pendidikan integratif
DESCRIPTION
Pendidikan Integratif Untuk Da'i BerkarakterTRANSCRIPT
1Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
PENDIDIKAN INTEGRATIF (KAFFAH/SYUMUL)
MELALUI PENDIDIKAN DA’I BERKARAKTER
Pendahuluan
Proses dakwah (dalam penshibghohan seorang da’i) merupakan kewajiban
asasi dalam membentuk karaker seorang da’i. Ia terkait dengan pondasi dan bentuk
dasar sebelum membangun sebuah bangunan. Dengan membangun karakter da’i yang
tepat dan berdasarkan manhaj rabbani, da’wah akan menemukan bentuk dan prototipe
manusia muslim sesungguhnya yang diinginkan oleh pencipta-Nya.
Pembentukan karakter akan mempengaruhi citra dan pandangan masyarakat
terhadap sosok personal, jama’ah, bahkan Islam sekaligus. Da’i merupakan pelopor,
teladan, contoh, panutan, dan prototipe atas apa yang dibawanya, yaitu Islam. Segala
ucapan, perkataan, gerakan, sikap, sifat dan kebiasaannya menjadi sorotan masyarakat
umum. Segala aktivitasnya menjadi ‘dalil’ bagi masyarakat untuk bertindak dan
bertingkah laku.Sejarah telah menunjukkan bahwa generasi dengan karakteristik yang
paling sempurna dalam sejarah kehidupan manusia adalah generasi qur’ani yang
istimewa.
Beberapa Karakteristik yang Harus Dimiliki Da’i
Dewasa ini kaum muslimin belum bisa terlepas dari perilaku dan moral yang
tidak terpuji yang seharusnya mereka jauhi. Hal ini akan terus berlanjut jika kaum
muslimin tidak mencoba untuk mencari solusinya, yaitu dengan mengganti perilaku-
perilaku terlarang ini dengan akhlak mulia yang telah diajarkan Islam. Islam telah
mengajak dan menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menjalankan dan
berpegang pada akhlak-akhlak mulia.Yaitu akhlak yang berasaskan pada prinsip-
prinsip kebaikan dan kebenaran, akhlak yang dapat membawa kebahagiaan bagi
individu dan masyarakat, di dunia dan akhirat.
Agar masyarakat terbebas dari kegelisahan, kebingungan dan kekacauan yang
mereka alami saat ini maka kaum muslimin perlu menerapkan kaidah-kaidah dasar
dalam akhlak Islam tersebut. Kaidah-kaidah dasar itu adalah sebagai berikut.
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
2Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
a. Konsisten
Yang dimaksud dengan konsisten disini adalah konsisten dengan aturan
dan manhaj Islam yang bersumber dari dua dasar utamanya yaitu Al-Qur’an dan
Sunah Rasul. Konsisten dengan aturan dan metode ajaran Islam mengandung
beberapa hal yang membutuhkan penjabaran sebagaimana berikut.
1) Konsisten dengan Manhaj Akidah Islam
2) Konsisten dengan Manhaj Ibadah dalam Islam
3) Konsisten dengan Akhlak Islam
4) Konsisten dengan Manhaj Islam dalam Interaksi Sosial
b. Mempunyai Loyalitas kepada Islam
Yang dimaksud dengan loyalitas disini adalah pembelaan dan kecintaan
kepada Allah, Rasul-Nya, manhaj-Nya dan sesama muslim serta berperilaku
berdasarkan ajaran Islam. Loyal kepada Allah tercakup dalam melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, adapun loyalitas
terhadap Rasulullah SAW terwujud dengan mencintai dan mengikuti sunah
beliau, ikut menjaga agama yang beliau bawa, rela menyisihkan kemampuan
yang dimiliki dan mau berkorban untuk jihad fii sabilillah. Sedangkan loyalitas
terhadap aturan atau manhaj Islam adalah ikut serta mempertahankan dan
melaksanakan aturan ini dalam kehidupan, disertai dengan tertanamnya
keyakinan bahwa aturan ini adalah yang paling sempurna, paling lengkap dan
paling diridhoi Allah.
c. Bersungguh-sungguh
Bersungguh-sungguh dalam hal ini ada dua hal, yaitu sebagai berikut,
Al-Ijtihaad, yaitu menumpahkan segala kemampuan untuk memperoleh dan
menggapai tujuan yang diinginkan.
Menghadapi setiap permasalahan dengan serius dan tidak memandang remeh.
d. Toleran
Toleran adalah lentur dan memberikan kemudahan. Toleran merupakan salah satu
akhlak Islam yan gharus dimiliki oleh setiap muslim dalam setiap kesempatan.
Kebalikan dari sifat toleran adalah berwatak keras dan berhati kasar, sifat ini
sama sekali tidak diridhoi oleh Islam.
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
3Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
Sikap toleran merupakan nilai akhlak yang sangat penting. Karena dengan
sikap ini, Islam dapat diterima oleh setiap orang yang mengenalnya dan oleh
setiap orang yang berinteraksi dengannya.
e. Moderat
Moderat adalah satu sifat utama yang berada antara sikap ekstrem dan
sikap terlalu memudahkan. Allah telah memberikan nikmat kepada umat Islam
bahwa mereka adalah umat yang moderat, artinya umat yang adil dan yang
terbaik.1
Landasan dasar pembentukan karakter Islami adalah dengan penanaman
aqidah yang menancap kuat dan dalam di hati manusia. Dengan demikian, ia akan
menerima konsep-konsep syari’at yang dibebankan kepada dirinya, sehingga dari
pelaksanaannya itu akan timbul dengan sendirinya akhlak Islami dalam setiap
aktivitasnya.
Proses Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan upaya manusia untuk melahirkan generasi yang
lebih baik, generasi yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya. Proses pendidikan Islam berupaya mendidik manusia ke arah sempurna sehingga
manusia tersbut dapat memikul tugas kekhilafahan di bumi ini dengan perilaku
amanah,2 Menurut Abdurrahman An-Nahlawy, pendidikan Islam memiliki tiga aspek;
pertama, pendidikan pribadi yang meliputi pendidikan tauhid kepada Allah dan nilai
akidah. Kedua, mencintai amal kebajikan dan keteguhan pada prinsip Islam dalam
situasi dan kondisi apapun. Ketiga, pendidikan sosial masyarakat yang meliputi cinta
kebenaran dan mengamalkannya, serta sabar dan teguh dalam menghadapi tantangan.
Jika ketiga aspek itu diterapkan dengan tepat, maka akan lahirlah manusia-
manusia yang berakal, cerdas, berilmu dan bertaqwa. Dalam Al-qur’an manusia
tersebut dikatakan sebagai Ulil Albab yang memiliki empat kualitas yaitu,
1. Tauhidnya, fitrah tauhid meyakinkan mereka bahwa segala nikmat adalah
karunia Allah SWT. Tauhid mereka yang kokoh akan melahirkan rasa takut
terhadap siksaan api neraka
1 DR. Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani, 2004
2 Abdurrahman An-Nahlawy, Ushul at-Tarbiyyat Al-Islamiyyah wa Asalibiha fi Al-bayt wa Al-Madrasah Al-Mujtama’, Beirut: Dar al-Fikr, 1999, hal. 18-19
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
4Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
2. Ilmu dan Pengetahuannya, mereka diberi pemahaman oleh Allah SWT tentang
Al-qur’an secara mendalam, mereka meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kitab
Allah dan melalui kitab-Nya, mereka mampu membedakan yang haq dan bathil
serta memahami tujuan dari syariat Allah.
3. Sikap dan Ibadahnya, mereka menjaga amanah dan janji hidupnya dengan Allah
SWT dan tidak mengingkarinya. Mereka juga menjaga silaturrahim, berinfak,
sabar, dan memiliki akhlak-akhlak mulia lainnya. Hal utama adalah mereka selalu
bersujud dan berdo’a kepada-Nya.
4. Tafakkur dan Taddabur, mereka gemar melakukan tafakkur dan taddabur akan
kekuasaan Allah SWT. Melalui penelitian mendalam tentang penciptaan alam
semesta dan sunatullah alam yang terjadi, menghantarkan mereka pada
ketauhidan yang berkualitas. Selain itu, mereka mampu mengambil i’tibar sebuah
peristiwa yang diungkapkan Al-Qur’an.3
Pendidikan Islam mengajarkan anak didik untuk senantiasa berfikir tentang
penciptaan alam semesta sebagai salah satu cara untuk memperkuat iman kepada
Allah serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengelola bumi.
Dengan kata lain pendidikan Islam akan melahirkan generasi yang senantiasa berfikir
dan berzikir. Generasi Ulil Albab sebagai hasil dari proses pendidikan Islam memiliki
beberapa ciri, diantaranya yang disampaikan oleh Prof. Didin Hafidhuddin4.
Pendidikan akhlak Islam dapat dimaknai sebagai latihan mental dan fisik.
Latihan tersebut dapat menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi untuk
melaksanakan tugas kewajiban dan juga rasa tanggung jawab selaku hamba Allah.
Latihan-latihan ini bisa bersifat formal yang terstruktur dalam lembaga-lembaga
pendidikan, maupun nonformal yang diperoleh dari hasil interaksi manusia terhadap
lingkungan sekitar. Atau dengan kata lain, pendidikan akhlak dalam Islam dapat
menjadi sarana untuk membentuk karakter individu muslim yang berakhlakul
karimah. Individu yang berkarakter mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya
dan menjauhi segala larangan-larangan.
3 Dr. Ulil Amri Syafri, MA, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers, 2012
4 KH Didin Hafidhuddin dalam bukunya Agar Layar Tetap Terkembang hal. 78 memberikan kualifikasi bahwa generasi Ulil Albab adalah orang yang senantiasa sadar diri dan sadar perannya. Sehingga ketika beraktifitas apapun dan dimanapun selalu mengkaitkan dirinya dengan aturan dan hukum Allah.
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
5Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
Pembinaan akhlak merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dalam dunia
pendidikan. Karena tujuan pendidikan dalam Islam adalah menciptakan manusia yang
beriman dan bertaqwa melalui ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan berprilaku sesuai
dengan nilai –nilai Islam. Tujuan ini dapat diperoleh melalui proses pendidikan Islam
sebagai cerminan karakter seorang muslim.
Hendaknya para da’i memperhatikan dengan benar masalah akhlak ini, sebab
akhlak yang baik merupakan posisi yang menentukan diterimanya dakwah kita oleh
orang lain. Betapa banyak ahlul bid’ah yang mengajak kepada kebatilan, namun
karena akhlak yang ia tunjukkan pada orang-orang baik, lembut, simpati sehingga
membuat da’wahnya diterima. Begitu pula sebaliknya, betapa banyak para da’i syar’i
yang menyebarkan kebaikan, namun karena ia tidak peka, tidak lembut, dan tidak
santun, membuat da’wahnya sulit diterima oleh masyarakat. Lihatlah bagaimana
Rasulullah bersikap sebagai seorang da’i, hampir sebagian besar para sahabat yang
masuk Islam di awal-awal kenabian beliau adalah akibat ketinggian dan keagungan
akhlak Beliau.
Dalam memandang Islam, para da’i haruslah berdasarkan sistem Islam yang
benar. Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk mengambil Islam secara utuh, tidak
sepotong-potong dan parsial. Dengan demikian, ia akan memiliki pandangan yang
jelas mengenai bangunan Islam sesungguhnya. Kemudian mengajarkan kepada para
sahabat tentang pentingnya aktivitas kolektif. Inilah yang membuat generasi ini bisa
dibentuk, sebuah aktivitas yang dilakukan secara bersama dalam pembinaan yang
kontinyu selama bertahun-tahun.
Rasulullah merupakan teladan yang terbaik dalam proses pembentukan
karakter seorang da’i. Beliau merupakan Al Qur’an berjalan yang menapakkan
kakinya di atas bumi, sementara ruh dan konsep-konsep hatinya mampu menggapai
langit.
Sebagaimana Islam yang syumul (menyeluruh), upaya untuk menyebarkan
Islam juga merupakan usaha yang menyeluruh di segala bidang. Apalagi Rasulullah
tidak secara eksplisit menjelaskan term definisi dakwah dan tatacaranya tidak
layaknya ibadah lain seperti salat, puasa, zakat dan lain-lain. Sehingga penetrasi
dakwah Islam tentunya fleksibel dengan tujuan mampu mempengaruhi seluruh sendi
kehidupan dengan cahaya Islam. Saat ini kita mengenal dakwah yang mengupayakan
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
6Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
terwujudnya Islam secara struktural, yaitu terciptanya eksistensi syariah Islam di
tingkat pimpinan suatu negara. Selain itu ada pula upaya dakwah melalui pendekatan
kultural melalui masyarakat bawah.
Ilmu Pengetahuan yang Integral
Islam menganggap ilmu pengetahuan sebagai sebuah konsep yang holistik. Di
dalam konsep ini tidak terdapat pemisahan antara pengetahuan dengan nilai-nilai.
Islam mengembalikan kepada fitrah manusia dalam mencari ilmu pengetahuan.
Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ayat yang menjelaskan tentang sains, dan
mengajak umat Islam untuk mempelajarinya. Tidak diragukan lagi bahwa Al-qur’an
adalah sumber ilmu pengetahuan. Pengetahuan Islam mengandung konsep yang
holistis mengenai pengetahuan. Di dalam konsep ini tidak terdapat pemisahan antara
pengetahuan dengan nilai-nilai. Al-Qur’an juga menekankan agar umat Islam mencari
ilmu pengetahuan dengan meneliti alam semesta ini, dan bagi orang yang menuntut
ilmu ditinggikan derajatnya di sisi Allah, bahkan tidak sama orang yang mengetahui
dengan orang yang tidak mengetahui.
Dalam dunia pendidikan ada yang dikenal dengan istilah dikotomi ilmu
pengetahuan yang merupakan sebuah paradigma yang selalu marak diperbincangkan
dan tidak berkesudahan. Adanya dikotomi keilmuan ini akan berimplikasi terhadap
dikotomi model pendidikan. Di satu pihak ada pendidikan yang hanya memperdalam
ilmu pengetahuan modern yang kering dari nilai-nilai keagamaan, dan di sisi lain ada
pendidikan yang hanya memperdalam masalah agama yang terpisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan.
Secara teoritis makna dikotomi adalah pemisahan secara teliti dan jelas dari
suatu jenis menjadi dua yang terpisah satu sama lain dimana yang satu tidak dapat
dimasukkan kedalam yang satunya lagi dan sebaliknya.5 Berangkat dari definisi
tersebut dapat diartikan bahwa makna dikotomi adalah pemisahan suatu ilmu menjadi
dua bagian yang satu sama lainnya saling memberikan arah dan makna yang
berbedadan tidak ada titik temu antara kedua jenis ilmu tersebut. Dilihat dari
kacamata Islam, jelas sangat jauh berbeda dengan konsep Islam tentang ilmu
pengetahuan itu sendiri, karena dalam Islam ilmu dipandang secara utuh dan universal
tidak ada istilah pemisahan atau dikotomi.
5 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1982, hal. 78
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
7Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
Jika kita membaca sejarah peradaban Islam secara lengkap, kita semakin yakin
tidak ada istilah dikotomi ilmu pengetahuan dalam tradisi intelektual para ilmuwan
Islam. Banyaknya ulama yang punya otoritas keilmuan lebih dari satu bidang adalah
bukti kuat ulama kita tidak mengenal konsep dikotomi ilmu. Mereka mampu
memadukan ilmu-ilmu keagamaan dengan perkembangan ilmu-ilmu umum karena
menyadari ilmu-ilmu itu semuanya bermuara dan menghantarkan kepada pengetahuan
tentang “Hakikat Yang Maha Tunggal” yang merupakan subtansi dari segenap ilmu.
Dari eksistensi ulama-ulama yang mampu memadukan antara ilmu agama dan umum
dari berbagai belahan dunia Islam, lintas generasi dan kurun seperti diatas, bisa dipastikan
dikotomi ilmu pengetahuan belum ditemukan dalam sistem pendidikan saat itu. Sebaliknya,
mereka hidup dan besar dalam atmosfer pendidikan Islam yang terpadu. Tidak heran,
peradaban Islam saat-saat itu begitu jaya disaat dunia Barat masih terbelakang diselimuti oleh
masa yang disebutnya sebagai abad kegelapan. Ulama-ulama kita dulu tidak pernah
mempertentangkan ilmu umum dan ilmu agama, apalagi memarjinalkan salah satunya. Di
mata mereka, semuanya penting dan musti dikuasai. Bukti bahwa ulama dulu tak pernah
menganaktirikan disiplin ilmu tertentu dapat dilihat dari otoritas keilmuan yang dikuasai
ulama-ulama terdahulu. Ini mengindikasikan Islam sangatlah menjunjung tinggi keutamaan
ilmu dari aspek keutuhan ilmu para tokoh muslim.
Apabila kita lihat saat ini, para ilmuwan cenderung memisahkan antara ilmu
agama dengan ilmu keduniaan, sehingga hal inilah yang mendorong Naquib Al-Attas
dan Ismail Raji Al-Faruqi untuk mendengungkan konsep Islamisasi ilmu
pengetahuan. Hal ini dilakukan karena dilatarbelakangi kekecewaannya sebagai
intelektual muslim terhadap system pendidikan yang diterapkan di dunia Islam yang
dinilai telah mempraktekkan dualisme pendidikan.6
Integrasi Ilmu-ilmu Umum dan Ilmu-ilmu Keislaman
Salah satu upaya yang dilakukan oleh para pemikir Islam adalah
pengintegrasian kembali ilmu umum dan ilmu keislaman. Menurut Imaduddin Khalil
pengintegrasian ilmu pnegetahuan berarti melakukan aktivitas keilmuan seperti
mengungkap, mengumpulkan, menghubungkan, dan menyebarluaskannya menurut
sudut pandang Islam terhadap alam, kehidupan, dan manusia. Sedangkan menurut
6 Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta:Kencana, 2009
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
8Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
Al-Faruqi Islamisasi ilmu pengetahuan adalah mengislamkan disiplin-disiplin ilmu
atau lebih tepat menghasilkan buku-buku pegangan pada level universitas dengan
menuangkan kembali disiplin-disiplin ilmu modern dengan wawasan Islam. Dengan
demikian, disiplin ilmu yang diislamisasi tersebut benar-benar berlandaskan prinsip
Islam dan tidak merupakan pengadopsian ilmu begitu saja dari Barat yang bersifat
sekuler materialistis, rasional empirik yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai
Islam.
Pendidikan integratif adalah sistem pendidikan yang memadukan intelektual,
moral dan spiritual. Bisa juga pendidikan integratif merupakan suatu metode
pendidikan yang mencakup diri manusia antara jasmani dan rohani. Komponen
pendidikan tersebut meliputi institusi pendidikan, materi, pembelajaran berupa
transfer ilmu dan uswah (suri tauladan), pendekatan dan metodologi pengajaran.
Dalam proses pendidikan yang paling penting adalah bertauhid, tidak
mempersekutukan Allah dengan segala sesuatu apapun sebagaimana wejangan
Lukmanul Hakim terhadap putranya dalam Surat Lukman ayat 13,
Artinya : “ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar" (Q.S. Lukman, 13)
Pendididkan integratif terhadap da’i yang berkarakter Islami harus berdasarkan
tauhid, dan bertujuan untuk menjadikan manusia yang mengabdikan diri kepada Allah
dalam arti yang seluas-luasnya, dengan misi mencari kebahagian hidup di dunia dan
di akhirat. Suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah dunia ini merupakan jembatan
menuju kampung akhirat. Karena itu, mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal
yang tidak dapat di hindari agar masa kehidupan di dunia ini benar-benar bermanfaat
untuk bekal yang akan dibawa ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan
apapun yang didapat dalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan–
kelayakan itu terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan.
Allah Swt. Berfirman:
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
9Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian)
kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan
duniawi”(Q.S. Al Qishosh:77).
Ayat ini menunjukan kepada prinsip integritas di mana diri dan segala yang
ada padanya dikembangkan pada sutu arah, yakni kebajikan dalam rangka pengabdian
kepada Tuhan. Pendidikan integratif dapat dicontohkan dengan model pendidikan
KH. Imam Zarkasyi. Yaitu santri itu harus dibekali pengetahuan dasar tentang Islam
(ulum al-syariyyah), tapi juga diajari ilmu pengetahuan “umum” (ulum kauniyyah).
Pendidikan Integratif dalam dunia Pendidikan Islam yaitu menyatukan dan
memadukan Ilmu Agama dan Ilmu Umum (Syariah-Sains) terus dibangun jangan
dipisahkan, dikotomi ilmu dalam pendidikan Islam harus segera dihentikan, sehingga
umat ini tidak terus menerus berkubang dalam keterpurukan yang tidak berujung. Jadi
segala yang mengarah kepada integrasi ilmu dalam pendidikan Islam harus disambut
baik dan terus dikembangkan dan berkelanjutan mulai dari pendidikan dasar sampai
tingkat Pendidikan Tinggi. Hal ini sebenarnya bukan dikarenakan perkembangan
peradaban, tetapi didorong oleh semangat Islam yang berangkat dari semangat Al
Qur’an dan Hadist dan praktek para Tokoh dan ilmuwan Islam terdahulu. Umat Islam
perlu meninjau ulang format pendidikan Islam nondikotomik melalui upaya
pengembangan struktur keilmuan yang integratif.
Jika ditarik benang merahnya maka nampak semakin jelas bahwa Pendidikan
Integratif sejalan dengan apa yang diamanahkan oleh Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, karena keduanya bertujuan membangun peserta didik khususnya
pada jenjang Pendidikan Tinggi yaitu membentuk Insan Akademika yang prima baik
kemampuan Agama (Syariat) atau Teknologi (Kauniyat). Perpaduan Intelligence
Quotient (IQ), Emotional Intelligence (EI) dan Spiritual Intelligence (SI) tidak bisa
dipisahkan, inilah tujuan akhir dari penyelenggaraan Pendidikan.
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
10Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
Pendidikan Islam Integratif berupaya memadukan dua hal yang sampai saat ini
masih diperlakukan secara dikotomik, yaitu mengharmoniskan kembali relasi wahyu
dan akal, dimana perlakuan secara dikotomik terhadap keduanya telah mengakibatkan
keterpisahan pengetahuan agama dengan pengetahuan umum. Dari sini lalu muncul
anggapan bahwa ilmu yang wajib ’ain dipelajari adalah ilmu agama, sementara bidang
ilmu umum hanya wajib kifayah, artinya cukup perwakilan saja yang mengerjakan.
Bila ini yang menjadi ukuran tidak mungkin kita bangkit dari keterpurukan dan
ketertinggalan yang tidak bertepi dengan dunia barat.
Bidang ilmu yang berkarakteristik integratif sudah barang tentu memiliki
interkoneksitas antar bagian keilmuannya. Walaupun begitu, masing-masing disiplin
ilmu tetap memiliki karakter dan posisi tersendiri yang dapat dibedakan dengan yang
lain. Sebab antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya mempunyai
perbedaan dan karakter-identitas sendiri-sendiri, tetapi dalam tataran implementasi
masing-masing ilmu tersebut saling berkaitan. 7
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia antara lain ditandai oleh
munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang paling
sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap.
Lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
tujuan pendidikan Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunah Rasul, salah satu
diantaranya adalah pondok pesantren. Dewasa ini banyak bermunculan pondok
pesantren yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum sehingga
pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang tahan terhadap
berbagai gelombang modernisasi, pesantren seperti ini (pesantren modern) telah
mengalami transformasi yang sangat signifikan baik dalam system pendidikannya
maupun unsur-unsur kelembagaannya. Yang menjadi salah satu misi dari pesantren
adalah untuk membentuk kader-kader Islam mubaligh/mubalighah yang tidak
meninggalkan profesi keguruannya, karena seorang guru itu pada hakekatnya dia juga
seorang da’i, meskipun menjadi petani, pedagang, politikus ataupun pengusaha. Ada
beberapa karakteristik Da’i yang dihasilkan dari pesantren diantaranya :
1. Da’i Tandur (menanam). Da’i yang berkiprah dibidang akademik, seperti
mengajar di perguruan tinggi, di pondok pesantren, di madrasah, atau sekolah-
7 Ibnu Rusydi, Paradigma Pendidikan Agama Integratif-Transformatif, Jurnal Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
11Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
sekolah-sekolah. Dengan bekal ilmu yang ia dapatkan dari pesantren dia bisa
mengabdikan dirinya dalam mengembangkan mutu akademik anak bangsa
yang berkarakter berbasis agama.
2. Da’i Tutur (mubaligh). Tidaklah seseorang dapat berbicara dengan baik yang
mengandung nilai- nilai kebaikan (hikmah) didalamnya tanpa ilmu. Pondok
pesantren merupakan kawah candra dimuka yang sangat produktif dalam
mencetak insan “kamil” sebagai mubaligh- mubaligh handal yang selaras
dengan imtaq dan iptek.
3. Da’i Catur (politik). Realita telah sering berbicara bahwa banyak Da’i pondok
pesantren yang terjun di bidang politik, legislatif dan tak sedikit yang menjadi
pemimpin atau tokoh- tokoh masyarakat. Da’i catur ini pula yang telah banyak
memberikan kontribusi positif dalam kancah politik di negeri ini.
4. Da’i Sembur (interpreneurship). Nilai- nilai kejujuran, kesederhanaan,
kemandirian yang ditanamkan pondok pesantren pada jiwa santri- santrinya,
telah banyak menghasilkan Da’i yang sukses dalam berwirausaha, baik itu
berdagang maupun menjadi pengusaha. Da’i yang seperti ini biasanya
membantu Da’i jenis tandur dengan cara mengeluarkan/ menginfaqkan
hartanya untuk pembangun sarana- sarana ibadah, majlis ta’lim, madrasah atau
sekolah.
5. Da’i Baur (all round). BUTW (Bibit Unggul Tahan Wereng) itulah julukan
lain dari Da’i baur ini. Karena kecakapan dan keaktifannya dia bisa mencakup
ke-4 jenis keahliah di atas. Tandur, tutur, catur dan sembur yang ada dalam
dirinya menjadikan dia lebih unggul dari yang lainnya.
6. Da’i Ngawur (all wrong). Pendidikan 24 jam yang ada di pondok pesantren
ternyata tidak 100% memberikan hasil yang baik. Sama halnya dengan kita
menanam padi di ladang, walaupun tanahnya subur tapi tidak menjamin 100%
dapat menghasilkan beras yang baik. Dan ini sudah menjadi hukum alam yang
sulit untuk kita hindari. Da’i seperti ini meskipun jarang namun masih sering
kita jumpai di masyarakat.8
Urgensi Pendidikan Integratif
Sedikitnya ada dua kecenderungan yang bisa diidentifikasi berkaitan dengan
zaman globalisasi. Pertama, semakin kuatnya dominasi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dalam kehidupan manusia. Tak satu pun kekayaan alam bisa
8 Dikutip dari ceramah penulis tentang Peran Ponpes Dalam Pendidikan Karakter di Cilegon
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
12Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
dieksploitasi oleh manusia tanpa penguasaan IPTEK secara sempurna. Kedua,
kuatnya dominasi IPTEK secara pelan-pelan menggeser nilai-nilai luhur yang secara
universal dijunjung tinggi oleh manusia. Nilai-nilai kemanusiaan, budaya, dan agama
mengalami alienasi baik pemahaman, pelestarian, maupun aplikasinya. Hampir
seluruh analisis sosial dan keagamaan sepakat bahwa globalisasi dan teknologi
menyebabkan bergesernya nilai baik dan nilai buruk dalam kehidupan masyarakat.
Dalam konteks itulah, maka peran pendidikan dan/atau lembaga pendidikan sebagai
pemasok utama manusia-manusia skilled.9
Nilai urgensi pengembangan studi sains dan agama, khususnya Islam, di
banyak perguruan tinggi sampai sekarang masih terasa parsial dan sepotong-potong.
Agama, dan Islam sebagai paradigma keilmuan, masih ditempatkan sebagai
pelengkap bahasan-bahasan sains yang artifisial. Keberadaannya tak lebih sekedar
penjustifikasi konsep-konsep sains dan belum menjadi sebuah paradigma keilmuan
yang holistik yang di dalamnya mensyaratkan elaborasi-elaborasi saintifik sesuai
konsep ilmu yang ada.
Dasar Teologis dan Filosofis bagi Pendidikan Integratif
Mengingat pendidikan integratif sangatlah penting dan harapan kepadanya
sangatlah besar, maka yang patut digarisbawahi adalah bahwa harapan tersebut
bukanlah harapan yang utopis. Pendidikan integratif yang memadukan sains dan nilai-
nilai agama memiliki landasan filosofis yang sangatlah kuat. Bahkan, pendidikan
yang integral tersebut juga memiliki landasan teologisnya dalam agama normative.
Dengan begitu, pendidikan yang integral memiliki dua dasar sekaligus: filosofis dan
teologis.
Pertama, dasar filosofis dapat dilihat dari kenyataan bahwa perjumpaan antara sains
dan agama merupakan keniscyaan yang rasional. Para ilmuan telah banyak
menyuarakan secara filosofis tentang integrasi sains dan agama.
Kedua, dasar teologis bagi pendidikan integratif ini dapat ditelusuri dari teks ayat-ayat
suci dan berbagai intelektual yang mendalami agama (teolog). Apabila menelusuri
ayat-ayat Al-Quran, akan ditemukan sekitar 854 kata al-‘Ilm dalam berbagai bentuk
dan arti. Di antara pengertian kata al-‘Ilm tersebut adalah pencapaian pengetahuan
dan objek pengetahuan.10 Semua pengetahuan kealaman berkembang dan
9 Ary Ginanjar Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual, Jakarta: ARGA, 2005, hal. 101
10 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, cet. II, Jakarta: Mizan, 1992, hal. 62
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
13Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
dikembangkan secara induktif (inthizhar). Pada saat sains natural (ilmu kealaman)
tumbuh semakin dewasa seiring perkembangan dalam ilmu matematika, maka ilmu
pengetahuan dikembangkan secara deduktif. Melalui matematika pula, model-model
alam atau gejala alamiah dirumuskan secara matematis. Namun demikian, dari sekian
banyak model yang dapat direkayasa, hanya model yang sejalan dengan perhitungan
matematislah yang diterima oleh masyarakat ilmuan.
Kesimpulan
Pendidikan adalah aktifitas memancing potensi dan fitrah manusia.
Mengingat fitrah dan potensi manusia itu kompleks maka pendidikan yang baik tidak
akan mereduksi nilai kemanusiaan itu sendiri, sebaliknya pendidikan akan
memaksimalkan seluruh potensi manusia itu sendiri. Karena itulah, pendidikan tidak
seharusnya bersifat materialistik seutuhnya melainkan juga harus disemati nilai-nilai
religius. Pendidikan integratif, yakni pendidikan yang memadukan nilai-nilai agama
dan sains, dan tidak mendikotomikan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu
pengetahuan umum. Untuk itu Lembaga Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mencetak kader-kader dakwah yang berkarakter yang mampu
menerapkan model pendidikan integratif dalam mencapai tujuan pendidikan
khususnya pendidikan Islam.
Saran
1. Hendaknya memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi da’i yang
motivasinya hanya mencari ridho Allah SWT
Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
(Q.S Fushilat, 33).
2. Para Da’i hendaknya selalu berusaha untuk meraih dan menggapai wawasan
keilmuan yang luas yang tidak mendikotomikan ilmu agama dan umum
sehingga ia akan mempunyai sifat yang moderat, ideal, religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial dan
tanggung jawab.
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
14Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
3. Da’i adalah pemimpin umat, maka Khalifah Umar. ra memberikan petunjuk :
“Yang mampu memegang kepemimpinan adalah orang yang tegas tetapi tidak
sewenang-wenang, lembut tapi tidak lemah, murah hati tapi tidak boros,
hemat tapi tidak kikir”. Sehingga akan terjadi relasi yang sinergis. Sebab
pembangunan karakter yang Islami tidak berdiri di atas ketimpangan karakter
kedua belah pihak, semuanya sejalan dalam harmoni nilai-nilai holistic dalam
bingkai ilahiyyah.
4. Da’i yang berkarakter bukan saja cerdas dalam gagasan dan inovatif dalam
frame postulat pendidikan yang integratif, tapi dia juga harus mampu dan
smart menangkap isu-isu sentral yang terjadi di masyarakat dan memotret
kebutuhan strategis yang dibutuhkan ummat. Wallahu’alam bishshowab.
Rangkasbitung, 17 April 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional
dan Spiritual, Jakarta: ARGA, 2005
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013
15Pendidikan Integratif (Kaffah/Syumul) Melalui Pendidikan Da’i BerkarakterIkhwan hadiyyin
Hadiyyin, Ikhwan, Materi Ceramah: Peran Ponpes Dalam Pendidikan Karakter,
Cilegon, 2012
Husaini, Adian, DR, Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter & Beradab,
Jakarta: Cakra Media, 2011
Mahmud, Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani, 2004
Nizar, Samsul, Prof. Dr. H. M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak
Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta:Kencana, 2009
Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1982,
hal. 78
Rusydi, Ibnu, Paradigma Pendidikan Agama Integratif-Transformatif, Yogyakarta:
Jurnal Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2012
Ulil Amri, Syafri, Dr. MA. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012
Zuhairini, Dra, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Cet. 8 Bumi Aksara, 2006
Al-Qur’anul Karim
http://www.fimadani.com/membentuk-dai-berkarakter-islami/
http://www.islamicmathclub.com/news_detail.asp?NewsID=35
http://www.psikologi-islam.com/detail-analisis-43-perspektif-normatif-konsep-dan-
karakter-pendidikan-islam.html
Makalah Pendidikan Karakter IslamProgram Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor 2013