pendekatan contextual teaching and learning dan realistic mathematics education

25
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Desain dan Strategi Pembelajaran Matematika) NAMA : MUH. ALFIANSYAH NIM : 161050701024 KELAS : 02 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR MAKASSAR 2017

Upload: muhammad-alfiansyah

Post on 22-Jan-2018

43 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

1

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

(Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

Desain dan Strategi Pembelajaran Matematika)

NAMA : MUH. ALFIANSYAH

NIM : 161050701024

KELAS : 02

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

MAKASSAR

2017

Page 2: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan, oleh

karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan Nasional yang diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat

manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif dan terhadap

perubahan zaman.

Belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang

konsep sangat lemah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan

matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya

matematika bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang

bermakna. Guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema

yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk

menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika.

Memasuki abad ke-21 ini, keadaan sumber daya manusia kita sangat tidak

kompetitif, menurut catatan Human Development Report tahun 3003 versi UNDP,

peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas sumber daya manusia

Indonesia berada diurutan 112. Indonesia jauh berada dibawah Filipina (85), Thailand

(74), Malaysia (58), Brunai (31), Korsel (30), Singapira (28). Interbational Education

Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia

Page 3: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

2

berada diurutan 38 dari 39 Negara yang disurvei. Sementara itu, Third Matemathics

and science study (TIMSS 55), lembaga yang mengukur hasil pendidikan didunia,

melaporkan bahwa kemampuan mamtematika siswa SMP kita berada diurutan ke- 34

dari 38 negara, sedangkan kemampuan LPA siswa SMP kita berada diurutan ke- 32

dari 38 negara. Jadi keadaan pendidikan kita memang memprihatinkan. Untuk itu,

pembaruan pendidikan harus terus dilakukan.

Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti,

yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas

metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus konfrehensif dan renponsif

terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan

keragaman keperluan dan kemajuan tegnologi. Kualitas pembelajaran harus

ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dan secara mikro, harus

ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif dikelas, yang lebih

memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokud

pembaruan pendidikan Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan kontekstual?

2. Bagaimanakah tujuan pendekatan kontekstual?

3. Bagaimanakah komponen-komponen pembelajaran kontekstual?

4. Bagaimanakah langkah- langkah pembelajaran kontekstual?

5. Bagaimanakah kelebihan dan kelemahan pembelajaran kontekstual?

Page 4: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

3

C. TUJUAN

1. Bagaimanakah pengertian pendekatan matematika realistik?

2. Bagaimanakah prinsip pendekatan matematika realistik?

3. Bagaimanakah komponen-komponen pendekatan matematika realistik?

4. Bagaimanakah langkah umum pelaksanaan pendekatan matematika realistik?

5. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan pendekatan matematika realistik?

Page 5: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

4

BAB II

PEMBAHASAN

D. PENDEKATAN KONTEKSTUAL

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Kata kontekstual berasal dari Bahasa Inggris yaitu contextual kemudian

diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi kontekstual. Kontekstual memiliki arti

berhubungan dengan konteks atau dalam konteks. Konteks membawa maksud

keadaan, situasi dan kejadian. Secara umum kontekstual memiliki arti: berkenaan

dengan, relevan, ada hubungan atau kegiatan langsung, mengikuti konteks dan

membawa maksud, makna dan kepentingan (Ningrum, 2009).

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003) menyatakan: “Pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar

(Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection) dan penilaian

sebenarnya (Authentic Assessment).”

Menurut Nurhadi (2013) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam

kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

Page 6: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

5

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara

siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit

demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Johnson (2002) merumuskan pengertian CTL sebagai berikut : Sistem CTL

merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna

dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan

konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya,

sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL akan

menuntun siswa melalui kedelapan komponen utama CTL yaitu melakukan hubungan

yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri,

bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara/merawat probadi siswa,

mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan asesmen autentik..

Jadi, pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan antara

materi pelajaran dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dituntut

menemukan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan

pengetahuan yang mereka miliki. Dengan demikian, siswa akan lebih memahami dan

lebih memaknai pengetahuannya itu.

2. Tujuan Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik

dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang

Page 7: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

6

dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka

sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari

satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya (Faridah, 2012). Lebih

jauh, tujuan pendekatan kontekstual dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan siswa tidak sekadar menghafal

tetapi perlu adanya pemahaman dalam proses belajar.

b. Menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.

c. Melatih siswa berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar

dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri

dan orang lain.

d. Menjadikan proses pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

e. Mengajak siswa pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan

konteks jehidupan sehari-hari.

f. Tujuan pembelajaran pendekatan kontekstual ini yakni agar siswa secara indinidu

dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi kompleks dan siswa dapat

menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

3. Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual terdiri atas tujuh komponen utama yaitu,

konstruktivisme (Construc-tivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi

Page 8: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

7

(reflection) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Berikut jabaran

masing-masing komponen (Yenti, 2009).

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

sendiri (von Glasersfeld dalam Yenti, 2009). Komponen ini merupakan landasan

berpikir CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam pandangan ini, strategi

memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan

mengingat pengetahuan. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus

menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan

apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik sendiri. Selain itu, siswa mengkon-

struksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

b. Bertanya

Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk

menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pada semua aktivitas belajar,

bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa,

antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas

dan sebagainya.

c. Menemukan

Menemukan adalah salah satu cara dalam mendapatkan sesuatu. Menemukan

merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan CTL. Guru harus

Page 9: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

8

selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Ada beberapa

langkah yang harus dilakukan untuk kegiatan menemukan, yaitu: merumuskan

masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil

(berupa tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya)dan

mengkomunikasikan (pada pembaca, teman sekelas, guru atau yang lainnya).

d. Masyarakat belajar

Masyarakat belajar adalah kegiatan belajar yang terjadi melalui kerjasama

dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua

arah dan tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi tersebut. Prakteknya dalam

pembelajaran terwujud dalam bentuk kelompok kecil, kelompok besar,

mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok

dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat dan sebagainya.

e. Pemodelan

Model adalah contoh yang dapat ditiru. Dalam CTL, guru bukan satusatunya

model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat

didatangkan dari luar.

f. Refleksi

Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang hal-hal yang telah dilakukan pada masa lalu. Dengan

metoda ini, siswa akan mampu berpikir ulang dan menganalisa ilmu pengetahuan

yang baru didapatnya.

Page 10: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

9

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan siswa. Dengan cara ini, guru dapat memastikan bahwa iswa

mengalami proses pembelajaran yang benar. Jadi, inti dari penilaian yang sebenarnya

adalah “Apakah siswa telah belajar” bukan apa yang telah diketahui siswa. Siswa

tidak hanya dinilai kemampuannya dari ulangan saja, namun penilaian dilakukan

dengan berbagai cara, misalnya PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan

siswa, laporan dan lain-lain.

4. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Setiap pendekatan, model, atau teknik pembelajaran memiliki prosedur

pelaksanaan yang terstruktur sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun dengan

pendekatan kontekstual, berikut ini langkah-langkah penerapan pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Trianto (2010), yaitu:

a. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

bertanya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

Page 11: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

10

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) dengan berbagai cara.

Pendapat selaras dikemukakan oleh Mulyasa (2013), bahwa terdapat lima

elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendekatan kontekstual, yakni:

a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta

didik.

b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagianbagiannya secara

khusus (dari umum ke khusus).

c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:

1) menyusun konsep sementara.

2) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang

lain.

3) merevisi dan mengembangkan konsep.

d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa

yang dipelajari.

e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan

yang dipelajari.

5. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual

Kelebihan dan kelemahan selalu terdapat dalam setiap model, strategi,

pendekatan atau metode pembelajaran. Namun, kelebihan dan kelemahan tersebut

hendaknya menjadi referensi untuk penekanan-penekanan terhadap hal yang positif

Page 12: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

11

dan meminimalisir kelemahan-kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2006) kelebihan pendekatan kontekstual adalah sebagai berikut:

a. Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam

proses pembelajaran.

b. Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kelompok, kerjasama,

diskusi, saling menerima dan memberi.

c. Berkaitan secara riil dengan dunia nyata.

d. Kemampuan berdasarkan pengalaman.

e. Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.

f. Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang

dialaminya.

g. Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan kebutuhan.

h. Pembelajaran kontekstual dapat diukur melalui beberapa cara, misalnya evaluasi

proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, rekaman, wawancara, dll.

Sementara kelemahan dari pendekatan kontekstual dapat dijabarkan sebagai

berikut:

a. Pemiliha informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa

padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga

guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat

pencapaianya siswa tadi tidak sama

b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam Proses

pembelajaran.

Page 13: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

12

c. Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan nampak jelas

antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki

kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi

siswa yang kurang kemampuannya

d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran ini akan terus tertinggal

dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini

kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang

dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan

menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan

kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan pendekatan ini.

f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan

intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan

akan mengalami kesulitan sebab pendekatan ini lebih mengembangkan

ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam pendekatan ini peran

guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa

untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan

menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan

Page 14: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

13

B. PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

1. Pengertian Pendekatan Matematika Realistik

Pendidikan matematika realistik atau Realistic Mathematics Education

(RME) mulai berkembang karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan

matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pebelajar. Gerakan ini

mula-mula diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre (1968) melalui proyek Wiskobas.

Selanjutnya bentuk RME yang ada sampai sekarang sebagian besar ditentukan oleh

pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika. Menurut pandangannya

matematika harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman anak dan

relevan terhadap

Menurut Zainurie (Soviawati, 2011) matematika realistik adalah matematika

sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa

sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber

munculnya konsepkonsep matematika atau pengetahuan matematika formal.

Pembelajaran matematika realistik di kelas berorientasi pada karakteristik-

karakteristik Realistic Mathematics Education (RME), sehingga siswa mempunyai

kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan

matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-

konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam

bidang lain.

Hadi (2005) menjelaskan bahwa dalam matematika realistik dunia nyata

digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika.

Page 15: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

14

Penjelasan lebih lanjut bahwa pembelajaran matematika realistik ini berangkat dari

kehidupan anak, yang dapat dengan mudah dipahami oleh anak, nyata, dan

terjangkau oleh imajinasinya, dan dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk

mencari kemungkinan penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan matematis

yang telah dimiliki.

Soedjadi (2007) Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan inovasi

pendidikan matematika disebut juga inovasi pendekatan pembelajaran matematika

yang sejalan dengan teori kunstruktivis. Dalam PMR lebih diperhatikan adanya

potensi pada diri anak atau siswa yang justru harus dikembangkan. Keyakinan guru

akan adanya potensi itu akan mempunyai dampak kepada bagaimana guru harus

mengelola pembelajaran matematika. Itupun juga akan berdampak kepada bagaimana

siswa membiasakan melakukan kegiatan yang diharapkan muncul sesuai kemampuan

diri yang dimilikinya. Keduanya akan berpengaruh kepada budaya guru dalam

“mengajar” dan bagaimana budaya anak atau siswa harus “belajar”. Dengan demikian

maka inovasi pembelajaran matematika ini tidak sekedar akan memungkinkan

pengubahan peta konsep materi matematika dan hubungannya, namun yang tidak

kalah pentingnya adalah akan mengubah budaya kearah yang lebih dinamis namun

tetap dalam koridor etika pergaulan.

Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas

dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses

pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara

lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang

Page 16: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

15

nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat

membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan

tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat

yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan

sehari-hari.

2. Prinsip Pendekatan Matematika Realistik

Ada tiga unsur prinsip utama dalam pembelajaran Matematika realistik

menurut Soedjadi (2007) yaitu:

a. Guided reinvention and progresive mathematizing (penemuan kembali

terbimbing/ pematematikaan progresif)

1) Guided Re-invention atau “menemukan kembali secara terbimbing”

Prinsip ini menekankan penemuan kembali secara terbimbing. Melalui topik-

topik tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan sama untuk membangun dan

menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematika. Setiap siswa diberi

kesempatan sama untuk merasakan situasi danmengalami masalah kontekstual yang

mmiliki berbagai kemungkinan solusi. Bila diperlukan dapat diberikan bimbingan

yang diperlukan. Jadi pembelajaran tidak diawali dari “sifat” atau “definisi” atau

“teorema” atau “aturan” dan diikuti dengan “contoh-contoh” serta “penerapannya”,

tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual atau real/nyata meski hanya dengan

memba yangkannya, dan selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat

menemukan kembali sifat,definisi dan lainnya itu. Hal terakhir menunjukkan

Page 17: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

16

kesesuiannya dengan paham konstruktivisme yang meyakini bahwa pengetahuan

tidak dapat ditransfer dari seseorang kepada orang lain tanpa aktivitas yang dilakukan

sendiri oleh orang yang akan mengetahui pengetahuan tersebut.

2) Progressive mathematization atau matematisasi progresif.

Bagian-2 dari prinsip pertama ini menekankan matematisasi atau

pematematikaan yang dapat diartikan sebagai upaya untuk mengarahkan kepada

pemikiran matematika. Dikatakan prograsif karena terdapat dua langkah matematisasi

itu, yaitu matematisasi (1) horisontal dan (2) vertikal.yang berawal dari masalah

kontekstual yang diberikan dan akan berakhir pada matematika yang formal.

b. Didactical Phenomenology atau fenomenologi didaktik

Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan

menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik

matematika kepada siswa. Masalah kontekstual dipilih dengan mempertimbangkan

(1) aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan (2)

kecocokan dengan proses re-invention yang berarti bahwa aturan/cara,atau konsep

atau sifat termasuk model matematika tidak disediakan atau diajarkan oleh guru

tetapisiswa perlu berusaha sendiri untuk menemukan atau membangun sendiri dengan

berpangkal dari masalah kontektual yang diberikan. Ini akan menimbulkan “learning

trajectory” / lintasan belajar yang akan menuju tujuan yang ditetapkan.Tidak mustahil

lintasan belajar itu untuk setiap siswa bisa berbeda meskipun akan mencapai tujuan

yang sama. Ini berarti bahwa pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi akan

berpusat pada siswa bahkan dapat juga disebut berpusat pada masalah kontekstual

Page 18: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

17

yang dihadapi. Masalah kontekstual dapat juga untuk memantapkan pemahaman

sesuatu yang telah didapatnya.

c. Self developed model atau membangun sendiri model

Prinsip ketiga ini menunjukkan adanya fungsi “jembatan” yang berupa model.

Karena berpangkal dari masalah kontekstual dan akan menuju ke matematika formal

serta adanya kebebasan pada anakmaka tidaklah mustahil siswa akan

mengembangkan model sendiri. Model itu mungkin masih seder-hana dan masih

mirip dengan masalah kontekstualnya. Model ini disebut “model of” dan sifatnya

masih dapat disebut “matematika informal”. Selanjutnya mungkin melalui

generalisasi ataupun formalisasi dapat mengembangkan model yang mengarahkan ke

matematika formal, model ini dapat disebut “model for”. Hal tersebut sesuai dengan

matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal, yang memungkinkan siswa dapat

menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya sendiri.

3. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik

Pendekatan Matematika Realistik mencerminkan pandangan matematika

tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagiamana matematika

harus diajarkan. Pandangan ini tercermin dalam lima karakteristik yaitu (Soedjadi,

2007):

a. Menggunakan konteks.

Pembelajaran menggunakan masalah kontekstual. Kontekstual yang dimaksud

adalah lingkungan siswa yang nyata baik aspek budaya maupun aspek geografis.

Page 19: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

18

Matematika memandang hal tersebut tidak selalu diartikan konkret tetapi dapat juga

yang telah dipahami siswa atau dapat dibayangkan. Masalah kontekstual biasanya

dikemukakan di awal pembelajaran. Namun demikian masalah dapat saja disajikan di

tengah atau di akhir pembelajaran suatu topik atau sub topik. Masalah kontekstual

disajikan di awal pembelajaran, bila dimaksudkan untuk memungkinkan siswa

membangun/menemukan sesuatu konsep, definisi, operasi ataupun sufat matematika

serta cara pemecahan masalah itu. Masalah kontektual di sajikan di tengah

pembelajaran bila dimaksudkan untuk memantapkan apa yang telah dibangun/

ditemukan. Masalah kontekstual disajikan di akhir pembelajaran bila dimaksudkan

untuk mampu mengaplikasikan apa yang telah dibangun/ditemukan.

b. Menggunakan model

Pembelajaran matematika sering perlu melalui waktu yang panjang serta

bergerak dari berbagai tingkat abstraksi. Dalam abstraksi itu perlu menggunakan

model. Model itu dapat bermacam-macam, dapat konkret berupa benda, gambar,

skema, yang kesemuanya itu dimaksudkan sebagai jembatan dari konkret ke abstrak

atau dari abstrak ke abstrak yang lain. Dikenal model yang serupa atau mirip dengan

masalah nyatanya, yang disebut model of dan dikenal juga model yang mengarahkan

ke pemikiran abstrak atau formal, yang disebut model for.

c. Menggunakan kontribusi siswa.

Proses pembelajaran perlu sekali memperhatikan sumbangan atau kontribusi

siswa yang mungkin berupa ide, gagasan ataupun aneka jawab/cara. Konstribusi

Page 20: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

19

siswa itu dapat menyumbang kepada konstruksi atau produksi yang perlu

dilakukan/dihasilkan sehubungan denagn pemecahan masalah kontekstual.

d. Interaktivitas.

Proses pembelajaran jelas perlu sekali melaksanakan interaksi, baik antara

siswa dan siswa ataupun bila perlu antara siswa dan guru yang bertindak sebagai

fasilitator. Interaksi itu juga mungkin terjadi antara siswa dengan sarana atau antara

siswa dengan matematika ataupun dengan lingkungan. Bentuk interaksi itu dapat juga

macam-macam, misalnya diskusi, negosiasi, memberi penjelasan atau komunikasi.

e. Keterkaitan antar topik (intertwinning).

Proses pembelajaran matematika perlu disadari bahwa matematika adalah

suatu ilmu yang terstruktur dengan ketat konsistensinya. Keterkaitan antara topik,

konsep, operasi dsb sangat kuat, sehingga sangat dimungkinkan adanya integrasi

antara topik dsb. itu. Bahkan mungkin saja antar matematika dengan lain bidang

pengetahuan untuk lebih tajam kebermanfaat belajar matematika. Hal ini

memungkinkan akan dapat menghemat waktu pembelajaran. Selain itu dengan

dimungkinkannya pengaitan antar topik atau sub topik sangat mungkin akan tersusun

struktur kurikulum yang berbeda dengan struktur kurikulum yang selama ini dikenal,

tetapi tetap mengarah kepada kompetensi yang ditetapkan.

4. Langkah Umum Pelaksanaan Pendekatan Matematika Realistik

Secara umum dapat dikemukakan langkah- langkah pembelajaran matematika

dengan pendekatan PMR di bawah ini (Soedjadi, 2007):

Page 21: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

20

a. Mempersiapkan kelas

1) Persiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan, misalnya

buku siswa, LKS, alat peraga dan lain sebagainya.

2) Kelompokkan siswa jika perlu (sesuai dengan rencana).

3) Sampaikan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dicapai serta cara

belajar yang akan dipakai hari itu

b. Kegiatan pembelajaran.

1) Berikan masalah kontekstual atau mungkin berupa soal ceriera. (secara lisan

atau tertulis). Masalah tersebut untuk dipahami siswa.

2) Berilah penjelasan singkat dan seperlunya saja jika ada siswa yang belum

memahami soal atau masalah kontekstual yang diberikan. Mungkin secara

individual ataupun secara kelompok.(Jangan menunjukkan selesaian, boleh

mengajukan pertanyaan pancingan.

3) Mintalah siswa secara kelompok ataupun secara individual, untuk

mengerjakan atau menjawab masalah kontekstual yang diberikan dengan

caranya sendiri. Berilah waktu yang cukup siswa untuk mengerjakannya.

4) Jika dalam waktu yang dipandang cukup, siswa tidak ada satupun yang dapat

menemukan cara pemecahan, berilah guide atau petunjuk seperluya atau

berilah pertanyaan yang menantang. Petunjuk itu dapat berupa LKS ataupun

bentuk lain.

5) Mintalah seorang siswa atau wakil dari kelompok siswa untuk menyampaian

hasil kerjanya atau hasil pemikirannya (bisa lebih dari satu orang)

Page 22: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

21

6) Tawarkan kepada seluruh kelas untuk mengemukakan pendapatnya atau

tanggapannyatentang berbagai selesaian yang disajikan temannya didepan

kelas. Bila ada selesaian lebih dari satu, uangkaplah semua.

7) Buatlah kesepakan kelas tentang selesaian manakah yang diangap paling

tepat. Terjadi suatu negosiasi. Berikanlah penekanan kepada selesaian yang

dipilih atau benar.

8) Bila masih tidak ada selesaian yang benar, mintalah siswa memikirkan cara

lain.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika realistik

Pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa kelebihan dan

kekurangan di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Kelebihan

1) Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan

kehidupan sehari – hari dan kegunaan matematika pada umumnya.

2) Pembelajaran matematika reaslistis memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu kajian yang

dikonstruksi dan dikembangkan oleh siswa .

3) Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian masalah tidak harus

tunggal dan tidak harus sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.

Page 23: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

22

4) Pembelajaran matematika realistis memberikan pengertian yang jelas dan

operasional kepada siswa bahwa untuk menemukan suatu hasil dalam

matematika diperlukan suatu proses.

b. Kelemahan

1) Upaya penerapan Pembelajaran matematika realistik membutuhkan perubahan

yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk

dipraktekan dan juga diperlukan waktu yang lama.

2) Pencarian soal – soal kontekstual yang memenuhi syarat – syarat yang

dituntut pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap

topik yang akan dipelajari , terlebih lagi soal – soal tersebut harus diselesaikan

dengan berbagai macam cara.

3) Upaya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah juga merupakan salah

satu kerugian pembelajaran matematika realistik.

4) Metode Pembelajaran matematika realistik memperlukan partisipasi siswa

secara aktif baik fisik maupun mental.

Page 24: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat dismpulkan bahwa metode pembelajaran

matematika realistik adalah metode pembelajaran matematika sekolah yang

dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal

pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan mengpalikasikan konsep– konsep

matematika untuk memecahkan masalah sehari – hari atau dalam bidang yang

lainnya. Jadi dengan kata lain guru hanya memfasilitasi saja sedangkan siswa bekerja

sendiri untuk menemukan sebuah penyelesaian dengan melalui beberapa langkah–

langkah.

B. Kritik dan Saran

Bagi para pembaca terutama kepada calon guru untuk melakukan sebuah

metode pembelajaran matematika realistik dibutuhkan segenap tenaga dan persiapan

yang matang untuk mengerjakannya karena apabila tidak, maka metode tersebut tidak

akan berjalan dan akan membuat siswa semakin kebingungan.

Page 25: Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education

24

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning/ CTL), Jakarta

Faridah. 2012. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.

Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik . Banjarmasin: Penerbit Tulip.

Johnson, E,. B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What It is and Why It’s

Here to Stay, California: Corwin Press Inc.

Soedjadi, R. 2007. Inti Dasar-Dasar Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal

Pendidikan Matematika, Vol.1, No. 2. 1-10.

Soviawati, E. 2011. Pendekatan matematika Realistik (PMR) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa di Tingkat Sekolah Dasar. Edisi Khusus, No.2. 79-85.

Yenti, I., N. 2009. Pendekatan Kontekstual dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Matematika. Ta’dih, Vol.12, No.2. 118-125.