penelitian obgyn aisyah
DESCRIPTION
obgynTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan
mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus (his), kontraksi otot
dinding perut, kontraksi diaphragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor
janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada
gangguan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin dan tidak ada kelainan dalam
ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan berlangsung secara normal.
Namun, apabila salah satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang
menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, atau kelainan jalan lahir,
maka persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan
dengan tindakan seperti dengan ekstraksi vakum dan forsep untuk menyelamatkan jiwa
ibu & bayi dalam kandungannya. Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Nasional yang
terdapat dalam pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu: setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal
mendapatkan pelayanan yang adekuat.1
Persalinan tindakan pervaginam dengan ekstraksi vakum atau forsep dilakukan
apabila syarat persalinan dipenuhi dan terdapat indikasi. Ekstraksi vakum merupakan
salah satu dari dua instrumen tindakan obstetrik operatif yang bertujuan untuk menolong
persalinan melalui jalan lahir atau pervaginam. Alat ekstraksi vakum merupakan
instrumen obstetrik yang modern dan terdiri dari mushroom-shaped vacuum cup, botol
vakum, pompa untuk membentuk tekanan negative, dan pemegang untuk traksi.2
1
Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang mengancam ibu dan janin yang
memiliki indikasi untuk menjalani persalinan pervaginam dengan bantuan alat. Tindakan
lainnya yang dapat digunakan untuk persalinan dengan tindakan adalah teknik forsep.
Forsep merupakan instrumen obstetrik yang terdiri dari dua sendok traksi untuk
memegang kepala bayi. Forsep dapat digunakan sebagai ekstraktor, rotator, atau
keduanya. Terminasi persalinan menggunakan forsep diindikasikan untuk semua keadaan
yang mengancam ibu atau janin.3
Sebagian besar pertolongan persalinan dengan tindakan disebabkan karena
persalinan lama atau macet. Menurut penelitian di RS Dr. Moch Hoesin, Palembang
tahun 1999-2004, menunjukkan kejadian persalinan tindakan ekstraksi vakum sebanyak
3,46% dan ekstraksi forsep sebanyak 9,46% dengan indikasi terbanyak adalah
preeklamsia berat untuk ekstraksi forsep (39,76%) dan kala II lama untuk ekstraksi
vakum (45,33%).4 Pada penelitian lainnya yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi selama
periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2008, sebanyak 48 wanita ditolong dengan
ekstraksi vakum, dan satu wanita dengan ekstraksi forsep dari 283 persalinan pada wanita
hamil yang berusia lebih dari 35 tahun.5
Persalinan dengan tindakan bertujuan untuk membantu proses persalinan yang
mengalami penyulit, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi yang pada
akhirnya dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia. Pada periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan AKI dari
307 kasus per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan
AKB dari 35 kasus per 1000 kelahiran hidup menjadi 34 kasus per 1000 kelahiran hidup.6
2
Namun demikian, keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI
dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Namun disisi lain, pertolongan persalinan dengan tindakan memberikan dampak
kesakitan pada ibu dan bayi. Persalinan tindakan pervaginam dengan ekstraksi vakum
dan forsep, dapat meningkatkan bahaya robekan jalan lahir dan perdarahan post-partum
yang merupakan faktor penyebab kematian ibu.6
Melihat angka kejadian persalinan dengan tindakan ekstraksi vakum dan forsep
yang cukup besar, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Karakteristik Ibu Yang Bersalin dengan Cara Ekstraksi Vakum dan Forsep di RSUD
Pasar Rebo”
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana karakteristik ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi vakum dan
forsep di RSUD Pasar Rebo ?
I.3 Tujuan penelitian
I.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan
forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.
I.3.2 Tujuan Khusus
3
I.3.2.1 Untuk mengetahui angka kejadian persalinan dengan cara ekstraksi
vakum dan forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember
2013.
I.3.2.2 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara
ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan usia ibu di RSUD Pasar
Rebo periode Januari-Desember 2013.
I.3.2.3 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara
ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan jumlah paritas di RSUD
Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.
I.3.2.4 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara
ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan jarak kehamilan di RSUD
Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.
I.3.2.5 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara
ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan penyulit kehamilan yang
menyertainya di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.
I.3.2.6 Untuk mengetahui angka kejadian ibu yang bersalin dengan cara
ekstraksi vakum dan forsep berdasarkan cara datang atau jenis
rujukan di RSUD Pasar Rebo periode Januari-Desember 2013.
I.3.2.7 Untuk mengetahui angka kejadian komplikasi maternal berupa
ruptur perineum pada ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi vakum
dan forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari- Desember 2013.
4
I.3.2.8 Untuk mengetahui angka kejadian komplikasi bayi berupa jejas pada
kepala bayi ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi vakum dan
forsep di RSUD Pasar Rebo periode Januari- Desember 2013.
I.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi RSUD Pasar Rebo
Dapat mengetahui karakteristik ibu yang bersalin dengan cara ekstraksi
vakum dan forsep di RSUD Pasar Rebo sehingga dapat meningkatkan
pelayanan KIA secara menyeluruh sehingga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan bayi sesuai dengan program pemerintah.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor risiko dan
indikasi persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep.
1.4.3 Bagi Peneliti
Diharapkan menambah pengetahuan dan menambah wawasan tentang
faktor risiko dan indikasi persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
menambah wawasan bagi masyarakat umum serta memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan.
5
I.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep. Oleh karena
keterbatasan waktu, penulis membatasi variabel penelitian dengan mengambil data
gambaran kejadian persalinan dengan cara ekstraksi vakum dan forsep di RSUD
Pasar Rebo berdasarkan angka kejadian, usia ibu, jumlah paritas, jarak kehamilan,
penyulit kehamilan, jenis rujukan, indikasi ekstraksi vakum dan forsep, komplikasi
maternal berupa rupture perineum, dan komplikasi neonatal berupa jejas. Data
diambil dari data sekunder pada periode Januari-Desember 2013.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi Vakum
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum
atau ventouse.7 Persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi
persalinan dan syarat persalinan terpenuhi. Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum
adalah:8
a. Indikasi Maternal
Pada penyakit-penyakit dimana ibu tidak boleh meneran (penyakit jantung atau
cerebrovascular disease)
Usaha meneran yang tidak adekuat
Kelelahan saat persalinan
Tidak kooperarif selama persalinan
b. Indikasi Fetal
Gawat janin
PK II memanjang
Persalinan dengan ekstraksi vakum juga memiliki beberapa kontra-indikasi, sebagai
berikut:8
a. Kontra-Indikasi Maternal
Ruptur uteri
CPD (cephalopelvic disproportion)
Dilatasi serviks yang belum lengkap
7
b. Kontra-Indikasi Fetal
Prematuritas (usia kehamilan <34 minggu)
Fetal scalp trauma
Kepala bayi belum cakap (engaged)
After coming head
Perdarahan aktif atau suspek defek koagulasi fetal
Suspek makrosomia
Presentasi non-vertex atau malpresentasi lainnya
Persalinan yang membutuhkan rotasi atau traksi berlebihan
Ekstraksi vakum dapat dilakukan apabila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi. Syarat-
syarat tersebut meliputi:9
Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pada multigravida)
Penurunan kepala janin boleh pada Hodge II
Harus ada kontraksi rahim dan tenaga meneran
2.1.1 Persiapan Ekstraksi Vakum
Persiapan ekstraksi vakum untuk mencapai hasil yang optimal yaitu:9
a. Persiapan untuk ibu
Duk steril untuk menutupi bagian operasi
Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi
Pengosongan vesika urinaria.
b. Persiapan untuk bayi
Alat resusitasi
8
Partus set
Tempat plasenta
2.1.2 Susunan Ekstraktor Vakum
Susunan ekstraktor vakum terdiri dari:7
1. Mangkuk (cup)
Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga
mangkuk dapat mencengkram kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam
mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa laporan
menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatis dibanding dengan mangkuk
logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. Pada punggung
mangkuk terdapat :
Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa
penghubung
Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin (point of
direction)
2. Rantai penghubung
Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk
dengan pemegang
3. Pipa penghubung
9
Terbuat dari karet atau plastik yang lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan
negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan negatif mangkuk
dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan
yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir serviks, dan darah). Pada botol ini
terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran yaitu :
Saluran manometer
Saluran menuju mangkuk
Saluran menuju ke pompa penghisap
5. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik.
6. Alat pemegang
Gambar 1. Peralatan Vakum
Dikutip dari kepustakaan (7)
10
2.1.3 Prosedur Ekstraksi Vakum
Prosedur persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan dengan beberapa tahap,
sebagai berikut:10
1. Ibu tidur dalam posisi lithotomi
2. Pada dasarnya tidak diperlukan narkosis umum. Bila pada waktu pemasangan
mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberikan anestesi infiltrasi atau pudendal nerve
block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun
hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja
3. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk
yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks lengkap biasanya
dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi
miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar.
Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator
4. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/cm2 dengan
interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah: - 0,7 sampai 0,8 kg/cm2. Ini
membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Dengan adanya tenaga negatif ini, maka
pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedenum artifisialis (chignon)
5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada
bagian bagian jalan lahir yang terjepit
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh meneran, dan mangkuk ditarik searah
dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi
yang baik antara tangan kiri dan kanan penolong
11
7. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan
tarikan dengan memegang pada pegangan.
8. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi dalam,
sampai akhirnya suboksiput berada dibawah simfisis. Bila his berhenti, maka traksi
juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermittent, bersama-sama dengan
his
9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin
melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomokhlion dan berturut-
turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala
melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan
perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan
negative menjadi hilang, dan mangkuk dilepas.
10. Bila diperlukan episiotomy, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau
pada waktu kepala membuka vulva.
2.1.4 Kriteria Kegagalan Ekstraksi Vakum
Persalinan dengan ekstraksi vakum dinyatakan gagal apabila terdapat beberapa
kondisi sebagai berikut:10
1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.
Mangkuk lepas pada waktu traksi kemungkinan disebabkan oleh:
Tenaga vakum terlalu rendah
Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedenum
yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk
12
Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk
tidak dapat mencengkram dengan baik
Bagian-bagian jalan lahir (vagina,serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk
Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik
Traksi terlalu kuat
Cacat pada alat
Adanya disproporsi sefalo-pelvik
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, bayi tidak lahir
2.1.5 Keuntungan Ekstraksi Vakum
Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forsep antara lain adalah:8,10
Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau kurang
dengan demikian mengurangi frekuensi seksio cesarea
Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang pada
belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu dilakukan
tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada serviks. Tarikan tidak
boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks. Disamping itu mangkuk
tidak boleh terpasang lebih dari 1⁄2 jam untuk menghindari kemungkinan
timbulnya perdarahan otak
Trauma genital pada ibu dan trauma pada kranio-fasial neonatus minimal
13
2.1.6 Kerugian Ekstraksi Vakum
Kerugian ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forsep antara lain adalah:10
Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada forcep.
Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet
dan harus selalu kedap udara
2.1.7 Komplikasi Ekstraksi Vakum
a. Komplikasi pada ibu10
Perdarahan
Trauma jalan lahir
Infeksi
b. Komplikasi pada janin10
Ekskoriasi kulit kepala
Sefalhematoma
Subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang
mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum
agak berat
Nekrosis kulit kepala (scalp necrosis), yang dapat menimbulkan alopesia
14
2.2 Ekstraksi Forsep
Ekstraksi forsep adalah persalinan buatan dengan cara mengadakan rotasi, ekstraksi
atau kombinasi keduanya dengan alat forsep yang dipasang pada kepala janin sehingga
janin lahir.11
2.2.1 Indikasi Ekstraksi Forcep
a. Indikasi Relatif (elektif, profilaktik)11
Ekstraksi forsep yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu atau pun janinnya,
tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila dibiarkan, diharapkan
janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.
Indikasi relatif dibagi menjadi :
1. Indikasi de Lee
Ekstraksi forseps dengan syarat kepala sudah didasar panggul; putaran
paksi dalam sudah sempurna; m. Levator ani sudah teregang; dan syarat – syarat
ekstraksi forseps lainnya sudah dipenuhi.Ekstraksi forsep atas indikasi elektif, di
negara – negara Barat sekarang banyak dikerjakan, karena di negara – negara
tersebut banyak dipakai anestesi atau conduction analgesia untuk mengurangi
nyeri dalam persalinan. Anestesi dan conduction analgesia menghilangkan tenaga
meneran, sehingga persalinan harus diakhiri dengan ekstraksi forsep.
2. Indikasi Pinard
Ekstraksi forsep yang mempunyai syarat sama dengan indikasi de Lee,
hanya disini penderita harus sudah meneran selama 2 jam.
Keuntungan indikasi profilaktik ialah :
15
Mengurangi keregangan perenium yang berlebihan.
Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.
Kala II diperpendek.
Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.
b. Indikasi Absolut (mutlak)
Indikasi mutlak persalinan dengan ekstraksi forsep adalah:11
Indikasi ibu: : eklamsia, preeklamsiaIbu dengan penyakit jantung, paru – paru, dan
lain – lain
Indikasi janin: gawat janin
Indikasi waktu: kala II memanjang
2.2.2 Syarat Ekstraksi Forsep
Untuk melahirkan janin dengan ekstraksi forsep, harus dipenuhi syarat – syarat
sebagai berikut:11
Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak adat disproporsi sevalopelvik)
Pembukaan serviks lengkap.Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah
terjadi engagement)
Kepala janin harus dapat dipegang oleh forsep.
Janin hidup
Ketuban sudah pecah atau dipecah.
16
2.2.3 Tipe Forsep
Berdasarkan bentuknya, dikenal beberapa tipe forsep. Dibawah ini adalah tipe
forsep yang sering didapati:11
A. Tipe Elliot
Tipe ini ditandai dengan tangkai yang tertutup sehingga lengkung kepala forsep
mencakup kepala janin lebih luas. Forsep tipe Elliot ini sebaiknya dipergunakan pada
kepala janin yang belum didapati adanya kaput suksedanum atau yang belum
mengalami molase hebat.
Gambar 3. Forsep Elliot
Dikutip dari kepustakaan (12)
B. Tipe Simpson
Tipe ini ditandai dengan tangkai yang terbuka sehingga memberi kemungkinan
untuk dipasang pada kepala janin yang mempunyai kaput suksedanum.
Gambar 3. Forsep Simpson
Dikuti dari kepustakaan (13)
17
C. Tipe Khusus
Tipe ini dipergunakan untuk keadaan serta tujuan khusus.Misalnya : Forsep Piper
digunakan untuk melahirkan kepala yang tertinggal pada persalinan sungsang, Forsep
Kielland dipergunakan bila kepala janin masih tinggi, dan Fosep Barton digunakan
terutama untuk melakukan rotasi.
Gambar 4. Forsep Piper
Dikutip dari kepustakaan (14)
2.2.4 Pembagian Pemakaian Forsep
Berdasarkan penurunan kepala ke dalam panggul, maka ekstraksi forsep dibagi
menjadi:11
Forsep Tinggi
Ekstraksi forsep dimana kepala masih diatas pintu atas panggul. Ekstraksi forsep
tinggi dapat menimbulkan trauma yang berat untuk ibu maupun janinya oleh karena
itu, cara ini sudah tidak dipakai lagi dan diganti dengan seksio sesarea.
Forsep Tengah
Ekstraksi forsep yang tidak memenuhi kriteria forseps tinggi maupun forsep
rendah, tetapi kepala sudah cakap. Pada ekstraksi forsep tengah, fungsi forsep ialah
ekstraksi dan rotasi, karena harus mengikuti gerakan putaran paksi dalam. Sekarang
ekstraksi forsep tengah sudah jarang dipakai lagi dan diganti dengan ekstraksi vakum
atau seksio sesarea.
18
Forsep rendah
Ekstraksi forsep dimana kepala sudah mencapai pintu bawah panggul dan sutura
sagitalis sudah dalam anteroposterior. Sampai sekarang pemasangan forsep jenis ini
paling sering dipakai.
2.2.5 Bagian-bagian Forsep
Bagian – bagian forsep terdiri dari:11
a. Daun Forsep
Bagian ini merupakan bagian yang mencekam kepala janin dan
mempunyai 2 lengkungan yaitu : lengkungan kepala & lengkungan panggul.
b. Tangkai Forsep
Tangkai forsep adalah bagian yang terdapat diantara daun dan kunci
forsep. Tangkai forsep yang terbuka adalah yang pangkalnya jauh satu dengan
yang lain (misal : Forsep Simpson), sedangkan yang tertutup misalnya seperti
yang terdapat pada Forsep Naegle.
c. Kunci Forsep
Untuk menghindari tergelincirnya tangkai forsep, diciptakan kunci dan
terdapat benjolan untuk memegang forsep sehingga pengoperasian forsep dapat
berjalan dengan baik. Diperkenalkan beberapa jenis kunci forsep yaitu :
Kunci Inggris
Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara saling dikaitkan.Benjolan
terdapat pada leher tangkai forsep kiri, lekukan pada leher tangkai forsep kanan,
setelah disilangkan kedua tangkai forsep dikunci (Forsep Naegle)
19
Kunci Perancis
Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara disekrup setelah kedua tangkai
disilangkan. Sebuah sekrup terdapat pada leher tangkai forsep kiri.Lekukan untuk
sekrup pada leher tangkai forsep kanan. Setelah disilangkan dilakukan penguncian
dengan cara memutar sekrup
Kunci Jerman
Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara mengaitkan pasak yang terdapat
pada satu tangkai forseps dengan cekungan pada tangkai forsep pasanganya.
Kunci Norwegia
Yaitu kedua tangkai dikunci dengan cara saling menggeserkan (sliding)
kedua tangkainya. Terdapat bentukan seperti huruf U, pada leher tangkai forsep
kanan.Setelah disilangkan kedua tangkai forsep terkunci, tetapi masih dapat
digeserkan.Tangkai forsep dapat tergelincir (Kjelland)
d. Pemegang Forsep
Adalah bagian yang dipegang operator saat melakukan ekstraksi forsep.
Umumnya bagian ini mempunyai lekukan tempat jari operator berada
Gambar 5. Forsep Naegl dengan bagiam – bagiannya
Dikutip dari kepustakaan (11)
20
2.2.6 Prosedur Ekstraksi Forsep
Ditinjau dari posisi daun forsep terhadap kepala janin dan panggul ibu pada waktu
forsep tersebut dipasang, maka pemasangan forsep dibagi:11
1. Pemasangan sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap kepala)
Yaitu pemasangan forsep dimana sumbu panjang forsep sesuai dengan diameter
mento-oksipitalis kepala janin, sehingga daun forsep terpasang secara simetrik di kiri-
kanan kepala
2. Pemasangan pelvik (melintang terhadap panggul)
Yaitu pemasangan forsep dimana sumbu panjang forsep sesuai dengan sumbu
panggul
Ekstraksi forsep terdiri dari tujuh langkah, yaitu:11
1. Penolong membayangkan bagaimana forsep akan dipasang
2. Pemasangan daun forsep pada kepala janin
3. Mengunci sendok forsep
4. Menilai hasil pemasangan daun forsep
5. Ekstraksi forsep percobaan (bila dengan tiga kali traksi ternyata janin tidak dapat
dilahirkan, maka ekstraksi forsep percobaan dianggap gagal dan janin harus
dilahirkan perabdominam)
6. Ekstraksi forsep definitif
7. Membuka dan melepaskan sendok forsep
2.2.7 Penyebab Kegagalan Ekstraksi Forsep
Kegagalan pemasangan/ekstraksi forsep dapat disebabkan oleh:11
21
Kesalahan menentukan denominator
Adanya lingkaran konstriksi
Adanya disproporsi sefalo-pelvik yang tidak ditemukan sebelumnya
2.2.8 Komplikasi Ekstraksi Forsep
a. Komplikasi pada ibu11
Perdarahan: akibat atonia uteri atau trauma jalan lahir
Trauma jalan lahir: robekan vagina sampai rupture uteri, simfisiolosis, fruktur os
koksigis, dll
Infeksi pasca persalinan
b. Komplikasi pada janin11
Luka pada kulit kepala
Cedera m. sternokleidomastoideus
Paralisis nervus VII
Fraktur tulang tengkorak
Perdarahan intracranial
2.3 Faktor-faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan
Faktor – faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang berasal dari
kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi janin dalam kandungan,
yaitu:
A. Faktor kekuatan his (power)
22
His yang baik terdiri dari kontraksi yang simetris, adanya dominasi di fundus
uteri, dan sesudah itu terjadi relaksasi. Kesulitan dalam proses persalinan karena
kelainan his yaitu karena his yang tidak normal, sehingga menghambat kelancaran
proses persalinan. Faktor yang memegang peran penting dalam kekuatan his antara
lain faktor herediter, emosi, ketakutan, dan salah pimpin persalinan.16
B. Faktor Jalan lahir (passage)
Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan tindakan
antara lain: ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan
serviks uteri dan ovarium.16
C. Faktor Bayi (passenger)
Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Penyulit
persalinan yang disebabkan oleh bayi antara lain :17
Kelainan pada letak kepala
Letak sungsang
Letak melintang
Presentasi ganda
Kelainan bentuk dan besar janin
II.4 Karakteristik Ibu yang Bersalin dengan Ekstraksi Vakum dan Forsep
A. Faktor ibu
1. Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim, organ – organ reproduksi belum
23
berfungsi dengan sempurna. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin
mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar sehingga
tidak dapat melewati panggul. Selain itu, kekuatan otot – otot perinium dan otot – otot
perut belum bekerja secara optimal sehingga sering terjadi persalinan lama atau macet
yang memerlukan tindakan seperti ektraksi vakum dan forceps.15
Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun,kesehatan ibu sudah mulai
menurun seperti terjadinya tekanan darah tinggi, gestasional diabetes (diabetes yang
berkembang selama kehamilan), jalan lahir kaku, sehingga rigiditas tinggi.15
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Pada ibu dengan primipara
(wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali) kemungkinan terjadinya kelainan dan
komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi
janin (passager) karena pengalaman melahirkan belum pernah dan informasi yang kurang
tentang persalinan dapat pula mempengaruhi proses pesalinan. Wanita nulipara (belum
pernah melahirkan bayi hidup) mempunyai peningkatan risiko sebesar 5,6 kali untuk
persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum dibandingkan dengan wanita multipara dan
juga peningkatan risiko sebesar 2,2 kali untuk terjadinya robekan perinium.16
3. Jarak kehamilan dengan sebelumnya
Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek
dari kehamilan sebelumnya, akan memberikan dampak yang yang buruk terhadap kondisi
kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena bentuk dan fungsi organ reproduksi
belum kembali dengan sempurna. Sehingga fungsinya akan terganggu apabila terjadi
kehamilan dan persalinan kembali. Sedangkan jarak kehamilan yang terlalu jauh
24
berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Sehingga kekuatan fungsi – fungsi otot
uterus dan otot panggul melemah, hal ini sangat berpengaruh pada proses persalinan
apabila terjadi kehamilan lagi. Kontraksi otot – otot uterus dan panggul yang lemah
menyebabkan kekuatan his pada proses persalinan tidak adekuat, sehinnga banyak terjadi
partus lama.18
4. Penyulit kehamilan dan persalinan
Seorang ibu yang memiliki penyakit – penyakit kronik sebelum kehamilan, seperti
paru,ginjal,jantung,diabetes militus dan lainnya akan sangat mempengaruhi proses
kehamilan dan memperburuk keadaan pada saat proses persalinan. Ibu yang hamil
dengan kondisi penyakit ini termasuk dalam kehamilan resiko tinggi.1
B. Pemeriksaan Kehamilan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang
ditetapkan.Standard pelayanan antenatal menurut Depkes RI pada pemeriksaan dan
pemantauan baik pada kunjungan pertama atau kunjungan ulang, apabila dilakukan
dengan baik dan dicatat semua temuan pada buku KIA atau kartu ibu maka faktor risiko
dapat diketahui. Oleh karena itu, apabila pelayanan dan perawatan antenatal baik sesuai
standard WHO, maka faktor resiko pada kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin,
sehingga penyulit dalam proses persalinan dapat diminimalkan.17
C. Rujukan
Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan)
untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah dari suatu kasus kepada
25
yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Rujukan yang rasional adalah rujukan
yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna (efisien) dan hasil guna.19
Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :
1. Rujukan Ibu Hamil Resiko Tinggi atau Gawat Obstetri adalah proses yang
ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan kondisi ibu dan janin
masih sehat, penderita tidak perlu segera dirujuk.19
2. Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah rujukan yang harus
dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya penyelamatan ibu atau bayi.Menurut
penelitian yang dilakukan Rusydi di RS M. Hoesin Palembang menyimpulkan
bahwa persalinan tindakan dengan ekstraksi vakum adalah dengan indikasi kala II
lama dan forseps indikasi terbanyak adalah preeklamsia.4
26
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian
persalinan dengan ekstraksi vakum dan forsep, dalam penelitian ini dikembangkan
kerangka konsep penelitian menggunakan tiga variabel, yaitu variabel independen,
variabel dependen dan variabel moderator yang sesuai dengan teori. Variabel independen
yaitu termasuk usia ibu, paritas, jarak kehamilan sebelumnya, penyulit kehamilan dan
persalinan. Sementara itu, rupture perineum dan jejas pada bayi dimasukan kedalam
variabel moderator. Sementara itu Variabel dependennya adalah kejadian persalinan
dengan ekstraksi vakum dan forsep.
27
Variabel Dependent
Persalinan dengan Ekstraksi
Vakum dan Forsep
Variabel Independent
Usia Ibu
Paritas
Jarak kehamilan
sebelumnya
Penyulit kehamilan dan
persalinan
Rujukan
Variabel Moderator
Ruptur Perineum
Jejas pada bayi
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1Ekstraksi
Vakum
Persalinan buatan dimana janin dilahirkan
dengan ekstraksi tekanan negatif dengan
menggunakan ekstraktor vakum.
Cek ListTally &
Count
a) Ibu yang melahirkan dengan
cara ekstraksi vakum
b) Ibu yang melahirkan normal
Nominal
2Ekstraksi
Forsep
Persalinan buatan dengan cara mengadakan
rotasi, ekstraksi atau kombinasi keduanya
dengan alat forsep yang dipasang pada
kepala janin sehingga janin lahir
Cek ListTally &
Count
a) Ibu yang melahirkan dengan
cara ekstraksi forsep
b) Ibu yang melahirkan normal
Nominal
3 Usia Ibu Umur ibu pada saat melahirkan Cek ListTally &
Count
a) < 20 tahun
b) 20 – 35 tahun
c) > 35 tahun
Ordinal
4 ParitasJumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu
baik hidup maupun matiCek List
Tally &
Count
a) Primipara (P1)
b) Multipara (P>1)
c) Grandemultipara (P>5)
Ordinal
28
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
5Jarak
kehamilan
Jarak kehamilan terakhir dengan kehamilan
sebelumnyaCek List
Tally &
Count
a) ≤ 5 tahun
b) > 5 tahunOrdinal
6
Penyulit
kehamilan
dan
persalinan
Mempengaruhi proses kehamilan dan
memperburuk keadaan pada saat proses
persalinan
Cek ListTally &
Count
a) Penyakit Jantung
b) Asma
c) Diabetes Melitus
d) Hipertensi
e) Riwayat SC
Nominal
7Kasus
Rujukan
Cara kedatangan ibu ke Rumah Sakit saat
persalinanCek List
Tally &
Count
a) Rujukan
b) Datang SendiriNominal
8Ruptur
Perineum
Robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu persalinan Cek ListTally &
Count
a) Derajat I
b) Derajat II
c) Derajat III
d) Derajat IV
Ordinal
9 Jejas pada
Bayi
Trauma mekanik pada bayi akibat persalinan
ekstraksi vakum dan forsep
Cek List Tally &
Count
a) Eritema atau ekskoriasi kulit
b) Caput Suksedenum
Nominal
29
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
c) Cephal Hematom
30