pengaruh dukungan sosial, komunikasi interpersonal...

127
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN EKSPEKTASI PERNIKAHAN TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN ISTRI NELAYAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Fitri Anisa NIM : 11140700000008 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H /2018 M

Upload: nguyenthu

Post on 16-Aug-2019

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DAN EKSPEKTASI PERNIKAHAN TERHADAP KEPUASAN

PERNIKAHAN ISTRI NELAYAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Fitri Anisa

NIM : 11140700000008

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H /2018 M

iii

iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Juli 2018

Fitri Anisa

NIM: 11140700000008

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan menemukan

caranya. Namum jika tak serius, kau hanya akan menemukan alasan

(Jim Rohn)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orangtua, sahabat dan

orang terkasih

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Juli 2018

C) Fitri Anisa

D) Pengaruh Dukungan Sosial, Komunikasi Interpersonal dan Ekspektasi Pernikahan

terhadap Kepuasan Pernikahan Istri Nelayan

E) ix + 95 halaman + 18 lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan sosial (dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan),

komunikasi interpersonal (self concept, ability, skill experience dan self disclosure),

ekspektasi pernikahan (harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan

keluarga, harapan dari institusi pasangan dan konsep pasangan ideal) terhadap

kepuasan pernikahan istri nelayan.

Populasi penelitian penelitian yaitu istri nelayan di Palabuhanratu dengan jumlah

sampel sebanyak 220 orang yang sudah menikah. Metode dalam pengambilan sampel

dengan menggunakan teknik non-probability sampling yaitu teknik aksidental

sampling. Alat ukur penelitian ini yaitu Revised Dyadic Adjustment Scale (Busby,

Christensen, Crane & Larson, 1995), alat ukur dukungan sosial penulis membuat

sendiri dengan menggunakan teori dari Sarafino dan Smith (2011), Interpersonal

Communication Inventory dari Bienvenue (1987) dan Ekspektasi pernikahan penulis

membuat alat ukur sendiri dengan mengginakan teori epigenetic model marital

expectation dari Bhatti (2006). Uji validitas alat ukur menggunakan Confirmatory

Factor Analalysis (CFA) dengan software Lisrel 87.0 Sedangkan analisis data

menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan software SPSS 17.0.

Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan terhadap

kepuasan pernikahan istri nelayan dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (sig >

0,005). Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, terdapat

pengaruh yang signifikan variabel dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan

ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan. Hasil uji hipotesis

minor membuktikan variabel yang pengaruhnya signifikan yaitu dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan persahabatan, self concept, harapan dari

pasangan, harapan keluarga dan harapan dari institusi pernikahan. Adapun proporsi

varians memberikan pengaruh secara signifikan sebanyak 47.8%.

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada lembaga komunitas

nelayan untuk bisa mengadakan seminar mengenai pernikahan kepada istri nelayan

agar mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya stabilitas pernikahan untuk tetap

menjaga kepuasan pernikahan.

G) Bahan bacaan: 5; buku: 4 + jurnal: 40 + thesis: 4 + Skrispsi: 5 + artikel: 9

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan izin

Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh Dukungan

Sosial, Komunikasi Interpersonal, dan Ekspektasi Pernikahan terhadap Kepuasan

Perikahan Instri Nelayan”. Tidak lupa shalawat serta salam penulis selalu curahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Abdul Mujib M.Ag.,M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Bapak Ikhwan Luthfi M.PsiT selaku dosen pembimbing akademik, terima

kasih atas bimbingan dan masukannya selama penulis menjalani perkuliahan.

3. Bapak Drs. Akhmad Baidun M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, terima

kasih telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta doa selama proses

bimbingan. Terima kasih atas kesabaran Bapak yang dengan ikhlas penulis

selalu mengganggu waktu Bapak, menunggu Bapak didepan ruangan dan

membimbing penulis dengan tekun sehingga penulis bisa mewujudkan

harapan orangtua untuk lulus tepat waktu di semester delapan masa

perkuliahan penulis. Banyak ilmu dan pemahaman yang penulis dapatkan

selama proses bimbingan yang menjadi modal penting untuk kehidupan

penulis.

viii

4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak

memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis baik dalam bidang

akademis maupun dalam menjalani kehidupan.

5. Karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi

penulis selama kuliah.

6. Kepada Bapak dan Mamah yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah

penulis, selalu memberikan motivasi, teladan yang luar biasa dan kasih sayang

yang tidak bisa penulis gambarkan lewat untaian kata. Bapak dan Mamah

yang bukan hanya menjadi orangtua tetapi juga menjadi pelita, pengajar serta

pendidik dalam kehidupan. Kakak Hendra Lesmana, Adik kecilku Tia Septiani

dan Paman Yosep Yudistira yang selalu siap membantu baik dalam hal materi

maupun non materi, memberikan kasih sayang, support yang luar biasa

sehingga penulis tetap semangat dalam menjalani perkuliahan.

7. Kepada Bunda dan Ayah terima kasih atas doa, kasih sayang dan bantuan baik

materi dan non materi. Motivasi, pengalaman sera sudut pandang Bunda dan

Ayah yang menjadikan inspirasi penulis selama proses perkuliahan serta

selama penulis mengerjakan skripsi.

8. Kepada sahabat laki-laki penulis yaitu Akhlis Istiqlal terima kasih karena

selalu sabar, setia, juga dengan tekun menemani penulis dalam mengerjakan

tugas kuliah dan skripsi. Meluangkan waktu untuk membantu penulis ketika

mengalami kesulitan dalam memahami mata kuliah dan memberikan motivasi

ix

dalam mempersiapkan presentasi baik dikelas maupun ketika sidang hasil dan

siding munaqosah.

9. Kepada sahabat penulis yaitu Umi Latifah, Widya Putri Pangestie, Nurul

Noverri terimakasih karena sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan

penulis. Keluh kesah dalam menjalani perkuliahan serta skripsi, doa dan

motivasi yang kalian berikan kepad penulis serta acuan yang menjadikan

penulis bisa menyelesaikan perkuliahan dalam delapan semester.

10. Muhammad Khoirul dan Elik Maulana, rekan bimbingan skripsi dan rekan

psikologi angkatan 2014 yang sudah banyak membantu baik doa, tenaga,

motivasi kepada penulis.

11. Kepada istri nelayan di Palabuhanratu selaku responden yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penelitian ini, memberikan

ilmu dan pemahaman selama saya melakukan penelitian.

12. Kepada rekan-rekan yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, terima kasih

atas doa dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kritik dan saran membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi

pasangan suam istri.

Jakarta, 19 Juli 2018

Penulis

x

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-9

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Pembatasan Dan Perumusan Masalah ................................................ 6

1.2.1 Pembatasan Masalah Penelitian ................................................ 6

1.2.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................. 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 9

1.3.2.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 9

1.3.2.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI ...................................................................... 10-36

2.1 Kepuasan Pernikahan ........................................................................ 10

2.1.1 Pengertian Kepuasan Pernikahan ............................................ 10

2.1.2 Aspek Kepuasan Pernikahan .................................................. 11

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ... 13

2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan .......................................... 16

2.2 Dukungan Sosial ............................................................................... 17

2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial ................................................... 17

2.2.2 Aspek Dukungan Sosial .......................................................... 18

2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial ................................................. 19

2.3 Komunikasi Interpersonal ................................................................. 20

2.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ..................................... 20

2.3.2 Aspek Komunikasi Interpersonal ............................................ 21

2.3.3 Pengukuran Komunikasi Interpersonal ................................... 23

2.4 Ekspektasi Pernikahan ..................................................................... 23

2.4.1 Pengertian Ekspektasi Pernikahan .......................................... 23

2.4.2 Aspek Ekspektasi Pernikahan ................................................. 24

2.4.3 Pengukuran Ekspektasi Pernikahan ........................................ 27

2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................. 27

2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 34

2.6.1 Hipotesis Mayor ...................................................................... 34

2.6.2 Hipotesis Minor ...................................................................... 35

xi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 37-67

3.1 Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 37

3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel Penelitian .. 37

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 40

3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan .................................................... 42

3.3.2 Skala Dukungan Sosial ........................................................... 42

3.3.3 Skala Komunikasi Interpersonal ............................................. 43

3.3.4 Skala Ekspektasi Pernikahan .................................................. 43

3.4 Uji Validitas ...................................................................................... 44

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Pernikahan ........................ 46

3.4.2 Uji Validitas Konstuk Dukungan Sosial ................................. 47

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Komunikasi Interpersonal ................. 53

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Ekspektasi Pernikahan ....................... 59

3.5 Metode Analisis Data ........................................................................ 65

BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 68-81

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................. 68

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................... 69

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ..................................... 71

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 73

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ...................................... 73

4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Masing Masing Independen

Variabel .................................................................................. 79

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ...................................... 82-90

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 82

5.2 Diskusi .............................................................................................. 82

5.3 Saran ................................................................................................ 88

5.3.1 Saran Teoritis .......................................................................... 89

5.3.2 Saran Praktis ........................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91-95

LAMPIRAN .................................................................................................. 96-113

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian Pernyataan Favorable ........................................................... 41

Tabel 3.2 Penilaian Pernyataan Favorable Dan Unfavorable .............................. 41

Tabel 3.3 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan ................................................ 42

Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial ........................................................ 42

Tabel 3.5 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal.......................................... 43

Tabel 3.6 Blue Print Skala Ekspektasi Pernikahan ............................................... 44

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan ........................................... 47

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Dukungan Emosional ........................................... 48

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Instrumental ........................................ 50

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dukungan Informasi .......................................... 51

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dukunagn Persahabatan ..................................... 52

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Self Concept ....................................................... 54

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Ability ................................................................. 55

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Skill Experience.................................................. 56

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Emotion .............................................................. 57

Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Self Disclosure ................................................... 59

Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Harapan dari Pasangan ....................................... 60

Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Harapan dari Pernikahan .................................... 61

Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Harapan Keluarga .............................................. 63

Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Harapan Institusi Pernikahan ............................. 64

Tabel 3.21 Muatan Faktor Item Konsep Pasanga Ideal ........................................ 65

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................. 68

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................ 70

Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ............................................................................ 71

Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel ..................................................................... 72

Tabel 4.5 R Square ................................................................................................ 73

Tabel 4.6 Anova .................................................................................................... 74

Tabel 4.7 Koefisien regresi ................................................................................... 75

Tabel 4.8 Proporsi varians untuk masing-masing independent variable .............. 80

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Berfikir ................................................................ 34

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Path Diagram Kepuasan Pernikahan .......................................................... 97

Lampiran 1 Path Diagram Dukungan Sosial .................................................................. 98

Lampiran 1 Path Diagram Komunikasi Interpersonal ................................................... 100

Lampiran 1 Path Diagram Ekspektasi Pernikahan ......................................................... 103

Lampiran 2 Kuisioner Penelitian ................................................................................... 107

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Individu yang memasuki tahap dewasa awal berada dalam tahap perkembangan

untuk membangun hubungan yang lebih intim bersama lawan jenis dan

membentuk keluarga melalui pernikahan (Hurlock, 2002). Keberhasilan dalam

pernikahan tidak hanya diukur dari kebergantungan pasangan. Diperlukannya

kerjasama yang baik antara individu dengan pasangan untuk bisa mencapai tujuan

dari pernikahan yaitu adanya kepuasan pernikahan. Kepuasan pernikahan dapat

tercapai bersama pasangan ketika pasangan mampu menyesuaikan diri dengan

baik sehingga tercapai penilaian subjektif yang baik mengenai hubungan

pernikahan (Spanier, 1976). Setiap indivdu yang menikah cenderung memiliki

keinginan untuk mencapai kepuasan dalam pernikahan (Papalia, Old, & Fieldman,

2009).

Kepuasan pernikahan menjadi salah satu prediktor penentu kesehatan mental,

stabilitas emosi dan pasangan yang sukses (Zaheri, et al., 2016). Individu yang

merasa puas dalam pernikahannya menunjukan hubungan yang lebih baik diantara

sistem fisiologis dibandingkan individu yang kurang puas dalam pernikahannya

(Baumeister, 2007). Menurut Cummings dan Davies (2010) kepuasan pernikahan

juga dapat berdampak terhadap perkembangan anak, kesejahteraan, prestasi

akademik, keterampilan sosialdan hubungan antara pasangan (dalam Wardhani,

2015). Individu yang menjalani pernikahan dengan bahagia mampu memiliki

2

perasaan positif terhadap pasangan selama periode awal dalam hubungan

pernikahan.

Faktanya di Indonesia masih ada pasangan yang memutuskan untuk bercerai.

Data perceraian di Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan tetap tinggi di awal

tahun 2018 yaitu mencapai 142 kasus dan didominasi oleh cerai gugat (Iman &

Nursalikah, 2018). Pada tahun 2017 Kecamatan Palabuhanratu menempati urutan

ketiga angka perceraian terbesar di Kabupaten Sukabumi. Total penduduk

perempuan sebanyak 54.217 orang. Jumlah janda di Kecamatan Palabuhanratu

4.773 orang meliputi cerai hidup sebanyak 1.804 orang dan cerai mati 2.969

orang. Rata-rata umur perkawinan perempuan di usia 25 tahun (Rahmatilah,

2017). Banyaknya kasus perceraian di Indonesia menunjukan bahwa kurang

adanya kepuasan pernikahan antara suami dan istri (Wismanto & Bagus, 2004).

Istri sebagai pendamping suami yang memiliki tugas sebagai ibu rumah

tangga yang mengatur segala kebutuhan anak dan suaminya. Istri melakukan

pekerjaan rumah, dan mengasuh serta mendidik anak-anak, sedangkan tugas

suami mencari nafkah. Banyaknya tugas yang dijalani istri mungkin membuat istri

lama-lama menjadi jenuh dan bosan sehingga merasa bahwa dirinya kurang

diperhatikan suami sehingga kurang puas dalam pernikahan. Kepuasan pernikahan

pada istri lebih rendah karena istri memiliki harapan yang lebih tingi untuk

keintiman dan dukungan emosional dalam pernikahan. Suami biasanya tidak

diasosiasikan untuk memberikan dukunga seperti itu dalam hubungan pernikahan

(Rostami, Ghazinour, Nygren, & Richter, 2014).

3

Kecamatan Palabuhanratu merupakan kecamatan yang profesi penduduknya di

dominasi oleh nelayan. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan kelompok

masyarakat yang dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin

diantara kelompok masyarakat lain di sektor pertanian (Noer, 2018). Berdasarkan

hasil pengamatan penulis pada tanggal 9 Juni 2018 yaitu gambaran umum dari

kondisi nelayan di Palabuhanratu yang pertama kali bisa dilihat dari kualitas

pemukiman. Dari kondisi nelayan di Palabuhanratu secara umum rumah nelayan

masih berdinding anyaman bambu, berlantai semen dan peralatan rumah tangga

yang masih sederhana. Selain itu, berdasarkan wawancara terhadap beberapa istri

nelayan disimpulkan keluarga istri nelayan masih memiliki kesulitan ekonomi

yang ditandai dengan perilaku berhutang demi memenuhi kebutuhan rumah

tangga (Susi, 2018).

Keluarga nelayan umumnya memiliki standar hidup tinggi dengan

kecenderungan untuk konsumsi yang cukup tinggi. Hal ini sebagai ekspresi dari

peribahasa jawa yang mengatakan entek nggolek yang artinya pendapatan yang

didapatkan oleh nelayan dalam satu hari akan dihabiskan pada hari itu juga

(Setiawan, 2014). Pemenuhan kebutuhan ekonomi ternyata kurang diimbangi oleh

pendapatan suami. Kondisi ini menyebabkan istri nelayan masih merasa kurang

mendapatkan kepuasan dalam pernikahan (Neng, Lena, & Siti, 2018). Hasil

wawancara ini sesuai dengan ungkapan Conger dan Martin (2010) menjelaskan

bahwa kelas sosial atau status sosial ekonomi keluarga berkaitan dengan kepuasan

dan stabilitas dalam pernikahan.

4

Beberapa faktor menjadi penyebab dari kepuasan pernikahan antara lain faktor

seperti faktor komunikasi (Askari, Noah, Hassan, & Baba, 2012), ekspektasi

pernikahan (Rios, 2010), dukungan sosial (Ebenuwa-Okoh, Edu, & Elizabeth,

2015), dan rasa syukur (Barton, G.Futris, & Nielsesn, 2015). Adapun faktor lain

yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan yaitu kepribadian pasangan baik

extraversion, submissiveness dan introversion (Baumeister, 2007) dan tidak

adanya kepuasan dalam perkawinan (Srisusanti & Zulkaida, 2013). Dalam

penelitian ini, penulis akan memfokuskan penelitian pada dinamika dukungan

sosial, komunikasi dan ekspektasi pernikahan.

Dukungan sosial diperlukan bagi istri nelayan agar mudah menerima dan

memahami kondisi pernikahan. Dukungan yang sesuai akan sangat membantu

individu untuk menemukan solusi dari masalah, merasa disayangi, dipedulikan,

dihargai sehingga memunculkan rasa percaya diri. Selain itu, dukungan sosial

berkaitan dengan fungsi pernikahan yang baik dan berkontribusi terhadap

kesehatan keluarga. Individu yang mendapatkan dukungan sosial yang baik

terhadap pasangan berkontribusi pada kepuasan hidup pasangan (Baumeister,

2007). Sedangkan individu yang kurang merasakan dukungan sosial, maka kecil

kemungkinan individu dapat mengurasi stress yang akan berdampak terhadap

kepuasan hidup pasangan (Sarafino & Smith, 2011).

Komunikasi menjadi salah satu faktor yang penting dalam kepuasan

pernikahan. Strategi komunikasi yang efektif antara pasangan akan sangat

membantu dalam mencapai tingkat kepuasan hubungan yang lebih besar.Askari,

Noah, Hassan & Baba (2012) menjelaskan keterampilan komunikasi dan

5

penyelesaian konflik dalam rumah tanggameningkatkan kepuasan dalam

pernikahan. Sari (2017) mengungkapkan bahwa pernikahan yang kurang dilandasi

dasar yang kokoh seperti komunikasi, maka perubahan yang terjadi dalam

pernikahan dapat menjadi konflik terhadap pernikahan. Pernyataan ini sejalan

dengan Takariawan yang mengungkapkan bahwa 70% persoalan suami istri

dipicu oleh kegagalan komunikasi (dalam Sari, 2017). Oleh karena itu, suami

maupun istri seharusnya memiliki pola komunikasi yang baik dalam

pernikahannya.

Salah satu bentuk komunikasi yang dapat dilakukan oleh pasangan adalah

komunikasi interpersonal. Bienvenue (I987) berpendapat bahwa komunikasi

merupakan kemampuan individu dalam mendengarkan isi dari komunikasi juga

mampu mengekspresikan pikiran dan adanya keinginan untuk berkomunikasi

dengan baik. Komunikasi dipandang sebagai kunci utama dalam penilaian

individu terhadap kepuasan hubungan sehingga pasangan yang lebih puas

menunjukan komunikasi yang lebih positif dan efektif (Lavner, Karney, &

Bradbury, 2016). Akan tetapi, tidak jarang istri nelayan masih belum bisa

mengkomunikasikan informasi dengan baik terhadap suami. Hasil observasi pada

tanggal 9 Juni 2018 disimpulkan bahwa masih ada istri yang lebih terbuka kepada

teman mengenai konflik yang terjadi dalam pernikahan daripada menyelesaikan

konflik bersama suami.

Kepuasan pernikahan juga dapat dipengaruhi oleh ekspektasi pernikahan yang

realistis. Ekpektasi pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu harapan

pernikahan individu terhadap pasangannya. Juvva dan Bhatti (2006) menjelaskan

6

bahwa ekspektasi pernikahan adalah harapan individu terhadap pernikahannya.

Harapan tinggi yang dimiliki oleh istri nelayan jarang dapat terpenuhi dikarenakan

kondisi eksternal maupun internal dalam pernikahan. Faubert (2008) mengatakan

bahwa individu yang memiliki harapan kurang realistis dalam hubungan

pernikahan menjadi salah satu faktor resiko signifikan untuk marabahaya dan

perceraian pernikahan. Diperlukannya negosiasi antara individu dengan pasangan

mengenai harapan dalam pernikahan untuk menghindari perselisihan karena

harapan dari pernikahan menjadi salah satu prediktor dari kepuasan pernikahan

(Rios, 2010).

Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan diatas, maka

penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Dukungan Sosial, Komunikasi

Interpersonal dan Ekspektasi Pernikahan terhadap Kepuasan Pernikahan

Istri Nelayan”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Fokus penelitian ini yaitu kepuasan pernikahan istri nelayan. Adapun faktor yang

penulis gunakan yaitu dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi

pernikahan. Untuk menghindari ketidakjelasan dan melebarnya masalah

penelitian, maka penulis memberi penjelasan tentang batasan penelitian yaitu

sebagai berikut:

1. Kepuasan pernikahan adalah evaluasi subjektif mengenai perasaan individu

atas pasangan dan atas hubungan bersama pasangan (Spanier, 1976)

7

2. Dukungan sosial adalah dukungan yang mengacu pada tindakan yang benar-

benar dilakukan oleh oranglain atau dukungan yang diterima (Sarafino &

Smith, 2011).

3. Komunikasi interpersonal adalah kemampuan mendengarkan isi dari

komunikasi dan kemampuan mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi

emosi terutama kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk

berkomunikasi dengan baik (Bienvenu, I987).

4. Ekspektasi pernikahan adalah harapan setiap individu terhadap hubungan

pernikahan (Juvva & Bhatti, 2006).

5. Responden dalam penelitian ini adalah istri nelayan di Palabuhanratu

Sukabumi.

1.2.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial, komunikasi

interpersonal dan ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri

nelayan?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan emosional pada

variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan instrumental pada

variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan informasi pada

variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

8

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan persahabatan pada

variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek self concept pada variabel

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek ability pada variabel

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek skill experience pada

variabel komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek emotion pada variabel

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek self disclosure pada variabel

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pasangan pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pernikahan pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan keluarga pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

14. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan pada institusi

pernikahan pada variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan

istri nelayan?

15. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan konsep pasangan ideal pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan?

9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk

membuktikan pengaruh variabel dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan

ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, yaitu

manfaat teoritis dan manfat praktis.

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi khasanah ilmu

psikologi untuk psikologi perkembangan dan psikologi keluarga.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bacaan serta masukan

dalam menjalani hubungan pernikahan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

masyarakat luas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa

terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan bagi suami dan istri untuk bisa

mencapai kepuasan pernikahan. Aspek dukungan sosial, komunikasi interpersonal

dan harapan dari pernikahan yang realistis penting untuk diperhatikan agar dapat

menjaga stabilitas pernikahan.

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kepuasan Pernikahan

2.1.1 Definisi Kepuasan Pernikahan

Kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai evaluasi subjektif mengenai perasaan

individu terhadap pasangan dan hubungannya bersama pasangan. Evaluasi

subjektif tersebut berdasarkan penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri

yang kurang baik. Kepuasan pernikahan bergantung dari kemampuan individu

menilai sesuai dengan perspektif subjektif terhadap pasangan serta sesuai dengan

penyesuaian diri terhadap pernikahan (Spanier, 1976)

Kepuasan pernikahan merupakan evaluasi subjektif suami dan istri terhadap

kehidupan pernikahan. Evaluasi subjektif berdasarkan kepribadian, kesetaraan

peran, komunikasi, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan, waktu luang,

hubungan seksual, pengasuhan anak, keluarga dan teman serta orientasi

keagamaan (Fowers & Olson, 1993). Evaluasi subjektif antara suami dan istri

perlu diperhatikan dalam pernikahan agar tetap terjalin keharmonisan dalam

rumah tangga.

Kepuasan pernikahan sebagai wujud rasa bahagiamenikmati hubungan dan

menyatakan bahwa pengalaman pribadi dari pernikahan dapat dievaluasi hanya

oleh tanggapan individu terhadap kuantitas kepuasan pernikahan (Kaplan

&Maddux, 2002). Kepuasan pernikahan sangat bergantung pada harapan individu

terhadap pernikahannya. Kepuasan individu terhadap pasangan dapat dilihat dari

pengalaman pribadi yang telah dievaluasi dan diungkapkan dalam perasaan

bahagia.

11

Kepuasan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan cinta individu yang

sudah menikah dengan pasangan. Kepuasan pernikahan dapat tercermin dalam

kebahagiaan individu dengan kehidupan pernikahan atau kombinasi faktor penting

lainnya dalam kehidupan pernikahan. Kepuasan pernikahan adalah cerminan dari

kondisi mental dan pengorbanan yang dilakukan individu kepada pasangannya.

Semakin banyak pengorbanan yang dikeluarkan pasangan semakin besar manfaat

yang dirasakan maka semakin puas pasangan terhadap pernikahan (Baumeister,

2007)

Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada teori kepuasan pernikahan yang

dikemukakan oleh (Spanier, 1976) yaitu evaluasi subjektif mengenai perasaan

individu terhadap pasangan dan hubungan bersama pasangan.

2.1.2 Aspek Kepuasan Pernikahan

Spanier (1976) mengklasifikasikan kepuasan pernikahan kepada empat aspek

yaitu consensus, cohesion, affectional expression dan satisfaction.

1. Consensus

Aspek consensus menilai kesepakatan antara individu dan pasangan terkait urusan

pernikahan. Kesepakatan antara individu dan pasangan seperti keuangan keluarga,

rekreasi, agama, filosofi hidupdan tugas-tugas rumah tangga. Indikator dari aspek

consensus yaitukesepakatan pengambilan keputusan, kesepakatan dalam nilai

rumah tangga seperti agama dan menentukan tujuan penting seperti rekreasi.

2. Cohesion

Aspek cohesion menilai tingkat kepuasan pasangan melakukan kegiatan bersama.

Kegiatan yang dilakukan seperti tertawa, diskusi dan bekerja dalam suatu

12

pekerjaan. Indikator dari aspek cohesion yaitukesepakatan berdiskusi dan

kedekatan dalam aktifitas bersama.

3. Affectional Expression.

Aspek affectional expression menilai kemampuan individu dalam

mengekspresikan kasih sayang emosional. Kemampuan individu dalam

mengekspresikan perasaan dan pemenuhan kebutuhan seksual dalam pernikahan.

Indikator dari aspek affectional expression yaitupengungkapan afeksi atau kasih

sayang dan terpenuhinya kebutuhan seksual.

4. Satisfaction

Aspek satisfaction menilai tingkat kepuasan hubungan antara individu dengan

pasangannya. Kepuasan hubungan individu bersama pasangan perdasarkan

persepsi persoalan yang terjadi dalam pernikahan seperti banyaknya masalah dan

konflik. Indikator dari aspek satisfaction yaitustabilitas pernikahan dankonflik

dalam pernikahan.

Busby, Christensen, Crane dan Larson(1995) mengklasifikasikan kepuasan

pernikahan menjadi tiga aspek, yaitu consensus, satisfaction dan cohesion.

1. Consensus.

Aspek consensus meliputi kesepakatan individu pernikahan. Kesepakatan antara

individu dan pasangan seperti keuangan keluarga, rekreasi, agama, filosofi hidup

dan tugas-tugas rumah tangga. Indikator dari aspek consensus yaitu pengambilan

keputusan, nilai dan kasih sayang.

13

2. Satisfaction.

Aspek satisfaction menilai tingkat kepuasan hubungan antara individu dengan

pasangan. Kepuasan hubungan individu bersama pasangan perdasarkan persepsi

persoalan yang terjadi dalam pernikahan seperti banyaknya masalah dan konflik.

Indikator dari aspek satisfaction yaitu stabilitas pernikahan dan konflik.

3. Cohesion.

Aspek cohesion menilai tingkat frekuensi pasangan melakukan kegiatan bersama.

Kegiatan yang dilakukan seperti tertawa, diskusi dan bekerja dalam suatu

pekerjaan. Indikator dari aspek cohesion yaitu aktifitas bersama dan diskusi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek kepuasan pernikahan yang

dikemukakan oleh Busby, Christensen dan Larson (1995) yang terdiri dari tiga

aspek yaitu consensus, satisfaction dan cohesion. Teori yang digunakan oleh

Busby Busby, Christensen dan Larson (1995) merupakan adaptasi aspek

kepuasan pernikahan dari Spanier (1976). Adaptasi ini dilakukan karena aspek

affectional expression memiliki nilai alpha cronbach yang rendah dalam setiap

penelitian yang akhirnya digabungkan kedalam aspek cohesion. Hasil dari

adaptasi ini dapat memberikan gambaran cepat tentang beberapa dinamika dalam

hubungan yang diberikan serta penilaian keseluruhan stabilitas hubungan.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan yaitu

komunikasi, pendidikan pranikah, ekspektasi pernikahan, dukungan sosial dan

syukur.

14

1. Komunikasi

Komunikasi menjadi prediktor utama kepuasan pernikahan. Adanya komunikasi

yang baik antara individu dan pasangan menumbuhkan sikap saling pengertian,

saling percaya dan saling memahami. Penelitian Vazhappilly dan Reyers (2016)

menjelaskan bahwa 82 pasangan suami istri menunjukan hasil hubungan positif

antara komunikasi pasangan dengan kepuasan pernikahan. Penelitian didukung

oleh hasil penelitian dari Khojastehmehr dan Takrimi (2009) yang menjelaskan

bahwa faktor yang terkait dengan perceraian di Iran yaitu salah satunya kurangnya

komunikasi.

2. Pendidikan Pranikah

Pendidikan pra nikah menjadi salah satu faktor dari kepuasan pernikahan.

Mirecki, Chou, Elliot dan Schneider (2013) menjelaskan bahwa individu yang

berada pada pernikahan pertama cenderung memiliki tingkat kepuasan

perkawinan yang lebih tinggi. Pendidikan pra nikah ini berfungsi untuk

memberikan informasi mengenai relasi bersama pasangan. Survei yang

melibatkan 3.000 orang dewasa mengungkapkan bahwa pendidikan pranikah

berkaitan dengan meningkatnya level kepuasan pernikahan dengan komitmen

terhadap pasangan (Santrock, 2011).

3. Ekspektasi Pernikahan

Ekspektasi pernikahan menjadi salah satu faktor dari kepuasan pernikahan

terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Rios (2010) terhadap 56 di Utah State

University dan kampus cabangnya. Hasil menunjukan bahwa harapan terhadap

pasangan dan diri sendiri berhubungan dengan kepuasan pernikahan. Suami

15

maupun istri melaporkan bahwa harapan terhadap pasangan merupakan prediktor

tertinggi dalam kepuasan pernikahan. Setiap pasangan membawa harapan dalam

pernikahanya dengan keyakinan pernikahan akan penuh dengan kebahagiaan dan

terbebas dari konflik.

4. Dukungan Sosial.

Dukungan sosial baik dari keluarga, pasangan, teman menjadi salah satu faktor

dari kepuasan pernikahan. Pria dan wanita memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda dalam pernikahannya. Menerima dukungan sosial secara emosional,

adalah faktor protektif yang dapat membantu individu mengatasi stres danefek

negatif dari strespada kehidupan pernikahan dan kepuasan hidup (Rostami, 2013).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa dukungan pasangan secara emosional

yang berbeda mampu memprediksi kepuasan pernikahan (Mickelson, Claffey, &

Williams, 2006).

5. Syukur

Ungkapan terimakasih merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kepuasan

individu. Secara keseluruhan langkah-langkah yang lebih spesifik dari perasaan

dan ucapan terima kasihsemuanya secara signifikan meramalkan kebahagiaan

perkawinan (Gordon, Arnette, & Smith, 2011). Rasa terimakasih bukan hanya

terkait dengan kepuasan hubungan setiap individu tetapi menunjukan hubungan

prediktif untuk kepuasan hubungan pasangan suami istri (Gordon, Arnette, &

Smith, 2011)

Pada penelitian ini, penulis berfokus pada tiga faktor kepuasan pernikahan

yaitu dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan.

16

2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pernikahan

1. Dyadic Adjustment Scale (DAS) dibuat oleh Spanier (1976). Alat ukur DAS

dapat digunakan kepada individu yang sudah menikah atau belum menikah.

DAS memiliki nilai koefisien alfa cronbach .96 terdiri dari 32 item dan 4

aspek. Adapun aspek dari DAS yaitu consensus, cohesion, affectional

expression dan satisfaction.

2. ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS) dibuat oleh Fowers dan Olson

(1993). EMS digunakan kepada pasangan suami istri. EMS terdiri dari 15 item

yang terdiri dari 2 subskala kategori yaitu skala distorsi dan kepuasan

pernikahan. Skala distorsi terdapat 5 item dan untuk mengukur kepuasan

pernikahan terdapat sepuluh item. Adapun sepuluh item untuk skala kepuasan

pernikahan yaitu kepribadian, kesamaan peran, komunikasi, pemecahan

masalah, manajemen keuangan, aktifitas bersama, hubungan seksual, kehadiran

anak dan pengasuhan, keluarga dan teman dan orientasi keagamaan.

3. Revised Dyadic Adjustment Scale (RDAS) dibuat Busby, Christensen, Crane

dan Larson (1995). RDAS merupakan perkembangan dari alat ukur DAS

(Spanier, 1976). RDAS terdiri dari tiga aspek dan 14 item yang mengacu pada

teori dan alat ukur Spanier (1976). Nilai reliabilitas alpha Cronbach’s .90.

Adapun tiga aspek RDAS yaitu consensus yang meliputi pengambilan

keputusan, nilai dan kasih sayang. Satisfaction meliputi stabilitas pernikahan

dan konflik. Cohesion meliputi aktifitas bersama dan diskusi.

Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur RDAS

(Busby, Christensen, Crane, & Larson, 1995) yang merupakan perkembangan dari

17

alat ukur DAS (Spanier, 1976). RDAS terdiri dari tiga aspek dan 14 item. Nilai

reliabilitas alpha Cronbach’s .90. Penulis menggunakan alat ukur RDAS dari

Busby karena teori utama menggunakan teori Spanier dan jumlah item lebih

sedikit disesuaikan dengan responden penelitian. RDAS selain dapat

mengindikasikan kepuasan pernikahan juga dapat mengindikasikan adanya

tekanan dalam pernikahan. Adapun tiga aspek dari RDAS yaitu consensus,

satisfaction dan cohesion.

2.2 Dukungan Sosial

2.2.1 Definisi Dukungan Sosial

Menurut Stokes (1985) dukungan sosial yang dirasakan adalah adanya sumber

pendukung saat dibutuhkan dan dapat diidentifikasi secara subjektif perspektif

kualitatif dan diukur. Dukungan sosial yang dirasakan lebih determinatif daripada

dukungan sosial yang diperoleh pada kesehatan mental. Perbedaan individu dapat

mempengaruhi kemampuan individu dalam persepsi situasi. Individu akan merasa

berbeda ketika merasa kurang didukung, kurang diperhatikan dan kurang diberi

tanggapan dalam keadaan sosial tertentu.

Dukungan sosial didefinisikan sebagai jumlah kualitas perilaku dukungan

yang diterima dalam interaksi pernikahan. Dukungan juga dapat dianggap sebagai

persepsi terhadap dukungan yang diberikan oleh pasangan sebagai dukungan yang

dirasakan oleh individu (Dehle, Larsen, & Landers, 2001). Dukungan sosial pada

umumnya menggambarkan perasaan atau pengaruh yang disebabkan oleh orang

lain. Dukungan sosial dapat berupa materi, emosi dan informasi yang berpengaruh

terhadap kesejahteraan individu.

18

Dukungan sosial mengacu pada tindakan yang benar-benar dilakukan oleh

orang lain. atau dukungan yang diterima. Merujuk pada pengertian atau persepsi

individu mengenai kenyamanan, kepedulian dan bantuan tersedia jika diperlukan

yaitu dukungan yang dirasakan. Dukungan yang diterima dan dirasakan dapat

berpengaruh terhadap kesehatan. Dukungan dapat berasal dari banyak sumber,

seperti pasangan, keluarga, teman, dokter atau organisasi komunitas. Individu

dengan dukungan sosial percaya bahwa dicintai, dihargai merupakan bagian dari

jaringan sosial seperti keluarga atau organisasi komunitas yang dapat membantu

pada saat dibutuhkan (Sarafino &Smith, 2011).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan definisi dukungan sosial dari

Sarafino & Smith (2011). Dukungan sosial yaitu dukungan yang mengacu pada

tindakan yang benar-benar dilakukan oleh orang lain atau dukungan yang

diterima.

2.2.2 Aspek Dukungan Sosial

Cutrona dan Suhr (1992) menjelaskan empat aspek dukungan sosial yang meliputi

memberikan informasi, emosional, harga diri, nyata dan dukungan antara satu

sama lainnnya. Sedangkan Sarafino & Smith (2011) menjelaskan empat aspek

dukungan sosial, yaitu:

1. Dukungan Emosional

Dukungan sosial seperti menyampaikan empati, kepedulian, perhatian positif dan

dorongan kepada individu. Dukungan emosional memberikan kenyamanan dan

kepastian seperti rasa memiliki dan dicintai pada saat stess. Indikator dari

19

dukungan emosional yaitu empati, perhatian positif dan dorongan kepada

individu.

2. Dukungan Instrumental

Dukungan sosial yang melibatkan bantuan langsung. Dukungan instrumental ini

dapat berupa memberikan atau meminjamkan uang, membantu saat stress. Contoh

dukungan instrumental yaitu membantu mendapatkan pekerjaan. Indikator dari

dukungan instrumental yaitu memberikan bantuan berupa barang dan jasa.

3. Dukungan Informasi

Dukungan sosial seperti pemberian saran, nasihat, pengarahan, umpan balik

mengenai hal dilakukan individu yang bersangkutan. Contoh dukungan informasi

yaitu pemberian saran dari orangtua terhadap konflik yang terjadi dalam rumah

tangga. Indikator dari dukungan informasi yaitu pemberian saran dan umpan balik

mengenai hal yang dilakukan.

4. Dukungan Persahabatan

Dukungan sosial yang mengacu pada ketersediaan individu menghabiskan waktu

bersama pasangannya. Dukungan persahabatan dapat membuat individu merasa

dianggap dalam anggota masyarakat atau kelompok. Indikator dari dukungan

persahabatan yaitu kebersamaan dan aktivitas sosial bersama.

2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial

Support in Intimate Relationships Rating Scale (SIRRS) yang dirancang untuk

menilai perilaku suportif di semua aspek yang diajukan oleh Cutrona dan Suhr

(1992). Menggunakan indikator yang spesifik dan dapat diamati. Ukuran

dukungan sosial untuk hubungan intim harus mencerminkan berbagai cara

20

pasangan memberikan informasi, emosional, harga diridan dukungan jaringan satu

sama lain.

Pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur sendiri dengan mengacu pada

teori dan aspek yang digunakan oleh Sarafino dan Smith (2011). Adapun aspek

yang diukur meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

informasi dan dukungan persahabatan. Pembuatan alat ukur ini, penulis sesuaikan

dengan responden yang akandigunakan.

2.3 Komunikasi Interpersonal

2.3.1 Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau

lebih yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi setiap individu

menggunakan elemen-elemen dalam berkomunikasi. Bienvenu (I987) berpendapat

bahwa komunikasi interpersonal dikatakan baik dikarenakan adanya konsep diri

yang dapat mempengaruhi komunikasi. Adanya kemampuan mendengarkan isi

dari komunikasi juga mampu mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi

emosi terutama kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk

berkomunikasi dengan baik.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communivate atau communis

yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Individu yang berkomunikasi

dengan individu lain sedang berusaha menyampaikan informasi agar dapat

dimengerti. Barret (2006) mendefinisikan komunikasi adalah transmisi makna dari

satu orang ke orang lain atau kepada banyak orang, baik secara verbal maupun

non-verbal. Komunikasi dari satu orang ke orang lain umumnya digambarkan

21

sebagai segitiga sederhana yang terdiri dari konteks, pengirimdan penerima

(Matin, Jandaghi, Karimi, & Hamidizadeh, 2010)

Menurut Putra (2013) komunikasi antar pribadi sering disebut “dyadic

communication” yaitu komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak

langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi sejenis ini berlangsung secara

tatap muka (face to face) bisa juga melalui media arah atau timbal balik (two way

traffic communication). Syarat dari komunikasi ini yaitu dengan bertemu secara

tatap muka baik secara langsung maupun menggunakan media.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori komunikasi interpersonal

dari Bienvenu (I987) yaitu kemampuan mendengarkan isi dari komunikasi

tersebut juga mampu mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi emosi

terutama kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk berkomunikasi

dengan baik.

2.3.2 Aspek Komunikasi Interpersonal.

Menurut Bienvenu (I987) menjadi komunikator yang efektif didasarkan pada

limaaspek komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Self Concept yaitu faktor terpenting yang mempengaruhi komunikasi antara

diri sendiri dengan orang lain. Konsep diri yang baik dapat menjadikan

persepsi individu baik terhadap individu lainnya. Adapun indikator dari konsep

diri yaitu, komunikasi diri sendiri dan komunikasi orang lain.

2. Ability yaitu kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik. Kemampuan ini

kurang mendapat perhatian sampai saat ini pada kebanyakan pasangan suami

istri. Adapun indikator dari aspek ability yaitu pendengar yang baik dan

menerima informasi dengan baik.

22

3. Skill Experience yaitu kemampuan individu untuk bisa mengekspresikan

pemikiran dan gagasan dengan jelas. Kemampuan ini merupakan salah satu

kesulitan yang ditemukan oleh banyak orang. Adapun indikator dari aspek skill

experience yaitu mengekspreikan gagasan dan pemikiran dengan jelas.

4. Emotion yaitu mampu mengekspresikan emosinya terutama perasaan marah

dan membuat merasa konstruktif. Emosi yang baik mampu meredam konflik

dalam rumah tangga dan menghindari ungkapan yang menyinggung pasangan.

Adapun indikator dari aspek emotion yaitu pengekspresian emosi dan

konstruktif.

5. Self Disclosure yaitu kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan orang

lain secara jujur dan bebas dengan tujuan untuk tetap menjalin hubungan

interpersonal dengan baik. Pasangan merasa bahagia jika pasangan dapat

terbuka satu sama lain. Adapun indikator dari aspek self disclosure yaitu

berkomunikasi jujur dan bebas dan terbuka.

Menurut Rakhmat (2011) terdapat empat aspek dalam komunikasi

interpersonal. Pertama, persepsi interpersonal merupakan pemberian makna pada

stimuli inderawi yang berasal dari individu baik berupa pesan verbal atau non

verbal. Kedua, konsep diri adalah pandangan dan perasaan mengenai dirinya.

Ketiga, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan

daya tarik individu. Keempat, hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai

hubungan antara individu dengan orang lain.

23

Pada penelitian ini, penulis mengggunakan aspek komunikasi interpersonal

yang dikemukakan oleh Bienvenu (1987) yang terdiri dari self concept, ability,

skill experience, emotion dan self disclosure.

2.3.3 Pengukuran Komunikasi Interpersonal

1. Interpersonal Communication Inventory (ICI) oleh Bienvenu (I987) yang

berjumlah 40 item dan terdiri dari lima aspek yatu self concept, ability, skill

experience, emotion dan self disclosure.

2. Interpersonal Communication Competence Scale (ICC) oleh Rubbin &Martin

(1994) berjumlah 50 dan terdiri dari self disclosure, emphaty, social relaxation,

interaction management, altrecentrism.expressiveness, supportiveness,

Immediacy, enviromental control, summary.

Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur yang

sesuai dengan teori yang digunakan yaitu Interpersonal Communication Inventory

(ICI) dari Bienvienu (1987). Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan 30

item dan lima aspek. Item yang digunakan penulis disesuaikan dengan responden

yang akan digunakan. Adapun lima aspek dari ICI yaitu self concept, ability, skill

experience, emotion dan self disclosure.

2.4 Ekspektasi Pernikahan

2.4.1 Definisi Ekspektasi Pernikahan

Ekspektasi pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu harapan

pernikahan individu bersama pasangan. Vangelisti dan Daly (1997)

mendefinisikan ekspektasi pernikahan sebagai prasangka tentang perilaku yang

seharusnya atau tidak boleh dilakukan dalam pernikahan. Keyakinan individu

24

terhadap pasangan seperti banyaknya waktu yang harus dihabiskan bersama,

solusi dari perselisihan dan masalah lain yang diyakini individu diperlukan dalam

pernikahan.

Epigenetik Model of Marital Expectation Juvva dan Bhatti (2006)

menjelaskan ekspektasi pernikahan sebagai harapan setiap individu dalam

hubungan pernikahan. Harapan yang didasarkan pada pengalaman masa kecil dari

keluarga asli atau yang telah berubah dari waktu ke waktu sebelum atau sesudah

menikah. Harapan setiap individu berbeda dan cenderung fleksibel.

Rios (2010) mendefinisikan ekspektasi pernikahan sebagai salah satu dari

banyak fenomena kognitif yang mempengaruhi bagaimana orang berpikir, merasa

dan berperilaku dalam hubungan. Ekspektasi yang terpenuhi dari peran yang

ditunjukan oleh pasangan dalam pernikahan. Standar pernikahan yang bergantung

pada pola pikir individu terhadap pernikahan. Pola pikir yang dapat

mempengaruhi prilaku dalam pernikahan.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis menggunakan teori epigenetik model

of marital expectationdari Juvva dan Bhatti (2006). Ekspektasi pernikahan adalah

harapan setiap individu terhadap hubungan pernikahan.

2.4.2 Aspek Ekspektasi Pernikahan

Baucom (1996) menjelaskan terdapat tiga aspek dari ekspektasi pernikahan yaitu

boundaries, control and power dan investement. Pertama, boundaries yang

melibatkan tingkat fungsi independen versus pembagian antara individu (misalnya

jumlah waktu yang dihabiskan bersama, tingkat keterbukaan diri, tingkat

kepentingan bersama dan aktivitas). Kedua, control and power yang diyakini

25

pasangan suami istri harus dilakukan oleh setiap pasangan dalam hubungan

pernikahan. Ketiga, investment yang diyakini setiap pasangan harus ditunjukkan.

Investasi terdiri dari kontribusi yang dibuat oleh setiap individu terhadap

hubungan (perilaku yang mendukung atau meningkatkan kualitas pernikahan).

Juvva dan Bhatii (2006) menjelaskan terdapat lima aspek ekspektasi

pernikahan yaitu harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan

keluarga, harapan dari institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal.

1. Harapan dari Pasangan

Pada fase awal pernikahan individu berada pada fase libido, pengejaran sosial dan

intelektual. Ekspektasi pada pasangan sering mencerminkan manifestasi id dari

kepribadian.Indikator dari aspek harapan terhadap pasangan yaitu persamaan

dengan pasangan dan kesetaraan pernikahan.

2. Harapan dari Pernikahan

Harapan dari pernikahan terkait dengan posisi sosial dan kegiatan yang

berhubungan dengan ego. Adapun contoh dari harapan pernikahan yaitu adanya

pengakuan sosial dan pencapaian status sosial yang biasa dikenal dengan

“married person” terlepas dari kebutuhan fisik, emosional dan intelektual.

Indikator dari aspek harapan dari pernikahan yaitu merasa aman, jaminan

keuangan dan pengakuan sosial.

3. Harapan Keluarga

Aspek ini menjelaskan mengenai pencapaian kehidupan mandiri kurang

bergantung pada keluarga asal. Individu dan pasangan memiliki harapan untuk

dapat mendaki tangga hierarki sosial setelah menikah. Harapan yang menjadikan

26

individu dewasa awal hidup mandiri dan ingin mengembangkan aturan sendiri

dalam mengendalikan perilaku independen dari keluarga besar. Indikator dari

aspek harapan keluarga yaitu sikap mandiri dan tidak bergantung pada keluarga

asal.

4. Harapan pada Institusi Pernikahan

Dalam institusi pernikahanpasangan suami istri diharapkan untuk saling

membantu dalam kesusahan, tulus, setia, jujur dan saling menghormati dalam

memenuhi kewajiban terhadap institusi pernikahan. Ekspektasi terhadap institusi

pernikahan mencerminkan komponen superego. Adapun indikator dari aspek

harapan pada institusi pernikahan yaitu saling menghormati, memelihara kesatuan

pernikahan, tulus dan loyal.

5. Konsep Pasangan Ideal

Aspek ini menjelaskan mengenai konsep pasangan ideal dalam mendampingi

kehidupan rumah tangga. Pasangan ideal adalah individu yang peduli dengan

materi dan aspek non material kehidupan. Konsep pasangan ideal dapat

dipengaruhi oleh pengalaman individu sebelum menikah atau setelah menikah.

Indikator dari aspek konsep pasangan ideal yaitu ketertarikan dalam hal non

materi dan ketertarikan dalam hal materi.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan aspek ekspektasi pernikahan Juvva

dan Bhatti (2006) yang terdiri dari lima aspek, yaitu harapan dari pasangan,

harapan dari pernikahan, harapan keluarga, harapan pada institusi pernikahan dan

konsep pasangan ideal.

27

2.4.3 Pengukuran Ekspektasi Pernikahan

1. Relationship Standards Questionnaire (RSQ) dari Vangelisty dan Daly (1997)

yang kemudian dikembangkan oleh Johnson (2015). RSQ terdiri dari 30 item

dan tujuh aspek dalam mengukur ekspektasi pernikahan. Adapun aspek dari

RSQ yaitu identitas rasional, integrasi, aksesibilitas afektif, kepercayaan,

orientasi masa depan, pemenuhan peran dan fleksibilitas.

2. Inventory of Specific Relationship Standards (ISRS) dari Baucom, Epstein,

Rankin dan Burnett (1996). ISRS terdiri dari 12 area dan terdapat tiga aspek

untuk megukur ekspektasi pernikahan. Adapun aspek dari ISRS yaitu

boundaries, control power dan investment.

Pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur sendiri dengan menggunakan

teori epigenetic marital expectation dari Juvva dan Bhatti (2006). Terdiri lima

aspek yaitu harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan keluarga,

harapan pada institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal. Penulis membuat

alat ukur ini karena disesuainkan dengan kondisi responden. Adapun penulis tidak

menggunakan ISRS dikarenakan lebih cocok digunakan kepada responden klinis.

2.5 Kerangka Berfikir

Kepuasan pernikahan merupakan aset bagi tumbuh kembang positif, faktor

penentu dari kualitas hidup dan kesehatan individu. Zaheri et.al (2016)

menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan menjadi salah satu prediktor penting

bagi kesehatan mental, stabilitas emosional dan pasangan yang sukses. Pada

hakikatnya, individu yang menikah mengharapkan pernikahannya berjalan dengan

baik dan bahagia. Namun, dengan masih banyaknya kasus perceraian yang terjadi

di Indonesia membuktikan bahwa masih banyak pernikahan yang tidak bahagia.

28

Dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang berperan dalam kepuasan

hubungan suami dan istri. Dukungan sosial merupakan faktor eksternal atas

kebahagiaan pernikahan karena berasal dari luar individu yang dapat diperoleh

dari berbagai sumber seperti dukungan pasangan. Sarafino dan Smith (2011)

membagi dukungan sosial kedalam empat aspek yaitu dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan.

Dukungan emosional dapat berupa menyampaikan empati, kepedulian,

perhatianpositifdan dorongan kepada individu. Dukungan emosional tersebut bisa

berasal dari berbagai pihak dan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan

pernikahan. Ketidakpuasan dengan hubungan romantis mungkin karena

kurangnya dukungan emosional (Cramer, 2004). Dukungan emosional dapat

berupa perhatian seperti ucapan terimakasih kepada pasangan. Rasa terimakasih

tidak hanya terkait dengan kepuasan hubungan setiap individu tetapi menunjukan

hubungan prediktif untuk kepuasan hubungan pasangan suami istri (Gordon,

Arnette, & Smith, 2011).

Dukungan instrumental dapat berupa bantuan atau uang bisa juga berupa

bantuan dalam pekerjaan sehari-hari. Kebutuhan yang semakin meningkat

menjadikan pernikahan tidak berjalan dengan baik karena istri diharapkan mampu

unuk membantu dalam hal finasial. Dukungan yang diberikan istri dalam

membantu beban ekonomi keluarga dapat memberikan dampak bagi pemenuhan

kebutuhan materil. Suami yang dapat bekerjasama dengan baik dalam melakukan

pekerjaan rumah tangga memberikan dampak pada terpenuhinya aspek psikologis.

Ketika pemenuhan materil dan psikologis terpenuhi memberikan dampak pada

tercapainya kepuasan perkawinan yang dirasakan (Nursalasatun, 2016).

29

Dukungan informasi berupa nasihat, pengarahan, feedback mengenai yang

dilakukan individu. Nasihat yang baik dan membangun diperlukan bagi pasangan

suami istri. Nasihat yang diberikan oleh suami diperlukan oleh istridemi

keberlangsungan pernikahan yang harmonis. Sebuah survei di antara 378 peserta

yang ingin bercerai atau berada di tengah proses perceraian menunjukkan bahwa

ketergantungan memang memiliki hubungan yang signifikan dengan kebutuhan

untuk dukungan informasi dan prosedural (Dijk & Zebel, 2014-2015).

Dukungan persahabatan berupa adanya kebersamaan, kesediaan dan aktivitas

sosial yang sama. Hendaknya suami dan istri bisa menjadi sahabat satu dengan

yang lainnya. Adanya dukungan persahabatan dalam pernikahan dapat

membentuk pola interaksi yang lebih intim bersama pasangan yang dapat

memberikan efek terhadap kepercayaan, saling memahami, saling berbagi dan

saling percaya. Dukungan persahabatan diperlukan oleh suami dan istri karena

corak interaksi antara suami dan istri akan berbeda dengan corak interaksi

bersama individu lainnya di luar pernikahan (Takariawan, 2016).

Komunikasi interpersonal merupakan faktor eksternal dari kebahagiaan

pernikahan karena berasal dari luar individu yang dapat dilihat dari bagaimana

individu berkomunikasi secara dyadik bersama pasangannya. Karney dan

Bradbury (1995) mengkaji sejumlah studi yang temuannya mengemukakan

banyak teori pernikahan yang dominan menggaris bawahi pentingnya peran

perilaku komunikasi dalam kegiatan pernikahan. Kurang baiknya komunikasi

antara pasangan dapat menjadi penyebab berkurangnya kepuasan dalam

pernikahan (Rehman & Holtzworth-Munroe, 2007). Bienvenu (1987) membagi

30

komunikasi interpersonal kedalam lima aspek kepuasan pernikahan seperti self

concept, ability, skill experience, emotion dan self disclosure.

Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mudah untuk memperoleh

kepuasan dalam pernikahan. Menurut Hurlock (2002) konsep diri merupakan

bayangan cerminan yang ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan

orang lain, reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri positif mampu menerima

segala kekurangan dan kelebihan, sehingga istri merasa yakin dan percaya

terhadap diri sendiri, merasa aman dan nyaman. Konsep diri positif menjadikan

individu lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keluarga

pasangan. Individu yang memiliki konsep diri positif dalam pernikahan cenderung

berfikiran positif daripada invididu yang memiliki konsep diri negatif.

Aspek kedua dalam komunikasi interpersonal yaitu ability. Untuk bisa

menjadi pendengar yang baik adalah salah satu hal yang harus dimiliki oleh

individu. Tidak jarang konflik dan kasus perceraian yang terjadi dikarenakan

pasangan tidak bisa mendengarkan yang disampaikan dengan baik. Mendengarkan

adalah keterampilan emosional yang jauh lebih sulit daripada terlibat dalam

kontra keluhan saat pasangan menyampaikan keluhan (Savarese, 2015). Pola

komunikasi pasangan yang kurang efektif akancenderung dekat dengan terjadinya

konflik dalam pernikahan.

Skill experience merupakan keterampilan komunikasi yang harus diperhatikan

oleh individu dan dapat berupa perilaku asertif. Individu yang bersikap asertif

dalam berkomunikasi dapat meningkatkan kepercayaan diri yang dapat

berdampak terhadap hubungan pasangan. Secara umum, individu yang asertif

31

merasa lebih baik mengenai hubungan bersama pasangan karena dapat meminta

yang diharapkan (H.Olson, Defrain, & Skogrand, 2011).

Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku

individu. Warna afektif yang dimaksud adalah perasaan-perasaan tertentu yang

dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertetu. Setiap individu

yang dapat mengendalikan emosinya dengan baik dapat mendatangkan

kebahagiaan (Wulan & Chotimah, 2017). Kurangnya stabilitas emosional

berdampak terhadap kepuasan pernikahan (Zaheri, et al., 2016).

Self disclosure memiliki pengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Individu

yang memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang sangat tinggi maka self

disclosure sangat tinggi, subjek yang memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang

sedang maka self disclosure tergolong rendah (Wardhani, 2012). Keterbukaan

dalam hal informasi akan membuat pasangan mudah untuk saling mengerti dan

memahami satu dan lain.

Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah

ekspektasi pernikahan. Harapan dalam pernikahan merupakan sebuah konsep

yang dimiliki oleh individu dalam pernikahan yang dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti faktor keluarga, media serta pengalaman. Ekspektasi

pernikahan terdiri dari lima aspek yaitu harapan dari pasangan harapan dari

pernikahan, harapan keluarga pasangan, harapan pada institusi pernikahan dan

konsep pasangan ideal (Juvva & Bhatti, 2006)

Harapan dari pasangan menjadi salah satu hal yang biasanya dipertimbangkan

oleh individu sebelum menikah.Banyak dari pasangan menikah karena faktor

32

kesamaan baik kesamaan agama, kepribadian, nilai yang dianut ataupun kesamaan

pola asuh keluarga istri maupun suami. Kesamaan yang dimiliki setiap pasangan

menjadi pertimbangan bagi individu terhadap harapan dari pasangan dengan

konsep yang diinginkan atau tidak diinginkan. Kesamaan pada sikap juga

memiliki dampak penting terhadap kesepakatan mengenai pengasuhan dan

pembagian tanggung jawab (Gaunt, 2006).

Harapan dari pernikahan berkaitan dengan pengakuan sosial dan pencapaian

status sosial di masyarakat. Myers (2000) mengatakan bahwa individu yang

menikah cenderung bahagia daripada individu yang tidak menikah, walaupun

pernikahan yang dijalani kurang bahagia. Individu yang sudah menikah memiliki

status lebih tinggi dari sebelumnya yaitu pengakuan sebagai individu yang sudah

menikah.

Harapan keluarga mengarahkan individu untuk mandiri. Keluarga yang

mandiri mampu menjalankan fungsi keluarga dengan baik karena mampu

menjalankan fungsi dan peran masing-masing secara maksimal. Menurut Paterson

(2009) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang dilakukan

secara berulang untuk memenuhi fungsi keluarga, sehingga dapat menyelesaikan

dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugasnya.

Harapan pada institusi pernikahan berkaitan dengan sikap saling menghormati,

memelihara kesatuan pernikahan dan memiliki sikap tulus serta loyal terhadap

pasangan. Individu yang memiliki komitmen bersama pasangan dapat membuat

kehidupan pernikahan tetap terjalin dengan baik walaupun perjalanan pernikahan

penuh dengan konflik (Boseke, 2015). Selain itu, sikap saling menghormati juga

33

diperlukan bagi pasangan suami istri baik saling menghormati dalam ucapan

ataupun perbuatan yang dapat menumbuhkan perasaan bahagia dalam pernikahan.

Harapan selanjutnya yang dimiliki individu dalam pernikahannya adalah

konsep pasangan ideal. Hasil penelitian Rios (2010) menunjukan bahwa harapan

terhadap pasangan dan diri sendiri baik suami maupun istri berpengaruh terhadap

kepuasan pernikahan. Baik suami maupun istri bahwa harapan menjadi prediktor

tertinggi dari kepuasan pernikahan. Pasangan suami istri berasal dari pengalaman

dan latar belakang yang berbeda sehingga pandangan terhadap pernikahan

memiliki perbedaan dan harapan dalam pernikahannyapun berbeda.

Oleh karena itu, untuk menciptakan kualitas hubungan yang baik dengan

tujuan pencapaian kepuasan pernikahan maka diperlukan dukungan sosial,

komunikasi interpersonal yang baik serta ekspektasi pernikahan yang terpenuhi

oleh pasangan suami istri. Kerangka berfikir ini, selanjutnya dapat dilihat pada

bagan 2.1:

34

DUKUNGAN SOSIAL

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

EKSPEKTASI PERNIKAHAN

2.1 Gambar Bagan Kerangka Berfikir

2.6 Hipotesis Penelitian

2.6.1 Hipotesis Mayor

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial (dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan

persahabatan), komunikasi interpersonal (self concept, ability, skill experience,

emotion dan self disclosure) dan ekspektasi pernikahan (harapan dari pasangan,

harapan pernikahan, harapan keluarga, harapan institusi pernikahan dan konsep

pasangan ideal) terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Dukungan Emosional

Dukungan Instrumental

Dukungan Persahabatan

Dukungan Informasi

Self Concept

Ability

Skill Experience

Emotion

Self Disclosure

Harapan dari Pasangan

Harapan Pernikahan

Harapan Keluarga

Harapan Institusi Pernikahan

Konsep Pasangan Ideal

KEPUASAN

PERNIKAHAN

35

2.6.2 Hipotesis Minor

Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan emosional pada variabel

dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan instrumental pada

variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan informasi pada variabel

dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek dukungan persahabatan pada

variabel dukungan sosial terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek self concept pada variabel

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek ability pada variabel komunikasi

interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha7: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek skill experience pada variabel

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha8: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek emotion pada variabel komunikasi

interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha9: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek self disclosure pada variabel

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha10: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pasangan pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha11: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari pernikahan pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

36

Ha12: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan keluarga pasangan pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Ha13: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek harapan dari institusi pernikahan

pada variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri

nelayan.

Ha14: Terdapat pengaruh yang signifikan aspek konsep pasangan ideal pada

variabel ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah istri nelayan yang telah memiliki anak di

Palabuhanratu Sukabumi kurang lebih 2.157 keluarga. Jumlah responden

penelitian sebanyak 220 responden. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu non probability sampling dengan artian anggota populasi

kurang memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

Teknik non probability sampling yang penulis gunakan yaitu teknik purposive

sampling (teknik penentuan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan

sampel yang diperlukan).

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel

independen

Variabel Dependen (Y) : Kepuasan Pernikahan.

Variabel Independen (X1) : Dukungan Emosional pada Dukungan Sosial

Variabel Independen (X2) : Dukungan Instrumental pada Dukungan Sosial

Variabel Independen (X3) : Dukungan Informasi pada Dukungan Sosial

Variabel Independen (X4) : Dukungan Persahabatn pada Dukungan Sosial

Variabel Independen (X5) : Self Concept pada Komunikasi Interpersonal

Variabel Independen (X6) : Ability pada Komunikasi Interpersonal

Variabel Independen (X7) : Skill Experience pada Komunikasi Interpersonal

Variabel Independen (X8) : Emotion pada Komunikasi Interpersonal

38

Variabel Independen (X9) : Self Disclosure pada Komunikasi Interpersonal

Variabel Independen (X10) : Harapan dari Pasangan pada Ekspektasi

Pernikahan

Variabel Independen (X11) : Harapan Pernikahan pada Ekspektasi Pernikahan

Variabel Independen (X12) : Harapan Keluarga pada Ekspektasi Pernikahan

Variabel Independen (X13) : Harapan Institusi Pernikahan Pada Ekspektasi

Pernikahan

Variabel Independen (X14) : Konsep Pasangan Ideal pada Ekspektasi

Pernikahan

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Kepuasan Pernikahan adalah evaluasi subjektif mengenai perasaan individu

atas pasangan dan atas hubungan dengan pasangan (Spanier, 1976). Tingkat

kepuasan pernikahan dalam penelitian ini diukur dengan mengadaptasi dan

memodifikasi skala kepuasan pernikahan yaitu Revised Dyadic Adjustment

Scale (RDAS) (Busby, Christensen, Crane, & Larson, 1995) yang terdiri dari

14 item dan tiga aspek mengacu pada teori Spanier (1976). Adapun aspek

yang diukur oleh RDAS meliputi:

a. Aspek consensus meliputi pengambilan keputusan, nilai dan kasih sayang.

b. Aspek satisfaction meliputi stabilitas pernikahan dan konflik.

c. Aspek cohesion meliputi aktifitas bersama dan diskusi.

2. Dukungan sosial adalah dukungan yang mengacu pada tindakan yang benar-

benar dilakukan oleh orang lain atau dukungan yang diterima (Sarafino &

Smith, 2011). Dukungan sosial pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur

39

sendiri dengan mengacu pada teori Sarafino dan Smith (2011) terdiri dari

empat aspek dan 24 item. Adapun aspek yang diukur meliputi:

a. Dukungan emosional meliputi empati, perhatian positif dan dorongan

kepada individu.

b. Dukungan instrumental meliputi memberi bantuan berupa barang atau

memberi bantuan berupa jasa.

c. Dukungan informasi meliputi saran dan umpan balik mengenai hal yang

dilakukan.

d. Dukungan persahabatan meliputi kebersamaan dan aktivitas bersama.

3. Komunikasi interpersonal kemampuan mendengarkan isi dari komunikasi juga

mampu mengekspresikan pikiran yang dapat mengatasi emosi terutama

kemarahan yang paling penting adanya keinginan untuk berkomunikasi

dengan baik (Bienvenu, I987). Komunikasi interpersonal dalam penelitian ini

dengan mengadaptasi dan memodifikasi skala komunikasi interpersonal dari

Millard J. Bienvenu (1987) yaitu ICI (Interpersonal Communication

Inventory). Komunikasi interpersonal terdiri dari lima aspek dan 30 item.

Adapun aspek ICI meliputi:

a. Self concept meliputi komunikasi diri sendiri dan komunikasi dengan

orang lain.

b. Ability meliputi pendengar yang baik dan menerima informasi dengan

baik.

c. Skill experience meliputi mengekspresikan gagasan dan pemikiran dengan

jelas.

40

d. Emotion meliputi pengekspresian emosi dan konstruktif.

e. Self disclosure meliputi berkomunikasi dengan jujur. bebas dan terbuka.

4. Ekspektasi pernikahan adalah harapan setiap individu terhadap hubungan

pernikahan (Juvva & Bhatti, 2006). Pada penelitian ini, penulis membuat alat

ukur sendiri dengan menggunakan teori epigenetic marital expectation (Juvva

& Bhatti, 2006) yang terdiri dari aspek dan 30 item. Adapun aspek ekspektasi

pernikahan yang diukur dalam penelitian ini meliputi:

a. Harapan dari pasangan meliputi persamaan satu sama lain dan kesetaraan

pernikahan.

b. Harapan dari pernikahan meliputi merasa aman.jaminan keuangan dan

pengakuan sosial.

c. Harapan dari keluarga meliputi sikap mandiri dan tidak bergantung pada

keluarga asal.

d. Harapan pada institusi pernikahan meliputi saling menghormati,

memelihara kesatuan pernikahan. tulus dan loyal.

e. Konsep pasangan ideal meliputi ketertarikan dalam hal non materi dan

ketertarikan dalam hal materi.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan model skala likert yang

telah dimodifikasi dengan menghilangkan pilihan tengah untuk menghilangkan

bias dan tendency central. Pernyataan pada skala kepuasan pernikahan, dukugan

sosial dan komunikasi interpersonal terdiri dari pernyataan favorable dan

unfavorable dengan empat pilihan jawaban. Pernyataan pada skala ekspektasi

41

pernikahan hanya terdiri dari pernyataan favorable dengan pertimbangan bahwa

setiap harapan biasanya positif. Pilihan jawaban untuk ekpektasi pernikahan dapat

dilihat pada tabel 3.1 yaitu Sangat Sesuai Harapan (SSH), Sesuai Harapan (SH),

Tidak Sesuai Harapan (TSH) dan Sangat Tidak Sesuai Harapan (STSH). Pilihan

jawaban untuk skala kepuasan pernikahan, dukungan sosial dan komunikasi

interpersonal dapat dilihat pada tabel 3.2 yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),

Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Tabel 3.1

Penilaian Pernyataan Favorable

Kategori Responden STSH TSH SH SSH

Favorable 1 2 3 4

Tabel 3.2

Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable

Kategori Responden STS TS S SS

Favorable 1 2 3 4

Unfavorable 4 3 2 1

Dalam penelitian ini, responden diberikan skala yang terdiri dari bagian

pengantar, bagian kedua dan bagian ketiga.

1. Bagian pengantar terdiri dari nama penulis, tujuan penelitian, kerahasiaan

jawaban dan ucapan terimakasih.

2. Bagian kedua yang terdiri dari identitas responden yaitu inisial/nama, usia,

menikah ketika usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan perbulan.

3. Bagian ketiga yaitu bagian inti yang berisi alat ukur skala kepuasan

pernikahan, skala dukungan sosial, skala komunikasi interpersonal dan skala

ekspektasi pernikahan.

42

3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan

Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi Revised Dyadic

Adjustment Scale (Busby, Christensen, Crane, & Larson, 1995) terdiri dari tiga

aspek dan 14 item yang mengacu pada teori Spanier (1976). Nilai reliabilitas

Alpha Cronbach’s RDAS yaitu 90. Adapun aspek dari RDAS yaitu consensus,

satisfaction dan cohesion.

Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepuasan Pernikahan

No Aspek Indikator Fav Unfav Jml

1 Consensus - Pengambilan keputusan

- Nilai

- Kasih sayang

1

4

5

2

3

6

2

2

2

2 Satisfaction - Stabilitas pernikahan

- Konflik

9,10

7,8

2

2

3 Cohesion - Aktifitas bersama

- Diskusi

11

13

12

14

2

2

Jumlah 7 7 14

3.3.2 Skala Dukungan Sosial

Pada penelitian ini, penulis membuat alat ukur sendiri dengan menggunakan teori

dari Sarafino dan Smith (2011) terdiri dari dari empat aspek dan 24 item. Adapun

aspek dari dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan instrumental,

dukungan informasi dan dukungan persahabatan.

Tabel 3.4 Blueprint Skala Dukungan Sosial

No Aspek Indikator Fav Unfav Jml

1 Dukungan

Emosional

- Empati

- Perhatian positif

- Dorongan kepada individu

1, 2

5

3, 4

6

2

2

2

2 Dukungan

Instrumental

- Memberi bantuan berupa

barang

- Memberi bantuan berupa jasa

7

10, 1

8, 9

12

3

3

3 Dukungan

Informasi

- Saran

- Umpan balik mengenai hal

yang dilakukan

14, 5

16

13

17, 18

3

3

43

4 Dukungan

Persahabatan

- Kebersamaan

- Aktivitas sosial bersama

19, 20

23

21

22, 24

3

3

Jumlah 12 12 24

3.3.3 Skala Komunikasi Interpersonal

Pada penelitian ini, penulis mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur komunikasi

interpersonal dari Bienvenu (1987). Interpersonal communication inventory

berumlah 30 item dan lima aspek. Adapun aspek dari ICI yaitu self concept,

ability, skill experience, emotion dan self disclosure.

Tabel 3.5 Blue Print Skala Komunikasi Interpersonal

No Aspek

Indikator Fav Unfa

v

Jml

1 Self concept - Komunikasi diri sendiri

- Komunikasi dengan orang lain

1, 2

6

3

4, 5

3

3

2 Ability - Pendengar yang baik

- Menerima informasi dengan baik

9

10, 12

7, 8

11

3

3

3 Skill experience - Mengekspresikan gagasan

- Pemikiran dengan jelas

13, 15

16

14

17, 18

3

3

4 Emotion - Pengekspresian emosi

- Konstruktif

20

22, 24

19, 21

23

3

3

5 Self Disclosure - Berkomunikasi jujur

- Bebas dan terbuka

25, 27

28

26

29, 30

3

3

Jumlah 15 15 30

3.3.4 Skala Ekspektasi Pernikahan

Pada skala ekspektasi pernikahan, penulis membuat alat ukur sendiri

menggunakan teori epigenetic model marital expectation (Juvva & Bhatti, 2006)

terdiri 30 item dan lima aspek. Adapun lima aspek yaitu harapan dari pasangan,

harapan dari pernikahan, harapan dari keluarga, harapan pada institusi pernikahan

44

dan konsep pasangan ideal. Pernyataan item pada skala ekspektasi pernikahan

hanya terdiri dari pernyataan favorable.

Tabel 3.6 Blueprint Skala Ekspektasi Pernikahan

No Aspek

Indikator Fav Jml

1 Harapan dari Pasangan - Persamaan dengan pasangan

- Kesetaraan pernikahan

1, 2, 3

4.5.6

3

3

2 Harapan dari Pernikahan - Merassa aman

- Jaminan keuangan

- Pengakuan sosial

7, 8

9, 10

11, 12

2

2

2

3 Harapan Keluarga - Sikap mandiri

- Tidak bergantung pada keluarga

asal

13, 14, 15

16, 17, 18

3

3

4 Harapan pada Institusi

Pernikahan

- Saling menghormati

- Memelihara kesatuan

pernikahan

- Tulus dan loyal

19, 20

21, 22

23, 24

2

2

2

2

5 Konsep Pasangan Ideal - Ketertarikan dalam hal non

materi

- Ketertarikan dalam hal materi

25, 26, 27

28, 29, 30

3

1

Jumlah 30 30

3.4 Validitas

Untuk menguji alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian, penulis

menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun langka-langkah

untuk mendapatkan kriteria item yang baik dalam CFA menurut Umar (dalam

Alawiyah, 2010):

1. Lakukan uji CFA dengan model satu faktor, lihat nilai P-value yang dihasilkan.

Jika P-value tidak signifikan (P > 0.05), maka item hanya mengukur satu faktor

saja, tetapi jika P-value yang dihasilkan signifikan (P < 0.05), maka perlu

dilakukan uji sesuai langkah berikutnya.

45

2. Jika P-value signifikan (P < 0.05) maka dilakukan modifikasi model

pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan

pengukuran. Hal ini terjadi saat suatu item selain mengukur konstruk ingin

diukur, tetapi item ini juga mengukur lebih dari satu konstruk atau

multidimensional. Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk

saling berkorelasi maka akan diperoleh model yang fit, maka model yang

terakhir inilah yang digunakan pada langkah selanjutnya.

3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka analisis item dilanjutkan dengan

melihat muatan faktor setiap item signifikan dan mempunyai koefisien yang

positif. Untuk melihat signifikan atau tidaknya setiap item dalam pengukuran

faktor ini, yaitu dengan cara melihat nilai dari t-value dan koefisien muatan

faktor tersebut. Jika t-value > 1.96 maka item signifikan dan tidak akan di-drop

dan begitu pula sebaliknya.

4. Selain itu juga perlu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif.

Dalam hal ini jika ada item pernyataan yang negatif, maka saat penskoran pada

item arah skornya diubah menjadi positif. Jika setelah diubah arah skornya

masih terdapat item dengan muatan faktor negatif, maka item akan di-drop.

5. Selanjutya, melihat kesalahan pengukuran yang berkorelasi. Apabila

menemukan item dengan banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi

dengan banyak item lain, maka hal ini berarti item tersebut selain mengukur

satu hal, juga mengukur hal lainnya, sehingga item seperti ini juga dapat di-

drop karena bersifat multidimensional yang sangat kompleks.

46

6. Setelah melakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk

mendapatkan faktor skornya. Olah data dilakukan dengan menggunakan SPSS

dengan ketentuan tidak mengikut sertakan skor mentah dari item yang sudah di

drop.

7. Setelah proses mendapatkan faktor skor dilakukan, kemudian ditransform

dalam skala t-score (true score) dengan menggunakan formula berikut:

(10*Factor Score) + 50

Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus di transform menjadi

true score dengan mean = 50 dan standard deviation (SD) = 10

8. Setelah diperoleh true score (T-score) dari masing-masing variabel, maka

dilakukan analisis regresi. Dalam penulisan ini menggunakan analisis regresi

berganda (multiple regression analysis).

3.4.1 Uji Validitas Kepuasan Pernikahan

Pada uji validitas konstruk kepuasan pernikahan menguji 14 item bersifat

unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur kepuasan

pernikahan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,

ternyata tidak fit dengan Chi-square = 617.32, df = 77, P-value = 0.00000 dan

RMSEA = 0.179. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 34 kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 57.21, df =

43, P-value = 0.07216 dan RMSEA = 0.039. Nilai Chi-square menghasilkan P-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima. Seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

kepuasan pernikahan

47

Selanjutnya. penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang hendak

diukur atau tidak. sekaligus menentukan item tersebut perlu di drop atau tidak.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang koefisien

muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat t bagi setiap

koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Muatan Faktor Kepuasan Pernikahan

Item Koefisien Faktor Loading Std Eror T-Value Signifikan

1 0.46 0.07 6.63

2. 0.47 0.07 6.94

3. 0.36 0.07 5.03

4. 0.32 0.07 4.45

5 0.46 0.07 6.83

6 0.24 0.07 3.17

7 0.79 0.06 12.35

8 0.71 0.06 11.36

9 0.54 0.07 7.97

10 0.61 0.07 8.86

11 0.19 0.08 2.42

12 0.36 0.07 5.37

13 0.36 0.07 5.37

14 0.39 0.07 5.75

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); = tidak signifikan

Pada tabel 3.7 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan

faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut

benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur

kepuasan pernikahan.

3.4.2 Uji Validitas Kostruk Dukungan Sosial

Penulis menguji apakah 24 item yang terdiri dari 4 aspek yaitu dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan

persahabatan bersifat unidimensional yang artinya benar-benar hanya mengukur

aspek dukungan emosional.

48

3.4.2.1 Uji Validitas Dukungan Emosional

Pada uji validitas konstruk dukungan emosional.penulis menguji apakah 6 item

bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

dukungan emosional. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor. ternyata tidak fit dengan Chi-square = 47.56, df = 9, P-value = 0.00000

dan RMSEA = 0.140. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 8.96, df

= 6, P-value = 0.17596 dan RMSEA = 0.047. Nilai Chi-square menghasilkan P-

value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

dukungan emosional.

Langkah selanjutnya. penulis melihatitem signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Muatan Faktor Dukungan Emosional

Item Koefisien Faktor

Loading St. Error

T-Value Signifikan

Item 1 0.60 0.08 7.17

Item 2 0.87 0.08 11.13

Item 3 0.44 0.08 5.22

Item 4 0.52 0.07 7.21

Item 5 0.55 0.07 7.71

Item 6 0.44 0.07 5.99

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

49

Pada tabel 3.8 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item

dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan

faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut

benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur

dukungan emosional.

3.4.2.2 Uji Validitas Dukungan Instrumental

Penulis menguji apakah 6 item dari aspek dukungan instrumental bersifat

unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur dukungan emosional.

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor

ternyata tidak fit dengan Chi-square = 1230.25, df = 9, P-value = 0.0000 dan

RMSEA = 0.767. Setelah melakukan 5 kali modifikasi terhadap model

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.34, df = 4, P-value =

0.67343 dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05

(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan instrumental.

Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan instrumental perlu

di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9 berikut:

50

Tabel 3.9 Muatan Faktor Dukungan Intrumental

Item Koefisien Faktor

Loading St. Error

T-Value Signifikan

Item 7 0.93 0.16 5.86

Item 8 1.28 0.25 5.18

Item 9 0.44 0.09 4.98

Item 10 0.23 0.06 3.63

Item 11 0.35 0.08 4.15

Item 12 0.13 0.05 2.51

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.9 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan

nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek

yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur dukungan instrumental.

3.4.2.3 Uji Validitas Dukungan Informasi

Penulis menguji apakah 6 item dari aspek dukungan informasi bersifat

unidimensional artinya benar-benar hanya mengukur dukungan informasi.

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor

ternyata tidak fit dengan Chi-square = 71.73, df = 9, P-value = 0.0000 dan

RMSEA = 0.176. Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model,

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 7.79, df = 7, P-value =

0.35170 dan RMSEA = 0.023. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05

(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan

informasi.

Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

51

di drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10 Muatan Faktor Dukungan Informasi

Item Koefisien Faktor

Loading St. Error

T-Value Signifikan

Item 13 0.43 0.08 5.61

Item 14 0.71 0.08 9.30

Item 15 -0.47 0.08 6.20

Item 16 0.69 0.08 9.12

Item 17 -0.33 0.08 -4.20

Item 18 -0.14 0.09 -154

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.10 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan, kecuali pada item 17 dan 18. Item dikatakan signifikan

karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)

yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan

item tersebut benar mengukur dukungan informasi.. Sedangkan pada item 17 dan

18 tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak

diikutsertakan dalam analisis regresi berikutnya.

3.4.2.4 Uji Validitas Dukungan Persahabatan

Penulis menguji apakah 6 item dari aspek dukungan persahabatan bersifat

unidimensional artinya benar-benar hanya mengukur dukungan persahabatan.

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor

ternyata tidak fit dengan Chi-square = 150.33, df = 9, P-value = 0.00000 dan

RMSEA = 0.268. Setelah melakukan 7 kali modifikasi terhadap model,

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.22, df = 2, P-value =

52

0.32877 dan RMSEA = 0.023. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05

(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu dukungan

persahabatan.

Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item tersebut perlu di drop atau

tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat-t

bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.11 Muatan Faktor Dukungan Persahabatan

Item Koefisien Faktor

Loading St. Error

T-Value Signifikan

Item 19 1.13 0.33 3.41

Item 20 0.56 0.16 3.44

Item 21 0.20 0.06 3.27

Item 22 -0.09 0.06 -1.40

Item 23 0.40 0.32 1.23

Item 24 0.12 0.06 2.05

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.11 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan, kecuali pada item 22 dan 23. Item dikatakan signifikan

karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)

yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan

item tersebut benar mengukur dukungan persahabatan.. Sedangkan pada item 22

dan 23 tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak

diikutsertakan dalam analisis regresi berikutnya.

53

3.4.3 Uji Validitas Kostruk Komunikasi Interpersonal

Penulis menguji 30 item yang terdiri dari lima aspek yaitu self concept, ability,

skill experience, emotion dan self disclosure bersifat unidimensional yang artinya

benar-benar hanya mengukur aspek komunikasi interpersonal.

3.4.3.1 Uji Validitas Self Concept

Penulis menguji apakah 6 item dari aspek self concept bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur self concept. Berdasarkan hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-

square = 102.85 df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.218. Setelah

melakukan 6 kali modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model

fit dengan Chi-square = 2.50, df = 3, P-value = 0.47486 dan RMSEA = 0.000.

Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu self concept.

Langkah selanjutnya, penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak. sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12 berikut:

54

Tabel 3.12 Muatan Faktor Self Concept

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 1 0.68 0.16 4.38

Item 2 0.80 0.18 4.51

Item 3 0.30 0.07 4.49

Item 4 -0.16 0.09 -1.70

Item 5 -0.08 0.06 -1.33

Item 6 0.01 0.06 0.22

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.12 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan, kecuali pada item 4,5 dan 6. Item dikatakan signifikan

karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)

yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan

item tersebut benar mengukur self concept. Sedangkan pada item 4,5 dan 6 tidak

memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam

analisis regresi berikutnya.

3.4.3.2 Uji Validitas Ability

Penulis menguji apakah 6 item dari aspek ability bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur ability. Berdasarkan hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square =

42.35, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.130. Setelah melakukan 3

kali modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

square = 4.30, df = 6, P-value = 0.63600 dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-square

menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu

faktor saja yaitu ability.

55

Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.13 berikut:

Tabel 3.13 Muatan Faktor Ability

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 7 0.62 0.07 8.23

Item 8 0.89 0.08 10.97

Item 9 0.43 0.07 5.90

Item 10 0.34 0.09 4.01

Item 11 0.44 0.07 6.27

Item 12 0.07 0.07 0.92

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.13 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan. kecuali pada item 12. Item dikatakan signifikan karena

memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang

berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item

tersebut benar mengukur ability. Sedangkan pada item 12 tidak memenuhi syarat

signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis regresi

berikutnya.

3.4.3.3 Uji Validitas Skill Experience

Penulis menguji apakah 6 item dari aspek skill experience bersifat

unidimensional artinya benar-benar hanya mengukur skill experience.

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor

ternyata tidak fit dengan Chi-square = 21.75, df = 9, P-value = 0.00000 dan

RMSEA = 0.080. Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model

56

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 9.77, df = 7, P-value =

0.20227 dan RMSEA = 0.042. Nilai Chi-square menghasilkan P-value > 0.05

(tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu skill experience.

Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14 berikut:

Tabel 3.14 Muatan Faktor Skill Experience

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 7 0.62 0.07 8.23

Item 13 0.27 0.08 3.61

Item 14 0.37 0.08 4.80

Item 15 0.54 0.08 6.90

Item 16 0.88 0.09 9.61

Item 17 0.32 0.08 -4.18

Item 18 0.27 0.08 3.53

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.14 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan. kecuali pada item 17. Item dikatakan signifikan karena

memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang

berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item

tersebut benar mengukur skill experience. Sedangkan pada item 17 tidak

memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam

analisis regresi berikutnya.

57

3.4.3.4 Uji Validitas Emotion

Penulis menguji apakah 6 item dari aspek emotion bersifat unidimensional

artinya benar-benar hanya mengukur emotion. Berdasarkan hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square =

328.69, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.402. Setelah melakukan 9

kali modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

square = 30.41, df = 0 P-value = 1.00000 dan RMSEA = 0.0000. Nilai Chi-

square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu emotion.

Langkah selanjutnya, penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

di drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.15 berikut:

Tabel 3.15 Muatan Faktor Emotion

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 19 0.90 0.81 1.11

Item 20 -0.40 0.35 -1.14

Item 21 -0.29 0.22 -1.33

Item 22 0.41 0.30 1.36

Item 23 0.43 0.58 0.74

Item 24 0.20 0.16 1.26

Keterangan: tanda = signifikan (t >1.96); =tidak signifikan

58

Pada tabel 3.15 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan tidak signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien

muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item

tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar

mengukur emotion. Sedangkan pada item 19-24 tidak memenuhi syarat signifikan

sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan dalam analisis regresi berikutnya.

3.4.3.4 Uji Validitas Self Disclosure

Penulis menguj iapakah 6 item dari aspek self disclosure bersifat unidimensional,

artinya benar-benar hanya mengukur emotion. Berdasarkan hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square =

74.40, df = 9, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.182. Setelah melakukan 4 kali

modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =

5.05, df = 5, P-value = 0.40947 dan RMSEA = 0.007. Nilai Chi-square

menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu self disclosure.

Langkah selanjutnya. penulis melihat apakah item signifikan mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak. sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

di drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat-t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.16 berikut:

59

Tabel 3.16 Muatan Faktor Self Disclosure

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 25 1.39 0.64 2.16

Item 26 0.01 0.04 0.14

Item 27 1.16 0.50 2.35

Item 28 0.33 0.14 2.35

Item 29 0.15 0.08 1.86

Item 30 0.21 0.09 2.45

Keterangan: tanda = signifikan (t >1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.16 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value setiap item

dikatakan signifikan. kecuali pada item 26 dan 29. Item dikatakan signifikan

karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96)

yang berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan

item tersebut benar mengukur skill experience. Sedangkan pada item 26 dan 29

tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan

dalam analisis regresi berikutnya.

3.4.4 Uji Validitas Kostruk Ekspektasi Pernikahan

Penulis menguji apakah 30 item yang terdiri dari 5 aspek yaitu harapan dari

pasangan, harapan dari pernikahan, harapan keluarga, harapan dari institusi

pernikahan dan konsep pasangan ideal bersifat unidimensional yang artinya benar-

benar hanya mengukur aspek ekspektasi pernikahan.

3.4.4.1 Uji Validitas Harapan dari Pasangan

Pada uji validitas konstruk harapan dari pasangan penulis menguji apakah 6 item

bersifat unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

harapan dari pasangan Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 100.19, df = 9, P-value = 0.00000.

60

RMSEA = 0.215. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 5 kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 6.02, df = 4,

P-value = 0.048 dan RMSEA = 0.048. Nilai Chi-square menghasilkan P-value >

0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu harapan dari

pasangan.

Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.17 berikut:

Tabel 3.17 Muatan Faktor Harapan dari Pasangan

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 1 1.01 0.07 14.23

Item 2 0.70 0.07 10.13

Item 3 0.51 0.07 7.50

Item 4 0.32 0.07 3.70

Item 5 0.17 0.07 2.50

Item 6 0.16 0.07 2.40

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.17 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item

dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan

faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut

benar-benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar

mengukur harapan dari pasangan.

61

3.4.4.2 Uji Validitas Harapan dari Pernikahan

Pada uji validitas konstruk harapan dari pernikahan, penulis menguji apakah 6

item bersifat unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya

mengukur harapan dari pernikahan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 164.14, df = 9,

P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.281. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak

4 kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di

antara item-item yang dianalisis maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-

square = 6.42, df = 5, P-value = 0.26712 dan RMSEA = 0.036. Nilai Chi-square

menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja

yaitu harapan dari pernikahan.

Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.18 berikut:

Tabel 3.18 Muatan Faktor Harapan dari Pernikahan

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 7 0.28 0.08 3.50

Item 8 1.38 0.26 5.27

Item 9 0.03 0.05 0.56

Item 10 0.28 0.08 -3.54

Item 11 0.27 0.08 3.50

Item 12 0.21 0.07 3.03

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

62

Pada tabel 3.18 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item

dikatakan signifikan kecuali item no 9 dan 10. Item dikatakan signifikan karena

memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang

berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item

tersebut benar mengukurharapan dari pernikahan. Sedangkan pada item 9 dan 10

tidak memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertakan

dalam analisis regresi berikutnya.

3.4.4.3 Uji Validitas Harapan Keluarga

Pada uji validitas konstruk harapan keluarga penulis menguji apakah 6 item

bersifat unidimensional artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

harapan keluarga. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-square = 22.56, df = 9, P-value = 0.00000

dan RMSEA= 0.332. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 6.09, df

= 6, P-value = 0.19221 dan RMSEA = 0.049. Nilai Chi-square menghasilkan P-

value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

harapan keluarga.

Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di

drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0)

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilat t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.19 berikut:

63

Tabel 3.19 Muatan Faktor Harapan Keluarga

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 13 0.48 0.09 5.50

Item 14 1.25 0.16 7.69

Item 15 0.38 0.08 4.98

Item 16 0.24 0.07 3.65

Item 17 -0.24 0.18 -1.32

Item 18 0.29 0.07 4.10

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.19 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item

dikatakan signifikan kecuali item no 17. Item dikatakan signifikan karena

memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang

berarti item-item tersebut benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item

tersebut benar mengukur harapan dari pernikahan. Sedangkan pada item 17 tidak

memenuhi syarat signifikan sehingga harus di drop dan tidak diikutsertaan dalam

analisis regresi berikutnya.

3.4.4.4 Uji Validitas Harapan dari Institusi Pernikahan

Pada uji validitas konstruk harapan dari pasangan, penulis menguji apakah 6 item

bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

harapan dari pasangan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 94.16, df = 9, P-value = 0.00000 dan

RMSEA = 0.208. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap model

dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item yang

dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 4.37, df = 6,

P-value = 0.35867 dan RMSEA = 0.020. Nilai Chi-square menghasilkan P-value

> 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu harapan dari institusi

pernikahan.

64

Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidaksekaligus menentukan item dukungan sosial perlu di drop

atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat t

bagi setiap koefisien muatan faktor. seperti pada tabel 3.20 berikut:

Tabel 3.20 Muatan Faktor Harapan dari Institusi Pernikahan

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 19 0.70 0.06 10.78

Item 20 0.53 0.07 7.77

Item 21 0.73 0.06 11.28

Item 22 0.72 0.06 11.24

Item 23 0.84 0.06 13.82

Item 24 0.47 0.07 6.51

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.20 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item

dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan

faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut

benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur

harapan dari institusi pernikahan.

3.4.4.5 Uji Validitas Konsep Pasangan Ideal

Pada uji validitas konstruk konsep pasangan ideal penulis menguji apakah 6 item

bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur

harapan dari pasangan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor ternyata tidak fit dengan Chi-square = 224.15, df = 9, P-value = 0.00000

dan RMSEA = 0.330. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 4 kali terhadap

model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran di antara item-item

yang dianalisis, maka kemudian diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.49, df

65

= 5, P-value = 0.77605 dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-square menghasilkan P-

value > 0.05 (tidak signifikan) yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

konsep pasangan ideal.

Langkah selanjutnya, penulis melihat item signifikan mengukur faktor yang

hendak diukur atau tidak sekaligus menentukanitem dukungan sosial perlu di drop

atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil (H0) tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilat t

bagi setiap koefisien muatan faktor. seperti pada tabel 3.21 berikut:

Tabel 3.21 Muatan Faktor Konsep Pasangan Ideal

Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan

Item 25 0.79 0.07 11.81

Item 26 0.83 0.06 13.71

Item 27 0.69 0.06 11.31

Item 28 0.73 0.06 12.13

Item 29 0.63 0.07 9.42

Item 30 0.71 0.06 11.12

Keterangan: tanda = signifikan (t>1.96); =tidak signifikan

Pada tabel 3.21 menunjukan muatan faktor (lamda) dan t-value dari 6 item

dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan

faktor yang positif dan nilai koefisien (t > 1.96) yang berarti item-item tersebut

benar mengukur aspek yang hendak diukur dan item tersebut benar mengukur

konsep pasangan ideal.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, berdasarkan hipotesis yang hendak diukur, penulis

menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda

untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial,

66

komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan terhadap kepuasan

pernikahan istri nelayan. Adapun persamaan analisis regresi pada penelitian ini

adalah:

Y: Kepuasan Pernikahan (DV)

a: Konstanta

b: Koefisien regresi untuk masing-masing X

X1: Dukungan sosial dukungan emosional atau persahabatan

X2: Dukungan sosial dukungan instrumental

X3: Dukungan sosial dukungan informasi

X4: Dukungan sosial dukungan persahabatan

X5: Komunikasi interpersonal self concept

X6: Komunikasi interpersonal ability

X7: Komunikasi interpersonal skill experience

X8: Komunikasi interpersonal emotion

X9: Komunikasi interpersonal self disclosure

X10: Ekspektasi pernikahan harapan sebagai pasangan

X11: Ekspektasi pernikahan harapan dari pernikahan

X12: Ekspektasi pernikahan harapan keluarga

X13: Ekspektasi pernikahan harapan pada institusi pernikahan

X14: Ekspektasi pernikahan gambaran atau konsep pasangan ideal

e : Residual

Melalui regresi berganda dapat diperoleh nilai R yaitu koefisien korelasi

berganda antara kepuasan pernikahan dengan dukungan sosial, komunikasi

interpersonal dan ekspektasi pernikahan. Besarnya kemungkinan gejala kepuasan

pernikahan pada istri nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan

tadi dan ditunjukan oleh koefisien determinasi berganda (R2). Fungsi R

2 untuk

melihat proporsi varians dari gejala kepuasan pernikahan yang dipengaruhi oleh

dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan. Adapun

rumus R2

sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +b10X10 +

b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14 + e

67

R2 = Ssreg

Ssy

R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV (X)

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah

diperoleh.

SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)

Uji R2 untuk membuktikan penambahan varians dari independent variabel

satu persatu signifikan atau tidak signifikan. Untuk membuktikan regresi X pada

Y signifikan atau tidak signifikan maka di uji dengan menggunakan uji F. Adapun

rumus uji F sebagai berikut:

F=

R2

(1-R2)/(N-k-1)

k merupakan jumlah variabel independent dan N adalah jumlah sampel

penelitian. Apabila nilai F itu siginifikan (P < 0.05), maka berarti seluruh IV

secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV. Dari hasil

uji F dapat dilihat memiliki pengaruh tidak independent variabel terhadap

dependent variabel. Untuk menguji pengaruh independent variabel terhadap

dependent variabel secara signifikan dilakukan uji t. adapun rumus uji t. sebagai

berikut:

b merupakan koefisien regresi dan Sb merupakan standar eror dari b, hasil uji t

diperoleh dari hasil regresi yang dilakukan penulis. Analisis data dalam penelitian

ini menggunakan program SPSS.

68

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 220 istri nelayan. Untuk mempermudah

perhitungan, maka penulis mengkategorisasikan responden kedalam beberapa

kategori. Gambaran subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Data Demografi

Sampel Penelitian Frekuensi Presentase (%)

Usia

20 – 30 Tahun 72 32,7%

31 – 40 Tahun 148 67,3%

Pendidikan

SD 121 55.5%

SMP 71 32.3%

SMA 28 12,7%

Usia Menikah

12-18 Tahun 111 50.5%

18-25 Tahun 102 46.4%

25-32 Tahun 7 3.2%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa gambaran responden

berdasarkan usia dibagi menjadi dua kategori, yaitu responden berusia 20 – 30

tahun dan 31 – 40 tahun. Responden berusia 20 – 30 tahun memiliki presentase

sebesar 32.7% (72 orang). Pada kategori responden berusia 31 - 40 memiliki

presentase sebesar 67.3% (148 orang).

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui gambaran responden berdasarkan

tingkat pendidikan. Responden dengan tingkat pendidikan SD berjumlah 121

orang dengan presentase sebesar 55.5%. Selanjutnya SMP berjumlah 71 orang

dengan presentase sebesar 32.3%. Responden SMA berjumlah 28 orang dengan

69

presentase sebesar 12.7%. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

didominasi oleh subjek dengan pendidikan akhir SD yaitu berjumlah 121 orang

dengan presentase 75%.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa gambaran responden

berdasarkan usia menikah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu responden berusia

12-18 tahun, 18-25 tahun dan 26-32 tahun. Responden berusia 12-18 tahun

memiliki presentase sebesar 50.5% (111). Pada kategori responden berusia 18-25

tahun memiliki presentase sebesar 102% (102 orang). Responden berusia 25-32

tahun memiliki presentase sebesar 3.2% (7 orang).

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan skor berupa skor faktor. Skor

faktor didapatkan dengan merubah semua item pada aspek yang sama menjadi

satu skor yang disebut factor score pada software SPSS. Tujuan penggunaan

factor score adalah untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran.

Faktor score kemudian diubah menjadi true score untuk menghilangkan bilangan

negatif.

Untuk menjelaskan mengenai gambaran umum tentang statistik deskriptif dari

variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi acuan adalah skor

mean, median, standard deviation (SD), nilai maksimal dan nilai minimal dari

masing-masing variabel

70

Tabel 4.2 Analisi Deskriptif

N=22

0

Minimu

m

Maximum Mean Standar Deviasi

Kepuasan Pernikahan 25.73 71.63 50.0000 8.71006

Dukungan Emosional 23.93 71.37 50.0000 9.29108

Dukungan Instrumental 27.56 68.09 50.0000 9.88468

Dukungan Informasi 28.37 83.61 50.0000 8.01316

Dukungan Persahabatan 5.60 68.28 50.0000 8.56343

Self Concept 22.74 70.17 50.0000 7.81662

Ability 22.09 68.01 50.0000 8.79035

Skill Experience 14.17 72.83 50.0000 8.57946

Self Disclosure 25.31 66.05 50.0000 9.99500

Harapan dari Pasangan 7.29 69.90 50.0000 8.98802

Harapan dari Pernikahan 18.63 68.49 50.0000 7.97995

Harapan Keluarga 16.47 71.27 50.0000 8.62535

Harapan Institusi Pernikahan 25.97 68.27 50.0000 9.06251

Konsep Pasangan Ideal 8.73 73.20 50.0000 9.02088

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dependen variabel yaitu

kepuasan pernikahan memiliki nilai terendah 25.73, nilai tertinggi 71.63 dengan

nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.71006. Variabel dukungan emosional

memiliki nilai terendah 23.93, nilai tertinggi 71.37 dengan nilai rat-rata 50 dan

standar deviasi 9.29108. Variabel dukungan instrumental memiliki nilai terendah

27.56, nilai tertinggi 68.09 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9.88468.

Variabel dukungan informasi memiliki nilai terendah 28.37, nilai tertinggi 83.61

dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.01316. Variabel dukungan

persahabatan memiliki nilai terendah 5.60, nilai tertinggi 68.28 dengan nilai rata-

rata 50 dan standar deviasi 8.56343

Variabel self concept memiliki nilai terendah 22.74, nilai tertinggi 70.17

dengan nilai rata-rata 50 dan Standar Deviasi 7.81662. Variabel ability memiliki

nilai terendah 22.09 nilai tertinggi 68.01 dengan nilai rata-rata 50 dan standar

deviasi 8.79035.Variabel skill experience memiliki nilai terendah 14,17, nilai

tertinggi 72,83 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.57946. Variabel self

71

disclosure memiliki nilai terendah 25.31, nilai tertinggi 66.05 dengan nilai rata-

rata 50 dan standar deviasi 9.99500.

Variabel harapan terhadap pasangan memiliki nilai terendah 7.29, nilai

tertinggi 69.90 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 8.98802. Variabel

harapan dari pernikahan memiliki nilai teremdah18.63 nilai tertinggi 69.90 dengn

nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 7.97995. Variabel harapan keluarga

memiliki nilai terendah 16.47 nilai tertinggi 71.27 dengan nilai rata-rata 50 dan

standar deviasi 8.62535. Variabel harapan dari institusi pernikahan memiliki nilai

terendah 25.97 nilai tertinggi 62.27 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi

9.06251. Variabel konsep pasangan ideal memiliki nilai terendah 8.73 nilai

tertinggi 73.20 dengan nilai rata-rata 50 dan standar deviasi 9.02088.

4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu kedalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya dari rendah ketinggi yang

akan penulis gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Norma kategorisasi

skor dapat dilihat pada tabel 4.3 yang berlaku pada setiap variabel.

Tabel 4.3 Kategorisasi Skor

Kategorisasi Rumus

Rendah X < Mean

Tinggi X ≥ Mean

Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan

perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel kepuasan pernikahan,

dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan

72

persahabatan. Self concept, ability, skill experience dan self disclosure.

Harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan, harapan keluarga, harapan

dari institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal.

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel

No Variabel Frekuensi %

Rendah Tinggi

1 Kepuasan Pernikahan 125 (56.8%) 95 (43.2%)

2 Dukungan Emosional 172 (78.2%) 48 (21.8%)

3 Dukungan Instrumental 89 (40.5%) 131 (59.5%)

4 Dukungan Informasi 83 (37.3%) 137 (62.3%)

5 Dukungan Persahabatan 156 (70.9%) 64 (29.1%)

6 Self Concept 78 (35.5%) 142 (64.5%)

7 Ability 74 (33.6%) 146 (66.4%)

8 Skill Experience 105 (47.7%) 115 (52.3 %)

9 Self Disclosure 63 (28.6%) 157 (71.4%)

10 Harapan dari Pasangan 166 (75.5%) 54 (24.5%)

11 Harapan terhadap Pernikahan 160 (72.7%) 60 (27.3%)

12 Harapan Keluarga 172 (78.2%) 48 (21.8%)

13 Harapan Institusi Pernikahan 166 (75.5%) 54 (24.5%)

14 Konsep Pasangan Ideal 154 (70%) 66 (30%)

Berdasarkan tabel kategorisasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa 125

responden menyatakan bahwa tingkat kepuasan pernikahan sebanyak 56.8%.

Dukungan emosional dengan presentasi 78.2% sebanyak 172 responden.

Dukungan instrumental dengan jumlah 137 responden memiliki presentasi 62.3%.

Dukungan persahabatan dengan jumlah 156 responden memiliki presentasi

70.9%.

Self concept dengan jumlah 78 responden memiliki presentasi 35.5%. Ability

dengan jumlah 74 responden memiliki presentasi 33.6%. Skill experience dengan

jumlah 105 responden memiliki presentasi 47.7%. Self disclosure dengan jumlah

63 responden memiliki presentasi 28.6%.

73

Harapan dari pasangan dengan jumlah 166 responden memiliki presentasi

75.5%. Harapan dari pernikahan dengan jumlah 160 responden memiliki

presentasi 72.7%. Harapan keluarga dengan jumlah 172 responden memiliki

presentasi 78.2%. Harapan dari institusi pernikahan dengan jumlah 166 responden

memiliki presentasi 75.5%. Konsep pasangan ideal dengan jumlah 154 responden

memiliki presentasi 70%.

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda menggunakan software spss seperti yang sudah disebutkan pada bab III.

Dalam regresi ada 3 hal yang akan dilihat, yaitu melihat besaran Rsquare untuk

mengatahui berapa persen (%) varians dependent variabel yang dijelaskan oleh

independent variabel. Untuk membuktikan keseluruhan independent variabel

berpengaruh secara signifikan terhadap DV atau tidak berpengaruh, kemudian

terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisian regresi dari masing masing

independent variabel. Langkah pertama adalah penulis melihat besaran Rsquare

untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variabel yang dijelaskan

oleh independent variabel. Selanjutnya untuk tabel Rsquare dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi

Model R R

Square

Adjust

ed R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F

Change

1 .692a .478 .445 6.48638 .478 14.530 13 206 .000

74

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R-Square sebesar 0.478 atau

47.8%. Artinya proporsi varian dari kepuasan pernikahan yang telah dijelaskan

oleh dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan

informasi dan dukungan persahabatan), komunikasi interpersonal (self concept,

ability, skill experience dan self disclosure) dan ekspektasi pernikahan (harapan

dari pasangan, harapan terhadap pernikahan, harapan keluarga, harapan institusi

pasangan dan konsep pasangan ideal) adalah sebesar 47.8 % sedangkan 52.2%

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar dari penelitian ini.

Langkah kedua penulis menganalisis pengaruh dari keseluruhan independent

variable terhadap dependent variable. Berdasarkan uji F pada tabel 4.6, dapat

dilihat bahwa hasil uji F sebesar 14.530 dengan sig .000 (sig < 0.05), maka

hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara independent

variable terhadap dependent varieble diterima. Artinya terdapat pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama dari variable dukungan emosional, dukungan

instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan, self concept, ability,

skill experience, self disclosure, harapan dari pasangan, harapan dari pernikahan,

harapan keluarga, harapan dari institusi pernikahan dan konsep pasangan ideal.

Tabel 4.6 Pengaruh keseluruhan IV terhadap DV

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 7947.397 13 611.338 14.530 .000b

Residual 8667.070 206 42.073

Total 16614.466 219

Langkah selanjutnya penulis melihat koefisien regresi dari masing-masing

independent variable (IV). Jika sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut

signifikan yang berarti independent variable tersebut memiliki pengaruh yang

75

signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Adapun besarnya koefisien regresi

dari masing-masing independent variable terhadap kepuasan pernikahan dapat

dilihat pada table 4.7

Tabel 4.7 Koefisien Regresi

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 11.635 10.215 1.139 .256

Dukungan Emosional .387 .068 .413 5.678 .000*

Dukungan Instrumental .125 .047 .142 2.653 .009*

Dukungan Informasi .002 .084 .002 .025 .980

Dukungan Persahabatan .211 .073 .208 2.914 .004*

Self Concept -.132 .065 -.118 -2.016 .045*

Ability .049 .054 .050 .918 .360

Skill Experience .011 .065 .010 .162 .871

Self Disclosure -.012 .047 -.014 -.262 .794

Harapan dari Pasangan .194 .059 .201 3.286 .001*

Harapan dari Pernikahan -.108 .067 -.099 -1.610 .109

Harapan Keluarga -.252 .074 -.249 -3.399 .001*

Harapan Institusi Pernikahan .193 .066 .201 2.931 .004*

Konsep Pasangan Ideal .099 .076 .102 1.297 .196

a. Dependent Variable: Kepuasan Pernikahan

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:

Kepuasan pernikahan = 11.635 + 0.387 (dukungan emosional*) + 1.25 (dukungan

instrumental) – 0.02 (dukungan informasi) + 0.211 (dukungan persahabatan) –

0.132 (self concept) + 0.049 (ability) + 0.011 (skill experience) – 0.012 (self

disclosure) + 0.194 (harapan dari pasangan*) – 0.108 (harapan dari pernikahan) –

0.252 (harapan keluarga*) + 193 (harapan dari institusi pernikahan*) + 0.099

(konsep pasangan ideal).

Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,

dapat dilihat pada kolom sig dalam tabel 4.7 jika sig < 0,05 maka koefisien

76

regresi yang dihasilkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

pernikahan dan sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat tujuh koefisien regresi yang

signifikan, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

persahabatan, self control, harapan dari pernikahan, harapan keluarga dan harapan

dari institusi pernikahan. Sedangkan variabel lainnya menghasilkan koefisien

regresi yang tidak signifikan. Hal ini berarti dari 13 hipotesis minor hanya terdapat

tujuh yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada

masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dukungan Emosional

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.387 dan signifikansi sebesar 0.000 (sig

< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan dukungan emosional terhadap kepuasan pernikahan

ditolak. Hal ini berarti bahwa dukungan emosional berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi dukungan

emosional semakin tinggi kepuasan pernikahan.

2. Variabel Dukungan Instrumental

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.125 dan signifikansi sebesar 0.009 (sig

< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap kepuasan pernikahan

ditolak. Hal ini berarti bahwa dukungan intrumental berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi dukungan

instrumental semakin tinggi kepuasan pernikahan.

77

3. Variabel Dukungan Informasi

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.002 dan signifikansi sebesar 0.980 (sig

> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan dukungan informasi terhadap kepuasan pernikahan

diterima.

4. Variabel Dukungan Persahabatan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.211 dan signifikansi sebesar 0.004 (sig

< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan dukungan persahabatan terhadap kepuasan pernikahan

ditolak. Hal ini berarti bahwa dukungan persahabatan berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya semakin tinggi dukungan

persahabatan semakin tinggi kepuasan pernikahan.

5. Self Concept

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.132 dan signifikansi sebesar 0.045

(sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan self concept terhadap kepuasan pernikahan ditolak Hal

ini berarti bahwa dukungan persahabatan berpengaruh secara negatif dan

signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin negatif self concept

semakin tinggi kepuasan pernikahan

6. Variabel Ability

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.049 dan signifikansi sebesar 0.360 (sig

> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan ability terhadap kepuasan pernikahan diterima.

78

7. Variabel Skill Experience

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.011 dan signifikansi sebesar 0.871 (sig

> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan skill experience terhadap kepuasan pernikahan

diterima.

8. Self Disclosure

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.012 dan signifikansi sebesar 0.794

(sig > 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak

terdapat pengaruh yang signifikan self disclosure terhadap kepuasan pernikahan

diterima.

9. Variabel Harapan dari Pasangan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.194 dan signifikansi sebesar 0.001 (sig

< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan harapan dari pasangan terhadap kepuasan pernikahan

ditolak. Hal ini berarti bahwa harapan dari pasangan berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi harapan

dari pasangan semakin tinggi kepuasan pernikahan.

10. Variabel Harapan dari Pernikahan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.108 dan signifikansi sebesar 0.109

(sig > 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak

terdapat pengaruh yang signifikan harapan dari pernikahan terhadap kepuasan

pernikahan diterima.

79

11. Harapan Keluarga

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar-0.252 dan signifikansi sebesar 0.001

(sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengarh yang signifikan harapan keluarga terhadap kepuasan pernikahan ditolak.

Hal ini berarti bahwa harapan keluarga berpengaruh secara negatif dan signifikan

terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin rendah harapan keluarga

semakin tinggi kepuasan pernikahan.

12. Variabel Harapan Institusi Pernikahan

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.193 dan signifikansi sebesar 0.004 (sig

< 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengarh yang signifikan harapan institusi pernikahan terhadap kepuasan

pernikahan ditolak. Hal ini berarti bahwa harapan institusi pernikahan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pernikahan. Artinya,

semakin tinggi harapan institusi pernikahan semakin tinggi kepuasan pernikahan

13. Konsep Pasangan Ideal

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.099 dan signifikansi sebesar 0.196 (sig

> 0.05). Hal ini berarti bahwa hipotesis nihil (H0) yang berbunyi tidak terdapat

pengaruh yang signifikan konsep pasangan ideal terhadap kepuasan pernikahan

diterima.

4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing IV terhadap DV

Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing

independent variable terhadap kepuasan pernikahan. Besarnya proporsi varian

pada kepuasan pernikahan dapat dilihat pada tabel 4.8.

80

Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV

Model R R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F Change df1 df2 Sig. F

Change

1 .572a .327 7.16199 .327 105.906 1 218 .000*

2 .575b .330 7.16079 .003 1.073 1 217 .301

3 .580c .336 7.14740 .006 1.814 1 216 .179

4 .614d .377 6.93745 .041 14.271 1 215 .000*

5 .627e .393 6.86384 .016 5.636 1 214 .018*

6 .627f .393 6.87939 .000 .034 1 213 .854

7 .628g .395 6.88658 .002 .555 1 212 .457

8 .628h .395 6.90221 .000 .041 1 211 .840

9 .654i .428 6.72522 .033 12.253 1 210 .001*

10 .658b .433 6.71206 .005 1.824 1 209 .178

11 .670c .448 6.63757 .015 5.717 1 208 .018*

12 .689d .474 6.49708 .026 10.093 1 207 .002*

13 .692e .478 6.48638 .004 1.683 1 206 .196

e. Predictors: (Constant), Dukungan Emosional, Dukungan Instrumental, Dukungan

Informasi, Dukungan Persahabatan, Self Concept, Ability, Skill Experience, Self

Disclosure, Harapan dari Pasangan, Harapan Pernikahan, Harapan Keluarga,

Harapan Institusi Pernikahan, Konsep Pasangan Ideal.

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel dukungan emosional memberikan sumbangan sebesar 0.327 atau

32.7% dengan sig. F change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan.

2. Variabel dukungan instrumental memberikan sumbangan sebesar 0.003 atau

0.3% dengan sig. F change = 0.301. Sumbangan tersebut tidak signifikan.

3. Variabel dukungan informasi memberikan sumbangan sebesar 0.006 atau

0.6% dengan sig. F change = 0.179. Sumbangan tersebut tidak signifikan.

4. Variabel dukungan emosional memberikan sumbangan sebesar 0.041 atau

4.1% dengan sig. F change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan.

5. Variabel self control memberikan sumbangan sebesar 0.016 atau 1.6%

dengan sig. F change = 0.018 Sumbangan tersebut signifikan.

81

6. Variabel ability memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0% dengan sig. F

change = 0.854 Sumbangan tersebut tidak signifikan.

7. Variabel skill experience memberikan sumbangan sebesar 0.002 atau 0.2%

dengan sig. F change = 0.457 Sumbangan tersebut tidak signifikan.

8. Variabel self disclosure memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0%

dengan sig. F change = 0.840 Sumbangan tersebut tidak signifikan.

9. Variabel harapan dari pasangan memberikan sumbangan sebesar 0.033 atau

3.3% dengan sig. F change = 0.001. Sumbangan tersebut signifikan.

10. Variabel harapan dari pernikahan memberikan sumbangan sebesar 0.005 atau

0.5% dengan sig. F change = 0.178. Sumbangan tersebut tidak signifikan.

11. Variabel harapan keluarga memberikan sumbangan sebesar 0.015 atau 1.5%

dengan sig. F change = 0.018. Sumbangan tersebut signifikan.

12. Variabel harapan institusi pernikahan memberikan sumbangan sebesar 0.026

atau 2.6% dengan sig. F change = 0.002. Sumbangan tersebut signifikan.

13. Variabel konsep pasangan ideal memberikan sumbangan sebesar 0.004 atau

0.4% dengan sig. F change = 0.196. Sumbangan tersebut tidak signifikan.

Urutan independent variabel yang signifikan memberikan sumbangan dari

yang terbesar hingga terkecil adalah dimensi dukungan emosional (32.7%),

dimensi dukungan persahabatan (4.1%), dimensi harapan dari pasangan (3.3%),

dimensi harapan institusi pernikahan (2.6%), dan dukungan persahabatan, self

concept (1.6%), dimensi harapan keluarga (1.5%).

82

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor yang telah dilakukan pada bab 4, diperoleh

hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial (dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan

persahabatan), komunikasi interpersonal (self concept, ability, skill experience dan

self disclosure) dan ekspektasi pernikahan (harapan dari pasangan, harapan dari

pernikahan, harapan keluarga, harapan institusi pernikahan dan konsep pasangan

ideal) terhadap kepuasan pernikahan istri nelayan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-masing

koefisien regresi terhadap dependent variable, terdapat 7 variabel yang nilai

koefisien regresinya signifikan, yaitu dukungan emosional, dukungan

instrumental, dukungan persahabatan, self control, harapan dari pasangan, harapan

keluarga dan harapan institusi pernikahan. Selain itu, terdapat 6 variabel lain yang

tidak signifikan yaitu dukungan informasi, ability, skill experience, self disclosure

dan konsep pasangan ideal.

5.2 Diskusi

Pada bagian ini, penulis akan membahas diskusi mengenai 13 independent

variable yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan, self concept

ability, skill experience, self disclosure, harapan dari pasangan, harapan dari

pernikana, harapan keluarga, harapan institusi pernikahan dan konsep pasangan

83

ideal terhadap dependent variable yaitukepusan pernikahan, serta akan membahas

penelitian dan literatur terdahulu mengenai ketujuh independent variable yang

dikaitkan dengan dependent variable.

Pada variabel dukungan sosial terdapat tiga dimensi yang signifikan dan satu

dimensi yang tidak signifikan. Adapun dimensi yang signifikan yaitu dukungan

emosional, dukungan instrumental dan dukungan persahabatan. Dimensi yang

tidak signifikan dari dukungan sosial yaitu dukungan informasi.

Dukungan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan secara positif

terhadap kepuasan pernikahan. Artinya semakin tinggi dukungan emosional,

semakin tinggi kepuasan pernikahan. Hasil penelitian Yediri &Hamarta

(2015)menunjukkan bahwa dukungan suami-istri adalah prediktor kepuasan

pernikahan, dan bahwa ada hubungan positif antara kedua variabel. Individu yang

didukung oleh pasangan mereka memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi

daripada individu yang kurang didukung. Dukungan emosional dapat berupa

empati dan perhatian positif.

Istri yang mendapatkan empati dan simpati lebih dari pasangannya merasa

nyaman dan dihargai karena pada dasarnya wanita lebih suka mengkomunikasikan

kebutuhan akan dukungan yang didapatkan (Pascale & Primavera, 2017).

Dukungan emosional dari keluarga besar secara positif terkait dengan kepuasan

hubungan untuk orang Amerika Afrika dan Black Caribbeaners yang sudah

menikah dan kurang bergaul (Taylor, Brown, Chatters, & Lincoln, 2012).

Penelitian sebelumnya pada kepuasan pernikahan dan ekspresi emosional

umumnya menunjukkan hubungan erat antara ekspresi emosi dan kepuasan

84

pernikahan (Sybil Carrere, Gottman, Coan, & Ruckstuhl, 2000). Namun, beberapa

penelitian menunjukkan kebalikannya (Johnson, et al., 2005). Hal ini dapat

dijelaskan oleh fakta bahwa kepuasan pernikahan dapat berubah, tergantung pada

emosi positif atau negatif yang diterima (Gur-Aryeh, 2010).

Dukungan instrumental memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi dukungan instrumental

semakin tinggi kepuasan pernikahan. Dukungan instrumental dapat berupa

bantuan dari suami terhadap istri. Hasil penelitian dari Apolo dan Cahyadi (2012)

memberikan hasil bahwa dukungan suami memiliki peran penting pada proses

stress dalam pekerjaan baik didalam rumah maupun diluar rumah sebagai wanita

karir maupun sebagai istri. Suami yang dapat bekerjasama dengan baik dalam

melakukan pekerjaan rumah tangga memberikan dampak positif yang dapat

mempengaruhi kepuasan pernikahan (Nursalasatun, 2016). Hasil dari kelompok

perempuan menentukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara

kepuasan pernikahan dan sub-dimensi dari skala dukungan suami-istri, seperti

dukungan emosional, dukungan instrumental dan informasi, dukungan penilaian,

dan dukungan persahabatan sosial (p <.01 ) (Yedirir & Hamarta, 2015).

Dalam penelitian ini dukungan informasi berpengaruh secara negatif tetapi

tidaksignifikan terhadapkepuasan pernikahan.Pengaruh ini mungkin disebabkan

oleh presentase yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa istri nelayan

memiliki dukungan informasi dalam kategorisasi rendah. Berbeda dengan hasil

penelitian dari Yedirir dan Hamarta (2015) yang mengatakan bahwa ada

hubungan positif yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan sub-dimensi

85

dari skala dukungan suami-istri, seperti dukungan emosional, dukungan

instrumental dan informasi, dukungan penilaian, dan dukungan persahabatan

sosial (p < 01 ).

Dukungan persahabatan dalam penelitian ini memiliki pengaruh positif dan

signifikan. Artinya, semakin tinggi dukungan persahabatan semakin tinggi

kepuasan pernikahan. Dukungan persahabatan dari suami kepada istri dapat

berupa kebersamaan dan aktifitas yang dilakukan bersama. The Seven Principles

for Making Marriage Work (Diestelkamp, 2017) mengatakan pernikahan yang

bahagia didasarkan pada persahabatan yang mendalam. Leggett, Pittman, Byczek,

dan Morse (2012) menemukan hubungan positif antara kepuasan pernikahan dan

kegiatan yang dilakukan bersama, seperti kunjungan ke teman, yang merupakan

indikator perilaku minat sosial (dalam Yedirir & Hamarta, 2015).

Komunikasi Interpersonal dari empat dimensi terdapat satu dimensi yang

signifikan dan tiga dimensi yang tidak signifikan. Dimensi yang signifikan dari

komunikasi interpersonal yaitu self concept. Adapun tiga dimensi yang tidak

signifikan yaitu ability, skill experience dan self disclosure.

Individu yang mengetahui cara berbahagia bersama pasangan dengan

komunikasi, mencoba untuk mengetahui hal yang diinginkan oleh pasangan

karena individu mengetahui pentingnya pemecahan masalah dan solusi yang tepat.

Dalam penelitian ini, self concept berpengaruh secara signifikan dan memiliki

arah negatif. Artinya, semakin rendah self concept pasangan semakin puas

kepuasan pernikahan istri nelayan. Hal ini bisa disebabkan karena mencegah

86

pertengkaran dengan pasangan lebih baik daripada terbuka terhadap pasangan

yang akan menyebabkan konflik. Penelitian ini berbanding terbalik dengan

penelitian Fatimah (2014) menyatakan bahwa konsep diri yang negatif

menyebabkan kurangnya kepuasan perkawinan dalam hal komunikasi, seksualitas

dan keintiman, manajemen konflik serta ekspresi dari afeksi yang dirasakan oleh

individu.

Ability dalam penelitian ini berpengaruh tetapi tidak signifikan. Ability yaitu

kemampuan untuk bisa menjadi pendengar yang baik dan keterampilan yang

sedikit mendapatkan perhatian. Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan

berpengaruh tetapi tidak signifikan bisa dikarenakan faktor self concept yang

berpengaruh signifikan tetapi arahnya negatif. Penelitian inisejalan sesuai dengan

pernyataan dari Abercombieb (2007) yang menyatakan bahwa komunikasi yang

paling efektif dapat terjadi ketika semua individu dalam percakapan terlibat aktif

dalam mendengarkan (dalam Mat, Jandaghi, Karimi, & Hamidizadeh, 2010)

Skill experience berpengaruh tetapi tidak signifikan. Skill experience

merupakan keterampilan untuk mengekspresikan hasil pemikiran, ide-ide agar

masing-masing pasangan bisa mengerti satu sama lain. Dalam penelitian

berpengaruh tetapi tidak signifikan dikarenakan rasa tidak percaya diri yang bisa

dilihat dari hasil self concept yang berpengaruh secara signifikan tetapi arahnya

negatif. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa istri nelayan lebih baik

memendam keinginan dan harapan daripada akan menjadi sebuah konflik.

Penelitian ini sesuai dengan Johnson, et al., (2005) menyatakan bahwa tingkat

pengaruh positif yang rendah dan tingkat keterampilan negatif memprediksi

87

penurunan yang lebih tajam dalam kepuasan pernikahan seiring berjalannya

waktu.

Self disclosure dalam penelitian ini berpengaruh tetapi tidak signifikan. Self

disclosure yaitu keterbukaan antara individu bersama pasangan. Dalam penelitian

ini, self disclosure istri rendah berdasarkan hasil wawancara dikarenakan istri

nelayan lebih menghindari konflik. Selain itu, hasil analisis self concept yang

signifikan tetapi memiliki arah negatif membuktikan istri nelayan memiliki

kepercayaan diri yang rendah untuk lebih terbuka terhadap suami. Menurut

Sadarjoen (2005) apabila hanya salah satu pasangan memberikan informasi

personal dan privat sementara yang lain tidak memberikannya, interrelasi diantara

individu bersama pasangan kurang berkembang ( dalam Wardhani, 2012). Istri

yang memiliki self disclosure yang tinggi maka persepsi istri terhadap self

disclosure suamipun akan tinggi sehingga istri memiliki kepuasan perkawinan

yang tinggi (Wardhani N. A., 2012).

Ekspektasi pernikahan dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan.

Pengaruh signifikan dilihat dari proporsi masing masing IV terhadap DV terdapat

tiga dimensi yang berpengaruh secara signifikan dan dua dimensi yang

berpengaruh secara tidak signifikan. Tiga dimensi yang berpengaruh secara

signifikan yaitu harapan dari pasangan, harapan keluarga dan harapan institusi

pernikahan. Adapun dua dimensi yang tidak signifikan yaituharapan dari

pernikahan dan konsep pasangan ideal.

Mata pencaharian nelayan yang tidak menentu menyebabkan masih banyak

keluarga nelayan masih bergantung kepada keluarga asal dapat dilihat dari hasil

88

penelitian yang menunjukan arah negatif tetapi berpengaruh secara signifikan.

Berbeda dengan harapan dari pasangan dan harapan dari institusi pernikahan yang

berpengaruh signifikan dan memiliki arah positif. Tidak jarang istri nelayan

menikah di Palabuhanratu dikarenakan faktor kesamaan baik dalam hal

pendidikan ataupun karir orangtua yang sebelumnya sama-sama nelayan. Selain

itu, rasa saling menghormati, memelihara kesatuan yang ditunjukan oleh individu

dan pasangannya masih sangat kuat. Berbeda dengan harapan pernikahan yang

berpengaruh tetapi tidak signifikan yang dapat disebabkan oleh faktor ekonomi.

McNulty dan Karney (2004) menemukan bukti dari dua variabel yang tampak

memainkan peran dalam dinamika pernikahan. Dalam penelitiannya, individu

dengan harapan tinggi sangat puas dengan pernikahan mereka ketika memiliki

gaya atribusi positifdan juga menunjukkan perilaku positif selama diskusi

pemecahan masalah dengan pasangan. Sebaliknya, individu dengan harapan tinggi

tetapi gaya atribusi negatifdan perilaku negatif selama interaksi merasa kurang

puas dengan pernikahan. Pasanganyang puas dengan harapan yang tinggi adalah

tujuan ke arah pasangan yang secara aktif berjuang. Untuk mencoba memenuhi

tujuan ini, pasangan akan berperilaku dengan carameneguhkan hubungan dan

memberi manfaat kepada pasangan (Johnson, 2015).

5.3 Saran

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu,

penulis membagi saran menjadi 2, yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran

tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti

variabel yang sama.

89

5.3.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang dapat

diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari kepuasan

pernikahan yang dijelaskan oleh semua independent variable yaitu dimensi

dari dukungan sosial, komunikasi interpersonal dan ekspektasi pernikahan

adalah sebesar 47.8% sedangkan 52.8% sisanya dipengaruhi oleh variabel

lain diluar penelitan ini. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk

penelitian selanjutnya agar meneliti dan menganalisis pengaruh variabel lain

yang juga memiliki pengaruh terhadap kepuasan pernikahan seperti

pendidikan, peyesuaian pernikahan, syukur dan variabel demografi.

2. Sampel pada penelitian ini hanya fokus pada istri nelayan yang sudah

memiliki anak. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar meneliti

kepuasan pernikahan dari istri nelayan dikelompokan berdasarkan lamanya

menikah, pernikahan yang keberapa, dan klasifikasi usia. Dengan begitu,

dapat dilihat bagaimana perbedaan tingkat kepuasan pernikahan antara istri

nelayan secara keseluruhan.

3. Penelitian ini populasi hanya fokus pada istri nelayan di Palabuhanratu, pada

penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan populasi yang lebih

luas di kecamatan daerah Kabupaten Sukabumi seperti di Kecamatan Cisolok.

5.3.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat

diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan berkenaan dengan hasil

penelitian, yaitu:

90

1. Pengaruh dukungan sosial memberikan sumbangan yang signifikan kepada

tiga dimensi dan hanya satu dimensi yang berpengaruh tetapi tidak signifikan.

Diharapkan baik istri lebih terbuka kepada suami sehingga suami mampu

memberikan saran yang sesuai dengan situasi istri. Suami harus memahami

bagaimana karakteristik istri agar mampu memberikan saran yang sesuai

dengan kondisi istri.

2. Dari hasil penelitian variabel komunikasi interpersonal didapatkan hasil yang

signifikan hanya pada satu aspek yaitu aspekself concept dengan arah negatif.

Artinya semakin rendah self concept, semakin tinggi kepuasan pernikahan.

Diharapkan pada istri untuk bisa lebih mendalami dan memahami karakter

dari suami agar mampu mengkomunikasikan segala sesuatu dengan baik dan

tidak berdampak pada stabilitas pernikahan.

3. Dari penelitian ini variabel ekspektasi pernikahan didapatkan hasil yang

signifikan pada aspek harapan dari pasangan, harapan keluarga dan harapan

dari institusi pernikahan. Adapun aspek harapan pernikahan dan konsep

pasangan ideal berpengaruh tetapi tidak signifikan diharapkan pada istri untuk

lebih bersyukur terhadap pernikahan bersama pasangan agar tetap bisa

menjaga stabilitas pernikahan. Harapan yang tidak realistis dari pasangan

dapat menyebabkan individu tertekan sehingga resiko pernikahan kurang

bahagia semakin besar.

91

DAFTAR PUSTAKA

Apollo, & Cahyadi, A. (2012). Konflik peran ganda perempuan menikah yang

bekerja ditinjau dari dukungan sosial keluarga dan penyesuaian diri.

Madiun: Program Studi Psikologi.

Askari, M., Noah, S. B., Hassan, S. A., & Baba, M. B. (2012). Comparison the

effects OF communication AND conflict resolution skills training ON

marital Satisfaction. International Journal of Psychological Studies 4, 1.

Barret,.L.F.(2006). Are emotions kinds? Association for psychological science,

1(1), 1-2

Barton, A. W., G.Futris, T., & Nielsesn, R. B. (2015). Linking financial distress to

marital quality: The intermediary roles of demand/withdraw and spousal

gratitude expressions. Personal Relationships, 22 (2015), 536–549.

Printed, 536-549.

Baumeister. (2007). Marital Sattisfaction. 54-542.

Bienvenu.M.J. (I987). Interpersnal communication inventory. University

Associate .

Boseke, R. O. (2015). Hubungan antara komitmen pernikahan dengan kepuasan

pernikahan pada istri yang ditinggal suami bekerja di luar kota. Salatiga:

Universitas Satya Wacana.

Busby, D. M., Christensen, C., Crane, D. R., & Larson, J. H. (1995). Revised

dyadic adjustment scale. Journal of Marital and Family Therapy 21, 1-2.

Conger, R. D., Conger, K. J., & J.Martin, M. (2010). Socio economic status,

family processes, and individual development. Journal of Marriage and

Family 72 (June 2010): 685 – 704 685 DOI:10.1111/j.1741-

3737.2010.00725.x, 687.

Craig Diestelkamp. (2017, 3 15). The importance of friendship in marriage.

Retrieved from Leave at Peace: http://liveatpeace.org/the-importance-of-

friendship-in-marriage/

Cramer, D. (2004). Satisfaction with a romantic relationship depression, support

and conflict. Psychology and Psychotherapy: Theory, Research and

Practice, 77, 1.

Cutrona, C., & A.Suhr, J. (1992). Conrollability of stressfull events and

satisfaction with spouse support behaviors. Communication Research 10,

1.

Dehle, C., Larsen, D., & Landers, J. E. (2001). Social support in marriage. The

American Journal of Family Therapy, 29, 4.

Dijk, M. v., & Zebel, S. (2014-2015). Need for informational and procedural

support in marriage disputes. University of Twente.

92

Donald H. Baucom, N. E. (1996). Assessing relationship standards: The Inventory

of. Journal of Family Psychology, 10 (1), 1.

Ebenuwa-Okoh, E., Edu, & Elizabeth, O. (2015). Relationship between spousal

support and marital satisfaction among married bank female workers in

consolidated banks in warri metropolis. Journal of Emerging Trends in

Educational Research and Policy Studies (Jeteraps) 6(6): 432-438, 1-7.

Fatimah, S. N. (2014). Konsep diri wanita yang tidak perawan dan kepuasan

perkawinan. eJournal Psikologi, 195-205.

Fowers, B. J., & Olson, D. H. (1993). Enrich marital satisfaction scale: a brief

research and clinical tool. Journal of Family Psychology 7 (2), 1.

Gaunt, R. (2006). Couple similarity and marital satisfaction: are similar spouses

happier?. Journal of Personality, 74, 4.

Gordon, C. L., Arnette, R. A., & Smith, R. E. (2011). Have you thanked your

spouse today?: felt and expressed gratitude among married couples.

Personality and Individual Differences, 50, 1.

Gur-Aryeh, S.M.(2010). Emotional expressivity, gender, and match in personality

as predictors of marital satisfaction: New York: Fordham University,

H.Olson, D., Defrain, J., & Skogrand, L. (2011). marriages and families:

intimacy,diversity and strengths, ed 7th. New York: McGraw-Hill.

Hawkins, D. N., & Booth, A. (2005). Unhappily ever after: effects of long-term,

low-quality marriages on well-being. Social Forces, 84, 1.

Hurlock, E. (2002). Psikologi perkembangan. 5th edition. Jakarta.: Erlanga.

Iman, R. N., & Nursalikah, A. (2018, 3 22). Awal 2018, angka perceraian di

sukabumi sudah 142 kasus. Retrieved from republika.co.id:

https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/03/22/p5ytu6366-

awal-2018-angka-perceraian-di-sukabumi-sudah-142-kasus

Johnson, K. D. (2015). Marital expectation fulfillment and its relationship to

height of marital expectations, optimism, and relationship self-efficacy

among married individuals. Amerika Serikat: Andrews University.

Johnson, M. D., Davila, J., Rogge, R. D., Sullivan, K. T., Cohan, C. L., Lawrence,

E., . . . Bradbury, T. N. (2005). Problem-solving skills and affective

expressions as predictors of change in marital satisfaction. Journal of

Consulting and Clinical Psychology, 73(1), 1.

Juvva, S., & Bhatti, R. S. (2006). Epigenetic model of marital expectation.

Contemporary Family Therapy 28 DOI: 10.1007/s10591-006-9695-2, 4.

Kaplan, M., & E.Maddux, J. (2002). Goal and marital sattisfaction: perceived

support for personal goals. Journal of Social and Clinical Psychology, 21

(2), 157-164.

93

Khojastehmehr, R., & Takrimi, A. (2009). Identification of divorce factors of

women. Journal of Applied Sciences, 9 (20), 3758-3763.

Lavner, J. A., Karney, B. R., & Bradbury, T. N. (2016). Does couples’

communication predict marital, satisfaction, or does marital satisfaction

predict communication?. Journal of Marriage and Family, 78, 680-694.

DOI:10.1111/jomf.12301,

M.Mirecki, R., L.Chol, J., Elliott, M., & M.Schneider, C. (2013). What factors

influence marital satisfaction? Differences between first and second

marriages. Journal of Divorce & Remarriage, 54

http://dx.doi.org/10.1080/10502556.2012.743831 , 3.

Matin, H. Z., Jandaghi, G., Karimi, F. H., & Hamidizadeh, A. (2010).

Relationship between interpersonal communication skills and

organizational commitment (Case Study: Jahad Keshavarzi and University

of Qom, Iran). European Journal of Social Sciences –13 (3), 3.

McNulty, J. K., & Karney, B. R. (2004). Positive expectations in the early years

of marriage: should couples expect the best or brace for the worst?.

Journal of Personality and Social Psychology, 86(5), 1.

Mickelson, K. D., Claffey, S. T., & Williams, S. L. (2006). The moderating role

of gender and gender role attitudes on the link between spousal support

and marital quality. Sex Roles, 55, 1.

Myers, D. G. (2000). The funds, friends, and faith of happy people. American

Psychologist, 55, 63.

Nawawi M. Noer . (2018, 3 26). Sosial ekonomi masyarakat pesisir. Retrieved

from

kompasiana:https://www.kompasiana.com/nawawimnoer/5ab89b56dd0fa8

68be7e2612/sosial-ekonomi-masyarakat-pesisir

Nursalasatun. (2016). Hubungan antara kepuasan pernikahan dengan penyesuaian

perkawinan: Riau: UIN SUSKA

Papalia, Old, & Fieldman. (2009). Human development (10 th edition). New

York: McGraw Hill.

Peterson, R. (2009, 5 1). Families first-keys to successful family functioning:

family roles . Retrieved from Publicaion and Educational Resourch :

https://pubs.ext.vt.edu/350/350-093/350-093.html

Putra, N. F. (2013). Peranan komunikasi interpersonal orangtua dan anak dalam

mencegah perilaku sex pra nikah di sma negeri 3 Samarinda kelas xii.

Journal llmu Komunikasi, 2013, 1 (3), 35-53.

Rahmatilah, A. (2017, 4 13). 10 kecamatan dengan jumlah janda tertinggi di

kabupaten sukabumi. Retrieved from sukabumi update.com:

94

https://sukabumiupdate.com/detail/sukabumi/top-10/25204-10-kecamatan-

dengan-jumlah-janda-tertinggi-di-kabupaten-sukabumi

Rakhmat, J. (2011). Psikologi komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya .

Rehman, U. S., & Holtzworth-Munroe, A. (2007). A cross-cultural examination of

the relation of marital communication behavior to marital satisfaction.

Journal of Family Psychology, 21(4), 1.

Rios, C. M. (2010). The relationship between premarital advice expectations and

marital satisfaction. All Graduate Theses and Dissertations. Utah State

University. Digital Commons @USU.

Rob Pascale; Lou Primavera. (2017, 12 20). Men vs. Women and emotional

support. Retrieved from so happy together: https://www.psychology

today.com/us/blog/so-happy-together/201712/men-vs-women-and-

emotional-support

Rostami, A. (2013). Marital satisfaction in relation to social support, coping, and

quality of life in medical staff in tehran, Iran. Sweden: Umeå University.

Rubin, R. B., & Martin, M. M. (1994). Development of a measure of interpersonal

communication competence. Journal homepage:

http://www.tandfonline.com/loi/rcrr20.

Santrock, J. W. (2011). Life-spain development-13th ed.2. Nw York: McGraw-Hill.

Sarafino, E., & W.Smith, T. (2011). Health psychology; biopsychological

interaction. New Jersey: John Willey;Sons.

Sari, d. E. (2017, 5 22). 70 persen masalah rumah tangga akibat gagal

komunikasi?. Retrieved 12 1, 2017, from IslamPos:

https://www.islampos.com/70-persen-masalah-rumah-tangga-akibat-gagal-

komunikasi-26720/

Savarese, I. H. (2015, 5 15). Practicing active listening can improve your

relationship. Retrieved 1 16, 2018, from Good Terapy.Org:

https://www.goodtherapy.org/blog/practicing-active-listening-can-

improve-your-relationship-0515134

Setiawan, A. B. (2014, 4 21). Pola istri nelayan pesisir gempolsewu. Retrieved

from dreams is real: http://avibudisetiawan.blogspot.com/2014/04/potret-

istri-nelayan-pesisir-gempolsewu.html

Spanier, G. (1976). Measuring dyadic adjustment: new scales for assessing the

quality of. Journal of Marriage and Family, 38, 2.

Srisusanti, S., & Zulkaida, A. (2013). Studi deskriptif mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan perkawinan pada istri. UG Jurnal, 7(6), 2.

Stokes, J. P. (1985). The relation of social network and individual difference

variables to loneliness. Journal of Personality and Social Psychology, 48, 1.

95

Sybil Carrere, K. T., Gottman, J. M., Coan, J. A., & Ruckstuhl, L. (2000).

Predicting marital stability and divorce in newly wed couples. Journal of

Family Psychology 14(1), 42-58.

Takariawan, C. (2016, 8 13). Persahabatan abadi suami istri. Retrieved from

kompasiana Beyond

Bloging:https://www.kompasiana.com/pakcah/57aed99c8823bde9137d15

bc/persahabatan-abadi-suami-istri?page=all

Taylor, R. J., Brown, E., Chatters, L. M., & Lincoln, K. D. (2012). Extended

family support and relationship satisfaction among married, cohabiting,

and romantically involved african americans and black caribbeans. Journal

of African American studies, 16,1, DOI 10.1007/s12111-011-9205-y.

Vangelisti, A. L., & A.Daly, J. (1997). Gender differences in standards for

romantic relationships. Personal Relarionships, 4, 1.

Vazhappilly, J. J., & Reyes, M. E. (2016). Couples’ communication as a predictor

of marital satisfaction. Psychol Stud (October–December 2016) 61(4),

301–306. DOI 10.1007/s12646-016-0375-5.

Wardani, & Galuh, R. (2017, 6 27). Meski tak bahagia, ternyata banyak pasangan

tetap mempertahankan pernikahan karena 5 alasan ini. Retrieved from

beauty jurmal sociolla: https://journal.sociolla.com/lifestyle/alasan-

mempertahankan-pernikahan/

Wardhani, B. S. (2015). Perbedaan kepuasan pernikahan pada wanita bekerja

dan tidak bekerja. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Wardhani, N. A. (2012). Self disclosure dan kepuasan perkawinan pada istri di

usia awal perkawinan. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Wismanto, & Bagus, Y. (2004). Kepuasan perkawinan ditinjau dari komitmen

perkawinan, penyesuaian diadik, kesediaan berkurban, kesetaraan

pertukaran dan persepsi terhadap perilaku pasangan. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Wulan, D. K., & Chotimah2, K. (2017). Peran regulasi emosi dalam kepuasan

pernikahan pada pasangan suami istri di awal pernikahan. Jakarta:

Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta.

Yedirir, S., & Hamarta, E. (2015). Emotional expression and spousal support as

predictors of marital satisfaction: The Case of Turkey*. Educational

Sciences: Theory & Practice. 1554, 1, DOI 10.12738/estp.2015.

Zaheri, F., Dolatian, M., Shariati, M., Simbar, M., Ebadi, A., & Batool, S. (2016).

Effective factors in marital satisfaction in perspective of iranian women

and men: a systematic review. Electronic Physician, 8,1, DOI:

http://dx.doi.org/10.19082/3369.

96

LAMPIRAN

97

Lampiran 1: Path Diagram

Kepuasan Pernikahan

UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPUASAN PERNIKAHAN DA NI=14 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 PM SY FI=KP.COR MO NX=14 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK KEPUASAN PERNIKAHAN FR TD 5 4 TD 11 8 TD 11 4 TD 13 6 TD 3 2 TD 13 2 TD 13 9 TD 10 3 TD 9 4 TD 11 7 TD 10 9

TD 4 1 FR TD 5 1 TD 9 6 TD 6 3 TD 13 3 TD 5 2 TD 13 4 TD 2 1 TD 7 6 TD 14 6 TD 14 13 TD 11 9

TD 12 7 TD 6 1 FR TD 12 9 TD 8 1 TD 7 3 TD 12 3 TD 10 7 TD 10 2 td 14 1 td 6 5 td 13 5 PD OU SS TV MI

Dukungan Sosial

Dukungan Emosional UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN EMOSIONAL DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK DUKUNGAN EMOSIONAL FR TD 6 3 TD 2 1 TD 3 2 PD OU SS TV MI

98

Dukungan Instrumental

UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INSTRUMENTAL DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKI.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INSTRUMENTAL FR TD 2 1 TD 5 2 TD 5 4 TD 6 5 TD 4 3 PD OU SS TV MI AD=OFF

Dukungan Informasi

UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INFORMASI DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKIN.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INFORMASI FR TD 6 5 TD 6 2 PD OU SS TV MI

99

Dukungan Persahabatan

UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN PERSAHABTAN DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=DKP.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY ME=UL LK PERSAHABATAN FR TD 6 4 TD 5 2 TD 5 1 TD 4 3 TD 4 2 TD 6 3 TD 5 4 PD OU SS TV MI AD=OFF

100

Komunikasi Interpersonal

Self Concept

UJI VALIDITAS KONSTRUK EMOTIONS DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KIE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY IT=OFF LK EMOTIONS FR TD 5 1 TD 4 1 TD 3 1 TD 2 1 TD 5 4 TD 5 3 TD 5 2 TD 3 2 TD 6 2 PD OU SS TV MI AD=OFF

Ability

UJI VALIDITAS KONSTRUK ABILITY DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KIAB.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ABILITY FR TD 4 2 TD 3 1 TD 6 4 PD OU SS TV MI

101

Skill Experience

UJI VALIDITAS KONSTRUK SE DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=SE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SE FR TD 5 2 TD 6 2 PD OU SS TV MI

102

Emotion

UJI VALIDITAS KONSTRUK EMOTIONS DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KIE.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK EMOTIONS FR TD 5 1 TD 4 1 TD 3 1 TD 2 1 TD 5 4 TD 5 3 TD 5 2 TD 3 2 TD 6 2 PD OU SS TV MI AD=OFF

Self Disclosure

UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF DISCLOUSER DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=SD.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY ME=UL LK SELF DISCLOUSER FR TD 5 2 TD 3 1 TD 5 3 TD 4 1 PD OU SS TV MI AD=OFF

103

Ekpektasi Pernikahan

Harapan dari Pasangan

UJI VALIDITAS KONSTRUK HDP DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HDP.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HDP FR TD 6 4 TD 5 4 TD 6 5 TD 4 3 TD 4 1 PD OU SS TV MI

104

Harapan dari Pernikahan

UJI VALIDITAS KONSTRUK HDPER DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HDPER.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HDPER FR TD 4 3 TD 6 1 TD 3 1 TD 5 3 PD OU SS TV MI AD=OFF

Harapan Keluarga

UJI VALIDITAS KONSTRUK HK DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HK.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HK FR TD 5 4 TD 5 1 TD 3 1 TD 6 5 TD 5 2 PD OU SS TV MI

105

Harapan dari Institusi Pernikahan

UJI VALIDITAS KONSTRUK HIP DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=HIP.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HIP FR TD 6 2 TD 4 3 TD 6 1 TD 3 2 TD 6 3 PD OU SS TV MI

106

Konsep Pasangan Ideal

UJI VALIDITAS KONSTRUK KPI DA NI=6 NO=220 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=KPI.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK KPI FR TD 6 1 TD 2 1 TD 5 1 TD 6 5 PD OU SS TV MI

107

Lampiran 2: Data Angket

Angket

Assalamualaikum Wr.Wb

Salam silaturahmi saya ucapkan dan semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

Perkenalkan saya Fitri Anisa.mahasiswa Program Strata 1 (S-1) Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester akhir. Saat ini saya sedang

melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Oleh

karena itu saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berkenan mengisi kuisioner ini

dengan mengikuti petunjuk pengisian yang telah diberikan.

TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuisioner ini. Adapun informasi ibu

yang berikan dalam penelitian ini akan dijaga KERAHASIAANnya dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian ibu saya ucapkan terimakasih.

Hormat Penulis

Fitri Anisa

PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Inisial/Nama :

Usia :

Menikah ketika usia :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Penghasilan perbulan :

108

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan

pengalaman terhadap pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian

Ibudengan pilihan jawaban sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Sesuai (STS) jika sangat tidak sesuai dengan situasi dan

kondisi keseharian Ibu

2. Tidak Sesuai (TS) jika tidak sesuaidengan situasi dan kondisi keseharian

Ibu

3. Sesuai (S) jika sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian Ibu

4. Sangat Sesuai (SS) jika sangat sesuai dengan situasi dan kondisi

keseharian Ibu

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya semangat pergi bekerja. √

Dengan pengisian seperti contoh tersebut.artinya Anda setuju bahwa Ibu

semangat pergi bekerja.

Skala 1

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya mendiskusikan setiap keputusan penting

bersama pasangan

2. Saya enggan meminta pendapat pasangan ketika

memutuskan hal yang berhubungan dengan karir

3. Saya dan pasangan kurang nyaman bertukar pikiran

mengenai masalah agama

4. Saya memaklumi kebiasaan pasangan jika masih

sesuai dengan perintah agama

5. Saya menunjukan rasa cinta terhadap pasangan

6. Saya sebetulnya enggan memenuhi ajakan

berhubungan intim dengan pasangan

7. Saya sebetulnya ingin membahas perceraian

bersama pasangan

8. Saya pernah menyesal atas pilihan pasangan saat ini

9. Saya sering bertengkar dengan pasangan

10. Saya dan pasangan merasa kurang nyaman satu

sama lain

109

11. Saya pergi rekreasi bersama pasangan

12. Pasangan enggan membantu saya membereskan

rumah

13. Saya bertukar pikiran bersama pasangan

14. Saya kurang nyaman mendiskusikan permasalahan

bersama pasangan

Skala 2

No Pernyataan STS TS S SS

1 Pasangan membantu saya ketika menghadapi

kesulitan

2 Selain nasehat.pasangan juga peduli terhadap

masalah yang saya alami

3 Pasangan merasa kurang nyaman ketika saya

bercerita tentang kesulitan yang saya alami

4 Saya merasa pasangan kurang menyayangi dan

mencintai saya

5 Pasangan memotivasi saya untuk berani menghadapi

masalah

6 Ketika ada masalah dalam pernikahan. pasangan

membuat saya putus asa dengan perkataannya

7 Pasangan dengan senang hati meminjamkan barang

berharga miliknya kepada saya

8 Pasangan enggan memberikan bantuan uang ketika

saya kesulitan

9 Pasangan enggan memberikan bantuan materi

kepada saya

10 Pasangan memberikan informasi yang saya

butuhkan mengenai pekerjaan

11 Pasangan membimbing saya untuk optimis dalam

bekerja

12 Pasangan enggan memberikan ijin kepada saya

untuk bekerja setelah menikah

13 Pasangan jarang mengingatkan saya untuk menjaga

ketersediaan makanan bagi keluarga

14 Saran dari pasangan menyenangkan hati saya

15 Saran dari pasangan membuat saya menjadi pribadi

yang lebih baik

16 Pasangan senantiasa menjawab hal-hal yang saya

tanyakan ketika merasa kebingungan

110

17 Saya merasa diacuhkan oleh pasangan ketika

meminta pendapat

18 Pasangan enggan memberikan kritik yang

membangun ketika saya menghadapi masalah

19 Kebersamaan dengan pasangan membuat saya

nyaman

20 Kabar menyenangkan tentang pasangan melegakan

hati saya

21 Pasangan jarang memiliki waktu khusus untuk

berkumpul bersama saya dan keluarga

22 Pasangan jarang memiliki waktu luang untuk

melakukan kegiatan gotong royong bersama di

lingkungan karena pekerjaan

23 Saya diberikan kebebasan oleh pasangan untuk

melakukan kegiatan sosial bersama teman-teman

24 Pasangan enggan mengizikan saya melakukan

aktifitas sosial di luar rumah

Skala 3

No Pernyataan STS TS S SS

1

Saya menahan diri untuk mengatakan sesuatu yang

menyakiti perasaan pasangan

2 Saya bisa mempercayai perkataan pasangan

3 Saya kesulitan memahami perkataan pasangan

4

Saya mencari perhatian ketika pasangan sedang

berbicara

5

Dalam diskusi. saya sulit melihat sudut pandang

pasangan saya

6 Saya membiarkan pasangan berbicara sampai selesai

7

Saya mengalihkan pembicaraan ketika isi

pembicaraan mengganggu saya

8

Saya berpura-pura mendengarkan pasangan ketika

berbicara

9 Saya mendengarkan pembicaraan pasangan saya

10

Saya mengetahui makna yang dimaksud dari

pembicaraan bersama pasangan

11 Saat berbicara. saya kurang menyadari respon

111

pasangan terhadap perkataan saya

12 Pasangan memperhatikan ketika saya berbicara

13

Saya mudah mengeluarkan ide walaupun berbeda

dengan gagasan pasangan

14 Saya kesulitan berbicara dengan pasangan

15 Saya mudah untuk memuji pasangan

16

Jika Saya mendapatkan pertanyaan yang kurang

jelas. maka saya meminta pasangan untuk

mengulanginya

17 Saya sulit menerima kritik dari pasangan

18

Saya takut mengatakan “tidak setuju” pada pendapat

pasangan

19 Saya kesulitan mengatur emosi ketika sedang marah

20

Saya membicarakan permasalahan tanpa marah

dengan pasangan

21

Saya cemberut untuk waktu yang lama ketika

pasangan memarahi Saya

22

Saya enggan berprasangka negatif pada pasangan

sebelum pasangan menjelaskan permasalahan yang

sebenarnya

23

Saya kurang senang ketika pasangan menolak

pendapat saya

24

Saya memperhatikan nada suara ketika berbicara

dengan pasangan

25 Saya mengatakan keinginan kepada pasangan

26 Saya enggan jujur ketika melakukan kesalahan

27

Ketika pasangan menyakiti. saya akan

mendiskusikannya

28 Saya lebih cerewet dari pasangan

29

Saya enggan meminta maaf ketika menyakiti

perasaan pasangan

30

Saya memilih diam bila pasangan kurang mengerti

perasaan saya

112

Skala 4

No Pernyataan STS TS S SS

1

Meskipun ada perbedaan latar belakang dengan

pasangan kasih sayang tetap terjaga

2 Saya menerima kekurangan pasangan

3

Meskipun kurang berminat. Saya tetap mendampingi

pasangan menjalankan hobinya.

4 Saya dan pasangan menjalankan hak dan kewajiban

masing-masing

5 Saya memiliki pendidikan yang setara dengan

pasangan

6 Tingkat keberagamaan saya dan pasangan relatif

sama

7 Saya nyaman ketika bersanding bersama pasangan

8 Saya terlindungi ketika bersama pasangan

9

Saya merasa penghasilan pasangan bisa memenuhi

kebutuhan keluarga

10 Tabungan saya semakin hari semakin meningkat

11

Saya bangga ketika pasangan suka menolong rekan

nelayan lainnya

12

Pasangan mengajak saya dalam pertemuan

komunitas nelayan

13 Pasangan bertanggung jawab terhadap keluarga

14

Saya belajar hidup mandiri bersama pasangan

setelah menikah

15

Pasangan mampu berfikir bijak dalam menghadapi

setiap permasalahan

16

Saya dan pasangan enggan bergantung kepada

keluarga setelah menikah

17

Pasangan menghindari keterlibatan keluarga dalam

menyelesaikan masalah

18

Saya dan pasangan mengurangi kebergantungan

dalam pernikahan

19 Pasangan menghormati saya

113

20

Pasangan meminta pendapat saya sebelum

memutuskan suatu hal

21

Saya menjaga keharmonisan pernikahan bersama

pasangan

22

Meskipun berbeda pendapat hubungan kami tetap

mesra

23 Pasangan sukarela mempersiapkan keperluan anak

24

Pasangan lebih mementingkan keluarga daripada

pekerjaan menjadi nelayan

25 Pasangan dapat melindungi saya

26 Pasangan mengutamakan keharmonisan keluarga

27

Saya dan pasangan berusaha menjaga kebugaran

tubuh

28 Pasangan berusaha menambah penghasilan

29 Pasangan berusaha untuk menabung

30 Pasangan meminta saya untuk menghemat