pendidikan agama islam pada anak berkebutuhan …

105
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR SWASTA DUA MEI KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Siti Khairina NIM. 13311257 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2018 M./1439 H.

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS DI SEKOLAH DASAR SWASTA DUA MEI KOTA

TANGERANG SELATAN

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Siti Khairina

NIM. 13311257

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2018 M./1439 H.

Page 2: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak

Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang

Selatan” yang disusun oleh Siti Khairina Nomor Induk Mahasisiwi:

13311257 telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang

munaqasyah.

Jakarta, 1 Agustus 2018

Pembimbing,

Dr. Hj. Romlah Widayati M. Ag

Page 3: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan

Khusus di Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang Selatan” oleh Siti

Khairina Nomer Induk Mahasisiwi: 13311257 telah diujikan disidang

Munaqasyah Program Strata 1 Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada

tanggal . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

Jakarta,

Dekan Fakultas Tarbiyah

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,

Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini

Penguji 1 Penguji II

Dr.Hj.Umi Khusnul Khotimah Dr.H.Ahmad Fathoni,LC, MA

Pembimbing

Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag

Page 4: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …
Page 5: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan

mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT dan

berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.1

Hal ini jelas tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang

sistem Pendidikan Nasional menjelaskan dalam pasal 5 ayat 1 dan 2

berbunyi; (ayat 1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 2) warga negara

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan

sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak autis merupakan

anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan sosial. Isi

yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menjelaskan

dalam pasal 5 ayat 2 tersebut menunjukan bahwa anak autis

mendapatkan hak yang sama untuk pendidikan.2

1Undang-Undang RI No.11 Tahun 1980, Sistem Pendidikan Nasional

(Jakarta: Gajahyana Pres. 1989), h. 4. 2UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pasal 5 ayat 2, h. 10.

Page 6: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

2

Sebagaimana firman Allah Q.S. Ar-Rum ayat 30

“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

Allah (Islam). (sesuai) Fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan

manusia menurut (fitrah) itu. tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.

(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”. (Q.S. Ar-Ruum/ 30: 30) Firman Allah yang berbentuk

potensi itu tidak akan mengalami perubahan dengan pengertian bahwa

manusia terus dapat berpikir, merasa, bertindak, dan dapat terus

berkembang. Kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya ia akan

kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu, perlu

dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam

usaha kegiatan belajar.3

Pendidikan tidak hanya di butuhkan oleh anak-anak yang

normal saja, tetapi pendidikan juga dibutuhkan oleh anak-anak

berkebutuhan khusus seperti anak-anak penyandang autis. Selain itu

pendidikan tidak hanya bertugas memberikan bekal kepada peserta

didik tentang pengetahuan didunia saja, tetapi peserta didik juga harus

dibekali dengan pengetahuan agama, sehingga memperoleh bekal

yang lengkap ketika hidup dimasyarakat.

Pendidikan agama Islam sebagai bagian dari pendidikan,

merupakan salah satu bidang studi di lembaga pendidikan umum

dengan tujuan membantu anak didik untuk memperoleh kehidupan

yang bermakna, sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan hidup di

3Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),

hlm. 1-2

Page 7: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

3

dunia dan di akhirat, baik secara individu maupun kelompok.

Pendidikan agama Islam mengajarkan anak didik tata cara beribadah

untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan tata cara berhubungan

dengan sesama manusia, saling menghormati, menghargai dan

menyayangi.4

Dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam pada

anak berkebutuhan khusus tidak semudah seperti penyampaian materi

pendidikan agama Islam pada anak-anak normal, sebab mereka sulit

diajak berfikir abstrak. Oleh karena itu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam untuk anak autis membutuhkan suatu pola

tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda

antara satu dengan yang lainya. Dalam penyusunan progran

pembelajaran untuk setiap bidang studi, guru kelas seharusnya sudah

memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yang

berkaitan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya,

kompentensi yang dimilikinya, dan tingkat perkembanganya. Maka

dapat disimpulkan bahwa penting sekali pendidikan agama Islam.

karena agama sebagai kendali dan harus ditanamkan sedari kecil.

Dalam melaksanakan pendidikan agama Islam haruslah menanamkan

nilai-nilai pendidikan agama Islam sebagai langkah menuju tujuan

pendidikan agama Islam itu sendiri. Pendidikan agama pada dunia

pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan

nilai-nilai ketuhanan. Karena dalam pendidikan agama Islam

4Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2001), h. 46.

Page 8: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

4

diberikan ajaran tentang aqidah, muamalah, ibadah dan syari’ah yang

merupakan dasar ajaran agama.5

Oleh karena itu selayaknya pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus harus lebih diperhatikan, karena tidak semua

anak berkebutuhan khusus mampu belajar bersama dengan anak-anak

pada umumnya, disebabkan anak berkebutuhan khusus sangat sulit

untuk dapat berkonsentrasi. Dalam kondisi seperti inilah dirasakan

perlunya pelayanan yang memfokuskan kegiatan dalam membantu

para peserta didik yang menderita gangguan autis secara pribadi agar

mereka dapat berhasil dalam proses pendidikanya. Fakta di atas

menunjukkan bahwa pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus

membutuhkan lebih banyak perhatian, baik dari segi kurikulum,

pendidik, materi, dan evaluasinya. Pendidikan agama Islam untuk

anak berkebutuhan khusus dalam pembelajarannya harus dipersiapkan

secara matang agar dalam proses pembelajarannya bisa maksimal dan

membuahkan hasil.6

Hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam pada anak berkebutuhan khusus adalah semua

komponen harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Oleh

karena itu, masing-masing komponen tidak berjalan secara terpisah,

tetapi harus berjalan secara beriringan, sehingga diperlukan

pengelolaan pengajaran yang baik yang telah dipertimbangkan dan

dirancang secara sistematis.7

5Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting

Pendidikan Inklusif (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 1. 6Ibid., h. 12

7Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting

Pendidikan Inklusif, h. 12-14.

Page 9: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

5

Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang memiliki suatu

gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,

interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak

sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya

sudah ada sejak lahir. Penyandang autisme seolah-olah hidup dalam

dunianya sendiri. Istilah berkebutuhan khusus atau dalam hal ini

autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1913 oleh Leo Kanner,

sekalipun kelainan itu sudah ada sejak berabad-abad yang lampau.

Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrom

(kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan

sosial, kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar

sehingga anak autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri. Dengan

kata lain, terdapat keengganan untuk berinteraksi secara aktif dengan

orang lain, sering terganggu dengan keberadaan orang di sekitarnya,

tidak dapat bermain bersama-sama. Mengingat anak ABK susah

untuk berkonsentrasi, tentunya tidak mudah memberi pengertian dan

melatih anak berkebutuhan khusus, namun dengan kesabaran guru

dan orang tua, anak ABK dapat belajar menjalankan kewajiban sesuai

tuntutan agama seperti anak-anak normal lainya.

Untuk mewujudkan harapan tersebut seorang guru dituntut

untuk memenuhi dan memahami pengetahuan yang seksama

mengenai pertumbuhan dan perkembangan pesat anak didiknya.

Memahami tujuan yang akan dicapai, penguasaan materi dan

penyesuaian dengan metode-metode yang tepat.

Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di

sekolah SDS Dua Mei Tangerang Selatan memerlukan kesabaran

karena banyak masalah yang muncul dalam pembelajaran, di samping

hambatan mental yang mereka miliki. Beberapa contoh problem dari

Page 10: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

6

hasil observasi peneliti adalah pada saat awal pembelajaran

berlangsung memerlukan kerja keras seorang guru. di sini guru di

tuntut untuk sabar, kreatif, dan pintar memodifikasi berbagai metode-

metode agar anak autis mudah mencerna materi yang di sampaikan.8

Penelitian ini dilakukan di SDS Dua Mei Kota Tangerang

Selatan. Alasan peneliti mengambil SDS Dua Mei Kota Tangerang

Selatan, karena diketahui di sekolah tersebut ada beberpa siswa-siswi

yang berkebutuhan khusus dan di sekolah tersebut juga menanamkan

nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.

Walaupun anak berkebutuhan khusus memerlukan pengajaran yang

ekstra dan memerlukan kebutuhan khusus dalam hal ini tentunya

berbeda dengan anak normal biasanya. Realitas inilah yang dijadikan

lokasi ini reprensentatif untuk dijadikan objek penelitian dan perlu

diketahui bagaimana kondisi sebenarnya tentang upaya guru

melaksanakan pembelajaran pendidikan agam Islam pada anak

berkebutuhan khusus, dan mengetahui problematika yang dihadapi

dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam pada anak

berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka

penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah judul

“Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus di

Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang Selatan”.

8Hasil Wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan, pada tanggal 29 Januari 2018.

Page 11: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan

dibahas dalam tulisan ini, yaitu :

1. Program konsep PAI pada anak berkebutuhan khusus.

2. Urgensi pendidikan berkebutuhan khusus.

3. Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran berkebutuhan

khusus.

4. Upaya para pendidik dalam membimbing siswa berkebutuhan

khusus.

5. Keberhasilan dalam pembelajaran PAI pada siswa berkebutuhan

khusus.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang

dilakukan lebih terarah dan mendalam berdasarkan identifikasi

masalah diatas. Maka, untuk memfokuskan permasalahan, penulis

membatasi permasalahan tersebut pada :

1. Konsep pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus.

2. Program pelaksanaan pembelajaran berkebutuhan khusus.

3. Peningkatan pembelajaran anak berkebutuhan khusus.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan

yang penulis teliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep PAI dalam pembelajaran pada anak

berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan?

Page 12: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

8

2. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SDS

Dua Mei Kota Tangerang Selatan?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di SDS

Dua Mei Kota Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama

Islam pada anak berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan.

b. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan

khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.

c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah

dalam mengatasi masalah tersebut.

d. Untuk mengetahui hasil pembelajaran pendidikan agama Islam

pada anak berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan berpikir, mengenai permasalahan

dalam bidang studi pendidikan agama Islam terutama yang

berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus di tempat

penulis mengadakan penelitian.

b. Secara Praktis

Page 13: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

9

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan pertimbangan bagi sekolah tersebut di dalam meninjau

kembali usaha dan kegiatannya dalam proses belajar mengajar

khususnya pendidikan agama Islam kepada anak berkebutuhan

khusus sebagai gangguan perkembangan.

F. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

baik dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, maupun jurnal, sudah

banyak dibahas diantaranya :

Skripsi yang ditulis oleh Slamet Waluyo dengan judul

“Metode Pembelajaran PAI pada Anak Usia Dini”. Penelitian

tersebut mengkaji mengenai metode pembelajaran PAI dan

penerapannya. Persamaan isi skripsi dengan penulis adalah mengkaji

tentang metode pembelajarannya, kemudian pada jenis penelitiannya,

sedangkan perbedaannya ada pada jenis subjek dan objek

penelitiannya.9

Selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Nuraeni dengan

judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis di

Sekolah Autis Lanjutan Yogjakarta”. Dalam skripsi ini Nuraeni

meneliti tentang bagaimana pendidikan agama Islam pada anak autis

di sekolah autis lanjutan di Yogjakarta.10

Hastuti menulis skripsi berjudul “Metode Pembelajaran PAI

di TK Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto”. Penelitian ini berisi

tentang metode pembelajaran PAI yang diterapkan di TK yang

9Waluyo, “Metode Pembelajaran PAI pada Anak Usia Dini”, (Skripsi S1

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016). 10

Nuraeni, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis di

Sekolah Autis Lanjutan Yogjakarta”, (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta,

2012).

Page 14: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

10

terkenal dengan kelebihannya baik dalam metode pembelajaran,

sarana dan prasaranannya dibanding dengan sekolah-sekolah lainnya.

Persamaan isi skripsi ini dengan penulis yaitu mengkaji tentang

metode pembelajarannya, jenis penelitiannya, sedangkan

perbedaannya yaitu pada subjek dan objek penelitiannya.11

Wahid menulis Skripsi dengan judul “Metode Pembelajaran

PAI bagi Anak Tuna Daksa di SDLB Negeri Cilacap”. Skripsi ini

mengkaji tentang metode pembelajaran sama dengan apa yang diteliti

oleh penulis, perbedaannya yaitu tentang subjek dan objeknya.12

Berdasarkan hasil penelusuran referensi yang ada, penelitian

terhadap anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di SDS Dua Mei

Kota Tangerang Selatan, sejauh pengamatan penulis hingga saat ini

belum ada yang mengkajinya. Oleh karena itu penulis akan

mengangkat masalah tersebut dalam bentuk skripsi.

G. Metodelogi Penelitian

Pada penulisan ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kepustakaan (library research). Lewat penelitian ini penulis

mengumpulkan, membaca bahan yang sedang diteliti, menganalisa

serta menuliskannya. Kajian kepustakaan yaitu melakukan

penelusuran kepustakaan dan menelaahnya.

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk

11

Hastuti, “Metode Pembelajaran PAI di TK Al Irsyad Al Islamiyah

Purwokerto”, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan”, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014). 12

Wahid ,“Metode Pembelajaran PAI bagi Anak Tuna Daksa di SDLB

Negeri Cilacap”, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan”, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014).

Page 15: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

11

mendeskripsikan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara

individu atau kelompok. Beberapa deskripsinya digunakan untuk

menemukan prinsip- prinsip dan penjelasan yang mengarah pada

kesimpulan.13

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan

(field research) yakni penelitian yang bertujuan melakukan studi

yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa

sehingga menghasilkan gambar yang terorganisir dengan baik

dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Pada prinsipnya

penelitian lapangan bertujuan untuk memecahkan masalah-

masalah praktis dalam masyarakat. Yang dimaksud subyek

adalah orang atau apa saja yang menjadi sumber data.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu

memperoleh data sesuai dengan gambaran, keadaan, realita dan

fenomena yang diselidiki. Sehingga data yang diperoleh oleh

penulis dideskripsikan secara rasional dan obyektif sesuai dengan

kenyataan di lapangan, sedangkan lokasi yang dijadikan sebagai

tempat penelitian adalah Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang

Selatan.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh. Menurut Lofland sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya

13

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 60.

Page 16: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

12

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.14

Dalam

penelitian ini yang penulis jadikan sumber data adalah sebagai

berikut :

a. Kepala Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan atau yang

mewakili. Informasi yang diperoleh adalah tentang segala sesuatu

yang terkait dengan sekolah yang meliputi: sejarah singkat,

struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan

prasarana dan sistem pembelajaran secara umum di SDS Dua Mei

Kota Tangerang Selatan.

b. Guru PAI di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan. Informasi

yang diperoleh adalah Bagaimana pembelajaran pendidikan

agama Islam diajarkan kepada siswa autis di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan, problematika pembelajaran pendidikan agama

Islam pada anak autis, upaya yang dilakukan sekolah untuk

mengatasi problematika tersebut, serta hasil proses pembelajaran

PAI.

c. 9 Anak berkebutuhan khusus yang beragama Islam di Sekolah

SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.

H. Sistematika Penulisan

Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi

yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta tahun 2011,

adapun sistem matika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, mencakup pembahasan mengenai latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

dan sistematika penulisan.

14

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006), hal. 157.

Page 17: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

13

BAB II KAJIAN TEORI, yang mencakup landasan teori atau konsep

yang mendukung penulisannya itu meliputi metode pembelajaran

pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus.

BAB III METODE PENELITIAN, meliputi pembahasan mengenai

pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN, meliputi pembahasan yang

mencakup gambaran umum obyek penelitian, deskripsi data, dan

analisa data.

BAB V PENUTUP, membahas tentang penutup yang berisi

kesimpulan dan saran.

Page 18: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

14

14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Pengertian metode pembelajaran macam-macam, syarat dan

faktor- faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran kegiatan

belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi

adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu

metode pembelajaran yang menarik agar peserta didik tidak merasa

bosan dengan materi yang diajarkan guru. Pembelajaran juga

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta

didik pada saat berlangsung pembelajaran. Metode pembelajaran

adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan

atau materi pelajaran, dan menempati peranan yang tak kalah

penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa

yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi peserta didik serta

materi yang diajarkan.1

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik

tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi

pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi pengajaran yang

tepat menurut Basrudin Usman adalah pola umum perbuatan guru

dan peserta didik dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar

mengajar.2

1Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 32 2Muliyati, Diagnosa Kesulitan Belajar, (Semarang: IKIP PGRI Semarang

Press, 2010), h. 11.

14

Page 19: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

15

Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi

masalah tersebut sehingga mencapai tujuan pengajaran dapat

tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan

efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru

sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.3

2. Macam-macam Metode Pembelajaran

Proses belajar mengajar yang baik, hendaknya

mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara

bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing

metode ada kelemahan dan kelebihannya. Tugas guru ialah memilih

berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar

mengajar. Macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai

berikut :

1) Metode proyek

Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai

segi pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

Pengggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa

pemecahan masalah perlu melibatkan berbagai mata pelajaran

yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah tersebut.

2) Metode eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian

3Muliyati, Diagnosa Kesulitan Belajar, h. 12

Page 20: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

16

pelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari

kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan

menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

3) Metode tugas atau resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian

bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar

peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan

karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar

materi pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan,

maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru.

4) Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana

peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat

problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama.

Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang

dilakukan oleh seorang guru di sekolah, dalam diskusi terjadi

interaks, tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan

masalah dan peserta didikmenjadi aktif.

5) Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan

pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada

peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang

sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan.

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan peserta didik

terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam sehingga

Page 21: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

17

membentuk pengertian dengan baik dan sempurna

6) Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran

dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru

kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada

guru, metode Tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi

langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi

dialog antara guru dan peserta didik.

7) Metode latihan

Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik

untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini

dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,

ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

8) Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak

dulu dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru

dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Metode

tersebut harus dapat meningkatkan pemahaman peserta didik

terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.4

4Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,

2010), h. 42

Page 22: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

17

3. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran

Betapapun baiknya metode pengajaran, apabila tidak

dibarengi dengan cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan

seperti yang diharapkan. Dalam metode-metode tersebut terdapat

prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakannya.

Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam

menciptakan dan mengkondisikan situasi belajar-mengajar agar siswa

melakukan kegiatan belajar secara optimal. Usaha tersebut dilakukan

guru pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru

sebelumnya, bisa pula secara spontan dilaksanakan pada saat

berlangsungnya proses belajar-mengajar, terutama bila kondisi

belajar siswa sudah menurun. Prinsip-prinsip itu adalah

individualitas, motivasi, aktivitas, minat dan perhatian, keperagaan,

pengulangan, keteladanan, dan pembiasaan. Prinsip-prinsip tersebut

tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama

lain. Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pengajaran yang

diberikan dapat membawa hasil yang memuaskan. Prinsip-prinsip

pengajaran tersebut yakni sebagai berikut:5

1. Individualitas

Individu adalah manusia atau orang yang memiliki pribadi

atau jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang

satu berbeda dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain, tiap-

tiap manusia mempunyai jiwa sendiri. Secara terperinci perbedaan itu

dapat dilihat pada:

5Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), h. 34.

Page 23: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

18

1) Perbedaan umur

Sejak dahulu hingga sekarang orang menentukan tingkat kelas

murid berdasarkan umurnya, misalnya kelas satu SD terdiri dari

anak-anak yang usianya enam tahun. Semua anak-anak yang duduk

pada tingkat atau kelas berdasar umur dianggap dapat memperoleh

keuntungan yang sama dari pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang

diberikan dengan metode penyajian yang sama. Ketidakmampuan

seseorang menguasai materi yang diberikan dijelaskan secara

sederhana bahwa hal itu hanya disebabkan oleh faktor kemalasan.

Jadi sama sekali tidak diperhatikan kenyataan bahwa murid-murid

berbeda kemampuannya dalam menerima pelajaran atau dengan kata

lain tidak dipertimbangkan bahwa anak-anak yang usianya sama

tidak selalu memiliki tingkat kematangan belajar yang sama.

2) Perbedaan intelegensi

Jika kita bandingkan antara yang anak pada dasarnya pandai

dengan anak yang kurang pandai maka akan kelihatan beberapa

perbedaan sebagai berikut:

Anak yang pandai:

a) Cepat menangkap isi pelajaran.

b) Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan kegiatan.

c) Dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatip.

d) Cepat memahami prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.

e) Sanggup bekerja dengan pengertian abstrak.

f) Dapat mengkritik diri sendiri, tahu bahwa ia tidak tahu.

g) Memiliki minat yang luas.

Sedang anak yang kurang pandai berlaku keadaan sebaliknya:

a) Lambat menangkap pelajaran.

b) Perhatiannya terhadap pelajaran cepat hilang.

Page 24: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

19

c) Kurang atau tidak punya inisiatif.

d) Perbedaan kesanggupan dan kecepatan

Dalam melakukan kegiatan-kegiatan sekolah, kesanggupan

dan kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh lebih cepat

menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang

kurang cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat

perbedaan kesanggupan. Namun demikian jarang dijumpai orang

yang pandai atau bodoh dalam segala bidang. Yang umum ialah

kurang pandai dalam satu atau beberapa bidang tetapi dalam hal ini

menunjukkan kesanggupannya.

Ada beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan

kesanggupan ideal, dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a) Individualized assignments: guru merencanakan tugas-tugas

perorangan sesuai dengan kebutuhan murid yang bersangkutan.

b) Pengajaran unit atau proyek: para murid dapat mengerjakan sesuatu

yang disesuaikan dengan minatnya.

c) Homogeneous groupping: tujuan utama dari pengelompokan ini

adalah menyatukan murid-murid yang dapat mengambil manfaat dari

aktivitas-aktivitas kelompok yang sama. Umumnya pengelompokan

ini didasarkan atas kemampuan, bukan atas usia.

d) Remedial work: cara ini ditempuh bila terdapat kesalahan-kesalahan

atau kesulitan-kesulitan yang dibuat atau dihadapi oleh murid secara

individual.

e) Mengusahakan pemberian tugas-tugas pelajaran di sekolah: tugas ini

bersifat latihan-latihan atau mengulang pelajaran yang sudah

Page 25: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

20

dipelajari bagi anak yang kurang, sedang bersifat menambah hal-hal

yang belum dipelajari bagi anak yang pandai.6

1. Motivasi

Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam

kegiatan pembelajaran. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang

dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi

berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih

tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung memiliki perhatian yang

lebih terhadap mata pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan

motivasi yang lebih tinggi dalam belajar. Dorongan yang timbul dari

dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu dinamakan motivasi

instrisik. Sedangkan dorongan yang timbul karena adanya pengaruh

luar disebut dengan motivasi ekstrinsik.

Macam-macam motivasi sebagai berikut :

a. Memberi angka, banyak anak belajar semata-mata untuk mencapai

atau mendapatkan angka yang baik. Angka yang baik bagi mereka

merupakan motivasi dalam kegiatan belajarnya.

b. Hadiah, hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap

orang dalam melakukan suatu pekerjaan atau belajar sekalipun.

c. Persaingan, faktor persaingan sering digunakan sebagai alat untuk

mencapai prestasi yang lebih tinggi dilapangan industri, perdagangan

dan sekolah.

d. Tugas yang menantang, memberi kesempatan terhadap anak untuk

memperoleh kesuksesan belajar.

6Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), h. 24.

Page 26: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

21

e. Pujian, pujian diberikan ketika pekerjaan atau belajar anak dapat

memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

f. Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak

yang melanggar disiplin atau melalaikan tugas yang diberikan.

g. Hukuman, hal ini diberikan kepada anak yang telah

melanggar peraturan dan ketika itu si anak sudah di beri teguran

tetapi tetap melanggar, maka anak itu boleh diberi hukuman.

2. Aktivitas

Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar.

Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh bila murid itu

dengan keaktifan sendiri bereaki terhadap lingkungannya. Kalau

seorang murid ingin belajar memecahkan suatu problem, ia harus

berpikir menurut langkah-langkah tertentu kalau ia ingin menguasai

suatu keterampilan ia harus berlatih mengkoordinasikan otot-otot

tertentu; kalau ia ingin memiliki sikap tertentu, ia haru memiliki

sejumlah pengalaman emosional.

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa belajar itu hanya

berhasil bila melalui bermacam-macam kegiatan. Kegiatan tersebut

dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan rohani. Keaktifan

jasmani ialah murid giat dengan anggota badan, membuat sesuatu,

bermain-main atau bekerja. Jadi, murid tidak hanya duduk dan

mendengar. Murid aktif rohaninya jika daya jiwa anak bekerja

sebanyak-banyaknya, jadi anak mendengarkan, mengamati-amati,

menyelidiki, mengingat-ingat, menguraikan, mengasosiasikan

ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain.

Keuntungan dari penggunaan prinsip aktivitas adalah

tanggapan sesuatu dari yang dialami atau dikerjakan sendiri lebih

sempurna dan mudah direproduksikan dan pengertian yang diperoleh

Page 27: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

22

adalah jelas. Selain itu beberapa sifat watak tertentu dapat dipupuk

misalnya: hati-hati, rajin, bertekun dan tahan uji, percaya pada diri

sendiri, perasaan sosial dan sebagainya.

3. Minat dan Perhatian

Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu

bertalian. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan

timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan

tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan ada kalanya hilang

sama sekali. Suatu saat anak kurang perhatiannya terhadap penjelasan

yang diberikan oleh guru di depan kelas, bukan disebabkan dia tidak

memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya

atau perhatian lain yang mengusik ketenagannya di dalam kelas atau

guru kurang dapat memberikan teknik pengajaran yang bervariasi.

Tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap

pelajaran yang disajikan oleh seorang guru. Oleh karena itu

diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan perhatian

anak didik. Perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian

yang di sengaja, sedangkan perhatian yang timbul dengan sendirinya

dalam diri anak tersebut disebut dengan perhatian spontan.

4. Peragaan

Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan

maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang

disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para

siswa. Dengan peragaan, diharapkan proses pengajaran terhindar

dari verbalisme. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam

pengajaran terutama terhadap siswa ditingkat dasar.

Peragaan meliputi semua pekerjaan indra yang bertujuan

untuk mencapai pengertian tentang suatu hal secara tepat. Agar

Page 28: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

23

peragaan berkesan secara nyata, anak tidak hanya mengamati benda

atau modal yang diperagakan terbatas pada luarnya saja, akan tetapi

harus mencapai berbagai segi, dianalisis, disusun dan dibanding-

bandingkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap.

Dasar psikologis azas peragaan tersebut yakni: sesuatu hal

akan lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman

dan pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan

yaitu peragaan langsung dan peragaaan tidak langsung.

5. Pengulangan

Perlakuan yang dilakukan secara berulang akan melahirkan

kebiasaan. Karena kebiasaan adalah perilaku yang diulang. Dengan

adanya pengulangan maka akan memudahkan tertanamnya konsep,

fakta, informasi, pemahaman, dan pemikiran ke dalam benak

(memori otak) peserta didik.

Para pendidik hendaknya membiasakan dan melakukan

pengulangan dalam menanamkan fakta, konsep dan informasi dalam

melaksanakan proses pembelajaran kepada para peserta didiknya, hal

ini akan lebih efektif dalam memahamkan peserta didiknya tentang

apa yang disampaikannya. Pengulangan yang dilakukan secara baik,

dengan informasi yang menarik akan membangkitkan motivasi

belajar mereka, dan pembelajaran akan lebih bermakna.

6. Keteladanan

Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau

dicontohkan oleh seseorang dari orang lain. Keteladanan yang

dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat

pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik. Keteladanan dapat

direalisasikan dengan cara memberi contoh keteladanan yang baik

kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun

Page 29: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

24

mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan

memberikan konstribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah,

akhlak, kesenian dan lain-lain.

7. Pembiasaan

Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk

membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai

dengan tuntutan ajaran agama islam. Pembiasaan dinilai sangat

efektif jika dalam penerapannya dilakukan terhadap peserta didik

yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat

dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah

terlalur dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan setiap hari.

Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan

merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai

moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini

kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak

semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.7

4. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode

pembelajaran

Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, guru akan lebih mudah

menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi

yang khusus dihadapinya.

Pemilihan metode mengajar yang tepat ditentukan oleh

berbagai faktor, yaitu:

a) Kemampuan atau keterampilan guru.

7Nuraini, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Di

Sekolah Lanjutan Autis Yogjakarta” (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta,

2012),h. 37.

Page 30: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

25

b) Kebutuhan peserta didik.

c) Besarnya kelompok.

d) Tujuan pelajaran.

e) Keterlibatan peserta didik.

f) Kesesuain dengan bahan pelajaran.

g) Fasilitas yang tersedia.

h) Waktu yang tersedia.

i) Variasi pengalaman belajar.

j) Keterampilan tertentu dari peserta didik.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan mengartikan atau mendefinisikam pendidikan.

Perbedaan ini dikarenakan latar belakang sudut pandang. Menurut

Muhibin Syah pendidikan adalah proses pemeliharaan atau memberi

latihan. Dalam proses memelihara dan memberikan latihan ini

diperlukan adanya ajaran tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak

dan kecerdasan pikiran peserta didik.8

2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam menekankan pada

keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia

dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam

sekitar. Oleh karena itu, ruang lingkup pendidikan agama Islam

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:9

1. Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam Al-

Qur‟an dan Hadits adalah sumber pokok ajaran-ajaran dalam agama

8Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), h.10 9 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 13

Page 31: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

26

Islam. Tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan di dunia maupun

akhirat.

2. Aqidah Aqidah di dalam istilah umum dipakai untuk

menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar, maupun salah.

Keputusan yang benar disebut aqidah yang benar, sedangkan

keputusan yang salah disebut aqidah yang batil.16

3. Akhlak Akhlak mempunyai hubungan erat dengan aqidah.

Karena aqidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Akhlak mampu

menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh

kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur.

4. Fiqih berarti ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang

bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dali yang tafsili.

5. Tarikh dan Kebudayaan Islam Tarikh dan kebudayaan

Islam meliputi sejarah arab pra-Islam, kebangkitan Nabi yang di

dalamnya menjelaskan keberadaan Nabi sebagai pembawa risalah,

pengaruh Islam dikalangan bangsa Arab, Khulafa‟ur Rasidin, dan

lain-lain.

Masing-masing mata pelajaran tersebut saling terkait dan

saling melengkapi, Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran islam,

dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fiqih

(ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada disetiap unsur

tersebut.Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama.

Syariah/fiqih dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai

manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan

hidup). Syariah/fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan

dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau

kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang

Page 32: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

27

mengatur hubungan manusia dengan Allah (Ibadah dalam arti khas)

dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu

menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam

menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial,

pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olah

raga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang

kokoh.10

Ruang lingkup pendidikan agama Islam pada dasarnya

mencakup lima unsur pokok, yaitu: Al-Quran, Aqidah, Akhlak, Fiqih/

Ibadah, Sejarah kebudayaan Islam. Secara khusus untuk peserta didik

ruang lingkup pendidikan agama Islam berisi tentang :

1. Rukun Iman, bertujuan untuk mengenal enam rukun

Iman dapat menyebutkan sifat Allah, menyebutkan

nama-nama malaikat dan nama- nama Rasul.

2. Rukun Islam, untuk mengenal lima rukun Islam,

mengenal arti sholat, puasa, membaca dan menghafal

serta melafazkan niat sholat.

3. Akhlakul karimah dimaksud menanamkan kebiasaan

yang baik diantaranya membiasakan membaca do’a

ketika melakukan pekerjaan yang baik, mengenal dan

menyayangi ciptaan Allah, bersikap ramah, menjaga

kebersihan dan mengucapkan salam.

Materi pokok kurikulum pendidikan agama Islam yang

tersebut diatas, masih bersifat umum. Oleh karena itu maka perlu

disesuaikan menurut kemampuan peserta didik dan jenjang

pendidikannya. Dalam arti, kemampuan-kemampuan apa yang

10

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 24

Page 33: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

28

diharapkan dari lulusan jenjang pendidikan tertentu sebagai hasil dari

pembelajaran pendidikan agama Islam. Kemampuan-kemampuan

dasar yang diharapkan dari lulusannya adalah dengan landasan iman

yang benar tersebut diharapkan terbentuk peserta didik yang:

a). Taat beribadah, mampu berdzkir dan berdo’a, menjalankan

rukun Islam, terutama sahadat, shalat, zakat dan puasa

b). Mampu membaca Al-Qur’an dan menulis dengan benar

c). Memiliki kepribadian muslim, artinya didalam diri peserta

didik selalu terpancar kesalehan pribadi dengan selalu

menampakkan kebajikan yang patut dipertahankan dan

diteladani

d). Mampu menerapkan prinsip-prinsip muamalah dan syari’at

Islam dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara

e). Menghayati, memahami dan mengambil manfaat sejarah

sejarah dan perkembangan agama Islam dalam hal ini

sesuaikan dengan kemampuannya.

Pendidikan agama Islam pada peserta didik memang harus

berisi tentang materi rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul karimah.

Ketiga hal ini menjadi dasar pengetahuan agama, sehingga kalau

sejak dini pengetahuan tentang rukun Islam, rukun Iman dan akhlakul

karimah sudah dibiasakan melakukan dalam kehidupan sehari-hari

dari kecil, maka setelah besar peserta didik dharapkan akan memiliki

kepribadian religi.11

11

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2011), h. 49.

Page 34: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

29

3. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar hukum dari pendidikan agama Islam terdiri dari :

1) Al-Quran

Al-Quran Ialah firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh jibril kepada NabiMuhamad SAW. Di

dalamnya terkandung ajaran pokoksangat penting yang dapat

dikembangkan dalam Al-Quran itu terdiri dari dua prinsip

besar yaitu, yang berhubungan dengan amal yang disebut

dengan syari’ah. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam

membicarakan ilmu tentang syari’ah ini, Ibadah untuk

perbuatan yang berhubungan dengan Allah SWT dan

mu’amalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan

Allah.Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan

budi pekerti dalam pergaulan.

2) As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun

pengakuan Rosul Allah SWT. Yang dimaksud dengan

pengakuan ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang

diketahui Rasululloh dan beliau membiarkan saja kejadian

atau perbuatan tersebut. Sunnah merupakan ajaran kedua Al-

Quran, sunnah berisi pedoman untuk memaslahatan hidup

manusa alam segala aspek untuk membina umat menjadi

manusia atau muslim yang bertaqwa.

3) Ijtihad

Ijtihad adalah istilah fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan

Page 35: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

30

syari’at islam untuk menetapkan sesuatu hukum sya’riat

islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan

hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.12

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam ialah sesuatu yang

diharapakan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.

Tujuan pendidikan islam harus mampu membawa dan

mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. Karena orang

yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh

cita-cita ideal yang terapat dalam Al-Quran. Tujuan akhir pendidikan

agama Islam adalah mewujudkan manusia Ideal sebagai “ abid Allah

atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah SWT.

Berdasarkan tujuan pendidikan Islam itu dapat diarahkan

untuk membentuk mukmin yang kuat secara fisik, maksudnya adalah

kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik

merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan. Maka pendidikan

harus mempunyai tujuan kearah keterampilan-keterampilan fisik

yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang sehat.

Pendidikan islam dalam hal ini mengacu pada pembicaraan fakta-

fakta terhadap jasmani yang relavan bagi para peserta didik.13

Selanjutnya tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa

dan mengembalikan ruh kepada kebenaran dan kesucian. Karena

orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima

seluruh cita-cita ideal yang terdapat pada dalam Al-Qur’an.

Peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang hanya kepada Allah semata

12

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2011), h. 102. 13

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam, h. 111.

Page 36: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

31

dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari tingkah laku

kehidupan Nabi Muhamad SAW ini adalah merupakan bagian pokok

dalam tujuan pendidikan Islam. Tujuan ini mengarah kepada

perkembangan intelegensi yang mengarahkan setiap manusia sebagai

individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya.

Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal,

seharusnya dengan bukti-bukti yang memadai dan relavan dengan

apa yang mereka pelajari. Disamping itu pendidikan Islam mengacu

pada tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan

manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak

tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya

pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan,

sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan.14

Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah mewujudkan

manusia ideal sebagai “abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk

secara total kepada Allah SWT. Rumusan tujuan pendidikan agama

Islam antara lain:

1. Membiasakan peserta didik untuk beriman kepada Allah,

mencintai, mentaatinya dan berkepribadian mulia.

2. Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan

memperkenalkan adab sopan santun Islam sampai mereka

terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaran agama, atas dasar

cinta dan senang hati.

3. Membimbing peserta didik kearah sikap yang sehat yang

dapat membantu berinteraksi sosial yang baik dan memiliki

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2011), h. 111.

Page 37: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

32

hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai

kebaikan untuk orang lain, suka membantu orang, merasa

sayang kepada orang lemah dan miskin, mengganggap semua

orang itu sama, menghargai orang lain, dan memelihara milik

pribumi, negara dan kepentingan umum.

Menurut Imam Ghazali dikutip oleh Djamaludin tujuan

pendidikan Islam adalah: “membina insan paripurna yang takarrub

kepada Allah, bahagia didunia dan akherat, tidak dapat dilupakan

pula orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh

kelezatan Ilmu yang dipelajariya dan kelezatan ini pula dapat

mengantarkannya pada pembentukan insan paripurna”.15

Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul “Metodologi

Pembelajaran Agama Islam” menyatakan bahwa, tujuan pendidikan

agama Islam itu harus meliputi tiga aspek (daerah binaan, domain,)

yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Untuk aspek kognitif, tujuan

adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam agar

peserta didik paham akan ajaran agama Islam. Pada aspek afektif,

tujuan yang ingin dicapai adalah agar peserta didik menerima ajaran

Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin

dicapai adalah agar peserta didik terampil melakukan ajaran agama

Islam dalam kehidupan sehari-hari.16

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan

agama Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan

sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan

15

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2011), h.111. 16

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2011), h. 107.

Page 38: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

33

sebagai makhluk sosial yang menghambat kepada khaliknya dengan

jiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Oleh karena itu pendidikan agama

Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang

bulat melalui latihan kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan

dan indera serta dapat dikatakan terbentuknya insan kamil.

5. Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam

Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir, dan

bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang dimiliki. Standar kompetensi adalah

ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah

mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan

tertentu. Adapun standar kompetensi pendidikan agama Islam adalah

dengan landasan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW,

siswa beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia

yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya

dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca

dan memahami Al-Qur’an, mampu beribadah dan bermuamalah

dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan

antar umat beragama.17

C. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih

luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan

memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada

17

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2011), h. 111.

Page 39: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

34

umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu

yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Menurut Heward, anak

berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang

berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.18

Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi

dua kategori yaitu :

1. ABK yang bersifat permanen, yaitu akibat dari kelainan

tertentu.

2. ABK yang bersifat temporer, yaitu mereka yang mengalami

hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi

dan situasi lingkungan. Misalnya, anak yang mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan

bencana alam, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan

guru mengajar, anak yang mengalami kewibahasaan

(perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak yang

mengalami hambatan belajar dan perkembangan karena

isolasi budaya dan karena kemiskinan. Anak berkebutuhan

khusus temporer, apabila tidak mendapatkan interverensi

yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa

menjadi permanen.19

Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat

permanen maupun yang temporer, memiliki perkembangan hambatan

18

Abdul Hadis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Autis, (Bandung: Alfabeta,

2006), h. 17. 19

Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting

Pendidikan Inklusif, h. 21.

Page 40: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

35

belajar dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Hambatan belajar

yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu:

1. Faktor lingkungan.

2. Faktor dalam diri anak sendiri.

3. Kombinasi antara faktor lingkungan dan factor dalam diri

anak.

Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan

khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan

aspek:

1. Fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain.

2. Kognitif : Mental retardasi, anak unggul (berbakat).

3. Bahasa dan bicara.

4. Pendengaran.

5. Penglihatan.

6. Sosial emosi.

Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan

peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang

optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan

kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda pula.

Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda

dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan

dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara

penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus.

Page 41: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

36

2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan

khusus, adapun jenisnya adalah sebagai berikut:20

1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan.

Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya

penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan

walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus

masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran

Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau

sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang

mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah

diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap

memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

3. Tunalaras/Anak yang Mengalami Gangguan Emosi dan

Perilaku.

Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam

penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-

norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun

masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun

orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan

khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.

4. Tunadaksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan

Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau

cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot)

20

Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting

Pendidikan Inklusif, h. 42.

Page 42: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

37

sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan

khusus.

5. Tunagrahita

Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara

nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan

mental jauh di bawah rata-rata(IQ dibawah 70) sehingga

mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi

maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan

khusus. Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun

6. Cerebral palsy

Gangguan/hambatan karena kerusakan otak (brain injury)

sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motoric.

7. Gifted (anak berbakat)

Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan

(intelegensi), kreatifitas, da tanggung jawab terhadap tugas (task

commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal).

8. Autistis

Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang

disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang

mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan

perilaku.

9. Asperger

Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir

sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada

kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya.

Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan

anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning

autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme

Page 43: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

38

dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya.

Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik

dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger

cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung

murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila

anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,

anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak

asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat

yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat

ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal

klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.

10. Rett’s Disorder

Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan

yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak

Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18

bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara

tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi

dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s

Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.

11. Attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)

ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak

hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat

ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat

selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang

diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek,

mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan

Page 44: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

39

perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan

tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau

menirukan ejaan huruf.

12. Lamban belajar (slow learner) :

Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki

potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk

tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau

keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial,

tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita,

lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu

yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan

tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya

memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

13. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik

Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang

secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik

khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan

berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor

disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi

(inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal), sehingga

memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan

belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca

(disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan

belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain

mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).21

21

Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting

Pendidikan Inklusif, h. 51.

Page 45: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

40

Semua kajian teori yang peneliti jabarkan di bab II ini

adalah sebagai alat analisis peneliti untuk menjawab rumusan

masalah dalam penelitian ini, adapun hasil penelitian dan jawaban

atas rumusan masalah akan di bahas di bab IV.

Page 46: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan atau metode adalah cara atau langkah untuk

mengetahui sesuatu, yang mempunyai prosedur sistematis. Metode

merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan dalam penelitian

untuk menggunakan data dan mencari kebenaran masalah yang

diteliti.1

Metode penelitian merupakan rangkain cara atau kegiatan

pelaksanan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,

pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu

yang dihadapi. Beberapa penelitian menyebutkannya sebagai tradisi

penelitian (research traditions). 2

Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan

penelitian kualitatif dengan metode korelasi deskriptif yakni metode

penelitian yang berusaha memberikan gambaran dengan fakta-fakta

valid yang kemudian mencari hasil dari hubungan antar variabel.

Metode ini digunakan untuk menggambarkan pengetahuan

pendidikan agama Islam pada siswa berkebutuhan khusus di SDS

Dua Mei Kota Tangerang Selatan tentang pendidikan agama Islam.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah di

SDS Dua Mei yang beralamat di jalan H. Abdul Gani No. 135,

Cempaka Putih, Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan, dimulai

pada tanggal 6 Maret dan berakhir pada tanggal 10 juli 2018.

1Winarmo Suharman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan

Tehnik, (Bndung: Tarsito, 2010), h.26 2Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.52

41

Page 47: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

42

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan data

melalui berbagi metode, antara lain adalah:

1. Penelitian Pustaka (library research)

Penelitian Pustaka (library research) adalah menelaah,

mengkaji, dan mempelajari berbagai literatur (referensi) yang erat

kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

Melalui penelitian pustaka, peneliti mencoba

mengumpulkan data dan informasi dengan menelaah buku-buku

yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, terutama

untuk mendeskripsikannya pada bagian kajian teoritis.

Adapun beberapa kitab/buku yang penulis kaji dan telaah

pada penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Buku induk meliputi:

1. Bandi Delphie, “Pembelajaran Anak Berkebutuhan

Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusif”.

2. Aqila Smart, “Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode

Pembelajaran dan Terapi Bagi Anak Berkebutuham

Khusus”.

2) Buku skunder

1. Zaenal Alimin, “Anak Berkebutuhan Khusus” Jurnal,

Prodi Pendidikan Berkebutuham Khusus Sps UPI

Jurusan FIB UPI.

2. Penelitian Lapangan (filed research)

Penelitian Lapangan (filed research) yaitu melakukan

penelitian langsung ketempat yang akan menjadi objek penelitian.

Untuk mendapkan data yang valid, maka digunakan tehnik-tehnik

sebagai berikut:

Page 48: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

43

a. Observasi

Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan

informasi atau data melaui media pengamatan. Dalam melakukan

oservasi ini peneliti menggunakan sarana utama indra

pengelihatan karena peneliti melakukan pengamatan langsung

terhadap objek yang akan ditelitinya. Observasi dalam penelitian

ini adalah di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.

b. Interview/Wawancara

Interview/Wawancara adalah suatu pertemuan langsung

yang direncanakan antara orang yang mewawancarai dengan

orang yang diwawancarai guna melakukan suatu kegiatan tanya

jawab. Peneliti melakukan wawancara searah dengan para

siswa/siswi berkebutuhan khusus yang ada di SDS Dua Mei guna

mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama

Islam bagi anak berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei.

2. Materi apa saja yang di bahas dalam mata pelajaran agama

Islam di kelas?

3. Metode apa saja yang di terapkan dalam mengajar anak

berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei.

c. Tes

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran,

yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek.

Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus

diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat

kemampuan dari orang yang dikenai tes.3

3S. Eko Putro Yudoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2015), Cet. Ke-5, h. 45-46

Page 49: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

44

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes obyektif dan

tes paktek. Tes obyektif adalah tes atau soal tertulis yang dibuat

dalam bentuk pilihan ganda yang berkaitan dengan mata pelajaran

agama Islam untuk mengukur sampai mana pengetahuan dan

penguasaan siswi tentang mata pelajaran agama Islam. Sedangkan

tes praktek adalah tes yang diadakan untuk mengukur tingkat

kualitas siswi dalam membaca Al-Qur‟an, shalat, dan materi yang

berkaitan dengan pendidikan agama Islam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan pristiwa yang sudah dilakukan,

biasanya dokumentasi berupa tulisan ataupun berupa gambar.4

D. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah “himpunan

yang lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang

karakteristiknya ingin kita ketahui.” Populasi juga dapat

diartikan kelompok besar yang menjadi ruang lingkup

penelitian.

Adapun jumlah populasi anak berkebutuah khusus di

SDS Dua Mei adalah 11 . terdiri atas 9 siswa dan 2 siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi

harus representatif (mewakili). Sampel adalah sebagian

4Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.

72

Page 50: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

45

populasi yang memberikan keterangan atau data yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Suharsimi

Arikunto, “Apabila subjek yang diteliti kurang adari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, bisa diambil

antara 10-15% atau 20-25%.”Adapun “Penentuan sampel dari

suatu populasi disebut penarikan sampel atau „sampling‟.”5

Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti atau

penelitian sampel adalah penelitian yang kesimpulannya dapat

berlaku bagi populasi karena baik dari jumlahnya maupun

karakteristiknya sampel tersebut mewakili populasi. Adapun

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan

siswa/siswi berkebutuhan khusus yang ada di SDS Dua Mei

Kota Tangerang Selatan.

E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Tehnik pengelolaan dan anlisis data bertujuan untuk

menguraikan informasi dan data yang diperoleh dari penelitian, agat

data tersebut dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri ataupun oleh

orang lain.

Adapun yang dilakukan peneliti dalam menganlisis data

meliputi tiga tahap, yaitu:

1) Deskripsi Data

Dalam tahap ini penulis mendeskripsikan data yang didapat

dari observasi, tes obyektif dan praktek, serta hasil wawancara.

2) Analisis Data

5Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 251

Page 51: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

46

Dalam hal ini penulis menganalisis data yang

kemudian nantinya akan di jadikan bahan untuk megetahui

hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini.

Page 52: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum SDS Dua Mei

SD Dua Mei Ciputat merupakan sekolah swasta yang didirikan

oleh Yayasan Dua Mei. Yayasan Dua mei sebagai lembaga

pendidikan dalam kegiatan pendidikannya dihadapkan kepada hal-

hal yang perlu dikomunikasikan, yaitu kegiatan dan usahanya seperti

program sekolah, siswa, tenaga pengajar, fasilitas dan hasil

pembelajaran. Hal tersebut sangat diperlukan bagi pihak-pihak

terkait dengan yaysan pendidikan dua Mei.

Yayasan Dua Mei berdiri pada tanggal 7 Agustus 1985 dengan

akta Notaris Ny. Sumardilah Oriana roosdilan, SH No. 26. Dan pada

tanggal 7 Agustus 1999 yayasan pendidikan Dua Mei melakukan

penyempurnaan organisasi secara keseluruhan di depan notaries

Marthim Aliunir, SH. Cita-cita luhur pendirian yayasan yaitu

berperan serta pemerintah dalam meningkatkan kecerdasan bangsa

dengan membina dan mengembangkan pendidikan dalam arti seluas-

luasnya. Yayasan berupaya membentuk masyarakat yang berilmu,

dan bertaqwa kepada Allah Swt, serta cinta bangsa dan Negara.

Tujuan yayasan pendidikan Dua Mei yaitu menyelenggarakan

pendidikan yang diarahkan pada terbentuknya kualitas generasi

muda yang berilmu pengetahuan, berwawasan luas, memeliki

kepribadian dan mental spiritual yang tinggi, bersama-sama

pemerintah mencerdaskan bangsa di bidang pendidikan sosial dan

budaya. Pendirian Yayasan Dua Mei diawali dengan peresmian

47

Page 53: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

48

sekolah Taman Kanak-kanak sebagai cikal bakal jenjang sekolah

berikutnya. Kemudian dilanjut mendirikan jenjang pendidikan

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) sebagai sekolah unggulan yang handal dalam mencerdaskan

anak bangsa yang akan menjadi pemimpin masa datang dan siap

menghadapi era globalisasi.

SDS Dua Mei Ciputat didirikan tahun 1987 dan dipimpin oleh

Ny. Yayah Rokayah (1987-1993), dilanjutkan oleh Ny. Yoyoh

(1993-1996), Yeyen Khaerudin, S.Pd (1993-2007), Sri Mulyani,

S.Pd (2007-2015) dan kemudian sekarang dipimpin oleh Siti

Badriyah M.Pd.I (2015-Sekarang). SDS Dua Mei Ciputat

terakreditasi A pada Tanggal 22 November 2017. Kurikulum yang

digunakan adalah kurikulum 2013, SDS Dua Mei Ciputat menjadi

sasaran saat adanya peraturan pertamakali dicetuskannya model

kurikulum 2013. Dari kelas satu hingga kelas enam sudah

menyeluruh menggunakan kurikulum 2013.

SDS Dua Mei Ciputat juga menjalankan peraturan pemerintah

tentang adanya sekolah inklusi. Sekolah inklusi adalah sekolah

regular (biasa) yang menerima ABK dan menyediakan sistem

layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa

kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum,

pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya Dimana Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) ikut belajar bersama anak-anak

normal lainnya, dengan didampingi guru shadow. Setiap satu kelas

terdapat maksimal dua Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ikut

Page 54: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

49

belajar dengan didampingi satu orang guru shadow setia kelas

masing-masing.

2. Visi

“Terciptanya Peserta didik yang berkualitas, kompetitif, dan

berakhlak mulia”.

3. Misi

1. Mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik

2. Mengembangkan nilai-nilai agama dan budaya peserta

didik

3. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan

4. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah

dan lingkungan.

5. Meningkatkan mutu pendidikan tanpa membeda-bedakan

peserta didik.

4. Tujuan SDS Dua Mei Ciputat

1) Tujuan Pendidikan Dasar

Tujuan pendidikan Nasional adalah berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi mnausia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Adapun tujuan pendidikan dasar adalah

meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.

Page 55: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

50

2) Tujuan Sekolah

Mengacu kepada tujuan pendidikan nasional, tujuan

pendidikan dasar, visi dan misi sekolah, maka tujuan SD Dua Mei

Ciputat adalah sebagai berikut:

a. Terwujudnya peserta didik yang berkualitas dan

kompetititf

b. Terbinanya peserta didik yang berkepribadian, berakhlak

mulia dan berbudaya

c. Meraih prestasi akademik maupun non akademik

d. Menjadi sekolah yang diminati mesyarakat.

Terwujudnya pendidikan tanpa membeda-bedakan sesuai dengan

UUD yang menyatakan “Setiap Warga Negara berhak mendapatkan

pendidikan”.

5. Lingkungan Sekolah

Nama Sekolah : SDS Dua Mei Ciputat

NISS : 104020147107

NPSN : 20604472

Akreditasi : A ( 22 November 2017)

Nomor SK : 132/BAP-S/M-SK/XI/2017

Tanggal : 22/ 11/ 1917

Alamat Sekolah : Jl. H. Abdul Ghani, No. 135/19

Telp/ Fax : (021) 7490034

Kelurahan : Cempaka Putih

Kota : Tangerang Selatan

Provinsi : Banten

Kelompok Sekolah : -

Pelaksanaan KBM : Pagi (07:00-14:00)

Page 56: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

51

Status Tanah : Milik Yayasan

Luas Tanah : 2607

Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

Ruang Kelas : 6 Ruang

Ruang Perpustakaan : 1 Ruang

Ruang Komputer : 1 Ruang

Ruang Kep. Sekolah : 1 Ruang

Ruang Guru : 1 Ruang

Jumlah Peserta Didik :

Banyak Rombel : 6 Rombel

Jumlah Guru PNS :-

Guru Sukwan : 12

Penjaga Sekolah : 1

Tata Usaha : 1

Tahun Operasional : 1988

6. Keadaan Sekolah

1. SDS Dua Mei Ciputat berada dalam satu lokasi dengan luas

tanah 2607 . Letak bangunan sekolah sangat strategis

mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Namun sulit untuk

mengembnagkan daya tampung yang sudah terbatas, sehingga

tidak dapat melayani minat masyarakat dengan optimal,

hendaknya bangunan yang ada harus dibangun bertingkat.

2. Daftar bangunan, ruangan, sarana dan prasarana sekolah

Tabel 4.1 :Daftar bangunan, ruangan dan prasarana

No Nama Keterangan Jumlah

Baik Sedang Rusak

1 Bangunan 6 - - 6

Page 57: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

52

2 Ruang Kelas 6 - - 6

3 Ruang

Perpustakaan

- 1 - 1

4 Karpet - 2 - 2

5 Rak Buku 6 - - 6

6 Meja Guru 13 - - 13

7 Kursi Guru 13 - - 13

8 Lemari 4 - - 4

9 Lemari Kaca 1 - - 1

10 White Board 6 - - 6

11 Kabinet - 1 - 1

12 Komputer 2 - - 2

13 Laptop 7 - - 7

14 Printer 2 - - 2

15 Bupet 1 - - 1

16 Tv 1 - - 1

17 CD Player - - 1 1

18 Ruang Guru

Kepala Sekolah

1 - - 1

19 Ruang Wakil

Kepala Sekolah

1 - - 1

20 Ruan Guru 1 - - 1

21 Ruang Dapur 1 - - 1

22 Ruang Gudang - 1 - 1

23 Meja Siswa

24 Bangku Siswa

25 Toilet Guru - 1 - 1

Page 58: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

53

26 Wc Siswa - 3 -

27 Infocus 5 - - 5

28 Rak Piala 1 - - 1

29 Tape Recorder 2 - - 2

30 Piano 2 - - 2

31 Rak Sepatu - 6 - 6

32 Ac - 6 - 6

33 Kantin 6 - - 6

34 Alat Marawis - 1 Set - 1

35 Tempat Parkir Baik - -

36 Musholla Baik

37 Lapangan

Olahraga

Baik

7. Struktur Keorganisasian Sekolah dan Pendidik

/Kependidikan

a. Struktur Organnisasi

Page 59: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

54

b. Data Pendidik /Kependidikan

Tabel 4.2: Data Pendidik

NO

NAMA GURU L/P PENDIDIKAN TMT

IJAZAH TAHUN TINGKAT JURUSAN PERTAMA

1 Siti Badriyah, M.Pd.I P S.2 2015 Strata 2 MPI 18-07-2005

2 Siti Komariah, M.Pd.I P S.2 2015 Strata 2 MPI 18-7-2005

3 Romlah, S.Pd.I P S.1 2005 Strata 1 MP 18-7-2005

4 Yuniah, SE P S.1 2009 Strata 1 Ekonomi 18-7-2005

5

Rahmiana Agustini,

S.Psi P S.1 2015 Strata 1 Psikologi 18-7-2015

6 Dini Alfi Yonita, S.Pd P S.1 2016 Strata 1 PGSD 18-7-2016

7 Bima Arwunda, S.Pd L S.1 2015 Strata 1 PJKR 18-7-2015

8 Budi Suntoro L SMU 2008 - - 18-7-2008

9 Agung Abdillah, S.Th.I L S.1 2013 Strata 1 TH -

10 Ettikawati, A.Md P D3 1992 D3 Keuangan 18-7-2015

11 Muhammad Muklis L SMU 2009 - - 18-7-2016

12 Sri Nurlela, S.Pd P S.1 2016 Strata 1 PGSD 18-7-2017

13 Tita Nanda De Arfista P SMK 2015 - - 16-8-2016

14 Kasmudi L SD 1978 - - 18-7-1968

8. Data Siswa-siswi SDS Dua Mei

a). Peserta didik tahun 2017/2018

Tabel 4.3 : Peserta Didik

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

I 10 12 22

III 10 16 26

Page 60: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

55

III 8 6 13

IV 8 8 16

V 6 4 10

VI 4 1 5

Jumlah 46 47 93

Adapun anak berkebutuhan khusus sebagai berikut :

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

I 1 - 1

II 1 1 2

III 2 - 2

IV 2 1 3

V 2 - 2

VI 1 - 1

Jumlah 9 2 11

9. Data Prestasi Siswa-siswi SDS Dua Mei

A. Kriteria Naik Kelas dan Kelulusan

1. Kenaikan Kelas

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun

pelajaran. Kriteria dan penentuan kenaikan kelas adalah

sebagai berikut:

a) Telah menyelesaikan semua program pembelajaran untuk

satu tahun pelajaran.

b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk

kelompok mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran

IPTEK.

c) Jumlah ketidakhadiran alpa kurang dari 24 izin dan sakit

kurang dari 48 hariper tahun.

Page 61: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

56

d) Nilai raport diambil dari nilai ulangan harian, nilai

tugas/PR, nilai pengamatan, nilai ulangan tengah semester,

dan nilai ulangan umum semester, dengan pengolahan nilai

sebagaimana yang diatur dalam penentuan nilai dengan

standar Ketuntasan Standar Minimal SDS Dua Mei

Ciputat.

e) Memiliki raport kelasnya masing-masing

f) Penentuan siswa yang naik kelasdilakukan oleh sekolah

dalam satu rapat Dewan Guru dengan mempertimbnagkan

SKM, sikap, penilaian budi pekerti, kehadiran siswa dan

penilaian lain yang terkait siswa yang bersangkutan

g) Siswa yang naik kelas, pada raportnya dituliskan Naik

Kelas

h) Siswa yang tidak naik kelas harus mengulang dikelas yang

lama.

2. Siswa yang dinyatakan lulus diberi ijazah, dan buku raport

milknya

3. Siswa yang tidak lulus harus mengulang dikelas VI.

10. Kurikulum SDS Dua Mei Ciputat

Kurikulum yang digunakan di SDS Dua Mei ciputat

adalah kurikulum 2013. Sebelum menngunakan kurikulum 2013

di SDS Dua Mei ciputat menngunakan kurikulum KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Setelah adanya

peraturan pemerintah baru adanya kurikulum 2013, SDS Dua

Mei menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah

untuk menerapkan 2013. Dengan menggunakan metode

pengajaran yang diarahkan pada metode learning by doing,

Page 62: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

57

peserta didik di dorong agar termotivasi untuk berdaya pikir

kreatif dan inovatif sehingga proses pembelajaran menjadi aktif,

efektif, dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan

dari hari Senin-Jum’at mulai pukul 07:00 sampai dengan pukul

14:00 Wib. Program Khusus SDS Dua Mei yaitu : Hafalan Al-

Qur`an juz 30. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari setelah

shalat dhuha berjama’ah dan tadarus Al-Qur`an sebelum

pembelajaran di mulai.

Kegiatan ekstrakurikuler meliputi :

1. English Conversation

2. Marawis

3. Pramuka

4. TIK

5. Seni lukis

6. Seni tari

7. Renang

8. Futsal

Kegiatan Kokurikurel meliputi:

1. Field Trip

2. Cooking Class

3. Shalat Dhuhur

4. Market Day

5. Pengajian Bulanan

6. Tadarus Al-Qur`an.

Page 63: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

58

11. Kemitraan

1. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan perempuan

Perlindungan Anak dalam kegiatan Sosialisasi Perlindungan

Kekerasan Terhadap Anak

2. RS UIN Syarif Hidayatullah dalam kegiatan “My Healty

School”

3. Oishi Roadshow dalam kegiatan lomba Mewarnai tingkat TK

dan lomba ketangkasan tingkat SD

4. Tanah Liat Citra bentuk kegiatan membentuk kreasi dari tanah

liat

5. Primacita Indonesia Education and Human Resource

Consultant dalam bentuk kegiatan Short Seminar Parenting

yang bertema “Dampak Depresivitas (Stress) Pada Anak Usia

Dini”

6. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

fakultas Tarbiyah dan Keguruan dalam kegiatan observasi

mahasiswa UIN terhadap Mananjemen Sarana dan Prasaran

yang ada di SDS Dua Mei Ciputat.

7. Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Fakultas Tarbiyah dalam

bnetuk kegiatan PPKT mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Baca Tulis Al-Qur``an.

B. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus di SDS Dua Mei

Salah satu pendidikan yang didapatkan oleh anak

berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei adalah pendidikan agama

Islam. Pendidikan ini di berikan dengan tujuan agar anak didik dapat

memahami apa yang terkandung dalam ajaran agama Islam,

menghayati makna, maksud dan tujuannya sehingga mereka dapat

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya

mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat.

Pendidikan agama Islam yang didapatkan di sekolah SDS Dua

Mei, tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Anak didik di

latih untuk mengamalkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas,

Page 64: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

59

seperti membiasakan shalat secara berjamaah. Pembelajaran yang

seperti ini sangat membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus

karena mereka mudah menangkap pelajaran yang konkrik dan bukan

abstrak.1

Terkait dengan model pembelajaran dalam pelaksanaan

kurikulum di SDS Dua Mei lebih di sarankan untuk menerapkan

model pembelajaran individualisme. Tujuan dari model pembelajaran

individualisme yaitu menjamin untuk memberikan pelayanan bagi

setiap ABK. Meskipun tidak menutup kemungkinan bagi anak ABK

dengan kecerdasan normal dapat dikenai dengan model pembelajaran

yang biasa digunakan anak normal. Adapun untuk konsep dasar

KTSP atau pengembangan kurikulum untuk ABK lebih difokuskan

pada masalah dan kebutuhan belajar individual, bukan berorientasi

pada standar isi mata pelajaran yang seragam. Pelaksanaan kurikulum

di SLB dibedakan menjadi dua yaitu, pertama, bagi ABK dengan

kecerdasan rendah atau ABK kategori sedang dan berat. Pelaksanaan

kurikulum difokuskan untuk pengembangan kompetensi adaptif dan

keterampilan fungsional. Kedua, bagi ABK dengan kecerdasan

normal dan di atas normal dapat mengikuti kurikulum sekolah umum,

dengan memodifikasi strategi pembelajarannya sesuai dengan

karakteristik ABK. Dalam pelaksanaan KTSP tentu terkait dengan

bahan ajar. Dan bahan ajar tersebut dikembangkan dari kompetensi

yang harus dikuasai siswa.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi

Anak Berkebutuhan Khusus SDS Dua Mei

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga

1Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada

senin, 7 Juli 2018.

Page 65: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

60

memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi juga bisa berarti

pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa Inggris Implement yang

berarti melaksanakan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru

pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei mengatakan bahwa:

Ketika kita berbicara tentang implementasi, terlebih dahulu

kita kupas konsep pembelajaran untuk ABK. Yang mana anak ABK di

SDS Dua Mei ini Bergama jenisnya, ada anak autis membutuhkan dua

sisi pembelajaran yaitu dua guru dan satu anak autis. Alasan nya

karena anak autis itu mempunyai ketidak konsentrasian atau yang di

namakan hiperaktif. Selain hiperaktif ada juga autis tantrum (sering

mengamuk atau menangis dan mengamuknya dengan fisik),

pembelajaran pada autis tantrum ini di laksanakan dengan dua guru,

yang satu untuk memegang dan yang satu untuk mengajari. Pada anak

autis tantrum ini guru tidak boleh kalah dari anak autis tersebut.

Seumpama anak autis tantrum itu menangis, maka guru tersebut harus

bisa mengatakan kata “diam” dengan lebih keras dari tangisan nya.

Sedangkan untuk anak autis biasa atau yang pasif, cukup guru tersebut

mengonsentrasikan kepala nya kepada guru yang satu nya karena

dari tantrum atau autis yangbiasa itu identik pada tidak fokus pada

yang di lihat. Seumpama yang di lihat itu huruf A namun pandangan

nya mengarah kepada huruf B seperti itu. Oleh karena itu harus di

butuhkan dua guru. Konsep pembelajaran yang lain yaitu jika anak

tersebut sudah tidak fokus lagi, maka salah satu guru harus mengusap

tangannya ke wajahnya sampai anak itu berkedip dan berkonsentrasi

kembali. Ini adalah salah satu cara atau metode agar proses belajar-

mengajar tetap terjaga dan meghasilkan hasil yang signipikan.2

C. Evaluasi Hasil Penelitian

Agar implementasi Pendidikan Agama Islam bagi anak

berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan dapat

berjalan dengan maksiml. Khususnya dalam Pendidikan akhlak, al-

2Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada

senin, 7 Juli 2018.

Page 66: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

61

Qur’an praktek shalat dan umumnya pada semua materi pembelajaran,

maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

a) Agar implementasi Pendidikan Agama Islam berjalan

dengan baik, maka seorang guru ABK harus mengerti

atau memahami komponen-komponen pelaksanaan

pendidikan agama Islam yang meliputi, kurikulum,

metode, media dan evaluasi. Semua komponen-

kpmponen tersebut harus disesuaikan dengan

kemampuan anak, tanpa di sesuaikan dengan

kemampuan anak maka anak tidak akan mengerti apa

yang telah diajarkan kepada nya.

b) Mengajar anak ABK hendaknya dengan penuh

kesabaran, kasih sayang dan perhatian yang lebih. Dan

yang terpenting harus memahami karakter maupun

kemampuan anak sehingga dalam mengajar guru

mampu menguasai kelas, materi, media, metode bahkan

kerjasama antara orang tua dan guru harus tetap terjalin

dengan baik agar komunikasi antara orang tua dan guru

berjalan dengan baik. Contohnya tentang pembelajaran

anak di sekolah itu seperti apa. Karena keberhasilan

anak itu juga tergantung kepada perhatian yang

diberikan oleh orang tua di rumah. Selain itu motivasi

juga sangat diperlukan oleh anak berkebutuhan khusus

agar lebih semangat dalam belajar, karena itu semua

untuk kebaikan dan keberhasilan peserta didik itu

sendiri.

Page 67: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

62

D. Pendidikan Agama Islam Di SDS Dua Mei

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang menjadi

dasar moral dan aqidah bagi pendidikan sekolah, Pembelajaran

pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

hampir sama dengan sekolah umum. Kurikulum yang diterapkan di

SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama tujuan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan sebenarnya mengacu pada sekolah umum, tetapi

kenyataannya anak masih belum mampu. Sehingga yang menjadi

target dalam pembelajaran adalah bertaqwa kepada Allah, berbudi

pekerti, anak bisa mandiri, berakhlak mulia, tidak melakukan

perbuatan tercela, dan terbiasa shalat walaupun hanya bisa dalam

gerakan.

Materi yang diajarkan pada anak-anak ABK tersebut adalah

apa yang biasa mereka lakukan sehari-hari, misalnya tentang wudhu,

sholat, bisa membedakan makanan yang halal dan haram, mana

perbuatan yang baik dan tercela, bagaimana bersikap kepada orang

lain. Pada saat guru akan menyampaikan materi guru biasanya

membetulkan posisi duduk siswa tunarungu terlebih dahulu,

kemudian mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang akan di

tulis di papan tulis. Ketika siswa memperhatikan pembelajaran belum

tentu mereka paham, maka guru perlu mengimbangi penyampaian

materi dengan contoh yang jelas dan dengan suara yang keras.3

E. Metode yang Efektif bagi Siswa ABK dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

Metode pada hakikatnya ialah cara yang digunakan oleh seorang

guru dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat dengan mudah

3 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada

senin, 7 Juli 2018.

Page 68: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

63

menerima materi yang diajarkan. Metode pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SDS Dua Mei yang sering digunakan oleh guru

diantaranya ialah: metode ceramah, drill, tanya jawab, demonstrasi,

metode pemberian tugas dan metode keteladanan. Dari metode-metode

ini semuanya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami

ketunarunguan.

Berikut peneliti lampirkan angket berkaitan dengan metode

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei yang diambil

dari guru pengajar Agama yaitu Ibu Siti Komariyyah4:

Tabel 4.4: Angket Untuk Guru

No Pertanyaan ST

S

TS S SS

1 Metode yang digunakan sesuai dengan

materi yang diajarkan

2

2 Guru menggunakan metode yang

bervariasi

1 1

3 Guru sering menggunakan media

pembelajaran

1 1

4 Guru melakukan pendekatan khusus pada

siswa tunarungu dengan katagori berat

(deaf)

2

4 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam SDS Dua Mei, pada

senin, 7 Juli 2018.

Page 69: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

64

Keterangan

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Sangat Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa metode yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran sangat beragam, mulai

dari menggunakan metode yang bervariasi, menggunakan media

sebagai alat bantu sampai melakukan pendekatan khusus bagi siswa

tunarungu dengan katagori berat. Dalam penyampaian materi

seringkali guru menggunakan bahasa campuran, karena anak-anak

tunarungu yang belajar disana berklasifikasi tunarungu ringan dan

tunarungu sedang maka mereka masih bisa mendengar suara

walaupun hanya sedikit, meski metode yang digunakan guru adalah

ceramah penyampaiannya pun harus menggunakan suara yang keras.

Saat anak-anak tidak mengerti sama sekali apa yang disampaikan

guru maka baru dipakai bahasa isyarat (abjad jari). Berdasarkan hasil

observasi peneliti, penggunaan metode ceramah ini belum sepenuhnya

efektif, mengingat latar belakang guru yang bukan lulusan PLB jadi

penggunaan bahasa isyarat guru belum maksimal sehingga siswa

tunarungu masih kesulitan dalam memahami penjelasan guru.

Metode drill (latihan) digunakan guru untuk memperoleh

keterampilan siswa dari apa yang telah dipelajari.Dari hasil observasi

peneliti, ketika guru menulis di papan tulis tentang huruf hijaiyyah.

Guru kemudian menjelaskan apa yang dimaksud dari tulisan tersebut

dengan menggunakan suara yang keras dan terkadang menggunakan

gerakan tangan. Guru akan mendatangi murid dengan kategori berat

Page 70: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

65

dan menjelaskan lagi secara perlahan maksud dari pembelajaran

mereka, sampai mereka benar-benar paham. Kemudian satu persatu

siswa menulis ulang materi pembelajaran di papan tulis. Guru akan

membetulkan tulisan yang salah dengan cara membimbing siswa

untuk mengulang kembali tulisan tersebut sampai mereka bisa. Dari

hasil pengamatan peneliti, metode drill dapat dikatakan efektif, meski

terkadang guru harus lebih ekstra dalam menjelaskan maksud dari

materi pembelajaran pada murid yang belum paham. Karena pada

hakekatnya kemampuan belajar siswa tunarungu sama seperti siswa

normal lainnya ada yang cepat tanggap ada juga yang lama. Namun

dengan kesabaran dan kegigihan guru dalam membimbing dan

menjelaskan kembali siswa tunarungu dapat juga menulis dengan baik

dan benar.

Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Siti Badriah

selaku selaku guru kelas sekaligus kepala sekolah, berkaitan dengan

metode pembelajaran, seperti yang beliau sampaikan bahwa metode

yang paling efektif bagi siswa tunarungu ialah metode demonstrasi.

Kalau masalah metode sebenarnya sama aja seperti sekolah

biasa. Apa aja bisa yang penting disesuaikan dengan materi. Tapi

mengingat kondisi anak kita yang berbeda dengan sekolah biasa maka

untuk metodenya paling sering kita gunakan ceramah, latihan sama

praktek langsung atau metode demonstrasi. Menurut saya yang paling

efektif untuk anak-anak tunarungu metode praktek langsung karena

kalau kita kasih materi dengan ceramah saja dari awal sampai akhir

siswanya pasti tidak paham. Apalagi dengan kondisi mereka yang

seperti itu. Untuk apa kita nulis sampai papan tulis penuh kalau ujung-

ujungnya mereka tidak paham apa yang sedang dipelajari. Makanya

dibutuhkan matode demonstrasi karena disitu kita bisa langsung

praktek contoh yang sebenarnya.5

5 Wawancara dengan Guru Kelas sekaligus Kepala Sekolah SDS Dua Mei,

pada senin, 7 Juli 2018.

Page 71: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

66

Dari pernyataan beliau dapat diambil kesimpulan bahwa

materi yang disampaikan disesuaikan dengan keadaan siswa, karena

hal-hal yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih

mudah dipelajari dan dipraktekkan, jadi tingkat pemahaman siswa

terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam sedikit lebih mudah.

Untuk metode demonstrasi jelas anak-anak akan lebih paham karena

langsung melihat contoh konkritnya. Seperti materi tentang wudhu’

dan shalat guru akan mengajak siswa ke mushola untuk praktek

langsung berwudhu’ dan shalat. Karena dari penjelasan Ibu Nurlaina

bahwa media yang digunakan untuk siswa tunarungu sebaiknya media

yang sebenarnya, berikut cuplikan pernyataan beliau:

Kalau dulu kami sering menggunakan gambar untuk media

pembelajaran seperti gerakan-gerakan shalat, cara berwudhu’. Tapi

kalau bisa dengan medianya langsung, misalnya seperti mengambil

air wudhu’ maka kita praktek langsung berwudu’nya dengan air biar

lebih terarah.6

Dengan demikian dapat dipahami bahwa untuk lebih

memahamkan anak tunarungu menganai meteri yang diajarkan, maka

untuk prakteknya harus menggunakan media yang sebenarnya. Dari

hasil wawancara peneliti dengan guru agama di SDS Dua Mei

penggunaan metode demonstrasi ini dapat dikatakan efektif dilihat

dari rutinitas siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan

di sekolah seperti shalat dzuhur berjama’ah.

Adapun mengenai metode pemberian tugas, siswa diberi tugas

oleh guru untuk menuliskan kembali kegiatan siswa selama bulan

Ramadhan. Jawaban mereka beragam, ada yang menulis bermain

6Wawancara dengan Guru Kelas sekaligus Kepala Sekolah SDS Dua Mei,

pada senin, 7 Juli 2018.

Page 72: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

67

dengan teman, shalat tarawih, dan membantu orangtua.Dari hasil

observasi peneliti, penggunaan metode ini belum sepenuhnya efektif,

karena masih ada siswa yang kebingungan dari tugas yang diberikan

guru, hal ini disebabkan oleh kesulitan guru menjelaskan dengan

bahasa isyarat.Sedangkan metode keteladanan guru gunakan untuk

membentuk akhlak yang baik dengan cara memberi contoh langsung

kepada siswa bagaimana seharusnya bersikap kepada orangtua, guru

dan sesama teman. Dari pengamatan peneliti, metode ini efektif

digunakan untuk siswa tunarungu, karena akhlak siswa di SDS Dua

Mei benar-benar bagus.

Jadi, dapat dipahami bahwa metode pembelajaran Pendidikan

Agama Islam yang efektif bagi siswa tunarungu adalah metode-

metode yang membuat siswa tunarungu berperan aktif dalam

pembelajaran seperti metode drill, demonstrasi dan keteladanan.

Metode-metode ini dapat dipahami dengan mudah oleh siswa

tunarungu karena mereka bisa melihat contohnya secara konkrit dan

mempraktekkan langsung. Sedangkan metode seperti ceramah, tanya

jawab dan penugasan kurang efektif, karena membutuhkan keahlian

dari seorang tenaga pengajar dalam penguasaan bahasa isyarat (abjad

jari) agar lebih mudah dalam menjelaskan maksud dari yang

dipelajari. Penguasaan bahasa isyarat ini bukan hanya berlaku untuk

guru saja, tapi juga siswa tunarungu, agar lebih mudah dalam

memahami penjelasan guru. Dengan demikian metode apa pun akan

mudah diterapkan jika guru dan siswa sama-sama mengusai sistem

komunikasi yang baik, benar dan sesuia dengan keadaan.

Page 73: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

68

F. Dampak Metode yang Digunakan Guru terhadap Prestasi

Belajar Siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

Penggunaaan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan

meteri pembelajarandan kondisi peserta didik sehingga tujuan dari

pembelajaran tersebut dapat tercapai. Berikut peneliti lampirkan angket

berkaitan dampak metode yang digunakan guru terhadap prestasi

belajar siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan yang

diambil dari guru pengajar Agama :

Tabel 4.5 : Metode yang digunakan guru terhadap prestasi

belajar siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

No Pertanyaan STS TS S SS

1 Siswa dengan cepat dapat menguasai

pelajaran agama Islam

2

2 Guru melakukan bimbingan rutin khusus bagi

siswa tunarungu

1 1

3 Guru sudah berhasil dalam mengajarkan

Pendidikan Agama Islam dilihat dari

runtinitas sehari-hari siswa tunarungu

2

4 Siswa rajin mangikuti kegiatan keagamaan di

sekolah

2

5 Siswa senang apabila pelajaran agama Islam

dilaksan

2

6 Guru sering melakukan evaluasi formatif 1 1

Page 74: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

69

Keterangan

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Sangat Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa metode yang

diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran belum sepenuhnya

berhasil karena mengingat kondisi kelas yang begitu sempit karena

harus bergabung dengan siswa dengan ketunaan yang lain. Dengan

demikian tingkat konsentrasi murid dan guru pasti terganggu dengan

suasana kelas yang begitu ramai. Juga guru yang belum mampu

menjelaskan materi dengan menggunakan bahasa isyarat secara

maksimal, hal ini berdampak pada hasil evalusai siswa. Evaluasi

merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran.

Melalui evaluasi kita dapat melihat tingkat keberhasilan dari proses

pembelajaran tersebut. Berdasarkan wawancara dengan guru agama di

SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan, untuk evaluasi menggunakan

tes tulis dan juga ujian praktek. Namun dari hasil ujian tes tulis

tersebut, guru masih melihat siswa yang menyontek sehingga jawaban

antara siswa yang satu dengan yang lainnya sama.Selain

menggunakan tes tertulis penilaian juga dilakukan dengan mengamati

bagaimana perilaku keseharian peserta didik. Penilaian dilakukan

dengan mempertimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

masing-masing peserta didik, dalam penilaian tersebut tentu ada

standar khusus yang sedikit berbeda dengan anak-anak normal.

Page 75: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

70

Dari hasil observasi penulis, siswa di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan memiliki akhlak yang bagus. Pada awal peneliti

datang ke SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan anak-anak hanya

melihat sambil tersenyum. Tapi dihari berikutnya ketika peneliti baru

datang, banyak anak yang menghampiri mengucap salam dan

Wawancara, Siti Komariyyah, Guru kelas sekaligus Agama di SDS

Dua Mei Kota Tangerang Selatan, mengajak berjabat tangan, anak-

anak yang mengucap salam adalah anak tunawicara, sedang anak

tunarungu tersenyum sambil menjabat tangan peneliti. Sikap tersebut

dibentuk melalui metode keteladanan dan bimbingan yang dilakukan

oleh guru. Seperti pemaparan dari Ibu Siti Komariyyah beliau

menyatakan bahwa: “Bimbingan rutin disini yang paling penting ialah

membentuk akhlak yang bagus, seperti cara berkominukasi yang

benar dengan guru bagaimana, dengan sesama teman bagaimana, dan

dengan orang yang lebih tua bagaimana. Disiplin dan tidak membuat

ulah saat pembelajaran berlangsung.” Pernyataan tersebut hampir

sama dengan Ibu Siti Badriyyah, yang menyatakan bahwa murid-

murid di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan memang

mendapatkan bimbingan rutin, yang terpenting ialah akhlak dengan

guru, teman dan orang yang lebih tua. Hal tersebut terbukti saat

peneliti barada di sekolah. Selama penelitian berlangsung peserta

didik satu persatu menyapa peneliti dengan sopan sambil tersenyum.

Penggunaan metode demonstrasi juga berdampak pada

rutinitas keseharian siswa yang rajin mengikuti kegiatan keagamaan

di sekolah seperti shalat dzuhur berjama’ah. Mereka tidak perlu lagi

dibimbing dan diarahkan, ketika waktu shalat tiba mereka akan

langsung bergegas ke mushola untuk berwhudu’ serta berdiri di

deretan shaf dan siap melaksanakan shalat berjama’ah. Selain shalat

Page 76: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

71

berjema’ah mereka juga rutin membaca surah Yasin setiap hari

jum’at. Berdasarkan pamaparan Siti Komariyyah, murid-murid di

sekolah tersebut sangat antusias setiap pagi jum’at ketika akan

membaca surah Yasin. Berikut parnyataan beliau:

Murid-murid di sini sangat bersemangat kalau ada kegiatan

keagamaan, misalnya seperti membaca surah Yasin. Ketika kami

terlambat datang ke kelas mereka yang menjemput ke kantor, kalau

tidak ada membaca surah Yasin seperti minggu ini belum ada karena

baru masuk sekolah. Maka mereka langsung menanyakan kenapa hari

ini tidak baca surah Yasin. Biasanya kalau sudah seperti itu kami

hanya suruh mereka baca surah- surah pendek.7

Hal ini membuktikan bahwa, walaupun metode-metode yang

digunakan guru dalam pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab,

dan pemberian tugas belum 100% berhasil, mengingat kondisi guru

yang masih kesulitan menjelaskan dengan menggunakan bahasa

isyarat. Namun dari metode demonstrasi drill dan keteladanan dapat

dikatakan berhasil dilihat dari sikap peserta didik yang berakhlakul

karimah dan semangat mereka dalam mengikuti kegiatan keagamaan.

G. Kendala Serta Solusi yang Digunakan Guru dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan

Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan mempunyai

beberapa kendala yang bisa menghambat pembelajaran Pendidikan

Agama Islam, namun ada juga faktor yang bisa mendukung

tercapainya tujuan pembelajaran PAI serta bagaimana solusi dari

hambatan permasalahan tersebut.

7Wawancara dengan Guru Kelas sekaligus Kepala Sekolah SDS Dua Mei,

pada senin, 7 Juli 2018.

Page 77: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

72

1. Kendala Belajar Siswa Tunarungu

Semua manusia yang hidup di dunia pasti tidak akan luput dari

yang namanya persoalan atau masalah. Sama halnya dengan

pendidikan juga memiliki beberapa masalah yang dapat menghambat

pencapaian tujuan pendidikan. Kendala tersebut datangnya dari

berbagai faktor. Dalam pelaksanaan pembelajaran agama siswa

tunarungu Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

mempunyai hambatan yang berasal dari beberapa faktor, yaitu:

a. Siswa

1) Keadaan siswa yang mengalami ketunarunguan menjadi terhambat

dalam menerima informasi atau pelajaran, yang mana tingkat

ketunarunguan dalam suatu kelas tidaklah sama.

2) Karena kekurangan anak tunarungu tak hanya dalam mendengar

saja, tapi juga memiliki kekurangan dalam berbicara, maka mereka

pun sedikit sulit untuk diajak komunikasi.

3) Terkadang ada siswa yang tidak mau nurut dengan apa yang

diperintah guru. Namun hal tersebut menurut Ibu Nurlaian bukanlah

suatu permasalahan, tergantung bagaiman guru menyikapi si murid.

Berikut pernyataan dari Ibu Siti Komariyyah selaku guru agama:

“Siswa itu sebenarnya harus kita dekati baik dia normal atau

pun siswa LB, kalau dia sudah dekat dengan kita Insya Allah apa pun

yang kita suruh dia nurut. Makanya kita sebagai guru harus paham

kondisi siswa, kalau dia buat masalah dalam kelas bisa jadi dia ada

masalah maka kita tanyakan baik-baik padanya, kenapa dia seperti

itu.”

Page 78: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

73

b. Guru

1) Kekurangan tenaga pengajar Pendidikan Agama Islam SDS Dua

Mei Kota Tangerang Selatan hanya memiliki satu guru Agama dan

untuk membantu dalam pencapaian materi maka guru kelas juga

menyampaikan materi pendidikan agama Islam

2) Tidak ada guru dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), terutama

guru agama.

Guru agama di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan bukan

lulusan dari jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) karena itulah

kemampuan guru mengajar masih kurang. Namun saat ini guru agama

tersebut sudah menjalani S1 kedua dengan jurusan PLB, dengan

demikian mereka mulai mengarah kepada hal yang sebenarnya.

Seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Guru PAI sendiri punya latar belakang agama dan bukan

lulusan PLB, biasanya guru agama itu kan tidak dididik tidak

dipelajari tentang didaktik metodik anak berkebutuhan khusus,

khususnya untuk tunarungu. Tapi Alhamdulillah sekarang ini guru

PAI sendiri sudah mengambil S1 kedua tentang Pendidikan Luar

Biasa, mereka sudah mulai mengarah kepada hal yang sebenarnya.”10

c. Sarana dan prasarana sekolah

Fasilitas pendidikan merupakan sarana penunjang dan

pelengkap dalam mencapai tujuan pendidikan. Bahkan fasilitas

pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan

menentukan dalam mencapai efektifitas belajar. Dengan fasilitas

belajar yang memadai diharapkan siswa akan lebih mudah memahami

Page 79: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

74

materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya, terutama bagi siswa

yang mempunyai kelainan seperti halnya anak tunarungu.

Di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan sarana dan prasaran

sekolah masih sangat kurang memadai baik dari segi ruang kelas

maupun. Secara umum anak tunarungu memerlukan fasilitas

pendidikan yang relatif sama dengan anak normal, seperti papan tulis,

buku tulis, buku pelajaran, penggaris, pensil, sarana bermain, dan olah

raga. Namun, karena anak tunarungu mempunyai hambatan dalam

mendengar dan bicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus,

antara lain audiometer, Hearing aids, speech trainer, tape recorder,

audio visual dapat berupa film, TV misalnya siaran berita dengan

bahasa isyarat, cermin, dan gambar-gambar, di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan media-media tersebut masih belum ada. Bahkan

dari segi ruangan yang sangat masih kurang sehingga membuat siswa

tuanarungu harus belajar satu kelas dengan siswa yang memiliki

ketunaan yang berbeda.

d. Orang Tua Murid

Tidak ada kerjasama yang terjalin antara pihak sekolah dengan

wali murid untuk meningkatkan prestasi belajar. Hal ini mungkin

disebabkan oleh faktor kesibukan, melihat dari pekerjaan yang mereka

jalani ada yang PNS dan ada juga yang Swasta. Sehingga mereka

manaruh harapan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Berikut

pernyataan kepala sekolah saat diwawancarai:

“Kalau hubungan dengan orangtua murid baik tapi mungkin

kepedulian kurang. Contoh begini, hari ini adik bisa lihat saya telah

memberikan undangan kepada wali murid untuk memajukan sekolah

Page 80: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

75

ini, karena ini kan ajaran baru saya undang wali murid untuk duduk

bersama membicarakan tentang program-program yang kita kerjakan

untuk tahun ini. Biasanya datang 50% saja itu Alhamdulillah sudah

bagus prestasinya tapi biasanaya 10% datang itu pun kadang-kadang

bukan orang tua aslinya, mungkin orangtuanya sibuk jadi yang datang

adalah pengasuhnya.”

Hal senada dipaparkan oleh Ibu Kepala Sekolah SDS Dua Mei

Kota Tangerang Selatan, bahwa kepedulian dari orangtua murid masih

kurang mungkin karena faktor kesibukan.

2. Solusi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Ada faktor penghambat ada pula faktor pendukung dalam

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Faktor

pendukung atau hal yang memperlancar proses pembelajaran PAI di

SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

bertindak arif, bijak serta adil, tidak membeda-bedakan sehingga

dapat tercipta semangat kebersamaan diantara semua pihak sekolah,

mampu dengan baik menggerakkan semangat para guru dan siswa

dalam pencapaian tujuan, sesuai dengan misi yang ditetapkan. Hal ini

sesuai dengan pemaparan dari Ibu Siti Komariyyah sebagai berikut:

“Kepala Sekolah di sini tegas, membimbing dan mengarahkan

langsung jika guru ada masalah. mengontrol guru-guru saat kegiatan

pembelajaran”

b. Siswa

Page 81: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

76

Berdasarkan pemaparan Ibu Siti Komariyyah, Siswa

tunarungu di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan lebih nurut, jika

dibandingkan dengan siswa sekolah umum, gampang diatur,

membanggakan sehingga guru tidak dipersulit siswa dalam mengatur

anak.

c. Guru

Guru mengajar dengan penuh rasa sabar dan ikhlas. Menjadi

guru di SLB, bukanlah pekerjaan mudah, di dalamnya dituntut

pengabdian dan juga ketekunan. Harus ada pula keikhlasan dan

kesabaran dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya guru

bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik. Hanya orang-orang

tertentu saja yang mampu menjalankannya. Dengan rasa sabar dan

ikhlas disini maksudnya, sabar dalam menghadapi anak yang

mengalami ketunarunguan, sebagai guru harus sabar dalam

membimbing anak-anak tersebut. Selain itu hubungan antara guru dan

murid SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan terjalin sangat baik.

Karena keakraban dan interaksi dengan siswa merupakan salah satu

kunci keberhasilan dalam pendidikan. Guru menggunakan pendekatan

individualisme, sehingga guru paham betul karakter anak. Guru

menganggap siswa seperti anaknya sendiri.

Hal tersebut terbukti dengan hasil observasi peneliti dan

didukung dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah, sebagai

berikut:

“Kalau hubungan guru dengan murid disini baik-baik saja

tidak ada persoalan namanya guru dengan murid yaa otomatis kan

Page 82: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

77

seperti mamak dengan anak. Hubungan baik-baik saja tidak ada

komplin.”

Banyak hambatan yang menjadi kendala dalam mewujudkan

tujuan pendidikan secara sempurna. Usaha yang dilakukan untuk

mengurangi hambatan tersebut diantaranya:

1) Guru menggunakan pendekatan individual pada saat pembelajaran,

sehingga guru memahami tiap karakter anak.

2) Keteladanan merupakan suatu upaya untuk memberikan contoh

perilaku yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemberian

contoh harus dilakukan seluruh pegawai yang terkait dengan

pelaksanaan pendidikan yang meliputi kepala sekolah, guru, dan

karyawan. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling utama dan

pertama yang berhubungan dengan siswa. Baik buruknya perilaku

guru apalagi guru agama akan dapat mempengaruhi secara kuat

terhadap siswanya. Oleh karena itu, keteladanan guru menjadi suatu

yang mutlak untuk dilakukan, sebab guru yang baik akan menjadi

contoh yang baik bagi anak didiknya.

3) Pembiasaan merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka

membiasakan siswa untuk berperilaku atau bertindak sesuai dengan

tujuan pembelajaran atau tujuan sekolah.

4) Kepala sekolah meminta bantuan pembangunan gedung sekolah.

Seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah bahwa:

“Kami tahu bahwa sekolah ini tidak cukup ruangan. jadi kita

sudah upayakan pengembangan sekolah kerja sama dengan yayasan.

Kita sudah mempunyai lahan tanah di Lambaro Skep ada kira-kira

Page 83: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

78

lebarnya 1400 hektar.Di sana baru bisa kita kembangkan sekolah

ini,kalau di sini tidak mungkin kita kembangkan karena lahannya

sempit sekali. Kalaupun ada bantuan untuk gedung terpaksa kita tolak

karena kita tidak ada lahan. Kami sudah mulai mengajukan

proposal,dan tahun depan Insya Allah sudah ada berdiri gedung

baru.Walaupun hal tersebuttidak semudah membalikkan telapak

tangan, namun kita kan harus tetap optimis, kita sudah ajukan

proposal kalau dikasih alhamdulillah kalau tidak ya harus bersabar

dulu.”

Dengan dibangunnya sekolah baru tersebut, diharapkan

mampu meningkatkan semangat guru dalam mengajar dan prestasi

belajar siswa. Karena ruangan yang digunakan sudah dikhususkan

untuk anak tuarungu saja sehingga tidak ada gangguan dari siswa lain

yang memiliki ketunaan berbeda.

5) Upaya pengembangan komunikasi bagi anak tunarungu

Karena keterbatasan bahasa yang dimiliki anak tunarungu, maka

upaya guru yang dilakukan dalam pengembangan bahasa dan

komunikasi sesuai dengan teori Wasita tentang strategi pembelajaran

pada anak tunarungu. Berikut penulis lampirkan angket berkaitan

dengan kendala serta solusi yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran siswa Tunarungu di SDS Dua Mei Kota Tangerang

Selatan.

Page 84: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan atas uraian pada bab-bab sebelumnya serta

merujuk pada rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka

penulis mengambil kesimpulan melalui analisis data sebagai

berikut :

1. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan hampir sama dengan sekolah umum. Kurikulum

yang diterapkan di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah

Kurikulum 2013.

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama tujuan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan sebenarnya mengacu pada sekolah umum,

tetapi kenyataannya anak masih belum mampu. Sehingga yang

menjadi target dalam pembelajaran adalah bertaqwa kepada Allah,

berbudi pekerti, anak bisa mandiri, berakhlak mulia, tidak

melakukan perbuatan tercela, dan terbiasa shalat walaupun hanya

bisa dalam gerakan.

3. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei

yang sering digunakan oleh guru diantaranya ialah: metode

ceramah, drill, tanya jawab, demonstrasi, metode pemberian tugas

dan metode keteladanan. Dari metode-metode ini semuanya

diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami

ketunarunguan.

79

Page 85: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

80

B. Saran

Sesuai sifat dasar penelitian keilmuan, bahwa dalam sebuah

penelitian pasti menyisakan masalah yang belum tuntas, karena proses

penambahan keterangan dan pengeditan sampai skripsi ini ditulis

masih berlangsung, masih terbuka luas bagi para peneliti berikutnya

untuk melanjutkan penelitian ini. Oleh karena itu akan sangat

berharga jika dapat dikaji lebih lanjut mengenai bagaimana upaya

pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan.

Penulis merasa dalam karya skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kesalahan yang kiranya pembaca dapat

memakluminya, karena penulispun masih dalam tahap belajar. Akhir

kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,

para pembaca, dan orang banyak. Amin ya Rabb.

Page 86: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

81

Daftar Pustaka

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnnya, 2011.

Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam

Setting Pendidikan Inklusif, Bandung: PT Refika Aditama

2011.

Daradjat. Zaskiyah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 1996.

Hadis, Abdul, Pendidikan Anak Berkebutuhan Autis, (Bandung:

Alfabeta, 2006)

Hastuti, “Metode Pembelajaran PAI di TK Al Irsyad Al Islamiyah

Purwokerto”,Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan”. UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2014.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan

Prakteknya. Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Muliyati. Diagnosa Kesulitan Belajar. Semarang: IKIP PGRI

Semarang Press, 2010.

Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia,

2010.

Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002.

Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, Jakarta: Rineka Cipta,

2009.

Nuraini, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Autis Di

Sekolah Lanjutan Autis Yogjakarta”. Skripsi UIN Sunan

Kalijaga Yogjakarta, 2012).

81

Page 87: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

82

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta:Pustaka

Al-Husna, 1992.

Winarmo Suharman. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan

Tehnik. Bandung: Tarsito, 1992.

Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992.

Suharman, Winarmo, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan

Tehnik, Bandung: Tarsito, 2010.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007.

Undang-Undang RI No.11 Tahun 1980. Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Gajahyana Pres. 1989.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam. Bandung:

PT Remaja Rosda Karya, 2011.

Yudoyoko , S. Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran,

Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015.

Wawancara :

Wawancara dengan Kepala Sekolah SDS Dua Mei Kota Tangerang

Selatan.

Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan.

Wawancara dengan guru ABK SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

Page 88: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

Lampiran- lampiran

Gambar di ambil sehabis selesai wawancara dengan Ibu Siti Badriyah,

M.Pd.I (Kepala Sekolah SDS Dua Mei)

Gambar pada saat melihat keadaan siswa/siswi SDS Dua Mei

Page 89: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

Pengambilan gambar setelah wawancara dengan guru PAI anak

berkebutuhan khusus SDS Dua Mei.

ABK SDS Dua Mei sesaat setelah pelajaran PAI.

Page 90: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan

Khusus Di Sekolah Dasar Swasta Dua Mei Kota Tangerang Selatan” yang

disusun oleh Siti Khairina Nomer Induk Mahasisiwi: 13311257 telah

diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, Agustus 2018

Pembimbing,

Sri Tuti Rahmawati, MA

Page 91: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

ii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak

Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Swasta Dua Mei Kota Tangerang

Selatan” oleh Siti Khairina dengan NIM:13311257 telah diujikan disidang

Munaqasyah Program Strata 1 Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada

tanggal 18 Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

Jakarta, 18 Agustus 2018

Dekan Fakultas Tarbiyah

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,

Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini

Penguji 1 Penguji II

Dr. Nadjematul Faizah, M. HUM Dr. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag

Pembimbing

Sri Tuti Rahmawati, MA

Page 92: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Khairina

NIMKO : 13311257

Tempat/Tanggal Lahir: Cipondoh, 1 Desember 1995

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada

Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Swasta Dua Mei Kota

Tangerang Selatan” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-

kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya

ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

Siti Khairina

Page 93: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

iv

MOTTO

Keep The Mandate and Never Give up

(Menjaga Amanah dan Tidak Pernah Menyerah)

Page 94: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

v

KATA PENGANTAR

ح حمان الره الره يم بسم الله

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta Alam, yang telah

memberi penulis rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, sebagai tugas akhir Fakultas Tarbiyah Institut

Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Shalawat beriring salam selalu tercurahkan

kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengeluarkan

manusia dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang,

dari manusia yang jahiliyyah menjadi insan yang beriman dan bertakwa.

Ucapan syukur tiada henti-hentinya menghiasi lisan atas segala

kekuatan, kesabaran, serta pertolongan yang selalu Allah berikan kepada

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga penulisan

skripsi ini bisa terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini, tentunya banyak

kendala yang penulis temui, namun berkat doa, usaha serta dukungan dan

bantuan dari orang-orang disekitar penulis, kendala-kendala itu dapat diatasi.

Sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Melalui kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan untaian

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, Rektor Institut Ilmu

Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah berjasa dalam kemajuan perguruan

ini.

2. Ibu Dr. Hj. Ummi Khusnul Khotimah, MA Dekan Fakultas Tarbiyah IIQ

Jakarta yang memberikan arahan dan kesempatan kepada penulis untuk

menulis skripsi ini.

Page 95: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

vi

3. Dosen pembimbing Bunda Tuti, MA yang telah meluangkan waktu,

memberikan arahan, nasihat kepada penulis sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staf Fakultas Tarbiyah khususnya ibu Wasmini dan ibu Yuyun

yang telah membantu penulis serta selalu memberikan motivasi dan

arahan

5. Ayahanda Bapak H. Maman Sutriaman, SH dan Mama Hj. Ida Fatimah

yang telah melimpahkan kasih sayang, dukungan, kepercayaan serta doa

yang tiada hentinya untuk penulis, sehingga penulis selalu memiliki

semangat, kekuatan dan kemudahan dalam melakukan dan

menyelesaikan semua tugas penulis. Semoga Bapak dan Mamah

tersayang diberikan umur yang panjang dan barokah serta selalu dalam

lindungan dan pertolongan Allah SWT.

6. Aa Fadel, Aa Kahfi dan adekku Nadiyah dan Fathan yang selalu

memberi dukungan, semangat dan bantuan kepada penulis dalam

menjalani hidup tetap optimis.

7. Kepada tunanganku Imam Hidayatullah, S.Ag yang telah banyak

mengkritik dan memberi saran agar penulis segera menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman penulis, Rima, Ita, Namira, Bang Imam, Roni,

Manda, Kak Andin dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis tulis

dalam skripsi ini. Terima kasih semuanya.

9. Kepala Sekolah SDS Dua Mei, yang telah memberi izin kepada penulis

untuk untuk melakukan penelitian.

10. Para siswa/i SDS Dua Mei, yang berkenan di jadikan teman dan

berkenan untuk di wawancara dan di teliti.

Page 96: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

vii

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas

do‟a, perhatian dan bantuan yang telah diberikan baik bantuan berupa

materi maupun non materi.

Semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT dan

semoga mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah

SWT baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amiin.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak sehingga dapat membuka cakrawala berfikir serta

memberikan setitik khazanah pengetahuan untuk terus memajukan

dunia pendidikan. Amiin.

Jakarta, Agustus 2018

Siti Khairina

Page 97: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................ ii

PERNYATAAN PENULIS ................................................ iii

MOTTO ............................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................... xii

ABSTRAKSI ....................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................... 7

C. Pembatasan Masalah .................................................. 7

D. Perumusan Masalah ................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ...................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ....................................................... 9

G. Metodologi Penelitian ............................................... 10

H. Sistematika Penulisan ............................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI ............................................. 14

A. Metode Pembelajaran................................................. 14

1. Pengertian Metode Pembelajaran ........................ 14

2. Macam-macam Metode Pembelajaran ............... 15

3. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran ................. 17

4. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih

metode pembelajaran 24

B. Pendidikan Agama Islam ........................................... 25

Page 98: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

ix

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................. 25

2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .......... 25

3. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ................ 29

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................ 30

5. Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam ... 33

C. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) .......................... 33

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ............. 33

2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus....................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................... 41

A. Metode Penelitian ...................................................... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................... 41

C. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data ................. 42

D. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................ 44

1. Populasi ......................................................... 44

2. Sampel........................................................... 44

E. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ..................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................... 47

A. Deskripsi Data ............................................................ 47

1. Gambaran Umum SDS Dua Mei ..................... 47

2. Visi SDS Dua Mei ............................................ 49

3. Misi SDS Dua Mei ........................................... 56

4. Tujuan SDS Dua Mei ....................................... 57

5. Lingkungan SDS Dua Mei ............................... 59

6. Keadaan Siswa SDS Dua Mei .......................... 59

7. Struktur Keorganisasian Sekolah dan Pendidik

/Kependidikan ................................................... 60

8. Data Siswa-Siswi SDS Dua Mei....................... 54

9. Data Prestasi Siswa-Siswi SDS Dua Mei ......... 55

Page 99: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

x

10. Kurikulum SDS Dua Mei ............................... 56

11. Kemitraan SDS Dua Mei ................................ 58

B. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................ 58

1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi

Anak Berkebutuhan Khusus di SDS Dua Mei .. 58

2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus SDS Dua Mei ………. 60

C. Evaluasi Hasil Penelitian ........................................... 61

D. Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei................ 62

E. Metode yang Efektif bagi Siswa ABK dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang

Selatan ........................................................................ 63

F. Dampak Metode yang Digunakan Guru terhadap Prestasi

Belajar Siswa ABK di SDS Dua Mei Kota Tangerang

Selatan ........................................................................ 68

G. Kendala Serta Solusi yang Digunakan Guru dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei

Kota Tangerang Selatan ............................................. 71

1. Kendala Belajar Siswa Tunarungu................. 72

2. Solusi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 75

BAB V PENUTUP................................................................ 79

A. Kesimpulan ................................................................ 79

B. Saran .......................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 81

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 100: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

xi

Daftar Tabel

Tabel 4.1: Daftar bangunan, ruangan dan prasarana … 51

Tabel 4.2: Data Pendidik………………………………… 54

Tabel 4.3: Peserta Didik………………………………… 54

Tabel 4.4: Angket Untuk Guru………………………… 63

Tabel 4.5: Metode yang digunakan guru terhadap

prestasi belajar siswa ABK di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan……………………………………… 68

Page 101: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam

aksara Latin yang digunakan dalam skripsi ini:

A. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

ḥ h dengan titik bawah ح

Kh ka dan ha خ

D Da د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ya ش

ṣ es dengan titik bawah ص

ḍ de dengan titik bawah ض

ṭ te dengan titik bawah ط

Zh zet dengan titik bawah ظ

,koma terbalik di atas „ ع

menghadap ke kanan

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Page 102: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

xiii

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof , ء

Y Ye ي

B. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A fatḥah

I Kasrah

U ḍammah و

Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

Page 103: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

xiv

C. Vokal panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vocal panjang (madd) yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan garis di atas ئا

Ī i dengan daris di atas ي

Ū u dengan garis di atas سو

D. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/

baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-rijāl

bukan ar-rijāl, al-diwān bukan ad-diwān.

E. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem Arab dilambangkan

dalam sebuah tanda, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandengkan huruf yang diberi syaddah itu.

Akan tetapi, hal itu tidak berlaku jika huruf yang menerima

tanda/syaddah itu terlektak setelah kata sandang yang diikuti oleh

huruf-huruf syamsyiah. Misalnya secara lisan berbunyi ad-dauurah,

tidak ditulis “ad-daurah”, melainkan “al-daurah”, demikian

seterusnya.

Page 104: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

xv

F. Ta marbūṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf Ta marbūṯah

terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut di alih

aksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh satu dibawah ini). Hal yang

sama juga berlaku jika Ta marbūṯah tersebut diikuti oleh kata sifat

(na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf Ta marbūṯah tersebut

diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialih aksarakan

menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 Ṭariqah طريقة

2 -al-jāmi‟ah al الجامعة الإسلامية

islāmiyyah

3 waḥdat al-wujūd وحدة الوجود

Page 105: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN …

xvi

ABSTRAK

Siti Khairina, “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan

Khusus di Sekolah Dasar Dua Mei Kota Tangerang Selatan”

NIM:13311257diajukan sebagai salah satusyarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan(S.Pd). Fakultas Tarbiyah. Institut Ilmu Al-Qur‟an

(IIQ) Jakarta tahun 2018..

Skripsi ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan

menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yaitu bagaimana

implementasi pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan

khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan, dan bagaimana

metode pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak

berkebutuhan khusus di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan. Data

penelitian dalam skipsi ini terdiri dari observasi pembelajaran guru di

sekolah dan siswa/i ABK, wawancara secara langsung dengan kepala

sekolah dan guru pendidikan agama Islam. Dalam penelitian ini

didukung dengan data dokumentatif serta literatur pendukung yang

relevan terhadap permasalahan yang penulis angkat. Selanjutnya,

peneliti menganalisis dengan menggunakan metode analisis

deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pembelajaran

pendidikan agama Islam di SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan

hampir sama dengan sekolah umum. Kurikulum yang diterapkan di

SDS Dua Mei Kota Tangerang Selatan adalah Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama tujuan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua Mei Kota

Tangerang Selatan sebenarnya mengacu pada sekolah umum, tetapi

kenyataannya anak masih belum mampu. Sehingga yang menjadi

target dalam pembelajaran adalah bertaqwa kepada Allah, berbudi

pekerti, anak bisa mandiri, berakhlak mulia, tidak melakukan

perbuatan tercela, dan terbiasa shalat walaupun hanya bisa dalam

gerakan. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDS Dua

Mei yang sering digunakan oleh guru diantaranya ialah: metode

ceramah, drill, tanya jawab, demonstrasi, metode pemberian tugas

dan metode keteladanan. Dari metode-metode ini semuanya

diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami

ketunarunguan.

Kata Kunci: Pendidikan, Agama Islam, Anak Berkebutuhan

Khusus