pendahuluan latar belakang masalah motivating...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force
yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Oleh karena itu,
minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar siswa karena bila bahan
mata pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa
tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik
baginya. Sedangkan bila bahan mata pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia
akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah
kegiatan belajar yang sebelumnya tidak dapat dilakukan dan terjadi suatu
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini meliputi seluruh pribadi
siswa, baik dalam hal aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya
(psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Untuk itu, dalam meningkatkan minat
belajar siswa tersebut, pihak sekolah harus melakukan suatu revitalisasi fungsi dan
peranannya dalam proses pembelajaran dimana dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dilingkungannya berada.
Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sudah melakukan
revitalisasi fungsi dan peranannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 11 Bandung, dimana pengembangan minat belajar siswa, khususnya pada
program pembelajaran kewirausahaan ada di dalamnya. Berdasarkan SK
Mendiknas Nomor: 3587/C5.3/Kep/KU/2007 tanggal 27 Juli 2007, SMK
2
Negeri 11 Bandung dinominasikan menjadi Rintisan Sekolah Berstandar
Internasional (RSBI). Tahun 2007 merupakan era baru dengan akan
diterapkannya pencapaian visi lembaga berdasarkan profil Sekolah Berstandar
Internasional.
Misi SMK Negeri 11 Bandung disingkat SMK, yaitu: Siap memberikan
layanan pendidikan yang berkualitas tinggi, Mewujudkan proses pembelajaran
bagi siswa dengan memberi keteladanan, memotivasi, mengilhami,
memberdayakan, dan membudayakan, dan Komitmen tinggi dan kreatif untuk
menghasilkan tamatan yang cerdas, mandiri dan kompetitif dengan kebutuhan
masyarakat lokal dan global.
Pada revitalisasi fungsi dan peranan serta misinya tersebut dapat
disimpulkan bahwa SMK Negeri 11 Bandung berusaha meningkatkan minat
belajar pada siswanya terutama pada program-program pembelajaran
kewirausahaan untuk meraih sasaran yang hendak dicapai dengan tujuan
menghasilkan tamatan yang mampu mengembangkan diri/mandiri, sehingga
menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Namun, yang menjadi
permasalahannya adalah bagaimana memaksimalkan agar siswa mempunyai
minat belajar yang tinggi pada program pembelajaran kewirausahaan?
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan koordinator BP/BK sekaligus guru Kewirausahaan SMK Negeri 11
Bandung, yaitu Ibu Dra. Hj. Euis Duryatiningsih pada hari Sabtu, tanggal 16 April
2011, diperoleh hasil bahwa secara umum diduga terjadi penurunan minat belajar
siswa kelas X. Hal ini dikarenakan prakarsa dan inisiatif belajar yang kurang
3
optimal. Fenomena itu ditandai oleh kurangnya efektivitas dan efisiensi
penggunaan waktu dalam belajar dikarenakan kapasitas ruang kelas yang terbatas,
dan banyaknya siswa yang kurang disiplin, seperti siswa sering terlambat masuk
sekolah. Contoh lain, gejala masih rendahnya minat belajar siswa adalah dalam
hal ketertarikan untuk belajar, seperti terlihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1. 1
Daftar Nilai Rata-Rata UAS Semester Ganjil Mata Pelajaran KWU
Tahun Ajaran 2010/2011
NO. KELAS NILAI RATA-RATA
1 X TKJ 85,6 2 X MM 1 74,4 3 X MM 2 81,1 4 X RPL 1 77,1 5 X RPL 2 66,1 6 X RPL 3 72,2 7 X RPL 4 76,7 8 X PM 1 65,6 9 X PM 2 77,4 10 X AK 1 88,1 11 X AK 2 82,8 12 X AK 3 87,8 13 X AK 4 86,3
Sumber : Tim Guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung
Dilihat dari tabel daftar nilai rata-rata nilai UAS semester ganjil kelas X
pada mata pelajaran kewirausahaan, tidak semua kelas X mempunyai nilai rata-
rata diatas KKM yaitu 70, hal ini membuktikan bahwa belum meratanya
ketertarikan siswa untuk belajar mata kuliah kewirausahaan.
90%
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Secara umum, mengenai
bisa dilihat dari segi motivasi belajar dimana
Untuk itu, berdasarkan
bahwa:
Persentase
Pada gambar
tingkat kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun
XI, maupun XII. Pada
menjadi 94% pada tahun 2010 atau selisih
sebenarnya konsep SMK sangat baik, dimana
dan dibekali pula dengan kemandirian
mengurangi pengangguran yang berpend
motivasi siswa di SMK harus
pendidikan sederajat lainnya
Sumber : Tata Usaha (TU) SMK Negeri 11 Bandung
92% 94% 96% 98%
97%
97%
98%
96%
98%
94%
96%
97%
Secara umum, mengenai kenyataan rendahnya tingkat minat belajar siswa
bisa dilihat dari segi motivasi belajar dimana faktor kehadiran menja
Untuk itu, berdasarkan data rekapan tahunan tingkat kehadiran sisw
Gambar 1. 1
Persentase Rata-Rata Tingkat Kehadiran per-Tahun
Pada gambar tersebut membuktikan motivasi siswa yang dilihat dari
kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun
XI, maupun XII. Pada kelas X saja dari 97% tingkat kehadiran pada tahun 2008
menjadi 94% pada tahun 2010 atau selisih 3%. Hal ini menjadi sangat ironis sebab
konsep SMK sangat baik, dimana siswa di didik untuk siap bekerja
dan dibekali pula dengan kemandirian supaya bisa menjadi salah satu solusi dalam
mengurangi pengangguran yang berpendidikan, sehingga seharusnya
di SMK harus tinggi dan lebih baik dari siswa
sederajat lainnya.
Sumber : Tata Usaha (TU) SMK Negeri 11 Bandung
4
100%
99%
2010
2009
2008
rendahnya tingkat minat belajar siswa
enjadi acuannya.
data rekapan tahunan tingkat kehadiran siswa menunjukan
Tahun
motivasi siswa yang dilihat dari
kehadiran siswa mengalami penurunan dari tahun ke tahun baik kelas X,
pada tahun 2008
Hal ini menjadi sangat ironis sebab
didik untuk siap bekerja
menjadi salah satu solusi dalam
, sehingga seharusnya tingkat
siswa-siswa ditingkat
5
Pihak lain menilai bahwa pola pembentukan SMK di Indonesia lebih
berbasis pada kuantitas dan kurang memperhatikan mutu atau kualitasnya. Jika
demikian, maka gejala ini tentu perlu segera diperbaiki agar tidak semakin
mengakar. Mengatasi masalah tersebut, diperlukan penyelenggaraan pusat-pusat
keunggulan keahlian untuk memetakan lulusan SMK agar lebih bermutu dan
berdaya saing. Di samping itu, upaya sosialisasi SMK sekarang ini, perlu di
imbangi pula dengan peningkatan kualitas dan bertumpu pada lulusan yang
bermutu.
Sebenarnya pemerintah sendiri melalui Kemendiknas sudah melaksanakan
program dalam memajukan minat belajar siswa yaitu dengan menggalakkan
kompetensi, khususnya kewirausahaan kepada siswa SMK melalui mata pelajaran
kewirausahaan. Penambahan kompetensi siswa terkait kewirausahaan juga
didukung dengan program tahunan Kemendiknas yaitu Lomba Kompetensi Siswa
(LKS) (www.beritajakarta.com). Ada juga program three plus one khusus bagi
siswa SMK yang telah menempuh Ujian Nasional sebagai pengganti magang.
Walaupun pembekalan program-program pembelajaran kewirausahaan ini cukup
aplikatif sebagai wahana belajar berkompetisi dan berwirausaha, tetapi sayangnya
kurang efektif dalam output yang dihasilkan sebab kalangan terdidik cenderung
menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan
kantoran lebih tinggi. Hal tersebut ditegaskan pula oleh pengamat pendidikan
Darmaningtyas (2008) yang mengemukakan bahwa:
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain
6
atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji rutin.
Fenomena yang telah dijelaskan di atas, memberi peluang bagi peneliti
untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk memecahkan masalah yang
terjadi di SMK Negeri 11 Bandung, yaitu rendahnya minat belajar siswa.
Slameto (2003:54) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat
belajar siswa, yaitu:
1. Faktor Intern: a) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, bakat,
kematangan, dan kesiapan. c) Faktor kelelahan.
2. Faktor Ekstern: a) Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, kompetensi guru, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
Berdasarkan pendapat dari Slameto, peneliti menduga kompetensi guru
yang ada pada faktor sekolah menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa.
Kemungkinan guru kurang mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran, sehingga minat belajar pada siswanya pun kurang.
Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah rendahnya minat
belajar siswa, yaitu menggunakan pendekatan belajar. Menurut Gagne belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
7
kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (ii)
proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah
seperangkap proses kognitif yang mengubah sifat simulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Disini Gagne berpendapat bahwa
belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi
internal, dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terutama mengenai kompetensi guru, serta bagaimana pengaruhnya terhadap
minat belajar siswa yang dituangkan dalam judul skripsi: ”Pengaruh
Kompetensi Guru terhadap Minat Belajar Siswa pada Program
Pembelajaran Kewirausahaan Di SMK Negeri 11 Bandung (Penelitian
terhadap Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2010/2011)”.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Secara umum diduga terjadi penurunan minat belajar siswa kelas X. Hal ini
dikarenakan prakarsa dan inisiatif belajar yang kurang optimal. Fenomena itu
ditandai oleh efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu dalam belajar yang
sering berubah-ubah dikarenakan kapasitas ruang kelas yang terbatas, dan
banyaknya siswa yang kurang disiplin, seperti siswa sering terlambat masuk
sekolah (Sumber: Hasil wawancara oleh peneliti dengan koordinator BP/BK
sekaligus guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung, 16 April 2011).
8
2. Tidak semua Nilai rata-rata nilai UAS semester ganjil kelas X pada mata
pelajaran kewirausahaan diatas KKM yaitu 70, hal ini membuktikan bahwa
belum meratanya ketertarikan siswa untuk belajar mata kuliah kewirausahaan.
(Sumber : Tim Guru Kewirausahaan SMK Negeri 11 Bandung, 2011)
3. Motivasi siswa yang dilihat dari tingkat kehadiran siswa mengalami
penurunan dari tahun ke tahun baik kelas X, XI, maupun XII. Pada kelas X
saja dari 97% tingkat kehadiran pada tahun 2008 menjadi 94% pada tahun
2010 atau selisih 3%. Hal ini menjadi sangat ironis sebab sebenarnya konsep
SMK sangat baik, dimana siswa di didik untuk siap bekerja dan dibekali pula
dengan kemandirian supaya bisa menjadi salah satu solusi dalam mengurangi
pengangguran yang berpendidikan, sehingga seharusnya tingkat motivasi
siswa di SMK harus tinggi dan lebih baik dari siswa-siswa ditingkat
pendidikan sederajat lainnya. (Sumber: Tata Usaha SMK Negeri 11 Bandung,
2011)
4. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat
pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti
berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi
adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain
atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji
rutin (Sumber: Pengamat pendidikan Darmaningtyas, 2008).
5. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari
9
lingkungan dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan
demikian belajar adalah seperangkap proses kognitif yang mengubah sifat
simulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas
baru. Belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,
kondisi internal, dan hasil belajar. (Sumber: R. Gagne (dalam Djamarah dan
Syaiful Bahri, 1999)
6. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa berasal dari faktor intern,
yaitu: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan yang kedua
faktor ekstern, yaitu: faktor keluarga dan sekolah (Sumber: Slameto,
2003:54).
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan kompetensi guru terhadap minat
belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 11
Bandung (Penelitian terhadap Siswa Kelas X Tahun Ajaran 2010/2011).
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan gambaran permalahan yang
dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka pada penelitian ini diambil
beberapa rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pelaksanaan kompetensi guru di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung?
2. Bagaimana gambaran mengenai minat belajar siswa pada program
pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
11 Bandung?
10
3. Seberapa besar pengaruh kompetensi guru terhadap minat belajar siswa pada
program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 11 Bandung?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan
dan melakukan kajian secara ilmiah, serta memperoleh data untuk memecahkan
masalah persoalan dari pelaksanaan konsep kompetensi guru yang berpengaruh
terhadap minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai hal-hal berikut :
1. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai
pelaksanaan konsep kompetensi guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 11 Bandung.
2. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai konsep
minat belajar siswa pada program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung.
3. Untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai
pengaruh kompetensi guru terhadap minat belajar siswa pada program
11
pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 11 Bandung.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian
Apabila tujuan-tujuan peneliti dapat tercapai, maka peneliti berharap
bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik pada
pembahasan yang dibahas. Adapun manfaat teroretis dan manfaat praktis
dijabarkan sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini merupakan pengembangan konsep kompetensi guru,
khususnya dalam tingkat pelaksanaan kompetensi guru melalui 4 indikator, yaitu:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional, yang dapat membantu mendeteksi baik buruknya
pelaksanaan prinsip dari kompetensi guru terhadap suatu minat belajar siswa pada
program pembelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 11 Bandung.
Kegunaan teoritis dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
manfaat bagi yang membaca dan juga bisa dijadikan sebagai sumbangsih
ilmu pengetahuan, dan hasil penemuan ini juga diharapkan sebagai
jembatan penghubung dan sebagai bahan pengembangan terhadap teoretik
yang lain.
12
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi dunia pendidikan sebagai
bahan informasi untuk memahami adanya pengaruh antara kompetensi guru
dengan minat belajar siswa terutama pada program pembelajaran kewirausahaan
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 11 Bandung, dan dapat dijadikan
bahan informasi sebagai bahan masukan bagi sekolah yang menjadi objek
penelitian terhadap guru-gurunya untuk lebih meningkatkan minat belajar siswa
pada program pembelajaran kewirausahaan.
Memberikan panduan bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori yang
dimiliki dalam mencoba menganalisis fakta, gejala, dan peristiwa yang terjadi.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dipertanggungjawabkan secara objektif
dan ilmiah bagi kehidupan serta merupakan pengalaman yang berharga dalam
melatih dan mengembangkan kemampuan.