pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pekerjaan

14
ISSN: 1410 - 2641 fPriyottggo Suseno, Pcngttruh Faktor Sosiol EkonoTtti Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan Sampingan Masyarakat Pedesaan*) ") iPritionggo Suseno Abstrak Pergeseran tenaga kerja dari sektor pcrtanian memiju non pertanian lambat hut pasti terjadi, khusjisni/a di daerab pedesaan. Akan tclapi pergeseran itu membutuhkanrentangwaktti.Tidaksctiappctanisiapuntukberpindabkerjakesektor lain. Sektor industri kecil menjawab sebagian pertamjaan tcrsebut. Namim dalam proses pergeseran itu, ternyata adanya pekerjaan sampingan menibawa peran penting dalam membantu masyarakat pedesaan menuju perubahan. Disamping itu, kehadiran sisiemkreditpedesaandanpehiangusahabarudipedesaancukupmembantumasyarakat desa meningkatkan taraf bidupnya. Penelitian ini menjawab seberapa pentingnya pekerjaan sampingan dalam kebidupan pedesaan, dan faktor-faktor apa saja yang mempengarubinya. Tingginya jumlah tenaga kerja di sektorpertaniandisebabkanolehmudahnya tenaga kerja memasuki sektor tersebut. Sektor ini relatif kurang menuntut pendidikan dan ketrampilan yang tinggi. Oleh karena itu banyak tenaga kerja berpendidikan menengahbekerja di sektor pertanian secarasementara,karena mereka masih mencari pekerjaan di sektor lain yang lebih layak. Disamping itu, terdapat kecenderungan semakin menurunnya nilai tukar komoditi pertanian terhadap komoditi-komoditi secara umum, sehingga adanya peningkatan produksi pertanian kadang menjadi kurang berarti bagi peningkatanpendapatanriil petani,bahkan dapatbernilai negaitif. Hal itu dapat terlihat dalam tabel 1. Tabel 1. Indeks Harga Kpnsumen Gabungan17 Kota di Indonesia Tahun 1988-1992 Indeks/Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 Indeks Harga Umum 310,37 330,29 112.48 123,02 132,25 Indeks Harga Padi-padian 257,58 246,42 107,25 114,89 123,72 Indeks Harga Aneka Barang &.Jasa (iranspon, pendidikan, dsb) 303,32 316,35 112,35 126,68 137,65 sximber: Biro Pusat Statistik, berbagai tahun ") Tulisan ini merupakan ringkasan skripsi penulis daiam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi jurusan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, lahun 1994. ••) Penulis adalah dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. JEP Vol. 2, No. 1,1997 57

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

ISSN: 1410 - 2641fPriyottggo Suseno, Pcngttruh Faktor Sosiol EkonoTtti

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadapPekerjaan Sampingan Masyarakat Pedesaan*)

")iPritionggo Suseno

Abstrak

Pergeseran tenaga kerja dari sektor pcrtanian memiju non pertanian lambathut pasti terjadi, khusjisni/a di daerab pedesaan. Akan tclapi pergeseran itumembutuhkanrentangwaktti.Tidaksctiappctanisiapuntukberpindabkerjakesektorlain. Sektor industri kecil menjawab sebagian pertamjaan tcrsebut. Namim dalamproses pergeseran itu, ternyata adanya pekerjaan sampingan menibawa peran pentingdalam membantu masyarakat pedesaan menuju perubahan. Disamping itu, kehadiransisiemkreditpedesaandanpehiangusahabarudipedesaancukupmembantumasyarakatdesa meningkatkan taraf bidupnya. Penelitian ini menjawab seberapa pentingnyapekerjaan sampingan dalam kebidupan pedesaan, dan faktor-faktor apa saja yangmempengarubinya.

Tingginya jumlah tenaga kerja disektorpertaniandisebabkanolehmudahnyatenaga kerja memasuki sektor tersebut.Sektor ini relatif kurang menuntutpendidikan dan ketrampilan yang tinggi.Oleh karena itu banyak tenaga kerjaberpendidikan menengahbekerja di sektorpertaniansecarasementara,karenamerekamasih mencari pekerjaan di sektor lain yanglebih layak. Disamping itu, terdapatkecenderungan semakin menurunnya nilaitukar komoditi pertanian terhadapkomoditi-komoditi secara umum, sehinggaadanya peningkatan produksi pertaniankadang menjadi kurang berarti bagipeningkatanpendapatanriil petani,bahkan

dapatbernilai negaitif. Hal itudapat terlihatdalam tabel 1.

Tabel 1. Indeks Harga KpnsumenGabungan 17 Kota di Indonesia

Tahun 1988-1992

Indeks/Tahun 1988 1989 1990 1991 1992

Indeks HargaUmum 310,37 330,29 112.48 123,02 132,25

Indeks HargaPadi-padian 257,58 246,42 107,25 114,89 123,72

Indeks HargaAneka Barang&.Jasa (iranspon,pendidikan, dsb)

303,32 316,35 112,35 126,68 137,65

sximber: Biro Pusat Statistik, berbagai tahun

") Tulisan ini merupakan ringkasan skripsi penulis daiam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi jurusan StudiPembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, lahun 1994.

••)Penulis adalahdosentetap Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

JEP Vol. 2, No. 1,1997 57

Page 2: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

iFriyorygoSuseno, Pengaruh FaktorSosialEkonomi

Fenomena di atas temyata dapatmendorong tingginya mobilitas pekerjaandari sektor pertanian ke sektor non-pertanian. Sementara itu kesempatan kerjanon pertanian masih merupakan baranglangka di pedesaan. Hal ini mendorongpetani untuk menggunakan sisa waktukerjanya dipertanianuntukbekerja disektornon-pertanian,baikdi sektor informal, atausebagai tenaga kerja musiman di kota.

Kesempatan kerja di luar |>ertanianbagi penduduk desa lebih banyakdipengaruhi dan ditunjang olehpengeluaran pemerintah daripada olehpertumbuhan pertanian itu sendiri. Petanibekerja di luar p>ertanian sekedar untukmemenuhi kebutuhan pokok keluarganya,danbukanlahkarena alasanekspansi usaha.Oleh karena itu f)erlu altematif lapangankerja luar pertanian yang dapat denganmudah dijangkau oleh petani perdesaan.

Salahsatukesempatan kerja potensialnon-pertanian yang dapat dikembangkandipedesaanadalahindustrikerajinan rumahtangga dan industri kecil. Adanyapergeserankerja kesektorindustri memangsebagian didorong oleh adanya kemajuanpembangunan di sektorpertanian. Namun,meningkatnya kebutuhan riil keluarga,semakin tingginya tingkat pendidikanmasyarakat perdesaan, dan semakinbesamya peluang mendapatkan fasilitasmodal diduga lebih banyak mendorongtingginya alokasi kerja petani di non-pertanian daripada dorongan dari sektorp>ertanian itu sendiri.

Pokok masalah dalam penelitian iniyaitualokasi jamkerja masyarakatpedesaan,khususnyarumah tanggapetanidan rumahtangga industri p>edesaan. Sebagian besarpetani tidak hanya bekerja di sektor

58

ISSN: 1410-2641

pertanian, namun biasanya juga memilikikerja sampingan,bersifatinsidental ataupunmusiman. Perilaku petani semacam itudilatarbelakangi oleh banyak faktor yangperlu diketahui. Sementara itu sektorindustri kecil adalah merupakan salah satusektor altematif penting dari pergeseranalokasi kerja petani.

LANDASANTEORITeori Preferensi Tenaga Kerja

Teori preferensi tenaga kerjamenjelaskan bagaimana individumengalokasikan waktu yang dimilikinyaguna memaksimalkan kepuasan {utilitas)atau kesejahteraan ekonomis yangdiharapkannya, dengan dihadapkan padakendala-kendala tertentu. Dengan kendalatersebut individu berusaha memaksimalkan

kepuasannya. Para ekonom memilikidefinisi yang hampir sama mengenaikurvaindiferensi,yaitu prinsipnya menunjukkanhubungan antara barang pasar dan waktunon pasar (leisure) yang memberikankepuasan yang sama.

Kendala yang dihadapi individu,pertania adalah kendala anggaran, yaitujumlahmaksimalkombinasi antarabarang/jasa pasar dan jam kerja atau leisure yangdapat diperolehnya. Kendala ini seringdisebut dengan budget constraint. Kendalakedua berupa waktu yang tersedia, dibagimenjadi waktu pasar atau waktu kerja danwaktu non pasar (leisure). Kendala ketigaadalah kendala fungsi produksi, yangmeliputi unitproduksi yangmembutuhkanfaktor produksi berupa waktu kerja daninput non-waktu (raw material, capital, skill,dan sebagainya).

Seorangindividu akan mendapatkantitik keseimbangan apabila telah mampu

JEP Vol. 2, No. 1,1997

Page 3: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

ISSN: 1410 - 2641

mengalokasikan waktu yang dimilikinya,dengan tingkat pendapatan yang berlakusedemikian rupa sehingga mendapatkankepuasan maksimal. Dengan meng-gabungkan keempat alat analisis tersebut(fungsi utilitas dan ketiga fungsi kendala),maka akan diperoleh keseimbangan tenagakerja dalam mengalokasikan waktunya,sehingga dapat diketahui pula jumlahkeseimbangan jam kerja yangditawarkannya.

Sementara Becker (1965) menganggapindi vidu juga sebagai produsen (perusahaankecil). Kendala pertama adalah anggaran,yaitu kombinasi antara barang pasar danwaktu non-pasar yangdikonsumsi sehinggadapat diraih kepuasan maksimum. Barangpasarmenunjukkan setiapbarang/jasa yangdapat diperoleh melalui mekanisme pasar,sedangkan waktu non-pasar adalah waktuyang digunakan oleh individu untukaktivitas-akti vitas di luar pasar yang secaralangsung dimaksudkan untukmeningkatkan kesejahteraannya Contohdari aktifitas ini membuat kerajinan,membantu suami bekerja,ataupun akti vi tas-aktivitas non-profit, seperti merawatanak,aktivitas agama dan politik, dan semuaaktivitas sosial semacamnya.

Keputusan Partisipatif Individu dalamAngkatan Kerja

Keseimbangan tenaga kerja akantercapai setelah individu mampu meraihkepuasan maksimum sebatas kendala yangdihadapinya. Keseimbangan tercapai bilatingkat pendapatan marjinal per satuanwaktu yang terjadi di pasar sama dengantingkat pendapatan marjinal yangdiharapkan. Individu akan memutuskanmemasuki angkatan kerja apabila tingkah

JEP Vol. 2, No. 1,1997

fPriyotiggo Suseno, Pengaruh Faktor Sosied Ekonami

upah yang diharapkan lebih kecilatau samadengan tingkahupah yangberlaku di pasar.

Perubahan (kenaikan) tingkat upahatau perubahan (penurunan) kegiatanistirahatdanrekreasi,dapatmempengaruhikeputusan individu dalam memasukiangkatan kerja, sehingga keputusan untukmeninggalkan angkatan kerja berubahmenjadi memasuki angkatan kerja. Selainitu adanya perubahan (kenaikan)pendapatan non-tenaga kerja dapatmendorong individu untuk meninggalkanangkatan kerja.

Apabila individu telah memutuskanuntuk memasuki pasar tenaga kerja, berartiia telah menciptakan penawaran tenagakerja. Penawaran tenaga kerja individualmenunjukkan jumlah jam kerja maksimumyang disediakan oleh tenaga kerja padaberbagai kemungkinan tingkat upah danpendapatannon-tenaga kerja untuk periodetertentu. Dengancrosssectiondapatdianalisispola penawaran tenaga kerja antar individupada waktu tertentu.

Kenaikan (penurunan) tingkat upahakan berakibat lebih banyaknya (sedikit)individu dalam mengkonsumsi waktunyauntuk kegiatan non-pasar, karena individumerasakan harga relatif leisure terhadappendapatan menjadi lebih mahal. Dengankata lain, jam kerja individu tersebutmenjadibertambah. Namun, dengan adanyakenaikan upah tersebut membuat individumerasa lebih kaya, sehingga meningkatkanwaktunya untuk kegiatan konsumtif danmengurangi jam kerjanya.

Strategi Alokasi Jam Kerja IndividualKeseimbangan Individual dengan SatuPekerjaan

Apabila individu memutuskan untuk

59

Page 4: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

(BrtyonggoSusetw, Pengaruh FaktorSosialEkonomi

memasuki pasar tenaga kerja, maka iadihadapkan pada pilihan alternatifpekerjaan. Jika individu dihadapkan padasatu pekerjaan,makaada tigakemungkinankeputusan yang dapat diambil, yaitu:(1) Apabila individu mempunyai jam kerjakeseimbangan sama dengan jam kerja yangtersedla pada suatu pekerjaan. Dalam halindividu akan menumpahkan semua jamkerja yang dimilikinya pada pekerjaantersebut. (2) Apabila individu mempunyaijam kerja keseimbangan terlalu sedikitdarijam kerja yang tersedia pada suatupekerjaan. Dalam halini,meskipunindividutelah menumpahkan semua jam kerja yangdimiliki pada pekerjaan tersebut, pekerjaanbelum optimal karena masih kekuranganjam kerja. Kekurangan jam kerja ini dapatdilengkapi dari tiga tenaga kerja, baik darianggotakeluargaataupunmengupan tenagaluar. (3) Apabila individu mempunyai jamkerja keseimbangan lebih besar daripadajam kerja yang tersedia pada suatupekerjaan, meskipun individu tersebut telahmenumpahkan semua jam kerja yangdimilikinya pada pekerjaan tersebut,kepuasannya belum maksimal. Ia masihmempunyai kesempatan menambah jamkerjanya pada pekerjaan lainnya.

Keseimbangan Individu dengan DuaPekerjaan

Apabila tenaga kerja memiliki jamkerja keseimbangan lebih besar dari padajam kerja yang tersedia pada suatupekerjaan, maka ia dihadapkan padamasalah bagaimana mengalokasikan sisajam kerja di pasartenaga kerja. Adanya sisajam kerja yang belum teralokasikanmerupakan potensi tenagakerjayangbelumtergali. Untuk memanfaatkanjamkerja yang

60

ISSN: 1410-2641

tersisa tersebut, individu dapatbekerja pada /pekerjaan lain.

Jika tenaga kerja dihadapkan padadua pekerjaan, berarti ia mempunyai duabuah fungsi kendala dan dua kurvaindeferensi. Pekerjaan kedua dapat dipilihmeskipun pendapatanperwaktu kerja yangditerimanya relatif lebih keci) daripadapekerjaan pertama. Perbedaan tingkatupah(earning) antar pekerjaan tersebutdigambarkandenganperbedaanslopekurvakendala.

Meskipun tingkat pendapatan daripekerjaan kedua relatif lebih kecil, namunindividu tetapbekerja disanakarenadengankeputusan tersebut, individu dapatmemperoleh tingkat kepuasan yang lebih ytinggi daripada ia hanya bekerja di satupekerjaan. Hal ini ditunjukkan denganfungsi utilitas yang lebih tinggi.

Strategi Alokasi Tenaga Kerja RumahTangga

Apabila terdapat sekumpulanindividu secara sosial, ekonomi dan kulturalmelakukan interaksi, sehingga terjadilahkebersamaan (sharing) diantara merekadalam anggaran belanja, pendapatan, danpenyediaan tempat tinggal. Untukmeningkatkan kesejahteraan, maka rumahtangga (biasanya kepala keluarga) akanmelakukan pembagian kerja. Alokasi kerjatersebut sangat dipengaruhi olehkesempatan kerja yang dimiliki olehsetiapanggota rumah tangga.Anggota yang relatiflebihefisien denganbekerja di pasar tenagakerja daripada anggota lainnya, maka iaakan menggunakan waktu konsumsi relatiflebih sedikit.

Faktor-faktor lain yang mem-pengaruhi strategi alokasi tenaga kerja atau

JEP Vol. 2, No. 1,1997

Page 5: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

ISSN: 1410 - 2641

jam kerja rumah tangga adalah besamyatanggungan keluarga, biaya transportasitingkat pendidikan, dan struktur sosialekonomi setempat Kebiasaan masyarakatmenjadikankerjasebagaikegiatanrutin danwajib, dapat mendorong mereka untukbekerja bagaimanapun keadaannya.Semakin tinggi tanggungan keluarga dantingkat pendidikan, maka semakin besarcurahan jam kerjanya. Semakin tinggibiayatransportasi kerja, semakin menurunkancurahanjamkerja,demikianpulasebaliknya.

Namun demikian, hubungan antarvariabel-variabel penjelas tersebut cukuperat, sehingga penaksiran alokasi tenagakerja rumah tangga akan lebih tepat apabiladiestimasi secara simultan. Memangbelumterdapat model baku yang mampumenjeiaskanperilaku tenagakerjapedesaan,sehingga sebagian besar peneliti berupayauntuk merumuskan model berdasarkan

informasi dan data yang diperolehnya darisampel penelitiannya.

STUDIPUSTAKA

Banyak penelitian telah dilakukanuntuk mengetahui berbagai faktor yangmempengaruhi kerja tenaga pedesaan,namun pada umumnya objek pekerjaanyang dituju adalah pekerjaan sebagai matapencaharian utama. Soentoro (1977) melihatbahwa industri kecil dan kerajinan rumahtangga lebih cocok dikembangkan diperdesaan yang mempunyai kepadatanpenduduk tinggi. Produktivitas industripedesaan tersebut sangatdipengaruhi olehfaktor produksi modal dan tenaga kerja.Tetapi karena peranan faktor produksitenaga kerja lebih besar, maka penyerapantenaga kerja relatif lebih besar daripadamodal meskipun lebih kecil proporsinya

JEP Vol. 2, No. 1,1997

Triymigffo Susoio, Peiigaruh Faktor SosiaJ Ekonomi

daripada peningkatanoutputindustri kecil.la menjeiaskan bahwa kesempatankerja disektor non-pertanian. di pedesaandipengaruhi oleh letak desa dengan pusatkegiatan ekonomi (pabrik-pabrikatau kotabesar),permintaan tenaga kerjaoleh sektorindustri, pemilikan faktor produksi olehrumah tangga dan tingkat pendidikanmasyarakat. Hasil studinya menunjukkanbahwa perkembangan industri kerajinandipedesaan relatif lambat, dan pangsapasarnya semakin menyempit.

Dari hasil survainya di Jawa, FaisalKasryno (1988) menyimpulkan bahwatingkatpendapatanmasyarakattakbertanahdan golongan ekonomi lemah hanya dapatditingkatkan melalui pengembangankesempatan kerja di luar pertanian.Alternatifpekerjaantersebutadalah industripedesaan yang dibarengi denganpengendalianlaju pertumbuhan penduduk.

Makali dan Sri Hartoyo (1978)menunjukkan bahwa sekitar seperlimatenaga kerja pedesaan adalah buruh tani.Sementara, sekitar 28,2% tenaga kerja priakaum buruh dengan upah riil 0,8 kg berasper hari, dan 35,2% tenaga kerja wanita dipertanian pedesaanadalah jugaburuh tanidengan menerima upah riil 0,7kg beras perhari. Tinggi rendahnya pendapatanmasyarakat pedesaan sangat dipengaruhioleh fluktuasi harga berasdanadatsetempat.

Hartoyo, (1981) menyimpulkanbahwa curahan jam kerja bagi masyarakatpedesaan selaindipengaruhi oleh upah jugadipengaruhi oleh pemilikan lahan garapandan jumlahanggotakeluarga.Makinbanyakluas lahan yangdigarap dan jumlahanggotakeluarga, maka curahan jam kerja rumahtangga semakin besar. la menghitungcurahan jain. kerja rumah tangga dengan

61

Page 6: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

WyonggoSuseno,Pengaruh Faklor Sosial Ehmomi

rasio antara jam kerja yang dicurahkanterhadap jumlah jam kerja keseluruhandalam satu tahun. Jam kerja rata-rata petanisampel adalah enam hari per minggu dan300 hari per tahun.

MenurutCain (1987) hubungan antaracurahan jam kerja dan tingkat pendidikanadalah positif, meskipun kurang signifikan.la menemukanbahwa tingkatcurahan kerjapara wanita (isteri)dipengaruhi oleh tingkatpendapatan suami dan pendapatan istri,tingkat pendidikan istri, jumlah anak-anakusia 6 bulan lebih, dan tingkatpengangguran.

Demikian pula Sichron (1987)menyimpulkan bahwa semakin tinggitingkat pendapatan dan pendidikanseseorang, maka semakin tinggi pulacurahan jam kerja. Bagi sektor pertanian,tingkat pendidikan tinggi dan menengahrelatif kurang diperlukan, kecuali bagibeberapa petani kaya.

Trijono (1988) dalam penelitiannyadi Bajang, Jawa Timur, melihat adanyapergeseran penghasilan bagi tenaga kerjapedesaan dari sektor pertanian ke sektornon-pertanian. Pergeseran tersebut sangatdipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi disektor pertanian dan ketimpangankekuasaan ekonomi. Petani kaya lebihbanyak proporsi pendapatannya dari non-pertanian dari pada petani miskin. Bahkan,petani kecil cenderung mencari pekerjaandi luar desanya. Sektor pertanian sebagaisektordominan di pedesaan ternyata belummampu memecahkan masalah ketenaga-kerjaan di pedesaan.

METODE PENELITIAN

Deskripsi SampelJumlah responden dalam penelitian

62

ISSN; 1410-2641

ini adalah 60 kepala rumah tangga, yangterdiriatas30orang petani padi(selanjutnyadisebut dengan "petani") dan 30 pengrajin(industri pedesaan) yang dipilih denganmetode multiple sampling.

Lokasi penelitian di desa Sukodadi,kecamatan Bandongan, dan Sidoagung,kecamatan Tempuran. Keduanya terletakdi kabupaten Magelang,Jawa Tengah.

Analisis Data

Untuk mengkaji apakah alokasi jamkerja rumah tangga pedesaan dipengaruhioleh faktor-faktor sosial ekonomi sepertitanggungan keluarga, pendidikan, jam kerjapada pekerjaan pokok, dan faktor-faktorlainnya digunakan pendekatan regresi.Sedangkan untuk mengetahui apakahperilaku ekonomi alokasi jam kerjasampingan rumah tangga industri denganrumah tangga petani berbeda dilakukanChcfw-test dengan model fungsi produksi.Fungsialokasijamkerjarumah tanggapetanidirumuskan sebagai berikut:

Y., = (1)

Fungsi alokasi jam kerja rumah tanggaindustri dirumuskan sebagai berikut:

Y„ = X3«.X3,^X3,««.X/\D»«^m, (2)

Ketcrangan:Yl = jumlah jamkerja sarnpingan rumahtangga

petani (jam/tahun)Y2 = jumlah jam kerja sampingan rumahtangga

industri pedesaanXI = jumlah tanggungan keluargaX2 = tingkat pendidikan rumah tangga (dalam

tahun)X3 = jarak ke kota terdekat (dalam menit)X4 = jumlah jam kerja pada pekerjaan pokok

JEP Vol. 2, No. 1,1997

Page 7: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

ISSN: 1410 - 2641

(jam/tahun)X5 = jumlah pendapatan dari pekerjaan

sampingan (Rp/tahun)D = variabe] dummyterhadap fasilitas kredit.

& ^2adalah variabel gangguan

PEMBAHASAN

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yangMempengaruhi Jam Kerja MasyarakatPedesaan pada Pekerjaan Sampingan.

Faktor sosial dan ekonomi yangberpengaruh kuat terhadap keputusantenaga kerja pedesaan dalammengalokasikan waktu untuk pekerjaansampingan adalah tingkat pendidikan, jarakatau waktu tempuh ke kota terdekat, jumlahpendapatan yangdidapatkan dari pekerjaansampingan, dan ada tidaknya fasilitasbantuan modal usaha.

Tanggungan KcluargaTanggungan keluarga terdiri atas

setiap orang, dewasa maupun anak-anakyang hidupnya dibiayai oleh kepalakeluarga, termasuk dalam penyediaananggaran harian, tempat tinggal, danpendapatan. Mereka tidak harusmempunyai hubungan darah,dan tidak pulaharus tinggal dalam satu rumah.

Tingginya tanggungankeluarga tidakmendorong mereka untuk bekerja lebihbanyak. Hal ini mengisyaratkan masihsulitnya dilakukan transformasi ekonomidaripertanian keindustri. Dari 60respondenmenunjukkan bahwa rumah tangga yangmempunyai tanggungan keluarga lebih dariempat orang mengalokasikan waktukerjanyapada pekerjaan sampingan 611jamper tahun, lebih sedikit daripada rumahtangga kecil (tanggungan kurang dariempat), yaitu 532 jam per tahun. Dengan

JEP Vol. 2, No. 1,1997

tPriifOiiggoSuiOio, Paxgaruh Faktor Sostal Ekonomi

kata lain, adanya industri pedesaan belummampu mengubah pola pikir masyarakatpedesaan mengenai kerja.

Tabel 2. Jam Kerja Sampingan danJumlah Tanggungan Keluarga Menurut

Pekerjaan Utama, April 1994

Jumlah

TanggunganKeluarga

Pekerjaan Utama(jam/^un)

Jumlah

Sampel

Per-

tanian

Industri Rerata

Kurang dari 4 596 637 611 25

4 abu lebih 464 578 532 35

Jumlah Sampel 30 30 60

StimlHT: Dab primer, diahh

Dilihat dari luas lahan garapan,nampak bahwa pada rumah tangga yangmemiliki lahan garapan scdang dan luas(diatas 0,5 ha), dengan semakin besartanggungan keluarga semakin menurun jamkerja pada pekerjaan sampingan. Hal inidikarenakan lahan lebih dari 0,5 hektarmembutuhkan waktu untuk menggaraplebih banyak, dan kepala keluarga merasalebih cukup dengan lahan yang dimilikinyauntuk mehghidupi anggota rumahtangganya daripada rumah tangga ber-lahansempit.

Pada masyarakatdengan lahansempitnampakberbeda. Mereka yang mempunyai-tanggungan keluarga lebihdari empatorangcenderung mengalokasikan waktu padapekerjaan sampingan relatif lebih banyakdaripada rumah tangga dengan tanggungankurang dari empat. Hal ini dikarenakandengan lahan garapan yang sempit, sangatkecil harapan bagi seseorang untuk dapat

63

Page 8: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

^PriyorggoSuseno, Pengaruh FaktorSosialEkonomi

menghidupi anggota rumah tangga yangrelatifbesar,sehingga diperlukan pekerjaansampinganyangdapatmemberikanbanyaktambahan penghasilan. Oleh karenanyakepala rumah tangga lebih banyakmeluangkan waktunya untuk bekerjasampingan,sebagaimanadiungkapkan olehHart (1978).Demikian pula hasil penelitianBrowning (1992) dan Saptono (1990)menjelaskanbahwa orang yang mempunyaisedikit anak cenderung lebih banyak jamkerjanya, karena lebih sedikit waktu yangdigunakan untuk istirahat.

Hubungan antara tanggungankeluarga dan jumlah jam kerja sampingantersebut didukung dengan uji statistik bcdamean. Uji tersebut ditunjukkan bahwaperbedaan yang terjadi pada jumlah jamkerja pada pekerjaan sampingan antararumah tangga kecil dan rumah tangga besaradalah karena faktor kebetulan saja. Hal iniditunjukkandengannilaiZ-statistiksebesar0,4379 (Z-kritis, yaitu 1,640, derajatkeyakinan90%).Jadidapatdikatakanbahwasecara parsial, besarnya tanggungankeluarga tidak signifikan berpengaruhterhadap jam kerja pada pekerjaansampingan.

Tingkat PendidikanRendahnya tingkat pendidikan for

mal masyarakat pedesaan bukan karenaketiadaan fasilitas pendidikan, namunlebihmerupakan faktor ekonomi dan budayasetempat, yang masih menganggap mahalbiaya pendidikan dan manfaatnya rendah.Secara umum nampak bahwa kepalakeluarga yang memiliki pendidikan formallebih tinggi cenderungmengalokasikanjamkerja sampingan lebih besar. Perilakutersebut selain terjadi pada rumah tangga

64

ISSN: 1410 - 2641

petani, namun juga pada rumah tanggaindustri pedesaan.

Pernyataandi atas sesuai dengan hasiluji statistik bcda mean. Dari uji ini, dapatdisimpulkan bahwa memang benar bahwatingkat pendidikan berpengaruh terhadapjumlah jam kerja yang ditawarkan padapekerjaan sampingan (derajat ke-yakinan98%), dan bukan karena kebetulan. Jadidikatakan bahwa peningkatan pendidikanpedesaan sangat diperlukan untukmeningkatkan gairah kerja. Di samping itu,peningkatan pendidikan juga merupakanprasyarat transformasi ekonomi daripertanian ke industri, karena sektorpertanian tidak banyakmenuntuttingginyapendidikan sebagaimana sektor industri,seperti ditunjukkan oleh hasil penelitianSinchron (1968).

Jarak ke Kota TerdekatRata-rata responden membutuhkan

waktu 24 menit untuk mencapai kotaterdekat. Lamanya waktu tersebut karenasebagian besar (37%) respondenmenempuhnya dengan berjalan kaki, danhanya sebagian kecil (22%) yangmenggunakan kendaraan pribadi. Jarakyang relatif dekat bagi responden yangtinggal di Sidoagung menyebabkanresponden lebih suka bersepeda daripadanaik angkutan umum, sementara respondenyang tinggal di Sukodadi memilih jalan kaki.

Perbedaan fasili tas transportasi dapatmempengaruhi kesediaan seseorang untukmencari pekerjaan sampingan, khususnyapekerjaan yang terpengaruh oleh sektorperkotaan. Dari sampel terpilihmenunjukkan bahwa individu yang dapatmencapai kota dalam waktu yang lebih cepatjustru mengalokasikan lebih sedikit

JEP Vol. 2, No. 1,1997

Page 9: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

ISSN: 1410 - 2641

waktunya untuk pekerjaan sampingan.Oleh karena itu p>eningkatan sarana

danprasarana transportasi diperlukan gunameningkatkan pendapatan masyarakatpedesaan. Jadi sektor non-pertanianmembutuhkan sarana transpor-tasi yanglebih baik, termasuk pula sektor industripedesaan.

Analisis uji statistik memperkuatdugaan hubungan tersebut. Dari uji bedamean diperoleh kesimpulan bahwaperbedaan yang terjadi pada jumlah jamkerja pada pekerjaan sampingan bukanlahkebetulan, tetapi memangberkai tan denganperbedaan jarak ke kota terdekat antarindividu (derajat keyakinan 95%).

Jam Kerja pada Pekerjaan PokokPetani berlahan sempit dan sedang

biasanya mencurahkan waktunya untukmenggarap lahan miliknya/garapannyasendiri^ sedangkan petani lahan luascenderung menggunakan tenaga di luarkeluarga untuk menggarap lahannya. Secaraefektif, petani bekerja di sawah selama satubulan untuk satu kali musim tanam padi,sehingga dalam menunggu masa panen (3sampai 3,5 bulan lagi) seolah-olah petanitidak mempunyai pekerjaan.

Tetapi kenyataannya hampir setiaphari petani bekerja di sawahnya. Hal inidikarenakan beberapa hal, diantaranya: (1)Pertanian padi sawah membutuhkanperawatan yang kbntinyu, seperti masalahpengairan dan keamanan. (2) Sistem tanampadi dalam satu desa tidak selalu serempak,bahkan banyak petani yang mempunyaibeberapa lahan garapan yang masatanamnya tidak bersamaan. (3) Kurangnyatenaga kerja manusia dan hewan untukmenggarap lahan pertanian,sehinggapetani

JEP Vol. 2, No. 1,1997

tPnyotiggoSusaio, Pen$aruh Faktor Sosial Ekonomi

harus menggarap sendiri. (4) Petani belummempunyai alternatif kegiatan di luarpertanian, sehingga pergi ke sawah hanyauntuk mengisi kekosongan waktu.

Secara umum rata-rata para pengrajinindustri pedesaan bekerja selama 1.784 jamper tahun pada pekerjaan pokoknya, relatiflebih tinggi daripada petani. Tinggirendahnya jam kerja pada pekerjaan utamatersebut akan berpengaruh pada kesediaanindividu untuk mencari pekerjaansampingan guna menambah peng-hasilannya. Semakin banyak waktudiperlukan pada pekerjaan utama, semakinsediki tkesempatan individu untuk mencaripekerjaan sampingan. Hal ini jugadidukungdengan uji statistik beda mean dan analisisvarian.

Pendapatan dari Pekerjaan SampinganRata-rata pendapatan per kapita

sampel adalah Rp 778.701, cukup tinggibagi masyarakat pedesaan. Tingginyapendapatanperkapi ta tersebut belum dapatmencerminkan keadaan yang sebenamya,karena dari 60 responden, terdapat empatresponden yang mempunyai pendapatantotal 18 hingga 24 juta rupiah per tahun,sedangkan sebagianbesar responden hanyamemiliki pendapatan di ba wah dua juta pertahun (pendapatan per kapita dibawah Rp400.000 per tahun).

Meskipun sebagian besar pekerjaansampingan tidak ditekuni dengansepenuhnya, namun telah dapatmemberikan tambahan pendapatan bagimasyarakat sekitar Rp 738.2000 per tahunper rumah tangga (Rp 61.500 per bulan).Apabila pendapatan dari pekerjaansampingan tersebut hanya diperhitungkanbagi mereka yang memiliki pekerjaan

65

Page 10: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

iPriyonggoSuscno, Pen^amh FaklorSosial Ekotiomi

sampingan saja (45 responden), makadiperoleh nilai Rp 962.610 per tahun (Rp80.217 per bulan).

^samya pendapatan dari pekerjaansampingan ternyata berkorelasi positifdengan jumlah jam kerja seseorang padapekerjaan sampingan tersebut. Semakinbesar pendapatan seseorang dari pekerjaansampingan, maka semakin banyak waktuyang disediakan oleh orang tersebut untukbekerjapadapekerjaan tersebu t.Hal tersebutdilakukan baik oleh rumah tangga industriperdesaan maupun petani.

Secara umum, rumah tangga yangmemperoleh pendapatan sampingan Rp500.000 lebih per tahun bersedia bekerjaselama 887 jam per tahun pada pekerjaansampingan tersebut. Sedangkan rumahtangga yang mendapatkan imbalanpekerjaan sampingan kurang dari RpKW.OCio pertahun, rata-rata merekabersediabekerja selama 135 jam per tahun. Periiakutersebutci//:Kprasjo«fl/,karena semakin tinggiharapan seseorang untuk mendapatkanpendapatan,maka makin mendorong untukbekerja lebih giat. Secara statistik jugaditunjukkan bahwa perbedaan jumlah jamkerja sampingan pada berbagai tingkatpendapatan sampingan adalah cukupsignifikan.

Fasilitas Kredit

Dari 60 responden, hanya 19 (32%)respondenyang telahmenggunakan fasilitaskr^it dari lembaga kredit formal, sepertiperbankan dan KUD. Rata-rata kredit yangmereka manfaatkan senilai Rp 565.000 pertahun. Biasanya dana senilai itu tidakdiperoleh dalam satu kali pengambilan,namun sekitar3-5 kali. Sumberdana kredit

tersebut sebagian besar dari BRI (90%) dan

66

ISSN: 1410-2641

terdapat seorang yang mengambil kreditdari BNI-46.

Rendahnya jumlah pemakai kreditformal di pedesaan sebagian besardisebabkan oleh ketakutan adanyatanggungan hutang, karena tidakmengetahui alokasi dana yang produktif,danbudayamasyarakatsetempatyangtelahmerasa cukup dengan apa yang adadihadapannya.

Rumah tangga yang menggunakanfasilitas kredit menyediakan waktunyasebanyak810jamper tahun untukpekerjaansampingan, sedang rumah tangga yang tidakmenggunakandana pinjaman hanya bekerjaselama 542 jam per tahun pada pekerjaansampingan. Dengan demikian, secara kasardapar ditunjukkan bahwa dengan adanyafasilitas kredit telah meningkatkankesediaan seseorang untuk mencaripekerjaan sampingan.

Ditinjau dari sisi pengeluaran rumahtangga nampak bahwa baik rumah tanggaindustri ataupun petani yang tingkatkonsumsinya tinggi (lebihdari 65%terhadappendapatan total) ataupun konsumsirendah, adanya fasilitas kredit telahmeningkatkan jam kerja mereka dalampekerjaan sampingan. Hal ini menunjukkanadanya gejala bahwa dana pinjaman yangdidapatkan adalah bukan untukdikonsumsi, namun untuk kepentinganproduksi.

Keeratan hubungan antara fasilitaskredit dan jumlah jam kerja sampingantersebut juga didukung oleh uji beda mean.Uji tersebut menyimpulkan bahwa tingkatkredit formal yang diterima berpengaruhsignifikan terhadap jam kerja sampingan.Oleh sebab itu bantuan modal sangatdiperlukan masyarakat perdesaan untuk

JEP Vol. 2. No. 1,1997

Page 11: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

ISS^: 1410-2641

meningkatkan semangat kerja, disampingmempermudah mereka dalam meningkatkan pendapatannya. Keberadaan program kredit pedesaan, seperti BKK, BKDdan TPSP-KUD merupakan buktipentingnyadanakredi tbagipengeinbanganperekonomian desa.

Analisis Regresi

Tabel 3

Hasil Analisis Regresi LinierVar.dependen: log (Yl)

Variabel Indep. Besarnya Koefisien Menurut SampelHetani

OesaIndustri

Pedesaan

Hetani

4- Industri

Pedesaan

Konstanta -0,75 0,06 0,17

log XI -0.37 -0.37 -0,36(-0.3354) (0.0211) (-0,4825)

logX2 -0,14 0,99 0,71"(-0,1674) (1,3533) (1,3948)

logXS 0,22 0,88 0,69**(0,4403) (1.4299) (1.1968)

logX4 0.24 -0,46 -0,30(0.3216) (-0.3701) (-0.4950)

log XS 0,81 0,64 0,75*(6,4818) (3.3980) (7.7361)

logo -0.37 1.76 1.11"(-0.3199) (1.9988) (1,7488)

0,6905 0,4860 0,5702

Sumber: Data pruner,diolahKeterangan: Angka dalam kurung menunjukkan nilait-statistik

Tanda "*"menunjukkansignifikan padaderaiatkeyakinan99%

Tanda"**"menun|ukkansignifikanpadaderajatkeyakinan

KinerjaPetanidan PengusahalndustriKecilUntuk mengetahui sama atau

tidaknya perilaku ekonomi rumah tanggapetani dan rumah tanggaindustri pedesaandalam menawarkan jam kerja

JEP Vol. 2, No. 1,1997

1Priyo7tggoSusmc, Pengaruh Faklor Sosial Ekohomi

sampingannya pada model regresi yangsama^ maka dapat dipergunakan uji ChowDengan analisis varian, dari uji Chowmenghasilkan nilai F-statistik yangsiknifikan. Oleh karena itu dalam analisis

selanjutnya dipergunakan model regresi III(sampel III), baik untuk melihat perilakurumah tangga petani ataupun industripedesaan.

Adanya persamaan dari dua regresidi atas menunjukkan bahwa adanyaperbedaan pekerjaan pokok (industri),belum mampu mengubahperilaku ekonomimasyarakat (petani) dalam mengalokasikanjam kerjanya. Industri pedesaan belumdapat mengubah perilaku sosial ekonomi,khususnya perilaku kerja sampinganterhadappendidikan,tanggungankeluarga,pendapatan, pekerjaan pokok, kemudahantransportasi, dan fasilitas modal.

Intcrprctasi ModelDari hasilestimasi model 111

didapatkan bahwa secara keseluruhah,variabel penjelas berpengaruh signifikanterhadapjumlahjam kerjayang dialokasikanolehseseorang pada pekerjaansampingan.

Secaraindividualditunjukkanbahwaterdapat dua variabel yang tidak signifikanmempengaruhi alokasi jam kerja padapekerjaan sampingan, yaitu variabel X, danX^. Hal ini berbeda dengan penelitian-penelitianSichron(196), Hartoyo (1981) danbersesuaian denganhasilpenelitian Saptono(1990). Hal tersebutdapatdipahami,karenasebagian besar pekerjaan pertanian danindustri pedesaan tidak banyakmembutuhkan pendidikan formal,melainkan khusus p>endidikan praktis.

Perbaikan sarana transportasi sangatdiperlukan guna mendorong ber-

67

Page 12: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

^BriyonggoSuseno, Pengaruh FaktorSosialEkonomi

kembangnya sektor non-pertanian dipedesaan. Halinidapatdilihatdari besamyakoefisien regresi variabel X3 sebesar 0,69.Rendahnya koefisien menunjukkanbahwa masyarakat pedesaan masihmenggantungkan pada pekerjaanpokoknya, pekerjaan sampingan belumdapat berperan sebagai pekerjaan ganda(multijob holding).

Koefisien regresi variabel D sebesar1,11 menunjukkan bahwa adanya fasilitaskredit telahmeningkatkanseseorangdalammenawarkan jam kerjanya pada pekerjaansampingan dengan cukup tinggi. Akantetapi lebih banyak dijumpai bahwamasyarakat pengguna kredit memiliki jamkerja sampingan yang rendah. Hal inidisebabkan oleh : (1) Sebagian besar danakredit digunakan untuk mengembangkanusaha pokoknya, bukan untuk mencarialternatif kegiatan lain. (2)Bagi masyarakatpedesaan dana kredit masih merupakanbarang asing, sehingga keputusan untukmengambil kredit harus denganpertimbangan matang dan lama.

SIMPULAN

Dari pembahasansebelumnya,dapatditarik simpulan sebagai berikut:(1) Perilaku ekonomi rumah tanggapetani dan industri pedesaan dalammengalokasikan jam kerjanya padapekerjaan sampingan tidak jauh berljeda,meskipun jumlah jamkerja keseluruhandanpendapatan rumah tangga industripedesaan relatif lebih besar. (2) Prosestransformasi ekonomi di pedesaan darisektor pertanian ke sektor industri masihmenghadapi banyak kendala, diantaranyaadalahkurangberperannyapendidikan,danpersepsi keluarga dalam mengubah pola

68

ISSN: 1410 - 2641

alokasi jam kerja. Tingginya tanggungankeluarga dantingkatpen-didikancenderunglebih mengkon-sentrasikan kerja merekapada pekerjaan pokok, yang sebagian besaradalahpertanian. (3) Tingginya tanggungankeluargamenurunkan jamkerjasampingan,tetapi meningkatkan pendapatan totalrumah tangga. Tingkat pendidikan formaldapat memacu masyarakat lebih giatbekerja, akan tetapi belum mampumeningkatkan pendapatan rumah tangga.Fasilitas kredit berpengaruh padapeningkatan gairah kerja sekaligus dapatmeningkatkan pendapatan rumah tangga.Kesulitan transportasi kekota terdekatdapatmenurunkan jam kerja pokok dan tingkatpendapatan rumah tangga, meskipunjumlah jam kerja sampingan meningkat.Tingginya pendapatan dari pekerjaansampingan mempunyai pengaruh positifterhadap curahan kerja sampingan. Secarakeseluruhan, keenam variabel tersebutberpengaruh signifikari. (4) Gairah kerjamasyarakat pedesaan dapat dipacu olehtingginya pendapatan yang diperoleh danbantuan modal. Hal ini nampak daribesarnya pengaruh fasilitas kredit danpendapatan sampingan dibandingkanvariabel lainnya. (5) Pekerjaan sampinganmasyarakat perdesaan tidak banyakmenuntut tingginya tingkatpendidikan daninelastis terhadap tingkat pendapatan.Keadaan tersebut mengisyaratkan bahwamotivasi masyarakat pedesaan mencaripekerjaan sampingan bukanlah untukmengejar pendapatan sebanyak mungkin,namunsekedaruntuk menutupi kebutuhan.

Dari kesimpulan ini dapat dilakukanbeberapa langkah pembangunan pedesaanyaitu :(1) Diciptakan dan dikembangkannya

JEP Vol. 2, No. 1,1997

Page 13: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

ISSN: 1410 - 2641

kesempatan kerja baru di pedesaan, yangdimungkinkan dengan rendahnyapendidikan, keahlian serta kondisi sosialbudaya setempat. (2)Program bantuan modal kerja yang telah dilakukan perluditingkatkan, balk kuantitas ataupunpengasawannya. (3)Sarana dan pransaranatransportasi perlu ditingkatkan mutunya,khususnya bagi desa-desa tertinggal dansulit dijangkau oleh angkutan umum. (4)Peningkatankualitassumberdayamanusiamelalui pendidikan perlu didistribusikansecara merata

DAFTARPUSTAKA

Arsyad, Lincolin, dan Soeralno(1988),MetodohgiPeneUtiamintukEkonomidanBisnis, BPFE UGM, Yogyakarta.

Becker, Garry S, (1965) ATheory of Allocation of Time, The Economic JournaJ,September.

Browning, Martin, (1992) Children andHausehold Economic Behaviour, TheJournal Economics Literature, XXX/3.

Djarwanto, PS, dan Pangestu Subagyo,(1984) Statistik Induktif, BPra UGM,Yogkakarta.

Reisher, Belton M, dan Tliomas J Kneiser,Labor Economics: Theory, evidence, andPolicy, PrenticeHall Inc.,NewJersey,1980.

Guest, Philip, (1980) Labor Allocation, Migration, and Development: Migration inFourJavanese Villages,VJestViewPress,San Fransisco, 1989.

Handarti,YulianaRini,(1989) Pola PergeseranTenaga KerjaSektoraldi DIY1971-1985(Skripsi, tidakdipublikasikan), FakultasEkonomi UGM, Yogyakarta.

JEPVol.^No. 1,1997

WyonggoSusmo, Pcttgmth FnklorSosial Ekonomi

Haryono,Sri,(1985) Tingkat Produksi, TenagaKerja, Pendapatan Rumah Tangga, danKelembagaan diDesa Gemarang, Ngawi,Jawa Timur, SAE, Jakarta.

Kasryno, F., Yusuf Saefuddin, (1988)Perkembangan Teknologi danKesempatan Kerja Sektor Pertanian,PRISMA, 2.

Kiswanto, Teguh Wahyu, (1991) AnalisisFaktorSosialEkonomi YangBerpengaruhTerhadap Industri Kecil (Skripsi, tidakdipublikasikan), Fakultas EkonomiUGM, Yogyakarta.

Koutsoyiannis,i'l972)TheoryofEconomctric$,Second Edition, Macmillan, NewYork.

Makali, dan Sri Hartoyo, (1978)Perkembangan Tingkat Upah danKesemixitan Kerja BuruhTanidiPedesaanJawa, SAE, Jakarta, 1978.

Mubyarto (1983), Politik Pertanian danPembangunan Pedesaan,PenerbitSinarHarapan, Jakarta.

Pesaran, M Hashem, dan Bahran Pesaran,(1987) Datafit: An InteractiveEconometrics Software Paackage, Oxford University Press.

REPELITA V, Buku I, II, dan III.Salva tore, Domonick, (\9S0) Microeconomics

Theory, EdisiIndonesia (FaridWijayadan Ari Sudarman), BPFE UGM,Yogyakarta.

Sichron, Moshe, (1985) Interrelationship between theEducational LevelandOccupational Structure of The Labor Force(Dessertation, un}.niblished), FacultyofThe Graduate School of Arts and Sci

ence, Pennsylvania.Singaribun, Masri, danSofian Wanadi, (1989)

Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

69

Page 14: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pekerjaan

fPriyorygoSuseno, Pengaruh FaktorSosialEkmomi ISSN: 1410- 2641

Soentoro/ (1977) et al, Deskripsi Pen\/ediaan Trijono, Lambang, (1994), Pasca Revolusidan Kebutuhan Tenaga Kerja di Sektor Hijau di Pedesaan Jawa Timur,Pertanian, SAE, Jakarta. PR/SMA, 3.

70 JEP Vol. 2,No. 1,1997