pengaruh kinerja keuangan dan karakteristik dewan...
TRANSCRIPT
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
146
PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN KARAKTERISTIK
DEWAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
Rosmita Rasyid1, Nur Hidayah2, Herni Kurniawati3, Fanny Andriani Setiawan4
1Universitas Tarumanagara, Jakarta, [email protected]
2Universitas Tarumanagara, Jakarta, [email protected] 3Universitas Tarumanagara, Jakarta, [email protected] 4Universitas Tarumanagara, Jakarta, [email protected]
ABSTRAK: Keterkaitan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan sudah sangat sering menjadi pemberitaan hangat di
berbagai media pemberitaan baik di tingkat nasional maupun di tingkat global.Stakeholder menekan
perusahaan agar melaporkan dampak dari aktivitas yang dilakukannya terhadap lingkungan dan sosial
disamping Laporan Keuangan. Selama ini informasi laba di dalam Laporan Keuangan dianggap
merupakan informasi yang paling penting bagi pengukuran kinerja perusahaan. Seiring dengan
meningkatnya tuntutan pertanggungjawaban perusahaan atas kondisi lingkungan dan sosial, maka laba
yang diinginkan lebih dari sekedar laba dari sisi keuangan, namun laba yang menjaga kelestarian
lingkungan dan sosial.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh kinerja keuangan dan
karakteristik dewan sebagai bagian dari tata kelola perusahaan untuk mengungkapkantanggung jawab
sosial (CSR) dalam pelaporan keberlanjutan atau dituangkan dalam laporan tahunan.Sampel penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa annual report perusahaan manufaktur dalam kurun waktu 2015-
2017. Penelitian ini dibantu dengan program software eviews 9. Hasil dari penelitian telah membuktikan
bahwa (1) kinerja keuangan yang diukur dengan ROA (return on assets) berpengaruh positif signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur (CSR); (2) Bahwa komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR); (3)
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial pada perusahaan manufaktur berpengaruh
positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur (CSR); dan (4)
Bahwa komite audit yang dimiliki perusahaan manufaktur tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Kata kunci: Kinerja keuangan, Karakteristik dewan, Pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)
ABSTRACT: The linkages between economic, social and environmental issues have become very frequent news in
various news media both at the national level and at the global level. Stakeholders pressured the
company to report on the impact of its activities on the environment and the social as well as the
Financial Report. So far, profit information in the Financial Report is considered to be the most
important information for measuring company performance. Along with the increasing demands of
corporate responsibility for environmental and social conditions, the desired profit is more than just
financial profit, but profits that maintain environmental and social sustainability. The purpose of this
study is to investigate the influence of financial performance and board characteristics as part of
corporate governance to disclose social responsibility (CSR) in sustainability reporting or set out in
annual reports. The research sample used secondary data in the form of annual reports of manufacturing
companies in the period 2015-2017. This research is assisted by software programs eviews 9.The results
of the research have proven that (1) financial performance as measured by ROA (return on assets) has a
significant positive effect on the disclosure of social responsibility of manufacturing companies (CSR);
(2) That independent commissioners do not influence the disclosure of corporate social responsibility
(CSR); (3) The results of the analysis show that managerial ownership in manufacturing companies has a
significant positive effect on the disclosure of social responsibility of manufacturing companies (CSR);
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
147
and (4) That the audit committee owned by a manufacturing company does not affect the disclosure of
corporate social responsibility (CSR).
Keywords:Financial performance, Board characteristics, Social responsibility disclosure (CSR)
PENDAHULUAN
Isu mengenai hubungan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan yang ada acap
kali merupakan publisitas hangat sehingga menjadi headline dalam beberapa surat kabar
nasional dan internasional. Adapun isu yang beredar ditingkat nasional adalah
kebakaran hutan yang mengganggu kesehatan masyarakat, illegal loging, lumpur panas
Lapindo yang belum selesai sampai sekarang. Isu ditingkat internasional adalah efek
rumah kaca sehingga memicu terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang
mengancam jiwa masyarakat, seperti terjadi baru-baru ini di Amerika Serikat yang
mengalami cuaca dingin ekstrim sehingga menimbulkan jatuhnya korban karena
hipotermia.
Beberapa periode kebelakang, laba/ rugi yang tercantum dalam laporan keuangan
merupakan informasi utama yang diperlukan pemangku kepentingan untuk melihat
bagaimana kinerja perusahaan. Berkembangnya zaman, bertambah pula kemauan para
pemangku kepentingan untuk memperoleh informasi mengenai kinerja perusahaan
selain informasi laba/ rugi yaitu informasi pertanggungjawaban perusahaan atas dampak
kegiatan operasional perusahaan terhadap lingkungan dan sosialnya yaitu laporan
corporate social responsibility (CSR). Laporan CSR tersebut sesuai dengan konsep
Triple Bottom Line yang ditemukan oleh John Elkington di tahun 1997 dimana
perusahaan yang didirikan harus memiliki tujuan selain meraih keuntungan, yakni juga
memperhatikan lingkungan sekitarnya, dan memperhatikan sosialnya (manusianya).
Di Indonesia,UU PT No.40, pasal 74 tahun 2007 merupakan aturan yang
mengharuskan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya memakai sumber daya
alam harus mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungannya dalam bentuk
laporan CSR setiap tahunnya. Selain itu, untuk menguatkan UU PT No.40, Pemerintah
mengeluarkan UU No.32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Berdasarkan UU No.32, melalui Kementerian Lingkungan Hidup,
Pemerintah menyelenggarakan agenda penataan lingkungan hidup perusahaan yaitu
Program Penilaian Peringkat KinerjaPerusahaan (PROPER) yang diberikan kepada
perusahaan atas tanggungjawab sosial dan lingkungannya.
Dari beberapa hasil riset yang sudah terpublikasi mengenai apa saja yang
mempengaruhi laporan CSR dari faktor internal perusahaan, antara lain adalah kinerja
keuangan dan tata kelola perusahaan. Kinerja keuangan diukur menggunakan variabel
profitabilitas, sedangkan tata kelola perusahaan diukur dengan karakteristik dewan
komisaris yang terdiri komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan jumlah
keberadaan komite audit. Penelitian yang dilakukan Tarigan dan Semuel (2014)
membuktikan bahwa dimensi ekonomi (EC) dari sustainability report tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, sedangkan dua dimensi lainnya yaitu lingkungan (EN) dan
sosial (SO) berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Rosyidah (2017)
memberikan hasil riset yang berbeda dari hasil riset yang ditemukan Tarigan dan
Semuel yaitu profitabilitas dan environmental performance berpengaruh positif terhadap
pengungkapan triple bottom line atau sustainability report.
Dalam beberapa penelitian sebelumnya, kepemilikan manajerial dalam struktur
modal perusahaan berpengaruh positif terhadap perwujudan tanggung jawab sosial
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
148
perusahaan, seperti hasil riset Rawi dan Munawar (2010) dimana tingkat kepemilikan
manajemen yang tinggi memberikan kemudahan bagi manajemen perusahaan
melaksanakan rencana CSR. Hasil riset mereka diperkuat dengan hasil riset
Kusumawati (2016) yang membuktikan bahwa kepemilikan saham mayoritas
berpengaruh positif terhadap sustainability report. Namun hasil riset berbeda dibuktikan
oleh Ningshy dkk. (2014) bahwa audit committee, board of directors, dan corporate governance tidak berpengaruh terhadap the disclosure of sustainability report.
Menurut hasil riset yang dijabarkan diatas, disimpulkan bahwa hasil riset
mengenai kinerja keuangan dan karakteristik dewan tidak konsisten memberikan efek
terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Sehingga alasan inilah yang
memotivasi penelitian ini ingin menguji kembali pengaruh kinerja keuangan dan
karakteristik dewan atas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut.
Adapun masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1) Apakah kinerja keuangan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
?
2) Apakah komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR ?
3) Apakah kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR ?
4) Apakah komite audit memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR ?
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kinerja keuangan, komisaris
independen, kepemilikan manajerial dan komite audit terhadap pengungkapan CSR.
Batasan riset yang diajukan adalah sampel riset ini adalah industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu tahun 2015-2017 secara terus
menerus.
TINJAUAN LITERATUR
CSR adalah kewajiban perusahaan terhadap organisasi atau perorangan yang
berkepentingan kepada perusahaan untuk beroperasi dengan wajar agar mampu
mengurangi efek merugikan dan meningkatkan efek menguntungkan yang ditimbulkan
dari kegiatan operasi tersebut. CSR mencakup tiga aspek yakni aspek ekonomi, aspek
sosial dan aspek lingkungan atau disebut triple bottom line untuk menggapai sasaran
kontinuitas pembangunan (sustainable development) (Wibisono 2007:8). Perkembangan
CSR saat ini banyak membutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan yaitu
pemerintah, masyarakat luas, dan perusahaan itu sendiri, hal tersebut dikarenakan tidak
semua perusahaan melakukan dan mengungkapkan tanggung jawab sosialnya secara
lengkap sesuai Global Reporting Index (GRI).
. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas CSR tidaklah dianggap penting bagi
manajemen perusahaan karena CSR dianggap tidak memberikan peranan positif
terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Berbeda dengan dugaan menajemen
tersebut, bahwa dari Undang-Undang yang ada, menunjukkan bahwa aktivitas CSR
menyatu dengan aktivitas operasional perusahaan sehingga bidang aktivitas CSR pun
masih dibawah kontrol manajemen perusahaan (Mapisangka, 2009). Terdapat
perusahaan yang memiliki dugaan bahwa pengungkapan CSR sebagai beban perusahaan
sehingga dapat menurunkan tingkat pengembalian dalam periode jangka pendek.
Sejatinya CSR yang diexpose oleh perusahaan dapat menimbulkan hasil yang dapat
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
149
meningkatkan keuangan perusahaan di masa mendatang, dan imej yang baik di mata
masyarakat akan didapat perusahaan yang melakukan program CSR.
Kinerja Keuangan
Setiap organisasi memiliki tujuan untuk dapat hidup dalam jangka panjang
sehingga perusahaan tersebut harus memiliki kinerja yang baik. Kinerja sebuah
organisasi dapat ditinjau dari sisi keuangan maupun non keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ditinjau dari sisi profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh dapat menunjukkan
kesuksesan perusahaan tersebut dalam suatu periode tertentu. Perusahaan yang
memperoleh laba besar, dapat dikatakan berhasil atau perusahaan yang sukses.
Perusahaan yang menderita kerugian dapat dikatakan sebagai perusahaan yang gagal.
Kemampuan laba perusahaan dapat diukur dengan mengaitkan laba perusahaan
dengan penjualan yang dikenal dengan return on sales (ROA). Pengukuran lain dari
kemampuan laba adalah dengan mengaitkan laba dengan investasi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan laba tersebut yang dikenal sebagai return on investment (ROI)
(White, Sondy and Fried: 2003;133). Hubungan antara profitabilitas dengan laporan
CSR telah banyak dilakukan. Dilling (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif pada laporan corporate social responsibility.
Karakteristik Dewan
Indonesia membentuk Komite Nasional mengenai kebijakan Corporate
Governance tahun 1999 dimana Komite Nasional menerbitkan Pedoman yang baik
dengan nama good governance di bulan Maret 2001 (Tjager, dkk, 2003). Pedoman good
governance memiliki lima tujuan yaitu melindungi kepentingan pemegang saham,
kepentingan stakeholder, memperbesar nilai perusahaan, dan mempertinggi kinerja
Dewan, dan memperkuat hubungan antar Dewan. Penggunaan prinsip good governance
dalam dunia usaha disebut dengan Good Corporate Governance (GCG). Salah satu
mekanisme mewujudkan GCG adalah karateristik dewan yang dilihat dari komisaris
independen, kepemilikan manajerial, dan komite audit.
Komisaris independen menurut Robert L.Ticker (Antonius dan Suharto, 2004)
adalah outside director yang memiliki fungsi memberikan masukan berupa penilaian
yang fair dan bebas sehingga menjadi bahan pertimbangan Dewan untuk membuat
keputusan operasional. Outside director di perusahaan memiliki pengaruh signifikan
akan berfungsi sebagai checks and balances serta menjamin bahwa executive directors
di setiap tindakannya agar selaras dengan tujuan perusahaan. Kepemilikan komisaris
dan direksi atas saham perusahaan menunjukkan adanya kepemilikan manajerial di
perusahaan tersebut. Kepemilikan ini sampai dengan tingkat tertentu merupakan
jawaban dari adanya permasalahan agency theory (Tjager dkk, 2003), yaitu menjelaskan
bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara principal dengan agent. Dewan komisaris
membentuk komite audit membantunya dalam melaksankan fungsi kontrol. Tugas dan
tanggungjawab utama komite audit adalah menjamin prinsip utama GCG dilaksanakan
oleh eksekutif yaitu transparansi dan disclosure.
Teori Agensi dan Teori Legitimasi
Konflik kepentingan berasal dari adanya perbedaan kepentingan antara principal
dengan agent. Principal beranggapan bahwa agent dapat melakukan perbuatan yang
berbeda dengan keinginan principal. Dilain pihak agent beranggapan bahwa principal
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
150
hanya menginginkan keuntungan tanpa memperhatikan kesulitan agent dalam
beroperasi. Hal ini akan menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Teori keagenan
dapat menjelaskan adanya asimetri informasi disamping masalah perbedaan
kepentingan. Informasi internal yang lebih banyak dimiliki oleh agen (manajer)
dibanding principal (pemilikataupemegangsaham) memicu munculnya asimetri
informasi. Manajer bertanggungjawab dalam menyediakan informasi mengenai keadaan perusahaan bagi pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Adakalanya
informasi yang disediakan tersebut berbeda dengan kondisi riel yang terjadi. Konflik
kepentingan dan asimetri informasi yang muncul akan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Permasalahan konflik kepentingan dan asimetri informasi ini harus
dikurangi. Langkah positif yang harus diambil adalah dengan melakukan pengawasan.
Pengawasan dimaksudkan untuk mengupayakan agar semua aktivitas atau tindakan di
dalam perusahaan dapat berlangsung secara selaras sehingga dapat tercipta Good
Corporate Governance (GCG) pada perusahaan.
Kerangka Teoritis
Penelitian ini dirancang untuk melihat pengaruh dari kinerja keuangan,
komisaris independen, kepemilikan manajerial dan komite audit atas pengungkapan
CSR. Rerangka konspetual dapatdigambarkan dengan skema sebagai berikut :
Pengembangan Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
a. Kinerja keuangan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
b. Komisaris independen memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
c. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
d. Komite audit memiliki memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan atas data sekunder dari Bursa Efek Indonesia dengan
populasi penelitiannya adalah perusahaan manufaktur periode tahun 2015 - 2017 dengan
alasan karena perusahaan manufaktur adalah sektor perusahaan terbanyak sehingga jika
di ambil kesimpulan tidak akan bias. Sampel penelitian ini dilakukan menggunakan
teknik purposive sampling dengan beberapa kriteria yakni, 1) Perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tahun 2015-2017 secara berturut-turut;
2) Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
151
yaitu tahun 2015-2017; 3) Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang rupiah
dalam menyajikan laporan keuangannya selama periode penelitian tahun 2015-2017
yang menghasilkan 63 perusahaan dengan 189 selama tiga tahun.
Model penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan Kinerja
keuangan, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit sebagai
variabel independen, sedangkan pengungkapan CSR merupakan variabel dependen. Adapun persamaan regresi data panel sebagai berikut:
CSRit = ait + bPit + cKIit + dKMit+ eKAit + fUPit+ gLit+ eit
Keterangan:
CSR = Pengungkapan CSR
P = Profitabilitas
KI = Komisaris Independen
KM = Kepemilikan Manajerial
KA = Komite Audit
UP = Ukuran perusahaan
L = Leverage
i = nama perusahaan
t = periode/ tahun
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel Statistik Deskriptif
Dari hasil pengujian statistik deskriptif untuk model penelitian (tabel diatas)
dihasilkan dari 189 observasi sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
selama periode penelitian 2015-2017, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan
manufaktur memiliki kinerja keuangan yang diukur oleh ROA sebesar 8,32%, ini
mengartikan bahwa perusahaan manufaktur yang mengungkapan tanggung jawab
sosialnya memiliki kinerja keuangan yang rendah. Hasil pengujian statistik deskriptif
juga menunjukkan gambaran bahwa rata-rata jumlah komisaris independen yang
dimiliki perusahaan manufaktur sebanyak satu orang, hal tersebut dikatakan sudah
sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33 tahun 2014 yang menyatakan
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
152
bahwa setiap perusahaan harus memiliki anggota komisaris independen minimal satu
orang dari tiga komisaris independen yang ditetapkan.
Hasil dari data statistik deskriptif juga memberikan hasil bahwa kepemilikan
manajerial perusahaan manufaktur rata-rata 62,96%, dimana memberikan gambaran
bahwa hampir setengah kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh manajerial yaitu
dewan komisaris dan dewan direksi. Kepemilikan manajerial lebih 50% memberikan arti bahwa makin tinggi kepemilikan dewan tersebut pada manajemen perusahaan maka
mereka menjadi lebih bersemangat dalam memperbaiki prestasinya karena manajemen
bertanggung jawab dalam memaksimalkan pemenuhan kebutuhan pemegang saham
yang pada dasarnya adalah mereka sendiri dan dapat menurunkan risiko keuangan
perusahaan. Selain itu hasil data statistik juga menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur memiliki jumlah komite audit rata-rata tiga orang. Jumlah komite audit
yang berjumlah tiga orang yang dimiliki perusahaan telah mengikuti peraturan OJK
nomor 55 pada tahun 2015.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pngujian spesifikasi menunjukkan model yang dipakai adalah random
effect setelah model lolos dari pengujian asumsi klasik. Hasil regresi data panel terlihat
dalam tabel Hasil Estimasi Model di halaman berikut:
Berdasarkan hasil analisis menggunakan software Eviews 9, terlihat pada tabel
di bawah ini didapatkan F-hitung bernilai 7,486705 dengan probabilitas F senilai
0,000000. Angka ini bermakna bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat pada taraf signifikansi 5% maupun 10%.
Independent variable terdiri dari kinerja keuangan yang diukur dengan ROA,
Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan Komite Audit berpengaruh
signifikan terhadap dependent variable yakni pengungkapan tanggung jawab sosial
(CSR).
Hasil analisis uji t yang terdapat pada tabel menunjukkan bahwa:
a. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kinerja keuangan yang diukur ROA
dengan memiliki t-hitung sebesar 1,723498 dan probabilitas sebesar 0,0865. Dalam
taraf signifikansi 10% maka disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang
diukur dengan ROA mempengaruhi perusahaan manufaktur melasanakan
pengungkapan CSR.
b. Komisaris independen mempunyai nilai t sebesar 1,552456 dan probabilitas sebesar
0,1223. Dalam taraf signifikansi 5% maupun 10% maka disimpulkan bahwa jumlah
komisaris independen yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan
manufaktur melaksanakan pengungkapan CSR.
c. Kepemilikan manajerial dengan nilai t adalah 1,747191 dengan probabilitas senilai
0,082. Ini menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan manajerial yang dimiliki
perusahaan mempengaruhi perusahaan manufaktur melaksanakan pengungkapan
CSR pada taraf signifikansi 10%.
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
153
Tabel Hasil Estimasi Model
Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas
C -0,776611 -3,724253 0,0003
ROA 0,132838 1,723498 0,0865
KI 0,014216 1,552456 0,1223
KM 0,020486 1,747191 0,0823
KA -0,000827 -0,050436 0,9598
LEV -0,006008 -0,526339 0,5993
SIZE 0,033562 4,545370 0,0000
R-squared 0,197956 Mean dependent var 0,046156
Adjusted
R-squared 0,171515 S.D. dependent var 0,035816
S.E. of
regression 0,032600 Sum squared resid 0,193422
F-statistic 7,486705 Durbin-Watson stat 1,964542
Prob (F-statistic) 0,000000
Sumber : Output Eviews 9
d. Nilai t dari komite audit adalah -0,050436 dengan probabilitas 0,9598. Dapat
disimpulkan bahwa jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan tidak
mempengaruhi perusahaan manufaktur melaksanakan CSR pada taraf signifikansi
5% maupun 10%.
Nilai adjusted R-squared adalah 0,171515. Hal ini berarti bahwa kontribusi
seluruh variabel independen dalam memprediksi variabel dependen adalah sebesar
17,15%. Adapun sebanyak 82,85% pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
dijelaskan oleh variabel lainnya.
PEMBAHASAN
Dari pengolahan data di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
CSR = -0,7766 + 0,1328P + 0.014216KI + 0.020486 KM – 0,000827KA+
0.033562UP- 0,0068L
Pengujian hipotesis pertama, analisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang
diukur dengan ROA (return on assets) berpengaruh positif signifikan terhadap
pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil Dilling (2010) dimana kinerja keuangan berpengaruh positif pada laporan CSR.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa perusahaan yang kinerja keuangannya baik
memiliki dana untuk melakukan pengungkapan atas tanggung jawab sosialnya (CSR),
sebab perusahaan memerlukan biaya mahal untuk membuat laporan
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
154
pertanggungjawaban sosial (CSR). Pengujian hipotesis kedua, menunjukkan bahwa
komisaris independen tidak mempunyai pengaruh atas pengungkapan CSR perusahaan.
Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah komisaris independen yang dimiliki
perusahaan manufaktur masih kurang yakni rata-rata hanya berjumlah satu orang, yang
dapat berakibat pada pengawasan kepada manajemen belum dapat dilakukan dengan
maksimal. Menurut Muntoro (2006), anggota dewan komisaris independen harus sebanding jumlahnya anggota komisaris non independen,sebab bila tidak sebanding
maka bila terjadi pemungutan suara maka komisaris independen kemungkinan akan
senantiasa kalah dalam perdebatan, apalagi kalau sampai terjadi pengambilan keputusan
berdasarkan pemungutan suara . Hasil penelitian ini sejalan dengan Djuitaningsih dan
Marsyah (2012) dan Hani (2012).
Hasil uji hipotesis ketiga, menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial pada
perusahaan manufaktur berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR
perusahaan manufaktur. Artinya bahwa perusahaan manufaktur yang nilai persentase
kepemilikan manajerial atas saham perusahaan besar (lebih dari 50%) semakin besar
kemungkinan manajemen lebih bersemangat dalam bekerja untuk meningkatkan
kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan
dari pemegang saham yang sekaligus merupakan diri mereka juga. Pengujian H4,
menunjukkan bahwa komite audit yang dimiliki perusahaan manufaktur tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Hal ini kemungkinan disebabkan
pembentukan komite audit di perusahaan adalah dalam rangka mematuhi peraturan, dan
fungsi pengawasan yang dilakukan oleh komite audit hanyalah terhadap kinerja
perusahaan yang berkaitan dengan review pengendalian intern dan kualitas laporan
keuangan, namun kurang memperhatikan perihal pengungkapan aktivitas CSR
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Djuitaningsih dan
Marsyah (2012) dan Hani (2012).
Pengujian variabel kontrol leverage menunjukkan tingkat hutang yang dimiliki
perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ini
berarti perubahan tingkat leverage perusahaan tidak dapat mempengaruhi
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan tidak menjadi perhatian bagi para
kreditur dalam memberikan kredit kepada perusahaan. Sedangkan pengujian variabel
kontrol ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan atas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini memperlihatkan bahwa
ukuran perusahaan yang semakin besar akan memberi pengaruh pada makin meluasnya
pengungkapan CSR perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya
keagenan dan resiko politis yang dihadapi oleh perusahaan besar lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan
ROA berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan
manufaktur. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa perusahaan yang kinerja
keuangannya baik memiliki dana untuk melakukannya pengungkapan CSR, karena
perusahaan memerlukan biaya yang mahal untuk membuat laporan CSR. (2) Bahwa
komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR
perusahaan. Hal ini kemungkinan dikarenakan komisaris independen yang dimiliki
perusahaan manufaktur masih kurang yakni rata-rata berjumlah satu orang, sehingga
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
155
pengawasan kepada manajemen belum maksimal. (3) Kepemilikan manajerial pada
perusahaan manufaktur berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan manufaktur. Artinya bahwa perusahaan manufaktur yang nilai
persentase kepemilikan manajerial atas saham perusahaan besar (lebih dari 50%)
semakin besar kemungkinan manajemen lebih bersemangat dalam bekerja untuk
meningkatkan prestasinya dalam menunaikan tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah mereke sendiri. (4) Hasil analisis
menunjukkan bahwa komite audit yang dimiliki perusahaan manufaktur tidak
mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal
ini kemungkinan disebabkan bahwa komite audit masih dalam melakukan fungsinya
lebih menekankan pada pengawasan atas kinerja perusahaan yang berkaitan dengan
review pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan, namun kurang memberi
perhatian kepada pengungkapan aktivitas CSR perusahaan.
Saran penelitian selanjutnya adalah (1) penelitian selanjutnya dapat menggunakan
pengukuran lain dalam mengukur pengungkapan CSR seperti membuat nilai (skor)
setiap perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dan menjumlahkan
berapa banyak nilai (skor) yang dilakukan perusahaan untuk mengungkapan CSR (2)
penelitian selanjutnya dapat mengganti sampel penelitian yaitu industri perbankan dan
jasa sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ini; dan (3)
mengganti pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakanReturn on Equity
(ROE).
DAFTAR PUSTAKA
Antonius Alijoyo dan Suharto Zaini, (2004), Komisaris Independen, Penggerak Praktik
Good Corporate Governance di Perusahaan, Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia.
Bear Stephen, Noushi Rahman & Corinne Post. (2010). The Impact of Board Diversity
and Gender Composition on Corporate Social Responsibility and Firm
Reputation. Jurnal of Business Ethics, 97:207-221 Springer
Damodar N., Gujarati dan Dawn C. Porter. (2009). Basic Econometric 5th Edition.
McGraw –Hill: New York.
Daniri. (2008). Standardisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Gramedia
Pusta ka Utama
Dewi, Sukmawati S dan Maswar P. P. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 2.
No. 3.
Dilling, Petra. F.A. (2010). Sustainability Reporting in A Global Context : What are The
Characteristic of Corporations that Provide High Quality Sustainability Reports
– An Empirical Analysis. International Business and Economic Research
Journal,Vol.9, No.1, hal: 19-28
Djuitaningsih, Tita dan Marsyah, Wachdatul A. (2012). Pengaruh Manajemen Laba dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure. Jurnal Media Riset Akuntansi, Vol 2, No. 2. Jakarta: Universitas
Bakrie.
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
156
Ekananda, Mahyus. (2016). Analisis Ekonometrika Data Panel Edisi 2. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Elkington, J. (1997). Cannibals with Forks: The triple bottom line of 21st century The
triple bottom line of 21st century. England: Capstone Publishing Ltd, Oxford.
Felicia, Mungky dan Ni Ketut R. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. ISSN: 2302-8556. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 12,
No.2. Hal. 143-153
Ghozali, Imam (2013) AplikasiAnalisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21,
Semarang: UniversitasDiponegoro
Gujarati Damodar & Dawn Porter. (2013). Dasar-dasar Ekonometrika Buku 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Hani, Ummu. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance dan Profitabilitas
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2011. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Hendriksen, Eldn S. & Van Breda. (2000). Accounting Theory, Fifth Edition.
Pennsylvania State University: Irwin Professional Publishing
Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial Economics, Vol. 3,
No. 4, Oktober, pp.305-360. Avalaible from: http://papers.ssrn.com
Kusumawati, D. A. P. (2016). Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan,
Dan Kebijakan Dividen Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014. Doctoral Dissertation, STIE Perbanas
Surabaya
Mapisangka, Andi. (2009).Implementasi CSR Terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat.JESP, Vol. 1, No. 1, pp.40 – 49
Muntoro, Ronny Kusuma. (2006). Membangun Dewan Komisaris yang Efektif. Jurnal
Manajemen Usahawan Indonesia, Vol 36, No 11, Hal 9-14. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Murtanto. (2006). Menciptakan Nilai Tambah Melalui Corporate Social Responsibility.
Media Akuntansi, Edisi 53
Ningsyh, Cichy Octavia, Yeasy Darmayanti, & Popi Fauziati. (2014). Pengaruh
Karakteristik Perusahaan dan CG Terhadap Pengungkapan Sustainability Report.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
Pieris, John & Nizam Jim Wiryawan (2007).Etika Bisnis dan Good Corporate
Governance. Jakarta: Pelangi Cendekia, Edisi pertama.
Rawi dan Munawar Muchlish. (2010). Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi,
Leverage dan Corporate Social Responsibility. Simposium Nasional Akuntansi
XIII. Purwokerto.
Rosyidah, Novita Ainur. (2017). Analisis Pengungkapan Triple Bottom Line dan Faktor
Yang Mempengaruhi, Jurnal Equity, Vol.3 Issue 4, hal 12 – 29.
Sari, Nur Maemunah Permata & Luluk Kholisoh. (2010).Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap CSR Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan, Vol.7, No.15, pp.1-9. ISSN-1411 – 3880
Sari Retna Ati, Sutrisno & Eko Ganis Sukoharsono. (2013). Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kompsisi Dewan Komisaris, Kinerja Perusahaan Terhadap Luas
Conference on Management and Behavioral Studies Universitas Tarumanagara, Jakarta, 23 Oktober 2019
ISSN NO: 2541-3406 e-ISSN: 2541-285x
157
Pengungkapan Corporate Social Responsibility di Dalam Sustainability Report
Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol.11 No. 3.
September
Sriayu dan Mimba (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan CSR Disclosure. EJurnal
Akuntansi Universitas Udayana
Subiantoro, Okky H dan Titik Mildawati. (2015). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi. Vol. 4. N
Suryono, Hari & Andri Prastiwi. (2011). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Corporate Governance Terhadap Praktek Pengungkapan Sustainability Report.
SNA XIV. Aceh
Tarigan, Joshua dan Hatane Semuel (2014). Pengungkapan Sustainability Report dan
Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 16, No. 2,
November, pp. 88-101
Tjager, I Nyoman, F. Antonius Alijoyo, Humprey R. Djemat &Bambang Soembodo.
(2003). Corporate Governance. Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas
Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
White, Sondhi and Fried. (2003). The Analysis and Use of Financial Statements:
3rd Edition. United States Of America: John Wily & Sons Inc
Wibisono, Yusuf. (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social
Responsibility. Gresik: Fascho Publishing.
Wibisono, Dermawan. (2005). Metode Penelitian & Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Wulansari, Devita. D. S dan Maswar P. P. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Vol. 4,
No. 12.