pemberian pupuk hayati fungi mikoriza arbuskular terhadap padi gogo pada … (d1a013006... ·...
TRANSCRIPT
Pemberian Pupuk Hayati Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap
Padi Gogo Pada Ultisol
ARTIKEL ILMIAH
MUSLIKAH
D1A013006
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
Pemberian Pupuk Hayati Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap
Padi Gogo Pada Ultisol
MUSLIKAH
D1A013006
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel ilmiah dengan judul “Pemberian Pupuk Hayati Fungi Mikoriza Arbuskular
Terhadap Padi Gogo Pada Ultisol” oleh Muslikah, NIM D1A013006.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2
Ir. Hj. Margarettha, MP Ir. Zurhalena, MP
NIP.19650611 199003 2 002 NIP.19610518 198803 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Agroekoteknologi
Dr. Sunarti, SP., M.P.
NIP. 19731337 199903 2 003
1
Pemberian Pupuk Hayati Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap
Padi Gogo Pada Ultisol
Muslikah1, Margarettha2, Zurhalena2
Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Ultisol merupakan lahan kering marjinal yang paling luas penyebarannya
di Indonesia dan umumnya memiliki kandungan unsur hara yang rendah. Untuk
memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman padi gogo
perlu dilakukan pemupukan, namun pemberian pupuk an – organik kurang efisien
karena jika diberikan secara terus menerus dapat memiliki dampak negatif antara
lain dapat menyebabkan perubahan struktur tanah. Salah satu alternatif dalam
meningkatkan kandungan unsur hara yang rendah pada Ultisol yaitu dengan
pemberian pupuk hayati Mikoriza.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pupuk hayati mikoriza terhadap
produksi padi gogo. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 kelompok yaitu m0 = tanpa pemberian FMA,
m1 = pemberian FMA 15 g/tanaman, m2 = pemberian FMA 30 g/tanaman, m3 =
pemberian FMA 45 g/tanaman, m4 = pemberian FMA 60 g/tanaman, m5 =
pemberian FMA 75 g/tanaman. Petak percobaan ukuran 1 m x 2 m dengan jarak
tanam 25 m x 25 m. Bibit padi gogo ditanam sebanyak 3 bibit perlubang tanam.
Pupuk dasar yang diberikan adalah 250 kg/ha Urea, 87,5 kg/ha SP-36 (diberikan
½ dosis anjuran), 125 kg/ha KCl. Pengamatan yang dilakukan yaitu kolonisasi
FMA, tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, berat gabah
kering, bobot 1000 butir, bobot kering tanaman. Data dianalisis secara sidik ragam
dan selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji
Duncan (DMRT) taraf 5%.
Hasil penelitian diperoleh pemberian FMA belum berpengaruh terhadap P-
tersedia. Pemberian FMA dengan dosis 75 g/tanaman memberikan nilai terbaik
untuk pH tanah dan kolonisasi FMA, akan tetapi pemberian FMA dosis 45
g/tanaman memberikan hasil terbaik terhadap berat gabah kering dan bobot 1000
butir.
Kata kunci : Mikoriza, Padi gogo, Ultisol.
PENDAHULUAN
Sektor pertanian berperan
dalam memenuhi dan menunjang
kebutuhan hidup manusia terutama
bahan pangan, salah satu bahan
pangan utama manusia adalah beras
(padi). Beras merupakan salah satu
bahan pangan utama bagi sebagian
besar penduduk Indonesia yang
penduduknya terus meningkat.
Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk akan mempengaruhi
jumlah konsumsi beras (Yudha et al.,
2015). Menurut data statistik yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS, 2017) peningkatan
produksi padi rata- rata di Indonesia
pada tahun 2013-2016 sebesar
7.57%. Produksi padi pada tahun
2015 sebanyak 75,398 juta ton/ha
gabah kering giling (GKG)
2
sedangkan pada tahun 2016 produksi
padi meningkat menjadi 79,355 juta
ton/ha atau mengalami peningkatan
sebesar 3,957 juta ton (5,25 %)
dibandingkan pada tahun 2015.
Hingga saat ini peningkatan
produksi tanaman pangan di
Indonesia khususnya tanaman padi
masih dititik beratkan pada
pelaksanaan intensifikasi padi sawah,
sedangkan peningkatan produksi
padi gogo belum sepenuhnya
dilakukan. Hal ini mengakibatkan
produksi padi gogo baik kualitas
maupun kuantitasnya masih
tergolong rendah (Kastanja, 2011).
Produksi padi sawah nasional pada
tahun 2015 lebih besar dibandingkan
produksi padi gogo. Hal ini dapat
dilihat pada jumlah produksi padi
sawah yaitu 71.766 juta ton/ha
sedangkan produksi padi gogo
3.631juta ton/ha (BPS, 2015).
Padi gogo umumnya di tanam
pada lahan kering (Ultisol).
Pemanfaatan Ultisol sebagai lahan
pertanian yang mempunyai kendala
dalam kesuburan tanah seperti tanah
masam, kurangnya kandungan bahan
organik serta kemampuan menahan
air yang rendah. Semakin lama lahan
digunakan maka produktivitas dan
produksi tanamanakan menurun
(Simanihuruk et al., 2007)
Untuk memperbaiki
kesuburan tanah dan meningkatkan
produktivitas tanaman padi gogo
perlu dilakukan pemupukan, namun
pemberian pupuk an – organik
kurang efisien karena jika diberikan
secara terus menerus dapat memiliki
dampak negatif antara lain dapat
menyebabkan perubahan struktur
tanah, pemadatan, kandungan unsur
hara dalam tanah menurun, dan
pencemaran lingkungan. Pemberian
pupuk an-organik secara terus-
menerus dalam jangka panjang akan
menaikkan kemasaman tanah yang
berdampak buruk terhadap
mikroorganisme yang ada di dalam
tanah dan apabila dibiarkan berlarut-
larut maka kesuburan alami tanah
akan menurun (Triyono et al., 2013).
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah mengembangkan
pertanian berbasis ekologi yang
berkelanjutan agar dapat
mengembalikan kualitas atau
kesehatan tanah secara ramah
lingkungan serta tidak merusak tanah
salah satunya dengan pemanfaatan
pupuk hayati (biofertilizer) antara
lain dengan pemberian pupuk hayati
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)
(Simarmata, 2007).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi, Desa Mendalo
Darat Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi serta
pengamatan mikoriza dan analisis
kimia tanah dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Juni sampai dengan
November 2017.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Inokulan FMA
Indigenous (Konsorsium FMA genus
Glomus dan Acaulospora), benih
padi gogo varietas Inpago 10, pupuk
kandang ayam, pupuk dasar (Urea,
SP-36, KCl), Bio-pestisida serta
bahan-bahan untuk analisis kimia
tanah dan pewarnaan akar. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah cangkul, kantong plastik,
kertas label, jaring/paranet,
timbangan, seperangkat alat-alat
3
untuk analisis kimia dan pewarnaan
akar, kamera, dan alat-alat tulis.
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 6 perlakuan dan 4 kelompok.
Sehingga terdapat 24 petak
percobaan. Dengan dosis perlakuan
m0 = Tanpa pemberian mikoriza, m1
= pemberian mikoriza 15 g/tanaman,
m2 = pemberian mikoriza 30
g/tanaman, m3 = pemberian mikoriza
45 g/tanaman, m4 = pemberian
mikoriza 60 g/tanaman, m5 =
pemberian mikoriza 75 g/tanaman.
Petak percobaan berukuran
1 m x 2 m dengan tinggi petakan 0,3
m dan jarak antar petakan perlakuan
0,5 m kemudian jarak antar
kelompok 1 m.
Pengamatan meliputi
kolonisasi FMA, analisis sifat kimia
tanah, tinggi tanaman, jumlah
anakan, jumlah anakan produktif,
berat gabah kering, bobot 1000 butir
dan berat kering tanaman. Semua
data dianalisis secara sidik ragam
dan untuk mengetahui perbedaan
pengaruh antar perlakuan analisis
data dilanjutkan dengan Uji Duncan
(DMRT) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Sifat Kimia Tanah
Sebelum Penelitian.
Hasil analisis pH pada lahan
penelitian memiliki tingkat
kemasaman (pH) agak masam
dengan nilai 6,37, P-potensial sedang
dengan nilai 29,82 ppm, P-tersedia
sedang dengan nilai 10,20 ppm, Al-
dd sangat rendah dengan nilai 0,05
me/100 g, nilai Kapasitas Tukar
Kation (KTK) rendah dengan nilai
9.93 me/100 g dan nilai C-organik
tergolong sedang dengan nilai 2,33
%.
Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Sebelum Penelitian
Parameter Nilai Satuan Kriteria (Balai Penelitian
Tanah, 2005)
pH 6,37 - Agak Masam
P-Potensial 29,82 Ppm Sedang
P- Tersedia 10,20 ppm Sedang
Al-dd 0,05 me/100g -
KTK 9,93 me/100g Rendah
C-organik 2,33 % Sedang
Sumber : Balai Penelitian Tanah, 2005
Secara umum tingkat
kesuburan tanah pada lokasi
penelitian tergolong sedang.
Kemasaman tanah (pH) sejalan
dengan kandungan P dalam tanah
yang juga berhubungan dengan nilai
Al-dd, bahwa semakin meningkat pH
tanah maka kandungan P dalam
tanah juga meningkat sedangkan
nilai Al-dd didalam tanah akan
semakin menurun. Pada penelitian
ini kandungan P-potensial sedang
dan kandungan P-tersedia yang
tergolong sedang dan kandungan Al-
dd yang sangat rendah.
Umumnya kandungan P-total
tanah tinggi akan tetapi kandungan
P-tersedia rendah. P-tersedia Ultisol
rendah dikarenakan unsur P yang
terfiksasi oleh Al dan Fe dalam
4
bentuk hidroksi fosfat sehingga akan
membentuk senyawa tidak larut yang
menyebabkan P tidak tersedia bagi
tanaman. Pada penelitian ini
kandungan P-Potensial tanah sedang
dan kandungan P-tersedia sedang.
Adanya asam humat yang dapat
mengurangi penyematan fosfat
sehingga Al dalam larutan tanah
menjadi tidak aktif setelah
berinteraksi dengan bahan humat
(Susila et al., 2016)
Kandungan KTK yang
rendah pada lahan penelitian salah
satunya dapat disebabkan rendahnya
kandungan bahan organik tanah
karena kandungan bahan organik
yang rendah akan menyebabkan
rendahnya kandungan KTK tanah.
Dijelaskan oleh Syahputra et al.,
(2015) jika tanah mempunyai
kandungan bahan organik yang
banyak maka KTK tanah juga akan
meningkat, selanjutnya dikemukakan
oleh Mukhlis et al., (2011) bahwa
besarnya KTK suatu tanah
ditentukan oleh salah satu faktor
yaitu kadar bahan organik tanah,
oleh karena sebagian bahan organik
merupakan humus yang berperan
sebagai koloid tanah, maka semakin
banyak bahan organik akan semakin
besar KTK tanah.Kandungan C-
organik sedang juga dapat
mempengaruhi kandungan pH tanah.
Kandungan C-organik pada
lahan penelitian tergolong sedang.
Kandungan C-organik dipengaruhi
oleh ketersediaan bahan organik
tanah. Kandungan C-organik sedang
juga dapat mempengaruhi kandungan
pH tanah. Dijelaskan oleh
Nurmasyitah et al., (2013) senyawa-
senyawa organik mampu mengikat
kation-kation di dalam kompleks
jerapan, sehingga konsentrasi
kejenuhan basa menjadi tinggi,
sehingga nilai pH tanah akan
meningkat.
Kondisi Sifat Kimia Tanah Setelah
Penelitian
Hasil analisis pengaruh FMA
terhadap pH dan kandungan P-
tersedia pada Tabel 3 berdasarkan
kriteria (Balai Penelitian Tanah,
2005) menunjukkan kondisi pH
tanah pada lahan percobaan dalam
keadaan agak masam sampai netral
dan kandungan hara P-tersedia yang
tergolong sangat tinggi.
Tabel 2. Analisis Sifat Kimia Tanah Setelah Penelitian.
Perlakuan pH P-tersedia (ppm)
m0 6.27 a 37.65 a
m1 6.16 ab 36,61 a
m2 6.41 ab 48,72 a
m3 6.33 ab 37.14 a
m4 6.41 ab 44.42 a
m5 6.49 b 50.02 a Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata menurut Uji Duncan pada taraf α= 5%.
Pada Tabel 3 nilai pH pada
pemberian perlakuan FMA dengan
taraf m5 (75 g/tanaman)
menunjukkan nilai pH tanah tertinggi
yaitu 6,49 dibandingkan dengan m0
(tanpa pemberian FMA). Hal ini
terbukti bahwa pemberian FMA
mampu meningkatkan nilai pH,
seperti pada penelitian Khairuna et
al., (2015) bahwa pemberian FMA
60 g/tan mampu meningkatkan nilai
pH sebesar 5,68 ini membuktikan
5
bahwa FMA memberikan peran
positif dalam meningkatkan nilai pH
dibandingkan tanpa pemberian FMA.
Terjadinya peningkatan pH
akibat adanya aktivitas dan
metabolisme FMA serta perlepasan
senyawa organik berupa asam-asam
amino yang dapat mengikat kation-
kation Al sehingga membentuk
senyawa organik Al yang tidak larut.
Selain itu adanya saling tindak
positif FMA yang mampu
meningkatkan nilai pH karena
pelepasan asam-asam organik dari
FMA (Widyasunu et al., 2010)
Tabel 3 terlihat bahwa P-
tersedia tanpa pemberian FMA juga
meningkat dibandingkan dengan data
tanah awal sedangkan pada setiap
taraf perlakuan, semakin banyak
dosis yang diberikan semakin
meningkat pula kandungan P-
tersedia tanah. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan dosis FMA
mampu meningkatkan P-tersedia
tanah.
Meningkatnya kandungan P
tersedia pada tanah juga disebabkan
Aktivitas FMA yang mampu
melarutkan P yang terfiksasi melalui
aktivitas enzim fosfatase sehingga
dapat meningkatkan P tersedia bagi
tanaman. Asam fosfatase yang
terdapat pada hifa FMA yang aktif
dapat mengubah P-organik menjadi
P-anorganik pada daerah dekat
permukaan sel sehingga tersedia bagi
tanaman. Enzim fosfatase yang
dikeluarkan akibat aktivitas mikoriza
mampu melepaskan P yang terfiksasi
oleh ion Al dan Fe sehingga P tanah
meningkat. Kondisi ketersediaan
hara yang rendah akar tanaman
masih dapat menyerap hara dari
tanah dengan bantuan hifa FMA
sehingga pengaruh FMA terhadap
serapan hara tinggi (Widiastuti et al,.
2002).
Pengaruh FMA terhadap
Kolonisasi FMA Pada Akar
Tanaman Padi.
Berdasarkan hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa
pemberian FMA berpengaruh nyata
terhadap kolonisasi FMA pada akar
tanaman padi gogo.
Hasil uji lanjut pengaruh
FMA terhadap kolonisasi FMA pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa antara
m0 (tanpa pemberian FMA) dan
pemberian perlakuan taraf m1 (15
g/tanaman) berpengaruh tidak nyata,
sedangkan perlakuan dengan taraf
m2 (30 g/tanaman), m3 (45
g/tanaman), m4 (60 g/tanaman) dan
m5 (75 g/tanaman) berpengaruh
nyata dibandingkan dengan m0
(tanpa pemberian FMA) dan taraf
m1 (15 g/tanaman). Perlakuan
dengan taraf m2 (30 g/tanaman), m3
(45 g/tanaman), m4 (60 g/tanaman)
dan m5 (75 g/tanaman) berpengaruh
tidak nyata sesama perlakuan.
Tabel 3. Pengaruh FMA Kolonisasi FMA terhadap Akar Tanaman Padi
Perlakuan Kolonisasi FMA (%) Kategori*
m0 (tanpa pemberian FMA) 50.63 a Sedang
m1 (15 g/tanaman) 80.63 ab Sangat Tinggi
m2 (30 g/tanaman) 86.25 b Sangat Tinggi
m3 (45 g/tanaman) 82.50 b Sangat Tinggi
m4 (60 g/tanaman) 85 b Sangat Tinggi
m5 (75 g/tanaman) 92.5 b Sangat Tinggi *sumber : Nusantara et al 2012 ; kelas 1 SR (0-5), kelas 2 R (6-25), kelas 3 Sedang (26-50), kelas
4 T (51-75), kelas 5 ST (76-100)
6
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata menurut Uji Duncan pada taraf α= 5%.
Pemberian FMA dengan taraf
m5 (75 g/tanaman) menunjukkan
tingkat kolonisasi tertinggi pada akar
tanaman padi gogo yaitu 92,5 %.
Kolonisasi tertinggi adalah perlakuan
taraf m5 (75 g/tanaman). Pada taraf
(m0) tanpa pemberian pupuk hayati
FMA ternyata proses kolonisasi
FMA juga terjadi pada akar tanaman
padi gogo, hal ini karena didalam
tanah terdapat FMA indigenous.
Dijelaskan oleh Margarettha
et al., (2017) bahwa evektifitas FMA
pada tanaman inang ditandai oleh
kemampuan FMA tersebut dalam
mengkolonisasi akar tanaman inang.
Hal ini terbukti bahwa pemberian
FMA indigen asal rizosfir padi gogo
lebih efektif mengkolonisasi akar
tanaman padi gogo. Inokulasi FMA
indigen dalam bentuk spora tunggal
(Glomus sp atau Acaulospora sp)
pada akar tanaman padi gogo
memberikan persentasi infeksi
(membentuk kolonisasi) dalam
kategori sedang. Jika diaplikasikan
secara konsorsium maka kemampuan
kolonisasi FMA pada akar tanaman
padi gogo semakin besar sehingga
terjadi peningkatan persentase
kolonisasi akar dari sedang menjadi
tinggi.
Salah satu pengaruh
kolonisasi FMA adalah peningkatan
serapan unsur P yang disebabkan
kemampuan mikoriza menyerap P
dari tanah untuk ditranslokasikan ke
akar tanaman (Susila et al., 2016).
Menurut hasil penelitian Jamilah et
al., 2016 bahwa pemberian FMA
pada tanah masam dengan dosis 15
g/tanaman efektif meningkatkan
kolonisasi FMA yaitu 46,24%
sedangkan pada penelitian ini
pemberian FMA 15 g/tanaman
efektif meningkatkan kolonisasi
FMA sebesar 80,63% dengan
kategori sangat tinggi.
Pengaruh Pemberian FMA
terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Padi
Gogo.Tanaman padi gogo dapat
tumbuh pada tanah dengan ordo
Utisol yang memiliki tingkat
kemasaman cukup tinggi serta
kekahatan unsur P. Akan tetapi
meskipun tanaman padi dapat
tumbuh tetap memerlukan unsur hara
yang cukup untuk pertumbuhan dan
produktifitas terutama tanaman padi
gogo memerlukan air yang cukup
banyak (Setiadi, 2003).
Tabel 4. Pengaruh FMA terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi
Perlakuan
Tinggi
Tanaman
(cm)
Jumlah
Anakan
(per rumpun)
Jumlah
Anakan
Produktif
(per rumpun)
Berat
Gabah
Kering
(ton /ha)
Bobot
1000
Butir
( g/tan)
Berat
Kering
Tanaman
( g/tan)
m0 75.63 a 13.81 a 7.6 a 2.93 ab 21.48 ab 33.35 a
m1 72.68 a 13.38 a 9.85 a 1.91 a 22.28 ab 36.12 a
m2 71.96 a 13.94 a 10.7 a 3.69 b 20.78 ab 45.79 a
m3 65.73 a 13.38 a 8.45 a 4.03 b 23.90 a 37.29 a
m4 70.57 a 14.94 a 7.73 a 3.51 b 22.18 ab 44.32 a
m5 73.33 a 16.44 a 9.85 a 3.19 b 19.70 b 46.91 a Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata menurut Uji Duncan pada taraf α= 5%.
7
Pengaruh permberian FMA
belum memberikan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman, jumlah anakan, jumlah
anakan produktif dan berat kering
tanaman padi gogo, akan tetapi dapat
dilihat perbedaan pada setiap taraf
perlakuan sangat beragam.
Sedangkan untuk produksi dan hasil
padi setelah analisis ragam
menunjukkan bahwa pemberian
FMA terhadap tanaman padi
berpengaruh nyata terhadap berat
gabah kering dan bobot 1000 butir.
Pertumbuhan Tanaman Padi
Gogo.
Menurut Herlina et al.,
(2017) FMA mampu mengikat P dari
dalam tanah dalam jumlah yang lebih
besar, sehingga jumlah P yang diikat
oleh FMA mampu menambah
kebutuhan P yang dibutuhkan oleh
tanaman terutama dalam proses
pertumbuhan tanaman serta hasil
tanaman padi. Peran penting FMA
yang diberikan ke dalam tanah yaitu
mampu berfungsi secara optimal
dalam membantu akar dalam
penyerapan unsur P yang diberikan.
Menurut Syamsiah (2014)
bahwa inokulasi FMA dapat
meningkatkan jumlah anakan 38%
dibandingkan tanpa pemberian FMA.
Pemberian FMA dapat meningkatkan
serapan P pada tanah dimana P
berperan dalam pertumbuhan
tanaman dan memperkuat batang
sehingga jumlah anakan dan jumlah
anakan produktif yang dihasilkan
semakin banyak.
Produksi dan Hasil Tanaman Padi
Gogo
Berat gabah dapat
mempengaruhi bobot 1000 butir, ini
dijelaskan pada penelitian
Mulyaningsih et al., (2015) bahwa
kandungan unsur hara yang cukup
juga akan mempengaruhi hasil padi
gogo. Jika translokasi asimilat tidak
terbagi dan tanaman menerima unsur
hara zink yang cukup maka
pengisisan gabah akan maksimal dan
akan mempengaruhi bobot 1000
butir. Hasil penelitian Margarettha et
al., (2017) menjelaskan bahwa
pemberian FMA nyata meningkatkan
hasil padi gogo. Dijelaskan juga pada
penelitian Syamsiah et al., (2014)
bahwa FMA mampu berinteraksi
terhadap tanah dan menyuplai hara
yang cukup dan meningkatkan dalam
proses fotosintesis, memberikan
kontribusi pada hasil tanaman padi
gogo.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemberian FMA belum
berpengaruh terhadap P-tersedia.
Pemberian FMA dengan dosis 75
g/tanaman memberikan nilai terbaik
untuk pH tanah dan kolonisasi FMA,
akan tetapi pemberian FMA dosis 45
g/tanaman memberikan hasil terbaik
terhadap berat gabah kering dan
bobot 1000 butir.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2005.
Produksi Padi, Jagung, dan
Kedelai.
.2017. Produksi
Padi, Jagung, dan Kedelai.
Balai Penelitian Tanah. 2005.
Petunjuk Teknis Analisis
Kimia Tanah, Tanaman, Air
dan Pupuk. Badan Penelitian
dan Pengembangan
8
Pertanian. Departemen
Pertanian.
Herlina, B., Sutejo dan J. Laksono.
2017. Peranan Inokulasi
Fungi Mikoriza Arbuskular
(FMA) dan Pupuk Fosfat
Terhadap Pupuk Fosfat dan
Kandungan Nutrisi
Indigofera zollingeriana. 12
(2) : 184-190.
Jamilah M., Purnomowati, dan U.
Dwiputrananto. 2016.
Pertumbuhan Cabai Merah
(Capsicum annum L.) pada
Tanah Masam yang di
Inokulasi Mikoriza Vesikular
Arbuskular (MVA)
Campuran dan Pupuk Fosfat.
Jurnal Biosfera. 33 (1) : 37-
45.
Kastanja, A.Y. 2011. Kajian
Penerapan Teknik Budidaya
Padi Gogo Varietas
Lokal(Studi Kasus pada 4
kecamatan di Kabupaten
Halmahera Utara). Jurnal
Agroforestri. 4 (2) : 121 -
128.
Khairuna, Syafrudin, dan Marlina.
2015. Pengaruh Fungi
Mikoriza Arbuskular dan
Kompos pada Tanaman
Kedelai Terhadap Sifat Kimia
Tanah.Jurnal Floratek. 10 :
1-9
Margarettha, M. Syarif, dan H.
Nasution. 2017. Efektifitas
Fungi Mikoriza Arbuskular
Indigen untuk Padi Gogo
dilahan Kering Marginal.
Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan
Universitas Jambi. 1(2) :
185-191.
Mukhlis., Sarifuddin., dan H.
Hanum. 2011. Kimia Tanah.
Teori dan Aplikasi. USU
Press. Medan.
Mulyaningsih, E. S, H. Sukiman, T.
M. Ermayanti, S.
Lekatompessy, S. Indrayani,
A. R. Seri, dan E. B. M. Adi.
2015. Respon Padi Gogo
Terhadap Pupuk Hayati di
Lahan Kering Kabupaten
Konawe Selatan, Sulawesi
Tenggara. Jurnal Pengkajian
dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. 18 (3) :
251-261.
Nurmasyitah, Syafruddin, dan M.
Sayuthi. 2013.Pengaruh Jenis
Tanah dan Dosis Fungi
Mikoriza Arbuskular Pada
Tanaman Kedelai Terhadap
Sifat Kimia Tanah.Jurnal
Agrista. 17(320) :103-110.
Setiadi. 2003. Arbuscular
Mycorrhizal Inokulum
Production. Program Abstrak
Seminar dan Pameran:
Teknologi Produksi dan
PemanfaatanInokulan
Simanihuruk, B. W., Kasli., E. F.
Husin danA. Syarif., 2007.
Tanggap Tanaman Padi Gogo
terhadap Pengurangan
Nitrogen Anorganik yang
disubstitusi dengan Tithonia
diversifolia. Jurnal Akta
Agrosia. Fakultas
PertanianUniversitas
Andalas. 10 (2) : 100-107.
Simarmata, T.2007. Revitalisasi
Kesehatan Ekosistem Lahan
Kritis dengan Memanfaatkan
Pupuk Biologis Mikoriza
dalam Percepatan
Pengembangan Pertanian
Ekologis di Indonesia.
Seminar Nasional dan
Workshop Cendawan
Mikoriza. Universitas Jambi.
Jambi. 18 Hal.
Susila E., N. Elita, dan Yefriwati.
2016. Uji Isolat FMA
9
Indigenous Terhadap
Pertumbuhan dan Infeksi
Akar Tanaman Padi Metode
SRI. 2 (1) : 71-75.
Syahputra E., Fauzi, dan Razali.
2015. Karakteristik Sifat
Kimia Sub Grup Tanah
Ultisol di Beberapa Wilayah
Sumatera Utara. Jurnal
Agroekoteknologi. 4 (1) :
1796 – 1803.
Syamsiah J., B. H. Sunarminto, E.
Hanudin dan J. Widada.
2014. Pengaruh Inokulasi
Jamur Mikoriza
ArbuskularTerhadap
Glomalin, Pertumbuhan dan
Hasil Padi. Jurnal Ilmu
Tanah dan Agroklimatologi.
11 (1) : 39:46.
Triyono, A., Purwanto. dan
Budiyono. 2013. Efisiensi
Penggunaan Pupuk N
untukMengurangi Kehilangan
Nitrat pada Lahan Pertanian.
Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan.
Program MagisterIlmu
Lingkungan, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Hal.526-531.
Widiastuti, H. E. Guehardja, N.
Soekarno, L. K Darusman, D.
H. Goenadi dan Smith. 2002.
Optimasi Simbiosis
Cendawan Mikoriza
Arbuskular Acaulospora
tuberculata dan Gigaspora
margarita pada Bitit Kelapa
Sawit di Tanah Masam.
Menara Perkebunan. 70 (2) :
50-57.
Widyasunu P., S. Atmojo dan M.
Ardiansyah. 2010. Kajian
Reklamasi Lahan Bekas
Penambangan Batu dengan
Aplikasi Pupuk Organik dan
Mikoriza Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Jagung (Zea mays
L.). Jurnal Agronomika.10
(1) : 56-68. Yudha, B. P. K., B. Hermiyanto, dan
R. Soedradjad. 2015.
Pengaruh Inokulasi Jamur
Mikoriza Arbuskular dan
Aplikasi Fosfat Terhadap
Pertumbuhan Padi Gogo.
Berkala Ilmiah Pertanian.
1(1) : 1-5.
Zulya F., Z. A Nolydan T Maydeliza.
2016. Respon Bibit Surian
(Toona Sinensis (Juss,) M.
Roem.) Terhadap Inokulasi
Beberapa Dosis Fungi
Mikoriza Arbuskula pada
Media Tanah Ultisol yang
dicampur Pupuk Kompos.
Jurnal Biologi. 9(1) : 10-18.