pengaruh inflasi dan profitabilitas terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP
FINANCIAL DISTRESS
(Studi Pada Perusahaan Sepatu Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
Artikel Penelitian
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Oleh :
HABIBUR RAHMAN
NPM :715.2.1.1871
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIRARAJA
2019
ii
PENGARUH INFLASI DAN PROFITABILITAS
TERHADAP FINANCIAL DISTRESS
(Studi Pada Perusahaan Sepatu Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
Artikel Skripsi
Program Studi : Manajemen
Oleh :
HABIBUR RAHMAN
NPM : 715.2.1.1871
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIRARAJA
2019
iii
PENGARUH INFLASI DAN PROFITABILITAS
TERHADAP FINANCIAL DISTRESS
(Studi Pada Perusahaan Sepatu Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
Artikel Skripsi
Program Studi : Manajemen
Diajukan Oleh :
HABIBUR RAHMAN
NPM : 715.2.1.1871
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIRARAJA
2019
iv
1
PENGARUH INFLASI DAN PROFITABILITAS
TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (Studi Pada Perusahaan Sepatu Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
Habibur Rahman
M. Munir Syam
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Wiraraja
E-mail : [email protected]
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Profitabilitas, Inflasi terhadap
Financial Distress pada perusahaan alas kaki yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2013-2017.
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan alaskaki yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan menggunakan teknik purposive sampling dan di peroleh dua perusahaan
yang menjadi sampel, tetapi hanya satu perusahaan yang memenuhi kriteria yaitu PT Primarindo
Asia Infrastructure Tbk (BIMA). Metode yang digunakan yaitu metode altman Z-Score.
Hasil penelitian Berdasarkan hasil dari penelitian financial distress maka dapat
disimpulkan bahwa selama periode 2013-2017 yaitu dengan menggunakan metode Altman Z-
Score dihasilkan T1 mengalami distress kecuali tahun 2015 yang beradi di zona aman, T2 berada
di zona aman, T3 selama 5 tahun mengalami distress, T4 selama 5 tahun mengalami distress, T5
pada tahun 2013-2015 berada di zona abu-abu dan tahun 2016-2017 mengalami distress.
Kata Kunci : profitabilitas, Inflasi, Financial Distress.
INFLATION AND PROFITABILITY INFLUENCE
AGAINST FINANCIAL DISTRESS
(Study of Shoe Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange
Period 2013-2017)
Abstrak
This study aims to determine the effect of profitability, inflation on financial distress in footwear companies listed on the indonesia stock exchange
(BEI) during the period 2013-2017.
This research was conducted on footwear companies listed on the
indonesian stock exchange (BEI) by using a purposive sampling technique and
obtained by two companies that were sampled, but there was only one company
that met the criteria namely. The method used is the Altman z-score methode.
From the results of financial distress research, it can be concluded that
during the 2013-2017 period using the altman z-score method produced
T1experienced distress except in 2015 in the safe zone, T2 was in a safe zone, T3
2
had 5 years of distress, T4 during the 5 years experienced distress, T5 in 2013
was in the gray zone and in 2016-2017 experienced a distress.
Key words: profitability, inflation, financial distress.
A. PENDAHULUAN
Harus kita akuwi untuk membangun roda ekonomi setiap negara pasti
membutuhkan peran dari lembaga keuangan terutama para pengusaha. Oleh
sebab itu lembaga keuangan maupun perusahaan-perusahan yang ada di negeri
ini harus selalu berada di posisi sehat atau positif demi keberlangsungan hidup
perusahaan supaya bertahan dalam jangka waktu yang lama. Kesulitan
keuangan (financial distress) merupakan salahsatu prediksi untuk mengetahui
kesetabilan keuangan dalam menentukan sehata atau tidaknya suatu perusahaan
atau lembaga keuangan. Financial distress merupakan dimana kondisi
keuangan perusahaan distress atau terdapat masalah dibidang keuangan
bahkan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Sebagaimana yang telah
kita ketahui bersama perekonomian yang ada di indonesia yang tidak stabil
yang berdampak terhadap risiko perusahaan yang banyak mengalami ketidak
sehatan dalam keuangan yang memungkinkan perusahaan akan mengalami
kebangkrutan. Di negara kita sering terjadi kondisi keuangan yang tidak stabil,
di sinilah peran kepala negara atau pemerintah untuk meningkatkan kesetabilan
perekonomian dari berbagai aspek.
Perusahaan dituntut untuk terus berkembang dan terus berinovasi
sebaik mungkin. Tujuan utama dari perusahaan-perusahaan pada umunya sama
yaitu untuk mendapatkan keuntungan atau laba yang sebanyak-banyaknya.
Industri sepatu merupakan salahsatu industri yang go public yang mempunyai
peluang untuk mendapatkan suntikan dana dari para investor akan tetapi meski
seperti itu tidak menutup kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan
keuangn karena kesulitan keuangan akan menimpah pada siapa saja tak
pandang buluh.
Besar kecil suatu perusahaan tidak menutup kemungkinan terkena
financial distress. Maka oleh sebab itu seorang manajer supaya selalu
senantiasa mengevaluasi keuangan perusahaan yang dipimpinnya tersebut.
3
Apakah perusahaan yang dipimpinya dalam kondisi sehat atau tidak. Karena
nilai tukar rupiah yang Semakin melemah dan dollar Amerika semakin
menguat dan inflasi yang kian meningkat. Sehingga beresiko terhadap
terjadinya naiknya bahan baku sehingga menambah beban pengeluaran
semakin tinggi dan mengakibatkan perusahaan tersebut membutuhkan suntikan
dana untuk membeli bahan baku untuk memproduksi barang. Oleh sebab itu
seorang manajer harus jelih dalam melihat kondisi yang dihadapi oleh
perusahaan yang dipimpinnya supaya perusahan yang di pimpinnya tetap
setabil dan tidak distress.
Perusahaan bisa dikatakan mengalami financial distress ialah jika
perusahaan menunjukkan angka negatif pada laba bersih, laba operasi serta
nilai buku atau ekuitas dan perusahaan melakukan merger dengan kurun waktu
2 tahun berturut-turut. Perusahaan yang mengalami pendapatan/pendapatan
negatif selama satu tahun atau lebih itu berarti perusahaan telah memasuki
tahap penurunan dalam posisi keuangan. Kesulitan keuangan atau krisis
keuangan ialah salah satu tahap penurunan dimana perusahaan akan terjadinya
financial distress atau likuidasi serta seorang manajer harus segera mengambil
tindakan untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan.
Dengan mengetahui financial distres perusahaan dapat mengatasi
kegiatan dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya kebangkrutan.
Mengetahui financial distress dan dapat mengatasinya menambah kepercayaan
para investor lama maupun para investor baru untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Perusahaan bisa dilihat kinerjanya melalui hasil dari
analisis laporan keuangan. Analisi yang digunakan dalam menganalisis salah
satunya yaitu analisis rasio. Analisis rasio yaitu analisis yang umum dipakai
dalam menganalisis laporan keuangan. Rasio keuangan yaitu memberi
gambaran kepada penganalisa baik buruknya kinerja kauangan di suatu
perusahaan.
Inflasi merupakan tolak ukur melihat perubahan apabila terjadi
kenaikan harga-harga barang secara terusmenerus dan merata, serta saling
berpengaruh satu dengan yang lainnya. Inflasi yang berkelanjutan akan
4
memungkinkan suatu perusahaan akan mengalami finansian distress. Inflasi
merupakan kenaikan yang merata dari total uang yang harus dibayar pada
barang dan jasa. Dikatakan inflasi jika biaya produksi meningkat dan
berdampak terhadap naiknya harga barang dan jasa. Inflasi merupakan gejala
ekonomi yang tidak bisa dihilangkan secara tuntas dan menyeluruh, berbagai
macam cara yang telah dilakukan hanya bisa mengendalikannya belum bisa
menghilangkannya.
Rasio profitabilitas ialah pengukuran kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan dan laba sebanyak mungkin, artinya lembaga bisnis
sangat perlu memperhatikan tentang keuntungan yang diperoleh dengan
maksud profitabilitas semakin lama semakin berkembang dengan kata lain laba
yang diperoleh nilainya bertambah. Oleh karenanya tingkat profitabilitas ini
merupakan gambaran baik tidaknya kinerja perusahaan, jika hal ini dilakukan
dengan cermat dan teliti penyebab-penyebab turunnya profitabilitas maka
dengan waktu tidak terlalu lama perusahaan tersebut jika terjadi kerugian maka
segera dapat teratasi.
Berikut data dari Inflasi, Profitabilitas dan Financial distress pada
tahun 2013-2017.
Tabel 1.1
Data Inflasi, Profitabilitas dan Financial distress
Nama Perushaan Tahun Inflasi Profitabilitas Financial
Distress
PT Primarindo
Asia
Infrastructure
Tbk (BIMA).
2013
1,093% 0,156218204 5,36
2014
1,096%
0,204397667 5,88
2015
2,885%
0,2192574
5,58
2016
3,211%
0,272895163
5,31
2017
2,670%
0,193162207
4,84
Sumber: annual report
5
Sebagaimana penjelasan diatas maka penulis ingin melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Inflasi dan Profitabilitas terhadap Financial Distress
pada Perusahaan Alas kaki yang terdaftar di BEI”.
1. Untuk mengetahui dampak inflasi pada kondisi financial distress.
2. Untuk mengetahui dampak profitabilitas pada kondisi financial distress.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Laporan Keuangan
Karim (dalam Nurhidayah 2017) Laporan keuangan merupakan produk
akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data-data transaksi
bisnis. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan
atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Teori Financial Distress
Menurut Plat and Plat (dalam Putri 2015) Financial distress merupakan
suatu kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau
sedang krisis. Financial distress merupakan penurunan kondisi keuangan
perusahaan sebelum mencapai kebangkrutan. Dengan kata lain financial
distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan
keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Teori Rasio Profitabilitas
Kasmir (dalam Alfinda 2018). Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu. Laba sering kali
menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan. Perusahaan memiliki laba yang
tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba perusahaan selain
merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi apar
penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai
perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Teori inflasi
Liou & Smith (dalam Putri Mutia Choirina 2015) Inflasi merupakan
kenaikan harga barang dan jasa karena peningkatan biaya produksi, kegagalan
6
panen, bencana alam, atau insiden lainnya, yang dapat berpotensi
menyebabkan tingkat harga meningkat. Sementara itu Bank Indonesia
memberikan pengertian inflasi itu meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga)
pada barang lainnya.
C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Peneliti melaksanakan proses penelitian guna untuk memperoleh
gambaran mengenai langkah-langkah dalam melakukan penelitian tentang
masalah yang ada dan memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang ada,
serta sesuai dengan tujuan utama dari penelitian yang telah dilakukan peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriftif
kuantitatif, guna untuk memaparkan serta menjelaskan hal-hal mengenai
variabel-variabel yang akan diteliti. Peneliti dalam hal ini menggunakan
metode Altman z-score untuk menyelesaikannya.
Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk tempat, peneliti melakukannya pada perusahaan alas kaki yang
berada di BEI dari tahun 2013-2017. Untuk waktu yang digunakan selama
dalam penelitian ini yaitu kurang lebih dua bulan, tepatnya pada bulan februari-
maret 2019.
Jenis dan Sumber Data
Peneliti dalam hal ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Bank Indonesia melalui websitenya yaitu www.bi.go.id dan Bursa Efek
Indonesia melalui websitenya www.idx.co.id serta dari sumber lain seperti
halnya jurnal ekonomi.
a. Jenis data
Sedangkan untuk data penelitian kali ini yaitu menggunakan data
sekunder. Seperti halnya data inflasi selama tahun 2013-2017 yang
didapatkan dari www.bi.go.id yang merupakan websete resmi dari Bank
7
Indonesia. Sedangkan untuk data profitabilitas didapatkan dari website
Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id sehingga diperoleh laporan
tahunan keuangan dari PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Dalam
penelitian ini data tergolong pada data dokumeter, yaitu berupa arsip.
Penelitian ini data berbetuk laporan kuangan.
b. Sumber data
Pada penelitian kali ini data didapatkan dari datta sekunder yang
berbentuk laporan keuangan atau catatan yang di susun menjadi arsip yang
sudah di publikasikan serta data yang tidak dipublikasikan. Yang bersumber
dari Bursa Efek Indonesia melalui websitenya serta melalui website
perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal pengumpulan data-data peneliti menggunakan studi
dokumentasi dan pustaka.
a. Tahap Pertama
Untuk studi pustaka yaitu dengan cara mencari jurnal, penelitian
terdahulu serta buku-buku tentang apa yang diteliti.
b. Tahap Kedua
Dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan laporan
tahunan keuangan perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk tahun
2013-2017 di Bursa Efek Indonesia.
c. Tahap Ketiga
Untuk data sekunder, Didapatkan dengan cara mendownlod pada
website perusahaan guna untuk mendapatkan laporan keuangan yang
diperlukan.
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode yang berupa analisis kuantitatif deskriftif adalah nilai data dinyatakan
dalam skala nomerik. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
sitematis, terstruktur, terencana dan jelas dari awal sampai akhir penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa perhitungan, dengan menghitung
8
Inflasi, Profitabilitas dan financial distress.Berikut perhitungan yang akan
dilakukan oleh peneliti
Dalam penelitian ini urutan langkah perhitungannya adalah sebagai
berikut:
1. Return on Equity (ROE)
ROE =
2. Return On Asset (ROA)
ROA =
3. Menghitung laju Inflasi
Rumus: In = –
4. Menghitung financial distress
Z = 1,2 T1 + 1,4 T2 + 3,3 T3 + 0,6 T4 + 0,99 T5
Di mana :
T1 = modal kerja neto / total aset
T2 = saldo laba / total aset
T3 = EBIT / total aset
T4 = nilai pasar terhadap ekuitas / nilai buku terhadap total liabilitas
T5 = penjualan / total aset
Dengan zona diskriminan sebagai berikut:
Bila Z > 2.99 = zona “aman”
Bila 1.81 < Z < 2.99 = zona “abu-abu”
Bila Z < 1.81 = zona “distress”
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
a. Rasio modal kerja terhadap total aktiva( )
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
aktiva untuk memenuhi modal kerja pada perusahaan. Semakin kecil rasio
ini berarti menunjukkan bahwa kondisi likuiditas perusahaan buruk. Modal
kerja yang digunakan dalam rasio ini yaitu modal kerja bersih yang berarti
9
aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Apabila nilai dari modal kerja
menunjukkan angka negatif maka perusahaan akan mengalami kesulitan
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangkdeknya. Yang dikarenakan
tidak adanya aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban tersebut, dan
sebaliknya. Sesuai dengan data dari perusahaan PT. Primarindo Asia
Infrastructure Tbk pada tahun 2013-2017 pada penelitian ini menghasilkan
perhitungan sebagai berikut:
1. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Tahun 2013
=
= 0,105711
Z = 1,2 x 0,105711 = 0,8498016
Tahun 2014
=
= 0,0906090665
Z = 1,2 x 0,0906090665 = 0,1087308798
Tahun 2015
=
= 2,7519501
Z = 1,2 x 2,7519501 = 3,30234012
Tahun 2016
=
= 0,191234924
Z = 1,2 x 0,191234924 = 0,2294819088
Tahun 2017
=
= 0,1987913673
Z = 1,2 x 0,1987913673 = 0,2385496408
Perhitungan di atas menggambarkan perhitungan dari modal
kerja pada total aktiva selamama 5 tahun, PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk pada tahun 2013-2017 menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki nilai tertinggi yaitu 3,30234012 tepatnya
pada tahun 2015. Perusahaan tersebut pada setiap tahunnya memiliki
10
nilai yang kurang bagus apabila dilihat dari ukuran dari Z-Score hanya
pada tahun 2015 yang bisa dikatakan masih berada di zona aman, sesuai
dengan tingkat dari Z-Score dikatakan zona aman apabila nilainya 2,99.
Sedangkan nilai rasio terendah pada tahun 2013-2017 yaitu sebesar
0,10873088 dengan rata-rata pendapatan dari tahun 2013-2017 yaitu
0,94578083. yang berarti perusahaan ini menunjukkan bahwa kondisi
likuiditas perusahaan buruk karna selama 4 tahun nilainya kecil.
b. Rasio laba yang ditahan terhadap total aset ( )
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Semakin besar rasio
ini menunjukkan semakin besarnya peranan laba ditahan dalam membentuk
dana perusahaan, dan semakin kecil rasio ini menunjukkan keuangan
perusahaan yang tidak sehat.
Bedasarkan teori bahwa profitabiltas mempunyai indikator ratio
laba yang ditahan, berdasarkan hal tersebut jika prosesntase laba ditahan
lebih tinggi nilai/jumlah dari pembagian deviden, maka perusahaan akan
lebih mampu membiayai kegiatan operasional termasuk penambahan aktiva
tetap.
Sehingga berdasarkan data perusahaan dengan periode yang
digunakan dalam penelitian, rasio laba ditahan terhadap total aktiva
perusahaan PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk periode 2013-2017, hasil
perhitungan rasio laba ditahan terhadap total aktiva PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk adalah sebagai berikut:
1. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Tahun 2013
= 2,0928236661
Z = 1,4 x 2,0928236661 = 2,9299531325
Tahun 2014
= 2,2767846055
Z = 1,4 x 2,2767846055 = 3,1874984477
11
Tahun 2015
= 2,4292194045
Z = 1,4 x 2,4292194045 = 3,4009071663
Tahun 2016
= 2,4384610573
Z = 1,4 x 2,4384610573 = 3,4138454802
Tahun 2017
= 2,3357175719
Z = 1,4 x 2,3357175719 = 3,2700046007
Perhitungan di atas menggambarkan tentang hasil perhitungan
laba ditahan terhadap total aktiva pada perusahaan PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk tahun 2013-2017 menunjukkan masih stabil setiap
tahunya. Nilai rasio terendah pada tahun 2013-2017 yaitu sebesar
2,929953133 dan nilai terbesar yaitu 3,41384548 yang berarti perusahaan
ini menghasilkan laba ditahan banyak sehingga perusahaan banyak
mendapatkan keuntungan selama 5 tahun dan perusahaan bisa kikatakan
masih dalam keadaan sehat.
c. Rasio Laba Sebelum Bunga Dan Pajak Terhadap Total Aktiva( )
Cara menghitung rasio ini yaitu dengan cara membagi laba
sebelum bunga dan pajak pada total aktiva. Semakin rendah rasio ini
menunjukkan semakin kecil kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba sebelum bunga dan pajak dari aktiva yang digunakan sehingga
menunjukkan kondisi keuangan yang tidak sehat. Berdasarkan data
perusahaan dan periode penelitian, rasio laba sebelum bunga dan pajak
terhadap total aktiva pada perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure
Tbk periode 2016-2017, berikut akan disajikan perhitungannya:
1. PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Tahun 2013
= 0,18230566
Z = 3,3 x 0,18230566 = 0,601608678
12
Tahun 2014
= 0,18230566
Z = 3,3 x 0,18230566 = 0,601608678
Tahun 2015
= 0,0039697299
Z = 3,3 x 0,0039697299 = 0,0131001087
Tahun 2016
= 0,3245195955
Z = 3,3 x 0,3245195955 = 1,0709146652
Tahun 2017
= 0,1220433925
Z = 3,3 x 0,1220433925 = 0,4027431952
Perhitungan diatas menggambarkan hasil perhitungan dari rasio
laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva perusahaan PT.
Primarindo Asia Infrastructure Tbk pada tahun 2016 dan 2017
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai tertinggi yaitu
1,070914665. Perusahaan tersebut pada tahun 2013-2015 memiliki nilai
negatif, dan mengalami peningkatan tepatnya di tahun 2016, serta di
tahun 2017 mengalami penurunan lagi, yang berarti perusahaan ini
memiliki kondisi yang tidak sehat.
d. Nilai Buku (Ekuitas) Terhadap Total Hutang ( )
Rasio ini berguna untuk mengukur tingkat leverage dari suatu
perusahaan dimana rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan
sumber dana perusahaan. Berikut akan disajikan perhitungan dari nilai
ekuitas pada total hutang:
1. PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Tahun 2013
= 0,6334900229
Z = 0,6 x 0,6334900229 = 0,3800940137
13
Tahun 2014
= 0,6507838286
Z = 0,6 x 0,6507838286 = 0,3904702972
Tahun 2015
= 0,6698673792
Z = 0,6 x 0,6698673792 = 0,4019204275
Tahun 2016
= 0,5135669732
Z = 0,6 x 0,5135669732= 0,3081401839
Tahun 2017
= 0,486520383
Z = 0,6 x 0,486520383 = 0,2919122298
Perhitungan diatas menggambarkan hasil dari perhitungan rasio
nilai buku (ekuitas) pada total hutang selama tahun 2013-2017
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai yang tidak memiliki
perubahan signifikan setiap tahunnya yaitu yang memiliki nilai rata-rata
0,35450743 dan nilai terendah ada pada tahun 2017 yaitu 0,29191223 ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak sehat.
e. Penjualan pada Total Aset ( )
Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan
aset untuk menghasilkan penjualan yang merupakan operasi inti dari
perusahaan untuk dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan
perhitungan yaitu penjualan dibagi total aset. Diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Tahun 2013
= 2,3655382086
Z = 0,99 x 2,3655382086 = 2,3418828265
14
Tahun 2014
= 2,7550644913
Z = 0,99 x 2,7550644913 = 2,7275138464
Tahun 2015
= 2,2335015667
Z = 0,99 x 2,2335015667 = 2,211166551
Tahun 2016
= 1,8699204976
Z = 0,99 x 1,8699204976 = 1,8512212926
Tahun 2017
= 1,720793405
Z = 0,99 x 1,720793405 = 1,703585471
Perhitungan diatas menggambarkan hasil perhitungan rasio nilai
ekuitas pada total hutang perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure
Tbk pada periode 2013-2017 menunjukkan bahwa perusahaan PT.
Primarindo Asia Infrastructure Tbk memiliki nilai yang tidak memiliki
perubahan signifikan pada peride 2013-2015, bahkan di tahun 2016-2017
perusahaan mengalami penurunan yang signifikan bahkan nilai terendah
berada pada tahun 2017 yaitu 1,703585471 dan nilai tertingginya berada
pada tahun 2014 yaitu 2,727513846.
Altman menyatakan bahwa jika perusahaan memilki indeks
kebangkrutan 2,99 atau diatasnya, maka perusahaan tidak termasuk yang
dikategorikan akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan perusahaan yang
memiliki indeks kebangkrutan 1,81 atau di bawahnya, perusahaan tersebut
termasuk kategori bangkrut.
15
PEMBAHASAN
Analisis Profitabilitas
Dari hasil analisis bertujuan untuk menunjukkan apakah profitabilitas
berpengaruh terhadap financial distress atau tidak. Sebagaimana profitabilitas
yang terdiri dari Return On Asset (ROA) dan Returen On Equity(ROE).
Tabel 4.6
Perhitungan Return On Asset (ROA)
Nama Perusahan Tahun Hasil Perhitungan Laba
bersih/ Total Aset
PT. Primarindo Asia
Infrastructure Tbk
2013 0,156218204
2014 0,204397667
2015 0,2192574
2016 0,272895163
2017 0,193162207
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.6 diatas yaitu variabel profitabilitas yang pertama dalam
penelitian ini diukur dengan Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA)
adalah membandingkan antara laba bersih dengan total aset. Pengujian dengan
rumus Return On Asset (ROA) menghasilkan nilai tertinggi pada tahun 2016
yaitu profitabilitas sebesar 0,272895163 dan yang terendah ada pada tahun
2013 yaitu profitabilitas sebesar 0,156218204, dari tabel kita bisa lihat bahwa
pendapatan perusahaan dari 2013-2016 terus meningkat akan tetapi pada tahun
2017 mengalami penurunan ini menunjukkan bahwa perjalanan perusahaan
kedepannya terancam tidak sehat maka dari itu pemimpin berhati-hati dalam
mengambil tindakan jangan sampai salah mengambil keputusan maupun
tindakan karna akan berpengaruh terhadap berjalannya perusahaan.
16
Tabel 4.7
Perhitungan Dari Return On Equity (ROE)
Nama Perusahan Tahun Hasil Perhitungan Laba
bersih/ Total Ekuitas
PT. Primarindo Asia
Infrastructure Tbk
2013 -0,090381108
2014 -0,109681537
2015 -0,10805724
2016 -0,258476941
2017 -0,203865777
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.7 diatas yaitu variabel profitabilitas yang kedua dalam
penelitian ini diukur dengan Return On Equity (ROE). Return On Equity
(ROE) adalah membandingkan antara laba bersih dengan total aset. Pengujian
Return On Equity (ROE) menghasilkan nilai tertinggi pada tahun 2013 yaitu
profitabilitas sebesar -0,09038 dan yang terendah ada pada tahun 2016 yaitu
profitabilitas sebesar -0,258476941. Pada rasio ini malah kebalikan dari Return
On Asset (ROA) yang setiap tahun mengalami kenaikan yang ini malah terjadi
penurunan dari tahun 2013-2017. Ini menunjukkan bahwa perusahaan
melemah dibagian ekuitas diakibatkan oleh kecilnya laba ditahan oleh sebab itu
perusahaan atau manajer lebih memperhatikan lagi dibagian ekuitas supaya
tidak terjadi penurunan yang berdampak pada keberlangsungan hidup
perusahan. Dari hasil penelitian ini di dukung oleh Alfinda pada tahun 2018
yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) tidak dapat digunakan
memprediksi financial distres.
Tabel 4.8
Hasil Analisis Inflasi
Perusahaan Tahun Bulan Tingkat Inflasi
PT. Primarindo Asia
Infrastructure Tbk
2013 Desember 1,093%
2014 Desember 1,096%
2015 Desember 2,885%
2016 Desember 3,211%
2017 Desember 2,670%
Tertinggi 3,21%
Terendah 1,09%
Sumber: Data diolah
17
Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa untuk nilai tertinng dari
inflasi adalah sebesar 3,21% hal ini terjadi pada bulan Desember 2016. Untuk
nilai terendah dari inflasi adalah sebesar 1,09% yang terjadi pada bulan
Desember 2013. Sedangkan nilai rata-rata dari inflasi adalah 2,19% dengan
standar deviasinya yaitu sebesar 1,59 angka tersebut menunjukkan bahwa
inflasi selama proses pengamatan cenderung meningkat atau naik. Untuk
melihat fluktuasi inflasi yang terjadi dapat dilihat pada gambar 4.1 yaitu grafik
pergerakan inflasi.
Gambar 4.1
Grafik Pergerakan Inflasi
Sumber: Data Sekunder.
Tingkat inflasi yang terjadi salama waktu pengamatan secara umum
mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan adanya kenaikan Bahan Bakar
Minyak (BBM) yang membuat harga-harga kebutuhan cenderung naik bahkan
pendapatan dari PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk ikut menurun,
dikarenakan harga bahan baku cenderung naik sehingga pada tahun 2015
pendapatan menurun sehingga mengakibatkan kas perusahaan menurun. Hal
ini akan mengakibatkan perusahaan cenderung mengalami kesulitan keuangan
(financial distress).
1,093% 1,096%
2,885%
3,211%
2,670%
0,000%
1,000%
2,000%
3,000%
4,000%
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi
18
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Financial distress.
Nama
Perusahaaan PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Tahun 2013 2014 2015 2016 2017
T1 0,8498016 0,1087309 3,3023401 0,2294819 0,2385496
T2 2,92995313 3,1874984 3,4009072 3,4138455 3,2700046
T3 0,60160868 0,6016087 0,0131001 1,0709147 0,4027432
T4 0,38009401 0,3904703 0,4019204 0,513567 0,2919122
T5 2,34188283 2,7275138 2,2111666 1,8512213 1,7035855
Sumber: diolah peneliti
Dari tabel 4.9 diatas dapat kita simpulkan bahwa hasil dari penelitian
altman Z-Score selama periode 2013-2017 yaitu T1 mengalami naik turun dan
selama 5 tahun hanya pada tahun 2015 yang berada di zona aman untuk yang
lainnya berada di zona tidak aman atau distress. Untuk T2 selama 5 tahun
mengalami kenaikan yang signifikan bisa dikatakan perusahaan berada di zona
aman. Untuk T3 selama 5 tahun penelitian berada di zona tidak aman atau
distress karna pada T3 ini perusahaan tidak mengalami peningkatan yang
signifikan. Untuk T4 selama 5 tahun jugam mengalami disress, kita bisa lihat
di tabel 4.9 sama sekali tidak ada pergerakan setiap tahunnya. Untuk T5 selama
5 tahun penelitian dari tahun 2013-2015 masih berada di zona abu-abu belum
sampai pada zona aman akan tetapi pada tahun 2016-2017 perusahaan malah
mengalami distres, pendapatan menurun dari tahun 2016-2017.
E. PENUTUP
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, dan pembahasan
yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dalam penelitian ini diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil dari penelitian financial distress maka dapat disimpulkan
bahwa selama periode 2013-2017 yaitu dengan menggunakan metode
Altman Z-Score dihasilkan T1 mengalami distress kecuali tahun 2015
19
yang beradi di zona aman, T2 berada di zona aman, T3 selama 5 tahun
mengalami distress, T4 selama 5 tahun mengalami distress, T5 pada tahun
2013-2015 berada di zona abu-abu dan tahun 2016-2017 mengalami
distress.hal ini menunjukkan bahwa perusahaan PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk cendrung mengalami financial distress.
b. Dapat di simpulkan dari hasil analisis inflasi bahwa selama periode 2013-
2017 secara umum inflasi mengalami kenaikan yang berdampak pada hara
barang-barang cendrung naik.
c. Berdasarkan hasil dari penelitian analisis profitabilitas yang pertama yaitu
ROA menghasilkan selama periode 2013-2016 mengalami peningkatan dan
pada tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan. Untuk analisi
profitabilitas yang kedua yaitu ROE selama periode 2013-207 perusahaan
mengalami penurunan yang sangat signifikan di karenakan ekuitas
perusahaan yang kecil.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian ini maka ada beberapa saran
penulis untuk pembaca sebagai berikut:
a. Perusahaan harus mempertahankan, bahkan jika bisa perlu ditingkatkan
profitabilitas perusahaan agar terhindar dari resiko kebangkrutan karena
ketidakmampuan membayar hutang atau memenuhi kewajiban-
kewajibannya.
b. Perusahaan perlu memperhatikan tentang inflasi karna bisa membuat
pendapatan perusahaan berkurang yang bisa mengakibatkan kekurangan
modal atau kesulitan keuangan (financial distress).
DAFTAR PUSTAKA
Agus Budi Santosa. (2017). Analisis Inflasi Di Indonesia. Jurnal, Fakultas
konomika dan Bisnis Universitas Stikubank.
Alfinda Rohmadini, Muhammad Saifi, Ari Darmawan 2018 Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Financial Distress (Studi
Pada Perusahaan Food & Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2016). Jurnal, Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya Malang. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015,
Halaman 1-9 ISSN (Online): 2337-3806.
20
Della Susilawati, Diamonalisa Sofianty, Edi Sukarmanto. (2017). Pengaruh
Profitabilitas Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Financial
Distress Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi
Periode Tahun 2010-2015). Jurnal, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Bandung.
Erni Masdupi, Abel Tasman, Atri Davista. (2018). The Influence Of Liquidity,
Leverage And Profitability On Financial Distress Of Listed Manufacturing
Companies In Indonesia. Advances in Economics, Business and
Management Research, volume 57. 1st International Conference On
Economics Education, Economics, Business and Management, Accounting
and Entrepreneurship.
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ketujuh. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kurniawati, Emi. (2015). Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dollar, Inflasi,
Tingkat Suku Bunga BI, Rate, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BI Periode 2013.
Universitas muhammadiyah surakarta.
Moeljadi. (2010). Manajemen Keuangan. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Jilid 1. Malang: Bayumedia.
Munawir. (2014). Analisis laporan keuangan. Yogyakarta: liberty.
Nurhidayah, Fitriyatur Rizqiyah. (2017). Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi
Financial Distress. Jurnal JIBEKA Volume 11 No 1 Agustus 2017.
Putri Mutia Choirina, Etna Nur Afri Yuyetta. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Probabilitas Financial Distress Perbankan Indonesia.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang.
Sartono Agus. (2016). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Jl. Gambiran
No. 37, Yogyakarta.
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx www.bi.go.id
www.idx.co.id
www.primarindo.co.id