pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan …/pengaruh...menggunakan peralatan industri yang...
TRANSCRIPT
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI “RAKABU
FURNITURE” SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh : Ica Yuniar Sari
R.0206031
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak
menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah
pekerjaan. Penggunaan peralatan industri dan teknologi modern dapat
menimbulkan bising yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan tenaga
kerja.
Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8%-
12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk
(Nanny, 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan
keseimbangan dan ketulian (Soeripto, 1994) dikutip oleh (Trianingsih, 2007).
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama
dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres,
kelelahan dan lain-lain (Prabu, 2008).
Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja
mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan
pada organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan
organ jantung (Sasongko, dkk, 2000).
1
2
2
Penelitian Statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil study efek
kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada
tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan
kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistolik 0,51 (0,01–1,00)
mmHg/5 dB(A), sedangkan untuk diastolik kenaikannya tidak signifikan (Eny,
dkk, 2005).
Rakabu Furniture Surakarta adalah industri yang bergerak di bidang
mebel dimana dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin dan alat-
alat produksi yang menimbulkan bising. Peneliti mengetahui bahwa semua
pekerja yang bekerja di Rakabu Furniture khususnya bagian produksi ternyata
tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi intensitas
kebisingan. Selain itu, pekerja yang ada di Rakabu Furniture tersebut
merupakan pekerja lama dimana sudah bekerja selama lebih dari 3 tahun.
Berdasarkan survei tersebut yang dibandingkan dengan teori mengenai
kebisingan bahwa kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan pekerja salah
satunya yaitu tekanan darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik melaksanakan
penelitian di Rakabu Furniture Surakarta untuk mengetahui pengaruh dari
kebisingan mesin dan alat produksi tersebut terhadap tekanan darah pekerja
Sebelumnya peneliti melaksanakan survei awal dengan mengukur
intensitas kebisingan tempat kerja tersebut dan diperoleh hasil untuk ruang
produksi rata-rata 94,5 dBA dan untuk ruang finishing rata-rata 79,3 dBA.
Adapun beberapa tenaga kerja juga diukur tekanan darahnya 10 menit setelah
tenaga kerja selesai bekerja pada pukul 17.10 WIB. Hasil pengukuran tekanan
3
3
darah yang diperoleh di ruang produksi yaitu 142/95 mmHg, 143/92 mmHg,
146/94 mmHg, 141/95 mmHg, 143/90 mmHg sedangkan di ruang finishing
yaitu 140/91 mmHg, 130/80 mmHg, 120/90 mmHg, 135/85 mmHg, 130/90
mmHg. Lama pemaparan kebisingan yang diterima pekerja setiap harinya
sekitar 5 jam/hari. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui
bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi diatas Nilai Ambang Batas
(NAB) yang diperkenankan, yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja, sedangkan ruang
finishing dibawah NAB. Untuk tekanan darah dari tenaga kerja yang diukur di
ruang produksi hasilnya cukup tinggi sedangkan di ruang finishing tekanan
darahnya normal.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka
peneliti ingin melaksanakan penelitian dengan judul " Pengaruh Intensitas
Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja di ‘Rakabu Furniture’
Surakarta "
B. Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada
pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan
terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta.
4
4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan mengkaji intensitas kebisingan di ”Rakabu
Furniture” Surakarta.
b. Untuk mengetahui dan mengkaji tekanan darah pekerja di ”Rakabu
Furniture” Surakarta.
c. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan
terhadap tekanan darah di ”Rakabu Furniture” Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tentang pengaruh intensitas kebisingan
terhadap tekanan darah.
2. Manfaat aplikatif
a. Bagi pekerja “Rakabu Furniture” Surakarta
Memberi masukan kepada pekerja agar lebih menjaga
kesehatan dirinya akibat intensitas kebisingan.
b. Bagi “Rakabu Furniture” Surakarta
Memberikan masukan kepada ”Rakabu Furniture” Surakarta
untuk melakukan tindakan pengendalian kebisingan.
c. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh
intensitas kebisingan terhadap tekanan darah.
5
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kebisingan
a. Definisi Bising
Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak
dikehendaki dan dianggap mengganggu pendengaran (Gabriel,1996).
Kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja
(Suma'mur, 1996).
b. Jenis Kebisingan
Menurut Suma'mur (1996), jenis-jenis kebisingan yang sering
ditemukan adalah :
1) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (=steady
state, wide brand noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur
pijar, dan lain-lain;
2) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (=steady
state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan
lain-lain;
3) kebisingan terputus-putus (=intermitten), misalnya lalu lintas, suara
kapal terbang dilapangan udara;
5
6
6
4) kebisingan impulsif (=impact or impulsive noise), seperti pukulan
tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan;
5) kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
c. NAB Kebisingan
Nilai Ambang Batas yang dipekenankan menurut Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja tersaji pada tabel :
Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Batas suara (dB) Lama pemaparan tiap hari 85 8 jam 88 4 jam 91 2 jam 94 1 jam 97 30 menit 100 15 menit 103 7,5 menit 106 3,75 menit 109 1,88 menit 112 0,94 menit 115 28,19 detik 118 14,06 detik 121 7,03 detik 124 3,52 detik 127 1,76 detik 130 0,88 detik 133 0,44 detik 136 0,22detik 139 0,11 detik
Sumber : Kepmen No.51/Men/1999
Catatan : tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB
7
7
Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan oleh Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB)
Faktor Fisika di Tempat Kerja adalah 85 dB selama 8 jam per hari.
d. Pengendalian Kebisingan
Kebisingan dapat dikendalikan dengan :
1) Menghilangkan kebisingan dari sumber suara yaitu dengan
mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit
menimbulkan bunyi (Erna Tresnaningsih, 2003).
2) Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga
kerja/mesin adalah usaha untuk mengurangi kebisingan. Bahan-
bahan yang dipakai harus mampu menyerap suara dan bahan
penutup dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan
yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat.
(Suma’mur, 1996).
3) Dengan memakai alat pelindung telinga yaitu ear plug atau ear
muff. Alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25
dBA (Sasongko, dkk, 2000).
2. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan
a. Peningkatan Tekanan Darah
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,
apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan
dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan
nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan
8
8
kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris (Roestam,
2004).
1) Pengertian Tekanan darah
Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah
terhadap setiap satuan daerah dinding pembuluh tersebut. Bila
orang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh adalah 50
mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan
cukup mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg
(Guyton, 1997).
Tekanan dalam aorta dan arteria branchialis dan arteria
besar lainnya pada manusia dewasa mudah meningkat sampai nilai
puncak (tekanan sistolik) kira-kira 120 mmHg waktu tiap siklus
jantung karena jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam
aorta. Dan turun sampai nilai minimum (tekanan diastolik) kira-
kira 70 mmHg. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai
tekanan sistolik di atas tekanan diastolik misalnya 120/70 mmHg
(Guyton dan Hall, 1997).
Tekanan darah biasanya diukur dengan sphygmomanometer
dan dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Misal 120/80 mmHg, dimana 120 menyatakan tekanan
9
9
darah sistolik dan 80 menyatakan tekanan darah diastolik
(Wikipedia, 2003).
2) Penggolongan Tekanan Darah
a) Tekanan darah normal
Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal
bila catatan tekanan darah untuk sistolik <140 mmHg dan
diastolik <90 mmHg (Guyton dan Hall, 1997). Nilai Tekanan
Darah normal (dalam mmHg):
(1) Pada usia 15-29 tahun = 90-120/60-80 mmHg;
(2) Pada usia 30-49 tahun = 110-140/70-90 mmHg;
(3) Pada usia 50 tahun keatas = 120-150/70-90 mmHg (Oktia
Woro, 1999).
b) Tekanan darah rendah
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah
bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah
100/60 mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg dan diastolik
<60 mmHg (Roger Watson, 2002).
c) Tekanan darah tinggi
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi
bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas
100/90 mmHg, tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolik
>90 mmHg (Roger Watson, 2002). Selanjutnya klasifikasi
tekanan darah dapat dilihat seperti pada tabel 2 dibawah.
10
10
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal Pre-hipertensi Stadium 1 Stadium 2
< 120 mmHg 120-139 mmHg 140-159 mmHg ≥160 mmHg
< 80 mmHg 80-89 mmHg 90-99 mmHg ≥100 mmHg
Sumber : JNC-VII tahun 2003
d) Tekanan darah rata-rata
Menurut Guyton dan Hall (1997) antara tekanan
sistolik dan diastolik ada yang dinamakan tekanan darah rata-
rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik
daripada tekanan sistolik, karena sistolik lebih pendek
daripada diastolik. Tekanan darah rata-rata sedikit kurang
daripada nilai-nilai tengah antara tekanan sistolik dan
diastolik. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai
kira-kira 5 mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan
tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-beda tergantung
apakah kontriksi/dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa kira-
kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan
sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Tekanan
arteri rata-rata dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 1. Perhitungan Tekanan Darah Rata-Rata
TR = TD + 1/3 (TS–TD) mmHg
11
11
Keterangan :
TR : tekanan darah rata-rata (mmHg)
TD : tekanan darah diastolik (mmHg)
TS : tekanan darah sistolik (mmHg)
Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi
pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh untuk
tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Peningkatan dan
penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi homeostatis
dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi,
maka terjadilah gangguan pada sistem transpor oksigen,
karbondioksida dan hasil-hasil metabolisme lainnya.
3) Mekanisme Bising Meningkatkan Tekanan Darah
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan
ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga
membran timpani bergetar (Andriana, 2003). Lalu di telinga
tengah, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan
melewati tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan di kanalis
semisirkularis; adanya ligamen antar tulang mengamplifikasi
getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu di telinga dalam
merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan
menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di
otak manusia (Novi, 2004).
12
12
Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan
pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian
berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrine,
norepinephrine dan kortisol (Bly S, dkk, 2002) dikutip oleh (Eny,
dkk, 2005).
Hormon norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor
yang sangat kuat yang dapat meningkatkan tahanan perifer total
(Guyton and Hall, 1997). Sedangkan kortisol menyebabkan
peningkatan tekanan darah (Elizabeth, 2008).
Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan
meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut
bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa
menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan
berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah
yang menetap (Guyton, 1997).
Syaraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh
darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung,
bertambah kuatnya kontriksi otot jantung dan vasokontriksi
pembuluh darah resisten (Guyton, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
a) Olah raga, terutama yang menggunakan otot lengan (Depkes
RI, 2003);
13
13
b) Latihan kerja yang lama, akan menurunkan tekanan sistolik
yang progresif, hal ini menandakan dekat dengan kecapaian
(Suma’mur, 1996);
c) Usia, semakin tua tekanan sistolik makin tinggi. Biasanya
dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan
Hall, 1997);
d) Sex, pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih
rendah dari pria seusianya, tetapi setelah menopause tekanan
darahnya lebih meningkat (Evelyn C. Pearce, 1997);
e) Stress psikis meningkatkan tekanan darah (Nurcahyo, 2000).
f) Minum alkohol
Minuman alkohol secara berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi
terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa
studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah
dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek
terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi
alkohol sekitar 2–3 gelas ukuran standar setiap harinya
(Depkes RI, 2003).
g) Pemakaian obat tertentu
Obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah
antara lain dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat
supressi nafsu makan (Depkes RI, 2003).
14
14
h) Sikap kerja
Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila
berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak
bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun (Henny
Lukmanto, 1995).
i) Kegemukan
Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa
penyakit khronis yang sangat serius seperti hipertensi
(tekanan darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009).
Kegemukan atau obesitas merupakan faktor resiko penyakit
jantung koroner, hal ini terjadi bersamaan dengan peningkatan
tekanan darah, kencing manis, dan intoleren glukosa yang
disertai peningkatan lemak darah. Kegemukan pada pria lebih
beresiko dibanding wanita (Zukesti Efendi, 2005).
j) Masa Kerja
Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh
tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama,
karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan
tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko
terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006).
b. Gangguan psikologis
Efek psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam
15
15
waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa
gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain (Roestam, 2004).
c. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect
(bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan
kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan
cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya
pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya, gangguan komunikasi ini
secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja
(Roestam, 2004).
d. Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di
ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Roestam,
2004).
e. Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena
dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya
bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari
sumber bising; namun bila terus menerus bekerja di tempat bising,
daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali
(Roestam, 2004).
16
16
B. Kerangka Pemikiran
Bising
Telinga
Otak
Mengeluarkan hormon epinefrin dan norepinefrin
Mengeluarkan hormon kortisol
Sistem Saraf Simpatis Terangsang
Vasokonstriksi pembuluh darah sehingga tahanan perifer meningkat
- naiknya frekuensi jantung
- bertambah kuatnya kontriksi otot jantung
- vasokontriksi pembuluh darah resisten
Faktor intern : - Usia - Sex - Kegemukan
Faktor ekstern : - Obat-obatan - Olahraga - Latihan kerja yang lama
- Alkohol - Sikap kerja - Masa Kerja - Stress psikis
Tekanan darah meningkat
Pengeluaran hormon
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Efek lain dari kebisingan : - Gangguan Psikologis
Efek lain dari kebisingan : - Gangguan Komunikasi - Gangguan Keseimbangan - Efek pada Pendengaran
17
17
C. Hipotesis
Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja
di “Rakabu Furniture” Surakarta.
18
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik (explanatory
research) mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut pendekatannya,
penelitian ini adalah penelitian cross sectional, dimana data yang menyangkut
variabel bebas atau risiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu
yang bersamaan (Ahmad Watik Pratiknya, 2001).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rakabu Furniture, Tirtoyoso, Surakarta
selama 2 bulan pada bulan Mei-Juni 2010.
C. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian
produksi dan finishing Rakabu Furniture Surakarta yang berjumlah 68 orang.
D. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling
proporsional random sampling disebabkan populasi mempunyai
18
19
19
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional
(Sugiyono, 2006). Dimana populasi tenaga kerja yang ada di Rakabu Furniture
Surakarta berjumlah 68 orang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 kelompok sampel yaitu
kelompok terpapar dan kelompok kontrol. Kelompok terpapar adalah tenaga
kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang melebihi
NAB 85 dB. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di
bagian produksi dengan jumlah pekerja 35 orang. Sedangkan kelompok
kontrol adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas
kebisingan yang dibawah NAB 85 dB. Kelompok kontrol ini digunakan
peneliti sebagai pembanding. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah
tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian finishing dengan jumlah pekerja 33
orang.
Sedangkan untuk mencari sampel minimal menggunakan rumus :
2
2
0 dPQZ
n = ÷øö
çèæ -
+=
Nnn
n1
1 0
0
Gambar 3. Rumus Mencari Sampel
Keterangan :
n : jumlah sampel minimal
Z : koefisien keratandalan (reliability coefficient) yang nilainya tergantung
tingkat kepercayaan yang diterapkan peneliti. Dalam hal ini tingkat
kepercayaan peneliti sebesar 95% = 1,96
P : parameter proporsi variabel binominal yang ingin diduga (50%)
20
20
Q : 1 – P
d : presisi yang ingin dicapai (0,1)
N : ukuran populasi, jumlah seluruh individu di dalam populasi.
(Suharyanto, dkk, 2000)
Sehingga diperoleh total sampel sebesar 40 pekerja (perhitungan
lengkap ada di lampiran 3) yaitu 21 pekerja di ruang produksi dan 19 pekerja
di ruang finishing yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
a. Laki-laki
b. Usia 30-50 tahun
c. Bekerja 7 jam sehari
d. Masa kerja >3 tahun
e. Tidak minum alkohol
f. Tidak menggunakan pelindung telinga
g. Tidak mempunyai gangguan pendengaran
h. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi.
i. Tidak mengalami kegemukan
21
21
E. Kerangka Variabel
Variabel pengganggu terkendali - jenis kelamin - usia, - tidak minum alkohol - masa kerja - gangguan pendengaran - kegemukan
Variabel bebas Intensitas Kebisingan
Variabel pengganggu tidak terkendali - olah raga - pemakaian obat tertentu - sikap kerja - latihan kerja yang lama - stress psikis
Gambar 4. Kerangka Variabel Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
intensitas kebisingan.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
tekanan darah sistolik dan diastolik.
Variabel terikat
Tekanan darah
22
22
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah yang mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :
a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, usia, tidak minum
alkohol, masa kerja, gangguan pendengaran dan kegemukan. Cara
pengendalian untuk jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, lama
kerja dan masa kerja adalah dengan mengisi kuesioner penjaringan
sampel. Cara pengendalian untuk gangguan pendengaran adalah
dengan menggunakan uji manual pendengaran (cara uji manual
pendengaran ada di lampiran 3). Sedangkan cara pengendalian untuk
kegemukan yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh)
pekerja (cara perhitungan IMT ada di lampiran 3).
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : olahraga, pemakaian obat
tertentu, sikap kerja, latihan kerja yang lama, stress psikis.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Intensitas Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh mesin penggergajian
kayu dan mesin untuk membuat mebel pada proses produksi. Intensitas
kebisingan adalah hasil yang didapat saat pengukuran kebisingan langsung
di tempat kerja menggunakan alat Sound Level Meter dengan satuan dB.
23
23
Alat Ukur : Sound Level Meter Merk RION NA 20
Satuan : desibell (dB)
Skala Pengukuran : nominal
Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Di bawah NAB (kelompok kontrol) : hasil pengukuran kebisingan
nilainya dibawah 85 dB.
b. Di atas NAB (kelompok terpapar) : hasil pengukuran kebisingan
nilainya diatas 85 dB.
2. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan diastolik tenaga
kerja yang diketahui melalui pengukuran langsung dengan menggunakan
alat :
Alat ukur : Sphygmomanometer digital
Satuan : mmHg
Skala pengukuran : interval
3. Usia
Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran,
hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang
diperoleh dengan cara pengisian kuesioner penjaringan sampel dan
identitas diri pekerja. Usia pekerja yang diteliti yaitu sekitar 30-50 tahun.
Berdasarkan teori yang ada pada usia 30-50 tahun maka tekanan darah
normalnya masih sama.
24
24
4. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki
dan perempuan secara biologis dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah
sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.
Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berjenis
kelamin laki-laki.
5. Tidak Minum Alkohol
Tidak minum alkohol adalah pekerja yang tidak minum alkohol
selama 1 (satu) minggu terakhir sampai dengan penelitian dilakukan yang
dapat diketahui dari pengakuan tenaga kerja dan dipastikan menggunakan
surat kesediaan menjadi sampel penelitian yang menyebutkan bahwa tidak
akan mengkonsumsi alkohol selama 1 minggu sebelum diadakan
penelitian.
6. Masa Kerja
Masa kerja adalah lama (tahun) pekerja bekerja di perusahaan
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pekerja sebagai
sampel yang sudah bekerja >3 tahun.
7. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah gangguan pada pendengaran
tenaga kerja dengan ciri-ciri daya pendengaran turun dan sulit untuk
berkomunikasi. Adapun untuk mengetahui pekerja mengalami gangguan
pendengaran atau tidak, maka peneliti melaksanakan uji manual
25
25
pendengaran. Cara melaksanakan uji manual pendengaran terdapat di
lampiran 3.
8. Kegemukan
Kegemukan adalah keadaan dimana perhitungan IMT (Indeks
Massa Tubuh) tenaga kerja melebihi IMT normal. Dalam penelitian ini,
untuk mengetahui pekerja mengalami kegemukan atau tidak, peneliti
menghitung IMT pekerja kemudian dibandingkan dengan kriteria IMT dari
Depkes. Cara menghitung IMT ada di lampiran 3.
H. Desain Penelitian
Gambar 5. Desain Penelitian
Populasi
Subjek
Proporsional Random Sampling
Kelompok Terpapar (di atas NAB)
Kelompok Kontrol (di bawah NAB)
Sesudah bekerja tekanan darah
diukur
Sebelum bekerja tekanan darah
diukur
Independent Sample T-Test
Sesudah bekerja tekanan darah
diukur
Sebelum bekerja tekanan darah
diukur
Independent Sample T-Test
26
26
I. Teknik Pengambilan Data
Pada penelitian ini pengambilan data disesuaikan dengan jenis data
sebagai berikut :
1. Data primer yang meliputi intensitas kebisingan, hasil pengukuran
tekanan darah responden, pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), uji
manual pendengaran serta hasil wawancara dengan menggunakan
kuesioner penjaringan sampel.
2. Data sekunder dikumpulkan dengan cara pencatatan di bagian personalia
serta gambaran umum perusahaan. Adapun data sekunder dalam
penelitian ini meliputi :
a. Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang
diteliti.
b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan
objek yang diteliti.
27
27
J. Prosedur Penelitian
Gambar 6. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi
tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Kemudian
mempersiapkan proposal penelitian dan menyusun kuesioner penjaringan
sampel, selanjutnya kuesioner tersebut diperbanyak untuk digunakan
dalam penjaringan sampel.
2. Tahap Pelaksanaan
Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap
Tahap Persiapan
- Survei tempat penelitian dan proses perijinan
Tahap Pelaksanaan
- Pengisian kuesioner - Penentuan sampel penelitian - Pengukuran intensitas kebisingan - Pengukuran tekanan darah - Edit data penelitian
Tahap Penyelesaian
- Mengolah, analisis data dan menyimpulkan.
28
28
pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Setelah mendapat izin dari pemilik Rakabu Furniture Surakarta,
peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta
mengkonfirmasikan mengenai instrumen yang dipakai dalam
penelitian ini.
b. Pengisian kuesioner penjaringan sampel mengenai identitas diri serta
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah tenaga kerja
kaitannya dengan intensitas kebisingan. Pengisian kuesioner
dilakukan dengan cara peneliti memberikan penjelasan kepada
pekerja mengenai cara pengisian kuesioner. Peneliti juga memantau
dan membantu tenaga kerja dalam pengisian kuesioner jika ada
kesulitan.
c. Menentukan sampel penelitian sesuai dengan kuesioner penjaringan
sampel yang telah diisi oleh tenaga kerja.
d. Melakukan pengukuran intensitas kebisingan.
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di 4 titik
pengukuran di setiap ruangan dan dilakukan setiap jam selama
proses produksi berlangsung.
e. Pengukuran tekanan darah tenaga kerja.
Tekanan darah sistolik dan diastolik diukur sebelum dan
sesudah bekerja. Cara pengukuran tekanan darah sebelum bekerja
yaitu setelah tiba di tempat kerja, pekerja diistirahatkan dulu sekitar
29
29
10 menit, kemudian diukur tekanan darahnya. Sedangkan cara
pengukuran tekanan darah sesudah bekerja yaitu dalam rentang
waktu 1 jam terakhir pekerjaan. Pengukuran setelah bekerja dimulai
dari pekerja yang pertama diukur saat sebelum bekerja supaya
interval pengukurannya sama. Pengukuran tekanan darah di masing-
masing kelompok dilakukan selama 2 hari (dua kali pengukuran).
f. Edit data perolehan hasil penelitian.
3. Tahap Penyelesaian
Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan.
K. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang
digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan.
Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20
Satuan : dBA
Teknik pengukurannya adalah :
a. Putar switch ke A.
b. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT.
c. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur.
d. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST” karena
jenis kebisingannya continue.
30
30
e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon diarahkan ke
sumber kebisingan.
f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan
posisi tenaga kerja selama bekerja.
g. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil.
h. Pengukuran dilakukan masing-masing 4 titik di ruang produksi dan
ruang finishing.
Gambar alat :
Gambar 7. Sound Level Meter
2. Sphygmomanometer digital, yaitu alat untuk mengukur tekanan darah.
Merek alat : OMRON HEM-6022
Satuan : mmHg
Gambar Alat :
Gambar 8. Sphygmomanometer digital
31
31
3. Timbangan badan dan meteran yaitu alat untuk menghitung berat badan
dan tinggi badan pekerja.
4. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk
menentukan subjek penelitian.
5. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.
6. Kamera digital, yaitu alat untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti
penelitian selama penelitian berlangsung.
7. Handphone Nokia 2626, yaitu alat bantu untuk menguji pendengaran
tenaga kerja secara manual.
L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik
independent sample t-test dengan menggunakan program komputer SPSS
versi 12, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
3. Jika p value >0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono,
2001).
32
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Rakabu Furniture Surakarta merupakan industri sedang yang bergerak
di bidang mebel. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 21 Februari 1988 dan
didirikan oleh Ir. Joko Widodo. Rakabu Furniture terletak di Jl. Ahmad Yani
No. 331 Tirtoyoso RT. 04 RW. 13 Surakarta.
Pada awal berdirinya, perusahaan ini berbentuk perusahaan
perseorangan yang bergerak di industri penggergajian kayu. Untuk
mengembangkan perusahaan, maka kegiatan perusahaan diarahkan menjadi
lebih luas. Hal ini diwujudkan dengan perubahan bidang usaha penggergajian
kayu menjadi perusahaan industri mebel. Dalam proses produksinya Rakabu
Furniture Surakarta sudah menggunakan alat yang modern untuk
memudahkan pekerjaan. Beberapa alat produksi yang dimiliki Rakabu
Furniture antara lain 2 unit mesin pemotong, 3 unit mesin pembelah kayu, 3
unit bor bulat, 2 unit bor kotak, dan lain-lain.
Daerah pemasaran awal bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan
hanya mencakup Surakarta dan sekitarnya, kemudian perusahaan memperluas
lagi ke berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 1990 perusahaan sudah bisa
menembus pasar Internasional, hingga saat ini daerah pemasaran di luar negeri
32
33
33
telah menembus berbagai negara antara lain Singapura, Taiwán, Hongkong,
Australia.
Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam
08.00-16.00 dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu
minggu industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu sedangkan pada
tanggal merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini sebanyak 87
orang.
Tahapan proses produksi pada Rakabu Furniture Surakarta dimulai
dengan persetujuan perusahaan dengan buyer mengenai desain produk yang
sudah dipesan. Tahapan pertama yaitu pemotongan kayu dan perakitannya
menjadi mebel setengah jadi. Proses ini termasuk dalam proses bagian
produksi. Setelah mebel setengah jadi siap selanjutnya masuk ke tahapan
finishing. Adapun tahapan finishing tersebut antara lain : menghaluskan
mebel, melakukan proses pewarnaan, memberi variasi untuk melengkapi
desain dan meneliti hasil akhir produk yang sudah jadi. Setelah tahapan
tersebut selesai maka mebel jadi telah siap untuk diekspor ke buyer.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Usia
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa usia minimal
responden adalah 30 tahun dan usia maksimal responden adalah 49 tahun.
Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.
34
34
Peneliti menghitung tingkat signifikan dari usia antara 2 kelompok
penelitian, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Uji statistik usia responden kelompok kontrol dan kelompok terpapar
No Variabel Usia (Kelompok Penelitian)
Rata-Rata Usia
(tahun)
Standart Deviasi
Perbedaan (tahun)
p (sig 2-tailed)
1 Terpapar 39,95 6,152
2 Kontrol 40,37 4,425 0,416 0,809
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat
diketahui bahwa nilai p adalah 0,809 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang
berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang
bermakna antara usia pada kelompok terpapar (bagian produksi) dan
kelompok kontrol (bagian finishing) dengan usia di dua kelompok
penelitian tersebut relatif sama yaitu antara umur 30-49 tahun.
2. Masa Kerja
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masa kerja minimal
responden 10 tahun dan masa kerja maksimal 18 tahun. Hasil wawancara
dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti
menghitung tingkat signifikan masa kerja antara kelompok kontrol dengan
kelompok terpapar, sebagai berikut :
35
35
Tabel 4.2 Uji statistik masa kerja antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar
No Variabel Masa Kerja
(Kelompok Penelitian)
Rata-Rata Masa Kerja
(tahun)
Standar Deviasi
Perbedaan (tahun)
p (sig 2-tailed)
1 Terpapar 13,95 3,309
2 Kontrol 14,32 1,416 0,363 0,660
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat
diketahui bahwa nilai p adalah 0,660 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang
berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang
bermakna antara masa kerja pada kelompok terpapar (bagian produksi)
dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata masa
kerja dua kelompok tersebut relatif sama.
3. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Berdasarkan hasil wawancara mengenai berat badan dan tinggi
badan responden sehingga didapat hasil IMT (Indeks Massa Tubuh)
melalui perhitungan dengan IMT minimal responden 21.61 dan IMT
maksimal 23,73. Hasil wawancara dengan responden mengenai berat
badan, tinggi badan dan hasil IMT dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.
Peneliti juga melaksanakan uji statistik IMT pada responden kelompok
terpapar dengan kelompok kontrol, sebagai berikut :
36
36
Tabel 4.3. Uji statistik IMT antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar
No Variabel IMT (Kelompok Penelitian)
Rata-Rata IMT
Standar Deviasi
Perbedaan p (sig 2-tailed)
1 Terpapar 22,80 0,461
2 Kontrol 22,70 0,458 0,100 0,496
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat
diketahui bahwa nilai p adalah 0,496 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang
berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang
bermakna antara IMT (Indeks Massa Tubuh) pada kelompok terpapar
(bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini
berarti rata-rata IMT dua kelompok tersebut relatif sama.
C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di ruang produksi dan
ruang finishing. Pelaksanaan pengukuran dengan mengambil titik pengukuran
yang disesuaikan luas lokasi ruang produksi dan finishing. Sehingga didapat 4
(empat) titik pengukuran di setiap lokasi dan dilakukan pengukuran setiap
jam, sehingga pengukuran dilakukan 6 (enam) kali.
37
37
1. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi
Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi
No. Jam Rerata (dBA) 1 08.30 94,5 2 10.00 96,3 3 11.00 93,5 4 13.00 97,3 5 14.00 95,8 6 15.00 96,4
Rata-rata 95,6
Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari adalah 95,6 dBA.
Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat
lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan serta alat yang
beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh
berbeda dibandingkan hari-hari lainnya.
2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Finishing
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi Bagian Finishing
No. Jam Rerata (dBA) 1 08.30 79,3 2 10.00 76,9 3 11.00 75,5 4 13.00 75,8 5 14.00 75,2 6 15.00 75,1
Rata-rata 76,3
Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari di ruang finishing
adalah 76,3 dBA. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan
mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan
38
38
serta alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas
kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya.
3. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang
Finishing
Tabel 4.6. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang Finishing
No Variabel Bising
(Kelompok Penelitian)
Rata-Rata Intensitas
Kebisingan (dBA)
Standar Deviasi
Perbedaan (dBA)
p (sig 2-tailed)
1 Terpapar (Produksi)
95,6 1.390
2 Kontrol (Finishing)
76,3 1.606
19,33 0,000
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat
diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang
berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan antara intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang
finishing.
D. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pekerja
Pengukuran tekanan darah dilakukan selama 4 (empat) hari, yaitu
pengukuran di bagian produksi selama 2 (dua) hari dan di bagian finishing
selama 2 (dua) hari. Setiap hari pengukuran dilakukan 2 (dua) kali, yaitu
sebelum kerja dan sesudah kerja. Hasil pengukuran selengkapnya dapat
dilihat dalam lampiran. Berdasarkan data hasil pengukuran tekanan darah
39
39
sistolik dan diastolik tersebut kemudian dihitung tekanan darah rata-rata
dengan rumus :
Keterangan :
TR : Tekanan Darah Rata-rata
TD : Tekanan Darah Diastolik
TS : Tekanan Darah Sistolik
1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada
Kelompok Terpapar (Pekerja Bagian Produksi)
Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan
tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Produksi
Sebelum Bekerja (mmHg) Sesudah Bekerja (mmHg)
No Nama TR 1 TR 2 TR TR 1 TR 2 TR 1 A 96.5 95.84 96.17 105.84 102.49 104.16
2 B 98.5 97.16 97.83 107.84 104.85 106.34
3 C 98.81 99.8 99.30 104.83 102.5 103.66
4 D 92.89 94.54 93.71 102.54 99.85 101.19
5 E 90.85 93.84 92.34 97.84 96.5 97.17
6 F 92.17 96.83 94.5 101.18 99.82 100.5
7 G 97.16 96.5 96.83 104.5 102.49 103.49
8 H 98.15 97.84 97.99 103.48 99.86 101.67
9 I 96.52 96.52 96.52 96.5 96.5 96.5
10 J 83.2 95.84 89.52 93.2 94.54 93.87
11 K 101.14 99.82 100.48 106.5 101.83 104.16
TR = TD + 1/3 (TS–TD) mmHg
bersambung
40
40
12 L 92.83 92.83 92.83 98.48 96.5 97.49
13 M 93.2 94.54 93.87 94.54 93.2 93.87
14 N 100.48 100.48 100.48 107.16 106.5 106.83
15 O 99.84 99.84 99.84 101.84 100.52 101.18
16 P 99.8 99.8 99.8 101.14 102.79 101.96
17 Q 97.49 97.49 97.49 100.52 97.84 99.18
18 R 85.82 93.86 89.84 99.14 99.14 99.14
19 S 97.51 97.51 97.51 105.84 101.83 103.83
20 T 99.8 100.13 99.96 104.8 108.15 106.47
21 U 96.5 100.51 98.50 106.5 99.8 103.15
Keterangan :
TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I
TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II
TR : Tekanan darah rata-rata hari I dan II
Tabel 4.8. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja
bagian produksi
Tekanan darah Rata-rata tekanan
darah (mmHg) Standart Deviasi
Uji Normalitas
Sebelum kerja 96,44 3,363 0,763
Sesudah kerja 101,23 3,839 0,923
Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja
pada kelompok terpapar (bagian produksi) diperoleh 0,763 dan 0,923
yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.
2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada
Kelompok Kontrol (Pekerja Bagian Finishing)
Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua
didapatkan tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut :
sambungan tabel 4.7
41
41
Tabel 4.9. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Finishing
Sebelum Bekerja (mmHg) Sesudah Bekerja (mmHg)
No Nama TR 1 TR 2 TR TR 1 TR 2 TR
1 AA 96.5 100.48 98.49 100.52 99.8 100.16
2 BB 95.84 96.5 96.17 97.16 98.5 97.83
3 CC 97.16 98.5 97.83 101.17 99.85 100.51
4 DD 92.19 95.18 93.68 91.86 93.2 92.53
5 EE 97.21 97.18 97.19 95.19 97.17 96.18
6 FF 98.5 100.5 99.5 99.85 98.48 99.16
7 GG 91.84 94.52 93.18 92.52 96.52 94.52
8 HH 96.5 99.49 97.99 98.51 98.48 98.49
9 II 95.86 98.52 97.19 96.2 99.19 97.69
10 JJ 92.87 94.52 93.69 94.9 94.54 94.72
11 KK 95.84 97.84 96.84 98.17 99.49 98.83
12 LL 94.52 96.83 95.67 93.18 101.16 97.17
13 MM 95.16 99.18 97.17 95.84 97.18 96.51
14 NN 91.84 94.52 93.18 94.83 91.86 93.34
15 OO 95.16 96.52 95.84 96.83 95.84 96.33
16 PP 94.5 93.18 93.84 99.16 97.84 98.5
17 QQ 97.82 101.14 99.48 97.16 99.8 98.48
18 RR 95.18 96.52 95.85 98.17 97.84 98.00
19 SS 91.53 94.52 93.02 95.84 95.84 95.84
Keterangan :
TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I
TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II
TR : Tekanan darah rata-rata dari hari I dan II
Tabel 4.10. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja bagian finishing
Tekanan darah Rata-rata tekanan darah (mmHg)
Standart Deviasi
Uji Normalitas
Sebelum kerja 96,09 2,146 0,648
Sesudah kerja 97,09 2,191 0,884
42
42
Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja
pada kelompok kontrol (bagian finishing) diperoleh hasil 0,648 dan 0,884
yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.
3. Hasil Perhitungan Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar
(Bagian Produksi) dan Kelompok Kontrol (Bagian Finishing)
Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata
sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja kelompok terpapar (bagian
produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing). Hasil perhitungan
selisih tekanan darah rata-rata pada kelompok terpapar dan kontrol dapat
dilihat pada lampiran 10 dan 11.
Tabel 4. 11. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Tekanan Darah
Selisih Tekanan darah
Rata-rata selisih tekanan darah
(mmHg)
Standart Deviasi
Uji Normalitas
Kelompok Terpapar
4.78 2.662 0,976
Kelompok Kontrol
0.99 1.521 0,989
Berdasarkan uji normalitas data selisih tekanan darah kelompok
terpapar dan kelompok kontrol diperoleh 0,976 dan 0,989 yang berarti
p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.
43
43
E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada
Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Pekerja Kelompok
Kontrol (Bagian Finishing)
Adapun untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap
tekanan darah maka peneliti melaksanakan uji perbedaan dengan
menggunakan uji statistik independent sample t-test yang dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Bekerja pada Pekerja Bagian
Produksi dan Pekerja Bagian Finishing
Hasil pengukuran tekanan darah sebelum bekerja pada pekerja bagian
produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.
Tabel 4.12. Hasil Uji Independent Sample t-test Sebelum Bekerja
Tekanan darah
Rata-rata (mmHg)
Standard Deviasi
Perbedaan (mmHg)
Signifikansi (p)
Kelompok Terpapar
96,44 3,363
Kelompok Kontrol
96,09 2,146 0,90 0,702
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat
diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang
berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang
bermakna antara tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian
produksi dan pekerja bagian finishing. Hal ini berarti rata-rata tekanan
darah tenaga kerja sebelum kerja pada kedua kelompok tersebut sama.
44
44
2. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian
Produksi dan Pekerja Bagian Finishing
Hasil pengukuran tekanan darah sesudah bekerja pada pekerja bagian
produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.
Tabel 4.13. Hasil Uji Independent Sample t-test Sesudah Bekerja
Tekanan darah
Rata-rata (mmHg)
Standard Deviasi
Perbedaan (mmHg)
Signifikansi (p)
Kelompok Terpapar 101,23 3,839
Kelompok Kontrol 97,09 2,191
4,13 0,000
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat
diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang
berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan antara tekanan darah sesudah kerja pada kedua kelompok
tersebut.
3. Uji Perbedaan Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah
Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing
Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata
sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di ruang produksi dan ruang
finishing.
45
45
Tabel 4.14. Hasil Uji Independent Sample t-test Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja
Tekanan darah
Rata-rata (mmHg)
Standard Deviasi
Perbedaan (mmHg)
Signifikansi (p)
Kelompok Terpapar 4,78 2,662
Kelompok Kontrol 0,99 1,523
3,786 0,000
Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat
diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang
berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan antara selisih tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja
pada kedua kelompok tersebut.
46
46
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Usia
Tenaga kerja yang diteliti atau yang digunakan sebagai sampel
adalah yang berusia antara 30-49 tahun. Berdasarkan teori yang ada pada
umur 30-50 tahun maka tekanan darah normalnya masih sama yaitu 110-
140/70-90 mmHg (Oktia Woro, 1999). Rerata usia pada kelompok
terpapar adalah 39,95±6,152 tahun dan pada kelompok kontrol
40,37±4,425 tahun. Berdasarkan uji statistik usia pada dua kelompok
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna, hal ini berarti rata-rata usia di kedua kelompok penelitian relatif
sama.
2. Masa Kerja
Masa kerja pekerja dalam penelitian ini antara 10-18 tahun.
Rerata masa kerja pada kelompok terpapar sebesar 13,95±3,309 tahun dan
kelompok kontrol sebesar 14,32±1,416 tahun. Berdasarkan uji statistik
masa kerja pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata masa kerja di
kedua kelompok penelitian relatif sama.
46
47
47
Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja
yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga
kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka
semakin tinggi risiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tekanan darah.
Hal ini dikarenakan semakin lama masa kerja maka semakin lama pekerja
terpapar kebisingan sehingga semakin mempengaruhi kenaikan tekanan
darah.
3. Kegemukan
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan darah. Adapun untuk mengendalikan masalah
kegemukan, maka dalam penelitian ini peneliti menghitung IMT (Indeks
Massa Tubuh) pekerja yang dihitung dari berat badan dan tinggi badan
pekerja. Pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
pekerja dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) minimal 21,61 dan maksimal
23,73.
Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 17,0 termasuk dalam kategori
kurus (kekurangan berat badan tingkat berat), untuk IMT antara 17,0–18,4
termasuk dalam kategori kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan),
untuk IMT 18,5–25,0 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 25,1 –
27,0 termasuk dalam kategori gemuk (kelebihan berat badan tingkat
ringan) dan untuk IMT lebih dari 27,0 termasuk dalam kategori gemuk
(kelebihan berat badan tingkat berat) (I Dewa Nyoman, 2001).
48
48
Adapun untuk mengendalikan adanya kegemukan maka peneliti
menentukan bahwa responden memiliki IMT yang normal yaitu antara
18,5-25,0. Hal ini dikarenakan jika IMT lebih dari normal berarti pekerja
termasuk dalam kategori gemuk. Kegemukan dapat memicu timbulnya
beberapa penyakit kronis yang sangat serius seperti hipertensi (tekanan
darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009).
Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa seluruh
responden tidak mengalami kegemukan karena nilai IMT seluruh
responden masih normal yaitu berada di antara 18,5–25,0. Rerata IMT
pada kelompok terpapar adalah 22,80±0,461 dan kelompok kontrol
sebesar 22,70±0,458. Berdasarkan uji statistik IMT di dua kelompok
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna, hal ini berarti rata-rata IMT di kedua kelompok penelitian
relatif sama.
Adapun dengan menyamakan karakteristik subjek penelitian di
kedua kelompok penelitian tersebut berarti peneliti telah mengendalikan
faktor-faktor berpengaruh terhadap tekanan darah. Selain itu, hal ini juga
dimaksudkan agar pengaruh naiknya tekanan darah pada pekerja bagian
produksi hanya disebabkan oleh kebisingan.
B. Analisis Intensitas Kebisingan Tempat Kerja
Rata-rata intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang finishing
yang dilakukan di 4 titik pengukuran selama sehari adalah 95,6±1.390 dBA
49
49
dan 76,3±1.606 dBA. Menurut Kepmenaker No. KEP 51/Men/1999 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja menyebutkan bahwa Nilai
Ambang Batas untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam satu minggu
adalah sebesar 85 dBA.
Berdasarkan hasil uji statistik di kedua kelompok penelitian didapat
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan intensitas kebisingan yang bermakna di
ruang produksi dan di ruang finishing. Berdasarkan hasil pengukuran di ruang
produksi dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Sedangkan hasil
pengukuran di ruang finishing disimpulkan bahwa intensitas kebisingannya
masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan.
Dalam bekerja semua pekerja tidak memakai alat pelindung telinga.
Sehingga intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas tersebut
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Roestam (2004), bahwa
kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa peningkatan
tekanan darah dan gangguan lain seperti gangguan psikologis, gangguan
komunikasi, gangguan keseimbangan dan efek pada pendengaran yaitu
ketulian.
C. Analisis Tekanan Darah Tenaga Kerja
Tekanan darah tenaga kerja diukur dengan menggunakan
spygmomanometer digital. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan
sesudah bekerja.
50
50
1. Analisis Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja
Kelompok Terpapar (Bagian Produksi)
Berdasarkan hasil analisis data tekanan darah pada pekerja
kelompok terpapar diperoleh rerata tekanan darah sebelum bekerja
sebesar 96,44±3,363 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 101,23±3,839
mmHg. Sedangkan hasil uji normalitas data tekanan darah dapat
disimpulkan bahwa data termasuk dalam distribusi normal sehingga uji
statistik independent sample t-test dapat digunakan dalam penelitian ini.
Hal ini dikarenakan penggunaan uji t-test termasuk dalam uji parametrik
sehingga menganut pada data berdistribusi normal dan sebaran data
homogen (Handoko, 2008).
2. Analisis Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja
Kelompok Kontrol (Bagian Finishing)
Berdasarkan hasil analisis data tekanan darah pada pekerja
kelompok kontrol diperoleh rerata tekanan darah sebelum bekerja sebesar
96,09±2,146 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 97,09±2,191 mmHg.
Berdasarkan hasil uji normalitas data tekanan darah sebelum dan sesudah
bekerja pada pekerja kelompok kontrol (bagian finishing) didapat hasil
bahwa data termasuk dalam distribusi normal sehingga uji statistik
independent sample t-test dapat digunakan dalam penelitian ini. Hal ini
dikarenakan penggunaan uji t-test termasuk dalam uji parametrik
sehingga menganut pada data berdistribusi normal dan sebaran data
homogen (Handoko, 2008).
51
51
3. Analisis Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar dan
Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil analisis data selisih tekanan darah dua
kelompok penelitian diperoleh rerata selisih tekanan darah kelompok
terpapar sebesar 4,78±2.662 mmHg dan kelompok kontrol sebesar
0,99±1.521 mmHg. Berdasarkan hasil uji normalitas data selisih tekanan
darah kelompok terpapar dan kelompok kontrol didapat hasil bahwa data
termasuk dalam distribusi normal sehingga uji statistik independent
sample t-test dapat digunakan.
D. Analisis Pengaruh Kebisingan terhadap Tekanan Darah
Adapun untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tekanan
darah maka dilaksanakan uji perbedaan menggunakan uji statistik independent
sample t-test. Hasil uji statistik independent sample t-test tekanan darah
sebelum bekerja dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari
0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan dengan hasil rerata
tekanan darah sebelum bekerja pada kelompok terpapar sebesar 96,44±3,363
mmHg dan kelompok kontrol sebesar 96,09±2,146 mmHg. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah
sebelum kerja pada 2 (dua) kelompok penelitian yang berarti rerata tekanan
darah tenaga kerja sebelum kerja di kedua kelompok tersebut relatif sama. Hal
ini dikarenakan pekerja bagian produksi masih belum terpapar intensitas
kebisingan.
52
52
Sedangkan dari hasil uji statistik independent sample t-test tekanan
darah sesudah bekerja dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang
dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan dengan rerata
tekanan darah pada kelompok terpapar sebesar 101,23±3,839 mmHg dan
kelompok kontrol sebesar 97,09±2,191 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan antara tekanan darah sesudah bekerja pada 2 (dua)
kelompok penelitian. Selain itu, rerata tekanan darah pada pekerja kelompok
terpapar (bagian produksi) lebih tinggi daripada tekanan darah pekerja
kelompok kontrol (bagian finishing). Perbedaan rerata tekanan darah pada dua
kelompok penelitian sebesar 4,13 mmHg.
Selain itu, peneliti juga menghitung selisih tekanan darah rata-rata
sebelum dan sesudah bekerja pada 2 (dua) kelompok penelitian. Rerata selisih
tekanan darah pada kelompok terpapar sebesar 4,78±2.662 mmHg sedangkan
kelompok kontrol sebesar 0,99±1.521 mmHg. Terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara kedua kelompok tersebut sebesar p = 0,000 atau kurang dari
0,01 (p<0,01) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Kenaikan tekanan darah
pada pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) lebih besar daripada
kelompok kontrol (bagian finishing). Dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja bagian
produksi hingga menyebabkan kenaikan tekanan darah sebesar 4,78 mmHg.
Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan
aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka
tubuh akan pulih dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila
53
53
pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan
sistem sirkulasi darah yang menetap (Guyton, 1997).
Adapun dengan adanya peningkatan tekanan darah tersebut sejalan
dengan pendapat Bambang Suwerda (1992), bahwa pengaruh intensitas
kebisingan mesin penggilingan padi terhadap tekanan darah tenaga penggiling
yang berupa kenaikan tekanan darah tenaga penggiling setelah terpapar
kebisingan. Kebisingan dapat menyebabkan tenaga kerja menjadi stress,
keadaan stress ini akan meningkatkan sekresi hormon adrenalin pada
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah (Eny, dkk.,
2005).
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Eva
Hermawati (2006) yang menyebutkan bahwa kebisingan mengganggu
perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada
persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan
denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya
metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sigit Nugraha,
Setyawati Budiningsih dan Ginova Nainggolan (2005) yang menyimpulkan
bahwa kebisingan di tempat kerja dapat meningkatkan prevalensi hypertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Haryo Nugroho (2004), Trianingsih
(2007) dan Lutfi, Bina, Samsul (2010) pada pabrik tekstil juga membuktikan
bahwa ada perbedaan yang signifikan tekanan darah pekerja berdasar
intensitas kebisingan yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
54
54
intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan
naiknya tekanan darah.
Penelitian lainnya juga membuktikan bahwa paparan kebisingan
akan menimbulkan respon dari sistim hormon dan sistim saraf yang akan
menaikkan kecepatan denyut jantung yang akan berpengaruh langsung pada
tekanan darah sistolik, tetapi butuh waktu untuk mempengaruhi tekanan
darah diastolik selain itu intensitas kebisingan dan masa kerja (tahun) secara
bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan kenaikan tekanan darah
sistolik (Eny Hastuti, 2005).
Adapun dengan adanya kenaikan tekanan darah akibat intensitas
kebisingan yang melebihi NAB pada pekerja di bagian produksi Rakabu
Furniture Surakarta maka pemakaian alat pelindung diri sangat diperlukan.
Pemakaian alat pelindung diri yaitu ear plug (sumbat telinga) dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengurangi intensitas kebisingan yang diterima pekerja
sehingga tidak mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Ear plug tersebut
dapat mengurangi intensitas kebisingan sebesar 10-15 dB (A. M. Sugeng
Budiono, 1992).
Penelitian Samsul Nur Hidayat (2005) membuktikan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja antara saat
tidak memakai ear plug dan pada saat memakai ear plug, dimana rata-rata
tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja pada saat ear plug telah
dipakai lebih rendah 14,6/6,6 mmHg daripada ketika tidak memakai ear plug.
55
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Intensitas kebisingan di ruang produksi (kelompok terpapar) melebihi 85
dBA yang diperkenankan dengan rerata sebesar 95,6 dBA. Sedangkan
intensitas kebisingan di ruang finishing (kelompok kontrol) dibawah 85
dBA dengan rerata sebesar 76,3 dBA.
2. Rerata tekanan darah pekerja kelompok terpapar (bagian produksi)
sebelum kerja adalah 96,44 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 101,23
mmHg. Sedangkan rerata tekanan darah pekerja kelompok kontrol
(bagian finishing) sebelum kerja adalah 96,09 mmHg dan sesudah
bekerja sebesar 97,09 mmHg.
3. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan bahwa :
a. Tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian produksi dan
finishing mempunyai nilai p = 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05)
yang berarti hasilnya tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang
bermakna antara 2 (dua) kelompok penelitian.
b. Tekanan darah sesudah kerja pada pekerja bagian produksi dan
finishing mempunyai nilai p = 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01)
yang berarti hasilnya sangat signifikan.
55
56
56
c. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara selisih tekanan
darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja dengan nilai rerata pada
kelompok terpapar 4,78 mmHg, kelompok kontrol 0,99 mmHg
dengan nilai signifikansi p = 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas
kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja bagian produksi
dengan adanya kenaikan tekanan darah sebesar 4,78 mmHg.
B. Saran
1. Memberikan penutup dari kayu pada bagian mesin pemotong yang
menimbulkan kebisingan dan diusahakan tidak menganggu proses
produksi.
2. Perawatan mesin (seperti ; merawat ketajaman alat pemotong,
membersihkan bagian mesin yang berhubungan langsung dengan kayu)
secara berkala yaitu setiap pagi dan sore.
3. Perusahaan wajib menyediakan alat pelindung telinga yaitu ear
plug/sumbat telinga bagi pekerja bagian produksi untuk mengurangi
pemaparan intensitas kebisingan yang diterima pekerja sehingga dapat
mencegah kenaikan tekanan darah (sesuai dengan Undang-Undang No.1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 ayat c).
4. Pekerja wajib memakai alat pelindung telinga yang telah disediakan oleh
perusahaan (sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 12 ayat b).
57
57
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Watik Praktiknya. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV Rajawali.
A.M. Sugeng Budiono. 1992. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Solo : PT Tri Tunggal Tata Fajar.
Andrina Yunita. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran USU.
Depkes RI. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat Edisi No. 7 September tahun 2003. Jakarta : Dirjen Bina Kesmas Depkes
Efendi, Zukesti. 2003. Ketahanan Jantung dalam Menghadapi Jantung Koroner (PJK). Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran USU.
Elizabeth. 2008. Cortisol dan Tubuh Anda. http//stress.about.com/od /stresshealth/a/cortisol.htm diakses tanggal 15 Maret 2009.
Eny Hastuti, Onny Setiani, Nurjazuli. 2005. Faktor-Faktor Risiko Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di Bandara Ahmad Yani Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol.4 No.2.
Erna Tresnaningsih. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : Depkes R1.
Eva Hermawati. 2006. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja pada Intensitas Kebisingan yang Berbeda di PT Purinusa Eka Persada Semarang. Universitas Negeri Semarang. Skripsi.
Evelyn C. Pearce. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Utama.
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Guyton, A.C. 1997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran ECG. P= 213.
Guyton, A.C., Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran ECG. P= 1214-1215, 249-250, 257-261, 189-190.
Handoko, R. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
58
58
Haryo Nugroho. 2004. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Bising pada Tenaga Kerja Bagian Weaving (Loom) di PT. Primissima Medari Sleman. Yogyakarta : FKM UNDIP
Hastono. 2001. Analisis Data, Jakarta : FKM UI.
Henny Lukmanto. 1995. Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta : EGC.
I Dewa Nyoman, Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2001.
Imam Parsudi. 1992. Hipertensi Penatalaksanaan secara Menyeluruh. Semarang : Badan Penerbit University Diponegoro
Lutfi, H., Bina, K., Samsul, NH. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Pekerja Berdasar Intensitas Kebisingan di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabrikteks Tegal. Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang.
Menteri Tenaga Kerja RI.1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. Jakarta : Depnaker RI.
Nanny. 2007. Bersihkan Kuping dengan Baik dan Benar. http:// www.indomedia.com diakses tanggal 17 Maret 2009.
Novi Arifiani, 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No.144.
Nugraha, S., Budiningsih, S., Nainggolan, G. 2005. Kebisingan dan Hipertensi pada Karyawan Laki-Laki di Plant 3-4 PT ”I”. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 55 N0.12.
Nurcahyo. 2009. Mengenal Hipertensi. http://indonesiaindonesia.com/f/14176-mengenal-hipertensi/-47k- diakses tanggal 14 Maret 2009
Oktia Woro. 1999. Praktikum dan Keterampilan Pendidikan Kesehatan. Semarang : UNNES.
Prabu, P. 2008. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan. http://putraprabu. wordpress.com/2009/01/05dampak-kebisingan-terhadap-kesehatan/-51 k- diakses tenggal 14 Maret 2009.
Roestam, A.W. 2004. Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran, no.144.
59
59
Roger Watson. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC.
Samsul Nur Hidayat. 2004. Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung Telinga (ear plug) terhadap Tekanan Darah Akibat Bising (Penelitian pada Pekerja Penggilingan Padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar). Universitas Diponegoro Semarang. Tesis.
Sasongko, D.P., Hadiyarto A. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang : Universitas Diponegoro.
Sugiyono, 2006, Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Suharyanto Supadi, Dibvo Pramono, Nawi. 2000. Statistika Kesehatan. Yogya : Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS.
Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.Toko Gunung Agung.
Trianingsih. 2007. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga kerja Akibat Paparan Bising di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Surakarta : UNS
Wikipedia, 2003. Tekanan Darah Tinggi. http ://id.wikipedia.org /wiki/tekanan_darah_tinggi diaksess pada tanggal 11 Maret 2009.
Wirawan, I made C. 2009. Obesitas. http ://wayan.web.id/masalah-kegemukan.htm diakses pada tanggal 11 Maret 2009.