pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan
TRANSCRIPT
i
PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA
TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN
DALAM AREA PEKERJAA
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
AFIFAH
NIM : 207070000127
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
ii
PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA TERHADAP
ORIENTASI MASA DEPAN DALAM AREA PEKERJAAN
PADA REMAJA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
AFIFAH
NIM : 207070000127
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing 1 Pembimbing II
Drs.Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. Gazi, M.Si
NIP: 196502201999031003 NIP: 197112142007011014
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
iii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN DALAM AREA PEKERJAAN PADA REMAJA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 23 November 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130885522 NIP.195612231983032001
Anggota :
Miftahuddin, M.Si Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi NIP. 197303172006041001 NIP. 196502201999031003
Gazi, M.Si NIP. 197112142007011014
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Afifah
NIM : 207070000127
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh dukungan
orang tua terhadap Orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada
Remaja” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang
ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya
dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-
Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan
dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 2 Oktober 2011
Afifah NIM : 207070000127
Email : [email protected]
v
MOTOMOTOMOTOMOTO
SatuSatuSatuSatu----satunya cara untuk meramalkan masa depan adalah satunya cara untuk meramalkan masa depan adalah satunya cara untuk meramalkan masa depan adalah satunya cara untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannyadengan menciptakannyadengan menciptakannyadengan menciptakannya.... (Alan Kay) (Alan Kay) (Alan Kay) (Alan Kay)
Your futurYour futurYour futurYour future depends on many things, but mostly on you e depends on many things, but mostly on you e depends on many things, but mostly on you e depends on many things, but mostly on you ( frank Tyger)( frank Tyger)( frank Tyger)( frank Tyger)
Karya Karya Karya Karya sederhana ini kusederhana ini kusederhana ini kusederhana ini kupersembahkan persembahkan persembahkan persembahkan
kepada Kedua orang tuaku,kepada Kedua orang tuaku,kepada Kedua orang tuaku,kepada Kedua orang tuaku, Serta sahabatSerta sahabatSerta sahabatSerta sahabat----
sahabat sahabat sahabat sahabat terbaiku.terbaiku.terbaiku.terbaiku.
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) 2011
(C) Afifah
(D) Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja.
(E) 75 halaman
(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat. jumlah sampel sebanyak 140 sisiwa yang diambil dengan cluster sampling. Teknik pengolaan dan analisa data yang diambil dengan analisa statistic dengan menggunakan software SPSS 17. Dan menggunakan multiple regression untuk pengujian hipotesis penelitian.
Jumlah item valid dalam skala orientasi masa depan sebanyak 30 item, sedangkan jumlah item valid dalam skala dukungan orang tua sebanyak 32 item. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai R square (R2) sebesar 0,239. Hal ini berarti bahwa 23,9% variabel orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja dapat dijelaskan oleh variasi dari ke 8 variabel yaitu, dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan jaringan, jenis kelamin, sosioekonomi, dan usia. Berdasarkan proporsi varian masing-masing independent variabel, hanya variabel dukungan jaringan yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi para orang tua agar mengambil peran yang besar dalam memberikan dukungan kepada remaja, dan juga diharapkan orang tua bisa memposisikan diri sebagai teman dan rekan diskusi yang baik bagi remaja. Untuk remaja agar lebih menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pekerjaan yang diinginkan oleh remaja dimasa depan, terutama kepada orang yang lebih berpengalaman.
(G) Bahan Bacaan : 22; buku 15 + 5 jurnal + 2 Internet.
vii
KATA PENGANTAR Assalamu`alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirobbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja”. Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D. Berkat
bimbingan, arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang.
2. Pembimbing Skripsi Bapak, Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi, serta Gazi, M.Si, atas segala bimbingan, saran, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis.
4. Para staf akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kerelaan dan kesabaran mau berbagi informasi akademik.
5. Kepala Sekolah SMA dan SMK DUA MEI Yayat Ruhiyat, S.Pd, beserta Drs.E.Kosasih, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di Yayasan Pendidikan Dua Mei.
6. Seluruh Siswa-siswi SMK dan SMA di Yayasan Pendidikan Dua Mei, yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di Yayasan Pendidkan dua Mei.
7. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku, H. Abdullatif, Ibuku tercinta Hj. Nasiyah, kakaku tersayang nida, naïf, anti, aan, wasih, dan nurul, serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa, cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat terbaiku dikosan pintu kuning yang berubah menjadi PKW yaitu: ferandut, dyni, utet, maya, angis, tirta, serta teman2 green 2007 ugi, yati, atun, ela, atas hari-hari yang telah kita lalui baik dalam keadaan senang maupun sedih serta kebersamaan kita yang tidak akan pernah penulis lupakan.
viii
9. Seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Non Reguler khususnya angkatan 2007 yang selalu kompak dan solid. Teman seperjuangan skripsiku, mala, sinta, ika, afit, yang tak pernah bosan mengerjakan skripsi dalam Perpustakaan & terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya dalam proses pengerjaan skripsi penulis.
10. Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.
Jakarta, 2 Oktober 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. iv
PERSEMBAHAN................................................................................................ v
ABSTRAKSI ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................. 8
1.2.1 Pembatasan Masalah .......................................................... 8
1.2.2 Rumusan Masalah ............................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................ 10
1.3.2 Manfaat Penelitian .............................................................. 10
1.3.2.1 Manfaat Teoritis ..................................................... 10
1.3.2.2 Manfaat Praktis ...................................................... 10
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................. 11
x
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Orientasi masa depan .................................................................. 12
2.1.1 Pengertian Orientasi masa depan ..................................... 12
2.1.2 Remaja dan orientasi masa depan ..................................... 14
2.1.3 Perkembangan orientasi masa depan ............................... 15
2.1.4 Proses pembentukan orientasi masa depan ...................... 18
2.1.5 Orientasi sebagai sistem ................................................... 23
2.1.6 Cara mengukur orientasi masa depan .............................. 24
2.1.7 Faktor-faktor yang orientasi masa depan .......................... 25
2.2 Dukungan orang tua ..................................................................... 29
2.2.1 Pengertian dukungan orang tua ........................................ 29
2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan orang tua ................................. 30
2.2.3 Sumber-sumber dukungan orang tua ................................ 32
2.3 Kerangka Berfikir ......................................................................... 34
2.4 Hipotesis ....................................................................................... 38
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan sampel .................................................................... 39
3.1.1 teknik pengambilan sampel ............................................. 39
3.2 Variabel penelitian ...................................................................... 40
3.2.1 Definisi Operasional varaibel ........................................... 40
3.3 Teknik pengumpulan data ............................................................ 41
3.3.1 Instrument penelitian ........................................................ 42
3.4 Teknik Uji instrumen .................................................................... 45
3.4.1 Uji instrumen....................................................................... 45
3.4.2 Instrumen Penelitian............................................................ 45
3.5 Uji Validitas ................................................................................... 46
3.6 Uji Reliabilitas ........................................................... 46
xi
3.6 Metode analisa data................................................................ 50
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian .......................................... 52
4.2. Hasil uji hipotesis penelitian .......................................................... 54
4.2.1 Analisa regresi variabel penelitian ...................................... 54
4.2.2 Pengujian varians masing-masing independen variabel ..... 59
4.3 Uji T ................................................................................................ 62
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 66
5.2 Diskusi ......................................................................................... 67
5.3 Saran ............................................................................................. 72
5.3.1 Saran Teoritis .................................................................... 72
5.3.2 Saran Praktis ..................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Distribusi skor .................................................................... 46
Tabel 3.2 Blue Print Skala Orientasi Masa Depan ………………………... 48
Tabel 3.3 Blue Print Skala Optimisme kesembuhan ………………………. 49
Tabel 3.4 Klasifikasi koefesiensi Reabilitas ................................................. 53
Tabel 3.5 Blue Print Setelah Try Out Skala Orientasi Masa Depan ............ 54
Tabel 3.6 Blue Print Setelah Try Out Skala Optimisme Kesembuhan ........ 56
Tabel 3.8 Gambaran Umum Subyek Penelitian berdasarkan jenis
kelamin, usia dan sosoioekonomi ................................................ 59
Tabel 4.4 Tabel Model summary .................................................................. 62
Tabel 4.5 Anova ........................................................................................... 63
Tabel 4.6 Coefesien....................................................................................... 64
Table 4.7 Tabel Varians variabel .................................................................. 64
Tabel 4.8 Group statistic ................................................................................ 64
Tabel 4.9 Independent sampel test ................................................................. 68
Tabel 4.10 Uji Anova........................................................................................ 69
Tabel 4.11 Uji Anova........................................................................................ 70
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Try Out Orientasi Masa Depan
Lampiran 2 Hasil Try Out Orientasi Masa Depan
Lampiran 3 Field Test Orientasi Masa Depan
Lampiran 4 Field Test Orientasi Masa Depan
Lampiran 5 Kuisioner Penelitian
Lampiran 6 Reabilitas Dan Validitas alat ukur
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah telah banyak mencatat bahwa orang-orang yang sukses adalah mereka yang
mempunyai tujuan hidup dimasa depan, dan membuat langkah-langkah perencanaan
untuk dapat mencapai tujuan hidupnya tersebut. Mereka yang tidak mempunyai
mimpi atau tujuan hidup beserta perencanaanya akan merasa bingung dan hanya
mengikuti arus kehidupan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nurmi
(1991) bahwa secara umum, pikiran dan tingkah laku manusia mengarah pada
kejadian dan hasil yang nanti akan didapatkanya. Apa yang akan terjadi dimasa
depan, memotivasi seseorang untuk melakukan tingkah laku tertentu.
Dalam kenyataanya, tidak sedikit individu yang seolah membiarkan
kehidupanya berjalan seperti air mengalir. Mereka berprinsip bahwa hidup harus
dijalani sebagaimana adanya. Memikirkan masa depan dan membuat perencanaan
pencapaian bukan menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Di sisi lain, era globalisasi
menuntut individu untuk bisa menjadi individu yang berprestasi, kompeten, dan
mampu bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat.
2
Salah satu fenomena yang menunjukan kondisi ini adalah penelitian di
Amerika Serikat mengenai mahasiswa strata I di Amerika Serikat. Hasil penelitian
menunjukan hampir setengah dari calon siswa perguran tinggi mengatakan bahwa
pilihan perguruan tinggi adalah hal yang membingungkan karena tidak ada dasar
yang jelas untuk membuat keputusan, banyak siswa senior SLTA Memilih perguraun
tinggi dengan menutup mata. Ketika mereka masuk kuliah, mereka tidak menjadi
puas dengan pilihanya sehingga memutuskan untuk pindah tempat kuliah yang
terkadang dengan alas an yang salah. Pada akhirnya, kondisi ini berpengaruh pada
poduktivitas mereka dibangku kuliah dan lebih jauh, menambah angka pengangguran.
(Santrock, 2003).
Ibrahim (2003), mengungkapkan bahwa salah satu penyebab dari tingginya
tingkat pengangguran adalah karena kalangan terdidik tidak memiliki rencana hidup.
Sejak kecil, mereka belum terlatih untuk merencanakan masa depan sehingga tidak
mampu melihat hubungan antara apa yang dipelajari di bangku pendidikan dengan
masa depan yang di impikan.
Hal ini serupa yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data statistik BPS April
2011 jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) di Indonesia sebanyak
9.132.104 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41% (3.763.971 jiwa) adalah tamatan
SMA, Diploma, Akademi dan Universitas atau “pengangguran terpelajar”. Diantara
jumlah pengangguran tersebut, 2.615 jiwa tergolong hopless job ( merasa tidak yakin
3
mendapatkan pekerjaan), 436.164 diantaranya adalah tamatan SLTA, Diploma,
Akademi dan Universitas (Sadarojen, 2008).
Data faktual diatas menggambarkan tingginya tingkat pengangguran di
Indonesia di antaranya ialah kaum pelajar. Oleh karena itu, untuk menaggulangi
masalah tersebut perlu adanya perencanaan dan orientasi masa depan yang jelas
dalam hal pekerjaan. Dengan memikirkan gambaran masa depan dengan membuat
pilihan pekerjaan ini adalah wujud antisipasi atas ketidakpastian dunia orang dewasa
serta bagaimana persiapan untuk memasukinya. Serta perencanaan terhadap jenis
pekerjaan yang akan ditekuni oleh remaja menjadi sesuatu yang penting, agar
pekerjaan yang akan ditekuninya sesuai dengan minat, kemampuan, dan peluang
yang mereka miliki. Sehingga masa depan mereka terutama dalam bidang pekerjaan,
akan lebih terarah.
Menurut Nurmi (1991) orientasi masa depan dapat dijelaskan melalui tiga
proses didalamnya yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Ketiga proses ini
merupakan satu kesatuan, bersifat hirarki dan terjadi secara bertahap. Proses motivasi
meliputi pemilihan individu terhadap hal-hal yang diminati dimasa depan. Proses
perencanaan terkait dengan bagaimana individu membuat langkah-langkah
pencapaian dan merealisasikanya sedangkan proses evaluasi menyangkut tingkat
keyakinan dan harapan bahwa tujuan dimasa depan yang direncanakanya terealisasi.
4
Orientasi masa depan memiliki manfaat lain. Locke dan Lathman (dalam
Strathman, 2005) melaporkan banyak hasil penelitian yang menyimpulkan
bahwa perilaku yang diarahkan oleh tujuan (goal directed behavior) lebih
efektif dibandingkan perilaku yang tidak diarahkan oleh tujuan. Seseorang
yang memiliki tujuan yang jelas, akan lebih memfokuskan dirinya untuk
melakukan hal-hal yang hanya berhubungan dengan apa yang ingin
dicapainya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, masa remaja merupakan
masa mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Proses mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja bukanlah suatu hal yang terjadi dengan sendirinya.
Selain dituntut untuk berprestasi, ternyata banyak faktor yang turut
mempengaruhi kejelasan orientasi masa depan khusunya dalam bidang
pekerjaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kendawati, dkk (2001) tentang
model pembinaan remaja dalam rangka mempersiapkan diri memasuki dunia
kerja, disebutkan bahwa dalam penelitian tersebut dihasilkan 7 dimensi
orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, yaitu: evaluasi diri,
pencarian informasi, perencanaan, kondisi emosi, dukungan keluarga
,optimism/pesimisme serta kejelasan/ketidakjelasan pekerjaan dan karir
dimasa yang akan datang.
5
Dukungan keluarga merupakan salah satu dari 7 dimensi orientasi
masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, keluarga merupakan sarana
sosialisasi yang utama. Untuk itu, remaja sangat membutuhkan bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua. Mengingat banyaknya
remaja di Indonesia yang masih hidup bersama orangtuanya, masih belum
mempunyai nafkah sendiri dan masih berada dibawah otoritas orangtuanya
dalam membuat keputusan yang bersifat jangka panjang, yang penting tetapi
sulit untuk dilaksanakan. Terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
mereka miliki mengenai dunia pekerjaan mengakibatkan mereka masih
membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orangtuanya.
Hal ini dikarenakan orang tua dapat dijadikan sebagai role model bagi
individu tersebut untuk menentukan minatnya dan pengetahuan tentang
strategi penyelesaian hambatan yang dihadapinya saat mewujudkan minatnya,
dukungan orang tua juga berhubungan dengan optimism dan internalitas
individu tersebut dalam menghadapi masa depanya (Pulkinen et,al, dalam
Nurmi, 1989).
Dengan adanya dukungan orang tua atas keputusan dan rencana yang
disusun oleh individu dapat tercermin dari berbagai perlakuan yang diberikan
orang tua kepada individu tersebut. Misalnya saja, memberikan masukan-
masukan mengenai pilihan mana yang terbaik, serta mengawasi segala usaha
yang anak lakukan untuk meraih pekerjaan yang telah dipilihnya dimasa
6
depan. Untuk menunjukan penghargaan kepada anak, orang tua memberikan
kepercayaan kepada anak untuk memilih bidang studi yang disukainya setelah
lulus SMA/SMK dan pada giliranya anak diberi kebebasan untuk menentukan
pilihan pekerjaan sesuai dengan basic studinya ketika lulus dari perguruan
tinggi.
Dengan demikian Individu yang merasakan adanya dukungan dari
orangtuanya akan mendorong untuk mentapkan tujuan mengani pekerjaan
dimasa depanya sehingga pemikiran dan persiapannya pun terarah pada tujuan
tersebut. Namun berbeda halnya dengan individu yang tidak merasakan
adanya dukungan dari orangtuanya, ia akan merasa tidak percaya diri akan
kemampuanya dalam menghadapi kehidupan dimasa depan sehingga ia pun
menjadi kurang termotivasi untuk memikirkan dan mempersiapkan berbagai
hal yang menyangkut masa depanya, termasuk mengenai pekerjaan yang
akan ditekuninya dimasa depan. (Trommsdroff dalam desmita, 2005).
Selain itu menurut penelitian Trommsdroff (dalam McCabe & Bernet,
2000) melihat adanya keterlibatan orang tua dan menemukan bahwa remaja
yang memandang adanya dukungan dan keterbukaan dari orang tua mereka
akan mendapatkan orientasi masa depan yang lebih positif dari pada remaja
yang kurang mendapatkan dukungan dari orang tua.
7
Dengan demikian Remaja yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari orang tua nya, akan mengembangkan rasa percaya dan sikap
yang positif terhadap masa depan, percaya akan keberhasilan yang akan
dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dimasa depan. Sebaliknya, remaja yang kurang mendapat
dukungan dari orang tua, akan tumbuh menjadi individu yang kurang optimis,
kurang memiliki harapan tentang masa depan, kurang percaya atas
kemampuannya merencanakan masa depan, dan pemikiranya pun menjadi
kurang sistematis dan kurang terarah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk mempersiapkan masa
depan bagi remaja dibidang pekerjaan ataupun karir dibutuhkan adanya
dukungan dari berbagai pihak, orang tua sebagai institusi awal tempat
individu belajar untuk tumbuh dan berkembang dari sejak masa kanak-kanak
hingga mencapai masa dewasa. Oleh karena itu, sebagai sosok yang masih
berpengaruh dalam kehidupan manusia, keberadaan orang tua masih dirasa
penting dalam menciptakan suatu situasi yang mendukung bagi remaja untuk
dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sedang menghadapi secara
mandiri, dimana salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhinya
adalah memiliki orientasi masa depan area pekerjaan.
8
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
menganggap perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut agar nantinya
hasil dari penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi semua orang,
khusunya orangtua dalam mendampingi remaja dalam menjalani tugas-tugas
perkembanganya. Maka dari itu, untuk merealisasi hal tersebut peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh dukungan orang tua terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja”
1.2 Pembatasan masalah dan rumusan masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar pembahasan dalam permasalahan ini tidak meluas, maka diperlukan pembatasan
masalah mengenai dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja.
1. Dukungan orang tua yang dimaksud dalam penelitian disini merupakan
pemberian perhatian, dorongan, kasih sayang, barang, informasi dan jasa dari
orang tua sehingga penerima dukungan merasa disayangi dan dihargai.
Dukungan orang tua tersebut meliputi dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan
jaringan. (Sarafino, 2002).
2. Orientasi masa depan dalam area pekerjaan adalah gambaran tentang masa
depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, sikap atau asumsi dari
9
pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan
untuk membentuk harapan mengenai pekerjaan dimasa depan, membentuk
tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada pekerjaan dimasa
depan. Dalam hal ini orientasi masa depan tersebut meliputi 3 proses, yaitu
motivasi, perencanaan dan evaluasi.
3. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang berusai 15-18 tahun. Hal ini
dikarenakan remaja yang sedang bersekolah di SMA (sekolah menengah
atas).
1.2.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah yang muncul
dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh dukungan orang tua terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja”?.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana dukungan orang tua (dukungan
emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional,
dukungan jaringan), jenis kelamin, sosioekonomi, dan usia, dari variabel dukungan
orang tua terhadap terhadap variabel orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada
remaja.
10
1.3.1 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wacana
keilmuan psikologi, khusunya mengenai dukungan orang tua kaitanya dengan
orientasi masa depan pada remaja
2. Manfaat Praktis, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan:
Remaja lebih memahami dan memfokuskan diri pada orientasi dan
perencanaan pekerjaan yang tepat dimasa depan, serta menjadi landasan bagi
keluarga khusunya orang tua agar lebih memberikan perhatian yang lebih
pada anak remaja.
11
1.4. Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan tekhnik penulisan American Psychological Association
(APA) Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi skripsi
sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian
skripsi, yaitu: teori tentang orientasi masa depan, teori tentang dukungan
orang tua, perkembangan orientasi masa depan, factor-faktor orientasi
masa depan, kerangka berfikir, dan Hipotesis penelitian.
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang metode penelitian ini yaitu:
jenis penelitian, pendekatan penelitian dan metode penelitian, identifikasi
variabel penelitian, definisi operasional, teknik sampling, alat pengumpul
data, prosedur penelitian, serta metode analisis data.
BAB 4: HASIL PENELITIAN
BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
12
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Orientasi Masa Depan
2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan
Menurut Ginanjar (2001), orientasi masa depan adalah bagaimana seseorang
merumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka
pendek, menengah dan jangka panjang. Sedangkan menurut Trommsdoroff
(2005), mengemukakan bahwa pengertian orientasi masa depan merupakan
fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi
tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan.
Seginer (2002), menyatakan bahwa orientasi masa depan adalah
representasi mental tentang masa depan, yang dibangun oleh individu pada
titik-titik tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh
kontekstual pribadi dan sosial.
Sedangkan Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000) mengemukakan
bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang
terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman
masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk
membentuk harapan mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi
serta memberikan makna pribadi pada kejadian di masa depan.
13
Dari empat definisi diatas, peneliti memilih definisi dari Nurmi
(1989), sebagai definisi paling komprehensif dan sesuai untuk penelitian ini.
yang mengemukakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran
mengenai masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap
dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi
dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai masa depan,
membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada
kejadian di masa depan. Ekspektansi, tujuan, inspirasi, dan makna pribadi itu
kemudian akan membentuk tingkah laku berorientasi kedepan seperti
menunda kepuasan, merencanakan tingkah laku berorientasi perstasi(
Trommsdroff, Lam & Schmidt dalam McCabe & Bernett, 2000). Oleh karena
itu, remaja membutuhkan orientasi masa depan karena akan membantu remaja
untuk mengarahkan perilakunya dalam mencapai tujuan masa depan yang
diharapkan.
Ada lima bidang yang seringkali diteliti dalam penelitian-penelitian
orientasi masa depan pada remaja (Metha et, al dalam Nurmi, 1986). Bidang
tersebut adalah pekerjaan, pendidikan, pernikahan, kegaitan waktu luang dan
aktualisasi diri. Dalam penelitian ini, hanya satu bidang yang ditelitia ialah
mengenai pekerjaan.
14
Oleh karena itu, definisi orientasi masa depan dalam area pekerjaan,
dalam penelitian ini adalah sekumpulan skemata, sikap, asumsi mengenai
pekerjaan yang terbentuk dari pengalaman masa lalu. Skemata, sikap, dan
asumsi tersebut berinteraksi dengan informasi yang berasal dari lingkungan
untuk membentuk ekspektansi tujuan dan aspirasi serta memberikan makna
pribadi pada pekerjaan dimasa mendatang.
2.1.2 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan
Orientasi masa depan atau gagasan seseorang mengenai perencanaan,
motivasi dan perasaan tentang masa depanya merupakan persoalan yang
terjadi dimasa remaja. Greene (dalam McCabe & Bernett,2000) mengatakan
bahwa masa remaja awal merupakan waktu dimana orientasi masa depan
dapat tumbuh dengan cepat serta dapat membedakan dan mengembangkanya.
Dengan kata lain orientasi masa depan sangat erat kaitanya dengan masa
remaja.
Dalam penelitian ini dominan orientasi masa depan yang akan diteliti
adalah dominan pekerjaan. Dominan ini merupakan bagian dari proses
perkembangan remaja. Havighurust (dalam Monks & Knoers, 2002)
menyebutkan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah persiapan
diri secara ekonomis atau persiapan memasuki dunia pekerjaan serta
pemilihan latihan jabatan.
15
2.1.3 Perkembangan Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan merupakan proses yang kompleks dan bersifat terus
menerus. Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan (Nurmi, 1991)
1. Orientasi masa depan berkembang dalam konteks budaya dan institusional.
Harapan normatif dan pengetahuan mengenai masa depan menjadi dasar
untuk membentuk minat dan rencana masa depan, dan hubungan antara
atribusi kausal dan afek.
2. Minat, rencana dan keyakinan yang berkaitan dengan masa depan dipelajari
melalui interaksi sosial dengan orang lain.
3. Orientasi masa depan bisa dipengaruhi faktor psikologis seperti
perkembanagn kognitif dan sosial.
16
Perkembangan orientasi masa depan, dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :
Konteks sosial skema Orientasi Masa Depan
Gambar 2.1 Perkembangan Orientasi Masa Depan dan Proses yang Terdapat di
Dalamnya (Nurmi,1991).
Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa lingkungan konteks sosial yang meliputi
persitiwa normatif, kesempatan, standar dan batas waktu untuk evaluasi
mempengaruhi pembentukan skemata mengenai perkembangan kehidupan yang
diantisipasi, perkembangan kontekstual, dan konsep diri.
Rentangkehidupan yang
diatntisipasi
Perkembangankontekstual
Konsep diri
Persitiwa kehidupannormatif
Kesempatan
Standar dan batas waktu
Motivasi
Tujuan
Perencanaan
Rencana
Evaluasi
Atribusi dariefek
17
Hal ini akan mempengaruhi orientasi masa depan seseorang baik dalam tahapan
motivasi, perencanaan maupun evaluasi. Lebih lanjut, dijelaskan sebagai berikut.
(Nurmi, 1991)
1. Peristiwa normatif berkaitan dengan tugas perkembangan beserta jadwal
pencapaian tugas perkembangan menjadi dasar pembentukan tujuan dan minat
yang berorientasi masa depan.
2. Kesempatan dalam rentang kehidupan seperti usia tertentu untuk
menyelesaika tugas perkembangan, menjadi dasar perkembangan orientasi
masa depan dalam hal rencana dan strategi.
3. Standar dan tenggang waktu dan solusi evaluasi dari tugas perkembangan
dinilai sukses menjadi dasar pembentukan tahap evaluasi dalam orientasi
masa depan.
Lingkungan atau konteks sosial (keluarga, sekolah dan lainnya) ini
berinteraksi dengan skemata yang ada dalam diri individu (internal) sebagai
wujud antisipasi terhadap perkembangan rentang kehidupan, perkembangan
kontekstual dan konsep diri. Skemata yang terbentuk akan berinteraksi dengan
ketiga tahapan orientasi masa depan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi
yang kemudian membentuk gambaran mengenai masa depan.
18
2.1.4 Proses pembentukan orientasi masa depan
Orientasi masa depan dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu motivasi,
perencanaan, dan evaluasi. Proses itu berlangsung secara bertahap dan saling
berinteraksi satu sama lainya. Individu menentukan tujuan mereka dengan
mempertimbangkan minat, nilai, dan harapan dimasa depan. Selanjutnya
mereka akan melakukan upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut dengan
melakukan berbagai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya (Nurmi,
1991). Ketiga proses ini akand dijelaskan lebih detail sebagai berikut:
1. Motivasi
Tahap motivasional merupakan dimensi awal dari hasil proses pembentukan
orientasi masa depan. Tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang
berkaitan dengan orientasi masa depan. Pada mulanya individu menetapkan
tujuan berdasarkan perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta
pengetahuan yang telah dimiliki tentang perkembangan sepanjang rentang
hidup yang dapat di antisipasi. Ketika keadaan masa depan beserta faktor
pendukungnya telah menjadi sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, maka
pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan tersebut menjadi dasar
penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa depan (Nurmi
dalam Desmita, 2005).
19
Minat, motif, pencapaian dan tujuan individu merupakan sistem
motivasional yang memiliki hierarki yang kompleks. Hierarki motivasi ini
dibedakan berdasarkan derajat generality dan abstractness dari tujuan yang
dibuat (Emmons; Lazarus dan Folkman dalam Nurmi, 1989).
Dengan kata lain semakin tinggi tingkatan tujuan maka semakin
umum dan abstrak, begitu juga sebaliknya. Prinsip utama dari tingkatan kerja
ini adalah tingkatan motif, nilai atau pencapaian yang semakin tinggi
membutuhkan tingkatan tujuan yang lebih rendah, yang bekerja melalui
beberapa tujuan kecil. Dengan kata lain, untuk mencapai satu tujuan besar
diperlukan tujuan-tujuan kecil (tujuan perantara). Sebelum mencapai tujuan
besar individu terlebih dahulu harus mencapai tujuan perantara dan ini
merupakan strategi merealisasikan tujuan yang lebih besar.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nurmi (dalam
Desmita 2005), bahwa perkembangan motivasi dari orientasi masa depan
merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan beberapa subtahap,
yaitu:
1) Pertama, munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau
penilaian individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik
2) Kedua, individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang berkaitan
dengan minat baru tersebut
20
3) Ketiga, menentukan tujuan spesifik, kemudian memutuskan kesiapannya
untuk membuat komitmen yang berisikan tujuan tersebut.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan kedua dari hasil proses pembentukan orientasi
masa depan individu. yaitu bagaimana individu membuat perencanaan tentang
perwujudan minat dan tujuan mereka. Tahap perencanaan menekankan
bagaimana individu merencanakan realisasi dari tujuan dan minat mereka
dalam konteks masa depan (Nurmi, 1989).
Nurmi (1989) menjelaskan bahwa perencanaan dicirikan sebagai suatu proses
yang terdiri dari tiga subtahap, yaitu :
1) Penentuan subtujuan. Individu akan membentuk suatu representasi dari
tujuan-tujuannya dan konteks masa depan di mana tujuan tersebut dapat
terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu tentang konteks
dari aktifitas di masa depan, dan sekaligus menjadi dasar dari subtahap
berikutnya.
2) Penyusunan rencana. Individu membuat rencana dan menetapkan strategi
untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu
rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat mengarahkannya
pada pencapaian tujuan dan menentukan cara mana yang paling efisien.
21
Pengetahuan tentang konteks yang diharapkan dari suatu aktivitas di masa
depan menjadi dasar bagi perencanaan ini.
3) Melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Individu dituntut
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan
dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan
konteks yang sesungguhnya di masa depan.
Untuk menilai sebuah perencanaan yang dibuat oleh individu, dapat dilihat
dari tiga komponen yang tercakup di dalamnya, yaitu pengetahuan
(knowledge), perencanaan (Plans), dan realisasi (realization) (Nurmi, 1989).
Pengetahuan disini berkaitan dengan proses pembentukan subtujuan dalam
proses perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada
dan akan dilakukan individu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan dimensi akhir dari hasil proses pembentukan
orientasi masa depan. Tahap evaluasi ini adalah derajat dimana minat dan
tujuan diharapkan dapat terealisir. Nurmi (1989), memandang evaluasi
sebagai proses yang melibatkan pengamatan dan melakukan penilaian
terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan penguat bagi diri
sendiri. Jadi, meskipun tujuan dan perencanaan orientasi masa depan belum
diwujudkan, tetapi pada tahap ini individu telah harus melakukan evaluasi
22
terhadap kemungkinan-kemungkinan terwujudnya tujuan dan rencana
tersebut.
Dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan, proses
evaluasi melibatkan causal attributions; yang didasari oleh evaluasi kognitif
individu mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa
depannya, dan affects; berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-
waktu dan tanpa disadari (Nurmi, 1989). Menurut Weiner (dalam Nurmi, 1989)
atribusi terhadap kegagalan dan kesuksesan dengan penyebab tertentu akan
diikuti oleh emosi tertentu.
Model Weiner ini pada dasarnya digunakan untuk mengevaluasi hasil dari
kejadian dimasa lalu. Namun pada kenyataannya model ini juga dapat
dimanfatkan untuk mengevaluasi tujuan dan rencana yang dibuat individu akan
masa depannya (Nurmi, 1989).
23
2.1.5 Orientasi Masa Depan Sebagai Sistem
Orientasi masa depan merupakan sebuah kesatuan yang terkait dalam satu
sistem dimana tahapan-tahapan orientasi masa depan saling berkaitan. Bandura
(dalam Nurmi, 1991) menjelaskan bahwa suatu pencapaian tujuan dalam
membangun konsep diri yang positif dapat meningkatkan kepercayaan diri,
sehingga berhasil memunculkan sebuah gagasan yang dapat mempengaruhi
pandangannya terhadap orientasi masa depan.
Bandura (dalam Nurmi, 1991) selanjutnya menjelaskan dengan
teorinya bahwa tujuan dan standar pribadi menjadi dasar bagi individu dalam
mengevaluasi kinerja mereka dalam pencapaian tujuan membangun konsep diri
yang positif dan atribusi internal. Selain itu, efektivitas dari rencana yang dibuat
mempengaruhi hasil pencapaian rencana dan pada akhirnya akan mempengaruhi
evaluasi diri. Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
orientasi masa depan sebagai sistem adalah bentuk dasar pemikiran manusia
yang terkait dengan sebuah kesatuan tahapan-tahapan orientasi masa depan.
24
2.1.6 Cara Mengukur Orientasi Masa Depan
Adapun cara pengukuran orientasi masa depan (dalam Nurmi, 1989) yaitu;
1. Motivasi (motivasional) yaitu suatu dorongan yang terdapat dalam diri
individu untuk mencapai tujuanya. Berkaitan dengan apa yang menjadi
tujuan yang ingin dicapai, waktu pencapaian, dan dorongan/motif
mencapai tujuan dimasa depan.
2. Perencanaan (planning) yaitu strategi yang disusun untuk
merealisasikan tujuan. Perencanaan yang diukur dengan cara melihat :
1. Pengetahuan mengenai bidang yang dicita-citakan
2. Perencanaan yang dibuat
3. Tingkat realisasi atas pelaksanaan rencana
3. Evaluasi (evaluation) yaitu penilaian individu tentang sejauh mana
tujuan ditetapkan dapat direalisasikan. Evaluasi dapat tergambarkan
melalui kontrol yang dimiliki oleh individu, evaluasi emosi (Nurmi,
1989) dan kemungkinan pencapaian tujuan pekerjaan.(optimisme).
1. Keyakinan diri untuk dapat mengontrol realisasi dari harapan
dan tujuan
2. Perkiraan terhadap kemungkinan pencapian tujuan
25
3. Kondisi emosi yang mengikuti individu ketika mengevaluasi
apa yang dilakukanya untuk masa depan.
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan.
Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan orientasi masa
depan, kedua faktor itu adalah faktor individu (person related factor) dan faktor
konteks sosial (social contex-related factor).
1. Faktor internal individu
Beberapa faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal). Faktor-faktor tersebut adalah
Konsep diri
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1989), menemukan
bahwa konsep diri memberikan pengaruh terhadap orientasi masa depan.
Individu dengan konsep diri yang positif dan percaya dengan kemampuan
mereka cenderung untuk lebih internal dalam pemikiran mereka mengenai
masa depan dibandingkan individu dengan konsep diri yang rendah. Konsep
diri juga dapat mempengaruhi penetapan tujuan. Salah satu bentuk dari
konsep diri yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan adalah diri ideal.
Diri ideal terdiri atas konsep individu mengenai diri ideal mereka yang
26
berhubungan dengan lingkungannya dapat berfungsi sebagai motivator untuk
dapat mencapai tujuan jangka panjang.
Perkembangan kognitif
Penelitian mengenai hubungan kematangan kognitif dan orientasi masa
depan memberikan hasil yang berbeda-beda. Beberapa ahli menjelaskan
perkembangan kognitif dapat mempengaruhi rencana masa depan remaja.Hal
ini karena masa remaja berada dalam tahap formal operation. dalam tahap ini
remaja mampu mengenali berbagai kemungkinan. Selain itu, dalam tahap ini
kemampuan metakognisi remaja berkembang dan kemampuan ini sangat
memungkinkan remaja untuk memikirkan kemungkinan yang terjadi dimasa
depan dalam pencapaian tujuan dan memberikan solusinya. Kematangan
kognitif sangat erat kaitanya dengan kemampuan intelektual menjadi salah
satu faktor individu yang mempengaruhi orientasi masa depan. Keating
(dalam Nurmi, 1991)
2. Faktor Kontekstual
Berikut ini adalah faktor-faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi
orientasi masa depan :
Jenis kelamin, berdasarkan tinjauan literatur ditemukan adanya perbedaan
jenis kelamin yang signifikan antara domain-domain pada orientasi masa
depan, tetapi pola perbedaan yang muncul akan berubah seiring
27
berjalannya waktu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1991),
ditemukan bahwa perempuan lebih berorientasi ke arah masa depan
keluarga sedangkan laki-laki lebih berorientasi ke arah masa depan karir.
Status sosial ekonomi. Kemiskinan dan status sosial ekonomi yang rendah
berkaitan dengan perkembangan orientasi masa depan yang
menyebabkannya menjadi terbatas. ( Seginer, 2000)
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (dalam
McCabe & Barnet, 2000), menunjukkan bahwa individu yang memiliki
latar belakang status sosial ekonomi yang tinggi cenderung untuk
memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih jauh
dibandingkan individu dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.
Usia. Penelitian yang dilakukan oleh Seginer (2000). Pada remaja wanita
yang duduk dibangku sekolah menegah pertama, menengah keatas dan
kuliah menemukan terdapat perbedaan orientasi masa depan beradasrkan
kelompok usia pada semua dominan kehidupan prospektif (karir, keluarga
dan pendidikan).
Teman Sebaya dalam konteks ini, teman sebaya dapat mempengaruhi
orientasi masa depan dengan cara yang bervariasi. Teman sebaya berarti
teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama dan berada pada
tingkat perkembangan yang sama, dimana teman sebaya dapat saling
28
bertukar informasi pada pemikiran mengenai tugas perkembangannya.
Kelompok teman sebaya (peer group) juga memberikan individu
kesempatan untuk membandingkan tingkah lakunya dengan temannya
yang lain (Nurmi, 1991).
Hubungan dengan orang tua. Semakin positif hubungan orang tua dengan
remaja maka akan semakin mendorong remaja memikirkan masa depan.
Keluarga merupakan model bagi remaja dan merupakan wadah yang tepat
dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang sedang dihadapi ataupun
akan dihadapi. Asumsi umum dalam teori pembelajaran sosial
menyatakan bahwa orang tua yang memberikan penghargaan positif
terhadap anak-anaknya dan konsisten dalam praktek sosialisasi
mengarahkan anaknya memiliki harapan yang positif mengenai dunia luar,
mempercayai orang lain, yakin akan kemampuanya sendiri dan optimis.
Kondisi keluarga dan interaksi antara orang tua dengan anak
mempengaruhi orientasi masa depan setidak-tidaknya dalam tiga hal
pertama orang tua menetapkan standar normatif, sekaligus mempengaruhi
perkembangan minat, nilai, dan tujuan hidup anaknya. Ketiga, dukungan
orang tua membantu anak untuk mengembangkan sikap optimis dan
internal terhadap masa depan. ( Nurmi, 1991).
29
2.2 Dukungan Orang tua
2.2.1 Pengertian dukungan orang tua
Keluarga sebagai tempat yang pertama kali dikenal oleh individu, keluarga
mempunyai peran yang cukup penting bagi individu dalam bersosialisasi
didalam masyarakat. Oleh karena itu, dukungan orang tua sangat penting bagi
individu dalam menjalani kehidupanya. Dukungan orang tua itu sendiri
merupakan bagian dari dukungan sosial. Penulis mendefinisikan dukungan
orangtua berdasarkan definisi dukungan sosial. Menurut Cobb (dalam Sarafino,
2002) dukungan sosial diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau
kelompok lain.
Hal senada juga disampaikan oleh Taylor (2009), bahwa dukungan
sosial merupakan bentuk pemberian informasi serta merasa dirinya dicintai dan
diperhatikan, terhormat, dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan
komunikasi dan kewajiban timbal balik bagi orang tua, kekasih, kerabat, teman,
jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat. Sedangkan
Gottlieb (1983), mendefinisikan dukungan sosial sebagai berikut: Dukungan
sosial terdiri dari informasi verbal maupun nonverbal atau nasehat, bantuan
yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang
yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat
30
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial
secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya.
Menurut Saranson (dalam Metha, 1994) menyatakan bahwa fungsi dukungan
orang tua adalah dengan memberikan penguatan moral bagi remaja. Persepsi
adanya dukungan menimbulkan rasa aman dalam melakukan partisipasi aktif,
eksplorasi dan eksperimentasi dalam kehidupan, yang akhirnya akan
meningkatkan percaya diri, keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi
koping. Dalam hal ini remaja mempersepsi adanya dukungan dari orang tua
akan merasa aman dan lebih percaya diri untuk menghadapi situasi-situasi atau
tantangan baru.
2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan menurut Sarafino (2002) adalah:
Bentuk-bentuk dukungan sosial merupakan suatu cara yang diwujudkan bisa
dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari individu yang
satu ke individu yang membutuhkan. Sarafino (2002) membagi dukungan sosial
kedalam lima bentuk, yaitu :
a) Dukungan Emosi (Emotional support)
Dukungan emosi adalah suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui
perasaan positif yang berwujud empati, perhatian, dan kepedulian terhadap
31
individu yang lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan perasaan
nyaman, perasaan dilibatkan, dan dicintai oleh individu yang bersangkutan.
b) Dukungan Penghargaan (Esteem support)
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau penilaian
yang positif untuk ndividu, dorongan untuk maju dan pemberian semangat,
dan juga perbandingan positif individu dengan orang lain. Dukungan ini
menitik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas individu
dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk
perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti.
c) Dukungan instrumental (Tangible or instrumental support)
Merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk
bantuan langsung misalnya pemberian dana atau pemberian bantuan berupa
tindakan nyata atau benda.
d) Dukungan informasi (Informational support)
Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau saran,
pengarahan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu.
e) Dukungan jaringan sosial (Network support)
32
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa sebagai anggota dari
suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial
dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.
Dari definisi tentang jenis-jenis dukungan sosial, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dukungan yang diperlukan dan diterima individu
tergantung pada keadaan dan siatusi stres yang dialami.
2.2.3 Sumber dukungan Sosial
Sumber-sumber dukungan soial menurut Gotllieb (1983) berasal dari :
1. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional.
Seperti: keluarga, teman, dekat, atau rekan. Hubungan dengan kalangan
non professional merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar
dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial
yang sangat potensial.
2. Professional, seperti psikolog, atau dokter.
3. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group). Sumber
dukungan lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah kelompok-
kelompok dukungan sosial. Kelompok pendukung (support group)
merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari
para anggotanya, menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara
33
sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan
pemecahan masalah dalam menolong anggota-anggota kelompok dalam
menghadapi masalahnya dalam menolong serta menyediakan dukungan
emosi kepada para anggotanya.
Dari banyak jenis-jenis dukungan sosial yang dijelaskan diatas,
ternyata dukungan yang berasal dari keluaarga yang dapat memberikan
efek yang sangat besar bagi fungsi psikologi seseorang (Taylor, 2009).
34
2.3 Kerangka Berfikir
Setiap individu memiliki keinginan untuk dapat hidup lebih baik dari pada
kehidupanya saat ini. Hal ini memang merupakan manifestasi dari sifat manusia yang
tidak pernah putus asa dengan apa yang sudah dimilikinya. Keinginan-keinginan
inilah yang nantinya berubah menjadi minat, harapan, cita-cita dan tujuan hidup.
Untuk dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan suatu perencanaan untuk masa yang
akan datang. Bagi remaja, perencanaan masa depan ini tidak hanya suatu cara untuk
bisa mencapai hal-hal yang lebih baik, tetapi juga merupakan suatu hasil dari adanya
harapan-harapan ataupun tugas-tugas yang mereka terima dari lingkungan.
Perencanaan merupakan salah satu tahapan dari proses pembentukan orientasi masa
depan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja adalah memiliki
orientasi masa depan dalam area pekerjaan. Pembentukan orientasi masa depan dalam
area pekerjaan adalah penting karena merupakan persiapan remaja sebelum
memasuki masa dewasa. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa
pengalaman dan pengetahuan remaja tentang kehidupan dimasa mendatang sangat
terbatas. Untuk itu, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, terutama orang tua.
35
Dalam hal ini (Nurmi, 1991), menjelaskan bahwa meskipun teman sebaya dan
lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan
remaja, namun sesungguhnya orang tua tetap menjadi bagian yang penting bagi
kehidupan mereka. Orang tua masih sangat dibutuhkan remaja dalam memberikan
saran dan nasehat ketika hendak membuat suatu keputusan yang bersifat jangka
panjang, yang penting tetapi sulit dilakukan, seperti keputusan tentang jenis pekerjaan
yang hendak ditekuninya dimasa depan. Singkatnya, dukungan orang tua masih
sangat dibutuhkan oleh remaja dalam memutuskan rencana masa depanya.
Mengacu pada Pendapat Gottlieb (dalam Desmita, 2005), dukungan orang tua
terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja dapat dilakukan melalui
pemberian informasi atau nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata atau tindakan
yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja. Sementara itu, sesuai dengan
pendapat Sarafino (2002), dukungan orang tua dapat diwujudkan dalam lima bentuk,
yaitu: pertama, dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulain dan
perhatian orang tua terhadap remaja; kedua, dukungan penghargaan; terjadi lewat
ungkapan penghargaan positif terhadap remaja, dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan, dan membangkitkan harga diri remaja;
ketiga, dukungan instrumental; mencakup bantuan langsung secara materi atau
pemberian fasilitas dan pelayanan pada remaja, (seperti: pemberian dana, pemenuhan
buku-buku sarana pendidikan lainya, serta kesediaan orang tua meluangkan wakttu
untuk berdialog atau senantiasa siap memberikan pertolongan ketika dibutuhkan oleh
remaja).
36
dan keempat, dukungan informative; mencakup pemberian nasehat, petunjuk-
petunjuk, saran-saran atau umpan balik mengenai bagaimana remaja seharusnya
bertindak, mengenali dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah, sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orang tua. Kelima dukungan
jaringan seperti membantu memperluas jaringan relasi dengan orang-orang yang
memiliki minat yang sama.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Trommsdroff (dalam Desmita, 2005) telah
menunjukan betapa dukungan dan interaksi sosial yang terbina dalam keluarga akan
memberikan pengaruh yang sangat penting bagi pembentukan orientasi remaja,
terutama dalam pembentukan sikap optimis dalam memandang masa depanya.
Remaja yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari orang tua nya, akan
mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif terhadap masa depan, percaya
akan keberhasilan yang akan dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dimasa depan.
Sebaliknya, remaja yang kurang mendapat dukungan dari orang tua, akan tumbuh
menjadi individu yang kurang optimis, kurang memiliki harapan tentang masa depan,
kurang percaya atas kemampuannya merencanakan masa depan, dan pemikiranya pun
menjadi kurang sistematis dan kurang terarah. Berdasarkan pemahaman diatas, dapat
dilihat bahwa ada kecendrungan pengaruh antara dukungan orang tua terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan.
37
Hal ini dikarenakan orang tua merupakan lembaga pertama dalam kehidupan remaja
sehingga dukungan orang tua dapat menumbuhkan sikap optimis dalam memandang
masa depanya.
Berdasarkan penjelasan di atas, di bawah ini adalah skema dari kerangka berpikir
pada penelitian ini:
D. Orang tua
Demografis
D. Emosi
D.Penghargaan
D. Instrument
D. Informasi
D. Jaringan
Usia
Jenis kelamin
sosioekonomi
Orientasi masadepan
38
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan diuji
adalah hipotesis nihil yang terdiri dari hipotesis mayor dan minor, yaitu:
Hipotesis Mayor: Tidak ada pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa
depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Hipotesis Minor:
H01: Tidak pengaruh dukungan emosi terhadap orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja.
H02: Tidak ada pengaruh dukungan penghargaan terhadap orientasi masa depan
dalam area pekerjaan pada remaja.
H03: Tidak ada pengaruh dukungan instrumental terhadap orientasi masa depan
dalam area pekerjaan pada remaja.
H04: Tidak ada pengaruh dukungan insformasional terhadap orientasi masa depan
dalam area pekerjaan pada remaja.
H05: Tidak ada pengaruh dukungan jaringan terhadap orientasi masa depan dalam
area pekerjaan pada remaja.
H06: Tidak ada pengaruh variabel usia terhadap orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja.
H07: Tidak ada pengaruh variabel jenis kelamin terhadap orientasi masa depan dalam
area pekerjaan pada remaja.
H08: Tidak ada pengaruh variabel sosioekonomi terhadap orientasi masa depan dalam
area pekerjaan pada remaja.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA & SMK di Yayasan
Pendidikan Dua Mei yang berjumlah 400 orang yang berusia sekitar
15-18 tahun. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 35%
dari jumlah populasi siswa-siswi SMA & SMK Dua Mei yaitu berjumlah 140
orang.
3.3.1 Teknik Pengambilan sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
probability sampling yaitu semua anggota atau subjek penelitian memiliki
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sevilla, 1993). Teknik yang
digunakan adalah cluster sampling. Dimana cluster sampling digunakan
untuk pemilihan wilayah dan random sampling digunakan dalam dua tahap,
yaitu tahap memilih sekolah, dan tahap memilih kelas.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah orientasi masa depan dalam area pekerjaan
pada remaja, dukungan orang tua (terdiri dari 5 aspek), usia, jenis kelamin, dan
sosioekonomi.
40
Orientasi masa depan dijadikan sebagai dependent variabel, sedangkan
dukungan orang tua dijadikan sebagai independent variabel, yang merupakan
sehimpunan variabel yang digunakan untuk memprediksi atau menjelaskan
mengapa orientasi masa depan itu bervariasi
3.2.1 Definisi Operasional Variabela. Definisi Operasional orientasi masa depan adalah skor yang
diperoleh dari pengukuran skala orientasi masa depan dalam area
pekerjaan yang menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana, dan
membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi,
perencanaan, dan evaluasi (Nurmi, 1989).
b. Definisi Operasional dukungan orang tua merupakan skor akhir yang
didapatkan dari pengisian skala dukungan orang tua dengan aspek
yang diadaptasi dari bentuk-bentuk dukungan orang tua. (Sarafino,
2002) meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan jaringan.
41
3.3. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala. Penggunaan skala pada pengumpulan data
didasarkan bahwa untuk mengungkap data seperti mengenai sikap terhadap
sesuatu. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan
empat alternatif jawaban. Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori
positif atau kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif atau
ketidaksetujuan (unfavorable) Sevilla, (1993).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yakni sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang
dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable.
Untuk jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri
(SSSTSSTS) dengan nilai (4321). Sedangkan untuk unfavorable
cara skornya bergerak sebaliknya dari kiri ke kanan, (STSTSSSS)
dengan nilai (1234). Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka
hasilnya sebagai berikut:
42
Tabel 3.1Bobot Nilai
Kategori Respon SS S TS STS
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4
3.3.1 Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu:
1. Skala Orientasi masa depan.
Peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai orientasi masa depan
beradasrkan teori Orientasi masa depan yang dikemukakan oleh Jari-Erik
Nurmi (1989). Penelitian ini akan difokuskan pada salah satu prosepective life
dominan dari orientasi masa depan, yaitu dominan pekerjaan.
Table 3.4
Blue Print Try Out Skala Orientasi masa depanNo Aspek Indikator No item Total
F (+) UF (-)1 Motivasi Adanya dorongan dari
individu untuk mencapaitujuanya
Waktu pencapian Tujuan yang ingin dicapai
1,6,11
31,36,41
12,17,
16,21,26
46,2,7
22,27
16
43
2 Perencanaan Pengetahuan mengenaibidang yang dicita-citakan
Perencanaan yang telahdibuat
Tingkat realisasi atasrencana yang telah dibuat
32,37,4213,18,2343,48,4
47,3,828,33,389.14,19 18
3 Evaluasi Keyakinan diri untukmengontrol realisasi dariharapan dan tujuan
Perkiraan terhadapkemungkinan pencapaiantujuan
Kondisi emosi yangmengikuti individu ketikamengevaluasi apa yangdilakukanya dimasa depan.
24,29,34
10,15
30,35
39,44,5
20,25
40.45 14
Jumlah 24 24 48
Skala orientasi yang akan di uji terdiri dari 48, terdiri dari 24 item favorabel
dan 24 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor responden, penulis
menentukan 4 kategori jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
3.3.2 Skala dukungan orang tua
Dalam skala dukungan orang tua, peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan dukungan orang tua. Skala ini berdasarkan teori Sarafino (2002)
yang diukur menggunakan skala Likert.
44
Tabel 3.3Blue Print Try Out Skala dukungan orangtua
No Aspek Indikator Item Total
F (+) UF (-)1 Dukungan
emosionala. Mendapatkan
Kepedulianb. Mendapatkan kasih
sayang.
29, 49, 10, 58,5630,40,50
39,20,59,6057,17 14
2 Dukunganpenghargaan
a. Mengungkapkanpenghargaan positif
b. Memberikandorongan untukmaju.
c. Membangkitkanharga diri.
15, 25
55, 6, 16, 26, 36
27,37
35, 45
46, 7, 17
47,8
16
3 Dukunganinstrumental a. Bantuan langsung
berupa materib. Bantuan langsung
berupa tindakan.
43, 53,4
5,54
14, 24,34
4
9
4 Dukunganinformasional
a. Memberi nasehatdan saran
b. Memberikanpenghargaan
c. Memberikanfeedback.
1,11,21, 31,4112, 2252, 3
51,232,4, 213,23,33
17
5 Dukunganjaringan a. Memperkenalkan
dgn saudara ataukerabat yangmemiliki minat ygsama.
18,28,9 38,48,19 4
JUMLAH 33 27 60
45
Skala dukungan orang tua yang akan di uji terdiri dari, 60 item terdiri dari 33
item favorabel dan 27 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor
responden, penulis menentukan 4 kategori jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
3.4 Teknik Uji Instrumen
3.4.1 Uji Instrumen
Sebelum dilakukan penelitian sebenarnya, peneliti melakukan pengujian validitas dan
reliabilitas alat (try out) terhadap 40 Remaja di SMK YMJ yang berusia 15-18 tahun.
1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam menyelesaikan
pengisian instrumen.
2. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan/item yang diberikan.
3. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor setiap item dikorelasikan dengan
skor total.
4. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengetahui
tingkat reliabilitas skala tersebut.
46
3.5 Uji Validitas
Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu dapat
mengukur (Anastasi dan Urbina, 2007). Untuk mengetahui apakah skala yang telah
dibuat mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, maka
diperlukan pengukuran validitas. Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala
yang telah dibuat dengan menggunakan teknik korelasional Product Moment
Pearson, dalam perhitungannya dilakukan dengan analisa statistik melalui
perhitungan SPSS versi 17.
3.6 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat ukur tentang
pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla (1993) reliabilitas
merupakan derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh
instrumen penelitian. Tes dikatakan sebagai reliabilitas tinggi apabila skor tampak tes
itu dikatakan konsisten dan dapat diandalkan. Adapun uji reliabilitas alat tes atau
skala dengan rumus Alpha Cronbach dan perhitungan menggunakan SPSS versi 17.
Table 3.4Klasifikasi Koefesien Reliabilitas
Kriteria KoefesienSangat reliable >0,9
Reliable 0,7-0,9Cukup reliable 0,4-0,7Kuarng reliable 0,2-0,4Tidak reliable <0,2
47
Table 3.4Hasil Uji Validitas Skala Orientasi masa depan
No Aspek Indikator No item Total
F (+) UF (-)1 Motivasi Adanya dorongan dari
individu untuk mencapaitujuanya.
Waktu pencapian Tujuan yang ingin dicapai
*1, *6,* 1131,*36,*41*12,*17,
16,21,2646, *2,722,*27 16
2 Perencanaan Pengetahuan mengenaibidang yang dicita-citakan
Perencanaan yang dibuat Tingkat realisasi atas
rencana yang telah dibuat
*32,37,*42*13,18, *23*43,*48,4
*47, *3, 8*28,33,*38*9.*14,19
18
3 Evaluasi Keyakinan diri untukmengontrol realisasi dariharapan dan tujuan
Perkiraan terhadapkemungkinan pencapaiantujuan
Kondisi emosi yg mengikutiindividu ketikamengevaluasi apa yangdilakukaunya dimasa depan.
*24,29,*34
*10,15
*30,3*5
*39,44,5
20,*25
*40.4514
Jumlah 24 24 48
Keterangan : * item yang valid
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 48 item skala orientasi masa depan ,
ada 30 item yang valid, yaitu item nomor 1, 2, 3, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 23, 24,
25, 27, 28, 30, 32, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48, Item-item yang valid
48
itulah yang dijadikan alat ukur untuk penelitian dari uji reliabilitas. item yang valid
pada skala orientasi masa depan diperoleh koefisien alpha cronbach sebesar .799
Angka tersebut dapat dikatakan reliabel karena menurut Azwar (2004), suatu
kuesioner diaktakan realibel jika nilai Alpha Cronbch >0,60.
Sedangkan pada skala dukungan orang tua , dari 60 item yang di uji cobakan,
terdapat 36 item yang valid sedangkan 24 item lainnya tidak valid. No item yang
valid dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Blue Print Try Out Skala dukungan orangtua
No Aspek Indikator Item Total
F (+) UF (-)1 Dukungan
emosional Mendapatkan
Kepedulian Mendapatkan kasih
sayang.
*29, *49,10,*58,*56*30,*40,*50
39,20,*59,*6*57,17 14
2 Dukunganpenghargaan
Mengungkapkanpenghargaan positif
Memberikandorongan untukmaju.
Membangkitkanharga diri
*15,*2555,*6,*16,*2636
*27,3*7
35,*446,*7, 17
47,8
16
49
3 Dukunganinstrumental Bantuan langsung
berupa materi Bantuan langsung
berupa tindakan
*43,*53,4
*5,*54
14,*24,34
*4
9
4 Dukunganinformasional
Memberi nasehatdan saran.
Memberikanpenghargaan
Memberikanfeedback
*1,11,21,*31,* *4112,*22*52,*3
51,232,4*213,*23,33
16
5 Dukunganjaringan
Memperkenalkandgn saudara ataukerabat
*18,*28,9 38,48,*19 4
JUMLAH 33 27 60
Keterangan : * item yang valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 60 item skala dukungan orang tua ,
ada 36 item yang valid yaitu item nomor 1, 3,4,5,6,7,15,16, 18, 19, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 3, 31, 33, 34, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 49, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58,
59, 60, Item-item yang valid itulah yang dijadikan alat ukur untuk penelitian.
Selanjutnya item yang valid pada skala dukungan orang tua , diperoleh
koefisien alpha cronbach sebesar, 844. Hasil tersebut menunjukan bahwa skala
dukungan orang tua dapat dikatakan reliabel karena menurut Azwar (2000), suatu
kuesioner diaktakan realibel jika nilai Alpha Cronbch >0,60.
50
3.5 Metode Analisa
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh dari
dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja,
penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang
merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis
yang akan diukur peneliti menggunakan teknik multiple regression atau analisis
regresi berganda. Adapun persamaan umum analisa berganda ini adalah:
Y= a+b1X1+b2X2+……….+bpXp+e
Dimana :
Y : Dependen variabel (DV) yang dalam hal ini adalah orientasi
Depan dalam area pekerjaan
X1,X2,….Xp : Independen variabel (IV)yang jumlahnya p
p : Jumlah independen variabel (IV)
a : Intercept/konstan
b1,b2,….bp : Koefesien regresi untuk masing-masing IV
e : Residu/sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan)
51
Dalam analisa multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi yaitu:
R2 Yang menunjukan proporsi varian (persentase varian) dari dependen
variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independen variabel
Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya ,asing-masing koefesien
regresi. Koefesien yang signifikan menunjukan dampak yang signifikan dari
independen variabel (IV) yang bersangkutan.
Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang berapa harga Y jika nilai setiap independen variabel (IV) diketahui.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan
tersebut mencakup gambaran umum responden, serta hasil pengujian hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27-30 September 2011 di SMA&SMK Yayasan
Pendidikan Dua Mei. Berikut ini diuraikan gambaran umum subyek dalam penelitian
ini berdasarkan jenis kelamin, usia, dan sosioekonomi, dengan melibatkan 140 siswa.
4.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi Presentasi
1 Laki-laki 60 42,9%
2 Perempuan 80 57,1%
140 100%
Dari 140 responden yang diteliti berdasarkan jenis kelmain pada penelitian ini
diketahui terdapat 80 responden perempuan dengan presentase 57,1% dan jumlah
responden laki-laki sebesar 60 responden dengan persentase 42,9%.
53
4.1.2 Responden berdasarkan Tingkat usia
Tabel 4.2Berdasarkan tingkat usia
No Usia Frekuensi Presentase1 15 34 24%2 16 46 32%3 17 47 33%4 18 13 12%
Total 140 100%
Pada gambaran umum usianya, terdapat 34 siswa yang berusia 15 tahun
dengan persentase sebesar 24%, berikutnya 46 siswa yang berusia 16 tahun dengan
persentase 32%, berikutnya 47 siswa yang berusia 17 tahun dengan presentase 33%
dan yang terakhir sebessar 13 siswa yang berusia 18 tahun dengan persentase 12%.
4.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat pendapatan orang tua (sosioekonomi).
Tingkat pendapatan orang tua yang diambil dalam penelitian ini yaitu
berdasarkan UMR 2011 wilayah Jakarta sehingga dapat digambarkan pada tabel
berikut:
Tabel 4.3
Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang tua (sosioekonomi)
No Pendapatan orang tua Frekuensi Presentase1 <1.290.000 58 41%2 >1.290.000 82 58%
Total 140 100%
54
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, responden yang memiliki
pendapatan orang tua < 1.290.000 berjumlah 58 dengan presentase sebesar 41%.
Sedangkan responden dengan sosioekonomi > 1.290.000 berjumlah 82 responden
dengan presentase sebesar 58%.
4.2 Uji Hipotesis Penelitian
4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian
Peneliti menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS
17.00 untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangsih dimensi dukungan orang tua
(seperti dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dukungan informasional, dukunga jaringan), usia, sosioekonomi dan jenis kelamin
terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja. Hasil
perhitungannya akan ditampilkan dibawah ini :
4.4 Tabel SquareModel Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,489a ,239 ,193 6,69477a. . Predictors: (Constant), usia, D.Penghargaan, jenis kelamin, sosioekonomi, D.emosi D.informasional D.jaringansosial, D.instrumental.
55
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai koefisien determinasi (R square) yang
didapat adalah sebesar 0,239. Hal ini berarti bahwa kedelapan independent variable
(dimensi dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan
informasional, dukungan jaringan), usia, sosioekonomi, dan jenis kelamin
memberikan sumbangsih sebesar 23,9% terhadap perubahan variabel orientasi masa
depan, sedangkan 76,1 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variabel terhadap orientasi masa depan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut ini:
Tabel 4.5ANOVAb
ModelSum ofSquares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1844.646 8 230.581 5.145 .000a
Residual 5871.411 131 44.820
Total 7716.058 139
a. Predictors: (Constant), usia, D.Penghargaan, jenis kelamin, sosioekonomi, D.emosiI, D.informasional D.jaringansosial, D.Instrumental
Dari tabel Anova, diperoleh nilai F hitung yang didapat adalah sebesar 5,145.
Sementara nilai probabilitas hitung atau taraf signifikansi yang didapat adalah sebesar
0,000. Karena taraf signifikansi < 0,05 maka persamaan regresi yang dipergunakan
dapat diterapkan dalam analisis data. Hal ini berarti Hipotesis mayor menyebutkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan orang tua (seperti
56
dukungan emosi, penghargaan, instrumental, informasional, jaringan), dan variabel
demografi (seperti usia, jenis kelamin, dan sosioekonomi) terhadap orientasi masa
depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Langkah kedua adalah melihat apakah dari 8 IV (minor) berpengaruh secara
positif maupun negative dan signifikan terhadap DV. Adapun penyajiannya pada
tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Koefesien regresiCoefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 37,767 13,921 2,713 ,008
D.Emosional -,055 ,066 -,068 -,838 ,404
D.Penghargaan ,152 ,081 ,165 1,882 ,062
D.Instrumental ,107 ,089 ,114 1,198 ,233
D.Informasional ,152 ,085 ,157 1,777 ,078
D.jaringansosial ,137 ,065 ,184 2,121 ,030
Jenis kelamin ,994 1,155 ,066 ,860 ,391
Sosioekonomi -,248 ,877 -,022 -,282 ,778
Usia -,758 ,653 -,094 -1,161 ,248
Berdasarkan table diatas, persamaan regresi berasarkan nilai B yaitu:
Orientasi Masa Depan : 37,761 –0,055 D.emosi + 0,152 D.Penghargaan +
0,107 D.instrumental + 0,152 D.informasi + 0,137
D.jaringan sosial + 0,994 Jenis kelamin- 0,248
sosioekonomi-0,758 Usia
57
Dari tabel 4.6 untuk melihat signifikan atau tidaknya koefesien regresi yang
dihasilkan kita cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6),
jika P < 0.05, maka koefesien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya
terhadap orientasi masa depan dan sebaliknya. Penjelasan dari nilai koefesien regresi
yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut :
1. Aspek dukungan emosi : diperoleh nilai koefesien regresi sebesar -0,055 yang
berarti bahwa dimensi dukungan emosi secara negatif mempengaruhi orientasi
masa depan dalam area pekerjaan pada remaja tetapi tidak signifikan karena
p=0,404 > 0,05. Jadi semakin tinggi dukungan emosi maka semakin rendah
orientasi masa depan dalam area pekerjaan
2. Aspek dukungan penghargaan : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,152
yang berarti bahwa aspek dukungan penghargaan secara positif mempengaruhi
orientasi masa depan dalam area pekerjaan, tetapi tidak signifikan karena
p=0,062 >0,05. Jadi semakin tinggi skor dukungan penghargaan maka
semakin tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan.
3. Aspek dukungan instrumental : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,107
yang berarti bahwa aspek dukungan instrumental secara positif mempengaruhi
orientasi masa depan tetapi tidak signifikan karena p= 0,233 > 0,05. Semakin
tinggi dukungan instrumental maka semakin tinggi orientasi masa depan dalam
area pekerjaan.
4. Aspek dukungan informasi: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,152
yang berarti bahwa aspek dukungan informasi secara positif mempengaruhi
58
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja tetapi tidak signifikan
karena p= 0,078 > 0,05. Semakin tinggi dukungan informasi maka semakin
tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
5. Aspek dukungan jaringan sosial : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0,137 yang berarti bahwa aspek dukungan jaringan sosial secara positif
mempengaruhi orientatasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja dan
signifikan karena p= 0,030 < 0,05. Semakin tinggi dukungan jaringan maka
semakin tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
6. Variabel jenis kelamin : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,994 yang
berarti bahwa variabel jenis kelamin secara positif mempengaruhi orientasi
masa depan tetapi tidak signifikan karena 0,391 > 0,05
7. Variabel sosioekonomi : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,248 yang
berarti variabel sosioekonomi secara negatif mempengaruhi orientasi masa
depan dan tidak signifikan karena 0,778 > 0,05
8. Variabel usia : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,758 yang berarti
bahwa dimensi usia secara negative mempengaruhi orientasi masa depan
tetapi tidak signifikan karena 0,248 >0,05.
59
4.2.2 Pengujian Varians masing-masing independen variabel
Berdasarkan hasil dari koefesien regresi, diketahui bahwa pada variabel
dukungan orang tua dan variabel demografi hanya satu dari delapan variabel
yang berpengaruh signifikan. Kemudian langkah yang terakhir penulis ingin
melihat besarnya kontribusi dan signifikansi masing-masing IV terhadap DV.
Tabel 4.7Varians untuk masing-masing independen variabel
Model Summary
IV R2 R2
Change F Change Df Df Sig FChange
X10,024 0,024 3,351 1 138 0,069
X120,134 0,110 17,411 1 137 0,000
X1230,179 0,045 7,458 1 136 0,007
X12340,205 0,026 4,471 1 135 0,036
X123450,228 0,023 3,934 1 134 0,049
X1234560,231 0,003 0,572 1 133 0,451
X1234567,0231 0,000 0,019 1 132 0,891
X123456780,239 0,008 1,348 1 131 0,248
Total0,239
60
Keterangan :
X1 = Dukungan emosi
X2 = Dukungan penghargaan
X3 = Dukungan informasional
X4 = Dukungan instrumental
X5 = Dukungan jaringan
X6 = Jenis kelamin
X7 = Sosioekonomi
X8 = Usia
Dari tabel diatas disampaikan sebagai berikut :
1. Aspek dukungan emosi memberikan kontribusi sebesar 2,4% terhadap
orientasi masa depan. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik
karena Sig F Change = 0,069 > 0,05
2. Aspek dukungan penghargaan memberikan kontribusi sebesar 11% terhadap
orientasi masa depan. Kontribusi tersebut signifikan secara statistik karena Sig
F Change = 0,000 < 0,05
3. Aspek dukungan instrumental memberikan kontribusi sebesar 4,5% terhadap
orientasi masa depan. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik
karena Sig F Change = 0,007 < 0,05
4. Aspek dukungan informasi memberikan kontribusi sebesar 2,6% terhadap
orientasi masa depan. Kontribusi tersebut signifikan secara statistik karena Sig
F Change = 0,036 < 0,05
61
5. Aspek dukungan jaringan sosial memberikan kontribusi sebesar 2,3%
terhadap orientasi masa depan. Kontribusi tersebut signifikan secara statistik
karena Sig F Change = 0,049 < 0,05
6. Variabel jenis kelamin memberikan kontribusi sebesar 0,3% terhadap
orientasi masa depan. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik
karena Sig F Change = 0,451> 0,05
7. Variabel sosioekonomi memberikan kontribusi sebesar 0,0% terhadap
orientasi masa depan. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik
karena Sig F Change = 0,891> 0,05
8. Variabel usia memberikan kontribusi sebesar 0,8% terhadap orientasi masa
depan. Kontribusi tersebut tidak signifikan secara statistik karena Sig F
Change = 0,248>0,05
62
4.3 Hasil Uji Statistik
4.3.1 Hasil Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan pada dua kelompok antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Dalam uji t ini peneliti menggunakan uji
Independent Sample Test dan perhitungannya menggunakan sistem
komputerisasi SPSS versi 17. Hasil uji t ini, didapatkan hasil:
Tabel 4.8
Group statistik
Jenis kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
OM
D
Laki 60 91.0500 6.47400 .83579
Perempuan 80 90.7125 8.11499 .90728
63
Dari hasil perhitungan diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
mean skor variabel orientasi masa depan, antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan dengan taraf signifikansi 0,791 > 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan
tidak terdapat perbedaan orientasi masa depan yang signifikan antara responden yang
berjenis kelamin laki-laki dan responden berjenis kelamin perempuan. Artinya
responden yang berjenis kelamin laki-laki dan responden yang berjenis kelamin
perempuan memiliki orientasi masa depan dalam area pekerjaan yang relative sama.
4.3.2 Hasil Uji Anova berdasarkan Usia
Uji anova yang digunakan yaitu menggunakan One Way Anova dan
perhitungannya menggunakan sistem komputerisasi SPSS versi 16.00. Hasil uji t ini,
didapatkan hasil:
Tabel 4.9Independent Samples Test
Levene's Test forEquality ofVariances
t-test for Equality of Means
95% ConfidenceInterval of the
Difference
F Sig. T Df Sig.(2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference Lower Upper
Agresivitas
Equalvariancesassumed
2.151 .145 -.265 138 .791 -.33750 1.27365 -2.85589 2.18089
Equalvariances notassumed
-.274 137.442
.785 -.33750 1.23358 -2.77674 2.10174
64
Tabel 4.10 (Anova)Orientasi masa depan Berdasarkan Usia
Orientasi masa depan
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 188.813 1 188.813 3.479 .064a
Residual 7490.330 138 54.278
Total 7679.143 139
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas diketahui F hitung sebesar 3,479 dengan
taraf signifikansi 0,064 > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
mean skor variabel orientasi masa depan. Dengan demikian dapat dikatakan tidak
terdapat perbedaan orientasi masa depan yang signifikan antara responden yang
berusia 15 tahun, 16 tahun, 17 tahun, 18 tahun, Artinya baik responden yang berusia
15,16,17,18 th, memiliki orientasi masa depan yang sama.
4.3.3 Hasil Uji Anova berdasarkan Sosioekonomi
Tabel 4.11 (Anova)Orientasi masa depanModel Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 74.238 2 37.119 .665 .516
Residual 7641.819 137 55.780
Total 7716.058 139
65
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas diketahui F hitung sebesar 3,479
dengan taraf signifikansi 0,516 > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada mean skor variabel orientasi masa depan antara tingkat sosioekonomi. Dengan
demikian, dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan orientasi masa depan yang
signifikan antara responden dengan tingkat sosioekonomi > 1.290.000 ataupun <
1.290.000.
66
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang
penelitian serta saran praktis dan secara teoritis untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara dukungan
orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Rincianya ialah sebagai berikut:
a. Dukungan emosi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi
masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
b. Dukungan penghargaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
c. Dukungan instrumental tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
d. Dukungan informasional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
e. Dukungan jaringan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi
masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
f. Variabel usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi
masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
67
g. Variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
h. Variabel sosioekonomi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan orang tua memiliki pengaruh yang
signifikan secara posituf terhadap orientasi masa depan pada remaja dalam area
pekerjaan pada remaja.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Trommsdroff (1983) yang menyatakan
bahwa dukungan orang tua dan interaksi sosial yang terbina dalam keluarga akan
memberikan pengaruh yang sangat penting bagi pembentukan orientasi masa
depan pada remaja, terutama dalam menumbuhkan sikap optimis dalam
memandang masa depanya. Remaja yang mendapat kasih sayang dan dukungan
dari orang tuanya, akan mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif
terhadap masa depan. Percaya akan keberhasilan yang akan dicapainya, serta
lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dimasa depan.
Selain itu Nurmi (1991) juga menjelaskan bahwa interaksi antara orang tua
dan anak memegang peranan penting dalam orientasi masa depan anak. Interaksi
ini memberikan pengaruh dengan cara : (1) penetapan standar normative, orang
tua mempengaruhi perkembangan minat, nilai dan tujuan hidup anak, (2) orang
tua berperan sebagai contoh bagi anak dalam menyelesaikan masalah-masalah
68
yang timbul dalam tugas perkembangan anak, (3) dukungan orang tua membantu
anak mengembangkan sikap optimis terhadap masa depan anak.
Selanjutnya, variabel lain yang secara signifikan mempengaruhi remaja dalam
area pekerjaan adalah aspek dukungan jaringan sosial. Dukungan jaringan sosial
memiliki nilai koefesien regresi sebesar 0,137 (0,030 < 0,05). Pengaruh pada
dukungan jaringan sosial bernilai positif, artinya semakin tinggi dukungan
jaringan sosial maka semakin tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan
pada remaja. Seperti yang diungkapkan oleh Cohen & McKay (dalam Sarafino,
2002) yang menyatakan bahwa bentuk dukungan ini akan membuat individu
merasa sebagai anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan
aktifitas sosial denganny, sehingga semakin tinggi dukungan jaringan sosial yang
dirasakan oleh remaja maka semakin tinggi pula orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja.
Berikutnya adalah variabel aspek dukungan emosi memperoleh nilai koefisien
regresi sebesar -0,055 (0,404 > 0,05), artinya dukungan emosi secara negatif
mempengaruhi orientasi masa depan. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan remaja
tidak merasakan kenyamanan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang
disekitarnya. Misalnya, orang-orang yang ada disekitarnya terlalu memberikan
perhatian, khawatir dan terlalu perduli.
69
Kemudian dukungan instrumental memperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0,107 (0,233 > 0,05), artinya dukungan instrumental secara positif mempengaruhi
orientasi masa depan namun tidak signifikan. Walaupun mungkin dalam aspek Cohen
& McKay (dalam Sarafino, 2002) dukungan instrumental merupakan suatu bentuk
dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan langsung misalnya
pemberian dana atau pemberian bantuan berupa tindakan nyata atau benda, namun
dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwasanya remaja bukan saja
memerlukan bantuan berupa barang, materi ataupun benda tetapi lebih kepada hal-hal
yang bisa membuat remaja lebih termotivasi dalam merealisasikan masa depanya.
Dukungan penghargaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
orientasi masa depan, dengan nilai koefesien regresi sebesar 0,152 (0,062 < 0.05).
Pengaruh pada dukungan penghargaan ini bernilai positif, artinya semakin tinggi
dukungan penghargaan maka semakin tinggi orientasi masa depan, namun tidak
signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan remaja tidak menganggap adanya
penghargaan atau penilaian yang positif yang diberikan oleh orang tua, sehingga ia
tidak merasa berarti.
Aspek yang terakhir ialah dukungan informasi, dukungan informasi tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa depan, dengan nilai
koefesien regresi sebesar 0,152 (0,078 < 0,05). Hal ini mungkin dikarenakan remaja
meluangkan lebih sedikit waktunya bersama orang tua & lebih banyak menghabiskan
waktu untuk berinteraksi dengan dunia yg lebih luas, sehingga remaja lebih banyak
menerima informasi atau saran dari lingkungan sosialnya.
70
Selanjutnya dari hasil uji T-test untuk variabel jenis kelamin, hasil penelitian
menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin
terhadap orientasi masa depan pada remaja. Dengan kata lain, perbedaan jenis
kelamin tidak secara signifikan mempengaruhi orientasi masa depan dalam area
pekerjaan pada remaja. Artinya responden yang berjenis kelamin laki-laki dan
responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki orientasi masa depan dalam
area pekerjaan relatif sama.
Namun, berdasarkan tinjauan literature sebelumnya ada perbedaan jenis
kelamin yang signifikan antara dominan-dominan pada orientasi masa depan, tetapi
pola perbedaan yang muncul akan berubah seiring berjalanya waktu Nurmi (1991,
dalam McCabe & Bernett,2000). Ditemukan bahwa perempuan lebih berorientasi
kearah masa depan pernikahan dan laki-laki berorientasi ke arah masa depan karir.
Berari tidak ada kesesuaian antara hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Pertama, hal ini mungkin dapat dikarenakan oleh jumlah sampel dalam penelitian ini
tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan memiliki proporsi
yang lebih besar.
Kedua Menurut peneliti, faktor budaya Indonesia secara umum, juga
mempengaruhi orientasi masa depan. Contohnya, pada masyarakat Indonesia
sekarang ini, nilai kultural yang berlaku adalah individual autonomy (kemandirian
individu). Nilai ini mengajarkan dan melatih generasi mudanya untuk mandiri dan
merencankan masa depanya sendiri. Ketika nilai kemandirian dan berfikir kemasa
depan menjadi nilai utama yang berlaku dimasyarakat Indonesia. Terkait dengan
71
peranan budaya dalam orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja ,
peneliti berfikir bahwa persamaan dalam orientasi masa depan dikarenakan adanya
kesetaraan gender yang berlaku di Indonesia seperti sekarang ini.
Untuk variabel usia hasil penelitian menunjukan bahwa usia tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa depan pada remaja dalam area
pekerjaan. Dengan kata lain tidak ada perbedaan secara signifikan antara remaja yang
berusia 15,16,17,18, terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada
remaja. Remaja dengan usia yang lebih dewasa belum tentu secara signifikan
memiliki orientasi masa depan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja dengan
usia yang lebih muda.
Variabel terakhir ialah variabel sosioekonomi, hasil penelitian menunjukan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari status sosioekonomi terhadap
orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja. Artinya tidak terdapat
perbedaan tingkat orientasi masa depan antara remaja dengan status sosioekonomi
tinggi, sedang, rendah.
Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Poole dan
Conney (1991) yang menunjukan bahwa individu yang memiliki latar belakang status
sosioekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki pikiran mengenai masa depan
karir yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki latar belakang
sosioekonomi yang rendah. Perbedaan hasil penelitian diatas dapat dikarenakan oleh
proposisi sampel yang tidak seimbang antara remaja yang memiliki status
sosioekonomi tinggi, sedang, rendah.
72
5.3 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak
kekurangan dan kelemahanya. Namun hal tersebut merupkan pembelajaran berharga
yang dapat diperoleh. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, maka
dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
5.3.1 Saran teoritis
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang bersekoloh di Yayasan
Pendidikan Dua Mei Ciputat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk
memperluas cakupan populasi dan memperbanyak jumlah sampel, agar
diperoleh data yang lebih variatif.
Konstruk orientasi masa depan dapat diaplikasikan pada berbagai dominan
kehidupan. Penelitian ini hanya meneliti orientasi masa depan dalam dominan
pekerjaan. Oleh karena itu, penting kiranya mengadakan penelitian orientasi
masa depan dalam bidang pendidikan, dan pernikahan.
5.3.2 Saran Praktis
Mengingat pentingnya orientasi masa depan dalam proses perkembangan
remaja, maka penulis menyarankan:
Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan yang positif untuk
para orang tua agar mengambil peran yang besar dalam membimbing dan
mengarahkan anak-anaknya, dan mengintensifkan komunikasi antara
orang tua dan anak. Sehingga anak-anak remaja dapat menyelesaikan
73
perkembangannya dengan baik khusunya dalam memperoleh orientasi
yang baik tentang masa depanya.
Mengingat persaingan hidup yang semakin ketat, peran guru disekolah
juga dapat membantu para remaja dalam memotivasi, merencanakan dan
mengevaluasi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.
Misalnya bersama remaja dapat mencari pekerjaan yang sesuai dengan
bakat dan minat yang dimiliki oleh remaja.
Selain itu juga pihak sekolah dapat membuat suatu budaya tertentu atau
membuat nilai bersama terkait dengan orientasi masa depan misalnya
dengan mensosialisasikan dan menginternalisasikan falsafah” gagal
berencana, berarti merencanakan kegagalan”, atau falsafah lainya yang
mengedepankan pentingnya merencankan masa depan. Falsafah ini dapat
dipajang dikelas dan ditempat-tempat strategis sehingga dapat dilihat dan
diingat dengan mudah oleh siswa.
Mengadakan career day atau seminar mengenai pekerjaan/karir dari
berbagai profesi sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan mengenai
jenis pekerjaan/karir kepada siswa.
Untuk para remaja agar lebih menggali dan mencari informasi yang
sebanyak-banyaknya mengenai pekerjaan yang diinginkan dimasa depan,
karena dengan informasi yang lebih banyak akan memudahkan
tercapainya pekerjaan yang di inginkan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, A.G. (2001). ESQ : Emotional spiritual quotient berdasarkan 6 Rukuniman dan 5 rukun islam. Jakarta : Arga Wijaya Persada
Arikuto,S (2006) Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : RinekeCipta
Azwar, S (2005). Tes prestasi Jakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, S (2000). Penyusunan skala psikologi. Jakarta : Pustaka pelajar
Desmita.(2005). Psikologi perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Edward,P.S (1994).Biopsychosocial interactions. John Willey & Sons.
Martha, Y. (1991) Dukungan orang tua terhadap keputusan Karirremaja dengan status keputusan karir, Jurnal Phronesis, vol.1 juni 1999
McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. (2000). The Relation Between FamilialFactors and Future Orientation of Urban, African American Sixth Graders.Journal of Child and Family Studies Vol. 9, No.4.
McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. (2000). First comes work, then comesmarriage future orientation among african american young adolescents.Journal of Interdisiplinary Journal of Applied Vol. 49. No.1
Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan :pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah MadaUniversity Press..
Noviyanti, silvia& Freyani, Lidya (2001).Orientasi masa depan dalam bidangpendidikan dan karir pada siswa SMA program akselerasi. Journal gifted.Universitas Indonesia
Nurmi, J.E (1989). Adolescents’ orientation to the future development ofInterest and Plans, and Related Attributions and Affect, in the Life-SpanContext. Helsinski Societas Scientiarum Fennica.
75
Nurmi, J.E (1991). How do adolescents see their future? A review of the developmentof future orientation and planning. Helsinski Academic Press, Inc.
Sadarojen.2008. orientasi masa depan http://www.cetak.kompas.com./read/xml/2008/016/01286/ diunduh pada tanggal 17 maret, 2011
Santrock, J.W (2003) Life span development, Erlangga : Jakarta
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalan, TG., Regala, B. P., Uriarte, G. G. PenerjemahAlimuddin Tuwu. (2006). Pengantar metode penelitian. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta
Seginer, Rachel & Schlesineger, Ronit. (1998). The case of the Israeli Kibuizinternational. Journal of behavioral development, Vol 22, No.53.page 151-16
Taylor (2009 ) Health Psychology, seven edition. McGraw Hill Companies.