pendampingan usaha kelompok lansia mandiri
TRANSCRIPT
944 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
PENDAMPINGAN USAHA KELOMPOK LANSIA MANDIRI
Dwi Susilowati 1 Ida Nuraini 2
Universitas Muhammadiyah Malang
JL. Raya Tlogomas 246 Malang Tlp.0341-464318
[email protected] [email protected]
Abstrak
Lanjut Usia (Lansia) merupakan seseorang yang telah memeliki usia 65 tahun ke atas dan merupakan
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Usia lanjut merupakan usia emas karena
tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut. Oleh sebab itu mereka perlu mendapatkan perhatian
agar mereka merasa dihargai, merasa berguna dan bahagia. Kita sering menjumpai para lansia
memiliki group-group dan melakukan aktivitas-aktivitas positip dan produktif, ada juga lansia yang
terpaksa masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada pula lansia yang tidak bisa
melakukan aktivitas apapun karena tidak mampu secara fisik. Untuk itu pengabdian masyarakat yang
dilakukan oleh Tim pada kelompok lansia di perumahan bumiasri ditujukan untuk memberikan
pendampingan bagi yang memiliki usaha produktif agar usahanya bisa lebih maju dan berkembang.
Pendampingan yang dilakukan oleh Tim meliputi teknik pengemasan produk dan pemasarannya.
Hasil kegiatan pendampingan adalah dapat dipasarkannya produk-produk lansia berupa kue kering,
kue basah, nasi kotak dan kerajinan tangan berupa bros ke masyarakat secara luas yang sebelumnya
hanya produksi untuk kebutuhan sendiri. Pemasaran dilaksanakan secara langsung ke konsumen
dank e toko-toko serta melalui media sosial.
Key Words: Lansia, pendampingan, produktif.
1. PENDAHULUAN
a. Analisis Situasi Perumahan Bumi Asri Sengkaling Desa Mulyo Agung Kecamatan Dau Kabupaten Malang, terdapat kurang lebih
44 orang lansia dengan berbagai macam karakteristik. Dari 44 orang lansia yang aktif pada kegiatan social khususnya
posyandu berjumlah 25 orang dengan sebaran usia seperti tabel berikut:
Tabel 1. Sebaran Usia Lansia di Perum Bumi Asri Sengkaling tahun 2016
Usia Jumla
h
Persen
tase
50– 60 tahun (pra Lansia) 16 64
>60 tahun 9 36
Total 25 100
Sumber : Laporan Pengabdian, 2016 Kepengurusan dalam posyandu lebih banyak di pegang oleh mereka dengan rentang usia antara 50 – 60 atau usia
pra lansia. Mereka inilah yang menggerakan posyandu lansia. Kegiatan posyandu lansia satu bulan sekali, namun
jarang yang aktif untuk datang. Pada umumnya kegiatan posyandu lansia berkisar pada kegiatan penimbangan berat
badan, dan cek tensi kadang juga cek kolesterol dan asam urat. Sebagian besar yaitu 23 orang atau 92 persen sebagai ibu rumah tangga dan sisanya 2 orang atau 8 persen
mempunyai kegiatan lain, seperti buka warung dan bisnis kue. Ketrampilan yang dimiliki lansia dalam bidang
pembuatan kue sebesar 4 orang atau 16 persen membuat kue, 7 orang atau 28 persen memasak dan 13 orang atau 52
persen memiliki ketrampilan lain di luar membuat kue dan masak, seperti menyulam, menjahit dan merajut. Kegiatan yang sudah dilakukan oleh kelompok Lansia Mandiri di bidang ekonomi, yaitu melakukan bazar
ta’jil pada bulan Ramadhan tahun 2016, melakukan penjualan by order melalui sosmed seperti WA dan SMS, dengan
produk andalan kue kering, nasi krawu, gudeg, soto banjar dan kering kentang. Di bidang kesehatan yang sudah
dilakukan senam bersama lansia dan jalan sehat. Di bidang keagamaan berupa kajian Islam sebulan sekali dan arisan.
b. Permasalahan Mitra Aktivitas atau kegiatan Lansia selama ini hanya terbatas pada kegiatan posyandu yang diadakan sebulan
sekali. Adapun kegiatan yang dilakukan sebatas pada penimbangan berat badan dan cek darah tinggi, kadang kadang
juga dapat melakukan cek gula darah dan kolesterol. Dengan adanya kegiatan pengabdian ini mereka sangat senang
sekali dan berharap kegiatannya lebih menarik. Wajar saja mereka punya harapan positif terhadap program pengabdian ini mengingat selama ini kegiatan para Lansia tergolong monoton . Banyak waktu luang yang dimiliki
oleh lansia, karena mereka hanya terbatas melakukan kegiatan sekitar RT. Dengan adanya program Lansia Mandiri
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 945
membuat para lansia dapat berkumpul dan bersilahturahmi dengan sesama lansia. Kondisi ini membuat mereka
merasa senang dan bahagia, sehingga dapat meningkatkan semangat hidup mereka.
Setelah terbentuknya pengurus kelompok Lansia Mandiri, maka permasalahan yang muncul adalah sususnan kepengurusan yang hampir semua dari kalangan lansia justru menyulitkan organisasi untuk bergerak secara lincah,
karena terbentur usia yang sudah lanjut. Gerak mereka sangat lamban dan lebih banyak bersifat pasif. Oleh karena
susunan kepengurusan Lansia perlu dilakukan perubahan dengan menempatkan kepengurusan pra lansia sebagai
koordinator di masing-masing bidang.
Berdasarkan hasil pengabdian tahun 1 (pertama 2015/2016) di bidang ekonomi, tumbuh keinginan Lansia
untuk mengembangkan kemampuannya di bidang kuliner, ketrampilan dan keinginan untuk mendirikan usaha secara
bersama-sama. Namun, demikian mitra mengatakan belum tahun caranya bagaimana mengembangkan usaha
tersebut. Mereka mengatakan darimana dimulainya usaha karena mereka tidak memiliki akses untuk memasarkan produk mereka seperti kue kering, nasi kotak, lauk pauk dan snack.
Kemampuan mereka di bidang produksi tidak menjadi masalah, karena selain memiliki
ketrampialan dan pengetahuan tentang produk mereka, mitra juga banyak memiliki waktu luang.
Permasalahan utama adalah bagaimana produk mereka bisa masuk ke toko-toko dan bisa dijual.
Sehingga kegiatan usaha ini bisa menjadi kegiatan yang rutin yang menghasilkan uang dan
benar- benar memberikan keuntungan bagi lansia. Agar kegiatan dapat terwujud maka kegiatan
ini perlu pelatihan dan pendampingan usaha oleh tim pengabdi.
c. Target Kegiatan
Pada kegiatan tahun kedua pengabdian ini yang akan menjadi target dan luaran adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan pelatihan bagaimana memulai usaha makanan (bisnis makanan)
2. Kegiatan pelatihan manajemen usaha meliputi :
a. Penentuan produk unggulan
b. Pembuatan Labeling
c. Pendampingan pemasaran produk
Dengan pendampingan usaha akan ditargetkan terwujudnya jaringan pemasaran bagi
produk lansia misalnya ke toko-toko, ke warga kompleks perumahan sendiri, ke kantor-kantor ,
ke sekolah-sekolah dan sebagainya.
d. Luaran Kegiatan
Pendampingan usaha kepada para lansia ini diharapkan akan menghasilkan luaran
berupa:
1. Munculnya produk unggulan
2. Kemasana produk yang layak jual
3. Memiliki Label usaha
4. Pengenalan pemasaran melalui Medsos
2. METODE
Program pengabdian pelatihan dan Pendampingan Usaha kelompok Lansia Mandiri
merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan secara bertahap oleh Tim.
Adapun tahapan yang akan dilaksanakan yaitu: Tahap I : Persiapan, yaitu dengan berkoordinasi antara tim dan mitra untuk
menentukan waktu dan tempat kegiatan serta bahan-bahan yang
diperlukan untuk kegiatan ini. Tahap II : Pelaksanaan kegiatan pelatihan dilakukan dengan pemberian
materi bagaimana memulai usaha dan manajemen bisnias.
Tahap III : Praktek membuat produk yang berkualitas sebagai produk
Unggulan Tahap IV : Pembuatan packaging (kemasan) dan labeling
Tahap V : Pembuatan brosur, leaflet
Tahap VI : Pelaksanaan pendampingan pemasaran produk
Tahap VII : Evaluasi kegiatan, dengan cara berdiskusi mengenai hal-hal yang telah dilaksanakan, apa yang kurang, apa yang menjadi keuntungan dan sebagainya.
Pengendalian program pengabdian dilakukan melalui kegiatan monitoring, pengawasan, evaluasi dan
pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak lanjut pembinaan yang akan dilakukan terhadap mitra. Pengendalian terhadap seluruh proses dan kegiatan pendampingan ditujukan untuk :
Memastikan bahwa seluruh tahapan kegiatan sesuai dengan proses dan mekanisme yang telah ditetapkan.
Mengendalikan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
946 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Menjaga kualitas kegiatan agar sesuai dengan program kerja.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok Lansia Mandiri merupakan perkumpulan orang tua lanjut usia dengan kegiatan bidang kesehatan
seperti senam dan jalan sehat, bidang agama majelis taklim, bidang pendidikan ceramah-ceramah, bidang sosial
melakukan bakti sosial yaitu kunjungan ke Panti Jompo Pandaan dan bidang ekonomi memasrkan produk-produk makanan yang dibuat sudah masuk Usaha yang dilakukan kelompok wanita lanjut usia ini adalah usaha dpi bidang
makanan, yaitu berupa masakan yang dibuat oleh ibu-ibu Lansia.
Masakan yang dibuat seperti gudeg, nasi krawu, nasi gudeg, mie pangsit, nasi campur dll. Disamping
masakan juga membuat aneka kue kering seperti kastengel, kue kacang, nastar, sagu keju, coco chip, spik, sultana, putrid salju,stick keju dan kue bawang. Produk-produk yang mereka buat masih terbatas produk rumahan belum
bersifat komersial. Keinginan mereka untuk berkembang dan maju sangat kuat sekali, namun banyak kendala yang
mereka hadapi. Beberapa kendala yang mereka hadapi antara lain masalah pemasaran, modal dan produksi.
Keterbatasan dalam memasarkan produk membuat produk mereka kurang dikenal di masyarakat. Keterbatasa pemasaran disebabkan karena keterbatasan jaringan yang mereka miliki. Oleh karena itu pemasaran
dilakukan hanya terbatas pada lingkungan tetangga terdekat.
Tabel 1. Produk Makanan dan Kue Kelompok Lansia Mandiri
No. Nama Produk
1. Bu Indro Nasi Gudeg
2. Bu Nurul Nasi Krawu 3. Bu Nunik Gado-gado,
4. Bu Titik Stik Keju
5. Bu Wiwik Aneka kue kering
6. Bu Wasis Kering Kentang 7. Bu Ishommudin Legomoro
Sumber : Data primer diolah 2017
Upaya yang telah dilakukan untuk membantu memasarkan produk mereka adalah mengikuti bazaar di
lingkungan kampus, mengadakan bazaar Ramadhan dan pemasaran lewat medsos yang masih sangat terbatas, yaitu
melalui Whats App (WA) Lapak FEB-UMM dengan pangsa pasar Dosen dan civitas akademika di lingkungan FEB-UMM yang sekarang sudah berkembang lintas Fakultas.
Potensi usaha mereka cukup tinggi mengingat produk yang mereka buat bisa di terima di pasar karena rasa
yang memenuhi standar. Di samping itu usaha yang mereka lakukan sudah lama namun mengalami kesulitan untuk
berkembang. Peluang untuk berekembang juga tinggi karena potensi ada pasar sangat terbuka. Dari segi produksi merka siapa untuk meningkatkan produksi asal ada yang mau memasarkan. Mereka membutuhann tenaga pemasaran
yang andal. Hal ini di dukung pula dengan keinginan yang kuat untuk maju dan berkembang.
Namun keinginan yang kuat saja tidaklah cukup, dibutuhkan kerja jeras dan komitmen yang tinggi bagi para
pelaku usaha.Untuk dapat berkembang dan maju ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Mitra (kelompok lansia Angggrek dan Melati), yaitu masalah pemasaran yang bisa dirinci menjadi masalah di produk, harga, tempat,
dan promosi (4P bauran pemasaran).
Masalah produk misal kemasan yang masih sederhana, cara pembukusan yang sangat terkesan apa adanya,
masalah tempat belum memiliki tempat usaha sendiri, masalah harga kurang kompetitif, masih mahal, dan masalah promosi masih sangat terbatas
Bisnis di bidang makanan menghadapai saingan sangat ketat dan kompetitif sekali. Dibutuhkan kerja keras
untuk memenangkan pasar. Persaingan yang ketat ini ditandai dengan semakin beraneka ragam produk di bisnis ini
dengan harga yang bersaing. Gaya makanan masyarakat yang Kebiasan kuliner bagi sebagian masyarakat semakin mendorong kuat berkembangnya bisnis di sektor makanan ini.
Dalam kelompok Lansia Mandiri ada sebagain anggota yang mempunyai usaha di bidang makanan dan kue
kering yang sudah memulai usaha cukup lama, namun kurang berkembang. Hal ini disebabkan usaha yang mereka
rintis tidak dijalankan secara maksimal karena beberapa kendala atau permasalahan yang mereka hadapi. Dari beberapa kajian dan pengalaman di lapangan, permasalahan yang di hadapi oleh Mitra adalah masalaha
manajemen., seperti pemasaran, produksi, summberdaya mansuia dan keuangan. Namun, dari permaslahan tersebut
yang sangat penting dan mendesak untuk di bantu adalah masalah manajemen pemasaran.
4.2. Persiapan Program pengabdian dan pelatihan dan pendampingan kelompok Lansia mandiri merupakan kegiatan
pengabdian yang dillaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan sehingga program pengabdani berhenti begitu
saja.
Langkah awal dalam melakukan pegabdian adalah melakukan persiapan. Adapun persiapa yang dilkuakan
meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi
Persiapan dilakukan koordinasi dengan mitra pengabdian, yaitu kelompok Lansia
Mandiri..Koordiasi dilakukanu ntuk menentukan hari, tanggal dan tempat pertemuan. Dari
pertemuan dengan ketua kelompok Lansia Mandiri disepakti pertemuan akan dialkukan pada
tanggal 4 Maret 2017 tempat perum. Bumiasri sengkaling blok N39. (undangan terlampir).
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 947
Sesuai dengan pembagian tugas dari tim maka untuk materi pertama tentang pentingnya
manajemen bisnis, packaging, label/merk dan pemasaran. Materi diberikan dengan metode
ceramah dan diskusi secara intensif dengna peserta.
4.3. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pemberian wawasan tentang bagaimana memulai
usaha/bisnis dan manajemen bisnis. Pertemuan dihadiri oleh 12 anggota Lansia Mandiri. (daftar
hadir terlampir). Dalam kegiatan ini peserta diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai
pentingnya pengelolaan usaha rumahan secara sungguh sungguh. Meskipun peserta yang
mengelola usaha semua adalah para lansia, maka tidak menjadi masalah secara bisnis karena
dalam hal ini yang diperlukan adalah kemampuan untuk memanage/mengelola saja. Jadi tidak
harus menggunakan fisik secara keseluruhan tapi lebih memanfaatkan fikiran/akal untuk
mengelola usahanya. Seterusnya peserta diberi penjelasan teknis terkait dengan Produksi hingga
pemasaran produk. Tahapan kegiatan yang telah dilakukan meliputi:
1. Cara-cara Pengepakan (Packaging)
Dalam kegiatan pengepakan ini sebelumnya peserta yang tergabung dalam
Kelompok lansia mandiri ini diberi penjelasan mengenai pentingnya
pembungkusan/pengepakan yang bagus agar memberi daya tarik kepada konsumen ataupun
agar produk kualitasnya tetap terjaga baik dalam rasa maupun penampilan. Seperti untuk
produk kue kering maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pengepakannya
yaitu:
a. Pemilihan jenis dan bentuk toples yang akan digunakan.
b. Pemilihan ukuran toples
c. Penataan kue dalam toples Peserta diberi penjelasan sekaligus praktek pemilihan jenis toples yang akan dipakai. Toples yang akan
digunakan diusahakan terbuat dari bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Toples dipilih yang bening agar kue kelihatan bentuknya dari luar. Bentuk toplespun diusahakan dipilih yang menarik sehingga memberikan
kesan terhadap kue itu lebih enak dan menarik. Sedangkan untuk ukuran toples harus dipilih yang sesuai dengan
daya beli konsumen pada umumnya. Tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, sehingga dari segi harga masih
dalam batas kewajaran dan sesuai dengan bentuk kue serta pas dengan penataan kuenya. Penataan kue juga memerlukan kreativitas agar kue kelihatan menarik. Pengetahuan penataan tersebut juga diberikan kepada peserta
agar peserta dengan produk lain memiliki pengetahuan tentang tata cara pengepakan. Jika produk yang dibuat
dapat memberi daya tarik kepada calon pembeli maka sudah pasti produk tersebut akan laris di pasar. Demikian
pula dengan produk lain yang dihasilkan oleh para lansia mandiri seperti nasi krawu, mi pangsit, nasi gudeg dan lainnya. Teknik pemilihan kemasan sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan mampu memberi daya tarik
pada calon pembeli. Para peserta diberi penjelasan dengan memberikan beberapa contoh produk produk dengan
kemasan menarik sehingga bisa laris di pasaran. Namun demikian peserta juga diberi penjelasan bagaimana cara
memilih kemasan yang baik yang sesuai dengan jenis produk dan ukuran produk. Untuk produk nasi kotak dan kering tempe, peserta diberi penjelasan tentang pemilihan kotak nasi yang
bagus dan secara biaya masih memungkinkan. Pemilihan kotan nasi harus disesuaikan dengan harga yang
diinginkan dari pemesan, demikian pula dengan kering kentang. Peserta juga diberi penjelasan untuk bisa
memilih tempat yang murah untuk membeli kotak tersebut. Peserta harus mempunyai banyak informasi tentang toko termurah, karena jika asal toko akan menjadi mahal dan akan berpengaruh pada harga jual ataupun
keuntungan.
Contoh kemasan produk
948 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
2. Teknik Memberi Label Setelah peserta diberikan penjelasan dan praktek pengepakan maka dilanjutkan dengan praktek
membuat label. Pada saat ini label memegang peran penting untuk keberlanjutan produk. Peserta diberi
pemahaman bahwa memberi label produk harus yang simple dan mudah diingat-ingat. Label produk sebaiknya
dipesan di percetakan yaitu berbentuk stiker sehingga mudah di tempel pada kemasan baik kertas, plastik maupun
toples.. Jika usaha sudah berjalan dengan penjualan yang konsisten terjadi peningkatan maka label bisa langsung di pesan dipercetakan sekaligus melekat/di cetak pada kemasannya. Peserta diberi penjelasan bahwa dalam
pemilihan label tidak bisa sembarangan, misalnya produk dari catering berupa nasi kotak atau kue kue diberi
label dengan gambar binatang yang membuat orang menjadi tidak nafsu makan. Peserta diminta membuat contoh
label untuk produk yang akan diproduksinya kemudian pengabdi member komentar kekurangan dan keunggulan dari beberapa label yang diajukan peserta.
Hal yang biasa dilakukan masyarakat yang punya usaha kecil yaitu membuat label dengan mencetak
sendiri memakai printer dengan kertas biasa. Hal tersebut harus mulai ditinggalkan karena tidak bisa memberi
daya tarik pada konsumen dan terkesan kurang profesional. Memang secara biaya lebih murah, tapi hal tersebut tidak memikirkan keberlanjutan jangka panjangnya. Peserta juga dilatih bagaimana cara menempelkan label.
Posisi label ditempel tidak bisa ditaruh di sembarangan karena label harus bisa segera dilihat oleh konsumen.
Peserta juga diberi penjelasan bagaimana cara menentukan ukuran label yang akan di pesan. Ukuran label harus
disesuaikan dengan besar kecilnya media yang akan diberi label tersebut. Biasa kita jumpai misalnya kotak nasi atau kotak kue yang besar diberi label/merk dengan ukuran yang terlalu kecil, sehingga tidak seimbang dan
kelihatan kurang menarik. Atau biasa kita jumpai warna kemasan tidak pas dengan warna labelnya sehingga
cap/merk tidak terlalu kelihatan. Pengabdi dalam hal ini memberi contoh-contoh kemasan produk kemudian
peserta diminta memilih kemasan mana menurutnya yang bagus dan diminta menjelaskannya kenapa dianggap bagus dan kenapa dianggap kurang bagus. Dengan demikian peserta akan lebih mengerti dan mudah mengingat
ingat bagaimana cara membuat label produk tersebut.
Pada kegiatan ini masing masing peserta diberi kesempatan untuk memberikan idenya mengenai
nama/label produknya masing-masing sekaligus diminta menjelaskan maksudnya dari nama yang diajukannya tersebut kemudian pengabdi memberikan penjelasan terhadap nama/label yang diajukannya tersebut. Dari
penjelasan tersebut kemudian peserta memilih sendiri label yang akan digunakannya untuk member merk pada
produknya masing-masing. Secara umum label yang dipilih adalah “LOLITA” hal ini dimaksudkan bahwa
produk yang dihasilkan adalah produk orang orang Lolos Lima Puluh Tahun (LOLITA) karena peserta semuanya tergabung dalam kelompok lanjut usia (lansia).
Contoh label produk
3. Pemasaran Produk
Setelah produk dikemas dan diberi label para peserta dilatih dan praktek langsung
cara memasarkan produknya. Pengabdi memberi penjelasan beberapa cara untuk
memasarkan produk yang sesuai dengan jenis produknya. Beberapa cara yang bisa
digunakan adalah dengan melalui brosur dan menginformasikan pada perkumpulan PKK,
dengan menggunakan social media seperti sms dan WA, dengan memanfaatkan moment
moment tertentu seperti bazaar ramadhon, bazaar 17 Agustus, dititipkan ke toko toko dan
pada acara-acara pertemuan seperti PKK. Peserta dilatih dan praktek memasarkan produknya
sendiri-sendiri melalui acara-acara tersebut dan melalui media social.
Hasil kegiatan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Beberapa
produk seperti kue kering , nasi kotak, kue basah, mi dan lainnya sudah menerima pesanan.
Misalnya kue kering waktu lebaran mendapat pesanan yang banyak, nasi gudeg dan mi juga
rutin menerima pesanan baik dari institusi maupun perorangan. Pesanan yang melalui sms
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 949
maupun WA berlangsung secara rutin meskipun dalam volume yang tidak banyak.
Pemasaran ke toko toko yang belum bisa berjalan dengan baik karena menemui kendala
diantaranya toko toko jarang yang membeli produk secara kontan tapi meminta dengan
system konsinyasi. Hal ini tidak bisa dilaksankan karena kurangnya modal untuk produksi.
Jik dengan system konsinyasi artinya produsen (lansia mandiri) harus memiliki modal
double. Untuk itu perlu adanya tambahan modal usaha agar barang dapat diproduksi lebih
banyak sehingga dapat dipasarkan dalam jangkauan yang lebih luas.
Namun dapat dikatakan bahwa setelah adanya kegiatan pengabdian ini kelompok
lansia yang dulunya tidak memiliki kegiatan ekonomi sama sekali sekarang telah memiliki
kegiatan yang bersifat produktif meskipun intensitas kegiatannya sangat terbatas yang ringan
ringan seperti produksi kue kering, kue basah dan nasi kotak. Untuk kegiatan usaha catering
belum berjalan karena terkendala tenaga yang memasak. Lansia sebetulnya masih memiliki
motivasi dan keinginan yang besar untuk menjalankan aktivitas khususnya bidang ekonomi,
namun setelah dijalani khususnya catering sangat terkendala dari segi fisik lansia. Fisik
lansia tidak bisa diforsir untuk bekerja lebih dan terlalu berat. Mereka hanya bisa melalkukan
aktivitas produktif yang agak ringan seperti membuat kue. Namun demikian kegiatan ini
akan membawa dampak positip yaitu member contoh pada generasi muda sehingga hal ini
akan membudaya pada kehidupan generasi yang akan berikutnya.
Dilihat dari usia memang kelompok lansia ini harusnya tidak melakukan aktivitas
yang berat, namun jika diamati dari kegiatan yang telah dilaksanakan maka dapat
disimpulkan bahwa lansia akan semakin sehat, bersemangat dan kreatif dengan adanya
kegiatan produktif. Dengan kegiatan produktif ini mereka dituntut untuk bergerak secara
fisik maupun fikiran. Secara fisik karena melakukan aktivitas berproduksi, secara fikiran
karena mereka dilatih untuk kreatif dan menggunakan hitung hitungan biaya produksi,
penjualan dan keuntungan usaha.Dengan adanya aktivitas produktif ini intensitas bertemu
dengan rekan rekan sesama lansia akan semakin sering, sehingga hal ini akan membuat lansia
tidak merasa menjadi beban keluarga tapi akan meningkatkan rasa percaya dirinya dan
diharapkan akan menjadi lansia yang sehat baik jasmani maupun rohani sehingga harapannya
akan dapat memperpanjang usia mereka.
Setelah dilakukan kegiatan pendampingan usaha dan pemasaran telah dilaksankan
maka tim pengabdian kemudian membuat suatu analisa mengenai produk apa yang
memungkinkan untuk dapat dikembangkan lagi (usaha dapat dilanjutkan dengan baik)
4.4. Analisa Prospek Usaha Untuk menentukan prospek usaha apa saja yang akan berkembang dengan baik, maka pada tanngal 1 Mei
2017 tim mengudang salah satu pengurus dari Koperasi As Sakinah Malang, yaitu mba Emi untuk memberikan
pandangan dan wawasan tentang berbisnis makanan, karena koperasi juga merupakan salah satu rekanan untuk
pemasaran produk lansia. Pertemuan dihadiri oleh 5 orang berdasarkan seleksi produk, yaitu : Tabel 2. Produk Unggulan
No. Nama Produk
1. Bu Yaniek Nasi Gudeg
2. Bu Nurul Nasi Krawu 3. Bu Nanik Kue basah
4. Bu Titik Stik Keju
5. Bu Wiwik Aneka kue kering
Sumber : Hasil wawancara dengan mitra 2017
Dari hasil sharing ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh mitra, yaitu
1. Masalah produk
2. Masalah Harga
3. Masalah Pemasaran
4. Promosi Permasalahan yang di hadapi Mitra berkaiatan dengan masalah manajemen pemasaran, :
1. Masalah Produksi
Produksi terkendala oleh tidak adanya tenaga kerja, jadi jika mau diperbanyak
hasilnya maka sangat kesulitan. Disamping itu terkendala dengan jangkauan pemasaran
sehingga produksi hanya dilakukan sebagian besar dari pesanan dan yang rutin adalah
950 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
dititipkan pada koperasi terdekat. Untuk lebih jauh pemasaran belum memungkinkan
karena tenaganya lansia dan kesulitan mencari tenaga muda.
2. Masalah Harga
Harga yang ditetapkan kepada konsumen belum bisa bersaing dengan produk
pesaing, hal ini terjadi karena produksi dalam volume sedikit dan bahan baku menggunakan
kualitas terbaik, sementara pesaing merupakan usaha yang dalam skala lebih besar.
3. Masalah Pemasaran yang masih sangat terbatas di lingkungan tetangga dan toko terdekat,
hal ini terkendala masalah tenaga lansia yang jangkauan keluarnya sangat terbatas,
sementara tenaga muda sudah sulit dicara.
4. Masalah Promosi
Promosi terbatas dari mulut ke mulut, lewat medsos seperti sms dan WA. Produk
yang dijual relative baru dan belum banyak di kenal.sehingga berdampak pada terbatasnya
penjualan.
Tabel 3. Hasil Penjualan selama pendampingan
Tanggal / Bulan Nama Produk Jumlah /Rp
23 Januari 2017 Nasi Gudeg 130 kotak
4 Maret 2017 Gudeg 4 dus
15 April 2017 Nasi campur 30 kotak
18 April 2017 Nasi Krawu 50 bungkus
30 April 2017 Stik Keju 3 kg
2 Mei 2017 Stik Keju 8 kg
4 mei 2017 Stik Keju 10 kg
6 mei 2017 Stik Keju 3 kg
30 Mei 2017 Macam-macam kue kering untuk
lebaran
Rp 2.975.000
1 Agustus 2017 Mie Pangsit Bakso 25 bungkus
1 Agustus 2017 Nasi Gudeg 25 kotak
9 Agustus 2017 Mie Pangsit Bakso 20 bungkus
Program pengabdian yang telah dilakukan pada Mitra antara lain
1. Membantu mengembangkan usaha Mitra
2. Mengembangkan tingkat kemandirian secara ekonomi bagi Mitra
3. Melakukan pendampingan pemasaran untuk produk Mitra Program pengabdian Masyarakat pada kelompok lansia mandiri ini menitik beratkan pada keberlanjutan
usaha mereka. Dengan berlanjutnya usaha mereka secara terus menerus daharapkan dalam jangka panjang dapat meningkat kemdandirian Mitra secara ekonomi. Oleh karena itu diharapkan dari program terjadinya peningkatan
produksi secara kuantitatif melalui peningkatan penjualan, terjadinya peningkatan kualitas produk Mitra melaui
masukan dan kritikan dari pembeli, meningkatnya daya saing Mitra, yaitu dapat bersaing di pasaran.
4. KESIMPULAN
Dari kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilaksanakan pada kelompok
lansia mandiri dapat disimpulkan bahwa:
1. Lansia memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan aktivitas produktif
2. Kelompok Lansia Mandiri memiliki berbagai kegiatan sosial dan ekonomi seperti aktif
dalam posyandu, PKK, senam Lansia, Pengajian, Bazar dan Aktif berproduksi kue basah
dan kue kering, catering, kerajinan tangan dll.
3. Dalam hal pemasaran hasil produksi masih ada keterbatasan jangkauan pemasarannya hal
ini disebabkan oleh adanya keterbatasan transportasi (tidak bisa mengendarai kendaraan
sendiri) dan keterbatasan kemampuan penggunaan media sosial.
4. Secara umum kelompok lansia mandiri tidak menjadikan beban keluarga karena telah
memiliki berbagai kegiatan baik sosial maupun ekonomi.
5. Diharapkan adanya kegiatan untuk menambah kemampuan dalam memanfaatkan media
sosial bagi kelompok lansia mandiri.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 951
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Bandiyah Siti.2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.Numed.
[2] Kotler, Philip .2006. Manajemen pemasaran, jilid I, Edisi kesebelas, Jakarta, P.T Indeks
Gramedia.
[3] Kroll, Woodrow,N,Down Hawkins.2001. Hidup Prima Di Usia Senja. Penerbit Yayasan
ANDI. Yogyakarta.
[4] Morgan. L. Richard.1990. Tetap Ceria Di Usia Senja.PT. BPK Gunung Mulia
[5] www.kemsos.go.id Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraan Biro
Pusat Statistik.Jawa Timur.