pengaruh budaya makan nasi berkuahkan air teh manis dengan diabetes mellitus di kalimantan selata
TRANSCRIPT
Tugas Makalah Ekologi Gizi
Pengaruh Budaya Makan Nasi Berkuahkan Air Teh Manis dengan Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan
Di susun oleh:
Wa Ode Mayangsari
14120110347
W8
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Manusia hidup dengan dorongan untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya, yang disebut kebutuhan fisiologis, yaitu
kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan. Jika difokuskan pada
sektor pangan, maka tidak dapat dipungkiri bahwa beras putih
merupakan pangan pokok yang memegang peranan yang sangat
penting bagi penduduk Indonesia. Hampir sembilan puluh persen
penduduk Indonesia mengonsumsi beras putih sebagai makanan
pokok (Nurmala 2003). Tanpa disadari banyak orang, kebiasaan
konsumsi beras putih yang terus menerus ternyata dapat
mendatangkan dampak yang kurang begitu baik bagi kesehatan.
Hasil penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Health
Professional Follow-up Study and the Nurses’ Health Study (NHS)
yang dilaporkan pada Archives of Internal Medicine menunjukkan
bahwa asupan beras putih dalam jumlah besar berkaitan dengan
meningkatnya risiko diabetes . Hal ini disebabkan perkembangan
diabetes terkait dengan konsumsi makanan yang memiliki nilai
Indeks Glikemik tinggi. Indeks Glikemik (IG) merupakan skala angka
yang dapat digunakan digunakan untuk menunjukkan seberapa
cepat dan seberapa tinggi suatu makanan dapat meningkatkan
kadar glukosa darah. Nasi yang terbuat dari beras putih memiliki
nilai IG sebesar 70 hingga 87 yang tergolong tinggi
Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori
(tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata
adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis
saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali
makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita
kelebihan kalori. Hal tersebut akan menimbulkan obesitas dan
diabetes. Menurut Litsa Lambrakos, MD, ketua studi penelitian di
University of California-San Francisco, dari beberapa data penelitian
ditemukan hubungan antara konsumsi minuman manis sehari-hari
dengan resiko diabetes, kemudian data tersebut dapat
diterjemahkan ke dalam perkiraan tentang penyakit diabetes dan
kardiovaskular saat ini yang dapat dikaitkan dengan meningkatnya
konsumsi minuman.
Berdasarkan catatan Organisasi Dunia (WHO) tahun 1999,
Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah penderita DM
terbanyak setelah India, Cina, Rusia, Jepang, Brasil. Data WHO juga
menyebutkan, angka kejadian diabetes di Indonesia mendekati 4,6
% (Soegondo, 2005 ). Dibandingkan dengan orang yang tidak
terkena diabetes, penderita diabetes memiliki resiko 4 kali
terserang jantung koroner, 5 kali terserang stroke, 7 kali terserang
ginjal dan 25 kali kebutaan (Soegondo, 2005). Menurut (Suyono,
2002) komplikasi yang dapat timbul pada pasien DM, antara lain :
kerusakan sel saraf (68, 16 % ), hipertrigliserida, hipertensi (39,94
%), kerusakan ginjal ( 31, 56 % ), penyakit jantung koroner
( 29,65% ) dan kerusakan retina mata(27,10%).
Perubahan pola kehidupan dapat menimbulkan penyakit-
penyakit degeneratif antara lain penyakit Serebrovaskuler, Geriatri,
Diabetes Mellitus, Rematik dan Katarak, dimana Diabetes Mellitus
sendiri merupakan masalah nasional tercantum dalam urutan
nomor 4 dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit
degeneratif (prioritas pertama adalah penyakit Kardiovaskuler,
kemudian disusul oleh penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes
Mellitus, Rematik, dan Katarak)
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO)
Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
DM di dunia. Pada tahun 2006 jumlah penerita DM di Indonesia
mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah tersebut baru 50% penderita
yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan
pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak
sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktifitas dan
stres berperan sangat besar 15 sebagai pemicu DM. Selain itu DM
juga bisa muncul karena adanya faktor keturunan ( Sidhartawan,
2008). Bila penderita DM tidak patuh dalam melaksanakan program
pengobatan yang telah dianjurkan oleh dokter, ahli gizi atau
petugas kesehatan lainnya maka akan dapat memperburuk kondisi
penyakitnya. Pengobatan yang perlu dilaksanakan oleh pasien
seperti melaksanakan diet sebagai kunci pengobatan, olah raga
untuk menjaga kebugaran tubuh selain penggunaan obat diabetes
oral maupun insulin (Darmani, 2007).
Sebagian besar masyarakat Indonesia telah memahami
tentang diabetes Mellitus dan hal-hal yang dapat menyebabkan
penyakit ini, serta akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari
penyakit yang biasa dikenal dengan nama kencing manis ini.
Namun, dari data-data penelitian dan hasil survei rapa ahli tingkat,
penderita diabetes mellitus di Indonesia masih sangat tinggi. Salah
satu provinsi yang memilki tingkat penderita diabetes mellitus di
Indonesia adalah Provinsi Kalimantan Selatan. Salah satu hal yang
mungkin bisa menjadi penyebab tingginya angka penderita adalah
budaya masyarakat sekitar yang suka makan nasi putih yang
berkuahkan dengan teh manis. Berbagai fenomena yang yang
cukup memperihatinkan dan budaya-budaya yang kurang sehat
tersebut menjadi latar belakang penulisan makalah ini, dari
penelitian ini kami berharap dapat menjelaskan hubungan antara
budaya makan nasi putih yang berkuahkan air teh manis di Provinsi
Kalimantan Selatan dengan tingginya angka penderita diabetes
millitus di darah tersebut.
1.2 Rumusan masalah
Setelah memperhatiakan latar belakang yang tercantum di
atas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
2. Apa saja klasifikasi dari diabetes mellitus?
3. Bagaimana ciri-ciri penderita diabetes mellitus?
4. Apa faktor-faktor yang menjadi penyebab diabetes mellitus?
5. Bagaimana dampak dari diabetes mellitus bagi kesehatan?
6. Bagaimana kandungan gula dalam nasi putih?
s
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes merupakan salah satu penyakit tertua pada
manusia dan dikenal dengan kencing manis. Nama lengkapnya
adalah diabetes mellitus, berasal dari kata yunani. Diabetes berarti
pancuran, mellitus berarti madu atau gula.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula
darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif
dan berlangsung menahun, bahkan seumur hidup. Hal ini yang
menjadikan masyarakat pada umumnya melihat DM sebagai suatu
penyakit yang sangat menakutkan dimana penderita akan
menyandang gelar sebagai penderita selama hidupnya ( Almatsier,
2005 ).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit dengan gejala
peningkatan kadar gula darah akibat gangguan insulin. Insulin
adalah hormon untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah.
Glukosa tersebut digunakan untuk memenuhi energi bagi sel. Pada
Diabetes Mellitus tingkat awal, tubuh berhenti untuk memproduksi
insulin. Adapun pada Diabetes Mellitus tipe II, insulin tetap
diproduksi, tetapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh
atau reaksi insulin terhalang (Purwati dkk, 2001).
Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan peningkatan
kadar gula darah secara menahun disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan harmonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi menahun pada berbagai organ target
2. Data Penderita Diabetes Mellitus
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sedikitnya
171.000.000 penduduk dunia saat ini menderita penyakit Diabetes
Mellitus. Khususnya di negara berkembang, jumlah penderita DM
meningkat 150 % pada 25 tahun yang akan datang. Dinegara
berkembang usia penderita DM berkisar antara 35 - 64 tahun.
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO)
Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
DM di dunia. Pada tahun 2006 jumlah penderita DM di Indonesia
mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah tersebut baru 50% penderita
yang sadar mengidap dan sekitar 30% diantaranya melakukan
pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak
sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktifitas dan
stres berperan sangat besar 15 sebagai pemicu DM. Selain itu DM
juga bisa muncul karena adanya faktor keturunan
Berdasarkan data yang didapat di bagian rekam medik RSUD
DR H Moch Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2008, terdapat
189 orang penderita diabetes mellitus yang menjalani rawat inap
atau sebesar 1,2%, dan termasuk dalam 10 besar penyakit
terbanyak. Hasil ini memberikan gambaran bahwa penyakit
diabetes mellitus masih perlu mendapat prioritas pelayanan
kesehatan akibat dari perilaku masyarakat terutama masyarakat
perkotaan dalam mengkonsumsi makanan.(Rusimah, 2012)
Di Provinsi Kalimantan Selatan, pasien penderita DM rawat
jalan di seluruh rumah sakit, umur lebih dari 65 tahun di
Banjarmasin menduduki urutan ke-7 dari 20 penyakit terbanyak
dengan jumlah penderita 123 orang (6,45%), sedangkan untuk
pasien rawat inap jumlah pasien yang berusia lebih dari 65 tahun
menduduki urutan ke-6 dengan jumlah penderitanya 200 orang
(4,46%)
3. Ciri-Ciri Penderita Diabetes Melitus
Ciri-ciri penderita diabetes melitus sebagai berikut.
1. Sering buang air kecil
2. Sering merasa haus
3. Berat badan turun cepat
4. Merasa lemah dan gampang kelelahan
5. Sering kesemutan di kaki dan tangan
6. Gejala lain seperti penglihatan kabur, kulit kering atau gatal, sering
infeksi atau luka dan memar yang membutuhkan penyembuhan
dalam waktu lama.
4. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Berdasarkan tipenya, diabetes mellitus dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 sangat dipengaruhi oleh banyak dan
sedikitnya insulin, penyakit ini biasanya disebabkan oleh kurangnya
insulin karena kerusakan sel-Beta atau infeksi virus, penyebab
lainnya dipengaruhi oleh kerusakan imun yang menyerang diri
sendiri (autoimun). Penderita penyakit ini biasanya berbadan kurus,
dan satu dari sepuluh penderita diabetes mellitus yang berusia di
bawah 30 tahun adalah penderita diabetes tipe ini.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan oleh kurangnya insulin
yang dihasilkan atau hasil kurang optimal. Penderita diabetes tipe
ini biasanya orang berusia lebih dari 40 tahun, dan biasanya
penderita tidak menyadari bahwa penyakit ini berkembang dan
menghancurkan tubuh mereka. Penderita diabetes tipe ini biasanya
berbadan gemuk atau obesitas, sebagian ahli beranggapan bahwa
salah satu penyebab penyakit ini adalah obesitas yang
menggganggu sistem kerja insulin.
3. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus gestasional terjadi pada waktu hamil
dengan insiden sekitar 1-3 persen dari wanita hamil. Risiko tinggi
diabetes tipe ini terjadi pada wanita yang hamil pada usia lebih dari
30 tahun, wanita yang obesitas dengan indeks massa tubuh lebih
dari 30 kg/m2, dan riwayat diabetes mellitus dalam keluarga. Yang
perlu diwaspadai, wanita dengan diabetes mellitus gestasional
hampir tidak pernah mengalami keluhan, sehingga perlu dilakukan
skrining untuk mereka yang berisiko. Diabetes mellitus gestasional
dapat mempengaruhi perkembangan janin dan dapat berdampak
buruk bagi janin misalnya cacat sejak lahir, pertumbuhan janin
terlalu cepat, perkembangan paru terhambat, kegemukan bayi dan
kemungkinan menderita diabetes di kemudian hari
5. Pengaruh Nasi Putih terhadap Diabetes Mellitus
Hasil penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh
Health Professional Follow-up Study and the Nurses’ Health Study
(NHS) yang dilaporkan pada Archives of Internal Medicine
menunjukkan bahwa asupan beras putih dalam jumlah besar
berkaitan dengan meningkatnya risiko diabetes (Ari 2011). Hal ini
disebabkan perkembangan diabetes terkait dengan konsumsi
makanan yang memiliki nilai Indeks Glikemik tinggi.
Indeks Glikemik (IG) merupakan skala angka yang dapat
digunakan untuk menunjukkan seberapa cepat dan seberapa tinggi
suatu makanan dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Nasi
yang terbuat dari beras putih memiliki nilai IG sebesar 70 hingga 87
yang tergolong tinggi (Subroto 2008).
Beras mempunyai kisaran indeks glikemik yang luas. Indeks
glikemik adalah tingkatan bahan pangan menurut pengaruhnya
terhadap gula darah. Nilai indeks glikemik bahan pangan
dikelompokkan menjadi rendah (<55), sedang (55-70), dan tinggi
(>70). Jika penderita diabetes mengonsumsi bahan pangan yang
memiliki indeks glikemik tinggi maka kadar gula darahnya cepat
meningkat, dan sebaliknya.
6. Pengaruh Air Teh Manis terhadap Diabetes Mellitus
Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori
(tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata
adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis
saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali
makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita
kelebihan kalori. Hal tersebut akan menimbulkan obesitas dan
diabetes. Menurut Litsa Lambrakos, MD, ketua studi penelitian di
University of California-San Francisco, dari beberapa data penelitian
ditemukan hubungan antara konsumsi minuman manis sehari-hari
dengan resiko diabetes, kemudian data tersebut dapat
diterjemahkan ke dalam perkiraan tentang penyakit diabetes dan
kardiovaskular saat ini yang dapat dikaitkan dengan meningkatnya
konsumsi minuman.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari data-data dan penjelasan yang telah kita peroleh, kita
dapat menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama tingginya
angka penderita diabetes mellitus di Indonesia umumnya, dan di
Provinsi Kalimantan Selatan khususnya adalah budaya makan nasi
yang terbuat dari beras putih dengan air teh manis yang
menyimpang dan berdampak buruk terhadap keshatan. Hal ini
tersebut karena beras putih memiliki Indeks Glikemik (IG) yang
tinggi dan dapat dengan cepat menaikkan kadar gula dalam darah.
Adapun air teh manis memiliki nilai kalori yang tinggi, apabila kalori
tersebut melebihi ambang normal, maka akan menimbulkan
penyakit kardiovaskular dan diabetes. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa budaya makan nasi yang terbuat dari beras
putih dengan berkuahkan air teh manis adalah budaya yang
berdampak buruk bagi kesehatan dan merupakan penyebab utama
dari tingginya angka penderita diabetes mellitus di Provinsi
Kalimantan Selatan khususnya, dan di Indonesia umumnya.
2. SARAN
1. Diharapakan adanya tindakan dari Departemen Kesehatan
setempat untuk memberikan dan menanggulangi budaya-budaya
masyarakat yang menyimpang dan berpengaruh buruk bagi
kesehatan.
2. Diharapkan adanya kesadaran masyarakat untuk selalu belajar
dan berhati-hati dalam menerapkan budaya-budaya yang
berdampak negatif bagi kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
mereka
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan.2008.Pedoman Teknis Penemuan dan Tata
Laksana Diabetes Melitus.Jakarta:___________
Septian Adi Nugroho.2010. Hubungan Antara Tingkat Stress
Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo.
http://etd.eprints.ums.ac.id. 29/03/2013
Rusimah. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Gizi dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes
Mellitus (Diabetisi) Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.H.Moch
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2010. http://blog.tp.ac.id.
29/03/2013
Farah fitrania.2008.Gambaran Epidemiologi Hiperglikemia.
http://www.lontar.ui.ac.id. 29/03/2013
Departeman Pertanian. 2009. Beras untuk Penderita Diabetes.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id. 29/03/2013
Universitas Sumatera Utara.____________.Faktor Penyebab Diabetes.
http://repository.usu.ac.id. 29/03/2013
Universitas pembangunan nasional veteran._________.Prevalensi
Diabetes Mellitus di Indonesia. http://www.library.upnvj.ac.id.
29/03/2013