pencegahan infeksi menular go.docx
TRANSCRIPT
Pencegahan Infeksi Menular Seksual
Pencegahan infeksi menular seksual terdiri dari dua bagian, yakni
pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
1. Pencehagan Primer
Pencegahan primer terdiri dari penerapan perilaku seksual yang aman dan
penggunaan kondom, atau dengan tidak melakukan hubungan seksual di tempat – tempat
pelacuran atau dengan sembarang orang. Selalu setia kepada pasangannya. Peran
pemerintah dalam melarang dan menutup tempat – tempat pelacuran dan prsotitusi sangat
berperan dalam pencegahan dan penyebaran penyakit gonorrhea ini di tengah masyarakat.
Begitu pula peran dari tokoh agama dan masyarakat dalam memberikan pemahaman yang
baik untuk masyarakat akan pentingnya nilai – nilai norma agama dan etika dalam
masyarakat untuk mencegah pergaulan bebas di masyaraka
2. Pencehagahan Skunder
Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan dengan menyediakan
pengobatan dan perawatan pada pasien yang sudah terinfeksi oleh infeksi
menular seksual. Pencegahan sekunder bisa dicapai melalui promosi perilaku
pencarian pengobatan untuk infeksi menular seksual, pengobatan yang cepat dan
tepat pada pasien serta pemberian dukungan dan konseling tentang infeksi
menular seksual dan Jika masih dalam pengobatan gonorrhea, jangan dulu
melakukan hubungan seksual dengan pasangannya karena dapat menularkan
kepada pasangannya (suami/istri) hingga dinyatakan sembuh
Menurut Depkes RI (2006), langkah terbaik untuk mencegah infeksi
menular seksual adalah menghindari kontak langsung dengan cara berikut:
a. Menunda kegiatan seks bagi remaja
(abstinensia). b. Menghindari bergonta-ganti
pasangan seksual.
c. Memakai kondom dengan benar dan konsisten.
Selain pencegahan diatas, pencegahan infeksi menular seksual juga dapat
dilakuka n dengan mencegah masuknya transfusi darah yang belum
diperiksa kebersihannya dari mikroorganisme penyebab infeksi menular
seksual, berhati- hati dalam menangani segala sesuatu yang berhubungan
dengan darah segar, mencegah pemakaian alat-alat yang tembus kulit (jarum
suntik, alat tindik) yang tidak steril, dan menjaga kebersihan alat reproduksi
sehingga meminimalisir penularan (Dinkes Surabaya, 2009).
Upaya tersebut meliputi:
1. Upaya promotif
a. Pendidikan seks yang tepat untuk mengikis ketidaktahuan
tentang seksualitas dan IMS.
b. Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran agama untuk tidak
berhubungan seks selain pasangannya.
c. Menjaga keharmonisan hubungan suami istri tidak menyeleweng untuk
meningkatkan ketahanan keluarga.
2. Upaya preventif
a. Hindari hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau dengan
pekerja seks komersial (WTS).
b. Bila merasa terkena IMS, hindari melakukan hubungan seksual.
c. Bila tidak terhindarkan, untuk mencegah penularan pergunakan kondom.
d. Memberikan penyuluhan dan pemeriksaan rutin pada kelompok
risiko tinggi.
e. Penyuluhan dan pemeriksaan terhadap partner seksual penderita IMS.
3. Upaya kuratif
a. Peningkatan kemampuan diagnosis dan pengobatan IMS yang tepat.
b. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan
efektif baik simtomatik maupu n asimtomatik.
4. Upaya rehabilitatif
a. Memberikan perlakuan yang wajar terhadap penderita IMS, tidak
mengucilkannya, terutama oleh keluarga dan partnernya, untuk
mendukung kesembuhannya.