penerapan sanksi denda pada akad murabahah di bank...

128
PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) OLEH : M. RIF’AT HANIN HIDAYAT 1111046100145 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: trinhkhue

Post on 08-Sep-2018

245 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH

DI BANK SYARIAH MANDIRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

OLEH :

M. RIF’AT HANIN HIDAYAT

1111046100145

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

i

Page 3: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

ii

Page 4: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

iii

Page 5: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : M. Rif‟at Hanin Hidayat

2. Tempat, Tanggal Lahir : P. Siantar, 16 Juni 1994

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. Mutiara XI DSN V No.6, Desa Sigara-

gara, Kec.Patumbak, Kab. Deli Serdang,

Sumatera Utara

6. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. 1999 – 2002 : SD Muhammadiyah P. Brandan

2. 2002 – 2005 : SD Yayasan Pendidikan Islam Delitua

3. 2005 – 2008 : SMP Nurul Ilmi P. Sidempuan

4. 2008 – 2011 : PP KMI Ar- Raudhatul Hasanah Medan

5. 2011 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

v

ABSTRACT

M. Rif’at Hanin Hidayat, NIM 1111046100145, Implementation of

Financial Pinalties on Murabaha Agreement in Bank Syariah Mandiri,

Bachelor Thesis of Shari‟a Banking Department, Faculty of Economics and

Bussiness, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, Year 2017, Total

Page xiii + 76 + 38.

To avoid the losses suffered by sharia banking due to delayed payment of

customers for their obligations that have matured, especially on murabaha, then

the conditions on the application of sanctions by taking a number of property as

fines for the delays by customers was made. The purpose of this study is to know

the views of Islamic Scholars on the application of financial penalties for

customers in default on murabaha, the concept and provisions applied in

Indonesia, as well as the practice in Bank Syariah Mandiri.

This research uses qualitative research method that aims to understand the

data in depth. The type of this study is descriptive that is describing an event.

Sources of data used in the form of primary data derived from interviews and

secondary data derived from literature review. This research uses descriptive

analysis so that it can get an objective conclusion, logical, consistent and

systematic.

This study concludes that there are differences of opinion among Islamic

Scholars about permission to impose financial penalties for customers who

delayed the payment of their obligations, with the main problem related to the

status of the fund whether it is usury or not. In Indonesia, financial penalties in the

form of ta'zir and ta'widh may be applied in sharia banking activities. In Bank

Syariah Mandiri itself only applied financial penalties in the form of ta'zir for

customers in default by a percentage of delayed obligation.

Keywords: financial penalty, ta‟zir, ta‟widh, murabaha, default

Advisor : AM Hasan Ali, M. A.

Bibliography : from year 1946 to 2016

Page 7: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

vi

ABSTRAK

M. Rif’at Hanin Hidayat, NIM 1111046100145, Penerapan Sanksi

Denda Pada Akad Murabahah di Bank Syariah Mandiri, Skripsi Jurusan

Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tahun 2017, Jumlah Halaman xiii + 76 + 38.

Untuk menghindari kerugian yang dialami perbankan syariah akibat

penundaan pembayaran nasabah atas kewajibannya yang telah jatuh tempo,

khususnya pada akad murabahah, maka dibuatlah ketentuan mengenai penerapan

sanksi dengan mengambil sejumlah harta sebagai denda atas penundaan yang

dilakukan nasabah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan

para ulama terhadap penerapan sanksi denda bagi nasabah wanprestasi pada akad

murabahah, konsep dan ketentuannya yang diterapkan di Indonesia, serta

praktiknya di Bank Syariah Mandiri.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan

memahami data secara mendalam. Adapun jenis penelitian ini bersifat deskriptif

yakni bersifat memaparkan suatu peristiwa. Sumber data yang digunakan berupa

data primer hasil wawancara dan sekunder berasal dari kajian kepustakaan.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptis sehingga didapat kesimpulan yang

objektif, logis, konsisten dan sistematis.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapatnya perbedaan pendapat para

ulama akan bolehnya menerapkan sanksi denda bagi nasabah yang menunda

pembayaran kewajibannya, dengan masalah utama terkait status dana tersebut

apakah riba atau bukan. Di Indonesia sanksi denda berupa ta‟zir dan ta‟widh

boleh diterapkan dalam kegiatan perbankan syariah. Di Bank Syariah Mandiri

sendiri hanya menerapkan sanksi denda berupa ta‟zir bagi nasabah yang menunda

pembayaran kewajibannya berupa persentase dari kewajiban yang tertunda.

Kata kunci: sanksi denda, ta‟zir, ta‟widh, murabahah, wanprestasi

Pembimbing : A.M Hasan Ali, M. A

Daftar Pustaka : tahun 1990 s.d. 2016

Page 8: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah s.w.t.

atas segala rahmat hidayah dan iman serta nikmat yang selalu diberikan, sehingga

saya dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir studi perkuliahan berupa skripsi

ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada utusan akhir zaman, Rasulullah

s.a.w. seorang hamba Allah yang diutus sebagai Role Model yang membawa

agama Islam bagi seluruh umat manusia dan sebagai pembawa kabar gembira bagi

orang-orang mukmin.

Dalam penulisan skripsi ini, saya menyadari bahwa saya tidak akan bisa

menyelesaikannya dengan sendiri, oleh karenanya saya banyak menerima bantuan

dari berbagai pihak yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini baik

berupa bimbingan, saran, penyediaan data, motivasi dan lainnya. Pada kesempatan

ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. M. Arief Muraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Cut Erika Ananda F, MBA dan Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si. selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi

dan Bisnis yang selalu menyediakan pelayanan administratif.

Page 9: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

viii

4. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah sekaligus dosen pembimbing yang selalu membimbing

dan memberikan arahan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah yang selalu menyediakan bantuan administratif demi

kelancaran penyelesaian tugas akhir studi.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu

ikhlas dalam mengajarkan ilmunya kepada mahasiswa.

7. Bank Syariah Mandiri cabang Ciputat yang telah bersedia menyediakan

seluruh kebutuhan berupa data-data yang berguna bagi penelitian

penulisan skripsi ini.

8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

pelayanan dalam penyediaan data pustaka yang saya butuhkan.

9. Keluarga tercinta, penulis haturkan rasa terima kasih yang tulus kepada

Ayahanda Anwar Hidayat dan Ibunda Falvi Anita Nst, Adik-adikku

Raihan, Hakiki dan Mumtazah, Kakek dan Nenek, Paman serta Bibi

keluarga besar yang selalu memberikan doa dan motivasi sehingga saya

bersemangat dalm menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Perbankan Syariah angkatan 2011

khususnya teman-teman PSD, serta sahabat-sahabat Pejuang Skripsi yang

Page 10: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

ix

bersama-sama saling memotivasi dan memberikan semangat serta banyak

memberikan saran atas penyelesaian skripsi ini.

Jakarta, 18 Mei 2017

Penulis

M. Rif‟at Hanin Hidayat

Page 11: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iv

ABSTRACT........................................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK .................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 8

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 9

E. Kerangka Teori dan Konsep ....................................................................... 9

F. Metode Penelitian ..................................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 14

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Murabahah ................................................................................................ 16

1. Pengertian Murabahah ....................................................................... 16

2. Landasan Hukum .............................................................................. 18

3. Rukun dan Syarat Jual Beli Murabahah ............................................. 19

4. Ketentuan-Ketentuan terkait Pembiayaan Murabahah ....................... 20

B. Sanksi Denda .......................................................................................... 22

1. Ta‟zir ................................................................................................. 23

2. Ta‟widh .............................................................................................. 24

C. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 25

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH MANDIRI

A. Riwayat Singkat ..................................................................................... 28

B. Produk-Produk ........................................................................................ 30

1. Produk Pembiayaan ............................................................................ 30

2. Produk Pendanaan ............................................................................ 34

3. Produk Jasa ........................................................................................ 37

Page 12: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Pendahuluan ............................................................................................. 42

1. Perjanjian ............................................................................................ 42

2. Konsekuensi Perjanjian ...................................................................... 42

B. Pandangan Syariah Terhadap Penerapan Sanksi Denda Bagi Nasabah

Wanprestasi Pada Akad Murabahah ........................................................ 43

C. Ketentuan Sanksi Denda Pada Akad Murabahah di Indonesia ............ 58

D. Sanksi Denda Pada Bank Syariah Mandiri ............................................ 63

1. Prosedur Penerapan Sanksi ............................................................... 63

2. Perhitungan Sanksi Denda ................................................................. 69

3. Pengalokasian Dana Sanksi Denda .................................................... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 71

B. Saran ......................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74

LAMPIRAN ........................................................................................................ 77

Page 13: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

xii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel 1.1 Jumlah Aset, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah di

Indonesia Tahun 2010 s.d. 2016 (dalam Milyar Rupiah) ............... 2

Tabel 4.1 Perbedaan Pendapat Mengenai Denda Ta‟zir .............................. 51

Tabel 4.2 Perbedaan Pendapat Mengenai Denda Ta‟widh ......................... 57

Tabel 4.3 Perbedaan Ta‟zir dan Ta‟widh ..................................................... 63

Grafik 1.1 Jumlah Aset, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah di

Indonesia Tahun 2010 s.d. 2016 (dalam Milyar Rupiah) ............... 2

Page 14: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Fatwa DSN MUI No.04 tentang Murabahah ................................ 77

Lampiran 2 Fatwa DSN MUI No.17 tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang

Menunda-nunda Pembayaran ....................................................... 82

Lampiran 3 Fatwa DSN MUI No.43 tentang Ganti Rugi (Ta‟widh) ............... 85

Lampiran 4 Standar Produk Perbankan Syariah No. 3.19 dan 3.20 ................. 91

Lampiran 5 Resolution of Islamic Fiqh Council Muslim World League, The

Eighth Resolution on Whether Bank Can Impose Penalty on

Borrower for Delay in Debt Payment within Fixed Period .......... 94

Lampiran 6 AAOIFI Shari‟a Standard No. (3) about Default in Payment by a

Debtor .......................................................................................... 96

Lampiran 7 Hasil Interview dengan pihak BSM ............................................ 110

Lampiran 8 Laporan Manajemen BSM hal.225 tentang Pendapatan Non Halal

dan Penggunaannya .................................................................... 114

Page 15: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Bank Syariah pertama kali berjalan di Indonesia pada tahun 1992,

yang ditandai dengan beroperasinya PT.Bank Muamalat Indonesia.1 Hingga pada

Desember 2016, seperti dilangsir oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam Statistik

Perbankan Syariah, telah ada 13 BUS dengan jumlah kantor sebanyak 1.869 dan

21 UUS dengan 332 kantor serta 287 kantor BPRS yang tersebar di Indonesia.2

Dengan komposisi masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam tidak

menutup kemungkinan untuk perkembangan market share Perbankan Syariah di

Indonesia yang lebih besar. Pertumbuhan bisnis perbankan syariah juga terus

meningkat melihat peningkatan aset dari Rp296,26 triliun (Des 2015) meningkat

20,33% menjadi Rp356,50 triliun (Des 2016). Sisi pembiayaan mencapai

Rp248,00 triliun (Des 2016), naik 16,44% dari tahun sebelumnya sebesar

Rp212,99 triliun (Des 2015). Perolehan dana pihak ketiga juga tumbuh 20,83%

dari posisi Rp231,17 triliun (Des 2015) menjadi Rp279,33 triliun (Des 2016).3

1 Muhammad Syafi‟I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,

2001), h.25. 2 Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, Statistik Perbankan Syariah (Desember 2016),

h.5. 3 “Kinerja Perbankan Syariah 2016 Tumbuh Positif”, artikel diakses pada 18 Maret 2017 dari

https://ekbis.sindonews.com/read/1184537/178/kinerja-perbankan-syariah-2016-tumbuh-positif-14

883 90865.

Page 16: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

2

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jum

lah

(dal

am M

ilyar

Ru

pia

h)

Tahun

Aset

Pembiayaan

DPK

Tabel 1.1 Jumlah Aset, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah di

Indonesia Tahun 2010 s.d. 2016 (dalam Milyar Rupiah)4

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Aset 97.519 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262 356.504

Pembiayaan 68.181 102.655 147.505 184.122 199.330 212.996 248.007

DPK 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175 279.335

Grafik 1.1 Jumlah Aset, Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah di

Indonesia Tahun 2008 s.d. 2016

Berbeda dengan bank kovensional yang memberikan kredit sebagai bentuk

penyaluran dananya, bank syariah melakukan penyaluran dalam bentuk

pembiayaan. Pasal 1 angka 25 UU Perbankan Syariah menjelaskan :

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan

musyarakah; b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. Transaksi jual beli dalam bentuk

piutang murabahah, salam, dan istishna‟; d. Transaksi pinjam meminjam

4 Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, Statistik Perbankan Syariah (Desember 2014),

h.6 & Statistik Perbankan Syariah (Desember 2016), h.4, 9, 27.

Page 17: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

3

dalam bentuk piutang qardh; dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam

bentuk ijarah untuk transaksi multijasa...dst.5

Pada pembiayaan tersebut terdapat nasabah yang wanprestasi dimana

adanya kelalaian dalam memenuhi kewajiban yang telah disepakati khususnya

pada transaksi yang berbentuk jual beli yang menghasilkan piutang. Dimana ada

nasabah yang dengan sengaja; padahal mampu; melakukan kelalaian atau

keterlambatan dalam pemenuhan kewajibannya sehingga merugikan pihak LKS.

Seperti telah disampaikan sebelumnya, hal yang menjadi perbedaan utama

antara bank syariah dan bank konvensial terletak pada system penyaluran dananya.

Seperti tertera dalam Pasal 2 UU Perbankan Syariah, bahwa perbankan syariah

dalam melakukan kegiatannya harus berdasarkan prinsip syariah. Dimana yang

dimaksud dengan prinsip syariah ini yakni harus terbebas dari riba, maisir, gharar,

haram, dan zalim.

Bunga yang menjadi asas utama dalam kegiatan perbankan konvensional

merupakan riba. Hal ini telah difatwakan oleh beberapa lembaga fatwa di

Indonesia sendiri maupun di dunia.6 Oleh karnanya di bank syariah tidak ada yang

namanya bunga, karena ini sudah jelas bertentangan dengan prinsip syariah.

Dalam UU Perbankan Syariah, riba sendiri diartikan sebagai :

Yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam

transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan

waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang

mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang

diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi‟ah).7

5 Undang-Undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1

angka 25. 6 Muhammad Syafi‟I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h.61-67. 7 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah Pasal 2 huruf a.

Page 18: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

4

Dan juga dalam kaidah fiqih disebutkan „Setiap piutang yang

mendatangkan kemanfaatan/keuntungan, maka itu adalah riba.‟8 Kita lihat dari

definisi tersebut, jelas bahwa bank syariah sama sekali tidak boleh

memungut/mengambil tambahan dari kegiatannya yang berkaitan dengan piutang.

Oleh karena itulah, bank syariah tidak bisa menetapkan tambahan apapun

pada nasabah yang wanprestasi, seperti yang dilakukan oleh bank konvensional,

karna itu akan sama halnya dengan bunga yang merupakan salah satu bentuk riba.

Didasarkan pada kasus tersebut, DSN-MUI sebagai lembaga fatwa yang

ditunjuk oleh Undang-Undang sebagai pengatur/penjelas terhadap Prinsip Syariah

yang menjadi landasan kegiatan LKS, mengeluarkan fatwa terkait sanksi yang

dapat diberikan pada nasabah wanprestasi. Secara khusus, peraturan tersebut

dimuat dalam fatwa No.17 tahun 2000 dan No.43 tahun 2004.

Dalam fatwa No.17 tahun 2000 tentang „Sanksi atas Nasabah Mampu

yang Menunda-Nunda Pembayaran‟ dijelaskan bahwa LKS dapat mengenakan

sanksi terhadap nasabah mampu yang wanprestasi yang didasarkan pada prinsip

ta‟zir. Sanksi tersebut dapat berupa denda sejumlah uang yang telah disepakati di

awal saat penandatanganan akad antara LKS dan nasabah. Dana tersebut nantinya

akan diakui sebagai dana sosial.

Sama halnya dengan ta‟widh yang hanya boleh diterapkan pada nasabah

mampu yang wanprestasi, seperti dijelaskan pada fatwa No.43 tahun 2004 tentang

„Ganti Rugi (Ta‟widh)‟. Besarnya ta‟widh didasarkan pada kerugian riil yang

8 Muhammad Arifin bin Badri, Riba & Tinjauan Kritis Perbankan Syariah (Bogor: Pustaka

Darul Ilmi, 2009), h.171.

Page 19: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

5

nyata dialami oleh LKS. Namun berbeda dengan denda biasa, dana ta‟widh yang

dibayarkan oleh nasabah dapat diakui sebagai pendapatan.

Berdasarkan fatwa DSN-MUI tersebut, bank syariah dapat menerapkan

sanksi bagi nasabah yang lalai, dimana sanksi tersebut dapat berbentuk denda

uang. Sanksi dalam bentuk uang tersebut dapat berupa „denda ta‟zir‟ dan

„ta‟widh‟.Dengan adanya fatwa tersebut bank syariah di Indonesia khususnya

dapat menerapkan sanksi denda bagi nasabahnya yang lalai dengan beberapa

syarat yang telah difatwakan.

Walaupun ta‟widh difatwakan halal oleh DSN-MUI, ulama-ulama lain

atau lembaga fikih internasional lainnya memfatwakan haram ta‟widh ini. Seperti

halnya keputusan Majma‟ al-Fiqh al-Islami yang merupakan divisi fikih OKI

(Organisasi Kerjasama Islam) No.51 (2/6) 1990, berbunyi: “Bagi nasabah yang

mampu haram hukumnya menunda-nunda kewajiban pembayaran yang telah jatuh

tempo. Meskipun demikian, Syari‟at tidak membolehkan penjual membuat

persyaratan ta‟widh (ganti rugi) pada saat nasabah terlambat melunasi kewajiban

pembayaran”.9 Keputusan serupa juga dikeluarkan oleh al-Majma‟ al-Fiqhy al-

Islami divisi fikih Rabithah Alam Islami dan AAOIFI (Accounting & Auditing

Organization for Islamic Financial Institutions) dalam al-Ma‟âyir al-Syar‟iyyah

yang mereka keluarkan.10

9 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, cet.IV (Bogor: PT. Berkat Mulia

Insani, 2013), h.409. 10

Ibid.

Page 20: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

6

Begitu juga halnya dengan dana ta‟zir atau denda keterlambatan. Al-

Majma‟ al-Fiqhy al-Islami divisi fikih Rabithah Alam islami pada muktamar ke-

11 tahun 1989 menyatakan :

Apabila kreditur mensyaratkan atau mewajibkan kepada debitur untuk

membayar sejumlah uang dalam bentuk denda, dikarenakan keterlambatan

pembayaran angsuran yang jatuh tempo maka persyaratan dan kewajiban ini

batil, tidak harus dipenuhi dan bahkan tidak halal dipenuhi, baik pihak yang

membuat persyaratan adalah bank atau perorangan. Karena persyaratan ini

merupakan riba jahiliyah yang telah diharamkan oleh al-Quran.11

Hal serupa

juga difatwakan oleh Majma‟ al-Fiqh al-Islami divisi fikih OKI no.51 (2/6)

tahun 1990 dengan redaksi berbeda.12

Jika kita perhatikan, penerapan sanksi denda ini mengundang kontroversi.

Sekilas hal ini mirip seperti bunga yang merupakan bagian dari riba,dengan

perbedaan pada pengakuan dan perhitungannya. Hal inilah yang memunculkan

ikhtilaf atau perbedaan pendapat dalam ketentuan sanksi denda ini.

Apalagi dalam praktiknya di perbankan syariah, celah-celah untuk

terjerumus dalam riba sangatlah besar. Seperti halnya dana ta‟zir, walaupun

masuk kedalam rekening dana sosial, namun tetap dana tersebut masih dalam

penguasaan bank sehingga akan menimbulkan kecendrungan penyalahgunaan

dana tersebut.

Seperti yang dikisahkan oleh Prof. Dr. Al Qarh Daghi dalam bukunya

bahwa hal ini pernah terjadi pada sebuah bank syariah di Timur Tengah, “Direksi

mendapat izin dari dewan syariah untuk menarik Late Charge dengan syarat dana

tersebut diakui seluruhnya sebagai dana sosial. Namun dengan berbagai alasan

pihak direksi berhasil mendapat izin dari dewan syariah untuk mengambil biaya

11 Muslim World League, Resolution of Islamic Fiqh Council Makkah Mukarramah from 1st

to 18th

Sessions During 1398-1427H (1977-2006), h.335. 12 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h.409.

Page 21: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

7

ganti rugi akibat kredit macet dari dana Late Charge. Ternyata melalui akuntannya

pihak direksi berhasil meraup seluruh dana sosial untuk ganti rugi kredit macet

yang dialami bank”.13

Kemudian dalam penyaluran dana sosial, bank syariah melakukan

penyaluran baik melalui sebuah lembaga zakat misalnya, ataupun secara langsung,

mereka akan mencantumkan logo bank syariah mereka. Hal ini bisa menjadi ajang

promosi bagi bank syariah. Sehingga secara tak langsung bank syariah dapat

mengambil keuntungan/manfaat dari dana sosial tersebut.

Begitu juga dalam penerapan ta‟widh yang merupakan ganti rugi bagi

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank yang hanya boleh diterapkan pada

nasabah wanprestasi secara sengaja padahal mampu. Dalam praktiknya, bank

syariah tidak melihat sebab dari kelalaian nasabah tersebut, apakah memang

dengan kesengajaan atau memang karena force majeur. Dan juga dari jumlah

yang dikenakan yang bahkan sampai 15% dari sisa pembiayaan yang belum

terbayar.14

Atas dasar itulah permasalahan ini perlu dikaji, sehingga penulis; dengan

melafazkan basmalah; memulai penelitian ini dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Penerapan Sanksi Denda Pada Akad Murabahah di Bank SyariahMandiri”.

13 Ibid., h.414. 14 Muis Hidayat, “Analisis Penerapan Fatwa DSN-MUI No.43/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang

Ta‟widh Pada Pembiayaan Murabahah di PT Bank Syariah Bukopin,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.48-61.

Page 22: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, penulis dapat

mengidentifikasi masalah terkait penerapan sanksi denda pada akad murabahah:

1. Secara Syar‟i, bolehkah penerapan sanksi denda bagi nasabah yang terlambat

membayar utangnya pada akad transaksi jual-beli?

2. Apa yang menjadi alasan utama perbedaan pandangan ulama terhadap hukum

penerapan sanksi denda pada akad jual-beli?

3. Bagaimana konsep penerapan sanksi denda murabahah yang ditentukan oleh

regulator (OJK dan DSN MUI)?

4. Bagaiman praktek penerapan dan pengelolaan sanksi denda pada akad

murabahah oleh Bank Syariah di Indonesia?

5. Bagaimana alokasi dana kebajikan yang berasal dari penerapan sanksi denda

oleh Bank Syariah di Indonesia?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, penulis perlu memberikan

batasan masalah dalam penelitian ini. Masalah penilitian hanya terfokus pada

penerapan sanksi denda pada akad murabahah di Bank Syariah Mandiri.

Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan para ulama terhadap penerapan sanksi denda bagi

nasabah wanprestasi pada akad murabahah?

2. Bagaimana konsep dan ketentuan sanksi denda pada akad murabahah yang

ditetapkan oleh Regulator bagi Bank Syariah di Indonesia?

Page 23: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

9

3. Bagaimana penerapan sanksi denda pada akad murabahah di Bank Syariah

Mandiri?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pandangan para ulama terhadap penerapan sanksi denda

bagi nasabah wanprestasi pada akad murabahah.

b. Untuk mengetahui konsep dan ketentuan sanksi denda yang ditetapkan oleh

Regulator bagi Bank Syariah di Indonesia.

c. Untuk mengetahui penerapan sanksi denda pada akad murabahah di Bank

Syariah Mandiri.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, sebagai tambahan wawasan keilmuan serta dapat menjadi

sumber pustaka bagi penelitian sejenis selanjutnya.

b. Bagi MUI, sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan fatwa.

c. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait

penerapan sanksi denda di Bank Syariah di Indonesia.

E. Kerangka Teori dan Konsep

Kerangka Teori

Ba‟i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati.15

Dalam ba‟i al-murabahah atau jual beli

murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan

15 Muhammad Syafi‟I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h.101.

Page 24: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

10

menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah

mengharuskan adanya pembelian komoditas berdasarkan permintaan nasabah,

bukan hanya pinjaman semata sebagaimana dalam sistem kredit di perbankan

konvensional.

Dalam prakteknya di bank syariah, nasabah datang untuk mengajukan

sebuah komoditas dengan kriteria tertentu, pada tahap ini terjadi negosiasi dan

persyaratan yang harus dipenuhi oleh kedua pihak. Kemudian bank memesan

barang kepada supplier sesuai dengan kriteria yang diinginkan nasabah. Setelah

barang tersebut resmi menjadi milik bank, baru kemudian terjadi kontrak jual beli

antara nasabah dan pihak bank. Barang dan dokumen dikirimkan kepada nasabah,

kemudian nasabah melakukan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.

Dalam operasinya menyalurkan pembiayaan, khususnya pada akad

murabahah yang merupakan akad yang paling banyak dipakai dalam financing

bank syariah, terdapat kelalaian dan wanprestasi yang dilakukan nasabah baik

karna force majeur ataupun memang kesengajaan, yang berakibat pada kerugian

bank. Sehingga untuk menghadapi resiko tersebut, bank perlu membuat tidak

lanjut dan perlakuan yang tepat untuk mencegah dan meng-cover kerugian

tersebut.

Dalam kontraknya bank syariah menetapkan sanksi berupa denda bagi

para nasabah lalai yang menunda-nunda pembayaran kewajibannya. Sanksi denda

tersebut meliputi denda ta‟zir dan denda ta‟widh. Denda ta‟zir diatur dalam fatwa

DSN-MUI no.17 tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda

Page 25: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

11

pembayaran, sedangkan denda ta‟widh diatur dalam fatwa no.43 tentang ganti

rugi (ta‟widh).

Denda ta‟zir dan ta‟widh sama-sama dikenakan pada nasabah yang dengan

sengaja menunda-nunda pembayaran kewajibannya pada bank. Bedanya hanya

dalam jumlah dan pengakuan dalam akuntansi. Denda ta‟zir nilainya ditetapkan

ketika kontrak dibuat sedangkan ta‟widh atau ganti rugi dihitung berdasarkan

kerugian nyata atau real loss yang dialami bank diakibatkan oleh kelalaian

nasabah. Dalam pengakuannya, dana ta‟zir diakui dan dimasukkan dalam dana

kebajikan yang nantinya akan disalurkan melalui akad-akad tabarru‟. Sedangkan

dana ta‟widh diakui sebagai pendapatan bank, sebagai ganti rugi bagi kerugian

yang dialami.

Page 26: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

12

Kerangka Konsep

Sanksi Keterlambatan Pembayaran

Nasabah Wanprestasi

Ta‟widh Denda Ta‟zir

Data

Wawancara Kajian Pustaka

Sanksi berupa denda

uang

Praktik

Analisis Deskriptif

Hasil / Kesimpulan

Konsep& Hukum

Page 27: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

13

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Skripsi ini menggunakan jenis penilitan deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan

atau menghubungkannya dengan variabel lain.16

Jadi secara singkat, dikatakan

penelitian deskriptif jika penelitian yang dilakukan bersifat pemaparan atau

menjelaskan suatu peristiwa. Penelitian tersebut kemudian dilakukan dengan

metode kualitatif yang bertujuan untuk memahami secara mendalam dan menggali

makna dari subjek yang diteliti.17

2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer berupa

hasil wawancara dari salah satu pihak BSM. Sedangkan data sekunder berupa

kajian kepustakaan. Data tersebut berupa studi literatur yang ditemukan dalam

buku-buku, jurnal, majalah, artikel, laporan keuangan dan lain sebagai.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

peneletian lapangan yang berupa wawancara (interview) untuk mendapatkan data

primer dan kajian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder.

4. Teknik Analisis Data

16

Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2009), h.17. 17

Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata

Publishing, 2013), h.74.

Page 28: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

14

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptis, yaitu suatu metode analisis

data dimana menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga

didapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai

dengan tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.18

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, dengan perincian sebagai

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan oleh penulis mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang landasan teori dan review studi

terdahulu yang dapat membantu dalam memahami dan menafsirkan data yang

akan diteliti.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH MANDIRI

Akan dipaparkan dalam bab ini hal-hal yang berhubungan dengan sumber

data, yakni hal-hal yang berkaitan dengan Bank Syariah Mandiri yaitu riwayat

singkat dan produk-produk yang terdapat pada bank tersebut.

BAB IV :HASIL PENELITIAN

18 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R & D. (Bandung: Alfabeta,2007), hal 244.

Page 29: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

15

Dalam bab ini akan disampaikan terkait analisis yang dilakukan pada

penerapan sanksi denda baik secara konsep maupun praktek.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran

yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini.

Page 30: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

16

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Murabahah

1. Pengertian Murabahah

Secara bahasa murabahah berasal dari kata Ar-Ribhu yang berarti

“keuntungan, laba, tambahan (margin)”. Murabahah dalam istilah para ulama

fikih terdahulu yaitu bagian dari jual-beli amanah; dimana penjual menyebut

harga pokok barang dan mensyaratkan laba sekian kepada pembeli.19

Wahbah az-

Zuhaili memberikan definisi murabahah yaitu “jual beli dengan harga perolehan

ditambah keuntungan”.20

Antonio menyebutkan ”Bai‟ al-murabahah adalah jual-beli barang pada

harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati”.21

Begitu juga Karim

menyebutkan “Murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut

ditambah keuntungan yang disepakati”.22

Istilah murabahah tidak dikenal di zaman Rasulullah s.a.w. dan para

sahabat, namun prakteknya sudah dikenal di zaman itu.23

Imam Malik bekata

“Penduduk Madinah telah berkonsensus akan legitimasi orang yang membeli

pakaian di sebuah toko dan membawanya ke kota lain untuk dijual dengan adanya

tambahan keuntungan yang telah disepakati”. Imam Syafi‟i juga menyatakan

19 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, cet.IV, h.382. 20 Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah, h.7. 21 Muhammad Syafi‟I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h.101. 22 Adiwarman A. Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet.VIII. (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), h.113. 23 Ibid.

Page 31: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

17

pendapatnya bahwa jika seseorang menunjukkan sebuah komoditi kepada

seseorang dan berkata “Belikan sesuatu untukku dan aku akan memberimu

keuntungan sekian dan orang itu kemudian membelikan sesuatu itu untuknya,

maka transaksi demikian ini adalah sah”.24

Murabahah yang dilakukan oleh perbankan syariah saat ini memang tidak

sama persis dengan definisi murabahah yang dikenal dalam kitab-kitab fiqih yang

disebutkan oleh para ulama terdahulu.25

Murabahah dapat dilakukan secara

pemesanan disebut sebagai Murabahah Kepada Pemesan Pembelian (KPP). Imam

Syafi‟i menamai transaksi ini dengan istilah al-aamir bisy-syira` (اش تاىششاء ).26

OJK mendefinisikan murabahah sebagai akad transaksi muamalah dengan

menerapkan prinsip jual beli barang sebesar harga perolehan barang ditambah

margin yang disepakati oleh para pihak. Harga perolehan diinformasikan oleh

penjual kepada pembeli. Sedangkan pembiayaan murabahah adalah produk

pembiayaan perbankan syariah untuk memenuhi kebutuhan Nasabah dengan

penggunaan akad Murabahah dan Wakalah di dalamnya.27

Sedangkan Mahkamah Agung menyebutkan murabahah adalah

pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan

pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa

harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan

24

Tri Setiady, ”Pembiayaan Murabahah dalam Perspektif Fiqh Islam, Hukum Positif dan

Hukum Syariah”, Fiat Justisia VIII, no.3 (September 2014): h.521. 25 Muhamad Nadratuzaman Hosen, Buku Saku Perbankan Syariah (Jakarta: PKES, 2005),

h.15. 26 Muhammad Syafi‟I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h.102. 27

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah, h.16.

Page 32: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

18

keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan secara

tunai atau angsur.28

2. Landasan Hukum

a. Al-Quran

Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli,

diantaranya adalah firman Allah:

(275:2/الباقرة) وأحل اهلل البيع وحرم الربا

Artinya: "...dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."

Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan

murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.

b. Al-Hadist

Diantara hadist yang menunjukkan bolehnya murabahah adalah hadits dari

riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:

ا ا الخلال علي بي الحسي حذث ا البزار ثابج بي بشر حذث داود بي الرحوي عبذ عي القاسن بي صر حذث

عي صهيب بي صالح عي قال أبي

رسىل قال صلى الل الل بالشعير البر وأخلاط والوقارضت أجل إلى البيع البركت فيهي ثلاث وسلن علي

ابي هاج) للبيع لا للبيج (روا29

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata,

telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Tsabit Al Bazzar berkata, telah

menceritakan kepada kami Nashr bin Al Qasim dari 'Abdurrahman bin Dawud

dari Shalih bin Shuhaib dari Bapaknya ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan; menjual

dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah),

dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan tidak untuk

dijual."

(HR. Ibnu Majah).

Menjual dengan pembayaran secara tangguh merupakan salah satu dari

karakteristik Murabahah yang dipraktekkan di perbankan syariah saat ini.

28 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Buku II Pasal 20 ayat (6). 29

Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Sunanu Ibn Mâjah Jilid III

(Beirut: Dâru al-Jîl, 1998), h.605.

Page 33: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

19

c. Kaidah Fiqh, yang menyatakan:

األصل فى الوعاهالث اإلباحت إال أى يذل دليل على ححريوها

Artinya: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada

dalil yang mengharamkannya.”

Selama tidak ada dalil naqli yang mengharamkan suatu kegiatan

muamalah, maka kegiatan tersebut boleh dilakukan. Selain itu transaksi ini sudah

dipraktikkan di berbagai tempat tanpa ada yang mengingkarinya.30

d. Fatwa Dewan Syariah Nasonal Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-

MUI /IV/2000 tentang MURABAHAH

3. Rukun dan Syarat Jual Beli Murabahah

Jual beli murabahah dalam perspektif Ekonomi Islam memiliki beberapa

rukun dan syarat yang harus dipenuhi. Rukun-rukun tersebut adalah:31

a. Adanya pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu:

(1) Penjual (Bank)

(2) Pembeli (Nasabah)

(3) Pemasok (Supplier)

b. Obyek yang diakadkan, yang mencakup:

(1) Barang yang diperjualbelikan

(2) Harga barang

c. Tujuan akad

d. Akad/Sighat yang terdiri dari:

30 Muhammad Farid, ”Murabahah dalam Perspektif Fikih Empat Mazhab”, Epistemé VIII,

no.1 (Juni 2013): h.120. 31

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah, h.7-8.

Page 34: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

20

(1) Ijab (serah)

(2) Qabul (terima)

Selanjutnya masing-masing rukun diatas harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

a. Pihak yang berakad, harus:

(1) Cakap hukum.

(2) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan terpaksa atau berada dibawah tekanan

atau ancaman.

b. Obyek yang diperjualbelikan tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang

secara syariah maupun hukum negara

c. Tujuan akad adalah pemindahan hak milik kebendaan dari pihak Penjual

(Bank) kepada Pembeli (Nasabah)

d. Akad/Sighat

(1) Tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat

dipahami jenis akad yang dikehendaki.

(2) Adanya kesesuaian antara ijab dan kabul

(3) Menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak

terpaksa.

4. Ketentuan-Ketentuan terkait Pembiayaan Murabahah

DSN-MUI telah menetapkan beberapa fatwa yang berisikan ketentuan-

ketentuan umum maupun tambahan yang terkait dengan pembiayaan murabahah

ini. Ketentuan utama diatur dalam Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Murabahah. Beberapa ketentuan yang disebutkan antara lain:

Page 35: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

21

a. Akad murabahah harus bebas riba

b. Bank harus membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri (artinya dimiliki oleh bank), dan pembelian tersebut harus sah.

c. Harga pokok, harga jual, margin, dan biaya harus transparan

d. Jangka waktu pembayaran disepakati bersama

e. Nasabah dapat mewakilkan bank dalam membeli barang dari supplier,

dengan syarat, akad murabahah dilakukan setelah barang dimiliki bank

secara prinsip.

f. Bank boleh meminta uang muka dari nasabah, dan disepakati bersama.

g. Bank boleh meminta jaminan dari nasabah.

Beberapa fatwa DSN-MUI lain yang terkait dengan transaksi murabahah

ini diantaranya adalah :

a. Fatwa DSN No.10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah

b. Fatwa DSN No.13/DSN-MUI/IV/2000 tentang Uang Muka dalam

Murabahah

c. Fatwa DSN No.16/DSN-MUI/IV/2000 tentang Diskon dalam Murabahah

d. Fatwa DSN No.17/DSN-MUI/IV/2000 tentang Sanksi Atas Nasabah yang

Mampu Menunda-nunda Pembayaran

e. Fatwa DSN No.23/DSN-MUI/IV/2003 tentang Potongan Pelunasan dalam

Murabahah

f. Fatwa DSN No.43/DSN-MUI/IV/2004 tentang Ganti Rugi (Ta‟widh)

g. Fatwa DSN No.45/DSN-MUI/IV/2005 tentang Line Facility

Page 36: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

22

h. Fatwa DSN No.46/DSN-MUI/IV/2005 tentang Potongan Tagihan

Murabahah

i. Fatwa DSN No.47/DSN-MUI/IV/2005 tentang Penyelesaian Piutang

Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Bayar

j. Fatwa DSN No.48/DSN-MUI/IV/2005 tentang Penjadwalan Kembali

Tagihan Murabahah

k. Fatwa DSN No.49/DSN-MUI/IV/2005 tentang Konversi Akad Murabahah

B. Sanksi Denda

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa sanksi (hukum)

memiliki arti (a) imbalan negatif, berupa pembebanan atau penderitaan yang

ditentukan di hukum dan (b) imbalan positif, yang berupa hadiah atau anugerah

yang ditentukan di hukum. Sedangkan denda memiliki arti hukuman yang berupa

keharusan membayar dalam bentuk uang (karena melanggar aturan, undang-

undang, dsb). Jadi, sanksi memiliki arti imbalan negatif ketika dikait dengan

denda, sehingga kita dapat memahami sanksi denda sebagai suatu imbalan negatif

berupa pembebanan keharusan pembayaran dalam bentuk uang.

Di Indonesia, secara umum, dikenal sekurang-kurangnya tiga jenis sanksi

yaitu: (a) sanksi hukum pidana, (b) sanksi hukum perdata, dan (c) sanksi

administrasi/administratif. Sanksi denda termasuk dalam sanksi administrasi/

administratif. Secara khusus, untuk pelanggaran undang-undang negara, sanksi

denda diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008 tentang Pengenaan

Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan.

Page 37: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

23

Dalam syariah khususnya ekonomi syariah dikenal setidaknya dua bentuk

sanksi denda yaitu denda ta‟zir dan denda ta‟widh. Dalam kegiatan perbankan

syariah khususnya di Indonesia, kedua bentuk sanksi denda tersebut diatur dan

dikenal sebagai suatu solusi permasalahan pembiayaan yang dikenakan pada

nasabah wanprestasi atas tindakan pelanggarannya terhadap kontrak atau akad

yang telah disetujui.

1. Ta’zir

Denda Ta‟zir atau sebagian menyebutnya Late Charge, dan di Malaysia

dikenal sebagai Gharamah merupakan sanksi berupa pembayaran sejumlah uang

akibat keterlambatan nasabah dalam melakukan pembayaran kewajibannya

kepada bank (menunggak). Perolehan denda akan dimasukkan ke dalam rekening

dana sosial (Qardhul Hasan).32

Sanksi didasarkan pada prinsip ta‟zir yang

bertujuan untuk mendisiplinkan nasabah agar memenuhi kewajibannya. Karena

didasarkan pada prinsip ta‟zir, sanksi denda ini hanya dikenakan pada nasabah

LKS yang dengan sengaja menunda-nunda pembayaran padahal mereka mampu.

Oleh karenanya, nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force

majeur tidak boleh dikenakan denda.

Nilai atau besaran denda yang dikenakan terhadap nasabah diserahkan

kepada masing-masing LKS dengan dasar kesepakatan antara nasabah dan LKS

saat akad ditandatangani. Denda yang diterima oleh LKS selanjutnya dimasukkan

dan diakui sebagai dana sosial dalam pembukuan LKS tersebut dan tidak dapat

32

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah, h.18.

Page 38: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

24

diakui sebagai laba. Dana sosial tersebut nantinya dapat disalurkan oleh bank

kepada masyarakat dengan tujuan sosial baik dalam bentuk bantuan atau lainnya.

2. Ta’widh

Ta‟widh atau ganti rugi adalah menutup kerugian yang terjadi akibat

pelanggaran atau kekeliruan. OJK mendefinisikan ta‟widh sebagai penggantian

terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam proses memperoleh

pembayaran dari nasabah akibat penyimpangan yang dilakukan oleh nasabah

(wanprestasi), termasuk namun tidak terbatas pada saat nasabah menunggak

pembayaran angsuran. Perolehan ta'widh akan diakui sebagai pendapatan dalam

pembukuan Bank.33

Begitu juga dengan denda ta‟zir, denda ta‟widh hanya boleh

dikenakan bagi nasabah yang sengaja atau karena kelalaian menunda pembayaran

kewajibannya. Pengenaan ta‟widh didasarkan pada kerugian riil yang dapat

diperhitungkan dengan jelas yang dialami oleh LKS. Besar ganti rugi yang dapat

dikenakan pada nasabah sesuai dengan nilai kerugian riil (real loss) yang pasti

dialamai (fixed cost) berupa biaya-biaya riil yang dikeluarkan dalam rangka

penagihan hak bank. Kerugian yang diperkirakan akan terjadi (potential loss)

karena adanya peluang yang hilang (potential loss) tidak dapat dimasukkan dalam

besaran ganti rugi.

33 Ibid.

Page 39: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

25

C. Review Studi Terdahulu

Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian yang telah dilakukan yang

berkaitan baik langsung atau tidak dengan penelitian pada skripsi ini:

1. Peneliti Ezani Yaakub, Mohamed Azam Mohamed Adil, Asmak

Husin, Mohd Dani Muhammad, Mohd Solahuddin

Shahruddin, dan Nur Hidayat Md Yazid (2013)

Judul Late Payment Charge In Islamic Bank

Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif

Hasil Penelitian Bank Syariah di Malaysia diperbolehkan untuk

membebankan denda pada nasabah yang gagal bayar yang

berupa ta‟widh dan gharamah, dimana mekanisme

implementasinya berbeda dengan riba pada bank

konvensional.

2 Peneliti Ezani Yaakub, dkk (2014)

Judul A Revisit to the Practice of Late Payment Charge by

Islamic Banks in Malaysia

Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif

Hasil Penelitian Kebijakan Islam membolehkan bank syariah untuk

membebankan sanksi denda pada nasabah yang gagal

bayar berupa ta‟widh dan gharamah. Kebijakan dapat

memberi peningkatan kompetitif bank syariah terhadap

bank konvensional. Dalam aplikasinya, bank syariah harus

Page 40: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

26

menjelasakan pada nasabah secara baik dan jelas agar

menghindarkan kesalahpahaman bagi nasabah.

3. Peneliti Yetty Nur Indah sari (2008)

Judul Denda Murabahah Dalam Pandangan Sistem Ekonomi

Islam (studi Kasus di Bank Syariah Mega Indonesia)

Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif

Hasil Penelitian Denda dapat diberikan pada nasabah yang lalai tanpa

alasan yang dibenarkan sebagai sarana disiplin bagi

nasabah, dengan ketentuan telah disepakati kedua pihak.

Denda murabahah adalah sah menurut fatwa DSN-MUI

No.17.

Di BSMI, denda dapat diberikan bagi nasabah mampu

namun nakal. Dana denda tersebut nantinya menjadi dana

sosial. Oleh karnanya BSMI telah mengikuti prosedur

DSN-MUI.

4. Peneliti Muis Hidayat

Judul Analisis Penerapan Fatwa DSN-MUI No.43/DSN-

MUI/VIII/2004 tentang Ta‟widh pada Pembiayaan

Murabahah di PT Bank Syariah Bukopin

Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif

Hasil Penelitian Penetapan ta‟widh didasarkan pada kemaslahatan dan

mencegah kemudharatan bagi salah satu pihak sehingga

dikeluarkanlah fatwa yang mengatur hal ini. Dalam

Page 41: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

27

perhitungan ta‟widh haruslah berdasarkan pada biaya rill

dan akan menjadi pendapatan bank sebagai penutup atas

biaya tersebut. Dalam praktiknya BSB telah menerapkan

ta‟widh sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia.

Page 42: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

28

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH MANDIRI

A. Riwayat Singkat

Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998

membawa hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah Sistem Perbankan Syariah di

Indonesia. Di saat bank-bank konvensional terkena imbas dari krisis ekonomi,

saat itulah berkembang pemikiran mengenai suatu konsep yang dapat

menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis yang berkepanjangan.

Di sisi lain, untuk menyelamatkan perekonomian secara global,

pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan penggabungan (merger) 4

(empat) Bank milik pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,

Bank Exim dan Bapindo, menjadi satu, satu Bank yang kokoh dengan nama PT

Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan

tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik

mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB merupakan salah satu Bank

konvensional yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank

Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi.

Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT BSB juga melakukan upaya merger

dengan beberapa Bank lain serta mengundang investor asing.

Sebagai tindak lanjut dari pemikiran Pengembangan Sistem Ekonomi

Syariah, pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang memberi

peluang bagi Bank Umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan konsolidasi serta

Page 43: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

29

membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah, yang bertujuan untuk

mengembangkan Layanan Perbankan Syariah di kelompok perusahaan PT Bank

Mandiri (Persero) Tbk.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan

UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT

Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. Oleh

karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem

dan infrastruktur, sehingga kegiatan usaha BSB berhasil bertransformasi dari

Bank Konvensional menjadi Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah

dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta

Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,

25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior

Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi

PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah

Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau

tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme

usaha dengan nilai-nilai spiritual. Bank Syariah Mandiri tumbuh sebagai bank

yang mampu memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan operasionalnya.

Page 44: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

30

Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah

satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.

B. Produk-Produk

Dalam menjalankan kegiatannya, Bank Syariah Mandiri menerbitkan

berbagai macam produk yang secara umum terbagi dalam tiga kategori:

1. Produk Pembiayaan

Produk pembiayaan merupakan produk yang difasilitasi oleh BSM untuk

membantu masyarakat pada umumnya atau nasabah dan calon nasabah yang

memerlukan dana atau barang-barang aktiva untuk memenuhi kebutuhan modal

usaha ataupun konsumsi bagi nasabah. Produk-produk tersebut dapat kita bagi

dalam 2 kategori menurut cara pembayarannya.

a. Pembiayaan yang bersifat angsuran

(1) BSM Pembiayaan Murabahah Pembiayaan berdasarkan akad jual beli

antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan

menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan margin

keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha

(investasi, modal kerja) dan pembiayaan konsumer.

(2) BSM Pembiayaan Istishna Pembiayaan pengadaan barang dengan skema

Istishna adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, dan panjang yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang (obyek istishna), di

mana masa angsuran melebihi periode pengadaan barang (goods in process)

dan bank mengakui pendapatan yang menjadi haknya pada periode angsuran,

Page 45: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

31

baik pada saat pengadaan berdasarkan persentase penyerahan barang,

maupun setelah barang selesai dikerjakan.

(3) Pembiayaan dengan Skema IMBT (Ijarah Muntahiyah Bittamliik)

Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamliik adalah fasilitas pembiayaan

dengan skema sewa atas suatu obyek sewa antara Bank dan Nasabah dalam

periode yang ditentukan yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan

nasabah.

(4) Pembiayaan PKPA Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para

Anggota (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan kepada koperasi karyawan

untuk pemenuhan kebutuhan consumer para anggotanya (kolektif) yang

mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan.

(5) BSM Pembiayaan Implan Pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang

diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya

dilakukan secara massal (kolektif) melalui rekomendasi perusahaan.

(6) BSM Pembiayaan Griya BSM Pembiayaan konsumtif dalam valuta rupiah

yang diberikan oleh Bank kepada perseorangan/individual untuk membiayai

pembelian rumah baru, rumah second, renovasi maupun take over berupa

rumah tinggal.

(7) BSM Pembiayaan PemiIikan Rumah Sejahtera Syariah Tapak

Pembiayaan BSM Pemilikan Rumah Sejahtera Syariah Tapak adalah

Pembiayaan berdasarkan prinsip dengan dukungan FLPP (Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh

Kementerian Perumahan Rakyat) yang diterbitkan oleh Bank pelaksana yang

Page 46: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

32

beroperasi secara syariah kepada masyarakat ber-penghasilan rendah dalam

rangka pemilikan Rumah Sejahtera Syariah Tapak yang dibeli dari orang

perseorangan dan/atau badan hukum.

(8) BSM Pembiayaan Griya PUMP-KB Pembiayaan Griya BSM Pinjaman

Uang Muka Perumahan Kerjasama Bank (PUMP-KB) adalah Pembiayaan

dengan dukungan pendanaan yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan kepada

BSM untuk pemilikan atau pembelian rumah kepada peserta BPJS

Ketenagakerjaan.

(9) BSM Optima Pembiayaan Pemilikan Rumah Pembiayaan Griya BSM

Optima adalah pembiayaan pemilikan rumah dengan tambahan benefit

berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah

pada waktu tertentu sepanjang coverage atas agunannya masih dapat meng-

cover total pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan debt to

service ratio nasabah.

(10) BSM Pembiayaan Pensiun Pembiayaan BSM Pensiun adalah pembiayaan

yang diberikan kepada para pensiunan atau pegawai yang ≤ 6 bulan lagi akan

pensiun (pra pensiun) atau janda pensiun dan telah menerima SK pensiun.

(11) BSM Pembiayaan Alat Kedokteran Pembiayaan untuk pembelian barang

modal atau peralatan penunjang kerja di bidang kedokteran.

(12) BSM Pembiayaan Oto Pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor

berupa mobil baru atau bekas berdasarkan prinsip syariah.

(13) BSM Pembiayaan Eduka Pembiayaan BSM Eduka adalah Pembiayaan

untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan.

Page 47: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

33

(14) Pembiayaan Umrah Pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk

memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umroh, seperti untuk tiket,

akomodasi, dan persiapan biaya umroh lainnya dengan akad ijarah.

(15) BSM Pembiayaan Warung Mikro Pembiayaan jangka pendek yang

digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan usaha dan multiguna dengan

maksimal pembiayaan sampai dengan Rp100 juta dengan akad Murabahah

dan Ijarah.

(16) Pembiayaan Cicil Emas BSM pembiayaan kepemilikan emas dengan

menggunakan akad Murabahah.

b. Pembiayaan yang tidak bersifat angsuran

(1) BSM Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan dimana seluruh modal kerja

yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh

dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

(2) BSM Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan khusus untuk modal kerja,

dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan

keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

(3) Pembiayaan Dana Berputar Fasilitas pembiayaan modal kerja dengan

prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu

berdasarkan kebutuhan riil nasabah.

(4) Pembiayaan dengan Agunan Investasi Terikat Syariah Mandiri

Pembiayaan dengan agunan berupa dana investasi (cash collateral) dimana

Page 48: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

34

pemilik dana (investor) memberikan batasan kepada Bank mengenai tempat,

cara dan objek investasinya.

(5) Pembiayaan Gadai Emas BSM Pembiayaan yang menggunakan akad qardh

dengan jaminan berupa emas yang diikat dengan akad rahn, dimana emas

yang diagunkan disimpan dan dipelihara oleh Bank selama jangka waktu

tertentu dengan membayar biaya pemeliharaan atas emas sebagai objek rahn

yang diikat dengan akad ijarah.

2. Produk Pendanaan

Produk pendanaan adalah produk yang digunakan dalam menghimpun

dana masyarakat atau yang biasa disebut dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

tujuannya adalah menerima dana masyarakat dalam bentuk titipan, tabungan

maupun deposito. Produk pendanaan ini diklasifikasikan dalam 3 bentuk produk:

a. Produk titipan

(1) BSM Giro Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip

wadiah yad dhamanah.

(2) BSM Giro Valas Simpanan dalam mata uang dollar Amerika yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip wadiah yad

dhamanah.

(3) BSM Giro Singapore Dollar Simpanan dalam mata uang dollar Singapura

yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan prinsip wadiah yad

dhamanah.

Page 49: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

35

(4) BSM Giro Euro Simpanan dalam mata uang Euro yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan prinsip wadiah yad dhamanah.

b. Produk tabungan

(1) Tabungan BSM Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad

Mudharabah Mutlaqah yang penarikannya sesuai syarat tertentu yang

disepakati.

(2) BSM Tabungan Berencana Tabungan berjangka dengan nisbah bagi hasil

berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris untuk

memperoleh dananya sesuai target waktu dan dengan perlindungan asuransi

gratis.

(3) BSM Tabungan Simpatik Tabungan dalam mata uang rupiah berdasarkan

prinsip wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan

syarat-syarat tertentu yang disepakati.

(4) BSM Tabungan Mabrur Tabungan perorangan untuk merencanakan ibadah

haji & umrah.

(5) BSM Tabungan Mabrur Junior Tabungan anak untuk merencanakan

ibadah haji & umrah.

(6) BSM Tabungan Dollar Tabungan dalam mata uang Dollar yang penarikan

dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan dengan

menggunakan slip penarikan.

Page 50: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

36

(7) BSM Tabungan Investa Cendekia (TIC) Tabungan berjangka yang

diperuntukkan bagi masyarakat dalam melakukan perencanaan keuangan,

khususnya pendidikan bagi putra/putri.

(8) BSM Tabungan Perusahaan Tabungan yang digunakan untuk menampung

kelebihan dana rekening giro yang dimiliki Institusi/Perusahaan berbadan

hukum dengan menggunakan fasilitas autosave.

(9) BSM Tabungan Pensiun Tabungan dalam mata uang rupiah hasil kerjasama

BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri

Indonesia.

(10) BSM Tabunganku Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah

dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna

menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

(11) BSM Simpanan Pelajar iB Tabungan untuk siswa yang diterbitkan secara

nasional oleh bank-bank di Indonesia, dengan persyaratan mudah dan

sederhana serta fitur yang menarik dalam rangka edukasi dan inklusi

keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.

c. Produk yang bersifat deposito atau simpanan berjangka

(1) BSM Deposito Produk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat

dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.

Page 51: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

37

(2) BSM Deposito Valas Produk investasi berjangka yang penarikannya hanya

dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dalam

bentuk valuta asing.

3. Produk Jasa

Produk BSM dalam kategori jasa adalah produk-produk yang berupa

fasilitas sesuai kebutuhan nasabah dalam rangka pemenuhan aktivitas bisnih

nasabah dengan menempatkan bank sebagai perantara/mediasi dan bank

meempatkan posisinya sebagai lembaga intermediasi.

a. Bank sebagai agen produk pasar (market product) di pasar

keuangan dan pasar modal

(1) Sukuk Negara Ritel

Bank Syariah Mandiri sebagai Agen Penjual di Pasar Perdana,

menawarkan produk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang bersifat ritel

atau yang dikenal dengan istilah Sukuk Negara Ritel. Sukuk Negara Ritel adalah

Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) yang dijual kepada individu atau

perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual di Pasar Perdana

dalam negeri. Penunjukan Bank Syariah Mandiri sebagai Agen Penjual Sukuk

Negara Ritel ditetapkan oleh Pemerintah. Produk Sukuk Negara Ritel yang

ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:

(a) Sukuk Negara Ritel Seri SR-001: Telah jatuh tempo pada 25 Februari 2012.

(b) Sukuk Negara Ritel Seri SR-002: Telah jatuh tempo pada 10 Februari 2013.

(c) Sukuk Negara Ritel Seri SR-003: Telah jatuh tempo pada 23 Februari 2014.

Page 52: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

38

(d) Sukuk Negara Ritel Seri SR-004: Telah jatuh tempo pada 21 September

2015.

(e) Sukuk Negara Ritel Seri SR-005: Tanggal jatuh tempo 27 Februari 2016.

(f) Sukuk Negara Ritel Seri SR-006: Tanggal jatuh tempo 5 Maret 2017.

(g) Sukuk Negara Ritel Seri SR-007: Tanggal jatuh tempo 11 Maret 2018.

(2) Reksa Dana

Bank Syariah Mandiri telah terdaftar sebagai Agen Penjual Efek Reksa

Dana (APERD) berdasarkan Surat Tanda Terdaftar Nomor:

25/BL/STTD/APERD/2007 dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan tanggal 24 April 2007.

Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana

dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek

oleh Manajer Investasi. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal, Reksa Dana dapat berbentuk Perseroan Tertutup atau Terbuka dan

Kontrak Investasi Kolektif. Bentuk hukum Reksa Dana yang dipasarkan melalui

Bank Syariah Mandiri adalah Kontrak Investasi Kolektif. Adapun produk Reksa

Dana yang ditawarkan melalui Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:

(a) Reksa Dana Mandiri Investa Syariah Berimbang (MISB)

Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri

Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Campuran (balanced fund) yaitu

wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Page 53: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

39

(investor) untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi dalam

portofolio Efek Saham Syariah, Efek Pasar Uang Syariah dan Obligasi Syariah.

(b) Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif Syariah (MITRA Syariah)

Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri

Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Saham (equity fund) yaitu wadah

yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor)

untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi minimal 80% dalam

portofolio Efek Saham Syariah.

(c) Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Syariah (BNPP PS)

Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT BNP Paribas

Investment Partners, jenis Reksa Dana Saham (equity fund) yaitu wadah yang

digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk

selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi minimal 80% dalam portofolio

Efek Saham Syariah.

(3) Tabungan Saham Syariah

Tabungan Saham Syariah adalah Rekening Dana Nasabah berupa produk

tabungan yang khusus digunakan untuk keperluan penyelesaian transaksi Efek

(baik berupa kewajiban maupun hak Nasabah), serta untuk menerima hak

Nasabah yang terkait dengan Efek yang dimilikinya melalui Pemegang Rekening

KSEI.

Page 54: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

40

b. Sebagai pemberi produk layanan BSM sendiri

(1) BSM Card Merupakan kartu yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri

dan memiliki fungsi utama yaitu sebagai kartu ATM dan kartu Debit.

Disamping itu dengan menggunakan BSM Card, nasabah bisa mendapatkan

discount diratusan merchant yang telah bekerja sama dengan BSM.

(2) BSM ATM Mesin Anjungan Tunai Mandiri yang dimiliki oleh BSM. BSM

ATM dapat digunakan oleh nasabah BSM, nasabah bank anggota Prima,

nasabah bank anggota ATM Bersama dan nasabah anggota Bankcard

(Malaysia).

(3) BSM CALL 14040 Layanan perbankan melalui telepon dengan nomor akses

14040 atau 021 2953 4040, yang dapat digunakan oleh nasabah untuk

mendapatkan informasi terkait layanan perbankan.

(4) BSM SMS Banking Merupakan produk layanan perbankan yang berbasis

teknologi SMS telepon selular (ponsel) yang memberikan kemudahan untuk

melakukan berbagai transaksi perbankan di mana saja, kapan saja.

(5) BSM Mobile Banking Merupakan saluran distribusi yang dimiliki oleh BSM

untuk mengakses rekening yang dimiliki nasabah melalui smatphone dengan

teknologi GPRS/EDGE/3G/BIS dan WIFI. Platform smartphone yang dapat

digunakan yaitu BB, Android, iOS dan Symbian.

(6) BSM Net Banking Merupakan fasilitas layanan bank yang dapat digunakan

nasabah untuk melakukan transaksi perbankan (ditentukan bank) melalui

jaringan internet menggunakan komputer/smart phone.

Page 55: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

41

(7) BSM Notifikasi Layanan untuk memberikan informasi segera dari setiap

mutasi transaksi nasabah sesuai dengan jenis transaksi yang didaftarkan oleh

nasabah yang dikirimkan melalui media SMS atau email.

(8) MBP (Multi Bank Payment) Merupakan layanan untuk mempermudah

pembayaran kepada institusi (lembaga pendidikan, asuransi, lembaga khusus,

lembaga keuangan non bank) melalui menu pemindahbukuan di ATM bank

manapun.

(9) BPI (BSM Pembayaran Institusi) Merupakan layanan pembayaran yang

terhubung ke institusi secara real time on line.

(10) BPR Host to Host Merupakan bentuk kerjasama BSM dengan BPR/ BPRS

yang memungkinkan nasabah BPR/BPRS untuk mempunyai kartu ATM

yang dapat digunakan di ATM BSM, ATM BM, ATM Bersama dan ATM

Prima.

(11) BSM E-Money Merupakan kartu prabayar berbasis smart card yang

diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerjasama dengan BSM.

(12) Transfer D.U.I.T. Jasa pengiriman uang dari luar negeri ke semua bank dan

kantor Pos di Indonesia secara cepat dan mudah.

(13) Transfer Valas Layanan transfer valuta asing (valas) antar rekening bank di

Indonesia atau luar negeri dalam 130 mata uang.

(14) Western Union Jasa pengiriman uang domestik atau antar-negara dengan

jaringan outlet yang luas dan tersebar di seluruh dunia.

(15) Transfer Nusantara Jasa pengiriman uang antar-daerah di dalam negeri

(domestik) ke Seluruh Pelosok Nusantara secara cepat dan mudah.

Page 56: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pendahuluan

1. Perjanjian

Lazim dilakukan di dunia perbankan maupun bisnis pada umumnya bahwa

kerjasama antara pihak bank dan pihak nasabah diuraikan dan dituangkan secara

jelas dalam sebuah akad/perjanjian. Akad atau perjanjian ini memuat segala

sesuatu yang berkaitan dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab pihak-

pihak yang mengadakan kerjasama. Kewajiban bank adalah memenuhi kebutuhan

nasabah sebagaimana yang telah disepakati dalam suatu perjanjian baik berupa

kerja sama, utang piutang, sewa menyewa, dan sebagainya. Bank harus memenuhi

kewajibannya sebagai penyedia dana dan/atau barang sesuai yang telah disepakati

dalam besar, jumlah, nominal, dan kriteria, sebagai bentuk pemenuhan tangung

jawab bank pada nasabah. Sedangkan kewajiban nasabah/mudharib/musyarik

adalah memenuhi jadwal pengembalian ataupun jadwal angsuran tepat besar dan

tepat waktu, serta kewajiban menginformasikan hal-hal yang terkait dengan usaha

maupun tujuan pemberian pembiayaan.

2. Konsekuensi Perjanjian

Menjadi suatu keharusan dalam perjanjian selain mencantumkan hak dan

kewajiban juga mencantumkan tanggung jawab. Tanggung jawab adalah hal-hal

yang mengikat dua pihak jika terjadi tindakan atau aktivitas yang tidak sesuai

dengan perjanjian, misalnya pengenaan sanksi oleh bank terhadap nasabah atau

Page 57: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

43

debitur yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran penembalian baik besar

maupun waktu.

Ta‟zir dan ta‟widh menjadi dua solusi yang diterapkan oleh bank syariah

Indonesia dalam mengatasi masalah pembiayaan yang terjadi pada beberapa akad

yang digunakan dalam produk-produk financing bank syariah. Namun dalam

ketentuannya, beberapa ulama dan cendekiawan ekonomi islam menyelisihi

praktek tersebut karena dianggap sama saja dengan riba.

B. Pandangan Syariah Terhadap Penerapan Sanksi Denda Bagi Nasabah

Wanprestasi Pada Akad Murabahah

Terdapat dua jenis sanksi denda yang dapat diberikan bagi nasabah yang

melakukan keterlambatan atas kewajibannya pada suatu akad utang-piutang, yakni

sanksi denda berupa pembayaran sejumlah uang (biasanya berdasarkan persentase

dari kewajiban jatuh tempo) yang berlandaskan ta‟zir, dan sanksi denda berupa

pembayaran uang yang dihitung berdasarkan kerugian yang dialami oleh bank

yang berlandaskan ta‟widh atau ganti rugi.

Tentang penjatuhan sanksi berupa denda pembayaran/pengambilan harta

benda atau uang (اىاه), para ulama mazhab berbeda pendapat dalam hal ini.

Sayyid Sabiq dalam bukunya menyebutkan bolehnya sanksi dengan mengambil

harta. Dan ini merupakan mazhab Abu Yusuf dan Imam Malik.34

Pendapat ini

juga merupakan pendapat qaul qadim Imam Syafi‟i, serta didukung oleh Ibnu

34

Sayyid Sâbiq, Fiqhu as-Sunnah al-juz`u al-tsâni, cet.khusus, (Kairo: al-Fathu Li al-I‟lâmi

al-„araby, 1946), h. 377.

Page 58: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

44

Taimiyah dan Ibnu Qayyim. Adapun mazhab Hanafi, Syafi‟i dan Hanbali

mengharamkannya.35

Para ulama kontemporer pun berbeda pendapat tentang hukum pengenaan

ta‟zir. Ulama yang berpendapat akan kehalalan ta‟zir diantaranya adalah Prof. Dr.

Wahbah Zuhayli, Dr. Muhammad Syubair, dan lembaga AAOIFI (Accounting &

Auditing Organization for Islamic Financial Institutions).36

Dewan Syariah

Nasional MUI juga menghukumkan halal pengenaan ta‟zir ini. Adapun beberapa

dalil yang dikemukakan oleh para ulama tentang kebolehan ta‟zir diantaranya:

Firman Allah s.w.t pada QS: al-Maidah [5] ayat 1 :

(1:5/اىاءدج)

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu....“

Hadist Nabi s.a.w dari „Amr bin „Auf

ػ ض ف اى ػ ش ت ػ ت ػثذ اىي زذثا مثش ت ش اىؼقذ اىخياه زذثا أت ػا ػي ت زذثا اىسس

خذ ػ أت

ا أزو زشا زياىا أ إىا صيسا زش سي اى قاه اىصير خائض ت سي ػي صي اىي سسه اىي أ

ا أزو زشا زياىا أ إىا ششعا زش ػي ششع سي اى

صسر زا زذث زس (سا اىرشز) قاه أت ػس 37

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal, telah

menceritakan kepada kami Abu Amir Al 'Aqadi, telah menceritakan kepada kami

Katsir bin Abdullah bin Amru bin 'Auf Al Muzani dari ayahnya dari kakeknya

bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perdamaian

diperbolehkan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan

yang halal atau menghalalkan yang haram. Dan kaum muslimin boleh

menentukan syarat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.

(HR.Turmuzi)

35 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, cet.IV, h.408. 36 Ibid.,h.411. 37

Abî al-„alâ Muhammad ibn „Abdi ar-Rahmân ibn „Abdi ar-Rahîm al-Mubârakfûrî, Tuhfatu

al-ahwazî bi Syarhi Jâmi‟i al-turmudzi Jilid ke-4 (Dâru al-Fikr), h.584-585.

Page 59: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

45

ػ اىي شج سض ش أت اىأػشج ػ أت اىضاد ػ اىل ػ سف أخثشا ت زذثا ػثذ اىي

رثغ في ي ػي فئرا أذثغ أزذم ظي غو اىغ قاه سي ػي صي اىي سسه اىي (صا اىثخاس) أ38

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan

kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah

radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Menunda membayar hutang bagi orang kaya adalah kezhaliman dan apabila

seorang dari kalian hutangnya dialihkan kepada orang kaya, hendaklah dia

ikuti".(HR. Bukhari)

ش ت ػ ػ ذ ت س يح ػ أت دى تش ت ثاسك ػ اى قاه زذثا ات آد ذ ت س أخثش

قاه أت اىششذ ػ

ػقتر اخذ سو ػشض اى ى سي ػي صي اىي (سا اىساء) قاه سسه اىي39

Artinya: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Adam telah menceritakan

kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Wabr bin Abu Dulailah dari Muhammad bin

Maimun dari 'Amru bin Asy Syarid dari ayahnya, dia berkata; "Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penundaan pembayaran hutang yang

dilakukan oleh orang yang mampu membayarnya menghalalkan kehormatan

(untuk dighibah) dan hukumannya." (HR.Nasa`i)

ػقثح زذثا إسسق ت س ت زذثا ا سي غيس زذثا فضو ت أت اى ش خاىذ اى ت زذثا ػثذ ست

د اىصا ػثادج ت ىذ ػ اى س ت

ىا ضشاس ىا ضشس قض أ سي ػي صي اىي سسه اىي (سا ات اخ) أ40

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdu Rabbih bin Khalid An Numairi

Abu Al Mughallis berkata, telah menceritakan kepada kami Fudlail bin Sulaiman

berkata, telah menceritakan kepada kami Musa bin Uqbah berkata, telah

menceritakan kepada kami Ishaq bin Yahya bin Al Walid dari Ubadah bin Ash

Shamith berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memutuskan bahwa

tidak boleh berbuat madlarat dan hal yang menimbulkan madarat." (HR. Ibnu

Majah)

Rasulullah s.a.w. melalui hadist-hadist diatas menjelaskan bahwa setiap

muslim wajib memenuhi akad dan perjanjian yang telah dibuat. Dua pihak yang

melakukan transaksi wajib memenuhi syarat-syarat dan perjanjian yang telah

mereka buat ketika melakukan akad. Seorang pembeli yang melakukan pembelian

barang secara kredit atau tidak tunai wajib untuk memenuhi pembayarannya pada

38 Abî Yahya Zakariyya ibn Muhammad al-Ansâriy, Tuhfatu al-Bârî bi Syarhi Sahîhi al-

Bukhârî Jilid III, cet.II, (Beirut: Dâru Ibni Hazm, 2012), h.110. 39 Imam al-Sindî, Sunanu al-Nasâ î bi Syarhi al-Suyûtî wa Hâsyiah al-Sindî Jilid IV (Beirut:

Dâru al-Ma‟rifah, 1990), h.363. 40

Abî „Abdillâh Muhammad ibn Yazîd al-Qazwînnî Ibnu Mâjah, Sunanu Ibn Mâjah Jilid IV

(Beirut: Dâru al-Jîl, 1998), h.27.

Page 60: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

46

waktu yang telah diperjanjikan. Seorang yang menunda-nunda pembayaran;

sebagaimana pada hadist diatas; dibolehkan mengenakan hukuman baginya. Maka

pengenaan sanksi denda ta‟zir diperbolehkan sebagai bentuk hukuman dan

pelajaran bagi pembeli yang menunda-nunda pembayaran. Sebagaimana pada

kaidah fiqh disebutkan :

األصو ف اىؼاالخ اإلتازح اال ا ذه دىو ػي ذسشا

Artinya: “Pada dasarnya, segala bentuk mu‟amalat boleh dilakukan kecuali ada

dalil yang mengharamkannya.”

Denda ta‟zir yang dikenakan bukanlah riba sebagaimana yang Rasulullah

haramkan sebagaimana disebutkan secara marfu‟ yang diriwayatkan oleh Ali bin

Abi Thalib41

:

مو قشض خش فؼح ف ستا

Ta‟zir disini bukanlah termasuk manfaat yang diambil dari utang-piutang

yang terjadi, karena ta‟zir tersebut diperuntukkan untuk kebutuhan sosial, dimana

penjual (lembaga keuangan) wajib menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk bantuan sosial.

Para ulama yang tergabung dalam AAOIFI menyebutkan dalam standar

syariah mereka :

“It is permitted to prescribe in contracts involving indebtedness (such as

Murabaha) an obligation on the debtor, in the case of default in payment, to

donate an amount or percentage of the payment due on condition that this be

donated to charitable courses under the supervision of the bank‟s Sharia

supervisory board.”42

41 Ammi Nur Baits, Ada Apa Dengan Riba? (Yogyakarta: Pustaka Muamalah, 2006), h.86. 42

Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions (AAOIFI),

Shari‟a Standards for Islamic financial Institutions (Bahrain: AAOIFI, 2010), h.33.

Page 61: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

47

Artinya: “Diperbolehkan untuk menentukan dalam kontrak yang terkait

dengan utang-piutang (seperti murabahah) kesiapan debitur untuk

mendonasikan sejumlah uang (persentase dari pembayaran) pada saat ia

menunda-nunda pembayaran dengan syarat usng tersebut akan diakui sebagai

dana sosial dan diawasi oleh dewan pengawas syariah tersebut.”

Pemungutan denda ta‟zir dihukumkan halal oleh beberapa ulama dan

dihukumkan haram oleh sebagian yang lain dengan alasan bahwa itu sama halnya

dengan riba walaupun diperuntukkan untuk dana sosial. Hadist dari Amru bin 'Auf

Al Muzani yang menjadi dasar pembolehan ta‟zir menjelaskan bahwa perjanjian

yang dibuat oleh seorang muslim harus dipenuhi. Sehingga penetapan denda bagi

nasabah yang menunda-nunda pembayaran wajib dipenuhi sebagai bentuk

hukuman, sehingga nasabah lebih termotivasi untuk membayar kewajibannya

tepat waktu demi menghindari riba. Dana tersebut nantinya akan digunakan

sebagai dana sosial yang akan disalurkan kepada masyarakat dan tidak boleh

digunakan bank karna dana tersebut akan menjadi riba jika dimanfaatkan oleh

bank.

Para ulama yang mengharamkan ta‟zir beranggapan bahwa pendalilan

tersebut tidak kuat, karena pembayaran uang denda yang telah ditentukan diawal

kontrak jelas-jelas hal itu adalah riba. Tambahan tersebut jelas merupakan riba

karna telah disyaratkan diawal, walaupun tujuannya akan digunakan untuk dana

sosial, tetap saja uang tersebut merupakan tambahan akan transaksi utang-piutang

yang diharamkan oleh Rasulullah s.a.w, berapa banyakpun jumlahnya dan

bagaimanapun tujuannya.

Page 62: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

48

أخغ اىسي قال ػ ث صي اهلل ػي سي أ اشرشاط اىضادج ف اىسيف ستا ى ما قثضح

ػيف43

Artinya: “Kaum muslimin sepakat, bersumber dari keterangan nabi mereka

shallallahu „alaihi wa sallam bahwa mempersyaratkan adanya tambahan dalam

utang adalah riba. Meskipun hanya segenggam pakan ternak.”

Tidak juga bisa kita pungkiri bahwa bank sama sekali tidak menerima

manfaat dari dana sosial yang disalurkan, karena saat pihak bank menyalurkan

dana sosial yang terkumpul melalui denda-denda keterlambatan yang dibayar oleh

nasabah, secara otomatis akan menjadi suatu iklan dan promosi yang akan

meningkatkan reputasi bank.44

Walaupun manfaat yang diterima oleh bank tidak

langsung dan bukan berupa uang/barang, tetap saja hal ini juga bisa dikatakan

tambahan yang berupa riba. Seperti yang disebutkan Bukhari dan Ibnu Majah :

أت أت تشدج ػ سؼذ ت زشب زذثا شؼثح ػ ت ا زذثا سي

د ث ذذخو ف ت شا ذ قا ل س فقاه أىا ذدء فأعؼ ػ اىي سض سيا ت ذح فيقد ػثذ اىي د اى أذ

و قد فيا ز و شؼش أ ز أ و ذث ل ز ذ إى ىل ػي سخو زق فأ ا فاش إرا ما قاه إل تأسض اىشتا ت

ستا فئ ذأخز

د شؼثح اىث ة ػ د أت دا زمش اىضش (سا اىثخاس) ى45

Artinya: “Telah bercerita kepada kami Sulaiman bin Harb telah bercerita kepada

kami Syu'bah dari Sa'id bin Abu Burdah dari bapaknya;

"Aku mengunjungi Madinah lalu bertemu dengan 'Abdullah bin Salam radliallahu

'anhu. Dia berkata; "Tidakkah sebaiknya kamu berkunjung ke rumahku, Nanti

kusuguhi makanan terbuat dari tepung dan kurma dan kamu masuk ke dalam

rumah. Kemudian dia berkata lagi; "Sungguh kamu sekarang berada di negeri

praktek riba sudah merajalela. Apabila kamu mengutangi orang lain, kemudian

orang yang diutangi memberikan fasilitas membawakan jerami, gandum, atau

pakan ternak, maka janganlah kamu mengambilnya karena itu riba". An-Nadlar,

Abu Daud dan Wahb tidak menyebutkannya dari Syu'bah tentang „rumah‟." (HR.

Bukhari)

43 Abî „Abdillâh Muhammad ibn Ahmad ibn Abî Bakrin al-Qurtubiy, al-Jâmi‟ li Ahkâmi al-

Qur`an Jilid IV, (Beirut: Al-Resalah Publishers, 2006), h.225. 44 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h.414. 45

Abî Yahya Zakariyya ibn Muhammad al-Ansâriy, Tuhfatu al-Bârî bi Syarhi Sahîhi al-

Bukhârî Jilid IV, cet.II, (Beirut: Dâru Ibni Hazm, 2012), h.242.

Page 63: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

49

ائ أت إسسق اى س ت ػ ذ اىضث ز ػاش زذث ػرثح ت ؼو ت اس زذثا إس ػ ت شا زذثا

اىل قاه سأىد أس ت

قشضا إرا أقشض أزذم سي ػي صي اىي قاه قاه سسه اىي ذ ى اه ف اى ا قشض أخا اىشخو

قثو رىل ت خش ت ن إىا أ ىا قثي ا ػي اىذاتح فيا شمث ي ز أ ذ ى (سا ات اخ) فأ46

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah

menceritakan kepada kami Isma'il bin Ayyasy berkata, telah menceritakan

kepadaku Utbah bin Humaid Adl Dlabbi dari Yahya bin Abu Ishaq Al Huna`i ia

berkata, "Aku bertanya kepada Anas bin Malik;

"Seorang lelaki dari kami meminjamkan harta kepada saudaranya, lalu ia

memberi hadiah kepada yang memberi pinjaman" Anas berkata, "Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang kalian memberi

hutang (pada seseorang) kemudian dia memberi hadiah kepadanya, atau

membantunya naik ke atas kendaraan maka janganlah ia menaikinya dan jangan

menerimanya, kecuali jika hal itu telah terjadi antara keduanya sebelum itu".”

(HR. Ibnu Majah)

Dikarenakan bahwa persyaratan sanksi denda ta‟zir tersebut termasuk ke

dalam riba, maka persyaratan yang telah dibuat diawal tidak boleh dipenuhi.

Kemudian yang dimaksudkan oleh Rasullah s.a.w. tentang bolehnya

memberikan hukuman bagi debitur mampu yang menunda; sebagaimana hadist

dari Syarid bin Suwaid; bukanlah dengan memberikan ganti rugi. Imam Bukhari

berkata : “Sufyan Tsauri menafsirkan maksud hadis di atas, mencemarkan nama

baik debitur yang sengaja menunda dengan ucapan: Si Fulan menunda

pembayaran utangnya kepadaku. Dan maksud boleh menjatuhkan sanksi, yaitu

hukuman kurungan (penjara).”47

Pendapat yang mengharamkan pemungutan denda ta‟zir didukung oleh

Syaikh Abdullah bin Mani‟ (anggota dewan ulama besar kerajaan Arab Saudi),

Prof.Dr.Al Qarh Daghi, dr.Fahmi Abu Sunnah dan Dr.Iyadh Al Anzi dalam

46 Abî „Abdillâh Muhammad ibn Yazîd al-Qazwînnî Ibnu Mâjah, Sunanu Ibn Mâjah Jilid IV,

h.84. 47 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, cet.IV, h.408-409.

Page 64: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

50

disertasinya “Asy Syuruth ta‟widhiyyah”. Dewan Fikih Islam Liga Muslim Dunia

(Muslim World League) juga menyebutkan dalam fatwanya:

“If creditor imposed a condition on debtor that debtor would pay to

creditor an amount of money as a fixed monetary penalty or with a certain ratio

in case, he delayed the payment in the period fixed between them, then it is an

invalid condition or stipulation which must not be fulfilled rather it is not

permissible whether the stipulator is bank or somebody else, because it is the

usury of Jahiliyah (pre-Islamic period of ignorance) which the Qur‟an has

prohibited.”48

Artinya: “Apabila Kreditur memberikan suatu kondisi bagi debitur, dimana

debitur akan membayar kepada kreditur sejumlah uang baik sebagai hukuman

denda yang tetap atau dengan sebuah rasio, pada saat debitur menunda

pembayaran angsuran yang telah disepakati pada periode tertentu, maka

kondisi tersebut tidak sah atau ketentuan tersebut tidak boleh dipenuhi, baik

ketentuan tersebut berasal dari bank ataupun orang lain, karena hal tersebut

merupakan riba Jahiliyyah (Periode ketidaktahuan sebelum Islam) yang telah

Alquran larang.”

Mengenai perbedaan pendapat mengenai denda ta‟zir ini dapat dilihat

dalam tabel yang telah dirangkum di bawah ini:

48

Muslim World League, Resolution of Islamic Fiqh Council Makkah Mukarramah from 1st

to 18th Sessions During 1398-1427H (1977-2006), h.335.

Page 65: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

51

Tabel 4.1 Perbedaan Pendapat Mengenai Denda Ta‟zir

Boleh Tidak Boleh

Ulama yang

berpendapat

Prof. Dr. Wahbah Zuhayli, Dr.

Muhammad Syubair, AAOIFI,

DSN MUI

Syaikh Abdullah bin Mani‟, Prof.Dr.

Al Qarh Daghi, Dr. Fahmi Abu

Sunnah, Dr. Iyadh al Anzi, Dewan

Fikih Islam Liga Muslim Dunia

Argumen a. Bolehnya menerapkan sanksi

dengan mengambil harta

b. Bolehnya mengenakan

hukuman bagi orang yang

menunda pembayaran utang

c. Denda yang dibayar

bukanlah riba karena

diperuntukkan untuk

kebutuhan sosial

d. Perjanjian dibuat agar

debitur memenuhi

kewajibannya, dan perjanjian

haruslah dipenuhi

a. Tidak boleh menerapkan sanksi

dengan mengambil harta

b. Hukuman yang dibolehkan

dikenakan kepada orang yang

menunda pembayaran denda adalah

dengan pencemaran nama baik atau

penjara.

c. Kreditur (bank) yang menerima

dana denda, mendapatkan

keuntungan berupa promosi dan ini

termasuk riba

d. Perjanjian yang dibuat untuk

menghalalkan suatu yang haram

tidak boleh dipenuhi.

Page 66: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

52

Adapun mengenai ta‟widh, secara umum, para ulama yang membolehkan

ta‟widh berargumen dengan dalil yang sama dengan yang telah tersebut mengenai

ta‟zir. Ta‟widh berbeda dengan ta‟zir, dimana ta‟widh tidak ditentukan di awal

namun ditetapkan berdasarkan perhitungan kerugian riil yang dialami. Oleh

karenanya ada sebagian ulama yang mengharamkan ta‟zir namun menghalalkan

ta‟widh, dan juga sebaliknya ada yang menghalalkan ta‟zir namun mengharamkan

ta‟widh.

Pada tahun 1985 Syaikh Mustafa Zarqa mengajukan solusi ta‟widh dalam

tulisannya yang dimuat oleh Journal Islamic Economic, edisi. II, th.1985 yang

diterbitkan oleh pusat penelitian ekonomi Islam, Universitas King Abdul Aziz,

Jeddah, Arab Saudi. Kemudian solusi ta‟widh ini didukung oleh Syaikh Abdullah

bin Mani‟ dalam makalahnya yang diajukan ke Seminar Fikih yang diadakan Bait

Tamwil, Kuwait pada tahun 1985. Diperkuat dengan dalil-dalil.49

Ibnu Qudamah dalam al-Mughni, juz IV, hal 342, bahwa penundaan

pembayaran kewajiban dapat menimbulkan kerugian (dharar) dan karenanya

harus dihindarkan; ia mengatakan :

ظشا ؼ أساد غش إرا أساد اىسفش أ اىذ ػي ثو : اىسفش سو قذ قثو سو اىذ ما فئ

اىسفش، أل ؼ ر اىسدح، في أ سش سو ف اى د سفش إال ف إى اىسح الق سفش ن أ

اىسفش، أل سو، في ذ اى ػ ا ف تاىذ دفغ س ا أ ض أقا ؛ فئ سي ذ ػ ش زق ذأخ ضشسا ف ػي

ه تزىل .اىضشس ض

Artinya: "Jika orang berutang (debitur) bermaksud melakukan perjalanan, atau

jika pihak berpiutang (kreditur) bermaksud melarang debitur (melakukan

perjalanan), perlu kita perhatikan sebagai berikut. Apabila jatuh tempo utang

ternyata sebelum masa kedatangannya dari perjalanan --misalnya, perjalanan

untuk berhaji di mana debitur masih dalam perjalanan haji sedangkan jatuh

49 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, h.406-407.

Page 67: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

53

tempo utang pada bulan Muharram atau Dzulhijjah-- maka kreditur boleh

melarangnya melakukan perjalanan. Hal ini karena ia (kreditur) akan menderita

kerugian (dharar) akibat keterlambatan (memperoleh) haknya pada saat jatuh

tempo. Akan tetapi, apabila debitur menunjuk penjamin atau menyerahkan

jaminan (qadai) yang cukup untuk membayar utangnya pada saat jatuh tempo, ia

boleh melakukan perjalanan tersebut, karena dengan demikian, kerugian kreditur

dapat dihindarkan."50

Kemudian Pendapat Wahbah al-Zuhaili, Nazariyah al-Dhaman, Dimasyq:

Dar al-Fikr, 1998:

ض اىخغأ : اىرؼ أ اقغ تاىرؼذ ذغغح اىضشس اى (87)

ض اىرؼ أ ا ف اىض ا، مئصالذ اىسائظ : األصو اىؼا إصاىح اىضشس ػ ... إػادذ ريف خثش اى أ

اىقذ أ ثي ض اى خة اىرؼ ذؼزس رىل سا، فئ س صس نس مئػادج اى نا ذ اإل ػ ا ما سا م صس

(94)

ؤمذج ش اى رظشج غ اىخساسج اى صاىر ا ضاع اى سرقثيح)أ اى ح فال (أ ؼ اى األضشاس األدتح أ أ

اىفق أصو اىسن ا ف ض ػ ششػا , ؼ رق اى سقق فؼال د اى خ اه اى اى ض سو اىرؼ أل

(96)

(1998ثح اىضزي، ظشح اىضا، داس اىفنش، دشق، )

Artinya: "Ta'widh (ganti rugi) adalah menutup kerugian yang terjadi akibat

pelanggaran atau kekeliruan" (h. 87).

"Ketentuan umum yang berlaku pada ganti rugi dapat berupa: (a) menutup

kerugian dalam bentuk benda (dharar, bahaya), seperti memperbaiki dinding...

(b) memperbaiki benda yang dirusak menjadi utuh kembali seperti semula selama

dimungkinkan, seperti mengembalikan benda yang dipecahkan menjadi utuh

kembali. Apabila hal tersebut sulit dilakukan, maka wajib menggantinya dengan

benda yang sama (sejenis) atau dengan uang" (h. 93).

Sementara itu, hilangnya keuntungan dan terjadinya kerugian yang belum pasti di

masa akan datang atau kerugian immateriil, maka menurut ketentuan hukum fiqh

hal tersebut tidak dapat diganti (dimintakan ganti rugi). Hal itu karena obyek

ganti rugi adalah harta yang ada dan konkret serta berharga (diijinkan syariat

untuk memanfaatkannya." (h. 96).51

Pendapat `Abd al-Hamid Mahmud al-Ba'li, Mafahim Asasiyyah fi al-

Bunuk al-Islamiyah, al-Qahirah: al-Ma'had al-'Alami li-al-Fikr al-Islami, 1996:

ؼح دح عث اىضشس ر ما ش ف اىسذاد، خشاء اىرأخ ػي اىضشس اىساصو فؼال ذاس غو اى ا ض

اىسذاد (115)ىؼذ

50 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.43/DSN-MUI/

VIII/2004 tentang Ganti Rugi (Ta‟widh). 51 Ibid.

Page 68: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

54

Artinya: "Ganti rugi karena penundaan pembayaran oleh orang yang mampu

didasarkan pada kerugian yang terjadi secara riil akibat penundaan pembayaran

dan kerugian itu merupakan akibat logis dari keterlambatan pembayaran

tersebut."52

Pendapat ulama yang membolehkan ta'widh sebagaimana dikutip oleh

`Isham Anas al-Zaftawi, Hukm al-Gharamah al-Maliyah fi al-Fiqh al-Islami,al-

Qahirah: al-Ma'had al-'Alami li-al-Fikr al-Islami, 1997:

ذ اىذائ اعو ال ذف اى ذ ؼاقثح اى ض، ال إصاىح إال تاىرؼ اػذ اىششؼح، اىضشس ضاه زسة ق

س ضش . اى

ذج ب غص افغ اى اىغاصة ض أ ، أخز زن ثغ أ اىغصة، ش أداء اىسق شث ذأخ

يل ب ى غص ح اى ق ا ة ض س، إى خ ذ اىد (16-15)اىغصة ػ

"Kerugian harus dihilangkan berdasarkan kaidah syari'ah dan kerugian itu tidak

akan hilang kecuali jika diganti; sedangkan penjatuhan sanksi atas debitur

mampu yang menunda-nunda pembayaran tidak akan memberikan manfaaat bagi

kreditur yang dirugikan.

Penundaan pembayaran hak sama dengan ghashab; karena itu, seyogyanya

status hukumnya pun sama, yaitu bahwa pelaku ghashab bertanggung jawab atas

manfaat benda yang di-ghasab selama masa ghashab, menurut mayoritas ulama,

di samping ia pun harus menanggung harga (nilai) barang tersebut bila rusak."53

Para ulama yang membolehkan ta‟widh berpendapat bahwa segala sesuatu

yang mengandung mudharat (merugikan) harus dihilangkan sebagaimana hadist

Rasulullah s.a.w. ( Ketika debitur menunda pembayaran, maka .(ال ضرر و ال ضرار

bisa jadi kreditur mengalami kerugian, sehingga kerugian tersebut tidak dapat

dihilangkan melainkan dengan pembayaran ganti rugi oleh debitur. Dan juga

Rasulullah s.a.w telah membolehkan menjatuhkan sanksi hukuman kepada orang

yang mampu membayar namun menunda dengan sengaja menunda

pembayarannya.54

52 Ibid. 53

Ibid. 54 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, cet.IV, h.408.

Page 69: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

55

Sedangkan para ulama yang menentang ta‟widh beranggapan bahwa

kerugian yang dialami kreditur seharusnya dapat dihilangkan dengan menjual

barang jaminan yang telah diberikan oleh debitur di awal, dengan mengajukannya

ke pengadilan. Atau bisa juga dengan mensyaratkan pada debitur dengan

menjadikan seluruh sisa angsuran menjadi tunai, walaupun belum jatuh tempo.

Ganti rugi dengan uang pembayaran dari debitur juga akan mengakibatkan

kerugian bagi pihak debitur, sedangkan kerugian tidak boleh dihilangkan dengan

kerugian yang sama.

Hukuman yang dimaksudkan oleh Rasullah s.a.w. yang boleh diberikan

bagi debitur mampu yang menunda, bukanlah dengan memberikan ganti rugi

namun dengan pencemaran nama baik atau hukuman kurungan.

Beberapa lembaga fatwa yang mengharamkan ta‟widh, seperti yang

disampaikan Dewan Fikih Islam Liga Muslim Dunia (Muslim World League) :

“Apabila Kreditur memberikan suatu kondisi bagi debitur, dimana debitur

akan membayar kepada kreditur sejumlah uang baik sebagai hukuman denda

yang tetap atau dengan sebuah rasio, pada saat debitur menunda pembayaran

angsuran yang telah disepakati pada periode tertentu, maka kondisi tersebut

tidak sah atau ketentuan tersebut tidak boleh dipenuhi, baik ketentuan tersebut

berasal dari bank ataupun orang lain, karena hal tersebut merupakan riba

Jahiliyyah (Periode ketidaktahuan sebelum Islam) yang telah Alquran larang.”

AAOIFI juga menyatakan dalam Standar Syariah Nomor 3 Penundaan

Pembayaran oleh Debitur pada pasal 2/1(b) dan 2/1(c) :

“2/1(b) It is not permitted to stipulate any financial compensation, either in

cash or in other consideration, as a penalty clause in respect of a delay by a

debtor in settling his debt, whether or not the amount of such compensation is

pre-determined; this applies both to compensation in respect of loss of income

(opportunity loss) and in respect of a loss due to a change in the value of the

currency of the debt.

Page 70: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

56

2/1(c) It is not permitted to make a judicial demand on a debtor in default

to pay financial compensation, in the form either of cash or of other

consideration, for delay in settling his debt.”55

Artinya: “2/1(b) Tidak dibolehkan untuk menentukan kompensasi financial

(ta‟widh), baik dalam bentuk kas (uang) ataupun pertimbangan lainnya,

sebagai ketentuan sanksi atas penundaan yang dilakukan debitur dalam proses

pelunasan utangnya, apakah jumlah kompensasinya ditetapkan di awal

ataupun tidak. Ketetapan ini berlaku pada kompensasi dalam bentuk hilangnya

laba (peluang yang hilang) dan juga dalam bentuk kerugian yang diakibatkan

oleh perubahan nilai mata uang (fluktuasi) daripada utang.

2/1(c) Tidak diperbolehkan untuk mengajukan debitur yang lalai ke

pengadilan dengan tuntutan kompensasi finansial (ta‟widh), baik dalam bentuk

uang kas atau pertimbangan lainnya, atas penundaan dalam pelunasan utang

yang ia lakukan.”

Keputusan Majma‟ Al Fiqh Al Islami (divisi Fikih OKI) No.51 (2/6) 1990

yang berbunyi, “Bagi nasabah yang mampu haram hukumnya menunda-nunda

kewajiban pembayaran yang telah jatuh tempo. Meskipun demikian, Syariat tidak

membolehkan penjual membuat persyaratan ta‟widh (ganti rugi) pada saat

nasabah terlambat melunasi kewajiban pembayaran.56

Ibnu Abdil Barr berkata, “Ulama Salaf dan Khalaf sepakat bahwa riba

yang diharamkan Alquran adalah menarik uang ganti rugi (ta‟widh) dari debitur

yang terlambat membayar kewajibannya setelah jatuh tempo.57

55 Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions (AAOIFI),

Shari‟a Standards for Islamic financial Institutions (Bahrain: AAOIFI, 2010), h.33. 56

Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, cet.IV, h.409. 57 Ibid., h.410.

Page 71: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

57

Tabel 4.2 Perbedaan Pendapat Mengenai Denda Ta‟widh

Boleh Tidak Boleh

Ulama yang

berpendapat

Syekh Mustafa Zarqa, Syaikh

abdullah bin Mani‟, „Abd al-hamid

Mahmud al-Ba‟li, „Isham Anas al-

Zaftawi, DSN-MUI.

Dr. Iyadh al Anzi, Dewan Fikih

Islam Liga Muslim Dunia, AAOIFI,

Divisi Fikih OKI.

Argumen a. Bolehnya menerapkan sanksi

dengan mengambil harta.

b. Bolehnya mengenakan

hukuman bagi orang yang

menunda pembayaran utang

c. Menghilangkan mudarat berupa

kerugian yang dialami kreditur

akibat penundaan pembayaran

oleh debitur dengan

pembayaran ganti rugi

d. Bukan termasuk riba, karena

kreditur tidak mendapatkan

manfaat.

a. Tidak boleh menerapkan sanksi

dengan mengambil harta.

b. Hukuman yang dibolehkan

dikenakan kepada orang yang

menunda pembayaran denda

adalah dengan pencemaran nama

baik atau penjara.

c. Menghilangkan kerugian bisa

dengan cara lain, sseperti

eksekusi jaminan atau seluruh

angsuran menjadi tunai.

d. Termasuk riba yang diharamkan

dalam al-Qur‟an.

Page 72: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

58

C. Ketentuan Sanksi Denda Pada Akad Murabahah di Indonesia

Pada awal tahun 1999, Dewan Syariah Nasional secara resmi didirikan

sebagai lembaga syariah yang bertugas mengayomi dan mengawasi operasional

aktifitas perekonomian Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Selain itu juga untuk

menampung berbagai masalah/kasus yang memerlukan fatwa agar diperoleh

kesamaan dalam penanganannya oleh masing-masing dewan pengawas syariah

(DPS) yang ada di masing-masing LKS. Beberapa fatwa telah dikeluarkan oleh

lembaga tersebut guna mendukung kinerja lembaga keuangan syariah di Indonesia

salah satunya perbankan syariah. Ketentuan terhadap akad murabahah secara

umum diatur dalam fatwa No:04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.

Ketentuan denda ta‟zir diatur dalam fatwa no.17/DSN-MUI/IX/2000 tentang

sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran. Beberapa

ketentuan umum yang disebutkan mengenai denda ta‟zir yakni :

1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS

kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda

pembayaran dengan disengaja.

2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur

tidak boleh dikenakan sanksi.

3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak

mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh

dikenakan sanksi.

4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih

disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

Page 73: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

59

5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas

dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

Sedangkan ta‟widh diatur pada fatwa no.43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang

Ganti Rugi (Ta‟widh) yang berbunyi :

Ketentuan Umum

1. Ganti rugi (ta`widh) hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan

sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari

ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pada pihak lain.

2. Kerugian yang dapat dikenakan ta‟widh sebagaimana dimaksud dalam

ayat 1 adalah kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas.

3. Kerugian riil sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah biaya-biaya riil yg

dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yg seharusnya dibayarkan.

4. Besar ganti rugi (ta`widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil (real

loss) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan

kerugian yang diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya

peluang yang hilang (opportunity loss atau al-furshah al-dha-i‟ah).

5. Ganti rugi (ta`widh) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang

menimbulkan utang piutang (dain), seperti salam, istishna‟ serta

murabahah dan ijarah.

6. Dalam akad Mudharabah dan Musyarakah, ganti rugi hanya boleh

dikenakan oleh shahibul mal atau salah satu pihak dalam musyarakah

apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan.

Page 74: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

60

Ketentuan Khusus

1. Ganti rugi yang diterima dalam transaksi di LKS dapat diakui sebagai hak

(pendapatan) bagi pihak yang menerimanya.

2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata

cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.

3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.

4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya

lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara.

Ketentuan terkait sanksi denda pada murabahah juga dapat kita temukan di

Buku Standar Produk Murabahah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Berikut beberapa ketentuan yang termaktub dalam poin 3.19 tentang

Standar Wanprestasi dan 3.20 tentang Standar Denda (Ta‟zir) dan Ganti Rugi

(Ta‟widh)58

:

3.19. Standar Wanprestasi

3.19.1. Wanprestasi adalah kegagalan Nasabah dalam memenuhi kewajiban

atau segala hal yang ditentukan dan bersama dalam kontrak sehingga

menimbulkan kerugian bagi Bank baik dalam berupa penyusutan nilai modal

maupun pengurang dan nilai bagi hasil untuk Bank.

3.19.2. Jika wanprestasi terjadi akibat kelalaian nasabah yang mengakibatkan

kerugian pihak Bank, maka Bank berhak mendapatkan ganti rugi (ta‟widh).

58

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah, h.53-55.

Page 75: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

61

3.20. Standar Denda (Ta’zir) dan Ganti Rugi (Ta’widh)

3.20.1. Bank dapat memberikan sanksi kepada Nasabah yang terbukti mampu

bayar namun melakukan tunggakan atas pembayaran angsuran dan/atau

wanprestasi atas setiap ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak.

3.20.2. Sanksi yang dapat diterapkan adalah berupa denda (ta‟zir) dan/atau

ganti rugi (ta‟widh). Bank dapat menerapkan salah satu atau keduanya sesuai

dengan syarat dan kondisi yang dijelaskan dalam standar ini.

3.20.3. Denda atas tunggakan (ta‟zir) harus diperuntukkan sebagai dana social

atau dana kebajikan sementara ganti rugi (ta‟widh) dapat diakui sebagai

pendapatan dalam pembukuan Bank.

3.20.4. Denda atas tunggakan (ta‟zir) hanya dikenakan kepada Nasabah jika

Nasabah terbukti lalai atas kewajiban pembayaran angsurannya.

3.20.5. Kelalaian Nasabah didefinisikan sebagai kesalahan yang dilakukan oleh

Nasabah dalam hal keterlambatan pembayaran atas pembiayaan yang diberikan

dalam kontrak ini.

3.20.6. Ketentuan mengenai pembebanan ganti rugi (ta‟widh) kepada Nasabah

dibatasi oleh beberapa standar berikut ini:

3.20.6.1. Ganti rugi dikenakan kepada nasabah yang memang sengaja atau

karena lalai melakukan sesuatu yang menyimpang dari akad dan

mengakibatkan kerugian pada Bank.

3.20.6.2. Besarnya ganti rugi yang dapat diakui sebagai pendapatan bank

adalah sesuai dengan kerugian riil (real loss) dan bukan kerugian yang

diperkirakan akan terjadi (potential loss).

Page 76: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

62

3.20.6.3. Bank hanya dapat mengenakan ganti rugi pada keuntungan Bank

yang sudah jelas tidak dibayarkan oleh nasabah.

3.20.6.4. Klausul ganti rugi harus ditetapkan secara jelas dalam akad dan

dipahami oleh nasabah.

3.20.6.5. Penetapan ganti rugi atas kerugian riil ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antara Bank dan Nasabah.

3.20.7. Kerugian riil adalah biaya riil yang dikeluarkan oleh Bank dalam

melakukan penagihan hak Bank yang seharusnya ditunaikan oleh Nasabah.

Ketentuan-ketentuan mengenai sanksi yang dapat diberikan pada nasabah

wanprestasi yang tersebut dalam Buku Standar Produk Murabahah yang

dikeluarkan OJK bersesuain dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Fatwa

DSN-MUI. “Buku Standar Produk Murabahah ini sebagai salah satu upaya

standarisasi produk perbankan syariah secara serial yang dilakukan oleh OJK

bekerjasama dengan pelaku industri dan Dewan Syariah Nasional serta nara

sumber lainnya.”59

sebut Pak Mulya E. Siregar sebagai sambutan dalam buku

standar tersebut.

Sebagaimana yang telah ditetapkan, ta‟zir dan ta‟widh memiliki perbedaan

masing-masing diantaranya mencakup kondisinya, perhitungannya, dan

pengakuannya dalam laporan keuangan. Beberapa perbedaan yang dapat

dirangkum antara lain :

59 Ibid., h.vi.

Page 77: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

63

Tabel 4.3 Perbedaan Ta‟zir dan Ta‟widh

Aspek

perbedaan

Ta‟zir Ta‟widh

Kondisi Tidak mensyaratkan adanya

kerugian yang dialami bank

Mensyaratkan adanya

kerugian riil yang diakibatkan

oleh biaya penagihan yang

keluar

Perhitungan Dapat berupa uang yang

nilainya berdasarkan

kesepakatan kontrak di awal

Kerugian riil yang memang

benar dialami bank, bukan

kerugian yang diperkirakan

akan terjadi

Pengakuan Sebagai dana sosial atau dana

kebajikan

Sebagai pendapatan dalam

pembukuan bank

D. Sanksi Denda Pada Bank Syariah Mandiri

1. Prosedur Penerapan Sanksi

Pada kontrak akad murabahah yang dilakukan antara BSM dan

nasabahnya terdapat persetujuan mengenai hal-hal yang menjadi kewajiban dan

hak bagi tiap pihak. Kedua belah pihak terikat dalam perjanjian tersebut, sehingga

tidak dibenarkan untuk melakukan hal-hal yang diluar atau menyelisihi isi

perjanjian/kontrak. Dalam hal nasabah melanggar ketentuan yang ada, maka bank

berhak mengambil tindakan penanganan (tercantum dalam kontrak) sebagai

bentuk penyelamatan asset bank. Ada banyak cara yang dapat dilakukan bank

Page 78: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

64

mulai dari pembatalan kontrak, pengambil alihan jaminan, restrukturisasi

pembiayaan, dan lain sebagainya.

Bagi nasabah yang tidak memenuhi ketetapan waktu dalam membayar

angsurannya, maka BSM mengenakan sanksi berupa pembayaran sejumlah denda

yang berupa denda ta‟zir. Denda ta‟zir merupakan denda berupa uang yang

dikenakan oleh bank syariah pada nasabahnya yang menunda pembayaran

kewajibannya atas bank, yang mana denda tersebut didasarkan pada prinsip ta‟zir

yang bertujuan untuk mendisiplinkan nasabah dalam melaksanakan kewajibannya.

BSM mengenakan sanksi ta‟zir bagi tiap nasabah yang melakukan

keterlambatan dalam pembayaran angsurannnya yang terhitung mulai dari hari

pertama keterlambatan tanpa melihat alasan atau kondisi nasabah tersebut. Denda

tersebut terus terakumulasi tiap harinya sampai nasabah membayar kewajibannya.

Walaupun sanksi denda sudah mulai terhitung sejak hari pertama keterlambatan,

nasabah dapat mengajukan permohonan penghapusan sanksi denda tersebut. Bagi

nasabah yang memang karna alasan tertentu, khususnya karna force majeur atau

keadaan memaksa, dapat mengajukan permohonan penghapusan.

Dalam hal ini, pegawai bank (bag.marketing) yang mengurus nasabah

tersebut, melakukan analisis pada nasabah. Dengan melihat itikad baik dari

nasabah, bank menghapus sanksi denda yang dibebankan pada nasabah. Perlu

diketahui juga, bahwa di BSM lebih memprioritaskan pada pengembalian modal

dana pembiayaan atau dalam hal ini pokok dan margin daripada memaksakan

sanksi denda pada nasabah. Jadi, sifat sanksi denda ini hanya mengikut dan tidak

Page 79: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

65

dipaksakan pada nasabah. Hal ini dikarnakan sanksi denda hanya sebagai ta‟zir,

sebagi pendisiplinan nasabah saja.

Telah disebutkan bahwa BSM menjadikan pengembalian modal dan

margin sebagai prioritas, oleh karenanya BSM akan menempuh berbagai cara

yang dapat mempermudah nasabah dalam memenuhi kewajiban mereka. Tidak

ada ketentuan baku yang ditetapkan oleh bank bagi para karyawannya, jadi

penanganan tiap kasus berbeda-beda. Namun secara umum, bank akan

memberikan kemudahan bagi nasabah yang kurang mampu seperti melalui proses

restrukturisasi pembiayaan atau perubahan angsuran, agar nasabah dapat kembali

mampu.

Dari yang telah dijelaskan, kita dapat melihat bahwa BSM sangat

mengedepankan dan memprioritaskan nasabah agar dapat mengembalikan dana

yang disalurkan oleh bank. Hal ini dikarenakan beberapa sebab, diantaranya

sebagai berikut:

a. Dana yang disalurkan oleh bank bukanlah dana bank, namun dana

nasabah bank lainnya (nasabah funding). Bank secara umum hanyalah

sebuah lembaga mediasi, termasuk bank syariah. Dana yang disalurkan

bank kepada masyarakat atau nasabah; pada bank konvensional kita

sebut sebagai kredit, sedangkan pada bank syariah kita sebut

pembiayaan; bukanlah milik bank. Dana tersebut milik nasabah lain

yang disalurkan melalui bank. Dana tersebut berasal dari nasabah

funding yang mengharapkan pengembalian berupa keuntungan/laba;

khususnya pada deposito; dan terlebih lagi dana yang mereka tabung

Page 80: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

66

atau modal yang mereka tanam aman dan dapat kembali tanpa

pengurangan sedikitpun secara fisik. Oleh karnanya bank memliki

tanggung jawab yang besar terhadap nasabah funding-nya atas dana

tersebut agar tetap aman dan dapat dikembalikan tepat waktu, beserta

sejumlah keuntungan yang telah diperjanjikan sebelumnya berupa

nominal mutlak (bank konvensional) ataupun nisbah/bagian (bank

syariah). Sehingga dalam hal ini diharapkan BSM tidak men-dzolim-i

nasabah funding akibat keterlambatan kewajiban nasabah financing.

Apalagi dalam Islam perbuatan dzolim sangat tercela, sehingga bank

syariah harus berusaha agar tidak ada pihak yang merasa di-dzolim-i

akibat kegiatan bank syariah tersebut.

b. Menjaga citra baik bank. Bank merupakan lembaga yang sangat

berkaitan dengan amanah, karena bank berkaitan dengan tanggung

jawab yang bank emban. Agar bank dapat selalu kompetitif baik antara

bank satu dengan lainnya dan secara khusus bank syariah dengan bank

konvensional, maka bank harus terus menjaga citra baik bank tersebut.

Sebelum bank menghadapi masalah pembiayaan, bank terlebih dahulu

menghadapi masalah pendanaan. Dalam menjaga pendanaan, bank

perlu menarik para nasabah sehingga mereka mau dan tetap loyal

untuk menyimpan dan menginvestasikan dana mereka pada bank

tersebut. Oleh karnanya bank sangat memperhatikan setiap kegiatan

dan pelayanannya agar bank selalu dipandang baik oleh para

nasabahnya.

Page 81: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

67

c. Menjaga penilaian OJK terhadap kolektabilitas pembiayaan bank. OJK

(Otoritas Jasa Keuangan). OJK merupakan lembaga independen dan

bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas

dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan

di sektor jasa keuangan. Penilaian OJK sangat penting bagi bank. Oleh

karenanya BSM harus terus memperhatikan setiap kegiatannya agar

tidak mengurangi penilaian OJK terhadap BSM. Makanya BSM harus

terus menjaga kolektabilitasnya, menjaga agar nilai kredit pembiayaan

bermasalah dalam batas normal yang dibolehkan oleh OJK.

DSN-MUI telah menetapkan melalui fatwa-fatwanya bahwa bank syariah

boleh mengenakan sanksi denda bagi nasabah wanprestasi dalam dua bentuk,

ta‟zir dan ta‟widh. BSM sebagai salah satu bank syariah di Indonesia lebih

memilih menggunakan bentuk sanksi ta‟zir daripada ta‟widh. Hal ini dikarenakan

oleh beberapa alasan:

a. Dalam perhitungannya denda ta‟zir lebih simple dan lebih mudah

daripada ta‟widh.

b. Perhitungan ta‟zir dapat dilakukan melalui sistem komputer dan

penarikannya dapat dilakukan secara otomatis (auto-debet) dari

rekening nasabah sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan manual

oleh pegawai bank atas besar nominal dendanya seperti halnya ta‟widh

yang memang harus dihitung secara real berdasarkan kerugian yang

benar dialami oleh bank.

Page 82: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

68

c. Setelah diketahui nominal denda ta‟zir, bank bisa langsung

menariknya dari rekening nasabah tanpa harus mengabarkan kepada

nasabah, karena telah tertera dalam kontrak besaran denda yang akan

dibebankan pada nasabah.

Memang lebih ideal jika bank syariah tidak menetapkan sanksi denda baik

ta‟zir maupun ta‟widh pada nasabahnya yang wanprestasi, karna hal itu lebih

dekat terhadap riba nasiah. Namun, denda tersebut tetap diadakan sebagai bentuk

pendidikan pada nasabah, melihat karakter nasabah yang berbeda-beda, ada yang

mampu namun masih menunda-nunda. Jika denda tidak diterapkan nasabah akan

seenaknya menunda pembayaran cicilan atau kewajibannya. Padahal bank disini

sebagai lembaga mediasi. Jika dana tidak kembali maka bank tidak dapat

mengembalikan dana tersebut kembali ke masyarakat, dan hal ini dapat

menghambat kinerja operasional bank. Oleh karenanyalah bank syariah

menerapkan ta‟zir dan ta‟widh.

Jika kita teliti lebih jauh, kita akan bertanya bagaimana BSM dapat

menutup kerugian yang dialami jika terjadi kasus keterlambatan pembayaran,

sedangkan BSM tidak menerapkan ta‟widh? Untuk menghindari kerugian, diawal

kontrak BSM telah menghitungkan besaran margin yang akan diperoleh oleh bank

sehingga jumlah dari margin tersebut dapat menutupi biaya-biaya; seperti biaya

penagihan dan operasional tambahan; yang akan dialami oleh bank jikalau nanti

nasabah lalai atau terlambat dalam membayar cicilannya. Jadi bank akan

memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pengembalian pembiayaan yang

disalurkan oleh bank berjalan lancar. Dan juga, sebagai bentuk apresiasi pada

Page 83: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

69

nasabah yang tepat waktu dalam pengembalian atau pembayaran angsuran, BSM

dapat memberikan potongan atas kewajiban pembayaran nasabah. Hal ini sesuai

dengan fatwa DSN nomor 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan

Dalam Murabahah.

2. Perhitungan Sanksi Denda

Denda ta‟zir yang BSM bebankan bagi nasabah yang terlambat membayar

sebesar 0,00069 x kewajiban angsuran nasabah yang belumterbayar (tertunggak);

untuk tiap hari keterlambatan (hari kerja bank). Misalnya nasabah membeli suatu

barang dari bank dengan harga Rp 36.000.000,- (tiga puluh enam juta rupiah)

yang akan dibayar secara angsur pada tanggal 15 tiap bulannya mulai bulan

Januari selama 1 (satu) tahun. Berarti angsuran tiap bulannya sebesar Rp

3.000.000,-. Dari bulan Januari sampai bulan Juni dibayar tepat waktu. Pada bulan

Juli nasabah membayar angsurannya pada tanggal 27, sehingga nasabah

membayar terlambat 10 hari (dengan asumsi 2 hari libur bank) dari jadwal yang

diharuskan. Maka denda ta‟zir yang dibebankan sebesar 0,00069 x Rp 3.000.000,-

= Rp 2.070,- untuk tiap hari keterlambatan. Karena nasabah terlambat selama 10

hari, maka denda yang dibebankan pada nasabah sebesar Rp 20.700,-.

3. Pengalokasian Dana Sanksi Denda

Dana yang terkumpul dari pembayaran sanksi denda dimasukkan dalam

akun dana kebajikan atau dana sosial, yang dalam laporan keuangan diakui

sebagai pendapatan non-halal, yang oleh bank tidak boleh digunakan untuk

kepentingannya. BSM menyalurkan dana sosialnya melalui Lembaga Amil Zakat

Page 84: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

70

Nasional Bangun Sejahtera Mitra Umat (Laznas BSM) yang berada di bawah

Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat.

Pendapatan non-halal dan penggunaannya dalam bank syariah harus

diungkapkan dalam laporan tahunan pelaksanaan Good Corporate Governance

sebagaimana diatur dalam SEBI No.12/13/DPbS, tanggal 30 April 2010, perihal

Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah. Pendapatan non-halal menjadi sumber dana sosial Bank yang

terdiri atas:60

a. Dana Sosial Ex Penalty, yakni dana yang berasal dari denda keterlambatan

(penalty) pembayaran angsuran atau denda lain yang berhubungan dengan

transaksi antarpihak Bank dengan pihak ketiga.

b. Dana Sosial Ex Jasa Giro, yakni dana sosial yang berasal dari giro yang

diterima oleh Bank dari penempatan pada bank konvensional.

c. Dana Sosial Lainnya, yakni dana sosial yang berasal dari komisi, fee, atau

dalam pendapatan dalam bentuk lainnya dari rekanan Bank selain

pendapatan yang berhak diterima sebagai ketentuan manajemen.

60 PT Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2015, (Jakarta: PT BSM, 2016) h. 225.

Page 85: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Murabahah merupakan bagian dari jual-beli amanah, dimana penjual

menyebut harga pokok barang dan mensyaratkan laba kepada pembeli. Pada

prakteknya di perbankan, akad tersebut digunakan dalam produk pembiayaan

yang berasaskan jual-beli secara kredit yang akan berimplikasi pada terjadinya

perjanjian utang-piutang antar nasabah dan bank.

Nasabah yang menggunakan produk berakadkan murabahah berkewajiban

untuk melakukan pembayaran angsuran sebagai bentuk kewajibannya terhadap

bank pada waktu yang telah disepakati bersama selama periode yang juga telah

disepakati. Nasabah sebagai pihak yang berutang seyogyanya memenuhi

kewajibannya dengan sungguh-sungguh, tanpa melakukan penundaan yang

merupakan suatu tindakan kezaliman yang mendatangkan kerugian bagi bank

sebagai pihak pemberi utang. Bahkan Rasulullah s.a.w. menghalalkan kehormatan

orang yang menunda pembayaran utangnya padahal ia mampu, sebagai bentuk

wajibnya melunasi utang.

Penundaan pembayaran kewajiban yang dilakukan oleh nasabah akan

berakibat pada kerugian yang dialami bank. Atas dasar itu, beberapa ualama

menfatwakan dan memberi solusi untuk pemberian sanksi yang dapat berupa uang

yakni sanksi berupa denda keterlambatan yang berdasarkan ta‟zir dan sanksi

pembayaran yang berdasarkan ganti rugi atau ta‟widh.

Page 86: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

72

Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini, beberapa hal

yang dapat disimpulkan adalah:

1. Tidak semua ulama membolehkan penerapan sanksi denda atas

keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh nasabah. Hal ini

dikarenakan mereka beranggapan bahwa sanksi denda tersebut sama

halnya dengan riba, karena merupakan tambahan yang dibebankan atas

penundaan pembayaran utang. Sedangkan ulama yang membolehkan

beranggapan bahwa sanksi denda tersebut bukanlah riba, karena digunakan

sebagai dana sosial (untuk denda ta‟zir), dan sebagai ganti-rugi atas biaya

yang dikeluarkan oleh bank atas aktifitas penundaan nasabah (untuk denda

ta‟widh).

2. Di Indonesia, sanksi denda boleh diterapkan oleh lembaga keuangan

syariah khususnya perbankan syariah. Ketentuan-ketentuan tersebut diatur

oleh DSN-MUI dalam fatwanya dan OJK dalam standarnya. Sanksi denda

hanya boleh diterapkan bagi nasabah yang mampu, namun dengan sengaja

menunda pembayaran kewajibannya. Denda ta‟zir diakui sebagai dana

sosial yang akan disalurkan ke masyarakat sebagai bantuan. Sedangkan

denda ta‟widh dapat diakui pendapatan bank, namun jumlahnya harus

sesuai dengan kerugian riil yang dialami oleh bank.

3. Bank Syariah Mandiri hanya menerapkan sanksi denda berupa ta‟zir, yang

jumlahnya sudah ditentukan di awal kontrak yakni 0,00069 bagian dari

kewajiban nasabah yang tertunda pada bulan berjalan untuk tiap hari

keterlambatan. Nasabah dapat mengajukan penghapusan denda kepada

Page 87: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

73

pihak BSM selama memiliki alasan yang jelas dan dibenarkan oleh

peraturan yang ada. Jadi, pihak BSM akan mengenakan denda kepada

setiap nasabah yang melakukan keterlambatan pembayaran selama

nasabah tersebut tidak meminta atau mengajukan penghapusan denda.

Dana yang diterima bank dari pembayaran sanksi denda nasabah

dimasukkan ke dalam Dana Sosial Ex Penalty diakui sebagai pendapatan

non-halal dalam laporan keuangan.

B. Saran

Banyak perbedaan pendapat ulama terhadap kebolehan penerapan sanksi

denda pada produk perbankan syariah khususnya murabahah. Lembaga fatwa

yang ada beserta lembaga regulasi dapat mempertimbangkan kembali tentang

penerapan sanksi denda ini, sehingga pendapat-pendapat para ulama yang ada

dapat dikompromikan. Memang secara sekilas sanksi denda tersebut terlihat

seperti riba, karena bagaimanapun juga dana yang didapat masih dalam

penguasaan bank, sehingga memungkin bank masih dapat mengambil manfaat

dari dana tersebut.

Page 88: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

74

DAFTAR PUSTAKA

Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions

(AAOIFI), Shari‟a Standards for Islamic financial Institutions. Bahrain:

AAOIFI, 2010.

al-Ansâriy, Abî Yahya Zakariyya ibn Muhammad. Tuhfatu al-Bârî bi Syarhi

Sahîhi al-Bukhârî, cet.II. Beirut: Dâru Ibni Hazm, 2012.

al-Mubârakfûrî, Abî al-„alâ Muhammad ibn „Abdi ar-Rahmân ibn „Abdi ar-Rahîm.

Tuhfatu al-ahwazî bi Syarhi Jâmi‟i al-turmudzi. Dâru al-Fikr.

al-Naisaburi, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi. Ensiklopedia

hadits 3; Shahih Muslim 1, Penerjemah Ferdinand Hasmand, dkk, Jakarta:

almahira, 2012.

al-Sindî, Imam. Sunanu al-Nasâ`î bi Syarhi al-Suyûtî wa Hâsyiah al-Sindî. Beirut:

Dâru al-Ma‟rifah, 1990.

al-Qurtubiy, Abî „Abdillâh Muhammad ibn Ahmad ibn Abî Bakrin. al-Jâmi‟ li Ahkâmi

al-Qur`an Jilid IV. Beirut: Al-Resalah Publishers, 2006.

Ali, Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Amalia, Euis. Sejarah pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata Publishing,

2010.

Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani, 2001.

Badri, Muhammad Arifin Bin. Riba & Tinjauan Kritis Perbankan Syari‟ah.

Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2009.

Baits, Ammi Nur. Ada Apa Dengan Riba?. Jogjakarta: Pustaka Muamalah, 2016

Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah MUI

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah

Otoritas Jasa Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah.

OJK: Jakarta, 2016.

Efendi, Sofian dan Tukiran, Ed. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.

Page 89: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

75

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi. Ciputat: PPJM FSH UIN Jakarta,

2012.

Farid, Muhammad. ”Murabahah dalam Perspektif Fikih Empat Mazhab”.

Epistemé VIII. No.1 (Juni 2013): h.115-134.

Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam

dan Hukum Nasional. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Hidayat, Muis. “Analisis Penerapan Fatwa DSN-MUI No.43/DSN-

MUI/VIII/2004 Tentang Ta‟widh Pada Pembiayaan Murabahah di PT

Bank Syariah Bukopin.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Hosen, Muhamad Nadratuzaman. Buku Saku Perbankan Syariah. Jakarta: PKES,

2005.

Ibnu Mâjah, Abî „Abdillâh Muhammad ibn Yazîd al-Qazwînnî. Sunanu Ibn

Mâjah. Beirut: Dâru al-Jîl, 1998.

Jusmaliani, dkk. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Karim, Adiwarman A.. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, cet.VIII.

Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Khan, Tariqullah dan Habib Ahmad. Manajemen Resiko: Lembaga Keuangan

Syariah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Muslim World League, Resolution of Islamic Fiqh Council Makkah Mukarramah

from 1st to 18

th Sessions During 1398-1427H (1977-2006).

Nuruddin, Amiur. Ekonomi Syariah Menepis Badai Krisis dalam Semangat

Kerakyatan. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009.

PT Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2015. Jakarta: PT BSM, 2016.

Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2009.

Sâbiq, Sayyid. Fiqhu as-Sunnah al-juz`u al-tsâni, cet.khusus. Kairo: al-Fathu Li

al-I‟lâmi al-„araby, 1946.

Page 90: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

76

Salim. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar

Grafika, 2003.

Saparuddin, “Qardh dalam Perspektif al-Quran.” Studia Economica I. No.1

(Desember 2013): h.1-16.

Setiady, Tri. ”Pembiayaan Murabahah dalam Perspektif Fiqh Islam, Hukum

Positif dan Hukum Syariah” Fiat Justisia VIII. No.3 (September 2014):

h.517-530.

Sugianto. “Membangun Lemma Ekonomi Islam Berbasis Qawa‟id al-Fiqhiyah.”

Human Falah I. No.1 (Juni 2014): h.1-15.

Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta:

Gramata Publishing, 2013.

Tarigan, Azhari Akmal, dkk. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Bandung: Citapustaka

Media, 2006.

Tarmizi, Erwandi. Harta Haram Muamalat Kontemporer, cet.IV. Bogor: PT.

Berkat Mulia Insani, 2013.

Taswan. Manajemen Perbankan Konsep, Teknik & Aplikasi, cet.II. Yogyakarta:

UPP STIM YKPN, 2010

Undang Undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

Syariah

Sumber Internet

https://ekbis.sindonews.com

http://gudangilmusyariah.blogspot.co.id

http://themwl.org

http://www.academia.edu

http://www.dsnmui.or.id

http://www.koran-jakarta.com

http://www.ojk.go.id

http://www.syariahmandiri.co.id

Page 91: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

77 INTERVIEW________

Page 92: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

78 INTERVIEW________

Page 93: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

79 INTERVIEW________

Page 94: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

80 INTERVIEW________

Page 95: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

81 INTERVIEW________

Page 96: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

82 INTERVIEW________

Page 97: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

83 INTERVIEW________

Page 98: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

84 INTERVIEW________

Page 99: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

85 INTERVIEW________

Page 100: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

86 INTERVIEW________

Page 101: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

87 INTERVIEW________

Page 102: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

88 INTERVIEW________

Page 103: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

89 INTERVIEW________

Page 104: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

90 INTERVIEW________

Page 105: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

91 INTERVIEW________

Page 106: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

92 INTERVIEW________

Page 107: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

93 INTERVIEW________

Page 108: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

94 INTERVIEW________

Page 109: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

95 INTERVIEW________

Page 110: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

96 INTERVIEW________

Page 111: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

97 INTERVIEW________

Page 112: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

98 INTERVIEW________

Page 113: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

99 INTERVIEW________

Page 114: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

100 INTERVIEW________

Page 115: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

101 INTERVIEW________

Page 116: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

102 INTERVIEW________

Page 117: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

103 INTERVIEW________

Page 118: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

104 INTERVIEW________

Page 119: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

105 INTERVIEW________

Page 120: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

106 INTERVIEW________

Page 121: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

107 INTERVIEW________

Page 122: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

108 INTERVIEW________

Page 123: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

109 INTERVIEW________

Page 124: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

110 INTERVIEW________

Bagaimana karakteristik akad murabahah pada BSM?

Salah satu akad pembiayaan adalah Murabahah (Jual Beli) dimana didalamnya untuk

transaksi tsb ditntukan jumlah pokok dan keuntungan yang diketahui oleh dua pihak tersebut

yg dijual secara muajjal atau dicicil. Karna dicicil ada potensi keterlambatan pembeli

(nasabah) baik sengaja atau tidak baik dalam kondisi mampu ataupun force majeur (Bencana).

Bank tidak menilai personal tapi mengeneralisir semua nasabah, tidak membedakan satu

kasus dgn kasus lain, semua nasabah dikenakan denda, namun penanganannya berbeda

tergantung karakter nasabah. Ada yang mampu tetap dikenakan denda.

Bagi yang tidak mampu dilakukan restrukturisasi atau perubahan angsuran, supaya

kembali mampu. Hitungan denda tetap berjalan, namun bank memberi kebijakan untuk

penghapusan denda. Atau dengan penjualan aset nasabah yang hasilnya dapat digunakan

untuk membayar seluruh kewajiban nasabah pada bank, dengan kata lain penyelesaian

kontrak. Dalam hal ini bank juga dapat menghapus denda yang telah dibebankan diawal.

Ada dua jenis denda yang ditentukan oleh MUI yaitu Ta‟zir dan ta‟widh. BSM

menggunakan ta‟zir. Dana ta‟zir akan disalurkan melalui lembaga sosial bank yang bernama

BSM (Bina Sarana Mandiri) Ummat.

Denda ta‟zir yang dibebankan pada nasabah sebesar 0,00069 x kewajiban nasabah

yang belum terbayar (tertunggak); untuk tiap harinya. Misal pada bulan ini nasabah wajib

membayar cicilannya Rp 2.000.000,- sedangkan pada rekening nasabah hanya ada Rp

1.000.000,- (bank memakai sistem auto-debet). Sisa yang belum terbayar untuk bulan ini

sebesar Rp 1.000.000,- maka denda ta‟zir nasabah sebesar 0,00069 x Rp 1.000.000,- = Rp

690,- untuk tiap hari keterlambatannya, dihitung sampai nasabah menyelesaikan pembayaran

tunggakannya.

Dalam pengenaan denda BSM menggunakan denda ta‟zir. Untuk ta‟widh sendiri tidak

digunakan karna perhitungan denda ta‟widh cukup sulit dan ribet serta tidak bisa dilakukan

otomatis oleh sistem. Sedangkan denda ta‟zir dalam perhitungannya cukup simpel dan dapat

dilakukan secara otomatis oleh. Memang lebih idealnya jika bank syariah tidak menetapkan

sanksi denda baik ta‟zir maupun ta‟widh pada nasabahnya yang wanprestasi, karna hal itu

lebih dekat terhadap riba nasiah. Namun, denda tersebut teap diadakan sebagai bentuk

pendidikan pada nasabah, melihat karakter nasabah yang berbeda-beda, ada yang mampu

namun masih menunda-nunda.

Jika denda tidak diterapkan nasabah akan seenaknya menunda pembayaran cicilan

atau kewajibannya. Padahal bank disini sebagai lembaga mediasi. Jika dana tidak kembali

maka bank tidak dapat mengembalikan dana tersebut kembali ke masyarakat, dan hal ini

dapat menghambat kinerja operasional bank. Oleh karenanyalah bank syariah menerapkan

ta‟zir dan ta‟widh.

Untuk menghindari kerugian, diawal kontrak BSM telah menghitungkan besaran

margin yang akan diperoleh oleh bank sehingga jumlah dari margin tersebut dapat menutupi

biaya-biaya; seperti biaya penagihan dan operasional tambahan; yang akan dialami oleh bank

Page 125: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

111 INTERVIEW________

jikalau nanti nasbah lalai atau terlambat dalam membayar cicilannya. Jadi bank akan

memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pengembalian pembiayaan yang disalurkan

oleh bank lancar.

Ta‟zir dibebankan mulai hari pertama keterlambatan. Sampai pada satu bulan,

nasabah diingatkan melalui telepon atau juga bisa dengan bertemu langsung kepada nasabah.

Tidak ada ketentuan baku dalam hal ini yang ditetapkan dari BSM sendiri, namun lebih

kepada kebijakan personal pegawai bank yang menangani kasus tersebut. Namun biasanya,

jika sudah mulai memasuki bulan kedua keterlambatan, nasabah masih belum membayar,

bank akan memberikan surat peringatan pertama pada nasabah. Jika belum dibayar juga pada

bulan berikutnya, bankakan memberikan surat peringatan kedua. Begitu juga pada bulan

berikutnya, bank akan mengeluarkan surat peringatan ketiga. Dengan dikeluarkannya surat

peringatan ketiga ini, bank telah mewanti-wanti nasabah untuk melelang barang jaminan

milik nasabah.

Bagi nasabah yang tidak mampu ataupun bangkrut, dan bank melihat

ketidakmungkinan untuk merestrukturisasi pembiayaan nasabah tersebut, maka bank akan

melakukan eksekusi jaminan. Dalam melelang jaminan, bank memberikan opsi pada nasabah

apakah barang tersebut akan dijual bank atau nasabah. Dalam kasus bank yang menjual, bank

akan menawarkan barang tersebut dengan harga yang biasanya lebih rendah dari yang

diinginkan nasabah atau yang telah diperkirakan diawal.

Dalam kasus nasabah yang keras kepala, dengan artian bahwa dia tidak menerima

harga jual bank, dan nasabah itu sendiri pun tidak mampu untuk menjualnya, maka barang

jaminan tersebut akan diserahkan ke badan lelang. Dan perlu diperhatikan tidak semua

barang jaminan yang dijaminkan nasabah pada bank syariah diterima oleh badan lelang.

Badan lelang akan melihat kelengkapan dokumen barang jaminan tersebut terlebih dahulu.

Misalkan barang jaminan tersebut berupa tanah, maka tanah tersebut harus yang telah

bersertifikat. Jika tanah yang yang dilelang belum bersertifikat, atau tanah girik/AJB, maka

bank akan menawarkan pada nasabah bank lainnya atau orang lain untuk membelinya dengan

harga yang ditetapkan melalui negosiasi.

Hasil dari penjualan barang jaminan tersebut yang akan digunakan untuk menutupi

kewajiban nasabah yang belum terbayarkan pada bank. Jika terdapat kelebihan dana hasil

penjualan barang jaminan, maka akan diserahkan pada nasabah pemilik, karna hal itu masih

merupakan hak nasabah pemilik jaminan. Jika ternyata dana hasil penjualan tersebut belum

mencukupi untuk menutupi kewajiban nasabah, maka sisa kewajiban tersebut masih

merupakan tanggung jawab nasabah yang akan dibayarkan di kemudian hari.

Walaupun bank dapat menjual barang yang telah dijaminkan oleh nasabah dengan

sebab ketidakmampuan, BSM tetap lebih memilih dan mengusahakan cara kekeluargaan. Hal

ini dikarenakan tindakan penjualan barang jaminan yang berlebih akan memperburuk citra

bank di mata masyarakat. Oleh karnanya BSM senantiasa untuk terus memperjuangkan jalan

kekeluargaan. BSM hanya mengharapkan agar nasabah segera melunasi angsuran kewajiban

mereka.

Page 126: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

112 INTERVIEW________

Setiap angsuran yang dibayarkan oleh nasabah setiap bulannya terdiri atas pokok dan

margin yang diterima bank.Nasabah diharapkan membayarkan angsuran setiap bulannya

secara tepat waktu. Namun nasabah juga bisa melunasi kewajibannya di awal, atau

mempercepat pembayarannya. Hal ini tentu akan sangat menguntungkan bank. Dalam hal ini

DSN MUI membolehkan bagi Bank Syariah untuk memberikan diskon bagi nasabah yang

melakukan pelunasan di awal. Dengan niat baik nasabah tersebut, bank menawarkan pada

nasabah untuk hanya membayarkan sisa pokoknya saja artinya bank hanya menerima

keuntungan(margin) bulan berjalan saja tanpa menagih keuntungan bulan berikutnya. Hal ini

dilakukan agar Bank Syariah dapat bersaing dengan Bank Konvensional yang hanya

mewajibkan nasabahnya untuk membayarkan pokok saja tanpa membayar bunga jika nasabah

melunasi kewajibannya di awal.

Hal ini tentu mengurangi keuntungan yang akan diterima bank padahal sudah berada

di depan mata. Banyak dari BPR dan koperasi yang tidak melakukan itu. Mereka tetap

membebankan nominal awal pada nasabah, walaupun mereka ingin melunasi kewajiban

mereka di awal. Namun, karna BSM merupakan bank yang lumayan besar dan telah banyak

dikenal, dan supaya bisa bersaing bank lainnya yang sudah lebih dulu besar, maka BSM

menerapkan pemberian diskon tersebut. Agar nasabah BSM tetap loyal dan akan terus

menjadi nasabah BSM.

Nasabah yang menunggak akan dikenakan denda sebesar yang telah ditetapkan

dikontrak. Sehingga nasabah yang nunggak wajib melunasi kewajibannya sebesar nominal

yang ada yang terdiri dari pokok+marjin+denda. Jikalau terasa memberatkan, nasabah dapat

mengajukan permohonan pengurangan terhadap nominal kewajiban yang harus ia bayar.

Merupakan kewenangan Pimpinan Bank untuk memberikan pengurangan tersebut atau tidak.

Dari ketiga unsur kewajiban tersebut, BSM dapat menghapus marjin atau denda ataupun

keduanya. Penghapusan tidak dapat dilakukan pada unsur pokok, karna unsur pokok tersebut

merupakan hak/milik nasabah BSM yang lain (Nasabah Funding/Pendanaan). Bagi bank

yang terpenting adalah nasabah dapat segera melunasi kewajibannya. Semakin lamanya

nasbah tersebut melunasi kewajibannya ataupun semakin banyaknya jumlah nasabah yang

menunda pembayaran kewajibannya (menunggak) dapat memperburuk nama bank di Bank

Indonesia (atau OJK).

Dalam pengalaman BSM, adakah bentuk pelanggaran lain yang dilakukan nasabah

selain keterlambatan dalam membayar?

Karena sistem Murabahah di bank syariah menggunakan sistem wakalah, artinya

nasabah yang mewakilkan bank untuk membeli barang yang diinginkan, pelanggaran lain

dapat berupa penyalahgunaan dana yang diberikan oleh bank, atau penyalahan kontrak yang

telah ditetapkan. Sanksi yang diberikan pada nasabah bisa sampai pada pembatalan akad.

Jenis pelanggaran dalam akad murabahah bisa dalam : 1)Pembelian barangnya, 2)Informasi

yang diberikan untuk pengajuan pembiayaan, mulai dari informasi identitas dan legalitas.

Jika informasi yang diberikan ternyata palsu, kontrak akad dapat dibatalkan. Jika dana masih

Page 127: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

113 INTERVIEW________

berada di rekening, bisa ditarik kembali. Jikalalu dana telah dipakai, maka dilakukan cara

kekeluargaan untuk meminta nasabah mengembalikan dana pembiayaan yang telah diberikan.

Namun kasus ini sangat jarang sekali, karena hal ini menunjukkan analisa bank kurang bagus.

Dalam menangani kasus tersebut bank juga dapat menjual barang yang telah dijaminkan

dengan keadaan dimana legalitas jaminan tersebut asli. Jika jaminan tersebut sengketa/palsu,

maka tidak bisa dilakukan.

Page 128: PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36290/1/M. RIF... · PENERAPAN SANKSI DENDA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH

114 INTERVIEW________