pembuatan dan karakterisasi nanokatalis ni …digilib.unila.ac.id/24715/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOKATALIS
Ni0,6Cu0,4Fe2O4 SERTA UJI AKTIVITAS PADA KONVERSI
(CO2 + H2)
(Skripsi)
Oleh
Feby Rinaldo Pratama Kusuma
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
SYNTHESIS AND CHARACTERISATION OF Ni0,6Cu0,4Fe2O4
NANOCATALYST AND ITS ACTIVITY TEST FOR CO2/H2
CONVERSION
By
FEBY RINALDO PRATAMA KUSUMA
In this study, nanocatalyst Ni0,6Cu0,4Fe2O4 has been prepared by sol-gel method
using pectin as an emulsifying agent, and then the sample was subjected to
calcination treatment at 600oC and 800
oC. Its catalytic activity was tested for
CO2/H2 conversion to alcohol at temperature of 200, 250, and 300°C. Analysis of
the catalyst’s acidity showed pyridine absorption at 0.68773 mmol/g catalyst at
calcination temperature 600oC and 0.605125 mmol/ g catalyst at calcination
temperature 800oC. X-ray diffraction (XRD) and particle size analyzer (PSA) of
catalyst showed that particle size is 16,02 nm with 60%size distribution at
calcination temperature 600°C and 26,64 nm with 35% size distribution at
calcination temperature 800°C. SEM - EDS analysis showed that there are elemen
tof O, Fe, Ni, and Cu which indicates the formation of Ni0,6Cu0,4Fe2O4 compound.
Analysis using gas chromatography showed that Ni0,6Cu0,4Fe2O4 catalyst with
calcination temperature of 600oC and reaction temperature of 200°C and 300°C
has the highest activity of the conversion CO2/H2 to ethanol at 0.1992% and
0.2752% yield.
Keyword: nanocatalys, sol-gel method, conversion CO2/H2, pectin, alcohol.
ABSTRAK
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOKATALIS
Ni0,6Cu0,4Fe2O4 SERTA UJI AKTIVITAS PADA KONVERSI
(CO2 + H2)
Oleh
FEBY RINALDO PRATAMA KUSUMA
Telah dilakukan pembuatan nanokatalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada kalsinasi 600°C dan
800°C, dengan metode sol-gel menggunakan pengemulsi pektin, serta dilakukan
uji aktivitas katalitik terhadap hasil konversi gas (CO2 + H2) menjadi alkohol pada
suhu reaksi 200°C, 250°C, dan 300°C. Analisis keasaman katalis didapatkan
penyerapan sebesar 0,68773 mmol piridin/g katalis pada kalsinasi 600°C dan
0,605125 mmol piridin/g katalis pada kalsinasi 800°C. Karakterisasi ukuran
partikel (XRD) dan distribusi ukuran butiran (PSA) diproleh rata-rata ukuran
partikel 16,02 nm dengan distribusi ukuran partikel 60% kalsinasi 600°C dan
26,64 nm dengan distribusi ukuran partikel 35% kalsinasi 800°C. SEM – EDS
menyatakan bahwa terdapat unsur O, Fe, Ni, dan Cu yang menunjukkan
terbentuknya senyawa Ni0,6Cu0,4Fe2O4. Analisis menggunakan kromatografi gas
menyatakan bahwa katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada suhu kalsinasi 600°C dengan suhu
reaksi 200°C dan 300°C memiliki keaktifan tinggi terhadap konversi (CO2 + H2)
menghasilkan etanol sebesar 0,1992% dan 0,2752%.
Kata kunci: nanokatalis, metode sol-gel, konversi (CO2 + H2), pektin, alkohol.
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOKATALIS
Ni0,6Cu0,4Fe2O4 SERTA UJI AKTIVITAS PADA KONVERSI
(CO2 + H2)
Oleh
FEBY RINALDO PRATAMA KUSUMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Suka Jaya pada tanggal 25 Maret
1995 sebagai anak pertama dari empat bersaudara
pasangan Bapak Kasuma Wardani dan Ibu Suprapti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Suka
Jaya, Tulang Bawang Barat pada tahun 2006, Sekolah
Menengah Pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung
pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 15 Bandar Lampung
pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis berperan aktif dalam kegiatan organisasi.
Penulis mengawali aktivitas organisasi dengan mengikuti organisasi Himpunan
Mahasiswa Kimia (HIMAKI) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung sebagai anggota Bidang Usaha Mandiri (BUM), penulis
pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan Rohani Islam (ROIS) sebagai
Anggota Muda ROIS (AMAR) periode 2012-2013, aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa Penelitian (UKMP) Universitas Lampung sebagai sekretaris
Departemen INFOKOM pada tahun 2014. Penulis menjadi asisten praktikum
Kimia Fisik pada tahun 2015.
“Besar Atau Kecilnya Masalah, Bergantung Bagaimana Kita Mengatasinya” (Feby Rinaldo Pratama Kusuma)
Waktu Itu Bagaikan Sebilah Pedang, Kalau Engkau Tidak Memanfaatkanya, Maka Iya Akan
Memotongmu (Ali Bin Abu Thalib)
Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih Lagi maha
Penyayang dan dengan segala rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan Karya sederhanaku ini
Teruntuk
Kedua orang tuaku tercinta
yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan,
dan semangat, serta selalu mendoakan keberhasilanku
Seluruh keluarga besarku, teman, dan sahabatku
Seseorang yang kelak akan mendampingi hidupku
Almamater tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan kasih sayang-Nya
yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pembuatan dan Karakterisasi Nanokatalis Ni0,6C0,4Fe2O4 serta Uji Aktivitas
pada Konversi (CO2 + H2)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, FMIPA Universitas
Lampung.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
arahan, serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Kasuma Wardani dan
Ibu Suprapti yang dengan tulus menyayangi dan senantiasa mendoakan
kesuksesanku. Terima kasih atas keikhlasan, kerja keras, dan segala
perjuangannya dalam mendidik dan membesarkanku hingga saat ini.
2. Bapak Dr. Rudy T.M. Situmeang, M.Sc. selaku Pembimbing I atas segala
bimbingan, bantuan, saran dan nasihat, serta motivasinya yang sangat berarti
bagi penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Prof. Wasinton Simanjuntak, Ph. D. selaku pembimbing II sekaligus
selaku Pembimbing Akademik atas segala bimbingan, bantuan, saran dan
nasihat, serta motivasinya yang sangat berarti sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Rinawati, M.Si. selaku Pembahas atas segala arahan, saran, dan kritik,
serta motivasinya dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Warsito, D.E.A.,Ph. D. selaku dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M. T. selaku Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Unila.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung atas
seluruh ilmu yang diberikan.
8. Seluruh karyawan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung, terkhusus
Mbak Liza, Mbak Nora, Pak Gani, Pak Man, Mas Nomo, dan Mbak Ani
Lestari atas seluruh bantuan yang diberikan kepada penulis.
9. Adik-adikku tercinta, Veny Evinia (Alm), Aji Arya Rahmadani, dan Ali
Ridho atas keceriaan, kebersamaan, doa, dan dukungannya yang terus
menjadi motivator utama bagi penulis.
10. Keluarga besar serta saudara-saudara-ku yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih atas doa, dukungan, kasih sayang serta nasihat-
nasihatnya.
11. Partner-ku, Ana Maria Kristiani (duta sampo lain), atas kerja sama, bantuan,
pengertian, dan dukungan, serta motivasinya selama penelitian.
12. Sahabat-sahabat terbaikku, Arif Nurhidayat, Ana Maria Kristiani, Tiand
Reno, Sofian (encop), Tri Marital, yang telah berjuang bersama dari awal,
selalu mengingatkan dikala lalai dan selalu memberi semangat, terima kasih
atas persaudarannya hingga saat ini. Arif nurhidayat dan tiand reno yang
selalu bersama dikala senang. Ana maria, Sofian, dan tri marital yang selalu
bersama dikala senang ataupun susah, selalu memberi semangat untukku
dalam mengejar mimpiku dan Sofian (encop) yang selalu aku repotkan, tri,
arif, reno, terimakasih atas segala bantuan, motivasinya, dan segala doa-nya.
13. Rekan kerja Laboratorium (Catalyst Research), Kak Septian Tyo, M.Si., dan
Pak Rodhiansyah Djayasinga, M.Si., yang telah mengajarkan penggunaan
reaktor katalitik. Kak Dani Agus Setiawan, S.Si., Mbak Lolita Napatilova,
S.Si., Mbk Surtini Karlina Sari, S.Si., Yudha Gautama, S.Si., Fatma
Maharani, S.Si., Eva Dewi Novyanti Sirait, S.Si., yang telah memberi
semangat, motivasi, dan diskusi-diskusinya kepada penulis. Ana Maria
Kristiani, sebagai partner yang telah membantu dan memotivasi, serta
diskusi-diskusi dan saran kepada penulis. Untuk adik-adik 2013 Esti, Dewi
Rumondang, Renita Widya, Nabilla, Linda, dan Mega, serta adik-adik 2014
Melina, Matthew, Renaldi, Ewin, Lilian, Sola, Viggi, dan Ilhan,terima kasih
untuk semua kerjasama dan bantuannya.
14. Rekan-rekan dan keluargaku Kimia Angkatan 2012, Adi Setiawan, Aditian
Sulung, Agus Ardiansyah (Pahmud), Ana Maria Kristiani, Apri Welda, Arif
Nurhidayat, Arya Rifansyah, Atma Istanami, Ayu Imani, Ayu Setianingrum,
Deborah Jovita, Derry Vardella (duta main), Dewi Aniatul, Diani Iska, Dwi
Anggraini, Edi Suryadi (opung), Eka Huarningsih, Elsa Zulha, Erlita Aisyah,
Febita Glyssenda, Fenti Visiamah, Ferdinand Haryanto (Tak Nampak), Fifi
Adriyanthi, Handri Sanjaya, Inda Wahyu, Indry Yani, Intan Mailani, Ismi
Khomsiah, Jean Pitaloka, Jenny Jessica, Khoirul Anwar, Maria Ulfa, Meta
Fosfi, Muhamad Rizal, Murni Fitria (Racun), Nila Amalin, Putri Ramadhona
(Mahmud), Radius Uly Artha, Riandra Pratama Usman, Rifki Husnul K,
Rizal Rio S (Ben), Rizky Putriyana (k-pop), Ruliana Juni A, Ruwaidah
Muliana, Siti Aisah, Siti Nur H, Sofian Sumilat R (encop), Sukamto
(pembimbing III), Susy Isnaini H, Suwarda Dua I.D, Syathira Assegaf,
Tazkiya Nurul, Tiand Reno, Tiara Dewi A (Duta main), Tiurma Debora S, Tri
Marital, Ulfatun Nurun, Wiwin Esty S, Yepi Triapriani (Duta main),
Yunsi’U, Zubaidi, terimakasih untuk kebersamaan, persaudaraan, cerita, dan
kenangan selama menempuh pendidikan di kampus.
15. Teman-teman KKN Desa Kampung Baru, Margapunduh.
16. Seluruh keluarga besar Jurusan Kimia.
17. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
18. Semua pihak yang telah membantu penulis selama kuliah, penelitian, hingga
penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka serta senantiasa menjaga mereka
dalam lindungan-Nya. Aamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan di masa datang.
Bandar Lampung, November 2016
Penulis
Feby Rinaldo Pratama Kusuma
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
C. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Nanopartikel .................................................................................... 5
B. Metode Sol-Gel ............................................................................... 6
1. Hidrolisis ..................................................................................... 7
2. Kondensasi .................................................................................. 7
3. Pematangan ................................................................................. 8
4. Pengeringan ................................................................................. 8
C. Pektin . ............................................................................................. 9
1. Asam Pektat ................................................................................ 9
2. Asam Pektinat ............................................................................. 9
3. Protopektin ................................................................................. 10
D. Katalis ........................................................................................... 11
E. Hidrogenasi Katalitik CO2 ............................................................ 12
F. Fourier Trasform Infra-Red (FTIR) ............................................. 13
G. X-Ray Difraction (XRD) ............................................................... 14
H. Particle Size Analyzer (PSA) ........................................................ 16
I. Scanning Electron Microscopy (SEM) ....................................... …. 17
J. Rapid Testing Strip ....................................................................... 19
K. Kromatografi Gas Cair .................................................................. 19
ii
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 21
B. Alat dan Bahan ................................................................................ 21
C. Prosedur Penelitian .......................................................................... 22
1. Pembuatan Nanokatalis ................................................................. 22
2. Karakterisasi Nanokatalis ............................................................. 22
a. Analisis Keasaman ................................................................... 22
b. Analisis Ukuran Partikel .......................................................... 23
c. Analisis Distribusi Ukuran Partikel.......................................... 24
d. Analisis Morfologi Permukaan Katalis .................................... 24
3. Uji Aktivitas Katalitik ................................................................... 24
a. Rapid Testing Strip ................................................................... 25
b. Analisis Produk Alkohol dengan Kromatografi Gas… ........... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan nanokatalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 .......................................... 27
B. Karakterisasi Nanokatalis................................................................ 29
1. Analisis Keasaman Katalis ....................................................... 29
2. Analisis Struktur Kristal ........................................................... 32
3. Analisis Distribusi Ukuran Partikel.......................................... 35
4. Analisis Morfologi dan Topografi Katalis ............................... 36
C. Analisis Produk Hasil Uji Aktivitas ................................................ 39
1. Analisis Semi-Kuantitatif Menggunakan Rapid Testing Strip .. 39
2. Analisis Kuantitatif Menggunakan Kromatografi Gas ............. 40
V. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan ......................................................................................... 45
2. Saran . ............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Puncak-puncak representatif hasil preparasi katalis Ni0,6Cu0,4Fe204. 33
2. Puncak-puncak representatif dari masing-masing acuan ................... 34
3. Distribusi Butiran partikel katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 kalsinasi600oC ... 36
4. Distribusi Butiran partikel katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 kalsinasi 800oC .. 36
5. Unsur yang terkandung pada kalsinasi 600oC ................................... 38
6. Unsur yang terkandung pada kalsinasi 800oC. .................................. 38
7. Uji Rapid Testing Strip terhadap hasil uji aktivitas katalis................ 40
8. Hasil analisis kromatografi gas dengan sampel Ni0,6Cu0,4Fe2O4 ....... 44
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Asam Pektat (Gugus R Hidrogen) ............................................ 9
2. Struktur Asam Pektinat .......................................................................... 10
3. Struktur Protopektin .............................................................................. 10
4. Proses Pembentukan Difraktogram pada XRD ...................................... 15
5. Instrumen SEM ....................................................................................... 17
6. Skema interaksi antara bahan dengan elektron di dalam SEM .............. 18
7. Perubahan Warna Strip Setelah Kontak dengan Sampel ........................ 19
8. Skema Alat Kromatografi Gas ............................................................... 20
9. Skema Reaktor Katalitik ........................................................................ 25
10. Serbuk Katalis setelah Proses frezee dry.............................................. 28
11. Propil Suhu yang digunakan dalam Proses Kalsinasi .......................... 28
12. Serbuk Katalis setelah Proses Kalsinasi............................................... 29
13. Reaksi Piridin dengan Situs Asam Katalis Secara Bronsted-Lowry.... 30
14. Reaksi Piridin dengan Situs Asam Katalis secara Lewis ..................... 30
15. Spektrum inframerah katalis Ni0,6Cu0,4Fe204 (a) kalsinasi 600oC (b)
kalsinasi 800oC. .................................................................................... 31
16. Difaktogram katalis Ni0,6Cu0,4Fe204 (a) 600oC dan (b) 800
oC. ............ 33
v
17. Distribusi Butiran Partikel katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 (a) kalsinasi 600oC
dan (b) kalsinasi 800oC ........................................................................ 35
18. Mikrograf katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 (a) kalsinasi 600oC dan (b) kalsinasi
800oC .................................................................................................... 37
19. Hasil analisis EDS kalsinasi 600oC dan 800
oC .................................... 37
20. Hasil uji produk positif menggunakan Rapid Testing Strip ................. 39
21. Kromatogram etanol hasil aktivitas katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada suhu
kalsinasi 600oC dengan suhu reaksi 200
oC .......................................... 41
22. Kromatogram etanol hasil aktivitas katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada suhu
kalsinasi 600oC dengan suhu reaksi 300
oC .......................................... 41
23. Kromatogram propanol hasil aktivitas katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada suhu
kalsinasi 600oC dengan suhu reaksi 200
oC .......................................... 42
24. Kromatogram propanol hasil aktivitas katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada suhu
kalsinasi 600oC dengan suhu reaksi 300
oC .......................................... 42
25. Kromatogram propanol hasil aktivitas katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada suhu
kalsinasi 800oC dengan suhu reaksi 200
oC .......................................... 43
26. Kurva standar antara konsentrasi (sumbu X) terhadap luas area
(sumbu Y). ............................................................................................ 43
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kadar CO2 di atmosfer cukup signifikan dengan laju pertumbuhan
konsentrasi CO2 pada tahun 2000-2006 mencapai 1,93 ppm per tahun (Boer dkk.,
2012). Sektor industri merupakan salah satu penyumbang emisi gas CO2. Salah
satu industri tersebut adalah industri amoniak. Faktor emisi gas CO2 yang berasal
dari industri amoniak adalah 3,273 ton (CO2/ton amoniak) (Djadjadilaga dkk.,
2009). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas CO2
dengan berbagai metode seperti; memanfaatkan gas CO2 untuk refrigerasi, dry ice,
fotokatalitik, dan mereduksinya menjadi metanol (Gasc, 2009). Metode yang
digunakan yaitu dengan cara mereduksi gas CO2 menjadi senyawa kimia seperti
hidrokarbon cair, dengan menggunakan reaksi hidrogenasi katalitik (Jun et al.,
2006).
Pada dasarnya, katalis yang digunakan dalam reaksi hidrogenasi katalitik CO2
harus memiliki keaktifan dan kestabilan terhadap reaksi pergeseran terbalik air
dan gas (Reverse Water-Gas Shift, RWGS) dan reaksi Fischer-Tropsch.
Pengubahan CO2 menjadi CO melalui reaksi RWGS, selanjutnya diubah menjadi
produk yang diinginkan melalui reaksi sintesis Fischer-Tropsch (Joo, 1999). Gas
2
tersebut akan mengalami shift reaction untuk menambahkan H2 hingga memenuhi
persyaratan berlangsungnya sintesis Fischer-Tropsch. Shift reaction berlangsung
dengan mekanisme sebagai berikut:
CO + H2O CO2 + H2
Reaksi ini sangat sensitif terhadap temperatur dengan kecenderungan bergeser ke
arah reaktan jika temperatur dinaikkan (Bansode et al., 2014).
Katalis merupakan senyawa yang mempercepat suatu reaksi tanpa ikut serta dalam
hasil reaksi. Berdasarkan sifat katalis dipengaruhi oleh luas permukaan dan
distribusi ukuran pori. Luas permukaan katalis menentukan jumlah situs aktif di
dalam katalis yang berkaitan dengan aktivitas katalis (Istadi dan Amin, 2005).
Nanokatalis adalah nanopartikel yang memiliki peran sebagaimana mestinya
katalis. Keunggulan nanokatalis adalah aktivitas yang lebih baik sebagai katalis
karena material nanokatalis memiliki permukaan yang luas dan rasio atom yang
tersebar secara merata pada permukaannya. Sifat ini menguntungkan untuk
transfer massa di dalam pori-pori dan juga menyumbangkan antar muka
yang besar untuk reaksi-reaksi adsorpsi dan katalitik (Widegren et al., 2003).
Material nanokatalis yang berbahan logam dibuat dalam bentuk nano material.
Pembuatan nano material sudah banyak dilakukan dengan berbagai metode
seperti; hidrotermal (Giri et al., 2004), sol-gel (Paveena et al., 2010), dan
kopresipitasi (Deraz et al., 2013), dan terus dikembangkan para peneliti, hal ini
karena nano material memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda dari bulk
materialnya antara lain; magnetik (Sugimoto et al., 1999), kestabilan termal
(Klaus et al., 2004), dan elektronik (Shengqiang et al., 2009).
3
Menurut penelitian, Lambert dan Gonzalez (1998). Proses pembuatan nano
material dilakukan dengan menggunakan metode sol-gel. Penggunaan metode
sol-gel didasarkan pada kemudahan memasukkan satu atau dua logam aktif
sekaligus dalam prekursor katalis. Keuntungan dari metode ini meliputi; dispersi
yang tinggi dari spesi aktif yang tersebar secara homogen pada permukaan katalis,
tekstur porinya memberikan kemudahan difusi dari reaktan untuk masuk ke dalam
situs aktif (Lecloux dan Pirard, 1998), luas permukaan yang cukup tinggi,
peningkatan stabilitas termal (Lambert dan Gonzalez, 1998).
Menurut penelitian Djayasinga (2015), senyawa Ni0,8Cu0,2Fe2O4 merupakan
katalis yang memiliki hasil optimum sebesar 1,62% etanol dari hasil reaksi
hidrogenasi katalitik CO2, memiliki ukuran partikel 10,61 nm, dan distribusi
ukuran partikel 18,1 nm dengan nilai (x = 0,2) pada kalsinasi 600oC. Pada
penelitian selanjutnya, senyawa Ni0,5Cu0,5Fe2O4 merupakan hasil yang optimum
dengan ukuran partikel 11,35 nm dengan suhu kalsinasi 600oC dan 33,06 pada
kalsinasi 800oC (Maharani, 2016).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan nanokatalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 dengan metode sol-gel.
2. Menguji keaktifan nanokatalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 terhadap reaksi konversi
(CO2 + H2) pada suhu 200oC, 250
oC, 300
oC.
3. Melihat pengaruh variasi suhu kalsinasi pada aktivitas katalitik.
4
C. Manfaat Penelitian
Memberi gambaran tentang penggunaan nanokatalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 pada reaksi
hidrogenasi katalitik yang merupakan penanganan efek gas rumah kaca dan
pemanfaatan gas CO2 menjadi alkohol dalam bidang industri.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Nanopartikel
Nanopartikel didefinisikan sebagai partikulat yang terdispersi atau partikel-
partikel padatan dengan ukuran partikel berkisar 10 – 100 nm. Nanopartikel yang
telah banyak digunakan oleh ilmuwan adalah Fe3O4. Magnetit dikenal juga
sebagai senyawa yang menunjukkan kemagnetan paling kuat diantara oksida-
oksida logam transisi (Teja dan Koh, 2009).
Nanopartikel dapat terdiri dari bahan konstituen tunggal atau menjadi gabungan
dari beberapa bahan. Nanopartikel di alam sering ditemukan dengan bahan
aglomerasi dengan berbagai komposisi, sedangkan komposisi bahan murni
tunggal dapat dengan mudah disintesis dengan berbagai metode. Berdasarkan
sifat kimia dan elektromagnetik, nanopartikel dapat tersebar seperti aerosol,
suspensi/koloid, atau dalam keadaan menggumpal. Sebagai contoh, nanopartikel
magnetik cenderung mengelompok, membentuk sebuah aglomerat, kecuali
permukaan mereka dilapisi dengan bahan non-magnetik, dan dalam keadaan
menggumpal, nanopartikel dapat berperilaku sebagai partikel yang lebih besar,
tergantung pada ukuran aglomerat tersebut (Buzea et al., 2007). Nanopartikel
memiliki sifat yang menguntungkan untuk transfer massa di dalam pori-pori dan
6
juga interaksi antar permukaan yang besar untuk reaksi-reaksi adsorpsi dan
katalitik (Widegren et al., 2003).
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk preparasi material nanopartikel,
seperti metode presipitasi, penggilingan (milling methods), salting out, fluida
superkritis, polimerisasi monomer, polimer hidrofilik, dan dispersi pembentukan
polimer (Soppimath et al., 2001 and Mansouri et al., 2011).
B. Metode Sol-Gel
Metode sol-gel adalah proses pembentukan senyawa anorganik melalui reaksi
kimia dalam larutan pada suhu rendah, dimana dalam proses tersebut terjadi
perubahan fasa dari suspensi koloid (sol) membentuk fasa cair kontinyu (gel).
Prinsip kerja dari metode ini adalah hidrolisis garam logam menjadi sol, yang
kemudian sol ini mengalami kondensasi membentuk gel (Hankare et al., 2013).
Proses sol-gel mempunyai dua metode yang dikenal dengan metode alkoksida dan
metode koloid. Metode alkoksida adalah proses sol-gel dengan menggunakan
logam alkoksida sebagai perkursor. Metode koloid adalah proses sol-gel dengan
menggunakan selain alkoksida sebagai perkursor seperti nitrat, karboksilat, asetil
aseton, dan klorida. Mekanisme metode sol-gel menggunakan senyawa organik
sebagai perkursornya, diawali dengan hidrolisis gugus fungsi dan dilanjutkan
dengan proses kondensasi. Pada kondisi awal gugus hidroksil berperan sebagai
katalis. Mengontrol pH reaksi memungkinkan dapat mengontrol ukuran partikel
yang memiliki angka relatif pada saat hidrolisis dan kondensasi berlangsung.
Pada pH tinggi, kondensasi memiliki laju yang sangat cepat dibandingkan
7
hidrolisis, inti yang lebih sedikit akan terbentuk dan reaksi akan lebih mudah
terjadi penambahan monomer ke partikel yang lebih besar (Brinker dan Scherer,
1990). Mekanisme meliputi beberapa proses yaitu: hidrolisis, kondensasi,
pematangan, dan pengeringan.
1. Hidrolisis
Pada tahap ini logam prekursor (alkoksida) dilarutkan dalam alkohol dan
terhidrolisis dengan penambahan air pada kondisi asam, netral atau basa
menghasilkan sol koloid. Reaksi hidrolisis terbentuk oleh pengikatan ion
hidroksil (-OH) pada atom logam dengan pemutusan salah satu ligan (-OR)
dengan reaksi sebagai berikut:
Fe(NO3)3 + H2O (NO3)Fe(OH)2 + 2NO2 + ½ O2
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisis adalah rasio air atau
prekursor dan jenis katalis hidrolisis yang digunakan. Peningkatan rasio pelarut
atau prekursor akan meningkatkan reaksi hidrolisis yang mengakibatkan reaksi
berlangsung cepat sehingga waktu gelasi lebih cepat (Brinker dan Scherer, 1990).
2. Kondensasi
Pada tahapan ini terjadi proses transisi dari sol menjadi gel. Reaksi kondensasi
melibatkan ligan hidroksil untuk menghasilkan polimer dengan ikatan M-O-M.
Pada berbagai kasus, reaksi ini juga menghasilkan produk samping berupa air
atau alkohol dengan reaksi secara adalah sebagai berikut:
(NO3)Fe(OH)2 + (NO3)Fe(OH)2 (NO3)(OH)Fe-O-Fe(OH)(NO3) + H2O
8
Reaksi kondensasi di atas merupakan logam alkoksida (garam anorganik) yaitu
ferinitrat yang telah terhidrolisis menghasilkan jaringan tiga dimensi dari ikatan
besi-oksigen-besi (Ismunandar, 2006).
3. Pematangan
Setelah reaksi hidrolisis dan kondensasi, dilanjutkan dengan proses pematangan
gel yang terbentuk. Proses ini lebih dikenal dengan proses ageing. Pada proses
pematangan ini, terjadi reaksi pembentukan jaringan gel yang lebih kaku, kuat,
dan menyusut didalam larutan. Proses pembentukan melalui tiga tahapan yaitu:
a. Polikondensasi
Pembentukan rantai polimer melalui pengikatan logam yang telah terhidrolisis
dengan logam lainnya. Pada proses ini terbentuk jaringan tiga dimensi yang
akan menyebabkan terikatnya pelarut.
b. Sinersis
Proses penarikan atau terdorongnya pelarut keluar dari reaksi.
c. Coarsening
Proses pertumbuhan partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar yang
menyebabkan pori-pori partikel dan luas permukaan lebih besar (Delfinas,
2014).
4. Pengeringan
Tahapan terakhir adalah proses penguapan larutan yang tidak diinginkan untuk
mendapatkan struktur sol gel yang memiliki luas permukaan yang tinggi (Lambert
dan Gonzalez, 1998).
9
C. Pektin
Pektin merupakan campuran polisakarida dengan komponen utama polimer asam
α-D- galakturonat yang mengandung gugus metil ester pada konfigurasi atom
C-2. Komponen minor berupa polimer unit-unit α-L-arabinofuranosil bergabung
dengan ikatan α-L-(1-5). Komponen minor lainnya adalah rantai lurus dari unit-
unit β- galaktopiranosil yang mempunyai ikatan 1-4. Sifat pektin adalah
kemampuannya membentuk gel. Pektin metoksil tinggi membentuk gel dengan
gula dan asam, yaitu dengan konsentrasi gula 58-75% dan pH 2,8-3,5
(Nussinovitch, 1997). Senyawa pektin terdiri atas asam pektat, asam pektirat dan
protopektin.
1. Asam pektat
Suatu senyawa asam galakturonat yang bersifat koloid dan bebas dari
kandungan metil ester. Struktur asam pektat ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur asam pektat (gugus R: Hidrogen).
2. Asam pektinat
Suatu asam poligalakturonat yang bersifat koloid dan mengandung metil ester.
Metil ester dan derajat netralisasi asam pektinat pada pektin berbeda-beda.
Struktur asam pektinat ditunjukkan pada Gambar 2.
10
Gambar 2. Struktur asam pektinat.
3. Protopektin
Protopektin tidak larut dalam air karena berada pada bentuk garam-garam
kalsium-magnesium pektinat. Pertukaran ion kalsium dan magnesium oleh ion
hidrogen akan mengubah protopektin menjadi pektin. Struktur protopektin
ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur protopektin.
Pembentukan gel terjadi melalui ikatan hidrogen di antara gugus karboksil bebas
dan di antara gugus hidroksil. Pektin bermetoksil rendah tidak mampu
membentuk gel dengan asam dan gula tetapi membentuk gel dengan adanya ion-
ion kalsium. Mekanismenya adalah adanya hubungan yang terjadi antara
molekul pektin yang berdekatan dengan kation divalen membentuk struktur tiga
dimensi melalui pembentukan garam dengan gugus karboksil pektin
(Nussinovitch, 1997).
11
D. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat reaksi kimia dan tidak akan
mengubah nilai tetapan keseimbangan. Menurut teori kecepatan reaksi absolut,
peranan katalis adalah menurunkan energi bebas pengaktifan. Beberapa katalis
melakukannya dengan membentuk pereaksi untuk mencapai kompleks teraktifkan
yang sama dengan bila tanpa adanya katalis, namun kebanyakan katalis
tampaknya memberikan suatu mekanisme yang berbeda, yang mengikatnya secara
sementara dan berenergi bebas rendah (Arakawa, 2001).
Katalis menyedikan situs- situs aktif yang berperan dalam proses reaksi. Situs-
situs aktif ini dapat berasal dari logam-logam yang terdeposit pada pengemban
atau dapat pula berasal dari pengemban itu sendiri. Logam-logam tersebut
umumnya adalah logam-logam transisi yang menyediakan orbital d kosong atau
elektron tunggal yang akan disumbangkan pada molekul reaktan sehingga
terbentuk ikatan baru dengan kekuatan ikatan tertentu (Tanabe, 1981). Proses
reaksi katalitik heterogen dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Reaksi redoks meliputi reaksi dimana katalis mempengaruhi pemecahan ikatan
secara homolitik pada molekul-molekul reaktan menghasilkan elektron tak
berpasangan, dan kemudian membentuk ikatan secara homolitik dengan katalis
melibatkan elektron dari katalis.
2. Sedangkan reaksi-reaksi asam-basa meliputi reaksi-reaksi dimana reaktan
membentuk ikatan heterolitik dengan katalis melalui penggunaan pasangan
elektron bebas dari katalis atau reaktan (Li, 2005).
12
E. Hidrogenasi Katalitik CO2
Hidrogenasi katalitik CO2 merupakan gabungan dua tahap reaksi yaitu
pergeseran terbalik air dan gas Reverse Water-Gas Shift (RWGS) dan reaksi
sintesis Fischer-Tropsch. Reaksi pergeseran terbalik air dan gas (RWGS)
adalah reaksi antara CO2 dengan H2 untuk menghasilkan CO dan H2O.
Konversi CO2 menjadi CO ini memainkan peran yang sangat penting dalam
hidrogenasi CO2, karena kestabilan CO2 tidak memungkinkan untuk melakukan
hidrogenasi secara langsung (Bansode, 2014). Persamaan reaksi untuk RWGS
adalah:
CO + H2O CO2 + H2
CO yang dihasilkan dari RWGS kemudian mengalami reaksi hidrogenasi melalui
reaksi sintesis Fischer-Tropsch dengan mekanisme sebagai berikut:
13
Produk yang dihasilkan berupa hidrokarbon mengandung oksigen seperti
alkohol dan eter (Bakhtiari et al., 2008).
F. Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Analisis keasaman dilakukan dengan metode metode gravimetri dan Fourier
Transform Infra Red (FTIR). Pada penentuan jumlah situs asam katalis dilakukan
secara gravimetri dengan kemisorpsi basa adsorbat (ASTM, 2005). Penentuan
jumlah situs asam menggunakan piridin sebagai basa adsorbat merupakan
penentuan jumlah situs asam yang terdapat pada permukaan katalis, dengan
asumsi bahwa ukuran molekul piridin yang relatif besar sehingga hanya dapat
teradsorpsi pada permukaan katalis.
Spektroskopi inframerah adalah metode analisis yang didasarkan pada absorpsi
radiasi inframerah oleh sampel yang akan menghasilkan perubahan keadaan
vibrasi dan rotasi dari molekul sampel. Frekuensi yang diabsorpsi tergantung
pada frekuensi vibrasi dari molekul (karakteristik). Intensitas absorpsi
bergantung pada seberapa efektif energi foton inframerah dipindahkan ke
molekul, yang dipengaruhi oleh perubahan momen dipol yang terjadi akibat
vibrasi molekul (Amand dan Tullin, 1999).
Spektra yang dihasilkan dari FTIR, jenis situs asam (Bronsted-Lowry atau
Lewis) yang terdapat pada katalis dapat diketahui melalui puncak-puncak
serapan yang dihasilkan dari interaksi antara basa adsorbat dengan situs-situs
asam tersebut. Pada penggunaan piridin sebagai basa adsorbat, situs asam
Bronsted- Lowry akan ditandai dengan puncak serapan pada bilangan-bilangan
14
gelombang 1485 – 1500, 1620, dan 1640 cm-1
, sedangkan untuk situs asam
Lewis ditandai dengan puncak-puncak serapan pada bilangan-bilangan
gelombang 1447 – 1460, 1488 – 1503, ~1580, dan 1600 – 1633 cm-1
(Tanabe,
1981).
G. X-ray Difraction (XRD)
Analisis struktur kristal katalis dilakukan menggunakan instrumentasi difraksi
sinar-X (X-ray Diffraction/XRD). Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi
suatu material berdasarkan fase kristalin dalam material dengan cara
menentukan parameter kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel suatu
material yang ditunjukkan dengan difraktogram. Persamaan Scherrer digunakan
untuk mengukur broadening (pelebaran) puncak difraksi sinar-x yang disebabkan
oleh ukuran kristal yang kecil. Persamaan Scherrer (Cullity, 1978).
cos.
kD
Keterangan: D = diameter rata-rata partikel (nm)
k = konstanta dari instrumen yang digunakan
λ = panjang gelombang sinar-X yang digunakan (nm)
β = pelebaran puncak (radian)
θ = sudut Bragg (radian)
Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom
dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fase
tersebut memberikan interferensi yang konstruktif. Gambar 4 menunjukan
proses terjadinya pembentukan puncak-puncak difraksi pada XRD.
15
Gambar 4. Proses pembentukan difraktogram pada XRD.
Pembentukan puncak difraksi hanya terjadi ketika Hukum Bragg dipenuhi. Secara
fisis jika kita mengetahui panjang gelombang dari sinar yang membentur,
kemudian dapat dikontrol sudut dari benturan, maka menentukan jarak antar atom
(geometri dari latis). Persamaan Bragg digunakan untuk mempelajari
difraktogram/kisi Kristal (Bragg, 1975).
2dhkl Sin θ = nλ
Ketrangan: d = jarak antara dua bidang kisi (nm)
θ = sudut antara sinar datang dengan bidang normal
n = bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan
λ = panjang gelombang sinar-X yang digunakan (nm)
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X dijatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang yang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang
dibiaskan akan ditangkap oleh detektor, kemudian diterjemahkan sebagai
puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang sama terdapat dalam
sampel, maka semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkan. Tiap puncak
yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki
orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi.
16
H. Particle size analyzer (PSA)
PSA menggunakan prinsip dari Laser Diffraction. Laser Diffraction adalah
ketika partikel-partikel melewati berkas sinar laser dan cahaya dihamburkan oleh
partikel-pertikel tersebut. Distribusi dari intensitas yang dihamburkan ini yang
akan dianalisis oleh komputer sebagai hasil distribusi ukuran partikel (Rawle,
2010).
Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan
metode basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode
kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar.
Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer yang cenderung memiliki
aglomerasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel didispersikan ke dalam
media sehingga partikel tidak saling aglomerasi. Ukuran partikel yang terukur
adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran ditampilkan
dalam bentuk distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah
menggambarkan keseluruhan kondisi sampel. Keunggulan penggunaan Particle
Size Analyzer (PSA) untuk mengetahui ukuran partikel adalah:
a. lebih akurat dan mudah digunakan, pengukuran partikel dengan
menggunakan PSA lebih akurat jika dibandingkan dengan pengukuran
partikel dengan alat lain seperti TEM ataupun SEM. Hal ini dikarenakan
partikel dari sampel yang akan diuji didispersikan ke dalam sebuah media
sehingga ukuran partikel yang terukur merupakan ukuran partikel tunggal.
17
b. hasil pengukuran dalam bentuk distribusi, sehingga dapat menggambarkan
keseluruhan kondisi sampel, dalam artian penyebaran ukuran rata-rata
partikel dalam suatu sampel.
c. rentang pengukuran dari 0,6 nanometer hingga 7 mikrometer (Rawle, 2010).
I. Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM merupakan metode untuk menggambarkan permukaan suatu bahan dengan
resolusi yang tinggi. Resolusi yang tinggi pada SEM dihasilkan dari penggunaan
elektron dalam menggambarkan permukaan bahan. Resolusi yang dihasilkan juga
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya (0,1 – 0,2 nm untuk
SEM dan 200 nm untuk mikroskop cahaya) (Hanke, 2001). Skema kerja dari
SEM ditunjukkan dalam Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Instrumen SEM (Ertl et al., 2000).
Dari Gambar 5, sebuah pistol elektron memproduksi berkas elektron dan
dipercepat di anoda. Lensa magnetik kemudian memfokuskan elektron menuju
sampel. Berkas elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel
dengan diarahkan oleh kumparan pemindai. Elektron mengenai sampel, maka
18
sampel akan mengeluarkan elektron yang baru yang akan diterima oleh detektor
(Hanke, 2001).
Berkas elektron discan pada permukaan sampel, terjadi interaksi elektron dengan
atom-atom di permukaan maupun di bawah permukaan sampel. Seperti terlihat
pada Gambar 6, akibat interaksi tersebut sebagian besar berkas elektron berhasil
keluar kembali, elektron-elektron tersebut disebut sebagai Backscattered
Electrons (BSE) dan sebagian kecil elektron masuk ke dalam bahan kemudian
memindahkan sebagian besar energi pada elektron atom sehingga terpental ke
luar permukaan bahan, yaitu Secondary Electrons (SE). Pembentukan elektron-
elektron sekunder selalu diikuti proses munculnya X-ray yang karakteristik untuk
setiap elemen, sehingga dapat digunakan untuk mengukur kandungan elemen
yang ada di dalam bahan yang diteliti (Mayer et al., 2002).
Gambar 6. Skema interaksi antara bahan dengan elektron di dalam SEM
(Mayer et al., 2002).
19
J. Rapid Testing Strip
Prinsipnya didasarkan pada spesifikasi dari alcohol oxidase (ALOx). Etil Alkohol
dalam bentuk peroxidase dan enzim substansi seperti tetramethilbenzidina (TMB),
yang ditunjukkan sebagai berikut ini:
Perubahan warna pada strip dapat diketahui kurang dari 20 detik setelah ujungnya
mengalami kontak dengan sampel. Konsentrasi yang melebihi 0,02%
menyatakan terdapat alkohol (Savchuk et., al, 2001). Dapat dilihat pada gambar
7.
Gambar 7. Perubahan warna strip setelah kontak dengan sampel.
K. Kromatografi Gas Cair
Fase diam pada kromatografi gas dapat berupa zat padat yang dikenal sebagai
kromatografi gas-padat (GSC) dan zat cair sebagai kromatografi gas-cair (GLC).
Keduanya hampir sama kecuali dibedakan dalam hal cara kerjanya. Pada GSC
pemisahan dilakukan berdasarkan adsorpsi sedangkan pada GLC berdasarkan
partisi. Kromatografi gas digunakan untuk analisa kualitatif terhadap cuplikan
yang komponen-komponennya dapat menguap (Gritter R.J., 1991). Prinsipnya,
gas pembawa yang digunakan biasanya Helium, Argon atau Nitrogen dengan
tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.
Selanjutnya sampel diinjeksikan ke dalam injektor (injection port) yang suhunya
20
dapat diatur. Komponen- komponen dalam sampel akan segera menjadi uap dan
akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Komponen-komponen
akan teradsorpsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat dengan
kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing- masing komponen sehingga
terjadi pemisahan. Komponen yang terpisah akan masuk kedalam detektor,
selanjutnya dicatat oleh recorder yang dituliskan dalam kromatogram berupa
puncak peak (Yazid, 2005). Gambar 8 menunjukkan skema alat GC.
Gambar 8. Skema alat Kromatografi Gas.
21
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Mei sampai Oktober 2016, dengan
tahapan: preparasi katalis dilakukan di laboratorium Anorganik/Fisik Universitas
Lampung. frezee-dry dan particle size analyzer (PSA) dilakukan di laboratorium
Biomass Universitas Lampung. Furnace dilakukan di LaboratoriumTerpadu
BARISTAN. Karakterisasi denganX-ray Difraction (XRD) dan Fourier
TransformInfra Red (FTIR) di LaboratoriumTerpadu UIN Syarif Hidayatullah.
Karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) di Laboratorium Politeknik
Manufaktur Negri Bandung dan analisis Kromatografi Gas (GK) dilakukan di
Laboratorium Afiliasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, frezee-dry,
Furnace, particle size analyzer (PSA), X-ray Difraction (XRD), Fourier
TransformInfra Red (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM),
Kromatografi Gas (GK), dan Rapid Testing Strip.
22
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: serbuk pektin, Ni
nitrat Ni(NO3)2.6H2O (Merck, 99%), Fe nitrat Fe(NO3)3.9H2O (Merck, 99%), Cu
nitrat Cu(NO3)2.3H2O (Merck, 99%), piridinC5H5N (J.T Baker), NH3 (Merck,
99%), gas argon (BumiWaras 99,95%), gas hidrogen (BOC 99,99%), gas CO2,
(BOC 99,99%), dan aquades.
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Nanokatalis
Katalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 dibuat dengan melarutkan serbuk pektin sebanyak 8 gr
dalam 400 mL aquades hingga homogen dan ditambahkan 25 mL NH3.
Selanjutnya dimasukkan logam Ni nitrat [Ni(NO3)2.6H2O], Cu nitrat
[Cu(NO3)2.3H2O], dan Fe nitrat [Fe(NO3)3.9H2O], dengan perbandingan (2:3:10)
(v/v), diaduk menggunakan heating magnetic stirrer pada suhu ruang hingga
homogen dan dipanaskan pada temperatur 150oC. Dihilangkan molekul air
dengan alat frezee dry dan dikalsinasi pada suhu 600°C dan 800°C untuk
pembentukan kristalnya.
2. Karakterisasi Nanokatalis
a. Analsisi Keasaman
Analisis keasaman dilakukan dengan metode gravimetri dan Fourier
TransformInfra Red (FTIR). Pada penentuan jumlah situs asam katalis dilakukan
secara gravimetri dengan kemisorpsi basa adsorbat (ASTM, 2005). Pertama
23
wadah kosong ditimbang, dimasukkan 0,25 gram katalis dalam wadah, setelah itu
dimasukkan dalam desikator yang telah divakum bersama dengan basa piridin.
Desikator ditutup selama 24 jam untuk katalis mengabsorpsi basa piridin, setelah
itu dikeluarkan dan didiamkan selama 2 jam, kemudian sampel ditimbang dan
ditentukan keasamanya dengan persamaan:
Keterangan w1 = Berat wadah
w2 = Berat wadah + sampel
w3 = Berat wadah + sampel yang telah mengadsorpsi piridin
BM = Berat molekul piridin
Penentuan jenis situs asam katalis menggunakan Fourier Transform Infra Red
(FTIR) dan dilakukan pengukuran pada daerah bilangan gelombang.Menurut
Tanabe (1981), keberadaan situs asam pada katalis dapat ditunjukkan pada
daerah-daerah bilangan gelombang 1485-1500, ~1620, dan ~1640 cm-1
untuk situs
asam Bronsted-Lowry dan untuk situs asam Lewis ditunjukkan pada daerah-
daerah bilangan gelombang 1447-1460, 1488-1503, dan 1600-1633 cm-1
.
b. Analisis Ukuran Partikel
Analisis dilakukan menggunakan radiasi CuKα (1,5425Å),tabung sinar-X
dioperasikan pada 40 keVdan 200 mA. Rentang difraksi yang diukur (2θ) dalam
rentang 10–80o,dengan scanstepsize 0,02
o/menit. Puncak- puncak yang terdapat
pada difraktogram kemudian didentifikasi menggunakan metode Search Match
24
dengan standar file data yang terdapat dalam program PCPDF-win 1997
(Drbohlavova et al., 2009).
c. Analisis Distribusi Ukuran Partikel
Analisis distribusi butiran partikel menggunakan Particle Size Analyzer (PSA),
yang bekerja berdasarkan prinsip Laser Diffraction (LAS). Metode ini
menggunakan media pendispersi untuk mendispersi sampel. Media
pendispersinya aquades. Pengukuran sampel dilakukan tiga kali pengulangan,
hingga diperoleh dua data yang memiliki selisih kurang dari 20 nm.
d. Analisis Morfologi Permukaan Katalis
Analisis morfologi permukaan nanomaterial dilakukan menggunakan SEM.
Sampel katalis (±5 mg) yang akan dianalisis ditempatkan pada wadah sampel
dengan ukuran 3mm dan ketebalan 300 µm. Sampel tersebut ditembakkan
dengan ion argon sampai berlubang. Pada bagian yang tipis ini ditembakkan
berkas elektron sehingga menembus sampel kemudian hasil dari tembusan
elektron tersebut yang ditangkap detektor yang diolah menjadi gambar
(Bendersky and Gayle, 2001).
3. Uji Aktivitas Katalitik
Aktivitas katalitik dari katalis diuji menggunakan reaktor dengan skema kerja
reaktor digambarkan pada Gambar 9.
25
Gambar 9. Skema reaktor katalitik.
Keterangan:1–3 = regulator (flowmeter), 4–6 = pengatur aliran gas,7 = wadah
pencampur, 8–9 = penghubung swagelock, 10 = termokopel, 11 =
wadah katalis, 12 = furnace, 13 = valve, 14 = wadah penampung.
Sampel katalis sebanyak 20 mg ditempatkan pada tabung reaktor. Kemudian
katalis dipanaskan sampai suhu reaksi, suhu kemudian dipertahankan selama 1
jam, kemudian dialirkan gas CO2, H2, dan Ar , dengan perbandingan CO2: H2 =
1:3, dan laju aliran total CO2, H2 dan Ar adalah 50 mL/menit atau setara 3 L/jam,
reaksi berlangsung selama 45 menit. Variasi suhu yang dilakukan adalah 200oC,
250oC, dan 300
oC. Hasil katalisis yang keluar dari tabung reaktor kemudian
ditampung dalam wadah penampung. Hasil dari uji aktivitas ini selanjutnya
dianalisis menggunakan Kromatografi Gas.
a. Rapid Testing Strip
Penggunaan alat Rapid Testing Strip digunakan untuk mendeteksi seyawa organik
secara semi-kuantitatif. Sampel cair yang mengandung konsentrasi alkohol
melebihi 0,02% akan terdeteksi. Celupkan strip kedalam sampel, setelah itu
tunggu 2 menit untuk waktu pembacaan, setelah 2 menit bandingkan strip reaktif
dengan standar warna. Pembacaan setelah 2 menit bisa tidak akurat (Savchuk et
al., 2001).
26
b. Analisis Produk Alkohol dengan Kromatografi Gas
Sebanyak 20 μL hasil dari uji aktivitas di injeksikan kedalam instrumentasi
kromatografi gas. Instrumentasi kromatografi gas diatur dengan parameter-
parameter sebagai berikut:
Fase gerak : gas Nitrogen (50 mL/menit)
Kolom : HP-20M (Carbowax)
Detektor : FID 1
Analisis produk alkohol secara kuantitatif dilakukan dengan cara membuat kurva
standar dari larutan standar metanol, etanol, propanol, butanol, dan pentanol.
Kemudian kromatogram hasil uji analisis yang diperoleh dibandingkan terhadap
kromatogram standar alkohol berdasarkan waktu retensi produk analisis dengan
larutan standar.
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulan sebagai
berikut:
1. katalis yang dipreparasi menggunakan metode sol-gel dengan pengemulsi
pektin berukuran nano dan masing-masing berukuran kristal 16,02 nm pada
suhu kalsinasi 600oC dan 26,64 nm pada 800
oC.
2. Nanokatalis Ni0,6Cu0,4Fe2O4 suhu kalsinasi 600oC mempunyai kemampuan
adsorbsi basa piridin sebesar 6,8773 mmol piridin/g katalis, yang memiliki
jumlah situs asam lebih selektif dari kalsinasi 800oC sebesar 6,05125 mmol
piridin/g katalis.
3. Katalis terkalsinasi 600oC memiliki distribusi ukuran partikel 60% dengan
rentang 10-40 nm, sedangkan kalsinasi 800oC memiliki distribusi ukuran
partikel 35% pada rentang 20-50 nm.
4. Hasil analisis SEM terlihat bahwa aglomerasi terjadi pada katalis kalsinasi
800oC, relatif lebih banyak terhadap katalis kalsinasi 600
oC. Hasil EDS
menyatakan bahwa senyawa Ni0,6Cu0,4Fe2O4 terbentuk..
46
5. Uji aktivitas pada 200oC dan 300
oC untuk kalsinasi 600
oC menghasilkan
produk etanol sebesar (0,1992 dan 0,2349) % dan propanol (0,0024 dan
0,0152) %, sedangkan kalsinasi 800oC hanya memberikan aktivitas pada
200°C, 0,0024% propanol.
B. Saran
Beberapa hal yang disarankan pada penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengubahan komposisi perbandingan pengemulsi dengan logam
nitrat yang digunakan.
2. Melakukan variasi laju alir gas yang digunakan pada konversi gas (CO2+ H2)
dengan suhu optimum 200-300oC.
3. Menganalisis senyawa yang terbentuk selain alkohol.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amand, L. A. dan C. J. Tullin. 1999. The Theory Behind FTIR Analysis:
Application Examples From Measurement at the 12 MW Circulating
Fluidized Bed Boiler at Chalmers. Department of Energy Conversion
Chalmers University of Technology. Gitenborg. Sweden. Pp. 1 – 15.
Arakawa, H. 2001. Catalyst Research of Relevance to Carbon Management:
Progress, Challenges and Opportunities. Chemical. Reviews, Vol. 101,
Pp. 953 – 996.
ASTM D4824-03. 2005. Test Method for Determination of Catalyst Acidity by
Ammonia Chemisortption. Manual Book of ASTM. Pp. 1-3.
Bakhtiari, M., F. Khorasheh, A. Zamanian, A. Nakhaeipour, and M. Irani.
2008. Preparation, Evaluation and Characterization of Monolithic
Catalysts For Fischer-Tropsch Synthesis. Journal Petroleum & Coal.
Vol. 50, Pp. 56 – 61.
Basonde, A., Urakawa, A. 2014. Towards Full One-Pass Conversion of
Carbon Dioxide to Methanol and Methanol-Derived Product. Journal of Catalysis. Vol. 309, Pp. 66–70.
Boer. R., Dewi, R. G., Siagian, W. R. 2012. Pedoman Penyelenggaraan
Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Kementrian Negara Lingkungan
Hidup. Jakarta. Hal. 8.
Bragg, L., Phillips, D. & Lipson, H. S. 1975. The development of x-ray analysis.
Bell. London. Pp. 270.
Brinker, C.J., dan G.W. Scherer. 1990. Sol-Gel Science: The Pysics and Chemistry
of Sol-Gel Processing. Academic Press. USA. Pp. 2-216.
Buzea, C., Pacheo Blandino, I.I., and Robbie, K., 2007, Nanomaterials and
nanoparticles: Sources and toxicity, Biointerphases, Vol. 2, issues Pp. 17-
172.
48
Cabrera, I. M., M. L. Granados, P. Terreros, J. L. G. Fierro. 1998. CO2
Hydrogenation Over Pd-Modified Methanol Synthesis Catalysts.
Catalysis Today, Vol. 45, Pp. 251–256.
Campanati, M., G. Fonsari, A. Vaccari. 2003. Fundamentals in The Preparation
of Heterogenous Catalyst. Catalyst Today. Vol. 77, Pp. 299-314.
Cullity, B.D. 1978. Element Of X-ray Diffraction. Addison-Wesley Publishing
Company. New Jersey. USA. Pp. 84-102.
Deraz N.M., Ahmed, A. Abdeltawab, M.M. Selim, O. El-Shafey, A.A. El-Asmy,
Salem S. and Al-Deyab. 2013. Precipitation–deposition Assisted
Fabrication and Characterization of Nano-sized Zinc Manganite. Journal
of Industrial and Engineering Chemistry. Vol. 4, Pp 226.
Delfinas, Vivi.2014. Studi Pelapisan Nanokristal TiO2-SiO2/Kitosan Pada Katun
Tekstil dan Aplikasinya Sebagai Senyawa Antibaktri Staphyloccocus
Aureus. Skripsi. Universitas Andalas. Hal. 107.
Djajadilaga, M.,Tejalaksana, A., Harnowo, H., Gusthi, dan A. S., Sudarmanto.
2009. Emisi Gas Rumah Kaca dalam Angka, Asisten Deputi Urusan
Data dan Informasi Lingkungan. Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
Jakarta. Hal 7.
Djayasinga, Rodhiayah. 2015. Pembuatan dan Karakterisasi Nanokatalis
Ni1-xCuxFe2O4 serta Uji Aktivitas Pada Konversi (CO2 + H2). Tesis.
Universitas Lampung. Hal. 54-55.
Drbohlavova, J., R. Hrdy, V. Adam, R. Kizek, O. Schneeweiss, and J. Hubalek.
2009. Preparation and Properties of Various Magnetic Nanoparticles.
Sensors. Vol. 9, Pp. 2352 – 2362.
Eistein Yazid. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Ertl, G., H. Knözinger, and J. Weitkamp. 2000. Handbook of Heterogeneous
Catalysis. Wiley-VCH GmbH & Co. New York. Vol. 3. Pp. 4 – 6.
Fujiwara, M., R. Kieffer, H. Ando, Q. Xu, Y. Souma. 1995.
Hydrogenation of Carbon Dioxide over Fe-ZnO/HY Composite
Catalyst. Lercsi. Strasbourg. France. Pp. 1 – 5.
Gasc, F, et, al. 2009. Methods For Synthesizing Diethyl Carbonate From ethanol
and Supercritical Carbon Dioxide by One-Pot or Two-Step Reaction in
the Presence of Potassium Carbonate. The Journal Of Supercritical
Fluids. Vol. 50, Pp. 46-53.
49
Giri, S., S. Samanta., S. Maji., S. Ganguli., and Bhaumik. 2004. Magnetic
properties of a-Fe2O3 nanoparticle synthesized by a new hydrothermal
method. Journal of Magnetism and Magnetic Materials. Vol. 285, Pp.
296–302.
Gritter FJ et al, 1991, Pengantar Kromatografi (terjemahan K. Padmawinata).
edisi 2. ITB. Bandung. Hal. 107.
Hankare P.P., R.P. Patil, U.B. Sankpal, S.D. Jadhav, K.M. Garadkar, and S.N.
Achary. 2013. Synthesis and Morphological Study of Chromium
Substituted Zn–Mn Ferrites Nanostructures via Sol–gel Method.
Journal of Alloys and Compounds. Vol. 509, Pp. 276 – 280.
Hanke, L. D. 2001. Materials Evaluation and Engineering Inc. Plymouth,
Handbook of Analytical Methods for Materials. Pp. 35 – 38.
Indala, S. 2004. Development and Integration of New Processes
Consuming Carbon Dioxide in Multi-Plant Chemical Production
Complexes. Tesis. Department of Chemical Enginering. Andhra
University. India. Pp. 4 – 22.
Ismunandar. 2006. Padatan Oksida Logam: Struktur, Sintesis, dan Sifat-sifatnya.
Penerbit ITB. Bandung. Indonesia. Hal. 8 – 23.
Istadi dan Amin, N.A.S. 2005. A Thermodynamic Analysis of Co-generation of
C2 Hydrocarbons and Synthesis Gases from Methane and Carbon Dioxide
by Direct Gibbs Free Energy Minimization. Jurnal Natural Gas
Chemistry. Vol. 14, Pp. 140 – 150.
Joo, O. S. 1999. Camere Process for Carbon Dioxide Hydrogenation to Form
Methanol. Catalysis Laboratory. Korea Institute of Science and
Technology. Seoul. South Korea. Pp. 686 – 689.
Jun, K. W., S. J. Lee, M. J. Choi, and K. W. Lee. 2006. Catalytic
Hydrogenation of CO2 Into Hydrocarbons: Support Effects on Fe and
Fe-K Catalyst. Catalyst Division. Korea Research Institute of Chemical
Technology. Taejon. Korea. Pp. 1411 – 1414.
Kim, K. D., S. S. Kim, Y. H. Choa and H. T. Kim. 2007. Formation and Surface
Modification of Fe3O4 Nanoparticles by Co-precipitation and Sol-Gel
Method. Journal of Industrial Engineering Chemistry. Vol. 13, Pp. 1137-
1141.
Klaus S, Tobias Kratzke, Stefan Kaskel. 2004. Improved synthesis, thermal
stability and catalytic properties of the metal-organic framework
compound Cu3(BTC)2. Journal Microporous and Mesoporous Materials.
Vol. 73, Pp. 81–88.
50
K. W. Lee. 1999. Comparative Study of FTS with H2/CO and H2/CO2 Syngas
Using Fe and Co Catalysts. Applied Catalysis A. Vol. 186, Pp. 201 –
213.
Lambert C.K., R.D. Gonzalez. 1998. The importance of measuring the metal
content of supported metal catalysts prepared by the sol gel method.
Applied Catalysis A. Vol. 172, Pp. 233-239.
Lecloux, A. J., and J. P. Pirarad. 1998. High-Temperature Catalyst through Sol-
Gel Synthesis. Journal of Non-Crystalline Solids. Vol. 225, Pp.146 – 152.
Li, Z. 2005. Novel Solid Basa Catalyst for Michael Additions: Synthesis,
Characterization and Application. Dissertation. Mathematisch-
Narurwissenschaftlichen Fakultat I. Humboldt-Universitat. Berlin. Pp. 2
– 4.
Luypaert, J., Zhang, M., Massart, D. L. 2003. Feasibility Study for the Use of
Near Infra-red Spectroscopy in the Qualitative and Quantitative Analysis
Green Tea. Camellia Sinensis, Analytica Chemica Acta. Vol. 478, Pp. 310-
312.
Mansouri, M., Pouretedal, H.R., dan Vosough, V. 2011. Preparation and
Characterization of Ibuprofen Nanoparticles by Using Solvent/Antisolvent
Precipitation. The Open Conference Proceeding Journal. Vol. 2, Pp. 88-
94.
Maharani, Fatma. 2016. Sintesis dan Karakterisasi Nanokatalis Ni0,5Cu0,5Fe2O4
serta Uji Aktivitas Fotodegradasi Metanil Yellow. Skripsi. Universitas.
Lampung. Hal. 44
Mayer, J., Penkalla, H.-J., Dimyati, A., Dani, M., Untoro, P., Naumenko D.,
and Quadakkers, W.J. 2002. Time dependence of Mg-incorporation in
alumina scales on FeCrAl alloys studied by FIB-prepared TEM cross
sections, The Fifth International Conference on the Microscopy of
Oxidation. Pp. 167-173.
Nussinovitch. 1997. Hydrocolloid Aplications Gum Technology in The Food and
Other Industries. Blackie Academic and Professional. London. Pp. 46-
51.
Parry, E. P. 1963. An Infrared Study of Pyridine Adsorbed on Acidic Solid,
Characterization of Surface Acidity. Journal of Catalysis. Vol. 2, Pp. 371-
379.
Paveena, L., A. Vittaya, S. Supapan and M. Santi. 2010. Characterization and
Magnetic Propetis of Nanocrystalline CuFe2O4, NiFe2O4, ZnFe2O4
Powders Prepared by Aloe Vera Extract Solution. Current Applied
Physics. Vol. 11, Pp 101-108.
51
Pinna, F. 1998. Supported Metal Catalyst Preparation. Catalysis Today. Vol. 41,
Pp. 129-137.
Rawle, A. 2010. Basic Principles of Particle Size Analysis – Technical Paper of
Malvern Instuments. Worcesstershire. United Kingdom. Pp. 1012 – 1017.
Rodiansono, W., Trisunaryanti, dan Triyono. 2007. Pembuatan,
Karakterisasi, dan Uji Aktivitas Katalis NiMo/Z dan NiMo/Z-Nb2O5
pada Reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah Plastik Menjadi Fraksi
Bensin. Berkala MIPA. Vol. 17, Pp. 44-54.
Santosa, J., dan Yudiartono. 2006. Analisis Prakiraan Kebutuhan Energi
Nasional Jangka Panjang Di Indonesia. Strategi Penyediaan Listrik
Nasional Dalam Rangka Mengantisipasi Pemanfaatan PLTU
Batubara Skala Kecil, PLTN, Dan Energi Terbarukan. Pp. 1 – 12.
Savchuk, S. A. and V. N. Vlasov.2001. Application of Chromatography and
Spectrometry to the Authentication of Alcoholic Beverages. Journal of
Analytical Chemistryl. Vol. 56, Pp. 246–264.
Shengqiang Z., K. Potzger, Q. Xu, K. Kuepper, G. Talut, D. Mark, A. M. ucklich,
M. Helm, J. Fassbender, E. Arenholz, and H. Schmidt. 2009. Spinel ferrite
nanocrystals embedded inside ZnO: magnetic, electronic and magneto-
transport properties. Journal of Physics. Vol. 40, Pp. 964.
Situmeang, R dan N. Fansisca. 2011. Study of Co3O4/NiFe2O4 Catalyst for
Glucose Conversion in the Low Temperature. Jurnal Kimia FMIPA
Universitas Lampung. Hal. 4-5.
Soppimath, K.S., Aminabhavi, T.M., Kulkarni, A.R., dan. Rudzinski, W.E.
2000. Biodegradable polymeric nanoparticles as drug delivery devices.
Journal of Controlled Release. Vol. 20, Pp. 1-20.
Sugimoto, M. 1999. The Past, Present, and Future of Ferrites. Journal of The
American Ceramic Society. Vol. 82, Pp. 80 - 269.
Tanabe, K., 1981. Solid Acid and Base Catalyst in Catalysis Science and
Technology. Springer Link. Berlin. Vol. 2, Pp. 231– 273.
Teja, A.S. &Koh, P. 2009. Synthesis, properties , and application of magnetic
iron oxide nanoparticles. Progress in crystal growth and characterization
of materials. Pp. 22 - 55.
Widegren, J. A.; Finke, R. G., and J. Mol. 2003. Preparation of a Multifunctional
Core-shell Nanocatalyst and its Characterization by HRTEM. Journal of
Cataysisl A: Chemical. Pp. 187-191.
52
Williams, R. H., E. D. Larson, H. Jin. 2006. F-T Liquids Production from Coal
and Coal + Biomass with CO2 Capture and Alternative Storage Options:
Aquifer CO2 Storage vs CO2-Enhanced Oil Recovery. Princeton
Environmental Institute. Princeton University. Princeton. Pp. 1 – 24.