pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi …
TRANSCRIPT
PENGARUH KONSELING MENGENAI GIZI PRAKONSEPSI TERHADAP ASUPANPROTEIN, KALSIUM, ZAT BESI, ASAM FOLAT DAN STATUS GIZI PADA
WANITA USIA SUBUR DI DESA PALUH KEMIRI
SKRIPSI
KHAIRUN NISA
P01031214030
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV2018
PENGARUH KONSELING MENGENAI GIZI PRAKONSEPSI TERHADAPASUPAN PROTEIN, KALSIUM, ZAT BESI, ASAM FOLAT DAN STATUS GIZI
PADAWANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN PALUH KEMIRI
Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi
Diploma IV di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Medan.
KHAIRUN NISA
P01031214030
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV2018
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Konseling Mengenai GiziPrakonsepsi Terhadap Asupan Protein,Kalsium, Zat Besi, Asam Folat dan StatusGizi Pada Wanita Usia Subur di KelurahanPaluh Kemiri
Nama : Khairun Nisa
Nomor Induk Mahasiswa : P01031214030
Program Studi : Diploma IV
Menyetujui :
Yenni Zuraidah, SP, M.KesPembimbing Utama
Mahdiah, DCN, M.Kes Riris Oppusunggu, S.Pd, M.KesPenguji I Penguji II
MengetahuiKetua Jurusan
Dr.Oslida Martony, SKM, M. KesNIP.196403121987031003
Tanggal Lulus : 14 Agustus 2018
v
ABSTRAK
KHAIRUN NISA “(PENGARUH KONSELING MENGENAI GIZI PRAKONSEPSITERHADAP ASUPAN PROTEIN, KALSIUM, ZAT BESI, ASAM FOLAT DANSTATUS GIZI PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN KEMIRI)” (DIBAWAHBIMBINGAN YENNI ZURAIDAH)
Wanita usia subur sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harusdiperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya. Kualitas seorang generasipenerusakan ditentukan oleh kondisi ibunya sejak sebelum hamil dan selamakehamilan.Kesehatan prakonsepsi sangat penting diperhatikan termasuk statusgizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan eratdengan outcome kehamilan.
Tujuan mengetahui pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadapasupan protein, kalsium, zat besi asam folat dan status gizi pada wanita usia subur(WUS) di Kelurahan Paluh Kemiri.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Paluh kemiri. Waktu pengumpulan datadilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2018. Penelitian ini adalah penelitianQuasi Eksperimen dengan rancangan One Group Pre and Post test Design. Populasidalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang sudah menikah padaperiode prakonsepsi yang ada di Kelurahan Paluh Kemiri dan sampel adalah yangmemenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 30 orang.
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa konseling yang dilakukan memberikanpengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan (p=0,000), sikap(p=0,001), asupan protein (p=0,000), dan asupan zat besi (p=0,000, sedangkanasupan kalsium, asam folat dan status gizi tidak memberikan pengaruh setelahdiberikan konseling.
Kata Kunci : Konseling, Gizi Prakonsepsi, Asupan Protein, Kalsium, Zat Besi, Asam
Folat, Status Gizi
ABSTRACT
KHAIRUN NISA “EFFECT OF PRECONCEPTION COUNSELING ABOUTNUTRITION TOWARDS PROTEIN, CALCIUM, IRON, FOLATE ACID INTAKE ANDTHE NUTRITION STATUS OF FERTILE WOMEN IN THE VILLAGE OF PALUHKEMIRI)” (CONSULTANT : YENNI ZURAIDAH)
Women of childbearing age, the prospective mothers, are vulnarable groupswhose health status must be considered, especially their nutritional status. Thequality of a future generation is determined through the mothers conditions beforeand during pregnancy period. Preconception health status, incluiding the nutritionstatus is very important to note, to prepare the pregnancy that is closely related tonewborn quality.
The study aimed to find out thr effect to conseling about preconceptionnutrition towards protein, calcium, iron, folate acid intake and the nutrition status inwomen in childbearing age in the village of Kelurahan Paluh Kemiri
This reseaech was a Quasi Experiment study with One Group Pre and PosTest Design, carried out in Paluh Kemiri Village,. All married woman of childbearingage in the preconception period in the Paluh Kemiri Village become a studypopulation 30 woman are taken as samples after fulfilling the inclusion criteria. Thedata were collected from June to July 2018.
Through the statistical tests, it was found that the counseling gave asignificant influence of increasing knowledge (p=0,000), attitude (p = 0,001), proteinintake (p=0,000), and iron intake (p=0,000), while calcium intake, acid folate andnutritional status were not affected by the counseling.
Keywords : Pre-Conceptual Counceling,Nutrition, Protein Intake, Calcium, Iron,Folic Acid, Nutritional Status
vi
KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi, yang berjudul “Pengaruh Konseling mengenai GiziPrakonsepsi terhadap Asupan Protein, Kalsium, Zat Besi, Asam Folatdan Status Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kelurahan PaluhKemiri ”.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Medan.
2. Bernike Doloksaribu S.ST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Medan (Periode 2014 s/d Juli 2018).
3. Yenni Zuraidah, SP, M.Kes selaku dosen pembimbing yang selalu
memberi bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Mahdiah DCN, M.Kes selaku penguji I yang memberikan saran kepada
penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Riris Oppusunggu, S.Pd, M.Kes selaku penguji II yang memberikan
saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi
6. Kepada kedua Orang Tua penulis Bapak Ahmad Cut dan Ibu Nur
Hayati yang selalu memberi doa, semangat dan dukungan.
7. Sahabat seperjuangan Permata Muloni, Selvy Ginting, Yuni Lubis, Cut
Rafika, Rotua, Christin dan teman – teman satu bimbingan yang tidak
dapat disebutkan satu persatu,terimakasih atas kerjasama, motivasi
dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik guna
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HalamanPERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................ 5
1. Tujuan umum.................................................................. 5
2. Tujuan khusus................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 6
A. Gizi Masa Prakonsepsi ...................................................... 6
1. Pengertian Gizi ............................................................... 6
2. Masa Prakonsepsi .......................................................... 6
3. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi ....................... 6
B. Asupan Gizi pada Masa Prakonsepsi ................................. 8
1. Protein ............................................................................ 8
2. Kalsium........................................................................... 10
3. Zat Besi ......................................................................... 10
4. Asam Folat ..................................................................... 12
C. Status Gizi .......................................................................... 13
1. Pengertian Status Gizi .................................................... 13
2. Penilaian Status Gizi....................................................... 13
viii
3. Pengukuran Antropomentri ............................................. 13
4. Survey Konsumsi Makanan ........................................... 14
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi................ 15
D. Pengaruh Status Gizi Prakonsepsi terhadap Status Gizi
Kehamilan........................................................................... 18
E. Konseling Gizi..................................................................... 19
1. Keterampilan Konseling untuk Perubahan Perilaku........ 20
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konseling ............. 21
3. Media Konseling ............................................................. 22
F. Kerangka Teori ................................................................... 23
G. Kerangka Konsep .............................................................. 24
H. Definisi Operasional ........................................................... 25
I. Hipotesis .............................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................. 28
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 28
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................... 30
E. Intervensi yang Diberikan ................................................... 31
F. Pengolahan dan Analisis Data............................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 38
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................. 38
1. Letak Geografis................................................................ 38
2. Demografi ........................................................................ 38
3. Sikap................................................................................ 43
B. Hasil ................................................................................... 38
1. Analisa Univariat .............................................................. 38
2. Analisa Bivariat ................................................................ 45
C. Pembahasan ..................................................................... 48
1. Karakteristik Sampel ....................................................... 48
ix
. 2. Konseling mengenai Gizi Prakonsepsi............................. 50
3. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Pengetahuan ........... 50
4. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Sikap ....................... 52
5. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Protein ........ 53
6. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Kalsium....... 54
7. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Zat Besi ...... 55
8. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asam Folat .............. 56
9. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Status Gizi ............... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 59
A. Kesimpulan ........................................................................ 59
B. Saran ................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 61
LAMPIRAN ............................................................................................ 65
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman1. Kebutuhan Gizi Wanita Subur ........................................................... 7
2. Klasifikasi Asam Amino ..................................................................... 8
3. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT)................................................. 14
4. Perbedaan konseling konsultasi dan penyuluhan.............................. 19
5. Definisi Operasional .......................................................................... 25
6. Jadwal Penelitian............................................................................... 31
7. Kategori Umur ................................................................................... 38
8. Tingkat Pendidikan ............................................................................ 39
9. Pekerjaan Sampel ............................................................................. 39
10. Rata-rata Pengetahuan ..................................................................... 40
11. Kategori Pengetahuan....................................................................... 40
12. Rata-rata Sikap.................................................................................. 41
13. Kategori Sikap ................................................................................... 41
14. Rata-rata Protein ............................................................................... 42
15. Kategori Protein................................................................................. 42
16. Rata-rata Kalsium.............................................................................. 42
17. Kategori Kalsium ............................................................................... 43
18. Rata-rata Zat Besi ............................................................................. 43
19. Kategori Zat Besi ............................................................................... 43
20. Rata-rata Asam Folat ........................................................................ 44
21. Kategori Asam Folat .......................................................................... 44
22. Rata-rata IMT .................................................................................... 44
23. Kategori IMT...................................................................................... 45
24. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Pengetahuan............................. 45
25. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Sikap ......................................... 46
26. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Protein.......................... 46
27. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Kalsium ........................ 47
xi
28. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Zat Besi........................ 47
29. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asam Folat ................................ 47
30. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Status Gizi................................. 48
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman1. Kerangka Teori Penelitian ................................................................. 23
2. Kerangka Konsep .............................................................................. 24
3. Bentuk Rancangan One Group Pre – Post Test................................ 28
4. Alur Pengambilan Sampel ................................................................. 29
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman1. Lampiran 1 ....................................................................................... 65
2. Lampiran 2 ........................................................................................ 67
3. Lampiran 3 ........................................................................................ 73
4. Lampiran 4 ........................................................................................ 80
5. Lampiran 5 ........................................................................................ 84
6. Lampiran 6 ........................................................................................ 89
7. Lampiran 7 ........................................................................................ 90
8. Lampiran 8 ........................................................................................ 91
9. Lampiran 9 ........................................................................................ 92
10. Lampran 10 ....................................................................................... 94
11. Lampiran 11 ...................................................................................... 95
12. Lampiran 12 ...................................................................................... 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku gizi merupakan faktor yang sangat penting. Seseorang yang
berperilaku sehat jika makanan yang di konsumsi memberikan gizi
seimbang. Semakin beragam bahan makanan yang dikonsumsi, semakin
besar asupan gizi. Kesadaran untuk mengkonsumsi makanan yang sehat
inilah yang sampai kini belum dimiliki wanita usia subur (Dewantari, 2013).
Wanita usia subur sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan
yang harus diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya.
Kualitas seorang generasi penerusakan ditentukan oleh kondisi ibunya
sejak sebelum hamil dan selama kehamilan.Kesehatan prakonsepsi
sangat penting diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam
upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan
outcome kehamilan (Paratmanitya, 2012).
Ibu hamil yang mengalami gizi kurang akan beresiko memiliki anak
stunting sebesar 7 kali, anak underweight 11 kali dan anak wasting 12 kali
dibandingkan dengan ibu hamil dengan status gizi baik. Ibu hamil yang
mengalami KEK beresiko mengalami intrauterine growth retardation atau
pertumbuhan janin terhambat, dan bayi yang dilahirkan akan mengalami
BBLR. ( Senbanjo, 2013 dalam Prabandari, 2016). Pada masa yang
akan datang anak yang dilahirkan dengan BBLR akan mengalami
masalah gizi kurang, penurunan perkembangan fungsi motorik dan mental
(ACC/SCN, 2000 dalam Prabandari, 2016).
Masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil, wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur
yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini
berbeda dengan masa anak- anak, remaja, ataupun usia lanjut
(Rahman,dkk,2013). Status gizi prakonsepsi akan mempengaruhi kondisi
kehamilan dan kesejahteraan bayi yang akan lebih baik jika
penanggulangannya dilakukan sebelum hamil. Wanita usia 20 – 35
2
merupakan usia yang paling tepat dalam mencegah terjadinya masalah
gizi terutama kekurangan energi kronik (Cetin, 2009 dalam Hamid, dkk,
2014).
Berdasarkan data Riskesdas (2007), proporsi wanita usia subur
berisiko KEK usia 15-19 tahun yang hamil sebesar 31,3% dan yang tidak
hamil sebesar 30,9%. Pada usia 20-24 tahun yang hamil sebesar 23,8%
dan yang tidak hamil sebesar 18,2%. Pada usia 25-29 tahun yang hamil
sebesar 16,1% dan yang tidak hamil sebesar 13,1%. Pada usia 30-34
tahun yang hamil sebesar 12,7% dan yang tidak hamil sebesar 10,2%.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi wanita usia subur
KEK usia 15-19 tahun yang hamil sebanyak 38,5% dan yang tidak hamil
sebanyak 46,6%. Pada usia 20-24 tahun adalah sebanyak 30,1% yang
hamil dan yang tidak hamil sebanyak 30,6%. Pada usia 25-29 tahun
adalah sebanyak 20,9% yang hamil dan 19,3 yang tidak hamil. Pada usia
30-34 tahun adalah sebanyak 21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak
hamil. Hal ini menunjukkan proposi WUS resiko KEK mengalami kenaikan
dari 2007 ke tahun 2013.
Prevalensi wanita usia subur resiko KEK di Sumatera Utara menurut
riskesdas tahun 2013, umur 15-19 tahun yang hamil sebanyak 27,6% dan
yang tidak hamil sebanyak 36,9%. Pada usia 20-24 tahun yang hamil
27,6 dan yang tidak hamil sebanyak 24,3%. Pada usia 25-29 tahun 14,1%
yang hamil dan 15,9% yang tidak hamil. Pada usia 30-34 tahun adalah
sebanyak 15,5% yang hamil dan 13,1% yang tidak hamil.
Meningkatnya prevalensi KEK pada WUS menunjukkan adanya
masalah. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan salah satunya
dengan cara memberikan konseling. Konseling merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau
keluarga tentang gizi.(Cornelia,dkk, 2013). Dengan pemberian konseling
diharap akan meningkatkan asupan gizi pada wanita usia subur. Asupan
gizi yang mempengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein,
asam folat, vitamin A,E, dan B12, mineral, zinc, besi, kalsium dan omega
3 (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
3
Protein sebagai zat pembangun atau pembentuk jaringan baru.
kekurangan asupan protein dapat menghambat pertumbuhan janin..
berdasarkan penelitian Muchlisa, dkk tahun 2013 didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi, protein, lemak
dan zat besi dengan status gizi berdasarkan IMT dan LILA.
Zat besi penting untuk transportasi darah dan oksigen didalam tubuh.
Kaum perempuan perlu menjaga keseimbangan proses ovulasi. Studi
menunjukkan bahwa 40% wanita yang mengalami masalah ovulasi
menjadi subur setelah menambah konsumsi zat besi (Dewantari, 2013).
Pada beberapa tahun terakhir asam folat menjadi topik paling favorit
karena pencegahannya cukup penting dan beragam. Asam folat yang
diberikan sebelum terjadi kehamilan dikaitkan dengan penurunan resiko
terjadinya kelainan kongenital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian suplemen folat pada perikonsepsi (sebelum dan sesaat setelah
terjadinya konsepsi) dapat menurunkan resiko NTD sebesar 70%
(Dewantari, 2013).
Kalsium merupakan zat gizi mikro yang memiliki peran dalam
mengurangi diemenorea. Hasil penelitian pada remaja wanita di SMK
Batik 2 Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki
asupan kalsium rendah dan mengalami dismenorea. (Hidayati, 2015).
Kalsium juga dikaitkan dengan kesehatan reproduksi, utamanya pre–
eklampsia/eklampsia, berat badan lahir rendah, serta kelahiran prematur.
(Dewantari, 2013)
Pada penelitian Fauziah,dkk tahun 2014 dengan judul analisis faktor
resiko kekurangan energi kronik pada wanita prakonsepsi di kota makasar
diperoleh hasil bahwa asupan gizi merupakan faktor protektif KEK pada
wanita pra konsepsi.
Berdasarkan penelitian anny tahun 2012 dengan judul pengaruh
pendidikan kesehatan tentang nutrisi prakonsepsi terhadap tingkat
pengetahuan, sikap dan praktik konsumsi makanan sehat pranikah
diperoleh hasil bahwa peran pendidikan kesehatan meningkatkan
pengetahuan secara siginifikan dan ada kenaikan praktik konsumsi
4
makanan yang diperlihatkan pada responden kelompok intervensi. Pada
pemenuhan karbohidrat dan protein, rata rata telah memenuhi kebutuhan
karbohidrat dan protein perhari. Dalam konsumsi buah, sebelum intervensi
sebagian besar tidak mengkonsumsi buah sama sekali dalam seharinya.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pola konsumsi dan sayur
meningkat dengan mengkonsumsinya sebanyak 3 sajian perhari dari
gambaran data food recall.
Setelah dilakukan survey pendahuluan di Desa Paluh Kemiri dengan
10 orang responden didapatkan hasil pengukuran IMT dengan kategori
kurus 30%, normal 40% dan obesitas 30%, sedangkan pengukuran LILA
didapatkan hasil dengan kategori KEK 30% dan tidak KEK 70%.
Berdasarkan Latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti tentang
“Pengaruh Konseling mengenai Gizi Prakonsepsi terhadap, Asupan
Protein, Kalsium, Zat besi Asam folat dan Status Gizi pada Wanita Usia
Subur (WUS) di Desa Paluh Kemiri”.
B. Perumusan Masalah
Adakah Pengaruh Konseling mengenai Gizi Prakonsepsi terhadap
Asupan Protein, Kalsium, Zat besi Asam folat dan Status Gizi pada
Wanita Usia Subur (WUS) di Kelurahan Paluh Kemiri?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
asupan protein, kalsium, zat besi asam folat dan status gizi pada wanita
usia subur (wus) di Kelurahan Paluh Kemiri.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan
konseling mengenai gizi prakonsepsi pada wanita usia subur di
Kelurahan Paluh Kemiri.
5
b. Menilai asupan protein, kalsium, zat besi dan asam folat sebelum
dan sesudah diberikan konseling mengenai gizi prakonsepsi pada
wanita usia subur di Kelurahan Paluh Kemiri.
c. Menilai status gizi sebelum dan sesudah diberikan konseling
mengenai gizi prakonsepsi pada wanita usia subur di Kelurahan
Paluh Kemiri.
d. Menganalisis pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi
terhadap pengetahuan dan sikap pada wanita usia subur di
Kelurahan Paluh Kemiri.
e. Menganalisis pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi
terhadap asupan protein, kalsium, zat besi dan asam folat pada
wanita usia subur di Kelurahan Paluh Kemiri.
f. Menganalisis pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi
terhadap status gizi pada wanita usia subur di Kelurahan Paluh
Kemiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk
memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.
2. Bagi Responden
Memberikan masukan pada masyarakat terutama pada WUS,
mengenai pengaruh asupan makan sebagai faktor terjadinya KEK.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan ini dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai pencegahan
kejadian kurang energi kronis pada WUS.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi Masa Prakonsepsi
1. Pengertian Gizi
Kata gizi berasal dari kata “gizi” berasal dari bahasa Arab gidza, yang
berarti “makanan” (Almatsier, 2010). Didalam Undang Undang Nomor 18
Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa gizi adalah zat atau
senyawa yang terdapat dalam pangan, yang terdiri atas karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen lain yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
Zat Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu mengasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses – proses kehidupan (Almatsier, 2010).
2. Masa Prakonsepsi
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil. Perempuan
prakonsepsi diasumsikan sebagai perempuan dewasa atau perempuan
usia subur yang siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini
berbeda dengan remaja, anak – anak, ataupun lansia. Prasyarat gizi
sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal
dan sehat (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
3. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Gizi prakonsepsi merupakan persiapan untuk melahirkan generasi
lebih baik. Kecukupan gizi pada pasangan terutama pada calon ibu dapat
menurunkan risiko bayi lahir BBLR, prematur, tingkat inflamasi dan infeksi
pada bayi, serta dapat memutus mata rantai masalah kekurangan gizi
pada masa kehamilan (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baik dari ibu penting
untuk perkembangan optimal janin. Diet bervariasi sehat penting sebelum
pembuahan dan selama kehamilan (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Untuk mengalisis kandungan zat gizi dilakukan dengan menggunakan
Daftar Komposisis Bahan Makanan (DKBM). Kemudian menilai tingkat
7
konsumsi makanan (untuk energi dan zat gizi), diperlukan suatu standar
kecukupan yang dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA).
Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan saat ini
secara nasional adalah hasil Widyakarya nasional Pangan dan Gizi VI
tahun 1998. Untuk mengetahui pencapaian tingkat konsumsi perindividu
adalah sebagai berikut (Supariasa, dkk, 2008) :
Tingkat Konsumsi Gizi = Asupan Gizi x 100%
AKG Individu
. Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes RI
(1990) dalam Supariasa (2008), klasifikasi tingkat konsumsi yaitu :
b. Baik : ≥100%
c. Sedang : 80 – 99%
d. Kurang : 70 – 80%
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur
Zat Gizi Wanita Usia Subur
16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun
Energi (kkal)
Protein (g)
Vitamin A (RE)
Vitamin D (µg)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (µg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam Folat (µg)
Piridoksin (mg)
Vit. B12 (µg)
Vit. C (mg)
2125
59
600
15
15
55
1,1
1,3
12
400
1,2
2,4
75
2125
56
500
15
15
55
1,1
1,4
12
400
1,3
2,4
75
2250
57
500
15
15
55
1,1
1,3
12
400
1,3
2,4
75
8
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Magnesium (mg)
Besi (mg)
Iodium (µg)
Seng (mg)
Selenium (µg)
Mangan (mg)
Flour (mg)
1200
1200
220
26
150
14
30
1,6
2,5
1100
700
310
26
150
10
30
1,8
2,5
1000
700
320
26
150
10
30
1,8
2,7
Sumber : AKG 2013
B. Asupan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Zat gizi makro dan zat gizi mikro berperan penting untuk menunjang
kesehatan WUS. Gizi yang mempengaruhi prakonsepsi adalah
karbohidrat, lemak, protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral,
zinc, besi, kalsium dan omega 3 (Susilowati dan Kuspriyanto 2016).
1. Protein
Protein mengandung karbon, hidrogen, sulfur, serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan
virus. Disistem pencernaan, protein akan diurai menjadi sejumlah peptida
yang strukturnya lebih sederhana, terdiri atas asam amino, terdiri atas
asam amino. Tubuh manusia memerlukan sembilan asam amino esensial
(asam amino yang tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh) dan sebagian
lagi merupakan asam amino non esensial dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 20 asam amino (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Klasifikasi asam amino dapat dilihat di tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi asam amino menurut esensial, esensial
bersyarat, dan tidak Esensial.
Asam Amino
Esensial Esensial Bersyarat Tidak Esensial
Leusin
Isoleusin
Prolin
Serin
Alanin
Asam glutamat
9
Valin
Triptofan
Fenilalanin
Metionin
Treonin
Lisin
Histidin
Agrinin
Tirosin
Sistein
Glisin
Glutamin
Asam aspartat
Asparagin
Sumber : Almatsier, 2010.
Angka Kecukupan Protein (AKP) orang dewasa menurut hasil – hasil
penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat badan
(Almatsier, 2010).
Berdasarkan sumbernya protein dibagi menjadi dua yaitu protein
hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani berasal dari telur,
susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati berasal
dari kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe, serta
kacang – kacangan lainnya (Almatsier, 2010).
Protein memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh, diantaranya
(Susilowati dan Kuspriyanto, 2016) :
1) Memperbaiki protein jaringan tubuh yang aus terpakai (proses
katabolisme).
2) Membangun jaringan baru (anabolisme) terutama pada periode
pertumbuhan, seperti pada bayi dan balita, anak – anak, remaja,
dan pada kehamilan.
3) Sebagai sumber energi yang menghasilkan 4 kkal/g.
4) Berperan dalam berbagai metabolisme dalam tubuh sebagai
komponen enzim dan hormon.
5) Mengatur proses osmotik antar/dari berbagai cairan tubuh (salah
satu manifestasi kekurangan protein akan terlihat dalam
bentuk/terjadinya oedema).
6) Mengatur keseimbangan asam – basa dalam darah dan jaringan
tubuh.
10
7) Berperan dalam transport zat gizi, misalnya lipoprotein berperan
dalam transport trigleserida, kolesterol, fosfolipida, dan vitamin larut
lemak.
8) Membantu pembentukan antibodi yang akan melawan bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
2. Kalsium (Ca)
Kalsium didalam tubuh, sebagian besar terdapat pada jaringan keras
seperti tulang, gigi dan sisanya tersebar dalam bagin tubuh lain. Sumber
kalsium yang baik adalah bahan pangan hewani seperti susu, keju, dan
sejenisnya. Kalsium juga terdapat pada kacang kacangan, roti, ikan, dan
sebagainya. Asupan yang cukup untuk remaja dan dewasa adalah 1000 –
1300 mg perhari (Darawati, 2016).
Faktor – faktor yang membantu penyerapan kalsium adalah vitamin D,
keasaman lambung, laktosa, dan kebutuhan akan kalsium. Faktor yang
menghambat penyerapan kalsium dalam tubuh ditemukan dalam bentuk
ion kalsium bebas dalam darah dan hidroksiapatit dalam tulang.(Darawati,
2016). Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persedian kalsium
dalam tubuh semakin efesien absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan
terjadi pada pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defesiensi kalsium dan
tingkat aktivitas fisik meningkatkan densitas tulang (Almatsier, 2010).
Kalsium juga dikaitkan dengan kesehatan reproduksi, utamanya pre –
eklampsia/eklampsia, berat badan lahir rendah, serta kelahiran prematur.
Kalsium juga meningkatkan pH tubuh, yang menguntungkan bagi sperma
dan telur sudah dibuahi (Dewantari, 2013).
Kekurangan dapat mengakibatkan janin mengambil persediaan
kalsium pada tulang ibu yang menyebabkan ibu menderita kerapuhan
tulang atau osteoporosis (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
3. Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini
diperlukan dalam hemopobosis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesis
11
hemoglobin (Hb). (Paath, dkk, 2016). Zat besi berperan dalam pengikatan
oksigen dan karbondioksida dari paru dan mengikat CO2 dari sel – sel,
dikeluarkan melalui paru dengan hemoglobin.(Agria, dkk, 2012). Menurut
AKG 2013 angka kecukupan zat besi pada wanita subur adalah sebanyak
26 mg/hari.
Penyerapan zat besi terjadi dibagian duodenum usus halus, yang
pengaturannya tergantung kebutuhan tubuh. Setelah diserap oleh usus,
Fe diangkut oleh darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh
dalam keadaan terikat pada protein transferin. Zat besi tersebut antara
lain digunakan untuk sintesis enzim – enzim pernafasan, Fe dalam plasma
darah, produksi hemoglobin dan sel darah merah dalam tulang, didalam
hati, limfa, dan lain – lain. Konsumsi daging, ayam, ikan, dan vitamin C
akan meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati sampai 2 -3
kali. Adapun adanya serat pangan, asam fitat, asam oksalat, minuman
berkarbonasi, teh, dan kopi dapat menurunkan penyerapan zat besi
(Darawati, 2016).
Zat besi memiliki berbagai fungsi dalam tubuh, sebagai berikut
(Almatsier, 2010) :
a. Metabolisme energi
Didalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut
elektron, yang berperan dalam langkah – langkah akhir metabolisme
energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari
zat gizi penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Sebagian
besar besi berada didalam hemoglobin, yaitu molekul protein
mengandung besi dari sel merah dan mioglobin didalam otot. Hemoglobin
didalam darah membawa oksigen dari paru – paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru –
paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh
berada didalam hemoglobin. Selebihnya terdapat didalam mioglobin dari
protein lai yang mengandung besi.
12
b. Sistem kekebalan
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon
kekebalan tubuh oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya
pembentukan sel – sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh
berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan
oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi
untuk bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi.
4. Asam Folat (B9)
Asam folat Asam folat sangat berperan pada masa pembuahan dan
kehamilan trimester pertama.Menurut Sandjaja (2010) dalam Kamus Gizi
menyatakan asam folat adalah salah satu bagian dari vitamin B kompleks
yang diperlukan untuk replikasi dan perkembangan sel, metabolisme
asam amino, dan sintesis nukleat.
Folat terdapat luas didalam bahan makanan terutama dalam bentuk
poliglutamat. Folat terutama terdapat didalam sayuran hijau, hati, daging,
serealia utuh, biji – bijian, kacang – kacangan, dan jeruk. Karena asam
folat mudah rusak pada pemanasan, dianjurkan tiap hari makan buah dan
sayur mentah, atau sayur yang dimasak tidak terlalu matang (Almatsier,
2010).
Kekurangan asam folat terutama menyebabkan metabolisme DNA.
Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi inti sel terutama sel – sel
yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih
serta sel sel pitel lambung dan usus, vagina dan serviks rahim.
Kekurangan folat mengambat pertumbuhan, menyebabkan anemia dan
gangguan darah lainnya (Almatsier, 2010). Wanita dengan asam folat
yang tidak mencukupi berisiko tinggi melahirkan bayi dengan kecatatan
tabung saraf atau neural tube defects. Status asam folat yang tidak
adekuat juga dikaitkan dengan berat badan, prematur, dan retardasi
pertumbuhan janin. Angka kecukupan folat bagi wanita usia subur adalah
400 mcg (NIH, 2016).
13
C. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbanagn dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu (Supariasa, dkk, 2008).
Status gizi merupakan keadaan tubuh akibat konsumsi makanan atau
ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi, adanya keseimbangan
antara jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
seperti perkembangan fisik, perkembangan, aktivitas atau produktifitas,
pemeliharaan kesehatan dan lain – lain (Depkes, 2003).
2. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa (2008), penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan cara langsung dan tidak langsung.Penilaian status gizi secara
langsung dibagi menjadi empat yaitu antropometri, biokimia, klinis dan
biofisik. Sedangkan penilaian tidak langsung terdiri dari survey konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
3. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang paling sering
digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Antropometri artinya
ukuran tubuh manusia. Dari sudut pandang gizi, antropometri
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa,
dkk, 2008).
Menurut sandjaja (2010), dalam Kamus Gizi menyatakan bahwa
antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi.
Salah satu cara untuk memantau status gizi orang dewasa adalah
dengan mengukur indeks masa tubuh telah dikembangkan grafik IMT
orang dewasa (umur diatas 18 tahun) dengan menggunakan indeks berat
badan menurut tinggi badan (Supariasa, dkk, 2008).
14
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan(m2)
Tabel 3. Klasifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut Depkes
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat
berat
<17.0
Kekurangan berat badan tingkat
ringan
17,0 – 18,5
Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat
ringan
>25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat .27,0
Sumber : Depkes, 2011.
4. Survey Konsumsi Makanan
Secara umum survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk
mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan
makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan
perorangan serta faktor –faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
makanan tersebut. Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan
untuk individu adalah metode Food Recall 24 jam. Dalam metode ini,
responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin
sampai dia istirahat tidur malam harinya. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa beturut – turut, dapat
menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal. (Supariasa, dkk,
2008).
Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan, sebagai berikut (Supariasa, dkk, 2008) :
15
Kelebihan :
a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
b. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.
c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden
d. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar – benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan :
a. Tidak dapat menggambarkan asupan sehari – hari, bila hanya dilakukan
recall satu hari.
b. Ketepatan sangat bergantung pada daya ingat responden.
c. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian.
d. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari – hari recall
jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada
saat melakukan upacara – upacara keagamaan, selamatan dan lain –
lain.
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut Supariasa (2008) dalam Penilaian Status Gizi faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi yaitu :
a. Faktor Langsung
1) Keadaan Infeksi
Infeksi adalah masuknya dan berkembangnya serta bergandanya agent
penyakit menular dalam badan manusia atau binatang termasuk juga
bagaimana badan pejamu bereaksi terhadap agent tadi meskipun hal ini
tidak selalu tampak secara nyata. Menurut Scrimshaw, et.al (1959) seperti
yang dikutip oleh Supariasa at al (2008) menyatakan bahwa ada hubungan
yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dengan
malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi
dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi
dan mempercepat malnutrisi.
16
2) Konsumsi Makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna
untuk mengukur status gizi. Di amerika serikat survei konsumsi mkanan
digunakan sebagai salah satu cara dalam penentuan status gizi, sedangkan
di Indonesia survey konsumsi sering digunakan dalam penelitian dibidang
gizi (Supariasa, dkk, 2008).
Menurut fauzi (2016) dalam Ilmu Gizi menyatakan makanan sebagai
suatu zat yang bergizi yang dikonsumsi, diminum atau dimasukkan ke
dalam tubuh dengan maksud untuk mempertahankan kehidupan, memberi
energi, meningkatkan pertumbuhan dan lain – lain.
3) Pengaruh Budaya
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain
sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi
pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat
pantangan, tahayul, tabu dalam mesyarakat yang menyebabkan konsumsi
makanan menjadi rendah.
b. Faktor Tidak Langsung
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya
manusia. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki
tentang gizi khususnya konsumsi makanan yang lebih baik. (Muliawati,
2013).
Namun seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan
dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Jika orang tersebut rajin
mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil
pengetahuan gizi nya akan lebih baik (Putri, 2017).
17
Perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang memahami pengetahuan gizi yang diperoleh.
Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan agar
seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga
dan bisa mengambil tindakan yang cepat (Muliawati, 2012).
2) Pekerjaan
Pada tingkat pendidikan yang relatif tinggi, pekerja perempuan lebih
mampu memiliki akses terhadap pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik
karena proses selekse yang relatif lebih terbuka (Sianturi, 2002 dalam
Najoan, 2011). Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
pendapatan, status sosial, pendidikan serta masalah kesehatan.
(Timmreck, 2005 dalam Najoan, 2011).
Hasil survey sosial ekonomi, hampir 50 persen perempuan dipedesaan
bekerja sebagai pekerja yang tidak dibayar. Angka dan fakta tersebut
menunjukkan, bahwa perempuan hanya dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan pasar demi kepentingan ekonomi negara. Oleh karena itu
perempuan adalah “pintu masuk” menuju perbaikan kesejahteraan keluarga
(Najoan, 2011).
3) Pendapatan
Pendapatan adalah hasil dari suatu pekerjaan yang diberikan berupa
material. Dalam hal ini, pendapatan keluarga sangat menentukan besar
kecilnya pemenuhan kebutuhan hidup sehari – hari dalam keluarga.
(Najoan, 2011).
Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada. Persiapan finansial bagi pasangan yang
menghadapi kehamilan akan sangat mempengaruhi pendapat ibu tentang
kesiapan kehamilan. Persiapan finansial yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai masa persalinan dan
masa pengasuhan (Oktalia, 2015).
18
D. Pengaruh Status Gizi Prakonsepsi terhadap Status Gizi Kehamilan
Status gizi sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada
sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas
bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil (Agria, dkk, 2012)
Gizi optimal pada masa prakonsepsi berperan sangat sangat penting
dalam proses pembuahan dan kehamilan. Kecukupan gizi ibu hamil akan
mempengaruhi kondisi janin dalam tubuh kembangnya selama kehamilan.
Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menyebabkan ibu kekurangan
gizi dan berdampak janin yang dikandungnya juga mengalami kekurangan
gizi (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Janin yang kekurangan gizi dapat menyebabkan kondisi bayi berat lahir
rendah (BBLR) yang lebih rentan terhadap infeksi dan bayi prematur. Bayi
dengan kondisi kekurangan gizi apabila asupan gizinya tidak diperbaiki akn
tumbuh dan berkembang menjadi anak dan remaja yang kekurangan gizi.
Kondisi ini akan terus berlangsung sampai dewasa. Siklus ini tidak akan
berhenti apabila tidak ada perbaikan status gizi pada masa prakonsepsi.
Dampaknya, akan menyebabkan calon ibu dengan status gizi kurang
(Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).Kondisi kesehatan ibu yang baik,
sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi yang
lebih sehat (Agria, dkk, 2012)
Kenaikan berat badan harus dijaga selama masa kehamilan, ibu hamil
tidak dianjurkan melakukan diet untuk menurunkan berat nadan selama
kehamilan. Hal ini yang perlu dilakukan adalah mengelola bert badan
selama kehamilan untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan bayi. Akan
tetapi, kenaikan berat badan yangberlebihan juga harus dihindari, karena
kenaikan berat badan yang berlebih selama kehamilan memiliki resiko
lebih tinggi dari pada komplikasi yang terkait dengan kelebihan berat badan
19
dan obesitas, diantaranya diabetes gestasioanl, keguguran, preeklamsia
dan kematian ibu (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur
kehamilan, berat badan yang bertambah normal akan menghasilkan anak
normal. Kenaikan berat badan ideal ibu hamil 7 kg untuk ibu yang gemuk
dan 12,5 kg untuk ibu yang tidak gemuk (Paath, dkk, 2016).
E. Konseling Gizi
Salah satu cara menyadarkan masyarakat akan pentingnya gizi adalah
melalui konseling gizi. Dalam Kamus Gizi (2010), dinyatakan konseling
adalah suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan pasien/klien
mengenali dan mengatasi masalah gizi. Menurut Cornelia, dkk (2013)
dalam Konseling Gizi menyatakan konseling adalah suatu bentuk
pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu
dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta
permasalahan yang dihadapi.
Secara umum, tujuan konseling adalah membantu klien dalam upaya
mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi, status gizi dan kesehatan
klien menjadi lebih baik (Supariasa, 2012).
Perbedaan konseling konsultasi dan penyuluhan dapat dilihat di tabel 4.
Tabel 4. Perbedaan Konseling, Konsultasi, dan Penyuluhan.
Aspek Konseling Konsultasi Penyuluhan
Tujuan Membantu klien
mengidentifikasi dan
menganalisis masalah
klien serta
memberikan
pemecahan masalah
Membantu klien
mengidentifikasi dan
menganalisis
masalah yang
dihadapi klien
Menyadarka
n masyarakat
Sasaran Individu Individu Individu dan
Kelompok
Proses Menggali informasi
dengan keterampilan,
Membantu klien
untuk memecahkan
Memberi
informasi,
20
mendengarkan,
mempelajari, serta
membangun percaya
diri agar klien mampu
mengambil keputusan
untuk mengatasi
masalahnya sendiri
masalah sesuai
dengan masalah
yang dihadapi klien
menanamka
n keyakinan,
dan
meningkatka
n
kemampuan
Hubungan
atau
keduduka
n
Horizontal, yaitu
kedudukan klien dan
konselor sejajar. Yang
dihadapi konselor
adalah klien
Vertikal, yaitu
kedudukan
konsultan lebih
tinggi dari klien.
Yang dihadapi
konsultan adalah
masalah klien
Langsung
atau tidak
langsung.
Sumber : Cornelia, dkk, 2013.
1. Keterampilan Konseling untuk Perubahan Perilaku
Menurut Cornelia, dkk dalam Konseling Gizi terdapat beberapa teori
tentang perubahan perilaku, salah satunya model tranteoretikal.Dalam
model transteoretikal terdapat enam tahapan yang harus dilalui, yaitu
sebagai berikut.:
a. Prekontemplasi, yaitu pada tahap ini klien belum menyadari adanya
masalah. Oleh karena itu, memerlukan informasi untuk
menimbulkan kesadaran akan adanya masalah.
b. Kontemplasi, yaitu sudah timbul kesadaran akan tetapi masih ada
keraguan, antara ingin berubah dan tidak berubah.
c. Preparasi, yaitu kesempatan untuk melangkah maju atau kembali
ke tahap sebelumnya. Klien perlu bantuan dalam menentukan
strategi perubahan yang dapat diterima, dapat dicapai dan layak.
d. Aksi, yaitu, klien mulai menyadari perubahan. Tujuannya adalah
dihasilkannya perubahan perilaku sesuai masalah.
21
e. Pemeliharaan, yaitu pemeliharaan perubahan perilaku yang telah
dicapai dan mencegah kekambuhan.
f. Relaps, yaitu saat terjadi kekambuhan, proses perubahan harus
dimulai dari tahap pertama kembali.
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konseling
Perubahan perilaku adalah tujuan dari konseling. Terdapat 3 faktor
yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok yaitu
(Notoatmojo, 2012) :
a. Faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini
terutama yang positif mempermudah terjadinya perilaku, maka sering
disebut faktor pemudah.
b. Faktor pendukung (Enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor ini
disebut faktor pendukung atau pemungkin.
c. Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor pendorong yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku
seseorang dikarenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap
suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
3. Media Konseling
Yang dimaksud dengan media/alat bantu adalah alat yang digunakan
seseorang dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan.
Berdasarkan fungsinya, media dibagi menjadi tiga, yaitu (Notoatmodjo,
2012) :
22
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan – pesan
kesehatan sangan bervariasi, antara lain sebagai berikut :
1) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan informasi dalam
bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.
2) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi melalui lembaran
dilipat, baik dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.
3) Flyer, bentuk seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.
4) Flip chart (lembar balik), ialah media dalam bentuk buku dimana
tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembar
baliknyaberisi kalimat sebagai pesan yang berkaitan dengan
gambar tersebut.
5) Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah yang
membahassuatu masalah.
6) Poster, ialah media cetak yang biasanya ditempel ditembok
tembok, ditempat umum atau kendaraan umum.
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan –
pesan berbeda jenisnya, yaitu :
1) Televisi
2) Radio
3) Video
4) Slide
5) Film strip
c. Media Papan (Billboard)
Papan (billboard) dipasang ditempat – tempat umum yang berisi
tentang pesan – pesan atau informasi.
23
F. Kerangka Teori
Faktor predisposisi (meliputi pengetahun, sikap dan kepercayaan WUS yang
akan merubah perilaku WUS dalam pemilihan makanan sehingga akan
mengubah asupan dan status gizi WUS.
Faktor pendukung (sarana-prasarana kesehatan yaitu ketersediaan
makanan yang bergizi serta fasilitas pelayanan, jika sarana prasarana
mendukung tentunya akan mempermudah perubahan perilaku responden
khususnya untuk asupan dan status gizi WUS.
Faktor penguat meliputi faktor dukungan yang meliputi sikap dan perilaku
keluarga, lingkungan, dan petugas. Jika faktor ini mendukung secara efektif
maka arah perubahan perilaku pun akan lebih mudah khususnya dalam
perubahan asupan makan sehingga berdampak terhadap status gizi WUS.
Untuk mencapai pengetahuan, asupan makan yang baik dan status gizi
normal maka diberikan intervensi berupa konseling, sehingga hubungan antara
intervensi terhadap faktor perilaku untuk membina dan meningkatkan kesehatan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Faktor Predisposisi
(Pengetahuan,
sikap dan
kepercayaan)
Faktor Pendukung
(Lingkungan Fisik
Sarana atau
Fasilitas)
Faktor Pendorong
Sikap dan Perilaku
Petugas
Konseling
mengenai gizi
prakonsepsi
Asupan Zat Gizi:
- Protein
- Kalsium
- Zat Besi
- Asam
Status Gizi WUS
Pengetahuan &
Sikap WUS
Faktor Langsung Keadaan infeksi, Konsumsi Makanan, budaya
Faktor Tidak Langsung
Pendidikan,Pekerjaan,
dan Pendapatan
Status gizi
kehamilan
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Sumber L.Green, 1993 dalam Notoatmodjo 2012
24
G. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan variabel bebas
(konseling gizi), variabel perancu (pengetahuan dan sikap), serta variabel
terikat (asupan zat gizi).
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Konseling Gizi
Asupan Zat Gizi:
- Protein
- Kalsium
- Zat Besi
- Asam Folat
Status Gizi WUS
Pengetahuan
& Sikap
25
H. Definisi Operasional
Tabel 5. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan Segala bentuk
pengetahuan wanita usia
subur sebelum dan
sesudah konseling
mengenai gizi prakonsepsi
yang diperoleh dengan
mengisi kuesioner yang
terdiri dari 10 pertanyaan.
Jawaban benar diberi skor 1
Jawaban salah diberi skor 0
Skor tertinggi untuk pengetahuan 10
Rasio
3 Sikap Segala bentuk sikap
wanita usia subur sebelum
dan sesudah konseling
mengenai gizi prakonsepsi
yang diperoleh dari
kuesioner pernyataan
positif dan negatif
sebanyak 5
Penilaian pernyataan positif:
Sangat Setuju : 4 Setuju : 3
Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju : 1 Penilaian pernyataan
negatif: Sangat Setuju : 1
Setuju : 2 Tidak Setuju : 3 Sangat Tidak Setuju : 4
Skor maksimal adalah 40
dan skor minimal 10
Rasio
2 Asupan
Protein
Jumlah rata – rata
makanan, minuman dan
suplemen yang dikonsumsi
yang mengandung protein
selama dua hari secara
tidak berurutan sebelum
dan sesudah diberikan
konseling gizi
Dengan menggunakan
formulir food recall 24 jam.
Asupan protein=.......... gr Rasio
26
3 Asupan
Kalsium
Jumlah rata – rata
makanan, minuman dan
suplemen yang dikonsumsi
yang mengandung kalsium
selama dua hari secara
tidak berurutan sebelum
dan sesudah diberikan
konseling gizi
Dengan menggunakan
formulir food recall 24 jam.
Asupan Kalsium =........mg Rasio
4 Asupan Zat
Besi
Jumlah rata – rata
makanan, minuman dan
suplemen yang dikonsumsi
yang mengandung zat besi
selama dua hari secara
tidak berurutan sebelum
dan sesudah diberikan
konseling gizi
Dengan menggunakan
formulir food recall 24 jam.
Asupan zat Besi=.........mg Rasio
5 Asam Folat Jumlah rata – rata
makanan, minuman dan
suplemen yang dikonsumsi
yang mengandung asam
folat selama dua hari
secara tidak berurutan
sebelum dan sesudah
diberikan konseling gizi.
Dengan menggunakan
formulir food recall 24 jam.
Asupan asam folat.=.....mcg Rasio
27
I. Hipotesis
Ha1 : Ada pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
pengetahuan dan sikap pada WUS
Ha2 : Ada pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
asupan protein, kalsium, zat besi dan asam folat pada WUS
Ha3 : Ada pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap status
gizi pada WUS.
5 Status gizi
WUS
Hasil penilaian diperoleh
dari pengukuran
antropometri yang dinilai
berdasarkan IMT WUS
IMT :...............m2/kg
Rasio
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Paluh kemiri. Waktu penelitian ini
berlangsung dari bulan Oktober 2017 – Juli 2018. Sedangkan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni–Juli 2018.
B. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan
One Group Pre and Post test Design. Bentuk rancangan ini di gambarkan
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :
Gambar 3. Bentuk Rancangan One Group Pre-test Post-test Design
Keterangan :
01 : Pre test, yaitu pengukuran pengetahuan, sikap, asupan
protein,kalsium, zat besi, asam folat dan status gizi sebelum
perlakuan
X : Perlakuan, yaitu konseling mengenai prakonsepsi
02 : Post test, yaitu pengukuran pengetahuan, sikap, asupan
protein,kalsium, zat besi, asam folat dan status gizi setelah
perlakuan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur yang
sudah menikah pada periode prakonsepsi yang ada di Kelurahan Paluh
Kemiri, jumlah wanita usia subur di kelurahan paluh kemiri sebanyak 528
orang.
Pre test Perlakuan Post test
01 X 02
29
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling. Kemudian penentuan sampel dilakukan
dengan melakukan screening sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria inklusi sampel adalah :
1) Bersedia menjadi sampel
2) Dapat diajak berkomunikasi dengan baik
3) Sudah menikah
4) Umur 18 – 35 tahun
5) Sampel tidak menderita penyakit kronis
6) Tidak menggunakan alat kontrasepsi
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah :
1) Tidak ikut dalam penelitian secara lengkap selama 1 bulan.
2) Pindah dari lokasi penelitian
Gambar 3. Alur pengambilan sampel
Pada uraian diatas, sampel yang yang diteliti berjumlah 30 orang
yang ditentukan pada kriteria inklusi dan eksklusi.
Populasi Sumber Wanita Usia Subur di Kelurahan Paluh Kemiri (n: 528)
Berdasarkan Perhitungan Kriteria Inklusi sudah menikah dengan
umur 18 – 35 tahun (n: 211)
Berdasarkan Perhitungan Kriteria Inklusi tidak mempunyai penyakit
kronis (n:180 )
Berdasarkan Perhitungan Kriteria Inklusi sampel tidak menggunakan
alat kontrasepsi (n:60 )
Sampel diambil secara acak dengan pertimbangan keterbatasan dana (n:30 )
30
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder, yang meliputi:
a. Data Primer
1) Data identitas sampel meliputi nama, umur, alamat, pendidikan,
dan pekerjaan. Pengumpulan data identitas sampel yaitu dengan
mengisi formulir data diri melalui wawancara.
2) Data pengetahuan awal dan akhir diukur mengunakan kuesioner
yang diisi oleh responden
3) Data sikap awal dan akhir diukur menggunakan kuesioner yang
diisi oleh responden
4) Data berat badan wanita usia subur awal dan akhir diukur langsung
dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1 kg.
5) Data tinggi badan wanita usia subur awal dan akhir diukur langsung
dengan menggunakan microtoise dengan 0,1 cm.
6) Data asupan makan awal dan akhir diperoleh dengan lembar food
recall 24 jam selama 2 hari secara tidak berurutan
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari
kantor lurah Keluruhan Paluh Kemiri.
2. Cara Pengumpulan Data
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Formulir data identitas sampel untuk mendapatkan karakteristik
sampel
7) Formulir penelitian (food recall 24 jam), buku foto makanan SDT
(Studi Diet Total) dan alat tulis menulis .
b. Formulir IC (Infirmed Consent) atau tanda persetujuan responden
untuk mengikuti kegiatan penelitian.
31
c. Modul materi konseling (Materi I - IV).
Modul konseling yang diberikan adalah berupa leaflet yang
didalamnya memuat seluruh materi konseling, yang meliputi :
i. Materi 1 : Pentingnya gizi prakonsepsi
ii. Materi 2 : Kebutuhan gizi pada masa prakonsepsi
iii. Materi 3 : Gaya hidup dan asupan gizi prakonsepsi
iv. Materi 4 : Pengaturan Makanan Sehari Wanita Prakonsepsi
Penelitian ini dibantu oleh 4 enumerator untuk mengumpulkan data
pengetahuan, sikap, asupan, berat badan, dan tinggi badan .
Tabel 6. Jadwal Penelitian
No Tanggal Kegiatan Keterangan
1
21 Juni 2018 Melakukan recall 24 jam hari ke-1
pengukuran BB, TB & LILA Sebelum
konseling 23 Juni 2018 Melakukan recall 24 jam hari ke-2
& pengisian kuesioner
2
25 Juni 2018 Memberikan konseling materi I
dan II
Waktu pemberian konseling :
20 menit
Pertemuan
Ke-1
3
26 Juni 2018 Memberikan konseling materi III
dan IV
Waktu pemberian konseling :
20 menit
Pertemuan Ke-2
4
27 Juni 2018 Pengulangan materi I – IV
Waktu pemberian konseling :
20 menit
Pertemuan
Ke-3
5
29 Juni 2018 Melakukan recall hari ke-1 &
pengisian kuesioner Setelah
Konseling 01 Juli 2018 Melakukan recall hari ke-2 &
pengukuran BB, TB & LILA
E. Intervensi yang Diberikan
Pra Intervensi :
1. Menyiapkan materi
2. Mengembangkan modul, berupa leaflet
32
3. Menyusun jadwal konseling. Berikut ini jadwal konseling yang
akan dilakukan :
4. Membuat formulir data responden dan formulir food recall 24 jam.
5. Pengembangan kuesioner tentang pengetahuan dan sikap
mengenai gizi prakonsepsi. Kuesioner disusun berdasarkan materi
konseling yang dikembangkan dalam leaflet. Jumlah kuesioner
pengetahuan adalah 10 multiple choice test dan 10 kuesioner
sikap.
6. Kemudian penentuan subjek melalui kriteria inklusi
7. Selanjutnya sebelum dilakukan pre test, responden terlebih dahulu
diberikan penjelasan mengenai penelitian. Setelah itu responden
diminta mengisi formulir persetujuan (Informed Consent).
8. Kemudian peneliti melakukan pre test dengan melakukan recall 24
jam 2 secara tidat berurutan, pengukuran BB, TB dan pengisian
kuesioner.
Intervensi :
Intervensi yang berikan kepada responden yaitu konseling untuk
meningkatkan pengetahuan, asupan protein, kalsium, zat besi, asam folat
dan status gizi. Peneliti memberikan materi secara berurutan mulai dari
materi 1 sampai materi 4. Kemudian responden akan menerima konseling
sebanyak 3 kali, dimana pada pertemuan ke-1 responden mendapat
materi 1 dan 2, pada pertemuan ke-2 responden mendapat materi 3 dan
4, dan pada pertemuan ke-3 pengulangan materi 1 sampai dengan 4.
Menurut Azzahra (2015) lama waktu pemberian konseling adalah 20
sampai 30 menit dan media yang digunakan dalam pemberian konseling
adalah leaflet . Konseling akan dilaksanakan secara home visit dengan
suasana kondusif, dimana hanya ada reponden dan peneliti. Setelah
dilakukan konseling peneliti mewawancarai kembali responden mengenai
asupan yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu selama 2
hari tidak berturut – turut dan responden diminta untuk mengisi kembali
33
kuesioner pengetahuan. Kemudian peneliti mengukur kembali berat
badan, dan tinggi badan responden.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Data Identitas Sampel
Data yang sudah dikumpulkan diolah secara manual menggunakan
komputer dengan tahapan secara berikut :
1) Memeriksa kelengkapan data
2) Mengentri data
3) Pengecekan ulang data
4) Mentabulasi data sesuai dengan kategori data.
b. Data Asupan Protein, Kalsium, Zat Besi dan Asam Folat
. Data diperoleh dengan metode food recall 24 jam, dengan
menggunakan formulir food recall 24 jam dilakukan 2 hari secara tidak
berturut – turut dan menunjukkan ukuran masing-masing bahan
makananan pada buku foto makanan SDT (Studi Diet Total) kepada
responden sebelum dan setelah diberikan konseling, kemudian dientri
menggunakan komputer ke dalam program Nutrisurvey, yang kemudian
asupan tersebut dirata – ratakan dan dibandingkan dengan AKG 2013
berdasarkan jenis kelamin perempuan dengan usia 18 – 35 tahun
Persen asupan protein dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
yaitu :
% Asupan Protein : Rata – rata asupan protein x100
59 gr usia 16-18, 56 gr usia 19-29,
57 gr usia 30-49
% Asupan Kalsium : Rata – rata asupan kalsium x100%
1200 mg usia 16-18, 1100 mg usia 19-29,
1000 mg usia 30-49
34
% Asupan Zat Besi : Rata – rata asupan zat besi x100
26 mg
% Asupan Asam Folat : Rata – rata asupan asam folat x100
400 mcg
Kemudian persen asupan dikategorikan menjadi 4 yaitu :
1) Baik apabila tingkat konsumsi >100%
2) Sedang apabila tingkat konsumsi 80 – 99%
3) Kurang apabila tingkat konsumsi 70 – 80%
4) Defisit apabila tingkat konsumsi <70%
c. Data Status Gizi
Status gizi dikumpulkan dengan menggunakan pengukuran Berat
badan, dan tinggi badan wanita usia subur.
Prosedur penimbangan berat badan dengan timbangan injak digital :
1) Tempatkan timbangan injak pada permukaan yang rata, datar dan
tidak licin.
2) Injak timbangan hingga muncul angka nol
3) Petugas berada di sebelah kanan responden yang akan di timbang
4) Responden yang akan di timbang di minta membuka alas kaki dan
jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci,
hand phone, dll
5) Responden berdiri pada timbangan tepat ditengah timbangan
dengan pandangan lurus ke depan, tegak lurus dan tidak
berpegangan.
6) Tunggu sampai angka pada timbangan berhenti berkedip dan
menunjukkan angka tertentu
7) Catat hasil penimbangan dan mintalah subyek untuk turun dari
timbangan
8) Alat timbang akan mati secara otomatis.
35
Prosedur pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoise :
1) Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang
microtoise di dinding agar tegak lurus.
2) Letakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul
tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan
atau tonjolan (rata).
3) Tarik papan penggeser tegak lurus keatas, sejajar dengan benang
berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela
baca menunjukkan angka 0 (nol).
4) Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas
microtoise. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri
lagi perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise
5) Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi
(penutup kepala).
6) Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser .
7) Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.
8) Turunkan microtoise hingga mengenai /menyentuh rambut subjek
namun tidak terlalu menekan (pas dengan kepala) dan posisi
microtoise tegak lurus.
9) Catat hasil pengukuran
Pengukuran IMT dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Kurus apabila IMT <18.5
2) Normal apabila IMT berada dikisaran 18.5 – 25.0
3) Overweight apabila IMT berada dikisaran 25.1 – 27.0
4) Obesitas apabila IMT >27.0
d. Data Pengetahuan
Data pengetahuan dikumpulkan dari hasil kuesioner yang telah
dijawab oleh sampel sebelum dan sesudah diberikan konseling gizi
dengan menggunakan 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor
tertinggi 1 dan skor terendah 0. Maka didapatkan total skor tertinggi
36
adalah 10. Nilai pengetahuan kemudian diklasifikasikan menjadi nilai
pengetahuan kategorikal dimana menurut Arikunto (2006) pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterpretasi dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu :
Baik : hasil persentase 76 – 100%
Cukup : hasil persentase 56 – 75%
Kurang : hasil persentase < 56%
e. Data Sikap
Data dikumpulkan dari hasil kuesioner yang telah dijawab oleh
sampel pada saat sebelum dan sesudah diberikan konseling gizi dengan
menggunakan 10 pernyataan sikap yaitu 5 pernyataan positif dan 5
pernyataan negatif dengan kategori sangat setuju, setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Hasil kuesioner dientri dan diolah program komputer,
jika pernyataan positif maka nilai untuk pilihan sangat setuju adalah 4,
setuju 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju bernilai 1 sedangkan pada
pernyataan negatif maka nilai untuk pilihan sangat setuju adalah 1, setuju
2, tidak setuju 3 dan sangat tidak setuju bernilai 4. Total skor tertinggi
adalah 40 dan terendah 10. Nilai sikap kemudian diklasifikasikan menjadi
nilai pengetahuan kategorikal dimana menurut Arikunto (2006)
pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasi dengan skala
yang bersifat kualitatif, yaitu :
Baik : hasil persentase 76 – 100%
Cukup : hasil persentase 56 – 75%
Kurang : hasil persentase < 56%
2. Analisis Data
a. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel, yaitu : nama, usia, pekerjaan, pendidkan,
pengetahuan, sikap, asupan protein, kalsium, zat besi, asam folat dan
status gizi yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu untuk melihat :
37
1) Adanya pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
pengetahuan WUS.
2) Adanya pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
sikap WUS.
3) Adanya pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
asupan protein WUS.
4) Adanya pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
asupan kalsium WUS.
5) Adanya pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
asupan zat besi WUS .
6) Adanya pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
asupan asam folat WUS .
7) Adanya pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap
status gizi WUS.
Pada uji statistik apabila data berdistribusi normal maka uji yang
digunakan T-dependent, namun jika data tidak berdistribusi normal maka
digunakan uji Wilcoxon, dengan kesimpulan, jika diperoleh nilai p ≤0,05
maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan rata – rata pengetahuan, sikap,
asupan dan status gizi sebelum dan sesudah konseling gizi terhadap
pengetahuan, sikap, asupan protein, kalsium, zat besi, asam folat dan
status gizi di Kelurahan Paluh Kemiri.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Lokasi penelitian untuk sampel yaitu di kelurahan Paluh Kemiri
kecamatan Lubuk Pakam. Luas wilayah kelurahan paluh kemiri yaitu 187
Ha, terdapat IV lingkungan, dan 3501 jiwa penduduk. Berikut batas-batas
wilayah kelurahan Paluh Kemiri :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Desa Bakaran Batu
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Lubuk Pakam Pekan
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Petapahan
2. Demografi
Data pertahun 2017 Kelurahan Paluh Kemiri memiliki 3501 orang
penduduk, yang berjenis kelamin laki-laki 1759 orang, berjenis kelamin
perempuan sebanyak 1742 orang, dan jumlah KK sebanyak 936 KK.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat dalam hal ini dilakukan untuk melihat distribusi
karakteristik setiap variabel, yaitu : nama, usia, pekerjaan, pendidkan,
pengetahuan, sikap, asupan protein, kalsium, zat besi, asam folat dan
status gizi yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
a. Karakteristik Sampel
a) Umur Sampel
Adapun kategori umur sampel disajikan sebagai berikut :
39
Tabel 7. Kategori Umur Sampel
No Kategori Umur N %
1 18-26 4 13,3 2 27-35 26 86,7
Total 30 100
Pada tabel 7 diatas menunjukkan bahwa umur sampel yang paling
banyak adalah pada umur 27-35 tahun yaitu sebesar 86,7 % dengan
jumlah 26 orang.
b) Pendidikan Sampel
Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada
Tabel8.
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Sampel
No Tingkat pendidikan N %
1 SD 9 30 2 SMP 9 30
3 SMA 10 33,7 4 S1 2 6,7
Total 30 100
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sampel yang
paling banyak adalah SMA 10%, yang paling sedikit adalah S1 yaitu
6,7%, sedangkan SD dan SMA adalah 30%.
c) Pekerjaan Sampel
Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pekerjaan Sampel
No Pekerjaan N %
1 PNS 1 3,3
2 IRT 24 80 3 Peg.Swasta 1 3,3 4 Wiraswasta 1 3,3
5 Guru 2 6,7 6 Buruh 1 3,3
Total 30 100
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa rata rata pekerjaan sampel yaitu
Ibu Rumah Tangga (IRT) atau tidak bekerja.
40
b. Pengetahuan
Dalam penelitian ini pengetahuan diukur dengan menggunakan
kuesioner dengan 10 pertanyaan. Skor pengetahuan diukur sebelum dan
sesudah intervensi. Rata-rata skor pengetahuan sampel adalah sebagai
berikut :
Tabel 10. Rata – Rata Pengetahuan
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi
Sebelum Intervensi 6,40 1,923 Sesudah Intervensi 9,10 1,125
Peningkatan Pengetahuan 2,7
Tabel 10 menunjukkan bahwa rata – rata skor pengetahuan sampel
sebelum intervensi sebesar 6,40 dengan standar deviasi 1,923.
Sedangkan rata – rata skor pengetahuan sesudah intervensi yaitu 9,10
dengan standar deviasi 1,125. Rata-rata pengetahuan ini meningkat
setelah intervensi sebesar 2,7. Kategori pengetahuan sampel berdasarkan
jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Kategori Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kategori Pengetahuan Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
n % n %
Baik 10 33,3 27 90 Cukup 9 30,0 3 10
Kurang 11 36,7 0 0
Total 30 100 30 100
Kategori pengetahuan sampel sebelum diberikan intervensi yang
paling banyak adalah kategori kurang sebesar 36,7 sementara kategori
baik hanya sebesar 33,3%. Sedangkan setelah diberikan intervensi 90%
sampel memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan tidak ada lagi
sampel yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang.
c. Sikap
Dalam penelitian ini sikap diukur dengan menggunakan kuesioner
dengan 10 pertanyaan, yang terdiri dari 5 pertanyaan positif dan 5
41
pertanyaan negatif. Skor sikap diukur sebelum dan sesudah intervensi.
Rata-rata skor sikap sampel adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Rata – Rata Sikap
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi
Sebelum Intervensi 30,43 3,181 Sesudah Intervensi 33,73 3,028
Peningkatan sikap 3,3
Rata-rata skor sikap WUS sebelum intevensi adalah 30,43 dengan
standar deviasi 3,181. Sedangkan rata – rata skor pengetahuan sesudah
intervensi yaitu 33,73 dengan standar deviasi 3,028. Rata-rata
pengetahuan ini meningkat setelah intervensi sebesar 3,3. Sedangkan
Kategori sikap sampel berdasarkan jawaban yang diberikan disajikan
pada tabel 13.
Tabel 13. Kategori Sikap Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kategori Sikap Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
n % n %
Baik 15 50,0 25 83,3 Cukup 15 50,0 5 16,7
Total 30 100 30 100
Kategori sikap sampel sebelum diberikan intervensi adalah kategori
baik 50 % dan kategori cukup 50%. Sedangkan setelah diberikan
intervensi 83,3% sampel memiliki sikap dengan kategori baik dan 16,7%
sampel lagi yang memiliki sikap dengan kategori cukup.
d. Asupan Gizi
Dalam penelitian ini asupan gizi yang diteliti yaitu Protein, Kalsium, Zat
Besi dan Asam Folat. Data diperoleh dengan metode food recall 24 jam,
dengan menggunakan formulir food recall 24 jam dilakukan 2 hari secara
tidak berturut – turut, yang kemudian asupan tersebut dirata – ratakan dan
dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan jenis kelamin perempuan
dengan usia 18 – 35 tahun. Berikut rata-rata asupan responden
berdasarkan jumlah yang dikonsumsi adalah sebagai berikut :
42
a) Protein
Tabel 14. Rata – Rata Asupan Protein
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi
Sebelum Intervensi 60,23 5,844 Sesudah Intervensi 66,31 8,306
Peningkatan Asupan Protein 6,08
Tabel 14 menunjukkan bahwa rata – rata asupan protein sebelum
intervensi sebesar 60,23 dengan standar deviasi 5,844. Sedangkan rata –
rata asupan protein sesudah intervensi yaitu 66,31 dengan standar
deviasi 8,306. Rata-rata asupan protein terjadi peningkatan setelah
intervensi sebesar 6,08. Sedangkan asupan protein berdasarkan
kategori dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Kategori Asupan Protein Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kategori Protein Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
n % n %
Baik 20 66,7 27 90 Sedang 10 33,3 3 10
Total 30 100 30 100
Kategori asupan protein sebelum diberikan intervensi adalah kategori
baik 66,7%, dan sedang 33,3%. Setelah diberikan intervensi kategori baik
meningkat menjadi 90% dan kategori sedang berkurang menjadi 10 %.
b) Kalsium
Tabel 16. Rata – Rata Asupan Kalsium
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi
Sebelum Intervensi 251,48 80,11
Sesudah Intervensi 244,05 68,74
Peningkatan Asupan Kalsium 7,43
Tabel 16 menunjukkan bahwa rata – rata asupan kalsium sebelum
intervensi sebesar 251,48 dengan standar deviasi 80,11. Sedangkan rata
– rata asupan kalsium sesudah intervensi yaitu 244,05 dengan standar
deviasi 68,74. Rata-rata asupan kalsium terjadi peningkatan setelah
43
intervensi sebesar 7,43. Sedangkan asupan kalsium berdasarkan
kategori dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Kategori Asupan Kalsium Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kategori Kalsium Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
n % n %
Defisit 30 100 30 100
Total 30 100 30 100
Asupan kalsium sebelum dan sesudah diberikan intervesi dalam
kategori defisit.
c) Zat Besi
Tabel 18. Rata – Rata Asupan Zat Besi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi
Sebelum Intervensi 10,273 1,849
Sesudah Intervensi 12,227 2,353
Peningkatan Asupan Zat Besi 2,05
Tabel 18 menunjukkan bahwa rata – rata asupan zat besi sebelum
intervensi sebesar 10,273 dengan standar deviasi 1,849. Sedangkan rata
– rata asupan zat besi sesudah intervensi yaitu 12,227 dengan standar
deviasi 2,353. Rata-rata asupan zat besi terjadi peningkatan setelah
intervensi sebesar 2,05. Sedangkan asupan zat besi berdasarkan
kategori dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Kategori Asupan Zat Besi Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kategori Zat Besi Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
n % n %
Defisit 30 100 30 100
Total 30 100 30 100
Asupan zat besi sebelum dan sesudah diberikan intervesi dalam
kategori defisit.
44
d) Asam Folat
Tabel 20. Rata – Rata Asupan Asam Folat
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi
Sebelum Intervensi 174,96 31,71 Sesudah Intervensi 183,98 32,93
Peningkatan Asupan Asam Folat 9,02
Tabel 20 menunjukkan bahwa rata – rata asupan asam folat sebelum
intervensi sebesar 174,96 dengan standar deviasi 31,71. Sedangkan rata
– rata asupan asam folat sesudah intervensi yaitu 183,98 dengan standar
deviasi 32,93. Rata-rata asam folat terjadi peningkatan setelah intervensi
sebesar 9,02. Sedangkan asupan Asam Folat berdasarkan kategori dapat
dilihat pada tabel 21.
Tabel 21. Kategori Asupan Asam Folat Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kategori Asam Folat Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
n % n %
Defisit 30 100 30 100
Total 30 100 30 100
Asupan asam folat sebelum dan sesudah diberikan intervesi dalam
kategori defisit.
e. Status Gizi
Didalam penelitian ini status gizi dikumpulkan dengan menggunakan
pengukuran berat badan, tinggi badan wanita usia subur.
IMT
Tabel 22. Rata – Rata IMT
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi
Sebelum Intervensi 24,91 6,054
Sesudah Intervensi 25,04 5,824
Peningkatan IMT 0,13
Tabel 22 menunjukkan bahwa rata – rata status gizi berdasarkan IMT
sebelum intervensi sebesar 24,91 dengan standar deviasi 6,054.
Sedangkan rata – rata IMT sesudah intervensi yaitu 25,04 dengan
45
standar deviasi 5,824. Rata-rata IMT terjadi peningkatan setelah
intervensi sebesar 0,13. Sedangkan IMT berdasarkan kategori dapat
dilihat pada tabel 23.
Tabel 23. Kategori IMT Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kategori IMT Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
n % n %
Kurus 3 10 2 6,7
Normal 16 53,3 17 56,7
Overweight 1 3,3 1 3,3
Obesitas 10 33,3 10 33,3
Total 30 100 30 100
Kategori status gizi berdasarkan IMT responden sebelum diberikan
intervensi adalah kategori kurus 10%, dan normal 16%. Sedangkan
setelah diberikan intervensi responden memiliki IMT dengan kategori
kurus 6,7 % dan 17% responden yang memiliki IMT dengan kategori
normal. Untuk kategori overweight dan obesitas tidak ada perubahan
sebelum dan setelah diberikan intervensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh
pemberian edukasi terhadap pengetahuan, sikap, asupan dan status gizi
sebelum dan sesudah konseling gizi terhadap pengetahuan, sikap,
asupan protein, kalsium, zat besi, asam folat dan status gizi di Kelurahan
Paluh Kemiri.
a. Pengaruh Pemberian Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Terhadap Pengetahuan
Tabel 24. Analisa pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi P Value
Sebelum Intervensi 6,40 1,923 0,000
Sesudah Intervensi 9,10 1,125
Peningkatan Pengetahuan 2,7
46
Berdasarkan tabel 24. menunjukkan hasil uji statistik menggunakan
uji Wicoxon diperoleh nilai p=0,000 < 0,05 terlihat adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi, artinya adanya pengaruh
konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap pengetahuan WUS.
b. Pengaruh Pemberian Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Terhadap Sikap
Tabel 25. Analisa sikap sebelum dan sesudah intervensi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi P Value
Sebelum Intervensi 30,43 3,181 0,001
Sesudah Intervensi 33,73 3,028
Peningkatan sikap 3,3
Berdasarkan tabel 25. menunjukkan hasil uji statistik menggunakan
uji Paired T Test diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 terlihat adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi, artinya adanya pengaruh
konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap sikap WUS.
c. Pengaruh Pemberian Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Terhadap Protein
Tabel 26. Analisa protein sebelum dan sesudah intervensi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi P Value
Sebelum Intervensi 60,23 5,844 0,000
Sesudah Intervensi 66,31 8,306
Peningkatan Asupan Protein 6,08
Berdasarkan tabel 26. menunjukkan hasil uji statistik menggunakan
uji Paired T Test diperoleh nilai p=0,000 < 0,05 terlihat adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi, artinya adanya pengaruh
konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap asupan protein WUS.
47
d. Pengaruh Pemberian Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Terhadap Kalsium
Tabel 27. Analisa kalsium sebelum dan sesudah intervensi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi P Value
Sebelum Intervensi 251,48 80,11 0,548
Sesudah Intervensi 244,05 68,74
Peningkatan Asupan Kalsium 7,43
Berdasarkan tabel 27. menunjukkan hasil uji statistik menggunakan uji
Paired T Test diperoleh nilai p=0,548. Hal ini sesuai dengan penarikan
kesimpulan uji statistik dengan syarat p>0,05 maka H0 diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jika pemberian konseling tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap asupan kalsium.
e. Pengaruh Pemberian Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Terhadap Zat Besi
Tabel 28. Analisa zat besi sebelum dan sesudah intervensi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi P Value
Sebelum Intervensi 10,273 1,849 0,000
Sesudah Intervensi 12,227 2,353
Peningkatan Asupan Zat Besi 2,05
Berdasarkan tabel 28. menunjukkan hasil uji statistik menggunakan
uji Paired T Test diperoleh nilai p=0,000 < 0,05 terlihat adanya perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi, artinya adanya pengaruh
konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap asupan zat besi WUS.
f. Pengaruh Pemberian Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Terhadap Asam Folat
Tabel 29. Analisa asam folat sebelum dan sesudah intervensi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi P Value
Sebelum Intervensi 174,96 31,71 0,124
Sesudah Intervensi 183,98 32,93
Peningkatan Asupan Asam Folat 9,02
48
Berdasarkan tabel 29. menunjukkan hasil uji statistik menggunakan uji
Paired T Test diperoleh nilai p=0,124. Hal ini sesuai dengan penarikan
kesimpulan uji statistik dengan syarat p>0,05 maka H0 diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jika pemberian konseling tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap asupan asam folat.
g. Pengaruh Pemberian Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Terhadap Status Gizi
Tabel 30. Analisa status gizi sebelum dan sesudah intervensi
Waktu Pengukuran Rata – Rata Std. Deviasi P Value
Sebelum Intervensi 24,91 6,054 0,135
Sesudah Intervensi 25,04 5,824 Peningkatan IMT 0,13
Berdasarkan tabel 30. menunjukkan hasil uji statistik menggunakan uji
Paired T Test diperoleh nilai p=0,135. Hal ini sesuai dengan penarikan
kesimpulan uji statistik dengan syarat p>0,05 maka H0 diterima. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jika pemberian konseling tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap asupan status gizi.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Rentang kehidupan yang diukur dengan tahun merupakan parameter
untuk mengetahui usia atau umur seseorang. Rentang umur wanita usia
subur yaitu 18-49 tahun (BKKBN, 2011). Menurut penelitian Meyclin dkk
tahun 2013 menyatakan bahwa setiap ibu hamil dan bersalin >35 tahun
berpengaruh terhadap kematian perinatal karena kehamilan >35 tahun
lebih memungkinkan terjadinya keguguran, bayi lahir mati atau cacat dan
kematian ibu.
Berdasarkan hasil yang didapatkan sampel yang paling banyak
adalah pada umur 27-35 tahun yaitu sebesar 86,7 % dengan jumlah 26
orang, yang memungkinkan mereka masih mampu menangkap informasi
yang diberikan dan bisa mengingat kembali.
49
Usia seseorang sangat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang, semakin matang usia akan semakin bang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.
Menurut penelitian Maulan (2012) menyatakan usia seseorang sangat
mempengaruhi faktor pengetahuan karena pada kelompok uasia dewasa,
suia reproduktif dalam teori Notoatmodjo (2005), seseorang akan semakin
mudah untuk memanfaatkan waktu untuk berkemmengikuti segala
kegiatannya.
b. Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan
merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan Tingkat pendidikan sampel yang
paling banyak adalah SMA 10%, hal ini menunjukkan bahwa sampel bisa
menerima konseling dengan baik.
Pendidikan yang di lalui seseorang baik formal maupun nonformal
akan meningkatkan pengetahuan, sehingga dapat menerapkan gizi
prakonseps dikehidupan sehari - harinya. Sampel yang memiliki riwayat
pendidikan yang tinggi akan mudah menerima informasi yang di berikan
BIasanya semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin semakin baik
pula dalam menyaring informasi yang baik dan buruk sesuai dengan
kebutuhanya (Langitan, 2007).
. Pada saat konseling dilakukan sampel yang dengan pendidikan
SMA dan sarjana lebih mudah memahami konseling yang diberikan
dibanding sampel yang berpendidikan SMP dan SD. Untuk itu pendidikan
juga berpengaruh terhadap penyampain konseling yang diberikan.
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu sumber penghasilan bagi
individu/keluarga dimana penghasilan dari pekerjaan menjadi jembatan
guna memenuhi kebutuhan hidup individu/keluarga.
50
Hasil menunjukkan bahwa rata rata pekerjaan sampel yaitu Ibu
Rumah Tangga (IRT) atau tidak bekerja. Yang beraati bahwa Wanita Usia
Subur tidak memiliki kesibukan lain selain mengurus urusan rumah tangga
dan menurus anak, sehingga diharapkan dapat mengubah prilaku dan
status gizi wanita usia subur.
2. Konseling Mengenai Gizi Prakonsepsi
Secara umum, tujuan konseling adalah membantu klien dalam upaya
mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi, status gizi dan kesehatan
klien menjadi lebih baik (Supariasa, 2012).
Dalam penelitian ini konseling gizi ditujukan kepada wanita usia
subur (WUS) untuk menghadapi kehamilan atau masa prakonsepsi.
Konseling yang dilakukan yaitu mengenai gizi masa prakonsepsi.
Pemberian materi langsung dilakuakn oleh peneliti dengan bantuan
enumerator yang didampingi oleh kader posyandu. Pemberian materi
menggunakan metode tanya jawab. Pelaksanaan edukasi dilakukan
dengan menggunakan leaflet. Konseling dilakukan sebanyak 3 kali yaitu
pada pertemuan pertama penyampaian materi 1 dan materi 2, pada
pertemuan kedua penyampaian materi 3 dan 4 dan pada pertemuan
ketiga pengulangan materi 1 sampai materi 4. Pada awal pemberian
edukasi, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai gizi prakonsepsi. Setelah pemberian edukasi pengetahuan
sampel cenderung meningkat.
3. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Pengetahuan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program –
program kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan dalam jangka waktu yang pendek (Utari dkk, 2014).
Pengetahuan merupakan salah satu dari tiga komponen yang
mempengaruhi perilaku manusia. Proses yang didasari oleh pengetahuan
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan langgeng.
51
Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010).
Secara umum, terdapat perubahan pengetahuan responden setelah
diberikan intervensi berupa konseling. Skor pengetahuan responden yang
paling rendah adalah 6 dan tertinggi adalah 10 dari total skor 10.
Rata – rata pengetahuan sampel sebelum diberikan intervensi adalah
64,0 dengan standar deviasi 19,226. Hal ini berarti sebelum diberikan
konseling, responden hanya menguasai 64% dari semua pertanyaan yang
diberikan. Kategori pengetahuan sampel secara umum adalah kurang.
Sebelum diberikan konseling, ada 3 pertanyaan tentang pengetahuan
yang >50% dijawab salah oleh sampel, yaitu pertanyaan tentang
pengertian prakonsepsi (nomor 1); rentang waktu masa prakonsepsi
(nomor 2); dan porsi nasi (nomor 10) .
Setelah diberikan konseling gizi, diperoleh hasil bahwa pengetahuan
responden meningkat mengenai pertanyaan tersebut. Semua pertanyaan
telah dijawab sampel dengan persentase >80%.
Setelah diberikan konseling, skor pengetahuan yang paling rendah
adalah 6 dan tertinggi adalah 10. Rata-rata skor pengetahuan responden
meningkat sebesar 27,0 menjadi 91,0 dengan standar deviasi 1,125.
Sejalan dengan hal tersebut, kategori pengetahuan sampel juga berubah
menjadi baik dengan peningkatan persentase pengetahuan menjadi 91%.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata
pengetahuan sampel sebelum dan sesudah diberikan konseling. Nilai
signifikan juga diperoleh p = 0,000 (< 0,05) yang artinya ada pengaruh
konseling terhadap peningkatan pengetahuan sampel.
Adanya perubahan pengetahuan sesudah diberikan intervensi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiara et al (2014) di
Semarang dimana ibu yang mempunyai anak Stunting Usia 1-2 tahun
diberikan konseling gizi dan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
pengetahuan sebelum dan sesudah mendapatkan konseling. Penelitian
serupa juga dilakukan oleh Khodijah (2015) mengenai konseling tentang
52
infeksi menular seksual dapat meningkatkan pengetahuan wanita pekerja
seks.
4. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Sikap
Sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah merupakan reaksi respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sebelum diberikan konseling, skor sikap yang paling rendah adalah 24
dan tertinggi adalah 36 dari total skor 40. Rata-rata sikap awal sampel
adalah 75,83 dengan standar deviasi 8,060. Hal ini berarti sebelum
diberikan konseling responden sudah menguasai 75,8% dari semua
pertanyaan yang diberikan. Kategori sikap sampel secara umum adalah
cukup.
Sebelum diberikan konseling, ada 4 pertanyaan tentang sikap yang
responden masih memberikan jawaban yang salah yaitu <75% , yaitu
pernyataan nomor 3 mengenai konsumsi asam folat, pertanyaan nomor
4 tentang makanan tinggi asam folat dan fe sebelum hamil, pertanyaan
nomor 8 mengenai kurangnga konsumsi kalsium, asam folat dan fe dan
pertanyaan nomor 10 tentang konsumsi teh dan kopi setelah makan.
Setelah diberikan konseling, skor sikap yang paling rendah adalah 25
dan tertinggi adalah 39. Rata-rata skor sikap sampel meningkat sebesar
8,3 menjadi 84,13 dengan standar deviasi 7,624. Sejalan dengan hal
tersebut, kategori sikap sampel juga berubah menjadi baik dengan
peningkatan persentase sikap mencapai 84,3%. Hal ini membuktikan
bahwa konseking dapat meningkatkan atau merubah sikap WUS
mengenai Gizi Prakonsepsi. Perubahan sikap sampel setelah diberikan
konseling dikarenakan media promosi berupa leaflet yang mudah
dimengert. Hal ini dapat membantu WUS untuk mempersiapkan
kehamilan selanjutnya dengan menerapkan dikehidupan sehari –sehari
materi mengenai gizi prakonsepsi sehingga terhidar dari kekurangan
protein, fe, kalsium dan asam folat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada WUS dengan
hasil uji statistik menunjukkan p=0,001 (p<0,05), hal ini menunjukkan
53
adanya pengaruh konseling dengan peningkatan sikap. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Margareta dan Lilatul (2015) yang menunjukkan
adanya pengaruh konseling tentang pertumbuhan dan pemberian makan
balita terhadap sikap ibu ( p = 0,014).
Konseling meningkatkan sikap karena konselor dan klien berpikir
untuk memecahkan masalah secara bersama –sama. Hal ini mengandung
unsir kognitif dan afektif yang menimbulkan perubahan sikap dalam diri
seseorang (Ngestiningrum, 2010).
5. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Protein
Protein mengandung karbon, hidrogen, sulfur, serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan
virus (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Kekurangan protein salah satunya dapat meyebabkan KEK. KEK
dapat memberikan dampak buruk bagi ibu dan janin. Kekurangan gizi
pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan) dan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Efek
jangka pendek KEK diantaranya yaitu anemia, perkembangan organ tidak
optimal dan pertumbuhan fisik kurang, sehingga mengakibatkan kurang
produktifnya seseorang. Sehingga perlu ada pencegahan terhadap
kejadian KEK (Umisah dan Dyah, 2017).
Hasil penelitian diperoleh p=0,000 yang menunjukkan ada pengaruh
konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap asupan protein. Hal ini
sesuai dengan penarikan kesimpulan uji statistik dengan syarat p<0,05
maka H0 ditolak. Asupan protein sebelum diberikan konseling sudah
terpenuhi karena sampel sudah mengkonsumsi lauk hewani 3 kali dalam
sehari, setelah diberikan konseling rata – rata sampel menambah
konsumsi lauk nabati 2 kali dalam sehari berupa tahu atau tempe. Rata-
rata asupan sampel setelah intervensi yaitu 66,3 gr, asupan protein yang
54
dikonsumsi sampel sudah sesuai dengan asupan AKG yaitu 59 gr usia 16-
18, 56 gr usia 19-29, 57 gr usia 30-49.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anny tahun 2012 yang
menyebutkan bahwa ada peningkatan asupan protein setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang nutrisi prakonsepsi yaitu p=0,000.
6. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Kalsium
Kalsium didalam tubuh, sebagian besar terdapat pada jaringan
keras seperti tulang, gigi dan sisanya tersebar dalam bagin tubuh lain.
Kalsium juga dikaitkan dengan kesehatan reproduksi, utamanya pre–
eklampsia/eklampsia, berat badan lahir rendah, serta kelahiran prematur.
Kalsium juga meningkatkan pH tubuh, yang menguntungkan bagi sperma
dan telur sudah dibuahi (Dewantari, 2013).
Kekurangan kalsium dapat mengakibatkan janin mengambil
persediaan kalsium pada tulang ibu yang menyebabkan ibu menderita
kerapuhan tulang osteoporosis (Susilowati dan Kuspriyanto 2016).
Hasil penelitian diperoleh p=0,548 yang menunjukkan tidak ada
pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap asupan kalsium.
Hal ini sesuai dengan penarikan kesimpulan uji statistik dengan syarat
p>0,05 maka H0 diterima.
Rata – rata asupan kalsium sampel sebelum intervensi 251,48 mg
dan sesudah intervensi meningkat menjadi 244,05 mg, sedangkan
kebutuhan kalsium untuk WUS umur 18 – 35 tahun yaitu 1000-1200
mg/hari. Hal ini menunjukkan bahwa asupan kalsium masih jauh dari
Angka Kecukupan Gizi (AKG). Sampel jarang mengkonsumsi sumber
kalsium seperti susu, dalam 100 gr susu mengandung 125 mg, susu
sangat membantu untuk memenuhi sumber kalsium. Setelah dilakukan
wawancara ternyata banyak sampel yang tidak suka mengkonsumsi susu.
Sumber kalsium yang sering dikonsumsi sampel adalah ikan terutama
ikan kembung, dalam 100 gr ikan kembung mengandung 29,19 mg
kalsium (Susanti dkk, 2016).
55
Adapun faktor internal yang mempengaruhi perilaku makan adalah
faktor fisik dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi perilaku makan adalah budaya, ekonomi, norma sosial,
pengetahuan, dan media (Pujiati et al, 2015).
7. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Zat Besi
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini
diperlukan dalam hemopobosis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesis
hemoglobin (Hb). (Paath, dkk, 2016). Zat besi berperan dalam pengikatan
oksigen dan karbondioksida dari paru dan mengikat CO2 dari sel – sel,
dikeluarkan melalui paru dengan hemoglobin.(Agria, dkk, 2012).
Kekurangan zat besi pada calon ibu bisa menyebabkan anemia
dengan menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi dan gampang infeksi.
Fe sangat penting bagi calon ibu untuk memperlancar ovulasi dan
mengurangi resiko ibu hamil mengalami anemia gizi besi yang dapat
membahayakan ibu dan kandungannya (Susilowati dan Kuspriyanto
2016).
Hasil penelitian diperoleh p=0,000 yang menunjukkan ada
pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap asupan zat besi.
Hal ini sesuai dengan penarikan kesimpulan uji statistik dengan syarat
p<0,05 maka H0 ditolak.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Astuti dan Wijayanti tahun 2014
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Konseling Gizi dan Pemberian Tablet
Zat Besi terhadap Kenaikan Kadar HB pada Ibu Hamil Trimester II”. Dari
dua kali intervensi sudah terlihat adanya kenaikan kadar HB yaitu >0,5 gr
%. Kenaikan kadar hemoglobin kemungkinan dipengaruhi oleh asupan
gizi terutama asupan zat besi, umur maupun paritas.
Asupan zat besi masih dalam kategori defisit yaitu dengan rata rata
asupan zat besi sebelum intervensi 10,27 mg dan setelah intervesi 12,22
mg, sedangkan asupan zat besi yang seharusnya dikonsumsi WUS
adalah 26 mg. Hal ini menunjukkan bahwasanya asupan zat besi sebelum
intervensi masih 40 %.
56
8. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Asupan Asam Folat
Kekurangan asam folat terutama menyebabkan metabolisme DNA.
Akibatnya terjadi perubahan dalam morfologi inti sel terutama sel – sel
yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih
serta sel sel pitel lambung dan usus, vagina dan serviks rahim.
Kekurangan folat mengambat pertumbuhan, menyebabkan anemia dan
gangguan darah lainnya (Almatsier, 2010).
Asam folat sangat berperan pada masa pembuahan dan kehamilan
trimester pertama. Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi risiko
bayi lahir kecatatan sistem saraf dengan neural tube defect (NTD)
(Susilowati dan Kuspriyanto 2016).
Hasil penelitian diperoleh p=0,124 yang menunjukkan tidak ada
pengaruh konseling mengenai gizi prakonsepsi terhadap asupan asam
folat. Hal ini sesuai dengan penarikan kesimpulan uji statistik dengan
syarat p>0,05 maka H0 diterima.
Rata – rata asupan folat sampel sebelum intervensi 174,96 mcg dan
sesudah intervensi meningkat menjadi 183,98 mcg, sedangkan kebutuhan
asam folat untuk WUS umur 18 – 35 tahun yaitu 400 mcg/hari. Hal ini
menunjukkan bahwa asupan asupan asam folat masih jauh dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Sampel sangat sedikit mengkonsumsi sumber
asam folat seperti sayuran bayam dan brokoli, bayam mengandung asam
folat 104 mcg/100 gr dan brokoli 63 mcg, sayuran hijau sangat membantu
untuk memenuhi sumber asam folat. Setelah dilakukan wawancara
ternyata sampel mengkonsumsi sayur hanya sedikit. Dan konsumsi buah
sampel juga kurang dikarenakan sampel tidak membiasakan untuk
menyetok buah dirumah.
Untuk mengatasi masalah ini maka diperlukan kesadaran dari sampel
sendiri untuk mengubah persepsi dan perilaku mengenai gizi, dan
dibutuhkan juga peran orang terdekat sampel untuk memberikan motivasi
sehingga dapat meningkatkan asupan asam folat.
57
9. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status
gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri
(Supariasa, 2010).
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan nilai yang mengindikasikan
status gizi seseorang berdasarkan data antropometri dengan
membandingkan antara berat badan dan kuadrat tinggi badan, sehingga
diketahui berat badan yang ideal untuk tinggi badan tertentu (Shanti dkk,
2017).
Hasil penelitian diperoleh p=0,135 yang menunjukkan tidak ada
pengaruh konseling gizi terhadap status gizi berdasarkan IMT. Hal ini
sesuai dengan penarikan kesimpulan uji statistik dengan syarat p<0,05
maka H0 diterima. Status gizi pada penelitian ini tidak berubah, karena
pemberian edukasi melalui konseling memberikan pengaruh secara tidak
langsung terhadap perubahan status gizi. Hal ini diperkuat oleh penelitian
Zakaria (2012) tentang pengaruh konseling gizi terhadap perubahan berat
badan yang menunjukkan bahwa berat badan setelah konseling gizi tidak
menunjukkan perubahan yang bermakna yaitu p=0,583.
Menurut supariasa (2002) bahwa perubahan berat badan dipengaruhi
banyak faktor, faktor langsung yaitu asupan dan penyakit infeksi serta
faktor tidak langsung salah satunya yaitu pengetahuan dan pengaturan
diet melalui konseling, namun jika WUS yang obesitas dan yang kurus
tidak mampu menerapkan pengetahuan dan dietnya dalam
mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan masalah gizinya atau
kesulitan dalam menerapkannya sehingga tidak terjadi perubahan berat
badan yang diinginkan.
58
Untuk mengatasi masalah ini maka diperlukan kesadaran dari sampel
sendiri untuk mengubah persepsi dan perilaku mengenai gizi, dan
dibutuhkan juga peran orang terdekat sampel untuk memberikan motivasi
sehingga kualitas hidup meningkat dan pada akhirnya dapat memperbaiki
status gizi sampel.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai hubungan penerapan
prinsip gizi seimbang dengan status gizi pada Wanita Usia Subur,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan rata – rata pengetahuan 2,7 dan sikap 3,3 setelah
pemberian intervensi.
2. Peningkatan rata – rata asupan protein 6,08, kalsium 7,43, zat besi
2,05, dan asam folat 9,02 setelah pemberian intervensi.
3. Peningkatan rata – rata status gizi 0,13 setelah pemberian intervensi.
4. Ada pengaruh pengetahuan WUS sebelum dan sesudah pemberian
konseling mengenai gizi prakonsepsi dengan hasil, nilai p = 0,000
<0,05.
5. Ada pengaruh sikap WUS sebelum dan sesudah pemberian
konseling mengenai gizi prakonsepsi dengan hasil, nilai p = 0,001
<0,05.
6. Ada pengaruh asupan protein WUS sebelum dan sesudah pemberian
konseling mengenai gizi prakonsepsi dengan hasil, nilai p = 0,000
<0,05.
7. Tidak ada pengaruh asupan kalsium WUS sebelum dan sesudah
pemberian konseling mengenai gizi prakonsepsi dengan hasil, nilai p
= 0,548 >0,05.
8. Ada pengaruh asupan zat besi WUS sebelum dan sesudah
pemberian konseling mengenai gizi prakonsepsi dengan hasil, nilai p
= 0,000 <0,05.
9. Tidak ada pengaruh asupan asam folat WUS sebelum dan sesudah
pemberian konseling mengenai gizi prakonsepsi dengan hasil, nilai p
= 0,124 >0,05.
60
10. Tidak ada pengaruh status gizi WUS sebelum dan sesudah
pemberian konseling mengenai gizi prakonsepsi dengan hasil, nilai p
= 0,135 >0,05.
B. SARAN
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat
mengubah perilaku Wanita Usia Subur tentang pentingnya pemberian
konseling mengenai gizi prakonsepsi.
2. Lefleat dapat digunakan sebagai media informasi tentang Gizi
Prakonsepsi dalam setiap konseling untuk Wanita Usia Subur.
3. Sebaiknya penelitian dalam waktu jangka panjang minimal 3 bulan,
untuk memaksimalkan penelitian dalam melihat status gizi Wanita
Usai Subur.
61
DAFTAR PUSTAKA
Agria, Intan,Rury N.S, dan Ircham. 2012. Gizi Reproduksi.
Yogyakarta:Fitramaya.
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama.
Azzahra, M.F, dan Lailatul M. 2015. Pengaruh Konseling terhadap
Pengetahuan dan Sikap pemberian MP-ASI. Media Gizi Indonesia.
Universitas Airlangga. Vol. 10, No.1: 20-25.
Cornelia, Edith S, Irfanny A, Rita R, Sri I, Triyani K, dan Hera N.2012.
Konseling Gizi. Jakarta:Penebar Plus.
Darawati, Made. 2016. Ilmu Gizi : Teori dan Aplikasi. Jakarta:ECG.
Departemen Kesehatan. 2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta
Departemen Kesehatan. 2011. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi
orang Dewasa. Jakarta.
Destriyana, Meti. 2017. Hubungan Persepsi Budaya dan Ras terhadap
Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS)
di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.
Skripsi.Universitas Lampung.
Dewantari, Ni Made. 2013. Peranan Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.
Jurnal Skala Husada. Vol.10, No.2:219-224.
Fauziah, Anny. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Nutrisi
Prakonsepsi terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik
Konsumsi Makanan Sehat Pranikah. Tesis. Universitas Indonesia.
Hamid,F, A.Razak T, dan Abdul S. 2014. Analisis Faktor Resiko
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Wanita Prakonsepsi di Kota
Makasar. Jurnal. Universitas Hasanuddin.
Hestuningyas, T.R dan Etika R.N. 2014. Pengaruh Konseling Gizi
terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dalam Pemberian Makan
Anak dan Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2 Tahun di
Kecamatan Semarang. Journal of Nutrition College. Vol 3, No 1.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta
62
Muliawati, Siti. 2012. Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di
Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. Vol.3, No.3.
Najoan, Johanis A dan Aaltje E.M. 2011. Hubungan Tingkat Sosial
Ekonomi dengan Kurang Energi Kronik pada Ibu Hamil di
Kelurahan Kombos Barat Kecamatan Singkil Kota Manado.
Laporan Penelitian. Universitas Sam Ratulangi Manado.
National Institute of Health. 2016. Dietary Supplement Fact Sheet: Folat,
(Online), (http://ods.od.nih.gov./factsheets/Folate-
HealthProfessional/ diakses 14 Oktober 2017).
Ngestiningrum, A.H (2010). Perbandingan Antara Pengaruh Layanan
Informasi dan Konseling Kelompok terhadap Sikap tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes, 1 (1), 7-15.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Oktalia, Juli dan Herizasyam. 2015.Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan
dan Faktor-faktornya yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kesehatan. Vol.3, No.2:147-159.
Paath, Erna Francin, Yuyum Rumdasih, dan Heryati. 2016. Gizi dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta:ECG.
Paratmanitya, Y, Hamam H, dan Susetyowati. 2012. Citra Tubuh,
Asupan Makan, dan Status Gizi Wanita Usia Subur
Pranikah.Jurnal Gizi klinik Indonesia. Vol.8, No.3:126-134.
Prabandari,Y, Diffah H, Risya C.AR, dan Dono, I.Hubungan Kurang
Energi Kronik dan Anemia pada Ibu Hamil dengan Status Gizi Bayi
Usia 6-12 Bulan di Kabupaten Boyolali. Penelitian Gizi dan
Makanan. Vol.39, No.1:1-8.
Pujiati, Arneliwati dan Siti R. 2015. Hubungan Antara Perilaku Makan
denga Status Gizi pada Remaja Putri. JOM. Vol.2, No,2.
63
Putri, Meriska Cesia. 2017. Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (Wus) di
Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi.
Universitas Lampung.
Rahman ,D.R, A.Razak M.T, dan Amiruddin S. 2013. Asosiasi
Pengetahuan dan Sikap Wanita Prakonsepsi tentang Kapsul Gizi
Mikro terhadap Kepatuhan Mengkonsumsi di Kota Makasar. Jurnal.
Universitas Hasanuddin.
Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Sandjaja, Basuki B, Rina, H, Nurfi A, Moesijanti S, Gustina S, Suharyati,
Sudikno dan Dewi P.2010. Kamus Gizi. Jakarta:Kompas.
Shanti, Karina Muthia,dkk. 2017. Asupan Serat dan IMT Wanita Usia
Subur Suku Madura di Kota Malang. Indonesian Journal of Human
Nutrition. Vol, 4,No.1.
Sibuea, M.D, Hermie M.M.T dan Freddy W.W. 2013. Persalinan pada Usia
>35 tahun di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-
Biomedik. Vol 1, No.1.
Susanti, Nia, Yulia S dan Ida M. 2016. Analisi Kalium dan Kalsium Ikan
Kembung dan Ikan Gabus. IJPST. Vol.3, No.1.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2008.
Penilaian Status Gizi. Jakarta:ECG.
Susilowati dan Kuspriyanto.2016. Gizi dalam Daur
Kehidupan.Bandung:Refika Aditama.
Utari, Weni, Arneliawati dan Riri Novayelinda. 2014. Efektifitas Pendidikan
Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga tentang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jurnal. Universitas Riau.
Umisah, Igna N.A dan Dyah I.P. 2017. Perbedaan Pengetahuan Gizi
Prakonsepsi dan Tingkat Konsumsi Energi Protein pada Wanita Usia
Subur (WUS) Usia 15-19 tahun Kurang Energi Kronis (KEK) dan
64
Tidak KEK Di SMA Negeri 1 Pasawahan. Jurnal Kesehatan. Vol.10,
No. 2.p
Zakaria, dkk. 2012. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Perubahan
Prilaku, Pola Makan dan Berat Badan Remaja Gemuk di SMA Negeri
Makassar. Media Pangan dan Gizi, Vol XIV.
No Nama Responden Tanggal Lahir Umur Pekerjaan Pendidikan Pengetahuan 1 Kategori Sikap 1 Kategori Pengetahuan 2 Kategori Sikap 2 Kategori BB 11 RN 10/10/1987 30 IRT SD 30 Kurang 60 Cukup 90 Baik 85 Baik 742 SU 09/11/1999 18 IRT SD 30 Kurang 67 Cukup 80 Baik 78 Baik 41,63 HM 27/03/1982 32 Guru SMA 40 Kurang 80 Baik 100 Baik 95 Baik 45,24 JT 01/06/1990 27 Guru S1 60 Cukup 90 Baik 100 Baik 90 Baik 52,25 NA 01/01/1990 28 IRT SMA 80 Baik 85 Baik 100 Baik 85 Baik 42,86 SS 01/05/1985 33 IRT SMP 70 Cukup 70 Cukup 70 Cukup 75 Cukup 52,77 SY 15/02/1991 27 IRT SMP 80 Baik 80 Baik 100 Baik 88 Baik 478 SIS 21/01/1999 19 IRT SMP 100 Baik 77 Baik 100 Baik 88 Baik 459 SH 21/01/1987 31 IRT SD 70 Cukup 62 Cukup 70 Cukup 63 Cukup 65
10 RM 03/04/1978 31 IRT SD 50 Kurang 68 Cukup 80 Baik 75 Cukup 5011 YN 12/12/1982 35 IRT SMP 70 Cukup 72 Cukup 90 Baik 78 Baik 43,712 LS 16/07/1982 35 IRT SMA 80 Baik 72 Cukup 100 Baik 75 Cukup 7013 NI 10/01/1989 29 IRT SMP 40 Kurang 63 Cukup 60 Cukup 83 Baik 4314 SH 30/06/1983 34 Peg.Swasta SMA 80 Baik 73 Cukup 90 Baik 88 Baik 69,915 RW 10/10/1995 22 IRT SMA 70 Cukup 80 Baik 100 Baik 75 Cukup 54,516 NS 20/03/1989 29 IRT SMA 70 Cukup 90 Baik 100 Baik 95 Baik 58,617 EY 24/07/1989 28 IRT SMP 80 Baik 70 Cukup 100 Baik 78 Baik 47,818 SY 01/05/1986 32 IRT SD 90 Baik 85 Baik 100 Baik 98 Baik 47,919 NH 05/12/1993 24 IRT SMA 70 Cukup 75 Cukup 100 Baik 85 Baik 7020 RB 15/08/1985 32 IRT SMP 70 Cukup 78 Baik 90 Baik 80 Baik 6921 LN 23/11/1986 31 IRT SD 40 Kurang 85 Baik 100 Baik 90 Baik 63,222 SH 15/06/1982 35 Wiraswasta SMA 70 Cukup 80 Baik 90 Baik 90 Baik 100,823 MS 25/02/1983 35 IRT SD 50 Kurang 75 Cukup 80 Baik 90 Baik 7324 AS 05/04/1985 33 IRT SMP 50 Kurang 80 Baik 80 Baik 83 Baik 47,825 ST 10/10/1988 29 IRT SD 40 Kurang 83 Baik 90 Baik 90 Baik 78,526 EB 10/10/1989 28 PNS S1 40 Kurang 68 Kurang 100 Baik 88 Baik 8127 SS 18/02/1986 32 IRT SD 50 Kurang 75 Cukup 80 Baik 90 Baik 44,628 YS 08/07/1983 34 IRT SMA 80 Baik 73 Cukup 100 Baik 90 Baik 57,129 SA 23/12/1987 31 IRT SMP 80 Baik 77 Baik 90 Baik 83 Baik 73,930 MD 10/03/1983 35 Buruh SMA 90 Baik 85 Baik 100 Baik 85 Baik 67
Master Tabel Pengetahuan, Sikap dan Pengukuran AntropometriLampiran 1
TB 1 IMT 1 Kategori LILA 1 Kategori BB 2 TB 2 IMT 2 Kategori147 34,2 Obesitas 32 Tidak KEK 75 147 34,7 Obesitas
159,6 16,3 Kurus 21 KEK 43,4 159,6 17,0 Kurus145 21,5 Normal 24,8 Tidak KEK 45 145 21,4 Normal153 22,3 Normal 28,5 Tidak KEK 53,5 153 22,9 Normal
154,8 17,9 Kurus 23,7 Tidak KEK 43,5 154,8 18,2 Kurus148 24,1 Normal 30,6 Tidak KEK 54 148 24,7 Normal149 21,2 Normal 28 Tidak KEK 47 149 21,2 Normal150 20,0 Normal 26 Tidak KEK 45,5 150 20,2 Normal165 23,9 Normal 30,5 Tidak KEK 66,7 165 24,5 Normal161 19,3 Normal 26 Tidak KEK 52 161 20,1 Normal151 19,2 Normal 25 Tidak KEK 44 151 19,3 Normal153 29,9 Obesitas 32 Tidak KEK 69 153 29,5 Obesitas143 21,0 Normal 23,5 Tidak KEK 42 143 20,5 Normal159 27,6 Obesitas 32 Tidak KEK 69 159 27,3 Obesitas
155,5 22,5 Normal 27,5 Tidak KEK 54 155,5 22,3 Normal153,5 24,9 Normal 31 Tidak KEK 57,5 153,5 24,4 Normal
163 18,0 Kurus 24 Tidak KEK 50,5 163 19,0 Normal153 20,5 Normal 28 Tidak KEK 47,5 153 20,3 Normal152 30,3 Obesitas 34 Tidak KEK 70,2 152 30,4 Obesitas150 30,7 Obesitas 31,5 Tidak KEK 69,5 150 30,9 Obesitas160 24,7 Normal 29 Tidak KEK 63,4 160 24,8 Normal153 43,1 Obesitas 36 Tidak KEK 98,5 153 42,1 Obesitas150 32,4 Obesitas 34 Tidak KEK 73 150 32,4 Obesitas150 21,2 Normal 26 Tidak KEK 48,3 150 21,5 Normal158 31,4 Obesitas 36 Tidak KEK 78 158 31,2 Obesitas168 28,7 Obesitas 35 Tidak KEK 81 168 28,7 Obesitas155 18,6 Normal 25,5 Tidak KEK 46,5 155 19,4 Normal153 24,4 Normal 30 Tidak KEK 57 153 24,3 Normal152 32,0 Obesitas 32 Tidak KEK 73,6 152 31,9 Obesitas
158,5 26,7 Overweight 32 Tidak KEK 65,7 158,5 26,2 Overweight
Master Tabel Pengetahuan, Sikap dan Pengukuran AntropometriLampiran 1
No Nama Responden Umur Protein 1 % Kategori Protein 2 % Kategori Kalsium 1 % Kategori Kalsium 2 % Kategori Zat Besi 1 % Kategori1 RN 30 56 98 Sedang 57,4 101 Baik 383,8 38 Defisit 276,4 28 Defisit 12,7 49 Defisit2 SU 18 54 92 Sedang 85,6 145 Baik 90,8 9 Defisit 275,8 28 Defisit 4,4 17 Defisit3 HM 35 53,6 94 Sedang 70,8 124 Baik 221,6 22 Defisit 398,7 40 Defisit 8,2 31 Defisit4 JT 27 57,5 103 Baik 55,2 99 Sedang 264 26 Defisit 196,2 20 Defisit 7,6 29 Defisit5 NA 28 54,2 97 Sedang 59,1 106 Baik 186,7 19 Defisit 164,5 16 Defisit 8,4 32 Defisit6 SS 33 62,5 110 Baik 65,4 115 Baik 346,1 35 Defisit 265,5 27 Defisit 11,2 43 Defisit7 SY 27 59,2 106 Baik 71,2 127 Baik 284 28 Defisit 256 26 Defisit 10,9 42 Defisit8 SIS 19 53,4 91 Sedang 54,5 92 Sedang 225 23 Defisit 226,3 23 Defisit 6,7 26 Defisit9 SH 31 56,5 99 Sedang 68,4 120 Baik 356,5 36 Defisit 245,7 25 Defisit 10,4 40 Defisit
10 RM 31 68,1 119 Baik 76,3 134 Baik 276,3 28 Defisit 254,1 25 Defisit 9,6 37 Defisit11 YN 35 64,5 113 Baik 72,6 127 Baik 134,6 13 Defisit 136,6 14 Defisit 8,5 33 Defisit12 LS 35 54,3 95 Sedang 67,5 118 Baik 290 29 Defisit 187,4 19 Defisit 8,6 33 Defisit13 NI 29 65,3 117 Baik 66 118 Baik 189,1 19 Defisit 202 20 Defisit 7,3 28 Defisit14 SH 34 55,8 98 Sedang 58 102 Baik 335,5 34 Defisit 226 23 Defisit 8,9 34 Defisit15 RW 22 65,4 117 Baik 66,7 119 Baik 156,6 16 Defisit 155,1 16 Defisit 10,2 39 Defisit16 NS 29 50,9 91 Sedang 51,4 92 Sedang 178,4 18 Defisit 179 18 Defisit 7,7 30 Defisit17 EY 28 62,1 111 Baik 70,9 127 Baik 166,5 17 Defisit 162,5 16 Defisit 13,1 50 Defisit18 SY 32 73,4 129 Baik 78,2 137 Baik 423 42 Defisit 426,6 43 Defisit 14,9 57 Defisit19 NH 24 53,5 96 Sedang 56,9 102 Baik 367,5 37 Defisit 368 37 Defisit 11,9 46 Defisit20 RB 32 60 105 Baik 66,4 116 Baik 228,1 23 Defisit 230,9 23 Defisit 12,8 49 Defisit21 LN 31 63,7 112 Baik 60,4 106 Baik 190,8 19 Defisit 194,1 19 Defisit 9,7 37 Defisit22 SH 35 66,9 117 Baik 75,3 132 Baik 165,3 17 Defisit 167,4 17 Defisit 10,4 40 Defisit23 MS 35 70,9 124 Baik 78 137 Baik 256,9 26 Defisit 260,9 26 Defisit 14,1 54 Defisit24 AS 33 59 104 Baik 68,1 119 Baik 222,4 22 Defisit 250,6 25 Defisit 11,5 44 Defisit25 ST 29 56,5 101 Baik 58,9 105 Baik 290,8 29 Defisit 281,4 28 Defisit 11,2 43 Defisit26 EB 28 55,8 100 Baik 57,9 103 Baik 210,6 21 Defisit 213,8 21 Defisit 9,6 37 Defisit27 SS 32 67 118 Baik 74,7 131 Baik 250,3 25 Defisit 289 29 Defisit 12,3 47 Defisit28 YS 34 65 114 Baik 69 121 Baik 279 28 Defisit 292,5 29 Defisit 12,1 47 Defisit29 SA 31 62,9 110 Baik 60,1 105 Baik 234,1 23 Defisit 257,8 26 Defisit 11,8 45 Defisit30 MD 35 59 104 Baik 68,4 120 Baik 340,2 34 Defisit 280,9 28 Defisit 11,5 44 Defisit
Master Tabel Asupan Protein, Kalsium, Zat Besi dan Asam Folat
Zat Besi 2 % Kategori B9 1 % Kategori B9 2 % Kategori13,7 53 Defisit 182,3 46 Defisit 228,1 57 Defisit
8,4 32 Defisit 96,8 24 Defisit 251,6 63 Defisit10,9 42 Defisit 97,2 24 Defisit 131,1 33 Defisit11,3 43 Defisit 167,1 42 Defisit 155,6 39 Defisit12,6 48 Defisit 193,4 48 Defisit 192,1 48 Defisit13,6 52 Defisit 163,5 41 Defisit 188,1 47 Defisit12,8 49 Defisit 189,4 47 Defisit 204,2 51 Defisit10,1 39 Defisit 194,5 49 Defisit 224 56 Defisit11,7 45 Defisit 183,4 46 Defisit 196,5 49 Defisit10,7 41 Defisit 196,7 49 Defisit 188,6 47 Defisit10,9 42 Defisit 169,6 42 Defisit 156,9 39 Defisit11,3 43 Defisit 156,9 39 Defisit 147,2 37 Defisit12,8 49 Defisit 124,5 31 Defisit 104,5 26 Defisit
9,6 37 Defisit 156,5 39 Defisit 156,5 39 Defisit10,7 41 Defisit 169 42 Defisit 158,2 40 Defisit10,5 40 Defisit 198,5 50 Defisit 188,1 47 Defisit14,8 57 Defisit 212,6 53 Defisit 213,4 53 Defisit16,3 63 Defisit 178,6 45 Defisit 188,1 47 Defisit11,7 45 Defisit 223 56 Defisit 219,3 55 Defisit13,6 52 Defisit 196,7 49 Defisit 199 50 Defisit11,3 43 Defisit 169,1 42 Defisit 170,4 43 Defisit10,8 42 Defisit 173,3 43 Defisit 187 47 Defisit14,9 57 Defisit 221,6 55 Defisit 218,9 55 Defisit
12 46 Defisit 245,6 61 Defisit 240,1 60 Defisit11,7 45 Defisit 167,7 42 Defisit 166 42 Defisit12,4 48 Defisit 150,4 38 Defisit 152,5 38 Defisit14,6 56 Defisit 145,6 36 Defisit 156,2 39 Defisit15,8 61 Defisit 179,6 45 Defisit 180,3 45 Defisit13,2 51 Defisit 169,2 42 Defisit 170,1 43 Defisit12,1 47 Defisit 190,4 48 Defisit 186,9 47 Defisit
Master Tabel Asupan Protein, Kalsium, Zat Besi dan Asam Folat
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P101 RN 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3 302 SU 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 303 HM 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 404 JT 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 6 605 NA 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 806 SS 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 707 SY 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 808 SIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1009 SH 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 7 70
10 RM 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 5011 YN 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 7012 LS 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 8013 NI 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 4 4014 SH 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 8015 RW 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 7016 NS 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 7 7017 EY 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 8018 SY 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 9019 NH 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 7020 RB 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7 7021 LN 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 4 4022 SH 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 7 7023 MS 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 5 5024 AS 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 5 5025 ST 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 4 4026 EB 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 4 4027 SS 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 5 5028 YS 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 8029 SA 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 8030 MD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90
13 14 24 24 24 21 21 19 17 1543,3 46,67 80 80 80 70 70 63,3 56,7 50
%
TABEL PENGETAHUAN DAN SIKAP PRE TEST
TotalNo Nama RespondenPertanyaan Pengetahuan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10Kurang 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 24 60 CukupKurang 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 27 67,5 CukupKurang 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 32 80 BaikCukup 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 36 90 BaikBaik 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 34 85 BaikCukup 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 29 72,5 CukupBaik 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 32 80 BaikBaik 3 4 3 2 4 4 4 3 3 1 31 77,5 BaikCukup 1 3 2 3 4 3 3 2 2 2 25 62,5 CukupKurang 2 3 3 2 4 3 3 2 3 2 27 67,5 CukupCukup 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 29 72,5 CukupBaik 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 29 72,5 CukupKurang 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 25 62,5 CukupBaik 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 29 72,5 CukupCukup 2 4 2 3 4 4 4 2 3 4 32 80 BaikCukup 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 36 90 BaikBaik 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28 70 CukupBaik 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 34 85 BaikCukup 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 75 CukupCukup 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 31 77,5 BaikKurang 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 35 87,5 BaikCukup 3 4 3 2 4 4 4 3 3 2 32 80 BaikKurang 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 30 75 CukupKurang 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 32 80 BaikKurang 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 33 82,5 BaikKurang 4 4 2 2 3 2 3 3 1 3 27 67,5 KurangKurang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 75 CukupBaik 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 29 72,5 CukupBaik 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 31 77,5 BaikBaik 2 3 2 4 4 4 3 4 4 4 34 85 Baik
90 101 84 85 101 99 98 86 92 7775 84,2 70 70,8 84,2 82,5 81,7 71,7 76,7 64,167
Kategori % Kategori
TABEL PENGETAHUAN DAN SIKAP PRE TESTPertanyaan Sikap
Total
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P101 RN 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 92 SU 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 83 HM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 104 JT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 105 NA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 106 SS 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 77 SY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 108 SIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 109 SH 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7
10 RM 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 811 YN 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 912 LS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1013 NI 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 614 SH 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 915 RW 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1016 NS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1017 EY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1018 SY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1019 NH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1020 RB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 921 LN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1022 SH 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 923 MS 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 824 AS 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 825 ST 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 926 EB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1027 SS 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 828 YS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1029 SA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 930 MD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
29 29 28 29 28 29 28 25 24 2496,7 96,7 93,33 96,7 93,33 96,7 93,33 83,33 80 80
TABEL PENGETAHUAN DAN SIKAP POST TEST
No Nama RespondenPertanyaan Pengetahuan
Total
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P1090 Baik 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 34 8580 Baik 3 4 2 2 4 4 3 3 3 3 31 77,5
100 Baik 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 95100 Baik 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 36 90100 Baik 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 34 85
70 Cukup 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 75100 Baik 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 35 87,5100 Baik 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 35 87,5
70 Cukup 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 25 62,580 Baik 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 30 7590 Baik 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 31 77,5
100 Baik 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 7560 Cukup 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 33 82,590 Baik 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 35 87,5
100 Baik 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 75100 Baik 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 38 95100 Baik 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 31 77,5100 Baik 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 97,5100 Baik 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 34 85
90 Baik 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 32 80100 Baik 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 36 90
90 Baik 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 36 9080 Baik 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 36 9080 Baik 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 33 82,590 Baik 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 36 90
100 Baik 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 35 87,580 Baik 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 36 90
100 Baik 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 36 9090 Baik 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 33 82,5
100 Baik 2 4 3 4 4 4 4 3 3 3 34 85101 107 95 107 109 103 102 92 102 94
84,2 89,2 79,17 89,2 90,8 85,8 85 76,67 85 78,33
%
TABEL PENGETAHUAN DAN SIKAP POST TEST
% KategoriPertanyaan Sikap
Total
BaikBaikBaikBaikBaikCukupBaikBaikCukupCukupBaikCukupBaikBaikCukupBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik
Kategori
TABEL PENGETAHUAN DAN SIKAP POST TEST
Lampiran 5
No Nama Responden Tanggal Lahir Umur Pekerjaan Pendidikan Pengetahuan 1 Kategori1 RN 10/10/1987 30 IRT SD 30 Kurang2 SU 09/11/1999 18 IRT SD 30 Kurang3 HM 27/03/1982 32 Guru SMA 40 Kurang4 JT 01/06/1990 27 Guru S1 60 Cukup5 NA 01/01/1990 28 IRT SMA 80 Baik6 SS 01/05/1985 33 IRT SMP 70 Cukup7 SY 15/02/1991 27 IRT SMP 80 Baik8 SIS 21/01/1999 19 IRT SMP 100 Baik9 SH 21/01/1987 31 IRT SD 70 Cukup
10 RM 03/04/1978 31 IRT SD 50 Kurang11 YN 12/12/1982 35 IRT SMP 70 Cukup12 LS 16/07/1982 35 IRT SMA 80 Baik13 NI 10/01/1989 29 IRT SMP 40 Kurang14 SH 30/06/1983 34 Peg.Swasta SMA 80 Baik15 RW 10/10/1995 22 IRT SMA 70 Cukup16 NS 20/03/1989 29 IRT SMA 70 Cukup17 EY 24/07/1989 28 IRT SMP 80 Baik18 SY 01/05/1986 32 IRT SD 90 Baik19 NH 05/12/1993 24 IRT SMA 70 Cukup20 RB 15/08/1985 32 IRT SMP 70 Cukup21 LN 23/11/1986 31 IRT SD 40 Kurang22 SH 15/06/1982 35 Wiraswasta SMA 70 Cukup23 MS 25/02/1983 35 IRT SD 50 Kurang24 AS 05/04/1985 33 IRT SMP 50 Kurang25 ST 10/10/1988 29 IRT SD 40 Kurang26 EB 10/10/1989 28 PNS S1 40 Kurang27 SS 18/02/1986 32 IRT SD 50 Kurang28 YS 08/07/1983 34 IRT SMA 80 Baik29 SA 23/12/1987 31 IRT SMP 80 Baik30 MD 10/03/1983 35 Buruh SMA 90 Baik
rata - rata 64
Master Tabel Pengetahuan, Sikap dan Pengukuran Antropometri
Sikap 1 Kategori Pengetahuan 2 Kategori Sikap 2 Kategori BB 1 TB 1 IMT 160 Cukup 90 Baik 85 Baik 74 147 34,267 Cukup 80 Baik 77,5 Baik 41,6 159,6 16,380 Baik 100 Baik 95 Baik 45,2 145 21,590 Baik 100 Baik 90 Baik 52,2 153 22,385 Baik 100 Baik 85 Baik 42,8 154,8 17,970 Cukup 70 Cukup 75 Cukup 52,7 148 24,180 Baik 100 Baik 87,5 Baik 47 149 21,277 Baik 100 Baik 87,5 Baik 45 150 20,062 Cukup 70 Cukup 62,5 Cukup 65 165 23,968 Cukup 80 Baik 75 Cukup 50 161 19,372 Cukup 90 Baik 77,5 Baik 43,7 151 19,272 Cukup 100 Baik 75 Cukup 70 153 29,963 Cukup 60 Cukup 82,5 Baik 43 143 21,073 Cukup 90 Baik 87,5 Baik 69,9 159 27,680 Baik 100 Baik 75 Cukup 54,5 155,5 22,590 Baik 100 Baik 95 Baik 58,6 153,5 24,970 Cukup 100 Baik 77,5 Baik 47,8 163 18,085 Baik 100 Baik 97,5 Baik 47,9 153 20,575 Cukup 100 Baik 85 Baik 70 152 30,378 Baik 90 Baik 80 Baik 69 150 30,785 Baik 100 Baik 90 Baik 63,2 160 24,780 Baik 90 Baik 90 Baik 100,8 153 43,175 Cukup 80 Baik 90 Baik 73 150 32,480 Baik 80 Baik 82,5 Baik 47,8 150 21,283 Baik 90 Baik 90 Baik 78,5 158 31,468 Kurang 100 Baik 87,5 Baik 81 168 28,775 Cukup 80 Baik 90 Baik 44,6 155 18,673 Cukup 100 Baik 90 Baik 57,1 153 24,477 Baik 90 Baik 82,5 Baik 73,9 152 32,085 Baik 100 Baik 85 Baik 67 158,5 26,7
75,8 91 84,3
Master Tabel Pengetahuan, Sikap dan Pengukuran Antropometri
Kategori BB 2 TB 2 IMT 2 KategoriObesitas 75 147 34,7 Obesitas 1,47 2,1609Kurus 43,4 159,6 17,0 Kurus 1,60 2,5472Normal 45 145 21,4 Normal 1,45 2,1025Normal 53,5 153 22,9 Normal 1,53 2,3409Kurus 43,5 154,8 18,2 Kurus 1,55 2,3963Normal 54 148 24,7 Normal 1,48 2,1904Normal 47 149 21,2 Normal 1,49 2,2201Normal 45,5 150 20,2 Normal 1,50 2,25Normal 66,7 165 24,5 Normal 1,65 2,7225Normal 52 161 20,1 Normal 1,61 2,5921Normal 44 151 19,3 Normal 1,51 2,2801Obesitas 69 153 29,5 Obesitas 1,53 2,3409Normal 42 143 20,5 Normal 1,43 2,0449Obesitas 69 159 27,3 Obesitas 1,59 2,5281Normal 54 155,5 22,3 Normal 1,56 2,418Normal 57,5 153,5 24,4 Normal 1,54 2,3562Kurus 50,5 163 19,0 Normal 1,63 2,6569Normal 47,5 153 20,3 Normal 1,53 2,3409Obesitas 70,2 152 30,4 Obesitas 1,52 2,3104Obesitas 69,5 150 30,9 Obesitas 1,50 2,25Normal 63,4 160 24,8 Normal 1,60 2,56Obesitas 98,5 153 42,1 Obesitas 1,53 2,3409Obesitas 73 150 32,4 Obesitas 1,50 2,25Normal 48,3 150 21,5 Normal 1,50 2,25Obesitas 78 158 31,2 Obesitas 1,58 2,4964Obesitas 81 168 28,7 Obesitas 1,68 2,8224Normal 46,5 155 19,4 Normal 1,55 2,4025Normal 57 153 24,3 Normal 1,53 2,3409Obesitas 73,6 152 31,9 Obesitas 1,52 2,3104Overweight 65,7 158,5 26,2 Overweight 1,59 2,5122
Master Tabel Pengetahuan, Sikap dan Pengukuran Antropometri
67
Lampiran 2
OUT PUT SPSS
1. Uji Normalitas a. Pengetahuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengetahuan Pre Test .223 30 .001 .925 30 .037
Pengetahuan Post Test .288 30 .000 .787 30 .000
Lilliefors Significance Correction
b. Sikap
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sikap Pre Test .093 30 .200* .973 30 .625
Sikap Post Test .135 30 .171 .940 30 .093
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
c. Status Gizi IMT
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
IMT_1 .134 30 .175 .926 30 .039
IMT_2 .150 30 .083 .922 30 .030
a. Lilliefors Significance Correction
68
d. Protein
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Protein_1 .138 30 .148 .953 30 .200
Protein_2 .128 30 .200* .971 30 .576
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
e. Kalsium
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kalsium_1 .086 30 .200* .983 30 .893
Kalsium_2 .140 30 .135 .930 30 .050
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
f. Zat Besi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ZatBesi_1 .086 30 .200* .987 30 .971
ZatBesi_2 .112 30 .200* .974 30 .668
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
g. Asam Folat
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
B9_1 .135 30 .168 .942 30 .100
B9_2 .102 30 .200* .983 30 .898
a. Lilliefors Significance Correction
69
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
B9_1 .135 30 .168 .942 30 .100
B9_2 .102 30 .200* .983 30 .898
*. This is a lower bound of the true significance.
2. Pengaruh Konseling terhadap Pengetahuan
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Pengetahuan Post Test -
Pengetahuan Pre Test
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 27b 14.00 378.00
Ties 3c
Total 30
Test Statisticsb
Pengetahuan Post Test -
Pengetahuan Pre Test
Z -4.573a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
3. Pengaruh Konseling terhadap Sikap
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sikap Pre Test 30.43 30 3.181 .581
Sikap Post Test 33.73 30 3.028 .553
70
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Sikap Pre Test & Sikap Post
Test 30 .571 .001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Sikap Pre Test -
Sikap Post Test -3.300 2.879 .526 -4.375 -2.225 -6.279 29 .000
4. Pengaruh Konseling Terhadap Status Gizi
IMT
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
IMT_2 - IMT_1 Negative Ranks 11a 11.55 127.00
Positive Ranks 16b 15.69 251.00
Ties 3c
Total 30
Test Statisticsb
IMT_2 - IMT_1
Z -1.494a
Asymp. Sig. (2-tailed) .135
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
71
5. Pengaruh Konseling Terhadap Protein
Paired Samples Test
Paired Differences
t Df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Protein_1
-
Protein_2
-6.0800 6.8872 1.2574 -8.6517 -3.5083 -4.835 29 .000
6. Pengaruh Konseling Terhadap Kalsium
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Kalsium_
1 -
Kalsium_
2
7.4267 66.9588 12.2250 -17.5762 32.4295 .608 29 .548
7. Pengaruh Konseling Terhadap Zat Besi
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Std. Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 ZatBesi_1 -
ZatBesi_2 -1.9533 1.3821 .2523 -2.4694 -1.4373 -7.741 29 .000
72
8. Pengaruh Konseling Terhadap Asam Folat
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 B9_1 -
B9_2 -9.0233 31.1965 5.6957 -20.6723 2.6256 -1.584 29 .124
73
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH KONSELING MENGENAI GIZI PRAKONSEPSI TERHADAP ASUPAN PROTEIN, KALSIUM, ZAT BESI, ASAM FOLAT
DAN STATUS GIZI PADA WANITA USIA SUBUR WANITA DI KELURAHAN PALUH KEMIRI
Identitas Sampel
Hari/Tgl Pengukuran : /
No.Responden :
Nama Responden :
Tempat/Tgl Lahir : /
Umur : tahun
Alamat :
No.Hp :
Pekerjaan :
1. PNS 3. Pegawai Swasta 5. Petani
2. IRT 4. Wiraswasta 6. Dll :
Pendidikan terakhir :
1. SD 3. SMA 5. D3 7. S2
2. SMP 4. D1 6. DIV/S1
74
1. Hasil Pengukuran
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
IMT : kg/m2
2. Kuesioner Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud dengan Prakonsepsi?
a. Masa kehamilan
b. Masa sebelum kehamilan
c. Masa setelah kehamilan
2. Berapa lama rentang waktu masa prakonsepsi?
a. 1 – 3 bulan
b. 3 – 6 bulan
c. 6 – 9 bulan
3. Menurut anda bahan apa yang menjadi sumber zat besi?
a. Ayam, daging, sayuran berwarna hijau, dan kacang –
kacangan
b. Beras merah, pepaya, wortel, mangga dan keju
c. Wortel, susu, keju, pepaya, anggur, dan durian
4. Menurut anda bahan makanan apa yang menjadi sumber kalsium?
a. Kentang, singkong, susu
b. Susu, kacang – kacangan, ikan
c. Kentang, susu, kacang - kacangan
5. Apa yang disebut dengan makanan sehat?
a. Semua makanan yang enak dan menarik
b. Semua makanan yang awet/tahan lama jika disimpan
c. Semua makanan yang mengandung gizi dan manfaat bagi
tubuh
6. Apa yang dimaksud dengan menu seimbang
a. Makanan beraneka ragam yang terdiri dari karbohidrat, protein
hewani, protein nabati, sayur, dan buah
b. Makan beraneka ragam makanan yang hangat, dingin dan
75
panas
c. Menu yang seimbang antara hewani dan nabati
7. Bagaimanakah yang dikatakan dengan makanan yang tidak
mengandung variasi nutrisi?
a. Makanan yang kaya kalori akan tetapi kurang protein, vitamin
dan mineral
b. Makanan yang cukup protein, vitamin dan mineral
c. Makanan yang cukup kalori, protein, vitamin, dan mineral
8. Menurut anda mengapa wanita prakonsepsi harus mengurangi
makanan dan minuman seperti coklat dan kopi?
a. Karena ketagihan
b. Karena mengandung kafein
c. Karena berwarna pekat
9. Menurut anda berapa porsi anjuran konsumsi sayuran bagi wanita
prakonsepsi perhari?
a. 1 porsi
b. 2 porsi
c. 3 porsi
10. Menurut anda berapa gram 1 porsi nasi ?
a. 100 gr
b. 150 gr
c. 200 gr
76
3. Sikap
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada pernyataan
dibawah ini dengan memilih Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
No Pernyataan SS S TS STS
1 Makanan yang sehat dan bergizi itu harganya
mahal
2 Meningkatkan makan sayur dan buah –
buahan menjadikan saya merasa lebih baik,
dan juga lebih menyehatkan
3 Sulit bagi saya untuk mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung asam folat (Seperti
: sayuran hijau, hati, daging, serealia utuh, biji
– bijian, kacang – kacangan, dan jeruk)
4 Makanan tinggi asam folat, dan zat besi pada
saat sebelum hamil, dapat menghindarkan dan
melahirkan bayi yang cacat
5 Makanan yang dikonsumsi tiap hari harus yang
mempunyai nilai gizi
6 Membaca kandungan label makanan harus
dilakukan, saat membeli makanan di
toko/warung
7 Makanan tiap hari harus mengandung kalori,
protein, buah dan sayur
8 Tidak bermasalah buat kesehatan saya,
maupun bayi saya, jika kurang mengkonsumsi
kalsium, asam folat dan zat besi
9 Asap rokok dari orang lain yang dihirup baik di
rumah atau diluar tidak akan mengganggu
janin
10 Minum teh dan kopi boleh diminum tiap hari
dan baik sekali diminum setelah makan
77
Lampiran 4
Formulir Food Recall 1 x 24 Jam (Sebelum)
Nama : Tanggal :
Umur : tahun Hari : I / II
Waktu Makan
Hidangan Bahan Makanan Jumlah
URT Gram
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Selingan
78
Formulir Food Recall 1 x 24 Jam (Sebelum)
Nama : Tanggal :
Umur : tahun Hari : I / II
Waktu Makan
Hidangan Bahan Makanan Jumlah
URT Gram
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Selingan
79
Formulir Food Recall 1 x 24 Jam (Sesudah)
Nama : Tanggal :
Umur : tahun Hari : I / II
Waktu Makan
Hidangan Bahan Makanan Jumlah
URT Gram
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Selingan
80
Formulir Food Recall 1 x 24 Jam (Sesudah)
Nama : Tanggal :
Umur : tahun Hari : I / II
Waktu Makan
Hidangan Bahan Makanan Jumlah
URT Gram
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Selingan
81
Lampiran 5
MATERI KONSELING I – IV
Materi I : Pentingnya Gizi Prakonsepsi
Masa prakonsepsi adalah masa dimana sebelum terjadinya
kehamilan, yakni pada masa kanak – kanak, remaja, dan dewasa. Pada
masa ini, calon ibu perlu menyiapkan diri agar pada masa kehamilan,
persalinan, dan bayi yang lahir nantinya dalam keadaan sehat. Oleh
karena itu, persiapan pernikahan untuk melahirkan generasi yang lebih
baik seharusnya mulai dilakukan jauh sebelum masa ini.
Gizi prakonsepsi yang cukup akan mendukung kelahiran bayi yang
sehat dan menurunkan resiko kesakitan pada bayi, menunjang fungsi
optimal dari alat – alat reproduksi dan meningkatkan produksi sel telur dan
spermayang berkualitas. Gizi optimal pada masa prakonsepsi dan juga
berperan sangat sangat penting dalam proses pembuahan dan kehamilan.
Kecukupan gizi ibu hamil akan mempengaruhi kondisi janin dalam tubuh
kembangnya selama kehamilan. Kekurangan gizi pada masa kehamilan
akan menyebabkan ibu kekurangan gizi dan berdampak janin yang
dikandungnya juga mengalami kekurangan gizi.
Janin yang kekurangan gizi dapat menyebabkan kondisi bayi berat
lahir rendah (BBLR) yang lebih rentan terhadap infeksi dan bayi prematur.
Bayi dengan kondisi kekurangan gizi apabila asupan gizinya tidak
diperbaiki akan tumbuh dan berkembang menjadi anak dan remaja yang
kekurangan gizi. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai dewasa.
Siklus ini tidak akan berhenti apabila tidak ada perbaikan status gizi pada
masa prakonsepsi.
82
Materi II : Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Gizi yang mempengaruhi prakonsepsi adalah karbohidarat, lemak,
protein,asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral, zinc, besi, kalsium, dan
omega-3. Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baik dari ibu
penting untuk perkembangan optimal janin. Diet bervariasi sehat adalah
penting sebelum pembuahan dan selama kehamilan.
Pola diet yang dianjurkan pada masa prakonsepsi terdiri atas
karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti), sayuran, dan buah, protein
hewani (ikan, unggas, daging, telur, susu, keju, protein nabati (kacang –
kacangan dan hasil olahannya, seperti tahu, tempe, oncom). Makanan
dan minuman yang tinggi lemak dan gula hanya dikonsumsi dalam jumlah
terbatas.
Berikut pola makan yang disarankan pada wanita prakonsepsi untuk
mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi :
1. Protein
Berdasarkan sumbernya protein dibagi menjadi dua yaitu protein
hewani dan protein nabati. Sumber Protein hewani berasal dari telur,
susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati berasal
dari kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe, serta
kacang – kacangan lainnya. Angka Kecukupan Protein menurut AKG
2013
Protein memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh,
diantaranya:
a. Memperbaiki protein jaringan tubuh yang aus terpakai (proses
katabolisme).
b. Memperbaiki protein jaringan tubuh yang aus terpakai (proses
katabolisme).
c. Membangun jaringan baru (anabolisme) terutama pada periode
pertumbuhan, seperti pada bayi dan balita, anak – anak, remaja,
dan pada kehamilan.
83
d. Berperan dalam berbagai metabolisme dalam tubuh sebagai
komponen enzim dan hormon.
e. Berperan dalam transport zat gizi, misalnya lipoprotein berperan
dalam transport trigleserida, kolesterol, fosfolipida, dan vitamin larut
lemak.
f. Membantu pembentukan antibodi yang akan melawan bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
2. Asam folat (B9)
Asam folat sangat berperan pada masa pembuahan dan kehamilan
trimester pertama. Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko
bayi lahir kecatatan sistem saraf dengan neural tube defect (NTD).Folat
terutama terdapat didalam sayuran hijau, hati, daging, serealia utuh, biji –
bijian, kacang – kacangan, dan jeruk. Karena asam folat mudah rusak
pada pemanasan, dianjurkan tiap hari makan buah dan sayur mentah,
atau sayur yang dimasak tidak terlalu matang. Angka kecukupan folat bagi
wanita usia subur adalah 400 mcg
3. Zat besi
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, dengan
menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi dan gampang infeksi. Fe
sangat penting bagi calon ibu untuk memperlancar ovulasi dan menurangi
resiko ibu hamil mengalami anemia gizi besi yang dapat membahayakan
kandungannya. Makanan sumber fe, seperti hati, daging merah, kuning
telur, jeruk dan sayuran hijau. Konsumsi vitamin C akan meningkatkan
penyerapan zat besi. Adapun adanya serat pangan, asam fitat, asam
oksalat, minuman berkarbonasi, teh, dan kopi dapat menurunkan
penyerapan zat besi. Menurut AKG 2013 angka kecukupan zat besi pada
wanita subur adalah sebanyak 26 mg/hari.
4. Kalsium
Sumber kalsium yang baik adalah bahan pangan hewani seperti susu,
keju, dan sejenisnya. Kalsium juga terdapat pada kacang kacangan, roti,
ikan, dan sebagainya. Asupan yang cukup untuk remaja dan dewasa
adalah 1000 – 1200 mg perhari. Peningkatan kebutuhan terjadi pada
84
pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defesiensi kalsium dan tingkat
aktivitas fisik meningkatkan densitas tulang.Kalsium juga dikaitkan dengan
kesehatan reproduksi, utamanya pre –eklampsia/eklampsia, berat badan
lahir rendah, serta kelahiran prematur. Kalsium juga meningkatkan pH
tubuh, yang menguntungkan bagi sperma dan telur sudah dibuahi.
Materi III : Gaya hidup dan Asupan Gizi Prakonsepsi
Untuk memastikan perkembangan optimal janin, beberapa perubahan diet
dan gaya hidup yang diperlukan sebelum masa konsepsi, diantaranya :
1. Menghindari konsumsi makanan yang tidak mengandung variasi
nutrisi serta gizi yang cukup dan seimbang. Misalnya, makanan
yang kaya kalori, tetapi kurang protein, mineral, dan vitamin, seperti
fastfood (burger, ayam goreng,kentang goreng, dll).
2. Menu seimbang yang beraneka ragam terdiri dari, karbohidrat,
protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah
3. Menghindari makan/minum berlebihan satu jenis
makanan/minuman tertentu.
4. Sebaiknya menurangi konsumsi makanan olahan yang diawetkan,
seperti pewarna, atau zat lainnya kurang mendukung tubuh untuk
meregenerasi sel sel tubuh terutama kualitas sel telur dengan baik.
5. Mengurangi atau menghindari minuman yang mengandung kafein,
seperti : kopi, teh, kola, dan coklat. Hasil risetmenunjukkan lebih
dari 200 – 300 mg kafein per hari dapat menurunkan fertilitas 27%.
6. Menghentikan konsumsi pemanis buatan, alkohol, obat penenang,
sigaret, dan semua yang berpotensi membahayakan.
85
Materi IV : Pengaturan Makanan Sehari Untuk Wanita Prakonsepsi
Bahan
Makanan
Umur 16-18 tahun
2125 kkal
Umur 19-29 tahun
2250 kkal
Umur 30-49 tahun
2125 kkal
Nasi 5 p 5 p 4 ½ p
Sayuran 3 p 3 p 3 p
Buah 4 p 5 p 5 p
Tempe 3 p 3 p 3 p
Daging 3 p 3 p 3 p
Minyak 5 p 5 p 6 p
Gula 2 p 2 p 2 p
Keterangan :
1. Nasi 1 porsi : ¾ gelas : 100 gr : 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi : 1 gelas : 100 gr : 25 kkal
3. Buah 1 porsi : 1 buah pisang ambon : 50 gr : 50 kkal
4. Tempe 1 porsi : 2 potong sedang : 50 gr : 80 kkal
5. Daging 1 porsi : 1 potong sedang : 35 gr : 50 kkal
6. Minyak 1 porsi : 1 sdt : 5 gr : 50 kkal
7. Gula 1 porsi: 1 sdm : 20 gr : 50 kkal
86
Lampiran 6
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama :
Usia :
Alamat :
Telp/HP :
Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi sampel penelitian dengan
judul “ Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Asupan Protein, Kalsium,
Zat Besi, Asam Folat Dan Status Gizi Pada Wanita Usia Subur
Prakonsepsi ” yang akandilakukanoleh:
Nama : Khairun nisa
Alamat : Jln. Masjid, Jati Sari
Instansi : Politekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi
No Hp : 0823 6192 6655
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan
sesungguhnya tanpa paksaan dari siapapun.
Lubuk Pakam,.......................2018
Mengetahui,
Peneliti Sampel
(Khairun nisa) ( )
87
Lampiran 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Khairun Nisa
Tempat/Tanggal Lahir : Aceh Tengah, 15 Maret 1996
Alamat Rumah : Jl. Bireuen – Tekengon, Simpang Teritit, Aceh
No Handphone : 082361926655
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 Gegerung
2. MTsS Al-Zahrah
3. MAS Al-Zahrah
4. Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Gizi
Hobby : Traveling
Motto : Your time is limited
88
Lampiran 8
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Khairun Nisa
NIM : P01031214030
Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di Skripsi saya adalah
benar saya ambil dan bila tidak saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian
utama saya dibatalkan).
Yang Membuat Pernyataan
(Khairun Nisa)
89
Lampiran 9
Bukti Bimbingan Skripsi
Judul : Pengaruh Konseling mengenai Gizi
Prakonsepsi terhadap Asupan Protein,
Kalsium, Zat Besi, Asam Folat dan Status
Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS) di
Kelurahan Paluh Kemiri
Nama : Khairun Nisa
Nomor Induk Mahasiswa : P01031214030
Program Studi : Diploma IV
Dosen Pembimbing
: Yenni Zuraidah, SP. M.Kes
No Tanggal Judul/Topik Bimbingan TTD
Mahasiswa
TTD Dosen
Pembimbing
1 02 Okt
2017
Mendiskusikan tentang
masalah yang ada di bidang gizi masyarakat.
2 03 Okt 2017
Menentukan judul dari topik topik yang dibahas
sebelumnya.
3 05 Okt 2017
Penulisan Bab I dan Bab II
4 13 Okt 2015
Perbaikan Bab I dan Bab II
5 16 Okt
2017
Penulisan Bab III
6 24 Okt 2017
Perbaikan Bab I, Bab II, dan Bab III
7 26 Okt
2017
Mendiskusikan materi
konseling
8 27 Okt 2017
Penyusunan daftar pustaka serta melengkapi lampiran-
lampiran usulan penelitian
9 01 Nov 2017
Fix proposal
90
10 03 Agt 2018
Menambah pembahasan di Bab IV
11 06 Agt 2018
Menambah kekurangan dari pembaghasan dan
memperbaiki
12 07 Agt 2018
Perbaikan di hasil dan pembahasan
13 08 Agt
2018
Mendapat tanda tangan
pembimbing
91
Lampiran 11
Dokumentasi
92
PENGATURAN MAKANAN SEHARI UNTUKWANITA PRAKONSEPSI
GAYA HIDUP DAN ASUPAN GIZIPRAKONSEPSI
1. Menghindari konsumsi makanan yang
tidak mengandung variasi nutrisi serta
gizi yang cukup dan seimbang.
2. Menu seimbang yang beraneka ragam
terdiri dari, karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, sayur, dan buah.
3. Menghindari makan/minum berlebihan
satu jenis makanan/minuman tertentu.
4. Sebaiknya menurangi konsumsi ma-
kanan olahan yang diawetkan
5. Mengurangi atau menghindari minuman
yang mengandung kafein seperti : kopi,
teh, kola, dan coklat.
6. Menghentikan konsumsi pemanis bu-
atan, alkohol, obat penenang, sigaret.
Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaPoliteknik Kesehatan Medan
Jurusan Gizi2017
BahanMakanan
Umur16-18 thn2125 kkal
Umur19-29 thn2250 kkal
Umur30-49 thn2125 kkal
Nasi 5 p 5 p 4 ½ p
Sayuran 3 p 3 p 3 p
Buah 4 p 5 p 5 p
Tempe 3 p 3 p 3 p
Daging 3 p 3 p 3 p
Minyak 5 p 5 p 6 p
Gula 2 p 2 p 2 p
GIZI
PRAKONSEPSI
Prasyarat gizi sempurnapada masa prakonsepsimerupakan kunci kelahiranbayi normal dan sehat
KEBUTUHAN GIZI PADA MASA PRAKONSEPI
Zat Gizi Fungsi Sumber Kebutuhan
Protein -Membangun jaringan baru terutama
pada periode pertumbuhan, seperti
pada bayi dan balita, anak – anak,
remaja, dan pada kehamilan.
-Memperbaiki protein jaringan tubuh
yang aus terpakai
Sumber protein hewani be-
rasal dari telur, susu, daging,
unggas, ikan, dan kerang.
Sumber protein nabati berasal
dari kacang kedelai dan hasil
olahannya seperti tahu dan
tempe, serta kacang – ka-
cangan lainnya.
16 – 18 tahun : 59 gr
19 – 29 tahun : 56 gr
30 – 49 tahun : 57 gr
Kalsium Kalsium dikaitkan dengan kesehatan
reproduksi, utamanya pre–eklampsia/
eklampsia, berat badan lahir rendah,
serta kelahiran prematur. Kalsium ju-
ga meningkatkan pH tubuh, yang
menguntungkan bagi sperma dan te-
lur sudah dibuahi.
Sumber kalsium yang baik
adalah bahan pangan hewani
seperti susu, dan hasil
olahannya, ikan, kacang-
kacangan, dan hasil
olahannya.
16 – 18 tahun : 1200
mg
19 – 29 tahun : 1100
mg
30 – 49 tahun : 1000
mg
Zat Besi Fe sangat penting bagi calon ibu un-
tuk memperlancar ovulasi dan menu-
rangi resiko ibu hamil mengalami ane-
mia gizi besi yang dapat membaha-
yakan kandungannya.
Sumber zat besi adalah ma-
kanan hewani seperti daging,
ayam, ikan, dan telur. Sumber
lainnya yaitu : kacang – ka-
cangan, sayuran hijau dan
beberapa jenis buah.
26 mg/hari.
Asam Folat Asam folat sangat berperan pada ma-
sa pembuahan dan kehamilan tri-
mester pertama. Kecukupan nutrisi
asam folat dapat mengurangi resiko
bayi lahir kecatatan sistem saraf
dengan neural tube defect (NTD).
Folat terutama terdapat dida-
lam sayuran hijau, hati, dag-
ing, serealia utuh, biji – bijian,
kacang – kacangan, dan jeruk.
400 mcg/hari
PENTINGNYA GIZI PRAKONSEPSI
Masa prakonsepsi adalah masa dimana sebelum
terjadinya kehamilan. Status gizi selama 3 sampai 6 bulan
pada masa prakonsepsi akan menentukan kondisi
kesehatan bayi. Gizi Prakonsepsi yang cukup akan men-
dukung kelahiran bayi yang sehat dan menurunkan resiko
kesakitan pada bayi.