pengaruh kebijakan deviden dan corporate...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia 2009-2014)
PRASETIA ADI
NIM.100462201024
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui pengaruh Kebijakan Deviden, dan mekanisme
Corporate Governence yaitu Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan
Komisaris Independen, dan Komite Audit secara parsial maupun simultan terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014. Dalam penentuan
sampel menggunakan metode purposive sampling. Dari 38 perusahaan, didapatkan 9 perusahaan
yang memenuhi kriteria untuk di jadikan sampel dalam penelitian ini. Analisis data
menggunakan analsisis regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS 22.
Hasil dalam penelitian ini menununjukan secara parsial variabel Kebijakan Deviden,
Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, dan Komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan variable Komisaris Independen berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Secara simultan Kebijakan Deviden, Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen, dan Komite Audit berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.
Kata Kunci : Nilai Perusahaan, Kebijakan Deviden, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manejerial, Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit
Latar Belakang Masalah
Menurut Wongso (2012), Perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam. Ada yang
mengatakan bahwa perusahaan berfokus pada pencapaian keuntungan atau laba maksimal atau
laba yang sebesar-besarnya. Ada pula yang mengatakan perusahaan bertujuan untuk
memakmurkan kepentingan pemiliknya, dan adapula yang berpendapat bahwa perusahaan harus
dapat mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggungjawab sosialnya. Dari semua
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan ingin mencapai satu tujuan yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri (value of the firm)
Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal
yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang
dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun
laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan
perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate governance memiliki
kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan
informasi laba (Boediono dalam Angaraheni Niken Susanti, R. A. 2010 ).
FCGI merumuskan tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Corporate governance yang
mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi, pertanggungjawaban dan
akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan. Dengan
adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik
oleh investor
Ada empat mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai
penelitian mengenai corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan,
yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial
(Rachmawati dalam Angaraheni Niken Susanti, R. A. 2010 ).
Laba bersih Perusahaan dapat dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau di
tahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan. Kebijakan Deviden
adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahan. Menurut Wongso
(2012), kebijakan mengenai pembayaran deviden merupakan kebijakan yang paling penting bagi
perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda yaitu pihak
pemegang saham dan pihak manajemen perusahaan.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah sebuah nilai yang menunjukan cerminan dan ekuitas dan nilai
buku perusahaan, baik merupakan nilai pasar ekuitas, nilai buku dari total utang dan nilai buku
dari total ekuitas, Sukamulja dalam Purwaningtyas (2011) Salah satu rasio yang dinilai bisa
memberikan informasi paling baik adalah tobin’s Q, karena rasio ini bisa menjelaskan berbagai
fenomena perbedaan cross-sectional dalam pengambilan keputusan investasi serta hubungan
antara kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan.
Tobin’s Q memasukan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya
unsur saham biasa, Brealey dan Myers dalam Purwaningtyas (2011) menyebutkan bahwa
perusahaan dengan Tobin’s Q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang
sangat kuat. Perusahaan sebagai entitas ekonomi tidak hanya menggunakan ekuitas dalam
mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka
panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu, penelitian yang dibutuhkan perusahaan tidak
hanya dari investor saja, namun juga dari kreditur. Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh
kreditur, menunjukan bahwa semakin tinggi kepercayaan yang diberikan, hal ini menunjukkan
perusahaan memiliki nilai peusahaan yang lebih besar.
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen erat kaitannya dengan rasio pembayaran dividen. Yang dimaksud
dengan pembayaran dividen adalah dividen tunai yang dibagi dengan laba tahunan, atau dividen
per lembar saham. Rasio tersebut menunjukan presentasi laba perusahaan yang dibayarakan
kepada pemegang saham secara tunai. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen-payout-rasio)
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan
tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga
berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama
dari kebijakan dividen perusahaan adalah laba ditahan perusahaan. Akan tetapi yang juga penting
adalah masalah-masalah lainnya yang berkaitan dengan kebijakan dividen perusahaan secara
keseluruhan: masalah hukum, likuiditas, dan pengadilan, stabilitas dividen (dividen, saham,
pemecahan saham, dan pembelian kepada saham), serta sebagai pertimbangan administratif,
Yunita (2011).
Pengertian Corporate Governance
Menurut Tunggal (2013:156), Corporate Governance adalah sintem yang mengatur,
mengelola, dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikan nilai saham, sekaligus
sebagai bentuk perhatian kepada stakeholder, karyawan, kreditor dan masyarakat sekitar. Good
Corporate Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi
dan tujuan masyarakat
Kegunaan Corporate Governance
Menurut Tunggal (2013:158). Corporate Governance yang baik merupakan langkah yang
penting dalam membangun kepercayaan pasar (market confidence) dan mendorong arus investasi
internasional yang lebih stabil, dan bersifat jangka panjang. Korporasi merupakan engine for
wealth creation worldwide yang penting dan bagaimana perusahaan di jalankan akan
mempengaruhi kesejahteraan dalam masyarakat secara keseluruhan.
Manfaat dan Tujuan Corporate Governance
Menurut Mardiansya dalam Wardani (2012) dengan adanya penerapan corporate
governane dalam suatu perusahaan maka mengahilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu :
1. meningkatkan kenerja perusahaan melalui terciptanya peroses pengambilan keputusan
yang lebih baik, meningkatkan efesiensi operasional perusahaan dengan lebih baik,
meningkatkan efesiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
shareholder.
2. Mempermudan diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor
kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3. pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholder value dan dividen khususnya bagi BUMN akan membantu
penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi.
4. Meningkatnya nilai saham perusahaan sehingga dapat lebih meningkat citra perusahaan
kepada public lebih luas dalam jangka panjang.
5. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menananmkan modalnya di Indonesia.
Sedangkan tujuan Corporate Governance adalah sebagai berikut :
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja Dewan pengurus atau Bord of Directors
dengan manajemen senior perusahaan
Kepemilikan Institusional
Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap
investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan
tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi peruahan tersebut. Karena institusi
memantau secara profesional perkembangan investasinya maka tingkat pengendalian terhadap
tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan. Murwaningsari
(2010), Investor institusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu investor aktif dan investor pasif.
Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat dalam pengembalian keputusan manajerial, sedangkan
investor aktif ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan intitusi inilah
yang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan
Kepemilikan manajemen
Kepemilikan manajemen adalah saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi
maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan yang bersangkutan beserta
afiliasinya.
Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekiligus
pemegang saham tentunya akan menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingannya sebagai
pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang
bukan pemegang saham kemungkinan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Kinerja
perusahaan akan lebih baik jika saham perusahaan dimiliki oleh manajer. Manajer merasa lebih
memiliki perusahaan. Manajer tidak lagi sebagai tenaga profesional yang digaji tetapi juga
sebgai pemilik perusahaan ,Whidianningrum dan Amah (2012).
Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terefiliasi
dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan ( komite
national kebijkan 2006). Komisaris independen dapat bertindak penengah dalam perselisihan
yang terjadi di antara para manajer dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberi nasehat
kepada manajemen. Pradita (2010), indikator yang digunakan untuk mengatur komisaris
independen adalah presentase jumlah komisaris independen dari jumlah anggota dewan
komisaris yang ada.
Komite Audit
Komite Audit bertugas mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang
memadai, memberdayakan audit internal, meningkatkan kualitas keterbukaan keuangan dan
pelaporan, dan mengkaji ruang lingkup, ketepatan, independensi serta objektivitas auditor
eksternal, Yunita (2011)
Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia adalah Komite Audit harus
terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat tugas sehari-hari dari manajemen
yang mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi
pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk
memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan
rekomendasi yang di ajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cendung lebih adil
da tidak memihak serta obyektif dalam menangani suatu permasalahan
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Nilai Perusahaan telah banyak dilakukan
antara lain :
No Nama Judul Variabel Hasil
1. Putri Prihatin
Ningsih dan
Iin Indarti
(2010)
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen
terhadap Nilai
Perusahaan (studi
kasus pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode (2007-2009)
Variabel
Dependent: keputusan Investasi ,
Keputusan
Pendanaan dan
Kebijakan Dividen
Variabel
Independent:
Nilai Perusahaan
Secara parsial Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan
berpengaruh terhadap
Nilai perusahaan,
sedangakan kebijakan
dividen tidak
berpengaruh
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
2. Hermansyah
(2013)
Pengaruh Corporate
Governance,
Pertumbuhan
Penjualan, dan
Pertumbuhan Total
Aset terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel
Dependent:
Corporate
Governance,
Pertumbuhan
Penjualan, dan
Pertumbuhan Total
Aset
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Secara Parsial:
Mekanisme Corporate
Governance,Pertumbuhan
Pejualan dan
Pertumbuhan Total Aset
tidak berpengaruh
terhadap Nilai
Perusahaan.
Secara Simultan.
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
3. Priyatna
Bagus
Susanto dan
Imam
Subekti
(2013)
Pengaruh Corporate
Social Reponsibility
dan Corporate
Governance
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel
Dependent:
Corporate Social
Reponsibility dan
Corporate
Governance
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Secara Parsial:
CSR, Komite Audit,
Kepemilikan Institusional
tidak berpengaruh
terhadap Nilai
Perusahaan.
sedangkan Dewan
Komisaris Independent
dan Kepemilikan
Manajerial berpengaruh
terhadap Nilai
Perusahaan
Secara Simultan.
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
4. Angraheni
Niken
Susanti,
Rahmawati
dan Anni
Aryani
(2010)
Analisis Pengaruh
Corporate
Governance tehadap
Nilai Perusahaan
dengan kualitas laba
sebagai variable
Intervening pada
perusahaan
manufaktur di BEI
periode 2004-2007
Variabel
Independent:
Corporate
Governance
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Secara Parsial:
Komite audit dan
Komisaris Independen
tidak berpengaruh,
sedangkan Kepemilikan
Manejerial dan
Kepemilkan Institusional
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
5. Mokhamad Pengaruh Keputusan Variabel Secara Parsial:
Ansori dan
Denica
(2010)
Investasi Keputusan
Pendanaan dan
Kebijakan Deviden
terhadap Nilai
Perusahaan yang
tergabung dalam
Jakarta Islamic
Index
Studi pada BEI
Independent:
Pengaruh Keputusan
Investasi Keputusan
Pendanaan dan
Kebijakan Deviden
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Pengaruh Keputusan
Investasi Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan
Deviden berpengaruh
terhadap Nilai
perusahaan.
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
6. Amanda
Wongso
(2013)
Pengaruh Kebijakan
Deviden, Struktur
Kepemilikan, dan
Kebijakan Hutang
terhadap Nilai
Perusahaan dalam
prespektif teori
Agensi dan Teori
Signaling.
Variabel
Independent:
Pengaruh Kebijakan
Deviden, Struktur
Kepemilikan, dan
Kebijakan Hutang
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
dalam prespektif teori
Agensi dan Teori
Signaling.
Secara Parsial:
kebijakan Hutang,
Kepemilikan Manejerial,
Kepemilikan Institusional
tidak berpengaruh,
sedangkan Kebijakan
Dividen berpengaruh
terhadap Nilai
Perusahaan
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
7. Indah Yunita
dan
Prasetiono
(2012)
Analisis Pegaruh
Profitabilitas,
kebijaka Hutang,
Kebijakan Dividen,
size, Mekanisme
Coeporate
Governance
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel
Independent:
Analisis Pegaruh
Profitabilitas,
kebijaka Hutang,
Kebijakan Dividen,
size, Mekanisme
Coeporate
Governance
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Secara Parsial:
Analisis Pegaruh
Profitabilitas, size
berpengaruh signifikan
sedangkan kebijaka
Hutang, Kebijakan
Dividen, Kepemilikan
Institusional dan
Komisaris
Independen.tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Nilai
Perusahaan
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
8. Dwi Sukirni
(2012)
Kepemilikan
Manejerial,
Kepemilika
Variabel
Independent:
Kepemilikan
Secara Parsial:
Kepemilika Institusional,
Kebijakan Hutang
Institusional,
Kebijakan Deviden
dan Kebijakan
Hutang Analisis
terhadap Nilai
Perusahaan
perusahaan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indone-
sia tahun 2008-2010
Manejerial,
Kepemilika
Institusional,
Kebijakan Deviden
dan Kebijakan
Hutang Analisis
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Analisis berpengaruh
signifikan, sedangkan
Kepemilikan Manejerial,
Kebijakan Deviden tidak
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan.
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
9. Tri Katika
Pertiwi dan
Ferry Madi
Ika Pratama
Pengaruh Kinerja
Keuangan,
Corporate
Governance
Terhadap Nilai
Perusahaan Food
and Beverage 2005-
2010
Variabel
Independent:
Pengaruh Kinerja
Keuangan, Corporate
Governance
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Food and Beverage
Secara Parsial:
Pengaruh Kinerja
Keuangan berpengaruh
signifikan, sedangkan
Corporate Governance
yang di proksikan dengan
Kepemilikan Manajerial
tidak berpengaruh
terhadap Nilai
Perusahaan.
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
10. Umi
Mardiyaati,
Gatot Nazir
Ahmad dan
Ria Putri
(2012)
Pengaruh Kebijakan
Dividen, Kebijakan
Hutang, dan
Profitabilitas
terhadap Nilai
Perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2005-2010
Variabel
Independent:
Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang,
dan Profitabilitas
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Secara Parsial:
Profitabilitas berpengaruh
signifikan, sedangkan
Kebijakan Dividen, dan
Kebijakan Hutang tidak
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
11. Diah Ayu
Pertiwi
(2010)
Analisi Pengaruh
Earning
Management
Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan
Peranan Praktik
Corporate
Governance sebagai
Variabel
Independent
Pengaruh Earning
Management,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial,
Secara Parsial:
Pengaruh Earning
Management, Komite
Audit, Kepemilikan
Institusional berpengaruh
Signifikan sedangkan,
Kepemilikan Manajerial,
Komisaris
Moderating Variabel
pada Perusahaan
yang terdaftar di BEI
Periode 2005-2008
Komisaris
Independen, Komite
Audit.
Variabel
Dependent:
Nilai Perusahaan
Independen,tidak
berpengaruh terhadap
Nilia Persuahaan
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
12. Wien Ika
Permatasari
(2010)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajemen,
Kepemilikan
Institusional dan
Corporate Social
Responsibility
Terhadap Nilai
Perusahaan
perusahaan yang
terdaftar di
BEI (Bursa Efek
Indonesia) untuk
tahun 2007-2008
Variabel
Independent:
Kepemilikan
Manajemen,
Kepemilikan
Institusional dan
Corporate Social
Responsibility
Dependent:
Nilai Perusahaan
Secara Parsial:
Kepemilikan Manajemen,
Kepemilikan Institusional
tidak berpengaru
signifikan sedangkan
CSR berpengaruh
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan.
Secara Simultan:
Semua variable X
bersama-sama
berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan
Kerangka Pemikiran
Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai
pengaruh dari Kebijakan Dividen dan Corporate Governance terhadap Nilai Persuahaan.
Didalam penelitian ini peneliti menggunakan variable Corporate Governance (Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komiaris Independen, dan Komite Audit)
Atas dasar pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan dari dasar penelitian terdahulu
maka peneliti membuat sebuah kerangka Pemikiran yang menggambarkan variabel yang ada
didalam penelitian ini, yaitu Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit. Variabel–variabel tersebut
terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel independen merupakan Kebijakan
Dividen dan komponen Corporate Governance sedangkan variabel dependen yaitu nilai
perusahaan. Kerangka Pemikiran dapat di lihat pada Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
1.Kebijakan Dividen (X1) H1
2.Kepemilkan institusional (X2) H2
Nilai Peusahaan
3.Kepemilikan Manajemen (X3) H3
4.Komisaris Independen (X4) H4
5.Komite Audit (X5) H5
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk
menguji secara statistik ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2014 sebanyak 38
perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan Manufaktor Sektor Industri Bapg Konsumsi yang terdafar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2014.
2. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang mempublikasikan laporan
keuangan secara konsisten pada tahun 2009-2014
3. Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang membagikan Dividen pada
periode 2009-2014
4. Perusahaan yang memiliki pemegang saham Institusi
5. Perusahaan yang memiliki pemegang saham manajemen
6. Perusahaan yang memiliki Dewan Komisaris Independent
7. Perusahaan yang memiliki Komite Audit
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Menurut Nurhayati dan Medyawati (2012), variable dependen adalah varianel yang
dipengaruhi oleh variable independen. Definisi operasional variable terkait dalam penelitian ini
yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Tobin’s Q dihitung dengan rumus :
( Closing Price x jumlah saham yang beredar ) + Debt
Tobin’s Q =
( EBV + Debt )
Tobin’s Q telah digunakan khusus oleh perusahaan-perusahaan manufaktur untuk
menjelaskan sejumlah fenomena perusahaan yang beragam.
Skor Interpretasi
Tobin’s q < 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen
telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi rendah.
Tobin’s q = 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen
stagnan dalam mengelola aktiva. Potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang.
Tobin’s q > 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen
berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan.
Berdasarkan penjelasan dalam interpretasi tersebut di atas, maka investor yang akan
mengejar capital gain dapat mengambil keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham
yang dimilikinya. Meskipun Tobin’s q memiliki daya tarik yang tinggi bagi para peneliti,
pendidik dan kalangan manajer, namun beberapa kritik dialamatkan terhadap Tobin’s q.
1. Variabel Independen
Variabel Independent / variabel bebas adalah variabel variabael yang mempengaruhi variabel
lain . dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah:
2.1. Kebijakan Diveden
Kebijakan Dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan di
bayarkan sebagai dividen dari pada di tahan untuk di investasikan kembali dalam Perusahaan
Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014
yang di komfirmasikan melalui Dividend Payout Ratio (DPR) , ningsih dan indarti (2010).
DPS
DPR = ____________________ 100%
EPS
Keterangan :
DPR : Dividend Payoutt Ratio
DPS : Dividen Per Share (Rp)
EPS : Earning Per Share (Rp)
2.2. Kepemilikan Instutional
Menurut Yunita (2011), Kepemilikan Instusional diproksikan dengan menggunakan
jumlah saham yang dimiliki oleh institusi, seperti pemerintah, institusi keuangan, institusi
berbadan hukum, institusi luar negri, dan perwakilan, sertaa institusi lainnya pada akhir tahun.
Dengan demikian, kepemilikan institusional diproksikan sebagai berikut :
Jumlah saham yang dimiliki oleh isntitusi
Kepemilikan instusional = x100%
Jumlah saham beredar akhir tahun
2.3. Kepemilkan Manajemen
Kepemilikan Manajemen diukur dari persentase kepemilikan saham oleh manajemen
secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabah perusahaan yang bersangkutan
beserta afiliasinya, sialllagan dan matchfoedz dalam purwaningtyas (2011)
Jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen
kepemilikan Manajemen = x100%
Jumlah saham yang beredar akhir tahun
2.4. komisaris Independen
Menurut Yunita (2011), Komisaris Independen diperoksikan dengan menggunakan
proporsi jumlah komisaris indepeden terhadap total dewan komisaris yang ada di perusahaan
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah Dewan komisaris independen
Komisaris Independen = x100%
Jumlah seluruh Dewan Komisaris
.
Menurut OJK Republik Indonesia Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua)
orang anggota Dewan Komisaris Independen wajib paling kurang 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh anggota Dewan Komisaris
2.5. Komite Audit
Komite Audit merupakan komite yang dibentuk oleh komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan, komite audit dalam penelitian ini di ukur menggunakan
skalai rasio melalui persentse anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap
seluruh anggota komite audit, Jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar-kecilnya dengan
organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah
yang cukup ideal. Komite Audit biasanya perlu untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali
setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang menyangkut soal sistem
pelaporan keuangan.(Guna dan Herawati,2010).
Jumlah anggota komite audit dari luar
Komite Audit = x 100% Jumlah seluruh anggota komite audit
2. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan
rumus :
Y = a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan
a = konstanta
b1-4 = Koefesiensi Regresi
X1 = Kebijakan Dividen
X2 = Kepemilikan Institusiona;
X3 = Kepemilikan Manajemen
X4 = Komisaris Independen
X5 = Komite Audit
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Descriptive Statistics
N
Minimu
m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
DPR 54 .10 227.00 61.0759 42.22968
KI 54 1.82 75.55 27.7502 25.00579
KM 54 .01 98.18 52.3680 39.25156
DKI 54 25.00 80.00 44.2609 16.00271
KA 54 33.33 66.67 60.4959 11.35533
NP 54 .40 10.69 3.0950 2.91564
Valid N
(listwise) 54
masing-masing variable berada pada angka positif.
Nilai rata-rata Nilai Perusahaan dalam jangka waktu penelitian 2009-2014 yaitu 3.0950,
sedangkan nilai standar deviasi 2.91564, nilai minimum dari Nilai Persahaan sebesar 0.40 dan
nilai maksimum sebesar 10.69. Hal ini menunjukan bahwa data pada variable NilaiPerusahaan
memiliki sebaran yang tidak begitu besar dikarenakan standar devisiasinya lebih kecil dari nilai
mean nya.
Nilai rata-rata Devident Payout Ratio dalam jangka waktu penelitian 2009-2014 yaitu
61.0759, sedangkan nilai deviasi 42.22968, nilai minimum dari Devident Payout Ratio sebesar
0.10 dan nilai maksimum sebesar 227.00. Hal ini menunjukan bahwa data pada variable
Devident Payout Ratio memiliki sebaran yang tidak begitu besar dikarenakan standar
devisiasinya lebih kecil dari nilai mean nya.
Nilai rata-rata Kepemilikan Instutional dalam jangka waktu penelitian 2009-2014 yaitu
27.7502 sedangkan nilai deviasi 25.00579, nilai minimum dari Kepemilikan Instutional sebesar
1,82 dan nilai maksimum sebesar 75.55. Hal ini menunjukan bahwa data pada variable
Kepemilikan Instutional memiliki sebaran yang tidak begitu besar karena nilai standar
devisiasinya lebih kecil dari nilai mean nya.
Nilai rata-rata Kepemilikan manajemen dalam jangka waktu penelitian 2009-2014 yaitu
52.3680, sedangkan nilai deviasi 39.25156, nilai minimum dari Kepemilikan manajemen sebesar
0.01 dan nilai maksimum sebesar 98.18. Hal ini menunjukan bahwa data pada variable
Kepemilikan manajemen memiliki sebaran yang tidak begitu besar dikarenakan standar
devisiasinya lebih kecil dari nilai mean nya.
Nilai rata-rata Dewan Komisaris Independent dalam jangka waktu penelitian 2009-2014
yaitu 44.2609, sedangkan nilai deviasi 16.00271, nilai minimum dari Dewan Komisaris
Independent sebesar 25.00 dan nilai maksimum sebesar 80.00. Hal ini menunjukan bahwa data
pada variable Dewan Komisaris Independent memiliki sebaran yang tidak begitu besar
dikarenakan standar devisiasinya lebih kecil dari nilai mean nya.
Nilai rata-rata Komite Audit dalam jangka waktu penelitian 2009-2014 yaitu 60.4959,
sedangkan nilai deviasi 11.35533, nilai minimum dari Komite Audit sebesar 33.33 dan nilai
maksimum sebesar 66.67. Hal ini menunjukan bahwa data pada variable Komite Audit memiliki
sebaran yang tidak begitu besar dikarenakan standar devisiasinya lebih kecil dari nilai mean nya.
Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data bertujuan selalu menguji apakah dalam model regresi, data residual
memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini Uji Normalitas menggunakan Uji Statistik yaitu
Uji Kolmogorov-Smirnov. Menurut Priyatno (2012), residual berdistrinormal jika signifikasi
lebih dari 0,05.
Berikut ini hasil normalitas Kolmogorov-Smirnov tampak dalam table 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation 2.23430386
Most Extreme
Differences
Absolute .182
Positive .182
Negative -.078
Test Statistic .182
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, dapat diketahui nilai Kolmogorov-smirnov adalah 0,182
dan signifikan 0,000. Karena signifikan 0,000 < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi
normal.
Data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi dengan tujuan untuk
meniadakan atau menghilangkan adanya pelanggaran asumsi normalitas. Didalam SPSS terdapat
sebuah menu yang mampu memodifikasikan atau mengubah data menggunakan menu transform.
Menu transform ini sendiri digunakan untuk mengubah suatu data untuk keperluan tertentu,
Widyadhari (2012). Cara yag digunakan yaitu mentransformasi atau mengubah tiap data variable
ke bentuk logaritma narural (LN), agar data menjadi normal atau mendekati normal.
Transformasi dilakukan dengan mengubah variable menjadi Ln, yaitu LN_DPR, LN_KI,
LN_KM, LN_DKI, LN_NP. Semua variable ditransform dengan tujuan agar semua variable
diberlakukan dengan cara yang sama
Tabel 4.5
Uji Normalitas Transform Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation .82509111
Most Extreme
Differences
Absolute .111
Positive .111
Negative -.084
Test Statistic .111
Asymp. Sig. (2-tailed) .096c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber Olahan Data SPSS 22 (2015)
Hasil tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi data dengan
Logaritma Natural diketahui nilai kolmogorof-smirnov adalah 0,111 dan signifikan 0,096.
Karena signifikan 0,096 > 0,05 maka dinyatakan berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
kolerasi antar variable independent. Untuk mengetahui suatu model regresi bebas dari
multikolinearitas, yaitu mempunyai nilai VIF (Varian Inflation Factor) kurang dari 10 dan
mempunyai angka tolerance lebih dari 0,1.
Table 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.745 3.178 -.234 .816
LN_DPR .104 .079 .180 1.312 .196 .836 1.196
LN_KI -.045 .241 -.055 -.185 .854 .178 5.608
LN_KM .014 .067 .049 .205 .839 .277 3.616
LN_DKI 1.087 .417 .366 2.608 .012 .799 1.251
LN_KA -.709 .795 -.171 -.892 .377 .429 2.334
a. Dependent Variable: LN_NP
Sumber : Olahan Data SPSS (2015)
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai
tolerance di atas 0,1 atau nilai VIF dibawah 10. Dari table 4.5 diatas diketahui semua variable
independen memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10. Hal ini mewujudkan
dalam model ini tidak terjadi multikolinearitas
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi tujuannya untuk menguji apakah dalam model regresi ada autokorelasi
antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu atau tempat. Untuk mengetahui adanya
autokorelasi atau tidak peneliti menggunakan ketentuan menurut Santoso (2014), sebagai
berikut: a. angka DW dibawah -2, autokorelasi positif b. angka DW diantara -2 sampai +2, tidak
ada autokorelasi c. angka DW diatas +2, autokorelasi negative
Table 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .496a .246 .168 .86700 1.583
a. Predictors: (Constant), LN_KA, LN_DPR, LN_DKI, LN_KM, LN_KI
b. Dependent Variable: LN_NP
Dari tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,583 karena nilai
DW berada diantara -2 - +2 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi..
Uji Heteroskedesitas
Uji Heteroskedesitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedesitas
Correlations
LN_DPR LN_KI LN_KM LN_DKI LN_KA
Unstandardize
d Residual
Spearma
n's rho
LN_DPR Correlation
Coefficient 1.000 -.033 .069 .249 -.129 .170
Sig. (2-
tailed) . .813 .618 .069 .354 .219
N 54 54 54 54 54 54
LN_KI Correlation
Coefficient -.033 1.000 -.874** -.124 .526** .066
Sig. (2-
tailed) .813 . .000 .370 .000 .634
N 54 54 54 54 54 54
LN_KM Correlation
Coefficient .069 -.874** 1.000 .353** -.403** .094
Sig. (2-
tailed) .618 .000 . .009 .003 .499
N 54 54 54 54 54 54
LN_DKI Correlation
Coefficient .249 -.124 .353** 1.000 -.022 .011
Sig. (2-
tailed) .069 .370 .009 . .873 .936
N 54 54 54 54 54 54
LN_KA Correlation
Coefficient -.129 .526** -.403** -.022 1.000 .093
Sig. (2-
tailed) .354 .000 .003 .873 . .505
N 54 54 54 54 54 54
Unstandardi
zed
Residual
Correlation
Coefficient .170 .066 .094 .011 .093 1.000
Sig. (2-
tailed) .219 .634 .499 .936 .505 .
N 54 54 54 54 54 54
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi kelima variabel independen
dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Karena signifikansi
lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada
model regresi
Hasil Analisis Regresi Berganda
Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan model berganda dan diolah dengan
menggunakan SPSS 22. Hasil pengujian regresi berganda dapat dilihat dalam table 4.8 sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.745 3.178 -.234 .816
LN_DPR .104 .079 .180 1.312 .196 .836 1.196
LN_KI -.045 .241 -.055 -.185 .854 .178 5.608
LN_KM .014 .067 .049 .205 .839 .277 3.616
LN_DKI 1.087 .417 .366 2.608 .012 .799 1.251
LN_KA -.709 .795 -.171 -.892 .377 .429 2.334
a. Dependent Variable: LN_NP
Dengan melihat tabel 4.7 diatas, dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut : Nilai Perusahaan = -0,745 + 0,104 – 0,045 + 0,014 + 1,087 - 0,709
Kesimpulan dari hasil regresi linier berganda diatas sebagai berikut:
1. Konstanta ( koefisien a )
Nilai konstanta a adalah -0,745 : artinya, jika Deviden, Kepemilikan Instusional,
Kepemilikan Manajemen, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit bernilai 0, maka
Nilai Perusahaan terjadi sebesar ( -0,745 )
2. Koefisien Diveden Diveden Per Share mempunyai hubungan positif terhadap Nilai
Perusahaan dengan koefisien regresi sebesar 0,104. Artinya tanda positif pada koefisien
regresi menunjukan bahwa setiap adanya peningkatan yang terjadi pada variable Kebijakan
Deviden akan mengakibatkan peningkatan pada variable Nilai Perusahaan, begitu pula
sebaliknya jika variable Kebijakan Deviden yang semakin menurun maka Nilai Perusahaan
akan menurun
3. Koefisien Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional mempunyai hubungan negatif terhadap NilaiPerusahaan dengan
koefisien regresi sebesar -0,045. Artinya tanda negatif pada koefisien regresi menunjukan
bahwa setiap adanya peningkatan yang terjadi pada variable Kepemilikan Institusional maka
akan terjadi penurunan pada variable Nilai Perusahaan, begitu pula dengan variable
Kepemilikan Institusional semakin menurun maka Nilai Perusahaan akan meningkat
4. Koefisien Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan Manajemen mempunyai hubungan positif terhadap NilaiPerusahaan dengan
koefisien regresi sebesar 0,014. Artinya tanda positif pada koefisien regresi menunjukan
bahwa setiap adanya peningkatan yang terjadi pada variable Kepemilikan Manajemen, maka
akan terjadi peningkatan pada variable Nilai Perusahaan, begitu pula dengan variable
Kepemilikan Manajemen semakin menurun maka Nilai Perusahaan akan menurun.
5. Koefisien Dewan Komisaris Independent
Dewan Komisaris Independent mempunyai hubungan positif terhadap NilaiPerusahaan
dengan koefisien regresi sebesar 1,087. Artinya tanda positif pada koefisien regresi
menunjukan bahwa setiap adanya peningkatan yang terjadi pada variable Dewan Komisaris
Independent akan mengakibatkan peningkatan pada variable Nilai Perusahaan, begitu pula
sebaliknya jika variable Dewan Komisaris Independent yang semakin menurun maka Nilai
Perusahaan akan menurun
6. Koefisien Komite Audit
Komite Audit mempunyai hubungan positif terhadap NilaiPerusahaan dengan koefisien
regresi sebesar -0,709. Artinya tanda negatif pada koefisien regresi menunjukan bahwa
setiap adanya peningkatan yang terjadi pada variable Komite Audit akan mengakibatkan
penurunan pada variable Nilai Perusahaan, begitu pula sebaliknya jika variable Komite Audit
yang semakin menurun maka Nilai Perusahaan akan meningkat.
Pengujian Hipotesis
Uji Statistik t
Pengujian Individu / secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah nilai koefesien
regresi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen / terikat
(Priyatno,2011:31)
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Apabila t hitung < t tabel, maka Ho diterima; tidak ada pengaruh
Apabila -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, dan Ha diterima; ada
pengaruh
Sedangkan pengambilan keputusan dengan probabilitas ialah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0.05, maka Ha tidak dapat diterima dan Ho tidak dapat ditolak
Jika probabilitas < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.745 3.178 -.234 .816
LN_DPR .104 .079 .180 1.312 .196
LN_KI -.045 .241 -.055 -.185 .854
LN_KM .014 .067 .049 .205 .839
LN_DKI 1.087 .417 .366 2.608 .012
LN_KA -.709 .795 -.171 -.892 .377
a. Dependent Variable: LN_NP
Sumber: Olahan Data SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5 (uji 2 sisi)
degan derajat kebebasan df = 54-5-1. Maka berikut penjelasannya:
1. Variable Kebijakan Deviden
Dari hasil output SPSS diperoleh hasil t-hitung sebesar 1,312 dengan nilai signifikan
sebesar 0,196. Karena nilai t-hitung sebesar 1,312 < t-tabel sebesar 2,011 dan nilai signifikan
sebesar 0,196. > dari tingkat signifikan 0,05(α), maka kesimpulannya Ha tidak dapat diterima
dan Ho tidak dapat ditolak. Disini berarti bahwa variable kebijakan deviden (LnDPR) tidak
berpengaruh signifikan dan bersifat positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sector
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014
2. Variable Kepemilikan Institusional
Dari hasil output SPSS diperolah hasil t-hitung sebesar -0,185 dengan nilai signifikan sebesar
0,854. Karena nilai t-hitung sebesar -0,185 > t-tabel sebesar -2,011 dan nilai signifikan sebesar
0,854 > dari tingkat signifikan 0,05(α), maka kesimpulannya Ha tidak dapat diterima dan Ho
tidak dapat ditolak. Disini berarti bahwa variable Kepemilikan Institusional (LnKI) tidak
berpengaruh signifikan serta bersifat negatif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.
3. Variabel Kepemilikan Manajemen
Dari hasil output SPSS diperolah hasil t-hitung sebesar 0,205 dengan nilai signifikan
sebesar 0,839. Karena nilai t-hitung sebesar 0,205 < t-tabel sebesar 2,011 dan nilai signifikan
sebesar 0,839 > dari tingkat signifikan 0,05(α), maka kesimpulannya Ho tidak dapat ditolak dan
Ha tidak dapat diterima. Disini berarti bahwa variable Kepemilikan Manajemen (LnKM) tidak
berpengaruh signifikan serta bersifat positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.
4. Variabel Dewan Komisaris Independen
Dari hasil output SPSS diperolah hasil t-hitung sebesar 2,608 dengan nilai signifikan
sebesar 0,012. Karena nilai t-hitung sebesar 2,608 > t-tabel sebesar 2,011 dan nilai signifikan
sebesar 0,012 < dari tingkat signifikan 0,05(α), maka kesimpulannya Ha diterima dan Ho ditolak.
Disini berarti bahwa variable Dewan Komisaris Independen (LnDKI) berpengaruh signifikan
serta bersifat positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014
5. Variabel Komite Audit
Dari hasil output SPSS diperolah hasil t-hitung sebesar -0,892 dengan nilai signifikan
sebesar 0,377. Karena nilai t-hitung sebesar -0,892 > t-tabel sebesar -2,011 dan nilai signifikan
sebesar 0,377 > dari tingkat signifikan 0,05(α), maka kesimpulannya Ha tidak dapat diterima dan
Ho tidak dapat ditolak. Disini berarti bahwa variable Komite Audit (LnKA) tidak berpengaruh
signifikan serta bersifat negative terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.
Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variable bebas secara bersama-sama terhadap
variable tergantung. Hasil perhitungan uji F ini dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 11.778 5 2.356 3.134 .016b
Residual 36.081 48 .752
Total 47.859 53
a. Dependent Variable: LN_NP
b. Predictors: (Constant), LN_KA, LN_DPR, LN_DKI, LN_KM, LN_KI
Sumber : Olahan Data SPSS 22
Dari tabel 4.10 diatas, diketahui niai Fhitung sebesar 3,134 sedangkan nilai Ftabel pada tingkat
signifikan 0,05 dengan df 1=4; df = 54-5-1 = 48 ( lihat tabel F statistic ) maka dihasilkan Ftabel
sebesar 2,41. Jadi nilai Fhitung 3,134 > Ftabel 2,41 dan signifikan < 0,05 (0,016 < 0,05), maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Ini menunjukan bahwa Kebijakan Deviden, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajemen, Dewan Komisaris Independent, dan Komite Audit secara bersama-
sama berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur
Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.
Adjust R Square menunjukan koefisiensi determinasi yang merupakan persentase
sumbangan pengaruh variable independent terhadap variable dependen. Hal ini menunjukan
berapa persen sumbangan pengaruh keenam variable independen terhadap Nilai Perusahaan.
Hasil perhitungan koefesien determinasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .496a .246 .168 .86700 1.583
a. Predictors: (Constant), LN_KA, LN_DPR, LN_DKI, LN_KM, LN_KI
b. Dependent Variable: LN_NP
Berdasarkan hasil statistic pada tabel 4.9 diatas hasil perhitungan diperolah koefesien
determinasi Adjusted R Square pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2014 sebesar 0,168 atau 16,8%. Artinya persentase sumbangan
pengaruh variable Kebijakan Devinden, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen,
Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit sebesar 16,8%, sedangkan sisanya sebesar
83,2% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh Kebijakan Deviden
dan Corporate Governance terhadap Nilai Saham maka terdapat beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil uji t menunjukan bahwa variable Kebijakan Deviden (DPR) tidak berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di Busa Efek Indonesia periode 2009-2014
2. Hasil uji t menunjukan bahwa variable Kepemilikan Institusional (KI) tidak
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang terdaftar di Busa Efek Indonesia periode 2009-2014
3. Hasil uji t menunjukan bahwa variable Kepemilikan Manajerial (KM) tidak
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang terdaftar di Busa Efek Indonesia periode 2009-2014
4. Hasil uji t menunjukan bahwa variable Dewan Komisaris Independen (DKI)
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang terdaftar di Busa Efek Indonesia periode 2009-2014
5. Hasil uji t menunjukan bahwa variable Komite Audit (KA) tidak berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang
terdaftar di Busa Efek Indonesia periode 2009-2014
6. Hasil uji F menunjukan bahwa variable Kebijakan Deviden, Kepemilikan Institusional,
Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit berpengaruh secara bersama-sama
(simultan) terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang
Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014
DAFTAR PUSTAKA
Angaraheni Niken Susanti, R. A. (2010). Analisis Pengaruh Mekasnisme Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel Intervening Pada
PerusahaanManufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007.
Hermansyah, A. R. (2013). Pengaruh Corporate Governance, Pertumbuhan Penjualan, Dan
PertumbuhanTotal Aset Terhadap Nilai Perusahaan.
Indah Yunita, P. (2012). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijkan Dividen,
Size, Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan.
Kurniawan, W. (2012). Dr. Jakarta: Grafiti.
Miranty Nurhayati, H. M. (2012). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate
Governance dan Corporate Sosial Respondibility Terhadap Nilai Perusahaan yang
Terdaftar Dalam LQ45 Pada Tahun 2009-2011. Bekasi: Universitas Gunadarma
Mokhamat Ansori, D. (2010). Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan Dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Yang Tergabung
Dalam Jakarta Islamic Index Studi Pada Bursa Efek Indonesia (BEI), ISSN : 1411-1799.
Permanasari, W. I. (2010). Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, Dan
CorporateGovernance Sosial Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan . Semarang:
Universitas Diponegoro.
Pertiwi, D. A. (2010). Analisis Pengaruh Earning Management Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Peranan Peraktik Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Pradita, O R (2010). Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen
Laba dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di BEI Pada
tahun 2005-2008.Semarang: Universitas Diponogoro
Priyatna Bagus Susanto, I. S. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Good
Corpora Governance Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia.
Priyatno, Dwi.2010. Paham Analisa Data Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom
Purwaningtyas,F.P (2011). Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Nilai Perusahaabn Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2007-2009.
Semarang:Universitas Diponogoro\
Purweni Wedhianningrum, N.A (2012). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Selama Kerisis Keuangan 2007-2009. Jurnal Dinamika akuntansi,
Vol.4,No.2 94-102
Putri Prihatin Ningsih, I. I. (2010). Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan Dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009).
Suhani, J. (2013). Analisa Pengaruh Earning Manajemen, Mekanisme Corporate Governance
dan Ukurang Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI. Jakarta:Universitas Islam Negri Jakarta
Sukirni, D. (2012). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen Dan
Kebijakan Hutang Analisis Terhadap Nilai Perusahaan, AAJ 1 (2) (2012).
Supranto.2007. Teknik Sampling Untuk Survey dan Exsperimen. Jakarta.Rineka cipta
Tri Kartika Pertiwi, F. M. (2013). Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance
Terhadap Nilain Perusahaan.
Tunggal, H. S. (2013). S.H. Jakarta: Harvarindo.
Umi Mardiyati, G. N. (2012). Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2005-2010, vol. 3, no. 1.
Welvin I Guna, A. H. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, independet,
Auditor, Kualitas Audit dan Faktor lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, vol.12 no.1 53-68
Wijaya, Toni. (2012). Makalah Statistik SPSS. Universitas Of Nort Sumatra. Mathematic and
saince, Information Tecnology.
Wongso, A. (2013). Pengaruh Kebijakan Deviden, Struktur Kepemilikan, dan Kebijakan Hutang
Terhadap Nilai Perusahaan Dalam Perspektif Teori Agensi Dan Teori Signaling.
Yunita, I.(2011). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Size,
dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan.Semarang:Universitas Diponogoro