pengaruh metode latihan interval anaerob dan power otot .../pengaruh... · (studi eksperimen pada...
TRANSCRIPT
PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER
OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI
(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh :
AGUS SUBARDAN
A. 120908002
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER
OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI
(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun oleh:
AGUS SUBARDAN
A. 120908002
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd
NIP. 130 205 394 …………….. ……………
Pembimbing II Dr. Diffah Hanim, Dra,. M.Si
NIP. 19640220 199003 2 001 …………….. ……………
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd
NIP. 130 205 394
PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER
OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI
(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun oleh:
AGUS SUBARDAN
A. 120908002
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua
Sekretaris
Anggota Penguji
Prof. Dr. H. M. Furqon H, MPd
Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO
1. Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd
2. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si
……………...
……………...
……………...
……………...
………..
………..
………..
………..
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Keolahragaan
Direktur Program
Pascasarjana
Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd
NIP. 130 205 394
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D
NIP. 131 472 192
……………...
……………...
………..
………..
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Agus Subardan
NIM : A. 120908002
Program/Jurusan : Ilmu Keolahragaan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Metode
Latihan Interval Anaerob Dan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan
Lari (Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-
hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan
pada daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Maret 2010
Pembuat Pernyataan,
Agus Subardan
MOTTO
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.
(Q.S. Al 'Ankabuut: 43)
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira
dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji
terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka
bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.”.
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini dipersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu saya yang telah mendidik dengan penuh kesederhanaan, kasih
sayang dengan toleransi dan kesabaran atas semua do’a serta pengorbanan
tiada batasnya yang senantiasa beliau berikan kepada penulis.
Bapak dan ibu mertua saya atas segala pengertian, bimbingan dan arahannya
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Istriku yang selalu memberikan dukungan dengan tulus dan penuh kesabaran
dalam menunggu proses studi ini dan selalu memberikan semangat dengan
penuh kesetiaan.
Anak-anakku tersayang yang selalu memberikan kehangatan, motivasi dengan
segala canda tawanya, membuat hidupku lebih indah.
Kakak-kakakku atas semua toleransi, keikhlasan serta bantuan yang tiada
batasnya.
Adik-adikku atas semua toleransi, keikhlasan serta bantuan yang tiada
batasnya.
Saudara-saudaraku mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu
Keolahragaan Universitas Sebelas Maret yang telah bersama-sama berbagi
suka dan duka selama kuliah.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas karunia Allah Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Pengaruh Metode Latihan Interval Anaerob Dan Power Otot Tungkai
Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari (Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas
VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)”.
Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada pembimbing yaitu yang
terhormat Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd dan Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si yang telah
berkenan memberikan motivasi, arahan, bimbingan, ilmu, masukan dan koreksi
hingga tesis ini bisa terselesaikan. Kepada seluruh bapak dan ibu dosen yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr. Sp. KJ (K), selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir.
3. Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, sekaligus sebagai dosen pembimbing I
yang telah memberikan arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis.
4. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis.
5. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis.
6. Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta yang
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Guru Olahraga Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta
yang membantu penulis untuk melakukan penelitian.
8. Semua pihak yang banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini dan tidak dapat
penulis paparkan satu persatu.
Semoga perhatian dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan
diberikan balasan yang setimpal oleh Allah Yang Maha Kuasa serta menjadi amal
dan kemuliaan bagi kita semua. Amin
Surakarta, Maret 2010
Agus Subardan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
ABSTRAK ............................................................................................................ xvi
ABSTRACT ............................................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ......................................................... 13
A. Kajian Teori ................................................................................................ 13
1. Metode Latihan Interval Anaerob ......................................................... 13
a. ................................................................................................. Inte
rval Kerja Pada Latihan Interval ..................................................... 14
b. ................................................................................................. Inte
rval Istirahat Pada Latihan Interval ................................................. 15
c. ................................................................................................. Rasi
o Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat ................................................ 17
d. ................................................................................................. Lati
han Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat 1:5 ...................................................................................... 18
e. ................................................................................................. Lati
han Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat 1:10 .................................................................................... 20
2. Power Otot Tungkai .............................................................................. 22
a. ................................................................................................. Pow
er ...................................................................................................... 22
b. ................................................................................................. Otot
Tungkai ........................................................................................... 24
c. ................................................................................................. Fakt
or-Faktor Yang Mempengaruhi Power Otot Tungkai ..................... 26
d. ................................................................................................. Pera
nan Power Otot Tungkai Dalam Kecepatan Lari ............................ 28
3. Peningkatan Kecepatan Lari ................................................................. 29
a. ................................................................................................. Mac
am-Macam Kecepatan ..................................................................... 34
b. ................................................................................................. Ana
lisis Kecepatan Lari ......................................................................... 37
c. ................................................................................................. Fakt
or-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari ............................. 43
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 48
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 50
D. Pengajuan Hipotesis .................................................................................... 54
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 55
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 55
B. Metode Penelitian ........................................................................................ 55
1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 56
2. Desain Penelitian ................................................................................... 56
C. Variabel Penelitian ...................................................................................... 57
D. Definisi Operasional .................................................................................... 58
E. Populasi dan Sampel ................................................................................... 59
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 61
G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 63
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 69
A. Deskripsi Data ............................................................................................ 69
B. Uji Reliabilitas ............................................................................................ 73
C. Pengujian Persyaratan Analisis Varians ..................................................... 74
1. Uji Normalitas .................................................................. 74
2. Uji Homogenitas .............................................................. 75
D. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 75
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 79
F. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 83
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................................ 85
A. Simpulan ..................................................................................................... 85
B. Implikasi ...................................................................................................... 86
C. Saran ........................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 90
DAFTAR TABEL
Halaman
1. .............................................................................................................. Keran
gka Desain Penelitian ..................................................................................... 56
2. .............................................................................................................. Range
Kategori Reliabilitas ....................................................................................... 63
3. .............................................................................................................. Ringk
asan Anava 2 x 2 ............................................................................................ 66
4. .............................................................................................................. Deskr
ipsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari Tiap Kelompok Berdasarkan
Penggunaan Metode Interval Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai ..... 69
5. .............................................................................................................. Range
Kategori Reliabilitas ....................................................................................... 73
6. .............................................................................................................. Hasil
Uji Reliabilitas Data Kecepatan Lari ............................................................. 73
7. ........................................................................................................... Hasil
Uji Normalitas Sampel Dengan Menggunakan Uji Lilliefors Dengan
Taraf Signifikan α = 0.05 ............................................................................... 74
8. ........................................................................................................... Nilai
Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Rasio Waktu Kerja dan
Waktu Istirahat Pada Latihan Interval Anaerob dan Tingkat
Power Otot Tungkai ....................................................................................... 76
9. .............................................................................................................. Hasil
Analisis Varians Dua Faktor .......................................................................... 76
10. ............................................................................................................ Hasil
Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians .................................. 77
11. ......................................................................................................... Pengaru
h Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor A dan B
Terhadap Hasil Kecepatan Lari ...................................................................... 82
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari ................................ 44
2. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari
Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Interval Anaerob
dan Tingkat Power Otot Tungkai ...................................................................... 71
3. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan Lari Pada Tiap
Kelompok Perlakuan ......................................................................................... 72
4. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Lari ......... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 90
2. Petunjuk Pelaksanaan Tes Power Otot Tungkai ...................................... 92
3. Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat 1:5 ...................................................................................................... 94
4. Deskripsi Pelaksanaan Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1:5 .............................................................. 95
5. Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat 1:10 .................................................................................................... 97
6. Deskripsi Pelaksanaan Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1:10 ............................................................ 98
7. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kecepatan Lari .............................................. 100
8. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai ................................... 102
9. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Berdasarkan Rangking
104
10. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Kategorinya ....... 106
11. Data Tes Awal Kecepatan Lari ................................................................ 108
12. Data Tes Akhir Kecepatan Lari ............................................................... 109
13. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Pengklasifikasian
Kategorinya ..................................................................................................... 110
14. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari,
Klasifikasi Power Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel Ke Sel-Sel ....... 111
15. Uji Reliabilitas Dengan Anava ................................................................ 112
16. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada
Kelompok 1 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat 1:5) ........................................................................ 121
17. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada
Kelompok 2 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat 1 :10) ..................................................................... 122
18. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians
123
19. Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Homogenitas dan Analisis Varians 124
20. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors ...................................... 125
21. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett ..................................................... 129
22. Analisis Varians ....................................................................................... 130
23. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls ................................................... 131
ABSTRAK
AGUS SUBARDAN. A. 120908002. Pengaruh Metode Latihan Interval Anaerob
Dan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari (Studi
Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis. Surakarta. Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh metode
latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap
peningkatan kecepatan lari, (2) perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa
yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah, (3) pengaruh interaksi antara
metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan
kecepatan lari.
Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan rancangan faktorial 2 x
2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik
Yogyakarta Sleman yang berjumlah 74 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40
siswa yang diambil dengan teknik Purposive Random Sampling. Instrumen penelitian
terdiri dari 1) vertical power jumps test, 2) tes lari 50 yard. Teknik analisis data
menggunakan anava dua jalur dengan taraf signifikansi α = 0,05.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) ada perbedaan pengaruh
antara latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1 : 5 dan rasio 1 : 10 dalam
meningkatkan kecepatan lari (Fhitung = 5.861 > Ftabel = 4.11), (2) ada perbedaan
peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan
rendah (Fhitung = 4.967 > Ftabel = 4.11), (3) Tidak terdapat pengaruh interaksi antara
metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan
kecepatan lari (Fhitung = 1.771 < Ftabel = 4.11).
Kata Kunci: Metode Latihan Interval Anaerob, Power Otot Tungkai, Kecepatan Lari.
ABSTRACT
AGUS SUBARDAN. A. 120908002. The Effect of Anaerobic Interval Training
Method and Leg Muscle Power On Increased Run Speed (Experimental Study To
Male Students 8th
Of SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta). Thesis.
Surakarta. Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University, January
2010.
This research aims to find out: (1) the effect difference of anaerobic interval
training method with the work-rest ratios of 1:5 and 1:10 on increased run speed, (2)
the difference of increased run speed between the students with high and low leg
muscle power, (3) the effect of interaction between anaerob interval training methods
and leg muscle power on the increased run speed.
This method was an experimental with 2 x 2 factorial design. The population of
this research are the students 8th
of SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta, as
many as 74 students. The population of the research is. The sample used in this
research are 40 students taken with purposive random sampling technique. The
research instruments are consist of: 1) vertical power jumps test, 2) 50 yard running
test. The research uses two line anava analysis data technique with significansi
standard α = 0,05.
The conclusions of the research are: (1) there was effect difference of anaerobic
interval training with the work-rest ratios of 1:5 and 1:10 on increased run speed (Fstat
= 5.861 > Ftable = 4.11), (2) there was effect difference of increased run speed
between the students with high and low leg muscle power (Fstat = 4.967 > Ftable =
4.11), (3) there was no effect interaction between anaerobic interval training methods
and the leg muscle power on the increased run speed (Fstat = 1.771 < Ftable = 4.11).
Keywords: Anaerob Interval Training Methods, Leg Muscle Power, Run Speed.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melihat prestasi olahraga hasil pertandingan-pertandingan khususnya pada
pekan olahraga pelajar, prestasinya kurang menggembirakan khususnya pada lomba
cabang olahraga atletik nomor lari jarak pendek prestasinya kurang menggembirakan.
Nomor lari jarak pendek merupakan nomor yang bergengsi dan cukup banyak
peminatnya. Nomor lari jarak pendek adalah merupakan jenis lari yang didalam
pelaksanaannya membutuhkan tenaga yang besar dan membutuhkan kecepatan tinggi
sepanjang jarak yang harus ditempuhnya. Pada pekan olahraga pelajar nomor lari
jarak pendek meliputi lari jarak 60 meter, 200 meter dan 400 meter. Untuk meraih
prestasi dalam lari jarak pendek perlu didukung peredaran darah, sitem syaraf, dan
sifat-sifat dasar fisik serta kecepatan, kemudahan gerak, kecekatan, dan ketangkasan
yang baik. Untuk meningkatkan kemampuan dasar tersebut itu semua diperlukan
latihan yang terprogram dan sistematis. Sehingga akan dapat berimplikasi terhadap
kualitas hasil pelaksanaan proses latihan. Berdasarkan pengamatan dilapangan,
khususnya di Sekolah Menengah Pertama rata-rata kualitas latihan peningkatan
kecepatan lari masih memprihatinkan. Ada beberapa faktor penyebab dari lemahnya
kualitas tersebut adalah antara lain terbatasnya pengetahuan dan kemampuan guru
atau pelatih dalam bidang kepelatihan. Keterbatasan akan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk mendukung proses latihan. Keterbatasan pengetahuan maupun
kemampuan guru atau pelatih apalagi sarana dan prasarana yang kurang mendukung,
sehingga berdampak guru didalam melatih siswa tidak berdasarkan ilmiah. Guru
sebagai pelatih selalu dihadapkan pada masalah pengetahuan kepelatihan yang kurang
memadai sehingga mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara
kompeten, mereka belum berhasil melaksanakan tanggung jawab untuk melatih siswa
secara sistematis
Metode latihan yang dilakukan oleh guru-guru SMP di Sleman dalam praktek
latihan peningkatan kecepatan lari, cenderung sekedar melakukan gerakan dimana
para siswa atau atlit melakukan latihan fisik atau latihan peningkatan kecepatan lari
berdasarkan gerakan yang telah diketahui sebelumnya tanpa kontrol yang jelas dalam
melakukan gerakan. Masih banyak pelatih lari yang melatih mempergunakan metode
metode tradisional yang paling disenangi pelatih dalam palaksanaan proses latihan
peningkatan kecepatan lari. Proses latihan secara tradisional sering mengabaikan
tugas-tugas latihan dan tidak sesuai dengan taraf perkembangan pemain (Cholik
Mutohir, 2002:18).
Latihan adalah sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu
tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Karena itu, latihan tidak hanya
menyajikan pengulangan secara mekanis saja, tetapi proses pengulangan yang
dilakukan secara sadar dan terarah sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan
demikian, maka untuk mencapai prestasi siswa yang maksimal dalam nomor lari
jarak pendek pun dibutuhkan latihan yang cukup dan penguasaan teknik yang benar.
Setelah penulis menerima kuliah kepelatihan ternyata ada ada Metode latihan
yang bisa digunakan dalam latihan lari jarak pendek diantaranya adalah metode
interval training anaerob. Metode interval training ini merupakan bentuk latihan yang
diselingi oleh periode istirahat. Interval training ada dua unsur pokok yang harus
diperhitungkan yaitu interval kerja (work interval) dan interval istirahat (relief
interval). Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pelatih lari jarak pendek adalah
bagaimana menentukan rasio antara interval kerja dan interval istirahat yang tepat.
Penentuan rasio antara waktu waktu kerja dan waktu istirahat pada latihan interval
sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Jika penentuan besarnya rasio antara
waktu waktu kerja dan waktu istirahat tersebut tidak tepat, maka tidak akan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Untuk mengetahui pengaruh rasio waktu kerja dan waktu istirahat terhadap
kecepatan lari, perlu diadakan penelitian. Oleh karena itulah, maka perlu diadakan
penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengkaji mengenai latihan interval
dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap
peningkatan kecepatan lari.
Kecepatan lari juga ditentukan antara lain Frekuensi langkah dan panjang
langkah, sehingga hal ini merupakan peran dari power otot tungkai. Power otot
tungkai yang dimaksudkan disini adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan
kerja atau melawan beban. Power otot tungkai tidak hanya dibutuhkan atau berperan
dalam kecepatan lari saja, tetapi pada hampir semua cabang olahraga, terutama untuk
gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang
melibatkan kerja otot tungkai secara maksimal dalam waktu yang singkat. Power otot
tungkai yang dimiliki seseorang akan menentukan frekuensi langkah (stride rate)
dan panjang langkah (stride length) pada saat berlari sehingga akan sangat
berpengaruh terhadap kecepatan.
Untuk mencapai prestasi yang maksimal tersebut para guru atau pelatih dan
siswa harus memahami fase-fase pada lari jarak pendek. Jarver (1974:59)
menjelaskan bahwa ada empat fase yang mempengaruhi prestasi lari jarak pendek
yaitu (1) fase star yaitu kecepatan reaksi, (2) fase percepatan positif yang menentukan
adalah kekuatan tungkai, (3) fase lari dengan kecepatan maksimal adalah panjang
langkah, frekuensi langkah, teknik dan koordinasi, (4) dan fase daya tahan kecepatan.
Kecepatan adalah faktor yang paling penting dalam latihan dan sulit atau berat
dalam proses melatihnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nossek (1982:63)
bahwa kemungkinan meningkatnya kekuatan dan daya tahan melalui latihan yang
dispesialisasi sangat tinggi, sampai 100 %. Sebaliknya peningkatan kecepatan sangat
terbatas, misalnya peningkatan kecepatan kecepatan lari hanya 20-30 %.
SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta merupakan salah satu satuan
pendidikan yang memiliki kelebihan dan kekurangan dibanding dengan sekolah SMP
negeri yang lain di Sleman. Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya adalah
memiliki siswa yang rata-rata kompetensi akademiknya baik, fasilitas olahraga
cukup, banyak prestasi-prestasi baik bidang non akademik terutama bidang olahraga.
tetapi prestasi cabang atletik khususnya lari jarak pendek rendah/belum pernah
menjadi juara padahal setiap even perlombaan selalu mengikutinya. Guru olahraga
masih relatif muda dan pendidikan terkhir adalah sarjana.
Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas perlu dilakukan penelitian eksperimen
guna meningkatkan prestasi pada cabang olahraga atletik nomor lari jarak pendek.
Sebagai obyek adalah siswa kelas VIII (delapan) yaitu tentang “Pengaruh Metode
Latihan Interval Anaerob Dan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan
Lari (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio
Kerja dan Istirahat 1:5 dan 1:10 pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik
Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Proses pembinaan olahraga pada satuan pendidikan SMP di Sleman belum
maksimal.
2. Guru-guru olahraga pada satuan pendidikan SMP di Sleman umumnya belum
mengetahui tentang ilmu kepelatihan.
3. Umumnya latihan lari jarak pendek yang dilakukan belum berpedoman pada ilmu
kepelatihan.
4. Latihan lari 60 m yang diterapkan di SMP Negeri 3 Ngaglik baru sebatas
pemenasan dan mengulang-ulang lari tanpa adanya program latihan yang jelas.
5. Sarana dan prasarana olahraga di Sleman rata-rata kurang memadahi.
6. Sebagian besar guru dalam memilih atlit lari jarak pendek belum
mempertimbangkan power otot tungkai
7. Prestasi lari jarak pendek di SMP Negeri 3 Ngaglik belum memenuhi harapan.
8. Di SMP Negeri 3 Ngaglik dalam pelaksanaan latihan lari jarak pendek untuk
peningkatan kecepatan lari belum pernah menerapkan metode latihan interval
anaerob.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang
berbeda-beda, maka hanya dibahas pada masalah metode latihan interval anaerob dan
power otot tungkai. Tidak semua metode latihan interval anaerob dan power otot
tungkai dibahas disini. Metode yang dibahas pada penelitian ini adalah latihan
interval anaerob dengan rasio perbandingan kerja dan istirahat 1:5 dan 1:10, serta
power otot tungkai. Tidak semua masalah dibahas dalam penelitian ini, melainkan
hanya membahas masalah tentang bagaimana pengaruh metode latihan interval
anaerob (masa istirahat latihan interval anaerob dengan rasio perbandingan kerja dan
istirahat 1:5 dan 1:10) dan power otot tungkai terhadap peningkatkan kecepatan lari
pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari?
2. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi dan rendah?
3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan interval anaerob dan power otot
tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan prestasi lari jarak pendek di SMP Negeri 3 Ngaglik.
Latihan dengan menggunakan metode latihan interval anaerob apakah dapat
meningkatkan kecepatan lari jarak pendek, dan untuk mengetahui latihan interval
anaerob dengan rasio waktu kerja waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 mana yang
cocok atau baik untuk dijadikan acuan latihan di sekolah tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Perkembangan Peningkatan Kecepatan Lari
1) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari pada kelompok siswa yang
memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah yang dilatih menggunakan
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5.
2) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari pada kelompok siswa yang
memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah yang dilatih menggunakan
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1 : 10.
3) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari siswa yang dilatih
menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 5 dan 1 : 10.
4) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dengan siswa yang memiliki
power otot tungkai tinggi dilatih menggunakan latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10.
5) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari siswa yang memiliki power
otot tungkai rendah dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dengan siswa yang memiliki
power otot tungkai rendah dilatih menggunakan latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10.
b. Perbedaan Peningkatan Kecepatan Lari
1) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari
pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah
yang dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu
kerja dan waktu istirahat 1 : 5.
2) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari
pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah
yang dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu
kerja dan waktu istirahat 1 : 10.
3) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari
siswa yang dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio
waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10.
4) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari
siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih menggunakan
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5
dengan siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih
menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 10.
5) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari
siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih menggunakan
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5
dengan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih
menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 10.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang
ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keolahragaan pada khususnya, yang
dikaitkan dengan informasi ilmiah tentang pengaruh metode latihan interval
anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (studi
eksperimen perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan
waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik
Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010). Selanjutnya dapat memberikan
informasi ilmiah mengenai perbedaan pengaruh metode latihan interval anaerob
dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (studi eksperimen
perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan waktu
istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik
Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010).
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi ilmiah kepada pembina,
pelatih, guru pendidikan jasmani, atlet dan masyarakat secara umum. Yang
nantinya, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam
meningkatkan prestasi olahraga yang berhubungan dengan peningkatan
kecepatan lari.
b. Sebagai salah satu bukti ilmiah dan dapat dijadikan bahan informasi ilmiah
untuk mencari dan memudahkan untuk membina atlet-atlet muda dalam
pemanduaan bakat yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan lari
sehingga berprestasi bisa diraih secara maximal pada siswa putra kelas VIII
SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.
c. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu bentuk informasi ilmiah,
sehingga penelitian ini bisa dijadikan acuan atau patokan untuk kepentingan
penelitian berikutnya, khususnya yang berhubungan dengan dengan
peningkatan kecepatan lari atau penelitain secara umum yang berhubungan
dengan bidang ilmu yang ditekuni yakni ilmu keolahragaan.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Metode Latihan Interval Anaerob
Latihan interval adalah latihan yang di antara seri pengulangannya diselingi
dengan periode istirahat (Mathews & Fox, 1988:247). Sesuai dengan namanya,
latihan interval merupakan serangkaian kerja (latihan) yang diulang-ulang yang
diselingi dengan periode istirahat. Tipe kerja latihan interval adalah intermitten,
yaitu kerja sebentar dan istirahat yang dilakukan berselang-seling.
Latihan interval dewasa ini makin banyak dikembangkan dan banyak
diterapkan untuk berbagai penampilan olahraga. Latihan interval memberikan
keuntungan yang cukup besar untuk menunjang penampilan atlet. Ada dua
keuntungan utama dalam menggunakan program latihan interval yaitu (1) program
latihan interval membuat para coach atau pelatih untuk lebih mengkhususkan
program latihan yang lebih teliti bagi setiap atlet, yang khusus untuk sistem energi
predominan untuk olahraga yang diberikan dan dilaksanakan pada tingkat atau tahap
tegangan fisiologis yang mengoptimalkan keberhasilan dalam penampilan. (2)
program latihan interval bisa sama dari hari ke hari (sehingga atlet bisa mengamati
kemajuannya) atau fleksibel pelaksanaanya (Fos & Keteyian, 1998:285).
Keberhasilan progam latihan interval diantaranya tergantung pada kecermatan
dalam menentukan work interval, relief interval, work-relief ratio, penentuan jumlah
set dan jumlah repetisi. Ciri khas utama dalam latihan interval adalah adanya periode
waktu tertentu untuk beristirahat setelah menjalankan kerja (latihan). Dalam latihan
interval terdapat dua komponen utama yang harus diperhitungkan dengan cermat
yaitu work interval (interval kerja) dan relief interval (interval istirahat).
a. Interval Kerja Pada Latihan Interval
Work interval (interval kerja) merupakan bagian latihan interval yang
menyatakan ketinggian intensitas latihan (Fos & Keteyian, 1998:281). Work
interval merupakan bagian dari latihan interval yang dilakukan dengan intensitas
tinggi. Pada dasarnya tipe dari work interval dari latihan terdiri dari dua kategori
yaitu (1) latihan yang dilakukan dengan jangka waktu yang singkat namun
memerlukan kerja atau usaha maksimal dan (2) latihan yang relatif dilakukan
dengan jangka waktu yang lama tetapi memerlukan usaha yang submaksimal
(Fox, Bowers & Fos, 1992:31). Tipe kerja latihan yang dilakukan dengan jangka
waktu yang singkat dan memerlukan kerja atau usaha maksimal dapat disebut
latihan anaerobik. Latihan yang dilakukan dengan jangka waktu yang lama
tetapi memerlukan usaha yang submaksimal dapat disebut latihan aerobik.
Tipe kerja latihan interval anaerobik adalah dilakukan dengan intensitas
maksimal dalam waktu yang pendek atau singkat. Tujuan latihan interval
anaerob adalah meningkatkan kecepatan dengan penggunaan energi ATP-PC
(anaerob).
Prinsip latihan anaerob adalah dengan memberikan beban maksimal yang
dikerjakan untuk waktu yang pendek dan diulang-ulang beberapa kali. Rushall
& Pyke (1992:270) mengemukakan bahwa latihan interval untuk kecepatan
yaitu dengan waktu kerja 5-15 detik dengan intensitas maksimal. Selanjutnya
menurut Fos & Keteyian (1998:285), latihan anaerobic-alactid acid yaitu
dengan waktu kerja kurang dari 10 detik. Berikutnya menurut Robert dalam
Pyke (1991:43) bahwa sistem energi ATP-PC dapat memberikan energi yang
cukup untuk usaha yang maksimal yang dilakukan dalam waktu 5-10 detik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa interval kerja untuk
latihan anaerob yaitu dengan intensitas maksimal dalam waktu yang relatif
pendek yaitu 5-15 detik. Mengenai jarak yang ditempuh ditetapkan 30 sampai
80 meter, oleh karena diperkirakan untuk menempuh jarak tersebut dengan
kecepatan maksimal diperlukan waktu kerja selama 5-15 detik.
b. Interval Istirahat Pada Latihan Interval
Relief interval (interval istirahat) merupakan waktu di antara interval kerja
atau set (Fos & Keteyian, 1998:281). Tujuan interval istirahat adalah untuk
pemulihan setelah melakukan kerja. Dengan pulih asal yang cukup, tubuh akan
siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya.
Tujuan istirahat pada latihan interval yaitu untuk pemulihan yang meliputi
pemulihan oksigen dan pemulihan energi. Selama periode interval kerja pada
latihan interval anaerobik terjadi pengurasan energi ATP dan PC untuk kerja
otot. Dalam hal ini terjadi hutang oksigen (oksigen debt) dan hutang alactacid
(alactacid debt) (Davis, Kimmet & Auty, 1992:79). Pada periode istirahat atau
pemulihan maka kekurangan oksigen dan pengurasan energi di otot harus segera
diisi kembali. Selama relief interval pada kerja intermittent, satu bagian dari
cadangan ATP dan PC otot yang dihabiskan selama interval kerja sebelumnya
akan diisi lagi melalui sistem aerobik (Fos & Keteyian, 1998:281).
Pada periode awal, pemulihan ATP dan PC di dalam otot berlangsung
dengan cepat. Berdasarkan beberapa basil penelitian dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar ATP dan PC yang dikosongkan di dalam otot pada waktu
exercise dengan sangat cepat diisi kembali dalam beberapa menit setelah
exercise (Fos & Keteyian, 1998:52).
Sebagian besar ATP dan PC yang digunakan selama kerja dalam latihan
diisi kembali ke dalam otot selama 2-3 menit. Setengah ATP dan PC dapat terisi
pada periode ± 30 detik. Menurut Robert dalam Pyke (1991:45) bahwa subtansi
ATP-PC segera dibentuk kembali setelah 30 detik yaitu sebesar 50%. Untuk
mencapai 100% diperlukan waktu 2-3 menit. Pendapat lain dari Fox, Bowers
(1992:46) menyatakan bahwa sistem ATP-PC berguna untuk kontraksi otot
dengan durasi waktu antara 3 sampai 8 detik. Secara lebih rinci Fos & Keteyian
(1998:54) menyatakan bahwa ATP-PC terbentuk kembali setelah istirahat 30
detik sebesar 1/2, selama 1 menit sebesar 3/4, selama 1,5 menit sebesar 7/8, dan
selama 3 menit sebesar 63/64. ATP-PC dalam tubuh terbentuk kembali sebesar
50% setelah istirahat selama 30 detik dan pulih 100% setelah istirahat 3 menit.
Lamanya waktu yang diperlukan periode istirahat pada latihan lari interval
bervariasi, tergantung pada jarak dan waktu tempuh tiap repetisi. Lamanya
waktu yang diperlukan periode istirahat dalam latihan lari interval juga
tergantung pada jenis kegiatan dan sistem energi yang digunakan selama latihan.
c. Rasio Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
Perbandingan (rasio) antara periode kerja dan periode istirahat dalam
latihan interval ikut menentukan hasil latihan. Untuk meningkatkan kecepatan
harus diperhitungkan dengan cermat, besarnya rasio antara periode kerja dan
periode istirahatnya. Rasio yang keliru dapat mengubah tujuan latihan. Latihan
kecepatan dapat berubah menjadi latihan daya tahan jika rasio antara periode
kerja dan periode istirahatnya salah. Dari berbagai pendapat diperoleh
kesimpulan bahwa para ahli mengemukakan mengenai besarnya rasio antara
periode kerja dan periode istirahat yang bervariasi yaitu 1:3, 1:5 dan 1:10. Untuk
meningkatkan kecepatan diperlukan interval istirahat yang lebih panjang, hal ini
dimaksudkan untuk memberikan pemulihan yang cukup terhadap tubuh. Latihan
anaerobik untuk pengembangan kecepatan murni, harus dilakukan dengan
intensitas maksimal. Pelaksanaannya harus menghindari adanya pengembangan
asam laktat. Keletihan harus dihindari agar intensitas maksimal dalam
pelaksanaan latihan dapat dipertahankan. Dalam hal ini diperlukan waktu
pemulihan yang sempurna (Fos & Keteyian, 1998:285). Latihan anaerobik
masih dianggap cocok untuk meningkatkan kecepatan lari yaitu dengan rasio 1:5
dan 1:10. Karena dengan rasio 1:5 dan 1:10 memberikan periode pemulihan
yang lebih sempurna.
d. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat 1:5
Latihan interval dengan rasio kerja-istirahat yaitu perbandingan 1 untuk
waktu kerja dan 5 untuk waktu istirahat. Latihan interval dengan rasio 1:5 yaitu
perbandingan 1 untuk waktu kerja dan 5 untuk waktu istirahat. Suatu misal,
waktu kerja dalam menempuh jarak 50 meter 7 detik, maka periode istirahatnya
adalah 35 detik. Latihan yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu sprint
pendek menempuh jarak 50 meter, dengan waktu kerja antara 5-15 detik.
Dengan demikian periode istirahatnya yaitu 25-75 detik.
Pada latihan ini setiap ulangan dilakukan dengan kecepatan maksimal
(intensitas maksimal). Setiap akhir ulangan segera dihitung waktu rekaverinya,
apabila waktu rekaveri hampir habis siswa segera disiapkan untuk melakukan
ulangan (repetisi) berikutnya.
Kelebihan dan kekurangan latihan interval anaerob dengan rasio waktu
kerja dan waktu istirahat yaitu dengan periode istirahat 25-75 detik, energi ATP-
PC pelari baru pulih sebesar ± 50 - 80%. Untuk melaksanakan kerja berikutnya
maka energi yang digunakan tidak 100% ATP-PC, karena ATP-PCnya belum
pulih 100%. Belum sempurnanya pemulihan dan pengisian kembali ATP_PC di
dalam otot, maka untuk aktivitas berikutnya ATP-PC tidak cukup untuk
mensuplai energi ke dalam otot yang bekerja secara maksimal. Hal ini
memungkinkan timbulnya akumulasi LA, apabila dilakukan dengan
berulangkali.
Apabila usaha fisik maksimal dilakukan terus menerus diluar sistem energi
phosphat (ATP-PC), energi akan dipenuhi melalui persediaan glikogen yang ada
di dalam otot-otot yang aktif. Energi anaerobik yang dihasilkan dari glikogen ini
memproduksi asam laktat (LA). LA ini mengakibatkan rasa lelah (Robert dalam
Pyke, 1991:45).
Latihan interval dengan rasio 1 : 5 lebih banyak meningkatkan daya tahan
anaerobik. Latihan interval dengan rasio 1 : 5 yang dilakukan secara berulang-
ulang, maka daya tahan aerobik siswa meningkat. Latihan interval dengan rasio
1 : 5 sangat cocok untuk pengembangan yang membutuhkan daya tahan
anaerobik, seperti lari jarak 1500 meter dan 3000 meter. Cabang olahraga yang
memerlukan daya tahan anaerobik seperti sepak bola, bola basket, tenis lapangan
cocok menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1 : 5.
e. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat 1:10
Latihan interval dengan rasio 1:10 adalah perbandingan 1 untuk waktu
kerja dan 10 untuk waktu istirahat. Latihan yang akan diterapkan dalam
penelitian ini yaitu sprint pendek dengan waktu kerja antara 5-15 detik. Dengan
demikian periode istirahatnya yaitu 50-150 detik.
Kelebihan dan kekurangan latihan interval anaerob dengan rasio waktu
kerja dan waktu istirahat yaitu dengan periode istirahat 50-150 detik, maka
energi ATP-PC pelari telah pulih sebesar ± 70-95%. Dengan demikian
pemulihan dalam latihan interval dengan rasio 1:10 ini cukup panjang, hampir
100%. Untuk melaksanakan kerja berikutnya maka energi yang digunakan sudah
hampir 100%. Hal ini menghindari adanya akumulasi LA. Latihan ini
merupakan latihan kecepatan murni, karena unsur daya tahan dihindari. Rushall
& Pyke (1992: 258) mengemukakan bahwa untuk latihan kecepatan murni,
latihan harus dibatasi untuk menghindari pengembangan asam laktat, dengan
pemulihan yang cukup diperbolehkan pada saat pengulangan. Latihan kecepatan
harus berhenti bila perubahan teknik mengarah ke keletihan.
Intensitas dari semua aktivitas latihan sprint haruslah maksimum. Jika
kurang, hal ini tidak akan dapat membantu peningkatan kecepatan. Pengulangan
lari dengan jarak yang lebih pendek cocok untuk pengembangan kecepatan.
Sumber energi utama pada kecepatan adalah anaerobik alactacid. Rushall &
Pyke (1992:264) menyatakan bahwa durasi latihan haruslah dalam keadaan tidak
terjadi akumulasi asam laktat dan sumber energi utama adalah sistem energi
alactacid. Latihan lari dengan jarak pendek dan istirahat yang cukup lama dapat
meminimalkan timbulnya LA dan keletihan saat aktivitas.
Latihan interval anaerob dengan rasio 1 : 10 memungkinkan pelari untuk
bekerja dengan sistem energi anaerobik, dengan sistem energi ATP-PC. Kerja
fisik secara anaerob dengan sistem energi ATP-PC yang dilakukan secara teratur
dan kontinyu dapat merangsang kerja enzim di dalam tubuh dan merangsang
pertumbuhan sel (hipermetropi) otot rangka. Fos & Keteyian (1998:288)
mengemukakan bahwa latihan anaerobik dapat meningkatkan kemampuan otot
rangka. Perubahan yang terjadi pada otot-otot ini sebagai hasil latihan anaerobik
mengarah ke meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC dan glikolisis anaerobik
untuk membangkitkan ATP.
Latihan tidak hanya meningkatkan cadangan ATP dan PC saja, tetapi juga
mempertinggi kecepatan pengisian kembali ATP-PC di otot. Menurut Fos &
Keteyian (1998:289), latihan tidak hanya meningkatkan cadangan ATP dan PC
tetapi juga mempertinggi kecepatan pengisian kembali. Kecepatan pelepasan
energi oleh sel otot bisa diubah melalui program latihan terutama anaerobik.
Latihan interval dengan rasio 1 : 10 merupakan latihan interval dengan
istirahat yang lebih lama. Istirahat yang relatif lama memberikan pemulihan
yang mendekati sempurna sehingga kualitas kecepatan pada tiap ulangan dapat
dipertahankan. Peningkatan kecepatan merupakan adaptasi syaraf, maka penting
untuk memberikan percobaan sebanyak mungkin dengan menggunakan susunan
neuromuscular yang nyata dari penampilan dengan kecepatan maksimal.
Penampilan dengan kecepatan maksimal yang dilakukan secara berulang-ulang
dan terus menerus menimbulkan superkompensasi otot dan syaraf untuk dapat
melaksanakan tugas kecepatan dengan lebih baik.
2. Power Otot Tungkai
a. Power
Setiap beraktifitas atau melakukan kegiatan olahraga otot merupakan
komponen tubuh yang dominan dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan
yang dilakukan oleh manusia karena adanya otot, tulang, persendian, ligamen
serta tendon, sehingga gerakan dapat terjadi melalui gerakan tarikan otot serta
jumlah serabut otot yang diaktifkan. Berkaitan dengan power, Harsono
(1988:200) menyatakan bahwa “Power adalah kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Power
dideskribsikan sebagai suatu fungsi dari kekuatan dan kecepatan dari gerakan
(Rushall & Pyke, 1992:252). Sedangkan menurut Suharno (1993:59), yang
menyatakan bahwa “Power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi
tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak
yang utuh”.
Berdasarkan batasan-batasan power diatas dapat disimpulkan bahwa
power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dan kecepatan otot
dalam waktu yang relatif singkat. Power merupakan perpaduan dua unsur
komponen kondisi fisik yaitu kekuatan dan kecepatan dalam hal ini kekuatan
dan kecepatan otot. Kualitas power akan tercermin dari unsur kekuatan dan
kecepatan otot yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan eksplosif dalam
waktu yang sesingkat mungkin.
Menurut Bompa (1999:385), power dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
power asiklik dan siklik. Perbedaan jenis power ini dilihat dari segi
kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak yang dilakukan. Dalam
kegiatan olahraga power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya
pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan
power asiklik secara dominan adalah melempar, menolak, dan melompat pada
atletik dan unsur-unsur gerakan pada senam, beladiri, anggar, loncat indah dan
olahraga permainan seperti bola voli. Sedangkan cabang-cabang olahraga
yang menggunakan power siklik adalah: lari, dayung, renang, bersepeda dan
jenis olahraga yang memerlukan kecepatan dalam pelaksanaannya.
b. Otot Tungkai
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi, gerakan akan terjadi apabila otot-otot pada tubuh berkontraksi
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Yang dimaksud dengan tungkai adalah anggota gerak tubuh bagian
bawah yang terdiri dari tulang anggota gerak bawah bebas (sceleton
extremitas inferior liberae), yang terdiri dari :
1) Femur (tulang paha).
2) Crus/crural (tungkai bawah) :
a) Tibia
b) Fibula
3) Ossa pedis :
a) Ossa tarsalea :
Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari 7 buah tulang.
b) Ossa metatarsalea :
Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari 5 buah tulang.
c) Ossa palangea digitorum pedis :
Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya
terdiri dari dua ruas tulang.
Sebagai tulang anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior
liberae) tungkai bawah mempunyai tugas yang sangat penting untuk
melakukan gerak. Namun untuk dapat melakukan gerak tersebut secara
sistematis, harus merupakan hasil dari gerak yang dilakukan oleh adanya
suatu sistem penggerak, yang meliputi: otot, tulang, sendi dan saraf.
Ada tiga otot penggerak tungkai, dimana masing-masing otot penggerak
terdiri dari beberapa otot, yaitu :
1) Otot penggerak paha: iliopsoae, rectus femoris, gluteus maximus, gluteus
medius, gluteus minimus, tensor fascilatae, piriformis, adductor brevis,
adductor longus, adductor magnus, gracilis.
2) Otot penggerak kaki bawah: rectus femoris, vastus lateralis, vastus
medialis, vastus intermedius, sartorius, bicep femoris, semitendinisus,
semi membranosus.
3) Otot penggerak telapak kaki: tibialis anterios, gastrocnemius, soleus,
peroneus longus, peroneus brevis, tibialis posterior, peroneus tertius.
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan diatas mengenai power
dan otot tungkai, dapat didefinisikan pengertian power otot tungkai adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot-otot tungkai untuk melakukan kerja
atau melawan beban atau tahanan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Power otot tungkai dibutuhkan hampir pada semua cabang olahraga, terutama
untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain
yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dalam
waktu yang singkat.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Power Otot Tungkai
Power otot tungkai adalah kualitas yang memungkinkan otot atau
sekelompok otot-otot tungkai untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif.
Penentu power otot tungkai adalah intensitas kontraksi otot-otot tungkai,
intensitas kontraksi yang tinggi merupakan kecepatan pengerutan otot-otot
tungkai setelah mendapat rangsangan dari saraf, Intensitas kontraksi
tergantung pada rekruitmen sebanyak mungkin jumlah otot-otot tungkai yang
bekerja. Kecuali itu produksi kerja otot-otot secara eksplosif menambah suatu
unsur baru yakni terciptanya hubungan antara otot dan sistem saraf. Bertolak
dari pengertian power otot tungkai diatas menunjukkan bahwa unsur utama
terbentuknya power otot tungkai adalah kekuatan dan kecepatan dari otot-otot
tungkai.
Unsur–unsur penentu power otot tungkai adalah kekuatan otot tungkai
dan kecepatan kontraksi otot-otot tungkai yang dimiliki seseorang, kecepatan
rangsang syaraf, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan gerak
mekanik. Selain itu menurut Suharno (1993:59–60), baik tidaknya power
(eksplosif power) yang dimiliki seseorang ditentukan oleh :
1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.
2) Kekuatan otot dan kecepatan otot atlet.
3) Waktu rangsang.
4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan.
5) Banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).
6) Penguasaan teknik gerak yang benar.
Pada dasarnya penentu baik dan tidaknya power otot tungkai yang
dimiliki seseorang bergantung pada intensitas kontraksi dan kemampuan
otot-otot tungkainya untuk berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang
singkat setelah menerima rangsangan serta produksi energi biokimia dalam
otot-otot tungkainya yang sangat menentukan power otot tungkai yang
dihasilkan. Jika unsur–unsur seperti diatas dimiliki seseorang, maka ia akan
memiliki power otot tungkai yang baik, namun sebaliknya jika unsur–unsur
tersebut kurang baik maka power otot tungkai yang dihasilkan pun juga tidak
baik.
d. Peranan Power Otot Tungkai Dalam Kecepatan lari
Power otot tungkai memiliki peranan yang sangat penting hampir pada
semua cabang olahraga. Mulai dari atletik sampai dengan berbagai cabang
olahraga permainan, baik olahraga individu maupun beregu power otot
tungkai mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya sebuah
prestasi.
Besarnya power otot tungkai yang diperlukan pada masing-masing
cabang tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power
otot tungkai dalam cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang
diperlukan untuk cabang olahraga bola voli, tentunya berbeda dengan yang
diperlukan untuk cabang olahraga sepak bola dan akan berbeda pula dengan
cabang olahraga atletik dan sebagainya.
Kecepatan lari adalah serangkaian tolakan, melayang dan pendaratan
yang dilakukan secara otomatis yang komponen dasarnya adalah kecepatan
dan kekuatan (power) otot tungkai. Meningkatnya kecepatan dan kekuatan
(power) otot tungkai akan menyebabkan koordinasi kerja neuromuskuler
menjadi lebih baik, sehingga peningkatan frekuensi langkah dalam segi waktu
yang disebabkan oleh meningkatnya kecepatan dan peningkatan panjang
langkah dalam segi ruang yang disebabkan oleh meningkatnya kekuatan otot
tungkai akan menghasilkan kecepatan lari. Kecepatan lari pada hakekatnya
merupakan penampilan kecepatan dan kekuatan (power) dari otot tungkai,
keadaan power otot tungkai dalam hal ini sangat tergantung pada kemampuan
seorang atlet untuk memperhitungkan dan membina kondisi fisiknya dengan
cara yang kuat dan cepat melalui gerakan pergantian tungkainya.
3. Peningkatan Kecepatan Lari
Kecepatan merupakan komponen kondisi fisik yang sangat esensial dalam
berbagai cabang olahraga, karena kecepatan termasuk dalam unsur-unsur kondisi
fisik dasar selain kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance). Dalam kegiatan
olahraga, kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk bergerak dengan
kemungkinan kecepatan yang paling cepat. Kecepatan ini secara meyakinkan
menyumbang dalam prestasi kecepatan lari (sprint) dan loncat horisontal (Jarver,
1974:52).
Sedangkan Schmolinsky (1978:39) mendefinisikan “kecepatan sebagai
kemampuan pada dasar-dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot
untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu”. Secara fisika
kecepatan digambarkan dengan rumus :
Kecepatan = (V = )
Kecepatan =
Kecepatan rata-rata (V) dan gaya (F) dihitung jika kecepatan rata-rata dalam
enam langkah-langkah maksimal. Sebagai tambahan terhadap treadmill lari,
subjek melakukan lari jarak pendek maksimal 60 m (Hiroyasu Tsuchie, et al,
2008). Menurut Nossek (1982:62) menyatakan bahwa kecepatan merupakan
kualitas kondisional yang memungkinkan seorang atlet untuk bereaksi secara
cepat bila dirangsang dan untuk melakukan gerakan secepat mungkin. Gerakan-
gerakan kecepatan dilakukan melawan tahanan yang berbeda (berat badan, berat
peralatan, air, dsb) dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor
yang menentukan. Karena gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin, maka kecepatan secara langsung tergantung pada waktu
yang ada dan pengaruh kekuatan.
Menurut Jonath & Krempel (1987:19-20) “kecepatan didefinisikan sebagai
hasil kerja suatu tenaga pada suatu massa”. Didalam dasar gerakan manusia,
massa adalah tubuh atau salah satu anggota tubuh dan tenaga merupakan kekuatan
otot yang digunakan seseorang menurut massa yang digerakkan. Secara fisika,
kecepatan didefinisikan sebagai jarak per satuan waktu, misalnya 100 km/jam.
Sedangkan secara psikologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan
berdasarkan kemudahan gerak, proses sistem syaraf dan perangkat otot untuk
melakukan gerak dalam satuan waktu. Selain itu menurut Harsono (1988:216)
“kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis
secara berturut-turut dalam waktu sesingkat mungkin atau kemampuan untuk
menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat mungkin”. Adapun menurut
Suharno (1993:47) bahwa kecepatan adalah kemampuan atlet untuk melakukan
gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Lari adalah gerakan berpindah tempat dengan maju kedepan yang dilakukan
lebih cepat dari berjalan. Gerakan lari dan gerakan berjalan hampir sama,
perbedaannya adalah jika pada berjalan kedua kaki selalu kontak atau
berhubungan dengan tanah, sedangkan pada lari, ada saat badan melayang diudara
(Syaifudin, 1985:57). Kecepatan lari maksimum dibatasi oleh kecepatan di mana
anggota tubuh dapat diayunkan ke depan dan memutar kembali, dan oleh
kekuatan dapat withstand yang berhubungan dengan landasan (James & Wilson,
2005).
Lari tidak hanya merupakan nomor yang dipertandingkan dalam cabang
atletik saja, tetapi juga merupakan bagian yang penting hampir pada semua
cabang olahraga. Pada dasarnya gerakan lari itu sendiri untuk semua jenis lari
adalah sama, akan tetapi berhubung adanya pembagian jarak yang ditempuh dan
penggunaan sistem energi yang berbeda, maka dalam pelaksanaan teknik larinya
menjadi berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Kecepatan lari sebagai suatu rangkaian tolakan atau loncatan, komponen
dasarnya adalah kecepatan dan power otot tungkai. Meningkatnya kecepatan dan
power otot tungkai akan menyebabkan kerja neuromuskuler menjadi lebih baik,
sehingga peningkatan panjang langkah dalam segi ruang dan frekuensi langkah
dalam segi waktu akan menghasilkan kecepatan lari.
Menurut Nossek (1982:64), fase kecepatan lari dibagi kedalam empat fase
kecepatan, yaitu :
1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi.
2) Akselerasi (percepatan).
3) Kecepatan dasar dan kecepatan lari
4) Daya tahan kecepatan.
Fase kecepatan lari secara lebih rinci dapat dianalisis dan diuraikan sebagai
berikut :
1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi.
Waktu reaksi merupakan selang atau jarak waktu diantara rangsangan
(yang berhubungan dengan mata, akustik, atau sentuhan) dan permulaan
gerakan. Waktu reaksi yang diukur pada atlet yang maju bervariasi antara 0,15
dan 0,25 detik (Nossek, 1982:64).
Waktu reaksi dalam kecepatan lari terjadi pada saat jatuhnya rangsangan
dan permulaan lari atau yang biasa disebut reaksi start. Seorang pekecepatan
lari harus memiliki reaksi start yang singkat artinya ia harus mempu
menjawab rangsangan (bunyi “pistol” atau aba “ya”) dengan menolak secara
kuat dan cepat ke start block. Pemberian respons ini, unsur power sudah mulai
berperan. Penampilan power terutama tercermin dalam percepatan start yang
tinggi dan kapasitas frekuensi langkah.
Kecepatan reaksi sangat sukar untuk didefinisikan, seperti unsur-unsur
fisik yang lain, misalnya kekuatan eksplosif, kemampuan akselerasi atau
keterampilan gerak (Nossek, 1982:66).
2) Akselerasi (percepatan).
Untuk mencapai kecepatan maksimal seorang pelari harus mampu
mengembangkan kecepatan awalnya secepat mungkin. Kemampuan
melakukan percepatan, mempertahankan kecepatan maksimal dan
memperlambat kecepatan maksimal untuk setiap pelari berbeda-beda. Pelari
yang terlatih atau berpengalaman akan mencapai kecepatan maksimalnya
lebih cepat, mempertahankan kecepatan maksimalnya pada jarak yang lebih
panjang, dan kecepatan maksimalnya turun lebih lambat daripada rata-rata
pakecepatan lari yang tidak terlatih. Dalam mencapai kecepatan maksimal ini
terjadi proses “pick up acceleration” yaitu jarak yang diperlukan pelari
sesudah tahap percepatan awal mencapai kecepatan maksimalnya.
3) Kecepatan dasar dan kecepatan lari.
Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimum yang dapat dicapai gerak
siklis ialah produk maksimum yang dapat dicapai dari frekuensi gerak
(frekuensi langkah) dan amplitudo gerak (panjang langkah). Frekuensi dan
panjang langkah merupakan faktor yang menentukan kecepatan maksimal.
Pada atlet yang terlatih, untuk mencapai kecepatan maksimumnya
memerlukan kira-kira 30-40 meter untuk tahap kaselerasi (Nossek, 1982:64).
4) Daya tahan kecepatan
Setelah kecepatan maksimalnya tercapai, kemampuan pelari untuk
mempertahankan kecepatan maksimalnya merupakan kunci utama dalam
menyelesaikan larinya. Tahap berikutnya daya tahan kecepatan menentukan
seberapa lama seorang atlet mampu mempertahankan kecepatan
maksimalnya. Kemampuan ini menunjukkan tingkat kapasitas anaerobik atau
daya tahan kecepatan seorang pekecepatan lari. Daya tahan kecepatan
mengendalikan tingkat kelambatan di dalam bagian akhir dari kecepatan lari.
Berdasarkan pendapat dari beberapa penulis seperti yang telah disebutkan di
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan lari adalah suatu kemampuan
tubuh untuk melakukan gerakan lari dalam waktu yang singkat, atau kemampuan
untuk menempuh suatu jarak dengan berlari dalam waktu yang secepat-cepatnya.
a. Macam-Macam Kecepatan
Kecepatan dibagai menjadi beberapa macam, dalam hal ini menurut
Nossek (1982:65), kualitas kecepatan dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Kecepatan reaksi (reaction speed).
adalah kecepatan untuk merespon suatu rangsangan.
2) Kecepatan bergerak (speed of movement).
adalah kemampuan kecepatan kontraksi secara maksimal otot dalam
suatu gerakan yang terputus (gerakan non siklik atau gerak eksplosif).
3) Kecepatan kecepatan lari (sprinting speed).
adalah kemampuan untuk bergerak maju kedepan dengan kekuatan
dan kecepatan maksimal.
Sedangkan menurut Bompa (1999:368), kecepatan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yakni kecepatan umum dan kecepatan khusus.
1) Kecepatan umum
Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa
macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang cepat. Persiapan fisik
secara umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum.
2) Kecepatan khusus
Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu latihan
atau keterampilan pada kecepatan tertentu. Kecepatan khusus adalah
khusus untuk tiap-tiap cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat
ditransferkan. Kecepatan khusus hanya mungkin dikembangkan melalui
metode khusus, namun demikian perlu dicari bentuk latihan alternatifnya.
Seseorang tidak bisa berharap akan terjadi transfer yang positif, kecuali
jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip dengan pola
keterampilannya.
Sesuai dengan klasifikasi latihan dan keterampilan gerak, kecepatan
pada lari oleh Jonath & Krempel (1987:20), dibedakan menjadi:
a) Kecepatan asiklis
Kecepatan ini mengenai kecepatan gerak yang dibatasi oleh faktor-
faktor yang terletak pada otot yaitu kekuatan statis dan kecepatan
kontraksi otot. Kedua faktor ini sangat tergantung pada viskositas dan
tonus otot. Faktor pembatas selain faktor kekuatan statis dan kecepatan
kontraksi otot adalah faktor kerja antagonis otot, panjang pengungkit dan
massa yang digerakkan. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan
prestasinya adalah tenaga dinamis (perbandingan tubuh-pengungkit) dan
massa (perbandingan beban-tenaga).
b) Kecepatan siklis
Kecepatan ini adalah produk yang dihitung dari frekuensi gerak
(frekuensi langkah) dan amplitudo gerak (panjang langkah). Bila gerak
siklis mulai dengan kecepatan nol pada pemberian isyarat atau tanda
mulai, dan jika waktunya dihitung dari pemberian isyarat, maka
kecepatannya dapat dibedakan menjadi empat faktor, yakni kecepatan
reaksi (pada saat start), percepatan gerak (pada beberapa meter pertama),
kecepatan dasar (sebagai kecepatan maksimal) dan stamina kecepatan
(daya tahan kecepatan).
c) Kecepatan dasar
Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal yang dapat dicapai
dalam gerak siklis adalah produk maksimal yang dapat dicapai dari
frekuensi gerak dan amplitudo gerak. Kecepatan ini tidak dapat dibedakan
menurut kecepatan gerak maju dan kecepatan gerak. Kecepatan dasar pada
wanita dicapai pada usia antara 17–22 tahun, pada pria antara 19–23
tahun. Faktor-faktor yang membatasi kecepatan dasar adalah tenaga otot,
viskositas otot, kecepatan kontraksi, ukuran antropometris, koordinasi,
waktu reaksi pada permulaan lari (start) dan stamina dinamis anaerob
umum.
b. Analisis Kecepatan Lari
Gerak lari merupakan gerakan mengais (pawing movement). Badan
bergerak maju karena akibat dari dorongan kaki kebelakang terhadap tanah.
Gaya maju ini dan efisiensi penggunaannya merupakan kunci kecepatan yang
dapat dikembangkan oleh pelari. Gaya yang dihimpun untuk berlari bagi
seseorang itu tetap yaitu sekitar 0,5 sampai 1,1 kali berat badan. Rata-rata
adalah 0,8 untuk pelari yang berpengalaman (Soedarminto, 1991:249).
Semakin cepat seseorang berlari, semakin panjang langkahnya. Bila
seorang pelari yang menambah kecepatan lari biasanya ia akan melakukan
dengan cara memperpanjang langkahnya, bukan dengan menambah frekuensi
langkahnya. Dengan cara begitu telapak kaki harus mendorong kebelakang
lebih kuat. Badan dicondongkan kedepan kira-kira 20 derajat dari garis
vertikal. Sikap ini dapat mengatasi hambatan udara dan cenderung dapat
memelihara letak titik berat badan selalu berada didepan telapak kaki depan
pada waktu menyentuh tanah sehingga akan menimbulkan daya dorong
kedepan yang lebih dan menyebabkan kecepatan lari bertambah. Tetapi jika
titik berat badan berada dibelakang telapak kaki pada waktu menyentuh tanah,
akan timbul momen gaya ke arah belakang sebesar berat badan kali jarak
antara titik berat badan yang berada dibelakang telapak kaki tumpu dan
telapak kaki depan. Hal ini menyebabkan kehilangan gaya yang semestinya
bisa digunakan untuk gerak maju (Soedarminto, 1991:250).
Seorang pekecepatan lari harus menyentuh tanah pada ujung kakinya
pada saat berlari, gerakan ini menyerap goncangan kaki pada saat menapak
dan juga memungkinkan otot-otot betis memanjang sebelum berkontraksi
untuk meluruskan saat mendorong ke belakang berikutnya. Dorongan
kebelakang ini dilakukan dengan jari-jari kaki pada saat telapak kaki
diluruskan agar mendapatkan tolakan sebesar-besarnya, kaki benar-benar
lurus tegang pada saat mendorong agar gaya dorong kebelakang seluruhnya
dapat menjadi gerak kedepan.
Pada saat telapak kaki terangkat dari tanah menolak dengan kuat, kaki
segera bersiap untuk melangkah berikutnya. Untuk melaksanakan ini dengan
usaha sekecil dan secepat mungkin, maka lutut harus ditekuk. Makin cepat
seseorang bergerak, makin tinggi lutut harus diangkat ke depan, lutut makin
menekuk, dan makin tinggi telapak kaki diangkat. Dengan gerak ini lutut
bergerak kedepan dan kecepatan sudut lebih besar, sebab kaki yang berputar
mulai dari panggul mempunyai jari-jari yang jauh lebih pendek. Gerakan ini
menunda menapaknya telapak kaki ke tanah untuk langkah berikutnya dan
memungkinkan kaki pendorong dapat terentang sepenuhnya. Keadaan ini
memperkecil sudut antara kaki dan permukaan tanah, dan dengan demikian
menambah gaya efektif dari dorongan kaki.
Gerakan lengan berlawanan dengan gerakan tungkai, lengan yang
bergerak menyilang di depan badan berfungsi mengimbangi putaran pinggul.
Seorang pelari yang mempunyai pinggul dan tungkai yang lebih berat tetapi ia
mempunyai bahu dan lengan yang ringan, ia harus mengayunkan lengannya
lebih jauh ke belakang dibandingkan jika ia mempunyai pinggul dan tungkai
yang lebih ringan. Lengan juga melengkapi dan membantu gerakan tungkai.
Ayunan lengan ke belakang yang kuat menyebabkan tungkai melangkah lebih
jauh. Jika tungkai lelah, gerakan lengan dapat membantu mempertahankan
atau menambah kecepatan.
Pada saat melangkah, titik berat badan naik turun, namun diusahakan
naik turunnya titik berat badan ini tidak terlalu besar, dan dipertahankan agar
gerakan ini tetap ajeg. Makin tinggi titik berat badan naik, maka makin lama
badan melayang di atas tanah, kecepatan lari akan mengalami perlambatan
selama badan melayang di atas tanah.
Gerakan keterampilan merupakan salah satu kategori gerakan yang
didalam melakukannya diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara
keseluruhan atau sebagian tubuh. Tingkat koordinasi dan kontrol tubuh dalam
melakukannya cukup kompleks. Koordinasi dan kontrol tubuh yang baik akan
meningkatkan keterampilan dalam melakukan gerakan.
Keterampilan gerak bisa diartikan sebagai kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. Semakin baik
penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaanya akan semakin efisien.
Dengan kata lain bahwa efisiensi pelaksanaan diperlukan untuk melakukan
gerakan keterampilan, efisiensi pelaksanaan bisa dicapai apabila secara
mekanis gerakan dilakukan dengan benar. Apabila gerakan keterampilan bisa
dikuasai, maka yang menguasai dikatakan terampil.
Keterampilan dapat dipahami dari dua aspek. Pertama, keterampilan
sebagai tugas gerak, sehingga terampil diartikan sebagai respons terhadap
stimulus yang dapat dijabarkan secara kuantitatif maupun kualitatif. Orang
yang terampil akan memperlihatkan kualitas gerak yang tinggi, dan gerakan
yang mantap. Aspek yang kedua adalah, keterampilan dianggap sebagai
indikator dari tingkat penguasaan atau kemahiran.
Pengklasifikasian keterampilan gerak bisa dibuat berdasarkan beberapa
sudut pandang (berdasarkan kecermatan gerakan, perbedaan titik awal dan
titik akhir, dan berdasarkan stabilitas lingkungan) dibagi menjadi beberapa
kategori, yaitu:
a) Keterampilan kasar dan halus (gross and fine skills).
b) Keterampilan diskrit, serial dan kontinyu (discrete, serial and continuous
skills).
c) Keterampilan terbuka dan tertutup (open and close skills) (Sugiyanto,
2003:8.11–8.15).
Keterampilan kasar dan halus suatu klasifikasi yang dibuat atas dasar
jumlah otot yang terlibat kadar energi yang dikerahkan atau usaha untuk
menampilkan gerak itu sendiri. Semakin banyak otot-otot besar yang
dilibatkan, semakin banyak energi dan usaha yang dikerahkan, keterampilan
semacam itu tergolong keterampilan kasar. Begitu juga sebaliknya, jika otot-
otot halus yang banyak terlibat didalam suatu keterampilan, maka
keterampilan semacam itu tergolong keterampilan halus.
Keterampilan diskrit, serial dan kontinyu yang diklasifikasikan atas
dasar rangkaian dari elemen gerak yang dilakukan seseorang sebagai pedoman
jika jelas kapan saat mulai dan berakhirnya maka keterampilan semacam ini
disebut keterampilan diskrit. Dan sebaliknya, jika tidak jelas kapan saat mulai
dan berakhirnya, maka keterampilan semacam ini disebut keterampilan
kontinyu. Sedangkan keterampilan serial mencerminkan perpaduan
karakteristik kedua keterampilan tersebut baik diskrit maupun kontinyu.
Keterampilan terbuka dan tertutup, suatu kategori berdasarkan pengaruh
lingkungan sekitar terhadap penampilan gerak itu sendiri. Semakin mampu
diprediksi pangaruh lingkungan, gerakan yang bersangkutan semakin
menggeser ke arah jenis keterampilan tertutup. Kedua jenis keterampilan ini
berada pada garis kontinum, bukan sebagai dikotomi yang terpisah secara
absolut.
Berdasarkan klasifikasi keterampilan yang telah dikemukakan, maka
kecepatan lari dapat diklasifikasikan sebagai keterampilan kasar, keterampilan
serial dan keterampilan tertutup. Kecepatan lari termasuk dalam klasifikasi
jenis keterampilan motorik kasar, karena pada keterampilan kecepatan lari
membutuhkan pengorganisasian otot-otot besar disertai pengerahan tenaga
yang banyak. Kecepatan lari juga termasuk dalam klasifikasi jenis
keterampilan motorik serial karena struktur keterampilan kecepatan lari
merupakan perpaduan karakteristik antara keterampilan diskrit dan kontinyu.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari
Kecepatan adalah salah satu komponen biomotorik yang sangat penting
dalam aktivitas olahraga dan merupakan kemampuan untuk bergerak dengan
kemungkinan kecepatan yang paling cepat, kemampuan pada dasar-dasar
mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-
gerakan pada kecepatan tertentu, serta merupakan hasil kerja suatu tenaga
pada suatu massa. Menurut pendapat beberapa ahli banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan lari seseorang, diantaranya seperti diuraikan
dibawah ini.
Menurut Jarver (1974:45) bahwa faktor yang mempengaruhi kecepatan
lari adalah (a) koordinasi neuromuskuler, (b) power, (c) elastisitas otot, (d)
mobilitas dan kualitas teknik, serta (g) produksi energi secara biokimia.
Koordinasi neuromuskuler menentukan frekuensi gerakan pada suatu
aplikasi kekuatan yang maksimal menurut respon kerja terhadap sinyal-sinyal
saraf. Hal ini akan terjadi lebih efektif bila ditunjang oleh adanya power,
elastisitas otot, mobilitas dan teknik lari dengan ruang gerak yang luas dan
adanya relaksasi dari otot-otot antagonis. Dari segi biokimia, kecepatan
sebagian besar tergantung pada pelayanan energi yang diperoleh dengan
segera dari ATP dan PC dalam otot, oleh karena itu pada saat intensitas
maksimal akan mencakup prestasi anaerobik secara keseluruhan juga
tergantung pada kecepatan sumber energi kimia yang dapat dikerahkan
(Jarver, 1974:52).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan lari adalah sebagai
berikut :
Gambar 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari
(Nossek, 1982:62)
Kecepatan lari seseorang tergantung pada kecepatan kontraksi otot,
struktur otot dan mobilitas proses-proses saraf yang tinggi yang merupakan
KEKUATAN ,KECEPATAN
DAN DAYA TAHAN
KECEPATAN
MOBILITAS PROSES-PROSES
SARAF
STIMULASI PENGHENTIAN
KONTRAKSI RELAKSASI
ELASTISITAS OTOT
KAPASITAS PEREGANGAN
DAN KONTRAKSI OTOT
KOORDINASI OTOT DIANTARA
YANG SINERGIS DAN
ANTAGONIS
KECEPATAN TEKNIK OLAHRAGA
DAYA KEMAUAN
pembawaan sejak lahir. Seorang atlet yang otot-ototnya terutama terdiri dari
serabut-serabut otot merah tidak bisa berkembang menjadi pekecepatan lari
kelas atas. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana kecepatan lari dapat
dikembangkan. Langkah awal yang mungkin dilakukan adalah meningkatkan
koordinasi otot antara yang sinergis dan antagonis (koordinasi intramuskuler)
di dalam berbagai gerakan. Adanya koordinasi antara otot yang sinergis dan
antagonis menghemat gerakan-gerakan, karena kontraksi otot-otot sinergis
berpengaruh terhadap relaksasi pada kontraksi antagonis dan sebaliknya.
Proses ini disebabkan oleh rangsangan-rangsangan dan penghentian-
penghentian melalui saraf-saraf yang tepat.
Pada sisi yang lain, interaksi yang lebih baik adalah diantara sistem saraf
pusat dan otot-otot yang sesuai (koordinasi intramuskuler) dengan
menggunakan latihan kecepatan yang berulang-ulang juga memberikan
sumbangan pada peningkatan kecepatan. Sinyal yang kuat dan cepat yang
berasal dari sistem saraf pusat merangsang otot-otot (dan sebanyak mungkin
serabut-serabut otot) yang menyebabkan kontraksi lebih kuat dan cepat.
Kontraksi gerakan-gerakan yang diwujudkan merupakan pergantian secara
cepat antara kontraksi-kontraksi dan relaksasi-relaksasi dalam otot-otot yang
diaktifkan. Hal ini dicapai melalui proses latihan jangka panjang.
Relaksasi atau pengendoran otot-otot yang tak mencukupi akan
berpengaruh terhadap frekuensi gerakan yang rendah dan amplitudo gerakan
(lebar ayunan) seseorang menjadi sangat terbatas. Relaksasi dalam hal ini
mungkin dapat ditemukan di dalam standar keterampilan gerak yang rendah.
Karena teknik-teknik olahraganya belum dikuasai, seseorang harus
mengembangkan kecepatannya secara berhati-hati bersamaan dengan
kemajuan keterampilan geraknya. Gerakan ini pertama-tama dikuasai dengan
menggunakan kekuatan yang rendah pada frekuensi yang rendah, kemudian
kekuatan dan frekuensi itu secara bertahap ditingkatkan. Frekuensi yang
tinggi dan amplitudo gerakan yang optimal memainkan peranan yang
menentukan dalam gerakan-gerakan kecepatan.
Sedangkan menurut Bompa (1999:268–270) bahwa kecepatan lari
dipengaruhi oleh faktor-faktor (a) heriditas, (b) waktu reaksi (c) kecepatan
mengatasi hambatan eksternal, (d) teknik, (e) konsentrasi dan kemauan yang
keras, serta (f) elastisitas otot. Selain itu Suharno (1993:48) mengatakan
bahwa faktor-faktor penentu kecepatan kecepatan lari adalah (1) tergantung
pada kekuatan otot yang bekerja, (2) panjang tungkai atas, (3) frekuensi gerak
(4) teknik lari yang sempurna.
Dipandang dari sudut kesehatan olahraga disebutkan oleh Jonath &
Krempel (1987:56–58) bahwa yang menjadi parameter prestasi kecepatan,
utamanya pada kecepatan lari (sprint) ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
1) Tenaga otot merupakan salah satu persyaratan terpenting untuk
kecepatan. Utamanya bagi pekecepatan lari (sprinter) pemula, tenaga otot
dapat diperbaiki dengan latihan kekuatan terarah.
2) Viskositas otot, hambatan gesekan dalam sel (intrasesuler) serabut-serabut
otot. Dengan pemanasan, pengaruh viskositas otot dapat dieliminir.
3) Kecepatan reaksi dapat dilatih dengan :
a) Meningkatkan pengalaman terhadap situasi persepsi khusus.
b) Mengotomatisasikan semaksimal mungkin jawaban motorik atau
kelakuan kinetik yang perlu dibuat dan dipilih dalam situasi yang
nyata.
4) Kecepatan kontraksi yaitu kecepatan pengerutan otot setelah mendapat
rangsangan saraf dan dapat ditingkatkan dengan latihan yang berulang-
ulang. Hal ini terutama bergantung pada struktur otot dan ditentukan oleh
faktor hereditas dan bakat.
5) Koordinasi yaitu kerjasama antara sistem saraf pusat dan otot-otot yang
digunakan, merupakan komponen yang penting dan menentukan
kecepatan lari seseorang.
6) Stamina anaerob umum atau daya tahan kecepatan pada kecepatan lari,
terutama ketika seorang pelari akan memasuki finish dan mempunyai
pengaruh terhadap prestasi larinya.
7) Ciri antropometris yaitu mengenai bentuk tubuh atlet, terutama mengenai
perbandingan antara tubuh dengan panjang tungkainya.
Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah sifat-sifat psiko-fisiologis
atlet, utamanya pada daya kemauan, sistem saraf pusat, sifat otot dan
koordinasi yang menentukan baik atau tidaknya penampilan. Dan dalam
pengembangannya perlu mempertimbangkan faktor jenis kelamin dan umur.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian mengenai latihan interval anaerob sudah banyak dilakukan, beberapa
hasil temuan penelitian yang menarik dan memiliki relevansi yang dekat dengan
penelitian ini, akan diungkap kembali sebagai berikut:
1. Suratmin (2001) tentang pengaruh latihan interval anaerob terhadap kecepatan
renang 100 meter gaya front crawl pada perenang intermediate, yang
menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan interval anaerob terhadap
kecepatan renang 100 meter gaya front crawl pada perenang intermediate, latihan
interval anaerob kombinasi jarak 25-50 meter lebih baik dibanding latihan
interval anaerob jarak 50 meter dan jarak 25 meter terhadap kecepatan renang 100
meter gaya front crawl pada perenang intermediate.
2. Slamet Widodo (2003) tentang pengaruh latihan interval anaerob dan kapasitas
aerob terhadap prestasi lari cepat 100 meter, yang menyimpulkan bahwa ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan interval anaerob dengan rasio
1:5 dan 1:10 terhadap prestasi lari cepat 100 meter, ada perbedaan pengaruh yang
signifikan antara kapasitas aerob tinggi dan rendah terhadap prestasi lari cepat
100 meter, tidak ada interaksi antara rasio waktu kerja dan waktu istirahat dalam
latihan interval anaerob dengan kapasitas aerob terhadap prestasi lari cepat 100
meter.
3. Heri Pendianto (2009) meneliti tentang pengaruh latihan interval anaerob dan
power lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas, yang
menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan
interval anaerob jarak tempuh 25 meter, 50 meter dan kombinasi jarak tempuh 25-
50 meter terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas. Ada
perbedaan peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas yang signifikan
antara perenang yang memiliki power lengan tinggi dan rendah, terdapat
pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan interval anaerob dan power
lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1:5 dan1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari.
Latihan interval yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan
kontinyu dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dalam tubuh. Perabahan-
perubahan itu antara lain adalah perubahan biokimia dan sistem otot rangka,
perubahan kardiorespirasi dan perubahan mekanisme organisasi sistem syaraf
yang mengarah pada peningkatan dalam kemampuan melakukan kerja, khususnya
dalam kaitannya dengan kecepatan lari .
Perbandingan (rasio) antara periode kerja dan periode istirahat dalam latihan
interval ikut menentukan terhadap hasil latihan. Pemulihan ATP-PC dalam latihan
interval dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 belum
memberikan pemulihan yang cukup terhadap pengisian kembali ATP-PC secara
sempurna, sehingga masih memungkinkan timbulnya akumulasi LA, jika telah
dilakukan dalam ulangan yang lebih banyak. Latihan ini dapat meningkatkan
kecepatan, tetapi peningkatannya lebih besar kepada peningkatan daya tahan.
Latihan interval dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat
1:10 memungkinkan pemulihan ATP-PC mendekati 100%. Untuk melaksanakan
kerja berikutnya maka energi yang digunakan sudah hampir 100%. Hal ini
menghindari adanya akumulasi LA. Latihan ini merupakan latihan kecepatan
murni, karena unsur daya tahan dihindari. Dengan pemulihan yang mendekati
100% maka kesempurnaan gerakan dan kecepatannya dapat dipertahankan.
2. Perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi dan rendah.
Power otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot
tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai dibutuhkan hampir pada semua
cabang olahraga, terutama untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang
dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan
secara maksimal dalam waktu yang singkat. Pada kecepatan lari, kecepatan lari
seseorang selain ditentukan oleh faktor biomotorik seperti kecepatan itu sendiri,
faktor biomotorik lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kekuatan.
Kecepatan lari adalah merupakan hasil perpaduan antara kecepatan dan kekuatan
(power), terutama power dari otot tungkai.
Power otot tungkai yang dimiliki seseorang tidaklah sama, ada yang tinggi
dan ada yang rendah, tinggi dan rendahnya power otot tungkai seseorang tentunya
akan berpengaruh pada kecepatan larinya. Pada seseorang yang memiliki power
otot tungkai yang tinggi ia akan mudah mengembangkan kecepatan larinya, baik
pada kecepatan reaksinya (pada saat start), percepatan gerak (pada beberapa
meter pertama), kecepatan dasar (sebagai kecepatan maksimal) dan pada stamina
kecepatannya (daya tahan kecepatan) jika dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki power otot tungkai yang rendah. Bagi seseorang yang memiliki power
otot tungkai yang tinggi ia akan menghasilkan frekuensi langkah (stride rate)
yang lebih tinggi dan panjang langkah (stride length) yang lebih panjang pada
saat lari jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki frekuensi langkah
yang rendah, hal ini sangat berguna untuk menghasilkan kecepatan lari yang
maksimal pada saat berlari, karena kecepatan lari merupakan hasil dari frekuensi
langkah dan panjang langkah seseorang.
Dari uraian diatas dapat diperkirakan bahwa perbedaan power otot tungkai
yang tinggi dan yang rendah akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kecepatan lari.
3. Pengaruh interaksi antara metode latihan interval anaerob dan power otot
tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari.
Peningkatan kecepatan lari yaitu peningkatan kemampuan seseorang untuk
melakukan gerakan lari yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya,
dimana hasil penghitungannya dimulai dari start sampai dengan finish. Dalam
melatih dan meningkatkan kecepatan lari, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, salah satu diantaranya adalah penerapan latihan interval anaerob.
Kecermatan dan ketepatan dalam menerapkan latihan interval anaerob merupakan
faktor yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan kecepatan lari yang
lebih baik. Jika ditinjau dari terbentuknya power otot tungkai yang merupakan
perpaduan antara kekuatan dan kecepatan otot tungkai, maka latihan yang
diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan eksplosif power. Latihan
eksplosifitas dapat memperbaiki kecepatan, pengembangan tenaga dan keduanya
itu sangat diperlukan untuk menunjang prestasi yang lebih baik. Hal ini dapat
membawa pemikiran bahwa perlunya latihan interval anaerob yang tepat dan
sesuai untuk meningkatkan kecepatan lari yang tentunya disesuaikan dengan
kemampuan power otot tungkai pelari.
Latihan interval anaerob yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecepatan lari siswa diantaranya adalah latihan interval anaerob dengan rasio
waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 1:10. Kedua macam bentuk latihan
interval anaerob ini dapat digunakan sebagai alternatif dan variasi latihan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecepatan lari.
Bagi siswa yang memiliki power otot tungkai rendah penerapan latihan
interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 kurang
menguntungkan. Power otot tungkai yang rendah, siswa akan sulit beradaptasi
dengan membutuhkan power otot tungkai yang tinggi. Latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih tepat digunakan bagi
siswa yang memiliki power otot tungkai yang rendah untuk menguasai kecepatan
lari. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diduga terdapat hubungan antara
latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan
lari.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat di susun hipotesis sebagai
berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari.
2. Ada perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power otot
tungkai tinggi dan rendah.
3. Ada pengaruh interaksi antara metode latihan interval anaerob dan power otot
tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3
Ngaglik Sleman Yogyakarta, untuk pelaksanaan treatment (perlakuan) terhadap
latihan kecepatan lari dengan metode latihan interval anaerob dengan rasio
perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 1:10 pada pelari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama delapan minggu, dimulai tanggal 7
September sampai dengan 13 November 2009 dengan frekuensi pertemuan tiga
kali dalam seminggu yaitu hari Senin, Rabu dan Jum’at dan. Pertemuan
dilaksanakan pada sore hari agar tidak mengganggu proses belajar mengajar
dimulai pukul 15.00–16.30 WIB. Secara keseluruhan perlakuan berlangsung
selama 24 kali pertemuan.
B. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan
teknik desain faktorial. Menurut Sudjana (2002:148) eksperimen faktorial adalah
eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah faktor dikombinasikan atau
disilangkan dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini didesain penelitian dengan rancangan faktorial 2x2 :
Tabel 1. Kerangka Desain Penelitian
Metode
latihan
interval
anaerob
Variabel Atribut (B)
Variabel Bebas (A)
Power Otot Tungkai
Tinggi
(b1)
Rendah
(b2)
Rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1:5
(a1)
a1b1 a1b2
Rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1:10
(a2)
a2b1 a2b2
Keterangan:
a1b1 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih
menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1:5.
a2b1 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih
menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1:10.
a1b2 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih
menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1:5.
a2b2 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih
menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1:10.
Untuk mendapatkan keyakinan bahwa rancangan penelitian yang telah
dipilih cukup memadai untuk pengujian hipotesis penelitian dan hasil penelitian
dapat digeneralisasikan ke populasi, maka dilakukan validasi terhadap variabel
dalam penelitian ini.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan
satu variabel terikat (dependent) dengan rincian yaitu :
1. Variabel bebas (independent)
a. Variabel manipulatif yaitu metode latihan interval anaerob yang terdiri dari
dua taraf yaitu:
1) Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5.
2) Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1:10.
b. Variabel bebas atributif (yang dikendalikan) dalam penelitian ini yaitu:
1) Power otot tungkai tinggi.
2) Power otot tungkai rendah.
2. Variabel terikat (dependent)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu peningkatan kecepatan lari.
D. Definisi Operasional
Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu
sebagai berikut:
1. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat
1:5
Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5
adalah latihan kecepatan lari yang di antara seri pengulangannya diselingi periode
istirahat dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5. Latihan yang
diterapkan dalam penelitian ini yaitu sprint pendek menempuh jarak 30 meter, 40
meter, 50 meter, dan 60 meter dengan waktu kerja antara 5,2-12 detik, sehingga
periode istirahatnya yaitu 26-60 detik.
2. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat
1:10
Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10
adalah latihan kecepatan lari yang di antara seri pengulangannya diselingi periode
istirahat dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10. Latihan yang
diterapkan dalam penelitian ini yaitu sprint pendek menempuh jarak 30-60,
dengan waktu kerja antara 5,2-12 detik, sehingga periode istirahatnya yaitu 52-
120 detik.
3. Power Otot Tungkai
Power otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot
tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai dalam penelitian ini dibedakan
atas power otot tungkai tinggi dan rendah, diukur dengan Vertical Power Jumps
Test (Johnson & Nelson, 1986:210).
4. Peningkatan Kecepatan lari
Kecepatan lari dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan lari yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya, diukur dengan tes
kecepatan lari 50 yard (Johnson & Nelson, 1986).
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 4
Ngaglik Sleman Yogyakarta yang berjumlah 74 siswa.
2. Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 siswa putra
kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta, yang diperoleh dengan
teknik purposive random sampling. Menurut Sudjana (2002:148) teknik
purposive random sampling yaitu dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi
sampel harus memenuhi ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian.
Dari sejumlah 74 pelari tersebut, kemudian dilakukan tes dan pengukuran
power otot tungkai diperoleh dengan Vertical Power Jumps Test (Johnson &
Nelson, 1986:210), data hasil power otot tungkai tersebut dipakai untuk
mengelompokkan yaitu sampel yang memiliki power otot tungkai tinggi dan
sampel yang memiliki power otot tungkai rendah. Selanjutnya dirangking, dari
hasil rangking tersebut dibagi atas tiga kelompok yaitu tingkat power otot tungkai
tinggi, sedang dan rendah. 34 pelari yang memiliki tingkat power otot tungkai
sedang tidak diikutsertakan, sehingga besar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 40 pelari yang terdiri dari 20 pelari yang memiliki power otot
tungkai tinggi dan 20 pelari yang memiliki power otot tungkai rendah.
Selanjutnya 20 pelari yang memiliki power otot tungkai tinggi dan yang memiliki
power otot tungkai rendah masing–masing dibagi menjadi dua kelompok dengan
cara diundi (random), yaitu 10 pelari mendapatkan metode latihan dengan rasio
waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 10 pelari sebagai kelompok yang
mendapatkan metode latihan dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah: (1)
Vertical Power Jumps Test dan (2) Tes lari 50 yard.
1. Data Power Otot Tungkai
Power otot tungkai diukur dengan tes Vertical Power Jumps Test (Johnson
& Nelson, 1986: 210). Data power otot tungkai diukur sebanyak dua kali, yaitu
sebelum perlakuan diberikan pada siswa siswa putra kelas VII SMP Negeri 3
Ngaglik Sleman Yogyakarta tahun pengajaran 2009 selaku sampel. Data power
otot tungkai dapat dipakai untuk mengelompokkan (1) sampel yang memiliki
power otot tungkai tinggi dan (2) sampel yang memiliki power otot tungkai
rendah. Sebelum digunakan, dicari reliabilitas tesnya menggunakan rumus dari
Baumgartner and Jackson (1991:82).
2. Data Kecepatan Lari
Teknik pengumpulan data menggunakan petunjuk tes lari 50 yard (Johnson
& Nelson, 1986). Data kecepatan lari diukur sebanyak dua kali yaitu tes awal
(pre-test) dan tes akhir (post-test). Sebelum digunakan, dicari reliabilitas tesnya
menggunakan rumus Baumgartner and Jackson (1991:134).
3. Mencari Reliabilitas Tes
Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari
relaibilitanya, untuk mengetahui keajegan dari tes yang bersangkutan. Untuk
mencari besarnya koefisien reliabilitas, dipergunakan ANAVA (Thomas &
Nelson, 2001:187) dengan rumus:
B
wB
MS
MSMSR
Dengan:
B
BB
df
SSMS
ABA
ABAW
dfdf
SSSSMS
Keterangan:
R = Koefisien reliabilitas
SS = Jumlah kuadrat perlakuan
MS = Rata-rata kuadrat perlakuan
df = Derajat kebebasan
A = Perlakuan kolom
B = Perlakuan baris
AB = Interaksi antara perlakuan baris dan perlakuan kolom
Uji coba instrumen penelitian untuk tes power otot tungkai dan tes
kecepatan lari adalah dengan mencari koefisien reliabilitasnya. Tes power otot
tungkai yang diukur dengan tes Vertical Power Jumps Test ini oleh Johnson &
Nelson (1986:210) mempunyai validitas Face validity. Setelah dilakukan uji tes,
ternyata diperoleh reliabilitas 0.872, selanjutnya hasil tes ini digunakan untuk
mencari dan menentukan sampel yang diperlukan dalam penelitian yaitu sampel
yang masuk kategori power otot tungkai tinggi dan rendah. Sedangkan tes
kecepatan lari yang diukur dengan tes lari 50 yard oleh Johnson & Nelson (1986)
dinyatakan mempunyai reliabilitas 0.977, objektivitas 0.99 dan validitas 0.989,
dan selanjutnya setelah dilakukan uji tes diperoleh reliabilitas tes 0.989.
Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas hasil tersebut dengan
menggunakan pedoman Tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip
Mulyono (1999:22) yaitu:
Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilitas
Baik Sekali 0,90 – 1,00
Baik 0,80 – 0,89
Cukup 0,60 – 0,79
Kurang 0,40 – 0,59
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian (ANAVA)
dua jalur pada α = 0,05. Jika nilai F yang diperoleh (Fo) signifikan analisis
dilanjutkan dengan uji rentang hewman-keuls (Sudjana, 2004:36). Untuk memenuhi
asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (Uji lilliefors) dan uji
Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett) (Sudjana, 2002:261-264). Urutan langkah-
langkah analisis data penelitian ini adalah:
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji
normalitas (Uji Liliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett). Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam
penelitian berasal dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas
bertujuan untuk mengetahui apakah variansi pada tiap-tiap kelompok homogen
atau tidak.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data penelitian ini menggunakan metode Liliefors
(Sudjana, 2002:466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Pengamatan x1, x2, ……., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ……., zn
dengan menggunakan rumus:
zi =
Keterangan : = Rata-rata
= Nilai variabel
s = Simpangan baku
2) Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ……., zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi), maka
S(zi) =
4) Hitung selisih F(zi) - S(zi), kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Harga terbesar ini merupakan Lhitung.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Langkah-langkah
pengujiannya sebagai berikut :
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok
sampel; dk (n-1); 1/dk; SDi2, dan (dk) log SDi
2.
2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel, dengan rumus:
SD2 = ……..... (1)
B = Log SDi2
(n-1)
3) Menghitung χ2, dengan rumus:
χ2 = (Ln) B – (n–1) Log SDi ……….. (2)
dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya (χ2
hitung) kemudian dibandingkan dengan χ2
tabel, pada taraf
signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila χ2
hitung < χ2
tabel, maka Ho diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila χ2
hitung
> χ2
tabel, maka Ho ditolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
2. Uji Hipotesis
Langkah-langkah melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Anava Rancangan Faktorial 2x2
1) Metode AB untuk Perhitungan Anava Dua Faktor
Tabel 3. Ringkasan Anava 2 x 2
Sumber Variasi Dk JK RJK Fo
Rata-rata
Perlakuan
A
B
AB
Kekeliruan
1
a – 1
b – 1
(a-1)(b-1)
ab (n-1)
Ry
Ay
By
ABy
Ey
R
A
B
AB
E
A/B
B/E
AB/E
Keterangan: A = Kelompok A
B = Kelompok B
AB = Interaksi antara kelompok A dengan kelompok B
2) Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika F ≥ F(1-α) (v1-v2), maka hipotesis nol ditolak. Jika F < F(1-α)
(v1-v2), maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dk pembilang v1
(k-1) dan dk penyebut v2 = (n1 + … nk – k), α = taraf signifikansi untuk
pengujian hipotesis.
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava
Menurut Sudjana (2004:36) langkah-langkah untuk melakukan uji
Newman-Keuls adalah sebagai berikut:
1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang paling
kecil sampai kepada yang terbesar.
2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya.
3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus:
Sy =
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA.
4. Tentukan taraf signifikansi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk
uji Newman-Keuls, di ambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2,3...,k.
Harga-harga yang di dapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dan p
supaya di catat.
5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik (...) di atas masing-masing
dengan Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang
signifikan terkecil (RST).
6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p=(k-1), dan
seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua rata-
rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan
rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya.
Semuanya akan ada ½ k (k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-
selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya masing-masing maka
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi di antara rata-rata
perlakuan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian beserta interpretasinya, penyajian hasil penelitian adalah
berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir hasil
kecepatan lari. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji
persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes hasil kecepatan lari yang dilakukan sesuai
dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:
Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari Tiap Kelompok Berdasarkan
Penggunaan Metode Interval Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai
Perlakuan
Tingkat
Power Otot
Tungkai
Statistik
Hasil
Tes
Awal
Hasil
Tes
Akhir
Peningkatan
Latihan Interval
Anaerob Dengan
Rasio 1 : 5
Tinggi
Jumlah 95.65 86.67 8.98
Rerata 9.565 8.667 0.898
SD 1.061 0.876 0.287
Rendah
Jumlah 102.36 94.22 8.14
Rerata 10.236 9.422 0.814
SD 0.572 0.730 0.315
Latihan Interval
Anaerob Dengan
Rasio 1 : 10
Tinggi
Jumlah 96.82 84.33 12.49
Rerata 9.682 8.433 1.249
SD 0.966 0.763 0.313
Rendah
Jumlah 104.95 95.79 9.16
Rerata 10.495 9.579 0.916
SD 0.521 0.539 0.265
Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel di atas adalah
sebagai berikut:
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihan interval anaerob dengan rasio
waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 dibandingkan, maka dapat
diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 10 memiliki peningkatan hasil kecepatan lari sebesar 0.23 detik yang
lebih tinggi dari pada kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja
dan waktu istirahat 1 : 5.
2. Jika kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah
dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari sebesar 0.21 detik
yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai
rendah.
3. Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata kecepatan lari dapat dilihat pada
histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Peningkatan
Kecepatan
Kelompok
Pre-test 9.90 10.09 9.62 10.37
Post-test 9.04 9.01 8.55 9.50
R 1:5 (A1)R 1:10
(A2)
POT T
(B1)
POT R
(B2)
Gambar 2. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari
Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Interval
Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai
Keterangan :
R 1: 5 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja
dan waktu istirahat 1 : 5
R 1 :10 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja
dan waktu istirahat 1 : 10
POT T = Kelompok power otot tungkai tinggi
POT R = Kelompok power otot tungkai rendah
= Hasil tes awal
= Hasil tes akhir
4. Agar nilai rata-rata peningkatan kecepatan lari yang dicapai tiap kelompok
perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan hasil kecepatan lari pada tiap
kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 3. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan Lari Pada Tiap
Kelompok Perlakuan.
Keterangan :
KP1 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 5 pada tingkat power otot tungkai tinggi
KP2 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 5 pada tingkat power otot tungkai rendah
KP3 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 10 memiliki power otot tungkai tinggi
KP4 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 10 pada tingkat power otot tungkai rendah
B. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada tes bertujuan untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes
yang dilakukan. Tes yang dilakukan terdiri dari tes awal dan tes akhir kecepatan lari
serta tes power otot tungkai. Hasil uji reliabilitas data kemudian dikategorikan,
dengan menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang
dikutip Mulyono (1999:22), yaitu :
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilita
Tinggi Sekali 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Cukup 0,60 – 0,79
Kurang 0,40 – 0,59
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39
Adapun hasil uji reliabilitas data kecepatan lari pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Data Kecepatan Lari
Variabel Reliabilita Kategori
1. Power Otot Tungkai 0,99 Baik Sekali
2. Tes awal kecepatan lari 0,99 Baik Sekali
3. Tes akhir kecepatan lari 0,97 Baik Sekali
C. Pengujian Persyaratan Analisis Varians
Sesuai dengan teknik analisis data yang dikemukakan pada Bab IV, bahwa
teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varians untuk rancangan
blok. Sebelum analisis tersebut dilakukan perlu pengujian terhadap persyaratan-
persyaratan, yaitu: (1) normalitas sampel, dan (2) homogenitas varians populasi.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Sampel Dengan Menggunakan Uji Lilliefors Dengan
Taraf Signifikan α = 0.05
Kelompok
Perlakuan N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan
KP1 10 0.898 0.287 0.124 0.258 Berdistribusi Normal
KP2 10 0.814 0.315 0.141 0.258 Berdistribusi Normal
KP3 10 1.249 0.313 0.126 0.258 Berdistribusi Normal
KP4 10 0.916 0.265 0.109 0.258 Berdistribusi Normal
Hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo= 0.124.
Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5%
yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk
berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh
nilai Lo= 0.141, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol
menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas
yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo= 0.126. Dimana nilai tersebut lebih
kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berdistribusi
normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai
Lo= 0.109, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol
menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara
kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan uji Bartlett. Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2
o = 0.349.
Sedangkan dengan k - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2
tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa
nilai χ2
o = 0.349 lebih kecil dari χ2
tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan
interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-
langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji
rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian
disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II.
Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Rasio Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat Pada Latihan Interval Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai
Variabel
Rerata Kecepatan
Lari
A1
A2
B1 B2 B1 B2
Hasil tes awal 9.565 10.236 9.682 10.495
Hasil tes akhir 8.667 9.422 8.433 9.579
Peningkatan 0.898 0.814 1.249 0.916
Keterangan :
A1 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5.
A2 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10.
B1 = Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi.
B2 = Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.
Tabel 9. Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber Variasi Dk JK RJK Fo Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 37.578 37.578
A 1 0.513 0.513 5.861 4.11
B 1 0.435 0.435 4.967 4.11
AB 1 0.155 0.155 1.771 4.11
Kekeliruan 36 3.151 0.088
Total 40 41.832
Tabel 10. Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
KP A1B2 A2B2 A1B1 A2B1 RST
Rerata 2.146 2.306 2.405 3.697
A1B2 2.146 - - - -
A2B2 2.306 0.16 - - - 0.976
A1B1 2.405 0.259 0.099 - - 1.175
A2B1 3.697 1.551* 1.391* 1.292 - 1.297
Keterangan :
Tanda * signifikan pada p 0,05.
Berdasarkan hasil analisis data dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai
berikut:
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 memiliki peningkatan yang berbeda
dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1:10. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 5.861 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian
hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 memiliki peningkatan yang berbeda
dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10
dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10
memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dengan rata-rata peningkatan masing-
masing yaitu 0.856 dan 1.083.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki power otot
tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari yang berbeda dengan
siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai
Fhitung = 4.967 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak yang
berarti bahwa siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki
peningkatan hasil kecepatan lari yang berbeda dengan siswa yang memiliki power
otot tungkai rendah dapat diterima kebenarannya.
Hasil analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari yang lebih baik dari
pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dengan rata-rata
peningkatan masing-masing yaitu 1.074 dan 0.865.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara metode latihan
interval anaerob dan tingkat power otot tungkai siswa kurang bermakna. Karena
Fhitung = 1.771 < Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang
berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode latihan interval
anaerob dengan power otot tungkai.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis menghasilkan dua kelompok kesimpulan
analisis yaitu: (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama
penelitian, (b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk
interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih
lanjut sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Interval Anaerob dengan Rasio Waktu Kerja
dan Waktu Istirahat 1:5 dan 1:10 Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh
yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan kelompok siswa yang
mendapatkan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari. Pada kelompok siswa yang
mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1:10 mempunyai peningkatan kecepatan lari yang lebih baik dibandingkan dengan
kelompok siswa yang mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja
dan waktu istirahat 1:5.
Pada latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1:5, waktu rekaverinya kurang sempurna, sehingga kualitas kecepatan gerakan
tiap ulangannya tidak dapat dipertahankan secara sempurna. Latihan interval
anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih memberikan
kesempatan siswa untuk melakukan rekaveri sehingga lebih siap melakukan
aktivitas dengan intensitas tinggi (kecepatan maksimal). Dengan istirahat yang
cukup maka sistem energi yang digunakan pada setiap ulangan masih tetap berada
pada ATP-PC. Unsur fisik yang dikembangkan yaitu kekuatan dan kecepatan.
Pada latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10,
tiap ulangan kecepatan maksimal dapat dipertahankan. Kualitas kecepatan
gerakan dapat dipertahankan, sehingga peningkatan kecepatan lebih signifikan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan
persentase hasil kecepatan lari yang dihasilkan oleh latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih tinggi 0.23 dari pada
kecepatan lari.
2. Perbedaan Peningkatan Kecepatan Lari Antara Siswa Yang Memiliki Power
Otot Tungkai Tinggi dan Rendah
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan yang nyata
antara kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah
terhadap peningkatan kecepatan lari. Pada kelompok siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi mempunyai peningkatan kecepatan lari lebih tinggi dibanding
kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Pada kelompok siswa
power otot tungkai tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki power otot tungkai rendah.
Power otot tungkai merupakan unsur kondisi fisik sangat diperlukan dalam
lari cepat. Gerakan lari merupakan gerakan maju ke depan yang dihasilkan oleh
gerakan langkah-langkah kaki. Otot tungkai merupakan daya pendorong tubuh
untuk dapat bergerak ke depan. Kemampuan power otot tungkai berfungsi untuk
melakukan tolakan, dengan power otot tungkai akan menghasilkan dorongan
tubuh ke depan sehingga kecepatan larinya menjadi lebih baik. Power otot
tungkai juga berperanan untuk menghasilkan panjang langkah selama lari. Siswa
yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki kemampuan untuk melakukan
latihan dan perlombaan lari yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki power
otot tungkai rendah.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan
kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi 0.21 yang
lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.
3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Interval Anaerob dan Power
Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari
Dari hasil analisis varians untuk tingkat power otot tungkai (B1 dan B2)
nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor
menunjukkan tidak adanya interaksi. Untuk kepentingan pengujian bentuk
interaksi AB dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 11. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B
Terhadap Hasil Kecepatan Lari.
Faktor A = Metode latihan interval anaerob
B = Power otot
tungkai
Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2
B1 0.898 1.249 1.074 0.351
B2 0.814 0.916 0.865 0.102
Rerata 0.856 1.083 0.969 0.209
B1 – B2 0.084 0.333 0.227
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Lari
Keterangan :
: A1 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5
: A2 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 :10
: B1 = Power otot tungkai tinggi
: B2 = Power otot tungkai rendah
Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai hasil
kecepatan lari adalah tidak sejajar atau tidak bersilangan. Garis tersebut tidak
memiliki suatu titik pertemuan antara penggunaan metode latihan interval anaerob
dan power otot tungkai. Berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan diantara
keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa power otot tungkai berpengaruh
terhadap metode latihan interval anaerob, tetapi pengaruhnya kurang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki power
otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari yang besar baik dengan
latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10 maupun
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5. Siswa yang memiliki power otot
tungkai tinggi dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu
istirahat 1 : 5, memiliki peningkatan kecepatan lari yang lebih baik dibandingkan
siswa dengan power otot tungkai rendah, meskipun diberikan latihan interval anaerob
dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10. Keefektifan penggunaan metode
latihan interval anaerob terhadap peningkatan kecepatan lari dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya power otot tungkai yang dimiliki oleh siswa.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, baik dalam menyusun kajian teori, melaksanakan program
latihan, maupun dalam pengambilan data di lapangan dan berbagai upaya ini telah
dilakukan agar hasil penelitian benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
tetapi dengan adanya beberapa faktor sebagai variabel intervening yang tidak dapat
dikendalikan sehingga hasil penelitian memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta
dengan sampel relatif terbatas, sehingga penelitian ini belum cukup dapat
digeneralisasikan secara nasional.
2. Ada kemungkinan sampel kontrol juga melakukan perlakuan yang sama dengan
kelompok yang diberi perlakuan karena kewajiban latihan sehingga
mempengaruhi validitas perlakuan kelompok.
3. Selama pelaksanaan penelitian sampel tidak diasramakan, sehingga faktor lain
yang akan mempengaruhi hasil penelitian, seperti faktor gizi, istirahat dan
pengalaman lainnya diduga akan mempengaruhi hasil penelitian.
4. Kontrol terhadap unsur-unsur lain yang dapat mempengaruhi peningkatan
kecepatan lari, seperti unsur kondisi fisik selain kekuatan otot, faktor kualitas
psikis dan juga kemampuan motorik tidak diperhitungkan sehingga variabel-
variabel tersebut akan dapat mempengaruhi hasil penelitian.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1 : 5 dan rasio 1 : 10 terhadap peningkatan kecepatan lari (Fhitung =
5.861 > Ftabel = 4.11). Pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja
dan waktu istirahat 1 : 10 lebih baik dari pada kecepatan lari, rata-rata
peningkatannya masing-masing adalah 0.856 dan 1.083.
2. Ada perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power otot
tungkai tinggi dengan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah (Fhitung =
4.967 > Ftabel = 4.11). Peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki
power otot tungkai tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki power otot
tungkai rendah, rata-rata peningkatannya masing-masing adalah 1.074 dan 0.865.
3. Tidak terdapat interaksi antara metode latihan interval anaerob dengan power otot
tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (Fhitung = 1.771 > Ftabel = 4.11).
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang
lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan
yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai merupakan variabel-
variabel yang mempengaruhi peningkatan kecepatan lari.
2. Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10
ternyata memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam meningkatkan hasil
kecepatan lari. Kebaikan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan
waktu istirahat 1 : 10 ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pengajar dan
pelatih dalam upaya meningkatkan kecepatan lari.
3. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode latihan interval
anaerob dapat meningkatkan kecepatan lari, masih ada faktor lain yaitu power
otot tungkai. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan kecepatan
lari yang sangat signifikan antara kelompok power otot tungkai tinggi dan power
otot tungkai rendah. Hal ini mengisyaratkan kepada pengajar dan pelatih, upaya
peningkatan kecepatan lari hendaknya memperhatikan faktor power otot tungkai.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Mengingat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat
1 : 10 memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan kecepatan lari,
maka sebaiknya dipilih oleh pengajar dan pelatih dalam upaya meningkatkan
kecepatan lari siswanya.
2. Penerapan penggunaan metode latihan interval anaerob untuk meningkatkan
kecepatan lari, perlu memperhatikan faktor power otot tungkai.
DAFTAR PUSTAKA
Baumgartner, T.A. and Jackson, A.S. 1991. Measurement for Evaluation in Physical
Education and Exercise Science. USA: Wm.c. Brown Communication. Inc.
Bompa, O.T. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training.
Kendall/Hunt Publishing Company.
Cholik Motohir. 2002. Pendidikan dan Pengembangan, Pelaksanaan Pendidikan
Jasmani dan Olahraga di Sekolah dan Perguruan Tinggi. IKIP Surabaya.
Davis, D., Kimmet, T. & Auty, M. 1992. Physical Education: Theory and Practice.
Dubuque IOWA: William Brown Co.
Fos, M.L. & Keteyian, S.J. 1998. Physiological Basic For Exercise and Sport.
Dubuque: McGraw-Hill Companis.
Fox, E. L., Bowers, R.W. & Fos, M. L, 1992. The Physiologycal Basis For Exercise
and Sport. Dubuque: WCB Brown Benchmark Publisher.
________, Bowers R.W. 1992. Sports Physiology. Philadelphia: WB. Sounders
Company.
Harsono, 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:
Ditjendikti.
Hiroyasu Tsuchie, Kai Kobayashi, Hiroaki Kanehisa, Yasuo Kawakami, Shigeo Iso
and Tetsuo Fukunaga. 2008. Assessment of Sprinting Abilities Using a
Resistant Self-driven Treadmill. International Journal of Sport and Health
Science. (Vol. 6. pp.85-90). Japan Society of Physical Education, Health
and Sport Sciences.
(http://www.jstage.jst.go.jp/article/ijshs/6/0/6_85/_article). (download 29
Juli 2009).
James R. Usherwood & Alan M. Wilson. 2005. Nature International Weekly Journal
of Science. Nature 438, 753-754.
(http://www.nature.com/nature/journal/v438/n7069/full/438753a.html)
(download 29 Juli 2009).
Jarver, J. 1974. Principles of Speed an East Europe an Summary. Canberra: The
Macmillan Company of Australia PTY LTD.
Johnson, Barry L., & Nelson, Jack Kirkendall. 1986. Practical Measurement for
Evaluation in Physical Education. New York: MacMillan Publishing
Company.
Jonath. U, Haag E & Krempel, R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparmo, Jakarta: PT.
Rosda Jaya Putra.
Mathews, D.K. & Fox, E. L. 1988. The Physiological Basis of Physical Education
and Athletics. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Mulyono, B. A., 1999. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Nossek. J. 1982. General Theory of Training. Logos : Pan African Press.
Pyke, F.S., 1991. Toward Better Coaching The Art and Science of Coaching.
Canbera, Australia: Government Publishing Service.
Rushall, B.S. & Pyke, F.S. 1992. Training for Sport and Fitnes. Canberra: The
Macmillan Company of Australia PTY LTD.
Schmolinsky, G. 1978. Track and Field. Berlin: Sportverlag.
Soedarminto. 1991, Kinesiologi. Surakarta: FKIP-UNS.
Sudjana. 2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung. Tarsito.
______. 2004. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.
Sugiyanto. 2003. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Suharno HP. 1993. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Syaifudin, Aip. 1985. Kamus Istilah Olahraga. Jakarta: CV. Baru.
Thomas .J.P. & Nelson .J.K. 2001. Research Methods in Physical Activity. Second
Edition. Champaign Illinois: Human Kinetic Publisher.
Lampiran 1
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
No Kegiatan Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
- Persiapan program
- Persiapan perlengkapan
- Persiapan data pelari
2. Pelaksanaan
- Tes power otot tungkai
- Tes kecepatan lari
- Pengelompokan pelari
- Latihan interval anaerob
- Tes hasil pelatihan
3. Pengolahan hasil penelitian
- Penyusunan hasil
- Pengolahan hasil
Keterangan :
: Pelaksanaan kegiatan
A. Penyusunan usulan penelitian antara lain :
1. Judul tesis
2. Konsultasi proposal penelitian seminar proposal
3. Revisi proposal penelitian
B. Persiapan penelitian
1. Mengurus ijin penelitian
2. Menghubungi tenaga ahli (expert)
3. Menghubungi orang coba penelitian
4. Menyiapkan alat ukur
5. Tenaga pembantu pelaksanaan penelitian
C. Ujian tesis : sesuai kalender kegiatan atau jadual.
D. Revisi tesis : menyesuaikan
E. Pelaksanaan Penelitian antara lain :
1. Pre test
2. Treatment (perlakuan)
3. Post test.
F. Tempat Penelitian
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta.
G. Orang Coba
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Ngaglik Sleman
Yogyakarta yang berjumlah 40 siswa.
Lampiran 2
PETUNJUK PELAKSANAAN TES POWER OTOT TUNGKAI
(Johnson and Nelson, 1986:210)
1. Tujuan tes adalah untuk mengetahui power otot tungkai.
2. Alat dan perlengkapan
a. Alat penimbang berat badan dengan ketelitian hingga 0,5 kg.
b. Blangko dan alat tulis.
3. Petugas:
a. Seorang pengawas gerak yang bertugas mengawasi benar tidaknya gerakan.
b. Seorang pencatat yang bertugas mencatat nilai yang diperoleh.
4. Pelaksanaan tes:
a. Vertical Power Jump Test.
1. The Lewis Nomogram ditempelkan pada dinding dengan alas yang rata.
2. Testi berdiri jinjit tanpa alas, dengan tangan yang satu lurus ke atas
menempel pada papan skala (The Lewis Nomogram) tangan yang lain
dilipat kebelakang rileks. Petugas mencatat angka yang ditunjukkan oleh
tangan pada papan skala.
3. Testi melompat dengan menekuk lutut ± 115o sambil menyentuhkan
tangan pada papan skala. Kemudian petugas mencatat angka yang
ditunjukkan oleh tangan pada papan skala.
b. Mengukur berat badan:
1. Alat penimbang ditempatkan pada permukaan yang rata, skala alat
penimbang harus di tera terlebih dahulu agar alat tersebut memenuhi
standart.
2. Testi tanpa alas kaki dan hanya mengenakan pakaian yang ringan (t-shirt
dan celana pendek).
3. Testi berdiri tegak dengan berat badan terdistribusi secara merata pada
bagian tengah alat penimbang.
4. Petugas mencatat berat badan testi hingga ukuran 0,5 kg yang terdekat.
5. Untuk menentukan besarnya power otot tungkai ditentukan dengan rumus :
P = [√4,9 (berat badan) √D”]
Keterangan :
P = Power (kg-m/detik).
D” = Tinggi raihan (nilai waktu melompat dikurangi nilai waktu berdiri tegak).
Lampiran 3
PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB DENGAN RASIO WAKTU
KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT 1:5
MINGGU HARI
(ke)
JARAK
(meter) REP SET
INTENSITAS
KERJA ISTIRAHAT
ANTAR REP
(detik)
ISTIRAHAT
ANTAR SET
(menit) ENERGI WAKTU
(detik)
Tes Awal 60 1 Maksimal
I 1
2
3
30 3 3 Tinggi 5 - 6 25 5
II
4
5
6
30 4 3 Tinggi 5 - 6 25 5
III
7
8
9
40 2 3 Tinggi 7 - 8 38 5
IV
10
11
12
40 3 3 Tinggi 7 - 8 38 5
V
13
14
15
40 4 3 Tinggi 7 - 8 38 5
VI
16
17
18
50 2 3 Tinggi 9 - 10 50 5
VII
19
20
21
50 3 3 Tinggi 9 - 10 50 5
VIII
22
23
24
60 2 3 Tinggi 11 - 12 55 5
Tes Akhir 60 1 Maksimal
Lampiran 4
DESKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB
DENGAN RASIO WAKTU KERJA DAN
WAKTU ISTIRAHAT 1:5
1. Urutan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan latihan merupakan suatu rangkaian
latihan yang terdiri dari (a) latihan pendahuluan, (b) latihan inti, (c) latihan penutup.
a. Latihan Pendahuluan
Latihan pendahuluan ini dilakukan senam pemanasan dengan waktu antara 10
menit sampai 15 menit.
b. Latihan inti
1) Sebelum melaksanakan program latihan lari, terlebih dahulu semua sempel dites,
guna menentukan intensitas beban latihan dan menentukan waktu istirahat.
2) Tes uji coba tersebut dengan jarak; 30 m , 40 m , 50 m dan 60 m.
3) Untuk menentukan waktu Intensitas kerja dan istirahat antar repetisi dengan cara
mengambil rata-rata waktu hasil tes lari; 30 meter, 40 meter, 50 meter, dan 60
meter.
4) Setelah meneyelesaikan latihan sebanyak tiga set dan diberi istirahat 5 menit
lakukan tes lari 60 meter sekali saja.
5) Latihan dilakukan tiga kali dalam satu minggu dengan cara hari latihan hari
istirahat dan seterusnya ( Senin, Rabu, dan Jum’at)
c. Latihan Penutup
Bentuk latihan penutup (cooling down) yang dilakukan pada latihan interval
anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5, dapat dilakukan dengan
berbagai variasi dalam latihan penutup, yaitu latihan pengkondisian, pelemasan.
2. Landasan Teori
a) Beban latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5
b) Program latihan ini didasarkan atas pendapat Rushal, & Pyke (1990:269-271)
yang menyatakan jika latihan lari cepat itu tergolong ”short interval sprint
training”, maka pedoman latihan yang dipakai adalah sebagai berikut:
Durasi periode kerja : 50–150 detik
Intensitas kerja : 100 % (maksimal)
Durasi pulih asal : 1–2 menit
Repetisi : sampai lelah atau penampilan memburuk
Lampiran 5
PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB DENGAN RASIO WAKTU
KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT 1:10
MINGGU HARI
(ke)
JARAK
(meter) REP SET
INTENSITAS
KERJA ISTIRAHAT
ANTAR REP
(detik)
ISTIRAHAT
ANTAR SET
(menit) ENERGI WAKTU
(detik)
Tes Awal 60 1 Maksimal
I
1
2
3
30 3 3 Tinggi 5 - 6 50 5
II
4
5
6
30 4 3 Tinggi 5 - 6 50 5
III
7
8
9
40 2 3 Tinggi 7 - 8 70 5
IV
10
11
12
40 3 3 Tinggi 7 - 8 70 5
V
13
14
15
40 4 3 Tinggi 7 - 8 70 5
VI
16
17
18
50 2 3 Tinggi 9 - 10 90 5
VII
19
20
21
50 3 3 Tinggi 9 - 10 90 5
VIII
22
23
24
60 2 3 Tinggi 11 - 12 110 5
Tes Akhir 60 1 Maksimal
Lampiran 6
DESKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB
DENGAN RASIO WAKTU KERJA DAN
WAKTU ISTIRAHAT 1:10
1. Urutan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan latihan merupakan suatu rangkaian
latihan yang terdiri dari (a) latihan pendahuluan, (b) latihan inti, (c) latihan penutup.
a. Latihan Pendahuluan
Latihan pendahuluan ini dilakukan senam pemanasan dengan waktu antara 10
menit sampai 15 menit.
b. Latihan inti
1) Sebelum melaksanakan program latihan lari, terlebih dahulu semua sempel
dites, untuk menentukan intensitas beban latihan dan menentukan waktu
istirahat.
2) Sampel pelari dilakukan tes uji coba lari jarak; 30 meter , 40 meter , 50 meter,
dan 60 meter.
3) Untuk menentukan waktu Intensitas kerja dan istirahat antar repetisi dengan cara
mengambil rata-rata waktu hasil tes lari; 30 meter, 40 meter, 50 meter, dan 60
meter.
4) Setelah meneyelesaikan latihan sebanyak tiga set dan diberi istirahat 5 menit
lakukan tes lari 60 meter sekali saja.
5) Latihan dilakukan tiga kali dalam satu minggu dengan cara hari latihan hari
istirahat dan seterusnya ( Senin, Rabu, dan Jum’at)
c. Latihan Penutup
Bentuk latihan penutup (cooling down) yang dilakukan pada latihan interval
anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10, dapat dilakukan dengan
berbagai variasi dalam latihan penutup, yaitu latihan pengkondisian, pelemasan.
2. Landasan Teori
a) Beban latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10.
b) Program latihan ini didasarkan atas pendapat Rushal, & Pyke (1990:269-271)
yang menyatakan jika latihan lari cepat itu tergolong ”short interval sprint
training”, maka pedoman latihan yang dipakai adalah sebagai berikut:
Durasi periode kerja : 50–150 detik
Intensitas kerja : 100 % (maksimal)
Durasi pulih asal : 1–2 menit
Repetisi : sampai lelah atau penampilan memburuk
Lampiran 7
PETUNJUK PELAKSANAAN TES KECEPATAN LARI
(TES LARI 50 YARD)
(Johnson and Nelson, 1986)
1. Tujuan : Mengukur kecepatan lari.
2. Tingkat usia : 6-17 tahun.
3. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan.
4. Reliabilitas : Belum ada.
5. Validitas : Face Validity
6. Alat (perlengkapan):
a. Alat tulis atau bollpoint.
b. Stopwatch.
c. Bendera start.
d. Lintasan lari.
7. Pelaksana:
a. Satu orang sebagai starter.
b. Satu orang pengambil waktu (timer).
c. Satu orang pencatat hasil.
8. Pelaksanaan:
a. Lari dengan start berdiri.
b. Pada aba-aba “siap” teste siap untuk lari dengan sikap start berdiri.
c. Pada aba-aba “ya” disertai dengan starter mengangkat bendera dan testi
berlari secepat mungkin menuju ke garis finish menempuh jarak 50 yard.
d. Pengambilan waktu dilakukan dari waktu bendera diangkat sampai testi tepat
melintas garis finish.
e. Waktu dicatat sampai persepuluh detik.
f. Kegagalan
a. Testi mencuri start.
b. Testi tidak melewati garis finish.
c. Pelari terganggu pelari lain.
g. Pelari yang gagal harus mengulangi lagi setelah istirahat cukup.
9. Penilaian:
a. Nilainya adalah waktu yang dicapai untuk menempuh jarak yang telah
ditentukan.
b. Waktu dicatat sampai seperseratus detik.
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai
No N a m a BB Tinggi
Raihan
Tinggi Lompatan d
Skor
Power 1 2 3 Terbaik
1 Achmad Bhakti Prayoga 37 196 234 231 231 234 38 117
2 Aldino Sya'bani 34 198 228 225 225 228 30 85
3 Anugrah Anggit Sarlin Daniarsa 42 208 244 240 242 244 36 126
4 Aris Rosyidi 38 201 239 241 242 242 41 130
5 Ariya Sidiq Julang Pamungkas 55 208 230 229 232 232 24 110
6 Dedi Noviaryanto 36 209 234 236 234 236 27 81
7 Fikri Fathnani 39 209 250 248 247 250 41 133
8 Fredi Meiza Nugroho 49 213 258 257 253 258 45 184
9 Ganang Setyo Prabowo 45 210 243 241 242 243 33 124
10 Hafid Achmad Darojad 45 223 257 253 256 257 34 128
11 Ipnu Danuri 56 213 267 264 264 267 54 252
12 Krisnandaru Vismaaji 46 215 243 241 244 244 29 111
13 Muhammad Miqdamulhaq 46 218 255 258 255 258 40 153
14 Nurhuda 32 196 223 224 223 224 28 75
15 Panji Wicaksono 44 216 256 255 251 256 40 147
16 Riswanto 31 183 216 212 214 216 33 85
17 Satria Pandu Dewantara 45 206 253 252 255 255 49 184
18 Suyasno 35 197 227 230 232 232 35 102
19 Wisnu Panca Prasetya 32 187 213 210 211 213 26 69
20 Adnan Aries Wimatama 53 233 274 273 270 274 41 181
21 Aggie Mufarizza 47 216 246 249 246 249 33 129
22 Agus Fani Bayu Pradigda 38 199 228 231 228 231 32 101
23 Ali Fahmi 58 227 259 262 265 265 38 184
24 Anang Septo Aji 94 209 240 237 236 240 31 243
25 Apriadi Wibowo 52 221 269 264 268 269 48 208
26 Arief Hayqal Frenza 55 209 238 235 236 238 29 133
27 Enggar Ardiana Putra 29 187 225 220 220 225 38 92
28 Fathunur Mashudi 39 213 241 245 241 245 32 104
29 Irvan Nurohman Wildana 43 213 251 249 252 252 39 140
30 Mohamad Danang Santosa 44 215 255 251 248 255 40 147
31 Muhammad Irawan Saifudin 46 213 254 251 250 254 41 157
32 Muhammad Zulfa Riki Prabowo 53 227 250 248 247 250 23 102
33 Rifqi Aji Pratama 35 201 234 231 231 234 33 96
34 Rigen Budi Santoso 31 185 223 220 222 223 38 98
35 Vicky Mahendra Dwi Putra 60 225 263 263 266 266 41 205
36 Wahyu Tri Budianto 41 204 244 244 246 246 42 144
37 Wikam Muhammad Kafif 48 210 239 237 236 239 29 116
38 Brilian Aditama 45 217 256 255 253 256 39 146
39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 32 196 224 221 223 224 28 75
40 Abdul Nasir Syaifullah 42 216 263 262 260 263 47 165
41 Adnan Febyanta Nugraha 38 193 230 227 227 230 37 117
42 Alfin Jemi Prakoso 55 220 253 251 251 253 33 151
Lanjutan lampiran 8
No N a m a BB Tinggi
Raihan
Tinggi Lompatan d
Skor
Power 1 2 3 Terbaik
43 Alredika Eko Angger S 49 196 222 223 222 223 27 110
44 Anggita Wisnu Pradana Putra 43 207 236 238 236 238 31 111
45 Bima Suryanukma 42 197 227 226 229 229 32 112
46 Deni Prasetyo 35 190 215 213 211 215 25 73
47 Fauzan Arif Syahputra 50 226 267 266 264 267 41 171
48 Gibran Rizky Pratama 37 214 253 250 250 253 39 120
49 Ndaru Nurcahyo 39 203 237 231 234 237 34 111
50 Ndaru Prasetyo 53 209 240 235 238 240 31 137
51 Nico Yudha Aditya 37 195 223 221 221 223 28 86
52 Nur Wahyu Anugrah 42 206 249 248 246 249 43 151
53 Oki Saktiawanto 34 202 233 236 233 236 34 96
54 Rosa Purwanto 28 168 201 198 203 203 35 82
55 Taufik Ajiantoro 39 202 233 230 230 233 31 101
56 Adiek Nanda Syaiful Azhar 64 224 253 249 252 253 29 155
57 Ahmad Khairul Amri 38 207 245 241 242 245 38 120
58 Aji Sasongko 47 215 258 254 254 258 43 168
59 Andi Cahya Gunawan 47 213 244 242 241 244 31 121
60 Dicky Kresna Murti 41 195 221 223 218 223 28 96
61 Fatith Lukman Hakim 37 198 228 230 228 230 32 99
62 Fery Agus Wibowo 41 196 219 216 215 219 23 79
63 Hadiyan 38 202 229 231 234 234 32 101
64 Kurniawan Adi Putra 41 208 239 238 241 241 33 113
65 Muhamat Fahrul Nurrohman 34 198 224 220 225 225 27 77
66 Muhammad Zusron Efendi 63 209 256 252 251 256 47 247
67 Nursina Tsalitsi 44 210 237 240 242 242 32 117
68 Perdana Putra Wijaya 75 218 252 248 247 252 34 213
69 Richardus Adria Adiwibawa 39 208 239 237 237 239 31 101
70 Ridho Alfian Shidiq 55 214 249 247 245 249 35 160
71 Sarif Hidayat 35 183 209 205 206 209 26 76
72 Taufik Sapta Aji 44 214 262 259 261 262 48 176
73 Tegar Ajitama 55 217 253 256 250 256 39 179
74 Dafitdeo Edo Putra Faria 66 217 235 242 237 242 25 138
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Berdasarkan Rangking
No N a m a BB Tinggi
Raihan
Tinggi
Lompatan d
Skor
Power
1 Ipnu Danuri 56 213 267 54 252
2 Muhammad Zusron Efendi 63 209 256 47 247
3 Anang Septo Aji 94 209 240 31 243
4 Perdana Putra Wijaya 75 218 252 34 213
5 Apriadi Wibowo 52 221 269 48 208
6 Vicky Mahendra Dwi Putra 60 225 266 41 205
7 Fredi Meiza Nugroho 49 213 258 45 184
8 Satria Pandu Dewantara 45 206 255 49 184
9 Ali Fahmi 58 227 265 38 184
10 Adnan Aries Wimatama 53 233 274 41 181
11 Tegar Ajitama 55 217 256 39 179
12 Taufik Sapta Aji 44 214 262 48 176
13 Fauzan Arif Syahputra 50 226 267 41 171
14 Aji Sasongko 47 215 258 43 168
15 Abdul Nasir Syaifullah 42 216 263 47 165
16 Ridho Alfian Shidiq 55 214 249 35 160
17 Muhammad Irawan Saifudin 46 213 254 41 157
18 Adiek Nanda Syaiful Azhar 64 224 253 29 155
19 Muhammad Miqdamulhaq 46 218 258 40 153
20 Alfin Jemi Prakoso 55 220 253 33 151
21 Nur Wahyu Anugrah 42 206 249 43 151
22 Panji Wicaksono 44 216 256 40 147
23 Mohamad Danang Santosa 44 215 255 40 147
24 Brilian Aditama 45 217 256 39 146
25 Wahyu Tri Budianto 41 204 246 42 144
26 Irvan Nurohman Wildana 43 213 252 39 140
27 Dafitdeo Edo Putra Faria 66 217 242 25 138
28 Ndaru Prasetyo 53 209 240 31 137
29 Fikri Fathnani 39 209 250 41 133
30 Arief Hayqal Frenza 55 209 238 29 133
31 Aris Rosyidi 38 201 242 41 130
32 Aggie Mufarizza 47 216 249 33 129
33 Hafid Achmad Darojad 45 223 257 34 128
34 Anugrah Anggit Sarlin Daniarsa 42 208 244 36 126
35 Ganang Setyo Prabowo 45 210 243 33 124
36 Andi Cahya Gunawan 47 213 244 31 121
37 Ahmad Khairul Amri 38 207 245 38 120
38 Gibran Rizky Pratama 37 214 253 39 120
39 Nursina Tsalitsi 44 210 242 32 117
40 Achmad Bhakti Prayoga 37 196 234 38 117
41 Adnan Febyanta Nugraha 38 193 230 37 117
42 Wikam Muhammad Kafif 48 210 239 29 116
Lanjutan lampiran 9
No N a m a BB Tinggi
Raihan
Tinggi
Lompatan d
Skor
Power
43 Kurniawan Adi Putra 41 208 241 33 113
44 Bima Suryanukma 42 197 229 32 112
45 Krisnandaru Vismaaji 46 215 244 29 111
46 Anggita Wisnu Pradana Putra 43 207 238 31 111
47 Ndaru Nurcahyo 39 203 237 34 111
48 Alredika Eko Angger S 49 196 223 27 110
49 Ariya Sidiq Julang Pamungkas 55 208 232 24 110
50 Fathunur Mashudi 39 213 245 32 104
51 Suyasno 35 197 232 35 102
52 Muhammad Zulfa Riki Prabowo 53 227 250 23 102
53 Agus Fani Bayu Pradigda 38 199 231 32 101
54 Hadiyan 38 202 234 32 101
55 Taufik Ajiantoro 39 202 233 31 101
56 Richardus Adria Adiwibawa 39 208 239 31 101
57 Fatith Lukman Hakim 37 198 230 32 99
58 Rigen Budi Santoso 31 185 223 38 98
59 Oki Saktiawanto 34 202 236 34 96
60 Rifqi Aji Pratama 35 201 234 33 96
61 Dicky Kresna Murti 41 195 223 28 96
62 Enggar Ardiana Putra 29 187 225 38 92
63 Nico Yudha Aditya 37 195 223 28 86
64 Riswanto 31 183 216 33 85
65 Aldino Sya'bani 34 198 228 30 85
66 Rosa Purwanto 28 168 203 35 82
67 Dedi Noviaryanto 36 209 236 27 81
68 Fery Agus Wibowo 41 196 219 23 79
69 Muhamat Fahrul Nurrohman 34 198 225 27 77
70 Sarif Hidayat 35 183 209 26 76
71 Nurhuda 32 196 224 28 75
72 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 32 196 224 28 75
73 Deni Prasetyo 35 190 215 25 73
74 Wisnu Panca Prasetya 32 187 213 26 69
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Kategorinya
No N a m a Power Otot
Tungkai Kategori
1 Ipnu Danuri 252 Tinggi
2 Muhammad Zusron Efendi 247 Tinggi
3 Anang Septo Aji 243 Tinggi
4 Perdana Putra Wijaya 213 Tinggi
5 Apriadi Wibowo 208 Tinggi
6 Vicky Mahendra Dwi Putra 205 Tinggi
7 Fredi Meiza Nugroho 184 Tinggi
8 Satria Pandu Dewantara 184 Tinggi
9 Ali Fahmi 184 Tinggi
10 Adnan Aries Wimatama 181 Tinggi
11 Tegar Ajitama 179 Tinggi
12 Taufik Sapta Aji 176 Tinggi
13 Fauzan Arif Syahputra 171 Tinggi
14 Aji Sasongko 168 Tinggi
15 Abdul Nasir Syaifullah 165 Tinggi
16 Ridho Alfian Shidiq 160 Tinggi
17 Muhammad Irawan Saifudin 157 Tinggi
18 Adiek Nanda Syaiful Azhar 155 Tinggi
19 Muhammad Miqdamulhaq 153 Tinggi
20 Alfin Jemi Prakoso 151 Tinggi
21 Nur Wahyu Anugrah 151 Sedang
22 Panji Wicaksono 147 Sedang
23 Mohamad Danang Santosa 147 Sedang
24 Brilian Aditama 146 Sedang
25 Wahyu Tri Budianto 144 Sedang
26 Irvan Nurohman Wildana 140 Sedang
27 Dafitdeo Edo Putra Faria 138 Sedang
28 Ndaru Prasetyo 137 Sedang
29 Fikri Fathnani 133 Sedang
30 Arief Hayqal Frenza 133 Sedang
31 Aris Rosyidi 130 Sedang
32 Aggie Mufarizza 129 Sedang
33 Hafid Achmad Darojad 128 Sedang
34 Anugrah Anggit Sarlin Daniarsa 126 Sedang
35 Ganang Setyo Prabowo 124 Sedang
36 Andi Cahya Gunawan 121 Sedang
37 Ahmad Khairul Amri 120 Sedang
38 Gibran Rizky Pratama 120 Sedang
Lanjutan lampiran 10
No N a m a Power Otot
Tungkai Kategori
39 Nursina Tsalitsi 117 Sedang
40 Achmad Bhakti Prayoga 117 Sedang
41 Adnan Febyanta Nugraha 117 Sedang
42 Wikam Muhammad Kafif 116 Sedang
43 Kurniawan Adi Putra 113 Sedang
44 Bima Suryanukma 112 Sedang
45 Krisnandaru Vismaaji 111 Sedang
46 Anggita Wisnu Pradana Putra 111 Sedang
47 Ndaru Nurcahyo 111 Sedang
48 Alredika Eko Angger S 110 Sedang
49 Ariya Sidiq Julang Pamungkas 110 Sedang
50 Fathunur Mashudi 104 Sedang
51 Suyasno 102 Sedang
52 Muhammad Zulfa Riki Prabowo 102 Sedang
53 Agus Fani Bayu Pradigda 101 Sedang
54 Hadiyan 101 Sedang
55 Taufik Ajiantoro 101 Rendah
56 Richardus Adria Adiwibawa 101 Rendah
57 Fatith Lukman Hakim 99 Rendah
58 Rigen Budi Santoso 98 Rendah
59 Oki Saktiawanto 96 Rendah
60 Rifqi Aji Pratama 96 Rendah
61 Dicky Kresna Murti 96 Rendah
62 Enggar Ardiana Putra 92 Rendah
63 Nico Yudha Aditya 86 Rendah
64 Riswanto 85 Rendah
65 Aldino Sya'bani 85 Rendah
66 Rosa Purwanto 82 Rendah
67 Dedi Noviaryanto 81 Rendah
68 Fery Agus Wibowo 79 Rendah
69 Muhamat Fahrul Nurrohman 77 Rendah
70 Sarif Hidayat 76 Rendah
71 Nurhuda 75 Rendah
72 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 75 Rendah
73 Deni Prasetyo 73 Rendah
74 Wisnu Panca Prasetya 69 Rendah
Lampiran 11. Data Tes Awal Kecepatan Lari
NO NAMA Kecepatan Lari Hasil
Terbaik 1 2
1 Ipnu Danuri 11.74 11.48 11.48
2 Anang Septo Aji 11.20 11.00 11.00
3 Apriadi Wibowo 8.92 9.25 8.92
4 Fredi Meiza Nugroho 7.97 8.28 7.97
5 Ali Fahmi 9.71 9.35 9.35
6 Tegar Ajitama 9.21 9.01 9.01
7 Fauzan Arif Syahputra 9.99 9.77 9.77
8 Abdul Nasir Syaifullah 9.02 8.75 8.75
9 Muhammad Irawan Saifudin 10.24 10.12 10.12
10 Muhammad Miqdamulhaq 9.28 9.54 9.28
11 Taufik Ajiantoro 10.47 10.13 10.13
12 Fatith Lukman Hakim 9.58 9.73 9.58
13 Oki Saktiawanto 9.43 9.17 9.17
14 Dicky Kresna Murti 10.85 10.65 10.65
15 Nico Yudha Aditya 10.89 11.20 10.89
16 Aldino Sya'bani 10.29 10.43 10.29
17 Dedi Noviaryanto 10.13 10.29 10.13
18 Muhamat Fahrul Nurrohman 11.15 10.95 10.95
19 Nurhuda 10.22 9.94 9.94
20 Deni Prasetyo 10.92 10.63 10.63
21 Muhammad Zusron Efendi 9.71 9.40 9.40
22 Perdana Putra Wijaya 11.18 11.44 11.18
23 Vicky Mahendra Dwi Putra 10.17 10.49 10.17
24 Satria Pandu Dewantara 9.00 9.15 9.00
25 Adnan Aries Wimatama 8.55 8.76 8.55
26 Taufik Sapta Aji 8.43 8.16 8.16
27 Aji Sasongko 9.76 9.52 9.52
28 Ridho Alfian Shidiq 10.91 11.17 10.91
29 Adiek Nanda Syaiful Azhar 10.16 10.39 10.16
30 Alfin Jemi Prakoso 9.77 9.94 9.77
31 Richardus Adria Adiwibawa 9.98 10.32 9.98
32 Rigen Budi Santoso 10.37 10.11 10.11
33 Rifqi Aji Pratama 10.77 10.55 10.55
34 Enggar Ardiana Putra 10.86 10.57 10.57
35 Riswanto 9.70 9.96 9.70
36 Rosa Purwanto 11.20 11.00 11.00
37 Fery Agus Wibowo 10.91 10.60 10.60
38 Sarif Hidayat 11.34 11.63 11.34
39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 10.10 10.26 10.10
40 Wisnu Panca Prasetya 11.20 11.00 11.00
Lampiran 12. Data Tes Akhir Kecepatan Lari
NO NAMA Kecepatan Lari Hasil
Terbaik 1 2
1 Ipnu Danuri 10.36 10.62 10.36
2 Anang Septo Aji 9.96 10.20 9.96
3 Apriadi Wibowo 8.06 8.73 8.06
4 Fredi Meiza Nugroho 7.58 7.48 7.48
5 Ali Fahmi 8.63 8.47 8.47
6 Tegar Ajitama 8.39 8.32 8.32
7 Fauzan Arif Syahputra 8.72 8.60 8.60
8 Abdul Nasir Syaifullah 8.01 8.15 8.01
9 Muhammad Irawan Saifudin 8.71 8.89 8.71
10 Muhammad Miqdamulhaq 8.70 8.90 8.70
11 Taufik Ajiantoro 9.12 9.37 9.12
12 Fatith Lukman Hakim 8.45 8.23 8.23
13 Oki Saktiawanto 8.52 8.35 8.35
14 Dicky Kresna Murti 10.25 10.01 10.01
15 Nico Yudha Aditya 10.86 10.56 10.56
16 Aldino Sya'bani 9.76 9.91 9.76
17 Dedi Noviaryanto 9.78 9.52 9.52
18 Muhamat Fahrul Nurrohman 10.00 10.17 10.00
19 Nurhuda 9.35 9.24 9.24
20 Deni Prasetyo 9.43 9.58 9.43
21 Muhammad Zusron Efendi 8.32 8.63 8.32
22 Perdana Putra Wijaya 9.76 9.91 9.76
23 Vicky Mahendra Dwi Putra 8.68 8.93 8.68
24 Satria Pandu Dewantara 8.11 7.85 7.85
25 Adnan Aries Wimatama 8.06 7.75 7.75
26 Taufik Sapta Aji 7.34 7.19 7.19
27 Aji Sasongko 8.07 7.96 7.96
28 Ridho Alfian Shidiq 9.13 9.30 9.13
29 Adiek Nanda Syaiful Azhar 8.86 8.93 8.86
30 Alfin Jemi Prakoso 8.83 9.20 8.83
31 Richardus Adria Adiwibawa 8.90 9.08 8.90
32 Rigen Budi Santoso 9.63 9.45 9.45
33 Rifqi Aji Pratama 9.52 9.21 9.21
34 Enggar Ardiana Putra 9.70 10.01 9.70
35 Riswanto 8.96 9.22 8.96
36 Rosa Purwanto 9.93 10.02 9.93
37 Fery Agus Wibowo 10.12 10.23 10.12
38 Sarif Hidayat 10.57 10.84 10.57
39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 9.46 9.17 9.17
40 Wisnu Panca Prasetya 9.78 10.02 9.78
Lampiran 13. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Pengklasifikasian
Kategorinya
NO NAMA
Power Otot Tungkai
Hasil Kategori
1 Ipnu Danuri 252 Tinggi
2 Muhammad Zusron Efendi 247 Tinggi
3 Anang Septo Aji 243 Tinggi
4 Perdana Putra Wijaya 213 Tinggi
5 Apriadi Wibowo 208 Tinggi
6 Vicky Mahendra Dwi Putra 205 Tinggi
7 Fredi Meiza Nugroho 184 Tinggi
8 Satria Pandu Dewantara 184 Tinggi
9 Ali Fahmi 184 Tinggi
10 Adnan Aries Wimatama 181 Tinggi
11 Tegar Ajitama 179 Tinggi
12 Taufik Sapta Aji 176 Tinggi
13 Fauzan Arif Syahputra 171 Tinggi
14 Aji Sasongko 168 Tinggi
15 Abdul Nasir Syaifullah 165 Tinggi
16 Ridho Alfian Shidiq 160 Tinggi
17 Muhammad Irawan Saifudin 157 Tinggi
18 Adiek Nanda Syaiful Azhar 155 Tinggi
19 Muhammad Miqdamulhaq 153 Tinggi
20 Alfin Jemi Prakoso 151 Tinggi
21 Taufik Ajiantoro 101 Rendah
22 Richardus Adria Adiwibawa 101 Rendah
23 Fatith Lukman Hakim 99 Rendah
24 Rigen Budi Santoso 98 Rendah
25 Oki Saktiawanto 96 Rendah
26 Rifqi Aji Pratama 96 Rendah
27 Dicky Kresna Murti 96 Rendah
28 Enggar Ardiana Putra 92 Rendah
29 Nico Yudha Aditya 86 Rendah
30 Riswanto 85 Rendah
31 Aldino Sya'bani 85 Rendah
32 Rosa Purwanto 82 Rendah
33 Dedi Noviaryanto 81 Rendah
34 Fery Agus Wibowo 79 Rendah
35 Muhamat Fahrul Nurrohman 77 Rendah
36 Sarif Hidayat 76 Rendah
37 Nurhuda 75 Rendah
38 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 75 Rendah
39 Deni Prasetyo 73 Rendah
40 Wisnu Panca Prasetya 69 Rendah
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari,
Klasifikasi Power Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel Ke Sel-
Sel.
NO NAMA
Tes Awal
Kecepatan
Lari
Tes Akhir
Kecepatan
Lari
Power
Otot
Tungkai
Sel
1 Ipnu Danuri 11.48 10.36 Tinggi
A1B1
2 Anang Septo Aji 11.00 9.96 Tinggi
3 Apriadi Wibowo 8.92 8.06 Tinggi
4 Fredi Meiza Nugroho 7.97 7.48 Tinggi
5 Ali Fahmi 9.35 8.47 Tinggi
6 Tegar Ajitama 9.01 8.32 Tinggi
7 Fauzan Arif Syahputra 9.77 8.60 Tinggi
8 Abdul Nasir Syaifullah 8.75 8.01 Tinggi
9 Muhammad Irawan Saifudin 10.12 8.71 Tinggi
10 Muhammad Miqdamulhaq 9.28 8.70 Tinggi
11 Muhammad Zusron Efendi 9.40 8.32 Tinggi
A2B1
12 Perdana Putra Wijaya 11.18 9.76 Tinggi
13 Vicky Mahendra Dwi Putra 10.17 8.68 Tinggi
14 Satria Pandu Dewantara 9.00 7.85 Tinggi
15 Adnan Aries Wimatama 8.55 7.75 Tinggi
16 Taufik Sapta Aji 8.16 7.19 Tinggi
17 Aji Sasongko 9.52 7.96 Tinggi
18 Ridho Alfian Shidiq 10.91 9.13 Tinggi
19 Adiek Nanda Syaiful Azhar 10.16 8.86 Tinggi
20 Alfin Jemi Prakoso 9.77 8.83 Tinggi
21 Taufik Ajiantoro 10.13 9.12 Rendah
A1B2
22 Fatith Lukman Hakim 9.58 8.23 Rendah
23 Oki Saktiawanto 9.17 8.35 Rendah
24 Dicky Kresna Murti 10.65 10.01 Rendah
25 Nico Yudha Aditya 10.89 10.56 Rendah
26 Aldino Sya'bani 10.29 9.76 Rendah
27 Dedi Noviaryanto 10.13 9.52 Rendah
28 Muhamat Fahrul Nurrohman 10.95 10.00 Rendah
29 Nurhuda 9.94 9.24 Rendah
30 Deni Prasetyo 10.63 9.43 Rendah
31 Richardus Adria Adiwibawa 9.98 8.90 Rendah
A2B2
32 Rigen Budi Santoso 10.11 9.45 Rendah
33 Rifqi Aji Pratama 10.55 9.21 Rendah
34 Enggar Ardiana Putra 10.57 9.70 Rendah
35 Riswanto 9.70 8.96 Rendah
36 Rosa Purwanto 11.00 9.93 Rendah
37 Fery Agus Wibowo 10.60 10.12 Rendah
38 Sarif Hidayat 11.34 10.57 Rendah
39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 10.10 9.17 Rendah
40 Wisnu Panca Prasetya 11.00 9.78 Rendah
Lampiran 15. Uji Reliabilitas Dengan Anava
Langkah I.
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes power otot tungkai No I II III
X1 X2 X3 Ti X12 X2
2 X3
2 Ti
2
1 234 231 231 696 54756 53361 53361 484416
2 228 225 225 678 51984 50625 50625 459684
3 244 240 242 726 59536 57600 58564 527076
4 239 241 242 722 57121 58081 58564 521284
5 230 229 232 691 52900 52441 53824 477481
6 234 236 234 704 54756 55696 54756 495616
7 250 248 247 745 62500 61504 61009 555025
8 258 257 253 768 66564 66049 64009 589824
9 243 241 242 726 59049 58081 58564 527076
10 257 253 256 766 66049 64009 65536 586756
11 267 264 264 795 71289 69696 69696 632025
12 243 241 244 728 59049 58081 59536 529984
13 255 258 255 768 65025 66564 65025 589824
14 223 224 223 670 49729 50176 49729 448900
15 256 255 251 762 65536 65025 63001 580644
16 216 212 214 642 46656 44944 45796 412164
17 253 252 255 760 64009 63504 65025 577600
18 227 230 232 689 51529 52900 53824 474721
19 213 210 211 634 45369 44100 44521 401956
20 274 273 270 817 75076 74529 72900 667489
21 246 249 246 741 60516 62001 60516 549081
22 228 231 228 687 51984 53361 51984 471969
23 259 262 265 786 67081 68644 70225 617796
24 240 237 236 713 57600 56169 55696 508369
25 269 264 268 801 72361 69696 71824 641601
26 238 235 236 709 56644 55225 55696 502681
27 225 220 220 665 50625 48400 48400 442225
28 241 245 241 727 58081 60025 58081 528529
29 251 249 252 752 63001 62001 63504 565504
30 255 251 248 754 65025 63001 61504 568516
31 254 251 250 755 64516 63001 62500 570025
32 250 248 247 745 62500 61504 61009 555025
33 234 231 231 696 54756 53361 53361 484416
34 223 220 222 665 49729 48400 49284 442225
35 263 263 266 792 69169 69169 70756 627264
36 244 244 246 734 59536 59536 60516 538756
37 239 237 236 712 57121 56169 55696 506944
38 256 255 253 764 65536 65025 64009 583696
39 224 221 223 668 50176 48841 49729 446224
40 263 262 260 785 69169 68644 67600 616225
41 230 227 227 684 52900 51529 51529 467856
42 253 251 251 755 64009 63001 63001 570025
43 222 223 222 667 49284 49729 49284 444889
44 236 238 236 710 55696 56644 55696 504100
Lanjutan lampiran 15 No I II III
X1 X2 X3 Ti X1
2 X2
2 X3
2 Ti
2
45 227 226 229 682 51529 51076 52441 465124
46 215 213 211 639 46225 45369 44521 408321
47 267 266 264 797 71289 70756 69696 635209
48 253 250 250 753 64009 62500 62500 567009
49 237 231 234 702 56169 53361 54756 492804
50 240 235 238 713 57600 55225 56644 508369
51 223 221 221 665 49729 48841 48841 442225
52 249 248 246 743 62001 61504 60516 552049
53 233 236 233 702 54289 55696 54289 492804
54 201 198 203 602 40401 39204 41209 362404
55 233 230 230 693 54289 52900 52900 480249
56 253 249 252 754 64009 62001 63504 568516
57 245 241 242 728 60025 58081 58564 529984
58 258 254 254 766 66564 64516 64516 586756
59 244 242 241 727 59536 58564 58081 528529
60 221 223 218 662 48841 49729 47524 438244
61 228 230 228 686 51984 52900 51984 470596
62 219 216 215 650 47961 46656 46225 422500
63 229 231 234 694 52441 53361 54756 481636
64 239 238 241 718 57121 56644 58081 515524
65 224 220 225 669 50176 48400 50625 447561
66 256 252 251 759 65536 63504 63001 576081
67 237 240 242 719 56169 57600 58564 516961
68 252 248 247 747 63504 61504 61009 558009
69 239 237 237 713 57121 56169 56169 508369
70 249 247 245 741 62001 61009 60025 549081
71 209 205 206 620 43681 42025 42436 384400
72 262 259 261 782 68644 67081 68121 611524
73 253 256 250 759 64009 65536 62500 576081
74 235 242 237 714 55225 58564 56169 509796
Jml 17817 17718 17718 53253 4307575 4260318 4259432 38480201
ΣX1 ΣX2 ΣX3 ΣTi ΣX12 ΣX2
2 ΣX3
2 ΣTi
2
Langkah II.
Dari hasil penghitungan diperoleh:
ΣX = 53253
ΣX2 = 4307575 + 4260318 + 4259432 = 12827325
Langkah III.
Σ(Ti)2
=
38480201 = 12826733.7
k
3
Σ(Tj)2
=
17817 2 + 17718
2 + 17718
2
= 12774332
n
74
Maka,
SST = ΣX
2 -
(ΣX)2
nk
= 12827325 -
53253 2
= 12827325 - 12774243.3 = 53081.72 74 x 3
SSs =
Σ(Ti)2
- (ΣX)
2
k nk
= 12826733.67 - 12774243.28 = 52490.3829
SSt =
Σ(Tj)2
- (ΣX)
2
n nk
= 12774331.58 - 12774243.28 = 88.2972973
SSI = ΣX
2 +
(ΣX)2
- Σ(Ti)
2
- Σ(Tj)
2
nk k n
= 12827325 + 12774243.28 - 12826733.7 - 12774331.6 = 503.036
SSS = 52490.383
SSt = 88.297
SSI = 503.036
SST = 53081.716
Langkah IV.
Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilita
Sumber Variasi df SS MS
Diantara Subyek
n - 1
73 52490.3829 719.0463
Diantara Trial
k - 1
2 88.2973 44.1486
Interaksi
(n-1)(k-1)
146 503.0360 3.4455
Total
nk - 1
221 53081.7162
Rumus reliabilita:
R =
MSs - MSw
MSs
MSw =
SSt + SSI
MSs
=
88.2973 + 503.0360 =
591.3333 = 3.9955
2 + 146 148
R =
719.0463 - 3.9955 = 0.9944
719.0463
Koefisien reliabilita hasil tes power otot tungkai yaitu :
0.994
Langkah I.
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal lari cepat No I II
X1 X2 Ti X1
2 X2
2 Ti
2
1 11.74 11.48 23.22 137.8276 131.7904 539.1684
2 11.20 11.00 22.20 125.4400 121.0000 492.8400
3 8.92 9.25 18.17 79.5664 85.5625 330.1489
4 7.97 8.28 16.25 63.5209 68.5584 264.0625
5 9.71 9.35 19.06 94.2841 87.4225 363.2836
6 9.21 9.01 18.22 84.8241 81.1801 331.9684
7 9.99 9.77 19.76 99.8001 95.4529 390.4576
8 9.02 8.75 17.77 81.3604 76.5625 315.7729
9 10.24 10.12 20.36 104.8576 102.4144 414.5296
10 9.28 9.54 18.82 86.1184 91.0116 354.1924
11 10.47 10.13 20.60 109.6209 102.6169 424.3600
12 9.58 9.73 19.31 91.7764 94.6729 372.8761
13 9.43 9.17 18.60 88.9249 84.0889 345.9600
14 10.85 10.65 21.50 117.7225 113.4225 462.2500
15 10.89 11.20 22.09 118.5921 125.4400 487.9681
16 10.29 10.43 20.72 105.8841 108.7849 429.3184
17 10.13 10.29 20.42 102.6169 105.8841 416.9764
18 11.15 10.95 22.10 124.3225 119.9025 488.4100
19 10.22 9.94 20.16 104.4484 98.8036 406.4256
20 10.92 10.63 21.55 119.2464 112.9969 464.4025
21 9.71 9.40 19.11 94.2841 88.3600 365.1921
22 11.18 11.44 22.62 124.9924 130.8736 511.6644
23 10.17 10.49 20.66 103.4289 110.0401 426.8356
24 9.00 9.15 18.15 81.0000 83.7225 329.4225
25 8.55 8.76 17.31 73.1025 76.7376 299.6361
26 8.43 8.16 16.59 71.0649 66.5856 275.2281
27 9.76 9.52 19.28 95.2576 90.6304 371.7184
28 10.91 11.17 22.08 119.0281 124.7689 487.5264
29 10.16 10.39 20.55 103.2256 107.9521 422.3025
30 9.77 9.94 19.71 95.4529 98.8036 388.4841
31 9.98 10.32 20.30 99.6004 106.5024 412.0900
32 10.37 10.11 20.48 107.5369 102.2121 419.4304
33 10.77 10.55 21.32 115.9929 111.3025 454.5424
34 10.86 10.57 21.43 117.9396 111.7249 459.2449
35 9.70 9.96 19.66 94.0900 99.2016 386.5156
36 11.20 11.00 22.20 125.4400 121.0000 492.8400
37 10.91 10.60 21.51 119.0281 112.3600 462.6801
38 11.34 11.63 22.97 128.5956 135.2569 527.6209
39 10.10 10.26 20.36 102.0100 105.2676 414.5296
40 11.20 11.00 22.20 125.4400 121.0000 492.8400
Jml 405.28 404.09 809.37 4137.2652 4111.8709 16495.7155
ΣX1 ΣX1 ΣTi ΣX1
2 ΣX2
2 ΣTi
2
Langkah II.
Dari hasil penghitungan diperoleh:
ΣX = 809.37
ΣX2 = 4137.2652 + 4111.8709 = 8249.1361
Langkah III.
Σ (Ti)2
= 16495.7155
= 8247.85775
k
2
Σ (Tj)2
= 405.28
2 + 404.09
2
= 8188.51516
n
40
Maka,
SST = ΣX
2 -
(ΣX)2
nk
= 8249.1361 -
809.37 2
= 8249.1361 - 8188.49746 = 60.6386387 40 x 2
SSs =
Σ(Ti)2
- (ΣX)
2
k nk
= 8247.85775 - 8188.49746 = 59.3602887
SSt =
Σ(Tj)2
- (ΣX)
2
n nk
= 8188.515163 - 8188.49746 = 0.01770125
SSI = ΣX
2 +
(ΣX)2
- Σ(Ti)
2
- Σ(Tj)
2
nk k n
= 8249.1361 + 8188.49746 - 8247.85775 - 8188.51516 = 1.26064875
SSS = 59.360
SSt = 0.018
SSI = 1.261
SST = 60.639
Langkah IV.
Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilita
Sumber
Variasi df SS MS
Diantara
Subyek
n - 1
39 59.3603 1.5221
Diantara
Trial
k - 1
1 0.0177 0.0177
Interaksi
(n-1)(k-1)
39 1.2606 0.0323
Total
nk - 1
79 60.6386
Rumus reliabilita:
R =
MSs - MSw
MSs
MSw =
SSt + SSI
MSs
=
0.0177 + 1.2606 =
1.2784 = 0.0320
1 + 39 40
R =
1.5221 - 0.0320 = 0.9790
1.5221
Jadi nilai reliabilita hasil tes awal lari cepat yaitu : 0.979
Langkah I
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir lari cepat No I II
X1 X2 Ti X1
2 X2
2 Ti
2
1 10.36 10.62 20.98 107.3296 112.7844 440.1604
2 9.96 10.20 20.16 99.2016 104.0400 406.4256
3 8.06 8.73 16.79 64.9636 76.2129 281.9041
4 7.58 7.48 15.06 57.4564 55.9504 226.8036
5 8.63 8.47 17.10 74.4769 71.7409 292.4100
6 8.39 8.32 16.71 70.3921 69.2224 279.2241
7 8.72 8.60 17.32 76.0384 73.9600 299.9824
8 8.01 8.15 16.16 64.1601 66.4225 261.1456
9 8.71 8.89 17.60 75.8641 79.0321 309.7600
10 8.70 8.90 17.60 75.6900 79.2100 309.7600
11 9.12 9.37 18.49 83.1744 87.7969 341.8801
12 8.45 8.23 16.68 71.4025 67.7329 278.2224
13 8.52 8.35 16.87 72.5904 69.7225 284.5969
14 10.25 10.01 20.26 105.0625 100.2001 410.4676
15 10.86 10.56 21.42 117.9396 111.5136 458.8164
16 9.76 9.91 19.67 95.2576 98.2081 386.9089
17 9.78 9.52 19.30 95.6484 90.6304 372.4900
18 10.00 10.17 20.17 100.0000 103.4289 406.8289
19 9.35 9.24 18.59 87.4225 85.3776 345.5881
20 9.43 9.58 19.01 88.9249 91.7764 361.3801
21 8.32 8.63 16.95 69.2224 74.4769 287.3025
22 9.76 9.91 19.67 95.2576 98.2081 386.9089
23 8.68 8.93 17.61 75.3424 79.7449 310.1121
24 8.11 7.85 15.96 65.7721 61.6225 254.7216
25 8.06 7.75 15.81 64.9636 60.0625 249.9561
26 7.34 7.19 14.53 53.8756 51.6961 211.1209
27 8.07 7.96 16.03 65.1249 63.3616 256.9609
28 9.13 9.30 18.43 83.3569 86.4900 339.6649
29 8.86 8.93 17.79 78.4996 79.7449 316.4841
30 8.83 9.20 18.03 77.9689 84.6400 325.0809
31 8.90 9.08 17.98 79.2100 82.4464 323.2804
32 9.63 9.45 19.08 92.7369 89.3025 364.0464
33 9.52 9.21 18.73 90.6304 84.8241 350.8129
34 9.70 10.01 19.71 94.0900 100.2001 388.4841
35 8.96 9.22 18.18 80.2816 85.0084 330.5124
36 9.93 10.02 19.95 98.6049 100.4004 398.0025
37 10.12 10.23 20.35 102.4144 104.6529 414.1225
38 10.57 10.84 21.41 111.7249 117.5056 458.3881
39 9.46 9.17 18.63 89.4916 84.0889 347.0769
40 9.78 10.02 19.80 95.6484 100.4004 392.0400
Jml 364.37 366.20 730.57 3347.2127 3383.8402 13459.8343
ΣX1 ΣX1 ΣTi ΣX12 ΣX2
2 ΣTi
2
Langkah II.
Dari hasil penghitungan diperoleh:
ΣX = 730.57
ΣX2 = 3347.2127 + 3383.8402 = 6731.0529
Langkah III.
Σ(Ti)2
= 13459.8343
= 6729.91715
k
2
Σ(Tj)2
= 364.37
2 + 366.20
2
= 6671.69842
n
40
Maka,
SST = ΣX
2 -
(ΣX)2
nk
= 6731.0529 -
730.57 2
= 6731.0529 - 6671.65656 = 59.3963387 40 x 2
SSs =
Σ(Ti)2
- (ΣX)
2
k nk
= 6729.91715 - 6671.65656 = 58.2605887
SSt =
Σ(Tj)2
- (ΣX)
2
n nk
= 6671.698423 - 6671.65656 = 0.04186125
SSI = ΣX
2 +
(ΣX)2
- Σ(Ti)
2
- Σ(Tj)
2
nk k n
= 6731.0529 + 6671.65656 - 6729.91715 - 6671.69842 = 1.09388875
SSS = 58.261
SSt = 0.042
SSI = 1.094
SST = 59.396
Langkah IV.
Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilita
Sumber
Variasi df SS MS
Diantara
Subyek
n - 1
39 58.2606 1.4939
Diantara
Trial
k - 1
1 0.0419 0.0419
Interaksi
(n-1)(k-1)
39 1.0939 0.0280
Total
nk - 1
79 59.3963
Rumus reliabilita:
R =
MSs - MSw
MSs
MSw = SSt + SSI
MSs
=
0.0419 + 1.0939 =
1.1358 = 0.0284
1 + 39 40
R =
1.4939 - 0.0284 = 0.9810
1.4939
Jadi nilai reliabilita hasil tes akhir lari cepat yaitu : 0.981
Lampiran 16. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada
Kelompok 1 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1:5).
No N a m a Sel
Kecepatan Lari
Tes
Awal
Tes
Akhir
Gain
Score
1 Ipnu Danuri
A1B1
11.48 10.36 1.12
2 Anang Septo Aji 11.00 9.96 1.04
3 Apriadi Wibowo 8.92 8.06 0.86
4 Fredi Meiza Nugroho 7.97 7.48 0.49
5 Ali Fahmi 9.35 8.47 0.88
6 Tegar Ajitama 9.01 8.32 0.69
7 Fauzan Arif Syahputra 9.77 8.60 1.17
8 Abdul Nasir Syaifullah 8.75 8.01 0.74
9 Muhammad Irawan Saifudin 10.12 8.71 1.41
10 Muhammad Miqdamulhaq 9.28 8.70 0.58
Jumlah 95.65 86.67 8.98
Mean 9.565 8.667 0.898
SD 1.061 0.876 0.287
1 Taufik Ajiantoro
A1B2
10.13 9.12 1.01
2 Fatith Lukman Hakim 9.58 8.23 1.35
3 Oki Saktiawanto 9.17 8.35 0.82
4 Dicky Kresna Murti 10.65 10.01 0.64
5 Nico Yudha Aditya 10.89 10.56 0.33
6 Aldino Sya'bani 10.29 9.76 0.53
7 Dedi Noviaryanto 10.13 9.52 0.61
8 Muhamat Fahrul Nurrohman 10.95 10.00 0.95
9 Nurhuda 9.94 9.24 0.70
10 Deni Prasetyo 10.63 9.43 1.20
Jumlah 102.36 94.22 8.14
Mean 10.236 9.422 0.814
SD 0.572 0.730 0.315
Lampiran 17. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada
Kelompok 2 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1 :10).
No N a m a Sel
Kecepatan Lari
Tes
Awal
Tes
Akhir
Gain
Score
1 Muhammad Zusron Efendi
A2B1
9.40 8.32 1.08
2 Perdana Putra Wijaya 11.18 9.76 1.42
3 Vicky Mahendra Dwi Putra 10.17 8.68 1.49
4 Satria Pandu Dewantara 9.00 7.85 1.15
5 Adnan Aries Wimatama 8.55 7.75 0.80
6 Taufik Sapta Aji 8.16 7.19 0.97
7 Aji Sasongko 9.52 7.96 1.56
8 Ridho Alfian Shidiq 10.91 9.13 1.78
9 Adiek Nanda Syaiful Azhar 10.16 8.86 1.30
10 Alfin Jemi Prakoso 9.77 8.83 0.94
Jumlah 96.82 84.33 12.49
Mean 9.682 8.433 1.249
SD 0.966 0.763 0.313
1 Richardus Adria Adiwibawa
A2B2
9.98 8.90 1.08
2 Rigen Budi Santoso 10.11 9.45 0.66
3 Rifqi Aji Pratama 10.55 9.21 1.34
4 Enggar Ardiana Putra 10.57 9.70 0.87
5 Riswanto 9.70 8.96 0.74
6 Rosa Purwanto 11.00 9.93 1.07
7 Fery Agus Wibowo 10.60 10.12 0.48
8 Sarif Hidayat 11.34 10.57 0.77
9 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 10.10 9.17 0.93
10 Wisnu Panca Prasetya 11.00 9.78 1.22
Jumlah 104.95 95.79 9.16
Mean 10.495 9.579 0.916
SD 0.521 0.539 0.265
Lampiran 18. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis
Varians
Variabel
Atributif No
Kelompok 1 (Latihan
Interval Anaerob
dengan Rasio Waktu
Kerja dan Waktu
Istirahat 1 : 5)
Kelompok 2 (Latihan
Interval Anaerob
dengan Rasio Waktu
Kerja dan Waktu
Istirahat 1 :10)
Y1 Y12 Y2 Y2
2
Power Otot
Tungkai
Tinggi
1 1.12 1.2544 1.08 1.1664
2 1.04 1.0816 1.42 2.0164
3 0.86 0.7396 1.49 2.2201
4 0.49 0.2401 1.15 1.3225
5 0.88 0.7744 0.80 0.6400
6 0.69 0.4761 0.97 0.9409
7 1.17 1.3689 1.56 2.4336
8 0.74 0.5476 1.78 3.1684
9 1.41 1.9881 1.30 1.6900
10 0.58 0.3364 0.94 0.8836
Jumlah 8.98 8.8072 12.49 16.4819
Rerata 0.898 1.249
SD 0.287 0.313
Power Otot
Tungkai
Rendah
1 1.01 1.0201 1.08 1.1664
2 1.35 1.8225 0.66 0.4356
3 0.82 0.6724 1.34 1.7956
4 0.64 0.4096 0.87 0.7569
5 0.33 0.1089 0.74 0.5476
6 0.53 0.2809 1.07 1.1449
7 0.61 0.3721 0.48 0.2304
8 0.95 0.9025 0.77 0.5929
9 0.70 0.4900 0.93 0.8649
10 1.20 1.4400 1.22 1.4884
Jumlah 8.14 7.5190 9.16 9.0236
Rerata 0.814 0.916
SD 0.315 0.265
Total 17.12 16.3262 21.65 25.5055
Rerata 0.856 1.083
Lampiran 19. Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Homogenitas dan Analisis Varians
Power Otot
Tungkai Statistik
Metode Latihan Interval Anaerob
Latihan Interval
Anaerob dengan
Rasio Waktu
Kerja dan
Waktu Istirahat
1 : 5
Latihan Interval
Anaerob dengan
Rasio Waktu
Kerja dan
Waktu Istirahat
1 :10
Total
Tinggi
N 10 10 20
SY 8.98 12.49 21.47
SY2 8.8072 16.4819 25.2891
Mean 0.898 1.249 1.074
Rendah
N 10 10 20
SY 8.14 9.16 17.3
SY2 7.519 9.0236 16.5426
Mean 0.814 0.916 0.865
Total
N 20 20 40
SY 17.12 21.65 38.77
SY2 16.3262 25.5055 41.8317
Mean 0.856 1.083 0.969
Lampiran 20. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors
1. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 kategori power otot tungkai tinggi.
Dari penghitungan data diperoleh:
M = 0.898
SD = 0.287
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
0.49 -1.42 0.0735 0.1000 0.0265
0.58 -1.11 0.1335 0.2000 0.0665
0.69 -0.72 0.2358 0.3000 0.0642
0.74 -0.55 0.2912 0.4000 0.1088
0.86 -0.13 0.4493 0.5000 0.0507
0.88 -0.06 0.4761 0.6000 0.1239
1.04 0.49 0.6879 0.7000 0.0121
1.12 0.77 0.7794 0.8000 0.0206
1.17 0.95 0.8289 0.9000 0.0711
1.41 1.78 0.9633 1.0000 0.0367
Kesimpulan :
Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1239. Dengan n = 10 dan taraf
signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.
Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk
berdistribusi normal.
2 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 kategori power otot tungkai
rendah.
Dari penghitungan data
diperoleh:
M = 0.814
SD = 0.315
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
0.33 -1.54 0.0618 0.1000 0.0382
0.53 -0.90 0.1841 0.2000 0.0159
0.61 -0.65 0.2573 0.3000 0.0427
0.64 -0.55 0.2912 0.4000 0.1088
0.70 -0.36 0.3594 0.5000 0.1406
0.82 0.02 0.5080 0.6000 0.0920
0.95 0.43 0.6664 0.7000 0.0336
1.01 0.62 0.7324 0.8000 0.0676
1.20 1.23 0.8907 0.9000 0.0093
1.35 1.70 0.9554 1.0000 0.0446
Kesimpulan :
Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1406. Dengan n = 10 dan taraf
signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.
Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk
berdistribusi normal.
3 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 :10 kategori power otot tungkai
tinggi.
Dari penghitungan data
diperoleh:
M = 1.249
SD = 0.313
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
0.80 -1.43 0.0764 0.1000 0.0236
0.94 -0.99 0.1611 0.2000 0.0389
0.97 -0.89 0.1867 0.3000 0.1133
1.08 -0.54 0.2946 0.4000 0.1054
1.15 -0.32 0.3745 0.5000 0.1255
1.30 0.16 0.5636 0.6000 0.0364
1.42 0.55 0.7088 0.7000 0.0088
1.49 0.77 0.7794 0.8000 0.0206
1.56 0.99 0.8389 0.9000 0.0611
1.78 1.70 0.9554 1.0000 0.0446
Kesimpulan :
Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1255. Dengan n = 10 dan taraf
signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.
Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk
berdistribusi normal.
4 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan
rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 :10 kategori power otot tungkai
rendah.
Dari penghitungan data
diperoleh:
M = 0.916
SD = 0.265
Data disusun dalam tabel sebagai berikut:
Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
0.48 -1.65 0.0495 0.1000 0.0505
0.66 -0.97 0.1660 0.2000 0.0340
0.74 -0.66 0.2546 0.3000 0.0454
0.77 -0.55 0.2912 0.4000 0.1088
0.87 -0.17 0.4326 0.5000 0.0674
0.93 0.05 0.5199 0.6000 0.0801
1.07 0.58 0.7190 0.7000 0.0190
1.08 0.62 0.7324 0.8000 0.0676
1.22 1.15 0.8749 0.9000 0.0251
1.34 1.60 0.9452 1.0000 0.0548
Kesimpulan :
Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1088. Dengan n = 10 dan taraf
signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.
Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk
berdistribusi normal.
Lampiran 21. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett
Harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlett
Sampel dk 1/(dk) s
2 log s
2
(dk)log
s2
1 9 0.111 0.083 -1.0832 -9.7484
2 9 0.111 0.099 -1.0034 -9.0303
3 9 0.111 0.098 -1.0088 -9.0795
4 9 0.111 0.070 -1.1528 -10.3753
Jumlah 36 0.444 - - -38.2335
1. Menghitung varians gabungan dari tiap kelompok sampel
S
2 =
9 ( 0.083 ) + 9 ( 0.099 )+ 9 ( 0.098 )+ 9 ( 0.070 )
9 + 9
+ 9 + 9
= 3.15113 = 0.0875314
36
B = -1.057836 X 36 = -38.0821
2. Menghitung nilai χ2
χ2 = 2.303 ( -38.082102 -
-38.2335 )= 0.348702449
Nilai χ2tabel ( = 0.05;3) = 7.81
3. Kesimpulan
Ternyata χ2
hitung = 0.349 < χ2
tabel = 7.81. Dengan demikian hipotesis nol diterima.
Yang berarti bahwa varians dari kelompok-kelompok sampel tersebut homogen.
Lampiran 22. Analisis Varians
Dari hasil penghitungan data di atas dapat dilakukan analisis varians sebagai berikut:
1. ∑Y2 = 41.8317
2. RY = 38.77
2 = 1503.113
= 37.577823
40
40
3. Jab = 8.98
2 + 8.14
2+ 12.49
2+ 9.16
2 - 37.5778
10
= 1.102748
4. Ay = 17.12
2 + 21.65
2 - 37.577823 = 0.51302
20
5. By = 21.47
2 + 17.3
2- 37.577823 = 0.43472
20
6. ABy = 1.102748 - 0.947745 = 0.1550025
7. Ey = 41.8317 - 37.57782 - 1.1027475 = 3.15113
Tabel ringkasan hasil analisis varians
Sumber Variasi dk JK RJK Fo Ft
Rata-rata
Perlakuan 1 37.5778 37.578
A 1 0.5130 0.513 5.8610 * 4.11
B 1 0.4347 0.435 4.9665 *
AB 1 0.1550 0.155 1.7708
Kekeliruan 36 3.1511 0.088
Total 40 41.8317
Keterangan :
A = Kelompok metode latihan interval anaerob.
B = Kelompok siswa berdasarkan klasifikasi power otot tungkai
AB = Interaksi antara kelompok metode latihan interval anaerob dengan power otot tungkai.
* = Tanda signifikan pada α = 0.05.
Lampiran 23. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls
Uji rata-rata setelah Anava adalah pengujian perbandingan nilai-nilai rata-rata yang
berbeda-beda secara signifikan dari hasil penghitungan Anava. Pengujian rata-rata setelah
Anava digunakan Uji Rentang Newman-Keuls. Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh
sebagai berikut :
a. Mengurutkan nilai-nilai perlakuan dari yang paling kecil ke yang besar
KP A1B2 A1B1 A2B2 A2B1
(2) (1) (4) (3)
Rerata 0.814 0.898 0.916 1.249
b. Menghitung kekeliruan baku rata-rata tiap perlakuan. menggunakan rumus :
Sy =
0.088 = 0.09356
10
c. Menghitung RST (Rentang Signifikan Terkecil). Untuk uji Newman-Keuls. diambil v =
dk dari RJKE dan p = 2.3....k. Dengan α = 0.05 dan v = 36. maka RST dihitung dengan
mengalikan antara p dan S.
RST2 = 2.89 X 0.0936
= 0.2704
RST3 = 3.48 X 0.0936
= 0.3256
RST4 = 3.84 X 0.0936
= 0.3593
d. Menguji signifikansi tidaknya antara selisih dua rerata dengan nilai RST. jika selisih-
selisih yang didapat lebih besar daripada RST-nya masing-masing. maka disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan.
Hasil Rentang Newman-Keuls Setelah Anava
KP A1B2 A1B1 A2B2 A2B1 RST
Rerata 0.814 0.898 0.916 1.249
A1B2 0.814 - 0.084 0.102 0.435 * 0.2704
A1B1 0.898 - 0.018 0.351 * 0.3256
A2B2 0.916 - 0.333 0.3593
A2B1 1.249 -
Keterangan ;
Tanda * signifikan pada p < 0.05.