penerapan modul interaktif efek fotolistrik berbasis …digilib.unila.ac.id/56958/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODUL INTERAKTIF EFEK FOTOLISTRIK BERBASIS
LCDS UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
(Skripsi)
Oleh
Ani Latifatun Naj’iyah
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRAK
PENERAPAN MODUL INTERAKTIF EFEK FOTOLISTRIK BERBASIS
LCDS UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Oleh
Ani Latifatun Naj’iyah
Penggunaan bahan ajar yang monoton membuat motivasi belajar siswa rendah.
Pembelajaran dengan bahan ajar modul interaktif dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dan mampu melatih kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
proses sains siswa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perbedaan kemampuan berpikir kritis menggunakan modul interaktif efek
fotolistrik dengan modul tercetak, mendeskripsikan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa setelah diterapkan modul interaktif, mendeskripsikan
keterampilan proses sains pada siswa yang menggunakan modul interaktif efek
fotolistrik serta mengetahui respon siswa terhadap pemanfaatan modul interaktif
efek fotolistrik. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA
Negeri 1 Natar dengan sampel kelas XII IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan
kelas XII IPA 5 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan non-equivalent
control grup design. Data kemampuan berpikir kritis siswa dikumpulkan
menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian
iii
Ani Latifatun Naj’iyah
menunjukkan bahwa nilai rata-rata N-gain pada kelas yang menggunakan modul
interaktif sebesar 0,65 dengan kategori sedang dan kelas yang menggunakan
modul tercetak sebesar 0,29 dengan kategori rendah, serta nilai signifikasi uji
Paired Sample T-test sebesar 0,000 yang memiliki arti penerapan modul interaktif
efekfotolistrik mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, dari uji
Independent Sample T Test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai
kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan modul interaktif dan kelas
yang menggunakan modul tercetak. Data kemampuan proses sains pada siswa
yang menggunakan modul interaktif dikumpulkan menggunakan LKPD sehingga
diperoleh nilai rata keterampilan proses sains 82,6 dengan kategori tinggi, dan
data respon siswa terhadap pemanfaatan modul interaktif diperoleh dari angket
yang dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap
penerapan modul interaktif.
Kata kunci: Kemampuan berpikir kritis, Keterampilan proses sains, Modul
interaktif
PENERAPAN MODUL INTERAKTIF EFEK FOTOLISTRIK BERBASIS
LCDS UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Oleh
Ani Latifatun Naj’iyah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, pada tanggal 11 Februari 1997, putri
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mursalin dan Ibu Musrifah.
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 2003 di Sekolah Dasar Negeri 2 Banjar
Rejo dan lulus pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan
pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Jauharotul Mualimin dan lulus tahun 2012.
Selanjutnya pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Lampung Timur dan lulus tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis diterima
dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN).
Pada tahun 2018, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Waway Karya, Kecamatan Waway
Karya Lampung Timur dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karang Anom,
Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur.
MOTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka
mengubah diri mereka sendiri”.
(QS. Ar-Ra’d:11)
“Sesungguhnya semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap-tiap
orang tergantung apa yang diniatkan”
(HR. Bukhari)
“Kunci sukses setelah usaha adalah doa, dan hanya bersama Allah semua susah
menjadi mudah”
(Ani Latifatun Naj’iyah)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT dan semoga shalawat selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad salallahu alaihi wa salam. Penulis
persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:
1. Orang tua tercinta, Bapak Mursalin dan Ibu Musrifah tersayang yang telah
membesarkan dengan penuh kasih sayang dan mendidik dengan sepenuh hati,
yang selalu mendukung segala yang menjadi impian dan cita-cita penulis,
yang selalu memperjuangkan masa depan dan selalu menantikan keberhasilan
penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa.
Terima kasih atas segala bentuk perjuangan dan pengobanan demi
menjadikan penulis pribadi yang semakin baik. Semoga Allah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian;
2. Adik tercinta, Muhammad Fuad Faridh Habibie yang selalu memberikan
dukungan dan doanya;
3. Keluarga besar penulis, yang selalu mendukung, mendoakan dan menantikan
keberhasilan penulis;
4. Para pendidik yang telah mengajarkan banyak hal berupa ilmu agama dan
ilmu pengetahuan kepada penulis;
5. Almamater tercinta Universitas Lampung;
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penerapan Modul Interaktif Efek Fotolistrik Berbasis LCDs untuk
Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains
Siswa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Fisika di Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd. selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika;
4. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M. Si., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan
motivasi.
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M. Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi selama
penyusunan skripsi ini
xii
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd. selaku Pembahas yang memberikan
bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini;
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan
Jurusan Pendidikan MIPA yang telah membimbing penulis selama
menempuh pendidikan di Universitas Lampung;
8. Bapak Payudi dan Mursidi yang telah mengembangkan produk yang
digunakan dalam penelitian;
9. Bapak Drs. Mirzal Effendi, MM, selaku Kepala SMAN 1 Natar yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;
10. Bapak Paizin Priyatna, S. Pd, selaku guru mata pelajaran fisika kelas XII
SMAN 1 Natar yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis
selama penelitian berlangsung;
11. Siswa-siswi SMAN 1 Natar khususnya kelas XII IPA 2 dan XII IPA 5 atas
bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung;
12. Teman-teman seperjuangan keluarga Pendidikan Fisika 2015;
13. Sahabat-sahabat Reny Widyanti, Siti Nurmahudina, Nurma Apriyana, Putri
Theresia Sitopu, Novia Anggraini, Enrdriarum Rizkina Maulida yang telah
memberikan motivasi dan dukungan serta membantu penulis dalam
menyelesaikan sekripsi;
14. Sahabat copasus 2015, Annisa Tasya Marsakha, Andrianus Dicky Febrianto,
Dian Pertiwi, Annisa Marina Putri, Andhini Kalih Gustin, dan Dwi Siti
Sholeha. Terimakasih atas bantuannya selama penulis menyelesaikan
sekripsi;
15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi;
xiii
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandarlampung, Mei 2019
Penulis,
Ani Latifatun Naj’iyah
DAFTAR ISI
Halaman
COVER LUAR ........................................................................................ ............ i
ABSTRAK ............................................................................................... . ......... ii
COVER DALAM .................................................................................... . ........ iv
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... . ......... v
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... . ........ vi
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ . ....... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. . ...... viii
MOTTO ................................................................................................... . ........ ix
PERSEMBAHAN .................................................................................... . ......... x
SANWACANA ........................................................................................ . ........ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ . ...... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................... . ...... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... . ..... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... . .... xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. ........... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... ........... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ ........... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ........... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... ........... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Bahan ajar .............................................................................. ........... 9
2. Modul Interaktif .................................................................... ......... 10
3. Learning Content Development System (LCDS) ................... ......... 15
4. Berpikir Kritis ........................................................................ ......... 17
5. Keterampilan Proses Sains ..................................................... ......... 20
B. Kerangka Pemikiran.................................................................... ......... 24
C. Anggapan Dasar .......................................................................... ......... 26
D. Hipotesis .................................................................................... ......... 26
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. ......... 27
B. Desain Penelitian ...................................................................... ......... 27
C. Instrumen Penelitian ................................................................. ......... 29
xv
Halaman
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ ......... 29
E. Analisis Instrumen .................................................................... ......... 30
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ......................... ......... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tahap Pelaksanaan ............................................................... ......... 37
2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .......................................... ......... 41
3. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis ................................ ......... 41
4. Hasil Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen ........... ......... 42
5. N-Gain ................................................................................. ......... 43
6. Hasil Uji Normalitas ............................................................ ......... 43
7. Hasil Uji Homogenitas ......................................................... ......... 45
8. Hasil Uji Independent Sample T Test Pretest ...................... ......... 45
9. Hasil Uji Paired Sample T-test ............................................ ......... 46
10. Hasil Uji Independent Sample t-test .................................... ......... 47
11. Data Hasil Angket Respon Siswa ........................................ ......... 48
B. Pembahasan ............................................................................... ......... 50
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... ......... 59
B. Saran ........................................................................................ ......... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains ................ ......... 22
2. Kriteria Indeks Reliabilitas ............................................................. ......... 31
3. Interpretasi perolehan indeks Gain ................................................. ......... 33
4. Kriteria Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa ...................... ......... 34
5. Klasifikasi Indeks Keterampilan Proses Sains ................................ ......... 34
6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ...................................................... ......... 41
7. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir Kritis .......................................... ......... 42
8. Hasil Keterampilan Proses Sains ..................................................... ......... 42
9. Hasil N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis ...................................... ......... 43
10. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ......... ......... 44
11. Hasil Uji Normalitas N-gain ............................................................ ......... 44
12. Uji Homogenitas Sampel ................................................................. ......... 45
13. Hasil Uji Independent Sample T Test pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas kontrol ............................................................................. ......... 46
14. Hasil Uji Paired Sample T Test ....................................................... ......... 46
15. Hasil Uji Hasil Uji Independent Sample T Test ............................... ......... 47
16. Tabulasi Data Hasil Angket Respon Siswa ..................................... ......... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................ ......... 25
2. Desain Penelitian Non-Equivalent Control Grup Design ................ . ....... 28
3. Grafik Nilai Pretest dan Postest ...................................................... . ....... 51
4. Grafik Nilai N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............ . ....... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Efek Fotolistrik ...................................................................... ........... 65
2. RPP Kelas Eksperimen ....................................................................... ........... 67
3. RPP Kelas Kontrol ............................................................................. ........... 74
4. Kisi-kisi Soal Berpikir Kritis.............................................................. ........... 80
5. Soal Pretest dan Posttest .................................................................... ........... 85
6. Kisi-kisi Angket Respon Siswa .......................................................... ........... 87
7. Angket Respon Siswa ......................................................................... ........... 88
8. Lembar Kerja Peserta Didik ............................................................... ........... 89
9. Lembar Penilaia Keterampilan Proses Sains ...................................... ........... 99
10. Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen .................................. ........ 101
11. Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ......................................... ........ 102
12. N-Gain Kelas Eksperimen ............................................................... ........ 103
13. N-Gain Kelas Kontrol ...................................................................... ........ 104
14. Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa ........................................... ........ 105
15. Hasil Angket Respon Siswa ............................................................. ........ 106
16. Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ ........ 107
17. Hasil Uji Normalitas ....................................................................... ........ 108
18. Hasil Uji Independent Sample T Test Pretest .................................. ........ 109
19. Hasil Uji Homogenitas Varians ....................................................... ........ 110
ix
Halaman
20. Hasil Uji Paired Sample T Test ....................................................... ........ 111
21. Hasil Uji Independent Sample T Test .............................................. ........ 112
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam dunia bekerja maupun dunia pendidikan.
Memasuki abad 21 kemajuan teknologi telah memasuki berbagai aspek
kehidupan, termasuk dibidang pendidikan, salah satu tantangan nyata tersebut
adalah bahwa pendidikan hendaknya mampu menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Aspek pendidikan yang berkualitas baik formal
maupun nonformal merupakan kunci keberhasilan dalam membentuk sumber
daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu untuk menghadapi
perkembangan di abad 21 yang dipenuhi dengan ilmu sains dan teknologi ini
pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar
serta menguasi sains dan teknologi, selain itu juga harus menganut sikap
kritis, logis, dan inovatif (Afandi, dkk, 2016)
Perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan telah banyak menghasilkan
inovasi-inovasi baru guna menunjang proses pembelajaran, salah satunya
adalah semakin banyaknya variasi bahan ajar pembelajaran berkat
perkembangan teknologi yang semakin pesat. Salah satu teknologi yang
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran adalah komputer, dengan adanya
2
komputer dapat mempermudah pendidik dalam menjelaskan materi
pembelajaran yang bersifat abstrak sehingga mudah dipahami siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Magahantara, (2017) bahwa
teknologi memiliki pengaruh yang kuat terhadap pendidikan. Adanya
teknologi menjadikan guru mampu menciptakan berbagai media serta bahan
ajar yang memanfaatkan teknologi.
Tujuan dari pendidikan abad 21 adalah mendorong peserta didik agar
menguasai keterampilan-keterampilan abad 21 yang penting dan berguna bagi
mereka agar lebih responsif terhadap perubahan dan perkembangan jaman.
National Education Association (NEA, 2015) mengidentifikasi ada
empat keterampilan yang harus dimiliki siswa di abad 21 agar dapat bersaing
dalam masyarakat global. Empat keterampilan tersebut yaitu keterampilan
berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, keterampilan berkolaborasi, dan
kreativitas, atau disebut dengan keterampilan 4C (critical thinking,
communication, collaboration, dan creativity). Selain itu Afandy, dkk (2016)
menyatakan bahwa hal yang terpenting dalam pendidikan abad 21 adalah
mendorong peserta didik agar memiliki basis pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam untuk dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat (life-long
learner).
Karakteristik pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa
untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata,
menguasai teknologi informasi, berkomunikasi dan berkolaborasi.
Keterampilan-keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
3
serta bahan ajar yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan.
Berkaitan dengan hal tersebut Kurnia, (2015) menyatakan bahwa
keterampilan pada abad 21 tersebut dapat dicapai dengan peran guru yang
mampu menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan bermakna.
Pada abad 21 siswa tidak cukup hanya dibekali dengan kemampuan
membaca, menulis dan berhitung, oleh karena itu perlu diadakan perubahan
sistem pembelajaran yaitu proses pembelajaran yang berpusat kepada guru
dirubah menjadi berpusat kepada siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran siswa akan
termotivasi untuk aktif mengejar rasa ingin tahunya. Terkait hal tersebut
BSNP (2010) dan Afandy, dkk (2016) menyatakan bahwa untuk mencapai
pendidikan abad 21 diperlukan perubahan pada sistem pembelajaran, yaitu
proses pembelajaran dari berpusat pada guru menuju berpusat pada peserta
didik, dari pasif menuju aktif menyelidiki, dari simple action menuju
comprehensive action, dari abstrak menuju konteks dunia nyata, dari
hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif, serta dari pembelajaran
tradisional menuju pembelajaran berbasis teknologi. Sehingga dengan
perubahan sistem pembelajaran tersebut siswa dapat memiliki pemahaman
yang lebih mendalam.
Keterampilan abad 21 dapat dibangun melalui pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), karena melalui pembelajaran IPA kemampuan
berpikir kritis siswa dapat ditumbuhkan, dan salah satu materi IPA adalah
fisika. Tidak dapat dipungkiri bahwa siswa menganggap pelajaran Fisika
4
cukup sulit dipahami, karena di dalamnya terdapat materi-materi yang
bersifat abstrak sehingga minat belajar siswa terhadap fisika dapat dikatakan
kurang. Guru sebagai ujung tombak pendidikan merupakan sosok yang
bertanggungjawab langsung untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
peningkatan kualitas pembelajaran yang dikelolanya. Banyak upaya yang
dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran salah
satunya adalah dengan penerapan bahan ajar yang sesuai dengan konteks
pembelajaran.
Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat
belajar serta pemahaman siswa dan mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah modul interaktif atau E-Book. E-Book adalah
singkatan dari electronic book (buku elektronik) atau sering disebut Buku
Sekolah Elektronik (BSE) yang merupakan salah satu teknologi yang
memanfaatkan komputer untuk menanyangkan informasi multimedia dalam
bentuk yang ringkas dan dinamis dengan format file. Sebelumnya Payud, dkk
(2010), Suwatra, dkk (2018), Suyatna, dkk (2014), Muh dan Wahyu, (2017),
dan Darlen, dkk (2015), telah melakukan penelitian mengenai efektifitas
penggunaan e-book interaktif, berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar yang signifikan
pada siswa setelah diterapkan e-book interaktif, selain itu e-book interaktif
juga sangat efektif digunakan dalam rangka menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa .
5
Saat ini bahan ajar yang digunakan di sekolah adalah buku tercetak yang
memuat materi, gambar, contoh soal dan soal-soal latihan. Sedangkan untuk
mempelajari materi-materi fisika yang tergolong sulit salah satunya adalah
fisika kuantum yang membahas mengenai fenomena seperti radiasi benda
hitam, efek fotolistrik, dan efek compton tidak cukup jika hanya
mengandalkan buku tercetak, karena materi fisika kuantum terlalu abstrak
jika dibandingkan dengan materi lain seperti gelombang, listrik statis dan
medan magnet. Oleh karena itu digunakan bahan ajar lain yang lebih menarik
yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dan pemahaman siswa yaitu
modul interaktif yang berisi materi efek fotolistrik yang di dalamnya memuat
teks, gambar, audio, video serta animasi yang berbasis kontekstual dan
konkret sesuai dengan lingkungan belajar siswa. Dengan penerapan modul
interaktif ini telah menunjukkan peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi efek fotolistrik serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan proses sains siswa .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut disusun beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut:
1. Apakah ada peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang
menggunakan modul interaktif efek fotolistrik?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis menggunakan modul
interaktif efek fotolistrik dengan modul tercetak?
6
3. Bagaimana keterampilan proses sains pada siswa yang menggunakan
modul interaktif efek fotolistrik?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pemanfaatan modul interaktif efek
fotolistrik?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkan modul interaktif
2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis menggunakan modul
interaktif efek fotolistrik dengan modul tercetak
3. Mendeskripsikan keterampilan proses sains pada siswa yang
menggunakan modul interaktif efek fotolistrik
4. Mengetahui respon siswa terhadap pemanfaatan modul interaktif efek
fotolistrik
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
diantaranya:
1. Bagi guru fisika dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di kelas untuk mengimplementasikan modul
interaktif yang berbasis LCDS (Learning Content Development System)
dalam upaya meningkatkan hasil belajar serta menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
7
2. Bagi siswa dapat mempelajari materi secara mandiri, tidak hanya
bergantung kepada guru. Selain itu siswa dapat lebih mudah menalar
materi dan dapat lebih mudah dalam meramalkan suatu fenomena serta
merumuskan hipotesis, sehingga siswa lebih mudah memahami materi
dan dapat diingat siswa dalam jangka panjang (long term memory).
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen,
yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh
peneliti. Penelitian eksperimen yang dimaksud adalah untuk
membandingkan hasil belajar antara dua kelas yaitu antara kelas yang
menggunakan modul tercetak dan modul interaktif berbasis LCDS.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Problem Based Learning.
3. Kemampuan siswa yang diukur adalah kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains.
4. Indikator keterampilan proses sains yang diamati yaitu keterampilan
mengamati, menafsirkan, merumuskan hipotesis, merencanakan
percobaan, keterampilan berkomunikasi.
5. Modul yang akan digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian ini
adalah modul interaktif yang berbasis LCDS berisi materi efek
fotolistrik.
8
6. Modul tercetak yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah modul
tercetak (buku) yang biasa digunakan oleh sekolah dan telah disahkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
7. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Fisika Kuantum sub pokok
bahasan Efek Fotolistrik dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
3.8 Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup sifat
radiasi benda hitam, efek fotolistrik, efek compton, dan sinar X
dalam kehidupan sehari-hari.
4.8 Menyajikan laporan tertulis dari berbagai sumber tentang penerapan
efek fotolistrik, efek compton, dan sinar X dalam kehidupan sehari
hari.
8. Penelitian eksperimen ini dilakukan di kelas XII IPA Semester Genap di
SMAN 1 Natar tahun ajaran 2018/2019.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Bahan Ajar
Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan adanya sarana dan prasarana
guna mendukung berlangsungnya proses pembelajaran, salah satu sarana
yang dapat mendukung proses pembelajaran yaitu bahan ajar. Bahan ajar
merupakan salah satu komponen sumber belajar yang penting,
keberadaan bahan ajar juga turut menentukan keberhasilan suatu
pembelajaran. Perkembangan teknologi memberikan kemudahan dalam
mengakses bahan ajar selain itu pembuatan bahan ajar juga lebih mudah.
Menurut Rahmi, dkk, (2014) bahan ajar merupakan kumpulan materi
pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Sedangkan menurut Susilawati dan Khairi, (2014)
bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas
baik tertulis (cetak) maupun tidak tertulis (noncetak/online). Menurut
Rahmi, dkk, (2014) bahan ajar terdiri dari cetak dan noncetak, noncetak
meliputi bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio
10
visual), dan bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching
material). Sedangkan bahan ajar cetak yang sering dijumpai di antaranya
berupa handout, buku, brosur lembar kerja siswa, dan modul.
Nurdyansyah dan Nahdliyah, (2018) menjelaskan beberapa fungsi bahan
ajar, diantaranya sebagai berikut:
a. pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi
kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan kepada
siswanya
b. pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran
c. alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran
d. membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar
e. membantu siswa dalam proses belajar
f. sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pelajara
g. untuk menciptakan lingkungan/suasana balajar yang kondusif
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa
bahan ajar merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Bahan ajar berguna membantu pendidik
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan adanya bahan ajar
akan mengurangi beban guru dalam menyajikan materi (tatap muka),
sehingga guru lebih banyak waktu untuk membimbing dan membantu
peserta didik dalam proses pembelajaran, selain itu bahan ajar juga dapat
membantu siswa untuk belajar secara mandiri.
2. Modul Interaktif
Modul interaktif yang dimaksud adalah berupa Buku Sekolah Elektronik
(BSE) menurut Suradnya, (2016) modul interaktif merupakan modul
11
(buku) yang memanfaatkan media elektronik seperti komputer. Lebih
lanjut Simamora, dkk, (2017) berpendapat bahwa dikatakan modul
interaktif karena pengguna akan mengalami interaksi dan bersikap aktif
misalnya aktif mengamati gambar, memperhatikan tulisan yang
bervariasi warna atau bergerak, suara, animasi, bahkan video.
Saat ini hampir semua guru menggunakan modul atau buku ajar untuk
pembelajaran di kelas maupun untuk memberi tugas. Buku ajar
digunakan untuk menyampaikan materi bahkan menentukan strategi
pembelajarannya dan siswa menggunakannya sebagai sumber informasi.
Selain itu buku ajar juga memiliki banyak manfaat bagi pendidik, seperti
yang telah dijelaskan oleh Kurniawan, (2015) manfaat buku ajar bagi
pendidik diantaranya yaitu:
a. mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan buku teks
b. memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan
berbagai referensi
c. menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan
ajar
d. membangun komunikasi yang efektif antara pendidik dengan
peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara
tatap muka
Saat ini buku-buku yang digunakan di sekolah-sekolah adalah buku yang
tercetak yang memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan buku cetak
menurut (Wijayanto, dkk, 2016) diantaranya adalah:
a. proses transformasi buku yang memerlukan waktu lama
b. masa berlaku buku yang relatif singkat
c. tidak terdapat banyak pilihan sumber buku belajar
d. materi yang kurang jelas dan menarik, dan
e. biaya produksi serta biaya distribusi yang relatif mahal
12
Berbagai inovasi dilakukan pemerintah dalam upaya menjamin
ketersediaan buku teks pelajaran, diantaranya dilakukan terobosan dalam
hal pengadaan buku teks pelajaran dari berbagai mata pelajaran lewat
Buku Sekolah Elektronik (BSE). Sehingga dengan adanya BSE
diharapkan mampu meningkatkan proses pebelajaran menjadi lebih
menarik dibanding saat menggunakan buku konvensional (buku tercetak)
BSE atau sering disebut dengan e-book adalah versi digital dari buku.
Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat
berisikan teks atau gambar, maka buku elektronik berisikan informasi
digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Eskawati dan
Sanjaya, (2012) menyatakan bahwa e-book merupakan buku dalam
format elektronik berisikan informasi yang dapat berwujud teks atau
gambar.
Salah satu BSE yang saat ini digunakan di sekolah adalah BSE yang
dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), akan
tetapi BSE ini memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan BSE yang
telah ada menurut Mursidi, (2017) dan Darlen, dkk, (2015) diantaranya
adalah BSE yang telah ada belum memiliki nilai lebih dari buku cetak
yang beredar, cakupan materi yang banyak tidak sebanding dengan
jumlah soal latihan yang tersedia, susunan tulisannya monoton, dan
gambar yang terdapat di dalamnya bersifat statis dengan warna hitam dan
putih. Sedangkan siswa menginginkan buku yang di dalamnya terdapat
gambar yang menarik dan berwarna yang dapat menjelaskan materi yang
terkait, sehingga mampu menimbulkan minat membaca siswa dan
13
meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari buku tersebut. Hal
tersebut dapat diatasi dengan penerapan BSE yang bersifat interaktif.
Beberapa keunggulan yang menjadikan BSE interaktif lebih diminati
guru daripada buku ajar konvensional diantaranya adalah harganya
murah, lebih praktis, dan bisa dibaca dimana saja dan kapan saja.
Beberapa keunggulan BSE lainnya yang dinyatakan oleh Eskwati dan
Sanjaya, (2012) diantaranya:
a. BSE memiliki konten yang interaktif, praktis dalam
penyimpanan seperti pada laptop, ataupun smartphone yang
mudah dibawa kemana-mana. Bahkan dengan perkembangan
internet, BSE semakin mudah diakses dimanapun dan kapanpun
b. BSE mudah didapat dan diakses
c. ramah Lingkungan, tidak seperti buku cetak yang memerlukan
banyak kertas, karena e-book berbentuk digital maka tidak
memerlukan kertas untuk mencetak
d. tahan Lama, BSE tidak akan mudah rusak dimakan usia.
Berbeda dengan buku cetak yang makin lama akan semakin
rusak
Menurut Darlen, dkk, (2015) melalui modul interaktif siswa dapat
berinteraksi langsung dengan buku digital yang berisi materi, animasi
serta simulasi. Lebih lanjut Rosida, (2017) menyatakan bahwa proses
pembelajaran dengan menggunakan modul iteraktif dapat melatih siswa
untuk merumuskan masalah, memberi argumen, serta melakukan
evaluasi terhadap suatu permasalahan yang diberikan.
Pada e-book interaktif terjadi penginterasian multimedia ke dalam sebuah
buku digital yang bersifat interaktif. Objek yang semula ditampilkan
dalam bentuk gambar diam dapat ditampilkan dalam bentuk animasi,
simulasi, dan video. Sehingga siswa selain membaca buku juga dapat
menyaksikan secara langsung objek-objek yang berkaitan dengan materi
14
dengan demikian siswa dapat memahami materi dengan mudah, sehingga
ketika siswa diberikan suatu permasalahan siswa dapat menganalisis
rumusan dari masalah yang telah diberikan, serta mengetahui
penyelesaian dari permasalahan yang diberikan oleh guru.
E-book interaktif juga menyediakan kuis interaktif bagi siswa yang dapat
digunakan siswa untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dari materi
yang telah dipelajari. Kuis interaktif berupa kumpulan-kumpulan soal
pilihan ganda dan essai yang dapat diakses secara langsung oleh siswa
dan hasilnya dapat langsung diketahui. Dengan kelebihan-kelebihan
tersebut sehingga e-book diharapakan mampu menjadi alternatif media
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sebelumnya
Muh & Wahyu (2017), Suyatna, dkk, (2014) dan Rosida, (2017) telah
melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan BSE terhadap hasil
belajar peserta didik, berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa siswa merasa mudah, merasa tertarik, dan merasa senang ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan BSE, selain itu
juga dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.
Penerapan modul interaktif yang berisi materi, gambar dan dilengkapi
dengan animasi serta soal latihan interaktif menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih optimal, proses pembelajaran tidak lagi
monoton dan membosankan sehingga dapat meningkatkan minat serta
motivasi belajar siswa. Penerapan BSE sangat efektif untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan adanya BSE
15
siswa dapat belajar secara mandiri, dapat memahami materi secara
mandiri dan tidak bergantung kepada guru, siswa juga dapat melatih
kemampuannya melalui soal-soal latihan yang terdapat dalam BSE,
sehingga dengan adanya BSE mampu mendorong siswa untuk menggali
kemampuan berpikir kritisnya.
3. Learning Content Development System (LCDS)
Penggunaan media pembelajaran pada proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi belajar siswa, oleh karena itu dalam proses pembelajaran
hendaknya guru menggunakan bahan ajar yang menarik dan sesuai
dengan perkembangan teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Citra,
(2017) bahwa penggunaan bahan ajar yang sesuai dengan perkembangan
teknologi akan menarik perhatian siswa, memotivasi siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran, membuat suasana kelas tidak monoton,
membantu siswa dalam menguasai materi, dan pem-belajaran fisika akan
menyenangkan sehingga mempengaruhi peningkatan dalam penguasaan
konsep siswa.
Salah satu contoh dari penggunaan bahan ajar yang sesuai dengan
perkembangan teknologi adalah Modul pembelajaran berbasis Learning
Content Development System (LCDS). Menurut Aremu dan Efuwape,
(2013) LCDS merupakan aplikasi gratis yang memungkinkan kita untuk
menciptakan konten pembelajaran berkualitas tinggi, interaktif dan dapat
diakses secara online. LCDS memungkinkan setiap orang dalam
16
komunitas atau organisasi tertentu untuk menerbitkan e-learning dengan
menggunakan LCDS secara mudah dengan konten yang dapat
disesuaikan, interaktif activity, kuis, games, ujian, animasi, demo, dan
multimedia lainnya. Sedangkan menurut Kurniawan, (2015) LCDS
adalah software yang digunakan untuk membuat modul interaktif yang
berisi teks, video, animasi, gambar dan soal interaktif.
Modul pembelajaran berbasis LCDS merupakan sebuah modul yang
disusun secara sistematis dan menarik (berisi gambar, variasi warna dan
tulisan yang bergerak, suara, animasi, video dan film) yang mencakup isi
materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk
mencapai indikator yang telah ditetapkan, sehingga membuat
pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan, dan tidak monoton, serta
membuat siswa lebih memahami materi fisika (Nuralinda, dkk, 2017).
Dengan demikian modul interaktif yang berbasis LCDS dapat menjadi
alternatif bagi guru dalam meningkatkan pola pikir siswa dalam
pemahaman konsep serta mengajak siswa untuk aktif dalam proses
penemuan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Aulia, (2017)
menyatakan bahwa penggunaan modul interaktif berbasis LCDS yang di
dalamnya mengandung animasi, simulasi, dan video pembelajaran
membuat siswa tidak mudah bosan dalam belajar karena di lengkapi
penjelasan secara jelas dan video menampilkan demonstrasi asli, tidak
hanya berupa teks dan gambar. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
17
Simamora, dkk, (2017) yang berpendapat bahwa pembelajaran dengan
modul berbasis LCDS membuat siswa sering berinteraksi dengan teman
sekelompoknya. Masing-masing siswa lebih aktif untuk mencoba secara
mandiri simulasi pada modul dan mencoba berbagai menu yang terdapat
dalam modul. Hal ini terbukti dari penelitian yang telah dilakukan
olehnya yang diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan modul pembelajaran berbasis LCDS yang ditunjukkan
dengan perbedaan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa, pada
pemahaman konsep siswa yang telah menggunakan modul pembelajaran
berbasis LCDS, siswa lebih dominan paham konsep dengan persentase
71,66%.
Media pembelajaran berbasis LCDS merupakan salah satu media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam menunjang keberhasilan
proses pembelajaran, meningkatkan motivasi serta minat belajar siswa.
Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
dengan penerapan media pembelajaran berbasis LCDS terjadi
peningkatan motivasi dan minat belajar siswa, siswa menjadi lebih aktif
berperan dalam proses pembelajaran, siswa lebih mudah dalam
memahami konsep yang diajarkan, selain itu juga siswa mampu melatih
kemampuan berpikir kritisnya.
4. Berpikir Kritis
Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
materi yang dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh
18
perkembangan mental yang digunakan dalam berpikir atau
perkembangan kognitif. Proses belajar berpotensi meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi, serta memberikan konstribusi
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja. Potensi
tersebut dapat terwujud bila proses pembelajaran menekankan pada
aspek peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
mengharuskan siswa memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara
tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi terdiri dari berbagai aspek, salah
satunya yaitu kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis memiliki proses
yang lebih tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
menarik kesimpulan dan merefleksikan yang memungkinkan individu
untuk membuat penilaian yang masuk akal baik di kelas maupun di
kehidupan sehari hari (Utami, 2017). Keterampilan berpikir kritis
merupakan kemampuan yang sangat penting dalam proses pembelajaran
yang perlu dimiliki. Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda
antara satu dengan lainnya sehingga perlu dilatih sejak dini. Peningkatan
pemikiran kritis melalui pembelajaran di sekolah mampu meningkatkan
kesiapan siswa Indonesia untuk menghadapi era globalisasi yang penuh
tantangan dan rasa kehidupan iklim yang sangat kompetitif.
Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dengan memberi alasan secara
terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis
serta memutuskan keyakinan (Nisak, 2015). Styron, (2014) berpendapat
19
bahwa berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual yang secara aktif
dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari,
observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai
panduan keyakinan dan tindakan.
Lebih lanjut Purwati, (2016) menyatakan bahwa berpikir kritis
merupakan kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi informasi
yang didapat dari hasil pengamatan, pengalaman, penalaran maupun
komunikasi untuk memutuskan apakah informasi tersebut dapat
dipercaya sehingga dapat memberikan kesimpulan yang rasional dan
benar. Sedangkan menurut Fardani, (2017) berpikir kritis tidak hanya
sampai pada tahap kompetensi menganalisis dan menyimpulkan suatu
permasalahan, akan tetapi peserta didik akan diarahkan untuk mampu
mengkomunikasikan serta mengkreasikan sesuatu yang berdampak
positif bagi dirinya maupun orang di sekitarnya.
Ennis, (2011: 2-4) mengungkapkan bahwa, ada 12 indikator berpikir
kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
a. Memberikan penjelasan sederhana yang berisi: memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta
menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.
b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri dari
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil
observasi.
c. Menyimpulkan yang terdiri dari kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau
mempertimbangkan hasil induksi, untuk sampai pada
kesimpulan.
20
d. Memberikan penjelasan lanjut yang terdiri dari mengidentifikasi
istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta
mengidentifikasi asumsi.
e. Mengatur strategi dan taktik, yang terdiri dari menentukan
tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
berpikir kritis merupakan pola pikir manusia dalam menganalisis suatu
masalah berdasarkan data yang relevan, dengan berpikir kritis seseorang
tidak menerima begitu saja informasi yang ia peroleh namun
mengevaluasi kembali dan mengemukakan interpretasinya dengan
rasionalisasi yang dia miliki. Berpikir kritis juga melibatkan kemampuan
penalaran dalam mengenali permasalahan, mengenali hubungan serta
dalam menemukan hubungan sebab akibat, selain juga diperlukan
kemampuan penalaran dalam membedakan fakta dan opini. Kemampuan
berpikir kritis akan melatih siswa untuk memiliki kemampuan berpikir
yang jernih serta rasional, siswa juga dapat berpikir secara mandiri dan
reflektif, berpikir kritis juga akan membuat siswa memiliki banyak ide-
ide kreatif dan inovatif. Selain itu, dengan berpikir kritis siswa tidak akan
mudah salah persepsi, ketika siswa manerima informasi siswa tidak akan
langsung percaya akan tetapi siswa akan mencari kebenaran akan
persepsi tersebut.
5. Keterampilan Proses Sains
Pendidikan sains tidak hanya terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang
dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif
menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam,
21
oleh karena itu keterampilan proses sains sangat penting dalam
pendidikan, karena siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang
dimiliki selain proses belajar. Keterampilan Proses Sains (KPS)
menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan,
dan mengkomunikasikan perolehannya. Lebih lanjut Trianto, (2012:
144) menyatakan bahwa keterampilan proses sains merupakan
keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah yang dapat digunakan
untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.
Menurut Amnie, dkk, (2014) KPS merupakan pendekatan pembelajaran
yang dirancang agar siswa mampu menemukan fakta-fakta, membangun
konsep, dan teori dalam pembelajaran yang diterima. Siswa diarahkan
untuk melibatkan diri dalam kegiatan ilmiah pada proses pembelajaran.
Keterampilan proses sains merupakan salah satu keterampilan yang
digunakan untuk memahami fenomena apa saja. Lebih lanjut, Rustaman,
(2005: 86) menyatakan bahwa keterampilan proses sains merupakan
keterampilan ilmiah yang melibatkan keterampilan kognitif atau
intelektual, manual dan sosial yang diperlukan untuk memperoleh dan
mengembangkan fakta, konsep dan prinsip IPA.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat
dismpulkan bahwa keterampilan prose sains merupakan keterampilan
fisik dan mental yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor
22
yang dapat diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. Keterampilan
proses sains diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan
menerapkan konsep, prinsip dan hukum yang ada pada sains.
Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif atau
intelektual, manual dan sosial yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan berupa fakta dan konsep yang dapat disimpulkan melalui
kegiatan pengamatan, pengklasifikasian, pengukuran, dan prediksi.
Keterampilan proses sains terdiri atas sejumlah aspek keterampilan yang
satu sama lain tak dapat dipisahkan, menurut Rustaman, (2005:191)
aspek keterampilan yang dikembangkan dalam proses sains, yaitu
mengamati, mengelompokan, menafsirkan/interpretasi, meramalkan,
mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan,
menggunakan alat atau bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi.
Dari beberapa aspek keterampilan tersebut maka indikator KPS dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
No
(1)
Aspek Keterampilan
Proses Sains
(2)
Indikator
(3)
1 Mengamati Menggunakan sebanyak mungkin alat
indera
Mengumpulkan/menggunakan fakta
yang relevan
2 Mengelompo kan/
Klasifikasi
Mencatat setiap pengamatan
Mencari perbedaan, persamaan
Mengontraskan ciri-ciri
Membandingkan
Mencari dasar
pengelompokkan/penggolongan
3
Menafsirkan
Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan pola dalam suatu
pengamatan
Menyimpulkan
23
(1) (2) (3)
4 Meramalkan Menggunakan pola-pola hasil
pengamatan
Mengungkapkan apa yang mungkin
terjadi pada keadaan yang belum
diamati
5 Mengajukan
Pertanyaan Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana
Bertanya untuk meminta penjelasan
Mengajukan pertanyaan yang berlatar
belakang hipotesis
6 Merumusakan
Hipotesis Mampu menyatakan hubungan antara
dua variabel
Mampu mengajukan perkiraan
penyebab suatu hal terjadi dengan
mengungkapkan bagaimana cara
melakukan pemecahan masalah
7 Merencanakan
Percobaan Menentukan alat/bahan/sumber yang
akan digunakan
Mentukan variabel/ faktor penentu.
Menetukan apa yang akan diukur,
diamati, dicatat
Menentukan apa yang akan
dilaksanakan berupa langkah kerja
8
Menggunakan
alat/bahan
Memakai alat/bahan
Mengetahui alasan mengapa
menggunakan alat/bahan
Mengetahui bagaimana menggunakan
alat/ bahan
9
Menerapkan konsep
Menggunakan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman
baru untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi
10 Berkomunikasi Mengubah bentuk penyajian
Menggambarkan data empiris hasil
percobaan atau pengamatan dengan
grafik atau tabel atau diagram
Menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis
Menjelaskan hasil percobaan atau
penelitian
Membaca grafik atau tabel atau diagram
Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai
suatu masalah atau suatu peristiwa
Mengutarakan suatu gagasan
Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan
proses yang penting untuk diaplikasikan pada proses pembelajaran.
Melatihkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran adalah salah
24
satu cara untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, karena dengan
melatihkan keterampilan proses sains siswa akan menemukan sendiri
pengetahuannya melalui eksperimen sehingga materi pelajaran akan
mudah dipahami dan diingat dalam waktu yang relatif lama.
B. Kerangka Pemikiran
Proses pembelajaran di dalam kelas tidak terlepas dari penggunaan bahan ajar
karena keberhasilan siswa dalam pembelajaran tidak hanya dipengaruhi dari
kemampuan siswa sendiri namun didukung oleh faktor guru serta bahan ajar
yang digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan dan
penggunaan bahan ajar yang tepat dapat menjadi faktor keberhasilan dalam
pembentukan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu bahan ajar yang
dapat digunakan dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains adalah modul interaktif.
Modul intertaktif berbeda dengan buku cetak yang biasa digunakan di sekolah
yang memuat materi, gambar, dan soal evaluasi. Dalam modul interaktif
terdapat uraian materi, eksperimen, contoh soal, tugas mandiri, tes formatif,
kuis interaktif, gambar, animasi, demo, rangkuman, evaluasi, kunci, penilian,
video, dan multimedia yang lainnya. Penerapan modul interaktif dapat
membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran serta siswa dapat
berinteraksi langsung dengan modul yang digunakan, siswa tidak hanya
membaca dan menghafal rumus, sehingga siswa lebih cepat memahami
materi, dan pola berpikir kritis siswa dapat berkembang.
25
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), karena pada model
pembelajaran PBL siswa dihadapkan pada masalah kehidupan nyata
(kontekstual) dari lingkungan sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa. Bila digambarkan dalam sebuah
diagram, hubungan antara modul yang digunakan dalam pembelajaran
(sebagai variabel bebas) dengan model pembelajaran PBL (sebagai variabel
moderator) terhadap kemampuan berpikir kritis serta keterampilan proses
sains yang dicapai siswa (sebagai variabel terikat) dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan:
O1 : pretest untuk melihat kemampuan berpikir kritis awal siswa pada kelas
eksperimen
O2 : pretest untuk melihat kemampuan berpikir kritis awal siswa pada kelas
kontrol
X1 : perlakuan menggunakan modul interaktif berbasis LCDS dengan model
pembelajaran PBL
X2 : perlakuan menggunakan modul tercetak yang biasa digunakan di sekolah
dengan model pembelajaran PBL
Kelas
eksperimen
Kelas
Kontrol
O1 X1 O3
O2 X2 O4
N-gain
O3-O1
N-gain
O4-O2
Dibandingkan
26
O3 : postest untuk melihat kemampuan berpikir kritis akhir siswa siswa pada
kelas eksperimen
O4 : postest untuk melihat kemampuan berpikir kritis akhir pada kelas kontrol
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi materi yang sama dan
2. kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang
relatif sama.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir dan tinjauan pustaka maka disusun hipotesis
sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis yang signifikan pada
siswa setelah diterapkan modul interaktif efek fotolistrik.
2. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara
kelas yang menggunakan modul interaktif efek fotolistrik dengan kelas
yang menggunakan buku tercetak, yaitu hasil belajar kelas yang
menggunakan modul interaktif efek fotolistrik lebih besar dibandingkan
dengan kelas yang menggunakan modul tercetak.
3. Keterampilan proses sains siswa ketika menggunakan modul interaktif
efek fotolistrik sangat baik.
4. Siswa memberikan respon yang positif setelah diterapkan modul interaktif
efek fotolistrik.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang dilakukan di
SMAN 1 Natar dengan populasi penelitian, yaitu siswa kelas XII IPA
SMAN 1 Natar semester genap tahun pelajaran 2018/2019, kemudian
dari populasi tersebut akan diambil dua kelas sebagai sampel penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Simple Purposive Sampling, yaitu dengan memilih dua kelas dengan nilai
rata-rata ujian semester relatif sama. Penelitian ini akan melihat
perbedaan antara penggunaan modul interaktif berbasis LCDS dengan
modul tercetak terhadap kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
proses sains siswa pada materi efek fotolistrik. Penelitian ini dilakukan
pembelajaran pada dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi
experimental dengan bentuk non-equivalent control grup design. Penelitian ini
menggunakan dua kelas sebagai sampel yaitu sebagai kelas kontrok dan kelas
eksperimen. Sebelum peroses pembelajaran kedua kelas tersebut diberi pretest
kemudian diberi perlakuan yaitu pada kelas kontrol berupa pembelajaran
28
menggunakan modul tercetak sedangkan kelas eksperimen diberi perlakuan
berupa pembelajaran menggunakan modul interaktif. Setelah diberi perlakuan
kedua kelas diberikan soal posttest. Kemudian hasil pretest dan postest kedua
kelas dibandingkan. Diagram rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Desain Penelitian
Keterangan:
O1 : Pretest, untuk melihat kemampuan berpikir kritis awal siswa pada
kelas eksperimen
O3 : Posttest, untuk melihat kemampuan berpikir kritis akhir siswa pada
kelas eksperimen
X1 : Perlakuan pembelajaran menggunakan modul interaktif berbasis
LCDS dengan model pembelajaran PBL
X2 : Perlakuan pembelajaran menggunakan modul tercetak yang biasa
digunakan di sekolah dengan model pembelajaran PBL
O2 : Pretest, untuk melihat kemampuan berpikir kritis awal siswa pada
kelas kontrol
O4 : Posttest, untuk melihat kemampuan berpikir kritis akhir siswa pada
pada kelas kontrol
Dilakukan pretest sebelum pembelajaran bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai pelajaran yang disampaikan,
Eksperimen : O1 X1 O3
Kontrol : O2 X2 O4
29
sedangkan pemberian postest setelah diberi perlakuan bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
(Ganditama, 2014).
C. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner (angket), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) beserta
lembar observasi dan soal tes. Kuesioner (angket) digunakan untuk melihat
respon siswa ketika diterapkan modul interaktif efek fotolistrik, LKPD
digunakan untuk melihat keterampilan proses sains pada siswa yang
menggunakan modul interaktif dan soal test digunakan pada saat pretest dan
posttest yaitu untuk melihat perbedaan hasil belajar antara kelas yang
menggunakan modul interaktif dengan modul tercetak serta untuk melihat
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan modul
interaktif efek fotolistrik, soal pretest dan postest yang digunakan diadobsi
dari Payudi, (2017: 181).
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data hasil belajar aspek kognitif yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan teknik tes. Bentuk tes yang digunakan
adalah essay. Tes yang diberikan terdiri dari dua jenis, yaitu sebelum
diberi perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (postest). Tes
dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis pada
30
siswa yang menggunakan modul interaktif dan untuk melihat perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang menggunakan
modul interaktif dengan kelas yang menggunakan modul tercetak.
2. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk melihat respon siswa
ketika diterapkan modul interaktif adalah berupa kuesioner (angket).
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang diberikan
kepada siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
3. Teknik yang digunakan untuk melihat keterampilan proses sains siswa
pada kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan LKPD yang di
dalamnya mencakup aspek-aspek keterampilan proses sains, kemudian
pada masing-masing aspek keterampilan proses sains siswa diberi nilai
rentang antara 0 sampai dengan 4. Dengan ketentuan sebagai berikut:
4 = Jika 3 atau semua indikator setiap aspek dilaksanakan
3 = Jika 2 indikator setiap aspek dilaksanakan
2 = Jika 1 indikator setiap aspek dilaksanakan
1 = Jika tidak satupun indikator setiap aspek dilaksanakan tetapi peserta
didik melakukan kegiatan keterampialan
0 = Jika peserta didik sama sekali tidak melakukan kegiatan keterampilan
E. Analisis Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Instrumen soal yang digunakan oleh peneliti diadopsi dari soal yang
telah dikembangkan oleh Payudi, (2017) yang telah diuji
31
validitasnya sehingga pada penelitian ini peneliti tidak melakukan
uji validitas ulang.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat yang sama. Pada
penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan menggunakan uji reliability
pada program spss, berdasarkan nilai cronbach’s Alpha yang
diperoleh kemudian diimplementasikan dengan indeks reliabilitas.
Arikunto (2013: 125) mengatakan bahwa kriteria indeks reliabilitas
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Indeks Reliabilitas
Angka korelasi Kriteria
0,80 – 1,00 Tinggi
0,60 – 0,80 Cukup
0,40 – 0,60 Agak rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Tingkat keajegan tes yang diharapkan adalah > 0,400 yang
memenuhi kriteria agak rendah, cukup, sampai tinggi.
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui distribusi data
normal atau tidak normal. Pada dasarnya, uji normalitas dapat
32
dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan menggunakan uji statistik
parametrik, uji menggunakan statistik nonparametrik dan
menggunakan uji grafik. Pada penelitian ini uji normalitas
digunakan dengan uji statistik non parametrik menggunakan
program SPSS 22. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas
berdasarkan pada nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, nilai α yang digunakan adalah 0,05
sehingga kriteria ujinya sebagai berikut: (1) Jika nilai sig > 0,05,
maka H0 diterima dan berarti bahwa data terdistribusi normal; dan
(2) Jika nilai sig < 0,05, maka H1 diterima dan berarti bahwa data
tidak terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua
kelas mempunyai varians (keragaman) yang tidak jauh berbeda,
baik kelas yang menggunakan modul interaktif maupun modul
tercetak (biasa digunakan di sekolah). Jika kedua kelas
mempunyai varians yang tidak jauh berbeda (sama) maka kedua
kelas dikatakan homogen. Demikian pula sebaliknya.
Hipotesisnya sebagai berikut:
H0: Varians homogen
H1: Varians tidak homogen
Uji homogenitas varians dilakukan menggunakan program SPSS 22.0
dengan kriteria pengujian:
33
Apabila nilai Sig. (Signifikansi) ≥ 0,05 maka H0 diterima, artinya varian
dari dua kelompok data adalah sama atau homogen
Apabila nilai Sig. (Signifikansi) ≤ 0,05 maka H0 ditolak, artinya varian
dari dua kelompok data adalah tidak sama atau tidak homogen
3. N-gain
Dalam penelitian ini diperoleh data berupa data kuantitaif. Nilai yang
diperoleh dari pretest dan posttest, kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji Indeks Gain yang rumusnya sebagai berikut:
𝑔 = 𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑆𝑚𝑎𝑥 − 𝑆𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan :
g = N-gain
Spostest = Skor postest
Spretest = Skor pretest
Smax = Skor maksimum
Tabel 3. Interpretasi Perolehan Indeks Gain
Kategori Indeks Gain Interpretasi
0,71-1,00 Tinggi
0,41-0,70 Sedang
0,01-0,40 Rendah
Sedangkan data respon siswa terhadap penerapan modul interaktif yang
diperoleh dari kuesioner (angket). Data kualitatif tersebut selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan rumus:
%Xin =∑ S
Smaks x 100%
Keterangan:
%Xin = persentase jawaban lembar validasi modul interaktif
34
∑ s = jumlah skor jawaban
smaks = skor maksimal
4. Teknik Analisis Data Keterampilan Proses Sains
Teknik analisis data pada keterampilan proses sains yaitu dengan
menghitung presentase skor yang diperoleh setiap siswa dan menghitung
nilai rata-rata keterampilan siswa. Menurut Arikunto (2007) presentase
skor yang diperoleh siswa dapat dihitung dengan rumus:
%𝐾𝑃𝑠 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑃𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100%
Dengan kriteria seperti pada tabel berikut:
Tabel 4. Kriteria Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa
No Persentase Skor
Keterampilan Proses Sains
Kriteria Penilaian
1 0 - 25 % Kurang Baik
2 26% - 50% Cukup Baik
3 51% - 75% Baik
4 76% - 100% Sangat baik
Nilai rata-rata keterampilan siswa dapat dihitung menggunakan rumus
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑚𝑝𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 = ∑ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Kemudian menentukan kategori indeks keterampilan proses sains siswa
sesuai klasifikasi pada tabel berikut:
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Keterampilan Proses Sains
Kategori Interpretasi
0,00 - 29,99 Sangat rendah
30,00 – 54,99 Rendah
55,00 – 74,99 Sedang
75,00 – 89,99 Tinggi
90,00 – 100,00 Sangat tinggi
35
5. Paired Sample T Test
Uji ini digunakan untuk dua sample data yang berpasangan. Sampel
berpasangan merupakan subjek yang sama dan diberi suatu perlakuan.
Uji Paired Sample T Test ini digunakan untuk menguji adanya
peningkatan hasil belajar yang signifikan antara sebelum diberi perlakuan
(pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest) pada kelas eksperimen.
Dalam uji Paired Sample T Test digunakan metode parametrik, hipotesis
yang digunakan yaitu:
H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai
kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah menggunakan
modul interaktif efek fotolistrik.
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai kemampuan
berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah diterapkan modul
interaktif.
Adapun kriteria pengambilan keputusannya yaitu jika nilai Sig.
(Signifikansi) ≥ 0,05 maka H0 diterima jika nilai Sig. (Signifikansi) ≤
0,05 maka H0 ditolak
6. Independent Sample T Test
Uji ini dilakukan pada dua pasang data, yaitu pada nilai hasil pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol dan pada nilai N-gain kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Uji Independent Sample T Test nilai hasil pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk menguji bahwa tidak
terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan
36
siswa kelas kontrol. Uji Independent Sample T Test pada nilai N-gain
dugunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil
belajar antara dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Dalam uji Independent Sample T Test digunakan
metode parametrik, hipotesis yang digunakan yaitu:
H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata kemampuan
berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Adapun kriteria pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai Sig.
(Signifikansi) ≥ 0,05 maka H0 diterima, apabila nilai Sig. (Signifikansi) ≤
0,05 maka H0 ditolak
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kemampuan beripikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan modul
interaktif efek fotolistrik meningkat secara signifikan dengan taraf
kepercayaan 95%, , yaitu dari nilai rata-rata 33,7 menjadi 76,1.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara kelas
yang menggunakan modul interaktif dan modul tercetak. Hal ini dapat
dilihat dari n-gain yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dan berdasarkan hasil uji Independent sample t test yang
diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar kelas yang menggunakan modul interaktif dan kelas yang
menggunakan modul tercetak.
3. Keterampilan proses sains siswa pada kelas yang menggunakan modul
interaktif efek fotolistrik tergolong tinggi, hal ini dilihat dari skor
keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dari jawaban siswa dalam
LKPD. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 82,6, yaitu termasuk
dalam kategori tinggi.
60
4. Siswa memberikan respon positif terhadap penerapan modul interaktif efek
fotolistrik, yaitu dilihat dari angket respon yang diisi oleh siswa yang diperoleh
data bahwa sebagian besar siswa menyatakan setuju dan sangat setuju pada
setiap pernyataan yang diberikan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Guru harus lebih memperhatikan kegiatan siswa selama penggunaan
modul interaktif untuk mencegah penggunaan laptop terhadap program
lain selain modul interaktif.
2. Setiap siswa harus memiliki modul interaktif pada laptop masing-masing
sebelum memulai proses pembelajaran.
3. Modul interaktif dapat digunakan dalam proses pembelajaran pada
materi-materi yang dianggap abstrak oleh siswa sehingga siswa lebih
mudah memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A., Junanto, T., & Afriani, R. (2016). Implementasi Digital-Age Literacy
dalam Pendidikan Abad 21 di Indonesia. In Prosiding SNPS (Seminar
Nasional Pendidikan Sains). Vol. 3, pp: 113-120.
Ambarwati, D dan Suyatna, A. 2018. Interactive design for self-study and
developing students’ critical thinking skills in electromagnetic radiation
topic. Journal of Physics Conference Series. 948 012039.
Amnie, E., Abdurrahman, Chandra, E. 2014. Pengaruh Keterampilan Proses Sains
terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Ranah Kognitif. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 2 (7): (124-125).
Aremu, A. dan Efuwape, B. M. 2013. A Microsoft Learning Content
Development System (LCDS) Based Learning Package for Electrical and
Electronics Technology-Issues on Acceptability and Usability in Nigeria.
American Journal of Educational Research. 1 (2): 42.
Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi
Aksara. 308 hlm.
Aulia, M. K., Agus, S., dan Feriansyah, S. Pengembangan Modul Pembelajaran
Menggunakan Learning Content Development System Materi Kinematika
Gerak. Jurnal Pembelajaran Fisika. 5 (5): 106-107.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Pengembangan Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI. (online). Jakarta: BSNP. 231 hlm.
Citra, C., Abdurrahman, dan Wayan, S. 2017. Implementasi Modul Pembelajaran
Berbasis Learning Content Development System terhadap Penguasaan
Konsep Siswa. Jurnal Pembelajaran Fisika. 5 (2): 34-35.
Darlen, R. F., Sjarkawi, dan Lukman, A. 2015. Pengembangan E-Book Interaktif
untuk Pembelajaran Fisika SMP. Jurnal Teknologi Pendidikan. 5 (1): 16-20.
Ennis, R. H. 2011. The Natural of Thinking: An Outline of Critical Thinking
Dispositions and Abilities (online). Tersedia di http://faculty.ed.uiuc.edu/.
Diakses pada 12 september 2018.
Eskawati, S. Y. dan Sanjaya, I. G. 2012. Pengembangan E-book Interaktif pada
Materi Sifat Koligatif Sebagai Sumber Belajar Siswa Kelas XII IPA. Unesa
Journal of Chemical Education. 1 (2): 46-47.
Fardani, Z., dan Edy, S. 2017. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran Matematika untuk Membangun Karakter Bangsa. Jurnal
Pendidikan Matematika (online). 2 (2). Tersedia di
https://www.researchgate.net/. Diakses pada 19 september 2018.
Heriyati. 2017. Pengaruh Minat dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika. Jurnal ilmiah pendidikan MIPA. 7 (1): 30-32.
Jamun, Y. M. 2018. Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan Missio. 10 (1): 48-51.
Jannah, M.,Sugiono., dan Sarwi. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berorientasi Nilai Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing Materi Cahaya pada
Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Jurnal off innovative sains
education.Vol 1 No.1 (online). Tersedia di http://journal.unnes.ac.id.
Diakses pada 25 september 2018.
Kurnia , G. 2015. Pengembangan Alat Asesmen Keterampilan Menulis
Menggunakan Teknologi Komputasi Awan pada Sekolah Menengah Atas di
Kota Bandung. Other thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. (online).
Tersedia di: http://repository.upi.edu/. Diakses pada 06 September 2018.
Kurniawan, D., Agus, S., dan Wayan, S. 2015. Pengembangan Modul Interaktif
Menggunakan Learning Content Development System pada Materi Listrik
Dinamis. Jurnal Pembelajaran Fisika. 3 (6): 2-3.
Muh, L dan Wahyu, N. 2017. Pengaruh Pemanfaatan Buku Sekolah Elektronik
dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Kajian Teori
dan Praktik Kependidikan. 2 (1): 40-42.
Mursidi., Suyatna, A., Suyanto, E. (2018). Pengembangan BSEI Efek Fotolistrik
Sebagai Bahan Ajar Mandiri untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(2).
National Education Association. 2015. Preparing 21st Century Students for a
Global Society. (online). Tersedia di http://www.nea.org/. Diakses pada 08
september 2018.
Nuralinda, Y, I Dewa P, N, dan Wayan S. 2017. Implementasi Modul
Pembelajaran Berbasis LCDS untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Siswa SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika. 5 (5): 45-47.
Nurdyansyah dan Nahdliyah M. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu
Pengetahuan Alam. Journal of Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. 1 (1):
41-44.
Payudi, P. Ertikanto, C., Noor F., Agus S. 2017. The Development of Student
Worksheet Assisted by Interactive Multimedia of Photoelectric Effect to
Build Science Process Skills. International Journal of Science and Applied
Science. 2 (1): 16-23.
Payudi, P., dan Ertikanto, C. (2015, October). Deskripsi Analisis Kebutuhan
Pembelajaran Fisika Sub Pokok Bahasan Efek Fotolistrik. In Prosiding
Seminar Nasional Fisika (E-Journal).Vol. 4, pp. SNF2015-II: 131-136.
Pradina, L. P., dan Suyatna, A. 2018. Atom Core Interactive Electronic Book to
Develop Self Efficacy and Critical Thinking Skills. The Turkish Online
Journal of Educational Technology. 1 (17), 17-22.
Purwati, R., Hobri, dan Arif, F. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat pada Pembelajaran
model Creative Problem Solving. Journal University of Jember. 7 (1), 85-
86.
Rahmi, A., Yusrizal, Ilham, M. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Modul pada
Materi Hidrokarbon di SMA Negeri 11 Banda Aceh. Jurnal Pendidikan
Sains Indonesia. 2 (1): 12-14.
Ronald A. Styron, Jr., Ed.D. 2014. Critical Thinking and Collaboration. In Quality
Enhancement Plan Director and Professor of Leadership.12 (7). Tersedia di
http://www.iiisci.org/. Diakses pada 20 September 2018.
Rosida, N. F, dan Tri J. (2017). Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar E-Book
Interaktif dalam Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 5 (1): 41-43.
Rustaman, N. Y 2003. Peranan Pertanyaan dalam Pengembangan KPS dan LKS.
Prosiding Guru SLTP dan SMU di FMIPA UPI. (online). Tersedia di
http://docplayer.info/l. Diakses pada 21 September 2018.
Simamora, F. G., Chandra, E., dan Ismu, W. 2017. Pengaruh Penggunaan Modul
Pembelajaran Berbasis LCDS terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 5 (3): 92-98.
Subali, B. 2011. Pengukuran Kreativitas Keterampilan Proses dalam Konteks
Assement for Learning. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1: 130-133.
Suradnya, L. S. A., Eko, S., dan Wayan S. 2016. Modul Interaktif dengan
Program LCDS untuk Materi Cahaya dan Alat Optik. Jurnal Pembelajaran
Fisika. 4 (2): 36-37.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana. 371 hlm.
Susilawati, dan Khairi, N. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Fisika Bermuatan
Lifeskill untuk Siswa SMA. Jurnal fisika indonesia. 18 (54): 86-87.
Suyatna, A., I. Wayan D., Kartini H., Eko S., dan Dita H. (2014). Developing
Interactive E-Book of Relativity Theory to Optimize Self-Directed Learning
and Critical Thinking Skills. AIP Conference Proceedings (1), 020065.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara. 143-146
Utami, B., Sulistyo S., Ashadi M., Sri W. 2017. Critical Thinking Skills Profile of
High School Students in Learning Chemistry. International Journal of
Science and Applied Science. 1 (2), 123-124.
Wijayanto, A.W., dan Ika, M. 2016. Pengembangan Buku Sekolah Elektronik
(BSE) Dilengkapi Media Evaluasi Mandiri Siswa Berbasis Portable
Document Format. Jurnal Informatika Upgris (JIU). 2 (2): 1-2.