pemberdayaan ekonomi perempuan studi pada …digilib.unila.ac.id/37350/6/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN STUDI PADA
KELOMPOK WANITA TANI (KWT) DI DESA SUNGAILANGKA
KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
(Skripsi)
Oleh
DESY HARDIYANTI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
i
ABSTRACT
EMPOWERMENT ECONOMIC OF WOMEN STUDY IN WOMEN
FARMERS GROUP (KWT) IN SUNGAI LANGKA VILLAGE,
KECAMATAN GEDONG TATAAN, PESAWARAN REGENCY
By:
DESY HARDIYANTI
The low level of education makes limited knowledge and skills of the village
community. This makes the villagers lose the opportunity to get decent work so
that the impact on the people's economic income becomes low which leads to high
poverty in the village.The government is trying to improve development by
empowering rural communities.Empowerment in Sungai Langka Village is
carried out by prioritizing the empowerment of women by forming a group of
women farmers as the one of the strategic activities in realizingparticipatory
developmentandhelped to create the conditions that empowered women in
economic creative community.This study aims to obtain a description and analysis
of women's economic empowerment in a group of women farmers in Sungai
Langka Village and its obstacles.This study uses descriptive research with a
qualitative approach.Data collection is done by interviews, documentation, and
observation.The results of this study indicate that women's economic
empowerment in a group of women farmers in Sungai Langka Village is carried
out throughgivingtraining to groupsabouteconomycreative by utilizing potential
results and opportunities that exist in each hamlet in Sungai Langka
Village.Monitoring the process and results of activities is carried out in a
participatory manner by the village government and related stakeholders.For the
obstaclesin this process are the mindset of women in Sungai Langka Village
undeveloped, limited capital related marketing that have not yet increased, lack of
inadequate facilities and infrastructure.The local government further increase the
supports in terms of facilities to support the business activities of the women
farmer groups, Pesawaran Agriculture Department more optimizing the
strengthening of monitoring and HR capacity training, and the women of Sungai
Langka Village must have the awareness to participate actively in the women
farmer groups in order to empower themselves and able to improve the economic
welfare of the family.
Keywords:women's empowerment, empowerment process, women farmers
group
ii
ABSTRAK
PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN STUDI PADA
KELOMPOK WANITA TANI (KWT) DI DESA SUNGAI LANGKA
KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh:
DESY HARDIYANTI
Tingkat pendidikan yang rendah membuat pengetahuan serta keterampilan yang
dimiliki masyarakat desa terbatas. Hal tersebut membuat hilangnya kesempatan
masyarakat desa untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga berdampak
pada pendapatan ekonomi masyarakat menjadi rendah yang mengarah pada
tingginya angka kemiskinan di desa.Pemerintah berupaya meningkatkan
pembangunan dengan melakukan pemberdayaan bagi masyarakat desa.
Pemberdayaan di Desa Sungai Langka dilakukan dengan memprioritaskan
pemberdayaan perempuan dengan membentuk kelompok wanita tani sebagaisalah
satu kegiatan strategis dalam mewujudkan pembangunan yang partisipatif serta
turut menciptakan kondisi perempuan yang berdaya dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat kreatif.Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi dan
analisa mengenai pemberdayaan ekonomi perempuan dalam kelompok wanita tani
di Desa Sungai Langka serta hambatannya. Penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, dokumentasi, dan observasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberdayaan ekonomi perempuan dalam kelompok wanita tani di Desa Sungai
Langka dilaksanakan dengan memberikan pelatihan kepada kelompok dengan
memanfaatkan potensi wilayah serta peluang yang ada di setiap dusun.
Pemantauan proses dan hasil kegiatan dilakukan secara partisipatif oleh
pemerintah desa maupun stakehokder terkait. Adapun hambatan dalam proses ini
adalah pola pikir perempuan di DesaSungai Langka yang belum maju, terbatasnya
modal terkait pemasaran yang belum meningkat, serta kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai. Pemerintah desa setempat lebih meningkatkan
dukungan fasilitas untuk menunjang kegiatan usaha kelompok wanita tani, Dinas
Pertanian Kabupaten Pesawaran lebih mengoptimalkan penguatan monitoring dan
pelatihan kapasitas SDM, serta perempuan Desa Sungai Langka harus memiliki
kesadaran untuk ikutserta terlibat aktif dalam kelompok wanita tani agar dapat
memberdayakan diri dan mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.
Kata kunci: pemberdayaan perempuan, proses pemberdayaan, kelompok
wanita tani
iii
PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN STUDI PADA
KELOMPOK WANITA TANI (KWT) DI DESA SUNGAI LANGKA
KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
DESY HARDIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI PUBLIK
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Desy Hardiyanti dilahirkan di Bandar
Lampung, pada tanggal 20 Mei 1996. Peneliti
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Usman Achyar dan Ibu Endriyani. Saat
ini peneliti bertempat tinggal di Jalan Pulau Batam VIII
No. 2 Way Halim Permai, Bandar Lampung bersama
kedua orangtua. Peneliti menempuh pendidikan formal mulai dari TK Xaverius 4
Bandar Lampung hingga tamat tahun 2002, di SD Xaverius 3 Bandar Lampung
hingga tamat tahun 2008. Selanjutnya peneliti lulus dari SMP Negeri 12 Bandar
Lampung pada tahun 2011 dan SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun
2014. Peneliti melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Lampung sebagai
mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN). Peneliti tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi
Negara (HIMAGARA) sebagai anggota periode 2014/2015. Pada 19 Januari
2017 Peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Restu Buana,
Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari.
viii
MOTTO
“Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kau berusaha menangkapnya, ia akan
lari. Tapi kalau kau membelakanginya, ia tak punya pilihan selain
mengikutimu”
(Ibnu Qayyim Al Jauziyyah)
“Jangan Menunggu. Takkan pernah ada waktu yang tepat”
(Napoleon Hill)
“Cara mengalahkan ketidakmungkinan adalah dengan mempercayainya lalu
membuktikannya”
(Desy Hardiyanti)
ix
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati mengucap syukur atas
segala rahmat dan karunia Allah SWT kepada peneliti
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Saya persembahkan skripsi ini kepada :
Yang tercinta, Mama, Papa, dan Abang-abangku
Terimakasih telah memberikan sumber doa yang tak henti-
hentinya, cinta dan kasih sayang, semangat, dukungan,
serta motivasi yang menjadi kekuatan peneliti dan segala
kebaikan yang tak terhitung jumlah dan masanya
Keluarga besar, para sahabat dan teman-teman
seperjuanganKu
Terima kasih atas motivasi, cerita, dan pengalaman yang
berharga
Para pendidik tanpa tanda jasa yang Ku hormati, serta
Almamater yang saya banggakan Universitas Lampung
x
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, karunia, dan
hidayah tanpa henti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Studi Pada Kelompok Wanita Tani
(KWT) Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Administrasi Publik (S.AP.) pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.
Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih pada seluruh pihak
yang telah membantu peneliti dalam banyak hal untuk menyelesaikan skripsi ini,
antara lain:
1. Mama dan Papa, sosok yang tidak tergantikan, dunia, panutan, kekuatan,
inspirasi, dan motivasiku. Terimakasih selalu menyebut nama Desy dalam
setiap doa dan mendidik Desy sebagai perempuan kuat, berani, mandiri, dan
berakhlak. Terima kasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan
Mama dan Papa sehingga Desy dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
suatu saat dengan segala keterbatasan dan ketidaksempurnaan, Desy bisa
membalas semua lelah dan pengorbanan kalian.
2. Abang-Abangku, Ari Firmansyah dan Ferdiansyah. Terimakasih telah
menjadi panutan yang baik untuk adikmu, memberikan motivasi serta
xi
nasihat yang tidak pernah henti agar Desy selalu bisa menjadi pribadi yang
kuat dan mandiri. Semoga nanti kita bisa bersama-sama membahagiakan
Mama dan Papa.
3. Kelurga besarku, terimakasih atas nasihat dan dukungannya.
4. Bapak Dr. Syarif Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung
5. Bapak Noverman Duadji, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, terima kasih atas
pengetahuan, arahan, motivasi, dan dukungan selama ini.
6. Ibu Intan Fitri Meutia, M.A., Ph.D. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, terima kasih
atas pengetahuan, arahan, motivasi, dan dukungan selama ini.
7. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembahas dan penguji
yang teramat baik dan profesional dalam membahas dan menguji saya.
Terimakasih banyak atas kebaikan ibu kepada saya, motivasi dan saran dari
Ibu agar saya menjadi perempuan yang kuat akan saya ingat sampai
kapanpun.
8. Bapak Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing utama.
Terimakasih banyak atas kebaikan bapak dalam membimbing saya. Terima
kasih untuk waktu luang, motivasi, saran, dukungan, dan pengetahuannya,
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Maaf ya pak kalau selama
proses bimbingan saya selalu kosong. Pokoknya terimakasih yang tak
terhingga buat Pak Dedy yang selalu mendengarkan keluh kesah saya.
Semoga nantinya saya gak kosong lagi ya pak.
xii
9. Ibu Selvi Diana Meilinda, S.AN., M.PA. selaku dosen pembimbing kedua.
Ibuuu terimakasih banyak. Ibu adalah dosen pembimbing yang sangat baik,
selalu mau membantu dan membimbing saya, selalu mendengarkan drama
hidup saya, serta selalu memberikan arahan yang baik buat saya. Maaf ya
ibu kalau saya selalu menyusahkan, semoga saya bisa menjadi perempuan
yang berakhlak baik seperti yang ibu ajarkan.
10. Ibu Dra. Dian Kagungan, M.H. selaku dosen pembimbing akademik.
Terimakasih atas dukungan dan kesabaran yang ibu berikan. Mohon maaf
atas segala bentuk kesalahan saya, karena mungkin dari semua mahasiswa
bimbingan akademik ibu, saya adalah mahasiswa yang paling banyak salah
dan khilaf.
11. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, terima kasih atas ilmu, pengalaman, dan motivasi selama masa
kuliah.
12. Bapak Azhari dan Bapak Johari, selaku staf Jurusan Ilmu Administrasi
Negara. Terimakasih telah banyak membantu kelancaran administrasi
selama proses penyelesaian skripsi ini.
13. Seluruh Informan penelitian, Bapak Junaedi. Bapak Subagiyo, Ibu Novi, Ibu
Tami, Ibu Winarni, Ibu Aliyah, Ibu Krismiyati, Ibu Haryati, Ibu Tuti, dan
Ibu Sofi serta Ibu-ibu anggota KWT di Desa Sungai Langka. Terimakasih
telah meluangkan waktu dan perhatian dalam proses penelitian dan
penyelesaian skripsi ini.
14. Sahabat-sahabatku “My Princess”. Reka Prasylia, terimakasih untuk selalu
bisa mengerti sifat aku, selalu mendengarkan drama aku yang gak pernah
xiii
abis. Phebie Syntia K, terimakasih selalu menjadi rumah keduaku menjadi
partner terbaik dalam segala hal. Aisha Hanidar, terimakasih selalu menjadi
teman terpance sepanjang masa, hidup bukan hanya selalu tentang pacar
semoga kamu cepat sadar ya sah. Desta Dwi Putri, terimakasih selalu
mengajarkan aku dalam segala hal, kamu tuh yang paling sempurna diantara
kita, semoga aku bisa seperti kamu ya des. Naadhiya Ulfa A, terimakasih
nad dari dulu kamu selalu membantu aku selalu ngasih aku nasihat supaya
bisa jadi pribadi yang lebih baik. Muthia Balqis, partner chairmate aku di
SMA, selalu mengajarkan aku kalau perbedaan bukan berarti harus
bermusuhan. Maaf ya mut kalau aku selalu bikpal. Citra Rona S,
terimakasih cit udah jadi partner gunjing, kurang-kurangin cit hehe. Terima
kasih banyak untuk “My Princess” telah memberikan banyak pengalaman,
hidup semoga kita bisa sama-sama sukses. See you on top sister!
15. Teman terbaik yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka, Marlia
Triani Putri. Terimakasih ya mar kamu selalu bisa jadi saudara, kakak, adik
dan selalu ada dari jaman SMP sampai sekarang. Cuma kamu yang tahan
dengan sifat-sifat aku yang nyebelin. Kamu yang tau banget drama hidup
aku yang gak pernah usai, kamu selalu memberi semangat agar aku selalu
kuat jalanin semuanya. Semoga niat baikku menjodohkan kamu sama rifki
bisa sampai pelaminan ya mar. Semangat untuk drama percintaan kamu
yang kayak sinetron telenovela. Semoga kita bisa sukses bareng-bareng ya!
16. Teman Seperjuanganku, Triaz Rizmaulia. Makasih loh iyaz selalu ada disaat
aku sedih, susah, senang, yang selalu siap siaga kalau aku lagi ada masalah.
Terimakasih banyak buat kebaikan kamu yaz. Ana Ubaisah, makasih ana
xiv
untuk semua nasihat yang selalu kamu berikan, terimakasih selalu menjadi
partnerku dalam segala hal, maaf kalau sifatku selalu membuat kamu marah.
Asrti Juniar Wulan, kamu sangat baik tri terimakasih selalu mengajarkan
agar aku selalu dewasa, makasih kamu telah memperkenalkan aku dengan
dunia pekerjaan, semoga nantinya aku bisa seperti kamu yang pandai dalam
segala hal. Sisca Aprillya P, makasih sis sudah menjadi teman baikku dari
masa SMA, semangat ya sis skripsinya!. Trias Cininta L, partner curhatku
luar biasa, makasih loh iyas kamu udah memberikan pengetahuan yang
baik-baik buat kita semua. Perbanyak istighfar ya iyas hehe. Muslimah,
adek tingkatku yang selalu menemaniku kemanapun. Semangat ya dekmus
skripsinya! Jangan bosan-bosan menemani kegabutanku yaa. Marselin
Daiska W, malaikat dihidupku. Terimakasih banyak atas segala bantuanmu
des, kalau gak ada kamu aku gak tau gimana caranya ngelewatin semuanya.
Kamu tuh baik banget selalu ngehibur aku, maaf ya kalau aku selalu buruk
sifat. Mutiara Septiani EP, Araaa you’re the best in my life! Gak tau harus
berterimakasih sebanyak apa, pokoknya kamu yang terbaik, tanpa kamu
mungkin aku gak akan sampai di titik ini. Rifki Irawan, teman baikku dari
SMA, terimakasih iki selalu membantuku dalam segala hal. Semoga kamu
sama marlia baik-baik saja ya. Semangat skripsinya iki!
17. Keluarga besar Gelas Antik. Terimakasih untuk kalian semua yang tidak
dapat kusebutkan satu persatu namanya atas pengalaman yang diberikan
selama masa perkuliahan dan selalu memberi canda tawa di setiap hari-
harinya. Semoga kita semua dapat sukses ya!
xv
18. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung
selama penelitian ini.
Skiripsi ini ditulis dengan sungguh-sungguh dan usaha yang maksimal
sesuai dengan kemampuan peneliti. Apabila masih terdapat kekurangan, dapat
dijadikan evaluasi atau penelitian lanjutan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membutuhkan.
Bandar Lampung, 17 Oktober 2018
Peneliti,
Desy Hardiyanti
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN .............................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
SANWACANA ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan .................................. 14
1. Pengertian Pemberdayaan ............................................................. 14
2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Perempuan........................... 16
3. Tujuan Pemberdayaan ................................................................... 20
4. Proses Pemberdayaan Masyarakat ................................................ 23
5. Pendekatan Pemberdayaan ............................................................ 25
6. Strategi Pemberdayaan .................................................................. 28
7. Indikator Pemberdayaan ................................................................ 33
B. Tinjauan Kelompok Wanita Tani (KWT) .......................................... 35
1. Pengertian Kelompok .................................................................... 35
2. Fungsi Kelompok .......................................................................... 36
3. Proses Terbentuknya Kelompok ................................................... 37
xvii
4. Pengertian Kelompok Wanita Tani (KWT) .................................. 40
C. Tinjauan Desa .................................................................................... 41
1. Pengertian Desa ............................................................................. 41
2. Unsur-Unsur Desa ......................................................................... 42
3. Fungsi Desa ................................................................................... 44
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ................................................................................... 45
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 46
C. Lokasi Penelitian ................................................................................ 47
D. Informan Penelitian ............................................................................ 47
E. Sumber Data....................................................................................... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 49
G. Teknik Analisis Data.......................................................................... 51
H. Teknik Keabsahan Data ..................................................................... 52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Sungai Langka ............................................. 55
B. Profil Kelompok Wanita Tani Desa Sungai Langka .......................... 65
C. Hasil Penelitian .................................................................................. 69
1. Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran ...................................................................................... 70
1.1. Kelompok Wanita Tani Mawar Indah.................................... 70
a. Mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluangnya 70
b. Penyusunan rencana kegiatan ............................................ 75
c. Penerapan rencana kegiatan .............................................. 76
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara partisipatif ... 79
1.2. Kelompok Wanita Tani Sri Rejeki ......................................... 83
a. Mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluangnya 83
b. Penyusunan rencana kegiatan ............................................ 85
c. Penerapan rencana kegiatan .............................................. 87
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara partisipatif ... 89
1.3.Kelompok Wanita Tani Mitra Abadi ...................................... 92
a. Mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluangnya 92
b. Penyusunan rencana kegiatan............................................ 95
c. Penerapan rencana kegiatan .............................................. 96
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara partisipatif ... 99
1.4.Kelompok Wanita Tani Melati Berbakti ................................. 101
a. Mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluangnya 101
b. Penyusunan rencana kegiatan ............................................ 102
c. Penerapan rencana kegiatan .............................................. 103
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara partisipatif ... 105
2. Hambatan dalam Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
(KWT) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran ................................................................... 107
D. Pembahasan........................................................................................ 111
1. Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa
xviii
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran ...................................................................................... 111
a. Mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluangnya.... 111
b. Penyusunan rencana kegiatan ................................................... 115
c. Penerapan rencana kegiatan ..................................................... 118
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara partisipatif ........... 121
2. Hambatan dalam Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
(KWT) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran ................................................................... 122
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 126
B. Saran .................................................................................................. 128
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
Kemiskinan Tahun 2015-2017 ............................................................... 2
2. Persentase Penduduk Berumur 15 tahun Ke Atas menurut Daerah
Tempat Tinggal, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Tahun 2015 ................................................................. 4
3. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Lampung
Tahun 2014 ............................................................................................. 5
4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan di
Kabupaten Pesawaran, Tahun 2014 ........................................................ 6
5. Jumlah Penduduk Desa Sungailangka berdasarkan Kepala Keluarga
Tahun 2016 ............................................................................................. 8
6. Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Sungailangka berdasarkan
Usahanya................................................................................................. 9
7. Daftar Informan ...................................................................................... 48
8. Jumlah Penduduk berdasarkan Pekerjaan Tahun 2016 .......................... 59
9. Jumlah Penduduk berdasarkan Pengelompokan Usia Tahun 2016 ........ 60
10. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ..................................... 60
11. Unit Usaha di Desa Sungai Langka ........................................................ 62
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Siklus/Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Oleh Wilson ...................... 25
2. Struktur Organisasi Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran Periode Tahun 2013-2019 .................................. 57
3. Peta Desa Sungai Langka ....................................................................... 58
4. Hasil Produksi KWT Sri Rejeki (Keripik Pisang) .................................. 66
5. Hasil Produksi KWT Mitra Abadi (Bubuk Biji Salak) ........................... 67
6. Hasil Kegiatan KWT Mawar Indah (Tanaman Sayuran) ....................... 68
7. Hasil Produksi KWT Melati Berbakti (Bubuk Coklat dan Jahe) ........... 69
8. Potensi di Desa Sungai Langka yaitu Perkebunan Kakao dan bak
Penampungan Sumber Mata Air ............................................................. 72
9. Pembuatan MOL (Mikor Organisme Lokar) Penyubur Tanah dan Hasil
Tanaman Sayuran KWT Mawar Indah (Pemanfaatan Lahan
Pekarangan .............................................................................................. 78
10. Laporan Keuangan Hasil Pemanfaatan Lahan Pekarangan KWT
Mawar Indah ........................................................................................... 81
11. Pembuatan Keripik oleh KWT Sri Rejeki .............................................. 87
12. Penerapan Kegiatan KWT Mitra Abadi yaitu Pembuatan Bubuk Biji
Salak ....................................................................................................... 97
13. Pertemuan Kelompok Wanita Tani Melati Berbakti .............................. 102
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadan desa di Indonesia hanya disebut secara eksplisit oleh pemerintah.
Hal ini dibuktikan dengan penetapan pengaturan yang dibuat oleh pemerintah
mengenai desa selama ini hanya menjadi bagian dari Undang-Undang tentang
Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, pengaturan desa tersebut belum
sepenuhnya dapat mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat
desa. Padahal keberadaan sebuah desa merupakan salah satu faktor
penunjang keberhasilan suatu daerah. Oleh sebab itu, sebuah desa wajib
diakui keberadaannya dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya oleh
pemerintah.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan tersebut pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Dalam undang-undang
tersebut mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa. Artinya desa
diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan dari masyarakatnya itu sendiri, dengan demikian desa
memiliki posisi yang strategis sehingga dapat menunjang penyelenggaraan
otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan.
2
Pemerintah menghadapi beberapa masalah dalam pelaksanaan pembangunan
di desa, salah satunya adalah masalah kemiskinan. Tingkat pendidikan yang
rendah merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan yang ada di desa.
Penduduk desa yang tingkat pendidikannya rendah membuat pengetahuan
serta keterampilan yang dimiliki sangat terbatas dan berdampak kepada
rendahnya kualitas sumber daya manusia di desa . Kualitas sumber daya
manusia yang rendah membuat penduduk desa tidak dapat bersaing di era
global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal
tersebut membuat pendapatan ekonomi penduduk desa menjadi rendah dan
mengarah kepada tingginya angka kemiskinan di desa.. Berikut tabel data
mengenai jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan pada tahun 2015-
2017 di Indonesia.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan
Garis Kemiskinan Tahun 2015-2017
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan
(juta orang) (Rp/Kapita/Bulan)
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa
Maret 2015 10,65 17,94 28,59 8,29 14,21 11,22 342 541 317 881
Setember 2015 10,62 17,89 28,51 8,22 14,09 11,13 356 378 333 034
Maret 2016 10,34 17,67 28,01 7,79 14,11 10,86 364 527 343 647
Setember 2016 10,49 17,28 27,76 7,73 13,96 10,70 372 114 350 420
Maret 2017 10,67 17,10 27,77 7,72 13,93 10,64 385 621 361 496
Setember 2017 10,27 16,31 26,58 7,26 13,47 10,12 400 995 370 910
Sumber: Data Badan Pusat Statistik, 2018
Berdasarkan pada tabel 1 dapat dilihat jumlah penduduk miskin di Indonesia
dari tahun 2015-2017 cenderung lebih banyak dialami oleh daerah Pedesaan
dibanding dengan daerah Perkotaan. Hal ini membuktikan bahwa Desa
merupakan penyumbang kemiskinan terbesar di Indonesia. Masih besarnya
jumlah penduduk yang hidup miskin di Desa merupakan tantangan bagi
3
pemerintah untuk lebih mengupayakan dan meningkatkan pembangunan
yang ada di Desa.
Melalui implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa, diharapkan dapat mempercepat pembangunan di Desa, dan
segala potensi di desa juga dapat lebih diberdayakan untuk kesejahteraan
masyarakat. Seiring adanya kebijakan UU Desa, pemerintah juga
mengeluarkan adanya Dana Desa yang diperuntukkan untuk menunjang serta
mewujudkan pelaksanaan kebijakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018, penggunaan Dana Desa di
prioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan di bidang
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Salah satu prioritas dalam Dana Desa adalah pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat desa bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas masyarakat desa dengan mendayagunakan potensi dan
sumberdayanya sendiri sehingga desa dapat menghidupi dirinya secara
4
mandiri. Salah satu sasaran pemberdayaan masyarakat di desa ialah kaum
perempuan. Hal itu disebabkan karena pendidikan perempuan di desa sangat
rendah. Sehingga menyebabkan tingkat kerentanan perempuan terhadap
kemiskinan sangat tinggi. Kerentanan kemiskinan yang dialami oleh
perempuan ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2. Persentase Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut
Daerah Tempat Tinggal, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2015
Daerah
Tempat
Tinggal
Jenis
Kelamin
Jenjang Pendidikan
2015
Tidak/
Belum
pernah
sekolah
Belum
Tmat
SD
SD/
sederajat
SMP/
sederajat
SMA/
sederajat
Perguruan
Tinggi
Perkotaan Laki-laki 1,91 7,47 20,73 21.70 36,00 12,18
Perempuan 4,88 9,47 22,02 21,48 30,34 11,80
Pedesaan Laki-laki 5,62 16,31 35,03 22,22 17,25 3,58
Perempuan 11,38 17,61 33,97 20,35 12,82 3,86
Sumber: Data Badan Pusat Statistik, 2018
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat di
Indonesia yang rendah terletak pada perempuan terlebih di daerah Pedesaan.
Banyaknya Perempuan di Pedesaan yang hanya menempuh jenjang
pendidikan pada tingkat SD sebesar 33,97%, SMP 20,35%, SMA 12,82%,
dan perguruan tinggi hanya 3,86% serta banyak pula perempuan yang
tidak/belum pernah sekolah 11,38% dan belum tamat SD 17,61%. Dari
penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kaum perempuan
yang ada di desa masih sangat rendah sehingga membuat keterampilan yang
dimiliki perempuan terbatas. Oleh karena itu perempuan tidak dapat
mendapatkan pekerjaan serta upah yang layak. Hal tersebut mengakibatkan
5
kemiskinan pada perempuan karena tingkat pendapatan ekonominya rendah.
Hal ini terjadi hampir di semua provinsi di Indonesia, salah satunya di
Provinsi Lampung.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung mencapai 1.143.93 ribu jiwa
pada tahun 2014 yang diperinci melalui tabel berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung, Tahun 2014
Wilayah Jumlah Penduduk Miskin
(Ribu Jiwa) Tahun 2014
Lampung Timur 170.73
Lampung Selatan 161.79
Lampung Tengah 161.55
Lampung Utara 140.73
Bandar Lampung 102.27
Tanggamus 85.02
Pesawaran 74.01
Way Kanan 64.50
Lampung Barat 60.27
Pringsewu 37.77
Tulang Bawang 36.83
Tulang Bawang Barat 18.73
Metro 16.95
Mesuji 12.79
Pesisir Barat -
Provinsi Lampung 1.143.93
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018
Berdasarkan jumlah 13 kabupaten dan 2 Kota yang ada di Provinsi Lampung
pada tabel 3, salah satu kabupaten yang menyumbang kemiskinan terbesar di
Provinsi Lampung adalah Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran
6
memiliki jumlah penduduk miskin sebanyak 74.01 ribu jiwa dari total
keseluruhan penduduk yang berjumlah 421.497 jiwa. Kemudian dari jumlah
tersebut, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan hampir sejajar
dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Banyaknya kaum
perempuan di Kabupaten Pesawaran, mengharuskan pemerintah untuk lebih
mengupayakan peningkatan ekonomi perempuan untuk menurukan tingginya
angka kemiskinan di Kabupaten Pesawaran. Berikut data jumlah penduduk
menurut jenis kelamin di Kabupaten Pesawaran
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan di
Kabupaten Pesawaran, Tahun 2014
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
District Male Female Total
1. Punduh Pidada 7013 6304 13317
2. Marga Punduh 7072 6366 13438
3. Padang Cermin 50078 45880 95958
4. Kedondong 17250 16202 33452
5. Way Khilau 13908 12652 26560
6. Way Lima 15730 14674 30404
7. Gedung Tataan 46908 45788 92696
8. Negeri Katon 32847 31252 64099
9. Tegineneng 26378 25195 51573
Jumlah/Total 217184 204313 421497
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran, 2018
Berdasarkan tabel data 4, dari 9 kecamatan yang ada di Kabupaten
Pesawaran, jumlah penduduk perempuan tertinggi ke-2 terdapat pada
Kecamatan Gedong Tataan yang mencapai 45.788 ribu jiwa pada Tahun
2014. Dapat disimpulkan bahwa banyaknya jumlah kaum perempuan yang
7
miskin sangat penting untuk diberdayakan agar kaum perempuan dapat lebih
mandiri terutama dalam hal ekonomi.
Persoalan kemiskinan perempuan merupakan hal yang serius perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang optimal. Pemerintah dan masyarakat melalui
partisipasi aktif, harus dapat melakukan upaya untuk memberdayakan peran
perempuan, utamanya dalam bidang ekonomi, sehingga diharapkan
kemiskinan perempuan dapat berkurang bahkan perempuan dapat berdiri
sejajar dengan laki-laki dalam kemandirian ekonomi.
Upaya mengatasi kemiskinan yang dihadapi kaum perempuan di Desa,
Pemerintah telah melaksanakan beberapa program pemberdayaan untuk
meningkatkan ekonomi perempuan yang ada di Desa, namun dalam
pelaksanaannya masih banyak program pemberdayaan tersebut yang berjalan
tidak optimal. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yaitu: 1)
Terbatasnya akses permodalan, infrastruktur, dan teknologi serta akses
terhadap pelayanan publik dan pasar modal yang ada; 2) Kurangnya sarana
dan prasarana; 3) Masih rendahnya pasrtisipasi masyarakat; 4) dan
kurangnya peran pemerintah dalam mendampingi masyarakat.
Salah satu desa yang telah menjalankan program pemberdayaan di daerah
Pesawaran tersebut adalah Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran. Desa Sungai Langka merupakan salah satu desa yang
memiliki jumlah perempuan yang cukup banyak hampir sejajar dengan
jumlah laki-lakinya. Berdasarkan pemutahiran desa pada Bulan Januari
8
Tahun 2016 Desa Sungai Langka mempunyai jumlah Penduduk: 5.245 jiwa
dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan Kepala
Keluarga Tahun 2016
Sumber: Pemerintah Desa Sungai Langka, 2018
Berdasarkan data Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan
Kepala Keluarga Tahun 2016 Jumlah penduduk perempuan di Desa Sungai
Langka mencapai 2.570 jiwa hampir sejajar dengan kaum laki-laki yang
mencapai 2.655 jiwa. Melihat jumlah penduduk perempuan Desa Sungai
Langka yang hampir sejajar dengan kaum laki-lakinya, ini berarti kaum
perempuan Desa Sungai Langka perlu untuk diberdayakan agar dapat ikut
serta dalam pembangunan yang ada di Desa serta dapat memandirikan kaum
perempuan Desa Sungai Langka agar setara dengan kaum laki-laki yang lebih
maju.
Salah satu kepedulian Pemerintah Desa Sungai Langka terhadap kaum
Perempuan dengan diadakannya program pemberdayaan ekonomi
perempuan melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT). KWT
NAMA DUSUN KK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
DUSUN I 243 448 417 865
DUSUN II 98 198 203 401
DUSUN III 149 235 228 463
DUSUN IV 119 221 205 426
DUSUN V 117 209 208 417
DUSUN VI 147 259 229 488
DUSUN VII 157 288 270 558
DUSUN VIII 175 321 320 641
DUSUN IX 132 230 231 461
DUSUN X 194 246 279 525
JUMLAH
TOTAL 1.529 2.655 2.570 5.245
9
Desa Sungai Langka ini merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam
rangka ikut berpartisipasi untuk pembangunan di bidang pertanian dan turut
menciptakan kondisi masyarakat yang berdaya dalam upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang kreatif.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Sungai Langka sudah berjalan selama
1 (satu) tahun. KWT di Desa Sungai Langka saat ini telah berjumlah 9
(sembilan) KWT yang tersebar di semua dusun di Desa Sungai Langka.
Anggota KWT berkisar antara 15 sampai 40 orang di setiap KWT nya.
Bidang usaha yang dilakukan setiap KWT di Desa Sungai Langka berbeda-
beda yang diperinci pada tabel berikut:
Tabel 6. Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Sungai Langka beserta
Usahanya
Nama Dusun Nama KWT Bidang Usaha Anggota KWT
Dusun I KWT Dahlia Kelompok baru terbentuk jadi belum
memiliki usaha ekonomi bersama
Dusun II KWT Srikandi Minuman bubuk jahe, kripik
singkong, dan kripik talas
Dusun III KWT Wijaya Kusuma Kue-kue/aneka makanan, krupuk
gadung, dodol kulit pala, dodol labu
kuning
Dusun IV KWT Sri Rejeki Pembuatan aneka kripik (pisang,
nangka, dan salak)
Dusun V KWT Mitra Abadi Bumbu pecel, dodol labu siam, dan
bubuk biji salak
Dusun VI KWT Mawar Indah Kripik tempe, choco tempe, aneka
kue kering coklat, sayuran segar baik
petik/polibag
Dusun VII KWT Melati Berbakti Minuman bubuk coklat, permen
coklat
Dusun VIII KWT Bina Sejahtera Anyaman lidi, kripik singkong
manggleng, bubuk susu kambing
Dusun X KWT Mekar Sari Kelompok baru terbentuk jadi belum
memiliki usaha ekonomi bersama
Sumber: Ketua Umum Kelompok Wanita Tani Desa Sungai Langka, 2018.
10
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bidang usaha yang dilakukan setiap KWT
Desa Sungai Langka sangat beragam dari pembuatan aneka kripik, aneka
dodol, serta aneka makanan dan minuman lainnya. Mayoritas usaha-usaha
KWT Desa Sungai Langka bergerak dalam bidang home industry yang
mengembangkan potensi hasil pertanian atau perkebunan yang ada disetiap
dusun.
Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Sungai Langka merupakan
perencanaan yang strategis dalam hal memajukan kaum perempuan yang ada
di Desa Sungai Langka, pasalnya setelah adanya KWT, kaum perempuan
yang ada di Desa Sungai Langka dapat sedikit lebih maju. Potensi yang ada
disetiap dusun di Desa Sungai Langka dapat diolah KWT menjadi aneka
makanan dan minuman yang dapat menjadi ciri khas setiap dusun dan dapat
menarik perhatian para wisatawan untuk berkunjung ke Desa Sungai Langka.
Hasil yang didapat, Desa Sungai Langka merupakan salah satu Desa
Agrowisata pertama yang ada di Kabupaten Pesawaran.
Pelaksanaan kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Sungai Langka
masih terdapat beberapa hambatan yang membuat kegiatan KWT Desa
Sungai Langka tidak berjalan secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Winarni selaku ketua KWT Desa Sungai Langka hambatan yang
dihadapi KWT Desa Sungai Langka adalah; Pertama, masalah regulasi. Di
Desa Sungai Langka belum adanya peraturan atau aturan desa yang mengatur
khusus untuk masalah Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani. Padahal
regulasi semacam ini sangat penting dibutuhkan dalam pelaksanaan KWT
11
terlebih lagi kepada KWT yang baru atau pemula karena masyarakat belum
bisa berinisiatif untuk mengembangkan atau memberdayakan diri mereka
sendiri. Apabila adanya regulasi pengembangan KWT dapat berjalan secara
terarah sesuai dengan tujuannya.
Hambatan kedua, masalah modal atau sumber dana. Modal adalah salah satu
komponen penting dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Apabila
kurangnya modal, usaha yang dijalankan tidak dapat berjalan secara optimal.
Begitu pula yang dirasakan oleh anggota KWT Desa Sungai Langka
kurangnya modal merupakan salah satu masalah yang membuat KWT Desa
Sungai Langka tidak dapat berjalan secara optimal. Sumber dana untuk
melaksanakan KWT Desa Sungai Langka didapat dari dana yang
dikumpulkan dari masing-masing angota kelompok, tetapi dana tersebut
belum mencukupi semua kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan KWT.
Hambatan selanjutnya yang ketiga, terkait manajerial. Dalam pelaksanaan
KWT Desa Sungai Langka, manajerial sumber daya manusia belum
sepenuhnya berjalan. Karena terkait tidak adanya regulasi dari pemerintah
membuat belum adanya dukungan dari pemerintah terhadap KWT sehingga
tidak ada pendampingan dari pemerintah untuk memotivasi masyarakat,
akibatnya kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengembangan,
pemasaran, serta pengetahuan dalam mengelola usaha KWT yang dijalankan.
Hambatan terakhir yaitu masalah pola pikir. Anggota KWT Desa Sungai
Langka kebanyakan kaum perempuan yang memiliki tingkat pendidikan
rendah serta masih menganutnya pola pikir tradisional yang tidak berorientasi
12
untuk maju. Hal ini membuat kurangnya kesadaran masyarakat dalam
partisipasinya di setiap kegiatan yang KWT laksanakan.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diatas perlu adanya perhatian
lebih dari pemerintah, karena masalah tersebut harus segera diselesaikan
melihat pentingnya pemberdayaan ekonomi untuk kaum perempuan yang
bertujuan agar kaum perempuan memiliki kemandarian secara ekologi,
ekonomi, dan sosial serta dapat membantu meningkatkan pendapatan
keluarga yang rendah dan menjadi keluarga yang lebih sejahtera dimana
terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier melalui adanya
kegiatan KWT ini. Untuk itu penulis tertarik meneliti bagaimana
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Studi Pada Kelompok Wanita Tani
(KWT) Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
dikaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam Kelompok Wanita
Tani (KWT) Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran?
2. Apa saja Hambatan yang terdapat pada Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?
13
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini, maka tujuan
yang hendak dicapai oleh peneliti yaitu:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
2. Mengidentifikasi Hambatan apa saja yang terdapat pada Pemberdayaan
Ekonomi Perempuan dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Desa
Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
penelitian tentang Ilmu Administrasi Negara, khususnya dalam
pemberdayaan masyarakat mengenai Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Desa Sungai
Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
2. Dilihat dari konteks kepentingan praktis, penelitian ini dapat menjadi
bahan masukan bagi pihak yang terkait dalam Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Selain itu penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca dan
masyarakat.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Secara etimologis
pemberdayaan berasal pada kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat
dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/
kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau
belum berdaya. (Suharto, 2014)
Menurut Anwas (2014:49), pemberdayaan tidak sekedar memberikan
kewenangan atau kekuasaan kepada pihak yang lemah saja, dalam
pemberdayaan terkandung makna proses pendidikan dalam meningkatkan
kualitas individu, kelompok atau masyarakat sehingga mampu berdaya,
memiliki daya saing dan mampu hidup mandiri.
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan serangkaian aktivitas untuk
memperkuat dan atau mengoptimalkan daya dari suatu kelompok sasaran,
yaitu masyarakat yang kurang berdaya. Dalam konteks masyarakat, maka
pemberdayaan masyarakat dapat dimaknai sebagai serangkaian aktivitas yang
15
dilakukan untuk memperkuat atau menambah daya bagi kelompok
masyarakat miskin, agar dengan bertambahnya daya atau kekuatan tersebut,
mereka mampu keluar dari belenggu kemiskinan. Sebagai sebuah strategi
pembangunan, konsep pemberdayaan telah berkembang dan diterima dalam
berbagai literature barat. (Mardikanto dan Soebiato dalam Soleh, 2014: 6)
Menurut definisinya, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk
memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada
masyarakat (Mas’oed dalam Mardikanto, 2017: 26). Keberdayaan
masyarakat oleh Sumodiningrat dalam Mardikanto (2017: 26) diartikan
sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam
membangun keberdayaan masyarkat yang bersangkutan. Karena itu,
pemberdayaan dapat disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses
terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah (Pranarka dalam Mardikanto,
2017: 26)
Istilah pemberdayaan, juga dapat diartikan sebagai upaya memenuhi
kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar
mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol
lingkungan agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk
aksebilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaannya,
aktivitas sosialnya, dll. (Mardikanto, 2017: 28)
World Bank dalam Mardikanto (2017: 28) mengartikan pemberdayaan
sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada
kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau
16
menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan
keberanian untuk memilih (choice) sesuatu (konsep, metoda, produk,
tindakan, dll.) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakatnya.
Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan proses
meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.
Menurut Parsons dalam Suharto (2014: 58) Pemberdayaan adalah sebuah
proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam
berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi kejadian-kejadian serta lembaga-
lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
menjadi perhatiannya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan
suatu aktivitas pemberian kekuatan kepada pihak yang kurang atau tidak
berdaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar dapat lebih
berkembang, lebih maju, dan dapat lebih mandiri untuk meningkatkan taraf
hidupnya.
2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Kondisi dan posisi perempuan di Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain di bidang
sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan budaya. Fenomena di atas
menunjukkan perempuan masih menjadi kaum yang termarginalkan sehingga
persoalan pemberdayaan perempuan memiliki bidang garapan yang luas.
17
Salah satu bidang yang menarik untuk dibahas adalah pemberdayaan
ekonomi bagi perempuan. Keberdayaan perempuan di bidang ekonomi
adalah salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan. Saat perempuan
menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan bebas untuk
bekerja di luar rumah serta mempunyai pendapatan mandiri, inilah
Sebagaimana kita pahami, perempuan merupakan aset berharga dalam proses
pembangunan bangsa, dengan kata lain, keberhasilan pembangunan
ditentukan pula oleh kualitas pemberdayaan kaum perempuan.
Pemberdayaan ekonomi perempuan merupakan usaha yang membutuhkan
interaksi yang sederajat dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan
potensinya masing-masing dari faktor-faktor pemberdaya dan perempuan
yang diberdayakantanda kesejahteraan rumah tangga meningkat (Dreze and
Sen, 1995 dalam Supeni dan Maheni, 2011).
Pemberdayaan ekonomi adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi,
penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat
untuk mendapatkan gaji atau upah yang memadai, dan penguatan masyarakat
untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus
dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, maupun
aspek kebijakannya. (Mardi Yatmo Hutomo, 2000)
Pemberdayaan perempuan adalah upaya peningkatan kemampuan wanita
dalam mengembangkan kapasitas dan keterampilannya untuk meraih akses
dan penguasaan terhadap, antara lain: posisi pengambilan keputusan,
sumbersumber, dan struktur atau jalur yang menunjang. Pemberdayaan
18
perempuan yang terfokus pada 3 isu yaitu pemberdayaan perempuan melalui
kegiatan ekonomi produktif, pemberdayaan perempuan melalui kegiatan
kesehatan, dan pemberdayaan perempuan melalui kegiatan pendidikan.
Tujuan Program pemberdayaan perempuan adalah :
1) Memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat bawah baik pada tingkat
praktis maupun strategis.
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya perempuan untuk
menjaga kesehatan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu,
kematian bayi, infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular.
3) Meningkatkan kualitas SDM Perempuan. (Rohmah, 2014)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, pemberdayaan ekonomi
perempuan yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk kaum perempuan
dengan cara membuka lapangan kerja atau meningkatkan potensi, bakat dan
kemampuan untuk membuka usaha kecil dan secara bertahap ditingkatkan
manajerialnya yang bertujuan untuk memandirikan kaum perempuan dan
membantu meningkatkan taraf hidup perempuan.
Unsur-unsur Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Senada dengan Kabeer
(2001) dalam Supeni dan Maheni, 2011 menyatakan bahwa terdapat lima
unsur utama yang perlu diperhatikan dalam proses pemberdayaan perempuan,
yaitu sebagai berikut :
1) Welfare (Kesejahteraan) aspek ini dapat dikatakan salah satu aspek yang
penting dalam upaya peningkatan pemberdayaan perempuan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam akses terhadap kesejahteraan, perempuan
19
menempati posisi yang tidak menguntungkan. Kesejahteraan ini dibagi ke
dalam tiga unsur utama berikut (Claros and Zahidi, 2005: 2-5). Partisipasi
ekonomi perempuan merupakan hal yang penting tidak hanya mengurangi
level kemiskinan pada perempuan, melainkan pula sebagai langkah
penting untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dan mendorong
pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan. Sementara pencapaian
pendidikan merupakan aspek paling fundamental dalam kegiatan
pemberdayaan perempuan, tanpa memperoleh pendidikan yang memadai,
perempuan tidak mampu mengakses pekerjaan sektor formal,
mendapatkan upah yang lebih baik, berpartisipasi dalam pemerintahan dan
mencapai pengaruh politik. Kesehatan dan kesejahteraan merupakan
sebuah konsep yang terkait dengan perbedaan substansial antara
perempuan dan laki-laki dalam mengakses nutrisi yang cukup, kesehatan,
fasilitas reproduksi, dan untuk mengemukakan keselamatan fundamental
dan integritas seseorang. Amartya Sen (1999, dalam Claros and Zahidi,
2005: 2) menyatakan bahwa pendidikan, pekerjaan, dan kepemilikan hak
perempuan memberikan pengaruh yang kuat untuk meningkatkan
kemampuan mereka untuk menguasai lingkungan mereka dan
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi. Partisipasi ekonomi
tidak hanya berhenti pada meningkatnya jumlah perempuan bekerja,
melainkan pula kesetaraan dalam pemberian upah.
2) Access (Akses) dalam bahasa Longwe, akses diartikan sebagai
kemampuan perempuan untuk dapat memperoleh hak/akses terhadap
sumber daya produktif seperti tanah, kredit, pelatihan, fasilitas pemasaran,
20
tenaga kerja, dan semua pelayanan publik yang setara dengan perempuan.
Akses terhadap teknologi dan informasi juga merupakan aspek penting
lainnya. Melalui teknologi dan informasi, perempuan dapat meningkatkan
produktivitas ekonomi dan sosial mereka dan mempengaruhi lingkungan
tempat ia tinggal. Tanpa akses, pemahaman, serta kemampuan untuk
menggunakan teknologi informasi, perempuan miskin jauh lebih
termarjinalisasi dari komunitasnya, negaranya, dan bahkan dunia.
3) Consientisation (Konsientisasi) pemahaman atas perbedaan peran jenis
kelamin dan peran gender.
4) Participation (Partisipasi) kesetaraan partisipasi perempuan dalam proses
pembuatan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, dan
administrasi. Partisipasi ini merujuk pada keterwakilan perempuan yang
setara dalam struktur pembuatan keputusan baik secara formal maupun
informal, dan suara mereka dalam penformulasian kebijakan
mempengaruhi masyarakat mereka (Claros dan Zahidi, 2005: 4).
5) Equality of Control (Kesetaraan dalam kekuasaan) kesetaraan dalam
kekuasaan atas faktor produksi, dan distribusi keuntungan sehingga baik
perempuan maupun laki-laki berada dalam posisi yang dominan. Berikut
merupakan siklus yang merepresentasikan unsur-unsur pemberdayaan
perempuan.
3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sulistiyani (2017) tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan
21
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan juga
bertujuan untuk memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok
lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal
(misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal
(misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).
Menurut Soleh (2014: 8) tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah
untuk meningkatkan harkat dan martabat hidup manusia, dengan kata lain
secara sederhana untuk meningkatkan kualitas hidup. Perbaikan kualitas
hidup tersebut bukan semata menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga fisik,
mental, politik, keamanan dan sosial budaya. Untuk mencapai tujuan yang
bersifat umum tersebut maka terdapat beberapa tujuan atau sasaran
diantaranya yaitu :
a. Perbaikan kelembagaan. Hal ini dimaksudkan agar terjalin kerjasama dan
kemitraan antara pemangku kepentingan. Melalui perbaikan kelembagaan
berbagai inovasi sosial yang yang dilakukan secara kemitraan antar
pemangku kepentingan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat.
b. Perbaikan pendapatan, stabilitas ekonomi, keamanan dan politik yang
mutlak diperlukan untuk terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan.
c. Perbaikan lingkungan hidup. Disadari atau tidak dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya msyarakat melakukan aktivitas ekonomi yang
berakibat terjadinya keusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan
ini bukan saja mengancam dirinya, tetapi juga mengancam kehidupan
generasi yang akan datang.
22
d. Perbaikan akses, baik berkenaan dengan akses teknologi,
permodalan/kredit, sarana dan prasarana produksi, peralatan dan mesin
serta energi listrik yang sangat diperlukan dalam proses produksi.
Demikian pula tidak kalah pentingnya perbaikan akses pasar dan jaminan
harga serta pengambilan keputusan politik.
e. Perbaikan tindakan. Melalui pendidikan, kualitas SDM dapat ditingkatkan
sehingga dari sana diharapkan akan berdampak pada perbaikan sikap dan
tindakan yang lebih bermartabat.
f. Perbaikan usaha produktif. Melalui upaya pendidikan dan latihan dan
perbaikan kelembagaan serta akses perkreditan, diharapkan usaha-usaha
yang bersifat produktif akan lebih maju dan berdaya saing.
g. Perbaikan-perbaikan bidang lainnya, sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat.
Lebih lanjut berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan umum
pemberdayaan tersebut Bank Dunia dalam Soleh (2014: 83) mensaratkan
adanya perbaikan :
a. Modal finansial yang berupa perencanaan ekonomi makro dan
pengelolaan fiskal;
b. Perbaikan modal fisik, berupa prasarana bangunan, mesin pelabuhan;
c. Perbaikan modal SDM, berupa perbaikan kesehatan dan pendidikan yang
relevan dengan pasar kerja;
d. Pengembangan modal sosial yang menyangkut keterampilan,
pengetahuan, kelembagaan, kemitraan dan norma hubungan sosial;
23
e. Pengelolaan sumberdaya alam baik yang bersifat komersial dan non
komersial seperti ketersediaan air bersih, energi, pengelolaan limbah dan
beragam layanan penunjang.
4. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan
dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Menurut
Tim Delivery dalam Mardikanto (2017: 125), proses pemberdayaan
masyarakat sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta
peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat mampu
dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya,
baik potensi maupun permasalahannya. Pada tahap ini diharapkan dapat
diperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan.
Proses ini meliputi :
a. Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melakukan
pertemuan-awal dan teknis pelaksanannya
b. Persiapan penyelenggaraan pertemuan
c. Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan
d. Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tidak lanjut
2) Menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian meliputi :
a. Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah
b. Identifikasi alternatif pemecahan yang terbaik
c. Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah
d. Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian pelaksanannya
24
3) Menerapkan rencana kegiatan kelompok: rencana yang telah disusun
bersama dengan dukungan fasilitasi dari pendamping selanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap
memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah, pemantauan pelaksanaan dan kemajuan kegiatan menjadi
perhatian semua pihak, selain itu juga dilakukan perbaikan jika diperlukan.
4) Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara
partisipatif (participatory monitoring and evaluation/PME). PME ini
dilakukan secara mendalam pada semua tahapan pemberdayaaan
masyarakat agar prosesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. PME adalah
suatu proses penilaian, pengkajian, dan pemantauan kegiatan, baik
prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun
proses perbaikan kalau diperlukan.
Wilson dalam Mardikanto (2017: 122) mengemukakan bahwa kegiatan
pemberdayaan pada setiap individu dalam suatu organisasi, merupakan suatu
siklus kegiatan yang terdiri dari :
1) Pertama, menumbuhkan keinginan pada diri seseorang untuk berubah dan
memperbaiki, yang merupakan titik awal perlunya pemberdayaan. Tanpa
adanya keinginan untuk berubah dan memperbaiki, maka semua upaya
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan tidak akan memperoleh
perhatian, simpati, atau pasrtisipasi masyarakat.
2) Kedua, menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk melepaskan diri
dari kesenangan/kenikmatan dan hambatan-hambatan yang dirasakan,
25
untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti pemberdayaan demi
terwujudnya perubahan dan perbaikan yang diharapakan.
3) Ketiga, mengembangkan kemauan untuk mengikuti atau mengambil
bagian dalam kegiatan pemberdayaan yang memberikan manfaat atau
perbaikan kegiatan.
4) Keempat, peningkatan peran atau pasrtisipasi dalam kegiatan
pemberdayaan yang telah dirasakan manfaat/perbaikannya.
5) Kelima, peningkatan peran dan kesetiaan pada kegiatan pemberdayaan,
yang ditunjukkan berkembangnya motivasi-motivasi untuk melakukan
perubahan.
6) Keenam, peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan pemberdayaan.
7) Ketujuh, peningkatan kompetensi untuk melakukan perubahan melalui
kegiatan pemberdayaan baru.
Gambar 1 Siklus/Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Sumber: Wilson dalam Mardikanto (2017: 123)
5. Pendekatan Pemberdayaan
Pendekatan dapat didefinisikan sebagai suatu ketentuan yang harus diikuti
oleh semua pihak yang terlibat dalam sebuah sistem. Pendekatan dapat
ibaratkan semacam notasi yang harus diikuti oleh para musisi dan penarinya.
26
Pedekatan apapun yang dipergunakan dalam kegiatan pemberdayaan menurut
Nagel dalam Mardikanto (2017: 159) harus memperhatikan :
1) Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pemberdayaan;
2) Sistem transfer teknologi yang akan dilakukan;
3) Pengembangan sumberdaya manusia/fasilitator yang akan melakukan
pemberdayaan;
4) Alternatif organisasi pemberdayaan yang akan diterapkan, yang
berhadapan dengan pilihan-pilihan antara :
a) Publik ataukah swasta;
b) Pemerintah ataukah non-pemerintah
c) Dari atas (birokratis) ataukah dari bawah (partisipatif);
d) Mencari keuntungan ataukah non-profit;
e) Karitatif ataukah harus mengembalikan biaya;
f) Umum ataukah sektoral;
g) Multi-tujuan ataukah tujuan-tunggal;
h) Transfer teknologi ataukah berorientasi pada kebutuhan.
Parsons et.al. dalam Mardikanto (2017: 160) menyatakan bahwa proses
pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada
literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi
satu-lawan-satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan
perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama
pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial
dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi
27
pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual; meskipun pada
gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti
mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya. Dalam
konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau
matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.
1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuan utamanya adala membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered aproach).
2. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klienagar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, adalah beebrapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
28
Swansons dan Clear dalam Mardikanto (2017: 165), merangkum adanya 6
(enam) pendekatan pemberdayaan, yaitu :
1) Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang konvesional;
2) Pendekatan latihan dan kunjungan;
3) Pemberdayaan masyarakat yang diorganisasikan perguruan tinggi;
4) Pendekatan pengembangan komoditi dan sistem produksi;
5) Pendekatan pembangunan masyarakat terpadu;
6) Pendekatan pembangunan pedesaan terpadu.
6. Strategi Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki
kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu,
setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi
kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginakan.
Dalam pengertian sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai langkah-
langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu
tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki, oleh karena itu, pengertian
strategi sering rancu dengan: metoda, teknik, atau taktik. (Mardikanto, 2014:
167)
Sumaryadi dalam Mardikanto (2017: 169) mengemukakan adanya lima
generasi strategi pemberdayaan, yaitu :
1) Generasi yang mengutamakan relief and welfare, yaitu strategi yang lebih
mengutamakan pada kekurangan dan kebutuhan setiap individu dan
masyarakat, seperti: sandang, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan.
29
2) Stretegy community development atau small scale reliant local
development, yang lebih mengutamakan pada kesehatan, penerapan
teknologi tepat-guna, dan pembangunan infrastruktur. Menurutnya strategi
ini tidak mungkin dilakukan dengan pendekatan pembangunan dari atas
(top down approach), tetapi harus dilakukan pendekatan dari bawah
(bottom-up approach).
3) Generasi sustainable system development, yang lebih mengharapkan
terjadinya perubahan pada tingkat regional dan nasional. Melalui strategi
ini, diharapkan terjadinya perubahan kebijakan yang keluar dari tingkat
daerah (local) ke tingkat regional, nasional, internasional, utamanya terkait
dengan dampak pembangunan yang terlalu eksploitatif dan mengabaikan
pelestarian/keberlanjutan pembangunan.
4) Generasi untuk mengembangkan gerakan masyarakat (people movement),
melalui pengorganisasian masyarakat, identifikasi masalah dan kebutuhan
lokal, serta mobilisasi sumberdaya lokal yang ada dan dapat dimanfaatkan
dalam pembangunan. Strategi ini, tidak sekedar mempengaruhi kebijakan,
tetapi sekaligus juga mengharapkan terjadinya perubahan di dalam
pelaksanaannya.
5) Generasi pemberdayaan masyarakat (empowering people) yang
memperhatikan arti penting perkembangan, teknologi, persaingan, dan
kerjasama. Generasi ini memperjuangkan ruang gerak yang lebih terbuka
terhadap kemampuan dan keberanian masyarakat, dan pengakuan
pemerintah terhadap inisiatif lokal.
30
Pandangan lain mengenai strategi pemberdayaan menurut Suharto dalam
Mardikanto (2017: 170) mengemukakan adanya 5 (lima) aspek penting dalam
melakukan pemberdayaan, yaitu :
1) Motivasi.
Dalam hubungan ini, setiap keluarga harus dapat memahami nilai
kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan
haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Karena itu, setiap
rumah tangga perlu di dorong untuk membentuk kelompok yang
merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan
melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau
kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam
kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber
dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
2) Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan
Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan
dasar, perbaikan kesehatan, imunisasi dan sanitasi. Sedangkan
keterampilan-keterampilan vokasional bisa dikembangkan melalui cara-
cara partisipatif. Pengetahuan lokal yang biasanya diperoleh melalui
pengalaman dapat dikombinasikan dengan pengetahuan dari luar.
Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat miskin untuk
menciptakan mata pencaharian sendiri atau membantu meningkatkan
keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar wilayahnya.
31
3) Manajemen diri
Setiap kelompok masyarakat harus mampu memilih pemimipin mereka
sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri seperti melaksanakan
pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan,
mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik, dan manajemen
kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal, pendamping dari luar dapat
membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok
kemudian dapat diberi wewenang sepenuh untuk melaksanakan dan
mengatur sistem tersebut.
4) Mobilisasi sumberdaya
Untuk memobilisasi sumberdaya masyarakat, diperlukan pengembangan
metode untuk menghimpun sumber-sumber individual melalui tabungan
reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial.
Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang memiliki sumbernya sendiri
yang jika dihimpun, dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara
substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian dan
penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga semua
anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat menjamin
kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.
5) Pembangunan dan pengembangan jejaring
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai
dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya.
Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan
32
berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan
keberdayaan masyarakat miskin.
Dari kelima aspek di atas, dapat dilakukan strategi pemberdayaannya :
1. Pemungkinan, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan
harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural
dan struktural yang menghambat.
2. Penguatan, melalui memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh
kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
miskin yang menunjang kemandirian mereka.
3. Perlindungan, yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan
yang lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap
kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan kepada pengahapusan
segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat
kecil.
4. Penyokongan atau memberikan dukungan agar masyarakat miskin mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus
mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam
keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
33
5. Pemeliharaan dalam arti memelihara kondisi yang kondusif agar tetap
terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok
dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan
dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha.
7. Indikator Keberdayaan
Menurut Kieffer dalam Suharto (2014: 63), pemberdayaan mencakup tiga
dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan
kompetensi pasrtisipatif (Suharto, 1997: 215). Parsons et.al. dalam Suharto
(2014: 63) juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:
a) Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual
yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih
besar.
b) Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna
dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
c) Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari
pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan
upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh
kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekankan.
Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka
perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukan
seseorang tersebut berdaya atau tidak. Schuler, Hashemi dan Riley dalam
Suharto (2014: 63) mengembangkan delapan indikator dalam pemberdayaan
34
yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan
yaitu :
1. Kebebasan mobilitas. Kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau
wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop,
rumah ibadah dan rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi
jika individu mampu pergi sendirian.
2. Kemampuan membeli komuditas kecil. Kemampuan individu untuk
membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak
tanah, minyak goreng, bumbu), kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun
mandi, rokok, bedak, sampo). Individu dianggap mampu melakukan
kegiatan ini terutama jika ia dapat membuat keputusan sendiri tanpa
meminta izin pasanggannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang
tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
3. Kemampuan membeli komoditas besar. Kemampuan individu untuk
membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, tv,
radio, koran dan pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas, point
tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan sendiri
tanpa meminta izin pasangannya terlebih jika ia dapat membeli barang-
barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.
4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga. Mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami atau istri
mengenai keputusan-keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi
rumah, memperoleh kredit usaha dan pembelian kambing untuk diternak.
35
5. Kebebasan relatif dari donasi keluarga. Responden ditanya mengenai
apakah dalam satu tahun terakhir ada seorang (suami, istri, anak-anak,
mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa izinnya,
yang melarang mempunyai anak atau melarang bekerja di luar rumah.
6. Kesadaran hukum dan politik. Mengetahui nama salah seorang pegawai
pemerintah desa atau kelurahan, seorang anggota DPRD setempat, nama
presiden, mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum
waris.
7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes. Seseorang dianggap
berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya terhadap suami yang memukul istri, istri yang
mengabaikan suami dan keluarganya, gaji yang tidak adil, penyalahgunaan
bantuan sosial, atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai
pemerintah.
8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga. Memiliki rumah,
tanah, aset produktif, dan tabungan. Seseorang dianggap memiliki point
tinggi jika ia memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah
dari pasangannya.
B. Tinjauan Kelompok Wanita Tani (KWT)
1. Pengertian Kelompok
Secara sosiologis istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu
kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling
berinteraksi satu sama lain, di mana dapat mengakibatkan tumbuhnya
perasaan bersama (Abdulsyani, 2009). Sedangkan dalam pengertian umum
36
kelompok merupakan golongan, kelas, lapisan atau kumpulan manusia yang
dibatasi oleh ciri, kondisi dan kesamaan kepentingan tertentu (Abdulsyani,
2009).
Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren dalam Abdulsyani (2009: 98)
menyatakan bahwa satu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang
diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh
para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Mayor Polak dalam
Abdulsyani (2007: 98) berpendapat bahwa kelompok adalah suatu group,
yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan antar
hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok
merupakan orang-orang yang memiliki kepentingan bersama dan membentuk
sebuah interaksi dalam sebuah group.
2. Fungsi Kelompok
Fungsi kelompok biasanya ditentukan atas dasar tujuan-tujuan yang hendak
dicapai oleh perorangan sebagai anggota kelompok. Jika tujuan-tujuan
perorangan ini dapat dijamin pencapaiannya melalui kerjasama dalam suatu
kelompok, disamping kelompok dirasakan sebagai wadah yang bermanfaat,
maka kehidupan kelompok tersebut akan semakin stabil dan dapat bertahan
relatif lama. Kelompok dapat berfungsi sebagai alat untuk memenuhi
kebutuhan bagi setiap anggotanya. Dengan terpenuhinya kebutuhan
perorangan atau anggota kelompok, maka sekaligus dapat mendorong
semangat kerja kelompok, sehingga tujuan kelompok dapat mudah dipenuhi.
37
Dengan demikian berarti eksistensi kehidupan kelompok semakin banyak
dibutuhkan. Tujuan kelompok yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan
perorangan, merupakan faktor yang dapat mendorong suatu kelompok
menjadi dinamis (Abdulsyani, 2009: 37).
Dalam buku Joining Together, Group Theory and Group skills, karangan
David W. Johnson dalam Abdulsyani (2009: 37), disebutkan bahwa “Goal
are guides for action, and it is throught group goals that efforts of group
members are and coordinate...” Dari pendapat tersebut jelas bahwa fungsi
suatu kelompok dapat menggerakkan manusia supaya giat belajar, sehingga
selanjutnya dapat melahirkan suatu perencanaan dan dapat menciptakan suatu
koordinasi (dalam usaha suatu kelompok). Jadi kelompok adalah motor dari
aktivitas-akivitas individu dalam kelompok.
3. Proses Terbentuknya Kelompok
Pada proses pembentukan kelompok sosial terdapat faktor-faktor tertentu
yang mendorong manusia untuk membentuk dan bergabung dalam suatu
kelompok sosial tersebut. Adapun dorongan tersebut antara lain :
a. Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dengan manusia membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial
yang telah ada, maka secara tidak langsung manusia tersebut telah
berusaha mampertahankan hidupnya, karena kebutuhan hidupnya tidak
mungkin akan terpenuhi dengan hidup menyendiri. Selain itu dengan
adanya kelompok sosial, hubungan manusia semakin luas sehingga
kemanapun ia pergi akan senantiasa merasa aman.
38
b. Dorongan untuk meneruskan keturunan
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua makhluk hidup mempunyai sifat
alamiah yang sama, yakni meneruskan keturunan. Dengan kelompok
sosial itulah seseorang akan menemukan pasangannya masing-masing,
sehingga dengan demikian dorongan untuk meneruskan keturunan ini
dapat tercapai
c. Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
Di era modern seperti sekarang ini manusia dituntut untuk melakukan
pekerjaan yang efektif dan efisien dan memperoleh hasil kerja yang
maksimal. Oleh sebab itu dengan adanya kelompok sosial akan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Misalnya pada kelompok
formal, dengan adanya pembagian tugas yang jelas maka pekerjaan yang
dihasilkan akan dapat maksimal.
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri
sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam
keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua
faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan
dan kesamaan, yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap
keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita
membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita
bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun
atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak
39
geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat,
berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan
peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan
terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi,
yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok
pertemanan. Kedekatan geografis daerah asal, ketika seseorang merantau
ke suatu tempat dan bertemu dengan orang yang sama-sama merantau dan
berasal dari daerah yang sama, maka orang tersebut merasa ada ikatan
batin, meskipun semula belum saling mengenal ketika masih di daerah
asal.
2. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan
fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi
kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki
kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan
minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter
personal lain. Kesamaan kesamaan yang dimaksud antara lain:
a. Kesamaan kepentingan
Dengan adanya dasar utama adalah kesamaan kepentingan maka
kelompok sosial ini akan bekerja sama demi mencapai kepentingan
yang sama tersebut.
b. Kesamaan keturunan
Sebuah kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan
keturunan biasanya orientasinya adalah untuk menyambung tali
40
persaudaraan, sehingga masing-masing anggotanya akan saling
berkomitmen untuk tetap aktif dalam kelompok sosial ini untuk
menjaga tali persaudaraan agar tidak terputus.
c. Kesamaan nasib
Dengan kesamaan nasib/ pekerjaan/ profesi, maka akan terbentuk
kelompok sosial yang mewadahinya untuk meningkatkan taraf maupun
kinerja masing-masing anggotanya.
(Sumber: http;//blog.unnes.ac.id/pembentukan-kelompok-sosial/, diakses February
2018)
4. Pengertian Kelompok Wanita Tani (KWT)
Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan
dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai
pimpinan untuk mencapai tujuan bersama. Wiranti dalam Khasanah (2018),
menjelaskan bahwa secara umum, kelompok tani dibentuk untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi petani yang tidak bisa diatasi
secara individu, kelompok tani dapat dibentuk secara swadaya maupun atas
dasar kepentingan kebijakan dari pemerintah melalui Dinas Pertanian. Secara
teoritis kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang terikat secara
informal atas dasar keserasian dan kepentingan bersama dalam usaha tani.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, kelompok wanita
tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani yang mana
anggotanya terdiri dari wanita-wanita yang berkecimpung dalam kegiatan
pertanian. Berbeda dengan kelompok tani yang lainnya, kelompok wanita tani
41
dalam pembinaannya diarahkan untuk mempunyai suatu usaha produktif
dalam skala rumah tangga yang memanfaatkan atau mengolah hasil-hasil
pertanian maupun perikanan, sehingga dapat menambah penghasilan
keluarga.
C. Tinjauan Desa
1. Pengertian Desa
Istilah Desa secara etimologi berasal dari kata swadesi bahasa sansekerta
yang berarti wilayah, tempat atau bagian yang mandiri dan otonom. Desa
dapat didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah NKRI (Syafrudin dan Na’a,
2010: 3).
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma mendefinisikan desa sebagai suatu
kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat “pemerintahan
sendiri”. Adapun Bintarto memberikan batasan desa sebagai perwujudan atas
kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di situ
(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal balik
dengan daerah lain ( Setiadi dan Kolip, 2015: 838).
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Desa
diartikan sebagai :
“Desa dan Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
42
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Dari uraian tentang desa diatas, dapat disimpulkan bahwa desa adalah
kumpulan masyarakat hukum yang mempunyai kewenangan untuk mengatur
rumah tangganya dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan hukum dan adat istiadat setempat.
2. Unsur-unsur Desa
Bintarto dalam Hartono dan Aziz (2004: 24) mengemukakan 3 unsur-unsur
Desa sebagai berikut :
a. Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta
penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang
merupakan lingkungan geografis setempat.
b. Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, peertambahan, kepadatan,
persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat
c. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan
pergaulan warga desa. Jadi menyangkut seluk-beluk kehidupan
masyarakat desa (rural society).
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri,
melainkan merupakan satu kesatuan. Unsur daerah, penduduk dan Tata
kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup atau “living unit”. Daerah
menyediakan kemungkinan hidup, penduduk menggunakan kemungkinan
yang disediakan oleh daerah itu guna mempertahankan hidup. Tata
kehidupan, dalam artian yang baik memberikan jaminan akan ketentraman
dan keserasian hidup bersama di desa.
43
Unsur lain yang termasuk unsur desa yaitu, unsur letak. Letak suatu desa
pada umumnya selalu jauh dari kota atau dari pusat-pusat keramaian.
Peninjauan ke desa-desa atau perjalanan ke desa sama artinya dengan
menjauhi kehidupan di kota dan lebih mendekati daerah-daerah yang
monoton dan sunyi. Desa-desa yang letaknya pada perbatasan kota
mempunyai kemungkinan berkembang yang lebih banyak daripada desa-desa
di pedalaman.
Unsur letak mentukan besar-kecilnya isolasi suatu daerah terhadap daerah-
daerah lainnya. Desa yang terletak jauh dari perbatasan kota mempunyai
tanah-tanah pertanian yang luas. Ini disebabkan karean penggunaan tanahnya
lebih banyak dititikberatkan pada tanaman pokok dan beberapa tanaman
perdagangan daripada untuk gedung-gedung atau perumahan.
Penduduk merupakan unsur yang penting bagi desa. “Potential man power”
terdapat di desa yang masih terkait hidupnya dalam bidang pertanian.
Kadang-kadang di beberapa desa terdapat tenaga-tenaga yang berlebihan di
bidang pertanian, sehingga timbul apa yang disebut dengan istilah
pengangguran tak kentara atau “disguished unemployment”. Dalam hal ini
perlu diperhatikan penyaluran-penyaluran yang sebaik-baiknya, misalnya
dengan lebih meningkatkan dan menyebarkan “rural industries” atau migrasi
yang efisien.
Corak kehidupan di desa didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat.
Masyarakat merupakan suatu “gemeinschaft” yang memiliki unsur gotong
royong yang kuat. Hal ini dapat dimengerti, karena penduduk desa
44
merupakan “face to face group” dimana mereka saling mengenal betul
seolah-olah mengenal dirinya sendiri.
3. Fungsi Desa
Fungsi Desa dalam Hartono dan Aziz (2004: 243) yaitu: Pertama, dalam
hubungannya dengan kota, maka desa yang merupakan “hinterland” atau
daerah dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberi bahan makanan pokok
seperti padi, jagung, ktela, di samping bahan makanan lain seperti kacang,
kedelai, buah-buahan, dan bahan makanan lain yang berasal dari hewan.
Kedua desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung
bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil
artinya. Ketiga, dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan
desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan, dan sebagainya.
Desa-desa di Jawa banyak berfungsi sebagai desa agraris.
Menurut Sutopo Yuwono dalam Hartono dan Aziz, (2004:243), salah satu
peranan pokok desa terletak di bidang ekonomi. Daerah pedesaan merupakan
tempat produksi pangan dan produksi komoditi ekspor. Peranan yang vital
menyangkut produksi pangan yang akan menentukan tingkat kerawanan
dalam jangka pembinaan ketahanan nasional. Oleh karena itu, peranan
masyarakat pedesaan dalam mencapai sasaran swasembada pangan adalah
penting sekali, bahkan bersifat vital.
45
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian ini dipilih karena peneliti ingin
memecahkan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada dan
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa yang diperoleh dari
observasi, wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan yang berkaitan
dengan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Studi Pada Kelompok Wanita
Tani (KWT) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran.
Kemudian, peneliti menyesuaikan dengan fakta yang ada dilapangan sesuai
dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2014: 4) yang
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.
46
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan hal utama dalam penelitian kualitatif. Penentuan
masalah pada dasarnya menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2014: 92)
yaitu bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti,
yaitu apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan.
Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif ini hal yang harus diperhatikan
adalah masalah dan fokus penelitian.
Penelitian ini difokuskan kepada :
1. Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Di Desa Sungai
Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. dengan sub
fokus sebagai berikut :
a. Mengkaji Potensi wilayah, permasalahan, serta peluang-peluangnya di
Desa Sungai Langka
b. Penyusunan rencana kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa
Sungai Langka
c. Penerapan rencana kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa
Sungai Langka
d. Memantau Proses dan hasil kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Desa Sungai Langka secara partisipatif.
2. Hambatan dalam Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Di
Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
47
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan agar peneliti
dapat mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya terhadap apa yang
hendak diteliti. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran khususnya di dusun 4,
dusun 5, dan dusun 6 sebagai tempat berjalannya kegiatan kelompok wanita
tani. Penulis memilih lokasi di Desa Sungai Langka karena Desa ini
merupakan salah satu Desa di Kecamatan Gedong Tataan yang memiliki
banyak penduduk perempuan yang miskin dan perlu untuk diberdayakan.
Pemberdayaan perempuan sangat penting dilakukan agar dapat meningkatkan
taraf hidup perempuan, dan membantu memandirikan perempuan untuk
mencapai kesejahteraan hidup. Desa Sungai Langka memiliki potensi yang
besar dalam mengembangkan kaum perempuan karena faktor lingkungan
yang sangat mendukung dalam menjalankan pemberdayaan perempuan
melalui kegiatan kelompok wanita tani tersebut.
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian diperoleh dari kunjungan lapangan
kelokasi penelitian oleh peneliti, yakni pada Desa Sungai Langka Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan dipilih secara purposive sampling,
yaitu merupakan metode penetapan informan yang dibutuhkan atau dengan
memilih narasumber yang benar-benar mengetahui tentang Kelompok
Wanita Tani (KWT) Desa Sungai Langka sehingga mereka akan memberikan
informasi secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan
48
penjelasan tersebut, maka pihak- pihak yang dijadikan informan oleh peneliti
diantaranya yaitu dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 7 Daftar Informan
No. Nama Jabatan Waktu
Wawancara
1. Junaedi Abdullah Kasi Pemerintahan Desa Sungai
Langka
30 Juli 2018
2. Subagiyo Kaur Keuangan Desa Sungai Langka 2 Agustus 2018
3. Noviyani
Pendamping dari Yayasan Sayangi
Tunas Cilik Partner of Save the
Children
1 Agustus 2018
4. Febrira Utami PPL dari Dinas Pertanian Kabupaten
Pesawaran
2 Agustus 2018
5. Winarni S. Pd Ketua Umum Kelompok Wanita
Tani Desa Sungai Langka
28 Juli 2018
6. Aliyah Ketua Kelompok Wanita Tani Sri
Rejeki dusun 4
28 Juli 2018
7. Krismiyati Ketua Kelompok Wanita Tani Mitra
Abadi dusun 5
28 Juli 2018
8. Haryati Sekretaris Kelompok Wanita Tani
Mitra Abadi dusun 5
28 Juli 2018
9. Puji Astuti Ketua Kelompok Wanita Tani
Mawar Indan dusun 6
30 Juli 2018
10. Sofi Nawangsih Ketua Kelompok Wanita Tani
Melati Berbakti dusun 6
28 Juli 2018
Sumber: diolah peneliti, 2018
E. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Menurut Loftland dalam Moleong (2014: 157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berdasarkan
sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
49
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan. Data primer yang digunakan adalah berasal dari hasil
wawancara, sumber data ditulis atau direkam. Data primer dalam penelitian
ini berupa data hasil wawancara peneliti dengan narasumber yang direkam
serta peneliti melakukan observasi langsung mengenai proses pemberdayaan
kelompok wanita tani di Desa Sungai Langka yang kemudian penilti
dokumentasikan dalam bentuk foto gambar yang ada di lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder ini digunakan sebagai pendukung guna mencari fakta yang
sebenarnya. Data sekunder juga diperlukan untuk melengkapi informasi
dalam rangka mencocokkan data yang diperoleh. Sumber data sekunder yang
digunakan antara lain berupa berita surat kabar, website, artikel, dan
referensi-referensi yang berhubungan dengan proses kegiatan pemberdayaan
kelompok wanita tani Desa Sungai Langka.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
melakukan penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai
dengan fokus penelitian maka teknik pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
50
1. Teknik wawancara (interview)
Esterberg dalam Sugiyono (2017: 231) mendefiniskan wawancara yaitu
pertemuan dua orang untuk bertukar infomasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti
memilih informan yang benar-benar memahami dan berdasarkan kesesuaian
dengan objek penelitian, sehingga data yang diperoleh valid dan detail.
Untuk itu peneliti melakukan wawancara secara langsung terhadap informan
yang peneliti nilai cukup ideal untuk memberikan informasi mengenai Proses
Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani di Desa Sungai Langka.
2. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2017: 226) mendefenisikan observasi
atau pengamatan merupakan dasar semua pengetahuan, para ilmuan hanya
dapat bekerja berdasarkan data yaitu mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Peneliti melakukan observasi langsung ke
lokasi yaitu di Desa Sungai Langka tepatnya di dusun 4, dusun 5, dan dusun
6 untuk mendapatkan informasi serta mengamati langsung proses
pemberdayaan Kelompok Wanita Tani di Desa Sungai Langka.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi. Sugiyono
(2017: 240) menjelaskan dokumentasi ialah catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang yang terkait dengan penelitian ini, yang berhubungan dengan
51
proses kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Sungai Langka.
Terkait dengan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
2. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018
3. RPJMD Sungai Langka Tahun 2016-2021
4. RKPDes Sungai Langka Tahun 2017 dan 2018
5. APBDes Sungai Langka Tahun 2017 dan 2018
6. Foto-foto yang berkaitan dengan pelaksanaan Proses Pemberdayaan
Kelompok Wanita Tani Desa Sungai Langka
G. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2017: 244) analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut
Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2017: 246) terdapat tiga komponen
analisis data yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemisahan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam tahap ini reduksi data
52
dilakukan dengan cara mencatat, merekam, dan memilah hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi yang berkaitan dengan Proses Pemberdayaan
Kelompok Wanita Tani di Desa Sungai Langka.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan
tindakan. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk teks naratif,
tabel. Gambar, dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Langkah selanjutnya dari analisis data ialah penarikan kesimpulan. Dalam
penelitian ini, kesimpulan dilakukan dengan mengambil inti sari dari hasil
penelitian berdasarkan sumber data primer maupun sekunder mengenai
Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani di Desa Sungai Langka.
H. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini didasarkan atas sejumlah kriteria,
yaitu :
1. Teknik memeriksa Derajat Kepercayaan (credibility)
Keabsahan data dalam penelitian ini kriteria keabsahan data yang digunakan
adalah kriteria derajat kepercayaan, penerapan derajat kepercayaan pada
dasarnya menggantikan konsep validitas internal dan nonkualitatif.
Kemudian untuk memeriksa derajat kepercayaan digunakan metode
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan
53
hal diluar data untuk memeriksa atau membandingkan data berdasarkan
sumber data primer maupun data sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan triangulasi data dengan cara membandingkan hasil wawancara,
dokumentasi, dan observasi.
2. Teknik memeriksa Keteralihan Data (transferability)
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan uraian rinci, yaitu dengan
melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Derajat
keteralihan dapat dicapai lewat uraian yang cermat, rinci, tebal atau
mendalam serta adanya kesamaan konteks antara pengirim dan penerima.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan keteralihan data
dengan cara tabulasi data yang dihasilkan dalam hasil dan pembahasan
penelitian. Pengujian keteralihan dalam penelitian kualitatif digunakan agar
orang lain dapat memahami hasil penelitian sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian tersebut maka peneliti harus membuat laporan
yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
3. Teknik memeriksa Kebergantungan (dependability)
Uji kebergantungan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti
tidak melakukan penelitian di lapangan tetapi bisa memberikan data. Peneliti
seperti ini perlu diuji kebergantungannya dan untuk mengecek apakah hasil
penelitian ini benar atau tidak, maka peneliti mendiskusikannya dengan dosen
pembimbing.
54
4. Teknik memeriksa Kepastian Data (confirmability)
Kepastian data berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang
ada dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.
Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang cermat
terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil penelitiannya.
Dalam penelitian ini kepastian data dilakukan dengan pemeriksaan yang
dilakukan dosen pembimbing mengenai asal-usul data logika penarikan
kesimpulan dari data dan penilaian derajat ketelitian serta telaah terhadap
kegiatan peneliti tentang keabsahan data.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam Kelompok Wanita Tani
(KWT) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran
Berdasarkan hasil penelitian pemberdayaan ekonomi perempuan dalam
kelompok wanita tani di Desa Sungai Langka belum sepenuhnya mencapai
hasil yang optimal. Namun meskipun begitu proses pemberdayaan KWT
telah berjalan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan terlaksananya
seluruh rangkaian proses pemberdayaan dari mulai mengkaji potensi wilayah,
permasalahan, serta peluangnya, kemudian perencanaan kegiatan kelompok,
penerapan kegiatan kelompok, dan yang terakhir memantau proses dan hasil
kegiatan secara partisipatif.
Adanya kelompok wanita tani di Desa Sungai Langka membawa dampak
positif untuk kaum perempuan di Desa Sungai Langka terutama dalam aspek
ekonomi. Perempuan Desa Sungai Langka yang tergabung dalam kelompok
wanita tani telah dapat lebih maju dalam hal mengembangkan kreatifitasnya
serta dapat membantu menambah peningkatan pendapatan keluarganya.
Namun pemerintah desa masih harus terus mengontrol setiap KWT yang ada
127
di Desa Sungai Langka agar semua anggota KWT dapat berdaya untuk
memajukan pembangunan desa, kelompok, maupun dirinya sendiri.
2. Hambatan pada Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam
Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Sungai Langka Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Pemberdayaan ekonomi perempuan di Desa Sungai Langka belum
sepenuhnya berjalan secara optimal dikarenakan masih adanya hambatan
yang membuat pemberdayaan tersebut tidak berjalan dengan lancar. Berikut
hambatannya:
a. Masih adanya pola pikir perempuan Desa Sungai Langka yang kurang
berorientasi untuk maju membuat mereka sulit memahami pelatihan yang
diberikan;
b. Terbatasnya Modal yang dimiliki kelompok wanita tani Desa Sungai
Langka dikarenakan pengeluaran lebih besar daripada pemasukan;
c. Pemasaran yang belum meningkat karena kurangnya minat dari
masyarakat serta belum adanya izin PIRT dan label halal membuat
pemasaran tidak dapat dipasarkan secara luas;
d. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan
kelompok wanita tani sehingga membuat pengelolahan produksi menjadi
semakin lama.
128
B. Saran
1. Pemerintah Desa Sungai Langka lebih meningkatkan kembali dukungan
dalam hal fasilitas baik secara fisik seperti pemberian modal ataupun alat-
alat untuk menunjang kegiatan usaha kelompok wanita tani maupun
dukungan non fisik sebagai upaya meningkatkan partisipasi dan motivasi
untuk kemajuan dan pengembangan kelompok wanita tani Desa Sungai
Langka.
2. Dinas Pertanian Kabupaten Pesawaran lebih mengoptimalkan kembali
penguatan atas monitoring dalam perkembangan KWT serta pelatihan
kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam hal pengembangan
produk agar kelompok wanita tani dapat lebih kreatif dan inovatif untuk
memperkaya variasi pengelolahan potensi SDA (Sumber Daya Alam)
yang ada di Desa Sungai Langka.
3. Perempuan Desa Sungai Langka yang belum tergabung dalam kelompok
wanita tani sebaiknya ikut serta bergabung dan terlibat aktif dalam
pengembangan kegiatan kelompok wanita tani dan menjadikan kelompok
wanita tani sebagai wadah bagi perempuan Desa Sungai Langka untuk
memberdayakan diri dalam meningkatkan kesejahteraan ekonominya
dengan menjalankan ilmu yang disampaikan selama sosialisasi dan
pelatihan secara konsisten sehingga dapat menambah pendapatan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abdulsyani. 2017. Sosiologi (Skematika, Teori, dan Terapan). Jakarta: Bumi
Aksara.
_________. 2009. Masyarakat (Dinamikan Kelompok dan Implikasi Kebudayaan
Dalam Pembangunan). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Anwas, Oos M. 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung:
Alfabeta.
Hartono, H dan Aziz, Arnicun. 2004. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Mardikanto dan Soebiato. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Moleong J, Lexy. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. 2015. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya)
Soleh, Chabib. 2014. Dialektika Pembangunan dengan Pemberdayaan. Bandung:
Fokusmedia.
Sudjatmiko, Budiman dan Zakaria, Yando. 2015. Desa Kuat, Indonesia Hebat!.
Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: Refika Aditama.
130
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2017. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Gava Media.
Syafrudin, ateng dan Na’a, Suprin. 2010. Pergulatan Hukum Tradisional dan
Hukum Moderen Dalam Desain Otonomi Desa. Bandung: PT. Alumni.
Jurnal & Skripsi
Khasanah, Uswatun. 2017. Peran Kelompok Wanita Tani “Sari Makmur” Dalam
Pemberdayaan Wanita Di Desa Alasmalang Kecamatan Kemranjen
Kabupaten Banyumas. (Skripsi) Diakses tanggal 10 February 2018.
Rohmah, Siti. 2014. Model Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Grassroot
Microfinance Syariah. Volume 10, Nomor 1, Oktober 2014. (internet)
Diakses tanggal 10 February 2018.
Supeni, Retno Endah dan Maheni Ika. 2011. Upaya Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan Melalui Pengembangan Manajemen Usaha Kecil (Studi diskriptif
pada Kegiatan Usaha Kecil Ibu-ibu Desa Wirolegi Kabupaten Jember,
Dampingan Pusat Studi Wanita UM Jember). (Artikel) Diakses tanggal 7
Maret 2018.
Website
https://www.bps.go.id/ diakses February 2018
https://pesawarankab.bps.go.id/ diakses February 2018
https://lampung.bps.go.id/ diakses February 2018
https://kemenppa.go.id/ diakses February 2018
Mardi Yatmo Hutomo/bappenas.go.id/ diakses February 2018
http:/blog.unnes.ac.id/pembentukan-kelompok-sosial/ diakses February 2018
Undang-Undang dan Dokumen
UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018
RPJMD Sungai Langka Tahun 2016-2021
RKPDes Sungai Langka Tahun 2017-2018
APBDes Sungai Langka Tahun 2017-2018