pendidikan, globalisasi, danakhlak...
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN, GLOBALISASI, DAN AKHLAK
MiftahuddinFISE Universitas Negeri Yogyakarta
AbstractGlobali ation has started. People all over the world depend on each other in all
aspects, such as cultural, economic, and political aspects. In the cultural aspect, inparticular, the cultural boundaries have blurred. This era is a challenge for the fieldof education. For that reason, this article tries to emphasi e the importance of moralvalues as the main concern in the educational process. To prepare human beingswho possess moral values in the globali ation era, educational institutions still playimportant roles although they are not the ones. All segments in society, mainlyfamilies, must prepare human sources with moral integrity. In reality, educationalinstitutions have double roles; on the one hand, they must prepare learners withgood personality, and on the other, they must prepare learners to be competitive inthe dynamics of the global world s challenge.
Keywords: Globali ation, culture, education, and akhlak (moral)
A. PendahuluanSudah semestinya apabila pemben
tukan akhlak muliaharus tetap diprioritaskan dalam tujuan penyelenggaraanpendidikan. Namun, seiring lajunyaaman rasanya semakin berat tan
tangan dunia pendidikan ini dalamrangka menyiapkan manusia yangmempunyai akhlak mulia~ Diketahui,bahwa pada era globalisasi ini, batasbatas budaya sulit dikenali. Oleh karena itu, tugas dunia pendidikan semakin beratuntuk ikut membentuk¥~&lJkan saja insan yang siap berkom~tYetisi, tetapi juga mempunyai akhlakmulia dalam segala tindakannya sebagai salah satu modal 50sial (capitalsocian. Agar terbentuknya insan yangberakhlak mulia, tentu sajaada suatuturltutan bagaimana proses pendidikanyangdijalankan mampu mengantarkanmanusia menjadi pribadi yang utuh,baik secara jasmani maupun rohani.(Danim, 2006: 65).
Lebih dari itu, dunia pendidikanmasih dihadapkan pada kerusakanyang tengah dialami bangsa Indonesia,yaitu permasalahan krisis multidimensi . Artinya, krisis yang tengah melanda bangsa ini tidak hanya dalam bidangfinancial moneter (keuangan) semata,melainkan juga adanyapengelolaanyang lemah (weak governance) dalamurusan pemerintahan serta kekuasaan,sehingga semakin merambah meliputisemua segi kehidupan bangsa (Madjid,2004: 113). Untuk itu, penegakan akhlakyang mulia harus menjadi agenda yangtidak boleh dikesampingkan karena lemahnya akhlak inilah yang tampaknyamenyebabkan bangsa ini mengalamikrisis multidimensi. Dapatlah diamati,KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)yang menjadi penyakit bangsa ini sulitdihentikan, seakan-akan telah menjadisuatu budaya. Bahkan, pada era reformasi ini· ditemui, untuk tidak mengatakan banyak, orang yang awalnya meneriakkan hentikan korupsi , sekarang
131
132
sebaliknya dia sendiri yang melakukanKKN. Seakan-akan dia berteriak karenabelum mendapat bagian kue, danketika giliran mendapatkannya lantasdiam.
Melihat keadaan semacam ini, tidakberlebihan apabila salah satu prioritasgarapan dunia pendidikan adalahmengatasi krisis akhlak yang tengahmelanda bangsa int. Namun, terkadangmemang terasa ·ironis, disebabkan kebanyakan yang melakukan tindak korupsi atau berperilaku tidak berakhlakadalah mereka orang-orang yangterdidik . Mereka adalah orang yang
pernah mengenyam dunia pendidikan,yang rata-rata pernah duduk di tingkatpendfdikan menengah lanjutan sampaiperguruan tinggi, bahkan tingkat doktoral. Pertanyaannya adalah, apakahhal tersebut menandakan kurang berhasilnya dunia pendidikan bangsaIndones~a? Atau,perilaku yang semacam ini sudah menjadi· mental kebanyakan masyarakat bangsa Indonesia, sehingga sulitdisembuhkan. Terlepas dari semua itu, tetap bahwa pendidikan akhlak atau pendidikan humaniora harus dikedepankan. Dengandemikian, tidak semestinya terdengaratau keluar perkataan putus asa .
B. Pembahasan1. Globalisasi dan Tantangannya
Globalisasi secaraumum, sebagaimana .diungkapkan S tompka (2004:101-102) .dapat diartikan sebagai prosesyang menghasilkan dunia tunggal.Artinya, masyarakat di seluruh duniamenjadi saling tergantung pada semuaaspek kehidupan baik secara budaya,ekonomi, maupun politik, sehinggacakupan saling ketergantungan benarbenar mengglobal. Misalnya, dalam bidang politik, globalisasi ditandai .dengan adanya kesatuan supranasionaldengan berbagai cakupan blok politik
dan militer dalam NATO (NorthAtlantic Organization), koalisi kekuasaandominan, dan organisasi berskala internasional seperti PBB (PerserikatanBangsa Bangsa).
Selanjutnya, globalisasi dalam bidang ekonomi ditandai dengan peningkatan peran koordinasi dan integrasisupranasional, seperti EFTA (EuropeanFree Trade Association), EC (EuropeanCommission), OPEC (Organization of thePetroleum Exporting Countries), perjanjian kerja sarna ekonomi regional sertadunia, .pembagian kerja dunia, dan peningkatan peran kerja sarna multinasional (S tompka, 2004: 102-103). Fakih(2002: 219) menambahkan bahwa globalisasi di bidang ekonomi dapat dipahami sebagai suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional berbagaibangsa ke dalam ·sistem.ekonomi global. Oleh karena itu,sejak dicanangkannya penandatanganan kesepakatanGATT (General Agreement on Tariff andTrade), ditandatanganinya aneka kesepakatan lainnya, seperti NAFTA (TheNorth American Free Trade Agreement),APEC (Asia Pacific Economy Conference),serta WTO (World Trade Organization),dan dilaksanakannya Structural Adjustment Program oleh Bank Dunia, pertandaglobalisasi tengah berlangsung.Sebenarnya, ditinjau dari sejarah perkembangan ekonomi, pada dasarnyaglobalisasi merupakan salah satu faseperjalanan panjang perkembangan kapitalisme liberal, yang secara teoretistelah dikembangkan oleh Adam Smith.Dengan demikian, ·sesungguhnya globalisasi merupakan kelanjutan dari kolonialisme dan developmentalism (Fakih,2002: 211).
Sementara itu, globalisasi di bidangbudaya ditandai dengan kemajuanmenujukeseragaman. Dalam hal ini,media massa, terutama televisi, mengubah dunia menjadi sebuah dusun
Cakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No.2
global". Informasi dan gambaran peristiwa yang terjadi di tempat yang sangatjauh dapat ditonton jutaan orang padawaktu· hampir bersamaan, sehinggapengalaman budaya, seperti selera, persepsi, dan pilihan relatif sarna. Di samping itu, muncul juga bahasa· Inggrissebagai bahasa global yang berperansebagai alat komunikasi profesional dibidang bisnis, ilmu pengetahuan, komputer, teJrnologi, transportasi, dan digunakan sebagai alat komunikasi· pribadi dalam bepergian. Di bidang teknologi komputer, program yang sarna digunakan di seluruh dunia sebagai polaumum dalam menyusun dan memproses data serta informasi. Akhirnya,tradisi budaya pribumi atau lokal semakin terkikis dan terdesak, serta menyebabkan budaya konsumen atau budaya massa model Baratmenjadi budaya universal yang menjalar ke seluruh dunia (Sztompka, 2004: 102-103).
Pengertian globalisasi di atas tidakjauh berbeda dengan apa yang pernahdikemukakan Abdullah (2006: 107).Menurutnya, budayaglobal ditandaidengan adanya integrasi budaya lokalke dalam suatu tatanari global. Nilainilai kebudayaan luar yang beragammenjadi dasar dalam pembentukansub-sub kebudayaan yang· berdiri sendiri dengankebebasan-kebebasan ekspresi. Globalisasi yang ditandai olehperbedaan-perbedaan dalam kehidupan telah mendorong pembentukan definisi baru tentang berbagai hal· danmemunculkan praktik kehidupan yangberagam. Proses integrasi masyarakatke suatu tatanan global yang dianggaptidak terelakan inilah yang. akan men~
ciptakan suatu masyarakat yang terikatdalam suatu jaringan komunikasi internasional yang begitu luas denganbatas-batas yang tidak begitu jelas.Dengan demikian, selain arus orangdan barang, arus informasi merupakan
133
suatu keuntungan dan sekaligus suatuancaman yang sangat berbahaya.· M'isalnya, terbentuknya diversitas (perbedaan), pembentukan nilai jangkapanjang,dan hilangnya humanitas (perikemanusiaan) (Abdullah, 2006: 166).
Secara jelas pada era globalisasi ini,sebagaimana yang sekarang terjadi,dunia seolah sudah tidak memiliki lagibatas-batas wilayah dan waktu. Food,fashion, dan [un (makanan, mode, danhiburan) merupakan gejala yang sangatkentara pada era inL Food berarti orangtidak lagi makan makanan dari daerahnya, karena banyak makanan danminuman .. disajikan secara sarna diseluruh ·dunia.Misalnya, resep KolonelSanders dari Kentucky Fried Chickendapat dinikmati baik oleh pendudukChicago maupun penduduk berbagaipelosok Indonesia sekalipun. Fashionmenandakan bahwa sekarang terdapatkota-kota tertentu yang menentukanperkembangan busana untuk seluruhdunia. Semacam ini dapat dilihat dalammajalah modePrancis Elle yang dicetakdalam enam belas edisi internasional.Demikian pula, CNN (Cable News Network) yang merupakan stasiun televisiinternasional melaporkan mode-modebaru dari New York, Tokyo, Milan, danParis. Selanjutnya, fun berarti sekaranghiburan menjadi bisnis internasional,seperti film, musik,· dan macam-macamkegiatan hiburan lainnya dikelola secara internasional (Rakhmat, 2003: 7172).
Di belahan separuh .dunia, orangsecara jelas dan mudah dapat berbicaramelalui telepon dikarenakan adanyafasilitas satelit. Dalam hal ini, berbagaiorang dapat menyaksikan PertandinganSepak ·Bola Piala Dunia secara langsungdi Dortmun, Jerman, lewat Satelit siaran langsung di televisi. Orang juga bisaberbicara lewat tulisan melalui internet,yang berarti tanpa ada sensor ... dari
Pendidikan, Globalisasi, dan.Moralitas
134
tangan siapapun. Dengan alatcanggihtersebut, keglamoran dan kebebasanberlebihanyang terjadi di Hollywood,Amerika Serikat detik itu juga bisa disaksikan, misalnya, di Indonesia dalamwaktu yangbersamaan (Azizy, 2004:19-20). Melalui internet, orang juga dengan bebas dapat mengakses gambargambar· tubuh .manusia secara vulgar,dan bahkan dengan adegan-adeganyang dapat merusak pikiran manusia.
Fenomena globalisasi memang sudah tidak dapatdihindari lagi oleh siapapun, .kecuali dia sengaja mengungkung diri·· menjauhi interaksi dan komunikasi· dengan yang lain. Hanya sajayang .perlu disadari dan mendapatcatatan, di samping ·globalisasi membawa manfaat, namun juga mendatangkan madlarat. Oleh karena itu, haruspandai-pandal menyikapinya, misalnya, jikalau nilai-nilai yang terdapatdalam globalisasi itu positif maka tidaksalah· untuk mengambilnya, sebaliknyajikahal itu :memang negatif maka harusdapat .membendungnya. Dalam hal ini,ungkapan. seperti al-akhdu bi al-jadid alaslah (ambillah hal-hal yang. baru yangsekiranya· baik dan banyak mengandung maslahat) mungkin dapat dijadikan dasar· pijakan.
Sebagaimana· diungkapkan Azizy(2004;25), apabila globalisasi itu memang memberi hal-hal, nilai, dan prak~
tik yang positif yang tidak berbenturandengan· btldaya lokal, nasional, danterutama sekali nilai agama, haruslahmenjadi tantangan bagi bangsa Indonesia ·untuk mampu .menyerapnya.Dengan kata lain, ·bagaimana agar nilainilai· positif yang ada di Barat, ataubahkan di belahan negara lain yangmasuk dapat dipraktekkan di·· tengahtengahmasyarakat.. Budaya positif tersebut mencakup disiplin, kebersihan,tanggung jawab,". egalitarianisme, kompetisi, kerja .. keras, penghar,-gaan .... ter-
hadap orang· lain .yang membutuhkanbantuan, demokratisasi, dan semacamnya.
Sebaliknya, yang harus disadari,globalisasi juga banyak mengandunghal-hal yang negatif. Misalnya, karenaglobalisasi mengaburkan· batas-batasbudaya, akibatnya aneka budaya seluruh umat di jagat raya ini mudahdiakses dan ditiru lewat media televisimaupun internet. Oleh karena itu,dengan mudah orang mengakses gaya,model, perilaku, atau cara berbusanayang pada hakikatnya bertentangandengan nilai-nilai akhlak yang mulia.Dampak ··yang tidak baik pun dapatdirasakan, terutama bagi kalangananak-anak dan kaum remaja. Dapatlahdisaksikan, bahwa budaya yang..semacam itu, yang kebanyakan. terjadi diBarat dan tidak terkecuali di Indonesia,telah membawa perilaku sex bebas, •sebuah perilaku yang tidak bertanggungjawab. ~
2. Pendidikan dan Era GlobalisasiTelah dikemukakan bahwa pen
didikan merupakan salah satu. sCifanayang dapatdijadikan pengembanganmodal sosial (social capital). Modal sosialsendiridapat .berarti SDM (SumberDaya Manusia) yang mempunyai kejujuran,kepercayaan, kesediaan, dankemampuan·untuk bekerjasama, berkoordinasi, penjadwalan waktu dengantepat, dan kebiasaan untuk berkontribusi dalam upaya pembangunan(Kapahang, dkk., 2001). MenurutFukuyama (1999), modal sosialadalahserangkaian nilai atau norma sosialyang dihayati.oleh anggotakelompok,yang memungkinkan terjadinya kerjasarna antara· para anggotanya. Lebihlanjut diketahui, bahwa salah satu modal sosial.yang· terpenting adalah trust,yakni .keyakinan bahwa para anggota
Cakrawa~aPendi,dikan,Juni 2008, Th. XXVII, No.2
masyarakat dapat saling berlaku jujurdan dapat diandalkan.
Pengembangan modal sosial dapatberarti terciptanya insan. yang sempurna. Jika ini yang diharapkan, berartiera globalisasi merupakan tantangansendiri. Pada era ini lembaga pendidikan, di samping harus menciptakanSDM yang mampu berkompetensi danberprestasi, juga harus dapat menyiapkannya·agar mampu menghadapi akulturasi budaya yang luar biasa, terutamadari negara-negara Barat. Artinya, pactaera globalisasi ini dunia pendidikandituntut mempunyai peran ganda. Pertama, harus mempersiapkan manusiayang berkualitas dan mampu berkompetisi sesuai dengan kemajuan ilmudan· .teknologi, atau manusia yangmempunyai kesiapan mental dan. sekaligus kesiapan kemampuan skill(profesional). Kedua, yang tidak kalahpentingnya adalah .bagaimana duniapendidikan ini mampu menyiapkanmanusia yang berakhlak mulia.
Dengan demikian,pada satu sisi,proses pendidikan. harusdapat menyiapkan anak didik yang dapatmenyesuaikan diri dengan masyarakatsekarang dan akan datang, masyarakatyang semakinlama semakin sulit diprediksi karakteristiknya. Hal ini di~
karenakan di era kehidupan 'global ini,dengan adanya berbagai penemuan dalam bidang teknologi informasi, orangharus dapat membelajarkan diri dalamsuatu proses pendidikan yang bersifatmaya (virtua~. Implikasinya, bahwapendidikan harusmampu mempersiapkan bangsa ini menjadi komunitas yangterberdayakan dalam menghadapi kehidupan global yang semakin lamasemakin menggantungkan diri padateknologi informasi (Suyanto, 2004). Sisilain, proses pendidikan. tidak bolehmengenyampingkan pembentukan kepribadian. Masyarakat sekolah haruslah
135
masyarakat yang berakhlak. Kampus,misalnya,bukan semata~mata. hanyawahana untuk meningkatkan ke.mamp.uan intelektual,. tetapi juga kejujuran,kebenaran,. dan pengabdian pada masyarakat. Secara keseluruhan budayakampus adalah budayayang berakhlakmulia. Kampus semestinya menjadi pelopor .dari perubahan. kebudayaan .. secara total yang bukan hanya nilai-nilaiilmu pengetahuan dan teknologi, tetapijuga tempat persemaian dari pengem...bangan nilai-nilai. akhlak kemanusiaan(Tilaar, 2002: 76).
Pendidikan memang erat kaitannyadengan pembentukan·mental yang berakhlak. Sebagaimana digariskaI1·· olehkaum eksperimentalis, bahwa pendidikan itu tidak hanya. berarti memberikan .pelajaran kepada .subjek didikagar dapat menyesuaikan diri terhadapsituasikehidupan nyata, tetapi lebihdari itu adalah tempat meningkatkankualitas hidup manusia dengan. mem~pertinggi pengalaman moral· (Barnadip,1996:20). Demikian pula,. aliran esensialisme· dan .perenialisme ... ·menyatakan .'bahwa di samping. proses pendidikanbertujuan untuk pembentukanl\~cer
dasan, tetapi juga bagaimana pendidikan dapat membentuk tingkahJaku yangcerdas sebagai tujuan utal11a. Merekatidak memungkirikenyataan· bahwapendidikan ituadalah sarana tempatpembentukan watak atas ... nilai-nilaibudaya yang luhur. SementCl.ra.itu, ter~
bentuknya watak, kepribadian, dankualitas manusiayang lain tidak dapatdilepaskan dari kecerdasan tingkahlakuseseorang (Barnadib, 1996:.36).
Arti pendidikan di atas menunjuk,kan bahwa masalah akhlak (pembentukan kepribadian) adalah tidakdapatditinggalkan, bahkan menjadi tujuanutamapendidikan. Dikatakan, tujuanprimer dan tertinggi usaha pendidikanadalah peningkatan (tarbiyah) nilai ke-
Pendidikan,Globalisasi,.dan Moralitas
136
sucian manusia dalam .. fitrahnya yangdianugerahkan .Tuhan. Setelah itu,· barumengarah .kepada tujuan sekunderyang semata-mata untuk menopangtujuan primer tersebut, yaitu sebagaiinvestasi modal manusia (human capitalinvestment) dengan duamacam dampaknya. Pertama, dampak peningkatankemampuan kerja dengan keahIian· danprofesionalisme. Kedua, berkaitan ·dengan .tujuan·pokok pendidikan itu sendiri sesuai dengan bidang-bidang yangdikembangkannya, seperti teknologi,kesehatan, manajeman, pertanian, keguruan, dan sebagainya (Madjid, 2004:149).
Intinya,:cli alam era globalisasi ini,tugaspendidikan, khususnya di Indonesia, di samping ·harus mampu menyiapkan .manusia yang mampu berkompetisi, tetapi juga harus rriampumenyiapkanpesertadidik agardapatmenghadapi akulturasi ·budaya yangluar biasa, terutama dariBarat. Namun,perlu ditekankan, sebenarnya derasnyaarus budayamancanegara ke Indonesiabukanlah presenden .bUfUk bagi rakyatapabila mampu menyaring, mengambilyang baik, dan meninggalkan yang buruk ". (Zamroni, ·2004: 213) Pendidikanharus dapat berperan sebagai alatyangampuh untuk menyaring budaya-budayayang masuk dan sekaligusmenguatkan· budaya lokal yang· memang. ·masih perludijunjung. Dengandemikian, lembaga pendidikan dituntut, misalnya, harus menciptakan kuri~
kulum yang dapat memberdayakan tradisi· loka!, supaya tidak punah karenaakibat pengaruh globalisasi yang tidaklagi mengenal sekat-sekat primordialdan batas-batas wilayah bangsa.
Sementara itu, para pendidik yangberposisi sebagai sumber nilai, harusorang yang selalu dapatditaati dandiikuti (Buchori, 1994: 105). Untuk itu,pendidik dituntut harus .selalu ber-
usaha membekali dirinya agar dapatmenjadi teladan. Sebagai orang yangberilmu, pendidik semestinya harusselalu menghindarkan diri dari segalaakhlak dan perbuatan yang tercela,memelihara diri dari kenistaan, ·sepertitamak (mengharap sesuatu dari oranglain '.. secara berlebih~lebihan), sehinggatidak menimbulkan kesan yang hinaterhadap ilmu dan sifat ilmuwan yangdisandangnya. Demikian pula, orangyang berilmu hendaknya bersifat tawadIu (merendahkan hati tetapi bukanminder) , dan jangan bersifat sebaliknya(sombong) ,. serta haruslah memilikisifat·iffah (memelihara diri dari beragambarang haram dan tidak baik)(Miftahuddin, 2006:245). Tidak salahdalamhal ini apabila para pendidikmenengok kembali apa yang pernahdikatakan AI-Zarnuji, bahwa
"wayambagh Ii ahli al-ilmi an 1yadzilla nafsahu bi al-tam'i fi ghairimatma'in wa yataharraza 'amm f himadzallatu al- 'ilmi wa ahlih, wayak numutawadi'an -wa al-tawada'ubaina al-takabburi wa al-madzallati wa al.. 'iffahtu" (al-Zarnuji, t.th.: ·1112).Artinya, "sebaiknya bagi orang
yang berilmu, janganlah membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran berbuat tamak terhadap sesuatu yang tidaksemestinya, dan hendaknya menjaga dari perkara yang dapat menjadikan hinanya ilmu dan para pemegangilmu, sebaliknya, berbuatlah tawadlu(sikap tengah~tengah antara sombongdan keeil hati) dan iffah. "
Para pendidik diharapkan pula tidak bersikap dan berbuat sebagaimanadigambarkan dalam al-Qur'an, yangberbunyi:
" Y ayyuha al-1adz na manu limataquluna m I taf'al n. Kaburamaqtan 'inda Allah an taql m 1taral n".
Cakl1i!:walaPendidikan, Juni 2008,Th. XXVII, No.2
Artinya, "hai orang-orang beriman,mengapa katnu mengatakan apayang tidak kamu perbuat. Amatbesar kebencian di sisi Allah ketikakamu mengatakan apa yang tidakkamu perbuat" (Q.S. Ash Shaff: 23).Selanjutnya, dapat diyakini bahwa
pendidikan formal saja sebagai saranatempatprosespendidikan dijalankan,misalnya, dari TK (Taman Kanakkanak) sampai perguruan tinggi, tidakmemadai terutama sebagai saranamembekali peserta didik agar tidakterjerumus dalam tingkah laku yangtidak berakhlak. Oleh karena itu, segenap komponen masyarakat harus andil dalam proses pendidikan ini, walaupun peran utama tetap dipegang olehlembaga pendidikan formal (Sudarwan,2006:69). Untuk itu, dunia pendidikanmempunyai peran ganda, di sampingtugas utamanya·adalah mendidik peserta· didik, juga harus mengajak ataumemberi pengetahuan kepada masyarakat secara umum tentang pentingnyamenjunjung nilai-nilai akhlak mulia.Atau, dengan bahasa lain, sebagaimanadiungkapkan, bahwa
"setidaknya ada satu langkah yangtengah ditempuh oleh pemerintah,dengan menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat (schoolbased community). Upaya ini harusdimulai dengan adanya sinergitasantara masyarakat setempat denganpihak sekolah. Karena diketahuibahwa peserta didik paling lamasehari hanya 7 jam dari 24 jamberada di sekolah atau kampus, sedangkan waktu yang lain merekagunakan untuk berkumpul bersamakeluarga (Zamroni, 2004, 213-214)".Intinya, .dunia pendidikan harus
mengajak. masyarakat, lebih-lebih lingkungan keluarga, untuk ikut menyiapkan SDM yang tangguh, mampu ber-
137
saing, dan sekaligus memiliki akhlakmulia. Terkait dengan hal lni, tidaksalah apabila meminjam konsep dalamIslam "long life education" (belajar sejakdari pangkuan ibu sampai ke lianglahat). Konsep ini menunjukkan, bahwapada tahap-tahap awal, khususnyasebelum memasuki bangku sekolah dansampai dewasa, peran orang tua amatkrusial serta menentukan dalam menanamkan pada anak tentang nilai-nilaiyang perlu dijunjung (Syuhud, 2005).Apalagi era sekarang ini, dengan' .adanya arus informasi, seperti televisi atauinternet, tentu peran keluarga sangatmenentukan sebagai 'pendidik yangpertama, dan harus dapat menunjukkan pada anak-anaknya mana yangpositif dan mana yang negatif.
Televisi, tentu mengandung plusdan minus. Satu sisi, televisi adalahsebuah produk kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi yang diakui telahbanyak memberikan pengaruh positifdan kemajuan bagi manusia dankebudayaannya. Misalnya, lewat televisiide-ide modernisasi dan'perribangunahdengan cepat dapat disebarkan ke seluruh pelosok. Televisi dapat dikatakansebagai salah satu media komunikasimassa yang ampuhdalam menyebarkan pesan-pesan modetnisasi dan pembangunan. Melalui televisi dapat dikenalkan nihii-nilai' baru yang akanmendukung keberhasilan pembangunan guna kemajuan kebudayaan danperadaban manusia. Namun, di sisi lainperlu disadari, bahwa televisi juga telahmampu menghentikan aktivitas .dankegiatan manusia,' inilah yang seringtidak disadari.. Dapat dirasakan, dengankebiasaan duduk dan berkhayal didepan televisi, timbullah sikap' mentalpasif, malas, segan mengerjakan ini danitu. Segalanya ingin serba .gampang,seperti yang disaksikan dalam kebanyakan film-film di layar televisi.
Pendidikan, Globalisasi, dan Moralitas
138
Televisi telah mendatangkan kesenangan· pasif, karena orang akan menjaditerbiasa menonton orang lain bekerja,bermain, daripada dia sendiri yangmelakukan.. Keadaan ini menjadi lebihburuk lagi apabila pihak penyelenggarasiaran televise tidak menyadari hal itu,dengan· tetap menyiarkan acara-acarayang dapat menambahsuburkan sikapmental semacam itu· (Azra, 1998: 169172).
Keluarga .memang memegang peranan .. yang penting untuk mengarahkan. anak-anak, sehingga keberadaantelevisi ini tidak membuat anak malas,akan tetapi sebaliknya. Selanjutnya,perlu diakui bahwa di era sekarang inikemerosotan akhlak tengah menggejaladi tengah-tengah masyarakat. MenurutHartana (2004) , kemerosotan akhlakakibat globalisasi ini ditandai denganbobroknya perilaku umat manusia.Perilakumalima (madat,main, minum,madon, maling) seolah telah menjadibudaya yang sulit dihindari. Malima seakanmenjadi "panglima" dalam sebuahkomunitas masyarakat yang sedang"sakit". Banyak orang yang beranggapan di· zaman edanini, yen ora melungedan, mangka ora .bakal kumanan.Bahkan, penelitian BKKBN (BadanKoordinasi Keluarga Berencana· Nasio-"nal)menyebutkan 30 persen remajamelakukan free sex. Hal ini merupakantemuan mengejutkan sekaligus sangatmemprihatinkan. Untuk mencegah halitu, lingkungan. keluarga mempunyaiperan penting untuk mengontrol, karena pola pendidikan agama, akhlak,dan perhatian keluarga akan sangatberpengaruh terhadap pergaulan anaknya. Bahkan kini sudah menjadi halpenting, orang tuaharus memberikanpendidikan sex yang baik dan benarpada ·anaknya. (http://intra.aidsindonesia. or.id/index.php?option=com).
Keluarga rrlerupakan pen-didikan pertama, terpenting, dan terdekat yang bisa dinikmati anak. Pentingnya peranan orang tua dalam mendidik anak adalah memberikan dasarpendidikan, sikap, watak, danketerampilan dasar seperti pendidikan agama,budi-pekerti, sopan-santun, estetika,kasih sayang, rasa aman, dasar-dasarmematuhi peraturan, serta menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baikdandisiplin..Di lingkungan keluargalah seorang anak manusia mengenal nilai dannormakehidupan. Diketahui, di eraglobalisasi, dampak budaya dan kemajuan teknologi merupakan wahana"penjajahan" bagi budaya yang dominan. Nilai-nilai budaya dominan ini,yang ·sebagian besar tidak· sesuai dengan timbangan budaya Indonesia, ·sudah menembus kamar-kamar dan sekeliling ·masyarakat. Untuk itu, keluarga bisa. dimetafora sebagai sebuah benteng yang mampu menciptakan 'imunisasi'bukan "sterilisasi" (Gunaryadi,2006).
Demikian pula, menurut Tafsir(2004: 155), pendidikan dalam rumahtangga sangat strategis dalam pembentukan akhlak dan kepribadian.Tujuan pendidikan dalam rumah tangga adalah agar anak mampu berkembang secara maksimal, yang meliputiseluruh ·aspek perkembangan anakanak, yaitu secara jasmani, akal, danrohani. Tujuan lain ialah membantusekolah atau lembaga kursus dalammengembangkanpribadi anak didik.Sementara itu, yang bertindak sebagaipendidik dalam pendidikan rumahtangga adalah ayah-ibu, serta semuaorang. yang merasa bertanggung jawabterhadap perkembangan anak itu,seperti kakek, nenek, paman, bibi, dankakak, sekalipun yang paling bertanggung jawab adalah kedua orangtua.
CaJa:'fwa1aPendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No.2
Namun, mengingat keterbatasankeluarga, tampaknya tidak semuaorang tua mampu mendidik danmengembangkan anak-anak mereka,baik secara jasmani, akaI, maupunrohani. Oleh karena itu, akan lebih baikapabila melirik lembaga pendidikannon formal, seperti Madrasah Diniah(Sekolah Agama) , Pondok Pesantren,atau TPA (Taman Pendidikan AIQur'an) sebagai alternatif, yang tampaknya juga penting untuk membantumengembangkan,khususnya,· ·kematangan rohani. Tentu saja, aktivitasanak-anak yang kurang manfaat didepan layar televisi akan terkurangiapabila mereka di samping belajar dilembaga pendidikan formal, tetapi jugadi nonformal. Ambil saja pondok pesantren, di lembaga ini anak-anak akandibekali pengetahuan agama secaraterus-menerus dan berkelanjutan, sehinggq, diyakini dapat mengantarkananak didik kepada kematangan rohani.
c. PenutupGlobalisasi memang sudah tidak
dapat ditolak kehadirannya. Globalisasiyang telah merambah kepada semuaaspek kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun budaya menandakanbahwa orang yang hidup di era ini mautidak mau harus mampu berkompetisidalam segala bidang apabila tidak mautertinggal jauh. Tentu saja, semacam inimerupakan bagian dari tugas duniapendidikan untuk menyiapkan bagaimana menciptakan SDM yang memiliki kemampuan atau berkompetensi.
Jika tujuan pendidikan adalah memiliki arti "suatu daya upaya untukmemajukan budi pekerti, pikiran, danjasmani agar selaras dengan alam danmasyarakat", sebagaimana diutarakanoleh Ki Hadjar Dewantara, berarti padaera ini bagaimana dunia pendidikanmampu menyiapkan SDM yang· dapat
139
mengikuti "arus globalisasi" dalam artiyang positif. Demikian pula, karenaglobalisasi mengandung pula hal-halyang negatif, maka lembaga pendidikan di samping juga masyarakat dankeluarga harus mampu membentengigenerasi penerus terutama dari pengaruh budaya yang tidak sesuaidengan norma (agama) sebagai tolakukur kepribadian atau budi pekerti.
Yang perlu disadari, bahwa globalisasi sebenarnya paradoks dengandunia pendidikan· atau gejala kontramoralitas. Misalnya, satu sisi pendidikharus mengajarkan bagaimana berpakaian yang sopan, santun, dan· tidakmengganggu pandangan mata, akantetapi di sisi lain perkembangan mode,atau gaya pakaian sudah tidak· dapatdibendung lagi, bahkan baik mediamassa maupun elektronik sudah mengarah kepada ··kebebasan menayangkangambar-gambar "porno". Demikianpula, misalnya, pendidik mengajarkanorang harus berhemat, tetapi budayakonsumtif telah mempengaruhi sebagian besar masyarakat.· Inilah tantangan dunia pendidikan yangharusdihadapi dalam rangka membentukmanusia yang berbudipekerti danmengutamakan nilai-nilai akhlak dalamperilakunya sebagai tujuan utama.
Daftar PustakaAbdullah, I. 2006. Konstruksi dan Repro
-duksi Kebudayaan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
AI-Zarnuji, Syekh. (tt). Ta lim alMuta allim Thoriq al-Ta allum.Semarang:Toha Putra.
Anonim. (tt). "Free Seks MasalahKronis" .http://intra.aidsindonesia.or.id/index.php?option=com.
Pendidikan, Globalisasi, dan .MQralitas
140
Anonim. (tt). "Social Capital andEducation''.http://wwwl.worldbank.org!prem!poverty!scapital!topic!edu2.htm.
Azizy, A.Q. 2004. Melawan Globalisasi:Reinterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azra, A. 1998. Esei-esei IntelektualMuslim dan Pendidikan Islam.jakarta: Logos.
Barnadib, I...1996.. Dasar-dasar Kependidikan: Memahami Makna danPerspektif Beberapa Teori Pendidikan. jakarta: Ghalia Indonesia.
Buchori, .. M... 1994. SepektrumProblematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Chomaidi. "Peranan Pendidikan dalamUpaya Meningkatkan KualitasSumeber.Daya Manusia". Disampaikan di depan Rapat Senat
" Terbuka UNY, 15 Oktober 2005.Fakih, M. 2002. Runtuhnya Teori Pem
bangunan .. dan Globalisasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fukuyama, F. "Social Capital. and CivilSociety", http://www-imf.org!external!pubs!ft(seminar/1999/reforms!fukuyama.htm#I.
Gunaryadi. 2006. "Pendidikan Nasional, Globalisasi, dan .PerananKeluarga". http://sekolahindonesia.nl!globalisasi-pendidikan.pdf.
Hartana, S. 2004. "Reformasi Total dalam ·PembinaanMoral". SuaraMerdeka, Senin, 27 September.
Kapahang, A.dkk. "Moralitas KkaumTerdidik: Suatu Tinjauan FilsafatPendidikan". Artikel; Oktober200 l.http://tumoutou.net/sem-I 012!ke5 012.htm.
Madjid, N. 2004. Indonesia Kita.jakarta:Gramedia.
Miftahuddin. "Konsep Profil Guru danSiswa: ·Mengenal Pemikiran alZarniji .Dalam Ta lim AI-Mutaallim dan Relevansinya. Cakrawala Pendidikan, juni 2006, Th.XXV, No.2.
Rakhmat, j. 2003. Islam Aktual: RefleksiSosial Seorang Cendekiawan· MusliIIl. Bandung: Mizan.
Sudarwan, D.2006. Agenda PembaharuanSistem Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Suyanto, Persoalan Pengangguran danPendidikan" . Kompas, 29 Mei2004.
Syuhud, F. A. "Tantangan PendidikanIslam di Era Globalisasi" http:!!afatih.wordpress.com!2005!09/ 06!tantangan-pendidikan-islamdi-era-globalisasi.
Sztompka, P. 2004. Sosiologi PerubahanSosial. Terj. Alimandan dari··"TheSociology of Social Change".jakarta: Prenada.
Tafsir, A. 2004. Ilmu Pendidikan dalamPerspektif Islam. Bandung: Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat MadaniIndonesia: Strategi Reformasi Pen-
CakIjawalaPendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2
didikan NasionaJ. Bandung: Rosdakarya.
Zaenuddin, M. 2004. Membaca WacanaIntelektual: PerspektifKeagamaan,Sosial-Kemasyarakatan, dan Politik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zamroni, M.1. "Pendidikan dan· Pemberdayaan Masyarakat (Rekonstruksi Sistem Pendidikan Nasianal Menuju Pendidikan. BerbasisKerakyatan) ". Dalam ImamMachali. (2004). Pendidikan Islamdan, Tantangan Globalisasi: BuahPikiran Seputar:Filsafat, Politik,Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Yogyakarta:Ar-Ruzz.
141
Pendidikan, Globalisasi, dan Moralitas