pemeriksaan medik oleh lawan jenis dan non-muslim

Upload: raja-rani-verdianti

Post on 15-Jul-2015

408 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Pemeriksaan Medik Oleh Lawan Jenis dan Non-MuslimOlvaria Misfa Raja Rani Verdianti

Pemeriksaan Medik oleh Lawan JenisBatasan dalam Islam mengenai pengobatan oleh lawan jenis adalah khalwah dan Aurat. Dalam keadaan normal, dokter laki-laki mengobati pasien laki-laki, dokter wanita muslimah mengobati pasien wanita. Jika tidak ada, maka dicari dokter sejenis yang beda agama yang dapat dipercaya. Jika tidak ada hendaknya ditangani dokter lain jenis yang seagama. Jika tidak ada, boleh ditangani dokter nonmuslim lain jenis.

Ulama sepakat menyatakan dokter boleh memeriksa bagian tubuh pasien yang menuntut pemeriksaan atau penanganan medis. Jika mengharuskan melihat aurat pasien, maka dokter harus:menjaga pandangannya menghindari khalwat Pasien disertai oleh mahramnya

KhalwatSecara etimiologis Khalwat berarti sunyi atau sepi. Dalam syariat Islam : keadaan tempat seseorang yang tersendiri dan jauh pandangan orang lain. Khalwat ada 2 macam : a. khalwat yang diharamkan b. khalwat yang dibolehkan Khalwat yang diharamkan berduaan yang dapat menjerumuskan seseorang untuk melakukan apaapa yang diharamkan, seperti berzina dan pendahuluannya

Khalwat yang dibolehkan : Berduaan di antara keramaian manusia karena ada kebutuhan dan jauh dari fitnah. Sekelompok laki-laki shalih berkhalwat dengan seorang wanita karena suatu kebutuhan dan aman dari fitnah. Seorang laki-laki berkhalwat dengan para wanita

Batasan Mahram dan Larangan KhalwatMahram : semua orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya karena sebab nasab, persusuan dan persemendaan. Berdasarkan Q.s. al-Nis ' (4): 23 dan Q.s. alNur:31, urutan laki-laki yang termasuk mahram bagi wanita adalah: Suami, Ayah termasuk kakek, Ayah mertua, Anak-anak lelaki termasuk cucu, Anak-anak suami, Saudara lelaki kandung seayah dan seibu, seibu, atau sebapak, Anak saudara lelaki, Anak saudara dari saudara perempuan, Sesama wanita yang ada kaitan keturunan atau seagama, Hamba sahaya, Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat, Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita.

Larangan berkhalwatber-khalwat antara laki-laki dan perempuan tanpa disertai mahram hukumnya haram, meskipun keduanya tidak melakukan kemaksitan seperti zina atau yang termasuk mendekati zina. Larangan berkhalwat, dijelaskan dalam Hadist nabi:

Dari Ibn Abbas ra., ia telah mendengar Nabi saw bersabda: Janganlah seseorang laki-laki berkhalwah dengan seorang wanita, dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali seorang mahram menyertainya (HR al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

AuratSecara bahasa : kekurangan, cacat, anggota tubuh yang tidak baik dibuka. Menurut para ulama:Aurat merupakan bagian tubuh manusia Aurat haram dilihat oleh orang lain, yang melihatnya berdosa. Aurat wajib ditutupi, yang membukanya berdosa.

Keharusan Menutup AuratUlama sepakat menutup aurat wajib hukumnya, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Allah swt berfirman dalam Q.s. al-Ahz b (33) ayat 59: Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

Batasan AuratBatasan Aurat Laki-laki Dewasaantara pusar dan lutut Dalil yang menjelaskan batasan tersebut adalah hadits Nabi: ( ) "Janganlah (seseorang) melihat (anggota tubuh) di bawah pusar dan di atas lutut" (HR. Abu Dawud).

Batasan Aurat Wanita Dewasaseluruh tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan. Batasan ini berdasarkan dalil ayat al-Quran: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya (Q.s. an-N r (24):31).

Aurat Wanita di Hadapan Mahramnya Menurut Mazhab Syafii: auratnya antara pusar dan lutut. Menurut Mazhab Maliki dan Hanbali: auratnya seluruh tubuhnya, kecuali muka, kepala, leher, kedua telapak tangan, dan kedua telapak kakinya. Aurat Wanita di depan Suami dan Sebaliknya Apabila seorang isteri bersama dengan suaminya di tempat yang terlindung dari pandangan orang lain, maka tidak ada batas aurat bagi mereka. Begitu juga sebaliknya. namun demikian sebaiknya suami tidak melihat aurat vital isterinya dan sebaliknya, sebagaimana disebutkan dalam sejumlah hadits.

Aurat Wanita di Hadapan Bukan MahramSeluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. (Q.S.An Nur ayat 31) Pendapat Ulama:Mazhab Hambali, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi'i, Ibn Hazm az-Zhahiri, dan Syiah Imamiyah: muka dan telapak tangan bukan aurat Sebagian ulama Hanafi: dua telapak tangan, wajah, dan kaki sampai di bawah betis tidak termasuk aurat. Sebagian ulama lain: aurat wanita di hadapan bukan mahramnya adalah seluruh tubuhnya.

Aurat Anak-anakMazhab Syafii: sama dengan dewasa Mazhab Maliki: membedakan aurat anak laki2 di dalam dan di luar sholat berdasarkan kelompok usia. Aurat anak perempuan dalam sholat sama dengan wanita dewasa. Mazhab Hanafi: juga membagi batasan aurat berdasarkan kelompok usia Mazhab Hanbali: anak-anak yang belum berusia 7 tahun tidak ada batasan auratnya

Larangan Melihat, Membuka, atau Menyentuh AuratSengaja melihat aurat yang dilarang dilihat hukumnya haram. Rasulullah saw. juga melarang melihat aurat, baik kepada sejenis atau lain jenis', sebagaimana terdapat dalam Hadits Nabi: Laki-laki tidak boleh melihat aurat perempuan, dan perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan, dan sesama lelaki tidak boleh berselimut dalam satu kain, demikian pula, sesama wanita tidak boleh berselimut dalam satu kain" (HR. Muslim, Ibn Khuzaimah, Ab Aw nah, al-Nas i, Ibn M jah, dan al-Thabar ni dari Ab Sa d al-Khudri dari Bapaknya).

Batasan aurat di atas dikecualikan dalam keadaan darurat atau pandangan yang tidak disengaja. Hal ini sejalan dengan penegasan Nabi: } . "{

Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang pandangan mendadak (tidak sengaja), Nabi menyuruhku untuk segera memalingkan pandanganku" (HR. Muslim).

Mode dan Warna Pakaian1. Harus menutup aurat. 2. Longgar, tidak sempit/ketat hingga menampakkan lekuk tubuh. 3. Hendaknya dibuat dari bahan yang tidak terlalu licin dan lembut hingga melekat di tubuh dan membayangkan kulit pemakainya. 4. Tidak berbentuk hiasan yang dapat menarik perhatian orang melihatnya. 5. Tidak menyerupai pakaian lain jenis. 6. Tidak menyerupai pakaian orang-orang nonmuslim.

TabarrujTabarruj = membuka dan menampakkan sesuatu untuk dilihat mata. Dalam al-Quran tabarruj ditujukan kepada perempuan terhadap laki-laki lain, menampakkan perhiasannya dan kecantikannya, dinyatakan dalam Q.s. alAhzab:33 menurut Imam Muj hid: perempuan yang ke luar rumah berjalan di hadapan laki-laki. Qat dah berpendapat, perempuan yang cara berjalannya dibikin-bikin dan pamer. menurut Muq til, dengan melepas kudung dari kepala dan tidak diikat sehingga kalung di lehernya semuanya tampak.

Rukhashah, Darurat, atau Adanya Tuntutan MendesakUlama sepakat membolehkan seorang dokter melihat bagian tubuh pasien untuk kebutuhan pemeriksaan dan pengobatan dengan memperhatikan batasan-batasan syar'inya, sebatas kebutuhan. Perempuan tua termasuk yang diberi rukhshah (keringanan), sebagaimana disebutkan dalam AlQuran: Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana" (Q.s. an-Nur: 60).

Fatwa Ulama tentang Bolehnya Melihat Aurat dalam PengobatanAhmad ibn Hanbal (164-241 H.) misalnya, ia membolehkan dokter atau yang sejenisnya laki-laki melihat aurat pasien wanita yang bukan mahram khusus pada bagian tubuh yang menuntutnya meski aurat vitalnya, demikian pula sebaliknya, dengan alasan 'tuntutan'. Ibn Muflih (816-884 H.), Ulama Han bilah berfatwa membolehkan menyingkap dada perempuan yang lengannya terluka dan menyentuhnya karena darurat. Para ulama membuat batasan bolehnya berobat atau mengobati lain jenis dengan 4 syarat: Tidak ditemukan dokter yang sejenis. Karena keadaan darurat Penyingkapan aurat hanya sebatas proses pengobatan ditemani oleh mahram pasien

Pengobatan oleh Non-MuslimHampir semua ulama sepakat bahwa berobat tidak mesti kepada sesama muslim. Menurut para ulama, kebolehan mengikuti nasihat dokter non-muslim di sini juga meliputi cara dan jenis obat yang dipergunakan, selama tidak mempergunakan yang diharamkan syara meskipun dengan alasan demi penyembuhan. sebagian kecil ulama mengharamkan berobat kepada non-muslim, alasannya, adalah untuk kehati-hatian. Tetapi, sepanjang ada dokter muslim tingkat keahliannya sama, sebaiknya berobat kepadanya.

TERIMA KASIH Assalamualaikum wr. wb