penerapan model pembelajaran contextual … · rata-rata kelas 15,96 (kategori motivasi rendah),...

146
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA KELAS II SDN O2 GAMBIRMANIS PRACIMANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Oleh : NANIK HARTINI X7108716 PRODI S1 PGSD KUALIFIKASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: trankien

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR IPA SISWA KELAS II SDN O2 GAMBIRMANIS

PRACIMANTORO WONOGIRI

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Disusun Oleh :

NANIK HARTINI

X7108716

PRODI S1 PGSD KUALIFIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR IPA SISWA KELAS II SDN 02 GAMBIRMANIS

PRACIMANTORO WONOGIRI

TAHUN AJARAN 2009/2010

OLEH

NANIK HARTINI

NIM X 7108716

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program 1S PGSD

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

“Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN 02

Gambirmanis Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran

2009/2010”.

Oleh :

Nama : Nanik Hartini

NIM : X 7108716

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs Kartono, M. Pd

NIP 195401021977031001

Pembimbing II

Dra. Endang Sri Markamah, M. Hum

NIP 195402071982032001

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

“Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN 02

Gambirmanis Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran

2009/2010”.

Oleh :

Nama : Nanik Hartini

NIM : X 7108716

Pada Hari :

Tanggal : Juli 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd .......................

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd .......................

Anggota I : Drs. Kartono, M.Pd .......................

Anggota II : Dra. Endang Sri M, M. Hum .......................

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP.19600727 198702 1 001

ABSTRAK

Nanik Hartini PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR NEGERI 02 GAMBIRMANIS KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk : Meningkatkan motivasi belajar IPA

dengan menerapkan model pembelajaran CTL. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah

motivasi belajar IPA, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CTL.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai sample adalah siswa kelas II SD Negeri 02 Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 22 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisi interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar IPA setelah diadakan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya notivasi belajar IPA siswa dari sebelum dan sesudah tindakan. Pada Prasiklus diperoleh rata-rata kelas 15,96 (kategori motivasi rendah), Siklus 1 menjadi 25,86 (kategori motivasi cukup) dan Siklus II diperoleh rata-rata kelas 28,46 (kategori motivasi tinggi). Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 02 Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010.

ABSTRACT

Nanik Hartini, THE IMPLEMETATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MODEL TO IMPROVE SIENCE LEARNING MOTIVATION OF SECOND GRADE STUDENTS OF SEKOLAH DASAR NEGERI 02 GAMBIRMANIS, PRACIMANTORO, WONOGIRI ACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, July 2010.

The aim of this research is : to improve the Sience learning motivation by

applying Contextual Teaching and Learning (CTL) model . The variabel becoming a changing goal in this research is Sience learning

motivation , while the action variable used in it is Contextual Teaching and Learning (CTL) model.

The model used in this research is the classroom action research consisting of two cycles. Each cycle has four steps, they are planning, action, observation and reflection. The subject in this research is second grade students of SD Negeri 02 Gambirmanis, Pracimantoro, Wonogiri academic year 2009/2010 consisting of 22 students. While the techniques of collecting data are interview, observation and questioner motivation. The data analysis technique applied is interactive analysis model having three components those are data reduction, data presentation, and data conclusion.

Based on research result it can be concluded that there is an improvement of Sience learning motivation after heaving the implementation of the classroom action research by using Contextual Teaching and Learning (CTL) model. It can be seen at the increasing of students Sience learning motivation before and after action. At Precycle of the research is got 15,96 ( low motivation category) on the class average. Then at the first cycle, the class average reached up to 25,86 ( enough motivation category) and at the second cycle it become 28,46 ( high motivation category).

There by it can be recommended that applying Contextual Teaching and Learning (CTL) can improve Sience learning motivation second grade students SD Negeri 02 Gambirmanis, Pracimantoro, Wonogiri academic year 2009/2010.

MOTTO

“Tiada kemenangan tanpa perjuangan

Tiada perjuangan tanpa pengorbanan

Tiada pengorbanan tanpa keikhlasan.”

(Mutiara Hikmah)

“Barang siapa yang keluar rumah untuk belajar satu bab ilmu pengetahuan, maka

ia telah berjalan fisabilillah sampai ia kembali kerumahnya.”

(HR. Tirmidzi dari Anas r.a)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

- Ibunda (Wakini) dan Ayahanda (Ngatiman) tercinta yang telah membesarkan

dengan penuh kasih sayang yang tak pernah lekang oleh waktu dan selalu

mendoakan, memberikan motivasi, bimbingan dan kasih sayang dengan tulus

iklas serta mendukung, menuntunku disetiap langkahku.

- Suami (Heru Setiawan) tercinta yang telah memberikan semangat serta

dukungan disetiap perjuanganku.

- Anakku (Ardian Naufal Zaki) tersayang.

- Adik-adikku tersayang (Tatik Rahayu dan Septhyna Nona Oktavia).

- Sahabat-sahabatku yang aku sayangi, terima kasih atas dukungannya dan

motivasi yang selalu kalian berikan.

- Almamater dan rekan-rekan 1S PGSD UNS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan, dan

dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

(UNS).

3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta (UNS) dan Pembimbing I yang telah tulus ikhlas dan sabar

meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta pengarahan dalam penyusunan

Skripsi ini.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi PGSD Jurusan

Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta (UNS).

5. Dra. Endang Sri Markamah, M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah tulus

ikhlas dan sabar meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta pengarahan dalam

penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program 1S PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi peneliti.

7. Kepala Sekolah SD Negeri 02 Gambirmanis yang telah memberikan ijin

penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang secara

langsung berperan dalam penyusunan Skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga

skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca

umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………….………………………………

HALAMAN PENGAJUAN ………………..……………………………….

HALAMAN PERSETUJUAN ……………...………………………………

HALAMAN PENGESAHAN …………….……………………….…….....

HALAMAN ABSTRAK ....………………….……………………….….....

HALAMAN ABSTRACT ………………………………………………….

HALAMAN MOTTO ……………………..……………………….….........

HALAMAN PERSEMBAHAN …………..………………………………..

KATA PENGANTAR ……………….…………………………….…….....

DAFTAR ISI ………………………….………………………….…………

DAFTAR TABEL ……………………..……………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………….………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN ……………….………….…………………………

BAB I PENDAHULUAN ………….………………………………….....

A Latar Belakang Masalah ………………………………….....

B Perumusan Masalah …………………………………………

C Tujuan Penelitian ……………………………………………

D Manfaat Penelitian ………………………………………......

BAB II LANDASAN TEORI …………..…………………………….......

A Tinjauan Pustaka ………………………………….…………

1. Hakikat Penerapan Model Pembelajaran CTL..………….

a. Pengertian Penerapan …………………………..……

b. Pengertian Model Pembelajaran …………………….

c. Pengertian CTL…………. ………………………......

d. Dasar Teori Model Pembelajaran CTL ……………...

e. Komponen Model Pembelajaran CTL………………..

f. Karakteristik Model Pembelajaran CTL ……………..

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xi

xiv

xv

xvi

1

1

4

4

4

6

6

6

6

6

8

9

11

13

g. Perbedaan Model Pembelajaran CTL dengan Model

Pembelajaran Konvensional………………………….

h. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL………..

i. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL

j. Model Pembelajaran CTL dalam Pembelajaran IPA ...

2. Hakikat Motivasi Belajar IPA ………………………….

a. Pengertian Motivasi…………… …………………….

b. Jenis-Jenis Motivasi ………………...………………..

c. Motivasi Belajar.................... ………………………...

d. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).....................................

1) Pengertian IPA........................................................

2) Kedudukan IPA......................................................

3) Pembelajaran IPA di SD.........................................

4) Tinjauan tentang Materi ”Energi dan

Kegunaannya”.........................................................

e. Motivasi Belajar IPA................. …………………......

1) Pengertian Motivasi Belajar IPA............................

2) Teknik-Teknik Motivasi dalam Pembelajaran IPA

3) Indikator Motivasi Belajar IPA .............................

B Hasil Penelitian yang Relevan………………..……………...

C Kerangka Pemikiran ………………………………………...

D Hipotesis Tindakan ………………….………………………

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………..

A Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….……....

B Subjek Penelitian ……………………………………………

C Sumber Penelitian…... ………………………………………

D Teknik Pengumpulan Data ………………………….……….

E Teknik Analisis Data ……………………………………......

F Indikator Kinerja……………………………………………..

G Prosedur Penelitian ………………………………………….

14

17

17

18

20

20

22

23

24

24

25

26

28

29

29

29

38

39

40

41

42

42

42

43

43

46

48

48

H Jadwal Penelitian…………………………………………….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….….…..…….....

A Hasil Penelitian …………….…………..................................

1) Kondisi Awal Sebelum PTK……………………………..

2) Pelaksanaan PTK Siklus 1..................................................

3) Pelaksanaan PTK Siklus 2..................................................

B Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ……………….....

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ………...…………….

A Simpulan …………………………………………………….

B Implikasi …………………………………………………….

C Saran ………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….….…..

LAMPIRAN ……………….……………………………………….……….

51

52

52

52

52

63

69

77

77

77

79

80

81

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Perbedaan Model Pembelajaran CTL dengan Model

Pembelajaran Konvensional.........................................................

14

Tabel 2 Perbedaan Model Pembelajaran CTL dengan Model Pembelajaran Konvensional.........................................................

16

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar IPA Sebelum PTK 52

Tabel 4 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-1 Siklus I....................................... ……………...

60

Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar IPA pada Pertemuan ke-1 Siklus 1...................................... ……………...

61

Tabel 6 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-2 Siklus I...............................................................

61

Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar IPA pada Pertemuan ke-2 Siklus 1...............................................................

62

Tabel 8 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-1 Siklus II..............................................................

67

Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar IPA pada Pertemuan ke-1 Siklus II..............................................................

67

Tabel 10 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-2 Siklus II..............................................................

68

Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar IPA pada Pertemuan ke-2 Siklus II..............................................................

68

Tabel 12 Data Kumulatif Aktivitas Belajar IPA Siswa Siklus I dan Siklus

II.................................................................................... ..............

70

Tabel 13 Data Kumulatif Penilaian Rata-Rata Aktivitas Belajar IPA Siswa Siklus I dan SiklusI............................................................

71

Tabel 14 Data Angket Motivasi Belajar IPA Sebelum dan Sesudah

Tindakan Siklus I dan Siklus II....................................................

73

Tabel 15 Hasil Kumulatif Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II....................................... ...........

74

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran ..................................................... 41

Gambar 2 Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan

Siklus II ……

71

Gambar 3 Grafik Rata-Rata Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Siklus I dan Siklus II........ ………………..

72

Gambar 4 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II.... 74

Gambar 5 Grafik Rata-Rata Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pra

Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ……………………………..

75

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Jadwal Penelitian........................................................................................ 83 2. Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa................................. 84 3. Lembar Angket Motivasi Belajar IPA Siklus I.......................................... 85 4. Lembar Angket Motivasi Belajar IPA Siklus I (untuk orang tua)............. 87 5. Lembar Angket Motivasi Belajar IPA Siklus II......................................... 89 6. Lembar Angket Motivasi Belajar IPA Siklus II (untuk orang tua)............ 91 7. Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA.... 93 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Siklus I...... 94 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Siklus II..... 95 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I (pertemuan 1)......... 96 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I (pertemuan 2)......... 104 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II (pertemuan 1)........ 111 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II (pertemuan 2)........ 116 14. Pedoman Wawancara Guru........................................................................ 122 15. Hasil Angket Motivasi Sebelum PTK ..................................................... 123 16. Hasil Angket Motivasi Belajar IPA Pertemuan ke-1 Siklus 1 ................. 124 17. Hasil Angket Motivasi Belajar IPA Pertemuan ke-2 Siklus 1 ................. 125 18. Hasil Angket Motivasi Belajar IPA Pertemuan ke-1 Siklus 2 ................. 126 19. Hasil Angket Motivasi Belajar IPA Pertemuan ke-2 Siklus 2 ................. 127 20. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-1 Siklus 1 ........................................................................ 128 21. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Pertemuan ke-2 Siklus 1 ......................................................................... 129 22. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Pertemuan ke-1 Siklus 2 ......................................................................... 130 23. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Pertemuan ke-2 Siklus 2 ......................................................................... 131 24. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan ke-1 Siklus 1 .................... 132 25. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan ke-2 Siklus 1 .................... 133 26. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan ke-1 Siklus 2 .................... 134 27. Lembar Observasi Kegiatan Guru Pertemuan ke-2 Siklus 2...................... 135 28. Foto Pelaksanaan Siklus............................................................................. 136 29. Surat Permohonan Ijin Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran IPA hingga saat ini masih menjadi momok bagi siswa.

Selain materinya kompleks juga banyak mengandung konsep abstrak. Guru

sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar harus mampu memberikan

kemudahan kepada peserta didik untuk mempelajari berbagai hal di sekitarnya.

Seperti kita ketahui bahwa anak usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu dan

sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang

serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Didasarkan pada teori

Piaget dalam Wasty Soemanto (2003:133) bahwa ”...pada tahap operasi konkret

anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat

menghadapi hal-hal yang abstrak...”. Hal ini yang menyebabkan anak memiliki

sikap petualang yang kuat. Pada tahap operasi konkret ini usia anak berkisar

antara 6-11 tahun. Usia anak kelas II SD pada umumnya adalah 7 tahun, sehingga

masih tergolong pada tahap operasi konkret.

Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada

sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai,

karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada

namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik.

Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi

manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.

Pada pembelajaran IPA khususnya di kelas II semester 2 terdapat 2

Standar Kompetensi,salah satunya yaitu “Mengenal berbagai sumber energi yang

sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya”. Dari setiap

kajian inti Standar Kompetensi tersebut dilaksanakan dalam 10 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil observasi, angket dan wawancara yang peneliti

lakukan diperoleh kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa rendah pada

pembelajaran IPA khususnya pada Standar Kompetensi “Mengenal berbagai

sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan

kegunaannya”. Hasil observasi dan angket dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Hasil Observasi dan Angket Motivasi Belajar IPA sebelum tindakan

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase 1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 5 22,73%

2. 09 – 16 Rendah (R) 7 31,82%

3. 17 – 24 Cukup (C) 3 13,64%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 7 31,82%

Berdasarkan data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa hanya 31,82%

siswa yang memiliki motivasi tinggi dan 69,18% masih dalam kategori motivasi

rendah. Rendahnya motivasi belajar IPA dikarenakan :

1. Guru tidak menggunakan media benda nyata, padahal tahap berpikir anak

kelas II SD baru mencapai pada tahap operasional konkret sehingga mereka

sulit untuk berpikir secara abstrak.

2. Siswa dijadikan objek seperti gelas yang diisi air sampai tumpah walau

sudah penuh dan tidak mampu menampung lagi. Artinya siswa dipaksa

menerima seluruh informasi tanpa diberikan kesempatan untuk melakukan

pengendapan dan tidak diberi kesempatan untuk merefleksi secara logis dan

kritis.

3. Guru selalu mendominasi proses pembelajaran dengan menggunakan

metode ceramah sehingga kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk

aktif dan kreatif dalam menyerap ide-ide dan mempertajam gagasannya.

4. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah, kurang adanya interaksi timbal

balik antara guru dengan siswa dan antara siswa itu sendiri.

5. Siswa cenderung hanya sebagai audien yang kegiatannya 3DM (Datang,

Duduk, Diam dan Mendengarkan) sehingga membuat siswa merasa jenuh.

Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar

sehingga diharapkan tujuan tercapai (Sardiman AM, 2006: 102). Motivasi inilah

yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.

Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan insiatif, dapat

mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

IPA salah satunya adalah dengan menerapakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memilki

kelebihan di antaranya, pertama pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil,

artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman

belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Kedua pembelajaran lebih produktif

dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menganut aliran

konstruktivisme, yang menganggap siswa dapat menemukan dan membangun

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Konstribusi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap peningkatan motivasi belajar IPA adalah ketika para siswa

menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka

membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik

kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur,

menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan dan membuat

keputusan, ketika mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi

kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Sesuai dengan

pendapat Yetti Ellyana (2009:3) yang menyatakan bahwa, “Penerapan

pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan

materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk

membentuk hubungan antara pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehai-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat”.

Beradasarkan faktor-faktor di atas, penerapan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) ditengarai dapat meningkatkan

motivasi belajar IPA khususnya Standar Kompetensi: Mengenal berbagai sumber

energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya. Untuk

itulah perlu dilaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SD Negeri 02 Gambirmanis Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah :

Apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas II SDN 02

Gambirmanis Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010 ?

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut:

Meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis

Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010 dengan menerapkan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian tindakan kelas ini di antaranya:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat hasil penelitian secara teoretis diharapkan dapat memberikan

sumbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan ataupun

kualitas pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan “Penerapan Model

Pembelajaran CTL untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA pada Siswa Kelas

II SD Negeri 02 Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Tahun Ajaran

2009/2010”.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa :

Meningkatnya motivasi belajar IPA pada siswa.

b. Bagi siswa :

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru,

dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan model

pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran IPA.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi sekolah, khususnya

kepala sekolah yang dapat ditindak lanjuti dan diinformasikan kepada staf

edukatif untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga mutu sekolah

meningkat.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Penerapan Model Pembelajaran CTL

a. Pengertian Penerapan

Implementasi secara sederhana dapat diartikan pelaksanaan atau

penerapan ( Syarifudin Nurdin dan M Bassyiruddin Usman, 2002 : 70 ) . Menurut

Mulyasa dalam Suwarno (2009:28), “Implementasi (penerapan) merupakan suatu

proses penerapan ide, konsep kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

, sehingga memberi dampak baik perubahan pengetahuan , ketrampilan maupun

nilai dan sikap”.

Menurut Munir Yusuf (2010:1), “Implementasi (penerapan) bukan

sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan”. Implementasi sebagai suatu proses penerapan ide, konsep dan

kebijakan dalam suatu tindakan praktis akan menjadi aktual melalui proses

pembelajaran (Suwarno, 2009:29).

Menurut Susilo (2007:174) dalam Imam Mawardi (2009:1),

“Implementasi (penerapan) merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap”.

Dari pendapat para ahli mengenai penerapan (implementasi) di atas

dapat disimpulkan bahwa penerapan (implementasi) merupakan aktivitas untuk

menjalankan suatu program berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai

tujuan kegiatan.

b. Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat

atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75 dalam Sujianto,2008:7). Joyce &

Weil (1980) dalam I Wayan Santyasa (2007:4) mendefinisikan model

pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan pembelajaran.

Gagne dan Briggs (1979:3) dalam Rushadi (2007:1) mengemukakan

bahwa, “Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal”. Menurut Asep Herry Hernawan dkk ( 2006 ;

9.5 ) dalam Suwarno (2009:32), “Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu

proses sebab-akibat.

Menurut Eggen & Kauchak (1998) dalam Rushadi (2007:1) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: 1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, 2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, 3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, 4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, 5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta 6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

Ahmad Sudrajad (2008:5) mengemukakan bahwa, “Model pembelajaran

pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai

akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan

teknik pembelajaran.”

Menurut Udin Winataputra (1994) dalam Rachmad Widodo (2009:2),

“Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan

para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.”

Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980) dalam I Wayan Santyasa,2007:4), yaitu 1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, 2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, 3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, 4) support system,segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan 5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru, dengan kata lain model pembelajaran merupakan

bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada

strategi, metode, prosedur dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup

strategi pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan

pengajaran yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh.

c. Pengertian Contextual Teaching and Learnind (CTL)

Menurut Sanjaya (2005:109) dalam Sukarto (2009:3), Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka.

Menurut Nurhadi dalam Sugianto (2008:146) “Pembelajaran

kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketermpilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketermpilan baru ketika ia belajar”.

Sedangkan menurut Jhonson dalam Sugianto (2008:148) “(contextual

teaching and learning-CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan

menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka

pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks

keadaan pribadi, social dan budaya mereka.”.

Menurut Akhmad Sudrajad (2008:3), “Model pembelajaran (contextual teaching and learning-CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya”.

Elaine B. Johnson (2007:14) dalam Sukarto (2009:3) memberikan

penjelasan bahwa Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah model

pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi

dunia nyata siswa yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang

secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari suatu permasalahan yang satu

ke permasalahan yang lain dan dari konteks satu ke konteks yang lain

d. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learnind

(CTL)

Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa

alam semesta itu hidup, tidak diam dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga

prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi dan organisai diri, seharusnya

menerapkan pandangan dan cara berpikir baru mengenai pembelajaran dan

pengajaran.

Menurut Jhonson dalam Sugianto (2008:153) tiga pilar dalam sistem

Contextual Teaching Learning (CTL), yaitu:

1) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip kesalingbergantungan. Kesalingbergantungan mewujudkan diri, isalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.

2) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi men-jadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.

3) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan inat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.

Landasan filosofi Contextual Teaching Learning (CTL) adalah

konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. ”Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad ke 20, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa” ( Sugianto,2008:160).

Jean Piaget dalam Anonim (2010:2) berpendapat bahwa ”...sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi...”.

Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu

terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa

model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut

pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan

dan dibangun sendiri oleh siswa.

Dengan Contextual Teaching Learning (CTL) proses pembelajaran

diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan

mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran

lebih dipentingkan dari pada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa

makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana cara

mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi

hidupnya. Dengan demikian mereka mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi

dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru

sebagai pengarah dan pembimbing. Untuk menciptakan kondisi tersebut strategi

belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah

strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka

sendiri. Melalui strategi Contextual Teaching Learning (CTL) siswa diharapkan

belajar mengalami bukan belajar menghafal.

e. Komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Menurut Akhmad Sudrajat (2008:4) pembelajaran berbasis

Contextual Teaching Learning (CTL) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: Konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Konstruktivisme (constructivism) adalah proses membangun dan

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasar pengalaman.

Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari obyek semata, akan tetapi juga dari

kemampuan individu sebagai subyek yang menangkap setiap objek yang

diamatinya. Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar

akan tetapi dikontruksi dari dalam diri seseorang. Karena itu pengetahuan

terbentuk oleh objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek

untuk menginterprestasikan objek tersebut.

Inkuiri (inquiry), artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian

dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses

inkuiri dapat dilakukuan melalui beberapa langkah, yaitu : 1) merumuskan

masalah 2) mengajukan hipotesis 3) mengumpulkan data 4) menguji hipotesis 5)

membuat kesimpulan. Penerapan asas inkuiri pada Contextual Teaching Learning

(CTL) dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan

cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai merumuskan

kesimpulan. Asas menemukan dan berfikir sistematis akan dapat menumbuhan

sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar pembentukan kreatifitas.

Bertanya (questioning) adalah bagian inti belajar dan menemukan

pengetahuan. Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat

berkembang. Dalam pembelajaran model Contextual Teaching Learning (CTL)

guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan

bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian

pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini

penting karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif, yaitu

berguna untuk : 1) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam

penguasaan pelajaran; 2) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; 3)

Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu; 4) Memfokuskan siswa pada

sesuatu yang didinginkan; 5) Membimbing siswa untuk menemukan atau

menyimpulkan sesuatu.

Masyarakat Belajar (learning community) didasarkan pada pendapat Vygotsky dalam Sugianto (2008:168), bahwa ”pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain”. Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain untuk saling membutuhkan. Dalam model Contextual Teaching Learning (CTL) hasil belajar dapat diperoloeh dari hasil Sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan dalam kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatau yang menjadi fokus pembelajaran.

Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan

sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai contoh, membaca berita,

Membaca lafal bahasa, mengoperasikan instrument memerlukan cotoh agar siswa

dapat mengerjakan dengan benar. Dengan demikian modeling merupakan asas

penting dalam pembelajaran melalui Contextual Teaching Learning (CTL)

,karena melalui Contextual Teaching Learning (CTL) siswa dapat terhindar dari

verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak.

Refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah

dipelajari dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau

peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang

dicapai baik yang bernilai positif atau bernilai negative. Melalui refleksi siswa

akan dapat memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya serta menambah

khazanah pengetahuannya.

Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru

untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar

belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman

belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik

intelektual, mental maupun psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan

pada proses belajar daripada sekedar hasil belajar. Apabila data yang dikumpulkan

guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka

guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari

kemacetan belajar. Karena assessment menekankan pada proses pembelajaran,

maka assessment tidak dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti

pada kegiatan evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan bersama-sama secara

terintegrasi atau tidak terpisah dari kegiatan pembelajaran.

d. Karakteristik Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Menurut Anonim (2010:1) terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran CTL, yaitu : 1) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge). 2) Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge). 4) Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge). 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge).

Menurut Akhmad Sudrajad (2008:5) model pembelajaran CTL mempunyai karakteristik : 1) Kerjasama. 2) Saling menunjang. 3) Menyenangkan, tidak membosankan. 4) Belajar dengan bergairah. 5) Pembelajaran terintegrasi. 6) Menggunakan berbagai sumber. 7) Siswa aktif. 8) Sharing dengan teman. 9) Siswa kritis guru kreati. 10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain. 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Dalam model pembelajaran CTL, tugas guru adalah membantu siswa

mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan stategi daripada

memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu

yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

e. Perbedaan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan

Pembelajaran Konvensional

Berikut ini perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran

konvensional yang dikemukakan oleh Udin Syaefudin Sa’ud (2008:167) :

Tabel 1 : Perbedaan Model Pembelajaran CTL dengan Model Pembelajaran Konvensional No. Konteks

Pembelajaran

Pembelajaran

Kontekstual

Pembelajaran Konvensional

1. Hakikat

Belajar

Konten pembelajaran

selalu dikaitkan dengan

kehidupan nyata yang

diperoleh sehari-hari

pada lingkungannya.

Isi pelajaran terdiri dari

konsep dan teori yang abstrak

tanpa pertimbangan manfaat

bagi siswa.

2. Model

Pembelajaran

Siswa belajar melalui

kegiatan kelompok

seperti kerja kelompok,

berdiskusi, praktikum

kelompok, saling

bertukar pikiran,

memberi dan menerima

informasi.

Siswa melakukan kegiatan

pembelajaran bersifat

individual dan komunikasi

satu arah, kegiatan dominan

mencatat, menghafal,

menerima instruksi guru

3. Kegiatan

Pembelajarn

Siswa ditempatkan

sebagai subjek

pembelajaran dan

berusaha menggali dan

menemukan sendiri

materi pelajaran

Siswa ditempatkan sebai

objek pembelajaran yang

lebih berperan sebagai

penerima informasi yang pasif

dan kaku.

4. Kebermaknaan

Belajar

Mengutamakan

kemampuan yang

didasarkan pada

pengalaman yang

diperoleh siswa dari

kehidupan nyata.

Kemampuan yang didapat

siswa berdasarkan latihan-

latihan dan driil yang terus

menerus

5. Tindakan dan

Perilaku Siswa

Membutuhkan kesadaran

diri pada anak didik

karena menyadari

perilaku itu merugikan

dan tidak memberikan

manfaat bagi dirinya dan

masyarakat.

Tindakan dari perilaku

individu didasarkan oleh

faktor luar dirinya, tidak

melakukan sesuatu karena

takut sangsi, kalaupun

melakukan sekedar

memperoleh nilai/ganjaran.

6. Tujuan Hasil

Belajar

Pengetahuan yang

dimiliki bersifat tentatif

karena tujuan akhir

Pengetahuan yang diperoleh

dari hasil pembelajaran

bersifat final dan absolut

belajar kepuasan diri. karena bertujuan untuk nilai.

Akhmad Sudrajad (2008:5) mengemukakan empat belas perbedaan

antara model pembelajaran CTL dengan model pembelajaran konvensional, yaitu:

Tabel 2 : Perbedaan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning

(CTL) dengan Model Pembelajaran Konvensional

No. Model Pembelajaran CTL Model Pembelajaran Konvensional

1. Menyandarkan pada pemahaman

makna

Menyandarkan pada hafalan

2. Pemilihan informasi berdasarkan

kebutuhan siswa

Pemilihan informasi lebih banyak

ditentukan oleh guru.

3. Siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran.

Siswa secara pasif menerima informasi,

khususnya dari guru.

4. Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata/masalah yang

disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan

teoritis, tidak bersandar pada realitas

kehidupan.

5. Selalu mengkaitkan informasi

dengan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa.

Memberikan tumpukan informasi

kepada siswa sampai saatnya

diperlukan

6. Cenderung mengintegrasikan

beberapa bidang.

Cenderung terfokus pada satu bidang

(disiplin) tertentu.

7. Siswa menggunakan waktu

belajarnya untuk menemukan,

menggali, berdiskusi, berpikir

kritis, atau mengerjakan proyek

dan pemecahan masalah (melalui

kerja kelompok).

Waktu belajar siswa sebagian besar

dipergunakan untuk mengerjakan buku

tugas, mendengar ceramah, dan mengisi

latihan (kerja individual).

8. Perilaku dibangun atas

kesadaran diri.

Perilaku dibangun atas kebiasaan

9. Keterampilan dikembangkan

atas dasar pemahaman.

Keterampilan dikembangkan atas dasar

latihan

10. Hadiah dari perilaku baik adalah

kepuasan diri. yang bersifat

subyektif

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian

atau nilai rapor

No. Model Pembelajaran CTL Model Pembelajaran Konvensional

11. Siswa tidak melakukan hal yang

buruk karena sadar hal tersebut

merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang

buruk karena takut akan hukuman

12. Perilaku baik berdasarkan

motivasi intrinsik

Perilaku baik berdasarkan motivasi

entrinsik

13. Pembelajaran terjadi di berbagai

tempat, konteks dan setting

Pembelajaran terjadi hanya terjadi di

dalam ruangan kelas

14. Hasil belajar diukur melalui

penerapan penilaian autentik

Hasil belajar diukur melalui kegiatan

akademik dalam bentuk

tes/ujian/ulangan

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

perbedaan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan

model pembelajaran konvensional adalah peran siswa dalam pembelajaran pada

pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebagai pencari

informasi sedangkan pada pembelajaran konvensional siswa sebagai penerima

informasi.

f. Langkah-Langkah Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Secara sedehana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar menurut Sugianto (2008:170) adalah sebagai berikut : 1)Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakana dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan engonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; 4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok); 5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran; 6) Lakukan refleksi di

akhir penemuan; 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

f. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) 1) Kelebihan CTL (Contextual Teaching and Learning)

Menurut Anisah (2009:1) ada 2 kelebihan model pembelajaran kontekstual, yaitu : a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut

untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model

pembelajaran CTL adalah siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

pengetahuan siswa berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.

2) Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning)

Menurut Anisah (2009:1) kelemahan model pembelajaran CTL

antara lain :

a) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. b) Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.

c) Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

d) Guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang eksra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan model

pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah guru harus dapat

mengelola pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan dapat tecapai dengan maksimal.

f. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dalam

Pembelajaran IPA

Peran guru dalam pembelajaran IPA bergeser dari satu-satunya sumber

informasi yang menentukan ”apa yang akan dipelajari” ke ”bagaimana

menyediakan dan memperkaya pengalaman siswa” dan ”mengelola

pembelajaran”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk

mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan

nara sumber lain. Dengan demikian siswa mendapatkan pengalaman langsung dari

kegiatan tersebut dan bukan hanya sekedar mendengarkan pengalaman orang lain.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI 2006 mata pelajaran IPA di SD dalam Depdiknas (2006:57) yang dikutip oleh Yetti Ellyana (2009:2) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tegnologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Proses pembelajaran IPA diharapkan memberi penekanan yang besar

pada penguasaan kompetensi yang disebut “life skill”, yang berarti kecakapan

hidup yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan

kehidupan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusi untuk

mengatasinya.

Untuk melaksanakan proses belajar yang memberi pengalaman langsung Ratnawilis (1989:160) yang dikutip oleh Yetti Ellyana (2009:2) menyarankan beberapa prinsip mengajarkan sains/IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut:a) Siapkan benda-benda nyata untuk digunakan para siswa. b) Pilihlah pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c)

Perkenalkan kegiatan yang layak, dan menarik, dan berilah para siswa untuk menolak saran-saran guru. d) Tekankan penciptaan pertanyaan-pertanyaan dan masalah dan demikian pula pemecahan-pemecahannya. e) Anjurkan para siswa untuk berinteraksi. f) Hindari istilah teknis dan tekankan berpikir. g)

Anjurkan siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.h) Perkenalkan ulang (reintroduce) materi dan kegiatan yang sama setelah beberapa tahun.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

dengan pendekatan kontektual mendorong para guru untuk memilih dan

mendesain lingkungan belajar yang memungkinkan untuk mengaitkan berbagai

bentuk pengalaman sosial, budaya, fisik dan psikologi dalam meningkatkan hasil

dan keaktifan siswa dalam belajar. Pemanfaatan pendekatan kontekstual akan

menciptakan ruangan kelas yang di dalamnya siswa menjadi aktif bukan hanya

pengamat yang pasif dan bertanggung jawab dalam belajarnya.

2. Hakikat Motivasi Belajar IPA

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan faktor penting bagi seseorang untuk melakukan

sesuatu. Berikut beberapa definisi motivasi menurut para ahli, antara lain dapat

diuraikan sebagai berikut :

Menurut Morgan dalam Wasty Soemanto (2003:206) Motivasi bertalian

dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal

tersebut ialah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah

laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari

tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).

Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan kegiatan belajar,

diharapkan tujuan tercapai (Sardiman AM, 2006: 102).

Erica P.Howard (2005:8) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan

psikologi yang membangunkan seseorang melakukan tindakan dengan suatu

tujuan yang diinginkan; alasan untuk bertindak berdasarkan tujuan dan tingkah

laku langsung.( “the psychological feature that arouses an organism toaction

toward a desired goal; the reason for the action that which gives purposes and

direction to behavior”).

Thomas M.Risk dalam Ahmad Rohani (2004:11) memberikan

pengertian motivasi sebagai berikut : We may definen motivation, in a

pedagogical sense, as the concious effort on the part of the teacher to establish in

students motives leading to sustained activity toward the learning goals. Motivasi

adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada

diri peserta didik/pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.

James O. Whittaker dalam Wasty Soemanto (2003:205) mengatakan

bahwa “...motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau

memberi dorongan kepada mahkluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang

ditimbulkan oleh motivasi tersebut”.

Pendapat Duncan dalam Wahjosumidjo (1994:178) mengenai motivasi

yaitu : From a manageraial perspective, motivations refers to any concious

attempt to influence behavior toward the accomplishment of oeganizational

goals. Motivasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang

agar supaya mengarah tercapainya tujuan organisasi.

Thorndike yang terkenal dengan belajar sebagai proses “trial and error”.

Ia mengatakan bahwa, “Belajar dengan trial and error itu dimulai dengan adanya

beberapa motif yang mendorong keaktifan, dengan demikian untuk mengaktifkan

anak dalam belajar diperlukan motivasi.” (Wasty Soemanto, 2003:205)

David McClelland et al. dalam hamzah B.Uno (2006:9) berpendapat

bahwa : A motif is the redintegration by a cue of a change in an affective

situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang

telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi

afektif.

Menurut Mc.Donald dalam Sardiman A.M (2006:73) motivasi diartikan sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald, motivasi mengandung tiga elemen penting,yaitu :

1) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa /“feeling”,afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri seseorang,tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsure lain,dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Sedangkan menurut Ghutrie dalam Wasty Soemanto (2003:206), “

Motivasi hanyalah menimbulkan variasi respons pada individu, dan bila

dihubungkan dengan hasil belajar, motivasi tersebut bukan instrumental dalam

belajar.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong manusia untuk melakukan

sesuatu yang lebih dari biasanya untuk menghasilkan kualitas yang berbeda dan

lebih baik. Kondisi psikologis ini menghasilkan tenaga atau power yang berfungsi

sebagai daya penggerak untuk melakukan suatu tindakan demi mencapai tujuan.

b. Jenis-jenis Motivasi

Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Hamzah B. Uno, 2007: 33)

1) Motivasi Intrinsik

Menurut Hamzah B.Uno (2006:33), “....timbulnya motivasi tidak

diketahui secara jelas tetapi bukan karena insting, artinya bersumber pada suatu

motif yang tidak dipengaruhi dari lingkungan....”

Jadi belajar yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri,

bukan dorongan dari luar. Siswa yang belajarnya digerakkan oleh motivasi

intrinsik, baru akan puas apabila belajarnya telah mencapai hasil belajar itu

sendiri.

2) Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman A.M (2006:90), “Motivasi ekstrinsik adalah motif-

motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar”.

Tujuan yang diinginkan dari belajar yang dipengaruhi oleh motivasi

ekstrinsik, terletak di luar belajarnya, kegiatan yang dilakukannya tidak secara

langsung bergantung pada tujuan dari tingkah laku yang dilakukannya. Oleh

karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang

di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari

luar yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) motivasi intrinsik/dalam

diri seseorang, (2) motivasi ekstrinsik/luar diri seseorang.

c. Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif ( Hamzah B. Uno, 2007;23).

Dalam aktivitas belajar bagi setiap peserta didik, tidak selamanya dapat

berlangsung sesuai yang ingin diharapkan. Dalam pembelajaran terkadang siswa

memiliki motivasi tinggi, tetapi terkadang memiliki motivasi rendah.

Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar maka dia melakukan

aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi

diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas siswa belajar

seseorang. Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam

belajar. Siswa yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi

ekstrinsik oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari

pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak

didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak

juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu motivasi

intrinsik lebih utama dalam belajar. Siswa yang belajar berdasar motivasi

intrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat.

Siswa belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi,

mengharapkan pujian dari orang lain atau mengharapkan hadiah berupa benda,

tetapi karena ingin memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Tanpa diberikan

janji yang muluk-muluk pun siswa rajin belajar sendiri. Perintah tidak

diperlukan karena tanpa diperintah anak sudah taat pada jadwal belajar yang

dibuatnya sendiri.

b. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1) Pengertian IPA

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sering disebut Sains, dalam Bahasa

Inggris “Science”mempunyai berbagai macam pengertian. Pendapat beberapa ahli

yang dikutip oleh Widara (2008:1) merumuskan suatu definisi science yang

operasional: a) Fisher : Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh

dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. b)Carin :

Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik,yang

di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

James B. Conant dalam Suryanti (2008, mendeskripsikan sains sebagai

rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-hasil eksperimen dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus berkembang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan konsep

pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan

kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan

dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk

membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang

mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia

sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan

alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Jika menggunakan sudut pandang yang lebih menyeluruh, IPA (sains)

seharusnya dipandang sebagai cara berpikir (a way of thinking) untuk memeroleh

pemahaman tentang alam dan sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki (a way of

investigating) bagaimana fenomena-fenomena alam dapat dijelaskan, sebagai

batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge) yang dihasilkan dari

keingintahuan (inquiry) (Suryanti,2009:3).

a) IPA (sains) sebagai cara untuk berpikir (Way of Thinking)

Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses

berpikir yang terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya.

Pekerjaan para ilmuwan yang berkaitan dengan akal, menggambarkan

keingintahuan manusia dan keinginan mereka untuk memahami gejala alam.

Masing-masing ilmuwan memiliki sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang

memotivasi mereka untuk memecahkan persoalan-persoalan yang mereka temui

di alam. Ilmuwan digerakkan oleh rasa keingintahuan yang sangat besar,

imajinasi, dan pemikiran dalam penyelidikan mereka untuk memahami dan

menjelaskan fenomena-fenomena alam. Pekerjaan mereka termanifestasi dalam

aktivitas kreatif dimana gagasan-gagasan dan penjelasan-penjelasan tentang

fenomena alam dikonstruksi di dalam pikiran.

b) IPA (sains) sebagai cara untuk menyelidiki (Way Of Investigating)

Siapa saja yang berkeinginan memahami alam dan menyelidiki hukum-

hukumnya harus mempelajari gejala alam/peristiwa alam dan segala hal yang

terlibat di dalamnya. Petunjuk-petunjuk yang ada pada gejala alam pada

kenyataannya telah tertanam di alam itu sendiri.

Sains terbentuk dari proses penyelidikan yang terus menerus. Hal yang

menentukan sesuatu dinamakan sebagai sains adalah adanya pengamatan empiris.

Jika ketajaman perhatian kita pada fenomena alam ditandai dengan adanya

penggunaan proses ilmiah seperti pengamatan, pengukuran, eksperimen, dan

prosedur-prosedur ilmiah lainnya, maka itulah pengetahuan ilmiah.

c) IPA (sains) Sebagai Batang Tubuh Pengetahuan (A Body Of Knowledge)

Sains merupakan batang tubuh pengetahuan yang terbentuk dari fakta-

fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model-

model membentuk kandungan (content) sains. Pembentukan ini merupakan proses

akumulasi yang terjadi sejak zaman dahulu hingga penemuan pengetahuan yang

sangat baru.

3) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan

objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi

dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA

terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih

memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji

pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingfkungannya.

Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada

pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.

Muhibbin (1995) dalam Dadang Garnida (2006:6) menyebutkan bahwa

dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental,

bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah). Perubahan tersebut sesuai

dengan perubahan pandangan dalam proses belajar mengajar yang semula

berpusat pada kegiatan guru (Teacher centered) ke arah pembelajaran yang

berpusat pada aktivitas belajar siswa (Student centered).

IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh

dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan

dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga

akan terus di sempurnakan.

Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi

dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan

ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut

akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama

digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru.

Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan

proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat

ini belum dapat menerapkannya.

Pembelajaran IPA di SD adalah penggabungan (integrasi) dari ketiga

aspek IPA (Fisika, Biologi dan Kimia. Pembelajaran akan berhasil dengan baik

apabila guru memahami perkembangan intelektual anak usia SD. Usia anak SD

berkisar antara 7 tahun sampai dengan 11 tahun. Menurut Piaget perkembangan

anak usia SD tersebut termasuk dalam katagori operasional konkrit. Pada usia

operasional konkrit dicirikan dengan sistem pemikiran yang didasarkan pada

aturan tertentu yang logis, hal tersebut dapat diterapkan dalam memecahkan

persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi. Anak operasional konkrit sangat

membutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong pengembangan

intelektualnya. Anak SD sudah mampu memahami tertang penggabungan

(penambahan atau pengurangan), mampu mengurutkan, misalnya mengurutkan

dari yang kecil sampai yang besar, yang pendek sampai yang panjang, Anak SD

juga sudah mampu menggolongkan atau mengklasifikasikan berdasarkan bentuk

luarnya saja, misalkan menggolongkan berdasarkan warna, bentuk persegi atau

bulat, dan sebagainya. Pada akhir operasional konkret mereka dapat meahami

tentang pembagian, mampu menganalisis dan melakukan sintesis sederhana.

4) Tinjauan tentang Materi “Energi dan Kegunaannya”

a) Bentuk energi

(1). Bunyi,bunyi adalah bentuk energi. Energi bunyi didengar telinga.

(2). Cahaya adalah bentuk energi. Energi cahaya membuat terang.

(3). Gerak adalah bentuk energi.Gerak kipas menghasilkan angin

(4). Panas adalah bentuk energi. Panas setrika menghaluskan baju

b) Sumber energi

(1). Matahari

(2). Angin

(3). Air

(4). Gas dan minyak bumi

(5). Listrik dan baterai

(6). Makanan

c) Penggunaan energi dalam kehidupan sehari hari

(1). Penggunaan energi cahaya

Cahaya matahari menerangi bumi. Siang hari terang benderan.

Malam hari bulan menerangi bumi. Lampu menerangi rumah dan

lingkungan. Setiap hari manusia membutuhkan energi cahaya.

(2). Penggunaan energi panas.Panas kompor untuk memasak.

Panas setrika untuk merapikan pakaian. Panas matahari

mengeringkan pakaian.Panas matahari mengeringkan bahan

makanan.Contohnya padi ikan dan kerupuk.Setiap hari manusia

membutuhkan energi panas.

(3). Penggunaan energi gerak.

Setiap hari ada orang pergi. Ada yang naik sepeda mobil atau

bus. Pesawat terbang atau kapal laut. Berbagai alat itu memakai energi

gerak. Bila panas aku menghidupkan kipas angin. Gerak kipas angin

membuat udara sejuk. Aku membuat jus memakai blender. Blender

dapat menghancurkan buah. Setiap hari manusia membutuhkan energi

gerak

d) Penghematan energi

Energi harus dihemat. Gas dan minyak harus dihemat. Berbagai cara

dapat dilakukan :

(1). memasak jangan sampai gosong

(2). berjalan kaki

(3). pada siang hari gunakan cahaya matahari

(4). matikan alat listrik bila tidak digunakan

(5). matikan lampu pada siang hari

(6). matikan televisi bila tidak dilihat

(7). matikan kipas angin bila selesai

c. Motivasi Belajar IPA

1) Pengertian Motivasi Belajar IPA

Motivasi belajar IPA adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku dalam

pembelajaran khususnya pada materi IPA. Hal itu mempunyai peranan besar

dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

2) Teknik-Teknik Motivasi dalam Pembelajaran IPA

Teknik-teknik meningkatkan motivasi dalam pembelajaran diantaranya

menurut Hamzah B. Uno (2007:34) yaitu :

”... beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi pembelajaran adalah sebagai berikut : a) Pernyataan penghargaan secara verbal, b) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan, c) Menimbulkan rasa ingin tahu, d) Memunculkan sesuatu yang tidak di duga oleh siswa, e) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa, f) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar, g) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami, h) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, i) Menggunakan simulasi dan permainan, j) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum, k) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar, l) Memahami iklim sosial sekolah, m) Memenfaatkan kewibawaan guru secara tepat, n) Memperpadukan motif-motif yang kuat, o) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, p) Merumuskan tujuan-tujuan sementara, q) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai, r) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa, s) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri, t) Memberikan contoh yang positif ”.

a) Pernyataan penghargaan secara verbal

Pernyataan verbal terhadapperilaku yang baik atau hasil kerja siswa

yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan

motivasi belajar kepada hasil belajar yang baik.

b) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan

Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan

motif belajar siswa.

c) Menimbulkan rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motif belajar

siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan,

keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi, menghadapi masalah yang

sulit dipecahkan, menemukan suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki. Hal

tersebut menimbulkan semacam konflik konseptual yang membuat siswa

merasa penasaran, dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berupaya

keras memecahkannya. Dalam upaya yang keras itulah motif belajar siswa

bertambah besar.

d) Memunculkan sesuatu yang tidak di duga oleh siswa

Dalam upaya itu pun, guru sebenarnya bermaksud untuk menimbulkan

rasa ingin tahu siswa.

e) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama

belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya.

f) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar

Sesuatu yang telah dikenal siswa, dapat diterima dan diingat lebih

mudah.

g) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep

dan prinsip yang telah dipahami

Sesuatu yang unik, tak terduga, dan aneh lebih dikenang oleh siswa

daripada sesuatu yang biasa-biasa saja.

h) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya

Dengan jalan ini, selain siswa belajar dengan menggunakan hal-hal

yang telah dikenalnya, dia juga dapat menguatkan pemahaman atau

pengetahuannya tentang hal-hal yang telah dipelajarinya.

i) Menggunakan simulasi dan permainan

Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang sedang

dipelajari melalui tindakan langsung. Baik simulasi maupun permainan

erupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang sangat

menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara efektif atau

emodional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami

atau dihargai.

j) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di

depan umum

Hal itu akan menimbulkan rasa bangga dam dihargai oleh umum. Pada

gilirannya suasana tersebut akan meningkatkan motif belajar siswa.

k) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam

kegiatan belajar

Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar hendaknya

ditekankan, sedangkan hal-hal yang berdampak negatif sebaiknya dikurangi.

l) Memahami iklim sosial sekolah

Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong

kemudahan berbuat bagi siswa. Dengan pemahaman itu, siswa mampu

memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatsi kesulitan

m) Memenfaatkan kewibawaan guru secara tepat

Guru sebaiknya memahami dalam menggunakan berbagai manifestasi

kewibawaannya pada siswa untuk meningkatkan motif belajarnya. Jenis-jenis

pemanfaatan kewibawaan itu adalah dalam memberikan ganjaran, dalam

pengendalian perilaku siswa, kewibawaan berdasarkan hukum, kewibawaan

sebagai rujukan dan kewibawaan karena keahlian.

n) Memperpadukan motif-motif yang kuat

Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar motif berprestasi

sebagai motif yang kuat. Dia dapat pula belajar karena ingin menonjolkan diri

dan memperoleh penghargaan, atau karena dorongan untuk memperoleh

kekuatan. Apabila motif-motif kuat seperti itu dipadukan, maka siswa

memperoleh penguatan motif yang jamak, dan kemauan untuk belajar pun

bertambah besar, sampai mencapai keberhasilan yang tinggi.

o) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

Seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil apabila dia memahami

yang harus dikerjakannya dan yang dicapai dengan perbuatan itu. Makin jelas

tujuan yang dicapai, makin terarah upaya untuk mencapainya.

p) Merumuskaen tujuan-tujuan sementara

Tujuan belajar merupakan rumusan yang angat luas dan jauh untuk

dicapai. Agar upaya untuk mencapai tujuan itu lebih terarah, maka tujuan-

tujuan belajar yang umum itu sebaiknya dipilah menjadi tujuan sementara

yang lebih jelas dan lebih mudah dicapai.

q) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai

Dalam belajar, hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan

nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah. Dengan mengetahui hasil yang telah

dicapai maka motif belajar siswa lebih kuat, baik itu dilakukan karena ingin

mempertahankan hasil belajar yang telah baik, maupun untuk memperbaiki

hasil belajar yang kurang memuaskan.

r) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa

Susana ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengukur

kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Selain itu, belajar dengan

bersaing menimbulkan upaya belajar yang sungguh-sungguh. Di sini

digunakan pula prinsip keingina individu untuk selalu lebih baik dari orang

lain.

s) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri

Persaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan tugas dal

berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri. Dengan demikian, siswa akan

dapat membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas.

t) Memberikan contoh yang positif

Banyak guru yang mempunyai kebiasaan memberikan pekerjaan siswa

tanpa kontrol. Biasanya dia memberikan tugas kepada kelas, dan guru

meninggalakn kelas untuk melaksanakan pekerjaan lain. Keadaan ini bukan

saja tidak baik, tetapi merugikan siswa. Untuk menggiatkan belajar siswa ,

guru tidak cukup dengan cara memberikan tugas saja, melainkan harus

dilakukan pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa

mengerjakan tugas kelas. Selain itu, dalam mengontrol dan membimbing

siswa mengerjakan tugas guru sebaiknya memberikan contoh yang baik.

Menurut M.Sobry Sutikno (2008:1) ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu : a) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik; b) Hadiah; c) Saingan/kompetisi; d) Pujian; e) Hukuman; f) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar; g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik; h) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok; i) Menggunakan metode yang bervariasi, dan; j) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

a) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang

guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan

dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi

dalam belajar.

b) Hadiah

Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat

lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa

mengejar siswa yang berprestasi.

c) Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang

telah dicapai sebelumnya.

d) Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

e) Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses

belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut

mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

f) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta

didik.

g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik

h) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.

i) Menggunakan metode yang bervariasi

j) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

Sardiman A.M (2006:92) mengemukakan bentuk dan cara untuk

menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar, yaitu: a) Memberi angka; b)

Hadiah; c) Saingan/Kkompetisi; d) Ego-involvement; e) Memberi ulangan; f)

Mengetahui hasil; g) Pujian; h) Hukuman; i) Hasrat untuk belajar; j) Minat dan k)

Tujuan yang diakui.

a) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai dari nilai kegiatan belajarnya. Angka

yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi juga,

banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas

saja. Hal ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila

dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. oleh karena

itu, langkah yang harus ditempuh oleh guru adalah bagaimana memberikan

angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap

pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif

saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

b) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu

demikian. Karena hadiah suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi

seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan

tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik

mungkin tidak akan menarik bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat

menggambar.

c) Saingan/Kkompetis

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun

persaingan kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan kegiatan

belajarsiswa terutama prestasi belajar siswa.

d) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang

cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk

mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian

tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk

siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras dan giat bisa jadi

karena harga dirinya.

e) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada

ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi.

Tetapi yang harus diperhatikan adalah jangan terlalu sering memberikan

ulangan karena menyebabkan bosan. Dalam hal ini guru harus terbuka artinya

apabila ada ulangan harus diberitahukan kepada para siswa.

f) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, akan mendorong siswa untuk

lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik prestasi belajar

meningkat, maka motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu

harapan prestasi belajar akan terus meningkat.

g) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement

yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu,

supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberian harus tepat. Dengan pujian

yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi

gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi apabila

diberikan secara tepat dan bijaksana akan menjadi alat membangkitkan

motivasi. Oleh karena itu, guru harus memehami prinsip-prinsip pemberian

hukuman.

i) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud

untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu

kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa

memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu prestasi

belajar akan lebih baik.

j) Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul

dikarenakan ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah apabila minat

merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau

disertai dengan minat. Minat ini dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai

berikut: (1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, (2) menghubungkan

dengan persoalan pengalaman yang lampau, (3) memberi kesempatan untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik, dan (4) menggunakan berbagai macam

bentuk mengajar.

k) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami

tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan

maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Berdasarkan pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran IPA, diantaranya:

(1) Pernyataan penghargaan secara verbal; (2) Menggunakan nilai ulangan sebagai

pemacu keberhasilan; (3) Menimbulkan rasa ingin tahu; (4) Memunculkan sesuatu

yang tidak di duga oleh siswa,; (5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah

bagi siswa; (6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam

belajar; (7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang telah dipahami; (8) Menuntut siswa untuk menggunakan

hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya; (9) Menggunakan simulasi dan

permainan; (10) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan

kemahirannya di depan umum; (11) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan

dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar; (l2) Memahami iklim sosial

sekolah; (13) Memenfaatkan kewibawaan guru secara tepat; (14) Memperpadukan

motif-motif yang kuat; (15) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; (16)

Merumuskan tujuan-tujuan sementara; (17) Memberitahukan hasil kerja yang

telah dicapai; (18) Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa;

(19) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri; (20) Memberikan contoh

yang positif; (21) Hadiah; (22) Hukuman; (23) Membangkitkan dorongan kepada

anak didik untuk belajar; (24) Membentuk kebiasaan belajar yang baik; (25)

Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok; (26)

Menggunakan metode yang bervariasi, dan; (27) Menggunakan media yang baik

dan sesuai dengan tujuan pembelajaran; (28) ego-ivolvement; (29) memberi

ulangan; (30) minat, dan (31) tujuan yang diakui.

3) Indikator Motivasi Belajar IPA

Menurut Hamzah B. Uno (2007:23) indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Adanya hasrat dan keinginana berhasil dalam pembelajaran.

b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar pada pembelajaran.

c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d) Adanya penghargaan dalam belajar.

e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif,sehingga memungkinkan seseorang

siswa dapat belajar dengan baik.

Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.

Siswa melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya, motivasilah

sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan

substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada

dengan penelitian yang akan dilakukan. beberapa penelitian yang dianggap

relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah :

1. Siti Mutmainah (2008) dalam penelitiannya tentang penerapan pendekatan

pembelajaran CTL disertai lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar biologi. Dari penelitian ini terbukti bahwa dengan metode pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL) hasil belajar siswa lebih baik.

Persamaan penelitian yang dilakukan Siti Mutmainah dengan penelitian ini adalah variabel bebas, yaitu penerapan model pembelajaran kontelstual (CTL). Sedangkan perbedaannya adalah variabel terikat, yaitu peningkatan hasil belajar biologi pada penelitian Siti Mutmainah dan peningkatan motivasi pada penelitian ini.

2. Sigit Wirawan (2009) dalam penelitiannya tentang penerapan pengajaran remedial bilangan bulat terhadap motivasi dan prestasi belajar matematika. Dari penelitian ini terbukti bahwa dengan penerapan pembelajaran remedial bilangan bulat dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa meningkat. Persamaan penelitian yang dilakukan Sigit Wirawan dengan penelitian ini adalah salah satu variabel terikat pada penelitian Sigit Wirawan dengan variabel terikat pada penelitian ini, yaitu motivasi belajar. Sedangkan perbedaannya adalah salah satu variabel terikat pada penelitian Sigit Wirawan dan variabel bebas. Salah satu variabel terikat tersebut adalah prestasi belajar dan variabel bebas pada penelitian Sigit Wirawan adalah pembelajaran remedial bilangan bulat sedangkan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual (CTL).

C. Kerangka Berpikir

Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan kegiatan belajar

diharapkan tujuan tercapai (Sardiman AM, 2006: 102). Motivasi inilah yang

mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan

motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan insiatif, dapat mengarahkan

dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) menurut

Nurhadi dalam Sugianto (2008:146) adalah konsep belajar yang mendorong guru

untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata

siswa..

Siswa yang termotivasi baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak

aktivitas dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan siswa yang yang

kurang atau tidak termotivasi ketika belajar.

Konstribusi model pembelajaran CTL terhadap peningkatan motivasi belajar

IPA adalah ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan

yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab,

mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih,

menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan

dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam

situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan. Motivasi belajar IPA siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis

rendah khususnya pada Kompetensi Dasar “Mengenal berbagai sumber energi

yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya”. Upaya yang

dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penerapan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA.

Agar kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya

penelitian tindakan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka kerangka

pemikiran dapat digambarkan dalam sebuah skema agar peneliti mempunyai

gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Skema kerangka pemikiran ini

dapat disusun seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

“Melalui penerapan model pembelajaran CTL maka motivasi belajar siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis Pracimantoro Wonogiri akan meningkat”.

Tindakan 1

Kondisi awal

Tindakan 2 (perbaikan)

Kondisi akhir

Guru belum menerapkan model pembelajaran

CTL

Motivasi belajar siswa rendah

Dalam pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran CTL dengan media benda nyata dan kerja kelompok.

Dalam pembelajaran guru menerapkan model pembelajaran CTL dengan media benda nyata, kerja kelompok, tugas dan permainan.

Penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa

Siklus I Tercapainya motivasi belajar dengan motivasi klasikal 60%

Siklus II (Perbaikan) Tercapainya motivasi belajar dengan motivasi klasikal 90%

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas II SD Negeri 02

Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Wonogiri yang beralamatkan Dusun

Kerjo Desa Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri

57664. Sebelah barat berbatasan dengan dusun Karang, sebelah utara

berbatasan dengan dusun Gondangmanis, sebelah timur berbatasan dengan

dusun Nangkasuwit dan sebelah selatan berbatasan dengan dusun Galo.

Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri 02

Gambirmanis, yaitu:

a. Rendahnya motivasi belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 02

gambirmanis.

b. SDN II Gambirmanis memberi ijin untuk kegiatan penelitian.

c. Masalah ini belum pernah diteliti di kelas II SD Negeri 02 Gambirmanis .

d. SDN II Gambirmanis bersedia memberikan data yang diperlukan peneliti .

e. SD Negeri 02 Gambirmanis merupakan tempat bekerja peneliti sehingga

dapat menghemat tenaga, biaya, dan waktu.

a. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran

2009/2010 selama 7 bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2010.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas II SDN 02 gambirmanis

Kecamatan Pracimantoro Tahun Ajaran 2009/2010. Dengan mlah keseluruhan 22

siswa yaitu 8 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalan penelitian ini adalah

dari :

1. Sumber data pokok, yaitu siswa , guru, orang tua dan pihak-pihak lain

yang berhubungan.

2. Sumber data sekunder, yaitu arsip berupa Kurikulum, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran dan hasil angket motivasi belajar siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Dokumen

Peneliti mengumpulkan data-data tertulis yang dimiliki siswa berupa

daftar lembar observasi dan daftar nilai IPA siswa kelas II. Data ini

digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa terhadap pelajaran IPA

sebelum pelaksanaan penelitian.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil siswa

pada saat pembelajaran berlangung. Hal ini digunakan untuk mengetahui

kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, khususnya dalam penelitian ini

berkenaan dengan motivasi belajar IPA.

3. Observasi

Menurut Zainal Arifin (1988: 49), “bservasi adalah suatu cara untuk

mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, dan rasional mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki

“ (Dalam Sigit Wirawan, 2009:61).

Nana Sudjana (2001: 109), mengemukakan bahwa “Observasi

sebagai alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur tingkah laku

individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik

dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan”.

Menurut Suharsimi Arikunto (1991: 27), “Pengamatan atau

observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis”

(Dalam Sigit Wirawan, 2009:61). .

Observasi ada 3 macam, yaitu:

1) Observasi partisipan

Observasi partisipan ini dilakukan oleh pengamat sendiri, dimana

pengamat (peneliti) memasuki dan mengikuti semua kegiatan yang

sedang diamatinya.

2) Observasi sistematik

Observasi ini semua aspek yang akan diamati sudah terdaftar secara

sistematik. Observasi ini dilakukan oleh pengamat (peneliti) tanpa

memasuki dan mengikuti semua kegiatan yang sedang diamatinya.

3) Observasi eksperimental

Observasi ini, pengamat (peneliti) tidak ikut berperan dalam

pengamatan, tetapi pengamat mengendalikan unsur-unsur observasi

dengan tujuan evaluasi.

Bentuk observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipan,

dalam hal ini peneliti (pengamat), berperan langsung atau aktif dalam semua

kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan observasi partisipan ini, pengamat

lebih menghayati, merasakan, dan mengalami sendiri semua kegiatan dalam

pembelajaran.

Pelaksanaan observasi terhadap aktivitas siswa pada pembelajaran

dilaksanakan 2 kali dalam 2 pertemuan. Observasi ini digunakan untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan

penelitian yang lebih lanjut dan dengan observasi ini akan diperoleh data-

data mengenai aktivitas tingkah laku siswa dalam pembelajaran.

4. Wawancara

Walliman (2006:284) menyatakan “Interviews, because of their

flexibility, are a useful method of obtaining information and opinions from

expert during the early stages of the research project”. Pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan kepada informan bersifat open ended dan

mengarah kepada kedalaman informasi.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan dan pencatatan data, informasi, dan atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan nara sumber. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee) tanpa melalui perantara. Sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara menanyakan sesuatu melalui perantara orang lain, tidak langsung kepada sumbernya (Zainal Arifin, 1988: 54 dalam Sigit Wirawan,2009:64).

Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni:

1) Interview bebas

Dalam interview bebas, responden mempunyai kebebasan untuk

mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan atau

pedoman yang telah ditetapkan oleh pewawancara.

2) Interview terpimpin

Interview terpimpin merupakan interview yang dilakukan oleh

pewawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

sudah disusun terlebih dahulu. Dengan demikian, responden tinggal

memilih jawaban yang sudah dipersiapkan.

Bentuk wawancara dalam penelitian ini adalah interview bebas yang

dilaksanakan secara langsung artinya tanya jawab kepada siswa yang

mempunyai motivasi belajar rendah pada pembelajaran IPA secara

langsung tanpa perantara. Wawancara ini juga dilakukan secara tertutup

dengan maksud agar siswa yang mempunyai motivasi belajar IPA rendah

dapat mengungkapkan permasalahan atau kesulitan-kesulitan yang masih

dialaminya, keinginan-keinginan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan

secara bebas tidak terikat oleh pedoman wawancara serta tidak merasa malu

terhadap teman ataupun guru. Wawancara ini digunakan sebagai dasar untuk

melakukan penelitian yang lebih lanjut.

5. Angket Motivasi Belajar

Angket sering dikenal sebagai kuesioner (questionaire). Kuesioner

adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan

diukur (responden).

Beberapa bentuk angket di antaranya:

1) Angket terstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa

kemungkinan jawaban. Bentuk angket terstruktur di antaranya:

a. Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang pada setiap

pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.

b. Bentuk jawaban tertutup tetapi pada alternatif jawaban terakhir

diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab

secara bebas.

c. Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan

jawaban dalam bentuk gambar.

2) Angket tak terstruktur, ialah angket yang memberikan jawaban

secara terbuka yang respondennya secara bebas menjawab

pertanyaan tersebut.

Angket dalam penelitian ini adalah angket motivasi belajar. Bentuk

angket ini adalah terstruktur dengan jawaban tertutup, dalam angket tersebut

responden hanya memberikan jawaban pada setiap pertanyaan yang sudah

tersedia. Angket ini digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi

belajar IPA siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan model pembelajaran

CTL. Angket motivasi ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan

penelitian yang lebih lanjut.

E. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud analisis data adalah cara mengelola data yang sudah

diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan

tujuan yang diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini

menggunakan analisis model interaktif Milles dan Huberman. Kegiatan pokok

analisa model ini meliputi : reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan

penarikan / verifikasi (Milles dan Huberman, 2000: 20).

Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis dilapangan, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Milles dan Huberman 2000 : 16).

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam

pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid.

3. Menarik kesimpulan / Verifikasi

Setelah data-data direduksi, disajikan langkah terakhir adalah

dilakukannya penarikan kesimpulan : penarikan / verifikasi. Data-data yang

telah didapatkan dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan

kesimpulan ini merupakan bagian dari konvigurasi utuh, sehingga

kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Verifikasi data yaitu : pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan

penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan

atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan

validitasnya. (Milles Huberman, 2000:19).

Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan / verifikasi sebagai suatu yang jalin-menjalin pada saat

sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar,

untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan

pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang

menjadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya motivasi

belajar IPA pada siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis melalui penerapan model

pembelajaran CTL. Indikator tersebut meliputi : (1) 60 % siswa menunjukkan

peningkatan motivasi belajar IPA yang tinggi pada siklus 1, (2) 90% siswa

menunjukkan peningkatan motivasi belajar IPA yang tinggi pada siklus 2.

G. Prosedur Penelitian

Mekanisme kerja penelitian tindakan kelas ini, diwujudkan dalam bentuk

siklus (direncanakan 2 siklus), yang setiap siklusnya mecakup 4 kegiatan/tahap,

yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Pelaksanaan pembelajaran dalam satu siklus ada 2 kali tatap

muka/pertemuan yang masing-masing dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, sesuai

skenario pembelajaran. Berikut gambaran dari tiap-tiap siklus:

Rancangan siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi, wawancara

dan pencatatan arsip.

b. Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

CTL dengan media benda nyata dan kerja kelompok.

c. Membuat lembar observasi kegiatan guna mengukur motivasi belajar

siswa dalam pembelajaran IPA.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Guru menerapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan model

pembelajaran CTL dengan media benda nyata di kelas II SDN 02

Gambirmanis berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Siswa belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan

bimbingan guru.

3. Tahap Observasi

a. Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memonitor

proses kerja kelompok.

b. Guru memberikan bimbingan kepada siswa atau kelompok yang

mengalami kesulitan pada saat mengerjakan tugas.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengobservasi motivasi

siswa dengan lembar observasi yang telah disiapkan.

4. Tahap Refleksi

Guru mengadakan refleksi dan evaluasi. Berdasarkan hasil refleksi ini

dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus

berikutnya.

Rancangan Siklus 2

1. Tahap Perencanaan

a. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan

masalah

b. Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

CTL dengan media benda nyata, kerja kelompok, tugas dan permainan .

c. Membuat lembar observasi kegiatan guna mengukur proses pembelajaran

dan antusias siswa dalam pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Guru menerapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan model

pembelajaran CTL di kelas II SDN 02 Gambirmanis berdasarkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Siswa belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran CTL dengan

bimbingan guru.

3. Tahap Observasi

a. Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memonitor

proses kerja kelompok.

Tindakan

ObservasiRefleksi

Rencana Tindakan

ObservasiRefleksi

Rencana

b. Guru memberikan bimbingan kepada siswa atau kelompok yang

mengalami kesulitan pada saat mengerjakan tugas.

c. Selama prose pembelajaran berlangsung, guru mengobservasi motivasi

belajar siswa dengan lembar observasi yang telah disiapkan.

4. Tahap Refleksi

Guru mengadakan refleksi dan evaluasi. Berdasarkan hasil refleksi

ini dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada

siklus berikutnya.

Mekanisme kerja diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 2 siklus),

yang setiap siklusnya mecakup 4 kegiatan/tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi, dapat dilihat pada gambar 2.

Siklus I Siklus II

Gambar 2. Langkah Pelaksanaan Siklus

Apabila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya

peningkatan motivasi belajar siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis dalam

pembelajaran IPA,maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila

belum memperlihatkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa kelas II SDN

02 Gambirmanis dalam pembelajaran IPA, maka dilanjutkan ke siklus II yang

meliputi : tahap perencanaan tindakan,tahap pelaksanaan tindakan, tahap

observasi tindakan dan tahap refleksi. Demikian juga untuk siklus berkutnya,

sampai ada peningkatan motivasi belajar sesuai indikator kinerja.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan, yaitu mulai bulan Januari

2010 sampai dengan bulan Juli 2010 (lampiran 1). Peneliti menyusun proposal

dan menyempurnakan proposal pada bulan Januari 2010. Setelah proposal

disetujui oleh pembimbing I maupun pembimbing II pada pertengahan bulan

Februari peneliti mengajukan usulan ijin penelitian. Pelaksanaan tindakan kelas

dilakukan pada akhir bulan Maret 2010 sampai dengan awal bulan April 2010.

Selanjutnya data yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan kelas diolah dan

dianalisis pada akhir bulan April 2010. Tahap terakhir adalah penyusunan laporan

penelitian yang dilakukan pada bulan Mei-Juli 2010.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Kondisi Awal Sebelum PTK

Jumlah siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis yang diikutsertakan

dalam PTK ini adalah 22 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8

siswa perempuan. Berdasarkan pengamatan awal yang diakukan peneliti

terhadap seluruh siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis pada awal semester 2

tahun pelajaran 2009/2010, masih banyak siswa yang memiliki motivasi

rendah dalam mengikuti pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari hasil rekapitulasi

angket pendapat siswa tentang pembelajaran IPA (terlampir) sebelum PTK,

diperoleh data bahwa persentase motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

tergolong rendah atau lemah atau kurang termotivasi. Hal tersebut secara

keseluruhan dapat dikemukakan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar IPA Sebelum PTK

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 5 22,73%

2. 09 – 16 Rendah (R) 7 31,82%

3. 17 – 24 Cukup (C) 3 13,64%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 7 31,82%

Siswa dengan kategori motivasi sangat kurang sebanyak 5 siswa atau

22,73%, kategori sangat rendah sebanyak 7 siswa atau 31,82%, kategori cukup

sebanyak 3 siswa atau 13,64% dan kategori tinggi sebanyak 7 siswa atau

31,82%

2. Pelaksanaan PTK Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada minggu keempat bulan

Maret dan minggu pertama bulan April (22 Maret – 4 April 2010) dengan

Kompetensi Dasar : “Mengidentifikasi Sumber Energi (Panas, Listrik, Cahaya dan

Bunyi) yang Ada di Lingkungan Sekitar. Pembelajaran dirancang untuk dua kali

pertemuan (4x 35 menit). Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 1

sebanyak 22 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Adapun tahapan pada tiap pertemuan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahapan ini dilakukan observasi pembelajaran IPA terhadap siswa

kelas II SDN 02 Gambirmanis sebanyak 22 siswa tepatnya pada Standar

Kompetensi : “Mengenal Berbagai Sumber Energi yang Sering Dijumpai dalam

Kehidupan Sehari-hari dan Kegunaannya”. Hasil observasi terhadap siswa kelas II

diperoleh data bahwa terdapat siswa dengan kategori motivasi sangat kurang

sebanyak 5 siswa, kategori sangat rendah sebanyak 7 siswa, kategori cukup

sebanyak 3 siswa dan kategori tinggi sebanyak 7 siswa.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mata pelajaran IPA, diadakan persiapan untuk siklus pertama sebagai berikut:

1) Memilih Kompetensi Dasar : “Mengidentifikasi sumber energi (panas,

listrik, cahaya dan bunyi) yang ada di lingkungan sekitar” dan membuat

indikator serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru dalam

pembelajaran IPA.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model pembelajaran

CTL. RPP disusun 2 kali pertemuan setiap siklus dengan alokasi waktu

masing-masing 2 x 35 menit.

3) Menyiapkan media benda nyata berupa setrika listrik, radio, senter, mobil-

mobilan,dan hand phone.

4) Setiap kali mengadakan pembelajaran guru sekaligus sebagai peneliti yaitu

mempersiapkan, menata dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga

keadaan kelas kondusif untuk belajar IPA.

b. Pelaksanaan Tindakan ke-1 pada Siklus 1

Pertemuan ke-1 pada siklus 1 ini dilaksanakan pada hari Kamis 25 Maret

2010. Materi pada pertemuan ini adalah “Bentuk-bentuk energi” yang terdiri dari

3 indikator yaitu : 1) Menyebutkan bentuk-bentuk energi, 2) Memperagakan

bentuk-bentuk energi dan 3) mengidentifikasi alat-alat penghasil energi. Sebelum

pelajaran dimulai semua media pembelajaran yang akan digunakan telah

disiapkan terlebih dahulu oleh guru.

Pembelajaran ini dimulai dengan menumbuhkan minat belajar siswa

dengan menyanyikan lagu “Lihat Bapak Polisi” kemudian dilanjutkan dengan

tanya jawab mengenai keterkaitan lagu “Lihat Bapak Polisi” dengan materi

pembelajaran. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus dilaksanakan

siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya materi ajar.

Memasuki kegiatan inti guru mengadakan tanya jawab dengan siswa

mengenai bentuk-bentuk energi, yang terdiri dari energi gerak, energi cahaya,

energi panas dan energi listrik. Setelah mengadakan tanya jawab guru

membimbing siswa membentuk kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3

siswa. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pengamatan

terhadap seterika, radio, lampu senter, mobil mainan dan Hand Phone. Setelah

pengamatan selesai siswa mendeskripsikan benda yang diamatinya dan

mengidentifikasi benda-benda yang diamatinya tergolong sumber energi panas,

listrik, bunyi atau cahaya. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan

mendemonstrasikan berbagai bentuk energi. Terlebih dahulu guru memberi

contoh gerakan demonstrasi yang harus dilakukan siswa kemudian siswa

mengikuti gerakan demonstrasi mengenai bentuk-bentuk energi. Gerakan

demonstrasi tersebut meliputi :

1) Bertepuk tangan, setelah siswa bertepuk tangan guru bertanya kepada siswa

“Energi apa yang kalian rasakan pada saat bertepuk tangan?” kemudian siswa

menjawab “Energi Bunyi”. Kemudian salah satu siswa ditugasi meniup peluit

dan guru kembali bertanya “Energi apa yang kalian rasakan pada saat meniup

peluit?” siswa menjawab “Energi Bunyi”.

2) Menggosok kedua telapak tangan, setelah siswa menggosokkan kedua telapak

tangan guru bertanya kepada siswa “Energi apa yang kalian rasakan pada saat

menggosokkan kedua telapak tangan?” kemudian siswa menjawab “Energi

Panas”.

3) Menyalakan lampu senter,setelah siswa menyalakan lampu senter dan

memegang permukaan lampu senter yang dinyalakan, guru bertanya ”Energi

apa yang kalian rasakan pada saat menyentuh permukaan lampu senter yang

dinyalakan?” sebagian besar siswa menjawab “Energi Cahaya” tetapi ada juga

beberapa siswa yang menjawab “Energi Panas”. Kedua jawaban tersebut

benar,karena di dalam lampu senter terdapat bolam lampu yang mengubah

energi listrik menjadi cahaya dan sebagian menjadi energi panas.

4) Mengipaskan buku di wajah,setelah siswa mengipaskan buku di wajah, guru

bertanya kepada siswa ”Energi apa yang kalian rasakan pada saat

mengipaskan buku di wajah?” kemudian siswa menjawab “Energi

Angin”,tetapi bukan itu jawaban yang dimaksud oleh guru tetapi “Energi

Gerak”. Guru kembali bertanya,”Energi angin dari kipas menghasilkan energi

apa?” Siswa menjawab “Energi Gerak”.

5) Menjalankan mobil mainan, setelah siswa menjalankan mobil mainan, guru

bertanya kepada siswa ”Energi apa yang terjadi pada saat mobil melaju?”

kemudian siswa menjawab “Energi Gerak”.

Selama siswa aktif mengikuti pembelajaran, guru melaksanakan penilaian

proses. Setelah itu, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi

berdasarkan pengalaman yang telah diperolehnya.

Pada kegiatan akhir, siswa secara kelompok mengerjakan soal evaluasi

dilanjutkan pembahasan soal evaluasi secara bersama-sama dan pemajangan hasil

kerja siswa yang terbaik. Untuk menambah pemahaman siswa pada materi

pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Kemudian dilanjutkan dengan pemberian motivasi kepada siswa agar rajin belajar.

Pada akhir pembelajaran peneliti membagikan angket motivasi kepada siswa

untuk diisi.

Selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran CTL, terbukti

bentuk usaha guru dengan bernyanyi mulai menumbuhkan motivasi siswa, siswa

tertarik mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan inti sudah mencerminkan

pembelajaran dengan model CTL yaitu tujuh komponen utama pembelajaran :

Konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),menemukan (inquiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi

(reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Konstruktivisme

terlihat pada saat siswa menyimpulkan materi pembelajaran berdasarkan pada

pengalaman belajar yang mereka peroleh. Bertanya terlihat pada saat siswa aktif

melakukan tanya jawab. Menemukan terlihat pada saat siswa aktif melakukan

demonstrasi dan mengidentifikasi bentuk-bentuk energi. Masyarakat belajar

terlihat pada saat siswa bekerja secara berkelompok. Pemodelan terlihat pada saat

guru memberikan contoh gerakan bentuk-bentuk energi kemudian siswa

menirukan gerakan guru. Refleksi terlihat pada saat pembahasan bersama soal

evaluasi dan pemajangan hasil kerja siswa. Penilaian yang sebenarnya terlihat

pada saat guru melakukan penilaian proses.

c. Pelaksanaan Tindakan ke-2 pada Siklus 1

Pelaksanaan pembelajaran ke-2 pada siklus 1 dilaksanakan pada hari

Kamis 1 April 2010. Materi pada pertemuan ini adalah “Sumber-sumber energi”

yang terdiri dari 2 indikator yaitu : 1) Mengidentifikasi sumber-sumber energi dan

2) Mengidentifikasi perubahan energi. Sebelum pelajaran dimulai semua media

pembelajaran yang akan digunakan telah disiapkan terlebih dahulu oleh guru.

Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan

mengajak siswa menyanyikan lagu “Matahari Terbit” dilanjutkan dengan

mengadakan tanya jawab tentang keterkaitan antara isi lagu dengan materi

pembelajaran. Guru bertanya kepada siswa, “Matahari menghasilkan energi apa

anak-anak?” Sebagian siswa menjawab energi cahaya dan sebagian siswa

menjawab energi panas. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus

dilaksanakan siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya

materi ajar.

Memasuki kegiatan inti guru memberikan tugas kepada siswa untuk

melakukan pengamatan terhadap setrika, radio, lampu dan Hand Phone.

Kemudian siswa mendeskripsikan benda yang diamatinya. Siswa dengan

bimbingan guru membentuk kelompok,setiap kelompok terdiri dari 3 siswa,

dilanjutkan dengan melakukan percobaan mengenai perubahan energi yang

meliputi 2 percobaan, yaitu :

1) Percobaan 1

(a). Menghubungkan setrika dengan listrik, menyalakan setrika dan mengamati

apa yang terjadi. Setelah siswa melakukan kegiatan tersebut guru bertanya

“Apa yang terjadi pada setrika?” kemudian siswa menjawab “lampu di

setrika menyala”. Guru mengintruksikan siswa untuk merasakan

permukaan setrika, kemudian bertanya, “Apa yang kalian rasakan?”. Siswa

menjawab,”Setrikanya terasa panas”. Guru kembali bertanya,”Energi apa

yang dihasilkan?” Kemudian siswa menjawab “Energi Panas”.

(b). Mencabut kabel setrika dari sumber listrik, kemudian mengamati apa yang

terjadi. Setelah siswa melakukan kegiatan tersebut guru bertanya “Apa

yang terjadi pada setrika?” Kemudian siswa menjawab “Lampu di setrika

tidak menyala”. Guru kembali bertanya “Mengapa lampu di setrika tidak

menyala?” Siswa menjawab, “Karena tidak ada listriknya”. Guru

menyempurnakan jawaban siswa dilanjutkan dengan bertanya “Karena

tidak dihubungkan dengan listrik, lampu di setrika tidak menyala, jadi apa

yang menjadi sumber energi agar setrika tadi bisa menyala?” Siswa

menjawab, “Energi Listrik”.

2) Percobaan 2

(a). Mengisikan baterai pada lampu senter, menghidupkan senter dan

mengamati apa yang terjadi. Setelah siswa melakukan kegiatan tersebut

guru bertanya kepada siswa, “Apa yang terjjadi pada lampu senter?”.

Kemudian siswa menjawab, “Lampunya menyala”. Guru kembali

bertanya, “Energi apa yang dihasilkan?”. Siswa menjawab, “Energi

Cahaya”.

(b). Mengambil baterai dari dalam senter, menghidupkan senter dan

mengamati apa yang terjadi. setelah siswa melekukan kegiatan tersebut

guru bertanya kepada siswa, “Apa yang terjadi pada lampu senter?”. Siswa

menjawab, “Lampunya tidak menyala”. Guru kembali bertanya, “Mengapa

tidak menyala?”. Siswa menjawab, “Karena baterainya di lepas”. Guru

menyempurnakan jawaban siswa, “Karena baterai yang menjadi sumber

energi pada lampu senter dilepas maka lampu senter tidak menyala”.

Pada waktu siswa melakukan percobaan, guru membimbing siswa yang

mengalami kesulitan serta melaksanakan penilaian kerja kelompok. Kemudian

siswa dengan bimbingan menyimpulkan isi materi pembelajaran.

Di akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan

oleh guru, kemudian dilanjutkan pembahasan soal evaluasi bersama-sama.

Seperti halnya pada pelaksanaan siklus 1,pada pembelajaran yang ke-2

ini selama proses pembelajaran peneliti telah melaksanakan model pembelajaran

CTL. Konstruktivisme terlihat pada saat siswa menyimpulkan materi

pembelajaran berdasarkan pada pengalaman belajar yang mereka peroleh.

Bertanya terlihat pada saat siswa aktif melakukan tanya jawab. Menemukan

terlihat pada saat siswa aktif melakukan percobaan mengenai sumber energi.

Masyarakat belajar terlihat pada saat siswa bekerja secara berkelompok.

Pemodelan terlihat pada saat guru memberikan contoh percobaan yang harus

dilakukan siswa. Refleksi terlihat pada saat pembahasan bersama soal evaluasi.

Penilaian yang sebenarnya terlihat pada saat guru melakukan penilaian proses.

d. Hasil Pengamatan Siklus 1

Selama pelaksanaan tindakan ke-1 dan ke-2 pada siklus 1, pengamatan

pada siswa dilakukan dengan menggunakan format pengamatan / lembar

observasi siswa yang sebelumnya telah disiapkan yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana “Model Pembelajaran CTL” dapat meningkatkan

motivasi dan aktivitas siswa terhadap pembelajaran IPA.

Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa melalui model

pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media setrika,radio,lampu senter

dan handphone. Berbeda dengan pertemuan ke -2, model pembelajaran

kontektual yang dilakukan menggunakan media radio dan lampu senter. Observasi

ini ditujukan pada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas

atau partisipasi serta untuk mengetahui motivasi belajar siswa.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tindakan ke-1, pada awal

pembelajaran sebagian siswa terlihat aktif dan senang mengikuti pembelajaran

IPA karena guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Lihat Bapak Polisi” yang

dilanjutkan dengan mengadakan tanya jawab tentang keterkaitan antara lagu

dengan materi bentuk energi. Pada saat kegiatan inti berlangsung siswa juga

terlihat antusias untuk memperagakan bentuk-bentuk energi,yaitu dengan cara

bertepuk tangan, meniup peluit,menggosok-gosokkan kedua telapak tangan,

menyalakan lampu senter, mengipaskan buku di wajah dan menjalan mobil

mainan. Akan tetapi ada sebagian siswa yang masih tidak mempedulikan dan

hanya bermain-main dengan media yang disediakan oleh guru.

Pada tindakan ke-2 saat guru mulai membentuk kelompok terlihat hanya

beberapa siswa yang aktif dan hanya bergantung pada teman satu kelompok yang

pandai. Akan tetapi siswa terlihat antusias pada saat melakukan percobaan

menyalakan radio dengan energi listrik dan menyalakan lampu senter dengan

baterai. Dalam kegiatan berikutnya, yaitu penarikan simpulan, sebagian besar

siswa telah aktif menyumbangkan pendapatnya akan tetapi masih ada beberapa

siswa terlihat pasif dan hanya menggikuti jawaban teman yang lain tanpa

menyumbangkan pendapatnya.

1) Hasil observasi aktivitas guru

Dari data observasi dalam siklus 1 selama 2 kali pertemuan diperoleh

hasil observasi sebagai berikut :

a) Guru telah mampu menarik perhatian siswa pada awal pembelajaran.

b) Guru mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.

c) Guru kurang memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan

hasil percobaan di depan kelas.

d) Guru belum memberi kesempatan siswa untuk mengkaitkan pengalaman

barunya dengan pengalaman lamanya.

e) Guru menggunakan media yang bervariasi.

f) Guru memberi penghargaan atas usaha , ketekunan dan kesuksesan siswa.

g) Guru melakukan evaluasi pembelajaran dengan baik

h) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum

dan menyimpulkan pelajaran yang telah diajarkan.

2) Hasil observasi aktivitas siswa

Dari data observasi pada siklus I diperoleh data aktivitas belajar siswa

sebagai berikut:.

a) Siswa tertarik terhadap apersepsi yang diberikan oleh guru.

b) Sebagian siswa aktif dalam pembelajaran, namun masih ada yang hanya

bernmain-main dengan media yang disediakan oleh guru.

c) Dua per tiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan pertanyaan

dan pendapat.

d) Sebagian siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru tetapi masih ada

yang hanya ikut-ikutan jawaban teman disebelahnya.

e) Sebagian siswa sudah memperhatikan penjelasan dari guru tetapi juga

masih ada yang asyik bermain sendiri.

f) Siswa sudah mampu memanipulasi media yang disediakan oleh guru.

g) Siswa mempunyai catatan yang lenkap

h) Siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Hasil peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA diperoleh data

seperti pada tabel 2.

Tabel 4. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-1 Siklus 1 No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah(SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah (R) 10 45,46%

3. 17 – 24 Cukup (C) 3 13,64%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 9 40,91%

Dari tabel 4, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran pada pertemuan ke-1 Siklus I dengan materi bentuk-bentuk energi

siswa yang mempunyai aktivitas belajar dengan kategori rendah sebanyak 10

siswa atau 45,46%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 13,64% dan kategori

tinggi sebanyak 9 siswa atau 40,91%.

Sedangkan analisis hasil angket motivasi belajar IPA, terhadap angket

motivasi belajar IPA yang diberikan sebelum dan sesudah tindakan ke-1 pada

siklus I, diperoleh data bahwa motivasi belajar siswa sebelum diberikan penerapan

model pembelajaran CTL pada pembelajaran IPA rendah. Namun setelah

diadakan penerapan model pembelajaran CTL pada pembelajaran IPA, motivasi

belajar siswa meningkat menjadi cukup tinggi. Peningkatan motivasi dikatakan

berhasil apabila 60% siswa dapat menunjukkan peningkatan motivasi belajar yang

tinggi. Rekapitulasi hasil angket motivasi, diperoleh data seperti pada tabel 3 :

Tabel 5. Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar IPA pada Pertemuan ke-1

Siklus 1 No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah(R) 10 45,46%

3. 17 – 24 Cukup (C) 3 13,64%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 9 40,91%

Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki kategori rendah

sebanyak 10 siswa atau 45,46%, kategori cukup sebanyak 3 siswa atau 13,64%

dan kategori tinggi sebanyak 9 siswa atau 40,91%.

Tabel 6. Rekapitulasi Aktivitas Belajar IPA Siswa pada Pertemuan ke-2 Siklus 1

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah(R) 0 45,46%

3. 17 – 24 Cukup (C) 8 36,36%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 14 63,64%

Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran pada pertemuan ke-2 Siklus I dengan materi sumber-sumber energi

siswa yang mempunyai motivasi belajar dengan kategori cukup sebanyak 8 siswa

atau 36,36% dan kategori tinggi sebanyak 14 siswa atau 63,64% dari 22 peserta

didik.

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Belajar IPA pada Pertemuan ke-2 Siklus 1

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah (R) 0 0%

3. 17 – 24 Cukup (C) 8 36,36%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 14 63,64%

Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa motivasi siswa setelah diadakan tindakan

ke-2 siklus 1, siswa yang memiliki kategori cukup sebanyak 8 siswa atau 36,36%

dan kategori tinggi sebanyak 14 siswa atau 63,64% dari 22 peserta didik.

e. Refleksi

Berdasarkan tindakan kelas siklus 1, telah ada peningkatan rata-rata

motivasi belajar IPA siswa yakni dari 31,82% menjadi 63,64%(sudah mengalami

kenaikan sebesar 31,82%). Akan tetapi peningkatan ini masih belum signifikan

sehingga diperlukan tindakan kelas siklus 2. Beberapa hal yang perlu

direfleksikan ke dalam tindakan kelas selanjutnya agar pelaksanan pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran CTL lebih meningkat, antara lain sebagai

berikut :

1) Angket motivasi belajar IPA yang dibagikan kadang dikerjakan siswa

dengan menyontek milik teman lain dan hasil angket motivasi belajar IPA

antara siswa yang berdekatan tempat duduknya hampir sama sehingga guru

perlu lebih meningkatkan lagi dalam mengawasi siswa saat mengerjakan

angket motivasi belajar IPA sehingga tidak terjadi saling mencontek.

2) Guru kurang memberi kesempatan tiap kelompok untuk menyampaikan

hasil percobaan di depan kelas dikarenakan alokasi waktu tidak mencukupi

sehingga untuk pertemuan berikutnya guru harus dapat mengontrol waktu.

3) Guru belum memberi kesempatan siswa untuk mengaitkan pengalaman

barunya dengan pengalaman lamanya dikarenakan alokasi waktu tidak

mencukupi sehingga untuk siklus berikutnya guru harus bisa mengontrol

waktu.

4) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum dan

menyimpulkan pelajaran yang telah diajarkan dikarenakan banyak siswa

yang sendiri memainkan media yang disediakan oleh guru sehingga untuk

siklus berikutnya guru harus lebih tegas dalam menegur siswa yang ramai

sendiri.

3. Pelaksanaan PTK Siklus II

Siklus 2 dilaksanakan selama 1 minggu pada minggu keempat bulan maret

(Tanggal 08-15 April 2010) dengan Kompetensi Dasar : “Mengidentifikasi jenis

energi yang sering digunakan di lingkungan sekitar dan cara menghematnya”.

Pembelajaran dirancang untuk dua kali pertemuan (2 x 35 menit). Jumlah siswa

yang mengikuti pembelajaran siklus 2 sebanyak 22 siswa yang terdiri dari 14

siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

a. Tahap Perencanaan

Dengan berpedoman pada Standar Kompetensi mata pelajaran IPA,

diadakan persiapan untuk siklus ke-2 yaitu sebagai berikut :

1) Menentukan indikator : Menyebutkan jenis energi yang sering digunakan di

lingkungan sekitar dan Memperagakan penggunaan jenis energi listrik (pada

pertemuan ke-1 siklus 2). Menyebutkan cara menghemat energi dan

Memperagakan cara menghemat energi (pada pertemuan ke-2 siklus 2).

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan indikator

yang telah ditentukan.

3) Menyiapkan media benda nyata berupa blender, pemanas air (kompor) dan

termos air .

4) Setiap kali mengadakan pembelajaran guru selalu mempersiapkan, menata dan

mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga keadaan kelas kondusif untuk

belajar IPA.

b. Pelaksanaan Tindakan ke-1 pada Siklus 2

Pembelajaran ke-1 siklus 2 ini dilaksanakan pada hari Kamis 08 April

2010 dengan Kompetensi Dasar yaitu mengidentifikasi jenis energi yang sering

digunakan di lingkungan sekitar dan cara menghematnya. Dengan indikator 1)

Menyebutkan jenis energi yang sering digunakan di lingkungan sekitar dan 2)

Memperagakan penggunaan jenis energi listrik. Sebelum pelajaran dimulai guru

menata ruangan dan menyiapkan media pembelajaran. Untuk menumbuhkan

minat siswa terhadap pembelajaran guru memulai dengan mengajak siswa

melakukan permainan sekaligus tanya jawab mengenai materi “Energi” yang telah

dipelajari minggu lalu dengan menyanyikan lagu “Gotri legendri”.

Pelaksanaannya dimulai dengan menyanyikan lagu “Gotri legendri” secara

bersama-sama, bersamaan dengan itu guru menunjuk siswa dari deretan depan

paling kanan ke kiri. Lirik lagu “Gotri Legendri” yaitu:

Gotri legendri nagasari ri

Riwul ewal ewul dadah mentul tul

Tulan olan olen jadah manten ten

Titenono mbesuk gedhe dadi apa po

Podeng mbako enak mbako sedeng deng

Dengkak eyak eyok kaya kodok dok

Kodok kodoke kodok ijo jo

Jongkang ongkang-ongkang pitu likur kur

Kurma kukur oleh Tuma ma

Mata matane mata ero ro

Rokok rokoke roko ambon mbon

Mben bengi aku ngipi gudag sapi pi

Pilus pipi alus ambung wedus dus

Dosa dosane akeh banget nget

Ngentut didudut bokonge katut

Pada lirik yang terakhir “Ngentut didudut bokonge katut”, “Tut” sampai

pada siswa tertentu,siswa tersebut yang terpilih untuk menjawab pertanyaan dari

guru. Kemudian kegiatan diulang dan di awali dari siswa yang sudah ditunjuk

tadi, begitu seterusnya sampai guru memberikan 10 pertanyaan kepada 10 siswa.

Pada kegiatan inti guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus

dilaksanakan siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya

materi ajar. Guru menggali pengetahuan dasar siswa dengan cara bertanya jawab

mengenai jenis-jenis energi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satunya adalah energi gerak. Pemanfaatan energi gerak pada kehidupan

sehari-hari misalnya pada blender. Guru memberikan contoh cara penggunaan

blender. Kemudian siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok setiap

kelompok terdiri dari 3 siswa. Setiap kelompok maju untuk mendemonstrasikan

penggunaan blender sebagai peralatan elektronik yang sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari dan guru mengadakan penilaian proses sambil mengamati

motivasi siswa dalam pembelajaran. Pada akhir kegiatan inti siswa dengan

bimbingan guru menyimpulkan isi materi pembelajaran.

Memasuki kegiatan akhir guru membagikan lembar evaluasi yang harus

dikerjakan siswa secara individu yang dilanjutkan pembahasan soal evaluasi

secara bersama-sama dan pemajangan hasil evaluasi siswa yang terbaik.

Sebelum pelajaran diiakhiri guru membagikan angket motivasi belajar IPA

untuk diisi oleh siswa dan memberi nasehat kepada siswa agar senantiasa memilki

motivasi dalam belajar.

c. Pelaksanaan Tindakan ke-2 pada Siklus 2

Pembelajaran ke-2 siklus 2 ini dilaksanakan pada hari Kamis 15 April

2010 dengan Kompetensi Dasar yaitu mengidentifikasi jenis energi yang sering

digunakan di lingkungan sekitar dan cara menghematnya. Dengan indikator 1)

Menyebutkan cara menghemat energi dan 2) Memperagakan cara menghemat

energi. Sebelum pelajaran dimulai guru mempersiapkan media pembelajaran

terlebih dahulu. Pada pembelajaran ini menggunakan media pemanas air

(dispenser) dan termos air panas.

Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan

mengajak siswa menyanyikan lagu “Balonku Ada 5” dilanjutkan dengan tanya

jawab keterkaitan antara lagu apersepsi dengan materi. Keterkaitannya adalah

balon yang sudah ditiup dengan udara apabila terus menerus ditiup akan meletus,

selain boros energi juga balonnya meletus.

Pada kegiatan inti guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus

dilaksanakan siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya

materi ajar. Siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok,setiap kelompok

terdiri dari 3 siswa. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk di diskusikan

secara kelompok mengenai cara menghemat energi dilanjutkan penyimpulan hasil

diskusi yang dibimbing guru. Setiap kelompok mendapat tugas untuk

mendemonstrasikan cara menghemat energi salah satunya dengan cara

menyimpan air rebusan ke dalam termos air.

Pada kegiatan akhir siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh

guru. Soal evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa dibahas secara bersama-sama

dilanjutkan pemajangan hasil kerja siswa.

Sebelum pelajaran diakhiri guru membagikan angket motivasi untuk

dikerjakan siswa kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya. Setelah beberapa siswa mengajukan pertanyaan guru memberikan

motivasi agar siswa selalu rajin belajar.

d. Hasil Pengamatan Siklus 2

Selama pelaksanaan tindakan ke-1 dan ke-2 pada siklus 1, pengamatan

pada siswa dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dengan menggunakan format

pengamatan / lembar observasi siswa yang sebelumnya telah disiapkan oleh

peneliti yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana “Model Pembelajaran

CTL” dapat memperbaiki tingkat motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran

IPA.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tindakan ke-1, pada awal

pembelajaran sebagian siswa terlihat aktif dan senang mengikuti pembelajaran

IPA karena guru memulai dengan mengajak siswa melakukan permainan

sekaligus tanya jawab mengenai materi “Energi” yang telah dipelajari minggu lalu

dengan menyanyikan lagu “Gotri legendri”. Pada saat kegiatan inti berlangsung

siswa juga terlihat antusias mendemonstrasikan cara penggunaan blender, apalagi

pada saat itu guru mendemonstrasikan cara penggunaan blender sambil membuat

jus mangga.

Pada tindakan ke-2 siswa terlihat lebih aktif mengikuti pembelajaran IPA

dibandingkan dengan pembelajaran IPA sebelumnya. Keaktifan tersebut terlihat

pada saat menuangkan air dari pemanas air ke dalam termos, siswa berebut untuk

melakukannya.

Hasil peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran menggunakan

lembar observasi, diperoleh data seperti pada tabel 6.

Tabel 8. Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Pertemuan ke-1 Siklus 2

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat rendah(SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah (R) 0 0%

3. 17 – 24 Cukup (C) 3 13,64%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 19 86,36%

Dari tabel 8, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

pada pertemuan ke-1 Siklus 2 dengan materi “Energi yang paling banyak

digunakan” siswa yang mempunyai motivasi belajar dengan kategori cukup

sebanyak 3 siswa atau 13,64% dan kategori tinggi sebanyak 19 siswa atau

86,36% dari 22 peserta didik.

Tabel 9. Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar IPA Siswa pada Pertemuan ke-1 Siklus 2

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah (R) 0 0%

3. 17 – 24 Cukup (C) 3 13,64%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 19 86,36%

Dari tabel 9, dapat dilihat bahwa motivasi siswa setelah diadakan

tindakan ke-2 siklus 1, siswa yang memiliki kategori cukup sebanyak 3 siswa atau

13,64% dan kategori tinggi sebanyak 19 siswa atau 86,36% dari 22 peserta didik.

Tabel 10. Rekapitulasi Observasi Aktivitas Belajar IPA Siswa pada Pertemuan ke-2 Siklus 2

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah (R) 0 0%

3. 17 – 24 Cukup (C) 1 4,55%

4. 25 – 32 Tinggi (B) 21 95,45%

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa motivasi siswa setelah diadakan

tindakan ke-2 siklus 1, siswa yang memiliki kategori cukup sebanyak 1 siswa atau

4,55% dan kategori tinggi sebanyak 21 siswa atau 95,45% dari 22 peserta didik.

Tabel 11. Rekapitulasi Angket Motivasi Belajar IPA Siswa pada Pertemuan ke-2 Siklus 2

No. Skala Kategori Jumlah siswa Persentase

1. 00 – 08 Sangat Rendah (SR) 0 0%

2. 09 – 16 Rendah (R) 0 0%

3. 17 – 24 Cukup (C) 1 4,55%

4. 25 – 32 Tinggi (T) 21 95,45%

Dari tabel 11, dapat dilihat bahwa motivasi siswa setelah diadakan

tindakan ke-2 siklus 2, siswa yang memiliki kategori cukup sebanyak 1 siswa atau

4,55% dan kategori tinggi sebanyak 21 siswa atau 95,45% dari 22 peserta didik.

e. Refleksi

Data yang diperoleh melalui hasil observasi, angket motivasi, wawancara,

dan hasil belajar dikumpulkan untuk dianalisis. Berikut uraian dari hasil

observasi, angket motivasi, wawancara, dan hasil belajar:

Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran

pada materi “Energi”, terdapat 21 siswa telah tertarik terhadap apersepsi yang

baik,aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA, berani bertanya kepada guru, mampu

menjawab pertanyaan dari guru, memperhatikan penjelasan materi yang diberikan

guru, memanipulasi media yang diberikan guru, mempunyai catatan yang

lengkap, mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik.

Dengan adanya minat yang baik tersebut, siswa memiliki kepercayaan diri yang

baik, memiliki kelengkapan catatan yang baik, memiliki keberanian yang

baik/tinggi, dan memiliki dorongan untuk mengerjakan tugas dengan baik.

Selain itu, terdapat 1 siswa yang tidak tertarik terhadap apersepsi yang

diberikan oleh guru, kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA, tidak berani

bertanya kepada guru, tidak mampu menjawab pertanyaan dari guru, tidak

memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru, kurang mampu

memanipulasi media yang diberikan guru, tidak mempunyai catatan yang lengkap,

kurang mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Selama proses pembelajaran siklus ke-2, dapat direfleksikan :

1. Sebagian besar siswa telah memiliki motivasi belajar yang tinggi

2. Sebagian besar siswa telah aktif dalam kegiatan individu maupun kelompok.

3. Penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran IPA telah

terlaksana dengan baik.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan rumusan tujuan penelitian yaitu

untuk meningkatkan motivasi belajar IPA dan untuk mengetahui tingkat

keefektifan model pembelajaran CTL dalam hal tersebut maka dengan

pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran CTL

diharapkan dapat membawa perubahan pada proses pembelajaran IPA di SDN 02

Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri untuk KBM

selanjutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil angket motivasi

dapat dilihat adanya peningkatan motivasi belajar IPA siswa kelas II SDN 02

Gambirmanis.

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, diantaranya:

1. Siswa lebih tertarik (memberikan respon posititif) terhadap apersepsi yang

diberikan oleh guru

2. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA

3. Siswa lebih berani bertanya pada guru

4. Siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru dengan benar

5. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru dengan

baik.

6. Siswa memanipulasi media yang diberikan oleh guru dengan baik

7. Kelengkapan catatan siswa cukup lengkap

8. Kemampuan siswa mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru meningkat

9. Untuk lebih jelasnya peningkatan aktivitas belajar siswa selama pelakasanaan

penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dalam tabel 11 dibawah ini :

Tabel 12. Data Kumulatif Aktivitas Belajar IPA Siswa Siklus I dan Siklus II

No Nama Siswa Siklus I Siklus II Pert. 1 Pert. 2 Pert 1 Pert 2

1 Aji Nugroho (A) 19 25 28 30 2 Alvina Devi Parwati (B) 14 19 20 27 3 Alif Wahyu Saputra (C) 12 24 29 32 4 Angelika Lawrenza S (D) 25 29 31 32 5 Dika Aldianto (E) 16 26 29 30 6 Dyah ayu Ratnasari (F) 29 32 32 32 7 Dyah Eka Novita A (G) 10 25 28 30 8 Fendi Wahyu S (H) 14 24 27 29 9 Fredika Alfianto (I) 12 19 21 26 10 Gatot Tri Hantoro (J) 26 26 29 32 11 Indra Nurul Mustofa (K) 15 19 20 24 12 Margareta Anggun S (L) 27 27 32 32 13 Margono (M) 12 29 32 32 14 Mohammad Ramdani (N) 16 24 27 29 15 Nurhadi Maulana (O) 27 27 30 32

No.

Nama Siswa Siklus 1 SiklusII

Pert. 1 Pert. 2 Pert. 1 Pert.2 16 Prasetyo Bayu Aji (P) 19 26 31 32 17 Riananda Oktaviani (Q) 25 27 29 30 18 Rizky Putri Azahri (R) 28 30 32 32 19 Shinta Ayuningtyas (S) 26 28 30 31 20 Wahyu Adi Saputra (T) 15 29 32 32 21 Yogi Gunawan (U) 27 28 29 32 22 Mamat Setiawan (V) 25 24 28 32

Jumlah 439 567 626 670 Rata-rata 19,96 25,77 28,46 30,46

Dari tabel 12 bila dalam bentuk grafik terlihat pada gambar

Tabel 13 . Data Kumulatif Penilaian Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa

dalamPembelajaran IPA padaSiklus I dan Siklus II

05

101520253035

Asp

ek-a

spek

yan

g D

inila

i

Gambar 2. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Aspek Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 Aspek Keaktifan Siswa 19,96 26,23 29,91 30,46

Dari tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan aktivitas

belajar siswa yang signifikan dari siklus I ke siklus II. Pada Siklus I pertemuan 1

siswa memiliki rata-rata keaktifan sebesar 19,96 dari 22 siswa dalam kategori

cukup dan pertemuan 2 siswa memiliki rata-rata keaktifan 26,23 dari 22 siswa

dalam kategori aktif, terjadi peningkatan skor keaktifan siswa pada Siklus II

pertemuan 1 siswa yang memiliki rata-rata keaktifan sebesar 29,91 dari 22 siswa

dalam kategori tinggi dan pertemuan 2 siswa yang memiliki rata-rata keaktifan

sebesar 30,46 dari 22 siswa dalam kategori tinggi.

Untuk mengetahui perkembangan motivasi belajar IPA dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Data perkembangan motivasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika

pra tindakan, siklus I dan siklus II, seperti pada tabel 12 dibawah ini.

19.96

26.2329.91 30.46

0

5

10

15

20

25

30

35

Asp

ek-a

spek

yan

g D

inila

i

Gambar 3. Grafik Rata-Rata Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Siklus I dan Siklus II

Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Tabel 14. Data Angket Motivasi Belajar IPA sebelum dan sesudah Tindakan Siklus I dan Siklus II

No Nama Siswa Hasil Angket Motivasi Ket

Pra Tindakan

Siklus I Siklus II

1 Aji Nugroho (A) 12 25 30 Naik 2 Alvina Devi Parwati (B) 13 19 27 Naik 3 Alif Wahyu Saputra (C) 11 24 32 Naik 4 Angelika Lawrenza S (D) 25 29 32 Naik 5 Dika Aldianto (E) 15 26 30 Naik 6 Dyah ayu Ratnasari (F) 26 32 32 Naik 7 Dyah Eka Novita A (G) 8 25 30 Naik 8 Fendi Wahyu S (H) 8 24 29 Naik 9 Fredika Alfianto (I) 8 19 26 Naik

10 Gatot Tri Hantoro (J) 25 26 32 Naik 11 Indra Nurul Mustofa (K) 15 19 24 Naik 12 Margareta Anggun S (L) 25 27 32 Naik 13 Margono (M) 11 29 32 Naik 14 Mohammad Ramdani (N) 7 24 29 Naik 15 Nurhadi Maulana (O) 25 27 32 Naik 16 Prasetyo Bayu Aji (P) 6 26 32 Naik 17 Riananda Oktaviani (Q) 13 27 30 Naik 18 Rizky Putri Azahri (R) 25 30 32 Naik 19 Shinta Ayuningtyas (S) 25 28 31 Naik 20 Wahyu Adi Saputra (T) 10 29 32 Naik 21 Yogi Gunawan (U) 25 28 31 Naik 22 Mamat Setiawan (V) 13 24 32 Naik

Jumlah 351 569 626 Naik Rata-rata 15,96 25,86 28,46 Naik

Dari tabel 14 tersebut dapat dilihat bahwa motivasi belajar IPA siswa pada

Pra Tindakan, siswa yang memiliki kategori motivasi belajar sangat kurang

sebanyak 5 siswa atau 22,73% kategori motivasi belajar kurang sebnyak 7 siswa

atau 31,86% dari 22 peserta didik. Pada siklus I, terdapat siswa yang memiliki

kategori motivasi belajar cukup sebanyak 8 siswa atau 36,36%, dan kategori

motivasi belajar baik sebanyak 14 siswa atau 63,64% dari 22 peserta didik. Pada

siklus II terdapat peningkatan yang sangat signifikan, terdapat siswa yang

memiliki kategori cukup sebanyak 1 siswa atau 4,54% dan siswa yang memiliki

kategori motivasi tinggi sebanyak 22 siswa atau 95,46% dari 22 peserta didik.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan

skor motivasi belajar siswa selama siklus I menuju siklus II, peningkatan motivasi

belajar siswa tersebut tergolong dalam kategori motivasi belajar yang tinggi. Dari

tabel 14 bila dalam bentuk grafik terlihat pada gambar 4.

Tabel 15. Hasil Kumulatif Rata-rata Motivasi Belajar IPA Siswa Pra

Tindakan, Siklus I dan Siklus II

No Aspek Pra Tindakan Siklus I Siklus II

1 Motivasi Belajar Siswa 15,96 25,86 28,46

0

5

10

15

20

25

30

35

Asp

ek-a

spek

yan

g D

inila

i

Gambar 4. Grafik Peningkatan Motivasi Belajar iIPA Siklus I

Motivasi belajar Pra PTK

Motivasi Belajar Siklus 1

Motivasi belajar Siklus II

Dari tabel 15 tersebut dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Selama pelaksanaan tindakan kelas dari pra tindakan, siklus I maupun

siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa yang signifikan :

a) Peningkatan motivasi dari pra tindakan ke siklus 1

Dari data motivasi belajar siswa dilihat bahwa peningkatan motivasi

belajar siswa pada pra tindakan, siswa yang memiliki kategori motivasi belajar

sangat kurang sebanyak 5 siswa atau 22,73%, kategori motivasi belajar kurang

sebanyak 7 siswa atau 31,82%, kategori motivasi belajar cukup sebanyak 3 siswa

atau 13,64% dan kategori motivasi belajar baik sebanyak 7 siswa atau 31,82%

dari 22 peserta didik. Selanjutnya setelah diadakan tindakan pada siklus I, siswa

memiliki kategori motivasi belajar cukup baik sebanyak 8 siswa atau 36,36% dan

kategori motivasi belajar baik sebanyak 14 siswa atau 63,63% dari 22 peserta

didik. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan skor

motivasi belajar siswa selama tahap pra tindakan menuju siklus 1, namun

peningkatan motivasi belajar siswa tersebut masih tergolong dalam kategori cukup

baik. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I peneliti mengambil kesimpulan

bahwa peneitian harus dilanjutkan pada siklus II.

b) Peningkatan motivasi dari siklus I ke siklus II

Dari data motivasi tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

motivasi belajar IPA selama siklus I menuju sikus II, pada siklus I terdapat siswa

yang memiliki kategori motivasi belajar cukup baik sebanyak 8 siswa atau

15.96

25.8628.46

0

5

10

15

20

25

30A

spek

-asp

ek y

ang

Din

ilai

Gambar 5. Grafik Rata-Rata Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Motivasi Belajar Pra Tindakan

Motivasi Belajar Siklus I

Motivasi Belajar Siklus II

36,36% dan kategori motivasi belajar baik sebanyak 14 siswa atau 63,64% dari 22

peserta didik. Sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan yang sangat

signifikan terdapat siswa yang memiliki kategori motivasi belajar cukup sebanyak

1 siswa atau 4,55% dan siswa yang memiliki kategori motivasi belajar baik

sebanyak 21 siswa atau 95,45% dari 22 peserta didik. Dari uraian tersebut dapat

diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan skor motivasi belajar siswa

dari siklus I ke siklus II, peningkatan motivasi belajar siswa tersebut tergolong

dalam kategori motivasi belajar baik.

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penerapan

model pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas II

SDN 02 Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

dalam dua siklus dengan menerapkan model pembelajaran CTL sebagai salah satu

peningkatan motivasi belajar IPA siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis, dapat

diketahui bahwa penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan

motivasi belajar IPA siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis Kecamatan

Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010. Motivasi belajar

IPA siswa kelas II SDN 02 Gambirmanis dari rata-rata motivasi belajar siswa

pada pra tindakan yaitu 31,82% terjadi peningkatan pada siklus I sebesar 63,64%,

karena belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan maka

dilakukan tindakan pada siklus II. Hasilnya, terjadi peningkatan motivasi belajar

siswa yang signifikan dari 63,64% menjadi 95,45%. Adanya peningkatan tersebut

menunjukkan bahwa terdapat peningakatan motivasi pada siswa dari kondisi awal

meningkat pada siklus I dan kemudian terjadi peningkatan kembali setelah

dilakukan pembelajaran pada siklus II.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat

diajukan implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan motivasi belajar IPA

baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivasi belajar

IPA siswa dan mendapatkan respon positif dari siswa.

Dengan penerapan model pembelajaran CTL siswa dapat membangun

sendiri pengetahuannya, sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal yang

dipelajari. Suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena

menggunakan media benda nyata, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk

belajar IPA. Kerjasama dalam kelompok juga meningkat. Selain itu siswa

menjadi terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat.

Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran

yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi lebih hidup dan

menyenangkan.

2. Implikasi Praktis

Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model

pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas II

SDN 02 Gambirmanis khususnya pada materi “Energi”.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan motivasi

belajar siswa. Motivasi belajar IPA dapat ditingkatkan dengan menerapkan

model pembelajaran CTL.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di

samping itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan

atau menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran IPA

dengan menggunakan model pembelajaran CTL pada hakikatnya dapat

digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang

sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan motivasi belajar

siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi

semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat

diperlukan dalam meningkatkan motivasi belajar IPA siswa.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran

CTL pada kelas II SDN 02 Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Tahun Ajaran

2009 / 2010, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran

untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan

kompetensi peserta didik SDN I Simo pada khususnya sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Penelitian dengan class-room action research membantu dalam

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan motivasi belajar (materi energi) diharapkan

menggunakan pendekatan kontekstual.

b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan

pembelajaran diharapkan menerapkan pendekatan kontekstual.

3. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar .

b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari

hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Akhmad Sudrajad. 2008. Pembelajaran Kontekstual.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/diunduh 23 Januari 2010)

____________________. Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik Taktik

dan Model Pembelajaran. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/model-pembelajaran/ diunduh tanggal 30 Mei 2010).

Anisah. 2008. Kelemahan dan Kelebihan CTL dan Pakem.

(http://anisah89.blogspot.com/2009/02/kelemahan-dan-kelebihan-ctl-dan-pakem.html diunduh tanggal 02 Februari 2010).

Anonim. 2010. Strategi Pembelajaran Kontekstual.

(http://s3s3p.wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual/ diunduh 23 Januari 2010).

Bettye P. Smith. 2006. Contexyual Teaching and Learning Practices in The

Family and Consumer Sciences Curriculum. (http://www.natefacs.org/JFCSE/v24no1/v24no1Shamsid-Deen.pdf diunduh tanggal 13 Mei 2010)

Dadang Garnida. 2006. Pendekatan Pembelajaran.

(http://www.curriki.org/xwiki/bin/view/Coll_dagar/KB2PENDEKATANPEMBLJARANSAINSDISD?bc=;Coll_dagar.MODUL-MODULDIKLAT diunduh tanggal 23 januari 2010).

___________________.2006. Sains dan Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar..

(http://www.curriki.org/xwiki/bin/view/Coll_dagar/KB1SAINSDANPEMBLJARANSAINSDISD?bc=;Coll_dagar.MODUL-MODULDIKLAT diunduh tanggal 23 januari 2010).

Erica P. Howard. 2005. Motivation and Determination of Nontraditional Students

to Continue Higher Education in Workforce Education and Development, off Campus Degree Program. (http://www.siu.edu/departements/coe/ras1/474/motivation/s1d007html diunduh tanggal 23 januari 2010)

Hamzah B.Uno.2008. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Bandung : Bumi

Aksara.

Imam Mawardi. 2009. Implemnetasi Kurikulum Sebuah Prinsip Dasar. (http://ImamMawardiblog.persimpangan.com/blog/2007/08/06/pengertian-pembelajaran diunduh tanggal 30 mei 2010).

I Wayan Santyasa. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif.

(http://IWayan.files.wordpress.com/2010/03/model-model-pembelajaran-inovatif.pdf diunduh tanggal 30 Mei 2010).

Junianto. 2010. Strategi Pembelajaran Kontekstual.(http://Junianto

.wordpress.com/2010/03/10/strategi-pembelajaran-kontekstual diunduh 23 Mei 2010)

Munir Yusuf. 2010. Pengertian Implementasi

Kurikulum.(http://www.muniryusuf.com/pengertian-implementasi-kurikulum.html diunduh tanggal 07 Juni 2010).

M. Sobry Sutikno. 2008. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi. (http://

peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi.html diunguh tanggal 02 Februari 2010).

Parsaoran Siahaan.2009. Hakikat Sains dan Pembelajaran Sains.

(http://file.upi.edu/Direktori/DFPMIPA/JUR.PEND.FISIKA/195803011980021_PARSAORAN_SIAHAAN/Makalah_Modul/Pelatihan_guru_SD_Banten/Hakekat_Sains.pdf diunduh 23 Januari 2010)

Rachmad Widodo. 2009. Model Pembelajaran.

(http://www.RachmadWidodo.com/model-pembelajaran.html diunduh tanggal 30 Mei 2010)

Rushadi. 2007. Pengertian Pembelajaran.

(http://www.RushadiBlogspot.com/pengertian-pembelajaran.html diunduh tanggal 07 Juni 2010).

Sardiman AM. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. Sigit Wirawan. 2009. Penerapan Pengajaran Remedial Bilangan Bulat untuk

Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Bagi Siswa Berkesulitan Belajar di Kelas V SDN 04 Wonorejo Jatiyoso Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. FKIP UNS (tidak dipublikasikan)

Siti Mutmainah.2007. Penerapan Pendekatan CTL Disertai lembar Kerja Siswa

(LKS) Terhadap Hasil belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 21 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. FKIP UNS (tidak dipublikasikan).

Sugiyanto.2008.Model-Model Pembelajaran Inovatif.Surakarta : UNS Press Sujianto. 2008. Model Manajemen Kerja.(http://www.Model-Manajemen-

Kerja.blogspot.com/2008, diunduh tanggal 30 Mei 2010). Sukarto. 2009. Konsep Pendekatan Metode dan Strategi dalam Pembelajaran.

(http://www.Sukarto_blogspot.com/2009 diunduh tanggal 12 Mei 2010) Suryanti. 2009. Hakikat Sains.

(http://blogsuryanti.files.wordpress.com/2009/06/hakikat-sains.doc diunduh tanggal 23 januari 2010)

Suwarno. 2009. Implementasi Pembelajaran Peta Konsep dalam Rangka

Meningkatkan Kualitas Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Tesis.(http://digilib.uns.ac.id/2010 diunduh tanggal 07 Juni 2010)

St.Y.Slamet dan Suwarto.2007. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.

Surakarta: UNS Press. Udin Syaefudin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Balai Aksara. Wasty Soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Widara. 2008. Definisi IPA. (http://Widara.files.wordpress.com/2008/05/definisi-

ipa.pdf, diunduh tanggal 09 Januari 2010) Yetti Ellyana. 2009.Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA

(http://pendekatan-kontekstual.blogspot.com/2009/08/pendekatan-kontektual-dalam.html, diunduh tanggal 24 Januari 2010).

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Pengetahuan_Alam di unduh 23 Januari 2010.

Lampiran 1

Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa

Dimensi Indikator Nomor butir Jumlah Motivasi Internal

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

1,2,3 4

5,6

3

1

2

Motivasi eksternal

1. Adanya penghargaan dalam belajar

2. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

3. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

7,8 9

10

2

1

1

Lampiran 2

Angket Motivasi Belajar IPA

Siklus 1

Identitas Responden

Nama : ___________________

Kelas : ___________________

No. Absen : ___________________

Petunjuk pengisian a) Sebelum mengisi pernyataan-pernyataan berikut, bacalah terlebih dahulu

petunjuk pengisian ini. b) Setiap pertnyataan pilihlan salah satu jawaban yang paling sesuai dengan

keadaan Anda, lalu bubuhkanlah tanda ”Cek” (V) pada kotak yang tersedia. Untuk menentukan pilihan, anda harus berpedoman pada keterangan

berikut:

4 = artinya selalu

3 = artinya sering

2 = artinya kadang-kadang

1 = artinya pernah

0 = artinya tidak pernah sama sekali

Daftar Pernyataan

No. Pernyataan 4 3 2 1 0 1. Saya membaca materi yang telah di ajarkan guru

setelah pulang sekolah

2. Saya mempersiapkan buku pelajaran IPA sebelum berangkat sekolah

3. Saya mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran IPA

4. Saya mengerjakan PR pelajaran IPA tanpa bantuan orang tua

5. Saat pelajaran berlangsung saya siswa yang aktif bertanya.

6. Saya mencatat dengan tertib materi yang diajarkan oleh guru.

7. Saya mengikuti bimbingan belajar (les) mata

pelajaran IPA di rumah. 8. Saya memperhatikan dengan baik pada saat guru

menyampaikan materi

9. Saya senang mengikuti pelajaran IPA jika guru menggunakan alat peraga yang nyata

10. Saya siswa yang jarang ke luar kelas pada saat kegiatan pembelajaran IPA berlangsung

Skala Penilaian Motivasi

31 – 40 = tinggi

21 – 30 = cukup

11 – 20 = rendah

00 – 10 = Sangat rendah

Lampiran 3 Angket Motivasi Belajar IPA

Siklus 1

( Untuk Orang Tua)

2. Pengantar a) Angket ini diedarkan kepada Anda dengan maksud untuk mendapatkan

informasi sehubungan dengan penelitian tentang Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN 02 Gambirmanis.

b) Informasi yang diperoleh dari Anda sangat berguna bagi kami untuk menganalisa tentang peningkatan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN 02 Gambirmanis.

c) Data yang kami dapatkan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian. Untuk itu Anda tidak perlu ragu untuk mengisi angket ini.

d) Partisipasi Anda memberikan informasi sangat kami harapkan. 3. Petunjuk pengisian

a) Sebelum mengisi pernyataan-pernyataan berikut, kami mohon kesediaan Anda untuk membacanya terlebih dahulu petunjuk pengisian ini.

b) Setiap pertnyataan pilihlan salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda, lalu bubuhkanlah tanda ”Cek” (V) pada kotak yang tersedia. Untuk menentukan pilihan, anda harus berpedoman pada keterangan

berikut:

4 = artinya selalu

3 = artinya sering

2 = artinya kadang-kadang

1 = artinya pernah

0 = artinya tidak pernah sama sekali 4. Daftar Pernyataan No. Pernyataan 4 3 2 1 0 1. Anak saya mempersiapkan buku pelajaran IPA

kemudian membaca materi yang telah diajarkan oleh guru.

2. Anak saya mengerjakan PR pelajaran IPA tanpa bantuan dari saya

3. Anak saya mendapat nilai yang baik dalam pelajaran IPA

4. Buku catatan pelajaran IPA anak saya runtut dan rajin

5. Anak saya aktif mencari informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran IPA

dengan cara bertanya kepada saya 6. Anak saya mengikuti bimbingan belajar (les)

mata pelajaran IPA di rumah.

7 Anak saya membaca buku pelajaran IPA setelah pulang sekolah

8 Anak saya membuat prakarya Sain di rumah 9 Anak saya aktif mengerjakan tugas yang guru

berikan dari sekolah

10 Anak saya senang menonton acara televisi yang berhubungan dengan pelajaran IPA

Skala Penilaian Motivasi

31 – 40 = tinggi

21 – 30 = cukup

11 – 20 = rendah

00 – 10 = Sangat rendah

Lampiran 4 Angket Motivasi Belajar IPA

Siklus 2

Identitas Responden

Nama : ___________________

Kelas : ___________________

No. Absen : ___________________

Petunjuk pengisian a) Sebelum mengisi pernyataan-pernyataan berikut, bacalah terlebih dahulu

petunjuk pengisian ini. b) Setiap pertnyataan pilihlan salah satu jawaban yang paling sesuai dengan

keadaan Anda, lalu bubuhkanlah tanda ”Cek” (V) pada kotak yang tersedia. Untuk menentukan pilihan, anda harus berpedoman pada keterangan

berikut:

4 = artinya selalu

3 = artinya sering

2 = artinya kadang-kadang

1 = artinya pernah

0 = artinya tidak pernah sama sekali

Daftar Pernyataan

No. Pernyataan 4 3 2 1 0 1. Saya membaca materi yang telah di ajarkan guru

setelah pulang sekolah

2. Saya mempersiapkan buku pelajaran IPA sebelum berangkat sekolah

3. Saya mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran IPA

4. Saya mengerjakan PR pelajaran IPA tanpa bantuan orang tua

5. Saat pelajaran berlangsung saya siswa yang aktif bertanya.

6. Saya mencatat dengan tertib materi yang diajarkan oleh guru.

7. Saya mengikuti bimbingan belajar (les) mata pelajaran IPA di rumah.

8. Saya memperhatikan dengan baik pada saat guru menyampaikan materi

9. Saya senang mengikuti pelajaran IPA jika guru menggunakan alat peraga yang nyata

10. Saya siswa yang jarang ke luar kelas pada saat kegiatan pembelajaran IPA berlangsung

Skala Penilaian Motivasi

31 – 40 = tinggi

21 – 30 = cukup

11 – 20 = rendah

00 – 10 = Sangat rendah

Lampiran 5 Angket Motivasi Belajar IPA

Siklus 2

( Untuk Orang Tua)

5. Pengantar a) Angket ini diedarkan kepada Anda dengan maksud untuk mendapatkan

informasi sehubungan dengan penelitian tentang Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN 02 Gambirmanis.

b) Informasi yang diperoleh dari Anda sangat berguna bagi kami untuk menganalisa tentang peningkatan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN 02 Gambirmanis.

c) Data yang kami dapatkan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian. Untuk itu Anda tidak perlu ragu untuk mengisi angket ini.

d) Partisipasi Anda memberikan informasi sangat kami harapkan. 6. Petunjuk pengisian

a) Sebelum mengisi pernyataan-pernyataan berikut, kami mohon kesediaan Anda untuk membacanya terlebih dahulu petunjuk pengisian ini.

b) Setiap pertnyataan pilihlan salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda, lalu bubuhkanlah tanda ”Cek” (V) pada kotak yang tersedia. Untuk menentukan pilihan, anda harus berpedoman pada keterangan

berikut:

4 = artinya selalu

3 = artinya sering

2 = artinya kadang-kadang

1 = artinya pernah

0 = artinya tidak pernah sama sekali 7. Daftar Pernyataan No. Pernyataan 4 3 2 1 0 1. Anak saya mempersiapkan buku pelajaran IPA

kemudian membaca materi yang telah diajarkan oleh guru.

2. Anak saya mengerjakan PR pelajaran IPA tanpa bantuan dari saya

3. Anak saya mendapat nilai yang baik dalam pelajaran IPA

4. Buku catatan pelajaran IPA anak saya runtut dan rajin

5. Anak saya aktif mencari informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran IPA

dengan cara bertanya kepada saya 6. Anak saya mengikuti bimbingan belajar (les)

mata pelajaran IPA di rumah.

7 Anak saya membaca buku pelajaran IPA setelah pulang sekolah

8 Anak saya membuat prakarya Sain di rumah 9 Anak saya aktif mengerjakan tugas yang guru

berikan dari sekolah

10 Anak saya senang menonton acara televisi yang berhubungan dengan pelajaran IPA

Skala Penilaian Motivasi

31 – 40 = tinggi

21 – 30 = cukup

11 – 20 = rendah

00 – 10 = Sangat rendah

Lampiran 6

PEDOMAN OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA

Poin-poin yang diobservasi yaitu:

a. Tertarik (memberikan respon posititif) terhadap apersepsi yang diberikan

oleh guru

b. Aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA

c. Berani bertanya pada guru

d. Mampu menjawab pertanyaan dari guru

e. Memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru

f. Memanipulasi media yang diberikan oleh guru

g. Mempunyai catatan yang lengkap

h. Mampu mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru

Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA

SIKLUS I

No Siswa Aspek yang dinilai

Jmlh Ket. aspek yang dinilai a b c d e f g h

1 A a. Tertarik (memberikan

respon posititif) terhadap

apersepsi yang diberikan

oleh guru

b. Aktif dalam kegiatan

pembelajaran IPA

c. Berani bertanya pada guru

d. Mampu menjawab

pertanyaan dari guru

e. Memperhatikan

penjelasan materi yang

diberikan oleh guru

f. Memanipulasi media yang

diberikan oleh guru

g. Mempunyai catatan yang

lengkap

h. Mampu mengerjakan

tugas yang di berikan oleh

guru

2 B

3 C

4 D

5 E

6 F

7 G

8 H

9 I

10 J

11 K

12 L

13 M

14 N

15 O

16 P

17 Q

18 R

19 S

20 T

21 U

22 V

Lampiran 8 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA

SIKLUS 2

No Siswa Aspek yang dinilai

Jmlh Ket. aspek yang dinilai a b c d e f g h

1 A a. Tertarik (memberikan

respon posititif)

terhadap apersepsi

yang diberikan oleh

guru

b. Aktif dalam kegiatan

pembelajaran IPA

c. Berani bertanya pada

guru

d. Mampu menjawab

pertanyaan dari guru

e. Memperhatikan

penjelasan materi yang

diberikan oleh guru

f. Memanipulasi media

yang diberikan oleh

guru

g. Mempunyai catatan

yang lengkap

h. Mampu mengerjakan

tugas yang di berikan

oleh guru

2 B

3 C

4 D

5 E

6 F

7 G

8 H

9 I

10 J

11 K

12 L

13 M

14 N

15 O

16 P

17 Q

18 R

19 S

20 T

21 U

22 V

Lampiran 9 PEDOMAN WAWANCARA GURU

No. Pokok pertanyaan Jawaban 1 Apakah lingkungan SDN 02

Gambirmanis sudah termasuk linkungan belajar yang kondusif?

2 Apakah kegiatan pembelajaran yang Anda lakukan selama ini sudah menarik bagi siswa?

3 Apakah Anda memberi penghargaan/penguatan terhadap setiap keberhasilan siswa?

4 Apakah siswa yang Anda ajar memiliki harapan dan cita-cita masa depan berkaitan dengan bidang IPA?

5 Apakah siswa yang Anda ajar memiliki dorongan dan kebutuhan yang tinggi dalam belajar IPA

6 Apakah siswa yang Anda ajar memiliki hasrat dan keinginan berhasil dalam pembelajaran IPA?

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) Siklus 1 ( pertemuan 1)

Nama Sekolah : SDN 02 Gambirmanis

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : II (Dua) / II (dua

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1x pertemuan)

5) Standar kompetensi

Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-

hari dan kegunaannya.

6) Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi sumber energi (panas, listrik, cahaya dan bunyi) yang ada di

lingkungan sekitar.

7) Indikator

1. Menyebutkan bentuk-bentuk energi.

2. Memperagakan bentuk-bentuk energi

3. mengidentifikasi alat-alat penghasil energi.

8) Tujuan Pembelajaran

1. Melalui observasi siswa dapat menyebutkan bentuk-bentuk energi dengan

benar.

2. Melalui demonstrasi siswa dapat memperagakan bentuk-bentuk energi dengan

benar.

3. Melalui kerja kelompok siswa dapat mengidentifikasi alat-alat penghasil

energi dengan benar.

9) Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran ini selesai, diharapakn siswa dapat memanfaatkan bentuk-

bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari.

10) Materi Pembelajaran

1. Bentuk bentuk energi

a. Bunyi Bunyi adalah bentuk energi. Energi bunyi didengar telinga.

b. Cahaya Cahaya adalah bentuk energi. Energi cahaya membuat terang.

c. Panas Panas adalah bentuk energi. Panas setrika menghaluskan baju.

d. Gerak Gerak adalah bentuk energi. Gerak kipas menghasilkan angin

Merasakan berbagai bentuk energi alat dan bahan : 1 peluit senter dan buku 2 mobil mainan berisi baterai lakukan kegiatan berikut : 1 bertepuk tanganlah, lalu tiuplah peluit 2 gosok kedua telapak tanganmu, lalu tempelkan pada pipimu 3 nyalakan lampu senter, lalu peganglah permukaan 4 kipaskan buku di wajahmu 5 jalankan mobil mainan No. Kegiatan Bentuk energi Alat yang

menghasilkan energi 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

2. Alat-alat penghasil energi

alat rumah tangga penghasil energi

di rumah banyak alat rumah tangga alat alat itu dapat menghasilkan energi ada alat yang menghasilkan bunyi contohnya televisi radio dan telepon b alat alat penghasil energi ada alat yang menghasilkan panas contohnya setrika penanak nasi dan kompor

ada alat yang menghasilkan cahaya contohnya lampu dan senter ada alat yang menghasilkan gerak contohnya kipas angin dan jam dinding

benda benda lain penghasil energi banyak benda lain penghasil energi berbagai alat musik menghasilkan bunyi caranya berbeda beda biola berbunyi bila digesek seruling berbunyi bila ditiup

piano berbunyi bila tuts piano ditekan drum berbunyi bila dipukul di jalan banyak benda penghasil energi ada benda penghasil bunyi contohnya klakson kendaraan dan peluit polisi ada benda penghasil panas contohnya knalpot kendaraan

ada benda penghasil cahaya contohnya lampu kendaraan lampu jalan dan lampu lalu lintas di jalan banyak benda penghasil gerak contohnya roda mobil dan sepeda motor

11) Skenario Pembelajaran

1. KEGITAN AWAL (10 menit)

APERSEPSI

Siswa menyanyikan lagu “Lihat bapak polisi”

2. KEGIATAN INTI (40 menit)

Tanya jawab mengenai keterkaitan lagu apersepsi dengan materi

pembelajaran.

Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus dilaksanakan

siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya

materi ajar.

Tanya jawab mengenai bentuk-bentuk energi.

Siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok,setiap kelompok

terdiri dari 3 siswa.

Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pengamatan

terhadap setrika, radio, lampu dan Hand Phone.

Siswa mendeskripsikan benda yang diamatinya.

Siswa mengidentifikasi benda-benda yang diamatinya tergolong

sumber energi panas, listrik, bunyi atau cahaya.

Siswa mendemonstrasikan mengenai bentuk-bentuk energi

Siswa dengan bimbingan menyimpulkan isi materi pembelajaran.

3. KEGIATAN AKHIR (20 menit)

a) Evaluasi

b) Pembahasan soal evaluasi secara bersama-sama

c) Pemajangan lembar kerja siswa

12) Sumber, Media, Strategi dan Metode Pembelajaran

1. Sumber

a. KTSP SLABUS KELAS II, BSNP, Depdiknas

b. Mari, Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA 2 Untuk SD/MI Kelas II, Sjaeful Anwar

c. & Cucu Suhendar. BSE : 2008. Halaman 89-108.

d. Ilmu Pengetahuan Alam 2 untuk SD/MI kelas II, Sri Purwanti dkk. BSE

: 2008. halaman 59-63

e. Senang belajar IPA 2. Rositawati S. BSE : 2008. Halaman 106-119

f. IPA untuk SD Kelas 2. Heri Sulistyanto. BSE : 2008. Halaman 64-72

2. Media

Setrika, radio, lampu senter dan Hand Phone.

3. Strategi

CTL

4. Metode Pembelajaran

Tanya jawab, observasi, diskusi, demonstrasi dan penugasan.

13) Penilaian

1) Teknik penilaian

Lisan

Perbuatan (perfomance)

Tertulis

2) Bentuk tes

Isian

3) Instrumen penilaian

a. Soal dan skor penilaian

151

No. Benda Energi yang dihasilkan

1

2

3

4

5

6

7

152

8

9

10

Kunci jawaban :

1. Gerak

2. Bunyi

3. Gerak

4. Panas/cahaya

5. Panas/cahaya

6. Panas

7. Gerak

8. Cahaya dan bunyi

9. Cahaya dan bunyi

10. Panas

b. Lembar pengamatan perfomance dan penilaian

No Nama Keaktifan Keerjasama Sikap Ketepatan Skor Ket

153

Skor penilaian

Keaktifan Kerjasama

Aktif 25

Kurang aktif 15

Tidak aktif 0

Kerjasama baik 25

Kurang kerjasama 15

Tidak ada kerjasama 0

Sikap Ketepatan jawaban

Baik 20

Kurang baik 15

Tepat dan cepat 3 0

Tepat tetapi lambat 25

Kurang tepat 15

Tidak tepat 0

Pracimantoro, 25 Maret 2010

Mengetahui, Praktikan Kepala SDN 02 Gambirmanis Sapuan, S.Pd Nanik Hartini NIP 1957 0520 1980121 004 NIM X7108716

154

Lampiran 11

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) Siklus 1 (pertemuan ke 2)

Nama Sekolah : SDN 02 Gambirmanis Pracimantoro

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : II (Dua) / II (dua

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1x pertemuan)

A. Standar kompetensi

Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari dan kegunaannya.

B. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi sumber energi (panas, listrik, cahaya dan bunyi) yang ada di

lingkungan sekitar.

C. Indikator

1. mengidentifikasi sumber-sumber energi.

2. mengidentifikasi perubahan energi.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui observasi siswa dapat mengidentifikasi sumber-sumber energi

dengan benar.

2. Melalui percobaan siswa dapat mengidentifikasikan perubahan energi

dengan benar.

E. Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran ini selesai, diharapakn siswa dapat menerapkan

pengalaman belajarnya mengenai perubahan energi dalam kehidupan sehari-

hari.

155

F. Materi Pembelajaran

sumber sumber energi energi berasal dari sumber energi ada berbagai sumber energi matahari siang hari cahaya matahari sangat terang panas matahari membuat berkeringat matahari memberikan cahaya dan panas matahari sumber energi

angin layang layang bergerak ditiup angin perahu bergerak ditiup angin bendera berkibar ditiup angin angin menggerakkan benda angin sumber energi

air aliran air menggerakkan perahu aliran air menggerakkan kincir air banjir menghanyutkan rumah aliran air menggerakkan benda air sumber energi

gas dan minyak bumi tabung gas berisi gas elpiji tabung gas dihubungkan ke kompor kompor gas bisa menyala kompor minyak berisi minyak tanah kompor minyak tanah dapat menyala gas dan minyak tanah sumber energi

listrik dan baterai televisi dan lampu menyala bila dihubungkan dengan listrik senter menyala bila diisi baterai mainan bergerak bila diisi baterai listrik dan baterai sumber energi

makanan aku dapat belajar bila bertenaga aku juga bisa mengangkat benda tenagaku dihasilkan oleh makanan makanan sumber energi

Percobaan perubahan Energi alat dan bahan

156

1 radio listrik 2 senter dengan baterai langkah langkah percobaan 1 1 hubungkan radio dengan listrik nyalakan radio dan amati yang terjadi 2 cabut kabel radio dari sumber listriknyalakan radio dan amati yang terjadi Perco baan 2 1 isikan baterai pada lampu senter hidupkan senter dan amati yang terjadi 2 ambil baterai dari dalam senter hidupkan senter dan amati yang terjadi pertanyaan 1 kapan radio menyala dan mati 2 kapan senter menyala dan mati 3 apa kesimpulanmu

G. Skenario Pembelajaran

1. KEGITAN AWAL (10 menit)

APERSEPSI

Siswa menyanyikan lagu ”matahari terbit”

2. KEGIATAN INTI (40 menit)

Tanya jawab mengenai keterkaitan lagu apersepsi dengan materi

pembelajaran.

Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus dilaksanakan

siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya

materi ajar.

Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pengamatan

terhadap setrika, radio, lampu dan Hand Phone.

Siswa mendeskripsikan benda yang diamatinya.

Siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok,setiap kelompok

terdiri dari 3 siswa.

Siswa melakukan percobaan mengenai perubahan energi.

Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan serta

melaksanakan penilaian kerja kelompok.

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan isi materi pembelajaran.

3. KEGIATAN AKHIR (20 menit)

d) Evaluasi

e) Pembahasan soal evaluasi secara bersama-sama

157

H. Sumber, Media, Strategi dan Metode Pembelajaran

2. Sumber

a. KTSP SLABUS KELAS II, BSNP, Depdiknas

b. Mari, Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA 2 Untuk SD/MI Kelas II, Sjaeful Anwar & Cucu Suhendar. BSE : 2008. Halaman 92-108.

c. Ilmu Pengetahuan Alam 2 untuk SD/MI kelas II, Sri Purwanti dkk. BSE

: 2008. halaman 63-67

d. Senang belajar IPA 2. Rositawati S. BSE : 2008. Halaman 119-123

e. IPA untuk SD Kelas 2. Heri Sulistyanto. BSE : 2008. Halaman 72-75

3. Media

Setrika, radio, lampu dan Hand Phone.

4. Strategi

CTL

5. Metode Pembelajaran

Tanya jawab, percoban dan kerja kelompok.

I. Penilaian

4) Teknik penilaian

Lisan

Perbuatan (perfomance)

Tertulis

5) Bentuk tes

Isian

6) Instrumen penilaian

a. Soal dan skor penilaian

Ayo pikirkan bersama temanmu lihat alat alat di bawah ini apa sumber energi yang diperlukannya contoh:

penanak nasi sumber energinya listrik

158

No Benda Sumber Energi 1

2

3

4

5

6

7

8

159

9

10

Kunci Jawaban :

1. Baterai 2. Baterai 3. Listrik 4. Listrik 5. Listrik 6. Minyak tanah 7. Listri 8. Listrik 9. Kimia 10. Bensin

b. Lembar pengamatan perfomance dan penilaian

No Nama Keaktifan Keerjasama Sikap Ketepatan Skor Ket

160

Skor penilaian

Keaktifan Kerjasama

Aktif 25

Kurang aktif 15

Tidak aktif 0

Kerjasama baik 25

Kurang kerjasama 15

Tidak ada kerjasama 0

Sikap Ketepatan jawaban

Baik 20

Kurang baik 15

Tepat dan cepat 3 0

Tepat tetapi lambat 25

Kurang tepat 15

Tidak tepat 0

Pracimantoro, 01 April 2010

Mengetahui, Praktikan Kepala SDN 02 Gambirmanis Sapuan, S.Pd Nanik Hartini NIP 1957 0520 1980121 004 NIM X7108716

161

Lampiran 12

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) Siklus 2 (pertemuan 1)

Nama Sekolah : SDN 02 GambirmanisPracimantoro

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : II (Dua) / II (dua

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1x pertemuan)

A. Standar kompetensi

Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari dan kegunaannya.

B. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi jenis energi yang sering digunakan di lingkungan sekitar dan

cara menghematnya.

C. Indikator

1. menyebutkan jenis energi yang sering digunakan di lingkungan sekitar.

2. memperagakan penggunaan jenis energi listrik.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui tanya jawab siswa dapat menyebutkan jenis energi yang sering

digunakan di lingkung sekitar dengan benar.

2. melalui demonstrasi siswa dapat memperagakan penggunaan jenis energi

listrik (blender) yang sering digunakan di lingkungan sekitar dengan benar

E. Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran ini selesai, diharapakn siswa dapat menghemat

penggunaan energi (panas,listrik,cahaya dan bunyi) dalam kehidupan sehari-

hari.

F. Materi Pembelajaran

Energi yang paling banyak digunakan

162

penggunaan energi bunyi aku mendengar orang berbicara aku mendengar bunyi radio aku mendengar bunyi musik yang indah aku mendengar karena ada energi bunyi setiap hari manusia memanfaatkan energi bunyi

penggunaan energi cahaya cahaya matahari menerangi bumi siang hari terang benderang malam hari bulan menerangi bumi lampu menerangi rumah dan lingkungan setiap hari manusia membutuhkan energi cahaya

penggunaan energi panas panas kompor untuk memasak panas setrika untuk merapikan pakaian panas matahari mengeringkan pakaian panas matahari mengeringkan bahan makanan contohnya padi ikan dan kerupuk setiap hari manusia membutuhkan energi panas

penggunaan energi gerak setiap hari ada orang pergi ada yang naik sepeda mobil atau bus pesawat terbang atau kapal laut berbagai alat itu memakai energi gerak

bila panas aku menghidupkan kipas angin gerak kipas angin membuat udara sejuk aku membuat jus memakai blender blender dapat menghancurkan buah setiap hari manusia membutuhkan energi gerak

G. Skenario Pembelajaran

1. KEGITAN AWAL (15 menit)

APERSEPSI

Siswa dengan bimbingan guru melakukan permainan ”Gotri Legendri”

2. KEGIATAN INTI (35 menit)

Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus dilaksanakan

siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya

materi ajar.

Tanya jawab mengenai jenis energi yang sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

163

Guru memberi contoh cara penggunaan blender.

Siswa dengan bimbingan guru mendemonstrasikan penggunaan

blender sebagai peralatan elektronik yang sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Guru membimbing siswa sambil mengadakan penilaian kerja

kelompok.

Siswa dengan bimbingan menyimpulkan isi materi pembelajaran.

3. KEGIATAN AKHIR (20 menit)

f) Evaluasi

g) Pembahasan soal evaluasi secara bersama-sama

h) Pemajangan lembar kerja siswa

H. Sumber, Media, Strategi dan Metode Pembelajaran

1. Sumber

a. KTSP SLABUS KELAS II, BSNP, Depdiknas

b. Mari, Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA 2 Untuk SD/MI Kelas II, Sjaeful Anwar & Cucu Suhendar. BSE : 2008. Halaman 90-108.

c. Ilmu Pengetahuan Alam 2 untuk SD/MI kelas II, Sri Purwanti dkk.

BSE : 2008. halaman 65-78

d. Senang belajar IPA 2. Rositawati S. BSE : 2008. Halaman 120-124

e. IPA untuk SD Kelas 2. Heri Sulistyanto. BSE : 2008. Halaman 70-75

2. Media

Blender

3. Strategi

CTL

4. Metode Pembelajaran

Tanya jawab, demonstrasi dan penugasan.

I. Penilaian

1) Teknik penilaian

Lisan

Perbuatan (perfomance)

Tertulis

164

2) Bentuk tes

Isian

3) Instrumen penilaian

c. Soal dan skor penilaian

Apakah nama sumber energi yang dipakai pada setiap kegiatan ?

1. senter menerangi gelap senter dihidupkan dengan sumber energi ...

2. kendaraan berlari kencang mesin kendaraan dihidupkan dengan sumber energi ...

3. tukang becak mengayuh becak becak dapat berjalan dengan sumber energi ...

4. mobil mainan berjalan mobil mainan digerakkan dengan sumber energi ...

165

d. Lembar pengamatan perfomance dan penilaian

No Nama Keaktifan Keerjasama Sikap Ketepatan Skor Ket

Skor penilaian

Keaktifan Kerjasama

Aktif 25

Kurang aktif 15

Tidak aktif 0

Kerjasama baik 25

Kurang kerjasama 15

Tidak ada kerjasama 0

Sikap Ketepatan jawaban

Baik 20

Kurang baik 15

Tepat dan cepat 3 0

Tepat tetapi lambat 25

Kurang tepat 15

Tidak tepat 0

Pracimantoro, 08 April 2010 Mengetahui, Praktikan Kepala SDN 02 Gambirmanis Sapuan, S.Pd Nanik Hartini NIP 1957 0520 1980121 004 NIM X7108716

166

Lampiran 13

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) Siklus 2 (pertemuan ke 2)

Nama Sekolah : SDN 02 GambirmanisPracimantoro

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : II (Dua) / II (dua

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit ( 1x pertemuan)

A. Standar kompetensi

Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari dan kegunaannya.

B. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi sumber energi (panas, listrik, cahaya dan bunyi) yang ada di

lingkungan sekitar.

C. Indikator

1. Menyebutkan cara menghemat energi.

2. memperagakan cara menghemat energi

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui kerja kelompok siswa dapat menyebutkan cara menghemat energi

dengan benar.

2. melalui demonstrasi siswa dapat memperagakan cara menghemat energi

dengan benar.

E. Dampak Pengiring

Setelah pembelajaran ini selesai, diharapakn siswa dapat menghemat

penggunaan energi (panas,listrik,cahaya dan bunyi) dalam kehidupan sehari-

hari.

F. Materi Pembelajaran

Penghematan energi

167

peralatan yang kita gunakan sehari hari membutuhkan banyak energi energi akan habis jika dipakai terus menerus jika energi habis maka tidak ada lagi penggantinya akibatnya peralatan yang kita miliki tidak dapat digunakan lagi apa yang harus kita lakukan agar energi tidak cepat habis cara yang paling mudah adalah dengan menghemat energi matikan televisi apabila tidak ditonton lagi matikan lampu di siang hari dan ketika tidak dipakai pakailah peralatan yang hemat energi

G. Skenario Pembelajaran

1. KEGITAN AWAL (15 menit)

APERSEPSI

Siswa melakukan permainan ”Dek Ulek”

2. KEGIATAN INTI (35 menit)

Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang harus dilaksanakan

siswa dan kompetensi yang harus dicapai siswa serta pentingnya

materi ajar.

Siswa dengan bimbingan guru membentuk kelompok,setiap kelompok

terdiri dari 3 siswa.

Guru memberi contoh cara penghematan energi dengan menyimpan air

panas ke dalam termos.

Siswa dengan bimbingan guru mendemonstrasikan cara menghemat

energi yaitu dengan menyimpan air rebusan ke dalam termos.

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan isi materi pembelajaran.

3. KEGIATAN AKHIR (20 menit)

a) Evaluasi

b) Pembahasan soal evaluasi secara bersama-sama

c) Pemajangan lembar kerja siswa

H. Sumber, Media, Strategi dan Metode Pembelajaran

1. Sumber

a. KTSP SLABUS KELAS II, BSNP, Depdiknas

168

b. Mari, Belajar Ilmu Pengetahuan Alam IPA 2 Untuk SD/MI Kelas II, Sjaeful Anwar & Cucu Suhendar. BSE : 2008. Halaman 89-108.

c. Ilmu Pengetahuan Alam 2 untuk SD/MI kelas II, Sri Purwanti dkk. BSE

: 2008. halaman 59-63

d. Senang belajar IPA 2. Rositawati S. BSE : 2008. Halaman 106-119

e. IPA untuk SD Kelas 2. Heri Sulistyanto. BSE : 2008. Halaman 64-72

2. Media

Pemanas air (kompor) dan termos air panas.

3. Strategi

CTL

4. Metode Pembelajaran

Tanya jawab, demonstrasi dan penugasan.

I. Penilaian

1) Teknik penilaian

Lisan

Perbuatan (perfomance)

Tertulis

2) Bentuk tes

Isian

3) Instrumen penilaian

e. Soal dan skor penilaian

Kerjakanlah soal berikut ini !

No. Kegiatan Perilaku Ket.

Hemat Boros

1

169

2

3

4

5

6

170

7

8

f. Lembar pengamatan perfomance dan penilaian

No Nama Keaktifan Keerjasama Sikap Ketepatan Skor Ket

171

Skor penilaian

Keaktifan Kerjasama

Aktif 25

Kurang aktif 15

Tidak aktif 0

Kerjasama baik 25

Kurang kerjasama 15

Tidak ada kerjasama 0

Sikap Ketepatan jawaban

Baik 20

Kurang baik 15

Tepat dan cepat 3 0

Tepat tetapi lambat 25

Kurang tepat 15

Tidak tepat 0

Pracimantoro, 15 April 2010

Mengetahui, Praktikan Kepala SDN 02 Gambirmanis Sapuan, S.Pd Nanik Hartini NIP 1957 0520 1980121 004 NIM X7108716

172

Lampiran 15 Hasil Angket Motivasi Sebelum PTK

No Nama Siswa Nilai Angket

Motivasi

Kategori

Motivasi

1 Aji Nugroho 12 Rendah

2 Alvina Devi Parwati 13 Rendah

3 Alif Wahyu Saputra 11 Rendah

4 Angelika Lawrenza S 25 Tinggi

5 Dika Aldianto 16 Cukup

6 Dyah ayu Ratnasari 26 Tinggi

7 Dyah Eka Novita Andriyani 8 Sangat Rendah

8 Fendi Wahyu Saputra 8 Sangat Rendah

9 Fredika Alfianto 8 Sangat Rendah

10 Gatot Tri Hantoro 25 Tinggi

11 Indra Nurul Mustofa 16 Cukup

12 Margareta Anggun Bella S 25 Tinggi

13 Margono 11 Rendah

14 Mohammad Ramdani 7 Sangat Rendah

15 Nurhadi Maulana 25 Tinggi

16 Prasetyo Bayu Aji 6 Sangat Rendah

17 Riananda Oktaviani 13 Rendah

18 Rizky Putri Azahri 25 Tinggi

19 Shinta Ayuningtyas 25 Tinggi

20 Wahyu Adi Saputra 10 Rendah

21 Yogi Gunawan 24 Cukup

22 Mamat Setiawan 13 Rendah

Jumlah Nilai 351 Rendah

Rata-Rata 15,96

173

Lampiran 16

Hasil Angket Motivasi Belajar IPA

Pertemuan ke-1 Siklus 1

No Nama Siswa Nilai Angket

Motivasi

Kategori

Motivasi

1 Aji Nugroho 19 Cukup

2 Alvina Devi Parwati 14 Rendah

3 Alif Wahyu Saputra 12 Rendah

4 Angelika Lawrenza S 25 Tinggi

5 Dika Aldianto 16 Rendah

6 Dyah ayu Ratnasari 29 Tinggi

7 Dyah Eka Novita Andriyani 10 Rendah

8 Fendi Wahyu Saputra 14 Rendah

9 Fredika Alfianto 12 Rendah

10 Gatot Tri Hantoro 26 Tinggi

11 Indra Nurul Mustofa 15 Rendah

12 Margareta Anggun Bella S 27 Tinggi

13 Margono 12 Rendah

14 Mohammad Ramdani 16 Rendah

15 Nurhadi Maulana 27 Tinggi

16 Prasetyo Bayu Aji 19 Cukup

17 Riananda Oktaviani 25 Tinggi

18 Rizky Putri Azahri 28 Tinggi

19 Shinta Ayuningtyas 26 Tinggi

20 Wahyu Adi Saputra 15 Kurang

21 Yogi Gunawan 27 Tinggi

22 Mamat Setiawan 24 Cukup

Jumlah Nilai 438 Cukup

Rata-Rata 19,96

174

Lampiran 17

Hasil Angket Motivasi Belajar IPA

Pertemuan ke-2 Siklus 1

No Nama Siswa Nilai Angket

Motivasi

Kategori

Motivasi

1 Aji Nugroho 25 Baik

2 Alvina Devi Parwati 19 Cukup

3 Alif Wahyu Saputra 24 Cukup

4 Angelika Lawrenza S 29 Tinggi

5 Dika Aldianto 26 Tinggi

6 Dyah ayu Ratnasari 32 Tinggi

7 Dyah Eka Novita Andriyani 25 Cukup

8 Fendi Wahyu Saputra 24 Cukup

9 Fredika Alfianto 19 Cukup

10 Gatot Tri Hantoro 26 Tinggi

11 Indra Nurul Mustofa 19 Cukup

12 Margareta Anggun Bella S 27 Tinggi

13 Margono 29 Tinggi

14 Mohammad Ramdani 24 Cukup

15 Nurhadi Maulana 27 Tinggi

16 Prasetyo Bayu Aji 26 Tinggi

17 Riananda Oktaviani 27 Tinggi

18 Rizky Putri Azahri 30 Tinggi

19 Shinta Ayuningtyas 28 Tinggi

20 Wahyu Adi Saputra 29 Tinggi

21 Yogi Gunawan 28 Tinggi

22 Mamat Setiawan 24 Cukup

Jumlah Nilai 569 Tinggi

Rata-Rata 25,78

175

Lampiran 18

Hasil Angket Motivasi Belajar IPA

Pertemuan ke-1 Siklus 2

No Nama Siswa Nilai Angket

Motivasi

Kategori

Motivasi

1 Aji Nugroho 28 Tinggi

2 Alvina Devi Parwati 20 Cukup

3 Alif Wahyu Saputra 29 Tinggi

4 Angelika Lawrenza S 31 Tinggi

5 Dika Aldianto 29 Tinggi

6 Dyah ayu Ratnasari 32 Tinggi

7 Dyah Eka Novita Andriyani 28 Tinggi

8 Fendi Wahyu Saputra 27 Tinggi

9 Fredika Alfianto 21 Cukup

10 Gatot Tri Hantoro 29 Tinggi

11 Indra Nurul Mustofa 20 Cukup

12 Margareta Anggun Bella S 32 Tinggi

13 Margono 32 Tinggi

14 Mohammad Ramdani 27 Tinggi

15 Nurhadi Maulana 30 Tinggi

16 Prasetyo Bayu Aji 31 Tinggi

17 Riananda Oktaviani 29 Tinggi

18 Rizky Putri Azahri 32 Tinggi

19 Shinta Ayuningtyas 30 Tinggi

20 Wahyu Adi Saputra 32 Tinggi

21 Yogi Gunawan 29 Tinggi

22 Mamat Setiawan 28 Tinggi

Jumlah Nilai 626 Tinggi

Rata-Rata 28,46

176

Lampiran 19

Hasil Angket Motivasi Belajar IPA

Pertemuan ke-2 Siklus 2

No Nama Siswa Nilai Angket

Motivasi

Kategori

Motivasi

1 Aji Nugroho 30 Tinggi

2 Alvina Devi Parwati 27 Cukup

3 Alif Wahyu Saputra 32 Tinggi

4 Angelika Lawrenza S 32 Tinggi

5 Dika Aldianto 30 Tinggi

6 Dyah ayu Ratnasari 32 Tinggi

7 Dyah Eka Novita Andriyani 30 Tinggi

8 Fendi Wahyu Saputra 29 Tinggi

9 Fredika Alfianto 26 Cukup

10 Gatot Tri Hantoro 32 Tinggi

11 Indra Nurul Mustofa 24 Cukup

12 Margareta Anggun Bella S 32 Tinggi

13 Margono 32 Tinggi

14 Mohammad Ramdani 29 Tinggi

15 Nurhadi Maulana 32 Tinggi

16 Prasetyo Bayu Aji 32 Tinggi

17 Riananda Oktaviani 30 Tinggi

18 Rizky Putri Azahri 32 Tinggi

19 Shinta Ayuningtyas 31 Tinggi

20 Wahyu Adi Saputra 32 Tinggi

21 Yogi Gunawan 31 Tinggi

22 Mamat Setiawan 32 Tinggi

Jumlah Nilai 626 Tinggi

Rata-Rata 28,46

177

Lampiran 20

Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-1 Siklus 1

No Siswa Aspek yang diamati

Jumlah keterangan a b c d e f g h

1 A 2 4 3 2 2 2 2 2 19 Cukup

2 B 2 3 1 2 1 1 2 2 14 Rendah

3 C 2 2 2 2 1 1 1 1 12 Rendah

4 D 2 3 3 3 3 4 3 2 25 Tinggi

5 E 2 3 2 2 2 1 2 2 16 Rendah

6 F 3 4 3 4 3 4 3 4 29 Tinggi

7 G 1 1 2 2 1 1 1 1 10 Rendah

8 H 2 1 1 2 2 2 2 2 14 Rendah

9 I 2 2 1 2 1 2 1 1 12 Rendah

10 J 4 3 4 4 3 3 3 2 26 Tinggi

11 K 2 2 2 2 2 2 2 1 15 Rendah

12 L 3 3 3 3 3 3 3 4 27 Tinggi

13 M 1 1 1 2 2 1 1 1 12 Rendah

14 N 1 2 2 3 1 3 2 2 16 Rendah

15 O 3 4 3 3 3 4 3 4 27 Tinggi

16 P 3 2 2 3 3 2 2 2 19 Cukup

17 Q 3 4 3 3 3 3 3 3 25 Tinggi

18 R 4 4 4 3 3 3 3 4 28 Tinggi

19 S 4 4 3 3 3 3 3 3 26 Tinggi

20 T 2 2 2 1 2 2 2 2 15 Rendah

21 U 3 4 3 4 4 3 3 3 27 Tinggi

22 V 2 2 3 3 3 4 3 3 25 Cukup

178

Lampiran 21

Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-2 Siklus 1

No Siswa Aspek yang diamati

Jumlah keterangan a b c d e f g h

1 A 2 3 3 3 4 4 3 3 25 Tinggi

2 B 2 2 2 2 3 2 4 2 19 Cukup

3 C 2 2 3 3 3 4 3 2 24 Cukup

4 D 2 3 4 3 4 4 3 4 29 Tinggi

5 E 3 3 3 3 4 3 3 4 26 Tinggi

6 F 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

7 G 3 3 3 3 3 3 4 3 25 Cukup

8 H 2 4 3 3 3 3 3 4 24 Cukup

9 I 2 2 2 2 2 4 2 3 19 Cukup

10 J 4 3 4 3 3 3 3 3 26 Tinggi

11 K 2 2 2 2 3 2 3 3 19 Cukup

12 L 3 2 3 3 3 3 4 4 27 Tinggi

13 M 3 3 4 4 4 4 4 3 29 Tinggi

14 N 3 3 3 4 3 2 2 4 24 Cukup

15 O 3 4 3 4 4 3 3 3 27 Tinggi

16 P 3 4 3 2 4 3 3 4 26 Tinggi

17 Q 3 4 4 4 3 3 3 3 27 Tinggi

18 R 3 4 3 4 4 4 4 4 30 Tinggi

19 S 4 4 4 3 3 3 3 4 28 Tinggi

20 T 3 3 4 4 4 4 3 4 29 Tinggi

21 U 3 4 4 4 4 3 3 3 28 Tinggi

22 V 2 3 3 3 3 4 2 3 24 Cukup

179

Lampiran 22

Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-1 Siklus 2

No Siswa Aspek yang diamati

Jumlah keterangan a b c d e f g h

1 A 3 3 3 4 4 3 4 4 28 Tinggi

2 B 2 3 2 3 3 2 3 2 20 Cukup

3 C 4 4 3 4 3 4 4 3 29 Tinggi

4 D 4 4 3 4 4 4 4 4 31 Tinggi

5 E 4 3 4 4 4 2 4 4 29 Tinggi

6 F 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

7 G 4 3 4 2 4 4 3 4 28 Tinggi

8 H 4 4 3 2 4 3 3 4 27 Tinggi

9 I 2 2 3 2 2 4 2 4 21 Cukup

10 J 4 3 4 4 3 3 4 4 29 Tinggi

11 K 2 2 2 2 3 2 3 4 20 Cukup

12 L 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

13 M 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

14 N 4 3 3 4 4 3 4 2 27 Tinggi

15 O 3 4 3 4 4 4 4 4 30 Tinggi

16 P 3 4 4 4 4 4 4 4 31 Tinggi

17 Q 4 4 3 4 4 3 3 4 29 Tinggi

18 R 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

19 S 4 4 4 3 3 4 4 4 30 Tinggi

20 T 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

21 U 3 4 4 4 4 4 3 3 29 Tinggi

22 V 3 3 3 3 4 4 4 4 28 Tinggi

180

Lampiran 23

Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA

Pertemuan ke-2 Siklus 2

No Siswa Aspek yang diamati

Jumlah keterangan a b c d e f g h

1 A 4 4 3 4 4 3 4 4 30 Tinggi

2 B 4 3 2 3 4 4 3 4 27 Tinggi

3 C 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

4 D 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

5 E 4 3 4 4 4 3 4 4 30 Tinggi

6 F 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

7 G 4 3 4 4 4 4 3 4 30 Tinggi

8 H 4 4 3 4 4 3 3 4 29 Tinggi

9 I 4 2 3 3 3 4 3 4 26 Tinggi

10 J 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

11 K 2 4 3 2 3 3 3 4 24 Cukup

12 L 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

13 M 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

14 N 4 3 3 4 4 3 4 4 29 Tinggi

15 O 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

16 P 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

17 Q 4 4 4 4 3 4 3 4 30 Tinggi

18 R 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

19 S 4 4 4 3 4 4 4 4 31 Tinggi

20 T 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi

21 U 3 4 4 4 4 4 4 4 31 Tinggi

22 V 4 4 4 4 4 4 4 4 32 Tinggi