penda hulu an
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Tanaman sayur mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk kesehatan manusia.
Bahkan serat kasar yang tidak memiliki nilai gizi pun ternyata amat bermanfaat dalam
membantu pencernaan. Fauziah, (2003), Orang dapat mengonsumsinya dalam bentuk segar
maupun dalam bentuk olahan. Tetapi, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi bahan
pangan yang dikonsumsi, di masyarakat telah terjadi perubahan pola konsumsi sayur. Dewasa
ini masyarakat lebih suka mengkonsumsi sayur segar (sayur mentah) sebagai lalapan di antara
sayur tersebut adalah kubis, selada, dan kemangi. Ditinjau dari gizinya, lalapan mentah
mengandung unsur gizi lebih banyak dibanding lalapan matang. Tetapi dari segi keamananya,
lalapan mentah beresiko terkontaminasi pestisida atau bakteri berbahaya. Terutama sayuran
yang menjalar di permukaan tanah atau ketinggiannya dekat dengan tanah. Untuk
meningkatkan kesuburan tanah, para petani seringkali menggunakan pupuk organik berupa
humus atau kotoran ternak. Ini meningkatkan jumlah cemaran bahan pangan.
Proses pencucian sayur yang tidak sempurna juga perlu diwaspadai. Pasalnya beberapa
zat kimia dalam pastisida ada yang tidak bisa hilang meski dicuci. Kandungan air pada sayuran
cukup tinggi (70-90%) sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri patogen.
Contohnya bakteri patogen yang berasal dari tinja adalah Eschericia coli yang dapat
menimbulkan diare, salmonella typhi dan salmonella paratyphi penyebab demam tifus.
Salmonella juga dapat menyebabkan gangguan perut, dengan gejala diare, sakit
kepala,muntah-muntah, dan demam.(sumoprastowo,2004).
Usaha mengngurangi jumlah mikroba dilakukan dengan pencucian. Pencucian tidak
dapat membersihkan bahan dari semua mikroba karena air pencucian yang di gunakan
biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Sementara pencucian dilakukan sudah dengan
efektif menghilangkan kotoran, maka disinfektan dapat ditambahkan untuk mengendalikan
bakteri. Untuk mengatasi hal tersebut dapat ditambahkan bahan pencucinya seperti sabun cair,
klorin,kaporit, dll zat yang ditambahkkan dalam bahan pencuci tersebut diharapkan dapat
menurunkan angka kuman dalam sayuran. (muchidin, 1984). Riset menunjukan bahwa
berbagai jenis mikroba tertentu penyebab penyakit seringkali mampu menghindar dari
pembersih kimia. Bakteri ini terbilang “lihai” bersembunyi jenis mikroba seperti escherichia coli
dapat menimbulkan penyakit pada manusia dengan memproduksi toksin.gejala infeksinya
menyerupai cholera. Mengatasi kontaminan pada sayuran tidak cukup hanya mengetahui
tingkat kontaminannya tetapi perlu upaya lain misalnya mengaplikasikan sanitaizer yang
terbukti efektif menurunkan mikroba kontaminan.
Klorin adalah bahan kimia yang umum ditambahkan untuk pengendalian
mikroorganisme tersebut. Chlorin antara lain telah digunakan dalam larutan pencuci buah dan
sayuran. Klorin efektif jika larutan dijaga pada pH netral. Perlakukan klorin dengan konsentrasi
100-150 ppm dapat membantu mengendalikan pathogen seperti escherichia coli. Dalam air
dengan jumlah yang cukup akan merusak sebagian besar kuman penyebab penyakit tanpa
membahayakan manusia. Namun demikian saat organisme telah rusak, klorin juga akan habis.
Jika klorin yang ditambahkan cukup, setelah semua organisme rusak akan terdapat sisa klorin
bebas. Klorin bebas akan tetap berada dalam air sampai hilang di dunia luar atau terpakai
untuk membunuh kontaminasi baru. (Muchidin, 1984).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis desinfektan dan
jenis desinfektan dan jenis sayuran terhadap total bakteri, sisa chlor dan pertumbuhan
Escherchia coli. Hasil penelitian diharapan dapat memberikan informasi mengenai jenis
desinfektan yang efektif membunuh kuman dan mempunyai kadar sisa chlor yang sedikit. Dan
mengetahui beberapa zat yang aman digunakan sebagai bahan pencuci makanan mentah.