pengaruh berbagai konsentrasi naa dan bap · pdf filei pengaruh berbagai konsentrasi naa dan...

67
i PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh: RESKI AMALIAH I 111 12 049 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Upload: dohuong

Post on 06-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

i

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP

PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott)

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Oleh:

RESKI AMALIAH

I 111 12 049

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

ii

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP

PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott)

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Oleh:

RESKI AMALIAH

I111 12 049

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

iii

Page 4: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

iv

Page 5: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan (S.Pt). Kemudian sholawat dan salam atas Nabi yang

diutus Allah untuk menuntun semua hamba (manusia), dan keluarga serta sahabat

yang mengikuti petunjuk-Nya. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan

dan kesulitan yang penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, motivasi, nasehat, dan bantuan dari

berbagai pihak.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

Kedua orang tua saya H. Syamsuddin dan Hj. Hasnawati atas segala perhatian

dan kasih sayang, bantuan materi maupun non materi yang tak ternilai harganya

serta doa-doa yang senantiasa dipanjatkan. Dan pada kesempatan ini pula dengan

segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Marhamah Nadir, SP. M.Si. PhD selaku Pembimbing utama dan Ibu Ir.

Anie Asriany, M.Si selaku pembimbing anggota skripsi yang penuh

ketulusan dan keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, nasehat, arahan, serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh

Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan

Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Page 6: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

vi

3. Bapak Muhammad Hatta, S.Pt, M.Si dan Ibu Dr. Nahariah, S.Pt., M.P

selaku pembimbing akademik.

4. Ibu Dr. Andi Mujnisa, S.Pt., Dr. Jamila,S.Pt., M.Si, Bapak Ir. Muhammad

Zain Mide, MS, dan Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP, selaku penguji.

Terima kasih atas saran, nasehat -nasehat, dan dukungannya kepada penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. H.Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku pembimbing seminar

jurusan, dan Ibu Dr.Ir. Hj. Rohmiyatul Islamiyati, MP selaku pembimbing

PKL.

6. Bapak Ir. Rinaldi Sjahril, M.Agr., Ph.D, kak Trisna, Kak Juna, Kak Afra,

fitrah dan seluruh tim/keluarga Lab.Bio-Sains dan Bioteknologi Reproduksi

Tanaman yang membantu penulis selama proses penelitian.

7. Anna, Rahma, Fitri, terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Pak Arif yang membantu selama pelaksanaan PKL di Malino, Kak Irwan, Kak

Thalib, azwar terima kasih atas bantuan yang kalian berikan selama

penelitian.

9. Team PKL ahjumma (tila) dan Mita, Teman KKN “TEAM RACUN” Ketua

RacuN 01 (mela), 02 (Isna), 03 (nanda), akmal, Kak Arif, dan teman KKN

kec. Anggeraja Rika, Mita, Zul, Kak Sukri, Nini, Cimma, Cica. Tina.

10. Indri, Fatma, Mela, Tika, dan Yessi yang mengajarkan artinya teman dan

sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya kebersamaan dalam

bingkai kampus ini.

Page 7: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

vii

11. Keluarga besar “FLOCK MENTALITY” dan HUMANIKA khususnya

“Sorgum” terimah kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama

jadi mahasiswa.

12. Keluarga besar ‘ FM class B” Indri, Fate, Tika, Nanda, Mila, Ka Tri, Kandi,

Rahim, Kakek (Jihad), Azwar, Akbar, Hasman, Salim, Anwar, Tenri,

kanzul, Rifal, Iqbal, epang, dan semuanya yang tidak bisa saya tulis

namanya satu persatu telah menjadi teman dan membantu penulis selama

kuliah.

13. TEAM Asisten TMT, team asisten Tatalaksana padang pengembalaan, dan

team asisten Biotek terimah kasih atas ilmu dan dukungan yang diberikan

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan

tangan terbuka. Semoga bermanfaat bagi semua pihak. Terima Kasih.

Makassar, 21 November 2016

Penulis

Page 8: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

viii

ABSTRAK

Reski Amaliah I111 12 049. Pengaruh Berbagai Konsentrasi NAA dan BAP

Terhadap Pertumbuhan Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv.Mott)

secara In Vitro. Dibawah bimbingan Marhamah Nadir dan Anie Asriany.

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan berbagai konsentrasi NAA

dan BAP untuk regenerasi rumput gajah mini secara kultur jaringan. Penelitian ini

dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 2 x 3

dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah berbagai konsentrasi NAA (0 ppm, 0,5 ppm

dan 1 ppm) dan Faktor kedua adalah konsentrasi BAP (0, 1 dan 2 ppm).

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa media MS (kontrol) berbeda

signifikan pada taraf (P < 0,05) terhadap waktu kemunculan akar dibandingkan

dengan perlakuan lainnya. Selain itu, berbagai konsentrasi NAA berbeda secara

signifikan (P < 0,05) terhadap panjang akar (1 ppm). Sedangkan interaksi berbagai

konsentrasi NAA dan BAP berpengaruh nyata pada panjang akar, dan untuk

parameter waktu dan panjang tunas tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>

0,05). Namun, waktu muncul tunas tercepat diperoleh pada perlakuan NAA 1 ppm

dan BAP 1 ppm selama 15 hari setelah sub kultur.

Kata Kunci : NAA, BAP, Pennisetum purpureum cv.Mott, Kultur jaringan.

Page 9: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

ix

ABSTRACT

Reski Amaliah 111 12 049. The Effect of Various Level of NAA and BAP for

Regeneration of Dwarf Napier Grass (Pennisetum purpureum cv. Mott) by Using

Tissue Culture Production. Under Supervised Marhamah Nadir and Anie

Asriany.

The objective of research was to determine various level of NAA and BAP

for regeneration of dwarf napier grass by using tissue culture production. This

research was designed with factorial 2x3 and 3 replications, using completely

randomized design (CRD). First factor was various NAA level (0 ppm, 0,5 ppm and

1 ppm) and second factor was BAP levels (0, 1 and 2 ppm). The result was showed

that MS medium (control) significant difference (P < 0.05) on rooting than others

treatments. In addition, various level of NAA significantly different (P<0,05) to

length root (1 ppm). Contrary, compared to control media, interaction various level

NAA and BAP did not reveal any significant difference (P> 0.05) on shooting and a

numbers of shoot. While, the highest of shooting on NAA 1 ppm and BAP 1 ppm

for 15 days after sub culture.

Keywords: NAA, BAP, Pennisetum purpureum cv. Mott, Tissue culture.

Page 10: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Gajah Mini ............................................................................. 3

Teknik Kultur Jaringan (In Vitro) Tanaman ........................................ 5

Media Kultur Jaringan ......................................................................... 8

Penanaman Aseptik ............................................................................. 12

Hipotesis Penelitian ............................................................................. 15

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 16

Materi Penelitian .................................................................................. 16

Prosedur Penelitian ............................................................................. 16

Alur Penelitian ..................................................................................... 18

Metode Penelitian ............................................................................... 19

Parameter Pengamatan ......................................................................... 19

Pengolahan Data ................................................................................. 20

Halaman

Page 11: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

xi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Waktu Muncul Akar ............................................................................ 21

Panjang Akar ....................................................................................... 23

Waktu Muncul Tunas .......................................................................... 25

Panjang Tunas ...................................................................................... 26

Berat Basah Planlet ............................................................................. 28

Budidaya Pertumbuhan Rumput Gajah Mini secara In Vitro ............. 29

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32

LAMPIRAN ................................................................................................ 36

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

xii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Kombinasi perbandingan ZPT auksin dan sitokinin dalam

metode Mohr ........................................................................................ 10

2. Waktu Kemunculan Akar HST (Hari setelah tanam) .......................... 21

3. Panjang akar (akhir pengamatan) dalam satuan cm ............................. 24

Page 13: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Tanaman Rumput gajah Mini .............................................................. 4

2. Diagram batang Waktu Muncul Tunas HST (Hari setelah tanam) ...... 25

3. Diagram batang Panjang tunas (akhir pengamatan) dalam

satuan cm.............................................................................................. 27

4. Diagram Batang Berat basah planlet (gram) ........................................ 28

5. Budidaya pertumbuhan rumput gajah mini secara in vitro .................. 29

Page 14: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Komposisi Media MS .......................................................................... 36

2. Daftar Istilah ....................................................................................... 38

3. Data Mentah ........................................................................................ 41

4. Hasil Analisis Anova ........................................................................... 44

5. Dokumentasi ....................................................................................... 49

Page 15: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

1

PENDAHULUAN

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.Mott) adalah salah satu jenis

hijauan rumput yang memiliki kemampuan biomassa dan kualitas nutrisi yang

tinggi. Keunggulan rumput ini sebagaimana dilaporkan Urribarri et al. (2005) dan

Suarna (2003) antara lain kandungan protein sekitar 10-15%, produksi yang tinggi,

kandungan serat kasar yang rendah dan memiliki daya cerna N (Nitrogen) dan

bahan kering tertinggi dibandingkan rumput-rumput tropis lainnya (Ibrahim, 1989).

Upaya mempertahankan dan memperbaiki mutu genetik dengan program

pemuliaan tanaman serta meningkatkan kultivar rumput gajah mini yaitu dengan

cara melakukan suatu metode budidaya tanaman modern seperti metode kultur

jaringan. Perbaikan genetik dengan kultur jaringan dilakukan karena rumput gajah

mini pertumbuhan bunganya kecil, serbuk sari tidak bisa bertahan hidup dan

periode matangnya putik dengan serbuk sari berbeda, sehingga sulit dilakukan

penyerbukan alami (Pontongkam, et al. 2006).

Stress lingkungan terhadap kekeringan dan salinitas merupakan faktor yang

sangat mempengaruhi produktivitas tanaman. Pemulian secara konvensional sulit

menciptakan galur yang diinginkan sehingga perlu dilakukan melalui mutagenesis

menggunakan teknik kultur jaringan. Pemanfaatan teknik kultur jaringan untuk

pemulian tanaman, khususnya seleksi ketahanan terhadap kekeringan. Seleksi in

vitro merupakan salah satu metode keragaman somaklonal yang telah banyak

dimanfaatkan untuk meningkatkan keragaman genetik (Shah et al., 2009). Melalui

metode perubahan lebih terarah kepada penyaringan sifat yang diinginkan sehingga

lebih efektif dan efisien. Menurut Wenzel dan Fouroughi-Wehr (1993) keuntungan

Page 16: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

2

seleksi in vitro adalah faktor lingkungan yang terkontrol, seleksi dilakukan pada sel

dan bisa dilakukan dengan satu faktor. Dengan demikian keragaman somaklonal

yang dihasilkan pada seleksi in vitro memungkinkan terjadinya mutasi pada tingkat

sel, sehingga dihasilkan keragaman genetik baru yang resisten terhadap lingkungan

(Ramulu, 1986).

Zat pengatur tumbuh dalam teknik kultur jaringan memberikan pengaruh

sangat nyata. Zurkarnain (2009) menyatakan bahwa sangat sulit untuk menerapkan

teknik kultur jaringan pada upaya perbanyakan tanaman tanpa melibatkan zat

pengatur tumbuh. Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang

sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Hasil penelitian Umami et.al (2012),

menyatakan bahwa pada media MS padat mengandung NAA dan BAP merupakan

kombinasi hormon yang cocok digunakan dalam media untuk regenerasi dengan

produksi planlet lebih banyak pada tanaman rumput gajah mini dengan metode

kultur jaringan.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi hormon auksin

NAA dan sitokinin BAP yang tepat untuk pertumbuhan dan menjaga kultivar

rumput gajah mini secara kultur jaringan. Oleh sebab itu, peneliti memulai mencari

kombinasi ZPT yang sesuai untuk inisiasi kalus menjadi planlet pada rumput gajah

mini, dan diharapkan dari penelitian ini dapat menghasilkan kultivar rumput gajah

unggul yang tahan terhadap cekaman kekeringan .

Page 17: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

3

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Gajah Mini

Rumput gajah mini/ rumput kerdil disebut sebagai tanaman menyerbuk atau

perkawinan silang yang semula ditemukan di Florida, Amerika Serikat

Pongtongkam et.al. (2006). Sedangkan Rahman dkk. (2013) berpendapat bahwa

rumput gajah mini merupakan salah satu rumput unggul yang mempunyai produksi

yang cukup tinggi. Selain itu menghasilkan banyak anakan, batang yang tidak keras

dan mempunyai ruas-ruas daun yang banyak serta sruktur daun yang muda

sehingga sangat disukai oleh ternak.

Rumput gajah mini merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai

produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas

yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan

pakan yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai

tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat

kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan

perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas

secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi

lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break)

terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006).

Rumput gajah jenis ini berbeda dari rumput gajah yang biasa dibudidayakan

oleh petani atau peternak saat ini. Rumput gajah biasa tingginya sekitar 4,5 meter,

sedangkan rumput odot bisa mencapai 1 meter, dengan rumpun yang sangat rapat

mirip pandan. Dengan kondisi ini, tentunya rumput odot jauh lebih efisien dalam

Page 18: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

4

penggunaan lahan. Untuk lahan 1 meter persegi rumput gajah biasa hanya

menghasilkan sekitar 29,5 kg/ha/tahun, maka rumput odot bisa mencapai sekitar 36

kg/tahun. Hampir semua bagian rumput odot bisa dimakan oleh sapi, sedangkan

rumput gajah biasa hanya sekitar 60-70% saja (Purwawangsa dan Putera, 2014).

Gambar 1. Tanaman Rumput Gajah Mini

Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau

sobekan rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan

tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau

mata). Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase

adalah pada fase generatif, sebelum pembentukan bunga (Reksohadiprodjo, 1994).

Keunggulan dari rumput gajah mini yaitu dapat tumbuh dalam berbagai

jenis kondisi tanah, dan biasanya diperbanyak dengan cara vegetatif dengan

menggunakan rhizome atau stek batang. Sedangkan kelemahannya yaitu diantara

lain sulit dibudidayakan secara generatif karena bunga dan bijinya sangat kecil,

serbuk sari tidak bisa bertahan hidup dan periode matangnya putik dan serbuk sari

berbeda. Sehingga, sulit untuk dilakukan peryerbukan secara alami (Pongtongkam

et al., 2006).

Page 19: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

5

Teknik Kultur Jaringan (In vitro) Tanaman

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh-kembangkan bagian

tanaman baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik in vitro. Teknik

ini dicirikan oleh kondisi yang kultur aseptik, penggunaan media kultur buatan

dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT, serta kondisi ruang kultur dan

pencahayaannya terkontrol. Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan, secara

lebih spesifik terdapat beberapa tipe kultur, yaitu kultur kalus, kultur suspensi sel,

kultur akar, kultur pucuk tunas, kultur embrio (Yusnita, 2003).

Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau

irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan

dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.

Dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami

proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan

kedalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang

lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan

kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi

planlet dalam jumlah yang besar (Zulkarnain, 2009).

Teknik kultur jaringan tanaman memiliki prospek yang lebih baik daripada

metode perbanyakan tanaman secara vegetatif konvensional dikarenakan

keuntungan-keuntangan berikut ini. Pertama, jutaan klon dapat dihasilkan dalam

waktu setahun hanya dari sejumlah kecil material awal. Dengan metode generatif

konvensional dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan dalam jumlah

yang sama dan jumlah bahan awal yang diperlukan pun lebih besar. Kedua, teknik

Page 20: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

6

kultur jaringan hanya menawarkan suatu alternatif bagi spesies-spesies yang

resistan terhadap sistem perbanyakan vegetatif konvensional dengan melakukan

manipulasi terhadap faktor-faktor lingkungan, termasuk penggunaan zat pengatur

tumbuh. Ketiga, kemungkinan untuk mempercepat pertukaran bahan tanaman di

tingkat internasional. Apabila ditangani secara hati-hati, status aseptik dari bahan

tanaman mengurangi kemungkinan bagi interoduksi ataupun penyebaran penyakit

tanaman. Keempat, teknik kultur jaringan tidak tergantung pada musim. Stok

tanaman dapat segera diperbanyak pada sembarang waktu setelah pengiriman

ataupun penyimpanan, karena semua proses dilakukan di bawah kondisi lingkungan

yang terkendali di laboratorium atau rumah kaca (Zulkarnain, 2011).

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur

jaringan adalah (Harianto, 2009):

1. Pembuatan media

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman

yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam

mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan

seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang

ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung

dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi

ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan

juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

Page 21: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

7

2. Inisiasi

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan

dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur

jaringan adalah tunas.

3. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus

dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-

alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu

menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang

digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

4. Multiplikasi

Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan

menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk

menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan

eksplan. Botol kultur yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan

ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

5. Pengakaran

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya

pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan

mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat

pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi

oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan

Page 22: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

8

gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk

(disebabkan bakteri).

6. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan

aseptik ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu

dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari

udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat

rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu

beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup

dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan

pemeliharaan bibit generatif.

Media Kultur Jaringan

a. Media Dasar

Media adalah salah satu faktor penting dalam kultur jaringan. Media

tumbuh pada sistem kultur jaringan harus dapat memenuhi kebutuhan eksplan.

Media kultur jaringan dapat berupa media padat dan cair. Media padat berupa

padatan gel seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair

adalah nutrisi yang dilarutkan ke dalam air. Keberhasilan dalam penggunaan

media kultur jaringan sangat bergantung pada media yang digunakan. Media

kultur jaringan membutuhkan persyaratan kandungan unsur-unsur hara berupa

garam organik, bahan organik, vitamin dan zat pengatur tumbuh Nursyamsi

(2010).

Page 23: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

9

Media dasar yang sering digunakan adalah media MS (Murashige dan

Skoog), karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro, dan vitamin untuk

pertumbuhan tanaman. Zulkarnain (2011) menambahkan bahwa media MS yang

direvisi banyak digunakan, terutama pada mikropagansi tanaman dikotil dengan

hasil yang memuaskan. Hal itu dikarenakan medium MS memiliki kandungan

garam-garam anorganik yang menyediakan unsur makro terdiri dari Nitrogen

(N), Kalium (K), Belerang (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Fosfor (P),

sedangkan unsur mikro yang biasa digunakan terdiri dari Molibdenum (Mo),

Besi (Fe), Boron (B), Mangan (Mn), Seng (Zn), Kobalt (Co), dan Chlor (Cl),

disamping kandungan nitratnya yang tinggi.

Pemakaian agar dalam media berfungsi sebagai bahan pemadat yang

memiliki keuntungan diantaranya Agar dapat membeku pada temperatur ≤450C

dan mencair pada suhu 100oC, sehingga dalam kisaran kultur agar-agar dalam

keadaan beku yang stabil. Tidak diserap oleh tanaman. Tidak bereaksi dengan

persenyawaan penyusun media. Selain agar dalam penggunaan media sering

juga ditambahkan arang aktif. Pada kultur jaringan, arang aktif diketahui dapat

mengurangi gejala pencoklatan pada eksplan. Hal ini dikarenakan sifat arang

aktif yang dapat mengabsorbsi senyawa-senyawa yang dapat mengakibatkan

pencoklatan seperti senyawa fenol (Gunawan, 1992).

b. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)

Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif

dalam konsentrasi rendah, dan menimbulkan tanggap secara biokimia, fisiologis

dan morfologis. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan dalam kegiatan

Page 24: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

10

kultur jaringan adalah auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisat (Gunawan,

1992). Hal ini diperkuat oleh Hidayat (2007) yang menyatakan bahwa auksin

dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan dalam media

kultur jaringan dan diberikan dalam konsentrasi yang sesuai dengan

pertumbuhan yang diinginkan.

Metode Mohr merupakan kunci keberhasilan dalam kultur jaringan. Berikut

ini tabel kombinasi ZPT auksin sitokinin dalam metode Mohr.

Tabel 1. Kombinasi perbandingan ZPT auksin dan sitokinin dalam metode

Mohr (Mohr dan Schopfer, 1978 dalam Hendaryono, dkk. 1994).

ZPT Dosis kombinasi perbandingan ZPT (ppm)

Sitokinin 0 1 2 3 4 5

Auksin 5 4 3 2 1 0

Hasil pertumbuhan Akar saja Akar dan Tunas Tunas saja

Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses

pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Pengaruh auksin terhadap

perkembangan sel menunjukkan adanya indikasi bahwa auksin dapat menaikkan

tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan permeabilitas sel

terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang diikuti menurunnya tekanan

dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai dengan kenaikan

volume sel (Hendaryono, dkk. 1994). Jenis auksin yang biasa digunakan dalam

pembentukan kalus yaitu 2.4D (Dichlorophenoxyacetic Acid) sedangkan untuk

regenerasi salah satu jenis auksin sintetik yang sering digunakan adalah NAA

(Naphthalene Acetic Acid) karena NAA mempunyai sifat lebih stabil dari pada

IAA (Fitrianti, 2006).

Page 25: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

11

Sitokinin merupakan nama kelompok hormon tumbuh yang sangat penting

sebagai pemacu pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur jaringan. Bentuk

dasar dari sitokinin adalah “adenin” (6-amino purin). Adenin merupakan bentuk

dasar yang menentukan terhadap aktivitas sitokinin. Di dalam senyawa sitokinin,

panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut, akan

meningkatkan aktivitas zat pengatur tumbuh ini (Abidin, 1985 dalam Fitrianti,

2006). Salah satu sitokinin sintetik yang mempunyai aktivitas tinggi dalam

memacu pembelahan sel dalam kultur jaringan tanaman adalah 6-Benzil Amino

Purine (BAP). Menurut Bhojwani dan Razdan (1983) dalam Nurjanah (2009)

BAP merupakan sitokinin yang paling banyak digunakan dalam kultur jaringan

karena paling efektif untuk merangsang pembentukan tunas, lebih stabil, dan

tahan terhadap oksidasi serta paling murah diantara jenis sitokinin lainnya.

Tunas adventif Phellodendron amurense Rupr. berhasil diregenerasikan dari

kalus selama 4 minggu yang dikulturkan dalam media MS yang terdiri dari 1,5

mg/l BAP dan 1 mg/l NAA (Azad et al., 2005). Silvaa et al. (2006)

menyimpulkan bahwa konsentrasi 1, 2, 3 mg/l BAP yang dikombinasikan

dengan 0,5 mg/l NAA mampu menginduksi organogenesis internodus 'Bahia'

sweet orange (Citrus sinensis L. Osbeck). Sedangkan penelitian Ali (2007) yang

menggunakan dua varietas tembakau yang berbeda, didapatkan hasil bahwa

Nicotiana tabacum L. var. SPTG-172 berhasil menginduksi kalus dan tunas pada

kombinasi medium MS dengan penambahan 2 ppm BAP dan 0,2 ppm NAA.

Sedangkan untuk varietas yang lain yaitu Nicotiana tabacum L. var. K- 399

Page 26: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

12

berhasil menginduksi kalus dan tunas pada kombinasi 1 ppm BAP dan 0,2 ppm

NAA.

c. Vitamin dan bahan organik

Vitamin adalah bahan organik bagian dari enzim atau kofaktor yang esensial

untuk fungsi metabolik (Lieberman dan Bruning, 1990). Vitamin diperlukan

tanaman untuk pertumbuhan jaringan. Tanaman biasanya menghasilkan vitamin

dengan sendirinya, tetapi dalam kultur jaringan vitamin harus ditambahkan pada

media sebagai penyedia sumber vitamin yang sangat dibutuhkan tanaman untuk

perkembangan jaringan tanaman. Vitamin yang biasa ditambahkan adalah

vitamin B1 (thiamine), vitamin B6 (pyridoxine) dan niasin. Asam amino

diperlukan dalam mensintesis protein dan diferensiasi dari jaringan, dan asam

amino yang diperlukan asam aspartate, glycine, dan tyrosine (Gunawan, 1992).

Penanaman Aseptik

1. Eksplan

Eksplan adalah bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk

inisiasi suatu kultur. Eksplan yang digunakan harus dalam keadaan aseptik

melalui prosedur sterilisasi dengan berbagai bahan kimia. Dari eksplan aseptik

kemudian diperoleh kultur aseptik yaitu kultur dengan hanya satu macam

organisme yang diinginkan (Gunawan, 1992). Eksplan yang digunakan dapat

berukuran sangat kecil seperti kelompok sel sampai ukuran cukup besar yang

sudah membentuk organ. Eksplan yang berukuran besar mudah terkontaminasi,

sedangkan eksplan yang berukuran kecil tingkat pertumbuhannya lebih rendah.

Page 27: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

13

2. Sub kultur

Sub kultur merupakan salah satu kegiatan penting dalam metode kultur

jaringan (in vitro). Menurut Gunawan (1992) sub kultur adalah pemindahan

kultur aseptik dari satu media kultur ke dalam media kultur yang lain, baik yang

sama maupun berbeda jenis atau komposisi media kulturnya, dengan jangka

waktu tertentu. Masa saat kultur aseptik berada di dalam media disebut masa

inkubasi. Setiap masa inkubasi disebut passage. Passage pertama adalah sub

kultur pertama dari jaringan yang terbentuk dari eksplan awal. Sedangkan

passage kedua berarti adalah sub kultur kedua, demikian seterusnya. Masa

inkubasi tiap kultur berbeda untuk tiap spesies yang berbeda pula.

3. Kultur Kalus

Kalus merupakan sekumpulan sel yang masih aktif membelah dan belum

terdeferensiasi membentuk tunas maupun akar. Kalus juga dapat diartikan

sebagai sekumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang

membelah diri secara terus menerus (Hendaryono,dkk. 1994).

Eksplan yang berasal dari jaringan meristem berkembang lebih cepat

dibandingkan dengan jaringan dari sel-sel berdinding tipis dan mengandung

lignin. Pemeliharaan kalus perlu dilakukan subkultur secara berkala, sumber

kontaminasi pada kultur kalus dapat melalui media tanam yang tidak steril,

lingkungan kerja dan pelaksanaan yang tidak hati-hati, eksplan yang disterilisasi

secara tidak sempurna serta serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke

dalam botol kultur (Nugroho dan Heru, 2005).

Page 28: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

14

Tujuan kultur kalus adalah untuk memperoleh kalus dari eksplan yang

diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Dalam kultur jaringan,

kalus dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril, di dalam media

yang mengandung auksin dan kadang-kadang juga sitokinin. Organ tersebut

dapat berupa kambium vaskular, parenkhim cadangan makanan, perisikle,

kotiledon, mesofil daun dan jaringan provaskular. Kalus mempunyai

pertumbuhan yang abnormal dan berpotensi untuk berkembang menjadi akar,

tunas dan embrioid yang nantinya akan dapat membentuk plantlet (Yusnita,

2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kalus antara lain bahan

sterilisasi, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan,

substansi organik yang ditambahkan dan terang gelapnya saat inkubasi. Dalam

kultur kalus sel atau irisan jaringan tanaman yang disebut eksplan secara aseptik

diletakkan dan dipelihara dalam media padat atau media cair yang cocok dan

dalam keadaan steril. Dengan demikian sebagian sel pada permukaan irisan

akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus (Zulkarnain, 2009).

Kultur kalus dapat dikembangkan dengan menggunakan eksplan yang

berasal dari berbagai sumber, misalnya tunas muda, daun, ujung akar, buah dan

bagian bunga. Apabila dihasilkan dari bagian luar sel-sel korteks dari eksplan

mengalami pembelahan sel berulang-ulang. Kultur kalus berkembang lebih

lambat dibanding kultur suspensi sel. Hal ini disebabkan oleh adanya ZPT,

dimana hormon tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

kalus serta dapat menentukan arah pertumbuhan kalus. Interaksi dan

Page 29: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

15

keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media dan yang diproduksi

oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur (Yusnita,

2003).

Hipotesis Penelitian

Pemberian ZPT jenis auksin NAA dan sitokinin BAP dalam metode atau

teknik kultur jaringan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan memproduksi bibit

yang berkualitas dan meningkatkan atau mempertahankan kultivar rumput gajah

mini.

Page 30: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

16

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Oktober 2016, di

Laboratorium Bio Sains dan Bioteknologi Reproduksi Tanaman Teaching Industry

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol tanam sebagai

tabung kultur, laminair air flow, autoklaf, timbangan analitik, gelas ukur, pH meter,

gelas erlemeyer, hotplate dengan magnetik stirer, pinset, scalpel, cawan petri,

bunsen, korek api, kertas label, panci dan kamera.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplan dari

rumput gajah mini, media MS, gula, agar, zat pengatur tumbuh 2,4-D, NAA, BAP,

aquades, aluminium foil, tissue, alkohol 70% dan 96%.

Prosedur Penelitian

Sterilisasi Alat

Alat-alat seperti pinset, scalpel, botol kultur disterilkan terlebih dahulu

sebelum digunakan. Sterilisasi dilakukan dengan cara yaitu alat-alat dicuci bersih

dengan sabun, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas (kecuali botol kultur).

kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 1 jam. Apabila

alat-alat tidak langsung digunakan maka dapat disimpan di dalam oven pada suhu

70 oC. Laminar air flow cabinet sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan

dengan alkohol 70% dan disinari dengan lampu ultra violet selama 1 jam.

Page 31: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

17

Pembuatan Media MS (Murashige and Skoog)

Pembuatan media MS dilakukan dengan pembuatan larutan stok terlebih

dahulu dapat dilihat pada lampiran 1. Untuk membuat 1 (satu) liter media, larutan-

larutan stok tersebut dibagi dengan takaran sebagai berikut : larutan stok A 20 ml,

larutan stok B 20 ml, larutan stok C 10 ml, larutan stok D 10 ml, larutan stok E 10

ml, larutan stok F 10 ml dan larutan Vit 10 ml, kemudian masing-masing larutan

stok dimasukkan kedalam erlemenyer yang telah berisi aquades kira-kira 200 ml,

menambakan hormon tumbuh sesuai perlakuan dan ukur pH media 5.6-5.8,

selanjutnya tambahkan gula dan agar gellan gum serta aquades sampai volumenya

1 liter. Larutan kemudian dipanaskan didalam micro wave atau diatas kompor

sampai mendidih. Setelah dipanaskan, larutan dibagi ke dalam botol kultur kira-kira

20 ml setiap botol kultur, botol tersebut ditutup rapat dan diberi label sesuai dengan

perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dan disterilkan selama 30

menit dengan suhu 1210C.

Sumber Eksplan dan Sterilisasi Eksplan

Sumber eksplan adalah bagian batang tanaman rumput gajah mini yang

diambil dari kebun rumput. Eksplan diperoleh dari tunas pucuk bagian batang

tanaman (bagian dalam batang warna putih) rumput gajah mini sebelum ditanam ke

dalam media terlebih dahulu disterilisasi.

Batang yang telah diambil tersebut kemudian disterilkan dengan cara

menyemprotkan alkohol 70% selama kurang lebih 10 menit. Langkah selanjutnya

adalah eksplan yang telah disterilkan kemudian disterilisasi bakar dengan cara

dicelupkan dalam alkohol 96% kemudian dibakar diatas bunsen dalam laminar air

Page 32: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

18

flow sebanyak 3 kali. Kemudian ditanam ke dalam medium perlakuan dan disimpan

dalam ruang inkubasi, selanjutnya mengamati respon akibat perlakuan.

Alur Penelitian

Alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tanaman Rumput Gajah mini

Tunas anakan rumput gajah mini

Memotong bagian yang tidak digunakan seperti daun dan

Membersihkan dari sisa tanah yang menempel

Tunas pucuk rumput gajah

mini

Eksplan

Sterilisasi eksplan

Sterilisasi alat Pembuatan Media MS

Penanaman eksplan kebotol kultur dengan

media 2.4D 2 mg/L

Kalus

Regenerasi Kalus ke media Perlakuan

Pengamatan respon kalus atau eksplan terhadap perlakuan

Pertumbuhan Akar

- Waktu muncul akar

- Panjang akar

Pertumbuhan Tunas

- Waktu muncul tunas

- Panjang tunas

Berat planlet

Page 33: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

19

Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) faktorial (Gomez dan Gomez, 2010). Faktor pertama adalah konsentrasi

NAA dan faktor kedua adalah konsentrasi BAP.

Faktor I adalah konsentrasi NAA (A) yang terdiri atas:

A1 = NAA konsentrasi 0 mg/l

A2 = NAA konsentrasi 0.5 mg/l

A3 = NAA konsentrasi 1 mg/l

Faktor II adalah konsentrasi BAP (B) yang terdiri atas:

B1 = BAP konsentrasi 0 mg/l

B2 = BAP konsentrasi 1 mg/l

B3 = BAP konsentrasi 2 mg/l

Jumlah kombinasi perlakuan ada 9 dan setiap perlakuan diulang 3 kali,

sehingga terdapat 27 unit pengamatan.

Parameter Pengamatan

1. Waktu muncul akar

Saat tumbuh akar dihitung dengan cara menghitung jumlah hari sejak eksplan

ditanam hingga saat pertama kali muncul akar berukuran 1 mm dan tumbuh ke

arah bawah (media) (Kaisar, 2014).

2. Panjang akar (akhir pengamatan)

Pengamatan dilakukan dengan cara diukur dari pangkal batang hingga ujung

akar yang terpanjang dengan satuan cm (Maslukhah, 2008).

Page 34: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

20

3. Kecepatan tunas / saat muncul tunas

Saat tumbuh tunas dihitung dengan cara menghitung jumlah hari sejak eksplan

ditanam hingga saat pertama muncul tunas berukuran 1 mm berwarna hijau dan

tumbuh ke arah atas (Kaisar, 2014).

4. Panjang tunas

Pengamatan dilakukan dengan diukur dari eksplan tempat muncul awal

tunas hingga ujung tanaman terpanjang pada akhir pengamatan atau setelah

penelitian (Maslukhah, 2008).

5. Berat basah planlet

Berat basah planlet diukur dengan menimbang berat keseluruhan masing-

masing eksplan menggunakan timbangan analitik diakhir penelitian (Kaisar,

2014).

Pengolahan Data

Data dianalisis dengan analisis ragam menurut Racangan Acak Lengkap

menggunakan dua faktor untuk menguji keterkaitan dan pengaruh dari faktor

tersebut Gomez dan Gomez (2010). Jika hasil sidik ragam berpengaruh nyata maka

dilakukan uji lanjutan yaitu Uji Beda Jarak Berganda Duncan (DMRT). Model uji

statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝑌𝑖𝑗𝑘 = 𝜇+𝛼𝑖+𝛽𝑗+(𝛼𝛽)𝑖𝑗+𝜀𝑖𝑗𝑘

Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan pada faktor I taraf ke i, faktor II taraf ke j, dan

ulangan ke k.

μ, αi, βj : Komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor I dan II.

(α, β)i : Komponen interaksi dari faktor I dan II.

εijk : Pengaruh acak yang menyebar normal.

Page 35: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan selama 35 hari (5 minggu), dengan pemberian zat

pengatur tumbuh NAA dan BAP pada kultur in vitro kalus rumput gajah mini

dengan konsentrasi yang berbeda yaitu sebanyak 9 perlakuan dan masing-masing

perlakuan memberikan respon berbeda setiap parameter yang diamati.

Waktu Kemunculan Akar

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan

A1B1 sebagai kontrol berpengaruh nyata terhadap waktu muncul akar.

Tabel 2. Waktu Kemunculan Akar HST (Hari setelah tanam)

Perlakuan Rata-rata

A1B1 11.3a

A1B2 22.7b

A1B3 21.3b

A2B1 17.3b

A2B2 18.3ab

A2B3 20.7ab

A3B1 12b

A3B2 25ab

A3B3 25ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata dengan uji DMRT pada taraf ( P<0,05).

A1B1 (Kontrol) = NAA 0 ppm + BAP 0 ppm (Media MS) A1B2 = BAP 1 ppm

A1B3 = BAP 2 ppm A2B1 = NAA 0,5 ppm

A2B2 = NAA 0,5 ppm + BAP 1 ppm A3B1 = NAA 1 ppm

A2B3 = NAA 0,5 ppm + BAP 2 ppm

A3B2 = NAA 1 ppm + BAP 1 ppm

A3B3 = NAA 1 ppm + BAP 2 ppm

Page 36: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

22

Hasil uji DMRT pada taraf P<0.05 disajikan pada Tabel 2 menunjukkan

bahwa perlakuan A1B1 (kontrol/ Media MS) berpengaruh nyata terhadap waktu

kemunculan akar. Sedangkan perlakuan NAA tungga dan BAP tunggal maupun

kombinasi kedua hormon antara NAA dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap

waktu kemunculan akar. Media MS tanpa penambahan hormon eksogen kedalam

media kultur tetap dapat merangsang kemunculan atau pertumbuhan akar. Hal ini

terjadi karena pembentukan akar tidak hanya dipengaruhi hormon auksin eksogen

yang ditambahkan dalam media. Tetapi, adanya pengaruh dari hormon auksin

endogen yang terkandung dalam tanaman rumput gajah itu sendiri. Sehingga,

mampu merangsang pertumbuhan atau pembetukan akar meskipun tanpa

penambahan hormon auksin eksogen kedalam media MS. Hal ini sesuai pendapat

Gunawan (2008), yang mengemukakan bahwa zat pengatur tumbuh endogen

merupakan faktor untuk memacu proses tumbuh dan morfogenesis eksplan, baik

membentuk kalus, akar, tunas dan planlet. Hal ini juga tidak terlepas dari

tersedianya nutrisi pada media yang dibutuhkan eksplan untuk tumbuh dalam

keadaan cukup dan seimbang. Media tumbuh pada kultur jaringan juga sangat besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang

dihasilkan Rahardja (2007), juga mengemukakan bahwa respon pertumbuhan

eksplan yang dikultur tergantung pada interaksi serta keseimbangan antara zat

pengatur tumbuh endogen yang ada pada eksplan dan zat pengatur tumbuh eksogen

yang ditambahkan dalam media.

Menurut Agustina (2002), menyatakan bahwa munculnya akar disebabkan

oleh masih tingginya auksin yang terdapat dalam eksplan (endogen) sehingga

Page 37: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

23

walaupun ditambahkan ditambahkan auksin secara eksogen dengan konsentrasi

rendah akan dapat membentuk akar.

Perlakuan yang menggunakan BAP tunggal menunjukkan hasil waktu

muncul akar paling lambat yaitu 22 HST dibandingkan dengan pemberian NAA

yaitu 12 HST, dikarenakan perlakuan BAP merupakan salah satu jenis hormon

sitokinin yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tunas. Sedangkan

NAA merupakan salah satu golongan auksin yang berperan dalam merangsang

pertumbuhan akar. Hal ini sesuai pendapat Harjadi (2009), mengemukakan bahwa

fungsi NAA bagi tanaman adalah pertumbuhan kalus, merangsang pembelahan sel

serta pertumbuhan akar dan mengatur morfogenesis. Menurut Bhojwani dan

Razdan (1983) dalam Nurjanah (2009) BAP merupakan sitokinin yang paling

banyak digunakan dalam kultur jaringan karena paling efektif untuk merangsang

pembentukan tunas.

Panjang Akar

Hasil pengamatan panjang akar rumput gajah mini dan sidik ragamnya

disajikan pada Tabel 3. Analisis ragamnya menunjukkan bahwa beberapa perlakuan

berpengaruh nyata terhadap panjang akar.

Hasil uji DMRT pada taraf P<0.05 pada Tabel 3 menunjukkan bahwa

perlakuan A2B1 (NAA 0.5 ppm), A3B1 (NAA 1 ppm), dan A1B3(BAP 2 ppm)

berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Perlakuan A3B1 (NAA 1 ppm)

memberikan respon terbaik terhadap panjang akar terpanjang yaitu dengan rata-rata

8 cm. interaksi konsentrasi antara NAA 1 ppm dan BAP 2 ppm memberikan respon

panjang akar terpendek yaitu 0.17 cm. Hasil ini terlihat bahwa semakin tinggi

Page 38: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

24

konsentrasi NAA yang diberikan mampu meningkatkan panjang akar, tetapi

pemberian ZPT yang diberikan harus dengan konsentrasi yang sesuai dalam artian

tidak berlebihan, karena jika konsentasi ZPT yang diberikan berlebihan. Maka,

pertumbuhan tanaman terhambat atau fungsi dari ZPT tersebut tidak bekerja. Hal

ini sesuai pendapat Lakitan (1996) yang mengemukakan bahwa pemberian zat

pengatur tumbuh dalam konsentrasi yang sesuai dapat meningkatkan morfogenesis

tanaman, tetapi apabila zat pengatur tumbuh diberikan dalam konsentrasi yang

berlebihan maka akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan morfogenesis

tanaman. Selain itu NAA adalah auksin eksogen yang mempunyai aktivitas fisiolgis

yang dapat memacu pertumbuhan akar.

Tabel 3. Panjang akar (akhir pengamatan) dalam satuan cm

Perlakuan Rata-rata

A1B1 4.17a

A1B2 3.23a

A1B3 1.23b

A2B1 0.63a

A2B2 3.63ab

A2B3 1.83ab

A3B1 8b

A3B2 2.07ab

A3B3 0.17ab

Keterangan: angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata dengan uji DMRT pada taraf ( P<0,05).

Page 39: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

25

Menurut Rukmana (2009), zat pengatur tumbuh auksin NAA merangsang

pertumbuhan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan akar- akar dan panjang

akar yang menyebabkan tanaman dapat menyerap air beserta unsur hara yang lebih

banyak untuk pertumbuhan tanaman. Pembentukan akar tidak terlepas dari proses

pembelahan jaringan yang aktif dan berdiferensiasi, dan ditunjang oleh adanya

senyawa organik dan anorganik yang terdapat dalam media sederhana. Lakitan

(2000), menerangkan bahwa suatu tanaman akan tumbuh dengan baik dan subur

bila unsur hara yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah yang cukup dan berada

dalam bentuk yang sesuai sehingga dapat diserap tanaman.

Waktu Muncul Tunas

Hasil analisis anova waktu muncul tunas tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap setiap perlakuan. Rata-rata waktu muncul tunas disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 2. Diagram batang Waktu Muncul Tunas HST (Hari setelah tanam)

Kalus yang ditumbuhkan pada media A3B2 (NAA 1 dan BAP 1)

menunjukkan waktu munculnya tunas tercepat, yaitu 15 hari. Kecepatan

0

16

22

0

20

0

24.5

15

00

5

10

15

20

25

30

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Nilai Rata-rata Waktu Muncul Tunas

Perlakuan

A1B1 : MS (KONTROL)

A1B2 : BAP 1 ppm

A1B3 : BAP 2 ppm

A2B1 : NAA 0.5 ppm

A2B2 : NAA 0.5 +BAP 1 ppm

A2B3 : NAA 0.5 +BAP 2 ppm

A3B1 : NAA 1 ppm

A3B2 : NAA 1 +BAP 1 ppm

A3B3 : NAA 1 + BAP 1 ppm

Page 40: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

26

pertumbuhan yang terjadi pada kalus dikarenakan adanya interaksi yang tepat

anatara hormon endongen eksplan dengan penambahan hormon eksogen.

Keseimbangan konsentrasi auksin dan sitokinin yang ditambahkan dalam media ini

mengakibatkan proses fisiologis dalam eksplan dapat berlangsung efektif dalam

memacu awal pertumbuhan tunas. Hal ini sesuai pendapat Gunawan (2008)

menyatakan bahwa interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan ke

dalam media dan yang diproduksi oleh tanaman secara endogen menentukan arah

perkembangan suatu kultur. George dan Sherrington (1984) juga mengemukakan

bahwa pertumbuhan dan perkembangan eksplan dipengaruhi oleh interaksi dan

keseimbangan anatara ZPT eksogen dan ZPT endogen.

Komposisi auksin dan sitokinin dalam medium kultur in vitro memainkan

peranan penting dalam induksi dan regenerasi kalus menjadi tunas. Interaksi antara

sitokinin dan auksin merupakan hal krusial dalam mengontrol proses pertumbuhan

dan perkembangan dalam kultur in vitro. Walaupun auksin berperan utama dalam

pembelahan sel, namun pada beberapa tanaman sitokinin juga sangat dibutuhkan

untuk proliferasi kalus. Hormon antara sitokinin dan auksin yang akan menentukan

apakah kalus akan bergenerasi membentuk tunas, akar atau tunas dan akar (George,

1993).

Panjang Tunas

Hasil analisis sidik ragam panjang tunas tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap setiap perlakuan. Rata-rata panjang tunas disajikan pada Gambar 3.

Page 41: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

27

Gambar 3. Diagram batang Panjang tunas (akhir pengamatan) dalam satuan cm.

Berdasarkan Gambar 3 diperoleh hasil bahwa untuk parameter panjang

tunas pada media MS yang ditambahkan beberapa konsentrasi NAA dan BAP tidak

berpengaruh nyata secara interaksi. Namun, panjang tunas terpanjang yaitu 11 cm

dengan pemberian hormon NAA 1 dan BAP 1 ppm. Sedangkan panjang tunas

terpendek yaitu penggunaan kombinasi hormon NAA 0.5 dan BAP 2 ppm yaitu

1.17 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi auksin NAA 1 ppm

dan sitokinin BAP 1 ppm kedalam media merupakan konsentrasi yang tepat dalam

merangsang pertumbuhan tunas. Karena, penggunaan auksin dan sitokinin dalam

satu media dapat memacu pertumbuhan tunas dengan adanya pengaruh satu sama

lain antara zat pengatur tumbuh tersebut. Hal ini sesuai pendapat Yuswindasari

(2010) yang mengemukakan bahwa penggunaan sitokinin mempunyai peranan

penting jika bersamaan dengan auksin yaitu merangsang pembelahan sel dalam

jaringan yang dibuat eksplan serta merangsang pertumbuhan tunas dan daun.

Karjadi dan Buchory (2007), yang mengemukakan bahwa zat pengatur

tumbuh auksin dan sitokinin tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi kedua ZPT tersebut

0

7.33

3.4

0 1.17 0

9.5

11

00

2

4

6

8

10

12

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Rata-rata Panjang Tunas

Panjang Tunas Rata-rata

Perlakuan

Page 42: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

28

saling berinteraksi dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan eksplan,

sehingga untuk memacu pembentukan tunas dapat dilakukan dengan memanipulasi

dosis auksin dan sitokinin.

Berat Basah Planlet

Hasil analisis sidik ragam berat basah planlet tidak menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap setiap perlakuan. Rata-rata berat basah planlet disajikan pada

Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Batang Berat basah planlet (gram)

Hasil sidik ragam berat basah planlet tidak menunjukkan pengaruh nyata,

dengan pemberian hormon tunggal NAA 0.5 dan 1 ppm, BAP 1 dan 2 ppm.

Maupun, secara interaksi pada media MS yang ditambahkan konsentrasi NAA dan

BAP. Pemberian hormon tunggal NAA 1 ppm menunjukkan berat basah planlet

terberat yaitu 1.07 gram dan berat terendah yaitu 0.13 gram dengan pemberian

hormon BAP 2 ppm. Hal ini disebabkan dimana pertumbuhan akar dan tunas yang

baik mempengaruhi berat basah planlet rumput gajah mini, meskipun NAA

termasuk golongan auksin. Hal ini sesuai pendapat Parera (1997), yang

mengemukakan bahwa auksin berperan pula dalam penyerapan air yang akan

0 0.23 0.13 0 0.19 0

1.07

0.30

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

Rata-rata Berat Basah Planlet

Rata-rata

Perlakuan

Page 43: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

29

mendorong pemanjangan sel dan pembesaran sel yang dapat meningkatkan bobot

atau berat basah tanaman. Pendapat ini juga didukung oleh Abidin (2005), yang

mengemukakan bahwa fungsi dari hormon auksin adalah membantu proses

pertumbuhan akar maupun batang, mempercepat perkecambahan serta membantu

proses pembelahan sel. Didalam proses pembelahan sel maka ukuran eksplan,

bentuk dan volume eksplan akan bertambah besar sehingga mempengaruhi berat

eksplan.

Budidaya Pertumbuhan Rumput Gajah Mini secara In Vitro.

Rumput gajah mini dalam penelitian ini ditanam dengan metode in vitro.

Dimana, bagian warna putih dalam tunas dari anakan rumput gajah mini dijadikan

sebagai eksplan awal. Proses pertumbuhan atau regenerasi rumput gajah mini

secara in vitro dapat dilihat pada Gambar 5.

c a b

Page 44: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

30

Gambar 5. Proses pertumbuhan rumput gajah mini secara in vitro (a) tanaman

rumput gajah mini. (b) tunas rumput gajah mini. (c) planlet rumput

gajah mini di media 2.4D 2ppm. (d) kalus setelah 30 hari. (e) akar

dengan media MS setelah 12 hari diregenerasi. (f) panjang akar setelah

35 hari di MS. (g) tunas dengan media NAA 1ppm+BAP 1 ppm setelah

17 hari diregenerasi. (h) panjang tunas dengan media NAA 1ppm+ BAP

1 ppm setelah 35 hari. (i) Planlet dan proses aklimatisasi rumput gajah

mini diakhir pengamatan.

g h i

d e f

Page 45: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat di ambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Media MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh

nyata terhadap parameter waktu kemunculan akar, namun berbeda tidak

nyata terhadap parameter panjang akar dan tunas, waktu kemuculan tunas,

berat basah planlet.

2. Zat pengatur tumbuh NAA 0.5 memberikan pengaruh nyata terhadap

parameter panjang akar dan NAA 1 ppm diperoleh hasil panjang akar

terpanjang dengan rata-rata 8cm, tetapi berbeda tidak nyata terhadap

parameter waktu kemunculan akar dan tunas serta berat basah planlet.

3. Tidak terdapat interaksi antara NAA dan BAP pada semua parameter, tetapi

pada konsentrasi NAA 1 dan BAP 1 ppm dalam satu media memberikan

hasil terbaik terhadap parameter panjang tunas dan berat basah planlet.

Saran

1. Konsentrasi NAA 1 ppm dapat memberikan hasil terbaik terhadap panjang

akar. Dan kombinasi NAA 1 dan BAP 1 ppm memberikan respon yang baik

pada pertumbuhan tunas dan berat basah planlet

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai optimasi konsentarasi NAA

dan BAP pada kisaran 1 ppm.

Page 46: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

32

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2005. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuhan.

Penerbit Angkasa Press, Bandung.

Agustina, L. 2002. Nutrisi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Ali, G. 2007. Callus induction and in vitro complete plant regeneration of different

cultivars of tobacco (Nicotiana Tabacum L.) on media of dfferent

hormonal consentration. Biotechnology. 6 (4) : 561-566.

Azad, M.A.K.,S.Yokata., T.Ohkubo., Y.Andoh., S.Yahara and N. Yoshizawa.

2005. In vitro regeneration of medical woody plant Phellodendron

amurense rupr through excised leaves. Brazil. Journal plant cell, Tissue and

organ culture. 80 (1):43-50.

Fitrianti, A. 2006. Efektivits Asam 2,4-Diklororofenoksiasetat (2,4-D) dan

Kinetin pada Medium MS dalam Induksi Kalus Sambiloto dengan Eksplan

Potongan Daun. Skripsi. Biologi FMIPA UNS. Semarang.

George, E.F dan Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture.

Handbook and Directory of Directory of Commercial laboratories. Eastern

Press, 284-330.

George, E.F. 1993. Plant Propagation by Tissue Culture. Handbook and Directory

of Directory of Commercial laboratories. Exegetics Ltd. England.

Gomes, K.A., dan A.A. Gomez. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian

Pertanian. (Terjemahan). E. Syamsudin dan J. S. Baharsjah. Edisi kedua.

Penerbit UI Press, Jakarta.

Gunawan, L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur

Jaringan Tumbuhan PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

____________. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas

Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harjadi, S.S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Harianto,W. 2009. Pengenalan Teknik In Vitro. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Wijayani, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan.

Penerbit Kanisus, Yogyakarta. Hal. 17.

Page 47: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

33

Hidayat. 2007. Induksi pertumbuhan eksplan endosperm ulin dengan IAA dan

kinetin. Jurnal Agritrop, 26 (4): 147-152.

Ibrahim, M.A. 1989. Respone of Dwarf Elephant Grass (Pennisetum purpureum

Schum cv Mott) to different frequencies and untensities of grazing in the

hummid zone at Guaples Costa Rica. Thesis Magister. Centro Agronomo

Tropical de investigaciony Esenanza Tarialbu, Costa Rica.

Kaisar, I. 2014. Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih (Allium sativum L.) pada

beberapa Konsentrasi Sukrosa dan Arang Aktif. Skripsi. Program studi

Agroekoteknologi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Universitas Bengkulu. Bengkulu. Hal 22-24.

Karjadi dan Buchory. 2007. Pengaruh NAA dan BAP terhadap pertumbuhan

jaringan meristem bawang putih pada media B5. Bandung. J.Hort.

17(3):217-223.

Lakitan, B. 1996. Fisiologis Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Penerbit

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 218.

_______. 2000. Fisiologis Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Penerbit

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lieberman, S. and N. Bruning. 1990. The Red Vitamin and Mineral Book. Garden

City Park, New York. Avery Publishing Group.

Maslukhah, U. 2008. Ekstrak Pisang sebagai Suplemen Media MS dalam Media

Kultur Tunas Pisang Rajabulu (Musa paradisiaca L. AAB GROUP) in

Vitro. Skripsi. Program studi hortikultura Departemen Agronomi dan

Hortikultura Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Hal 28.

Nugroho, A. dan Heru, S. 2005. Pedoman Pelaksanaan Teknik. Penerbit Penebar

Swadaya, Jakarta.

Nurjanah, E. 2009. Pengaruh Kombinasi NaCl dan ZPT IBA pada Media MS

Terhadap Pertumbuhan Galur Mutan Padi Secara In Vitro. Skripsi. Prodi

Biologi. Fakultas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Nursyamsi. 2010. Teknik kultur jaringan sebagai alternatif perbanyakan tanaman

untuk mendukung rehabilitasi lahan. Balai Penelitian Kehutanan

Makassar. Prosiding Ekspose. Hal 85-100.

Parera. 1997. Pengaruh tingkat konsentrasi pertumbuhan perbanyakan tanaman

anggrek dendrobium melalui teknik kultur jaringan. J. Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi 2:57-64.

Page 48: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

34

Pongtongkam P, Peyachoknagul S, Arananant J, Thongpan A, Tudsri S. 2006.

Production of salt tolerance dwarf napiergrass (Pennisetum purpureum cv

Mott) using tissue culture and gama irradiation. Kasetsart J. (Nat.Sci) 40:

625-633.

Purwawangsa, H. dan Putera, B.W. 2014. Pemanfaatan lahan tidur untuk

penggemukan sapi. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. Vol.1

No. 2: 92-96. ISSN : 2355-6226.

Rahardja, P.C. 2007. Teknik Perbanyakan Tanaman secara Modern. Penerbit

Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahman, D. Lasmadi, S.S. Malalantang, Rustadi dan S.D. Anis. 2013.

Pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah dwarf (pennisetum

purpureum cv. mott) yang diberi pupuk organik hasil fermentasi EM4.

Jurnal Zootek. Vol 32 (5) : 158-171.

Ramulu, S R. 1986. Origin and nature of somaklonal variation in potato (pp. 189-

197) in J. Semal editor Somaclonal Variation and Crop Improvement.

Martinus Nijhoff Publisher. USA.

Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.

B.P.F.E. University Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rukmana, R. 2009. Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa Plastik. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Santoso U dan F Nursandi. 2005. Kultur Jaringan Tanaman. Penerbit UMM Press,

Malang.

Shah, M.M., Q. Khalid, U.W. Khan, S.A.H. Shah, S.H. Shah, A. Hassan and A.

Perves. 2009. Variation in genotypic responses and biochemical analysis of

callus induction in cultivated wheat. Genet. Mol. Res: 8(3): 783-793

Silvaa, R. P.S., W.A.B de Almeidab, E. dos S.Souzab and F.de A.A.M.Filhoa.

2006. In vitro organogesis from adult tissue of ‘Bahia’ sweet orange

(Citrus sinensis L.Osbeck). Fruits jurnal 61: 367-371.

Suarna. I.M. 2003. Evaluasi produktivitas rumput unggul pada dataran

tinggi di Bali. Majalah Ilmiah Peternakan Indonesia.

Syarifuddin, NA. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilase

pada Berbagai Umur Pemotongan. Produksi Ternak, Fakultas Pertanian

UNLAM. Lampung.

Page 49: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

35

Umami N, Gondo T, Ishigaki G, Raiman MM, and Akashi R. 2012. Efficient

nursey production and mutiple-shoot clumps formation from shoot tiller-

derived shoot apices of dwarf napiergrass (Pennisetum purpureum

schumach). Japan. Warm regional society of animal science. J.Waras

55(2):121-127-2012.

Urribari, L., A. Ferrer, and A. Collina. 2005. Leaf protein from ammonia treasted

dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum Schum cv Mott). Journal of

Applied Biochemistry and Biotechnology. Humana Press Inc. Vo. 122,

No.1-3, p: 721-730.

Wenzel, G,B. Forughi-Wehr.1993. In Vitro selection (pp.45-59) in Hayward, MD,

NO. Bosemark and Romagsa, editor. Plant Breeding. Principle and

Prospects. Chapman & Hall, London.

Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.

Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.

Yuswindasari, C. O. 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BA dan

NAA terhadap pembentukan tunas jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada

kultur In Vitro. Skripsi. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman; Solusi Perbanyakan Tanaman Budi

Daya. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

________. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Page 50: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

36

Lampiran 1 Komposisi Media MS

Komposisi Bahan Kimia Media Murashige dan Skoog (MS)

Stock Bahan Kimia Kebutuhan

per Liter

Media

(mg/l)

Pemakaian

10 Kali

(g/l)

Pemakaian

50 Kali

(g/l)

Pemakaian

100 kali

(g/l)

A Ammonium

Nitrate

(NH4NO3)

1.650 16,5 82,5 165

B Pottasium

Nitrate (KNO3)

1.900 19 95 190

C. Pottasium

Dihydrogen

Phosphate

(KH2PO4)

170 1,7 8,5 17

Cobalt Chloride

(CoCl2.6H2O)

0,025 0,00025 0,00125 0,0025

Boric Acid

(H3BO3)

6,2 0,062 0,31 0,62

Pottasium

Iodide (KI)

0,83 0,0083 0,0415 0,083

Sodium

Molybdate

(Na2MoO4.2H2

O)

0,25 0,0025 0,0125 0,025

D Calcium

Chloride

(CaCl2.2H2O)

440 4,4 22 44

E Magnesium

Sulphate

(MgSO4.7H2O)

370 3,7 18,5 37

Cupper Sulphate

(CuSO4.5H2O)

0,025 0,00025 0,00125 0,0025

Manganese

Sulphate

(MnSO4.4H2O)

22,3 0,223 1,115 2,23

Zine Sulphate

(ZnSO4.7H2O)

8,6 0,086 0,43 0,86

F Iron Sulphate

(FeSO4)

27,8 0,278 1,39 2,78

Triplex III

(Na2EDTA)

37,3 0,373 1,865 3,73

Page 51: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

37

Vit Glycine 2 0,02 0,1 0,2

Myo-Inositol 100 1 5 10

Nicotinic Acid 0,5 0,005 0,025 0,05

Pyridoxine-HCl 0,5 0,005 0,025 0,05

Thiamine-HCl 0,1 0,001 0,005 0,01

Gula

Gellan

Gum/Bacto

Agar

Unsur Pelarut

HCl

Sodium

Hydroxide

(NaOH)

Catatan : pH media 5,6 – 5,8

Page 52: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

38

Lampiran 2. Daftar Istilah

Aseptik : Menumbuhkan jaringan tanaman pada kondisi bebas kontaminasi

mikroba.

In vitro : Kultur organ atau sel pada mediun pertumbhan yang mengandung

nutrisi, di dalam suatu wadah terbuat dari kaca/gelas (erlenmeyer,

botol kaca dan sebagainya) dan dalam kondisi lingkungan yang

terkontrol.

Eksplan : Organ atau sepotong jaringan tanaman yang digunakan untuk

memulai kultur

Proliferasi : Pertumbuhan yang luar biasa sel, tunas, atau embrio mikroproagasi.

Diferensiasi : Pertumbuhan sel/ jaringan dengan fungsi spesifik

Dediferensiasi: Kembali dari sifat diferensiasi ke non-diferensiasi atau kemampuan

sel-sel masak (mature) kembali ke kondisi meristematik dan dan

berkembang dari satu titik pertumbuhan baru yang diikuti oleh

dediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi organ

baru.

2,4 D : dichlorophenoxyacetic acid.

Agar : Produk yang terbuat dari alga yang digunakan untuk memadatkan

medium kultur jaringan.

Auksin : Hormon yang menyebabkan perpanjangan sel, dominansi pucuk,

inisiasi akar; misalnya NAA (Naphthalene Acetic Acid)

BA atau BAP : Benzyladenine atau 6-benzyaminopurin.

Erlenmeyer : Suatu wadah kultur berbentuk kerucut dengan bagian bawahnya

datar.

Hormon : Senyawa organik yang dihasilkan di dalam tanaman, dalam

konsentrasi rendah dapat meningkatkan, menghambat, atau secara

kualitatif memodifikasi pertumbuhan tanaman pada bagian yang

berbeda dari tempat sintesisnya.

Inisiasi : Pembentukan struktur suatu organ, seperti primordial akar atau

pucuk.

Page 53: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

39

Kalus : Jaringan yang tumbuh dari poliferasi sel-sel yang belum

terorganisasi-suatu kelompok sel tanaman yang belum

terdiferensiasi.

Laminar Air Flow Cabinet (LACF) : Kotak yang digunakan untuk inokulasi

eksplan, LAFC harus selalu dijaga agar tetap steril dengan

mengalirkan udara steril secara teratur dengan arah horizontal.

Magnetic stirrer : Pengaduk bermagnet, yaitu suatu alat yang terdiri atas pemanas

dan magnet yang berputar, alat ini digunakan untuk memanaskan,

misalnya medium di dalam gelas piala yang diletakkan diatasnya,

dalam gelas piala dimasukkan sebatang besi berselaput plastik yang

berputar mengaduk medium. Berputarnya besi tersebut disebabkan

oleh adanya magnet yang berputar.

Medium padat : Medium nutrisi yang dipadatkan, misalnya dengan agar.

Mikropropagasi :Perbanyakan tanaman seksual atau vegetative secara in vitro.

MS : Murashige dan Skoog (1962).

pH : Nilai logaritma negative dari konsentrasi ion-ion hydrogen.

Planlet : Pucuk kecil yang berakar atau embrio yang berkecambah.

Ruang kultur : Suatu ruangan yang berfungsi sebagai tempat pemeliharaan kultur;

ruangan tersebut dilengkapi cahaya, suhu, dan kelembapan yang

dapat diatur.

Sitokinin : Hormon pertumbuhan yang menyebabkan pemanjangan sel,

diferensiasi sel, diferensiasi pucuk, pecahnya dominansi pucuk, dan

sebagainya; sitokinin BAP adalah yang umum digunakan dalam

kultur jaringan.

Steril : Media atau objek tanpa mikroorganisme yang viable atau terlihat

jelas, masih diperlukan pengujian sterilitas untuk membuktikannya.

Subkultur : Subdivisi suatu kultur untuk ditransfer ke medium segar.

Unsur makro : Kelompok unsur-unsur penting, seperti N, P, K, Ca, dan Mg, yang

biasanya diperlukan dalam jumlah relatif besar (merupakan nutrisi

anorganik pada tanaman).

Page 54: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

40

Unsur mikro : Kelompok unsur, seperti Fe, B, Zn, Mo, Mn, dan lain-lain yang

berperan penting dalam jumlah yang relative kecil sebagai nutrisi

anorganik pada tanaman.

Vitamin : Kelompok senyawa organik yang kadang ditambahkan ke dalam

medium kultur, misalnya vitamin B1, vitamin C, dan lain-lain.

Zat pengatur : Senyawa yang berperan dalam mengatur pertumbuhan dan

perkembangan sel, organ, dan sebagainya.

Page 55: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

41

Lampiran 3. Data Mentah

waktu Akar

Perlakuan

Ulangan

1 2 3

A1B1 12 10 12

A1B2 22 20 26

A1B3 28 20 16

A2B1 16 16 20

A2B2 26 13 16

A2B3 20 22 20

A3B1 13 10 13

A3B2 24 26 25

A3B3 0 25 0

Panjang Akar

Perlakuan

Ulangan

1 2 3

A1B1 5 4 3.5

A1B2 4 3.2 2.5

A1B3 1 1.3 1.4

A2B1 0.4 0.5 1

A2B2 7 1.9 2

A2B3 1.8 2 1.7

A3B1 6 10 8

A3B2 2.2 2 2

A3B3 0 0.5 0

Page 56: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

42

Waktu Tunas

Perlakuan

Ulangan

1 2 3

A1B1 0 0 0

A1B2 16 0 0

A1B3 15 29 0

A2B1 0 0 0

A2B2 20 0 0

A2B3 0 0 0

A3B1 0 20 29

A3B2 15 14 16

A3B3 0 0 0

Panjang Tunas

Perlakuan

Ulangan

1 2 3

A1B1 0 0 0

A1B2 22 0 0

A1B3 9 1.2 0

A2B1 0 0 0

A2B2 3.5 0 0

A2B3 0 0 0

A3B1 0 27.5 1

A3B2 9.5 12 11.5

A3B3 0 0 0

Page 57: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

43

Berat Planlet

Perlakuan

Ulangan

1 2 3

A1B1 0 0 0

A1B2 0.67 0 0

A1B3 0.232 0.149 0

A2B1 0 0 0

A2B2 0.595 0 0

A2B3 0 0 0

A3B1 0 2.567 0.652

A3B2 0.31 0.296 0.298

A3B3 0 0 0

Keterangan : A1B1 : MS (KONTROL)

A1B2 : BAP 1 ppm

A1B3 : BAP 2 ppm

A2B1 : NAA 0.5 ppm

A2B2 : NAA 0.5 + BAP 1 ppm

A2B3 : NAA 0.5 + BAP 2 ppm

A3B1 : NAA 1 ppm

A3B2 : NAA 1 + BAP 1 ppm

A3B3 : NAA 1 + BAP 2 ppm

Page 58: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

44

Lampiran 4. Hasil analisis Anova

Anova: Two-Factor With Replication Waktu Muncul Akar

SUMMARY B1 B2 B3 Total

A1

Jumlah ulangan 3 3 3 9

Nilai ulangan 34 68 64 166 Rata-rata 11.33 22.67 21.33 18.44 Variance 1.33 9.33 37.33 40.78

A2

Jumlah ulangan 3 3 3 9

Nilai ulangan 52 55 62 169 Rata-rata 17.33 18.33 20.67 18.78 Variance 5.33 46.33 1.33 15.44

A3

Jumlah ulangan 3 3 3 9

Nilai ulangan 36 75 25 136 Rata-rata 12 25 8.33 15.11 Variance 3 1 208.33 110.61

Total

Jumlah ulangan 9 9 9

Nilai ulangan 122 198 151 Rata-rata 13.56 22 16.78 Variance 10.52 22.75 101.94

ANOVA Sumber

keragaman SS df MS F P-value F crit

NAA 74 2 37 1.06 0.36 3.55

BAP 326.89 2 163.44 4.69 0.02 3.55

Interaction 381.11 4 95.28 2.73 0.06 2.92

Galat (eror) 626.67 18 34.81

Total 1408.67 26

Page 59: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

45

Anova: Two-Factor With Replication Waktu kemunculan Tunas

SUMMARY B1 B2 B3 Total

A1

Count 3 3 3 9 Sum 0 10 44 54 Average 0 3.33 14.66 6 Variance 0 33.33 210.333 105.25

A2

Count 3 3 3 9 Sum 0 20 0 20 Average 0 6.66 0 2.22 Variance 0 133.33 0 44.44

A3

Count 3 3 3 9 Sum 49 45 0 94 Average 16.33 15 0 10.44 Variance 220.33 1 0 117.02

Total

Count 9 9 9 Sum 49 75 44 Average 5.44 8.33 4.89 Variance 121.77 69 106.36

ANOVA Sumber keragaman SS df MS F P-value F crit

NAA 304.89 2 152.44 2.29 0.13 3.55

BAP 61.55 2 30.78 0.46 0.63 3.55

Interaction 875.55 4 218.89 3.29 0.03 2.92

Galat (eror) 1196.66 18 66.48

Total 2438.66 26

Page 60: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

46

Anova: Two-Factor With Replication Panjang Akar

SUMMARY B1 B2 B3 Total A1

Jumlah ulangan 3 3 3 9 Nilai ulangan 12.5 9.7 3.7 25.9 Rata-rata 4.16 3.23 1.23 2.87 Variance 0.58 0.56 0.04 1.98

A2

Jumlah ulangan 3 3 3 9 Nilai ulangan 1.9 10.9 5.5 18.3 Rata-rata 0.63 3.63 1.83 2.03 Variance 0.10 8.50 0.02 3.86

A3

Jumlah ulangan 3 3 3 9 Nilai ulangan 24 6.2 0.5 30.7 Rata-rata 8 2.06 0.16 3.41 Variance 4 0.01 0.08 13.54

Total

Jumlah ulangan 9 9 9 Nilai ulangan 38.4 26.8 9.7 Rata-rata 4.26 2.97 1.07 Variance 11.35 2.76 0.57

ANOVA Sumber keragaman SS df MS F P-value F crit

NAA 8.68 2 4.34 2.80 0.08 3.55

BAP 46.32 2 23.16 14.97 0.01 3.55

Interaction 81.01 4 20.25 13.09 3.6 2.92

Galat (eror) 27.83 18 1.54

Total 163.85 26

Page 61: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

47

Anova: Two-Factor With Replication Panjang Tunas

SUMMARY B1 B2 B3 Total A1

Jumlah ulangan 3 3 3 9 Nilai ulangan 0 22 10.2 32.2 Rata-rata 0 7.3 3.4 3.6 Variance 0 161.3 23.9 56.4

A2

Jumlah ulangan 3 3 3 9 Nilai ulangan 0 3.5 0 3.5 Rata-rata 0 1.2 0 0.4 Variance 0 4.1 0 1.3

A3

Jumlah ulangan 3 3 3 9 Nilai ulangan 28.5 33 0 61.5 Rata-rata 9.5 11 0 6.8 Variance 243.2 1.75 0 87.9 Total

Jumlah ulangan 9 9 9 Nilai ulangan 28.5 58.5 10.2 Rata-rata 3.2 6.5 1.1 Variance 83.3 60.3 8.8

ANOVA Sumber keragaman SS df MS F P-value F crit

NAA 186.8 2 93.4 1.93 0.17 3.55

BAP 132.1 2 66.07 1.36 0.27 3.55

Interaction 164.8 4 41.2 0.85 0.50 2.92

Galat (eror) 868.5 18 48.2

Total 1352.5 26

Page 62: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

48

Anova: Two-Factor With Replication Berat basah planlet

SUMMARY B1 B2 B3 Total A1

Jumlah ulangan 3 3 3 9

Nilai ulangan 0 0.67 0.381 1.051 Rata-rata 0 0.223333 0.127 0.116778 Variance 0 0.149633 0.013819 0.050274

A2

Jumlah ulangan 3 3 3 9

Nilai ulangan 0 0.595 0 0.595 Rata-rata 0 0.198333 0 0.066111 Variance 0 0.118008 0 0.039336

A3

Jumlah ulangan 3 3 3 9

Nilai ulangan 3.219 0.904 0 4.123 Rata-rata 1.073 0.301333 0 0.458111 Variance 1.780303 5.73 0 0.67479

Total

Jumlah ulangan 9 9 9

Nilai ulangan 3.219 2.169 0.381 Rata-rata 0.357667 0.241 0.042333 Variance 0.732908 0.06909 0.007487

ANOVA

Sumber keragaman SS df MS F P-value F crit

NAA 0.8 2 0.4 1.78 0.19 3.55

BAP 0.4 2 0.2 0.99 0.38 3.55

Interaction 1.5 4 0.3 1.67 0.19 2.92

Galat (eror) 4.1 18 0.2

Total 6.93342 26

Page 63: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

49

Lampiran 5. Dokumentasi

Proses pembutan Larutan Stok Media MS

Pembuatan Media Perlakuan

Page 64: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

50

Penanaman Eksplan dalam Laminar Air Flow

Eksplan yang ditanam untuk pertumbuhan kalus dalam media 2,4D

Pertumbuhan kalus pada ekplan rumput gajah mini setelah 1 bulan

Page 65: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

51

Regenerasi Kalus dalam media Perlakuan

Pengamatan/Pengukuran rumput gajah mini diakhir penelitian (setelah 5 minggu

ditanam pada media regenerasi).

Page 66: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

52

Planlet Rumput Gajah Mini

Page 67: PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP · PDF filei PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) SECARA IN VITRO

53

RIWAYAT HIDUP

Reski Amaliah, lahir di Lamuru pada tanggal 19

Februari1994, anak kedua dari pasangan bapak H.Syamsuddin

dan Hj. Hasnawati.

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah

pendidikan tingkat dasar di bangku Sekolah Dasar Negeri 70

Lamuru-kung (2006), kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama pada

SMP Negeri 1 Tellu-Siattinge (2009). Kemudian melanjutkan pendidikan

menengah atas pada SMA Negeri 4 Watampone (2012). Setelah itu melanjutkan

pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui SNMPTN jalur undangan

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.