pengaruh model kooperatif tipe sfe …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel jurnal... ·...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE SFE (STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS
X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU
Oleh: Ermawati
This research is motivated by the problem of lack of student learning outcomes in learning biology at SMAN 5 Lubuklinggau. Teachers still use conventional methods so that students are less given the opportunity to express his opinion, the teachers here are more active in the learning process, so students only hear and record the lessons and then have not seen enthusiastic students in learning, this is what causes the decreased learning outcomes. Therefore, researchers are working to use cooperative learning model SFE (Student Facilitator and Explaining) in order to improve student learning outcomes. This study aims to determine the effect of the type cooperative model SFE (Student Facilitator and Explaining) the results of class X student of SMA 5 Lubuklinggau. This research used experimental design pretest-posttest control group (pretest-posttest control group design). The population is all class X SMA Negeri 5 Lubuklinggau in the school year 2015/2016, amounting to 297 students and the sample is X.1 class as a class experiment and X.9 as the control class. Data collected by the testing techniques. Data were analyzed using t-test at significant level α = 0.05 it can be concluded that there is influence the type cooperative model SFE (Student Facilitator and Explaining) on learning outcomes biology class X School SMA Negeri 5 Lubuklinggau. The average value of the end of the experimental class at 79.25 and the control class is 74.7. So it can be concluded that the ability of the end of the experimental class students is higher than the control class.
Key words : Learning Biologi, SFE, Learning Outcomes.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan sangatlah penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
kesejahteraan masyarakat khususnya di
Indonesia. Proses pendidikan ini
dilakukan melalui suatu pembelajaran
agar sasaran dari perubahan itu dapat
tercapai sebagaimana yang diinginkan,
salah satu mata pelajaran yang terlibat
dengan kehidupan sehari-hari adalah mata
pelajaran biologi. Menurut Sukandi
(dalam Efeendi 2013: 85) menyatakan
bahwa “Biologi adalah bagian dari sains
yang memiliki dua dimensi yang bersifat
mendasar, yakni dimensi produk dan
dimensi proses. Pembelajaran Biologi
semestinya melibatkan siswa agar
memperoleh pengalaman langsung
melalui percobaan-percobaan atau
eksperimen yang dilakukan sendiri oleh
anak yang memungkinkan siswa dapat
Alumni STKIP-PGRI
lebih memahami pelajaran. Proses
pembelajaran belum adanya perubahan
yang masih berpusat pada guru. Sehingga
peserta didik sering merasa bosan dan
kurang berminat pada saat proses
pembelajaran berlangsung, dan itu
menyebabkan siswa tidak memahami
materi pembelajaran yang disampaikan
guru. Hal ini menyebabkan hasil belajar
dari peserta didik kurang memuaskan.
Hal itu terbukti berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan tanggal 21
Januari 2016 pada salah satu guru dan
siswa-siswi SMA Negeri 5 Lubuklinggau.
Guru biologi di sekolah tersebut
menyatakan bahwa nilai rata-rata biologi
siswa kelas X masih relatif rendah yang
disebabkan metode pembelajaran yang
digunakan masih berpusat pada guru
sehingga siswa kurang diberi kesempatan
untuk mengutarakan pendapatnya serta ide
yang ada dalam pikirannya, disini guru
yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa hanya
mendengar dan mencatat pelajaran saja
kemudian belum terlihat antusias siswa
dalam belajar, inilah yang menyebabkan
minat belajar siswa menurun dan
menyebabkan hasil belajar ikut menurun.
Kemudian dari siswa-siswi di SMA
Negeri 5 Lubuklinggau tersebut
menyatakan bahwa ada yang tertarik
dengan pembelajaran biologi dan ada
yang tidak tertarik, dikarenakan mereka
merasa bosan hanya mendengar dan
mencatat materi pembelajaran yang
diberikan guru saja, siswa ingin dalam
proses pembelajaran mereka diberikan
pengalaman baru atau pengalaman
langsung yang dilakukan sendiri oleh
siswa agar mereka lebih memahami
materi pelajaran dengan cara tersebut
mungkin dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka perlu
memilih model pembelajaran yang tepat,
yaitu model pembelajaran yang
melibatkan siswa agar siswa menjadi aktif
dan siswa tertarik untuk mempelajari
biologi.
Salah satu bentuk pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa aktif adalah
cooperative learning atau dikenal dengan
pembelajaran kooperatif. Menurut
Suyatno (2009:126), “Student Facilitator
and Explaining (SFE) adalah model
pembelajaran dimana peserta didik
mempresentasikan ide/pendapat pada
rekan peserta didik yang lain”. Menurut
Huda (2014:228), menjelaskan bahwa
“Student Facilitator and Explaining (SFE)
adalah rangkaian penyajian materi ajar
yang diawali dengan penjelasan secara
terbuka, memberikan kesempatan siswa
Alumni STKIP-PGRI
untuk menjelaskan kembali kepada rekan-
rekannya, dan diakhiri dengan
penyampaian semua materi kepada
siswa”.
Pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe SFE dapat
diterapkan untuk meningkatkan nilai
siswa, menghargai pendapat teman, saling
memberikan pendapat, saling tolong
menolong mengatasi tugas yang
dihadapinya, dan melatih keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar, kemudian
siswa mempunyai pengalaman baru dalam
proses pembelajaran dan diharapkan
dengan menggunakan model SFE ini
siswa lebih aktif lagi dalam proses
pembelajaran. Melihat dari kenyataan
tersebut maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif
Tipe SFE (Student Facilitator and
Explaining) Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 5
Lubuklinggau”.
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah
pengaruh model kooperatif tipe
SFE (Student Facilitator and
Explaining) terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas X SMA
Negeri 5 Lubuklinggau?”.
Berdasarkan rumusan masalah yang
tertulis diatas maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk
mengetahui pengaruh model kooperatif
tipe SFE (Student Facilitator and
Explaining) terhadap hasil belajar siswa
kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau.
Kemudian dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat
yaitu (1) Dengan menerapkan model SFE
(Student Facilitor and Explaining) dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
siswa dalam melaksanakan kegiatan
belajar dikelas, dapat menumbuhkan
kreatifitas siswa dalam menyampaikan
pendapat atau ide untuk meningkatkan
motivasi dan daya tarik siswa terhadap
pelajaran biologi. (2) Sebagai salah satu
alternatif bagi guru untuk
mengembangkan pembelajaran biologi
dan meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, dengan menggunakan
model SFE (Student Facilitor and
Explaining). (3) Sebagai rangka
perbaikan atau peningkatan mutu
pendidikan sekolah. (4) Mendapatkan
pengalaman langsung dengan menerapkan
model SFE (Student Facilitor and
Explaining) sehingga dapat dijadikan
bekal kelak saat melakukan penelitian
secara langsung.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Alumni STKIP-PGRI
Belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2010:2). Berdasarkan beberapa pendapat
tentang pengertian belajar maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan
pengalaman-pengalaman yang di
alaminya, menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah ketercapaian
tiap kemampuan dasar, baik kognitif,
afektif maupun psikomotorik yang
diperoleh siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran tertentu (Suyanto
dan Jihat, 2013:204). Berdasarkan
beberapa pendapat tentang pengertian
hasil belajar maka, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu
perubahan kemampuan yang dimiliki
siswa setelah mengikuti kegiatan proses
pembelajaran serta melakukan
aktifitas/kegiatan belajar sesuai dengan
tujuan pendidikan.
3. Pembelajaran Model Pembelajaran
SFE
Student Facilitator and Explaining
(SFE) adalah rangkaian penyajian materi
ajar yang diawali dengan penjelasan
secara terbuka, memberikan kesempatan
siswa untuk menjelaskan kembali kepada
rekan-rekannya, dan diakhiri dengan
penyampaian semua materi kepada siswa
(Huda, 2014:228).
Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe SFE diungkapkan oleh
Huda (2014:228), yaitu (1) guru
menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai dengan materi ekosistem. (2) guru
mendemonstrasikan atau menyajikan
materi ekosistem secara garis besarnya
saja. (3) guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjelaskan materi
kepada siswa lainnya, misalnya melalui
bagan atau peta konsep. Hal ini bisa
dilakukan secara bergiliran atau acak. (4)
guru menyimpulkan ide atau pendapat
siswa. (5) guru menerangkan semua
materi yang disajikan saat itu. (6) penutup.
Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tife SFE yang diungkapkan
oleh Taniredja dkk (2011:110), yaitu: (1)
guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai. (2) guru
mendemonstrasikan/menyajikan materi
tentang ekosistem. (3) memberikan
Alumni STKIP-PGRI
kesempatan siswa untuk menjelaskan
materi kepada siswa lainnya misalnya
melalui bagan/peta konsep. (4) guru
menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
(5) guru menerangkan semua materi yang
disajikan saat itu. (6) penutup.
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan langkah-langkah model
kooperatif tipe SFE adalah: (1) guru
menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai. (2) guru menjelaskan materi
tentang ekosistem. (3) guru memberikan
kesempatan peserta didik untuk
menjelaskan kepada peserta didik lainnya,
menggunakan bagan/peta konsep maupun
media lainnya. (4) guru menyimpulkan
ide/pendapat dari siswa. (5) guru
menerangkan semua materi yang disajikan
saat itu. (6) evaluasi.
C. Metode Penelitian
Desain penelitian yang gunakan
adalah desain kelompok kontrol pretest-
posttest (pretest-posttest control grup
design). Desain ini digunakan dua kelas,
yaitu: kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen (X.1) memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan
model SFE sedangkan kelas kontrol (X.9)
memperoleh pembelajaran konvensional.
Desain penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut:
Perlakuan Pre- test Perlakuan Post-
test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
(Sugiyono, 2013:112)
Keterangan:
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
O1 & O3 : Pretest
O2 & O4 : Posttest
X : Perlakuan yang diberikan
dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe
Student Facilitator and
Explaining.
- : Pembelajaran menggunakan
metode konvensional
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik tes. Tes yang
dilakukan pada penelitian ini adalah
dilakukan sebanyak dua kali yaitu
dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan
(pretest) dan sesudah (posttest) tidak
hanya dilakukan pada kelas eksperimen
saja tetapi juga dikelas kontrol. Soal yang
diberikan saat postest sama bobotnya
dengan soal pada pretest. Tes yang
digunakan pada penelitian ini adalah
pilihan ganda berjumlah 21 soal dengan 5
item jawaban.
D. Data Penelitian dan pembahasan
1. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan pada
Alumni STKIP-PGRI
tanggal 29 April sampai dengan 2 Juni
2016, Penelitian ini dilakukan di kelas
X SMA Negeri 5 Lubuklinggau pada
Semester Genap Tahun Pelajaran
2016/2017. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak. Setelah terpilih
secara acak sampel yang digunakan
berjumlah dua kelas yaitu kelas X.1
berjumlah 31 siswa yang merupakan
kelas eksperimen dan kelas X.9
berjumlah 30 siswa merupakan kelas
kontrol dengan materi ekosistem.
Uji coba instrumen dilakukan
sebelum melakukan penelitian, uji coba
instrumen dilaksanakan dikelas XI.IPA
2 SMA Negeri 5 Lubuklinggau pada
tanggal 03 Mei 2016 dengan jumlah
siswa yang ikut melaksanakan adalah
31 siswa pada materi ekosistem.
Jumlah soal yang digunakan pada uji
coba instrumen adalah 30 soal, maka
berdasarkan hasil analisis uji instrumen
soal yang dapat digunakan yaitu
menggunakan tes tertulis, berbentuk
pilihan ganda sebanyak 21 soal yang
digunakan untuk pretest dan posttest.
Tes kemampuan tersebut terdiri dari tes
kemampuan awal dan tes kemampuan
akhir. Hasil tes kemampuan ini akan
dibandingkan antara hasil tes kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Dalam pelaksanaanya jumlah
pertemuan yang dilakukan peneliti
dalam kelas eksperimen di penelitian
ini adalah sebanyak empat kali
pertemuan, pertemuan pertama yaitu
pada tanggal 17 Mei 2016 sebagai
pretest pada materi ekosistem,
pertemuan kedua dan ketiga yaitu
tanggal 19 dan 24 Mei 2016 sebagai
proses pembelajaran menggunakan
model SFE (Student Facilitator and
Explaining) dan pertemuan keempat
yaitu tanggal 26 Mei 2016 sebagai
post-test untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam penguasan
materi sesudah proses pembelajaran
dengan menggunakan model SFE
(Student Facilitator and Explaining).
Kemudian dikelas kontrol pertemuan
pertama yaitu tanggal 13 Mei 2016
sebagai pretest diawal penelitian,
pertemuan kedua dan ketiga yaitu 18
dan 20 Mei 2016 sebagai proses
pembelajaran menggunakan metode
konvensional dan pertemuan terakhir
yaitu tanggal 27 Mei 2016 sebagai
post-test di akhir pertemuan
pembelajaran.
a. Deskripsi Data pretest eksperimen
dan kontrol
Pre-test dilakukan di kelas
eksperimen tanggal 17 Mei 2016
Alumni STKIP-PGRI
dengan jumlah 31 siswa, dan kelas
kontrol pada tanggal 13 Mei 2016
dengan jumlah 30 siswa. Berdasarkan
hasil perhitungan rekapitulasi pre-test
eksperimen dan pre-test kontrol pada
(Lampiran C) hal 109, rekapitulasi data
hasil pre-test dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1Rekapitulasi Data Hasil Pre-test
No. Kelas N x S1. Eksperimen 31 48,29 8,092. Kontrol 30 47,94 8,10
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil
pre-test pada kelas eksperimen sebesar
48,29 dan untuk simpangan bakunya
sebesar 8,09. Sedangkan nilai hasil
pada kelas kontrol rata-ratanya 47,94
dan simpangan baku 8,10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tes kemampuan
awal siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol tidak terdapat perbedaan
yang begitu besar.
b. Deskripsi Data Postest kelas
eksperimen dan kontrol
Post-test dilaksanakan pada
tanggal 26 Mei 2016 di kelas
eksperimen dengan jumlah 31 siswa,
dan di kelas kontrol pada tanggal 27
Mei 2016 dengan jumlah 30 siswa.
Rekapitulasi data hasil post-test dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2Rekapitulasi Data Hasil Post-test
No. Kelas N x S1. Eksperimen 31 79,25 5,482. Kontrol 30 74,7 6,80
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata hasil post-test
pada kelas eksperimen sebesar 79,25
dan untuk simpangan bakunya sebesar
5,48. Sedangkan pada kelas kontrol
nilai rata-rata yang diperoleh sebasar
74,7 dan simpangan bakunya sebesar
6,80.
Kemampuan awal dan akhir
masing-masing kelas dilihat pada
Grafik 4.1.
Pre-test Post-test0
1020304050607080
48.29
79.25
47.94
74
eksperimenkontrol
Dapat digambarkan pada Grafik
4.1 bahwa kemampuan akhir siswa
pada kelas eksperimen lebih tinggi dari
pada kelas kontrol. Hal ini berarti
setelah diberikan post-test, terjadi
peningkatan skor rata-rata hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen sebesar
79,25 dan pada kelas kontrol sebesar
74,7. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kemampuan akhir siswa pada kelas
Alumni STKIP-PGRI
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol.
2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan pada tanggal 29 April
sampai 2 juni 2016 dikelas X SMA
Negeri 5 Lubuklinggau. Pada
penelitian ini peneliti memilih model
SFE (Student Facilitator and
Explaining) dengan tujuan untuk
melihat pengaruh model pembelajaran
SFE terhadap hasil belajar biologi
siswa. Sebelum melakukan penelitian
dilakukan uji coba instrumen dikelas
XI.IPA 2 SMA Negeri 5 Lubuklinggau
pada tanggal 03 Mei 2016 jumlah
siswa yang ikut dalam uji instrumen
yaitu 31 siswa pada materi ekosistem.
Pada hasil pretest dapat
disimpulkan bahwa kemampuan awal
siswa relatif sama antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol, tidak ada
perbedaan yang begitu besar dari kedua
kelas tersebut. Karena pada pretest
siswa belum diberikan perlakuan
dengan menggunakan model
pembelajaran. Kemudian setelah
pretest diberi perlakuan pada kelas
eksperimen menggunakan model
pembelajaran SFE (Student Facilitator
and Explaining) dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran
konvensional. Setelah diberikan
perlakuan maka diadakan post-test
untuk melihat terjadinya peningkatan
hasil belajar antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Perlakuan yang
diberikan pada kelas eksperimen
menggunakan model SFE (Student
Facilitator and Explaining) didapatkan
hasil tes kemampuan awal (pre-test)
sebesar 48,29 dan tes kemampuan
akhir (post-test) sebesar 79,25 sehingga
didapatkan peningkatan hasil belajar
siswa menggunakan model SFE
sebesar 30,96. Kemudian pada kelas
kontrol menggunakan metode
konvensional didapatkan hasil tes
kemampuan awal (pre-test) sebesar
47,94 dan tes kemampuan akhir (post-
test) sebesar 74,7 sehingga didapatkan
peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan metode konvensional
sebesar 26,76.
Dapat disimpulkan pengaruh
peningkatan hasil belajar kelas
eksperimen lebih besar di bandingkan
dengan pengaruh peningkatan hasil
belajar kelas kontrol. Perbandingan
tersebut tidak terlihat mencolok karena
waktu yang diperlukan saat penelitian
relatif singkat, maka siswa masih
menyesuaikan diri dalam proses
Alumni STKIP-PGRI
pembelajaran dengan menggunakan
model SFE (Student Facilitator and
Explaining).
Hasil perhitungan uji normalitas
dan uji homogenitas yang telah
dilakukan, maka kedua kelas
berdistribusi normal dan homogen
sehingga uji hipotesis yang digunakan
adalah uji t. Sedangkan hipotesis
terbukti karena thitung terletak pada
daerah penolakan H0 dan diterima Ha
yaitu thitung > ttabel (2,87>1,671).
Dengan demikian rata-rata kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan
dengan rata-rata kelas kontrol,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh model kooperatif tipe SFE
(Student Facilitator and Explaining)
terhadap hasil belajar biologi siswa
kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau.
Pada saat pertemuan pertama,
tanggal 19 Mei 2016 sebelum memulai
pembelajaran peneliti terlebih dahulu
menginformasikan langkah-langkah
pelaksanaan model SFE (Student
Facilitator and Explaining). Kemudian
siswa dibagi menjadi 5 kelompok
secara heterogen setiap kelompok
berjumlah 6-7 orang siswa. Pada saat
proses pembelajaran berlangsung
dengan pembahasan materi tentang
komponen-komponen ekosistem, pada
awal pembelajaran mungkin siswa
sedikit merasa kesulitan memahami
dan mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model SFE (Student
Facilitator and Explaining) ini karena
termasuk pembelajaran baru bagi
mereka. Hal ini bukan karena tidak
menguasai materi tetapi siswa masih
kesulitan mengeluarkan ide atau
pendapat, kemampuan komunikasi
siswa yang masih dalam tahap
mencoba dan siswa juga malu-malu
untuk menjelaskan materi kemudian
siswa kurang percaya diri untuk
menggungkapkan pendapatnya tentang
materi pelajaran yang akan
dipresentasikan tetapi ketika proses
belajar sudah berlangsung semuanya
berjalan dengan lancar.
Pada pertemuan kedua, tanggal
24 Mei 2016 yaitu mengenai materi
rantai makanan dan piramida ekologi.
Disini siswa sudah mulai terlihat
tertarik dan berminat dalam belajar, ini
dapat terlihat pada saat pemberian
materi pada setiap kelompok yang
berisi materi pembelajaran setelah
diberi penjelasan oleh guru. Proses
pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa mengalami peningkatan dari
pada pertemuan pertama karena sudah
banyak siswa yang melaksanakan tahap
Alumni STKIP-PGRI
tersebut dengan baik. Siswa sudah
mulai berani untuk mengutarakan
ide/pendapatnya dan mereka tidak
malu-malu lagi untuk
memperesntasikan tugasnya di depan
kelas, siswa juga terlihat lebih aktif
dalam proses pembelajaran karena
mereka merasa dilibatkan dalam
belajar, dimana siswa lebih antusias
untuk mengungkapkan pendapat-
pendapat mereka berdasarkan
pengetahuan yang mereka punya baik
melalui bagan/peta konsep, kemudian
siswa lebih percaya diri dalam
mengungkapkan ide/pendapat tentang
materi pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, dapat
dilihat bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining, siswa dapat
ikut aktif dalam pembelajaran,
kemudian siswa dapat berani
mempresentasikan ide/pendapat
mereka pada teman sekelasnya, hal ini
menunjukan hasil belajar yang baik
untuk siswa. Jadi dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining mampu
meningkatkan hasil belajar siswa
dibandingan dengan menggunakan
metode konvensional.
Kemudian pada pelaksanaan
pembelajaran dari pertemuan pertama
sampai akhir pertemuan terdapat
berbagai hambatan yang ditemui yaitu
siswa masih belum terbiasa dalam
proses pembelajaran karena
pembelajaran yang masih dianggap
baru bagi siswa sehingga disini guru
dan siswa harus membutuhkan
penyesuaian agar proses pembelajaran
berjalan dengan lancar. Siswa belum
terbiasa dengan pembelajaran
berkelompok, selanjutnya siswa masih
banyak kesulitan dalam mempelajari
materi secara berkelompok, maka
solusi yang harus dilakukan disini guru
harus mengawasi siswa pada saat kerja
kelompok untuk mempelajari materi
yang telah diberikan oleh guru dan
siswa juga harus dituntut untuk dan
aktif bekerja sama dengan baik dalam
proses pembelajaran, setiap siswa
dalam kelompok harus aktif tidak boleh
hanya diam saja. Mereka harus dapat
berbagi pendapat dan informasi kepada
teman-teman lainnya agar pengetahuan
yang mereka dapat juga lebih banyak.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian rata-
rata hasil belajar siswa kelas eksperimen
Alumni STKIP-PGRI
(79,25) lebih besar dari kelas kontrol
(74,7) dan dari data hasil post-test dan
dianalisis dengan menggunakan uji t
hasilnya menunjukan nilai thitung > ttabel
(2,87 > 1,671). Maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh model kooperatif tipe
SFE (Student Facilitator and Explaining)
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas
X Sekolah Menengah Atas Negeri 5
Lubuklinggau.
2. Saran
Sehubungan dengan hasil-hasil yang
telah dicapai pada penelitian yang
dilakukan di SMA Negeri 5 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017, maka peneliti
memberikan saran:
a. Guru sebaiknya menggunakan model
SFE (Student Facilitator and
Explaining) pada pembelajaran biologi,
karena model pembelajaran SFE
(Student Facilitator and Explaining)
ini memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan
metode konvensional, dengan
menggunakan model ini siswa lebih
berani untuk mengemukakan pendapat
dan lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
b. Dengan menggunakan model
pembelajaran SFE (Student Facilitator
and Explaining) pada proses
pembelajaran membuat siswa lebih
antusias dalam belajar dan termotivasi
untuk belajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Tetapi siswa harus banyak berlatih lagi
untuk dapat berani mengemukakan
pendapatnya di depan kelas dan tidak
segan bertanya apa yang belum
dipahami proses pembelajaran.
c. Peneliti mendapat wawasan dan
pengalaman pada saat penerapan model
pembelajaran SFE (Student Facilitator
and Explaining)dan dapat dijadikan
sebagai pengalaman dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Baharudin & Nur, W. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fathurrohman, & Sobry, S. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.
Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Irlinawati, O., Efendi, D., & Andriani, S. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Alumni STKIP-PGRI
Pada Perkalian Bilangan Bulat. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1 (2),29-36.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Pekan Baru: Alfabeta.
Jihad, A & Abdul, H. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Laksmini, E., Sedanayasa, G., & Sudana, N. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester I. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2, (1), 1-10.
Lestari, I., Kristiantari, R., & Negara, O. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2, (1), 1-9.
Nirsam., Ali, M., & Kamaluddin. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE) Pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 5 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 1 (1), 6-10.
Pupuh, Hanafiah & Cucu, S. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rahman, A. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SFAE
(Student Facilitator And Explaining) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standart Kompetensi Menafsirkan Gambar Teknik Listrik SMKN 2 Pamekasan. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 1, (2), 1-10.
Sanjaya, R., Murda, N., & Arcana, N. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SFAE Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa VI GugusIV Rama Jembrana. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2, (1), 1-9.
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis. Jakarta: Erlangga.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Solihatin, E., & Raharjo. 2011. Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
________2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suhendariyanti. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining (SFE) Siswa Kelas IX.E SMP Negeri 01 Wonoasri Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Florea, 1, (2), 30-36.
Alumni STKIP-PGRI
Suprijono, A. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Surapranata, S. 2009. Analisis Validitas Reabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Yogyakarta: Rosda
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Mas Media Buana
Pustaka.
Suyanto & Asep, J. 2013. Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Yogyakarta: Erlangga.
Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Taniredja, T. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Wahyuning, D. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Berbantuan CD Interaktif Terhadap Minat dan Pemahaman Konsep Siswa. Skripsi diterbitkan. Semarang: Jurusan MIPA Universitas Negeri Semarang.
Wiratningsih, A, Kristiantari, R & Suara, M. 2014. Pengaruh Student Facilitator and Explaining Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Gugus Igusti Ngurah Rai. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2, (1), 1-9.
Zusnani. 2013. Pendidikan Kepribadian Siswa SD-SMP. Jakarta: Tugu Publisher.
Alumni STKIP-PGRI