penerapan model pembelajaran discovery berbantu search ......penelitian selanjutnya dilakukan oleh...

20
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search Engine Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh: Yuliati Primastuti 702011091 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016

Upload: others

Post on 13-Mar-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search Engine

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:

Yuliati Primastuti

702011091

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2016

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search Engine

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa

1)

Yuliati Primastuti 2)

Widya Damayanti, S.Pd., M.Sc.

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52, Salatiga 50711, Indonesia

Email : 1)

[email protected] 2)

[email protected]

Abstract

Teaching methods where teachers tends to transfer knowledge to students or

teach informatively, and where students must remember the material can cause some

problems. The problem in this research in unattractive learning process and students’

lack of understanding. The research aims to know the effect of the application of

discovery model assisted by search engine to improve students’ understanding on Data

Communications for students of class XI SMK N 1 Wonosobo. This research used a

quasi-experimental research with non-equivalent control group design. The application

of the learning model proved to improve students’ understanding. This is proven by 10.16

increase in students’ average score from 71.16 to 81.32 in the experiment class;

meanwhile the increase in the control class was from 72.87 to 77.34. This show the

different level of understanding between the experiment class and control class, where the

experiment class applied discovery learning model assisted by search engine and the

control class used conventional teaching method.

Keywords: discovery, understanding

Abstrak

Penggunaan metode pembelajaran dimana guru cenderung bersifat informatif atau hanya

sebatas transfer ilmu pengetahuan kepada siswa, dan siswa harus mengingatnya

menyebabkan beberapa masalah dalam pembelajaran. Masalah dalam penelitian ini

adalah kurang menariknya proses pembelajaran dan kurangnya pemahaman siswa.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery

berbantu search engine untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran

Komunikasi Data kelas XI SMK N 1 Wonosobo. Penelitian ini menggunakan metode

quasi eksperimental research dengan desain non-equivalent control group design. Proses

pembelajaran discovery berbantu search engine meningkatkan pemahaman siswa,

dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 10,16 dari 71,16

menjadi 81,32, sedangkan pada kelas kontrol dari 72,87 menjadi 77,34. Hal ini

menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman yang lebih tinggi antara kelas eksperimen

dengan model pembelajaran discovery berbantu search engine dan kelas kontrol yang

menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Kata kunci : discovery, pemahaman

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

1. Pendahuluan

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali ditemui berbagai

masalah yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa. Dari observasi dan

wawancara yang dilakukan di SMK N 1 Wonosobo terdapat masalah dalam

proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran yang kurang menarik dan

kurangnya pemahaman siswa. Nilai siswa di bawah batas nilai KKM yaitu

75. Hasil ulangan harian siswa kelas XI TKJ 1 dan XI TKJ 2 menunjukkan

hasil yang jauh dari standar ketuntasan minimal, yaitu dari jumlah 32 siswa

kelas XI TKJ 1 55% siswa tidak tuntas dan dikelas XI TKJ 2 yang berjumlah

32 siswa ada 52% siswa tidak tuntas. Faktor yang menyebabkan proses

pembelajaran kurang menarik dan mempengaruhi pemahaman siswa adalah

metode belajar yang diterapkan adalah metode konvensional, sumber belajar

yang digunakan kurang lengkap.

Metode konvensional berakibat proses belajar kurang menarik dan

kurangnya pemahaman siswa. Karena metode konvensional biasanya guru

cenderung bersifat informatif atau hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan ke

siswa dan kurang memperhatikan daya tangkap siswa. Dengan demikian

pengajaran akan sulit untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Siswa

terbiasa dengan menghafal fakta-fakta, prinsip, rumus, hukum-hukum yang

diberikan oleh guru, dengan demikian pemahaman konsep cenderung rendah,

maka perlu melakukan perubahan model belajar yang membuat proses belajar

menjadi menarik dan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Salah satu

model belajar yang menarik dan dapat meningkatkan pemahaman siswa

adalah dengan model belajar discovery. Konsep dasar yang dicapai dengan

menggunakan model belajar discovery pada pelaksanaannya adalah

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Selain merubah

model belajar guru dan siswa harus memanfaatkan fasilitas yang terdapat di

sekolah. Ketersediaan internet di sekolah memungkinkan siswa untuk

menggunakannya secara optimal dalam pembelajaran yakni dengan

menggunakan aplikasi search engine sebagai salah satu sumber belajar.

Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan untuk memperluas

dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang dibutuhkan siswa.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan dalam latar belakang, maka

peneliti mengajukan permasalahan yang menyangkut bagaimana Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search Engine

terhadap pemahaman siswapada mata pelajaran komunikasi data pada siswa

kelas XISMK N 1 Wonosobo. Rumusan Masalahnya adalah sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman siswa antara siswa yang

belajar dengan Model Pembelajaran discovery berbantu search engine dengan

siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu dilakukan oleh A. Sochibin, P. Dwijananti, dan P.

Warwotodengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiry

TerpimpinUntuk Meningkatkat Pemahaman Dan Ketrampilan Berpikir Krotis

Siswa SD”[1]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

Inquiry terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan

menumbuh kembangkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD

pokok bahasan air dan sifatnya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP”[2]. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran menggunakan

discovery efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep. Hasil

penelitian menunjukkan diperoleh rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar

0,608, sehingga dapat disimpulkan bahwa penigkatkan pemahaman konsep

fisika siswa SMP setelah diterapkan Model Pembelajaran Penemuan

(Discovery Learning) berapa pada katagori sedang.

Berdasarkan penelitian dan jurnal yang berkaitan, penelitian ini

menerapkan model pembelajaran discovery dengan bantuan aplikasi search

engine. Diharapkan dengan diterapkannya discovery berbantu aplikasi search

engine dapat memberikan pengaruh pada mata pelajaran Komunikasi Data

terhadap meningkatnya hasil pemahaman siswa. Perbedaan penelitian

terdahulu dengan penelitian sekarang adalah penggunaan aplikasi bantu

search engine sebagai sarana mendapatkan informasi. Penelitian sekarang

menggunakan model pembelajaran discovery yang diterapkan pada mata

pelajaran Komunikasi Data untuk siswa kelas XI di SMK Negeri 1

Wonosobo.

Model pembelajaran discoveryadalah proses pembelajaran yang

menitikberatkan pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan

berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep yang

dapat diterapkan di lapangan[3]. Discovery learning adalah suatu model

untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,

menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam

ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. peran guru dalam model

pembelajaran discovery adalah sebagai fasilitator dan evaluator. Sebagai

fasilitator, hendaknya guru dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan

untuk memudahkan kegiatan pembelajaran, sedangkan sebagai evaluator,

guru berkewajiban mengevaluasi keberhasilan siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran. Kelebihan model discovery learning: (1) discovery

learning dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan, dan penguasaan katrampilan dalam proses kognitif,

(2) peserta didik mendapatkan pengetahuan yang bersifat induvidual sehingga

peserta didik dapat mengingatnya lebih lama, (3) dapat membangkitkan

motivasi belajar peserta didik, (4) discovery learning dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berkembang sesuai dengan

kemampuannya, (5) dapat mengarahkan peserta didik untuk belajar, (6) dapat

membantu peserta didik untuk menambah kepercayaan diri dalam proses

penemuan sendiri, (7) discovery learning berpusat kepada peserta didik. Guru

hanya sebagai teman belajar[4]. Ada enam tahap yang ditempuh untuk

melaksanakan model discovery yaitu (1) Stimulation (stimulasi atau

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

pemberian rangsangan), (2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah),

(3) Data Collection (pengumpulan data), (4) Data Processing (pengolahan

data), (5) Verification (pembuktian), (6) Generalization (menarik kesimpulan

atau generalisasi)[3].Tujuan penerapan discovery adalahdengan proses

pembelajaran discovery, siswa dituntut untuk menemukan konsep, maka

siswa mendapatkan pengetahuan yang bersifat induvidual sehingga peserta

didik dapat mengingatnya lebih lama.

Gambar 1. Piramida Pembelajaran[5]

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mendikbud,

Mohammad Nuh mengatakan bahwa membaca itu mempunyai kontribusi

10% yang bisa melekat pada sang anak, audio visual bisa meningkatkan daya

serap hingga 20%, demonstrasi sebesar 30%, metode diskusi kelompok

meningkatkan daya serap hingga 50%, dan eksperimen sebesar 75%[6].

Dalam piramida pembelajaran, penggunaan model pembelajaran discovery ini

menempati tingkatan practice by doing.Dengan metode discovery siswa

dituntut untuk menemukan konsep dengan menemukan konsepnya sendiri,

siswa dapat mengingat yang dipelajarinya lebih lama.

Search Engine adalah suatu fasilitas yang tersedia di internet yang

dijalankan melalui browser untuk mencari informasi sesuai keinginan[7].

Informasi yang dicari di internet dapat berupa berita, tutorial ilmu

pengetahuan, teknologi, soal-soal dan lain-lain. Dari berbagai search engine

yang ada, yang paling populer atau sering digunakan diantaranya adalah:

Google, Yahoo, dan Altavista. Penelitian ini menggunakan search engine

Google karena Google yang paling popoler di kalangan anak SMK N 1

Wonosobo.

Pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar

tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan,

cara memahami sesuatu[8]. Pemahaman dalam taksonomi bloom adalah

kesanggupan memahamisetingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan sebab

dalam memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal[9].

terdapat tiga indikator pemahaman yaitu : (1) translasi adalah perilaku

dimana seseorang dapat menerjemahkan istilah ke dalam bahasa atau kata-

kata lain tanpa mengubah makna, (2) interpretasi adalah perilaku yang

melibatkan komunikasi sebagai konfigurasi pemahaman ide yang

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

memungkinkan memerlukan kembali ide-ide ke dalam konfigurasi baru

dalam pikiran individu, (3) ekstrapolasi adalah perilaku pemikiran seseorang

yang dilandasi dengan pemahaman untun membuat penarikan

kesimpulan[10].

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah model penelitian yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan

tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu [11].

Sementara itu jenis eksperimen pada penelitian ini adalah quasi experimental

research. Quasi experimental research adalah penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi

yang terkendali [12]. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent

Control Group Design Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Desain Nonequivalent Control Group Design

Nonequivalent

Control

Group Design

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen √ √ √

Kontrol √ - √

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Wonosobo pada kelas XI yang

mengikuti mata pelajaran Komunikasi Data. Teknik sampel dilakukan dengan

metode purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu rekomendasi dari guru [13], bahwa

kedua kelas tersebut memiliki rata-rata kelas yang tidak jauh beda.

Berdasarkan pertimbangan tersebut kelas XI TKJ 1 dijadikan kelas

eksperimen dan XI TKJ 2 sebagai kelas kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu (1)Tahap persiapan,

(2) Tahap pelaksanaan, (3)Tahap pengolahan dan analisis data[14].

Tabel 2. Tahapan Penelitian

No. Tahapan Penelitian Keterangan

1. Tahap Persiapan Menyusun daftar pertanyaan

wawancara pra penelitian

Wawancara sebelum penelitian

Studi Literatur

Menentukan populasi dan sampel

Menyiapkan materi dan RPP

Menyusun soal tes

Uji coba instrumen

2. Tahap Pelaksanaan Memberikan tes awal (pretest) kelas

kontrol dan eksperimen

Memberikan treatment atau

perlakuan

Memberikan tes akhir (posttest) kelas

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

kontrol dan eksperimen

3. Tahap Pengolahan dan

analisis data Mengolah hasil pretest

Mengolah hasil posttest

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi penyusunan daftar

pertanyaan untuk wawancara pra penelitian. Wawancara pra penelitian

dilakukan dengan guru mata pelajaran Komunikasi Data dan salah satu siswa

kelas XI TKJ. Studi literatur untuk mengumpulkan referensi mengenai

permasalahan yang akan diteliti. Menentukan populasi dan sampel penelitian

yang nantinya akan diterapkan model pembelajaran discovery dengan bantuan

searchengine. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa materi yang akan

dibahas atau diajarkan dalam penelitian serta Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Membuat instrument penelitian berupa tes, tes

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Dan tahap persiapan yang

terakhir uji coba instrumen. Instrumen diuji cobakan sebelum dilakukan

pretest dan postest di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hasil uji

validitas butir soal menunjukkan 15 soal valid dan dipakai untuk penelitian

dan 5 soal tidak valid.

Pada tahap pelaksanaan, siswa diberikan pretest untuk kelas eksperimen

dan kontrol, guna melihat kemampuan siswa sebelum diberi perlakuan. Tahap

selanjutnya yaitu pemberian perlakuan, yakni kelas kontrol menggunakan

metode pembelajaran tanpa perlakuan dan tanpa alat bantu dan kelas

eksperimen menggunakan metode pembelajaran discovery dengan sumber

belajar aplikasi search engine. Setelah diberi perlakuan, diberikan posttest

untuk melihat nilai belajar siswa setelah perlakuan. Berikut rancangan proses

belajar.

Tabel 3. Rancangan Proses Belajar

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pertemuan I

Pemberian Pretest Pemberian Pretest

Pertemuan II

Pendahuluan:

Guru mengecek kesiapan peserta

didik belajar baik secara fisik

maupun psikologis dengan cara

berdoa bersama dan ice break.

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi

yang akan dicapai.

Guru menanyakan pengalaman

Peserta didik dalam

berkomunikasi.

Pendahuluan:

Guru mengecek kesiapan peserta

didik belajar baik secara fisik

maupun psikologis dengan cara

berdoa bersama dan ice break.

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi

yang akan dicapai.

Guru menanyakan pengalaman

Peserta didik dalam

berkomunikasi.

(Stimulation)

Kegiatan Inti: Kegiatan Inti:

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

Mengamati

Peserta didik menyimak

penjelasan dari guru.

Peserta didik mencatat

penjelasan yang disampaikan

guru.

Menanyakan

Peserta didik membuat

pertanyaan dari penjelasan guru

dan ditanyakan kepada peserta

didiklain tentang (pertemuan 1

analisis sumber daya dalam

telekomunikasi, pertemuan 2

analisis kebutuhan perangkat

dalam telekomunikasi).

Mengumpulkan informasi

Setiap peserta

didikmengumpulkan informasi

mengenai (pertemuan 1 analisis

sumber daya dalam

telekomunikasi, pertemuan 2

analisis kebutuhan perangkat

dalam telekomunikasi).

Eksperimen/ Eksplore:

Siswa dibentuk dalam kelompok

beranggotakan 4 orang di setiap

kelompok, setiap siswa

mempunyai no sebagai nomor

kepala.

Setiap kelompok diberi topik

untuk didiskusikan (pertemuan 1

analisis sumber daya dalam

telekomunikasi, pertemuan 2

analisis kebutuhan perangkat

dalam telekomunikasi).

(Problem Statement)

Peserta didik berdiskusi, mencari

materi dengan menggunakan

bantuan aplikasi search engine.

Setiap peserta didik di dalam

mencari materi diharapkan untuk

menemukan konsepnya sendiri

untuk dapat dipahami.

Setiap kelompok membuat

ringkasan dan kesimpulan untuk

materi yang akan dibahas.

(Data Collection)

Mengolah informasi

Peserta didik saling berdiskusi

dengankelompoknyauntuk

mengolah informasi yang telah

dicari dari berbagai sumber

sesuai dengan tugas yang

diberikan dari guru.

Peserta didik membuat

kesimpulan tentang (pertemuan 1

analisis sumber daya dalam

telekomunikasi, pertemuan 2

analisis kebutuhan perangkat

dalam telekomunikasi) dan

membuat kesimpulan dari

pertanyaan yang telah dibuat

berdasarkan informasi yang telah

dikumpulkan.

(Data Processing)

Mengkomunikasikan

Setiapkelompok

menyampaikanhasil analisis.

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

Setiap peserta didik

menyampaikan konsep yang

dipahami untuk di diskusikan

bersama dengan teman satu kelas.

Setiap kelompok lainnya

membuat tanggapan terhadap

penjelasan peserta didik yang

sedang presentasi.

Peserta didik membuat konsep

secara garis besar untuk dipahami

secara bersama.

(Verification)

Kegiatan Akhir:

Peserta didik dengan bimbingan

guru menyimpulkan pembelajaran

hari itu.

Siswa bersama guru mengadakan

refleksi dengan menanyakan

tentang hal-hal yang dirasakan

siswa, materi yang belum

dipahami dengan baik, kesan dan

pesan selama mengikuti

pembelajaran.

Guru memberikan umpan balik

pembelajaran.

Guru menyampaikan rencana

pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

Kegiatan Akhir:

Peserta didik dengan bimbingan

guru menyimpulkan pembelajaran

hari itu.

Siswa bersama guru mengadakan

refleksi dengan menanyakan

tentang hal-hal yang dirasakan

siswa, materi yang belum

dipahami dengan baik, kesan dan

pesan selama mengikuti

pembelajaran.

(Generalization)

Guru memberikan umpan balik

pembelajaran

Guru menyampaikan rencana

pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.

Pertemuan III

Pemberian posttets Pemberian posttets

Tahapan yang terakhir adalah tahap pengolahan dan analisis data,

mengolah data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol. Hasil tes

akan dibandingkan antara sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan

perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat pengaruh model

discovery berbantuan aplikasi search engine pada mata pelajaran Komunikasi

Data terhadap pemahaman siswa sebagai media evaluasi. Langkah

selanjutnya menghitung hasil perhitungan semua data yang dianalisa

kemudian diambil kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

pengolahan data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisa deskriptif kuantitatif. Untuk data kuantitatif diolah secara

deskriptif menggunakan perangkat pengolah data statistik yaitu SPSS 16.0.

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-

masing selama tiga kali pertemuan. Tujuan penelitian yang ingin dicapai

adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbatu search

engine dalam mata pelajaran Komunikasi Data yang dilihat dari nilai belajar

siswa dalam proses belajar, juga untuk melatih kemandirian siswa dalam

memahami materi yang diberikan. Pokok bahasan yang disampaikan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, yaitu menganalisis kebutuhan

telekomunikasi dalam jaringan. Kelas XI TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan

kelas XI TKJ 2 sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol adalah kelas yang tidak

diberi perlakuan (metode pembelajaran konvensional).Kelas eksperimen

adalah kelas yang akan diberi perlakuan (model pembelajaran discovery

berbantu search engine).

Penelitian ini diawali dengan dari pemberian pretest atau tes awal kepada

siswa untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum siswa

mendapat pembelajaran. Niali pretest ini juga dijadikan sebagai nilai

pendukung untuk mengukur pemahaman siswa teradap materi. Pretest

dilakukan pada pertemuan pertama setelah itu memberikan pengarahan

terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Data pretest diperoleh dari

tes tertulis berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal. Berdasarkan hasil

penelitian dan perhitungan data, maka didapat hasil pretest kelas eksperimen

dan kelas kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.Nilai Pemahaman Siswa

Pencapaian Eksperimen Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai Terendah 53 67 60 67

Nilai Tertinggi 93 100 93 93

Rata-Rata Nilai 71,16 81,32 72,87 77,34

Ketuntasan Belajar (%) 21,87 78,12% 25% 53,12%

Ketidaktuntasan Belajar (%) 78,13% 21,88% 75% 46,88%

Berdasarkan tabel 4, dapat terlihat bahwa perbedaan nilai rata-rata pretest

kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, yaitu 71.16 untuk

kelas eksperimen dan 72.87 untuk kelas kontrol. Deskriptif data pretest

menunjukkan bahwa nilai terendah kelas eksperimen 53 dan kelas kontrol 60.

Sedangkan untuk nilai tertinggi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

sama yaitu 93. Dengan nilai pretest menunjukkan bahwa pemahaman siswa

kelas eksperimen dan kontrol pada awal sebelum dilaksanakan pembelajaran

tidak jauh berbeda.

Setelah pretest dilaksanakan, selanjutnya pemberian perlakuan kepada

kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan ketiga

dilakukan tes akhir atau posttest setelah menerima pembelajaran yang telah

dilakukan guna mengetahui kemampuan siswa dan untuk melihat kemampuan

pemahaman siswa setelah dilakukan perlakuan. Tes yang diberikan berupa tes

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

tertulis dengan jenis soal pilihan ganda sebanyak 15 soal. Hasil pretest dan

posttest kemudian dihitung dengan uji statistik.

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh hasil, bahwa ada pengaruh

penerapan model pembelajaran discovery berbantu search engine terhadap

pemahaman siswa. Hal ini dikarenakan tahapan discovery dapat

meningkatkan pemahaman konsep. Pembelajaran discovery ini memiliki 6

tahapan, meliputi (1) stimulation (stimulasi atau pemberian rangsangan), (2)

problem statement (mengidentifikasi masalah), (3) data collection

(pengumpulan data), (4) data processing (pengolahan data), (5) verification

(pembuktian), (6) generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi).

Proses perlakuan pada penelitian ini dimulai siswa membentuk kelompok

sebanyak 4 orang disetiap kelompoknya. Setiap kelompok mendapatkan

nomor. Setelah membentuk kelompok tahap pertama adalah Stimulation

(stimulasi atau pemberian rangsangan). Pada tahap ini guru memberikan

rangsang kepada siswa dengan cara memberikan gambar yang digunakan

orang untuk bertelekomunikasi dan bertanya kepada siswa tentang kegiatan

sehari-hari yang menggunakan alat telekomunikasi. Kegiatan ini merangsang

siswa untuk berpikir dan bereksplorasi. Pada tahap ini kendala yang ditemui

adalah rangsang yang diterima siswa berbeda karena rangsang yang diterima

dipengaruhi oleh pola pikir siswa saat melihat gambar yang ditunjukkan oleh

guru.

Tahapan ke-dua adalah Problem Statementatau pernyataan. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat hipotesis atau

jawaban sementara dari rangsangan yang diberikan oleh guru, jawaban

sementara setiap siswa berbeda-beda. Terdapat siswa yang mempunyai

jawaban sementara yaitu alat yang digunakan untuk berkomunikasi berupa

HP dan telepon rumah. Namun ada juga siswa yang menjawab bahwa alat

telekomunikasi lainya berupa internet dan televisi. Yang lain memberikan

tanggapan bahwa alat telekomunikasi dibagai menjadi dua yaitu alat

telekomunikasi satu arah dan alat telekomunikasi dua arah. Saat membuat

hipotesis akan timbul sikap kritis siswa terhadap teori yang akan dijadikan

dasar dalam menjawab permasalahan.Pada tahap ini kendala yang ditemui

adalah hipotesis yang dibuat siswa berbeda-beda. Untuk mengatasi kendala

ini, guru mengajak siswa untuk membuat satu hipotesis yang sama untuk

memudahkan siswa saat mencari informasi.

Tahapan ke-tiga adalah Data Collection atau pengumpulan data. Pada

tahap ini guru memperbolehkan setiap kelompok menggunakan laptop atau

gadget untuk mengumpulkan data atau materi sebanyak-banyaknya dengan

bantuan aplikasi search engine. Untuk melakukan pencarian informasi rasa

ingin tahu siswa berkembang, hal ini dikarenakan siswa termotivasi untuk

menemukan jawaban atas permasalahan yang muncul.Model Discovery

Learning dilakukan secara berkelompok namun setiap individu bebas untuk

mengeluarkan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Ini sejalan dengan

pendapat Dimyati dan Moedjiono yaitu guru memberikan keleluasaan bagi

siswa untuk mengungkapkan pendapat berupa pernyataan ataupun pertanyaan

karena siswa tidak bergantung pada guru dalam hal memperoleh informasi,

Page 17: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

tetapi siswa juga dapat memanfaatkan lingkungan yang ada disekitarnya[15].

Pada tahap ini kendala yang ditemui adalah koneksi internet yang tersedia.

Untuk mengatasi hal tersebut guru meminta siswa menggunakan smartphone

yang mereka bawa untuk dijadikan alternatif sebagai koneksi internet dan

tidak mengandalkan koneksi internet yang ada di sekolah.

Tahapan ke-empat adalah Data Processing (pengolahan data) yaitu

dengan bantuan dan bimbingan guru, siswa diminta untuk mengolah data

yang sudah dikumpulkan dengan bantuan aplikasi search engine. Data dapat

diolah dengan diskusi dengan teman sekelompoknya. Dengan diskusi

kelompok siswa akan lebih mengingat apa yang didiskusikan dari pada

menerima penjelasan dari guru. Setelah data diolah, data tersebut dibuat

dalam bentuk ppt yang nantinya akan dipresentasikan didepan kelas. Pada

tahap ini kendala yang ditemui yaitu terdapat beberapa siswa yang berdiskusi

diluar konteks pembahasan materi. Untuk mengatasi hal tersebut guru

memperinngatkan kepada siswa agar tidak berdiskusi diluar konteks

pembahasan materi.

Tahapan ke-lima adalah Verification (pembuktian). Pada tahap ini guru

memilih secara acak nomor kelompok. Nomor kelompok yang terpilih diberi

kesempatan untuk maju ke depan mempresentasikan hasil yang telah

didapatnya. Dalam tahap ini guru dan kelompok siswa yang tidak maju

melakukan verifikasi (pembuktian, perbaikan, pembenaran) terhadap materi

yang dipresentasikan kelompok apakah materi yang didapatkan dengan

bantuan aplikasi search engine tersebut benar. Kelompok yang tidak maju

diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang ada di depan

tentang materi yang belum jelas. Pada tahap guru berperan sebagai fasilitator

dan evaluator sebagai fasilitator guru menfasilitasi siswa untuk bertanya

kepada kelompok teman yang sedang presentasi di depan, dan sebagai

evaluator peran guru disini adalah untuk melakukan evaluasi penjelasan siswa

yang disampaikan benar atau tidak jika penjelasan siswa masih belum tepat

maka guru menjelaskan kembali kepada siswa dengan pemaparan yang benar.

Kendala yang ditemui yaitu terlalu banyak pertanyaan siswa yang diberikan

kepada kelompok lain yang melakukan presentasi. Untuk mengatasi hal ini,

guru memberikan batasan maksimal pertanyaan yang diberikan kepada

kelompok. Dari tahap ini siswa akan memperoleh pemahaman akan suatu

konsep yang telah dipelajarinya.

Tahapan ke-enam adalah Generalization (menarik kesimpulan). Siswa

dibantu guru mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip

umum yang berlaku untuk semua masalah yang sama dengan memperhatikan

hasil verifikasi. Dengan adanya proses induksi atau pemahaman konsep

secara khusus dengan dilakukannya generalization ini, maka akan terjadi

proses konstruksi pengetahuan pada benak siswa yang memberikan

penjelasan konsep secara umum yaitu didalam analisis kebutuhan

telekomunikasi secara umum di bagi menjadi dua yaitu analisis sumber daya,

dan analisis kebutuhan perangkat dalam telekomunikasi.

Setelah melaksanakan pembelajaran siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

Page 18: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

tingkat pemahaman setelah mengikuti proses pembelajaran yang diberi

perlakuan dan tidak diberi perlakuan. Soal posttest yang diberikan tidak

memiliki perbedaan dengan soal pretest. Dari hasil prostest diperoleh nilai

rata-rata kelas eskperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 81.32

untuk kelas eksperimen dan 77.34 untuk kelas kontrol.

Berdasarkan analisis dari hasil posttest, bahwa model pembelajaran

discovery berbantu search engine berpengaruh terhadap pemahaman siswa

dan dilihat rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada

kelas kontrol. Hal ini dikarenakan model pembelajaran discoverymenekankan

siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih lama dan dapat

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir [16].

Tahap translasi dalam proses pemahaman siswa akan berkembang saat

siswa melakukan observasi terhadap topik yag diberikan, pencarian

informasi, dan diskusi. Tahap traslasi adalah tahap dimana siswa dapat

menerjemahkan atau mengkomunikasikan suatu istilah atau pengertian ke

dalam bahasa lain, atau kata-kata yang berbeda tanpa kehilangan makna

sebenarnya. Dari hasil observasi siswa mencoba untuk menterjemahkan

informasi yang didapat atau menemukan konsep secara individual dan

kemudian dikomunikasikan kepada teman kelompok untuk didiskusikan.

Pada indikator translasi ini terdapat pada tahapan model pembelajaran

discoovery terutaman pada tahap problem statement untuk kegiatan

eksplorasi, tahap data colllection untuk kegiatan observasi, dan tahap data

processing untuk kegiatan diskusi.

Pemahaman siswa mencapai tahap interpretasi ketika siswa melakukan

penafsiran terhadap informasi yang diperoleh dan dapat menjelaskan makna

suatu pernyataan. Dasar untuk menginterpretasikan adalah harus mampu

menerjemahkan dari komunikasi yang tidak hanya kata atau frasa, tetapi juga

melingkupi berbagai perangkat yang dapat dijelaskannya. Seseorang dalam

berkomunikasi dapat menemukan konsep secara total yang disimpan dan

dihubung-hubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebagai

pengalaman dan dapat dijadikan ide-ide. Dalam pembelajaran discovery,

siswa melakukan interpretasi pada tahapan terutaman pada tahap data

colllection, dan tahap data processing.

Siswa mencapai tahap ekstrapolasi saat siswa melakukan pembuatan

kesimpulan sehubungan dengan implikasi, konsekuensi, akibat, dan efek

sesuai dengan kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi. Dalam

pembelajaran discovery, siswa melakukan ekstrapolasi pada tahap

verification, dan tahap generalization. Dari ketiga indikator pemahaman

dapat terpenuhi dengan baik dikarenakan dengan penerapan model

pembelajaran discovery berbantu search engine dapat meningkatkan

pemahaman siswa. Hal ini ditunjukkan melalui tahapan discovery mulai dari

tahap identifikasi masalah sampai dengan penarikan kesimpulan

(generalization) dalam menemukan sendiri konsep.

Page 19: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

Pemberian perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran discovery

berbantu search engine pada mata pelajaran komunikasi data ternyata

berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran yang menjadi menarik dan

dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa

siswa di kelas eksperimen terlibat dalam pemecahan masalah, berusaha

mencari berbagai informasi dengan materi yang ditugaskan dengan bantuan

aplikasi search engine, melaksanakan diskusi kelompok dengan baik namun

diluar konteks diskusi siswa dapat menemukan konsepnya sendiri dengan

siswa menemukan konsepnya sendiri berarti siswa mendapatkan pengetahuan

bersifat induvidual dan siswa nantinya akan dapat mengingatnya lebih lama,

dan menerapkan apa yang diperoleh dengan mengerjakan tugas yang

diberikan.

Skor posttest menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa

dapat dilihat dari rata-rata nilai belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu

81.32 dari semula skor pretest 71.16. Terjadi peningkatan tingkat ketuntasan

belajar siswa diatas KKM di kelas eksperimen ada 25 anak (78,12%) dan

dibawah KKM ada 7 anak (21,88%). Sedangkan pada kelas kontrol

dinyatakan tingkat ketuntasan belajar atau memenuhi KKM yaitu sebesar

53,12% dari 32 siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa setelah proses

pembelajaran dilaksanakan denganmemberiperlakuan (treatment) berupa

penerapan model pembelajaran discovery berbantu search engine pada kelas

eksperimen dan penggunaan metode pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol, tingkat pemahaman siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi

daripada kelas kontrol.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan model

pembelajaran discovery berbantu search engine pada mata pelajaran

Komunikasi Data dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat pemahaman

siswa untuk kelas XI SMK N 1 Wonosobo. Hasil pemahaman siswa dilihat

dari rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 81,32 dan 77,34 untuk

kelas kontrol. Dilihat dari nilai rata-rata siswa hasil menunjukkan bahwa

perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

terlalu signifikan. Pada kelas eksperimen guru masih berperan sebagai

fasilitator dan evaluator. Selain dari nilai rata-rata, pengaruh model

pembelajaran discovery nampak pula dari analisis ketuntasan belajar. Siswa

dinyatakan tuntas apabila nilai belajar siswa melebihi standar KKM yang

telah ditentukan, yaitu 75. Pada perhitungan nilai ketuntasan belajar kelas

eksperimen sebesar 78,12% dari jumlah 32 siswa. Begitu juga pada kelas

kontrol sebesar 53,12% dari jumlah 32 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat ketuntasan kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

6. Daftar Pustaka

[1] Sochibin, A., Dwijananti, P., & Marwoto, P. 2009. Penerapan Model

Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan

Page 20: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search ......Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery

Keterampilan Berpikir Kritis SiswaSD. Jurnal Pendidikan Jurnal

Pendidikan Fisika Indonesia 5: 96-101. Diakses pada 12 Februari 2016.

[2] Ibrahim, Muhammad. 2013. Penerapan Pembelajaran Penemuan

(Discovery Learning) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika

Siswa SMP. Diakses pada 12 Februari 2016.http://goo.gl/d8auFc.

[3] Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan

Mental Vocational Skill. Jogjakarta : Diva Press.

[4] Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

[5] Stephen. 2010. The Learning Pyramid. Diakses pada 3 Nopember 2015.

http://stephenslighthouse.com/2010/02/26/the-learning-pyramid/

[6] Kemdiknas. 2014. Kurikulum 2013Gunakan Konsep Piramida

Pembelajaran Aktif. Diakses pada 3 Nopember 2015.

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/2934

[7] Daryanto. 2004. Memahami Kerja Internet. Bandung: Yrama Widya.

[8] Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

[9] Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

[10] Kuswono, Wowo Sunaryo. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

[11] Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur.

Jakarta: Kencana Predana Media Group.

[12] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

[13] Sugiyono. 2011. Statistik Untuik Penelitian. Bandung: Alfabeta.

[14] Munari. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Berbantu Fan Page (Facebook) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa Mata Pelajaran TIK Kelas IX SMPN 1 Tengaran. Salatiga :

Universitas Kristen Satya Wacana.

[15] Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka

Cipta.

[16] Depdiknas. 2005. Landasan Teori dalam Pengembangan Metode

Pengajaran. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam.

Jakarta: Depdik-nas Dirjen Pendasmen Direktorat Pend. Lanjutan

Pertama.