penataan desa wisata baru singapadu tengah, …
TRANSCRIPT
Bidang Unggulan: Budaya dan Pariwisata
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 426/ Teknik Arsitektur
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
PENATAAN DESA WISATA BARU
SINGAPADU TENGAH, KECAMATAN SUKAWATI,
KABUPATEN GIANYAR
TAHUN KEDUA
TIM PENGUSUL
UNIVERSITAS UDAYANA
AGUSTUS 2018
iv
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian:
Penataan Desa Wisata Baru Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Tahun
Kedua
2. Tim Peneliti
No. Nama Jabatan Bidang
Keahlian
Instansi
Asal
Alokasi Waktu
(jam/minggu)
1. Ir. I Made Suarya, MT Ketua Arsitektur UNUD 20
2. I Nym. W. Paramadhyaksa, ST, MT, Ph.D Anggota
1
Arsitektur UNUD 15
3. Dr. Ni Ketut Agusintadewi, ST., MT. Anggota
2 Arsitektur UNUD
15
4. I Gusti Agung Bagus Suryada, ST., MT. Anggota
3 Arsitektur UNUD
15
3. Objek Penelitian:
a. Tata ruang wilayah Desa Singapadu Tengah
b. Area bangunan-bangunan daya tarik wisata setempat yang dikembangkan
c. Regulasi dan sistem manajemen desa wisata setempat
d. Kalender event wisata di desa setempat
e. Program paket-paket wisata desa
f. Jaringan infrastruktur dan utilitas desa
g. Data jumlah kunjungan wisatawan beserta data proyeksi dan target kunjungan pada masa yang akan
datang
4. Masa Pelaksana
Mulai : bulan : April tahun : 2017
Berakhir : bulan : Nopember tahun : 2018
5. Usulan Biaya DRPM Ditjen Penguatan Risbang
Tahun ke-1 : Rp. 150.000.000,00
Tahun ke-2 : Rp. 150.000.000,00
6. Lokasi Penelitian: Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali
7. Instansi lain yang terlibat:
Pihak Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali
8. Temuan yang ditargetkan:
a. Masterplan Desa Wisata Singapadu Tengah
b. Rancangan detail bangunan wisata di Desa Singapadu Tengah
c. Kalender event kegiatan wisata di Desa Singapadu Tengah
d. Gambaran umum konsep manajemen kegiatan wisata Desa Singapadu Tengah
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu:
a. Pilot project desain desa wisata yang bercorak tradisional Bali dengan karakteristik mengedepankan
aspek budaya, pemberdayaan masyarakat lokal, dan partisipasi wisatawan secara aktif dalam
kehidupan desa.
b. desain yang dihasilkan merupakan solusi pemecahan masalah riil di lapangan yang diperoleh melalui
dialog antara peneliti, pemuka desa setempat dan PEMDA.
10
.
Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran:
Jurnal nasional terakreditasi: Mudra atau Forum Arkeologi
11
.
Rencana luaran lainnya:
1. Makalah yang akan dipresentasikan dalam forum seminar nasional.
2. Draf buku teks yang akan diterbitkan secara menasional pada tahun kedua.
iii
DAFTAR ISI
Halam Sampul……………………………………………………………………. i
Halam Pengesahan……………………………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….. iii
Identitas dan Uraian Umum ………………………………………………….. iv
Ringkasan ………………………………………………………………………..vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
1.1 Latar belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 1
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 3
BAB II STUDI PUSTAKA……………………………………………………….2
2.1. Pengertian Desa Wisata dan Konsep pembangunan berbasis kerakyatan…………………………………………………………….. 5
2.2. Prinsip-prinsip Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan…………….. 5
2.3. Gg
2.4. Hasil penelitian yang relevan dengan pokok bahasan penelitian yang diajukan……………………………………………………………….. 6
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………. 3
3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan Perencanaan…………………….. 8
3.2 Gambaran Hasil Penelitian ………………………………………….. 10
3.3 Lokasi Penelitian…………………………………………………….. 11
3.4 Objek Penelitian……………………………………………………… 12
3.5 Informan dan Mitra Dialog…………………………………………... 12
3.6 Jadwal Kegiatan dan Target Penelitian………………………………. 13
BAB IV PROGRAM RANCANGAN………………………………………… 17
4.1 Program Rancangan Zona Makro…………………………………… 17
4.2 Program Rancangan Zona Meso…………………………………….. 21
4.3 Program Rancangan Zona Mikro……………………………………. 28
BAB V KONSEP RANCANGAN DETAIL MASTERPLAN………………. 37
5.1 Gambar Rancangan Zona Sejarah dan Religi……………………….. 37
iv
5.2 Gambar Rancangan Zona Budaya…………………………………… 51
5.3 Gambar Rancangan Zona Alam…………………………………...... 102
5.4 Gambar Rancangan Zona Rekreasi………………………………….. 103
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 111
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang
telah dilaksanakan pada tahun 2017. Hasil yang diperoleh berupa rancangan
masterplan desa wisata dan paket wisata di Desa Singapadu Tengah dan telah
diselesaikan sesuai target penelitian. Rencananya pada tahun 2018, penelitian akan
dilanjutkan ke tahap detail pada masing-masing daya tarik wisata. Masterplan desa
wisata ini terdiri dari sepuluh daya tarik wisata yakni Pura Tirta Bulan, Puri Negari,
Pura Dalem Negari, Pasar Tradisional Negari, Daerah Aliran Sungai Oos,
Agrowisata Negari, ATV (All Terrain Vehicle) Kutri, Panggung Terbuka Abasan,
Pasar Seni Singapadu Tengah, dan Akomodasi di Desa Adat Belaluan. Kesepuluh
daya tarik wisata tersebut dirangkai dalam dua paket wisata yakni paket wisata
singkat dan paket wisata lama. Paket wisata singkat memiliki durasi waktu satu hari
yang dimulai dari pukul 09.00 WITA hingga pukul 22.00 WITA dan paket wisata
lama memiliki durasi waktu dua hari satu malam. Pada paket wisata lama, wisatawan
akan menginap di akomodasi yang telah disediakan berupa homestay di Desa Adat
Belaluan.
Penelitian yang diajukan ini termasuk dalam kelompok penelitian kualitatif.
Sebagian besar data yang dikumpulkan merupakan data yang berkenaan dengan
kualitas dari potensi daya tarik wisata di Desa Singapadu Tengah. Dalam penelitian
ini juga ada beberapa data kuantitatif yang difungsikan sebagai data-data pendukung
penelitian ini. Data-data kuantitatif tersebut antara lain berupa data tentang dimensi
tapak dan bangunan pada objek, dimensi jalan, jarak antarobjek, serta data
perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah Desa Singapadu Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan masterplan wisata Desa Singapadu Tengah
dibagi menjadi empat zona yaitu zona sejarah dan religi, zona budaya, zona alam dan
zona rekreasi.
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
1.1. Latar Belakang
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang
telah dilaksanakan pada tahun 2017. Pada penelitian tersebut, hasil yang diperoleh
berupa rancangan masterplan desa wisata dan paket wisata di Desa Singapadu
Tengah dan telah diselesaikan sesuai target penelitian. Pada tahun 2018 ini,
penelitian dilanjutkan ke tahap detail pada masing-masing daya tarik wisata. Hasil
penelitian ini sangat diharapkan oleh masyarakat karena pada tahap ini merupakan
tahap sebelum dilaksanakannya pembangunan pada masing-masing daya tarik
wisata.
Masterplan desa wisata ini terdiri dari sepuluh daya tarik wisata yakni Pura
Tirta Bulan, Puri Negari, Pura Dalem Negari, Pasar Tradisional Negari, Daerah
Aliran Sungai Oos, Agrowisata Negari, ATV (All Terrain Vehicle) Ride Kutri,
Panggung Terbuka Abasan, Pasar Seni Singapadu Tengah, dan Akomodasi di Desa
Adat Belaluan. Kesepuluh daya tarik wisata tersebut dirangkai dalam dua paket
wisata yakni paket wisata singkat dan paket wisata lama. Paket wisata singkat
memiliki durasi waktu satu hari yang dimulai dari pukul 09.00 WITA hingga pukul
22.00 WITA dan paket wisata lama memiliki durasi waktu dua hari satu malam. Pada
paket wisata lama, wisatawan akan menginap di akomodasi yang telah disediakan
berupa homestay di Desa Adat Belaluan.
Kegiatan penelitian ini didukung penuh oleh pihak pengelola desa setempat,
sehingga realisasi produk desain ini sangat diharapkan dapat dibangun dan
dioperasionalkan pada tahun 2018. Pihak pengelola dalam hal ini mendukung proses
penelitian dimulai dari pengumpulan data, mediasi antara peneliti, masyarakat dan
pengelola, hingga proses finalisasi desain dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh
karena itu, pada penelitian ini akan dijabarkan hasil penelitian konsep rancangan
masterplan desa wisata baru di Desa Singapadu Tengah.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat dua rumusan masalah dalam
penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana program rancangan masing-masing daya tarik wisata di Desa
Singapadu Tengah?
2. Bagaimana konsep rancangan masing-masing daya tarik wisata di Desa
Singapadu Tengah?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memuat beberapa tujuan khusus antara lain:
1. Menginventarisasi dan memahami secara lebih komprehensif potensi masing-
masing daya tarik wisata yang dijadikan sebagai daya tarik utama desa wisata di
Desa Singapadu Tengah.
2. Menghasilkan program rancangan masing-masing daya tarik wisata desa wisata
di Desa Singapadu Tengah.
3. Menghasilkan konsep rancangan masing-masing daya tarik wisata desa wisata di
Desa Singapadu Tengah.
4. Rencana target capaian tahunan yang dapat diperlihatkan seperti tabel beriktu
ini.
No. Jenis Luaran Tahun
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan 2017 2018
1. Artikel ilmiah dimuat di jurnal
Internasional bereputasi ● produk produk
Nasional Terakreditasi - -
2. Artikel ilmiah dimuat di
prosiding
Internasional Terindeks - -
Nasional ● produk produk
3. Invited speaker dalam
temu ilmiah
Internasional - -
Nasional ● - dilaksanakan
4. Visiting Lecturer Internasional ● dilaksanakan dilaksanakan
5. Hak Kekayaan Intelektual
(HKI)
Paten - -
Paten sederhana - -
Hak Cipta ● Draf siap cetak
Merek dagang - -
Rahasia dagang - -
3
Desain Produk Industri - -
Indikasi Geografis - -
Perlindungan
Varietas - -
Perlindungan
Topografi - -
6. Teknologi Tepat Guna - -
7. Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa Sosial - -
8. Buku Ajar (ISBN) ● Draf siap cetak
9. Tingkat Terapan ● 7 7
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki enam manfaat, antara lain:
1. Optimalisasi potensi desa bagi peningkatan pendapatan masyarakat
Penelitian ini pada hakikatnya juga berupa menggali dan memberdayakan segala
potensi objek wisata yang selama ini masih "tidur" dan belum dioptimalkan
untuk peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat setempat pada masa
mendatang.
2. Penelitian bersifat lintas disipliner
Penelitian ini berkarakter lintas disipliner yang memuat hal-hal yang berkaitan
dengan aspek keruangan, regulasi, sejarah, agama dan ritual, kultur, pertanian,
serta pariwisata. Karakter penelitian semacam ini tentunya mendorong adanya
suatu mekanisme pelaksanaan penelitian yang akan melibatkan beberapa mitra
dialog dari berbagai bidang kompetensi.
3. Penelitian yang sejalan dengan gagasan PEMDA dan masyarakat setempat
Ide pelaksanaan penelitian ini sangat sejalan dengan gagasan Pemerintah Daerah
Tingkat II Gianyar dan masyarakat setempat yang memang berkeinginan
mengembangkan pariwisata budaya yang berbasis pemberdayaan masyarakat di
daerahnya.
4. Penelitian yang strategis, multimanfaat dan bersifat terapan
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian terapan bernilai strategis yang akan
dapat memberikan solusi pemecahan berkenaan desain tata ruang dan bangunan
bagi rencana pengembangan desa wisata di wilayah Desa Singapadu Tengah.
4
Penelitian ini sekaligus juga dapat dijadikan sebagai suatu pilot project dalam
melakukan pengembangan desa-desa wisata budaya baru yang bercorak serupa
dengan Desa Singapadu Tengah.
5. Penelitian yang menjembatani pihak akademisi, pemerintah dan masyarakat
Penelitian ini sekaligus dapat menjadi suatu jembatan dalam kerangka
penciptaan hubungan kerja sama antara pihak akademisi, pemerintah, dan
masyarakat dalam upaya pengembangan potensi daerah, pelestarian budaya, dan
peningkatan taraf ekonomi masyarakat.
6. Penelitian yang sejalan dengan arah kebijakan Universitas Udayana
Penelitian ini jalan dengan arah kebijakan pengembangan Universitas Udayana
sebagai satu perguruan tinggi terkemuka di Bali yang diharapkan mampu
berperan secara aktif dan terdepan dalam pengembangan potensi daerah,
pengembangan pariwisata, pelestarian budaya, dan peningkatan taraf ekonomi
masyarakat Bali.
5
BAB II STUDI PUSTAKA
Pada bagian berikut ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan
prinsip penataan desa wisata dan masing-masing daya tarik wisata.
2.1. Pengertian Desa Wisata dan Konsep pembangunan berbabsis kerakyatan
Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nurhayati, 1993: 2-3). Dalam
pengelolaan sebuah desa wisata tentunya dibutuhkan kerja sama seluruh komponen
masyarakat desa agar pelaksanaan kegiatan pariwisata di desa itu dapat berjalan
dengan baik dan berkelanjutan.
Pada dasarnya, konsep pembangunan berbasis kerakyatan adalah berbeda
dengan konsep pembangunan secara konvensional. Model pembangunan top down
justru telah dianggap melupakan esensi dari konsep dasar pembangunan itu sendiri.
Rakyat dalam hal ini bukannya manjadi semakin mengalami peningkatan kualitas
hidupnya, akan tetapi malah justru terugikan dan termarjinalisir di lingkungan
sendiri. Dalam model pembangunan bottomup, pembangunan dapat diposisikan
sebagai suatu social learning yang menuntut adanya peran besar dari masyarakat
lokal. Sistem pengelolaan pembangunan menjadi benar-benar dilakukan oleh mereka
yang hidup dan kehidupannya paling dipengaruhi oleh pembangunan tersebut
(Pitana, 1999).
2.2. Prinsip-prinsip Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Fayos seperti dikutip Ardika (2003), mengemukakan bahwa ada empat prinsip
utama dalam pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan sebagai berikut:
a. Wisatawan maupun segala pelaku usaha wisata yang bergerak di bidang
pariwisata harus menghormati tatanan budaya, pandangan hidup, dan perilaku
komunitas lokal;
b. Perencanaan, pembangunan, serta operasionalisasi kegiatan pariwisata haruslah
bersifat sektoral, terintegrasi, membentuk keterlibatan pihak pemerintah yang
6
bersinergi dengan masyarakat lokal serta menghasilkan keuntungan yang layak
bagi masyarakat secara luas;
c. Pariwisata harus dijalankan proporsional, adil, dan wajar dalam pembagian
beban pembiayaan dan keuntungan antara tiap pelaku industri dan komunitas
lokal; dan
d. Dalam setiap tahapan kegiatan pengembangan serta pelaksanaan pariwisata
harus pula dilakukan kegiatan evaluasi, penilaian, dan monitoring adanya
program mediasi yang berperandalam penyelesaian sengketa antara masyarakat
lokal maupun pihak luar.
Lebih lanjut Damanik dan Weber (2006: 226) juga menyebutkan bahwa
pembangunan berkelanjutan adalah tetap berpegang pada upaya pelestarian sumber
daya alam dan budaya.
2.3.
2.4. Hasil penelitian yang relevan dengan pokok bahasan penelitian yang
diajukan.
Ada tiga hasil penelitian yang memiliki relevansi yang kuat dengan topic
penelitian yang diajukan ini.
a. Penelitian oleh I Nyoman Widya Paramdhyaksa (2016) yang berjudul Penataan
Area-area Wisata Desa Tegallalang Gianyar: Pengembangan Paket Wisata
Baru Bernuansa Alam, Budaya dan Spiritual.
Penelitian ini mencoba mengidentifikasi segala potensi yang dimiliki oleh Desa
Tegallalang sebagai salah satu desa yang memiliki banyak potensi wisata.
Penelitian ini menggunakan metode analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan
selain daya tarik wisata Ceking Terrace yang telah dikenal hingga mancanegara,
desa ini memiliki potensi wisata bernuansa alam, budaya dan spiritual yang
belum dikembangkan dengan baik oleh pihak desa. Kesamaan rencana penataan
daya tarik wisata ini dapat menjadi pedoman dalam melakukan kajian penelitian
yang diajukan ini.
b. Penelitian oleh I Gede Putu Budiastawa (2009) yang berjudul Wisata Eko-
Spiritual sebagai Alternatif Pengembangan Bukit Bangli di Kabupaten Bangli.
7
Pada dasarnya mencoba mengidentifikasikan segala potensi dan menemukan
strategi yang paling tepat dalam upaya mengembangkan kawasan Bukit Bangli
di Kabupaten Bangli sebagai sebuah objek wisata eko-spiritual. Penelitian ini
menggunakan metode analisis SWOT dan analisis matriks IFAS dan EFAS
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor internal dan eksternal kondisi
kawasan terhadap pengembangannya menjadi objek wisata eko-
spiritual.Kesamaan rencana pengembangan objek wisata ini dapat menjadi
pedoman dalam melakukan kajian penelitian yang diajukan ini.
c. Penelitian Nyoman Dini Andini (2007) yang berjudul Pengembangan Ekowisata
yang Berbasis Masyarakat Menuju Pariwisata Berkelanjutan di Kelurahan
Serangan, Bali.
Penelitian ini juga menggunakan metode analisis SWOT. Hasil analisis yang
diperoleh menunjukkan bahwa Kelurahan Serangan memiliki peluang
dikembangkan untuk kegiatan ekowisata. Dalam pengembangannya, peran serta
masyarakat lokal merupakan faktor utama yang berperan sangat penting untuk
kesuksesan program pengembangan ini. Dalam hal ini diperlukan pula pendapat,
pandangan, ide, dan saran dari masyarakat untuk membangun dan menjalankan
program pengembangan wisata ramah lingkungan tersebut. Pada bagian akhir,
penulis juga mengemukakan bahwa dibutuhkan pula suatu upaya pembinaan
secara kontinyu terhadap anggota masyarakat yang terlibat langsung dalam
kegiatan ekowisata ini. Hal ini didasarkan pada realita tentang minimnya
kualitas SDM lokal yang tersedia pada saat penelitian ini dijalankan.
8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan Perencanaan
Penelitian yang diajukan ini termasuk dalam kelompok penelitian kualitatif.
Sebagian besar data yang dikumpulkan merupakan data yang berkenaan dengan
kualitas dari potensi daya tarik wisata di Desa Singapadu Tengah. Dalam penelitian
ini juga ada beberapa data kuantitatif yang difungsikan sebagai data-data pendukung
penelitian ini. Data-data kuantitatif tersebut antara lain berupa data tentang dimensi
tapak dan bangunan pada objek, dimensi jalan, jarak antarobjek, serta data
perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah Desa Singapadu Tengah.
a. Metode Penelitian
Dalam proses pengumpulan data penelitian, tim peneliti menerapkan metode
observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka.
1) Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
secara langsung mengenai objek-objek daya tarik wisata. Hasil pengamatan
yang dikumpulkan dalam bentuk catatan-catatan tertulis dan rekaman gambar
maupun video. Hasil pengamatan lapangan yang terinventarisir oleh tim
peneliti ini dapat merupakan gambaran kondisi riil, permasalahan, maupun
berbagai objek-objek wisata potensial yang tidak teridentifikasikan
sebelumnya melalui wawancara dengan para informan, subjek penelitian,
maupun masyarakat setempat. Hasil pengamatan lapangan ini pada akhirnya
sangat berperan penting dalam penyusunan konsep desain tata ruang dan
bangunan pada masing-masing daya tarik wisata di Desa Singapadu Tengah
yang akan dihasilkan pada akhir penelitian ini.
2) Wawancara
Wawancara yang akan dijalankan dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk
memperoleh gambaran deskriptif tentang: (a) segala ide maupun gagasan dari
pihak PEMDA dan masyarakat setempat tentang rencana pengembangan
segala potensi wisata di wilayahnya; (b) gambaran secara lisan tentang
karakteristik masing-masing potensi daya tarik wisata; serta (c) berbagai
permasalahan tentang aspek keruangan, kultur, sosial, dan ekonomi yang
9
berpeluang terjadi apabila rencana pengembangan daya tarik wisata Desa
Singapadu Tengah ini direalisasikan. Adapun pihak-pihak yang rencananya
dijadikan sebagai informan maupun mitra dialog dalam penelitian ini
dipaparkan pada bagian 3.5 Informan dan Mitra Dialog.
3) Studi pustaka
Studi pustaka yang akan dijalankan bertujuan untuk mengumpulkan berbagai
data tentang objek kajian ini, seperti: data tentang sejarah, kependudukan,
aspek sosial budaya, ritual, seni, perkembangan jumlah kunjungan wisatawan,
data tentang peta wilayah, serta data kondisi fisik bangunan pada objek studi.
b. Pendekatan Perencanaan
Perencanaan Desa Singapadu Tengah sebagai sebuah desa wisata baru ini akan
banyak mempertimbangkan aspek kebutuhan riil, potensi wilayah, peluang, serta
rentang masa operasionalisasi desain objek wisata pada masa-masa yang akan
datang. Dalam menjalankan studi perencanaannya, tim peneliti ini juga akan
menerapkan tujuh macam pendekatan studi utama, sebagai berikut ini.
1) Masa operasional perencanaan
Perencanaan desa wisata Singapadu Tengah ini ditargetkan mencakup rentang
waktu operasional hingga 40 tahun ke depan.
2) Studi kebutuhan
Studi kebutuhan dikaji dengan lebih terfokus pada studi terhadap berbagai
kebutuhan fasilitas dan ruang bagi segala kegiatan paket wisata yang
ditawarkan yang memberi peluang adanya partisipasi langsung para
wisatawan dalam berbagai alternatif rangkaian kegiatan sosial budaya di Desa
Singapadu Tengah. Partisipasi langsung yang dimaksud tersebut dapat
berupa: (a) menetap dan beraktivitas bersama selama beberapa hari di rumah
warga; (b) berlatih menari dan menabuh tradisional Bali selama beberapa
waktu yang hasil akhirnya akan dipentaskan di depan warga dan wisatawan;
(c) mengikuti program latihan memasak kuliner lokal selama beberapa waktu;
(e) latihan pembuatan patung paras style Singapadu; dan (f) ikut berpartisipasi
dalam kegiatan ritual di pura. Adapun paket kegiatan wisatawan yang bersifat
non-partisipan yang disediakan antara lain: (a) wisata belanja; (b) wisata
10
petualangan dalam wilayah desa; (c) wisata ke objek seni dan sejarah; serta
(d) wisata kuliner.
3) Studi potensi
Studi potensi dijalankan pada tahap pendataan kondisi lapangan dan
wawancara, tim peneliti akan menginventarisasi segala potensi dan peluang
yang dapat dikembangkan terhadap berbagai potensi daya tarik wisata di desa
ini.
4) Studi kelayakan perencanaan
Studi kelayakan perencanaan dijalankan dalam tahap analisis potensi daya
tarik wisata desa. Tim peneliti menerapkan kajian yang berpedoman pada
pola analisis SWOT yang terdiri dari kajian terhadap aspek kekuatan,
kelemahan, potensi, dan pelhambatan yang dimiliki suatu objek perencanaan.
5) Aspek sosial budaya masyarakat
Aspek kajian ini mencakup kajian terhadap berbagai nilai tradisi; potensi seni
rupa, tari, dan tabuh; potensi keindahan alam; sejarah; ritual; agenda event
keagamaan; serta nilai-nilai kearifan lokal di Desa Singapadu Tengah.
6) Konsep desa wisata yang ekologis dan berkelanjutan
Konsep pengembangan desa wisata yang diajukan ini diharapkan dapat
dijalankan dengan tetap mengedepankan aspek keramahan dan
pelestarian/konservasi terhadap alam, lingkungan, bangunan bersejarah, dan
nilai kearifan sosial budaya secara keberlanjutan.
7) Aspek kesesuaian terhadap peraturan daerah dan awig-awig desa setempat
Aspek kajian ini berkaitan dengan segala aspek yang bersifat normatif yang
berlaku dalam wilayah Desa Singapadu Tengah ini.
3.2 Gambaran Hasil Penelitian
Penelitian yang diajukan ini ditargetkan dapat menghasilkan sebuah konsep
yang terintegrasi tentang desain tata ruang, tata bangunan, dan manajemen rangkaian
kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dalam wilayah Desa Wisata Baru
Singapadu Tengah.
a. Luaran Berupa Desain Detail Pengembangan Daya Tarik Wisata
b. Luaran Lain: Artikel dan Makalah
11
3.3 Lokasi Penelitian
Desa Singapadu Tengah termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sukawati,
Kabupaten Gianyar dengan luas wilayah 273,53 hektar. Desa ini terbagi atas lima
dusun/banjar dinas, yaitu (1) Banjar Negari, (2) Banjar Belaluan, (3) Banjar Kutri,
(4) Banjar Abasan, dan (5) Banjar Geria Kutri. Wilayah Desa Singapadu Tengah
dibelah oleh satu ruas jalan utama desa yaitu Jalan Raya Singapadu sebagai jalur
penghubung Desa Batubulan dan Ubud. Batas wilayah administratif Desa Singapadu
Tengah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Singapadu Kaler
b. Sebelah timur berbatasan dengan Tukad Woos
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Singapadu
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Badung
Gambar 3.1 Letak Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati
12
3.4 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diajukan ini berwujud berbagai macam daya tarik wisata
yang bersifat keruangan, material, gagasan, dan nilai-nilai kearifan lokal di Desa
Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Objek-objek
penelitian yang diajukan ini secara umum dapat digolongkan berdasarkan atas
jenisnya, sebagai (a) kelompok bangunan suci atau daya tarik wisata spiritual, seperti
kompleks pura dan mata air yang disucikan; (b) daya tarik wisata budaya, seperti
bangunan puri, tinggalan arkeologis candi tebing (di tepi Sungai Woos), dan pasar
tradisional desa; (c) daya tarik wisata pertanian, seperti hamparan area persawahan
dan perkebunan; (d) objek wisata alam, seperti daerah tepian aliran sungai; (e) jalur
tracking wisatawan untuk kendaraan ATV (All Terrain Vehicle), kuda, dan sepeda;
(f) fasilitas akomodasi (homestay) dan transportasi wisata; serta (g) informasi tentang
rencana pengembangan desa wisata ini pada masa yang akan datang. Lebih jelas
tentang gambaran objek-objek potensi wisata di Desa Singapadu Tengah dapat
dilihat pada bagian lampiran.
3.5 Informan dan Mitra Dialog
Dalam proses menjalankan penelitian ini, akan dilakukan pula beberapa
kegiatan wawancara dan diskusi dengan perwakilan komunitas lokal, perwakilan
pemerintah daerah, dan pemuka desa berkenaan dengan masukan dan gagasan
tentang gambaran rencana pengembangan Desa Singapadu Tengah sebagai dewa
wisata budaya. Para subjek penelitian yang akan berperan dalam penelitian ini secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi informan dan mitra dialog.
a. Informan
Informan adalah berbagai pihak yang berkompeten dan memiliki banyak
informasi secara lisan tentang topik dan objek yang diteliti. Informan ini di
lapangan dipilih secara purposive melalui teknik snowballing process. Para
informan ini selanjutnya akan dimintai keterangan yang berkenaan dengan
aktivitas, sejarah, dan narasi nilai-nilai kultural yang termuat dalam objek-objek
wisata yang ada. Para informan tersebut dipilih berdasarkan latar sosialnya
sebagai seorang pemuka desa, pemuka agama, tetua desa, pelaku wisata,
13
wisatawan, maupun warga yang berkompeten lainnya. Narasumber lain yang juga
akan dilibatkan adalah berstatus sebagai tokoh perwakilan pemerintah daerah
yang diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang arah kebijakan
pengembangan wisata Desa Singapadu Tengah ini.
b. Mitra Dialog
Mitra dialog berperan sebagai pemberi masukan dan partner diskusi berkenaan
dengan gagasan tata desain dan tata kelola desa wisata di Desa Singapadu Tengah.
Mitra dialog yang ditetapkan, dipilih berdasarkan pertimbangan latar
kecakapannya dalam bidang sosial, seni budaya, agama, wisata, maupun regulasi
tentang tata ruang dan manajemen wisata di desa ini.
3.6 Jadwal Kegiatan dan Terget Penelitian
a. Jdwal Kegiatan Tahun Pertama (2017)
No. JenisKegiatan Tahun I (2017) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi pustaka 4. Konsultasi desain 5. Presentasi ke masyarakat 6. Desain final Masterplan 7. Gambaran paket wisata 8. Pelaporan final 9. Penyusunan artikel/makalah
*Catatan: Jadwal pengumpulan laporan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan oleh pihak LPPM Universitas Udayana
Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Target Capaian Tahun Pertama (2017)
KE
GIA
TA
N I
Kegiatan, Waktu, danTempat Materi yang Distudi Target Capaian
Pengumpulan data pustaka
lanjutan
Sejarah daya tarik wisata di Singapadu Tengah Data jumlah kunjungan (apa bila ada) Data dimensi bangunan objek wisata Data demografi Standar perencanaan dan manajemen desa wisata
Data-data daya tarik wisata di Singapadu Tengah terkumpul Data demografi dan kunjungan wisata di Singapadu Tengah diperoleh Standar tata kelola paket desa wisata
Waktu: Maret-Juni 2017
Tempat: Kantor Desa Singapadu Tengah Kantor Dinar Pariwisata Prop.Bali dan Kab.Gianyar
14
KE
GIA
TA
N I
I Pengumpulan data lapangan
lanjutan
Dimensi fisik objek-objek wisata Kondisi bangunan Karakteristik keruangan Kondisi infrastruktur sekitar objek Aspek sosial budaya lingkungan sekitar
Luasan bangunan atau ruang diperoleh Kondisi fisik bangunan teridentifikasi Keunikan gaya atau nilai bangunan teridentifikasi Kondisi jaringan infrastruktur terekam Rekaman kondisi dan potensi sosial budaya masyarakat sekitar objek
Waktu: Maret-Juni 2017
Tempat: Objek-objek wisata di Desa Singapadu Tengah Rumah para informan
KE
GIA
TA
N I
II
Wawancara dan dialog
dengan narasumber
Gagasan tentang perencanaan objek wisata terpadu di Desa Singapadu Tengah Konsep-konsep kearifan lokal di Desa Singapadu Tengah
Gagasan global dari para pemuka desa dan pelaku wisata terhadap Desa Singapadu Tengah diperoleh (berkenaan dengan desain fisik dan manajemen) Tatanan budaya dan sistem kepercayaan lokal juga terinventarisasi
Waktu: Maret-Juni 2017
Tempat: Kediaman para narasumber
KE
GIA
TA
N I
V
Konsultasi dan presentasi
desain Masterplan
Permasalahan di lapangan terkait objek-objek wisata Desa Singapadu Tengah: Potensi, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan. Presentasi desain masterplan diadakan pada bulan Juli 2017
Tim peneliti berhasil memperoleh secara lengkap data potensi, kelemahan, peluang, dan tantangan yang terdapat pada masing-masing objek wisata yang akan dikembangkan di Singapadu Tengah. Desain masterplan dan skenario paket-paket wisata yang diajukan disetujui wakil-wakil masyarakat
Waktu: Juni-Agustus 2017
Tempat: Di Desa Singapadu Tengah
KE
GIA
TA
N V
Penyusunan Laporan Tahun
Pertama
Simpulan dan laporan tahun pertama dapat diperoleh dan tersusun
Simpulan dan laporan tahun pertama dapat diperoleh dan tersusun
Waktu:
September 2017
Tempat:
Ruang kerja tim peneliti
KE
G.V
I
Penyusunan dan presentasi
makalah seminar nasional Menyusun makalah seminar nasional atau menyusun artikel jurnal terakareditasi
Makalah seminar terpersentasikan/Artikel dapat terpublikasikan
Waktu:
Agustus-September 2017
b. Jadwal Kegiatan Tahun Kedua (2018)
Kegiatan penelitian tahun kedua ini juga dijalankan dalam delapan bulan
kalender (Maret-Oktober 2018). Kegiatan penelitian pada tahun kedua ini lebih
menekankan pada kegiatan kajian data lapangan dan konsultasi dengan para
mitra dialog dan pemuka desa untuk dapat dihasilkan rancangan detail masing-
masing bangunan daya tarik wisata.
15
No. JenisKegiatan Tahun II (2018)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Pengumpulan data objek 2. Wawancara 3. Perancangan objek 4. Penyusunan kalender event 5. Konsultasi desain 6. Presentasi desain 7. Desain final 8. Pelaporan final 9. Penyusunan artikel/makalah
*Catatan: Jadwal pengumpulan laporan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan
oleh pihak LPPM Universitas Udayana
Tabel 2. Rencana Kegiatan dan Target Capaian Tahun Kedua (2018)
KE
GIA
TA
N I
Kegiatan, Waktu, danTempat Materi yang Distudi Target Capaian
Pengumpulan data objek
lapangan Data lapangan, data pustaka, data instansional, pendapat warga tentang segala yang berkaitan dengan potensi-potensi daya tarik wisata yang ada
Data fisik objek, data target kunjungan/kapasitas, data sosial budaya, standar bangunan dan manajemen objek diperoleh secara lengkap dan memadai
Waktu: Maret-Juni 2018
Tempat: Desa Singapadu Tengah Kantor pemerintah Badan statistik
KE
GIA
TA
N I
I
Penyusunan Materi Rancangan
(Desain) Membuat gambaran desain masing-masing bangunan wisata utama Desa Singapadu Tengah
Gambaran dasar tentang konsep desain dan manajemen tata kelola objek wisata berdasarkan gambaran ide dari warga
Waktu: Mei-Juni 2018
Tempat: Ruang kerja tim peneliti
KE
GIA
TA
N I
II Konsultasi dengan mitra dialog
Rancangan desain bangunan, sistem operasional, dan sistem manajemen objek wisata Desa Singapadu Tengah
Masukan, ide baru, revisi, persetujuan tentang rancangan desain, sistem operasional, dan konsep manajemen objek. Hasil masukan tersebut dijadikan sebagai materi penyempurnaan desain sebelum dipresentasikan.
Waktu: Juni 2018
Tempat: Kediaman mitra dialog.
KE
GIA
TA
N I
V Presentasi desain
Gambaran desain dipresentasikan dalam suatu forum di depan warga setempat
Diperoleh masukan dan saran penyempurnaan desain yang dipresentasikan: bangunan stage, jalur tracking, pura, pasar, wisata kuliner, area homestay, area persawahan, area wisata permukiman tradisional
Waktu:
Juli 2018
Tempat:
Di Desa Singapadu Tengah
16
KE
GIA
TA
N V
Pembuatan Desain Final dan
Laporan Final Gambaran desain final yang telah disempurnakan dan laporan hasil akhir penelitian
Desain final dan laporan final penelitian dapat terselesaikan secara tepat waktu
Waktu: Agustus-September 2018
Tempat: Ruang kerja tim peneliti.
KE
GIA
TA
N V
I
Penulisan makalah/artikel
karya tulis ilmiah Penulisan artikel ilmiah untuk jurnal terakreditasi nasional dari materi hasil penelitian tahun kedua.
Terselesaikannya artikel untuk jurnal terakreditasi.
Waktu: Agustus-September 2018
Tempat: Ruang kerja tim peneliti.
17
BAB IV PROGRAM RANCANGAN
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai program rancangan masing-
masing objek wisata yang diulas sesuai dengan tiap zona daya tarik wisata di
Singapadu Tengah.
4.1 Program Rancangan Zona Makro
Program rancangan pada zona ini menganalisis serta memperhitungkan
pembagian zonasi secara keseluruhan wilayah pengembangan daya tarik wisata di
Desa Singapadu Tengah. Perancangan pada zonasi ini memperhatikan fungsi,
karakteristik dan potensi-potensi yang terdapat pada tapak. Program rancangan pada
zona makro dapat dilihat pada bagian berikut ini.
A. Tujuan
Menentukan pendaerahan dan penataan masing-masing zona dalam tapak sesuai
dengan keberadaan dan fungsi masing-masing daya tarik wisata di Desa
Singapadu Tengah.
B. Dasar Pertimbangan
1. Fungsi perancangan adalah sebagai daya tarik wisata
2. Adanya fungsi yang saling memiliki keterkaitan di sekitar wilayah desa
3. Sirkulasi kegiatan serta aktivitas wisata di Desa Singapadu Tengah
4. Peraturan daerah Kabupaten Gianyar
5. Efisiensi lahan sesuai dengan karakteristik tapak
6. Pembagian zonasi yang didasarkan pada potensi-potensi yang dapat
dikembangan serta peruntukan lahan di Desa Singapadu Tengah
C. Faktor Penentu
1. Karakteristik pada tapak di Desa Singapadu Tengah
2. Program ruang dan organisasi ruang
3. Tata nilai Arsitektur Tradisional Bali (ATB)
D. Analisis
1. Tata zonasi kawasan terdiri atas 5 zonasi, yakni zona wisata sejarah dan religi,
zona wisata budaya, zona wisata alam dan zona rekreasi serta zona parkir.
2. Pada tiap zona akan dibangun halte sebagai alat moda transportasi publik bagi
para wisatawan.
18
3. Terdapat beberapa tanah milik desa yang akan dijadikan sebagai area
pengembangan fasilitas seperti fasilitas parkir, fasilitas komersil dan area
penerimaan.
4. Pada zona wisata alam yakni sepanjang daerah aliran sungai Oos dilakukan
penataan sebagai daya tarik wisata alam.
5. Terdapat beberapa fasilitas yang disebar dibeberapa titik untuk pemerataan
ekonomi masyarakat seperti toko cinderamata dan restauran.
E. Output
1. Terdapat empat pintu masuk Desa Singapadu Tengah yang dijadikan sebagai
entrance kawasan.
2. Zona Parkir yang terdiri dari parkir untuk sepeda motor, mobil, dan shuttle bus.
Selain itu, menjadi tempat aktivitas penerimaan seperti lobby, penyediaan
fasilitas pengelolaan, dan fasilitas pelayanan seperti registrasi dan informasi
paket wisata serta toko cinderamata.
3. Zona wisata alam yang berada di daerah aliran sungai Oos yang meliputi stop
over ATV Kutri, cinderamata dan view point.
4. Zona wisata budaya yang merupakan permukiman Desa Adat Belaluan
meliputi penyediaan unit-unit homestay pada rumah masyarakat setempat,
adanya fasilitas klinik, serta terdapat fasilitas komersil berupa restaurant dan
toko cinderamata.
5. Zona wisata rekreasi yang meliputi area rekreasi berupa pasar seni, ATV,
panggung terbuka Abasan, tracking sawah, bersepeda, dan fasilitas pelayanan
berupa restaurant.
6. Zona wisata sejarah dan religi meliputi kompleks Pura Dalem Negari, Pura
Tirta Bulan, Puri Negari dan Pasar Tradisional Negari.
19
Gambar 4.1 Rancangan Zona Makro
Berdasarkan pembagian masing-masing zonasi wisata, alternatif kunjungan daya
tarik wisata di Singapadu Tengah dibagi menjadi dua paket, yakni paket kunjungan
singkat dan paket kunjungan lama. Paket kunjungan singkat ini menyuguhkan
seluruh objek wisata yang dikunjungi selama satu (1) hari penuh. Paket kunjungan
lama menyuguhka seluruh objek wisata yang dikunjungi selama dua (2) hari satu (1)
malam. Berikut ini diuraikan paket wisata yang dapat dijadikan sebagai alternatif
atau pilihan dalam mengunjungi daya tarik wisata di Singapadu Tengah, antara lain:
20
Tabel 4.1 Paket Kunjungan Singkat Wisatawan
No. Waktu
Lokasi Kegiatan Jam Durasi
1 09.00-09.10 10’ Parkir Belaluan - Parkir kendaraan 2 09.10-09.40 30’ Bangunan pengelola - Menikmati hidangan
- Melihat informasi objek wisata 3 09.40-09.50 10’ Loket tiket - Membeli tiket dan mengisi data
kunjungan 4 09.50-10.00 10’ Tempat penyewaan ATV,
sepeda dan kuda - Menyewa sepeda, ATV, dan kuda
5 10.00-11.30 90’ Lahan persawahan dan perkebunan Belaluan
- Menikmati suasana persawahan - Menikmati suasana perkebunan - Menikmati hasil perkebunan
6 11.30-13.00 90’ Restauran - Makan siang 7 13.00-13.40 40’ Pura Dalem Negari - Menikmati suasana Pura Dalem
Negari - Menikmati suasana Candi Tebing dan tinggalan Goa bersejarah
8 13.40-13.50 10’ Menuju Pura Tirta Bulan - 9 13.50-14.20 30’ Pura Tirta Bulan - Menikmati suasana Goa dan Pura
Tirta Bulan 10 14.20-14.30 10’ Menuju Puri Negari - 11 14.30-15.00 30’ Puri Negari - Menikmati suasana Puri Negari 15 15.00-16.30 90’ Pasar Tradisional Negari - Menikmati suasana pasar tradisional,
membeli cinderamata 16 16.30-17.30 60’ Agrowisata Negari - Menikmati suasana agrowisata
- Menikmati kopi dan hidangan di agrowisata
17 17.30-20.00 150’ Pasar Seni Singapadu Tengah
- Membeli cinderamata - Menikmati suasana pasar seni - Food court
18 20.00-22.00 120’ Panggung terbuka Abasan - Menikmati pagelaran seni 19 22.00-selesai Acara bebas
Tabel 4.2 Paket Kunjungan Lama Wisatawan
No. Waktu
Lokasi Kegiatan Jam Durasi
HARI PERTAMA
1 09.00-09.10 10’ Parkir Belaluan - Parkir kendaraan 2 09.10-09.40 30’ Bangunan pengelola - Menikmati hidangan
- Melihat informasi objek wisata 3 09.40-09.50 10’ Loket tiket - Membeli tiket dan mengisi data
kunjungan 4 09.50-10.00 10’ Tempat penyewaan ATV,
sepeda dan kuda - Menyewa sepeda, ATV, dan kuda
5 10.00-13.30 210’ Lahan persawahan dan perkebunan
- Menikmati suasana persawahan - Mengikuti kegiatan bertani - Menikmati suasana perkebunan - Menikmati hasil perkebunan - Makan siang
6 13.30-13.40 10’ Menuju Pura Dalem Negari
-
7 13.40-14.40 60’ Pura Dalem Negari - Menikmati suasana Pura Dalem
21
Negari - Sembahyang - Menikmati suasana Candi Tebing dan tinggalan Goa bersejarah
8 14.40-14.50 10’ Menuju Pura Tirta Bulan - 9 14.50-15.50 60’ Pura Tirta Bulan - Menikmati suasana Pura Tirta Bulan
dan tinggalan Goa bersejarah - Melukat dan bersembahyang
10 15.50-16.50 60’ Agrowisata Negari - Menikmati suasana agrowisata - Menikmati kopi dan hidangan
11 16.50-17.00 10’ Menuju homestay Belaluan
-
12 17.00-18.30 90’ Homestay - Istirahat - Mandi
13 18.30-20.00 90’ Restaurant - Makan malam 14 20.00-22.00 120’ Panggung terbuka Abasan - Menikmati pagelaran seni 15 22.00-selesai - Menuju homestay Belaluan
- Acara bebas HARI KEDUA
15 09.00-10.00 60’ Pasar tradisional Negari - Menikmati suasana pasar tradisional 16 10.00-12.00 120’ Restaurant - Makan siang 17 12.00-15.00 180’ Puri Negari - Menikmati suasana Puri Negari
- Belajar menari - Belajar menabuh gambelan
18 15.00-18.00 180’ Pasar Seni Singapadu Tengah
- Menikmati suasana pasar seni - Membeli cinderamata
19 18.00-selesai Homestay Belaluan - Check out
4.2 Program Rancangan Zona Meso
Program rancangan pada zona meso dibagi menjadi empat zona yakni zona
sejarah dan religi, zona budaya, zona alam dan zona rekreasi. Berikut ini akan
dijabarkan secara rinci perzonasi, antara lain:
A. Zona Wisata Sejarah dan Religi
Pada zona ini terdapat lima potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai wisata
sejarah dan religi, seperti Pura Tirta Bulan (sumber mata air suci), kompleks Pura
Dalem Negari (tinggalan arkeologi), Puri Negari (Kerajaan Negari), Pasar
Tradisional Negari dan Agrowisata Negari. Adanya agrowisata Negari ini masuk
dalam zona wisata sejarah dan religi dijadikan sebagai rest area atau tempat untuk
para wisatawan beristirahat baik itu makan siang maupun makan malam. Karena
secara fungsional, aktivitas wisata yang ada di agrowisata tersebut merupakan area
untuk menikmati kopi sebagai produk utama serta disediakan hidangan dan kudapan
sebagai sajian untuk dapat dinikmati oleh para wisatawan pada waktunya (makan
siang/malam).
22
Gambar 4.2 Rancangan Zona Wisata Sejarah dan Religi
B. Zona Budaya
Zona budaya terletak pada wilayah desa adat Belaluan yang secara administratif
merupakan banjar dinas Belaluan Desa Singapadu Tengah. Potensi yang dimiliki
yakni sangat baik dikembangkan kearah akomodasi pariwisata khususnya homestay.
Lahan yang digunakan merupakan lahan karang desa baik itu rumah tradisional
maupun area teba. Selain itu, kehidupan sosial yang dijiwai oleh budaya Bali
mendukung pengembangan wisata kearah wisata budaya dengan berbagai atraksi
wisata seperti tari dan tabuh.
Desa Adat Belaluan sebagai desa tradisional memiliki potensi yang sangat besar
dikembangkan sebagai desa wisata. Informasi yang diperoleh dari Bapak I Nyoman
Rosman selaku Kepala Desa Singapadu Tengah diperoleh informasi adanya gagasan
dan keinginan kuat dari pihak PEMPROV Bali dan Pemda Kabupaten Gianyar untuk
segera memberdayakan seluruh potensi yang ada di Singapadu Tengah. Selain dari
pada itu, masyarakat juga berkeinginan kuat adanya pengembangan wisata
berkelanjutan di wilayahnya. Salah satu potensi yang sangat besar dimiliki oleh Desa
Singapadu Tengah yakni pengembangan akomodasi wisata di Desa Adat Belaluan.
Bentuk akomodasi pariwisata yang layak berupa homestay. Kondisi dan potensi Desa
Adat Belaluan sebagai desa tradisional sangat tepat dijadikan sebagai homestay,
23
karena wisatawan secara tidak langsung akan berinteraksi dengan masyarakat desa
itu sendiri. Lahan yang digunakan yakni pada area belakang rumah (teba). Di
samping dapat meningkatkan pendapat masyarakat, pengembangan kearah
akomodasi pariwisata diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan
memperlama kunjungan wisatawan di Desa Singapadu Tengah. Di Desa Belaluan ini
terdapat potensi budaya yang secara khusus dipaparkan sebagai berikut.
1. Pura Desa Belaluan
Zona ini adalah sebuah zona suci yang berlokasi di Pura Desa Desa Adat
Belaluan. Pura Desa pada Desa Adat Belaluan adalah sebuah pura yang termasuk
bagian dari Pura Kahyangan Tiga di desa itu. Di dalam kepercayaan Hindu, Pura
Desa adalah sebuah pura yang digunakan untuk pemujaan pada salah satu Dewa Tri
Murti, yaitu Dewa Brahma dalam manifestasinya sebagai seorang dewa pencipta.
Pura Desa Desa Adat Belaluan berada di ruas jalan primer desa yang notabene adalah
jalur utama di desa tersebut. Selain dari pada itu, lokasinya yang berada di depan
Bale Banjar Belaluan, membuat pura ini mudah ditemukan saat berada di Desa Adat
Belaluan. Luas total area Pura Desa Desa Adat Belaluan ini adalah 0,3 Hektar. Pura
Desa ini teridiri dari 3 zona utama (Tri Mandala), yaitu Nista Manda (jaba pisan),
Madya Mandala (jaba tengah), dan Utama Mandala (jero). Terakhir kali Pura Desa
Desa Adat Belaluan dipugar pada tahun 2007. Pujawali atau piodalan di Pura Desa
Desa Adat Belaluan ini dilakukan pada setiap Buda Cemeng Langkir.
Saat pujawali atau piodalan di Pura Desa Desa Adat Belaluan terjadi aktivitas
adat dan keagamaan yang relatif padat mulai tahap persiapan piodalan yang berupa
ngayah, puncak acara piodalan berupa acara ritual dan persembahyangan yang
dilakukan warga setempat, hingga ke tahap akhir berupa nyineb dan melakukan
kegiatan pembersihan di area Pura Desa. Selain itu, pada saat-saat tertentu seperti
ritual pemelastian sebelum Hari Raya Nyepi, seluruh Ida Bhatara dan Ida Bhatari
yang di-sungsung oleh warga Desa Adat Belaluan, di-stana-kan atau melinggih di
area Bale Agung yang terletak di area Pura Desa Desa Adat Belaluan. Hasil
identifikasi pada tampilan bangunan Pura Desa Desa Adat Belaluan ini terlihat dari
penggunaan style Gianyar, khususnya Singapadu, dengan style Singapadu ini dapat
teridentifikasi dari penggunaan material batu paras juga batu bata sebagai material
finishing dan dilengkapi dengan ornamen dan motif kekarangan yang tegas.
24
2. Pura Puseh Belaluan
Zona ini adalah sebuah zona suci yang terletak di Pura Puseh Desa Adat Belaluan.
Sama dengan Pura Desa, Pura Puseh adalah sebuah pura yang termasuk bagian Pura
Kahyangan Tiga di desa tersebut yang berfungsi untuk pemujaan Dewa Tri Murti
yaitu Dewa Wisnu dalam manifestasinya selaku dewa pemelihara. Pura Puseh Desa
Adat Belaluan terletak di Timur Laut Desa Adat Belaluan yang terletak di jalan lokal
primer desa, dan di antara permukiman warga sekitar. Luas keseluruhan area Pura
Puseh Desa Adat Belaluan ini adalah 0,5 hektar, lalu sama halnya juga dengan Pura
Desa, Pura Puseh ini terdiri dari 3 zona utama (Tri Mandala), yaitu Nista Manda
(jaba pisan), Madya Mandala (jaba tengah), dan Utama Mandala (jero). Khusus di
bagian Nista Mandala (jaba pisan), ada sebuah wantilan seluas 175 m2 dan
berfungsi untuk tempat warga mempersiapkan upacara keagamaan berupa banten
atau sesajen, serta ada sebuah sumur yang dulu berfungsi bagi masyarakat untuk
mendapatkan sumber air dengan tujuan untuk penyelesaian upacara keagamaan saat
berlangsungnya acara pujawali atau piodalan di Pura Puseh ini.
Namun saat ini keberadaan sumur itu tidak lagi bisa berfungsi karena warga
setempat sudah beralih menggunakan PDAM untuk kebutuhan sehari-hari. Pura
Puseh Desa Adat Belaluan terakhir kali dipugar pada tahun 1983, di mana acara
pujawali atau piodalan di Pura Puseh Desa Adat Belaluan ini dilaksanakan pada
setiap Buda Kliwon Pahang. Sama halnya saat terjadi acara pujawali atau piodalan
di Pura Desa, di Pura Puseh juga terjadi aktivitas adat dan keagamaan yang realtif
padat mulai dari persiapan piodalan, puncak piodalan, hingga tahap akhir berupa
nyineb dan melakukan kegiatan pembersihan di Pura Puseh. Hasil identifikasi pada
tampilan bangunan Pura Puseh Desa Adat Belaluan ini terlihat dari penggunaan style
Singapadu, di mana ciri dari style Singapadu ini terlihat dari dominasi material batu
paras dan batu bata sebagai finishing, dilengkapi ornamen dan bentuk motif
kekarangan yang tegas, dan kori agung dengan dimensi yang relatif tinggi.
3. Pura Dalem Belaluan
Zona ini adalah sebuah zona suci yang terletak di Pura Dalem Desa Adat
Belaluan. Letaknya bersebelahan dengan Pura Prajapati dan Setra Desa Adat
Belaluan. Sama dengan Pura Desa dan Pura Puseh, Pura Dalem Desa Adat Belaluan
adalah sebuah pura yang termasuk dalam bagian Pura Kahyangan Tiga yang
25
berfungsi untuk pemujaan salah satu Dewa Tri Murti yaitu Dewa Siwa, dalam
manifestasinya selaku dewa pelebur. Zona Pura Dalem berada pada area pempatan
agung Desa Adat Belaluan dan termasuk dalam ruas jalan primer desa, di mana area
ini membentang dari Utara (Pura Dalem) ke arah Selatan (Setra). Luas keseluruhan
area Pura Dalem Desa Adat Belaluan adalah 0,3 hektar, dan luas area Pura Prajapati
dan Setra adalah 0,4 hektar, jadi total dari area Pura Dalem ini adalah 0,7 hektar.
Sama halnya dengan Pura Desa dan Pura Puseh, Pura Dalem ini terdiri dari 3 zona
utama (Tri Mandala), yaitu Nista Manda (jaba pisan), Madya Mandala (jaba tegah),
dan Utama Mandala (jero). Di bagian Nista Mandala (jaba pisan). Sedangkan di
area setra terdiri dari dua zona yaitu setra bebajangan dan setra umum. Di area nista
Pura Dalem juga ada sebuah wantilan seluas 160 m2 yang berfungsi untuk tempat
warga mempersiapkan upacara keagamaan yang berupa banten atau sesajen, juga
untuk area pertunjukan seni bila ada piodalan atau pujawali.
Pujawali atau piodalan di Pura Dalem Desa Adat Belaluan ini dilaksanakan setiap
Anggar Kasih Medangsia, di mana rangkaian kegiatan ini sama halnya dengan yang
terjadi di Pura Desa dan Pura Puseh Desa Adat Belaluan. Seperti pada Pura
Kahyangan Tiga Desa Adat Belaluan lainnya, hasil identifikasi pada tampilan
bangunan Pura Dalem Desa Adat Belaluan ini terlihat dari penggunaan style
Singapadu, di mana dominasi material batu paras dan batu bata sebagai finishing dan
dilengkapi dengan ornamen dan kekarangan berbentuk tegas di beberapa bagian pada
pura. Saat ini sedang dilakukan pemugaran pada Pura Dalem Desa Adat Belaluan
secara bertahap dan proses ini diperkirakan selesai di tahun 2017.
4. Bale Banjar Belaluan
Zona ini adalah zona bangunan umum dengan fungsi yang serbaguna berupa Bale
Banjar Belaluan. Bale Banjar Belaluan berada di jalan primer desa tersebut. Luas
keseluruhan bangunan ini adalah 554 m2 dan terbagi dalam beberapa area yakni
Nista Mandala (Penyengker, Bale Kulkul, Area perantenan/dapur), Madya Mandala
(ruang serbaguna), Utama Mandala (area suci dan Pelinggih Ratu Bhagawan
Penyarikan). Bale Banjar Belaluan bisa dikatakan berada di lokasi strategis karena
selain berada di jalur primer desa, Bale Banjar Belaluan juga berada di antara Pura
Desa dan wilayah permukiman warga, sehingga akses menuju Bale Banjar Belaluan
menjadi strategis bila ada aktivitas di dalamnya. Bale Banjar Belaluan adalah sebuah
26
bangunan dengan fungsi serbaguna. Jika dilihat dari fungsi utamanya, Bale Banjar
Desa Adat Belaluan berfungsi untuk tempat berkumpul warga setempat menggelar
rapat terkait dengan permasalahan yang ada di desa tersebut.
Namun dalam kesehariannya, pada saat ini bangunan tersebut berfungsi untuk
berbagai aktivitas, seperti saat pagi hingga siang hari di bagian perantenan
digunakan sebagai sekolah PAUD (Pendididikan Anak Usia Dini), serta berfungsi
sebagai kantor LPD desa di area belakang bangunan. Saat sore hari Bale Banjar
Belaluan digunakan warga sekitar untuk tempat berolahraga seperti bulu tangkis,
tenis meja, dan sebagainya dan pada waktu sore hari di hari Sabtu dan Minggu
difungsikan oleh Kelompok PKK untuk tempat menjalakan aktivitas kelompok
seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), senam sehat, dan sebagainya. Pada
malam hari, saat jadwal tertentu Bale Banjar Belaluan digunakan oleh STT. Eka
Truna Jaya Banjar Belaluan untuk melakukan kegiatan mereka seperti latihan seni
tabuh dan tari, membuat layang-layang tradisional, bazzar tahunan, dan sebagainya.
Identifikasi pada bangunan ini adalah masih menggunakan konsep Arsitektur
Tradisional Bali yang terlihat pada pembagian zona utama, madya, dan nista, dan
juga terlihat dari bentuk dan material bahan, di mana pada bentuk diterapkan konsep
kepala, badan, dan kaki serta penggunaan material bahan yang masih berupa
material-material yang berasal dari alam sekitar sebagai elemen-elemen pembentuk
ruang.
Gambar 4.8 Zona Budaya
27
C. Zona Alam
Pada zona ini merupakan area yang berada disepanjang daerah aliran sungai Tuka
Oos. Sungai ini memiliki lebar sekitar 10 meter lebih dengan tingkat kecuraman pada
beberapa sisi melebihi 75 persen. Oleh karena itu, area ini sangat indah jika dilihat
pada titik tertentu. Disepanjang daerah aliran sungai ini akan dijumpai jalur motor
ATV yang sudah dimanfaatkan sebagai atraksi wisata. Selain itu, disepanjang daerah
aliran sungai akan dijumpai sumber mata air yang disucikan dan dimanfaatkan untuk
kebutuhan warga setempat. Pada area ini juga ditemukan beberapa situs tinggalan
arkeologi dan candi tebing yang sangat memiliki nilai sejarah tinggi.
Gambar 4.9 Zona Wisata Alam
D. Zona Rekreasi
Zona rekreasi merupakan zona yang paling luas, karena area ini didominasi oleh
area ruang terbuka yang berwujud lahan pertanian dan perkebunan milik warga.
Dengan potensi tersebut pengembangan jenis wisata mengarah ke atraksi wisata
28
seperti mengendarai motor ATV, trekking, bersepeda dan berkuda. Selain itu, pada
sisi selatan tepatnya diwilayah Banjar Abasan terdapat area yang digunakan sebagai
panggung terbuka untuk mewadahi kegiatan pagelaran seni kontemporer dan
tradisional. Di jalan utama terdapat Pasar Seni Singapadu Tengah sebagai wadah
untuk memajang hasil kerajinan masyarakat (etalase).
Gambar 4.10 Zona Wisata Rekreasi
4.3 Program Rancangan Zona Mikro
Program rancangan zona mikro disusun secara berurutan berdasarkan
pengelompokkan masing-masing zona wisata pada masterplan wisata baru Desa
Singapadu Tengah, antara lain:
1. Pura Tirta Bulan
Pura Tirta Bulan merupakan sebuah pura yang digunakan untuk memuja Tuhan
dengan manifestasinya sebagai dewa penyucian. Hal ini karena terdapat tiga titik
sumber mata air pancoran yang biasanya digunakan untuk melakukan penglukatan
oleh warga sekitar Desa Singapadu Tengah. Sejarah pura sendiri menurut pemangku
29
(pendeta Pura) setempat berdiri sejak leluhurnya (tepatnya kakek pemangku yang
sekarang) mendapat pewisik (petunjuk gaib) ketika mengalami kejadian tidak bisa
keluar dari sebuah goa di area pura tersebut. Setelah melakukan pemujaan, ia pun
berjanji jika dapat keluar dari goa tersebut ia akan membangun pelinggih-pelinggih
pelengkap pura. Akhirnya, setelah tiga hari berlalu ia pun dapat keluar dan
selanjutnya memberi tahu kejadian tersebut kepada keluarga besarnya. Singkat cerita,
dilakukanlah pembangunan pura dan pemberian nama terhadap pura tersebut dengan
nama Pura Tirta Bulan. Air suci di Pura Tirta Bulan sendiri terletak di bawah area
pura. Hal menarik, ketika air sungai Oos meluap, pancoran tirta akan hilang sehingga
masyarakat yang akan melukat sebaiknya dilakukan ketika air sungai tidak meluap.
Di area pura sendiri terdapat beberapa pelinggih pengayengan untuk pemujaan
kepada Dewa dengan menifestasi tertentu. Goa Pura Tirta Bulan ini cukup mudah
untuk dicapai. Pengunjung dapat masuk ke goa dengan cara beriringan karena lebar
mulut goa hanya cukup untuk satu orang. Di dalam goa sendiri terdapat pelinggih
untuk pemujaan, namun saat ini kondisinya sangat berbahaya karena sempat terjadi
longsor di dalam goa. Hal ini tentu membahayakan bagi pengunjung yang ingin
melakukan persembahyangan. Pemangku menuturkan bahwa goa ini tembus
langsung ke arah bibir sungai. Hanya saja jalurnya saat ini tidak memungkinkan
terkait keamanan jalur dan kondisi yang lembab dikhawatirkan terdapat hewan-
hewan berbisa seperti ular yang menghuni pada jalur tersebut.
Gambar 4.3 Pura Tirta Bulan
30
Dilihat dari kondisi existing Pura Tirta Bulan, permasalahan yang paling
menonjol di area tersebut adalah kurangnya kualitas infrastruktur baik itu fasilitas
utama, penunjang dan pelengkap wisata spiritual. Hal ini tentu akan berdampak pada
kenyamanan wisatawan dalam berkunjung ke pura tersebut. Pura yang memiliki
status milik keluarga ini kondisinya masih seadanya (belum dilakukan penataan
secara maksimal) sehingga perlu adanya suatu penataan baru. Pengamanan area
pancoran tirta sebagai tempat penglukatan dan pemandian perlu dilakukan mengingat
lokasi pancoran berada dibibir sungai yang luapan airnya tidak dapat diprediksi.
Sebagai pura yang memiliki daya tarik berupa goa peninggalan tentu keamanan
didalam goa menjadi perhatian utama. Goa ini sendiri kondisi didalamnya pernah
terjadi longsor, sehingga perlu adanya suatu pengamanan dinding dan langit-langit
goa untuk keamanan.
2. Kompleks Pura Dalem Negari
Pada kompleks Pura Dalem Negari terdapat beberapa peninggalan arkeologi
yang bernilai sejarah tinggi. Selain peninggalan berupa arca-arca, terdapat area candi
tebing sebagai tempat bersemedi orang-orang di zaman dahulu. Candi tebing ini
memiliki kemiripan dengan candi tebing di Pura Gunung Kawi Tampak Siring.
Hanya saja dalam kelestarian kompleks bangunan candi relatif kurang mendapat
perhatian dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan fungsi pada
area tersebut. Di area candi tebing ini di percaya oleh pemangku pura dan masyarakat
setempat sebagai tempat pemandian (beji). Wujud beji secara gaib dipercaya berupa
kolam pemandian. Akan tetapi kondisinya saat ini sudah berubah fungsi menjadi area
tajen (sabung ayam). Sebelum berubah fungsi, area ini ketika zaman penjajahan
Belanda dijadikan sebagai tempat pembuangan sisa-sisa material batu padas.
Karena terus menerus menjadi tempat pembuangan material, area yang awalnya
jauh di bawah saat ini kondisinya hampir rata dengan level lantai candi tebing. Selain
dari pada itu, sebelah timur area candi tebing terdapat pohon beringin yang
dibaliknya ada goa yang langsung tembus ke Sungai Oos. Hal ini tentu semakin
membuktikan bahwa dahulu kala di kompleks Pura Dalem Negari menjadi area
pertapaan. Hanya saja, sumber tertulis terkait keberadaan peninggalan arkeologi ini
tidak banyak ditemukan. Data yang diperoleh di Balai Arkeologi Wilayah Bali dan
31
Nusa Tenggara hanya berupa pengukuran existing site. Akan tetapi penelitian
terhadap keberadaannya belum dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian secara
mendalam agar kelestarian candi tebing dapat dijaga.
Gambar 4.4 Pura Dalem Negari
Pura yang memiliki peninggalan arkeologi berupa arca dan candi tebing ini
memiliki permasalahan terkait dengan kualitas infrastruktur dan konservasi tinggalan
arkeologi. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi kelestarian tinggalan arkeologi itu
sendiri karena dilihat dari bentuk tinggalan arkeologi, candi tebing di Pura Dalem
Negari memiliki kemiripan dengan tinggalan arkeologi di DAS Tukad Pakerisan.
Berdasarkan informasi dari pihak BALAR (Balai Arkeologi), tindakan yang telah
dilakukan hanya sebatas pendataan saja, sedangkan kegiatan konservasi belum
dilakukan secara optimal karena belum ada laporan lanjutan dari pihak masyarakat
setempat. Candi tebing ini menjadi satu kesatuan dengan kompleks Pura Dalem
Negari yang keberadaanya sangat dilestarikan oleh masyarakat, hanya saja fungsi
serta nilai yang terkandung pada tinggalan arkeologi tidak diketahui oleh masyarakat,
sehingga kondisi di lapangan memperlihatkan fungsi berubah menjadi area tajen
untuk kegiatan upacara.
3. Puri Negari
Puri Negari merupakan saksi bisu peninggalan Kerajaan Negara Negari di
Singapadu. Puri ini kondisinya sudah banyak yang berubah, terutama pada area
ancak saji. Bale lembu agung yang terletak di sisi barat daya menjadi area
32
pemantauan pihak kerajaan terhadap masyarakat saat ini fungsinya sudah berubah
sebagai area pelatihan seni tari. Selain dari pada itu, penataan lansekap dan beberapa
bale sebagai ciri khas sebuah puri mesti dilakukan. Agar suasana puri tetap dapat
dirasakan oleh wisatawan ketika mengunjungi kompleks Puri Negari.
Gambar 4.5 Kondisi Ancak Saji Puri Negari
4. Pasar Tradisional Negari
Sebagai desa dengan pola kerajaan, di sebelah barat laut Puri Negari terdapat
pasar tradisional yang keberadaannya masih dapat ditemukan. Pasar ini cenderung
mengarah sebagai pasar tenten yang aktivitas ekonominya dilakukan tidak setiap saat
(knockdown). Pasar ini keberadaannya perlu dilakukan penataan kembali, karena
kurangnya fasilitas pendukung dan pelengkap seperti kurangnya area parkir, area
berdagang, toilet dan lain-lain. Selain itu, kondisi aksesibilitas yang berada di catus
patha Puri Negari yang menjadi tempat persimpangan dari Denpasar menuju ubud
dan payangan menyebabkan area ini pada jam tertentu akan mengalami kemacetan.
Potensi yang sangat besar ini belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Oleh karena itu perlu dilakukan penataan area pasar dan area catus patha desa.
Perkembangan sebuah wilayah yang terdapat kerajaan tidak terlepas dari
keberadaan pasar sebagai tempat untuk melakukan kegiatan perekonomian. Puri
Negari yang terletak di sebelah timur laut area catus patha merupakan satu kesatuan
dengan keberadaan pasar tradisional. Pasar yang terletak di sebelah barat daya area
catus patha ini keberadaannya perlu dilakukan peningkatan infrastrutur karena
kondisi yang ada memperlihatkan kurangnya penataan sirkulasi yang menyebabkan
terjadinya kemacetan di catus patha pada jam-jam tertentu. Selain dari pada itu,
33
keberadaan parkir pasar kapasitasnya sangat kurang, sehingga perlu dilakukan
penataan area secara keseluruhan.
Gambar 4.6 Pasar Tradisional Negari
5. Agrowisata Negari
Desa Singapadu Tengah saat ini memiliki beberapa tempat wisata menarik yang
dapat dikunjungi. Salah satunya agrowisata yang terletak di Banjar Negari.
Agrowisata Negari ini menjual beberapa produk unggulan seperti kopi luwak yang
saat ini menjadi trend di kalangan wisatawan baik wisatawan domestik maupun
mancanegara. Wisatawan yang berkunjung akan disuguhi bagaimana proses awal
pembuatan kopi luwak. Diawali dari buah kopi yang dimakan oleh musang, setelah
itu kotoran yang dihasilkan diolah hingga proses sangria biji kopi dan pengemasan
dapat dilihat di agrowisata ini. Selanjutnya wisatawan yang telah mengikuti proses
pembuatan kopi akan diberikan tester kopi dengan berbagai cita rasa. Jika wisatawan
berkenan terhadap rasa tester tersebut, para pemandu akan mengarahkan wisatawan
menuju area coffee shop untuk membeli produk kopi tersebut.
Wisatawan yang mengikuti kegiatan agrowisata ini tentu mendapat pengalaman
baru. Dengan luas area mencapai satu hektare pengunjung dapat menikmati
tumbuhan kopi dan cokelat serta beberapa tanaman buah lainnya. Pengetahuan
terhadap pengolahan kopi luwak akan meningkatkan pemahaman proses pembuatan
kopi luwak bagi wisatawan. Selain binatang luwak, di agrowisata ini pengunjung
dapat melihat beberapa satwa lainnya seperti monyet, burung serta kelelawar. Di
34
kawasan ini pula telah disiapkan berbagai fasilitas penunjang dan pelengkap seperti
rest area, toilet, penginapan dan parkir yang memadai.
Gambar 4.7 Agrowisata Negari
6. Akomodasi Belaluan
Program rancangan akomodasi Belaluan menggunakan lahan milik warga seperti
teba dan karang desa sebagai tempat untuk pengembangan bangunan homestay.
Hal ini terkait dengan konsep pembangunan homestay yakni wisatawan yang
menginap dapat berbaur dengan warga setempat. Selain berbaur, para wisatawan
juga langsung belajar mengenai cara hidup masyarakat Belaluan. Ada tiga tipe
bangunan homestay yang akan dirancang pada akomodasi Belaluan. Tipe-tipe
homestay ini menyesuaikan dengan kondisi lahan yang ada, sehingga semakin
luas lahan yang dimiliki, semakin luas tipe homestay yang dirancang. Akan
tetapi, dalam pengembangan homestay ini, ada batasan jumlah kamar yang
diwajibkan. Hal tersebut bertujuan untuk pemerataan pendapatan warga dan
bertujuan agar tidak ada kamar yang tidak berisi wisatawan.
7. DAS Tukad Oos
DAS Tukad Oos Zona memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan
sebagai daya tarik wisata alam di Desa Singapadu Tengah. Lebar alur sungai
yang melebihi 10 meter dengan tingkat kecuraman melebihi 75 persen
memberikan kesan panorama yang sangat eksotis serta alami. Hanya saja lokasi
tersebut dapat dicapai melalui sebuah akses yang berada di sudut Tenggara Desa
Adat Belaluan atau lebih tepatnya berada di sebelah area setra Desa Adat
Belaluan. Akses zona ini memiliki lebar 1,7 meter, atau dengan kata lain akses
35
ini hanya dapat dicapai oleh kendaraan roda dua. Selain dari pada itu, akses lain
dapat dicapai melalui Pura Dalem Negari dan Pura Tirta Bulan.
Pada zona tepi aliran sunga ini terdapat dua sumber mata air yang biasa
difungsikan warga untuk memperoleh air yang dapat dikomsumsi. Warga Desa
Adat Belaluan tidak memanfaatkan sumber mata air tersebut untuk proses
mandi, cuci, kakus (MCK), melainkan warga melaksanakan proses mandi,cuci,
kakus (MCK) di wilayah sungai. Kondisi dari Sungai Oos masih sangat asri,
yang mana aliran air Sungai Oos masih terlihat jernih serta ditambah hadirnya
bebatuan yang berada ditengah aliran sungai menambah kesan alami pada zona
tepi aliran sungai ini.
8. Pasar Seni Singapadu Tengah
Gagasan yang sama dengan keinginan membangun panggung terbuka yakni
adanya keinginan masyarakat membangun pasar seni di Singapadu Tengah.
Pasar ini diharapkan mampu mengakomodasi potensi masyarakat yang bergerak
pada bidang kerajinan tangan. Permasalahan utama yang dihadapi yakni sulitnya
media promosi sehingga membutuhkan wadah yang diharapkan menjadi etalase
atau tempat memamerkan barang kerajinan. Lokasi yang digunakan terletak di
depan Kantor Desa Singapadu Tengah yang saat ini difungsikan sebagai sekolah
dasar, taman kanak-kanak dan playgroup. Lahan ini rencananya akan ditukar
dengan lahan milik desa, karena dilihat dari lokasi sekolah yang berada di jalur
utama menjadi permasalahan bagi para siswa berkaitan dengan faktor keamanan.
9. Panggung Terbuka Abasan
Panggung terbuka ini merupakan gagasan dari masyarakat dan pemerintah Desa
Singapadu Tengah yang ingin meningkatkan potensi kebudayaan berupa seni tari
dan tabuh dan membutuhkan suatu wadah yang dapat mengakomodasi potensi
yang dimiliki. Panggung terbuka ini terletak di pinggir sungai tepatnya di Banjar
Abasan yang berbatasan langsung dengan Desa Singapadu. Lahan yang
direncanakan merupakan lahan milik desa. Lokasi lahan ini sangat mudah
dicapai, hanya saja aksesibilitas menuju lokasi hanya dapat dilalui satu mobil
karena lebar jalan hanya 3 meter. Di lokasi panggung terbuka juga terdapat
36
potensi alam yang dapat dimanfaatkan yakni adanya sumber mata air yang
disucikan oleh masyarakat. Di area ini pula biasanya digunakan oleh masyarakat
untuk kegiatan rekreasi berupa kegiatan memancing dan aktivitas air lainnya.
10. ATV Kutri
Permasalahan yang ada pada area ATV yakni kurangnya atraksi wisata yang
dipadukan dengan potensi yang ada di Desa Singapadu Tengah. Hal ini
memberikan kesan bahwa masyarakat atau potensi yang ada terkesan sebagai
objek semata yang sangat membosankan. Oleh karena itu, perlu adanya
pengembangan baru mengenai paket wisata yang bisa memanfaatkan potensi
setempat sehingga terbentuk suatu keterpaduan.
37
BAB V KONSEP RANCANGAN DETAIL MASTERPLAN
Pada bab v ini akan dijabarkan konsep rancangan masing-masing daya tarik wisata
baru di Desa Singapadu Tengah, Gianyar.
5.1. Gambar Rancangan Zona Sejarah Dan Religi
Pada zona ini, konsep perencanaan berkaitan dengan fungsinya sebagai zona
sejarah dan religi. Aktivitas yang dilakukan oleh civitas (pemedek atau wisatawan)
memiliki kewajiban untuk tidak merusak fasilitas atau objek sejarah dan religi. Oleh
karena itu, keamanan dari objek sejarah dan religi menjadi faktor utama yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan dan perancangannya. Berikut ini, konsep rancangan
pada zona sejarah dan religi daya tarik wisata baru di Desa Singapadu Tengah:
a. Pura Tirta Bulan
Dalam penataan area pancoran tirta Pura Tirta Bulan, hal yang paling utama
berkaitan dengan keamanan pengunjung atau pemedek yang akan melakukan ritual
penglukatan. Permasalahan yang terjadi yakni adanya longsor pada sisi Timur sungai
Tukad Oos tentunya menjadi tindakan pertama atau prioritas. Tindakan tersebut
berupa dilakukannya pengerukan sedimentasi dan tanah-tanah bekas longsoran.
Pengerukan ini tentu akan berdampak pada kembalinya alur sikulasi air sungai dari
hulu ke hilir. Setelah dilakukan pengerukan, selanjutnya pada area pancoran tirta
pada sisi utara dilakukan peninggian level lantai setinggi titik pasang permukaan air
sungai ketika meluap. Selain dilakukan peninggian level lantai juga dibuatkan
tanggul untuk menghindari luapan air sungai ke area pancoran. Pada titik sumber
mata air juga dilakukan penataan, karena level lantai ditambah maka sumber mata air
dibuatkan bak sebagai penampungan air yang selanjutnya dapat dialirkan melalui
pancoran. Dengan dibuatkannya bak tersebut, rembesan-rembesan air di sisi
pancoran akan tertampung dan menambah debit air pancoran. Volume air yang
bertambah ini dapat bermanfaat untuk menambah jumlah pancoran tirta pada sisi
Utara. Pancoran tirta pada sisi Selatan juga dilakukan hal yang sama dengan sisi
Utara. Ini bertujuan untuk keamanan dari pengunjung dan pemedek ketika
melakukan ritual penglukatan. Selain di area sumber mata air pancoran, penataan
38
juga dilakukan pada area utama mandala dan area Goa sebagai daya tarik utama di
objek ini.
1. Penataan Area Utama Mandala
Area utama mandala merupakan area utama pada Pura Tirta Bulan. Rencana
penataan yang dilakukan pada area utama mandala ini berkaitan dengan penataan
pelinggih-pelinggih lama yang telah mengalami kerusakan yakni berupa renovasi
pada atap ijuk, kayu pelinggih dan bataran pelinggih. Selain dari pada itu, area
utama mandala dilakukan penataan drainase untuk menghindari genangan yang
ditimbulkan oleh rembesan air yang berasal dari tebing diatas Pura Tirta Bulan.
Kondisi Pura ini juga cukup lembab karena sinar matahari sulit masuk ke area
Pura yang ditutupi oleh pohon beringin. Oleh karena itu, penggunaan material
untuk natar Pura perlu diperhatikan sehingga pertumbuhan lumut yang dapat
merusak material bangunan dapat di antisipasi.
2. Penataan Area Goa
Penataan area goa di Pura Tirta Bulan diprioritaskan berkaitan dengan keamanan
saat pengunjung memasuki area goa dan kemudahan pengunjung untuk memasuki
area goa. Untuk meningkatkan keamanan, perlu adanya pengamanan beberapa
dinding dan langit-langit goa. Selain dari pada itu, berdasarkan informasi dari
pemangku Pura yakni adanya jalan tembus dari dalam goa langsung menuju
sungai Tukad Oos, perlu dilakukan penataan sehingga sirkulasi pengunjung
menjadi satu jalur. Entrance dari utama mandala Pura dan keluarnya dari luar
Pura yakni jaba sisi tepatnya pinggir sungai Tukad Oos. Pada area dalam goa
dilakukan pengamanan dibeberapa titik yang secara stuktur dianggap rawan. Di
area dalam goa juga dilakukan penambahan pencahayaan buatan guna
memudahkan pengunjung dalam menikmati suasana goa yang sebelumnya sangat
gelap.
39
40
41
42
43
44
b. Pura Dalem Negari
Pura Dalem Desa Adat Negari adalah salah satu dari tiga Pura Kahyangan Tiga
yang berlokasi dalam wilayah Desa Adat Negari, Desa Singapadu, Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar. Situs pura ini diprediksi sebagai sebuah kompleks
bangunan pura pengembangan dari kompleks bangunan pura kuno yang sudah ada
sejak masa lalu. Diperkirakan situs pura ini sudah ada sejak abad ke-18. Hal ini
ditandai ditemukannya artifak-artifak arca kuno yang bercorak masa itu dalam
wilayah pura ini. Selain itu, di zona belakang kompleks pura yang berbatasan
45
langsung dengan daerah tepian Sungai Oos ditemukan adanya arsitektur tinggalan
masa lalu berupa candi tebing dan goa pertirtaan.
Gambaran konsep penataan area kompleks bangunan pura bersejarah ini dapat
dikemukakan sebagai berikut (cf. wawancara terhadap Rosman dan Suciarta, 2016).
1. Pada bagian barat area kompleks pura, tepatnya di area bagian barat Jalan
Palguna, akan ditata menjadi lahan parkir bus, parkir mobil, dan sepeda motor.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kenyamanan para
pengunjung pada saat pemedek memasuki area inti kompleks bangunan Pura
Dalem Desa Adat Negari ini, baik bagi para wisatawan atau pun bagi mereka yang
ingin melakukan kegiatan persembahyangan di pura ini. Area ini dimaknai
sebagai area pendukung pura.
2. Areajaba sisi pura yang berada di bagian pojok selatan kompleks pura akan
dirancang sebuah bangunan informasi dan juga penjualan tiket masuk untuk
kegiatan pelayanan kepada para pengunjung yang akan memasuki area kompleks
Pura Dalem Desa Adat Negari ini. Area ini diperuntukkan khusus bagi para
wisatawan, hal ini merupakan syarat bagi para wisatawan yang ingin memasuki
area suci Pura.
3. Pada area timur bangunan wantilan pura akan dibangun sebuah bangunan toilet
yang akan difungsikan untuk dapat meningkatkan kenyamanan para pengunjung.
Lokasi penempatannya terdapat di area yang merupakan areanista mandala yang
juga berdekatan dengan wantilan. Seperti yang diketahui, bangunan wantilan
acapkali digunakan sebagai tempat duduk-duduk maupun juga tempat beristirahat
bagi para pengunjung.
4. Pada area timur Pura Mrajapati akan dibangun sebuah plaza untuk bangunan
Candi Tebing yang bernilai sejarah itu sebagai tempat bersantai bagi para
pengunjung kompleks pura ini. Area plaza ini juga difungsikan sebagai tempat
bagi para wisatawan dalam menikmati suasana candi tebing yang difungsikan
menjadi tempat bersemedi. Untuk menjaga kelestarian candi tebing, dibuat
pembatas berupa kolam ikan yang berdasarkan informasi dari pemangku Pura,
bahwa area ini dahulunya dipercaya menjadi tempat pemandian para dewa yang
berstana di Pura Dalem Negari.
46
5. Jalur pedestrian dari kompleks bangunan pura, menuju area mata air, dan area
tepian sungai yang melewati goa tepi sungai itu ditata dengan perkerasan dan
material yang lebih solid akan tetapi tetap menjaga gambaran karakter bangunan
lama ini.
6. Area inti tata ruang dan tata bangunan dalam area inti pura tetap dipertahankan
dan dikonservasi. Apabila dilakukan renovasi bangunan, maka bangunan yang
dibuat tidak mengubah nilai estetika, posisi, material dari tata bangunan dan tata
ruang semula. Elemen-elemen tinggalan arkeologis dipertahankan sepenuhnya.
7. Adanya penerapan aturan radius kesucian area pura secara tradisional Bali sesuai
Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia PusatNomor:
11/Kep/I/PHDIP/1994mengenaiBhisama Kesucian Pura. Radius kesucian Pura
Dalem Negarimerupakan minimum berjarak apenimpug (‘sejauh lemparan orang
dewasa’) atau sejauh 25 meter dari bangunan lain di sekitarnya. Jarak ini sesuai
dengan kedudukan Pura Dalem Negari ini sebagai sebuah Pura Kahyangan Tiga.
8. Tapak kompleks pura sakral ini berbatasan langsung dengan sungai, sumber air,
dan daerah hijau penyangganya. Keberadaan kompleks bangunan suci ini
berdampak positif bagi pelestarian ekosistem tepian sungai itu. Hal semacam ini
memang lazim berlaku pada hutan atau area alam yang berdekatan dengan objek
bersejarah yang disucikan Ishii, dkk. (2010).
9. Pada sisi tapak yang berbatasan langsung dengan kuburan adat (setra) akan
dibangun tembok penyengker. Tembok penyengker dalam budaya tradisional Bali
memang dapat berperan sebagai elemen pemisah antara area sakral (suci) dan
profan (cemer) dalam wujud yang estetis berpola tri angga; kepala, badan, dan
kaki (Windhu, 1984).
47
48
49
50
51
5.2. Gambar Rancangan Zona Budaya
Pada zona budaya, konsep rancangan berkaitan dengan penataan lingkungan
untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam menghuni akomodasi milik
warga (homestay) di lingkungan Desa Adat Belaluan. Selain dari pada itu, homestay
milik warga dirancang sesuai dengan standar internasional dan memiliki jumlah
kamar yang terbatas yakni tidak lebih dari 3 kamar per pekarangan. Hal ini bertujuan
untuk adanya pemerataan occupancy homestay pada tiap pekarangan milik warga.
Homestay dirancang sesuai dengan existing pekarangan warga. Setelah dilakukan
analisis site terhadap pekarangan warga, ada tiga tipe homestay yang dirancang pada
area zona budaya ini, antara lain:
1. Homestay Tipe 1, dirancang dalam satu bangunan terdapat tiga kamar tidur,
kamar mandi dalam, satu dapur pantry dan ruang makan, satu teras sebagai ruang
tamu. Homestay tipe 1 ini dibangun di area pekarangan milik warga yang secara
luasannya termasuk paling kecil.
2. Homestay Tipe 2, terdapat 2 unit bangunan homestay yang di dalamnya terdapat
satu kamar tidur dan kamar mandi dalam, satu dapur pantry dan ruang keluarga,
teras sebagai ruang tamu. Pada kamar tidur terdapat pintu-jendela yang langsung
berhadapan dengan kolam ikan. Luas pekarangan ini termasuk medium
(menengah).
3. Homestay Tipe 3, terdapat 2 unit bangunan homestay yang didalamnya terdapat
satu kamar tidur dengan double bed. Di kamar ini juga memiliki kamar mandi
dalam, satu dapur pantry, satu ruang keluarga, satu ruang tamu dan kolam ikan
yang dapat dinikmati langsung dari kamar tidur. Luas pekarangan ini termasuk
paling luas dibandingkan dengan dua pekarangan homestay Tipe 1 dan Tipe 2.
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
Pada sisi barat laut Desa Adat Belaluan ini terdapat lahan kosong yang
dirancang sebagai area untuk menjamu para wisatawan yang akan menginap atau
mengikuti atraksi wisata alam (zona alam) di Desa Singapadu Tengah. Area ini
difungsikan sebagai area pelayanan dalam hal ini adalah central parkir, registrasi
pengunjung, bangunan pengelola, restaurant, cinderamata, penyewaan sepeda, toilet
dan gazebo. Area pelayanan ini dibangun terpusat untuk memudahkan koordinasi
dan kemudahan dalam memberikan informasi kepada para wisatawan.
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
5.3. Gambar Rancangan Zona Alam
Zona alam ini terletak di sebelah timur Desa Adat Belaluan tepatnya dipinggir
sungai Tukad Oos. Zona alam ini memanfaatkan area DAS Tukad Oos yang
memiliki panorama alam yang sangat indah untuk dinikmati. Dalam
pemanfaatannya, penataan pada zona ini diprioritaskan pada peningkatan kualitas
infrastruktur untuk kegiatan atraksi wisata berupa ATV dan tracking. Atraksi wisata
tracking, start dilakukan di Desa Adat Belaluan tepatnya di bangunan pengelola.
Selanjutnya melakukan perjalanan menyusuri DAS Tukad Oos, permukiman
tradisional Belaluan dan finish kembali di bangunan pengelola Belaluan. Khusus
untuk atraksi wisata ATV, start dilakukan dilakukan di garase ATV Kutri yang
dikelola oleh pihak swasta (bukan desa adat).
103
5.4. Gambar Rancangan Zona Rekreasi
Pada zona rekreasi, pengembangan yang dilakukan oleh pihak desa yakni
pembangunan stage pertunjukkan dan kolam pancing. Stage pertunjukkan ini
dibangun diarea milik desa tepatnya di wilayah Banjar Abasan. Ide pembuatan stage
ini untuk menampung atau mewadahi kegiatan para seniman tari dan tabuh di
wilayah Singapadu Tengah. Selama ini latihan seni tari dan tabuh yang dilakukan
oleh instruktur dari Desa Singapadu Tengah ini dilakukan secara terpisah. Akibatnya,
tarian yang dipentaskan tidak dapat secara mutlak menampilkan karakter tarian style
Singapadu yang terkenal itu, oleh karena pelatih tari dan pelatih tabuh menampilkan
tariannya secara terpisah. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan memudarnya
tradisi tarian style Singapadu lambat laun makin sulit dilestarikan. Hal ini pada
dasarnya mendorong munculnya gagasan untuk membangun suatu stage tempat
latihan dan pertunjukan seni tari dan tabuh bagi siswa orang asing di Desa Singapadu
Tengah ini. Stage ini akan dilengkapi dengan beberapa kegiatan khususnya kegiatan
kesenian bagi para wisatawan berupa berlatih tari atau tabuh gamelan tradisional Bali
dan mementaskan tarian atau tabuh yang dipelajari pada bagian akhir di depan
publik. Selain difungsikan sebagai stage pertunjukkan, pada waktu tertentu juga
digunakan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan desa.
Di sisi utara lahan stage, rencananya akan dibangun kolam pemancingan air
tawar. Selain sebagai kegiatan rekreasi, juga difungsikan untuk mewadahi kegiatan
para wisatawan yang ingin berwisata kuliner khususnya ikan air tawar. Hal ini
didukung oleh potensi wilayah yang saat ini kurangnya fasilitas penunjang berupa
restaurant atau tempat makan yang representative bagi para wisatawan. Kolam
pancing ini dirancang dengan konsep neo vernakuler, yakni dari segi tampilan tetap
menonjolkan arsitektur Bali. Berikut ini konsep rancangan kolam pancing yang akan
dibangun, antara lain:
1. Penataan alur sirkulasi wisatawan dalam area stage, tambak dan restaurant.
Konsep pola pengaturan jalur sirkulasi pengelola dan wisatawan yang akan
diterapkan diupayakan tidak menciptakan masalah-masalah lainnya, seperti cross
circulatioan antara pengunjung restaurant, penonton pagelaran seni dan pengelola.
2. Penataan area parkir wisatawan dan pengelola.
104
Konsep pola parkir yang akan diterapkan secara keruangan mengoptimalkan lahan
yang disediakan sehingga jumlah kendaraan dapat secara maksimal memenuhi
area parkir.
3. Tata lansekap dan vegetasi perindang sekitar area tambak dan stage.
Penataan lansekap di sekitar area tambak dan stage dengan mempertimbangkan
aspek-aspek sebagai berikut: (1) tidak merusak view; (2) tata ruang natah (open
space); (3) pohon yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan upacara di Pura
milik desa adat; (4) bangunan peneduh area pemancingan; (5) elemen penanda
dalam area tapak; dan (6) tata vegetasi yang perlu untuk taman yang berkultur
Bali.
4. Perencanaan zonasi di dalam tapak
Area restaurant ikan air tawar Desa Adat Kutri ini akan diplot menjadi zonasi-
zonasi sesuai kebutuhan riil di lapangan. Setidaknya ada lima zonasi yang akan
ditata, yaitu (1) tambak ikan air tawar; (2) bangunan rumah makan; (3) bangunan
pengelola, kasir, toilet, dan dapur; (4) area pemanggangan bagi wisatawan dan
lasekap, (5) zonasi penerima (entrance restaurant).
5. Tata jaringan utilitas serta jaringan drainase tapak.
Lokasi tapak yang berada dipinggir sungai perlu adanya perhatian terhadap tata
jaringan utilitas dan drainase tapak. Karena akan berpengaruh terhadap kelestarian
lingkungan berkaitan saluran limbah hasil pengolahan ikan, drainase tapak limbah
dapur.
6. Tata alur sirkulasi dalam tapak bagi kaum difable (orang cacat).
Area wisata kuliner ini juga memperhatikan kemudahan akses bagi kaum difable
sehingga dapat menjangkau spot-spot area yang telah disediakan.
7. Desain detail bangunan-bangunan utama, penunjang dan pelengkap restaurant
ikan air tawar.
Bangunan-bangunan dalam tapak dirancang menerapkan style bangunan Bali
yang representatif dan penggunaan material bangunan yang berdaya tahan lama.
105
106
107
108
109
110
111
Ilustrasi 3 Dimensi
112
Daftar Pustaka
Anagnostopoulos, George L. (1994). Tourism and Historic Landscape Management. Ekistics;
Athens 61.368/369 (Sep-Dec 1994). : 317-320.
Andrei, Ruxandra Daniela, dr; dkk. (2013). Ecological Tourism - a Form of Responsible
Tourism. Romanian Economic and Business Review, suppl. Special Issue 1; Brasov (Winter
2013): 373-388.
Inskeep, E. (1991). Tourism Planning. An Integrated and Sustainable Development Approach.
New York: Van Nostrand Reinhold.
Ishii, Hiroaki T; dkk. (2010). Integrating ecological and cultural values toward conservation and
utilization of shrine/temple forests as urban green space in Japanese cities. Landscape and
Ecological Engineering; Dordrecht6.2 (Jul 2010): 307-315.
Muljadi, A. J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. (TT). Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia
Pusat Nomor: 11/Kep/I/PHDIP/1994 tentang Bhisama Kesucian Pura.
Patin, Valéry. (2010). The Economy of Cultural Heritage, Tourism and Conservation.
International Preservation News; The Hague 52 (Dec 2010): 6-11.
Pitana, I G. (1999). Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar: Bali Post.
Tim Penyusun RPJM Desa Singapadu. (2010). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Singapadu Tengah. Desa Singapadu Tengah.
Windhu, Ida Bagus Oka. (1984). Bangunan Tradisional Bali Serta Fungsinya. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Prayoga, I Gede Agus. 2016. Pengembangan Desain Wisata Pantai Lepang, di Kabupaten
Klungkung. Universitas Udayana.
Sasmita, Nyoman Indra Wira. 2017. Pengembangan Daya Tarik Wisata Desa Adat Belaluan,
Desa Singapadu Tengah, Kabupaten Gianyar. Universitas Udayana.