pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap...

15
1 PENGARUH LIKUIDITAS, AUDIT LAG, DISCLOSURE, OPINION SHOPPING DAN KEPEMILIKAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Puput Anggraini Drs. H. Hardi, SH., MM., Ak, CPA Edfan Darlis, SE, M.Si., Ak Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRACT The financial statements present the financial condition of the company's information to be used as a basis for making decisions. Therefore the auditor not only assess the fairness of a report or just detect irregularities, but also responsible for assessing the company's ability to continue its business activities. Going Concern Audit Opinion is an opinion in the auditor's assessment that there is substantial doubt about the ability of the company to maintain business continuity during a reasonable period of time. The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence of Liquidity, Audit Lag, Disclosure, Opinion Shopping and Corporate Ownership of Income Going Concern Audit Opinion. The sample was selected using purposive sampling technique. The population was all Mining and Mining Services Companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the years 2008-2011. By using the purposive sampling method 13 companies were sampled. All data were analyzed with logistic regression using SPSS version 17.0 The results of this study indicate that Liquidity, Audit Lag, Disclosure and Opinion Shopping has a significant influence on the Going Concern Audit Opinion. While the Corporate Ownership are Managerial Ownership and Institutional Ownership does not significantly influence the Going Concern Audit Opinion. Keywords: Going Concern Audit Opinion, Audit Lag, Disclosure, Opinion Shopping, Corporate Ownership. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Saat ini dunia telah menghadapi krisis global yang berkelanjutan, pengaruh dari krisis keuangan memiliki peranan penting bagi perusahaan untuk tetap terus menjaga kelangsungan usahanya agar dapat terus beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Krisis keuangan global menunjukkan bahwa krisis keuangan di salah satu Negara dapat berimplikasi terhadap negara-negara lain. Apa yang terjadi di Amerika Serikat bisa berdampak di Eropa, Indonesia atau bahkan negara-negara terbelakang di Afrika sekalipun. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan krisis keuangan global ini akan berakhir. Namun yang pasti, krisis keuangan global tersebut berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidupnya (Purba, 2009:2).

Upload: puputanggraini

Post on 19-Jan-2016

134 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

1

PENGARUH LIKUIDITAS, AUDIT LAG,

DISCLOSURE, OPINION SHOPPING DAN KEPEMILIKAN

PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN

Puput Anggraini

Drs. H. Hardi, SH., MM., Ak, CPA

Edfan Darlis, SE, M.Si., Ak

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru

ABSTRACT

The financial statements present the financial condition of the company's

information to be used as a basis for making decisions. Therefore the auditor not

only assess the fairness of a report or just detect irregularities, but also

responsible for assessing the company's ability to continue its business activities.

Going Concern Audit Opinion is an opinion in the auditor's assessment that there

is substantial doubt about the ability of the company to maintain business

continuity during a reasonable period of time.

The aim of this study was to obtain empirical evidence about the influence

of Liquidity, Audit Lag, Disclosure, Opinion Shopping and Corporate Ownership

of Income Going Concern Audit Opinion. The sample was selected using

purposive sampling technique. The population was all Mining and Mining

Services Companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the

years 2008-2011. By using the purposive sampling method 13 companies were

sampled. All data were analyzed with logistic regression using SPSS version 17.0

The results of this study indicate that Liquidity, Audit Lag, Disclosure and

Opinion Shopping has a significant influence on the Going Concern Audit

Opinion. While the Corporate Ownership are Managerial Ownership and

Institutional Ownership does not significantly influence the Going Concern Audit

Opinion.

Keywords: Going Concern Audit Opinion, Audit Lag, Disclosure, Opinion

Shopping, Corporate Ownership.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Saat ini dunia telah menghadapi krisis global yang berkelanjutan, pengaruh

dari krisis keuangan memiliki peranan penting bagi perusahaan untuk tetap terus

menjaga kelangsungan usahanya agar dapat terus beroperasi dalam jangka waktu

yang lama. Krisis keuangan global menunjukkan bahwa krisis keuangan di salah

satu Negara dapat berimplikasi terhadap negara-negara lain. Apa yang terjadi di

Amerika Serikat bisa berdampak di Eropa, Indonesia atau bahkan negara-negara

terbelakang di Afrika sekalipun. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan krisis

keuangan global ini akan berakhir. Namun yang pasti, krisis keuangan global

tersebut berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam menjaga

kelangsungan hidupnya (Purba, 2009:2).

Page 2: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

2

Opini audit going concern yang diberikan auditor menggambarkan kondisi

internal perusahaan yang sedang bermasalah. Menurut Altman dan McGough

(1974) dalam Praptitorini dan Januarti (2007), masalah going concern terbagi dua:

pertama, masalah keuangan yang meliputi defisiensi likuiditas, defisiensi ekuitas,

penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah operasi yang

meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang

meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas

operasi.

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan)

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo

secara tepat waktu (Widyantari, 2011). Dengan memperhatikan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dapat dinilai jika

perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tersebut sehingga opini

audit yang diterima atas laporan keuangan perusahaan cenderung merupakan opini

yang bersih (clean opinion). Namun, jika sebaliknya jika perusahaan mengalami

kesulitan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek, akan berakibat

diragukannya kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Audit lag didefinisikan

sebagai jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan

audit. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going

concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).

Disclosure atau pengungkapan berhubungan dengan komponen-komponen

tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan

semestinya (Mulyadi, 2002:73). Perusahaan yang mengungkapkan lebih sedikit

informasi akuntansi cenderung menerima opini unqualified dari auditor eksternal

(Gaganis dan pasiouras, 2007). Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai

aktivitas mencari Auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang

diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti,

2009). Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk

meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan.

Kepemilikan manajerial adalah salah satu bentuk mekanisme corporate

governance yang bisa menyamakan kepentingan pemilik dan pengelola

perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam

perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan

antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004). Kepemilikan

Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan,

institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi

lainnya pada akhir tahun. Dengan kepemilikan perusahaan diharapkan akan ada

monitoring atau pengawasan terhadap keputusan manajemen, sehingga

mengurangi potensi kebangkrutan.

TELAAH PUSTAKA

Teori Keagenan (agency theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan perbedaan kepentingan

antara pemegang saham sebagai pelaku utama (principal) dan manajemen sebagai

agen. Manajemen sebagai pengelola perusahaan berharap akan memperoleh bonus

yang besar jika perusahaan menunjukkan laba yang besar pada akhir tahun. Oleh

karena itu, kadang-kadang mereka dapat melaporkan laba yang tidak riil, dengan

Page 3: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

3

melakukan window dressing atau earning management yang tidak sesuai dengan

prinsip akuntansi (Agoes dan Husada, 2009:116).

Going Concern dan Opini Audit Going Concern

Going concern menurut Belkaoui (2009 : 271) adalah suatu dalil

kontinuitas yang menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya

cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang

berkelanjutan. Going concern dipakai sebagai asumsi pelaporan keuangan

sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Biasanya informasi

yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup

satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam

memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian

besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang,

perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (SPAP

Seksi 341 paragraf 6).

Opini audit going concern merupakan opini audit yang telah dikeluarkan

oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan

entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAPI, 2011: SA Seksi

341). Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan

bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan

dalam bisnis.

Pengaruh Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern Likuiditas selalu digambarkan dengan kemampuan perusahaan dalam menutupi

kewajiban jangka pendeknya yang diukur dengan current ratio. Oleh karena itu, makin

rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan

dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu

memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi

kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa

perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan

usahanya. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.

Pengaruh Audit Lag Terhadap Opini Audit Going Concern

Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan

keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Januarti, 2009). Dengan

melihat rentang waktu dari tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal

selesainya pekerjaan lapangan yang semakin lama menunjukkan bahwa terjadi

beberapa indikasi yang dikemukakan oleh Lennox (2004). Jika semakin lama

jarak antara kedua peristiwa tersebut, maka kemungkinan perusahaan dalam

keadaan yang tidak baik dan kemungkinan memperoleh opini audit going concern

dari auditor, sehingga memerlukan waktu yang lama bagi auditor untuk

mengeluarkan opininya diakibatkan kemungkinan indikasi yang telah dijelaskan

sebelumnya. Maka hipotesis yang disajikan adalah sebagai berikut:

H2: Audit lag berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini

audit going concern.

Page 4: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

4

Pengaruh Disclosure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan

sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan

(Tanor, 2009). Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat disclosure

perusahaan, maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan menerima opini

audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H3: Disclosure mempengaruhi dikeluarkannya opini going concern

oleh auditor.

Pengaruh Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern

Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari

auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen

untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan (Januarti, 2009). Geiger et al (1996)

menemukan bukti banyaknya perusahaan yang melakukan pergantian auditor

ketika auditor mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang

mempunyai masalah keuangan. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian

auditor (auditor switching) untuk menghindari penerimaan opini going concern

dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu : (1) perusahaan dapat mengancam

melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat

mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika

auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik

(auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan

menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini

disebut opinion shopping. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan dapat

diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H4: Opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern

Linoputri (2010), menunjukkan bahwa dewan direksi yang memiliki

saham di perusahaan, apalagi dalam jumlah besar cenderung berusaha

mempertahankan atau bahkan meningkatkan fungsi pengelolaan dan

pengawasannya terhadap perusahaan agar kinerja perusahaan juga dapat lebih

baik dan dapat bertahan dalam jangka panjang. Selain itu juga untuk mencegah

auditor meragukan kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tidak memberikan

opini going concern pada laporan keuangannya. Maka dapat diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H5: Kepemilikan manajerial dalam suatu dewan direksi perusahaan

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh

pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain (Kadir,

Page 5: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

5

2011). Dengan adanya pengawasan dari pemilik institusional ini, pihak

manajemen akan selalu mengawasi agar tidak terjadi tindakan manipulasi. Jika

tindakan manipulasi dalam suatu peusahaan dapat diminimalisir, maka perusahaan

akan bisa terhindar dari penerimaan opini audit going concern yang akan

diberikan oleh auditor. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan hipotesis

penelitian: H6: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) yang bergerak dalam bidang Mining

and Mining Services pada tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 terdapat sebanyak 27

perusahaan total keseluruhan dari populasi.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang bergerak dalam bidang Mining and Mining Services pada tahun

2005 sampai dengan tahun 2011 yang dipilih dengan metode purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan jumlah tertentu (Sugiyono, 2012:122).

Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Menurut

Indriantoro dan Supomo (2012:147) data sekunder merupakan sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat pihak lain). Data diperoleh dari laporan laporan keuangan

auditan, laporan keuangan yang dipublikasikan dan annual report perusahaan

yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian yaitu 2008-2011.

Sumber data pada penelitian ini berasal dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM).

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen atau variabel bebas

(Sugiyono, 2012:59). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit

going concern. Opini audit diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika

auditee menerima opini audit going concern maka diberi nilai 1 dan jika auditee

tidak menerima opini audit going concern maka diberi nilai 0.

Variabel Independen

Likuiditas (LIKD)

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva

lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985 dalam Widyantari, 2011). Variabel ini diperoleh berdasarkan perhitungan:

Current Ratio

x 100 %

Page 6: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

6

Audit Lag (ALAG)

Audit lag merupakan jumlah kalender antara tanggal laporan keuangan

sampai dengan tanggal opini auditor independen. Peraturan BAPEPAM dan

Lembaga Keuangan NO. 06/BL/2006 menyatakan lamanya auditor dalam

menerbitkan laporan auditor adalah maksimal tiga bulan setelah laporan keuangan

disusun. Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering memberikan opini going

concern ketika laporan audit tertunda lebih lama (McKeown et al, 1991).

Disclosure (DISC)

Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks, dimana peneliti akan

melihat dari tingkat pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan

dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan

sesuai dengan peraturan BAPEPAM SE-02/PM/2002.

Jika perusahaan mengungkapkan item informasi dalam laporan

keuangannya, maka skor 1 akan diberikan dan jika item tersebut tidak

diungkapkan, maka 0 akan diberikan. Setelah melakukan scoring, disclosure level

dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Cooke, 1992) :

Disclosure Level =

Ket : Skor Maksimum = 33 Skor Minimum = 1

Opinion Shopping (OS)

Variabel opinion shopping diukur dengan menggunakan metode yang

diterapkan oleh Lennox (2002). Variabel ini diukur dengan variabel dummy, 1 jika

melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going concern, dan 0

jika tidak melakukan pergantian auditor ketika mendapat opini audit going

concern.

Kepemilikan Manajerial (MAN_OWN)

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah

menggunakan persentase proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap

jumlah saham yang beredar, yang dihitung sebagai berikut (Andreas, 2009:104):

Kepemilikan Manajerial =

Kepemilikan Institusional (INST_OWN)

Dalam penelitian ini menggunakan indikator persentase jumlah saham

yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.

Kepemilikan Institusional =

Metode Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan regresi logistik

(Logistic Regression). Alasan dari penggunaan analisis logistik adalah

dikarenakan variabel dependen bersifat dikotomi (menerima opini audit going

concern dan tidak menerima opini audit going concern).

Statistik Deskriptif

Digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini,

yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian yang terdiri

dari rata-rata, nilai maksimum dan nilai minimum.

Page 7: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

7

Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang

diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

multivariate dengan regresi logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah

regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel

terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Sulistyo, 2010 :46). Model

regresi logistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

GC = a + b1 LIKD + b2 ALAG + b3 DISC + b4 OS + b5 MAN_OWN + b6

INST_OWN+ e

Keterangan :

GC = Dummy variabel opini audit going concern

a = Konstanta

LIKD = Rasio Likuiditas

ALAG = Audit Lag (jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai

dikeluarkannya laporan audit)

DISC = Disclosure (Tingkat pengungkapan)

OS = Opinion Shopping (dummy 1 pergantian auditor dan 0 tidak)

MAN_OWN = Kepemilikan Manajerial (rasio- proporsi kepemilikan saham

oleh manajer terhadap jumlah saham yang beredar)

INST_OWN = Kepemilikan Institusional (rasio-jumlah kepemilikan saham

oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang

dikelola)

e= Kesalahan Residual

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima

atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang

dihipotesiskan menggambarkan data input (Ghozali, 2005:218). Dengan alpha

5%, cara menilai mode fit ini adalah sebagai berikut :

1. jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti

bahwa model fit dengan data.

2. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti

bahwa model tidak fit dengan data.

Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow

Goodness of fit lebih besar dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak

dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan

model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali.

2005:219).

Page 8: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

8

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas

variabel dependen (Ghozali, 2005:224). Koefisien determinasi pada regresi

logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square

dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda.

Matrik Klasifikasi

Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi

untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada

auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat dilihat pada Classification

Table. Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis.

Pengujian Hipotesis

Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan

bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara

membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi (a). Jika

nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /a ) maka berarti H0

ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara

signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode

purposive sampling (judgement sampling). Berdasarkan proses pemilihan

tersebut, diperoleh 11 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dengan periode

pengamatan selama empat tahun (2008-2011) sehingga total sampel keseluruhan

adalah 44 sampel.

Analisis Deskriptif

Tabel IV.1.1 : Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

OPINI.GC 44 .00 1.00 .2955 .46152

LIKD 44 47.19 1064.23 284.4327 206.58135

ALAG 44 47.00 175.00 84.7955 28.90689

DISC 44 .64 1.00 .8902 .11205

OS 44 .00 1.00 .0909 .29080

MAN_OWN 44 .00 5.41 .5043 1.56988

INST_OWN 44 25.32 90.15 59.7020 16.48748

Valid N (listwise) 44

Sumber : Olah Data

Dari data di atas rata-rata likuiditas perusahaan yang diteliti sebesar

284,43 dan variasi yang terdapat dalam variabel ini sebesar 206,58. Nilai rata-rata

audit lag atau mean pada variabel ini adalah sebesar 84,7955 dan nilai standar

deviasinya sebesar 28,90689. Nilai rata-rata disclosure sebesar 0,8902 dengan

Page 9: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

9

nilai deviasi standar sebesar 0,11205. Rata-rata opinion shopping sebesar 0,0909,

dengan deviasi standar sebesar 0,29080. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial

sebesar 0,5043 dengan nilai deviasi standar sebesar 1,56988. Nilai rata-rata

kepemilikan institusional sebesar 59,7020, dengan deviasi standarnya sebesar

16,48748.

Analisis Statistik Inferensial

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model

regresi logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji

apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

bebasnya (Sulistyo, 2010:46). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji

normalitas, heteroscedasity, dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya

(Sulistyo, 2010:49).

Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Tabel IV.2.1 : Iteration History

a,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 53.437 -.818

2 53.413 -.869

3 53.413 -.869

Sumber : Olah Data

Output SPSS pada tabel IV.2.1 memperlihatkan nilai -2 Log Likelihood

pertama sebesar 53,413, angka ini secara matematik tidak signifikan terhadap

alpha (α) 5% dan hipotesis nol diterima. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta

saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam

model regresi). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log

Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood

(-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL

awal dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL) menunjukkan model yang

dihipotesiskan fit dengan data (Sulistyo, 2010:54).

Tabel IV.2.2 : Iteration History

a,b,c,d

Sumber : Olah Data

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant LIKD ALAG DISC OS

MAN_

OWN

INST_

OWN

Step 1 1 43.926 1.151 -.002 .014 -3.514 -.797 .060 .011

2 41.596 1.978 -.005 .017 -4.556 -.738 .001 .018

3 41.184 2.222 -.007 .018 -4.855 -.687 -.030 .022

4 41.167 2.235 -.007 .018 -4.876 -.692 -.034 .023

5 41.167 2.235 -.007 .018 -4.875 -.692 -.034 .023

Page 10: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

10

Tabel IV.2.3 : Overall Model Fit

-2LL awal (Block Number = 0) 53,413

-2LL awal (Block Number = 1) 41,167

Penurunan -2LL 12,246

Sumber : Olah Data

Pengujian Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan

menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan Chi Square pada bagian

bawah uji Hosmer and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh

kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) 5%.

Tabel IV .2.4 : Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig.

1 11.053 8 .199

Sumber : Olah Data

Tabel IV.2.4 mengidentifikasikan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow.

Dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,199, nilai signifikansi jauh lebih besar

daripada 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak (diterima).

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai

Nagelkarke R Square. Nilai Nagelkarke R Square dengan nilai maksimumnya.

Tabel IV.2.5 : Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 41.167a .243 .346

Sumber : Olah Data

Tabel IV.2.5 menunjukkan nilai Nagelkarke R Square. Dilihat dari hasil

output pengolahan data, nilai Nagelkarke R Square adalah sebesar 0,346 yang

berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen adalah sebesar 34,6%, sisanya sebesar 65,4% dijelaskan oleh variabel-

variabel lain diluar model penelitian.

Matriks Klasifikasi Tabel IV.2.6 : Classification Table

a

Classification Tablea

Observed

Predicted

OPINI GOING CONCERN Percentage

Correct NGCAO GCAO

OPINI.GC NGCAO 29 2 93.5

GCAO 7 6 46.2

Overall Percentage 79.5

Sumber : Olah Data

Page 11: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

11

Tabel IV.2.6 di atas menunjukkan bahwa kekuatan model regresi dalam

memprediksi penerimaan opini audit going concern (GCAO) adalah sebesar

46,2%, sedangkan kekuatan prediksi dari model untuk sampel yang menerima

opini audit non going concern (NGCAO) adalah sebesar 93,5%, dan ketepatan

prediksi secara keseluruhan model ini adalah sebesar 79,5%.

Hasil Pengujian Hipotesis

Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat variabel

in the equestion, pada kolom Significant (Sig) dibandingkan dengan tingkat

kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05, maka Ha diterima.

Tabel IV.2.7 : Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a LIKD -.007 .004 3.393 1 .005 .993

ALAG .018 .013 2.891 1 .017 1.019

DISC -4.875 3.999 2.486 1 .022 .008

OS -.692 1.333 2.270 1 .036 .500

MAN_OWN -.034 .243 .019 1 .890 .967

INST_OWN .023 .028 .659 1 .417 1.023

Constant 2.235 3.673 .370 1 .543 9.343

Sumber : Olah Data

Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

Ha1 : Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

Likuiditas yang diukur dengan menggunakan skala interval, pada tabel

IV.2.7 memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Ini berarti bahwa

Ha1 diterima.

Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Church

(1992) serta Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menemukan bukti bahwa rasio

likuiditas, dengan menggunakan proksi current ratio, berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern. Dimana dalam penelitian Januarti dan

Fitrianasari (2008) mengatakan bahwa current ratio menggambarkan besarnya

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang

dimiliki.

Ha2 : Audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel audit lag

menunjukkan nilai koofisien positif sebesar 0,018 dengan tingkat signifikansi

0,017 dimana lebih kecil dari 0,05. Karena tingkat signikansi sebesar 0,017 >

0,05, ini berarti bahwa HA2 diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Lennox (2002) yang

menyatakan bahwa keterlambatan penerbitan opini audit yang berhubungan

dengan going concern dikarenakan auditor banyak melakukan pengujian,

manajemen mungkin melakukan negosiasi dengan auditor, dan auditor

Page 12: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

12

memperlambat penerbitan opini dengan harapan manajemen dapat memberikan

solusi dari masalah going concern yang dihadapinya. Adanya keterlambatan

dalam mengeluarkan laporan auditor menunjukkan bahwa perusahaan

memerlukan waktu untuk mengevaluasi perusahaan dan berusaha menghindari

penerimaan opini going concern yang nantinya akan berimbas pada penurunan

investor pada perusahaan itu sendiri.

Ha3 : Disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

Disclosure yang diukur memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,022.

Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,022 < 0,05, ini

menunjukkan bahwa Ha3 diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Haron et al. (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan yang tidak

mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus dan mengungkapkan dampak

kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya akan

meningkatkan kemungkinan menerima opini audit going concern. Disclosure atas

informasi dapat digunakan untuk membantu dalam memberikan gambaran yang

lebih jelas mengenai kondisi perusahaan sebenarnya.

Ha4 : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern

Opinion shopping yang diukur menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,036. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 berarti nilai 0,036 < 0,05,

ini berarti bahwa Ha4 diterima. Hasil ini mendukung temuan Lennox (2002) yang

menemukan bukti bahwa opinion shopping berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern.

Kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang

dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu dua cara : (1) perusahaan dapat mengancam

melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti mungkin dapat

mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika

auditor tersebut independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik

(auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan

menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini going concern. Argumen ini

disebut opinion shopping.

Ha5 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan

manajerial menunjukkan tingkat signifikansi 0,890 dimana lebih besar dari 0,05.

Karena tingkat signikansi sebesar 0,890 > 0,05, ini berarti bahwa Ha5 ditolak,

hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha5 yang diajukan. Hasil ini

tidak mendukung temuan dari Linoputri (2010) yang menunjukkan bahwa

perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang lebih besar kemungkinannya

kecil untuk menerima opini wajar dengan pengecualian. Tetapi hasil ini

mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Meskipun ada kepemilkan manjerial ternyata fungsi pengawasan yang ada belum

Page 13: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

13

menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk

kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.

Ha6 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel kepemilikan

institusional menunjukkan tingkat signifikansi 0,417 dimana lebih besar dari 0,05.

Karena tingkat signikansi sebesar 0,417 > 0,05, ini berarti bahwa Ha6 ditolak,

hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha6 yang diajukan. Hasil ini

mendukung temuan Januarti (2009) yang menyatakan bahwa meskipun ada

kepemilikan institusional ternyata fungsi pengawasan yang ada belum menjamin

untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena untuk kinerja

perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengujian dilakukan terhadap 11 perusahaan mining and mining services

(Pertambangan) yang memenuhi kriteria, sehingga jumlah sampel yang diteliti

sebanyak 44 buah (selama 4 tahun, periode 2008-2011).

2. Hasil pengukuran keseluruhan model (Overall Model Fit) yang dilihat dari

nilai Hosmer dan Lomeshow’s Goodness of Fit Test dan uji Log Likelihood

menunjukan bahwa model yang digunakan fit dengan data, berarti model

regresi dapat digunakan dan mampu untuk memprediksi nilai obeservasinya.

3. Berkaitan dengan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh

variabel independen (Nagelkerke R Square), model yang digunakan hanya

mampu menjelaskan fenomena tersebut sebesar 34,6% sementara 65,4% lagi

dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. kekuatan prediksi

dari model regresi yang digunakan dalam memprediksi variabel dependen

(Classification Table) adalah sebesar 46,2% untuk memprediksi penerimaan

opini going concern (GCAO) dan 93,5% untuk opini selain going concern

(NGCAO). Ketepatan prediksi secara keseluruhan model ini sebesar 79,5%.

4. Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh bukti

bahwa likuiditas, audit lag, disclosure dan opinion shopping berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kepemilikan

manajerial dan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini

audit going concern.

Saran

Pada peneltian selanjutnya, bisa menambahkan variabel lain, seperti

laporan arus kas yang menggambarkan aktifitas keuangan perusahaan yang

sebenarnya, rasio produktifitas, rasio aktifitas, serta struktur modal perusahaan

yang akan mempengaruhi profitabilitas. Bila memiliki banyak waktu, penelitian

selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan dan meneliti sampel

perusahaan dari dua jenis industri atau lebih, sehingga hasil temuan yang didapat

bisa mengeneralisir seluruh perusahaan go public di BEI.

Page 14: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

14

Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno dan Hoesada, jan. 2009. Bunga Rampai Auditing. Jakarta :

Salemba Empat.

Andreas. 2009. Tata Kelola Korporasi dan Masalah Keagenan di Indonesia.

Argitek YPN : Malang.

Belkaoui, Ahmed. R. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Buku Satu. Edisi

5. Jakarta : Salemba Empat.

Cooke, T.E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on

Disclosure in the Annual Reports of Japanes Listed Corporations.

Accounting and Business Research, London. Summer. Vol.22. Iss.87;

pp229, 9 pgs.

Chen, K C., Chruch, B K. 1992. Default on Debt Obligationts and The Issuance of

Going Concern of Going Concern Report. Auditing : Journal Practice and

Theory, Fall. pp 30-49.

Faizal, 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan, dan Mekanisme

Corporate Governance.” Paper ini disajikan pada Simposium Nasional

Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004.

Gaganis, Chrysovalantis and Fotios Pasiouras. 2007. “A Multivariate analisys of

the determinants of auditors’ opinions on Asian Banks”. Managerial

Auditing Journal, Vol. 22, No. 3: pp.268-287.

Geiger, M., K. Raghunandan, and D.V. Rama. 1996. “Going-Concern Audit

Report Recipients Before and After SAS No 59”. National Public

Accountant. pp 24-25.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Haron, Hasnah, Bambang Hartadi, Mahfooz Ansari and Ishak Ismail. 2009.

Factors Influencing Auditors' Going Concern Opinion. Asian Academy of

Management Journal, Vol. 14, No. 1, 1–19, January 2009. Universiti Sains

Malaysia : Pulau Pinang, Malaysia.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

XII. Palembang: 4-6 November.

Kadir, Abdul. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol 12 No 1. April.

Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor

Independence and Opinion Shopping.www.google.com (accessed 25

November 2012).

Lennox, Clive. 2004. “Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping:

Evidence from The UK?”. Journal of Accounting and Economics 29. pp

321-337.www.google.com. Di akses 23/11/2012.

Linoputri, Ferima Purmateti. 2010. Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi Universitas Diponegoro :

Semarang.

Page 15: Pengaruh likuiditas, audit lag, disclosure, opinion shopping dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern

15

McKeown, J.C., J.F. Mutchler, dan W Hopwood. 1991. “Toward An Explanation

of Auditor Failure to Modify The Audt Reports of Bankrupt Companies”.

Auditing : A Journal of Practice & Theory, Supplement. Pp 1-13.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1. Yogyakarta : Salemba Empat.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 2. Yogyakarta : Salemba Empat.

Praptitorini, Mirna dan Januarti, Indira. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,

Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going

Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).

Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

Purba, Marisi P. 2009. Asumsi Going Concern (Suatu Tinjauan Terhadap Dampak

Krisis Keuangan atas Opini Audit dan Laporan Keuangan). Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Perusahaan

Terhdap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Vol. 13. No. 2.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sulistyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Cakrawala. Jakarta.

Tamba, Revol Ulung Bisara. 2009. Pengaruh Debet Default, Kualitas Audit, dan

Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Universitas Sumatera Utara :

Medan.

Tanor, L.A.O. 2009. Pentingnya pengungkapan (Discosure) Laporan Keuangan

dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal Formas. Vol 2, No. 4

Juni 2009 hal 287-294.

Teoh, S. 1992. “Auditor Independence, Dismissal Threats, and The Market

Reaction to Auditor Switches”. Journal of Accounting Research 30. pp

1-23.

Ujiyantho, Muh. Arief dan Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi

X, Padang.

Warnida. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini

Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di

BEI). Jurnal Akuntansi dan Manajemen Juni Vol. 1, No. 1, ISSN 1858-

3687 hal 30-43.

Widyantari, A.A.Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi : Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia. Tesis Universitas Udayana: Denpasar.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.

Jakarta : Salemba Empat.