pendidikan anti-radikalisme dan strategi …

17
TARBIYATUNA: Kajian Pendidikan Islam Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019 Print ISSN : 2597-4807 Online ISSN : 2622-1942 This work is licensed under Creative Commons AttributionNon Commercial 4.0 International License Available iaiibrahimy.ac.id PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI MENGHADAPINYA (IKHTIAR MENYUSUTKAN GERAKAN RADIKALISME DI INDONESIA) Khoiriyah Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Probolinggo e-mail: [email protected] Abstract In a study found there were three factors that caused the emergence of radicalism in Indonesia. First, radicalism develops at the global level. Both Wahhabism is spread and the third is poverty. Now a days, radicalism has been spread out in Indonesia. It has to be prohibited by anti-radicalism education. Anti-radicalism education can be preventive and anticipative effort for terorism and radicalism expansion. It will done by put anti-radicalism volues for student through learning and teaching process. In Islam concept, there is interdiction for killing and vandalism. On the contrary, Islam learns us for loving peaple/each other. It has realized on subject lesson. Anti-racalism education prosecutes youth generation to respect differentiation, to love each other, to hate vandalism and dissension. Thus, it can discontinue radicalism and terorism in Indonesia. The anthropicity of radicalism can be done through the path of the government's role, the role of religious institutions and education, the role of civil society, some critical issues, welfare approaches, the role of deradicalization, rehabilitation and reintegration. Keywords: anti-radicalism, education, Indonesia Accepted: Juli 29 2019 Reviewed: Agustus 13 2019 Publised: September 30 2019 A. Pendahuluan Indonesia saat ini banyak berkembang isu-isu radikalisme yang mengklaim dirinya kelompok ISIS dan al-Qaeda. Islamic State and Suriyah (ISIS) ini dipelopori oleh Abu Umar al-Baghdadi dan Abu Ayub al-Misri. Sejak basis kepemimpinan digantikan oleh Abu Bakar al-Baghdadi menjadi sangat pesat perkembangannya. Teror yang disebarkan oleh ISIS berupa pemerkosaan, pembunuhan masal, perebutan wilayah-wilayah strategis, dan berbagai pembantaian sangat mengejutkan dunia. Pada bulan juni 2014, ISIS merebut kota Tirkit dan Masoul serta mengambil alih stasiun radio dan TV milik pemerintah Irak. ISIS juga

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

TARBIYATUNA: Kajian Pendidikan Islam

Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019

Print ISSN : 2597-4807 Online ISSN : 2622-1942

This work is licensed under Creative Commons AttributionNon Commercial 4.0 International License Available iaiibrahimy.ac.id

PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI MENGHADAPINYA (IKHTIAR MENYUSUTKAN GERAKAN RADIKALISME DI INDONESIA)

Khoiriyah

Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Probolinggo e-mail: [email protected]

Abstract

In a study found there were three factors that caused the emergence of radicalism in Indonesia. First, radicalism develops at the global level. Both Wahhabism is spread and the third is poverty. Now a days, radicalism has been spread out in Indonesia. It has to be prohibited by anti-radicalism education. Anti-radicalism education can be preventive and anticipative effort for terorism and radicalism expansion. It will done by put anti-radicalism volues for student through learning and teaching process. In Islam concept, there is interdiction for killing and vandalism. On the contrary, Islam learns us for loving peaple/each other. It has realized on subject lesson. Anti-racalism education prosecutes youth generation to respect differentiation, to love each other, to hate vandalism and dissension. Thus, it can discontinue radicalism and terorism in Indonesia. The anthropicity of radicalism can be done through the path of the government's role, the role of religious institutions and education, the role of civil society, some critical issues, welfare approaches, the role of deradicalization, rehabilitation and reintegration. Keywords: anti-radicalism, education, Indonesia

Accepted: Juli 29 2019

Reviewed: Agustus 13 2019

Publised: September 30 2019

A. Pendahuluan

Indonesia saat ini banyak berkembang isu-isu radikalisme yang mengklaim

dirinya kelompok ISIS dan al-Qaeda. Islamic State and Suriyah (ISIS) ini dipelopori

oleh Abu Umar al-Baghdadi dan Abu Ayub al-Misri. Sejak basis kepemimpinan

digantikan oleh Abu Bakar al-Baghdadi menjadi sangat pesat perkembangannya.

Teror yang disebarkan oleh ISIS berupa pemerkosaan, pembunuhan masal,

perebutan wilayah-wilayah strategis, dan berbagai pembantaian sangat

mengejutkan dunia. Pada bulan juni 2014, ISIS merebut kota Tirkit dan Masoul

serta mengambil alih stasiun radio dan TV milik pemerintah Irak. ISIS juga

Page 2: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 123

menduduki kantor gubernur setempat. Menurut laporan PBB menyatakan pada

kurun waktu 2014, sejumlah 1,2 juta penduduk suriyah dan 1 Juta penduduk Irak

telah mengungsi akibar teror-teror yang dilancarkan ISIS. Ironisnya dalam kurun

waktu hanya 1 tahun pasukan ISIS telah berlipat ganda menjadi 20.000 lebih

pasukan. Kebanyakan pasukan berasal dari berbagai negara Islam di dunia,

termasuk Indonesia (Hikam, 2016:5-9).

Data dari Central Agency of Agency (CIA), akhir-akhir ini kekuatan ISIS

bertambah sekitar 30.000-31.000 pasukan. Ketakutan teror dan radikalisme telah

sampai di Indonesia dengan melakukan beberapa kekerasan dan peristiwa tumpah

darah yang didalangi oleh kaum radikal Islam. Banyak peristiwa yang terjadi di

Indonesia, di antaranya terjadinya rentetan peristiwa teror pemboman di Legian

Kuta Bali yang menelan ratusan korban, peneror dan kerusakan Gereja di

Temanggung-Jawa Tengah, pengeboman Gereja pada waktu upacara-upacara

keagamaan. Teror dalam bentuk demonstrasi dan aksi massa yang dibalut atas

nama isu penistaan agama dan SARA yang beberapa waktu lalu telah

menghangatkan suhu kerukunan antar umat beragama. Tragedi kelompok

Ahmadiyah di Cekuesik-Banten dan yang masih hangat aksi Bela Islam 212 di

Jakarta.

Data dan fakta di atas menunjukkan bahwa tindakan radikalisme dan

terorisme merupakan sebuah problematika yang meresahkan bangsa Indonesia.

Ironisnya, para generasi muda setuju dan mendukung untuk melakukan tindakan

kekerasan dan radikal. Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah untuk

mencegah dan memberantas gerakan radikal. Beragam kegiatan dan langkah

sudah ditempuh, salah satunya dengan membuat undang-undang tentang

pemberantasan tindak pidana terorisme. Undang-undang tersebut menjadi dasar

dibentuknya sebuah lembaga khusus Densus 88 yang bertugas mengejar dan

menangkap gerakan radikal dan teroris hingga keakar-akarnya. Ketika sebuah

negara turun dalam hal memberantas gerakan radikalisme, maka menandakan

Page 3: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 124

bahwa radikalisme dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).

Beberapa langkah dan upaya yang dilakukan pemerintah tersebut boleh

dikatakan berhasil. Bukti nyatanya dengan ditangkap dan dieksekusi mati para

gembong teroris yang menjadi otak dari tindakan radikal dan terorisme di

Indonesia. Namun, disisi lain gerakan radikal ini masih tumbuh subur khususnya

dikalangan umat Islam. Mereka yang menginginkan tegaknya syari’at Islam secara

instan. Oleh karna itu, untuk memberantas tindakan radikalisme dan terorisme di

Indonesia tidak cukup dengan tindakan pemberantasan yang dilakukan oleh pihak

yang bertanggung jawab selama ini. Namun yang lebih penting dan mendasar lagi

adalah melakukan tindakan preventif (pencegahan) sejak dini. Salah satu cara

preventif yang bisa dilakukan adalah menerapkan pendidikan anti-radikalisme.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan

metode penelitian pustaka (library research). Proses induktif dan hasilnya

disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu dalam bentuk rangkaian kalimat yang

menggambarkan keadaan nyata di lapangan. Penelitian ini juga menekankan pada

proses-proses sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia dengan teknik

pengambilan datanya dari sumber informasi media elektronik, media cetak

maupun informasi-informasi dari media sosial. Berdasarkan informasi-informasi

yang didapatkan tersebut penulis mendeskripsikan bagaimana memberikan solusi

terhadap gerakan radikalisme. Dengan demikian, gerakan radikalisme bisa

terhapuskan dengan penerapan pendidikan anti-radikalisme. Penelitian ini melihat

kondisi dari objek penelitian serta menganalisa dengan mengkomparasi berbagai

jurnal, buku, artikel, dan data-data yang berkaitan dengan isu pendidikan anti-

radikalisme sebagai ikhtiar memangkas gerakan radikal di Indonesia.

Page 4: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 125

C. Hasil dan Pembahasan

1. Pengertian radikalisme

Dalam bahasa latin, radikalisme adalah radix, yang berarti akar.

Radikalisme adalah sebuah paham yang menghendaki adanya perubahan dan

perombakan besar untuk mencapai kemajuan. Menurut Zahratul Mahmudat,

radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang memiliki empat karakteristik.

Pertama, sikap intoleran dan tidak menghargai pendapat atau keyakinan orang

lain. Kedua, sikap eksklusif, yakni sikap tertutup dan berusaha berbeda dengan

kebiasaan orang banyak. Ketiga, sikap fanatik, yakni sikap yang selalu

membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Keempat, sikap

revolusioner, yakni kecenderungan untuk menggunakan kekerasan dalam

mencapai tujuan. Adapun istilah radikalisme ini murni produk barat yang sering

dihubungkan dengan fundamentalisme dalam Islam. Dalam tradisi barat

fundamentalisme Islam sering ditukar dengan istilah lain seperti “ekstrimisme

Islam” sebagai mana disebutkan oleh Gilles Kepel atau “Islam radikal” menurut

Emmanuel Siven, dan ada juga dengan istilah “revivalisme”, “integrisme”, atau

“Islamisme” (Rohimin, 2006:15). Istilah-istilah tersebut digunakan untuk

menunjukkan adanya gejala “kebangkitan Islam” yang diikuti dengan militansi dan

fanatisme yang terkadang sangat ekstrim. Dibandingkan dengan istilah lain, “Islam

radikal” yang paling sering digunakan.

2. Doktrin radikal

a. Penegakan daulah

Penegakan daulat adalah sebuah tahapan setelah suatu wilayah dapat

diterapkan dan selanjutnya dapat melangkah untuk menuju pembentukan sebuah

khilafah.

b. Penegakan khilafah

Page 5: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 126

Penegakan khilafah dibentuk dan diciptakan dari gabungan beberapa

negara Islam yang bersatu dan bersepakat di bawah satu kepemimpinan.

Globalisasi tidak saja menjadi cara kerja dunia tetapi telah menjadi ideologi dunia.

Hasilnya semua negara harus membuka diri terhadap globalisasi dan hampir tidak

mungkin untuk menghindarinya. Bagi sebagian orang, arus globalisasi ini dilihat

sebagai alat untuk membuka pikiran-pikiran baru, tetapi juga sebagai ancaman

sehingga muncul pendalaman ideologi yang fundamental dan lahirlah doktrin-

doktrin yang beraliran keras. Ditambah dengan kejenuhan yang terjadi di ranah

politik dan sosial, sehingga anak-anak muda menjadi kelompok yang rentan bagi

persemaian radikalisme.

Teknologi komunikasi yang telah melahirkan berbagai media baru seperti

internet, twitter, youtube, facebook dan media televisi akan mempercepat

sampainya informasi ke berbagai penjuru dunia. Media komunikasi yang secara

terus-menerus memberitakan tentang ketidakadilan, kekerasan, yang dilakukan

pihak penguasa terhadap kelompok yang lemah, tanpa disadari telah melakukan

suatu pembentukan doktrin baru yang menulari pemikiran khalayak luas.

Masyarakat yang sedang mengalami gonjang-ganjing kehidupan dan berada dalam

ketegangan jelas terpengaruh oleh doktrin baru yang terbawa media dan

selanjutnya doktrin tersebut menunggangi nalurinya karena terlihat sebagai

bagian dari program diri.

Dalam bukunya Virus of mind, Richard Brodie mengatakan bahwa ada tiga

jalur yang digunakan meme dalam menulari benak orang.

1) Repetition (pengulangan)

Sebuah indoktrinasi yang diulang-ulang sehingga terasa akrab dan

merupakan bagian dari program diri. Anak muda sangat rentan terhadap

indoktrinasi.

2) Free ridding (menunggangi)

Bila orang nyaman dengan doktrin baru maka doktrin baru itu akan

menunggangi nalurinya. Ajaran-ajaran lama (leluhur) sudah tidak menarik lagi,

Page 6: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 127

karena muncul doktrin baru yang diperdengarkan nyaris sempurna, dan meminta

orang percaya buta.

3) Cognitive dissounance (ketegangan).

Bila orang berada dalam sebuah ketegangan dan merasa tidak nyaman, dan

bila muncul suatu doktrin baru yang bisa mengendurkan ketegangan itu, maka

doktrin baru itu akan didukung dan doktrin lama dibuang.

3. Radikal di Indonesia

Tahun 1950, sejak Kartosuwirjo memimpin di bawah bendera Darul

Islam (DI). Dalam catatan histori tentang radikalisme Islam semakin menggeliat

pada pasca kemerdekaan hingga pasca reformasi. Akan tetapi, gerakan ini

akhirnya dapat digagalkan, kemudian muncul kembali pada masa pemerintahan

Soeharto. Bedanya gerakan radikalisme di era Soeharto sebagian muncul atas

rekayasa oleh militer atau intelijen melalui Ali Moertopo. Ada pula Bakin yang

merekayasa bekas anggota DI/TII sebagian direkrut kemudian disuruh melakukan

berbagai aksi seperti Komando Jihad dalam rangka memojokkan Islam. Sejak

jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dan masa-masa kebebasan, sehingga

secara tidak langsung dapat memfasilitasi beberapa kelompok radikal ini untuk

muncul lebih militan dan lebih vokal. Didukung dengan berbagai liputan media,

khususnya media elektronik, sehingga pada akhirnya gerakan ini lebih tampak

(Azra, 2002).

Pasca reformasi muncul lagi gerakan yang cenderung radikal dipimpin oleh

Azhari dan Nurdin M. Top, yaitu gerakan-gerakan dalam konstelasi politik

Indonesia. Radikalisme Islam makin besar karena pendukungnya juga makin

meningkat, namun gerakan-gerakan ini lambat laun berbeda tujuan, serta tidak

mempunyai pola yang seragam. Ada yang sekedar memperjuangkan implementasi

syari’at Islam tanpa keharusan mendirikan negara Islam. Ada pula yang

memperjuangkan berdirinya negara Islam Indonesia. Ada juga yang

memperjuangkan berdirinya kekhalifahan Islam. Pola organisasinya pun beragam,

Page 7: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 128

mulai dari gerakan moral ideologi seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis

Mujahidin Indonesia dan sampai kepada gaya militer seperti Laskar Jihad, dan FPI

(Turmudi, 2005).

Gerakan radikal Islam di Indonesia sebatas pada tuntutan dipenuhinya

aspirasi Islam, seperti pemberlakuan syariat Islam atau piagam Jakarta (Azra,

2000). Faktor Kemunculan gerakan Islam radikal di Indonesia ada dua. Pertama,

faktor internal dari dalam umat Islam sendiri yang telah terjadi penyimpangan

norma-norma agama. Kedua, faktor eksternal di luar umat Islam, baik yang

dilakukan penguasa maupun hegemoni Barat, seperti kasus Salman hafidz dan

Imron atau yang dikenal sebagai komando Jihad telah membangkitkan radikalisme

di Indonesia atau gerakan Warsidi. Jihad sebenarnya menjadi simbol perlawanan

yang efektif untuk menggerakkan perang melawan Barat. Kondisi inilah yang

menyebabkan permusuhan yang terus-menerus antara Islam dan Barat. Islam

menemukan moment untuk menyuarakan aspirasi Islam (Solidaritas Islam).

Kelompok Islam radikal seperti, FPI, Ikhwanul Muslimin, KISDI, Lakar Jihad dan

Mujahidin bergerak menentang penyerangan AS. Bahkan, komando jihad juga

dikirim ke Afghanistan sebagai bagian dari tugas suci (Zada, 2002).

Di Indonesia, aksi terorisme saat ini memang tengah menurun sejak awal

tahun 2000-an. Namun akar terorisme yakni radikalisme agama, semakin hati

tetap tumbuh subur dan mendapatkan posisi di sebagian masyarakat. Selain

radikalisme agama, aksi teror juga masih berisiko muncul akibat gesekan-gesekan

lainnya seperti anti persatuan, separatisme, dan lain-lain. Oleh karena itu,

masyarakat harus senantiasa mengingat bahwa mereka hidup di Indonesia, negara

yang terdiri dari berbagai keberagaman. Jika kita tidak bersikap tenggang rasa dan

berpikiran terbuka, maka akar-akar radikalisme akan transparan masuk

mempengaruhi kita. Pemerintah juga perlu untuk menjadi lokomotif dalam

pembangunan persatuan dan kesejahteraan bangsa guna menghindarkan negeri

ini dari ancaman radikalisme yang memanfaatkan celah-celah sebuah

ketidakadilan.

Page 8: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 129

Anas Saidi peneliti LIPI mengatakan bahwa paham radikalisme ini terjadi

karena adanya proses Islamisasi yang dilakukan kalangan anak muda yang

pemikirannya berlangsung secara tertutup, dan cenderung tidak terbuka apalagi

perbedaan faham dan keyakinannya. Dia menegaskan jika pemahaman ini

dibiarkan bisa menyebabkan disintegrasi bangsa karena mereka menganggap

ideologi Pancasila tidak lagi penting (Lestari, 2016). Proses Islamisasi ini terjadi

secara monolitik dikuasai kelompok tertentu yang konsekuensi pengikutnya

adalah bersikap intoleran. Apabila nanti dari kalangan mereka kemudian menjadi

pejabat, menjadi menteri atau menjadi apa sajalah, jika tidak memiliki rasa

toleransi dan masih punya keinginan atau terbesit untuk mengganti Pancasila. Itu

adalah suatu kecemasan. Anas mengatakan lebih lanjut bahwa proses Islamisasi di

kalangan anak muda itu seharusnya diimbangi dengan proses Islamisasi yang

terbuka, bervariasi dan penyelesaian perbedaan pendapat itu dapat diselesaikan

tidak dengan kekerasan. Jika itu dilakukan, Anas melihat ada sisi positif proses

Islamisasi ini. Pada generasi muda ini dapat menerima perbedaan.

Antropisitas radikalisme dapat dilakukan melalui jalur peran pemerintah,

peran institusi keagamaan dan pendidikan, masyarakat sipil. Beberapa isu kritis,

peran deradikalisasi, rehabilitasi dan reintegrasi, pendekatan kesejahteraan

(Asrori, 2015).

4. Pendidikan anti-radikalisme

Radikalisme sangat erat kaitannya dengan pelanggaran nilai-nilai moral dan

kemanusiaan, karena itu upaya preventif yang paling efektif untuk memperbaiki

moral manusia supaya tidak bertindak radikal kepada sesama, dan itu bagian dari

pendidikan anti-radikalisme.

Pada hakikatnya pendidikan Islam dan pendidikan nasional memiliki tujuan

yang sama yaitu pembinaan akhlak dan jiwa peserta didik. Dalam Undang-Undang

nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan disebut

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Page 9: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 130

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara (Bab I pasal 1 ayat 1).

Rumusan sitem pendidikan nasional di atas sejalan dengan cita-cita luhur

pendidikan Islam untuk membentuk perilaku (akhlak) manusia sesuai dengan visi

kerasulan Nabi Muhammad. Faktor kemuliaan akhlak akan menjadi penentu bagi

keberhasilan pendidikan Islam. Dengan akhlak mulia sikap anti-radikalisme secara

otomatis akan tertanam dalam diri peserta didik. Muhammad Takdir Ilahi

menegaskan pendidikan merupakan solusi tindakan sosial yang mampu mengubah

dari kebobrokan moral ke arah kemuliaan akhlak, lemahnya spiritual ke arah

kekuatan spiritual (power of spiritual) (Ilahi, 2012:19).

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting karena mempunyai

tugas untuk menyiapkan SDM bagi pembangunan bangsa dan negara. Salah satu

jalan untuk mencapai kesuksesan dan kemajuan dalam mengelola peradaban

untuk lebih gemilang. Adapun implikasi pendidikan pada hakikatnya bertujuan

untuk memecahkan masalah dan persoalan bangsa dan negara. Oleh sebab itu,

dalam menghadapi radikalisme, pendidikan anti-radikalisme sangat mendesak

untuk digalakkan mengingat peran penting pendidikan masih dianggap sangat

strategis dalam membina tunas-tunas bangsa (Ilahi, 2012:16).

Dengan demikian, pendidikan dapat dijadikan sebagai solusi atas persoalan

bangsa ini. Terutama tindakan radikal dan terorisme oleh sekelompok orang yang

mengatasnamakan agama tertentu. Memberikan pendidikan sejak dini kepada

anak bangsa dengan menanamkan sikap dan perilaku anti-radikalisme, yang

dikenal sebagai pendidikan anti-radikalisme, dapat dijadikan sebagai upaya

preventif (pencegahan) terhadap tindakan radikalisme dan terorisme. Pendidikan

anti-radikalisme ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis peserta

didik. Melalui pendidikan anti-radikalisme, diharapkan semangat saling

menghargai perbedaan akan mengalir dalam darah setiap generasi dan tercermin

Page 10: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 131

dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya generasi baru yang anti-radikal

diharapkan mampu menolak faham radikal yang saat ini berkembang.

5. Substansi pendidikan anti-radikalisme

Subtansi pendidikan anti-radikalisme telah ada dalam mata pelajaran

agama Islam maupun pada mata pelajaran lainnya. Setidaknya ada tiga hal penting

yang dapat dimasukkan dalam pendidikan anti-radikalisme. Pertama, melalui

konsep jihad era modern. Ta’rif Jihad secara benar adalah sebuah syarat wajib

hidup dalam keberagaman. Indonesia sebagai negara yang multikultural, jihad

harus dipahami sebagai ishlah (perbaikan) bukan ifsad (kerusakan) atau qital

(membunuh), karena hal itu merupakan kehendak Allah dalam Al-Quran surah Al-

Maidah ayat 32 sebagai berikut Artinya:

ماا قتل النا فسا بغير نفس أو فساد في الرض فكأن بني إسرائيل أنه من قتل ن لك كتبنا على من أجل ذ

لك في ذ ولقد جاءتهم رسلنا بالبي نات ثم إن كثيرا منهم بعد جمايعا ومن أحياها فكأنماا أحيا النا جمايعا

سرفون الرض لما

Artinya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

Ayat ini menunjukkan bahwa membunuh jiwa seseorang itu merupakan

tindakan yang dilarang dalam agama Islam. Dalam hal ini sependapat dengan

Sayyid Quthb yang mengatakan bahwa membunuh seseorang bukan karena qishas

atau para pembuat kerusakan di muka bumi sama seperti membunuh semua

manusia. Karena satu jiwa itu bagaikan semuanya, dan hak hidup itu adalah satu

adanya bagi setiap jiwa. Maka, membunuh seorang manusia seperti pelanggaran

hak hidup itu sendiri (Quthb, 2002:23). Dalam tafsir As-Sa’adi dijelaskan bahwa

membunuh jiwa yang tidak berhak dibunuh maka jelaslah tidak ada perbedaan

Page 11: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 132

antara yang dibunuh dengan yang lainnya. Dengan kata lain sama halnya dengan

membunuh seluruh manusia. Dalam sebuah hadits Rasulullah yang diriwayatkan

Ibnu Abbas berkata,“Janganlah kalian kembali kepada kekafiran (murtad)

sepeninggalku, sebagian kalian dengan yang lainnya saling memenggal leher

(membunuh) (H.R. Ibnu Abbas). Mafhumnya muslim yang bunuh diri atau

membunuh adalah kafir. Selain itu, bunuh diri tersebut sama halnya dengan

mendahului ketetapan Allah atas makhluk-Nya sehingga surga haram baginya

(pelaku bunuh diri).

Dari pendapat mufassir menunjukkan bahwa membunuh orang yang tidak

bersalah adalah dilarang. Sehingga bisa dipatahkan pemahaman radikalis yang

memaknai teror bom dan bom bunuh diri di wilayah tertentu adalah sebuah

pelanggaran syari’at. Karena di dalamnya banyak terdapat anak-anak, wanita, dan

orang yang tidak bersalah. Kedua, melalui konsep multikultural. Indonesia

memang dihuni oleh mayoritas beragama Islam, namun perbedaan etnis, suku,

bahasa, bahkan agama masih sering jadi alasan untuk melakukan teror bom.

Dengan kata lain, tidak menghargai kemajemukan yang ada di dunia ini dan

melanggar sunnatullah yang dijelaskan Allah dalam surah Alhujarat ayat 13:

إن الله أتقاكم كم عند الله إن أكرم وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا يا أيها النا إنا خلقناكم من ذكر وأنثى

.عليم خبير

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, pengertian bangsa

dalam bahasa Arab adalah syu’bun yang artinya lebih besar dari pada kabilah,

sesudah kabilah terdapat tingkatan-tingkatan lainnya yang lebih kecil fasa-il

(puak), ‘asyair (bani), ‘ama-ir, afkhad, dan lain sebagainya. Asbabun nuzul dari

surat Al-hujarat ayat 13 terdapat dalam suatu riwayat dikemukakan oleh Ibnu Abi

Hatim yang bersumber dari Ibnu Abi Mulaikah, bahwa ketika fathul Makkah, Bilal

Page 12: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 133

bin Rabbah naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan adzan. Berkatalah

beberapa orang, “apakah pantas seorang budak hitam azan diatas Ka’bah?” Maka

berkatalah mereka yang lainnya, “sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah

akan menggantikannya.”

Ketiga, belajar tentang kasih sayang. Rasulullah mengajarkan kepada

umatnya untuk saling menyayangi sesama manusia yang diimplementasikan

dalam bentuk silahturahim. Hal ini menolak pendapat yang mengatakan Islam

adalah agama perang dan menyebarkan agamanya dengan pedang. Pernyataan

tersebut jelas keliru, seorang sejarahwan terkemuka De Lacy O’Leary dalam buku

Islam At The Cross Road mengatakan bagaimanapun juga bahwa legenda tentang

orag-orang Islam fanatik menyapu dunia dan memaksakan Islam sampai

menggunakan pedang atas bangsa yang ditaklukkannya adalah mitos luar biasa

fantastis yang pernah diulang-ulang para sejarawan (Naik, 2013:182). Teror

bukanlah jalan untuk mengajak manusia kepada kebenaran. Akan tetapi, dengan

kasih sayang yang dilandasi kebijaksanaan. Jika dilihat dari sejarah, banyak sekali

orang non-muslim yang bersyahadat dikarenakan luluh dengan kelembutan

Rasulullah.

6. Potret negative radikalisme: kajian dalam perspektif Islam

Radikalisme dalam perspektif Islam dikategorikan sebagai al-guluw

(berlebihan) dan al-unf (kekerasan). Kata al-guluww secara bahasa berarti

berlebihan atau melampaui batas. Kalimat ini sering digunakan untuk menyebut

praktik pengalaman agama yang ekstrim sehingga melebihi batas kewajaran. Kata

al-unf (kekerasan) adalah antonim dari kata ar-rifq yang berarti lemah lembut dan

kasih sayang. Dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 171 Allah mengecam keras sikap ahli kitab

yang terlalu berlebihan dalam beragama.

الله ا الماسيح عيسى ابن مريم ر إنما يا أهل الكتاب ل تغلوا في دينكم ول تقولوا على الله إل الحق سو

ه لله إل إنماا ا انتهوا خيرا لكم ول تقولوا ثلثة فآمنوا بالله ورسله مريم وروح منه وكلماته ألقاها إلى

بالله وكيل وكفى له ما في السمااوات وما في الرض له ولد سبحانه أن يكون واحد .

Page 13: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 134

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan Allah melarang ahli

kitab melampaui batas dan menyanjung secara berlebihan. Hal ini banyak

dilakukan oleh orang-orang Nasrani, karena sesungguhnya mereka melampaui

batas mengenai Nabi Isa. Mereka mengangkatnya di atas kedudukan yang telah

diberikan Allah kepadanya, lalu mereka menjadikannya sebagai Tuhan selain

Allah. Yang mana mereka sembah sebagaimana mereka menyembah Allah. Bahkan

pengikut dan golongannya bersikap berlebihan, lalu mengakui dirinya terpelihara

dari kesalahan. Akhirnya para pengikut mereka mengikuti semua yang

dikatakannya, baik haq maupun batil, baik sesat maupun benar, baik jujur maupun

dusta.

Secara historis, radikalisme Islam bermula dari pemberontakan yang

dilakukan kaum khawarij. Gerakan khawarij muncul pada akhir pemerintahan Ali

bin Abi Thalib, mereka cenderung menggunakan faham radikal. Adapun faham dari

mereka adalah orang yang berada di luar faham mereka adalah kafir. Pada Tanggal

14 Bulan Ramadhan 40 H, Abdul Rahman bin Abdullah Al-Barak, Abruhrahman bin

muljam, Amr bin Bakr. Mereka adalah tiga orang militan yang merencanakan

pembunuhan terhadap tiga orang tokoh penting kaum muslim di Mekkah ketika

itu, berusaha mencari saat yang tepat untuk melakukan pembunuhan. Dan mereka

merupakan anggota kelompok Khawarij.

Sebelumnya mereka adalah pengikut salah seorang tiga pemimpin yang

sedang mereka rencanakan pembunuhan, yakni Ali bin Abi Thalib, khalifah yang

sah pada saat itu, tetapi mereka tidak setuju pada kesediaan sang khalifah untuk

menerima arbitrase (tahkim) antara Sang Khalifah dan Mu’awiyah bin Abi Syufyan,

melalui orang yang ditunjuknya, yakni ‘Amr bin ‘Ash. Mereka menilai bahwa

sahabat Mu’awiyah bin Abi Syufyan sebagai pemberontak terhadap kepemimpinan

yang sah, sehingga ia pun harus diperangi.

Page 14: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 135

7. Impelementasi pendidikan anti-radikalisme di Indonesia

Regenerasi teroris terus berlanjut dan tidak tertutup kemungkinan di

lingkungan terdekat kita telah dimasuki oleh kaum radikalis. Potret bangsa

Indonesia saat ini semakin memburuk, sehingga aktualisasi nilai-nilai pembentuk

karakter generasi muda penting untuk digalakkan. Lingkungan keluarga,

masyarakat, dan pendidikan formal harus bersinergi dalam mengatasi regenerasi

teroris dan gerakan radikal.

Keluarga mempunyai andil yang cukup besar dalam proses penanaman

karakter anak. Di antaranya pendidikan anti-radikalisme yang bisa diterapkan

dilingkungan keluarga sebagai berikut. Pertama, keluarga harus menanamkan

pemahaman agama secara Kaffah dan benar bukan pemahaman agama yang

ekstrim. Kedua, keluarga harus mengajarkan Rohman Rahim kasih sayang bukan

kekerasan. Ketiga, keluarga harus menanamkan nilai-nilai toleransi serta

menghargai pendapat dan pemahaman orang lain.

Selain keluarga, pendidikan lingkungan masyarakat harus digalakkan.

Lingkungan sekitar tentu sangat mempengaruhi karakter anak. Apalagi seorang

anak yang hidup dalam lingkungan radikal dan teroris tentu anak akan terbiasa

dengan istilah jihad dalam artian pembunuhan. Semua elemen masyarakat harus

menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif. Adapun penerapan pendidikan

anti-radikalisme dalam lingkungan masyarakat di antaranya sebagai berikut.

Pertama, tokoh masyarakat sebagai penggerak kegiatan keagamaan harus benar-

benar selektif dalam memberikan pemahaman keagamaan. Harus menghindari

dari adanya pemahaman agama yang radikal yang pada akhirnya mereka

terjangkit penyakit radikalisme. Kedua, masyarakat harus mengajarkan nilai-nilai

multikultural yang menghargai segala bentuk perbedaan yang ada dalam tatanan

masyarakat. Ketiga, menghindari segala konflik, agama, suku, dan ras dalam

masyarakat. Namun yang terpenting adalah harus menghidupkan kerukunan antar

suku, agama dan ras yang ada dalam masyarakat tersebut. Dengan demikian akan

Page 15: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 136

tercipta kehidupan masyarakat yang aman, damai, dan terhindar dari pengaruh

radikalisme dan terorisme.

Lingkungan sekolah adalah tempat menimba ilmu yang menjadi sangat

penting diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sepertiga Aktivitas anak

dilakukan di sekolah sehingga peran pendidikan di sekolah menjadi sangat

dominan dalam membentuk karakter anak (peserta didik). Menerapkan

pendidikan anti-radikalisme di sekolah bukanlah perkara yang mudah. Namun,

harus tetap didorong dan digalakkan sebagai upaya antisipasi terhadap regenerasi

jaringan teroris dan radikal yang kian hari semakin meresahkan masyarakat.

Bentuk pendidikan anti-radikalisme di lingkungan sekolah dapat ditempuh

dengan berbagai model penerapan pendidikan. Ada beberapa cara yang bisa

diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam lingkungan sekolah. Pertama,

mengintegrasikan nilai-nilai anti-radikalisme dalam muatan mata pelajaran di

sekolah. Yakni tugas guru memberikan dan memasukkan nilai-nilai anti-radikal

saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun nilai-nilai anti-radikalisme dapat

diintegrasikan dalam beberapa mata pelajaran agama, kewarganegaraan, ilmu

sosial dan mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai anti-radikalisme yang dapat

diintegrasikan dengan pelajaran adalah nilai-nilai anti-radikalisme yang

bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Kedua, penerapan nilai-nilai anti-radikalisme

dilingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah identik dengan keberagaman,

baik agama, ras dan suku peserta didik. Maka dari itu, peserta didik diajarkan arti

kebersamaan dan kerukunan dalam lingkungan sekolah. Nilai-nilai kasih sayang

kepada sesama juga harus dipupuk di lingkungan sekolah. Sebagaimana ajaran

Rasulullah tentang menyayangi, peduli, dan berbagi terhadap sesama. Dalam

sekolah rasa empati juga perlu dibangun, karena secara tidak langsung akan

membuat mereka mampu memiliki sikap hormat, sopan santun kepada orang lain,

dan terhindar dari sikap dan perilaku radikal. Ketiga, Bimbingan Konseling (BK),

guru konselor juga harus mampu melakukan terapi anti-radikal terhadap siswa

yang telah terjangkit paham radikal. Konselor sebisa mungkin memberikan

Page 16: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 137

pemahaman agama dengan baik sehingga mampu meluruskan pemahaman siswa

yang keliru.

Dalam pendidikan anti-radikalisme penanaman nilai-nilai moral harus

melibatkan segala aspek baik ranah efektif, kognitif, dan ranah psikomotorik.

Peserta didik adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur akal, jasmani, serta jiwa.

Pembinaan jiwa menghasilkan tingkah laku, budi pekerti dan akhlak. Pembinaan

akal menghasilkan ilmu dan pengetahuan, dan pembinaan jasmani menghasilkan

sebuah keterampilan. Ketika tiga unsur tersebut digabungkan pada seorang

peserta didik maka akan mampu memiliki ilmu yang bermanfaat, keterampilan

mumpuni, tingkah laku, emosional serta memiliki akhlak yang baik (akhlak al-

karimah). Konsep pendidikan anti-radikalisme jika diterapkan dengan baik maka

jaringan radikal (teroris) dapat diputus. Lingkungan keluarga memainkan

perannya di rumah. Seluruh elemen masyarakat dan tokoh masyarakat

memainkan peran di lingkungan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga formal

melakukan aksi pendidikan anti-radikalisme. Jika proses ini dijalankan dengan

sebaik-baiknya, maka regenerasi kaum radikalis dapat diamputasi sehingga teror

tidak terjadi lagi di bumi pertiwi.

D. Simpulan

Pendidikan anti radikalisme ini digagas sebagai solusi masalah radikalisme

yang berkembang di Indonesia. Pendidikan anti radikalisme dapat dijadikan upaya

preventif dan antisipatif berkembangnya jaringan terorisme dan radikalisme di

Indonesia. Adapun cara yang dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai anti-

radikalisme dalam diri siswa melalui proses pendidikan dan pengajaran. Konsep

Islam yang anti-radikal seperti melarang berbuat kerusakan, membunuh serta

perintah untuk berbuat kasih sayang sesama umat manusia dimuat dalam mata

pelajaran agama Islam dan pelajaran lainnya. Pendidikan anti-radikalisme

menuntut para generasi muda untuk menghargai perbedaan, manusia yang benci

berbuat kerusakan, dan manusia yang mencintai kasih sayang. Dengan demikian,

Page 17: PENDIDIKAN ANTI-RADIKALISME DAN STRATEGI …

Khoiriyah

Tarbiyatuna: Volume 3 Nomor 2, 2019 138

secara berangsur-angsur akan dapat memutus gerakan radikalisme dan terorisme

di Indonesia. Lingkungan keluarga memainkan perannya di rumah. Seluruh elemen

masyarakat dan tokoh masyarakat memainkan peran di lingkungan masyarakat.

Sekolah sebagai lembaga formal melakukan aksi pendidikan anti-radikalisme. Jika

proses ini dijalankan dengan sebaik-baiknya, maka regenerasi kaum radikalis

dapat diamputasi sehingga teror tidak terjadi lagi di bumi pertiwi.

Daftar Rujukan

Asrori, Ahmad. (2015). Jurnal Radikalisme di Indonesia Antara Historis dan

Antropositas, Volume 9, Nomor 2 Desember 2015 Azra, Azumardi. (2000). Muslimin Indonesia: Viabilitas “Garis Keras”. Gatra edisi

khusus Azra, Azumardi. (2002). Radikalisme Islam Indonesia. (Online), (http://tempo.co),

diakses 7 Juli 2019 Hikam, Muhammad A.S. (2016). Deradikalisasi. Jakarta: Kompas Ilahi, Muhammad Takdir. (2012). Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral.

Yogyakarta: Arruzz Media Lestari, Sri. (2016). Anak-Anak Muda Indonesia Makin Radikal. (Online),

(http://bbc.com), diakses 18 Juli 2019 Naik, Zakir. (2013). Mereka Bertanya Islam Menjawab. Solo: PT. Aqwam Media

Profetika Qutbh, Sayyid. Terjemahan Tafsir Fi Zilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press Rohimin. (2006). Jihad Makna dan Hikmah. Jakarta: Erlangga Turmudi, Endang. (2005). Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press Undang undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Zada, Khamami. (2002). Islam Radikalisme. Jakarta: Teraju