pengalih-bahasaan dalam praktek: istilah-istilah … file · web viewkata yang dicetak tebal...
TRANSCRIPT
PENGALIH-BAHASAAN DALAM PRAKTEK: ISTILAH-ISTILAH DALAM PENGALIH-
BAHASAAN KSAKATA KHUSUS
Abstrak
Makalah ini membahas tengtang isu-isu yang muncul berkaitan dengan pengalih-
bahasaan istilah-istilah khusus dalam sosiolinguistik dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Yunani. Makalah ini juga membahas tentang pertimbangn-pertimbangan teoritis berkaitan
dengan pengalih-bahasaan, solusi terhadap permasalahan pengalih-bahasaan dan manfaat dari
solusi tersebut, serta teori leksikografi dan praktiknya. Makalah ini juga menekankan pentingnya
alas an mengapa solusi praktek yang ditawarkan dapat berguna bagi para leksikografer (yang
menguasai dua bahasa) yang nantinya diharapkan tidak hanya dapat menterjemahkan yang
setingkat atau setara, tapi jiga dapat lemma dalam bentuk tertulis dan mudah dipahami sehingga
dapat membanstu pemakai istilah untuk memahami makna dan penggunannya serta mampu
menghasilkan suatu karya tulis yang berisi istilah-istilah tersebut. dalam konteks kali ini, penulis
juga mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan (idiosyncracies) dalam bahasa Yunanai:
bahasa Yunani bukanlah bahasa yang digunakan oleh komunitas yang biasanya banyak
menggunakan pengetahuan keilmuan dan bersifat teknis sehingga keberadaan standar sangatkah
dibutuhkan.
PENDAHULUAN
Makalah ini membahas tentang diskusi teoritis yang muncul dari pengalih bahasaan A Glossary
of Sociolinguistics karya dari Peter Tridgill (2003) ke dalam bahasa Yunani. Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk menyajikan pertimbangan teoritis yang menjadi acuan dalam pengalih-
bahasaan kosakata khusus, solusi praktis yang dibicarakan dan disetujui selama proses pengalih-
bahasaan sedang berlangsung, dan keuntungan dari solusi tersebut.
Pengalih-bahasaan kosakata merupkan tangtangan bagi para leksikografer karena hal ini
membutuhkan pengetahuan terminologi dan kemampuan menterjemahkan.
Ada dua tujuan dalam pengalih-bahasaan yang ingin dicapai: menghasilkan terjemahan
yang setara dengan terminologi (sosio)linguistic yang tercantum di dalam kosakata dan juga
menterjemahkan definisi lemma (Nakamoto 1994, Pujol et al. 2006). Kosakata yang tercantum di
dalam buku Trudgill memuat 585 lemma (144 halaman) yang mayoritas mengacu pada
penyediaan definisi terminologis sosiolinguistik, konteks pemakaian, contoh dan terkadang juga
memuat sumber asli dari istilah yang digunakan. Kata yang dicetak tebal mengindikasikan kata
yang menjadi head word atau kata yang diterangkan dan referensi silang (lihat contoh (1) dan
(2)).
(1) exogenous minority language Sebuah bahasa yang digunakan oleh minoritas linguistic
di e\sebuah negara namun menjadi bahasa mayoritas di beberapa negara lain seperti
misalnya bahasa Slovenia yang menjadi h\bahasa minoritas di Austria dan Italia namun
menjadi bahsa mayoritas di Slovenia (Trudgill 2003: 47)
(2) ethnolingistic vitality Sebuah konsep yang dikembangkan oleh Howard Giles yang
digunakan untuk mengacu pada nilai kedinamisan yang muncul di dalam suatu komunitas
linguistic. Istilah ini umumnya digunakan untuk mengacu pada menoritas bahasa dan
kecenderungan dari bahsa tersebut untuk bertahan atau menjadi subjek dalam pergeseran
dan kematian bahasa. Lihat Vitality (Tridgill: 46)
Kata benda (nama, banyak diantaranya nama ilmuwan, dan tempat) dan nama-nama bahasa,
keragaman linguistic, dan dialek juga menjadi head-word (kata yang diterangkan)(lihat contoh
(3) sampai (7)). Dalam hal ini tersedia juga informasi yang bersifat ensiklopedia yang terfokus
pada kontribusi atau hubungannya dengan penelitiansosiolinguistik. Untuk head-word yang
bukan dari bahasa Inggris, disediakan juga transkrip (cara pengucapan) fonologi. Anthrophonym
biasanya menjadi acuan silang untuk istilah-istilah sosiolinguistik.
(3) Kituba Sebuah bahasa creole (sebuah bahasa yang terbentuk dari percampuran dua
bahasa dan mejadi bahasa utama di negara wilayah tersebut) yang didasarkan pada
Bahasa suku Bantu yaitu Kikongo yang menjadi lexifier (sumber kata), yang mana
bahasa tersebut juga merupakan lingua franca (bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi di sebuah wilayah yang penduduknya berbicara dalam berbagai macam
bahasa). Hal ini menjadi hal penting untuk melawan pendapat yang menyatakan bahwa
semua creole menggunakan bahasa Eropa sebaga leksikografernya. (Trudgill 2003: 86)
(4) Appalachians, the Sebuah wilayah perbukitan di daerah selatan Amerika Serikat yang
seringkali dipelajari oleh dialektologis Amerika dalam hal dialek. Daerah yang menarik
para dialektologis adalah West Virginia. (Trudgill 2003: 9)
(5) Geordie Sebuah istilah tidak baku yang mengacu pada penduduk daerah Tyneside di
daerah timur laut Inggris juga berarti mengacu pada dilek dan aksen Inggris dari daerah
tersebut. (Trudgill 2003: 56)
(6) black slang Sebuah bentuk antilanguage yang mana kata-katanya disamarkan dengan
cara mengucapkannya secara terbalik, misalnya kool tou! “look out” dan riah “hair”.
Istilah slang (bahasa tidak baku) dari bahasa Inggris di Inggris yob “uncouth male
person”merupakan bentuk slang dari boy. (Trudgill 2003: 13).
(7) Haugen, Einar /haugn/ lihat autonomy, heteronomy (Trudgill 2003: 58)
Di dalam versi yang sudah dialih-bahasakan, terjemahan yang setara dalam bahasa Yunani
muncul di sebelah head-noun (kata benda yang diterangkan) dan definisi terjemahan dalam
bahasa Yunani de belakangnya. (lihat contoh (8))
(8) exogenous minority language εξώγενής μειονοτική γλώσσα Ѓλώσσα η οποία ομιλείται
από μια γλωσσικη μειονότητα σε μια χώρα, αλλά ειναι
Lemma tetap mempertahankan urutan alphabet mereka (menurut terminologi bahasa Inggris).
Bagaimanapun, karena kosakata tersebut diperuntukkan untuk penggunaan reseptif dan
produktif, maka di dalam indeks bahasa Yunanai-Inggris muncul di akhir untukmembantu
pembaca lireatur (sunber) linguistic bahasa Yunani.
Teks sumber juga menyertakan beberapa peta (akan tempat yang disebutkan di lemma),
sebuah grafik yang menampilkan fenomena sosio-fonologi, dan daftar referensi di bagian
akhir. Peta dangrafik dicetak ulang di teks target, sementara daftar komplit dari literature
yang digunakan untuk tujuan proyek ditempatkan di bagian akhir kosakata yang dialih-
bahasakan.
Definisi yang tercantum di dalam kosakata dua bahasa Inggris-Yunanai dapat
diperbandingkan dengan kosakata yang tercantum di bagian definisi khusus dalam French-
English Glossary of Linguistic Terms (2007). Pada dasarnya, definisi tersebut sama dengan
definisi kata kunci yang terdapat di dalam pendekatan modular Genewa untuk bidang
discourse analysis (analisa wacana) (Roulet 2007). Definisi-definisi tersebut aslinya ditulis di
dalam bahasa Perancis dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Tujuan utama
penerjemahan tersebut adalah untuk memperkenalkan konsep yang mendasari terminologi
bahasa Perancis dan pemikiran linguistic frankofon dan metodologi kepada pembicara bahasa
Inggris. Bagaimanapun juga, definisi berbahasa Perancis-Inggris biasanya terdiri dari
deskripsi terperinci dari kategori yang terkait. Definisi-definisi tersebut juga menyertakan
contoh, grafik, dan beberapa referensi dari fenomena yang didefinisikan (yang juga
tercantum di daftar di akhir bagian kosakata). Urutan alphabet juga didasarkan pada
terminologi dari bahasa target (mis. bahasa Ingris), dan bukan didasarkan pada bahasa asli
(seperti di dalam proyek bahasa Inggris-Yunaniyang dibahas di makalah ini).
Masalah yang kita hadapi bukan hanya berkaitan dengan penterjemahan istilah-istilah
(sosio)linguistic, tapi juga termasuk praktek bahasa Yunani dan transkrip yang digunakan
untuk kata benda dan nama bahasa , keragaman linguistic dan dialek. Permasalahan juga
termasuk penyisipan contoh dari bahasa Yunani yang berhubungan dengan bahasa Inggris di
dalam teks sumber, dengan maksud untuk memperjelas poin-poin contoh bahasa Inggris di
dalam teks sumber cenderung lebih membingungkan, dan bukan memperjelas ide untuk
pemakai bahasa yang dimaksud. Pada makalah terkini, yang dibahas hanyalah isu
terminologi yang berperan penting di dalam proyek yang sedang dilakukan. Makalah
tersebut juga menekankan pada bagaimana isu yang berhubungan dengan terminologi dan
terjemahan yang dapat dilibatkan dalam proses pengalih-bahasaan dan juga pada alas an
mengapa solusi dan praktek yang disarankan dapat bermanfaat untuk peserta pelatihan
leksikografer.
Secara spesifik kami juga membahas beberapa hal, yang pertama adalah mengapa
pengalih-bahasaan kosakata khusus penting, seiring dengan pendapat yang mengatakan
bahwatindakan pengalih-bahasaan memiliki kontribusi terhadap standarisasi, yang sangat
penting untuk terminologi khusus di dalam bahasa yang tidak dominan, seperti misalnya bahasa
Yunani (bagian 2). Kemudian, kami juga membahas korpus yang digunakan untuk transfer
interlingual dari terminologi dan aplikasinya di dalam transfer terminologi (sosio)linguistic di
dalam kosakata yang tercantum di bagian 4. Di bagian 5, kami kami membahas beberapa isu
terminologi yang diperlukan untuk member solusi selama proses alih-bahasa danmenyediakan
alasan untuk tambahan dua criteria baru yang diangap penting dalam coining (pembentukan kata
baru) dan mengevaluasi terminologi (bagian 6). Bagian akhir makalah ini membahas tentang
poin-poin utama dan kesimpulan yang dihasilkan dari proyek kami dan pentingnya hal-hal
tersebut bagi teori dan penerapan leksikografi.
2. Mengapa harus mengalih-bahasakan kosakata?
Cabre menyatakan bahwa “dalam terminologi, penulisan kamus berarti menstandarkan istilah
dalam domain khusus” (1999: 38, menurut kami). Pengalih-bahasaan kosakata khusus berarti
juga mengacu pada penstandaran terminologi karena hal ini termasuk mengubah terminologi
dalam bahasa target dan menyajikannya dalam sumber referensi standar (mis. kamus) yang
memiliki status terpercaya untuk istilah yang dimaksud. Karena terminologi terjemahan
bertujuan untuk memperkenalkan kategori sumber bahasa ke bahasa target dan pen-standar-an
terminologi bertujuan untuk untuk memperbaiki kategori yang baru saja diperkenalkan, maka
tiga area (mis. leksikografi, terminologi terjemahan dan standarisasi) saling terhubung satu sama
lain.
Proses standarisasi merupakan salah satu isu yang paling banyak diperdebatkan dalam
teori terminologi. Terminologis tradisional memandang standarisasi sebagai salah satu tujuan
oenting dalam pekerjaan yang mereka lakukan (lihat Sager 1998b, Cabre 1999), sementara itu
penelitian terkini masih mempertanyakan fungsi dan kegunaan standarisasi. Dengan mengadopsi
sudut pandang sosiokoknitif, Temmerman (2000) tidak setuju dengan penyamaan dan
standarisasi yang mana kedua hal tersebut sangat dijunjung tinggi di dalam teori tradisional dari
terminologi. Beliau berpendapat bahwa untuk menghilangkan polisemi dan sinonim dalam
terminologi, standarisasi tidak hanya mengesampingkan dimensi koknitif dari pembentukan
terminologi dan definisi (mis. bagaimana pengguna bahasa memandang dan membatasi
kategori), tapi juga perubahan diakronik yang terjadi karena alasan linguitik atau saintifik.
Dengan kata lain, beliau berpendapat bahwa standarisasi mengganggu proses alami bahasa dalam
mewujudkan komunikasi yang sejenis dan ambigu.
Dalam kontek ini, perbedaan terminologi (sosio)linguistic Yunani harus diperhatikan.
Sudah merukan ha umum bagi ara spesialis Yunani (baik yang merupakan ahli bahasa atau
bukan) bahwa hamper semua terminologi saintifik dan teknikal merupakan hasil dari perubahan
interlingual (lihat Babiniotis 1994, Anastasiadi-Symeonidi 1997, Kakridi-Ferrari 2001,
Katsogiannou 2004). Di dalam hal linguistic dan sosiolinguistik bahasa Yunani, terminologi
yang ada sebagian besar berasal dari bahasa Inggris. Meskipun beberapa buku Yunani yang
berisi tentang linguistic diterbitkan pada tahun 1980an (lihat bagian 3), pengenalan terminologi
linguistic besar-besaran ke dalam bahasa Yunani dimulai pada tahun 1990an, ketika mayoritas
buku, artikel, rangkaian kegiatan konferensi dll mulai muncul, Xydopolus 2002: 496). Pengguna
bahasa Yunani memiliki kamus satu bahasa tentang terminologi linguistic (Sakellariadis 2004),
kamus multi bahasa yang menyediakan terjemahan setara dari bahasa Inggris, Perancis dan
Jerman (Dimitriou 1983), sebuah kata yang dialih-bahasakan bahasa Inggris-Yunani (mis.
Crystal 2003) yang merupakan terjemahan asli dari Crystal (1997).
Cendekiawan, peneliti dan siswa dari Yunani (cendekiawan yang menguasai bahasa
Yunani) yang belajar sastra selain sastra Yunani dan berkecimpung dengan hal-hal yang berakar
dari bahasa asingseringkali dihadapkan pada istilah-istilah yang perlu diubah ke dalam bahasa
aslinya. Kekurang-tahuan akan tyerminologi berakibat pada mengartikan satu istilah ke dalam
banyak arti atau banyak istilah ke dalam banyak makna (Motsiou1985, Xydopolus 2002,
Katsogiannou 2004: 184). Kurangnya korpus elektrik termasuk publikasi dari database linguistic
atau elektronik dari terminologi berakibat pada istilah-istilah yang memiliki polisemi atau
sinonim. Oleh karena itu, komunikasi antara ahli bahasa (atau ahli bahasa yang prospektif) dari
Mesir seringkali bermasalah, meskipun mereka menggunakan bahasa campuran, terutama dalam
hal spoken discourse (wacana oral). Konteks ini membuktikan betapa pentingnya standarisasi
teminologi linguistic bahasa Yunani (lihat Motsiou 1985, Kakridi-Ferrari 2001). Penyamaan dan
standarisasi jelas sekali diperlukan untuk alasan peneraapan.
Sebagai tambahan, penelitian saintifik di dalam suatu komunitas tertentu tergantung pada
perkembangan dan penggunaan istilah khusus dalam bahasa asli si pembicara. Karena bahasa
Yunani tidak termasuk ke dalam bahasa Eropa yang “kuat” dan dominan, maka bahasa Yunani
tersebut dapat bertahan dengan bergantung-pada skala tertentu- pada penggunaannya pada
setting komunikasi sebanyak mungkin, tidak hanya pada interaksi formal namun juga untuk
percakapan sehari-hari. Di era globalisasi, perkembangan kosakata saintifik dan teknis sangat
diperlukan untuk mengelola bahasa apapun, dan terminologi terjemahan merupakan bagian
penting dari upaya tersebut (lihat Holmes 1992: 61-78, 112-129, Babiniotis 1994: 45-46, Cabre
1999: 18, 48, 207-208, 211-212). Proses standarisasi dan pengalih-bahasaan, terutama
leksikografi yang dialih-bahasakan dan dikhususkan berperan pentingdalam hal ini sehingga
leksikografer diharapkan dapat paham dengan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan teori dan
terjemahan dari terminologi.
Dalam konteks ini, tujuan pertama dari proyek kami bersifat akademis: proyek dilakukan
oleh leksikografer yang masih berstatus siswa dengan tujuan untuk melatih mereka agar dapat
menghadapi berbagai masalah leksikografi yang muncul ketika mengompilasi atau meng-edit
kamus. Karena pengalih-bahasaan seringkali melibatkan p embentukan kata baru ketika
terjemahan yang setara tidak dapat ditemukan, maka leksikografer harus dibekali dengan
pengetahuan tentang criteria (linguiustik) yang umumnya digunakan untuk membentuk kata baru
(lihat bagian 4). Sebagai contoh, untuk istilah neoghbour opposition dan language intertwining,
yang mana terjemahan setara tidak dapat ditemukan di dalam korpus yang sedang diteliti (lihat
bagian 3), istilah γειτυιαστκή αντιθεση “neighbor opposition dan γλωσσικό πλέγμα “linguistic
intertwining” pun akhirnya dibentuk dari kata baru.
Terlebih lagi, ketika mengumpulkan atau menterjemahkan terminologi bidang khusus,
seringkali leksikografer harus berhadapan dengan lebih dari satu istilah yang digunakan untuk
mengacu pada konsep yang sama atau istilah khusus yang mengacu pada beberapa konsep.
Dalam hal ini, terdapat dua pilihan: leksikografer menyediakan beberapa terjemahan yang setara
seperti dalam contoh kasus Crystal (2003) atau satu terjemahan saja. Di dala kasus yang hanya
tersedia satu terjemahan saja, leksikografer diharapkan memilih satu darei banyak alternative.
Lebih jauh lagi, ketika bertindak sebagai penterjemah, leksikografer harus di-sensitise-kan akan
kolokasi yang digunakan di masing-masing bidang sehingga dapat menyediakan teks yang
kohesif dan koherens di dalam bahasa aslinya.
Tujuan kedua kamu, namun bukan berarti tidak penting, adalah untuk meciptakan
kosakata yang penting dan berguna untuk ahli bahasa Yunani, ahli bahasa yang sedang belajar,
atau pemakai bahasa yang tertarik akan bahasa atau linguistic secara umum, khususnya siapa saja
yang membaca teks berbahasa Inggris dan ingin menulis dalambahasa Yunani dengan istilah
yang sama (dan juga untuk siapa saja yang berhadapan langsung dengan terminologi linguistic di
dalam teks berbahasa Yunani: lihat bagian 1).
Dengan keadaan seperti yang telah disebutkan di atas, kosakata dari satu sember bahasa
(dalam proyek kami, bahasa yang dimaksud adalah bahasa Inggris) dan kamus tidak selalu
menjadi pilihan yang tepat untuk bukan pengguna bahasaasli karena lemma yang diantaranya
termasuk terminologi dan fraseologi khusus dalam bahasa asing mungkin akan lebih sulit untuk
dipahami. Kosakata bahasa tunggal dari bahasa target (menurut penelitian kami adalah bahasa
Yunani) juga bukan soluysi yang terbaik karena pengguna bahasa harus membandingkan lemma
dalam bahasa target dengan teks dalam bahasa sumber yang mereka baca dengan tujuan untuk
mencari kesamaan dari dua kata dari bahasa yangberbeda tersebut. penelitian tentang
penggunaan referensi materi menunjukkan preferensi untuk pengalihbahasaan dan untuk sumber-
sumber yang dimediasi oleh ahli terminologi dan leksikografer daripada penerjemahan otonomi
melalui corpora, search engine, dll. Nampaknya sumber-sumber seperti itu membuat pengguna
merasa nyaman (Pujol et al. 2006: 202; lihat Laufer dan Kimmel 1997, Frankenberg-Garcia
2005, dan referensi lainnya).
Jadi, meskipun pendekatan terkini terhadap teori terminologi tidak sejalan dengan
standarisasi dan penyamaan, perbedaan dalam bahasa Yunani sebagai bahasa tidak dominan
yang digunakan dalam sebuah komunitas yang biasanya mengimpor ilmu saintifik dan teknis ,
dan terminologi (sosio)linguistic Yunanai, mengubah standarisasi yang diperlukan untuk alat
berkomunikasi antar sesama ahli dan – terutama –untruk perkembangan kkosakata saintifik dan
teknis dan penggunaan bahasa Yunani dsalm setting yang lebih formal. Oleh karena itu, kosakata
dua bahasa dan yang dialih-bahasakan dianggap penting dalam konteks leksikografi dan bagipara
leksikografi prospektif deharapkan dapat menghasilkan meteri seperti ini.
3. Korpus
Dalam pengalih-bahasaan kosakata khusus, ketika seseorang membaca di dalam teks bahasa
target dan mendapatkan terjemahan yang setara, kategori dan definisi yang tepat dari bahasa
sumber ke dalam bahasa target, maka ini merupakan langkah awal dalam memulai proyek kami.
Istilah dalam bahasa Yunani yang dipilih sebagai terjemahan setara untuk istilah dalam
bahasa Inggris berasal dari literature bahasa Yunani dalamm hal bahasa dan linguistic yaitu dari
buku-buku, susunan konferensi, artikel, kamus khusus, ensiklopedi dan website yang semuanya
berhubungan dengan bidang khusus tersebut. Teks yang disertakan dalam di dalam korpus ini
ditemukan oleh cendekiawan, prneliti dan siswa Yunani atau yang bisa berbahasa Yunani yang
terlibat di dalam proyek penelitian. Korpusnya juga memasukkan teks yang ditulis oleh penulis
yang tidak berbahasa Yunanidan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Secra
spesifik, korpus tersebut terdiri dari sekotar 70 buku (termasuk edisi revisi dan susunan
konferensi), 10 makalah dari jurnal, 8 website dan 22 kamus dan ensiklopedia. Sebagian teks
tersebut dibuat pada tahun 1980 ke atas, waktu dimana sosiolingusitki muncul sebagai disiplin
ilmu tersendiri bagi para cendekiawan Yunani. Daftar lengkap dari teks yang disertakan di dalam
korpus tersedia di bagian akhir dari kosakata yang dialih-bahasakan.
Sebagian besar sumber-sumber tersebut tersedia dalam bentuk cetakan (kecuali
untuk yang tersedia di website dan beberapa rangkaian kegiatan konferensi). Karena tidak
tersedianya database elektronik untuk terminologi dan utamanya publikasi linguistic bahasa
Yunani, maka terminologi sosio(linguistic) bahasa Yunanidapat diakses secara manual dari
semua teks yang relevan ataupun sumber lainnya yang dimasukkan ke dalam daftar oleh penulis.
Oleh karena itu, informasi akurat tentang frekuensi kemunculan atau pengguanaan istilah-istilah
tidapat dilacak namun, bagaimanapun juga, karena (masalah utama dalam alih-bahasa)
pengeditan kamus merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan terjemahan yang
alamidan juga dapat menghindari kesalahan (Goutsos 1999: 123), kami memperhatikan konteks
terminologi dengan mengidentifikasi korpus dan memproduksi ulang kosakata yang telah dialih-
bahasakan dari kolokasi dan fraseologi dari istilah yang didapatkan dari penggunaan orang-orang
Yunani dalam kehidupanb sehari-hari.
4. Kriteria pembentukan dan Penyeleksian istilah
Salah satu isu yang controversial serta banyak diperbincangkan di dalam literature terminologi
berkaitan dengan criteria dan kegiatan pembentukan neologisme atau terjemahan yang setara,
atau pemilihan dari varian yang tersedia (lihat Anastasiadi-Symeonidi 1986, Babiniotis 1994,
Sager 1998 b, 1998c, Cabre 1999, Goustos 1999, 2004, Kakridi-Ferrari 2001, Xydopoulos 2002).
Criteria sangatlah diperlukan oleh terminologi dan leksikografi bahasa Yunani karena sebagian
besar terminologi saintifik dan teknis berasal dari transfer interlingual, tidak adanya standarisasi
resmi, dan seringkali leksokografer dihadapkan pada kurangnya terjemahan yang setara atau
polisemi dan sinonim dari terminologi khusus (lihat bagian 2).pada bahasan berikutnya, kami
memuat criteria yang sedang dipertanyakan dan kami pun menunjukkan kegunaan dan fungsinya
dalam bidang kami.
4.1. Norma linguistic dan kompatibilitas register
Sebuah istilah harus mengikuti aturan fonologi dan grammar dari bahasa target dan cocok
dengan registernya. Sebagai contoh, istilah bahasa Inggris anthrolinguistics, dengan anthro- dari
bahasa Yunani άνθρωπος ‘human’ sebagai konstiten pertama, dapat dirubah menjadi
ανθρωγλωσσολογία, yang sama persis dengan istilah bahasa Inggris dari sudut pandang
morfologi (ανθρω ‘anthro’ + γλωσσολογία ‘linguistics’). Hal ini dapat merusak aturan
pembentukan kata dalam bahasa Yunani dan juga dapat merubah istilah bagi para pengguna
bahasa Yunani: suku kata terakhir(-πο) dari kata dasar άνθρωπος dihilangkan dari istilah bahasa
Inggris, namun tidak dapat dihilangkan dari serapan bahasa Yunani. Oleh karena itu, istilah yang
ditawarkan adalah ανθρωγλωσσολογία.
Contoh lain yang berkaitan dengan register dari kata sifat covert (di dalam istilah covert
prestige). Dari empat pilihan yang tersedia di dalam korpus, yaitu αψανές ‘covert’, κρνψό ‘
secret’, καλυμμένο ‘hidden’, συγκαλυμμένν ‘covered’, kata yang perrtama dianggap sebagai
register yang paling tepat untuk bidang yang dimaksud, dan juga sebagai alternative untuk
pilihan-pilihan kolokial yang lain.
4.2 keringkasan dan kompleksitas terminologi
Istilah yang pendek lebih disenangi daripada istilah yang lebih panjang karena istilah tersebut
lebih mudah diingat dan lebih mudah digunakan di dalam suatu teks dan juga lebih mudah
digunakan untuk pembentukan kata baru (mis. derifatif, istilah gabungan), sehingga memiliki
kontribusi terhadap kekonomisan terminologi dari bidang tertentu. Keringkasan ssebuah
terminologi juga memiliki kontribusi terhadap ketepatan bagi wacana tertentu. Misalnya saja,
untuk meribah kata graphisation, neoligisme εγγραψιομος lebih dipilih daripada δημιουργια
κανόνων γραφής ‘formation of writing rules dengan alasan keringkasan.
4.3 Ketetapan dan transparansi makna
Transparansi, ketepatan, dan kejelasan semantic dari arti merupakan persyarartan dari
pemebentukan istilah baru. Pemakai istilah harus memahami kontribusidari masing-masing
morfem individu (atau kontribusi dari masind-masing bagian dari unit gabungan).istilah yang
tepat dan transparan secara semantic berperan dalam ketepatan wacana khusus dan juga untuk
komunikasi antar para ahli. Sebagai contoh, kata dari bahasa Yunani yang memiliki arti yang
setara untuk istilah dari Labiv change from above dan change from below (dengan mengacu
pada tingkat kesadaran pengguna bahasa ketika menggunakannya) adalah άυωψμεταβογή
‘change from above’ dan κατωθεν μεταβογή ‘change from below’. Namun bagaimanapun juga,
kesetaraannya jelas sekali secara semantic bagi para pengguna bahasa Yunani, sehingga istilah
συνειδητή μεταβογη ‘conscious change’ dan ησυνείδητη μεταβογή ‘unconscious change pun
dipilih.
Terkadang, penggunaan koma yang dibalik dalam terjemahan yang setara dalam bahasa
Yunanidianggap perlu sebagai penuntun untuk mencari arti non-literal (biasanya secara
metaforis).sebagai contoh, pengguna bahasa Yunani cenderung tidak begitu familiar dengan
fenomena linguistic seperti misalnya Rhenish fan atau the mother in law language. Koma yang
dibalik pada kata dalam bahasa Yunani yang setara, yaitu, << βεντάλια ου Ρήνου>> ‘fan of the
Rhine’ dan << γλωσσα πεθερς>> ‘language of mother-in-law’, mengarahkan pembaca untuk
melihat arti dibalik makna literal dari istilah tersebut.
4.4. Sinonim, polisemi dan konotasi
Sinonim, polisemi dan konotasi dari terminologi bidang khusus bidang khusus memerlukan
penanganan yang sangat serius karena dapat memunculkan ambiguitas ketika memahami teks.
Kekurang-tepatan dan kurangnya komunikasi diantara para spesialis seringkali disebabkan
karena polisemi dan sinonim dari istilah tersebut, sementara itu konotasi dari istilah yang
dimaksud menjerumuskan pengguana bahasa sehingga mereka menghubungkan kata tersebut
dengan istilah yang sebenarnya tidak saling berhubungan dari bidang yang berbeda.
Sinonim dapat muncul di dalam bahasa sumber, seperti dalam contoh speech community
and linguistic community. Satu terjemahan setara yang tersedia di dalam korpus, yaitu γλωσσική
κοινότητα ‘linguistic community’ digunakan untuk kedua istilah bahasa Inggris. Kami tidak
membentuk iastilah dalam istilah bahasa Yunani yang kedua dengan tujuan untuk menghindari
kesamaan kata (dan mungkin juga kebingungan) dalam bahasa target. Untuk dua sinonim yang
lain, folk etymology dan popular etymology, tersedia dua terjemahan yang setara di dalam bahasa
Yunani: παρετυμολογία ‘false etymology’ dan λαϊκή ετυμολογία ‘popular etymology’. Untuk
kasus seperti ini, ekuivalen yang berbeda digunakan untuk masing-masing istilah karena
keduanya sudah tersedia di dalam korpus. Sinonim juga dapat muncul di dalam bahasa target.
Misalnya, bahasa Yunani υποκοριστικό seringkali digunakan untuk diminutive dan hypocristic,
sehingga untuk membedakan keduanya, υποκοριοτικό dipilih untuk kata diminutive dan
υποκοριοτικό-χαϊδευτικό ‘hypocorostic-pet name’ untuk hypocorostic.
Istilah jargon merupakan polisemi di dalam sebuah bahasa sumber yang berarti sebuah
varietas dan koakata khusus atau register. Dua istilah dipilih dari bahasa Yunani, masing-masing
untuk makna yang berbeda: προ-πίτδιν ‘pre-pidgin’ dan εξειδικευμένο λεξιλόγτο ‘specialized
vocabulary.’ Polisemi juga dapat muncul di dalam bahasa target: di dalam bahasa Yunani, αργκό
(kata yang terdapat di dalam bahasa Inggris dan Yunani yang merupakan pinjaman dari bahasa
Perancis) yang digunakan untuk mengacu pada argot dan slang. Karena αργκό sudah sering
digunakan dan merupakan literature linguistic, maka tidak ada pilihan lain yang lebih sesuai.
Namun, perihal konotasi lebih kontroversi dibandingkan dengan kedua hal yang lain.
Telah diakui bahwa konotasi tidak perlu dijadikan pertimbangan di dalam mempelajari
terminology, namun di sisi lain, konotasi tidak bisa diabaikan di dalam penerapan leksokografi.
Istilah yang melibatkan bermacam-macam konotasi akan dibahas secara mendetail di bagian
selanjutnya (lihat bagian 5.1, 5.3 – 5.5, dan 5.7).
4.5.Reversibilitas
Reversibilitas (dapat dibalikkan ke bahasa asli) adalah criteria lain yang seringkali digunakan
untuk proses transfer interlingual dari istilah-istilah yang baru: orang yang menguasai dua bahasa
harus dapat mengacu ke istilah asli ketika dihadapkan pada istilah yang sudah dialih-bahasakan.
Reversibilitas menekankan kesetaraan antara bahasa yang berbeda untuk bidang yang sama
sehingga komunikasi antar para ahli yang menguasai dua bahasa yang memiliki bahasa ibu
bahasa lain dapat berjalan dengan lebih midah dan lancer. Sebagai contoh, terjemahan setara
untuk istilah community of practice, yaitu, κοινότητα πρακτικής ‘community of practice’, dan
positive politeness, yaitu θετική ευγένεια ‘positive politeness’, keduanya dapat dibalikkan.
Κρεολή ‘creole’ mengacu pada μιγαδική γλώσσα ‘creole language’, juga digunakan sebagai
terjemahan yang setara dengan creole karena yang Κρεολή dapat dibalikkan sementara yang
μιγαδική γλώσσα tidak dapat dibalikkan.
4.6. Kriteria evaluasi
Sepertinya hamper semua criteria yang desebutkan de bagian-bagian sebelumnya berhubungan
dengan transparasi semantic dari terminology. Criteria seperti kecocokan dengan aturan fonologi
dan morfologi dari bahasa target dan kemampuan untuk dapat dibalikkan berhubunganlangsung
dengan transparasi semantic.
Pengalaman kami mendukung pengamatan yang kami lakukan dalam hal bahwa tidak semua
kriteria relevan untuk semua kasus dan bahwa, untuk kasus-kasus tertentu, ada kemungkinan
antar criteria yang satu dengan yang lain saling berlawabnan. Dalam banyak kasus,
leksikografer perlu menilai criteria yang relevan dan menilai kemungkinan yang lain sebelum
mengambil keputusan. Sebagai contoh, beberapa varian dicoba untuk konfirmasi untuk korpus
planning: προγραμματισμός / σχεδιασμός της γλωσσικης ύλης ‘programming / planning of the
linguistic material’, προγραμματισμός του γλωσσικού υλκού ‘programming of the linguistic
data’, δομικός μρογραμματισμός ‘structural programming’, προγραμματσμός κόρπους
‘programming of corpus’.meskipun kedua istilah terakhir lebih pendek dan terutama yang paling
akhir dianggap lebih mudah dibalikkan debanding yang lainnya, maka kami memutuskan
memilih σχδιασμός της γλωσσικής ύλης ‘planning of the linguistic material’ sebagai istilah yang
lebih transparan dan tepat secara semantic. Untuk kasus lain, εγγραφισμός lebih pendek
dibanding ημιουργία κανόνων γραφής (lihat bagian 4.2), namun istilah yang kedua secara
semantic lebih transparan bagi para pembicara bahasa Yunani daripada istilah yang pertama.
Namun kami memilih yang pertama yang morfemnya (εν- ‘in’ + γραν- ‘write’ + -ισμός ‘-ism’)
secara semantic lebih transparan bagi para pembicara bahasa Yunani yang juga ternyata lebih
pendek dibanding dua yang lainnya.
Kami yakin bahwa proyek yang kami lakukan terbukti bermanfaat untuk melatih
leksikografer tentang penggunaan dan evaluasi dari criteria-kriteria yang telah kami sebutkan
yang ternyata tidak hanya pentinh untuk pengalih-bahasaan sebuah kosakata namun juga penting
untuk pengkompilasian atau pengeditan kamus dua bahasa mana saja. Lebih jauh lagi,
transparasei semantic dan presisi muncul sebagai akibat dari criteria yang terlalu luas, sementara
sisanya bersifat melengkapi satu sama lain.
5. Isu terminology di dalam pengalih-bahasaan kosakata
Meskipun penelitian banyak dilakukan untuk mencari korpus dan aplikasi criteria yang
telah disebutkan di atas dari bahasa Yunani,namun beberapa masalah tetap saja muncul yang
mana nantinya kami dapat menemukan solusinya selama berlangsungnya proyek yang kami
lakukan. Solusi yang paling penting melibatkan proses pembentukan kata baru meskipun
alternative lain telah tersedia di dalam koprpus, kurangnya terjemahan yang setara untuk
beberapa kata pinjaman dan terminology yang berkenaan dengan kebudayaan tertentu, dan
konotasi yang salah secara politis, sejarah maupun sosial akan istilah tertentu. Akhirnya, kami
memberikan perhatian lebih kepada terminology semantic dan morfologi dan untuk terminology
yang berasal dari penggunaan sehari-hari atau yang termasuk ke dalam bidang atau register lain.
Permasalahn semacam itu nampaknya sejalan dengan penggunaan leksikografi (baik dalam
penguasaan dua bahasa, dialihbahasakan atau bahkan justru dalam satu bahasa saja) dan peserta
pelatihan leksikografi perlu belajar untuk menghadapi permasalahan seperti itu.
5.1 Pembentukan kata baru untuk manggantikan kata yang sudah tersedia
Beberapa istilah yang tercantum di dalam korpus tidak sesuai dengan criteria yang disebutkan
sebelumnya (bagian 4); oleh karena itu, kami memutuskan untuk menciptakan kata baru.
Misalnya, dua arti setara untuk kata adstratum yang tersedia adalah: αντίστρωμα ‘anti-stratum’
dan διάστρωμα ‘inter-stratum.’ Untuk kata yang pertama, preposisi αντί- memiliki arti konotasi
competition dan antagonismyang tidak sesuai dengan arti asli dari istilah yang mengacu pada
suatu keadaan dimana dua kelompok linguistic dari dua status yang sama bertemu dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Dalam kasus yang kedua, preposisi δια- biasanya berarti ‘
between, trough’, sebuah implikasi yang tidak tepat untuk konteks kali ini. Oleh karena itu, kami
menggunakan preposisi προσ – ‘to, at’ dan menciptakan kata baru πρόσστρωμα.
Perlu diperhatikan bahwa pertukaran bukanlah strategi yang dipilih, tapi hanya digunakan
sebagai pilihan terakhir ketika istilah yang dibahas tidak termasuk di dalam daftar di korpus,
yaitu ketika istilah tersebut tidak memenuhi criteria standarisasi. Pada contoh di atas, baik
ανιίστρωμα maupun διάστρωμα memiliki kemunculan hapax. Pada umunya, kita berpendapat
bahwa pergantian terminology yang sudah terkenal dan sering digunakan akan menyebabkan
kebingungan bagi pengguna bahasa yang sudah terbiasa dengan berhadapan dengan istilah
khusus daripada tujuan komunikasi (lihat istilah dalam bahasa Yunani αργκό yang dibahas di
bagian 4.4).
5.2 Kata pinjaman yang tidak diasimilasi
Beberapa istilah yang ada di dalam korpus bahasa Yunani merupakan kata pinjaman yang tidak
diasimilasi. Istilah Abstand language dan Asbau language di dalam bahasa Yunani adalah
γλώσσα Abstand dan γλώσσα Ausbau. Beberapa istilah ditranskrip ke dalam bahasa Yunani.
Sebagai contoh istilah dalam bahasa Perancis patois (juga digunakan di dalam bahasa Inggris
ditranskirkan menjadai πατονά . istilah tersebut merupakan kata pinjaman di dalam istilah bahasa
Yunani dan sedang mengalami asimilasi (mis. πατονά telah dicantumkan di dalam kamus satu
bahasa dalam bahasa Yunani, lihat Babiniotis 2005: 1375). Jadi di dalam kosakata yang telah
dialih-bahasakan, istilah-istilah tersebut dicantumkanm apa adanya. Untuk kedua kasus tersebut,
mempertahankan kata pinjaman yang belum diasimilasi lebih disukai daripada mencari
terjemahan yang setara. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mennganti istilah yang sudah
sering dipakai bukannya membantu pemahaman namun justru membingungkan.
5.3. Terminologi kultur-spesifik
Beberapa istilah dimasukkan ke dalam kosakata langsung dihubungkan dengan komunitas
yangmenggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asli mereka dan tidak menjadi istilah yang
biasa di dalam (kon)teks bahasa Yunani. Istilah seperti Strine, Geordie, Pig Latin, eye dialect
merupakan istilah yang kultur-spesifik. Sehingga, hanya definisinya saja yang diterjemahkan.
Namun, bagaimanapun juga beberapa dari istilah tersebut nampaknya memiliki kesamaan secara
konsep dan budaya dengan bahasa Yunani. Sebagai contoh, κορακίστικα dianggap sebagai
budaya Yunani yang setara dengan Pig Latin. Κορακίστικα mengacu ke antilanguage bahasa
Yunani dimana kata baru dibentuk dengan menambahkan suku kata baru yang dibentuk oleh /k/
dan huruf hidup yang mengawali suku kata tersebut. pada kasus tersebut, istilah bahasa
Inggristetap tidak dapat diterjemahkan sehingga catatan kaki ditambahkan dengan menambahkan
informasi yang relevan pada fenomena linguistic yang terlibat dan memperjelas kesamaan atau
perbedaan antara bahasa target dan bahasa sumber dan kponteks sosio-kultural.
5.4. Terminologi yang tidak tepat secara politis
Beberapa istilah yang dicantumkan di dalam kosakata memiliki konoptasi khusus atu
memunculkan isu politik bagi para penterjemah seperti misalnya istilah Black English
Vernacular dan African American Vernacular English. Di dalam bahasa Inggris, istilah African
American Vernacular English menggantikan istilah Black English Vernacular dengan alasan
polistis. Di korpus terdapat beberapa istilah yang setara untuk istilah-istilah berikut: νέγρικη
αγγλιική ‘Nigger English’, μαύρη αγγλιική ‘Black English’, μαύρη αγγλικήκαθομιλούμενη
‘Black English Vernacular, αγγλικά των Μαύρων ‘English of the bLack People’, dan
καθομιλούμενη των αγγλόφωνων αφροαμερικανών ‘Vernacular of the English-speaking Afro-
Amerikan. Tiga istilah tersebut dianggap benar secara pilitik di dalam konteks kontemporer
bahasa Yunani. Pembicara bahasa Yunani tidak lagi menggunakan kata sifat / kata benda νέγρος/
α ‘nigger – masculine/ feminine akibat dari konotasinya yang negatif (meskipun artinya sekuat
ketika berada di dalam bahasa Inngris a). meskipun kata sifat / kate benda etnik tau Inggris
Amerika μαύρος / η ‘Black – masculine / feminine’ diganti dengan έγχρωμος / η ‘coloured –
masculine / feminine’, αφροαμερικανός / ή ‘Afro-American – masculine / feminine’ atau dengan
frase αφροαμερικανικής καταγωγής ‘of Afro-American Origin’.
Karena kami mengalih-bahasakan kosakata dan bukan memciptakan kata baru untuk
penggunaan bahasa Yunani terkini, kami berpendapat bahwa istilah dalam bahasa Inggris harus
dityerjemahkan secara literal dan merefleksikan perbedaan dalam hal kenenaran politik. Oleh
karena itu, istilah dalam bahasa Yunani καθομιλούμενη αγγλική των Μαύρων ‘English
Vernacular of the Black’ disarankan untuk menggantikan Black English Vernacular, dan
καθομιλούμενη Αγγλική των Αφροαμερικανών / ίδων ‘Vernacular English of the Afro-American
– masculine n/ feminine’ disarankan untuk menggantikan istilah African American Vernacular
English.
Isu yang berbeda berhubungan dengan politik adalah penggunaan generic dari kata
benda, kata sifat, kata ganti, dll yang maskulin. Teks yang benar secara politis perlu melibatkan
kebutuhan masculine dan feminine (atau hanya feminine saja) secara sistematois, dan jika jenis
kelamin derefleksikan di dalam bentuk morfologi dari semua bagian kata di dalam bahasa
Yunani, maka teks kan sulit dibaca. Meskipun begitu, definisi dan kata yang diterangkan
mengikut-sertakan masalah jenis kelamin karena strategi ini dianggap penting bagi pengajaran.
Sebagai contoh, observer paradox dirubah menjadi παράδοξο τον μαρατηρητή ‘paradox of the –
masculine’. Istilah παράδοξο τον / ης παρατηρητή / τριας’paradox of the – masculine/ feminine,
observer – masculine / feminine’ dan ομιλία νια ξένους / ες ‘talk for foreigners – masculine /
feminine’ lebih dipilih.
5.5. Latar belakang sejarah dan sosial dari terminology
Beberapa istilah yang termasuk di dalm kosakata merefleksikan isu politik dan konflik sosial
yang terjadi di Yunani dan memberikan konotasi yang mempengaruhi penggunaan bahasa
Yunani. Salah satu kasus berhubungan dengan konsep diglosi yang diperkenalkan oleh Ferguson
(1959) untuk mengacu pada situasi sosiolinguistik dimana keduanya terhubung secara linguitsik
namun bentuk sosiolinguistik yang berbeda dari bahasa yang sama digunakan dalam konteks
yang berbeda dari masyarakat tertentu, yaitu sebuah standar prestisi (atau “High’) dan yang
vernacular (atau Rendah). Slah satu kasus yang dimaksud p;leh Ferguson adalah varietas bahasa
Yunani untuk katharevousa (sebaga yang ‘high) dan domitiki yang rendah) sebelum tahun 1976,
masa sebelum dimotiki dittetapkan sebagai bahasa resmi negara.
Perbedaan dua varietas tersebut dimulai dari masa Hellenistic. Namun bagaimanapun
juga, dalam beberapa tahun terakhir, kedua kode tersebuttelah memecah belah rakyat Yunani:
beberapa menganggap katharevousa dan dimotiki sebagai dua sistem linguistic yang terpisah,
sehingga diglossia harusnya diterjemahkan sebagai διγλωσσίΰ ‘diglossia, sebuah keadaan ketika
dua bahasa yang berbeda digunakan’ sementara yang lainnya menganggap dua varietas tersebut
sebagai dua sistem linguistic yang berbeda (seperti yang diungkapkan oleh Ferguson 1959),
sehingga istilah yang dipilih adalah διμορψία’dimorphia, sebuah keadaan dimana dua bentuk
istilah dari bahasa yang sama digunaka.’ Isu kontroversi muncul dan berhubungan langsung
dengan (dan menjadi lebih rumit karena hal tersebut) konflik politik antara kaum liberal dan
koonserfatif: penggunaan dimotiki disukung oleh kaum liberal, sementara katharevousa dianggap
kaum conservatives sebagai kode yang sesuai untuk digunakan dalam seting pendidikan dan
formal. Dalam kerangka ini, διγλωσσία dianggap senagai pilihan yang liberal, menekankan pada
perbedaan antara katharevousa dan dimotiki, dan διορψία adalah fakta bahwa διγλωσσία telah
digunakan secara luas sebagaiterjemahan setara untuk bilingualism memiliki kata turunan yang
banyak digunakan juga, seperti kata sifat δίγλσσος –η – ο dan διγλωσσικός –ή – ό yang
keduanya juga berarti ‘bilingual’. Oleh sebab itu, kegunaan istilah tersebut sebagai terjemahan
yang setara untuk kata diglossi dan bilingualism dapat menjerumuskan para pembicara bahasa
Yunani untuk mempercayai bahwa dua istilah tersebut megacu pada fenomena yang sama.
Intensitas argumentasi nampak pada berbagai macam istilah yang dimasukkan ke dalam
korpus (selain διγλωσσία dan διμορψία, lihat contoh (9)-(11).
(9) Αμφιγλωσσία’ambiglossia, keadaan dimana dua bahasa sama-sama digunakan’
(10) Διπλογωσσια ‘doubleglossia, suatu keadaan dimana bahasa yang dobel sama-sama
digunakan
(11) Διυψία ‘bi stylistic variation, sebuah keadaan dimana digunakan dua gaya bahasa dari
satu bahasa yang sama.
Beberapa istilah yang rumit juga disertakan (lihat contoh (12) – (21)).
(12) Εσωτερικη διγλσσία ‘internal diglossia, sebuah keadaan dimana digunakan
beberapa nbahasa dari sumber yang sama’
(13) ιστορική διγλσσία ‘historical diglossia, keadaan sosial dimana dua bahasa yang
berbeda sama-sama digunakan
(14) κοινωνική διγλσσία ‘;social dolossia, suatu keadaan sosial dimana dua bahasa
yang berbeda sama-sama digunakan
(15) σνλλογική διγλσσία ‘common diglossia, sebuah keadaan dimana dua bahasa
sama-sama digunakan oleh semua nggota komunitas linguitik
(16) τεχνητή διγλσσία ‘artificial diglossia, seatu keadaan rekaan dimana dua bahasa
sama-sama digunakan
(17) διγλωσσία της κοινωνίας ‘diglossia of the society, suatu keadaan sosial dimana
dua bahasa sama-sama digunakan
(18) γλωσσική δμορφία ‘linguistic dimorphia, sebuah keadaan linguistic dimana dua
bentuk yang berbeda dari bahsa yang sama digunakan
(19) κοινωκή δμορφία social dimorphia, sebuah keadaan sosial dimana dua bentuka
yang berbeda dari satu bahasa yang sama digunakan
(20) κοινωκή γλωσσική δμορφία ‘sociolinguistic dimorphia, sebuah keadaan
sosiolinguistik dimana dua bentuk dari satu bahasa yang sama digunakan
(21) γλωσσική διυφία ‘linguistic by-stylistic variation, sebuah keadaan linguistic
dimana dua gaya yang berbeda dari satu bahasa yang sama digunakan
jelas sekali bahwa tidak ada consensus atau kecenderungan untuk men-standarkan istilah-
istilah tersebut. beberapa varian yang ada menandakan adanya upaya yang dilakukan
untuk menemukan terjemahan yang setara yang tidak hanya memenuhi definisi Ferguson
(1959) dan mencegah kebingungan antara konsep diglossia dan bilingualism, tetapi juga
menandakan pendapat mereka yang berbeda berkenaan dengan konotasi sosial dan politis
pada istilah διγλωσσία dan διμορφία. Maka, sebelum memilih, leksikografer harus
terbiasa dengan varian yang tersedia dan mempertimbangkan konteks sejarah dan sosio-
politis dari istilah yang diajukan, properti linguistic sebagai anggota dari bidang khusus
(yang berarti bahwa ambivalensi harus dihindari, lihat bagian 4.3 – 4.4 ), dan juga
penggunaan terkini sebagai kata yang umum).
Jika kita telah mempertahankan kata yang diubah dan banyak digunakan (lihat
bagian 4.4, 5.2), kami sepakat untuk menggunakan διγλωσσία untuk bilingiualism, yang
seiring sejalan dengan penggunaannya pada konteks sehari-hari. Memperkenalkan istilah
baru seperti διπλογλωσσία (lihat catatan 10) tidak dipilh sebagai strategi yang sesuai.
Diantara banyak pilihan, γλωσσική διμορψία dianggap sebagai istilah yang transparan
secara semantic dan juga mendekati definisi Ferguson tentang diglossia, sehingga istilah
ini pun dimasukkan ke dalam lemma yang relevan. Lebih jauh lagi, catatan kaki
ditambahkan untuk mmeberikan pilihan terminology spesifik.
Kasus lain dalam terminology bahasa Yunani yang memberikan konotasi
berhubungan dengan sejarah Yunani dan bahasa Yunani adalah καθαρισμος. Di dalam
daftar kosakata, istilah ini muncul sebagai terjemahan yang setara darikata purification di
dalam bahasa Inggris, yang biasanya diasosiasikan dengan proses decreolisation dan
depidginisation. Namun, kata dalam bahasa Yunani καθαρισμος ‘purification’ juga
digunakan Adamandios Korais, seorand cendekiawan Yunanipada abad ke 19, untuk
mengacu pada usahanya untuk membersihkan bahasa Yunani dari kata pinjaman
(terutama dari bahasa Turki) dan fitur dialectal, demi mencapai bahasa yang ‘asli’ dan
‘formal’, kebanyakan berasal dari bahasa Yunani asli (lihat Browning 1983, Tseronis
2002). Arti dari kata καθαρισμος langsung berhubungan dengan perbedaan dan
kontroversi antara katharevousa dan dimotiki: katharevousa adalah hasil dari καθαρισμος
(kedua kata tersebut didapatkan dari satu kata yang sama, yaitu kata kerja dalam bahasa
Yunani καθαρίζω ‘to cleanse’). Untuk kasus ini, catatan kaki ditambahkan untuk
mengklarifikasi perbedaan antara καθαρισμος sebagai bagian dari proses decreolisation
atau depidginisation yang dimaksud oleh Korais dan pengikutnya.
Kesimpulannya, meskipun konotasi tidak dijadikan petimbangan dalam menciptkanan
kata baru, pembelajaran atau standarisasi istilah (baru), kami telah sampai pada
kesimpulan yang berlawanan: istilah tertentu memiliki makna konotasi yang bermanfaat
secara historis dan budaya bagi para penggunanya. Akibatnya, leksikografer diharapkan
bisa peka terhadap penggunaan istilah tersebut dan paling tidak meyadari makna
konotasinya sebelummemilih diantara pilihan yang tersedia. Selain itu, jika
memungkinkan, leksokografer diharapkan memberitahukan pengguna bahasa tentang
makna konotasi yang ada dengan maksud untuk mengindikasikan perbedaan antara istilah
yang khusus dan arti kultur-spesifik di dalam bahasa aslinya.
5.6. Istilah yang berhubungan secara semantic dan morfologi
Perhatian khusus perlu diberikan kepada istilah yang saling berkaitan secara semantic dan
morfologi. Untuk kasus tersebut, pembentukan istilah sekunder , jika mungkin, harus
merefleksikan hubungan semantic, sehingga pengguna bahasa dapat melihat persamaan
dan perbedaan antara istilah-istilah tersebut, menjadi terbiasa dengan hal-hal yang
berbeda yang termasuk dalam satu bidang semantic atau register, dan mengingat istilah-
istilah tersebut jika diperlukan. Dengan kata lain, hubungan morfologis antara anggota
yang berbeda dari sistem terminologis tertentu mungkin memfasilitasi pemahaman dan
penggunaan terminologi. Hal ini sejalan dengan apa yang sudah kita tunjukkan (dalam
bagian 4.6), yakni, bahwa fitur istilah morfologi pada umumnya memberi kontribusi pada
transparansi semantis, sehingga, mengubah terminologi menjadi lebih mudah untuk
dipecahkan dan dipergunakan. Contohnya, istilah variety dalam bahasa Inggris
disamakan sebagai __________ dan variation sebagai ____________. Keduanya, yakni
istilah bahasa Inggris dan Yunani, berhubungan secara semantis, namun tidak sama:
istilah pertama merujuk pada jenis bahasa apapun (dialek, aksen, sosiolek, dan register,
dll.) dan yang kedua merujuk pada situasi sosiolinguistik dimana bentuk linguistik yang
berbeda muncul bersamaan. Kami menyarankan bahwa, karena istilah ini termasuk
kedalam bidang yang sama, persamaan dan perbedaannya harus dicerminkan dalam
padanan kata yang disarankan (bagian 4.2, 4.3, dan 4.5)
5.7 Istilah yang umum digunakan atau kata-kata umum yang digunakan sebagai istilah?
Beberapa dari istilah sosiolinguistik dimasukkan dalam daftar istilah, seperti stereotype,
stigmatisation, domain, autonomy, digunakan sebagai kata-kata yang umum dalam
percakapan sehari-hari, sementara yang lainnya termasuk dalam bidang yang berbeda
(yang kurang lebih berhubungan): contohnya, focal area digunakan dalam seismologi
baik itu dalam bahasa Inggris maupun Yunani, meskipun dengan rujukan yang berbeda
pada tiap bidangnya; paradigm juga digunakan pada beberapa bidang selain
soisolinguistik.
Tidak selalu mudah untuk mengatakan apakah sebuah kata termasuk dalam penggunaan
bahasa yang umum atau merupakan sistem terminologi yang spesifik. Batasan antara
yang sering dipergunakan dan terminologi tidak pernah cukup jelas (Pearson 1998, Sager
1998c: 258-259, Bowker 2003:156). Portz dan Genaraki (1997:12) mengakui bahwa
terminologi saat ini sangat sering digunakan dalam wacana non-ilmiah (contohnya sehari-
hari), sementara pada saat yang bersamaan ada kecenderungan untuk membuat wacana
ilmiah lebih tidak formal dan lebih santai, demikian untuk memfasilitasi komunikasi
antara ahli dan bukan ahli. Karenanya, tampak bahwa terdapat penetrasi mutual dari fitur
linguistik dari genre ilmiah ke non-ilmiah dan begitu pula sebaliknya (lihat juga Nagao
1994: 401). Dalam kata lain, banyak istilah dihadirkan dalam penggunaan secara umum
atau diperkenalkan pada bidang apapun dengan meminjam dari bidang lain utamanya
dikarenakan oleh interdisipliner dalam penelitian terhadap beberapa fenomena. Dalam
semua kasus semacam itu, baik itu makna tetap sama (contohnya stereotype,
stigmatisation, paradigm) maupun lebih banyak atau lebih sedikit dimodifikasi
(seringkali melalui metafora)11 untuk memenuhi kebutuhan bidang tertentu (contohnya
domain, autonomy, focal area). Dalam pengertian ini, polisemi dan sinonimisme tampak
lebih perlu, fungsional, dan merupakan aspek terminologi yang tidak dapat dihindari
(Temmerman 2000: 14 ff., lihat juga Van Campenhoudt 2001, cf. kasus ____ dalam
bagian 4.4).
Oleh karena itu, jelas bahwa terminologi bukan merupakan sistem leksikal yang terpisah
dalam bahasa, tetapi sebuah sub sistem (lihat juga Pearson 1998:15-16). Penelitian yang
lebih baru menunjukkan bahwa apakah sebuah kata merupakan sebuah istilah atau bukan
tergantung pada – dalam sebuah titik yang dapat dipertimbangkan – pragmatik, yakni,
dalam perencanaan komunikatif akan kegunaannya, dan bukan pada morfologi maupun
semantik (Nagao 1994: 399, Pearson 1998: 8, 26 ff., Cabre 1993: 36, Van Campenhoudt
2001: 183). Dengan penjelasan ini, perbedaan antara kata-kata yang umum dan
terminologi berubah menjadi pseudo-dilemma dari teori terminologi tradisional. Sebagai
hasilnya, penting bagi ahli leksikografi untuk dapat menyadari kata yang mana yang
digunakan sebagai terminologi dalam sebuah bidang khusus dan untuk dapat
mengidentifikasi makna spesifiknya dalam konteks tertentu. Sebagai tambahan, ketika
membilingualkan sebuah daftar istilah, ahli leksikografi juga harus mencari padanan kata
terjemahan yang sedang digunakan dalam bidang tersebut.
Kami berpendapat bahwa, jika sebuah kata digunakan baik itu sebagai yang umum
ataupun sebagai sebuah istilah dalam bidang tertentu dengan makna yang sama, tidaklah
fungsional untuk membedakan diantaranya dalam perubahan interlingualnya. Pada daftar
istilah yang didiskusikan, ___________ dianggap sebagai padanan kata terjemahan untuk
stereotype, yang juga umum dalam bahasa Yunani untuk konsep yang serupa. Contoh
lain dari jenis ini adalah language missionary, merujuk pada seseorang yang
mempengaruhi penggunaan bahasa dan perubahan linguistik pada sebuah komunitas
tertentu. Karena kita tidak berhasil menemukan padanan kata terjemahan dalam kalimat
ini, kita harus menemukan satu dan kita sudah menyetujui untuk menggunakan
__________ ‘misionaris bahasa’, karena kata dalam bahasa Yunani _______ sering
digunakan dalam logika metafora serupa dengan dasar dari istilah asli, yakni, untuk
seseorang yang menyokong hal-hal baru, ide-ide, dan sebagainya dengan antusias dan
untuk mempengaruhi yang lain.
Dalam hal bilingualisme, beberapa penulis Yunani sudah lebih memilih _________
sebagai sebuah padanan kata terjemahan, sehingga untuk menjaga ________ untuk
diglossia (lihat bagian 5.5 dan catatan 10). Bagaimanapun, ___________ telah menjadi
sebuah kata yang sangat umum merujuk pada bilingualisme. Akan menjadi agak
membingungkan dan tidak hemat untuk menggunakan baik itu _________ maupun
_____________ untuk bilingualisme, yang disebut sebelumnya umum digunakan dan
yang terakhir dipergunakan sebagai register (sosio)linguistik. Dengan kata lain, dua kata
yang berbeda (yang sering digunakan dan sebuah istilah) merujuk pada konsep yang
sama mungkin akan menyebabkan kesulitan komunikasi diantara para penutur.
Akhirnya, untuk ahli leksikografi yang berhubungan dengan terminologi yang
diharapkan, kami berpendapat, untuk memperhatikan konotasi dari istilah, tidak hanya
dalam hal historisnya atau konotasi lain (lihat bag. 5.5), tetapi juga dalam hal
menumbuhkan konotasi dari penggunaan umum akan terminologi pada konteks sehari-
hari. Contohnya, partisipant observation diterjemahkan dalam kalimat sebagai
_____________. Bagaimanapun, kata sifat dalam bahasa Yunani _______________
merujuk pada sesuatu (contohnya sebuah kejadian, sebuah prosedur) yang didalamnya
lebih dari dua orang bisa berpartisipasi (contohnya dalam ___________________, yang
merupakan padanan kata terjemahan dari participant democracy dan akhir-akhir ini agak
umum dalam bahasa Yunani).
Dengan jelas, tidak berhubungan dengan participant (dalam participant observation),
yang merujuk pada sejenis penelitian dimana para peneliti menjadi seorang anggota dari
kelompok yang diselidiki, untuk menjalankan penelitian mereka ‘dari dalam’. Sehingga,
participant, yang digunakan sebagai sebuah kata sifat merujuk pada peran dari peneliti
sebagai seorang anggota dari kelompok dan bukan pada kemungkinan bagi lebih dari satu
orang untuk bertindak sebagai peneliti, seperti yang diperlihatkan pada istilah
_____________ dalam bahasa Yunani. Dengan adanya hal tersebut, kita
mempertimbangkan bahwa penggunaan kata sifat ______________ salah kaprah bagi
pengguna (cf bagian 4.4) dan kami berpendapat bahwa istilah ________________
bermakna ‘penelitian dari dalam’.
Sebagai kesimpulan, kami mengakui bahwa persamaan dan perbedaan antara makna
umum dan khusus dari sebuah kata atau istilah harus di periksa secara hati-hati dan
dipertimbangkan, untuk mendapat univositas (yang memungkinkan) dan, pada saat yang
bersamaan, menghindarkan pengguna dari salah paham akan makna dari istilah tersebut
atau padanan kata terjemahannya (lihat juga bag 5.1, 5.5).
6. Lebih banyak kriteria yang digunakan?
Terlalu banyak kriteria dominan dari transparansi semantik dan presisi (lihat bag 4.6),
diskusi yang sedang dibahas ini membawa dua kriteria ke permukaan untuk ditambahkan
pada yang sudah dipresentasikan sebelumnya.
Yang pertama merupakan hasil dari mempertimbangkan terminologi sebagai sebuah
sistem atau, lebih akurat lagi, sebagai subsistem dalam bahasa dan dari menitikberatkan
hubungan semantik dan morfologis yang mungkin terdapat diantara istilah-istilah
tersebut, untuk memfasilitasi penggunaan dan evokasi dari terminologi (lihat bag 5.5-
5.7). Lebih spesifik, sebuah sistem terminologi harus diatur dengan mata untuk
kesistematisan, sekalipun ketika berasal dari bagian terbaik dari tranferensi interlingual,
dalam hal terminologi (sosio)linguistik bahasa Yunani. Hal ini berarti bahwa, untuk
menentukan, mengevaluasi dan memilih terminologi, penting untuk melandasi hubungan
semantik dan morfologis antara penggunaan umum dan khusus. Lebih jauh lagi,
penyingkiran konotasi baik itu dari latar belakang historis maupun sosial dari terminologi
atau dari penggunaan secara umum tidak boleh diacuhkan; jika tidak kesalah pahaman
dan penggunaan yang tidak selayaknya dari terminologi tersebut akan muncul.
Sebuah contoh menunjukkan kesistematisasian yang diinginkan datang dari self-report
tests, yang dianggap sebagai _____________ ‘ujian evaluasi-diri’ dalam kalimat bahasa
Yunani. Konsep dari overreporting dan underreporting berhubungan secara langsung
dengan ujian laporan-diri dalam bahasa Inggris, dan hubungan ini diharapkan untuk
dicerminkan dalam padanan kata dalam bahasa Yunani juga, karenanya ____________
‘over-evaluation’ dan ___________ ‘under-evaluation’ menyarankan diri mereka sendiri.
Contoh lain yang berhubungan dengan kriteria yang sama datang dari istilah bahasa
Yunani _____________ yang padanan kata terjemahannya sama dengan expansion
merujuk pada sebuah bagian dalam proses kreolisasi. _______________ lebih dipilih
ketimbang _________, yang juga bermakna ‘ekspansion, elaboration’: yang pertama
berhubungan secara morfologis dengan ________________, yang padanan kata
terjemahannya adalah Bernstein’s elaborated code, dan dapat mendorong pemakai untuk
berpikir bahwa _______ dan ___________ berdasar pada konsep yang sama, yang tidak
akurat.
Kriteria kedua muncul dari proyek kami berhubungan dengan standarisasi. Salah satu
strategi utama yang kami ikuti dalam berbagai kasus dalam proses bilingualisasi adalah
hak untuk tetap memiliki terminologi yang digunakan secara luas (lihat diskusi dari
beberapa contoh : argot dan slang, Abstand/Ausbau languages, patois, bilingualism,
tetapi juga adstratum sebagai contoh balik; pada bagian 4.4, 5.1, 5.2, dan 5.5.).
Menggantikan istilah yang dikenal baik dengan yang dipilih bisa menyebabkan
kebingungan dan kesulitan komunikasi atau, yang terparah, bisa jadi sia-sia. Strategi ini
mendorong kita pada standarisasi sebagai kriteria penting untuk memilih diantara varian
terminologi. Harusnya digaris bawahi bahwa standarisasi istilah dimaknai disini bukan
sebagai proses pembebasan memilih, mengumpulkanm dan memperkenalkan
terminologi, namun lebih pada logika umumnya, sebagai hasilnya, dan lebih spesifik
pada fenomena sosiolinguistik: sebuah istilah yang distandardkan merupakan satu yang
dikenal baik oleh komunitas penutur, sering digunakan pada publikasi khusus atau media,
dan juga diterima oleh para penutur, sementara juga tidak terdapat tindakan negatif
terhadapnya dikarenakan oleh konotasinya (lihat, diantara yang lain, Babiniotis 1994: 45,
Kakridi-Ferrari 2001, Xydopulous 2002: 496).
Karena standarisasi semacam ini deskriptif dan berhubungan langsung pada penggunaan
aktual, satu-satunya jalan untuk mengujinya adalah melalui perhitungan frekuensi
berdasarkan pada penggunaan dari peralatan elektronik yang termasuk juga data tertulis
dan oral. Sebuah prinsip yang termasuk, dalam hal ini, publikasi bahasa Yunani pada
bahasa dan linguistik akan memperlihatkan frekuensi aktual dari penggunaan setiap
istilah. Hal ini juga akan memungkinkan kita untuk melacak penggunaannya pada genre
tertentu dan membandingkannya dengan kegunaannya pada wacana yang tidak khusus
melalui perbandingan dengan perangkat bahasa umum. Jenis pertama dari perangkat
elektronik bahasa Yunani sejauh ini belum bisa dipakai, sehingga untuk bilingualisasi
dari kumpulan istilah kita hanya bisa mengandalkan prinsip yang ada (seperti dijelaskan
pada bagian 3) dan pengetahuan kita akan bahasa sebagai penutur asli bahasa Yunani dan
ahli bahasa.
Pada titik ini, perlu dijelaskan bahwa karena standarisasi aktual bergantung pada faktor
sosiolinguistik, tidak ada garansi bahwa terminologi yang digunakan tidak akan
dipengaruhi oleh perubahan bahasa atau oleh perubahan yang disebabkan oleh penemuan
dan inovasi ilmiah (Sager 1990, Temmerman 2000). Sebagai konsekuensi, kriteria
standarisasi merujuk pada penggunaan sinkronis dari istilah dan harus selalu diperiksa
dalam wacana kontemporer. Seperti yang dijelaskan oleh Cabre (1999: 209), ‘kenyataan
selalu menjadi kata yang terakhir’. Penggunaan yang asli, yakni, kebiasaan dan pilihan
penutur, tidak selalu dipengaruhi atau dibentuk oleh pilihan bebas yang dibuat oleh ahli
leksikografi, ahli terminologi dan penerjemah yang standard. Di sisi lain, mereka ( yakni
ahli leksikografi, ahli terminologi dan penerjemah) yang diharapkan bisa sensitif dan
menangkap potensi pembentukan standar pengguna dan dinamika perubahan bahasa.
Karenanya,ahli leksikografi (bilingual) diharapkan menyelidiki frekuensi dari
penggunaan terminologi dan mempertimbangkan secara serius bahwa komunikasi (entah
itu antara ahli maupun bukan) menjadi lebih efektif saat terminologi yang sudah dikenal
muncul dalam sumber bilingual atau yang dibilingualkan dan bahwa, di lain pihak,
memperkenalkan istilah baru sebagai pengganti dari yang sudah dikenal mungkin akan
berdampak pada produksi kalimat yang sulit untuk dipecahkan. Berdasar hal tersebut di
atas, pemilihan dari terminologi baru dalam bilingualisasi dari sebuah kumpulan istilah
merupakan strategi yang agak tidak diinginkan, kecuali istilah yang sudah ada itu
melanggar kriteria yang didiskusikan dan – lebih penting – tidak sering gunakan dalam
kalimat yang diselidiki.
7. Kesimpulan
Membilingualkan sebuah kumpulan istilah yang khusus membawa keragaman dalam
permasalahan leksikografis dan terminologis ke permukaan, yang paling penting darinya
yakni menjadi pencarian padanan kata terjemahan dari istilah-istilah (entah sudah ada
ataupun baru saja dipilih) dan kegunaannya dalam konteks yang benar.
Lebih spesifik, ahli leksikografi bilingual diharapkan mencari padanan kata terjemahan,
memilih yang baru kapanpun dirasa perlu, dan mengevaluasi varian yang sudah ada.
Karenanya, mereka harus dilengkapi dengan pengetahuan kriteria yang biasanya diajukan
untuk kasus-kasus semacam ini. Istilah-istilah baru maupun yang sudah dipilih harus
dibentuk dengan baik secara fonologis dan gramatikal, sejelas dan sesederhana mungkin,
transparan secara semantik, tidak ambigu, dan terdiri dari register yang serasi, bebas dari
konotasi yang tidak jelas, dan bisa dibalik, sehingga penutur bilingual dapat
menghubungkannya dengan sumber bahasanya. Sebuah hal penting muncul dari
penerapan dari kriteria ini terhadap terminologi yang digunakan dalam kalimat bahasa
Yunani: pada akhirnya seluruh kriteria memberi kontribusi pada transparansi semantik
dari terminologi dan lalu pada presisi yang ditujukan dalam wacana khusus. Karenanya,
transparansi semantik dan presisi dapat dianggap sebagai kriteria yang dominan untuk
memilih dan mengevaluasi terminologi, sementara yang sisanya merupakan pelengkap
saja.
Disamping penggunaan kriteria-kriteria ini, tim ahli leksikografi kita telah melalui
beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan dengan cara yang konsisten dan
sistematis. Beberapa istilah-istilah bahasa Yunani yang digunakan dalam kalimat tidak
akan sejalan dengan satu atau lebih kriteria yang diajukan, karenanya kami sudah setuju
untuk menggantikannya dengan istilah bahasa Inggris yang sama sekali belum
diterjemahkan dalam bahasa Yunani, baik itu karena mereka telah menjadi (atau dalam
proses menjadi) kata pinjaman dalam bahasa Yunani, atau karena mereka terlalu spesifik-
dalam-budaya.
Permasalahan yang berhubungan dengan pembenaran politis dan pada latar belakang
historis dan sosial yang spesifik dari terminologi yang dispesialisasikan juga didiskusikan
oleh proyek kami dan perlu diakomodir. Penting bagi para ahli leksikografi untuk peka
terhadap konotasi semacam itu dan berhati-hati dalam mempertimbangkan seluruh varian
yang sudah ada. Dalam kasus semacam ini, beberapa ahli biasanya tidak beranggapan
bahwa latihan bisa berguna: catatan kaki dalam daftar istilah bilingual dapat membantu
memecahkan berbagai macam masalah yang berbeda, kebanyakan yakni menyediakan
informasi yang relevan bagi pengguna dan menjelaskan logika dari pemilihan terminologi
tertentu.
Diskusi kita sejauh ini mengangkat dua lebih kriteria, untuk ditambahkan pada yang
sudah ada. Kedua kriteria membantu pendekatan pragmatis pada terminologi dengan
menekankan penggunaan aktual terkininya dibanding dengan pandangan tradisional
tentang terminologi sebagai sebuah daftar hal-hal yang tidak dikonstekstualkan. Pertama,
subsistem terminologi yang diatur dengan jeli untuk kesistematikan membantu pengguna
untuk mengerti, mengingat, dan akhirnya menggunakan terminologi dengan lebih siap
dan lebih efektif. Padanan kata terjemahan melandasi hubungan semantik dan morfologis
antara kata dan istilah yang termasuk dalam bidang yang sama atau berbeda atau dalam
penggunaan yang umum pada akhirnya. Ahli leksikografi tidak bisa mengacuhkan
kenyataan bahwa setiap sistem terminologis berada dalam interaksi konstan dengan yang
lain kurang lebih yang berhubungan dan juga dengan leksikon yang umum dari sebuah
bahasa.
Sebagai tambahan, standarisasi hadir bukan sebagai tujuan dalam praktek terminologis
dan leksikografis, namun sebagai criteria bagi evaluasi dan pilihan dari terminologi:
istilah-istilah yang dikenal baik dan diketahui secara luas harus lebih dipilih daripada
neologisme, yang mungkin dapat menyebabkan kebingungan bagi mereka yang sudah
menggunakan yang sebelumnya. Ahli leksikografi tidak diharapkan untuk sepenuhnya
mengandalkan pada kemampuan neologis dan ide inofativ saat berhadapan dengan
masalah terminologis yang berhubungan langsung dengan proses standarisasi. Di lain
pihak, penggunaan sehari-hari dan pilihan penutur biasanya dipertimbangkan secara
serius.
Sebagai kesimpulan, terminologi yang sudah berubah yang muncul dalam daftar istilah
bilingual khusus diharapkan memamerkan transparansi semantik dan presisi, hubungan
yang terlandasi dan sistematis secara semantik dengan item bahasa pada umumnya, dan
frekuensi tingkat tinggi akan penggunaan aktual, seperti yang digunakan dalam kalimat.
Kombinasi dari karakteristik dapat memuaskan kebutuhan pengguna kamus untuk
keamanan yang membuat mereka lebih memilih untuk mencari kata dasar dalam sumber
yang dimediasi secara bilingual dibanding dengan sumber monolingual dan tidak
dimediasi (lihat bagian 2).
Selain permasalahan terminologis yang muncul dalam proses bilingualisasi dan
pemecahan yang disarankan, proyek ini menawarkan timbal balik yang bernilai untuk
permasalahan murni leksikografis.
Penggunaan kalimat, sebuah prasyarat untuk leksikografi pada umumnya, merupakan
kepentingan utama untuk karya semacam ini: ahli leksikografi bilingual butuh
mengidentifikasi istilah dalam bahasa yang dijadikan target, untuk menetapkan frekuensi
dan bermacam penggunaan, dan untuk membawa kumpulan kata mereka kepermukaan.
Mesin pencari diterapkan pada perangkat elektronik yang besar atau teks yang
dikhususkan merubah tugas ini menjadi lebih mudah untuk dilakukan (lihat, diantara
yang lain, Kilgarrif 2004). Kurangnya perangkat elektronik dalam kasus ini merubah
tugas menjadi lebih banyak memiliki persyaratan, karena penggunaan sehari-hari dan
kumpulan kalimat tidak dapat dipastikan secara akurat (Goutsos 1994: 124). Lebih jauh
lagi, ketika dua hal pertama lebih banyak berhubungan dengan karya terminologis, yang
terakhir merupakan kunci dari penerjemahan yang berhasil dari kata dasar dan untuk
penggunaan terminologi dalam konteks. Kedua jenis karya perlu dalam membilingualkan
daftar istilah.
Penemuan yang muncul dari proyek ini dan praktik yang mengikutinya dalam
bilingualisasi dari daftar istilah ini berguna tidak hanya untuk kumpulan materi bilingual,
namun juga proyek monolingual. Contohnya, untuk kumpulan daftar istilah
(sosio)linguistik monolingual Yunani, ahli leksikografi harus mengidentifikasi
terminologi dari kalimat pada teks yang berhubungan secara tematis, memilih
terminologi mana yang diikut sertakan (khususnya dakan hal polisemi dan sinonim) dan
hubungannya dengan penggunaan kata secara umum atau dengan terminologi yang
datang dari bidang yang berbeda, dan kemudian mengingat kembali informasi yang
relevan dari kalimat untuk mendefinisikan kategor yang bersangkutan. Terlebih lagi,
karena terminologi merupakan bagian dari sebuah register spesifik dan komunikasi
efektif bergantung – dalam tingkatan yang dapat dipertimbangkan – pada penggunaan
yang tepat dari register tertentu, penggunaan dari kalimat yang layak dan fraseologi juga
penting bagi daftar istilah monolingual, baik itu untuk mengumpulkan definisi maupun
memberikan contoh. Karenanya, terlihat bahwa kesamaan antara pengetahuan dan
pengalaman leksikografis yang dibutuhkan untuk mengumpulkan daftar istilah
monolingual dan yang dibutuhkan untuk daftar istilah bilingual atau terkena bilingualisasi
lebih menarik daripada perbedaan mereka.
Untuk menyimpulkan, membilingualkan sebuah daftar istilah nampak menguntungkan
baik sebagai proses maupun hasil. Murid leksikografi yang mengerjakan sebuah proyek
sejenis menjadi akrab dengan permasalahan inti dari leksikografi dan praktik dan teori
terminologi dan, karenanya, menyerap pengalaman dalam memecahkan masalah yang
berhubungan. Di sisi lain, hasil dari kerja mereka, yakni, daftar istilah bilingual, tidak
hanya melengkapi pengguna dengan istilah sumber bahasa dan padanan kata
terjemahannya, namun juga dengan teks yang didalamnya terdapat istilah-istilah yang
tertulis dalam bahasa asli mereka (contohnya kata dasar yang sudah diterjemahkan). Para
pengguna juga diekspos pada informasi tambahan yang berhubungan dengan budaya dan
sejuarah pada terminologi yang diikut sertakan.
Akhirnya, sebuah daftar istilah bilingual dapat pada akhrinya memberi kontibusi dalam
standarisasi terminologi, khususnya dalam hal dimana terminologi ilmiah dan teknologi
seringkali berasal dari transfer interlingual dan standarisasi resmi (atau yang lain) belum
dimulai. Standarisasi dari terminologi, meskipun menyela, seperti yang diakui oleh
Temmerman, dengan proses bahasa alami, penting bagi perkembangan register yang
dikhususkan, untuk transmisi dari pengetahuan ilmiah dan teknis dalam komunitas
linguistik tertentu, dan pada umumnya, bagi perkembangan bahasa non-dominan dalam
berbagai penataan ilmiah, teknologis dan domain formal dan komunikatif.