pendidikan agama islam pada anak berkebutuhan …
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI SEKOLAH DASAR SWASTA DUA MEI KOTA
TANGERANG SELATAN
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Siti Khairina
NIM. 13311257
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2018 M./1439 H.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang
Selatan” yang disusun oleh Siti Khairina Nomor Induk Mahasisiwi:
13311257 telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang
munaqasyah.
Jakarta, 1 Agustus 2018
Pembimbing,
Dr. Hj. Romlah Widayati M. Ag
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang Selatan” oleh Siti
Khairina Nomer Induk Mahasisiwi: 13311257 telah diujikan disidang
Munaqasyah Program Strata 1 Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada
tanggal . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).
Jakarta,
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini
Penguji 1 Penguji II
Dr.Hj.Umi Khusnul Khotimah Dr.H.Ahmad Fathoni,LC, MA
Pembimbing
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT dan
berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.1
Hal ini jelas tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional menjelaskan dalam pasal 5 ayat 1 dan 2
berbunyi; (ayat 1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 2) warga negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan
sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak autis merupakan
anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan sosial. Isi
yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
dalam pasal 5 ayat 2 tersebut menunjukan bahwa anak autis
mendapatkan hak yang sama untuk pendidikan.2
1Undang-Undang RI No.11 Tahun 1980, Sistem Pendidikan Nasional
(Jakarta: Gajahyana Pres. 1989), h. 4. 2UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 5 ayat 2, h. 10.
2
Sebagaimana firman Allah Q.S. Ar-Rum ayat 30
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah (Islam). (sesuai) Fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan
manusia menurut (fitrah) itu. tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.
(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (Q.S. Ar-Ruum/ 30: 30) Firman Allah yang berbentuk
potensi itu tidak akan mengalami perubahan dengan pengertian bahwa
manusia terus dapat berpikir, merasa, bertindak, dan dapat terus
berkembang. Kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya ia akan
kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam
usaha kegiatan belajar.3
Pendidikan tidak hanya di butuhkan oleh anak-anak yang
normal saja, tetapi pendidikan juga dibutuhkan oleh anak-anak
berkebutuhan khusus seperti anak-anak penyandang autis. Selain itu
pendidikan tidak hanya bertugas memberikan bekal kepada peserta
didik tentang pengetahuan didunia saja, tetapi peserta didik juga harus
dibekali dengan pengetahuan agama, sehingga memperoleh bekal
yang lengkap ketika hidup dimasyarakat.
Pendidikan agama Islam sebagai bagian dari pendidikan,
merupakan salah satu bidang studi di lembaga pendidikan umum
dengan tujuan membantu anak didik untuk memperoleh kehidupan
yang bermakna, sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan hidup di
3Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
hlm. 1-2
3
dunia dan di akhirat, baik secara individu maupun kelompok.
Pendidikan agama Islam mengajarkan anak didik tata cara beribadah
untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan tata cara berhubungan
dengan sesama manusia, saling menghormati, menghargai dan
menyayangi.4
Dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam pada
anak berkebutuhan khusus tidak semudah seperti penyampaian materi
pendidikan agama Islam pada anak-anak normal, sebab mereka sulit
diajak berfikir abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam untuk anak autis membutuhkan suatu pola
tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda
antara satu dengan yang lainya. Dalam penyusunan progran
pembelajaran untuk setiap bidang studi, guru kelas seharusnya sudah
memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yang
berkaitan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya,
kompentensi yang dimilikinya, dan tingkat perkembanganya. Maka
dapat disimpulkan bahwa penting sekali pendidikan agama Islam.
karena agama sebagai kendali dan harus ditanamkan sedari kecil.
Dalam melaksanakan pendidikan agama Islam haruslah menanamkan
nilai-nilai pendidikan agama Islam sebagai langkah menuju tujuan
pendidikan agama Islam itu sendiri. Pendidikan agama pada dunia
pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan
nilai-nilai ketuhanan. Karena dalam pendidikan agama Islam
4Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2001), h. 46.
4
diberikan ajaran tentang aqidah, muamalah, ibadah dan syari’ah yang
merupakan dasar ajaran agama.5
Oleh karena itu selayaknya pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus harus lebih diperhatikan, karena tidak semua
anak berkebutuhan khusus mampu belajar bersama dengan anak-anak
pada umumnya, disebabkan anak berkebutuhan khusus sangat sulit
untuk dapat berkonsentrasi. Dalam kondisi seperti inilah dirasakan
perlunya pelayanan yang memfokuskan kegiatan dalam membantu
para peserta didik yang menderita gangguan autis secara pribadi agar
mereka dapat berhasil dalam proses pendidikanya. Fakta di atas
menunjukkan bahwa pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
membutuhkan lebih banyak perhatian, baik dari segi kurikulum,
pendidik, materi, dan evaluasinya. Pendidikan agama Islam untuk
anak berkebutuhan khusus dalam pembelajarannya harus dipersiapkan
secara matang agar dalam proses pembelajarannya bisa maksimal dan
membuahkan hasil.6
Hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam pada anak berkebutuhan khusus adalah semua
komponen harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Oleh
karena itu, masing-masing komponen tidak berjalan secara terpisah,
tetapi harus berjalan secara beriringan, sehingga diperlukan
pengelolaan pengajaran yang baik yang telah dipertimbangkan dan
dirancang secara sistematis.7
5Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusif (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 1. 6Ibid., h. 12
7Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusif, h. 12-14.
5
Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang memiliki suatu
gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak
sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya
sudah ada sejak lahir. Penyandang autisme seolah-olah hidup dalam
dunianya sendiri. Istilah berkebutuhan khusus atau dalam hal ini
autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1913 oleh Leo Kanner,
sekalipun kelainan itu sudah ada sejak berabad-abad yang lampau.
Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrom
(kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan
sosial, kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar
sehingga anak autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri. Dengan
kata lain, terdapat keengganan untuk berinteraksi secara aktif dengan
orang lain, sering terganggu dengan keberadaan orang di sekitarnya,
tidak dapat bermain bersama-sama. Mengingat anak ABK susah
untuk berkonsentrasi, tentunya tidak mudah memberi pengertian dan
melatih anak berkebutuhan khusus, namun dengan kesabaran guru
dan orang tua, anak ABK dapat belajar menjalankan kewajiban sesuai
tuntutan agama seperti anak-anak normal lainya.
Untuk mewujudkan harapan tersebut seorang guru dituntut
untuk memenuhi dan memahami pengetahuan yang seksama
mengenai pertumbuhan dan perkembangan pesat anak didiknya.
Memahami tujuan yang akan dicapai, penguasaan materi dan
penyesuaian dengan metode-metode yang tepat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di
sekolah SDS Dua Mei Tangerang Selatan memerlukan kesabaran
karena banyak masalah yang muncul dalam pembelajaran, di samping
hambatan mental yang mereka miliki. Beberapa contoh problem dari
6
hasil observasi peneliti adalah pada saat awal pembelajaran
berlangsung memerlukan kerja keras seorang guru. di sini guru di
tuntut untuk sabar, kreatif, dan pintar memodifikasi berbagai metode-
metode agar anak autis mudah mencerna materi yang di sampaikan.8
Penelitian ini dilakukan di SDS Dua Mei Kota Tangerang
Selatan. Alasan peneliti mengambil SDS Dua Mei Kota Tangerang
Selatan, karena diketahui di sekolah tersebut ada beberpa siswa-siswi
yang berkebutuhan khusus dan di sekolah tersebut juga menanamkan
nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.
Walaupun anak berkebutuhan khusus memerlukan pengajaran yang
ekstra dan memerlukan kebutuhan khusus dalam hal ini tentunya
berbeda dengan anak normal biasanya. Realitas inilah yang dijadikan
lokasi ini reprensentatif untuk dijadikan objek penelitian dan perlu
diketahui bagaimana kondisi sebenarnya tentang upaya guru
melaksanakan pembelajaran pendidikan agam Islam pada anak
berkebutuhan khusus, dan mengetahui problematika yang dihadapi
dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam pada anak
berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka
penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah judul
“Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang Selatan”.
8Hasil Wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan, pada tanggal 29 Januari 2018.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan
dibahas dalam tulisan ini, yaitu :
1. Program konsep PAI pada anak berkebutuhan khusus.
2. Urgensi pendidikan berkebutuhan khusus.
3. Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran berkebutuhan
khusus.
4. Upaya para pendidik dalam membimbing siswa berkebutuhan
khusus.
5. Keberhasilan dalam pembelajaran PAI pada siswa berkebutuhan
khusus.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang
dilakukan lebih terarah dan mendalam berdasarkan identifikasi
masalah diatas. Maka, untuk memfokuskan permasalahan, penulis
membatasi permasalahan tersebut pada :
1. Konsep pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.
2. Program pelaksanaan pembelajaran berkebutuhan khusus.
3. Peningkatan pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan
yang penulis teliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep PAI dalam pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan?
8
2. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SDS
Dua Mei Kota Tangerang Selatan?
3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di SDS
Dua Mei Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama
Islam pada anak berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan.
b. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan
khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.
c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah
dalam mengatasi masalah tersebut.
d. Untuk mengetahui hasil pembelajaran pendidikan agama Islam
pada anak berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan berpikir, mengenai permasalahan
dalam bidang studi pendidikan agama Islam terutama yang
berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus di tempat
penulis mengadakan penelitian.
b. Secara Praktis
9
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan pertimbangan bagi sekolah tersebut di dalam meninjau
kembali usaha dan kegiatannya dalam proses belajar mengajar
khususnya pendidikan agama Islam kepada anak berkebutuhan
khusus sebagai gangguan perkembangan.
F. Tinjauan Pustaka
Kajian tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
baik dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, maupun jurnal, sudah
banyak dibahas diantaranya :
Skripsi yang ditulis oleh Slamet Waluyo dengan judul
“Metode Pembelajaran PAI pada Anak Usia Dini”. Penelitian
tersebut mengkaji mengenai metode pembelajaran PAI dan
penerapannya. Persamaan isi skripsi dengan penulis adalah mengkaji
tentang metode pembelajarannya, kemudian pada jenis penelitiannya,
sedangkan perbedaannya ada pada jenis subjek dan objek
penelitiannya.9
Selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Nuraeni dengan
judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis di
Sekolah Autis Lanjutan Yogjakarta”. Dalam skripsi ini Nuraeni
meneliti tentang bagaimana pendidikan agama Islam pada anak autis
di sekolah autis lanjutan di Yogjakarta.10
Hastuti menulis skripsi berjudul “Metode Pembelajaran PAI
di TK Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto”. Penelitian ini berisi
tentang metode pembelajaran PAI yang diterapkan di TK yang
9Waluyo, “Metode Pembelajaran PAI pada Anak Usia Dini”, (Skripsi S1
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016). 10
Nuraeni, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis di
Sekolah Autis Lanjutan Yogjakarta”, (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta,
2012).
10
terkenal dengan kelebihannya baik dalam metode pembelajaran,
sarana dan prasaranannya dibanding dengan sekolah-sekolah lainnya.
Persamaan isi skripsi ini dengan penulis yaitu mengkaji tentang
metode pembelajarannya, jenis penelitiannya, sedangkan
perbedaannya yaitu pada subjek dan objek penelitiannya.11
Wahid menulis Skripsi dengan judul “Metode Pembelajaran
PAI bagi Anak Tuna Daksa di SDLB Negeri Cilacap”. Skripsi ini
mengkaji tentang metode pembelajaran sama dengan apa yang diteliti
oleh penulis, perbedaannya yaitu tentang subjek dan objeknya.12
Berdasarkan hasil penelusuran referensi yang ada, penelitian
terhadap anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di SDS Dua Mei
Kota Tangerang Selatan, sejauh pengamatan penulis hingga saat ini
belum ada yang mengkajinya. Oleh karena itu penulis akan
mengangkat masalah tersebut dalam bentuk skripsi.
G. Metodelogi Penelitian
Pada penulisan ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (library research). Lewat penelitian ini penulis
mengumpulkan, membaca bahan yang sedang diteliti, menganalisa
serta menuliskannya. Kajian kepustakaan yaitu melakukan
penelusuran kepustakaan dan menelaahnya.
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk
11
Hastuti, “Metode Pembelajaran PAI di TK Al Irsyad Al Islamiyah
Purwokerto”, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan”, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014). 12
Wahid ,“Metode Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Daksa di SDLB
Negeri Cilacap”, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan”, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014).
11
mendeskripsikan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara
individu atau kelompok. Beberapa deskripsinya digunakan untuk
menemukan prinsip- prinsip dan penjelasan yang mengarah pada
kesimpulan.13
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan
(field research) yakni penelitian yang bertujuan melakukan studi
yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa
sehingga menghasilkan gambar yang terorganisir dengan baik
dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Pada prinsipnya
penelitian lapangan bertujuan untuk memecahkan masalah-
masalah praktis dalam masyarakat. Yang dimaksud subyek
adalah orang atau apa saja yang menjadi sumber data.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu
memperoleh data sesuai dengan gambaran, keadaan, realita dan
fenomena yang diselidiki. Sehingga data yang diperoleh oleh
penulis dideskripsikan secara rasional dan obyektif sesuai dengan
kenyataan di lapangan, sedangkan lokasi yang dijadikan sebagai
tempat penelitian adalah Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang
Selatan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh. Menurut Lofland sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 60.
12
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.14
Dalam
penelitian ini yang penulis jadikan sumber data adalah sebagai
berikut :
a. Kepala Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan atau yang
mewakili. Informasi yang diperoleh adalah tentang segala sesuatu
yang terkait dengan sekolah yang meliputi: sejarah singkat,
struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan
prasarana dan sistem pembelajaran secara umum di SDS Dua Mei
Kota Tangerang Selatan.
b. Guru PAI di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan. Informasi
yang diperoleh adalah Bagaimana pembelajaran pendidikan
agama Islam diajarkan kepada siswa autis di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan, problematika pembelajaran pendidikan agama
Islam pada anak autis, upaya yang dilakukan sekolah untuk
mengatasi problematika tersebut, serta hasil proses pembelajaran
PAI.
c. 9 Anak berkebutuhan khusus yang beragama Islam di Sekolah
SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.
H. Sistematika Penulisan
Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi
yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta tahun 2011,
adapun sistem matika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, mencakup pembahasan mengenai latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hal. 157.
13
BAB II KAJIAN TEORI, yang mencakup landasan teori atau konsep
yang mendukung penulisannya itu meliputi metode pembelajaran
pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus.
BAB III METODE PENELITIAN, meliputi pembahasan mengenai
pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN, meliputi pembahasan yang
mencakup gambaran umum obyek penelitian, deskripsi data, dan
analisa data.
BAB V PENUTUP, membahas tentang penutup yang berisi
kesimpulan dan saran.
14
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Pengertian metode pembelajaran macam-macam, syarat dan
faktor- faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran kegiatan
belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi
adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu
metode pembelajaran yang menarik agar peserta didik tidak merasa
bosan dengan materi yang diajarkan guru. Pembelajaran juga
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta
didik pada saat berlangsung pembelajaran. Metode pembelajaran
adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan
atau materi pelajaran, dan menempati peranan yang tak kalah
penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa
yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi peserta didik serta
materi yang diajarkan.1
Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik
tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi
pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi pengajaran yang
tepat menurut Basrudin Usman adalah pola umum perbuatan guru
dan peserta didik dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar
mengajar.2
1Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 32 2Muliyati, Diagnosa Kesulitan Belajar, (Semarang: IKIP PGRI Semarang
Press, 2010), h. 11.
14
15
Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi
masalah tersebut sehingga mencapai tujuan pengajaran dapat
tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan
efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.3
2. Macam-macam Metode Pembelajaran
Proses belajar mengajar yang baik, hendaknya
mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara
bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing
metode ada kelemahan dan kelebihannya. Tugas guru ialah memilih
berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar
mengajar. Macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1) Metode proyek
Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang
bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai
segi pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Pengggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa
pemecahan masalah perlu melibatkan berbagai mata pelajaran
yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah tersebut.
2) Metode eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian
3Muliyati, Diagnosa Kesulitan Belajar, h. 12
16
pelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan
menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
3) Metode tugas atau resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian
bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan
karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar
materi pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan,
maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru.
4) Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana
peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama.
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru di sekolah, dalam diskusi terjadi
interaks, tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan
masalah dan peserta didikmenjadi aktif.
5) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan
pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada
peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan peserta didik
terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam sehingga
17
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna
6) Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran
dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru
kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada
guru, metode Tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara guru dan peserta didik.
7) Metode latihan
Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini
dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
8) Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak
dulu dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Metode
tersebut harus dapat meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.4
4Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2010), h. 42
17
3. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran
Betapapun baiknya metode pengajaran, apabila tidak
dibarengi dengan cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan
seperti yang diharapkan. Dalam metode-metode tersebut terdapat
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakannya.
Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam
menciptakan dan mengkondisikan situasi belajar-mengajar agar siswa
melakukan kegiatan belajar secara optimal. Usaha tersebut dilakukan
guru pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru
sebelumnya, bisa pula secara spontan dilaksanakan pada saat
berlangsungnya proses belajar-mengajar, terutama bila kondisi
belajar siswa sudah menurun. Prinsip-prinsip itu adalah
individualitas, motivasi, aktivitas, minat dan perhatian, keperagaan,
pengulangan, keteladanan, dan pembiasaan. Prinsip-prinsip tersebut
tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama
lain. Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pengajaran yang
diberikan dapat membawa hasil yang memuaskan. Prinsip-prinsip
pengajaran tersebut yakni sebagai berikut:5
1. Individualitas
Individu adalah manusia atau orang yang memiliki pribadi
atau jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang
satu berbeda dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain, tiap-
tiap manusia mempunyai jiwa sendiri. Secara terperinci perbedaan itu
dapat dilihat pada:
5Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), h. 34.
18
1) Perbedaan umur
Sejak dahulu hingga sekarang orang menentukan tingkat kelas
murid berdasarkan umurnya, misalnya kelas satu SD terdiri dari
anak-anak yang usianya enam tahun. Semua anak-anak yang duduk
pada tingkat atau kelas berdasar umur dianggap dapat memperoleh
keuntungan yang sama dari pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang
diberikan dengan metode penyajian yang sama. Ketidakmampuan
seseorang menguasai materi yang diberikan dijelaskan secara
sederhana bahwa hal itu hanya disebabkan oleh faktor kemalasan.
Jadi sama sekali tidak diperhatikan kenyataan bahwa murid-murid
berbeda kemampuannya dalam menerima pelajaran atau dengan kata
lain tidak dipertimbangkan bahwa anak-anak yang usianya sama
tidak selalu memiliki tingkat kematangan belajar yang sama.
2) Perbedaan intelegensi
Jika kita bandingkan antara yang anak pada dasarnya pandai
dengan anak yang kurang pandai maka akan kelihatan beberapa
perbedaan sebagai berikut:
Anak yang pandai:
a) Cepat menangkap isi pelajaran.
b) Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan kegiatan.
c) Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatip.
d) Cepat memahami prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
e) Sanggup bekerja dengan pengertian abstrak.
f) Dapat mengkritik diri sendiri, tahu bahwa ia tidak tahu.
g) Memiliki minat yang luas.
Sedang anak yang kurang pandai berlaku keadaan sebaliknya:
a) Lambat menangkap pelajaran.
b) Perhatiannya terhadap pelajaran cepat hilang.
19
c) Kurang atau tidak punya inisiatif.
d) Perbedaan kesanggupan dan kecepatan
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan sekolah, kesanggupan
dan kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh lebih cepat
menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang
kurang cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat
perbedaan kesanggupan. Namun demikian jarang dijumpai orang
yang pandai atau bodoh dalam segala bidang. Yang umum ialah
kurang pandai dalam satu atau beberapa bidang tetapi dalam hal ini
menunjukkan kesanggupannya.
Ada beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan
kesanggupan ideal, dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a) Individualized assignments: guru merencanakan tugas-tugas
perorangan sesuai dengan kebutuhan murid yang bersangkutan.
b) Pengajaran unit atau proyek: para murid dapat mengerjakan sesuatu
yang disesuaikan dengan minatnya.
c) Homogeneous groupping: tujuan utama dari pengelompokan ini
adalah menyatukan murid-murid yang dapat mengambil manfaat dari
aktivitas-aktivitas kelompok yang sama. Umumnya pengelompokan
ini didasarkan atas kemampuan, bukan atas usia.
d) Remedial work: cara ini ditempuh bila terdapat kesalahan-kesalahan
atau kesulitan-kesulitan yang dibuat atau dihadapi oleh murid secara
individual.
e) Mengusahakan pemberian tugas-tugas pelajaran di sekolah: tugas ini
bersifat latihan-latihan atau mengulang pelajaran yang sudah
20
dipelajari bagi anak yang kurang, sedang bersifat menambah hal-hal
yang belum dipelajari bagi anak yang pandai.6
1. Motivasi
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi
berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih
tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung memiliki perhatian yang
lebih terhadap mata pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan
motivasi yang lebih tinggi dalam belajar. Dorongan yang timbul dari
dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu dinamakan motivasi
instrisik. Sedangkan dorongan yang timbul karena adanya pengaruh
luar disebut dengan motivasi ekstrinsik.
Macam-macam motivasi sebagai berikut :
a. Memberi angka, banyak anak belajar semata-mata untuk mencapai
atau mendapatkan angka yang baik. Angka yang baik bagi mereka
merupakan motivasi dalam kegiatan belajarnya.
b. Hadiah, hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap
orang dalam melakukan suatu pekerjaan atau belajar sekalipun.
c. Persaingan, faktor persaingan sering digunakan sebagai alat untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi dilapangan industri, perdagangan
dan sekolah.
d. Tugas yang menantang, memberi kesempatan terhadap anak untuk
memperoleh kesuksesan belajar.
6Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), h. 24.
21
e. Pujian, pujian diberikan ketika pekerjaan atau belajar anak dapat
memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
f. Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak
yang melanggar disiplin atau melalaikan tugas yang diberikan.
g. Hukuman, hal ini diberikan kepada anak yang telah
melanggar peraturan dan ketika itu si anak sudah di beri teguran
tetapi tetap melanggar, maka anak itu boleh diberi hukuman.
2. Aktivitas
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar.
Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh bila murid itu
dengan keaktifan sendiri bereaki terhadap lingkungannya. Kalau
seorang murid ingin belajar memecahkan suatu problem, ia harus
berpikir menurut langkah-langkah tertentu kalau ia ingin menguasai
suatu keterampilan ia harus berlatih mengkoordinasikan otot-otot
tertentu; kalau ia ingin memiliki sikap tertentu, ia haru memiliki
sejumlah pengalaman emosional.
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa belajar itu hanya
berhasil bila melalui bermacam-macam kegiatan. Kegiatan tersebut
dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan rohani. Keaktifan
jasmani ialah murid giat dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain-main atau bekerja. Jadi, murid tidak hanya duduk dan
mendengar. Murid aktif rohaninya jika daya jiwa anak bekerja
sebanyak-banyaknya, jadi anak mendengarkan, mengamati-amati,
menyelidiki, mengingat-ingat, menguraikan, mengasosiasikan
ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain.
Keuntungan dari penggunaan prinsip aktivitas adalah
tanggapan sesuatu dari yang dialami atau dikerjakan sendiri lebih
sempurna dan mudah direproduksikan dan pengertian yang diperoleh
22
adalah jelas. Selain itu beberapa sifat watak tertentu dapat dipupuk
misalnya: hati-hati, rajin, bertekun dan tahan uji, percaya pada diri
sendiri, perasaan sosial dan sebagainya.
3. Minat dan Perhatian
Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu
bertalian. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan
timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan
tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan ada kalanya hilang
sama sekali. Suatu saat anak kurang perhatiannya terhadap penjelasan
yang diberikan oleh guru di depan kelas, bukan disebabkan dia tidak
memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya
atau perhatian lain yang mengusik ketenagannya di dalam kelas atau
guru kurang dapat memberikan teknik pengajaran yang bervariasi.
Tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap
pelajaran yang disajikan oleh seorang guru. Oleh karena itu
diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan perhatian
anak didik. Perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian
yang di sengaja, sedangkan perhatian yang timbul dengan sendirinya
dalam diri anak tersebut disebut dengan perhatian spontan.
4. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan
maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang
disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para
siswa. Dengan peragaan, diharapkan proses pengajaran terhindar
dari verbalisme. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam
pengajaran terutama terhadap siswa ditingkat dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indra yang bertujuan
untuk mencapai pengertian tentang suatu hal secara tepat. Agar
23
peragaan berkesan secara nyata, anak tidak hanya mengamati benda
atau modal yang diperagakan terbatas pada luarnya saja, akan tetapi
harus mencapai berbagai segi, dianalisis, disusun dan dibanding-
bandingkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap.
Dasar psikologis azas peragaan tersebut yakni: sesuatu hal
akan lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman
dan pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan
yaitu peragaan langsung dan peragaaan tidak langsung.
5. Pengulangan
Perlakuan yang dilakukan secara berulang akan melahirkan
kebiasaan. Karena kebiasaan adalah perilaku yang diulang. Dengan
adanya pengulangan maka akan memudahkan tertanamnya konsep,
fakta, informasi, pemahaman, dan pemikiran ke dalam benak
(memori otak) peserta didik.
Para pendidik hendaknya membiasakan dan melakukan
pengulangan dalam menanamkan fakta, konsep dan informasi dalam
melaksanakan proses pembelajaran kepada para peserta didiknya, hal
ini akan lebih efektif dalam memahamkan peserta didiknya tentang
apa yang disampaikannya. Pengulangan yang dilakukan secara baik,
dengan informasi yang menarik akan membangkitkan motivasi
belajar mereka, dan pembelajaran akan lebih bermakna.
6. Keteladanan
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau
dicontohkan oleh seseorang dari orang lain. Keteladanan yang
dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat
pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik. Keteladanan dapat
direalisasikan dengan cara memberi contoh keteladanan yang baik
kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun
24
mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan
memberikan konstribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah,
akhlak, kesenian dan lain-lain.
7. Pembiasaan
Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai
dengan tuntutan ajaran agama islam. Pembiasaan dinilai sangat
efektif jika dalam penerapannya dilakukan terhadap peserta didik
yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat
dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah
terlalur dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan setiap hari.
Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan
merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai
moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini
kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak
semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.7
4. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode
pembelajaran
Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, guru akan lebih mudah
menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi
yang khusus dihadapinya.
Pemilihan metode mengajar yang tepat ditentukan oleh
berbagai faktor, yaitu:
a) Kemampuan atau keterampilan guru.
7Nuraini, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Di
Sekolah Lanjutan Autis Yogjakarta” (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta,
2012),h. 37.
25
b) Kebutuhan peserta didik.
c) Besarnya kelompok.
d) Tujuan pelajaran.
e) Keterlibatan peserta didik.
f) Kesesuain dengan bahan pelajaran.
g) Fasilitas yang tersedia.
h) Waktu yang tersedia.
i) Variasi pengalaman belajar.
j) Keterampilan tertentu dari peserta didik.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan mengartikan atau mendefinisikam pendidikan.
Perbedaan ini dikarenakan latar belakang sudut pandang. Menurut
Muhibin Syah pendidikan adalah proses pemeliharaan atau memberi
latihan. Dalam proses memelihara dan memberikan latihan ini
diperlukan adanya ajaran tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran peserta didik.8
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam menekankan pada
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam
sekitar. Oleh karena itu, ruang lingkup pendidikan agama Islam
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:9
1. Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam Al-
Qur‟an dan Hadits adalah sumber pokok ajaran-ajaran dalam agama
8Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), h.10 9 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 13
26
Islam. Tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan di dunia maupun
akhirat.
2. Aqidah Aqidah di dalam istilah umum dipakai untuk
menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar, maupun salah.
Keputusan yang benar disebut aqidah yang benar, sedangkan
keputusan yang salah disebut aqidah yang batil.16
3. Akhlak Akhlak mempunyai hubungan erat dengan aqidah.
Karena aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Akhlak mampu
menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh
kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.
4. Fiqih berarti ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang
bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dali yang tafsili.
5. Tarikh dan Kebudayaan Islam Tarikh dan kebudayaan
Islam meliputi sejarah arab pra-Islam, kebangkitan Nabi yang di
dalamnya menjelaskan keberadaan Nabi sebagai pembawa risalah,
pengaruh Islam dikalangan bangsa Arab, Khulafa‟ur Rasidin, dan
lain-lain.
Masing-masing mata pelajaran tersebut saling terkait dan
saling melengkapi, Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran islam,
dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fiqih
(ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada disetiap unsur
tersebut.Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama.
Syariah/fiqih dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai
manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan
hidup). Syariah/fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan
dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang
27
mengatur hubungan manusia dengan Allah (Ibadah dalam arti khas)
dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu
menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam
menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial,
pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olah
raga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang
kokoh.10
Ruang lingkup pendidikan agama Islam pada dasarnya
mencakup lima unsur pokok, yaitu: Al-Quran, Aqidah, Akhlak, Fiqih/
Ibadah, Sejarah kebudayaan Islam. Secara khusus untuk peserta didik
ruang lingkup pendidikan agama Islam berisi tentang :
1. Rukun Iman, bertujuan untuk mengenal enam rukun
Iman dapat menyebutkan sifat Allah, menyebutkan
nama-nama malaikat dan nama- nama Rasul.
2. Rukun Islam, untuk mengenal lima rukun Islam,
mengenal arti sholat, puasa, membaca dan menghafal
serta melafazkan niat sholat.
3. Akhlakul karimah dimaksud menanamkan kebiasaan
yang baik diantaranya membiasakan membaca do’a
ketika melakukan pekerjaan yang baik, mengenal dan
menyayangi ciptaan Allah, bersikap ramah, menjaga
kebersihan dan mengucapkan salam.
Materi pokok kurikulum pendidikan agama Islam yang
tersebut diatas, masih bersifat umum. Oleh karena itu maka perlu
disesuaikan menurut kemampuan peserta didik dan jenjang
pendidikannya. Dalam arti, kemampuan-kemampuan apa yang
10
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 24
28
diharapkan dari lulusan jenjang pendidikan tertentu sebagai hasil dari
pembelajaran pendidikan agama Islam. Kemampuan-kemampuan
dasar yang diharapkan dari lulusannya adalah dengan landasan iman
yang benar tersebut diharapkan terbentuk peserta didik yang:
a). Taat beribadah, mampu berdzkir dan berdo’a, menjalankan
rukun Islam, terutama sahadat, shalat, zakat dan puasa
b). Mampu membaca Al-Qur’an dan menulis dengan benar
c). Memiliki kepribadian muslim, artinya didalam diri peserta
didik selalu terpancar kesalehan pribadi dengan selalu
menampakkan kebajikan yang patut dipertahankan dan
diteladani
d). Mampu menerapkan prinsip-prinsip muamalah dan syari’at
Islam dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
e). Menghayati, memahami dan mengambil manfaat sejarah
sejarah dan perkembangan agama Islam dalam hal ini
sesuaikan dengan kemampuannya.
Pendidikan agama Islam pada peserta didik memang harus
berisi tentang materi rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul karimah.
Ketiga hal ini menjadi dasar pengetahuan agama, sehingga kalau
sejak dini pengetahuan tentang rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul
karimah sudah dibiasakan melakukan dalam kehidupan sehari-hari
dari kecil, maka setelah besar peserta didik dharapkan akan memiliki
kepribadian religi.11
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011), h. 49.
29
3. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar hukum dari pendidikan agama Islam terdiri dari :
1) Al-Quran
Al-Quran Ialah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh jibril kepada NabiMuhamad SAW. Di
dalamnya terkandung ajaran pokoksangat penting yang dapat
dikembangkan dalam Al-Quran itu terdiri dari dua prinsip
besar yaitu, yang berhubungan dengan amal yang disebut
dengan syari’ah. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam
membicarakan ilmu tentang syari’ah ini, Ibadah untuk
perbuatan yang berhubungan dengan Allah SWT dan
mu’amalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan
Allah.Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan
budi pekerti dalam pergaulan.
2) As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan Rosul Allah SWT. Yang dimaksud dengan
pengakuan ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang
diketahui Rasululloh dan beliau membiarkan saja kejadian
atau perbuatan tersebut. Sunnah merupakan ajaran kedua Al-
Quran, sunnah berisi pedoman untuk memaslahatan hidup
manusa alam segala aspek untuk membina umat menjadi
manusia atau muslim yang bertaqwa.
3) Ijtihad
Ijtihad adalah istilah fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan
30
syari’at islam untuk menetapkan sesuatu hukum sya’riat
islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan
hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.12
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam ialah sesuatu yang
diharapakan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.
Tujuan pendidikan islam harus mampu membawa dan
mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. Karena orang
yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh
cita-cita ideal yang terapat dalam Al-Quran. Tujuan akhir pendidikan
agama Islam adalah mewujudkan manusia Ideal sebagai “ abid Allah
atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah SWT.
Berdasarkan tujuan pendidikan Islam itu dapat diarahkan
untuk membentuk mukmin yang kuat secara fisik, maksudnya adalah
kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik
merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan. Maka pendidikan
harus mempunyai tujuan kearah keterampilan-keterampilan fisik
yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat.
Pendidikan islam dalam hal ini mengacu pada pembicaraan fakta-
fakta terhadap jasmani yang relavan bagi para peserta didik.13
Selanjutnya tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa
dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. Karena
orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima
seluruh cita-cita ideal yang terdapat pada dalam Al-Qur’an.
Peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011), h. 102. 13
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam, h. 111.
31
dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku
kehidupan Nabi Muhamad SAW ini adalah merupakan bagian pokok
dalam tujuan pendidikan Islam. Tujuan ini mengarah kepada
perkembangan intelegensi yang mengarahkan setiap manusia sebagai
individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya.
Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal,
seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relavan dengan
apa yang mereka pelajari. Disamping itu pendidikan Islam mengacu
pada tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan
manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak
tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya
pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan,
sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan.14
Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah mewujudkan
manusia ideal sebagai “abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk
secara total kepada Allah SWT. Rumusan tujuan pendidikan agama
Islam antara lain:
1. Membiasakan peserta didik untuk beriman kepada Allah,
mencintai, mentaatinya dan berkepribadian mulia.
2. Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan
memperkenalkan adab sopan santun Islam sampai mereka
terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaran agama, atas dasar
cinta dan senang hati.
3. Membimbing peserta didik kearah sikap yang sehat yang
dapat membantu berinteraksi sosial yang baik dan memiliki
14
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011), h. 111.
32
hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai
kebaikan untuk orang lain, suka membantu orang, merasa
sayang kepada orang lemah dan miskin, mengganggap semua
orang itu sama, menghargai orang lain, dan memelihara milik
pribumi, negara dan kepentingan umum.
Menurut Imam Ghazali dikutip oleh Djamaludin tujuan
pendidikan Islam adalah: “membina insan paripurna yang takarrub
kepada Allah, bahagia didunia dan akherat, tidak dapat dilupakan
pula orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh
kelezatan Ilmu yang dipelajariya dan kelezatan ini pula dapat
mengantarkannya pada pembentukan insan paripurna”.15
Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul “Metodologi
Pembelajaran Agama Islam” menyatakan bahwa, tujuan pendidikan
agama Islam itu harus meliputi tiga aspek (daerah binaan, domain,)
yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Untuk aspek kognitif, tujuan
adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam agar
peserta didik paham akan ajaran agama Islam. Pada aspek afektif,
tujuan yang ingin dicapai adalah agar peserta didik menerima ajaran
Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin
dicapai adalah agar peserta didik terampil melakukan ajaran agama
Islam dalam kehidupan sehari-hari.16
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan
sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan
15
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011), h.111. 16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011), h. 107.
33
sebagai makhluk sosial yang menghambat kepada khaliknya dengan
jiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Oleh karena itu pendidikan agama
Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang
bulat melalui latihan kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan
dan indera serta dapat dikatakan terbentuknya insan kamil.
5. Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir, dan
bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dimiliki. Standar kompetensi adalah
ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah
mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan
tertentu. Adapun standar kompetensi pendidikan agama Islam adalah
dengan landasan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW,
siswa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia
yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya
dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca
dan memahami Al-Qur’an, mampu beribadah dan bermuamalah
dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan
antar umat beragama.17
C. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih
luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan
memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada
17
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011), h. 111.
34
umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu
yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Menurut Heward, anak
berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.18
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi
dua kategori yaitu :
1. ABK yang bersifat permanen, yaitu akibat dari kelainan
tertentu.
2. ABK yang bersifat temporer, yaitu mereka yang mengalami
hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi
dan situasi lingkungan. Misalnya, anak yang mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan
bencana alam, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan
guru mengajar, anak yang mengalami kewibahasaan
(perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak yang
mengalami hambatan belajar dan perkembangan karena
isolasi budaya dan karena kemiskinan. Anak berkebutuhan
khusus temporer, apabila tidak mendapatkan interverensi
yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa
menjadi permanen.19
Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat
permanen maupun yang temporer, memiliki perkembangan hambatan
18
Abdul Hadis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Autis, (Bandung: Alfabeta,
2006), h. 17. 19
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusif, h. 21.
35
belajar dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Hambatan belajar
yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Faktor lingkungan.
2. Faktor dalam diri anak sendiri.
3. Kombinasi antara faktor lingkungan dan factor dalam diri
anak.
Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan
khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan
aspek:
1. Fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain.
2. Kognitif : Mental retardasi, anak unggul (berbakat).
3. Bahasa dan bicara.
4. Pendengaran.
5. Penglihatan.
6. Sosial emosi.
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan
peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang
optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan
kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda pula.
Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda
dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan
dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara
penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus.
36
2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan
khusus, adapun jenisnya adalah sebagai berikut:20
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan.
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan
walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus
masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau
sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang
mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah
diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
3. Tunalaras/Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan
Perilaku.
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun
masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun
orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan
khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.
4. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau
cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot)
20
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusif, h. 42.
37
sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan
khusus.
5. Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara
nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan
mental jauh di bawah rata-rata(IQ dibawah 70) sehingga
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi
maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan
khusus. Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun
6. Cerebral palsy
Gangguan/hambatan karena kerusakan otak (brain injury)
sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motoric.
7. Gifted (anak berbakat)
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan
(intelegensi), kreatifitas, da tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal).
8. Autistis
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang
disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang
mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
9. Asperger
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir
sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada
kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya.
Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan
anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning
autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme
38
dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya.
Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik
dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger
cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung
murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila
anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak
asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat
yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat
ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal
klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
10. Rett’s Disorder
Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan
yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak
Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18
bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara
tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi
dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s
Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.
11. Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak
hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat
ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat
selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang
diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek,
mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan
39
perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan
tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau
menirukan ejaan huruf.
12. Lamban belajar (slow learner) :
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki
potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk
tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau
keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial,
tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita,
lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu
yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
13. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang
secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik
khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan
berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor
disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi
(inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan
belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca
(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan
belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain
mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).21
21
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusif, h. 51.
40
Semua kajian teori yang peneliti jabarkan di bab II ini
adalah sebagai alat analisis peneliti untuk menjawab rumusan
masalah dalam penelitian ini, adapun hasil penelitian dan jawaban
atas rumusan masalah akan di bahas di bab IV.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan atau metode adalah cara atau langkah untuk
mengetahui sesuatu, yang mempunyai prosedur sistematis. Metode
merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan dalam penelitian
untuk menggunakan data dan mencari kebenaran masalah yang
diteliti.1
Metode penelitian merupakan rangkain cara atau kegiatan
pelaksanan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu
yang dihadapi. Beberapa penelitian menyebutkannya sebagai tradisi
penelitian (research traditions). 2
Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode korelasi deskriptif yakni metode
penelitian yang berusaha memberikan gambaran dengan fakta-fakta
valid yang kemudian mencari hasil dari hubungan antar variabel.
Metode ini digunakan untuk menggambarkan pengetahuan
pendidikan agama Islam pada siswa berkebutuhan khusus di SDS
Dua Mei Kota Tangerang Selatan tentang pendidikan agama Islam.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah di
SDS Dua Mei yang beralamat di jalan H. Abdul Gani No. 135,
Cempaka Putih, Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan, dimulai
pada tanggal 6 Maret dan berakhir pada tanggal 10 juli 2018.
1Winarmo Suharman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan
Tehnik, (Bndung: Tarsito, 2010), h.26 2Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.52
41
42
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan data
melalui berbagi metode, antara lain adalah:
1. Penelitian Pustaka (library research)
Penelitian Pustaka (library research) adalah menelaah,
mengkaji, dan mempelajari berbagai literatur (referensi) yang erat
kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.
Melalui penelitian pustaka, peneliti mencoba
mengumpulkan data dan informasi dengan menelaah buku-buku
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, terutama
untuk mendeskripsikannya pada bagian kajian teoritis.
Adapun beberapa kitab/buku yang penulis kaji dan telaah
pada penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Buku induk meliputi:
1. Bandi Delphie, “Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusif”.
2. Aqila Smart, “Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode
Pembelajaran dan Terapi Bagi Anak Berkebutuham
Khusus”.
2) Buku skunder
1. Zaenal Alimin, “Anak Berkebutuhan Khusus” Jurnal,
Prodi Pendidikan Berkebutuham Khusus Sps UPI
Jurusan FIB UPI.
2. Penelitian Lapangan (filed research)
Penelitian Lapangan (filed research) yaitu melakukan
penelitian langsung ketempat yang akan menjadi objek penelitian.
Untuk mendapkan data yang valid, maka digunakan tehnik-tehnik
sebagai berikut:
43
a. Observasi
Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan
informasi atau data melaui media pengamatan. Dalam melakukan
oservasi ini peneliti menggunakan sarana utama indra
pengelihatan karena peneliti melakukan pengamatan langsung
terhadap objek yang akan ditelitinya. Observasi dalam penelitian
ini adalah di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.
b. Interview/Wawancara
Interview/Wawancara adalah suatu pertemuan langsung
yang direncanakan antara orang yang mewawancarai dengan
orang yang diwawancarai guna melakukan suatu kegiatan tanya
jawab. Peneliti melakukan wawancara searah dengan para
siswa/siswi berkebutuhan khusus yang ada di SDS Dua Mei guna
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei.
2. Materi apa saja yang di bahas dalam mata pelajaran agama
Islam di kelas?
3. Metode apa saja yang di terapkan dalam mengajar anak
berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei.
c. Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran,
yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek.
Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus
diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan dari orang yang dikenai tes.3
3S. Eko Putro Yudoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2015), Cet. Ke-5, h. 45-46
44
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes obyektif dan
tes paktek. Tes obyektif adalah tes atau soal tertulis yang dibuat
dalam bentuk pilihan ganda yang berkaitan dengan mata pelajaran
agama Islam untuk mengukur sampai mana pengetahuan dan
penguasaan siswi tentang mata pelajaran agama Islam. Sedangkan
tes praktek adalah tes yang diadakan untuk mengukur tingkat
kualitas siswi dalam membaca Al-Qur‟an, shalat, dan materi yang
berkaitan dengan pendidikan agama Islam.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan pristiwa yang sudah dilakukan,
biasanya dokumentasi berupa tulisan ataupun berupa gambar.4
D. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah “himpunan
yang lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang
karakteristiknya ingin kita ketahui.” Populasi juga dapat
diartikan kelompok besar yang menjadi ruang lingkup
penelitian.
Adapun jumlah populasi anak berkebutuah khusus di
SDS Dua Mei adalah 11 . terdiri atas 9 siswa dan 2 siswi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi
harus representatif (mewakili). Sampel adalah sebagian
4Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.
72
45
populasi yang memberikan keterangan atau data yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Suharsimi
Arikunto, “Apabila subjek yang diteliti kurang adari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, bisa diambil
antara 10-15% atau 20-25%.”Adapun “Penentuan sampel dari
suatu populasi disebut penarikan sampel atau „sampling‟.”5
Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti atau
penelitian sampel adalah penelitian yang kesimpulannya dapat
berlaku bagi populasi karena baik dari jumlahnya maupun
karakteristiknya sampel tersebut mewakili populasi. Adapun
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan
siswa/siswi berkebutuhan khusus yang ada di SDS Dua Mei
Kota Tangerang Selatan.
E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
Tehnik pengelolaan dan anlisis data bertujuan untuk
menguraikan informasi dan data yang diperoleh dari penelitian, agat
data tersebut dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri ataupun oleh
orang lain.
Adapun yang dilakukan peneliti dalam menganlisis data
meliputi tiga tahap, yaitu:
1) Deskripsi Data
Dalam tahap ini penulis mendeskripsikan data yang didapat
dari observasi, tes obyektif dan praktek, serta hasil wawancara.
2) Analisis Data
5Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 251
46
Dalam hal ini penulis menganalisis data yang
kemudian nantinya akan di jadikan bahan untuk megetahui
hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum SDS Dua Mei
SD Dua Mei Ciputat merupakan sekolah swasta yang didirikan
oleh Yayasan Dua Mei. Yayasan Dua mei sebagai lembaga
pendidikan dalam kegiatan pendidikannya dihadapkan kepada hal-
hal yang perlu dikomunikasikan, yaitu kegiatan dan usahanya seperti
program sekolah, siswa, tenaga pengajar, fasilitas dan hasil
pembelajaran. Hal tersebut sangat diperlukan bagi pihak-pihak
terkait dengan yaysan pendidikan dua Mei.
Yayasan Dua Mei berdiri pada tanggal 7 Agustus 1985 dengan
akta Notaris Ny. Sumardilah Oriana roosdilan, SH No. 26. Dan pada
tanggal 7 Agustus 1999 yayasan pendidikan Dua Mei melakukan
penyempurnaan organisasi secara keseluruhan di depan notaries
Marthim Aliunir, SH. Cita-cita luhur pendirian yayasan yaitu
berperan serta pemerintah dalam meningkatkan kecerdasan bangsa
dengan membina dan mengembangkan pendidikan dalam arti seluas-
luasnya. Yayasan berupaya membentuk masyarakat yang berilmu,
dan bertaqwa kepada Allah Swt, serta cinta bangsa dan Negara.
Tujuan yayasan pendidikan Dua Mei yaitu menyelenggarakan
pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya kualitas generasi
muda yang berilmu pengetahuan, berwawasan luas, memeliki
kepribadian dan mental spiritual yang tinggi, bersama-sama
pemerintah mencerdaskan bangsa di bidang pendidikan sosial dan
budaya. Pendirian Yayasan Dua Mei diawali dengan peresmian
47
48
sekolah Taman Kanak-kanak sebagai cikal bakal jenjang sekolah
berikutnya. Kemudian dilanjut mendirikan jenjang pendidikan
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebagai sekolah unggulan yang handal dalam mencerdaskan
anak bangsa yang akan menjadi pemimpin masa datang dan siap
menghadapi era globalisasi.
SDS Dua Mei Ciputat didirikan tahun 1987 dan dipimpin oleh
Ny. Yayah Rokayah (1987-1993), dilanjutkan oleh Ny. Yoyoh
(1993-1996), Yeyen Khaerudin, S.Pd (1993-2007), Sri Mulyani,
S.Pd (2007-2015) dan kemudian sekarang dipimpin oleh Siti
Badriyah M.Pd.I (2015-Sekarang). SDS Dua Mei Ciputat
terakreditasi A pada Tanggal 22 November 2017. Kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum 2013, SDS Dua Mei Ciputat menjadi
sasaran saat adanya peraturan pertamakali dicetuskannya model
kurikulum 2013. Dari kelas satu hingga kelas enam sudah
menyeluruh menggunakan kurikulum 2013.
SDS Dua Mei Ciputat juga menjalankan peraturan pemerintah
tentang adanya sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah
regular (biasa) yang menerima ABK dan menyediakan sistem
layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa
kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum,
pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya Dimana Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) ikut belajar bersama anak-anak
normal lainnya, dengan didampingi guru shadow. Setiap satu kelas
terdapat maksimal dua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ikut
49
belajar dengan didampingi satu orang guru shadow setia kelas
masing-masing.
2. Visi
“Terciptanya Peserta didik yang berkualitas, kompetitif, dan
berakhlak mulia”.
3. Misi
1. Mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik
2. Mengembangkan nilai-nilai agama dan budaya peserta
didik
3. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan
4. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah
dan lingkungan.
5. Meningkatkan mutu pendidikan tanpa membeda-bedakan
peserta didik.
4. Tujuan SDS Dua Mei Ciputat
1) Tujuan Pendidikan Dasar
Tujuan pendidikan Nasional adalah berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi mnausia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Adapun tujuan pendidikan dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
50
2) Tujuan Sekolah
Mengacu kepada tujuan pendidikan nasional, tujuan
pendidikan dasar, visi dan misi sekolah, maka tujuan SD Dua Mei
Ciputat adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya peserta didik yang berkualitas dan
kompetititf
b. Terbinanya peserta didik yang berkepribadian, berakhlak
mulia dan berbudaya
c. Meraih prestasi akademik maupun non akademik
d. Menjadi sekolah yang diminati mesyarakat.
Terwujudnya pendidikan tanpa membeda-bedakan sesuai dengan
UUD yang menyatakan “Setiap Warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan”.
5. Lingkungan Sekolah
Nama Sekolah : SDS Dua Mei Ciputat
NISS : 104020147107
NPSN : 20604472
Akreditasi : A ( 22 November 2017)
Nomor SK : 132/BAP-S/M-SK/XI/2017
Tanggal : 22/ 11/ 1917
Alamat Sekolah : Jl. H. Abdul Ghani, No. 135/19
Telp/ Fax : (021) 7490034
Kelurahan : Cempaka Putih
Kota : Tangerang Selatan
Provinsi : Banten
Kelompok Sekolah : -
Pelaksanaan KBM : Pagi (07:00-14:00)
51
Status Tanah : Milik Yayasan
Luas Tanah : 2607
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
Ruang Kelas : 6 Ruang
Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
Ruang Komputer : 1 Ruang
Ruang Kep. Sekolah : 1 Ruang
Ruang Guru : 1 Ruang
Jumlah Peserta Didik :
Banyak Rombel : 6 Rombel
Jumlah Guru PNS :-
Guru Sukwan : 12
Penjaga Sekolah : 1
Tata Usaha : 1
Tahun Operasional : 1988
6. Keadaan Sekolah
1. SDS Dua Mei Ciputat berada dalam satu lokasi dengan luas
tanah 2607 . Letak bangunan sekolah sangat strategis
mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Namun sulit untuk
mengembnagkan daya tampung yang sudah terbatas, sehingga
tidak dapat melayani minat masyarakat dengan optimal,
hendaknya bangunan yang ada harus dibangun bertingkat.
2. Daftar bangunan, ruangan, sarana dan prasarana sekolah
Tabel 4.1 :Daftar bangunan, ruangan dan prasarana
No Nama Keterangan Jumlah
Baik Sedang Rusak
1 Bangunan 6 - - 6
52
2 Ruang Kelas 6 - - 6
3 Ruang
Perpustakaan
- 1 - 1
4 Karpet - 2 - 2
5 Rak Buku 6 - - 6
6 Meja Guru 13 - - 13
7 Kursi Guru 13 - - 13
8 Lemari 4 - - 4
9 Lemari Kaca 1 - - 1
10 White Board 6 - - 6
11 Kabinet - 1 - 1
12 Komputer 2 - - 2
13 Laptop 7 - - 7
14 Printer 2 - - 2
15 Bupet 1 - - 1
16 Tv 1 - - 1
17 CD Player - - 1 1
18 Ruang Guru
Kepala Sekolah
1 - - 1
19 Ruang Wakil
Kepala Sekolah
1 - - 1
20 Ruan Guru 1 - - 1
21 Ruang Dapur 1 - - 1
22 Ruang Gudang - 1 - 1
23 Meja Siswa
24 Bangku Siswa
25 Toilet Guru - 1 - 1
53
26 Wc Siswa - 3 -
27 Infocus 5 - - 5
28 Rak Piala 1 - - 1
29 Tape Recorder 2 - - 2
30 Piano 2 - - 2
31 Rak Sepatu - 6 - 6
32 Ac - 6 - 6
33 Kantin 6 - - 6
34 Alat Marawis - 1 Set - 1
35 Tempat Parkir Baik - -
36 Musholla Baik
37 Lapangan
Olahraga
Baik
7. Struktur Keorganisasian Sekolah dan Pendidik
/Kependidikan
a. Struktur Organnisasi
54
b. Data Pendidik /Kependidikan
Tabel 4.2: Data Pendidik
NO
NAMA GURU L/P PENDIDIKAN TMT
IJAZAH TAHUN TINGKAT JURUSAN PERTAMA
1 Siti Badriyah, M.Pd.I P S.2 2015 Strata 2 MPI 18-07-2005
2 Siti Komariah, M.Pd.I P S.2 2015 Strata 2 MPI 18-7-2005
3 Romlah, S.Pd.I P S.1 2005 Strata 1 MP 18-7-2005
4 Yuniah, SE P S.1 2009 Strata 1 Ekonomi 18-7-2005
5
Rahmiana Agustini,
S.Psi P S.1 2015 Strata 1 Psikologi 18-7-2015
6 Dini Alfi Yonita, S.Pd P S.1 2016 Strata 1 PGSD 18-7-2016
7 Bima Arwunda, S.Pd L S.1 2015 Strata 1 PJKR 18-7-2015
8 Budi Suntoro L SMU 2008 - - 18-7-2008
9 Agung Abdillah, S.Th.I L S.1 2013 Strata 1 TH -
10 Ettikawati, A.Md P D3 1992 D3 Keuangan 18-7-2015
11 Muhammad Muklis L SMU 2009 - - 18-7-2016
12 Sri Nurlela, S.Pd P S.1 2016 Strata 1 PGSD 18-7-2017
13 Tita Nanda De Arfista P SMK 2015 - - 16-8-2016
14 Kasmudi L SD 1978 - - 18-7-1968
8. Data Siswa-siswi SDS Dua Mei
a). Peserta didik tahun 2017/2018
Tabel 4.3 : Peserta Didik
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 10 12 22
III 10 16 26
55
III 8 6 13
IV 8 8 16
V 6 4 10
VI 4 1 5
Jumlah 46 47 93
Adapun anak berkebutuhan khusus sebagai berikut :
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 1 - 1
II 1 1 2
III 2 - 2
IV 2 1 3
V 2 - 2
VI 1 - 1
Jumlah 9 2 11
9. Data Prestasi Siswa-siswi SDS Dua Mei
A. Kriteria Naik Kelas dan Kelulusan
1. Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun
pelajaran. Kriteria dan penentuan kenaikan kelas adalah
sebagai berikut:
a) Telah menyelesaikan semua program pembelajaran untuk
satu tahun pelajaran.
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
kelompok mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran
IPTEK.
c) Jumlah ketidakhadiran alpa kurang dari 24 izin dan sakit
kurang dari 48 hariper tahun.
56
d) Nilai raport diambil dari nilai ulangan harian, nilai
tugas/PR, nilai pengamatan, nilai ulangan tengah semester,
dan nilai ulangan umum semester, dengan pengolahan nilai
sebagaimana yang diatur dalam penentuan nilai dengan
standar Ketuntasan Standar Minimal SDS Dua Mei
Ciputat.
e) Memiliki raport kelasnya masing-masing
f) Penentuan siswa yang naik kelasdilakukan oleh sekolah
dalam satu rapat Dewan Guru dengan mempertimbnagkan
SKM, sikap, penilaian budi pekerti, kehadiran siswa dan
penilaian lain yang terkait siswa yang bersangkutan
g) Siswa yang naik kelas, pada raportnya dituliskan Naik
Kelas
h) Siswa yang tidak naik kelas harus mengulang dikelas yang
lama.
2. Siswa yang dinyatakan lulus diberi ijazah, dan buku raport
milknya
3. Siswa yang tidak lulus harus mengulang dikelas VI.
10. Kurikulum SDS Dua Mei Ciputat
Kurikulum yang digunakan di SDS Dua Mei ciputat
adalah kurikulum 2013. Sebelum menngunakan kurikulum 2013
di SDS Dua Mei ciputat menngunakan kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Setelah adanya
peraturan pemerintah baru adanya kurikulum 2013, SDS Dua
Mei menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah
untuk menerapkan 2013. Dengan menggunakan metode
pengajaran yang diarahkan pada metode learning by doing,
57
peserta didik di dorong agar termotivasi untuk berdaya pikir
kreatif dan inovatif sehingga proses pembelajaran menjadi aktif,
efektif, dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dari hari Senin-Jum’at mulai pukul 07:00 sampai dengan pukul
14:00 Wib. Program Khusus SDS Dua Mei yaitu : Hafalan Al-
Qur`an juz 30. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari setelah
shalat dhuha berjama’ah dan tadarus Al-Qur`an sebelum
pembelajaran di mulai.
Kegiatan ekstrakurikuler meliputi :
1. English Conversation
2. Marawis
3. Pramuka
4. TIK
5. Seni lukis
6. Seni tari
7. Renang
8. Futsal
Kegiatan Kokurikurel meliputi:
1. Field Trip
2. Cooking Class
3. Shalat Dhuhur
4. Market Day
5. Pengajian Bulanan
6. Tadarus Al-Qur`an.
58
11. Kemitraan
1. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan perempuan
Perlindungan Anak dalam kegiatan Sosialisasi Perlindungan
Kekerasan Terhadap Anak
2. RS UIN Syarif Hidayatullah dalam kegiatan “My Healty
School”
3. Oishi Roadshow dalam kegiatan lomba Mewarnai tingkat TK
dan lomba ketangkasan tingkat SD
4. Tanah Liat Citra bentuk kegiatan membentuk kreasi dari tanah
liat
5. Primacita Indonesia Education and Human Resource
Consultant dalam bentuk kegiatan Short Seminar Parenting
yang bertema “Dampak Depresivitas (Stress) Pada Anak Usia
Dini”
6. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
fakultas Tarbiyah dan Keguruan dalam kegiatan observasi
mahasiswa UIN terhadap Mananjemen Sarana dan Prasaran
yang ada di SDS Dua Mei Ciputat.
7. Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Fakultas Tarbiyah dalam
bnetuk kegiatan PPKT mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Baca Tulis Al-Qur``an.
B. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus di SDS Dua Mei
Salah satu pendidikan yang didapatkan oleh anak
berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei adalah pendidikan agama
Islam. Pendidikan ini di berikan dengan tujuan agar anak didik dapat
memahami apa yang terkandung dalam ajaran agama Islam,
menghayati makna, maksud dan tujuannya sehingga mereka dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya
mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat.
Pendidikan agama Islam yang didapatkan di sekolah SDS Dua
Mei, tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Anak didik di
latih untuk mengamalkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas,
59
seperti membiasakan shalat secara berjamaah. Pembelajaran yang
seperti ini sangat membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus
karena mereka mudah menangkap pelajaran yang konkrik dan bukan
abstrak.1
Terkait dengan model pembelajaran dalam pelaksanaan
kurikulum di SDS Dua Mei lebih di sarankan untuk menerapkan
model pembelajaran individualisme. Tujuan dari model pembelajaran
individualisme yaitu menjamin untuk memberikan pelayanan bagi
setiap ABK. Meskipun tidak menutup kemungkinan bagi anak ABK
dengan kecerdasan normal dapat dikenai dengan model pembelajaran
yang biasa digunakan anak normal. Adapun untuk konsep dasar
KTSP atau pengembangan kurikulum untuk ABK lebih difokuskan
pada masalah dan kebutuhan belajar individual, bukan berorientasi
pada standar isi mata pelajaran yang seragam. Pelaksanaan kurikulum
di SLB dibedakan menjadi dua yaitu, pertama, bagi ABK dengan
kecerdasan rendah atau ABK kategori sedang dan berat. Pelaksanaan
kurikulum difokuskan untuk pengembangan kompetensi adaptif dan
keterampilan fungsional. Kedua, bagi ABK dengan kecerdasan
normal dan di atas normal dapat mengikuti kurikulum sekolah umum,
dengan memodifikasi strategi pembelajarannya sesuai dengan
karakteristik ABK. Dalam pelaksanaan KTSP tentu terkait dengan
bahan ajar. Dan bahan ajar tersebut dikembangkan dari kompetensi
yang harus dikuasai siswa.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus SDS Dua Mei
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga
1Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada
senin, 7 Juli 2018.
60
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi juga bisa berarti
pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa Inggris Implement yang
berarti melaksanakan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru
pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei mengatakan bahwa:
Ketika kita berbicara tentang implementasi, terlebih dahulu
kita kupas konsep pembelajaran untuk ABK. Yang mana anak ABK di
SDS Dua Mei ini Bergama jenisnya, ada anak autis membutuhkan dua
sisi pembelajaran yaitu dua guru dan satu anak autis. Alasan nya
karena anak autis itu mempunyai ketidak konsentrasian atau yang di
namakan hiperaktif. Selain hiperaktif ada juga autis tantrum (sering
mengamuk atau menangis dan mengamuknya dengan fisik),
pembelajaran pada autis tantrum ini di laksanakan dengan dua guru,
yang satu untuk memegang dan yang satu untuk mengajari. Pada anak
autis tantrum ini guru tidak boleh kalah dari anak autis tersebut.
Seumpama anak autis tantrum itu menangis, maka guru tersebut harus
bisa mengatakan kata “diam” dengan lebih keras dari tangisan nya.
Sedangkan untuk anak autis biasa atau yang pasif, cukup guru tersebut
mengonsentrasikan kepala nya kepada guru yang satu nya karena
dari tantrum atau autis yangbiasa itu identik pada tidak fokus pada
yang di lihat. Seumpama yang di lihat itu huruf A namun pandangan
nya mengarah kepada huruf B seperti itu. Oleh karena itu harus di
butuhkan dua guru. Konsep pembelajaran yang lain yaitu jika anak
tersebut sudah tidak fokus lagi, maka salah satu guru harus mengusap
tangannya ke wajahnya sampai anak itu berkedip dan berkonsentrasi
kembali. Ini adalah salah satu cara atau metode agar proses belajar-
mengajar tetap terjaga dan meghasilkan hasil yang signipikan.2
C. Evaluasi Hasil Penelitian
Agar implementasi Pendidikan Agama Islam bagi anak
berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan dapat
berjalan dengan maksiml. Khususnya dalam Pendidikan akhlak, al-
2Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada
senin, 7 Juli 2018.
61
Qur’an praktek shalat dan umumnya pada semua materi pembelajaran,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
a) Agar implementasi Pendidikan Agama Islam berjalan
dengan baik, maka seorang guru ABK harus mengerti
atau memahami komponen-komponen pelaksanaan
pendidikan agama Islam yang meliputi, kurikulum,
metode, media dan evaluasi. Semua komponen-
kpmponen tersebut harus disesuaikan dengan
kemampuan anak, tanpa di sesuaikan dengan
kemampuan anak maka anak tidak akan mengerti apa
yang telah diajarkan kepada nya.
b) Mengajar anak ABK hendaknya dengan penuh
kesabaran, kasih sayang dan perhatian yang lebih. Dan
yang terpenting harus memahami karakter maupun
kemampuan anak sehingga dalam mengajar guru
mampu menguasai kelas, materi, media, metode bahkan
kerjasama antara orang tua dan guru harus tetap terjalin
dengan baik agar komunikasi antara orang tua dan guru
berjalan dengan baik. Contohnya tentang pembelajaran
anak di sekolah itu seperti apa. Karena keberhasilan
anak itu juga tergantung kepada perhatian yang
diberikan oleh orang tua di rumah. Selain itu motivasi
juga sangat diperlukan oleh anak berkebutuhan khusus
agar lebih semangat dalam belajar, karena itu semua
untuk kebaikan dan keberhasilan peserta didik itu
sendiri.
62
D. Pendidikan Agama Islam Di SDS Dua Mei
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang menjadi
dasar moral dan aqidah bagi pendidikan sekolah, Pembelajaran
pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
hampir sama dengan sekolah umum. Kurikulum yang diterapkan di
SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah Kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan sebenarnya mengacu pada sekolah umum, tetapi
kenyataannya anak masih belum mampu. Sehingga yang menjadi
target dalam pembelajaran adalah bertaqwa kepada Allah, berbudi
pekerti, anak bisa mandiri, berakhlak mulia, tidak melakukan
perbuatan tercela, dan terbiasa shalat walaupun hanya bisa dalam
gerakan.
Materi yang diajarkan pada anak-anak ABK tersebut adalah
apa yang biasa mereka lakukan sehari-hari, misalnya tentang wudhu,
sholat, bisa membedakan makanan yang halal dan haram, mana
perbuatan yang baik dan tercela, bagaimana bersikap kepada orang
lain. Pada saat guru akan menyampaikan materi guru biasanya
membetulkan posisi duduk siswa tunarungu terlebih dahulu,
kemudian mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang akan di
tulis di papan tulis. Ketika siswa memperhatikan pembelajaran belum
tentu mereka paham, maka guru perlu mengimbangi penyampaian
materi dengan contoh yang jelas dan dengan suara yang keras.3
E. Metode yang Efektif bagi Siswa ABK dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
Metode pada hakikatnya ialah cara yang digunakan oleh seorang
guru dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat dengan mudah
3 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada
senin, 7 Juli 2018.
63
menerima materi yang diajarkan. Metode pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SDS Dua Mei yang sering digunakan oleh guru
diantaranya ialah: metode ceramah, drill, tanya jawab, demonstrasi,
metode pemberian tugas dan metode keteladanan. Dari metode-metode
ini semuanya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami
ketunarunguan.
Berikut peneliti lampirkan angket berkaitan dengan metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei yang diambil
dari guru pengajar Agama yaitu Ibu Siti Komariyyah4:
Tabel 4.4: Angket Untuk Guru
No Pertanyaan ST
S
TS S SS
1 Metode yang digunakan sesuai dengan
materi yang diajarkan
2
2 Guru menggunakan metode yang
bervariasi
1 1
3 Guru sering menggunakan media
pembelajaran
1 1
4 Guru melakukan pendekatan khusus pada
siswa tunarungu dengan katagori berat
(deaf)
2
4 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada
senin, 7 Juli 2018.
64
Keterangan
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Sangat Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa metode yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran sangat beragam, mulai
dari menggunakan metode yang bervariasi, menggunakan media
sebagai alat bantu sampai melakukan pendekatan khusus bagi siswa
tunarungu dengan katagori berat. Dalam penyampaian materi
seringkali guru menggunakan bahasa campuran, karena anak-anak
tunarungu yang belajar disana berklasifikasi tunarungu ringan dan
tunarungu sedang maka mereka masih bisa mendengar suara
walaupun hanya sedikit, meski metode yang digunakan guru adalah
ceramah penyampaiannya pun harus menggunakan suara yang keras.
Saat anak-anak tidak mengerti sama sekali apa yang disampaikan
guru maka baru dipakai bahasa isyarat (abjad jari). Berdasarkan hasil
observasi peneliti, penggunaan metode ceramah ini belum sepenuhnya
efektif, mengingat latar belakang guru yang bukan lulusan PLB jadi
penggunaan bahasa isyarat guru belum maksimal sehingga siswa
tunarungu masih kesulitan dalam memahami penjelasan guru.
Metode drill (latihan) digunakan guru untuk memperoleh
keterampilan siswa dari apa yang telah dipelajari.Dari hasil observasi
peneliti, ketika guru menulis di papan tulis tentang huruf hijaiyyah.
Guru kemudian menjelaskan apa yang dimaksud dari tulisan tersebut
dengan menggunakan suara yang keras dan terkadang menggunakan
gerakan tangan. Guru akan mendatangi murid dengan kategori berat
65
dan menjelaskan lagi secara perlahan maksud dari pembelajaran
mereka, sampai mereka benar-benar paham. Kemudian satu persatu
siswa menulis ulang materi pembelajaran di papan tulis. Guru akan
membetulkan tulisan yang salah dengan cara membimbing siswa
untuk mengulang kembali tulisan tersebut sampai mereka bisa. Dari
hasil pengamatan peneliti, metode drill dapat dikatakan efektif, meski
terkadang guru harus lebih ekstra dalam menjelaskan maksud dari
materi pembelajaran pada murid yang belum paham. Karena pada
hakekatnya kemampuan belajar siswa tunarungu sama seperti siswa
normal lainnya ada yang cepat tanggap ada juga yang lama. Namun
dengan kesabaran dan kegigihan guru dalam membimbing dan
menjelaskan kembali siswa tunarungu dapat juga menulis dengan baik
dan benar.
Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Siti Badriah
selaku selaku guru kelas sekaligus kepala sekolah, berkaitan dengan
metode pembelajaran, seperti yang beliau sampaikan bahwa metode
yang paling efektif bagi siswa tunarungu ialah metode demonstrasi.
Kalau masalah metode sebenarnya sama aja seperti sekolah
biasa. Apa aja bisa yang penting disesuaikan dengan materi. Tapi
mengingat kondisi anak kita yang berbeda dengan sekolah biasa maka
untuk metodenya paling sering kita gunakan ceramah, latihan sama
praktek langsung atau metode demonstrasi. Menurut saya yang paling
efektif untuk anak-anak tunarungu metode praktek langsung karena
kalau kita kasih materi dengan ceramah saja dari awal sampai akhir
siswanya pasti tidak paham. Apalagi dengan kondisi mereka yang
seperti itu. Untuk apa kita nulis sampai papan tulis penuh kalau ujung-
ujungnya mereka tidak paham apa yang sedang dipelajari. Makanya
dibutuhkan matode demonstrasi karena disitu kita bisa langsung
praktek contoh yang sebenarnya.5
5 Wawancara dengan Guru Kelas sekaligus Kepala Sekolah SDS Dua Mei,
pada senin, 7 Juli 2018.
66
Dari pernyataan beliau dapat diambil kesimpulan bahwa
materi yang disampaikan disesuaikan dengan keadaan siswa, karena
hal-hal yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih
mudah dipelajari dan dipraktekkan, jadi tingkat pemahaman siswa
terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam sedikit lebih mudah.
Untuk metode demonstrasi jelas anak-anak akan lebih paham karena
langsung melihat contoh konkritnya. Seperti materi tentang wudhu’
dan shalat guru akan mengajak siswa ke mushola untuk praktek
langsung berwudhu’ dan shalat. Karena dari penjelasan Ibu Nurlaina
bahwa media yang digunakan untuk siswa tunarungu sebaiknya media
yang sebenarnya, berikut cuplikan pernyataan beliau:
Kalau dulu kami sering menggunakan gambar untuk media
pembelajaran seperti gerakan-gerakan shalat, cara berwudhu’. Tapi
kalau bisa dengan medianya langsung, misalnya seperti mengambil
air wudhu’ maka kita praktek langsung berwudu’nya dengan air biar
lebih terarah.6
Dengan demikian dapat dipahami bahwa untuk lebih
memahamkan anak tunarungu menganai meteri yang diajarkan, maka
untuk prakteknya harus menggunakan media yang sebenarnya. Dari
hasil wawancara peneliti dengan guru agama di SDS Dua Mei
penggunaan metode demonstrasi ini dapat dikatakan efektif dilihat
dari rutinitas siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan
di sekolah seperti shalat dzuhur berjama’ah.
Adapun mengenai metode pemberian tugas, siswa diberi tugas
oleh guru untuk menuliskan kembali kegiatan siswa selama bulan
Ramadhan. Jawaban mereka beragam, ada yang menulis bermain
6Wawancara dengan Guru Kelas sekaligus Kepala Sekolah SDS Dua Mei,
pada senin, 7 Juli 2018.
67
dengan teman, shalat tarawih, dan membantu orangtua.Dari hasil
observasi peneliti, penggunaan metode ini belum sepenuhnya efektif,
karena masih ada siswa yang kebingungan dari tugas yang diberikan
guru, hal ini disebabkan oleh kesulitan guru menjelaskan dengan
bahasa isyarat.Sedangkan metode keteladanan guru gunakan untuk
membentuk akhlak yang baik dengan cara memberi contoh langsung
kepada siswa bagaimana seharusnya bersikap kepada orangtua, guru
dan sesama teman. Dari pengamatan peneliti, metode ini efektif
digunakan untuk siswa tunarungu, karena akhlak siswa di SDS Dua
Mei benar-benar bagus.
Jadi, dapat dipahami bahwa metode pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang efektif bagi siswa tunarungu adalah metode-
metode yang membuat siswa tunarungu berperan aktif dalam
pembelajaran seperti metode drill, demonstrasi dan keteladanan.
Metode-metode ini dapat dipahami dengan mudah oleh siswa
tunarungu karena mereka bisa melihat contohnya secara konkrit dan
mempraktekkan langsung. Sedangkan metode seperti ceramah, tanya
jawab dan penugasan kurang efektif, karena membutuhkan keahlian
dari seorang tenaga pengajar dalam penguasaan bahasa isyarat (abjad
jari) agar lebih mudah dalam menjelaskan maksud dari yang
dipelajari. Penguasaan bahasa isyarat ini bukan hanya berlaku untuk
guru saja, tapi juga siswa tunarungu, agar lebih mudah dalam
memahami penjelasan guru. Dengan demikian metode apa pun akan
mudah diterapkan jika guru dan siswa sama-sama mengusai sistem
komunikasi yang baik, benar dan sesuia dengan keadaan.
68
F. Dampak Metode yang Digunakan Guru terhadap Prestasi
Belajar Siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
Penggunaaan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan
meteri pembelajarandan kondisi peserta didik sehingga tujuan dari
pembelajaran tersebut dapat tercapai. Berikut peneliti lampirkan angket
berkaitan dampak metode yang digunakan guru terhadap prestasi
belajar siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan yang
diambil dari guru pengajar Agama :
Tabel 4.5 : Metode yang digunakan guru terhadap prestasi
belajar siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
No Pertanyaan STS TS S SS
1 Siswa dengan cepat dapat menguasai
pelajaran agama Islam
2
2 Guru melakukan bimbingan rutin khusus bagi
siswa tunarungu
1 1
3 Guru sudah berhasil dalam mengajarkan
Pendidikan Agama Islam dilihat dari
runtinitas sehari-hari siswa tunarungu
2
4 Siswa rajin mangikuti kegiatan keagamaan di
sekolah
2
5 Siswa senang apabila pelajaran agama Islam
dilaksan
2
6 Guru sering melakukan evaluasi formatif 1 1
69
Keterangan
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Sangat Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa metode yang
diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran belum sepenuhnya
berhasil karena mengingat kondisi kelas yang begitu sempit karena
harus bergabung dengan siswa dengan ketunaan yang lain. Dengan
demikian tingkat konsentrasi murid dan guru pasti terganggu dengan
suasana kelas yang begitu ramai. Juga guru yang belum mampu
menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa isyarat secara
maksimal, hal ini berdampak pada hasil evalusai siswa. Evaluasi
merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran.
Melalui evaluasi kita dapat melihat tingkat keberhasilan dari proses
pembelajaran tersebut. Berdasarkan wawancara dengan guru agama di
SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan, untuk evaluasi menggunakan
tes tulis dan juga ujian praktek. Namun dari hasil ujian tes tulis
tersebut, guru masih melihat siswa yang menyontek sehingga jawaban
antara siswa yang satu dengan yang lainnya sama.Selain
menggunakan tes tertulis penilaian juga dilakukan dengan mengamati
bagaimana perilaku keseharian peserta didik. Penilaian dilakukan
dengan mempertimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
masing-masing peserta didik, dalam penilaian tersebut tentu ada
standar khusus yang sedikit berbeda dengan anak-anak normal.
70
Dari hasil observasi penulis, siswa di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan memiliki akhlak yang bagus. Pada awal peneliti
datang ke SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan anak-anak hanya
melihat sambil tersenyum. Tapi dihari berikutnya ketika peneliti baru
datang, banyak anak yang menghampiri mengucap salam dan
Wawancara, Siti Komariyyah, Guru kelas sekaligus Agama di SDS
Dua Mei Kota Tangerang Selatan, mengajak berjabat tangan, anak-
anak yang mengucap salam adalah anak tunawicara, sedang anak
tunarungu tersenyum sambil menjabat tangan peneliti. Sikap tersebut
dibentuk melalui metode keteladanan dan bimbingan yang dilakukan
oleh guru. Seperti pemaparan dari Ibu Siti Komariyyah beliau
menyatakan bahwa: “Bimbingan rutin disini yang paling penting ialah
membentuk akhlak yang bagus, seperti cara berkominukasi yang
benar dengan guru bagaimana, dengan sesama teman bagaimana, dan
dengan orang yang lebih tua bagaimana. Disiplin dan tidak membuat
ulah saat pembelajaran berlangsung.” Pernyataan tersebut hampir
sama dengan Ibu Siti Badriyyah, yang menyatakan bahwa murid-
murid di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan memang
mendapatkan bimbingan rutin, yang terpenting ialah akhlak dengan
guru, teman dan orang yang lebih tua. Hal tersebut terbukti saat
peneliti barada di sekolah. Selama penelitian berlangsung peserta
didik satu persatu menyapa peneliti dengan sopan sambil tersenyum.
Penggunaan metode demonstrasi juga berdampak pada
rutinitas keseharian siswa yang rajin mengikuti kegiatan keagamaan
di sekolah seperti shalat dzuhur berjama’ah. Mereka tidak perlu lagi
dibimbing dan diarahkan, ketika waktu shalat tiba mereka akan
langsung bergegas ke mushola untuk berwhudu’ serta berdiri di
deretan shaf dan siap melaksanakan shalat berjama’ah. Selain shalat
71
berjema’ah mereka juga rutin membaca surah Yasin setiap hari
jum’at. Berdasarkan pamaparan Siti Komariyyah, murid-murid di
sekolah tersebut sangat antusias setiap pagi jum’at ketika akan
membaca surah Yasin. Berikut parnyataan beliau:
Murid-murid di sini sangat bersemangat kalau ada kegiatan
keagamaan, misalnya seperti membaca surah Yasin. Ketika kami
terlambat datang ke kelas mereka yang menjemput ke kantor, kalau
tidak ada membaca surah Yasin seperti minggu ini belum ada karena
baru masuk sekolah. Maka mereka langsung menanyakan kenapa hari
ini tidak baca surah Yasin. Biasanya kalau sudah seperti itu kami
hanya suruh mereka baca surah- surah pendek.7
Hal ini membuktikan bahwa, walaupun metode-metode yang
digunakan guru dalam pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab,
dan pemberian tugas belum 100% berhasil, mengingat kondisi guru
yang masih kesulitan menjelaskan dengan menggunakan bahasa
isyarat. Namun dari metode demonstrasi drill dan keteladanan dapat
dikatakan berhasil dilihat dari sikap peserta didik yang berakhlakul
karimah dan semangat mereka dalam mengikuti kegiatan keagamaan.
G. Kendala Serta Solusi yang Digunakan Guru dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan
Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan mempunyai
beberapa kendala yang bisa menghambat pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, namun ada juga faktor yang bisa mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran PAI serta bagaimana solusi dari
hambatan permasalahan tersebut.
7Wawancara dengan Guru Kelas sekaligus Kepala Sekolah SDS Dua Mei,
pada senin, 7 Juli 2018.
72
1. Kendala Belajar Siswa Tunarungu
Semua manusia yang hidup di dunia pasti tidak akan luput dari
yang namanya persoalan atau masalah. Sama halnya dengan
pendidikan juga memiliki beberapa masalah yang dapat menghambat
pencapaian tujuan pendidikan. Kendala tersebut datangnya dari
berbagai faktor. Dalam pelaksanaan pembelajaran agama siswa
tunarungu Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
mempunyai hambatan yang berasal dari beberapa faktor, yaitu:
a. Siswa
1) Keadaan siswa yang mengalami ketunarunguan menjadi terhambat
dalam menerima informasi atau pelajaran, yang mana tingkat
ketunarunguan dalam suatu kelas tidaklah sama.
2) Karena kekurangan anak tunarungu tak hanya dalam mendengar
saja, tapi juga memiliki kekurangan dalam berbicara, maka mereka
pun sedikit sulit untuk diajak komunikasi.
3) Terkadang ada siswa yang tidak mau nurut dengan apa yang
diperintah guru. Namun hal tersebut menurut Ibu Nurlaian bukanlah
suatu permasalahan, tergantung bagaiman guru menyikapi si murid.
Berikut pernyataan dari Ibu Siti Komariyyah selaku guru agama:
“Siswa itu sebenarnya harus kita dekati baik dia normal atau
pun siswa LB, kalau dia sudah dekat dengan kita Insya Allah apa pun
yang kita suruh dia nurut. Makanya kita sebagai guru harus paham
kondisi siswa, kalau dia buat masalah dalam kelas bisa jadi dia ada
masalah maka kita tanyakan baik-baik padanya, kenapa dia seperti
itu.”
73
b. Guru
1) Kekurangan tenaga pengajar Pendidikan Agama Islam SDS Dua
Mei Kota Tangerang Selatan hanya memiliki satu guru Agama dan
untuk membantu dalam pencapaian materi maka guru kelas juga
menyampaikan materi pendidikan agama Islam
2) Tidak ada guru dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), terutama
guru agama.
Guru agama di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan bukan
lulusan dari jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) karena itulah
kemampuan guru mengajar masih kurang. Namun saat ini guru agama
tersebut sudah menjalani S1 kedua dengan jurusan PLB, dengan
demikian mereka mulai mengarah kepada hal yang sebenarnya.
Seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah sebagai berikut:
“Guru PAI sendiri punya latar belakang agama dan bukan
lulusan PLB, biasanya guru agama itu kan tidak dididik tidak
dipelajari tentang didaktik metodik anak berkebutuhan khusus,
khususnya untuk tunarungu. Tapi Alhamdulillah sekarang ini guru
PAI sendiri sudah mengambil S1 kedua tentang Pendidikan Luar
Biasa, mereka sudah mulai mengarah kepada hal yang sebenarnya.”10
c. Sarana dan prasarana sekolah
Fasilitas pendidikan merupakan sarana penunjang dan
pelengkap dalam mencapai tujuan pendidikan. Bahkan fasilitas
pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan
menentukan dalam mencapai efektifitas belajar. Dengan fasilitas
belajar yang memadai diharapkan siswa akan lebih mudah memahami
74
materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya, terutama bagi siswa
yang mempunyai kelainan seperti halnya anak tunarungu.
Di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan sarana dan prasaran
sekolah masih sangat kurang memadai baik dari segi ruang kelas
maupun. Secara umum anak tunarungu memerlukan fasilitas
pendidikan yang relatif sama dengan anak normal, seperti papan tulis,
buku tulis, buku pelajaran, penggaris, pensil, sarana bermain, dan olah
raga. Namun, karena anak tunarungu mempunyai hambatan dalam
mendengar dan bicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus,
antara lain audiometer, Hearing aids, speech trainer, tape recorder,
audio visual dapat berupa film, TV misalnya siaran berita dengan
bahasa isyarat, cermin, dan gambar-gambar, di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan media-media tersebut masih belum ada. Bahkan
dari segi ruangan yang sangat masih kurang sehingga membuat siswa
tuanarungu harus belajar satu kelas dengan siswa yang memiliki
ketunaan yang berbeda.
d. Orang Tua Murid
Tidak ada kerjasama yang terjalin antara pihak sekolah dengan
wali murid untuk meningkatkan prestasi belajar. Hal ini mungkin
disebabkan oleh faktor kesibukan, melihat dari pekerjaan yang mereka
jalani ada yang PNS dan ada juga yang Swasta. Sehingga mereka
manaruh harapan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Berikut
pernyataan kepala sekolah saat diwawancarai:
“Kalau hubungan dengan orangtua murid baik tapi mungkin
kepedulian kurang. Contoh begini, hari ini adik bisa lihat saya telah
memberikan undangan kepada wali murid untuk memajukan sekolah
75
ini, karena ini kan ajaran baru saya undang wali murid untuk duduk
bersama membicarakan tentang program-program yang kita kerjakan
untuk tahun ini. Biasanya datang 50% saja itu Alhamdulillah sudah
bagus prestasinya tapi biasanaya 10% datang itu pun kadang-kadang
bukan orang tua aslinya, mungkin orangtuanya sibuk jadi yang datang
adalah pengasuhnya.”
Hal senada dipaparkan oleh Ibu Kepala Sekolah SDS Dua Mei
Kota Tangerang Selatan, bahwa kepedulian dari orangtua murid masih
kurang mungkin karena faktor kesibukan.
2. Solusi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Ada faktor penghambat ada pula faktor pendukung dalam
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Faktor
pendukung atau hal yang memperlancar proses pembelajaran PAI di
SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
bertindak arif, bijak serta adil, tidak membeda-bedakan sehingga
dapat tercipta semangat kebersamaan diantara semua pihak sekolah,
mampu dengan baik menggerakkan semangat para guru dan siswa
dalam pencapaian tujuan, sesuai dengan misi yang ditetapkan. Hal ini
sesuai dengan pemaparan dari Ibu Siti Komariyyah sebagai berikut:
“Kepala Sekolah di sini tegas, membimbing dan mengarahkan
langsung jika guru ada masalah. mengontrol guru-guru saat kegiatan
pembelajaran”
b. Siswa
76
Berdasarkan pemaparan Ibu Siti Komariyyah, Siswa
tunarungu di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan lebih nurut, jika
dibandingkan dengan siswa sekolah umum, gampang diatur,
membanggakan sehingga guru tidak dipersulit siswa dalam mengatur
anak.
c. Guru
Guru mengajar dengan penuh rasa sabar dan ikhlas. Menjadi
guru di SLB, bukanlah pekerjaan mudah, di dalamnya dituntut
pengabdian dan juga ketekunan. Harus ada pula keikhlasan dan
kesabaran dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya guru
bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik. Hanya orang-orang
tertentu saja yang mampu menjalankannya. Dengan rasa sabar dan
ikhlas disini maksudnya, sabar dalam menghadapi anak yang
mengalami ketunarunguan, sebagai guru harus sabar dalam
membimbing anak-anak tersebut. Selain itu hubungan antara guru dan
murid SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan terjalin sangat baik.
Karena keakraban dan interaksi dengan siswa merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam pendidikan. Guru menggunakan pendekatan
individualisme, sehingga guru paham betul karakter anak. Guru
menganggap siswa seperti anaknya sendiri.
Hal tersebut terbukti dengan hasil observasi peneliti dan
didukung dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah, sebagai
berikut:
“Kalau hubungan guru dengan murid disini baik-baik saja
tidak ada persoalan namanya guru dengan murid yaa otomatis kan
77
seperti mamak dengan anak. Hubungan baik-baik saja tidak ada
komplin.”
Banyak hambatan yang menjadi kendala dalam mewujudkan
tujuan pendidikan secara sempurna. Usaha yang dilakukan untuk
mengurangi hambatan tersebut diantaranya:
1) Guru menggunakan pendekatan individual pada saat pembelajaran,
sehingga guru memahami tiap karakter anak.
2) Keteladanan merupakan suatu upaya untuk memberikan contoh
perilaku yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemberian
contoh harus dilakukan seluruh pegawai yang terkait dengan
pelaksanaan pendidikan yang meliputi kepala sekolah, guru, dan
karyawan. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling utama dan
pertama yang berhubungan dengan siswa. Baik buruknya perilaku
guru apalagi guru agama akan dapat mempengaruhi secara kuat
terhadap siswanya. Oleh karena itu, keteladanan guru menjadi suatu
yang mutlak untuk dilakukan, sebab guru yang baik akan menjadi
contoh yang baik bagi anak didiknya.
3) Pembiasaan merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka
membiasakan siswa untuk berperilaku atau bertindak sesuai dengan
tujuan pembelajaran atau tujuan sekolah.
4) Kepala sekolah meminta bantuan pembangunan gedung sekolah.
Seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah bahwa:
“Kami tahu bahwa sekolah ini tidak cukup ruangan. jadi kita
sudah upayakan pengembangan sekolah kerja sama dengan yayasan.
Kita sudah mempunyai lahan tanah di Lambaro Skep ada kira-kira
78
lebarnya 1400 hektar.Di sana baru bisa kita kembangkan sekolah
ini,kalau di sini tidak mungkin kita kembangkan karena lahannya
sempit sekali. Kalaupun ada bantuan untuk gedung terpaksa kita tolak
karena kita tidak ada lahan. Kami sudah mulai mengajukan
proposal,dan tahun depan Insya Allah sudah ada berdiri gedung
baru.Walaupun hal tersebuttidak semudah membalikkan telapak
tangan, namun kita kan harus tetap optimis, kita sudah ajukan
proposal kalau dikasih alhamdulillah kalau tidak ya harus bersabar
dulu.”
Dengan dibangunnya sekolah baru tersebut, diharapkan
mampu meningkatkan semangat guru dalam mengajar dan prestasi
belajar siswa. Karena ruangan yang digunakan sudah dikhususkan
untuk anak tuarungu saja sehingga tidak ada gangguan dari siswa lain
yang memiliki ketunaan berbeda.
5) Upaya pengembangan komunikasi bagi anak tunarungu
Karena keterbatasan bahasa yang dimiliki anak tunarungu, maka
upaya guru yang dilakukan dalam pengembangan bahasa dan
komunikasi sesuai dengan teori Wasita tentang strategi pembelajaran
pada anak tunarungu. Berikut penulis lampirkan angket berkaitan
dengan kendala serta solusi yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran siswa Tunarungu di SDS Dua Mei Kota Tangerang
Selatan.
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan atas uraian pada bab-bab sebelumnya serta
merujuk pada rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka
penulis mengambil kesimpulan melalui analisis data sebagai
berikut :
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan hampir sama dengan sekolah umum. Kurikulum
yang diterapkan di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah
Kurikulum 2013.
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan sebenarnya mengacu pada sekolah umum,
tetapi kenyataannya anak masih belum mampu. Sehingga yang
menjadi target dalam pembelajaran adalah bertaqwa kepada Allah,
berbudi pekerti, anak bisa mandiri, berakhlak mulia, tidak
melakukan perbuatan tercela, dan terbiasa shalat walaupun hanya
bisa dalam gerakan.
3. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei
yang sering digunakan oleh guru diantaranya ialah: metode
ceramah, drill, tanya jawab, demonstrasi, metode pemberian tugas
dan metode keteladanan. Dari metode-metode ini semuanya
diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami
ketunarunguan.
79
80
B. Saran
Sesuai sifat dasar penelitian keilmuan, bahwa dalam sebuah
penelitian pasti menyisakan masalah yang belum tuntas, karena proses
penambahan keterangan dan pengeditan sampai skripsi ini ditulis
masih berlangsung, masih terbuka luas bagi para peneliti berikutnya
untuk melanjutkan penelitian ini. Oleh karena itu akan sangat
berharga jika dapat dikaji lebih lanjut mengenai bagaimana upaya
pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.
Penulis merasa dalam karya skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan yang kiranya pembaca dapat
memakluminya, karena penulispun masih dalam tahap belajar. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
para pembaca, dan orang banyak. Amin ya Rabb.
81
Daftar Pustaka
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnnya, 2011.
Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam
Setting Pendidikan Inklusif, Bandung: PT Refika Aditama
2011.
Daradjat. Zaskiyah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
Hadis, Abdul, Pendidikan Anak Berkebutuhan Autis, (Bandung:
Alfabeta, 2006)
Hastuti, “Metode Pembelajaran PAI di TK Al Irsyad Al Islamiyah
Purwokerto”,Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan”. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Prakteknya. Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Muliyati. Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang: IKIP PGRI
Semarang Press, 2010.
Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia,
2010.
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002.
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Nuraini, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Di
Sekolah Lanjutan Autis Yogjakarta”. Skripsi UIN Sunan
Kalijaga Yogjakarta, 2012).
81
82
Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta:Pustaka
Al-Husna, 1992.
Winarmo Suharman. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan
Tehnik. Bandung: Tarsito, 1992.
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992.
Suharman, Winarmo, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan
Tehnik, Bandung: Tarsito, 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007.
Undang-Undang RI No.11 Tahun 1980. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Gajahyana Pres. 1989.
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2011.
Yudoyoko , S. Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran,
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015.
Wawancara :
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang
Selatan.
Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan.
Wawancara dengan guru ABK SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
Lampiran- lampiran
Gambar di ambil sehabis selesai wawancara dengan Ibu Siti Badriyah,
M.Pd.I (Kepala Sekolah SDS Dua Mei)
Gambar pada saat melihat keadaan siswa/siswi SDS Dua Mei
Pengambilan gambar setelah wawancara dengan guru PAI anak
berkebutuhan khusus SDS Dua Mei.
ABK SDS Dua Mei sesaat setelah pelajaran PAI.
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan
Khusus Di Sekolah Dasar Swasta Dua Mei Kota Tangerang Selatan” yang
disusun oleh Siti Khairina Nomer Induk Mahasisiwi: 13311257 telah
diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, Agustus 2018
Pembimbing,
Sri Tuti Rahmawati, MA
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak
Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Swasta Dua Mei Kota Tangerang
Selatan” oleh Siti Khairina dengan NIM:13311257 telah diujikan disidang
Munaqasyah Program Strata 1 Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada
tanggal 18 Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Jakarta, 18 Agustus 2018
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini
Penguji 1 Penguji II
Dr. Nadjematul Faizah, M. HUM Dr. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
Pembimbing
Sri Tuti Rahmawati, MA
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Siti Khairina
NIMKO : 13311257
Tempat/Tanggal Lahir: Cipondoh, 1 Desember 1995
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada
Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Swasta Dua Mei Kota
Tangerang Selatan” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-
kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Agustus 2018
Penulis
Siti Khairina
iv
MOTTO
Keep The Mandate and Never Give up
(Menjaga Amanah dan Tidak Pernah Menyerah)
v
KATA PENGANTAR
ح حمان الره الره يم بسم الله
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta Alam, yang telah
memberi penulis rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, sebagai tugas akhir Fakultas Tarbiyah Institut
Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Shalawat beriring salam selalu tercurahkan
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan
manusia dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang,
dari manusia yang jahiliyyah menjadi insan yang beriman dan bertakwa.
Ucapan syukur tiada henti-hentinya menghiasi lisan atas segala
kekuatan, kesabaran, serta pertolongan yang selalu Allah berikan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga penulisan
skripsi ini bisa terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini, tentunya banyak
kendala yang penulis temui, namun berkat doa, usaha serta dukungan dan
bantuan dari orang-orang disekitar penulis, kendala-kendala itu dapat diatasi.
Sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Melalui kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan untaian
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, Rektor Institut Ilmu
Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah berjasa dalam kemajuan perguruan
ini.
2. Ibu Dr. Hj. Ummi Khusnul Khotimah, MA Dekan Fakultas Tarbiyah IIQ
Jakarta yang memberikan arahan dan kesempatan kepada penulis untuk
menulis skripsi ini.
vi
3. Dosen pembimbing Bunda Tuti, MA yang telah meluangkan waktu,
memberikan arahan, nasihat kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh staf Fakultas Tarbiyah khususnya ibu Wasmini dan ibu Yuyun
yang telah membantu penulis serta selalu memberikan motivasi dan
arahan
5. Ayahanda Bapak H. Maman Sutriaman, SH dan Mama Hj. Ida Fatimah
yang telah melimpahkan kasih sayang, dukungan, kepercayaan serta doa
yang tiada hentinya untuk penulis, sehingga penulis selalu memiliki
semangat, kekuatan dan kemudahan dalam melakukan dan
menyelesaikan semua tugas penulis. Semoga Bapak dan Mamah
tersayang diberikan umur yang panjang dan barokah serta selalu dalam
lindungan dan pertolongan Allah SWT.
6. Aa Fadel, Aa Kahfi dan adekku Nadiyah dan Fathan yang selalu
memberi dukungan, semangat dan bantuan kepada penulis dalam
menjalani hidup tetap optimis.
7. Kepada tunanganku Imam Hidayatullah, S.Ag yang telah banyak
mengkritik dan memberi saran agar penulis segera menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman penulis, Rima, Ita, Namira, Bang Imam, Roni,
Manda, Kak Andin dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis tulis
dalam skripsi ini. Terima kasih semuanya.
9. Kepala Sekolah SDS Dua Mei, yang telah memberi izin kepada penulis
untuk untuk melakukan penelitian.
10. Para siswa/i SDS Dua Mei, yang berkenan di jadikan teman dan
berkenan untuk di wawancara dan di teliti.
vii
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
do‟a, perhatian dan bantuan yang telah diberikan baik bantuan berupa
materi maupun non materi.
Semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT dan
semoga mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amiin.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak sehingga dapat membuka cakrawala berfikir serta
memberikan setitik khazanah pengetahuan untuk terus memajukan
dunia pendidikan. Amiin.
Jakarta, Agustus 2018
Siti Khairina
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................ ii
PERNYATAAN PENULIS ................................................ iii
MOTTO ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................... xii
ABSTRAKSI ....................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................. 7
D. Perumusan Masalah ................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ....................................................... 9
G. Metodologi Penelitian ............................................... 10
H. Sistematika Penulisan ............................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI ............................................. 14
A. Metode Pembelajaran................................................. 14
1. Pengertian Metode Pembelajaran ........................ 14
2. Macam-macam Metode Pembelajaran ............... 15
3. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran ................. 17
4. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih
metode pembelajaran 24
B. Pendidikan Agama Islam ........................................... 25
ix
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................. 25
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .......... 25
3. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ................ 29
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................ 30
5. Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam ... 33
C. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) .......................... 33
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ............. 33
2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus....................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................... 41
A. Metode Penelitian ...................................................... 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................... 41
C. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ................. 42
D. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................ 44
1. Populasi ......................................................... 44
2. Sampel........................................................... 44
E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ..................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................... 47
A. Deskripsi Data ............................................................ 47
1. Gambaran Umum SDS Dua Mei ..................... 47
2. Visi SDS Dua Mei ............................................ 49
3. Misi SDS Dua Mei ........................................... 56
4. Tujuan SDS Dua Mei ....................................... 57
5. Lingkungan SDS Dua Mei ............................... 59
6. Keadaan Siswa SDS Dua Mei .......................... 59
7. Struktur Keorganisasian Sekolah dan Pendidik
/Kependidikan ................................................... 60
8. Data Siswa-Siswi SDS Dua Mei....................... 54
9. Data Prestasi Siswa-Siswi SDS Dua Mei ......... 55
x
10. Kurikulum SDS Dua Mei ............................... 56
11. Kemitraan SDS Dua Mei ................................ 58
B. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................ 58
1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus di SDS Dua Mei .. 58
2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus SDS Dua Mei ………. 60
C. Evaluasi Hasil Penelitian ........................................... 61
D. Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei................ 62
E. Metode yang Efektif bagi Siswa ABK dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang
Selatan ........................................................................ 63
F. Dampak Metode yang Digunakan Guru terhadap Prestasi
Belajar Siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang
Selatan ........................................................................ 68
G. Kendala Serta Solusi yang Digunakan Guru dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei
Kota Tangerang Selatan ............................................. 71
1. Kendala Belajar Siswa Tunarungu................. 72
2. Solusi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 75
BAB V PENUTUP................................................................ 79
A. Kesimpulan ................................................................ 79
B. Saran .......................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 81
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xi
Daftar Tabel
Tabel 4.1: Daftar bangunan, ruangan dan prasarana … 51
Tabel 4.2: Data Pendidik………………………………… 54
Tabel 4.3: Peserta Didik………………………………… 54
Tabel 4.4: Angket Untuk Guru………………………… 63
Tabel 4.5: Metode yang digunakan guru terhadap
prestasi belajar siswa ABK di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan……………………………………… 68
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam
aksara Latin yang digunakan dalam skripsi ini:
A. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts te dan es ث
J Je ج
ḥ h dengan titik bawah ح
Kh ka dan ha خ
D Da د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ya ش
ṣ es dengan titik bawah ص
ḍ de dengan titik bawah ض
ṭ te dengan titik bawah ط
Zh zet dengan titik bawah ظ
,koma terbalik di atas „ ع
menghadap ke kanan
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
xiii
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof , ء
Y Ye ي
B. Vokal Tunggal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A fatḥah
I Kasrah
U ḍammah و
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ي
Au a dan u و
xiv
C. Vokal panjang (Madd)
Ketentuan alih aksara vocal panjang (madd) yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan garis di atas ئا
Ī i dengan daris di atas ي
Ū u dengan garis di atas سو
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/
baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-rijāl
bukan ar-rijāl, al-diwān bukan ad-diwān.
E. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem Arab dilambangkan
dalam sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandengkan huruf yang diberi syaddah itu.
Akan tetapi, hal itu tidak berlaku jika huruf yang menerima
tanda/syaddah itu terlektak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsyiah. Misalnya secara lisan berbunyi ad-dauurah,
tidak ditulis “ad-daurah”, melainkan “al-daurah”, demikian
seterusnya.
xv
F. Ta marbūṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf Ta marbūṯah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut di alih
aksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh satu dibawah ini). Hal yang
sama juga berlaku jika Ta marbūṯah tersebut diikuti oleh kata sifat
(na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf Ta marbūṯah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialih aksarakan
menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1 Ṭariqah طريقة
2 -al-jāmi‟ah al الجامعة الإسلامية
islāmiyyah
3 waḥdat al-wujūd وحدة الوجود
xvi
ABSTRAK
Siti Khairina, “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang Selatan”
NIM:13311257diajukan sebagai salah satusyarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan(S.Pd). Fakultas Tarbiyah. Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta tahun 2018..
Skripsi ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan
menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yaitu bagaimana
implementasi pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan
khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan, dan bagaimana
metode pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak
berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan. Data
penelitian dalam skipsi ini terdiri dari observasi pembelajaran guru di
sekolah dan siswa/i ABK, wawancara secara langsung dengan kepala
sekolah dan guru pendidikan agama Islam. Dalam penelitian ini
didukung dengan data dokumentatif serta literatur pendukung yang
relevan terhadap permasalahan yang penulis angkat. Selanjutnya,
peneliti menganalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pembelajaran
pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan
hampir sama dengan sekolah umum. Kurikulum yang diterapkan di
SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah Kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota
Tangerang Selatan sebenarnya mengacu pada sekolah umum, tetapi
kenyataannya anak masih belum mampu. Sehingga yang menjadi
target dalam pembelajaran adalah bertaqwa kepada Allah, berbudi
pekerti, anak bisa mandiri, berakhlak mulia, tidak melakukan
perbuatan tercela, dan terbiasa shalat walaupun hanya bisa dalam
gerakan. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua
Mei yang sering digunakan oleh guru diantaranya ialah: metode
ceramah, drill, tanya jawab, demonstrasi, metode pemberian tugas
dan metode keteladanan. Dari metode-metode ini semuanya
diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami
ketunarunguan.
Kata Kunci: Pendidikan, Agama Islam, Anak Berkebutuhan
Khusus