pengaruh fermentasi saccharomyces cerevisiae pada ampas pati aren terhadap nilai degradasi pakan...
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
1/65
ESTIMASI NILAI HERITABILITAS, NILAI PEMULIAAN
DAN KORELASI FENOTIP STATISTIK VITAL SAPI HASIL
PERSILANGAN LIMOUSIN DAN MADURA PADA
KELOMPOK UMUR 12-14 BULAN DI MADURA
SKRIPSI
Oleh:
Rani Nuringati
NIM. 0610510046
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
2/65
ESTIMASI NILAI HERITABILITAS, NILAI PEMULIAAN
DAN KORELASI FENOTIP STATISTIK VITAL SAPI HASIL
PERSILANGAN LIMOUSIN DAN MADURA PADA
KELOMPOK UMUR 12-14 BULAN DI MADURA
SKRIPSI
Oleh:
Rani Nuringati
NIM. 0610510046
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
3/65
ESTIMASI NILAI HERITABILITAS, NILAI PEMULIAAN
DAN KORELASI FENOTIP STATISTIK VITAL SAPI HASIL
PERSILANGAN LIMOUSIN DAN MADURA PADA
KELOMPOK UMUR (12-14 BULAN) DI MADURA
SKRIPSI
Oleh:
Rani NuringatiNIM. 0610510046
Telah dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana
Pada Hari/Tanggal :
Menyetujui:
Pembimbing Utama Tanda Tangan Tanggal
Dr.Ir.V.M.Ani N, MSc
NIP. 19640623 199002 2 001 .. .
Pembimbing Pendamping
Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS
NIP. 19560928 198103 2 003 . .....
Tim Penguji
Ir. Kuswati, MS
NIP. 19580711 198601 2 002 ..... ..
Mengetahui:
Dekan
Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP
NIP. 19560603 198203 2 001
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
4/65
i
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Blitar pada tanggal 23 Maret 1988 sebagai anak
pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Edy Santoso dan Ibu Ibti Kamilah.
Menempuh pendidikan formal Pada tahun 2000 lulus Sekolah Dasar di
Sekolah Dasar Negeri Babadan VI Wlingi, tahun 2003 lulus dari SLTP di SLTP
Negeri 1 Wlingi dan tahun 2006 lulus SMU di SMU Negeri 1 Kesamben. Pada
tahun 2006 penulis melanjutkan studi di Fakultas Peternakan Jurusan Produksi
Ternak Universitas Brawijaya Malang melalui jalur PSB.
Aktivitas Penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya adalah aktif pada Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak
Pada periode 2006/2007. Pada periode 2009/2010 aktif dalam Badan Eksekutif
Mahasiswa. Pada periode 2007/2010 penulis mendapat kesempatan sebagai
asisten mata kuliah Ternak Perah. Penulis pernah melaksanakan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di KUD Karangploso Kabupaten Malang.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
5/65
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya,
yang senantiasa membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan laporan
skripsi yang berjudul Heritabilitas, Nilai Pemuliaan Dan Korelasi Fenotip
Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan Limousin Dan Madura Pada Kelompok
Umur (12-14 Bulan) Di Madura. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan hormat dan terima kasih
setulusnya kepada:
1.
Dr. Ir. V. M. Ani. N, M.Sc selaku dosen pembimbing utama yang telah
banyak memberikan bimbingan, dukungan, nasehat, dorongan dan
motivasi selama penelitian dan penulisan laporan.
2.
Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah memberikan saran dan bimbingan, petunjuk serta saran-saran yang
telah diberikan.
3.
Ir. Kuswati, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
bimbingan pada proses penyelesaian penulisan laporan.
4.
Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya.
5. Kedua orang tua tercinta, teman-teman dan seluruh pihak-pihak terkait
yang membantu kelancaran penelitian selama berada di Madura dan
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
6/65
iii
dalam penulisan laporan yang tidak dapat disebutkan satu persatu
namanya.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti maupun mahasiswa
khususnya, serta semu pihak yang terkait. Dalam penulisan laporan peneliti
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan, oleh karena itu peneliti megharapkan saran dan kritik yang
membangun bagi peneliti untuk dapat menyampaikan tulisan dengan baik.
Malang, 02 Agustus 2010
Peneliti
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
7/65
HE
CORRE
(LIMO
Thealue and
Limousin-
sires and 6
urposive s
aternal hal
ariance wi
chest girth,
adura) ca
re categori
ength, with
alue of ch
alue. The r
eywords:
ITABILI
ATION O
USIN - MA
aim of this r phenotyp
adura) catt
1 dams. M
mpling tec
sib correlat
th unbalanc
body lengt
tle were to
zed as med
ers height i
st girth co
ank of the si
eritability,
Y , BREE
STATIS
DURA) C
esearch wac correlati
le on the a
ethod used
hnique. He
ion. The sta
ed model.
, and with
0.2680.39
um. There
Madura c
ld be used
re were as f
Phenotypic
iv
BSTRAC
ING VAL
ICS VITA
TTLE ON
to estimaten of statis
e of 12-14
was direct
itability w
tistical met
he result
ers height
6, 0.1180.
is no relat
ossbreed (
o rank the
ollows 8994
Correlation
UE AND P
IN MAD
12 14 M
the value otics vitals
onth. The
observatio
s estimated
od used w
howed that
f Madura
33, 0.145
onship bet
imousin-M
sires due to
0, 89705,89
, Statistics
ENOTYP
RA CRO
NTHS O
heritabilitn Madura
materials u
in the fi
based on
s one-way
heritabilit
crossbreed
0.345 respe
een chest
dura) cattl
its highest
808.
ital
IC
SBRED
AGE
, breedingcrossbreed
sed were 7
ld with a
nalysis of
analysis of
values of
Limousin-
tively and
irth, body
. Breeding
heritability
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
8/65
v
RINGKASAN
HERITABILITAS, NILAI PEMULIAAN DAN KORELASI FENOTIP
STATISTIK VITAL SAPI HASILPERSILANGAN LIMOUSIN DAN
MADURA PADA KELOMPOK UMUR
(12-14 BULAN) DI MADURA
Penelitian ini dilaksanakan di empat kabupaten di Madura yaitu, Kabupaten
Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan. Pada tanggal 17 Januari sampai
dengan 30 April 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai heritabilitas dan
korelasi fenotip statistik vital sapi Madura persilangan (Limousin-Madura) pada
kelompok umur 12-14 Bulan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam program pemuliaan ternak khususnya seleksi sehingga
dapat meningkatkan mutu genetik ternak dan sebagai bahan informasi untuk
penelitian lebih lanjut.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sapi hasil persilangan
Limousin dan Madura sebanyak 61 ekor yang berasal dari 7 pejantan dan 61betina. Mistar ukur, dan pita ukur yang dipergunakan untuk mengukur statistik
vital. Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung di lapang dengan
pengambilan sampel dengan teknik purposive yaitu pengambilan data
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai heritabilitas lingkar dada, panjang
badan, dan tinggi gumba sapi madura hasil persilangan adalah sebesar 0,268
0,396, 0,118 0,333, 0,145 0,345 dalam kategori sedang. Nilai korelasi fenotip
lingkar dada dengan panjang badan, panjang badan dan tinggi gumba, lingkar
dada dengan tinggi gumba pada sapi Limousin-Madura yaitu sebesar 0,083, 0,241,
0,019 variabel yang dikorelasikan tidak terdapat hubungan. Berdasarkan
heritabilitas Lingkar dada tiga pejantan yang memiliki nilai pemuliaan tinggi yaitu
89940, 89705, 89808. Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai heritabilitas
statistik vital (lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumba) sapi madura hasil
persilangan yang diperoleh tergolong sedang dan tidak terdapat hubungan korelasi
antara variable statistik vital. Dalam upaya peningkatan produktivitas sapi
Limousin-Madura, disarankan untuk menggunakan pejantan Limousin kode
89940, 89705, 89808 karena memiliki nilai individu yang tinggi jika
dibandingkan dengan populasinya. Dalam pelaksanaan seleksi terhadap Statistik
vital sebaiknya digunakan jumlah data yang lebih dari 61 ekor dan jumlah
pejantan yang lebih dari 7 agar estimasi akurat dan mendapatkan nilai taksiran
yang tepat .
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
9/65
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT PENULIS.......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................... iiABSTRACT........................................................................................... iv
RINGKASAN........................................................................................ v
DAFTAR ISI........................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
vi
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ x
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 31.4. Kegunaan Penelitian........................................................................ 3
1.5. Kerangka Pikir................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sapi Madura .................................................................................. 5
2.2. Sapi Limousin ............................................................ 6
2.3. Persilangan ................................................................................. 6
2.4. Statistik Vital ................................................................................. 8
2.5. Heritabilitas (h2) .............................................................................
2.6. Nilai Pemuliaan .............................................................................
2.7. Korelasi Fenotip..............................................................................
10
14
15
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 17
3.2. Materi Penelitian.............................................................................. 17
3.3. Metode Penelitian............................................................................ 17
3.4. Variabel Pengamatan....................................................................... 17
3.5. Prosedur Penelitian.......................................................................... 18
3.6. Analisis Data.................................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Nilai Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan..................................... 23
4.2. Heritabilitas Statistik Vital (Lingkar Dada, Panjang Badan,
Tinggi Gumba) Sapi Maadura Persilangan..................... 24
4.3. Nilai Pemuliaan Statistik Vital Sapi Madura Persilangan....... 27
4.4. Nilai Korelasi Statistik Vital Sapi Madura Persilangan...............29
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
10/65
vii
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan......................................
5.2. Saran................................................32
32
DAFTAR PUSTAKA........................... 33
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
11/65
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.
Ukuran Statistik Vital Sapi Lokal di Indonesia................................. 10
2.
Ukuran Statistik Vital Sapi Limousin ............................................... 103.
Persyaratan Bibit Sapi Madura ......................................................... 10
4. Analisis Ragam ................................................................................. 19
5.
Nilai Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan Limousin- Madura ....... 23
6.
Nilai Heritabilitas Statistik Vital (Lingkar Dada, Panjang Badan,
Tinggi Gumba) Sapi Hasil Persilangan Limousin-Madura ............... 24
7. Nilai Pemuliaan Pejantan Limousin .................................................. 27
8.
Nilai Korelasi Fenotip Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan
Limousin-Madua ............................................................................... 29
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
12/65
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
9.
Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian ........................................... 4
10.
Pengukuran Panjang Badan Dan Lebar Dada Ternak Sapi ............... 9
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
13/65
x
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Data Ukuran Statistik Vital Sapi Hasil PersilanganLimousin-Madura..
Perhitungan Heritabilitas dan Galat Baku Statistik Vital
Sapi Hasil Persilangan Limousin-Madura .......
Perhitungan Korelasi Fenotip Dan thitung Statistik Vital Sapi
Hasil Persilangan Limousin-Madura ...............
Perhitungan Nilai Pemuliaan (NP)/BV.
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ...
36
41
47
49
52
.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
14/65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sapi Madura merupakan salah satu sapi yang banyak dikembangbiakan di
pulau Madura. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa potensi sapi Madura
banyak mengalami penurunan. Menurut Soehadji (1992) penurunan ini dapat
diketahui dari rendahnya performans sapi Madura yang menunjukkan mutu bibit
yang rendah. Sebagai aset nasional, sapi Madura perlu ditingkatkan
produktivitasnya terutama dari segi mutu genetik.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan produktivitas ternak khususnya
sapi potong yaitu, perbaikan mutu makanan ternak, perbaikan tata laksana dan
peningkatan mutu genetik (Karnaen, 2001). Peningkatan mutu genetik ternak
dapat ditingkatkan dengan program persilangan yang bertujuan untuk
menggabungkan beberapa sifat yang semula terdapat pada dua bangsa yang
berbeda, ke dalam satu bangsa hasil persilangan. Pada era tahun 90-an para
peternak di wilayah Madura belum begitu mengenal progam persilangan. Namun
pada masa sekarang ini program persilangan menggunakan pejantan Limousin
melalui IB sudah berkembang cukup marak di pulau Madura. Hal ini dikarenakan
masyarakat sudah dapat melihat secara nyata hasil persilangan Sapi Limousin
dengan sapi Madura memiliki kualitas daging yang bagus dan laju pertumbuhan
yang lebih cepat (Wibisono.2009a). Namun apabila program persilangan antara
sapi Limousin dengan sapi Madura perkembangannya tidak terkontrol
dikhawatirkan akan mengancam hilangnya darah murni sapi Madura sebagai
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
15/65
2
sumber plasma nutfah Indonesia yang harus dijaga kelestariannya
(Nurgiartiningsih, 2009).
Program pemuliaan ternak sapi Madura akan efektif bila tersedia data
dasar untuk menghitung parameter genetik sifat-sifat kuantitatif ternak seperti
nilai heritabilitas. Nilai heritabilitas merupakan parameter untuk mengukur
potensi genetik individu dan sebagai penentu kemajuan genetik akibat seleksi.
Pengetahuan tentang nilai korelasi antara dua sifat pada ternak penting karena
dengan diketahuinya nilai korelasi, maka produktivitas ternak dimasa mendatang
dapat diketahui berdasarkan catatan produktivitas pada saat ini (Karnaen, 2001).
Berdasarkan paradigma tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk
menduga heritabilitas, nilai pemuliaan, korelasi fenotip performans statistik vital
pada sapi hasil persilangan Madura dan Limousin.
1.2 Rumusan masalah
Peningkatkan produktivitas sapi Madura dapat dilakukan dengan cara
seleksi untuk mendapatkan ternak yang unggul. Pada umumnya seleksi hanya
didasarkan pada performans dari luar saja, tidak didasarkan pada potensi genetik
ternak. Potensi genetik ternak diukur dengan nilai pemuliaan (breeding value)
yang merupakan hasil kali nilai heritabilitas dengan keunggulan individu
dibandingkan rerata populasi. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dihitung
besarnya nilai heritabilitas dan nilai pemuliaan ukuran statistik vital sapi hasil
persilangan Limousin dan Madura, serta bagaimana korelasi fenotip dari ukuran
statistik vital sapi hasil persilangan Limousin dan Madura.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
16/65
3
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga nilai heritabilitas, nilai
pemuliaan dan korelasi fenotip statistik vital sapi hasil persilangan Limousin-
Madura pada kelompok umur 12-14 Bulan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi,
sebagai pedoman dan pertimbangan tentang pentingnya pelaksanaan program
seleksi sapi Madura hasil persilangan dengan pejantan Limousin berdasarkan
estimasi heritabilitas, nilai pemuliaan dan korelasi fenotip statistik vital, sehingga
produktivitas sapi Madura dapat ditingkatkan.
I.5Kerangka Pikir
Metode perbaikan kualitas sapi yang memiliki produktivitas rendah dapat
ditempuh dengan program persilangan. Program persilangan berkembang sangat
pesat di pulau Madura. Hal ini dikarenakan persilangan antara sapi Limousin
dengan sapi Madura mampu memberikan hasil yang nyata pada laju pertumbuhan
jika dibandingkan sapi Madura murni. Statistik vital dapat digunakan sebagai
ukuran dalam evaluasi sapi hasil persilangan dan berhubungan dengan bobot
badan.
Nilai heritabilitas bermanfaat untuk memprediksi nilai pemuliaan dan
kemajuaan genetik ternak akibat seleksi. Korelasi antara ukuran statistik vital
perlu diketahui dikarenakan dengan mengetahui nilai korelasi berdasarkan catatan
produktivitas pada saat ini, maka produktivitas dimasa mendatang dapat
diketahui
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
17/65
4
Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir penelitian
Evaluasi Potensi Genetik
Korelasi Fenotip
Sapi Madura
Produktivitas Rendah
Persilangan Dengan
Sapi Limousin
Statistik Vital
(PSDS) Tahun 2014Produksi Daging
Rendah
Heritabilitas
Peningkatan Genetik Sapi
Madura Hasil Persilangan
Nilai Pemulian
Respon seleksi
Evaluasi Potensi Genetik
Korelasi Fenotip
Sapi Madura
Produktivitas Rendah
Persilangan Dengan
Sapi Limousin
Statistik Vital
(PSDS) Tahun 2014Produksi Daging
Rendah
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
18/65
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Madura
Sapi Madura berasal dari hasil persilangan antara Bibos sondaicus
(Banteng) dengan Bos indicus atau (Zebu) (Hardjosubroto, 1994), yang secara
genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta
tahan terhadap serangan caplak. Sapi Madura merupakan salah satu ras murni
Indonesia yang berkembang di pulau Madura. Bukan hanya mempunyai tempat
khusus di kehidupan para petani di Madura, sapi Madura juga membawa pengaruh
terhadap tradisi budaya yang memberikan efek positip terhadap kelestarian sapi
Madura (Erlangga, 2009).
Sapi Madura baik jantan maupun betina memiliki ciri-ciri warna merah
bata atau kuning muda kecoklatan, tanduk melengkung setengah bulan dengan
ujung mengarah kedepan, pinggir telinga dan pinggir mata berwana hitam dengan
warna putih tanpa batas yang jelas disekitar pantat, pada jantan terdapat punuk,
sedangkan pada sapi Madura betina punuk tidak berkembang (Gunawan, 1993).
Menurut Wibisono (2009b
), sapi Madura tergolong sapi berukuran kecil. Tinggi
sapi jantan berkisar 120 cm dan betina 105 cm. Bobot hidup berkisar 220-250 kg.
Pada sapi jantan, gumba berkembang dengan baik sedangkan sapi betina, gumba
tidak tampak jelas. Secara umum, Sapi Madura memiliki beberapa keunggulan
seperti; mudah dipelihara, dapat beradaptasi dengan baik, tahan terhadap pakan
kualitas rendah.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
19/65
6
2.2 Sapi Limousin
Sapi Limousin adalah sapi bangsaBos taurusyang dikembangkan pertama
kali di Perancis. Sapi Limousin merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan
yang lebih baik dari sapi Simmental. Memiliki warna bulu coklat tua kecuali
disekitar ambing berwarna putih serta lutut ke bawah dan sekitar mata berwarna
lebih muda. Bentuk tubuh besar, panjang, padat dan kompak. Keunggulan dari
jenis sapi Limousin adalah pertumbuhan badannya yang sangat cepat, bobot lahir
tergolong kecil sampai medium yang akan berkembang pesat pada saat sapi
dewasa, fertilitas cukup tinggi, mudah melahirkan, mothering ability baik
(Blakely dan Bade, 1998).
Secara genetik, sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari
wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen
yang besar, voluntary intake(kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan
yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rateyang cepat, sehingga menuntut
tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Di Indonesia sapi Limousin
disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain seperti sapi PO dan Madura, yang
bertujuan untuk meningkatkan performans sapi lokal Indonesia (Erlangga, 2009).
2.3 Persilangan
Kartasudjana (2001a) menyatakan dalam program pemuliaan ternak
dikenal dua cara pengembangbiakan yaitu silang dalam dan silang luar.
1. Inbreeding/ silang dalam merupakan perkawinan antar ternak yang berkerabat.
Keuntungan dari pelaksanaan silang dalam ini adalah untuk membuat individu
yang disilangkan mirip satu sama lain (homosigositas meningkat),
melestarikan sifat yang diinginkan. Sedangkan kerugian dari silang dalam ini
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
20/65
7
dapat menurunkan performans seperti pertumbuhan dan reproduksi
(Hardjosubroto, 1994).
2.
Perkawinan antar ternak yang tidak berkerabat (outbreeding) yang meliputi:
a. Crossbreeding
Crossbreedingmerupakan perkawinan dua individu yang berbeda bangsa
dengan tujuan secara genetik untuk meningkatkan persentase
heterosigositas yang mempengaruhi hasil dari keturunannya sehingga nilai
variasi genetik meningkat (Warwik, Astuti, Hardjosubroto, 1984).
Perkawinan silang atau cross breeding sebagai salah satu sistem
perkawinan, diharapkan akan memberi ekspresi sifat hibrida atau
setidaknya menyamakan rataan sifat yang bernilai ekonomis dari kedua
tetua bangsa yang disilangkan (Lasley, 1978). Perkawinan silang
merupakan manajemen yang penting dalam suatu industri peternakan sapi
potong untuk meningkatkan produktivitas ternak (Hansen, 2007).
b. Out crossing
Outcrossing adalah persilangan antara ternak dalam satu bangsa tetapi
tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out crossing
adalah untuk menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang
dalam (Hardjosubroto, 1994).
c.
Grading up
Grading upadalah persilangan balik yang terus menerus yang diarahkan
terhadap suatu bangsa ternak tertentu. Contoh Grading up di Indonesia
dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang disebut Ongolisasi.Sapi
betina lokal Indonesia dikawinkan dengan pejantan Ongol terus menerus,
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
21/65
8
sehingga terbentuk sapi yang disebut peranakan Ongol (Kartasudjana,
2001a).
Usaha untuk meningkatkan mutu genetik sapi Madura adalah dengan
menyilangkan sapi murni Madura dengan pejantan Limousin. Metode yang dapat
digunakan adalah IB. IB merupakan salah satu bentuk teknologi dalam bidang
reproduksi ternak dengan cara peletakan sperma ke follicle ovarian
(intrafollicular), uterus (intrauterine), cervix (intracervical), atau tube fallopian
(intratubal) ternak betina dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan
kopulasi alami atau tanpa perlu seekor pejantan (Kartasudjana, 2001b
). Hasil
program persilangan antara sapi Limousin dan sapi Madura mempunyai beberapa
keunggulan yaitu : memiliki daya tahan fisik yang cukup kuat dan kualitas daging
yang sangat bagus (Wibisono, 2009a). Keunggulan lainya adalah mampu
menghasilkan bobot lahir sapi lebih besar yaitu mencapai 25 kg sedang sapi murni
15 kg. Pertumbuhannya juga lebih cepat, pertambahan bobot badan harian
mencapai 1,2 kg/hari dalam jangka waktu 4-6 bulan (Anonimous, 2008).
2.4 Statistik Vital
Pengukuran secara exterior yaitu pengukuran dan pengamatan bentuk
tubuh yang tampak dari luar yang merupakan cara paling mudah. Pengukuran
ukuran tubuh yang tampak dari luar atau statistik vital merupakan cara alternatif
untuk mengestimasi bobot badan sapi dan untuk meminimalkan kendala dalam
melakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan (Lasfeto, 2007).
Pengukuran secara exterior dapat dipergunakan utuk menentukan bobot
fisik tubuh ternak sapi dan dapat digunakan untuk mengestimasi berat karkas pada
ternak sapi, berdasarkan hasil penelitian (Pratomo, 2008), pengukuran lingkar
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
22/65
9
dada, panjang badan dan tinggi gumba ternak sapi tersebut memiliki nilai keeratan
hubungan antara bobot badan, lingkar dada, panjang badan dan tinggi gumba
(ukuran statistik vital/ukuran tubuh) sangat nyata sekitar 71,8 %.
Pengukuran panjang badan di Amerika dimulai dari titik atas depan pada
scapula sampai tuber ischii. Di Indonesia pengukuran panjang badan ternak
menggunakan cara Winter, yaitu jarak yang ditarik lurus dari tuberculum humeri
lateral sampai ke tuber ischii, sedangkan lingkar dada di ukur melalui belakang
bahu atau shoulder ke bawah melingkari bawah tubuh, di belakang siku.
Pengukuran yang baik dilakukan pada saat kedudukan tubuh ternak berdiri di atas
keempat kakinya secara tegak lurus ditempat yang rata. Pengukuran lingkar dada
pada gambar berikut ditunjukkan oleh titik c (lingkaran dengan titik awal dan
akhir adalah c), sedangkan panjang badan adalah panjang antara titik a dan b
(Lasfeto, 2007).
Gambar 2. Pengukuran panjang badan dan lingkar dada ternak sapi
Berdasarkan statistik vitalnya didapatkan bahwa sapi madura mempunyai
ukuran seperti ditunjukan pada Table 1 dibawah ini:
Tabel 1. Ukuran Statistik Vital Sapi Madura di Indonesia
No Karakter Madura1
2
3
Tinggi gumba
Panjang badan
Lingkar dada
98,54 cm
92,02 cm
113,67 cm
Sumber:(Hamadji,1992)
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
23/65
10
Pratomo (2008) menyatakan statistik vital sapi Limousin mempunyai
ukuran seperti ditunjukkan pada Tabel 2:
Tabel 2. Ukuran Statistik Vital Sapi Limousin
No Karakter Limousin1
2
3
Tinggi gumba (cm)
Panjang badan (cm)
Lingkar dada (cm)
124 159
141 177
169 312
Peraturan Mentri Pertanian (2006) menyebutkan bahwa untuk menjamin
mutu produk yang sesuai dengan permintaan konsumen, diperlukan bibit ternak
yang bermutu, sesuai dengan persyaratan teknis minimal setiap bibit sapi potong
memiliki persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun.
Untuk rumpun sapi Madura memilikia persyaratan sapi yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Persyaratan Bibit Sapi Madura
Kualitatif Kuantitatif
-
Warna merah bata atau merah
coklat
campur putih dengan batas tidak
jelas
pada bagian pantat;
-
Tanduk kecil pendek mengarah kesebelah luar;
- Tubuh kecil, kaki pendek;
- Gumba pada betina tidak jelas, pada
jantan berkembang baik.
Betina umur 18-24 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 108 cm;
Kelas II minimal 105 cm;
Kelas III minimal 102 cm.
Jantan umur 24-36 bulan
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 105 cm
2.5 Heritabilitas (h2)
Sifat yang diekspresikan oleh seekor ternak secara kualitatif atau
kuantitatif dikenal sebagai performans atau fenotip dari individu tersebut. Fenotip
yang berbeda dari suatu individu ternak dalam suatu populasi disebabkan ragam
yang ditimbulkan oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi keduanya
(Falconer, 1981) seperti dijelaskan dalam rumus berikut ini:
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
24/65
11
Hardjosubroto (1994) menyatakan heritabilitas dapat diekspresikan
menjadi dua, yaitu heritabilitas dalam arti luas dan dalam arti sempit, heritabilitas
dalam arti luas disajikan dengan rumus :
2
2
P
G
P
G
V
VH
==
Keterangan
H
= Heritabilitas dalam arti luas,
VG = = Ragam genotip,
VF =2
P = Ragam Fenotip.
Heritabilitas dalam arti luas dapat menjelaskan berapa bagian dari
keragaman fenotipik yang disebabkan oleh pengaruh genetik dan berapa bagian
pengaruh faktor lingkungan, namun tidak dapat menjelaskan proporsi keragaman
fenotipik pada tetua yang dapat diwariskan pada keturunannya (Rusfidra, 2010).
Selain dalam arti luas heritabilitas juga dapat diartikan dalam arti sempit seperti
dituliskan dalam rumus :
2
22
P
A
P
A
V
Vh
==
Keterangan
h2
= Heritabilitas dalam arti sempit
VP=VG+VE+VGE,dimana: VP = Ragam fenotip
VG = Ragam genotip
VE= Ragam pengaruh lingkungan
VGE= Ragam pengaruh interaksi
2
G
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
25/65
12
VA =2
A = Ragam aditif,
VP =2
P
= Ragam Fenoitip.
Makna dari nilai heritabilitas dalam arti sempit yaitu perbandingan antara
ragam genetik aditif dengan ragam fenotipik. Pada aplikasi program pemulian
ternak, heritabilitasdalam arti sempit merupakan dugaan yang paling banyak
dimanfaatkan karena mampu menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai
dengan seleksi untuk suatu sifat dalam populasi (Warwick dkk, 1984).
Menurut Hardjosubroto (1994), penaksiran nilai heritabilitas dapat
menggunakan beberapa metode antara lain:
1.
Metode Pola Satu Arah (One- way Layout)
2.
Metode Rancangan Tersarang (Nested Design)
3. Regresi Tetua-Anak (Parent-Offspring Regression)
Nilai heritabilitas suatu sifat berkisar antara nol sampai satu. Sifat dengan nilai
heritabilitas nol bila semua keragaman disebabkan oleh pengaruh lingkungan,
nilai satu bila keragaman disebabkan oleh keturunan (Warwick dkk, 1984).
Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa dalam menduga heritabilitas kadang-
kadang menghasilkan taksiran yang terletak diluar kisaran normalnya yaitu negatif
atau lebih dari satu. Hal ini diduga karena jumlah data yang terbatas. Menurut
Warwick dkk (1984) hal ini disebabkan salah satu penyebab-penyebab berikut:
1.
Keragaman yang disebabkan oleh lingkungan yang berbeda untuk
kelompok yang berbeda
2. Metode statistik yang tidak tepat sehingga tidak dapat memisahkan ragam
genetik dan lingkungan dengan efektif
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
26/65
13
3. Kesalahan mengambil contoh
Klasifikasi nilai heritabilitas menurut Dalton (1984) adalah sebagi berikut:
Antara 0 sampai 0,1 termasuk kategori rendah
Antara 0,1 sampai 0,3 termasuk kategori sedang
Lebih dari 0,3 termasuk kategori tinggi.
Nilai heritabilitas pada suatu sifat tidak tetap. Menurut Kurnianto (2009)
faktor-faktor yang membedakan nilai heritabilitas suatu sifat diantaranya:
1. Nilai heritabilitas dari data yang diambil pada periode waktu yang berbeda
dapat menghasilkan nilai yang berbeda.
2.
Nilai heritabilitassuatu sifat pada satu bangsa dapat berbeda dengan bangsa
lain walaupun diambil dari wilayah dan jumlah yang sama.
3. Metode yang digunakan dalam pendugaan.
4.
Jumlah dan asal data yang berbeda menyebabkan nilai heritabilitas menjadi
berbeda, meskipun dianalisis dengan metode yang sama.
Ternak yang menunjukkan keunggulan pada sifat yang mempunyai angka
heritabilitas tinggi, maka diharapkan bahwa anaknya akan mempunyai sifat
unggul pada sifat tersebut. Tetapi pada angka pewarisan rendah, belum tentu
keturunan akan mempunyai keunggulan dalam sifat yang dimiliki oleh tetuanya
tersebut. Nilai heritabilitas tinggi gumba sapi potong menurut R. Grabowski and
E. Dymnicki (2006) adalah 0,329, dan untuk panjang badan sapi potong
simmental menurut Lehmkuhler (2007) adalah sekitar 0,39 dan untuk lingkar dada
0,480,21 (Brown dkk, 1994).
Warwick dkk, (1984) menyatakan bahwa seleksi adalah keputusan yang
diambil oleh para pemulia pada tiap generasi untuk menentukan ternak mana yang
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
27/65
kan disis
igambarka
sifat ditent
Falconer, 1
.6 Nilai P
Nila
enetik tern
edudukann
apat diuku
engan dua
emuliaan
erikut :
eterangan
P : Nil
: Per
: Re
Pada
empunyai
eharusan
ilihat dari
erbandinga
emulian ti
hkan sehi
sebagai d
kan oleh
981).
emuliaan
pemuliaan
ak untuk s
ya di dala
, tetapi nila
kali rerata s
enurut Har
:
ai pemuliaa
formansns i
ata perform
program
keunggula
ntuk diketa
nilai mu
n antara pe
dak lepas
gga tida
sar utama
ilai herita
atau Bree
atu sifat te
populasin
i pemuliaa
impangan k
djosubroto (
dividu
ansns popul
seleksi unt
genetik
hui. Hal in
lak hasil
nampilanny
dari data-d
14
memberi
alam pemu
ilitas dan
ing Value
tentu yang
a. Pengaru
suatu sifat
eturunanny
1994) dap
asi dimana i
uk memili
inggi, mak
disebabka
pengukuran
a dengan k
ata hasil
an ketur
liaan ternak
deferensial
(BV) adala
diberikan s
h dari masi
individu da
terhadap p
t dituliskan
ndividu diu
individu-
a nilai pe
keunggul
, tetapi b
lompok lai
engukuran
nan. Pros
. Respon se
dari raga
penilaian
cara relatif
ng-masing
pat diukur,
opulasi. Be
dengan ru
ur
individu te
ulian me
n suatu ter
rdasarkan
nnya. Pend
atau penca
s seleksi
leksi suatu
populasi
dari mutu
atas dasar
gen jarang
yaitu sama
arnya nilai
us sebagai
rnak yang
jadi suatu
nak bukan
atas hasil
gaan nilai
tatan sifat
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
28/65
15
kuantitatif. Atas dasar data yang diperoleh tersebut nilai pemuliaan dapat diduga
dan dipergunakan sebagai pedoman untuk mengukur mutu genetik ternak pada
suatu sifat tertentu (Kurnianto, 2009).
Nilai pemuliaan adalah kedudukan ternak dalam populasi berdasarkan
rataan populasinya. Ternak yang unggul adalah ternak yang mempunyai nilai
pemuliaan di atas ratarata populasi. Pendugaan nilai pemuliaan merupakan salah
satu faktor penting dalam mengevaluasi keunggulan genetik ternak, terutama
untuk ternak-ternak yang akan digunakan sebagai bibit. Besarnya nilai pemuliaan
seekor ternak menunjukkan keunggulan potensi genetik yang dimiliki oleh ternak
tersebut dari rata-rata populasinya. Warwick dkk, (1984) menyatakan ternak yang
mempunyai nilai pemuliaan lebih besar akan lebih baik bila dijadikan bibit atau
ternak pengganti dibandingkan dengan ternak yang mempunyai nilai pemuliaan
rendah. Dalam mengestimasi nilai pemuliaan pada suatu ternak dapat dilakukan
berdasarkan informasi dari individu itu sendiri maupun data dari saudara, familiy
dan keturunannya. Pada dasarnya semakin banyak data yang digunakan maka
akan semakin akurat nilai estimasi pemuliaan tersebut .
2.7. Korelasi Fenotip
Analisis korelasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat hubungan antara dua sifat yang dibandingkan melalui sebuah
bilangan yang biasa disebut koefisien korelasi (Walpole, 1995). Korelasi Fenotip
merupakan korelasi total dari semua sifat yang dimiliki ternak. Korelasi dapat
positif apabila satu sifat meningkat yang lain akan ikut meningkat. Sebaliknya,
korelasi dapat bernilai negatif. Nilai korelasi fenotip bermanfaat untuk
memperkirakan besarnya perubahan-perubahan produktivitas pada generasi yang
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
29/65
16
sama apabila digunakan sebagai kriteria seleksi berdasarkan catatan produktivitas
sekarang (Warwick dkk, 1984).
Korelasi dua sifat memiliki beberapa kriteria. Kriteria hubungan dari
suatu korelasi menurut Fujiatin (2010) yaitu:
0 : tidak ada korelasi antar dua variabel
0 0,25 : korelasi sangat lemah
0,25 0,5 : korelasi cukup
0,5 0,75 : korelasi kuat
0,75 0,99 : korelasi sangat kuat
1 : korelasi sempurna
Hasil penelitian sebelumnya didapatkan bahwa pada sapi Limousin nilai
korelasi antara panjang badan dengan lingkar dada sebesar 0,559, korelasi antara
panjang badan dengan tinggi gumba sebesar 0,58, sedangkan korelasi antara
tinggi gumba dengan lingkar adalah 0,62 (Bene, Nagy.B, Nagy.L, Kiss, Polabar
and Szabo, 2007).
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
30/65
17
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian lapang ini dilaksanakan di empat kabupaten di Madura yaitu,
Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan pada tanggal 17 Januari
sampai dengan 25 Januari 2010 dan 15 Maret sampai dengan 21 Maret 2010.
3.2. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Sapi hasil persilangan Limousin dan Madura (Limousin-Madura) sebanyak 61
ekor yang berasal dari 7 pejantan Limousi dan 61 betina madura.
2. Mistar ukur, dan Pita ukur yang dipergunakan untuk mengukur statistik vital.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengamatan langsung
di lapang. Pengambilan sampel secara purposive yaitu pengambilan data
berdasarkan kriteria sapi yang diukur statistik vitalnya adalah hasil persilangan
sapi Madura dan sapi Limousin dengan umur 12-14 bulan .
3.4. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:
Tinggi badan : Jarak bagian tertinggi gumba ke tanah mengikuti garis tegak
lurus (Sudarmono, Bambang, 2008).
Panjang badan : Jarak horisontal antara tepi depan sendi bahu dan tepi belakang
tulang tapis (Sudarmono,2008)
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
31/65
ingkar dad
.5. Prosed
Pros
rosedur a
imousin
engukuran
dapat diketa
ata induk
dianalisis u
.6. Analisi
Data
eritabilitas
saudara tiri
digunakan a
umlah ana
(Hardjosubr
Keteranga
ijY = Pen
= R
a : Diukur
lingkar
sapi ber
dkk, 20
r Penelitia
edur pelaks
al peneliti
engan sapi
statistik vit
hui pejanta
iperoleh da
tuk menghi
Data
statistik v
dan korelas
sebapak
dalah anali
tiap peja
oto, 1994):
:
gamatan sta
rata popula
engan men
ada atau tu
unuk, peng
8)
n
naan peneli
n ini adal
Madura
al. Perkawi
nya berdas
ri keteranga
ung nilai h
ital yang d
i fenotip. P
(paternal
is ragam p
tan tidak s
tistik vital p
si.
18
ggunakan pi
uh di belak
ukuran tepa
tian ini adal
h memilih
erumur 12
an dilakuk
arkan infor
n dan catat
eritabilitas
iperoleh di
ndugaan he
alfsib cor
la satu ara
ama. Mode
ada individ
ta ukur atau
ang bahu m
dibelakang
ah sebagai b
keturunan
-14 bulan.
an dengan
asi dan ca
n dari peter
an korelasi
nalisis unt
ritabilitas di
elation).
Unbalanc
l statistik a
ke ipada p
rafia mengi
lewati gum
punuk (Su
erikut:
hasil persil
Kemudian
B sehingga
atan dari i
nak pemilik
fenotip.
k mendap
dasarkan p
etode ana
ed design d
dalah seba
ejantan kej
kuti
ba. Pada
armono
ngan sapi
dilakukan
keturunan
seminator.
sapi. Data
atkan nilai
da analisis
lisis yang
ikarenakan
ai berikut
.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
32/65
19
ia = Pengaruh pejantan kei.
ije = Penyimpangan efek lingkungan data genetik yang tidak terkontrol dari
k = Koefisien Komponen Ragam
Model Analisis Ragam, untuk Menghitung Nilai h2 dengan Menggunakan
Data Saudara Tiri
Pada Tabel 3 disajikan tabel analisis ragam yang dipergunakan untuk
menghitung komponen ragam.
Tabel 4. Analisis Ragam
Sumber peragam DB JK KT Komponen hasil kaliAntar pejantan S 1 JKS KTS 1 sw +
Antar anak dalam pejantan n. S JKW KTW w
Keterangan:
DB : Derajat Bebas
JKs : Jumlah Kali Antar Pejantan
JKw : Jumlah Kali Anak dalam pejantan
KTs : Kuadrat Tengah Antar Pejantan
KTw : Kuadrat Tengah Anak dalam Pejantan
S : Jumlah Pejantan
n. : Banyak anak seluruhnya
: Ragam Antar Pejantan
: Ragam Anak dalam Pejantan
k : Koefisien Komponen Ragam
s2
w2
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
33/65
- Koefisie
=s
k
- Kompo
S=
2
Var
SE (
SVar
SE
Dima
SE
- Pen
(Har
Dima
w
2
Kompon
.
1
1n
en Ragam
k
KTKTW
(22
+
=w
W
w
db
KT
var()2W =
+=
2
22
2
S
S
db
KT
k
22
SS Var=
na:
2S
= Standar
ugaan Nil
Nilai h
djosubroto,
na sh2 :
2
S :
2
W :
wKT
n Ragam
.
2n
i
2
)2
)2W
++
2
2
W
w
db
KT
Error Raga
i Heritabil
ritabilitas
1994):
heritabilita
Komponen
Komponen
20
Antar Pej
tas
dihitung
Ragam Ant
Ragam Ana
ntan
dengan
r Pejantan
k dalam Ind
menggunak
uk
an rumus
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
34/65
Dima
-
Pen
(Iria
Kete
Cov
JHK
JKx
x
y
n
koef
2
hSE S
na:
2ShSE
ugaan Nil
Nilai ko
to, 2004):
rangan:
y :
:
:
y :
:
:
:
:
Untuk
isien korela
()1.(24
2
=
k
n
22
2
WS
S
+
=
: Nilai Stan
i Korelasi
elasi fenoti
Covarian li
omponen
omponen
umlah hasi
umlah kali
arameter (
arameter (
anyaknya
engetahui
i dengan ru
21
)[)1)(.
1(112
+
SSn
kt
ar Error He
enotip
dapat dihi
gkar dada, t
agam para
agam para
l kuadrat da
parameter y
)
)
data
keeratan h
us sebagai
]) 2t
ritabilitas
tung denga
inggi gumb
eter yang d
eter yang d
i parameter
ang diukur
bungan du
berikut.
mengguna
, panjang b
iukur
iukur
yang diuku
a sifat dil
kan rumus
adan
kukan uji
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
35/65
- Nila
(Har
Kete
NP
P
P
Pemuliaa
Besarnya
djosubroto,
rangan :
: Nilai pe
: Perfor
: Rerata
Statistik
nilai p
1994):
muliaan
ans individ
erformans
22
ital Sapi
mulian di
opulasi di
adura Per
hitung de
ana individ
ilangan
gan rum
diukur
s berikut
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
36/65
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Nilai Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan Limousin dan Madura
Penelitian tentang nilai heritabilitas, nilai pemuliaan dan korelasi fenotip
statistik vital sapi hasil persilangan Limousin dan Madura ini diawali dengan
pengukuran statistik vital sapi hasil persilangan Limousin dan Madura (Limosin-
Madura). Secara lebih lengkap data pengukuran dan perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 1. Statistik vital merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk
mengestimasi bobot badan dengan cara mengukur ukuran-ukuran tubuh antara
lain adalah tinggi badan, panjang badan, dan lingkar dada (Pratomo, 2008). Hasil
pengukuran statistik vital meliputi lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumba
seperti disajikan pada Tabel 4:
Tabel 5.Nilai Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan Limousin dan Madura
Variabel X(cm) sd Koefisien Keragaman (%)
Lingkar Dada 148,246 2,134 1,439
Panjang Badan 129,656 3,799 2,929
Tinggi Gumba 125,443 2,630 2,097
Dari Tabel 4, menunjukkan bahwa ukuran statistik vital tinggi gumba dan
panjang badan sapi hasil persilangan Limosin-Madura hasil penelitian lebih tinggi
dari sapi Madura murni yang dilaporkan oleh (Peraturan Mentri Pertanian, 2006)
yaitu tinggi gumba sebesar 108 cm. Harmadji (1992) melaporkan bahwa tinggi
gumba dan panjang badan pada sapi Madura adalah sebesar 98,54 cm dan 92,02
cm. Wibisono (2009b
) juga menyebutkan bahwa tinggi gumba sapi Madura
jantan berkisar 120 cm dan betina 105 cm. Pada lingkar dada sapi Limosin-
Madura lebih tinggi jika dibandingkan dengan lingkar dada sapi hasil persilangan
Limousin-Madura pada generasi pertama yang dilaporkan oleh Nurgiartiningsih
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
37/65
24
(2009) yakni sebesar 138,5013,15 cm. Harmadji (1992) menyatakan bahwa
lingkar dada sapi Madura adalah sebesar 113,67 cm. Perbedaan ukuran tinggi
gumba, panjang badan dan lingkar dada sapi hasil persilangan dengan sapi
Madura murni dipengaruhi oleh adanya efek heterosis akibat persilangan,
sehingga nilai variansi genetik meningkat. Perbedaan hasil ukuran sapi Limosin-
Madura disebabkan karena jumlah pengambilan data pada pelaksanaan penelitian
ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.
4.2. Heritabilitas Statistik Vital (Lingkar Dada, Panjang Badan, Tinggi
Gumba) Sapi Hasil Persilangan Limousin dan Madura
Heritabilitas merupakan indikator pokok dalam suatu pewarisan
karakteristik atau sifat. Mengingat pentingnya nilai heritabilitas dalam program
pengembangan ternak, maka dilakukan perhitungan nilai heritabilitas statistik
vital. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 2, diperoleh nilai heritabilitas
statistik vital sapi Limosin-Madura seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 6. Nilai Heritabilitas Statistik vital Sapi Hasil Persilangan Limousin-
Maadura
Variabel Nilai h2 SE
Lingkar Dada
Panjang Badan
Tinggi Gumba
0,268 0,396
0,118 0,333
0,145 0,345
Berdasarkan Tabel 5, nilai heritabilitas lingkar dada adalah sebesar 0,268.
Nilai heritabilitas ini merupakan nilai yang tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan heritabilitas ukuran statistik vital yang lain. Berdasarkan nilai heritabilitas
lingkar dada yang diperoleh berarti bahwa persentase ragam genetik yang
diturunkan tetua kepada keturunannya sebesar 26.8%. Tingginya nilai heritabilitas
lingkar dada dibandingkan dengan heritabilitas ukuran setatistik vital yang lain
menunjukkan bahwa lingkar dada akan memberikan respon yang lebih baik
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
38/65
25
terhadap perlakuan seleksi jika dibandingkan dengan seleksi berdasarkan panjang
badan dan tinggi gumba. Hal ini disebabkan lingkar dada memiliki hubungan
positf dengan bobot badan sapi (Lasfeto, 2007), sehingga respon seleksi pada
lingkar dada lebih baik dari pada panjang badan dan tinggi gumba. Respon seleksi
suatu sifat tinggi dipengaruhi oleh nilai heritabilitas dan deferensial seleksi yang
diperoleh tinggi maka akan memberikan respon seleksi yang tinggi pula
(Hardjosubroto, 1994). Tetua yang digunakan dalam persilangan tersebut
dimungkinkan memiliki penampilan yang baik pada lingkar dadanya sehingga
diperoleh keturunan yang memiliki penampilan yang baik pula pada sifat tersebut.
Hasil penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil (Brown dkk, 1994),
yang melaporkan nilai heritabilitas lingkar dada sapi potong Simmental sebesar
0,480,21. Perbedaan nilai heritabilitas ini disebabkan oleh bangsa yang
dipergunakan dalam penelitian berbeda.
Heritabilitas panjang badan berdasarkan Tabel 5 sebesar 0,118.
Berdasarkan angka tersebut dapat diartikan bahwa variasi genetik yang
mempengaruhi panjang badan pada sapi hasil persilangan sebesar 11,8%. Angka
heritabilitas panjang badan yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan
heritabilitas lingkar dada dan tinggi gumba. Berdasarkan fenomena tersebut maka,
seleksi berdasarkan panjang badan akan memberikan respon seleksi yang lambat
dibandingkan dengan seleksi berdasarkan lingkar dada dan tinggi gumba.
Heritabilitas panjang badan hasil penelitian lebih rendah apabila dibandingkan
dengan heritabilitas sapi potong Simmental yang dilaporkan oleh Lehmkuhler
(2007) yaitu sebesar 0,39.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
39/65
26
Nilai heritabilitas tinggi gumba berdasarkan Tabel 5 sebesar 0,145. Nilai
estimasi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan heritabilitas panjang badan
namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan lingkar dada. Nilai
heritabilitas tersebut berarti bahwa persentase keunggulan tetua yang diwariskan
kepada keturunannya sebesar 14,5%. Nilai heritabilitas tinggi gumba ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilaporkan oleh R.
R. Grabowski (2006) yaitu nilai heritabilitas tinggi gumba pada sapi potong
sebesar 0,329. Lebih rendahnya nilai heritabilitas tinggi gumba ini diduga karena
variasi genetik tinggi gumba pada penelitian ini lebih rendah dikarenakan jumlah
data yang digunakan lebih sedikit.
Berdasarkan estimasi heritabilitas statistik vital sapi Limosin-Madura yang
diperoleh, maka nilai heritabilitas tersebut termasuk dalam kategori sedang. Nilai
heritabilitas dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila bernilai kurang dari 0,1, sedang
jika berkisar antara 0,1 sampai 0,3 dan tinggi jika lebih dari 0,3 (Dalton, 1984).
Suatu sifat jika memiliki nilai heritabilitas yang tinggi, apabila digunakan untuk
seleksi maka akan menunjukkan respon seleksi yang tinggi. Tetapi pada angka
pewarisan rendah, belum tentu keturunan akan mempunyai keunggulan dalam
sifat tersebut karena keunggulan dari ternak tersebut sebagian besar disebabkan
oleh faktor lingkungan (Hardjosubroto, 1994).
Standard errorpada hasil estimasi nilai heritabilitas menunjukkan bahwa
lebih besar dari nilai heritabilitasnya. Berdasarkan Tabel 5, maka kisaran
heritabilitas untuk lingkar dada, panjang badan dan tinggi gumba secara berturut-
turut adalah -0,1280,664, -0,2150,451, -0,20,49. Berdasarkan hasil estimasi
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
40/65
27
heritabilitas yang diperoleh, maka nilai estimasi tersebut berada diluar kisaran
normalnya yaitu 0 dan 1. Tingginya standard errordimungkinkan karena jumlah
data dalam penelitian yang sedikit dan ragam dalam pejantan lebih besar dari pada
ragam antar pejantan, rentang umur yang digunakan dalam penelitian terlalu
dekat. Sesuai dengan pernyataan Pirchner (1981) bahwa jumlah data yang kecil
akan menyebabkan variasi yang besar dan untuk mengurangi variasi maka jumlah
data harus diperbesar. Falconer (1981) juga melaporkan bahwa nilai heritabilitas
dikatakan diluar kisaran normalnya bila di luar kisaran nol dan satu atau apabila
galat bakunya lebih besar dari nilai heritabilitas itu sendiri. Hal ini mungkin
disebabkan jumlah catatan yang sedikit.
4.3. Nilai Pemuliaan/Breeding Value Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan
Limousin-Maadura
Nilai heritabilitas yang diperoleh digunakan untuk menduga potensi
genetik yaitu dengan nilai pemuliaan (NP) atau breeding value (BV). Nilai
pemuliaan (NP) atau breeding value (BV) yang telah diperoleh digunakan dalam
seleksi pejantan berdasarkan ranking individu-individu dalam suatu populasi.
Berdasarkan perhitungan Nilai pemulian pejantan Limousi pada Lampiran 4
diperoleh nilai pemuliaan (NP)/(BV) pada pejantan Limousin disajikan pada
Tabel 6:
Tabel 7.Nilai Pemuliaan (NP)/Breeding Value(BV) Pejantan Limousin
No Pejantan Nilai Pemuliaan
LD PB TG1 89940 148,686
(1)129,823
(4)125,590
(2)
2 89705 148,381(2)
129,779(5)
125,197(7)
3 89808 148,329(3)
129,875(3)
125,445(5)
4 89927 148,149(4)
129,627(6)
125,607(1)
5 89916 148,103(5) 129,990(1) 125,583(3)
6 89704 148,058(6)
129,545(7)
125,357(6)
7 89937 148,012(7)
129,955(2)
125,469(4)
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
41/65
28
Ranking pejantan berdasarkan nilai pemuliaan lingkar dada secara berturut
turut adalah nomor pejantan 89940, 89705, dan 89808. Berdasarkan nilai
pemuliaan panjang badan diperoleh ranking pejantan dengan nomor 89916,
89937, serta 89808. Ranking pejantan berdasarkan nilai NP/BV pada tinggi
gumba ialah nomor pejantan 89927, 89940, dan 89916. Pejantan-pejantan yang
unggul tersebut apabila diamati hanya unggul pada salah satu ukuran statistik vital
seperti lingkar dada, tinggi gumba, dan panjang badan saja tidak unggul pada
seluruh ukuran statistik vital.
Korelasi imbangan antara nilai pemuliaan dengan ukuran statistik vital
berdasarkan ranking pejantan diukur dengan korelasi ranking. Korelasi ranking ini
merupakan koefisien yang dipergunakan untuk mengetahui konsistensi
keunggulan pejantan pada parameter lingkar dada, panjang badan dan tinggi
gumba. Korelasi ranking antara lingkar dada dan panjang badan pada penelitian
ini diperoleh yaitu sebesar 0,062. Pada Panjang badan dan tinggi gumba ranking
korelasinya adalah 0,227, serta pada lingkar dada dan tinggi gumba ranking
korelasinya adalah 0,029. Nilai ranking korelasi yang diperoleh tergolong rendah,
sehingga pejantan yang unggul pada lingkar dada belum tentu unggul pada
panjang badan dan tinggi gumba. Berdasarkan dari hasil ranking korelasi tersebut
dan mempertimbangkan nilai heritabilitas yang tinggi, maka pejantan yang unggul
berdasarkan parameter lingkar dada yaitu nomor pejantan 89940, 89705, 89808
dapat dipilih dalam seleksi pejantan berdasarkan sifat lingkar dada. Pemilihan
kriteria seleksi berdasarkan sifat dengan heritabilitas tinggi diharapkan akan
memberikan kemajuaan genetik yang tinggi pula (Falconer, 1981).
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
42/65
29
Nilai pemuliaan sangat penting, terutama dalam menilai keunggulan
seekor pejantan yang akan digunakan sebagai sumber mani beku. Apabila seekor
ternak telah diketahui nilai pemuliaannya, maka pejantan tersebut merupakan
pejantan yang telah terseleksi dan memenuhi standart sehingga apabila pejantan
tersebut dikawinkan dengan induk secara acak pada populasi normal maka rerata
performans keturunannya kelak akan menunjukkan keunggulan sebesar setengah
dari nilai pemuliaan pejantan tersebut terhadap performans populasinya
(Hardjosubroto, 1994).
4.4. Nilai Korelasi Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan Limousin-Maadura
Dalam pemuliaan ternak hubungan antara dua sifat dapat diukur dengan
korelasi genetik dan korelasi fenotipik. Korelasi fenotipik merupakan korelasi
total dari semua sifat yang dimiliki ternak (Karnaen, 2001). Nilai korelasi fenotip
bertujuan untuk menduga produktivitas ternak dimasa mendatang berdasarkan
catatan produktivitas sekarang. Nilai korelasi statistik vital sapi Madura hasil
persilangan diperoleh secara lengkap disajikan pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 8. Nilai Korelasi Fenotip Statistik Vital Sapi Hasil Persilangan Limousin-
Madura
Variabel KorelasiNilai Korelasi
Fenotip
Koefisien
Determinasi (%)
Lingkar Dada dan Panjang Badan
Panjang Badan dan Tinggi Gumba
Lingkar Dada dan Tinggi Gumba
0,083
0,241
0,019
0,7
5,8
0,04
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh bahwa nilai korelasi pada lingkar dada dan
panjang badan sebesar 0,083, pada panjang badan dan tinggi gumba 0,241, serta
pada lingkar dada dan tinggi gumba 0,019. Hasil analisis koefisien korelasi
menunjukkan bahwa korelasi antara variabel yang diamati tidak ada hubungan
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
43/65
30
yang nyata. Nilai koefisien determinasi pada Tabel 7 koefisien determinasi lingkar
dada dan panjang badan adalah 0,7% yang memiliki arti bahwa sifat pada panjang
badan dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan lingkar dada hanya
sebesar 0,7%. Pada panjang badan dan tinggi gumba koefisien determinasinya
sebesar 5,8% yang berarti bahwa sifat pada tinggi gumba dapat dijelaskan oleh
hubungan liniernya dengan panjang badan sebesar 5,8%. Koefisien determinasi
lingkar dada dan tinggi gumba adalah 0,04%, yang memiliki makna bahwa hanya
0,04% tinggi gumba dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan lingkar
dada.
Nilai korelasi fenotip tergolong dalam kriteria sangat lemah. Hal ini
disebabkan bervariasinya data yang dipergunakan untuk penelitian, dan jumlah
yang terbatas. Korelasi dalam kriteria sangat lemah jika berada pada kisaran 0
0,25, dalam kategori sedang pada kisaran 0,250,5, dan dikatakan sangat kuat jika
berada pada kisaran 0,750,99 (Fujiatin, 2010).
Bervariasinya data kemungkinan disebabkan oleh rentang umur yang
pendek sehingga variasi tinggi, sehingga performans ternak pada rentang umur
12-14 bulan relatif sama. Bervariasinya data hasil penelitian disebabkan
bermacam-macamnya induk yang dipergunakan yaitu keturunan hasil persilangan
dengan sapi betina yang berbeda yaitu induk Madura yang setelah dijadikan sapi
sonok, dan sapi induk Madura yang memang ditujukan untuk calon bibit betina.
Perbedaan tersebut menyebabkan performans yang dihasilkan berbeda-beda. Pada
sapi sonok diberikan perlakuan istimewa seperti pada setiap pagi hari dijemur,
diberikan jamu-jamuan, sedangkan pada sapi yang dipergunakan untuk calon bibit
tidak pernah dijemur, tidak diberikan jamu-jamuan seperti sapi sonok. Variasi
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
44/65
31
data disebabkan juga oleh sapi-sapi yang diukur berasal dari kondisi dan daya
tampung wilayah yang berbeda-beda yang mendapatkan perlakuan berbeda dari
pakan dan perfungsian sapi yang berbeda yaitu untuk sapi kerja, pengemukan,
atau sapi kerapan.
Bene dkk (2007) melaporkan bahwa nilai korelasi antara lingkar dada dan
panjang badan adalah sebesar 0,559, korelasi antara panjang badan dengan tinggi
gumba sebesar 0,58 dan korelasi antara tinggi gumba dan lingkar dada yaitu
sebesar 0,62. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Bene dkk (2007) tersebut
maka korelasi lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumba hasil penelitian
lebih rendah. Perbedaan nilai korelasi ini disebabkan oleh jumlah data yang
digunakan pada penelitian ini berbeda selain itu, pendeknya rentang umur yang
digunakan, beragamnya asal induk ternak hasil persilangan, kondisi dan daya
tampung wilayah asal ternak yang berbeda-beda dan mendapatkan perlakuan
berbeda sehingga menyebabkan bervariasinya data.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
45/65
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Estimasi nilai heritabilitas statistik vital pada sapi hasil persilangan Limousin-
Madura yaitu lingkar dada sebesar 2,68%, panjang badan sebesar 11,8%, dan
tinggi gumba sebesar 14,5% termasuk kategori sedang. Nilai heritabilitas
lingkar dada lebih tinggi dari pada panjang badan dan tinggi gumba.
2.
Korelasi ranking nilai pemuliaan dalam kategori rendah. Sehingga pejantan
hanya unggul pada lingkar dada, tidak unggul pada panjang badan dan tinggi
gumba.
3. Nilai pemuliaan pejantan Limousin diranking berdasarkan parameter lingkar
dada yang memiliki nilai heritabilitas tertinggi yaitu nomor 89940, 89705,
89808.
5. 2. Saran
Sebaiknya pejantan Limousin yang memiliki nilai pemuliaan tinggi yaitu
pejantan kode 89940, 89705, 89808 digunakan untuk meningkatkan produktivitas
Sapi Madura. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan jumlah pejantan dan
sampel yang digunakan lebih banyak agar estimasi akurat dan mendapatkan nilai
taksiran yang tepat.
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
46/65
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2008. Dikembangkan Kawin Silang Sapi Madura Limousin.
http//www.kabarmadurakbr.blogspot.com. diakses tanggal 2 Februari
2010
Bene. S, Nagy. B, Nagy. L, Kiss. B, Polbar.J.T And Szabo.F. 2007. Comparasion
Of Body Measurements Of Beef Cows Of Different Breed Arch.
Tierz. Dummerstorf 50. Pannon University Georgikon Faculty Of
Agriculture, Keszthely, Hungary. http://www.archanimbreed.com/pdf
/2007/at07p363.pdf
Blakely, J dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat Penerjemah
Ir. Bambang Srigandono, Msc. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta
Brown, C. J and Larry F. 1994. Factors Affecting Size of Young Beef Cows. JAnim Sci 1994. 23:665-668. Journal of animal science: American
society of animal science.
Dalton, D. C. 1984. An Introduction to Partical Animal Breeding. Granada.
London
Erlangga. 2009. Sapi Madura. http://www.infoternak.com/sapi-madura
Falconer, D. S. 1981. Introduction to Quantitative Genetics. Second Ed,
Longman Scientific and Technicsl. England
Fujiatin, L, H. 2010. Korelasi. http://statkelasbkel1.blogspot.com/2010/01
Gunawan, 1993. Sapi Madura. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Hansen. G. R. 2007. Crossbreeding Systems in Beef Cattle.
http://www.thebeefsite.com/articles/804/crossbreeding-systems-in-
beef-cattle. Diakses tanggal 19 April 2010
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapang. PT. Grasindo.
Jakarta
Harmadji. 1992. Prospek Pengembangan Sapi Madura. Dalam ProsedingPertemuan Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Sapi Madura.
59-66
Irianto, A. 2004. Statistik: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Prenada Media.
Jakarta
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
47/65
34
Karnaen. 2001. Pendugaan Parameter Genetik, Korelasi Genetik Dan Fenotipik
Pada Sapi Madura. Fakultas Peternakan: Unpad, Bandung
Kartasudjana, R. 2001a. Pembibitan Ternak. Departemen Pendidikan Nasional:
Bandung
Kartasudjana, R. 2001b
. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Departemen
Pendidikan Nasional: Bandung
Kurnianto. E. 2009. Pemulian Ternak. Graha Ilmu: Yogyakarta
Lasley, J.F. 1978. Genetics of Improvement. Third Ad. Printice Hall of India
Private Limited New Delhi
Lasfeto. D. B. 2007. Sistem Visi Komputer Untuk Estimasi Bobot Fisik
Ternak Sapi. Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) ISSN :
1978 9777 Yogyakarta
Lehmkuhler, J. 2007. Using Heritability To Your Advantage. University of
Wisconsin Extension provides equal opportunities in employment and
programming, including Title IX and ADA
requirements.http://www.uwex.edu/CES/animalscience/beef/document
s/2007heritability.pdf
Nurgiartiningsih, V. M. A. 2009. Pemetaan Hasil Persilangan Sapi Madura Di
Pulau Madura. Fapet Unibraw. Malang
Pirchner, F. 1981. Population Genetics in Animal Breeding. Chand and
Company Ltd. New Delhi
Pratomo. I.R.C. 2008. Model Statistik Pendugaan Bobot Badan Sapi Limousin
Betina Berdasarkan Ukuran Lingkar Dada, Panjang Badan Dan
Tinggi Gumba. http://www.gdlhub-gdl-s1-2008-pratomoign-8214-
kh2508-k.pdf
Peraturan Mentri Pertanian. 2006. Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang
Baik (Good Breeding Practice) Nomor 54/Permentan/OT.140/10/
2006. Jakarta
R, grabowski and e, dymnicki. 2006. The Heritability Of Body Measurements
And Live Weight And The Correlation Between Them In The
Polish Black And White Cows Jastrzebiec, 05-0551. Polish
Academy Of Science Institute Of Genetik And Animal Breeding
Mrokow Poland
Soehadji, 1992. Kebijakan Perkembangan Ternak Potong di Indonesia.
Tinjauan Khusus Sapi Madura. Departemen Pertanian. Proceeding
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
48/65
35
Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Sapi Madura.
BPT Grati. Pasuruan
Sudarmono, A.S dan Y. Bambang.S. 2008. Sapi Potong Pemeliharaan,
Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan.
Penebar Swadaya: Jakarta
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Gramedia pustaka: Jakarta
Warwick, E. J, J.M Astuti dan W. Hardjosubroto. 1984. Pemuliaan Ternak.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Wibisono. A. W. 2009a. Silsilah Sapi Madura. http://www.duniasapi.com
. 2009b
. Analisa Sapi Madura. http://www.duniasapi.com
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
49/65
36
Lampiran 1. Data Ukuran Statistik vital (Lingkar Dada, Panjang Badan, Tinggi Gumba) Sapi Madura Persilan
No NP
NI
dan
Na
X (LD
(cm))X
2
Y (PB
(cm))Y
2
Z (TG
(cm))Z
2 n n
2 XY YZ XZ
1 89705 1 150 22500 130 16900 123 15129 8 64 19500 15990 18
2 147 21609 130 16900 122 14884 19110 15860 17
3 149 22201 129 16641 122 14884 19221 15738 18
4 148 21904 130 16900 129 16641 19240 16770 19
5 149 22201 135 18225 122 14884 20115 16470 18
6 148 21904 127 16129 122 14884 18796 15494 18
7 149 22201 126 15876 124 15376 18774 15624 18
8 150 22500 130 16900 125 15625 19500 16250 18
1190 1037 989
2 89916 1 149 22201 130 16900 128 16384 7 49 19370 16640 19
2 147 21609 130 16900 128 16384 19110 16640 18
3 146 21316 129 16641 125 15625 18834 16125 18
4 149 22201 133 17689 129 16641 19817 17157 19
5 145 21025 131 17161 124 15376 18995 16244 17
6 149 22201 136 18496 125 15625 20264 17000 18
7 149 22201 131 17161 125 15625 19519 16375 18
1034 920 884
3 89704 1 149 22201 129 16641 125 15625 11 121 19221 16125 18
2 149 22201 130 16900 126 15876 19370 16380 18
3 144 20736 124 15376 127 16129 17856 15748 18
4 146 21316 126 15876 123 15129 18396 15498 17
5 149 22201 126 15876 121 14641 18774 15246 18
6 149 22201 132 17424 129 16641 19668 17028 19
7 151 22801 127 16129 122 14884 19177 15494 188 149 22201 130 16900 126 15876 19370 16380 18
9 145 21025 129 16641 125 15625 18705 16125 18
10 148 21904 127 16129 125 15625 18796 15875 18
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
50/65
37
11 144 20736 124 15376 123 15129 17856 15252 17
1623 1404 13724 89937 1 149 22201 135 18225 127 16129 8 64 20115 17145 18
2 144 20736 135 18225 130 16900 19440 17550 18
3 148 21904 134 17956 123 15129 19832 16482 18
4 148 21904 134 17956 125 15625 19832 16750 18
5 147 21609 125 15625 123 15129 18375 15375 18
6 147 21609 126 15876 126 15876 18522 15876 18
7 147 21609 129 16641 123 15129 18963 15867 18
8 149 22201 131 17161 127 16129 19519 16637 18
1179 1049 1004
5 89940 1 150 22500 132 17424 129 16641 9 81 19800 17028 19
2 144 20736 132 17424 127 16129 19008 16764 18
3 149 22201 130 16900 125 15625 19370 16250 18
4 149 22201 129 16641 125 15625 19221 16125 18
5 151 22801 132 17424 129 16641 19932 17028 196 149 22201 128 16384 124 15376 19072 15872 18
7 154 23716 128 16384 125 15625 19712 16000 19
8 153 23409 129 16641 126 15876 19737 16254 19
9 150 22500 130 16900 127 16129 19500 16510 19
1349 1170 1137
6 89808 1 147 21609 128 16384 125 15625 9 81 18816 16000 18
2 149 22201 128 16384 124 15376 19072 15872 18
3 149 22201 123 15129 126 15876 18327 15498 18
4 145 21025 125 15625 122 14884 18125 15250 17
5 150 22500 132 17424 128 16384 19800 16896 19
6 154 23716 130 16900 125 15625 20020 16250 19
7 149 22201 130 16900 124 15376 19370 16120 18
8 147 21609 136 18496 124 15376 19992 16864 189 147 21609 142 20164 130 16900 20874 18460 19
1337 1174 1128
7 89927 1 147 21609 128 16384 128 16384 9 81 18816 16384 18
2 149 22201 127 16129 129 16641 18923 16383 19
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
51/65
38
3 149 22201 124 15376 126 15876 18476 15624 18
4 148 21904 125 15625 135 18225 18500 16875 195 145 21025 125 15625 124 15376 18125 15500 17
6 149 22201 127 16129 121 14641 18923 15367 18
7 148 21904 125 15625 124 15376 18500 15500 18
8 147 21609 136 18496 126 15876 19992 17136 18
9 149 22201 138 19044 125 15625 20562 17250 18
1331 1155 1138
JUMLAH 9043 1340861 7909 1026313 7652 960302 61 541 1172517 992270 1134
1.Rata-rata dan Standart deviasi (Sd)
a.
Lingkar Dada
-
X = 148.246
-
X = 9043
-
X2 = 1340861
- Sd = 2.134
b.
Panjang Badan
- X = 129.656
-
X = 7909
- X2 = 1026313
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
52/65
39
- Sd
c. Tinggi
-
X
-
X
- X
-
Sd
2.
Koefisien
a. Lingk
= 1.4
= 3.799
Gumba
= 125.443
= 7652
= 960302
= 2.630
Keragaman (K
r Dada
9
)
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
53/65
40
b. Panjan
= 2.92
c.
Tinggi
= 2.0
g Badan
9
gumba
7
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
54/65
ampiran 2.
. Lingkar
1.
Koefisie
8.68
2.
FK
= 1
3.
JKt
= 13
= 2
. JKs
=
5.
JKw
= 1
=
2
Perhitunga
Madura Pe
Dada
Komponen
85
340588
40861- 1340
73.3115
1.781
340861- 134
31.531
Nilai herit
rsilangan
Ragam
88
0629
41
bilitas dan Galat Baku Statistik Vital Sapi
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
55/65
abel 8. An
Sumber Ra
Antar Peja
Dalam Pej
Total
6.
0.
7.
h2
= 0.269
8.
t
= 0.0
9.
SE h2
= 0.
adi heritabi
lisa Ragam
gam db
tan 6
ntan 54
60
308
7
396
litas Lingk
Lingkar Da
JK
41.781
231.531
273.311
r dada adal
42
da
KT
6.963
4.288
h 0.2690.
Kompone
396
KT
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
56/65
I. Panjan
1. Koefisie
= 8.68
2.
FK
= 10
3.
JKt
= 1
=
86
. JKs
=
5. JKw
=
=
Badan
n Kompone
85
25447
026313 - 10
5.771
06.539
026313 1
59.232
Ragam
5447
25554
43
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
57/65
abel 9. An
Sumber Ra
Antar Peja
Dalam Pej
Total6.
= 0.
7. h2
= 0.
8.
t
= 0.0
9. SE h2
=
Jadi herita
lisa Ragam
gam db
tan 6
ntan 54
60
26
118
9
0.333
ilitas Panja
Panjang Ba
JK
106.539
759.232
865.771
g Badan ad
44
dan
KT
17.756
14.059
alah = 0.11
Kompone
0.333
KT
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
58/65
II. Tinggi
1. Koefisie
= 8.
2. FK
= 9
3.
JKt
= 96
= 41
. JKs
= 5
5. JKw
=
3
abel 10. A
Sumber Ra
Antar Peja
Dalam Pej
Total
Gumba
n Kompone
885
59887
0302 959
5.049
.342
60302 95
61.708
alisa Raga
gam db
tan 6
ntan 54
60
Ragam
87
9940.292
Tinggi G
JK
53.342
361.708
415.049
45
mba
KT
8.890
6.698
Kompone
KT
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
59/65
6.
= 0.
7. h2
= 0
8.
t
= 0.0
9.
SE h2
=
Jadi herita
52
.145
6
.345
ilitas Tingg
i Gumba ad
46
lah =0.14 0.345
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
60/65
ampiran 3.
.
Lingkar
0.083
0.082
adi Korela
0.083 dan ti
I.
Panjan
= 0.241
Perhitunga
Dada dan
i Fenotip Li
ak berbeda
Badan da
Pendugaa
anjang B
ngkar Dada
nyata.
Tinggi G
47
Nilai Kore
dan
dan Panjan
mba
lasi Fenotip
Badan ada
Dan thitung
lah sebesar
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
61/65
= 0.239
adi Korela
0.241dan ti
II.Lingka
= 0.019
= 0.018
adi Korela
0.241dan ti
i Fenotip P
ak berbeda
Dada dan
i Fenotip Li
ak berbeda
njang Bada
nyata.
Tinggi Gu
ngkar Dada
nyata.
48
dan Tingg
ba
dan Tinggi
i Gumba ad
Gumba adal
lah sebesar
ah sebesar
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
62/65
49
Lampiran 4.
a. Nilai
No Pejanta
1 89940
2 89705
3 89808
4 89927
5 89916
6 89704
7 89937
JUM
erhitungan Pe
Pemuliaan (NP
h2LD P
0.268 1
1
1
1
1
1
1AH 1
1
1
1
dugaan Nilai P
)/Breeding Val
D NP L
9.889 148.
8.75 148.
8.556 148.
7.889 148.
7.714 148.1
7.546 148.
7.375 148.37.718
8.245
9.799
5.464
emuliaan (NP)
ue(BV)
h2PB
86(1) 0.118
81(2)
29(3)
49(4)
03(5)
58(6)
12
(7)
Breeding Valu
P PB NP
130 12
129.625 12
130.444 12
128.333 12
131.429 12
127.636 12
131.125 12908.593
e(BV) dan Ran
PB h2TG
.823(4) 0.145
.779(5)
.875(3)
.627(6)
.990(1)
.545(7)
.955
(2)
k Korelasi
P TG
126.333
123.625
125.333
126.444
126.286
124.727
125.5878.249
NP
12
12
12
12
12
12
12
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
63/65
50
b. Rank
No NP
1 89940
2 89705
3 89808
4 89927
5 89916
6 89704
7 89937
Jumlah
Korelasi
LD (X)
148.686
148.381
148.329
148.149
148.103
148.058
148.012
1037.718
PB (Y)
129.823
129.779
129.875
129.627
129.990
129.545
129.955
908.593
TG(Z)
125.590
125.197
125.445
125.606
125.583
125.357
125.469
878.249 1
X2
22107.521 1
22016.829 1
22001.364 1
21948.382 1
21934.516 1
21921.113 1
21907.585 1
53837.309 1
Y2
6853.902 1
6842.465 1
6867.462 1
6803.099 1
6897.508 1
6781.877 1
6888.237 1
17934.55 11
Z2
5772.936 19
5674.323 19
5736.489 19
5776.988 19
5771.199 19
5714.420 19
5742.561 19
0188.916 13
XY
302
256
264
204
251
180
234
469
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
64/65
51
1. r XY
= 0.062
2. r YZ
= 0.227
3. r XZ
= 0.029
-
7/24/2019 Pengaruh Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae Pada Ampas Pati Aren Terhadap Nilai Degradasi Pakan Secara in
65/65
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Pengukuran Lingkar Dada Pengukuran Tinggi Gumba
Sapi Madura Sapi Hasil Persilangan Limousin dan
Madura