pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap...
DESCRIPTION
Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concernTRANSCRIPT
1
PENGARUH LIKUIDITAS, AUDIT LAG,
DISCLOSURE, OPINION SHOPPING DAN KEPEMILIKAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING
CONCERN
Puput Anggraini
Drs. H. Hardi, SH., MM., Ak, CPA
Edfan Darlis, SE, M.Si., Ak
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru
ABSTRACT
The financial statements present the financial condition of the company's
information to be used as a basis for making decisions. Therefore the auditor not
only assess the fairness of a report or just detect irregularities, but also
responsible for assessing the company's ability to continue its business activities.
Going Concern Audit Opinion is an opinion in the auditor's assessment that there
is substantial doubt about the ability of the company to maintain business
continuity during a reasonable period of time.
The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence
of Liquidity, Audit Lag, Disclosure, Opinion Shopping and Corporate Ownership
of Income Going Concern Audit Opinion. The sample was selected using
purposive sampling technique. The population was all Mining and Mining
Services Companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the
years 2008-2011. By using the purposive sampling method 13 companies were
sampled. All data were analyzed with logistic regression using SPSS version 17.0
The results of this study indicate that Liquidity, Audit Lag, Disclosure and
Opinion Shopping has a significant influence on the Going Concern Audit
Opinion. While the Corporate Ownership are Managerial Ownership and
Institutional Ownership does not significantly influence the Going Concern Audit
Opinion.
Keywords: Going Concern Audit Opinion, Audit Lag, Disclosure, Opinion
Shopping, Corporate Ownership.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Saat ini dunia telah menghadapi krisis global yang berkelanjutan, pengaruh
dari krisis keuangan memiliki peranan penting bagi perusahaan untuk tetap terus
menjaga kelangsungan usahanya agar dapat terus beroperasi dalam jangka waktu
yang lama. Krisis keuangan global menunjukkan bahwa krisis keuangan di salah
satu Negara dapat berimplikasi terhadap negara-negara lain. Apa yang terjadi di
Amerika Serikat bisa berdampak di Eropa, Indonesia atau bahkan negara-negara
terbelakang di Afrika sekalipun. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan krisis
keuangan global ini akan berakhir. Namun yang pasti, krisis keuangan global
tersebut berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam menjaga
kelangsungan hidupnya (Purba, 2009:2).
2
Opini audit going concern yang diberikan auditor menggambarkan kondisi
internal perusahaan yang sedang bermasalah. Menurut Altman dan McGough
(1974) dalam Praptitorini dan Januarti (2007), masalah going concern terbagi dua:
pertama, masalah keuangan yang meliputi defisiensi likuiditas, defisiensi ekuitas,
penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah operasi yang
meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang
meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas
operasi.
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan)
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo
secara tepat waktu (Widyantari, 2011). Dengan memperhatikan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dapat dinilai jika
perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tersebut sehingga opini
audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung merupakan opini
yang bersih (clean opinion). Namun, jika sebaliknya jika perusahaan mengalami
kesulitan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek, akan berakibat
diragukannya kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Audit lag didefinisikan
sebagai jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan
audit. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going
concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).
Disclosure atau pengungkapan berhubungan dengan komponen-komponen
tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan
semestinya (Mulyadi, 2002:73). Perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit
informasi akuntansi cenderung menerima opini unqualified dari auditor eksternal
(Gaganis dan pasiouras, 2007). Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai
aktivitas mencari Auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang
diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti,
2009). Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk
meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan.
Kepemilikan manajerial adalah salah satu bentuk mekanisme corporate
governance yang bisa menyamakan kepentingan pemilik dan pengelola
perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam
perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan
antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004). Kepemilikan
Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan,
institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi
lainnya pada akhir tahun. Dengan kepemilikan perusahaan diharapkan akan ada
monitoring atau pengawasan terhadap keputusan manajemen, sehingga
mengurangi potensi kebangkrutan.
TELAAH PUSTAKA
Teori Keagenan (agency theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan perbedaan kepentingan
antara pemegang saham sebagai pelaku utama (principal) dan manajemen sebagai
agen. Manajemen sebagai pengelola perusahaan berharap akan memperoleh bonus
yang besar jika perusahaan menunjukkan laba yang besar pada akhir tahun. Oleh
karena itu, kadang-kadang mereka dapat melaporkan laba yang tidak riil, dengan
3
melakukan window dressing atau earning management yang tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi (Agoes dan Husada, 2009:116).
Going Concern dan Opini Audit Going Concern
Going concern menurut Belkaoui (2009 : 271) adalah suatu dalil
kontinuitas yang menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya
cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang
berkelanjutan. Going concern dipakai sebagai asumsi pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Biasanya informasi
yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup
satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian
besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang,
perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (SPAP
Seksi 341 paragraf 6).
Opini audit going concern merupakan opini audit yang telah dikeluarkan
oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAPI, 2011: SA Seksi
341). Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan
bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan
dalam bisnis.
Pengaruh Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern Likuiditas selalu digambarkan dengan kemampuan perusahaan dalam menutupi
kewajiban jangka pendeknya yang diukur dengan current ratio. Oleh karena itu, makin
rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan
dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu
memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi
kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa
perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan
usahanya. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Pengaruh Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern
Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan
keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Januarti, 2009). Dengan
melihat rentang waktu dari tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal
selesainya pekerjaan lapangan yang semakin lama menunjukkan bahwa terjadi
beberapa indikasi yang dikemukakan oleh Lennox (2004). Jika semakin lama
jarak antara kedua peristiwa tersebut, maka kemungkinan perusahaan dalam
keadaan yang tidak baik dan kemungkinan memperoleh opini audit going concern
dari auditor, sehingga memerlukan waktu yang lama bagi auditor untuk
mengeluarkan opininya diakibatkan kemungkinan indikasi yang telah dijelaskan
sebelumnya. Maka hipotesis yang disajikan adalah sebagai berikut:
H2: Audit lag berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
audit going concern.
4
Pengaruh Disclosure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan
sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan
(Tanor, 2009). Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat disclosure
perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan menerima opini
audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H3: Disclosure mempengaruhi dikeluarkannya opini going concern
oleh auditor.
Pengaruh Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari
auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen
untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti, 2009). Geiger et al (1996)
menemukan bukti banyaknya perusahaan yang melakukan pergantian auditor
ketika auditor mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang
mempunyai masalah keuangan. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian
auditor (auditor switching) untuk menghindari penerimaan opini going concern
dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu : (1) perusahaan dapat mengancam
melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat
mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going
concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika
auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik
(auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan
menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini
disebut opinion shopping. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan dapat
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H4: Opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Linoputri (2010), menunjukkan bahwa dewan direksi yang memiliki
saham di perusahaan, apalagi dalam jumlah besar cenderung berusaha
mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi pengelolaan dan
pengawasannya terhadap perusahaan agar kinerja perusahaan juga dapat lebih
baik dan dapat bertahan dalam jangka panjang. Selain itu juga untuk mencegah
auditor meragukan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tidak memberikan
opini going concern pada laporan keuangannya. Maka dapat diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H5: Kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi perusahaan
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain (Kadir,
5
2011). Dengan adanya pengawasan dari pemilik institusional ini, pihak
manajemen akan selalu mengawasi agar tidak terjadi tindakan manipulasi. Jika
tindakan manipulasi dalam suatu peusahaan dapat diminimalisir, maka perusahaan
akan bisa terhindar dari penerimaan opini audit going concern yang akan
diberikan oleh auditor. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan hipotesis
penelitian: H6: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) yang bergerak dalam bidang Mining
and Mining Services pada tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 terdapat sebanyak 27
perusahaan total keseluruhan dari populasi.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang bergerak dalam bidang Mining and Mining Services pada tahun
2005 sampai dengan tahun 2011 yang dipilih dengan metode purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan jumlah tertentu (Sugiyono, 2012:122).
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Menurut
Indriantoro dan Supomo (2012:147) data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat pihak lain). Data diperoleh dari laporan laporan keuangan
auditan, laporan keuangan yang dipublikasikan dan annual report perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian yaitu 2008-2011.
Sumber data pada penelitian ini berasal dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM).
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen atau variabel bebas
(Sugiyono, 2012:59). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit
going concern. Opini audit diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika
auditee menerima opini audit going concern maka diberi nilai 1 dan jika auditee
tidak menerima opini audit going concern maka diberi nilai 0.
Variabel Independen
Likuiditas (LIKD)
Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva
lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985 dalam Widyantari, 2011). Variabel ini diperoleh berdasarkan perhitungan:
Current Ratio
x 100 %
6
Audit Lag (ALAG)
Audit lag merupakan jumlah kalender antara tanggal laporan keuangan
sampai dengan tanggal opini auditor independen. Peraturan BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan NO. 06/BL/2006 menyatakan lamanya auditor dalam
menerbitkan laporan auditor adalah maksimal tiga bulan setelah laporan keuangan
disusun. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going
concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).
Disclosure (DISC)
Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks, dimana peneliti akan
melihat dari tingkat pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan
dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan
sesuai dengan peraturan BAPEPAM SE-02/PM/2002.
Jika perusahaan mengungkapkan item informasi dalam laporan
keuangannya, maka skor 1 akan diberikan dan jika item tersebut tidak
diungkapkan, maka 0 akan diberikan. Setelah melakukan scoring, disclosure level
dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Cooke, 1992) :
Disclosure Level =
Ket : Skor Maksimum = 33 Skor Minimum = 1
Opinion Shopping (OS)
Variabel opinion shopping diukur dengan menggunakan metode yang
diterapkan oleh Lennox (2002). Variabel ini diukur dengan variabel dummy, 1 jika
melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going concern, dan 0
jika tidak melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going
concern.
Kepemilikan Manajerial (MAN_OWN)
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah
menggunakan persentase proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap
jumlah saham yang beredar, yang dihitung sebagai berikut (Andreas, 2009:104):
Kepemilikan Manajerial =
Kepemilikan Institusional (INST_OWN)
Dalam penelitian ini menggunakan indikator persentase jumlah saham
yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.
Kepemilikan Institusional =
Metode Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan regresi logistik
(Logistic Regression). Alasan dari penggunaan analisis logistik adalah
dikarenakan variabel dependen bersifat dikotomi (menerima opini audit going
concern dan tidak menerima opini audit going concern).
Statistik Deskriptif
Digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini,
yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian yang terdiri
dari rata-rata, nilai maksimum dan nilai minimum.
7
Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang
diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
multivariate dengan regresi logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah
regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel
terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Sulistyo, 2010 :46). Model
regresi logistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
GC = a + b1 LIKD + b2 ALAG + b3 DISC + b4 OS + b5 MAN_OWN + b6
INST_OWN+ e
Keterangan :
GC = Dummy variabel opini audit going concern
a = Konstanta
LIKD = Rasio Likuiditas
ALAG = Audit Lag (jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai
dikeluarkannya laporan audit)
DISC = Disclosure (Tingkat pengungkapan)
OS = Opinion Shopping (dummy 1 pergantian auditor dan 0 tidak)
MAN_OWN = Kepemilikan Manajerial (rasio- proporsi kepemilikan saham
oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar)
INST_OWN = Kepemilikan Institusional (rasio-jumlah kepemilikan saham
oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang
dikelola)
e= Kesalahan Residual
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima
atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input (Ghozali, 2005:218). Dengan alpha
5%, cara menilai mode fit ini adalah sebagai berikut :
1. jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti
bahwa model fit dengan data.
2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti
bahwa model tidak fit dengan data.
Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow
Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak
dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali.
2005:219).
8
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas
variabel dependen (Ghozali, 2005:224). Koefisien determinasi pada regresi
logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square
dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda.
Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada
auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification
Table. Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis.
Pengujian Hipotesis
Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan
bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (a). Jika
nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /a ) maka berarti H0
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling (judgement sampling). Berdasarkan proses pemilihan
tersebut, diperoleh 11 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dengan periode
pengamatan selama empat tahun (2008-2011) sehingga total sampel keseluruhan
adalah 44 sampel.
Analisis Deskriptif
Tabel IV.1.1 : Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
OPINI.GC 44 .00 1.00 .2955 .46152
LIKD 44 47.19 1064.23 284.4327 206.58135
ALAG 44 47.00 175.00 84.7955 28.90689
DISC 44 .64 1.00 .8902 .11205
OS 44 .00 1.00 .0909 .29080
MAN_OWN 44 .00 5.41 .5043 1.56988
INST_OWN 44 25.32 90.15 59.7020 16.48748
Valid N (listwise) 44
Sumber : Olah Data
Dari data di atas rata-rata likuiditas perusahaan yang diteliti sebesar
284,43 dan variasi yang terdapat dalam variabel ini sebesar 206,58. Nilai rata-rata
audit lag atau mean pada variabel ini adalah sebesar 84,7955 dan nilai standar
deviasinya sebesar 28,90689. Nilai rata-rata disclosure sebesar 0,8902 dengan
9
nilai deviasi standar sebesar 0,11205. Rata-rata opinion shopping sebesar 0,0909,
dengan deviasi standar sebesar 0,29080. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial
sebesar 0,5043 dengan nilai deviasi standar sebesar 1,56988. Nilai rata-rata
kepemilikan institusional sebesar 59,7020, dengan deviasi standarnya sebesar
16,48748.
Analisis Statistik Inferensial
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model
regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji
apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya (Sulistyo, 2010:46). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji
normalitas, heteroscedasity, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya
(Sulistyo, 2010:49).
Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Tabel IV.2.1 : Iteration History
a,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 53.437 -.818
2 53.413 -.869
3 53.413 -.869
Sumber : Olah Data
Output SPSS pada tabel IV.2.1 memperlihatkan nilai -2 Log Likelihood
pertama sebesar 53,413, angka ini secara matematik tidak signifikan terhadap
alpha (α) 5% dan hipotesis nol diterima. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta
saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam
model regresi). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood
(-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL
awal dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL) menunjukkan model yang
dihipotesiskan fit dengan data (Sulistyo, 2010:54).
Tabel IV.2.2 : Iteration History
a,b,c,d
Sumber : Olah Data
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant LIKD ALAG DISC OS
MAN_
OWN
INST_
OWN
Step 1 1 43.926 1.151 -.002 .014 -3.514 -.797 .060 .011
2 41.596 1.978 -.005 .017 -4.556 -.738 .001 .018
3 41.184 2.222 -.007 .018 -4.855 -.687 -.030 .022
4 41.167 2.235 -.007 .018 -4.876 -.692 -.034 .023
5 41.167 2.235 -.007 .018 -4.875 -.692 -.034 .023
10
Tabel IV.2.3 : Overall Model Fit
-2LL awal (Block Number = 0) 53,413
-2LL awal (Block Number = 1) 41,167
Penurunan -2LL 12,246
Sumber : Olah Data
Pengujian Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan
menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan Chi Square pada bagian
bawah uji Hosmer and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%.
Tabel IV .2.4 : Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig.
1 11.053 8 .199
Sumber : Olah Data
Tabel IV.2.4 mengidentifikasikan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow.
Dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,199, nilai signifikansi jauh lebih besar
daripada 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak (diterima).
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai
Nagelkarke R Square. Nilai Nagelkarke R Square dengan nilai maksimumnya.
Tabel IV.2.5 : Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 41.167a .243 .346
Sumber : Olah Data
Tabel IV.2.5 menunjukkan nilai Nagelkarke R Square. Dilihat dari hasil
output pengolahan data, nilai Nagelkarke R Square adalah sebesar 0,346 yang
berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 34,6%, sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel-
variabel lain diluar model penelitian.
Matriks Klasifikasi Tabel IV.2.6 : Classification Table
a
Classification Tablea
Observed
Predicted
OPINI GOING CONCERN Percentage
Correct NGCAO GCAO
OPINI.GC NGCAO 29 2 93.5
GCAO 7 6 46.2
Overall Percentage 79.5
Sumber : Olah Data
11
Tabel IV.2.6 di atas menunjukkan bahwa kekuatan model regresi dalam
memprediksi penerimaan opini audit going concern (GCAO) adalah sebesar
46,2%, sedangkan kekuatan prediksi dari model untuk sampel yang menerima
opini audit non going concern (NGCAO) adalah sebesar 93,5%, dan ketepatan
prediksi secara keseluruhan model ini adalah sebesar 79,5%.
Hasil Pengujian Hipotesis
Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat variabel
in the equestion, pada kolom Significant (Sig) dibandingkan dengan tingkat
kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05, maka Ha diterima.
Tabel IV.2.7 : Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a LIKD -.007 .004 3.393 1 .005 .993
ALAG .018 .013 2.891 1 .017 1.019
DISC -4.875 3.999 2.486 1 .022 .008
OS -.692 1.333 2.270 1 .036 .500
MAN_OWN -.034 .243 .019 1 .890 .967
INST_OWN .023 .028 .659 1 .417 1.023
Constant 2.235 3.673 .370 1 .543 9.343
Sumber : Olah Data
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Ha1 : Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Likuiditas yang diukur dengan menggunakan skala interval, pada tabel
IV.2.7 memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Ini berarti bahwa
Ha1 diterima.
Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Church
(1992) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menemukan bukti bahwa rasio
likuiditas, dengan menggunakan proksi current ratio, berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. Dimana dalam penelitian Januarti dan
Fitrianasari (2008) mengatakan bahwa current ratio menggambarkan besarnya
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang
dimiliki.
Ha2 : Audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel audit lag
menunjukkan nilai koofisien positif sebesar 0,018 dengan tingkat signifikansi
0,017 dimana lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signikansi sebesar 0,017 >
0,05, ini berarti bahwa HA2 diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Lennox (2002) yang
menyatakan bahwa keterlambatan penerbitan opini audit yang berhubungan
dengan going concern dikarenakan auditor banyak melakukan pengujian,
manajemen mungkin melakukan negosiasi dengan auditor, dan auditor
12
memperlambat penerbitan opini dengan harapan manajemen dapat memberikan
solusi dari masalah going concern yang dihadapinya. Adanya keterlambatan
dalam mengeluarkan laporan auditor menunjukkan bahwa perusahaan
memerlukan waktu untuk mengevaluasi perusahaan dan berusaha menghindari
penerimaan opini going concern yang nantinya akan berimbas pada penurunan
investor pada perusahaan itu sendiri.
Ha3 : Disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Disclosure yang diukur memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,022.
Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,022 < 0,05, ini
menunjukkan bahwa Ha3 diterima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Haron et al. (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan yang tidak
mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus dan mengungkapkan dampak
kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya akan
meningkatkan kemungkinan menerima opini audit going concern. Disclosure atas
informasi dapat digunakan untuk membantu dalam memberikan gambaran yang
lebih jelas mengenai kondisi perusahaan sebenarnya.
Ha4 : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern
Opinion shopping yang diukur menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,036. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,036 < 0,05,
ini berarti bahwa Ha4 diterima. Hasil ini mendukung temuan Lennox (2002) yang
menemukan bukti bahwa opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang
dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu dua cara : (1) perusahaan dapat mengancam
melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat
mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going
concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika
auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik
(auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan
menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini
disebut opinion shopping.
Ha5 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern
Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan
manajerial menunjukkan tingkat signifikansi 0,890 dimana lebih besar dari 0,05.
Karena tingkat signikansi sebesar 0,890 > 0,05, ini berarti bahwa Ha5 ditolak,
hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha5 yang diajukan. Hasil ini
tidak mendukung temuan dari Linoputri (2010) yang menunjukkan bahwa
perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang lebih besar kemungkinannya
kecil untuk menerima opini wajar dengan pengecualian. Tetapi hasil ini
mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Meskipun ada kepemilkan manjerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum
13
menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk
kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.
Ha6 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern
Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan
institusional menunjukkan tingkat signifikansi 0,417 dimana lebih besar dari 0,05.
Karena tingkat signikansi sebesar 0,417 > 0,05, ini berarti bahwa Ha6 ditolak,
hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha6 yang diajukan. Hasil ini
mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa meskipun ada
kepemilikan institusional ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin
untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk kinerja
perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian dilakukan terhadap 11 perusahaan mining and mining services
(Pertambangan) yang memenuhi kriteria, sehingga jumlah sampel yang diteliti
sebanyak 44 buah (selama 4 tahun, periode 2008-2011).
2. Hasil pengukuran keseluruhan model (Overall Model Fit) yang dilihat dari
nilai Hosmer dan Lomeshow’s Goodness of Fit Test dan uji Log Likelihood
menunjukan bahwa model yang digunakan fit dengan data, berarti model
regresi dapat digunakan dan mampu untuk memprediksi nilai obeservasinya.
3. Berkaitan dengan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen (Nagelkerke R Square), model yang digunakan hanya
mampu menjelaskan fenomena tersebut sebesar 34,6% sementara 65,4% lagi
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. kekuatan prediksi
dari model regresi yang digunakan dalam memprediksi variabel dependen
(Classification Table) adalah sebesar 46,2% untuk memprediksi penerimaan
opini going concern (GCAO) dan 93,5% untuk opini selain going concern
(NGCAO). Ketepatan prediksi secara keseluruhan model ini sebesar 79,5%.
4. Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh bukti
bahwa likuiditas, audit lag, disclosure dan opinion shopping berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kepemilikan
manajerial dan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Saran
Pada peneltian selanjutnya, bisa menambahkan variabel lain, seperti
laporan arus kas yang menggambarkan aktifitas keuangan perusahaan yang
sebenarnya, rasio produktifitas, rasio aktifitas, serta struktur modal perusahaan
yang akan mempengaruhi profitabilitas. Bila memiliki banyak waktu, penelitian
selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan dan meneliti sampel
perusahaan dari dua jenis industri atau lebih, sehingga hasil temuan yang didapat
bisa mengeneralisir seluruh perusahaan go public di BEI.
14
Daftar Pustaka
Agoes, Sukrisno dan Hoesada, jan. 2009. Bunga Rampai Auditing. Jakarta :
Salemba Empat.
Andreas. 2009. Tata Kelola Korporasi dan Masalah Keagenan di Indonesia.
Argitek YPN : Malang.
Belkaoui, Ahmed. R. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Buku Satu. Edisi
5. Jakarta : Salemba Empat.
Cooke, T.E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on
Disclosure in the Annual Reports of Japanes Listed Corporations.
Accounting and Business Research, London. Summer. Vol.22. Iss.87;
pp229, 9 pgs.
Chen, K C., Chruch, B K. 1992. Default on Debt Obligationts and The Issuance of
Going Concern of Going Concern Report. Auditing : Journal Practice and
Theory, Fall. pp 30-49.
Faizal, 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme
Corporate Governance.” Paper ini disajikan pada Simposium Nasional
Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.
Gaganis, Chrysovalantis and Fotios Pasiouras. 2007. “A Multivariate analisys of
the determinants of auditors’ opinions on Asian Banks”. Managerial
Auditing Journal, Vol. 22, No. 3: pp.268-287.
Geiger, M., K. Raghunandan, and D.V. Rama. 1996. “Going-Concern Audit
Report Recipients Before and After SAS No 59”. National Public
Accountant. pp 24-25.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit UNDIP. Semarang.
Haron, Hasnah, Bambang Hartadi, Mahfooz Ansari and Ishak Ismail. 2009.
Factors Influencing Auditors' Going Concern Opinion. Asian Academy of
Management Journal, Vol. 14, No. 1, 1–19, January 2009. Universiti Sains
Malaysia : Pulau Pinang, Malaysia.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi
XII. Palembang: 4-6 November.
Kadir, Abdul. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol 12 No 1. April.
Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor
Independence and Opinion Shopping.www.google.com (accessed 25
November 2012).
Lennox, Clive. 2004. “Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping:
Evidence from The UK?”. Journal of Accounting and Economics 29. pp
321-337.www.google.com. Di akses 23/11/2012.
Linoputri, Ferima Purmateti. 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi Universitas Diponegoro :
Semarang.
15
McKeown, J.C., J.F. Mutchler, dan W Hopwood. 1991. “Toward An Explanation
of Auditor Failure to Modify The Audt Reports of Bankrupt Companies”.
Auditing : A Journal of Practice & Theory, Supplement. Pp 1-13.
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1. Yogyakarta : Salemba Empat.
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 2. Yogyakarta : Salemba Empat.
Praptitorini, Mirna dan Januarti, Indira. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going
Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.
Purba, Marisi P. 2009. Asumsi Going Concern (Suatu Tinjauan Terhadap Dampak
Krisis Keuangan atas Opini Audit dan Laporan Keuangan). Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan
Terhdap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Vol. 13. No. 2.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Jakarta.
Tamba, Revol Ulung Bisara. 2009. Pengaruh Debet Default, Kualitas Audit, dan
Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Universitas Sumatera Utara :
Medan.
Tanor, L.A.O. 2009. Pentingnya pengungkapan (Discosure) Laporan Keuangan
dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal Formas. Vol 2, No. 4
Juni 2009 hal 287-294.
Teoh, S. 1992. “Auditor Independence, Dismissal Threats, and The Market
Reaction to Auditor Switches”. Journal of Accounting Research 30. pp
1-23.
Ujiyantho, Muh. Arief dan Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi
X, Padang.
Warnida. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di
BEI). Jurnal Akuntansi dan Manajemen Juni Vol. 1, No. 1, ISSN 1858-
3687 hal 30-43.
Widyantari, A.A.Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi : Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Tesis Universitas Udayana: Denpasar.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta : Salemba Empat.