pengaruh jam kerja orang tua terhadap kognitif anak di

17
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021: 14–30 p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 14 Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di Indonesia The Eects of Parental Working Hours on the Cognitive of Children in Indonesia Pradini Ajeng Gemellia a,* , & Turro S. Wongkaren b a Magister Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia b Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia [diterima: 19 September 2019 — disetujui: 7 Februari 2020 — terbit daring: 26 Januari 2021] Abstract The current phenomenon shows an increasing work activities by both fathers and mothers to fulfil household needs. This social change is feared to give children imbalance time, causing children’s development to be not optimal. This study aims to see the influence of parental working hour on children’s cognitive scores in Indonesia. This study used data from IFLS Survey in 2007 and 2014 with a unit of analysis of children aged 7 to 14 used an OLS estimation method. The results of this study indicate that parental working hours had negative influence on children’s cognitive scores. Keywords: cognitive of children; IFLS; parental working hours; OLS Abstrak Fenomena saat ini menunjukkan peningkatan aktivitas bekerja, baik ayah maupun ibu, demi memenuhi kebutuhan rumah tangga. Perubahan sosial ini dikhawatirkan memberikan ketidakseimbangan waktu pada anak-anak dan menyebabkan perkembangan anak menjadi tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jam kerja orang tua terhadap skor kognitif anak di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari Survei IFLS tahun 2007 dan 2014 dengan unit analisis anak-anak berusia 7 hingga 14 tahun menggunakan metode estimasi OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jam kerja orang tua memiliki pengaruh negatif terhadap skor kognitif anak-anak. Kata kunci: kognitif anak; IFLS; jam kerja orang tua; OLS Kode Klasifikasi JEL: D13; J22; J24 Pendahuluan Berdasarkan isu demografi yang terjadi saat ini di Indonesia, pada tahun 2020 hingga 2030 akan terjadi suatu periode yang disebut dengan the win- dows of opportunity (Adioetomo, 2015). The windows of opportunity merupakan suatu kondisi yang me- nunjukkan struktur umur penduduk yang berusia produktif meningkat, sedangkan struktur umur penduduk yang tidak produktif menurun. Artinya, komposisi penduduk Indonesia akan didominasi oleh kelompok usia produktif sehingga dependency ratio akan mengalami penurunan. Hal ini berarti * Alamat Korespondensi: Jln. Carita Kukusan Rt. 1 Rw. 1 No. 50, Kukusan, Beji, Depok 16425. E-mail: [email protected]. beban dalam rumah tangga akan berkurang sehing- ga akan meningkatkan tabungan (saving) dalam rumah tangga. Makin tingginya tabungan rumah tangga, maka investasi akan makin meningkat dan akan mengakibatkan makin meningkatnya pere- konomian Indonesia. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan perekonomian Indonesia adalah de- ngan memaksimalkan periode windows of oppor- tunity melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun, data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2018 menunjukkan rendahnya ku- alitas sumber daya manusia di Indonesia saat ini. Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di- dominasi oleh pekerja berpendidikan terakhir SD, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 21 No. 1 Januari 2021: 14–30

p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-928014

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di IndonesiaThe Effects of Parental Working Hours on the Cognitive of Children in Indonesia

Pradini Ajeng Gemelliaa,∗, & Turro S. Wongkarenb

aMagister Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas IndonesiabLembaga Demografi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

[diterima: 19 September 2019 — disetujui: 7 Februari 2020 — terbit daring: 26 Januari 2021]

Abstract

The current phenomenon shows an increasing work activities by both fathers and mothers to fulfil household needs. Thissocial change is feared to give children imbalance time, causing children’s development to be not optimal. This studyaims to see the influence of parental working hour on children’s cognitive scores in Indonesia. This study used data fromIFLS Survey in 2007 and 2014 with a unit of analysis of children aged 7 to 14 used an OLS estimation method. Theresults of this study indicate that parental working hours had negative influence on children’s cognitive scores.Keywords: cognitive of children; IFLS; parental working hours; OLS

AbstrakFenomena saat ini menunjukkan peningkatan aktivitas bekerja, baik ayah maupun ibu, demi memenuhikebutuhan rumah tangga. Perubahan sosial ini dikhawatirkan memberikan ketidakseimbangan waktu padaanak-anak dan menyebabkan perkembangan anak menjadi tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untukmelihat pengaruh jam kerja orang tua terhadap skor kognitif anak di Indonesia. Penelitian ini menggunakandata dari Survei IFLS tahun 2007 dan 2014 dengan unit analisis anak-anak berusia 7 hingga 14 tahunmenggunakan metode estimasi OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jam kerja orang tua memilikipengaruh negatif terhadap skor kognitif anak-anak.Kata kunci: kognitif anak; IFLS; jam kerja orang tua; OLS

Kode Klasifikasi JEL: D13; J22; J24

Pendahuluan

Berdasarkan isu demografi yang terjadi saat inidi Indonesia, pada tahun 2020 hingga 2030 akanterjadi suatu periode yang disebut dengan the win-dows of opportunity (Adioetomo, 2015). The windowsof opportunity merupakan suatu kondisi yang me-nunjukkan struktur umur penduduk yang berusiaproduktif meningkat, sedangkan struktur umurpenduduk yang tidak produktif menurun. Artinya,komposisi penduduk Indonesia akan didominasioleh kelompok usia produktif sehingga dependencyratio akan mengalami penurunan. Hal ini berarti

∗Alamat Korespondensi: Jln. Carita Kukusan Rt. 1 Rw. 1 No.50, Kukusan, Beji, Depok 16425. E-mail: [email protected].

beban dalam rumah tangga akan berkurang sehing-ga akan meningkatkan tabungan (saving) dalamrumah tangga. Makin tingginya tabungan rumahtangga, maka investasi akan makin meningkat danakan mengakibatkan makin meningkatnya pere-konomian Indonesia. Salah satu cara untuk dapatmeningkatkan perekonomian Indonesia adalah de-ngan memaksimalkan periode windows of oppor-tunity melalui peningkatan kualitas sumber dayamanusia.

Namun, data Survei Angkatan Kerja Nasional(SAKERNAS) 2018 menunjukkan rendahnya ku-alitas sumber daya manusia di Indonesia saat ini.Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di-dominasi oleh pekerja berpendidikan terakhir SD,

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 2: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 15

yaitu sebanyak 25 persen, selanjutnya diikuti pe-kerja berpendidikan terakhir SMP, yaitu sebanyak18 persen. Artinya, penduduk Indonesia usia 15tahun ke atas yang bekerja didominasi oleh peker-ja berkualitas rendah. Pemanfaatan the window ofopportunity ini tidak akan berarti bila tidak diikutidengan sumber daya manusia yang berkualitas.

Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada ku-alitas sumber daya manusia di Indonesia denganmenggunakan kognitif anak sebagai pengukurankualitas sumber daya manusia sejak dini. Peng-gunaan kognitif anak sebagai variabel yang inginditeliti didasari oleh beberapa literatur di antaranyaHeckman et al. (2006), Lindqvist & Vestman (2011),dan Nilsson (2015) yang menyebutkan bahwa kete-rampilan kognitif selama masa kanak-kanak, rema-ja, dan dewasa awal digunakan untuk memprediksikesuksesan saat dewasa. Penelitian-penelitian terse-but menyimpulkan bahwa makin baik keterampilankognitif seorang individu, maka pendidikan, pen-dapatan, dan pekerjaan di masa yang akan datangpun akan lebih baik dibandingkan dengan individuyang memiliki keterampilan kognitif yang lebihrendah.

Perkembangan anak sangat erat kaitannya de-ngan input yang diberikan orang tua. Apabila orangtua memberikan input yang baik, seperti makanandan pendidikan yang baik serta interaksi waktuyang berkualitas, maka dapat dipastikan perkem-bangan anak akan meningkat. Berdasarkan bebera-pa penelitian ditemukan bahwa investasi orang tuamerupakan faktor yang paling kuat dalam meme-ngaruhi kualitas anak, atau dalam hal ini kognitifanak (Becker, 1981; Brooks-Gunn & Duncan, 1997;Duncan et al., 1998; Gershoff et al., 2007; Coneus et al.,2012; Grantham-McGregor et al., 2007; Heilmann,2013).

Waktu yang dihabiskan bersama anak merupa-kan faktor terpenting dalam membentuk perkem-bangan dan modal manusia anak (Becker, 1981).Artinya, bagaimana waktu yang orang tua gunakan

dalam membentuk anak dan perbedaan penggu-naan waktu antar-orang tua untuk perkembangananak sangat berkontribusi dalam ketimpangan kua-litas anak di masa depan. Namun, orang tua meng-alami biaya yang hilang (opportunity cost) terkaitdengan waktu yang digunakan untuk bekerja: apa-kah orang tua memilih menggunakan waktunyauntuk bekerja dan menambah pendapatan atau-kah lebih memilih menggunakan waktunya untukmerawat anak. Hal ini berarti orang tua tidak me-nambah pendapatan keluarga, tetapi di masa depandiharapkan anaknya memiliki kualitas yang lebihbaik. Dengan kata lain, waktu yang orang tua beri-kan kepada anak memiliki peran penting dalammembangun perkembangan kognitif anak.

Berkaitan dengan waktu yang diberikan orangtua kepada anak, berdasarkan data InternationalLabour Organization (ILO) diketahui bahwa mayori-tas pekerja laki-laki dan perempuan di Indonesiabekerja di atas jam kerja normal. Mayoritas pekerjaperempuan 24,9 persen bekerja di atas 49 jam da-lam seminggu dan 23,8 persen bekerja 40–48 jamdalam seminggu. Menurut BPS, seseorang dika-takan bekerja penuh ketika bekerja 35 jam dalamseminggu dan 40 jam dalam seminggu menurutUndang-Undang No. 13 tahun 2013 tentang Ketena-gakerjaan. Sementara, pekerja laki-laki 34,2 persenbekerja di atas 49 jam dalam seminggu dan 32,8persen bekerja antara 40–48 jam dalam seminggu.

Tingginya jumlah jam kerja memang memberik-an dampak positif untuk perekonomian Indonesia.Namun, pengaruh peningkatan jumlah jam kerjaterhadap perkembangan anak masih belum dike-tahui. Tingginya jumlah jam kerja dikhawatirkanakan mengurangi interaksi waktu antara orang tuadan anak yang mana interaksi orang tua dan anakmerupakan input penting dalam membangun per-kembangan anak.

Terdapat beberapa perbedaan pendapat menge-nai pengaruh jumlah jam kerja terhadap perkem-bangan kognitif anak. Beberapa penelitian mene-

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 3: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...16

mukan bahwa jumlah jam kerja dapat memberikandampak positif terhadap perkembangan kognitifanak, yaitu dengan makin tinggi jam kerja orangtua, maka akan meningkatkan pendapatan dalamrumah tangga yang dapat digunakan untuk membe-rikan input yang baik untuk anak, seperti makananyang baik, mainan edukatif, dan lain-lain sehing-ga perkembangan kognitif anak menjadi maksimal(Williams & Radin, 1993; Buehler et al., 2014; Hsin& Felfe, 2014; Kunn-Nelen et al., 2015; Baker, 2016).

Namun, penelitian lain menunjukkan dampak ne-gatif dari jam kerja orang tua terhadap perkembang-an kognitif anak, yaitu dengan makin tinggi jamkerja orang tua akan mengurangi waktu interaksiantara orang tua dan anak yang akan mengurangistimulasi yang diberikan, serta akan meningkat-kan stres yang dialami orang tua karena tekananyang didapatkan dari pekerjaan sehingga orangtua cenderung memberikan perilaku pengasuhanburuk yang akan menghambat perkembangan anak(Baydar & Brooks-Gunn, 1991; Bogenschneider &Steinberg, 1994; Baum II, 2003; Ruhm, 2004; Bernal,2008; Heinrich, 2014; Rokicka, 2016).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pene-litian ini bertujuan untuk melihat pengaruh darijumlah jam kerja ayah dan ibu, baik pada awalperkembangan anak maupun pada saat anak ber-usia sekolah, terhadap kognitif anak usia sekolahdi Indonesia. Hal yang membedakan penelitianini dengan penelitian sebelumnya terletak padatambahan variabel yang digunakan, yaitu varia-bel depresi ayah dan ibu, yang akan memberikanefek negatif dari jam kerja orang tua pada kogni-tif anak. Orang tua dengan jam kerja yang tinggidan tingkat depresi yang juga tinggi akan meme-ngaruhi emosional dan pengasuhan yang buruksehingga memberikan efek negatif pada kognitifanak (Hoffman, 1997; Gershoff et al., 2007).

Selain itu, yang membedakan penelitian ini daripenelitian sebelumnya adalah data yang diguna-kan. Penelitian sebelumnya hanya menggunakan

data cross section (Ruhm, 2004; Bernal, 2008; Hsin &Felfe, 2014; Kunn-Nelen et al., 2015; Baker, 2016;Rokicka, 2016), sedangkan dalam penelitian inimenggunakan data longitudinal dan cross sectionuntuk membandingkan cumulative effect (pengaruhyang dapat dilihat dalam periode waktu yang ber-beda) dan direct effect (pengaruh yang dapat dilihatdalam periode waktu yang sama) dari jam kerjaayah dan ibu terhadap kognitif anak dan siapa yangpaling besar pengaruhnya terhadap kognitif anak.

Selanjutnya, penelitian sebelumnya hanya meng-gunakan jam kerja ibu sebagai variabel utama(Baydar & Brooks-Gunn, 1991; Bogenschneider &Steinberg, 1994; Baum II, 2003; Bernal, 2008; Hsin &Felfe, 2014; Kunn-Nelen et al., 2015). Namun, pene-litian ini menggunakan jam kerja kedua orang tua,baik ayah dan ibu, sebagai variabel utama sehinggabisa diketahui pengaruh siapa yang paling besarterhadap perkembangan anak.

Pengukuran Kualitas Sumber DayaManusia

Kualitas sumber daya manusia, yang dalam pe-nelitian ini adalah hasil anak atau kualitas anak,merupakan sikap, perilaku, keterampilan, atau ka-rakteristik khusus anak-anak atau remaja yang ber-tujuan untuk memberikan pengaruh positif (Bronte-Tinkew et al., 2006). Menurut Bronte-Tinkew et al.(2006), pengukuran kualitas sumber daya manusiadapat dilihat dari tiga domain yang terdiri dariprestasi pendidikan dan kognitif, kesehatan dan ke-amanan, serta perkembangan sosial dan emosional.

Prestasi pendidikan dan kognitif anak dapat di-lihat melalui tiga hal, yaitu prestasi, keterampilanyang berhubungan dengan pendidikan, dan moti-vasi berprestasi. Prestasi seseorang dapat dilihatdari tahun sekolah yang telah diselesaikan, gelaratau sertifikat yang diperoleh, dan penghargaanyang diterima. Sedangkan, pengukuran keteram-pilan yang berhubungan dengan pendidikan dapatdilihat dari nilai membaca, menulis, dan berhitung,

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 4: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 17

atau keterampilan dasar kognitif, melakukan peker-jaan rumah secara rutin, keterampilan memecahkanmasalah, perilaku belajar yang baik, keterampilananalisis, keterampilan komunikasi lisan, keteram-pilan bahasa, keterampilan teknologi, dan sebagai-nya. Selanjutnya, motivasi dalam berprestasi dapatdiukur dari skala seseorang untuk sukses dalamberprestasi, tahun sekolah yang diharapkan, skalakonsep diri dalam akademik, rasa ingin tahu, skalaketerlibatan sekolah, kehadiran dalam sekolah, dansebagainya (Bronte-Tinkew et al., 2006).

Kesehatan dan keamanan dapat diukur dalamtiga hal yang terdiri dari perilaku berisiko, kesehat-an fisik, dan kesehatan mental. Perilaku berisikomerupakan perilaku yang dapat membahayakankesehatan dan keamanan diri sendiri yang dapatdilihat dari penggunaan narkoba dan alkohol, peri-laku seks di usia dini dan tanpa alat kontrasepsi,kebiasaan tawuran atau kekerasan dengan teman,dan perilaku yang dapat mencelakai atau melukaidiri sendiri. Kesehatan fisik anak atau remaja dapatdilihat dari kondisi fisik yang baik, di antaranyadengan berat badan yang sehat dan tidak memilikipenyakit seksual menular. Selanjutnya, gangguankesehatan mental merupakan gangguan kesehatanyang merusak kemampuan anak atau remaja un-tuk berfungsi secara kognitif, sosial, dan emosional.Gangguan ini akan menyulitkan anak atau remajauntuk mandiri sebagai orang dewasa yang dapatdiukur dari adanya depresi, kegelisahan, anoreksia,bulimia, pikiran untuk bunuh diri, dan stres yangberlebihan (Bronte-Tinkew et al., 2006).

Perkembangan sosial dan emosional dapat diu-kur dalam dua hal yang terdiri dari hubungan sosialdalam masyarakat dan perkembangan emosi. Hu-bungan sosial dalam masyarakat yang baik dapatdilihat dari hubungan dengan orang tua, hubungandengan orang dewasa lain, hubungan dengan tem-an sebaya, hubungan dengan lawan jenis, hubung-an dengan teman, serta keterlibatan dalam layananmasyarakat, kepemimpinan organisasi, kepekaan

budaya, kepedulian, kasih sayang, kesopanan, dankepedulian terhadap lingkungan. Selanjutnya, pe-ngembangan emosi diukur dari penggunaan waktunonsekolah yang produktif, kepercayaan, kemam-puan beradaptasi, keterampilan mengatasi emosi,kerohanian, kerja sama, motivasi untuk melakukanhal dengan baik, inisiatif, dan karakter yang meng-hargai, intergritas, dan bermoral (Bronte-Tinkew etal., 2006).

Hanushek (2015) mengatakan bahwapenggunaan pengukuran pendidikan yangdigunakan selama ini, seperti rata-rata lama seko-lah, pencapaian pendidikan, atau tahun sekolahyang diselesaikan merupakan pengukuran modalmanusia yang salah karena tidak menangkapketerampilan dari seseorang. Hanushek (2015)juga menjelaskan bahwa keterampilan kognitifmerupakan pengukuran modal manusia yang tepatkarena selain dapat menangkap keterampilan yangdimiliki oleh seseorang, tetapi juga berkaitan eratdengan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.Oleh karena itu, penelitian ini menggunakanketerampilan kognitif sebagai pengukuran kualitassumber daya manusia, dalam hal ini kualitas anaksebagai variabel yang akan diteliti.

Teori Alokasi Waktu

Menurut Becker (1965), utilitas rumah tangga meru-pakan fungsi dari kumpulan komoditas atau aktivi-tas (Zi), termasuk memiliki anak dengan kualitassumber daya manusia yang baik, yang dalam pe-nelitian ini dinyatakan dalam kemampuan kognitifanak (Q). Oleh karena itu, fungsi utilitas rumahtangga didefinisikan sebagai:

U = U(Q,Z1,Z2,Z3, . . . ,Zi (1)

dengan Q atau secara umum Zi merupakan fungsiatau kombinasi dari barang dikonsumsi (xi) danwaktu yang digunakan (Ti) pada aktivitas ataukomoditas tersebut yang dapat dirumuskan sebagai

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 5: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...18

berikut: Q = q(xi,Ti) atau secara umum:

Zi = fi(xi,Ti) (2)

Dalam memaksimalkan utilitasnya, rumah tang-ga dihadapkan pada keterbatasan sumber dayayang dimiliki, baik berupa waktu yang tersediamaupun keterbatasan pendapatan dalam rumahtangga. Selain sebagai konsumen, rumah tanggajuga berperan sebagai produsen dengan mempro-duksi atau menghasilkan anak yang berkualitasdan dapat bermanfaat bagi orang tua di masa yangakan datang.

Untuk menghasilkan anak yang berkualitas, ken-dala yang dihadapi adalah barang dan waktu.Orang tua dapat membelikan barang dan jasa un-tuk meningkatkan kualitas anak, seperti sekolah,makanan berprotein, buku, komputer, dan sebagai-nya. Sementara itu, dalam hal waktu, orang tuadapat memberikan waktunya untuk meningkatkankualitas anak. Setiap rumah tangga memiliki penga-turan waktu yang berbeda sehingga rumah tanggamemiliki tiga pilihan kegiatan dalam penggunaanwaktunya, yaitu untuk kegiatan di pasar kerja, ke-giatan konsumsi atau leisure, dan kegiatan dalamrumah tangga.

Kegiatan konsumsi atau leisure menggambarkanpenggunaan waktu rumah tangga untuk kegiatanpokok, seperti tidur, makan, istirahat, dan kegiat-an lainnya selain kegiatan pasar. Selain itu, rumahtangga pun perlu mendapatkan barang atau jasadan harus menggunakan waktunya untuk kegiat-an di pasar kerja untuk memperoleh pendapatan.Jumlah jam kerja yang dihabiskan rumah tangga dipasar kerja sangat beragam dan dipengaruhi olehtingkat upah di pasar kerja. Makin tinggi tingkatupah di pasar kerja, maka makin besar pula jumlahwaktu yang dialokasikan untuk pasar kerja.

Kendala waktu dan selera rumah tangga terhadapleisure akan menentukan kombinasi antara leisuredan komoditi pasar yang mengoptimalkan kepu-asan rumah tangga. Opportunity cost dari satu jam

leisure sangat berhubungan dengan pendapatanseseorang. Ketika pendapatan meningkat dengangaji tetap, maka permintaan leisure akan meningkat.Ketika pendapatan meningkat dengan gaji tetap,maka jam kerja akan menurun. Selain itu, ketikapendapatan konstan, maka peningkatan gaji akanmengurangi permintaan leisure.

Selanjutnya, rumah tangga pun perlu menggu-nakan waktunya untuk melakukan investasi dalammodal manusia, atau dalam hal ini kegiatan dalamrumah tangga (membesarkan anak). Rumah tanggamemiliki dua pilihan, yaitu memasuki pasar kerjaatau tidak. Seseorang akan memilih menggunakanwaktunya untuk kegiatan dalam rumah tangga ke-tika marginal product of labor dalam home productionlebih besar dari marginal return di pasar kerja. Ketikagaji yang didapatkan dari pasar kerja relatif tinggi,maka rumah tangga tersebut akan menggunakansebagian besar waktunya untuk bekerja di pasarkerja untuk mendapatkan gaji yang besar, sebagiankecil waktunya akan digunakan untuk kegiatandalam rumah tangga, dan sisa waktunya akan di-gunakan untuk leisure. Namun, ketika gaji yangdidapat dari pasar kerja relatif rendah, maka rumahtangga tersebut akan menggunakan sebagian besarwaktunya untuk kegiatan dalam rumah tangga dansisa waktunya akan digunakan untuk leisure.

Rumah tangga yang tidak memasuki pasar kerjamengorbankan sejumlah waktunya untuk mem-peroleh sejumlah pendapatan, namun akumulasimodal manusia (human capital)-nya menjadi lebihbesar, dengan akumulasi dari modal manusia inipada akhirnya akan meningkatkan tingkat upahdi kemudian hari. Dengan kata lain, ketika orangtua memilih menggunakan waktunya untuk beker-ja, maka akumulasi modal manusia dari anaknyaatau kualitas anak menjadi lebih rendah karenaorang tua menghabiskan waktu lebih sedikit ber-sama anak. Sebaliknya, ketika orang tua memilihmenggunakan waktunya untuk membesarkan anak,maka akumulasi modal manusianya atau kualitas

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 6: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 19

Gambar 1. Perbandingan Alokasi Waktu Ketika Gaji Relatif Tinggi (Kiri) dan Ketika Gaji Relatif Rendah (Kanan)Sumber: Gronau (1977)

anak menjadi lebih besar karena orang tua meng-habiskan waktu lebih banyak bersama anak.

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadapKognitif Anak

Perkembangan anak sangat erat kaitannya denganinvestasi yang diberikan oleh orang tua, termasukwaktu yang diberikan orang tua kepada anaknya.Idealnya, makin banyak waktu yang orang tua beri-kan kepada anak, maka stimulasi yang didapatkananak akan lebih banyak sehingga perkembangananak menjadi optimal. Beberapa penelitian mene-mukan jam kerja berdampak positif terhadap per-kembangan kognitif anak, tetapi ada juga penelitianlainnya yang menemukan hasil sebaliknya.

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukanoleh Williams & Radin (1993), Buehler et al. (2014),Hsin & Felfe (2014), Kunn-Nelen et al. (2015), ser-ta Baker (2016), ditemukan dampak positif darijumlah jam kerja terhadap perkembangan kognitifanak. Williams & Radin (1993), Buehler et al. (2014),Hsin & Felfe (2014), dan Kunn-Nelen et al. (2015)meneliti tentang pengaruh dari jam kerja ibu ter-hadap perkembangan kognitif anak. Secara umum,

hal yang menyebabkan jam kerja ibu berpenga-ruh positif terhadap perkembangan kognitif anakadalah sumber daya dan pengalaman pekerjaan da-pat meningkatkan pengasuhan yang mendukung,termasuk peningkatan modal sosial, mengurangi te-kanan keuangan, kepuasan hidup yang lebih besar,peningkatan kompleksitas diri, dan peningkatankapasitas pemecahan masalah.

Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitianyang dilakukan Baker (2016) yang meneliti tentangpengaruh jam kerja ayah terhadap perkembangankognitif anak yang hasilnya menunjukkan bahwatotal jam kerja ayah per minggu memengaruhi skormembaca dan matematika anak secara positif, ar-tinya makin banyak jumlah jam kerja ayah, makamakin baik nilai membaca dan matematika padaanak. Menurut penelitian tersebut, hal ini dikare-nakan ayah yang bekerja lebih lama cenderungmenghasilkan lebih banyak pendapatan sehinggadapat memenuhi kebutuhan anak yang lebih ber-kualitas. Selain itu, ibu dari anak dengan ayah yangbekerja lebih lama dapat meningkatkan keterlibat-an ibu dalam merawat dan mengasuh anak karenaketidakhadiran ayah dengan waktu yang tetap a-kan membuat interaksi ibu lebih intens dengan

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 7: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...20

anak sehingga dapat meningkatkan perkembangankognitif anak.

Namun, beberapa penelitian menunjukkanbahwa makin tinggi jumlah jam kerja orang tuaakan menurunkan tingkat kognitif anak (Baydar &Brooks-Gunn, 1991; Bogenschneider & Steinberg,1994; Baum II, 2003; Ruhm, 2004; Bernal, 2008;Heinrich, 2014; Rokicka, 2016). Penelitian yangdilakukan oleh Baydar & Brooks-Gunn (1991),Bogenschneider & Steinberg (1994), Ruhm (2004),Bernal (2008), dan Rokicka (2016) menunjukkanbahwa pengaruh negatif dari jam kerja ibu ter-hadap perkembangan kognitif anak disebabkanoleh kurangnya waktu interaksi antara ibu dananak, serta pola kerja ibu yang tidak stabil sehinggamengurangi pengasuhan anak yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Baum II (2003)menunjukkan bahwa peningkatan pendapatankeluarga dari ibu bekerja mengimbangi dampaknegatif dari ibu bekerja, tetapi apabila pendapatanibu bekerja tidak terlalu tinggi dan tidak konstan,maka akan memberikan dampak negatif terhadapperkembangan anak. Heinrich (2014) menyebutkanbahwa orang tua yang bekerja dapat merusakikatan yang berkembang antara orang tua dananak yang masih kecil, terutama orang tua yangbekerja berjam-jam atau pada sif malam denganstres yang dibawa orang tua dari pekerjaan kerumah’ sehingga memengaruhi cara pengasuhanyang buruk terhadap anak.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa jamkerja orang tua dapat memberikan pengaruhyang berbeda terhadap perkembangan kognitifanak. Jam kerja orang tua yang tinggi dapatmemberikan dampak positif apabila disertai de-ngan sumber daya yang tinggi sehingga orangtua dapat mengganti kurangnya waktu interak-si antara orang tua dan anak dengan perlaku-an lain, seperti memberikan pendidikan prase-kolah, mainan, buku, dan alat lainnya yang da-pat menstimulasi perkembangan kognitif anak.

Namun, jam kerja orang tua yang tinggi jugadapat memberikan dampak negatif terhadapperkembangan kognitif anak apabila tidak diser-tai dengan pendapatan yang cukup sehingga orangtua tidak dapat memberikan perlakuan lain yangdapat menggantikan kurangnya stimulasi yangdiberikan orang tua sehingga perkembangan anakmenjadi tidak maksimal. Selain itu, jam kerjaorang tua yang tinggi juga dapat meningkatkanstres yang dialami orang tua sehingga orangtua kurang memberikan perilaku pengasuhanyang baik terhadap anak, memberikan perila-ku yang menghukum, dan kurang memberikanpengalaman hidup yang baik sehingga menggang-gu perkembangan anak.

Metode

Penelitian ini menggunakan data Indonesian FamilyLife Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014. Data IFLSdigunakan karena bersifat longitudinal sehinggadapat melihat cumulative effect, yaitu pengaruh yangdapat dilihat dalam periode waktu yang berbedadari jam kerja orang tua terhadap kognitif anaksebab kognitif merupakan akumulasi dari periodesebelumnya, yang berarti bahwa kognitif anak disatu periode akan memengaruhi kognitif anak padaperiode setelahnya. Unit analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah anak berusia 7 hingga14 tahun yang masih memiliki orang tua dantinggal bersama. Usia tersebut merupakan targetdari penelitian ini karena generasi muda nantinyayang akan mengisi penduduk usia produktif padaperiode windows of opportunity.

Selain itu, pemilihan anak usia dini sebagaiunit analisis didasarkan pada penelitian yangdilakukan oleh Noboa-Hidalgo & Urzua (2012)yang menyatakan bahwa stimulasi kognitif sejakusia dini sangat penting dalam perkembangananak untuk jangka panjang sebab otak untukpembelajaran dan kemampuan seumur hidup

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 8: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 21

terbentuk pada saat awal kehidupan sehinggaanak usia dini merupakan waktu yang pentingbagi pemerintah untuk intervensi perkembangananak. Khadijah (2016) dalam bukunya yangberjudul “Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini”menyebutkan bahwa anak usia dini adalah anakyang berusia 0 hingga 6 tahun yang mana usia inimemiliki pertumbuhan dan perkembangan yanglebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahunkehidupannya.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalahskor kognitif anak sebagai pendekatan dari kualitasanak sebab kognitif anak dipandang lebih baikdalam menangkap kualitas anak (Hanusheek, 2015).Pengukuran kognitif anak dalam penelitian inimenggunakan data IFLS yang didapatkan dariBuku EK1. Buku EK1 berisi pertanyaan mengenai teskemampuan kognitif yang ditujukan untuk anakusia 7 hingga 14 tahun. Tes kemampuan kognitifini menggunakan tes inteligensi Raven’s ProgressiveMatrices (RPM) yang merupakan salah satubentuk tes inteligensi yang tidak membutuhkankemampuan verbal ataupun kemampuan dalamberhitung.

Survei IFLS menggunakan tes intelegensi RPMuntuk usia 7 hingga 14 tahun, sebab menurutRaven (2000), tes intelegensi RPM merupakan teskognitif dasar sehingga dipandang cocok untukmenilai intelegensi anak usia 7 hingga 14 tahun.RPM menggunakan kemampuan spasial, yaitukemampuan dalam merangkai bentuk dan jugaruang dalam mengerjakannya. Bentuk tes yangdiberikan dalam RPM adalah berupa pilihan gandadengan materi mengenai penalaran abstrak.

Secara umum, RPM berguna untuk mengukurkemampuan umum dan spasial, penalaranketepatan persepsi, dan pola pikir sistematis.Pengukuran skor dilakukan dengan cara memberinilai 1 pada jawaban yang benar dan nilai 0pada jawaban yang salah; selanjutnya dilakukanpenjumlahan dan mengubahnya ke dalam bentuk

persentil, kemudian diubah lagi dalam bentukskor standar. Skor standar adalah skor mentahyang diubah menjadi bentuk lain berdasarkanpenyimpangannya dari nilai mean dan dinyatakandalam satuan standar deviasi. Skor standar disebutjuga sebagai Z-score dengan distribusi skor baruyang memiliki mean sama dengan 0 dan standardeviasi sama dengan 1.

Variabel independen yang utama dari penelitianini adalah jumlah jam kerja ayah dan ibu, baik padatahun 2007 maupun 2014. Penggunaan jam kerjaibu sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehBaydar & Brooks-Gunn (1991), Bogenschneider &Steinberg (1994), Baum II (2003), Bernal (2008), Hsin& Felfe (2014), dan Kunn-Nelen et al. (2015). Adapunpenggunaan jam kerja secara cross section sesuaidengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhm(2004), Bernal (2008), Hsin & Felfe (2014), Kunn-Nelen et al. (2015), Baker (2016), dan Rokicka (2016).

Sementara itu, variabel kontrol dalam penelitianini adalah (a) karakteristik anak yang terdiri darijenis kelamin anak (Baydar & Brooks-Gunn, 1991;Williams & Radin, 1993; Baum II, 2003; Bernal, 2008;Hsin & Felfe, 2014; Baker, 2016), umur anak (Baum II,2003; Hsin & Felfe, 2014; Baker, 2016), lama sekolahanak (Khadijah, 2016), dan jumlah saudara kandung(Baydar & Brooks-Gunn, 1991; Bogenschneider &Steinberg, 1994; Rokicka, 2016); (b) karakteristikorang tua yang terdiri dari umur ayah (Baker, 2016;Rokicka, 2016), umur ibu (Baum II, 2003; Ruhm,2004; Baker, 2016; Rokicka, 2016), skor kognitif ayahdan ibu (Baydar & Brooks-Gunn, 1991; Baum II,2003; Ruhm, 2004; Bernal, 2008), lama sekolah ayah(Baum II, 2003; Bernal, 2008; Hsin & Felfe, 2014;Baker, 2016; Rokicka, 2016), lama sekolah ibu (Ruhm,2004; Bernal, 2008; Hsin & Felfe, 2014; Kunn-Nelenet al., 2015; Baker, 2016; Rokicka, 2016), pendapatanper kapita (Baum II, 2003; Bernal, 2008; Hsin & Felfe,2014; Baker, 2016; Rokicka, 2016), dan klasifikasidaerah tempat tinggal (Clarke et al., 2012; Helmes& Van Gerven, 2017; Saenz et al., 2018).

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 9: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...22

Jumlah jam kerja orang tua dilihat berdasarkanjumlah jam kerja ayah dan ibu yang diambildari dua data IFLS gelombang 4 tahun 2007 dandata IFLS gelombang 5 tahun 2014. Jumlah jamkerja orang tua merupakan jumlah jam yangdihabiskan orang tua untuk bekerja, yang diambildari Buku 3A Seksi Ketenagakerjaan Rincian ATK22Adan ATK22B. Rincian ATK22A menggambarkanjumlah jam kerja dalam pekerjaan utama yangbiasa dilakukan, sedangkan rincian ATK22Bmenggambarkan jumlah jam kerja pekerjaansampingan yang biasa dilakukan. Sementara itu,pendapatan per kapita orang tua dilihat daripengeluaran yang dikeluarkan rumah tanggauntuk setiap anggota rumah tangga yang diambildari data IFLS gelombang 4 tahun 2007 dandata IFLS gelombang 5 tahun 2014. Pengeluaranrumah tangga diambil dari Buku 1 Seksi Konsumsi,baik makanan, nonmakanan, pendidikan, danpengeluaran per bulan untuk perumahan.

Depresi orang tua dilihat berdasarkan statuskesehatan mental orang tua yang diambil daridua data IFLS gelombang 4 tahun 2007 dandata IFLS gelombang 5 tahun 2014. Depresiorang tua diambil dari Buku 3B Seksi KesehatanPsikologis yang terdiri dari sepuluh pertanyaanmengenai tingkat depresi dengan masing-masingpertanyaan tersebut memiliki skor. Skor 0 untukmenggambarkan tidak depresi dan skor 3untuk menggambarkan depresi. Selanjutnya, skordijumlahkan dari 10 pertanyaan tersebut yangapabila skor melebihi angka 10 artinya orang tuamengalami depresi dan apabila skor menunjukkanangka di bawah 10 artinya orang tua tidakmengalami depresi.

Metode analisis inferensia yang digunakanadalah model estimasi regresi Ordinary Least Square(OLS) atau biasa disebut model regresi linierberganda, baik menggunakan data cross sectionmaupun dengan data longitudinal dengan tujuanuntuk membandingkan variabel independen mana

yang paling besar pengaruhnya terhadap variabeldependen. Dalam penelitian ini, untuk mengetahuibagaimana pengaruh dari jam kerja ayah padatahun 2007, jam kerja ibu pada tahun 2007, jam kerjaayah pada tahun 2014, dan jam kerja ibu pada tahun2014 terhadap skor kognitif anak pada tahun 2014,peneliti membentuknya dalam empat model yangberbeda. Pembentukan empat model disebabkanketika variabel jam kerja ayah dan ibu, serta variabeljam kerja pada tahun 2007 dan 2014 bertemu akansaling mengurangi signifikansi variabel lainnyadikarenakan multikolinearitas sehingga penelitimemutuskan untuk memisahkan variabel jam kerjaibu dan ayah dalam model yang berbeda.

Selain itu, tujuan peneliti memisahkan variabeljam kerja tahun 2007 dan 2014 dalam model yangberbeda adalah untuk melihat cumulative effect, yaitupengaruh yang dapat dilihat dalam periode waktuyang berbeda dan direct effect, yaitu pengaruh yangdapat dilihat dalam periode waktu yang sama darivariabel jam kerja terhadap perkembangan kognitifanak. Pembentukan empat model tersebut jugabertujuan untuk melihat jam kerja siapa dan kapanjam kerja memiliki pengaruh paling besar terhadapskor kognitif anak di tahun 2014 sehingga hasildari penelitian ini akan membantu orang tua diIndonesia dalam menggunakan waktunya untukmeningkatkan kualitas anak.

Berdasarkan beberapa studi empiris, jumlahjam kerja orang tua memengaruhi kognitif anakmelalui sumber daya yang diberikan kepada anak(Parcel & Menaghan, 1994; Hoffman, 1997; Gershoff

et al., 2007) dan depresi orang tua (Hoffman, 1997;Gershoff et al., 2007). Oleh karena itu, penelitian iniakan menggunakan interaksi dalam model denganmenginteraksikan variabel jumlah jam kerja ayahdan ibu, kemudian diinteraksikan dengan variabelpendapatan per kapita dan depresi ayah dan ibu.Persamaan model estimasi ditulis sebagai berikut:

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 10: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 23

Model yang menggunakan karakteristik ayah pada tahun 2007:

child cogni = β0 + β1 f ather hour07 + β2 f ather hour07 ∗ income cap07 + β3 f ather hour07 ∗ f ather depr07

+β4child sex + β5child educ + β6child age + β7child sibling07 + β8 f ather cogn + β9 f ather educ

+β10 f ather age + β11 f ather depr07 + β12income cap07 + β13urban + ε (3)

Model yang menggunakan karakteristik ibu pada tahun 2007:

child cogni = β0 + β1mother hour07 + β2mother hour07 ∗ income cap07 + β3mother hour07 ∗mother depr07

+β4child sex + β5child educ + β6child age + β7child sibling07 + β8mother cogn + β9mother educ

+β10mother age + β11mother depr07 + β12income cap07 + β13urban + ε (4)

Model yang menggunakan karakteristik ayah pada tahun 2014:

child cogni = β0 + β1 f ather hour14 + β2 f ather hour14 ∗ income cap14 + β3 f ather hour14 ∗ f ather depr14

+β4child sex + β5child educ + β6child age + β7child sibling14 + β8 f ather cogn + β9 f ather educ

+β10 f ather age + β11 f ather depr14 + β12income cap14 + β13urban + ε (5)

Model yang menggunakan karakteristik ibu pada tahun 2014:

child cogni = β0 + β1mother hour14 + β2mother hour14 ∗ income cap14 + β3mother hour14 ∗mother depr14

+β4child sex + β5child educ + β6child age + β7child sibling14 + β8mother cogn + β9mother educ

+β10mother age + β11mother depr14 + β12income cap14 + β13urban + ε (6)

Hasil dan Analisis

Deskripsi Statistik

Berdasarkan scatterplot antara skor kognitif anakdan jam kerja ayah pada tahun 2007, dapat terlihatbahwa makin tinggi jam kerja ayah pada tahun2007 menunjukkan makin rendahnya skor kogni-tif anak pada tahun 2014. Dengan kata lain, jamkerja ayah pada tahun 2007 memiliki hubungannegatif dengan perkembangan kognitif anak. Halini disebabkan oleh makin tinggi jam kerja ayah,maka akan mengurangi waktu bersama anak di ru-mah sehingga ayah kurang memberikan stimulasikognitif pada anak yang pada akhirnya akan ber-dampak negatif terhadap skor kognitif anak. Hal inimengindikasikan pentingnya peran ayah di awalperkembangan anak dalam membentuk kognitif

anak di masa yang akan datang. Selanjutnya, scat-terplot antara skor kognitif anak pada tahun danjam kerja ayah pada tahun 2014 tidak menunjukkanhubungan positif ataupun negatif, ditandai dengantrend line atau slope yang mendatar. Dengan katalain, jam kerja ayah pada tahun 2014 tidak memilikipengaruh terhadap skor kognitif anak pada tahun2014.

Berdasarkan scatterplot antara skor kognitif anakdan jam kerja ibu pada tahun 2007, dapat terlihatbahwa makin tinggi jam kerja ibu pada tahun 2007menunjukkan makin tingginya skor kognitif anakpada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh makintingginya pendapatan yang diterima oleh ibu danjuga pertukaran informasi mengenai pengasuhananak yang ibu dapatkan di tempat kerja, maka akanmeningkatkan perilaku pengasuhan dan sumberdaya yang diberikan kepada anak. Hal ini akan

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 11: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...24

Gambar 2. Perbandingan Scatterplot Z-Score Kognitif Anak dan Jam Kerja Ayah Tahun 2007 dan 2014Sumber: IFLS 2007 & 2014 (diakses dari

https://www.rand.org/well-being/social-and-behavioral-policy/data/FLS/IFLS/access.html)

meningkatkan stimulasi kognitif pada anak danpada akhirnya akan berdampak positif terhadapskor kognitif anak. Selanjutnya, scatterplot antaraskor kognitif anak dan jam kerja ibu pada tahun2014 tidak menunjukkan hubungan positif ataupunnegatif, ditandai dengan trend line atau slope yangmendatar. Dengan kata lain, jam kerja ibu padatahun 2014 tidak memiliki pengaruh terhadap skorkognitif anak pada tahun 2014.

Analisis Inferensia

Empat model yang berbeda disusun dalam pene-litian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruhdari jam kerja ayah dan ibu pada tahun 2007 dantahun 2014 terhadap skor kognitif anak pada tahun2014. Pembentukan empat model tersebut juga ber-tujuan untuk melihat jam kerja siapa dan kapanjam kerja memiliki pengaruh paling besar terhadapskor kognitif anak di tahun 2014 sehingga hasildari penelitian ini akan membantu orang tua diIndonesia dalam menggunakan waktunya untukmeningkatkan kualitas anak.

Berdasarkan Tabel 1 dapat terlihat bahwa jamkerja ayah tahun 2007 atau pada saat awal per-

kembangan anak memiliki dampak negatif dansignifikan secara statistik terhadap skor kognitifanak tahun 2014. Ketika jam kerja ayah pada tahun2007 meningkat 1 jam, maka z-score kognitif anakpada tahun 2014 akan turun sebesar 0,00165 standardeviasi. Dengan kata lain, jam kerja ayah memilikicumulative effect terhadap skor kognitif anak pada ta-hun 2014. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Bogenschneider & Steinberg(1994), Ruhm (2004), Heinrich (2014), dan Rokicka(2016) yang menemukan bahwa jam kerja orang tuaberdampak negatif terhadap perkembangan kog-nitif anak. Dampak negatif jam kerja ayah tahun2007 terhadap skor kognitif anak tahun 2014 dapatdisebabkan oleh kurangnya waktu interaksi antaraayah dan anak, serta stres yang dibawa ayah daripekerjaan ke rumah. Hal ini terutama bagi ayahyang bekerja berjam-jam sehingga mengurangi wak-tu bersama antara ayah dan anak, serta memberi-kan pengasuhan yang buruk pada anak yang akanmenghambat perkembangan kognitif anak (Becker,1981; Heinrich, 2014).

Hasil dari Model II pada Tabel 1 juga menun-jukkan hasil yang serupa bahwa jam kerja ibu padatahun 2007 berdampak signifikan dan negatif ter-

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 12: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 25

Gambar 3. Perbandingan Scatterplot Z-Score Kognitif Anak dan Jam Kerja Ibu Tahun 2007 dan 2014Sumber: IFLS 2007 & 2014 (diakses dari

https://www.rand.org/well-being/social-and-behavioral-policy/data/FLS/IFLS/access.html)

hadap skor kognitif anak pada tahun 2014. Ketikajam kerja ibu pada tahun 2007 meningkat 1 jam,maka z-score kognitif anak pada tahun 2014 akanturun sebesar 0,00217 standar deviasi. Artinya, jamkerja ibu juga memiliki cumulative effect terhadapskor kognitif anak pada tahun 2014. Temuan inisejalan dengan Teori Becker (1981) bahwa makintinggi jam kerja orang tua akan mengurangi waktubersama anak di rumah dan mengurangi stimulasikognitif yang diberikan ibu sehingga menyebabkanperkembangan kognitif anak menjadi tidak maksi-mal. Hasil Model II ini bertolak belakang denganpenelitian yang dilakukan oleh Williams & Radin(1993), Buehler et al. (2014), Kunn-Nelen et al. (2015),Baker (2016), dan Hsin & Felfe (2018), yang me-nemukan bahwa jam kerja orang tua berdampakpositif terhadap skor kognitif anak. Dampak negatifdari jam kerja ibu pada tahun 2007 terhadap skorkognitif anak pada tahun 2014 dapat disebabkanoleh kurangnya waktu interaksi antara ibu dananak, serta kurangnya perawatan atau pengasuh-an anak yang berkualitas sehingga perkembangankognitif anak menjadi tidak maksimal (Baydar &Brooks-Gunn, 1991; Ruhm, 2004).

Berdasarkan Tabel 1 dapat terlihat bahwa jam

kerja ayah pada tahun 2014 tidak memiliki dampakyang signifikan pada skor kognitif anak tahun 2014.Dengan kata lain, jam kerja ayah tidak memilikidirect effect terhadap perkembangan kognitif anak,sedangkan jam kerja ibu pada tahun 2014 memilikidampak negatif dan signifikan secara statistik ter-hadap skor kognitif anak pada tahun 2014. Ketikajam kerja ibu pada tahun 2014 meningkat 1 jam,maka z-score kognitif anak pada tahun yang samaakan turun sebesar 0,00148 standar deviasi. Hal inimenandakan bahwa jam kerja ibu memiliki directeffect terhadap skor kognitif anak. Temuan ini sejal-an dengan Teori Becker (1981) yang menunjukkanbahwa makin tinggi jam kerja orang tua, maka akanmengurangi waktu bersama anak di rumah danmengurangi stimulasi kognitif yang diberikan se-hingga berdampak negatif terhadap skor kognitifanak. Selain itu, temuan ini juga sesuai dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Baydar & Brooks-Gunn (1991), Baum II (2003), dan Bernal (2008) yangmenemukan bahwa jam kerja orang tua berdampaknegatif terhadap perkembangan kognitif anak.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa jam ker-ja orang tua memiliki dampak negatif terhadap per-kembangan kognitif anak dengan makin tinggi jam

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 13: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...26

Tabe

l1.K

oefis

ien

dan

Stan

dar

Erro

rda

riM

odel

Pers

amaa

nSk

orK

ogni

tifA

nak

Tahu

n20

14

Var

iabe

lInd

epen

den

Skor

Kog

niti

fAna

kTa

hun

2014

Mod

elI(

Aya

h,20

07)

Mod

elII

(Ibu

,200

7)M

odel

III(

Aya

h,20

14)

Mod

elIV

(Ibu

,201

4)β

SEβ

SEβ

SEβ

SEJa

mK

erja

-0,0

0164

62**

0,00

0768

5-0

,002

1663

***

0,00

0818

80,

0002

294

0,00

0776

-0,0

0148

02**

0,00

0734

4Pe

ndap

atan

per

kapi

ta0,

0000

607

0,00

0376

70,

0001

688

0,00

0367

7-0

,000

3508

0,00

0687

5-0

,000

9001

0,00

0659

9D

epre

si-0

,004

9475

0,00

6371

9-0

,004

8555

0,00

5435

5-0

,004

5972

0,00

5017

5-0

,003

8674

0,00

4207

5K

arak

ters

tik

Ana

kJe

nis

Kel

amin

Ana

k0,

0163

253

0,03

2607

3-0

,007

5047

0,03

2108

40,

0171

017

0,03

2615

-0,0

0582

180,

0321

234

Um

urA

nak

0,05

9527

3***

0,01

6219

20,

0554

748*

**0,

0159

403

0,05

7977

7***

0,01

6253

90,

0525

437*

**0,

0159

648

Lam

aSe

kola

hA

nak

0,09

9672

1***

0,01

4963

10,

0950

354*

**0,

0147

346

0,10

2506

3***

0,01

4972

80,

0987

77**

*0,

0147

4Ju

mla

hSa

udar

aK

andu

ng-0

,045

8339

***

0,01

7147

1-0

,064

6639

***

0,01

7062

5-0

,077

0551

***

0,02

5251

-0,0

8100

75**

*0,

0247

449

Kar

akte

rist

ikO

rang

Tua

Um

ur0,

0045

917

0,00

2844

80,

0092

945*

**0,

0032

936

0,00

2633

70,

0026

469

0,00

4882

0,00

2999

9La

ma

Seko

lah

0,00

2157

80,

0047

239

0,01

4489

3***

0,00

4719

-0,0

0012

120,

0046

755

0,01

1939

4**

0,00

4703

7Sk

orK

ogni

tif

0,22

0697

1***

0,01

7196

0,26

6378

4***

0,01

6529

30,

2294

448*

**0,

0173

847

0,27

2664

9***

0,01

6698

6K

lasi

fikas

iDae

rah

Tem

patT

ingg

al0,

1132

166*

**0,

0337

983

0,10

8771

6***

0,03

3253

30,

1296

436*

**0,

0335

899

0,12

1694

***

0,03

3091

7In

tera

ksiJ

amK

erja

*Pen

dapa

tan

per

Kap

ita

0,00

1540

7**

0,00

0617

70,

0026

093*

**0,

0009

801

0,00

0714

20,

0006

425

0,00

2343

6***

0,00

0817

7In

tera

ksiJ

amK

erja

*Dep

resi

-0,0

0024

590,

0015

647

0,00

3243

40,

0021

607

-0,0

0001

810,

0009

813

-0,0

0070

910,

0011

317

Sum

ber:

IFLS

2007

&20

14(d

iaks

esda

riht

tps:

//w

ww

.ran

d.or

g/w

ell-

bein

g/so

cial

-and

-beh

avio

ral-

polic

y/da

ta/F

LS/I

FLS/

acce

ss.h

tml)

,dio

lah

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 14: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 27

kerja, baik ayah maupun ibu, dapat menurunkanskor kognitif anak. Hal yang dapat menjadi perha-tian dari penelitian ini adalah bagaimana orang tuadapat memutuskan untuk menggunakan waktu-nya. Berdasarkan hasil penelitian ini, baik jam kerjaibu dan ayah, memiliki dampak negatif terhadapperkembangan anak sehingga sebaiknya ibu danayah lebih memperhatikan jam kerja agar waktubersama anak tetap seimbang dan berkualitas.

Berdasarkan karakteristik anak dapat terlihat bah-wa, baik umur anak maupun lama sekolah anak,memiliki dampak positif dan signifikan terhadapskor kognitif anak. Secara umum, setiap modelmenunjukkan bahwa seiring bertambahnya umurdan lama sekolah dapat meningkatkan skor kog-nitif anak. Pada Model 1 ditemukan bahwa setiappeningkatan umur anak satu tahun akan mening-katkan skor kognitif anak sebesar 0,0595273 standardeviasi pada tahun 2014. Selain itu, ditemukan pulasetiap peningkatan satu tahun lama sekolah akanmeningkatkan skor kognitif anak sebesar 0,0996721standar deviasi pada tahun 2014.

Jumlah saudara kandung di setiap model me-nunjukkan dampak negatif dan signifikan terhadapskor kognitif anak. Artinya, makin banyak saudarakandung yang dimiliki, baik pada tahun 2007 ma-upun 2014, maka akan menurunkan skor kognitifanak pada tahun 2014. Hasil penelitian pada Model Imenunjukkan bahwa setiap peningkatan satu orangsaudara kandung akan menurunkan skor kognitifanak sebesar 0,0458339 standar deviasi pada tahun2014. Temuan ini sesuai dengan Teori Becker (1981)yang menyatakan bahwa terjadi trade off antara ku-antitas dan kualitas anak dengan makin banyakanak, maka kualitas dari masing-masing anak akanmakin menurun dan sebaliknya. Hal ini disebabkankarena shadow price kuantitas berhubungan positifdengan kualitas anak atau makin banyak jumlahanak, maka biaya untuk meningkatkan kualitasanak pun akan makin mahal.

Lama sekolah ibu menunjukkan dampak yang

positif dan signifikan terhadap skor kognitif anak.Hasil penelitian ini pada Model II ditemukan bah-wa setiap peningkatan satu tahun lama sekolahibu akan meningkatkan skor kognitif anak sebesar0,0144893 standar deviasi. Hasil yang tidak jauhberbeda ditemukan pada Model IV. Temuan ini se-suai dengan hasil penelitian yang dilakukan olehLeibowitz (1974,1977), Guryan et al. (2008), Holod(2012), dan Hernandez-Alava & Popli (2017) yangmenemukan makin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka makin tinggi pula perkembangan kog-nitif anak. Hernandez-Alava & Popli (2017) danGuryan et al. (2008) menjelaskan bahwa ibu yangberpendidikan cenderung menghabiskan waktubersama anak dengan kegiatan yang positif danmembangun perkembangan anak dibandingkandengan ibu yang kurang berpendidikan. Namun,hasil penelitian ini menemukan bahwa lama seko-lah ayah tidak memiliki dampak yang signifikanterhadap skor kognitif anak.

Skor kognitif ayah dan ibu ditemukan memilikidampak positif dan signifikan secara statistik ter-hadap skor kognitif anak. Hasil penelitian ini padaModel II menemukan bahwa setiap peningkatanskor kognitif ibu sebesar satu standar deviasi akanmeningkatkan skor kognitif anak sebesar 0,2663784standar deviasi. Hasil yang hampir sama ditunjuk-kan pada Model IV. Selanjutnya, hasil penelitianpada Model I menunjukkan bahwa setiap pening-katan skor kognitif ayah sebesar satu standar devi-asi akan meningkatkan skor kognitif anak sebesar0,2206971 standar deviasi. Hasil yang tidak jauhberbeda ditunjukkan pada Model III. Hal ini meng-indikasikan bahwa perkembangan kognitif anaksangat dipengaruhi oleh genetik kedua orang tua.Orang tua dengan kognitif yang baik akan memilikianak dengan kognitif yang baik pula.

Klasifikasi daerah tempat tinggal ditemukan ber-pengaruh positif dan signifikan secara statistik ter-hadap skor kognitif anak. Hasil penelitian padaModel I menunjukkan bahwa anak yang tinggal di

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 15: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...28

perkotaan memiliki skor kognitif 0,1132166 lebihtinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal dipedesaan. Hasil yang tidak jauh berbeda ditunjuk-kan pada model lainnya. Temuan ini sesuai denganhasil penelitian yang dilakukan oleh Clarke et al.(2012), Helmes & Van Gerven (2017), dan Saenz et al.(2018) yang menemukan bahwa anak yang tinggaldi perkotaan memiliki kognitif yang lebih baik di-bandingkan dengan anak yang tinggal di pedesaan.Saenz et al. (2018) menjelaskan bahwa ketimpangankognitif yang terjadi di daerah pedesaan dan perko-taan disebabkan oleh kejadian migrasi dari daerahpedesaan ke perkotaan. Penduduk desa yang me-miliki pendidikan yang tinggi tidak puas denganlapangan pekerjaan di pedesaan yang terbatas danterkonsentrasi di sektor pertanian sehingga lebihmemilih untuk bermigrasi ke perkotaan denganpilihan pekerjaan di sektor manufaktur dan jasa.Sementara Clarke et al. (2012) menjelaskan bahwaseseorang yang tinggal di lingkungan perkotaan le-bih dekat dengan fasilitas pusat komunitas, sekolah,dan perpustakaan.

Ketika jam kerja ayah pada tahun 2007 diinterak-sikan dengan pendapatan per kapita tahun 2007ditemukan hasil yang signifikan dan positif. Hasildari penelitian ini menemukan bahwa ketika jamkerja ayah yang memiliki pendapatan per kapitadi atas rata-rata pada tahun 2007 meningkat satujam, maka akan meningkatkan skor kognitif anaksebesar 0,0015407 standar deviasi pada tahun 2014.Selain itu, ketika jam kerja ibu pada tahun 2007diinteraksikan dengan pendapatan per kapita ta-hun 2007 ditemukan pula hasil yang signifikan danpositif. Ketika jam kerja ibu yang memiliki penda-patan per kapita di atas rata-rata pada tahun 2007meningkat satu jam, maka akan meningkatkan skorkognitif anak sebesar 0,0026093 standar deviasi pa-da tahun 2014. Namun, ketika jam kerja ayah padatahun 2014 diinteraksikan dengan pendapatan perkapita pada tahun 2014 menunjukkan hasil yang ti-dak signifikan, sedangkan ketika jam kerja ibu pada

tahun 2014 diinteraksikan dengan pendapatan perkapita pada tahun 2014 menunjukkan hasil yangpositif dan signifikan. Ketika jam kerja ibu yangmemiliki pendapatan per kapita di atas rata- ratapada tahun 2014 akan meningkatkan skor kognitifanak sebesar 0,0023436 standar deviasi pada tahun2014.

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penga-ruh dari jam kerja ayah dan ibu pada tahun 2007(awal masa perkembangan anak) dan pada tahun2014 (saat anak usia sekolah) terhadap skor kognitifanak pada tahun 2014 (usia sekolah). Hasil darimodel regresi OLS penelitian ini menunjukkan bah-wa secara umum, jam kerja orang tua, baik ayahdan terutama ibu, berdampak negatif terhadap skorkognitif anak. Namun, tampaknya jam kerja ayahsaat anak usia sekolah tidak memberikan dampakyang signifikan terhadap skor kognitif anak. Dam-pak negatif dari jam kerja ayah dan ibu terhadapskor kognitif anak dapat disebabkan karena orangtua yang lebih banyak menghabiskan waktu untukbekerja cenderung menghabiskan waktu yang le-bih sedikit untuk bersama anak dan leisure (Foster,2002). Selain itu, waktu yang orang tua berikan un-tuk anak merupakan input penting dalam investasiperkembangan anak (Becker, 1981). Teori Becker(1981) menunjukkan bahwa makin tinggi jam kerjaorang tua, maka akan mengurangi waktu bersamaanak di rumah sehingga akan mengurangi stimulasikognitif yang diberikan sehingga dapat mengham-bat perkembangan kognitif anak. Hasil penelitianini mengindikasikan pentingnya waktu orang tua,terutama ibu, dalam membangun perkembangankognitif anak. Oleh karena itu, diperlukan upaya pe-merintah guna meningkatkan kualitas anak dengantetap meningkatkan partisipasi wanita bekerja, yak-ni dengan mengeluarkan kebijakan yang mengaturjam kerja untuk ayah dan ibu yang lebih fleksibel

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 16: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Gemellia, P. A., & Wongkaren, T. S. 29

sehingga, baik ayah maupun ibu, dapat mening-katkan pendapatan dan kualitas anak dalam waktuyang bersamaan.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah vari-abel jam kerja belum menjadi variabel yang baikdalam menggambarkan waktu bersama anak. Halini dikarenakan belum tentu orang tua dengan jamkerja yang tinggi akan menghabiskan waktu lebihsedikit bersama anak dan sebaliknya. Oleh karenaitu, diperlukan variabel yang secara khusus mena-nyakan waktu bersama anak, seperti jumlah waktubermain bersama anak, jumlah waktu belajar bersa-ma anak, serta jumlah waktu melakukan kegiatanlainnya bersama anak. Dalam penelitian selanjut-nya disarankan untuk menggunakan variabel yanglebih menggambarkan waktu bersama anak un-tuk melihat pentingnya investasi waktu bersamaanak. Selain itu, disarankan bagi penelitian selan-jutnya untuk menggunakan metode estimasi yanglebih baik yang memperhitungkan pengaruh tidaklangsung dari variabel utama terhadap variabeldependen, seperti metode estimasi Two-Stage LeastSquares (2SLS) dan sebagainya.

Daftar Pustaka

[1] Adioetomo, S. M. (2015). Bonus demografi: Menjelaskanhubungan antara pertumbuhan penduduk dengan pertum-buhan ekonomi. Pidato Upacara Pengukuhan Jabatan GuruBesar Tetap dalam Bidang Ekonomi Kependudukan. FakultasEkonomi Universitas Indonesia.

[2] Baker, C. E. (2016). African American and Hispanic fathers’work characteristics and preschool children’s cognitivedevelopment. Journal of Family Issues, 37(11), 1514–1534.doi: https://doi.org/10.1177/0192513X15576198.

[3] Baum II, C. L. (2003). Does early maternal employmentharm child development? An analysis of the potentialbenefits of leave taking. Journal of Labor Economics, 21(2),409–448. doi: https://doi.org/10.1086/345563.

[4] Baydar, N., & Brooks-Gunn, J. (1991). Effects of mater-nal employment and child-care arrangements on pre-schoolers’ cognitive and behavioral outcomes: Eviden-ce from the children of the national longitudinal surveyof youth. Developmental Psychology, 27(6), 932–945. doi:https://doi.org/10.1037/0012-1649.27.6.932.

[5] Becker, G. S. (1965). A theory of the allocationof time. The Economic Journal, 75(299), 493–517. doi:https://doi.org/10.1360/zd-2013-43-6-1064.

[6] Becker, G. S. (1981). A treatise on the family. Harvard Univer-sity Press.

[7] Bernal, B. Y. R. (2008). The effect of maternal employ-ment and child care on children’s cognitive develop-ment. International Economic Review, 49(4), 1173–1209. doi:https://doi.org/10.1111/j.1468-2354.2008.00510.x.

[8] Bogenschneider, K., & Steinberg, L. (1994). Maternal em-ployment and adolescents’ academic achievement: A deve-lopmental analysis. Sociology of Education, 67(1), 60-77. doi:https://doi.org/10.2307/2112750.

[9] Bronte-Tinkew, J., Moore, K.A., & Shwalb, R.. (2006). Mea-suring outcome for children and youth in out of school timeprograms: Moving beyond measuring academic. Research-to-Results Fact Sheet: Child Trends, #2006-14.

[10] Brooks-Gunn, J., & Duncan, G. J. (1997). The effects ofpoverty on children. The Future of Children, 7(2), 55-71. doi:https://doi.org/10.2307/1602387.

[11] Buehler, C., O’Brien, M., Swartout, K. M., & Zhou, N. (2014).Maternal employment and parenting through middle child-hood: contextualizing factors. Journal of Marriage and Family,76(5), 1025–1046. doi: https://doi.org/10.1111/jomf.12130.

[12] Clarke, P. J., Ailshire, J. A., House, J. S., Morenoff, J. D.,King, K., Melendez, R., & Langa, K. M. (2012). Cog-nitive function in the community setting: the neigh-bourhood as a source of ‘cognitive reserve’?. Journalof Epidemiol Community Health, 66(8), 730-736. doi: ht-tp://dx.doi.org/10.1136/jech.2010.128116.

[13] Coneus, K., Laucht, M., & Reuß, K. (2012). The roleof parental investments for cognitive and noncognitiveskill formation - evidence for the first 11 years of li-fe. Economics and Human Biology, 10(2), 189–209. doi: ht-tps://doi.org/10.1016/j.ehb.2011.01.003.

[14] Duncan, G. J., Yeung, W. J., Brooks-Gunn, J., & Smith, J.R. (1998). How much does childhood poverty affect thelife chances of children? American Sociological Review, 63(3),406-423. doi: https://doi.org/10.2307/2657556.

[15] Foster, E. M. (2002). How economists think about familyresources and child development. Child Development, 73(6),1904-1914. doi: https://doi.org/10.1111/1467-8624.00513.

[16] Gershoff, E. T., Aber, J. L., Raver, C. C., & Lennon, M.C. (2007). Income is not enough: Incorporating materialhardship into models of income associations with parentingand child development. Child Development, 78(1), 70-95. doi:https://doi.org/10.1111/j.1467-8624.2007.00986.x.

[17] Grantham-McGregor, S., Cheung, Y. B., Cueto, S., Glewwe,P., Richter, L., & Strupp, B. (2007). Developmental potentialin the first 5 years for children in developing countries. TheLancet, 369(9555), 60-70. doi: https://doi.org/10.1016/S0140-6736(07)60032-4.

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30

Page 17: Pengaruh Jam Kerja Orang Tua terhadap Kognitif Anak di

Pengaruh Jam Kerja Orang Tua ...30

[18] Gronau, R. (1977). Leisure, home production, andwork–the theory of the allocation of time revisited.Journal of Political Economy, 85(6), 1099-1123. doi: ht-tps://doi.org/10.1086/260629.

[19] Guryan, J., Hurst, E., & Kearney, M. (2008). Parentaleducation and parental time with children. Jour-nal of Economic Perspectives, 22(3), 23–46. doi: ht-tps://doi.org/10.1257/jep.22.3.23.

[20] Hanushek, E. A. (2015). Why standard measures of humancapital are misleading. KDI Journal of Economic Policy, 37(2),22–39. doi: https://doi.org/10.23895/kdijep.2015.37.2.22.

[21] Heckman, J. J., Stixrud, J., & Urzua, S. (2006). The effectsof cognitive and noncognitive abilities on labor marketoutcomes and social behavior. Journal of Labor Economics,24(3), 411–482. doi: https://doi.org/10.1086/504455.

[22] Heilmann, S. (2013). Life-chances of children in Indonesia:the links between parental resources and children’s outcomes inthe areas of nutrition, cognition and health (PhD thesis, TheLondon School of Economics and Political Science (LSE)).Diakses 15 Januari 2019 dari http://etheses.lse.ac.uk/954/.

[23] Heinrich, C. J. (2014). Parents’ employment and children’swellbeing. The Future of Children, 24(1), 121–146. doi: ht-tps://doi.org/10.1353/foc.2014.0000.

[24] Helmes, E., & Van Gerven, P. W. M. (2017). Ur-ban residence and higher education do not protectagainst cognitive decline in aging and dementia: 10-year follow-up of the Canadian study of health andaging. Educational Gerontology, 43(11), 552–560. doi: ht-tps://doi.org/10.1080/03601277.2017.1372951.

[25] Hernandez-Alava, M., & Popli, G. (2017). Children’s de-velopment and parental input: Evidence from the UK mil-lennium cohort study. Demography, 54(2), 485–511. doi:https://doi.org/10.1007/s13524-017-0554-6.

[26] Hoffman, S. D. (1997). Reviewed work: What money can’tbuy: family income and children’s life chances by SusanE. Mayer. Contemporary Sociology, 26(6), 705-706. doi: ht-tps://doi.org/10.2307/2654627.

[27] Holod, A. (2012). Parental time or money: What mattersmore for children’s school success? (Doctoral dissertation,Columbia University). Diakses 3 Februari 2019 dari https://academiccommons.columbia.edu/doi/10.7916/D8TT4P2F.

[28] Hsin, A., & Felfe, C. (2014). When does time matter? Ma-ternal employment, children’s time with parents, andchild development. Demography, 51(5), 1867-1894. doi:10.1007/s13524-014-0334-5.

[29] Khadijah. (2016). Pengembangan kognitif anak usia dini. Per-dana Publishing.

[30] Kunn-Nelen, A., de Grip, A. & Fouarge, D. (2015). Therelation between maternal work hours and the cognitivedevelopment of young school-aged children. De Economist,163(7310), 203–232. doi: https://doi.org/10.1007/s10645-014-9247-3.

[31] Leibowitz, A. (1974). Home investments in children. Jo-urnal of Political Economy, 82(2, Part 2), S111-S131. doi:https://doi.org/10.1086/260295.

[32] Leibowitz, A. (1977). Parental inputs and children’s achieve-ment. The Journal of Human Resources, 12(2), 242-251. doi:10.2307/145387.

[33] Lindqvist, E., & Vestman, R. (2011). The labor mar-ket returns to cognitive and noncognitive ability: Evi-dence from the Swedish enlistment. American Econo-mic Journal: Applied Economics, 3(1), 101-128. doi: ht-tps://doi.org/10.1257/app.3.1.101.

[34] Nilsson, A. (2015). Who suffers from unemployment? Therole of health and skills. IZA Journal of Labor Policy, 4, 19.doi: https://doi.org/10.1186/s40173-015-0046-5.

[35] Noboa-Hidalgo, G. E., & Urzua, S. S. (2012). The effectsof participation in public child care centers: Evidencefrom Chile. Journal of Human Capital, 6(1), 1-34. doi: ht-tps://doi.org/10.1086/664790.

[36] Parcel, T. L., & Menaghan, E. G. (1994). Early parentalwork, family social capital, and early childhood outcomes.American Journal of Sociology, 99(4), 972-1009. doi: ht-tps://doi.org/10.1086/230369.

[37] Raven, J. (2000). The Raven’s progressive matrices: changeand stability over culture and time. Cognitive Psychology, 41,1-48. doi: https://doi.org/10.1006/cogp.1999.0735.

[38] Rokicka, M. (2016). Do mothers’ and fathers’ workinvolvement matter for teenagers’ school outcomes?.British Educational Research Journal, 42(1), 117-134. doi: ht-tps://doi.org/10.1002/berj.3191.

[39] Ruhm, C. J. (2004). Parental employment and child cognitivedevelopment. Journal of Human Resources, 39(1), 155-192.doi: 10.3368/jhr.XXXIX.1.155.

[40] Saenz, J. L., Downer, B., Garcia, M. A., & Wong,R. (2018). Cognition and context: rural–urban differen-ces in cognitive aging among older Mexican adults.Journal of Aging and Health, 30(6), 965-986. doi: ht-tps://doi.org/10.1177/0898264317703560.

[41] Williams, E., & Radin, N. (1993). Paternal involvement,maternal employment, and adolescents ‘academic achieve-ment: An 11-year follow-up. American Journal of Orthopsychi-atry, 63(2), 306-312. doi: https://doi.org/10.1037/h0079415.

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 21 No. 1 Januari 2021, hlm. 14–30