pengaruh latihan shadow menggunakan media untuk ...digilib.unila.ac.id/59354/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH LATIHAN SHADOW MENGGUNAKAN MEDIA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN FOOTWORK DAN STROKE PADA
PERMAINAN BULUTANGKIS USIA (16-18) EKSTRAKURIKULER
SISWA SMA NEGERI 1 NATAR
(Skripsi)
Oleh
Nando Kurniawan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGARUH LATIHAN SHADOW MENGGUNAKAN MEDIA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN FOOTWORK DAN STROKE
PADA PERMAINAN BULUTANGKIS USIA (16-18)
EKSTRAKURIKULER SISWA
SMA NEGERI 1 NATAR
Oleh
NANDO KURNIAWAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan shadow menggunakan
media untuk meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada permainan
bulutangkis usia (16-18) ekstrakurikuler siswa SMA Negeri 1 Natar. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen murni dengan sampel sebanyak 60 orang.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “ One-Group Pre-test Post-
test Design” menggunakan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan
keterampilan gerak Footwork dan Stroke, dengan validitas instrument sebesar r=
0,624. Teknik analisis data menggunakan Paired sampel T test pada taraf
signifikasi 0,05 atau 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung = 5,509 ≤ t
tabel = 2,002 maka tolak H0n dan terima H2 Ada perbedaan yang signifikan latihan
shadow menggunakan media dan kelompok kontrol untuk meningkatkan
kemampuan footwork dan stroke pada permainan bulutangkis ekstrakurikuler
SMA Negeri 1 Natar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Latihan Shadow
memberikan pengaruh yang baik untuk meningkatkan kemampuan Footwork dan
Stroke.
Kata kunci : footwork, latihan shadow, stroke.
ABSTRACT
THE EFFECT OF SHADOW EXERCISE USING MEDIA FOR
INCREASING FOOTWORK AND STROKE ABILITY IN BULUTANGKIS
GAME AGE (16-18) EXTRACURRICULAR OF SMA
NEGERI 1 NATAR STUDENTS
By
NANDO KURNIAWAN
This research aims to determine the effect of shadow exercises using media to
improve footwork and stroke abilities in badminton games age (16-18)
extracurricular of SMA Negeri 1 Natar students. This research is pure experiment
with a sample of 60 people. The design used in this research was "One-Group Pre-
test Post-test Design" using a control group. The instrument used are Footwork
and Stroke movement skills, with instrument validity of r = 0.624. The data
analysis technique used Paired T test samples at a significance level of 0.05 or
5%. The results of this research showed that t count = 5,509 ≤ t table = 2,002 then
reject H0n and accept H2 There was a significant difference in shadow training
using media and control groups to improve footwork and stroke abilities in
extracurricular badminton games at SMA Negeri 1 Natar. The results of this study
indicate that Shadow Exercises have a good influence on improving Footwork and
stroke ability.
Key word : footwork, shadow exercises, stroke.
PENGARUH LATIHAN SHADOW MENGGUNAKAN MEDIA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN FOOTWORK DAN STROKE
PADA PERMAINAN BULUTANGKIS USIA (16-18)
EKSTRAKURIKULER SISWA
SMA NEGERI 1 NATAR
Oleh
Nando Kurniawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Nando Kurniawan, lahir di Kota
Dalam, Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan, Provinsi Lampung pada tanggal 05 September
1997, sebagai anak Ketiga dari Bapak Aman Rusli dan Ibu
Yuliana Penulis mengecap Sekolah Dasar (SD) di SD
Negeri 1 Kota Dalam Kabupaten Lampung Selatan, diselesaikan pada tahun 2008,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Yadika Natar Kabupaten Lampung
Selatan diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Mutiara Natar Kabupaten Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unila melalui
jalur SBMPTN.
Dalam organisasi penulis pernah aktif di UKM tingkat universitas yaitu UKM
Bulutangkis pada periode 2014-2015, di tingkat fakultas penulis pernah aktif di BEM
(Badan Eksekuti Mahasiswa ) periode 2015-2016 menjadi Anggota muda, di tingkat
jurusan penulis aktif di HIMAJIP (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan)
periode 2015-2016 menjadi anggota bidang Sosial Masyarakat, Periode 2016 Penulis
di amanahkan sebagai ketua Bidang Dana dan Usaha HIMAJIP FKIP Unila.
Pada Tahun 2017, Melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan praktik mengajar
mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Sumber
Alam, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Sesungguhnya ALLAH SWT tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(QS. Ar Ra’d 13:11)
“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan karena Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”
(Nando Kurniawan)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:
Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tidak pernah
putus dan dukungan serta doa dalam setiap sujudnya demi keberhasilanku.
Alhamdulillahi jaza kumullahu khoiro atas semua cinta dan pengorbanan
serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu yang telah kau berikan kepadaku.
Do’a dan restumu sangat berarti bagi keberhasilanku kelak maka janganlah
berhenti untuk mendukungku dalam kebaikan.
Serta
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah pada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Pengaruh Latihan Shadow Menggunakan Media Untuk Meningkatkan
Kemampuan Footwork dan Stroke pada Permainan Bulutangkis usia (16-18)
Ekstrakurikuler Siswa SMA Negeri 1 Natar” Sebagai syarat meraih gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd. Selaku
Pembimbing Utama, Bapak Drs. Suranto, M.Kes. Selaku Pembimbing Kedua, dan
Bapak Drs. Surisman, M.Pd. Selaku Penguji Utama yang telah memberikan
perbaikan dan pengarahan kepada peneliti dalam penyempurnaan skripsi ini. Serta
tidak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Rektor Universitas Lampung
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Penjaskesrek
Universitas Lampung.
5. Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan Penjaskesrek Universitas Lampung, yang
telah membantu mengarahkan sampai skripsi ini selesai.
6. Bapak Aman Rusli dan Ibu Yuliana orang tua kandung penulis, Vidia Norita
(Mbak Kandung), Riski Vaurina (Mbak Kandung), dan Hesti Wika Sari (Adek
Kandung), yang telah memberikan doa, Motivasi, Semangat, Alhamdulillah
jaza kumullah khoiro atas dukungan dan kasih sayangnya.
7. Teman-teman seperjuangan di penjaskesrek 2014, Teman organisasi HIMAJIP
Universitas Lampung dan Sahabat-sahabatku LAPAH MIDER yang saya
cintai dan sayangi, Terimakasih untuk kebersamaannya serta kekompakan
yang terjalin selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat di tuliskan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalammualaikum, Wr. Wb.
Bandar Lampung, 02 Oktober 2019
Peneliti
Nando Kurniawan
NPM. 1413051055
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
G. Ruang Lingkup penelitian ...................................................................... 8
H. Penjelasan Judul ..................................................................................... 8
II. TINJUAN PUSTAKA
A. Hakikat Olahraga ................................................................................... 10
B. Pengertian Bulutangkis .......................................................................... 11
1. Komponen Biomotor Fisik Bulutangkis .......................................... 14
2. Teknik Dasar Bulutangkis ................................................................ 14
3. Teknik Pukulan Bulutangkis ............................................................ 15
C. Pembelajaran Motorik ............................................................................ 16
D. Proses Belajar Gerak .............................................................................. 18
E. Hakikat Media Pembelajaran ................................................................. 21
a. Pengertian Media ............................................................................. 21
b. Pengertian Media Pembelajaran ...................................................... 22
c. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran ....................................... 23
F. Hakikat Gerak Kaki (Footwork) ............................................................ 23
1) Pengertian Gerakan Kaki (Footwork) ............................................. 23
2) Tahapan Gerakan Kaki (Footwork) ................................................. 25
G. Stroke ...................................................................................................... 30
H. Konsep Latihan Shadow ......................................................................... 32
1. Pendekatan Shadow ......................................................................... 32
2. Pelaksanaan Latihan Shadow .......................................................... 33
I. Metode Pembelajaran Shadow ............................................................... 34
J. Hakikat Ekstrakurikuler Bulutangkis ..................................................... 37
K. Penelitian Relevan .................................................................................. 39
L. Kerangka Berfikir ................................................................................... 41
M. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 42
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................... 44
B. Populasi dan Sampel .............................................................................. 46
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 46
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 47
1. Instrumen Penelitian ......................................................................... 47
2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 49
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 51
F. Uji Prasyarat Analisis Data .................................................................... 51
1. Uji Normalitas .................................................................................. 51
2. Uji Homogenitas .............................................................................. 52
3. Uji Pengaruh ..................................................................................... 53
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 54
1. Deskripsi data ................................................................................... 54
2. Analisis Data .................................................................................... 57
a) Uji Normalitas .......................................................................... 57
b) Uji Homogenitas ...................................................................... 58
B. Uji Hipotesis ........................................................................................... 59
1. Hipotesis 1 ........................................................................................ 59
2. Hipotesis 2 ........................................................................................ 59
3. Hipotesis 3 ........................................................................................ 60
C. Pembahasan ............................................................................................ 61
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 63
B. Saran ....................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65
LAMPIRAN ...................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. 8 Pola Pendekatan Shadow .................................................................. 34
2. Rancangan Penelitian ........................................................................... 45
3. Instrumen Penilaian Keterampilan Gerak Footwork dan Stroke ......... 49
4. Tabulansi Hasil Penelitian Kelompok Model Latihan Shadow
Menggunakan Media dan Kontrol ....................................................... 54
5. Uji Normalitas ..................................................................................... 58
6. Uji Homogenitas .................................................................................. 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Konsep Olahraga .................................................................................. 11
2. Konsep 8 Arah Mata Angin dan mengambil shuttlecock .................... 25
3. Pergerakan ke Kiri Muka ..................................................................... 26
4. Pergerakan ke Kanan Muka ................................................................. 27
5. Pergerakan ke Samping Kiri ................................................................ 28
6. Pergerakan ke Samping Kanan ............................................................ 28
7. Pergerakan ke Kanan Belakang ........................................................... 29
8. Pergerakan ke Kiri Belakang ............................................................... 30
9. Pegangan Raket dan Arah Pukulan ...................................................... 31
10. Sikap Tubuh Pukulan Backhand, Forehand dan Overhead ................ 31
11. Kerangka Berfikir ................................................................................ 42
12. Hubungan Sebab Akibat Antara Variabel Bebas dan
Variabel Terikat ................................................................................... 44
13. Cara Oridinal Pairing .......................................................................... 46
14. Hasil Tes Awal dan Akhir Kelompok Model Latihan Shadow ........... 55
15. Grafik Peningkatan Hasil Footwork dan Stroke Kelompok
Model Latihan Shadow ........................................................................ 55
16. Hasil Tes Awal dan Akhir Kelompok Kontrol .................................... 56
17. Grafik Peningkatan Hasil Kemampuan Footwork dan Stroke
Kelompok Kontrol .............................................................................. 56
18. Perbedaan Hasil Tes Akhir Antar Kelompok Latihan Shadow
dan Kelompok Kontrol ........................................................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian Uji Coba Instrumen SMA Yadika Natar ........... 67
2. Surat Balasan SMA Yadika Natar ....................................................... 68
3. Surat Izin Penelitian SMA Negeri 1 Natar .......................................... 69
4. Surat Balasan SMA Negeri 1 Natar .................................................... 70
5. Tes Awal Hasil Kemampuan Footwork dan Stroke ............................ 71
6. Pembagian kelompok dengan Ordinal pairing ................................... 73
7. Tes akhir hasil kemampuan Footwork dan Stroke kelompok
Model Latihan Shadow ........................................................................ 74
8. Tes Akhir Hasil kemampuan Footwork dan stroke kelompok
Kontrol ................................................................................................ 75
9. Uji Normalitas data kelompok latihan shadow (tes awal
& akhir) ................................................................................................ 76
10. Uji Normalitas Data Kelompok kontrol (tes awal & akhir) ................ 77
11. Uji Homogenitas Tes awal kelompok latihan shadow dan
Kontrol ................................................................................................ 78
12. Uji Homogenitas Tes Akhir kelompok latihan shadow dan
Kontrol ................................................................................................ 80
13. Tabel uji hipotesis latihan Shadow menggunakan Media ................... 82
14. Tabel uji hipotesis kelompok kontrol .................................................. 84
15. Uji-t perbedaan tes akhir kelompok latihan Shadow menggunakan
Media dan kelompok kontrol .............................................................. 86
16. Tabel Z ................................................................................................ 88
17. Tabel Uji Normalitas ........................................................................... 89
18. Tabel Uji t ............................................................................................ 90
19. F Tabel α 0,05 ....................................................................................... 91
20. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 92
21. Program Latihan Shadow ..................................................................... 98
22. Pengolahan Data Uji Coba Instrumen .................................................. 111
23. Blanko Bimbingan ................................................................................ 115
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang populer dan memasyarakat di
Indonesia, dari mulai anak-anak sampai orang tua, mengingat olahraga
bulutangkis adalah salah satu olahraga prestasi. Liem Swie King, Susi Susanti,
Alan Budi Kusuma, dan Taufik Hidayat adalah atlet-atlet yang mampu
membawa nama Indonesia dalam kejuaran-kejuaran dunia dan berhasil meraih
prestasi yang membanggakan. Saat ini pemain-pemain muda penerus prestasi
Indonesia seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska
Kevin Sanjaya dan Marcus Fenaldi yang juga mulai memperlihatkan
prestasinya. Dari hasil tersebut prestasi olahraga bulutangkis dapat dilakukan
melalui program pembinaan dan pengembangan secara bertahap dan
berkesinambungan dengan didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) keolahragaan, sumber daya manusia (SDM), dan sember daya alam
(SDA) secara optimal.
Permainan bulutangkis adalah permainan individual yang dilakukan dengan cara
satu lawan satu yang disebut permainan tunggal, dan dua lawan dua yang disebut
permainan ganda dan ganda campuran. Permainan ini menggunakan raket
sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai objek pukul, dengan lapangan
2
persegi empat dan net sebagai pembatas. Tujuan permainan ini adalah untuk
mempertahankan shuttlecock agar tidak jatuh di lapangan sendiri dan berusaha
agar shuttlecock jatuh di daerah lapangan lawan.
Perkembangan bulutangkis di Indonesia sangat baik, hal ini didukung dengan
banyaknya pemusatan latihan oleh Pengurus Cabang Persatuan Bulutangkis
Seluruh Indonesia (PBSI) di setiap Kota dan Kabupaten. Sekolah ataupun klub
bulutangkis adalah salah satu tempat pembinaan atlet usia dini yang
keberadaanya sangat penting untuk menciptakan pemain-pemain muda yang
sangat diharapkan bagi perkembangan olahraga bulutangkis di masa yang akan
datang. Pembinaan atlet bulutangkis sebaiknya dilakukan secara berjenjang, baik
di sekolah, klub, maupun di pemusatan latihan di setiap daerahnya masing-
masing agar dapat mencapai prestasi yang maksimal. Sasaran latihan dan
program latihan yang dikemas secara bertahap sesuai kemampuan atlet adalah
hal yang paling penting agar hasil dari suatu proses latihan dapat tercapai dengan
baik.
Pembinaan yang dilakukan sejak dini adalah salah satu faktor utama untuk dapat
mencapai prestasi maksimal. Harsono (1988: 100) mengungkapkan bahwa ada
empat aspek latihan yang harus diperhatikan dan dilatih secara seksama yaitu,
latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan latihan mental. Oleh karena itu
keempat aspek tersebut harus dapat dilatihkan secara seksama demi tercapainya
prestasi yang maksimal. Pemanfaatan teknologi, variasi latihan, perubahan
keefesienan dan keefektifan suatu latihan bertumpu pada model latihan yang
diberikan. Akan tetapi hal ini sangat disayangkan karena pembinaan anak usia
3
dini masih kurang mampu dimanfaatkan dengan maksimal. Kenyataan ini terjadi
karena model latihan yang kurang efektif dan efisien. Salah satu faktor penting
dalam latihan bulutangkis adalah kelincahan, kelincahan dapat dilatih dengan
shadow badminton.
Latihan shadow badminton adalah salah satu latihan yang sederhana dalam
melakukannya, akan tetapai latihan ini sangat kurang maksimal dalam
pelaksanaanya. Salah satunya adalah dalam teknik kerja kaki ( footwork).
Menurut Muhajir (2004: 68) pada umumnya langkah-langkah dapat dibedakan
menjadi tiga teknik langkah yaitu, langkah berurutan, baik untuk langkah ke
depan, ke samping ataupun ke belakang kaki kanan dan kiri bergerak berurutan
atau berdampingan, langkah bergantian atau bersilangan (seperti berlari atau
berjalan), kaki kanan dan kiri bergantian melangkah, dan langkah lebar dengan
loncatan, satu atau dua langkah kecil dan diakhiri dengan langkah lebar dengan
jalan loncat. Menurut Sapta Kunta (2010: 27) model latihan footwork salah
satunya latihan shadow badminton. Shadow badminton berupa mengambil dan
meletakan shuttlecock di tepi-tepi lapangan bulutangkis, dan bergerak meniru
gerakan bayangan keenam sudut lapangan. Selain untuk melatih kecepatan dan
kelincahan juga melatih penguasaan lapangan dan melatih koordinasi gerak
sehingga dapat menjaga keseimbangan ketika terdapat bola-bola sulit saat dalam
permainan.
Metode latihan shadow cukup efektif untuk melatih footwork karena terdapat
banyak kombinasi dalam melatihkannya. Penerapan latihan kelincahan
menggunakan metode shadow teknik langkah bersilangan yang paling sering
4
dilakukan dibandingkan dengan teknik langkah berurutan. Hasil analisis
permainan yang ditampilkan oleh pemain profesional untuk pemain putra dari
berbagai Negara seperti Indonesia, India, Thailand dan Denmark teknik langkah
berurutan lebih banyak dilakukan, karena pengembalian shuttlecock lebih cepat.
Secara otomatisasi permainan bulutangkis ini sangat kompetitif dan dimainkan
selain dalam tempo cepat, tentunya keberhasilan menempatkan bola maupun
pengembalian bola yang baik akan mempersulit berhasilnya serangan lawan
yang dilakukan dengan pukulan-pukulan keras dan tipuan. Oleh karena itu
untuk bisa bermain bulutangkis dengan baik, selain kemampuan gerak dan fisik
yang prima juga harus didukung footwok dan stroke agar mampu menampilkan
kecakapan bergerak dalam penguasaan ruang atau sudut-sudut lapangan dalam
rangka pengembalian bola dari serangan lawan untuk tujuan meraih
kemenangan. Permasalahan yang terjadi di lapangan saat ini selain kurangnya
perhatian teknik dalam menentukan tujuan dari latihan shadow, kecepatan
adalah faktor yang selalu menjadi perhatian ketika melakukan latihan tersebut,
dan tanpa memperhatikan langkah kerja kaki (footwork) dan (Stroke).
Berdasarkan hasil Observasi menunjukan bahwa siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler bulutangkis dan melihat dari hasil pertandingan banyak sekali
kegagalan pemain itu dikarenakan banyak sekali terjadi bola-bola mati akibat
kelemahan pada aspek pergerakan (footwork) anak yang tidak menguasai segala
ruang atau sudut-sudut lapangan. Begitu juga tentang penguasaan pukulan
(stroke), rata-rata siswa masih melakukan teknik yang belum sempurna,
kalaupun berhasil mengembalikan bola lebih dominan bola itu menyangkut di
5
net atau bola keluar lapangan. Dari penemuan-penemuan tersebut seharusnya
pelatih dapat memanfaatkan model latihan menggunakan media dan
memusatkan pada kelemahan atlet.
Sebagaimana yang terjadi di SMA Negeri 1 Natar penerapan model latihan
shadow badminton kurang bervariasi. Kemampuan hasil dari latihan masih
beragam dan kurang maksimal terutama pada kelincahan kaki. Meskipun pelatih
sudah memberikan berbagai macam model latihan untuk meningkatkan
kelincahan. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti
bermaksud untuk mengusulkan suatu program latihan shadow menggunakan
Variasi model latihan pada Siswa ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar. Untuk
mendapatkan apakah ada peningkatan hasil latihan dari variasi model latihan dan
apabila ada peningkatan latihan shadow variasi Model latihan yang
meningkatkan kemampuan footwork lebih baik.
Dari permasalahan tersebut peneliti akan melakukan penelitian mengenai teknik
kerja kaki Variasi model latihan dalam latihan shadow dengan judul penelitian “
Pengaruh Latihan Shadow Menggunakan Media untuk meningkatkan
kemampuan Footwork dan Stroke pada permainan bulutangkis ekstrakurikuler
Siswa SMA Negeri 1 Natar”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut, antara lain:
1. Kurangnya kemampuan stroke bulutangkis siswa SMA Negeri 1 Natar.
6
2. Kurangnya kemampuan Footwork bulutangkis siswa SMA Negeri 1 Natar.
3. Belum adanya Model pembelajaran Footwork dan stroke bulutangkis di
SMA Negeri 1 Natar.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini untuk mengurangi kekhawatiran akan
semakin panjangnya masalah serta semakin meluasnya ruang lingkup dalam
penelitian ini. Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, maka masalah yang
akan dibatasi adalah pengaruh latihan shadow menggunakan media untuk
meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada permainan bulutangkis
ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar. Kemudian membandingkan pengaruhnya,
sehingga dapat diketahui peningkatan dari variasi latihan tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dirumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh latihan shadow menggunakan media untuk meningkatkan
kemampuan footwork dan stroke pada permainan bulutangkis
ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
2. Adakah perbedaan latihan shadow menggunakan media untuk
meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada permainan bulutangkis
ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
7
E. Tujuan Penelitian
Sesuai pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi model latihan shadow menggunakan
media untuk meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada
permainan bulutangkis ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan latihan shadow menggunakan
media untuk meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada
permainan bulutangkis ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat diperoleh kegunaan atau manfaat.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi kegiatan Ekstrakurikuler
SMA Negeri 1 Natar, untuk meningkatkan kemampuan footwork dan stroke
masing-masing kemampuan siswa sebagai bahan pertimbangan dalam
menemukan program latihan tambahan.
b. Bagi pembina ekstrakurikuler dapat memberikan gambaran tentang tingkat
kemampuan footwork dan stroke siswa peserta ekstrakurikuler, berupaya
untuk menentukan program latihan yang sesuai dengan keadaan siswa untuk
meningkatkan kemampuan footwork dan stroke tetap baik.
c. Bagi siswa dapat mengetahui tingkat kemampuan footwork dan stroke masing
masing sehingga dari hasil pengukuran mereka dapat mengatur program
latihan untuk diri sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing.
8
d. Sebagai bahan kajian dan penelitian pendidikan jasmani dan khususnya
kemampuan footwork dan stroke.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat penelitian dilaksanakan di Gedung serba Guna SMA Negeri 1
Natar.
2. Objek yang diamati adalah Latihan Shadow menggunakan 8 pola
Pendekatan Shadow.
3. Subjek yang diamati adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
bulutangkis di SMA Negeri 1 Natar.
H. Penjelasan Judul
1. Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau yang timbul dari sesuatu, seperti
orang benda yang turut membentuk watak, kepercayaan, atau perubahan
seseorang. Menurut Sugiyono (2015: 108) untuk mencari seberapa besar
pengaruh metode mengajar kosektual terhadap kecepatan pemahaman
murid, maka dalam penelitian ini yang dimaksud adalah suatu bentuk
latihan yang ada pengaruh terhadap Footwork dan Stroke.
2. Latihan Shadow atau latihan bayangan adalah melakukan gerakan seperti
sesungguhnya. Menurut Tahir Djide (1990: 83) Shadow Badminton
merupakan salah satu latihan dimana atlet akan melakukan gerakan semata-
mata atau seolah-olah atlet tersebut bergerak untuk memukul shuttlecock di
bagian mana saja di lapangan yang diinginkan oleh atlet tersebut.
3. Footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang dilakukan secara
harmonis untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa untuk
9
menghadapi shuttlecock, sehingga dapat melakukan pukulan dengan baik
dan selalu dalam keadaan seimbang. Menurut Sapta Kunta (2010: 26)
Footwork adalah kemampuan kaki menopang tubuh untuk bergerak ke
segala arah dengan cepat, sehingga dapat memposisikan tubuh sedemikian
rupa agar dapat melakukan gerakan memukul dengan efektif.
4. Stroke adalah Keterampilan dalam memukul shutlecock atau sering disebut
teknik pukulan bulutangkis. Menurut Herman Subarjah (2000: 33)
menjelaskan bahwa “ untuk dapat memainkan permainan bulutangkis
dengan baik seorang pemain harus memainkan permainan bulutangkis
dengan baik seorang pemain harus mampu melakukan beberapa teknik
pukulan atau keterampilan gerak memukul”.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Olahraga
Apabila kita mempelajari sejarah perkembangan olahraga, maka konsep
tentang olahraga tidak selalu sama dan sukar difahami. Namun demikian,
olahraga telah menjadi salah satu pembicaraan orang sehari-hari. Pada
umumnya orang memiliki pengertian yang berbeda tentang olahraga walaupun
mereka menganalisis bagian-bagian konsep tetapi tetap mengandung banyak
kebimbangan karena adanya perbedaan-perbedaan pendapat tersebut.
Mungkin aspek yang paling mengacaukan orang adalah hubungan antara
konsep-konsep yang serupa. Kita ketahui bahwa pendidikan jasmani adalah
salah satu dari konsep-konsep yang mempunyai hubungan erat. Sekurang-
kurangnya ada dua konsep lain yang tidak dapat dihindari hubungannya dengan
olahraga, yang mempunyai sumbangan besar dalam membawa konsep olahraga
kearah focus yang lebih jelas Ada : bermain (play) dan permainan (games).
Sesungguhnya sukar sekali membicarakan olahraga tanpa berfikir tentang
bermain dan permainan baik satu persatu maupun kedua-keduanya secara
bersamaan.
11
Gambar 1. Konsep Olahraga.
Konsep-konsep yang akan dibahas dalam bab ini, ialah bermain sebagai hal
yang paling umum dan mendasar. Olahraga memperoleh nilai sentralnya dari
bermain. Permainan adalah bermain yang telah mempunyai bentuk atau
peraturan-peraturan. Namun demikian, kesemuanya itu tidak sederhana seperti
nampaknya. Karna itu perlu adanya analisis tentang bermain, permainan dan
olahraga sebelum kita dapat memulai menetapkan apa hakikat olahraga, dan
bagaimana menentukan hubungan antara olahraga dengan konsep-konsep lain
yang ada itu.
B. Pengertian Bulutangkis
Menurut Tony Grice (2004: 1) bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang
terkenal di dunia. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur,
berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini
didalam atau diluar ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan.
Bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket,
dan shuttlecock dengan teknik pemukulan yang bervariasi mulai dari yang
relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan.
Olahraga
Bermain
(play)
Permainan
(games)
12
Menurut Herman Subarjah (2000: 13) menyatakan bahwa permainan
bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat
dilakukan oleh satu orang melawan satu orang, dan dua orang melawan dua
orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock
sebagai objek pukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi
oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah
permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk
menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan
tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan
sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain berusaha
agar shuttlecock tidak menyentuh lantai didaerah permainan sendiri. Apabila
shuttlecock jatuh dilantai atau menyangkut di net, maka permainan berhenti.
Menurut Herman Subardjah (2000: 13) menjelaskan bahwa tujuan permainan
bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah
permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock
dan menjatuhkannya di lapangan sendiri. Maka pemain harus berusaha secepat
mungkin mengembalikan shuttlecock ke daerah lapangan lawan dan berusaha
untuk menyulitkan lawan dalam pengembalian shuttlecock.
Menurut Herman Subarjah (2000: 14) “bulutangkis adalah permainan yang
memerlukan keterampilan gerak yang bersumber dari tiga keterampilan dasar
yaitu, lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif”. Gerak lokomotor terdapat
gerakan menggeser, melangkah, berlari, berbalik arah, memutar badan, dan
melompat. Gerak non-lokomotor terlihat dari sikap berdiri, misalnya saat
13
menerima servis, saat melakukan servis, menjangkau, dan saat siap berdiri di
lapangan, sedangkan gerak manipulatif yaitu, gerakan memukul shuttlecock
dari berbagai posisi.
Menurut Herman Subardjah (2000: 17) power dan fleksibilitas juga dibutuhkan
dalam bulutangkis. Untuk pukulan serangan yang keras dan jauh dari
jangkauan lawan seperti yang dilakukan Liem Swie King. Peran fleksibilitas
dalam bulutangkis untuk keluesan gerak persendian saat jangkauan shuttlecock
sulit dan jauh dari jangkauan, seperti yang sering dilakukan Susi Susanti yaitu
gerakan “Split”. Menurut Sapta Kunta (2010: 1) “pemain bulutangkis dituntut
untuk mengembangkan kompenen fisik yang diantaranya, kelincahan, daya
tahan otot, daya tahan cardiovascular, kekuatan, power, kecepatan, fleksibilitas
dan komposisi tubuh”.
Prasarana dan sarana dan ukuran standar dalam permainan bulutangkis :
a. Lapangan : Panjang = 13, 40 meter, Lebar = 6,10 meter.
b. Tinggi jaring : Tinggi tiang 155 cm dari lantai, dan tiang harus kuat untuk
menahan jaring (Net) supaya tetap tegak dan tidak mengendor, serta
penempatannya harus tepat di atas garis keliling samping lapangan.
c. Jaring (Net) : Jaring terbuat dari tali hakus yang disamak (dianyam), jarak
lubang-lubang jala antara 19 mm, dan jaring harus ditarik kuat untuk
menghubungkan kedua tiang, dan lebarnya 75 cm bagian atas jaring
tingginya ditengah lapangan harus 152 ½ dari lantai dan 155 cm dari bagian
tiang.
14
d. Bola (shuttlecock) : Berat bola antara 4,75-5,51 gram, mempunyai 14 s/d 16
bulu yang ditancapkan kedalam gabus yang bergaris tengah 21/2 cm
panjang bulu antara 0,064 – 0,070 mm.
1. Komponen Biomotor Fisik Bulutangkis
Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 1) Pemain bulutangkis dituntut untuk
mengembangkan komponen fisik yang diantarnya, (1) kelincahan, (2) daya
tahan, (3) kekuatan, (4) power, (5) kecepatan, dan (6) fleksibilitas.
2. Teknik Dasar Bulutangkis
Teknik dasar yang dimaksud bukan hanya pada penguasaan teknik memukul,
tetapi juga melibatkan teknik-teknik yang berkaitan dengan permainan
bulutangkis. Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 13-15), menjelaskan bahwa
ada empat macam teknik dasar keterampilan bulutangkis yang harus dikuasai
oleh seorang pemain bulutangkis, antara lain sikap berdiri (Stance), teknik
memegang raket, teknik memukul bola, dan teknik langkah kaki (Footwork).
Sebagaimana karakteristik permainan bulutangkis mengandung unsur
ketrampilan gerak, yaitu berupa teknik dasar memegang raket, pukulan
pertama (Service), pukulan melampaui kepala (Overhead Stroke), dan pukulan
dengan ayunan rendah (Underhead Stroke) di dalam permainan bulutangkis.
Bermacam-macam teknik pukulan diantaranya : overhead, lob, dropshoot,
smash, netting, backhand, forehand.
15
3. Teknik Pukulan Bulutangkis
Untuk dapat menguasai teknik dasar tersebut perlu kaidah-kaidah yang harus
dilaksanakan dalam latihan, sehingga menguasai tingkat keterampilan yang
baik. Ada enam macam teknik dasar pukulan dalam permainan bulutangkis
antara lain:
a. Servis
Service merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan
nilai, karena pemain yang melakukan service dengan baik dapat
mengendalikan jalannya permainan. Dalam permainan bulutangkis ada dua
macam service, yaitu service panjang dan service pendek.
b. Pukulan Lob
Pukulan lob merupakan suatu pukulan dalam permainan bulutangkis yang
dilakukan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah
jauh ke belakang garis lapangan. Untuk melakukan pukulan lob ada dua
cara yaitu overhead lob dan underhand lob.
c. Pukulan Smash
Pukulan smash merupakan pukulan overhead yang mengandalkan kekuatan
dan kecepatan lengan serta lecutan pergelangan tangan agar bola meluncur
tajam menukik. Baik smash lurus maupun smash silang, keduanya dapat
dipukul dengan ayunan yang sama.
d. Drop Shot
Drop shot merupakan pukulan menyerang dengan menempatkan bola tipis
dekat dengan jaring pada lapangan lawan. Drop shot mengandalkan
16
kemampuan feeling dalam memukul bola sehingga arah dan ketajaman bola
tipis di atas net serta jatuh dekat net.
e. Pukulan Drive
Pukulan drive adalah pukulan yang dilakukan dengan cara menerbangkan
shuttlecock secara mendatar, ketinggiannya menyusur di atas net dan sejajar
dengan lantai.
f. Netting
Netting adalah pukulan pendek yang dilakukan di depan net dengan tujuan
untuk mengarahkan bola setipis mungkin jaraknya dengan net di daerah
lawan.
C. Pembelajaran Motorik
Pembelajaran motorik adalah suatu upaya mengubah perilaku motorik melalui
kondisi dan situasi yang sengaja diciptakan agar proses perubahan menjadi
efektif dan efisien (Rahyubi, 2012: 209). Selanjutnya Magill (2007: 247)
menyatakan bahwa belajar gerak adalah perubahan dalam kemampuan
seseorang untuk melakukan keterampilan yang harus disimpulkan dari
peningkatan yang relatif permanen dalam kinerja sebagai hasil dari praktik atau
pengalaman. Pembelajaran gerak adalah serangkaian proses yang berkaitan
dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang akan menyebabkan
perubahan dalam kemampuan individu untuk bisa menampilkan gerak yang
terampil.
Selanjutnya Richard (2005: 302) menyatakan bahwa “Motor learning is a set
of processes with practice or experience leading relatively permanent change
17
in the capability for movement ”. Belajar gerak adalah serangkaian proses
dengan latihan atau pengalaman, yang mengarah kepada perubahan-perubahan
yang relatif permanen dalam kemampuan untuk bergerak. Secara umum,
definisi yang diajukan Richard diatas, mengandung 2 aspek penting sebagai
berikut:
a. Belajar Motorik adalah hasil langsung dari latihan atau pengalaman
perkembangan kemampuan memang bisa berkembang tanpa dilatih.
Kemampuan tersebut berkembang misalnya, karena pengaruh kematangan
dan pertumbuhan. Perubahan kemampuan semacam ini tentu akan
meningkatkan keterampilan, walaupun hanya sampai pada batas minimal.
Perubahan keterampilan atlet karena faktor kematangan atlet, jelas tidak
bisa dikatakan sebagai hasil belajar. Hal ini disebabkan perubahan tersebut
bukan karena hasil dari latihan.
b. Belajar Motorik Tidak Teramati Secara Langsung
Ketika latihan berlangsung, terjadi banyak perubahan dalam sistem syaraf
pusat. Perubahan tersebut terjadi karena penganyaman berbagai
kemampuan dan pengalaman gerak dalam sistem memori otak. Proses
inilah yang biasanya memantapkan perubahan yang terjadi agar relatif
menetap. Proses demikian umumnya tidak bisa langsung teramati. Apa
yang bisa dilakukan adalah dengan cara melihat perubahan-perubahan
yang terjadi lewat penampilan gerakannya yang tampak lebih baik.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka disimpulan bahwa pembelajaran
motorik adalah suatu proses pengubahan perilaku gerak atlet melalui latihan
atau pembekalan pengalaman yang sengaja dirancang melalui aktivitas
18
bermain, agar proses perubahan keterampilan gerak menjadi efektif dan
efisien. Peserta didik yang melakukan proses pembelajaran motorik dengan
baik dan benar akan mengalami suatu perubahan , misalnya dari “tidak bisa”
menjadi “bisa”, dari “tidak terampil” menjadi “terampil”, berkaitan dengan
kemampuan gerak.
D. Proses Belajar Gerak
Proses belajar gerak menurut Herman Tarigan (2019: 39) adalah Segala
tindakan untuk mencapai suatu tujuan selalu memerlukan proses, dan proses itu
berlangsung dalam bentuk rangkaian kejadian dari waktu ke waktu. Proses
belajar gerak juga berlangsung dalam rangkaian kejadian dari waktu kewaktu.
Apa yang terjadi pada diri pelajar bisa dilihat dari segi tahapan apa yang
dilakukan dan yang bisa dicapai apabila ia melakukan kegiatan belajar gerak
secara terus-menerus. Proses belajar gerak yang bertujuan untuk menguasai
gerakan keterampilan berlangsung dalam 3 tahapan atau fase, yaitu:
a) Fase Kognitif
b) Fase Asosiatif
c) Fase Otonom
1. Fase Kognitif
Fase kognitif merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan.
Disini anak berusaha untuk memahami bentuk gerakan yang dipelajari,
kemudian mencoba untuk melakukan berulang-ulang. Pada fase ini
efektifitas kognitif atau aktivitas berfikir masih menonjol karena harus
berusaha memahami bagaimana bentuk gerakan dan bagaimana harus
19
melakukannya. Pada saat anak mencoba berulang-ulang melakukan gerakan,
gerakannya masih sangat dipengaruhi oleh fikirannya. Ia berusaha
menampilkan bayangan gerakan yang ada dalam fikirannya ke dalam
gerakan tubuh yang senyatanya.
Untuk menampilkan bayangan gerakan ke dalam gerakan yang senyatanya,
pada awalnya seringkali anak masih mengalami kesulitan. Namun dengan
cara mengulang-ulang melakukan bagian demi bagian gerakan, ia akan
semakin mampu melakukannya dengan bentuk gerakan yang makin
menyerupai dengan gerakan yang dibayangkan. Pada fase kognitif, apabila
gerakan keterampilan yang dipelajari cukup rumit dan meliputi rangkaian
gerakan yang bermacam-macam, didalam mempraktekkannya dilakukan
dengan cara mempraktekkan bagian demi bagian gerakan. Dengan demikian
anak akan lebih mudah menguasainya.
2. Fase Asosiatif
Fase asosiatif merupakan fase kedua dalam belajar gerak keterampilan.
Yang membatasi antara fase kognitif dan fase asosiatif adalah dalam hal
rangkaian gerakan yang bisa dilakukan oleh anak. Pada fase asosiatif, anak
sudah sampai pada taraf merangkaikan bagian-bagian secara keseluruhan.
Merangkaikan bagian-bagian gerakannya sudah bisa dilakukan terlebih
dahulu.
Pada fase asosiatif ini, dengan cara melakukan rangkaian gerakan secara
berulang-ulang, penguasaan atas gerakan akan semakin meningkat.
Peningkatan penguasaan atau keterampilan gerak akan nampak dalam hal :
20
gerakan makin lancar, makin sesuai dengan kemauan atau makin sesuai
dengan bayangan gerakan yang ingin dilakukan, kesalahan gerakan makin
berkurang dan makin konsisten, dan pelaksanaannya makin halus. Setelah
anak mampu melakukan rangkaian gerakan dengan baik, ia kemudian
memasuki fase yang terakhir yaitu fase otonom.
3. Fase Otonom
Fase otonom merupakan fase akhir dalam belajar gerak keterampilan. Pada
fase ini anak mencapai tingkat penguasaan gerakan yang tertinggi. Anak
bisa melakukan rangkaian gerakan keterampilan secara otonom dan secara
otomatis. Gerakan bisa dilakukan secara otonom artinya adalah bahwa anak
mampu melakukan gerakan keterampilan tertentu walaupun pada saat
bersamaan ia harus melakukan aktivitas lainnya. Misalnya pada pemain
bolavoli, ia harus melakukan smash dengan baik walaupun harus sambil
memperhatikan posisi pengeblok dan mencari posisi lawan yang lemah.
Sedangkan gerak yang bisa dilakukan secara otomatis adalah gerakan yang
bisa dilakukan seperti yang dikehendaki walaupun ia tidak memikirkan
unsur-unsur bentuk gerakan yang ingin dilakukan itu. Misalnya pada
pemain bolavoli yang mendapatkan umpan, begitu ia mengamati situasi
permainan dan memutuskan bahwa harus melakukan smash pool, maka
tanpa berfikir smash poll itu gerakannya bagaimana, ia mampu
melakukannya dengan baik.
21
E. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
„Tengah‟,‟perantara‟ atau „pengantar‟ Azhar Arsyad (2006: 3). Sedangkan
menurut Pujiriyanto (2012: 19) Dalam bahasa arab media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi teknologi dan
komunikasi pendidikan (Assosiation of Education an Communication
Technology / AECT) dalam (Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo
(2010:121) Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi. Sejalan dengan batasan ini Hamidjojo
dalam (Azhar Arsyad 2006: 4) memberi batasan media sebagai semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat
yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Berbeda batasan yang diberikan oleh Asosiasi pendidikan Nasional
(National Education Associaation/NEA). Dikatakan bahwa media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar
dan dibaca.
Dari berbagai definisi media yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat
ditarik kesimpulan media adalah perantara untuk menyampaikan informasi
dari pengirim ke penerima dengan menggunakan berbagai peralatan yang
ada, sehingga informasi tersebut dapat tersampaikan.
22
b. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat digunakan sebagai salah satu alat komunikasi
dalam pembelajaran. Menurut Pujiriyanto (2012: 20) media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan informasi serta
mengandung materi instruksional dalam proses pembelajaran sehingga
dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran juga merupakan
media komunikasi karena, pendidikan adalah proses komunikasi. Menurut
Azhar Arsyad (2006: 4) Media pembelajaran diartikan sebagai media yang
membawa pesan-pesan atau mengandung maksud pengajaran.
Menurut Zainal Arifin & Adhi Setiyawan (2012: 126) Media pembelajaran
adalah suatu alat yang dapat membantu supaya terjadi proses belajar.
Dengan menggunakan media pembelajaran, peserta didik akan memperoleh
berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran dapat diserap dengan
mudah dan lebih baik.
Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat simpulkan bahwa media
pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan yang
diintegrasikan dengan tujuan dan isi dari pengajaran supaya terjadi proses
belajar. Media pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu proses
belajar mengajar menjadi efektif. Media pembelajaran yang dihasilkan
dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran berbasis Flash yang terdiri
dari gambar, video dan animasi. Gambar, video dan animasi akan
diintegrasikan menjadi satu dalam bentuk software yang dapat digunakan
dikomputer.
23
c. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar,
harapannya tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. Menurut Jamil
Suprihatiningrum (2013: 19) Media pembelajaran memiliki enam fungsi
utama sebagai berikut :
1) Fungsi atensi, menarik perhatian siswa dengan menampilkan
sesuatu yang menarik dari media tersebut.
2) Fungsi motivasi, menumbuhkan kesadaran siswa untuk lebih giat
belajar.
3) Fungsi afeksi, menumbuhkan kesadaran emosi dan sikap siswa
terhadap materi pelajaran dan orang lain.
4) Fungsi kompensatori, mengakomodasi siswa yang lemah dalam
menerima dan memahami pelajaran yang disajikan secara teks
atau verbal.
5) Fungsi psikomotorik, mengakomodasi siswa untuk melakukan
suatu kegiatan secara motorik;
6) Fungsi evaluasi, mampu menilai kemampuan siswa dalam
merespon pembelajaran.
Beberapa pendapat yang telah dikemukakan tentang manfaat media
pembelajaran terbukti dapat meningkatkan motivasi dan minat peserta didik
terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan adanya
media pembelajaran informasi yang diberikan menjadi lebih jelas karena
dapat memberikan gambaran jelas tentang objek atau benda-benda yang
telalu besar atau kecil, kejadian langka yang terekam oleh video bahkan
objek-objek yang rumit.
F. Hakikat Gerakan Kaki (Footwork)
1) Pengertian Gerakan Kaki (Footwork)
Dalam permainan bulutangkis kaki berfungsi sebagai penopang tubuh untuk
bergerak ke segala arah dengan cepat, sehingga dapat memposisikan tubuh
24
sedemikian rupa supaya dapat melakukan gerakan pukulan yang efektif.
Gerakan kaki atau langkah kaki dalam permainan bulutangkis sering
diistilahkan footwork.
Menurut Herman Subardjah (2000: 27) footwork adalah gerakan-gerakan
langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan
sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan
memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya. Pada hakikatnya langkah
kaki merupakan modal pokok untuk dapat memukul bola dengan tepat,
langkah kaki yang ringan dan luwes akan memudahkan seseorang bergerak
datang ke tempat bola datang dan bersiap memukulnya. Footwork atau olah
kaki yang baik bertujuan agar pemain dapat berpindah tempat atau bergerak
seefisien mungkin ke semua bagian lapangan.
Menurut Sapta Kunta (2010:26) berpendapat bahwa :
Prinsip dasar footwork dalam permainan bulutangkis adalah kaki yang
sesuai dengan tangan yang digunakan untuk memegang raket saat
memukul selalu berakhir sesuai arah tangan tersebut. Misalnya tangan
memukul ke arah depan net, maka langkah akhir kaki yang sesuai
tangannya juga didepan, demikian pula saat memukul bola didaerah
belakang maka langkah akhir kaki yang sesuai tangannya juga
dibelakang.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa footwork dalam
bulutangkis adalah gerakan – gerakan kaki yang dilakukan secara
harmonis untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa untuk
mengahadapi shuttlecocks, sehingga dapat melakukan pukulan dengan
baik dan selalu dalam keadaan seimbang. Tujuannya adalah agar pemain
dapat seefisien mungkin ke segala arah dari lapangan permainan, juga
berfungsi untuk menghasilkan pukulan berkualitas dan terarah, apabila
25
footwork tersebut dilakukan dengan posisi baik. Model dibawah ini adalah
seorang pemain melakukan gerakan-gerakan melatih kelincahan Footwork
konsep 8 arah mata angin dan drills bergerak ambil media.
Gambar 2. Konsep 8 arah mata angin dan mengambil shuttlecock.
2) Tahapan Gerakan Kaki (Footwork)
Dalam permainan bulutangkis gerakan kaki juga mempunyai peranan yang
sangat penting, karena permainan ini adalah permainan yang cepat dan
mengusahakan shuttlecock tidak jatuh di daerah permainan sendiri, sehingga
setiap pemain selalu berusaha untuk begerak ke segala arah dengan cepat.
Oleh karena itu gerakan kaki (footwork) yang baik dan benar sangat dituntut
dalam permainan ini. Footwork terdiri dari beberapa gerakan-gerakan yang
harus dilaksanakan menjadi satu rangkaian gerakan yang harmonis. Untuk
dapat menguasai gerakan kaki (footwork), peserta harus menguasai setiap
tahapan gerakan. Adapun tahapan gerakan kaki (footwork) sebagai berikut :
1. Posisi siap
Berdirilah dengan kaki berjajar, dalam posisi terbuka lebih lebar sedikit
dari bahu. Lutut menekuk dan berat badan berada pada bagian telapak
kaki sebelah muka, dekat pangkal ibu jari. Raket biasanya dipegang
26
mengarah ke atas dan kepala raket sedikit pada posisi backhand dari
tubuh.
2. Pola gerakan
Footwork dalam bulutangkis mempunyai beberapa pola atau arah
gerakan, yaitu sebagai berikut :
a. Pergerakan ke kiri muka
Gerakan ini dilakukan untuk pukulan backhand underhand net atau
clear. Tahapan gerakannya sebagai berikut (James Poole, 2016:49) :
Gambar 3. Pergerakan ke kiri muka
Sumber : James Poole (2016: 49)
Keterangan :
1. Langkah pertama adalah langkah kecil ke arah kiri muka.
2. Langkah kedua adalah langkah panjang dengan kaki kanan, ibu jari
kaki kanan akan menunjuk ke sudut kiri dari jaring, berat badan
pemain akan berpindah ke kaki kanan pada saat raket bergerak ke
posisi siap untuk memukul, tubuh bagian atas (mulai batas pinggang)
akan membungkuk ke muka.
3. Langkah berikutnya merupakan langkah panjang atau langkah pendek
dari kaki kiri, ini tergantung berapa jauh harus bergerak menuju
shuttlecock.
4. Langkah terakhir harus selalu merupakan langkah kaki kanan (kaki
raket). Berat badan akan berpindah ke kaki kanan pada saat
melakukan pukulan backhand underhand drop atau clear. Kaki akan
terentang terbuka, berjauhan antara kaki kanan dan kiri, posisikan kaki
kiri lebih dekat ke tengah lapangan daripada kaki kanan.
5. Kembalilah ke tengah lapangan, tarik mundur kaki kanan dan kembali
ke tengah lapangan dengan langkah mundur pendek–pendek, ambilah
posisi siap.
27
b. Pergerakan ke kanan muka
Gerakan ini dilakukan untuk pukulan forehand underhand net atau clear.
Tahapan gerakannya sebagai berikut (James Poole, 2016:50) :
Gambar 4 : Pergerakan ke Kanan Muka
Sumber : James Poole (2016: 50)
Keterangan :
1. Langkah pertama adalah langkah panjang ke kanan muka.
2. Langkah kedua dengan kaki kiri, merupakan langkah panjang dengan
ibu jari kaki menunjuk ke ujung kanan dari jaring. Raket harus
digerakan ke posisi untuk memukul dan berat badan berpindah ke kaki
yang berada di depan. Tubuh (mulai batas pinggang ke atas)
membungkuk ke depan.
3. Langkah berikutnya berupa langkah panjang dengan kaki kanan atau
merupakan langkah kecil menggeser, tergantung berapa jauh
mencapai shuttlecock.
4. Langkah terakhir anda harus selalu merupakan langkah dengan kaki
kanan, pada saat melakukan pukulan forehand underhand net atau
clear, kaki akan terentang lebar dengan kaki kanan berada lebih dekat
dengan net.
5. Untuk kembali ke tengah lapangan, tariklah ke belakang kaki kiri dan
lakukan langkah-langkah pendek, kembalilah ke posisi siap.
c. Pergerakan ke samping kiri
Gerakan ini dilakukan untuk mengembalikan pukulan smash atau pukulan
drive dari sisi backhand. Tahapan gerakannya sebagai berikut (James
Poole, 2016: 51) :
28
Gambar 5 : Pergerakan ke samping kiri
Sumber : James Poole (2016: 51)
Keterangan :
1. Kaki kiri melangkah mundur untuk mempersiapkan langkah ke arah
samping. Berat badan anda akan berpindah ke kiri pada saat kaki kiri
mundur. Bahu anda akan berputar sehingga bahu kanan mengarah ke
net dan bahu kiri mengarah ke belakang.
2. Langkah kedua suatu langkah panjang ke arah kiri lapangan dengan
kaki kanan sedemikian rupa sehingga ibu jari menunjuk ke garis
samping kiri lapangan. Bahu sejajar dengan garis samping kiri ini,
pada saat raket bergerak ke posisi memukul.
3. Akhirilah selalu dengan berat badan anda pada kaki kanan, pada saat
melakukan pukulan. Kaki anda akan terentang dan terbuka dengan
posisi kaki kiri lebih dekat ke tengah lapangan.
4. Untuk kembali ke tengah lapangan, tariklah kaki kanan kemudian
kaki kiri anda (sambil kaki kiri berputar menghadap net kembali).
Kalau perlu lakukan langkah-langkah pendek menggeser, untuk
kembali ke posisi siap.
d. Pergerakan ke samping kanan
Gerakan ini dilakukan untuk mengembalikan pukulan smash dan pukulan
drive pada sisi forehand. Tahapan gerakannya sebagai berikut (James
Poole, 2016: 51)
Gambar 6 : Pergerakan ke samping kanan
Sumber : James Poole (2016: 51)
29
Keterangan :
1. Langkah pertama dilakukan dengan kaki kanan. Bahu agak berputar
sehingga bahu kiri menunjuk ke arah tengah-tengah jaring dan bahu
kanan mengarah ke sudut kanan belakang lapangan. Berat badan
akan berada di muka kaki kanan anda. Lutut anda agak menekuk
dengan ujung ibu jari kaki kanan menunjuk ke arah garis samping
kanan.
2. Langkah kedua adalah langkah kaki kiri yang bergerak dengan
menggeser (kaki kiri bergerak ke arah tumit kaki kanan).
3. Langkah terakhir selalu dilakukan oleh kaki kanan pada saat raket
digerakan ke posisi memukul. Kaki terentang terbuka dan kaki kiri
berada lebih dekat ke tengah lapangan.
4. Kembalilah ke tengah lapangan setelah pukulan anda lakukan,
tariklah kaki kanan anda dan bergeraklah ke posisi di tengah dengan
melakukan langkah–langkah pendek menggeser.
e. Pergerakan ke kanan belakang
Gerakan ini dilakukan untuk pukulan overhead. Tahapan gerakannya
sebagai berikut (James Poole, 2016: 52) :
Gambar 7 : Pergerakan ke kanan belakang
Sumber : James Poole (2016: 52)
Keterangan :
1. Putarlah kaki kiri ke arah kanan, melangkahlah dengan kaki anda ke
arah sudut kanan belakang lapangan anda. Bahu harus berputar
sehingga bahu kanan menunjuk ke arah sudut kanan belakang
lapangan.
2. Langkah kedua dilakukan kaki kiri dengan menggeser ke dekat ibu
jari kaki kanan. Berat badan anda sebanyak mungkin bersandar ke
kaki kanan anda.
3. Menggeserlah dengan langkah–langkah pendek bergantian dengan
kaki kanan dan kiri sehingga anda berada di belakang arah jatuh
shuttlecocks, di dekat sudut kanan belakang lapangan. Pada saat
pukulan dilakukan, berat badan berpindah dari kaki kanan ke kaki
30
kiri. Pinggul dan bahu berputar sehingga menjadi sejajar dengan net
pada saat raket menyentuh shuttlecocks.
4. Lakukanlah langkah–langkah pendek untuk kembali ke posisi siap
ditengah lapangan.
f. Pergerakan ke kiri belakang
Gerakan ini dilakukan untuk pukulan round the head (pukulan di atas
kepala), tahapan gerakannya sebagai berikut (James Poole, 2016: 52) :
Gambar 8 : Pergerakan ke kiri belakang
Sumber : James Poole (2016: 52)
Keterangan : 1. Lakukan langkah pendek mundur ke arah sudut kiri dengan kaki kiri.
2. Kemudian lakukanlah langkah mundur dengan kaki kanan.
3. Lakukanlah langkah–langkah mundur dengan kaki kanan dan kiri ke
arah sudut kiri belakang sampai anda mencapai posisi yang tepat untuk
memukul shuttlecocks.
4. Langkah terakhir ke arah belakang harus merupakan langkah lompat
dari kaki kanan ke kaki kiri. Bahu dan pinggul berputar sehingga bahu
kanan dan kaki kanan bergerak maju ke arah jaring dan bahu kiri
menunjuk ke garis belakang. Kaki kanan diangkat ke udara untuk
mengatur keseimbangan tubuh. Berat badan berada di kaki kiri. Raket
diayunkan di atas kepala untuk melakukan pukulan. Pada saat pukulan
dilakukan berat badan berpindah dari kaki kiri ke muka, ke kaki kanan,
dan bahu kanan bergerak ke muka.
5. Langkah–langkah kecil dengan kaki kanan dan kiri digunakan untuk
kembali ke posisi tengah lapangan atau posisi siap.
G. Stroke
Stroke adalah gerakan raket pemain dengan niat untuk memukul shuttlecock
arah backhand, forehand dan overhead. Pembelajaran stroke sebaiknya
31
bervariasi untuk mendapatkan penguasaan cara memegang raket, menguasai
footwork, dan seluruh teknik dasar (basic stroke) dengan baik, agar selanjutnya
dapat membuat variasi pukulan. Dengan kata lain pada satu jenis posisi tubuh
yang baik dapat melakukan beberapa pilihan pukulan seperti: backhand,
forehand dan overhead.
Gambar 9. Pegangan raket dan arah pukulan
Gambar 10. Sikap tubuh pukulan backhand, forehand dan overhead
32
H. Konsep Latihan Shadow
Latihan shadow atau latihan bayangan adalah melakukan gerakan seperti
sungguuhan artinya si pelaku melakukan gerakan seperti dia sedang bermain
bulutangkis dia bergerak ke kiri depan, kanan, belakang seperti mengejar bola
dan melakukan pukulan baik dengan raket maupun tanpa raket dengan teknik
yang di instruksikan oleh pelatih.
Shadow Badminton identik dengan pengaturan irama langkah dalam bermain
bulutangkis. “melayanglah seperti kupu-kupu, menyengatlah seperti lebah”
merupakan kalimat yang sering diungkapkan oleh mantan juara dunia tinju
kelas berat Muhammad Ali, ungkapan tersebut merupakan gambaran yang
paling tepat terhadap cara yang harus dilakukan untuk bergerak dan memukul
dalam permainan bulutangkis (James Poole, 2016: 56).
1. Pendekatan Shadow
Salah satu model belajar keterampilan dasar dalam bermain bulutangkis
adalah pendekatan shadow yang diperkendalkan oleh Tony Grice (2004:
34). Menggatakan bahwa pendekatan shadow adalah cara guru mengajar
menggunakan alat bantu terlebih dahulu sebelum pengenalan teknik dasar
seperti service, pukulan, dan footwork.
Kemudian PBSI (2002) memperkenalkan pendekatan shadow dalam belajar
teknik dasar bulutangkis, sebelun anak dilatih tentang teknik gerak dasar
yang sebenarnya, terlebih dahulu anak diberi latihan pembebanan, seperti
melakukan latihan gerak kaki, anak diberi baju tebal, dan berat atau
33
melakukan latihan forehand terlebih dahulu anak diberi latihan
menggerakkan botol diisi pasir sebagai pemberat. Agar anak cepat
mendapatkan pukulan backhand, forehand dan overhead yang sempurna
maka pertama beri latihan semacam latihan lempar handuk, memukul
shuttlecock bergantung, memukul shuttlecock kedinding dengan raket
bersarung, baru kemudian melakukan teknik sebenarnya. Tony Grice (2004:
34).
Sedangkan menurut Herman Subarjah (2000), bahwa latihan shadow bisa
digunakan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan seperti:
melakukan pukulan bayangan, mengambil shuttlecock pada posisi tertentu,
dan melakukan gerakan/melangkah kearah tertentu.
2. Pelaksanaan Latihan Shadow
a. Menentukan delapan titik yang harus ditempuh oleh sampel.
b. Menjelaskan dan memberi contoh bagaimana saat menempuh titik-titik
yang sudah ditetapkan.
c. Pada saat menempuh titik-titik tersebut diusahakan pandangan mengarah
ke lapangan lawan.
d. Setelah menuju satu titik pelaku harus kembali dahulu ke tengah
pelaksanaan latihan bisa memakai repetisi atau memakai waktu, kalau
memakai repetisi tersebut, sedangkan yang menggunakan waktu maka
harus dapat menyelesaikan sebanyak-banyaknya sudut yang dilalui.
e. Lakukan latihan dengan beberapa set dan berikan istirahat untuk tiap set 4-
5 menit.
f. Agar tidak jenuh latihan shadow bisa menggunakan raket dan shuttle cook,
sampel harus mengembalikan shuttle cook tersebut ke daerah lawan
dengan arah dan pukulan yang disesuaikan dengan instruksi pelatih.
g. Pada saat mengubah arah harus diawasi agar dilakukan dengan benar.
h. Berikan koreksi baik klasik maupun individual.
34
I. Metode Pembelajaran Shadow
Model Pembelajaran gerak dasar bulutangkis ini dirancang secara sistematis
dengan 8 pola pendekatan shadow menggunakan media dan dilaksanakan
secara terprogram seperti table berikut ini.
Tabel 1. 8 Pola Pendekatan Shadow
Pola
Permainan
Cara Melakukan
Gerakan
Tujuan
Kegiatan
Repetisi
Setiap
Pola
Alat/Gambar
Formasi
1. Skiping Sikap berdiri tegak,
memegang pegangan
skiping. Tempatkan
tali dibelakang tubuh,
lalu ayunkan tali
kedepan dengan kaki
melompat melewati
tali skiping. Dilakukan
beberapa variasi:
silang, double rotasi,
satu kaki bergantian.
Mengencangka
n otot kaki,
daya tahan dan
melatih jump
smash
4x60”x2
Ist 15”
2. Kock
bergantung
Posisi berdiri
memegang raket. Kaki
kanan ditekuk.
Lakukan pukulan
forehand dan
backhand secara
bergantian. Gerakan
bola melengkung
parabola meluncur
dipukul berulang-
ulang sesuai waktu
yang ditentukan.
Melatih sikap
pergelangan
tangan untuk
mendapatkan
kelenturan.
Akurasi
pukulan dan
perkenaan
yang tepat.
4x60”x2
Ist 5”
35
3. Passing
ball
Sikap berdiri
memegang raket.
Lakukan passing bola
keatas menggunakan
teknik forehand dan
backhand. Saat
melakukan pukulan
kaki kanan ngeper
ditekuk dan
pandangan mengikuti
bola ke atas.
Melatih
kelenturan
pergelangan
tangan
backhand dan
forehand.
Akurasi
pukulan
4x60”x2
Ist 5”
4. Lempar
handuk
Dilakukan secara
berpasangan. Posisi
tubuh masing-masing
kaki-kaki bergantian
untuk melakukan
lemparan handuk
meluncur dengan cara
pegang sudut handuk
lalu diayun 3x dan
pada hitungan ke-3 di
luncurkan, tangan
seakan ikut bergerak
lentur seperti penari.
Melatih
kelenturan
pergelangan
tangan,
forehand dan
backhand
4x60”x2
Ist 5”
5. Passing
dinding
Sikap berdiri
memegang raket dan
kock. Menghadap ke
tembok dengan jarak
3-4m. Pasingkan bola
keatas lalu pukul ke
tembok, begitu
seterusnya sampai
waktu yang
ditentukan.
Melatih
kelenturan,
kecepatan
pukulan
forehand,
backhand,
drive dan
overhead
4x60”x2
Ist 5”
6. Sprint
angka 8
Dilakukan 2 orang, 1
orang pengumpan dan
1 orang sebagai orang
coba melakukan
gerakan tangkap bola
sambil sprint gerakan
angka delapan
Melatih
kecakapan,
kelincahan dan
kecepatan
footwork.
Koordinasi
tangan kaki
4x60”x2
Ist 5”
36
mengitari 2 buah kun
selama waktu yang
ditetapkan.
dan mata.
7. Tri in
One
Dilakukan ber tiga
menggunakan bola.
Pemain 1 berperan
sebagai
pengumpan/pelambun
g, pemain 2 berperan
sebagai smasher dan
pemain ke 3 berperan
sebagai pelaku
pengembalian bola.
Gerakan ini di rolling
agar pemain
mendapatkan
kesempatan sebagai
pengumpan, smasher
dan pengembalian
bola.
Mengembangk
an passing
ball, footwork,
stroke
backhand,
forehand dan
smash.
4xPx2
Ist 5”
8. Bola 2
VS 2
Dilakukan berdua
dengan menggunakan
2 bola. Masing-
masing memukul bola
secara bersamaan
dengan pukulan servis
bawah kebelakang
melambung dan bola
melambung diudara
dikembalikan ke pihak
lawan dengan baik
agar permainan ini
tidak mengenal
kegagalan selama
waktu yang
ditentukan.
Melatih
kecepatan
reaksi pukulan
drive,
backhand,
forehand, lob
dan footwork
4 x 30”
Ist 5”
Adaptasi : Herman Tarigan (2015)
37
J. Hakikat Ekstrakurikuler Bulutangkis
Ekstrakurikuler dalam Depdiknas (2003: 16), kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi penguasaan bahan kajian dan
pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara sendiri berdasarkan pola
kebutuhan. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan
perbaikan yang berkaitan dengan progam kurikuler atau kunjungan studi
ketempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran
tertentu.
Menurut Mahoney (2005: 60) mengemukakan manfaat positif tentang
keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler bagi remaja, keterlibatan
menghubungkan kegiatan untuk hasil-hasil yang positif pada hal sosial,
emosional, dan akademis. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2002: 291)
ekstrakurikuler itu adalah : “suatu kegiatan yang berada diluar program yang
tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan
siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran
wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan
pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan
bakar serta minat mereka.
Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal yang
memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari kegiatan inti. Dengan
beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat memilih kegiatan
sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.
38
Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah.
Menurut Anifral Henri (2008: 2) mengemukakan pendapat umumnya mengenai
beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler dalam beberapa bentuk, yaitu :
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (Paskibraka).
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, dan penelitian.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat
olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik dan keagamaan.
d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara karier,
pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, dan seni budaya.
e. Olahraga, yang meliputi beberapa cabang olahraga yang diminati
tergantung sekolah tersebut, misalnya, bulutangkis, basket, futsal, karate,
taekwondo, silat, softball, dan lain sebagainya.
Tujuan ekstrakurikuler Pendidikan Jasmani di sekolah menurut Yudha M.
Saputra (2000: 16), antara lain:
1) Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa.
2) Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan dalam upaya
pembinaan pribadi siswa.
3) Mengenalkan hubungan antara mata pelajaran dengan kehidupan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler
adalah tempat atau wahana kegiatan bagi siswa untuk menampung,
menyalurkan dan pembinaan minat, bakat serta kegemaran yang berkaitan
dengan program kurikulum, dan dilaksanakan di luar jam sekolah.
39
K. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung teoritis yang
dikemukakan, disamping itu dapat digunakan sebagai pedoman dan pendukung
dari kelancaran penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang relevan dengan
penelitian ini yaitu :
1. Hasil penelitian dari Herita Warni (2017) dengan judul : “ Pengaruh
Latihan Shadow 8 Terhadap Agility pada Pemain Bulutangkis PB. Mustika
Banjarbaru Usia 12-15 Tahun”.
Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Exsperimental Designs, desain
penelitian ini dengan menggunakan “One-Group Pretest-Posttest Design”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data pretest kelincahan pada pemain
bulutangkis PB. Mustika Banjarbaru Umur 12-15 Tahun memperoleh rata-
rata = 7,1850 detik dengan standar deviasi = 0,50423. Pada data post-test
adalah kelincahan dalam pemain bulutangkis PB. Mustika Banjarbaru Usia
12-15 Tahun memperoleh rata-rata = 6,7500 detik dengan standar deviasi
= 0,44850. Hasil yang diperoleh dengan uji t diperoleh t = 8,184> t tabel (9;
0,025) = 2,262, dengan Sig. (2-tailed) = 0,000; ternyata Sig. (2-tailed)
<0,05 t-hitung signifikan.
Kesimpulannya bahwa ada pengaruh latihan ketangkasan pada shadow 8
pemain bulutangkis PB. Mustika Banjarbaru Usia 12-15 Tahun.
2. Hasil penelitian dari Ahiriah Muthiarani (2017) dengan judul :” Pengaruh
latihan Shadow menggunakan langkah berurutan dan bersilangan terhadap
kelincahan footwork atlet bulutangkis PB. Wiratama jaya yogyakarta”.
40
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : pertama, ada pengaruh latihan
Shadow langkah berurutan terhadap kelincahan footwork atlet PB
Wiratama jaya yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai t
sebesar -4,5 dengan signifikansi hitung sebesar 0,001<0,0,5 pada uji
paired sample t test terhadap data pre-test dan post-test shadow langkah
berurutan. Kedua, ada pengaruh latihan shadow langkah bersilangan
terhadap kelincahan footwork atlet PB wiratama jaya yogyakarta. Hal ini
dibuktikan dengan diperolehnya nilai t sebesar -4,667 dengan signifikansi
hitung sebesar 0,001<0,05 pada uji paired sample t test terhadap data pre-
test dan post-test shadow langkah bersilangan. Dan yang ketiga tidak
terdapat perbedaan yang signifikansi antara latihan shadow langkah
berurutan dan langkah bersilangan dalam peningkatan kelincahan footwork
atlet PB Wiratama jaya yogyakarta. Hal ini berdasarkan data yang
diperoleh dari nilai t sebesar -1,387 dengan signifikansi sebesar 0,181>
0,05 pada uji independent sample t test.
3. Hasil penelitian dari Arif adi sulaiman (2017) dengan judul :” Pengaruh
latihan Sirkuit tanpa beban terhadap peningkatan kelincahan gerak shadow
6 titik atlet Bulutangkis putra usia 12-15 tahun pada pembinaan atlet
berbakat (PAB) DIY”.
Penelitian merupakan penelitian eksperimen. Metode yang digunakan
adalah “one-group pretest-posttest design”. Populasi penelitian ini adalah
atlet-atlet pembinaan atlet berbakat (PAB) DIY yang berjumlah 38 anak.
Teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling. Instrumen yang
digunakan adalah rangkaian olah kaki yang dikemukakan oleh Tohar.
41
Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis uji-t. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa : terdapat pengaruh yang signifikan ada pengaruh
latihan sirkuit tanpa beban terhadap peningkatan kelincahan gerak shadow
6 titik atlet bulutangkis putra usia 12-15 tahun pada pembinaan atlet
berbakat (PAB) DIY. Apabila dilihat dari angka mean difference sebesar
1.70 dan rerata pre-test sebesar 14,88. Hal ini menunjukan bahwa latihan
yang dilakukan mampu memberikan perubahan yang lebih baik 11,42%
untuk kelincahan gerak shadow 6 titik dibandingkan sebelum diberikan
latihan.
L. Kerangka Berpikir
Dalam permainan bulutangkis seorang pemain dituntut untuk dapat menguasai
kemampuan teknik dan fisik yang baik. Apabila seorang pemain memiliki
kemampuan fisik, teknik dan mental yang baik, maka selanjutnya pemain
tersebut akan mudah mengembangkan teknik dan taktik bulutangkis. Teknik-
teknik pukulan dalam permainan bulutangkis diantaranya: smash, lob, netting,
drive, droopshot, backhand, dan posisi siap/hitting position. Agar dapat
mendukung teknik-teknik tersebut tentu saja membutuhkan kelincahan kerja
kaki (footwork) dan (stroke) yang baik. Pemain bergerak dengan efektif dan
seefesien mungkin sehingga pukulan yang dihasilkan akan sangat sempurna.
Latihan shadow badminton sangat efektif untuk melatih kelincahan kaki,
dengan bergerak ke setiap sudut lapangan baik dengan isyarat atau dengan
mengambil shuttlecock pengaruh yang didapatkan adalah pemain dapat
mengusai lapangan dan meningkatkan kelincahan kaki (footwork). Latihan
42
shadow badminton dapat dilakukan dengan variasi model latihan. Diharapkan
dari variasi model latihan tersebut dapat meningkatkan kelincahan footwork
dan Stroke Ekstrakurikuler siswa SMA Negeri 1 Natar, serta dapat membantu
meningkatkan kemampuan kelincahan footwork dan stroke pemain.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 11. Kerangka Berpikir
M. Hipotesis Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (1992 : 62) hipotesis adalah jawaban sementara
suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji guna
mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang menunjukan
kebenarannya atau tidak. Jadi intinya hipotesis harus dibuktikan kebenarannya
dengan cara penelitian.
Atas dasar kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
bulu tangkis
taktik fisik
kelincahan
kekuatan
kecepatan
fleksibilitas
teknik
footwork everhand lob
forehand backhand
mental
ekstrakulikuler
Latihan Shadow
43
H01: Tidak ada pengaruh yang signifikan latihan shadow menggunakan media
untuk meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada permainan
bulutangkis ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar”
H1: Ada pengaruh yang signifikan latihan shadow menggunakan media untuk
meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada permainan
bulutangkis ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
H02: Tidak ada perbedaan yang signifikan menggunakan latihan shadow
menggunakan media dan kelompok kontrol untuk meningkatkan
kemampuan footwork dan stroke pada permainan bulutangkis
ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
H2: Ada perbedaan yang signifikan menggunakan latihan shadow
menggunakan media dan kelompok kontrol untuk meningkatkan
kemampuan footwork dan stroke pada permainan bulutangkis
ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
44
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Menurut Ali Maksum
(2012:65) Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan secara ketat
untuk mengetahui sebab dan akibat diantara variabel. Dalam penelitian
eksperimen ini termasuk eksperimen murni, yaitu sampel dikontrol sepenuhnya
atau dikarantina oleh peneliti. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah design penelitian eksperimen” one -Group pre-test Post-
test Design”, penelitian yang terdapat pre-test post-test. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah one pretest-posttest group.
Adapun desain dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 12. Hubungan sebab akibat antara variabel Bebas dan Variabel
Terikat
Desain penelitian yang digunakan pre-test dan post-test. Pengaruh antara dua
variabel yang terlibat dalam penelitian ini dapat digambarkan konsep sebagai
berikut:
OP
Kelompok
Eksperimen
Pre-test
Kelompok
Kontrol
Post-test PS
45
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelompok Tes Awal
(Pre-Test)
Treatment Tes Akhir
(Post-test)
Eksperimen Footwork &
Stroke
Latihan Shadow
menggunakan Media
Footwork &
Stroke
Kontrol Footwork &
Stroke - Footwork &
Stroke
Keterangan :
PS : Populasi dan Sampel
Pre-test : Test awal dengan menggunakan 8 arah mata angin selama 1
menit yang dilakukan sebelum mendapatkan perlakuan
(treatment).
OP : Ordinal Pairing (Pembagian Kelompok)
Kontrol : Tidak diberi pelakuan (treatment)
Treatment : Diberi Perlakuan (Treatment) Latihan Shadow Menggunakan
Media
Post-test : Test awal dengan menggunakan 8 arah mata angin selama 1
menit yang dilakukan sesudah mendapatkan perlakuan
(treatment)
Pembagian kelompok berdasarkan hasil pre test keterampilan gerak footwork
dan stroke, langkah awal adalah melakukan tes awal kemudian diranking,
dibagi dan dimasukkan dalam kelompok (1) perlakuan dengan latihan shadow
menggunakan media. kelompok (2) tidak diberi perlakuan atau kelompok
control. Dengan demikian kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan
kemampuan yang sama. Apabila pada post-test nanti terdapat peningkatan
keterampilan footwork dan stroke, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh
46
perlakuan yang diberikan. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini
dengan cara oridinal pairing sebagai berikut:
Gambar 13. Cara Oridinal Pairing
B. Populasi dan sampel
a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
bulutangkis usia (16-18) di SMA Negeri 1 Natar yang berjumlah ( 60 )
peserta.
b) Sampel
Sampel penelitian adalah suatu objek yang akan menjadi bahan penelitian.
Adapun untuk menentukan besarnya sampel yang akan diteliti, menurut
Arikunto (2004:118), Apabila jumlah nya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua. Maka peneliti akan mengambil semua sampel anak
ekstrakulikuler SMA Negeri 1 Natar atau penelitian populasi.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010: 61) adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
47
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain (Independent
variable X). Dalam penelitian ini yaitu :
a) Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung dengan
variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan nilai variabel, dalam
penelitian ini variabel bebas adalah latihan shadow menggunakan media.
b) Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya tergantung pada
variabel lainnya, dalam penelitian ini variabel terikat adalah footwork dan
stroke.
Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:
1) latihan shadow menggunakan media yang diberikan dalam penelitian ini
adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan lapangan (footwork) dan pukulan forehand, backhand, dan
overhead (stroke).
2) footwork dan stroke adalah modal awal dalam permainan bulutangkis,
tujuannya agar pemain dapat melakukan pukulan dengan baik dan
seefisien mungkin ke segala arah untuk menentukan akan bermain
menyerang atau bertahan. Forehand, backhand dan overhead baik saat
pretest maupun posttest.
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1) Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian dibutuhkan alat yang dipakai untuk mengumpulkan
data. Menurut Sugiyono (2009: 133) instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Dan menurut Suharsimi Arikunto
48
(2010: 160) Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan lebih baik.
Instrumen merupakan alat ukur untuk mendapatkan data agar suatu
penelitian mendapatkan data yang sesuai diharapkan untuk itu dibutuhkan
instrumen yang dirancang dan dibuat sedimikian rupa dan instrumen buatan
harus di uji coba akan dihitung validitas dan reliabilitasnya. Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan mengacu pada variabel bebas dan
variabel terikat.
Menurut Surisman (2016: 95) analisis reliabilitas adalah suatu tes dan atau
alat ukur lainnya, termasuk non tes, pada hakikatnya mengukur ke ajegkan
pertanyaan tes apabila beberapa kali pengujian menunjukan hasil relativ
sama dan validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang harus dinilai
(Surisman 2016: 11). Dalam hal ini penulis instrumen di uji cobakan di
SMA Yadika Natar Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada
tanggal 14 januari 2019.
Adapun variabel bebas yaitu (latihan shadow menggunakan media)
sedangkan variabel terikat yaitu (keterampilan footwork dan stroke).
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
yaitu keterampilan gerak footwork dan stroke. Tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan footwork dan stroke. Adapun prosedur tes footwork
dan stroke sebagai berikut :
49
Tabel 3. Instrumen Penilaian Keterampilan Gerak Footwork dan Stroke
Kecakapan
Deskripsi
Bobot
Footwork Melakukan kemampuan 3
gerakan yaitu koordinasi
kaki baik, Kecepatan baik
dan Kelenturan baik
4
Melakukan kemampuan 3
gerakan, 1 aspek gerak
hasilnya kurang baik
3
Melakukan kemampuan 3
gerakan, 2 aspek gerak
hasilnya kurang baik.
2
Melakukan kemampuan 3
gerakan, ke 3 aspek gerak
semuanya kurang baik.
1
Stroke
Melakukan kemampuan 3
gerakan yaitu Backhand
baik, Forehand baik dan
Overhead baik
4
Melakukan kemampuan 3
gerakan, 1 aspek gerak
hasilnya kurang baik
3
Melakukan kemampuan 3
gerakan, 2 aspek gerak
hasilnya kurang baik.
2
Melakukan kemampuan 3
gerakan, ke 3 aspek gerak
semuanya kurang baik.
1
2) Teknik pengumpulan data
Arikunto (2010:192), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik
50
pengambilan data dilaksanakan dengan tes dan pengukuran. Dengan melalui
tes dan pengukuran kita akan memperoleh data yang objektif. Tes adalah
alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang objektif.
Sedangkan pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi dari
suatu objek tertentu dan didalam proses pengukuran diperlukan suatu alat
ukur atau instrumen tertentu. Menurut Surisman (2010: 52) Korelasi adalah
hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Penelitian dilaksanakan selama 16 kali pertemuan, susuai yang
dikemukakan oleh russell R.Pate dalam Wiga Nurlatifa (2015) bahwa proses
latihan selama 12 kali sudah dapat dikatakan terlatih, sebab sudah ada
perubahan yang menetap. Pengukuran tes footwork dan stroke dilakukan
sebanyak dua kali yaitu pada pretest dan posttes,. yaitu berdasarkan hasil tes
footwork dan stroke.
Berikut ini paparan mengenai penelitian:
1. Tes keterampilan
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan Footwork dan Stroke.
2. Alat dan bahan:
1. Raket
2. Stopwatch
3. Tali pembatas
4. Lapangan
5. Pluit
6. Blangko dan alat tulis
51
3. Pelaksanaan
a. Tersti berdiri di tengah lapangan dengan posisi siap.
b. Melakukan gerakan 8 mata angin dengan secepat mungkin dan
melakukan gerakan backhand, forehand dan overhead yang baik,
membayangkan dalam pertandingan yang sesungguhnya.
c. Diberi waktu 1 menit untuk menyelesaikan gerakan footwork dan stroke
dan kembali keposisi semula.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis Uji-t (t-test).
Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu dilakukan pengujian normalitas.
Disamping normal juga harus homogen. Sampel-sampel yang berasal dari satu
populasi dan diperkirakan sama, belum tentu demikian keadaannya. Apabila
dua atau lebih sampel diperiksa dengan teknik tertentu dan ternyata homogen,
maka dapat dikatakan bahwa sampel-sampel itu berawal dari populasi yang
sama (Suharsimi Arikunto, 2010: 357). Maka untuk menguji keabsahan sampel
perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Keputusan untuk
menerima atau menolak hipotesis pada taraf signifikansi 5% untuk
menganalisis data dengan menggunakan statistik parametrik digunakan
bantuan komputer program SPSS 16.0 for Windows Evaluation Version.
F. Uji Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi yang
terjadi atau tidak dari distribusi normal. Langkah sebelum melakukan
52
pengujian hipotesis lebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data
dengan uji normalitas yaitu menggunakan Uji lilliefors (Sudjana, 2005:
466). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Pengamatan X1, X2, ........, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ....... Zn
Dengan menggunakan rumus: Zi =
( dan S merupakan rerata dan
simpangan baku sampel)
b. Untuk tiap bilangan baku ini akan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian hitung peluang F (zi) = P (z zi)
c. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ....... Zn yang lebih atau sama dengan
zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (zi), maka :
S (zi) =
Hitung selisih F (zi) – S (zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
d. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah harga terbesar L0 .
e. Kriteria pengujian adalah jika Lhitung Ltabel, maka variabel tersebut
berdistribusi normal, sedangkan jika Lhitung Ltabel maka variabel
berdistribusi tidak normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua
kelompok sampel memiliki varian yang homogen atau tidak. untuk
pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :
TerkecilVarians
TerbesarVariansF
53
Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan rumus
Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)
Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil)
Taraf signifikan 0.05% maka dicari pada tabel F. Dengan kriteria pengujian:
Jika: F hitung ≥ F tabel tidak homogen
F hitung ≤ F tabel berarti homogen
Pengujian homogenitas ini bila F hitung lebih kecil (<) dari F tabel maka
data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila F
hitung (>) dari F tabel maka kedua kelompok mempunyai varians yang
berbeda.
3. Uji Pengaruh
Uji pengaruh digunakan untuk mengetahui pengaruh latihan Shadow
menggunakan media untuk meningkatkan Footwork dan Stroke pada siswa
Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar, maka digunakan rumus uji pengaruh
sebagai berikut :
√ ⁄
Keterangan :
: Rata-rata selisih antara pre test dan post test
: Standar deviasi dari kelompok selisih antara pre test dan post test
√ : Akar dari jumlah sampel kelompok eksperimen
63
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh yang signifikan latihan shadow menggunakan media untuk
meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada permainan
bulutangkis usia (16-18) ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
2. Ada perbedaan yang signifikan latihan shadow menggunakan media untuk
meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada permainan
bulutangkis usia (16-18) ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
B. Saran
Penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi :
1. Peneliti lainnya, untuk dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam
melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa penyempurnaan
misalnya:
a) jumlah sampel penelitian yang lebih besar.
b) waktu penelitian yang lebih lama.
c) menambah variabel bebas sebagai pembanding.
64
2. Guru atau pelatih dapat menggunakan metode latihan shadow menggunakan
media dalam upaya meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada
permainan bulutangkis ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Natar.
3. Kepada para Mahasiswa dan pelatih diharapkan mencoba model-model
latihan lain untuk meningkatkan kemampuan footwork dan stroke pada
permainan bulutangkis.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ali Maksum. 2012. Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Unesa University
Press, Surabaya.
Anifral Hendri. 2008. Ekskul Olahraga Upaya Membangun Karakter Siswa.
Jambo Pos.
Arikunto, Suharsimi. 2004 . Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktik) .
Edisi Kelima, Rineka Cipta, Jakarta.
2010 . Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktik) . Rineka
Cipta, Jakarta.
Arsyad, Azhar, 2006. Media Pembelajaran. PT. Raja grafindo Persada, Jakarta.
Departemen Pendidikan. 2002. KBBI. Balai Pustaka, Jakarta.
Djide, Tahir. 1990. Pedoman Pembinaan Physical Conditioning. PB.PBSI,
Jakarta.
Grice Tony. 2004. Bulu Tangkis Petunjuk Praktis Untuk Pemula dan Lanjut. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching.
Debdikbud Dirjen Dirti PPLPTK, Jakarta.
Magill, Richard, A. 2007. Motor Learning, Concepts and Aplication. Dubugua.
WM.C. Brown Publisher, Lowa.
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. PT Erlangga, Jakarta.
PBSI. 2002. Pedoman Praktis Bermain BuluTangkis. PB.PBSI, Jakarta
Poole James. 2016. Belajar Bulu Tangkis. Pioner Jaya, Bandung.
Pujiriyanto. 2012. Teknologi Untuk Pengembangan Media dan Pembelajaran.
UNY Press, Yogyakarta.
2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta, Bandung.
66
Rahyubi, Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.
Nusa Media, Bandung.
Sapta Kunta Purnama. 2010. Kepelatihan Bulu Tangkis Modern. Yuma Pustaka,
Surakarta.
Subarjah, Herman. 2000. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran
Bulutangkis : Konsep dan Metode DEPDIKNAS Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah, Penerbit Direktoral Jendral
Olahraga, Jakarta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. PT Tarsito, Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. CV Alfabeta, Bandung.
Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. CV Lubuk
Agung, Bandung.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.
AR_RU 22 Media, Yogyakarta.
Surisman. 2010. Statistika Dasar. Modul Untuk Mahasiswa Penjaskes Universitas
Lampung.
2016. Statistika. Modul Untuk Mahasiswa Penjas Evaluasi Hasil
Pembelajaran.
Tarigan, Herman. 2005. Efektifitas Model Pembelajaran Pendekatan Shadow dan
Pendekatan Bermain Terhadap Keterampilan Dasar Bulutangkis
Siswa. Tahun 2005. Jurnal Nasional. 2: 62-67.
Tarigan, Herman. 2019. Belajar Gerak dan Aktivitas Ritmik Anak-Anak. Hanim
Grmp, Lampung.
Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Erlangga, Jakarta.