pengaruh dukungan sosial, komunikasi interpersonal...
TRANSCRIPT
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DAN EKSPEKTASI PERNIKAHAN TERHADAP KEPUASAN
PERNIKAHAN ISTRI NELAYAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Fitri Anisa
NIM : 11140700000008
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H /2018 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Juli 2018
Fitri Anisa
NIM: 11140700000008
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan menemukan
caranya. Namum jika tak serius, kau hanya akan menemukan alasan
(Jim Rohn)
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orangtua, sahabat dan
orang terkasih
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Juli 2018
C) Fitri Anisa
D) Pengaruh Dukungan Sosial, Komunikasi Interpersonal dan Ekspektasi Pernikahan
terhadap Kepuasan Pernikahan Istri Nelayan
E) ix + 95 halaman + 18 lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan sosial (dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan),
komunikasi interpersonal (self concept, ability, skill experience dan self disclosure),
ekspektasi pernikahan (harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan
keluarga, harapan dari institusi pasangan dan konsep pasangan ideal) terhadap
kepuasan pernikahan istri nelayan.
Populasi penelitian penelitian yaitu istri nelayan di Palabuhanratu dengan jumlah
sampel sebanyak 220 orang yang sudah menikah. Metode dalam pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik non-probability sampling yaitu teknik aksidental
sampling. Alat ukur penelitian ini yaitu Revised Dyadic Adjustment Scale (Busby,
Christensen, Crane & Larson, 1995), alat ukur dukungan sosial penulis membuat
sendiri dengan menggunakan teori dari Sarafino dan Smith (2011), Interpersonal
Communication Inventory dari Bienvenue (1987) dan Ekspektasi pernikahan penulis
membuat alat ukur sendiri dengan mengginakan teori epigenetic model marital
expectation dari Bhatti (2006). Uji validitas alat ukur menggunakan Confirmatory
Factor Analalysis (CFA) dengan software Lisrel 87.0 Sedangkan analisis data
menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan software SPSS 17.0.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan terhadap
kepuasan pernikahan istri nelayan dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (sig >
0,005). Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, terdapat
pengaruh yang signifikan variabel dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan
ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan. Hasil uji hipotesis
minor membuktikan variabel yang pengaruhnya signifikan yaitu dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan persahabatan, self concept, harapan dari
pasangan, harapan keluarga dan harapan dari institusi pernikahan. Adapun proporsi
varians memberikan pengaruh secara signifikan sebanyak 47.8%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada lembaga komunitas
nelayan untuk bisa mengadakan seminar mengenai pernikahan kepada istri nelayan
agar mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya stabilitas pernikahan untuk tetap
menjaga kepuasan pernikahan.
G) Bahan bacaan: 5; buku: 4 + jurnal: 40 + thesis: 4 + Skrispsi: 5 + artikel: 9
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan izin
Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Dukungan
Sosial, Komunikasi Interpersonal, dan Ekspektasi Pernikahan terhadap Kepuasan
Perikahan Instri Nelayan”. Tidak lupa shalawat serta salam penulis selalu curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Abdul Mujib M.Ag.,M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Bapak Ikhwan Luthfi M.PsiT selaku dosen pembimbing akademik, terima
kasih atas bimbingan dan masukannya selama penulis menjalani perkuliahan.
3. Bapak Drs. Akhmad Baidun M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, terima
kasih telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta doa selama proses
bimbingan. Terima kasih atas kesabaran Bapak yang dengan ikhlas penulis
selalu mengganggu waktu Bapak, menunggu Bapak didepan ruangan dan
membimbing penulis dengan tekun sehingga penulis bisa mewujudkan
harapan orangtua untuk lulus tepat waktu di semester delapan masa
perkuliahan penulis. Banyak ilmu dan pemahaman yang penulis dapatkan
selama proses bimbingan yang menjadi modal penting untuk kehidupan
penulis.
viii
4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis baik dalam bidang
akademis maupun dalam menjalani kehidupan.
5. Karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi
penulis selama kuliah.
6. Kepada Bapak dan Mamah yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah
penulis, selalu memberikan motivasi, teladan yang luar biasa dan kasih sayang
yang tidak bisa penulis gambarkan lewat untaian kata. Bapak dan Mamah
yang bukan hanya menjadi orangtua tetapi juga menjadi pelita, pengajar serta
pendidik dalam kehidupan. Kakak Hendra Lesmana, Adik kecilku Tia Septiani
dan Paman Yosep Yudistira yang selalu siap membantu baik dalam hal materi
maupun non materi, memberikan kasih sayang, support yang luar biasa
sehingga penulis tetap semangat dalam menjalani perkuliahan.
7. Kepada Bunda dan Ayah terima kasih atas doa, kasih sayang dan bantuan baik
materi dan non materi. Motivasi, pengalaman sera sudut pandang Bunda dan
Ayah yang menjadikan inspirasi penulis selama proses perkuliahan serta
selama penulis mengerjakan skripsi.
8. Kepada sahabat laki-laki penulis yaitu Akhlis Istiqlal terima kasih karena
selalu sabar, setia, juga dengan tekun menemani penulis dalam mengerjakan
tugas kuliah dan skripsi. Meluangkan waktu untuk membantu penulis ketika
mengalami kesulitan dalam memahami mata kuliah dan memberikan motivasi
ix
dalam mempersiapkan presentasi baik dikelas maupun ketika sidang hasil dan
siding munaqosah.
9. Kepada sahabat penulis yaitu Umi Latifah, Widya Putri Pangestie, Nurul
Noverri terimakasih karena sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan
penulis. Keluh kesah dalam menjalani perkuliahan serta skripsi, doa dan
motivasi yang kalian berikan kepad penulis serta acuan yang menjadikan
penulis bisa menyelesaikan perkuliahan dalam delapan semester.
10. Muhammad Khoirul dan Elik Maulana, rekan bimbingan skripsi dan rekan
psikologi angkatan 2014 yang sudah banyak membantu baik doa, tenaga,
motivasi kepada penulis.
11. Kepada istri nelayan di Palabuhanratu selaku responden yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penelitian ini, memberikan
ilmu dan pemahaman selama saya melakukan penelitian.
12. Kepada rekan-rekan yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, terima kasih
atas doa dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi
pasangan suam istri.
Jakarta, 19 Juli 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-9
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................................ 6
1.2.1 Pembatasan Masalah Penelitian ................................................ 6
1.2.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 9
1.3.2.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 9
1.3.2.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................... 10-36
2.1 Kepuasan Pernikahan ........................................................................ 10
2.1.1 Pengertian Kepuasan Pernikahan ............................................ 10
2.1.2 Aspek Kepuasan Pernikahan .................................................. 11
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ... 13
2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan .......................................... 16
2.2 Dukungan Sosial ............................................................................... 17
2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial ................................................... 17
2.2.2 Aspek Dukungan Sosial .......................................................... 18
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial ................................................. 19
2.3 Komunikasi Interpersonal ................................................................. 20
2.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ..................................... 20
2.3.2 Aspek Komunikasi Interpersonal ............................................ 21
2.3.3 Pengukuran Komunikasi Interpersonal ................................... 23
2.4 Ekspektasi Pernikahan ..................................................................... 23
2.4.1 Pengertian Ekspektasi Pernikahan .......................................... 23
2.4.2 Aspek Ekspektasi Pernikahan ................................................. 24
2.4.3 Pengukuran Ekspektasi Pernikahan ........................................ 27
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................. 27
2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 34
2.6.1 Hipotesis Mayor ...................................................................... 34
2.6.2 Hipotesis Minor ...................................................................... 35
xi
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 37-67
3.1 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 37
3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel Penelitian .. 37
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 40
3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan .................................................... 42
3.3.2 Skala Dukungan Sosial ........................................................... 42
3.3.3 Skala Komunikasi Interpersonal ............................................. 43
3.3.4 Skala Ekspektasi Pernikahan .................................................. 43
3.4 Uji Validitas ...................................................................................... 44
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Pernikahan ........................ 46
3.4.2 Uji Validitas Konstuk Dukungan Sosial ................................. 47
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Komunikasi Interpersonal ................. 53
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Ekspektasi Pernikahan ....................... 59
3.5 Metode Analisis Data ........................................................................ 65
BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 68-81
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................. 68
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................... 69
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ..................................... 71
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 73
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ...................................... 73
4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Masing Masing Independen
Variabel .................................................................................. 79
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ...................................... 82-90
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 82
5.2 Diskusi .............................................................................................. 82
5.3 Saran ................................................................................................ 88
5.3.1 Saran Teoritis .......................................................................... 89
5.3.2 Saran Praktis ........................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91-95
LAMPIRAN .................................................................................................. 96-113
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penilaian Pernyataan Favorable ........................................................... 41
Tabel 3.2 Penilaian Pernyataan Favorable Dan Unfavorable .............................. 41
Tabel 3.3 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan ................................................ 42
Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial ........................................................ 42
Tabel 3.5 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal.......................................... 43
Tabel 3.6 Blue Print Skala Ekspektasi Pernikahan ............................................... 44
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan ........................................... 47
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dukungan Emosional ........................................... 48
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Instrumental ........................................ 50
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dukungan Informasi .......................................... 51
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dukunagn Persahabatan ..................................... 52
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Self Concept ....................................................... 54
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Ability ................................................................. 55
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Skill Experience.................................................. 56
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Emotion .............................................................. 57
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Self Disclosure ................................................... 59
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Harapan dari Pasangan ....................................... 60
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Harapan dari Pernikahan .................................... 61
Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Harapan Keluarga .............................................. 63
Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Harapan Institusi Pernikahan ............................. 64
Tabel 3.21 Muatan Faktor Item Konsep Pasanga Ideal ........................................ 65
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................. 68
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................ 70
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ............................................................................ 71
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel ..................................................................... 72
Tabel 4.5 R Square ................................................................................................ 73
Tabel 4.6 Anova .................................................................................................... 74
Tabel 4.7 Koefisien regresi ................................................................................... 75
Tabel 4.8 Proporsi varians untuk masing-masing independent variable .............. 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Berfikir ................................................................ 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Path Diagram Kepuasan Pernikahan .......................................................... 97
Lampiran 1 Path Diagram Dukungan Sosial .................................................................. 98
Lampiran 1 Path Diagram Komunikasi Interpersonal ................................................... 100
Lampiran 1 Path Diagram Ekspektasi Pernikahan ......................................................... 103
Lampiran 2 Kuisioner Penelitian ................................................................................... 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Individu yang memasuki tahap dewasa awal berada dalam tahap perkembangan
untuk membangun hubungan yang lebih intim bersama lawan jenis dan
membentuk keluarga melalui pernikahan (Hurlock, 2002). Keberhasilan dalam
pernikahan tidak hanya diukur dari kebergantungan pasangan. Diperlukannya
kerjasama yang baik antara individu dengan pasangan untuk bisa mencapai tujuan
dari pernikahan yaitu adanya kepuasan pernikahan. Kepuasan pernikahan dapat
tercapai bersama pasangan ketika pasangan mampu menyesuaikan diri dengan
baik sehingga tercapai penilaian subjektif yang baik mengenai hubungan
pernikahan (Spanier, 1976). Setiap indivdu yang menikah cenderung memiliki
keinginan untuk mencapai kepuasan dalam pernikahan (Papalia, Old, & Fieldman,
2009).
Kepuasan pernikahan menjadi salah satu prediktor penentu kesehatan mental,
stabilitas emosi dan pasangan yang sukses (Zaheri, et al., 2016). Individu yang
merasa puas dalam pernikahannya menunjukan hubungan yang lebih baik diantara
sistem fisiologis dibandingkan individu yang kurang puas dalam pernikahannya
(Baumeister, 2007). Menurut Cummings dan Davies (2010) kepuasan pernikahan
juga dapat berdampak terhadap perkembangan anak, kesejahteraan, prestasi
akademik, keterampilan sosialdan hubungan antara pasangan (dalam Wardhani,
2015). Individu yang menjalani pernikahan dengan bahagia mampu memiliki
2
perasaan positif terhadap pasangan selama periode awal dalam hubungan
pernikahan.
Faktanya di Indonesia masih ada pasangan yang memutuskan untuk bercerai.
Data perceraian di Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan tetap tinggi di awal
tahun 2018 yaitu mencapai 142 kasus dan didominasi oleh cerai gugat (Iman &
Nursalikah, 2018). Pada tahun 2017 Kecamatan Palabuhanratu menempati urutan
ketiga angka perceraian terbesar di Kabupaten Sukabumi. Total penduduk
perempuan sebanyak 54.217 orang. Jumlah janda di Kecamatan Palabuhanratu
4.773 orang meliputi cerai hidup sebanyak 1.804 orang dan cerai mati 2.969
orang. Rata-rata umur perkawinan perempuan di usia 25 tahun (Rahmatilah,
2017). Banyaknya kasus perceraian di Indonesia menunjukan bahwa kurang
adanya kepuasan pernikahan antara suami dan istri (Wismanto & Bagus, 2004).
Istri sebagai pendamping suami yang memiliki tugas sebagai ibu rumah
tangga yang mengatur segala kebutuhan anak dan suaminya. Istri melakukan
pekerjaan rumah, dan mengasuh serta mendidik anak-anak, sedangkan tugas
suami mencari nafkah. Banyaknya tugas yang dijalani istri mungkin membuat istri
lama-lama menjadi jenuh dan bosan sehingga merasa bahwa dirinya kurang
diperhatikan suami sehingga kurang puas dalam pernikahan. Kepuasan pernikahan
pada istri lebih rendah karena istri memiliki harapan yang lebih tingi untuk
keintiman dan dukungan emosional dalam pernikahan. Suami biasanya tidak
diasosiasikan untuk memberikan dukunga seperti itu dalam hubungan pernikahan
(Rostami, Ghazinour, Nygren, & Richter, 2014).
3
Kecamatan Palabuhanratu merupakan kecamatan yang profesi penduduknya di
dominasi oleh nelayan. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan kelompok
masyarakat yang dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin
diantara kelompok masyarakat lain di sektor pertanian (Noer, 2018). Berdasarkan
hasil pengamatan penulis pada tanggal 9 Juni 2018 yaitu gambaran umum dari
kondisi nelayan di Palabuhanratu yang pertama kali bisa dilihat dari kualitas
pemukiman. Dari kondisi nelayan di Palabuhanratu secara umum rumah nelayan
masih berdinding anyaman bambu, berlantai semen dan peralatan rumah tangga
yang masih sederhana. Selain itu, berdasarkan wawancara terhadap beberapa istri
nelayan disimpulkan keluarga istri nelayan masih memiliki kesulitan ekonomi
yang ditandai dengan perilaku berhutang demi memenuhi kebutuhan rumah
tangga (Susi, 2018).
Keluarga nelayan umumnya memiliki standar hidup tinggi dengan
kecenderungan untuk konsumsi yang cukup tinggi. Hal ini sebagai ekspresi dari
peribahasa jawa yang mengatakan entek nggolek yang artinya pendapatan yang
didapatkan oleh nelayan dalam satu hari akan dihabiskan pada hari itu juga
(Setiawan, 2014). Pemenuhan kebutuhan ekonomi ternyata kurang diimbangi oleh
pendapatan suami. Kondisi ini menyebabkan istri nelayan masih merasa kurang
mendapatkan kepuasan dalam pernikahan (Neng, Lena, & Siti, 2018). Hasil
wawancara ini sesuai dengan ungkapan Conger dan Martin (2010) menjelaskan
bahwa kelas sosial atau status sosial ekonomi keluarga berkaitan dengan kepuasan
dan stabilitas dalam pernikahan.
4
Beberapa faktor menjadi penyebab dari kepuasan pernikahan antara lain faktor
seperti faktor komunikasi (Askari, Noah, Hassan, & Baba, 2012), ekspektasi
pernikahan (Rios, 2010), dukungan sosial (Ebenuwa-Okoh, Edu, & Elizabeth,
2015), dan rasa syukur (Barton, G.Futris, & Nielsesn, 2015). Adapun faktor lain
yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan yaitu kepribadian pasangan baik
extraversion, submissiveness dan introversion (Baumeister, 2007) dan tidak
adanya kepuasan dalam perkawinan (Srisusanti & Zulkaida, 2013). Dalam
penelitian ini, penulis akan memfokuskan penelitian pada dinamika dukungan
sosial, komunikasi dan ekspektasi pernikahan.
Dukungan sosial diperlukan bagi istri nelayan agar mudah menerima dan
memahami kondisi pernikahan. Dukungan yang sesuai akan sangat membantu
individu untuk menemukan solusi dari masalah, merasa disayangi, dipedulikan,
dihargai sehingga memunculkan rasa percaya diri. Selain itu, dukungan sosial
berkaitan dengan fungsi pernikahan yang baik dan berkontribusi terhadap
kesehatan keluarga. Individu yang mendapatkan dukungan sosial yang baik
terhadap pasangan berkontribusi pada kepuasan hidup pasangan (Baumeister,
2007). Sedangkan individu yang kurang merasakan dukungan sosial, maka kecil
kemungkinan individu dapat mengurasi stress yang akan berdampak terhadap
kepuasan hidup pasangan (Sarafino & Smith, 2011).
Komunikasi menjadi salah satu faktor yang penting dalam kepuasan
pernikahan. Strategi komunikasi yang efektif antara pasangan akan sangat
membantu dalam mencapai tingkat kepuasan hubungan yang lebih besar.Askari,
Noah, Hassan & Baba (2012) menjelaskan keterampilan komunikasi dan
5
penyelesaian konflik dalam rumah tanggameningkatkan kepuasan dalam
pernikahan. Sari (2017) mengungkapkan bahwa pernikahan yang kurang dilandasi
dasar yang kokoh seperti komunikasi, maka perubahan yang terjadi dalam
pernikahan dapat menjadi konflik terhadap pernikahan. Pernyataan ini sejalan
dengan Takariawan yang mengungkapkan bahwa 70% persoalan suami istri
dipicu oleh kegagalan komunikasi (dalam Sari, 2017). Oleh karena itu, suami
maupun istri seharusnya memiliki pola komunikasi yang baik dalam
pernikahannya.
Salah satu bentuk komunikasi yang dapat dilakukan oleh pasangan adalah
komunikasi interpersonal. Bienvenue (I987) berpendapat bahwa komunikasi
merupakan kemampuan individu dalam mendengarkan isi dari komunikasi juga
mampu mengekspresikan pikiran dan adanya keinginan untuk berkomunikasi
dengan baik. Komunikasi dipandang sebagai kunci utama dalam penilaian
individu terhadap kepuasan hubungan sehingga pasangan yang lebih puas
menunjukan komunikasi yang lebih positif dan efektif (Lavner, Karney, &
Bradbury, 2016). Akan tetapi, tidak jarang istri nelayan masih belum bisa
mengkomunikasikan informasi dengan baik terhadap suami. Hasil observasi pada
tanggal 9 Juni 2018 disimpulkan bahwa masih ada istri yang lebih terbuka kepada
teman mengenai konflik yang terjadi dalam pernikahan daripada menyelesaikan
konflik bersama suami.
Kepuasan pernikahan juga dapat dipengaruhi oleh ekspektasi pernikahan yang
realistis. Ekpektasi pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu harapan
pernikahan individu terhadap pasangannya. Juvva dan Bhatti (2006) menjelaskan
6
bahwa ekspektasi pernikahan adalah harapan individu terhadap pernikahannya.
Harapan tinggi yang dimiliki oleh istri nelayan jarang dapat terpenuhi dikarenakan
kondisi eksternal maupun internal dalam pernikahan. Faubert (2008) mengatakan
bahwa individu yang memiliki harapan kurang realistis dalam hubungan
pernikahan menjadi salah satu faktor resiko signifikan untuk marabahaya dan
perceraian pernikahan. Diperlukannya negosiasi antara individu dengan pasangan
mengenai harapan dalam pernikahan untuk menghindari perselisihan karena
harapan dari pernikahan menjadi salah satu prediktor dari kepuasan pernikahan
(Rios, 2010).
Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Dukungan Sosial, Komunikasi
Interpersonal dan Ekspektasi Pernikahan terhadap Kepuasan Pernikahan
Istri Nelayan”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Fokus penelitian ini yaitu kepuasan pernikahan istri nelayan. Adapun faktor yang
penulis gunakan yaitu dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi
pernikahan. Untuk menghindari ketidakjelasan dan melebarnya masalah
penelitian, maka penulis memberi penjelasan tentang batasan penelitian yaitu
sebagai berikut:
1. Kepuasan pernikahan adalah evaluasi subjektif mengenai perasaan individu
atas pasangan dan atas hubungan bersama pasangan (Spanier, 1976)
7
2. Dukungan sosial adalah dukungan yang mengacu pada tindakan yang benar-
benar dilakukan oleh oranglain atau dukungan yang diterima (Sarafino &
Smith, 2011).
3. Komunikasi interpersonal adalah kemampuan mendengarkan isi dari
komunikasi dan kemampuan mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi
emosi terutama kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk
berkomunikasi dengan baik (Bienvenu, I987).
4. Ekspektasi pernikahan adalah harapan setiap individu terhadap hubungan
pernikahan (Juvva & Bhatti, 2006).
5. Responden dalam penelitian ini adalah istri nelayan di Palabuhanratu
Sukabumi.
1.2.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial, komunikasi
interpersonal dan ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri
nelayan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan emosional pada
variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan instrumental pada
variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan informasi pada
variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
8
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan persahabatan pada
variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek self concept pada variabel
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek ability pada variabel
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek skill experience pada
variabel komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek emotion pada variabel
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek self disclosure pada variabel
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pasangan pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pernikahan pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan keluarga pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
14. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan pada institusi
pernikahan pada variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan
istri nelayan?
15. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan konsep pasangan ideal pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?
9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan pengaruh variabel dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan
ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, yaitu
manfaat teoritis dan manfat praktis.
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi khasanah ilmu
psikologi untuk psikologi perkembangan dan psikologi keluarga.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bacaan serta masukan
dalam menjalani hubungan pernikahan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
masyarakat luas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa
terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan bagi suami dan istri untuk bisa
mencapai kepuasan pernikahan. Aspek dukungan sosial, komunikasi interpersonal
dan harapan dari pernikahan yang realistis penting untuk diperhatikan agar dapat
menjaga stabilitas pernikahan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kepuasan Pernikahan
2.1.1 Definisi Kepuasan Pernikahan
Kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai evaluasi subjektif mengenai perasaan
individu terhadap pasangan dan hubungannya bersama pasangan. Evaluasi
subjektif tersebut berdasarkan penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri
yang kurang baik. Kepuasan pernikahan bergantung dari kemampuan individu
menilai sesuai dengan perspektif subjektif terhadap pasangan serta sesuai dengan
penyesuaian diri terhadap pernikahan (Spanier, 1976)
Kepuasan pernikahan merupakan evaluasi subjektif suami dan istri terhadap
kehidupan pernikahan. Evaluasi subjektif berdasarkan kepribadian, kesetaraan
peran, komunikasi, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan, waktu luang,
hubungan seksual, pengasuhan anak, keluarga dan teman serta orientasi
keagamaan (Fowers & Olson, 1993). Evaluasi subjektif antara suami dan istri
perlu diperhatikan dalam pernikahan agar tetap terjalin keharmonisan dalam
rumah tangga.
Kepuasan pernikahan sebagai wujud rasa bahagiamenikmati hubungan dan
menyatakan bahwa pengalaman pribadi dari pernikahan dapat dievaluasi hanya
oleh tanggapan individu terhadap kuantitas kepuasan pernikahan (Kaplan
&Maddux, 2002). Kepuasan pernikahan sangat bergantung pada harapan individu
terhadap pernikahannya. Kepuasan individu terhadap pasangan dapat dilihat dari
pengalaman pribadi yang telah dievaluasi dan diungkapkan dalam perasaan
bahagia.
11
Kepuasan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan cinta individu yang
sudah menikah dengan pasangan. Kepuasan pernikahan dapat tercermin dalam
kebahagiaan individu dengan kehidupan pernikahan atau kombinasi faktor penting
lainnya dalam kehidupan pernikahan. Kepuasan pernikahan adalah cerminan dari
kondisi mental dan pengorbanan yang dilakukan individu kepada pasangannya.
Semakin banyak pengorbanan yang dikeluarkan pasangan semakin besar manfaat
yang dirasakan maka semakin puas pasangan terhadap pernikahan (Baumeister,
2007)
Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada teori kepuasan pernikahan yang
dikemukakan oleh (Spanier, 1976) yaitu evaluasi subjektif mengenai perasaan
individu terhadap pasangan dan hubungan bersama pasangan.
2.1.2 Aspek Kepuasan Pernikahan
Spanier (1976) mengklasifikasikan kepuasan pernikahan kepada empat aspek
yaitu consensus, cohesion, affectional expression dan satisfaction.
1. Consensus
Aspek consensus menilai kesepakatan antara individu dan pasangan terkait urusan
pernikahan. Kesepakatan antara individu dan pasangan seperti keuangan keluarga,
rekreasi, agama, filosofi hidupdan tugas-tugas rumah tangga. Indikator dari aspek
consensus yaitukesepakatan pengambilan keputusan, kesepakatan dalam nilai
rumah tangga seperti agama dan menentukan tujuan penting seperti rekreasi.
2. Cohesion
Aspek cohesion menilai tingkat kepuasan pasangan melakukan kegiatan bersama.
Kegiatan yang dilakukan seperti tertawa, diskusi dan bekerja dalam suatu
12
pekerjaan. Indikator dari aspek cohesion yaitukesepakatan berdiskusi dan
kedekatan dalam aktifitas bersama.
3. Affectional Expression.
Aspek affectional expression menilai kemampuan individu dalam
mengekspresikan kasih sayang emosional. Kemampuan individu dalam
mengekspresikan perasaan dan pemenuhan kebutuhan seksual dalam pernikahan.
Indikator dari aspek affectional expression yaitupengungkapan afeksi atau kasih
sayang dan terpenuhinya kebutuhan seksual.
4. Satisfaction
Aspek satisfaction menilai tingkat kepuasan hubungan antara individu dengan
pasangannya. Kepuasan hubungan individu bersama pasangan perdasarkan
persepsi persoalan yang terjadi dalam pernikahan seperti banyaknya masalah dan
konflik. Indikator dari aspek satisfaction yaitustabilitas pernikahan dankonflik
dalam pernikahan.
Busby, Christensen, Crane dan Larson(1995) mengklasifikasikan kepuasan
pernikahan menjadi tiga aspek, yaitu consensus, satisfaction dan cohesion.
1. Consensus.
Aspek consensus meliputi kesepakatan individu pernikahan. Kesepakatan antara
individu dan pasangan seperti keuangan keluarga, rekreasi, agama, filosofi hidup
dan tugas-tugas rumah tangga. Indikator dari aspek consensus yaitu pengambilan
keputusan, nilai dan kasih sayang.
13
2. Satisfaction.
Aspek satisfaction menilai tingkat kepuasan hubungan antara individu dengan
pasangan. Kepuasan hubungan individu bersama pasangan perdasarkan persepsi
persoalan yang terjadi dalam pernikahan seperti banyaknya masalah dan konflik.
Indikator dari aspek satisfaction yaitu stabilitas pernikahan dan konflik.
3. Cohesion.
Aspek cohesion menilai tingkat frekuensi pasangan melakukan kegiatan bersama.
Kegiatan yang dilakukan seperti tertawa, diskusi dan bekerja dalam suatu
pekerjaan. Indikator dari aspek cohesion yaitu aktifitas bersama dan diskusi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek kepuasan pernikahan yang
dikemukakan oleh Busby, Christensen dan Larson (1995) yang terdiri dari tiga
aspek yaitu consensus, satisfaction dan cohesion. Teori yang digunakan oleh
Busby Busby, Christensen dan Larson (1995) merupakan adaptasi aspek
kepuasan pernikahan dari Spanier (1976). Adaptasi ini dilakukan karena aspek
affectional expression memiliki nilai alpha cronbach yang rendah dalam setiap
penelitian yang akhirnya digabungkan kedalam aspek cohesion. Hasil dari
adaptasi ini dapat memberikan gambaran cepat tentang beberapa dinamika dalam
hubungan yang diberikan serta penilaian keseluruhan stabilitas hubungan.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan yaitu
komunikasi, pendidikan pranikah, ekspektasi pernikahan, dukungan sosial dan
syukur.
14
1. Komunikasi
Komunikasi menjadi prediktor utama kepuasan pernikahan. Adanya komunikasi
yang baik antara individu dan pasangan menumbuhkan sikap saling pengertian,
saling percaya dan saling memahami. Penelitian Vazhappilly dan Reyers (2016)
menjelaskan bahwa 82 pasangan suami istri menunjukan hasil hubungan positif
antara komunikasi pasangan dengan kepuasan pernikahan. Penelitian didukung
oleh hasil penelitian dari Khojastehmehr dan Takrimi (2009) yang menjelaskan
bahwa faktor yang terkait dengan perceraian di Iran yaitu salah satunya kurangnya
komunikasi.
2. Pendidikan Pranikah
Pendidikan pra nikah menjadi salah satu faktor dari kepuasan pernikahan.
Mirecki, Chou, Elliot dan Schneider (2013) menjelaskan bahwa individu yang
berada pada pernikahan pertama cenderung memiliki tingkat kepuasan
perkawinan yang lebih tinggi. Pendidikan pra nikah ini berfungsi untuk
memberikan informasi mengenai relasi bersama pasangan. Survei yang
melibatkan 3.000 orang dewasa mengungkapkan bahwa pendidikan pranikah
berkaitan dengan meningkatnya level kepuasan pernikahan dengan komitmen
terhadap pasangan (Santrock, 2011).
3. Ekspektasi Pernikahan
Ekspektasi pernikahan menjadi salah satu faktor dari kepuasan pernikahan
terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Rios (2010) terhadap 56 di Utah State
University dan kampus cabangnya. Hasil menunjukan bahwa harapan terhadap
pasangan dan diri sendiri berhubungan dengan kepuasan pernikahan. Suami
15
maupun istri melaporkan bahwa harapan terhadap pasangan merupakan prediktor
tertinggi dalam kepuasan pernikahan. Setiap pasangan membawa harapan dalam
pernikahanya dengan keyakinan pernikahan akan penuh dengan kebahagiaan dan
terbebas dari konflik.
4. Dukungan Sosial.
Dukungan sosial baik dari keluarga, pasangan, teman menjadi salah satu faktor
dari kepuasan pernikahan. Pria dan wanita memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda dalam pernikahannya. Menerima dukungan sosial secara emosional,
adalah faktor protektif yang dapat membantu individu mengatasi stres danefek
negatif dari strespada kehidupan pernikahan dan kepuasan hidup (Rostami, 2013).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa dukungan pasangan secara emosional
yang berbeda mampu memprediksi kepuasan pernikahan (Mickelson, Claffey, &
Williams, 2006).
5. Syukur
Ungkapan terimakasih merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kepuasan
individu. Secara keseluruhan langkah-langkah yang lebih spesifik dari perasaan
dan ucapan terima kasihsemuanya secara signifikan meramalkan kebahagiaan
perkawinan (Gordon, Arnette, & Smith, 2011). Rasa terimakasih bukan hanya
terkait dengan kepuasan hubungan setiap individu tetapi menunjukan hubungan
prediktif untuk kepuasan hubungan pasangan suami istri (Gordon, Arnette, &
Smith, 2011)
Pada penelitian ini, penulis berfokus pada tiga faktor kepuasan pernikahan
yaitu dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan.
16
2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan
1. Dyadic Adjustment Scale (DAS) dibuat oleh Spanier (1976). Alat ukur DAS
dapat digunakan kepada individu yang sudah menikah atau belum menikah.
DAS memiliki nilai koefisien alfa cronbach .96 terdiri dari 32 item dan 4
aspek. Adapun aspek dari DAS yaitu consensus, cohesion, affectional
expression dan satisfaction.
2. ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS) dibuat oleh Fowers dan Olson
(1993). EMS digunakan kepada pasangan suami istri. EMS terdiri dari 15 item
yang terdiri dari 2 subskala kategori yaitu skala distorsi dan kepuasan
pernikahan. Skala distorsi terdapat 5 item dan untuk mengukur kepuasan
pernikahan terdapat sepuluh item. Adapun sepuluh item untuk skala kepuasan
pernikahan yaitu kepribadian, kesamaan peran, komunikasi, pemecahan
masalah, manajemen keuangan, aktifitas bersama, hubungan seksual, kehadiran
anak dan pengasuhan, keluarga dan teman dan orientasi keagamaan.
3. Revised Dyadic Adjustment Scale (RDAS) dibuat Busby, Christensen, Crane
dan Larson (1995). RDAS merupakan perkembangan dari alat ukur DAS
(Spanier, 1976). RDAS terdiri dari tiga aspek dan 14 item yang mengacu pada
teori dan alat ukur Spanier (1976). Nilai reliabilitas alpha Cronbach’s .90.
Adapun tiga aspek RDAS yaitu consensus yang meliputi pengambilan
keputusan, nilai dan kasih sayang. Satisfaction meliputi stabilitas pernikahan
dan konflik. Cohesion meliputi aktifitas bersama dan diskusi.
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur RDAS
(Busby, Christensen, Crane, & Larson, 1995) yang merupakan perkembangan dari
17
alat ukur DAS (Spanier, 1976). RDAS terdiri dari tiga aspek dan 14 item. Nilai
reliabilitas alpha Cronbach’s .90. Penulis menggunakan alat ukur RDAS dari
Busby karena teori utama menggunakan teori Spanier dan jumlah item lebih
sedikit disesuaikan dengan responden penelitian. RDAS selain dapat
mengindikasikan kepuasan pernikahan juga dapat mengindikasikan adanya
tekanan dalam pernikahan. Adapun tiga aspek dari RDAS yaitu consensus,
satisfaction dan cohesion.
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial
Menurut Stokes (1985) dukungan sosial yang dirasakan adalah adanya sumber
pendukung saat dibutuhkan dan dapat diidentifikasi secara subjektif perspektif
kualitatif dan diukur. Dukungan sosial yang dirasakan lebih determinatif daripada
dukungan sosial yang diperoleh pada kesehatan mental. Perbedaan individu dapat
mempengaruhi kemampuan individu dalam persepsi situasi. Individu akan merasa
berbeda ketika merasa kurang didukung, kurang diperhatikan dan kurang diberi
tanggapan dalam keadaan sosial tertentu.
Dukungan sosial didefinisikan sebagai jumlah kualitas perilaku dukungan
yang diterima dalam interaksi pernikahan. Dukungan juga dapat dianggap sebagai
persepsi terhadap dukungan yang diberikan oleh pasangan sebagai dukungan yang
dirasakan oleh individu (Dehle, Larsen, & Landers, 2001). Dukungan sosial pada
umumnya menggambarkan perasaan atau pengaruh yang disebabkan oleh orang
lain. Dukungan sosial dapat berupa materi, emosi dan informasi yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan individu.
18
Dukungan sosial mengacu pada tindakan yang benar-benar dilakukan oleh
orang lain. atau dukungan yang diterima. Merujuk pada pengertian atau persepsi
individu mengenai kenyamanan, kepedulian dan bantuan tersedia jika diperlukan
yaitu dukungan yang dirasakan. Dukungan yang diterima dan dirasakan dapat
berpengaruh terhadap kesehatan. Dukungan dapat berasal dari banyak sumber,
seperti pasangan, keluarga, teman, dokter atau organisasi komunitas. Individu
dengan dukungan sosial percaya bahwa dicintai, dihargai merupakan bagian dari
jaringan sosial seperti keluarga atau organisasi komunitas yang dapat membantu
pada saat dibutuhkan (Sarafino &Smith, 2011).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan definisi dukungan sosial dari
Sarafino & Smith (2011). Dukungan sosial yaitu dukungan yang mengacu pada
tindakan yang benar-benar dilakukan oleh orang lain atau dukungan yang
diterima.
2.2.2 Aspek Dukungan Sosial
Cutrona dan Suhr (1992) menjelaskan empat aspek dukungan sosial yang meliputi
memberikan informasi, emosional, harga diri, nyata dan dukungan antara satu
sama lainnnya. Sedangkan Sarafino & Smith (2011) menjelaskan empat aspek
dukungan sosial, yaitu:
1. Dukungan Emosional
Dukungan sosial seperti menyampaikan empati, kepedulian, perhatian positif dan
dorongan kepada individu. Dukungan emosional memberikan kenyamanan dan
kepastian seperti rasa memiliki dan dicintai pada saat stess. Indikator dari
19
dukungan emosional yaitu empati, perhatian positif dan dorongan kepada
individu.
2. Dukungan Instrumental
Dukungan sosial yang melibatkan bantuan langsung. Dukungan instrumental ini
dapat berupa memberikan atau meminjamkan uang, membantu saat stress. Contoh
dukungan instrumental yaitu membantu mendapatkan pekerjaan. Indikator dari
dukungan instrumental yaitu memberikan bantuan berupa barang dan jasa.
3. Dukungan Informasi
Dukungan sosial seperti pemberian saran, nasihat, pengarahan, umpan balik
mengenai hal dilakukan individu yang bersangkutan. Contoh dukungan informasi
yaitu pemberian saran dari orangtua terhadap konflik yang terjadi dalam rumah
tangga. Indikator dari dukungan informasi yaitu pemberian saran dan umpan balik
mengenai hal yang dilakukan.
4. Dukungan Persahabatan
Dukungan sosial yang mengacu pada ketersediaan individu menghabiskan waktu
bersama pasangannya. Dukungan persahabatan dapat membuat individu merasa
dianggap dalam anggota masyarakat atau kelompok. Indikator dari dukungan
persahabatan yaitu kebersamaan dan aktivitas sosial bersama.
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Support in Intimate Relationships Rating Scale (SIRRS) yang dirancang untuk
menilai perilaku suportif di semua aspek yang diajukan oleh Cutrona dan Suhr
(1992). Menggunakan indikator yang spesifik dan dapat diamati. Ukuran
dukungan sosial untuk hubungan intim harus mencerminkan berbagai cara
20
pasangan memberikan informasi, emosional, harga diridan dukungan jaringan satu
sama lain.
Pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur sendiri dengan mengacu pada
teori dan aspek yang digunakan oleh Sarafino dan Smith (2011). Adapun aspek
yang diukur meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
informasi dan dukungan persahabatan. Pembuatan alat ukur ini, penulis sesuaikan
dengan responden yang akandigunakan.
2.3 Komunikasi Interpersonal
2.3.1 Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau
lebih yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi setiap individu
menggunakan elemen-elemen dalam berkomunikasi. Bienvenu (I987) berpendapat
bahwa komunikasi interpersonal dikatakan baik dikarenakan adanya konsep diri
yang dapat mempengaruhi komunikasi. Adanya kemampuan mendengarkan isi
dari komunikasi juga mampu mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi
emosi terutama kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk
berkomunikasi dengan baik.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communivate atau communis
yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Individu yang berkomunikasi
dengan individu lain sedang berusaha menyampaikan informasi agar dapat
dimengerti. Barret (2006) mendefinisikan komunikasi adalah transmisi makna dari
satu orang ke orang lain atau kepada banyak orang, baik secara verbal maupun
non-verbal. Komunikasi dari satu orang ke orang lain umumnya digambarkan
21
sebagai segitiga sederhana yang terdiri dari konteks, pengirimdan penerima
(Matin, Jandaghi, Karimi, & Hamidizadeh, 2010)
Menurut Putra (2013) komunikasi antar pribadi sering disebut “dyadic
communication” yaitu komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak
langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi sejenis ini berlangsung secara
tatap muka (face to face) bisa juga melalui media arah atau timbal balik (two way
traffic communication). Syarat dari komunikasi ini yaitu dengan bertemu secara
tatap muka baik secara langsung maupun menggunakan media.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori komunikasi interpersonal
dari Bienvenu (I987) yaitu kemampuan mendengarkan isi dari komunikasi
tersebut juga mampu mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi emosi
terutama kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk berkomunikasi
dengan baik.
2.3.2 Aspek Komunikasi Interpersonal.
Menurut Bienvenu (I987) menjadi komunikator yang efektif didasarkan pada
limaaspek komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Self Concept yaitu faktor terpenting yang mempengaruhi komunikasi antara
diri sendiri dengan orang lain. Konsep diri yang baik dapat menjadikan
persepsi individu baik terhadap individu lainnya. Adapun indikator dari konsep
diri yaitu, komunikasi diri sendiri dan komunikasi orang lain.
2. Ability yaitu kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik. Kemampuan ini
kurang mendapat perhatian sampai saat ini pada kebanyakan pasangan suami
istri. Adapun indikator dari aspek ability yaitu pendengar yang baik dan
menerima informasi dengan baik.
22
3. Skill Experience yaitu kemampuan individu untuk bisa mengekspresikan
pemikiran dan gagasan dengan jelas. Kemampuan ini merupakan salah satu
kesulitan yang ditemukan oleh banyak orang. Adapun indikator dari aspek skill
experience yaitu mengekspreikan gagasan dan pemikiran dengan jelas.
4. Emotion yaitu mampu mengekspresikan emosinya terutama perasaan marah
dan membuat merasa konstruktif. Emosi yang baik mampu meredam konflik
dalam rumah tangga dan menghindari ungkapan yang menyinggung pasangan.
Adapun indikator dari aspek emotion yaitu pengekspresian emosi dan
konstruktif.
5. Self Disclosure yaitu kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan orang
lain secara jujur dan bebas dengan tujuan untuk tetap menjalin hubungan
interpersonal dengan baik. Pasangan merasa bahagia jika pasangan dapat
terbuka satu sama lain. Adapun indikator dari aspek self disclosure yaitu
berkomunikasi jujur dan bebas dan terbuka.
Menurut Rakhmat (2011) terdapat empat aspek dalam komunikasi
interpersonal. Pertama, persepsi interpersonal merupakan pemberian makna pada
stimuli inderawi yang berasal dari individu baik berupa pesan verbal atau non
verbal. Kedua, konsep diri adalah pandangan dan perasaan mengenai dirinya.
Ketiga, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik individu. Keempat, hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai
hubungan antara individu dengan orang lain.
23
Pada penelitian ini, penulis mengggunakan aspek komunikasi interpersonal
yang dikemukakan oleh Bienvenu (1987) yang terdiri dari self concept, ability,
skill experience, emotion dan self disclosure.
2.3.3 Pengukuran Komunikasi Interpersonal
1. Interpersonal Communication Inventory (ICI) oleh Bienvenu (I987) yang
berjumlah 40 item dan terdiri dari lima aspek yatu self concept, ability, skill
experience, emotion dan self disclosure.
2. Interpersonal Communication Competence Scale (ICC) oleh Rubbin &Martin
(1994) berjumlah 50 dan terdiri dari self disclosure, emphaty, social relaxation,
interaction management, altrecentrism.expressiveness, supportiveness,
Immediacy, enviromental control, summary.
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur yang
sesuai dengan teori yang digunakan yaitu Interpersonal Communication Inventory
(ICI) dari Bienvienu (1987). Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan 30
item dan lima aspek. Item yang digunakan penulis disesuaikan dengan responden
yang akan digunakan. Adapun lima aspek dari ICI yaitu self concept, ability, skill
experience, emotion dan self disclosure.
2.4 Ekspektasi Pernikahan
2.4.1 Definisi Ekspektasi Pernikahan
Ekspektasi pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu harapan
pernikahan individu bersama pasangan. Vangelisti dan Daly (1997)
mendefinisikan ekspektasi pernikahan sebagai prasangka tentang perilaku yang
seharusnya atau tidak boleh dilakukan dalam pernikahan. Keyakinan individu
24
terhadap pasangan seperti banyaknya waktu yang harus dihabiskan bersama,
solusi dari perselisihan dan masalah lain yang diyakini individu diperlukan dalam
pernikahan.
Epigenetik Model of Marital Expectation Juvva dan Bhatti (2006)
menjelaskan ekspektasi pernikahan sebagai harapan setiap individu dalam
hubungan pernikahan. Harapan yang didasarkan pada pengalaman masa kecil dari
keluarga asli atau yang telah berubah dari waktu ke waktu sebelum atau sesudah
menikah. Harapan setiap individu berbeda dan cenderung fleksibel.
Rios (2010) mendefinisikan ekspektasi pernikahan sebagai salah satu dari
banyak fenomena kognitif yang mempengaruhi bagaimana orang berpikir, merasa
dan berperilaku dalam hubungan. Ekspektasi yang terpenuhi dari peran yang
ditunjukan oleh pasangan dalam pernikahan. Standar pernikahan yang bergantung
pada pola pikir individu terhadap pernikahan. Pola pikir yang dapat
mempengaruhi prilaku dalam pernikahan.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menggunakan teori epigenetik model
of marital expectationdari Juvva dan Bhatti (2006). Ekspektasi pernikahan adalah
harapan setiap individu terhadap hubungan pernikahan.
2.4.2 Aspek Ekspektasi Pernikahan
Baucom (1996) menjelaskan terdapat tiga aspek dari ekspektasi pernikahan yaitu
boundaries, control and power dan investement. Pertama, boundaries yang
melibatkan tingkat fungsi independen versus pembagian antara individu (misalnya
jumlah waktu yang dihabiskan bersama, tingkat keterbukaan diri, tingkat
kepentingan bersama dan aktivitas). Kedua, control and power yang diyakini
25
pasangan suami istri harus dilakukan oleh setiap pasangan dalam hubungan
pernikahan. Ketiga, investment yang diyakini setiap pasangan harus ditunjukkan.
Investasi terdiri dari kontribusi yang dibuat oleh setiap individu terhadap
hubungan (perilaku yang mendukung atau meningkatkan kualitas pernikahan).
Juvva dan Bhatii (2006) menjelaskan terdapat lima aspek ekspektasi
pernikahan yaitu harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan
keluarga, harapan dari institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal.
1. Harapan dari Pasangan
Pada fase awal pernikahan individu berada pada fase libido, pengejaran sosial dan
intelektual. Ekspektasi pada pasangan sering mencerminkan manifestasi id dari
kepribadian.Indikator dari aspek harapan terhadap pasangan yaitu persamaan
dengan pasangan dan kesetaraan pernikahan.
2. Harapan dari Pernikahan
Harapan dari pernikahan terkait dengan posisi sosial dan kegiatan yang
berhubungan dengan ego. Adapun contoh dari harapan pernikahan yaitu adanya
pengakuan sosial dan pencapaian status sosial yang biasa dikenal dengan
“married person” terlepas dari kebutuhan fisik, emosional dan intelektual.
Indikator dari aspek harapan dari pernikahan yaitu merasa aman, jaminan
keuangan dan pengakuan sosial.
3. Harapan Keluarga
Aspek ini menjelaskan mengenai pencapaian kehidupan mandiri kurang
bergantung pada keluarga asal. Individu dan pasangan memiliki harapan untuk
dapat mendaki tangga hierarki sosial setelah menikah. Harapan yang menjadikan
26
individu dewasa awal hidup mandiri dan ingin mengembangkan aturan sendiri
dalam mengendalikan perilaku independen dari keluarga besar. Indikator dari
aspek harapan keluarga yaitu sikap mandiri dan tidak bergantung pada keluarga
asal.
4. Harapan pada Institusi Pernikahan
Dalam institusi pernikahanpasangan suami istri diharapkan untuk saling
membantu dalam kesusahan, tulus, setia, jujur dan saling menghormati dalam
memenuhi kewajiban terhadap institusi pernikahan. Ekspektasi terhadap institusi
pernikahan mencerminkan komponen superego. Adapun indikator dari aspek
harapan pada institusi pernikahan yaitu saling menghormati, memelihara kesatuan
pernikahan, tulus dan loyal.
5. Konsep Pasangan Ideal
Aspek ini menjelaskan mengenai konsep pasangan ideal dalam mendampingi
kehidupan rumah tangga. Pasangan ideal adalah individu yang peduli dengan
materi dan aspek non material kehidupan. Konsep pasangan ideal dapat
dipengaruhi oleh pengalaman individu sebelum menikah atau setelah menikah.
Indikator dari aspek konsep pasangan ideal yaitu ketertarikan dalam hal non
materi dan ketertarikan dalam hal materi.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan aspek ekspektasi pernikahan Juvva
dan Bhatti (2006) yang terdiri dari lima aspek, yaitu harapan dari pasangan,
harapan dari pernikahan, harapan keluarga, harapan pada institusi pernikahan dan
konsep pasangan ideal.
27
2.4.3 Pengukuran Ekspektasi Pernikahan
1. Relationship Standards Questionnaire (RSQ) dari Vangelisty dan Daly (1997)
yang kemudian dikembangkan oleh Johnson (2015). RSQ terdiri dari 30 item
dan tujuh aspek dalam mengukur ekspektasi pernikahan. Adapun aspek dari
RSQ yaitu identitas rasional, integrasi, aksesibilitas afektif, kepercayaan,
orientasi masa depan, pemenuhan peran dan fleksibilitas.
2. Inventory of Specific Relationship Standards (ISRS) dari Baucom, Epstein,
Rankin dan Burnett (1996). ISRS terdiri dari 12 area dan terdapat tiga aspek
untuk megukur ekspektasi pernikahan. Adapun aspek dari ISRS yaitu
boundaries, control power dan investment.
Pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur sendiri dengan menggunakan
teori epigenetic marital expectation dari Juvva dan Bhatti (2006). Terdiri lima
aspek yaitu harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan keluarga,
harapan pada institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal. Penulis membuat
alat ukur ini karena disesuainkan dengan kondisi responden. Adapun penulis tidak
menggunakan ISRS dikarenakan lebih cocok digunakan kepada responden klinis.
2.5 Kerangka Berfikir
Kepuasan pernikahan merupakan aset bagi tumbuh kembang positif, faktor
penentu dari kualitas hidup dan kesehatan individu. Zaheri et.al (2016)
menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan menjadi salah satu prediktor penting
bagi kesehatan mental, stabilitas emosional dan pasangan yang sukses. Pada
hakikatnya, individu yang menikah mengharapkan pernikahannya berjalan dengan
baik dan bahagia. Namun, dengan masih banyaknya kasus perceraian yang terjadi
di Indonesia membuktikan bahwa masih banyak pernikahan yang tidak bahagia.
28
Dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang berperan dalam kepuasan
hubungan suami dan istri. Dukungan sosial merupakan faktor eksternal atas
kebahagiaan pernikahan karena berasal dari luar individu yang dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti dukungan pasangan. Sarafino dan Smith (2011)
membagi dukungan sosial kedalam empat aspek yaitu dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan.
Dukungan emosional dapat berupa menyampaikan empati, kepedulian,
perhatianpositifdan dorongan kepada individu. Dukungan emosional tersebut bisa
berasal dari berbagai pihak dan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan
pernikahan. Ketidakpuasan dengan hubungan romantis mungkin karena
kurangnya dukungan emosional (Cramer, 2004). Dukungan emosional dapat
berupa perhatian seperti ucapan terimakasih kepada pasangan. Rasa terimakasih
tidak hanya terkait dengan kepuasan hubungan setiap individu tetapi menunjukan
hubungan prediktif untuk kepuasan hubungan pasangan suami istri (Gordon,
Arnette, & Smith, 2011).
Dukungan instrumental dapat berupa bantuan atau uang bisa juga berupa
bantuan dalam pekerjaan sehari-hari. Kebutuhan yang semakin meningkat
menjadikan pernikahan tidak berjalan dengan baik karena istri diharapkan mampu
unuk membantu dalam hal finasial. Dukungan yang diberikan istri dalam
membantu beban ekonomi keluarga dapat memberikan dampak bagi pemenuhan
kebutuhan materil. Suami yang dapat bekerjasama dengan baik dalam melakukan
pekerjaan rumah tangga memberikan dampak pada terpenuhinya aspek psikologis.
Ketika pemenuhan materil dan psikologis terpenuhi memberikan dampak pada
tercapainya kepuasan perkawinan yang dirasakan (Nursalasatun, 2016).
29
Dukungan informasi berupa nasihat, pengarahan, feedback mengenai yang
dilakukan individu. Nasihat yang baik dan membangun diperlukan bagi pasangan
suami istri. Nasihat yang diberikan oleh suami diperlukan oleh istridemi
keberlangsungan pernikahan yang harmonis. Sebuah survei di antara 378 peserta
yang ingin bercerai atau berada di tengah proses perceraian menunjukkan bahwa
ketergantungan memang memiliki hubungan yang signifikan dengan kebutuhan
untuk dukungan informasi dan prosedural (Dijk & Zebel, 2014-2015).
Dukungan persahabatan berupa adanya kebersamaan, kesediaan dan aktivitas
sosial yang sama. Hendaknya suami dan istri bisa menjadi sahabat satu dengan
yang lainnya. Adanya dukungan persahabatan dalam pernikahan dapat
membentuk pola interaksi yang lebih intim bersama pasangan yang dapat
memberikan efek terhadap kepercayaan, saling memahami, saling berbagi dan
saling percaya. Dukungan persahabatan diperlukan oleh suami dan istri karena
corak interaksi antara suami dan istri akan berbeda dengan corak interaksi
bersama individu lainnya di luar pernikahan (Takariawan, 2016).
Komunikasi interpersonal merupakan faktor eksternal dari kebahagiaan
pernikahan karena berasal dari luar individu yang dapat dilihat dari bagaimana
individu berkomunikasi secara dyadik bersama pasangannya. Karney dan
Bradbury (1995) mengkaji sejumlah studi yang temuannya mengemukakan
banyak teori pernikahan yang dominan menggaris bawahi pentingnya peran
perilaku komunikasi dalam kegiatan pernikahan. Kurang baiknya komunikasi
antara pasangan dapat menjadi penyebab berkurangnya kepuasan dalam
pernikahan (Rehman & Holtzworth-Munroe, 2007). Bienvenu (1987) membagi
30
komunikasi interpersonal kedalam lima aspek kepuasan pernikahan seperti self
concept, ability, skill experience, emotion dan self disclosure.
Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mudah untuk memperoleh
kepuasan dalam pernikahan. Menurut Hurlock (2002) konsep diri merupakan
bayangan cerminan yang ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan
orang lain, reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri positif mampu menerima
segala kekurangan dan kelebihan, sehingga istri merasa yakin dan percaya
terhadap diri sendiri, merasa aman dan nyaman. Konsep diri positif menjadikan
individu lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keluarga
pasangan. Individu yang memiliki konsep diri positif dalam pernikahan cenderung
berfikiran positif daripada invididu yang memiliki konsep diri negatif.
Aspek kedua dalam komunikasi interpersonal yaitu ability. Untuk bisa
menjadi pendengar yang baik adalah salah satu hal yang harus dimiliki oleh
individu. Tidak jarang konflik dan kasus perceraian yang terjadi dikarenakan
pasangan tidak bisa mendengarkan yang disampaikan dengan baik. Mendengarkan
adalah keterampilan emosional yang jauh lebih sulit daripada terlibat dalam
kontra keluhan saat pasangan menyampaikan keluhan (Savarese, 2015). Pola
komunikasi pasangan yang kurang efektif akancenderung dekat dengan terjadinya
konflik dalam pernikahan.
Skill experience merupakan keterampilan komunikasi yang harus diperhatikan
oleh individu dan dapat berupa perilaku asertif. Individu yang bersikap asertif
dalam berkomunikasi dapat meningkatkan kepercayaan diri yang dapat
berdampak terhadap hubungan pasangan. Secara umum, individu yang asertif
31
merasa lebih baik mengenai hubungan bersama pasangan karena dapat meminta
yang diharapkan (H.Olson, Defrain, & Skogrand, 2011).
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku
individu. Warna afektif yang dimaksud adalah perasaan-perasaan tertentu yang
dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertetu. Setiap individu
yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik dapat mendatangkan
kebahagiaan (Wulan & Chotimah, 2017). Kurangnya stabilitas emosional
berdampak terhadap kepuasan pernikahan (Zaheri, et al., 2016).
Self disclosure memiliki pengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Individu
yang memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang sangat tinggi maka self
disclosure sangat tinggi, subjek yang memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang
sedang maka self disclosure tergolong rendah (Wardhani, 2012). Keterbukaan
dalam hal informasi akan membuat pasangan mudah untuk saling mengerti dan
memahami satu dan lain.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah
ekspektasi pernikahan. Harapan dalam pernikahan merupakan sebuah konsep
yang dimiliki oleh individu dalam pernikahan yang dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti faktor keluarga, media serta pengalaman. Ekspektasi
pernikahan terdiri dari lima aspek yaitu harapan dari pasangan harapan dari
pernikahan, harapan keluarga pasangan, harapan pada institusi pernikahan dan
konsep pasangan ideal (Juvva & Bhatti, 2006)
Harapan dari pasangan menjadi salah satu hal yang biasanya dipertimbangkan
oleh individu sebelum menikah.Banyak dari pasangan menikah karena faktor
32
kesamaan baik kesamaan agama, kepribadian, nilai yang dianut ataupun kesamaan
pola asuh keluarga istri maupun suami. Kesamaan yang dimiliki setiap pasangan
menjadi pertimbangan bagi individu terhadap harapan dari pasangan dengan
konsep yang diinginkan atau tidak diinginkan. Kesamaan pada sikap juga
memiliki dampak penting terhadap kesepakatan mengenai pengasuhan dan
pembagian tanggung jawab (Gaunt, 2006).
Harapan dari pernikahan berkaitan dengan pengakuan sosial dan pencapaian
status sosial di masyarakat. Myers (2000) mengatakan bahwa individu yang
menikah cenderung bahagia daripada individu yang tidak menikah, walaupun
pernikahan yang dijalani kurang bahagia. Individu yang sudah menikah memiliki
status lebih tinggi dari sebelumnya yaitu pengakuan sebagai individu yang sudah
menikah.
Harapan keluarga mengarahkan individu untuk mandiri. Keluarga yang
mandiri mampu menjalankan fungsi keluarga dengan baik karena mampu
menjalankan fungsi dan peran masing-masing secara maksimal. Menurut Paterson
(2009) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang dilakukan
secara berulang untuk memenuhi fungsi keluarga, sehingga dapat menyelesaikan
dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugasnya.
Harapan pada institusi pernikahan berkaitan dengan sikap saling menghormati,
memelihara kesatuan pernikahan dan memiliki sikap tulus serta loyal terhadap
pasangan. Individu yang memiliki komitmen bersama pasangan dapat membuat
kehidupan pernikahan tetap terjalin dengan baik walaupun perjalanan pernikahan
penuh dengan konflik (Boseke, 2015). Selain itu, sikap saling menghormati juga
33
diperlukan bagi pasangan suami istri baik saling menghormati dalam ucapan
ataupun perbuatan yang dapat menumbuhkan perasaan bahagia dalam pernikahan.
Harapan selanjutnya yang dimiliki individu dalam pernikahannya adalah
konsep pasangan ideal. Hasil penelitian Rios (2010) menunjukan bahwa harapan
terhadap pasangan dan diri sendiri baik suami maupun istri berpengaruh terhadap
kepuasan pernikahan. Baik suami maupun istri bahwa harapan menjadi prediktor
tertinggi dari kepuasan pernikahan. Pasangan suami istri berasal dari pengalaman
dan latar belakang yang berbeda sehingga pandangan terhadap pernikahan
memiliki perbedaan dan harapan dalam pernikahannyapun berbeda.
Oleh karena itu, untuk menciptakan kualitas hubungan yang baik dengan
tujuan pencapaian kepuasan pernikahan maka diperlukan dukungan sosial,
komunikasi interpersonal yang baik serta ekspektasi pernikahan yang terpenuhi
oleh pasangan suami istri. Kerangka berfikir ini, selanjutnya dapat dilihat pada
bagan 2.1:
34
DUKUNGAN SOSIAL
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
EKSPEKTASI PERNIKAHAN
2.1 Gambar Bagan Kerangka Berfikir
2.6 Hipotesis Penelitian
2.6.1 Hipotesis Mayor
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial (dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan
persahabatan), komunikasi interpersonal (self concept, ability, skill experience,
emotion dan self disclosure) dan ekspektasi pernikahan (harapan dari pasangan,
harapan pernikahan, harapan keluarga, harapan institusi pernikahan dan konsep
pasangan ideal) terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Dukungan Emosional
Dukungan Instrumental
Dukungan Persahabatan
Dukungan Informasi
Self Concept
Ability
Skill Experience
Emotion
Self Disclosure
Harapan dari Pasangan
Harapan Pernikahan
Harapan Keluarga
Harapan Institusi Pernikahan
Konsep Pasangan Ideal
KEPUASAN
PERNIKAHAN
35
2.6.2 Hipotesis Minor
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan emosional pada variabel
dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan instrumental pada
variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan informasi pada variabel
dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan persahabatan pada
variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek self concept pada variabel
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek ability pada variabel komunikasi
interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha7: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek skill experience pada variabel
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha8: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek emotion pada variabel komunikasi
interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha9: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek self disclosure pada variabel
komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha10: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pasangan pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha11: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pernikahan pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
36
Ha12: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan keluarga pasangan pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Ha13: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari institusi pernikahan
pada variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri
nelayan.
Ha14: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek konsep pasangan ideal pada
variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah istri nelayan yang telah memiliki anak di
Palabuhanratu Sukabumi kurang lebih 2.157 keluarga. Jumlah responden
penelitian sebanyak 220 responden. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu non probability sampling dengan artian anggota populasi
kurang memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
Teknik non probability sampling yang penulis gunakan yaitu teknik purposive
sampling (teknik penentuan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan
sampel yang diperlukan).
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel
independen
Variabel Dependen (Y) : Kepuasan Pernikahan.
Variabel Independen (X1) : Dukungan Emosional pada Dukungan Sosial
Variabel Independen (X2) : Dukungan Instrumental pada Dukungan Sosial
Variabel Independen (X3) : Dukungan Informasi pada Dukungan Sosial
Variabel Independen (X4) : Dukungan Persahabatn pada Dukungan Sosial
Variabel Independen (X5) : Self Concept pada Komunikasi Interpersonal
Variabel Independen (X6) : Ability pada Komunikasi Interpersonal
Variabel Independen (X7) : Skill Experience pada Komunikasi Interpersonal
Variabel Independen (X8) : Emotion pada Komunikasi Interpersonal
38
Variabel Independen (X9) : Self Disclosure pada Komunikasi Interpersonal
Variabel Independen (X10) : Harapan dari Pasangan pada Ekspektasi
Pernikahan
Variabel Independen (X11) : Harapan Pernikahan pada Ekspektasi Pernikahan
Variabel Independen (X12) : Harapan Keluarga pada Ekspektasi Pernikahan
Variabel Independen (X13) : Harapan Institusi Pernikahan Pada Ekspektasi
Pernikahan
Variabel Independen (X14) : Konsep Pasangan Ideal pada Ekspektasi
Pernikahan
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Kepuasan Pernikahan adalah evaluasi subjektif mengenai perasaan individu
atas pasangan dan atas hubungan dengan pasangan (Spanier, 1976). Tingkat
kepuasan pernikahan dalam penelitian ini diukur dengan mengadaptasi dan
memodifikasi skala kepuasan pernikahan yaitu Revised Dyadic Adjustment
Scale (RDAS) (Busby, Christensen, Crane, & Larson, 1995) yang terdiri dari
14 item dan tiga aspek mengacu pada teori Spanier (1976). Adapun aspek
yang diukur oleh RDAS meliputi:
a. Aspek consensus meliputi pengambilan keputusan, nilai dan kasih sayang.
b. Aspek satisfaction meliputi stabilitas pernikahan dan konflik.
c. Aspek cohesion meliputi aktifitas bersama dan diskusi.
2. Dukungan sosial adalah dukungan yang mengacu pada tindakan yang benar-
benar dilakukan oleh orang lain atau dukungan yang diterima (Sarafino &
Smith, 2011). Dukungan sosial pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur
39
sendiri dengan mengacu pada teori Sarafino dan Smith (2011) terdiri dari
empat aspek dan 24 item. Adapun aspek yang diukur meliputi:
a. Dukungan emosional meliputi empati, perhatian positif dan dorongan
kepada individu.
b. Dukungan instrumental meliputi memberi bantuan berupa barang atau
memberi bantuan berupa jasa.
c. Dukungan informasi meliputi saran dan umpan balik mengenai hal yang
dilakukan.
d. Dukungan persahabatan meliputi kebersamaan dan aktivitas bersama.
3. Komunikasi interpersonal kemampuan mendengarkan isi dari komunikasi juga
mampu mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi emosi terutama
kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk berkomunikasi
dengan baik (Bienvenu, I987). Komunikasi interpersonal dalam penelitian ini
dengan mengadaptasi dan memodifikasi skala komunikasi interpersonal dari
Millard J. Bienvenu (1987) yaitu ICI (Interpersonal Communication
Inventory). Komunikasi interpersonal terdiri dari lima aspek dan 30 item.
Adapun aspek ICI meliputi:
a. Self concept meliputi komunikasi diri sendiri dan komunikasi dengan
orang lain.
b. Ability meliputi pendengar yang baik dan menerima informasi dengan
baik.
c. Skill experience meliputi mengekspresikan gagasan dan pemikiran dengan
jelas.
40
d. Emotion meliputi pengekspresian emosi dan konstruktif.
e. Self disclosure meliputi berkomunikasi dengan jujur. bebas dan terbuka.
4. Ekspektasi pernikahan adalah harapan setiap individu terhadap hubungan
pernikahan (Juvva & Bhatti, 2006). Pada penelitian ini, penulis membuat alat
ukur sendiri dengan menggunakan teori epigenetic marital expectation (Juvva
& Bhatti, 2006) yang terdiri dari aspek dan 30 item. Adapun aspek ekspektasi
pernikahan yang diukur dalam penelitian ini meliputi:
a. Harapan dari pasangan meliputi persamaan satu sama lain dan kesetaraan
pernikahan.
b. Harapan dari pernikahan meliputi merasa aman.jaminan keuangan dan
pengakuan sosial.
c. Harapan dari keluarga meliputi sikap mandiri dan tidak bergantung pada
keluarga asal.
d. Harapan pada institusi pernikahan meliputi saling menghormati,
memelihara kesatuan pernikahan. tulus dan loyal.
e. Konsep pasangan ideal meliputi ketertarikan dalam hal non materi dan
ketertarikan dalam hal materi.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan model skala likert yang
telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan tengah untuk menghilangkan
bias dan tendency central. Pernyataan pada skala kepuasan pernikahan, dukugan
sosial dan komunikasi interpersonal terdiri dari pernyataan favorable dan
unfavorable dengan empat pilihan jawaban. Pernyataan pada skala ekspektasi
41
pernikahan hanya terdiri dari pernyataan favorable dengan pertimbangan bahwa
setiap harapan biasanya positif. Pilihan jawaban untuk ekpektasi pernikahan dapat
dilihat pada tabel 3.1 yaitu Sangat Sesuai Harapan (SSH), Sesuai Harapan (SH),
Tidak Sesuai Harapan (TSH) dan Sangat Tidak Sesuai Harapan (STSH). Pilihan
jawaban untuk skala kepuasan pernikahan, dukungan sosial dan komunikasi
interpersonal dapat dilihat pada tabel 3.2 yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 3.1
Penilaian Pernyataan Favorable
Kategori Responden STSH TSH SH SSH
Favorable 1 2 3 4
Tabel 3.2
Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable
Kategori Responden STS TS S SS
Favorable 1 2 3 4
Unfavorable 4 3 2 1
Dalam penelitian ini, responden diberikan skala yang terdiri dari bagian
pengantar, bagian kedua dan bagian ketiga.
1. Bagian pengantar terdiri dari nama penulis, tujuan penelitian, kerahasiaan
jawaban dan ucapan terimakasih.
2. Bagian kedua yang terdiri dari identitas responden yaitu inisial/nama, usia,
menikah ketika usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan perbulan.
3. Bagian ketiga yaitu bagian inti yang berisi alat ukur skala kepuasan
pernikahan, skala dukungan sosial, skala komunikasi interpersonal dan skala
ekspektasi pernikahan.
42
3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi Revised Dyadic
Adjustment Scale (Busby, Christensen, Crane, & Larson, 1995) terdiri dari tiga
aspek dan 14 item yang mengacu pada teori Spanier (1976). Nilai reliabilitas
Alpha Cronbach’s RDAS yaitu 90. Adapun aspek dari RDAS yaitu consensus,
satisfaction dan cohesion.
Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepuasan Pernikahan
No Aspek Indikator Fav Unfav Jml
1 Consensus - Pengambilan keputusan
- Nilai
- Kasih sayang
1
4
5
2
3
6
2
2
2
2 Satisfaction - Stabilitas pernikahan
- Konflik
9,10
7,8
2
2
3 Cohesion - Aktifitas bersama
- Diskusi
11
13
12
14
2
2
Jumlah 7 7 14
3.3.2 Skala Dukungan Sosial
Pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur sendiri dengan menggunakan teori
dari Sarafino dan Smith (2011) terdiri dari dari empat aspek dan 24 item. Adapun
aspek dari dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan instrumental,
dukungan informasi dan dukungan persahabatan.
Tabel 3.4 Blueprint Skala Dukungan Sosial
No Aspek Indikator Fav Unfav Jml
1 Dukungan
Emosional
- Empati
- Perhatian positif
- Dorongan kepada individu
1, 2
5
3, 4
6
2
2
2
2 Dukungan
Instrumental
- Memberi bantuan berupa
barang
- Memberi bantuan berupa jasa
7
10, 1
8, 9
12
3
3
3 Dukungan
Informasi
- Saran
- Umpan balik mengenai hal
yang dilakukan
14, 5
16
13
17, 18
3
3
43
4 Dukungan
Persahabatan
- Kebersamaan
- Aktivitas sosial bersama
19, 20
23
21
22, 24
3
3
Jumlah 12 12 24
3.3.3 Skala Komunikasi Interpersonal
Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur komunikasi
interpersonal dari Bienvenu (1987). Interpersonal communication inventory
berumlah 30 item dan lima aspek. Adapun aspek dari ICI yaitu self concept,
ability, skill experience, emotion dan self disclosure.
Tabel 3.5 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal
No Aspek
Indikator Fav Unfa
v
Jml
1 Self concept - Komunikasi diri sendiri
- Komunikasi dengan orang lain
1, 2
6
3
4, 5
3
3
2 Ability - Pendengar yang baik
- Menerima informasi dengan baik
9
10, 12
7, 8
11
3
3
3 Skill experience - Mengekspresikan gagasan
- Pemikiran dengan jelas
13, 15
16
14
17, 18
3
3
4 Emotion - Pengekspresian emosi
- Konstruktif
20
22, 24
19, 21
23
3
3
5 Self Disclosure - Berkomunikasi jujur
- Bebas dan terbuka
25, 27
28
26
29, 30
3
3
Jumlah 15 15 30
3.3.4 Skala Ekspektasi Pernikahan
Pada skala ekspektasi pernikahan, penulis membuat alat ukur sendiri
menggunakan teori epigenetic model marital expectation (Juvva & Bhatti, 2006)
terdiri 30 item dan lima aspek. Adapun lima aspek yaitu harapan dari pasangan,
harapan dari pernikahan, harapan dari keluarga, harapan pada institusi pernikahan
44
dan konsep pasangan ideal. Pernyataan item pada skala ekspektasi pernikahan
hanya terdiri dari pernyataan favorable.
Tabel 3.6 Blueprint Skala Ekspektasi Pernikahan
No Aspek
Indikator Fav Jml
1 Harapan dari Pasangan - Persamaan dengan pasangan
- Kesetaraan pernikahan
1, 2, 3
4.5.6
3
3
2 Harapan dari Pernikahan - Merassa aman
- Jaminan keuangan
- Pengakuan sosial
7, 8
9, 10
11, 12
2
2
2
3 Harapan Keluarga - Sikap mandiri
- Tidak bergantung pada keluarga
asal
13, 14, 15
16, 17, 18
3
3
4 Harapan pada Institusi
Pernikahan
- Saling menghormati
- Memelihara kesatuan
pernikahan
- Tulus dan loyal
19, 20
21, 22
23, 24
2
2
2
2
5 Konsep Pasangan Ideal - Ketertarikan dalam hal non
materi
- Ketertarikan dalam hal materi
25, 26, 27
28, 29, 30
3
1
Jumlah 30 30
3.4 Validitas
Untuk menguji alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian, penulis
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun langka-langkah
untuk mendapatkan kriteria item yang baik dalam CFA menurut Umar (dalam
Alawiyah, 2010):
1. Lakukan uji CFA dengan model satu faktor, lihat nilai P-value yang dihasilkan.
Jika P-value tidak signifikan (P > 0.05), maka item hanya mengukur satu faktor
saja, tetapi jika P-value yang dihasilkan signifikan (P < 0.05), maka perlu
dilakukan uji sesuai langkah berikutnya.
45
2. Jika P-value signifikan (P < 0.05) maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Hal ini terjadi saat suatu item selain mengukur konstruk ingin
diukur, tetapi item ini juga mengukur lebih dari satu konstruk atau
multidimensional. Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk
saling berkorelasi maka akan diperoleh model yang fit, maka model yang
terakhir inilah yang digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka analisis item dilanjutkan dengan
melihat muatan faktor setiap item signifikan dan mempunyai koefisien yang
positif. Untuk melihat signifikan atau tidaknya setiap item dalam pengukuran
faktor ini, yaitu dengan cara melihat nilai dari t-value dan koefisien muatan
faktor tersebut. Jika t-value > 1.96 maka item signifikan dan tidak akan di-drop
dan begitu pula sebaliknya.
4. Selain itu juga perlu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif.
Dalam hal ini jika ada item pernyataan yang negatif, maka saat penskoran pada
item arah skornya diubah menjadi positif. Jika setelah diubah arah skornya
masih terdapat item dengan muatan faktor negatif, maka item akan di-drop.
5. Selanjutya, melihat kesalahan pengukuran yang berkorelasi. Apabila
menemukan item dengan banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi
dengan banyak item lain, maka hal ini berarti item tersebut selain mengukur
satu hal, juga mengukur hal lainnya, sehingga item seperti ini juga dapat di-
drop karena bersifat multidimensional yang sangat kompleks.
46
6. Setelah melakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Olah data dilakukan dengan menggunakan SPSS
dengan ketentuan tidak mengikut sertakan skor mentah dari item yang sudah di
drop.
7. Setelah proses mendapatkan faktor skor dilakukan, kemudian ditransform
dalam skala t-score (true score) dengan menggunakan formula berikut:
(10*Factor Score) + 50
Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus di transform menjadi
true score dengan mean = 50 dan standard deviation (SD) = 10
8. Setelah diperoleh true score (T-score) dari masing-masing variabel, maka
dilakukan analisis regresi. Dalam penulisan ini menggunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis).
3.4.1 Uji Validitas Kepuasan Pernikahan
Pada uji validitas konstruk kepuasan pernikahan menguji 14 item bersifat
unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur kepuasan
pernikahan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit dengan Chi-square = 617.32, df = 77, P-value = 0.00000 dan
RMSEA = 0.179. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 34 kali terhadap model
dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item yang
dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 57.21, df =
43, P-value = 0.07216 dan RMSEA = 0.039. Nilai Chi-square menghasilkan P-
value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima. Seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
kepuasan pernikahan
47
Selanjutnya. penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang hendak
diukur atau tidak. sekaligus menentukan item tersebut perlu di drop atau tidak.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat t bagi setiap
koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Muatan Faktor Kepuasan Pernikahan
Item Koefisien Faktor Loading Std Eror T-Value Signifikan
1 0.46 0.07 6.63
2. 0.47 0.07 6.94
3. 0.36 0.07 5.03
4. 0.32 0.07 4.45
5 0.46 0.07 6.83
6 0.24 0.07 3.17
7 0.79 0.06 12.35
8 0.71 0.06 11.36
9 0.54 0.07 7.97
10 0.61 0.07 8.86
11 0.19 0.08 2.42
12 0.36 0.07 5.37
13 0.36 0.07 5.37
14 0.39 0.07 5.75
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); = tidak signifikan
Pada tabel 3.7 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut
benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur
kepuasan pernikahan.
3.4.2 Uji Validitas Kostruk Dukungan Sosial
Penulis menguji apakah 24 item yang terdiri dari 4 aspek yaitu dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan
persahabatan bersifat unidimensional yang artinya benar-benar hanya mengukur
aspek dukungan emosional.
48
3.4.2.1 Uji Validitas Dukungan Emosional
Pada uji validitas konstruk dukungan emosional.penulis menguji apakah 6 item
bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
dukungan emosional. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor. ternyata tidak fit dengan Chi-square = 47.56, df = 9, P-value = 0.00000
dan RMSEA = 0.140. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item
yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 8.96, df
= 6, P-value = 0.17596 dan RMSEA = 0.047. Nilai Chi-square menghasilkan P-
value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
dukungan emosional.
Langkah selanjutnya. penulis melihatitem signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di
drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Muatan Faktor Dukungan Emosional
Item Koefisien Faktor
Loading St. Error
T-Value Signifikan
Item 1 0.60 0.08 7.17
Item 2 0.87 0.08 11.13
Item 3 0.44 0.08 5.22
Item 4 0.52 0.07 7.21
Item 5 0.55 0.07 7.71
Item 6 0.44 0.07 5.99
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
49
Pada tabel 3.8 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut
benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur
dukungan emosional.
3.4.2.2 Uji Validitas Dukungan Instrumental
Penulis menguji apakah 6 item dari aspek dukungan instrumental bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur dukungan emosional.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit dengan Chi-square = 1230.25, df = 9, P-value = 0.0000 dan
RMSEA = 0.767. Setelah melakukan 5 kali modifikasi terhadap model
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.34, df = 4, P-value =
0.67343 dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan instrumental.
Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan instrumental perlu
di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9 berikut:
50
Tabel 3.9 Muatan Faktor Dukungan Intrumental
Item Koefisien Faktor
Loading St. Error
T-Value Signifikan
Item 7 0.93 0.16 5.86
Item 8 1.28 0.25 5.18
Item 9 0.44 0.09 4.98
Item 10 0.23 0.06 3.63
Item 11 0.35 0.08 4.15
Item 12 0.13 0.05 2.51
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.9 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan
nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek
yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur dukungan instrumental.
3.4.2.3 Uji Validitas Dukungan Informasi
Penulis menguji apakah 6 item dari aspek dukungan informasi bersifat
unidimensional artinya benar-benar hanya mengukur dukungan informasi.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit dengan Chi-square = 71.73, df = 9, P-value = 0.0000 dan
RMSEA = 0.176. Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model,
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 7.79, df = 7, P-value =
0.35170 dan RMSEA = 0.023. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan
informasi.
Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
51
di drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10 Muatan Faktor Dukungan Informasi
Item Koefisien Faktor
Loading St. Error
T-Value Signifikan
Item 13 0.43 0.08 5.61
Item 14 0.71 0.08 9.30
Item 15 -0.47 0.08 6.20
Item 16 0.69 0.08 9.12
Item 17 -0.33 0.08 -4.20
Item 18 -0.14 0.09 -154
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.10 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan, kecuali pada item 17 dan 18. Item dikatakan signifikan
karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)
yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan
item tersebut benar mengukur dukungan informasi.. Sedangkan pada item 17 dan
18 tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak
diikutsertakan dalam analisis regresi berikutnya.
3.4.2.4 Uji Validitas Dukungan Persahabatan
Penulis menguji apakah 6 item dari aspek dukungan persahabatan bersifat
unidimensional artinya benar-benar hanya mengukur dukungan persahabatan.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit dengan Chi-square = 150.33, df = 9, P-value = 0.00000 dan
RMSEA = 0.268. Setelah melakukan 7 kali modifikasi terhadap model,
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.22, df = 2, P-value =
52
0.32877 dan RMSEA = 0.023. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan
persahabatan.
Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item tersebut perlu di drop atau
tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat-t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11 Muatan Faktor Dukungan Persahabatan
Item Koefisien Faktor
Loading St. Error
T-Value Signifikan
Item 19 1.13 0.33 3.41
Item 20 0.56 0.16 3.44
Item 21 0.20 0.06 3.27
Item 22 -0.09 0.06 -1.40
Item 23 0.40 0.32 1.23
Item 24 0.12 0.06 2.05
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.11 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan, kecuali pada item 22 dan 23. Item dikatakan signifikan
karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)
yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan
item tersebut benar mengukur dukungan persahabatan.. Sedangkan pada item 22
dan 23 tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak
diikutsertakan dalam analisis regresi berikutnya.
53
3.4.3 Uji Validitas Kostruk Komunikasi Interpersonal
Penulis menguji 30 item yang terdiri dari lima aspek yaitu self concept, ability,
skill experience, emotion dan self disclosure bersifat unidimensional yang artinya
benar-benar hanya mengukur aspek komunikasi interpersonal.
3.4.3.1 Uji Validitas Self Concept
Penulis menguji apakah 6 item dari aspek self concept bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur self concept. Berdasarkan hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-
square = 102.85 df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.218. Setelah
melakukan 6 kali modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-square = 2.50, df = 3, P-value = 0.47486 dan RMSEA = 0.000.
Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu self concept.
Langkah selanjutnya, penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak. sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12 berikut:
54
Tabel 3.12 Muatan Faktor Self Concept
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 1 0.68 0.16 4.38
Item 2 0.80 0.18 4.51
Item 3 0.30 0.07 4.49
Item 4 -0.16 0.09 -1.70
Item 5 -0.08 0.06 -1.33
Item 6 0.01 0.06 0.22
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.12 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan, kecuali pada item 4,5 dan 6. Item dikatakan signifikan
karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)
yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan
item tersebut benar mengukur self concept. Sedangkan pada item 4,5 dan 6 tidak
memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam
analisis regresi berikutnya.
3.4.3.2 Uji Validitas Ability
Penulis menguji apakah 6 item dari aspek ability bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur ability. Berdasarkan hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square =
42.35, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.130. Setelah melakukan 3
kali modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 4.30, df = 6, P-value = 0.63600 dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-square
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu ability.
55
Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13 Muatan Faktor Ability
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 7 0.62 0.07 8.23
Item 8 0.89 0.08 10.97
Item 9 0.43 0.07 5.90
Item 10 0.34 0.09 4.01
Item 11 0.44 0.07 6.27
Item 12 0.07 0.07 0.92
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.13 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. kecuali pada item 12. Item dikatakan signifikan karena
memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang
berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item
tersebut benar mengukur ability. Sedangkan pada item 12 tidak memenuhi syarat
signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis regresi
berikutnya.
3.4.3.3 Uji Validitas Skill Experience
Penulis menguji apakah 6 item dari aspek skill experience bersifat
unidimensional artinya benar-benar hanya mengukur skill experience.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor
ternyata tidak fit dengan Chi-square = 21.75, df = 9, P-value = 0.00000 dan
RMSEA = 0.080. Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model
56
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 9.77, df = 7, P-value =
0.20227 dan RMSEA = 0.042. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05
(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu skill experience.
Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14 Muatan Faktor Skill Experience
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 7 0.62 0.07 8.23
Item 13 0.27 0.08 3.61
Item 14 0.37 0.08 4.80
Item 15 0.54 0.08 6.90
Item 16 0.88 0.09 9.61
Item 17 0.32 0.08 -4.18
Item 18 0.27 0.08 3.53
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.14 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. kecuali pada item 17. Item dikatakan signifikan karena
memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang
berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item
tersebut benar mengukur skill experience. Sedangkan pada item 17 tidak
memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam
analisis regresi berikutnya.
57
3.4.3.4 Uji Validitas Emotion
Penulis menguji apakah 6 item dari aspek emotion bersifat unidimensional
artinya benar-benar hanya mengukur emotion. Berdasarkan hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square =
328.69, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.402. Setelah melakukan 9
kali modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 30.41, df = 0 P-value = 1.00000 dan RMSEA = 0.0000. Nilai Chi-
square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu emotion.
Langkah selanjutnya, penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.15 berikut:
Tabel 3.15 Muatan Faktor Emotion
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 19 0.90 0.81 1.11
Item 20 -0.40 0.35 -1.14
Item 21 -0.29 0.22 -1.33
Item 22 0.41 0.30 1.36
Item 23 0.43 0.58 0.74
Item 24 0.20 0.16 1.26
Keterangan: tanda = signifikan (t >1.96); =tidak signifikan
58
Pada tabel 3.15 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan tidak signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien
muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item
tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar
mengukur emotion. Sedangkan pada item 19-24 tidak memenuhi syarat signifikan
sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis regresi berikutnya.
3.4.3.4 Uji Validitas Self Disclosure
Penulis menguj iapakah 6 item dari aspek self disclosure bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur emotion. Berdasarkan hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square =
74.40, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.182. Setelah melakukan 4 kali
modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
5.05, df = 5, P-value = 0.40947 dan RMSEA = 0.007. Nilai Chi-square
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu self disclosure.
Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak. sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
di drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.16 berikut:
59
Tabel 3.16 Muatan Faktor Self Disclosure
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 25 1.39 0.64 2.16
Item 26 0.01 0.04 0.14
Item 27 1.16 0.50 2.35
Item 28 0.33 0.14 2.35
Item 29 0.15 0.08 1.86
Item 30 0.21 0.09 2.45
Keterangan: tanda = signifikan (t >1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.16 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. kecuali pada item 26 dan 29. Item dikatakan signifikan
karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)
yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan
item tersebut benar mengukur skill experience. Sedangkan pada item 26 dan 29
tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan
dalam analisis regresi berikutnya.
3.4.4 Uji Validitas Kostruk Ekspektasi Pernikahan
Penulis menguji apakah 30 item yang terdiri dari 5 aspek yaitu harapan dari
pasangan, harapan dari pernikahan, harapan keluarga, harapan dari institusi
pernikahan dan konsep pasangan ideal bersifat unidimensional yang artinya benar-
benar hanya mengukur aspek ekspektasi pernikahan.
3.4.4.1 Uji Validitas Harapan dari Pasangan
Pada uji validitas konstruk harapan dari pasangan penulis menguji apakah 6 item
bersifat unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
harapan dari pasangan Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 100.19, df = 9, P-value = 0.00000.
60
RMSEA = 0.215. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 5 kali terhadap model
dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang
dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 6.02, df = 4,
P-value = 0.048 dan RMSEA = 0.048. Nilai Chi-square menghasilkan P-value >
0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu harapan dari
pasangan.
Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di
drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.17 berikut:
Tabel 3.17 Muatan Faktor Harapan dari Pasangan
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 1 1.01 0.07 14.23
Item 2 0.70 0.07 10.13
Item 3 0.51 0.07 7.50
Item 4 0.32 0.07 3.70
Item 5 0.17 0.07 2.50
Item 6 0.16 0.07 2.40
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.17 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut
benar-benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar
mengukur harapan dari pasangan.
61
3.4.4.2 Uji Validitas Harapan dari Pernikahan
Pada uji validitas konstruk harapan dari pernikahan, penulis menguji apakah 6
item bersifat unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya
mengukur harapan dari pernikahan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 164.14, df = 9,
P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.281. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak
4 kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di
antara item-item yang dianalisis maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-
square = 6.42, df = 5, P-value = 0.26712 dan RMSEA = 0.036. Nilai Chi-square
menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu harapan dari pernikahan.
Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di
drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.18 berikut:
Tabel 3.18 Muatan Faktor Harapan dari Pernikahan
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 7 0.28 0.08 3.50
Item 8 1.38 0.26 5.27
Item 9 0.03 0.05 0.56
Item 10 0.28 0.08 -3.54
Item 11 0.27 0.08 3.50
Item 12 0.21 0.07 3.03
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
62
Pada tabel 3.18 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item
dikatakan signifikan kecuali item no 9 dan 10. Item dikatakan signifikan karena
memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang
berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item
tersebut benar mengukurharapan dari pernikahan. Sedangkan pada item 9 dan 10
tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan
dalam analisis regresi berikutnya.
3.4.4.3 Uji Validitas Harapan Keluarga
Pada uji validitas konstruk harapan keluarga penulis menguji apakah 6 item
bersifat unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
harapan keluarga. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-square = 22.56, df = 9, P-value = 0.00000
dan RMSEA= 0.332. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item
yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 6.09, df
= 6, P-value = 0.19221 dan RMSEA = 0.049. Nilai Chi-square menghasilkan P-
value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
harapan keluarga.
Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di
drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.19 berikut:
63
Tabel 3.19 Muatan Faktor Harapan Keluarga
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 13 0.48 0.09 5.50
Item 14 1.25 0.16 7.69
Item 15 0.38 0.08 4.98
Item 16 0.24 0.07 3.65
Item 17 -0.24 0.18 -1.32
Item 18 0.29 0.07 4.10
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.19 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item
dikatakan signifikan kecuali item no 17. Item dikatakan signifikan karena
memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang
berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item
tersebut benar mengukur harapan dari pernikahan. Sedangkan pada item 17 tidak
memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertaan dalam
analisis regresi berikutnya.
3.4.4.4 Uji Validitas Harapan dari Institusi Pernikahan
Pada uji validitas konstruk harapan dari pasangan, penulis menguji apakah 6 item
bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
harapan dari pasangan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 94.16, df = 9, P-value = 0.00000 dan
RMSEA = 0.208. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap model
dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item yang
dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 4.37, df = 6,
P-value = 0.35867 dan RMSEA = 0.020. Nilai Chi-square menghasilkan P-value
> 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu harapan dari institusi
pernikahan.
64
Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidaksekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di drop
atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat t
bagi setiap koefisien muatan faktor. seperti pada tabel 3.20 berikut:
Tabel 3.20 Muatan Faktor Harapan dari Institusi Pernikahan
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 19 0.70 0.06 10.78
Item 20 0.53 0.07 7.77
Item 21 0.73 0.06 11.28
Item 22 0.72 0.06 11.24
Item 23 0.84 0.06 13.82
Item 24 0.47 0.07 6.51
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.20 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut
benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur
harapan dari institusi pernikahan.
3.4.4.5 Uji Validitas Konsep Pasangan Ideal
Pada uji validitas konstruk konsep pasangan ideal penulis menguji apakah 6 item
bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
harapan dari pasangan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 224.15, df = 9, P-value = 0.00000
dan RMSEA = 0.330. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 4 kali terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item
yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.49, df
65
= 5, P-value = 0.77605 dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-square menghasilkan P-
value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
konsep pasangan ideal.
Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak sekaligus menentukanitem dukungan sosial perlu di drop
atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat t
bagi setiap koefisien muatan faktor. seperti pada tabel 3.21 berikut:
Tabel 3.21 Muatan Faktor Konsep Pasangan Ideal
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
Item 25 0.79 0.07 11.81
Item 26 0.83 0.06 13.71
Item 27 0.69 0.06 11.31
Item 28 0.73 0.06 12.13
Item 29 0.63 0.07 9.42
Item 30 0.71 0.06 11.12
Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan
Pada tabel 3.21 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut
benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur
konsep pasangan ideal.
3.5 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, berdasarkan hipotesis yang hendak diukur, penulis
menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda
untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial,
66
komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan
pernikahan istri nelayan. Adapun persamaan analisis regresi pada penelitian ini
adalah:
Y: Kepuasan Pernikahan (DV)
a: Konstanta
b: Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1: Dukungan sosial dukungan emosional atau persahabatan
X2: Dukungan sosial dukungan instrumental
X3: Dukungan sosial dukungan informasi
X4: Dukungan sosial dukungan persahabatan
X5: Komunikasi interpersonal self concept
X6: Komunikasi interpersonal ability
X7: Komunikasi interpersonal skill experience
X8: Komunikasi interpersonal emotion
X9: Komunikasi interpersonal self disclosure
X10: Ekspektasi pernikahan harapan sebagai pasangan
X11: Ekspektasi pernikahan harapan dari pernikahan
X12: Ekspektasi pernikahan harapan keluarga
X13: Ekspektasi pernikahan harapan pada institusi pernikahan
X14: Ekspektasi pernikahan gambaran atau konsep pasangan ideal
e : Residual
Melalui regresi berganda dapat diperoleh nilai R yaitu koefisien korelasi
berganda antara kepuasan pernikahan dengan dukungan sosial, komunikasi
interpersonal dan ekspektasi pernikahan. Besarnya kemungkinan gejala kepuasan
pernikahan pada istri nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan
tadi dan ditunjukan oleh koefisien determinasi berganda (R2). Fungsi R
2 untuk
melihat proporsi varians dari gejala kepuasan pernikahan yang dipengaruhi oleh
dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan. Adapun
rumus R2
sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +b10X10 +
b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14 + e
67
R2 = Ssreg
Ssy
R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV (X)
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)
Uji R2 untuk membuktikan penambahan varians dari independent variabel
satu persatu signifikan atau tidak signifikan. Untuk membuktikan regresi X pada
Y signifikan atau tidak signifikan maka di uji dengan menggunakan uji F. Adapun
rumus uji F sebagai berikut:
F=
R2
(1-R2)/(N-k-1)
k merupakan jumlah variabel independent dan N adalah jumlah sampel
penelitian. Apabila nilai F itu siginifikan (P < 0.05), maka berarti seluruh IV
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV. Dari hasil
uji F dapat dilihat memiliki pengaruh tidak independent variabel terhadap
dependent variabel. Untuk menguji pengaruh independent variabel terhadap
dependent variabel secara signifikan dilakukan uji t. adapun rumus uji t. sebagai
berikut:
b merupakan koefisien regresi dan Sb merupakan standar eror dari b, hasil uji t
diperoleh dari hasil regresi yang dilakukan penulis. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan program SPSS.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 220 istri nelayan. Untuk mempermudah
perhitungan, maka penulis mengkategorisasikan responden kedalam beberapa
kategori. Gambaran subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Data Demografi
Sampel Penelitian Frekuensi Presentase (%)
Usia
20 – 30 Tahun 72 32,7%
31 – 40 Tahun 148 67,3%
Pendidikan
SD 121 55.5%
SMP 71 32.3%
SMA 28 12,7%
Usia Menikah
12-18 Tahun 111 50.5%
18-25 Tahun 102 46.4%
25-32 Tahun 7 3.2%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa gambaran responden
berdasarkan usia dibagi menjadi dua kategori, yaitu responden berusia 20 – 30
tahun dan 31 – 40 tahun. Responden berusia 20 – 30 tahun memiliki presentase
sebesar 32.7% (72 orang). Pada kategori responden berusia 31 - 40 memiliki
presentase sebesar 67.3% (148 orang).
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui gambaran responden berdasarkan
tingkat pendidikan. Responden dengan tingkat pendidikan SD berjumlah 121
orang dengan presentase sebesar 55.5%. Selanjutnya SMP berjumlah 71 orang
dengan presentase sebesar 32.3%. Responden SMA berjumlah 28 orang dengan
69
presentase sebesar 12.7%. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
didominasi oleh subjek dengan pendidikan akhir SD yaitu berjumlah 121 orang
dengan presentase 75%.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa gambaran responden
berdasarkan usia menikah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu responden berusia
12-18 tahun, 18-25 tahun dan 26-32 tahun. Responden berusia 12-18 tahun
memiliki presentase sebesar 50.5% (111). Pada kategori responden berusia 18-25
tahun memiliki presentase sebesar 102% (102 orang). Responden berusia 25-32
tahun memiliki presentase sebesar 3.2% (7 orang).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan skor berupa skor faktor. Skor
faktor didapatkan dengan merubah semua item pada aspek yang sama menjadi
satu skor yang disebut factor score pada software SPSS. Tujuan penggunaan
factor score adalah untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran.
Faktor score kemudian diubah menjadi true score untuk menghilangkan bilangan
negatif.
Untuk menjelaskan mengenai gambaran umum tentang statistik deskriptif dari
variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi acuan adalah skor
mean, median, standard deviation (SD), nilai maksimal dan nilai minimal dari
masing-masing variabel
70
Tabel 4.2 Analisi Deskriptif
N=22
0
Minimu
m
Maximum Mean Standar Deviasi
Kepuasan Pernikahan 25.73 71.63 50.0000 8.71006
Dukungan Emosional 23.93 71.37 50.0000 9.29108
Dukungan Instrumental 27.56 68.09 50.0000 9.88468
Dukungan Informasi 28.37 83.61 50.0000 8.01316
Dukungan Persahabatan 5.60 68.28 50.0000 8.56343
Self Concept 22.74 70.17 50.0000 7.81662
Ability 22.09 68.01 50.0000 8.79035
Skill Experience 14.17 72.83 50.0000 8.57946
Self Disclosure 25.31 66.05 50.0000 9.99500
Harapan dari Pasangan 7.29 69.90 50.0000 8.98802
Harapan dari Pernikahan 18.63 68.49 50.0000 7.97995
Harapan Keluarga 16.47 71.27 50.0000 8.62535
Harapan Institusi Pernikahan 25.97 68.27 50.0000 9.06251
Konsep Pasangan Ideal 8.73 73.20 50.0000 9.02088
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dependen variabel yaitu
kepuasan pernikahan memiliki nilai terendah 25.73, nilai tertinggi 71.63 dengan
nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.71006. Variabel dukungan emosional
memiliki nilai terendah 23.93, nilai tertinggi 71.37 dengan nilai rat-rata 50 dan
standar deviasi 9.29108. Variabel dukungan instrumental memiliki nilai terendah
27.56, nilai tertinggi 68.09 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9.88468.
Variabel dukungan informasi memiliki nilai terendah 28.37, nilai tertinggi 83.61
dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.01316. Variabel dukungan
persahabatan memiliki nilai terendah 5.60, nilai tertinggi 68.28 dengan nilai rata-
rata 50 dan standar deviasi 8.56343
Variabel self concept memiliki nilai terendah 22.74, nilai tertinggi 70.17
dengan nilai rata-rata 50 dan Standar Deviasi 7.81662. Variabel ability memiliki
nilai terendah 22.09 nilai tertinggi 68.01 dengan nilai rata-rata 50 dan standar
deviasi 8.79035.Variabel skill experience memiliki nilai terendah 14,17, nilai
tertinggi 72,83 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.57946. Variabel self
71
disclosure memiliki nilai terendah 25.31, nilai tertinggi 66.05 dengan nilai rata-
rata 50 dan standar deviasi 9.99500.
Variabel harapan terhadap pasangan memiliki nilai terendah 7.29, nilai
tertinggi 69.90 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.98802. Variabel
harapan dari pernikahan memiliki nilai teremdah18.63 nilai tertinggi 69.90 dengn
nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 7.97995. Variabel harapan keluarga
memiliki nilai terendah 16.47 nilai tertinggi 71.27 dengan nilai rata-rata 50 dan
standar deviasi 8.62535. Variabel harapan dari institusi pernikahan memiliki nilai
terendah 25.97 nilai tertinggi 62.27 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi
9.06251. Variabel konsep pasangan ideal memiliki nilai terendah 8.73 nilai
tertinggi 73.20 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9.02088.
4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya dari rendah ketinggi yang
akan penulis gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Norma kategorisasi
skor dapat dilihat pada tabel 4.3 yang berlaku pada setiap variabel.
Tabel 4.3 Kategorisasi Skor
Kategorisasi Rumus
Rendah X < Mean
Tinggi X ≥ Mean
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel kepuasan pernikahan,
dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan
72
persahabatan. Self concept, ability, skill experience dan self disclosure.
Harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan keluarga, harapan
dari institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal.
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel
No Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi
1 Kepuasan Pernikahan 125 (56.8%) 95 (43.2%)
2 Dukungan Emosional 172 (78.2%) 48 (21.8%)
3 Dukungan Instrumental 89 (40.5%) 131 (59.5%)
4 Dukungan Informasi 83 (37.3%) 137 (62.3%)
5 Dukungan Persahabatan 156 (70.9%) 64 (29.1%)
6 Self Concept 78 (35.5%) 142 (64.5%)
7 Ability 74 (33.6%) 146 (66.4%)
8 Skill Experience 105 (47.7%) 115 (52.3 %)
9 Self Disclosure 63 (28.6%) 157 (71.4%)
10 Harapan dari Pasangan 166 (75.5%) 54 (24.5%)
11 Harapan terhadap Pernikahan 160 (72.7%) 60 (27.3%)
12 Harapan Keluarga 172 (78.2%) 48 (21.8%)
13 Harapan Institusi Pernikahan 166 (75.5%) 54 (24.5%)
14 Konsep Pasangan Ideal 154 (70%) 66 (30%)
Berdasarkan tabel kategorisasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa 125
responden menyatakan bahwa tingkat kepuasan pernikahan sebanyak 56.8%.
Dukungan emosional dengan presentasi 78.2% sebanyak 172 responden.
Dukungan instrumental dengan jumlah 137 responden memiliki presentasi 62.3%.
Dukungan persahabatan dengan jumlah 156 responden memiliki presentasi
70.9%.
Self concept dengan jumlah 78 responden memiliki presentasi 35.5%. Ability
dengan jumlah 74 responden memiliki presentasi 33.6%. Skill experience dengan
jumlah 105 responden memiliki presentasi 47.7%. Self disclosure dengan jumlah
63 responden memiliki presentasi 28.6%.
73
Harapan dari pasangan dengan jumlah 166 responden memiliki presentasi
75.5%. Harapan dari pernikahan dengan jumlah 160 responden memiliki
presentasi 72.7%. Harapan keluarga dengan jumlah 172 responden memiliki
presentasi 78.2%. Harapan dari institusi pernikahan dengan jumlah 166 responden
memiliki presentasi 75.5%. Konsep pasangan ideal dengan jumlah 154 responden
memiliki presentasi 70%.
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda menggunakan software spss seperti yang sudah disebutkan pada bab III.
Dalam regresi ada 3 hal yang akan dilihat, yaitu melihat besaran Rsquare untuk
mengatahui berapa persen (%) varians dependent variabel yang dijelaskan oleh
independent variabel. Untuk membuktikan keseluruhan independent variabel
berpengaruh secara signifikan terhadap DV atau tidak berpengaruh, kemudian
terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisian regresi dari masing masing
independent variabel. Langkah pertama adalah penulis melihat besaran Rsquare
untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variabel yang dijelaskan
oleh independent variabel. Selanjutnya untuk tabel Rsquare dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi
Model R R
Square
Adjust
ed R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .692a .478 .445 6.48638 .478 14.530 13 206 .000
74
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R-Square sebesar 0.478 atau
47.8%. Artinya proporsi varian dari kepuasan pernikahan yang telah dijelaskan
oleh dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan
informasi dan dukungan persahabatan), komunikasi interpersonal (self concept,
ability, skill experience dan self disclosure) dan ekspektasi pernikahan (harapan
dari pasangan, harapan terhadap pernikahan, harapan keluarga, harapan institusi
pasangan dan konsep pasangan ideal) adalah sebesar 47.8 % sedangkan 52.2%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari penelitian ini.
Langkah kedua penulis menganalisis pengaruh dari keseluruhan independent
variable terhadap dependent variable. Berdasarkan uji F pada tabel 4.6, dapat
dilihat bahwa hasil uji F sebesar 14.530 dengan sig .000 (sig < 0.05), maka
hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara independent
variable terhadap dependent varieble diterima. Artinya terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama dari variable dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan, self concept, ability,
skill experience, self disclosure, harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan,
harapan keluarga, harapan dari institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal.
Tabel 4.6 Pengaruh keseluruhan IV terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 7947.397 13 611.338 14.530 .000b
Residual 8667.070 206 42.073
Total 16614.466 219
Langkah selanjutnya penulis melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable (IV). Jika sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut
signifikan yang berarti independent variable tersebut memiliki pengaruh yang
75
signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Adapun besarnya koefisien regresi
dari masing-masing independent variable terhadap kepuasan pernikahan dapat
dilihat pada table 4.7
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 11.635 10.215 1.139 .256
Dukungan Emosional .387 .068 .413 5.678 .000*
Dukungan Instrumental .125 .047 .142 2.653 .009*
Dukungan Informasi .002 .084 .002 .025 .980
Dukungan Persahabatan .211 .073 .208 2.914 .004*
Self Concept -.132 .065 -.118 -2.016 .045*
Ability .049 .054 .050 .918 .360
Skill Experience .011 .065 .010 .162 .871
Self Disclosure -.012 .047 -.014 -.262 .794
Harapan dari Pasangan .194 .059 .201 3.286 .001*
Harapan dari Pernikahan -.108 .067 -.099 -1.610 .109
Harapan Keluarga -.252 .074 -.249 -3.399 .001*
Harapan Institusi Pernikahan .193 .066 .201 2.931 .004*
Konsep Pasangan Ideal .099 .076 .102 1.297 .196
a. Dependent Variable: Kepuasan Pernikahan
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Kepuasan pernikahan = 11.635 + 0.387 (dukungan emosional*) + 1.25 (dukungan
instrumental) – 0.02 (dukungan informasi) + 0.211 (dukungan persahabatan) –
0.132 (self concept) + 0.049 (ability) + 0.011 (skill experience) – 0.012 (self
disclosure) + 0.194 (harapan dari pasangan*) – 0.108 (harapan dari pernikahan) –
0.252 (harapan keluarga*) + 193 (harapan dari institusi pernikahan*) + 0.099
(konsep pasangan ideal).
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dapat dilihat pada kolom sig dalam tabel 4.7 jika sig < 0,05 maka koefisien
76
regresi yang dihasilkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
pernikahan dan sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat tujuh koefisien regresi yang
signifikan, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
persahabatan, self control, harapan dari pernikahan, harapan keluarga dan harapan
dari institusi pernikahan. Sedangkan variabel lainnya menghasilkan koefisien
regresi yang tidak signifikan. Hal ini berarti dari 13 hipotesis minor hanya terdapat
tujuh yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada
masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel Dukungan Emosional
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.387 dan signifikansi sebesar 0.000 (sig
< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dukungan emosional terhadap kepuasan pernikahan
ditolak. Hal ini berarti bahwa dukungan emosional berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi dukungan
emosional semakin tinggi kepuasan pernikahan.
2. Variabel Dukungan Instrumental
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.125 dan signifikansi sebesar 0.009 (sig
< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap kepuasan pernikahan
ditolak. Hal ini berarti bahwa dukungan intrumental berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi dukungan
instrumental semakin tinggi kepuasan pernikahan.
77
3. Variabel Dukungan Informasi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.002 dan signifikansi sebesar 0.980 (sig
> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dukungan informasi terhadap kepuasan pernikahan
diterima.
4. Variabel Dukungan Persahabatan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.211 dan signifikansi sebesar 0.004 (sig
< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dukungan persahabatan terhadap kepuasan pernikahan
ditolak. Hal ini berarti bahwa dukungan persahabatan berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya semakin tinggi dukungan
persahabatan semakin tinggi kepuasan pernikahan.
5. Self Concept
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.132 dan signifikansi sebesar 0.045
(sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan self concept terhadap kepuasan pernikahan ditolak Hal
ini berarti bahwa dukungan persahabatan berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin negatif self concept
semakin tinggi kepuasan pernikahan
6. Variabel Ability
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.049 dan signifikansi sebesar 0.360 (sig
> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan ability terhadap kepuasan pernikahan diterima.
78
7. Variabel Skill Experience
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.011 dan signifikansi sebesar 0.871 (sig
> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan skill experience terhadap kepuasan pernikahan
diterima.
8. Self Disclosure
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.012 dan signifikansi sebesar 0.794
(sig > 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak
terdapat pengaruh yang signifikan self disclosure terhadap kepuasan pernikahan
diterima.
9. Variabel Harapan dari Pasangan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.194 dan signifikansi sebesar 0.001 (sig
< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan harapan dari pasangan terhadap kepuasan pernikahan
ditolak. Hal ini berarti bahwa harapan dari pasangan berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi harapan
dari pasangan semakin tinggi kepuasan pernikahan.
10. Variabel Harapan dari Pernikahan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.108 dan signifikansi sebesar 0.109
(sig > 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak
terdapat pengaruh yang signifikan harapan dari pernikahan terhadap kepuasan
pernikahan diterima.
79
11. Harapan Keluarga
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar-0.252 dan signifikansi sebesar 0.001
(sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengarh yang signifikan harapan keluarga terhadap kepuasan pernikahan ditolak.
Hal ini berarti bahwa harapan keluarga berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin rendah harapan keluarga
semakin tinggi kepuasan pernikahan.
12. Variabel Harapan Institusi Pernikahan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.193 dan signifikansi sebesar 0.004 (sig
< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengarh yang signifikan harapan institusi pernikahan terhadap kepuasan
pernikahan ditolak. Hal ini berarti bahwa harapan institusi pernikahan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya,
semakin tinggi harapan institusi pernikahan semakin tinggi kepuasan pernikahan
13. Konsep Pasangan Ideal
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.099 dan signifikansi sebesar 0.196 (sig
> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat
pengaruh yang signifikan konsep pasangan ideal terhadap kepuasan pernikahan
diterima.
4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing IV terhadap DV
Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independent variable terhadap kepuasan pernikahan. Besarnya proporsi varian
pada kepuasan pernikahan dapat dilihat pada tabel 4.8.
80
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV
Model R R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .572a .327 7.16199 .327 105.906 1 218 .000*
2 .575b .330 7.16079 .003 1.073 1 217 .301
3 .580c .336 7.14740 .006 1.814 1 216 .179
4 .614d .377 6.93745 .041 14.271 1 215 .000*
5 .627e .393 6.86384 .016 5.636 1 214 .018*
6 .627f .393 6.87939 .000 .034 1 213 .854
7 .628g .395 6.88658 .002 .555 1 212 .457
8 .628h .395 6.90221 .000 .041 1 211 .840
9 .654i .428 6.72522 .033 12.253 1 210 .001*
10 .658b .433 6.71206 .005 1.824 1 209 .178
11 .670c .448 6.63757 .015 5.717 1 208 .018*
12 .689d .474 6.49708 .026 10.093 1 207 .002*
13 .692e .478 6.48638 .004 1.683 1 206 .196
e. Predictors: (Constant), Dukungan Emosional, Dukungan Instrumental, Dukungan
Informasi, Dukungan Persahabatan, Self Concept, Ability, Skill Experience, Self
Disclosure, Harapan dari Pasangan, Harapan Pernikahan, Harapan Keluarga,
Harapan Institusi Pernikahan, Konsep Pasangan Ideal.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel dukungan emosional memberikan sumbangan sebesar 0.327 atau
32.7% dengan sig. F change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan.
2. Variabel dukungan instrumental memberikan sumbangan sebesar 0.003 atau
0.3% dengan sig. F change = 0.301. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
3. Variabel dukungan informasi memberikan sumbangan sebesar 0.006 atau
0.6% dengan sig. F change = 0.179. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
4. Variabel dukungan emosional memberikan sumbangan sebesar 0.041 atau
4.1% dengan sig. F change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan.
5. Variabel self control memberikan sumbangan sebesar 0.016 atau 1.6%
dengan sig. F change = 0.018 Sumbangan tersebut signifikan.
81
6. Variabel ability memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0% dengan sig. F
change = 0.854 Sumbangan tersebut tidak signifikan.
7. Variabel skill experience memberikan sumbangan sebesar 0.002 atau 0.2%
dengan sig. F change = 0.457 Sumbangan tersebut tidak signifikan.
8. Variabel self disclosure memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0%
dengan sig. F change = 0.840 Sumbangan tersebut tidak signifikan.
9. Variabel harapan dari pasangan memberikan sumbangan sebesar 0.033 atau
3.3% dengan sig. F change = 0.001. Sumbangan tersebut signifikan.
10. Variabel harapan dari pernikahan memberikan sumbangan sebesar 0.005 atau
0.5% dengan sig. F change = 0.178. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
11. Variabel harapan keluarga memberikan sumbangan sebesar 0.015 atau 1.5%
dengan sig. F change = 0.018. Sumbangan tersebut signifikan.
12. Variabel harapan institusi pernikahan memberikan sumbangan sebesar 0.026
atau 2.6% dengan sig. F change = 0.002. Sumbangan tersebut signifikan.
13. Variabel konsep pasangan ideal memberikan sumbangan sebesar 0.004 atau
0.4% dengan sig. F change = 0.196. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
Urutan independent variabel yang signifikan memberikan sumbangan dari
yang terbesar hingga terkecil adalah dimensi dukungan emosional (32.7%),
dimensi dukungan persahabatan (4.1%), dimensi harapan dari pasangan (3.3%),
dimensi harapan institusi pernikahan (2.6%), dan dukungan persahabatan, self
concept (1.6%), dimensi harapan keluarga (1.5%).
82
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor yang telah dilakukan pada bab 4, diperoleh
hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial (dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan
persahabatan), komunikasi interpersonal (self concept, ability, skill experience dan
self disclosure) dan ekspektasi pernikahan (harapan dari pasangan, harapan dari
pernikahan, harapan keluarga, harapan institusi pernikahan dan konsep pasangan
ideal) terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-masing
koefisien regresi terhadap dependent variable, terdapat 7 variabel yang nilai
koefisien regresinya signifikan, yaitu dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan persahabatan, self control, harapan dari pasangan, harapan
keluarga dan harapan institusi pernikahan. Selain itu, terdapat 6 variabel lain yang
tidak signifikan yaitu dukungan informasi, ability, skill experience, self disclosure
dan konsep pasangan ideal.
5.2 Diskusi
Pada bagian ini, penulis akan membahas diskusi mengenai 13 independent
variable yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan, self concept
ability, skill experience, self disclosure, harapan dari pasangan, harapan dari
pernikana, harapan keluarga, harapan institusi pernikahan dan konsep pasangan
83
ideal terhadap dependent variable yaitukepusan pernikahan, serta akan membahas
penelitian dan literatur terdahulu mengenai ketujuh independent variable yang
dikaitkan dengan dependent variable.
Pada variabel dukungan sosial terdapat tiga dimensi yang signifikan dan satu
dimensi yang tidak signifikan. Adapun dimensi yang signifikan yaitu dukungan
emosional, dukungan instrumental dan dukungan persahabatan. Dimensi yang
tidak signifikan dari dukungan sosial yaitu dukungan informasi.
Dukungan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan secara positif
terhadap kepuasan pernikahan. Artinya semakin tinggi dukungan emosional,
semakin tinggi kepuasan pernikahan. Hasil penelitian Yediri &Hamarta
(2015)menunjukkan bahwa dukungan suami-istri adalah prediktor kepuasan
pernikahan, dan bahwa ada hubungan positif antara kedua variabel. Individu yang
didukung oleh pasangan mereka memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi
daripada individu yang kurang didukung. Dukungan emosional dapat berupa
empati dan perhatian positif.
Istri yang mendapatkan empati dan simpati lebih dari pasangannya merasa
nyaman dan dihargai karena pada dasarnya wanita lebih suka mengkomunikasikan
kebutuhan akan dukungan yang didapatkan (Pascale & Primavera, 2017).
Dukungan emosional dari keluarga besar secara positif terkait dengan kepuasan
hubungan untuk orang Amerika Afrika dan Black Caribbeaners yang sudah
menikah dan kurang bergaul (Taylor, Brown, Chatters, & Lincoln, 2012).
Penelitian sebelumnya pada kepuasan pernikahan dan ekspresi emosional
umumnya menunjukkan hubungan erat antara ekspresi emosi dan kepuasan
84
pernikahan (Sybil Carrere, Gottman, Coan, & Ruckstuhl, 2000). Namun, beberapa
penelitian menunjukkan kebalikannya (Johnson, et al., 2005). Hal ini dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa kepuasan pernikahan dapat berubah, tergantung pada
emosi positif atau negatif yang diterima (Gur-Aryeh, 2010).
Dukungan instrumental memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi dukungan instrumental
semakin tinggi kepuasan pernikahan. Dukungan instrumental dapat berupa
bantuan dari suami terhadap istri. Hasil penelitian dari Apolo dan Cahyadi (2012)
memberikan hasil bahwa dukungan suami memiliki peran penting pada proses
stress dalam pekerjaan baik didalam rumah maupun diluar rumah sebagai wanita
karir maupun sebagai istri. Suami yang dapat bekerjasama dengan baik dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga memberikan dampak positif yang dapat
mempengaruhi kepuasan pernikahan (Nursalasatun, 2016). Hasil dari kelompok
perempuan menentukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara
kepuasan pernikahan dan sub-dimensi dari skala dukungan suami-istri, seperti
dukungan emosional, dukungan instrumental dan informasi, dukungan penilaian,
dan dukungan persahabatan sosial (p <.01 ) (Yedirir & Hamarta, 2015).
Dalam penelitian ini dukungan informasi berpengaruh secara negatif tetapi
tidaksignifikan terhadapkepuasan pernikahan.Pengaruh ini mungkin disebabkan
oleh presentase yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa istri nelayan
memiliki dukungan informasi dalam kategorisasi rendah. Berbeda dengan hasil
penelitian dari Yedirir dan Hamarta (2015) yang mengatakan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan sub-dimensi
85
dari skala dukungan suami-istri, seperti dukungan emosional, dukungan
instrumental dan informasi, dukungan penilaian, dan dukungan persahabatan
sosial (p < 01 ).
Dukungan persahabatan dalam penelitian ini memiliki pengaruh positif dan
signifikan. Artinya, semakin tinggi dukungan persahabatan semakin tinggi
kepuasan pernikahan. Dukungan persahabatan dari suami kepada istri dapat
berupa kebersamaan dan aktifitas yang dilakukan bersama. The Seven Principles
for Making Marriage Work (Diestelkamp, 2017) mengatakan pernikahan yang
bahagia didasarkan pada persahabatan yang mendalam. Leggett, Pittman, Byczek,
dan Morse (2012) menemukan hubungan positif antara kepuasan pernikahan dan
kegiatan yang dilakukan bersama, seperti kunjungan ke teman, yang merupakan
indikator perilaku minat sosial (dalam Yedirir & Hamarta, 2015).
Komunikasi Interpersonal dari empat dimensi terdapat satu dimensi yang
signifikan dan tiga dimensi yang tidak signifikan. Dimensi yang signifikan dari
komunikasi interpersonal yaitu self concept. Adapun tiga dimensi yang tidak
signifikan yaitu ability, skill experience dan self disclosure.
Individu yang mengetahui cara berbahagia bersama pasangan dengan
komunikasi, mencoba untuk mengetahui hal yang diinginkan oleh pasangan
karena individu mengetahui pentingnya pemecahan masalah dan solusi yang tepat.
Dalam penelitian ini, self concept berpengaruh secara signifikan dan memiliki
arah negatif. Artinya, semakin rendah self concept pasangan semakin puas
kepuasan pernikahan istri nelayan. Hal ini bisa disebabkan karena mencegah
86
pertengkaran dengan pasangan lebih baik daripada terbuka terhadap pasangan
yang akan menyebabkan konflik. Penelitian ini berbanding terbalik dengan
penelitian Fatimah (2014) menyatakan bahwa konsep diri yang negatif
menyebabkan kurangnya kepuasan perkawinan dalam hal komunikasi, seksualitas
dan keintiman, manajemen konflik serta ekspresi dari afeksi yang dirasakan oleh
individu.
Ability dalam penelitian ini berpengaruh tetapi tidak signifikan. Ability yaitu
kemampuan untuk bisa menjadi pendengar yang baik dan keterampilan yang
sedikit mendapatkan perhatian. Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan
berpengaruh tetapi tidak signifikan bisa dikarenakan faktor self concept yang
berpengaruh signifikan tetapi arahnya negatif. Penelitian inisejalan sesuai dengan
pernyataan dari Abercombieb (2007) yang menyatakan bahwa komunikasi yang
paling efektif dapat terjadi ketika semua individu dalam percakapan terlibat aktif
dalam mendengarkan (dalam Mat, Jandaghi, Karimi, & Hamidizadeh, 2010)
Skill experience berpengaruh tetapi tidak signifikan. Skill experience
merupakan keterampilan untuk mengekspresikan hasil pemikiran, ide-ide agar
masing-masing pasangan bisa mengerti satu sama lain. Dalam penelitian
berpengaruh tetapi tidak signifikan dikarenakan rasa tidak percaya diri yang bisa
dilihat dari hasil self concept yang berpengaruh secara signifikan tetapi arahnya
negatif. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa istri nelayan lebih baik
memendam keinginan dan harapan daripada akan menjadi sebuah konflik.
Penelitian ini sesuai dengan Johnson, et al., (2005) menyatakan bahwa tingkat
pengaruh positif yang rendah dan tingkat keterampilan negatif memprediksi
87
penurunan yang lebih tajam dalam kepuasan pernikahan seiring berjalannya
waktu.
Self disclosure dalam penelitian ini berpengaruh tetapi tidak signifikan. Self
disclosure yaitu keterbukaan antara individu bersama pasangan. Dalam penelitian
ini, self disclosure istri rendah berdasarkan hasil wawancara dikarenakan istri
nelayan lebih menghindari konflik. Selain itu, hasil analisis self concept yang
signifikan tetapi memiliki arah negatif membuktikan istri nelayan memiliki
kepercayaan diri yang rendah untuk lebih terbuka terhadap suami. Menurut
Sadarjoen (2005) apabila hanya salah satu pasangan memberikan informasi
personal dan privat sementara yang lain tidak memberikannya, interrelasi diantara
individu bersama pasangan kurang berkembang ( dalam Wardhani, 2012). Istri
yang memiliki self disclosure yang tinggi maka persepsi istri terhadap self
disclosure suamipun akan tinggi sehingga istri memiliki kepuasan perkawinan
yang tinggi (Wardhani N. A., 2012).
Ekspektasi pernikahan dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan.
Pengaruh signifikan dilihat dari proporsi masing masing IV terhadap DV terdapat
tiga dimensi yang berpengaruh secara signifikan dan dua dimensi yang
berpengaruh secara tidak signifikan. Tiga dimensi yang berpengaruh secara
signifikan yaitu harapan dari pasangan, harapan keluarga dan harapan institusi
pernikahan. Adapun dua dimensi yang tidak signifikan yaituharapan dari
pernikahan dan konsep pasangan ideal.
Mata pencaharian nelayan yang tidak menentu menyebabkan masih banyak
keluarga nelayan masih bergantung kepada keluarga asal dapat dilihat dari hasil
88
penelitian yang menunjukan arah negatif tetapi berpengaruh secara signifikan.
Berbeda dengan harapan dari pasangan dan harapan dari institusi pernikahan yang
berpengaruh signifikan dan memiliki arah positif. Tidak jarang istri nelayan
menikah di Palabuhanratu dikarenakan faktor kesamaan baik dalam hal
pendidikan ataupun karir orangtua yang sebelumnya sama-sama nelayan. Selain
itu, rasa saling menghormati, memelihara kesatuan yang ditunjukan oleh individu
dan pasangannya masih sangat kuat. Berbeda dengan harapan pernikahan yang
berpengaruh tetapi tidak signifikan yang dapat disebabkan oleh faktor ekonomi.
McNulty dan Karney (2004) menemukan bukti dari dua variabel yang tampak
memainkan peran dalam dinamika pernikahan. Dalam penelitiannya, individu
dengan harapan tinggi sangat puas dengan pernikahan mereka ketika memiliki
gaya atribusi positifdan juga menunjukkan perilaku positif selama diskusi
pemecahan masalah dengan pasangan. Sebaliknya, individu dengan harapan tinggi
tetapi gaya atribusi negatifdan perilaku negatif selama interaksi merasa kurang
puas dengan pernikahan. Pasanganyang puas dengan harapan yang tinggi adalah
tujuan ke arah pasangan yang secara aktif berjuang. Untuk mencoba memenuhi
tujuan ini, pasangan akan berperilaku dengan carameneguhkan hubungan dan
memberi manfaat kepada pasangan (Johnson, 2015).
5.3 Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu,
penulis membagi saran menjadi 2, yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran
tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti
variabel yang sama.
89
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang dapat
diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari kepuasan
pernikahan yang dijelaskan oleh semua independent variable yaitu dimensi
dari dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan
adalah sebesar 47.8% sedangkan 52.8% sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitan ini. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk
penelitian selanjutnya agar meneliti dan menganalisis pengaruh variabel lain
yang juga memiliki pengaruh terhadap kepuasan pernikahan seperti
pendidikan, peyesuaian pernikahan, syukur dan variabel demografi.
2. Sampel pada penelitian ini hanya fokus pada istri nelayan yang sudah
memiliki anak. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar meneliti
kepuasan pernikahan dari istri nelayan dikelompokan berdasarkan lamanya
menikah, pernikahan yang keberapa, dan klasifikasi usia. Dengan begitu,
dapat dilihat bagaimana perbedaan tingkat kepuasan pernikahan antara istri
nelayan secara keseluruhan.
3. Penelitian ini populasi hanya fokus pada istri nelayan di Palabuhanratu, pada
penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan populasi yang lebih
luas di kecamatan daerah Kabupaten Sukabumi seperti di Kecamatan Cisolok.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat
diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan berkenaan dengan hasil
penelitian, yaitu:
90
1. Pengaruh dukungan sosial memberikan sumbangan yang signifikan kepada
tiga dimensi dan hanya satu dimensi yang berpengaruh tetapi tidak signifikan.
Diharapkan baik istri lebih terbuka kepada suami sehingga suami mampu
memberikan saran yang sesuai dengan situasi istri. Suami harus memahami
bagaimana karakteristik istri agar mampu memberikan saran yang sesuai
dengan kondisi istri.
2. Dari hasil penelitian variabel komunikasi interpersonal didapatkan hasil yang
signifikan hanya pada satu aspek yaitu aspekself concept dengan arah negatif.
Artinya semakin rendah self concept, semakin tinggi kepuasan pernikahan.
Diharapkan pada istri untuk bisa lebih mendalami dan memahami karakter
dari suami agar mampu mengkomunikasikan segala sesuatu dengan baik dan
tidak berdampak pada stabilitas pernikahan.
3. Dari penelitian ini variabel ekspektasi pernikahan didapatkan hasil yang
signifikan pada aspek harapan dari pasangan, harapan keluarga dan harapan
dari institusi pernikahan. Adapun aspek harapan pernikahan dan konsep
pasangan ideal berpengaruh tetapi tidak signifikan diharapkan pada istri untuk
lebih bersyukur terhadap pernikahan bersama pasangan agar tetap bisa
menjaga stabilitas pernikahan. Harapan yang tidak realistis dari pasangan
dapat menyebabkan individu tertekan sehingga resiko pernikahan kurang
bahagia semakin besar.
91
DAFTAR PUSTAKA
Apollo, & Cahyadi, A. (2012). Konflik peran ganda perempuan menikah yang
bekerja ditinjau dari dukungan sosial keluarga dan penyesuaian diri.
Madiun: Program Studi Psikologi.
Askari, M., Noah, S. B., Hassan, S. A., & Baba, M. B. (2012). Comparison the
effects OF communication AND conflict resolution skills training ON
marital Satisfaction. International Journal of Psychological Studies 4, 1.
Barret,.L.F.(2006). Are emotions kinds? Association for psychological science,
1(1), 1-2
Barton, A. W., G.Futris, T., & Nielsesn, R. B. (2015). Linking financial distress to
marital quality: The intermediary roles of demand/withdraw and spousal
gratitude expressions. Personal Relationships, 22 (2015), 536–549.
Printed, 536-549.
Baumeister. (2007). Marital Sattisfaction. 54-542.
Bienvenu.M.J. (I987). Interpersnal communication inventory. University
Associate .
Boseke, R. O. (2015). Hubungan antara komitmen pernikahan dengan kepuasan
pernikahan pada istri yang ditinggal suami bekerja di luar kota. Salatiga:
Universitas Satya Wacana.
Busby, D. M., Christensen, C., Crane, D. R., & Larson, J. H. (1995). Revised
dyadic adjustment scale. Journal of Marital and Family Therapy 21, 1-2.
Conger, R. D., Conger, K. J., & J.Martin, M. (2010). Socio economic status,
family processes, and individual development. Journal of Marriage and
Family 72 (June 2010): 685 – 704 685 DOI:10.1111/j.1741-
3737.2010.00725.x, 687.
Craig Diestelkamp. (2017, 3 15). The importance of friendship in marriage.
Retrieved from Leave at Peace: http://liveatpeace.org/the-importance-of-
friendship-in-marriage/
Cramer, D. (2004). Satisfaction with a romantic relationship depression, support
and conflict. Psychology and Psychotherapy: Theory, Research and
Practice, 77, 1.
Cutrona, C., & A.Suhr, J. (1992). Conrollability of stressfull events and
satisfaction with spouse support behaviors. Communication Research 10,
1.
Dehle, C., Larsen, D., & Landers, J. E. (2001). Social support in marriage. The
American Journal of Family Therapy, 29, 4.
Dijk, M. v., & Zebel, S. (2014-2015). Need for informational and procedural
support in marriage disputes. University of Twente.
92
Donald H. Baucom, N. E. (1996). Assessing relationship standards: The Inventory
of. Journal of Family Psychology, 10 (1), 1.
Ebenuwa-Okoh, E., Edu, & Elizabeth, O. (2015). Relationship between spousal
support and marital satisfaction among married bank female workers in
consolidated banks in warri metropolis. Journal of Emerging Trends in
Educational Research and Policy Studies (Jeteraps) 6(6): 432-438, 1-7.
Fatimah, S. N. (2014). Konsep diri wanita yang tidak perawan dan kepuasan
perkawinan. eJournal Psikologi, 195-205.
Fowers, B. J., & Olson, D. H. (1993). Enrich marital satisfaction scale: a brief
research and clinical tool. Journal of Family Psychology 7 (2), 1.
Gaunt, R. (2006). Couple similarity and marital satisfaction: are similar spouses
happier?. Journal of Personality, 74, 4.
Gordon, C. L., Arnette, R. A., & Smith, R. E. (2011). Have you thanked your
spouse today?: felt and expressed gratitude among married couples.
Personality and Individual Differences, 50, 1.
Gur-Aryeh, S.M.(2010). Emotional expressivity, gender, and match in personality
as predictors of marital satisfaction: New York: Fordham University,
H.Olson, D., Defrain, J., & Skogrand, L. (2011). marriages and families:
intimacy,diversity and strengths, ed 7th. New York: McGraw-Hill.
Hawkins, D. N., & Booth, A. (2005). Unhappily ever after: effects of long-term,
low-quality marriages on well-being. Social Forces, 84, 1.
Hurlock, E. (2002). Psikologi perkembangan. 5th edition. Jakarta.: Erlanga.
Iman, R. N., & Nursalikah, A. (2018, 3 22). Awal 2018, angka perceraian di
sukabumi sudah 142 kasus. Retrieved from republika.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/03/22/p5ytu6366-
awal-2018-angka-perceraian-di-sukabumi-sudah-142-kasus
Johnson, K. D. (2015). Marital expectation fulfillment and its relationship to
height of marital expectations, optimism, and relationship self-efficacy
among married individuals. Amerika Serikat: Andrews University.
Johnson, M. D., Davila, J., Rogge, R. D., Sullivan, K. T., Cohan, C. L., Lawrence,
E., . . . Bradbury, T. N. (2005). Problem-solving skills and affective
expressions as predictors of change in marital satisfaction. Journal of
Consulting and Clinical Psychology, 73(1), 1.
Juvva, S., & Bhatti, R. S. (2006). Epigenetic model of marital expectation.
Contemporary Family Therapy 28 DOI: 10.1007/s10591-006-9695-2, 4.
Kaplan, M., & E.Maddux, J. (2002). Goal and marital sattisfaction: perceived
support for personal goals. Journal of Social and Clinical Psychology, 21
(2), 157-164.
93
Khojastehmehr, R., & Takrimi, A. (2009). Identification of divorce factors of
women. Journal of Applied Sciences, 9 (20), 3758-3763.
Lavner, J. A., Karney, B. R., & Bradbury, T. N. (2016). Does couples’
communication predict marital, satisfaction, or does marital satisfaction
predict communication?. Journal of Marriage and Family, 78, 680-694.
DOI:10.1111/jomf.12301,
M.Mirecki, R., L.Chol, J., Elliott, M., & M.Schneider, C. (2013). What factors
influence marital satisfaction? Differences between first and second
marriages. Journal of Divorce & Remarriage, 54
http://dx.doi.org/10.1080/10502556.2012.743831 , 3.
Matin, H. Z., Jandaghi, G., Karimi, F. H., & Hamidizadeh, A. (2010).
Relationship between interpersonal communication skills and
organizational commitment (Case Study: Jahad Keshavarzi and University
of Qom, Iran). European Journal of Social Sciences –13 (3), 3.
McNulty, J. K., & Karney, B. R. (2004). Positive expectations in the early years
of marriage: should couples expect the best or brace for the worst?.
Journal of Personality and Social Psychology, 86(5), 1.
Mickelson, K. D., Claffey, S. T., & Williams, S. L. (2006). The moderating role
of gender and gender role attitudes on the link between spousal support
and marital quality. Sex Roles, 55, 1.
Myers, D. G. (2000). The funds, friends, and faith of happy people. American
Psychologist, 55, 63.
Nawawi M. Noer . (2018, 3 26). Sosial ekonomi masyarakat pesisir. Retrieved
from
kompasiana:https://www.kompasiana.com/nawawimnoer/5ab89b56dd0fa8
68be7e2612/sosial-ekonomi-masyarakat-pesisir
Nursalasatun. (2016). Hubungan antara kepuasan pernikahan dengan penyesuaian
perkawinan: Riau: UIN SUSKA
Papalia, Old, & Fieldman. (2009). Human development (10 th edition). New
York: McGraw Hill.
Peterson, R. (2009, 5 1). Families first-keys to successful family functioning:
family roles . Retrieved from Publicaion and Educational Resourch :
https://pubs.ext.vt.edu/350/350-093/350-093.html
Putra, N. F. (2013). Peranan komunikasi interpersonal orangtua dan anak dalam
mencegah perilaku sex pra nikah di sma negeri 3 Samarinda kelas xii.
Journal llmu Komunikasi, 2013, 1 (3), 35-53.
Rahmatilah, A. (2017, 4 13). 10 kecamatan dengan jumlah janda tertinggi di
kabupaten sukabumi. Retrieved from sukabumi update.com:
94
https://sukabumiupdate.com/detail/sukabumi/top-10/25204-10-kecamatan-
dengan-jumlah-janda-tertinggi-di-kabupaten-sukabumi
Rakhmat, J. (2011). Psikologi komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya .
Rehman, U. S., & Holtzworth-Munroe, A. (2007). A cross-cultural examination of
the relation of marital communication behavior to marital satisfaction.
Journal of Family Psychology, 21(4), 1.
Rios, C. M. (2010). The relationship between premarital advice expectations and
marital satisfaction. All Graduate Theses and Dissertations. Utah State
University. Digital Commons @USU.
Rob Pascale; Lou Primavera. (2017, 12 20). Men vs. Women and emotional
support. Retrieved from so happy together: https://www.psychology
today.com/us/blog/so-happy-together/201712/men-vs-women-and-
emotional-support
Rostami, A. (2013). Marital satisfaction in relation to social support, coping, and
quality of life in medical staff in tehran, Iran. Sweden: Umeå University.
Rubin, R. B., & Martin, M. M. (1994). Development of a measure of interpersonal
communication competence. Journal homepage:
http://www.tandfonline.com/loi/rcrr20.
Santrock, J. W. (2011). Life-spain development-13th ed.2. Nw York: McGraw-Hill.
Sarafino, E., & W.Smith, T. (2011). Health psychology; biopsychological
interaction. New Jersey: John Willey;Sons.
Sari, d. E. (2017, 5 22). 70 persen masalah rumah tangga akibat gagal
komunikasi?. Retrieved 12 1, 2017, from IslamPos:
https://www.islampos.com/70-persen-masalah-rumah-tangga-akibat-gagal-
komunikasi-26720/
Savarese, I. H. (2015, 5 15). Practicing active listening can improve your
relationship. Retrieved 1 16, 2018, from Good Terapy.Org:
https://www.goodtherapy.org/blog/practicing-active-listening-can-
improve-your-relationship-0515134
Setiawan, A. B. (2014, 4 21). Pola istri nelayan pesisir gempolsewu. Retrieved
from dreams is real: http://avibudisetiawan.blogspot.com/2014/04/potret-
istri-nelayan-pesisir-gempolsewu.html
Spanier, G. (1976). Measuring dyadic adjustment: new scales for assessing the
quality of. Journal of Marriage and Family, 38, 2.
Srisusanti, S., & Zulkaida, A. (2013). Studi deskriptif mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan perkawinan pada istri. UG Jurnal, 7(6), 2.
Stokes, J. P. (1985). The relation of social network and individual difference
variables to loneliness. Journal of Personality and Social Psychology, 48, 1.
95
Sybil Carrere, K. T., Gottman, J. M., Coan, J. A., & Ruckstuhl, L. (2000).
Predicting marital stability and divorce in newly wed couples. Journal of
Family Psychology 14(1), 42-58.
Takariawan, C. (2016, 8 13). Persahabatan abadi suami istri. Retrieved from
kompasiana Beyond
Bloging:https://www.kompasiana.com/pakcah/57aed99c8823bde9137d15
bc/persahabatan-abadi-suami-istri?page=all
Taylor, R. J., Brown, E., Chatters, L. M., & Lincoln, K. D. (2012). Extended
family support and relationship satisfaction among married, cohabiting,
and romantically involved african americans and black caribbeans. Journal
of African American studies, 16,1, DOI 10.1007/s12111-011-9205-y.
Vangelisti, A. L., & A.Daly, J. (1997). Gender differences in standards for
romantic relationships. Personal Relarionships, 4, 1.
Vazhappilly, J. J., & Reyes, M. E. (2016). Couples’ communication as a predictor
of marital satisfaction. Psychol Stud (October–December 2016) 61(4),
301–306. DOI 10.1007/s12646-016-0375-5.
Wardani, & Galuh, R. (2017, 6 27). Meski tak bahagia, ternyata banyak pasangan
tetap mempertahankan pernikahan karena 5 alasan ini. Retrieved from
beauty jurmal sociolla: https://journal.sociolla.com/lifestyle/alasan-
mempertahankan-pernikahan/
Wardhani, B. S. (2015). Perbedaan kepuasan pernikahan pada wanita bekerja
dan tidak bekerja. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Wardhani, N. A. (2012). Self disclosure dan kepuasan perkawinan pada istri di
usia awal perkawinan. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Wismanto, & Bagus, Y. (2004). Kepuasan perkawinan ditinjau dari komitmen
perkawinan, penyesuaian diadik, kesediaan berkurban, kesetaraan
pertukaran dan persepsi terhadap perilaku pasangan. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Wulan, D. K., & Chotimah2, K. (2017). Peran regulasi emosi dalam kepuasan
pernikahan pada pasangan suami istri di awal pernikahan. Jakarta:
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta.
Yedirir, S., & Hamarta, E. (2015). Emotional expression and spousal support as
predictors of marital satisfaction: The Case of Turkey*. Educational
Sciences: Theory & Practice. 1554, 1, DOI 10.12738/estp.2015.
Zaheri, F., Dolatian, M., Shariati, M., Simbar, M., Ebadi, A., & Batool, S. (2016).
Effective factors in marital satisfaction in perspective of iranian women
and men: a systematic review. Electronic Physician, 8,1, DOI:
http://dx.doi.org/10.19082/3369.
97
Lampiran 1: Path Diagram
Kepuasan Pernikahan
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPUASAN PERNIKAHAN DA NI=14 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 PM SY FI=KP.COR MO NX=14 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK KEPUASAN PERNIKAHAN FR TD 5 4 TD 11 8 TD 11 4 TD 13 6 TD 3 2 TD 13 2 TD 13 9 TD 10 3 TD 9 4 TD 11 7 TD 10 9
TD 4 1 FR TD 5 1 TD 9 6 TD 6 3 TD 13 3 TD 5 2 TD 13 4 TD 2 1 TD 7 6 TD 14 6 TD 14 13 TD 11 9
TD 12 7 TD 6 1 FR TD 12 9 TD 8 1 TD 7 3 TD 12 3 TD 10 7 TD 10 2 td 14 1 td 6 5 td 13 5 PD OU SS TV MI
Dukungan Sosial
Dukungan Emosional UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN EMOSIONAL DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK DUKUNGAN EMOSIONAL FR TD 6 3 TD 2 1 TD 3 2 PD OU SS TV MI
98
Dukungan Instrumental
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INSTRUMENTAL DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKI.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INSTRUMENTAL FR TD 2 1 TD 5 2 TD 5 4 TD 6 5 TD 4 3 PD OU SS TV MI AD=OFF
Dukungan Informasi
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INFORMASI DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKIN.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INFORMASI FR TD 6 5 TD 6 2 PD OU SS TV MI
99
Dukungan Persahabatan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN PERSAHABTAN DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKP.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY ME=UL LK PERSAHABATAN FR TD 6 4 TD 5 2 TD 5 1 TD 4 3 TD 4 2 TD 6 3 TD 5 4 PD OU SS TV MI AD=OFF
100
Komunikasi Interpersonal
Self Concept
UJI VALIDITAS KONSTRUK EMOTIONS DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KIE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY IT=OFF LK EMOTIONS FR TD 5 1 TD 4 1 TD 3 1 TD 2 1 TD 5 4 TD 5 3 TD 5 2 TD 3 2 TD 6 2 PD OU SS TV MI AD=OFF
Ability
UJI VALIDITAS KONSTRUK ABILITY DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KIAB.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ABILITY FR TD 4 2 TD 3 1 TD 6 4 PD OU SS TV MI
101
Skill Experience
UJI VALIDITAS KONSTRUK SE DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=SE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SE FR TD 5 2 TD 6 2 PD OU SS TV MI
102
Emotion
UJI VALIDITAS KONSTRUK EMOTIONS DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KIE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EMOTIONS FR TD 5 1 TD 4 1 TD 3 1 TD 2 1 TD 5 4 TD 5 3 TD 5 2 TD 3 2 TD 6 2 PD OU SS TV MI AD=OFF
Self Disclosure
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF DISCLOUSER DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=SD.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY ME=UL LK SELF DISCLOUSER FR TD 5 2 TD 3 1 TD 5 3 TD 4 1 PD OU SS TV MI AD=OFF
103
Ekpektasi Pernikahan
Harapan dari Pasangan
UJI VALIDITAS KONSTRUK HDP DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HDP.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HDP FR TD 6 4 TD 5 4 TD 6 5 TD 4 3 TD 4 1 PD OU SS TV MI
104
Harapan dari Pernikahan
UJI VALIDITAS KONSTRUK HDPER DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HDPER.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HDPER FR TD 4 3 TD 6 1 TD 3 1 TD 5 3 PD OU SS TV MI AD=OFF
Harapan Keluarga
UJI VALIDITAS KONSTRUK HK DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HK.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HK FR TD 5 4 TD 5 1 TD 3 1 TD 6 5 TD 5 2 PD OU SS TV MI
105
Harapan dari Institusi Pernikahan
UJI VALIDITAS KONSTRUK HIP DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HIP.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HIP FR TD 6 2 TD 4 3 TD 6 1 TD 3 2 TD 6 3 PD OU SS TV MI
106
Konsep Pasangan Ideal
UJI VALIDITAS KONSTRUK KPI DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KPI.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK KPI FR TD 6 1 TD 2 1 TD 5 1 TD 6 5 PD OU SS TV MI
107
Lampiran 2: Data Angket
Angket
Assalamualaikum Wr.Wb
Salam silaturahmi saya ucapkan dan semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Perkenalkan saya Fitri Anisa.mahasiswa Program Strata 1 (S-1) Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester akhir. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Oleh
karena itu saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berkenan mengisi kuisioner ini
dengan mengikuti petunjuk pengisian yang telah diberikan.
TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuisioner ini. Adapun informasi ibu
yang berikan dalam penelitian ini akan dijaga KERAHASIAANnya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian ibu saya ucapkan terimakasih.
Hormat Penulis
Fitri Anisa
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Inisial/Nama :
Usia :
Menikah ketika usia :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Penghasilan perbulan :
108
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan
pengalaman terhadap pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian
Ibudengan pilihan jawaban sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Sesuai (STS) jika sangat tidak sesuai dengan situasi dan
kondisi keseharian Ibu
2. Tidak Sesuai (TS) jika tidak sesuaidengan situasi dan kondisi keseharian
Ibu
3. Sesuai (S) jika sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian Ibu
4. Sangat Sesuai (SS) jika sangat sesuai dengan situasi dan kondisi
keseharian Ibu
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya semangat pergi bekerja. √
Dengan pengisian seperti contoh tersebut.artinya Anda setuju bahwa Ibu
semangat pergi bekerja.
Skala 1
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya mendiskusikan setiap keputusan penting
bersama pasangan
2. Saya enggan meminta pendapat pasangan ketika
memutuskan hal yang berhubungan dengan karir
3. Saya dan pasangan kurang nyaman bertukar pikiran
mengenai masalah agama
4. Saya memaklumi kebiasaan pasangan jika masih
sesuai dengan perintah agama
5. Saya menunjukan rasa cinta terhadap pasangan
6. Saya sebetulnya enggan memenuhi ajakan
berhubungan intim dengan pasangan
7. Saya sebetulnya ingin membahas perceraian
bersama pasangan
8. Saya pernah menyesal atas pilihan pasangan saat ini
9. Saya sering bertengkar dengan pasangan
10. Saya dan pasangan merasa kurang nyaman satu
sama lain
109
11. Saya pergi rekreasi bersama pasangan
12. Pasangan enggan membantu saya membereskan
rumah
13. Saya bertukar pikiran bersama pasangan
14. Saya kurang nyaman mendiskusikan permasalahan
bersama pasangan
Skala 2
No Pernyataan STS TS S SS
1 Pasangan membantu saya ketika menghadapi
kesulitan
2 Selain nasehat.pasangan juga peduli terhadap
masalah yang saya alami
3 Pasangan merasa kurang nyaman ketika saya
bercerita tentang kesulitan yang saya alami
4 Saya merasa pasangan kurang menyayangi dan
mencintai saya
5 Pasangan memotivasi saya untuk berani menghadapi
masalah
6 Ketika ada masalah dalam pernikahan. pasangan
membuat saya putus asa dengan perkataannya
7 Pasangan dengan senang hati meminjamkan barang
berharga miliknya kepada saya
8 Pasangan enggan memberikan bantuan uang ketika
saya kesulitan
9 Pasangan enggan memberikan bantuan materi
kepada saya
10 Pasangan memberikan informasi yang saya
butuhkan mengenai pekerjaan
11 Pasangan membimbing saya untuk optimis dalam
bekerja
12 Pasangan enggan memberikan ijin kepada saya
untuk bekerja setelah menikah
13 Pasangan jarang mengingatkan saya untuk menjaga
ketersediaan makanan bagi keluarga
14 Saran dari pasangan menyenangkan hati saya
15 Saran dari pasangan membuat saya menjadi pribadi
yang lebih baik
16 Pasangan senantiasa menjawab hal-hal yang saya
tanyakan ketika merasa kebingungan
110
17 Saya merasa diacuhkan oleh pasangan ketika
meminta pendapat
18 Pasangan enggan memberikan kritik yang
membangun ketika saya menghadapi masalah
19 Kebersamaan dengan pasangan membuat saya
nyaman
20 Kabar menyenangkan tentang pasangan melegakan
hati saya
21 Pasangan jarang memiliki waktu khusus untuk
berkumpul bersama saya dan keluarga
22 Pasangan jarang memiliki waktu luang untuk
melakukan kegiatan gotong royong bersama di
lingkungan karena pekerjaan
23 Saya diberikan kebebasan oleh pasangan untuk
melakukan kegiatan sosial bersama teman-teman
24 Pasangan enggan mengizikan saya melakukan
aktifitas sosial di luar rumah
Skala 3
No Pernyataan STS TS S SS
1
Saya menahan diri untuk mengatakan sesuatu yang
menyakiti perasaan pasangan
2 Saya bisa mempercayai perkataan pasangan
3 Saya kesulitan memahami perkataan pasangan
4
Saya mencari perhatian ketika pasangan sedang
berbicara
5
Dalam diskusi. saya sulit melihat sudut pandang
pasangan saya
6 Saya membiarkan pasangan berbicara sampai selesai
7
Saya mengalihkan pembicaraan ketika isi
pembicaraan mengganggu saya
8
Saya berpura-pura mendengarkan pasangan ketika
berbicara
9 Saya mendengarkan pembicaraan pasangan saya
10
Saya mengetahui makna yang dimaksud dari
pembicaraan bersama pasangan
11 Saat berbicara. saya kurang menyadari respon
111
pasangan terhadap perkataan saya
12 Pasangan memperhatikan ketika saya berbicara
13
Saya mudah mengeluarkan ide walaupun berbeda
dengan gagasan pasangan
14 Saya kesulitan berbicara dengan pasangan
15 Saya mudah untuk memuji pasangan
16
Jika Saya mendapatkan pertanyaan yang kurang
jelas. maka saya meminta pasangan untuk
mengulanginya
17 Saya sulit menerima kritik dari pasangan
18
Saya takut mengatakan “tidak setuju” pada pendapat
pasangan
19 Saya kesulitan mengatur emosi ketika sedang marah
20
Saya membicarakan permasalahan tanpa marah
dengan pasangan
21
Saya cemberut untuk waktu yang lama ketika
pasangan memarahi Saya
22
Saya enggan berprasangka negatif pada pasangan
sebelum pasangan menjelaskan permasalahan yang
sebenarnya
23
Saya kurang senang ketika pasangan menolak
pendapat saya
24
Saya memperhatikan nada suara ketika berbicara
dengan pasangan
25 Saya mengatakan keinginan kepada pasangan
26 Saya enggan jujur ketika melakukan kesalahan
27
Ketika pasangan menyakiti. saya akan
mendiskusikannya
28 Saya lebih cerewet dari pasangan
29
Saya enggan meminta maaf ketika menyakiti
perasaan pasangan
30
Saya memilih diam bila pasangan kurang mengerti
perasaan saya
112
Skala 4
No Pernyataan STS TS S SS
1
Meskipun ada perbedaan latar belakang dengan
pasangan kasih sayang tetap terjaga
2 Saya menerima kekurangan pasangan
3
Meskipun kurang berminat. Saya tetap mendampingi
pasangan menjalankan hobinya.
4 Saya dan pasangan menjalankan hak dan kewajiban
masing-masing
5 Saya memiliki pendidikan yang setara dengan
pasangan
6 Tingkat keberagamaan saya dan pasangan relatif
sama
7 Saya nyaman ketika bersanding bersama pasangan
8 Saya terlindungi ketika bersama pasangan
9
Saya merasa penghasilan pasangan bisa memenuhi
kebutuhan keluarga
10 Tabungan saya semakin hari semakin meningkat
11
Saya bangga ketika pasangan suka menolong rekan
nelayan lainnya
12
Pasangan mengajak saya dalam pertemuan
komunitas nelayan
13 Pasangan bertanggung jawab terhadap keluarga
14
Saya belajar hidup mandiri bersama pasangan
setelah menikah
15
Pasangan mampu berfikir bijak dalam menghadapi
setiap permasalahan
16
Saya dan pasangan enggan bergantung kepada
keluarga setelah menikah
17
Pasangan menghindari keterlibatan keluarga dalam
menyelesaikan masalah
18
Saya dan pasangan mengurangi kebergantungan
dalam pernikahan
19 Pasangan menghormati saya
113
20
Pasangan meminta pendapat saya sebelum
memutuskan suatu hal
21
Saya menjaga keharmonisan pernikahan bersama
pasangan
22
Meskipun berbeda pendapat hubungan kami tetap
mesra
23 Pasangan sukarela mempersiapkan keperluan anak
24
Pasangan lebih mementingkan keluarga daripada
pekerjaan menjadi nelayan
25 Pasangan dapat melindungi saya
26 Pasangan mengutamakan keharmonisan keluarga
27
Saya dan pasangan berusaha menjaga kebugaran
tubuh
28 Pasangan berusaha menambah penghasilan
29 Pasangan berusaha untuk menabung
30 Pasangan meminta saya untuk menghemat