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol.
2. Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
inkuiri terbimbig (X1).
3. Melakukan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah di
beri perlakuan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada
kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.
4. Menganalisis T1 dan T2 untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang
dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
3 Sigiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 120 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (yogyakarta: Rineka Cipta,
1998), Cet Ke-XI, h. 120.
-
36
5. Menganalisis T2 untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas
eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.
6. Menganalisis T2 untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar fisika
siswa setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi pada
kelas kontrol.
7. Membandingkan T2 pada kelas eksperimen dengan T2 pada kelas kontrol
untuk mengatahui pengaruh penerapan pembelajaran metode pembelajaran
inkuiri terbimbing.
8. Menerapkan uji statistik yang cocok untuk menentukan apakah pengaruh
penerapan pembalajaran konvensional dengan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing itu signifikan atau tidak.
H. Tehnik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes.. Tes berupa pretes dan
postes. Pretes adalah test hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing dan postes adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melihat ketuntasan
hasil belajar dan apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa akibat
adanya perlakuan.
I. Instrumen Penelitian
1. Instrument Hasil Belajar
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.Tes yang
digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda pada konsep getaran dan
gelombang. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa dengan 4 pilihan dan
berjumlah 30 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi
nilai 0. Tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen sama dengan kelas
kontrol. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi
-
37
pengetahuan atau ingatan ( C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4).
Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan
menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat
menjadi petunjuk dalam menulis soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes hasil belajar
pada konsep getaran dan gelombang dapat dilihat pada tabel berikut:
KISI KISI INSTRUMEN
2. Kalibrasi
Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu diuji
cobakan kepada siswa kelas IX Mts Jamiatul Gulami. Uji coba ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda.
a. Uji Validitas
Materi Kompetensi
Dasar Indikator
Aspek Kognitif
Soal C1 C2 C3 C4
Getaran
dan
gelombang
Mendeskripsikan
konsep getaran
dan gelombang
serta contoh-
contohnya
Mengidentifikasi getaran
pada kehidupan sehari-
hari
1,2 3 3
Mengukur periode dan
frekuensi getaran 4 5 6 3
Menyelidiki
karakteristik gelombang
transversal dan
gelombang lonitudinal
7 8 9 3
Mendeskripsikan
hubungan antara
kecepatan rambat
gelombang frekuensi dan
panjang gelombang
10 11 12,13 4
Mengaitkan konsep
gelombangdalam
kehidupan sehari-hari
14,15 16 3
Mendeskripsikan
konsep bunyi
dalam kehidupan
sehari-hari
Membedakan jenis-jenis
frekuensi bunyi 17 18 19 3
Memaparkan
karakteristik gelombang
bunyi
20 21 22,23 4
Menunjukan gejala
resonansi dalam
kehidupan sehari-hari
24 25 26 27 4
Memberikan contoh
pemantulan bunyi
dalamsehari-hari
28 29 30 3
Soal 11 9 7 3 30
-
38
Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes itu dapat mengukur apa
yang hendak diukur atau istilahnya valid. Dalam penelitian ini digunakan validitas
isi (content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan indikator
yang dijudgment oleh praktisi pendidikan (dosen atau guru).
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Point
Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk skor dikotomi (skor butir 0 atau 1).
Untuk memberikan interpretasi terhadap angka rpbi dipergunakan tabel nilai r
product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N nr). Adapun
rumus rpbi yaitu:
q
p
SD
MMr
t
tp
pbi
...................................................( 3.1)
Keterangan:
rpbi = angka indeks korelasi point biserial
Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar
Mt = mean dari skor total
SDt = standar deviasi total
p = proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item
q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item5
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi
dibandingkan dengan rtabel product moment dengan = 0,05 dengan rtabel sebesar
0,304. Jika rpbi rtabel maka soal tersebut valid dan jika rpbi < rtabel maka soal
tersebut tidak valid. Dari 30 butir soal yang diuji cobakan terdapat 27 butir soal
yang valid. 6
b. Uji Reliabilitas
5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidkan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-
14, h. 258 6 Lampiran
-
39
Reliabilitas adalah alat penilaian ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya.7 Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus
K-R 20 (Kuder-Richardson 20) karena skor butir soal berbentukskor dikotomi.
2
2
111 s
pqs
n
nr , dengan
n
n
XX
S
2
2
2 ... ....................... (3.2)
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes8
Kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 1,00 sangat tinggi
0,71 0,90 tinggi
0,41 0,70 cukup